KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi...

48
KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh Al-Ghaib Karya Fakhruddîn Ar-Râzî Tesis Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (M.Ag.) dalam Bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Oleh: Iin Tri Yuli Elvina NIM. 213410554 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER (S2) INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 1437 H/2016 M

Transcript of KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi...

Page 1: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

KONSEP PERBUATAN MANUSIA

DALAM

AL-QUR’AN

Studi Komparatif Tafsîr

Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî

dan

Mafâtîh Al-Ghaib Karya Fakhruddîn Ar-Râzî

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (M.Ag.)

dalam Bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Oleh:

Iin Tri Yuli Elvina

NIM. 213410554

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER (S2)

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)

JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 2: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh
Page 3: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh
Page 4: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Swt., Tuhan

semesta alam yang telah memberika rahmat serat kasih sayang-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Shalawat serta salam semoga

senantiasa terlimpahkan kepada Rasulullah Saw. pembawa kebenaran dan

petunjuk bagi umat manusia. Alhamdulillah, dengan berbagai kesulitan yang

penulis hadapi dalam penyelesaian buku ini, akhirnya berkat ridha dan inayah

Allah Swt., semua kesulitan tersebut dapat penulis lalui.

Buku ini disusun dengan melibatkan banyak pihak yang mendukung

penulis. Dengan penuh ketulusan hati, penulis ucapkan terimakasih kepada

banyak pihak yang telah membantu serta ikut andil di dalam penyelesaian

buku ini baik partner diskusi, motivator serta pihak-pihak lainnya.

Pertama, penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor IIQ

Jakarta Prof Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA., kepada Direktur, Dr. KH.

Ahmad Munif Suratmaputra, MA., Wakil Direktur dan kepada jajaran

pimpinan serta para dosen pengajar IIQ Jakarta Prof. Dr. Hj. Huzaemah T.

Yanggo, MA., Prof Dr. Said Agil al-Munawwar, MA., Prof Dr. H. D.

Hidayat, MA., Prof Dr. H. Hamdani Anwar MA., Dr. KH. Ahsin Sakho

Muhammad, MA., Dr. H. Asep Saepudin Jahar, MA., Dr. Muchlis Hanafi,

MA., Dr. Sahabuddin MA, Dr. Ahmad Fathoni, Lc., M.Ag. Dr. Ahmad

Fudhaili, MA., Dr. Hj. Romlah Widayati, MA., Dr. Ulinnuha, MA., Dr. M,

Azizan Fitriana, MA.

Kedua, dengan penuh rasa hormat, penulis sampaikan rasa terima

kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Prof. H. Hamdani

Anwar, MA., selaku pembimbing I dan Dr. KH. Ahmad Fudhaili, M.Ag.,

selaku pembimbing II, Prof. Dr. H. Artani Hasbi, MA., selaku penguji I, Dr.

KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA., selaku penguji penguji II, dan

Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA., selaku sekretaris sidang. yang

dengan kesabaran dan ketelitiannya banyak sekali memberikan masukan-

masukan yang berharga kepada penulis demi berkualitasnya karya ini.

Ketiga, penulis ucapkan kepada yayasan Prof. Dr. Quraish Shihab,

MA. Pusat Studi Al-Qur’an Jakarta yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk mengikut Program Pendidikan Kader Mufassir (PKM)

Angakat XI selama 6 bulan (Agustus 2015-Januari 2016). Terima kasih

kepada pengelolah PSQ bapak Acmad Zayadi, bapak Arfan dan staff dan

terima kasih kepada para narasumber PKM yakni Prof. Dr. Quraish Shihab,

MA., Prof. Nasaruddin Umar, MA., Prof. Ahmad Thib Raya, MA., Prof.

Amin Suma, MA., Dr. Muchlis Hanafi, MA., Dr. KH. Ahsin Sakho

Page 5: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

iv

Muhammad, MA., Prof. Wahib Mu’thi, MA., Prof Dr. H. Hamdani Anwar

MA., Prof Yusuf Yunan, MA., Prof Dr. H. D. Hidayat, MA., Faried F.

Saenong, Phd., Dr. Ulinnuha, MA., MA., Dr. Sahabuddin MA, Dr. Umar al-

Hadad, MA., Dr. M. Lutfi Fathullah, MA.

Kempat, penulis juga berkewajiban mengucapkan terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada ayahanda tercinta H. Haris, serta ibunda tercinta Hj.

Zaiyarwati, yang tak pernah letih memberikan dukungan, motivasi serta kasih

sayang yang tulus kepada penulis. Selain itu kepada adik-adik tercinta, Pelbi

Rezki dan Elki Alliyahfi, serta kepada H. Zainuddin keluarga besar dan M.

Zen (Alm) keluarga besar semoga Allah senantiasa melindungi mereka.

Kelima, tak ketinggalan penulis juga menguapkan terimakasih kepada

seluruh teman-teman yang mensuport kepada penulis dalam perjuangan

penulis menyelesaikan tesis ini yang mana sebuah karya ilmiah ini yang

penuh dengan perjuangan, rintangan, tantangan dan pengorbanan yang mana

di balik kisah ini banyak cerita yang bisa dinovelkan.

Akhirnya, seraya mengharap ridha Allah, penulis persembahkan

karya ini kepada mereka yang memiliki perhatian terhadap kajian keislaman,

disertai harapan semoga dengan hadirnya karya ini dapat memberikan

kontribusi dan manfaat dalam memperkaya wawasan intelektual, khususnya

bagi perkembangan khazanah Tafsir dan ‘Ulumul Qur’an

Jakarta, 1 Ramadhan 1437 H

6 Juni 2017 M

Iin Tri Yuli Elvina

Page 6: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

v

ABSTRAK

Pembahasan Perbuatan Manusia merupakan pembahasan yang tidak

pernah terselesaikan dari masa ke masa. Para ilmuan Islam baik dari teologi,

tafsir dan lainnya seringkali membahas permasalahan ini. Pada hakikatnya

dalam pembahasan Perbuatan Manusia terbagi menjadi tiga golongan besar

dalam umat Islam, Pertama Mu’tazilah, Kedua Jabariyah, dan ketiga Ahlu

as-Sunnah. Setiap sekte memiliki sudut pandang yang berbeda dalam

menyelesaikan permasalahan Perbuatan Manusia. Tesis ini akan memusatkan

pembahasan terhadap dua sekte yang ada mengacu pada kitab tafsir karya

az-Zamakhsyarî dan Fakhruddîn ar-Râzî. Az-Zamakhsyarî sebagai

perwakilan dari pemikiran sekte Mu’tazilah dan Fakhruddîn ar-Râzî

perwakilan dari sekte Ahlu as-Sunnah.

Pada penjabaran sebelumnya, perbuatan manusia sudah banyak yang

meneliti, yang membedakan penlitian terdahulu dengan penelitian ini adalah

dari sisi perspektif dengan membandingkan dua tokoh Sunni dengan

Mu’tazili antara ar-Râzî dan az-Zamakhsyarî.

Metode yang digunakan dalam penulisan tesis ini ialah: kualitatif

deskritif, karena penelitian ini bermaksud mengekplorasi Perbuatan Manusia

dalam al-Qur’an dan mengkomparasi perbuatan manusia menurut menurut

az-ZamakhsyarĪ dalam karyanya al-Kasysyâf dan Fakhruddîd ar-Râzî dalam

karyanya Mafâtih al-Ghaib. Disebut kualitatif, karena data yang dihadapi

berupa pernyataan verbal. Dan juga penelitian kepustakaan (Library

Research), karena tempat dan sumber data adalah kepustakaan dan buku-

buku, baik karya az-Zamakhsyarî dan Fakhruddîn ar-Râzî maupun karya lain

yang terkait dengan penelitian ini. Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai

yaitu: mengungkap, menela’ah, menganalisis dan memaparkan, maka

penelitian ini termasuk deskritif eksploratif dengan pendekatan konten

analisis.

Hasil penelitian ini bahwa az-Zamakhsyarî sependapat dengan sekte

Mu’tazilah dalam merumuskan permasalahan perbuatan manusia yaitu Allah

bukan pencipta perbuatan manusia, melainkan manusia sendiri yang

menciptakan perbuatannya. Masuk syurga atau neraka, iman atau kufur, kaya

atau miskin, sukses atau gagal tergantung pada diri manusia sendiri. Allah

telah memberikan fasilitas pada diri manusia dan Allah memberikan

kebebasan bagi manusia untuk memilih dua jalan yang telah Allah ciptakan

untuk manusia. Sedangkan Fakhruddîn ar-Râzî lebih condong kepada

pendapat Ahlu as-Sunnah yang menyatakan manusia bukan pencipta

perbuatan, masuk syurga atau neraka, iman atau kufur, tergantung kepada

kehendak Allah, jika Allah memasukkan neraka orang yang beriman maka

itu adalah keadilan Allah, namun jika sebaliknya maka itu karunia dari Allah.

Page 7: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

vi

Meski perbuatan manusia ciptaan Allah, namun manusia memiliki ikhtiyâr

yang bisa mengarahkan dirinya menuju kepada kebaikan yang diridhai Allah.

Page 8: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

vii

ABSTRACT

Discussion on Human Deeds a discussion that was never resolved from time

to time. Scientists from both Islamic theology, interpretation and more often

to discuss these issues. In essence, in the discussion of human deeds are

divided into three major groups within the Islamic community, Mu'tazila

First, Second Jabariyah, and the third the Sunnis. Each sect has a different

point of view to solve the problems of Human Deeds. This thesis will focus on

the two sects interpretation referred to the book of az-Zamakhsharî and

Fakhruddîn Râzî. Az-Zamakhsharî as representatives of the sect thought

Mu'tazila and Fakhruddîn Râzî representatives of the Sunni sect.

In the previous translation, human activity has been much

researched, which distinguishes penlitian prior to this study is from the

perspective by comparing two Sunnis with Mu'tazili between ar-Razi and

az-Zamakhshari.

The method used in this thesis are: Descriptive qualitative, because

this research is intended to explore the act of Man in the Quran and Human

Deeds compare according to according to az-Zamakhsharî in his al-Kasysyâf

and Fakhruddîn Râzî in his Mafâtih al-Ghaib , Called qualitative, because

the data is encountered in the form of verbal statements. And also the

research literature (Library Research), for the place and the data source is

literature and books, both by az-Zamakhsharî and Fakhruddîn Râzî and

other works related to the study. Based on the objectives to be achieved,

namely: Unraveling, researched, analyzed and explained, this study included

descriptive exploratory approach to content analysis.

The results of this study are az-Zamakhsharî agrees with sect

Mu'tazilah in formulating the problem Human Actions that God is not the

creator of human actions, but the man himself who creates his actions. To

Page 9: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

viii

heaven or hell, faith or kufr, rich or poor, success or failure depends on the

man himself. God has given the facility on human beings and God gave

freedom for people to choose two paths that God has created for man. While

Fakhruddîn Râzî more inclined to the opinion of the Sunni stating humans

are not the creators of the act, to heaven or hell, faith or kufr, depending on

the will of Allah, if Allah to enter hell those who believe that it is the justice

of God, but otherwise it was a gift from God. Although God's creation of

human actions, but humans have ikhtiyar that can steer itself toward the

goodness that God approves.

