Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

41
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Surabaya dengan kekuatan ekonomi yang cukup potensial dan merupakan barometer bagi kawasan Jawa Timur khususnya, dan Indonesia Timur umumnya. Kekuatan ekonomi Surabaya dengan segala aktivitas ekonomi yang ada, merupakan salah satu penggerak utama ekonomi serta memberikan kontribusi yang paling besar dari 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Tingginya tingkat pengangguran di kota ini tentu tidak lepas dari masalah pertumbuhan penduduk yang didorong oleh arus urbanisasi. Upaya penciptaan lapangan kerja dengan mendorong pertumbuhan ekonomi ternyata selalu diimbangi oleh meningkatnya daya tarik Surabaya bagi penduduk disekitarnya. Sehingga masalah urbanisasi merupakan kondisi yang sulit dihindari dan menambah angka pengangguran. Dengan adanya pertumbuhan sektor ekonomi serta banyaknya pencari kerja dari tamatan SMK setiap tahun, hendaknya menjadi acuan bagi dunia pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik secara proporsional, agar mampu mengisi lowongan pekerjaan yang dibutuhkan oleh pasar kerja. Dari penjelasan diatas, menggambarkan bahwa terjadi gap antara ketersediaan tenaga kerja tamatan SMK dengan kebutuhan pasar 1

description

Educational Concept

Transcript of Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

Page 1: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Surabaya dengan kekuatan ekonomi yang cukup potensial dan merupakan barometer bagi

kawasan Jawa Timur khususnya, dan Indonesia Timur umumnya. Kekuatan ekonomi

Surabaya dengan segala aktivitas ekonomi yang ada, merupakan salah satu penggerak utama

ekonomi serta memberikan kontribusi yang paling besar dari 38 Kabupaten/Kota di Jawa

Timur.

Tingginya tingkat pengangguran di kota ini tentu tidak lepas dari masalah pertumbuhan

penduduk yang didorong oleh arus urbanisasi. Upaya penciptaan lapangan kerja dengan

mendorong pertumbuhan ekonomi ternyata selalu diimbangi oleh meningkatnya daya tarik

Surabaya bagi penduduk disekitarnya. Sehingga masalah urbanisasi merupakan kondisi yang

sulit dihindari dan menambah angka pengangguran. Dengan adanya pertumbuhan sektor

ekonomi serta banyaknya pencari kerja dari tamatan SMK setiap tahun, hendaknya menjadi

acuan bagi dunia pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik secara proporsional, agar

mampu mengisi lowongan pekerjaan yang dibutuhkan oleh pasar kerja.

Dari penjelasan diatas, menggambarkan bahwa terjadi gap antara ketersediaan tenaga kerja

tamatan SMK dengan kebutuhan pasar kerja, yang mengisyaratkan bahwa pendidikan SMK

di Kota Surabaya, perlu mengambil peran aktif dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja

sesuai dengan potensi wilayah untuk masa yang akan datang. Sehingga diperlukan adanya

penelitian untuk menyusun konsep peningkatan potensi wilayah dalam mengantisipasi

kebutuhan pasar kerja melalui pendidikan SMK yang dapat mendukung potensi wilayah di

Surabaya.

1

Page 2: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

B. PERMASALAHAN

Permasalahan dalam penelitian ini adalah terjadinya gap antara ketersediaan tenaga kerja

tamatan SMK dengan kebutuhan pasar kerja di kota Surabaya. Sehingga muncul pertanyaan

penelitian :

1. Faktor - faktor apa yang menyebabkan tenaga kerja tamatan SMK tidak terserap oleh

pasar kerja di Surabaya?

2. Konsep apa yang tepat bagi pendidikan SMK dalam mengantisipasi pasar kerja untuk

mendukung potensi wilayah di Surabaya?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan konsep pendidikan SMK dalam

mengantisipasi pasar kerja untuk mendukung potensi wilayah di Surabaya. Sedangkan

sasarannya :

1. Mengidentifikasi faktor – faktor penyebab ketidak terserapan tenaga kerja tamatan

SMK oleh pasar kerja di Kota Surabaya.

2. Mengidentifikasi kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja dalam rangka

peningkatan potensi wilayah kota Surabaya.

3. Merumuskan konsep pendidikan SMK dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja

untuk mendukung peningkatan potensi wilayah di Kota Surabaya.

2

Page 3: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

BAB II

KAJIAN TEORI

A. TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH

Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output per kapita, sehingga persentase

pertambahannya harus lebih tinggi dari pertambahan penduduk. (Boediono dalam

Tarigan, 2005).

Salah satu konsep yang biasa dipakai dalam membicarakan pendapatan regional/nilai

tambah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dimana menggambarkan

jumlah nilai tambah yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di wilayah tersebut.

Pendapatan per kapita juga merupakan tolok ukur keberhasilan sektor-sektor ekonomi

dalam suatu wilayah, karena pendapatan per kapita adalah total pendapatan suatu daerah

dibagi jumlah penduduk di daerah tersebut untuk tahun yang sama. (Tarigan, 2005).

Menurut Nugroho, 2005, berdasarkan pendekatan penawaran dirumuskan bahwa

hubungan antara hasil ekonomi wilayah dan ketersediaan sumber-sumber daya lokal yang

mempengaruhi produktifitas wilayah, diantaranya modal, lahan, tenaga kerja,

kewirausahaan dll. Sedangkan berdasarkan pendekatan permintaan, pertumbuhan

ekonomi wilayah terjadi sebagai akibat adanya permintaan barang dan jasa tertentu oleh

suatu wilayah, sehingga menggerakkan potensi dan sistem produksi lokal yang akan

memberikan pertumbuhan ekonomi bagi wilayah tersebut.

