KONSEP PENYAKIT MENOMETRORHAGIA

18
1. KASUS Menometrorhagia 2. PROSES TERJADINYA MASALAH a. Pengertian Menometrorhagia berasal dari kata menorrhagia dan metrorhagia. Menorrhagia adalah perdarahan siklik (haid) yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan jumlah darah yang lebih banyak dari biasanya. Metrorhagia adalah perdarahan dari uterus yang terjadi tanpa ada hubungan dengan suatu siklus haid, terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting dan dapat diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh. Menometrorhagia adalah perdarahan uterus yang terjadi tidak sesuai waktu (tidak dalam waktu haid) dengan jumlah darah yang banyak (Manuaba, 2001; Sarwono, 2008). b. Penyebab Menometrorhagia disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (Sarwono, 2008): 1) Penyebab organik a) Serviks uteri : karsinoma portiom, perlukaan serviks, polip serviks, erosi pada portio, ulkus portio uteri. b) Vagina : varises pecah, metastase korio karsinoma, keganasan vagina, karsinoma vagina.

description

Konsep penyakit menometrorhagia berisi tentang definisi menometrorhagia, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, komplikasi, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatannya.

Transcript of KONSEP PENYAKIT MENOMETRORHAGIA

Page 1: KONSEP PENYAKIT MENOMETRORHAGIA

1. KASUS

Menometrorhagia

2. PROSES TERJADINYA MASALAH

a. Pengertian

Menometrorhagia berasal dari kata menorrhagia dan metrorhagia.

Menorrhagia adalah perdarahan siklik (haid) yang berlangsung lebih dari 7

hari dengan jumlah darah yang lebih banyak dari biasanya. Metrorhagia

adalah perdarahan dari uterus yang terjadi tanpa ada hubungan dengan

suatu siklus haid, terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting

dan dapat diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh.

Menometrorhagia adalah perdarahan uterus yang terjadi tidak sesuai waktu

(tidak dalam waktu haid) dengan jumlah darah yang banyak (Manuaba,

2001; Sarwono, 2008).

b. Penyebab

Menometrorhagia disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (Sarwono,

2008):

1) Penyebab organik

a) Serviks uteri : karsinoma portiom, perlukaan serviks, polip serviks,

erosi pada portio, ulkus portio uteri.

b) Vagina : varises pecah, metastase korio karsinoma, keganasan

vagina, karsinoma vagina.

c) Rahim : polip endometrium, karsinoma korpus uteri, submukosa

mioma uteri.

d) Ovarium : radang ovarium, tumor ovarium, kista ovarium.

2) Penyebab perdarahan disfungsional

Perdarahan disfungsional adalah perdarahan yang tidak ada

hubungannya dengan sebab organik. Perdarahan disfungsional dapat

terjadi pada setiap umur Antara menarche dan menopause. Perdarahan

disfungsional terbagi menjadi 3 bentuk, yaitu:

a) Perdarahan disfungsional dengan ovulasi (ovulatoir disfunction

bleeding)

Page 2: KONSEP PENYAKIT MENOMETRORHAGIA

Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium

tanpa ada sebab-sebab organik, maka harus diperhatikan sebagai

etiologi:

(1) Korpus lutheum persistens. Dalam hal ini dijumpai perdarahan

kadang-kadang bersamaan dengan ovarium yang membesar

korpus lutheum ini menyebabkan pelepasan endometrium tidak

teratur (irregular shedding) sehingga menimbulkan perdarahan.

(2) Insufisiensi korpus lutheum menyebabkan premenstrual

spotting, menorrhagia dan polimenorea, dasarnya adalah

kurangnya produksi progesterone disebabkan oleh gangguan

LH releasing factor.

(3) Apapleksia uteri pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi

pecahnya pembuluh darah dalam uterus.

(4) Kelainan darah seperti anemia, gangguan pembekuan darah

purpura trombositopenik.

b) Perdarahan disfungsional tanpa ovulasi (anovulatoir dysfunctional

bleeding

Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium

dengan menurunnya kadar estrogen di bawah tingkat tertentu.