Page 10: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

xi

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ..................................................................................... i

Pernyataan Penulis ...................................................................................... ii

Kata Pengantar ............................................................................................ iii

Abstrak ........................................................................................................ v

Abstract ....................................................................................................... vii

ix .......................................................................................................... الخلاصة

Daftar Isi ...................................................................................................... xi

Pedoman Transliterasi ................................................................................. xiii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................1

B. Identifikasi Masalah ................................................................. 13

C. Pembatasan Masalah ................................................................ 13

D. Perumusan Masalah .................................................................. 13

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................. 14

F. Kajian Pustaka .......................................................................... 14

G. Metodologi Penelitian .............................................................. 16

H. Teknik dan Sistematika Penulisan ............................................ 18

BAB II: KARAKTERISTIK TAFSIR AL-KASYSYĀF DAN MAFĀTIH

AL-GHAIB

A. Tafsir Al-Kasysyâf .................................................................... 21

1. Biografi Az-Zamakhsyarî .................................................... 21

2. Identifikasi Fisik Tafsir Al-Kasysyâf ................................... 23

B. Tafsir Mafâtih Al-Ghaib ........................................................... 30

1. Biografi Fakhruddin Ar-Râzî .............................................. 30

2. Identifikasi Fisik Tafsir Mafâtih Al-Ghaib .......................... 33

BAB III: TEORI UMUM TENTANG PERBUATAN MANUSIA

A. Tinjauan Umum tentang Perbuatan Manusia ........................... 39

1. Definisi Perbuatan Manusia ............................................... 39

2. Kata-kata yang Semakna dengan Perbuatan Manusia

dalam Al-Qur’an ................................................................. 53

B. Tentang Perbuatan Manusia dalam Teologi Islam .................. 67

1. Perbuatan Manusia ............................................................. 67

2. Kebebasan dan Ketergantungan ........................................ 71

3. Kehendak Tuhan dan Perbuatan Manusia ......................... 80

4. Ikhtiar dan Upaya Manusia (Kasb) dan Kekuasaan Allah..84

5. Hubungan Perbuatan Tuhan dengan Perbuatan Manusia....91

Page 11: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

xii

6. Qadha dan Qadar .............................................................. 97

BAB IV: DISKURSUS PERBUATAN MANUSIA DALAM TAFSIR

AL-KASYSYᾹF DAN MAFᾹTIH AL-GHAIB

A. Tinjauan Qur’ani ...................................................................... 111

1. Pembahasan Ayat-ayat tentang Kebebasan dan Tanggung

Jawab Manusia ............................................................................ 111

2. Penafsiran Ayat-ayat tentang Kebebasan dan Tanggung

Jawab Manusia ............................................................................ 117

a. Penafsiran Kebebasan Manusia .............................................. 117

b. Penafsiran Tanggung Jawab Manusia .................................... 124

B. Analisa Perbandingan Persamaan dan Perbedaan Penafsiran

Az-Zamakhsyarî dan Fakhruddîn Ar-Râzî ................................. 131

C. Analisa Kebebasan dan Tanggung Jawab Manusia .................... 134

1. Analisa Kebebasan Manusia ................................................... 134

2. Analisa Kebebasan dan Tanggung Jawab Manusia ................ 144

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 151

B. Saran-Saran ................................................................................. 152

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 153

LAMPIRAN ............................................................................................... 161

BIOGRAFI PENULIS .............................................................................. 165

Page 12: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam tesis ini berpedoman

kepada buku “Pedoman Akademik Program Pascasarjana” yang diterbitkan

oleh Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta, 2011:

1. Konsonan

a : أ

th : ط

b : ب

zh : ظ

t : ت

„ : ع

ts : ث

gh : غ

j : ج

f : ؼ

h : ح

q : ؽ

kh : خ

k : ؾ

d : د

l : ؿ

dz : ذ

m : ـ

Page 13: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

xiv

r : ر

n : ف

z : ز

w : ك

s : س

h : ق

sy : ش

, : ء

sh : ص

y : م

dh : ض

2. Vokal

Vokal tunggal vokal panjang vokal rangkap

Fathah : a

...مْ â : أ َ : ai

Kasrah : i

...كْ î : م َ : au

Dhammah : u

û : ك

3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif lam (اؿ) qamariyah

Page 14: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

xv

دِيػ ن ة al-Baqarah : ا ل بػ ق ر ة al-Madînah : ا ل م

b. Kata sandang yang dikuti oleh alif-lam (اؿ) syamsiyah

ar-rajul : ا لرَّجُل

as-Sayyidah : ا لسَّيِّد ة

س ad-Dârimî : ا لدَّارمِِي asy-syams : ا لشَّم

c. Syaddah (Tasydîd)

Âmnnâ billâhi : أ م نَّاْباِللِْ

السُّف ه اءُْْأ م ن ا : Âmana as-Sufahâ’u

wa ar-rukka’i : ك الرُّك عِْ Inna al-ladzîna : إِفَّْالَّذِي نْ

d. Ta Marbuthah (ة)

ةِْ ف ئِد س لا مِيَّةُْ al-Af’idah : ا لْ al-Jâmi’ah : ا لْ امِع ةُْا لْ

al-Islâmiyyah

Âmilatun‘ : ع امِل ةٌْن اصِب ةٌْ

Nâsibah

al-Âyat : الآي ةُْال كُبػ ر ل

al-Kubrâ

e. Huruf Kapital

Page 15: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

xvi

Alî Hasan

al-„Âridh al-Âsqallânî al-Farmawî

Al-Qur‟an Al-Baqarah Al-Fâtihah Dan seterusnya

f. Singkatan-singkatan

Swt. Subẖânahu Wata‟âlâ

Saw. Shallallâhu „Alaihi wa Sallam

a.s. „Alaihissalâm

H. Tahun Hijriyah

M. Tahun Masehi

h. Halaman

Cet. Cetakan

tt.p. tanpa tempat penerbit

t.p. tanpa penerbit

t.t. tanpa tahun

HR. hadis riwayat

QS. Al-Qur‟an surat

Page 16: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Konsepsi tentang perbuatan manusia selalu menjadi perdebatan yang

begitu hebat di dunia Islam. Begitu hebatnya perdebatan itu, sehingga

mengakibatkan pembunuhan terhadap para aktifisnya. Nuansa perdebatan itu

pun hingga kini masih terasa. Bahkan, menurut penulis, nuansa itu akan terus

terasa dan terus terjadi hingga di jaman yang akan datang.

Dalam ranah pemikiran Islam (baca; Ilmu Kalam), perbuatan manusia

diinterpretasikan meliputi oleh dua aliran yang paradoks. Pertama, ada yang

memandangnya sebagai kehendak bebas manusia. Bahwa perbuatan-

perbuatan manusia itu adalah diciptakan manusia sendiri. Manusialah yang

berkehendak. Apa yang dia inginkan, dia bisa lakukan. Sebaliknya, yang

tidak diinginkan, dia bisa saja untuk tidak melakukannya. Kedua, bagi

kelompok ini perbuatan manusia itu bukan diciptakan oleh manusia.

Melainkan oleh Allah Swt. Bagi kelompok ini, manusia tidak bisa berbuat

apa-apa, manusia tidak memiliki kekuatan untuk melakukan perbuatan.

Manusia hanyalah dikendalikan Allah Swt. Aliran pertama ini, dalam

pemikiran Islam dikenal dengan sebutan Qadariyah.1 Sementara yang kedua

disebut Jabariyah .2

1 Qadariyah dari bahasa arab, yaitu dari kata “qadara” yang artinya kemampuan dan

kekuatan. Lihat dalam Ali bin al-Hasan al-Hunai al-Azdi. Al-Munjid fi al-Ligah, Juz I

(Kairo: „Alim al-Kutub, 1988), h. 436. Adapun menurut pengertian terminologi, Qadariyah

adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh

Tuhan. Aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala

perbuatannya; ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannnya atas kehendaknya. Lihat

dalam Ali bin al-Hasan al-Hunai al-Azdi. Al-Munjid fi al-Ligah, h. 436. Term Qadariah

mengandung dua arti, pertama: orang-orang yang memandang manusia berkuasa atas dan

bebas dalam menentukan perbuatan-pebuatannya. Dalam arti itu Qadariyah berasal dari kata

qadara, yakni berkuasa. Kedua: orang-orang yang memandang nasib manusia telah

ditentukan dari azal. Dengan demikian qadar disini berarti menentukan, yakni ketentuan

Allah atau nasib. Lihat dalam Harun Nasution. Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa

Perbandingan (Jakarta: Ul Press, 1987), h. 102. 2 Jabariyah berasal dari kata jabâra, berarti memaksa atau terpaksa. Di dalam al-

Munjid, dijelaskan bahwa nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti

memaksa dan mengharuskan melakukan sesuatu. Kalau dikatakan, Allah mempunyai sifat

al-Jabâr (dalam bentuk mubâlagah), itu artinya Allah Maha Memaksa. Ungkapan al-insan

al-majbur (bentuk isim maf„ul) mempunyai arti bahwa manusia dipaksa atau terpaksa. Lihat

dalam Ali bin al-Hasan al-Hunai al-Azdi. Al-Munjid fi al-Lugah, Juz I (Kairo: „Alim

al-Kutub, 1988), h. 162. Selanjutnya, kata jabâra (bentuk pertama), setelah ditarik menjadi

Jabariyah (dengan menambah ya‟ nisbah), memiliki arti suatu kelompok atau aliran (isme).

Paham al-jabâr berarti menghilangkan perbuatan manusia dalam arti sesungguhnya dan

menyandarkannya kepada Allah. Dengan kata lain, manusia mengerjakan

perbuatannya dalam keadaan terpaksa. Menurut al-Syahrastani, al-jabr berarti meniadakan

Page 17: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

2

Dalam perkembangannya, kedua aliran tersebut ternyata dijadikan

kendaraan politik untuk melanggengkan kekuasaan. Bani Umayyah

merupakan contoh yang dapat mendeskripsikan keadaan tersebut.

Sebagaimana disebutkan dalam berbagai literature sejarah peradaban Islam,

Bani Umayyah memanfaatkan faham Jabariyah untuk melanggengkan

kekuasaannya.3 Sementara paham Qadariyah pada saat itu menguntungkan

pihak oposisi, dalam hal ini adalah Bani Abbasiyah. Bani Umayyah tentunya

dengan faham Jabariyahnya melakukan berbagai intimidasi bahkan

pembunuhan terhadap para pemberontak pemerintahan. Ketika ditanya,

mengapa mereka melakukan itu? Mereka akan sangat mudah menjawab, “ini

semua bukan atas kehendak kami, melainkan kehendak Tuhan”. Bani

Umayyah menjadikan doktrin agama sebagai landasan bagi tindakan mereka.

Di sinilah politisasi agama [politik dengan topeng agama] pernah

terjadi dalam dunia Islam. Agama dijadikan kendaraan politik untuk meraih

kekuasaan. Mungkin benar apa yang dikatakan George Balandes, agama

memiliki dua sisi yang kontradiktif. Di satu sisi agama dijadikan sumber

terbentuknya institusi yang menciptakan berbagai tata-aturan, sedang pada

sisi yang lain ia dapat dijadikan legitimasi bagi berbagai tindakan.4

Konsep tentang perbuatan manusia pun sering dijadikan kambing

hitam dalam menentukan maju dan mundurnya, berkembang dan

terbelakangnya keadaan umat Islam sekarang. Bagi kalangan liberalis, faham

Jabariyah yang menurut mereka kemudian diformulasikan oleh Asy‟ari 5 dan

perbuatan manusia dalam arti yang sesungguhnya dan menyan-darkan perbuatan itu kepada

Tuhan. Lihat dalam Al-Syahrastani. Al-Milal wa al-Nihal (Bairut: Dar al-Fikr, t.t.), h. 115.

Jabariyah adalah nama bagi sekelompok aliran yang menganut paham atau mazhab

jabar, yang mengatakan bahwa manusia tidak mempunyai andil dalam mewujudkan

perbuatan-perbuatannya, akan tetapi Allah-lah yang menggerakkannya. 3 Lihat umpamanya Nurkhalis Majid, Khazanah Intelektual Islam, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1996), Cet. III, h. 14. Fazlur Rahman. Gelombang Perubahan Dalam Islam; Studi

Tentang Fundamentalisme Islam, disunting Ebrahim Moosa, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2000), Cet. I, h. 62, selanjutnya disebut Gelombang Perubahan dalam Islam. 4Geroge Balandes. Antropologi Politik, (Jakarta: Bina Aksara), 1986, h. 152-153

5Aliran Asyari‟ah adalah adalah aliran sinkretis yang berusaha mengambil sikap

tengah- tengah antara dua kutub akal dan naql, antara kaum salaf dan Mu‟tazilah. Titik

tengah yang sebenarnya, selamanya tidak jelas, dan tak terbataskan. Dengan sendirinya ia

tidak menyetujui kedua belah pihak, sebaliknya tidak terlepas dari kritik oleh kaum

Mu‟tazilah belakangan di mana pemimpinnya adalah al Qaadi Abdul Jabbar maupun kaum

kaum salaf belakang dimana tokoh terdepannya adalah Ibnu Hazm dan Ibnu Taimiyah. Dari

sisi lain, orang yang memadukan itu berusaha untuk menyelaraskan dan menghubungkan

antara pandangan- pandangan dari kedua belah kubu yang saling berlawanan. Puncak

tujuannya adalah hubungan ini harus sempurna dalam bentuk yang bisa diterima. Lihat

dalam lihat dalam Ibrahim Madkour. Aliran dan Teori filsafat, (Jakarta: Bumi Aksara, t.t),

h. 64.

Asy‟ariah pada abad ke- 6 H menjadi madzhab satu- satunya dan akidah yang resmi

bagi madzhab Sunni. Tak Pelak lagi bahwa orang- orang Saljuk dan Ayubiah yang datang

Page 18: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

3

dianut oleh Ahl al-Sunnah wa al-Jama‟ah, merupakan faktor utama

mundurnya umat Islam sekarang ini. Bagi mereka, jika umat Islam ingin

maju, Qadariyahlah [dalam hal ini maksudnya adalah Mu‟tazilah6] yang

harus dianut atau dijadikan worldview untuk mengembalikan kemajuan

peradaban Islam.

Benarkah demikian? Pemaparan singkat ini mudah-mudahan bisa

memberikan gambaran dan jawaban terhadap pertanyaan di atas.

