KONSEP PERANCANGAN RUANG TERBUKA HIJAU YANG …
Transcript of KONSEP PERANCANGAN RUANG TERBUKA HIJAU YANG …
JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT
ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP
KONSEP PERANCANGAN RUANG TERBUKA HIJAU YANG
TERINTEGRASI DENGAN SARANA OLAHRAGA DAN BUDAYA DI
PKOR WAY HALIM PROVINSI LAMPUNG
Phalla Exista Niny Napoleon Institut Teknologi Sumatera, Jl. Terusan Rycudu, Way Huwi, Jati Agung, Kabupaten Lampung
Selatan
Email : [email protected]
ABSTRAK
Area kawasan PKOR Way Halim Provinsi Lampung merupakan salah satu sarana
olahraga dan budaya yang memiliki Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandar Lampung.
Salah satu permasalahan yang kini dihadapi DI PKOR Way Halim Provinsi Lampung
adalah belum optimalnya fungsi kawasan sebagai kawasan olahraga dan budaya serta
ruang terbuka hijau. Oleh karena itu, untuk pemanfaatan dan memaksimalkan kawasan
PKOR Way Halim Provinsi Lampung maka diperlukan adanya konsep rancangan
penataan ruang terbuka hijau yang terintegrasi dengan fungsi olahraga dan budaya yang
dapat menunjang dan mendukung proses keolahragaan di kawasan ini, baik bagi
kepentingan pengunjung maupun para atlet dan menjadi wadah interaksi sosial
masyarakat. Sehingga dapat menjadi acuan pengembangan kawasan bagi pemerintah
daerah.Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun konsep perancangan Ruang Terbuka
Hijau yang terintegrasi dengan sarana olahraga dan budaya di PKOR Way Halim
Provinsi Lampung. Metode pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuantitatif. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi pengumpulan
data primer (observasi lapangan dan penyebaran kuesioner secara online) dan
pengumpulan data sekunder (studi literatur dan survey instansional). Dalam metode
pengambilan sampel penulis menggunakan metode non probability sampling. Untuk
metode analisis data menggunakan teknik analisis isi, analisis deskriptif kuantitatif
dengan metode skoring skala likert, dan analisis deskriptif hasil rancangan yang telah
dibuat oleh penulis. Dilihat dari hasil wawancara, kuesioner, observasi, dan RTRW Kota
Bandar Lampung tentunya perlu mempertimbangkan landasan obyektif mengenai
kebutuhan prasarana tersebut untuk merencanakan pembangunan ruang terbuka hijau di
kawasan olahraga dan budaya di PKOR Way Halim Provinsi Lampung.
Kata Kunci : Konsep Perancangan Kawasan Perkotaan, Ruang Terbuka Hijau, PKOR
Way Halim
A. PENDAHULUAN
Salah satu permasalahan yang kini dihadapi yaitu permasalahan di PKOR
Way Halim Provinsi Lampung adalah belum optimalnya fungsi kawasan sebagai
kawasan olahraga dan budaya serta ruang terbuka hijau. Area kawasan PKOR
Way Halim Provinsi Lampung merupakan salah satu sarana olahraga dan budaya
yang memiliki Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandar Lampung.
Namun kondisi eksisting saat ini fungsi utama tidak optimal sesuai
perencanaan yang ada dan rendahnya minat pengunjung kawasan PKOR Way
Phalla Exista Niny Napoleon, Konsep Perancangan Ruang Terbuka Hijau Yang Terintegrasi
Dengan Sarana Olahraga Dan Budaya Di PKOR Way Halim
104 Volume 0Nomor0 -Bulan1111-pISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973
Halim karena ketersediaan fasilitas belum lengkap dan tidak terawat untuk
mewadahi olahraga menjadi masalah tersendiri bagi pengunjung.
Oleh karena itu, untuk pemanfaatan dan memaksimalkan kawasan PKOR
Way Halim Provinsi Lampung maka diperlukan adanya konsep rancangan
penataan ruang terbuka hijau yang terintegrasi dengan fungsi olahraga dan budaya
yang dapat menunjang dan mendukung proses keolahragaan di kawasan ini, baik
bagi kepentingan pengunjung maupun para atlet dan menjadi wadah interaksi
sosial masyarakat. Sehingga dapat menjadi acuan pengembangan kawasan bagi
pemerintah daerah.
Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun konsep perancangan Ruang
Terbuka Hijau yang terintegrasi dengan sarana olahraga dan budaya di PKOR
Way Halim Provinsi Lampung.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Kawasan Perkotaan
Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan pemerintahan, pelayanan sosial
dan kegiatan ekonomi. Kriteria kawasan perkotaan meliputi:
1. Memiliki karakteristik kegiatan utama budidaya bukan pertanian atau mata
pencaharian penduduknya terutama di bidang industri, perdagangan dan jasa
2. Memiliki karakteristik sebagai pemusatan dan distribusi pelayanan barang dan
jasa didukung prasarana dan sarana termasuk pergantian moda transportasi
dengan pelayanan skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
Adapun standar prasarana dan sarana yang dipergunakan di dalam
penyusunan laporan ini sesuai dengan konsep pedoman Perencanaan Lingkungan
Permukiman Kota Departemen PU (1979), serta disesuaikan keinginan
masyarakat lokasi studi dan tidak terlepas dari arahan Rencana Tata Ruang Kota.
