Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

download Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

of 33

Transcript of Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    1/33

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Epidemologi penyakit pernafasan berupa tumor dibagian atas, mediantinum dan

    bawah adalah hal yang penting dipelajari. Penyakit tersebut banyak menjangkiti masyarakat.

    Terlebih di era globalisasi yang membuat faktor penyebab terjadinya sebuah penyakit sangat

    banyak . Polusi dan segala hal yang penyebarannya melalui udara tidak mudah dilawan

    begitu saja dengan sistem imun tubuh jika dihadapkan dengan diri kita masing-masing.

    Terbukti tingginya angka infeksi pada bagian organ organ sangatlah tinggi, tentulah

    karena pola hidup yang utama dan penyebaran bakteri yang tidak terkendali. Proses preventif

    dikalangan masyarakat sungguh sangat minim, pada akhirnya langkah medis berupa kuratif

    dan rehabilitatif-lah yang berperan dalam menghadapi kasus tersebut. Meskipun pada

    akhirnya belum tentu hasil yang diharapkan akan didapat, dikarenakan medis bukanlah

    kumpulan hitungan matematis, melainkan banyak sekali probabilitas didalamnya. Menjaga

    diri adalah hal yang paling baik, sebelum penyakit itu menggerogoti tubuh.

    1.2 Identifikasi Masalah

    Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah konsep dasar neoplasma nafas

    atas, nafas bawah dan mediastinum.

    1.3 Tujuan Penulisan

    Adapun tujuan penulisan makalah ini terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus.

    1) Tujuan Umum

    Untuk mengetahui konsep dasar neoplasma nafas atas, nafas bawah, dan mediastinum.

    2) Tujuan KhususUntuk memenuhi dan melengkapi tugas mata kuliah Sistem Respirasi.

    1.4 Manfaat Penulisan

    Hasil pembahasan ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi

    mahasiswa. Mengenai beberapa neoplasama yang terdapat disaluran pencernaan yang dibagi

    atas atas, mediatinum, dan bawah.

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    2/33

    2

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Pengantar Neoplasma

    Neoplasia secara harfiah berarti proses pertumbuhan baru dan suatu pertumbuhan

    baru disebut neoplasma. Kata tumor semula diterapkan untuk pembengkakan akibat

    peradangan. Neoplasma juga dapat memicu pembengkakan, tetapi setelah beberapa lama

    pemakaian tumor untuk menerangkan hal selain neoplasma mulai ditinggalkan. Oleh karena

    itu, kata ini sekarang berarti neoplasma.

    Neoplasma dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasma ganas atau kanker terjadi karena

    timbul atau berkembangbiaknya sel secara tidak terkendali sehingga sel-sel ini tumbuh terus

    merusak bentuk dan fungsi organ tempat tumbuhnya. Kanker *karsinoma*, atau sarkoma*

    tumbuh menyusut (infiltratif) kejaringan sekitarnya sambil merusaknya (destruktif), dapat

    menyebar kelain tubuh, dan umumnya fatal jika dibiarkan.

    2.2 Neoplasma saluran pernapasan atas

    A. Hidung

    Tumor hidung adalah pertumbuhan kearah ganas dan mengenai hidung dan lesi yang

    menyerupai tumor pada rongga hidung termasuk kulit dari hidung luar dan vestibulumnasi.

    Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsi

    karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat pasang sinus paranasal,

    mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus prontal, sinus atmoid, dan sinus

    sphenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pniumatisasi tulang-tulang

    kepala, sehingga terbentuk rongga didalam tulang.

    Kanker rongga hidung dan sinus paranasal adalah tumor ganas yang dimulai dari dalam

    rongga hidung atau sinus paranasal disekitar hidung. Rongga hidung merupakan sebuah

    ruang dibelakang hidung dimana udara melewatinya masuk ke tenggorokan. Sinus

    paranasal adalah daerah yang dipenuhi-udara yang mengelilingi rongga hidung pada pipi

    (sinus maksila), diatas dan diantara mata (sinus etmoid dan sinus frontal), dan dibelakang

    etmoid (sinus sfenoid). Kanker sinus maksila merupakan tipe paling sering kanker sinus

    paranasal.

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    3/33

    3

    a. Etiologi

    Penyebab tumor ganas hidung belum diketahui, tetapi di duga beberapa zat hasil

    industri merupakan penyebab antara lain, nikel, debu kayu, kulit, formal dehid,

    kormium, minyak isopropyl, dan lain-lain. Pekerja di bidang ini mendapatkemungkinan terjadi keganasan hidung dan sinus jauh lebih besar.

    b. Patofisiologi

    Berbagai jenis tipe tumor berbeda telah dijelaskan terdapat pada rahang atas. Jenis

    histologis yang paling umum adalah karsinima sel skuamosa, mewakili sekitar 80%

    kasus. Lokasi primer tidak selalu mudah untuk ditentukan dengan sejumlah sinus

    berbeda yang secara umum terlibat seiring waktu munculnya pasien. Mayoritas (60%)

    tumor tampaknya berasal dari antrum, 30% muncul dalam rongga hidung, dan sisa 10%muncul dari etmoid. Tumor primer frontal dan sfenoid sangat jarang. Limfadenopati

    servikal teraba muncul pada sekitar 15% pasien pada presentasi. Gambaran kecil ini

    disebabkan drainase limfatik sinus paranasal ke nodus retrofaring dan dari sana ke

    rantai servikal dalam bawah. Sebagai akibat nya, nodus yang terlibat diawal tidak

    mudah dipalpasi di bagian leher manapun.

    c. Manifestasi klinis

    Gejala tumor hidung tergantung dari asal primer tumor serta arah dan

    perluasannya. Tumor di dalam maksila biasa tanpa gejala timbul setelah tumor besar,

    sehingga mendesak atau menenbus dinding tulang meluas ke rongga hidung, rongga

    mulut, pipi, orbita atau intrakranial tergantung dari perluasan tumor.

    Gejala dini tidak khas, pada stadium lanjut tergantung asal tumor dan

    arah perluasannya.

    Tergantung dari perluasan tumor, gejala dapat dikategorikan sebagai berikut:

    Gejala nasal. Gejala nasal berupa obstruksi hidung unilateral dan

    rinorea.Sekretnya sering bercampur darah atau terjadi epistaksis. Tumor yang

    besar dapat mendesak tulang hidung sehingga terjadi

    deformitas hidung. Khas pada tumor ganas ingusnya berbau karena

    mengandung jaringan nekrotik.

    Gejala orbital. Perluasan tumor kearah orbita menimbulkan gejala diplopia,

    protosis atau penonjolan bola mata, oftalmoplegia, gangguan visus danepifora.

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    4/33

    4

    Gejala oral. Perluasan tumor ke rongga mulut menyebabkan penonjolan atau

    ulkus di palatum atau di prosesus alveolaris. Pasien mengeluh gigi palsuya

    tidak pas lagi atau gigi geligi goyah. Seringkali pasien datang ke dokter gigi

    karena nyeri di gigi, tetapi tidak sembuh meskipun gigi yang sakit telah

    dicabut.

    Gejala fasial. Perluasan tumor ke depan akan menyebabkan penonjolan

    pipi. Disertai nyeri, anesthesia atau parestesia muka jika mengenai

    nervus trigeminus.

    Gejala intrakranial. Perluasan tumor ke intrakranial

    menyebabkan sakit kepala hebat, oftalmoplegia dan gangguan visus. Dapat

    disertai likuorea, yaitu cairan otakyang keluar melalui hidung. Jika perluasan

    sampai ke fossakranii media maka saraf otak lainnya bisa terkena. Jika

    tumor meluas ke belakang, terjadi trismus akibat terkenanya muskulus

    pterigoideus disertai anestesia dan parestesia daerah yang dipersarafi nervus

    maksilaris dan mandibularis

    d. Pemeriksaan penunjang Foto sinar X WATER (untuk melihat perluasan tumor di dalam sinus maksilaris dan sinus

    frontal)

    Tengkorak lateral (untuk melihat ekstensi ke fosa kranii anterior/medial) RHEZZE (untuk melihat foramen optikum dan dinding orbita) CT Scan (bila diperlukan dan fasilitas tersedia) Biopsi:

    Biopsi dengan forsep (Blakesley) dilakukan pada tumor yang tampak. Tumor

    dalam sinus maksilaris dibiopsi dngan pungsi melalui meatus nasi

    inferior.Bila perlu dapat dilakukan biopsi dengan pendekatan Caldwell-

    Luc.Tumor yang tidak mungkin/sulit dibiopsi langsung dilakukan

    operasi.Untuk kecurigaan terhadap keganasan bila perlu dilakukan potong

    beku untuk diperiksa lebih lanjut.

    e. Penatalaksanaan Medis

    Pembedahan atau lebih sering bersama dengan modalitas terapi lainnya seperti

    radiasi dan kemotrapi sebagai ajuvan sampai saat ini masih merupakan pengobatan

    utama untuk keganansan di hidung dan sinus paranasal. Pembedahan masih di

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    5/33

    5

    indikasikan walaupun menyebabkan morbiditas yang tinggi bila terbukti dapat

    mengangkat tumor secra lengkap. Pembedahan di kontraindikasikan pada kasus-

    kasus yang telah bermetastasis jauh, sudah meluas ke sinus kavernosus bilateral atau

    tumor sudah mengenai kedua orbita.

