Konsep Manusia Dalam Islam - Copy (2)

72
MATERI AGAMA ISLAM S.1 DISUSUN OLEH : RIFA’I 

description

Konsep Manusia Dalam Islam - Copy (2)

Transcript of Konsep Manusia Dalam Islam - Copy (2)

KONSEP MANUSIA DALAM ISLAM

MATERI AGAMA ISLAM S.1DISUSUN OLEH : RIFAIKONSEP MANUSIA DALAM ISLAMPengantar ke Filsafat Sains, Andi hakim Nasution menyatakan bahwa perbedaan manusia dengan hewan terletak pada kemampuan manusia untuk berpikir dan bernalar, sedangkan kemampuan berpikir dan benalar itu memungkinkan pada manusia, karena itu ia memiliki susunan otak yang paling sempurna dibandingkan dengan otak berbagai jenis mahkluk hidup lainnya.As-sajdah ( 32: 7-9)

As-sajdah ( 32: 7-9)Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknuya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah,- kenudaian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (sperma) kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam tubuhnya roh (ciptaan-Nya) dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan afhida (fuad); tetapi mereka sedikit sekali bersyukur.

A-anbiya (21:35) A-anbiya (21:35). tiap-tiap yang berjiwa akan menemukan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukandan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada kamilah kamu akan dikembalikan.

1. PENGERTIAN RUHBagi Ibnal-Arabi kata ar-ruh mempunyai banyak arti yaitu (1) al-farh, kegembiraan, (2) Alquran (3) al-amr, perintah atau arahdan (4) an-nafs, jiwa atau keakuan..PENGERTIAN RUH DALAM AL-QURAN surat Al-baqarah 2 : 87Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada `Isa putra Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul-Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu angkuh; maka beberapa orang (di antara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh?

2. Pengertian NafsBentuk jamak dari kata nafs adalah anfus dan nufus. Menurut Ibn al-Bari, an-nafs bisa bermakna ruh, dan bisa bermakna hal yang membedakan sesuatu dari yang lain. Menurut Ibn Abbas, dalam setiap diri manusia terdapat dua unsur nafs, yaitu nafs akal yang bisa membedakan sesuatu, dan nafs ruh yang menjadi unsur kehidupan.

KONTEKS NAFS DALAM AL-QURANNafs dalam pengertian nafsu dinyatakan dalam surat Yusuf (12:53). Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

.Nafs dalam pengertian nafas atau nyawa terdapat dalam surat 3:185. 21:25. 39:42.

Nafs dalam pengertian jiwa terdapat daplam surat 89:27-30

Nafs dalam pengertian diri, keakuan, pribadi dinyatakan dalam surat 6:164.

Sebagian besar kata nafs dalam Al-quran dipakai untuk menunjukkan arti diri, keakuan, Keakuan itu bertanggungjawab atas setiap apa yang diperbuatnya sendiri. Al-quran menyatakan dalam surat 53:38-41, akan menanggung akibat yang timbul dari apa yang diperbuatnya itu (Al-quran 41:46) dan perubahan keadaan hidupnya akan terjadi jika keakauan itu merubah dirinya (Alquran 8:53) Oleh karena itu, melalui kerja yang sungguh-sungguh, keakuan akan mendapatkan hasil apa yang dikerjakannya (Al-quran 29:6). Keakuan atau nafs adalah kesatuan dinamik dari jasad, hayat dan ruh. Dinamikanya terletak pada aksi atau kegiatannya. Kesatuannya bersifat spiritual yang tercermin dalam aktivitas hidupnya.

. Akal dan Fungsinya dalam Al-quranAkal adalah al-hijr atau an-nuha artinya adalah kecerdasan. Sedangkan kata kerja aqala artinya adalah habasa yaitu mengikat atau menawan. Karena itu, seorang yang menggunakan akalnya, al-aqil adalah orang yang menawan atau mengikat hawa nafsunya. Orang yang menggunakan akalnya pada dasarnya adalah orang yang mampu mengikat hawa nafsunya, sehingga hawa nafsu tidak dapat menguasai dirinya, ia mampu mengendalikan diri dan akan dapat memahami kebenaran, karena seseorang yang dikuasai hawa nafsu akan mengakibatkan terhalang untuk memahami kebenaran.PENGERTIAN AKALAkal sesungguhnya mempunyai bermacam-macam arti, yang pertama, akal adalah sifat yang membedakan manusia dari pada hewan. Dengan akal manusia bersedia menerima berbagai macam ilmu yang memerlukan pikiran. Yang kedua hakikat akal ialah ilmu pengetahuan yang timbul dari alam wujud. Yang ketiga ialah ilmu yang diperoleh dari pengalaman, dan yang keempat adalah pengetahuan tentang akibat segala sesuatu, dan pencegah hawa nafsu. Akal dengan demikian merupakan daya kekuatan untuk memperoleh segala ilmu. Ilmu akal meliputi ilmu yang duniawi dan yang ukhrowi. Oleh karena itulah, dalam sebuah hadist dikatakan :Tidak dijadikan oleh Allah suatu mahkluk yang terlebih mulia padanya dari pada akal. Dalam hadist yang lain dikatakan : Apabila manusia itu mendekati Tuhan dengan pintu-pintu kebajikan dan amal sholeh, maka engkau dekatilah Tuhan dengan akalmu.

Kesatuan zikir dan pikir Berzikir ----------------------------- AllahOrangBerakal Aktualitas berpikir ----------------------------- Ciptaan Allah

QalbuQalbu berasal dari kata qalaba yang bermakna berubah, berpindah atau berbalik. Qalaba mengalami beberapa perubahan bentuk seperti inqalaba dan qallaba namun artinya masih sama. Menurut Ibn Sayyidah, qalb jamaknya qulub, artinya hati. Al-Qalb mempunyai dua pengertian, yang pertama dalam pengertian kasar, atau fisik, yaitu segumpal daging yang berbentuk bulat panjang, terletak di dada sebelah kiri, di dalamnya terdapat rongga-rongga yang mengandung darah hitam sebagai sumber kehidupan dan seringkali dinamakan jantung. Sedangkan arti yang kedua adalah pengertian yang halus yang bersifat ketuhanan dan rohaniah yaitu hakekat manusia yang dapat menangkap segala pengertian, berpengetahuan dan arif. Qalbu memiliki kemampuan untuk mengetahui essensi segala sesuatu. Al Qalb dalam Al-quran menurut Amir al-muminin Ali juga disebut sadr, fuad, lubb dan syagaf. Al Qalb dalam Al-quran menurut Amir al-muminin Ali juga disebut sadr, fuad, lubb dan syagaf. Disebutkan dalam sebagai berikut:

disebut sadr karena ia tempat terbitnya nurul Islam, dinyatakan dalam surat 39: 22.disebut fuad karena menjadi tempat terbitnya makrifat Allah, dinyatakan dalam surat 53: 11.disebut lubb karena menjadi terbitnya tauhid, dinyatakan dalam surat 65: 10.Disebut syagaf karena temapat terbitnya kecintaan makhluk kepada sesamanya, dinyatakan dalam surat 12: 30.