Timbul perdarahan yang kadang-kadang bersifat siklis, kadang-

kadang tidak teratur sama sekali.

c) Stress psikologis dan komplikasi dari pemakaian alat kontrasepsi.

c. Patofisiologi

Perdarahan uterus yang tidak teratur dan jumlah berlebihan sebagian besar

terjadi pada masa sekitar menarche (usia 11-14 tahun) atau sekitar

menopause (usia 45-50 tahun). Menometrorhagia disebabkan oleh

penyebab organik dan perdarahan disfungsional. Adanya beberapa

penyebab menyebabkan perdarahan di luar waktu haid dengan jumlah

darah yang banyak. Perdarahan yang banyak menyebabkan kondisi pasien

memburuk, mata anemis, kekurangan cairan, dan harus ditransfusi.

d. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala secara umum pada menometrorhagia meliputi:

Page 3: KONSEP PENYAKIT MENOMETRORHAGIA

1) Siklus haid tidak teratur.

2) Perdarahan banyak dan menggumpal.

3) Penurunan kadar hemoglobin, plano test negatif.

4) Pada pemeriksaan fisik, KU lemah, kesadaran menurun, wajah pucat,

konjungtiva anemis, ekstremitas pucat, turgor kulit buruk, CRT > 2

detik, kulit kering, tekanan darah normal atau menurun, suhu badan

normal atau meningkat, denyut nadi normal atau menurun.

5) Rasa mulas atau kram perut di atas simfisis disertai nyeri pinggang.

e. Penanganan

Tujuan penanganan/pengobatan pada pasien dengan menometrorhagia

adalah menghentikan perdarahan, memulihkan pola haid ovulatoir, dan

mencegah akibat jangka panjang dari keadaan anovulasi. Prinsip

pengobatan pada menometrorhagia yaitu:

1) Singkirkan dulu kelainan organik.

2) Bila terjadi perdarahan banyak atau KU jelek atau anemis, segera

hentikan perdarahan dengan injeksi estrogen atau progesteron

kemudian transfusi darah.

3) Perdarahan yang tidak mengganggu KU, terapi cukup dengan estrogen

atau progesteron oral saja.

4) Terapi lain: antifibrinolitik atau antiprostaglandin.

5) Setelah perdarahan berhenti atau gangguan haid teratasi selanjutnya

atur siklus haid selama 3 bulan berturut-turut.

6) Setelah 3 bulan pengaturan siklus haid, keadaan kembali lagi seperti

semula, cari penyebab lain (analisa hormon)

Pengobatan pada menometrorhagia dapat dibagi menjadi beberapa

pengobatan spesifik, yaitu:

1) Pengobatan pada siklus anovulatorik

Tujuan pengobatan adalah menghentikan perdarahan dan

mengembalikan siklus haid sampai terjadi ovulasi atau sampai

hormone-hormon untuk memicu ovulasi terpenuhi. Obat yang

diberikan adalah estrogen dosis tinggi (estradiol diprolionas 2,5 mg &

estradiol benzoas 1,5 mg), pil kombinasi 2 x 1 tablet selama 3 hari (1 x

Page 4: KONSEP PENYAKIT MENOMETRORHAGIA

1 tablet selama 21 hari), dan progesteron (MPA 10-20 mg/hari selama

7-10 hari & linestrenol 5 mg).

2) Pengobatan pada menometrorhagia berat

Beri estrogen konjugasi dosis tinggi untuk merangsang terbentuknya

lapisan mukopolisakarida pada dinding kapiler dan arteriola sehingga

luka pada pembuluh darah tertutup. Dosis 25 mg IV/3-4 jam, maksimal

4 kali suntikan. Bila KL estrogen, beri progesteron 100 mg untuk

merangsang kontraksi ritmik pada vasomotor dan menjaga ketahanan

endometrium.

3) Pengobatan operatif

Terapi ini bertujuan untuk menghentikan perdarahan dengan angka

keberhasilan 40-60%.

