KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf ·...

127
KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF MAQĀṢID AS- SYARI’AH MENURUT AL-SYATHIBI TESIS OLEH : AHMAD MAKKI 15781007 PROGRAN STUDI AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2017

Transcript of KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf ·...

Page 1: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

i

KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF MAQĀṢID AS-

SYARI’AH MENURUT AL-SYATHIBI

TESIS

OLEH :

AHMAD MAKKI

15781007

PROGRAN STUDI AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2017

Page 2: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

i

KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF MAQĀṢID AS-

SYARI’AH MENURUT AL-SYATHIBI

Diajukan Kepada Pascasarjana

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Untuk Memenuhi Ujian Tesis

Program Magister Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah

OLEH

AHMAD MAKKI

NIM 15781007

PROGRAM STUDI AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2017

Page 3: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

ii

Page 4: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

iii

Page 5: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

iv

Page 6: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

v

KATA PENGANTAR

الحمد هلل الذى خلق الموجودات من ظلمة العدم بنور االيجاد وجعلها دليال على

وحدانية لذوى البصائر الى يوم المعاد وشرع شرعا اختراه لنفسه وانزل به كتابه

وأشهد أن ال إله وارسل به سيد العباد فأوضح لنا محجته وقال هذه سبيل الرشاد،

إال هللا وحده ال شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله اللهم صل على سيدنا

.محمد وعلى اله وأتباعه صالة زكية بالنفاد

Syukur alḥamdulillah Segala puji hanya milik Allah SWT Tuhan seluruh

alam, dari-Nya penyusun mengharapkan ridho dan rahmat-Nya untuk menapaki

kehidupan dunia fana ini, dunia yang penuh dengan fitnah di dalamnya.

Salawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi akhir zaman

Muhammad SAW, beliaulah satu-satunya Nabi yang memberikan syafaat kepada

umatnya, Nabi yang mengajarkan bagaimana mengarungi dunia fana dengan

petunjuk-petunjuk yang beliau hantarkan melalui lisan, perbuatan dan ketetapannya

yaitu berupa pegangan hidup bagi kaum muslim berupa as-Sunnah.

Atas pertolongan dan petunjuk yang telah diberikan Allah kepada

penyusun. Alḥamdulillah Penyusun dapat menyelesaikan tesis dengan judul

“Konsep Keadilan dalam Poligami Perspektif Maqāṣid as-Syari’ah Menurut

al-Syathibi”

Dengan tersusunnya tesis ini, penyusun menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Abdul Haris, M.Ag selaku rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

dan para staff. Prof. Dr. H. Mulyadi, M.Pd.I selaku Direktur Pascasarjana UIN

Maulana Malik Ibrahim Malang dan para staff atas segala layanan dan fasilitas

yang telah diberikan selama penulis menempuh studi

2. Dr. Hj. Umi Sumbulah, M.Ag selaku Ketua Program Studi Al-Ahwal Al-

Syakhshiyyah atas motivasi, koreksi, serta kemudahan pelayanan selama studi

Page 7: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

vi

Page 8: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

vii

PERSEMBAHAN

Segala puji syukur selalu tercurahkan ke hadirat Allah SWT yang

telah senantiasa memberikan taufik, hidayah, serta karunia-anya

kepada penilis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Shalawat dan salam tetap terlimpahkan kepada baginda Rasulullah

SAW, sebagai pembawa kedamaian di seluruh alam

Teriring ucapan terima kasih dari lubuk hati sedalam-dalamnya,

penulis persembahkan karya ini kepada:

Abah (H. Imam Muslim) dan umi (Hj. Munawaroh) yang selalu

tiada henti memberikan do’a dan dukungannya baik lahir maupun

bathin

Seluruh saudara-saudara penulis kususnya saudara kandung mas

Muhammad Syaifullah dan adek Muhammad Ilham yang selalu

mendo’akan dan memberi semangat

Teruntuk calon istri (Kholisoh), bapak Masduki ibu Sulimah dan adek

Nisa’ yang selalu mendo’akan, memberikan dukungan, semangat dan

motivasi

Teman dan sahabat Latif, Yudi yang selalu mendo’akan dan

memberikan support

Semoga amal perbuatan mereka dibalas oleh Allah SWT. Aamiin...

Page 9: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

viii

MOTO

ل مي ل ٱفال تميلوا كل تم حرص ء ولو لن سا ٱن دلوا بي ا أن تع تطيعو ن تس ول

قوا فإن وإن تص معلقة ل ٱفتذروها ك كان غفور ٱلحوا وتت حيم لل اا ر

“Dan kamu sekali-kali tidak akan berlaku adil di antara istri-istri(mu),

walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu

terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang

lain terkatung-katung, dan jika kamu mengadakan perbaikan dan

memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha

Pengampun Lagi Maha Penyayang”

(QS an-Nisa’ ayat: 129)

Page 10: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

ix

ABSTRAK

Makki, Ahmad. 2017. Konsep Keadilan dalam Poligami Perspektif Maqāṣid as-

Syari’ah Menurut al-Syathibi, Tesis, Magister al-Ahwal al-Syakhsiyah

Pascasarjana Universitas Islam Maulana Malaik Ibrahim, Pembimbing (1)

Prof. Dr. Kasuwi Saiban, MA; (2) Dr. Noer Yasin, M.HI

Kata Kunci: Maqāṣid as-Syari’ah, Keadilan dalam Poligami

Islam memperbolehkan suami beristri lebih dari satu orang dalam batas

paling banyak empat orang, namun dengan syarat yang berat tanpa persyaratan

tersebut suami hanya dibolehkan beristri satu orang. Kebolehan ini didasarkan

kepada firman Allah dalam surat an-Nisa’(3). Berkenaan dengan syarat adil yang

menimbulkan rasa kekhawatiran akan tidak bisa berlaku adil, maka seseorang

hanya boleh menikah dengan satu orang perempuan jika dia merasa tidak mampu

berlaku adil. Dengan dibolehkannya menikah dua, tiga, atau empat perempuan bila

dirasakan keadilan dapat ditegakkan terhadap mereka. Oleh sebab itu penulis

memandang perlu keadilan dalam poligami dikaji agar mewujudkan rumah tangga

yang bahagia sesuai dengan tuntunan syara’ atau sesuai dengan Maqāṣid as-

Syari’ah

Adapun tujuan penelitian. Pertama, mengetahui Metode Istimbat Hukum

Maqāṣid As-Syari’ah menurut Al-Syathibi. Kedua, mengetahui Konsep Keadilan

dalam Poligami perspektif Maqāṣid as-Syari’ah menurut Al-Syathibi

Secara umum metode penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif,

yaitu penelitian yang diarahkan dan difokuskan terhadap penelitian bahan-bahan

pustaka, yang ada kaitannya dengan masalah keadilan poligami, Maqāṣid as-

Syari’ah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif.

Mendeskripsikan konsep keadilan poligami kemudian dikaitkan dengan Maqāṣid

as-Syari’ah Menurut al-Syathibi.

Hasil penelitian ini: pertama, Maqāṣid as-Syari’ah al-Syathibi terbagi

menjadi tiga tingkatan yakni: 1. Dlaruriyyah 2. Hajiyyah 3. Tahsiniyyah. Metode

Istimbat Hukum Maqāṣid As-Syari’ah menurut Al-Syathibi dapat ditempuh melalui

4 metode: 1. Mujarrad al amr wa an nahy al ibtida’i at tasrihi, 2. Memperhatikan

konteks illat dari setiap perintah dan larangan, 3. Memperhatikan semua maqashid

turunan (at-tabi’ah), 4. Tidak adanya keterangan syar’i (sukut asy sayri’). Kedua,

menurut Maqāṣid as-Syari’ah al-Syathibi keadilan poligami mempunyai tingkat-

tingkat, 1. Ḥifẓhu ad-Dīn (perlindungan agama) pada tingkat dharuriyyah 2. Ḥifẓhu

an-Nafs (perlindungan jiwa) pada tingkat Hajjiyah 3. Ḥifẓhu al-‘Aqli (perlindungan

akal) tingkat hajiyyah 4. Ḥifẓhu an-Naṣab (perlindungan keturunan) tingkat

dharuriyyah. 5. Ḥifẓhu al-Māl (perlindungan harta) tingkat hajjiyah.

Page 11: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

x

ABSTRACT

Makki, Ahmad. 2017. The Justice concept of Polygamy in Maqāṣid as-

Syari'ahPerspective According to al-Syathibi, Thesis, Magister of al-Ahwal

al-Syakhsiyah, Postgraduate of the State Islamic University of Maulana

Malaik Ibrahim, Supervisor (1) Dr. Kasuwi Saiban, MA; (2) Dr. Noer

Yasin, M.HI

Keywords: Maqāṣid as-Shari'ah, Justice in Polygamy

Islam permits a husband to have wife more than one person bun in four

people, with the certain requirementsand without those requirements, the husband

is allowed to marry only one wife. This permissibility is based on the word of God

in surah an-Nisa '(3). Regarding to fair requirements that cause to be unfair,

someone may only marry one woman. Marrying two, three, or four of women is

Permissibilitywhen it is perceived the justice to the woman. Therefore, the

researcher consider the need for justice in polygamy is examined in order to realize

a happy household in accordance with the guidance of syara 'or in accordance with

Maqāṣid as-Shari'ah

The purposes of the study are. First, knowing the concept of Maqāṣid as-

Shari'ah according to Al-Syathibi. Second, knowing the concept of Justice in

Polygamy of Maqāṣid as-Shari'ah perspective according to Al-Syathibi

Generally, the research method used normative research that is directed and

focused on research library materials, which is related to polygamy justice issue,

Maqāṣid as-Syari'ah. The method used descriptive qualitative. Describing the

concept of polygamous justice is associated with Maqāṣid as-Shari'ah According

to al-Syathibi.

The research results of the research: first, Maqāṣid as-Shari'ah al-Syathibi is

divided into three levels namely: 1. Dlaruriyyah 2. Hajiyyah 3. Tahsiniyyah.

Second, according to Maqāṣid as-Shari'ah al-Syathibi, polygamy justice has some

levels, 1. Ḥifẓhu ad-Dīn (religious protection) is at the level of dharuriyyah because

Islam does not easily allow its people to do polygamy, the Islamic religion is highly

upholding the values of justice in the family 2. Ḥifẓhu an-Nafs (protection of the

soul) is at the level of Hajjiyah When mukallaf can not afford to apply justice in

polygamy then the law of polygamy is forbidden 3. Ḥifẓhu al-'Aqli (protection of

reason) is in hajiyyah level, the justice must be enforced in the psychological aspect

of the polygamous wife 4. Ḥifẓhu an-Naṣab (ancestry protection) is in level of

dharuriyyah. Protecting theancestry as is an effort to preserve the purity of the

noble and the glory of human dignity as God's creature 5. Ḥifẓhu al-Māl (protection

of wealth) is in level of hajjiyah. Preventing deeds that tarnish the property of

"orphans", means that must be kept from mudharat to the tranquility (maslahah)

Page 12: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

xi

ملخص البحث

مفهوم العدالة يف تعدد الزوجات للمنظور املقاصد الشريعة وفقا إلىالشطىب، 2017مكي، أمحد. الرسالة املاجستري، املاجستري األحول الشخصية للدراسات العليا،جامعةاإلسالمية احلكومية موالان

( الدكتور نور ايسني، املاجستري2( االستاذ الدكتور كاسوي شعيبا، املاجستري؛ )1إبراهيم، املشرف ) الكلمات الرئيسية: املقاصد الشريعة ، العدالة ىف تعدد الزوجات

اإلسالم يسمح لألزواج ألن يكوان أكثر من شخص واحد اي أربعة أشخاص، يعىن بشرط ان يتزوج زوج واحد فقط. و هذا يتفق على كلمة هللا يف سورة كبري دون هذه املتطلبات فيسمح

(. وفيما يتعلق ابلشروط العادلة اليت جتعل القلق، ال جيوز للجواج الن يتزومجع شخص 3النساء )واحد إذا يشعر الن اليقدرالعدالة. الزواج مع اثنتني أو ثالث أو أربع النساء عندما يكون العدالة

باحث العدالة يف تعدد الزوجات الىت تدرس لتحقيق البيت السعيد وفقا ضدهن. ولذلك، يرى ال لتوجيهات الشريعة أو وفقا للمقاصد الشريعة اإلسالمية

واما االهداف البحث. أوال، ملعرفة مفهوم املقاصد الشريعة وفقا إلىالشطىب. اثنيا، معرفة قا إلىالشطىبمفهوم العدالة يف تعدد الزوجات للمنظور املقاصد الشريعة وف

عامة، استخدمت الطريقة البحث البحث املعياري، التىتوجه وتركز على البحثللمواد املكتبة الىت تتعلق مع العدالةالتعدد،املقاصد الشريعة. الطريقة هي البحث وصفية نوعية. يصف مفهوم

العدالةىف تعدد الزوجات مث تتعلق معاملقاصد الشرعية وفقا للشاطىبهي: أوال، املقاصد الشرعية وفقا للشاطىب تنقسم إىل ثالثة مستوايت، يعىن: نتائج البحث

. ضرورية، حجية، حتسينية.اثنيا، املقاصد الشرعية وفقا للشاطىب، العدالة ىف التعدد الزوجات لديها 1. حفظالدين )محاية الدين( على مستواىلضرورية ألن اإلسالم ال يسمح بسهولة 1مستوايت،

. حفظ النفس )محاية النفس( 2د الزوجات، اإلسالم تتمسك القيم العدالة يف األسرة للمسلمعن تعدىف مستوىحجيةعندما مكلف اليقدر ان تنفيذ العدالة يف تعدد الزوجات فممنوع وسوف يتسبب

. حفظ العقل )محاية العقل( مستوىحجيةجيب أن أيخذ العدالة جمراها يف اجلوانب النفسية 3ضرورية حفظ النسب )محاية النسب(ىف املستوى الضرورية. محاية النسب يف .4تعدد الزوجات الزوجات مع

حفظ املال )محاية املال( ىف مستوىحجية منع 5حماولة للحفاظ على الدرجة الناس كمخلوقات هللا األفعال اليت تشوه املمتلكات "األيتام"، يعين شيئا جيب أن حيفظ منالضرورة إىل املصلحة

Page 13: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

xii

TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi

Arab-Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri P&K RI no.

158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

I. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Alif - tidak dilambangkan

Bā B -

Tā T -

Śā S s (dengan titik diatasnya)

Jīm J -

Hā H (dengan titik di bawahnya)

Khā Kh -

Dal D -

Żal Z z (dengan titik di atasnya)

Rā R -

Zai Z -

Sīn S -

Syīn Sy -

Şād Ş s (dengan titik di bawahnya)

Dād D d (dengan titik di bawahnya)

Ţā T t (dengan titik di bawahnya)

Zā Z z (dengan titik di bawahnya)

‘ain ‘ koma terbalik (di atas)

Gain G -

Fā F -

Page 14: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

xiii

Qāf q -

Kāf k -

Lām l -

Mīm m -

Nūn n -

Wāwu w -

H h -

Hamzah ′ apostrof, tetapi lambang ini

tidak dipergunakan untuk

hamzah di awal kata

Y y -

II. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis

rangkap. Contoh: ditulis Ahmadiyyah

III.

1. Bila dimatikan ditulis h,kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah

terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan

sebagainya.

Contoh: ditulis jamā’ah

2. Bila dihidupkan ditulis t

Contoh: ditulis karāmatul-auliyā′

IV. Vokal Pendek

Fathah ditulis a, kasrah ditulis i, dan dammah ditulis u

V. Vokal Panjang

A panjang ditulis ā, i panjang ditulis ī , dan u panjang ditulis ū,

masing-masing dengan tanda hubung ( - ) di atasnya.

Page 15: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

xiv

VI. Vokal Rangkap

tanpa dua titik yang dimatikan ditulis ai, ditulis dan fathah

+ wāwu mati ditulis au.

VII. Vokal-Vokal Pendek yang Berurutan dalam satu kata Dipisahkan

dengan apostrof ( ′ )

Contoh: ditulis a′antum

ditulis

mu′annaś

VIII. Kata Sandang Alif + Lam

1. Bila diikuti huruf qamariyah

ditulis al-Contoh: ditulis

Al-Qura′ān

2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, huruf 1 diganti dengan huruf

syamsiyyah yang mengikutinya.

Contoh: ditulis asy-Syī‛ah

IX. Huruf Besar

Penulisan huruf besar disesuaikan dengan EYD

X. Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat

1. Ditulis kata per kata, atau

2. Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian

tersebut. Contoh: ditulis Syaikh al-Islām atau

Syakhul-Islām

Page 16: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

xv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iv

KATA PENGANTAR ...................................................................................... v

PERSEMBAHAN ............................................................................................. vii

MOTTO ... ............... .......................................................................................... viii

ABSTRAK ......................................................................................................... ix

TRANSLITERASI ARAB-LATIN ................................................................. xii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian ................................................................... 1

B. RumusanMasalah ..................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 8

E. Orisinalitas Penelitian .............................................................. 9

F. Definisi Operasional ................................................................. 13

G. Sistematika Pembahasan .......................................................... 14

H. Kerangka Berfikir ..................................................................... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Maqāṣid as-Syari’ah ................................................................ 17

1. Biografi Imam Al-Syathbi ................................................. 37

2. Maqāṣid as-Syari’ah menurut Al-Syathibi ........................ 41

B. Klasifikasi menurut para Ulama Ushul Fiqh ........................... 44

C. Teori Keadilan .......................................................................... 47

D. Poligami ................................................................................... 51

1. Undang-undang Tahun 1974 .............................................. 55

Page 17: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

xvi

2. Kompilasi Hukum Islam .................................................... 57

3. Counter Legal Draf ............................................................ 58

E. Keadilan Poligami .................................................................... 58

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ......................................................................... 64

B. Pendekatan penelitian ............................................................... 64

C. Sumber Bahan Hukum ............................................................. 65

D. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ........................................ 66

E. Teknik Analisis Bahan Hukum ................................................ 66

BAB IV PEMBAHASAN

A. Metode Istimbat Hukum Maqāṣid as-Syari’ah menurut Al-

Syathibi ...................................................................................... 68

B. Konsep Keadilan Poligami Perspektif Maqāṣid as-Syari’ah Al-

Syathibi ..................................................................................... 74

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 101

B. Saran-Saran ............................................................................... 105

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 107

Page 18: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Perkawinan telah berlangsung sejak manusia pertama diciptakan oleh

Allah. Adam dan Hawa adalah makhluk yang pertama mendambakan kehidupan

bersama. Meskipun Adam tinggal di dalam surga yang serba ada berkecukupan, ia

merasa kesepian hingga Allah menciptakan pasangan hidupnya.1

Mendambakan pasangan merupakan fitrah sebelum dewasa, dan dorongan

yang sulit dibendung setelah dewasa. Oleh karena itu, agama mensyariatkan

dijalinnya pertemuan antara pria dan wanita, dan kemudian mengarahkan

pertemuan itu sehingga terlaksananya “perkawinan”, dan beralihlah kerisauan pria

dan wanita menjadi ketenteraman atau sakinah.2

Karena tabi’at semua yang ada di dunia ini adalah berpasang-pasangan,

ada laki-laki dan ada perempuan, adakalanya siang ada juga malam, ada baik dan

ada pula yang buruk, seperti yang telah difirmankan Allah SWT dalam Al-Qur’an

Surat Ar-Rūm ayat 21,

ن ۦ ته ءاي ومن ن لكم خلق أ نفسكم م

ز أ

وجعل هاإل ا كنو ل تس اج و أ

ة نكمبي ود م رون م ل قو ت ي أل لك ذ ف إن ة ورح ٢١ يتفك

1 Ahmad Saebani, Perkawinan Dalam Hukum Islam dan Undang-Undang (Perspektif Fiqh

Munakahat dan UU No. 1/1974 tentang Poligami dan Problematikanya), (Bandung Penerbit

Pustaka Setia, 2008), hlm. 5 2 Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Tematik atas berbagai Persoalan

Umat, (Bandung: Penerbit PT Mizan Pustaka, 2013), hlm. 254

Page 19: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

2

“Dan di antara tanda-tanda (kekuasaan)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-

pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa

tenteram kepadanya , dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang.

Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran

Allah) bagi kaum yang berfikir”. (Q.S Ar-Rūm:21)3

Islam sendiri memandang perkawinan tidak hanya hubungan muamalah

antara dua insan, akan tetapi Islam memandang perkawinan sebagai akad yang

sangat kuat atau mitѕāqan ghalīdzan untuk mentaati perintah Allah dan

melaksanakannya merupakan ibadah. Kemudian perkawinan itu sendiri bertujuan

untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakīnah, mawaddah dan

warakhmah.4

Hukum islam juga ditetapkan untuk kesejahteraan umat, baik secara

perorangan maupun secara bermasyarakat, baik untuk hidup di dunia maupun di

akhirat. Kesejahteraan masyarakat akan tercapai dengan terciptanya kesejahteraan

yang sejahtera, karena keluarga merupakan lembaga terkecil dalam masyarakat,

sehingga kesejahteraan masyarakat sangat tergantung kepada kesejahteraan

keluarga. Demikian pula kesejahteraan perorangan sangat dipengaruhi oleh

kesejahteraan hidup keluarganya.5

Islam mengatur keluarga bukan secara garis besar, tetapi sampai terperinci.

Yang demikian ini menunjukkan perhatian yang sangat besar terhadap

kesejahteraan keluarga. Keluarga terbentuk melalui perkawinan, karena itu

perkawinan sangat dianjurkan oleh Islam bagi yang telah mempunyai

3 Departemen Agama RI , Al-Qur’an dan Terjemahnya , (Jakarta:PT Sygma Examedia Arkan

leema, 2009) 4 Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: CV Nuansa Aulia, edisi Revisi,

2012), hlm. 2 5 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, Ed. 1. Cet. 4 (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2010), hlm. 13

Page 20: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

3

kemampuan. Tujuan itu dinyatakan, baik dalam al-Qur’an maupun dalam as-

Sunnah.

Dalam surat an-Nisa’ ayat 1;

هاي ييٱ ربكم قوا ت ٱ نلاس ٱ أ ن خلقكم ل هامن وخلق حدة و س نف م قوا ٱو ء ونسا اكثي رجال همامن وبث جهازو ٱ ت يٱ لل ۦبه ءلون تسا ل ٱو

ٱ إن حام ر ل ١ ارقيب كم علي كن لل

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan

kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari

pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang

banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-

Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan

silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”.6

Dari begitu banyaknya suruhan Allah dan Nabi untuk melaksanakan

perkawinan itu, maka perkawinan itu adalah perbuatan yang lebih disenangi Allah

dan Nabi untuk dilakukan. Namun suruhan berlaku secara mutlak tanpa

persyaratan untuk melangsungkan perkawinan itu terdapat dalam hadis Nabi dari

Abdullah bin Mas’ud muttafaq alaih yang berbunyi:7

: قال رسول هللا ص: يا معشر الشباب من استطاع عن ابن مسعود قال

ج، فانه اغض للبصر و احصن للفرج. و من لم منكم الباءة فليتزو

وم فانه له وجاء متفق عليه .يستطع فعليه بالص

6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT Sygma Examedia Arkan

leema, 2009) 7 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indinesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-

undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2011) hlm. 44

Page 21: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

4

“Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Hai para

pemuda, barang siapa diantara kamu yang sudah mampu menikah, maka

nikahlah, karena sesungguhnya nikah itu lebih dapat menundukkan

pandangan dan lebih dapat menjaga kemaluan. Dan barangsiapa yang

belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena berpuasa itu baginya

(menjadi) pengekang syahwat”. [HR. Jamaah]

Islam membolehkan suami beristri lebih dari satu orang dalam masa yang

sama, dalam batas paling banyak empat orang, namun dengan syarat yang berat

tanpa persyaratan tersebut suami hanya dibolehkan beristri satu orang. Kebolehan

ini didasarkan kepada firman Allah dalam surat an-Nisa’ ayat 3:8

ل تم خف إون ٱ ف سطوا تق أ ن لكم طاب ما نكحوا ٱف م ت ل ء لن سا ٱ م

ل تم خف فإن ع ورب ث وثل ن مث و حدة فو دلوا تع أ

ي ملكت ما أ

نكم م أ

د لك ذ ل ن أ

٣ تعولوا أ

“Jika kamu takut tidak akan berlaku adil terhadap anak yatim, kawinilah

perempuan yang kamu senangi dua orang, tiga orang, atau empat orang. Jika

kamu takut tidak akan dapat berlaku adil di antara mereka, maka kawinilah satu

orang saja, atau hamba sahaya. Demikian itu cara paling dekat untuk tidak

menyimpang” (Q.S, an-Nisa’: 3)

Praktik pernikahan poligami tidaklah mudah, ini disebabkan banyaknya

syarat-syarat yang harus dipenuhi seorang suami sebelum memutuskan untuk

8 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT Sygma Examedia Arkan

leema, 2009)

Page 22: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

5

melakukan poligami. Islam memberikan syarat yang sangat ketat terhadap suami

yang hendak melakukan poligami yakni harus berlaku adil.

Berkenaan dengan syarat adil yang dijadikan dalil atau sandaran hukum

adalah surat an-Nisa’ ayat 3 yang menimbulkan rasa kekhawatiran akan tidak bisa

berlaku adil, maka seseorang hanya boleh menikah dengan satu orang perempuan

jika dia merasa tidak mampu berlaku adil. Dengan dibolehkannya menikah dua,

tiga, atau empat perempuan bila dirasakan keadilan dapat ditegakkan terhadap

mereka.

