KONSEP-KONSEP IPS (GEOGRAFI, SEJARAH, EKONOMI,...

50
Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 1 KONSEP-KONSEP IPS (GEOGRAFI, SEJARAH, EKONOMI, SOSIOLOGI, ANTROPOLOGI) DALAM KONTEKS LOKAL, NASIONAL, DAN GLOBAL Hidayati Anwar Senen Pendahuluan ahan ajar ini merupakan unit-4 dari mata kuliah Pengembangan Pendidikan IPS SD. Tentunya Anda masih ingat dari bahan ajar unit-1 yang membahas tentang pengertian IPS, hakikat IPS, tujuan mempelajari IPS, dan rasional mempelajari IPS. Dalam bahan ajar unit-4 ini akan dibahas tentang konsep-konsep IPS (geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, dan antropologi) dalam konteks lokal, nasional, maupun global. Tentu saja konsep-konsep IPS tersebut sangat terkait dengan kehidupan individu dalam masyarakat. Selanjutnya konsep-konsep tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Setelah mempelajari bahan ajar unit-4 ini, Anda diharapkan memiliki kemampuan untuk dapat: 1. menumbuhkan kepekaan sosial melalui pembelajaran IPS, 2. menjelaskan konsep geografi dalam konteks lokal, nasional, dan global, 3. menjelaskan konsep sejarah dalam konteks lokal, nasional, dan global, 4. menjelaskan konsep ekonomi dalam konteks lokal, nasional, dan global, 5. menjelaskan konsep sosiologi dalam konteks lokal, nasional, dan global, 6. menjelaskan konsep antropologi dalam konteks lokal, nasional, dan global, 7. membedakan pengertian nilai dan sikap, 8. menjelaskan model-model belajar yang dapat membentuk sikap, 9. menjelaskan teori-teori perubahan sikap, B Unit 4

Transcript of KONSEP-KONSEP IPS (GEOGRAFI, SEJARAH, EKONOMI,...

Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 1

KONSEP-KONSEP IPS (GEOGRAFI, SEJARAH, EKONOMI, SOSIOLOGI, ANTROPOLOGI)

DALAM KONTEKS LOKAL, NASIONAL, DAN GLOBAL

Hidayati

Anwar Senen Pendahuluan

ahan ajar ini merupakan unit-4 dari mata kuliah Pengembangan Pendidikan IPS SD. Tentunya Anda masih ingat dari bahan ajar unit-1 yang membahas tentang

pengertian IPS, hakikat IPS, tujuan mempelajari IPS, dan rasional mempelajari IPS. Dalam bahan ajar unit-4 ini akan dibahas tentang konsep-konsep IPS (geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, dan antropologi) dalam konteks lokal, nasional, maupun global. Tentu saja konsep-konsep IPS tersebut sangat terkait dengan kehidupan individu dalam masyarakat. Selanjutnya konsep-konsep tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Setelah mempelajari bahan ajar unit-4 ini, Anda diharapkan memiliki kemampuan untuk dapat: 1. menumbuhkan kepekaan sosial melalui pembelajaran IPS, 2. menjelaskan konsep geografi dalam konteks lokal, nasional, dan global, 3. menjelaskan konsep sejarah dalam konteks lokal, nasional, dan global, 4. menjelaskan konsep ekonomi dalam konteks lokal, nasional, dan global, 5. menjelaskan konsep sosiologi dalam konteks lokal, nasional, dan global, 6. menjelaskan konsep antropologi dalam konteks lokal, nasional, dan global, 7. membedakan pengertian nilai dan sikap, 8. menjelaskan model-model belajar yang dapat membentuk sikap, 9. menjelaskan teori-teori perubahan sikap,

B

Unit 4

4 - 2 Unit 4

10. menjelaskan hubungan antara nilai, sikap, dan perilaku, dan 11. menemukan contoh-contoh cara menanamkan nilai dan sikap dalam

pembelajaran IPS. Sebagai guru SD, Anda hendaknya menguasai bahan ajar ini, karena tujuan pembelajaran IPS tidak hanya mengembangkan intelektualnya saja, melainkan juga mengembangkan keterampilan serta nilai dan sikapnya. Untuk membantu Anda menguasai materi tersebut maka dalam unit ini akan disajikan pembahasan hal-hal pokok sebagai berikut: 1. Konsep-Konsep IPS

a. Kepekaan Sosial Melalui Belajar IPS b. Konsep Geografi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global c. Konsep Sejarah dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global d. Konsep Ekonomi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global e. Konsep Sosiologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global f. Konsep Antropologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global

2. Penanaman Nilai dan Sikap dalam Pembelajaran IPS SD a. Pentingnya Nilai dan Sikap dalam Pengajaran IPS b. Hubungan Antara Sikap, Nilai, dan Perilaku c. Penanaman Nilai dan Sikap dalam Pengajaran IPS

Agar Anda lebih mudah memahami materi unit-4 ini, ikutilah petunjuk belajar, berikut ini: 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan, pahami betul isinya, apa tujuan

mempelajari unit ini, dan bagaimana cara mempelajarinya. 2. Bacalah bagian demi bagian dan temukan kata kunci, kemudian berilah tanda

atau digaris bawahi. 3. Pahami pengertian demi pengertian dari materi unit ini melalui pemahaman

sendiri atau diskusi dengan teman sejawat. 4. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi dengan teman atau tutor pada

waktu tutorial tatap muka.

Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 3

Subunit 1 Konsep-Konsep IPS (Geografi, Sejarah, Ekonomi,

Sosiologi, Antropologi) dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global

ada dasarnya manusia hidup adalah saling membutuhkan, saling tergantung dengan manusia lainnya dan saling tolong menolong. Hubungan antara manusia

satu dengan manusia lainnya dapat juga dikatakan sebagai hubungan sosial. Ketergantungan seseorang dengan orang lain, manusia satu dengan manusia lain tidak hanya terbatas pada hubungan dalam satu keluarga saja, tetapi menyangkut manusia lain pada masyarakat yang lebih luas. Seorang anak dalam pertumbuhannya membutuhkan pendidikan, pergaulan dengan teman sebaya, juga membutuhkan hiburan dan lain-lain. Jadi hubungan sosial yang dialaminya menjadi semakin luas. Dari pengalaman bergaul untuk memenuhi kebutuhan hidupnya itu dalam diri seseorang akan tumbuh pengetahuan tentang seluk beluk hidup bermasyarakat berkenaan dengan kebutuhan hidupnya, sifat-sifat seseorang yang berbeda-beda, hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk, dan teknonologi yang dapat digunakan untuk mempertahankan hidup. Menurut Nursid Sumaatmadja (2006:1.3) pengalaman atau pengetahuan yang melekat pada diri seseorang tersebut dapat dirangkum sebagai pengetahuan sosial. Lahirnya seseorang dalam lingkungan keluarga yang diikuti oleh hubungan, pergaulan, pemenuhan kebutuhan, dan lain-lain yang dialami dalam kehidupan bermasyarakat, telah membentuk pengetahuan sosial dalam diri seseorang. Tujuan utama pendidikan IPS adalah menyiapkan peserta didik sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik serta memberi dasar pengetahuan sosial untuk kelanjutan jenjang di atasnya. Di perguruan tinggi, IPS diberikan kepada para mahasiswa agar supaya menghasilkan guru IPS yang dapat menguasai konsep-konsep dasar secara esensial tentang ilmu-ilmu sosial dan mampu membelajarkan kepada peserta didiknya secara bermakna (Udin S. Winataputra. 2003: 1.1). Dari para ahli IPS yang tergabung pada Konsorsium Program PJJ S1 PGSD yang diterbitkan dalam bentuk Kapita Selekta Pembelajaran di Sekolah Dasar (Depdiknas 2006:99) dikatakan, pendidikan IPS didesain untuk membantu meningkatkan kemampuan warga negara dalam masyarakat demokrasi, bersifat integratif yaitu memadukan berbagai bidang studi untuk mendapatkan pemahaman tentang

P

4 - 4 Unit 4

fenomena yang ada dalam masyarakat secara lebih komprehensip. Dalam kontek persekolahan di Indonesia, istilah yang resmi digunakan dalam kurikulum ialah Pendidikan IPS. Menurut Somantri (Depdiknas 2006:100), Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Indonesia (HISPISI) dalam pertemuan mereka di Bandung tahun 1989 mengemukakan batasan tentang Pendidikan IPS, yaitu sebagai “program pendidikan yang memilih bahan pendidikan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniti, yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan”. Pengertian ilmiah ialah bahwa pendidikan IPS disajikan secara sistematis dengan memperhatikan urutan isi yang logis. Sedangkan secara psikologis dimaksudkan bahwa pendidikan IPS disusun berdasarkan kondisi siswa, guru, ruang kelas, sekolah, yang berbeda dalam: kultur, harapan, aspirasi, perasaan, lingkungannya dan faktor psikis lainnya. Hal ini berarti menuntut kemampuan guru dalam membelajarkan IPS khususnya kepada siswa di SD. Oleh karena itu guru harus memahami karakteristik dan tingkat perkembangan siswanya. Menurut Hasan (Depdiknas, 2006:101), IPS sebagai Pendidikan Pengetahuan Sosial bercirikan pada tujuan yang difokuskan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik melalui pengetahuan sosial dan budaya, dalam bentuk kemampuan berpikir, sikap, dan nilai untuk dirinya sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial dan budaya. Kajian yang dilakukan untuk mencapai tujuan ini ialah kajian terhadap materi yang berhubungan dengan kehidupan sosial dan budaya di sekitarnya, tanpa perlu membatasi diri pada salah satu atau beberapa disiplin ilmu-ilmu sosial. IPS sebagai Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial dikembangkan dalam bentuk kurikulum akademik atau kurikulum disiplin yang memakai nama disiplin ilmu, contohnya geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, dan antropologi secara terpisah. Tujuan pembelajaran IPS dengan pendekatan monodisiplin ilmu ini sangat dekat dengan tujuan disiplin ilmu tersebut. Menurut Mars (Depdiknas,2006), pengajaran IPS lebih cenderung sebagai Pendidikan Pengetahuan Sosial. Mars mengemukakan bahwa Pendidikan IPS adalah studi tentang manusia sebagai makhluk sosial yang tersusun dalam masyarakat, dan interaksi antara satu dengan lainnya, serta dengan lingkungan mereka pada suatu tempat dan waktu tertentu. Ditambahkan bahwa pendidikan IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang kompleks, yang tidak dapat dipandang dari satu dimensi belaka, karena keterpaduan merupakan sifat alami dari pendidikan IPS. Dengan belajar IPS diharapkan dapat membantu generasi muda mengembangkan kemampuannya menjadi orang yang cerdas dalam mengambil keputusan untuk kehidupan di masyarakat.

Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 5

A. Menumbuhkan Kepekaan Sosial Melalui Belajar IPS

Dewasa ini kepedulian sosial warga masyarakat terasa sudah mulai sangat menurun. Antara anggota masyarakat satu dengan anggota masyarakat yang lain rasa kerjasama atau gotong royong yang pernah dilaksanakan oleh generasai kita dahulu sudah mulai luntur. Saat penulis masih duduk dibangku SD dahulu nuansa kegotongroyongan dalam kehidupan di kampung (masyarakat) sangat terasa. Apabila ada anggota masyarakat yang memilki hajatan atau keperluan yang harus memerlukan bantuan tenaga dan pikiran, para tetangga akan dengan senang hati datang membantu baik diundang ataupun datang atas inisiatif sendiri. Sebagai contoh, saat ada acara resepsi pernikahan, sunatan, membangun rumah, membajak dan membersihkan rumput disawah sampai memanen padi, dan bila ada anggota keluarga yang meninggal dunia. Semua dikerjakan oleh anggota masyarakat secara bergotong royong tanpa mengharapkan imbalan atau diberi upah. Biasanya yang mempunyai hajat atau yang mempunyai kerja hanya menyediakan sekadar minuman dan makanan untuk mereka yang membantu. Hampir seluruh warga masyarakat akan hadir untuk ikut partisipasi membantu tetangga yang sedang punya hajat tersebut. Situasi kebersamaan dalam hidup bergotong-royong seperti yang diceritakan di atas tersebut kini sangat sulit ditemukan di kampung penulis dan sekitarnya. Fenomena yang sedang terjadi di banyak daerah ternyata juga tidak jauh berbeda. Kehidupan sosial masyarakat dewasa ini cenderung sudah mulai meninggalkan norma-norma sosial yang pernah hidup dan berkembang pada masa generasi tua waktu itu. Nilai-nilai hidup yang penuh rasa kebersamaan, rasa simpati dan empati pada orang lain, rasa saling menghormati dan rasa toleransi sekarang ini sudah mulai memudar. Pergaulan di masyarakat antara yang muda dengan yang lebih tua juga sudah mulai meninggalkan etika pergaulan yang dalam bahasa jawa disebut unggah-ungguh. Perilaku hidup yang menonjolkan sikap individual dan kompetitif lebih banyak ditampilkan dari pada berperilaku dengan penuh kebersamaan dan toleransi. Apabila ada pekerjaan yang membutuhkan kerjasama dengan orang lain biasanya tidak lepas dari unsur balas jasa yang berupa sejumlah uang untuk menghargai pekerjaan secara profesional. Kepekaan dan kepedulian sosial yang pernah tumbuh dan berkembang pada masa generasi pendahulu kita waktu itu harus kita upayakan dapat tumbuh kembang kembali. Inilah tugas kita semua, terutama Anda sebagai guru SD. Kita sebagai guru yang mengajarkan IPS memiliki ruang yang cukup strategis

4 - 6 Unit 4

menumbuhkan sikap peka dan peduli anak pada lingkungan sosialnya. Kita mulai dari diri kita dan anak didik kita nanti. Pada anak-anak usia sekolah dasar akan sangat baik untuk dibiasakan hidup gotong royong dan bekerjasama melalui bimbingan dan tugas dari guru. Melalui konsep-konsep ilmu sosial sebagai dasar pengajaran IPS siswa diberi pengetahuan dan keterampilan untuk dapat bersikap dan menjawab tantangan serta problematika sosial yang ada di lingkungan siswa. Guru IPS harus dapat melihat isu-isu dan permasalahan sosial yang sedang berkembang, khususnya di lingkungan siswa guna dijadikan bahan mengajar di kelas. Tentu saja bahan pengajaran yang diambil dari permasalahan yang terjadi di masyarakat (lingkungan sekitar siswa) tersebut ada korelasinya dengan materi bahasan yang ada pada kurikulum/GBPP. Dengan cara seperti ini, maka diharapkan siswa dapat mudah memahami konsep-konsep IPS yang sekaligus dapat diaplikasikan oleh siswa dalam kehidupan siswa. Hal ini juga akan membuat mata pelajaran IPS menarik perhatian siswa dikarenakan belajar IPS tidak hanya berupa hafalan dari buku, tetapi langsung memecahkan persoalan sosial yang sedang dihadapi siswa di lingkungannya. Untuk dapat memberikan bekal kepada anak didiknya kelak terkait dengan IPS maka Anda perlu mempelajari konsep-konsep dasar ilmu sosial. Konsep dasar ilmu-ilmu sosial yang perlu dipelajari antara lain tentang geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, dan antropologi. Secara sederhana konsep ilmu-ilmu sosial tersebut akan kita bahas pada bagian berikut.