4) Pengobatan lain

Pemberian antifibrinolitik. Aktivitas fibrinolitik di uterus tinggi akibat

enzimatik plasma atau plasminogen yang menyebabkan degradasi

fibrin, fibrinogen, faktor V dan VIII. Proses seperti urakinase, tripsin,

dan streptokinase. Dapat dihambat oleh asam amino keproat dan asam

traneksamat dosis 4 gram/hari (4 kali pemberian).

f. Komplikasi

Komplikasi yang dapat muncul, yaitu:

1) Perdarahan

2) Kerusakan ginjal

3) Syok hipovolemik/syok hemoragik

Page 5: KONSEP PENYAKIT MENOMETRORHAGIA

3. a. POHON MASALAH

b. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

1) Masalah Keperawatan

a) Kekurangan volume cairan

b) Gangguan perfusi jaringan perifer

c) Resiko syok

d) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

e) Ansietas

KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI

RESIKO SYOK

KEKURANGAN VOLUME CAIRAN

ANSIETAS

Penyebab organik dan penyebab perdarahan disfungsional

Perdarahan yang berlebihan di luar waktu haid

MENOMETRORHAGIA

Perdarahan berlebihan

Kurang pengetahuan

Perdarahan terus menerus

Anoreksia

Intake nutrisi tidak adekuat

Volume darah berkurang

Suplai darah ke jaringan berkurang

Suplai hemoglobin ke jaringan berkurang

Suplai oksigen ke jaringan berkurang

GANGGUAN PERFUSI JARINGAN PERIFER

Kelemahan

Page 6: KONSEP PENYAKIT MENOMETRORHAGIA

2) Data yang perlu dikaji

a) Identitas pasien

1) Nama pasien : menghindari kekeliruan dengan pasien lain.

2) Umur pasien : mengetahui faktor resiko kehamilan dan resiko

terjadinya menometrorhagia.

3) Agama dan suku bangsa : mengetahui keyakinan dan tradisi

budaya yang dapat mempengaruhi terjadinya menometrorhagia

dan mempermudah penatalaksanaan menometrorhagia.

4) Pendidikan : mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman

ibu dalam memberikan informasi tentang menometrorhagia.

5) Pekerjaan : mengetahui tingkat ekonomi pasien dan tingkat

aktivitas pasien.

6) Alamat : menghindari kesalahan jika ada nama pasien yang sama.

7) Identitas suami : mengetahui faktor resiko menometrorhagia dan

hubungan identitas suami dengan kejadian menometrorhagia.

8) Keluhan utama : mengetahui alasan/penyebab pasien masuk

rumah sakit agar dapat diberikan intervensi yang tepat.

9) Keluhan saat ini : mengetahui tanda dan gejala yang berkaitan

dengan menometrorhagia yang dirasakan pasien.

b) Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang : mengetahui kondisi ibu saat ini dan

penyakit penyerta yang sedang dialami ibu saat ini.

2) Riwayat kesehatan dahulu : mengetahui penyakit yang pernah

dialami ibu dan hubungan dengan kejadian menometrorhagia.

3) Riwayat kesehatan keluarga : mengetahui penyakit yang pernah

dialami anggota keluarga dan hubungannya dengan kejadian

menometrorhagia.

4) Riwayat obstetrik : riwayat perkawinan (mengetahui lamanya

pernikahan dan faktor resiko menometrorhagia yang muncul),

riwayat menstruasi (mengetahui siklus haid, lama haid, keluhan

saat haid, HPHT, karakteristik darah haid yang berhubungan

dengan kejadian menometrorhagia), riwayat kontrasepsi

Page 7: KONSEP PENYAKIT MENOMETRORHAGIA

(mengetahui jenis kontrasepsi yang digunakan dan efeknya

terhadap reproduksi), riwayat kehamilan sekarang (mengetahui

riwayat ANC, obat-obatan yang pernah diminum, keluhan selama

hamil, perdarahan selama hamil, kehamilan direncanakan atau

tidak yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya

menometrorhagia).

c) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

1) Pola nutrisi : mengetahui pola makan, adanya alergi terhadap

makanan, dan makanan yang biasa dikonsumsi yang mungkin

dapat menjadi penyebab menometrorhagia.

2) Pola eliminasi : mengetahui pola dan frekuensi BAK dan BAB

sebelum kehamilan dan selama kehamilan dan adanya perubahan

yang abnormal yang mungkin muncul.

3) Pola personal hygiene : mengetahui kebiasaan pasien dalam

melakukan kebersihan diri dan kemungkinan faktor predisposisi

menometrorhagia.

4) Pola aktivitas dan istirahat : mengetahui aktivitas sehari-hari yang

biasa dilakukan pasien yang dapat mempengaruhi kondisi

kehamilan dan berperan penting dalam terjadinya

menometrorhagia.

