Konsep Teknologi Bersih
-
Upload
dewi-kurniasari-6799 -
Category
Documents
-
view
189 -
download
1
Transcript of Konsep Teknologi Bersih
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda cair,
padat dan gas.Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan
lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya
pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit.
Sebagaimana termaktub dalam Undang-undang No. 9 tahun 1990 tentang Pokok-
pokok Kesehatan, bahwa setiap warga berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Ketentuan tersebut menjadi dasar bagi pemerintah untuk menyelenggarakan
kegiatan yang berupa pencegahan dan pemberantasan penyakit, pencegahan dan
penanggulangan pencemaran, pemulihan kesehatan, penerangan dan pendidikan kesehatan
kepada masyarakat (Siregar, 2001).
Upaya perbaikan kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai macam cara,
yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, penyehatan lingkungan, perbaikan
gizi, penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan serta pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Selain itu, perlindungan terhadap bahaya pencemaran lingkungan juga perlu diberi perhatian
khusus (Said dan Ineza, 2002).
Rumah sakit merupakan sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan
pelayanan kesehatan dan dapat dimanfaatkan pula sebagai lembaga pendidikan tenaga
kesehatan dan penelitian. Pelayanan kesehatan yang dilakukan rumah sakit berupa kegiatan
penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat badan serta jiwa (Said dan Ineza,
2002).
Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda cair,
padat dan gas. Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan
lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya
pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit. Unsur-unsur yang terkait
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 2
dengan penyelenggaraan kegiatan pelayanan rumah sakit (termasuk pengelolaan limbahnya),
yaitu (Giyatmi. 2003) :
Pemrakarsa atau penanggung jawab rumah sakit.
Pengguna jasa pelayanan rumah sakit.
Para ahli, pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-saran.
Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana dan fasilitas yang
diperlukan.
Upaya pengelolaan limbah rumah sakit telah dilaksanakan dengan menyiapkan
perangkat lunaknya yang berupa peraturan-peraturan, pedoman-pedoman dan kebijakan-
kebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit.
Di samping itu secara bertahap dan berkesinambungan Departemen Kesehatan mengupayakan
instalasi pengelolaan limbah rumah sakit. Sehingga sampai saat ini sebagian rumah sakit
pemerintah telah dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan limbah, meskipun perlu untuk
disempurnakan. Namun harus disadari bahwa pengelolaan limbah rumah sakit masih perlu
ditingkatkan lagi (Barlin, 1995).
1.2. Peranan Rumah Sakit Dalam Pengelolaan Limbah
Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan yang meliputi pelayanan rawat jalan, rawat nginap, pelayanan gawat darurat,
pelayanan medik dan non medik yang dalam melakukan proses kegiatan hasilnya dapat
mempengaruhi lingkungan sosial, budaya dan dalam menyelenggarakan upaya dimaksud
dapat mempergunakan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar terhadap
lingkungan (Agustiani dkk, 1998).
Limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat membahayakan kesehatan masyarakat,
yaitu limbah berupa virus dan kuman yang berasal dan Laboratorium Virologi dan
Mikrobiologi yang sampai saat ini belum ada alat penangkalnya sehingga sulit untuk
dideteksi. Limbah cair dan Iimbah padat yang berasal dan rumah sakit dapat berfungsi sebagai
media penyebaran gangguan atau penyakit bagi para petugas, penderita maupun masyarakat.
Gangguan tersebut dapat berupa pencemaran udara, pencemaran air, tanah, pencemaran
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 3
makanan dan minunian. Pencemaran tersebut merupakan agen agen kesehatan lingkungan
yang dapat mempunyai dampak besar terhadap manusia (Agustiani dkk, 1998).
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Kesehatan menyebutkan
bahwa setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Oleh karena itu Pemerintah menyelenggarakan usaha-usaha dalam lapangan
pencegahan dan pemberantasan penyakitpencegahan dan penanggulangan pencemaran,
pemulihan kesehatan, penerangan dan pendidikan kesehatan pada rakyat dan lain sebagainya
(Karmana dkk, 2003). Usaha peningkatan dan pemeliharaan kesehatan harus dilakukan secara
terus menerus, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, maka
usaha pencegahan dan penanggulangan pencemaran diharapkan mengalami kemajuan.
Adapun cara-cara pencegahan dan penanggulangan pencemaran limbah rumah sakit antara
lain adalah melalui (Karmana dkk, 2003) :
Proses pengelolaan limbah padat rumah sakit.
Proses mencegah pencemaran makanan di rumah sakit.