B. MANAJEMEN SDM DAN KETENAGAKERJAAN

Proyeksi kebutuhan SDM dipengaruhi oleh keseimbangan antara permintaan dan

penawaran tenaga kerja, serta adanya perubahan dan kecenderungan perkembangan

teknologi. Permintaan SDM pada waktu yang akan datang merupakan inti dari kegiatan

perencanaan ketenagakerjaan, dengan pertimbangan identifikasi lowongan pekerjaan dan

bagaimana mengisi lowongan tersebut. Sedangkan penawaran dapat dilihat dari dunia

kerja yang memberi kesempatan pada tenaga kerja, sehingga keduanya merupakan faktor

3

Page 4: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

utama yang akan mempengaruhi proyeksi kondisi pasar kerja. (Sumarsono, 2003).

Banyak negara menggunakan manpower-planning (Blaug, 1970 dalam Tarigan, 2005)

untuk menghubungkan luaran ekonomi, kebutuhan tenaga kerja dan persyaratan lembaga

pendidikan. Usaha menciptakan kesesuaian antara proses dan substansi pendidikan

dengan kebutuhan dunia kerja dimaksudkan untuk meningkatkan area pendidikan

kejuruan yang didukung oleh semua pihak. Salah satu cara adalah dengan mengadakan

penelusuran alumni.

C. PENDEKATAN PERENCANAAN PENDIDIKAN

Konsep pendekatan ketenagakerjaan adalah pendekatan yang mengutamakan keterkaitan

lulusan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja. Apabila dikaji dari semakin

membengkaknya angka pengangguran, maka keperluan untuk mempertemukan antara

dunia pendidikan dengan dunia kerja semakin mendesak. Dalam menyusun konsep perlu

diperhatikan struktur pendidikan, komposisi usia penduduk dan ketenagakerjaan yang

dapat digambarkan pada Gambar 1 dibawah ini :

Gambar 1 Struktur Pendidikan dan Ketenagakerjaan (Usman, 2006)

4

Page 5: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

D. KEBIJAKAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Berdasarkan Undang – Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, program pembangunan pendidikan diarahkan pada upaya mewujudkan kondisi

yang diharapkan, dan difokuskan pada tiga pilar kebijakan pendidikan yaitu : pemerataan

dan perluasan akses pendidikan; peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing keluaran

pendidikan; serta peningkatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik tentang

pengelolaan pendidikan.

Selanjutnya dikatakan bahwa SMK harus melaksanakan uji kompetensi, karena

merupakan kunci dari sistem diklat kejuruan dengan pola CBT (Competency Based

Training), dimana prosesnya akan ditetapkan oleh Badan Nasional Standarisasi Profesi

(BNSP) dan dilaksanakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Uji kompetensi

dimaksudkan untuk membantu dunia usaha/industri dalam merekrut dan mempromosi-

kan tenaga kerja yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya dan memacu

peningkatan kompetensi yang bersangkutan.

Untuk itu SMK harus melakukan reposisi sebagai upaya penataan kembali konsep,

perencanaan dan implementasi pendidikan kejuruan dalam rangka peningkatan mutu

sumberdaya manusia yang mengacu pada kecenderungan (trend) kebutuhan pasar kerja,

baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun internasional. (Gatot HP : dalam

Supriadi, 2002).

E. SEKOLAH KEJURUAN DI LUAR NEGERI

Sebuah sistem yang disebut dengan istilah dual system, dimana secara formal tidak

mempunyai persyaratan resmi, baik secara hukum maupun tingkat pendidikan/sekolah,

tetapi keberadaannya dapat memberikan sertifikasi kompetensi pada suatu pekerjaan

yang bersifat formal. Pada kenyataannya, peluang untuk mendapat pengakuan, dan

banyaknya masyarakat yang masuk/mengikuti, karena dipastikan dapat bekerja,

tergantung pada pre-qualification, karena sistem ini merupakan gabungan antara learning

and working, yang menyediakan materi kejuruan untuk mengajarkan teori dan praktek.

5

Page 6: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

Dual system pada dasarnya adalah konsep belajar dan bekerja, dimana pelatihan

pekerjaan harus berorientasi pada pengelompokan qualifikasi dan kompetensi untuk

proses yang berhubungan dengan bekerja. Vocational training harus bisa membagun

jembatan untuk pelatihan lanjutan. Gambaran tentang dual system di Jerman dapat dilihat

dalam Gambar 2 :

Gambar 2. Basic elements of dual system (Sumber : Federal Ministry of Education and Research, 2003)

Banyak perusahaan bersedia bekerjasana dalam program ini, karena mempunyai beberapa

alasan dan keuntungan yaitu dengan memberikan training maka keberadaannya

dinyatakan sebagai lembaga yang memberi pertimbangan untuk “offering training” atau

penawaran pelatihan, yang dapat langsung dinikmati oleh perusahaan. Diperkirakan

sekitar 94% perusahaan menawarkan program ini, dengan mengajak beberapa praktisi

secara langsung dapat memperoleh hasilnya di company. Ini penting karena pelatihan

didalam perusahaan dapat meningkatkan kemampuan sosial dan karakteristik personal

yang selalu dibutuhkan oleh para pekerja di perusahaan. Selain itu berfungsi untuk

membantu promosi perusahaan terhadap para konsumennya.

Karena ada tanggungjawab bersama antara dunia pendidikan dengan dunia kerja, maka

kurikulum sekolah kejuruan dengan dual system ini masing-masing mempunyai fasilitas

6

Page 7: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

pelatihan tersendiri, sehingga dapat melakukan pelatihan kejuruan di kedua tempat yang

berbeda. Lihat Gambar 3.

