konsep harta

15
BAB 1 PENDAHULUAN Adalah fitrah manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara lahiriyah maupun batiniah. Hal ini mendorong manusia untuk senantiasa berupaya memperoleh segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan lahiriyah identik dengan terpenuhinya kebutuhan dasar (basic needs) berupa sandang, pangan dan papan. Tapi manusia tidak berhenti sampai disitu, bahkan cenderung terus berkembang kebutuhan-kebutuhan lain yang ingin dipenuhi. Segala kebutuhan itu seolah-olah bisa terselesaikan dengan dikumpulkannya Harta sebanyak-banyaknya Secara etimologi al-mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau berpaling dari tengah ke salah satu sisi dan al-mal diartikan sebagai segala sesuatu yang menyenangkan manusia dan mereka pelihara, baik dalam bentuk materi maupun dalam bentuk manfaat. Harta kekayaan merupakan rezeki yang Allah kurniakan kepada hamba- hambaNya Islam mengajarkan agar mencari dan mengumpulkan harta dari sumber yang halal dan bukan dari sumber yang haram. Firman Allah dalam Surah Al-Ankabut ayat 17 yang bermaksud: "Maka mintalah rezeki itu di sisi Allah." Begitu juga, harta kekayaan yang digunakan mengikut landasan syara’ akan membawa keberkatan di dunia dan keselesaan di akhirat. “Dan jadikanlah sebahagian kekayaan dan kurnia yang Allah berikan kepadamu di jalan Allah dan amalan untuk kehidupan akhirat.” (Surah alQashah : 77) Seperti harta yang lain, harta kekayaan merupakan amanah yang mesti diuruskan dengan sebaik mungkin dan mengikut ketentuan syara’. Pemilik hakiki harta dan kekayaan adalah Allah swt. Harta yang diamanahkan akan dipersoalkan tentang sumber, perbelanjaan serta penggunaannya. Sabda Rasulullah SAW bersabda lagi yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi yang bermaksud : "Sesungguhnya bagi setiap umat itu mempunyai ujian dan ujian bagi umatku adalah harta kekayaan." Sumber harta merupakan seperkara yang amat dititik-beratkan dalam Islam. Ia haruslah berasal dari sumber yang halal, sama halnya harta itu merupakan pendapatan, simpanan mahu pun warisan. Segala sumber

description

konsep harta

Transcript of konsep harta

BAB 1PENDAHULUAN

Adalah fitrah manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara lahiriyah maupun batiniah. Hal ini mendorong manusia untuk senantiasa berupaya memperoleh segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan lahiriyah identik dengan terpenuhinya kebutuhan dasar (basic needs) berupa sandang, pangan dan papan. Tapi manusia tidak berhenti sampai disitu, bahkan cenderung terus berkembang kebutuhan-kebutuhan lain yang ingin dipenuhi. Segala kebutuhan itu seolah-olah bisa terselesaikan dengan dikumpulkannya Harta sebanyak-banyaknyaSecara etimologi al-mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau berpaling dari tengah ke salah satu sisi dan al-mal diartikan sebagai segala sesuatu yang menyenangkan manusia dan mereka pelihara, baik dalam bentuk materi maupun dalam bentuk manfaat. Harta kekayaan merupakan rezeki yang Allah kurniakan kepada hamba-hambaNya Islam mengajarkan agar mencari dan mengumpulkan harta dari sumber yang halal dan bukan dari sumber yang haram. Firman Allah dalam Surah Al-Ankabut ayat 17 yang bermaksud: "Maka mintalah rezeki itu di sisi Allah." Begitu juga, harta kekayaan yang digunakan mengikut landasan syara akan membawa keberkatan di dunia dan keselesaan di akhirat. Dan jadikanlah sebahagian kekayaan dan kurnia yang Allah berikan kepadamu di jalan Allah dan amalan untuk kehidupan akhirat. (Surah alQashah : 77) Seperti harta yang lain, harta kekayaan merupakan amanah yang mesti diuruskan dengan sebaik mungkin dan mengikut ketentuan syara. Pemilik hakiki harta dan kekayaan adalah Allah swt. Harta yang diamanahkan akan dipersoalkan tentang sumber, perbelanjaan serta penggunaannya. Sabda Rasulullah SAW bersabda lagi yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi yang bermaksud : "Sesungguhnya bagi setiap umat itu mempunyai ujian dan ujian bagi umatku adalah harta kekayaan."Sumber harta merupakan seperkara yang amat dititik-beratkan dalam Islam. Ia haruslah berasal dari sumber yang halal, sama halnya harta itu merupakan pendapatan, simpanan mahu pun warisan. Segala sumber rezeki yang dapat merusak akal fikiran manusia dan segala pemberian Allah kepada manusia adalah haram. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: Orang yang paling dirundung penyesalan di hari kiamat ialah orang yang memperolehi harta dari sumber yang tidak halal lalu menyebabkannya masuk neraka. (HR. Al-Bukhari).