. Kebebasan Akal

Akal adalah daya rohani untuk memahami kebenaran, baik kebenaran yang bersifat mutlak maupun kebenaran yang bersifat relatif. Kebenaran mutlak adalah kebenaran Tuhan, yang bercermin melalui tanda-tanda-Nya, yang tersimpan dalam alam ciptaan-Nya dan tersurat dalam firman-firman-Nya, dalam kitab suci. Kebenaran reasltif adalah kebenaran sebagai hasil pemahaman manusia terhadap realitas sekitarnya yang berupa ilmu pengetahuan.

Mekanisme Akal.Akal sebagai daya rohani untuk memahami kebenaran, baik yang fisik maupun yang metafisik, yang mutlak dan yang relatif, bekerja melalui pikiran dan qalbu manusia. Pikiran untuk memahami yang baik dan yang relatif, sedangkan qalbu untuk memahami yang metafisik dan mutlak.

Obyek Pikiran- Sembilan (9) ayat di antaranya dipakai untuk memikirkan manusia, dinyatakan dalam surat 30: 8. 2: 219, 266. 3: 191. 7: 176, 184. 39: 42. 34: 46. 6: 50.- Enam (6) ayat di antaranya dipakai untuk memikirkan alam ciptaan Tuhan, dinyatakan dalam surat 13: 3. 10:24. 45:13. 16: 11, 69. 3: 191.Satu (1) ayat menjelaskan tentang pemikiran yang salah, dinyatakan dalam surat 74: 18-26.

Obyek QalbuSelanjutnya Al-quran menjelaskan bahwa obyek pemahaman qalbu adalah prinsip-prinsip yang mengatur jatuh bangunnya suatu bangsa atau hukum sejarah dan makna-makana yang tersurat dalam Al-quran.dinyatakan dalam surat 22: 45-46.Selanjutnya mengenai Al-quran sebagai obyek pemahaman qalbu, dijelaskan dalam surat 47: 24.Al-quran bagi qalbu tidak hanya sebagai obyek yang dipahami, tetapi juga menjadi obat bagi qalbu yang sakit. Dinyatakan dalam surat 10: 57.Al-quran menjadi obat bagi qalbu yang sakit, karena Al-quran adalah zikr. Dijelaskan dalam surat 38: 1Al-quran adalah menjadi obat bagi qalbu yang sakit, karena Al-quran adalah zikr dan menurut Al-quran qalbu akan tenang hanya dengan zikr. Dijelaskan dalam surat 13: 28.

Hakekat ManusiaAl-quran menegaskan bahwa yang dilihat pada manusia tidak lain hanyalah amal perbuatannya, atau pekerjaannya, dinyatakan dalam surat 9: 195. Ayat ini secara tegas menyatakan bahwa apa yang dikerjakan manusia adalah yang menentukan eksistensinya, baik dihadapan Tuhan, Rasul-Nya maupun bagi orang-orang yang beriman. Pekerjaan atau tindakan manusia merupakan perwujudan sepenuhnya dari dirinya, mewakili citra dirinya dan menjadi ukuran untuk menilai dirinya. Al-quran menyatakan dalam surat 39: 39-40. Ayat ini menjelaskan tentang perbuatan dalam kaitannya dengan realitas sosial, dimana dalam kehidupan suatu masyarakat terdapat perbedaan tingkat kehidupan, yang tercermin dalam berbagai kedudukan sosial sesorang yang satu berbeda dengan yang lainnyaKONSEPSI TUHAN DALAM ISLAM

Dalam ajaran Islam, pemahaman tentang Tuhan ini berawal dari pernyataan umat Islam tentang dua kalimah syahadat, yang pernah diungkap ketika seseorang menyatakan dirinya Islam. Karena itu, setiap umat Islam sangat perlu memahami dua kalimah syahadat secara filosofis, karena semua persoalan aktivitas kehidupan umat Islam tidak dapat dilepaskan dari dua kalimah Syahadat ini..

Makna Dua Kalimah Syahadat

Dua kalimah syahadat merupakan pernyataan dasar seseorang untuk masuk ke dalam Islam. Dalam ajaran Islam, pernyataan ini diucapkan ketika seseorang sudah sampai masa baliq (kedewasaanMenurut medis kedewasaan seseorang secara biologis diperkirakan, bagi laki-laki pada umur + antara 12 15 tahun dan bagi wanita + antara 9 13 tahun apabila dalam pertumbuhan biologis yang sehat.

Pengertian Tentang TuhanDalam bahasa Arab, kata Tuhan dinyatakan dengan kata rabbun yang artinya pembimbing atau ilaahun yang artinya gerakan atau dorongan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata Tuhan diartikan sesuatu yang diyakini dipuja disembah oleh manusia sebagai yang Maha Kuasa, Maha Perkasa.

Menurut Ibnu Taimiyah pengertian Tuhan (Allah) ialah yang dipuja dengan penuh kecintaan hati; tunduk kepadanya, merendahkan diri dihadapannya, takun dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah kita berada dalam kesulitan, berdoa dan bertawakal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya

Prosees Pemahaman Tentang Tuhan

Dalam literature sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yang berarti suatu teori yang menyatakan adanya sebuah proses dari suatu keyakinan yang amat sederhana hingga meningkat menjadi lebih sempurna1. Dinamisme Kata dinamisme berasal dari kata dinamo, yang berarti bergerak atau bangkit. Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif, telah mengakui adanya suatu kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan manusia2. AnimismeAnimisme berasal dari kata yang berarti jiwa dan roh. Di samping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik, apakah benda itu mati atau hidup3. PoliteismeKepercayaan yang disebut dinamisme yang sebenarnya bersamaan dengan kepercayaan animisme, lama-lama dinyatakan tidak memberi kepuasan, mengingat terlalu banyaknya yang menjadi sanjungan dan pujaan mereka. Roh yang lebih dari yang lain itu kemudian disebut dewa

5. Monoteisme

Mernurut teori evolusi perkembangan terakhir dari proses pemahaman ketuhanan ini adalah monoteisme. Kata mono dalam bahasa Yunani diartikan satu, dan teisme dalam bahasaYunani disebut Theus diartikan Tuhan. Jadi monoteisme dapat diberi pengertian keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa.4. Henoteisme

Perkembangan dari politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendikiawan dari satu masyarakat. Oleh karena itu, dari dewa-dewa yang diakui, diadakan seleksi karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama. Mesti ada satu yang melebihi yang lainnya. Di dalam agama Yunani kuno misalnya, dewa Zeus sudah tentu lebih dimuliakan dari dewa-dewa dibahwanya. Dalam proses waktu, kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih defenitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui ada satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun masih mengakui Tuhan (ilah) dari bangsa lain. Bangsa Yahudi yang ada di Mesi, meskipun telah mengakui Elohim sebagai Tuhannya, namun masih mengakui Ra sebagai Dewa bangsa Mesir. Kepercayaan semacam ini yaitu satu Tuhan untuk satu Bangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan tingkat Nasional).