Rasa adil yang dapat diukur oleh manusia adalah adil yang dapat dilihat

dan ditimbang, tentunya yang bersifat lahiriah dan kuantitatif. Seperti pakaian,

tempat tinggal, uang belanja, hari kebersamaan (hari gilir) dan segala sesuatu yang

bisa diukur dengan mata. Sedangkan yang bersifat kualitatif atau rasa hanya Allah

yang tau, bahkan sang suami sebagai pelaku poligamipun tidak bisa mengukur

dari segi kualitasnya.9

Keadilan secara kualitatif ini tidak mungkin dapat diukur dan dipenuhi

oleh manusia sekalipun sang pelaku berniat untuk melakukan itu. Hal ini yang

ditafsirkan oleh para ulama sebagai keterbatasan manusia sebagaimana yang

dijelaskan oleh Allah dalam surat an-Nisa’ ayat 129

ن ا تطيعو تس ولن دلوا تع أ ل مي ل ٱ ك تميلوا فل تم حرص ولو ء لن سا ٱ بي

ٱ فإن وتتقوا لحوا تص إون معلقة ل ٱك فتذروها ١٢٩ ارحيم افور غ كن لل

9 Qurrotul Ainiyah, Keadilan Gender dalam Islam Konvensi PBB dalam Perspektif Mazhab

Shafi’i, (Malang, Intrans Publising, 2015), hlm. 135

Page 23: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

6

“Dan sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri(mu), walaupun

kalian sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kalian terlalu

cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kalian biarkan yang lain

terkatung-katung. Dan jika kalian mengadakan perbaikan dan memelihara diri

(dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang”

Kasus Permohonan Poligami, Ponijo (57 Tahun) dengan istrinya Bandiyah

(56 Tahun). Suami (Ponijo) ingin menikah lagi dengan Kuisiyani (35 Tahun),

Alasannya, istri sudah tidak bersedia melayani suami untuk berhubungan badan.

Alasan lainnya, karena syarat-syarat poligami sudah dipenuhi; surat keterangan

rela dimadu dari termohon (suami), surat keterangan sanggup berlaku adil

terhadap istri, surat keterangan penghasilan pemohon.10

Istri membenarkan bahwa ia tidak keberatan dipoligami asalkan tidak

dijadikan satu rumah. Hal ini telah disanggupi suaminya. Berdasarkan keterangan

masing-masing pihak serta bukti-bukti yang diajukan, majelis Hakim memutuskan

mengabulkan permohonan bahwa isi permohonan telah memenuhi Pasal 4 ayat (2)

huruf (a) UU.11

Dari kasus ini terlihat betapa perempuan tidak punya daya tawar terhadap

keinginan suaminya untuk mempunyai anak lagi. Ironisnya, kemampuan laki-laki

untuk berlaku adil semata dilihat dari aspek materialnya. Sementara kondisi

psikologis istrinya tidak diperhatikan. Dalam pasal 33 UU Perkawinan –diamana

suami-istri wajib saling mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi

bantuan lahir dan bathin yang satu kepada yang lain –merupakan hal yang semu.

10 Ratna Batarana Munti dan Hindun Anisah, Posisi Perempuan di Bawah Humum Islam di

Indonesia, (Jakarta: LBH-APIK, 2005), hlm 111 11 Ratna Batarana Munti, Posisi Perempuan di Bawah Humum Islam di Indonesia, hlm 112

Page 24: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

7

Selain bertentangan dengan pasal 33 UU Perkawinan, poligami juga

kontradiksi dengan definisi Perkawinan dalam Pasal 1 UU yakni; ikatan lahir

batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa. Sebaliknuya Poligami diakomodir dalam definisi Perkawinan yang tercantum

di KHI.

Dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 41 disebutkan bahwasanya:12

1. Suami yang mempunyai istri lebih dari seorang berkewajiban memberi

tempat tinggal dan biaya hidup kepada masing-masing istri secara

berimbang menurut besar kecilnya jumlah keluarga yang ditanggung

masing-masing istri, kecuali jika ada perjanjian perkawinan.

2. Dalam hal para istri rela dan ikhlas, suami dapat menempatkan istrinya

dalam satu tempat kediaman.

Surat an-Nisa’ ayat 3 memberikan beberapa batasan Pertama: Batas

maksimal empat orang istri dan kedua: Hanya boleh dilakukan bila mampu

berlaku adil. Kalau tidak terpenuhi syarat tersebuat dilarang melakukan kawin

poligami. Untuk mengetahui Maqāṣid as-Syari’ah Menurut al-Syathibi tentang

Konsep Keadilan dalam Poligami. Maka penulis berkeinginan untuk mengangkat

judul Tesis “Konsep Keadilan dalam Poligami Perspektif Maqāṣid as-Syari’ah

Menurut al-Syathibi”

12 Kompilasi Hukum Islam, hlm. 12

Page 25: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka

dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dijadikan sebagai fokus

penelitian, yaitu:

1. Bagaimana Metode Istimbat Hukum Maqāṣid As-Syari’ah menurut Al-

Syathibi?

2. Bagaimana Konsep Keadilan dalam Poligami perspektif Maqāṣid As-

Syari’ah menurut Al-Syathibi?

C. Tujuan Penelitian

Sebuah penelitian tentu saja mempunyai tujuan yang ingin dicapai, begitu

juga dengan penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui Metode Istimbat Hukum Maqāṣid As-Syari’ah menurut

Al-Syathibi.

2. Untuk mengetahui Konsep Keadilan dalam Poligami perspektif Maqāṣid

As-Syari’ah menurut Al-Syathibi .

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara

teoritis maupun secara praktis, penjelasannya yaitu:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat khususnya

untuk mengetahui Maqāṣid as-Syari’ah Menurut al-Syathibi tentang Konsep

Keadilan dalam Poligami, karena mereka yang mengalami dan berkaitan secara

Page 26: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

9

langsung dengan pembahasan dalam penelitian ini, dan juga diharapkan dapat

berguna bagi seluruh umat Islam pada umumnya.

E. Orisinalitas Penelitian

Orisinalitas penelitian menyajikan perbedaan dan persamaan bidang kajian

yang diteliti antara peneliti dengan peneliti-peneliti sebelumnya. Hal ini

diperlukan untuk menghindari adanya pengulangan kaijan terhadap hal-hal

serupa.

1. Penelitian Tesis: Abdurrahman Kasd dengan judul Maqāṣid as-Syari’ah

perspekif pemikiran Imam Syatibi dalam kitab Al-Muwafaqot 2013.

Dalam penelitian ini membicarakan tentang isi kitab Al-Muwafaqat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif normatif dengan analisis kualitatif. Hasil penelitian ini adalah

Allah mengungkap hukum Islam tidak lain adalah untuk mengambil

mashlahah (manfaat) dan menghindari kejahatan (Jalbul Mashalih wa

Dar’ul Mafasid). Dengan kata lain Allah menetapkan hukum aturan untuk

kepentingan manusia itu sendiri. Imam Syathibi membagi mashlahah

menjadi tiga bagian penting yaitu dharuriyyat (primer), hajiyyat

(sekunder), dan tahsiniyyat (tersier). Maqashid Syariah adalah sesuatu

yang harus ada dalam rangka untuk mencapai kepentngan agama dan

dunia. Apa yang termasuk penerima manfaat atau Maqashid Syariah lima

yaitu: Agama (al-Din), Jiwa (al-Nafs), Akal (al-Aql), Keturunan (an-Nasl),

Harta benda (al-Maal)

Page 27: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

10

2. Penelitian Tesis: Ali Yasmanto dengan judul Konsep Adil dalam Poligami

(Studi Komperasi antar Pemikiran Fazlur Rahman dan M. Quraish

Shihab). Metode yang digunakan yakni deskriptif normatif. Hasil dari

penelitian ini adalah penelitian pemikiran Fazlur Rahman dan M. Quraish

Shihab akan dilakukan pada wilayah gagasan-gagasan atau pemikiran

Fazlur Rahman dan M. Quraish Shihab secara holistik baik dalam hal

metode istimbat hukum maupun argumen-argumen tentang konsep

keadilan dalam poligami. Dalam konteks tersebut ada dua langkah yang

akan dilakukan: yang pertama; pembahasan dilakukan dengan

menguraikan gagasan tentang konsep adil dalam poligami. Kedua;

memperoleh pemahaman lebih jauh penjelasan tentang metode istimbat

hukum dan makna konsep adil dalam poligami.

3. Penelitian tesis: Nurul Mahmudah dengan judul Nurul Mahmudah,

menulis tesis yang berjudul ”Tradisi Dutu pada Perkawinan Adat Suku

Hulondhalo di Kota Gorontalo dalam Konteks Modernitas Perspektif

Maqāṣid as-Syari’ah Al- Syatibhi. Metode yang digunakan yaitu metode

kualitatif dengan tujuan peneliti dapat memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subjek penelitian seperti pelaku, persepsi, motivasi,

tindakan. Hasil dari penelitian ini adalah batas suatu kemaslahatan dalam

suatu aplikasi hukum Maqāṣid as-Syari’ah Al- Syatibhi ditentukan pada

tingkat rasa keadilan pada suatu kelompok masyarakat Suku Hulondhalo

di Kota Gorontalo. Namun hal ini tidak serta merta menafsirkan bahwa

kemaslahatan suatu kelompok masyarakat Suku Hulondhalo di Kota

Gorontalo boleh bersebrangan dengan norma hukum Islam yang berlaku.

Page 28: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

11

Segala aplikasi atau kegiatan yang berhubungan dengan hukum Islam yang

dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat Suku Hulondhalo di Kota

Gorontalo perlu ditelusuri dengan metode Maqāṣid as-Syari’ah Al-

Syatibhi.

4. Penelitian Jurnal: Nurul Huda dengan judul “kawin hamil dalam kompilasi

hukum islam (tinjauan Maqāṣid as-Syari’ah)” peneliti ini merupakan

penelitian library research, sebagai analisisnya menggunakan pendekatan

yuridis dan pendekatan Maqāṣid as-Syari’ah. Berdasarkan analisis yang

dilakukan, penelitian ini memeperoleh kesimpulan: pertama, dasar hukum

yang dipakai dalam ketentuan pasal 53 kompilasi hukum islam adalah

hadits nabi Muhammad saw “awwaluhu sifahun wa al-ahiruhu nikahun,

wa al-haramu la yuharrimu al-halala”. Selain itu ketetapan pasal 53 KHI

ini juga mempertimbangkan landasan filosofi sosiologi, dan psikologi

sebagai pertimbangan menjadi landasan hukum. Kedua, melalui analisis

Maqāṣid as-Syari’ah ketentuan pasal 53 KHI ini juga memperhatikan

kemashlahatan, terutama kemashlahatan bagi wanita hamil dan anak dalam

kandungannya, sehingga dengan dibolehkan melangsungkan perkawinan.

5. Penelitian Tesis: Hasbullah yang berjudul “poligami dalam kompilasi

hukum islam dan dalam perspektif keadilan gender” tesis ini adalah sebuah

kajian pustaka yang mendeskripsikan teleologis (teori tujuan hukum/

Maqāṣid as-Syari’ah) terhadap keadilan gender dalam konsep poligami.

Penelitian yang menitikberatkan pada latar belakang terbentuknya system

hukum poligami dalam KHI syari’ah hukum islam.

Page 29: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

12

Letak persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini

adalah dara segi substansinya yakni Konsep Maqāṣid As-Syari’ah menurut Al-

Syathibi dan Konsep Keadilan dalam Poligami. Berikut tabel perbedaan tesis

terdahulu dengan tesis yang akan diteliti oleh penulis:

No Nama Peneliti dan Judul

Penelitian

Persamaan Perbedaan

1 Abdurrohman Kasd, menulis

tersis yan berjudul ” Maqāṣid

as-Syari’ah perspekif

pemikiran Imam Syatibi

dalam kitab Al-Muwafaqot

Maqāṣid as-Syari’ah

perspekif pemikiran

Imam Syatibi

-KajianTeori

Maqāṣid as-

Syari’ah sedangkan

peneliti fokus pada

Teori Keadilan

Poigami

2 Ali Yasmanto, menulis tesis

yang berjudul ” Konsep

Keadilan Dalam Poligami

(Studi komperasi antara

Pemikiran Fazlur Rahman dan

M. Quraish Shihab)”.

Penelitian tentang

konsep keadilan dan

konsep keadilan

Fokus kajian peneliti

tersebut pada

masalah konsep

keadilan menurut

pemikiran Fazlur

Rahman dan

M.Quraish Shihab

3 Nurul Mahmudah, menulis

tesis yang berjudul ”Tradisi

Dutu pada Perkawinan Adat

Suku Hulondhalo di Kota

Penelitian tentang

Maqāṣid as-Syari’ah

Al- Syatibhi

-Fokus Penelitian

berbeda

-KajianTeori

berbeda

Page 30: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

13

Gorontalo dalam Konteks

Modernitas Perspektif

Maqāṣid as-Syari’ah Al-

Syatibhi”.

4. Penelitian Jurnal: Nurul Huda

dengan judul “kawin hamil

dalam kompilasi hukum islam

(tinjauan Maqāṣid as-

Syari’ah)”

Penelitian tentang

Maqāṣid as-Syari’ah

-Fokus Penelitian

berbeda

-KajianTeori

berbeda

5. Hasbullah yang: berjudul

“poligami dalam kompilasi

hukum islam dan dalam

perspektif keadilan gender”

Penelitian tentang

poligami dan

keadilan

Focus Penelitian

yang

menitikberatkan

pada latar belakang

terbentuknya system

hukum poligami

dalam KHI syari’ah

hukum islam

F. Definisi Operasional

1. Konsep keadilan dalam Poligami: Apabila seorang laki-laki mempunyai

istri lebih dari satu yakni adil secara lahir atau bathin, yaitu dalam

perbuatan dan rasa kasih sayang, Keadilan juga dituntut didalam surat Al-

Ahzab ayat 50 dan Al-Baqarah ayat 228

Page 31: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

14

2. Maqāṣid as-Syari’ah menurut Al-Syathibi: Hukum-hukum yang

disyariatkan oleh Allah untuk mewujudkan kemaslahatan bagi umat

manusia, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

G. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan dalam penelitian ini terstruktur dengan baik dan mudah

ditelusuri serta difahami oleh pembaca, maka penulisan penelitian ini disusun

dalam lima bab yang masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab, adapun

sistematikanya adalah sebagai berikut:

Bab I membahas tentang pendahuluan yang terdiri dari konteks penelitian,

fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, orisinalitas penelitian,

definisi operasional, dan sistematika pembahasan.

Bab II membahas tentang kajian pustaka yang terdiri dari kajian

konseptual yang berkaitan dengan variable penelitian, yaitu Maqāṣid as-Syari’ah.

Selanjutnya yaitu, landasan teoritik yang menjadi objek formil dalam penelitian

ini, yaitu Konsep Keadilan dalam Poligami..

Bab III menguraikan tentang metode penlitian yang akan digunakan dalam

penelitian, yang terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti,

latar penelitian, data dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, teknik

analisis data, dan pengecekan keabsahan.

Bab IV membahas tentang pemaparan data dan hasil dari penelitian yang

mencakup tentang tentang Metode Istimbat Hukum Maqāṣid As-Syari’ah menurut

Al-Syathibi, dan Konsep Keadilan Poligami Perspektif Maqāṣid as-Syari’ah

menurut al-Syathibi.

Page 32: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

15

Bab V adalah penutup yang memuat kesimpulan, implikasi dan saran-

saran.

Page 33: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

16

Page 34: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Maqāṣid as-Syari’ah

Maqāṣid as-Syari’ah terdiri dari dua kata yaitu Maqāṣid dan al-syar’iah

yang hubungan antara satu an yang lainnya dalam bentuk mudhaf dan mudhofun

ilaih. Dari aspek bentuk plural (jamak) dari kosakata Arab yang berasal dari kata

qashada-yaqshidu, dan jika dicermati memiliki tiga macam arti, yaitu:13

1. Kata kerja qasada dipahami sebagai lawan kata lagha, yang berarti sia-sia,

tidak berguna atau tidak memiliki manfaat atau mengabaikan makna

(syarfuddalalah) dengan kata lain, maqsad berarti memperoleh manfaat

atau meratifikasi makna (‘aqdu ad-dalalah). Dalam konteks demikian

makna maqsad identik dengan arti maqsud seehingga maqsudul kalam

lebih tepat diartikan dengan madlulul kalam yang berarti arti dan maksud

dari suatu kata, bentuk pluralnya maqshudat. Dengan demikian, makna

maqshud atau maqshudat mengandung arti semantikal (al-ma’mun ad-

dalali).

2. Kata kerja qasada dipahami sebagai lawan kata saha yang mempunyai arti

lupa, lalai dan kehilangan arah. Dalam hal ini maqsad berarti mencapai

arah dan tujuan atau terbebas dari kelalaian. Dalam konteks yang

demikian, maqsad identik dengan arti qasdu dan bentuk pluralnya qusud

yang berarti kemauan dan keinginan atau segala sesuatu yang berkaitan

dengan perasaan emosional (al-irodah atau al-madhmun asy-ayu-‘uri).

13 Ahmad Yasin Asy’ari, Anis Tyas Kuncoro, Fiqh Maqashid, (Semarang: Sultan Agung Press,

2014) hlm. 12

Page 35: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

18

3. Kata kerja qasada dipahami sebagai lawan kata laha, yang berarti tidak

memiliki tujuan yang benar dan penggerak yang legal. Dalam hal ini,

maqāṣid identik dengan arti hikmah dan bentuk pluralnya maqāṣid.

Maqāṣid atau Maqāṣid dalam perspektif hikmah dipahami sebagai pesan-

pesan nilai dan moral (al-madmun al-qiyami).

Adapun yang menjadi tujuan Allah dalam menetapkan hukum itu adalah

al-mashlahah atau maslahat yaitu untuk memberikan kemaslahatan kepada umat

manusia dalam kehidupannya di dunia, maupun dalam persiapannya menghadapi

akhirat. Dengan demikian maqāṣid as-Syari’ah adalah maṣlaḥah itu sendiri. Atau

maqāṣid as-Syari’ah adalah mashlahah. Maksud Allah untuk kemaslahatan atau

untuk kemaslahatan umat itu dapat dilihat dalam firman Allah dalam Al-Qur’an

surat al-Anbiyā ayat 107 yang berbunyi:

ر وما إل ك ن سل أ ١٠٧ لمي ع ل ل ة رح

“Kami tidak mengutusmu ya muhammad, kecuali untuk rahmat bagi seisi alam”

Kata syariah yang sejatinya berarti hukum Allah, baik yang ditetapkan

sendiri oleh Allah, maupun ditetapkan Nabi sebagai penjelasan atas hukum yang

ditetapkan Allah atau dihasilkan oleh mujtahid berdasarkan apa yang ditetapkan

oleh Allah atau dijelaskan oleh Nabi. Karena yang dihubungkan kepada kata

syari’ah itu adalah kata “maksud”, maka kata syari’ah berarti pembuatan hukum

atau syari’, bukan hukum itu sendiri. Dengan demikian, kata maqāṣid as-Syari’ah

berarti: apa yang dimaksud oleh Allah dalam menetapkan hukum, apa yang dituju

Page 36: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

19

Allah dalam menetapkan hukum atau apa yang ingin dicapai oleh Allah dalam

menetapkan suatu hukum.

Abu Ishak al-Syathibi, didalam kitabnya Al-Muwafaqat, mengklasifikasi

sistematika urutan maqashid menjadi tiga tingkatan, yaitu:14

1. Maqashid dharuriyyat (Kemaslahatan Primer), mencangkup lima hal yang

prinsip dan dikenal dengan istilah ad-Dharuriyyat al-Khumus dengan

sistematika urutan tingkatan yang dapat dibedakan menjadi tiga macam,

yaitu :

a. ad-Dīn (agama), an-Nafs (jiwa), an-Naṣab (keturunan), al-Māl (harta

benda), al-‘Aqli (akal)

b. ad-Dīn (agama), an-Nafs (jiwa), al-‘aqli (akal), an-Naṣab (keturunan),

al-Māl (harta benda)

c. ad-Dīn (agama), an-Nafs (jiwa), an-Naṣab (keturunan), al-‘aqli (akal),

al-Māl (harta benda)

2. Maqāṣid hajiyyat (Kemaslahatan Sekunder)

3. Maqāṣid tahsiniyyat (Kemaslahatan Tersier)

Dalam pembahasan tentang maslahat, manusia merupakan tujuan

penelitian Hukum Islam, Adapun tujuan Syariat (MaqāṢid as-Syari’ah ) adalah

sesuatu yang final dan hikmah pada setiap ketetapan Hukum, oleh karena itu

dalam ajarannya Syariat selalu merealisasikan misi utamanya yaitu menjaga

kemaslahatan manusia baik di dunia maupun di akhirat dengan sarana yang paling

14 Asafri Jaya Bakri , Konsep Maqhasid Syari’ah Menurut al-Syatibi, Cet. Ke-1, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 1996), hlm. 72

Page 37: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

20

efektif untuk menciptakan kehidupan umat yang beradab, dari sini tampak bahwa

Islam sebagai agama rahmatal lilalamin dalam arti yang seluas-luasnya.

Adapun pentingnya mengetahui dan memahami MaqāṢid as-Syari’ah itu

bertujuan untuk menetapkan perintah-perintah dan larangan Allah SWT demi

kemaslahatan manusia di dunia maupun di akhirat.

Dari segi bahasa Maqāṣid as-Syari’ah berarti maksud atau tujuan

disyari’atkan hukum Islam. Karena itu, yang menjadi bahasan utama di dalamnya

adalah mengenai masalah hikmah dan illat ditetapkannya suatu hukum.15 Kajian

tentang tujuan ditetapkannya hukum dalam Islam merupakan kajian yang menarik

dalam bidang ushul fiqh. Dalam perkembangan berikutnya, kajian ini merupakan

kajian utama dalam filsafat hukum Islam. Sehingga dapat dikatakan bahwa istilah

Maqāṣid as-Syari’ah identik dengan istilah filsafat hukum Islam.16 Istilah yang

disebut terakhir ini melibatkan pertanyaan-pertanyaan kritis tentang tujuan

ditetapkan suatu hukum.

Tujuan Allah SWT mensyari’atkan hukumnya adalah untuk memelihara

kemaslahatan manusia, sekaligus untuk menghindari mafsadah, baik di dunia

maupun di akhirat kelak. Tujuan tersebut hendak akan dicapai melalui taklif, yang

pelaksanaannya tergantung pada pemahaman sumber hukum yang pertama, Al-

Qur’an dan Hadits.17

15 Khmad al-Raisuni, Nazhariyat Al-Maqashid ‘Inda Al-Syatibi, (Rabath: Dar al-Aman, 1991),

hlm. 67 16 Shubhi Mahmashani, Falsafah al-Tasyri fi al-Islam, (De-hi: Internasional Islamic Publisherrs,

1989) hlm. 325 17 Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, Bag. I (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 125

Page 38: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

21

Dari uraian tentang maslahat disebutkan di atas, maslahat itu dapat dibagi

dengan melihat kepada beberapa segi. Dari segi tujuan yang hendak dicapai

maslahat itu terbagi dua:

1. Mendatangkan manfaat kepada umat manusia (جلب منفعه), baik bermanfaat

untuk hidup di dunia, maupun manfaat untuk kehidupan di akhirat.

Manfaat itu ada yang langsung dapat di rasakan seperti orang yang sedang

kehausan diberi minum segar. Ada pula yang manfaat itu dirasakan

kemudian sedang pada awalnya bahkan dirasakan sebagai yang tidak

menyenagkan. Umpamanya pemberian obat kina kepada orang yang

sedang sakit malaria.

2. Menghndari kemudaratan (دفع مضرة), baik dalam kehidupan di dunia,

maupun kehidupan di akhirat. Mudarat itu ada yang langsung dirasakan

waktu melakukan prbuatan seperti minum khamar yang langsung teler.

Ada pun mudarat atau kerusakan itu dirasakan kemudian, sedangkan

sebelumnya tidak dirasakan mudaratnya, bahkan dirasakan enaknya seperti

berxina dengan pelacur yang berpenyakit kelamin.18

Macam-macam maslahah berdasarkan tingkatannya, berdasarkan

pandangan syar’i dan dalil-dalil nash serta untuk menjaga Maqāṣid as-Syari’ah,

para ulama menggolongkan maslahah menjadi tiga tingkatan:

1. Maslahah Dhoruriyyat, yaitu maslahah yang ditetapkan demi

keberlangsungan hidup manusia di dunia maupun diakhirat. Sekiranya

maslahah ini tidak terealisir, maka hilanglah kehidupan manusia di dunia,

18 Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, hlm. 126

Page 39: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

22

hilanglah kenikmatan dan tersiksalah di akhirat. Maslahah ini meliputi

lima hal, yang menjadi Maqāṣid as-Syari’ah.

2. Maslahah Hajiyyat, yaitu maslahah yang dibutuhkan oleh manusia hanya

untuk menghilangkan kesulitan pada dirinya. Sekiranya maslahah tersebut

tidak tercapai, maka hidup manusia akan merasa kesulitan dan kesusahan,

tidak sampai menghilangkan kehidupannya. Maslahah ini terdapat pada

masalah furu’ yang bersifat mu’amalah, seperti jual beli, serta berbagai

macam keringanan (rukhsoh) yang telah ditetapkan oleh syari’, misalnya

menjama’ dan menqashar shalat bagi musafir, berbuka bagai orang orang

hamil dan menyusui dan lain sebagainya.

