Konsep Waktu: Perspektif Komunikasi, Islam, dan Anak TK

12
313 Rini Rinawati. Manusia dan Konsep Waktu Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005 1. Pendahuluan Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu. Demikian salah satu prinsip komunikasi (Mulyana, 2001). Menarik untuk mengungkap waktu. Beberapa contoh ungkapan sederhana yang sering terdengar dalam keseharian, misalnya, adalah “menghemat waktu”, “memboros waktu”, “membuang-buang waktu”, “menyia-nyiakan waktu”, dan lain-lain. Atau juga pepatah, seperti “ time is money”, “al-Waktu ka al-syaif”, dan lainnya. Apa sebenarnya waktu, serta bagaimana manusia memaknainya? Iwan Fals menjawab pertanyaan mengenai waktu tersebut dalam bait lagunya yang mengatakan “tergilas oleh waktu yang sombong”, sementara Einstein (Mulyana,2004a) mengatakan bahwa “waktu tidak mempunyai eksistensi yang independen dari tata kejadian yang memungkinkan kita mengukurnya.” Perbedaan konsepsi waktu, perwaktuan, dan tempo khusus dari kelompok-kelompok budaya merupakan dimensi komunikasi antarbudaya. Walaupun dimensi waktu telah diakui dalam komunikasi antarbudaya, baru sedikit sarjana komunikasi yang telah berusaha menelaah masalah kompleks berupa pemberian perilaku temporal atau penelaahan hal mengenai waktu. Akibatnya, sedikit sekali yang diketahui tentang waktu sebagai variabel penting yang mendasari semua situasi komunikasi interkultural. Waktu memang merupakan komponen penting dalam komunikasi. Waktu (pagi, siang, sore, dan malam) akan memberikan makna yang berbeda terhadap suatu pesan, yang pada gilirannya tentu akan memberikan reaksi yang berbeda pula pada perilaku yang ditampilkan dalam proses komunikasi tersebut. Ketika mendengar telepon berdering pada tengah malam, maka akan dimaknai sebagai pesan penting (darurat), apakah ada berita kecelakaan atau kematian. Begitu pun ketika Konsep Waktu: Perspektif Komunikasi, Islam, dan Anak TK ABSTRACT As pointed out by Dedy Mulyana, a scholar of communication science in Indonesia, communica- tion act is definitely time-bounded. It was expressed in terms su:ch as “wasting time”, “saving time”, or verbatim such as “time is money”, “al-Waktu ka al-syaif”, etc. To explain more about time, Edward T. Hall uses Mandala model which describe time in terms of : biological time, personal time, physical time, metaphysical time, micro time, sync time, sacred time, profane time, and meta-time. There are two concepts of time, e.g. monochromic time and polychromic time. As consequences, communication message must be time-sensitive and designed specifically for communication receiver. This article explores time concept of children, and Islamic concept for Islam, which is uniquely defined and different with other time-concept. Kata kunci: waktu, komunikasi, konsep waktu anak-anak, konsep waktu Islam Rini Rinawati

Transcript of Konsep Waktu: Perspektif Komunikasi, Islam, dan Anak TK

Page 1: Konsep Waktu: Perspektif Komunikasi, Islam, dan Anak TK

313Rini Rinawati. Manusia dan Konsep Waktu

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

1. PendahuluanKomunikasi terjadi dalam konteks ruang dan

waktu. Demikian salah satu prinsip komunikasi(Mulyana, 2001). Menarik untuk mengungkapwaktu. Beberapa contoh ungkapan sederhanayang sering terdengar dalam keseharian, misalnya,adalah “menghemat waktu”, “memboros waktu”,“membuang-buang waktu”, “menyia-nyiakanwaktu”, dan lain-lain. Atau juga p e p a t a h ,seperti “ time is money”, “al-Waktu ka al-syaif”,dan lainnya. Apa sebenarnya waktu, sertabagaimana manusia memaknainya?

Iwan Fals menjawab pertanyaan mengenaiwaktu tersebut dalam bait lagunya yangmengatakan “tergilas oleh waktu yang sombong”,sementara Einstein (Mulyana,2004a) mengatakanbahwa “waktu tidak mempunyai eksistensi yangindependen dari tata kejadian yang memungkinkankita mengukurnya.”

Perbedaan konsepsi waktu, perwaktuan, dan

tempo khusus dari kelompok-kelompok budayamerupakan dimensi komunikasi antarbudaya.Walaupun dimensi waktu telah diakui dalamkomunikasi antarbudaya, baru sedikit sarjanakomunikasi yang telah berusaha menelaah masalahkompleks berupa pemberian perilaku temporal ataupenelaahan hal mengenai waktu. Akibatnya, sedikitsekali yang diketahui tentang waktu sebagaivariabel penting yang mendasari semua situasikomunikasi interkultural.

Waktu memang merupakan komponen pentingdalam komunikasi. Waktu (pagi, siang, sore, danmalam) akan memberikan makna yang berbedaterhadap suatu pesan, yang pada gilirannya tentuakan memberikan reaksi yang berbeda pula padaperilaku yang ditampilkan dalam proses komunikasitersebut. Ketika mendengar telepon berderingpada tengah malam, maka akan dimaknai sebagaipesan penting (darurat), apakah ada beritakecelakaan atau kematian. Begitu pun ketika

Konsep Waktu:Perspektif Komunikasi, Islam, dan Anak TK

ABSTRACT

As pointed out by Dedy Mulyana, a scholar of communication science in Indonesia, communica-tion act is definitely time-bounded. It was expressed in terms su:ch as “wasting time”, “saving

time”, or verbatim such as “time is money”, “al-Waktu ka al-syaif”, etc. To explain more abouttime, Edward T. Hall uses Mandala model which describe time in terms of : biological time,

personal time, physical time, metaphysical time, micro time, sync time, sacred time, profane time,and meta-time. There are two concepts of time, e.g. monochromic time and polychromic time. As

consequences, communication message must be time-sensitive and designed specifically forcommunication receiver. This article explores time concept of children, and Islamic concept for

Islam, which is uniquely defined and different with other time-concept.