BAB 2Pembahasan

1. Konsep islam tentang harta dan kepemilikan Konsep Islam tentang HartaKonsep islam tentang harta mengacu pada pandangan islam tentang harta itu sendiri. Pandangan islam mengenai harta adalah sebagai beriut : Pertama, Pemiliki Mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini adalah ALLAH SWT. Kepemilikan oleh manusia bersifat relatif, sebatas untuk melaksanakan amanah mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuanNya (QS al_Hadiid: 7). Dalam sebuah Hadits riwayat Abu Daud, Rasulullah bersabda: Seseorang pada Hari Akhir nanti pasti akan ditanya tentang empat hal: usianya untuk apa dihabiskan, jasmaninya untuk apa dipergunakan, hartanya darimana didapatkan dan untuk apa dipergunakan, serta ilmunya untuk apa dipergunakan. Kedua, status harta yang dimiliki manusia adlah sebagai berikut :1. harta sebagai amanah (titipan) dari Allah SWT. Manusia hanyalah pemegang amanah karena memang tidak mampu mengadakan benda dari tiada. 2. Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia bisa menikmatinya dengan baik dan tidak berlebih-lebihan ( Ali Imran: 14). Sebagai perhiasan hidup harta sering menyebabkan keangkuhan, kesombongan serta kebanggaan diri.(Al-Alaq: 6-7).Harta sebgai ujian keimanan. Hal ini menyangkut soal cara mendapatkan dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam atau tidak (al-Anfal: 28) harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksankan perintahNyadan melaksanakan muamalah si antara sesama manusia, melalui zakat, infak, dan sedekah.(at-Taubah :41,60; Ali Imran:133-134). Ketiga, Pemilikan harta dapat dilakukan melalui usaha (amal) ataua mata pencaharian (Maisyah) yang halal dan sesuai dengan aturanNya. (al-Baqarah:267)Sesungguhnya Allah mencintai hambaNya yang bekerja. Barangsiapa yang bekerja keras mencari nafkah yang halal untk keluarganya maka sama dengan mujahid di jalan Allah (HR Ahmad).Mencari rezki yang halal adalah wajib setelah kewajiban yang lain(HR Thabrani)jika telah melakukan sholat subuh janganlah kalian tidur, maka kalian tidak akan sempat mencari rezki (HR Thabrani). Keempat, dilarang mencari harta , berusaha atau bekerja yang melupakan mati (at-Takatsur:1-2), melupakan Zikrullah/mengingat ALLAH (al-Munafiqun:9), melupakan sholat dan zakat (an-Nuur: 37), dan memusatkan kekayaan hanya pada sekelompok orang kaya saja (al-Hasyr: 7) Kelima: dilarang menempuh usaha yang haram, seperti melalui kegiatan riba (al-Baqarah: 273-281), perjudian, jual beli barang yang haram (al-maidah :90-91), mencuri merampok (al-Maidah :38), curang dalam takaran dan timbangan (al-Muthaffifin: 1-6), melalui cara-cara yang batil dan merugikan (al-Baqarah:188), dan melalui suap menyuap (HR Imam Ahmad).Di atas telah disinggung bahwa Pemilik Mutlak harta adalah Allah SWT. Penisbatan kepemilikan kepada Allah mengandung tujuan sebagai jaminan emosional agar harta diarahkan untuk kepentingan manusia yang selaras dengan tujuan penciptaan harta itu sendiri.Namun demikian, Islam mengakui kepemilikan individu, dengan satu konsep khusus, yakni konsep khilafah. Bahwa manusia adalah khalifah di muka bumi yang diberi kekuasaan dalam mengelola dan memanfaatkan segala isi bumi dengan syarat sesuai dengan segala aturan dari Pencipta harta itu sendiri.Harta dinyatakan sebagai milik manusia, sebagai hasil usahanya. Al-Quran menggunakan istilah al-milku dan al-kasbu (QS 111:2) untuk menunjukkan kepemilikan individu ini. Dengan pengakuan hak milik perseorangan ini, Islam juga menjamin keselamatan harta dan perlindungan harta secara hukum.Islam juga mengakui kepemilikan bersama (syrkah) dan kepemilikan negara. Kepemilikan bersama diakui pada bentuk-bentuk kerjasama antar manusia yang bermanfaat bagi kedua belah pihak dan atas kerelaan bersama. Kepemilikan Negara diakui pada asset-asset penting (terutama Sumber Daya Alam) yang pengelolaannya atau pemanfaatannya dapat mempengaruhi kehidupan bangsa secara keseluruhan.2. Harta dan fungsi sosial