3. Maslahah Tahsiniyyat, yaitu maslahah yang dimaksudkan untuk

memperbaiki adat kebiasaan dan memuliakan akhlak manusia. Seperti

bersuci ketika akan melakukan shalat, memakai perhiasan, wangi-wangian,

haramnya makanan yang kotor dan lain sebagainya.19

Oleh karena itu hukum-hukum yang mengandung kemashlahatan

dhoruriyat menjadi lebih penting untuk didahulukan dan dijaga daripada hukum-

hukum yang bersifat hajjiyat apalagi yang bersifat tahsiniyat.

Beberapa macam maslahah berdasarkan pandangan syari’, berdasarkan

adanya pengakuan dan penolakan dalil terhadap suatu maslahah, maka para ulama

membagi maslahah menjadi tiga macam, yakni:

19 Dinarfirst, org/memahami-hubungan-maslahah-mursalah-dan maqasid-syariah/ diakses pada

tanggal 22 agustus 2017

Page 40: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

23

a. Maslahah Mu’tabaroh, yaitu kemaslahatan yang diakui oleh syari’ dan

terdapat dalil yang menetapkannya. Maslahah ini dapat dijadikan hujjah

hukum, tidak diragukan lagi keabsahannya, serta tidak ada perselisihan

dalam mengamalkannya. Pengamalan maslahah ini disebut qiyas.

b. Maslahah Mulghoh, yaitu maslahah yang tidak didukung oleh syar’i,

akan tetapi ditolak dan ditentang oleh syar’i. Artinya tatkala nash

menghukumi suatu peristiwa karena adanya kemaslahatan di dalamnya,

kemudian sebagian orang menghukumi peristiwa tersebut dengan

merubah ketetapan syar’i karena kemaslahatan yang mereka perkirakan

(wahm). Hukum semacam ini ditolak, karena maslahah yang mereka

perkirakan tesebut ditentang oleh syar’i. Penetapan suatu hukum tidak

dapat didasarkan pada maslahah terebut karena hal itu bertentangn

dengan Maqashid as-Syari’ah.

c. Maslahah Mursalah, yaitu maslahah yang tidak ditemukan dalil yang

mendukungnya dan tidak ada pula yang menentangnya. Suatu peristiwa

yang belum terdapat hukumnya di dalam nash, dan tidak ada pula ‘illat

yang dapat diqiyaskan dengan nash, akan tetapi terdapat sesuatu yang

sesuai dengan nash dalam pensyari’atannya, artinya pensyari’atan

hukum tersebut dapat mendatangkan kemaslahatan atau manfaat dan

menolak kemadharatan, yang kemudian hal ini oleh para ulama

diistilahkan dengan mashalih al-mursalah. Dinamakan maslahah karena

mendatangkan manfaat dan kebaikan serta menolak kemadharatan; dan

dinamakan mursalah karena tidak terdapat nash (dalil) yang mendukung

ataupun menentangnya. Jadi pada hakikatnya maslahah mursalah

Page 41: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

24

adalah segala sesuatu yang mendatangkan kemanfaatan yang telah

termaktub dalam Maqāṣid as-Syari’ah akan tetapi tidak didukung oleh

adanya dalil.20

Maqasid tersebut dianggap sebagai barometer untuk menentukan apakah

suatu masalah itu termasuk maslahat (kebaikan) atau mafsadat (keburukan), yang

itu harus ditinjau dari maqashid atau maqshad atau tujuan dari ketentuan yang

ditentukan oleh Allah dan Rasulnya.

Kepentingan hidup manusia yang bersifat primer yang disebut dengan

istilah daruriyyat tersebut di atas merupakan tujuan utama yang harus dipelihara

oleh Hukum Islam. Kepentingan-kepentingan yang harus dipelihara itu adalah :

1. Perlindungan Terhadap Agama

Perlindungan agama ini merupakan tujuan pertama hukum Islam.

Sebabnya adalah karena agam merupakan pedoman hidup manusia, dan di dalam

agama Islam selain komponen-komponen akidah yang merupakan pegangan

hidup setiap Muslim serta akhlak yang merupakan sikap hidup seorang Muslim.

Dari hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari yang diambil dari jalur Masruq

dari Abdullah, bahwasanya Rasulullah bersabda:

ال يحل دم امرئ مسلم يشهد أن ال إله إال هللا وأن ي رسول هللا إال

اني والمارق من الد ين الت ارك بإحدى ثالث الن فس باالن س والث ي ب الز

للجماعة

20 Dinarfirst, org/memahami-hubungan-maslahah-mursalah-dan maqasid-syariah/ diakses pada

tanggal 22 agustus 2017

Page 42: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

25

“Tidaklah halal darah seorang muslim yang bersksi bahwa tiada Tuhan selain

Allah dan bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah, kecuali karena salah satu

dari tiga hal; jiwa dengan jiwa(membunuh dihukum mati), orang yang telah

menikah berzina, dan orang yang murtad dari agama (islam) karena

meninggalkan sholat jamaah”.

Berdasarkkan hadits diatas sudah sangat jelas sekali bahwasanya Allah

melindungi orang-orang yang berada dalam agamanya. Jadi orang-orang yang

berada dalam agama islam haram baginya darahnya atau haram baginya untuk

membunuhnya.

Dan dilain pihak juga islam menjaga hak dan kebebasan, dan kebebasan

yang pertama adalah kebebasan berkeyakinan dan beribadah, setiap pemeluk

agama berhak atas agama dan madzhabnya, ia tidak boleh dipaksa untuk

meninggalkannya manuju agama atau madzhab lain, juga tidak boleh ditekan

untuk berpindah keyakinannya untuk masuk Islam.

Dasar hak ini sesuai firman Allah

ين ٱ ف راه إك ل قد ل ل ٱ من د لرش ٱ تبي فر يك فمن غ من ويؤ غوت لط ٱب ٱب سك تم س ٱ فقد لل ٱب

ٱو لها نفصام ٱ ل ق وث ل ٱ وة عر ل ٢٥٦ عليم سميع لل

“Tidak ada paksaan untuk (mamasuki) agama (islam), sesunguhnya telah jelas

yang benar daripada jalan yang sesat”.(QS.Al-Baqarah(2): 256).21

Mengenai tafsir ayat ini Ibnu katsir mengungkapkan,” Janganlah kalian

memaksa seseorang untuk memasuki Agama Islam. Sesungguhnya dalil dan bukti

21 Departemen Agama RI, Al-qur’an Al-Karim Dan terjemahnya.

Page 43: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

26

akan hal itu sangat jelas dan gamblang, bahwa seseorang tidak boleh dipaksa

untuk masuk agama islam.”

Asbabun nuzul ayat ini (sebagimana dikatakan para ulama ahli tafsir)

menjelaskan kepada kita suatu sisi mengagumkan agama ini( Islam). Mereka

meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang menceritakan ada seorang perempuan yang

sedikit keturunannya, dia bersumpah kepada dirinya, bahwa bila dikarunia

seorang anak, dia akan menjadikannya seorang yahudi ( hal seperti ini dilakukan

oleh wanita dari kaum ashar pada masa jahiliyah), lalu ketika muncul Bani

Nadhir, diantara mereka terdapat keturunan dari kaum Anshar. Maka bapak-bapak

mereka berkata,” kami tidak akan membiarkan anak-anak kami memeluk agama

yahudi, lalu Allah menurunkan ayat ini.

Atas peristiwa yang terjadi ini, Al-qur’an tetap menolak segala bentuk

pemaksaan, karena orang yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dia akan

membukakan dan menerangi mata hatinya, lalu orang itu akan masuk Islam

dengan bukti dan hujjah. Barangsiapa yang hatinya dibutakan, pendengaran, dan

penglihatannya ditutup oleh Allah, maka tidak ada gunanya mareka masuk Islam

dalam keadaan dipaksa.

2. Perlindungan Terhadap Nyawa

Pemeliharaan ini merupakan tujuan kedua Hukum Islam, karena itu

Hukum Islam wajib memelihara hak manusia untuk hidup dan mempertahankan

kehidupannya. Untuk itu Hukum Islam melarang pembunuhan sebagai upaya

menghilangkan jiwa manusia dan melindungi berbagai sarana yang dipergunakan

oleh manusia dan mempertahankan kemaslahatan hidupnya. 22

22 Muhammad Daud Ali, Hukum Islam ( Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2005), hlm 63

Page 44: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

27

Hak pertama dan paling utama yang diperhatikan Islam adalah hak hidup.

Maka tidak mengherankan bila jiwa manusia dalam syariat Allah sangatlah

dimuliakan, harus dipelihara, dijaga, dipertahankan, tidak menghadapkannya

dengan sumber-sumber kerusakan/ kehancuran. Alllah berfirman:

هاي يين ٱ أ ل ءامنوا ل

م ا كلو تأ

نكمبي لكمو أ ٱب

ن إل طل ب ل تكون أ

نكم تراض عن رة تج نفسكم ا تلو تق ول م ٱ إن أ كن لل ٢٩ ارحيم كم ب

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri, sesungguhnya Allah adalah

maha penyayang kepadamu” (Q.S.An-Nisa, 29)23

Al-Bukhori dan Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah,

bahwasanya Rasulullah bersabda:

فهو في نار جهنم يترد فيه خالدا مخل دا من ترد من جبل فقتل نفسه

فسمه في يده يتحساه في نار جهنم خالدا فيها أبدا ومن تحسى سما

بحديدة فحديدته في يده يجأ بها في مخل دا فيها أبدا ومن قتل نفسه

بطنه في نار جهنم خا لدا مخلدا فيها أبدا

“barang siapa yang menjatuhkan diri dari gunung, lalu dia mati maka di neraka

jahannam dia akan mejatuhkan diri dia kekal dan dikekalkan di dalamnya. Dan

barang siapa yang minum racun, lalu dia mati maka dia akan menghirup racun

tersebut di neraka jahannam dia kekak dan dikekalkan didalamnya. Dan barang

siapa yang bunuh diri dengan menggunakan potongan besi maka di neraka

jahannam besi itu akan berada di tangannya lalu dia akan memukul sendiri

perutnya dengan besi tersebut dia kekal dan dikekalkan di dalamnya selamanya”.

23 Departemen Agama RI, Al-qur’an Al-Karim Dan terjemahnya.

Page 45: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

28

Hal ini disebabkan karena membunuh berarti menghancurkan sifat

(keadaan) dan mencabut ruh manusia. Padahal Allah sajalah sang pemberi

kehidupan, dan dia sajalah yang mematikannya. Dialah sang pencipta kehidupan

dan kematian.

Syekh Muhammad Mutawali Asy-Sya’rawi mengatakan :

Kita tidak menyaksiakan penciptaan makhluk, namun setiap hari kita

menyaksikan kematian, dan hal ini merupakan hal yang sudah kita ketahui

bersama. Merusak segala sesuatu berarti kebalikan dari menciptakannya. Maka

bagaimana manusia diperkenankan merusak sesuatu yang dibangun (diciptakan)

Allah? Dalam penjelasannya firman Allah pada surat Q.S Asy-syura 77-82 :

هم عدو فإنيٱ ٧٧ لمي ع ل ٱ رب إل ل يٱو ٧٨ دين يه فهو خلقن ل هو ل

يٱو ٨٠ في يش فهو ت مرض إوذا ٧٩ قي ويس عمن يط ٨١ يي ي ثم يميتن لي ٱو ط ل

ن مع أ

ين ٱ م يو ت خطي ل فر يغ أ ٨٢ ل

“karena sesunggunya apa yang kamu sembah itu adalah musuh ku kecuali dan

semesta alam ( Tuhan) yang telah mencipatkan aku, maka dialah yang menunjuk

aku dan Tuhan ku, yang dia memberi makan dan minum kepadaku dan apabila

aku sakit dialah yang menyembuhkan aku dan yang akan mematikan aku,

kemudian akan menghidupkan aku (kembali) dan yang amat aku inginkan akan

mengampuni kesalahan ku pada hari kiamat (asyura)24

Ada perbedaan antara pembunuhan dan kematian. Pembunuhan tidaklah

sama dengan kematian, karena pembunuhan berarti merusak struktur tubuh yang

menyebabkan keluarnya ruh-ruh hanya akan berada dalam tubuh yang sehat

24 Departemen Agama RI, Al-qur’an Al-Karim Dan terjemahnya.

Page 46: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

29

dengan spesifikasi-spesifiaksi khusus, karena itulah Allah berfirman mengenai

Rasulullah dalam Al-Qur;an terdapat pada surat Al-Imran :144

د وما فإي ن لرسل ٱ له قب من خلت قد رسول إل ممات أ و م

تم نقلب ٱ قتل أ

ع ع ٱ يض فلن ه عقبي ع ينقلب ومن بكم ق أ ٱ زيوسيج ا شي لل لل

١٤٤ كرين لش ٱ

“Muhahammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu

sebelumnya bebarapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu

berbalik ke belakang (murtad), barang siapa yang berbalik ke belakangm maka ia

tidak dapat mendatangkanmudarat kepada Allah sedikit pun, dan Allah akan

memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur”. 25

Adapun kematian adalah keluarnya ruh dari tubuh, dengan struktur tubuh

dalam keadaan sehat, dan hanya Allah-lah yang mematikan. Sedang pembunuhan

dapat dilakukan manusia dengan menggunakan alat tajam atau dengan tembakan

peluru.

3. Perlindungan terhadap Akal

Akal merupakan sumber hikmah (pengetahuan), sinar hidayah, cahaya

matahari, dan media kebahagian manusia di dunia dan akhirat. Dengan akal, surat

perintah dari Allah disampaikan, dengannya pula manusia berhak pemimpin di

muka bumi, dan dengannya manusia menjadi sempurna, mulia, dan berbeda

dengan makhluk lainnya. Allah swt berfirman dalam surat al- Isra’ :70 :

25 Departemen Agama RI, Al-qur’an Al-Karim Dan terjemahnya.

Page 47: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

30

م ولقد ل ٱ ف هم ن وحل ءادم بن ناكر ٱو ب ن همن ورزق ر ح ل ي ب ٱ م ت لط

ل كثي ع هم ن وفض ن م ٧٠ ضيل تف ناخلق م

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka

di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami

lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk

yang telah Kami ciptakan”.26

Andai tanpa akal, manusia tidak berhak mendaptkan pemuliaan yang bisa

mengangkatnya menuju barisan para malaikat. Dengan akal, manusia naik menuju

alam para malaikat yang luhur. Karena itulah, akal poros pembenahan pada diri

manusia.

Dengannya, manusia akan mendapatkan pahala dan berhak mendapat

siksa. Balasan di dunia dan di akhirat berdasarkan akal dan kekuatan pengetahuan.

Nikmat dalam diri manusia ini membukakannya cakrawala kehidupan, dia bisa

menapaki penjuru bumi dan menyelam di bawah kedalamannya.

Melalui akalnya manusia, manusia mendapatkan petunjuk menuju

makrifat kepada Tuhan dan Penciptanya. Dengan akalnya, dia menyembah dan

menaatinya, menetapkan kesempurnaan dan keagungan untuknya, mensucikannya

dari segala kekurangan dan cacat, membenarkan para rasul dan para nabi, dan

mempercayai bahwa mereka mereka adalah perantara yang akan memindahkan

kepada manusia apa yang diperintahkan Allah kepada mereka, membawa kabar

gembira untuk mereka dengan janji, dan membawa peringatan dengan ancaman.

26 Departemen Agama RI, Al-qur’an Al-Karim Dan terjemahnya.

Page 48: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

31

Maka manusia mengoperasikan akal mereka, mempelajari yang halal dan yang

haram, yang berbahaya dan bermanfaat, serta yang baik dan buruk.

Setiap kali manusia mengoperasikan pikiran dan akalnya, menggunakan

mata hati dan perhatiannya, maka dia akan memperoleh rasa aman, merasakan

kedamaian dan ketenagan, dan masyarakat tempat dia hidup pun akan di dominasi

oleh suasana yang penuh dengan rasa sayang, cinta, dan ketengangan. Manusia

pun merasakan aman atas harta, jiwa, kehormatan, dan kemerdekaan mereka.

Akal dinamakan عقل (ikatan) karena ia bisa mengikat dan mencegah pemilihnya

untuk melakukan hal-hal buruk dan mengerjakan kemungkaran. Dinamakan

demikian, karen akal pun menyerupai ikatan unta, sebuah ikatan akan mencegah

manusia menuruti hawa nafsu yang sudah tidak terkendali, sebagaimana ikatan

akan mencegah unta agar tidak melarikan diri saat berlari. Karena itulah Amir bin

Abdul Qais berkata :

قل عا فأنت ينيغي ال عما عقلك عقلك اذا

“Jika akal mengikat mengikatmu dari sesuatu yang tidak sempurna maka anda

adalah orang yang berakal”.

Diriwayatkan juga dari Nabi Muhammad SAW :

البطل والحق بين به يفرق قلب غي نوؤ عقلال

“Akal adalah cahaya dalam hati yang membedakan antara perkara yang haq

dan perkara yang bathil”.

Page 49: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

32

Orang yang memerhatikan dengan mata hati dan cahaya iman, serta

merenungkan dunia saat ini, juga peristiwa dan perubahan yang terjadi, maka dia

akan mendapati bahwa mayoritas umat yang maju dan berperadaban adalah

mereka yang membuka medan kehidupan di depan akal, lalu melepaskannya dari

semua ikatan membuka tutup dan penghalangnya, menyingkirkan semua

rintangan dan tembok, memecahkan dan melepaskan tali serta batasan di depan

kekuatan yang sangat besar, yakni dengan perhatian, pikran, pembahasan, dan

ilmu.

4. Perlindungan terhadap harta benda

Harta merupakan salah satu kebutuhan inti dalam kehidupan, ditangan

manusia tidak akan bisa terpisah darinya.

ٱو مال ل ٱ ن ٱ ة يو ل ٱ زينة نون ل اواب ث رب ك عند خي ت لح لص ٱ ت قي ب ل ٱو يا لمل وخي ٤٦ أ

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan

yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih

baik untuk menjadi harapan”. (Q.S Al-Kahfi: 46)

Manusia termotivasi untk mencari harta demi menjaga eksistensinya dan

demi menambah kenikmatan materi dan religi, dia tidak boleh berdiri sebagai

pengahalang antar dirinya dengan harta. Namun, semua motivasi ini dibatasi

dengan tiga syarat, yaitu harta yang dikumpulkannya dengan cara yang halal,

dipergunakan untuk hal-hal yang halal, dan dari harta ini harus dikeluarkan hak

Allah dan masyarakat tempat dia hidup.

Page 50: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

33

Cara menghasilkan harta tersebut adalah dengan cara bekerja dan mewaris,

maka seseorang tidak boleh memakan harta orang lain dengan cara yang batil,

karena Allah berfirman dalam surat An-Nisa’: 29

هاي يين ٱ أ ل ءامنوا ل

م ا كلو تأ

نكمبي لكمو أ ٱب

ن إل طل ب ل تكون أ

نكم تراض عن رة تج نفسكم ا تلو تق ول م ٱ إن أ ٢٩ ارحيم بكم كن لل

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku

dengan suka sama suka di antara kamu, Dan janganlah kamu membunuh dirimu;

sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu

”.27

Apabila seseorang meminjamkan hartanya kepada orang lain dalam bentuk

utang, maka ia bisa memilih salah satu di antara tiga kemungkinan berikut :

a. Meminta kembali hartanya tanpa tambahan.

b. Apabila tidak bisa mendapatkannya maka dia harus bersabar dan tidak

membebaninya dengan melakukan tagihan.

c. Apabila orang yang memberikan pinjaman adalah orang kaya, dia dapat

menyedahkan pinjaman tersebut kepada peminjam yang dalam keadaan

miskin atau payah, karena nikmat harta harus menjadi motivator untuk

saling mengasihi, tidak untuk bersikap antipati.

Perlindungan untuk harta yang baik ini tampak dalam dua hal berikut :

27 Departemen Agama RI, Al-qur’an Al-Karim Dan terjemahnya.

Page 51: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

34

Pertama, memiliki hak untuk di jaga dari para musuhnya, baik dari tindak

pencurian, perampasan, atau tindakan lain memakan harta orang lain (baik

dilakukan kaum muslimin atau nonmuslim) dengan cara yang batil, seperti

merampok, menipu, atau memonopoli.

Kedua, harta tersebut dipergunakan untuk hal-hal yang mubah, tanpa ada

unsur mubadzir atau menipu untuk hal-hal yang dihalalkan Allah. Maka harta ini

tidak dinafkahkan untuk kefasikan, minuman keras, atau berjudi.

Dalam Islam, harta adalah harta Allah yang dititipkannya pada alam

sebagai anugerah ilahi, yang diawasi dan ditundukkannya untuk manusia

seluruhnya. Dan pada kenyataannya, dengan harta, jalan dapat disatukan, dan

kedudukan yang manusia raih, serta pangkat yang mereka dapatkan dari harta,

yakni harta dan hak Allah seperti yang telah ditetapkan islam adalh hak

masyarakat, bukan hak kelompok, golongan, atau starata tertentu. Ia adalah harta

Allah yang yang ditunjuknya sebagai khalifah adalah manusia. Melindungi dan

tidak menganiaya harta serta mengambilnya dengan cara yang batil.28

5. Perlindungan terhadap Keturunan

Maksud ini Islam mensyariatkan larangan perzinaan, munuduh zina,

terhadap perempuan muhsonat, dan menjatuhkan pidana bagi setiap orang yang

melakukannya.29

Agar kemurnian darah dapat dijaga dan kelanjutan umat manusia dapat

diteruskan. Hal ini tercermin dalam hubungan darah yang menjadi syarat untuk

dapat saling mewarisi, dan larangan berzina yang terdapat dalam surat al-isra’ : 32

28 Ahmad Al-mursi Husain jauhar, Maqashid Syariah, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm 191 29 Saifudin Zuhri, ushul fiqih akal sebagai sumber hukum islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2009), hlm 105-106

Page 52: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

35

ن ٱ ربوا تق ول ٣٢ سبيل ء وسا حشة ف كن ۥإنه لز

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan

yang keji dan suatu jalan yang buruk”.

Hukum kekeluargaan dan kewarisan Islam adalah hukum-hukum yang

secara khusus diciptakan Allah untuk memelihara kemurnian darah dan

kemaslahatan keturunan. Dalam hubungan ini perlu dicatat bahwa dalam hukum

Islam ini diatur lebih rinci dan pasti dibandingkan dengan ayat-ayat hukum

lainnya. Maksudnya adalah agar pemeliharaan dan kelanjutan dapat berlangsung

dengan sebaik-baiknya.30

Hampir semua ulama dan penuis ushul fiqh pada waktu membicarakan

Maqashid as-Syariah membicarakan pula tujuan mengetahui Maqāṣid as-Syari’ah

itu. Dalam memberikan uraian di antaranya agak berlebihan, termasuk yang tidak

jelas tujuannya. Namun tujuan awalnya adalah menemukan sifat-sifat yang sahih

yang terdapat dalam hukum yang ditetapkan dalam nash syara’ untuk disaring

menjadi illat hukum melalui petunjuk masalhikul illah, sedangkan tujuan akhir

yang merupakan tujuan utamanya adalah ta’lil al-ahkam yang artinya mencari dan

mengetahui illah hukum.

Adapun tujuan mengetahui illah hukum itu dapat dipisahkan menjadi tiga

kemungkinan yaitu:

a. Untuk dapat menetapkan hukum pada suatu kasus yang padanya

terdapat illat hukum, namun belum ada hukum padanya dengan cara

30 Ahmad Al-mursi Husain jauhar, maqashid syariah. hlm 64

Page 53: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

36

menyamakannya dengan kasus yang sama yang padanya terdapat pula

illat hukumnya tersebut dalam arti yang sederhana untuk kepentingan

qiyas. Inilah tujuan yang terbanyak dalam penemuan illat tersebut dan

disetujui oleh mayoritas ulama. Inipun tentunya berlaku dalam illat

yang punya daya jangkau atau illat muta’addiyah.

b. Untuk memantapkan diri dalam beramal. Hal ini berlaku dalam illat

yang tidak punya dayang rentang yang disebut illat al-qashirah.

Seseorang akan mantap dalam melakukan perintah shalat sewaktu dia

tau bahwa shalat itu adalah zikir, sedangkan zikir adalah menenangkan

jiwa. Bentuk seperti ini dapat diterima oleh ulama.

c. Untuk menghindari hukum. Artinya menetapkan illat untuk suatu

hukum dengan tujuan menetapkan hukum kebaikannnya sewaktu illat

itu tidak terdapat dalam kasus itu. Umpamanya aurat perempuan adalah

selain muka dan telapak tangan yang ditetapkan melalui Hadits Nabi.