Sarana pengolahan/pembuangan limbah cair rumah sakit pada dasarnya berfungsi
menerima limbah cair yang berasal dari berbagai alat sanitair, menyalurkan melalui instalasi
saluran pembuangan dalam gedung selanjutnya melalui instalasi saluran pembuangan di luar
gedung menuju instalasi pengolahan buangan cair. Dari instalasi limbah, cairan yang sudah
diolah mengalir saluran pembuangan ke perembesan tanah atau ke saluran pembuangan kota
(Sabayang dkk, 1996). Limbah padat yang berasal dari bangsal-bangsal, dapur, kamar operasi
dan lain sebagainya baik yang medis maupun non medis perlu dikelola sebaik-baiknya
sehingga kesehatan petugas, penderita dan masyarakat di sekitar rumah sakit dapat terhindar
dari kemungkinan-kemungkinan dampak pencemaran limbah rumah sakit tersebut (Sabayang
dkk, 1996).
1.3. Potensi Pencemaran Limbah Rumah Sakit
Dalam profil kesehatan Indonesia, Departemen Kesehatan, 1997 diungkapkan seluruh
RS di Indonesia berjumlah 1090 dengan 121.996 tempat tidur. Hasil kajian terhadap 100 RS
di Jawa dan Bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 Kg per tempat
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 4
tidur per hari. Sedangkan produksi limbah cair sebesar 416,8 liter per tempat tidur per hari.
Analisis lebih jauh menunjukkan, produksi sampah (limbah padat) berupa limbah domestik
sebesar 76,8 persen dan berupa limbah infektius sebesar 23,2 persen. Diperkirakan secara
nasional produksi sampah (limbah padat) RS sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air
limbah sebesar 48.985,70 ton per hari. Dari gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa
besar potensi RS untuk mencemari lingkungan dan kemungkinannya menimbulkan
kecelakaan serta penularan penyakit (Sebayang dkk, 1996). Rumah sakit menghasilkan
limbah dalam jumlah besar, beberapa diantaranya membahyakan kesehatan di lingkungannya.
Di negara maju, jumlah limbah diperkirakan 0,5 - 0,6 kilogram per tempat tidur rumah sakit
per hari (Sebayang dkk, 1996).
Sementara itu, Pemerintah Kota Jakarta Timur telah melayangkan teguran kepada 23
rumah sakit (RS) yang tidak mengindahkan surat peringatan mengenai keharusan memiliki
instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Berdasarkan data dari Badan Pengelola Lingkungan
Hidup Daerah (BPLHD) Jaktim yang diterima Pembaruan, dari 26 rumah sakit yang ada di
Jaktim, hanya tiga rumah sakit saja yang memiliki IPAL dan bekerja dengan baik. Selebihnya,
ada yang belum memiliki IPAL dan beberapa rumah sakit IPAL-nya dalam kondisi rusak
berat (Sebayang dkk, 1996).Data tersebut juga menyebutkan, hanya sembilan rumah sakit saja
yang memiliki incinerator. Alat tersebut, digunakan untuk membakar limbah padat berupa
limbah sisa-sisa organ tubuh manusia yang tidak boleh dibuang begitu saja. Menurut Kepala
BPLHD Jaktim, Surya Darma, pihaknya sudah menyampaikan surat edaran yang
mengharuskan pihak rumah sakit melaporkan pengelolaan limbahnya setiap tiga bulan sekali.
Sayangnya, sejak dilayangkannya surat edaran akhir September 2005 lalu, hanya tiga rumah
sakit saja yang memberikan laporan. Menurut Surya, limbah rumah sakit, khususnya limbah
medis yang infeksius, belum dikelola dengan baik. Sebagian besar pengelolaan limbah
infeksius disamakan dengan limbah medis noninfeksius. Selain itu, kerap bercampur limbah
medis dan nonmedis. Percampuran tersebut justru memperbesar permasalahan limbah medis.
Padahal, limbah medis memerlukan pengelolaan khusus yang berbeda dengan limbah
nonmedis. Yang termasuk limbah medis adalah limbah infeksius, limbah radiologi, limbah
sitotoksis, dan limbah laboratorium. Pasalnya, tangki pembuangan seperti itu di Indonesia
sebagian besar tidak memenuhi syarat sebagai tempat pembuangan limbah. Ironisnya, malah
sebagian besar limbah rumah sakit dibuang ke tangki pembuangan seperti itu (Sebayang dkk,
1996).Sementara itu, Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Sudin Kesmas Jaktim menduga,
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 5
buruknya pengelolaan limbah rumah sakit karena pengelolaan limbah belum menjadi syarat
akreditasi rumah sakit. Sedangkan peraturan proses pembungkusan limbah padat yang
diterbitkan Departemen Kesehatan pada 1992 pun sebagian besar tidak dijalankan dengan
benar. Padahal setiap rumah sakit, selain harus memiliki IPAL, juga harus memiliki surat
pernyataan pengelolaan lingkungan (SPPL) dan surat izin pengolahan limbah cair. Sementara
limbah organ-organ manusia harus di bakar di incinerator. Persoalannya, harga incinerator itu
cukup mahal sehingga tidak semua rumah sakit bisa memilikinya (Sebayang dkk, 1996).