Untuk menunjang kehidupan sehari-hari dan guna menciptakan suatu lingkungan
permukiman yang baik diperkotaan, maka perlu ditunjang dengan berbagai
sarana. Dalam perencanaan permukiman asumsi dasar dalam permukiman
diperlukan dalam menghitung kebutuhan fasilitas yang didasarkan pada pola
penduduk (Sinulingga, 1990).
2. Perancangan Perancangan adalah penggambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa
atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu kesatuan yang
utuh dan berfungsi (Syifaun Nafisah, 2003).
Dalam membuat suatu perancangan produk atau alat, perlu mengetahui
karakteristik perancangan dan perancangnya. Beberapa karakteristik perancangan
adalah sebagai berikut:
1. Berorientasi pada tujuan
2. Variform
Suatu anggapan bahwa terdapat sekumpulan solusi yang mungkin terbatas,
tetapi harus dapat memilih salah satu ide yang diambil.
3. Pembatas
Dimana pembatas ini membatasi jumlah solusi pemecahan diantaranya:
Nama PenulisPertama dan Nama PenulisKedua, JudulTulisanMaksimal 15 Kata Diketik
Bold 10 pt
Volume 0Nomor0 -Bulan0000 - pISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 105
- Hukum alam seperti ilmu fisika, ilmu kimia dan seterusnya.
- Ekonomis; pembiayaan atau ongkos dalam meralisir rancangan yang telah
dibuat
- Perimbangan manusia; sifat, keterbatasan dan kemampuan manusia dalam
merancang dan memakainya.
- Faktor-faktor legalisasi: mulai dari model, bentuk sampai hak cipta.
- Fasilitas produksi: sarana dan prasarana yang dibtuhkan untuk
menciptakan rancangan yang telah dibuat.
- Evolutif; berkembang terus/ mampu mengikuti perkembangan zaman.
- Perbandingan nilai: membandingkan dengan tatanan nilai yang telah ada.
Dalam kaitan perencanaan dilihat sebagai bagian dari proses perancangan,
Maka terdapat 3 (tiga) alternatif hubungan meliputi :
1. Hubungan terpadu (integrated), dimana proses perencanaan berjalan
bersamaan dengen proses perancangan
2. Hubungan terpisah (segregated), proses perancangan baru bisa
dilaksanakan dan selesai bila proses perencanaan sudah dilakukan.
3. Hubungan interaktif (interactive), sebuah proses berkelanjutan, proses
perencanaan dan perancangan dilihat sebagai suatu siklus satu kesatuan
yang selalu memberika feedback satu dengan yang lain.
3. Desain Menurut ICSID (International Council of Sociesties of Industrial Design),
desain merupakan suatu kegiatan kreatif yang menggambarkan keaneka ragaman
dari bentuk kualitas, proses, pelayanan dan sistem, seperti pada sebuah lingkaran
yang saling berhubungan. Tak hanya itu, desain bisa di sebut juga sebagai faktor
yang membentuk kegiatan inovasi pemanusiaan teknologi, dinamika budaya dan
perubahan ekonomi.
Menurut berbagai teori mengenai desain, terdapat beberapa tujuan yang
hendak dicapai dari pembuatan desain. Beberapa tujuan itu diantaranya adalah
sebagai berikut:
- Desain memiliki tujuan untuk menyesuaikan antara hasil desain dengan
manusia sebagai penggunanya dengan menyadari tentang kelebihan
keterbatasan dan juga kemampuan yang dimilikinya.
- Desain yang dipadu padankan dengan unsur-unsur seni dan teknologi yang
bertujuan untuk meraih keamanan, kenyamanan dan keindahan.
- Desain dibuat dengan bertujuan supaya bisa meningkatkan efisiensi,
produktivitas dan kualitas hidup manusia.
Terdapat dua jenis desain yakni:
- Pertama adalah desain struktur yang adalah suatu wujud dari sebuah benda
yang terdiri dari unsur-unsur desain antara susunana garis, bentuk, ukuran,
warna tekstur dan nilai gelap terangnya.
- Kedua adalah desain hiasan yang memiliki tujuan untuk menghias desain
struktur sebuah benda atau busana.
Metode desain yaitu sebuah cara yang dilakukan oleh desainer untuk
menghasilkan sebuah karya desain. Beberapa metode yang sering digunakan
diantaranya:
Phalla Exista Niny Napoleon, Konsep Perancangan Ruang Terbuka Hijau Yang Terintegrasi
Dengan Sarana Olahraga Dan Budaya Di PKOR Way Halim
106 Volume 0Nomor0 -Bulan1111-pISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973
- Explosing, adalah mencari inspirasi dengan berpikir dengan kritis
untuk mendapatkan sebuah desain yang belum pernah dibuat.