3. Tuhan dalam Al-QuranMenurut Fazlur Rahman dalam bukunya Tema-tema Pokok Al-quran menyatakan bahwa Al-quran adalah sebuah dokumen untuk ummat manusia. Bahkan kitab ini sendiri menamakan dirinya petunjuk bagi manusia (huddal lin-nas) dalam surat 2: 185 dan berbagai julukan lain yang senanda di dalam ayat-ayat yang lain. Perkataan Allah adalah nama Tuhan yang sesungguhnya, lebih dari 2500 kali disebutkan di dalam Al-quran (Tidak terhitung dengan kata ar-Rabb, ar-Rahman).Dalam bahasa Al-quran kata Tuhan disebut ilah, kata ilah diungkap dalam Al-quran sebanyak 113 kali dalam bentuk tunggal (ilaahun), dalm bentuk ganda (munthanna, ilaahaini) dan dalam bentuk banyak atau jamak (aalihatun).

4 . Makna Kalimah Syahadat dalam Realitas Kehidupan

Jika kalimat syahadat diterjemahkan maka artinya sebagai berikut aku bersaksi/menyatakan tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammmad adalah utusan Allah. Terjemahan tersebut sangat popular didengar, namun jika dipahami secara mendasar maka kalimat tersebut merupakan kalimat penolakan dan sekaligus kalimat penerimaan, dengan pengertian bahwa kita menolak sesuatu yang tidak kita inginkan dan kita menerima sesuatu yang kita inginkan. Persoalannya sedikit rumit karena kita berbicara masuk dalam wilayah keyakinan.

Konsepsi Penciptaan Alam Semesta

1. Pengertian Penciptaan adalah suatu proses mewujudkan gagasan dalam kenyataan. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia senantiasa terlibat dalam proses penciptaan , antara lain menciptakan gedung-gedung yang berlomba makin tinggi seakan-akan ingin mecakar langit, membangun jalan layang untuk mengatasi kemacetan karena semakin banyaknya kenderaan-kenderaan yang harus diproduksi, menciptakan konsep-konsep pembangunan yang baru sesuai dengan perubahan yang senantiasa terjadi dalam kehidupan manusia, dan seterusnya. Manusia selalu ingin yang baru, menggantikan yang lama, yang dirasa sudah usang. Keinginan memasuki pengalaman yang baru atau kebaruan, telah mendorong manusia untuk memasuki medan penciptaan yang tak pernah mandek, dan dengan kemampuan kreatifnya ia menjelajahi bahkan menghadirkan bayangan hari depan ke kekinian.

2. Penciptaan Dalam Al-Quran

Penciptaan semua yang ada ini langit dan bumi seisinya menurut al-Quran berlangsung dalam waktu tertentu. Al-Quran mengatakan dalam surat al-Araf ayat 54, dan dapat dilihat juga dalam surat 10 :3, 11: 7, 25: 59, 32: 4, 57:4, 50: 38.Penciptaan itu bermula dari air. Al-Quran mengatakan dalam surat 21: 30, 11: 7, dan dapat dilihat juga dalam surat 41: 11-12.Penciptaan itu tidaklah sia-sia, tanpa manfaat ataupun makna. Penciptaan itu sama sekali bukan main-main. Al-Quran mengatakan dalam surat 21: 16, dan dapat dilihat juga dalam surat 44: 38-39.Bagi manusia, penciptaan semua itu hendaknya menjadikan ia ingat terhadap kekuasaan Allah dan tunduk pada hukum-hukum-Nya. Al-Quran menyatakan dalam surat 10: 3.Selanjutnya al-Quran menegaskan bahwa dalam penciptaan semua yang ada itu, terdapat ayat-ayat yaitu tanda-tanda kebesaran Allah, yang hendaknya menjadi bahan renungan dan pemikiran manusia. Al-Quran menyatakan dalam surat 2: 164.

Pengungkapan Al quran tentang Penciptaan Alam Semesta dalam bentuk kata 1. KHALIQKata khaliq ini sebanyak 13 kali yang tersebar dalam 9 surat. 11: 7, 10 : 3, 25: 59, 32: 4, 57:4, 50: 38. 41: 9,10,11,12. 65:12. 51:47. 21:30.2. BADKata Bad ini sebanyak 4 kali dalam 4 surat, 2 : 117, 6:101, 46:9. 57: 27.3. FATHIRKata Fathir ini 20 kali dalam 17 sura. 6:14,79. 11:51. 12:101. 14:10. 17:51. 20:72. 21:56. 30:30. 35:1. 36:22 .39:46. 42:11. 43:27

3 Proses Penciptaan Alam Semesta

Al Quran memberikan informasi tentang bagaimana alam ini diciptakan dalam surat 11 : 7 dengan arti : Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa dan adalah Arsy-Nya di atas (al-ma) air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekkah) sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati, niscaya orang-orangyang kafir itu akan berkata ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata

AL-QURAN, SUNNAH RASUL DAN IJTIHADSEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM

SISTEMATIKA SUMBER AJARAN ISLAMBerpedoman dari surat an-Nisa ayat 59, para ahli sepakat bahwa sumber ajaran Islam yang utama ialah :Al-QuranAs-SunnahIjma ulama Qiyas B. AYAT-AYAT AL-QURAN YANG QATHI DAN ZHANNI DALLALAH DN KEDUDUKANNYA SEBAGAI SUMBER HUKUM

Ayat-ayat al-Quran bila ditinjau dari segi datangnya dn dinukilnya dari Rasul SAW kepada kita semuanya adlah pasti (qathi). Artinya dapat dipastikan bahwa setiap ayat yang dibaca adalah hakekat nash al-Quran yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya dan disampaikan oleh Rasul SAW kepada umatnya tanpa perubahan atau penggantian2. Ayat-ayat Al-Quran dari segi Penunjukan (Dalalah)

Ayat-ayat al-Quran bila ditinjau dari aspek dalalahnya atas hukum-hukum yang dikandungnya, dibagi menjadi dua bagian yaitu:1. Ayat-ayat qothI dalalahnya atau yang muhkam2. Ayat-ayat Zhonni dalalahnya atau yang mutasyabih

C. Kualitas Sunnah Rasul / Hadist.

Dikalangan umat Islam, kata Sunnah Rasul kurang populer dibanding dengan hadist, padahal nabi menyebutkan kata Sunnahku. Dilihat dari sudut bahasa, keduanya mempunyai arti yang sama. Sunnah Rasul ialah apa yang diperbuat, atau dikatakan atau sikap yang ditunjukkan oleh Rasul tentang sesuatu hal atau masalah. Sunnah ini dapat kita kenal melalaui ucapan para sahabat yang dicatat oleh generasi tabiit-tabiin yang dipelopori oleh Buchari dan Muslim. Sedang hadist ialah ucapan para sahabat tentang apa yang diperbuat atau dikatakan atau sikap yang ditunjukkan oleh Rasul tentang sesuatu hal atau masalah. Hadist ini juga dikenal melalui catatan yang diangkat oleh para tabiit-tabiin.

