Konsep Ekologi Hewan

53
Konsep Ekologi Hewan Ekologi berasal dari bahasa Yunani; Oikos = rumah , Logos = ilmu. Beberapa ahli ekologi mendefinisikan Ekologi sebagai berikut: 1. Odum (1963), Ekologi diartikan sebagai totalitas atau pola hubungan antara makhluk dengan lingkungannya. 2. Kendeigh (1980), Ekologi sebagai kajian tentang hewan dan tumbuhan dalam hubungannya antara satu makhluk dengan makhluk hidup yang lain dan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. 3. Krebs (1972), Ekologi, merupakan ilmu yang mempelajari interaksi-interaksi yang menentukan sebaran/agihan (distribusi) dan kelimpahan organisme- organisme. Secara umum Ekologi sebagai salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari interaksi atau hubungan pengaruh mempengaruhi dan saling ketergantungan antara organisme dengan lingkungannya baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan makhluk hidup itu. Lingkungan tersebut artinya segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup yaitu lingkungan biotik maupun abiotik. Hal-hal yang dihadapi dalam ekologi sebagai suatu ilmu adalah organisme, kehadirannya dan tingkat kelimpahannya di suatu tempat serta faktor-faktor dan proses-proses penyebabnya. Dengan demikian, definisi-definisi tersebut jika dihubungkan dengan ekologi hewan dapat disimpulkan bahwa Ekologi Hewan adalah suatu cabang biologi yang khusus mempelajari interaksi- interaksi antara hewan dengan lingkungan biotic dan abiotik secara langsung maupun tidak langsung meliputi sebaran (distribusi) maupun tingkat kelimpahan hewan tersebut. 1.2. Sasaran dan Ruang Lingkup Ekologi Hewan Sasaran utama ekologi hewan adalah pemahaman mengenai aspek-aspek dasar yang melandasi kinerja hewan-hewan sebagai individu, populasi, komunitas dan ekosistem yang ditempatinya, meliputi pengenalan pola proses interaksi serta faktor-faktor penting yang menyebabkan keberhasilan maupun ketidakberhasilan organisme-organisme dan ekosistem-ekosistem itu dalam mempertahankan keberadaannya. Berbagai faktor dan proses ini merupakan informasi yang dapat dijadikan dasar dalam menyusun permodelan, peramalan dan penerapannya bagi kepentingan manusia, seperti; habitat, distribusi dan kelimpahannya, makanannya, perilaku (behavior) dan lain-lain.

description

konsep ekologi hewan biologi

Transcript of Konsep Ekologi Hewan

Page 1: Konsep Ekologi Hewan

Konsep Ekologi Hewan

Ekologi berasal dari bahasa Yunani; Oikos = rumah , Logos = ilmu. Beberapa ahli

ekologi mendefinisikan Ekologi sebagai berikut:

1. Odum (1963), Ekologi diartikan sebagai totalitas atau pola hubungan antara makhluk

dengan lingkungannya.

2. Kendeigh (1980), Ekologi sebagai kajian tentang hewan dan tumbuhan dalam

hubungannya antara satu makhluk dengan makhluk hidup yang lain dan antara

makhluk hidup dengan lingkungannya.

3. Krebs (1972), Ekologi, merupakan ilmu yang mempelajari interaksi-interaksi yang

menentukan sebaran/agihan (distribusi) dan kelimpahan organisme-organisme.

Secara umum Ekologi sebagai salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari

interaksi atau hubungan pengaruh mempengaruhi dan saling ketergantungan antara

organisme dengan lingkungannya baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap

kehidupan makhluk hidup itu. Lingkungan tersebut artinya segala sesuatu yang ada di

sekitar makhluk hidup yaitu lingkungan biotik maupun abiotik.

Hal-hal yang dihadapi dalam ekologi sebagai suatu ilmu adalah organisme,

kehadirannya dan tingkat kelimpahannya di suatu tempat serta faktor-faktor dan proses-

proses penyebabnya. Dengan demikian, definisi-definisi tersebut jika dihubungkan dengan

ekologi hewan dapat disimpulkan bahwa Ekologi Hewan adalah suatu cabang biologi

yang khusus mempelajari interaksi-interaksi antara hewan dengan lingkungan biotic dan

abiotik secara langsung maupun tidak langsung meliputi sebaran (distribusi) maupun

tingkat kelimpahan hewan tersebut.

1.2. Sasaran dan Ruang Lingkup Ekologi Hewan

Sasaran utama ekologi hewan adalah pemahaman mengenai aspek-aspek dasar yang

melandasi kinerja hewan-hewan sebagai individu, populasi, komunitas dan ekosistem yang

ditempatinya, meliputi pengenalan pola proses interaksi serta faktor-faktor penting yang

menyebabkan keberhasilan maupun ketidakberhasilan organisme-organisme dan

ekosistem-ekosistem itu dalam mempertahankan keberadaannya. Berbagai faktor dan

proses ini merupakan informasi yang dapat dijadikan dasar dalam menyusun permodelan,

peramalan dan penerapannya bagi kepentingan manusia, seperti; habitat, distribusi dan

kelimpahannya, makanannya, perilaku (behavior) dan lain-lain.