Beberapa hal yang patut jadi pemikiran bagi pengelola rumah sakit, dan jadi penyebab
tingginya tingkat penurunan kualitas lingkungan dari kegiatan rumah sakit antara lain
disebabkan, kurangnya kepedulian manajemen terhadap pengelolaan lingkungan karena tidak
memahami masalah teknis yang dapat diperoleh dari kegiatan pencegahan pencemaran,
kurangnya komitmen pendanaan bagi upaya pengendalian pencemaran karena menganggap
bahwa pengelolaan rumah sakit untuk menghasilkan uang bukan membuang uang mengurusi
pencemaran, kurang memahami apa yang disebut produk usaha dan masih banyak lagi
kekurangan lainnya (Sebayang dkk, 1996). Untuk itu, upaya-upaya yang harus dilakukan
rumah sakit adalah, mulai dan membiasakan untuk mengidentifikasi dan memilah jenis
limbah berdasarkan teknik pengelolaan (Limbah B3, infeksius, dapat digunapakai atau guna
ulang). Meningkatkan pengelolaan dan pengawasan serta pengendalian terhadap pembelian
dan penggunaan, pembuangan bahan kimia baik B3 maupun non B3. Memantau aliran obat
mencakup pembelian dan persediaan serta meningkatkan pengetahuan karyawan terhadap
pengelolaan lingkungan melalui pelatihan dengan materi pengolahan bahan, pencegahan
pencemaran, pemeliharaan peralatan serta tindak gawat darurat (Sebayang dkk, 1996).
1.4 Tujuan Bangunan Limbah di Rumah Sakit St.Antonius
Bangunan limbah rumah sakit St.Antonius adalah tempat yang berfungsi untuk
mengolah limbah yang dihasilkan dari kegiatan sehari-hari di rumah sakit tersebut. Limbah
yang dihasilkan dari rumah sakit tersebut diantaranya adalah limbah medis berupa limbah
infeksius dan limbah-limbah non-medis. Untuk itu di rumah sakit St.Antonius dibuatlah
instalasi pengolahan limbah mulai dari pengolahan air untuk MCK, pengolahan air bersih,
pengolahan air minum, pengolahan limbah padat, dan pengolahan limbah infeksius.
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 6
Tujuan dari pengolahan limbah tersebut adalah, agar ketika limbah tersebut di buang
ke lingkungan atau di bawa ke tempat pembuangan sampah, limbah limbah tersebut sudah
tidak berbahaya lagi. Terutama limbah infeksius, di khawatirkan limbah tersebut justru akan
menimbulkan dampak yang lebih serius seperti wabah penyakit gatal gatal atau pencemaran
lingkungan.
1.5 Tujuan Kunjungan Ke Rumah Sakit St. Antonius
Tujuan dari kunjungan kami ke rumah sakit St. Antonius adalah untuk melakukan
studi lapangan mengenai tata cara pengolahan dan pengelolaan limbah di rumah sakit
tersebut. Serta melakukan perbandingan antara sistem pengolahan limbah yang sudah ada di
rumah sakit St. Antonius dengan sistem pengolahan limbah rumah sakit yang ideal.
1.6 Hasil Pengolahan Limbah Di Rumah Sakit St. Antonius
pengolahan limbah yang ada di rumah sakit St. Antonius menghasilkan beberapa
produk. Seperti instalasi pengolahan air limbah dari kamar mandi dan toilet toilet, dari
pengolahan air tersebut di hasilkan air bersih yang dapat di manfaatkan untuk MCK.
Kemudian sistem pengolahan air minum dari air hujan dimanfaatkan untuk keperluan minum
pasien dan para karywan rumah sakit tersebut.
Di rumah sakit ini juga ada instalasi pengolahan limbah infeksius dengan
menggunakan insenerator, sehingga di hasilkan limbah yang tidak lagi berbahaya bagi
kesehatan dan aman di buang ke TPS.
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 7
BAB II
ANALISIS MENGENAI LIMBAH RUMAH SAKIT
2.1 Jenis Limbah Rumah Sakit Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Lingkungan
SAMPAH dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan
oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah
rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis
baik padat maupun cair. Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi
yang terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung
atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik,
perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini
memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan.
Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan
mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif.
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut: Limbah yang berkaitan
dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif). Limbah
laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang
perawatan/isolasi penyakit menular. Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan,
darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi. Limbah
sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat
sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.Limbah farmasi ini
dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang tidak
memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat- obat yang dibuang oleh pasien
atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi
bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat- obatan.
- Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam
tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 8
- Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal
dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.
(Arifin. M, 2008 ; (online).
Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah
non klinis atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari
kantor / administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang
pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan
makanan, sayur dan lain-lain). Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai
karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi. Limbah rumah sakit bisa mengandung
bermacam-macam mikroorganisme, tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan
yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik dll). Tentu
saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat patogen. Limbah rumah sakit
seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang
tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD,
COD, pH, mikrobiologik, dan lain-lain. (Arifin. M, 2008 ; (online).