5) Pola seksualitas : mengetahui pola melakukan hubungan seksual,

frekuensi, keluhan saat melakukan hubungan seksual, perdarahan

post koitus, keamanan saat melakukan hubungan seksual selama

hamil yang dapat menyebabkan menometrorhagia.

6) Pola psikososial dan spiritual : mengetahui hubungan pasien

dengan suami dan keluarga, sumber dukungan pasien, praktek

spiritual yang dilakukan pasien.

7) Keadaan sosial ekonomi : mengetahui kemampuan keluarga

dalam memenuhi kebutuhan ibu selama hamil dan saat perawatan

di RS.

d) Pemeriksaan fisik

Page 8: KONSEP PENYAKIT MENOMETRORHAGIA

1) Keadaan umum : pasien biasanya dalam keadaan lemah, tingkat

kesadaran mungkin menurun, tekanan darah menurun, frekuensi

nafas mungkin normal, suhu mungkin meningkat dan denyut nadi

menurun.

2) Kepala : kondisi kulit kepala bersih atau kotor, warna rambut,

jumlah rambut tebal atau tipis.

3) Wajah : warna kulit wajah, ada lesi atau tidak, ada kloasma atau

tidak.

4) Mata : konjungtiva anemis, sklera ikterik atau putih, penglihatan

normal atau mengalami gangguan.

5) Hidung : hidung simetris atau tidak, ada secret atau tidak, ada

PCH atau tidak, ada epistaksis atau tidak, ada gangguan

penciuman atau tidak, ada lesi atau tidak.

6) Telinga : simetris atau tidak, ada otorea atau tidak, ada lesi atau

tidak, ada kelainan atau tidak, ada gangguan pendengaran atau

tidak.

7) Bibir : mukosa kering, kulit bibir mengelupas atau tidak, ada

sariawan atau tidak, ada perdarahan atau tidak.

8) Gigi : ada karies atau tidak, kebersihan gigi terjaga atau tidak,

warna gigi.

9) Leher : mungkin ada pembesaran kelenjar, distensi JVP,

pembesaran kelenjar tiroid.

10) Dada : pergerakan dada simetris atau tidak, suara nafas mungkin

cepat, tidak ada suara nafas tambahan, suara jantung S1 S2

tunggal regular atau atau ada suara tambahan.

11) Payudara : bentuk payudara, putting susu mungkin menonjol,

areola hitam/gelap.

12) Abdomen : bentuk abdomen, ada lesi atau tidak, ada bekas

luka/jahitan ata tidak, ada benjolan atau tidak, ada nyeri tekan

atau tidak.

Page 9: KONSEP PENYAKIT MENOMETRORHAGIA

13) Genetalia dan anus : bentuk vagina dan labia, warna, ada kelainan

atau tidak, kebersihan genetalia dan anus, karakteristik darah

yang keluar dari genetalia juga dikaji.

14) Ekstremitas : pemeriksaan rentang gerak, ada lesi atau tidak,

edema atau tidak.

e) Pemeriksaan penunjang : kadar Hb, hematologi, elektrolit pasien.

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan berlebihan.

b. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai

darah ke jaringan perifer.

c. Resiko syok berhubungan dengan perdarahan terus menerus.

d. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake nutrisi tidak adekuat.

e. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai penyakit.

5. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

a. Diagnosa I : kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan

berlebihan.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam,

kebutuhan pasien dapat terpenuhi.

Kriteria Hasil: tanda-tanda vital dalam rentang normal, hidrasi adekuat,

tidak ada tanda-tanda dehidrasi, mukosa oral lembap,

tidak ada rasa haus berlebihan.

Rencana Tindakan:

1) Monitor tanda-tanda vital pasien.

Rasional: mengetahui kondisi umum tubuh pasien.

2) Pantau input dan output cairan.

Rasional: mengetahui adanya ketidakseimbangan input dan output

cairan.

3) Monitor status hidrasi dan tanda-tanda dehidrasi.

Page 10: KONSEP PENYAKIT MENOMETRORHAGIA

Rasional: mencegah pasien mengalami dehidrasi dan menjadi petunjuk

dalam penentuan kebutuhan cairan pada pasien.

4) Monitor jumlah darah yang keluar.

Rasional: membantu menentukan rehidrasi cairan dan mencegah

perdarahan lebih lanjut.