- Redefining, adalah mengolah kembali sebuah desain supaya menjadi
bentuk yang lebih baik dan berbeda.
- Managing, adalah menciptakan desain dengan berkelanjutan dan terus
menerus.
- Phototyping, adalah memperbaiki dan atau memodifikasi desain
warisan nenek moyang.
- Trendspotting, adalah membuat sebuah desain menurut tren yang
sedang berkembang.
4. Ruang Terbuka Hijau Stephen Carr dalam bukunya Public Space menyatakan ruang publik
sebagai suatu fasilitas/wadah tempat berlangsungnya kehidupan komunal sebuah
kawasan. Dilihat dari perkembangannya, ruang publik telah mengalami revolusi
dari zaman ke zaman dan memberikan manfaat besar bagi kehidupan komunal
sebuah kawasan.
Dalam mencapai suatu lingkungan publik yang responsif terhadap
penggunanya, terdapat lima kebutuhan utama yang dicari seorang dalam mencapai
kepuasannya di ruang publik (Carr 1992), yaitu:
1. Comfort
Merupakan kebutuhan utama yang mendorong seorang untuk mau
menggunakan atau berdiam dalam sebuah ruang publik. Indikator
kenyamanan dapat dilihat dari seberapa lama orang menggunakan tempat
tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan
seorang dalam sebuah tempat adalah faktor lingkungan (cuaca, angin,
sinar matahari), kenyamanan fisik (penyediaan fasilitas yang memadai),
dan kenyamanan sosial-psikologis (suasana tempat yang tenang dan
aman).
2. Relaxation
Merupakan pemenuhan kebutuhan yang mencakup kenyamanan secara
psikis (pikiran). Untuk mencapai kebutuhan ini di lingkup kota, elemen
ekologis seperti pepohonan, tumbuh-tumbuhan, fitur air dapat menjadi
faktor kontras yang dapat memudahkan seorang untuk bersantai.
3. Passive Engagement
Merupakan kebutuhan seorang untuk menikmati lingkungan sekitar tanpa
terlibat interaksi langsung dengan user lainnya. Elemen yang dapat
mendukung terciptanya passive engagement dapat berupa pertunjukan,
view yang menarik, aktivitas orang sekitar dan lain-lain.
4. Active Engagement
Merupakan kebutuhan seorang yang melibatkan pengalaman langsung
dengan tempat dan orang didalamnya. Bentuk kebutuhan ini berupa
interaksi sosial yang mana melibatkan kontak langsung, baik dengan
teman, keluarga, maupun orang asing. Pengaturan tempat duduk, patung,
air mancur dapat mempengaruhi terciptanya situasi kondusif untuk
interaksi sosial.
Nama PenulisPertama dan Nama PenulisKedua, JudulTulisanMaksimal 15 Kata Diketik
Bold 10 pt
Volume 0Nomor0 -Bulan0000 - pISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 107
5. Discovery
Merupakan keinginan akan mencoba pengalaman baru yang disediakan dalam
sebuah tempat. Bentuk kebutuhan seperti ini dapat berupa konser, festival,
pameran seni, teater, pasar, aktivitas kemasyarakatan,dll yang biasanya bersifat
musiman.
Ruang terbuka publik merupakan salah satu bagian dari perkotaan,
sehingga dalam setiap perancangan ruang terbuka publik harus memperhatikan
elemen pembentuk ruang kota agar dapat memberikan karakteristik yang baik
bagi kota tersebut. Adapun elemen pembentuk ruang kota menurut Shirvani
(1985) antara lain:
1. Tata Guna lahan (Land Use)
Tata guna lahan dapat diartikan sebagai pengaturan penggunaan lahan untuk
menentukan pilihan yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga
secara umum dapat memberikan gambaran keseluruhan bagaimana daerah-daerah
pada suatu kawasan tersebut seharusnya berfungsi.
2. Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing)
Bentuk dan massa bangunan ditentukan oleh ketinggian atau besarnya bangunan,
penampilan maupun konfigurasi dari massa bangunannya. Dalam bentuk dan
massa bangunan seharusnya diperhatikan berbagai aspek meliputi ketinggian
bangunan, kepejalan gedung, koefisien lantai bangunan, koefisien dasar
bangunan, garis sempadan bangunan, langgam, skala, material, tekstur dan warna.
3. Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking)
Penataan sirkulasi dan parkir perlu diperhatikan karena menjadi salah satu
pembentuk struktur lingkungan perkotaan yang dapat mengontrol aktivitas
kawasan.
4. Ruang Terbuka (Open Space)
Ruang terbuka merupakan elemen yang sangat esensial dalam perancangan kota
demi tercapainya kenyamanan bagi pengguna ruang. Desain ruang terbuka harus
dipertimbangkan secara terintegral terhadap bagian dari perancangan kota.