B. Konsep Geografi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global

Secara harafiah geografi, berarti lukisan atau tulisan tentang bumi. Menurut Richard Hartshorne, geografi berkenaan dengan penyajian deskripsi sifat permukaan bumi yang bervariasi secara tepat (akurat), berurutan, dan rasional. Sedangkan menurut Panitia Ad Hoc Geografi, menyatakan bahwa geografi mencoba menjelaskan bagaimana subsistem lingkungan alam terorganisasikan di permukaan bumi, dan bagaimana manusia tersebar di permukaan bumi, itu dalam hubungannya dengan gejala alam dan dengan sesama manusia. Dari dua definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa geografi berkenaan dengan gejala yang terdapat di permukaan bumi, baik gejala alam, lingkungan maupun manusia yang meliputi sifat-sifat, penyebaran serta hubungannya satu sama lain. Dengan demikian dalam mempelajari gejala-gejala tersebut, geografi selalu meninjau lokasinya dalam ruang yang disebut permukaan bumi, termasuk proses, perubahan, dan perkembangannya.

Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 7

Geografi adalah ilmu keruangan yang mengkaji berbagai fenomena dalam konteks keruangannya. Ruang yang dikonsepkan dalam geografi yaitu permukaan bumi yang tiga dimensi, terdiri atas muka bumi yang berupa darat dan perairan serta udara di atasnya. Ruang permukaan bumi ini secara bertahap ukuran dan jaraknya mulai dari tingkat lokal, regional sampai ke tingkat global. Selain itu yang dimaksud dengan ruang dalam geografi adalah meliputi lapisan atmosfer sampai ketinggian tertentu, lapisan batuan sampai kedalaman tertentu, lapisan air, dan proses alamiah yang terjadi didalamnya. Oleh karena itu, konsep geografi adalah konsep keruangan yang bertahap dari tingkat lokal, regional sampai global. Ruang lingkup kajian konsep keruangan ini berkembang mulai dari konsep lokal, regional sampai global. Perhatikan, amati dan hayati keadaan serta perkembangan yang terjadi di tempat Anda dari waktu ke waktu. Bagaimana keadaan pemukiman, jalan, pertanian, pengairan, perdagangan, dan keadaan penduduk setempat. Apakah tetap “begitu-begitu saja” dari waktu ke waktu? Ataukah selalu mengalami perubahan? Apakah luas areal dan kawasan perumahan setempat tetap begitu saja dari waktu ke waktu, ataukah mengalami perluasan? Memperhatikan, mengamati, menghayati, sampai mengkaji keadaan yang demikian di tempat anda, berarti anda telah melakukan kegiatan dalam konteks geografi atau konteks keruangan pada tingkat lokal. Melalui proses pengamatan perspektif lokal, Anda dapat menyaksikan bahwa perkampungan yang satu dengan yang lain menjadi bersambung membentuk perkampungan yang lebih luas dari perkampungan-perkampungan semula. Sebagai penghubung perkampungan satu dengan perkampungan lainnya, yaitu adanya jalan, alat angkutan atau transportasi, juga karena arus manusia dan barang. Disini terjadi proses sosial ekonomi dalam bentuk interaksi antar penduduk (manusia) dan saling ketergantungan (interdependensi) barang-barang kebutuhan sehari-hari. Dalam keadaan yang demikian, perspektif geografi anda tidak lagi hanya terbatas pada ruang yang disebut kampung atau perkampungan melainkan terdorong pada kawasan-kawasan yang lebih luas. Setelah anda mengamati dan menghayati meluasnya perkampungan, Anda juga dapat mengamati serta menghayati meluasnya suatu kota dari waktu ke waktu. Kota tempat tinggal Anda atau paling tidak kota yang dekat dengan tempat tinggal Anda, apakah itu kota kecamatan ataukah kota kabupaten. Anda dapat mengevaluasi perkembangan kota yang bersangkutan dari waktu ke waktu. Selain areal atau kawasannya yang makin luas, juga isi kota itu mengalami

4 - 8 Unit 4

perkembangan. Pemukiman penduduk, tempat perbelanjaan, pasar, jaringan jalan, jumlah penduduk, dan seterusnya mengalami perubahan serta perkembangan. Bahkan jika Anda memperhatikan masa yang akan datang atau “memprediksi” bahwa kota-kota kecil itu akan bersambung satu sama lain dan akan membentuk kota yang lebih besar dari keadaan semula. Dari pembahasan yang baru kita ikuti, konsep geografi atau konsep keruangan itu, tidak lagi melihat kawasan lokal semata, melainkan telah menjangkau kawasan yang lebih luas. Oleh karena itu, konsep geografi ini dapat disebut sebagai tingkat regional. Pengertian region atau wilayah atau kawasan menurut Peter Hagget (1975: 6), adalah bagian dari permukaan bumi, baik alamiah maupun binaan manusia yang membedakan diri dari areal yang ada disekitarnya. Dengan menerapkan pengamatan, penghayatan, dan prediksi tingkat regional, Anda dapat mengkaji perubahan dalam ruang yang disebut region atau wilayah. Pergeseran fungsi lahan dari kawasan hutan menjadi pertanian, menjadi pemukiman, kawasan pertanian menjadi kawasan industri, jalan, lapangan golf, dan sebagainya, membawa dampak pula pada perubahan tata air, tatanan kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan, serta mengakibatkan perubahan cuaca dan seterusnya. Dengan menerapkan analisis perspektif regional ini, anda akan mampu memprediksi perkembangan dusun menjadi kota kecil. Perkembangan dan interaksi serta interdependensi keruangan itu, tidak hanya terjadi antar regional di dalam propinsi dan di dalam negeri, melainkan juga menembus batas-batas negara. Hal ini dapat kita lihat pada interaksi keruangan Indonesia dengan Singapura, Malaysia, Filipina, bahkan juga dengan Australia. Perspektif regional ini makin luas menembus batas-batas negara. Hal tersebut terjadi karena adanya perkembangan transportasi (darat, laut, udara) dan juga media elektronika (radio, TV, facsimile, internet). Interaksi keruangan antar regional ini tercermin dari pakaian, makanan, kesenian, dan perdagangan. Pakaian yang khas suatu daerah atau suatu negara, demikian juga makanan dan kesenian (suara, tari dan musik) telah menyebar secara luas di berbagai kawasan, sehingga tidak lagi terasa asing bagi kita semua. Dalam memenuhi kebutuhan tertentu, baik materi (pangan, sandang, peralatan) maupun non-materi (pengetahuan, ilmu, dan seni) telah terjadi saling ketergantungan. Oleh karena itu dampak positif interaksi antar regional ini, wajib kita manfaatkan. Berdasarkan analisis konsep geografi atau konsep keruangan, penggundulan hutan yang terjadi secara regional di kawasan tertentu di permukaan bumi, pencemaran udara yang berlebihan di kawasan tertentu, tidak hanya berdampak negatif pada kawasan yang bersangkutan, melainkan juga berdampak global bagi

Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 9

seluruh dunia. Pemanasan global yang telah menjadi kepedulian pakar-pakar lingkungan dan pakar klimatologi, merupakan contoh konteks global dari kajian geografi.

C. Konsep Sejarah dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global

Sejarah dan geografi merupakan ilmu “Dwitunggal” artinya jika sejarah mempertanyakan suatu peristiwa itu “kapan” terjadi, pengungkapan itu masih belum lengkap, jika tidak dipertanyakan “dimana” tempat terjadinya. Dalam hal ini, dimensi waktu dengan ruang saling melengkapi. Dengan dipertanyakan waktu dan tempatnya maka karakter peristiwa itu menjadi lebih jelas adanya. Dari uraian pendahuluan tadi, Anda mendapatkan gambaran bahwa konsep sejarah mengacu pada konsep waktu, terutama waktu yang telah lampau. Konsep sejarah suatu peristiwa, membawa citra kepada kita tentang suatu pengalaman masa lampau yang dapat dikaji hari ini, untuk memprediksi kejadian-kejadian yang akan datang. Selanjutnya, dari sudut pandang sejarah dalam konteks global, tentang tokoh-tokoh, bangunan-bangunan, perang, pertemuan internasional, dan peristiwa-peristiwa bersejarah memiliki dampak luas terhadap tatanan kehidupan global, dapat dimunculkan dalam pendidikan sebagai acuan transformasi budaya serta pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) generasi muda untuk memasuki kehidupan global di masa yang akan datang. Anda tentu sangat mengenal tokoh-tokoh agama, para Nabi, dan Rasul yang tidak hanya berpengaruh terhadap umatnya pada saat mereka masih hidup di kawasan lingkungannya masa itu, melainkan tetap menjadi pola perilaku dan teladan secara global sampai saat ini. Bangunan-bangunan bersejarah seperti Ka’bah dan Masjidil Haram di Mekkah, Piramida di Mesir, Tembok Besar di Cina, Masjid Taj Mahal di Agra (India), dan candi Borobudur di Indonesia, yang merupakan beberapa bangunan “keajaiban dunia”, tidak hanya bernilai dan bermakna sejarah, melainkan memiliki nilai global yang mempersatukan umat. Selain itu juga memiliki nilai budaya dari aspek arsitektur, dan nilai ekonomi dalam mengembangkan lapangan kerja. Secara material, bangunan-bangunan semacam itu, bukan hanya merupakan pengetahuan, melainkan lebih jauh dari pada itu wajib dijadikan acuan pendidikan mengenai nilai-nilai kemanusiaan, budaya , bahkan keagamaan yang ada di dalamnya. Berbagai perang di berbagai kawasan, terutama perang dunia yang tercatat sebagai peristiwa sejarah, tidak hanya dilihat dari dahsyatnya penggunaan senjata dan ngerinya pembunuhan umat manusia, namun dilihat dari sudut pandang

4 - 10 Unit 4

global, dapat diungkapkan nilai dan makna kemanusiaannya. Perang yang pada saat berlangsungnya sebagai ajang pertentangan berbagai pihak atau berbagai negara, ternyata setelah selesai perang tersebut menjadi alat pemersatu berbagai bangsa dalam memikirkan umat secara global. Pengalaman buruk dari perang telah menjadi alat penyadar umat dunia untuk memikirkan hal-hal yang lebih bernilai dan bermakna bagi kemanusiaan. Bahkan secara global, meningkatkan kemampuan Iptek yang mendukung kesejahteraan. Sebaliknya pengalaman negatif yang membawa malapetaka terhadap penghancuran umat, menjadi acuan kewaspadaan bagi kepentingan bersama. Bagi kepentingan pendidikan, perang yang merupakan peristiwa sejarah itu juga menjadi ajang meningkatkan kesadaran, penghayatan dan kewaspadaan peserta didik terhadap bahaya perang “modern” di hari-hari mendatang. Pertemuan internasional yang bernilai dan bermakna sejarah seperti antara lain Konferensi Asia Afrika (1955), telah meningkatkan kesadaran masyarakat Asia Afrika akan haknya sebagai umat yang memiliki hak untuk berdaulat di negaranya sendiri , bernilai kemanusiaan yang meningkatkan “martabat” manusia di kawasan ini. Peristiwa itu juga telah membukakan mata negara-negara “maju” sebagai bekas penjajah terhadap arti “kemerdekaan” bagi bekas negara jajahan yang wajib diperhitungkan. Dari peristiwa sejarah tersebut, telah menyadarkan masyarakat terjajah terhadap pentingnya “persatuan” untuk menghadapi negara-negara besar yang secara sosial-budaya, sosial ekonomi, dan sosal politik lebih kuat dari pada negara-negara yang bersangkutan.

