Konsep Manajemen Kep
-
Upload
rizkhaandriyani -
Category
Documents
-
view
24 -
download
5
description
Transcript of Konsep Manajemen Kep
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Manajemen sumber daya manusia pada suatu organisasi merupakan sarana untuk
meningkatkan kualitas, dengan memperbaiki sumber daya manusia, meningkatkan pula kinerja
dan daya hasil organisasi, sehingga dapat mewujudkan sumber daya/perawat yang memiliki
displin dan kinerja yang tinggi. Dalam meningkatkan kinerja perawat diperlukan analisis
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan memperhatikan kebutuhan perawat,
diantaranya adalah terbentuknya budaya organisasi yang baik dan terkoordinasi.
Sumber Daya Manusia yang paling banyak di rumah sakit adalah tenaga keperawatan yaitu
sekitar 40-60% (Swanburg, 2000), sehingga pelayanan keperawatan sangat menentukan kualitas
pelayanan dan kinerja di rumah sakit secara keseluruhan. Dari kinerja perawat diharapkan oleh
pihak manajemen rumah sakit dapat dibangun komitmen perawat terhadap organisasi rumah
sakit secara menyeluruh (Gillies, 1996).
Kinerja dalam organisasi keperawatan diwujudkan melalui pemberian asuhan keperawatan
yang efektif dan efesien berdasarkan standar yang telah ditentukan (Swansburg, 2000).
Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan tanggung-jawab dari tenaga keperawatan. Tugas
umum perawat adalah memberikan pelayanan asuhan keperawatan sesuai dengan proses
keperawatan kepada pasien yang terdiri dari melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan implementasi keperawatan, evaluasi dan melakukan
dokumentasi asuhan keperawatan pada berkas rekam medik pasien. Selain itu pelayanan
keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan berbentu pelayanan biologis,
psikologis, sosiologis spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada individu, keluarga, dan
masyarakat baik dalam keadaan sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia (Soeroso, 2002, Nursalam, 2001).
Evaluasi hasil kerja perawat tersebut tercermin dari cakupan pelayanan keperawatan sesuai
standar. Menurut PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) tahun 2004, bahwa standar
2
praktik keperawatan sangat penting sebagai petunjuk yang objektif untuk perawat memberikan
asuhan keperawatan dan sebagai kriteria untuk evaluasi asuhan keperawatan sehingga kesalahan
dalam pemberian obat, infeksi nosokomial, Kejadian yang Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian
Nyaris Cedera (KNC) dan klien tidak mendapatkan pelayanan yang mengancam keselamatan
pasien tidak akan terjadi. Penerapan standar asuhan keperawatan pada prinsipnya adalah bagian
dari perilaku individu dalam bekerja sesuai tugas-tugasnya dalam organisasi dan biasanya
berkaitan dengan kepatuhan.
Menurut Sarwono (2004) bahwa patuh adalah taat atau tidak taat terhadap perintah atau
ketentuan yang berlaku dan merupakan titik awal dari perubahan sikap dan perilaku individu.
Hasil akhir dari kepatuhan penerapan standar asuhan keperawatan adalah kinerja atau hasil kerja
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan menurut Anjarwani
(2002) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit dan sering dijadikan
sebagai salah satu indikator mutu pelayanan kesehatan. Keberhasilan pelaksanaan asuhan
keperawatan memberikan kontribusi terhadap cakupan pelayanan keperawatan secara
keseluruhan, dan konsekuensi positifnya akan meningkatnya kinerja rumah sakit.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Untuk mengetahui definisi manajemen keperawatan
b. Untuk mengetahui fungsi manajemen keperawatan
c. Untuk mengetahui teori manajemen keperawatan
d. Untuk mengetahui standar manajeme asuhan keperawatan
e. Untuk mengetahui model manajemen keperawatan
1.3 TUJUAN PENULISAN
1.3.1 TUJUAN UMUM
Mengetahui konsep manejemen asuhan keperawatan
1.3.2 TUJUAN KHUSUS
1.3.2.1 Manpu mengetahui definisi manajemen keperawatan
1.3.2.2 Manpu mengetahui fungsi manajemen keperawatan
1.3.2.3 Manpu mengetahui teori manajemen
1.3.2.4 Manpu mengetahui manajemen asuhan keperawatan
1.3.2.5 Manpu mengetahui model manajemen
3
1.4 MANFAAT PENULISAN
Penulis berharap makalah ini dapat bemanfaat bagi mahasiswa untuk menerapkan
pembelajaran teoritis konsep manajemen asuhan keperawatan .