Mungkin terbersit pertanyaan, apa hubungannya free will dan

Predistintion dengan Qadariyah dan Jabariyah, sehingga kedua aliran

tersebut dijadikan acuan dalam pendahuluan. Menurut Harun Nasution yang

kemudian diikuti Dr. Hasan Zaini, Qadariyah dalam istilah Inggrisnya

dikenal dengan nama free will, sedangkan Jabaiyyah dikenal dengan sebutan

predestination atau fatalism.7 Dengan demikian, terdapat hubungan yang erat

sekali antara istilah-istilah itu. Namun, di sini yang akan dibicarakan bukan

mengenai kedua aliran itu (baca; Qadariyah dan Jabariyah), melainkan nilai

dan fahamnya. Lagi pula, baik Qadariyah ataupun Jabariyah keduanya itu

lebih cenderung merupakan kelompok politik ketimbang aliran pemikiran

murni (Madzhab).8

sesudah mereka mengakarnya di Timur, dan Ibnu Tumart, murid al Ghazali ini berhasil

mentransfernya ke Maghrib. Hingga saat ini pendapat Asy‟ariah telah menjadi akidah Ahl- al

Sunnah. Pendapatnya dekat sekali dengan pendapat al Maturidi yang satu saat pernah ia

tentang disebabkan oleh persaingan dalam masalah Fiqh, karena ia mewakili syafi‟yiah dan

Malikiah mendominasi pendapat al Asy‟ari. 6Secara harfiah Mu‟tazilah berasal dari i‟tazala yang berarti berpisah atau

memisahkan diri, yang berarti menjauhkan diri. Secara teknis Mu‟tazilah menunjuk pada dua

golongan, yaitu golongan Mu‟tazilah I muncul sebagai respon politik murni dan golongan

kedua disebut Mu‟tazilah II sebagai respon persoalan teologis yang berkembang dikalangan

khawarij dan Murji‟ah akibat adanya peristiwa tahkim. Lihat dalam Abdul Rozak, Ilmu

kalam untuk UIN, STAIN, dan PTAIN, (Bandung: CV. Pustaka Setia, t.t.) h. 77

Golongan Mu‟tazilah dikenal juga dengan nama ahl al- „adl yang berarti golongan

yang mempertahankan keadilan Tuhan dan ahl at- tauhid wa „adl yang berati golongan yang

mempertahankan keesaan murni dan keadilan Tuhan. Mu‟tazilah memberi nama golongan

al Qadariah karena mereka menganut paham free will and free act, yakni bahwa manusia itu

bebas berkehendak dan bebas berbuat.

Mu‟tazilah memiliki lima ajaran dasar teologi, kelima ajaran tersebut tertuang dalam al

Ushul al-khamsah adalah at-Tauhid (pengesaan Tuhan), al-„adl, (Keadilan Tuhan), al-waad

al-wa‟id (janji dan ancaman Than), al-Manzilah bain al-Manzilatain (posisi diantara dua

posisi), dan al amr bi al ma‟ruf wa nahy an al munkar (menyeru kepadada kebaikan dan

mencegah kemungkaran). Lihat dalam Abdul Rozak. Ilmu kalam untuk UIN, STAIN, dan

PTAIN, h. 80 7 Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: UI-Press, 2002), Edisi Kedua, Cet. I,

h. 33. Hasan Zaini. Tafsir Tematik Ayat-Ayat Kalam Tafsir al-Maraghi, (Jakarta: Pedoman

Ilmu Jaya, 1997), cet. I, h. 60. selanjutnya disebut Tafsir Tematik. 8 Sebagaimana dijelaskan para sejarawan Muslim, Qadariyah merupakan aliran

yang didirikan oleh Ma‟bad al-Juhani dan Ghilan al-Dimsyaqi. Ma‟bad merupakan orang

yang ikut serta dalam pemberontakan terhadap Ibnu al-Ash‟ath. Karena inilah, dia diadili

Page 19: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

4

Menurut kalangan rasionalis Islam, yang dimotori Mu‟tazilah9,

manusia mempunyai daya yang besar lagi bebas. Mu‟tazilah sebagaimana

dikatakan al-Syahratsani, bersepakat bahwa manusia mampu menciptakan

perbuatan-perbuatannya, baik itu perbuatan baik maupun perbuatan buruk.

Karenanya, manusia, menurut mereka, berhak mendapatkan upah dan siksaan

terhadap apa yang dilakukannya di akhirat nanti. Tuhan itu bersih dari

pemerintahan Abdul Malik dan dieksekusi mati karena mempunyai paham Qadariyah.

Menurut Fazlur Rahman, sangat mungkin ia dieksekusi mati dikarenakan paham

Qadariyahnya dijadikan dalih untuk memberontak. (Fazlur Rahman. Gelombang Perubahan

Dalam Islam; Studi Tentang Fundamentalisme Islam, h. 58-59) keterangan serupa diberikan

Harun Nasution. Menurutnya, Ma‟bad ikut lapangan politik dan memihak Abd al-Rahman

Ibn al-Asy‟as, Gubernur Sijistan, dalam menentang kekuasaan Bani Umayyah. (Teologi

Islam, h. 34) Sedangkan Ghilan al-Dimsyaqi dieksekusi mati di bawah pimpinan Umayyah

Hisyam bin Abdul Malik. Dia mati dikarenakan hal yang sama, yakni masalah politik. Dia

juga dituduh menyebarkan propaganda melawan pemerintahan ketika di angkatan darat pada

sebuah ekspedisi di Armenia. (Gelombang Perubahan dalam Islam, h. 58) Data ini menjadi

bukti untuk mengatakan Qadariyah sebagai aliran teologi yang cenderung pada politik,

bukan aliran pemikiran murni. Bukan sebagai sebuah Madzhab. Sementara Jabariyah, ada

yang menarik di sini. Fazlur Rahman berbeda dalam hal ini dengan Harun Nasution. Al-Jad

bin Dirham yang oleh Harun Nasution dikatakan sebagai peletak dasar Jabariyah (Teologi

Islam, h. 35), oleh Fazlur Rahman disebut sebagai pendukung Qadariyah. (Gelombang

Perubahan dalam Islam, h. 58). Saya buka bukunya al-Syahratsani, ketika membahas

Jabariyah, beliau tidak menyebut al-Jad bin Dirham. Syahratsani justru memasukan Jahm bin

Sofyan dalam urutan utama tokoh Jabariyah. (lihat al-Imam Abu al-Fath Muhammad bin

Abd al-Karim al-Syahratsani. Al-Milal wa al-Nihal, al-Juz al-Awwal, Tahqiq. Al-Ustad

al-Syaikh Ahmad Fahmi Muhammad, Dar al-Surur, Bairut, Libanon: 1368 H/1948, Cet. I, h.

112-113). Namun, kendati Fazlur Rahman dan Harun Nasution berbeda, data dari Fazlur

Rahman menarik untuk kita ketahui. Menurut Rahman, al-Jad bin Dirham mempunyai

hubungan dekat dengan cucu Marwan, Marwan bin Muhammad. Bahkan al-Jad bin Dirham

ini adalah guru pribadi Marwan bin Muhammad. Cucu Marwan ini kata Fazlur Rahman

adalah pengikut al-Jad bin Dirham. Pengaruh dia terhadap Marwan bin Muhammad sungguh

begitu banyak. Marwan bin Muhammad sendiri adalah gubernur Jazira yang kemudian

menjadi khalifah terakhir bani Umayyah. (Gelombang Perubahan dalam Islam, h. 59). Jika

kita menerima al-Jad bin Dirham sebagai pendiri Jabariyah, maka kita bisa menyimpulkan

bahwa paham ini cenderung pada gerakan politik. Paham ini menjadi legitimasi politik Bani

Umyyah. 9 Mu‟tazilah, sebagaimana dikatakan Fazlur Rahman, merupakan madzhab [aliran

pemikiran murni], bukan aliran politik. (Gelombang Perubahan dalam Islam, h. 57). Mereka,

kata Rahman, tidak seperti Khawarij. Mereka diam dalam masalah politik karena mereka

hanyalah aliran pemikiran. (ibid, hal. 64). Memang para tokoh Mu‟tazilah pada awalnya

tidak pernah aktif dalam dunia politik. Al-Manshur misalnya, pernah mengajak Ibnu Ubaid

dan kelompoknya yang berfaham Mu‟tazilah untuk membantunya membantu pemerintahan.

Namun mereka menolaknya. (Lihat dalam catatan kaki Dr. Afif Muhammad. Dari Teologi ke

Ideologi; Tela‟ah Atas Metode dan Pemikiran Teologi Sayyid Quthb, (Bandung: Pena

Merah, 2004), Cet. I, h. 16. Selanjutnya disebut Dari Teologi Ke Ideologi). Akan tetapi, pada

akhirnya Mu‟tazilah juga terseret juga dalam masalah politik, terutama pada masa

Abbasiyyah. Bahkan mereka pernah dijadikan Madzhab resmi Negara oleh al-Ma‟mun.

Page 20: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

5

penyandaran keburukan dan kedzaliman, dari kekufuran dan kemaksiatan.

Seandainya kedzaliman itu diciptakan Tuhan, berarti Dia dzalim.10

Paham Mu‟tazilah yang memberikan kebebasan dan berkuasanya

manusia, akan lebih jelas lagi jika kita merujuk pernyataan para tokohnya.

Wasil bin Atha misalnya. Dalam masalah ini, pendiri Mu‟tazilah ini banyak

persamaan dengan Ma‟bad al-Juhani dan Ghilan al-Damsyaqi. Menurut

Wasil bin Atha, Allah Swt. itu adil. Tidak boleh menyandarkan kejelekan dan

kedzaliman kepada-Nya, dan tidak boleh (Dia) berkehendak agar hamba-Nya

melanggar perintahNya. Tuhan harus mengadili mereka kemudian membalas

mereka atas perbuatan-perbuatannya. Maka hamba, kata Washil bin Atha,

adalah yang mengerjakan kebaikan dan keburukan. Begitu juga iman, kufur,

ta‟at dan ma‟siat itu pilihan manusia.11 Senada dengan Washil, al-Juba‟i juga

mempunyai pandangan bahwa manusialah yang menciptakan perbuatan-

perbuatannya. Manusia berbuat baik dan buruk, patuh dan tidak patuh kepada

Tuhan atas kemauannya sendiri. Dan daya (al-isthithâ‟ah) untuk

mewujudkan kehendak itu telah terdapat dalam diri manusia sebelum adanya

perbuatan.12 Begitu juga dengan al-Qadhi Abd al-Jabbar. Menurutnya,

perbuatan manusia bukanlah diciptakan Tuhan pada diri manusia. Tetapi,

manusia sendirilah yang mewujudkannya. Perbuatan adalah apa yang

dihasilkan13 dengan daya yang bersifat baharu. Manusia adalah makhluk yang

dapat memilih.14 Tuhan, menurut Abd al-Jabbar, tidak akan menyiksa atau

memberi pahala kepada seseorang berdasar kehendak mutlak-Nya, tetapi

karena amal yang dilakukannya. Dalam pengertiannya sebagai suatu

tindakan, amal yang dilakukan seseorang terjadi karena pilihan bebasnya.

Karena itu, menjadi mukmin atau kafir bukanlah ditetapkan oleh kehendak

mutlak Tuhan, tetapi merupakan pilihannya sendiri. Akan tetapi, agar pilihan

tersebut berjalan adil pula, Allah wajib menurunkan petunjuk, aturan, dan

mengirim nabi-nabi dengan membawa peringatan. Jika semua itu telah

10

Al-Syahratsani, Al-Milal wa al-Nihal, h. 59 11

Al-Syahratsani, Al-Milal wa al-Nihal, h. 62 12

Al-Syahratsani, Al-Milal wa al-Nihal, h. 105 13

Orang Mu‟tazilah biasanya memakai kalimat yahluqu (menciptakan) terhadap

perbuatan manusia. Namun, di sini penulis merasa ada kerancuan; sebenarnya kata apa yang

digunakan al-Qadh Abd al-Jabbar? Apakah ini kesalahan Harun Nasution dalam

mengartikan? Atau memang, Abd al-Jabbar sendiri yang memakai kata itu. Jika Abd al-

Jabbar sendiri yang memakai kata itu, berarti ini bertentangan dengan pendapat mayoritas

tokoh Mu‟tazilah. Sebab, jika dikatakan menghasilkan, berarti ada sesuatu yang mendorong

sesuatu itu dihasilkan. Jika dikatakan daya manusialah yang menciptakan perbuatan, ini juga

aga rancu, sebab Abd al-Jabbar juga menyatakan daya itu bersifat baharu. Artinya daya juga

diciptakan. Namun, seandainya Abd al-Jabbar meyakini bahwa daya yang baharu itu

diciptakan oleh manusia bukan oleh Tuhan seperti yang dikatakan Harun Nasution,

kerancuan itu bisa hilang. 14

Harun Nasution, Teologi Islam, h. 103

Page 21: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

6

diberikan Tuhan, maka manusia dipersilahkan memilih menjadi iman atau

kafir.15

Dari beberapa keterangan tokoh Mu‟tazilah di atas, jelaslah bahwa

manusia dalam pandangan Mu‟tazilah adalah pencipta perbuatannya.

