Konsep Ketuhanan

download Konsep Ketuhanan

of 23

Transcript of Konsep Ketuhanan

Aha, Mas Yong Jaya dan Mas Fani rupanya yang mencoba menggelitik kita di milis ini dengan ungkapan-ungkapan yang sangat jujur dan sangat mendasar sekali. Ungkapan seperti diatas merupakan ungkapan umat manusia sepanjang zaman. Nabi Ibrahim alaihissalam sendiri yang notabene adalah seorang kekasih Tuhan sampai-sampai diabadikan di dalam al Quran tentang perjalanan Beliau dalamMEMBUKA KESADARANBeliau tentang Tuhan. Karena saat itu, kesadaran Beliau barangkali memang belum terbuka tentang Tuhan, walau Beliau tahu dan punya pengetahuan bahwa ada Tuhan yang berperan pada segala sesuatunya. Maka suasana diri Beliau yang tertutup dari kesadaran itu namanya Beliau sedang ter-cover, tertutup, terhijab, atau dalam bahasa yang universal disebut sebagai KAFIR. Ya, kafir!.Ndaklebih danndakkurang. Akan tetapi kemudian, dalam perjalanan Beliau, akhirnya KESADARAN Beliau bisa TERBUKA (DZIKIR) juga akan Allah, sehingga dalam perjalanan hidupnya Beliau disebut juga sebagai SAHABAT ALLAH.Selama ini mungkin kita sudah sangat kenyang dengan doktrin dalam berbagai agama tentang kata-kata KAFIR ini. Dimana cap kafir ini sudah berubah menjadi sebuah ungkapan yang sangat MENAKUTKAN, MENJIJIKKAN, dan MENGERIKAN. Saat cap kafir ini sudah melekat pada diri seseorang, maka sepertinya orang itu sudah kita anggap sebagai seseorang yang punya kesalahan yang sangat fatal dan derajat yang sangat rendah. Dengan mencap orang lain kafir, maka sepertinya ada diantara kita yang merasa bahwa darah orang kafir itu HALAL untuk ditumpahkan. Sehingga dalam sejarah peradaban manusia, kita sudah sangat hafal dengan berbagai peperangan demi peperangan yang di jalani oleh kakek moyang kita.Dengan cap kafir terhadap seseorang, maka kebanyakan dari kita akan melihat orang yang di cap kafir itu dengan pandangan penuh kebencian, penuh kecurigaan, dan bahkan penuh kemarahan. Karena kita takut jangan-jangan orang yang di cap kafir itu akan membawa kita juga untuk menjadi kafir. Padahal status kafir ini dalam pelajaran-pelajaran agama apa pun akan diganjar dengan neraka. Sebuah ganjaran yang membuat kitaGACAR(mencret) karena ketakutan.Padahal kalau kita kupas agak sekupas dua kupas, maka ungkapan KAFIR ini hanyalah sebuah ungkapan dengan pengertian yang sangat sederhana saja. Bahwa seseorang yang TIDAK MENYADARI akan SESUATU, maka orang itu dikatakan sedang KAFIR (ter-cover), tertutup kesadarannya terhadap SESUATU tersebut. Hanya sesederhana itu saja kok pengertian tentang KAFIR. Kitanya saja yang mau-maunya di distorsikan pemahaman kita seperti sekarang ini, sehingga jadilah kita seperti saat ini. Umat yang hidup penuh dengan konflik yang dipelihara turun-temurun hanya karena sebuah kata KAFIR. Masalah bagaimana pedih dan kerasnya hukuman Tuhan terhadap orang-orang yang kafir kepada Allah adalah masalah lain lagi. Begitulah salah satu cara Allah dan Rasulullah memotivasi umat manusia agar mau ingat dan sadar kepada Allah, yaitu dengan menakut-nakuti umat manusia dengan hukuman yang sangat pedih dan di neraka pula tempatnya.Disamping itu, saat saya tidak mampu membuka kesadaran saya terhadap ketuhanan YESUS seperti yang diyakini oleh umat Nasrani, maka umat Nasrani akan menganggap saya sebagai seorang kafir terhadap Yesus, yandakmasalah. Begitu juga saat saya tidak mampu membuka kesadaran saya tentang Allah, maka saat itu saya akan dilabeli oleh Allah sendiri sebagai seorang yang kafir terhadap Allah. Walaupun ilmu pengetahuan saya tentang Allah barangkali sudah sangat lengkap, akan tetapi jika pada saat yang sama saya tidak sedikit pun merasakan IHSAN terhadap Allah, maka boleh jadi saat itu saya sedang kafir kepada Allah. Ya, karena saat itu saya tidak sedikit pun sadar akan keberadaan Allah. Ungkapan seperti ini yang kita tidak siap untuk menerimanya.Untuk membuktikan tentang tidak ihsannya kita ini sangat gampang sekali kok. Saat di keseharian kita, mampu nggak kita untuk merasa SUNGKAN untuk berbuat TIDAK BAIK, atau mampu nggak kita untuk merasakan TUNTUNAN Tuhan atas setiap tindakan kita ke arah yang BAIK-BAIK. Kalau yang ada adalah rasa TIDAK SUNGKAN kita untuk berbuat tidak baik, dan rasa TIDAK DITUNTUN ke arah yang BAIK, maka saat itu juga kita bolehlah untuk SANGAT khawatir, jangan-jangan Tuhan memang sedang mencampakkan dan membiarkan kita (istidraj).Tapi jangan khawatir. Saat kita digeletakkan oleh Allah ini (dalam posisiistidraj), sebenarnya kita tetap dan tengah dituntun oleh ALLAH juga. Namun tuntunan Allah itu ke arah yang TIDAK BAIK. Ya, arahnya saja yang salah. Betapa tidak. Untuk berbuat jahat dan tidak baik itu sebenarnya kita butuh daya, tenaga, dan keberanian yang sangat besar. Untuk berbohong saja, misalnya, kita rasanya harus mengeluarkan tenaga ekstra. Apalagi untuk mencuri, berzina, korupsi, dan berbagai perbuatan tidak baik lainnya. Sungguh semuanya itu butuh daya yang sangat besar. Apalagi kalau semua perilaku buruk itu melekat pada diri kita sendiri.Wuiih, dahsyatnyapoweryang kita butuhkan.Makanya dalam keseharian kita, dalam shalat kita, kita selalu minta dituntun Allah ke jalan yang LURUS (Ihdinash shiraathal mustaqiim). Tapi itulah kita manusia ini, kita hampir sebagian besar tertahan dari tuntunan Tuhan ke arah yang lurus (baik) ini. Dan anehnya lagi tertahannya kita dari tuntunan Tuhan ke arah yang baik itu karena kita memang tengah DIBUAT LUPA atau DIJADIKAN TIDAK TAHU oleh ALLAH dalam memanfaatkan SWITCH (tombol) penentu arah saat kita berada dipersimpangan jalan antara yang baik dan yang buruk itu. Nah, supaya tidak dibuat lupa oleh Allah, maka carilah switch itu sampai dapat, dan kita nanti tinggal menikmati tuntunan ke arah yang baik.Kemudian, dalam pelajaran tentang TUHAN pun, kita selama ini sudah sangat jauhterdistorsidari suatu pengertian yang sebenarnya sangat sederhana. Dengan pengetahuan yang sampai ke otak kita, dari berbagai sumber, seakan-akan kita umat manusia ini sedang sibuk mencari diri sendiri dan juga mencari Tuhan. Dengan pengajaran tersebut, seakan-akan kita saat ini tengah berada dalam suasana KEHILANGAN DIRI kita sendiri dan KEHILANGAN TUHAN pula, sehingga harus kita temukan lagi. Maka kemudian lahirlah berbagai konsep tentang usaha umat manusia dalam mencari dan menemukan