Memiliki harta atau barang-barang berharga merupakan hak setiap orang. Maka, hak milik setiap orang harus dihormati, misalnya merawat barang yang dipinjam dari orang lain, menggunakan barang orang lain tidak seenaknya, tidak merampas harta orang lain. Harta milik, selain mempunyai fungsi pribadi juga mempunyai fungsi sosial, antara lain untuk membangun kebersamaan dan kerukunan, membangun persaudaraan, melatih kepedulian terhadap sesama, melatih tanggung jawab terhadap milik bersama. Apabila fungsi sosial ini hilang, maka akan menimbulkan sikap egois, tidak peduli, sombong dan serakah. Orang ingin mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, sehingga dia tega merampas harta milik orang lain, khusunya harta milik orang kecil, yang berupa tanah, rumah, kendaraan, harta, hewan peliharaan dan sebagainya. Sebagai akibatnya muncul berbagai masalah, misalnya permusuhan, pertengkaran, dan bahkan pembunuhan.

3. Etika Mencari, Mengelola dan Menggunakannya

A. Etika Mencari Rizki dalam IslamDalam mewujudkan nilai-nilai ibadah dalam bekerja yang dilakukan oleh setiap insan, diperlukan adab dan etika yang membingkainya, sehingga nilai-nilai luhur tersebut tidak hilang dan sia-sia. Diantara adab dan etika bekerja dalam Islam adalah :a) Bekerja dengan ikhlas karena Allah SWT.b) Itqon, tekun dan sungguh-sungguh dalam bekerja.c) Jujur dan amanah.

B. Etika pemanfaatan rizki dalam islamPemanfaatan harta dalam Islam dipandang sebagai kebaikan. Keegiatan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun ruhani sehingga mampu memaksimalkan fungsi kemanusiaannya sebagai hamba Allah SWT untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat atau yang biasa disebut denganFalh.Kebahagiaan di Dunia berarti terpenuhinya segala kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk ekonomi. Sedang kebahagiaan di akhirat kelak berarti keberhasilan manusia dalam memaksimalkan fungsi kemanusiaannya (ibadah) sebagai hamba Allah sehingga mendapatkan ganjaran dari Allah SWT yaitu kenikmatan ukhrawi (surga). Seseorang yang ingin mendapatkan kebahagian dunia akhirat dituntut harus mampu berjalan pada jalan Allah. Artinya, tunduk dan patuh pada peraturan dan ketentuan yang telah Allah SWT ciptakan bersamaan dengan pelaksanaan segala aktifitas ekonomi manusia, termasuk di dalamnya ketentuan mengenai pemanfaatan harta yang dilakukan oleh umat muslim.