D. Konsep Ekonomi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global

Menurut H. W Arndt dan Gerardo P Sicat (Nursid Sumaadmadja:2001), Ilmu ekonomi adalah suatu studi ilmiah yang mengkaji bagaimana orang perorang dan kelompok-kelompok masyarakat menentukan pilihan. Manusia mempunyai keinginan yang tidak terbatas. Untuk memuaskan bermacam-macam keinginan yang tidak terbatas tersebut, tersedia sumber daya yang dapat digunakan, namun berbagai sumber daya ini tidak tersedia dengan bebas. Oleh karenanya, sumber daya ini langka dan mempunyai berbagai kegunaan alternatif. Pilihan penggunaan dapat terjadi antara penggunaan sekarang (hari ini) dan penggunaan hari esok (masa depan). Berdasarkan konsep tersebut di atas, pembahasan ilmu ekonomi menyangkut beberapa aspek yang meliputi: 1. menentukan pilihan 2. keinginan yang tidak terbatas

Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 11

3. persediaan sumber daya terbatas, bahkan ada yang langka 4. kegunaan alternatif sumber daya, dan 5. penggunaan hari ini dan hari esok? Dari aspek-aspek yang telah dikemukakan tadi, jelas bahwa konsep ekonomi terkait dengan waktu, hari ini, dan hari esok. Sedangkan apa yang diprediksikan terutama berkenaan dengan keinginan yang “cenderung” tidak terbatas, persediaan sumber daya itu terbatas bahkan langka, dan adanya penggunaan alternatif sumber daya. Pandangan ke hari esok atau masa yang akan datang, terkait luas dengan pertumbuhan penduduk, kemajuan dan penerapan Iptek dalam proses produksi serta distribusi, kebutuhan yang cenderung tidak terbatas kuantitasnya dan akhirnya persediaan sumber daya yang terbatas bahkan langka. Sedangkan penggunaan sumber daya alternatif, sangat berkaitan dengan Iptek dan kecenderungan kebudayaan. Sumber daya yang sifatnya tidak terbarukan akan habis sekali pakai sehingga persediaannya makin terbatas. Sedangkan di pihak lain, kebutuhan terus meningkat karena pertumbuhan penduduk, dan keinginan yang cenderung tidak terbatas. Kesenjangan ini bukan bersifat lokal atau regional, melainkan telah menjadi masalah global. Di sini dituntut “kiat-kiat” ekonomi untuk menciptakan keseimbangan antara konsumsi di satu pihak, dan produksi di lain pihak. Salah satu kiat itu, bagaimana kemajuan dan penerapan Iptek beruapaya mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Dilema besar yang paling utama pada saat ini yaitu bahwa penduduk dunia telah sampai pada ketergantungan terhadap teknologi untuk mempertahankan dan menopang kehidupan-kehidupan secara berkelanjutan. Namun selanjutnya, penerapan praktis teknologi dan intervensinya dalam menunjang kehidupan, cepat ataupun lambat akan merusak sumber daya alam. Dalam menghadapi dilema yang demikian, kebutuhan kita sebagai manusia menjadi tiga kali lipat yaitu, pertama kita harus menguasai teknologi tersebut, kedua menstabilkan penduduk, dan ketiga mengembangkan tatanan sosial yang mampu hidup produktif dan sejahtera secara terpadu, dengan mengekosistemkan yang seimbang. Cobalah Anda hayati bahwa kita tidak dapat melepaskan diri dari pemanfaatan teknologi atau lebih luas lagi pemanfaatan Iptek. Namun juga Anda amati dan hayati lingkungan sekitar yang rusak serta terkuras oleh penerapan dan pemanfaatan Iptek itu. Masalah ini bukan lingkungan dan perekonomian yang

4 - 12 Unit 4

hanya terjadi secara lokal di tempat Anda saja, melainkan telah menjadi masalah dunia atau masalah global. Perubahan dan pengembangan aspek-aspek yang bersifat fisik material saja, tidak memecahkan masalah. Oleh karena itu wajib dikembalikan kepada manusia sendiri, terutama pada akhlaknya. Dalam kondisi global yang penuh dengan kesenjangan, masalah dan tantangan, baik ekonomi, sosial, budaya, politik, maupun lingkungan hidup, pengembangan dan pembinaan akhlak menjadi kunci penyelamatan kehidupan dengan lingkungannya. Oleh karena itu untuk menghadapi globalisasi ekonomi berupa perekonomian pasar bebas, beralihkan kawasan ekonomi maju dari Atlantik ke Pasifik dan kebangkitan ekonomi Asia Afrika, kita bangsa Indonesia wajib siap mental dengan akhlak yang tinggi. Tantangan global di bidang ekonomi tak akan kunjung reda. Oleh karena itu penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi muda Indonesia menghadapi Abad XXI dengan arus globalnya, wajib dirintis sedini mungkin. Sikap mental wiraswasta harus menjadi ciri SDM mendatang.

E. Konsep Sosiologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global

1. Pengertian Sosiologi

Secara sadar atau tidak sadar manusia membutuhkan manusia lain, ia tidak dapat secara mutlak hidup menyendiri tanpa ada kontak dengan manusia lain. Manusia merupakan anggota masyarakat selama ia hidup, dan selama itu pula ia mengadakan kontak dengan manusia lain, sehingga terjadilah interpersonal relation. Dalam mengadakan kontaknya dengan manusia lain, biasanya ia mempunyai maksud tertentu, dan tingkah lakunya itu disebut kebudayaan. Sejak lahir manusia telah mengadakan hubungan dengan orang lain, yaitu orang tuanya dan keluarganya. Setelah besar iapun mengembangkan pergaulannya hingga menambah pengalaman, dan ia mulai menyadari bahwa dirinya dengan orang lain mempunyai persamaan sifat, walaupun dalam dirinya ada satu ciri yang khas. Hal seperti itulah yang menjadi obyek sosiologi. Jadi apa yang dimaksud dengan sosiologi itu sebenarnya? Menurut Pitirin Sorokin (1928) sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik, dan sebagainya).

Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 13

Selo Sumardjan (1974) menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Selanjutnya ia menyatakan bahwa struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, serta lapisan-lapisan sosial. Sedangkan Frank H. Hankins (Fairchild, HP, dkk:1982), sosiologi adalah studi ilmiah tentang fenomena yang timbul akibat hubungan kelompok-kelompok umat manusia, studi tentang manusia dan lingkungan manusia dalam hubungannya satu sama lain. Jadi jelas bahwa sosiologi merupakan ilmu sosial yang obyeknya adalah masyarakat, dan merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, dengan ciri-ciri utamanya adalah sebagai berikut. a. Sosiologi bersifat empirik didasarkan pada observasi terhadap kenyataan

dan hasilnya tidak spekulatif b. Sosiologi teoritis, artinya berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil

observasi. Abstraksi itu merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis untuk menjelaskan hubungan sebab akibat hingga menjadi teori.

c. Sosiologi bersifat nonetis, artinya tidak mempersoalkan masalah kebaikan dan keburukan fakta, tetapi tujuannya adalah menjelaskan fakta secara analitis.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat dalam keseluruhannya dan hubungan-hubungan antara orang-orang dalam masyarakat. Pengertian lain, sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang relasi-relasi sosial, artinya bahwa manusia merupakan makhluk yang aktif mengadakan kontak-kontak dengan antaraksi-antaraksi sosial yang berupa tingkah laku dan dapat saling mempengaruhi. Kelanjutan interaksi sosial terjadi antarelasi sosial yang akhirnya membentuk kelompok sosial. Kelompok-kelompok sosial ini sangat berpangaruh terhadap kehidupan individu, oleh karena itu merupakan bagian yang aktif yang berinteraksi dari kelompok-kelompok sosialnya. Setiap individu yang berinteraksi berarti pula ada pertukaran pengalaman yang menyebabkan adanya perubahan dalam diri individu lain, seperti perubahan sikap dan perubahan tingkah laku. Pengalaman hubungan sosial mempunyai peranan besar untuk membantu dan mengembangkan kepribadian individu. Sebagai contoh : seorang guru yang

4 - 14 Unit 4

masuk di dalam kelas, ia akan segera mengadakan komunikasi dengan siswanya, yaitu dengan cara mengucapkan salam atau menanyakan materi pelajaran yang telah diberikan sebelumnya. Dari komunikasi itu ada suatu respon yaitu dengan jawaban siswa. Hal ini kita sebut interaksi, dan interaksi semacam ini akan selalu dipelihara tetap seimbang supaya tercapai tujuan yang diharapkan, yaitu adanya perubahan sikap dari siswa yang berupa tingkah laku yang dapat diamati oleh guru. Perubahan-perubahan sikap ini biasanya tidak ia sadari, karena setiap kali ia memperoleh pengalaman baru.

2. Ruang Lingkup Sosiologi Dalam sosiologi obyek yang menjadi sorotan utamanya adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antara manusia, terutama dalam lingkungan yang terbentuk oleh manusia sendiri, atau yang disebut lingkungan sosial. Apabila hubungan tersebut ditimbulkan oleh manusia yang aktif satu sama lain, maka akan terjadi interkasi sosial. Hubungan sosial dan interaksi sosial yang dialami manusia lingkupnya makin lama makin luas dan makin berkembang. Interaksi tersebut mulai dari hanya dua orang, kemudian berkembang menjadi banyak orang, sampai antara kelompok dengan kelompok, antara bangsa dengan bangsa yang lain. Luasnya interaksi sosial, mulai dari keluarga, teman sepermainan, para tetangga. tingkat lokal (dusun), tingkat regional (propinsi), sampai ke tingkat global antar bangsa di dunia. Berhubungan dengan ruang lingkup, walaupun dalam sosiologi ada banyak pengkhususan atau spesialisasi yang berhubungan dengan bagian dari kehidupan sosial, dimana sosiologi dapat dipandang sebagai satu keseluruhan dari kelompok-kelompok ilmu sosial, tetapi dilihat dari ruang lingkupnya, sosiologi mempunyai ciri-ciri tertentu, Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, merupakan spesialisasi yang obyeknya atau ruang lingkupnya

adalah menemukan hubungan-hubungan antara disiplin-disiplin lain dan memberi keterangan tentang sifat umum relasi-relasi sosial. Jadi ruang lingkup sosiologi adalah: (1) sosiologi berusaha membuat klasifikasi tipe-tipe/bentuk-bentuk relasi sosial; (2) sosiologi berusaha menemukan relasi faktor antara faktor-faktor atau bagian-bagian dari kehidupan sosial, misalnya relasi antara faktor politik dan ekonomi, antara moral dan agama. Dalam usaha

Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 15

menjelajahi ruang lingkupnya, sosiologi harus mengadakan hubungan dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, seperti antropologi budaya, sejarah, dan ilmu-ilmu lainnya. Namun obyeknya tetap menentukan relasi-relasi sebagai keseluruhan.

Kedua, sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang bersifat kategorik, tidak normatif. Artinya bahwa sosiologi membatasi pada persoalan “apa” dan “mengapa”, tetapi tidak pada persoalan “bagaimana seharusnya”. Mengenai pertanyaan “bagaimana seharusnya” pada hakikatnya berhubungan dengan persoalan penilaian, sedangkan sosiologi sebagai ilmu justru harus menjauhkan diri dari persoalan nilai atau sosilogi tidak boleh menilai.

Ketiga, sosiologi adalah ilmu pengetahuan “murni” bukan ilmu yang diterapkan (applied science), artinya tujuan langsung sosiologi adalah memperoleh pengetahuan tentang masyarakat manusia, bukan menggunakan pengetahuan itu. Sebagai contohnya, jika terjadi pembunuhan, para sosilog tidak boleh memfonis siapa pembunuhnya, tetapi hanya menyelidiki “mengapa sampai terjadi pembunuhan”. Hal di luar itu akan ditangai oleh ahli lain yaitu hukum.

Keempat, sosiologi adalah ilmu pengetahuan abstrak, artinya ia lebih tertarik pada bentuk-bentuk dan pola-pola yang diambil dari suatu pola. Contoh, masalah perang atau revolusi sebagai fenomena sosial, sebagai proses yang dapat terulang kembali terjadi dalam sejarah, dan sebagai bentuk-bentuk konflik sosial.

Kelima, sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mencari generalisasi. Artinya sosiologi mencari prinsip-prinsip umum tentang antaraksi dan kumpulan manusia, tentang sifat, bentuk, isi, dan struktur kelompok-kelompok sosial dan masyarakat pada umumnya. Contoh, bangsa Belanda pernah menyerang dan menguasai Indonesia, yang diselidiki sosiologi bukan masalah sejarahnya, tetapi penyerangan itu merupakan pengintesifan solidaritas intern kelompok.

Seperti telah dijelaskan di atas bahwa obyek sosiologi adalah masyarakat. Kemudian apa yang disebut masyarakat itu? Ada beberapa definisi tentang masyarakat, misalnya Ralph Linton (Soerjono Soekanto:1990), menyatakan bahwa masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama yang cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri

4 - 16 Unit 4

mereka dan menganggap diri mereka itu sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. Sedangkan Selo Soemardjan, menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan. Dari definisi tentang masyarakat tersebut, walaupun berbeda tetapi intinya sama, bahwa dalam masyarakat mengandung beberapa unsur, sebagai berikut: (1) manusia yang hidup bersama, minimalnya dua orang yang hidup bersama; (2) bercampur untuk waktu yang lama, sebagai hidup bersama timbullah sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut; (3) mereka sadar bahwa mereka adalah suatu kesatuan; (4) mereka merupakan suatu sistem hidup bersama, setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat antara satu dengan lainnya, sistem kehidupan bersama tersebut akan melahirkan kebudayaan. Apabila kita cermati secara seksama, maka eksistensi masyarakat timbulnya dimungkinkan oleh interaksi sosial. Park dan Burgess (Nursid Sumaatmadja:1986) adalah ahli sosiologi, menganalisis interaksi sosial sebagai proses sosial yang dapat diklasifikasikan dalam enam kategori, yaitu : (1) komunikasi, (2) konflik, (3) kompetisi, (4) akomodasi, (5) asimilasi, dan (6) kooperasi. Interaksi sosial merupakan dasar dari adaptasi, sebab sifat biologisnya yang khusus, dimana manusia tidak dapat hidup menyendiri dan tergantung pada orang lain. Sedangkan yang menjadi dasar interaksi sosial adalah komunikasi, yaitu proses penerusan dan penerimaan dari stimulus simbolis dengan cara bercakap-cakap, gerakan atau tanda-tanda lain. Komunikasi antara individu-individu itu penting karena untuk menyusun organisasi masyarakat. Apabila kontak komunikasi dengan individu itu menimbulkan pertentangan, disebut konflik. Jika kekuatan yang berhadap-hadapan dalam konflik tersebut bersifat interpersonal, disebut kompetisi/saingan. Di dalam suasana konflik akhirnya orang dapat menyelesaikannya, walaupun secara terpaksa dan menyadari bahwa tidak ada cara lain kecuali mengadakan perdamaian, proses ini disebut akomodasi. Salah satu proses yang timbul dari interaksi sosial adalah asimilasi, yaitu kelompok-kelompok sosial yang mempunyai kebiasaan atau kebudayaan yang berbeda dengan kelompok lainnya, saling berintegrasi sehingga membentuk kebudayaan baru. Bentuk interaksi yang sangat penting bagi pemeliharaan masyarakat adalah kooperasi, yaitu suatu proses di mana dua orang atau lebih berkumpul dengan maksud untuk melakukan suatu tugas

Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 17

yang sama. Kooperasi dapat dikaitkan sebagai landasan organisasi masyarakat. Motif interaksi sosial yang terjadi, sangat beragam, bisa bermotif ekonomi, budaya, politik, dan juga motifnya bisa bersifat majemuk. Motif interaksi biasanya dilandasi suatu tujuan tertentu. Motif dan tujuan dari pihak-pihak yang berinteraksi bisa sama bisa berbeda, misalnya interaksi antara produsen dan konsumen motifnya ekonomi. Tujuannya di satu pihak menghasilkan dan menjual, di pihak lain memiliki dan membeli.