dirinya sendiri maupun Tuhan. Dan anehnya, SEMAKIN RUMIT konsep itu, maka orang umumnya menganggapnya sebagai sebuah konsep yang LEBIH BENAR.Dalam menghadapi kerumitan konsep itu, umumnya umat manusia terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah orang yangmau tidak mau terpaksa harusmenerima kerumitan itu sebagai sebuah sikap hidup. Karena kalau tidak, maka kelompok ini sangat ketakutan dengan cap kafir dengan ganjaran yang sangat mengerikan seperti yang sudah dijelaskan di atas : NERAKA. Kelompok kedua adalah gerombolan orang yang bersikap MASA BODOH terhadap konsep yang rumit-rumit itu, saking rumitnya. Karena dengan tidak memakai konsep yang rumit itu hidup mereka toh nggak menderita-menderita amat.Enjoyaja kata sebuah iklan!.Mungkinkah ada konsep yang SANGAT SEDERHANA agar kita bisa DISADARKAN tentang diri kita dan tentang Tuhan?. Sehingga kita tidak sanggup lagi untuk bersikap masa bodoh, seperti tidak sanggupnya kita untuk merasa terpaksa dalam menjalani konsep demi konsep yang tadinya meletihkan kita.Berbagai CoverDulu kesadaran saya tertutup, kafir, atauberhentitentang Tuhan yang sebenarnya dan yang seharusnya. Karena saat dulu itu konsep (ilmu pengetahuan) yang masuk ke otak saya tentang Tuhan adalah bahwa Tuhan itu bersemayam di Arsy yang berada di langit ke tujuh(sidratul muntaha)yang entah dimana. Dan untuk bertemu dengan Tuhan, maka kita harus melewati alam-alam akhirat dulu, karena kita hanya bisa bertemu dengan Tuhan di akhirat. Dan itu pun ketemunya NANTI. Hanya Muhammad Rasulullah sajalah yang pernah ketemu Tuhan saat Beliau masih hidup. Danpertemuan itu adalah disidratul muntahasaat BeliauIsra dan Miraj. Sedangkan buat kita-kita umat Beliau ini, pertemuan dengan Tuhan itu nantinya adalah di akhirat. Ditambah lagi dengan pemahaman tentang Tuhan yang beredar umum di tengah-tengah masyarakat, bahwa Tuhan bersemayam yaitu di Arasy-Nya.Sampai di pemahaman seperti ini sebenarnya tidak ada masalah sama sekali. Karena dalam banyak hadits Rasulullah memang memberikan wejangan Beliau seperti itu kepada sahabat-sahabat saat itu. Juga dalam Al Quran sendiri dinyatakan bahwa Allahtsummastawa alal arsy yudabbirul amra,Dia bersemayam diatas Arsy untuk mengatur segala urusan.Akan tetapi sayangnya tidak jarang diantara kita, kalau tidak mau dikatakan mayoritas umat Islam, yang terjebak dalam memahami makna bersemayam itu seperti bersemayamnya seorang raja di singasananya. Dan singasana Tuhan itupun berada di langit ke tujuh, bahwa singasana-Nya ada di Sidratul Muntaha, bahwa Tuhan hanya bisa ditemui di akhirat dan dan itupun nanti pula, maka secara tidak sadar sebenarnya kita telah mempersepsikan menghadap Tuhan itu sebagai orang awam berhadapan dengan sosok raja diraja di langit. Sehingga Tuhan seakan-akan sosok yang sangat jauh dengan kita. Ya, seperti dewa gituloh!. Apalagi dengan adanya hadits yang menyatakan bahwa Allah turun ke langit dunia di sepertiga malam, dst.Makanya, karena mengharap pertemuan dengan Tuhan di akhirat itu, segala ibadah dan amalan saya lakukan dengan harapan untuk dapat pahala sehingga nanti bisa bertemu dengan Tuhan di akhirat dan dimasukkan-Nya kedalam syurga-Nya. Enak nggak enak, maka ibadah dan amalan itu harus saya lakukan. Karena kalau tidak dilakukan, maka Tuhan akan marah kepada saya.Akibatnya, kita lalu mencari-cari Tuhan dengan otak kita. Lalu tidak sedikit pula orang yang hanya sampai di kesadaran bahwa tidak mungkin orang bisa bertemu Tuhan di dunia ini. Kalau ada yang mengaku bertemu Tuhan, maka jangan-jangan itu hanya persepsi dirinya sendiri, atau Si AKU yang berani-beraninya mengklaim, bahwa dirinya telah bertemu/ berjumpa.... dgn Allah..?. Dan berbagai ungkapan lainnya yang sangat rumit, seakan-akan kita sengaja memperumit diri sendiri tentang Tuhan. Sehingga lengkap sudah tertutupnya kesadaran kita terhadap eksistensi Tuhan. Kita jadi seperti terpisah dengan Tuhan. Kita tidak punya lagi kesadaran bahwa saat shalat dan berdoa, kita sebenarnya SAAT ITU tengah menghadap dan menyembah Tuhan, berbicara dengan Tuhan, memuja Tuhan. Ya, kita tidak bisa lepas dari Allah seperti tidak bisa lepasnya nafas, aliran darah, dan pergerakan alam semesta ini dari Allah. Dan ternyata, suasana ter-coverterhadap Allah seperti ini sangatlah tidak enak, sehingga kemudian saya lalu mencoba masuk ke dalam konsep yang lain lagi. Konsep tarekat dan tasawuf.Selama beberapa tahun kemudian, saya berada dalam dunia tarekat dan tasawuf yang inti ajarannya adalah tentang bagaimana kita harus MEMBERSIHKAN HATI kita dulu agar hati itu nantinya bisa suci dan bersinar, sehingga hati itu bisa melihat Tuhan. Dan syarat mutlak untuk masuk ke wilayah tarekat ini adalah dengan menerima peran wujud lain sebagaiwasilahkita untuk menyambungkan diri kita dengan Allah.Wasilahitu sambung menyambung dari satu orangmursyidtermuda, lalu guru darimursyidtersebut berantai ke guru-guru-guru-gurumursyidlainnya sampai ke Rasulullah dan baru ke Allah. Rantai sambungan itu disebut juga denganrabithahguru, dan proses menghadapkan perhatian (wajah) kepada gurumursyiditu disebut juga dengan bertawajjuh. Kalau kita tidak ikut mengikatkan diri padamursyidyang berada dalam dalam rantai emasmursyidsebuah tarekat tertentu, maka kita akan berada di luar kelompok tersebut saat kiamat dan di hari akhir nanti dan tidak ditolong pula oleh Rasulullah, karena memang Rasulullah ditempatkan di dalam rantai emasmursyidtarekat tersebut pada tingkat pamuncak.Selama kurun waktu bertarekat tersebut, maka berbagai praktek olah diri (tadzkiyatunnafs) yang sangat sulit harus saya jalani. Wirid dan afirmasi yang berulang-ulang dengan kalimat-kalimatthaiyyibahyang harus dilakukan sangatlah banyak. Untuk waktunya pun lebih lamawiridannya dari pada shalatnya sendiri. Tapi, tetap saja bukan Tuhan yang ketemu. Malah yang muncul adalah sensasi alam demi alam dan fenomena-fenomena yang tadinya hanya bisa di baca dalam berbagai riwayat atau buku sufi terkenal. Mengasyikkan memang semua itu. Akan tetapi yang namanya TUNTUNAN Tuhan dan RASA SUNGKAN terhadap Tuhan nggak dapat-dapat juga saya pahami. Saya seperti asyik sendiri dengan berbagai atribut ketasawufan yang melelahkan itu, sehingga kemudian saya mencari lagi konsep lain tentang ketuhanan yang lebih sederhana dan bisa diterapkan dalam