Pelayanan kesehatan dikembangkan dengan terus mendorong peranserta aktif
masyarakat termasuk dunia usaha. Usaha perbaikan kesehatan masyarakat terus
dikembangkan antara lain melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit menular,
penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan serta
pelayanan kesehatan ibu dan anak. Perlindungan terhadap bahaya pencemaran dari manapun
juga perlu diberikan perhatian khusus. Sehubungan dengan hal tersebut, pengelolaan limbah
rumah sakit yang merupakan bagian dari penyehatan lingkungan dirumah sakit juga
mempunyai tujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang
bersumber dari limbah rumah sakit infeksi nosoknominal dilingkungan rumah sakit, perlu
diupayakan bersama oleh unsur-unsur yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan
pelayanan rumah sakit. Unsur-unsur tersebut meliputi antara lain sebagai berikut :
- Pemrakarsa atau penanggung jawab rumah sakit
- Penanggung jasa pelayanan rumah sakit
- Para ahli pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-saran
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 9
- Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana fasilitas yang diperlukan.
(Depkes RI, 2002)
Pengelolaan limbah rumah sakit yang sudah lama diupayakan dengan menyiapkan
perangkat lunaknya yang berupa peraturan-peraturan, pedoman-pedoman dan kebijakan-
kebijakan yng mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan dilingkungan rumah sakit.
Disamping peraturan-peraturan tersebut secara bertahap dan berkesinambungan
Departemen Kesehatan terus mengupayakan dan menyediakan dan untuk pembangunan
insilasi pengelolaan limbah rumah sakit melalui anggaran pembangunan maupun dari sumber
bantuan dana lainnya. Dengan demikian sampai saat ini sebagai rumah sakit pemerintah telah
dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan limabah, meskipun perlu untuk disempurnakan.
Namun disadari bahwa pengelolaan limbah rumah sakit masih perlu ditingkatkan
permasyarakatan terutama dilingkungan masyarakat rumah sakit. (Depkes RI, 1992).
2.2 Jenis-jenis limbah
Jenis-jenis limbah rumah sakit meliputi bagian sebagai berikut ini :
- Limbah klinik
Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin pembedahan dan di unit-unit resiko
tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya dan mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman dan
populasi umum dan staf Rumah Sakit. Oleh karena itu perlu diberi label yang jelas sebagai
resiko tinggi. Contoh limbah jenis tersebut ialah perban atau pembungkusyang kotor, cairan
badan, anggota badan yang diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung urine dan
produk darah.
- Limbah patologi
Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya diautoclaf sebelum keluar dari unit
patologi. Limbah tersebut harus diberi label biohazard.
- Limbah bukan klinik
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 10
Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak berkontak
dengan cairan badan. Meskipun tidak menimbulkan resiko sakit, limbah tersebut cukup
merepotkan karena memerlukan tempat yang besar untuk mengangkut dan menbuangnya.
- Limbah dapur
Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor. Berbagai serangga seperti kecoa, kutu
dan hewan pengerat seperti tikus merupakan gangguan bagi staf maupun pasien di Rumah
Sakit.
- Limbah radioaktif
Walaupun limbah ini tidak menimbulkan persoalan pengendalian infeksi di rumah sakit,
pembuangan secara aman perlu diatur dengan baik. Pemberian kode warna yang berbeda
untuk masing-masing sangat membantu pengelolaan limbah tersebut
(Prasojo. D, 2008).
Berikut adalah tabel yang menyajikan contoh sistem kondisifikasi limbah rumah sakit dengan
menggunakan warna :
JENIS LIMBAH WARNA
Bangsal/Unit
Klinik Kuning
Bukan klinik Hitam
Kamar Cuci Rumah Sakit
Kotor/Terinfeksi Merah
Habis dipakai Putih
Dari kamar operasi Hijau/Biru
Dapur
Sarung tangan dengan warna yang
berbeda untuk memasak dan
membersihkan badan.
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 11
Agar kebijakan kodifikasikan menggunakan warna dapat dilaksanakan dengan baik,
Sebaiknya tempat limbah diseluruh rumah sakit harus memiliki warna yang sesuai, sehingga
limbah dapat dipisah-pisahkan ditempat sumbernya.
Diantaranya :
1. Bangsal harus memiliki dua macam tempat limbah dengan dua warna, satu untuk
limbah klinik dan yang lain untuk bukan klinik
2. Semua limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis dianggap sebagai limbah
klinik
3. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah klinik dan
perlu dinyatakan aman sebelum dibuang (Depkes RI, 1992).
2.3 Pengelolaan limbah
Pengolahan limbah RS Pengelolaan limbah RS dilakukan dengan berbagai cara. Yang
diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan
kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang (recycle), dan pengolahan (treatment)
(Slamet Riyadi, 2000).
Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam merumuskan
kebijakan kodifikasi dengan warna yang menyangkut hal-hal berikut :
1. Pemisahan Limbah
- Limbah harus dipisahkan dari sumbernya
- Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas
- Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda yang
menunjukkan kemana kantong plastik harus diangkut untuk insinerasi aau dibuang
(Koesno Putranto. H, 1995).
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 12
2. Penyimpanan Limbah
Dibeberapa Negara kantung plastik cukup mahal sehingga sebagai gantinya dapat
digunkanan kantung kertas yang tahan bocor (dibuat secara lokal sehingga dapat diperloleh
dengan mudah) kantung kertas ini dapat ditempeli dengan strip berwarna, kemudian
ditempatkan ditong dengan kode warna dibangsal dan unit-unit lain.
3. Penanganan Limbah
- Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah terisi 2/3 bagian. Kemudian
diikiat bagian atasnya dan diberik label yang jelas
- Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga jika dibawa mengayun
menjauhi badan, dan diletakkan ditempat-tempat tertentu untuk dikumpulkan
- Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan warna yang sama
telah dijadikan satu dan dikirimkan ketempat yang sesuai
- Kantung harus disimpan pada kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan perusak
sebelum diangkut ketempat pembuangan.
4. Pengangkutan limbah
Kantung limbah dipisahkan dan sekaligus dipisahkan menurut kode warnanya. Limbah
bagian bukan klinik misalnya dibawa kekompaktor, limbah bagian Klinik dibawa
keinsenerator. Pengangkutan dengan kendaraan khusus (mungkin ada kerjasama dengan
dinas pekerja umum) kendaraan yang digunakan untuk mengangkut limbah tersebut
sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan setiap hari, jika perlu (misalnya bila ada kebocoran
kantung limbah) dibersihkan dengan menggunakan larutan klorin.
5. Pembuangan limbah
Setelah dimanfaatkan dengan konpaktor, limbah bukan klinik dapat dibuang ditempat
penimbunan sampah (Land-fill site), limbah klinik harus dibakar (insenerasi), jika tidak
mungkin harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada
hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk.
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 13
Rumah sakit yang besar mungkin mampu memberli inserator sendiri, insinerator
berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu 1300-1500 ºC atau lebih tinggi
dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60% panas yang dihasilkan untuk kebutuhan
energi rumah sakit. Suatu rumah sakit dapat pula mempertoleh penghasilan tambahan dengan
melayani insinerasi limbah rumah sakit yang berasal dari rumah sakit yang lain. Insinerator
modern yang baik tentu saja memiliki beberapa keuntungan antara lain kemampuannya
menampung limbah klinik maupun limbah bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk
farmasi yang tidak terpakai lagi.
Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun dengan kapur dan
ditanam. Langkah-langkah pengapuran (Liming) tersebut meliputi sebagai berikut :
1. Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter
2. Tebarkan limbah klinik didasar lubang samapi setinggi 75 cm
3. Tambahkan lapisan kapur
4. Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditanamkan samapai
ketinggian 0,5 meter dibawah permukaan tanah
5. Akhirnya lubang tersebut harus ditutup dengan tanah
(Setyo Sarwanto, 2003).
Perlu diingat, bahan yang tidak dapat dicerna secara biologi (nonbiodegradable),
misalnya kantung plastik tidak perlu ikut ditimbun. Oleh karenanya limbah yang ditimbun
dengan kapur ini dibungkus kertas. Limbah-limbah tajam harus ditanam.
Limbah bukan klinik tidak usah ditimbun dengan kapur dan mungkin ditangani oleh
DPU atau kontraktor swasta dan dibuang ditempat tersendiri atau tempat pembuangan sampah
umum. Limbah klinik, jarum, semprit tidak boleh dibuang pada tempat pembuangan samapah
umum.
Semua petugas yang menangani limbah klinik perlu dilatih secara memadai dan
mengetahui langkah-langkah apa yang harus dilakukan jika mengalami inokulasi atau
kontaminasi badan. Semua petugas harus menggunakan pakaian pelindung yang memadai,
imunisasi terhadap hepatitis B sangat dianjurkan dan catatan mengenai imunisasi tersebut
sebaiknya tersimpan dibagian kesehatan kerja (Moersidik. S.S, 1995).
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 14
Melihat karakteristik dan dampak-dampak yang dapat ditimbulkan oleh
buangan/limbah rumah sakit seperti tersebut diatas, maka konsep pengelolaan lingkungan
sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses manajemen didalamnya yang dikenal sebagai
Sistem Manajemen Lingkungan rumah sakit yang perlu diterapkan. Dengan pendekatan
sistem tersebut, pengelolaan lingkungan itu sendiri adalah suatu usaha untuk meningkatkan
kualitas dengan menghasilkan limbah yang ramah lingkungan dan aman bagi masyarakat
sekitar.