Berpedoman pada jumlah perawi, hadist terbagi pada 2 macam, yaitu Hadist mutawatir dan hadist ahad. Hadist mutawatir tergolong sebagai hadist yang maqbul, sedang hadist ahad ada yang maqbul dan ada yang mardud.

Hadist mutawatir, yaitu hadist yang didasarkan pada pancaindra yang dikabarkan oleh sejumlah orang yang mustahil, menurut adat, bersepakat untuk mengabarkan berita itu dengan dusta.Hadist Ahad, adalah hadist yang para perawinya tidak sampai pada jumlah perawi hadist mutawatir, tidak memenuhi persyaratan mutawatir, dan tidak sampai derajat mutawatir.

Hadist ahad terbagi menjadi :Hadist Shahih, (b) Hadist Hasan dan (c) Hadist Dhaif.. Hadist Shahih, adalah hadist yang diriwatkan oleh perawi yang adil, sempurna ingatan, sanadnya bersambung, tidak berilat, dan tidak janggal, Menurut pengertian di atas, suatu hadist dinilai shahih apabila memenuhi syarat : - Perawinya bersifat adil - Perawinya sempurna ingatan atau kedhabithan - Sanadnya bersambung - Matannya marfu(bahasanya halus) - Tidak ada illat atau cacat - Tidak janggal

Hadist Hasan, adalah hadist yang diriwayatkan oleh seorang yang adil, tidak begitu kokoh ingatannya, bersambung sanadnya, tidak terdapat illat serta kejanggalan. Hadist Hasan hampir sama dengan Hadist Shahih. Perbedaanya hanya dalam soal kedhabithan perawi. Hadist Shahih perawinya sempurna ingatannya, sedang Hadist Hasan perawinya tidak sempurna ingatannya.

Hadist Dhaif, adalah hadist yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat Hadist Shahih dan Hadist Hasan. Hadist Dhaif bermacam-macam dan kedhaifannya bertingkat-tingkat, tergantung dari jumlah keguguran syarat Hadist Shahih dan Hadist Hasan, baik mengenai perawi, sanad maupun matannya.

FUNGSI SUNNAH RASUL/HADIST DALAM SYARIAT ISLAM

Al-Quran adalah sumber ajaran yang pertama dan As-Sunnah adalah sumber yang kedua setelah al-Quran. Seorang muslim tidak bisa hanya menggunkan al-Quran saja, karena ia juga harus percaya kepada sunnah sebagai sumber ajaran. Hal itu karena kandungan al-Quran masih bersifat global dan perlu perincian yang oprasional. Keharusan menggunakan Sunnah banyak diungkapkan al-Quran dalam surat Muhammad ayat 33 :Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul dan janganlah kamu merusakkan amal-amalanmu.

fungsi hadist sebagai penjelasan dan interpretasi terhadap al-Quran, dapat dirumuskan beberapa fungsi hadist sebagai berikut :

Memperkuat apa yang diterngkan al-Quran, misalnya hadist Nabi SAW tentang melihat bulan untuk berpuasa ramadhan: berpuasalah kamu sesudah melihat bulan dan berbukalah kamu sesudah melihatnya(H.R. Bukhari dan Muslim)Menerangkan apa yang tidak mudah diketahui (tersembunyi pengertianya), misalnya hadist Nabi SAW: Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat (H.R. Bukhari dan Muslim)Mengganti suatu hukum atau memperjelas. Al Baqarah ayat 180menyatakan: Tetaplah atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu, bapa dan karib kerabatnya secara maruf (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertqwa.

E. RUANG LINGKUP IJTIHAD

Mahmud Syaltut menyatakan, bahwa ijtihad mencakup dua pengertian yaitu :Penggunaan fikiran untuk menemukan suatu hukum yang tidak ditentukan secra eksplisit dalam al-Quran dan Sunnah.Penggunan fikiran dalam mengartikan, menafsirkan dan mengambil kesimpulan dari suatu ayat atau Sunnah.

Aturan Allah telah ditemukan secara qauliyah dalam al-Quran dan secara kauniyah pada alam semesta. Ketentuan Allah ini dapat ditemukan pada tiga kemungkinan yaitu :

Dalam lafad al-Quran sesuai dengan yang disebutkan secara harfiah. Bentuk ini disebut ketentuan yang tersurat dalam al-Quran.Tidak ditemukan secara harfiah dalam lafad al-Quran, tetapi dapat ditemukan melalui makna yang tersirat dari lafad yang disebut dalam al-Quran.Tidak dapat ditemukan baik dari lafad maupun dari makna tersirat yang ada dalam al-Quran, tetapi dapat ditemukan dalam realitas pada ciptaan-Nya.

Ruang Lingkup Ijtihad 1. Dalam masalah yang sudah diatur oleh nash, tetapi dalilnya atau penunjukkan dalilnya bersifat zhanni, yaitu mengandung unsure keraguan dan kesamaran, baik berkaitan dengan arah sumbernya ataupun makna dan tujuannya, maka dalam hal ini terdapat ruang untuk berijtihad. Keraguan itu bisa dating dari arah sanad dan rawi sebuah hadist, sehingga harus diteliti terlebih dahulu mengenai kelayakan mereka satu persatu dalam periwayatannya, sebelum dapat ditetapkan apakah hadist yang mereka riwayatkan bisa dijadikan dalil atau tidak. Adakalanya pula, suatu hadist telah diyakini ke-shahih-an sumbernya, namun susunan kata-katanya ataupun materinya masih menimbulkan keraguan dan ketidakpastian dlam memahami makna dan tujuannya. Mungkin pula bersama ayat itu terdapat syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi sebelum dapat dijadikan dalil. Bentuk memberi kemungkinan untuk melakukan ijtihad. Dalam hal ini peranan ijtihad adalah untuk menemukan alternatif-alternatif. Pendapat yang timbul tidak akan bertentangan dengan dalil, karena dalil tidak memberikan petunjuk yang pasti.

Ruang Lingkup Ijtihad 2. Dalam masalah yang tidak ada ketentuannya sama sekali. Untuk hal ini para ulama menetapkan suatu ketentuan baru yang tidak bertentangan dengan ketentuan ayat yang sudah ada, karena memang ayatnya belum ada. Kemungkinan lain lahir ketentuan ulama kemudian yang berbeda dengan ketentuan ulama sebelumnya. Hal ini tidak perlu dipersoalkan, karena masing-masing mempunyai kekuatan yang sama. Pengembangan dan perbedaan pendapatan dalam Islam merupakan suatu yang dibenarkan.