Setelah mempelajari dan memahami hal-hal tersebut, maka pengetahuan ini dapat

kita manfaatkan untuk misalnya, memprediksi kelimpahannya dan menganalisis

keadaannya serta peranannya dalam ekosistem, menjaga kelestariannya serta kegiatan

lainnya yang menyangkut keberadaan hewan tersebut. Sebagai contoh, kita mempelajari

Page 2: Konsep Ekologi Hewan

salah satu jenis hewan mulai dari habitatnya di alam, distribusi dan kelimpahannya,

makanannya, prilakunya, dan lain-lain. Setelah semua dipahami dengan pengamatan dan

penelitian yang cermat dan teliti, maka pengetahuan itu dapat kita manfaatkan misalnya

dalam menjaga kelestariannya di alam dengan menjaga keutuhan lingkungan, habitat

alaminya,memprediksi kelimpahan populasinya kelak, menganalisis perannya dalam

ekosistem, membudidayakannya serta kegiatan lainnya dengan mengoptimalkan kondisi

lingkungannya menyerupai habitat aslinya.

Adapun ruang lingkup ekologi hewan dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu;

Synekologidan Autekologi. Synekologi adalah materi bahasan dalam kajian atau

penelitiannya ialah komunitas dengan berbagai interaksi antar populasi yang terjadi

dalam komunitas tersebut. Contohnya; mempelajari atau meneliti tentang distribusi dan

kelimpahan jenis ikan tertentu di daerah pasang surut. Autekologi adalah kajian atau

penelitian tentang species, yaitu mengenai aspek-aspek ekologi dari individu-individu atau

populasi suatu species hewan. Contohnya adalah meneliti atau mempelajari tentang seluk

beluk kehidupan lalat buah (Drosophila sp.), mulai dari habitat, makanan, fekunditas,

reproduksi, perilaku, respond an lain-lain.

Menurut Ibkar-Kramadibrata (1992) dan Sucipta (1993), secara garis besar pokok

bahasan dalam ekologi hewan mencakup –hal berikut ini;

1. Masalah distribusi dan kelimpahan populasi hewan secara local dan regional, mulai

tingkat relung ekologi, microhabitat dan habitat, komunitas sampai biogeografi atau

penyebaran hewan di muka bumi.

2. Masalah pengaturan fisiologis, respon serta adaptasi structural maupun perilaku

terhadap perubahan lingkungan.

3. Perilaku dan aktivitas hewan dalam habitatnya.

4. Perubahan-perubahan secara berkala (harian, musiman, tahunan dsb) dari kehadiran,

aktivitas dan kelimpahan populasi hewan.

5. Dinamika pop[ulasi dan komunitas serta pola interaksi-interaksi hewan dalam populasi

dan komunitas.

6. Pemisahan-pemisahan relung ekologi, species dan ekologi evolusioner.

7. Masalah produktivitas sekunder dan ekoenergetika.

8. Ekologi sistem dan permodelan.

Dengan demikian ruang lingkup Ekologi Hewan meliputi obyek kajian

individu/organisme, populasi, komunitas sampai ekosistem tentang distribusi dan

kelimpahan, adaptasi dan perilaku, habitat dan relung, produktivitas sekunder, sistem dan

permodelan ekologi.

Page 3: Konsep Ekologi Hewan

1.3. Peranan Ekologi Bagi Manusia

Manusia adalah organisme heterotrof di bumi. Ilmu pengetahuan dan teknologi

yang semakin maju menyebabkan manusia mengeksplorasi, mengolah dan memanfaatkan

segala sesuatu yang ada di lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,

sehingga dengan mudah mengubah kondisi lingkungannya sesuai keinginannya. Dengan

keberhasilannya ini dengan mudah menyebabkan laju peningkatan populasi manusia

yang relative tinggi (2%) pertahun.

Makin meningkatnya pemanfaatan sumberdaya yang diperlukan manusia telah

menyebabkan makin menciutnya luas lingkungan alami dan makin bertambahnya

lingkungan buatan. Akibat kegiatan manusia tersebut adalah pencemaran lingkungan

oleh limbah buangan industri, kelangkan dan kepunahan species berbagaim organisme,

terjadinya perubahan pola cuaca maupun iklim, semakin lebarnya lubang ozon, timbulnya

berbagai jenis penyakit yang berbahaya dan lain-lain. Manusia kini dihadapkan pada 2

tantangan, yaitu; 1) menjaga kelestarian ketersediaan sumberdaya, 2) memelihara kondisi

lingkungannya.

Menghadapi kedua tantangan tersebut, ekologi sangat berperan, misalnya

penelitian-penelitian yang menghasilkan pemahaman mengenai berbagai aspek ekologi

dari suatu populasi, komunitas ataupun ekosistem sehingga faktor-faktor penting dapat

diketahui dengan tepat serta menghasilkan peramalan yang lebih akkurat. Hal ini dapat

mendukung upaya-upaya yang akan dilakukan manusia, karena adanya acuan yang lebih

baik untuk mencegah terjadinya perubahan-perubahan maupun kerusakan yang dapat

merugikan kondisi lingkungan serta menjaga kesinambungan ketersediaan sumberdaya

agar lestari dan pemanfaatannya dapat berkelanjutan.