    Kemoterapi bermanfaat pada tumor ganas dengan metastasis atau jenis yang

    sangat baik dengan kemotrapi misalnya limfoma malignum. Pada tumor jinak

    dilakukan ekstirpasi tumor sebersih mungkin. Bila perlu dilakukan dengan cara

    pendekatan rinotomi lateral atau degloving (peningkapan).

    Untuk tumor ganas, tindakan operasi harus seradikal mungkin. Biasanya

    dilakukan maksilektomi, dapat berupa maksilektomi medial, total atau radikal.

    Maksilektomi radikal dilakukan misalnya pada tumor yang sudah mengenai seluruhdinding sinus maksila dan seringjuga masuk ke rongga orbital, sehingga pengangkatan

    maksisla dilakukan secara en bloc disertai eksenterasi orbita. Jika tumor sudah

    masuk ke rongga interakranial dilakukan reseksi kraniofasial atau kalau perlu

    kraniotomi, tindakan dilakukan dalam tim bersama dokter bedah saraf.

    B. Faring

    Nasofaring ialah salah satu bagian dari faring atau tekak, adalah saluran yang terletak

    antara rongga hidung beserta rongga mulut dan tenggorokan. Kanker nasofaring( KNF)

    adalah kanker yang berada dalam nasofaring. KNF sangat sukar untuk terlihat dan teraba.

    KNF masuk dalam lima besar tumor ganas yang sering dijumpai di Indonesia. Kanker ini

    ditemukan dua kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita.

    a. Etiologi

    Terjadinya KNF mungkin multifaktorial, proses karsinogenesisnya mungkin

    mencakup banyak tahap. Faktor yang mungkin terkait dengan timbulnya KNF adalah:

    Infeksi virus Epstein-Barr : Studi ini menemukan infeksi virus Epstein-Barr

    dan kanker nasofaring memiliki kaitan secara langsung, pasien yang

    terinfeksi oleh virus EB akan menghasilkan berbagai antibodi.

    Lingkungan dan makanan : faktor lingkungan sangat mempengaruhi kanker

    nasofaring, konsumsi ikan asin dan acar secara berlebihan juga dapat memicu

    risiko kanker nasofaring.

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    6/33

    6

    Faktor genetic : pasien dengan riwayat kanker nasofaring pada keluarga,

    akan beresiko lebih tinggi terserang kanker nasofaring.

    b. Patofisiologi

    EBV umumnya serang sel epitel kelenjar liur dan limfosit B. pada limfosit B,EBV berikatan dengan reseptor CR2.

    Diduga : dalam epitel nasofaring ada reseptor CR2 sehingga EBV menyerang

    epitel nasofaring.

    Infeksi EBV >> virus laten di epitel dan tidak bereplikasi >> faktor pemicu >>

    terjadi transformasi sel >> Ca Nasofaring

    c. Manisfestasi klinis

    Gejala-gejala awal sering tidak disadari baik oleh pasien maupun kadang kala

    oleh tenaga kesehatan itu sendiri. Gejala-gejala yang dimaksud adalah :

    Gejala hidung

    Gejala pada hidung merupakan gejala dini kanker nasofaring, yaitu berupa;

    Sumbatan hidung, hal ini bersifat menetap akibat pertubuhan tumorkedalam rongga nasofaring. Gejala menyerupai pilek kronis, kadang-

    kadang disertai gangguan peciuman dan adanya ingus yang kental.

    Mimisan. Perdarahan timbul berulang-ulang jumlahnya sedikit

    bercampur ingus sehuingga berwarna merah jambu atau terdapat garis-

    garis darah halus.

    Menderita pilek lama lebih dari satu bulan

    Penderita usia diatas 40 tahun dengan riwayat sering mimisan yang tidak jelas penyebabnya.

    Gejala telinga

    Bisa ditemukan gangguan pendengaran (kurang atau sukar mendengar), rasa

    penuh ditelinga, seperti ada cairan dan telinga berdenging (umumnya satu sisi

    saja). Gejala ini patut diwaspadai jika menetap atau hilang timbul tanpa penyebab

    yang jelas.

    Pembesaran kelenjar leher

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    7/33

    7

    Sebagian besar penderita mengeluh pembesaran kelenjar leher baik sesisi

    maupun kedua sisi. Pada saat ini sebenarnya kanker tersebut telah menyebar.

    Benjolan ini, teraba keras dan tidak nyeri.

    Perluasan ke atas ke arah rongga tengkorak dan kebelakang melalui sela-sela ototdapat mengenai saraf otak dan menyebabkan ialah penglihatan ganda (diplopia), rasa

    baal (mati rasa) didaerah wajah sampai akhirnya timbul kelumpuhan lidah, leher dan

    gangguan pendengaran serta gangguan penciuman. Keluhan lainnya dapat berupa

    sakit kepala hebat akibat penekanan tumor ke selaput otak rahang tidak dapat dibuka

    akibat kekakuan otot-otot rahang yang terkena tumor. Biasanya kelumpuhan hanya

    mengenai salah satu sisi tubuh saja (unilateral) tetapi pada beberapa kasus pernah

    ditemukan mengenai ke dua sisi tubuh (Arima, 2006 dan Nurlita, 2009).Gejala akibat metastasis apabila sel-sel kanker dapat ikut mengalir bersama aliran

    limfe atau darah, mengenai organ tubuh yang letaknya jauh dari nasofaring, hal ini

    yang disebut metastasis jauh. Yang sering ialah pada tulang, hati dan paru. Jika ini

    terjadi, menandakan suatu stadium dengan prognosis sangat buruk (Pandi, 1983 dan

    Arima, 2006).

    d. Pemeriksaan Penunjang `

    Pemeriksaan endoscopy anterior pada hidung Nasopharyngoscopy Fiber nasopharyngoscopy Biopsy leher Aspirasi / pengambilan jaringan menggunakan jarum halus Pemeriksaan lab darah untuk mengetahui serologi virus Epstein-Barr Radiografi lateral pada bagian nasofaring, atau CT scan bagian dasar

    tengkorak

    Pemeriksaan USG Pemeriksaan resonansi magnetik

    Foto rontgen konvensional dapat memberikan gambaran jaringan lunak pada

    nasofaring atau erosi tulang dasar tengkorak dan tulang belakang daerah leher

    (cervikalis) penderita kanker nasofaring stadium lanjut. Sedangkan pada stadium dini

    lesi minimal dengan pemeriksaan radiologik biasa, tidak dapat terdeteksi.

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    8/33

    8

    Saat ini pemeriksaan CT Scan dan MRI sangat membantu dalam membuat

    diagnosa dini kanker nasofaring. Pemeriksaan ini sekaligus untuk mengetahui

    perluasan tumor dan ini diperlukan untuk penentuan stadium penyakit.

    Screening massal. Pemeriksaan secara massal bisa dilakukan dengan pemeriksaandi laboratorium (serologi) yaitu untuk mendeteksi adanya antibodi IgA untuk virus

    Epstein Barr. Titer IgA anti VCA sangat sensitif untuk kanker nasofaring tetapi

    kurang spesifik. Sebaliknya IgA anti EA sangat spesifik untuk kanker nasofaring

    tetapi kurang sensitif. Pemeriksaan ini juga berguna untuk mengevaluasi penderita

    pasca pengobatan untuk mengetahui kemungkinan berulangnya kanker tersebut. Pada

    daerah endemik (seperti di Cina) pemeriksaan ini menjadi petunjuk bagi dokter untuk

    merujuk penderita ke RS yang mempunyai fasilitas pemeriksaan lebih lanjut.e. Penatalaksanaan Medis

    Radioterapi hingga sekarang masih merupakan terapi utama dan pengobatan

    tambahan yang dapat diberikan berupa bedah diseksi leher, pemberian tetrasiklin,

    interferon, kemoterapi, dan vaksin antivirus. Perhatian terhadap efek samping dari

    pemberian radioterapi seperti, mulut terasa kering, jamur pada mulut, rasa kaku di

    leher, sakit kepala, mual dan muntah kadang-kadang dapat timbul. Oleh karena itu

    dapat dianjurkan pada penderita untuk membawa air minum dalam aktivitas dan

    berusaha menjaga kebersihan pada mulut dan gigi. Pemberian vaksin pada penduduk

    dengan resiko tinggi dapat dilakukan untuk mengurangi angka kejadian penyakit ini

    pada daerah tersebut.