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah :
BAB I : Pendahuluan yang berisi latar belakang,rumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II :Tinjauan teoritis definisi, fungsi manajemen keperawatan, teori manajemen
keperawatan , standar asuhan keperawatan dan model manjemen
BAB III :Simpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI MANAJEMEN KESEHATAN
Menurut Notoadmodjo(2003), manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu
seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan nonpetugas kesehatan guna meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui program kesehatan. Dengan kata lain manajemen kesehatan
masyarakat adalah penerapan manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat
sehingga yang menjadi objek dan sasaran manajemen adalah sistem manajemen kesehatan
masyarakat.
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi sumber-
sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan dan
obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan (Huber, 2000). Kelly dan Heidental
(2004) menyatakan bahwa manajemen keperawatan dapat didefenisikan sebagai suatu proses
dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan.
Proses manajemen dibagi menjadi lima tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian,
kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian (Marquis dan Huston, 2010). Swanburg (2000)
menyatakan bahwa manajemen keperawatan adalah kelompok dari perawat manajer yang
mengatur organisasi dan usaha keperawatan yang pada akhirnya manajemen keperawatan
menjadi proses dimana perawat manajer menjalankan profesi mereka.
Manajemen keperawatan memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana serta
mengelola kegiatan keperawatan. Suyanto (2009) menyatakan bahwa lingkup manajemen
keperawatan adalah manajemen pelayanan kesehatan dan manajemen asuhan keperawatan.
Manajemen pelayanan keperawatan adalah pelayanan di rumah sakit yang dikelola oleh bidang
perawatan melalui tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak (kepala bidang
keperawatan), manajemen menegah (kepala unit pelayanan atau supervisor), dan manajemen
bawah (kepala ruang perawatan). Keberhasilan pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh
manajer keperawatan melaksanakan peran dan fungsinya. Manajemen keperawatan adalah proses
kerja setiap perawat untuk memberikan pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien. Tugas
manager keperawatan adalah merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi keuangan
5
yang ada, peralatan dan sumber daya manusia untuk memberikan pengobatan yang efektif dan
ekonomis kepada pasien (Gillies, 2000).
2.2 FUNGSI MANAJEMEN
Fungsi-fungsi dalam manajemen kesehatan hampir sama dengan manajemen perusahaan.
Fungsi manajemen keperawatan meliputi beberapa elemen utama yaitu Planning (fungsi
perencanaan), Organizing (fungsi pengorganisasian), Actuating (fungsi pelaksanaan),
Controlling (fungsi pengendalian), dan Evaluation (Fungsi Evaluasi).
2.2.1 Planning (Fungsi Perencanaan)
Perencanaan merupakan suatu prosesberkelanjutan yang diawali dengan merumuskan
tujuan, dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan, menentukan personal, merancang proses
dan kriteria hasil, memberikan umpan balik pada perencanaan yang sebelumnya dan
memodifikasi rencana yang diperlukan (Swanburg, 1999). Fungsi planning(perencanaan) adalah
fungsi terpenting dalam manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi
manajemen lainnya. Menurut Muninjaya, (1999) fungsi perencanaan merupakan landasan dasar
dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi
manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan memberikan pola
pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan
melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses
pencapaian tujuan secara efektif dan efesien.
Di dalam proses keperawatan, perencanaan dapat membantu menjamin klien atau pasien
akan menerima pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan. Pelayanan ini diberikan oleh tenaga
keperawatan agar mendapat hasil yang memuaskan sesuai tujuan yang diharapkan (Swanburg,
1999).
Manfaat sebuah perencanaan adalah dengan meembuat sebuah perencanaan adalah
dengan membuat sebuah perencanaan maka akan mengetahui :
1. tujuan yang ingin dicapai.