Kehendak berbuat adalah kehendak manusia. Jika kita perhatikan, pandangan

Mu‟tazilah dalam masalah ini hampir mirip, untuk tidak mengatakan sama,

dengan pandangan Qadariyah. Karenanya, tidaklah mengherankan jika ada

yang menyebut Mu‟tazilah itu adalah Qadariyah.16 Bahkan Fazlur Rahman

menyebut Mu‟tazilah sebagai aliran bentukan dari pengembangan

Qadariyah.17 Meskipun demikian, sebenarnya dari awal Mu‟tazilah menolak

stigma tersebut. Sebagaimana disebut Syahratsani, bagi Mu‟tazilah sebutan

Qadariyah itu lebih tepat diberikan kepada orang yang percaya Qadar Tuhan,

baik dan buruknya.18 Sedangkan Mu‟tazilah itu menganut paham

ikhtirariyyah (pilihan bebas).19

Menurut Harun Nasution, dari pemaparan para tokoh Mu‟tazilah di

atas, tidak dijelaskan apakah daya yang dipakai untuk mewujudkan perbuatan

itu adalah juga daya manusia sendiri, bukan daya Tuhan. Dalam hubungan

ini, demikian Harun Nasution, perlu kiranya ditegaskan bahwa untuk

terwujudnya perbuatan, harus ada kemauan atau kehendak dan daya untuk

melaksanakan kehendak itu dan kemudian barulah terwujud perbuatan.

Harun kemudian menyimpulkan, bahwa bagi Mu‟tazilah ternyata daya untuk

mewujudkan itu adalah daya manusia bukan daya Tuhan. Ini bisa dilihat dari

pernyataan Abd al-Jabbar sendiri. Menurutnya, yang dimaksud dengan

“Tuhan membuat manusia sanggup mewujudkan perbuatannya” ialah bahwa

Tuhan menciptakan daya di dalam diri manusia dan pada daya inilah

bergantung wujud perbuatan yang telah dibuat manusia. Tidaklah mungkin

bahwa Tuhan dapat mewujudkan perbuatan yang telah diwujudkan manusia.20

Untuk mendukung pendapatnya ini, al-Jabbâr kemudian memberikan

argument rasional. Manusia, kata al-Jabbar, dalam berterima kasih kepada

manusia atas kebaikan-kebaikan yang diterimanya, menyatakan terima kasih

kepada manusia yang berbuat baik itu pula. Demikian pula, dalam

melahirkan perasaan tidak senang atas perbuatan-perbuatan tidak baik yang

15

Afif Muhammad. Dari Teologi ke Ideologi, h. 22 Kalimat wajib yang dipakai oleh

Mu‟tazilah telah menjebaknya kepada pengurangan kehendak Mutlak Allah. Jika dikatakan

“Allah wajib…” artinya di sini Mu‟tazilah telah memaksakan kategori manusianya sendiri di

atas Tuhan yang harus melakukan ini dan tidak melakukan itu. Padahal, penurunan wahyu,

petunjuk, aturan dan mengirim rasul-rasul-Nya adalah merupakan rahmat dan hikmah Allah

subhanahu wa ta‟ala. 16

Harun Nasution, Teologi Islam, h. 103 17

Fazlur Rahman, Gelombang Perubahan Dalam Islam, h. 58 18

Al-Syahratsani, Al-Milal wa al-Nihal, h. 58. 19

Afif Muhammad, Dari Teologi ke Ideologi, h. 23 20

Afif Muhammad, Dari Teologi ke Ideologi, h. 104

Page 22: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

7

diterimanya, manusia menyatakan rasa tidak senangnya kepada orang yang

menimbulkan perbuatan-perbuatan tidak baik itu. Lebih lanjut lagi ia

menerangkan bahwa manusia berbuat jahat terhadap sesama manusia. Jika

sekiranya perbuatan manusia adalah perbuatan Tuhan dan bukan perbuatan

manusia, perbuatan itu mestilah perbuatan Tuhan dan Tuhan dengan

demikian bersifat dzalim. Hal ini tidaklah mungkin, tidak bisa diterima akal.21

Abd al-Jabbar tidak hanya menyodorkan argument rasional, tetapi dia

juga menggunakan argument al-naqliyah (Al-Quran) untuk menguatkan

pendapatnya. Dalil (baca; argument) al-naqliyyah yang dipakai Abd

al-Jabbar dan kebanyakan Mu‟tazilah di antaranya adalah; QS. Al-Baqarah

[2]:108, QS. Ali „Imrân [3]:133, QS. Al-Nisâ‟ [4]:79, QS. Al-Taubah [9]:82,

QS. Al-Kahfi [18]:29, dan QS. Al-Taghâbun [64]:2.22

Begitulah pandangan Mu‟tazilah tentang kehendak dan perbuatan

manusia. Bagi Mu‟tazilah perbuatan manusia bukanlah perbuatan Tuhan,

tetapi adalah perbuatan manusia sendiri, dan seperti kata Asy‟ari, perbuatan

manusia dalam arti kata sebenarnya dan bukan dalam arti kata kiasan.

Dengan kata lain, manusia adalah pencipta (khâliq) perbuatan-perbuatannya.

Ini jelas sekali bertentangan dengan Ijma‟ ulama tentang tidak adanya

pencipta kecuali Allah Swt. Karena inilah, lawan-lawannya menuduh mereka

mempunyai paham syirik atau polytheisme. Bahkan al-Asy‟ari dan

al-Maturudi menuduhnya tidak lagi membutuhkan Tuhan.23

Berbeda dengan Mu‟tazilah, al-Asy‟ari, kata Harun Nasution,

memandang lemah manusia. Karenanya, al-Asy‟ari lebih dekat kepada

paham Jabariyah. Manusia dalam kelamahannya banyak bergantung kepada

kehendak dan kekuasaan Tuhan. Untuk menggambarkan hubungan perbuatan

manusia dengan kemauan dan kekuasan mutlak Tuhan, al-Asy‟ari memakai

kata al-kasb (acquisition, perolehan).24

Dalam kitabnya al-Maqalat, sebagaimana dikutip Harun Nasution,

Arti al-kasb menurut al-Asy‟ari, ialah bahwa sesuatu terjadi dengan

perantaraan daya yang diciptakan dan dengan demikian menjadi perolehan

atau kasb bagi orang yang dengan dayanya perbuatan itu timbul. Di kitabnya

yang lain, al-Luma, al-Asy‟ari juga memberi penjelasan yang sama. Arti

yang sebenarnya dari al-Kasb ialah bahwa sesuatu timbul dari al-muktasib

(acquirer, yang memperoleh) dengan perantaraan daya yang diciptakan.25

21

Afif Muhammad, Dari Teologi ke Ideologi, h. 105 22

Hasan Zaini, Tafsir Tematik, h. 62. Untuk mengetahui interpretasi Abd al-Jabbar

terhadap ayat-ayat tersebut lihat Tafsir Tematik, h. 64-65 23

Harun Nasution, Teologi Islam, h. 107. Kata “menuduh” dikutip langsung dari

tulisan Harun Nasution. 24

Harun Nasution, Teologi Islam, h. 107-108 25

Harun Nasution, Teologi Islam, h. 107-108

Page 23: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

8

Tentang teori al-Asy‟ari di atas, Harun Nasution memberi komentar.

Menurutnya, term-term “diciptakan” dan “memperoleh” mengandung arti

kompromi antara kelemahan manusia, diperbandingkan dengan kekuasaan

mutlak Tuhan, dan pertanggungjawaban manusia atas perbuatan-

perbuatannya. Kata-kata timbul dari yang memperoleh membayangkan

kepasifan dan kelemahan manusia. Kasb atau perolehan mengandung arti

keaktifan dan dengan demikian tangggung jawab manusia atas perbuatannya.

Tetapi keterangan bahwa kasb itu adalah ciptaan Tuhan, menghilangkan arti

keaktifan itu, sehingga akhirnya manusia bersifat pasif dalam perbuatan-

perbuatannya.26

Pendapat al-Asy‟ari seperti di atas, dapat dilihat dari urainnya

mengenai perbuatan-perbuatan involunter dari manusia. Dalam perbuatan-

perbuatan involunter, kata al-Asy‟ari, terdapat dua unsur; pertama penggerak

yang mewujudkan gerak dan kedua badan yang bergerak. Penggerak dalam

hal ini maksudnya adalah Tuhan, sedangkan yang bergerak maksudnya

adalah manusia. Yang bergerak bukanlah Tuhan, sebab, gerak menghendaki

tempat yang bersifat jasmani, sedangkan Tuhan tidak mempunyai bentuk

jasmani. Dari sinilah kemudian al-Asy‟ari mengemukakan teori kasbnya.

Menurutnya, al-Kasb juga serupa dengan gerak involunter, yakni mempunyai

dua unsur; pertama pembuat (Tuhan) dan kedua yang memperoleh perbuatan

(manusia). Pembuat yang sebenarnya dalam kasb adalah Tuhan, sedangkan

yang memperoleh perbuatan adalah manusia. Tuhan tidak menjadi yang

memperoleh perbuatan, karena kasb terjadi hanya dengan daya yang

diciptakan, dan Tuhan tidak mungkin mempunyai daya yang diciptakan.27

Menurut Harun Nasution, jika dilihat uraian al-Asy‟ari di atas,

jelaslah sebenarnya tidak ada perbedaan antara perbuatan involunter dan

al-kasb. Dua-duanya merupakan dari Tuhan. Tuhanlah yang menjadi

pembuat sebenarnya dari perbuatan-perbuatan manusia. Manusia hanyalah

sebagai tempat mewujudkan dan berlakunya perbuatan-perbuatan Tuhan. Jika

demikian, kata Harun, kasb, sebagaimana halnya dengan perbuatan-perbuatan

involunter, merupakan perbuatan paksaan dan perbuatan di luar kekuasaan

Tuhan. Namun, bagi al-Asy‟ari, demikian Harun Nasution, kadua hal itu

berbeda. Dalam perbuatan involunter, manusia terpaksa melakukan sesuatu

yang tidak dapat dielakkannya, walau bagaimanapun ia berusaha, namun

dalam al-kasb paksaan yang demikian tidak teradapat. Gerak manusia yang

berjalan pulang pergi berlainan dengan gerak manusia yang menggigil karena

demam. Meskipun keduanya sama-sama mengandung unsur gerak, namun

tetap saja berbeda. Dalam hal yang pertama terdapat daya yang diciptakan,

sedangkan dalam hal yang kedua terdapat ketidakmampuan. Karena dalam

26

Harun Nasution. Teologi Islam, h. 107-108 27

Harun Nasution. Teologi Islam, h. 108-109

Page 24: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

9

hal pertama teradapat daya, kata Asy‟ari, perbuatan itu tidak dapat disebut

paksaan; kepadanya diberi nama al-kasb. Begitupun, kedua perbuatan itu

adalah ciptaan Tuhan.28

Di sini belum jelas, daya yang menyebabkan manusia mewujudkan

perbuatan itu apakah bersatu dengan diri manusia atau tidak? Apakah daya

itu ada sebelum perbuatan atau ada bersama-sama perbuatan? Menurut al-

Asy‟ari, daya itu lain berpisah dari diri manusia sendiri, karena manusia

terkadang berkuasa dan terkadang tidak berkuasa. Daya tidak terwujud

sebelum adanya perbuatan; daya itu ada bersama-sama dengan adanya

perbuatan dan daya itu ada hanya untuk perbuatan yang bersangkutan saja. 29

Dalam paham al-Asy‟ari, untuk terwujudnya perbuatan perlu ada dua

daya; daya Tuhan dan daya manusia. Tetapi yang berpengaruh dan yang

efektif pada ahirnya dalam perwujudan perbuatan ialah daya Tuhan.30 Itu

argument-argumen al-Asy‟ari secara rasional. Al-Asy‟ari menggunakan dalil

Al-Quran untuk menguatkan teologinya. Alasan al-Asy‟ari berpendapat

bahwa perbuatan manusia itu diciptakan Tuhan didasarkan pada QS.

Al-Shâffât [37]:96.