keseharian.Kemudian saya lalu masuk ke dalam komunitas PATRAP yang di dalamnya saya diperkenalkan dengan konsep ketuhanan yang lebihsimple. Bahwa Tuhan itu ternyata hanyalahDzat Yang Sangat Sederhana akan tetapi Serba Maha. Dzat yang MAHA MELIPUTI segala sesuatu. Walaupun begitu, dalam kenyataannya konsep patrap yang sangat sederhana ini tidaklah terlalu mudah juga untuk diaplikasikan. Kalaukauro(ilmu pengetahuannya) mungkin bisa saya terima dengan sangat mudah. Bahkan pelatihan-pelatihannya juga bisa saya ikuti dengan tanpa kesulitan yang berarti. Tuntunan demi tuntunan dan rasa sungkan demi rasa sungkan, alhamdulillah bisa saya rasakan realitasnya.Akan tetapi dalam perjalanannya, ada sesuatu yang saya rasakan sulit untuk saya dapatkan, yaitu untuk masuk kepada suasana KEARIFAN, suasana KERENDAHAN HATI. Ya, bagaimana caranya agar saya bisa duduk di wilayah ini. Ini yang menjadi pertanyaan saya yang cukup panjang juga. Kenapa??.Karena di dalam patrap inilah saya mendapatkan sebuah cara berfikir yang sangat revolusioner sekali. Tidak salah memang kalau dikatakan bahwa virus pemikiran PATRAP ini telah menghancurkan berbagai file masa lalu saya yang sudah karatan di dalam otak saya selama ini. Ditambah lagi dengan tidak adanya konsep pengkelasan (grading) baik antara seorang guru dengan murid, maupun diantara sesama komunitas patrap itu sendiri. Egaliter sekali. Sehingga yang muncul kemudian adalah sebuah karakter baru dimana seorang murid mungkin tidak lagi menghormati guru, karena memang tidak ada konsep guru dan murid di dalamnya. Dalam bidang pemikiran pun, konsep spiritual, agama-agama, dan peradaban juga dikupas tuntas sampai bugil, sehingga nyaris saja orang patrap meremehkan pengajian-pengajian agama yang membahas hukum, syariah maupun laku spiritual lainnya.Ternyata orang yang banyak ilmu, banyak tahu hukum, bahkan banyak pula kesaksian, kalau orang itu tidak bisa merangkainya dengan sikap RENDAH HATI dan ARIF, sangatlah berbahaya. Ilmu, hukum dan kesaksian itu bisa menjadi sebuah senjata baru yang sangat hebat untuk memuaskan kepentingan atau dorongan diri sendiri (hawa un nafs). Sungguh mengerikan sekali.Lalu dalam sebuah pelatihan bersama Ustadz Abu Sangkan di ruangbasementMasjid Baitul Ihsan (BI) seminggu sebelum bencana Tsunami melanda ACEH, saya dan beberapa orang teman yang lainnya merasakan suasana yang sangat berbeda yang belum pernah saya dapatkan sejak saya mulai ikutan patrap ini, apalagi pada praktek-praktek olah diri dan olah jiwa yang sebelumnya. Saya saat itu seperti di tarok di wilayah yang sangat berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Wilayah yang seperti DI RUMAH sendiri. Wilayah yang sepertinya sudah sangat saya kenal lama sekali, akan tetapi yang sudah terlupakan sedemikian lama pula!!!. YA, selama ini wilayah ini seperti terlupakan, atau lebih tepatnya sayadibuat lupatentang rumah saya ini oleh Allah sendiri. Wilayahrumah saya sendirisebenarnya...!.Dari berbagai suasana tertutupnya kesadaran (KAFIR) terhadap Tuhan yang sungguh beragam penyebabnya, maka PASTILAH ada CARA untuk membuka TUTUP tersebut. Ya, semacamSWITCH gitu loh. Karena nggak mungkin Allah menggeletakkan makhluk ciptaan-Nya dalam berbagai masalah tanpa adanya solusi untuk keluar dari masalah itu. Sungguh Allah ternyata memang sangatlah sempurna sebagai SangGrand DesignerTunggal dalam segala hal. Untuk setiap MASALAH, apapun masalah itu, ternyata Allah juga telah menyiapkan SOLUSINYA pada saat yang BERSAMAAN. Seperti berpasang-pasangangitu loh.Maha Suci Tuhan yang telah menciptakanpasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.(Yaa siin 36)(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.(Asy Syura 11)Akan tetapi hampir sebagian besar dari kita tertutup pula untuk melihat solusi yang sudah ada itu untuk keluar dari problematika yang kita hadapi. Kita selalu saja cenderung lebih MUDAH untuk hanya bisa melihat masalah demi masalah tanpa menemukan solusinya. Kita memang telah jadi umat yang punya segudang masalah dari dulu sekali sampai sekarang ini, akan tetapi sangat miskin dengan solusi.Begitu juga dengan suasana kesadaran yang tertutup, tidak sadar, KAFIR, ternyata juga ada pasangannya, yaitu suasana terbuka, sadar, ingat, DZIKIR. Ya, untuk keluar dari masalah KEKAFIRAN, maka satu-satunya jalan adalah dengan dzikir. Jadi dzikir adalah sebuah proses yang bertujuan untuk membuka tutup kesadaran kita terhadap sesuatu, sehingga sesuatu itu lalu jadi NYATA (ZAHIR) bagi kita.Sedangkan DZIKRULLAH bermakna sebagai sebuah suasana TERBUKANYA KESADARAN kita terhadap ALLAH. Ya, dzikrullah adalah suasana ingat dan sadar yang tertuju hanya kepada Allah. Hanya Allah lah yang ADA, sedangkan yang lain selain Allah adalah FANA, TIADA. Pengertian seperti ini merupakan makna hakiki dari kalimat tauhidlaa ilaha illallah!!.Akan tetapi, kalau kita tidak berhasil mencapai suasana atau wilayah dzikrullah ini, maka hampir secara otomatis pula kita akan masuk ke wilayah KAFIR, yaitu wilayah dimana yang ada adalah yang SELAIN ALLAH, sedangkan ALLAH lalu menjadi WUJUD yang hilang, FANA, TIADA. Dan kafir terhadap Allah ini ternyata adalah puncak dari hilangnya kesadaran seorang manusia yang akibatnya adalah siksa yang sangat pedih bagi manusia itu sendiri.TUHAN YANG SANGAT SEDERHANA !Allah ternyata adalah Dzat yang begitu LUGU dalam memperkenalkan DIRI dan WUJUD-NYA kepada kita umat manusia ini;Padataraf pertama, yang biasa-biasa saja, Dia memperkenalkan DIRI-Nya bahwa: (sesungguhnya) Aku dekat(Al Baqarah 186). Walau hanya sampai pada kesadaran tentang kedekatan Tuhan seperti ini, namanya sudah ihsan juga. Selanjutnya, Dia memperkenalkan DIRI-Nya bahwa: Allah lebih dekat dari urat leher(Al Qaaf 16), inipun ihsan juga namanya. Lalu Dia menimpali lagi: Kemana saja menghadap, disana ada wajah Allah(Al Baqarah 115).Padataraf kedua, yang lebih sederhana lagi, Dia memperkenalkan WUJUD-Nya bahwa: Allah meliputi orang-orang kafir(Al Baqarah 19). Lagi: Sesungguhnya Tuhanmu meliputi segala manusia(Al Israa 60).Padataraf ketiga, yang lebih-lebih sederhana lagi, Dia menyatakan WUJUD-Nya bahwa: Dia Maha Meliputi segala sesuatu(Al Fushilat 54). Dan lagi: Allah Maha Meliputi segala sesuatu(An Nissa 126).Padataraf keempat, yang paling sederhana, agar kita nggak usah capek-capek lagi mikirin DIRI dan WUJUD-Nya, maka Dia memagari imajinasi liar kita dengan kalimat: Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia(Asy Syura 11).Dan padataraf kelima,yang tidak ada lagi taraf setelah itu, maka Wujud Yang Maha Meliputi yang tidak sama dengan apapun itu, punya Aku. Dia bersabda dengan Aku-NyaInnani ana Allahu, laa ilaha illa ana, fa'budni, wa aqimishshalata lizikrii. Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (Thaha 14).Denganlima taraf kesadaran ihsankepada Tuhan seperti ini, maka selesai sudahIlmu tentang Tuhan. Ya, dengan beberapa ayat Al Quran di atas, ilmu tentangtauhidullah, ilmumarifatullahtamatlah sudah. Akan tetapi kelima taraf kesadaran ihsan ini haruslah menjadi SATU KESADARAN UTUH pada saat yang sama. Tidak boleh terpisah-pisah. Dalam setiap aliran nafas, dalam setiap pandangan, dalam setiap pendengaran, maka kita harusdudukpada kesadaran ihsan seperti ini.DEERRR.!!.Karena kalau kita coba-coba keluar dari pengertian tentang TUHAN yang sesederhana ini, sesuai dengan pengungkapan Tuhan itu sendiri, maka yakindehbahwa kita akan berubah menjadi orang yang RUMIT dalam berketuhanan. Dan ternyata memang kerumitan itulah yang telah kita warisi dari generasi ke generasi, sehingga kita lalu menjadi umat manusia yang rumit pula. Sangat rumit malah.Misalnya, kalau kita hanya berhenti sampai pada taraf kesadaran bahwaAllahdekat,bahkan lebih dekat dari urat leher kita,maka biasanya kita akan mencari-cari Allah. Allah lalu dicari-cari ke langit yang ketujuh yang entah dimana. Allah dicari di dalam hati. Atau Allah dicari-cari dengan terlebih dahulu melalui alam-alam yang diberi nama misalnya alam lahut, alam nasut, alam jabrut, dan sebagainya. Sungguh rumit sekali untuk ketemu dengan Tuhan. Semakin dicari kedekatan Allah itu, eh malah Tuhan sepertinya semakin jauh. Jauuuh sekali.Begitu juga kalau kita berhenti dikesadaran bahwakemana saja menghadap, disana ada wajah Allah, maka kita akan dibuat sibuk untuk memposisikan hati, memposisikan wajah, jiwa, ruh kita biar bisa dekat dan menghadap terus kepada Allah. Kita sibuk mencari posisi terus, dan biasanya posisinya malah nggak tepat-tepat juga. Serba paradoks memang.Ada memang diantara kita yang percaya pada ayat Al Quran bahwaTidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia.Kita manggut-manggut dan terangguk-anggukmalah sangking hafalnya. Akan tetapi sayangnya kita tidak sampai kepada kesadaran berketuhanan, sehingga kita benar-benar terpaku hanya pada kesadaran kebendaan. Serba benda saja yang menarik perhatian kita. Kesadaran kita benar-benar seperti tertutup akan ayat yang menyatakan bahwaDia Maha Meliputi segala sesuatu.Ya, ratusan tahun kesadaran kita akan liputan Tuhan atas segala sesuatu seperti tertutup. Setiap ketemu ayat ini, kita selalu saja di giring kepada pengertian bahwa yang meliputi segala sesuatu itu adalah KEKUASAAN-NYA, PENGETAHUAN-NYA, ILMU-NYA. Sehingga kita sepertinya selalu dibawa terus untuk MENYEMBAH SIFAT TUHAN. Menyembah sifat, walau sifat itu milik Tuhan sekali pun, adalah salah satu bentuk SYIRIK yang tidak ditolerir sedikit pun oleh Tuhan. Sebab Tuhan memerintahkan kita untuk menyembah HANYA kepada DZAT-NYA, AKU-NYA.Nah, kalau tutup kesadaran kita sudah terbuka atas Wujud Tuhan Yang Maha Meliputi segala sesuatu, dan sadar pula bahwa Dzat-Nya tidak sama dengan apapun juga, maka kita tinggal bersandar, berpegang, bergantung kepada Wujud Tuhan itu. INI YANG TERPENTING SEBENARNYA. Bahwa kita berpegang teguh kepada Sang Maha Meliputi. Sedangkan yang lain-lainnya nanti tinggal mengikuti saja.Karena apapun nanti atribut yang melekat dan diselendangkan kepada Allah, baik itu SIFAT, KEHENDAK, PENGETAHUAN, dan PERBUATAN-NYA, maka kesemuanya itu TEPAT berada pada Dzat Yang Maha Meliputi dan Yang Tidak Sama dengan segala apapun INI. Begitu juga dengan segala ciptaan-Nya, sebutlah apa saja, maka semua itu pastilah berada dalam liputan Dzat Tuhan juga. Dan kepada Dzat Tuhan itu pulalah kita harus mengaturkan persembahan, permohonan, penyerahan, penghormatan, dan menghantarkan segala tanda-tanda kelemahan dan kehambaan kita yang lainnya kita arahkan atau kita kembalikan. Bukan kepada yang lain. Selesai sudah!.Masalah nantinya Dzat Yang Maha Meliputi Segala sesuatu itu mau disebut dengan istilah apa, itu masalah lain lagi. Umat Islam menyebutnya dengan sebutan ALLAH. Begitu juga, dalam berbagai agama dan kepercayaan. Ada yang menamakan Dzat itu dengan sebutan Brahman, Oum, Yehova, Thian, Manitou, Bapa di Syurga, dan sebagainya. Karena memang Dzat itu menyebut diri-Nya sendiri sebagai Rabbul Alamin, Tuhan bagi alam semesta berikut dengan segala isinya. Cuma nanti akan muncul masalah, yaitu:saat menyebut nama Dzat tadi itu, mampukah kita sampai kealamat yang sebenarnya, yaitu Sang Maha Meliputi?. Kalau tidak mampu, maka itu namanya kita telah menjadi KAFIR terhadap Dzat Yang Maha Meliputi itu. Akibatnya dalam masalah ketuhanan ini kita lalu menjadi orang yang RUMIT, dan Tuhan pun lalu berubah menjadi Tuhan Yang Rumit.Dalam ajaran agama Kristen, misalnya, mereka bingung tentang ungkapan Bapa di syurga, sehingga orang tersebut merasa jauh dengan Bapa yang di syurga itu. Lalu untuk menggampangkan agar mereka bisa keluar dari kebingungan itu, maka agama tersebut menciptakan sesuatu yang bisa dipersepsikan dengan mudah. Lalu muncullah konsep Anak Tuhan, atau Tuhan dalam bentuk manusia. Dan atribut seperti ini dilekatkan kepada Yesus Kristus. Sehingga lalu Yesus disembah dan dimintai pertolongan. Kapanpun pemeluk agama Kristen menyebut nama Tuhan, atau dalam berbagai kesempatan disebut juga dengan Allah (umat Kristen melafalkannya dengan Alah), maka arah pikir dari pemeluk agama ini selalu saja dibetot ke arah sosok manusia, yaitu sosok Yesus yang kemudian divisualkan pula dalam bentuk patung dengan berbagai bentuk dan posisi. Yang paling populer adalah visualisasi Yesus yang sedang disalib. Hal yang sama juga bisa terjadi pada umat yang beragama apa pun, tak terkecuali umat Islam. Dimana saat menyebut nama Tuhan, dalam berbagai bahasa, umat-umat beragama itu tidak mampu untuk menghadapkan wajahnya sampaiNTEK(hanief) kepada WAJAH Yang Maha Meliputi segala sesuatu.MANUSIA, SEDERHANA SAJA !Sudah sangat jamak imajinasi di masyarakat umum, bahkan sejak zaman dulukala, bahwa