Kata kunci: waktu, komunikasi, konsep waktu anak-anak, konsep waktu Islam

Rini Rinawati

Page 2: Konsep Waktu: Perspektif Komunikasi, Islam, dan Anak TK

MEDIATOR, Vol. 8 No.2 Desember 2007314

melihat seorang wanita yang masih berjalan-jalandi malam hari, akan dimaknai sebagai perempuannakal.

Manusia sebagai animal symbolicummeminjam, istilah Ernst Cassier (Mulyana, 2001),tentunya akan selalu memersepsi sesuatu sebagaisebuah pesan (symbol) terhadap segala perilakuyang ditampilkan oleh manusia yang lainnya. Padagilirannya, perilaku yang ditampilkan oleh manusiajuga akan dipengaruhi konsepsi manusia tersebutterhadap waktu.

Berdasarkan penjelasan di atas, menarik untukmengkaji konsep waktu dalam kehidupan manusiasehari-hari. Oleh karena itu dalam makalahsederhana ini, akan dikaji “Bagaimana manusiamemahami mengenai konsep waktu dalamkehidupan sehari-hari?”

2. Tinjauan Pustaka2.1 Berbagai Jenis Konsep Waktu

Apa dan bagaimana waktu, sebenarnya belumada sistem yang dapat menjelaskan secarakomprehensif. Edward T. Hall (dalam Mulyana,

2004), seorang antropolog dan ahli komunikasiyang begitu intent mempelajari waktu yang dianutoleh berbagai budaya, menjelaskan konsep waktumelalui model Mandala. Model ini merupakansuatu model tua mengenai jenis waktu yangberbentuk segi empat dan bertujuan untukmenguraikan hubungan antara berbagai gagasandengan cara yang komprehensif dan nonlinier.

Hall menjelaskan bahwa waktu itu terdapatdalam delapan konsep yang berlainan, yang bisadiklasifikasikan lagi dalam empat pasang waktu.Terdapat satu kosep waktu di tengah-tengah yangmenjadi pusatnya. Kemudian, menurut Hall, adalahkeliru untuk memahami konsep waktu yangditerapka pada konsep waktu yang lain. Untuk lebihjelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Mulyana (2004; 256-260) menjelaskanpengertian konsep waktu yang dimaksud oleh Ed-ward T. Hall dalam model Mandala sebagai berikut:(1) Waktu biologis (biological time), adalah

waktu alami yang pada saat ini ditunjukkanoleh weker atau jam, yang secara alami identik

G a m b a r 1 W a k tu d a n k o m u n ik a s i

S u m b e r : M u ly a n a , D e d d y . 2 0 0 4 . K o m u n ik a s i E fe k ti f; S u a tu P e n d ek a ta n L in ta sb u d a y a B a n d u n g , R e m a d ja R o s d a k a r y a .

Page 3: Konsep Waktu: Perspektif Komunikasi, Islam, dan Anak TK

315Rini Rinawati. Manusia dan Konsep Waktu

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

dengan irama alam seperti usia alam semesta,peredaran planet, usia manusia, pergantianmusim, dll. Dengan demikian, waktu biologismerupakan waktu yang sejalan dengan sikluskehidupan.

(2) Waktu pribadi (personal time), adalah waktuyang mengisyaratkan pengalaman setiap or-ang yang bergantung pada situasi, konteks,aktivitas, serta keadaan fisiologis dan emosiorang tersebut.

(3) Waktu fisik (physical time), adalah konsepwaktu alami yang diramalkan atau diukur untuktujuan-tujuan pragmatis dan ilmiah, sepertimeramalkan waktu jatuhnya 1 Ramadhansebagai awal puasa atau juga 1 Syawal yangmenjadi hari Raya Iedul Fitri. Waktu kapanterjadinya musim hujan atau musim kemarau,dll.

(4) Waktu metafisik (metaphisical time), adalahsejenis waktu pribadi, akan tetapi lebihsubjektif lagi dan sulit dijelaskan secarakonsep, karena lebih menuju pada hal-hal yangghaib seperti ketika seseorang yang katanyabertemu dengan jin, berkomunikasi denganorang yang sudah meninggal, dsb.

(5) Waktu mikro (micro time), adalah waktu yangdipengaruhi atau terikat oleh budaya primer,yang aturan-aturannya hampir seluruhnya diluar kesadaran. Konsep waktu monokronik (M)dan konsep waktu polikronik (P) merupakandua pola waktu yang ada pada waktu mikroini.

(6) Waktu sinkron (sync time), adalah waktumensinkronisasikan dengan berbagai situasidan kondisi, emosi, dan sebagainya.Contohnya adalah bagaimana waktu ataujadwal kegiatan dan waktu tidur ibu yang barumelahirkan dengan bayi yang dilahirkannya.

(7) Waktu sakral (sacred time), adalah waktu atausaat yang bersifat imajiner dan sakral, sepertimalam lailatul qadar, Iedul Adha, dsb.

(8) Waktu profan (profan time), adalah waktuyang secara ekplisit dibicarakan dandirumuskan. Waktu profan ditandai denganjam, hari, minggu, bulan, tahun, dekade, abad,dan milenimum. Pada sistem waktu profan dan

sakral akan saling melengkapi. Orang Islamakan segera menguburkan jenazah, dan tidakmungkin menunda sampai berhari-hari sepertihalnya orang Kristen.

(9) Waktu meta (meta time), adalah definisi,konsep, model, atau teori tentang waktu dansifat-sifatnya seperti yang dikemukakan danditulis oleh filosof, agamawan, ahli komunikasi,dll. Oleh karena itu, waktu meta bukan waktuyang sebenarnya, melainan waktu yangdiabstrasikan dari berbagai peristiwa waktu.Selanjutnya Edward T. Hall (dalam Mulyana,

2004; 264-274), membedakan konsep waktu menjadidua, yaitu: pertama, waktu monokronik (M) yaitumempersepsi waktu sebagai berjalan lurus darimasa silam ke masa depan dan memperlakukannyasebagai entitas yang nyata dan bisa dipilah-pilah,dihabiskan, dibuang, dihemat, dipinjam, dibagi,hilang atau bahkan dibunuh, sehingga waktu tidakpernah kembali. Konsep waktu M ini dianut olehbudaya-budaya barat (Eropa Barat, Skandinavia,dan Amerika Utara.