Ekologi hewan bagi manusia cukup penting artinya dalam memberi nilai-nilai

terapan dalam kehidupan manusia. Manfaat tersebut terutama menyangkut masalah-

masalah pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kesehatan, serta pengolahan dan

konservasi satwa liar.Kisaran toleransi dan faktor-faktor pembatas telah banyak

diterapkan dalam bidang-bidang tersebut. Konsep-konsep tersebut juga telah melandasi

penanganan berbagai masalah seperti pengendalian hama dan penyakit, penggunaan

berbagai species hewan tertentu sebagai indicator menunjukkan terjadinya perubahan

kondisi lingkungan, hubungan predator mangsa dan parasitoid – inang, vector penyebar

penyakit, pengelolaan dan upaya-upaya konservasi satwa liar yang bersifat insitu

(pemeliharaan di habitat aslinya) maupun exsitu ( pemeliharaan di lingkungan buatan

yang menyerupai habitat aslinya) dan lain-lain. Banyak masalah-masalah yang

Page 4: Konsep Ekologi Hewan

terpecahkan dengan mempelajari ekologi hewan yang senantiasa berlandaskan pada

konsep efisiensi ekologi.

1.4. Permodelan dalam Ekologi

Permodelan ekologi disusun dalam menghadapi berbagai kondisi alam atau

lingkungan yang terus menerus berubah atau dinamis. Dalam hal ini manusia dituntut

dapat membuat penjelasan terhadap fenomena-fenomena alam untuk memperoleh

manfaat bagi kepentingan hidupnya maupun meramalkan kejadian yang mungkin akan

terjadi guna menghindari efek buruknya bagi manusia.Untuk dapat memenuhi tuntutan

tersebut diperlukan acuan dan peramalan yang lebih baik dan tepat. Hasil studi tersebut

dibuat dalam bentuk permodelan ekologi. Penyusunannya didukung oleh hasil-hasil

penelitian ekologi yang memberikan informasi kuantitatif dan pengelolaan datanya

banyak dibantu oleh teknik-teknik computer.

Model Ekologi pada dasarnya adalah suatu formulasi matematik sebagai bentuk

penerjemahan fenomena ekologi yang sebenarnya dan telah disederhanakan. Jumlah

variable dalam suatu model lebih rendah dari yang sebenarnya, karena yang ditampilkan

hanya faktor-faktor dan proses kuncinya saja, yaitu yang paling penting serta paling

menentukan. Informasi ini didapatkan dari hasil sejumlah penelitian kuantitatif yang

bersifat deskriptif maupunh eksperimental di lapangan maupun di laboratorium.

Permodelan ekologi pada dasarnya adalah suatu formulasi matematik sebagai

bentuk penerjemahan fenomena ekologp yang sebenarnya dan telah disempurnakan.

1.5. Pendekatan dalam Ekologi Hewan

Pendekatan dalam ekologi dapat secara laboratories, lapangan dan matematik.

Dalam ekologi hewan salah satu kendala yang sulit adalah pengukuran, metode dan

teknik pengamatan. Hal ini disebabkan oleh sifat hewan yang senantiasa bergerak dan

berpindah-pindah baik secara liar maupun jinak. Misalnya menyangkut penentuan

kelimpahan dan perilaku hewan yang diteliti, ukuran tubuh mulai dari milimikron sampai

yang besar dan tinggi, stadia perkembangan, kecepatan dan daya gerak yang berbeda-

beda, lingkungan yang ditempati juga berbeda-beda seperti; habitat daratan, perairan

tawar ataupun laut serta keunikan dan kespecifikan perilaku hidupnya termasuk

aktivitasnya dalam sehari.

Metode dan teknik penelitian bukan saja ditentukan oleh hal-hal tersebut di atas,

tetapi hal lain yang sangat penting adalah tujuan, sasaran dan manfaat dari penelitian itu.

Penelitian ekologi hewan yang bersifat deskriptif ataupun eksperimental dengan data

kuantitatif memerlukan desain (rancangan), prosedur kerja serta pengolahan data secara

statistic.

Page 5: Konsep Ekologi Hewan

Penelitian eksperimen, pada dasarnya melibatkan 2 komponen atau perangkat

obyek yang diteliti, yakni; perangkat eksperimen (perlakuan) dan control. Perangkat

control merupakan suatu perangkat obyek yang diamati dan kondisinya serupa benar

dengan perangkat eksperimen, kecuali ada hal-hal tertentu merupakan faktor atau proses

yang diteliti atau yang diberikan sebagai perlakuan.

Pada umumnya penelitian eksperimen dilakukan di dalam laboratorium yang

kondisinya sangat berbeda dengan kondisi di lingkungan alami atau kondisi habitat alami

yang ditempati hewan yang diteliti. Kondisi lingkungan dalam suatu penelitian

laboratorium merupakan kondisi yang dapat dikendalikan oleh peneliti, misalnya dibuat

sangat berbeda dalam satu atau lebih faktor lingkungan dibandingkan dengan kondisi

lingkungan alami atau dibuat sedemikian rupa yang sangat mirip dengan kondisi

lingkungan alami

Konsep Ekologi dan Manusia dalam Pengelolaan LingkunganKonsep Ekologi dan Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan

Oleh Agung Wicaksono.