Metode IjtihadMenetapkan hokum yang sama sekali tidak disebut dalam ayat dengan pertimbangan demikepentingan hidup manusia, menarik manfaat dan menghindarkan mudarat. Misalnya, keharusan mencatat pernikahan, atau peraturan lalu lintas dan lain-lain. Metode ini disebut maslahat mursalat (mempertimbangkan kepentingan hidup manusia dan lepas dari ketentuan yang ada).Menetapkan sesuatu demi kebaikan yang lebih. Metode ini disebut metoe istihsan, umpama: memindahkan tanah waqaf yang terkena rencana jalan.Menggunkan dalil yang ada, sampai terdapat dalil yang mengubahnya. Metode ini disebut metode istishhab, contoh: segala macam makanan yang tidak ada dalil yang mengharamkannya, boleh (mubah) dimakan.Menggunkan kebiasan yang berlaku (adat istiadat) dalam suatu masyarakat, sejauh hal itu tidak bertentangan dengan Islam. Metode ini disebut urf.

Langkah-langkah dalam BerijtihadMemahami bahsa al-Quran dalam berbagai seginya, antara lain bentuk kata, kalimat, dan kesusastraan. Teori bahasa al-Quran harus dipergunakan dengan sungguh-sungguh, agar memperoleh kesimpulan yang tepat. Berbagai kemungkinan arti perlu diperhatikan, misalnya: 1). Nabi yang Ummi, mengandung beberapa pengertian yaitu:Ummi artinya buta huruf. Dengan demikian Nabiyil Ummiy adalah Nabi yang buta huruf atau tidak bisa menulis dan membaca.Ummi dapat pula arti sejenis umat atau bangsa. Dengan demikian Nabiyil Ummiy berarti Nabi pemersatu umat dan atau padat pula berarti Nabi yang ditulis pada suatu umat yang tidak mengetahui tentang al-Kitab (wahyu Allah) 2). Kalimat dalam berbagai jenisnya harus difahami dan diperhatikan, misalnya Bismillaahir Rahmaanir rahiim. Dilihat dari jenisnya Bismillaahir Rahmaanir rahiim. Adalah kalimat pernyataan (introjunction). Oleh karena itu pengertian Bismillaahir Rahmaanir rahiim. Diartikan dengan nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, agaknya terlalu dangkal. Untuk mendapatkan pengertian Bismillah yang lebih mantap, silahkan Anda mengadakan penelitian dan berijtihad secara tepat. 3). Bahasa pengandaian yang dinyatakan dalam bahsa biasa seperti sapi dapat berarti sapi dalam arti yang sesungguhnya dan dapat pula berarti berwatak sapi. Pengetahuan mengenai bahsa yang mutasyaabih (berbentuk tasbih), harus benar- benar diperhitungkan dan diperhatikan. Apabila salah dalam memahami bahasa, maka salah pula memahami makna.b. Memperhatikan teori makna atau ilmu tafsir. Sebagaimana dikemukakan pada pembahasaan bahasa al-Quran, bahwa berbagai pengertian al-Quran harus dikemukakan. Dengan sendirinya pengertian yang hanya berdasarkan bahasa tidak akan menjernihkan makna. Oleh karena itu teori makna atau ilmu tafsir (hermeneutika) harus dikuasai.

. Pengkajian ilmu tafsir harus ditunjang denagn teori ilmu yang mencakup metodologi, simantik, analitika dan obyektivitas. Tanpa memperhatikan ilmu tafsir dan teori ilmu , ijtihad yang dihasilkan akan keliru. Untuk itu perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :

Orang yang berijtihad harus bertaqwa, dalam arti bertuhan Allah dan beriman pada al-Quran dengan mencontoh Sunnah Rasul. Dengan demikian istilah penafsiran menurut saya, menurut ulama x dan lain-lain harus dijauhkan.Dalam berijtihad harus memperhatikan, bahwa al-Quran tersusun secara sistematik. Dengan demikian menghubungkan ayat yang satu dengan ayat atau surat lainnya merupakan suatu keharusan. Mujtahid harus menyatakan ayat ini menurut surat ini artinya adalah begini, atau menurut hadist pengertiannya demikian.Dalam menganalisis kebenaran suatu gagasan harus didasarkan pada data yang konkrit. Apabila mengungkap Gagasan nur harus ditunjukkan Sunnah Rasulnya dan kalau dzulumat tunjukkan pula pembuktian yang bertolak belakang dengan Sunnah Rasul. Dengan demikian asbaabun Nuzul al-Quran harus dipelajari. Kitab-kitab wahyu Allah sifatnya menjawab tantangan zaman dan tantangan zaman harus dijawab dengan analisis wahyu.Pengertian yang didasarkan atas bahasa, metodologi, sistematika serta analitika harus dicocokan dengan pola atau contoh yang pernah dipraktekkan Nabi Muhammad SAW. Kalau ternyata cocok dengan Sunnah Rasul, maka kesimpulannya adalah benar dan jika tidak sesuai, maka kesimpulannya perlu ditinjau ulang.

4. Perbedaan Pendapat Hasil Ijtihad

Ijtihad merupakan penggunaan daya fikir dan aqal dalam memahami ayat al-Quran dan Sunnah yang penunjukkan maupun kebenaran materinya zhanni, serta dalam memecahkan permasalahan yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam al-Quran dan Sunnah. Oleh karena itu hasil ijtihad merupakan penalaran seseorang atau beberapa orang. Karena kemampuan menalar seseorang terbatas, maka kebenaran hasil ijtihad sifatnya relatif, sehingga memungkinkan adanya perbedaan hasil ijtihad seseorang dengan ijtihad orang lain.

Beberapa sebab yang menimbulkan perbedaan hasil ijtihad ialah :

a. Pengertian Kata (Lafazh Ayat/ Hadist)Dalam bahasa Arab, ada lafazh yang berbentuk majaz, dan ada pula yang pengertiannya dipengaruhi adat setempat. Misalnya pertama: Janganlah kamu menikahi wanita-wanita yang telah dinikahi oleh ayahmu(An-Nisa ayat 22). Kata nikah dapat berarti akad dan dapat pula berarti bersetubuh. Imam Hanafi memilih arti bersetubuh, oleh karena itu ia berpendapat haram ayahnya menikahi isteri anaknya . Imam SyafeI memilih arti akad, sehingga ia berpendapat persetubuhan lewat zina tidak menyebabkan wanita yang dizina ayahnya haram dinikahi.