    Terapi Radiasi Terapi ini dapat merusak dengan cepat sel-sel kanker yang

    tumbuh. Terapi ini dilakukan selama 5-7 minggu. Terapi ini digunakan untuk

    kanker pada tingkatan awal. Efek samping dari terapi ini adalah: mulut terasa

    kering, kehilangan pendengaran dan terapi ini memperbesar resiko timbulnya

    kanker pada lidah dan kanker tulang.

    Kemoterapi Merupakan terapi dengan menggunakan bantuan obat-obatan.

    Terapi ini bekerja dengan cara mereduksi sel-sel kanker yang ada, namun

    adakalanya sel-sel yang sehat (tidak terkena kanker) juga tereduksi. Efek

    samping dari terapi ini adalah: rambut rontok, mual, lemas(seperti kehilangan

    tenaga). Efek samping yang timbul tergantung pada jenis obat yang

    diberikan.

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    9/33

    9

    Pembedahan Tujuan dari pembedahan ini adalah untuk mengambil kelenjar

    getah bening yang telah terkena kanker. (Fernando Gazali)

    C. Laring

    Kanker faring. Kanker laring secara potensial dapat disembuhkan jika terdeteksi lebih

    dini. Kanker ini mewakili 1% dari semua kasus kanker dan terjadi sekitar delapan kali

    lebih sering pada pria dibanding wanita dan paling sering pada individu dengan usia 50-70

    tahun.

    Pertumbuhan malignan dapat terjadi dalam tiga bidang laring; area glotis atau (pita

    suara, area supra glotis (area diatas glotis, termasuk epiglotis dan pita suara palsu), dan

    subglotis ( area dibawah glotis ). Dua pertiga kanker laring terjadi pada area glotis. Kanker

    supra gloti terjadi pada hampir sepertiga dari kasus kanker laring dan tumor subglotis

    terjadi kurang dari 1%.

    a. Etiologi

    Karsinogen yang telah terbukti berkaitan dengan terjadinya kanker laring

    termasuk :

    Tembakau (berasap dan tidak). Pembakaran tembakau dapat menghasilkan zat

    karsinogenik dan gerakan silia asap tembakau dapat membuat untuk

    menghentikan atau memperlambat, kemacetan dan edema mukosa, hiperflasia

    epitel, penebalan dan metaflasia skuamosa, secara karsinogenik.

    alkohol serta efek kombinasinya dalam jangka panjang juga dapat merangsang

    selaput lendir untuk degenerasi dan menyebabkan kanker.

    Polusi udara. Gas berbahaya dalam jangka panjang menghirup sulfur dioksida

    dan produksi debu industri cendrung menyebabkan kanker laring. Seperti

    pemajanan terhadap asbestos; gas mustard; kayu ; kulit dan logam.

    Infeksi virus. Virus memungkinkan sel untuk mengubah sifat dari devisi yang

    abnormal, virus ini juga dilampirkan ke gen meng-upload ke generasi

    berikutnya sel kanker. HPV-16 dan 18 adalah jenis infeksi dan virus yang

    berhubungan dengan kanker laring.

    Perubahan prakanker. Tengorokan keratonis dan tenggorokan jinak, seperti

    kanker tenggorokan yang berulang.

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    10/33

    10

    Radiasi. Karsinogenik ketika terapi radiasi dan tumor leher.

    Faktor penunjang lainya termasuk: berteriak keras, laringitis kronis, defesiensi

    nutrisi ( riboflavin), dan predisposisi keluarga.

    b. Patofisiologis

    Karsinoma laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan

    pada orang laki- laki.Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan merokok,

    bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat.

    Bagaimana terjadinya belum diketahui secara pasti oleh para ahli. Kanker

    kepala dan leher menyebabkan 5,5% dari semua penyakit keganasan. Terutama

    neoplasma laringeal 95% adalah karsinoma sel skuamosa. Bila kanker terbatas

    pada pita suara (intrinsik) menyebar dengan lambat. Pita suara miskin akan

    pembuluh limfe sehingga tidak terjadi metastase kearah kelenjar limfe. Bila

    kanker melibatkan epiglotis (ekstrinsik) metastase lebih umum terjadi.Tumor

    supraglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum mengenai pita suara

    sehingga mengakibatkan suara serak. Tumor pita suara yang sejati terjadi lebih

    dini biasanya pada waktu pita suara masih dapat digerakan

    c. Manifestasi klinis

    Gejala dan tanda yang sering dijumpai adalah :

    Suara serak Gejala utama karsinoma laring. Merupakan gejala paling dini tumor pita

    suara. Hal ini disebabkan karena ganguan fungsi fonasi laring. Kualitas nada

    sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya celah glotik, besar pita suara,

    ketajaman tepi pita suara, kecepatan getaran, dan ketegangan pita suara. Pada

    tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi secara baik disebabkan

    ketidakteraturan pita suara, oklusi atau penyempitan celah glotik,

    terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan ligamen krikoaritenoid, dan kadang-

    kadang menyerang saraf. Serak menyebabkan kualitas suara menjadi kasar,

    menganggu, sumbang, dan nadanya lebih rendah dari biasanya. Kadang bisa

    afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas, atau paralisis komplit.

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    11/33

    11

    Hubungan antara suara serak dengan tumor laring tergantung dari letak

    tumornya. Apabila tumbuh di pita suara asli, maka serak merupakan gejala

    dini dan menetap. Pada tumor subglotik dan supraglotik, serak dapat

    merupakan gejala akhir atau tidak muncul sama sekali.

    Sesak nafas dan stridor Terjadi karena adanya sumbatan jalan nafas oleh massa tumor, penumpukan

    kotoran atau sekret, maupun fiksasi pita suara. Adanya stridor dan dispnea

    adalah tanda prognosis kurang baik.

    Rasa nyeri di tenggorok Keluhan bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam.

    Disfagia

    Merupakan ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring, dan sinus

    piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumor ganas

    postkrikoid. Adanya odinofagi menandakan adanya tumor ganas lanjut yang

    mengenai struktur ekstra laring.

    Batuk dan haemoptisis Batuk jarang pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan tertekannya

    hipofaring disertai sekret yang mengalir ke dalam laring. Sedangkan

    haemoptisis sering pada tumor ganas glotik dan supraglotik.

    Pembengkakan pada leher Biasanya dipertimbangkan sebagai metastasis tumor ganas yang

    menunjukkan tumor pada stadium lanjut.

    Nyeri alih telinga ipsilateral, halitosis, penurunan berat badan Perluasan tumor ke luar laring atau metastasis jauh.

    Nyeri tekan laring Gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi tumor yang

    menyerang kartilago tiroid dan perikondrium.

    d. Pemeriksaan Penunjang Laringoskop

    Untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor.

    Foto thoraks

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    12/33

    12

    Untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis

    di paru.

    CT-Scan

    Memperlihatkan keadaan tumor/penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan

    daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.

    Biopsi laring

    Untuk pemeriksaan patologi anatomik dan dari hasil patologi anatomik yang

    terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa.

    e. Penatalaksanaan Medis

    Pengobatan untuk kondisi ini bervariasi sejalan dengan keluasan malignansi.

    Pengobatan pilihan termasuk terapi radiasi dan pembedahan. Pemeriksaan gigi

    dilakukan untuk menyingkirkan setiap penyakit mulut. Semua masalah yang

    berkaitan debgan gigi diatasi, jika mungkin , diatasi dengan pembedahan.

    Jika pembedahan akan dilakukan tim yang terdiri atas multi disiplin ilmu

    mengevaluasi kebutuhan pasien dan keluarga untukk mengembangkan suatu rencana

    perawatan yang berhasil.

    Terapi radiasi

    Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien

    yang hanya mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya dapat digerakan.

    Selain itu, pasien ini masih memiliki suara yang hampir normal. Beberapa mungkin

    mengalami kondritis( inflamasi kartilogo) atau stenosi; sejumlah kecil dari mereka

    yang mengalami stenosis nantinya membutuhkan laringektomi. Terapi radiasi juga

    bisa digunakan secara pra operatif untuk mengurangi ukuran tumor.