Dalam Hadits Nabi itu tidak disebutkan alasan atau illatnya. Ada ulama

yang mencari-cari illatnya, yaitu “untuk membedakan perempuan

merdeka dari perempuan sahaya. Kalo itu illatnya tentu waktu ini yang

sudah tidak ada perbudakan tidak relevan lagi batas aurat yang tersebut

dalam Hadits Nabi itu. Contoh lainseseorang ulama kontemporer

menetapkan waktu ini tidak perlu lagi melihat bulan untuk mengetahui

awal puasa atau hari raya fitri, meskipun ada perintah yang jelas oleh

Nabi untuk melakukan rukyat. Alasan yang dikemukakan adalah umat

pada waktu Nabi itu tidak mampu melakukan hisab, sedangkan waktu

Page 54: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

37

ini keadaan begitu sudah tidak ada lagi. Tujuan mencari illat akal-

akalan seperti ini tampaknya belum berkenan di hati mayoritas ulama.31

1. Biografi Imam Al-Syathibi

Nama lengkap Imam Syathibi, Abu Ishak Ibrahim bin Musa bin

Muhammad Allakhami al-Gharnathi. Beliau lebih terkenal dengan sebutan As

syatibi . Tempat dan tanggal kelahiran Imam Syatibi tidak ada dalam catatan

sejarah, oleh karena itu banyak ditemukan perbedaan pendapat seputar persoalan

ini, namun pendapat yang paling kuat memilih beliau dilahirkan pada sekitar

tahun 730 H, dan meninggal pada tahun 790 H.32

Syatibi sendiri adalah nisbat kepada sebuah daerah di sebelah timur

Andalus bernama Syatibah (Sativa) yang menjadi daerah asal orang tua Imam

Syatibi. Daerah ini termasuk daerah yang cukup ramai pada masa Islam, banyak

ulama-ulama lain ternama lahir dari daerah ini, diantaranya adalah Abu

Muhammad al Syatibi

Pada tahun 1247 M keluarga Imam Syatibi hijrah dari Sativa ke Granada

karena kota Sativa berhasil ditaklukkan oleh raja Spanyol Uraqun setelah

peperangan yang berkecamuk semenjak tahun 1239 H

Granada adalah sebuah kota kecil yang terletak di sebelah tenggara kota

Biirah dan masuk dalam wilayahnya. Biirah sendiri adalah pusat propinsi yang

waktu itu menjadi pangkalan militer bagi pasukan dinasti Umayyah di Andalus.

Setelah dinasti Umayyah jatuh dan terjadi kerusuhan di kota tersebut,

31 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2, Cet. 5 (Jakarta: Kencana, 2008),hlm. 247 32 Muhammad Khalid Mas’ud, Filsafat Hukum Islam: Studi Filsafat Hukum Islam: Studi tentang

Hidup dan Pemikiran al-Syathibi, Cet. Ke-1, (Bandung: penerbit pustaka,1996), hlm. 111.

Page 55: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

38

penduduknya kemudian hijrah ke Granada yang pada akhirnya menjadi pusat kota

di wilayah tersebut. Di kota Granada inilah Imam Syatibi akhirnya tumbuh dan

berkembang.

Adaapun pada tahun meninggalnya, para sejarawan wafatnya Al-Syatibi,

termasuk dengan rincian hari dan bulan meninggalnya. Menurut muridnya

Abdullah al majarie : Al-Syatibi meninggal pada bulan sya'ban tahun 790 H.

Ditambahkan juga oleh Ahmad baba attanbaktie, bahwa Al-Syatibi meninggal

pada hari selasa bulan sya'ban tahun 790 H.

ulama-ulama yang menjadi guru beliau adalah:33

1. Ibnu al Fakhhor al Biiri

Ia adalah guru Imam Syatibi dalam ilmu bahasa, sastra, dan qira’at. Dalam

kitab Nafhu al thib, al Maqri melukiskan kedalaman ilmu bahasanya dengan la

matma’a fihi lisiwahu (tidak ada tandingannya) . Ketika beliau wafat, orang-orang

sangat sedih karena merasa kehilangan seorang ulama besar, termasuk imam

Syatibi, bahkan ia sampai berdo’a supaya bisa dipertemukan oleh Allah SWT

dengan gurunya tersebut dalam mimpinya sehingga tetap bisa mengambil faedah

ilmunya . Beliau meninggal pada tahun 756 H .

2. Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al Maqri

Ia dilahirkan di Tilmisan. Kemudian ia mengembara ke timur dan sempat

berguru kepada Ibnu Qoyyim al Jauziyyah (w. 751 H). Setelah itu ia kembali ke

Maroko dan menetap di Fez menjadi qadli di sana. Ia terkenal dengan Malikinya

Maroko. Pada tahun 757 H ia diutus oleh penguasa saat itu untuk mengajar di

Granada, mengajar hadits dan fiqh. Ia termasuk seorang sufi, salah satu karyanya

33 Asafri Jaya Bakri , Konsep Maqhasid Syari’ah Menurut al-Syatibi, hlm. 32

Page 56: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

39

dalam bidang tasawuf al Haqoiq wa al Raqoiq membuktikan hal itu. Ialah orang

yang memberi warna tasawuf dalam diri Imam Syatibi.

Hubungan Imam Syatibi dengan gurunya ini sangat dekat sekali, hingga

Imam Syatibi mendapat sanad musalsal bilmusafahah (dengan bersalaman) dan

sanad talqim ( menyuapi) yang para perawinya adalah orang-orang sufi semuanya.

Al Maqri ini menghabiskan waktu kurang lebih dua tahun di Granada, kemudian

kembali lagi ke Fez, dan meninggal di sana pada tahun 759 H.

3. Abu Said bin Lubb

Ia lahir pada tahun 701 H, dan wafat pada tahun 782 H, atau delapan tahun

sebelum imam Syatibi wafat. Ia ahli fiqih waqi’i (kekinian) dan juga bahasa. Ia

termasuk ulama yang sangat masyhur di Granada, karena ia adalah khatib di

masjid agung Granada, menjadi mufti di daerah tersebut , dan menjadi pengajar

pada madasah al Nashriyyah.

4. Abu Abdillah Muhammad bin Marzuq

Lahir di Tilmisan pada tahun 710 H. Ia termasuk salah satu ulama yang

gemar bepergian dan pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Dan diantara

tujuan yang membawanya sampai ke Granada adalah popularitas Ibnu al Fakhhor

al Biiri dalam ilmu bahasa. Abu abdillah ini adalah seorang ulama yang ahli

dalam fiqh hadits. Ia termasuk ulama yang disukai halaqohnya di Granada karena

metode yang ia pakai, yaitu mengemukan nash-nash dalil kemudian

menjelaskannya secara runtut. Imam Syatibi banyak belajar cara istimbath ahkam

(mengeluarkan atau menghasilkan hukum) dari nash-nashnya melalui guru ini. Ia

wafat pada tahun 781 H di Mesir .

Page 57: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

40

Karya-karya Imam Syatibi:34

1. Al Muwafaqat

Kitab al Muwafaqat ini adalah karya imam Syatibi yang terbesar sekaligus

terpopuler dibanding karya-karyanya yang lain. Terdiri dari empat juz. Pada

awalnya kitab ini dinamakan “unwanu al ta’rif bi asrari al taklif”, kemudian

diganti dengan nama al Muwafaqat fi Ushul al Syari’ah. Kisah pergantian nama

tersebut bermula ketika suatu saat imam Syatibi bertemu dengan salah satu

gurunya, kemudian ia diberitahu oleh gurunya tersebut: kemarin saya bermimpi

melihatmu membawa sebuah kitab karanganmu sendiri, dan kemudian kamu

memberitahuku bahwa nama kitab tersebut adalah al Muwafaqat, lalu saya

bertanya: kenapa namanya al Muwafaqat? Kemudian engkau menjawab: karena

pada kitab tersebut engkau mencoba mempertemukan madzhab Hanafi dan Ibnu

al Qasim. Lalu imam Syatibi berkata: mimpi guru benar adanya .

2. Al I’tisham

Kitab ini terdiri dari dua juz. Ia ditulis untuk mengingkari banyaknya

penyimpangan-penyimpangan dan bid’ah yang berada disekelilingnya. Imam

Syatibi wafat sebelum sempat menyelesaikan kitab ini.

3. Al Majalis

Kitab ini adalah penjelasan dari kitab al buyu’ dalam Sahih Bukhari. Kitab

ini juga memuat catatan tentang apa-apa yang terjadi dalam majlis-majlis ilmu

yang dihadiri oleh imam Syatibi.

4. Syarh al Khulashah

34 Asafri Jaya Bakri , Konsep Maqhasid Syari’ah Menurut al-Syatibi, hlm. 35

Page 58: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

41

Kitab ini adalah kitab nahwu yang merupakan penjelasan dari kitab nahwu

yang populer Alfiyah ibnu Malik. Terdiri dari lima jilid. Kitab ini masih berupa

makhtutat (tulisan tangan asli) dan belum dicetak. Menurut Attanbakti, kitab ini

merupakan syarh (penjelasan) terbaik dari kitab Alfiyah yang pernah ia temui .

5. Al Ifadat wa al Insyadat

Kitab ini seperti sebuah catatan harian, karena memuat tentang kisah

perjalanan hidup Imam Syatibi dan hal-hal yang pernah ia alami semasa hidup.

6. Unwan al Ittifaq fi Ilmi al Isytiqaq

Kitab ini merupakan kitab tentang ilmu sharf dan fiqh lughah. Sayang

kitab ini sudah hilang saat imam Syatibi masih hidup.

7. Ushul al Nahwi

Seperti namanya, kitab ini memuat tentang kaidah-kaidah ushul dalam

ilmu nahwu dan sharf. Sayang kitab ini juga hilang seperti kitab sebelumnya.

2. Maqāṣid as-Syari’ah menurut Al-Syathibi.

Dalam Kitab Al-Muwaqot pada jus II menjelaskan bahwa Al-Syathibi

mendefinisikan maslahat sebagai hal yang menunjang tegaknya hidup manusia

yang makmur, dan terpenuhi segala kebutuhan manusia sehingga manusia di

dunia dapat hidup layak. Maslahat dalam pemikiran Imam Al-Syathibi yakni pada

intinya mengarah tegaknya pilar-pilar kehidupan, kemakmuran bagi manusia

bukan sebaliknya yakni menghancurkan sendi-sendi kehidupan manusia.35

35 Al-Syathibi, Ibrahim Ibn Musa, Al-Muwafaqat, Jild II, (Mesir: Al-Maktabah Al-Tijariyah Al-

Kubra: 1975), hlm. 34

Page 59: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

42

Dalam pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwasanya Maqāṣid as-

Syari’ah menurut Al-Syathibi sesungguhnya merupakan kemaslahatan umat

manusia atau bisa diartikan dengan mudah bahwa sesungguhnya adanya aturan

hukum yang Allah tentukan hanyalah untuk kemaslahatan manusia itu sendiri.

Terkait dengan persoalan bercampurnya antara maslahat dan mafsadat, al-

Syathibi memiliki penjelasan yang menarik. Jika maslahat dapat mengalahkan

mafsadat, maka wajib bagi agama untuk mendorongnya, sebaliknya jika mafsadat

bisa mengalahkan maslahat, maka wajib bagi agama unntuk melarangnya. Bagi

imam al-syatibi, maslahat dari agama tidak mentolelir mafsadat sekecil apapun.

dikutip dalam Bukunya Ahmad Imam Mawardi, ada tiga hal yang telah

disumbangkan oleh al-Syathibi dalam mereformasi Maqāṣid as-Syari’ah.

Pertama, Pergeseran Maqashid al-syari’ah dari kepentingan yang tidak terbatasi

dengan jelas ke poin intidasar hukum. Maqāṣid as-Syari’ah yang pada masa-masa

sebelumnya dianggap sebagai bagian yang tidak jelas dan tidak dianggap sebagai

sebagai sesuatu yang fundamental dibantah oleh al-Syathibi dengan pernyataan:36

1. Maqāṣid as-Syari’ah merupakan landasan dasar Agama, hukum dan

keimanan (ushul al-din, wa qawa’id al-syrai’ah wa qulliyah al-millah)

2. Pergeseran dari kebijakan atau hikmah di balikaturan hukum, menurutnya

Maqashid al-Syari’ah itu bersifat fundamental dan universal (Kulliyah)

sehingga tidak bisa dikalahkan oleh yang Juz’iyah (parsial). Pandangan

seperti ini berbeda dengan pandangan tradisional.

3. Pergeseran dari Dhoniyyah ke Qothiyyah. Baginya proses induktif yang

digunakan dalam aplikasi Maqāṣid as-Syari’ah adalah Valid dan bersifat

36 Ahmad Imam Mawardi, Fiqh Minoritas fiqh al-Aqlliyat dan Evolusi Maqashid al-Syari’ah dari

konsep ke pendekatan, (Yogyakarta: Lkis, 2010) hlm. 194

Page 60: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

43

Qath’I (Pasti), sebuah kesimpulan yang menentang argumen yang

mendasarkan pada filsafat Yunani yang menentang metode induktif.

Dari pendapat ini jelas bahwa apa yang di sampaikan oleh al-Syathibi

dalam rangka mulai menggeser Maqāṣid as-Syari’ah dari konsep yang diam

(tidak bergerak) menjadi sebuah landasan metodologis yang aktif dan dinamis

Adapun Al-Syathibi membagi maslahat sebagai cabang dari Maqāṣid as-

Syari’ah dengan tiga tingkatan yakni Dlaruriyyah (kebutuhan primer), Hajiyyah

(kebutuhan sekunder), dan Tahsiniyyah (kebutuhan tersier).37

1. Dlaruriyyah sebagai kebutuhan tingkat primer adalah sesuatu yang harus

ada untuk eksistensinya manusia atau dengan kata lain tidak sempurna

kehidupan manusia tanpa terpenuhi atau kelengkapan kehidupan manusia.

Dlaruriyyah dibagi menjadi lima berdasarkan peringkatnya yang disebut

Dlaruriyyah Al-Khamsah yaitu Agama, Jiwa, Akal, Keturunan, dan Harta.

Kelima Dlaruriyyah tersebut adalah hal yang mutlak harus ada pada diri

manusia.

2. Hajiyyah yaitu segala sesuatu yang sangat penting bagi pelindungan hak

kehidupan manusia, jika Hajiyyah tidak terpenuhi, maka hak tersebut

masih bisa terlindungi. Maksudnya seandainya kebutuhan itu tidak

terpenuhi dalam kehidupan manusia, tidak akan meniadakan atau merusak

kehidupan itu sendiri. Hajiyyah disebut kebutuhan tingkat sekunder

meskipun dibutuhkan untuk memberikan kemudahan serta menghilangkan

kesulitan dalam kehidupan mukallaf. Hajiyyah ini jyga berlaku pada

ibadah, muamalah. Ibadah seperti dispensasi bagi orang sakit yang tidak

37 Al-Syathibi, Al-Muwafaqat, hlm. 11

Page 61: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

44

berpuasa dibulan ramadhan. Muamalah seperti jual beli, penanaman

modal.

3. Tahsiniyyah kebutuhan tersier yaitu sesuatu yang sebaiknya ada untuk

memperindah kehidupan. Tahsiniyyah diwujudkan pada aspek hukum

yang bersifat pilihan dan mendesak apabila tidak melaksanakannya

tidaklah merugikan maslahah dlaruriyyah atau hajiyyah. Al-Syathibi

menjelaskan maslahah Tahsiniyyah ini merupakan pelengkap kepada

hajiyyah kemudian hajiyyah adalah pelengkap kepada dlaruriyyah.

Maslahah dlaruriyyah merupakan akar dari terbentuknya hajiyyah dan

juga Tahsiniyyah. Dengan makna lain, setiap peringkat maslahah ini

mempunyai pertalian dan saling melengkapi diantara satu sama lain.

Batas suatu kemaslahatan dalam suatu aplikasi Maqāṣid as-Syari’ah

menurut Al-Syathibi ditentukan pada tingkat rasa keadilan pada suatu kelompok

masyarakat tersebut. Namun hal ini tidak serta merta menafsirkan bahwa

kemaslahatan suatu kelompok masyarakat boleh bersebrangan dengan norma

hukum Islam yang berlaku. Segala aplikasi atau kegiatan yang berhubungan

dengan hukum Islam yang dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat perlu

ditelusuri dengan metode Maqāṣid as-Syari’ah Al-Syathibi.

B. Klasifikasi menurut para Ulama Ushul Fiqh

Berkaitan dengan hal tersebut, para ulama ushul fiqh telah menyusun

klasifikasi tingkatan maqashid dengan istilah, urutan dan sistematika beragam,

antara lain : 38

38Ahmad Yasin Asy’ari, Anis Tyas Kuncoro, Fiqh Maqashid, hlm. 18

Page 62: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

45

1. Al-Juwaini yang terkenal dengan sebutan Imam Al-Haramain, dalam

kitabnya Al-Burhan Fi Ushulil Fiqh, membagi urutan sistematika maqāṣid

as-Syari’ah dalam tiga tingkatan, yaitu:

2. Kebutuhan adh-Dharuriyyat, yang dirumuskan dalam ruang lingkup adh-

dharuriyyat al-kubra dan populer dengan sebutan adh-dharuriyyat al-

khumus yang meliputi agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Seperti

hukuman qishas dan hal-hal lain yang terkait dengan kepentingan umum;

3. Kebutuhan al-Hijiyyah, tingkatan kebutuhan yang lebih rendah dari adh-

haruriyyah seperti hukum ijarah, jual beli.

4. Kebutuhan al-Mahasin, tingkatan kebutuhan diluar adh-dharuriyyat dan

kepentingan umum, lebih ditujukan sebagai mukarrimat (keutamaan) atau

tazyinat (estetik) seperti memelihara kesucian badan dan pakaian dari

kotoran najis, menggunakan wewangian waktu salat jum’at dan lain-lain.

a. Abu Hamid Al-Ghasali (Madzhab Syafi’i), dalam kitabnya Al-

Mustashfa, membangun konsep maqashid berbanding lurus dengan

maslahah, artinya semua bentuk maslahah berorientasi pada

perlindungan terhadap maqāṣid as-Syari’ah (tujuan-tujuan syari’ah)

yang intinya terangkum dalam adh-dharuriyyat al-khumus atau al-

mabadi’ al-khamsah yaitu:

a) Ḥifẓhu ad-Dīn (perlindungan terhadap agama)

b) Ḥifẓhu an-Nafs (perlindungan terhadap jiwa)

c) Ḥifẓhu al-‘Aqli (perlindungan terhadap akal)

d) Ḥifẓhu an-Naṣab (perlindungan terhadap keturunan)

e) Ḥifẓhu al-Māl (perlindungan terhadap harta-benda)

Page 63: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

46

b. Fakhruddin Ar-Razy, dalam kitabnya Al-Mahshul yang merupakan

ringkasan dari kitab Al_Mu’tamad karangan Abul Husain Muhammad

bin Ali al-Mu’tazili, telah mengklarifikasi ad-ad-dharuriyyatul khumus

atau ad-dharuriyyatul ‘aammah yang secara hirarki berbeda dengan

konstruksi Al-Ghazali, yaitu:

a) Ḥifẓhu ad-Dīn (perlindungan terhadap agama)

b) Ḥifẓhu al-Māl (perlindungan terhadap harta-benda)

c) Ḥifẓhu an-Naṣab (perlindungan terhadap keturunan)

d) Ḥifẓhu an-Nafs (perlindungan terhadap jiwa)

e) Ḥifẓhu al-‘Aqli (perlindungan terhadap akal)

c. Al-Amidi (Madzhab Syafi’i), dalam kitabnya Al-Ihkam Fi Ushulil

Ahkam, juga merupakan ringkasan kitab Al-Burhan, Al-Mus-Tashfa

dan Al-Mu’tamad, mengklasifikasi urutan ad-dharuriyyatul khumus

adalah sebagai berikut:

a) Ḥifẓhu ad-Dīn (perlindungan terhadap agama)

b) Ḥifẓhu an-Nafs (perlindungan terhadap jiwa)

c) Ḥifẓhu an-Naṣab (perlindungan terhadap keturunan)

d) Ḥifẓhu al-‘Aqli (perlindungan terhadap akal)

e) Ḥifẓhu al-Māl (perlindungan terhadap harta-benda)

d. Ibnu Al-Hajib (Madzhab Maliki), mengklarifikasi maqāṣid as-Syari’ah

menjadi dua macam, yaitu:

a) Maqāṣid dharuriyyat yang menempati hirarki tertinggi mencakup

maqashid khumus yakni perlindungan agama, jiwa, akal, nasal dan

harta benda.

Page 64: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

47

b) Maqāṣid hajiyyat sebagai suatu kebutuhan normal manusia dalam

bermuamalah seperti transaksi jual beli atau sewa menyewa.

e. Baidhawi, dalam kitabnya Minhajul Wu-Shul Ila ‘Ilmil Ushul, tidak

berbeda dengan konsep ar-Rozy.

f. Ibnu As-Subky, mengklarifikasi sistematika ad-dharuriyyat al-khumus

menjadi enam bagian, yaitu:

a) Ḥifẓhu ad-Dīn (perlindungan terhadap agama)

b) Ḥifẓhu an-Nafs (perlindungan terhadap jiwa)

c) Ḥifẓhu al-‘Aqli (perlindungan terhadap akal)

d) Ḥifẓhu an-Naṣab (perlindungan terhadap keturunan)

e) Ḥifẓhu al-Māl (perlindungan terhadap harta-benda)

f) Ḥifẓhual-‘Arḍ (perlindungan terhadap kehormatan diri)

g. Al-Qarafi, kitabnya Syarah Tanqihul Fushul, mengklarifikasi urutan

sistematika ad-dharuriyyat al-khumus sebagai berikut:

a) Ḥifẓhu an-Nafs (perlindungan terhadap jiwa)

b) Ḥifẓhu ad-Dīn (perlindungan terhadap agama)

c) Ḥifẓhu an-Naṣab (perlindungan terhadap keturunan)

d) Ḥifẓhu al-‘Aqli (perlindungan terhadap akal)

e) Ḥifẓhu al-Māl (perlindungan terhadap harta-benda)

C. Teori Keadilan

Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia, “Adil” adalah merupakan

sikap yang berpihak pada yang benar, tidak memihak kepada salah satunya, atau

Page 65: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

48

tidak berat sebelah. Keadilan adalah suatu tuntutan sikap dan sifat yang seimbang

antara hak dan kewajiban.39

Maka dengan demikian, keadilan adalah merupakan sebuah tindakan yang

memberikan perlakuan yang sama kepada setiap orang dalam situasi yang sama.

Dikatakan demikian karena, pada hakikatnya, setiap manusia itu mempunyai

kedudukan dan nilai yang sama sebagai manusia. Akan tetapi, perlu ditekankan

juga bahwa pada masalah-masalah tertentu atau pada kondisi-kondisi tertentu,

terkadang diperlukan perlakuan yang tidak sama dalam rangka mencapai apa yang

disebut sebagai suatu keadilan.

Kata ‘adil berasal dari Bahasa Arab yang berbentuk masdar dari kata kerja

‘adala-ya’dilu-‘adlan,40 sedangkan dalam bahasa Indonesia keadilan sosial di

definisikan sebagai sama berat, berpegang pada kebenaran.41

Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin dan A-Qur’an Al-Karim

sebagai pedoman hidup umat Islam mengisyaratkan keharusan penegakan

keadilan, menghargai dan mengangkat martabat bagi mereka yang berbuat adil,

kemudian melarang dan mencela bagi yang menentang tindakan keadilan.

Keadilan juga merupakan kebaikan yang bisa menjadikan pelakunya dekat dengan

ketakwaan karena keadilan merupakan infestasi dari ketakwaan. Hal tersebut

dapat dijumpai dalam firman Allah SWT:

39 Tim Redaksi, Kamus Bahas Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hlm. 13 40 Muhammad Fu’ad Abd al-Baqiy, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz Al-Qur’an al-Karim, (Bairut:

Dar al-Fikr, 1981), hlm. 448 41 Tim Redaksi, Kamus Bahas Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, hlm. 8

Page 66: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

49

هاي يين ٱ أ مي قو كونوا ءامنوا ل ء شهدا لل ٱب

رمنكم ي ول ط قس ل ل ع م قو ان شن

ق هو دلوا ع ٱ دلوا تع أ

قوا ٱو وى للتق رب أ ٱ ت ٱ إن لل لل

٨ ملون تع بما خبي

“Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang

selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan

janganlah kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku

tidak adil. Berlaku adillah, karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan

bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan.”

(Q.S. Al-Ma’idah: 8)

Islam memandang bahwasanya keadilan pada semua nilai yang mencakup

segi-segi ekonomi yang luas. Dalam pengertian yang lebih dalam berarti

pemberian kesempatan sepenuhnya kepada individu, lalu membiarkan mereka

melakukan pekerjaan dan memperoleh imbalan dalam batasan-batasan yang tidak

bertentangan dengan tujuan hidup yang mulia.42

Keadilan adalah hak yang sangat asasi dan merupakan prinsip yang harus

ditegakkan di muka bumi ini. Pelaksanaan ajaran Islam yang benar akan

mewujudkan rasa keadilan. Sebaliknya, penyelewengan dari ajaran Islam akan

membuahkan kerusakan atau penindasan. Penegakan keadilan dalam Islam

bersifat universal dan komprehensip, seperti diisyaratkan dalam ayat-ayat berikut:

ٱ إن لل مر يأ ٱب

ٱو ل عد ل ء شا فح ل ٱ عن ه وين ب قر ل ٱ ذي ي إويتا ن س ح ل ٱو منكر ل ٱو ل رون لعلكم يعظكم غ ٩٠ تذك

42 Sayyid Quthb, Keadilan Sosial Dalam Islam, terj. Afif Mohammad, (Bandung: Pustaka, 1984),

hlm. 35

Page 67: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

50

“sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,

memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,

kemungkaran dan permusuhan. Dia pengajaran kepadamu agar kamu dapat

mengambil pelajaran.”(Q.S. An-Nahl : 90)

Berdasarkan ayat diatas, dapat dikatakan bahwasanya Allah SWT

memerintahkan manusia untuk menegakkan keadilan dan kebajikan mencangkup

baik dalam urusan umum maupun dalam kehidupan berkeluarga.