Wa mâ ta‟malun dalam ayat di atas diartikan al-Asy‟ari “dan apa

yang kamu perbuat”. Jadi, secara global ayat itu diartikan “Dan Allahlah

yang menciptakanmu dan apa yang kamu perbuat”. Dalam edisi al-Quran

terjemah Indonesia juga artinya sama seperti itu. Jika merujuk pada kitab

tafsir bi al-Ma‟tsûr, misalnya Tafsir Al-Quran Al-„Adzîm, karya Ibnu Katsir,

maknanya juga hampir sama dengan yang diungkapkan al-Asy‟ari. Ketika

menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir mengutip hadits riwayat Bukhari dalam

kitab Af‟al al-„Ibâd yang menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

“Sesungguhnya Allah Ta‟aala adalah pencipta setiap pembuat

(pekerja) dan perbuatannya (pekerjaannya)”.31

Namun, karena argument inilah al-Asy‟ari banyak mendapat kritikan. Fazlur

Rahman misalnya. Dia mengkritik al-Asy‟ari baik karena argument naqlinya

ini, ataupun teorinya tentang kasb (acquire, memperoleh). Tentang isitlah al-

Kasb yang digunakan al-Asy‟ari, pernyataan Rahman sangatlah menarik.

Menurut Rahman, al-Asy‟ari ketika ditanya mengapa ia menggunakan kata

acquire daripada kata do berkenaan dengan manusia. Jawaban al-Asy‟ari,

sebab Al-Quran pun begitu. [padahal] Al-Quran, kata Rahman, tentu, dengan

jelas menggunakan kata “do” (fa‟ala) dan “perform” („amala) berkenaan

dengan manusia. Sementara istilah al-Kasb oleh Al-Quran agak jarang

28

Harun Nasution. Teologi Islam, h. 108-109 29

Harun Nasution. Teologi Islam, h. 111 30

Harun Nasution. Teologi Islam, h. 112 31

Al-Imam al-Hafidz „Imaad al-Din Abu al-Fida Isma‟il bin Katsir al-Qaraisy

al-Dimsyaqi. Tafsir al-Quran al-„Adzim, al-Juz al-Raabi‟, (Bairut: Dar al-Jail, 1411 H/1991

M), h. 15

Page 25: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

10

digunakan. Al-Quran tampak mengunakan istilah ini ketika ingin

menegaskan tidak hanya menunjukkan perbuatan tetapi membangkitkan rasa

tanggung jawab terjadap perbuatan manusia, baik atau buruk. Karena itu,

demikian Rahman, al-Asy‟ari pasti melakukan penekanan terhadap makna

Al-Quran di sini. 32

Sedangkan mengenai interpretasi al-Asy‟ari terhadap QS. Al-Shâffât

[37]:96, di sini pernyataan Rahman juga sangat menarik. Kata Rahman,

interpretasi al-Asy‟ari terhadap ayat itu merupakan usaha yang sangat

rasional untuk membuktikan bahwa Tuhan menciptakan perbuatan manusia.

Ini merupakan bagian pembicaraan Ibrahim kepada orang-orang yang

menyembah berhala. Saat itu, Ibrahim berkata pada mereka; “Apakah kamu

menyembah apa yang kamu bentuk [pahat]? Jelas, kata Rahman, bahwa ayat

ini juga menyatakan bahwa Ia-lah Tuhan yang telah menciptakan kamu dan

berhala-berhala yang telah kamu buat itu. Tetapi al-Asy‟ari, demikian

Rahman, mengganti kata-kata “apa yang kamu buat” dengan kata-kata “apa

yang kamu lakukan”. Dalam bahasa Arab, wa mâ ta‟malûn, sangat rentan

terhadap dua penafsiran. Tetapi secara jelas, konteks itu melawan interpretasi

Asy‟ari. 33

Kalau kita cermati, teologi yang diusung, baik oleh Mu‟tazilah

ataupun Asy‟riyah, pada dasarnya ingin membela Allah Swt. Mu‟tazilah

dengan teologi mirip Qadariyah, membela Allah Swt. dalam masalah

keadilan. Bagi mereka, Allah Swt. itu harus adil. Dia tidak mungkin

dinisbatkan dengan kejahatan dan kedzaliman, yang keduanya itu, terdapat

dalam perbuatan manusia. karenanya, bagi mereka perbuatan dzalim, buruk,

jahat dan juga perbuatan baik itu merupakan perbuatan murni manusia.

Namun, tanpa disadari, dengan teologinya ini mereka menafikan kekuasaan

dan kehendak Mutlak Allah Swt. Di lain sisi, dengan penekanan yang

berbeda, bahkan mungkin bisa dikatakan bertentangan, Asy‟ariyah

menganggap bahwa Tuhan itu berkuasa dan berkehendak secara Mutlak. Dia

bisa saja melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya. Dia bisa saja

memasukkan orang yang suka maksiat ke dalam surga. Karena dari awal,

surga dan Neraka sudah ditetapkan penghuninya. Namun, Asy‟ari juga

terjebak. Dia, disadari atau tidak, menafikan keadilan, Rahmat dan

Hikmah-Nya. Mungkin perkataan Afif Muhammad ada benarnya juga.

Dengan memberi takanan kuat pada prinsip keadilan, kata dia, Mu‟tazilah

telah mengorbankan tauhid af‟âl, tetapi dengan memberi tekanan kuat pada

tauhîd af‟âl, Asy‟ariyah telah mengorbankan prinsip keadilan.34

Persoalan perbuatan manusia menjadi topik yang sangat populer

dalam sejarah pemikiran Islam oleh kalangan mutakallimin. Silang pendapat

32

Fazlur Rahman. Gelombang Perubahan Dalam Islam, h. 78 33

Fazlur Rahman. Gelombang Perubahan Dalam Islam, h. 78-79 34

Afif Muhammad. Dari Teologi ke Ideologi, h. 26

Page 26: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

11

yang terjadi di kalangan Ahli Ilmu Kalam dalam menanggapi persoalan

manusia. Persoalan manusia itu merupakan topik kajian yang ramai dan

cukup menarik, sekaligus amat penting. Di samping itu karena ia menyangkut

keyakinan mendasar yang terkait erat dengan aktifitas kehidupan dan

berimplikasi pada etos kerja manusia, persoalan ini juga telah mengantarkan

pola pikir para teolog Islam pada tataran yang lebih filosofis.

Bila dianalisa ulang, adanya perdebatan yang dimulai dari masa klasik

hingga sekarang antar sekte Islam dalam perbuatan manusia tidak dapat

dipadukan dan disatukan, sebab dalam Al-Qur‟an sendiri ayat-ayat yang

menjelaskan perbuatan manusia tidak menjelaskan secara detail yakni di

sebagian ayat menjelaskan bahwa perbuatan manusia merupakan ciptaan

Allah dan ayat lain menjelaskan manusia sendiri yang menciptakan

perbuatannya. Ini juga menjadi pemicu munculnya perbedaan para mufassir

dalam memutuskan perbuatan manusia. Hal ini yang membuat penulis

tertarik untuk meneliti perbuatan manusia.

Dari sini penulis menganggap penting untuk membahas perbuatan

manusia versi az-Zamakhsyarî (467-538 H) yang terkenal dengan penafsiran

mazhab Mu‟tazilah, agar supaya kita mengetahui dengan jelas seperti apa

perbuatan manusia menurut kacamata az-Zamakhsyarî yang sekaligus penulis

komaparasikan dengan penafsiaran ar-Râzî (544-606 H) yang mazhab

akidahnya mengikuti Ahli Sunnah. Tidak hanya mencantumkan pendapat dua

tokoh tafsir di atas, akan tetapi penulis berusaha menganalisa baik dari

keunggulan dan kelemahan antara dua tokoh yang berlawanan aliran di atas.

Alasan penulis mengambil tokoh az-Zamakhsyarî dan ar-Râzî:

Pertama, Ketika membahas sunni dan mu‟tazilah, yang muncul dalam

kesimpulan awal dihampir setiap pemerhati adalah disintegrasi yang

berlebihan. Bahkan dengan berbagai alasan yang dibuat-buat, kedua aliran

dalam kalam ini pernah saling menghabisi dan tidak sedikit telah

mengakibatkan pertumpahan darah. Al-Mihnah seperti yang terjadi pada

masa khalifah al-Ma‟mun dari Daulah Abbasiyah menjadi fakta yang tidak

dapat dipungkiri. Dimana penguasa dengan seenaknya melenyapkan nyawa

para ulama yang tidak sepaham dengan rezim penguasa.

Kedua, pertentangan kalam yang terjadi antara Sunni dan Mu‟tazilah

ternyata tidak hanya terjadi antara rezim penguasa dengan rakyat yang

dianggap pembangkang, namun sedemikian jauh merasuk pada setiap segi

kehidupan umat Islam kala itu, tidak terkecuali pada kehidupan para ulama

sebagai pengayom umat. Mayoritas ulama dari semua aliran kalam yang

pernah ada ternyata dijadikan sebagai pihak pencari legalitas dan argumentasi

normatif baik dari al-Qur‟an dan hadis, seperti yang terjadi pada diri Imam

az-Zamakhsyarî yang Mu‟tazili dan Imam ar-Râzî yang Sunni.

Page 27: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

12

Ketiga, tulisan ini akan mengungkap “keganasan” kedua aliran Sunni

dan mu‟tazilah dalam memaksakan faham teologisnya kepada pihak lain,

dengan mengangkat kajian konsep perbuatan manusia sebagai tema pokok.

Sementara az-Zamakhsyarî dan ar-Râzî adalah dua tokoh yang dianggap

dapat mewakili masing-masing aliran dari Mu‟tazilah dan Sunni, mengingat

kedua ulama besar ini sangat berpengaruh dan begitu dihormati karena

ke‟alimannya dalam ilmu agama. Disamping itu, kedua tokoh ini telah

mampu merepresentasikan faham alirannya dalam bentuk tafsir yang

demikian besar.

Keempat, az-Zamakhsyarî telah menyusun Tafsir al-Kasysyâf dan

ar-Râzî menyusun Tafsir Mafâtih al-Ghaib, kedua tafsir ini isinya saling

menyerang teologi yang dianggapnya sesat, bahkan tidak segan-segan

masing-masing menjastivikasi lawannya sebagai pihak yang kâfir, dan

seterusnya. Kontrofersi yang terjadi antara satu aliran dengan aliran yang lain

dalam tubuh Islam, kendati awal mulanya hanya berkisar pada masalah

politik.

Kelima, permasalahan ini juga telah menghibas kepada para

mufassirin yang secara kebetulan mereka memegang dari salah satu dari

aliran tersebut. Misalnya; Imam az-Zamakhsyarî sebagai seorang tokoh

Mu‟tazilah yang ber madzhab Hanafi dalam masalah fiqh, dengan susah

payah berusaha untuk memberikan satu alternatif penafsiran Al-Qur‟an

berdasarkan metode yang diajukannya. Dengan bekal kemahirannya dalam

bidang ilmu kebahasaan (balaghah) ia berusaha menafsirkan Al-Qur‟an yang

disesuaikan dengan doktrin (faham) yang dianutnya (mu‟tazilah) bahkan

menurut Basuni Faudah, bila ia (az-Zamakhsyarî) menemukan suatu ayat

yang kontradiksi dengan fahamnya, maka tak segan-segan ia melakukan

penyimpangan dan memanipulasi. Hal ini ia lakukan dalam rangka untuk

membela madzhabnya, terutama sekali ketika menghadapi lawannya (Ahlus

Sunnah) yang dikecamnya secara habis-habisan. Seperti halnya ketika ia

berbicara masalah Al-Qur‟an, ia pun sependapat dengan orang-orang

Mu‟tazilah lainnya, sebagaimana ia kemukakan dalam Muqadimah

tafsirannya.

Keenam, golongan Ahlus Sunnah yang merasa diserang tentu saja

tidak tinggal diam, diantara mereka yang ahli dalam bidang tafsir, seumpama

Imam Fakhruddîn ar-Râzî tampil kepermukaan untuk menjawab serangan

tersebut. Fakhruddîn ar-Râzî, sebagai seorang yang beraliran Sunni dengan

madzhab fiqh Syafi‟i dalam berbagai kesempatan mengambil sikap

menentang terhadap golongan Mu‟tazilah dan menyerang pendapat-pendapat

mereka yang dianggapnya salah. Sungguh, sekalipun ulama-ulama Ahlus

Sunnah menentang aqidah Mu‟tazilah yang dianut Imam az-Zamakhsyarî,

tetapi mereka banyak meragukan manfa‟at darinya, terutama dalam masalah

Page 28: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

13

metodologi dan ilmu balaghah, demikian juga Imam Fakhruddîn ar-Râzî

sering mengitip pendapat az-Zamakhsyarî.