Ekologi berasal dari kata dalam bahasa yunani yaitu oikos dan logos.  Ekologi merupakan cabang dari ilmu biologi yang memiliki ruang lingkup meliputi populasi, komunitas, ekosistem dan biosfer. Ekosistem merupakan satuan fungsional dasar yang menyangkut proses interaksi organisme hidup dengan lingkungan mereka. Setiap ekosistem memiliki enam komponen yaitu produsen, makrokonsumen, mikrokonsumen, bahan anorganik, bahan organik, dan kisaran iklim. Yang terpenting dari keenam unsur tersebut adalah adanya sebuah atau sekelompok produsen. Sebagian produsen berasal dari tumbuhan hijau. Perbedaan antar ekosistem hanya pada unsur-unsur penyusun masing-masing komponen tersebut. Masing-masing komponen ekosistem mempunyai peranan dan mereka saling terkait dalam melaksanakan proses-proses dalam ekosistem. Proses-proses dalam ekosistem meliputi aliran energi, rantai makanan, pola keanekaragaman, siklus materi, perkembangan, dan pengendalian.  Setiap ekosistem nampu mengendalikan dirinya sendiri, dan mampu menangkal setiap gangguan terhadapnya. Kemampuan ini disebut homeostasis. Tetapi kemampuan ini ada batasnya. Bilamana batas kemampuan tersebut dilampaui, ekosistem akan mengalami gangguan. Pencemaran lingkungan merupakan salah satu bentuk gangguan ekosistem akibat terlampauinya kemampuan homeostasis.

Sebuah ekosistem manusia atau lingkungan manusia terdiri dari unsur abiotik ( air, tanah, udara ), biotik ( flora dan fauna baik darat, air maupun udara ) dan sebuah kelompok kultur ( ekonomi, budaya, kesehatan masyarakat atau kelompok manusia). Agar kehidupan dalam suatu  lingkungan dapat berjalan dengan baik maka diperlukan peran manusia yang cerdas

Page 6: Konsep Ekologi Hewan

dan bertanggung jawab dalam mengelola lingkungannya. Sebuah komunitas manusia atau biasa disebut masyarakat berkewajiban menjaga lingkungannya agar kualitas taraf kehidupan masyarakat tersebut terus meningkat sebab lingkungan yang dijaga dengan baik dapat menghasilkan sumber daya yang baik dan dapat mengurangi pencemaran. Maka agar masyarakat dapat menjaga lingkungannya dengan baik diperlukan asas-asas dalam pengelolaan lingkungan antara lain :

1. asas penanggulangan pada sumbernya (abattement at the source);2. asas penerapan sarana praktis yang terbaik, atau sarana teknis yang terbaik;3. prinsip pencemar membayar ( polluter pays principle );4. prinsip cegat tangkal ( stand still principle );5. prinsip perbedaan regional.

Jika masyarakat dan pemerintah tidak mampu melaksanakan asas – asas tersebut dalam jangka waktu yang cukup panjang maka lingkungan akan mudah mengakibatkan bencana lingkungan terbesar seperti pencemaran lingkungan baik di darat, air maupun udara,penyempitan lahan pertanian, perusakan tata ruang,  koversi hutan yang tidak terkendali, semakin terkurasnya SDA baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui serta masih banyak bencana-bencana lingkungan lainnya.

Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan SDA di dunia. Dengan SDA yang baik maka hal tersebut dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan taraf ekonomi dan sumber devisa dalam modal pembangunan. Namun terkadang masyarakat Indonesia melupakan bahwa SDA yang tersedia di lingkungannya memiliki batas dalam kuantitas maupun  kualitas sehingga apabila dimanfaatkan secara terus menerus tanpa dilestarikan maka akan rusak atau bahkan punah. Seandainya hal itu terjadi maka akan mengakibatkan krisis pangan, krisis energi, krisis air dalam lingkungan. Jumlah penduduk di Indonesia semakin hari semakin meningkat hal ini mengakibatkan kebutuhan hidup masyarakat semakin meningkat sementara jumlah SDA yang tersedia semakin hari semakin habis dan terbatas dalam memanfaatkannya. Bukan hanya permasalahan SDA yang terjadi di Indonesia namun juga permasalahan pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh kemajuan industri dan transportasi yang tidak diimbangi dengan usaha pencegahan polusi lingkungan dan penerapan sistem teknologi ramah lingkungan. Hutan merupakan SDA terbesar dan terbaik yang ada Indonesia serta berfungsi dalam mengurangi pencemaran udara. Namun sekarang keadaan hutan di Indonesia semakin memprihatinkan Berdasarkan pada hasil penelitian citra landsat pada tahun 2000 terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan mengalami kerusakan yang cukup serius. Menurut data yang diperoleh dari Bakornas Penanggulangan Bencana pada tahun 2003, bencana yang terjadi selama tahun 1998 hingga pertengahan 2003 data yang didapat menunjukan telah terjadi 647 bencana dengan 2022 korban jiwa dan mengalami kerugian milyaran rupiah dengan 85% merupakan bencana banjir dan longsor. Semakin sering suatu negara yang terkena bencana lingkungan seperti di Indonesia maka akan semakin lambat pula pembangunan pada negara itu, baik pembangunan mikro maupun makro.