Seseorang dikatakan berlaku tidak adil apabila mengambil bagian lebih

dari bagian semestinya. Orang yang tidak menghiraukan hukum juga tidak adil,

karena semua hal yang didasarkan kepada hukum dapat dianggap sebagai adil.43

Thamas Aquinas selanjutnya membedakan keadilan atas dua kelompok

yaitu: keadilan umum (Justitia generalis) dan keadilan khusus. Keadilan umum

adalah keadilan menurut kehendak undang-undang, yang harus ditunaikan demi

kepentingan umum. Selanjutnya keadilan khusus adalah keadilan atas dasar

kesamaan atau proposionalitas.44

Dalam teorinya, John Rawls menjelaskan ada dua langkah penting yang

harus diperhatikan demi terciptanya keadilan yang disebut fairness. Pertama,

ditekankan pentingnya posisi asli. Posisi asli ini dianggap sebagai kondisi histori,

apalagi sebagai kondisi primitif kebudayaan. Kedua, adanya konstitusi, undang-

undang, atau sistem aturan yang sesuai dengan prinsip keadilan yang di sepakati.45

43 Darji Darmadiharjo dan Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum (apa dan bagaimana filsafat

hukum indonesia), (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), hlm. 156 44 Darji Darmadiharjo dan Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum, hlm. 156 45 John Rawls, A Theory of Justice, Terj. Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2006), hlm. 13

Page 68: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

51

Pandangan-pandangan Aristoteles tentang keadilan bisa didapatkan dalam

karyanya nichomachean ethics. Buku itu sepenuhnya ditujukan bagi keadilan,

yang berdasarkan filsafat umum Aristoteles, mesti dianggap sebagai inti dari

filsafat hukumnya, “karena hukum hanya bisa ditetapkan dalam kaitannya dengan

keadilan”.46

D. Poligami

Dalam buku ensiklopedi hukum Islam, terminologi poligami adalah suatu

ikatan perkawinan dimana salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa

lawan jenisnya. Walaupun dalam pengertian tersebut menggunakan kalimat “salah

satu pihak” akan tetapi karena perempuan yang memiliki suami banyak dikenal

dengan istilah poliandri. Jadi yang dimaksud salah satu pihak disisni adlah pihak

suami.47

ل تم خف إون ٱ ف سطوا تق أ ن لكم طاب ما نكحوا ٱف م ت ل ء لن سا ٱ م

ل تم خف فإن ع ورب ث وثل ن مث و حدة فو دلوا تع أ

ي ملكت ما أ

كم ن م أ

د لك ذ ل ن أ

٣ تعولوا أ

“Dan jika kamu khawatir takut tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-

hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan

(lain) yang kamu senangi; dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak

akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya

46 Cael Joachim Friedrich, Filsafat Hukum Perspektif Historis, (Bandung: Nuansa dan Nusamedia,

2004), hlm. 24 47 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, t.t), hlm.

1186

Page 69: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

52

perempuan yang kamu miliki, yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak

berbuat zalim.” 48

Ayat tersebut diatas juga mengisyaratkan bahwa kebolehan poligami pada

batasan empat orang istri harus disertai dengan syarat mampu berlaku adil kepada

mereka.

Berkaitan dengan poligami tidak bisa lepas dari masalah berlaku adil dan

keharusan berlaku adil ini berdasarkan surat an-Nisa’ ayat 3 dan dalam Hadis dari

‘Aishah yang menceritakan perlakuan adil dari Nabi kepada para istrinya;

ه، ومحمدبن يحي، قاال: حدثنا يزيدبن هارون، حد ثنا اءبوبكربن ابي شيب

قال: أنبأناحمادبن سلمة، عن أبي قالبة، عن عبد هللا بن يزيد، عن

، ثم لم بين نسائه، فيعدلشة، قالت: كان رسول هللا صلي هللا عليه وسئعا

49.يقول: اللهم هذا فعلي فيما أملك، فال تلمني فيما تملك وال أملك

“Diceritakan dari Abu Bakar Ibnu Syibah dan Muhammad Ibnu Yahya berkata:

diceritakan dari Yazid Ibnu Harun berkata: diceritakan dari Hammad Ibnu

Salamah dari ‘Aishah r.a. beliau berkata: Rasulullah saw selalu membagi giliran

kepada para istrinya dan beliau selalu adil seraya berdo’a: Ya Allah, inilah

pembagianku sesuai dengan kemampuanku. Janganlah Engkau mencela saya

dalam sesuatu yang Engkau kuasai dan tidak saya kuasai.”

Poligami berasal dari bahasa Yunani. Kata ini merupakan penggalan kata

poli atau polus yang artinya banyak, dan kata gamein atau gamos, yang berarti

kawin atau perkawinan. Maka ketika kedua kata ini digabungkan memiliki arti

suatu perkawinan yang banyak. Kalau dipahami dari kata ini dapat diketahui

48 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 77 49 Muhammad Abubakar, Subulussalam,Terj. Vol III, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1995), hlm. 582

Page 70: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

53

bahwa poligami adalah perkawinan banyak, dan bisa jadi dalam jumlah yang tidak

terbatas.50

Poligami diartikan dengan perkawinan antara seorang laki-laki dengan

lebih satu isteri dalam waktu yang sama, artinya seorang laki-laki menikah dengan

dua, tiga dan empat orang wanita baik dalam satu waktu atau di lain waktu.

Pengertian yang berlaku umum sekarang dalam masyarakat, bahwa poligami

memiliki lebih dari satu orang isteri atau melakukan madu terhadap beberapa

orang isteri. Poligami berarti sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki

atau mengawini beberapa lawan jenis dalam jangka waktu tertentu.51

Para ulamamadzhab sepakat bahwa keadilan merupakan salah satu

kewajiban dalam poligami sebagaimana dalam surat an-Nisa’ ayat 3, adalah

keadilan dalam nafkah dan mabit (giliran bermalam). Nafkah untuk mencukupi

kebutuhan para istri yaitu mencangkup sandang, pangan, papan.

Sedangkan mabit, tujuannya bukanlah untuk jima’ (bersetubuh) semata,

melainkan untuk menemani dan berkasih sayang baik terjadi jima’ atau tidak. Jadi

suami dianggap sudah memberikan hak mabit jika ia sudah bermalam disisi salah

seorang istrinya, walaupun tidak terjadi jima’.52

Asghar Ali Engineer memandang bahwa ayat-ayat yang berbicara tentang

poligami harus dilihat dari konteksnya. Penekanan surat an-Nisa’ ayat 1, 2 dan 3

bukan mengawini lebih dari seorang perempuan, tetapi berbuat adil kepada anak-

anak yatim. Maka konteks ayat-ayat ini adalah menggambarkan orang-orang yang

50 Labib MZ., Pembelaan Ummat muhammad, (Surabaya: Bintang Pelajar, 1986), hlm. 15 51 Chandra Sabtia Irawan, Perkawinan dalam Islam Monogami Atau Poligami, (Yogyakarta: Al-

Naba’ Islamic Media, 2007), hlm. 20 52 Syaikh Abdurrahman Al-Jauziry, al-Fiqh ‘Ala al-Madzahib al-Arba’ah, Jus IV (Beirut: Dar al-

Fikr, t.t), hlm. 206

Page 71: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

54

bertugas memelihara kekayaan anak yatim sering berbuat yang tidak semestinya,

yang kadang mengawininya tanpa mas kawin.53

Poligami yakni surat an-Nisa’ ayat 3:

1. Berkaitan dengan perlakuan terhadap anak yatim tentang pengelolaan harta

mereka yang diurus oleh wali. Wali ini harus mengurus dan mengelola

kekayaan anak wanita yatim tersebut secara adil. Salah satu jalan

pemecahan untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pengelolaan

tersebut adalah dengan menikahinya.

2. Surat an-Nisa’ ayat 3 menekankan keadilan dalam hal;

a. Pengadaan perjanjian dengan adil;

b. Mengelola harta dengan adil;

c. Adil terhadap anak yatim;

d. Adil terhadap para istri

Adanya pandangan bahwa suami yang mampu secara finansial dan

disebabkan oleh kemandulan yang merupakan alasan poligami, pernyataan

tersebut disangkal oleh Amina Wadud dengan alasan:

1. Banyak wanita yang tidak lagi membutuhkan pria untuk memenuhi

kebutuhan finansial

2. Tidak pernah disebutkan dalam Al-Qur’an alasan kemandulan sebagai

dasar untuk poligami. Jalan keluar untuk kasus mandul adalah mengangkat

anak orang miskin atau anak yatim yang bapaknya wafat karena perang.

53 Asghar Ali Engineer, Hak-hak Perempuan dalam Islam, Terj. Farid Wajidi dan Cici Farkha

Asseqaf (Yogyakarta: LSPPA, 1994), hlm. 142

Page 72: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

55

Oleh karena itu, alasan poligami sebagai pemuas seks jelas tidak sejalan

dengan Al-Qur’an54

Tuntutan harus berlaku adil diantara para istri hanya berhubungan dengan

urusan materi atau fisik, misalnya mengunjungi istri dimalam atau siang hari.

Tuntutan ini didasarkan pada prilaku Nabi dalam berbuat adil kepada para

istrinya, yakni dengan membagi giliran malam dan memberikan nafkah.

1. Undang-Undang Tahun 1974

Adapun dalam aturan atau perundang-undangan yang merupakan dasar

dalam menentukan hukum poligami, yaitu Undang-undang No. 1 Tahun 1974

tentang perkawinan. Yang berkaitan dengan poligami adalah pasal 3, 4 dan 5.

Adapun bunyi pasal tersebut sebagai berikut:

1. Pasal 3 (1) Pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang peria hanya

boleh mempunyai seorang istri. Seorang istri hanya boleh mempunyai

seorang suami. (2) Pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami

untuk beristri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak

yang bersangkutan.

Ketentuan diatas bisa dikatakan bahwa asas pernikahan di Indonesia

adalah asas monogami terbuka, artinya poligami dimungkinkan bila mendapatkan

izin dari pengadilan.

2. Pasal 4 (1) Dalam hal seorang suami akan beristri lebih dari seseorang,

sebagaimana tersebut dalam pasal 3 ayat (2) Undang-undang ini, maka ia

wajib mengajukan permohonan kepada pengadilan di daerah tempat

54 Amina Wadud Muhsin, Wanita didalam Al-Qur’an, Terj. Yaziar Radianti (Bandung: Penerbit

Pustaka, 1994), hlm. 111-112

Page 73: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

56

tinggalnya. (2) Pengadilan dimaksud dalam ayat (1) pasal ini hanya

memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari

seorang apabila:

a. Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri;

b. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tak dapat disembuhkan;

c. Istri tidak dapat melahirkan keturunan.

Ketentuan diatas menunjukkan bahwa untuk melakukan poligami harus

mendapatkan izin dari pengadilan setempat dan dengan disertai alasan-alasan

yang kuat pula.

3. Pasal 5 (1) Untuk dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan,

sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) Undang-undang ini, harus

dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Adanya persetujuan dari istri atau istri-istri;

b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan

hidup istri-istri dan anak-anak mereka;

c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan

anak-anak mereka.

(2) Persetujuan yang dimaksud pada ayat (1) huruf a pasal ini tidak

diperlukan bagi seorang suami apabila istri atau istri-istrinya tidak mungkin

dimintaki persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian atau

apabila tidak ada kabar dari istrinya selama sekurang-kurangnya dua tahun, atau

karena sebab-sebab lainnya yang perlu mendapat penilaian dari Hakim

Pengadilan.

Page 74: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

57

Pasal tersebut diatas menunjukkan bahwa untuk melakukan poligami

seorang laki-laki harus memenuhi syarat-syarat yang ketat.

2. Kompilasi Hukum Islam

Tidak berbeda jauh dengan Undang-Undang Perkawinan, maka Kompilasi

Hukum Islam (KHI) juga memperbolehkan adanya perkawinan Poligami, dengan

persyaratan adanya kemampuan berbuat adil kepada istri-istrinya.

Persyaratan berlaku adil dalam Poligami tidak terpenuhi, maka poligami

tidak diperbolehkan. Tapi dalam KHI ini tidak dijelaskan tentang pengertian dan

batasan adil. Sehingga dalam implementasinya, persyaratan adil diwujudkan

dalam bentuk surat pernyataan akan berbuat adil dan surat keterangan penghasilan

(materi) yang akan dipakai sebagai standart oleh Majelis Hakim untuk bisa

mengukur kemampuan seorang suami memberi nafkah lahir dengan layak kepada

para istri-istrinya.

Dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 41 disebutkan bahwasanya:55

1. Suami yang mempunyai istri lebih dari seorang berkewajiban memberi

tempat tinggal dan biaya hidup kepada masing-masing istri secara

berimbang menurut besar kecilnya jumlah keluarga yang ditanggung

masing-masing istri, kecuali jika ada perjanjian perkawinan.

2. Dalam hal para istri rela dan ikhlas, suami dapat menempatkan istrinya

dalam satu tempat kediaman.

55 Kompilasi Hukum Islam, hlm. 12

Page 75: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

58

3. Counter Legal Draft (CLD)

Dalam CLD bunyi Pasal 3 menerangkan bahwasanya:56

1. Asas perkawinan adalah Monogami (Tawahhud al Zawj)

2. Perkawinan yang dilakukan di luar asas sebagaimana pada ayat (1)

dinyatakan batal secara hukum .

CLD berpendapat, surat an-Nisa’ ayat 3 tersebut dilihat dari sebab

turunnya bukan sebagai pedoman untuk anturan poligami, tetapi berhubungan

dengan perlindungan terhadap anak yatim. Karena itu diperlukan tafsir tematik

(tafsir al-Mawdu’i) dalam merumuskan hukum.

Hukum poligami tidak bisa hanya diambil dari satu surat saja, melainkan

harus dirumuskan dengan berdasarkan pada ayat-ayat yang lain, yaitu dalam surat

an-Nisa’ ayat 129 yang menjelaskan tentang ketidakmampuan manusia untuk bisa

berbuat adil, karena pasti akan ada kecenderungan kepada salah satunya. Dalam

surat an-Nisa’ ayat 19 yang menyatakan hendaknya para suami bersabar terhadap

kemungkinan adanya sifat istri yang mungkin tidak disukainya, karena dibalik itu

masih ada kebaikan-kebaikan yang lain. 57.

E. Keadilan dalam Poligami

Surat al-Nisa’ ayat 3 menegaskan bahwa syarat suami yang berpoligami

wajib berlaku adil terhadap isteri-isterinya. Berkenaan dengan syarat berlaku adil,

hal ini sering menjadi perdebatan yang panjang tidak saja di kalangan ahli hukum

56 Siti Musdah Mulia, Menuju Hukum Perkawinan yang Adil: Memperdayakan Perempuan di

Indonesia, dalam Buku Perempuan dan Hukum Menuju Hukum yang Berprespektif Kesetaraan

dan Keadilan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), hlm. 165 57 Qurrotul Ainiyah, Keadilan Gender dalam Islam, hlm. 214

Page 76: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

59

tetapi juga di masyarakat. Oleh sebab itu, apa yang dimaksud berlaku adil atau

makna keadilan sebagai syarat poligami.

Imam Syafi’i, al-Sarakhsi dan al-Kasani mensyaratkan keadilan diantara

para isteri, menurut mereka keadilan ini hanya menyangkut urusan fisik semisal

mengunjungi isteri di malam atau di siang hari.58 Seorang suami yang hendak

berpoligami menurut ulama fiqh paling tidak memliki dua syarat: Pertama,

kemampuan dana yang cukup untuk membiayai berbagai keperluan dengan

bertambahnya isteri. Kedua, harus memperlakukan semua isterinya dengan adil.

Tiap isteri harus diperlakukan sama dalam memenuhi hak perkawinan serta hak-

hak lain.59

Persyaratan demikian, nampak sangat longgar dan memberikan

kesempatan yang cukup luas bagi suami yang ingin melakukan poligami. Syarat

adil yang sejatinya mencakup fisik dan non fisik, oleh Syafi’i dan ulama-ulama

Syafi’iyyah dan orang-orang yang setuju dengannya, diturunkan kadarnya

menjadi keadilan fisik atau material saja. Bahkan lebih dari itu, para ulama fiqh

ingin mencoba menggali hikmah-hikmah yang tujuannya adalah melakukan

rasionalisasi terhadap praktek poligami.

Al-Jurjawi menjelaskan ada tiga hikmah poligami. Pertama, kebolehan

polgami yang dibatasi empat orang isteri menunjukkan bahwa manusia terdiri dari

empat campuran di dalam tubuhnya. Kedua, batasan empat juga sesuai dengan

empat jenis mata pencaharian laki-laki; pemerintahan, perdagangan, pertanian dan

industri. Ketiga, bagi seorang suami yang memiliki empat orang isteri berarti ia

58 Khoiruddin Nasution, Riba dan Poligami; Sebuah Studi atas Pemikiran Muhammad Abduh,

(Jakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 103-105 59 Abd. Rahman I Do’i, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syari’ah), (Jakarta: Rajawali

Press, 2002), hlm. 192

Page 77: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

60

mempunyai waktu senggang tiga hari dan ini merupakan waktu yang cukup untuk

mencurahkan kasih sayang.60

Berbagai pendapat di atas, para ulama fiqh cenderung memahami keadilan

secara kuantitatif yang bisa diukur dengan angka-angka. Muhamad Abduh

berpandangan lain, keadilan yang disyaratkan al-Qur’an adalah keadilan yang

bersifat kualitatif seperti kasih sayang, cinta, perhatian yang semuanya tidak bisa

diukur dengan angka-angka. Ayat al-Qur’an mengatakan: “Jika kamu sekalian

khawatir tidak bisa berlaku adil, maka kawinilah satu isrti saja”(Q.S. al-Nisa’; 3).

Muhammad Abduh menjelaskan, apabila seorang laki-laki tidak mampu

memberikan hak-hak isterinya, rusaklah struktur rumah tangga dan terjadilah

kekacauan dalam kehidupan rumah tangga tersebut. Sejatinya, tiang utama dalam

mengatur kehidupan rumah tangga adalah adanya kesatuan dan saling

menyayangi antar anggota keluarga.61

Muhammad Quraish Shihab menafsirkan makna adil yang disyaratkan

oleh ayat 3 surat al-Nisa’ bagi suami yang hendak berpoligami adalah keadilan

dalam bidang material. Sebagaimana yang ditegaskan oleh surat al-Nisa’ ayat 4:

فإن لة ن ن ته صدق ء لن سا ٱ وءاتوا ن ء ش عن لكم طب فكوه اس نف ه م ري ا هن ٤ ا م

“Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai

pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada

60 Ali Ahmad Al-Jurjawi, Hikmah al-Tasyri’ wa Falsafatuhu, (Beirut: Dar al-Fikri), hlm. 10 61 Ali Ahmad Al-Jurjawi, Hikmah al-Tasyri’ wa Falsafatuhu, hlm. 10-12

Page 78: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

61

kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah)

pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya”

Selain itu Allah SWT. juga berfirman dalam surat al-Nisa’ ayat 129:

ن ا تطيعو تس ولن دلوا تع أ ء لن سا ٱ بي ل مي ل ٱ ك تميلوا فل تم حرص و ول

ٱ فإن وتتقوا لحوا تص إون معلقة ل ٱك فتذروها ١٢٩ ارحيم اغفور كن لل

“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu),

walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu

terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain

terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri

(dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang”

Keadilan yang dimaksudkan dalam ayat di atas adalah adil dalam bidang

immaterial (cinta). Keadilan ini yang tidak mungkin dicapai oleh kemampuan

manusia. Oleh sebab itu suami yang berpoligami dituntut tidak memperturutkan

hawa nafsu dan berkelebihan cenderung kepada yang dicintai. Dengan demikian,

tidaklah tepat menjadikan ayat ini sebagai dalih untuk menutup rapat pintu

poligami.62

Menurut Musfir al-Jahrani, bahwa para suami yang memiliki isteri lebih

dari satu orang harus mempunyai pembagian jadwal yang jelas, harus sama bagi

isteri yang sehat, sakit, haid atau nifas, karena yang dimaksud dengan bermalam

bersamanya (suami-isteri) itu adalah hiburan dan kesenangan bagi isteri meskipun

62 Muhammad Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung: Mizan. 1999), hlm. 201

Page 79: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

62

tanpa bersetubuh.63 Karena itu, suami wajib menginapi istri dari istri-istri yang

lainnya, sekalipun terdapat udzur untuk mereka, misalnya sakit dan haid.

Berdasarkan berbagai penafsiran ulama tentang makna adil dalam

perkawinan poligami, dapatlah dirumuskan bahwa keadilan sebagai syarat

poligami dalam perkawinan pada hal-hal yang bersifat material dan terukur. Hal

ini menjadikan lebih mudah dilakukan dan poligami menjadi sesuatu lembaga

yang bisa dijalankan. Sebaliknya, jika keadilan hanya ditekankan pada hal-hal

yang kualitatif seperti cinta, kasih sayang, maka poligami itu sendiri menjadi

suatu yang tidak mungkin dilaksanakan. Padahal Allah SWT. menjanjikan dalam

surat al-Baqarah ayat 286:

ٱ يكل ف ل انف لل ربنا تسبت ك ٱ ما هاوعلي كسبت ما لها عها وس إل س سينا إن نا تؤاخذ ل و ن

خ أ

أ

ع ۥته حل كما اإص نا علي مل ت ول ربنا نا طأ

ين ٱ ل ول ربنا لنا قب من ل نلا فر غ ٱو عنا ف ع ٱو ۦ به نلا طاقة ل ما ناتم نت نا ح ر ٱو

٢٨٦ فرين ك ل ٱ م قو ل ٱ ع نانص ٱف نالى مو أ

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia

mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa

(dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami,

janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami,

janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau

bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau

pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah

63 Musfir Al-Jahrani, Poligami dari Berbagai Persepsi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm.

97

Page 80: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

63

kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka

tolonglah kami terhadap kaum yang kafir"”.

Page 81: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

64

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dikelompokkan ke dalam jenis penelitian literature/studi

kepustakaan (library research). Objek yang diteliti adalah hasil kajian tertulis yang

dihasilkan oleh tokoh tersebut.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

Maqāṣid as-Syari’ah al-Syathibi, yakni sebagaimana yang telah diuraikan dalam

bab II diatas, maka dalam bab III ini akan menggambarkan secara implementatif

tentang cara kerja melalui pendekatan Maqāṣid as-Syari’ah al-Syathibi, lebih

jelasnya akan diuraikan dalam skema berikut:

1. Mujarrad al amr wa an nahy al ibtida’i at tasrihi

suatu perintah menuntut ditunaikannya perbuatan yang diperintahkan,

sementara suatu larangan menuntut dijauhinya perkara yang dilarang.

Maka terwujudnya perbuatan yang dikehendaki perintah syari’at, atau

tercegahnya perkara yang dilarang, dapat disimpulkan berkesesuaian

dengan kehendak Allah SWT (Maqshud asy-Syari’)

2. Memperhatikan konteks illat dari setiap perintah dan larangan

al Syatibi tidak menjadikan illat sebagai Maqāṣid itu sendiri, melainkan

sebatas alamat atau isyarat yang mengarahkan kepada Maqāṣid. Adapun

yang dijadikan Maqāṣid adalah konsekwensi ideal dari illat (muqtadha al

64

Page 82: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

65

ilal) dari sisi terlaksananya perbuatan yang diperintahkan dan tercegahnya

perkara yang dilarang.

3. Memperhatikan semua Maqāṣid turunan (at tabi’ah)

Semua ketetapan syari’at, ibadah maupun mu’amalah, memiliki tujuan

yang bersifat pokok (maqshud al ashli) dan yang bersifat turunan

(Maqāṣid at tabi’ah)

4. Tidak adanya keterangan syar’i (sukut asy sayri’)

Maksud dalam bahasan ini adalah tidak adanya keterangan nash mengenai

sebab hukum atau disyari’atkannya suatu perkara, baik yang memiliki

dimensi ubudiyah maupun mu’amalah

C. Sumber Bahan Hukum

Sumber data yang digunakan penulis untuk menyusun tesis ini adalah

sebagai berikut:

1. Sumber Primer

Sumber primer dalam penelitian ini adalah data yang dihasilkan dari Al-

Qura’an, Hadits, Kitab al Muwafaqat fi Ushul al-Syari’ah.

2. Sumber sekunder

Sumber sekunder yang penulis gunakan adalah data-data berupa buku,

karya ilmiah dan literatur lain serta informasi-informasi yang berkaitan

dengan topik penelitian.

Page 83: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

66

D. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Pengumpulan data-data dalam penelitian ini dimulai dengan

mengumpulkan data-data kepustakaan. Metode tersebut paling tidak melalui tiga

cara yaitu:

1. Mengumpulkan karya-karya tokoh yang bersangkutan baik secara pribadi

maupun karya bersama mengenai topik yang sedang diteliti;

2. Menelusuri dan mengumpulkan karya-karya orang lain mengenai tokoh

yang bersangkutan atau mengenai topik yang diteliti

3. Mencari dan mengumpulkan bahan-bahan mengenai hal-hal atau variabel

berupa catatan, transkip, internet, surat kabar, majalah dan lain-lain yang

terkait dengan penelitian.64

E. Teknik Analisis Bahan Hukum

Adapun metode yang digunakan peneliti dalam menganalisis data yang

sudah terkumpul yaitu menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan

pendekatan Maqāṣid as-Syari’ah al-Syathibi. Penelitian deskriptif dalam

penelitian ini yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan

akurat

Selain itu juga, dalam menganalisis penulis juga menggunakan metode

induksi dan deduksi. Induksi dapat diartikan sebagai generalisasi. Kasus-kasus

dan unsur-unsur pemikiran tokoh dianalisis, kemudian hasil analisis dirumuskan

dalam statement umum. Adapun deduksi dipahami sebagai sebuah upaya

eksplisitasi dan penerapan pikiran-pikiran seorang tokoh yang bersifat umum.