Gambar 3. Vocational School Curricula(Sumber : Federal Ministry of Education and Research, 2003)

Kerja sama dalam dual system ini diatur secara legal pada semua level (Federal

Government, Länder, region, training location) dan ini telah dijamin cukup sukses serta

merupakan panduan dan koordinasi antar menteri di tingkat federal seperti the Federal

Ministry of Education dan Research. Mereka memberi semangat khususnya dengan

mempromosikan hubungan antara sekolah dan perusahaan vocational training pada level

regional, untuk otonomi daerah yang berkaitan dengan ekonomi, khususnya dunia

industri, perdagangan dan kerajinan.

Mereka juga sepakat membiayai registrasi pelatihan dan menetapkan team penguji untuk

ujian sisipan dan ujian akhir di vocational training dan further training (pelatihan

lanjutan). Lebih jauh, wacana untuk aturan perorangan, wewenangnya diberikan untuk

melakukan pengawasan dibawah Vocational Training Act and Handicrafts Regulation

Act. Tanggung jawabnya dapat dilihat pada Gambar 4.

7

Page 8: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

Gambar 4. Responsibilities within the dual system (Sumber : Federal Ministry of Education and Research, 2003)

Selain Jerman, salah satu Negara di Asia yang telah berhasil menerapkan dual system

adalah Vocational Technical Education (VTE) di Singapore, suatu sistim yang

mempunyai peranan penting dibidang sosial dan ekonomi. Dan yang paling utama adalah

bagaimana memastikan hubungan ini dengan kemampuan yang dimiliki serta nilai

ekonominya.

Pemerintah Singapura telah menanam investasi cukup besar di bidang pendidikan dan

pelatihan, selain di universitas dan politeknik, terutama pendidikan teknis dan kejuruan di

bawah ITE. Lihat Gambar 5.

Gambar 5. Phases of Singapore’s Development(Sumber : Institute of Technical Education, 2003)

8

Page 9: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

Singapore telah mengadakan restrukturisasi ekonomi yang mempunyai dampak langsung

pada kemampuan pekerja yang ada. Harapannya adalah para pekerja dapat memiliki

pengetahuan, pendidikan dan ketrampilan yang cukup dengan menyajikan sistem

pendidikan dan pelatihan para pekerja untuk meningkatkan mutu dan memperoleh

kualifikasi keterampilan teknis dengan sistem latihan dalam bidang industri serta

diperkenalkan sistem yang dibentuk sesuai dengan pola Dual System.

F. SISTEM MANAJEMEN

Berdasarkan kajian teori tentang sistem manajemen pada lembaga pendidikan dalam

jurnal pendidikan (Slamet PH, 2000) disebutkan bahwa sekolah sebagai sistem, secara

universal memiliki tiga komponen yaitu :

1. Input adalah segala sesuatu yang tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya

sebuah proses yang meliputi visi, misi, tujuan, sasaran, manajemen dan sumberdaya.

2. Proses adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain meliputi proses

pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program,

pemotifasian semua komponen, koordinasi, belajar mengajar serta monitoring dan

evaluasi.

3. Output adalah suatu hasil yang dapat dijamin kepastian hasil, meliputi kinerja yang

dapat diukur dari efektifitas, kualitas, produktifitas, efisiensi, inovasi, kualitas

kehidupan kerjanya, nilai surplus dan moral kerjanya.

Unsur-unsur pembentuk sistem yang kurang lengkap akan berakibat tidak adanya

jaminan kepastian tentang hasil (output) pendidikan. Sistem yang lengkap dapat

digambarkan sebagai berikut :

9

Page 10: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

Gambar 6. Sistem kinerja SMK (diolah)

Pendekatan sistem dalam organisasi memandang bahwa organisasi sebagai suatu

kesatuan yang terdiri atas subsistem-subsistem yang saling berinteraksi, berkorelasi

dan berdependensi sebagai suatu keseluruhan untuk mencapai tujuan secara efektif

dan efisien. Titik berat teori pendekatan sistem adalah memandang sebuah organisasi

sebagai sistem terbuka yang berinteraksi dengan lingkungannya. (Usman, 2006).

Menurut Dobson dan Swafford, 1980 dalam Danim (2004), untuk menyusun konsep

kesesuaian pendidikan dengan dunia kerja, lembaga sekolah didorong menjadi

penghasil tenaga kerja terampil dan spesialis dibidangnya. Selanjutnya dikatakan

bahwa usaha menciptakan kesesuaian antara proses dan substansi pendidikan dengan

kebutuhan dunia kerja dimaksudkan untuk meningkatkan area pendidikan kejuruan

yang didukung oleh semua kalangan.

10

Page 11: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. ALUR PENELITIAN

Dalam metoda penelitian ini akan dibahas tentang pendekatan penelitian dan jenis

penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis, variabel penelitian, tahapan

penelitian dan hasil penelitian.

Sesuai dengan permasalahan yang ada, maka secara sistematis dapat dilihat dalam

Gambar 3.1 tentang alur penelitian sebagai berikut :

11

Page 12: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

Gambar 3.1. Alur Penelitian

12

Page 13: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

Berdasarkan jenis data di lapangan, maka teknik analisis yang relevan dengan proses

identifikasi faktor–faktor penyebab ketidakterserapan tenaga kerja tamatan SMK dan

kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja serta untuk merumuskan konsep

pendidikan SMK dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja untuk mendukung

peningkatan potensi wilayah di Surabaya menggunakan 3 (tiga) teknik analisis :

B. METODE ANALISIS STAKEHOLDERS

Analisis yang digunakan dalam penentuan responden adalah analisis stakeholders,

dimana pemilihannya berdasarkan kapasitas dan kompetensinya di dalam lingkup

pendidikan, perdagangan, perhotelan dan restoran, SDM dan ketenagakerjaan, potensi

wilayah yang terkait antara dunia pendidikan dengan dunia kerja.