5) Kolaborasikan pemberian terapi cairan yang tepat pada pasien.

Rasional: membantu memenuhi kebutuhan cairan pada pasien.

b. Diagnosa II : gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

penurunan suplai darah ke jaringan perifer.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam,

perfusi jaringan perifer adekuat.

Kriteria Hasil: tidak ada sianosis, tidak ada perdarahan, tidak ada edema,

akral hangat.

Rencana Tindakan:

1) Monitor tanda-tanda vital pasien.

Rasional: mengetahui kondisi umum tubuh pasien.

2) Pantau adanya sianosis dan edema.

Rasional: gangguan perfusi jaringan perifer dapat menyebabkan

sianosis dan edema.

3) Observasi perdarahan pada pasien.

Rasional:.mencegah perdarahan lebih lanjut dan menentukan

kebutuhan hidrasi pasien.

4) Tingkatkan istirahat pada pasien.

Rasional: mencegah perdarahan pada pasien.

5) Kolaborasikan pemberian transfusi darah pada pasien.

Rasional: mengganti darah yang hilang dan membantu

mengadekuatkan suplai darah ke jaringan.

c. Diagnosa III : resiko syok berhubungan dengan perdarahan terus menerus.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam,

pasien tidak beresiko mengalami syok.

Kriteria Hasil: tidak ada tanda-tanda syok, tidak ada tanda-tanda

dehidrasi, tidak ada perdarahan secara aktif.

Page 11: KONSEP PENYAKIT MENOMETRORHAGIA

Rencana Tindakan:

1) Monitor tanda-tanda vital pasien.

Rasional: mengetahui kondisi umum tubuh pasien.

2) Monitor tanda-tanda syok.

Rasional: mengetahui adanya syok dan mencegah terjadinya syok lebih

lanjut.

3) Monitor tanda-tanda dehidrasi.

Rasional: mencegah terjadinya dehidrasi pada pasien.

4) Monitor perdarahan dan status neurologis pasien.

Rasional: membantu menentukan intervensi yang tepat.

5) Lakukan penanganan syok jika terjadi syok.

Rasional: penanganan yang tepat dapat mencegah pasien mengalami

syok.

d. Diagnosa IV : ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam,

kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.

Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda malnutrisi, adanya peningkatan berat

badan, tidak ada penurunan berat badan secara drastis.

Rencana tindakan:

1) Monitor tanda-tanda vital pasien.

Rasional: mengetahui kondisi umum tubuh pasien.

2) Pantau intake nutrisi pada pasien.

Rasional: mengetahui status nutrisi pasien agar dapat memperoleh

penanganan yang tepat.

3) Observasi adanya tanda-tanda malnutrisi.

Rasional: mencegah pasien mengalami kekurangan nutrisi yang lebih

padarah (malnutrisi).

4) Tingkatkan pemberian nutrisi pada pasien sesuai diet (diet anemia).

Rasional: memenuhi kebutuhan nutrisi yang tepat sesuai kebutuhan

pasien.

5) Kolaborasikan pemberian terapi cairan Dextrose 5%.

Page 12: KONSEP PENYAKIT MENOMETRORHAGIA

Rasional: membantu memenuhi kebutuhan nutrisi pasien melalui terapi

parenteral.

e. Diagnosa V : Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai

penyakit.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam,

ansietas yang dirasakan pasien dapat terkontrol.

Kriteria Hasil: mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan rasa

cemas, menunjukkan teknik mengontrol ansietas.

Rencana Tindakan:

1) Monitor tanda-tanda vital pasien.

Rasional: mengetahui kondisi umum tubuh pasien.

2) Dorong pasien untuk mengungkapkan rasa cemas yang dirasakan

pasien.

Rasional: membantu mengurangi beban pasien dan mengetahui rasa

cemas yang dirasakan pasien.

3) Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien.

Rasional: mengetahui koping pasien terhadap ansietas dan mencegah

koping maladaptif.

4) Berikan informasi mengenai penyakit dan kondisi pasien.

Rasional: meningkatkan pengetahuan pasien dan membantu

mengurangi ansietas pasien.

5) Lakukan teknik distraksi.

Rasional: mengalihkan fokus pasien pada hal-hal yang menyenangkan,

mengurangi ansietas.