5. Jalur Pedestrian (Pedestrian Ways)
Jalur pedestrian merupakan elemen penting dalam perancangan kota, karena tidak
lagi hanya berorientasi pada keindahan semata, akan tetapi juga masalah
kenyamanan dengan didukung oleh kegiatan pedagang kaki lima yang dapat
memperkuat kehidupan ruang kota tersebut. Strategi dalam perancangan jalur
pedestrian adalah menjaga keseimbangan antara penggunaan jalur pedestrian dan
fasilitas untuk kendaraan bermotor. Hal ini untuk mendukung suasana kota
menjadi hidup dengan ruang publik yang atraktif, juga dapat terjalin hubungan
yang harmonis antara kegiatan di jalur pedestrian dengan kegiatan pelayanan
umum dan fasilitas yang dimiliki oleh masyarakat secara individual.
6. Penanda (Signages)
Penanda dapat berupa suatu tulisan, gambar, lambang ataupun bendera yang
memiliki fungsi sebagai penunjuk, pemberi keterangan, pengenal dan pengaturan
(Chiara & Koppelman, 1997).
Phalla Exista Niny Napoleon, Konsep Perancangan Ruang Terbuka Hijau Yang Terintegrasi
Dengan Sarana Olahraga Dan Budaya Di PKOR Way Halim
108 Volume 0Nomor0 -Bulan1111-pISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973
7. Kegiatan Pendukung (Activity Support)
Pendukung kegiatan adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan yang
mendukung ruang publik di suatu kawasan kota.
8. Konservasi (Conservation)
Konservasi merupakan strategi untuk menangani secara preventif terhadap
kehancuran bangunan kuno, memperbaikinya agar dapat bertahan lebih
lama dengan mengganti beberapa elemen yang sudah rusak dengan elemen
baru seperti aslinya.
5. Revitalisasi Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau
bagian kota yang dulunya pernah vital hidup akan tetapi mengalami
kemunduran dan degradasi.
Proses revitalisasi sebuah kawasan atau bagian kota mencakup perbaikan
aspek fisik dan aspek ekonomi dari bangunan maupun ruang kota. Revitalisasi
fisik merupakan strategi jangka pendek yang dimaksudkan untuk mendorong
terjadinya peningkatan kegiatan ekonomi jangka panjang. Revitalisasi fisik
diyakini dapat meningkatkan kondisi fisik (termasuk juga ruang ruang publik)
kota, namun tidak untuk jangka panjang. Untuk itu, tetap diperlukan perbaikan
dan peningkatan aktivitas ekonomi (economic revitalization) yang merujuk
kepada aspek sosial budaya serta aspek lingkungan (environmental
objectives).
6. Preseden
1. Stadion Glora Bung Karno Jakarta
Stadion Gelora Bung Karno (GBK) dibangun untuk membangun fasilias
olahraga terbesar, paru-paru kota dan tempat warga berkumpul milik Indonesia.
Stadion Gelora Bung Karno (GBK) dirancang suatu kompleks pusat olahraga
moderen dan terlengkap sekaligus sebagai taman publik dan ruang terbuka hijau.
Pihak Pengelola Komplek Gelora Bung telah berkerja sama dengan beberapa
mitra untuk menyediakan fasilitas bagi masyarakat umum yang ingin melakukan
kegiatan olahraga atau rekreasi di sekitarnya. Berbagai macam fasilitas untuk
kegiatan olahraga sebanyak 36 Venues, Politik, Bisnis, Rekreasi dan Pariwisata.
Fungsi lain Kawasan Gelora Bung Karno adalah memiliki 84% Kawasan
Terbuka Hijau yang merupakan daerah resapan air.
Sumber: Observasi, 2019
GAMBAR Stadion Gelora Bung Karno Jakarta
Nama PenulisPertama dan Nama PenulisKedua, JudulTulisanMaksimal 15 Kata Diketik
Bold 10 pt
Volume 0Nomor0 -Bulan0000 - pISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 109
2. Stadion Jakabaring Palembang
Jakabaring Sport City (JSC) atau Kompleks Olahraga Jakabaring adalah
kompleks dari berbagai fasilitas olahraga di Palembang. Kompleks olahraga ini
juga menjadi tempat sekunder untuk penyelenggaraan Asian Games 2018. Saat
ini, Jakabaring Sport City (JSC) menjadi salah satu kompleks olahraga besar di
Indonesia dimana didalamnya terdapat berbagai venue beberapa cabang olahraga.
Sumber: https://jakabaringsportcity.id
GAMBAR Stadion Jakabaring Palembang
3. Taman Mini Indonesia Indah Jakarta
Taman Mini Indoesia Indah (TMII) merupakan suatu kawasan taman wisata
bertema budaya Indonesia di Jakarta Timur. Bangunan atau arsitektur tradisional
yang mereka buat selalu dilatarbetakangi oleh kondisi lingkungan dan kebudayaan
yang dimiliki. Di TMII, gambaran tersebut diwujudkan melalui Anjungan Daerah,
yang mewakili suku-suku bangsa yang berada di 33 Provinsi Indonesia dengan
menampilkan bangunan khas setempat. Melalui miniatur ini diharapkan dapat
membangkitkan rasa bangga dan rasa cinta tanah air pada seluruh bangsa
Indonesia.