Page 7: Konsep Ekologi Hewan

Suatu negara dengan sistem kemajuan teknologi yang baik dan didukung oleh jumlah SDA yang melimpah maka dapat dipastikan negara tersebut akan mengalami pembangunan yang cukup pesat. Tanpa inovasi dan IPTEK yang baik maka nilai tambah yang terkandung pada suatu SDA tidak akan dapat dimanfaatkan. SDA yang diolah semakin baik maka akan memiliki daya saing dan harga lebih tinggi seperti contohnya getah karet, apabila kita menjualnya dalam bentuk getah karet saja maka harganya tentu jauh lebih murah dibanding kita menjual dalam bentuk produk ban, pakaian atau bahkan suatu alat kesehatan. Maka dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kita menguasai IPTEK dan memiliki daya pikir yang baik dalam mengolah SDA yang telah kita dapatkan serta tidak lupa dalam melestarikannya kembali agar persediaan tetap terjaga. Lalu bagaimana agar masyarakat dapat menguasai IPTEK dalam mengelola SDA? Hal ini kita perlu sadari bahwa pendidikan dan pengetahuan adalah kunci utama dalam kemajuan pembangunan suatu  bangsa. Semakin tinggi taraf pendidikan suatu masyarakat dalam suatu negara maka akan semakin baik kemajuan pembangunan dan taraf kualitas serta kuantitas lingkungan masyarakat tersebut.

Daftar Pustaka

Ekosistem

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ekosistem padang rumput adalah contoh ekosistem terestrial

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak

terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.[1] Ekosistem bisa dikatakan juga

suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup

yang saling memengaruhi.[1]

Page 8: Konsep Ekologi Hewan

Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi

timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada

suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme

dan anorganisme.[1] Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada.[1]

Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan

lingkungan fisik sebagai suatu sistem.[2] Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan

fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup.[2] Pengertian ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: "organisme,

khususnya mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu

sistem kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk kehidupan".[2] Hal ini mengarah

pada kenyataan bahwa kandungan kimia atmosfer dan bumi sangat terkendali dan sangat

berbeda dengan planet lain dalam tata surya.[2]

Kehadiran, kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh

tingkat ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan fisis yang harus berada

dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut, inilah yang disebut dengan hukum

toleransi.[3]Misalnya: Panda memiliki toleransi yang luas terhadap suhu, namun memiliki

toleransi yang sempit terhadap makanannya, yaitu bambu.[1]Dengan demikian, panda dapat

hidup di ekosistem dengan kondisi apapun asalkan dalam ekosistem tersebut terdapat bambu

sebagai sumber makanannya.[1] Berbeda dengan makhluk hidup yang lain, manusia dapat

memperlebar kisaran toleransinya karena kemampuannya untuk berpikir,

mengembangkan teknologi dan memanipulasi alam.[2]

Daftar isi

  [sembunyikan] 

1   Komponen pembentuk

o 1.1   Abiotik

o 1.2   Biotik

o 1.3   Heterotrof / Konsumen

o 1.4   Pengurai / dekomposer

2   Ketergantungan

o 2.1   Antar komponen biotik

o 2.2   Antar komponen biotik dan abiotik

3   Tipe-tipe Ekosistem

o 3.1   Akuatik (air)

o 3.2   Terestrial (darat)

o 3.3   Buatan

Page 9: Konsep Ekologi Hewan

4   Lihat Pula

5   Referensi

[sunting]Komponen pembentuk

Komponen-komponen pembentuk ekosistem adalah:

[sunting]Abiotik

Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang

merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat

hidup.[4] Sebagian besar komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan waktunya.[2] Komponen abiotik dapat berupa bahan organik, senyawa anorganik, dan faktor yang

memengaruhi distribusi organisme, yaitu[2]:

1. Suhu . Proses biologi dipengaruhi suhu. Mamalia dan unggas membutuhkan energi

untuk meregulasi temperatur dalam tubuhnya.

2. Air . Ketersediaan air memengaruhi distribusi organisme. Organisme di gurun

beradaptasi terhadap ketersediaan air di gurun.

3. Garam . Konsentrasi garam memengaruhi kesetimbangan air dalam organisme

melalui osmosis. Beberapa organisme terestrial beradaptasi dengan lingkungan

dengan kandungan garam tinggi.

4. Cahaya matahari . Intensitas dan kualitas cahaya memengaruhi proses fotosintesis. Air

dapat menyerap cahaya sehingga pada lingkungan air, fotosintesis terjadi di sekitar

permukaan yang terjangkau cahaya matahari. Di gurun, intensitas cahaya yang besar

membuat peningkatan suhu sehingga hewan dan tumbuhan tertekan.

5. Tanah  dan batu. Beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik, pH, dan

komposisi mineral membatasi penyebaran organisme berdasarkan pada kandungan

sumber makanannya di tanah.