Beberapa sebab yang menimbulkan perbedaan hasil ijtihad ialah :b. Kaidah Ushul FiqhPertama, sebagian orang memandang shighat amar atau arah perintah menunjuk pada wajib, sebagaian menunjuk pada Sunnah., dan sebagian lagi menunjuk pada mubah. Berdasarkan hal ini, para mujtahid berbeda pendapat dalam memahami hadist nabi :Jadikanlah akhir shalatmu shalat witir, Shighat amar pada hadist ini, menurut Imam Hanafi menunjuk pada wajib. Imam Syafii memandang pada sunnah. Oleh karan itu menurut Iman Syafii, hokum shalat witir adalah sunnah.Kedua, sebagian orang memandang nahi atau larangan menunjuk pada haram dan sebagian lain menunjuk pada makruh. Berdasarkan hal ini, mereka berbeda pendapat dalam memahami sebuah hadist yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW melarang memakan binatang buas yang bertaring dan setiap burung yang bercakar. Imam Syafii memandang nahi pada hadist ini menunjuk pada haram. Oleh karena itu menurut Imam Syafii, memakan binatang buas yang bertaring dan burung yang bercakar adalah haram. Sedang Imam Malik memandang nahi pada hadist ini menunjuk pada makruh. Oleh karena itu, menurut Imam malik, memakan binatang buas yang bertaring dan burung bercakar adalah makruh.

Beberapa sebab yang menimbulkan perbedaan hasil ijtihad ialahc. Status HadistHadsit yang dianggap kuat oleh sebagian orang dianggap lemah oleh sebagian orang lain, atau suatu hadist sampai kepada satu mujtahid, tetapi tidak sampai kepada mujtahid yang lain, dan sebagiannya. Misal, sebuah hadist mengatakan:tidak ada wudhu bagi orang yang tidak membaca bismillah. Imam ahmad menjadikan hadist ini sebagai hujah tentang wajibnya membaca bismillah bagi siapa pun yang akan berwudhu. Sementara itu, Imam mujtahid yang lain memandanag hadist ini lemah.

Beberapa sebab yang menimbulkan perbedaan hasil ijtihad ialahd. Ketentuan Hukum Ayat Bersifat Taabbudi (ubudiyah) atau Taaqquli (masuk akal) Misal, mencuci bejana yang dijilat anjing harus dengan tanah atau dapat diganti dengan yang lain misalnya karbol atau deterjen, Dapatkah kedua hal ini dianggap sebagi pengganti tanah? Dalam hal ini ulama berbeda pendapat. Sebagian besar ulama berpendapat, mencuci bejana bekas jilatan anjing dengan selain tanah tidak sah, sebab perintah tentang hal tersebut bersifat taabbudi. Dengan demikian harus dengan tanah. Sebagian kecil ulama berpendapat, mencuci bejana bekas jilatan anjing dengan karbol dan semisalnya adalah sah, sebab perintah itu adalah mencuci dengan tanah bersifat taaqquli mengingat tujuan perintah itu adalah terwujudnya kebersihan, sedangkan dalam hal membasmi kuman-kuman akibat jilatan anjing, fungsi karbol dan semacamnya melebihi tanah.

Beberapa sebab yang menimbulkan perbedaan hasil ijtihad ialahQiyasMisal, menurut Syafii, tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang tidak mengeyangkan atau bukan makanan pokok tidak dikenai zakat, sebab wajibnya zakat atas tumbu-tumbuhan dan tanam-tanaman adalah mengenyangkan atau makanan pokok sedang menurut Imam Hanafi, wajibnya zakat atas tumbuh-tumbuhan dan tanaman-tanaman adalah karena hal tiu pontensial untuk menunjang kehidupan dan perekonomian umat manusia. Oleh karena itu menurut Imam Hanafi, cengkeh, pala, kopi, the, kopra, penile, anggrek dan lain-lainnya dikenai zakat. Dengan demikian, perbedaan ijtihad merupakan sesuatu yang wajar. Oleh karena itu, sesuai dengan penegasan hadist Nabi tentang keberadaan perbedaan, hendaknya hal itu dijadikan sebagai rahmat yang akan membawa kelapangan dan kemudahan bagi umat, serta jangan dibesar-besarkan, sebab akan berakibat retaknya ukhuwah Islamiyah.Prinsip-prinsip perbedaan ini dipengaang teguh oleh Imam-mujtahid terdahulu. Mereka saling toleran atau tasamuh, menghormati, dan menghargai pendapat orang lain. Oleh karena itu muncul ucapan popular mereka: Bila pendapatkami salah, kemungkinan mengandung kesalahan dan bila pendapat selain kami salah, kemungkianan mengandung kebenaran. Mereka menyadari betapapun kuatnya hasil ijtihad mereka, tetap tidak dapat menggugurkan hasil ijtihad yang lain, betapapun lemah hasil yang lain. Hal ini sejalan dengan kaidah:Ijtihad tidak dapat digugut atau digugurkan oleh ijtihad yang lain. Dari kaidah ini dapat dipahami, satu ijtihad tidak dapat membatalkan ijtihad yang lain.

Beberapa sebab yang menimbulkan perbedaan hasil ijtihad ialahRe-Orientasi IjtihadSejak di bawah cengkraman penjajah, alam fikiran umat Islam banyak yang telah terpengaruh oleh penjajah. Kelihaian dan kelicikan para penjajah mampu membelokkan dan menggeser alam fikiran bangsa yang dijajahnya. Pengaruh penjajah Barat (Eropa) terhadap negara-negara yang mengaku beragama Islam, tidak mustahil berpengaruh terhadap cara berfikir umat Islam. Ajaran Yahudi Zionisme dan Diasporanya yang telah mewarnai alam fikiran Barat sejak masa sebelum Masehi, berpengaruh pula pada umat Islam. Buku-buku yang ditulis para cendekiawan Yahudi dengan bungkus al-Quran menjadi makanan yang lezat bagi umat Islam yang bodoh dengan al-Quran. Kebodohan orang Islam tentanmg al-Qur;an banyak diwarnai oleh alam fikiran Yahudi atau fikiran lainnya.

HIKMAH IBADAH DALAM ISLAM

Ruh ajaran Islam adalah Tauhid, meng-esakan Tuhan secara mutlak. Islam menjadi persaksian, bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah, sebagai salah satu sendi ajaran Islam. Dalam Al Quran antara lain :surat Al Fatihah ayat 5 mengajarkan, bahwa hanya Allah yang berhak disembah dan diminta pertolongan. surat An-Nisa ayat 36 memerintahkan , agar orang menyembah hanya kepada Allah dan jangan ada sesuatupun yang disekutukan kepada Allah.Surat An-Nahl ayat 36 menegaskan, bahwa ajakan beribadah hanya ditujukan kepada Allah merupakan inti ajaran para Rasul.