Sumber: www.tamanmini.com
GAMBAR Bagian – Bagian Taman Mini Indonesia Indah Jakarta
Phalla Exista Niny Napoleon, Konsep Perancangan Ruang Terbuka Hijau Yang Terintegrasi
Dengan Sarana Olahraga Dan Budaya Di PKOR Way Halim
110 Volume 0Nomor0 -Bulan1111-pISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973
C. METODE PENELITIAN
1. Variabel
Adapun variabel dan sub variabel yang digunakan dalam penelitian
berdasarkan hasil sintesa variabel adalah sebagai berikut:
TABEL Variabel – Sub Variabel Peningkatan RTH dan Ruang Publik
Variabel Sub Variabel
Aksesibilitas
Kondisi Jalan
Kemudahan Aksesibilitas
Kondisi Penghubung (Akses)
Penunjuk Arah
Fasilitas Olahraga dan
Budaya
Fasilitas Olahraga ( Lapangan, Masjid, Toilet,
Cafetaria, Gym Center )
Fasilitas Budaya ( Anjungan, Museum)
Fasilitas Ruang Terbuka
Hijau
Hard Space (Sirkulasi, Gazebo, Air Mancur, Bangku
(Tempat Duduk), Tempat Sampah, Jalur Pedestrian)
Soft Space (Pohon atau Vegetasi, Aktivitas)
Aktivitas
Jogging Track
Rekreasi
Perdagangan
Expo
Kualitas Lingkungan
Estetika
Keamanan
Kenyamanan
Keterawatan
Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2020
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi pengumpulan
data primer dan pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data primer
melalui wawancara, observasi lapangan, dan penyebaran kuesioner secara
online melalui google form ke pengunjung PKOR Way Halim serta
wawancara dengan berbagai pihak instansi terkait penelitian. Sedangkan
pengumpulan data sekunder melalui studi literatur dan survey instansional.
3. Metode Analisis
Analisis yang digunakan untuk sasaran pertama mengkaji arahan dan
kebijakan pengembangan Ruang Terbuka Hijau dan sarana olahraga dan
budaya di PKOR Way Halim, menggunakan analisis isi yang mencakup
prosedur-prosedur khusus untuk pemerosesan dalam data ilmiah dengan
tujuan memberikan pengetahuan, membuka wawasan baru, dan menyajikan
fakta (Subrayogo, 2001).
Selain itu untuk mengidentifikasi potensi dan kendala (Fisik dan Non-
Fisik) Ruang Terbuka Hijau di PKOR Way Halim Provinsi Lampung,
menggunakan metode purposive sampling melalui analisis statistik deskriptif
yang menggunakan metode teknik pembobotan skoring untuk menghitung jumlah
skor dari semua kategori dengan skala pengukuran yang digunakan adalah skala
Likert. Selanjutnya, untuk menentukan konsep perancangan menggunakan analisis
Nama PenulisPertama dan Nama PenulisKedua, JudulTulisanMaksimal 15 Kata Diketik
Bold 10 pt
Volume 0Nomor0 -Bulan0000 - pISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 111
deskriptif dengan pengumpulan data yang diperoleh melalui observasi lapangan
dan hasil dari sasaran satu dan sasaran kedua.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Arahan Kebijakan PKOR Way Halim
Dalam penelitian ini menggunakan sudut pandang pemerintah yang dapat
berupa arahan kebijakan, rencana pemerintah terkait pengembangan kawasan
PKOR Way Halim. Dari hasil dokumen dan wawancara, pemerintah Provinsi
Lampung belum memiliki arahan kebijakan untuk mengembangkan kawasan
PKOR Way Halim sebagai kawasan ruang terbuka publik di Provinsi Lampung.
2. Analisis Fisik PKOR Way Halim
PKOR Way Halim belum cukup ramah untuk pejalan kaki dan hanya
untuk pengunjung yang memiliki kendaraan saja akses masuknya karena belum
tersedianya area pedestrian untuk pejalan kaki sedangkan area PKOR Way Halim
luas.
Keberadaan PKOR Way Halim yang dikelilingi oleh perumahan,
perdagangan dan jasa, sarana pelayanan umum dapat meningkatkan jumlah
pengunjung PKOR Way Halim.
Perlu peningkatan kembali fungsi PKOR Way Halim setelah dilakukan
revitalisasi belum dapat dikatakan maksimal karena fasilitas yang ada kurang
perawatan dan kurang terjaga.
3. Analisis Non Fisik PKOR Way Halim
a. Sosial
PKOR Way Halim yang sudah memenuhi fungsinya sebagai sarana
olahraga dan sarana budaya juga dapat memenuhi sebagai fungsi sosial budaya
yang dapat memfasilitasi warga Kota Bandar Lampung untuk melakukan interaksi
sosial.Dengan adanya fasilitas yang sudah tersedia saat ini masih belum
memenuhi kebutuhan pengunjung yang datang, karena beberapa dari fasilitas
yang tersedia ada yang tidak terawat dengan baik dan tidak berfungsi.