Para penganut konsep waktu ini menekankanpada penjadwalan dan kesegeraan waktu.Penganut waktu M cenderung lebih menghargaiwaktu, tepat waktu, serta menepati jadwal waktusecara ketat. Lihatlah bagaimana orang Jepangyang selalu berjalan dengan cepat. Kita dapatmelihat bagaimana supir bus di Australia yang akantetap berangkat sesuai dengan jadwalkeberangkatan sekalipun penumpangnya hanyadua orang, satu orang, bahkan tidak adapenumpang sekalipun.

Konsep “efisiensi waktu” menjadi ciri khasdari penganut konsep waktu M ini. Bagi mereka,waktu adalah uang (time is money). Oleh karenaitu, penganut konsep waktu M ini akan berusahauntuk memperoleh penghasilan yang sebanyak-banyaknya dengan menghabiskan waktu yangsesingkat-singkatnya.

Kedua, waktu polikronik (P) yaitumemandang waktu sebagai suatu putaran yangkembali dan kembali lagi. Menurut penganut waktuP, waktu dapat didaur ulang. Konsep waktu P inidianut oleh budaya-budaya Timur, budaya Arab,dan budaya-budaya yang tradisional lainnya

Page 4: Konsep Waktu: Perspektif Komunikasi, Islam, dan Anak TK

MEDIATOR, Vol. 8 No.2 Desember 2007316

seperti Indian Amerika, dan budaya Afrika. Bagipenganut waktu-P, waktu tidak menjadi kaku sepertiyang dipersepsi oleh budaya waktu monokronikyang harus dipenggal-penggal.

Sebagai waktu yang dapat didaur ulang danmerupakan putaran, maka penganut polikronikakan menganggap bahwa waktu itu akan kembali.Inilah yang menjadikan penganut waktu polikroniktidak menghargai waktu. Bagi mereka, ketikasesuatu kesempatan terlewatkan, maka merekatenang-tenang saja “toh kesempatan itu akandatang lagi di kemudian hari,” demikian falsafatnyaorang polikronik.

Di samping melalaikan waktu, maka salah satuciri lainnya dari penganut waktu polikronik adalahtidak adanya rencana kegiatan yang terjadwalsecara ketat. Penganut polikronik seringkali punyaanggapan “bagaimana nanti” dan bukannya “nantibagaimana?” Ini memperlihatkan bahwa kegiatanyang dilakukan itu bak air mengalir yang mengikutialiran sungai, dan tidak memerlukan batasan yangketat, toh masih ada hari esok.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka ciri darikonsep waktu monokronik dan konsep waktupolikronik dapat dilihat pada Bagan 1.

2.2 Taksonomi Lingkungan WaktuTaksonomi dapat digunakan untuk

menganalisis dan menelaah perilaku waktu danlingkungan waktu dari berbagai bentuk interaksimanusia. Dorongan waktu (temporal drives)

meliputi kegiatan bioritmis, keteratunan hormonaldan metabolis, impuls energis (Cattell 1957, 1965);meliputi pengurangan tegangan kebutuhanfisiologis, pola tegangan kebutuhan; dansebagainya. Petunjuk waktu (temporal signals)berkenaan dengan penginderaan awal danmendeteksi dorongan waktu sendiri dan doronganwaktu orang lain. Sinyal waktu (temporal signals)meliputi penentuan keberlangsungan perseptualdan interval yang menimbulkan indera waktu indi-vidual; kontinuitas dan diskontinuitas yangmenimbulkan pengenalan urutan dankeberlangsungan—yang menjadi kebiasaan atauberubah-ubah; fenomena keberlangsungan danproses yang membentuk informasi perseptualberkenaan dengan pengaturan tempo,pengendalian, pengaturan, atau fasilitasi perilakumanusia; bekenaan dengan pengenalankarakteristik waktu dan perilaku nonverbal.

Perkiraan waktu (temporal estimates):berkenaan dengan indera waktu dan perwaktuan;penggunaan sinyal waktu untuk membuat,mempertahankan, atau mengubah pengenalansejauh mana kecepatan atau kelambatan waktumengalir dalam hubungan dengan dasar waktu

yang personal dan habitual atau standar waktuyang objektif; perkiraan mengenai tingkat tempoyang personal dan atau tingkat peristiwa perilaku.

Lambang waktu (temporal symbols):berkenaan dengan gambaran simbolik urutan dankeberlangsungan, perubahan dan kepermanenan,

Bagan 1 Perbedaan waktu monokronik dengan polikronik

KONSEP WAKTU MONOKRONIK KONSEP WAKTU POLIKRONIK

1. Menganggap waktu berjalan lurus (linier) 2. Waktu menjadi tidak bisa kembali 3. Menghargai waktu,dan menepati waktu 4. Lebih mementingkan pekerjaan/tugas (berorientasi tindakan). 5. Pengambilan keputusan yang cepat

1. Mengangap waktu berjalan berputar 2. Masih ada hari esok (waktu dapat kembali) 3. Tidak menghargai waktu, dan longgar dengan waktu. 4. Lebih mementingkan hubungan. 5. Pengambilan keputusan sangat lama (hrs melewati

proses yang panjang).

Page 5: Konsep Waktu: Perspektif Komunikasi, Islam, dan Anak TK

317Rini Rinawati. Manusia dan Konsep Waktu

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

atau perspektif dan orientasi waktu; konsep temposubjektif dan objektif; berkenaan dengan waktu,perwaktuan dan waktu-waktu objektif; berkenaandengan fungsionalisasi dan gambaran linguistikyang berkaitan dengan tingkat pengalaman waktudan seluruh perilaku (termasuk mental).