manusia harus mengenal dirinya sendiri dulu baru setelah itu dia bisa mengenal Tuhannya,man arafa nafsahu faqod arafa robbahudalam bahasa Arabnya.Ini sebuah pameo yang banyak beredar di masyarakat. Ada yang menolaknya, dengan alasan bahwa ungkapan ini bukan hadits dari Rasulullah. Orang yang menolak ini berpendapat bahwa ungkapan ini adalah bahasa para filsuf yang bergelut di bidang FILSAFAT. Tapi adapula yang menerimanya hanya karena ada bahasa Arabnya, atau malah ada pula orang yang meyakininya sebagai Al Hadits. Sehingga kemudian banyaklah orang yang berusaha mencari tahu siapa dirinya ini. Dirinya itu hilangkali ya, atau tersembunyi entah dimana, sehingga perlu dicari kembali sampai ketemu.Dari hasil pencarian itu, maka kemudian lahirlah berbagai konsep tentang diri manusia itu. Ada yang ketemu bahwa dirinya adalah diri yang penuh dengan nafsu kotor sehingga perlu dibersihkan dulu kekotorannya itu. Bersih-bersih diri dulu tahapan awalnya. Maka sibuklah orang dengan laku pembersihan diri (tadzkiyatun nafs). Tapi nggak tahutuhapa dirinya bisa benar-benar bisa bersih atau tidak.Ada juga yang ketemu bahwa dadanya kok bergolak terus dengan berbagai rasa amarah, benci, iri, dengki, sedih, senang, bahagia yang pilin berpilin nggak terduga-duga. Berubahnya rasa tadi itu terjadi seperti acak. Polanya rumit. Sehingga ada pula kemudian sibuk untuk mengelola dan mengatur hati ini agar hati tersebut berada di satu sisi saja, yaitu sisi yang bahagia, senang, tidak marah, tidak iri, tidak benci, dan tidak-tidak negatif yang lainnya.Kemudian dari hasil perjalanan panjang mengolah diri dan hati itu, maka mucullah konsep-konsep mengenai JATI DIRI, DIRI YANG SEJATI, dan sebagainya. Pada umumnya konsep ini sangat susah untuk dipahami apalagi untuk dijalani. Sehingga banyaklah orang yang merasa pesimis. Lalu sang pesimis menghindar dengan menyalahkan takdir Tuhan pula.Tuhan sudah menakdirkan saya jadi begini, dst.Padahal siapa dan bagaimana diri kita ini yang sebenarnya sudah nggak usah dicari-cari lagi. Nggak usah capek-capek lagi nyari kesana kemari. Tinggal kita baca satu dua ayat Al Quran, dimana Sang Pencipta diri kita ini telah menerangkannya dengan sangat jelas. Karena Dia lah yang sangat tahu tentang diri kita ini. Setelah itu, kita lalu minta tolong saja kepada Sang Pencipta kita itu untuk memberikan kita kepahaman, kesadaran atas ayat Al Quran yang menerangkan serba-serbi diri kita itu. Sebab, kalau kita yang mencari-cari diri kita sendiri, maka hasilnya juga hanyalah kira-kira atau persepsi saja. Masak jeruk bisa makan jeruk...!.Nah, Al Quran dengan sangat gamblang telah menerangkan bahwa yang disebut sebagai manusia itu hanya punya dua substansi saja, yaituNAFS dan RUH. Nggak lebih dan nggak kurang. Sederhana sekali. Sangat sederhana malah.Di satu sisi, nafs adalah substansi yang berasal dari saripati tanah yang dibentuk Allah dengan sangat sempurna berikut dengan segala sifat, dorongan, dan kecenderungannya. Dan di sisi lain, ruh adalah substansi yang berasal dari Allah, sehingga Allah menyebut ruh itu dengan sangat mesra sebagai Ruh-Ku.Allahtidaksedikit punmenerangkan bahwa ruh itu adalahciptaan-Nya. Allah menyebutkan bahwa ruh itu adalahRuh-Nya. Bukanciptaan-Nya. Apalagi penggambaran konyol bahwa ruh itu seperti pocong,huh lebih-lebih tidak berdasar lagi. Tidak seperti itu. Nggak tahu dari manatuhasal muasalnya imajinasi liar tentang ruh seperti itu. Allah hanya menyatakan bahwa ruh itu adalah mengikuti rahasia dan fitrah Allah. Dan tidaklah kita diberitahu tentang ruh itu kecuali hanya sedikit. Tapi siapa yang dapatmenakarsedikit menurut Allah itu?. Nah temukanlah pengetahuan yang sedikit menurut Allah itu. Namun yakinlah bahwa sedikit menurut Allah itu sungguh sangat-sangat-sangat banyak sekali untuk ukuran kita. Seperti nggak habis-habisnya begitu!.Akan tetapi, kalau kita tidak mau berhenti memahami bahwa diri kita ini hanyalah NAFS dan RUH, artinya kita masih mau mencari tahu tentang diri kita ini lagi, memangnya mau dicari kemana?, dan seperti apa lagi maunya diri kita ini ?. Sudah sangat jelas begitu kok. Kita manusia ini hanyalah terdiri dari NAFS dan Ruh. Titik.!!.MENGUAK KESADARAN EKSISTENSIALSekarang pengetahuan kita tentang TUHAN dan tentang MANUSIA sudah menjadi sangat sederhana. Bahwa pada dimensi ketuhanan, yang ada hanyalah ALLAH dan ALAM. Sedangkan pada dimensi kemanusian, yang ada hanyalah Ruh dan NAFS.ALLAH adalah WUJUD yang meliputi ALAM, dan alam adalah substansi yang diliputi oleh WUJUD ALLAH. Sebutlah alam apa saja, apakah itu alam semesta, ataupun alam-alam gaib seperti alam akhirat, alam syorga, alam neraka, alam malaikat, alam jin, alam syetan, alam pikiran, alam khayalan, dsb. Maka semua itu PASTILAH berada dalam liputan Allah. Karena liputan Allah itu begitu kolosal dan besarnya, maka Allah disebut juga sebagai Sang Maha Besar. Begitu juga karena ketinggian yang tak terukur pun berada dalam liputan Allah, maka Allah disebut juga sebagai Sang Maha Tinggi. Artinya adalah bahwa kemana pun kita menghadap, maka yang nyata adalah Wujud Tuhan yang meliputi segala sesuatu.Sedangkan untuk mengerti tentang eksistensi Ruh dan NAFS, marilah kita buka kembali peta yang memang telah disiapkan Sang Pencipta untuk umat manusia, yaitu Al Quran. Dalam surat Al Qiyamah ayat 14 Allah berkata:Bahkan pada manusia itu diatas dirinya (Nafs) ada yang tahu (Bashirah).Artinya,sang bashirah inilah yang mampu untuk menjadi saksi atas diri manusia itu sendiri (NAFS). Substansi macam apakah bashirah ini, sampai-sampai sang bashirah bisa tahu tentang apapun tentang diri manusia..?.Jawaban pertanyaan ini bisa kita lihat dalam surat As Sajdah ayat 7-9:Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kepadanyaRuh-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.Dan dalam surat Al Mujadilah ayat 22:Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan RUH-NYAIni berarti bahwa Ruh-Nya atau kita ringkas saja menjadi Ruh yang dialirkan kepada Nafs, merupakan substansi yang selalu mengawal Nafs dari waktu ke waktu. Abadi liputan Ruh atas Nafs itu. Hanya karena liputan Ruh atas Nafs inilah yang menyebabkan Sang Nafs bisa mengarungi hidup baik itu di alam dunia, maupun di alam akhirat. Ruh ini pulalah sebenarnya substansi yang hidup, yang kuat, yang bergerak, yang