C. METODE ANALISIS DELPHI

Alasan digunakan teknik analisis Delphi adalah untuk mengolah data kualitatif yang

diperoleh dari para expert melalui kuestioner dan wawancara yang mempunyai

tingkat validasi tinggi karena dilakukan oleh para ahli serta melalui iterasi minimal

dua atau tiga kali. Pengertian dasar teknik delphi merupakan teknik “expert opinion

polling” dan merupakan prosedur peramalan pendapat untuk memperoleh dan

membuat opini tentang peristiwa di masa depan. Secara jelasnya teknik dan tahapan

analisis dapat dijelaskan pada Gambar 3.2. dibawah ini :

13

Page 14: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

Gambar 3.2. Tahapan Analisis Delphi

D. METODE AHP

Analytic Hirarchy Process (AHP) adalah merupakan salah satu metode yang

membantu dalam masalah pengambilan keputusan serta untuk menentukan skala

prioritas dalam penyusunan konsep. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan

masalah pengambilan keputusan yang memerlukan multikriteria.

Setelah faktor-faktor penyebab ketidakterserap-an tenaga kerja tamatan SMK dan

kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja dapat diidentifikasi, maka variabel

penelitian tersebut disusun dalam bentuk instrumen dan dimintakan penilaian atau

pendapat kepada responden, untuk menyusun struktur hierarki guna merumuskan

konsep pendidikan SMK dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja untuk

mendukung potensi wilayah di Surabaya.

14

Page 15: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. HASIL ANALISA STAKEHOLDERS

Wawancara dan kuesioner dalam penelitian ini melibatkan beberapa expert untuk

dapat mengidentifikasi permasalahan yang ada, baik secara individu, kelompok

maupun kelembagaan. Adapun hasil identifikasi dan pengelompokan expert dengan

analisis stakeholders menurut kepentingan dan pengaruh terhadap perumusan konsep.

Dari hasil pemetaan stakeholders tersebut, maka ditemukan beberapa kelompok

instansi yang sangat berpengaruh (Sub Dinas Pendidikan Menengah Kejuruan

Propinsi Jawa Timur, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Perdagangan dan Perindustrian,

Dinas Pariwisata dan DPRD Kota Surabaya) serta yang sangat berpengaruh sekali

(Dinas Pendidikan, Pihak dunia kerja dan SMK yang ada di Surabaya) dalam

merumuskan konsep pendidikan SMK dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja

untuk mendukung peningkatan potensi wilayah di Surabaya.

B. HASIL ANALISA DELPHI

Berdasarkan hasil analisa, teridentifikasi faktor-faktor penyebab ketidakterserapan

tenaga kerja tamatan SMK di Surabaya antara lain :

a. Kondisi ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja

tamatan SMK, baik secara kuantitas maupun kualitas.

b. Banyak program keahlian dibuka belum berorientasi pada kebutuhan pasar kerja.

c. Sertifikasi yang diperoleh oleh tenaga kerja tamatan SMK belum dapat dipakai

sebagai tolok ukur untuk dapat atau tidaknya diterima oleh pasar kerja.

d. Dinamika penduduk kota Surabaya sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

wilayah, terutama masalah urbanisasi.

15

Page 16: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

e. Tenaga kerja tamatan SMK di Surabaya belum memenuhi standar kompetensi

dunia kerja.

f. Belum ada tanggung jawab dan koordinasi bersama antara dunia kerja dengan

dunia pendidikan, sehingga menimbulkan dampak ketidaksiapan dalam memasuki

dunia kerja.

g. Kompetensi tenaga pendidik sebagian besar SMK di Surabaya belum memenuhi

standar kualifikasi yang dibutuhkan sebagai trainer.

h. Sistem penilaian yang dilaksanakan masih belum sesuai dengan kondisi prosedur

kerja.

i. Adanya gap yang cukup tinggi antara pemahaman, proses dan hasil dari sistem uji

kompetensi pada dunia pendidikan dengan dunia kerja.

Adapun kompetensi tenaga kerja tamatan SMK yang dibutuhkan oleh pasar kerja di

surabaya adalah, tenaga kerja yang berkualitas, siap pakai dan dapat memenuhi

standar kompetensi serta mempunyai skills sesuai dengan kebutuhan pasar kerja,

memiliki sertifikat hasil dari uji kompetensi dengan standar dunia kerja serta memiliki

sertifikat kompetensi tingkat nasional/ internasional.

C. HASIL ANALISA AHP

Berdasarkan hasil eksplorasi pendapat para expert dan observasi di lapangan

menunjukkan bahwa pendidikan kita selama ini kurang dijiwai oleh “berfikir sistem”,

sehingga tidak berwawasan multidisiplin, interdisiplin dan lintas disiplin.