64 Syahrin Harahab, Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam, (Jakarta: Prenada Media Group,

2011), hlm. 48-49

Page 84: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

67

Jadi, dalam konteks tersebut ada dua langkah yang akan dilakukan dalam

penelitian ini yaitu:

1. Pembahasan akan dilakukan dengan menguraikan tentang Maqāṣid as-

Syari’ah Menurut al-Syathibi tentang Konsep Keadilan dalam Poligami

menjadi objek primer penelitian dan pandangan yang lain sebagai bahan

sekunder dan tersier.

2. Akan dilakukan analisis komparatif, dengan tujuan agar memperoleh

pemahaman lebih jauh penjelasan tentang Maqāṣid as-Syari’ah Menurut

al-Syathibi tentang Konsep Keadilan dalam Poligami.

Page 85: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

68

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Metode Istimbat Hukum Maqāṣid as-Syari’ah Menurut Al-Syathibi

Diskursus maqashid al-syari‘ah sebelum al-Syatibi banyak berkutat pada

persoalan ‘illah hukum dan maslahah sebagai landasan perumusan hukum. Karena

waktu itu para ulama ushul banyak yang merangkap sebagai teolog atau ulama

kalam, maka banyak wacana di bidang ushul fikih juga dieksplorasi oleh para

teolog termasuk diskursus maqashid al-syari‘ah. Salah satu hasilnya adalah

diskursus mengenai hukum kausalitas yang sebenarnya ada perbedaan paradigma

yang tidak bisa dicampuradukkan antara kausalitas dalam kerangka filsafat hukum

dan kausalitas dalam kerangka teologi.

Menurut al-Syatibi, dalam merumuskan hukum, motif Allah adalah

kemaslahatan manusia dan dari premis awal inilah perdebatan tentang hukum

kuasalitas dimulai. Namun, pengertian sebab, kausa atau motif dalam ilmu kalam

tidak bisa disamakan dengan pengertian ‘illah dalam ushul fikih. Ada peralihan

makna atau perubahan semantik ‘illah dari studi teologi menuju studi filsafat

hukum.

Al-Syatibi berpendapat bahwa maslahah sebagai motif syari’ah diketahui

melalui metode induktif, baik sebagai grand theme syari’ah secara umum maupun

sebagai penjelasan atas alasan-alasan sebuah hukum atau perintah secara rinci. Al-

Syatibi memberikan contoh yang telah dijelaskan alasan-alasannya dalam al-

Qur’an. Misalnya, perintah wudlu yang motifnya adalah kesucian, perintah

68

Page 86: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

69

berpuasa yang motifnya adalah ketaqwaan dan kesalehan dan perintah berjihad

yang motifnya adalah kemerdekaan.

Doktrin maqashid al-syari‘ah merupakan suatu usaha penegakkan

maslahah sebagai unsur esensial dalam tujuan-tujuan hukum. Al-Syatibi

memfalsifikasi studi maqashid al-syari‘ah menjadi dua tingkatan, dari sudut

maqasid al-syari‘ atau tujuan Allah sebagai pembuat hukum dan dari sudut

pandang maqashid al-mukallaf atau subjek hukum.

Sementara al-Syathibi merumuskan bahwa penetapan maqashid syari’ah

dapat ditempuh melalui empat metode berikut:65

1. Mujarrad al amr wa an nahy al ibtida’i at tasrihi

Secara sederhana, metode ini dapat dipahami sebagai sebuah upaya

melihat ungkapan eksplisit perintah dan larangan dalam nash, yang eksistensi

kedua unsur tersebut ada secara mandiri (ibtidai). Sebagaimana dipahami,

suatu perintah menuntut ditunaikannya perbuatan yang diperintahkan,

sementara suatu larangan menuntut dijauhinya perkara yang dilarang. Maka

terwujudnya perbuatan yang dikehendaki perintah syari’at, atau tercegahnya

perkara yang dilarang, dapat disimpulkan berkesesuaian dengan kehendak

Allah SWT (maqshud asy-syari’). Bila yang terjadi adalah hal yang

sebaliknya, perkara yang diperintahkan tidak terlaksana, atau perkara yang

dilarang justru tetap dilaksanakan juga, maka hal itu dianggap menyelisihi

maqshud asy syari’.

65 Al-Syathibi, Al-Muwafaqat, hlm. 120-121

Page 87: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

70

Dengan demikian, penetapan dengan cara ini bisa dikategorikan

sebagai penetapan berdasarkan literal nash, yang dibingkai dengan

pemahaman umum bahwa dalam perintah syari’at pasti terdapat unsur

maslahat dan dalam setiap larangan pasti ada unsur mafsadat.

Sekalipun demikian, bila menilik redaksi yang diungkap oleh Imam

Syatibi, terindikasi dua syarat operasional yang dikemukakan, yaitu: Pertama,

Perintah dan larangan itu diungkapkan secara eksplisit dan mandiri (ibtidai)

Berdasarkan syarat ini, maka perintah yang sifatnya penguat saja tidak bisa

digunakan dalam metode ini. Kedua, perintah dan larangan itu harus

diungkapkan secara eksplisit (sarih) Dengan adanya syarat ini, maka perintah

dan larangan yang bersifat dhimni, atau yang dipahami dari mafhum an-

nushush (seperti mafhum muwafaqah dan mukhallafah, dll), maupun yang

dipahami dari kaidah-kaidah fiqih (seperti ma la yatimm al wajib illa bihi fa

huwa wajib, atau alarm bi asy syai’ nahyun an dhiddih, dll), tidak bisa

digunakan untuk menetapkan maqashid al-syari’ah berdasarkan pendekatan

ini.

2. Memperhatikan konteks illat dari setiap perintah dan larangan

Metode ini pada hakikatnya masih memiliki keterkaitan erat dengan

metode pertama, tetapi titik fokusnya lebih pada pelacakan illat di balik

perintah dan larangan. Pada tataran ini, penetapan maqashid berangkat dari

pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang ada apa di balik perintah dan

larangan itu? Mengapa perkara ini diperintahkan? Mengapa hal itu dilarang?

Dengan pembahasan ini, al Syatibi tidak menjadikan illat sebagai maqashid itu

Page 88: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

71

sendiri, melainkan sebatas alamat atau isyarat yang mengarahkan kepada

maqashid. Adapun yang dijadikan maqashid adalah konsekwensi ideal dari

illat (muqtadha al-ilal) dari sisi terlaksananya perbuatan yang diperintahkan

dan tercegahnya perkara yang dilarang.

Illat dibedakan menjadi dua, yaitu illat yang diketahui (ma’lumah) dan

illat yang tidak diketahui (ghairu ma’lumah). Illat ma’lumah, wajib untuk

diikuti oleh seorang mujtahid dalam proses ijtihadnya, berdasarkan kaidah-

kaidah masalik al-illat yang banyak dibahas dalam ilmu ushul fiqh. Adapun

illat ghairu ma’lumah, sikap yang wajib diambil adalah tawaqquf, serta tidak

secara gegabah dan spekulatif memutlakkan klaim bahwa yang dikehendaki

Allah SWT adalah begini dan begitu.

Sebab dipilihnya sikap tawaqquf terhadap illat ghairu ma’lumah

karena dua hal, yaitu: Pertama, tawaqquf karena ketiadaan dalil yang

menunjukkan illat dalam nash. Kedua, tawaqquf karena sekalipun ada illat

yang manshush, tetapi bisa jadi bukan merupakan maqshud asy syari’.

3. Memperhatikan semua maqashid turunan (at-tabi’ah)

Semua ketetapan syari’at, ibadah maupun mu’amalah, memiliki tujuan

yang bersifat pokok (maqshud al-ashli) dan yang bersifat turunan (maqashid

at-tabi’ah). Dalam syari’at nikah misalnya, yang menjadi maqshud al-ashli

adalah kelestarian manusia lewat perkembang-biakan (at-tanasul). Sementara

setelahnya, terdapat beberapa maqashid turunan (tabi’ah) seperti mendapatkan

ketenangan (as-sakinah), tolong-menolong dalam kemaslahatan duniawi dan

ukhrawi, penyaluran hasrat biologis manusiawi (al-istimta’) secara halal,

Page 89: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

72

membentengi diri dari terpaan fitnah, dll, semua itu merupakan akumulasi dari

maqashid at-tabi’ah dalam syari’at nikah.

Dari semua maqashid itu, ada yang diungkapkan secara eksplisit oleh

nash (manshush), ada yang sebatas isyarat yang mengindikasikan kepada

maqashid, dan ada pula yang dipahami dari dalil-dalil lain atau disimpulkan

berdasarkan penelusuran secara induktif (maslak al-istiqra’) dari nash-nash

yang ada. Maka keberadaan semua maqashid yang bersifat turunan ini

dianggap sebagai kehendak Allah (maqshud asy syari’) yang berfungsi untuk

menguatkan dan menetapkan eksistensi maqshud al-ashli. Bahkan lebih jauh,

semua maslahat yang muncul secara empirik dari syari’at nikah sekalipun

tidak manshush, diposisikan sebagai penguat terhadap maqshud ashli. Dengan

demikian, semua hal yang bertentangan terhadap semua maqashid baik ashli

maupun tabi’ah, baik maslahat yang manshush maupun maslahat yang

empirik, dianggap menyelisihi maqshud asy syari’.

4. Tidak adanya keterangan syar’i (sukut asy sayri’)

Maksud dalam bahasan ini adalah tidak adanya keterangan nash

mengenai sebab hukum atau disyari’atkannya suatu perkara, baik yang

memiliki dimensi ubudiyah maupun mu’amalah, padahal terdapat indikasi

yang memungkinkan terjadinya perkara tersebut pada tataran empirik. Secara

rinci, cakupan perkara yang tidak ada keterangan syar’i ini dipetakan pada dua

jenis:

a. Ketiadaan keterangan karena belum adanya kebutuhan tasyri’ untuk

menjelaskannya.

Page 90: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

73

Persoalan yang masuk dalam kategori ini adalah semua

persoalan baru yang muncul (an-nazilah) setelah wafatnya

Rasulullah. Karena pada hakikatnya, hal itu belum eksis pada masa

tasyri’ ketika Rasulullah SAW masih hidup (seperti kodifikasi al-

Quran, pembukuan ilmu pengetahuan, dll). Terkait dengan hal ini,

upaya mengetahui dan menetapkan maqashidnya adalah dengan

mengembalikan furu’ kepada ushul yang relevan, atau dengan

menelusuri nash-nash yang memiliki keterkaitan dan

menyimpulkannya secara induktif atau al-istiqra’.

b. Perkara yang telah berkemungkinan ada di masa tasyri’, tetapi tidak

ada keterangan syari’at terhadapnya.

Permasalahan ini lebih terkait dengan hal-hal berdimensi

ubudiyah. Dalam hal ini, persoalannya dipetakan kepada tiga

bagian:

1) Mengerjakan sesuatu yang tidak ada keterangan syari’at

terhadap status pelaksanaannya, atau meninggalkan sesuatu

yang diizinkan oleh syari’at.

2) Mengerjakan sesuatu yang tidak ada dalil syari’at terhadap

izin pelaksanaannya, atau meninggalkan sesuatu yang

diizinkan syari’at

3) Melakukan sesuatu yang tidak ada keterangan syari’at, tetapi

hal itu menyelisihi ketetapan syari’at yang lain.

Page 91: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

74

Menyikapi ketiga perkara ini, al-Syathibi menggolongkan

perkara yang ketiga ke dalam bentuk menyelisihi ketetapan nash

syari’at dan termasuk dalam kategori bid’ah qabihah.

Adapun untuk dua hal sebelumnya, al-Syathibi berpendapat

bahwa sesuatu yang didiamkan syari’at tidak secara otomatis

melaksanakannya dihukumi bertentangan dengan syari’at. Maka

yang harus dilakukan dalam menjernihkan permasalahan ini adalah

mendeteksi dimensi maslahat dan mudharat di dalamnya. Bila

terindikasi adanya maslahat, maka hal itu bisa diterima. Sebaliknya

bila terdeteksi dimensi mudharat di dalamnya, secara otomatis hal

itu tertolak. Dengan demikian, teknik operasional yang digunakan

dalam menyikapi persoalan seperti ini adalah pendekatan al-

maslahah al-mursalah

B. Konsep Keadilan Poligami Perspektif Maqāṣid as-Syari’ah Menurut Al-

Syathibi

Keadilan merupakan ajaran sentral dalam Islam bersifat Universal, maka

penegakan keadilan adalah sesuatu yang asasi sebagai perwujudan misi utama

Islam “Rahmatan li al-‘alamin”. Penegakan keadilan harus dilakukan dalam

berbagai aspek baik dalam urusan umum maupun urusan keluarga termasuk dalam

persoalan poligami.

Poligami dalam wacana sering kali dianggap sebagai penyimpangan

sekaligus pembenaran atas penyaluran hasrat laki-laki. Saat ini , sebagian besar

Page 92: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

75

perempuan akan memilih untuk diceraikan dibanding harus menerima dirinya

dimadu. Poligami dianggap sebagai bentuk penghianatan atas cinta, sedangkan

monogami adalah bentuk dari kesetiaan.66

Persyaratan poligami dalam Surat an-Nisa’ ayat 3 sangat jelas bahwa

seseorang laki-laki tidak boleh menikahi lebih dari empat istri. Demikian pula,

dalam Hadits diceritakan bahwa Harits bin Qais dan Ghailan bin Umayyah

Attsaqafi yang masing-masing mempunyai delapan dan sepuluh istri, kemudian

Nabi Muhammad memerintahkan kepada mereka untuk memilih empat saja

diantara mereka dan menceraikan yang lain.67

Dalam Al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 129:

ن ا تطيعو تس ولن دلوا تع أ ل مي ل ٱ ك تميلوا فل تم حرص ولو ء لن سا ٱ بي

ٱ فإن وتتقوا لحوا تص إون معلقة ل ٱك فتذروها ١٢٩ ارحيم اغفور كن لل

“Dan kamu sekali-kali tidak akan berlaku adil di antara istri-istri(mu), walaupun

kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu

cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain

terkatung-katung, dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri

(dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi Maha

Penyayang”

Persyaratan adil bagi laki-laki yang ingin poligami tidak serta-merta

menjadi mudah. Karena praktek poligami yang dicontohkan oleh Rasulullah tidak

didasarkan untuk pemuasan nafsu, melainkan salah satunya merupakan sebuah

66 Justito Adiprasetio, Sejarah Poligami (Analisis Wacana Foucauldian Atas Poligami di Jawa),

(Yokyakarta: Penerbit Ombak, 2015) hlm. 3-4 67Muhammad Quraisy Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. (Tanggerang:

Lentera Hati, 2006) hlm. 78

Page 93: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

76

emansipasi untuk mengangkat kehormatan seorang perempuan. Karena dalam

ajaran Islam, persyaratan poligami sangatlah tidak mudah.68

Dalam ajaran Islam, secara tegas Allah SWT mengingatkan kepada para

pelaku poligami, bahwa tanggung jawab mereka bukanlah mudah. Andai kata

ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah itu tidak dapat dipenuhi oleh

setiap suami yang berpoligami, maka dia akan memperoleh dosa. Karena

perbuatan yang demikian tentu bertentangan dengan ajaran Islam dan dilarang

melakukannya.

Selain adanya persyaratan poligami juga ada rukun poligami yang wajib

untuk dilakukan apabila seorang lelaki akan berpoligami, hendaklah dia

memenuhi rukun poligami sebagai berikut:

1. Membatasi jumlah istri yang akan dikahwininya Syarat ini telah

disebutkan oleh Allah SWT dengan firman-Nya:

ل تم خف إون ٱ ف سطوا تق أ ن لكم طاب ما نكحوا ٱف م ت ل ٱ م ء سا لن

ل تم خف فإن ع ورب ث وثل ن مث و حدة فو دلوا تع أ

ي ملكت ما أ

نكم م أ

د لك ذ ل ن أ

٣ تعولوا أ

“Jika kamu takut tidak akan berlaku adil terhadap anak yatim, kawinilah

perempuan yang kamu senangi dua orang, tiga orang, atau empat orang. Jika

kamu takut tidak akan dapat berlaku adil di antara mereka, maka kawinilah satu

orang saja, atau hamba sahaya. Demikian itu cara paling dekat untuk tidak

menyimpang” (Q.S, an-Nisa’: 3)

68 Abdullah Gymnastiar, Sakinah, Manajemen Qalbu Untuk Keluarga, (Bandung: MQ Publishing,

2004), hlm. 56

Page 94: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

77

2. Mampu Berlaku adilDari Abu Hurairah RA menyampaikan dari Nabi

Muhammad saw sebagai berikut:

ئل اه م ق ش و ة ام ي لق ا م و ي اء ا ، ج م اه د ح ى إ ل إ ال م ف امرأتان ه ل ت انك ن م

"Siapa yang memiliki dua istri lantas condong kepada salah seorang dari

keduanya (berlaku tidak adil) maka ia akan datang pada hari kiamat dalam

keadaan sebelah tubuhnya miring." (HR. Abu Dawud, an-Nasa’i.)69

Dengan tegas diterangkan serta dituntut agar para suami bersikap adil jika

akan berpoligami. Andaikan takut tidak dapat berlaku adil kalau sampai empat

orang istri, cukuplah tiga orang saja. Tetapi kalau itupun masih juga tidak dapat

adil, cukuplah dua saja, dan kalau dua itu pun masih khuatir tidak boleh berlaku

adil, maka hendaklah menikah dengan seorang saja, berlaku adil itu wajib70

Adil disini bukanlah berarti hanyalah adil terhadap para istri saja, tetapi

mengandung arti adil secara mutlak. Oleh karena itu seorang suami hendaklah

berlaku adil sebagai berikut:

1. Berlaka adil terhadap dirinya sendiri

Seorang suami yang selalu sakit-sakitan dan mengalami kesulitan untuk

bekerja mencari rezeki, sudah tentu tidak akan dapat memelihara beberapa

istri. Apabila dia tetap berpoligami, ini berarti dia telah menganiayai diri

sendiri. Sikap ini demikian adalah tidak adil

2. Adil diantaran para istri

Setiap istri berhak mendapatkan hak masing-masing dari suaminya, berupa

kemesraan hubungan jiwa, nafkah berupa makan, pakaian, tempat tinggal

69 Dinyatakan sahih dalam Shahih Abi Dawud, hlm. no. 2133, Shahih an-Nasa’i, hlm. 3942 70 Hasbi Ash-Shindieqy, Falsafah Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm. 247

Page 95: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

78

dan lain-lain sesuatu yang diwajibkan Allah kepada suami. Adil diantara

istri-istri hukumnya wajib

3. Adil dalam pemenuhan nafkah

Suami tidak mengurangi nafkah dari salah seorang istrinya dengan

kebutuhan seorang istri dalam memenuhi kebutuhan hidup

4. Adil dalam menyediakan tempat tinggal

Suami bertanggung jawab menyediakan tempat tinggal untuk tiap-tiap istri

beserta anak-anaknya sesuai dengan kemampuan suami. Ini dilakukan

semata-mata untuk menjaga kesejahteraan istri-istri, jangan sampai timbul

rasa cemburu atau pertengkaran yang tidak diinginkan

5. Adil dalam giliran

Istri berhak mendapat giliran suaminya menginap dirumahnya sama

lamanya dengan istri-istri yang lain. Suami mesti menginap di rumah

seorang istri satu malam suntuk tidak boleh kurang, walaupun ada diantara

mereka yang dalam keadaan haid, nifas ataupun sakit, suami wajib berlaku

adil karena perkawinan dalam Islam bukanlah semata-mata untuk

berhubungan seks tetapi untuk menyempurnakan kemesraan, kasih sayang

dan kerukunan antar suami istri.

Dari sini terkandung pelajaran berharga bahwa poligami tidak lain adalah

syariat ilahi yang ditetapkan dalam kitab suci Al-Qur’an dan as- Sunnah. Setiap

muslim dan muslimah harus membenarkan syariat tersebut dan menerimanya

dengan lapang dada tanpa ada ganjalan sedikit pun di dalam hati. Terlepas apakah

ada kemampuan untuk menjalaninya ataukah tidak.

Page 96: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

79

Poligami karena tuntutan iman dan ingin menghidupkan sunnah pasti akan

diuji Allah apakah benar tujuannya. Allah Ta‘aalaa berfirman (QS. al-‘Ankabuut:

2.):

حسب ن نلاس ٱ أ

أ ن ا كو يت

٢ نون ت يف ل وهم ءامنا ا يقولو أ

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan,

‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?”

Islam tidak dengan mudah mengizinkan umatnya berpoligami, karena

Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dalam keluarga, karena ini

menyangkut dengan harkat dan martabat kaum wanita yang mempunyai hak

penuh terhadapkeadilan suaminya. Berbagai hak seorang isteri harus dipenuhi

oleh suami agar tidak lahir intimidasi dan perlakuan yang semena-mena.

Walaupun dalam ayat di atas mengandung konsep poligami, hal ini bukan berarti

Islam menganjurkan umatnya poligami, akan tetapi merupakan suatu pintu yang

amat sempit yang hanya dapat dilakukan pada saat darurat saja.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, dapat

dipahami, bahwa kebolehan poligami bukanlah suatu bentuk diskriminasi

terhadap kaum perempuan ataupun penindasan kaum laki-laki atas kaum

perempuan. Akan tetapi, semua ini bukan merupakan ‘illat (alasan) ataupun syarat

bagi kebolehan berpoligami. Semua hal di atas hanya merupakan penjelasan atas

fakta yang terjadi.

Hukum poligami sendiri adalah hak Allah Swt. semata, yakni bahwa

Allah, telah menjelaskan tentang kebolehan berpoligami. Sedangkan beristeri

Page 97: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

80

seorang saja adalah suatu hal yang dianjurkan oleh Allah. Dalam suatu keadaan di

mana ketika seorang suami khawatir tidak dapat berlaku adil. Selain keadaan ini,

Allah. tidak pernah mensyari’atkan seorang suami menikahi hanya seorang wanita

saja.

Dengan demikian kebolehan poligami ini tidaklah tepat kalau dikatakan

"syaratnya harus adil." Dapat dianalisa bahwa, adil bukanlah syarat poligami,

melainkan kewajiban dalam berpoligami. Syarat adalah sesuatu sifat atau keadaan

yang harus terwujud sebelum adanya sesuatu yang disyaratkan (masyrūth).

Wudhuk, misalnya, adalah syarat sah shalat. Jadi wudhuk harus terwujud dulu

sebelum shalat, maka kalau dikatakan "adil" adalah syarat poligami, berarti "adil"

harus terwujud lebih dulu sebelum orang berpoligami.

Tentu ini tidak tepat karena yang mungkin terwujud sebelum orang

berpoligami bukanlah "adil" itu sendiri, tapi "perasaan" seseorang apakah dia akan

bisa berlaku adil atau tidak. Jika "perasaan" itu adalah berupa kekhawatiran tidak

akan dapat berlaku adil, maka di sinilah Syara’ mendorong dia untuk menikah

dengan satu isteri saja.

Dengan demikian, keberadaan hukum sesungguhnya untuk kemaslahatan

umat manusia. Tidak terkecuali dalam hukum pernikahan atau hukum keluarga.

Dalam mashlahah poligami pun Maqāṣid as-Syari’ah dan kemaslahatan harus

diutamakan.

Dengan teori Maqāṣid as-Syari’ah yang ditujukkan melalui hukum-hukum

Islam dan ditetapkan berdasarkan nash-nash agama adalah maslahat hakiki.

Maslahat ini mengacu terhadap pemeliharaan terhadap lima hal: agama, jiwa,

akal, keturunan dan harta. Kehidupan dunia ditegakkan atas lima pilar tersebut,

Page 98: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

81

tanpa terpeliharanya kelima hal ini tidak akan tercapai kehidupan manusia yang

luhur secara sempurna. Kemuliaan manusia tidak bisa dipisahkan dari

pemeliharaan kelima hal ini.71

Menurut al-Syathibi kemaslahatan tersebut dilihat dari dua sudut pandang.

Dua sudut pandang itu adalah:72

1. Maqāṣid Al-Syari’ (Tujuan Tuhan)

2. Maqāṣid Al-mukallaf (Tujuan Mukallaf)

Dalam kitab al-Muwafaqat karya imam al-Syathibi Maqasid Al-Syrai’ah

dalam arti Maqāṣid as-Syari’, mengandung 4 aspek yakni:73

1. Tujuan awal dari syari’at yakni kemaslahatan manusia di dunia dan

diakhirat.