Keterlibatan pemerintah yang memiliki badan yang menangani dampak lingkungan,
pihak manajemen puncak rumah sakit dan lembaga kemasyarakatan merupakan kunci
keberhasilan untuk melindungi masyarakat dari dampak buangan / limbah rumah sakit ini
(Mentri Negara Lingkungan
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 15
BAB III
PEMBAHASAN
Rumah sakit St.Antonius merupakan rumah sakit yang bergerak dalam pelayanan jasa
kesehatan. Rumah sakit St.Antonius pontianak adalah rumah sakit khatolik yang mempunyai
kapasitas tempat tidur 226 unit. Rumah sakit santo antonius termasuk rumah sakit ber tipe b
dengan jumlah tenaga medis(dokter umum sebanyak 10 org, dokter spesialis sebanyak 6
orang, perawat sebanyak 300 orang ,dan bidan sebanyak 20 orang).fasilitas daya tampung
pasien antara 270 – 300 orang, hanya saja rumah sakit antonius belum mempunyai stok darah
sendiri (bukan di dapat dari PMI)
Rumah sakit St.Antonius ini terletak di JL.K.H.Wahid hasyim Pontianak dengan luas
lahan 21.484 m3 dan memiliki fasilitas yang memadai seperti :
Sarana pengolahan air bersih dengan kapasitas 175 m3
Sarana laundry
Sarana pembakaran sampah medis (insanirator) dengan kapasitas 1 m3
Sarana pengolahan air limbah dengan kapasitas 9 m3
Dapur
Kantin
Hostel
Kamar jenazah
Kantor
Koprasi karyawan
Kamar mandi dan toilet
Ruang inap yang terdiri dari ruang super VIP, YIP, Kelas I,II,III,ICU,ICCU
Tempat parkir
Aktivitas yang berlangsung pada fasilitas-fasilitas diatas merupakan penghasil sampah di
rumah sakit tersebut, di mana ruang rawat inap dan dapur merupakan penyumbang sampah
terbesar jika di tinjau dari banyaknya pengunjung rumah sakit
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 16
3.1 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pada pengolahan air limbah di rumah sakit St.Antonius menggunakan proses kimiawi.
Pada pengolahan ini digunakan bahan-bahan kimia berupa PAC, Soda Ash, dan Kaporit. Di
mana PAC digunakan sebagai koagulan, Soda Ash atau Na2CO3 untuk menaikkan pH dan
kaporit sebagai desinfektan
Skema Sistem Pengolahan Air Limbah
Dari skema di atas dapat di ketahui bahwa sumber air limbah rumah sakit St.Antonius
berasal dari kamar pasien, toilet yang kemudian di pompa ke dalam bak penampung 1. Di
dalam bak penampung tersebut ditambahkan bahan kimia seperti PAC, Soda Ash, dan
kaporit. Kemudian diendapkan setelah itu disalurkan ke bak penampung ke 2 untuk kemudian
air limbah yang sudah tidak tercemar lagi dialirkan ke drainase
3.2 Instalasi Pengolahan Air Minum
Instalasi pengolahan air minum di rumah sakit St.Antonius menggunakan sistem
sederhana dengan skala rumah tangga. Hasil dari pengolahan air minum tersebut hanya
digunakan di lingkunagan rumah sakit.
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 17
Skema Sistem Pengolahan Air Minum
Dari bagan di atas dapat diketahui bahwa air baku yang digunakan untuk pengolahan
air minum adalah menggunakan air hujan yang ditampung di bak penampung (Reservoir)
yang terletak di bawah bangunan rumah sakit St.Antonius. Air baku yang berasal dari air
hujan tersebut dipompa kedalam tabung filter yang terlebid dahulu di saring sampah-sampah
kasarnya untuk kemudian ke dalam tabung filter 1 yang berisi karbon aktif yang berfungsi
untuk memisahkan partikel-partikel kasar menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Setelah
itu masuk ke filter 2 yang berisi seramik, kemudian masuk kedalam filter membran, kemudian
masuk ke dalam bak penampung 1 yang diteruskan ke dalam alat sinar UV yang berfungsi
untuk membunuh kuman-kuman yang masih terdapat di dalam air. Proses terakhir yaitu air di
salurkan ke dalam bak penampung 2, dengan proses yang panjang ini air telah memenuhi
standar kesehatan, dan dapat langsung diminum.
Air minum yang telah melalui proses pengolahan ini hanya digunakan untuk
lingkungan rumah sakit St.Antonius yaitu untuk kegiatan memasak dan minum untuk
karyawan yang bekerja di rumah sakit ini.
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 18
3.3 Instalasi Pengolahan Air Bersih
Untuk MCK (Mandi Cuci Kakus) menggunakan jasa air PDAM Kota Pontianak.
Selain itu digunakan juga air hasil pengolahan sendiri, dengan menggunakan air baku yang
berasal dari sungai jawi.