3. Konsep Sosiologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global

Sebagai dampak kemajuan, penerapan, dan pemanfaatan Iptek di bidang transportasi dan komunikasi, interaksi sosial ini makin intensif dan makin meluas. Berkembangnya jaringan jalan, baik jalan darat, laut, dan udara interkasi sosialnya makin cepat dan meluas. Interaksi tersebut telah dapat menembus batas lokal, nasional, internasional sampai global. Kemajuan, penerapan dan pemanfaatan media elektronik seperti : radio, TV, telepon, internet telah makin mengintensifkan interaksi sosial tersebut, walaupun tidak secara langsung. Interaksi sosial baik secara langsung maupun tidak langsung melalui berbagai media yang makin intensif serta makin meluas, membawa dampak perubahan sosial, kemajuan sosial yang berdampak terhadap opini, kecerdasan, nalar dan wawasan manusia yang mengalaminya. Pengenalan Iptek yang terbawa oleh satu pihak kemudian diterima oleh pihak lain melalui berbagai media, berdampak luas terhadap tatanan sosial, baik materiil maupun non materiil. Pakaian, makanan, peralatan, tidak hanya dikenal dan digunakan oleh masyarakat tertentu, tetapi telah memasuki segala lapisan masyarakat secara lokal, nasional, maupun global. Sebagai contohnya, pakaian jeans, makanan pizza dan kentuky, peralatan kulkas tidak lagi hanya ditempat asalnya, melainkan telah menyebar ke segala tempat secara lokal sampai global. Tatanan nonmaterial, nilai, dan norma juga mengalami pergeseran, misalnya bersalaman, tepuk punggung, tegur sapa ala Eropa, sampai pada berciuman antar keluarga, antar teman, dan sebagainya. Jenis permainan dan olah raga yang dahulu termasuk tradisional, sekarang berkembang tidak hanya di negerinya sendiri tetapi sudah menyebar ke segala penjuru dunia, misalnya kesenian gamelan, kungfu, pencak silat, dan taek wondo.

4 - 18 Unit 4

Pertukaran pemuda pelajar dan pertandingan olah raga, pertemuan pramuka tingkat daerah, nasional, serta antar negara merupakan interaksi yang meluas. Peristiwa demikian itu tidak hanya terjadi interaksi manusianya saja, melainkan juga terjadi pertemuan berbagai aspek sosial yang terbawa oleh kelompok-kelompok sosial tersebut. Hal seperti itu akan berdampak lokal, nasional, maupun global, misalnya yang berdampak positif pertukaran pengalaman, kemampuan, dan nilai. Dari interaksi sosial itu pula dapat menyadarkan manusia agar menghargai satu sama lain, menyadarkan kita manusia bahwa manusia itu sama harkat derajatnya di sisi Tuhan. Perbedaan itu hanya ada pada kemampuan dan penguasaan Iptek oleh masing-masing negara. Interaksi sosial baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media, di satu sisi membawa perubahan-perubahan positif bagi masyarakat. Tetapi di sisi lain harus diwaspadai, misalnya sebagai akibat interaksi global terjadi pergaulan bebas, penyakit AIDS, mabuk-mabukan, sadisme, dan kriminalitas. Masalah sosial yang mengglobal ini merupakan penghacuran yang relatif cepat meracuni generasi muda. Masalah sosial ini perlu diwaspadai oleh semua pihak, orang tua, guru, dan individu itu sendiri. Oleh karena itu, untuk membendung arus dampak negatif tersebut kita harus memperbaiki akhlak, mental, dan moral yang kuat pada masing-masin individu. Sebagai akibat interaksi sosial yang semakin intensif sampai ke tingkat global menunjukkan perubahan sosial di masyarakat sampai ke proses modernisasi. Perubahan dan kemajuan yang positif dapat meningkatkan kesejahteraan, sedangkan yang berdampak negatif harus kita waspadai, jika perlu kita cari cara pemecahannya.

F. Konsep Antropologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global

1. Pengertian Antropologi

Secara harafiah antropologi, adalah ilmu tentang manusia, yaitu ilmu yang mempelajari tentang manusia sebagai makhluk masyarakat. Artinya bahwa manusia dapat ditinjau dari dua segi, yaitu sudut biologi dan sudut sosio-budaya. Namun dalam peninjauannya, tidak melihat manusia sebagai makhluk biologis dan makhluk sosio-budaya secara terpisah-pisah, melainkan secara keseluruhan yaitu sebagai satu kesatuan fenomena biososial. Antropologi, khususnya antropologi budaya yang oleh Koencaraningrat (1990) dikatakan sebagai pengganti ilmu budaya, merupakan studi tentang

Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 19

manusia dengan kebudayaannya. Sedangkan oleh E. A. Hoebel (Fairchild, H.P. dkk., 1982:12) didefinisikan sebagai studi tentang manusia dengan pekerjaannya, lebih menitikberatkan kepada kebudayaan sebagai hasil pengembangan akal pikiran manusia. Antropologi merupakan ilmu yang masih baru, oleh karena itu banyak yang mendefinisikan antropologi itu berbeda-beda sesuai dengan daerahnya. Menurut Koentjaraningrat (2002:1-6), dalam perkembangannya, antropologi dibagi atas empat fase. Fase pertama (sebelum tahun 1800), merupakan kisah perjalanan atau laporan-laporan yang merupakan bahan etnografi atau deskripsi tentang bangsa di luar eropa. Misalnya Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau, dengan adat istiadat yang berbeda-beda. Dengan adanya bahan etnografi akan memudahkan untuk menguasai kebudayaan setempat. Fase kedua (kira-kira Pertengahan Abad ke-19), timbul karangan-karangan yang menyusun bahan etnografi berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat. Masyarakat dan kebudayaan manusia telah berkembang secara lambat (evolusi) dalam jangka waktu yang sangat lama, atau dari bentuk yang belum beradab sampai bentuk masyarakat tertinggi. Berdasar cara berpikir tersebut , maka semua bangsa di dunia dapat digolongkan menurut berbagai tingkat evolusi. Timbullah beberapa karangan tentang keanekaragaman kebudayaan di dunia ke dalam tingkat evolusi tertentu. Selain itu timbul pula kalangan yang hendak meneliti sejarah penyebaran kebudayaan bangsa-bangsa di dunia dengan tujuan untuk mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif serta penyebaran kebudayaannya. Fase ketiga (permulaan Abad ke-20), pada saat ini ilmu antropologi dirasa penting, karena bangsa Eropa sedang melancarkan penjajahannya di luar Eropa. Sehingga antropologi menjadi ilmu praktis untuk penjajah. Berdasar catatan yang telah ada dapat diketahui mengenai adat istiadat daerah yang akan dijajah. Seperti halnya dengan Indonesia, dengan catatan deskripsi dapat diketahui adat istiadat setiap daerah. Hal ini akan memudahkan penjajah untuk mengadaptasikan diri dengan penduduk setempat. Fase keempat (sesudah kira-kira tahun 1930), antropologi mengalami perkembangan luas, karena bertambahnya pengetahuan dan ketajaman metode ilmiahnya. Hal ini mengakibatkan timbulnya kesadaran bagi penduduk yang terjajah dan ingin adanya pengakuan yang sama. Selain itu adanya perubahan pada masyarakat non Eropa sebagai akibat pengaruh kebudayaan Eropa yang masuk. Ke Indonesia. Sejak itulah penyelidikan

4 - 20 Unit 4

antropolohi tidak hanya tentang masyarakat primitif melainkan juga masyarakat kompleks. Di Indonesia misalnya, dengan adanya antropologi akan memudahkan mengadakan pembangunan masyarakat pedesaan. Sebab untuk membangun/modernisasi kita harus dapat menyesuaikan dengan adat istiadat setempat. Mengenai tujuan antropologi pada fase keempat ini adalah : a. akademikal, yaitu mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada

umumnya dengan mempelajari aneka warna bentuk fisiknya, masyarakat, serta kebudayaannya

b. praktis, yaitu mempelajari manusia dalam aneka warna masyarakat guna membangun masyarakat suku bangsa.

Antropologi merupakan ilmu yang relatif masih muda yang baru berumur kira-kira satu abad saja, menyebakan terjadinya kesimpangsiuran cara menggunakan ilmu ini, dan menjadi pokok perbedaan paham antara berbagai aliran yang ada dalam kalangan para ahli itu sendiri. Secara kasar aliran-aliran dalam antropologi dapat digolongkan berdasarkan atas berbagai universitas di beberapa negara di mana ilmu antropologi berkembang. a. Di Amerika, antropologi telah berkembang secara luas, artinya obyek

penelitiannya sama dengan yang terdapat pada fase keempat, tetapi dengan tidak melupakan fase-fase sebelumnya.

b. Di Inggris, pada mulanya memang ilmu antrpologi digunakan untuk kepentingan penjajahan. Namun setelah daerah jajahannya merdeka, para sarjana Inggris memperhatikan berbagai masalah yang lebih luas mengenai dasar-dasar masyarakat dan kebudayaan. Metode antropologi yang telah dikembangkan di Amerika Serikat telah mulai mempengaruhi berbagai lapangan penelitian para sarjana antropologi Inggris

c. Di Eropa Tengah, ilmu antropologi masih bertujuan mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa untuk mencapai pengertian tentang sejarah penyebaran dari kebudayaan-kebudayaan dari seluruh umat manusia di dunia. Jadi sifat antropologinya masih seperti pada fase kedua. Namun demikian pengaruh antropologi di Amerika Serikat juga sudah mulai berpengaruh pada berbagai ahli antropologi generasi muda di Jerman Barat dan Swiss.

d. Di Eropa Utara, antropologi lebih menitikberatkan pada penyelidikan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa, terutama bangsa Eskimo. Para sarjana Skandinavia juga mempergunakan metode antropologi yang dikembangkan di Amerika Serikat.

Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 21

e. Di Uni Soviet, ilmu antropologi menunjukkan bidang praktis, yaitu melakukan kegiatan besar dalam hal mengumpulkan bahan tentang anekaragam bentuk masyarakat dan kebudayaan dari suku-suku bangsa di Uni Soviet. Dengan demikian ilmu antropologi dapat dijadikan alat untuk mengembangkan saling pengertian antara suku-suku bangsa yang beranekaragam tersebut.

f. Di negara-negara bekas jajahan Inggris, terutama di India, metode-metode ilmu antropologi mendapat pengaruh besar dari aliran Inggris. Di India, antropologi digunakan untuk hubungan praktis untuk mencapai pengertian soal-soal kehidupan masyarakat yang heterogen. Satu hal yang menarik, di India antropologi dan sosiologi bukan lagi sebagai dua ilmu yang berbeda, tetapi hanya berupa dua golongan metode saja yang menjadi satu, sebagai ilmu sosial yang baru. Di India masalah nasional dan masalah kota-kota sangat erat kaitannya dengan masalah-masalah pedesaan.

g. Di Indonesia, sekarang baru mulai mengembangkan ilmu antropologi Indonesia yang khusus, artinya diselaraskan dengan masalah kemasyarakatan di Indonesia.

2. Ruang Lingkup Antropologi

Ruang lingkup antropologi itu sangat laus, perhatian ilmu antropologi ditujukan kepada sifat-sifat khusus badani dan cara-cara produksi, tradisi-tradisi, dan nilai-nilai yang membuat pergaulan hidup yang satu berbeda dari pergaulan hidup lainnya. Dilihat dari sudut antropologi, manusia dapat ditinjau dari dua sudut, yaitun sudut biologi dan sudut sosio-budaya. Cara peninjauannya tidak terpisah-pisah melainkan holistik, artinya merupakan satu kesatuan fenomena bio-sosial. Di Amerika Serikat, Antropologi telah berkembang luas hingga ruang lingkup dan batas lapangan penyelidikannya paling sedikit mempunyai lima masalah penelitian khusus, yaitu. a. Sejarah asal dan perkembangan manusia secara biologis. b. Sejarah terjadinya aneka ragam makhluk manusia, dipandang dari sudut

ciri-ciri tubuhnya. c. Sejarah asal, perkembangan dan penyebaran aneka ragam bahasa yang

diucapkan manusia di seluruh dunia. d. Perkembangan, penyebaran, dan terjadinya aneka ragam kebudayaan

manusia di seluruh dunia.

4 - 22 Unit 4

e. Mengenai asas-asas dari kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dari semua suku bangsa yang tersebar di seluruh dunia.

Demikian luasnya ruang lingkup obyek antropologi hingga dirasakan adanya subdisiplin dari antropologi. Sebagai contoh, negara Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil bersatu dalam satu pemerintahan. Hal itu tidak berarti semua pulau mempunyai ciri yang sama baik ditinjau dari segi budaya, agama, bahasa, dan adat istiadatnya. Sebaliknya jika kita cermati bahwa setiap suku bangsa mempunyai ciri khas tersendiri. Justru dari keanekaragaman itulah ada satu tali pengikat kuat yang merasa bahwa kita merupakan satu kesatuan yang disebut dengan bangsa Indonesia. Oleh karena itu di bawah lambang negara kita yaitu burung garuda tertera kalimat “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Yang berbeda disini adalah cara hidupnya atau kebudayannya.