6. Iklim . Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam suatu area. Iklim

makro meliputi iklim global, regional dan lokal. Iklim mikro meliputi iklim dalam

suatu daerah yang dihunikomunitas tertentu.

[sunting]Biotik

Biotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang hidup

(organisme). Komponen biotik adalah suatu komponen yang menyusun suatu ekosistem

selain komponen abiotik (tidak bernyawa). Berdasarkan peran dan fungsinya, makhluk hidup

dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

[sunting]Heterotrof / Konsumen

Komponen heterotrof terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik yang

disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya .[4] Komponen heterotrof disebut juga

Page 10: Konsep Ekologi Hewan

konsumen makro (fagotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih kecil.[4] Yang

tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.[4]

[sunting]Pengurai / dekomposer

Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan organik yang berasal

dari organisme mati.[4] Pengurai disebut juga konsumen makro (sapotrof) karena makanan

yang dimakan berukuran lebih besar.[1] Organisme pengurai menyerap sebagian hasil

penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan

kembali oleh produsen.[4] Yang tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur.[4] Ada pula

pengurai yang disebut detritivor, yaitu hewan pengurai yang memakan sisa-sisa bahan

organik, contohnya adalah kutu kayu.[4] Tipe dekomposisi ada tiga, yaitu[2]:

1. aerobik  : oksigen adalah penerima elektron / oksidan

2. anaerobik  : oksigen tidak terlibat. Bahan organik sebagai penerima elektron /oksidan

3. fermentasi  : anaerobik namun bahan organik yang teroksidasi juga sebagai

penerima elektron. komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi

membentuk suatu kesatuan ekosistem yang teratur[4]. Misalnya, pada suatu

ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan sebagai komponen heterotrof,

tumbuhan air sebagai komponen autotrof, plankton yang terapung di air sebagai

komponen pengurai, sedangkan yang termasuk

komponen abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air.[4]

[sunting]Ketergantungan

Rantai makanan

Page 11: Konsep Ekologi Hewan

Ketergantungan pada ekosistem dapat terjadi antar komponen biotik atau antara komponen

biotik dan abiotik[2].

[sunting]Antar komponen biotik

Ketergantungan antar komponen biotik dapat terjadi melalui[2]:

1. Rantai makanan, yaitu perpindahan materi dan energi melalui proses makan dan

dimakan dengan urutan tertentu. Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat

trofi atau taraf trofi. Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat

makanan adalah tumbuhan maka tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan

hijau sebagai produsen. Tingkat selanjutnya adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas

hewan pemakan tumbuhan yang biasa disebut konsumen primer. Hewan pemakan

konsumen primer merupakan tingkat trofi ketiga, terdiri atas hewan-hewan karnivora.

Setiap pertukaran energi dari satu tingkat trofi ke tingkat trofi lainnya, sebagian

energi akan hilang.[2]

2. Jaring- jaring makanan, yaitu rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu

sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperi jaring-jaring. Jaring-jaring

makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis

makhluk hidup lainnya.

[sunting]Antar komponen biotik dan abiotik

Ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dapat terjadi melalui siklus materi,

seperti[2]:

1. siklus karbon

2. siklus air

3. siklus nitrogen

4. siklus sulfur

Siklus ini berfungsi untuk mencegah suatu bentuk materi menumpuk pada suatu tempat.[2] Ulah manusia telah membuat suatu sistem yang awalnya siklik menjadi nonsiklik, manusia

cenderung mengganggu keseimbangan lingkungan.[2]

[sunting]Tipe-tipe Ekosistem

Secara umum ada tiga tipe ekosistem, yaitu ekositem air, ekosisten darat, dan ekosistem

buatan.[5]

Page 12: Konsep Ekologi Hewan

[sunting]Akuatik (air)

Ekosistem sungai

Ekosistem air tawar .

Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya

kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca.[5] Macam tumbuhan yang terbanyak adalah

jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji.[5] Hampir semua filum hewan terdapat

dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.[5]

Ekosistem air laut .

Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion

CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan

besar.[5] Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25 °C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah

tinggi, sehingga terdapat batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang

dingin di bagian bawah yang disebut daerah termoklin.[5]

Ekosistem estuari .

Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut.[5] Estuari sering dipagari

oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Ekosistem estuari memiliki

produktivitas yang tinggi dan kaya akan nutrisi[1]. Komunitas tumbuhan yang hidup

di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton.[5] Komunitas hewannya

antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan.[5]

Ekosistem pantai .

Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah

tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin.[5] Tumbuhan yang hidup di ekosistem ini menjalar dan berdaun tebal.[5]

Ekosistem sungai .

Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah.[5] Air sungai dingin dan jernih serta

mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan

memberikan oksigen pada air[5]. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan

Page 13: Konsep Ekologi Hewan

garis lintang.[5] Ekosistem sungai dihuni oleh hewan seperti ikan kucing, gurame, kura-kura,

ular, buaya, dan lumba-lumba.[5]

Ekosistem terumbu karang .

Ekosistem ini terdiri dari coral yang berada dekat pantai.[1] Efisiensi ekosistem ini sangat

tinggi.[1] Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa

organik lain.[4]Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan

ganggang.[4] Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang

laut, dan ikan karnivora.[4]Kehadiran terumbu karang di dekat pantai membuat pantai

memiliki pasir putih.[1]

Ekosistem laut dalam .