Dengan dilatarbelakangi hal-hal tersebut itulah penulis terdorong

untuk menulis tesis ini dengan judul: “KONSEP PERBUATAN MANUSIA

DALAM AL-QUR’AN (Studi Komparatif Tafsir Al-Kasysyâf Karya

Az-Zamakhsyarî dan Mafâtih Al-Ghaib Karya Fakhruddîn Ar-Râzî)”

B. Identifikasi Masalah

Masalah-masalah penelitian yang berkaitan dengan judul yang di atas

dapat diidentifikasi sebagai berikut:

Adapun identifikasi masalah Perbedaan ahlu sunnah wal jamaah

dengan aliran mu‟tazilahdi antaranya adalah:

1. Penasiran az-Zamakhsyarî dan ar-Râzî terhadap ayat-ayat Perbuatan

Manusia dalam Al-Qur‟ân.

2. Peran Perbuatan Manusia dalam merubah Qadha‟ dan Qadar Allah.

3. Penyebab maraknya Perbuatan Manusia.

4. Tanggapan sekte Mu‟tazilah terhadap pendapat Mu‟tazilah dalam

masalah Perbuatan Manusia.

5. Hukum orang yang tidak mempercayai Qudrah Allah yang bersifat

universal.

6. Persamaan dan perbedaan penafsiran az-Zamakhsyarî dan ar-Râzî

terhadap ayat-ayat Perbuatan Manusia.

C. Pembatasan Masalah

Masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini cukup banyak

dan tentu saja tidak semua masalah itu dapat diteliti secara sekaligus. Oleh

karena itu, perlu dibatasi hanya pada masalah-masalah sebagai berikut:

1. Penafasiran az-Zamakhsyarî dan ar-Râzî terhadap ayat-ayat Perbuatan

Manusia dalam Al-Qur‟ân.

2. Persamaan dan perbedaan penafsiaran az-Zamakhsyarî dan ar-Râzî

terhadap ayat-ayat Perbuatan Manusia.

D. Perumusan Masalah

Adapaun rumusan masalah yang akan dijadikan sebagai fokus

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Penafasiran az-Zamakhsyarî dan ar-Râzî terhadap ayat-

ayat Perbuatan Manusia dalam Al-Qur‟ân?

2. Bagaimana Persamaan dan perbedaan penafsiaran az-Zamakhsyarî

dan ar-Râzî terhadap ayat-ayat Perbuatan Manusia?

Page 29: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

14

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Untuk mengetahui penafasiran az-Zamakhsyarî dan ar-Râzî terhadap

ayat-ayat Perbuatan Manusia dalam Al-Qur‟ân.

2. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan penafsiran

az-Zamakhsyarî dan ar-Râzî terhadap ayat-ayat Perbuatan Manusia.

1. Tujuan Penelitian

a) Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk diajukan sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Magister Agama (M.Ag.).

b) Tujuan penulisan adalah untuk menambah keilmuan yang lebih

mendalam tentang perbuatan manusia karena permasalahan ini sampai

sekarang belum tuntas perdebatannya.

2. Kegunaan Penelitian

a) Kegunaan Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan dalam

bidang tafsir terutama masalah Perbuatan Manusia yang mana hingga saat ini

masih tetap menjadi pembahasan kontroversial antara tokoh tafsir dan

teologi. Penelitian ini juga diharapkan dapat melengkapi koleksi

perpustakaan khususnya perpustakaan IIQ Jakarta di bidang tafsir.

b) Kegunaan Praktis

Penelitian ini memberi warna lain dalam wacana sekitar Perbuatan

Manusia sehingga dapat mengetahui mana pendapat yang lebih relevan dan

tepat dalam memutuskan permasalahan tersebut tanpa menafikan sifat Allah

yang Maha Kuasa.

F. Kajian Kepustakaan

Hasil penelitian tersebut tentunya mempunyai arti yang sangat

penting, karena akan menambah khazanah ilmu keislaman dan menjadi

sumbangan pemikiran yang berharga bagi dunia ilmu pengetahuan. Di

antaranya kajian kepustakaan yang terdahulu ialah:

Konsep Perbuatan Manusia Menurut Al-Qur‟an (Suatu Kajian Tafsir

Tematik) Jalaluddin Rahman, Jakarta: Bulan Bintang 1992, Cet. I. Dalam

kajian itu, Jalaluddin Rahman menulis; tentang penafsiran aksiologi kasb

dalam Al-Qur‟an, ia banyak menjelaskan tentang tanggung jawab manusia

terhadap semua kasb yang dilakukannya serta serta akibat-akibat apa yang

akan timbul baik pribadi maupun kelompok. Dalam pembahasan ini

dilakukan secara metode mawdhû‟i, dedukasi dan indukasi. Dengan

menggunakan tiga kitab tafsir, yaitu Tafsir Baydhawi (Ahlussunnah), Tafsir

al-Kasysyâf (Mu‟tazilah) dan Tafsir al-Manar (pembaharuan).

Page 30: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

15

Af‟âl al-„Ibâd dalam Al-Qur‟an: Kajian Komparatif Tafsir

al-Kasysyâf Karya az-Zamakhsyarî dan Anwâr al-Tanzîl wa Asrâr al-Ta‟wîl

Karya al-Baidawi, Tesis, Muhammad, Pascasarjana Universitas Islam Negeri

Surabaya 2015. Dalam kajian ini, Muhammad menulis; tentang analisa

kebebasan manusia menurut az-Zamakhsyarî dan al-Baidawi, ia banyak

menjelaskan tentang perbuatan manusia tanpa kontrol Allah, ayat-ayat

Al-Qur‟an mengindikasikan Allah pengatur perbuatan manusia, qadha dan

qadar. Penelitian ini bersifat deskritif kulitatif dan mengkomparasikan Af‟âl

al-„Ibâd menurut az-Zamkhsyari dan al-Baidhawi.

Penafsiran az-Zamakhsyarî tentang ayat-ayat Kalam dalam Tafsir al-

Kasysyâf, Tesis, Bustomi Saladin, Institu Ilmu Qur‟an Jakarta, 2003. Dalam

kajian ini, Bustomi Saladi menulis; tentang pandangan az-Zamakhsyarî

terhadap ayat-ayat kalam dalam tafsir al-Kasysyâf yang menyangkut tentang:

ayat-ayat mutasyabih, Sifat-sifat Tuhan, keadilan Tuhan, perbuatan manusia,

konsep iman dan kufur. Penelitian ini dengan pendekatan deskritif analitik,

dengan metode tahlili (analisa).

Takdir dan Ikhtiyar dalam Al-Qura‟an Menurut Ibn Qayyim

Al-Jauziyyah, tesis, Suhilman, Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta, 2003. Dalam

kajian ini, Suhilman menulis; tentang interpretasi Ibn Qayyim terhadap ayat-

ayat takdir dan ikhtiyar dalam Al-Qur‟an, yang menyangkut tentang:

kehendak dan kekuasaan absolut Tuhan, kebebasan dan ketertarikan manusia,

dan keadilan Tuhan. Penelitian ini diklasifikasi menurut rancangan

tema-tema yang sudah disusun, dan dideskripsikan dengan tema penelitian

melalui analisis isi.

Takdir dalam Perpektif Al-Qur‟an (Studi ayat-ayat Takdir dengan

Pendekatan Tematik), Tesis, Fathimah Askan, Institut Ilmu Al-Qur‟an

Jakarta, 2007. Dalam kajian ini, Fathimah Askan menulis; tentang takdir

manusia dalam Al-Qur‟an, yang meliputi tentang; manusia sebagai makhluk

Allah, kedudukan manusia, kebebasan dan keterbatasan manusia,

kemampuan dan keterbatasan manusia, hubungan manusia dengan Allah dan

makhluk lain. Analisa teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah

berkenaan dengan ayat-ayat takdir yang kemudian dikumpulkan dan

diklarifikasikan dengan memakai analisis linguistik, sistem dan komparatif.

Al-Kasb dalam Perpektif Teologis Al-Asy‟riyah, Disertasi, Nukman,

Universitas Islam Negeri Jakarta, 2002. Dalam kajian ini, Nukman menulis;

tentang implikasi pemahaman al-kasb dan suatu tinjauan tentang: beberapa

tanggapan/ ulasan terhadap konsep kasb al-Asy‟ari, pemahaman modern

tentang perbuatan manusia, qadha dan qadar, suatu tinjauan. Menggunakan

Page 31: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

16

analisis kritis dengan fokus penelitiannya adalah mendeskripsikan,

membahas dan mengkritik.

Pada penjabaran sebelumnya, perbuatan manusia sudah banyak yang

meneliti, yang membedakan penlitian terdahulu dengan penelitian ini adalah

dari sisi perspektif dengan membandingkan dua tokoh Sunni dengan

Mu‟tazili antara ar-Râzî dan az-Zamakhsyarî. Dari sekian banyak judul tesis

dan disertasi yang telah diteliti, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

tesis dengan judul: “Konsep Perbuatan Manusia dalam Al-Qur’an : Studi

Komparatf Tafsir Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtih

Al-Ghaib Karya Fakhruddîn Ar-Râzî”, penulis masih belum menemukan

skripsi, tesis, disertasi, dll, dengan mengkomparasi dua tokoh yang saling

menyerang itu. Disini penulis lebih memfokuskan penafsiran ayat-ayat

teologi yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang terkesan kontradiktif

yaitu penafsiran manusia bebas berkehendak dan manusia bertanggung jawab

atas setiap pilihan kehendaknya, dengan metode content analysis, analisis

mawdhû‟i, analisis komparatif dan analisis isi. Oleh karena itu, penulis

mengangkat tema ini, agar dapat menjadi khazanah keilmuan bagi para

pembaca.

G. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian Penelitian ini sepenuhnya menggunakan penelitian

kepustakaan (library research), karena sumber data yang akan dianalisa dan

digunakan dari bahan tertulis, baik berkaitan langsung atau tidak langsung

dengan tema yang akan dibahas. Penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu

penelitian yang lebih menekankan analisis pada proses penyimpulan deduktif

dan induktif serta analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang

diamati.35

2. Sumber Data

Untuk memperoleh data yang lengkap penulis mengutip dari berbagai

pustaka, baik itu dari Sumber Primer, yaitu tafsir Mafâtih al-Ghaib dan tafsir

al-Kasysyâf maupun Sumber Sekunder36 digunakan buku-buku lain yang

35

G.R. Raco, Metode penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan Keunggulan

(Jakarta: Grasindo, 2010), h. 46 36

Islam Rasional, karya Nasution, Harun. Kitâb Al-Tafsîr wa al-Mufassirûn, karya

Muhammad Husein al-Dzahabi. Tafsir Hikmah, karya Juhaya S. Praja. Ilmu Kalam, karya

KHM Taib Thahir. Dinamika Sejarah Tafsir Al-Quran, karya Abdul Mustaqim. Kitab

Pengantar Studi Ilmu Qur‟an, karya Syaikh Manna‟Al Qaththan. Corak Tafsir falsafi Ibn

Rusyd, karya Abdul Mustaqim. Skripsi Penafsiran al-Râzî Terhadap Fitnah dalam al-

Qur‟an, karya Syofullah Anwar. Kitab Az-Zamakhsyarî Lughawiyan wa Mufasiran, karya

Page 32: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

17

membahas tentang riwayat ar-Râzî dan az-Zamakhsyarî, buku-buku tentang

teologi dan lain-lain.

Metode pengumpulan data dari literatur ini yang terdiri dari paradigma,

teori, konsep, metode pendekatan dan pemahaman ayat-ayat tentang

perbuatan manusia dilakukan melalui analalisis kritis dan interpretasi data

atas berbagai referensi terutama penafsiran ayat-ayat yang berhubungan

dengan perbuatan manusia. Adapun tentang biografi Imam Ar-Râzî dan

az-Zamakhsyarî penulis dapatkan dalam berbagi buku-buku yang membahas

tentang ar-Râzî dan az-Zamakhsyarî yang sudah beredar.

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, digunakan teknik instrument data

dokumentasi37

dengan menganalisa sumber data tersebut. Mengumpulkaan

semua data kualitatif yang berkaitan dengan perbuatan manusia.

4. Metode Analisis Data

Untuk mengarahkan keakuratan dan ketepatan analisa digunakan

metode content analysis38

atau disebut juga dengan analisis isi yaitu suatu

cara sistematik untuk menganalisis isi pesan, mengolah pesan dan

mempertajam isi bahasan. Sedangkan untuk menulis data akan digunakan

analisis tematik39

, analisis komparatif,40

dan analisis isi. Analisis linguistic

Murtadha Ayatullah Zad az-Sairazi. Kitab Mu‟jam al-Adibba‟, karya Yaqut al-Himawi.