    Operasi laringektomi

    Laringektomi parsial (Laringo Fisura-Tirotomi). Laringektomi parsial (Laringo

    Fisura-Tirotomi) direkomendasikan kanker area glotis tahap dini ketika hanya satu

    pita suara yang terkena. Tindakan ini mempunyai angka penyembuhan yang sangat

    tinggi. Dalam operasi ini, satu pita suara diangkat dan semua struktur lainnya tetap

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    13/33

    13

    utuh. Suara pasien kemungkinan akan menjadi parau. Jalan nafas akan tetap utuh

    dan pasien seharusnya tidak memiliki kesulitan menelan.

    Laringektomi Supraglotis (Horizontal). Laringektomi Supraglotis (Horizontal)

    digunakan dalam penatalaksanaan tumor supraglotis. Tulang hioid, glotis, dan pitasuara palsu diangkat. Selama operasi, dilakukan diseksi leher radikal pada tempat

    yang sakit. Selang trakeostomi dipasang dalam trakea sampai jalan napas glotis

    pulih. Selang trakeostomi ini biasanya diangkat setelah beberapa hari dan stoma

    dibiarkan menutup. Nutrisi diberikan melalui selang nasogastrik sampai terdapat

    penyembuhan dan tidak ada lagi bahaya aspirasi. Pascaoperatif, klien kemungkinan

    akan mengalami kesulitan untuk menelan selama 2 minggu pertama. Keuntungan

    utama dari operasi ini adalah bahwa suara akan kembali pulih seperti biasa. Masalahutamanya adalah bahwa kanker tersebut akan kambuh. Karenanya, pasien harus

    dengan sangat cermat dipilih untuk menjalani tindakan ini.

    Laringektomi Hemivertikal. Laringektomi Hemivertikal dilakukan jika tumor

    meluas diluar pita suara , tetapi perluasan tersebut kurang dari 1 cm dan terbatas

    pada area subglotis. Dalam prosedur ini , kartilago tiroid laring dipisahkan dalam

    garis tengah leher dan bagian pita suara ( satu pita suara sejati dan satu pita suara

    sejati ) dengan pertumbuhan tumor diangkat titik. Kartilago aritenoid dan setengahkartilago tiroid diangkat. Pasien akan mempunyai selang trakeostomi dan selang

    nasogastrik setelah operasi. Pasien beresiko mengalami aspirasi pasca operasi. Jalan

    nafas dan fungsi menelan utuh.

    Laringektomi total. Laringektomi total dilakukan ketika kanker meluas diluar

    pita suara lebih jauh ke tulang hioid, epiglotis, kartilago krikoid, dan dua atau tiga

    cincin trakea diangkat. Lidah, dinding faringeal, dan trakea ditinggikan. Rasional

    untuk tindakan ini adalah bahwa metastasis ke nodus limfe servikal sering terjadi.Masalahnya akan lebihrumit jika lesi mengenai srtuktur garis tengah atau pita suara.

    Pasien tidak akan mempunyai suara lagi tetapi fungsi menela akan normal. Laringek

    tomi total mengubah cara dimana aliran udara digunakan untuk bernafas dan

    berbicara.

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    14/33

    14

    2.3 Neoplasma Nafas Bawah

    A. Trakea

    Kanker trakea (tenggorokan) jarang dan hanya membuat naik sekitar 0,1% (1 dalam 1000)dari semua kanker. Jenis yang paling umum dari kanker trakea adalah karsinoma sel skuamosa

    dan karsinoma kistik adenoid. Kanker sel skuamosa dimulai pada sel-sel yang melapisi bagian

    tubuh yang berbeda, seperti saluran pernafasan, mulut dan kerongkongan. Kanker kistik

    adenoid yang jarang dan berkembang dari jaringan kelenjar. Mereka dapat berkembang di

    berbagai bagian tubuh, tetapi lebih sering pada daerah kepala dan leher.

    a. Etiologi

    Tidak tahu persis apa yang menyebabkan kanker trakea . Bagi kebanyakan orang

    penyebabnya tidak diketahui. Namun, merokok dikaitkan dengan kanker sel skuamosa trakea.

    Jenis kanker trakea juga lebih sering terjadi pada pria di atas 60.

    Tidak ada bukti yang mengaitkan karsinoma kistik adenoid dari trakea merokok. Seperti

    banyak kanker, penyebabnya tidak diketahui. Namun, tampaknya mempengaruhi laki-laki dan

    perempuan sama-sama dan lebih sering terjadi antara usia 40 dan 60.

    b. Patofisiologi

    Sebab - sebab keganasan dan atau tumor masih belum jelas, tetapi merokok berkaitan dengan resiko terjadinya kanker trakea. Permulaan terjadinya tumor

    dimulai dengan adanya zat yang bersifat karsinogenik yang merangsang permulaan

    terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan

    berkesinambungan untuk memicu timbulnya tumor/keganasan.

    Tumor trakea tumbuh perlahan-lahan. Neoplasma jinak cenderung halus, massa

    bulat lebih pendek 2cm dari panjangnya.

    c. Manifestasi Klinis

    Gejala yang paling umum dari kanker trakea adalah :

    Batuk kering Sesak napas Suara serak Kesulitan menelan

    Demam , menggigil dan infeksi dada yang terus datang kembali Batuk darah

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    15/33

    15

    Mengi atau berisik pernapasan.

    Gejala-gejala ini sering terjadi pada kondisi selain kanker . Namun, penting untuk

    memberitahu dokter jika memiliki gejala-gejala tersebut .

    d. Pemeriksaan Penunjang

    Sinar X

    Dengan mengambil beberapa sinar - x untuk memulai pemeriksaan, meskipun

    kanker trakea tidak selalu muncul sinar-x.

    CT ( computerized tomography ) Scan

    CT scan mengambil serangkaian x - ray yang membangun gambar tiga dimensi

    bagian dalam tubuh. Scan tanpa rasa sakit dan memakan waktu 10-30 menit. CT

    scan menggunakan sejumlah kecil radiasi , dan tidak menyakiti atau merugikan

    siapa pun. Klien akan diminta untuk tidak makan atau minum selama setidaknya

    empat jam sebelum scan.

    MRI ( magnetic resonance imaging ) scan

    Tes ini mirip dengan CT scan , tetapi menggunakan magnet bukan sinar - x untukmembangun sebuah gambaran detil dari daerah di tubuh Anda.

    Bronkoskopi

    Sebuah tabung fleksibel diturunkan ke mulut atau hidung untuk memeriksa trakea.

    Klien akan diminta untuk tidak makan atau minum apa pun selama beberapa jam

    sebelumnya. Tepat sebelum tes klien mungkin akan diberi obat penenang ringan

    untuk membantu klien bersantai dan untuk meringankan rasa tidak nyaman.

    Bronkoskopi tersebut kemudian dilewatkan ke hidung atau mulut dan turun kedalam trakea. Foto dan biopsi dapat diambil pada waktu yang sama.

    Bronkoskopi kaku

    Sebuah bronkoskopi kaku kadang-kadang digunakan untuk membantu pemeriksa

    merencanakan atau memberikan pengobatan. Hal ini dapat membantu mereka melihat

    tumor lebih jelas dan menjaga trakea stabil selama prosedur. Klien akan diberikan

    anestesi umum dan mungkin harus tinggal di rumah sakit semalam.

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    16/33

    16

    e. Penatalaksanaan medis

    Perlakuan utama untuk kanker trakea adalah operasi dan radioterapi. Mereka dapat

    diberikan sendiri atau dalam kombinasi.

    Kemoterapi biasanya diberikan untuk meringankan gejala. Hal ini dikenal sebagai

    kemoterapi paliatif. Pengobatan biasanya akan dilakukan di sebuah pusat pengobatan kanker

    spesialis .

    Operasi. Pada awal , kanker kecil dilakukan operasi mungkin dapat benar-benar

    menghapus tumor. Ini adalah khusus operasi dan hanya dilakukan di pusat-pusat spesialis.

    Namun, dalam banyak kasus, panjang trakea mempengaruhi proses pengangkatan kanker

    dan penyatuan kembali ujung trakea yang dipotong.

    Radioterapi dapat diberikan setelah operasi untuk mencoba mengurangi kemungkinan

    kanker datang kembali atau meredakan gejala. Hal ini juga dapat dilakukan jika ada sel-sel

    kanker yang tertinggal setelah operasi. Radioterapi menggunakan sinar-x energi tinggi untuk

    menghancurkan sel-sel kanker.