melihat, yang mendengar, yang tahu. Karena memang Sang Ruh berasal dan mendapat pengajaran dari Yang Maha Hidup, Yang Maha Kuat, Yang Maha Bergerak, Yang Maha Melihat, Yang Maha Mendengar, Yang Maha Tahu. Sedangkan Sang Nafs hanyalah semata-mata substansi yang bersandar mengikuti apapun fitrah dari Sang Ruh.Kalau begitu, substansi yang hakiki pada seorang manusia adalah Ruh itu sendiri. Tepatnya Aku yang hakiki bagi manusia adalah Sang Ruh ini, Sang Bashirah. Sedangkan Nafs boleh dikatakan hanyalah substansi yang tidak bisa apa-apa. Substansi yang diam, bodoh, buta, tuli, tidak tahu. Dalam bahasa agamanya sifat dan keadaan seperti ini disebut sebagai FANA. Ya seperti mayat begitulah, atau seperti orang pingsan, orang koma. Atau yang paling dekat dengan kita sehari-hari yaitu orang yang sedang TIDUR.MERANGKAI KESADARAN AWALSekarang mari kita lanjutkan membenahi kesadaran kita yang selama ini tertutup tentang eksistensi manusia dan Tuhan. Apa sebenarnya makna yang terkandung dalam ungkapanman arafa nafsahu faqod arafa robbahudi atas kalau kita memang masih mau memakainya. Mari kita duduk rileks sejenak untuk mengenal diri kita yang hakiki. Lakukanlah perubahan kesadaran sebagai berikut: Pejamkan sajalah mata dengan ringan. Kening nggak usah berkerut-kerut seperti orang yang sedang berpikir tentang sesuatu. Santai saja. Sadari ada kaki kita. Kalau belum bisa sadar cobalah pegang kaki itu. Oooo, ada kaki saya yang berada dibawah saya. Diamlah beberapa saat untuk meyakini dan menyadari bahwa saya berbeda dengan kaki saya. Lalu sadari ada tangan kita, bahu kita. Kalau belum sadar cobalah pegang atau raba semua itu dengan lembut sambil membawa serta kesadaran kita ke tempat yang kita sentuh. Oooo, ada tangan, ada bahu saya yang berada di bawah saya. Diam pulalah beberapa saat disana untuk meyakini dan menyadari bahwa saya benar-benar berbeda dengan tangan dan bahu saya. Kemudian coba sadar ada dada kita. Amati sajalah dada itu sebatas sadar akan akan keberadaan dada itu di bawah kita. Jangan masuk ke dalam dada itu. Karena kalau masuk ke sana nanti kita akan dihadang oleh berbagai fenomena yang terbolak balik, enak dan senang yang silih berganti. Nggak usah kita pedulikan dululah fenomena-fenomena itu. Gampang itu nanti. Kemudian dengan cara yang sama, sadari pulalah keberadaan mata, telinga, kepala dan otak kita. Oooo, ternyata kesemuanya itu juga berada di bawah saya!. Oooo, saya bersaksi(syahid, syahadah)tentang ayat:Bahkan pada manusia itu diatas dirinya (NAFS) ada yang tahu (BASHIRAH), adalah benar!!! Ooo, ternyata memang saya beradadi atassemua instrumen saya, yaitu tubuh saya dengan segala tetek bengeknya yang berasal dari saripati tanah itu. Dan sayalah Sang Bashirah itu. Sekarang munculkan afirmasi atau niat, bahwa saya tidak tahu tentang Allah. Saya tidak tahu bagaimana cara sadar dan ingat kepada Allah (DZIKIRULLAH). Karena yang tahu tentang Allah adalah Allah sendiri. Lagi pula, sudah sekian lamanya saya TERTUTUP oleh kecenderungan Nafs (Hawa un Nafs) untuk SADAR dang INGAT kepada ALLAH. Oleh sebab itu mulai saat ini, saat ini juga, tanamkanlah sebuah afirmasi atau niat yang kuat bahwa saya punya Tuhan yang Nama-Nya adalah ALLAH. Kemudian munculkan sebuah rasa ingin yang sangat kuat (jahadu) agar diajarkan oleh Allah tentang Allah sendiri. Saya lalu mengucapkan langsung (tanpa perantara danwasilahapapun) kepadaWajah Sang Maha Meliputiungkapan persaksian dan shalawat sebagai berikut: Lalu panggil-panggillah Nama Sang Maha Meliputi itu dengan teguh: Kalau tarikan rohani itu muncul, maka jangan takut, jangan dilawan, dan jangan dipikirkan. Karena kalau takut, atau dilawan, atau dipikirkan, maka seketika itu juga tarikan itu akan lenyap. Sebenarnya tarikan rohani itu hanyalahsebuah pergerakan kesadaran kita sajadari kesadaran ketubuhan (Nafs) menuju kesadaran yang mengatasi Nafs menuju ketidakberhinggaan. Akan tetapi, dalam pergerakan kesadaran demi kesadaran itu kita seperti DITUNTUN. Jadi bukan karena usaha kita sendiri lagi. Tapi dituntun, ditarik. Nah, ikuti sajalah tuntunan itu. Biasanya respon akibat dari adanya tuntunan itu adalah, dada kita berguncang, atau tepatnya diguncangkan dari dalam, sehingga kita bisa dibuat histeris, menangis dan bahkan tersungkur saking dahsyatnya tarikan rohani itu. Kemudian pada saatnya, respon dengan rasa ditariknya rohani kita itu akan berhenti dan berganti dengan munculnya rasa tenang, damai, luas yang dalam bahasa Al Quran disebut denganTALINU(lihat Az Zumar 23). Dan bacalah, IQRA suasana tenang, damai, dan luas itu, karena disana sungguh sangat tidak terhingga ilmu pengetahuan maupun solusi dari berbagai persoalan. Di wilayah itu semuanya digeletakkan begitu saja oleh Allah untuk menunggu manusia-manusia yang mau otaknya dialiri fikiran Tuhan, yang mau dadanya dialiri oleh kehendak Tuhan. Ya, manusia yang mau menjadikan dirinya sebagai wakil Tuhan, yang mau meneruskan tongkat estafet perjuangan Rasulullah. Sedangkan untuk bekalnya, semuanya dari-Ku, kata Allah menjamin. Kita hanya tinggal memunguti bekal itu sesuai dengan kebutuhan. Lalu nikmatilah hasil dari IQRA (membaca) suasana per suasana itu dalam bentuk RASA MENGERTI (NGEH). Nah, kalau suasana ajar mengajar antara seorang hamba dengan Sang Maha Guru, ALLAH, ini sudah bisa kita dapatkan, maka tinggal kita nikmati saja pemahaman-pemahaman yang lainnya, misalnya:Dengan cara yang sangat sederhana seperti ini, ternyata kita bisa tahu tentang makna hakiki dari ungkapanman arafa nafsahu,bahwa pada hahekatnya yang ada hanyalah SAYA dan DIRI SAYA. Ada RUH dan NAFS. Ada Bashirah yang tahu atas semua instrumen yang terdapat pada Nafs. Saya (Ruh) nyata sekali terpisah dengan diri saya (Nafs). Akan tetapi, walaupun terpisah saya tetap meliputi seluruh diri saya. Buktinya saya tetap tahu semua intrumen saya sampai detail. Saya bisa tahu ada instrumen saya yang sakit, yang patah, yang luka, yang tidak baik. Saya juga tahu saat ada anggota tubuh saya yang hilang. Misalnya, saya tetap tahu kalau tangan kanan saya diamputasi. Bahkan saya juga tahu segala rasa-rasa yang muncul pada diri saya seperti rasa kecewa, marah, benci, iri, pelit, medit, tidak khusyu, tidak ikhlas, tidak sabar, dan rasa-rasa jahat lainnya seperti tahunya saya saat diri saya dilanda rasa