Setelah dilakukan penyebaran kuesioner, maka dilakukan penghitungan pembobotan

dari 15 responden tersebut, untuk mendapatkan nilai eigenvector. Selanjutnya

dinormalisasi hingga mendapatkan nilai CI dan CR <0.1. Dan hasilnya digunakan

untuk mencari matriks gabungan, sampai mencapai tujuan berdasarkan pendapat para

expert. yang dapat dilihat pada Gambar 4.1 :

16

Page 17: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

Gambar 4.1. Hasil keputusan dengan skala prioritas

Berdasarkan hasil perhitungan uji konsistensi, perbandingan berpasangan pada level 1

diperoleh nilai λmax = 5.29, CI = 0.07 dan CR = 0.07, maka matriks perbandingan

dapat diterima dan dinyatakan konsisten. Adapun nilai pembobotan antar faktor

melalui matriks perbandingan berpasangan dan matriks pembobotan gabungan,

didapat suatu hirarki tingkat kepentingan berdasarkan nilai masing-masing faktor yang

menjadi pertimbangan dan berdasarkan tingkat kepentingan semua pihak dengan

asumsi semakin kecil nilai bobot, semakin signifikan dalam pengaruhnya terhadap

faktor yang bersangkutan, dan nilai bobot perbandingannya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1. Nilai bobot perbandingan antar aspek / kondisi yang berpengaruh terhadap

peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah.

No. Kondisi/Aspek Bobot

A Input 0.2367

B Proses Internal 0.3575

C Proses Eksternal 0.2433

D Pasar Kerja 0.0947

E Prospek Ekonomi 0.0678

Sumber : Hasil Perhitungan, 2008

17

Page 18: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40

Input

Proses Internal

Proses Eksternal

Pasar Kerja

Prospek Ekonomi

Gambar 6. Perbandingan antar aspek / kondisi yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung

potensi wilayah

Gambar 4.2. Perbandingan antar aspek

Berdasarkan hasil perhitungan nilai bobot perbandingan antar aspek / kondisi yang

berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah,

maka prospek ekonomi mempunyai nilai bobot 0.0678 atau memberi kontribusi

sebesar 6,78 %, yang berarti prospek ekonomi merupakan aspek yang paling penting

dalam menentukan perumusan konsep pendidikan SMK dalam mengantisipasi

kebutuhan pasar kerja untuk mendukung potensi wilayah di Surabaya. Sedangkan

aspek pasar kerja dengan nilai bobot 0.0947 atau dengan kontribusi sebesar 9,47%

menduduki urutan kedua, dengan asumsi bahwa kebutuhan pasar kerja harus lebih

diutamakan dari pada aspek input (23,67%), proses internal (35,75%) dan proses

eksternal (24,33%), dengan demikian harapan para stakeholders agar tenaga kerja

tamatan SMK siap memasuki lapangan kerja sesuai dengan kebutuhan pasar kerja

benar-benar dapat terwujud.

Tabel 4.2. Nilai bobot perbandingan sub faktor dari Aspek Input yang berpengaruh

terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah.

No. Sub faktor Bobot

G Jumlah Penduduk 0.2716

H Komposisi Usia Penduduk 0.3451

I Urbanisasi 0.1729

J Minat Masyarakat terhadap SMK 0.2104

Sumber : Hasil Perhitungan, 2008

18

Page 19: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40

J umlah Penduduk

Komposisi Usia

Penduduk

Urbanisasi

Minat Masyarakat

terhadap SMK

Gambar 7. Perbandingan sub faktor dari aspek Input yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam

mendukung potensi wilayah

Gambar 4.3. Perbandingan antar aspek

Pada level 2 pada aspek input, hasil perhitungan uji konsistensi diperoleh nilai λmax =

4.19, CI = 0.06 dan CR = 0.07, dengan demikian matriks perbandingan dapat diterima

dan dinyatakan konsisten. Sedangkan nilai bobot perbandingan sub faktor dari Aspek

Input yang berpengaruh adalah faktor urbanisasi mempunyai nilai bobot 0.1729 atau

memberi kontribusi sebesar 17,29 %, berarti mempunyai pengaruh yang sangat

penting dalam mendukung potensi wilayah Surabaya. Sedang faktor minat masyarakat

terhadap SMK dengan nilai bobot 0.2104 atau dengan kontribusi sebesar 21,04 %

merupakan faktor kedua, sehubungan dengan dinamika Surabaya sebagai kota

perdagangan dan jasa. Sedangkan faktor jumlah penduduk (27,16 %) dan komposisi

usia penduduk (34,51 %) merupakan faktor lain yang mempengaruhi kondisi

peningkatan potensi wilayah.

Tabel 4.3. Nilai bobot perbandingan sub faktor dari Aspek Proses Internal yang

berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah.

No. Sub faktor Bobot

L Sinkronisasi Kurikulum SMK 0.3338

M Tenaga Pendidik dan Kependidikan 0.4695

N Fasilitas Praktek di SMK 0.1967

Sumber : Hasil Perhitungan, 2008

19

Page 20: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50

SinkronisasiKurikulum SMK

Tenaga Pendidikdan Kependidikan

Fasilitas Praktek diSMK

Gambar 8. Perbandingan sub faktor dari aspek Proses Internal yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam

mendukung potensi wilayah

Gambar 4.4 . Perbandingan dari aspek internal

Pada aspek proses internal, hasil perhitungan uji konsistensi diperoleh nilai λmax =

3.03, CI = 0.02 dan CR = 0.03, maka dinyatakan matriks perbandingan dapat diterima

dan konsisten. Dalam perhitungan nilai bobot perbandingan sub faktor dari Aspek

Proses Internal, yang paling berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam

mendukung potensi wilayah adalah faktor fasilitas praktek kerja di SMK dan

mempunyai nilai bobot 0.1967 atau kontribusi sebesar 19,67%, karena faktor tersebut

akan langsung berpengaruh pada implementasi terhadap kompetensi tamatan SMK di

Kota Surabaya. Dan faktor sinkronisasi kurikulum SMK dengan nilai bobot 0.3338

atau dengan kontribusi sebesar 33,38 % merupakan faktor yang berpengaruh terhadap

hasil yang diharapkan akan dapat menghasilkan tenaga kerja yang kompeten serta

faktor tenaga pendidik dan kependidikan (46,95%) merupakan faktor yang

berpengaruh dalam proses internal untuk meningkatkan mutu SDM tamatan SMK di

Surabaya.