1. Jenis Pekerjaan
Berdasarkan karakteristik jenis pekerjaan responden pengunjung PKOR
Way Halim menunjukkan bahwa pekerjaan responden pengunjung didominasi
oleh responden yang masih berstatus sebagai pelajar/mahasiswa sebesar 84
persen. Hal tersebut dikarenakan lokasi yang menjadi studi kasus berdekatan
dengan sekolah dan kampus, sehingga sebagian besar responden adalah masih
berstatus sebagai pelajar/mahasiswa.
2. Aktivitas Pengunjung
Berdasarkan karakteristik aktivitas responden menunjukan bahwa
responden dengan aktivitas didominasi oleh responden dengan aktivitas expo
(kegiatan festival) sebesar 40 persen. Hal tersebut dikarenakan lokasi yang
menjadi studi kasus dikenal sebagai tempat olahraga dan expo (kegiatan festival),
sehingga didapatkan hasil responden yang lebih banyak yaitu aktivitas expo
(kegiatan festival). PKOR Way Halim berpotensi untuk dikembangkan menjadi
ruang publik bagi masyarakat Lampung untuk menjalankan berbagai macam
Phalla Exista Niny Napoleon, Konsep Perancangan Ruang Terbuka Hijau Yang Terintegrasi
Dengan Sarana Olahraga Dan Budaya Di PKOR Way Halim
112 Volume 0Nomor0 -Bulan1111-pISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973
aktivitas, sehingga dapat memenuhi fungsi sosial budaya dan menjadikan PKOR
semakin ramai dikunjungi. Berbagai macam aktivitas yang ada di PKOR Way
Halim yaitu Jogging Track, rekreasi, Expo, dan perdagangan.
3. Usia
Berdasarkan karakteristik usia responden pengunjung PKOR Way Halim
menunjukan bahwa usia responden pengunjung PKOR Way Halim didominasi
oleh responden berusia 16 - 25 tahun sebesar 90 persen. Hal tersebut dikarenakan
lokasi yang menjadi studi kasus adalah dekat dengan sekolah, kampus dan PKOR
Way Halim sebagai tempat olahraga, budaya dan rekreasi, sehingga sebagian
besar responden adalah berusia 16 – 25 tahun.
4. Konsep Perancangan Ruang Terbuka Hijau
Kawasan PKOR Way Halim memiliki dua fungsi yaitu sebagai sarana
olahraga dan budaya.Konsep sporty didasari pada fungsi kawasan PKOR Way
Halim yang terdiri dari beberapa cabang olahraga ( stadion, softball, panjat tebing,
skatepark, panahan, dan bulu tangkis). Hal ini dapat mengembangkan kawasan
PKOR Way Halim dikenal kawsan olahraga.Tetapi kawasan PKOR Way Halim
juga memiliki beberapa anjungan-anjungan rumah adat Provinsi Lampung yang
menjadi ciri khas ruang publik di Kota Bandar Lampung.Dalam rangka upaya
mengurangi dampak pemanasan global perlu menggunakan konsep ramah
lingkungan (eco-friendly), terlebih di dalam kawasan PKOR Way Halim masih
sedikit pepohonan.Dengan adanya pendekatan ekologi ini dapat mendukung
kondisi di PKOR Way Halim menjadi nyaman bagi pengunjung.
a. Visi dan Misi
Adapun visi yang akan dicapai dengan perancangan ini yaitu “Menjadikan
Kawasan PKOR Way Halim sebagai pusat ruang terbuka hijau yang aestethic
dengan konsep sporty dan eco-friendly guna meningkatkan kearifan lokal Provinsi
Lampung.” Dalam mewujudkan visi tersebut, maka misi-misi yang dapat
dilakukan adalah, sebagai berikut:
1. Membangun sarana olahraga, sarana budaya, dan sarana ruang terbuka
hijau yang terintegrasi untuk meningkatkan penampilan suatu kawasan
yang berkarakter Provinsi Lampung.
2. Meningkatkan kualitas lingkungan kawasan sebagai unsur penting dalam
memenuhi aspek estetika, aspek keamanan, aspek kenyamanan, dan aspek
keterawatan.
3. Mempertahankan kearifan lokal dan memperkenalkan adat budaya
Provinsi Lampung.