Kepercayaan waktu (temporal beliefs):berkenaan dengan asumsi-asumsi yang diterimaorang sehubungan dengan sifat waktu dan ruang;berkenaan dengan tingkat kekakuan dalammempersepsi dan mengonseptualisasi perilakuruang-waktu; mengenai validitas petunjuk danperkiraan waktu; mengenai validitas informasiwaktu yang timbul dan dorongan waktu, sinyalwaktu, dan simbolisme waktu; berkenaan denganvaliditas dan sifat penilaian waktu dan seterusnya.

Motif waktu (temporal motives): berkenaandengan maksud psikologis untuk mempengaruhiperilaku waktu; mengenai proses mengubah tempoobjektif dan personal; mengenai upayamempengaruhi dorongan, keperluan, dan motivasi;maksud yang berkaitan dengan tujuan dan perilakutujuan.

Penilaian waktu (temporal judgments):berkenaan dengan validitas kepercayaan waktu,motif waktu dan nilai waktu (lihat di bawah) sepertiyang dijalankan individu atau kelompok individudalam konteks sosiokultural.

Nilai waktu (temporal values): mengenaipemberian nilai pada waktu, waktu-waktu(peristiwa), dan perwaktuan ketika dikaitkandengan perilaku personal, sosial, dan kultural.

3. PembahasanEdward T. Hall (dalam Mulyana, 2004a; 251)

menyatakan bahwa waktu menjadi penting dalamproses komunikasi khususnya komunikasiantarbudaya. Setiap budaya mempunyai konsepwaktu yang berbeda. Bahkan Oswald Spengler(dalam Mulyana, 1998;122) menyatakan bahwa“makna yang secara intuitif diterapkan padawaktulah yang menyebabkan satu budayadibedakan dari budaya yang lain.” Oleh karenanya,seringkali konsep terhadap waktu sebagai penandabudaya dibedakan antara konsep waktu budayabarat dengan konsep waktu budaya timur. Pada

gilirannya, dalam setiap kelompok besar budayatersebut, terdapat aspek-aspek yang berbedaantara satu negara dengan negara yang lain, sepertidalam kelompok budaya timur antara Indonesiadengan Jepang, atau dalam kelompok budaya baratantara Amerika dengan Meksiko, dsb.

Pandangan bahwa temporalitas (ihwal waktu)satu budaya lebih baik dari temporalitas budayayang lain tampak sebagai dasar utama persepsiantarbudaya terhadap inferioritas dan superioritas.Jarang sekali orang mengakui bahwa persepsinyatentang orang dan budaya yang lain adahubungannya dengan elitisme atau kekakuan akanorientasi waktu kultural mereka sendiri. Orangsering membandingkan orientasi waktu merekadengan orientasi waktu kelompok budaya yanglain.

Pada beberapa kebudayaan, berkomunikasisangat ketat dalam penggunaan waktu. OrangAmerika mempunyai konsep waktu adalah uang(time is money). Bagi orang Amerika, waktudianggap sebagai komoditas yang berharga untukmenghasilkan uang, sehingga mereka tidak dapatberleha-leha. Orang-orang Amerika sangatmenghargai waktu, sehingga menjadi orang yangtepat waktu. Sebaliknya, bahasa Indonesia tidakmempelihatkan keketatan dalam penggunaanwaktu. Sering terdengar, orang Indonesia berkatamengenai kebiasaan terlambatnya; “maaf sayadatang agak terlambat” (padahal keterlambatansudah lebih dari 30 menit). Budaya “jam karet” yangdianut Indonesia menyebabkan undangan,misalnya, menjadi dibuat 30 menit lebih awal,sebagai antisipasi keterlambatan yang sudahmembudaya. Maka, bangsa Indonesia seringkehilangan kesempatan memenangkan sebuahpekerjaan, hanya karena datang terlambat.

Contoh ini menunjukkan bahwa persepsitentang waktu akan mengakar pada kebudayaandi mana individu berada. Konsep waktu menjadipenanda bagi suatu budaya. Dengan beragamnyakebudayaan yang ada, maka beragam pula persepsimengenai konsep waktu. Pada gilirannya persepsitentang waktu merupakan persepsi psikologisyang bergantung pada peristiwa, latar, situasi dankondisi dari pesan yang disampaikan. Yang paling

Page 6: Konsep Waktu: Perspektif Komunikasi, Islam, dan Anak TK

MEDIATOR, Vol. 8 No.2 Desember 2007318

menarik adalah bahwa fakta konsep waktu ini telahdiungkapkan kepada umat manusia dalam al-Qur’an sejak empat belas abad yang lalu. Adaberbagai referensi dalam al-Qur’an mengenairelativitas waktu ini. Sebagai contoh, seluruhkehidupan seseorang sangat singkat seperti yangdikabarkan dalam al-Qur’an:

“Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Al-lah mengumpulkan mereka, (mereka merasa dihari itu) seakan-akan mereka tidak pernahberdiam (di dunia) kecuali hanya sesaat saja disiang hari (di waktu itu) mereka saling berkenalan.Sesungguhnya rugilah orang-orang yangmendustakan pertemuan mereka dengan Allah danmereka tidak mendapat petunjuk” (QS. Yunus [10]:45).

Suatu kajian tentang konsep waktu punmenjadi studi khusus yang dinamakan kronemika(chronemic), yaitu suatu studi atau interpretasiatas waktu sebagai pesan. Dengan demikian,bagaimana seseorang memperlakukan ataumenganggap waktu dalam kehidupan ini akanmenjadi pesan siapa diri orang tersebut. Sebagaicontoh, bila kita melihat seseorang datangterlambat dalam sebuah pertemuan, kita menjaditahu bahwa orang tersebut dari Indonesia. Hal inidikarenakan budaya jam karet yang sudahmembudaya di masyarakat Indonesia. Kebiasaanjam karet masyarakat Indonesia bahkan menjadisebuah lelucon (Mulyana. 2001;370) sebagaiberikut:

Sebuah seminar yang diselenggarakan di Cambera,Australia diikuti banyak negara, termasuk Indone-sia dan Thailand. Wakil dari Thailand terlihat berlari-lari menuju tempat pendaftaran ulang anggota semi-nar karena sudah terlambat. Sambil terengah-engah,ia menandatangani daftar hadir, tetapi kemudian iatersenyum sendiri dengan penuh rasa bangga melihatkeanehan yang terjadi, seorang petugas berkata,“Ada apa sampai anda tersenyum sendiri?” Iamenjawab, “Ternyata Thailand selangkah lebihmaju dari Indonesia”.