2. Jenis dan stuktur organisasi yang dibutuhkan.
3. Jenis dan jumlah staf yang diinginkan, dan uraian tugasnya.
6
4. Sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan pengarahan yang dibutuhkan
5. Bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan
6. Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
lingkungan.
7. Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan
8. Memudahkan kordinasi
9. Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat
10. Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami
11. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
12. Menghemat waktu dan dana
2.2.2 Organizing(Fungsi Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, alatalat, tugas-tugas,
kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat
digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1983 dalam
Nurhidayah, 2007). Menurut Swanburg (2000), pengorganisasian adalahpengelompokan
aktivitas-aktivitas untuk tujuan mencapai objektif, penugasan suatu kelompok manajer dengan
autoritas pengawasan setiap kelompok, dan menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas
yang tepat dengan unit lainya, baik menurut vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab
untuk mencapai objektif organisasi.
Dari beberapa penjelasan pada pengertian tersebut diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa pengorganisasian disusun dengan tujuan agar pekerjaan yang dikehendaki dapat tercapai
dan dibagi-bagi diantara anggota organisasi degan rentang tugas, wewenang dan tangggung
jawab yang jelas sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
2.2.3 Actuating (fungsi pelaksanaan)
Fungsi pembimbinan dan penatalaksanaan ini merupakan fungsi penggerak semua kegiatan
program atau ditetapkan sebagai fungsi pengorganisasian, untuk mencapai tujuan program atau
dirumuskan dalam fungsi perencanaan. Oleh karena itu,fungsi manajemen pelaksanaan ini lebih
menekankan bagaiman pimpinan mengarahkan dan menggerakan semua sumber daya untuk
mencapai tujuan yang telah disepaki
7
Adapun beberapa hal yang dapat menggerakkan dan mengarahkan sumber organisasi yaitu:
1. peran kepemimpinan
2. motivasi staf
3. kerjasama antar staf
4. komunikasi yang lancar antar staf.
Secara sederhana fungsi pelaksanaan dan pembimbingan ini merupakan usaha untuk
meningkatkan iklim kerjasama diantara staf pelaksanaan program sehingga tujuan organisasi
dapat tercapai secara efektif dan efisien.
2.2.4 Controlling (fungsi pengendalian/evaluasi).
Pengawasan merupakan pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana
yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan yang
bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi
lagi. Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar
pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi timbal balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan
dan mengukur penyimpanganpenyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan
cara paling efektif dan efisien dalam pencapaiantujuan perusahaan (Mockler, 2002).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu dilaksanakan sesuai
dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah
diberlakukan (Urwick, 1998).
Sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik yaitu :
1. Menunjukkan sifat dari aktivitas,
2. Melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera,
3. Memandang ke depan,
4. Menunjukkan penerimaan pada titik kritis,
5. Objektif,
8
6. Fleksibel
7. Menunjukkan polaorganisasi,
8. Ekonomis
9. Mudah dimengerti
10. Menunjukkan tindakan perbaikan.
Untuk fungsi-fungsi kontrol dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer. Sebagai
contoh, manajer perawat kepaladari satu unit bertanggung jawab mengenai kegiatan operasional
jangka pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, dan penugasan, serta penggunaan sumber-
sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk perubahan yang cepat.
2.2.5 Evaluation (Fungsi Evaluasi)
Fungsi pengawasan perlu dibedakan dengan fungsi evaluasi, perbedaanya terletak pada
sasaranya, sumber daya, dan siapa saya yang akan melaksanakannya dan waktu pelaksanaanya.
Antara evaluasi dan fungsi pengawasan juga mempunyai yaitu untuk memperbaiki efesiensi dan
efektivitas pelaksanaan programdengan memperbaiki fungsi manajemen . Evaluasi ada beberap
macam, yaitu:
1. evaluasi terhadap input, dilaksanakan sebelum kegiatan sebuah prgram dilaksanakan ,
bertujuan untuk mengetahui apakah sumber daya yang dimanfaatkan sudah sesuai standar
dan kebutuhan, kegiatan evaluasi ini bertujuan pencegahan.
2. Evaluasi terhadap proses, dilaksanakan saat kegiatan sedang berlangsung, untuk
mengetahui metodeyang dipilih sudah efektif, bagaimana dengan motivasi staf dan
komunikasi diantara staf dan sebagainya.