HIKMAH IBADAH DALAM ISLAMMempersekutukan seseuatu kepada Allah dinamakan syirik. Al-Quran menyatakan dalam berbagai surat dan ayat antara lain :Surat An-Nisa ayat 48 menegaskan, bahwa syirik adalah perbuatan dosa terbesar yang tidak akan memperoleh ampunan Allah.Surat An-Nisa ayat 116 ditegaskan, bahwa orang yang berbuat syirik adalah orang sesat jauh dari Allah tidak akan memberi ampun atas dosa syirik itu.Surat Al-Araf ayat 194 dijelaskan, bahwa selain Allah, semua yang ada di alam ini adalah makhluk-makhluk seperti manusia juga, yang tidak berhak disembah.

HIKMAH IBADAH DALAM ISLAMitu Islam membebaskan manusia dari ikatan sistem perantara. Al-Quran dalam berbagai ayat :Surat Al Baqarah ayat 186 mengajarkan, bahwa Allah dekat kepada hamba-hambaNya, akan dikabulkan-Nya permohonan orang yang berdoa kepada-Nya, serta orang supaya memenuhi ajakan-Nya dan beriman kepada-Nya, agar senantiasa berada di atas kebenaran.Surat Al Qaf ayat 16 menegaskan, bahwa Allah amat dekat kepada manusia, lebih dekat dari urat lehernya.

A. PRINSIP-PRINSIP IBADAH

1. Ada Perintah dan KetentuanUntuk ibadah shalat, puasa, zakat, dan haji dengan jelas terdapat perintah dan ketentuan dalam al-Quran. KemudianRasul sebagai figure yang menerima berbagai perintah ibadah, yang tentu saja sebagai pihak yang paling tahu mengenai isi dan maksud perintah, selanjutnya memberikan petunjuk kepada umat tentang bagaimana cara melaksanakannya. Petunjuk Rasul ada yang diberikan dalam bentuk fiil atau perbuatan dan ada yang berbentuk qauli atau ucapan.Ibadah shalat ditegaskan kewajibannya antara lain melalui firma Allah daqlam surat al-Ankabut ayat 45 :Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar. Setelah itu Rasulullah membuat ketentuan-ketentuan, antara lain mengenai perincian waktu pelaksanaan, macam-macam, syarat-syarat, dan rukunnya. Beliau bersabda : Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku melaksanakan shalat. Ibadah puasa diwajibkan melalui firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 183 : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. Waktu untuk melaksanakan ibadah puasa juga ditetapkan Allah, yaitu pada setiap bulan Ramadhan, sebagaimana tersebut dalam surat al-Baqarah ayat 185 : Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan ramadhan, bahwa yang di dalamnya diturunkan al-Quran sebagai petunjukbagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu barang siapa di antara kamuhadir di bulan itu maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. Adapun ketentuan tentang syarat puasa, yang menentukan puasa sunnah dan lain sebagainya ditentukan oleh Rasul.

A. PRINSIP-PRINSIP IBADAH2. Meniadakan Kesukaran Keseluruhan ibadah dalam syariat Islam tidak ada yang menyukarkan dan memberatkan mukallaf atau orang yang dikenai kewajiban, apabila yang tidak mungkin dilaksanakan. Semua ibadah berada dalam batas-batas kewajiban dan sejalan dengan kadar kesanggupan manusia. Prinsip kedua ini diterangkan Allah dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 185: Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Perintah mengerjakan shalat fardhu, walaupun diwajibkan dalam jumlah lima kali dalam satu hari satu malam, tidak sampai mengakibatkan timbulnya kesukaran bagi orang yang mengerjakan. Seorang karyawan tidak mungkin terganggu pekerjaannya dengan meluangkan waktu sekitar sepuluh menit untuk mengerjakan shalat. Seorang pedagang tidak akan merugi dan kehilangan pendapatan, karena mengerjakan shalat. Bahkan seorang pengemudi jarak jauh tidak akan terganggu perkerjaannya membawa penumpang, apabila ia mengerjakan shalat. Apalagi ajaran Islam memberikan ruskshah atau keringanan kepada mereka untuk mengerjakan shalat secara jama atau menggabungkan dua shalat pada satu waktu.

A. PRINSIP-PRINSIP IBADAHTidak Banyak yang dibebankanPrinsip yang ketiga ini mempunyai hubungan dengan prinsip yang kedua di atas, karena apabila banyak yang dibebankan, tentu akan berakibat timbulnya kesukaran. Yang dimaksud dengan prinsip tidak banyak yang dibebankan adalah bahwa pembebanan dalam syariat Islam jika dibandingkan dengan waktu dan keadaan, sesungguhnya tidak dapat dikatakan banyak. Yang mendasari prinsip ini adalah firman Allah surat al-Maidah ayat 101: hai orang-orang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu al-Quran itu sedang diturunkan, nicaya akan diterangkan kepadamu. Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampunan lagi Maha Penyayang.

B. Macam Ibadah

Ibadah aammah atau ibadah qhairu mahdlah (non ritual) yaitu semua perbuatan positif yang dilakukan dengan niat baik dan semata-mata keridlaan Allah. Teknis pelaksanaan ibadah ini secara operasional diserahkan kepada orang yang akan melakukannya, dengan memperhatiakan situasi dan kondisinya. Dalam istilah lain dapat dikatakan seluruh amalan yang dizinkan Allah.Ibadah Khasshah atau ibadah mahdlah (ritual), yaitu segala kegiatan yang ketentuannya telah ditetapkan oleh nash al-Quran dan as-Sunnah. Ibadah dalam artian khusus ini tidak menerima perubahan baik berupa penambahan ataupun pengurangan, misalnya shalat. Shalat dalam ajaran Islam biasanya digolongkan dalam ibadah khusus, karena itu cara melaksanakannya termasuk jumlah rakaatnya tidak dibenarkan untuk ditambah atau dikurangi. Jika terdapat penambahan atau pengurangan, maka hal itu dinamakan bidah, yaitu mengada-ada.

2. Ditinjau dari sudut pelaksanaannya, ibadah dibagi menjadi dua

2. Ditinjau dari sudut pelaksanaannya, ibadah dibagi menjadi dua bagian yaitu :Ibadah Jasmaniah Ruhiyah, yaitu ibadah yang dalam pelaksanaannya memerlukan kegiatan phisik, disertai jiwa yang tulus atau ikhlas kepada Allah. Contohnya adalah shalat yang terdiri beberapa perbuatan dan perkataan dengan disertai kekhusyuan. Kegiatan shalat memerlukan gerak anggota badan, ucapan tertentu dan keikhlasan. Tanpa hal itu semua, shalat yang dilakukan dianggap tidak sah.Ibadah Jasmaniah Ruhiyah Maaliyah, yaitu ibadah yang pelaksanaannya memerlukan kekuatan phisik, mental yang membaja, dan materi. Contohnya adalah ibadah haji, haji dalam Islam hanya diwajibkan kepada orang yang mempunyai kemampuan (istithaah). Kemampuan meliputi kemampuan phisik, mental, dan harta. Kekuatan phisik diperlukan bagi mereka yang ingin melalkukan ibadah haji. Phisik yang lemah menyebabkan orang tidak mampu melaksanakan ibadah haji dengan baik dan sempurna. Tanpa kesiapan mental, manusia tidak akan sanggup untuk melakukan haji dengan baik. Di samping itu tanpa materi, terutama bagi mereka yang jauh dari mekkah, ibadah haji tidak dapat dilakukan.