Perbedaan konsepsi terhadap waktu padagilirannya tidak hanya terjadi pada budaya-budaya,tetapi juga akan terjadi pada diri individu masing-masing, sekalipun dalam kebudayaan yang sama.Hal ini dikarenakan pada dasarnya manusia sebagai

individu adalah unik (berbeda satu sama lain).Beberapa contoh konsep waktu yang dipahamioleh manusia, yang mana menjadi faktor penentudalam kegiatan keseharian dapat kita lihat padabeberapa contoh berikut ini.

3.1 Konsep Waktu dalam Agama Islam

Konsepsi waktu bagi umat Islam, sebetulnya,sudah secara digambarkan dan dijelaskan dalamAl-Quran dan Hadits. Al-Quran dalam menjelaskandan menunjuk suatu masa tertentu yang lazimdisebut “waktu” dilakukan dengan dua carapenyebutan yaitu waktu yang bersifat umumdan waktu yang dibatasi. Istilah tentang waktudalam al-Quran adalah:(1) Ad-Dahr: digunakan untuk menjelaskan masa

yang panjang dan lama yang dilalui oleh alamraya dalam kehidupan, yakni sejak diciptakansampai punah.Istilah ini memberikanpemahaman bahwa segala sesuatu itu pernahtiada dan akan tiada kembali. Artinya,keberadaannya menjadi terikat oleh waktu.Contohnya, keberadaan manusia dan semestaalam raya ini. Istilah ini ada dalam QS Al-Jasiahayat 24, dan QS Al-Insan ayat 1.

(2) Ajal: yaitu nama yang digunakan untukmenjelaskan masa tertentu yang ditetapkanbagi sesuatu. Kata ini bisa digunakan untukmenunjuk waktu berakhirnya sesuatu, sepertiberakhirnya usia manusia dan masyarakat.Dengan demikian kata ‘ajal’ menjelaskanbahwa segala sesuatu ada batas waktuberakhirnya sehingga tidak ada yanglanggeng, kecuali Dzat Allah SWT. Kata initerdapat dalam:(a) Quran Surat Al-Munafikun ayat 9 – 10(b) Quran Surat Yunus ayat 49(c) Quran Surat Al-Imran ayat 145(d) Quran Surat Al-ar’af ayat 34(e) Quran Surat Al-Hijr ayat 5.

(3) Al-Waktu: kata ini biasa digunakan untukmemberi arti batas akhir kesempatan ataupeluang untuk menyelesaikan suatu kegiatan,karena itu Al-Quran seringkali menggunakankata Al-Waktu ini untuk menjelaskan kontek

Page 7: Konsep Waktu: Perspektif Komunikasi, Islam, dan Anak TK

319Rini Rinawati. Manusia dan Konsep Waktu

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

kadar tertentu dari suatu massa. Kata inimenghendaki adanya keharusan untukpembagian teknis mengenai massa yangdialami seperti detik, menit, jam, hari,minggu, bulan, dan tahunan. Kata ini terdapatdalam:(a) Quran Surat Al-Hajr ayat 38(b) Quran Surat Al-A ‘raf ayat 187(c) Quran Surat An-Nisa ayat 103(d) Quran Surat Al-Baqarah ayat 189

(4) Al-Ashr: kata ini digunakan untukmenjelaskan waktu menjelang terbenamnyamatahari. Namun, kata ini juga digunakanuntuk menjelaskan masa secara mutlak. Kataini terdapat dalam Q.S. Al-Ashr ayat 1.

Melihat pada penggunaan beberapa istilahatau kata untuk menjelaskan konsep waktu yangada dalam Al-Quran, maka sebetulnya Islam adalahagama yang begitu mementingkan waktu. Dengandemikian, sebetulnya Islam menganut konsepmonokronik, yang menganggap waktu terusberjalan secara linier dan tidak biasa berputarulang. Islam memiliki lima waktu dalamkeseharian untuk menjalankan kegiatan shalat yangjelas batasan awal dan berakhirnya waktu shalat.Bagi umat Islam, segala kegiatan (khususnyaibadah) terikat waktu, artinya ada batasanpelaksanaannya. Di luar waktu itu, kegiatan tidakbisa dilaksanakan. Contoh: zakat, puasa, ibadahhaji, akikah, dll.

Untuk menunjukkan pentingnya waktu, AllahSWT bersumpah dalam beberapa surat Al-Qurandengan menggunakan waktu, seperti:(a) Surat Al-Lail ayat 1-2 (wallaili, yaitu demi

waktu malam),(b) Surat Al-fajr ayat 1-2 (walfajri, yaitu demi

waktu fajar),(c) Surat Adh-Duha ayat 1-2 (wadhuha, yaitu

demi waktu duha atau pagi),(d) Surat Al-Ashr ayat 1-2 (walashri, yaitu demi

waktu ash).Di samping Al-Quran yang menjelaskan

pentingnya waktu, Sunnah Rasulullah telahmemperkuat adanya nilai pentingnya waktu danmenetapkan pertanggungjawaban manusia tentangpenggunaan waktu dihadapan Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda: “Kedua kaki hambapada hari kiamat tidak akan bergeser daritempatnya, sebelum kepadanya diajukan empatpertanyaan:(a) Tentang umurnya dihabiskan untuk apa.(b) Tentang fisiknya (masa mudanya) digunakan

untuk apa(c) Tentang hartanya darimana diperolehnya dan

untuk apa dipergunakannya(d) Tentang ilmunya dimanfaatkan untuk apa.”