3. Konsep Antropologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global

Pada hakikatnya, perkembangan aspek kehidupan apa pun yang mengarus mulai dari tingkat lokal sampai tingkat global, dasarnya terletak pada budaya dengan kebudayaan yang menjadi milik otentik umat manusia. Makhluk hidup, selain manusia, tidak mungkin dapat mengubah tatanan kehidupannya sampai mengglobal. Di sinilah letak keunikan umat manusia dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Cobalah Anda amati dan hayati perkembangan serta kemajuan yang ada di sekitar Anda. Bangunan dari gubuk, rumah darurat, rumah permanen sampai gedung bertingkat pencakar langit. Jalan, mulai jalan setapak, jalan desa, jalan kebupaten, jalan propinsi, sampai jalan tol yang dilengkapi dengan jembatan layang. Kendaraan, mulai dari yang didorong/ditarik oleh manusia, ditarik oleh hewan, kendaraan bermotor sampai kendaraan ruang angkasa. Pakaian, mulai dari kulit kayu, kulit binatang, kapas, wool sampai serat sintesis. Alat tulis menulis, mulai dari hanya menggunakan arang, bulu angsa, pensil, pena, ballpoin, computer, faksimil sampai ke internet. Semua itu tidak lain adalah hasil pengembangan akal pikiran manusia atau hasil pengembangan budaya sebagai perkembangan kebudayaan. Dengan memperhatikan dan menyimak apa yang telah diilustrasikan berkenaan dengan perkembangan aspek-aspek kehidupan manusia yang juga aspek-aspek kebudayaannya, kita telah melihat perspektif kebudayaan, menganalisis perkembangan kebudayaan dari masa yang lalu, hari ini, dan kecenderungannya di masa yang akan datang. Salah satunya yang terus

Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 23

berkembang, baik perkembangan, penerapan, serta pemanfaatannya adalah Iptek. Hanya saja di sini wajib kita sadari bahwa Iptek itu produk akal pikiran manusia, sehingga jangan terjadi manusia seolah-olah dikendalikan Iptek, justru sebaliknya manusialah yang mengendalikan Iptek. Dengan pengembangan dan peningkatan daya pikir yang aktif dan kritis, kita menghindarkan diri dari ketergantungan terhadap Iptek yang hakikatnya adalah produk budaya, yang seharusnya kita manusia mengendalikan. Di sinilah uniknya budaya dan di sini pula perspektif antropologi. Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari interaksi sosial yang dilakukan oleh anggota-anggota masyarakat bersangkutan. Suasana kondusif terselenggaranya pendidikan sangat ditentukan oleh ketenteraman, jaminan peraturan, kepemimpinan, dan pemerintahan yang stabil (politik), sehingga terdapat serta tumbuh ketenangan hati dan kesadaran dalam diri anggota masyarakat tadi (psikologi). Hal tersebut merupakan contoh dan ilustrasi yang dapat Anda dan kita semua hayati dalam diri masing-masing serta dalam kenyataan hidup di masyarakat dari waktu ke waktu. Dalam kehidupan umat manusia yang makin terbuka, persilangan kebudayaan, bukan hanya merupakan tantangan, melainkan sudah menjadi kebutuhan. Mengapa demikian? Kenyataannya, negara-negara di dunia termasuk di dalamnya Indonesia secara sengaja melakukan pertunjukan kesenian keliling dunia, pertukaran pelajar antar negara, belum lagi pertemuan internasional berbagai pakar dari berbagai bidang ilmu pengetahuan. Dalam suasana yang demikian, manusia yang menjadi dutanya berinteraksi, sedangkan aspek budaya yang dibawa dan dibawakannya bercampur baur. Dalam kondisi yang demikian, disadari atau tidak, terjadi persilangan unsur-unsur kebudayaan. Demikinalah proses globalisasi budaya yang secara sengaja dilakukan oleh kelompok-kelompok manusia, dan bahkan oleh negara-negara di dunia ini. Namun satu hal, seperti telah dikemukakan terdahulu, kewaspadaan terhadap dampak negatif harus menjadi kepedulian kita semua. Ditinjau dari konteks budaya dan antropologi, hal itulah yang wajib menjadi pegangan kita bersama.

4 - 24 Unit 4

Latihan 1. Mengapa ilmu geografi itu juga disebut ilmu keruangan? Cobalah Anda jelaskan! 2. Mengapa antara geografi dan sejarah mendapat julukan “Dwitunggal”? 3. Cobalah Anda jelaskan tentang sejarah dilihat dari konteks global! 4. Jelaskanlah fase-fase perkembangan ilmu antropologi! 5. Jelaskanlah tentang obyek, dan ciri-ciri sosiologi! Rambu-rambu Jawaban 1. Geografi adalah ilmu keruangan yang mengkaji berbagai fenomena dalam

konteks keruangannya. Ruang yang dikonsepkan dalam geografi yaitu permukaan bumi yang tiga dimensi. Ruang dalam geografi adalah meliputi lapisan atmosfer sampai ketinggian tertentu, lapisan batuan sampai kedalaman tertentu, lapisan air dan proses alamiah yang terjadi didalamnya. Oleh karena itu, konsep geografi adalah konsep keruangan yang bertahap dari tingkat lokal, regional sampai global. Untuk lebih jelasnya pelajarilah kembali tentang konsep geografi pada unit empat.

2. Artinya jika sejarah mempertanyakan suatu peristiwa itu “kapan” terjadi, pengungkapan itu masih belum lengkap, jika tidak dipertanyakan “dimana” tempat terjadinya. Dalam hal ini, dimensi waktu dengan ruang saling melengkapi. Dengan dipertanyakan waktu dan tempatnya maka karakter peristiwa itu menjadi jelas adanya. Lebih jelasnya bacalah kembali Konsep dasar IPS oleh Nursid Sumaadmadja.

3. Sejarah dilihat dari konteks global, peristiwa, tokoh-tokoh, bangunan bersejarah, misalnya Borobudur, candi ini banyak dikagumi oleh orang-ornag luar Indonesia. Dengan demikian candi itu bukan lagi milik individu ataupun negara sekalipun, karena telah menjdai milik internasional. Untuk lebih jelasnya bacalah tentang konsep sejarah pada sub unit 4.1.

4. Dalam perkembangannya antropologi dibagi menjadi empat fase. Untuk menjawab pertanyaan ini silahkan Anda mambaca tentang fase-fase perkembangan ilmu antropologi pada konsep antropologi dalam sub unit 4.1.

5. Obyeknya adalah masyarakat, dan merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, dengan ciri-ciri utamanya adalah sebagai berikut: empirik, teoritis, dan nonetis. Untuk lebih jelasnya baca pada pengertian sosiologi pada uraian sub unit 4.1.

Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 25

Rangkuman 1. Pada dasarnya kepedulian sosial masyarakat semakin menurun. Sebagai

contohnya sifat gotong royonn dari waktu ke waktu mengalami pergeseran dalam hal arti dan maknanya. Oleh karena itu tugas seorang pendidik untuk menumbuhkan kembali sikap kepedulian dan kepekaan sosial tersebut.

2. Guru-guru IPS harus dapat melihat isu-isu sosial dan permasalahan sosial yang sedang berkembang di masyarakat. Selanjutnya isu-isu tersebut dapat diangkat menjadi tema pembelajaran IPS

3. IPS merupakan integrasi dari ilmu-ilmu sosial, misalnya geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, dan antropologi. Masing-masing konsep mempunyai kajian yang berbeda-beda.

4. Konsep geografi, merupakan konsep keruangan, sejarah berhubungan dengan konsep waktu. ilmu ekonomi terkait dengan konsep kebutuhan hari ini dan hari esok, sosiologi terkait dengan konsep masyarakat dengan interaksi sosialnya, sedangkan antropologi terkait dengan manusia dan hasil kebudayaannya.

4 - 26 Unit 4

Tes Formatif 1 1. Pengetahuan geografi merupakan pengetahuan yang tidak asing lagi bagi setiap

orang, karena …. A. sejak lahir manusia tidak pernah lepas dari pengaruh alam B. pengalaman tentang alam lingkungan dan kehidupan manusia tidak dapat

lepas dari kehidupan sehari-hari C. ilmu tentang hubungan keruangan antara dirinya sendiri dengan alam

lingkungan, selalu diperoleh setiap hari D. begitu manusia lahir kepermukaan bumi, begitu lahir pula pengetahuan

geografi

2. Luas sempitnya pengetahuan geografi yang dimiliki oleh seseorang terutama dipengaruhi oleh …. A. banyaknya daerah yang pernah dikunjungi B. banyaknya ceritera perjalanan yang pernah didengar C. seringnya membaca dan menggunakan peta D. luasnya pengalaman yang bermakna tentang lingkungan manusia dan

lingkungan alam

3. Suatu daerah dapat dikatakan sebagai suatu “region” pada pengertian geografi, jika memenuhi ketentuan sebagai…. A. kesatuan luas dalam ukuran tertentu B. kesatuan yang memiliki karakter tersendiri C. kesatuan yang dapat memenuhi segala kebutuhan sendiri D. kesatuan hasil hubungan keruangan diantara berbagai gejala

4. Bagaimanapun tingginya tingkat pengetahuan, ilmu, dan teknologi, manusia tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh alam lingkungan. Hal ini terungkap pada pemenuhan manusia akan … A. kebutuhan cahaya B. kebutuhan pakaian C. kebutuhan udara D. kebutuhan tempat tinggal

Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 27

5. Konsep variasi masalah sosial, mengungkapkan pengertian, bahwa masalah sosial …. A. dimanapun terjadinya selalu sama jenis dan tingkat kesukarannya B. merupakan hasil perilaku di manapun manusia itu bertempat tinggal C. merupakan peristiwa yang diwarnai oleh lingkungan geografi dan jenis

perilaku manusia D. masalah yang sulit untuk diselesaikan secara tuntas.

6. Tinjauan peranan manusia sebagai sumber daya dalam proses produksi, kedudukannya dalam sektor-sektor produksi, dan tingkat kemampuannya yang diukur tentang produktivitas kerjanya. Pengertian tersebut lebih mengarah kepada …. A. konsep budaya B. konsep ekonomi C. konsep geografi D. konsep sosiologi

7. Antropologi mempunyai hubungan dengan sejarah, sebab antropologi juga

menyelidiki …. A. sejarah perjuangan bangsa B. mempelajari sejarah Majapahit C. sejarah runtuhnya Majapahit D. sejarah evolusi manusia

8. Obyek penyelidikan sosiologi adalah …. A. segala timgkah laku manusia B. kebaikan atau keburukan tingkah laku manusia C. kebudayaan manusia D. aspek-aspek relasi manusia tertentu

9. Akhir-akhir ini sering terjadi, barang diproduksi dengan memberikan hadiah baik langsung maupun tidak langsung. Adapun gunanya adalah untuk menarik pembeli, dalam sosiologi disebut …. A. konfeksi B. kontraksi C. kompetisi D. konflik

4 - 28 Unit 4

10. Konsep sejarah lebih menitik beratkan pada ….

A. waktu masa lampau B. masa yang akan datang C. hasil kebudayaan manusia D. interaksi sosial

Umpan Balik dan Tindak Lanjut Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif sub unit 4,1 yang terdapat di bagian akhir unit 4 ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan sub unit 4.1.

Arti tingkat penguasaan : 90 – 100% = baik sekali 80 – 89% = baik 70 – 79% = cukup < 70% = kurang Jika Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan unit selanjutnya. Bagus! Tetapi jika tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengualangi kegiatan belajar sub unit 4.1, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

Jumlah Jawaban yang Benar Tingkat Penguasaan = ---------------------------------- x 100% 10

Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 29

Subunit 2 Penanaman Nilai dan Sikap dalam Pembelajaran

IPS SD

ola pengajaran IPS dewasa ini masih bersifat mono-aspek, yaitu hanya mementingkan segi kognitif saja. Dalam pengajaran IPS guru menghadapi

kebingunan dan ketidakpastian dalam nilai. Padahal nilai mempunyai peranan yang penting dalam pengajaran IPS. Kemajuan pengetahuan dan teknologi membawa dampak perubahan-perubahan terhadap nilai, hingga menimbulkan konflik-konflik nilai. Untuk mengatasi masalah kekaburan dan konflik nilai, kiranya nilai tersebut perlu diperjelas dengan melalui pendidikan nilai. Nilai mempunyai peranan sangat penting, karena perbuatan manusia didasarkan pada wujud keyakinan dan kepercayaan. Antara perbuatan dan keyakinan hubungannya sangat erat, dimana yang satu akan mempengaruhi yang lainnya. Oleh karena itu pembinaan nilai dan sikap anak didik kita harus senanntiasa dilaksanakan secara terencana dan berkesinambungan. A. Pentingnya Nilai dan Sikap dalam Pengajaran IPS.

1. Pengertin Nilai dan Sikap

Menurut Purwodarminto dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai adalah harga, hal-hal penting atau berguna bagi manusia. Nilai atau sistem nilai adalah keyakinan, kepercayaan, norma atau kepatuhan-kepatuhan yang dianut oleh seseorang ataupun kelompok masyarakat. (Kosasih Djahiri. 1980:5). Sedangkan menurut Fraenkel dalam (Husein Achmad. 1981:87), menyatakan bahwa nilai menggambarkan suatu penghargaan atau semangat yang diberikan seseorang atas pengalaman-pengalamannya. Selanjutnya ia mengatakan nilai itu merupakan standar tingkah laku, keindahan, efisiensi,atau penghargaan yang telah disetujui seseorang, dimana seseorang berusaha hidup dengan nilai tersebut serta bersedia mempertahankannya. Richard Meril, dalam Dwi Siswoyo, dkk (2005:23), menyatakan, bahwa nilai adalah patokan atau standar pola-pola pilihan yang dapat membimbing seseorang atau kelompok kearah “satisfication, fulfillment, and meaning. Adapun menurut Sandin, bahwa sistem nilai seseorang terdiri dari seperangkat asumsi-asumsi, pengertian-pengertian, keyakinan dan komitmen

P

4 - 30 Unit 4

kita untuk mengarahkan pilihan perilaku. Secara teoritis Sandin mengkalsifikasikan nilai menjadi: a. nilai-nilai hedonik, yaitu nilai-nilai yang mementingkan kenikmatan, b. nilai-nilai estetika, yaitu nilai-nilai yang berkenaan dengan keindahan, c. nilai-nilai etika d. nilai-nilai religius, dan e. nilai-nilai logika atau science, dan f) nilai utility. Apabila dilihat dari sifatnya, nilai dapat digolongkan menjadi empat, yaitu: a. Nilai yang memiliki sifat relatif stabil dan bertahan dari waktu ke waktu

mengikuti kelangsungan hidup sistem sosial budaya masyarakat yang bersangkutan.

b. Nilai sebagai suatu bentuk keyakinan, memiliki komponen kognitif, afektif, dan psikomotorik.

c. Nilai memiliki dua kategori, yaitu nilai instrumental dan nilai terminal. Nilai instrumental adalah nilai yang menyangkut gaya perilaku yang dipandang sebagai nilai yang sesuai atau berharga. Sedangkan nilai terminal adalah nilai yang “the end state” di mana nilai- nilai instrumental menjadi bermakna.

d. Nilai-nilai yang disusun atau diorganisasaikan ke dalam suatu sistem nilai yang menjadi keyakinan mengenai pola-pola hidup manusia yang terus berkembang sesuai dengan perkembangan budayanya.