Kedalamannya lebih dari 6.000 m.[4] Biasanya terdapat lele laut dan ikan laut yang dapat

mengeluarkan cahaya.[4] Sebagai produsen terdapat bakteri yang bersimbiosis dengan karang

tertentu.[4]

Ekosistem lamun .

Lamun atau seagrass adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang hidup

di lingkungan laut[6]. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal.[6] Seperti halnya rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan

tangkai-tangkai yang merayap yang efektif untuk berbiak.[6] Berbeda dengan

tumbuh-tumbuhan laut lainnya (alga dan rumput laut), lamun berbunga, berbuah dan meng-

hasilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas dan

zat-zat hara.[6] Sebagai sumber daya hayati, lamun banyak dimanfaatkan untuk berbagai

keperluan.[6]

[sunting]Terestrial (darat)

Ekosistem hutan hujan tropis memiliki produktivitas tinggi.

Page 14: Konsep Ekologi Hewan

Ekosistem taiga merupakan hutan pinus dengan ciri iklim musim dingin yang panjang.

Ekosistem tundra didominasi oleh vegetasi perdu.

Penentuan zona dalam ekosistem terestrial ditentukan oleh temperatur dan curah hujan.[2] Ekosistem terestrial dapat dikontrol oleh iklim dan gangguan.[2] Iklim sangat penting untuk

menentukan mengapa suatu ekosistem terestrial berada pada suatu tempat tertentu.[2] Pola

ekosistem dapat berubah akibat gangguan sepertipetir, kebakaran, atau aktivitas manusia.[2]

Hutan hujan tropis .

Hutan hujan tropis terdapat di daerah tropik dan subtropik.[5] Ciri-cirinya adalah curah hujan

200-225 cm per tahun.[5] Spesies pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu

dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya.[5] Tinggi pohon utama antara 20-40 m,

cabang-cabang pohon tinggi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi).[5] Dalam

hutan basah terjadi perubahan iklim mikro, yaitu iklim yang langsung terdapat di sekitar

organisme.[5] Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari, variasi suhu

dan kelembapan tinggi, suhu sepanjang hari sekitar 25 °C.[5] Dalam hutan hujan tropis sering

terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan) dan anggrek sebagai epifit.[5] Hewannya antara

lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu.[5]

Sabana .

Sabana dari daerah tropik terdapat di wilayah dengan curah hujan 40 – 60 inci per tahun,

tetapi temepratur dan kelembaban masih tergantung musim.[6] Sabana yang terluas di dunia

terdapat di Afrika; namun di Australia juga terdapat sabana yang luas.[6] Hewan yang hidup di

sabana antara lain serangga dan mamaliaseperti zebra, singa, dan hyena.[1]

Page 15: Konsep Ekologi Hewan

Padang rumput .

Padang rumput terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik.[4] Ciri-ciri

padang rumput adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun, hujan turun tidak teratur,

porositas (peresapan air) tinggi, dan drainase (aliran air) cepat.[4] Tumbuhan yang ada terdiri

atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan.[4] Hewannya antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah,

kangguru, serangga, tikus dan ular.[4]

Gurun .

Gurun terdapat di daerah tropik yang berbatasan dengan padang rumput.[6] Ciri-ciri ekosistem

gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun).[6]Perbedaan suhu

antara siang dan malam sangat besar.[6] Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran

kecil[6]. Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri

contohnya kaktus, atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta

mempunyai jaringan untuk menyimpan air.[6] Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia,

semut, ular, kadal, katak, kalajengking, dan beberapa hewan nokturnal lain.[6]

Hutan gugur .

Hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang yang memiliki emapt musim, ciri-cirinya

adalah curah hujan merata sepanjang tahun.[4] Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu

rapat.[4] Hewan yang terdapat di hutam gugur antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung

pelatuk, dan rakun (sebangsa luwak).[4]

Taiga

Taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik, ciri-cirinya

adalah suhu di musim dingin rendah.[5] Biasanya taiga merupakan hutanyang tersusun atas

satu spesies seperti konifer, pinus, dan sejenisnya.[5] Semak dan tumbuhan basah sedikit

sekali, sedangkan hewannya antara lain moose,beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang

bermigrasi ke selatan pada musim gugur.[5]

Tundra

Tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat

di puncak-puncak gunung tinggi.[5] Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari.[5] Contoh tumbuhan yang dominan adalah sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim,

tumbuhan perdu, dan rumput alang-alang.[5] Pada umumnya, tumbuhannya mampu

beradaptasi dengan keadaan yang dingin.[5]

Karst (batu gamping /gua).