(H.R. Bazar dan Tabrany)Hadits di atas memperlihatkan bahwa bagi or-

ang Islam, waktu hidup akan diperhitungkan nantidi alam akhirat, sehingga penggunaan waktudengan perencanaan yang matang dan jelas menjadisatu keharusan. Dalam hadits lain, RasulullahSAW bersabda: “Jagalah lima perkara sebelumdatangnya lima perkara yang lain. Yaitu:(a) Masa mudamu sebelum datangnya masa

tuamu,(b) Masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu,(c) Masa kayamu sebelum datang masa

miskinmu,(d) Masa hidupmu sebelum datang masa matimu,(e) Masa luangmu sebelum datangnya masa

sibukmu. (H.R. Hakim dari Ibnu Abbas)Umat Islam dalam berperilaku, seyogyanya

mengikuti apa yang telah diatur dalam pedomanhidupnya, yaitu Al-Quran dan Hadits tersebut.Melihat pada konsepsi yang dipunyai oleh agamaIslam, maka agama Islam memberikan pedomanhidup yang sesuai dengan waktu monokronik, yangmenganggap waktu sebagai berjalan lurus darimasa silam ke masa depan dan memperlakukannyasebagai entitas yang nyata dan bisa dipilah-pilah,dihabiskan, dibuang, dihemat, dipinjam, dibagi,hilang, atau bahkan dibunuh, sehingga waktu tidakpernah kembali.

Bagaimana perjalanan hidup manusia menurutIslam. Dimulai dari tidak ada, kemudianditempatkanlah oleh Allah seseorang pada perutseorang ibu yang dikenal dengan alam rahim.Setelah itu, manusia akan memasuki alam duniayang harus diisi dengan segala perbuatan amalshaleh, karena bagi Islam, kematian bukan akhirdari kehidupan. Perjalanan orang Islam akan

Page 8: Konsep Waktu: Perspektif Komunikasi, Islam, dan Anak TK

MEDIATOR, Vol. 8 No.2 Desember 2007320

diteruskan sekalipun kematian sudah dilalui. Bagiorang Islam, ada alam kubur yang menjadi tempatperistirahatan sebelum masuk pada alam mahsyar,yang diteruskan pada alam akhirat (penghisaban)yang merupakan alam yang kekal.

Dengan demikian, perjalanan yang lurus danlinier ini seharusnya menjadikan umat Islamsebagai orang yang menghargai waktu danberdisiplin dengan waktu sebagaimana konsepsimonokronik, dan menjadikan kosepsi waktu inisebagai kebiasaan (budaya) dalam berperilakukesehariannya. Berbagai pelaksanaan ibadah, yangmerupakan kewajiban bagi umat Islam, sebetulnyamenjadi salah satu ciri kedisiplinan tentang waktudan harus menjadikan kebiasaan. Tidak mungkinkita shalat subuh diwaktu ashar; sama tidakmungkinnya kita melaksananakan perjalanan hajidi luar bulan Dzulhijjah, atau membayar zakatfitrah setelah Iedul Fitri.

Namun, kenyataannya, kebiasaan disiplin danmenghargai waktu ini tidak tercermin pada pribadiorang Islam di Indonesia. Masih banyak orang Is-lam yang tidak menghargai waktu, bahkan tidakdisiplin dengan waktu. Saat perjumpaan denganAllah SWT saja (shalat) seringkali kita menunda-nundanya atau lebih mementingkan urusanduniawi, sehingga shalat dilakukan selalu di akhirwaktu.

Agama Islam memang tidak hanya urusanhablunminnallah (beribadah kepada Allah SWT),tetapi juga harus diimbangi denganhabluminnannas (hubungan baik denganmanusia). Inilah, mungkin, salah satu yangmemengaruhi pada pergeseran konsep waktu padaorang Islam, karena ternyata orang Islam jugamemegang kebudayaan timur dalam rangka ber-habluminnannas-nya. Jadilah orang Islam itubanyak yang menganut konsepsi polikronik dalamperilaku kesehariannya.

3.2 Konsep Waktu pada Anak Kecil (Usia TK)

Anak seusia TK memunyai cara-cara (budaya)bergaul yang berbeda dengan anak yang lebihbesar lagi, bahkan berbeda budayanya denganABG/remaja, dan orangtua.

Perbedaan budaya yang terjadi pada gilirannyaakan menyebabkan perbedaan persepsi terhadapkonsep waktu, karena seperti kita ketahui bahwapersepsi seseorang terhadap sesuatu (konsepwaktu) dipengaruhi oleh budayanya. Persepsi kitatentang waktu merupakan persepsi psikologis yangbergantung pada peristiwa, latar, situasi, dankondisi dari pesan yang disampaikan. Namundemikian, persepsi terhadap waktu pun ditentukanusia seorang manusia.

Satu contoh menarik dari konsep waktuberdasarkan usia ini adalah ketika anak usia TKbegitu bingung dengan waktu-waktu berikut:‘Kemarin’, ‘kemarin dulu’, ‘tadi’, ‘besok lusa’,‘sebentar lagi’, ‘sejam yang lalu’, ‘tiga hari lagi’,‘minggu depan’, ‘bulan lalu’, dan ‘tahun depan’.Umumnya, anak seusia TK ini mengalami kesulitanuntuk memahami waktu-waktu tersebut.

Sebagai ilustrasi tambahan, berikut disajikanhasil penelitian “kedil-kecilan.”

Penelitian singkat ini dilakukan pada sebuahTaman Kanak-Kanak Islam yang bernama TK Is-lam Al-Bayan beralamat di Margahayuraya KotaBandung. Data primer kami dapatkan dengan carawawancara terhadap beberapa orang tua muridyang kebetulan mengantar dan menungguianaknya. Di samping itu, dilakukan observasisingkat terhadap anak-anak yang sedang bermainuntuk melihat bagaimana komunikasi yangdilakukan khususnya mengenai pemahamantentang waktu.