Sehubungan dengan hal tersebut, Koentjaraningrat mengemukanan pengertian sistem nilai budaya sebagai berikut ; suatu sistem nilai- budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Oleh karena itu sistem nilai-budaya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sistem-sistem tata kelakuan manusia lain yang tingkatnya lebih konkrit, seperti aturan-aturan khusus, hukum dan norma-norma, semuanya juga berpedoman kepada sistem nilai-budaya tersebut (Koentjaraningrat. 1974). Dengan demikian kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa nilai secara umum merupakan ukuran tentang baik-buruk, tentang tata-laku yang telah mendalam dalam kehidupan masyarakat. Nilai merupakan pencerminan budaya suatu kelompok masyarakat. Nilai apabila ditinjau sebagai sistem nilai, merupakan pedoman kehidupan bermasyarakat yang lebih tinggi tingkatnya dari pada norma sosial, karena norma sosial itu juga bersumber dan berpedoman kepada sistem nilai. Sistem nilai tidak hanya mempengaruhi

Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 31

tingkah laku dan tindakan seseorang, melainkan lebih jauh dari itu yaitu menjadi dasar untuk mencapai tujuan hidupnya. Sistem nilai yang menjadi landasan dan pedoman hidup bangsa Indonesia yang paling utama adalah Pancasila. Bagi dunia pendidikan, Pancasila menjadi dasar pendidikan nasional. Dengan demikian nila-nilai yang terkandung pada sila-sila Pancasila harus ditanamkan dalam pengajaran IPS. Sikap merupakan suatu konsep psikologi yang kompleks, sampai sekarang belum ada satu definisi yang diterima bersama oleh semua pakar psikologi. Satu hal yang dapat diterima bersama bahwa sikap berakar dalam perasaan. Namun demikian, walaupun sikap berakar dalam perasaan, perasaan bukanlah satu-satunya komponen dari sikap. Dalam perkembangan yang terakhir, sebagian besar pakar sependapat bahwa sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu kompnen afektif, komponen kognitif, dan komponen konatif. Komponen afektif, adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang terhadap sesuatu obyek. Komponen kognitif, adalah kepercayaan atau keyakinan yang menjadi pegangan seseorang. Sedangkan komponen konatif, adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu terhadap sesuatu obyek. Sikap adalah sebagai keadaan yang ada pada diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak, sikap menyertai manusia dengan perasaan-perasaan tertentu dalam menanggapi obyek dan semua itu terbentuk atas pengalaman (Bimo Walgito. 1983:52-55). Sedangkan menurut Siti Partini Suardiman, sikap merupakan kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi secara konsisten (Siti Partini Suardiman. 1894:76). Selanjutnya Koencaraningrat menjelaskan bahwa suatu sikap adalah suatu disposisi atau keadaan mental di dalam jiwa dan diri seorang individu untuk bereaksi terhadap lingkungannya (baik lingkungan manusia atau lingkungan masyarakatnya, baik lingkungan alamiah maupun lingkungan fisiknya). Walaupun berada di dalam diri individu, sikap biasanya juga dipengaruhi oleh nilai budaya dan sering pula bersumber pada sistem nilai budaya. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap atau sikap mental adanya pada diri seseorang, jadi bukan ada pada alam pikiran orang sebagai anggota masyarakat. Sikap mental merupakan reaksi emosional seseorang terhadap lingkungannya, baik secara positif maupun negatif, baik berkenaan dengan persetujuan maupun penolakan tentang kondisi sosial yang dialaminya. Walaupun sikap mental ini ada pada diri seseorang tetapi sangat

4 - 32 Unit 4

dipengaruhi oleh sistem nilai, pengalaman, dan pendidikan. Oleh karena itu pendidikan, khususnya pengajaran IPS dapat digunakan sebagai sarana untuk membina sikap mental anak didik. Dengan demikian, dapat disimpulkan secara sederhana bahwa penilaian sikap dalam proses pembelajaran di sekolah dapat diartikan upaya sistematis dan sistemik untuk mengukur dan menilai perkembangan siswa, sebagai hasil dari proses pembelajaran yang telah dijalaninya.

2. Pembentukan Sikap

Tidak dapat disangkal bahwa manusia mempunyai sifat-sifat bawaan, misalnya kecerdasan dan temperamen. Faktor-faktor ini mempunyaai pengaruh terhadap pembentukan sikap. Selain itu manusia juga mempunyai sikap turunan, yang terbentuk dengan kuat dalam keluarga, misalnya sentimen kefamilian, keagamaan, dan sebagainya. Namun secara umum kebanyakan pakar psikologi sosial berpendapat bahwa sikap manusia terbentuk melalui proses pembelajaran dan pengalaman. Dalam berbagai kasus kehidupan memang sukar dibedakan antara pembentukan sikap dan perubahan sikap. Sejalan dengan pendapat Freedman et. al. (1970), bahwa senantiasa sikap menjadi sasaran perubahan, walaupun suatu sikap sudah bertahan untuk jangka waktu yang lama. Oleh karena menurut Freedman, para pakar psikologi lebih banyak memberikan perhatian pada pembahasan perubahan sikap dari pada pembentukan sikap. Ada tiga model belajar dalam rangka pembentukan sikap. Tiga model tersebut adalah: • mengamati dan meniru, • menerima penguatan, dan • menerima informasi verbal. Model-model ini adalah sesuai dengan kepentingan penerapan dalam dunia pendidikan. Uraian lebih lanjut tentang model-model pembentukan sikap, adalah sebagai berikut. a. Mengamati dan Meniru

Pembelajaran model ini berlangsung melalui pengamatan dan peniruan. Berdasar kenyataan, bahwa mayoritas perilaku manusia dipelajari melalui model, yaitu dengan mengamati dan meniru perilaku atau perbuatan orang lain, terutamanya orang-orang yang berpengaruh. Melalui proses

Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 33

pengamatan dan peniruan akan terbentuk pula pola sikap dan perilaku yang sesuai dengan orang yang ditiru. Bagi para siswa di sekoaln, orang-orang yang berpengaruh terutama adalah orang tua dan guru. Bagi masyarakat pada umumnya, orang-orang berpengaruh dan dapat menjadi model antara lain : tokoh- film, artis, politikus, dan tokoh-tokoh masyarakat yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari. Orang-orang ini memberi pengaruh tertentu terhadap perilaku dan kehidupan masyarakatnya.

b. Menerima Penguatan

Pembelajaran model ini berlangsung melalui pembiasaan operan, yaitu dengan menerima atau tidak menerima penguatan atas suatu respon yang ditunjukkan. Penguatan juga dapat berupa hadiah (penguatan positif) dan dapat berupa hukuman (pengutan negatif). Dalam proses pendidikan, guru atau orang tua memberikan hadiah berupa pujian kepada anak yang berbuat sesuai dengan nilai-nilai ideal tertentu. Dari waktu ke waktu respon yang diberi hadiah tersebut akan bertambah kuat. Dengan demikian sikap anak akan terbentuk, mereka akan menerima nilai yang menjadi pegangan guru atau orang tuanya.

c. Menerima Informasi Verbal

Informasi tentang berbagai hal dapat diperoleh melalui lisan ataupun tulisan. Informasi tentang sesuatu obyek yang diperoleh oleh seseorang akan mempengaruhi pembentukan sikapnya terhadap obyek yang bersangkutan, misalnya informasi tentang penyakit flu burung. Informasi ini telah membentuk sikap tertentu di kalangan warga masyarakat terhadap penyakit flu burung, pembawa virusnya, dan orang yang terkena penyakit tersebut.

3. Teori Perubahan Sikap

Teori perubahan sikap itu ada bermacam-macam, diantaranya teori pembelajaran (learning theory), teori fungsional (functionl theory), dan teori pertimbangan sosial (social judgement theory). Lebih jelasnya marilah kita lihat uraian di bawah ini.

4 - 34 Unit 4

a. Teori Pembelajaran (learning theory) Teori pembelajaran (learning theory) melihat perubahan sikap sebagai suatu proses pembalajaran. Teori ini tertarik pada ciri-ciri dan hubungan antara stimulus dan respon dalam sustu proses komunikasi. Menurut Yale (the Yale communication and change program), yaitu program komunikasi dan perubahan sikap, telah memberikan sumbangan besar terhadap perkembangan teori ini. Program Yale mengidentifikasi unsur-unsur dalam proses pembujukan, yang dapat memberi pengaruh terhadap sikap seseorang. Menurut program Yale, ada empat unsur dalam proses pembujukan yang dapat mempengaruhi perubahan sikap, yaitu: • penyampai, sebagai sumber informasi baru; • komunikasi atau informasi yang disampaikan; • penerima; dan • situasi Pertama, peyampai atau sumber (source). Kepercayaan kepada sumber

dipengaruhi oleh faktor-faktor, antara lain daya tarik fisik, cara berbicara yang menarik, keyakinan diri, penampilan pribadi yang mencerminkan kejujuran, dan sebagainya. Faktor lain pada sumber yang penting peranannya adalah penampilan yang menunjukkan peringkat kepakaran dan perhatian atau motivasi dalam penyampaian informasi.

Kedua, komunikasi atau informasi (message) yang disampaikan. Informasi yang melibatkan emosi yang kuat akan lebih berpengaruh dari pada informasi yang bersifat netral. Demikian pula informasi yang mengemukakan argumentasi dua sisi (two-sided argument) dalam satu masalah, akan lebih berkesan dari pada informasi yang mengemukakan argumentasi satu sisi (one-sided argument). Sebagai contoh, kita menyampaikan kebaikan pendirian kita dalam suatu masalah, serta kelemahan pendirian pihak lain. Hal ini akan lebih berkesan dari pada menyampaikan kebaikan tentang pendirian kita saja, karena ada pembandingnya maka orang lain akan memilih mana yang paling baik dan menguntungkan. Faktor lain yaitu emosi yang dapat mempengaruhi perkembangan sikap seseorang yang mengutamakan norma kelompok. Kelompok atau oraganisasi dapat memberi kesan

Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 35

kepada perkembangan sikap individu. Ide-ide yang berasal dari kelompok sendiri (ingroup source) akan lebih mudah diterima, walaupun dengan alasan yang lemah, dari pada ide-ide dari kelompok luar (outgroup source). Bahkan secara umum orang cenderung untuk mengkomunikasikan perilaku yang diharapakn dengan kelompoknya sendiri, dan perilaku yang tidak dapat diharapkan dari luar. Oleh karena itu, orang cenderung mengmbangkan “stereotype” berkaitan dengan kelompok.

Ketiga, penerima (recipient). Faktor-faktor yang berkaitan dengan penerima yang dapat memberi pengaruh terhadap perkembangan sikap, antara lain: kepercayaan diri, kecemasan, dan depresi. Sebagai contoh, penerima yang cerdas lebih mudah memahami informasi yang kompleks. Dengan demikian informasi yang diterima akan lebih cepat memberi pengaruh terhadap perkembangan sikapnya, Sikapnya tersebut akan berubah sesuai dengan arah yang diharapkan oleh penyampai informasi, atau akan tetap, atau bertahan jika informasi yang disampaikan tidak sesuai dengan pertimbangan rasionalnya. Dilihat dari jenis kelamin, pada umumnya kaum wanita lebih mudah menerima pembujukan dari pada kaum lelaki. Dengan demikian kaum wanita akan lebih mudah berubah sikapnya dari pada kaum lelaki.

Keempat, situasi atau konteks (context). Dalam realita kehidupan, banyak faktor yang berhubungan dengan situasi, yang dapat mempengaruhi keberkesanan pembujukan. Salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi keberkesanan adalah gangguan. Seandainya penerima sedang memberi perhatian kepada informasi pembujukan yang disampaikan, secara tiba-tiba ada gangguan, hal ini akan mempengaruhi keberkesanan informasi yang disampaikan. Informasi akan berkesan jika disampaikan dalam situasi yang netral.

Kesan gangguan atas informasi yang disampaikan sebenarnya tergantung kepada tingkat perhatian penerima. Seandainya penerima memberi perhatian yang penuh terhadap gangguan, maka pengaruh pembujukan menjadi lemah atau bahkan tidak mempengaruhi sama sekali. Sebaliknya, jika penerima memberi perhatian yang lebih besar terhadap informasi

4 - 36 Unit 4

yang disampaikan, gangguan akan memperkuat pembujukan, dan akan memberi pengaruh terhadap perubahan sikap.

b. Teori Fungsional (functional theory)

Teori fungsional mengasumsikan bahwa manusia mempertahankan sikap yang sesuai dengan kebutuhan dirinya sendiri. Perubahan sikap terjadi dalam rangka mendukung suatu maksud atau tujuan yang ingin dicapainya. Berdasarkan teori ini, sikap merupakan alat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, untuk merubah sikap seseorang, terlebih dahulu harus dipelajari dan diketahui kebutuhan khusus atau tujuan khusus yang ingin dicapai. Menurut teori fungsional, perubahan sikap terjadi untuk menyesuaikan dengan kebutuhan individu. Ada beberapa fungsi sikap dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan individu, antara lain: 1). Sebagai alat (instrumental), dengan perubahan sikap diharapkan akan

memperoleh hadiah yang sebesar-besarnya (untuk mendukung sikap positif) dan hukuman yang sekecil-kecilnya untuk (mendukung sikap negatif).

2). Sebagai pertahanan diri (ego-defensive), perubahan sikap didasarkan pada keinginan seseorang untuk melindungi atau mempertahankan dirinya.

3). Sebagai pernyataan nilai (value-expressive), perubahan sikap didasarkan pada keinginan seseorang untuk menyatakan sikap yang selaras dengan nilai-nilai utama bagi dirinya.

4). Sebagai pengetahuan (knowledge), perubahan sikap didasarkan pada keperluan seseorang untuk mendapatkan informasi, dan menyusunnya dengan cara yang dapat memberi makna bagi dirinya, dalam rangka penyesuaian diri dan memberikan sumbangan untuk kebaikan lingkungan hidupnya

c. Teori Pertimbangan Sosial (social judgement theory)

Menurut teori ini, perubahan sikap merupakan suatu penafsiran kembali atau pendefisian kembali terhadap suatu obyek. Sikap adalah sebagai suatu daerah posisi dalam suatu skala, yang mencakup ruang gerak penerimaan (latitude of acceptance), ruang gerak tidak pasti (latitude of noncommitment), dan ruang gerak penolakan (latitude of rejection).

Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 37

Proses perubahan sikap tergantung kepada keteguhan individu dalam berpegang pada suatu pandangan. Seandainya individu berpegang pada pandangan ekstrim dalam suatu hal, maka ruang gerak penerimaannya sempit. Oleh karena itu kemungkinan terjadinya perubahan sikap bagi individu bersangkutan adalah kecil. Sebaliknya individu yang tidak begitu kuat berpegang pada suatu pandangan memiliki ruang gerak penerimaan yang lebih luas. Semakin ruang gerak penerimaan seseorang, maka semakin besar pula kemungkinan terjadi perubahan sikap pada individu yang bersangkutan.

B. Hubungan Antara Sikap, Nilai, dan Perilaku

Hubungan antara sikap dengan nilai, sebagian pakar psikologi berpendapat bahwa nilai lebih bersifat global dari pada sikap. Pendapat lain mengatakan nilai merupakan sasaran yang lebih abstrak, yang ingin dicapai oleh seseorang. NIlai mendasari pandangan hidup seseorang. Oleh karena itu nilai tidak mempunyai obyek yang spesifik, seperti dalam sikap. Namun sangat penting peranannya dalam pembentukan sikap. Sejalan dengan pendapat-pendapat tersebut, nilai sebagai sasaran yang ingin dicapai, atau sebagai hal yang mendasari pandangan hidup seseorang, maka nilai menjadi kriteria atau ukuran yang bersifat abstrak dalam membuat pertimbangan atau keputusan. Dalam kaitannya dengan peranan itu, nilai menjadi kepercayaan normatif tentang apa yang disukai dan apa yang tidak disukai. Dengan demikian nilai mempengaruhi pembentukan dan arah sikap seseorang. Nilai juga dapat mempengaruhi perilaku dan perbuatan seseorang dengan mempengaruhi sikap dan penilaian terhadap konsekuensi dari pada perilaku dan perbuatan seseorang tersebut. Melalui proses seperti ini, nilai dapat dilihat sebagai kunci bagi lahirnya perilaku dan perbuatan seseorang. Oleh karena itu, pengajaran dan penanaman nilai merupakan hal penting dalam rangka pembinaan sikap dan kepribadian siswa. Perilaku (behavior), dapat didefinisikan sebagai proses memberi reaksi terhadap suatu stimulus dalam lingkungan, yangbermanfaat bagi kehidupan. Perilaku juga dapat diartikan sebagai suatu aktivitas anggota badan. Berdasar batasan ini perilaku selalu merujuk kepada kegiatan lahir, yang dapat diamati dengan pancaindera. Namun demikian perilaku juga dapat merujuk kepada aktivitas internal yang tidak dapat dilihat, misalnya berpikir. Perilaku dan sikap mempunyai hubungan yang sangat kuat. Sikap pada hakikatnya merupakan perilaku internal. Individu dapat mengekspresikan sikap sebagai perilaku internal

4 - 38 Unit 4

dalam bentuk perilaku eksternal. Misalnya perasaan suka atau kecenderungan setuju terhadap sesuatu obyek dapat diekspresikan dalam berbagai perilaku : mendukung, membantu, meniru, memuji, dan sebagainya. Nilai dan sikap merupakan dua faktor penting yang menentukan perilaku seseorang. Konsistensi hubungan antara sikap dan perilaku ditentukan oleh dua faktor, yaitu motivasi dan kesempatan Jika seseorang memiliki motivasi yang kuat untuk berpikir tentang sesuatu obyek serta memiliki kesempatan untuk berbuat, maka sikap akan memberi pengaruh kepada perilakunya. Pendapat tersebut sejalan dengan teori “reasoned action” yang menyatakan bahwa sikap dan nilai subyektif secara bersama-sama menentukan munculnya suatu perilaku. Jadi dapat disimpulkan bahwa antara nilai, sikap, dan perilaku itu sangat erat kaitannya. Nilai merupakan kepercayaan normatif, yang ikut menentukan apa yang disukai dan apa yang tidak disukai oleh seseorang, sehingga terbentuk sikapnya terhadap sesuatu obyak. Selanjutnya sikap akan mempengaruhi perilaku dan perbuatan seseorang. Namun demikian, seperti dijelaskan di atas bahwa konsistensi hubungannya antara sikap dan perilaku tersebut terjadi, jika terpenuhi syarat-syarat tertentu.

C. Penanaman Nilai dan Sikap dalam Pengajaran IPS

Penanaman sikap atau sikap mental yang baik melalui pengajaran IPS, tidak dapat dilepaskan dari mengajarkan nilai dan sistem nilai yang berlaku di masyarakat. Dengan kata lain , strategi pengajaran nilai dan sistem nilai pada IPS bertujuan untuk membina dan mengembangkan sikap mental yang baik. Materi dan pokok bahasan pada pengajaran IPS dengan menggunakan berbagai metode (multi metode), digunakan untuk membina penghayatan, kesadaran, dan pemilikan nilai-nilai yang baik pada diri siswa. Dengan terbinanya nilai-nilai secara baik dan terarah pada mereka, sikap mentalnya juga akan menjadi positif terhadap rangsangan dari lingkungannya, sehingga tingkah laku dan tindakannya tidak menyimpang dari nilai-nilai yang luhur. Dengan demikian tingkah laku dan tindakannya tadi selalu akan dilandasi oleh tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan terhadap lingkungannya. Penanaman nilai dan sikap pada pengajaran IPS hendaknya dipersiapkan dan dirancang berkesinambungan dengan penekanan pada setiap tingkat yang berbeda. Semakin tinggi jenjangnya semakin besar unsur pemahaman dan pertanggungjawabannya. Pengajaran IPS dilaksanakan dalam waktu yang terbatas, sehingga tidak mungkin dapat memperkenalkan seluruh nilai- nilai kehidupan manusia kepada siswa. Oleh karena itu nilai-nilai yang akan

Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 39

ditanamkan kepada siswa merupakan nilai-nilai yang pokok dan mendasar bagi kehidupan manusia. Menurut Paul Suparno, SJ. sikap dan tingkah laku yang berlaku umum, yang lebih mengembangkan nilai kemanusiaan dan mengembangkan kesatuan sebagai warga masyarakat perlu mendapatkan tekanan. Beberapa sikap dan tingkah laku itu antara lain sebagai berikut: (Paul Suparno, SJ. 2001) 1. Sikap penghargaan kepada setiap manusia

Penghargaan bahwa pribadi manusia itu bernilai, tidak boleh direndahkan atau disingkirkan tetapi harus dikembangkan. Setiap manusia , siapapun orangnya adalah bernilai, inilah yang menjadi hak asasi manusia, dan sikap ini harus dipunyai. Oleh karena itu tindakan meremehkan, menghina, merendahkan, apalagi mengganggu kebahagiaan orang lain dianggap tidak baik. Dalam wujud tindakan, misalnya siswa saling menghargai temannya, tidak menjelekkan temannya dan sebagainya.

2. Sikap tenggang rasa, jujur, berlaku adil, suka mengabdi, ramah, setia,

sopan, dan tepat janji Sikap ini jelas membantu orang dalam berhubungan dengan orang lain dan hidup bersama orang lain.

3. Sikap demokratis dan menghargai gagasan orang lain serta mau hidup

bersama orang lain yang berbeda Sikap ini jelas sangat membantu kita menjadi manusia, karena memanusiakan manusia lain. Bagi negara Indonesia yang sedang mencari bentuk demokrasi, sikap ini sangat jelas diperlukan. Apalagi sikap rela hidup bersama, meskipun lain gagasan, lain idiologi perlu ditekankan. Kita rela hidup besama dalam pebedaan karena perbedaan adalah keadaan asasi kita

4. Kebebasan dan tanggung jawab

Sikap manusia sebagai pribadi adalah ia mempunyai kebebasan untuk mengungkapkan dirinya dan bertanggung jawab terhadap ungkapannya. Sikap ini berlaku baik terhadap dirinya sendiri, terhadap orang lain maupun terhadap alam dan Tuhan. Sikap ini jelas diwujudkan dalam kebebasan mimbar, kebebasan berbicara, kebebasan untuk mengungkapkan gagasan dan tanggung jawab. Siswa diajak bertanggung jawab terhadap tindakannya dan tidak lari dari tanggung jawab.

4 - 40 Unit 4

5. Penghargaan terhadap alam Alam diciptakan untuk dimanfaatkan oleh manusia agar dapat hidup bahagia. Berkenaan dengan hal tersebut penggunaan alam hanya untuk dirinya sendiri tidak dibenarkan. Termasuk juga pengrusakan alam yang hanya dapat memberikan kehidupan kepada segelintir orang juga tidak benar. Keserakahan dalam penggunaan alam adalah kesalahan.

6. Penghormatan kepada Sang Pencipta

Sebagai makhluk kita menghormati Sang Pencipta. Kita melalui penghayatan iman,siswa diajak untuk menghormati dan memuji Sang Pencipta , dan pujian itu dapat diwujudkan dalam sikap berbaik kepada semua makluk ciptaan, termasuk pada diri sendiri. Sikap menghargai iman orang lain, menghargai bentuk iman orang lain, menghargai budaya orang lain perlu dikembangkan dalam kerangka rela hidup saling membantu dan menerima orang lain.

7. Beberapa sikap pengembangan sebagai pribadi manusia seperti disiplin,

bijaksana, cermat, mandiri, percaya diri, semuanya lebih menunjang penyempurnaan diri pribadi. Meskipun hal-hal itu tidak langsung berkaitan dengan orang lain, tetapi membantu dalam kerja sama dengan orang lain.

Sikap mental dan tingkah laku tersebut di atas harus selalu dikembangkan. Dalam pengembangannya harus dijiwai oleh nilai-nilai yang luhur dan latihan mengungkapkan sikap mental secara baik, terarah dan terpuji. Kesadaran dan penghayatan siswa terhadap nilai yang menjadi landasan dan falsafah hidup bangsa Indonesia harus ditanamkan secara berkesinambungan, sehingga sikap mental siswa menjadi benar-benar memancarkan kebenaran, keluhuran, dan tanggung jawab. Penanaman nilai dan sikap ini harus sudah dimulai sejak kecil (TK, SD), dan berkelanjutan pada jenjang berikut/diatasnya. Pada jenjang SD, siswa harus diperkenalkan pada proses pengembangan pemahaman alasan-alasan akan nilai-nilai yang diperkenalkan. Pada siswa kelas rendah, unsur-unsur permainan dan penanaman nilai tidak boleh dilupakan. Sebab pada tahap ini, siswa harus dikondisikan merasa senang dalam hidup bersama, bersosialisai, dan mulai mengenal ilmu pengetahuan. Kegiatan yang dapat diperkenalkan antara lain: mengunjungi musium, kebun binatang, tempat-tempat bersejarah, dan mengenal lingkungan alam. Ilmu pengetahuan haruslah dicintai bukan ditakuti dan menjadi ancaman bagi siswa.

Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 41

Nilai-nilai yang ditanamkan kepada siswa harus semakin diperdalam dengan cara memperkenalkan mengapa nilai-nilai itu ditanamkan. Tahap demi tahap mulai dikembangkan unsur pemahaman kepada diri siswa, nilai-nilai kejujuran, keadilan, kepahlawanan harus sudah mulai diperkenalkan dan harus mendapat tekanan serta perhatian. Ceritera dan dongeng dapat menjadi sarana yang baik untuk pengenalan dan penanaman nilai-nilai tersebut. Pada kelas tinggi, harus ditambah porsi pemahamannya, kegiatan-kegiatannya harus dipilih yang dapat membangun sikap tanggung jawab, keteraturan, kebersamaan dalam kelompok yang saling membantu. Pemberian tugas baik yang bersifat individu maupun kelompok, diskusi, dan tanya jawab merupakan metode yang cocok untuk menanamkan nilai dan sikap dalam pengajaran IPS. Pada jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, nilai dan sikap yang ditanamkan harus disampaikan dengan argumentasi yang rasional. Kegiatan-kegiatan yang dijalankan harus diarahkan pada pembentukan sikap pribadi dalam kebersamaan yang dilandasi dengan pemikiran matang dan mendalam. Pada jenjang ini ditanamkan tanggung jawab sosial selain tanggung jawab pribadi dalam kegiatan kelompok yang terarah. Penanaman nilai dan sikap dalam pengajaran IPS dapat ditempuh dengan cara pemberian tugas, diskusi, dan tanya jawab. Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah nilai dan sikap yang telah tertanam sejak SD harus semakin diperdalam sampai suatu keyakinan bahwa apa yang telah diajarkan dan dilaksanakan adalah baik. Dengan demikian diharapkan nilai-nilai dan sikap yang ditanamkan sudah menjadi suatu kebiasaan yang sudah diyakini kebenarannya. Pada jenjang Sekolah Menengah Umum (SMU), porsi pengembangan nilai dan sikap lebih kecil dibandingkan porsi pengembangan akademis. Ini bukan berarti nilai dan sikap yang telah diperoleh melalui pengajaran IPS di SD dan SLTP ditinggalkan, melainkan harus semakin dihayati dengan kesadaran dan pengertian yang mendalam. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar harus semakin mengembangkan pola pemikiran dan pendalaman nilai-nilai kehidupan. Pada jenjang Perguruan Tinggi, yang harus dikembangkan adalah aspek akademis secara tuntas. Ini berarti bahwa penanaman nilai-nilai hidup dan pembentukan sikap hidup diharapkan telah purna pada jenjang SMU. Pada jenjang ini harus dikembangkan pendalaman secara ilmiah akan nilai-nilai hidup manusia dengan pertanggungjawaban yang mendalam dan ilmiah. Penanamam nilai dan sikap kepada siswa itu penting, ungkapan ini senada dengan tujuan pengajaran IPS yang selain mengembangkan pengetahuan juga

4 - 42 Unit 4

mengembangkan keterampilan, dan menanamkan nilai dan sikap kepada siswa. Leonard Kenworthy dalam (Kosasih Djahiri dan Fatimah Ma’mun.1978/1979:107). mengemukakan rumus sebagai berikut:

P (Pengetahuan) + S (Sikap) + K (Keterampilan) = B (Behavior = kelakuan) Hal ini menggambarkan bahwa sikap lahir secara bersamaan dan satu sama lain tidak dapat dipisah-pisahkan. Bila keempat aspek tersebut mampu kita ajarkan atau kita bina kepada siswa maka sikap seseorang akan terlatih dan terbina pula. Namun harus kita sadari bahwa tidak selamanya kita dapat mengajarkan keempat aspek itu dalam pengajaran suatu konsep. Hal itu dapat diatasi dengan menggunakan teknik dan langkah tertentu, nilai-nilai sopan santun, baik dan buruk, adil dan tidak adil dan sebagainya dapat ditanamkan kepada siswa dengan cara menimbulkan kesadaran siswa sendiri dan melalui cara-cara kritis rasional dalam proses belajar mengajar dan ditanamkan secara bertahap. Penanaman nilai melalui drilling atau hafalan semata tidaklah tepat, sebab siswa menerima suatu nilai hanya sebagai pengetahuan yang disimpannya dalam benaknya atau berusaha kearah merubah sikap dengan secara terpaksa, semu atau pura-pura tanpa keyakinan. Pengajaran nilai dan sikap hendaknya benar-benar mampu menyentuh kesadaran nilai siswa itu sendiri dan tertanam melalui logika pembenaran yang dapat diterima siswa itu, sehingga nilai-nilai tersebut menjadi milik dan keyakinan yang tidak mudah berubah. Pengajaran IPS yang pada hakekatnya adalah pengajaran yang mensosialkan diri dan pribadi siswa. Dengan demikian siswa dengan segala kepribadiannya atau sikapnya hendaknya mampu meresapi (menghayati), mengadaptasi (menerima) dan mempraktekkan nilai-nilai umum yang berlaku di masyarakat. Setiap konsep/topik/tema/pelajaran IPS memiliki nilai-nilai tertentu yang oleh siswa perlu dikaji, diolah dan ditelaah dan cocok dengan dirinya, diproses menjadi miliknya untuk kemudian digunakan sebagai pola atau barometer perbuatannya dalam hidupnya. Kalau nilai dan sikap tersebut memang dianggap baik untuk orang lain, maka dapat dikomunikasikan dan disebarluaskan kepada orang lain dengan cara yang wajar.

Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 43

Latihan 1. Cobalah Anda jelaskan tentang perbedaan antara nilai dan sikap! 2. Dalam rangka pembentukan sikan siswa ada tiga model, coba Anda sebutkan dan

jelaskan masing-masing! 3. Teori perubahan sikap itu ada beberapa macam. Cobalah jelaskan tentang

perubahan sikap menurut teori fungsional 4. Antara nilai, sikap, dan perilaku itu sangat erat kaitannya. Jelaskanlah apa

maksudnya! 5. Anda sebagai guru SD, bagaimana sebaiknya cara yang Anda tempuh untuk

menanamkan nilai dan sikap kepada anak didiknya? Rambu-rambu Jawaban 1. Nilai merupakan ukuran tentang baik-buruk, tentang tata-laku yang telah

mendalam dalam kehidupan masyarakat. Nilai merupakan pencerminan budaya suatu kelompok masyarakat. Sistem nilai, merupakan pedoman kehidupan bermasyarakat yang lebih tinggi tingkatnya dari pada norma sosial, karena norma sosial itu juga bersumber dan berpedoman kepada sistem nilai. Sikap atau sikap mental adanya pada diri seseorang. Sikap mental merupakan reaksi emosional seseorang terhadap lingkungannya, baik secara positif maupun negatif, baik berkenaan dengan persetujuan maupun penolakan tentang kondisi sosial yang dialaminya. Lebih jelasnya bacalah kembali tentang nilai dan sikap padan sub unit 4.2.

2. Tiga model tersebut adalah mengamati dan meniru, menerima penguatan, menerima informasi verbal. Model-model ini adalah sesuai dengan kepentingan penerapan dalam dunia pendidikan. Uraian lebih lanjut tentang model-model pembentukan sikap, dapat Anda baca pada sub unit 4.2 tentang pembentukan sikap.

3. Perubahan sikap menurut teori fungsional, perubahan sikap untuk menyesuiakan

dengan kebutuhan individu, oleh karena itu sikap merupakan alat untuk mencapai tujuan yaitu: sikap sebagai alat instrumental, sebagai pertahanan diri, sebagai pernyataan nilai, dan sebagai pengetahuan. Untuk lebih jelasnya bacalah teori fungsional pada uraian tentang teori perubahan sikap pada sub unit 4.2.

4 - 44 Unit 4

4. Kaitan antara nilai, sikap, dan perilaku adalah nilai merupakan kepercayaan normatif, yang ikut menentukan apa yang disukai dan apa yang tidak disukai oleh seseorang, sehingga terbentuk sikapnya terhadap sesuatu obyak. Selanjutnya sikap akan mempengaruhi perilaku dan perbuatan seseorang. Namun demikian, seperti dijelaskan di atas bahwa konsistensi hubungannya antara sikap dan perilaku tersebut terjadi, jika terpenuhi syarat-syarat tertentu. Lebih jelasnya bacalah sub unit 4.2 tentang kaitan nilai, sikap, dan perilaku.

5. Dengan cara dipersiapkan dan dirancang berkesinambungan dengan penekanan

pada setiap tingkat yang berbeda. Semakin tinggi jenjangnya semakin besar unsur pemahaman dan pertanggungjawabannya. Pengajaran IPS dilaksanakan dalam waktu yang terbatas, sehingga tidak mungkin dapat memperkenalkan seluruh nilai- nilai kehidupan manusia kepada siswa. Oleh karena itu nilai-nilai yang akan ditanamkan kepada siswa merupakan nilai-nilai yang pokok dan mendasar bagi kehidupan manusia. Penjelasan lebih lanjut dapat Anda baca kembali tentang penanaman nilai dan sikap dari jenjang SD sampai perguruan tinggi.

Rangkuman

1. Nilai merupakan ukuran baik dan buruk tentang tingkah laku yang dianut

seseorang dalam kehidupan masyarakat. Sistem nilai budaya merupakan pedoman tertinggi bagi manusia. Sistem nilai tidak hanya mempengaruhi tingkah laku dan tindakan seseorang, tetapi dapat menjadi dasar untuk mencapai tujuan hidup.

2. Sikap/sikap mental melekat pada diri seseorang dan merupakan reaksi emosional seseorang terhadap lingkungannya baik secara positif maupun negatif. Sikap mental sangat dipengaruhi oleh nilai, pengalaman, dan pendidikan. Oleh karena itu IPS dapat dijadikan sarana untuk membina sikap mental siswa.

3. Dalam rangka membentuk sikap mental siswa ada tiga model, yaitu: mengamati dan meniru, menerima penguatan, dan menerima informasi verbal.

4. Nilai dan sikap merupakan dua faktor penting yang menentukan perilaku seseorang. Konsistensi hubungan antara sikap dan perilaku ditentukan oleh dua faktor, yaitu kesempatan dan motivasi

Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 45

5. Penanaman nilai dan sikap pada pengajaran IPS hendaknya dipersiapkan dan dirancang berkesinambungan dengan penekanan pada setiap tingkat yang berbeda. Semakin tinggi jenjangnya semakin besar unsur pemahaman dan pertanggungjawabannya. Namun dalam pembelajaran IPS tidak mungkin dapat memperkenalkan seluruh nilai- nilai kehidupan manusia kepada siswa. Oleh karena itu nilai-nilai yang akan ditanamkan kepada siswa merupakan nilai-nilai yang pokok dan mendasar bagi kehidupan manusia

Tes Formatif 2 1. Definisi tentang nilai ada bermacam-macam. Menurut Fraenkel, nilai adalah

merupakan …. A. standart tingkah laku B. kepercayaan dan keyakinan C. norma/kepatuhan yang dianut oleh masyarakat D. standar pola-pola pikiran yang membimbing seseorang

2. Nilai yang berkaitan dengan gaya perilaku, dan dipandang sebagai nilai yang

sesuai/berharga, disebut nilai …. A. instrumental B. terminal C. fundamental D. fungsional

3. Menurut Koentjaraningrat, nilai budaya itu berfungsi, sebagai ….

A. pedomsn hidup manusia B. pedoman perilaku manusia C. dasar pola tindakan manusia D. ukuran tinggi rendahnya kebudayaan manusia

4. Dalam perkembangannya yang terakhir, para pakar psikologi sosial sependapat

bahwa sikap itu terdiri dari seperti dibawah ini, kecuali …. A. kognitif B. afektif C. psikomotorik D. konatif

4 - 46 Unit 4

5. Dibawah ini merupakan model-model belajar dalam rangka pembentukan sikap, kecuali …. A. mengamati dan meniru B. menerima penguatan C. memberi contoh keteladanan D. menerima informasi verbal

6. Teori yang mengasumsikan bahwa manusia mempertahankan sikap yang sesuai

dengan kebutuhan dirinya, adalah…. A. teori pembelajaran B. teori fungsional C. teori perkembangan sosial D. teori konsistensi

7. Program Yale, menyatakan bahwa salah satu unsur yang dapat mempengaruhi

sikap seseorang adalah …. A. simpati B. assimilasi C. empati D. pembujukan

8. Konsistensi hubungan antara sikap dan perilaku ditentukan oleh faktor …. A. kesempatan B. kecerdasan C. keterampilan personal D. keterampilan social

9. Tujuan penanaman nilai dan sikap dalam pembelajaran IPS adalah …. A. membentuk watak dan sikap yang baik B. membina dan mengembangkan sikap mental yang baik C. mengenalkan etika dan norma dalam kehidupan D. mengembangkan perilaku social

Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 47

10. Apabila guru menjelaskan dengan memberi contoh tentang pentingnya hidup bersama, meskipun lain gagasan dan lain ide. Dalam hal ini berarti guru telah mengembangkan sikap ….

A. demokratis B. toleransi C. disiplin D. tanggungjawab

Umpan Balik dan Tindak Lanjut Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif sub unit 4,2 yang terdapat di bagian akhir unit 4 ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan sub unit 4.2.

Arti tingkat penguasaan : 90 – 100% = baik sekali 80 – 89% = baik 70 – 79% = cukup < 70% = kurang Jika Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan unit selanjutnya. Bagus! Tetapi jika tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengualangi kegiatan belajar sub unit 4.2, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

Jumlah Jawaban yang Benar Tingkat Penguasaan = ---------------------------------- x 100% 10

4 - 48 Unit 4

Kunci Jawaban Tes Formatif Tes Formatif 1 1. B = pengalaman tentang alam lingkungan dan kehidupan manusia tidak dapat

lepas dari kehidupan sehari-hari 2. D =luasnya pengalaman yang bermakna tentang lingkungan manusia dan

lingkungan alam 3. B = kesatuan yang memiliki karakter tersendiri 4. C = kebutuhan udara 5. C = merupakan peristiwa yang diwarnai oleh lingkungan geografi dan jenis

perilaku manusia 6. B = konsep ekonomi 7. D = sejarah evolusi manusia 8. A = segala tingkah laku manusia 9. C = kompetisi 10. A = kompetisi Tes Formatif 2 1. A =standart tingkah laku 2. A =Instrumental 3. B =pedoman perilaku manusia 4. D =konatif 5. C =memberi contoh keteladanan 6. B =teori fungsional 7. D =pembujukan 8. A =kesempatan 9. B =membina dan mengembangkan sikap mental yang baik 10. A =demokratis

Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 49

Daftar Pustaka

Bimo Walgito. (1983). Psikologi Sosial, Suatu Pengantar. Yogyakarta ; Fakultas Psikologi UGM.

Djojo Suradisastra, dkk. (1991/1992). Pendidikan IPS III. Jakarta ; Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Ditjen Dikti.

Dwi Siswoyo, dkk. 2005. Metode Pengembangan Moral Anak Pra Sekolah. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Fisher. H. TH. 1980. Pengantar Anthropologi Kebudayaan Indonesia. (Terjemahan Anas Makruf). Jakarta : P.T. Pembangunan

Hidayati. 2002. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Husein Achmad, dkk. (1982). Konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta ; FKIS IKIP.

Kardiyono. (1980). Mengajar Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta ; P3G Departemen P dan K.

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Anthropologi. Yogyakarta: Rineka Cipta

Kosasih Djahiri dan Fatimah Ma’mun. (1978/1979). Pengajaran Studi Sosial / Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung ; LPP-IPS IKIP.

Kurikulum 2004. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial. Jakarta: Depdiknas.

Margaret M. Poloma.1999. Sosiologi Kotemporer. Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada

Nursid Sumaatmadja. (1980). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung ; Alumni.

Paul Suparno, SJ,dkk. (2001). Mendalami Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah. (Makalah Seminar). Yogyakarta ; Kanisius.

Paul Suparno, SJ, dkk.. 2002. Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius

Seamolec. 2006. Kapita Selekta Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas

Siti Partini Suardiman. (1984). Psikologi Sosial. Jakarta ; Studying.

Suwardi Endraswara. 2003. Budi Pekerti dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: P.T. HaninditaGraha Widya

4 - 50 Unit 4

Glosarium bio-sosial = kehidupan sosial distribusi = penyaluran (pengiriman, pembagian) kepada beberapa orang

atau ke beberapa tempat etika = ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak

dan kewajiban moral (akhlak) etnografi = deskripsi tentang kebudayaan suku-suku bangsa atau ilmu

tentang pelukisan kebudayaan suku-suku bangsa yang hidup di muka bumi angsur dan perlahan-lahan atau sedikit demi sedikit.

Fenomena = hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindera dan dapat diterapkan serta dinilai secara ilmiah

Holistic = berhubungan dengan sistem keseluruhan sebagai suatu kesatuan lebih dari pada sekadar kumpulan bagian

Humanity = bersifat kemanusiaan Interdepedensi = saling ketergantungan Intervensi = campur tangan dalam perselisihan antara dua belah pihak

(orang, golongan, negara) Klimatologi = ilmu tentang iklim atau ilmu tentang sebab-sebab terjadinya,

ciri-cirinya dan pengaruh iklim terhadap bentuk fisik dan kehidupan di berbagai negara yang berbeda

Prediksi = ramalan atau perkiraan sosio-budaya = kehidupan yang berhubungan dengan budaya masyarakat unggah-ungguh = etika atau tata pergaulan dalam masyarakat. Misalnya orang

yang lebih muda harus menghormati orang yang lebih tua.