C. Etika mengunakan rizki dalam islama) Menggunakan harta SecukupnyaMemproduksi barang-barang yang baik dan memiliki harta adalah hak sah menurut Islam. Namun pemilikan harta itu bukanlah tujuan tetapi sarana untuk menikmati karunia Allah danwasilah untuk mewujudkan kemaslahatan umum, yang memang tidak sempurna kecuali dengan harta yang dijadikan Allah bagi manusia sebagai batu pijakan. Memiliki harta untuk disimpan, diperbanyak, lalu dihitung-hitung adalah tindakan yang dilarang. Ia merupakan penyimpangan petunjuk Allah, Sunnah dan memungkiri keberadaanistikhlaf.Firman Allah :Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahlan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.(QS. Al-Hadiid : 7).Yang dimaksud dengan menguasai disini ialahpenguasaan yang bukan secara mutlak. Hak milik pada hakekatnya adalah milik Allah. Manusia menafkahkan hartanya itu haruslah menurut hukum-hukum yang telah disyariatkan Allah. Karena itu tidak boleh kikir dan boros.Belanja dan konsumsi adalah tindakan yang mendorong masyarakat berproduksi sehingga terpenuhinya segala kebutuhan hidupnya. Jika tidak ada manusia yang bersedia menjadi konsumen , dan jika daya beli masyarakat berkurang karena sifat kikir yang melampaui batas, maka cepat atau lambat, roda produksi niscaya akan terhenti , selanjutnya perkembangan bangsa akan terhambat. B. Tidak berbuat MubazirIslam mewajibkan setiap orang membelanjakan harta miliknya untuk memenuhi kebutuhan diri pribadi dan keluarganya serta menafkahkannya di jalan Allah. Dengan kata lain Islam memerangi kekikiran dan kabakhilan. Larangan kedua dalam masalah harta adalah tidak berbuat mubadzir kepada harta karena Islam mengajarkan bersifat sederhana. Harta yang mereka gunakan akan dipertanggungjawabkan di hari perhitungan, seperti sabda Rasulullah :Tidak beranjak kaki seseorang pada hari kiamat, kecuali setelah ditanya empat haldan tentang hartanya, darimana diperolehnya dan kemana membelanjakannya.Sebagaimana seorang muslim dilarang memperoleh harta dengan cara haram, maka dalam membelanjakannya pun dilarang dengan cara yang haram. Ia tidak dibenarkan membelanjakan uang di jalan halal dengan melebihi batas kewajaran karena sikap boros bertentangan dengan ketentuan (Allah).Sifat mubazir ini akan timbul jika kita merasa mempunyai harta berlebihan sehingga sering membelanjakan harta tidak untuk kepentingan yang hakiki, tetapi hanya menuruti hawa nafsunya belaka. Allah sangat keras mengancam orang yang berbuat mubazir dengan ancaman sebagai temannya setan.C. Tidak menghambur-hamburkan harta (boros)Sikap boros atau menghambur-hamburkan harta yang berbahaya adalah merusak harta, meremehkannya, atau kurang merawatnya sehingga rusak dan binasa. Perbuatan ini termasuk kriteria menghambur-hamburkan uang yang dilarang oleh Nabi Muhammad Saw.Contoh dari menghamburkan harta misalnya, menelantarkan hewan hingga kelaparan atau sakit, menelantarkan tanaman hingga rusak, menelantarkan biji-bijian, makanan atau buah-buahan hingga rusak dimakan bakteri atau serangga, dan membiarkan bangunan rusak dimakan usia. Termasuk juga menghidupkan lampu pada waktu siang hari, membiarkan keran air terbuka hingga airnya terbuang sia-sia, membuang makanan ke tong sampah sedangkan manusia lain membutuhkannya, membuang pakaian yang masih bisa dipakai hanya karena berlubang kecil (robek sedikit) atau karena sudah tidak sesuai dengan mode, padahal orang lain membutuhkannya untuk menutupi auratnya atau melindungi tubuhnya dari panas dan dingin.Contoh lain adalah : menelantarkan tanah perkebunan tanpa ditanami, menelantarkan alat-alat yang bisa meningkatkan produksi secara kualitas ataupun kuantitas, menelantarkan sumber daya hewani padahal kulit, susu atau bagian lainnya bisa dimanfaatkan sebagaimana disyariatkan oleh Al-Quran.Al-Hafidz berkata dalam hadits Bukhari :Sesungguhnya Allah memakruhkan kamu menghambur-hamburkan uang..Menurut sebagian orang, menghambur-hamburkan uang selalu berkaitan dengan sikap boros dalam membelanjakan harta. Yang lain berpendapat bahwa hal itu berkaitan dengan membelanjakan barang haram. Pendapat terkuat adalah berkaitan dengan segala jenis pembelanjaan yang tidak diizinkan oleh syariat, baik untuk kepentingan agama maupun kepentingan dunia. Sebab , Allah menjadikan harta sebagai