Penelitian dilakukan selama kurang lebih 3hari, hal ini dikerarenakan keterbatasan waktu yangdipunyai untuk mengumpulkan dan mengolah data.Di samping itu, kami juga melakukan wawancarasingkat dengan ibu gurunya untuk mengetahuibagaimana pemahaman konsep waktu dijelaskanpada anak didiknya.

Hasil penelitian yang dilakukanmemperlihatkan beberapa contoh kasus berikutsebagai hasil wawancara kami dengan beberapaorangtua murid TK Islam Al-Bayan, yaitu:(a) Ada seorang anak yang meminta untuk

dibelikan mainan oleh ibunya, terus memintadan merengek-rengek setiap hari, padahalibunya sudah menjanjikan akan mengabulkan

Page 9: Konsep Waktu: Perspektif Komunikasi, Islam, dan Anak TK

321Rini Rinawati. Manusia dan Konsep Waktu

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

permintaannya dengan sedikit pengunduranwaktu melalui kalimat: “nanti ya nak, kalauibu sudah dapat gaji.”

(b) Ada seorang anak TK yang kebingungantentang PR yang diperuntukan dua hariberikutnya, ia meminta ibunya untukdikerjakan karena mengira PR tersebut harusdibawa besok hari.

(c) Ada juga contoh kasus, seorang anak yangkesulitan untuk menjelaskan waktu kegiatanyang dilakukan, seperti ‘’Tadi Jabar dibeliinibu mobil-mobilan,’’ ujar Jabar, dan ibunyaberkata ‘’Lho, itu kan kemarin.Dari beberapa contoh kasus tersebut, maka

kiranya anak yang masih kecil (usia TK) belumjelas dalam memahami konsep waktu. Bagimereka waktu seolah tidak ada bedanya; tadi,sekarang, nanti, besok, kemarin adalah sama saja.seorang psikolog anak, menjelaskan bahwakondisi seperti itu merupakan hal yang wajar padaanak usia TK. Pasalnya, cara berpikir anak usia 4sampai 6 tahun masih dalam tahap awal atauprakonkret. Bagi anak usia TK, konsep waktumerupakan hal yang sangat abstrak. ‘’Kata-kataseperti, kemarin, besok, lusa sangat abstrak bagianak.’’

Seorang anak, menurut Evita, harus bisamemahami konsep waktu pada usia tujuh tahun.Oleh karena itu, konsep waktu seperti itusebaiknya diajarkan sejak dini kepada anak.Dengan mengenalkan anak konsep waktu, makaanak akan mampu mengatur waktu (time manage-ment) dan lebih berdisiplin dalam menjalani waktudalam kehidupannnya.

Anak usia dini 1-2 tahun konsep pengaturanwaktu berkaitan dengan pembiasaan-pembiasaan.Artinya, anak belum mampu mencapai targettertentu layaknya orang dewasa. Tapi, anak sudahdapat dibiasakan melakukan kegiatan sesuaidengan waktunya, seperti waktu tidur siang, makan,jam tidur malam, dan seterusnya. Bagi anak usiasekolah, barulah anak mengenal konsep waktudengan belajar menyusun jadwal sehari-hari.“Karena di masa sekolah, anak sudah mulaimenjalani kegiatan formal dengan waktu yang lebihteratur.”

Persoalannya bagaimana mengajarkankonsep waktu pada anak? Dalam hal prosespembelajaran atau pengenalan konsep waktu padaanak TK khususnya TK Besar (kelas B), berbagaicara dilakukan oleh para guru di TK Islam Al-Bayan yaitu sebagai berikut:(a) Guru TK Islam Al-Bayan mengajak anak

didiknya untuk berkebun di halaman yangtelah disediakan. Dari jumlah anak yang ada(25 orang), dibuat 5 kelompok yang memunyaitugas untuk membawa tanaman danmenanamnya sendiri serta merawatnya. Dalamberkebun, tentunya, secara tidak langsungditanamkan konsep waktu. Anak-anak menjaditahu berapa hari tanamannya itu berbunga,karena si anak mempunyai kewajiban untukmemeliharanya setiap pagi dibantu dengan ibuguru.

(b) Konsep waktu juga diajarkan lewat cerita-cerita yang ditayangkan melalui film anak-anak. Ibu guru akan menjelaskan mengenaiwaktu-waktu yang ada dalam cerita tersebut.Dari kegiatan ini, tentunya, kami melihatbahwa ibu gurunya mencoba untukmengajarkan anak mengenai konsep waktu danperbedaannya, misalnya, waktu siang ituterang, waktu malam itu gelap, waktu pagi,dsb.

(c) Pembelajaran mengenai konsep waktu jugadilakukan dengan cara terjun lapangan, yaitumelalui metode berbelanja di supermarketterdekat, si anak biasanya disuruh belanjaselama 30 menit untuk membeli barangkesayanganya. Dari kegiatan ini, dikenalkankonsep waktu yang sudah spesifik yaituberdasarkan waktu karena si anak diharuskanmelihat jam. Pelaksanaannya biasanya dibantuoleh orangtua siswa.

(d) Membuat jadwal piket, anak-anak untukmembantu ibu guru dalam membereskanruang belajar. Dari kegiatan ini, si anakdikenalkan dengan konsep hari-hari. Bahkan,pengenalan hari itu dilakukan melalui lagu.Dengan adanya berbagai cara yang dilakukan

tersebut, para guru berharap anak-anak TK IslamAl-Bayan dapat mengenal konsep waktu dan dapat

Page 10: Konsep Waktu: Perspektif Komunikasi, Islam, dan Anak TK

MEDIATOR, Vol. 8 No.2 Desember 2007322

mengatur waktu (time management) danmembentuk disiplin diri dan rasa tanggung jawabanak. Konsep waktu tentu saja penting diajarkan.Bahkan, dalam Islam, waktu pun mendapatprioritas dan perhatian utama setelah membaca.Dengan mengenalkan anak konsep waktu, makaanak akan mampu mengatur waktu dan lebihberdisiplin dalam menjalani waktu dalamkehidupannnya.