senang, bahagia, cinta, ikhlas, khusyu, sabar, dan berbagai rasa yang baik lainnya.Akan tetapi saya dan tubuh saya ternyata tidak bersatu. Ya, saya dan tubuh saya ternyata tidak bersatu seperti bersatunya merica, garam, bawang dan kentang dalam sebutir perkedel sehingga membentuk substansi yang lain sama sekali dari unsur-unsur pembentuknya.Tapi sayalah yang meliputi seluruh tubuh saya.TEGASNYA,saya (Ruh) berada di luar dan sekaligus juga di dalam tubuh saya (NAFS).Janganlah terlalu berlama-lama mengamati instrument kita tadi itu, terutama dada dan otak kita. Karena keduanya memang punya daya tarik dan kecenderungan (Hawa un Nafs) yang cepat sekali menarik-narik kita untuk tenggelam ke dalamnya. Kalau tidak percaya cobalah amati otak kita agak lama, maka dengan kecepatan yang pasti, kita akan ditarik padafile-fileyang ada di dalamnya. Cepat sekali kita dibawa dari satufilekefileyang lainnya. Sehingga kalau kita tidak bisa keluar darifile-filefikiran itu, kita terhenti di satu atau beberapa file fikiran itu, misalnya tiga hari saja, maka kita akan menjadi orang yang susah tidur, atau sakit kepala, pusing dan sebagainya.Begitu juga kalau kita terlalu lama mengamati dada kita, apalagi sampai ke detail-detailnya yang berupa lokasi-lokasi tertentu. Maka dengan cepat kita akan ditarik pula masuk ke dalamnya. Kita akan dibawa melalui berbagai rasa dan pemandangan yang sebenarnya sangatlah mengasyikkan. Akan tetapi kalau kita tidak tahu arah jalan keluarnya, maka kita akan disekap oleh rasa itu. Bisa berhari-hari sekapan perasaan itu melilit kita. Bahkan ada yang berbulan-bulan dan bertahun-tahun. Cobalah kalau tak percaya!!. Tapi sebelum mencobanya, sebaiknya kita tahu dulu jalan keluar dari sekapan dan lilitan perasaan itu. Mari kita coba meretas jalan keluar itu.Begitu kita mampu menyadari bahwa, oooo, ternyata saya yang hakiki adalah Ruh sedangkan Nafs hanyalah instrumen saya, maka saya harus mencari cantolan agar saya tidak terombang ambing kesana kemari oleh daya tarik kecenderungan Nafs tadi seperti yang sering kita alami selama ini. Coba, sedang shalat saja, yang notabene saat itu kita tengah memuja Tuhan, ee, kita masih saja bisa ditarik-tarik untuk menghadap kepada yang lain, misalnya, problem keseharian kita. Untuk bisa keluar dari tarikan kepada selain Allah itu maka kita haruslah mencari peta yang benar dan yang mampu mengantar kita untuk mengetahui arah cantolan atau tempat kembali kita yang sebenarnya. Peta itu adalah Al Quran yang kemudian detailnya termuat di berbagai Al Hadits.Lalu saya sendiri mencoba untuk membolak balik Al Quran dan Al Hadits itu dengan penuh rasa keingintahuan saya untuk mendapatkan jawabannya. Dapat!.Innalilahi wa inna ilaihi rajiun,aku ini adalah dari dan milik Allah dan kepada-Nya aku harus kembali,kata Tuhan saya memberi tahu saya dengan gamblangnya. Dan saya pun buru-buru menyerahkan segala sesuatunya kepada-Nya.Deeerrr!.Maka dengan seketika itu juga saya langsung akan mengenal Tuhan saya, sehingga ungkapan faqod arafa robbahubenar-benar bisa menjadi tempat pemberhentian saya yang terakhir. Dalam segala hal!!.Jadi makna dari ungkapanman arafa nafsahu faqod arafa robbahuitu sebenarnya sederhana sekali, yaituInnalilahi wa inna ilaihi rajiun. Karena memang saya ternyata hanyalah semata-mata Ruh-Nya. Dari-Nya, milik-Nya. Sehinggatiada lagi nisbah kepadakumelainkan hanya kepadaDia.Apa makna dari ungkapan ini?. Mari kita lanjutkan perjalanan kita untuk membuka kembali kesadaran kita terhadap Allah setahap demi setahap. Karena kita memang saat ini sedang ter-cover. Akui sajalah bahwa kita ini memang sedang ter-cover. Jangan malu-malu. Saya juga sedang ter-coverkok!.TEMPAT KEMBALI YANG HAKIKI Secara fitrah, segala sesuatu selalu punya kecenderungan untuk kembali kepada fitrah asalnya. Saripati tanah pastilah punya keinginan untuk kembali kepada tanah pula. Siapapun tidak akan bisa menolak bahwa saripati tanah yang boleh jadi bentuknya berbeda-beda, misalnya, dalam bentuk tubuh manusia, tubuh hewan, dan tanaman, pada saat yang tepat pastilah akan kembali menjadi tanah. MATI.Oleh sebab itu untuk kembali membuka kesadaran kita kepada yang tidak sama dengan tanah, yang bukan tanah, maka janganlah coba-coba untuk membawa-bawatanahitu menghadap kepadayang bukan tanah. Jangan bawa mata untuk melihat yang bukan tanah. Jangan bawa telinga untuk mendengar yang bukan tanah. Jangan bawa otak untuk memikirkan yang bukan tanah. Jangan bawa dada untuk merasakan yang bukan tanah. Karena mata, telinga, otak dan dada itu nanti akan sirna dimakan ulat dan belatung setelah semuanya itu ditanam kembali di dalam tanah, setelah semua itu tidak berfungsi. MATI.Tapi jangan pula mata, telinga, otak dan dada itu dimatikan seperti ajaran mematikan dan menutup hawa songo dalam praktek kebatinan tertentu. Hanya lewati saja kesemuanya itu seperti lewatnya angin dan cahaya di udara terbuka yang tidak ada tumbuhan, tidak ada bangunan, tidak ada gunung yang menghalangi. Tanpa hambatan, tanpa tekanan. Atau RILEKS dalam bahasa populernya. Seperti rileksnya mata, telinga, otot, otak dan dada seorang bayi. Nggak susah kok untuk rilkes ini. Sudah rileks.???.Kalau sudah, maka hampir secara otomatis kita akan mempunyai kesadaran bahwa kita ternyata meliputi seluruh Nafs atau diri kita. Lalu lupakan sajalah seluruh atribut dan fenomena Nafs itu.Lalu yang tinggal adalah SAYA, Sang MIN-RUHI, SANG BASHIRAH, SANG AKU DIRI.Nah, mari kita lanjutkan tentang bagaimana prosesSang Aku Diriini luruh ke dalam pelukanSang Aku Hakiki, ALLAH:Allahumma ala dzikrikaYa Allah dzikirkan saya, ingatkan dan sadarkan saya.Ajarkan saya untuk bisa ingat dan sadar kepada-Mu.Saya tidak bawa apa-apa selain hanya PENGETAHUAN bahwa Engkau Maha Meliputi Segala Sesuatu dan Engkau tidak sama dengan segala apapun juga.Kalau perlu ulangilah niat untuk ingin di tuntun oleh Allah ini dengan kerendahan hati yang amat sangat (tadarru).Bimillahirrahmanirrahim,Asyhadu anlaa ilaaha illallah,Wa asyhadu anna muhammadan rasulullah.Allahumma shalli ala Muhammad waala ali Muhammad.Ya Allah, Ya Rahman!.Ulangilah memanggil-manggilYa Allah, Ya Rahmanini beberapa kali dengan kerendahan hati yang amat sangat, sampai nantinya muncul tarikan rohani kearah yang Maha Tinggi. Biasanya munculnya tarikan rohani ini tidaklah terlalu lama setelah