Ditinjau dari sudut kepentingannya, ibadah dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :

Ibadah Fardy, yaitu ibadah yang manfaatnya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melakukan saja dan tidak ada hubungannya dengan orang lain. Contohnya adalah shalat dan shaum merupakan ibadah yang berhubungan langsung antara manusia dengan Allah. Orang yang melakukan shalat diharapkan dapat menjaga dirinya dari perbuatan keji dan munkar. Di samping itu orang yang puasa diharapkan dapat benar-benar menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah. Kedua nilai itu tidak akan diperoleh orang lain, kecuali orang itu yang melakukannya sendiri.Ibadah IjtimaI, yaitu ibadah yang manfaatnya di samping dirasakan oleh orang melakukan juga dapat dirasakan oleh orang yang lain. Contohnya adalah ibadah zakat, dalam ajaran Islam mengajarkan, bahwa zakat merupakan upaya untuk membersihkan harta seseorang dan sekaligus dapat berfungsi sosial, yaitu untuk mengurangi kesenjangan antara si kaya dengan si miskin atau orang yang tidak mampu. Yaitu antara zakki dengan mustahiq. Dengan mengeluarkan zakat berarti ikut meringankan beban orang lain, artinya sembari beribadah orang lain dapat merasakan manfaatnya.

Dilihat dari sudut waktu pelaksanaannya, ibadah dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :

A. Ibadah Muwaqat, yaitu ibadah yang waktu pelaksanaannya sangat terikat dengan waktu-waktu yang telah ditentukan Allah atau RasulNya. Apabila dilaksanakan di luar waktunya, maka nilainya menjadai tidak ada atau menjadi tidak sah. Mislnya ibadah shalat, setiap shalat mempunyai waktu tertentu, artinya setiap shalat harus dilaksanakan pada waktunya masing-masing. Orang yang akan mendirikan shalat harus mengetahui, bahwa pada saat ini telah masuk waktu shalat yang didirikannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 103 : Sesungguhnya shalat itu adalah fardlu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. Kalau diperhatikan penjelasan hadist yang berkaitan dengan waktu shalat, misalnya dzuhur adalah mulai dari tergelincir matahari sampai dengan bayang-bayang sama panjangnya dengan benda yang didirikan dengan tegak lurus. Hadist Nabi menyatakan: Dari jabir bin Abdullah, bahwa Nabi SAW didatangi oleh Jibril a.s. lalu Jibril berkata kepadanya: Berdirilah, lalu shalatlah. Kemudian Nabi shalat dzuhur ketika matahari sudah tergelincir. Dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Jibril a.s. mengimami aku di Baitullah dua kali. Lalu ibnu Abbas menyebutkan seperti hadist Jibril, tetapi ia berkata di dalam hadist itu: dan Nabi shalat yang kedua kalinya ketika bayangan tiap-tiap sesuatu menjadi sama. Imam Tarmidzi berkata: Hadist ini hasan.Masalah timbul ketiaka perkembangan teknologi dan transportasi meningkat. Timbul pertanyaan. A. Bagaimana orang shalat di kutub yang matahari terbitnya 6 bulan sekali?. B. Bagaimana shalat dipesawat ruang angkasa yang mataharinya terlihat setiap 5 menit. Untuk pertanyaan B. sudah ada jawabannya dari ulama Mekkah ketika putra mahkota Saudi ikut terbang ke angkasa, maka ia yang menyuruh shalat mengikuti shalat di Mekkah. Apakah jawaban itu juga dapat digunakan untuk mereka yang tinggal di kutub? Jika ini dignakan, maka waktu shalat bagi orang di Eropa juga harus mengikuti shalat di Mekkah atau di daerah tropis di bawahnya. Demikian juga hal nya dengan ibadah puasa Ramadhan.B. Ibadah Ghairu Muwaqat, yaitu ibadah yang waktu pelaksanaanya tidak tergantung dengan waktu-waktu tertentu, artinya selama diizinkan Allah, maka hal itu dapat dilakukan. Misalnya untuk bertasbih dan zikir kepada Allah, hal itu dapat dilakukan kapan saja. Begitu juga untuk bersedekah tidak ditentukan waktunya. Hanya waktu-waktu yang diutamakan tentu saja ada, misalnya sadaqah sangat afdhal apabila dilakukan pada bulan Ramadhan seperti yang dijelaskan hadist Nabi: diriwayatkan dari Anas katanya, ketika Rasulullah ditanya kapankah waktu yang paling baik/ paling afdhal melakukan sedeqah. Jawab Rasulullah: sedeqah di bulan Ramadhan. (H.R. at-Tarmizi).

695. Dilihat dari sudut status hukumnya, ibadah dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Ibadah wajib, yaitu ibadah yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim dam muslimah. Apabila tidak dikerjakan, maka yang bersangkutan akan mendapat dosa, misalnya shalat, puasa dan zakat.2. Ibadah Sunnah, yaitu ibadah yang sebiknya dilaksanakan. Apabila dilaksanakan yang bersangkutan mendapat ganjaran dan apabila tidak dilaksanakan yang bersangkutan tidak mendapatkan dosa, misalnya shalat rawatib dan dhuha.

C. TUJUAN DAN HIKMAH IBADAH

1. Untuk membina rohani2. Untuk Membina Akhlak3. Memelihara Keseimbangan Unsur Rohani dan Jsmani

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama , Al Quran dan Terjemahnya, Jakarta, 1990Murtadha Mutahhari, Manusia dan Agama, Perspektif Al-Quran Tentang Manusia dan Agama, Pentej. Haidar Bagir, Mizan, Bandung , 1984Ibrahim Madkur, al-Mujam al-falsafi. Kairo: al-Haiah al-Amah li Syuun al-Mutabi al-Amiriyah, 1979Muhammad Iqbal, Membangun Kembali Pemikiran Agama Dalam Islam.(terj) Ali Auda, Taufik Ismail, Gunawan Muhammad, Tintamas, Jakarta, 1966Al Ghazali,Ihyaulum ad-Din, Jilid 3. Singapura: Sulaiman MarI, tanpa tahunC.A. Van Peursen, Tubuh-Jiwa-Roh, Terjemahan K. Bertens, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1983.Fakhr ad-Din Muhammad ar Razi, Tafsir al-fakhr ar-Razi, Cetakan ke 3. Bairut: Dar al-fikr, 1985.Ibn Manzur.Lisan al-Arab. Mesir: Dar al-Misriyah li at-Talif wa at-Tarjamah, Jilid 7, 1968.