sarana untuk menegakkan kemaslahatan hamba-Nya.Dengan demikian, tindakan menghambur-hamburkan uang dapat disimpulkan dalam tiga hal :membelanjakan untuk hal yang dilarang agama, ini hukumnya harammembelanjakannya untuk hal yang diperbolehkan agama, hukumya dikehendaki, selama tidak meninggalkan tanggung jawab yang lebih beratMembelanjakannya untuk hal yang dimubahkan agama, seperti untuk menyenagkan hatai. Hal ini terbagai dua :Pengeluarannya sesuai dengan pendapatan. Dengan kata lain ia tidak boros.Membelanjakannya sesuai dengan kebiasaan, yang juga terbgai dua :Membelanjakan harta demi menanggulangi bencana, seperti peperangan. Ini tidak termasuk borosSegala sesuatu yang termaduk hal di atas. Menurut pendapat jumhur ini termasuk sifat boros, namun menurut sebagian ulama Syafei itu bukan boros.Al-Baji(pengikut Al-Malikiyah) berkata :Terlalu banyak membelanjakan harta untuk kepentingan dunia adalah makruh. Jika hanya sekali-kali tidak mengapa, seperti ketika kedatangan tamu, merayakan hari raya, atau menyelenggarakan pernikahan.Diantara sikap menghamburkan uang yang tidak terdapat khilaf di dalamnya ialah perbuatan bangunan yang melebihi kebutuhan, apalagi jika ditambah dengan hiasan mewah. Adapaun menghambur-hamburkan uang dalam kegiatan maksiat termasuk prbutaan keji.MenurutAs-Subuki al-Kabir, jika uang dihamburkan bukan untuk kepentingan agama dan dunia hukumnya haram, sedangkan jika demi salah satu kemaslahatan maka hukumya boleh dan tidak berdosa. D. Kewajiban membelanjakan hartaIslam mewajibkan umatnya untuk bekerja dan berpenghasilan demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Setelah seseorang memperoleh harta dengan cara halal maka ada kewajiban setelah itu yang harus ditunaikan yaitu membelanjakannya. Ketika seseorang membelanjakan harta ia harus mengacu pada kaidah dan aturan Islam seperti Tidak boros, tidak mubazir, tidak kikir, dll. Perintah membelanjakan harta di dalam Al-Quran tercantum setelah perintah untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Seperti firman Allah : (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian rizkinya yang Kami anugrahkan kepada mereka.(QS. Al-Baqarah : 3) Para mufasir berbeda pendapat tentang maksud infak ini, apakah infak ini maksudnya zakat Fardhu, sedekah sunah, atau menafkahkan harta untuk keluarga. Para pengamat condong mengatakan bahwa redaksi infak bertendensi untuk keluarga, untuk masyarakat ataupun FisabilillahPemahaman tentang Islam yang Syamil dan mutakamil harus dimiliki semua umat Islam sehingga ketika ia akan membelanjakan harta sesuai dengan syariat Islam.. Ia faham betul bahwa harta yang ia miliki ada hak bagi orang lain, anak yatim, orang miskin, orang berhutang, mualaf dll. Hartanya bukan hasil jerih payahnya sendiri tapi ada kontribusi dari pihak lain. Ia pun sadar untuk mengeluarkan zakat terhadap hartanya agar menjadi bersih.Menurut beberapa hadits nabi bahwa kewajiban membelanjakan harta yang paling utama adalah nafkah untuk keluarga dan fisabilillah. Juga ada larangan dalam membelanjakan harta seperti, digunakan untuk membeli barang yang tak berguna, membeli sutera dan dipakai bagi laki-laki, membeli perhiasan emas dan dipakai bagi laki-laki, membeli barang yang dapat mendekatkan pada perbuatan syirik, membeli berhala dan patung-patung yang hanya dipajang dirumah.Yang paling baik untuk membelanjakan harta adalah digunakan kembali untuk usaha-usaha yang produktif yang dapat mengentaskan kemiskinan dan megangkat derajat kaum muslimin di dunia ini. 4. Hibah,hadiah,wasiat,dan mawaris/harta pusakaA. HibahKata "hibah" berasal dari bahasa Arab dan telah diadopsi menjadi bahasa Indonesia. Kata hibah merupakan masdar dari kata wahaba, yang artinya pemberian. [endnoteRef:1]secara etimologis berarti melewatkan atau menyalurkan. Dengan demikian, hibah berarti telah disalurkannya pemberian dari tangan pemberi kepada tangan yang diberi. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa hibah merupakan suatu pemberian yang bersifat sukarela (tidak ada sebab dan musababnya) tanpa ada kontra prestasi dari pihak penerima pemberian, dan pemberian itu dilangsungkan pada saat si pemberi masih hidup (inilah yang membedakannya dengan wasiat, yang mana wasiat diberikan setelah si pewasiat meninggal dunia). [1: ]