3. Evaluasi output, dilaksanakan setelah pekerjaan selesai dilaksanakan untuk mengetahui
output effect atau output outcome program sudah sesuai dengan target yang ditetapkan
sebelumnya.
9
2.3 TEORI MANAJEMEN
Ada 6 macamteori manajamen diantaranya :
1. aliran klasik, aliran ii mendefinisikan manajemen sesuai dengan fungsi-fungsi
manajemenya.perhaian dan kemmpuan manjemennyadibutuhkan padapenerapan fungsi
fungsi tersebut.
2. Aliran prilaku, aliran ini sering aliran manjemen hubungan manusia. Aliran ini
memusatkankajiannya pada aspek manusia dan perlunya memahami manusia.
3. Aliran manjemen ilmiah, aliran ini menggunakan matematikan dan statistik untuk
mengembangkan teorinya menurut aliran iniapendekatan kuantitatif merupakan sarana
utama dan sangat berguna untuk menjelaskan masalah manjemen.
4. Aliran analis sitem, aliran ini memfokuskan pemikiran pada masalah yang berhuungan
dengan bidang lain utuk mengembangakan teorinya.
5. Aliran manajemen berdasarkan hasil , aliran inidiperkenalkan oleh peter pertama kali
oleh Petter Drucker pada tahun 1950-an. Aliran ini memfokuskn pada pemikiran hasil-
hasil yang dicapai bukan pada interaksi kegiatan karyawan.
6. Aliran manjemen mutu, Aliran manjemen mutu memfokuskan pemikitan pada usaha-
usaha untuk mencapai kepuasan pelanggan atau pasien
2.4 STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
Standar Asuhan Keperawatan (SAK) telah ditetapkan oleh PPNI (Nursalam, 2002), yang
mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi, sebagai berikut :
2.4.1 Standar 1 : Pengkajian keperawatan
Merupakan tahap pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Data dapat
diperoleh melalui anamnese, observasi dan pemeriksaan penunjang dan kemudian
didokumentasikan.
10
Kriteria Pengkajian meliputi :
1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese, observasi, pemeriksaan fisik, serta
dari pemeriksaan penunjang
2. Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medis
dan catatan lain.
Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi :
1. Status kesehatan pasien masa lalu
2. Status kesehatan pasien saat ini
3. Status biologis-psikologis-sosial-spritual
4. Respon terhadap terapi
5. Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
6. Risiko tinggi masalah
2.4.2 Standar 2 : Diagnosa Keperawatan
Dalam tahap ini perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa
keperawatan, adapun kriteria proses yaitu:
1. Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah, perumusan
diagnosa keperawatan.
2. Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan tanda/gejala (S), atau
terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).
3. Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk memvalidasi diagnosa
keperawatan.
4. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru.
2.4.3 Standar 3 : Perencanaan keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan
meningkatkan kesehatan pasien. Kriteria proses, meliputi :
1. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan
keperawatan
11
2. Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan
3. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien
4. Mendokumentasikan rencana keperawatan
2.4.4 Standar 4 : Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam proses Asuhan
Keperawatan. Kriteria proses, meliputi :
1. Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
2. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
3. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien.
4. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai konsep,
keterampilan asuhan diri, serta membantu pasien memodifikasi lingkungan yang
digunakan
5. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon
pasien.
2.4.5 Standar 5 :Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan keperawatan dalam
pencapaian tujuan dan merevisidata dasar dan perencanaan. Adapun kriteria prosesnya:
1. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu
dan terus-menerus
2. Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur ke arah pencapaian
3. Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat
4. Bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk memodifikasi perencanaan keperawatan
5. Mendokumentasikan hasil
6. evaluasi dan memodifikasi perencanaan
12
2.5 MODEL ASUHAN KEPERAWATAN.
Menurut Marquis & Huston (1998) perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam
penentuan pemilihan metodepemberian asuhan keperawatan yaitu:
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi
2. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
3. Efisien dan efektif penggunaan biaya.
4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
5. Kepuasan kinerja perawat.
Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 5 metode pemberian
asuhan keperawatan profesional yang dikembangkan dalam pelayanan keperawatan, yaitu:
2.5.1 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan
sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya
jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi
keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi
keperawatan, perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentuberdasarkan jadwal kegiatan yang
ada (Nursalam, 2002). Metode fungsional penugasan asuhan keperawatan terdiri dari pemisahan
tugas keperawatan yang terlibat dalam setiap perawatan pasien dan penugasan masing-masing
anggota, staf keperawatan untuk melakukan satu atau dua fungsi bagi semua pasien dalam
sebuah unit.