    B. Bronkus

    Lebih dari 90% keganasan paru-paru berawal dari bronkus, ini disebut karsinoma bronkogenik. karsinoma bronkhogenik dibedakan menjadi kanker paru-paru sel kecil

    (SCLC) dan kanker paru-paru sel tidak kecil (NSCLC). Perkiraan frekuensi dari berbagai

    tipe histologi adalah: epidermoid (33%), adenokarsinoma (25%), karsinoma sel besar

    (16%), dan karsinoma sel kecil (25%).

    a. Etiologi

    Meskipun etiologi karsinoma bronkogenik yang sebenarnya belum diketahui,

    tetapi ada tiga faktor yang agaknya bertangguang jawab dalam peningkatan

    insidensi penyakit ini, diantaranya merokok, bahaya industri, dan polusi udara. Dari

    faktor-faktor ini merokok agaknya berperan paling penting, yaitu 85% dari seluruh

    kasus.

    Telah diketahui secara universal bahwa asap rokok merupakan salah satu sebab

    utama karsinoma bronkogenik. Baik bila dihisap secara langsung oleh para perokok

    maupun mereka yang bukanlah perokok tetapi sering menghirup udara yang tercemar

    asap rokok (perokok pasif). Juga diketahui bahwa makin berpolusi udara di suatu

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    17/33

    17

    tempat (baik karena industri ataupun otomotif), makin banyaklah penduduk setempat

    yang terkena karsinoma bronkogenik.

    Karsinoma bronkus ini juga dapat menyerang mereka yang tidak merokok.

    Masih suatu tanda tanya apakah adanya proses TB lama dapat menginduksi

    terjadinya proses karsinoma. Diperkirakan inhalasi jangka panjang bahan-bahan

    karsinogen merupkan faktor utama.

    b. Patofisiologi

    Sebab - sebab keganasan dan atau tumor masih belum jelas, tetapi virus, factor

    lingkungan, hormonal dan genetik semuanya berkaitan dengan resiko terjadinya

    tumor. Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat

    karsinogenik yang merangsang permulaan terjadinya perubahan sel. Diperlukan

    perangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk memicu timbulnya

    tumor/keganasan.

    Agen karsinogenik biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau biologis yang

    berkemampuan untuk bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari komponen

    genetik (DNA). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan yang lama ditandai

    dengan berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya tumor, hal ini berlangsung

    lama, mingguan sampai tahunan.

    Kanker bronkogenik bervariasi sesuai tipe sel daerah asal dan kecepatan

    pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker bronkogenik adalah

    karsinoma skuamosa, karsinoma sel kecil (SCLC), karsinoma sel besar (NSCLC) dan

    adenokarsinoma. Kebanyakan dari tumor ini merupakan jenis Squamosa atau

    adenokarsinoma dan hanya 3-5 % yang merupakan SCLC, sedangkan NSCLC

    tidak memiliki catatan yang jelas.

    Pada mulanya sel kanker bronkogenik ini akan berkembang di bagian

    perifer sulkus superior pada apex paru, yang asimtomatik pada stadium awal.

    Kemudian pada stadium lanjut akan bermetastasis ke jaringan sekitar meliputi

    dinding dada, persyarafan (pleksus brakhialis bagian bawah), persyarafan

    simpatik, ganglion stelata, costae, vertebrae dan tulang - tulang di sekitarnya.

    c. Manifestasi Klinis

    Tanda-tanda dan gejala-gejala tergantung pada lokasi, ukuran tumor, derajatobstruksi dan keberadaan metastasis. Gejala yang dicurigai pada klien karsinoma

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    18/33

    18

    bronkogenik adalah:

    Batuk lebih dari 2 minggu Batuk darah, nyeri dada, dan sesak napas yang desebabkan oleh tumor

    tersebut atau oleh obstruksi yang ditimbulkan ataupun atelektasis. Mengi terjadi jika mengalami obstruksi secara parsial, pengeluaran sputum

    yang berwarna merah darah adalah hal yang umum terjadi di pagi hari.

    Demam yang terjadi berulang mungkin terjadi pada beberapa pasien. Nyeri adalah gejala akhir, seringkali berhubungan dengaan metastasis tulang. Nyeri dada, kekakuan, suara serak, disfagia, edema pada leher dan kepala

    dan gejala-gejala infusi pleural atau pericardial terlihat jika tumor

    menyebar pada struktur yang berdekatan dengan nodus limfe. Tempat

    metastasis yang umum adalah nodus limfe, tulang, otak, paru kolateral dan

    kelenjar adrenal.

    Kelemahan, anoreksia, penurunan BB dan anemia akan terjadi pada tahapakhir.

    d. Pemeriksaan Penunjang Foto thorax posterior anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.

    MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

    e. Penatalaksanaan Medis

    Pembedahan

    Reseksi bedah adalah metoda yang lebih dipilih untuk pasien dengan tumor

    setempat tanpa adanya penyebaran metastatik dan mereka yang fungsi

    parunya masih baik. Tiga tipe reseksi paru yang mungkin dilakukan :lobektomi ( satu lobus paru diangkat), lobektomi sleeve (lobus yang

    mengalami kanker diangkat dan segmen bronkus besar direseksi) dan

    Pneumonektomi (pengangkatan seluruh paru). Sebelum,

    pembedahan, status jantung paru pasien harus ditentukan

    untuk penatalaksanaan praoperasi dan pascaoperasi pasien yang menjalani

    bedah dada.

    Terapi Radiasi

    Terapi radiasi ini sangat bermanfaat dalam pengendalian neoplasma yang tidak

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    19/33

    19

    dapat direseksi tetapi yang responsip terhadap radiasi. Radiasi juga dapat

    digunakan untuk mengurangi ukuran tumor atau untuk membuat tumor yang

    tidak dapat dioperasi menjadi dapat dioperasi. Radiasi juga digunakan sebagai

    pengobatan paliatif untuk menghilangkan tekanan tumor pada struktur vital.

    Radiasi dapat membantu menghilangkan batuk, nyeri dada, dispnea,

    homoptisis, nyeri tulang dan hepar.Komplikasi radiasi termasuk

    esofagitis, pneunonitis dan radiasi fibrosis paru, yang dapat merusak kapasitas

    ventilasi dan difusi secara signifikan mengurangi ketersediaan paru. Radiasi

    juga dapat mempengaruhi jantung. Status nutrisi dan tampilan psikologis

    pasien dipantau selama pengobatan, sejalan dengan tanda-tanda anemia dan

    infeksi.

    Kemoterapi

    Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk

    menangani pasien dengan umor paru sel kecil atau dengan metastasis luas dan

    untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi. Kemoterapi memeberikan

    peredaan, terutama nyeri, tetapi kemoterapi tidak memberikan penyembuhan

    dan jarang dapat memperpanjang hidup. Kemoterapi bermanfaat dalam

    mengurangi gejala-gejala tekanan dari kanker paru dan dalam mengobati

    metastasis otak, medulla spinalis dan pericardium.

    Pemilihan Obat

    Kebanyakan obat sitostatik mempunyai aktivitas cukup baik pada NSCLC

    dengan tingkat respon antara 15-30%, walaupun demikian penggunaan obat

    tunggal tidak mencapai remisi komplit. kombinasi beberapa sitostatik telah

    banyak diteliti untuk meningkatkan tingkat respon yang akan berdampak

    pada harapan hidup. Obat-obat baru saat ini telah banyak dihasilkan

    dan dicobakan sebagai obat tunggal seperti paclitaxel, Docetaxel, Vinorelbine,

    Gemcitabine dan Irenotecan dengan hasil yang cukup menjanjikan.

    C. Paru-paru

    Kanker paru adalah penyebab tersering kematian dengan angka yang lebih besar pada

    wanita dibanding pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai penyebab paling

    umum kematian akibat kanker pada wanita. Pada hampir 70% pasien kanker paru mengalami

    penyebaran ketempat limfatik regional dan tempat lain pada saat didiagnosis. Bukti-bukti

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    20/33

    20

    menunjukan karsinoma untuk timbul ditempat jaringan parut sebelumnya (tuberkulosis,

    fibrosis) dalam paru. Kebanyakan kasus kanker paru dapat dicegah jika merokok dihilangkan.

    a. Etiologi

    Merokok telah terbukti sebagai faktor etiologi yang paling penting dan umum

    dalam perkembangan terjadinya kanker paru.

    Perokok pasif juga telah diidentifikasi sebagai penyebab yang mungkin sebagai

    kanker paru. Dengan kata lain, induvidu yang secara involunter yang terpajan pada

    asap tembakau dalam lingkungan yang dekat (mobil, gedun ) beresiko terjadinya

    kanker paru.

    Polusi udara. Berbagai karsinogen telah diidentifikasi dalam atmosfir, termasuk

    sulfur, emisi kendaraan bermotor dan polutan dan pengolahan dan pabrik.

    Diet. Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap

    betakarotene, selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker

    paru.