Nama PenulisPertama dan Nama PenulisKedua, JudulTulisanMaksimal 15 Kata Diketik
Bold 10 pt
Volume 0Nomor0 -Bulan0000 - pISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 113
b. Program dan Kebutuhan Ruang
TABEL IV. 1 Kebutuhan Ruang PKOR Way Halim
Kegiatan Kebutuhan Ruang Sifat Kegiatan
Kegiatan Utama
Olahraga
Lapangan (Stadion) Semi Publik
Gymnastic Publik
Softball Semi Publik
Panjat Tebing Publik
Skatepark Publik
GOR Sumpah Pemuda Semi Publik
Panahan Semi Publik
Kegiatan
Pendukung
Food Court Publik
ATM Center Publik
Parkir Motor dan Mobil Publik
Kegiatan Utama
Budaya
14 Anjungan Rumah Adat
Kota / Kabupaten
Lampung
Privat
Area Theater Terbuka Semi Publik
Pasar Seni Publik
Kegiatan
Pendukung
Koperasi Publik
Parkir Motor dan Mobil Publik
Kegiatan Utama
Ruang Terbuka Hijau
Taman Labirin
Publik Taman Bunga
Taman Gajah
Taman Keluarga
Kegiatan
Pendukung
Air Mancur Publik
Kids Playground Publik
Penyewaan Sepeda Publik
Masjid Publik
Toilet Umum Publik
Kegiatan
Pendukung Pelayanan Umum
Ruang Informasi
Privat Kantor Keamanan
Kantor Pengelola PKOR
Phalla Exista Niny Napoleon, Konsep Perancangan Ruang Terbuka Hijau Yang Terintegrasi
Dengan Sarana Olahraga Dan Budaya Di PKOR Way Halim
114 Volume 0Nomor0 -Bulan1111-pISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973
c. Hubungan Ruang, Zoning, dan Black Plan
Sumber: Hasil Analisis, 2020
GAMBAR 4.1 Matriks Hubungan Funsgional, Zoning dan Block Plan
PKOR Way Halim
d. Site Plan
Sumber: Hasil Analisis, 2020
GAMBAR 4.2 Siteplan PKOR Way Halim
Nama PenulisPertama dan Nama PenulisKedua, JudulTulisanMaksimal 15 Kata Diketik
Bold 10 pt
Volume 0Nomor0 -Bulan0000 - pISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 115
Dari gambar 4.33 didapatkan hasil rancangan yang telah dibuat view
PKOR Way Halim yaitu pinggiran kota karena letak kawasan PKOR Way Halim
yang berada di Jl. Lintas Sumatera Soekarno Hatta dan view akses menuju pintu
utama PKOR Way Halim perdagangan dan jasa yang berada di Jl. Sultan Agung.
Hasil rancangan siteplan PKOR Way Halim tidak merubah fungsi yang ada di
PKOR Way Halim yaitu sebagai sarana olahraga dan sarana budaya dan juga
tidak merubah kondisi eksisting yang sebelumnya hanya beberapa saja fasilitas
ditambahkan oleh beberapa instansi dari hasil wawancara dan penambahan ide
fasilitas baru dari peneliti yaitu Area Theater Terbuka, Playground, ATM, Taman
Bunga, Kantor Keamanan, Ruang Informasi, Taman Labirin, GYM Center,
Koperasi, Penyewaan Sepeda.
Sumber: Hasil Analisis, 2020
GAMBAR 4.3 Anjungan Rumah Adat dan Taman Bunga PKOR Way
Halim
Sumber: Hasil Analisis, 2020
GAMBAR 4.4 GOR Sumpah Pemuda dan Pintu Masuk dan Pintu
Keluar PKOR Way Halim Sumber: Hasil Analisis, 2020
Sumber: Hasil Analisis, 2020
GAMBAR 4.5 Stadion dan Softball PKOR Way Halim
Phalla Exista Niny Napoleon, Konsep Perancangan Ruang Terbuka Hijau Yang Terintegrasi
Dengan Sarana Olahraga Dan Budaya Di PKOR Way Halim
116 Volume 0Nomor0 -Bulan1111-pISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973
E. KESIMPULAN
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab tujuan yang telah ditetapkan,
yaitu menyusun konsep perancangan Ruang Terbuka Hijau yang terintegrasi
dengan sarana olahraga dan budaya di PKOR Way Halim Provinsi Lampung.
PKOR Way Halim memiliki dua fungsi yaitu sebagai sarana olahraga dan budaya.
Dari temuan studi tersebut dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Provinsi
Lampung belum memiliki arahan kebijakan untuk mengembangkan kawasan
PKOR Way Halim sebagai kawasan ruang terbuka publik di Provinsi Lampung
dan melihat dari kondisi eksisting di PKOR Way Halim perlu peningkatan
kembali fungsi PKOR Way Halim karena setelah dilakukan revitalisasi belum
dapat dikatakan maksimal dengan melihat fasilitas yang ada kurang perawatan
dan kurang terjaga. Oleh karena itu penulis membuat konsep sporty dan konsep
eco-friendly guna meningkatkan kearifan lokal Provinsi Lampung di PKOR Way
Halim. Dilihat dari hasil wawancara, kuesioner, observasi, dan RTRW Kota
Bandar Lampung tentunya perlu mempertimbangkan landasan obyektif mengenai
kebutuhan prasarana tersebut untuk merencanakan pembangunan ruang terbuka
hijau di kawasan olahraga dan budaya.