Apa yang telah dilakukan oleh guru-guru TKIslam Al-Bayan tersebut, sesuai dengan apa yangdikemukakan Evita tentang beberapa cara prosespengajaran konsep waktu pada seorang anak, yaitu:(a) Anak masih berpikir prakonkret, maka konsep

waktu harus diajarkan dengan cara-cara yangkonkret, lewat media gambar ataupunmengajak langsung ke lapangan.

(b) Pada anak TK, yang paling awal harusdikenalkan kepada mereka adalah soal pagi,siang dan malam. Lewat gambar, anak bisadiperlihatkan bahwa malam itu biasanya gelap,siang itu terang.

(c) Konsep waktu bisa juga diajarkan denganbercerita. Orang tua dan guru bisamenceritakan pengalaman nyata dalammengajarkan anak tentang konsep waktu. Ituperlu dilakukan agar anak tidak bingung. “Tadimalam hujan lebat sekali, kalian pasti tertidurpulas.’’

(d) Setelah anak mengenal konsep waktu yangsederhana, seperti pagi, siang, dan malam, padatahap berikutnya bisa diajarkan tentangkonsep lama. Misalnya, ‘’Waktu istirahathanya 10 menit, kalian bisa main.’’ Setelah itu,‘’Waktu istirahat sudah habis.’’

(e) Untuk mengenalkan konsep waktu, maka dalamproses pembelajaran orang tua dan guru harusmengulang ucapannya berkali-kali. Sehingga,anak bisa lebih paham.

(f) Selanjutnya, mengajarkan anak soal konsepwaktu bisa disesuaikan dengan aktivitas sianak. Misalnya saja, “Besok kalian tidaksekolah, karena libur.’’ Itu mengajarkan kepadaanak bahwa besok adalah hari libur.

(g) Pada tahap berikutnya, anak bisa diajarkanmembaca jam. Ini perlu dilakukan seiring anak

mengenal angka. Membaca jam, biasanyamulai dikenalkan pada anak yang berusia tujuhtahun ke atas. Dengan begitu, anak bisamemahami konsep waktu lebih cepat. Dalammengajarkan konsep waktu, orang tua dituntutuntuk sabar dalam memberi penjelasan.

Sebenarnya, seorang anak akan dengansendirinya mengenal konsep waktu dari hasilpergaulan dengan teman atau lingkungansekitarnya. Tahap awal pengenalan konsep waktutentunya akan diperoleh anak dari orang-orangterdekat (significant other). Oleh karena itu,sebaiknya orangtua atau saudara-saudaranyadapat membantu proses pembelajaran anaknyayang usia TK mengenai konsep waktu. Barusetelah itu adalah teman dilingkungan sekitarmaupun yang lebih jauh, misalnya yang satusekolah. Kemudian juga yang memberikansumbangan dalam pengenalan waktu pada diri anakadalah guru di sekolah.

Dari penelitian yang dilakukan tentang konsepwaktu pada anak di TK Islam Al-Bayan, maka kamimemeroleh kesimpulan sebagai berikut:(a) Anak usia TK masih kesulitan dalam

memahami konsep waktu. Dengan adanyakesulitan ini, kontribusi orangtua dan gurumenjadi sangat penting dalam proses belajaranak mengenal waktu. Oleh karena itu, konsepwaktu anak TK akan banyak dipengaruhibagaimana konsep waktu yang diajarkan olehorangtua atau guru-gurunya di sekolah. Padagiliranannya, dari konsep waktu yangterbentuk sejak dini inilah akan memengaruhikonsep waktu di kemudian hari (setelah anakberangkat remaja, dan menjadi dewasa). Untukitu, kami menamakan konsep waktu yangdipunyai anak-anak khususnya usia TKdengan Kiddy Time (looking for Identitykronik), yaitu konsep waktu atau khasanahwaktu yang khas pada diri anak. Waktu, dalamkonsep ini, dipersepsi sebagai prosespencarian konsep waktu pada diri anak. Prosespembentukan ini akan menuju pada konsepwaktu monokronik atau polikronik tergantungproses pembelajaran yang dilakukan oleh anak

Page 11: Konsep Waktu: Perspektif Komunikasi, Islam, dan Anak TK

323Rini Rinawati. Manusia dan Konsep Waktu

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

tersebut terhadap lingkungannya yangdisesuaikan dengan budaya.

(b) Diperlukan metode pembelajaran yangkhusus (seperti berkebun, bercerita, film,terjun ke lapangan) untuk mengenalkankonsep waktu pada anak TK.

4. KesimpulanDari penjelasan yang telah dikemukakan

mengenai pemahaman konsep waktu yangdilakukan oleh manusia dalam kehidupan seharihari ternyata terjadi perbedaan baik secara budayamaupun usia. Perbedaan pemahaman mengenaikonsep waktu pada gilirannya akan mempengaruhiperilaku yang ditampilkan dalam keseharianmanusia tersebut.

Daftar PustakaDevito, A. Joseph. 1997. Komunikasi Antar

Manusia; Kuliah Dasar. Terj. AgusMaulana. Jakarta: Professional Books.

Gudykunst, William & Young Yun Kim. 1992.Communicating With Strangers; An Ap-proach to Intercultural Communication(second edition). New York: McGraw-Hill.

Liliweri, Alo. 2004.Dasar-Dasar KomunikasiAntarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Lewis, Richard D. 1996. Menjadi Manajer EraGlobal; Kiat Komunikasi Bisnis Lintas-Budaya. Bandung: Remadja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy, & Jalaluddin Rakhmat. 1996.Komunikasi Antarbudaya . Bandung:Remadja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi: SuatuPengantar. Bandung: RemadjaRosdakarya.

————— . 2004a. Komunikasi Efektif; SuatuPendekatan Lintasbudaya . Bandung:Remadja Rosdakarya.

————— . 2004b. Komunikasi Populer: KajianKomunikasi dan Budaya Kontemporer.Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Page 12: Konsep Waktu: Perspektif Komunikasi, Islam, dan Anak TK

MEDIATOR, Vol. 8 No.2 Desember 2007324