2. Syari’at sebagai sesuatu yang harus di fahami.

3. Syari’at sebagai hukum taklif yang harus dilakukan.

4. Tujuan syari’at adalah membawa manusia ke bawah naungan hukum.

Dalam keterkaitan demikianlah tujuan diciptakan syariat yakni

kemaslahatan manusia di dunia dan di akhirat, sebagai aspek inti, dapat

diwujudkan74

Aspek pertama berkaitan dengan muatan dan hakikat Maqāṣid as-

Syari’ah. Aspek kedua berkaitan dengan dimensi bahasa agar syariat dapat

dipahami sehingga dicapai kemaslahatan yang dikandungnya. Aspek ketiga

berkaitan dengan pelaksanaan ketentuan-ketentuan syari’at dalam rangka

mewujudkan kemaslahatan Ini juga berkaitan dengan kemampuan manusia untuk

71 Muhammad Abu Zahrah, Ushul fiqh, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003),hlm. 548-552. 72 Al-Syathibi, Al-Muwafaqat, hlm. 5 73 Al-Syathibi, Al-Muwafaqat, hlm. 5 74 Al-Syathibi, Al-Muwafaqat, hlm. 5

Page 99: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

82

melaksanakanya. Aspek yang terakhir berkaitan dengan kepatuhan manusia

sebagai mukallaf di bawah dan terhadap hukum-hukum Allah atau dalam istilah

yang lebih tegas aspek tujuan syari’at berupaya membebaskan manusia dari

kekangan hawa nafsu.75

Apabila tujuan dari suatu larangan adalah bentuk perbuatan, maka tidak

diperbolehkan menggunakan sifat yang tidak berhubungan dengan esensi dari

perbuatan itu sendiri.76

Aspek pertama sebagai inti dapat terwujud melalui pelakasanaan taklif

atau pembenahan hukum terhadap para hamba sebagai aspek ketiga. Taklif tidak

dapat dilakukan kecuali memiliki pemahaman baik dimensi lafal maupun

maknawi sebagaimana aspek kedua. Pemahaman dan pelaksanaan taklif ini dapat

membawa manusia berada dibawah lindungan hukum Tuhan, lepas dari kekangan

hawa nafsu, sebagai aspek keempat.

Hakikat atau tujuan awal pemberlakuan syari’at adalah untuk mewujudkan

kemaslahatan manusia. Kemaslahatan itu dapat diwujudkan apabila unsur pokok

dapat diwujudkan dan dipelihara. Kelima unsur pokok itu, kata al-Sythibi adalah

agama, jiwa keturunan, akal dan harta. Dalam usaha mewujudkan dan memelihara

lima unsur pokok itu, ia membagi kepada tingkat maqasid atau tujuan syari’ah,

yaitu :77

1. Maqāṣid al-daruriyah

2. Maqāṣid al-Hajjiyah

3. Maqāṣid al-Tahsiniyah

75 Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Al-Syari’ah menurut AL-Syatibi, hlm 70 76 Muhamad Hashim kamali, Prinsip dan Teori-teori Hukum Islam ‘ushu al-Fiqh’ (Yogyakarta :

Pustaka pelajar, 1996), hlm. 186 77 Al-Syathibi, Al-Muwafaqat, hlm. 8

Page 100: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

83

Dalam rangka pemahaman dan dinamika hukum Islam, pengkategorian

yang dilakukan oleh Al-syatibi kedalam tiga macam Maqasid itu perlu pula dilihat

dalam dua klompok besar pembagian yaitu segi keduniaan dan segi keahiratan.

Secara tegas al-Syitibi memang tidak menyebutkan pembagian terakhir ini. Akan

tetapi apabila kita memahami pemikiran al-syatibi dalam kitabnya Al-Muafaqot,

bertolak dari batasan bahwa al-Maqāṣid adalah kemaslahatan, maka dapat

dikatakan bahwa ia juga membagi maqasid atau tujuan hukum kepada orentasi

kandungan. Kedua kandungan itu adalah:78

1. Al-masalih al-Dunyawiyyah (tujuan kemaslahatan dunia)

2. Al-masalih al-Ukhrowiyyah (tujuan kemaslahatan akhirat)

Sementara al Syathibi merumuskan bahwa penetapan maqashid syari’ah

dapat ditempuh melalui empat metode berikut:

1. Mujarrad al amr wa an nahy al ibtida’i at tasrihi

Sebagaimana dipahami, suatu perintah menuntut ditunaikannya perbuatan

yang diperintahkan, sementara suatu larangan menuntut dijauhinya perkara

yang dilarang. Maka terwujudnya perbuatan yang dikehendaki perintah

syari’at, atau tercegahnya perkara yang dilarang, dapat disimpulkan

berkesesuaian dengan kehendak Allah SWT (Maqshud asy-Syari’). Bila

yang terjadi adalah hal yang sebaliknya, perkara yang diperintahkan tidak

terlaksana, atau perkara yang dilarang justru tetap dilaksanakan juga, maka

hal itu dianggap menyelisihi Maqshud asy Syari’79

2. Memperhatikan konteks illat dari setiap perintah dan larangan

78 Al-Syathibi, Al-Muwafaqat, hlm. 8 79 Al-Syathibi, Al-Muwafaqat, hlm. 393

Page 101: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

84

Pada tataran ini, penetapan Maqāṣid berangkat dari pertanyaan-pertanyaan

mendasar tentang ada apa di balik perintah dan larangan itu? Mengapa

perkara ini diperintahkan? Mengapa hal itu dilarang? Dengan pembahasan

ini, al Syatibi tidak menjadikan illat sebagai Maqāṣid itu sendiri,

melainkan sebatas alamat atau isyarat yang mengarahkan kepada Maqāṣid.

Adapun yang dijadikan Maqāṣid adalah konsekwensi ideal dari illat

(muqtadha al ilal) dari sisi terlaksananya perbuatan yang diperintahkan

dan tercegahnya perkara yang dilarang

3. Memperhatikan semua Maqāṣid turunan (at tabi’ah)

Semua ketetapan syari’at, ibadah maupun mu’amalah, memiliki tujuan

yang bersifat pokok (maqshud al ashli) dan yang bersifat turunan

(Maqāṣid at tabi’ah). Dalam syari’at nikah misalnya, yang menjadi

maqshud al ashli adalah kelestarian manusia lewat perkembang-biakan (at

tanasul). Sementara setelahnya, terdapat beberapa Maqāṣid turunan

(tabi’ah) seperti mendapatkan ketenangan (as sakinah), tolong-menolong

dalam kemaslahatan duniawi dan ukhrawi, penyaluran hasrat biologis

manusiawi (al istimta’) secara halal, membentengi diri dari terpaan fitnah.

Semua itu merupakan akumulasi dari Maqāṣid at-tabi’ah dalam syari’at

nikah.

4. Tidak adanya keterangan syar’i (sukut asy sayri’)

Maksud dalam bahasan ini adalah tidak adanya keterangan nash mengenai

sebab hukum atau disyari’atkannya suatu perkara, baik yang memiliki

dimensi ubudiyah maupun mu’amalah

Page 102: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

85

cakupan perkara yang tidak ada keterangan syar’i ini dipetakan pada dua

jenis :

a. Ketiadaan keterangan karena belum adanya kebutuhan tasyri’ untuk

menjelaskannya. Dengan hal ini, upaya mengetahui dan menetapkan

Maqāṣid-nya adalah dengan mengembalikan furu’ kepada ushul yang

relevan, atau dengan menelusuri nash-nash yang memiliki keterkaitan

dan menyimpulkannya secara induktif atau al istiqra’80

b. Perkara yang telah berkemungkinan ada di masa tasyri’, tetapi tidak

ada keterangan syari’at terhadapnya. Permasalahan ini lebih terkait

dengan hal hal berdimensi ubudiyah. Dalam hal ini, persoalannya

dipetakan kepada 3 bagian:81

a) Mengerjakan sesuatu yang tidak ada keterangan syari’at terhadap

status pelaksanaannya, atau meninggalkan sesuatu yang diizinkan

oleh syari’at.

b) Mengerjakan sesuatu yang tidak ada dalil syari’at terhadap izin

pelaksanaannya, atau meninggalkan sesuatu yang diizinkan

syari’at.

c) Melakukan sesuatu yang tidak ada keterangan syari’at, tetapi hal itu

menyelisihi ketetapan syari’at yang lain.

Al Syathibi berpendapat bahwa sesuatu yang didiamkan syari’at tidak

secara otomatis melaksanakannya dihukumi bertentangan dengan syari’at. Maka

yang harus dilakukan dalam menjernihkan permasalahan ini adalah mendeteksi

dimensi maslahat dan mudharat di dalamnya. Bila terindikasi adanya maslahat,

80 Al-Syathibi, Al-Muwafaqat, hlm. 409-410 81 Al-Syathibi, Al-Muwafaqat, hlm. 411

Page 103: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

86

maka hal itu bisa diterima. Sebaliknya bila terdeteksi dimensi mudharat di

dalamnya, secara otomatis hal itu tertolak. Dengan demikian, teknik operasional

yang digunakan dalam menyikapi persoalan seperti ini adalah pendekatan al

maslahah al mursalah.82

Maslahah merupakan sesuatu hal yang sangat penting dipertimbangkan

dalam penetapan suatu hukum. Karena secara esensial, hukum tersebut juga

diberlakukan untuk kemaslahatan manusia. Sehingga menjadi sangat janggal

apabila hukum yang diberlakukan bagi manusia, namun malah memberika

kesulitan dan kesempitan bahkan madharat bagi kelangsungan hidup manusia

sebagai mukallaf.

Maqāṣid as-Syari’ah menjadi tujuan di syari’atkannya hukum Islam,

mempunyai lima tujuan pokok (menjaga agama, jiwa, akal, keturunan dan harta).

Segala sesuatu yang mendukung tercapainya kelima tujuan pokok tersebut di

dukungnya dan sebaliknya segala sesuatu yang bertentangan dengan salah satu

dari kelima tujuan itu dicegahnya.

Perlindungan terhadap Agama (حفظ الدين) adalah merupakan salah satu

unsur yang dipelihara oleh syari’at demi memelihara dan menjaga agama seorang

hamba Allah . Dalam keadilan poligami perlu dikaji tentang kemashlahatannya.

Dalam rumusan Maqāṣid as-Syari’ah al-Syatibi tentang keadilan poligami

dapat ditempuh melalui metode Mujarrad al amr wa an nahy al ibtida’i at tasrihi

yakni suatu perintah menuntut ditunaikannya perbuatan yang diperintahkan,

sementara suatu larangan menuntut dijauhinya perkara yang dilarang. Maka

terwujudnya perbuatan yang dikehendaki perintah syari’at, atau tercegahnya

82 Al-Syathibi, Al-Muwafaqat, hlm. 412

Page 104: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

87

perkara yang dilarang, dapat disimpulkan berkesesuaian dengan kehendak Allah

SWT (Maqāṣid as-Syari’ah). Bila yang terjadi adalah hal yang sebaliknya,

perkara yang diperintahkan tidak terlaksana, atau perkara yang dilarang justru

tetap dilaksanakan juga, maka hal itu dianggap menyelisihi Maqāṣid as-Syari’ah.

Dengan demikian, penetapan dengan cara ini bisa dikategorikan sebagai

penetapan berdasarkan literal nash, yang dibingkai dengan pemahaman umum

bahwa dalam perintah syari’at pasti terdapat unsur maslahat dan dalam setiap

larangan pasti ada unsur mafsadat.

Allah membenarkan bagi seorang laki-laki melakukan poligami mulai dari

dua, tiga, sampai empat orang isteri, selama ia dapat berlaku adil kepada semua

isterinya, namun bila tidak, maka tidak dibenarkan berpoligami dan hanya cukup

dengan seorang isteri saja, karena demikian itu lebih mudah baginya dalam

berlaku adil.

Dalam pengakuan syar’i yakni Maslahah Mu’tabarah yaitu kemaslahatan

yang keberadaannya diakui oleh syara’. Artinya kemashlahatan yang diabsahkan

dan dilegitimasi oleh teks-teks hukum yang diundangkan oleh Allah melalui teks

Al-Qur’an-Nya dan Nabi Muhammad melalui hadits shahihnya, adalah untuk

suatu tujuan, yakni kemaslahatan.

Demikian yang diungkap oleh al-Syathibi hal ini sejalan dengan konsep

Maqāṣid as-Syari’ah pada ranah Ḥifẓhu ad-Dīn pada tingkat dharuriyyah karena

dalam ranah ini agama Islam tidak dengan mudah mengizinkan umatnya

berpoligami, agama Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dalam

keluarga, karena ini menyangkut dengan harkat dan martabat kaum wanita yang

mempunyai hak penuh terhadap keadilan suaminya. Berbagai hak seorang isteri

Page 105: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

88

harus dipenuhi oleh suami agar tidak lahir intimidasi dan perlakuan yang semena-

mena. Walaupun dalam ayat Al-Qur’an mengandung konsep poligami, hal ini

bukan berarti Islam menganjurkan umatnya poligami, akan tetapi merupakan

suatu pintu yang amat sempit yang hanya dapat dilakukan pada saat darurat saja,

maka ajaran agama Islam dapat terjaga. Keadilan yang disyaratkan dalam Al-

Qur’an adalah keadilan yang bersifat kualitatif seperti kasih sayang, cinta,

perhatian yang semua itu tidak bisa diukur dengan angka.

Maqāṣid as-Syari’ah al-Syathibi selain bertujuan menyelamatkan agama

juga menjaga makna agama itu sendiri. Keadilan poligami tentu saja menjadi

acuan untuk orang yang ingin berpoligami, namun agama tidak melarang

poligami dengan alasan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi karena itu adalah

suatu ibadah berdasarkan keyakinan pada agama, maka agama akan terjaga

kemurniannya, kesuciannya.

Menikah memiliki kemaslahatan baik dari sisi agama. Pernikahan idealnya

akan melahirkan kebaikan jika memang dipenuhi segala aspek yang mendukung

dan mampu memelihara apa yang menjadi maksud dan tujuan pernikahan. Tetapi

tidak menutup kemungkinan terdapat pernikahan yang memiliki niat dan tujuan

tertentu, bahkan dimungkinkan niat itu didasari dengan tujuan yang tidak baik

sehingga melahirkan kemudharatan.

Pernikahan yang mencakup tujuan syariat yang benar akan melahirkan

suatu kehidupan yang dipenuhi dengan cinta dan kasih. Hal ini jika kita lihat

merupakan dasar dan motifasi agama menganjurkan pernikahan. Pernikahan yang

terjadi dan tidak didasari atas Maqāṣid as-Syari’ah dan motif keagamaan

meninggalkan kemudharatan. Sama halnya dengan poligami, dengan tujuan baik

Page 106: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

89

maka akan menghasilkan kemaslahatan bagi agama dan yang menjalankannya

begitupun sebaliknya maka akan timbul kemudharatan bagi agama dan yang

menjalankannya.

Perlindungan terhadap jiwa (حفظ النفس) yang berarti hukum Islam wajib

memelihara hak manusia untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya. Untuk

itu hukum Islam melarang pembunuhan sebagai upaya menghilangkan jiwa

manusia dan melindungi berbagai manusia yang dipergunakan oleh manusia

untuk dan mempertahankan kemaslahatan hidupnya.

Allah tidak menurunkan ketentuan-ketentuan tersebut secara sia-sia dan

tanpa tujuan. Secara umum tujuan fundamental dari syari’ah Islam adalah

terealisasinya kemaslahatan kemanusiaan universal untuk kebahagiaan dunia dan

akhirat. Sebab kemaslahatan manusia pada dasarnya adalah tujuan di dalam

dirinya. Di dalam hal ini, kemaslahatan dimaksudkan sebagai sesuatu

“menjelaskan” terhadap maksud nas. Ketentuan yang mengedepankan tujuan

hukum, berupa kemaslahatan manusia, dipandang lebih kuat dari pada ketentuan

yang tidak mengedepankan tujuan hukum.

Berkaitan dengan keadilan poligami imam Al-Syathibi mengungkapkan

bahwasanya keadilan yang bagaimana yang harus dicapai agar mendapatkan

kemashlahatan bagi mukallaf, keadilan poligami dapat ditempuh melalui metode

memperhatikan konteks illat dari setiap perintah dan larangan.

Illat dan mashlahât suatu hukum tergantung pada perintah dan larangan,

karenanya berpegang pada perintah dan larangan bisa merealisasikan tujuan

syariat. Demikian ini bukan berarti tidak mengikuti illat dalam dzâhir teks suatu

hukum dalam menentukan tujuan shariat. Karenanya apabila illat telah diketahui,

Page 107: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

90

maka ia harus diikuti. Dimana ada illat maka di situlah subtansi suatu hukum

ditemukan sebagai konsekwensi dari perintah dan larangan. Jika illat tidak

diketahui, maka tidak boleh memutuskan bahwa tujuan Syâri begini dan begitu.

Al-Syathibi menegaskan perlunya menghargai dzâhir teks dan tidak

mengabaikannya, akan tetapi dengan tanpa berlebihan, dan tidak mengingkari illat

dan maslahât yang tetap.

Pada Al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 3, Muhammad Quraish Shihab

menjelaskan kandungan ayat tersebut bahwa Allah melarang memanfaatkan harta

anak yatim secara aniaya. Setelah itu, Allah melarang berlaku aniaya terhadap

pribadi anak-anak yatim itu. Oleh karena itu, ditegaskannya bahwa dan jika kamu

takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap perempuan yatim, dan kamu percaya

diri akan berlaku adil terhadap wanita-wanita selain yatim itu, maka nikahilah apa

yang kamu senangi sesuai selera kamu dan halal dari wanita-wanita yang lain

itu, kalau perlu, kamu dapat menggabung dalam saat yang sama dua, tiga atau

empat tetapi jangan lebih, lalu jika kamu takut tidak dapat berlaku adil dalam hal

harta dan perlakuan lahiriah, bukan dalam hal cinta bila menghimpun lebih dari

seorang istri, maka nikahilah seorang saja, atau nikahi hamba sahaya wanita

yang kamu miliki. Yang demikian itu, yakni menikahi selain anak yatim

mengakibatkan ketidakadilan, dan mencukupkan satu orang istri adalah lebih

dekat kepada tidak berbuat aniaya, yakni lebih mengantarkan kamu kepada

keadilan, atau kepada tidak memiliki banyak anak yang harus kamu tanggung

biaya hidup mereka.83

83 Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,

(Tangerang: Lentera Hati, 2006), hlm. 338

Page 108: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

91

Sebagaimana yang telah dijelaskan, pembahasan poligami dalam surat an-

Nisa' ayat 3 tersebut merupakan sindiran terhadap orang-orang yang tidak mau

memperhatikan nasib, hak-hak anak yatim dan orang miskin. Al-Qur'an menyebut

mereka sebagai pendusta agama. Izin poligami dalam al-Qur'an sesungguhnya

berkaitan erat dengan masalah penyantunan anak yatim. Ayat poligami harus

dipahami dalam konteks struktur sosial yang khusus, dimana masyarakat ketika

itu belum memungkinkan meninggalkan secara keseluruhan praktek poligami.

Masyarakat tersebut hanya didorong maju sejauh yang mereka mampu. Dalam hal

ini pendekatan hukum maupun moral sangat diperlukan. Secara hukum, dilakukan

pembatasan mengenai jumlah perempuan yang boleh dipoligami, namun secara

moral semangat poligami adalah semangat menyantuni anak yatim dan para janda,

serta berbuat adil. Maka apabila seorang laki-laki tidak mampu berbuat adil, al-

Qur'an memerintahkannya untuk menikahi satu orang perempuan saja

Sebagaimana ayat ini tidak mewajibkan poligami atau menganjurkannya,

hanya berbicara tentang bolehnya poligami dan itupun merupakan pintu kecil

yang hanya dapat dilalui oleh orang yang sangat membutuhkan dan dengan syarat

yang tidak ringan. Itu pun diakhiri dengan anjuran untuk bermonogami dengan

firman-Nya: “Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”

Dalam Maqāṣid as-Syari’ah Al-Syathibi keadilan Poligami bisa masuk

dalam ranah Ḥifẓhu an-Nafs pada tingkat Hajjiyah yakni suatu kebutuhan yang

jika tidak terpenuhi tidak sampai menimbulkan kerusakan atau kekacauan dalam

kehidupan manusia akan tetapi dapat mendatangkan kesulitan yang dalam

perkembangannya. Suatu hal yang dibutuhkan manusia untuk mendapatkan

Page 109: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

92

kemudahan, kelapangan dalam memikul beban taklif, dan kesulitan yang mungkin

terjadi dalam perjalanan kehidupannya.

Keadilan poligami yang diinginkan oleh Al-Syathibi dalam ranah menjaga

jiwa yakni kemaslahatan bagi mukallaf. Bilamana mukallaf tidak mampu untuk

menerapkan keadilan dalam poligami maka hukum poligami tersebut haram dan

akan menimbulkan kerusakan atau kekacauan dalam kehidupannya.

Perlindungan terhadap akal ( العقل حفظ ) merupakan sumber pengetahuan,

sinar hidayah dan media kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat. Dengan

akal, manusia dapat memahami perintah yang disampaikan oleh Allah SWT

melalui Al-Quran, dengan akal pula manusia berhak menjadi pemimpin di muka

bumi dan dengannya manusia menjadi sempurna dan mulia berbeda dengan

makhluk lainnya. Dalam Al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 70:

م ولقد ل ٱ ف هم ن وحل ءادم بن ناكر ٱو ب ن همن ورزق ر ح ل ي ب ٱ م ت لط

ل ن كثي ع هم ن وفض م ٧٠ ضيل تف ناخلق م

“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut

mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan

Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang kami ciptakan dengan

kelebihan yang sempurna”

Terjaminnya akal fikiran dari kerusakan yang menyebabkan orang yang

bersangkutan tak berguna di tengah masyarakat, menjadi sumber kejahatan, atau

bahkan menjadi sampah masyarakat.

Berkaitan dengan keadilan poligami al-Syathibi dengan maqashid al-

syari‘ah memakai metode analisis terhadap sikap diam al-Syari‘ (Allah SWT).

Page 110: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

93

Sikap diam al-Syari' (Allah SWT) atau al-sukut dalam kaitan ini disebabkan tidak

ada motif atau tidak terdapat faktor yang dapat mendorong al-Syari‘ untuk

memberikan ketetapan hukum. Tetapi disebaliknya dapat dirasakan oleh manusia

bahawa ketetapan hukum tersebut membawa dampak yang positif.

Al-Syathibi memahami keadilan poligami dalam maqashid al-syari‘ah

adalah dengan melakukan pemahaman terhadap permasalahan hukum yang tidak

disebut oleh al-Syari‘ (Allah SWT). Persoalan yang masuk dalam kategori ini

adalah semua persoalan baru yang muncul setelah wafatnya Rasulullah. Karena

pada hakikatnya, hal itu belum eksis pada masa tasyri’ ketika Rasulullah SAW

masih hidup.

Terkait dengan hal ini, upaya mengetahui dan menetapkan maqashid al-

syari‘ah adalah dengan mengembalikan furu’ kepada ushul yang relevan, atau

dengan menelusuri nash-nash yang memiliki keterkaitan dan menyimpulkannya

secara induktif atau al istiqra’.

Salah satu aspek keadilan dalam poligami yang diperintahkan Islam untuk

ditegakkan adalah penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan

terhadap perempuan meliputi banyak aspek salah satunya kekerasan psikologis

sebagaimana dijelaskan dalam Qur’an surat at- Thalaq ayat 6.

س ن سكنتم ث حي من وهن كن أ وهن تضا ول دكم وج م هن علي لضي قوا ر

ل كن إون و نفقوا ل ح ت أ

ر فإن لهن ح ن يضع حت هن علي فأ

ن ضع أ

جورهن اتوهن ف لكم أ

تم تعاس إون روف بمع نكمبي تمروا وأ

خ ۥ ل ضع فست ٦ رى أ

Page 111: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

94

“Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut

kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan

(hati) mereka. Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil,

maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian

jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada

mereka upah, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan

baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan

(anak itu) untuknya”.

Dalam hal ini keadilan poligami menurut al-Syathibi bisa masuk dalam

ranah Ḥifẓhu al-‘Aqli tingkat hajiyyah Maka dengan akal niscaya manusia akan

mendapatkan kenyamanan, ketentraman dan kedamaian baik sebagai individu

maupun kelompok (masyarakat). Perlakuan yang tidak adil dalam bidang

immateri (kasih sayang), karena keadilan juga harus ditegakkan dalam aspek

psikologis istri yang dipoligami.

Islam sangat konsen terhadap berbagai upaya perlindungan terhadap akal

dengan melakukan upaya kalibrasi terhadap seluruh potensi intelek (budi) dan

intuisi (naluri) manusia serta menangkal segala macam faktor penyebab yang

merusak dan melemahkannya.

Perlindungan terhadap keturunan ( النسل حفظ ) adalah merupakan salah satu

unsur yang dipelihara oleh syari’at demi memelihara dan menjaga keturunan di

dunia.

Berkaitan dengan keadilan poligami menurut al-Syathibi bahwasanya

untuk menjaga keturunan yang diinginkan syari’at yakni dengan metode analisis

terhadap nas yang berbentuk perintah dan larangan. Berdasarkan kepada

kefahaman yang diperlukan untuk memahami maqasid al-syari‘ah, cara untuk

Page 112: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

95

mengetahui objektif yang terkandung ialah dengan melakukan penelitian pada

lafaz al-amr (perintah) dan lafaz al-nahi (larangan) yang terdapat dalam al-Quran

dan al-Sunnah secara jelas sebelum dikaitkan dengan permasalahan-permasalahan

yang lain. Dengan kata lain, melihat kepada makna perintah dan larangan secara

hakiki.