Kitab Al-Masail al-I‟tizaliyah fi at-Tafsir al-Kasyaf li az-Zamakhsyarî, karya Shalih

Gharamullah al-Ghamidi. Kitab At-Tafsir wal Mufassiruun, karya Muhammmad Husain

al- Zahabi(.) 37

Dalam karya seseorang dapat dijadikan sebagai dokumentasi karena dapat

dijadikan sumber data, lihat Sartono Karto Dirjo, Metode Penggunaan Bahasa Dokumen

dalam Koentcaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 1994), h. 44-45 38

Guide H. Stempel, Content Analysis, alih bahasa Jalaluddin Rahmat & Arko Kasta

(Bandung: Arai Komunikasi, 1983), h. 8 39

Al-Farmawi di dalam kitab Al-Bidâyah fî al-Tafsir al-Maudhû‟iy. Lihat dalam

Abd al-Hayy al-Farmawiy, Metode Tafsir Maudhu‟i, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),

h. 45-46. Secara rinci mengemukakan cara kerja yang harus ditempuh dalam menyusun suatu

karya tafsir berdasarkan metode ini. Antara lain adalah sebagai berikut: 1. Memilih atau

menetapkan masalah al-Quran yang akan dikaji secara maudhû‟iy (tematik). 2. Melacak dan

menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah yang telah ditetapkan, ayat

Makkiyyah dan Madaniyyah. 3. Menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut menurut

kronologi masa turunnya, disertai pengetahuan mengenai latar belakang turunnya ayat atau

asbâb an-nuzûl. 4. Mengetahui korelasi (munâsabah) ayat-ayat tersebut di dalam masing-

masing suratnya.. 5. Menyusun tema bahasan di dalam kerangka yang pas, sistematis,

sempurna dan utuh (outline). 6. Melengkapi pembahasan dan uraian dengan hadis, bila

dipandang perlu, sehingga pembahasan menjadi semakin sempurna dan semakin jelas. 7.

Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh dengan cara menghimpun

ayat-ayat yang mengandung pengertian serupa, mengkompromikan antara pengertian „âm

Page 33: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

18

dilakukan mengindikasikan perbuatan manusia. Sedangkan analisis

komparatif dilakukan dengan membandingkan pandangan Ar-Râzî dan

az-Zamakhsyarî.

H. Teknik dan Sistematika Penulisan Teknis penulisan ini menggunankan standar transliterasi dan

penulisan note dengan mengikuti buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan

Disertasi sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Institut Ilmu

Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta tahun 2011.41

Teknik dan pokok-pokok pikiran yang dikemukakan sebelumnya,

disusun dengan tata urut penulisan sebagai berikut:

Secara umum tesis ini akan terbagi ke dalam lima bab pembahasan.

Bab pertama, pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian, teknik dan istematika

penulisan.

Bab kedua, karakteristik tafsir yaitu tafsir al-Kasysyâf dan Mafâtih al-Ghaib

untuk memperkenalkan tokoh dan kitab dari produk tafsir dengan itu penulis

memaparkan tafsir al-Kasysyâf meliputi biografi az-Zamaksyarî dan

identifikasi fisik tafsir al-Kasysyâf. Selanjutnya tafsir Mafâtih al-Ghaib

meliputi biografi Fakhruddîn ar-Râzî dan dentifikasi fisik tafsir Mafâtih al-

Ghaib.

Bab ketiga, teori umum tentang perbuatan manusia meliputi tinjauan umum

tentang perbuatan manusia yaitu definisi perbuatan manusia dan kata-kata

yang semakna dengan perbuatan manusia dalam Al-Qur‟an. Selanjutnya

tentang perbuatan manusia dalam teologi Islam yaitu Perbuatan Manusia,

Kebebasan dan Ketergantungan, Kehendak Tuhan dan Perbuatan Manusia,

Ikhtiar dan Upaya Manusia (Kasb) dan Kekuasaan Allah, Hubungan

Perbuatan Tuhan dengan Perbuatan Manusia.

dan khash, antara yang muthlaq dan yang muqayyad, menyingkronkan ayat-ayat yang

lahirnya tampak kontradiktif, menjelaskan ayat nâsikh dan mansûkh, sehingga semua ayat

tersebut bertemu pada satu muara, tanpa perbedaan dan kontradiksi atau tindakan pemaksaan

terhadap sebagian ayat kepada makna yang kurang tepat. Lihat dalam M. Alfatih

Suryadilaga, dkk., Metodologi Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Teras, 2005), h. 48, 8. Menyusun

kesimpulan yang menggambarkan jawaban al-Quran terhadap masalah yang dibahas. Lihat

dalam Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, (t.tp.: Tafakur, t.t.), h. 116. 40

Perbandingan ayat al-Quran dengan ayat lain dan perbandingan penafsiran

mufassir dengan mufassir yang lain. Sedangkan dalam perbedaan penafsiran mufassir yang

satu dengan yang lain, mufassir berusaha mencari, menggali, menemukan, dan mencari titik

temu diantara perbedaan-perbedaan itu bila mungkin, dan mentarjîh salah satu pendapat

setelah membahas kualitas argumentasi masing-masing. Lihat dalam M. Quraish Shihab,

dkk, Sejarah dan „Ulûm al-Qurân, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), h. 191 41

Tim Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ), Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan

Disertasi, (Jakarta: IIQ Press, 2011).

Page 34: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

19

Bab keempat, diskursus perbuatan manusia dalam tafsir al-Kasysyâf dan

Mafâtih al-Ghaib: di antaranya dari segi tinjauan Qur‟ani yang berisi tentang

pembahasan ayat-ayat tentang kebebasan dan tanggung jawab manusia dan

penafsiran az-Zamaksyarî dan Fakhruddîn ar-Râzî. selanjutnya penulis

menganalisa perbandingan persamaan dan perbedaan antar penafsiran

az-Zamakhsyarî dan Fakhruddîn ar-Râzî. Dan terakhir penulis memaparkan

Kebebasan dan Tanggung Jawan Manusia.

Bab kelima, penutup yang berisi kesimpulan dari isi tesis dan juga

dicantumkan saran-saran yang memotivasi penulis agar penulisan ini lebih

baik untuk ke depannya.

Page 35: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

151

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian pembahasan perbuatan manusia versi az-Zamakhsyarî

dan ar-Râzî yang sudah lewat, maka bisa disimpulkan menjadi beberapa poin

sebagaimana berikut:

1. Penafsiran az-Zamakhsyarî dan ar-Râzî terhadap ayat-ayat Perbuatan

Manusia:

a) Penafsiran Az-Zamakhsyarî

Az-Zamakhsyarî berpendapat bahwa alam punya hukum kokoh yang

tunduk kepada akal. Kebebasan berkehendak erat hubungannya

dengan keadilan Tuhan. Az-Zamakhsyarî memandang keadilan Tuhan

menjadi hilang jika seseorang dituntut harus

mempertanggungjawabkan perbuatan yang tidak ia kerjakan, atau jika

ia dihisab tentang perbuatan yang tidak ia kehendaki.

b) Penafsiran ar-Râzî

Menurut Ar-Râzî semua perbuatan, baik dan buruk, diciptakan oleh

Allah. Sama sekali tidak ada keraguan dalam hal ini. Merupakan

kesalahan tersendiri jika mengatakan bahwa orang kafir itu

menciptakan perbuatan kafirnya, karena seseorang tidak menciptakan

kecuali apa yang dituju dan diinginkannya. Kekafiran itu adalah

sesuatu yang fasid dan jelek, tidak patut diinginkan, maka jika ia

datang dengan tanpa unsur kesengajaan dari penciptanya maka tidak

mungkin jika padahal penciptanya. Pada hakikatnya, yang bukan

pencipta tidak boleh mencipta. Sehingga kemungkinan penciptanya

tinggal Allah Swt.

2. Persamaan dan perbedaan Penafsiran Az-Zamakhsyarî dan ar-Râzî

terhadap ayat-ayat Perbuatan Manusia:

a. Persamaan penafsiran manusia memiliki kehendak,

konsekuensi/tanggung jawab, perbuatan buruk, ganjaran untuk

dirinya sendiri, usaha diperuntukkan untuk diri sendiri dan

memperoleh ganjarannya.

b. Perbedaan penafsiran manusia tidak memiliki kehendak, beriman

dan kafir datanggnya dari Allah, perbuatan baik, ganjaran untuk

orang lain, usaha diperuntukkan untuk orang lain.

Maka penulis lebih condong kepada penafsiran ar-Râzî dengan

madzhab sunninya.

Page 36: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

152

B. Saran-Saran

Setiap pembaca karya tulis pasti memiliki pandangan tersendiri dalam

memberikan saran, komentar, dan kritikan pada karya tulis yang telah dibaca.

Saran-saran di bawah ini tidak bersifat umum, namun hanya sebatas dari hasil

membaca dan meneliti dalam permasalahan perbuatan manusia dari dua

tokoh tafsir yang hidup pada abad pertengahan yaitu az-Zamakhsyarî yang

madzhab teolognya mengikuti paham Mu’tazilah dan ar-Râzî yang

mengikuti paham Ahli Sunnah. Berikut ini saran-saran tehadap kitab

al-Kasysyâf karya az-Zamakhsyarî dan Mafâtih al-Ghaib karya ar-Râzî, serta

saran-saran bagi pengkaji selanjutnya.

Page 37: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

153

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Siradjuddin, I’tiqad Ahlussunnah Wal Jam’ah, Jakarta: Pustaka

Tarbiyah, 1992.Abduh, Muhammad, Tafsir Juz Amma, Bandung:

Mizan, 1999.

Abu Zahrah, Muhammad, Tarikh al-Mazahib al-Islamiyah, Kairo: Dar

al-Fikr al-Arabi, t.t..

Abbas, Sirajuddin, I’tiqad Ahlussunnah Waljama’ah, Jakarta: Pustaka

Tarbiyah, 1985.

Abdul Hamid, Muhammad Muhyiddin, Prinsip-Prinsip Dasar Aliran

Theologi Islam, Pustaka Setia, Bandung, t.t..

Abdul Mu’in, Taib tahir, Ilmu Kalam, Widjaya: Jakarta, 1997.

‘Abduh, Muhammad, sulayman dunya (ed.), Hashiyah ‘ala al-‘Aqaid al-

‘Adudiah, dalam al-shaykh Muhammad ‘Abduh, Bayn al-Falasifah

wa al-Kalamiyin, Kairo:’Isa al-Halaabi, 1958.

Abduh, Muhammad, Tafsir Juz Amma, Bandung: Mizan, 1999.

Anwar, Rosihon, Ilmu Kalam, Cet. II; Bandung: Pustaka Setia, 2006.

Anwar, Rasihon dan Adul Razak, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia,

2003.

Anwar, Rosihon dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia,

2007.

Awang, Abdul Hadi, Beriman kepada Qada dan Qadar, Batu Caves: PTS

Islamika, 2008

Al-Asy’ari, Abu Hasan, Kitab Al-Luma’: Humadah Gharabah, Kairo:

Mudariyah, t.t..

Page 38: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

154

Al-Asfahani, Raghib, Mufradat al-Fazd al-Qur’an, Damaskus: Dar al-

Qalam, 2009.

Asy’ari, Musa, Filsafat Islam: Sunnah Nabi dalam Berfikir, Yogyakarta:

Lesfi, 2002.

_________, Manusia Pembentuk Kebudayaan Dalam Al-Qur'an,

Yogyakarta: Lesfi, 1991.

Al-Asy’ariy, Abu al-Hasan Ismail, Maqalat al-Islamiyin wa Ikhilaf al-

Mushallin, Kairo: Maktabah al-Nahdah al-Mishriyyah, 1969.

Al-Azdi, Ali bin al-Hasan al-Hunai, Al-Munjid fi al-Ligah, Kairo: ‘Alim al-

Kutub, 1988.

Balandes, Geroge, Antropologi Politik, Jakarta: Bina Aksara, 1986.

Bastaman, Hannaa Djumhana, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju

Psikologi Islami, Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Badan Litbang dan kementrian RI, Suhuf; Jurnal Kajian al-Quran dan

Kebuudayaan, Jakarta: t.p., 2011.

Al-Bazdawi, Abu al-Yusuf Muhammad, Kitab Ushul al-Din, Kairo: Isa al-

Babi al- Halabi, 1963.

Al-Dawwani, Syarh al-‘Aqaid adh-Adhudiyah, dalam (ed), Sulaiman dunya,

al-Sya’ilah Muhammad Abduh bain al- Falasifah wa al-Kalam.

Kairo: ‘Isa al-Babi al-Halabi, 1958.

Dirjo, Sartono Karto. Metode Penggunaan Bahasa Dokumen dalam

Koentcaraningrat: Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 1994.

Al-Daudi, Syamsuddin bin Muhammad bin Ali bin Ahmad, Thabaqatu al-

Mufassirin, Al-Qahirah: Amirah, t.t..

Page 39: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

155

Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara dan

Penterjemah Al-Qur’an, 1998.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemah, Surabaya: Mahkota, 1989.

_____, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV. Diponegoro, 2001.

Al-Dimsyaqi, Al-Imam al-Hafidz ‘Imaad al-Din Abu al-Fida Isma’il bin

Katsir al-Qaraisy, Tafsir al-Quran al-‘Adzim, Bairut: Dar al-Jail, 1411

H/1991 M.