Tabel 4.4. Nilai bobot perbandingan sub faktor dari Aspek Proses Eksternal yang

berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah.

No. Sub faktor Bobot

P Institusi Pasangan 0.1949

Q Fasilitas Praktek Kerja Lapangan 0.3325

R Sistem Penilaian 0.4725

Sumber : Hasil Perhitungan, 2008

20

Page 21: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50

InstitusiPasangan

Fasilitas PraktekKerja Lapangan

Sistem Penilaian

Gambar 9. Perbandingan sub faktor dari aspek Proses Eksternal yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK

dalam mendukung potensi wilayah

Gambar 4.5. Perbandingan dari aspek proses eksternal

Sedangkan pada aspek proses eksternal, hasil perhitungan uji konsistensi diperoleh

nilai λmax = 3.05, CI = 0.03 dan CR = 0.04, sehingga matriks perbandingan dapat

diterima dan dinyatakan konsisten. Dalam perhitungan nilai bobot perbandingan sub

faktor dari Aspek Proses Eksternal yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja

SMK dalam mendukung potensi wilayah Surabaya adalah faktor institusi pasangan

yang mempunyai nilai bobot 0.1949 atau memberi kontribusi sebesar 19,49 %, berarti

mempunyai pengaruh yang sangat signifikan. Sedangkan faktor fasilitas praktek kerja

lapangan dengan nilai bobot 0.3325 atau dengan kontribusi sebesar 33,25 %

merupakan faktor yang terkait dengan kesesuaian tempat praktek dengan program

keahlian yang dibuka oleh SMK yang bersangkutan. Adapun faktor sistem penilaian

(47.25%) mempunyai pengaruh terhadap hasil akhir dari proses dan hasil akhir

pembelajaran.

Tabel 4.5. Nilai bobot perbandingan sub faktor dari Aspek Pasar Kerja yang

berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah.

No. Sub faktor Bobot

T Ketersediaan SDM Tamatan SMK 0.2961

U Kompetensi SDM Tamatan SMK 0.3379

V Kebutuhan SDM Tamatan SMK 0.2608

W Keterserapan SDM Tamatan SMK 0.1052

Sumber : Hasil Perhitungan, 2008

21

Page 22: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40

Ketersediaan Tenaga

Kerja Tamatan SMK

Kompetensi Tenaga

Kerja Tamatan SMK

Kebutuhan Tenaga

Kerja Tamatan SMK

Keterserapan Tenaga

Kerja Tamatan SMK

Gambar 10. Perbandingan sub faktor dari aspek Pasar Kerja yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam

mendukung potensi wilayah

Gambar 4.6. Perbandingan dari aspek pasar kerja

Dalam aspek pasar kerja, hasil perhitungan uji konsistensi diperoleh nilai λmax = 3.08,

CI = 0.04 dan CR = 0.07, oleh karena itu matriks perbandingan dapat diterima dan

dinyatakan konsisten. Menurut perhitungan nilai bobot perbandingan sub faktor dalam

kondisi Pasar Kerja, yang paling berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK

dalam mendukung potensi wilayah di Kota Surabaya adalah faktor keterserapan

tenaga kerja tamatan SMK yang mempunyai kontribusi sebesar 10,52 %, dimana

tingkat keterserapan tenaga kerja sebagai tolok ukur terjadinya keseimbangan antara

permintaan dengan penawaran tenaga kerja tamatan SMK. Sedangkan faktor lain,

yaitu kebutuhan (26,08 %), ketersediaan (29,61 % ) dan kompetensi tenaga kerja

tamatan SMK (33,79 %), merupakan faktor lain yang juga berpengaruh dan

memberikan kontribusi cukup besar.

Tabel 4.6. Nilai bobot perbandingan sub faktor dari Aspek Prospek Ekonomi yang

berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah.

No. Sub faktor Bobot

X Sektor Unggulan PDRB 0.6590

Y Kerjasama Institusi Pasangan 0.1207

Z Lowongan Kerja yang Tersedia 0.2202

Sumber : Hasil Perhitungan, 2008

22

Page 23: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80

Sektor UnggulanPDRB

KerjasamaInstitusi

Pasangan

Lowongan Kerjayang Tersedia

Gambar 11. Perbandingan sub faktor dari aspek Prospek Ekonomi yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK

dalam mendukung potensi wilayah

Gambar 4.7. Perbandingan dari aspek prospek ekonomi

Adapun pada aspek prospek ekonomi, hasil perhitungan uji konsistensi diperoleh nilai

λmax = 3.05, CI = 0.02 dan CR = 0.04, sehingga matriks perbandingan dapat diterima

dan dinyatakan konsisten. Berdasarkan hasil perhitungan nilai bobot perbandingan sub

faktor dari Aspek Prospek Ekonomi kota Surabaya, faktor yang paling signifikan

berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah

adalah faktor kerjasama institusi pasangan, dan memberi kontribusi sebesar 12,07 %,

dimana bentuk kerjasama yang diwujudkan dalam MoU dapat memperjelas

tanggungjawab diantara keduanya dalam mewujudkan tujuan SMK, sehingga harapan

pemerintah kota Surabaya dalam mendukung potensi wilayah dapat diwujudkan.