Skema Sistem Pengolahan Air Bersih
Dari bagan tersebut dapat dilihat bahwa air baku yang berasal dari Sungai Jawi
dialirkan masuk kedalam bak penampung 1 yang dibubuhi denagan alumunium sulfat yang
berfungsi sebagai koagulen. Di mana dalam proses tersebut terjadi pemisahan partikel-partikel
kasar yang kemudian menjadi partikel-partikel yang lebih halus untuk kemudian diendapkan.
Kemudian dilanjutkan dengan penambahan Soda kaustik yang berfungsi untuk menaikkan
kadar pH. Setelah itu dibubuhi dengan kaporit yang berfungsi untuk membunuh bakteri yang
masih terdapat dalam air tersebut.
Keuntungan dalam pengolahan air bersih di rumah sakit St.Antonius yaitu ketika
musim kemarau tiba dan air PDAM tidak mengalir dengan lancar, rumah sakit St.Antonius
memiliki alternatif lain dalam penggunaan air bersih sehingga tidak kekurangan air.
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 19
3.4 Pengelolaan Sampah di Rumah Sakit Umum St.Antonius
Dalam Pengelolaan persampahan di rumah sakit St.Antonius dikelola langsung oleh
bagian langsung oleh bagian kesehatan lingkungan, dengan struktur kelembagaan sebagai
berikut :
Dalam pengelolaan persampahan di rumah sakit ini dilakukan beberapa tahapan yaitu
distribusi, pengangkutan sampah, pemisahan antara sampah non-medis dan sampah medis
serta perawatan sarana dan prasarana yang berhubungan denagn pengolahn sampah. Adapun
tahapannya sebagai berikut :
1. Melakukan pengangkutan sampah yang ada di setiap ruangan (fasilitas rumah
sakit)
2. Monitoring dan perbaikan sistem pengelolaan sampah.
3. Pengontrolan kebersihan fasilitas rumah sakit.
Prinsip – prinsip yang digunakan dalam alur kerja bidang pengelolaan sampah adalah
sebagai berikut :
a. Reduce (mengurangi)
b. Re-Use (memakai kembali)
c. Recycle (mendaur ulang)
d. Replace (mengganti)
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 20
3.5 Jenis Sampah
Sampah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme, tergantung
pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana
yang ada (laboratorium, klinik, dan lain-lain). Limbah rumah sakit seperti hal nya limbah lain
akan mengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat
ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD, COD, pH, Mikrobiologik, dan
lain-lain. Sedangkan pada rumah sakit terdiri atas sampah yang sudah membusuk, mudah
terbakar, dan lain-lain.
Di rumah saki St.Antonius sampah terbagi atas 2 macam, yaitu sampah atau limbah
klinis dan non-klinis baik padat maupun cair.
1. Sampah klinis (sampah medis)
Bentuk sampah medis (sampah non-klinis) di rumah sakit ini dikelompokkan sebagai
berikut :
Limbah benda tajam adalah objek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung
atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum
hiposermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah.
Limbah infeksius mencakup perngertian sebagai berikut : Limbah yang berkaitan
dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif).
Limbah infeksius dibagi menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut :
a) Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemerikasaan mikrobiologi dari
poliklinik dan ruang perawatan atau isolasi penyakit menular.
b) Limbah sitotoksit adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat sitotoksit selama peracikan, pengnkutan atau
tindakan terapi sototoksit.
c) Limbah farmasi yaitu limbah yang berasal dari obat-obat kadaluarsa, obat-obat
yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi, obat-obat yang dibuah oleh pasien atau dibuan oleh masyarakat,
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 21
obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi bersangkutan dan limbah yang
dihasilkan selama peroduksi obat-obatan.
d) Limbah jaringan tubuh yang meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan
tubuh. Biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.
Limbah kimia yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam
tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan proses riset.
2. Sampah non-klinis
Sampah non-klinis adalah sampah yang berasal dari kantor atau administrasi kertas,
unit pelayanan (berupa kaleng, botol, atau karton), sampah dari ruang pasien, sisa makanan
buangan, dan sampah dapur.
3.6 Pengolahan Sampah Medis
Pengolahan sampah medis di rumah sakit St.Antonius dilakukan dengan mekanisme :
a. Pegawai kebersihan rumah sakit akan mengumpulkan sampah medis (infeksius)
dari setiap blok dan ruang rumah sakit.
b. Sampah medis dibawa ke Insenerator untuk mengurangi volum sampah dan
membunuh mikroorganisme patogen.
Sampah-sampah medis yang dikelola seperti selang infus, botol infus, obat-obat
kadaluarsa dan jarum suntik. Namun untuk sampah botol berukuran besar pengolahannya
hanya dengan dihancurkan dan ditanam di dalam tanah sedalam 1 meter. Hal ini berfungsi
untuk menghancurkan dan menghemat tempat. Sedangakan untuk potongan tubuh manusia
biasanya diambil oleh pihak keluarga, dan potongan tubuh manusia yang tidak diambil
potongan tubuh oleh keluarganya dikirim ke Jakarta untuk dikelola disana.