Al-Farmawiy, Abd al-Hayy, Metode Tafsir Maudhu’i, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1996.

Fathul Mufid, Ilmu Tauhid / Kalam, Kudus: STAIN Kudus, 2009.

Al-Ghazali, al-Iqtishad fi al-I’tiqad, Kairo: Dar al-Masyruk, 1962.

Al-Ghurabi, Ali Musthafa, Tarikh al-Firaq al-Islamiyah, Mesir: Maktabah

Muhammad Ali Shubaih wa Auladih, t.t..

Hamka, Tafsir al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1988.

Hanafi Ma. Theologi Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1996.

Harun, Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa

Perbandingan, Jakarta: UI Press, 1986.

Izzan, Ahmad, Metodologi Ilmu Tafsir, tt.p.: Tafakur, t.th.

J. M. Cowan (ed.), The Hans Wehr Dictionary of Modern Written Arabic,

Wiesbaden, Jerman: Spoken Language Services, 1976

Page 40: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

156

Al-Juwaini, Luma al-Adillah, Kairo: Dar-al Mishriyyah, 1965.

Katsir, Ibnu, Tafsir al-Quran al-‘Adzim, Juz IV, Bairut: Dar al-Jail, 1411

H/1991 M.

Al-Khandahlawi, Maulana Muhammad Yusuf, Muntakhab Ahadith, Sri

Petaling: Klang Book Center, 2009.

Al-Kharsani, Muhammad Hadi, Al’amal fi Al-Islam Wa Dauruhu fi Al-

Tanmiyati Al-Iqtishadiyyah, Beirut: Dar Al-hâdî, t.t.

Al-Kharizmi, Mahmud bin Umar al-Zamakhsari, Tafsir Al-Kasysyâf,

Lebanon: Dar Al-Ma’rifah, t.t.

Kimball, John W. Biologi, Jakarta: Erlangga, t.t..

Leahy, Louis. Siapakah Manusia?: Sintesis Filosofis Tentang Manusia,

Yogyakarta: Kanisius, 2001.

Louis, Ma’luf, Munjid Fi ilmiWa Alam, tt.p.: Dar Katolik, tth.

Ma’luf, Luwis, Al Munjid Fi Al Lughah Wa Al Alam, Beirut: Dar Al Masyriq,

1998.

Machasin, Menyelami Kebebasan Manusia: Telaah Kritis Terhadap

Konsepsi Al-Qur'an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.

Machendrawaty, Amrullah Ahmad dalam Nanih dan Agus Ahmad Syafe’i.

Pengembangan Masyarakat Islam,dari Ideologi: Strategi

sampai Tradisi, Bandung: Rosda Karya, 2001.

Madkour, Ibrahim, (terj. Yudian Wahyuni Asmin), Aliran dan Teori Filsafat

Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

Maghfur, Muhammad, Koreksi atas Kesalahan Pemikiran Kalam dan

Filsafat Islam, Bangil: Al-Izzah, 2002.

Majid, Nurkhalis, Khazanah Intelektual Islam, Bulan Bintang, Jakarta: 1996.

Page 41: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

157

Al-Maraghi, Ahmad Mustafa, Tafsir Maraghi, Bairut: Dar Al-Fikr, t.t.

Muhammad, Afif, Dari Teologi ke Ideologi: Tela’ah Atas Metode dan

Pemikiran Teologi Sayyid Quthb, Bandung: Pena Merah, 2004.

Muhammad, Ahmad Fahmi, Bairut, Libanon: Dar al-Surur, 1368 H/1948 M.

Mufid Fathul, Ilmu Tauhid / Kalam. STAIN Kudus: Kudus, 2009.

Muhammad bin Yusuf, Bahrul Muhith, Beirut: Dar al-Fikr, t.t.

Muthahari, Murtadha, Manusia dan Takdirnya, anatara free Will dan

Determinisme, Bandung: Muthahari Paperback, 2001.

Nasution, Harun. Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Aanalisis Al-

Naisaburi, Abi al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, Shahih

Muslim, Kairo: Dar al-Hadits, 1997.

_________, Teologi Islam, Jakarta: UI-Press, 2002.

_________, Teologi Islam: Aliran, Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta:

UI press, 1974.

_________, Teologi Islam: Aliran Aliran Sejarah Analisa Perbandingan,

Jakarta: UI Press, 1986.

Nawawi, Rif'at Syauqi, Konsep Manusia Menurut Al-Qur'an: Dalam

Metodologi Psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.

Al-Qadhi, Abdul Jabbar, Syarh al-Ushul al-Khamsah, Kairo: Maktabah al-

Wahbiyah, 1965.

Al-Qattan, Manna’ Khalil, Mabahist fi ulumil Qur’an, Perj, Mudzakir,

Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, t.t.

______, Studi-studi Ilmu Al-Quran, Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2011.

Page 42: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

158

Al-Qurtubhi, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshari, Al-jami’ li

Ahkam al-Quran, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1988.

Quthb, Sayyid, Tafsir fi zhilalil-Qur’an dibawah naungan Al-Qur’an,

Jakarta: Gema Insani, t.t..

Raco, G.R. Metode penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan

Keunggulan, Jakarta: Grasindo, 2010.

Raharjo, M. Dawam, Ensiklopedi Islam, TafsirSosial berdasarkan Konsep-

konsep Kunci, Jakarta: Paramadina, t.t..

Rahman, Fazlur, Gelombang Perubahan Dalam Islam: Studi Tentang

Fundamentalisme Islam, disunting Ebrahim Moosa, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2000.

Rahman, Jalaluddin. Konsep Perbuatan Manusia Menurut Al- Qur’an: Suatu

kajian Tafsir Tematik, Jakarta: Bulan Bintang, 1992.

Rahman, Fazlur, Tema Pokok Al-Qur'an, Jakarta: Pustaka, 1996.

Al-Razi, Fakhruddin, Mafatih al-Ghaib, Beirut: Darul al-Fikr, 1994.

_____, At-Tafsir al-Kabir, Kairo: Maktabah at-Taufiqiah, t.t..

Ridha, Muhammad Rasyid, Tafsir al-Manar, Beirut: Dar al-Fikr, 2007.

Al-Rifa’i, Muhammad Nasib, Taisiru al-Aliyyul Qodir Li Ikhtishari Tafsir

Ibnu Katsir, Jakarta: Gema Insani, 2000.

Rozak, Abdul, Ilmu kalam untuk UIN, STAIN, dan PTAIN, Bandung: CV.

Pustaka Setia, t.t..

Shihab, M. Quraish, dkk., Sejarah dan ‘Ulûm al-Qurân, Jakarta: Pustaka

Firdaus, 1999.

_________, Tafsir Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Page 43: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

159

Soemarwoto, Otto, Ekolog:i Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta:

Djambatan, 2001.

Stempel, Guide H, Content Analysis: (alih bahasa Jalaluddin Rahmat & Arko

Kasta). Bandung: Arai Komunikasi, 1983.

Suryadilaga, M. Alfatih, dkk., Metodologi Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Teras,

2005.

Al-Syahrastani, Al-Milal wa Al-Nihal, diterjemahkan oleh Asywadie Syukur.

Surabaya : Bina Ilmu, 2006.

Tarigan, Azhari Akmal, Tafsir ayat ekonomi, Bandung: Cita Pustaka Media

Perintis, t.t..

Al-Thabari, Abi Ja’far Muhammad bin Jarir, Jami’ul Bayan an Ta’wil Ayi al-

Quran, Kairo: Dar as-Salam, 2007.

Thalib, Moh., Batasan antara Qadar dan Ihtiyar, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1977.

Tim Ahli Tauhid, Kitab Tauhid 2, Jakarta: Dar al-Haq, 2003.

Tim Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ). Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan

Disertasi. Jakarta: IIQ Press, 2011.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988.

Al-Tirmidzi, Abu Isa Muhammad bin Isa bin Surah, Sunan at-Tirmidzi,

Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.t..

Wher, Hans. A Dictionary Of Modern Written Arabic. Wlesbanden, 1971.

Yusuf, M. Yunan, Alam Pikiran Islam, Perkasa: Jakarta, 1990.

Page 44: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

160

Al-Zahabi, Muhammad Husain, At-Tafsir wal Mufassiruun, Darul Hadits:

kairo, t.p., 2005.

Zaini, Hasan, Tafsir Tematik Ayat-Ayat Kalam Tafsir al-Maraghi, Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya, 1997.

Al-Zuhaili, Wahbah, At-Tafsir al-Munir, Damaskus: Dar al-Fikr, 2007.

Al-Zamakhsyarî, Al-Kasyyâf, Berut: Libanon: Dar al ma’rifah, t.t..

Page 45: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

161

LAMPIRAN

REKAPITULASI AYAT-AYAT KEBEBASAN DAN TANGGUNG

JAWAB MANUSIA

1. Kelompok ayat yang mendukung kebebasan berkehendak, yaitu:

No Nomor Ayat

dan Surah

Redaksi Ayat-ayat Al-Qur’an dan Terjemahannya

1. Yûnus[10]:108

Katakanlah: "Hai manusia, Sesungguhnya teIah

datang kepadamu kebenaran (Al-Quran) dari

Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat

petunjuk Maka Sesungguhnya (petunjuk itu) untuk

kebaikan dirinya sendiri. dan barangsiapa yang sesat,

Maka Sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan

dirinya sendiri. dan Aku bukanlah seorang Penjaga

terhadap dirimu." (QS. Yûnus [10]:108)

2. Al-Kahf

[18]:29

“Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari

Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin (beriman)

hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir)

Biarlah ia kafir". Sesungguhnya kami Telah sediakan bagi

orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung

mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka

Page 46: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

162

2. Kelompok ayat yang menunjukkan bahwa perbuatan-perbuatan

manusia telah ditentukan pada mereka, yaitu:

No Nomor Ayat

dan Surah

Redaksi Ayat-ayat Al-Qur’an dan Terjemahannya

1. Al-Baqarah

[2]:6

“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi

mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri

peringatan, mereka tidak juga akan beriman.” (QS. Al-

Baqarah [2]:6)

2. Al-Baqarah

[2]:7

“Allah Telah mengunci-mati hati dan pendengaran

mereka, dan penglihatan mereka ditutup. dan bagi mereka

siksa yang amat berat.” (QS. Al-Baqarah [2]:7)

akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih

yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling

buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (QS. Al-Kahf

[18]:29)

3. Fussilat

[41]:46

“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka

(pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa

mengerjakan perbuatan jahat, Maka (dosanya) untuk

dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu

menganiaya hamba-hambaNya.” (QS. Fussilat [41]:46)

4. Al-Muddassir

[74]:38

“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang Telah

diperbuatnya.” (QS. Al-Muddassir [74]:38)

Page 47: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

163

3. Al-A’lâ

[87]:9

“Berilah peringatan bila peringatan itu bermanfaat.”

(QS. Al-A’lâ [87]:9)

4. Al-A’râf

[7]:178

“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka

dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa

yang disesatkan Allah, Maka merekalah orang-orang

yang merugi.” (QS. al-A’râf [7]:178)

5. Al-Qashash

[28]:56

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk

kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi

petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah

lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima

petunjuk.” (QS. Al-Qashash [28]:56)

6. Al-Ankabût

[29]:69

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari

keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan

kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah

benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”

(QS. Al-Ankabût [29]:69)

7. Ash-Shaff

[61]:5

“Dan (Ingatlah) ketika Musa Berkata kepada kaumnya:

Page 48: KONSEP PERBUATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN Studi …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/625/2...AL-QUR’AN Studi Komparatif Tafsîr Al-Kasysyâf Karya Az-Zamakhsyarî dan Mafâtîh

164

"Hai kaumku, Mengapa kamu menyakitiku, sedangkan

kamu mengetahui bahwa Sesungguhnya Aku adalah

utusan Allah kepadamu?" Maka tatkala mereka berpaling

(dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan

Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.”

(QS. Ash-Shaff [61]:5)

8. At-Taubah

[9]:51

“Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami

melainkan apa yang Telah ditetapkan Allah untuk kami....

" (QS. At-Taubah [9]:51)

9. Al-Qashash

[28]:68

“Dan Tuhanmu menciptakan apa yang dia kehendaki dan

memilihnya. sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka....”

(QS. Al-Qashash [28]:68)

10. Al-An’âm

[6]:124

...

“Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas

kerasulan.” (QS. Al-An’âm [6]:124)

11. Al-Muddassir

[74]:31

...

"Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan Ini

sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah

membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-

Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang

dikehendaki-Nya....” (QS. Al-Muddassir [74]:31)

12. At-Takwîr

[81]:29

“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh

jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan

semesta alam.” (QS. At-Takwîr [81]:29)