Sedangkan faktor lowongan kerja yang tersedia dengan nilai bobot 0.2202 atau dengan

kontribusi sebesar 22,02 % merupakan faktor kedua yang berpengaruh terhadap

prospek ekonomi wilayah kota Surabaya, sehubungan dengan tersedianya kesempatan

kerja bagi tenaga kerja tamatan SMK, sehingga dapat meningkatkan sektor unggulan

PDRB kota Surabaya, dimana dalam perhitungan nilai bobot perbandingan sebesar

0.6590 atau 65,90 % dapat mempengaruhi prospek ekonomi pada masa yang akan

datang.

Tabel 4.7. Hasil matriks pendapat gabungan dengan skala prioritas terhadap

peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah.

23

Page 24: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

No Tujuan Prioritas

1 Peningkatan Manajemen SMK 0.5416

2 Peningkatan Program Praktek Kerja 0.2376

3 Peningkatan Program Uji Kompetensi 0.1061

4 Pengembangan Program Lintas Jalur 0.1140

Sumber : Hasil Perhitungan, 2008

0.5416

0.2376

0.1061

0.1140

PeningkatanManajemen SMK

Peningkatan PraktekKerja Lapangan

Peningkatan ProgramUji Kompetensi

PengembanganProgram Lintas Jalur

Prioritas Prioritas

Gambar 4.8. Hasil Matriks Pendapat Gabungan

Berdasarkan hasil nilai pembobotan antar aspek maupun sub-sub faktor melalui

matriks perbandingan berpasangan dan matriks pembobotan gabungan tersebut, dapat

diperoleh hasil berupa analisa perumusan konsep pendidkan SMK dalam

mengantisipasi kebutuhan pasar kerja untuk mendukung peningkatan potensi wilayah

di Surabaya, dengan skala prioritas sesuai dengan kepentingan para stakeholders dan

kondisi pasar kerja di Surabaya maka konsep yang dibutuhkan adalah adalah sebagai

berikut :

1. Peningkatan Program Uji Kompetensi (0.1061)

Tujuannya :

a. Meningkatkan daya saing tamatan SMK.

b. Menciptakan keseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja.

c. Menciptakan pendidikan terpadu antara dunia pendidikan dengan dunia kerja.

24

Page 25: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

d. Meningkatkan peran Bursa Kerja Khusus (BKK) yang ada pada setiap SMK di

Surabaya.

Konsep peningkatan dan pengembangannya :

- Menciptakan berbagai inovasi proses pembelajaran dengan media teknologi

informasi dan komunikasi.

- Peningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pihak dunia kerja untuk

mengetahui kompetensi yang dibutuhkan.

- Dibutuhkan konsensus bersama terhadap materi sertifikasi yang diperoleh

oleh tenaga kerja tamatan SMK di Surabaya yang dapat dipakai sebagai tolok

ukur dapat atau tidaknya diterima oleh pasar kerja.

- Peningkatan kerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja agar semua informasi dari

pihak dunia kerja (permintaan) dan pihak SMK (penawaran) saling terbuka,

dengan melibatkan stakeholders yang ada.

- Menyusun program dan teknik pelaksanaan sistem penilaian dan uji

kompetensi bersama institusi pasangannya sesuai kompetensi yang

dibutuhkan.

2. Pengembangan Program lintas jalur (0.1140)

Tujuannya :

a. Untuk mendukung potensi wilayah Surabaya berdasarkan sektor unggulan

yang sudah ada maupun pada sektor lainnya.

b. Meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan berkelanjutan.

Konsep peningkatan dan pengembangannya :

- Dibutuhkan pertemuan dengan stakeholeders yang dilaksanakan oleh

Pemerintah Kota, Dinas Pendidikan dan Badan Perencana Kota Surabaya,

untuk melakukan perencanaan bersama dengan kejelasan arah kebijakan

pendidikan SMK dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja di Surabaya.

25

Page 26: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

- Pengembangan multi entry dan multi exit dalam sistem pendidikan SMK

maupun Perguruan Tinggi yang relevan sebagai sistem pendidikan yang

mampu memberikan nilai tambah (added value) bagi peningkatan potensi

wilayah.

3. Peningkatan Praktek Kerja Lapangan (0.2376)

Tujuannya :

a. Mempersiapkan tenaga kerja tamatan SMK di Surabaya benar-benar siap

memasuki dunia kerja sesuai bidang keahliannya.

b. Mengantisipasi kebutuhan pasar kerja di Surabaya melalui teknik pendekatan

ketenagakerjaan.

c. Mempersiapkan tenaga kerja tamatan SMK di Surabaya siap pakai.

Konsep peningkatan dan pengembangannya :

- Menyusun daftar kebutuhan fasilitas praktek kerja dan menginventarisasi yang

sudah ada untuk dikoordinasikan dengan pihak institusi pasangannya sehingga

cocok antara praktek di sekolah dan di dunia kerja serta pembuatan sistem

operasional pelaksanaan (SOP) dan lembar kerja praktek yang sama.

- Melakukan koordinasi dan kerjasama antara dunia pendidikan dengan dunia

kerja secara periodik dan terprogram, dengan penyusunan jadwal dan materi

yang telah disepakati.

- Dalam On the job training harus mengarah pada persiapan kerja dan pelatihan

lanjutan, agar setelah tamat dari SMK dapat langsung bekerja pada sektor

formal maupun siap untuk membuka lapangan kerja baru dalam upaya

peningkatan potensi wilayah di Surabaya.

26

Page 27: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

4. Peningkatan Manajemen SMK (0.5416)

Tujuannya :

a. Untuk mengatasi masalah jumlah penduduk, urbanisasi dan dinamika

penduduk kota Surabaya.

b. Untuk mengantisipasi kebutuhan tenaga kerja di Surabaya.

c. Mempersiapkan keberadaan SMK sebagai pendukung potensi wilayah

Surabaya.

d. Meningkatkan mutu tenaga pendidik dan kependidikan yang ada di SMK

Surabaya.