Dalam konteks ini, menurut al-Syathibi suatu perintah harus difahami

sebagai menghendaki sesuatu yang diperintah itu dapat dilakukan. Sesuatu yang

diperintah itu menjadi tujuan yang dikehendaki oleh Allah SWT. Demikian juga

dengan perintah larangan, ia harus difahami bahawa suatu perbuatan yang

dilarang itu harus ditinggalkan. Keharusan meninggalkan perbuatan yang dilarang

merupakan tujuan yang diinginkan oleh Allah SWT.

Oleh karnanya maka al-Syathibi sendiri mempertegas bahwasanya

menjaga keturunan agar terhindar dari kemafsadhatan perlu ditekankan untuk

melakukan poligami secara adil, adil yang dimaksudkan yakni Ḥifẓhu an-Naṣab

baik akan tersalurkan kebutuhan masing-masing pihak secara halal dan terhormat.

Dengan poligami pula, akan terjalin hubungan rumah tangga yang sah dan

menjadi sebab terjaganya nasab keturunan.

Jika istrinya hanya satu orang, maka mau tidak mau harus menyesuaikan

sang istri dalam segala kondisinya. Dengan demikian, dia terhalang untuk

sementara waktu dari maslahat memperbanyak keturunan. Berbeda halnya jika

mempunyai istri lebih dari satu. Maslahat itu akan tetap didapat dari istrinya yang

lain.

Setiap bulannya secara normal mengalami haid, bahkan terkadang

mengalami nifas di hari-hari melahirkan. Masih tersisa berbagai kondisi yang

Page 113: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

96

menjadi penghalang baginya untuk melayani kebutuhan biologis suaminya.

Padahal lelaki (suami) selalu berhasrat dan siap untuk memperbanyak keturunan

sebagaimana yang dihasung oleh Rasulullah SAW.

Dalam hal ini al-Syathibi mengungkapkan keadilan Poligami bisa masuk

dalam ranah Ḥifẓhu an-Naṣab tingkat dharuriyyah. Perlindungan terhadap

keturunan sebagai upaya memelihara kemurnian nasab, kesucian aurat (bagian

tubuh yang sangat suci pribadi) dan kemuliaan martabat manusia sebagai makhluk

ciptaan Allah.

Adanya hubungan nasab dalam keluarga secara tidak langsung telah

melahirkan hak dan kewajiban akhlaqiyah yaitu adab sopan santun, norma dan

etika menjelma menjadi ruh yang akan mewarnai dan membentuk corak

kehidupan keluarga sehingga tercipta keluarga sakinah yang dinaungi kekuatan

mawaddah dan rahmah.

al-Syathibi mengungkapkan dengan itu, akan diraih kemaslahatan yang

besar. Adapun anggapan bahwa poligami adalah penyebab permusuhan dan

kekacauan di tengah keluarga, maka tidak bisa dibenarkan secara mutlak. Sebab,

permusuhan dan kekacauan di tengah keluarga itu bisa terjadi kapan saja, antara

orang tua dan anaknya, menantu dan mertuanya, kakak dan adiknya, bahkan

antara suami dan istrinya yang hanya satu orang saja.

Jadi, jika dalam kehidupan berpoligami muncul permusuhan dan

kekacauan di tengah keluarga, hal itu tergolong lumrah dan efeknya lebih kecil

dibandingkan hikmah yang besar di balik syariat poligami yang menjaga

kehormatan kaum wanita, memudahkan proses pernikahan untuk mereka semua,

Page 114: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

97

dan memperbanyak populasi umat Islam yang dapat menggentarkan musuh-

musuh Islam.

Perlindungan terhadap harta ( المال حفظ ). Manusia termotivasi untuk mencari

harta demi menjaga eksistensinya. Harta bisa dikaitkan dengan pekerjaan untuk

memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan ini sifatnya sangat

primer dan universal, artinya mutlak harus dipenuhi. Jika kebutuhan ini tidak

terpenuhi, maka kelangsungan hidup manusia akan terancam.

Namun cara menghasilkan harta tersebut adalah dengan bekerja dan

mewaris, maka seseorang tidak boleh memakan harta orang lain dengan cara yang

batil, karena Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 188:

ول م ا كلو تأ

نكمبي لكمو أ ٱب

م ل ٱ إل بها لوا وتد طل ب ل ك كلوا لأ

ن افريق م م نلاس ٱ ل و أ ٱب

نتم م ث ل ١٨٨ لمون تع وأ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.”

Berkenaan dengan poligami, bila poligami dilarang maka poligami akan

dilakukan diam-diam. Begitu pula, kalau orang bergaul lebih dari satu orang istri

tanpa menikah, mereka tidak mendapat jaminan ekonomi baginya dan bagi

keturunannya. Ini pelanggaran pada prinsip menjaga harta.

Dalam konteks ini, Berkaitan dengan keadilan poligami menurut al-

Syathibi bahwasanya untuk menjaga harta yang diinginkan syari’at yakni dengan

metode illat, memperhatikan konteks illat dari setiap perintah dan larangan

Page 115: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

98

Perlu dilihat bahwa ayat Al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 3 menjelaskan

bahwasanya masih ada kaitannya dengan ayat sebelumnya yaitu ayat 2 al-Nisa’.

Ayat 2 mengingatkan kepada para wali yang mengelola harta anak yatim, bahwa

mereka berdosa besar jika sampai memakan atau menukar harta anak yatim yang

baik dengan yang jelek dengan jalan yang tidak sah. Sedangkan ayat 3

mengingatkan kepada para wali anak wanita yatim yang mau mengawini anak

yatim tersebut, agar si wali itu beritikad baik dan adil memberikan mahar dan hak-

hak lainnya kepada anak yatim wanita yang dikawininya. Ia tidak boleh

mengawininya dengan maksud untuk mengambil harta anak yatim tersebut.

Kebiasaan perilaku wali anak wanita yatim yang mengawini anak

yatimnya dengan tidak adil dan manusiawi sebagaimana telah dikemukakan di

atas, maka illat hukum kebolehan poligami dalam perkawinan Islam, bukan

didorong oleh motivasi seks dan kenikmatan biologis, tetapi oleh motivasi sosial

dan kemanusiaan.

Sesuai dengan illat bolehnya poligami yang terdapat pada ayat yaitu untuk

motivasi sosial dan kemanusiaan, maka terlihat praktek poligami yang dilakukan

Nabi Muhammad. juga adalah untuk tujuan kemashlahatan agama dan

kemasyarakatan

Dalam hal ini keadilan Poligami bisa masuk dalam ranah Ḥifẓhu al-Māl

tingkat hajjiyah. Mencegah perbuatan yang menodai harta “anak yatim”, yang

artinya sesuatu yang harus terjaga dari mudharat menuju kemashlahat,

menghilangkan keburukan dan mendatangkan kebaikan, maka akan terwujud

keadilan poligami yang berdampak dalam keadilan sosial. Dengan maksud tidak

Page 116: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

99

boleh mengawininya dengan maksud untuk memeras dan menguras harta anak

yatim atau menghalang-halangi anak wanita yatim kawin dengan orang lain.

Jika wali anak wanita yatim tersebut khawatir atau takut tidak bisa berbuat

adil terhadap anak yatim, maka ia (wali) tidak boleh mengawini anak wanita

yatim yang berada di bawah perwaliannya itu, tetapi ia wajib kawin dengan

wanita lain yang ia senangi, seorang isteri sampai dengan empat, dengan syarat ia

mampu berbuat adil terhadap isteri-isterinya.

Muncul beberapa kaidah dalam penetapan hukum berdasarkan Maqāṣid

as-Syari’ah antara lain:84

1. Tuntutan untuk melakukan sesuatu adalah karena kandungan maslahat

yang ada di dalamnya dan tuntutan meninggalkan sesuatu adalah karena

ada kemafsadatan di dalamnya

2. Jika kemafsadatan dalam suatu perbuatan mendominasi, maka

melaksanakannya semakin kuat pula tingkatan makruh, semakin besar

mafsadatnya semakin kuat pula tingkat kemakruhannya sampai pada

tingkat haram. Tingkat mafsadat dalam hal yang diharamkan adalah lebih

besar dari yang dimakruhkan

3. Perbuatan yang diwajibkan bisa berubah menjadi tidak wajib atas

pertimbangan akibat jelek yang akan ditimbulkannya, misalnya adalah jika

pelaksanaannya akan membahayakan orang lain atau menyalahi hikma

yang dimaksud oleh syara’

Mengenai hikmah diijinkannya berpoligami dalam keadaan darurat dengan

syarat berlaku adil antara lain ialah sebagai berikut:85

84 Jasser Auda, Maqasid al-Syariah ....... hlm. 12

Page 117: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

100

1. Untuk mendapatkan keturunan bagi suami yang subur dan istri mandul

2. Untuk menjaga keutuhan keluarga tanpa menceraikan istri, sekalipun istri

tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai istri, atau ia mendapat cacat

badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan

3. Untuk menyelamatkan suami yang hypersex dari perbuatan zina dan krisis

akhlak lainnya. Data-data statistik menunjukkan bahwa di beberapa negara

Barat yang melarang poligami mengakibatkan merajalelanya prostitusi dan

free sex (kumpul kebo) yang berakibat pula anak-anak zina lahir mencapai

jumlah yang cukup tinggi.

4. Untuk menyelamatkan kaum wanita dari krisis akhlak yang tinggal di

negara/masyarakat yang jumlah wanitanya jauh lebih banyak dari kaum

prianya, misalnya akibat peperangan yang cukup lama seperti perang

antara Iran dan Irak sekarang ini.

85 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqiyah (Kapita Selekta Hukum Islam), (Jakarta: Haji Masagung, 1994),

hlm. 15-16

Page 118: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

101

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya mengenai Konsep Keadilan dalam

Poligami perspektif Maqāṣid as-Syari’ah menurut Al-Syathibi, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Konsep Maqāṣid as-Syari’ah al-Syathibi terbagi menjadi tiga tingkatan

yakni:

a. Dlaruriyyah sebagai kebutuhan tingkat primer adalah sesuatu yang

harus ada untuk eksistensinya manusia atau dengan kata lain tidak

sempurna kehidupan manusia tanpa terpenuhi atau kelengkapan

kehidupan manusia. Dlaruriyyah dibagi menjadi lima berdasarkan

peringkatnya yang disebut Dlaruriyyah Al-Khamsah yaitu Agama,

Jiwa, Akal, Keturunan, dan Harta. Kelima Dlaruriyyah tersebut adalah

hal yang mutlak harus ada pada diri manusia.

b. Hajiyyah yaitu segala sesuatu yang sangat penting bagi pelindungan

hak kehidupan manusia, jika Hajiyyah tidak terpenuhi, maka hak

tersebut masih bisa terlindungi. Maksudnya seandainya kebutuhan itu

tidak terpenuhi dalam kehidupan manusia, tidak akan meniadakan atau

merusak kehidupan itu sendiri. Hajiyyah disebut kebutuhan tingkat

sekunder meskipun dibutuhkan untuk memberikan kemudahan serta

menghilangkan kesulitan dalam kehidupan mukallaf. Hajiyyah ini juga

berlaku pada ibadah, muamalah. Ibadah seperti dispensasi bagi orang

101

Page 119: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

102

sakit yang tidak berpuasa dibulan ramadhan. Muamalah seperti jual

beli, penanaman modal.

c. Tahsiniyyah kebutuhan tersier yaitu sesuatu yang sebaiknya ada untuk

memperindah kehidupan. Tahsiniyyah diwujudkan pada aspek hukum

yang bersifat pilihan dan mendesak apabila tidak melaksanakannya

tidaklah merugikan maslahah dlaruriyyah atau hajiyyah. Al-Syathibi

menjelaskan maslahah Tahsiniyyah ini merupakan pelengkap kepada

hajiyyah kemudian hajiyyah adalah pelengkap kepada dlaruriyyah.

Maslahah dlaruriyyah merupakan akar dari terbentuknya hajiyyah dan

juga Tahsiniyyah. Dengan makna lain, setiap peringkat maslahah ini

mempunyai pertalian dan saling melengkapi diantara satu sama lain.

2. Yang dimaksud dengan adil dalam perpoligami adalah adil dalam bentuk

material seperti sandang pangan papan gilir,dan perhatian. Sedangkan

yang berbentuk rasa seperti cinta dan kecenderungan hati tidak di tuntut

karena sangat sulit.

3. Konsep Keadilan dalam Poligami perspektif Maqāṣid As-Syari’ah menurut

Al-Syathibi, setidaknya berhubungan dengan lima unsur pokok yang harus

terlindungi, yakni: Perlindungan terhadap Agama (حفظ الدين) dengan konsep

Maqāṣid as-Syari’ah pada ranah Ḥifẓhu ad-Dīn pada tingkat dharuriyyah

karena dalam ranah ini, Islam tidak dengan mudah mengizinkan umatnya

berpoligami, karena Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan

dalam keluarga, karena ini menyangkut dengan harkat dan martabat kaum

wanita yang mempunyai hak penuh terhadap keadilan suaminya. Berbagai

hak seorang isteri harus dipenuhi oleh suami agar tidak lahir intimidasi dan

Page 120: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

103

perlakuan yang semena-mena. Walaupun dalam ayat Al-Qur’an

mengandung konsep poligami, hal ini bukan berarti Islam menganjurkan

umatnya poligami, akan tetapi merupakan suatu pintu yang amat sempit

yang hanya dapat dilakukan pada saat darurat saja, maka ajaran agama

Islam dapat terjaga. Keadilan yang disyaratkan dalam Al-Qur’an adalah

keadilan yang bersifat kualitatif seperti kasih sayang, cinta, tidak

mewajibkan poligami atau menganjurkannya, hanya berbicara tentang

bolehnya poligami dan itupun merupakan pintu kecil yang hanya dapat

dilalui oleh orang yang sangat membutuhkan dan dengan syarat yang tidak

ringan. Itu pun diakhiri dengan anjuran untuk bermonogami dengan

firman-Nya: “Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat

aniaya”perhatian yang semua itu tidak bisa diukur dengan angka.

Perlindungan terhadap jiwa (حفظ النفس) Dalam Maqāṣid as-Syari’ah Al-

Syathibi keadilan Poligami bisa masuk dalam ranah Ḥifẓhu an-Nafs pada

tingkat Hajiyyah yakni suatu kebutuhan yang jika tidak terpenuhi tidak

sampai menimbulkan kerusakan atau kekacauan dalam kehidupan manusia

akan tetapi dapat mendatangkan kesulitan yang dalam perkembangannya.

Suatu hal yang dibutuhkan manusia untuk mendapatkan kemudahan,

kelapangan dalam memikul beban taklif, dan kesulitan yang mungkin

terjadi dalam perjalanan kehidupannya, menurut ayat Al-Qur’an tidak

mewajibkan poligami atau menganjurkannya, hanya berbicara tentang

bolehnya poligami dan itupun merupakan pintu kecil yang hanya dapat

dilalui oleh orang yang sangat membutuhkan dan dengan syarat yang tidak

ringan. Itu pun diakhiri dengan anjuran untuk bermonogami dengan

Page 121: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

104

firman-Nya: “Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat

aniaya”. Perlindungan terhadap akal (حفظ العقل) Hal ini bisa masuk dalam

ranah Ḥifẓhu al-‘Aqli tingkat hajiyah Maka dengan akal niscaya manusia

akan mendapatkan kenyamanan, ketentraman dan kedamaian baik sebagai

individu maupun kelompok (masyarakat). Salah satu aspek keadilan dalam

poligami yang diperintahkan Islam untuk ditegakkan adalah penghapusan

kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan terhadap perempuan meliputi

banyak aspek salah satunya kekerasan psikologis. Perlakuan yang tidak

adil dalam bidang immateri (cinta, kasih sayang), karena keadilan juga

harus ditegakkan dalam aspek psikologis istri yang akan di poligami.

Perlindungan terhadap keturunan ( النسلحفظ ) Dalam hal ini al-Syathibi

mengungkapkan keadilan Poligami bisa masuk dalam ranah Ḥifẓhu an-

Naṣab tingkat dharuriyyah. Adalah merupakan salah satu unsur yang

dipelihara oleh syari’at demi memelihara dan menjaga keturunan di dunia.

Jelas dengan poligami, akan terjalin hubungan rumah tangga yang sah dan

menjadi sebab terjaganya nasab keturunan. Namun dengan syarat harus

berlaku adil maka poligami bisa diterapkan sesuai dengan syariat Islam

yakni untuk kemaslahatan manusia, Perlindungan terhadap keturunan

sebagai upaya memelihara kemurnian nasab, kesucian aurat (bagian tubuh

yang sangat suci pribadi) dan kemuliaan martabat manusia sebagai

makhluk ciptaan Allah. Perlindungan terhadap harta ( المال حفظ ). Keadilan

Poligami bisa masuk dalam ranah Ḥifẓhu al-Māl tingkat hajiiyyah.

Mencegah perbuatan yang menodai harta “anak yatim”, yang artinya

sesuatu yang harus terjaga dari mudharat menuju kemashlahat,

Page 122: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

105

menghilangkan keburukan dan mendatangkan kebaikan, maka akan

terwujud keadilan poligami yang berdampak dalam keadilan sosial.

Dengan maksud tidak boleh mengawininya dengan maksud untuk

memeras dan menguras harta anak yatim atau menghalang-halangi anak

wanita yatim kawin dengan orang lain.

B. Saran-saran

Berkaitan dengan hasil penulisan ini, maka penulis ingin memberikan

beberapa saran dan masukan yang perlu diperhatikan, baik oleh individu,

masyarakat, dan pemerintah yang terkait dalam menentukan kebijakan sebagai

berikut:

1. Meninjau kembali hakim di pengadilan yang akan menguji apakah seorang

suami layak berpoligami atau tidak dengan memperhatikan keadilan dan

kemampuannya dalam membiayai lebih dari satu keluarga dan menjadi

lebih maslahah dalam membentuk keluarga yang kekal, bahagia, dan

sejahtera.

2. Di Indonesia telah ditetapkan Undang-undang perkawinan yang

didalamnya diatur masalah tatacara poligami. Aturan ini mengikat bagi

setiap warga negara dan wajib untuk mematuhinya. Dimana dijelaskan

bahwa laki-laki yang ingin berpoligami harus mendapatkan izin dari isteri

pertama serta persyaratan lain yakni isteri yang mandul, sakit yang terus

menerus. Izin harus diajukan ke pengadilan, dan pengadilanlah yang akan

memberikan izin atas poligami. Bukan hanya memeberikan izin namun

keadilanlah yang menjadi patokan untuk diberikan izin, dan keadilan

Page 123: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

106

tersebut bukan hanya dalam berupa materi namun cinta dan kasih sayang

yang menjadikan tolak ukur yang sesungguhnya. Dengan aturan yang

ketat maka poligami di Indonesia kususnya akan menjadikan acuan untuk

negara-negara yang memperbolehkan poligami dilakukan. Deangan

demikian poligami yang diinginkan akan tercapai kemashlahatan didunia

maupun diakhirat.

Page 124: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

107

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, Muhammad, Subulussalam,Terj. Vol III, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1995)

Adiprasetio, Justito, Sejarah Poligami (Analisis Wacana Foucauldian Atas

Poligami di Jawa), (Yokyakarta: Penerbit Ombak, 2015)

Ainiyah, Qurrotul, Keadilan Gender dalam Islam Konvensi PBB dalam Perspektif

Mazhab Shafi’i, (Malang, Intrans Publising, 2015)

Al-Baqiy, Muhammad Fu’ad Abd, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz Al-Qur’an al-

Karim, (Bairut: Dar al-Fikr, 1981)

Ali, Muhammad Daud, Hukum Islam ( Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2005)

Al-Jauziry, Syaikh Abdurrahman, al-Fiqh ‘Ala al-Madzahib al-Arba’ah, Jus IV

(Beirut: Dar al-Fikr, t.t)

Al-Raisuni, Khmad, Nazhariyat Al-Maqashid ‘Inda Al-Syatibi, (Rabath: Dar al-

Aman, 1991)

Al-Syathibi, Ibrahim Ibn Musa, Al-Muwafaqat, Jild II, (Mesir: Al-Maktabah Al-

Tijariyah Al-Kubra: 1975)

Ash-Shindieqy, Hasbi, Falsafah Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975)

Asy’ari, Ahmad Yasin, Anis Tyas Kuncoro, Fiqh Maqashid, (Semarang: Sultan

Agung Press, 2014)

Bakri, Asafri Jaya, Konsep Maqhasid Syari’ah Menurut al-Syatibi, Cet. Ke-1,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996)

Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van

Hoeve, t.t)

Page 125: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

108

Darmadiharjo, Darji dan Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum (apa dan

bagaimana filsafat hukum indonesia), (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama)

Departemen Agama RI , Al-Qur’an dan Terjemahnya , (Jakarta:PT Sygma

Examedia Arkan leema, 2009)

Dinarfirst, org/memahami-hubungan-maslahah-mursalah-dan maqasid-syariah/

diakses pada tanggal 22 agustus 2017

Djamil, Fathurrahman, Filsafat Hukum Islam, Bag. I (Jakarta: Logos, 1999)

Engineer, Asghar Ali, Hak-hak Perempuan dalam Islam, Terj. Farid Wajidi dan

Cici Farkha Asseqaf (Yogyakarta: LSPPA, 1994)

Friedrich, Cael Joachim, Filsafat Hukum Perspektif Historis, (Bandung: Nuansa

dan Nusamedia, 2004)

Ghozali, Abdul Rahman, Fiqh Munakahat, Ed. 1. Cet. 4 (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2010)

Gymnastiar, Abdullah, Sakinah, Manajemen Qalbu Untuk Keluarga, (Bandung:

MQ Publishing, 2004)

Harahab, Syahrin, Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam, (Jakarta: Prenada

Media Group, 2011)

Irawan, Chandra Sabtia, Perkawinan dalam Islam Monogami Atau Poligami,

(Yogyakarta: Al-Naba’ Islamic Media, 2007)

Jauhar, Ahmad Al-mursi Husain, Maqashid Syariah, (Jakarta: Amzah, 2009)

Jauhar, Ahmad Al-Mursi Husain, Maqashid Syariah, diterjemahkan Khikmawati,

(Jakarta: Amzah, 2013 )

Page 126: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

109

Kamali, Muhamad Hashim, Prinsip dan Teori-teori Hukum Islam ‘ushu al-Fiqh’

(Yogyakarta : Pustaka pelajar, 1996)

MZ, Labib., Pembelaan Ummat muhammad, (Surabaya: Bintang Pelajar, 1986)

Mahmashani, Shubhi, Falsafah al-Tasyri fi al-Islam, (De-hi: Internasional Islamic

Publisherrs, 1989)

Mas’ud, Muhammad Khalid, Filsafat Hukum Islam: Studi Filsafat Hukum Islam:

Studi tentang Hidup dan Pemikiran al-Syathibi, Cet. Ke-1, (Bandung:

penerbit pustaka,1996)

Mawardi, Ahmad Imam, Fiqh Minoritas fiqh al-Aqlliyat dan Evolusi Maqashid

al-Syari’ah dari konsep ke pendekatan, (Yogyakarta: Lkis, 2010)

Muhsin, Amina Wadud, Wanita didalam Al-Qur’an, Terj. Yaziar Radianti

(Bandung: Penerbit Pustaka, 1994)

Mulia, Siti Musdah, Menuju Hukum Perkawinan yang Adil: Memperdayakan

Perempuan di Indonesia, dalam Buku Perempuan dan Hukum Menuju

Hukum yang Berprespektif Kesetaraan dan Keadilan, (Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia, 2006)

Munti, Ratna Batarana dan Hindun Anisah, Posisi Perempuan di Bawah Humum

Islam di Indonesia, (Jakarta: LBH-APIK, 2005)

Nahe’i, Imam dan Wawan Juandi, Revitalisasi Usul Fiqh Dalam Proses Istinbath

Hukum Islam, (Situbondo: Ibrahimy Press, 2010)

Quthb, Sayyid, Keadilan Sosial Dalam Islam, terj. Afif Mohammad, (Bandung:

Pustaka, 1984)

Rawls, John, A Theory of Justice, Terj. Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006)

Page 127: KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI PERSPEKTIF …etheses.uin-malang.ac.id/11314/1/15781007.pdf · Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Mendeskripsikan

110

Saebani, Ahmad, Perkawinan Dalam Hukum Islam dan Undang-Undang

(Perspektif Fiqh Munakahat dan UU No. 1/1974 tentang Poligami dan

Problematikanya), (Bandung Penerbit Pustaka Setia, 2008)

Shihab, Muhammad Quraish, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian

Al-Qur’an,(Tangerang: Lentera Hati, 2006)

Shihab, Muhammad Quraish, Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Tematik atas berbagai

Persoalan Umat, (Bandung: Penerbit PT Mizan Pustaka, 2013)

Shihab, Muhammad Quraisy, Tafsir Al-Mishbah: Kesan dan Keserasian Al-

Qur’an. (Tanggerang: Lentera Hati, 2006)

Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indinesia: Antara Fiqh

Munakahat dan Undang-undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2011)

Syarifuddin, Amir, Ushul Fiqh Jilid 2, Cet. 5 (Jakarta: Kencana, 2008)

Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: CV Nuansa

Aulia, edisi Revisi, 2012)

Tim Redaksi, Kamus Bahas Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat

Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008)

Zahrah, Muhammad Abu, Ushul fiqh, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003)

Zuhdi, Masjfuk, Masail Fiqiyah (Kapita Selekta Hukum Islam), (Jakarta: Haji

Masagung, 1994)

Zuhri, Saifudin, ushul fiqih akal sebagai sumber hukum islam, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2009)