kita memanggil-manggil Allah. Paling dalam hitungan menitan. Kalau dalam waktu 3 menit berselang belum juga muncul tarikan rohani ini, maka jangan diteruskan. Percuma saja. Karena kalau sudah lebih dari 3 menit tapi nggak ada tarikan rohani juga, maka yang muncul kemudian adalah fikiran kita. Kita mulai mikirin tentang bagaimana tarikan rohani itu, bagaimana direspon Tuhan, dan sebagainya. Kalau sudah begini maka istirahatlah sebentar, dan kemudian mulailah lagi dari awal.Catatan:Oleh sebab itu selalulah perkuat rasa mau belajar kepada Allah, berguru kepada Allah. Lalu tanamkan juga niat yang kuat bahwa saya akan IKUT MAU-NYA ALLAH. Sikap ini merupakan sikap dasar yang harus dimiliki oleh seseorang yang tidak tahu dan ingin menjadi tahu. Karena memang hanya inilah modal kita yang ada pada kita. Dengan sikap ini kita dituntun untuk SADAR PENUH kepada Tuhan. Kalau sudah sadar penuh kepada Allah, maka kita dengan senang hati akan ikut mau-Nya Allah. Dan kalau kita sudah ikut mau-Nya Allah maka kita akan dituntun dari satu keadaan ke keadaan lain, dari satu suasana ke suasana lain, dari satu pengetahuan ke pengetahuan lain. Bukankah tuntunan Tuhan ini yang selalu kita pohonkan dalam setiap shalat kita?. Kita selalu mengeluhkan kepada Allah: Iyyaka nabudu wa iyya ka NASTAIN?. Tuntun saya ya Allah!. Tuhan itu siapa..?.Tuhan adalah yang Dzat Yang Maha Dahsyat, Sang Pencipta alam semesta dengan tidak sia-sia, bumi, matahari, bintang-bintang, tumbuhan, termasuk diri kita. Seluruh ciptaan-Nya bermanfaat, tidak ada yang sia-sia. Malaikat, bahkan iblis sekalipun akan bermanfaat bagi manusia.Deerrr!,maka masukilah wilayah KESADARAN akan kedahsyatan Tuhan itu. Tuhan Maha Meliputi segala sesuatu.Kita, tubuh kita juga diliputi Nya. Amati liputan Tuhan itu terhadap jantung, darah, paru-paru, otak, semuanya. Nafas kita juga diliputi oleh Tuhan. Amati kerja tuhan pada tubuh kita. Ternyatakarsa, keinginan, kesibukan Tuhanlah yang bekerja atas semua yang ada di dalam tubuh kita itu. Seperti juga karsaTuhan terhadap alam semesta.Deerrr!.Masukilah wilayah KESADARAN akan kedahsyatan karsa Tuhan itu. Lalu histeris, terpana, terkapar, adalah sebuah keniscayaan saja. Sadari akan alam RASA melihat, alam RASA mendengar, alam RASA tahu, masuklah ke wilayah KESADARAN RASA-RASA itu tadi.Nanti kita akandibawa sadar, dituntun sadarbahwa ternyata yang melihat itu bukanlah mata saya, tapi ada rasa melihat yang mengalir melewati mata itu. Kita akan dibawa untuk sadar bahwa yang mendengar itu ternyata bukanlah telinga saya, tapi ada rasa mendengar yang mengalir melewati telinga itu. Kita akan disadarkan pula bahwa yang tahu itu bukanlah otak saya, tapi ada rasa tahu yang mengalir melewati otak saya. Begitu juga dengan rasa tenang, damai, dan bahagia. Ternyata semuanya itu hanya sekedar rasa yang dialirkan melewati dada saya. Amatilah semua alam rasa-rasa tadi itu. Karena disitu juga sangat kaya, melimpah ruah, dengan pengajaran dan tahu. Akan tetapi bagi yang mau masuk ke wilayah kearifan, maka semua pengajaran dan tahu tadi itu hanya akan dilihat dengan selayang pandang saja. Karena semua itu adalah hijab yang akan menutupi kesadaran kita terhadap Sang Maha Mengalirkan rasa itu kepada kita. Masuklah ke dalam kesadaran atas rasa melihat, rasa mendengar, dan rasa tahu itu.Nanti kita akan dibawa kepada kesadaran baru bahwa semuanya itu ternyata adalah RASA MILIK ALAM.Oleh sebab itu jangan diaku. Ya, semua ternyata adalah rasa melihat milik alam, rasa mendengar milik alam, rasa tahu milik alam. Yang ada adalah rasa alam semesta!.Tegasnya, yang ada adalah alam!. Jangan mau berhenti di kesadaran alam semesta ini. Masuklah ke dalam kesadaran yang lebih dalam. Masuklah dengan niat, atau afirmasi bahwa: Alam ini diadakan oleh Allah. Ooo, kalau begitu yang ada hanyalah alam dan Allah. Alam adalah qodrat dari Allah. Sehingga yang ada adalah qodrat Allah dan Allah. Qodrat Allah kembalikan ke Allah Sehingga yang tinggal, Yang ADA hanyalah ALLAH. Lalu tegaskanlah:laa ilaha illallah Lalu bertasbihlah:subhanallahalhamdulillahlaa ilaha illallahAllahu Akbar.Laa haula wala quwwata illa billah. Lalu akan muncul pekikanHU, HU, HU! Lalu akan muncul rasa patuh dan sujud sebagai seorang hamba kepada Allah. Lalu.!, Lalu.!.Nah, demikianlah sekilas saya mencoba menggambarkan secara verbal sebuah proses yang kalau dialami langsung akan jauh lebih dahsyat dari hanya sekedar bahasa tertulis seperti ini. Nah silahkanlah masuk sendiri-sendiri ke dalam suasana dan kesaksian seperti di atas. Maka anda akan menangguk manfaat yang tak terkirakan.MEMAKAI BAJU KESADARANBegitulah, kalau kita mau dituntun oleh Allah suasana per suasana, maka tinggal kemudian suasana itu kita pakai sebagai baju kita sehari-hari. Misalnya, saat diri kita ditimpa oleh berbagai masalah yang rumit, kita langsung saja buru-buru membawa masalah itu kepada Allah. Dan dengan sangat mengherankan kita akan ditarok di atas masalah itu sehingga kita tinggal memunguti solusi yang cocok untuk menyelesaikan masalah itu. Walau pun nanti hasilnya tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, itu masalah lain lagi. Nggak usah dicampur adukkan antara hak kita dengan hak Allah. Percaya sajalah bahwa Allah tahu persis apa-apa yang terbaik buat kita.Apapun juga, omongkanlah kepada Allah, berbisiklah kepada Allah. Karena Allah memang adalah satu-satunya ALAMAT yang sangat jelas untuk tempat kita menyampaikan segala sesuatu. Kalau alamat ini kabur, nggak jelas, maka itu namanya kita sedang kafir terhadap Allah. Oleh sebab itu sadarkanlah diri kita atas keberadaan alamat itu.Ini nih!. INI.!. Hu, hu hu!.Nggak usah dicari jauh-jauh ke langit yang ke tujuh atau ke alam-alam malakut, alam jabarut, alam lahut, dan alam-alam lainnya.Deerr!.Lalu duduklah di sini memunguti jawaban Allah (Makhraja) atas persoalan kita. Kalau sudah begitu, maka kita setidaknya bisa merasakan cipratan rahmat sebagaimana dirasakan oleh para penyambung tangan Rasulullah. Yaitu para sahabat Rasulullah dan wali-wali Tuhan. Karena sahabat dan penerus Rasulullah itu artinya adalah orang yang sadar penuh terhadap Tuhan. Sadar penuh. DZIKRULLAH. Sedangkan si Deka hanyalah wali dari Karima Yuridawati, anak saya.Sekian. Hanya Allah yang Maha Tahu.DekaCilegon 18 April 2005,Jalan Kabel no. 16, jam 06:00