Konsep peningkatan dan pengembangannya :

- Perlu adanya prioritas utama penerimaan siswa baru maupun rekruitment

tenaga kerja bagi perusahaan yang ada untuk penduduk kota Surabaya.

- Melakukan observasi dan koordinasi bersama dengan institusi pasangannya

untuk membuat pemetaan kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan program

keahliannya.

- Untuk meningkatkan minat dan peran serta masyarakat perlu melakukan

sosialisasi dan pencitraan terhadap SMK bersama stakeholders. Dengan

demikian akan berdampak pada perbaikan input peserta didik yang lebih

berkualitas.

- Perlu segera melakukan training bagi tenaga pendidik dan kependidikan agar

dapat memenuhi syarat sebagaimana layaknya instruktur pada bidang

pekerjaannya secara profesional dan sesuai kebutuhan pasar kerja.

27

Page 28: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa faktor-faktor penyebab ketidakterserapan tenaga kerja

tamatan SMK dan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja di Surabaya, dapat

digambarkan bahwa untuk mengantisipasi kebutuhan perlu adanya kesesuaian antara

program keahlian yang ada di SMK dengan sektor-sektor yang memberi peluang

dalam memasuki dunia kerja. Dengan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan

adalah jumlah ketersediaan dan keterserapannya, sehingga terjadi keseimbangan

antara permintaan dan penawaran, dengan harapan dapat mengatasi ketidakterserapan

tenaga kerja tamatan SMK serta masalah pengangguran yang semakin meningkat di

kota Surabaya.

Pendidikan kejuruan sebagai salah satu sub sistem dalam mendukung potensi wilayah,

harus mampu mengantisipasi dengan menyiapkan tamatannya dengan melaksanakan

berbagai program yaitu :

Peningkatan Program Uji Kompetensi untuk mendapatkan hasil tamatan SMK yang

sesuai dengan standar kompetensi dunia kerja, dengan daya saing yang tinggi serta

dapat mengisi lowongan kerja yang tersedia oleh pasar kerja di Surabaya.

Pengembangan Program lintas jalur untuk mengatasi masalah tamatan SMK yang

sudah bekerja dengan meningkatkan kualitas SDM ke jenjang pendidikan yang lebih

tinggi. Untuk itu dibutuhkan kerjasama antara SMK dengan Perguruan Tinggi yang

relevan sehingga terjadi sistem pendidikan yang berkelanjutan.

Peningkatan Praktek Kerja Lapangan untuk meningkatkan hubungan antara dunia

pendidikan dengan dunia kerja agar terjadi link and match, dengan koordinasi yang

lebih baik, terutama dalam hal on the job training yang mengarah pada pelatihan

lanjutan maupun persiapan kerja sehingga tenaga kerja tamatan SMK dapat langsung

bekerja sesuai dengan kebutuhan pasar kerja di kota Surabaya.

28

Page 29: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

Peningkatan Manajemen SMK untuk dapat terjadi saling kerjasama dan sinergi

dengan dunia kerja dalam meningkatkan mutu tamatan, serta memberi kepercayaan

kepada masyarakat terhadap pendidikan SMK untuk mendukung potensi wilayah kota

Surabaya

B. SARAN

Berdasarkan temuan lapangan dalam penelitian ini, maka rekomendasi penulis adalah

sebagai berikut :

1. Dalam meningkatkan pendidikan SMK untuk mendukung peningkatan potensi

wilayah di Surabaya, perlu dikembangkan sistem yang terpadu antara semua pihak

terkait, mulai dari input, proses internal, proses eksternal dan output untuk

mendapatkan outcome sesuai standar kompetensi, sehingga terbentuklah sebuah

sistem yang holistik.

2. Peran dan keterlibatan dunia kerja sangat dibutuhkan oleh dunia pendidikan SMK

di Surabaya mulai dari sinkronisasi kurikulum, penetapan standart kompetensi,

keterlibatan dalam proses pembelajaran, kerja sama dalam praktek kerja lapangan

sampai sistem penilaian dalam uji kompetensi untuk menciptakan sistem yang

terkait dan sepadan (link and match) serta tanggungjawab bersama.

3. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber penerimaan yang sangat

signifikan bagi pembiayaan rutin dan pembangunan daerah secara otonomi, maka

peran pendidikan SMK sangat dibutuhkan dalam mendukung peningkatan potensi

wilayah.

4. Karena masih banyak perbedaan antara dunia kerja dengan dunia pendidikan

dalam berbagai hal, maka dibutuhkan campur tangan pemerintah Kota Surabaya

secara lebih efektif untuk memikirkan secara bersama dengan pihak-pihak

kelompok stakeholders dalam memanfaatkan potensi yang ada di Surabaya

29

Page 30: Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja

DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarman, (2004), Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit Pustaka Setia, Bandung.Federal Ministry of Education and Research, (2003), Germany’s Vocational Education at a glance, Public Relations Department 4th edition, D-53170 Bonn, Germany.

Nugroho, Iwan, (2005), Pembangunan Wilayah Perspektif Ekonomi, Social dan Lingkungan, Penerbit Pustaka LP3ES, Jakarta

Sumarsono, Sonny, (2003), Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Supriadi, Dedy, (2002), Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia, Depertemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Jakarta.

Tarigan, Robinson, (2005), Ekonomi Regional, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.Usman, Husaini, (2006), Manajemen-Teori, Praktek dan Riset Pendidikan, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.

30