Rumah sakit St.Antonius dalam teknologi pengolahan menggunakan Insenerator
menggunakan tehnik/sistem pembakaran pada sampah medis. Pembakaran menggunakan
Insenerator dilakukan dengan periode satu hari sekali. Kapasitas yang dimiliki oleh
Insenerator adalah 1m3 dan hanya diisi 75% nya saja agar pembakaran dapat lebih sempurna.
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 22
Cara kerja Insenerator yang dimulai dari penghidupan burner (percikan api) untuk
pembakaran dan menggunakan bahan bakar solar dan memerlukan solar sebanyak 20 liter
untuk sekali pembakaran dan agar menghasilkan suhu antara 1000-1200oC yang diatur dengan
burner.
Hasil pembakaran dari sampah medis berupa abu dan asap, abu sisa hasil pembakaran
ini didistribusikan ke TPS yang kemudian akan diproses lebih lanjut oleh TPA. Dan asap
hasil pembakaran ini akan diarahkan oleh Blower ke cerobong asap yang akan dibuang ke
lingkungan. Asap yang dihasilkan adalah asap hasil pembakaran sempurna sehingga tidak
menghasilkan polusi di udara. Insenerator ini biasanya dilakukan pengecekan dalam 6 bulan
sekali oleh badan lingkungan hidup dan dinyatakan bebas ISO 2008.
3.7 Pengolahan Sampah Non-medis
Di rumah sakit St.Antonius pengelolaan sampah dilakukan dengan cara pegawai
kebersihan rumah sakit mengumpulkan sampah-sampah nbahkan non-medis atau non-
infeksius dari setiap bak-bak penampungan yang ada di setiap ruangan rumah sakit dilakukan
3 kali sehari bahkan lebih, dikarenakan jumlah sampah yang meningkat. Sampah- sampah
non-medis yang diangkut biasanya berupa sisa makana yang berasal dari dapur, sampah ini
akan diambil oleh peternak untuk makan ternaknya, sampah kertas dihancurkan sebelum
dibuang dengan menggunakan mesin pernghancur untuk meminimalisir timbunan sampah,
sedangkan sampah botol dipilah dan biasanya digunakan oleh pihak-pihak tertentu. Sampah
itu akan dibawa untuk dibuang ke TPS yang telah tersedia yang memiliki kapasitas 3 m3.
Pihak rumah sakit bekerja sama dengan Dinas Kebersihan Kota Pontianak untuk
pengangkutan yang biasanya dilakukan 1 hari sekali pada pukul 06.00 pagi.
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 23
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Pada proses pengolahan limbah padat di rumah sakit St. Antonius telah
menggunakan paradigma baru dengan menerapkan sistem 3R (re-use, reduce dan recycle).
Pengolahan sampah medis berupa infeksius, darah, potongan organ tubuh manusia dan
sebagainya, di bakar dengan teknologi insenerator untuk mengurangi volume dan masalah
limbah sehingga sekitar 90 % (volume) dan 78% (berat)
Sedangkan sampah non medis yang berasal dari ruangan, blok, dan lantai di angkut 3
kali sehari oleh petugas kebersihan rumah sakit, sewtelah itu di buang ke TPS kemudian di
angkut ke TPA oleh petugas kebersihan.
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada rumah sakit St. Antonius sudah
memenuhi standar hingga limbah yang di hasilkan dapat ditanggulangi denvganbaik tanpa
menyebabkan pencemaran lingkungan.
Sitem pengolahan air minum di rumah sakit St. Antonius menggunakan sistem
sederhana, dengan menggunakan air baku dari air hujan. Hasil dari sistem pengolahan air
minum tersebut hanya di gunakan di rumah sakit St. Antonius.
4.2 SARAN
Pengelolaan limbah rumah sakit yang tidak baik akan memicu resiko terjadinya
kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke pasien yang lain maupun dari dan
kepada masyarakat pengunjung rumah sakit.
Oleh kerna itu untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun
orang lain yang berada dilingkungan rumah sakit dan sekitarnya perlu kebijakan sesuai
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dengan melaksanakan kegiatan pengelolaan dan
monitoring limbah rumah sakit sebagai salah satu indikator penting yang perlu diperhatikan.
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 24
LAMPIRAN
PENGOLAHAN AIR LIMBAH
Gambar 1.1 Kolam Penampungan
Gambar 1.2 Kolam Pengendapan
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 25
PENGOLAHAN AIR MINUM
Gambar 1.3 Sinar UV
Gambar 1.4 Alat Sinar UV
PENGOLAHAN AIR BERSIH
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT St. ANTONIUS 26
Gambar 1.5 Kolam Penampungan Air Bersih
PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS
Gambar 1.6 Insenerator Gambar 1.7 Lubang Insenerator