F. DAFTAR PUSTAKA
A. Simanjuntak, M. R., & Dhira, A. (2012). Proses Perancangan Perkotaan Di
Mega Kuningan. Jurnal Ilmiah Teknik Media, 2.
BPS. 2018. Kota Bandar Lampung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi
Lampung.
Damayanti, F., Zulkarnain, & Sri Utami, R. K. (2017). Ruang Terbuka Hijau di
Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung Tahun 2016. Jurnal Penelitian
Geograf, 4 .
Hartoyo, H., & Santoni. (2018). Kriteria Ruang Publik Kalijodo Pendukung
Aksesbilitas Dan Peningkatan Aktivitas. Jurnal Teknik Arsitektur ARTEKS, 2.
Hidayat, K., Rosana, & Sri Utami, R. K. (2016). Analisis Ruang Terbuka Hijau
Publik di Kabupaten Pringsewu Tahun 2014. Jurnal Penelitian Geografi. 5.
Maharani, & Faqih, M. (2016). Perancangan Destination Spa Mandalika sebagai
Objek Wisata yang Paling Diminati. Jurnal Sains dan Seni ITS, 5.
Mardikowati, R., Hariani, D., & Maesaroh. (2012). Manajemen Tata Ruang
(Penataan Ruang Terbuka Hijau) Di Kabupaten Kendal. Jurnal Indonesia
Kebijakan Publik dan Tinjauan Manajemen, 3.
Meloke, F. (2012). Redesain Terminal Tipe A Malalayang Di Manado. Jurnal
Arsitektur Daseng Unsrat Manado, 4 .
Miswari. (2015). Sarana Olahraga dengan Penekanan Ruang Terbuka Hijau
sebagai Wadah Interaksi Sosial Masyarakat di Kabupaten Kubu Raya. Jurnal
Mahasiswa Arsitektur Untan, 3.
Muchran, J., Ilham, W., Siddiq, M., & Susilawati. (2015). Model Perencanaan
Ruang Terbuka Hijau Taman Lingkungan Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.
EnviroScienteae, 11.
Nama PenulisPertama dan Nama PenulisKedua, JudulTulisanMaksimal 15 Kata Diketik
Bold 10 pt
Volume 0Nomor0 -Bulan0000 - pISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 117
Mustikowati, E., Setioko, B., & Syahbana, J. A. (2015). Faktor - Faktor Penyebab
Munculnya Activity Support di Kawasan Ruang Publik Bundaran Hotel
Iindonesia Jakarta Pusat. Jurnal Artikel Teknik, 3 .
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka
Hijau Kawasan Perkotaan.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 02/SE/M/2018
Tentang Perencanaan Teknis Fasilitas Pejalan Kaki.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umun Nomor 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 Tentang Ruang Terbuka Hijau
Wilayah Perkotaan.
Putri, D. G. (2017). Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Pusat
Kota Ponorogo. Digital Library ITS .
Rahardjo, S., & Handoyo, A. (2015). Analisis Konsep Tematik Pada Taman
Perumahan Di Kota Baru Parahayangan Sebagai Daya Tarik Bagi Anak-Anak.
Jurnal Tesa Arsitektur, 13.
Ridho, A. M., Purwono, E. H., & Nugroho, A. M. (2016). Pusat Olahraga Bunder
Di Kabupaten Gresik. Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Universitas
Brawijaya, 4.
Sani, M. O. (2016). Implementasi Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Bandar Lampung Dalam Penegakan Hukum Lingkungan (Studi Terhadap
Pelestarian Bukit Di Kota Bandar Lampung). Digital Repository Unila .
Setiawan, B., & Pigawati, B. (2014). Penentuan Prioritas Ruang Terbuka Hijau di
Kecamatan Serengan Kota Surakarta. Jurnal Teknik Perencanaan Wilayah Kota
Universitas Diponegoro, 4.
Setiawan, M. F., & Purnomo, A. (2016). Tinjauan Aspek Kelayakan Elemen
Pembentuk Ruang Komunal Di Taman Monumen 45 Kota Pekalongan. Jurnal
Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Negeri Semarang, 5.
Shani, M. F., & Kurniawan, A. (2015). Kajian Ketersediaan dan Kebutuhan
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan di Kota Sukabumi. Jurnal Bumi
Indonesia, 3 .
Sitanggang, L. F. (2018). Kebijakan Pengembangan Taman Sebagai Pelestarian
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Di Kota Jambi Oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota
Jambi. Repository Universitas Jambi .
Sudagung, Y. B. (2015). Kawasan Olahraga Rekreasi Pada Ruang Terbuka Hijau
Di Kota Pontianak. Jurnal Mahasiswa Arsitektur Untan, 3.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
Widhaswara, G., Kismartini, & Rengga, A. (2015). Implementasi Kebijakan
Penataan Ruang Terbuka Hijau Di Kabupaten Semarang. Jurnal Publik dan
Tinjauan Manajemen Indonesia, 2 .
Wijayanto, W. T., & Risyanto. (2013). Kajian Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau
Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta Tahun 2009. Jurnal Bumi
Indonesia, 5.