Dasar hukum hibah ini sama seperti hadiah. Keduanya disunatkan, karena merupakan kebaikan yang sangat dianjurkan. Allah SWT berfirman : Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. (QS. al-Imran [3]: 92). Apabila barang tersebut sudah diterima, tidak boleh bagi pemberi meminta kembali hibahnya, terkecuali pemberi dari hibah itu adalah ayahnya. Pernyataan ini didukung oleh hadits berikut: Rasulullah SAW bersabda: orang yang meminta kembali akan hibahnya, ia seperti anjing yang muntah, yang menelan lagi muntahnya. (Hadits Muttafaq alaih) Merupakan pemberian yang didasarkan atas kasih sayang Pemberian ini lebih bersifat keduniawian Pemberian ini ditujukan kepada orang-orang yang masih dalam hubungan keluarga Pemberian ini biasanya dalam bentuk barang tidak bergerak Untuk melaksanakan hibah perlu tata cara tertentu, misalnya dilakukan secara tertulis Hibah hukumnya sunnahB. HadiahHadiah adalah pemberian suatu barang dari pemiliknya kepada orang lain tanpa disertai imbalan. Tujuan hadiah adalah untuk mengikat atau menimbulkan rasa kasih sayang antara pemberi dan penerima hadiah Merupakan pemberian yang diberikan atas keadaan atau peristiwa tertentu Pemberian ini lebih bersifat keduniawian Pemberian ini ditujukan kepada orang-orang tertentu Pemberian ini biasanya dalam bentuk barang, baik barang bergerak Untuk melaksanakan hadiah, bisa melalui tata cara atau prosedur tertentu dan bisa pula tidak Hadiah hukumnya mubah (boleh)C. wasiatKata wasiat itu diambil dari kata wahshaitu asy-syaia, uushiihi, artinya aushaltuhu ( aku menyampaikan sesuatu). Maka orang yang berwasiat adalah orang yang menyampaikan pesan diwaktu dia hidup untuk dilaksanakan sesudah dia mati.Firman Allah SWTDiwajibkan atas kamu, apabila seorang diantara kamu kedatangan tanda-tanda maut, jika dia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya dengan cara yang baik. Ini adalah kewajiban atas orang-orang yang taqwa( QS Al-Baqarah :jadi sudah jelas bahwa pemberian seseorang kepada orang lain baik itu berupa barang, piutang ataupun mamfaat untuk dimiliki oleh orang yang diberi wasiat sesudah orang yang berwasiat tersebut mati.

BAB1 PENDAHULUAN.....................................................................................................BAB2PEMBAHASAN.......................................................................................................1 KONSEP ISLAM TETANG HARTA DAN KEPEMILIKANNYA.................................................

2 HARTA DAN FUNGSI SOSIAL.......................................................................................

3 ETIKA MENCARI,MENGELOLA DAN MENGGUNAKANNYA................................................. Etika mencari rizki dalam islam etika memanfaatkan rizki dalam islam etika mengunakan rizki dalam islam

4 HIBAH,HADIAH,WASIAT DAN MAWARIS/HARTA PUSAKA............................................. Hibah Hadiah Wasiat

KONSEP HARTA DAN ISLAM

Makalah MUALAMAH

Disusun Oleh :SUGENG WALUYO (2014352411)