    Faktor etiologi lain adalah , paparan terhadap radiasi (individu yang selamat saat

    terjadi bom atom, penambang uranium), asbestos (khusunya bila bersamaan dengan

    merokok), polusi udara (radon, partikel), dan bahan yang terhirup saat bekerja

    (misalnya, nikel, krom, arsen). Mekanisme genetik melibatkan onkogen dominan

    (misalnya K-ras pada adeno karsinoma) dan hilangnya gen supresor tumor.

    b. Patofisiologi

    Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkancilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan

    adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan

    displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan

    displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi

    langsung pada kosta dan korpus vertebra.

    Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.

    Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    21/33

    21

    di bagian distal. Gejala gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis,

    dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.

    Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya

    metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang

    rangka.

    c. Manifestasi klinik

    Tumor pada sistem bronkopulmonary dapat mengenai saluran pernafasan,

    parenkim paru, pleura, atau dinding dada. Penyakit terjadi secara lambat (biasanya

    selama beberapa dekade) dan seringkali asimptommatik sampai lanjut dalam

    perkembanganya. Tanda dan gejala tergantung pada letak dan ukuran tumor, tingkat

    obstruksi, dan keluasan metastase ketempat regional atau tempat yang jauh. Gejala

    kanker paru yang sering adalah batuk kemungkinan akibat iritasi yang dsebabkan

    oleh massa tumor. Individu sering mengabaikan gejala ini dan menghubungkan

    dengan merokok. Batuk mulai sebagai batuk kering, tanpa membentuk sputum,

    tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental, purulen dalam

    berespon terhadap infeksi sekunder. Batuk yang karakternya berubah

    membangkitkan kecurigaan terhadap kanker paru. Pasien sering membatukan

    sputum yang bersemu darah, terutama pada pagi hari. Sputum menjadi berwarna

    darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi. Pada

    beberapa pasien, demam kambuhan terjadi sebagai gejala dini dalam berespon

    terhadap infeksi yang menetap pada area pneumonitis ke arah distal tumor. Kanker

    paru harus dicurigai pada individu yang mengalami infeksi saluran pernafasan atas

    berulang yang tidak sembuh-sembuh. Nyeri adalah manifestasi akhir dan sering

    ditemukan berhubungan dengan metastase ke tulang.

    Jika tumor menyebar ke struktur yang berdekatan dan ke nodus linfe regional,

    pasien dapat menunjukan nyeri dada dan sesak, serak (menyerang saraf laringeal) ,

    mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas, disfagia, edema

    kepala dan leher, dan gejala-gejala efusi pleura atau perikardial.

    Gejala umum seperti kelemahan, anoreksia, penurunan berat badan, dan anemia

    tampak pada akhir penyakit.

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    22/33

    22

    d. Pemeriksaan penunjang

    Radiologi.

    Foto thorax posterior anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya

    kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat

    menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis

    erosi tulang rusuk atau vertebra.

    Bronkhografi.

    Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

    Laboratorium. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).

    Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.

    Pemeriksaan fungsi paru dan GDA

    Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan

    ventilasi.

    Tes kulit, jumlah absolute limfosit.

    Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada

    kanker paru).

    Histopatologi. Bronkoskopi.

    Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi

    lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).

    Biopsi Trans Torakal (TTB).

    Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan

    ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 95 %.

    Torakoskopi.

    Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan

    cara torakoskopi.

    Mediastinosopi.

    Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang

    terlibat.

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    23/33

    23

    Torakotomi.

    Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam

    macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal

    mendapatkan sel tumor.

    Pencitraan. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

    d. Penatalasanaan medis

    Sasaran penatalaksanaan adalah untuk memberikan penyembuhan, jika

    memungkinkan. Secara umum , pengobatan dapat mencakup pembedahan terapi

    radiasi, kemoterapi, dan imunoterapi, yang digunakan secara terpisah atau dalam

    kombinasi.

    Pembedahan. Reseksi bedah adalah metode yang dipilih untuk pasien dengan

    tumor setempat tanpa adanya penyebaran metastasik dan mereka yang funsi jantung

    paru yang baik. Tiga tipe reseksi paru yang mungkin dilakukan : lobektomi ( satu

    lobus paru diangkat), lobektomi sleeve ( lobus yang mengalami kanker diangkat dan

    segmen brongkus direseksi), dan pneumonektomi ( pengangkatan seluruh paru).

    Reseksi bedah yang menghasilkan penembuhan sempurna sangat jarang terjadi.

    Operasi yang lazim untuk tumor paru yang kecil yang tampaknya dapat

    disembuhkan adalah lobektomi ( pengangkatan lobus paru). Keseluruhan paru dapat

    diangkat ( pneumonektomi) dalam kombnasi prosedur bedah lainnya, sepeti reseksi

    yang mencakup modus limfe mediastinal.

    Sebelum pembedahan, status jantung paru pasien harus ditentukan .

    Terapi radiasi. Terapi radiasi ini sangat bermanfaat dalam pengndalian

    neoplasma yang tidak dapat direseksi tetapi yang responsif terhadap radiasi. Radiasi

    dapat juga untuk mengurangi ukuran tumor, untuk membuat tumor yang tidak dapat

    dioperasi menjadi dapat di operasi atau radiasi dapat digunakan sebagai pengobatan

    paliatif untuk menghilangkan tekanan tumor pada struktur vital. Terapi radiasi dapat

    mengendalikan metastasis medula spinalis dan konpresi vena kava superior. Juga,

    iradiasi otak profilaktik digunakan pada pasien tertentu untuk mengatasi metastasis

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    24/33

    24

    mikroskopik otak. Radiasi dapat membantu menghilangkan batuk , nyeri dada ,

    dispnea, hemoptisis , dan nyeri tulang dan hepar.hilangnya gejala-gejala dapat

    berlangsung dari beberapa minggu sampai beberapa bulan dan penting dalam

    meningkatkan kualitas sisa hidup yang masih tersisa.

    Komplikasi radiasi termasuk esofagitis, pneumonitis, dan radiasi fibrosis paru.

    Yang dapat merusak kapasitas ventilasi dan difusi serta secara signifikan

    mengurangi ketersedian paru. Radiasi juga dapat mempengaruhi jantung.

    Kemoterapi. Kemoterpai digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan

    tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasis

    luas, dan untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi. Kombinasi atau lebih

    pengobatan mngkin lebh menguntungkan dibanding pemberian dosis tunggal.

    Berbagai agen kemoterapeutik , termauk agen pengkelat ( ifosfamit) , platinum

    analobus( cisplantin dan karboplatin), mitomisin C, vinka alkaloid ( vinblastin dan

    vindesin) dan etoposit ( V-16) digunakan. Pilihan agens tergantung pada

    pertumbuhan sel tumor dan fase spesifik siklus sel yang dipengaruhi obat.

    Kemoterapi memberikan peredaan , terutama nyeri, tetapi kemoterapi tidak

    menyembuhkan dan jarang dapat memperjang hidup.

    2.4 Neoplasma Mediastinum

    Mediastinum

    Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum yaitu rongga di

    antara paru-paru kanan dan kiri yang berisi jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh darah

    vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya.

    (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003)

    Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di mediastinum yaitu rongga imaginer di

    antara paru kiri dan kanan. Mediastinum berisi jantung, pembuluh darah besar, trakea, timus,

    kelenjar getah bening dan jaringan ikat. (Elisna Syahruddin)

    Klasifikasi Tumor Mediastinum

    1. Timoma

    Thymoma adalah tumor yang berasal dari epitel thymus. Ini adalah tumor yang banyak terdapat dalam mediastinum bagian depan atas. Dalam golongan umur 50

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    25/33

    25

    tahun, tumor ini terdapat dengan frekuensi yang meningkat. Tidak terdapat preferensi

    jenis kelamin, suku bangsa atau geografi. Gambaran histologiknya dapat sangat

    bervariasi dan dapat terjadi komponen limfositik atau tidak. Malignitas ditentukan oleh

    pertumbuhan infiltrate di dalam organ-organ sekelilingnya dan tidak dalam bentuk

    histologiknya. Pada 50% kasus terdapat keluhan lokal. Thymoma juga dapat

    berhubungan dengan myasthenia gravis , pure red cell aplasia dan

    hipogamaglobulinemia. Bagian terbesar Thymoma mempunyai perjalanan klinis

    benigna. Penentuan ada atau tidak adanya penembusan kapsul mempunyai kepentingan

    prognostic. Metastase jarak jauh jarang terjadi. Jika mungkin dikerjakan terapi bedah.