Keuntungan metode penugasan fungsional adalah:
1. Masing-masing anggota staf memiliki kesempatan untuk melakukan satu atau dua tugas
yang merupakan spesialisasinya. Oleh karena itu, dengan penugasan fungsional
dimungkinkan dengan jumlah pegawai perawat yang kecil akan merawat sejumlah pasien
didalam periode waktu yang singkat dan perawatan mudah memperoleh kepuasan kerja
setelah menyelesaikaan tugasnya.
2. Menerapkan manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas,
dan pengawasan yang baik
13
3. Sangat cocok untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
Kelemahan metode fungsional adalah :
1. Perawatan fokus pada unit tertentu (membagi-bagi asuhan keperawatan)
2. menurunkan tanggunggugat dan tanggungjawab perawat
3. membuat hubungan perawat-klien sulit terbentuk
4. memberi status hukum keperawatan dalam bentuk tanggungjawab untuk perawatan
pasien
5. persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja.
2.5.2 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat dinas. Pasien
akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien
akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satupasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau
untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensive care. Metode ini berdasarkan pendekatan
holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi
pada pasien tertentu (Nursalam, 2002).
2.5.3 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer
Menurut Gillies (1986), perawat yang menggunakan metode keperawatan primer dalam
pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada metode
keperawatan primer terdapat kontinutaskeperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat
dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4 – 6 klien dan
bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer
bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan
keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer
sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate
nurse).
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
14
Mendorong praktik kemandirian perawat, adakejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan
pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara
pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi
keperawatan selama pasien dirawat.
Kelebihan keperawatan primer :
1. Bersifat kontinu dan komprehensif
2. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan
pengembangan diri
3. Pasien merasa dihargai karena terpenuhi kebutuhannya secara individu
4. Asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan akan tercapai pelayanan yang efektif terhadap
pengobatan dukungan proteksi informasi dan advokasi
Kelemahan keperawatan primer adalah :
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang
memadai dengan kriteria asertif, self direction, memiliki kemampuan untuk mengambil
keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi
dengan berbagai disiplin.
2.5.4 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas, 1984). Model
timdidasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung
jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat. Menurut
Kron & Gray (1987)
Kelebihan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim:
1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2. Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
15
3. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi
kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim :
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
2.5.5 Sistem manejemen kasus
Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana para manajer kasus (case
manager) bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien selama dirawat. Para manejer dapat
terkait dengan muatan kasus dalam beberapa cara seperti:
1. Dengan dokter dan pasien tertentu
2. Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit
3. Dengan mengadakan diagnosa
Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan membutuhkan seorang
sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan tingkat master untuk
mengimplementasikan praktek keperawatan dengan budget yang tinggi.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi
sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai
tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan (Huber, 2000).
Kelly dan Heidental (2004) menyatakan bahwa manajemen keperawatan dapat
didefenisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan
dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses manajemen dibagi menjadi lima tahap
yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian
(Marquis dan Huston, 2010). Swanburg (2000) menyatakan bahwa manajemen
keperawatan adalah kelompok dari perawat manajer yang mengatur organisasi dan usaha
keperawatan yang pada akhirnya manajemen keperawatan menjadi proses dimana
perawat manajer menjalankan profesi mereka.
Perawat melakukan manajemen sesuaidengan standar, standar Asuhan
Keperawatan (SAK) telah ditetapkan oleh PPNI (Nursalam, 2002), yang mengacu kepada
tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi
3.2 SARAN
Melakukan perbaikan atas manajemen asuhan keperawatan dengan penerapan
standar asuhan keperawatan yang dihubungkan dengan kinerja perawat.