    (Aru W. Sudoyo, 2006)

    Stage dari Timoma: Stage I : belum invasi ke sekitar

    Stage II : invasi s/d pleura mediastinalis

    Stage III : invasi s/d pericardium

    Stage IV : Limphogen / hematogen

    Teratoid

    2. Limfoma.

    Secara keseluruhan, limfoma merupakan keganasan yang paling sering pada

    mediastinum. Limfoma adalah tipe kanker yang terjadi pada limfosit (tipe sel darah

    putih pada sistem kekebalan tubuh vertebrata). Terdapat banyak tipe limfoma. Limfoma

    adalah bagian dari grup penyakit yang disebut kanker Hematological. Pada abad ke-19

    dan abad ke-20, penyakit ini disebut penyakit Hodgkin karena ditemukan oleh Thomas

    Hodgkin tahun 1832. Limfoma dikategorikan sebagai limfoma Hodgkin dan limfoma

    non-Hodgkin.

    3. Tumor Neurogen.

    Tumor Neurogen merupakan tumor mediastinal yang terbanyak terdapat,

    manifestasinya hampir selalu sebagai tumor bulat atau oval, berbatas licin, terletak jaug

    di mediastinum belakang. Tumor ini dapat berasal dari saraf intercostals, ganglia

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    26/33

    26

    simpatis, dan dari sel-sel yang mempunyai cirri kemoreseptor. Tumor ini dapat terjadi

    pada semua umur, tetapi relative frekuen pada umur anak. (Aru W. Sudoyo, 2006)

    Banyak Tumor Nerogenik menimbulkan beberapa gejala dan ditemukan pada foto

    thorax rutin. Gejala biasanya merupakan akibat dari penekanan pada struktur yang

    berdekatan. Nyeri dada atau punggung biasanya akibat kompresi atau invasi tumor pada

    nervus interkostalis atau erosi tulang yang berdekatan. Batuk dan dispneu merupakan

    gejala yang berhubungan dengan kompresi batang trakeobronchus. Sewaktu tumor

    tumbuh lebih besar di dalam mediastinum posterosuperior, maka tumor ini bisa

    menyebabkan sindrom pancoast atau Horner karena kompresi peleksus brakhialis atau

    rantai simpatis servikalis.

    Pembagian dari tumor neurogenik, menurut letaknya:

    Dari saraf tepi: Neurofibroma, Neurolinoma Dari saraf simpati:GanglionNeurinoma,Neuroblastoma,Simpatikoblastoma Dari paraganglion: Phaeocromocitoma, Paraganglioma

    4. Kista Mediastinum

    Kista bronkogenik sering ditemukan di paratrakea atau dekat karina. Dindingnya

    terdiri dari otot polos dan tulang rawan, berisi cairan. Biasanya tidak ada hubunganlangsung dengan trakea dan bronkus tapi bisa terkena infeksi.

    Kista enterik, berada disepanjang esofagus, bisa terimfeksi dan membentuk abses.

    Apabila kista ini mengandung acid screting cells bisa juga terbentuk ulkus perdarahan

    dan perforasi seperti saluran cerna lain.

    Kista perikardial adalah suatu anomali dalam proses pertumbuhan yang melekat ke

    perikardium tapi jarang membentuk lumen ke rongga perikardium.

    a. Etiologi

    Secara umum faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab tumor adalah:

    Penyebab kimiawi

    Di berbagai negara ditemukan banyak tumor kulit pada pekerja pembersih

    cerobong asap. Zat yang mengandung karbon dianggap sebagai

    penyebabnya.

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    27/33

    27

    Faktor genetik (biomolekuler)

    Perubahan genetik termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal dan

    pengaruh protein bisa menekan atau meningkatkan perkembangan tumor.

    Faktor fisik

    Secara fisik, tumor berkaitan dengan trauma/pukulan berulang-ulang baik

    trauma fisik maupun penyinaran. Penyinaran bisa berupa sinar ultraviolet

    yang berasal ari sinar matahari maupun sinar lain seperti sinar X (rontgen)

    dan radiasi bom atom.

    Faktor nutrisi

    Salah satu contoh utama adalah dianggapnya aflaktosin yang dihasilkan oleh jamur pada kacang dan padi-padian sebagai pencetus timbulnya tumor.

    Penyebab bioorganisme

    Misalnya virus, pernah dianggap sebagai kunci penyebab tumor dengan

    ditemukannya hubungan virus dengan penyakit tumor pada binatang

    percobaan. Namun ternyata konsep itu tidak berkembang lanjut pada

    manusia.

    Faktor hormon

    Pengaruh hormon dianggap cukup besar, namun mekanisme dan kepastian

    peranannya belum jelas. Pengaruh hormone dalam pertumbuhan tumor bisa

    dilihat pada organ yang banyak dipengaruhi oleh hormone tersebut.

    b. Patofisiologi

    Sebagaimana bentuk kanker/karsinoma lain, penyebab dari timbulnya

    karsinoma jaringan mediastinum belum diketahui secara pasti; namun diduga

    berbagai faktor predisposisi yang kompleks berperan dalam menimbulkan

    manifestasi tumbuhnya jaringan/sel-sel kanker pada jaringan mediastinum.

    Adanya pertumbuhan sel-sel karsinoma dapat terjadi dalam waktu yang relatif

    singkat maupun timbul dalam suatu proses yang memakan waku bertahun-tahun

    untuk menimbulkan manifestasi klinik. Adakalanya berbagai bentuk karsinoma sulit

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    28/33

    28

    terdeteksi secara pasti dan cepat oleh tim kesehatan. Diperlukan berbagai

    pemeriksaan akurat untuk menentukan masalah adanya kanker pada suatu jaringan.

    Dengan semakin meningkatnya volume massa sel-sel yang berproliferasi maka

    secara mekanik menimbulkan desakan pada jaringan sekitarnya; pelepasan berbagaisubstansia pada jaringan normal seperti prostalandin, radikal bebas dan protein-

    protein reaktif secara berlebihan sebagai ikutan dari timbulnya karsinoma

    meningkatkan daya rusak sel-sel kanker terhadap jaringan sekitarnya; terutama

    jaringan yang memiliki ikatan yang relatif lemah.

    Kanker sebagai bentuk jaringan progresif yang memiliki ikatan yang longgar

    mengakibatkan sel-sel yang dihasilkan dari jaringan kanker lebih mudah untuk

    pecah dan menyebar ke berbagai organ tubuh lainnya (metastase) melalui kelenjar, pembuluh darah maupun melalui peristiwa mekanis dalam tubuh.

    Adanya pertumbuhan sel-sel progresif pada mediastinum secara mekanik

    menyebabkan penekanan (direct pressure/indirect pressure) serta dapat

    menimbulkan destruksi jaringan sekitar; yang menimbulkan manifestasi seperti

    penyakit infeksi pernafasan lain seperti sesak nafas, nyeri inspirasi, peningkatan

    produksi sputum, bahkan batuk darah atau lendir berwarna merah (hemaptoe)

    manakala telah melibatkan banyak kerusakan pembuluh darah.

    Kondisi kanker juga meningkatkan resiko timbulnya infeksi sekunder; sehingga

    kadangkala manifestasi klinik yang lebih menonjol mengarah pada infeksi saluran

    nafas seperti pneumonia, tuberkulosis walaupun mungkin secara klinik pada kanker

    ini kurang dijumpai gejala demam yang menonjol.

    c. Manifestasi KlinisSebagian besar pasien tumor mediastinum akan memperlihatkan gejala pada

    waktu presentasi .Kebanyakan kelompok melaporkan bahwa antara 56 dan 65 persen

    pasien menderita gejala pada waktu penyajian, dan penderita dengan lesi ganas jauh

    lebih mungkin menunjukkan gejala pada waktu presentasi. Tetapi, dengan

    peningkatan penggunaan rontgenografi dada rutin, sebagian besar massa

    mediastinum terlihat pada pasien yang asimtomatik. Adanya gejala pada pasien

    dengan massa mediastinum mempunyai kepentingan prognosis dan menggambarkanlebih tingginya kemungkinan neoplasma ganas.

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    29/33

    29

    Massa mediastinum bisa ditemukan dalam pasien asimtomatik, pada foto thorax

    rutin atau bisa menyebabkan gejala karena efek mekanik local sekunder terhadap

    kompresi tumor atau invasi struktur mediastinum. Gejala sistemik bisa nonspesifik

    atau bisa membentuk kompleks gejala yang sebenarnya patogmonik untuk

    neoplasma spesifik.

    Keluhan yang biasanya dirasakan adalah :

    Batuk atau stridor karena tekanan pada trachea atau bronchi utama.

    Gangguan menelan karena kompresi esophagus.

    Vena leher yang mengembang pada sindroma vena cava superior.

    Suara serak karena tekanan pada nerves laryngeus inferior.

    Serangan batuk dan spasme bronchus karena tekanan pada nervus vagus.

    Walaupun gejala sistemik yang samar-samar dari anoreksia, penurunan berat

    badan dan meningkatnya rasa lelah mungkin menjadi gejala yang disajikan oleh

    pasien dengan massa mediastinum, namun lebih lazim gejala disebabkan oleh

    kompresi local atau invasi oleh neoplasma dari struktur mediastinum yang

    berdekatan.

    Nyeri dada timbul paling sering pada tumor mediastinum anterosuperior. Nyeri

    dada yang serupa biasanya disebabkan oleh kompresi atau invasi dinding dada

    posterior dan nervus interkostalis. Kompresi batang trakhebronkhus biasanya

    memberikan gejala seperti dispneu, batuk, pneumonitis berulang atau gejala yang

    agak jarang yaitu stridor. Keterlibatan esophagus bisa menyebabkan disfagia atau

    gejala obstruksi. Keterlibatan nervus laringeus rekuren, rantai simpatis atau plekus

    brakhialis masing-masing menimbulkan paralisis plika vokalis, sindrom Horner dan

    sindrom Pancoast. Tumor mediastinum yang meyebabkan gejala ini paling sering

    berlokalisasi pada mediastinum superior. Keterlibatan nervus frenikus bisa

    menyebabkan paralisis diafragma.

    d. Pemeriksaan penunjang Hb: menurun/normal

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    30/33

    30

    Analisa Gas Darah: asidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah,

    kadar karbon darah meningkat/normal

    Elektrolit: Natrium/kalsium menurun/normal

    Pemeriksaan diagnostik Rontgenografi

    Investigasi suatu massa di mediastinum harus dimulai dengan foto dada

    anterior-superior, lateral, oblik, esofagogram, dan terakhir tomogram bila

    perlu. Penentuan lokasi yang tepat amat penting untuk langkah diagnostik

    lebih lanjut. CT scan thorax diperlukan untuk membedakan apakah lesi

    berasal dari vaskuler atau bukan vaskuler. Hal ini perlu menjadi

    pertimbangan bila bioopsi akan dilakukan, selain itu CT scan juga berguna

    untuk menentukan apakah lesi tersebut bersifat kistik atau tidak. Pada

    langkah selanjutnya untuk membedakan apakah massa tersebut adalah

    tumor metastasis, limfoma atau tuberculosis/ sarkoidosis maka

    mediastinoskopi dan biopsy perlu dilakukan. Dasar dari evaluasi

    diagnostik adalah pemeriksaan rontgenografi. Foto thorax lateral dan

    posteroanterior standar bermanfaat dalam melokalisir massa di dalam

    mediastinum. Neoplasma mediastinum dapat diramalkan timbul pada

    bagian tertentu mediastinum. Foto polos bisa mengenal densitas relatif

    massa ini, dan apakah padat atau kistik.

    USG

    Ultrasonografi bermanfaat dalam menggambarkan struktur kista dan

    lokasinya di dalam mediastinum. Fluoroskopi dan barium enema bisa

    membantu lebih lanjut dalam menggambarkan bentuk massa dan

    hubungannya dengan struktur mediastinum lain, terutama esofagus dan

    pembuluh darah besar.

    USG Germ Cell Mediastinum

    Kemajuan dalam teknologi nuklir telah bermanfaat dalam

    mendiagnosis sejumlah tumor. Sidik yodium radioiotop bermanfaat

    dalam membedakan struma intratoraks dari lesi mediatinum superior

    lain. Sidik gallium dan teknesium sangat memperbaiki kemampuan

    mendiagnosis dan melokalisir adenoma parathyroid. Belakangan ini

    kemajuan dalam radiofarmakologi telah membawa ke diagnosis tepat.

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    31/33

    31

    Tomografi Komputerisasi

    Kemajuan terbesar dalam diagnosis dan penggambaran massa dalam

    mediastinum pada tahun belakangan ini adalah penggunaan sidik CT

    untuk diagnosis klinis. Dengan memberikan gambaran anatomi

    potongan melintang yang memuaskan bagi mediastinum, CT mampu

    memisahkan massa mediastinum dari struktur mediastinum lainnya.

    Terutama dengan penggunaan materi kontras intravena untuk

    membantu menggambarkan struktur vascular, sidik CT mampu

    membedakan lesi asal vascular dari neoplasma mediastinum.

    Sebelumnya, pemeriksaan angiografi sering diperlukan untuk

    membedakan massa mediastinum dari berbagai proses pada jantung

    dan aorta seperti aneurisma thorax dan suni aneurisma Valsava.

    Dengan perbaikan resolusi belakangan ini, CT telah menjadi alat

    diagnostik yang jauh lebih sensitif dibandingkan dengan teknik

    radiografi rutin. CT bermanfaat dalam diagnosis kista bronkogenik

    pada bayi dengan infeksi berulang dan timoma dalam pasien

    myasthenia gravis, kasus yang foto polosnya sering gagal mendeteksi

    kelainan apapun. Tomografi komputerisasi juga memberikan banyak

    informasi tentang sifat invasi relatif tumor mediastinum. Diferensiasi

    antara kompresi dan invasi seperti dimanifestasikan oleh robeknya

    bidang lemak mediastinum dapat dibuat dengan pemeriksaan cermat.

    Tambahan lagi, dalam laporan belakangan ini, diagnosis prabedah pada

    sejumlah lesi yang mencakup kista pericardial, adenoma paratiroid,

    kista enteric dan tumor telah dibuat dengan CT karena gambarannya

    yang khas.

    Magnetic Resonance Imaging (MRI)

    Magnetic Resonance Imaging (MRI) mempunyai potensi yang

    memungkinkan diferensiasi struktur vascular dari massa mediastinum

    tanpa penggunaan materi kontras atau radiasi. Di masa yang akan

    datang, teknik ini bisa memberikan informasi unggul tentang ada atau

    tidaknya keganasan di dalam kelenjar limfe dan massa tumor.

    Biopsy

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    32/33

    32

    Berbagai teknik invasif untuk mendapatkan diagnosis jaringan tersedia

    saat ini. Perbaikan jelas dalam teknik sitologi telah memungkinkan

    penggunaan biopsy aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis tiga

    perempat pasien lesi mediastinum. Teknik ini sangat bermanfaat dalam

    mendiagnosis penyakit metastatik pada pasien dengan keganasan

    primer yang ditemukan di manapun. Kegunaan teknik ini dalam

    mendiagnosis tumor primer mediastinum tetap akan ditegaskan.

    e. Penatalaksanaan medis Pembedahan

    Tindakan bedah memegang peranan utama dalam penanggulangan kasus

    tumor mediastinum

    Obat-obatan

    Infeksi akut dengan jaringan nekrotik/abses sering memerlukan intervensi

    bedah di samping pemberian antibiotik berspektrum luas. Infeksi kronis

    umumnya juga berespon baik terhadap pemberian terapi antibiotik.

    Immunoterapi

    Misalnya interleukin 1 dan alpha interferon Kemoterapi

    Kemoterapi telah menunjukkan kemampuannya dalam mengobati beberapa

    jenis tumor.

    Radioterapi

    Masalah dalam radioterapi adalah membunuh sel kanker dan sel jaringan

    normal. Sedangkan tujuan radioterapi adalah meninggikan kemampuan untuk

    membunuh sel tumor dengan kerusakan serendah mungkin pada sel normal.

  • 8/13/2019 Konsep Neoplasma Saluran Napas Atas

    33/33

    DAFTAR PUSTAKA

    Brunner and Suddath (Editor: Suzzane C. Smeltzer, Brenda G.Bare) (2001) Buku Ajar

    Keperawatan Medikal-Bedah Ed.8 Vol.1 . (Alih Bahasa: Agung Waluyono, et.al). Jakarta:

    Buku Kedokteran EGC. Hal. 556-558.

    Hermani B. dan Abdurrahman H. (2007) Tumor laring. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga

    Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Ed.6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal. 194-198.

    Adams George L. (1997) Tumor-tumor Ganas Kepala dan Leher. Boies Buku Ajar Penyakit

    THT. Ed.6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 446-447.

    dr.Erik Tapan MHA (2005) Kanker,antioksidan dan terapi komplementer. Jakarta: PT ElexMedia Komputindo.

    Robbins, Cotran, dan Kumar (1999) Buku Saku Robbins DASAR PATOLOGI PENYAKIT

    ed.5 (Alih Bahasa: Prof. dr. Achmad Tjarta; Prof. dr. Sutisna Himawan; dr. A. N.

    Kurniawan). Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal. 455-460

    Editor: Aru W. Sudoyo, dkk. (2009) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.5 Jil.III Jakarta:

    InternaPublishing. Hal. 2250-2262