Karst berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia.[6] Kawasan karst

di Indonesia rata-rata mempunyai ciri-ciri yang hampir sama yaitu, tanahnya kurang subur

untuk pertanian, sensitif terhadap erosi, mudah longsor, bersifat rentan dengan pori-

Page 16: Konsep Ekologi Hewan

pori aerasi yang rendah, gaya permeabilitas yang lamban dan didominasi oleh pori-pori

mikro.[6] Ekosistem karst mengalami keunikan tersendiri, dengan keragaman aspek biotis

yang tidak dijumpai di ekosistem lain.[6]

[sunting]Buatan

Sawah merupakan salah satu contoh ekosistem buatan

Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.[5] Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau hewan peliharaan

didominasi pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah.[1] Contoh ekosistem

buatan adalah[5]:

bendungan

hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus

agroekosistem  berupa sawah tadah hujan

sawah  irigasi

perkebunan sawit

ekosistem pemukiman seperti kota dan desa

ekosistem ruang angkasa.[1]

Ekosistem kota memiliki metabolisme tinggi sehingga butuh energi yang banyak.[2] Kebutuhan materi juga tinggi dan tergantung dari luar, serta memiliki pengeluaran yang

eksesif seperti polusi dan panas.[2]

Ekosistem ruang angkasa bukan merupakan suatu sistem tertutup yang dapat memenuhi

sendiri kebutuhannya tanpa tergantung input dari luar.[1] Semua ekosistem dan kehidupan

selalu bergantung pada bumi.[1]

Ekosistem merupakan suatu interaksi yang kompleks dan memiliki penyusun yang beragam. Di bumi ada bermacam-macam ekosistem.

1. Susunan EkosistemDilihat dari susunan dan fungsinya, suatu ekosistem tersusun atas komponen sebagai berikut.

Page 17: Konsep Ekologi Hewan

a. Komponen autotrof(Auto = sendiri dan trophikos = menyediakan makan). Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau.

b. Komponen heterotrof(Heteros = berbeda, trophikos = makanan). Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba. 

c. Bahan tak hidup (abiotik)Bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan tak hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup.

d. Pengurai (dekomposer)Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks). Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Termasuk pengurai ini adalah bakteri dan jamur. 

2. Macam-macam Ekosistem Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air Laut.

a. Ekosistem daratEkosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu sebagai berikut. 

1. Bioma gurunBeberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika (sepanjang garis balik) yang berbatasan dengan padang rumput. 

Ciri-ciri bioma gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu slang hari tinggi (bisa mendapai 45°C) sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat rendah (bisa mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan kalajengking.

2. Bioma padang rumputBioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-cirinya adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya

Page 18: Konsep Ekologi Hewan

antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular

3. Bioma Hutan Basah Bioma Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan subtropik.Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme). Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari. Variasi suhu dan kelembapan tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25°C. Dalam hutan basah tropika sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu.

4. Bioma hutan gugur Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang,Ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak).

5. Bioma taigaBioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dap sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.

6. Bioma tundraBioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi.Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin.Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang datang pada musim panas, semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki rambut atau bulu yang tebal, contohnya muscox, rusa kutub, beruang kutub, dan insekta terutama nyamuk dan lalat hitam.

b. Ekosistem Air TawarCiri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut.Adaptasi tumbuhanTumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis. 

Page 19: Konsep Ekologi Hewan

Adaptasi hewanEkosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan.

Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat. Penggolongan organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup.

1. Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan), dan fagotrof (makrokonsumen), yaitu karnivora predator, parasit, dan saprotrof atau organisme yang hidup pada substrat sisa-sisa organisme.

2. Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai berikut. a. Plankton; 

terdiri alas fitoplankton dan zooplankton; 

biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.b. Nekton;

hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan. c. Neuston;

organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau 

bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.d. Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung

pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong. e. Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada 

endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, 

misalnya cacing dan remis. Lihat Gambar.

Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk ekosistem air tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai.

1. DanauDanau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi.

Gbr. Berbagai Organisme Air Tawar Berdasarkan Cara Hidupnya

Page 20: Konsep Ekologi Hewan

Di danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan temperatur yang drastis atau termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah dingin di dasar.

Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut.

a) Daerah litoralDaerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi.Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air.Komunitas organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan remis, serangga, krustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan semi air seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari makan di danau.

b. Daerah limnetikDaerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama musim panas dan musim semi.

Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang-

udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-

ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian 

ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.

c. Daerah profundal

Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau. 

Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi 

seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah 

limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.

d. Daerah bentik

Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos

dan sisa-sisa organisme mati.

Page 21: Konsep Ekologi Hewan

Gbr. Empat Daerah Utama Pada Danau Air Tawar

Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi organik-nya, yaitu sebagai berikut :

a. Danau Oligotropik

Oligotropik merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan 

kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak 

produktif. Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme,

dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun. 

b. Danau Eutropik

Eutropik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan

kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya

adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan 

oksigen terdapat di daerah profundal.

Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik akibat adanya materi-materi organik yang masuk dan endapan. Perubahan ini juga dapat dipercepat oleh aktivitas manusia, misalnya dari sisa-sisa pupuk buatan pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya danau dengan buangan sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan populasi ganggang atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang berlebihan yang akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut.

Pengkayaan danau seperti ini disebut "eutrofikasi". Eutrofikasi membuat air tidak dapat digunakan lagi dan mengurangi nilai keindahan danau.

Page 22: Konsep Ekologi Hewan

2. SungaiSungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan.

Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di anak sungai sering dijumpai Man air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan kucing dan gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kura-kura dan ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba.

Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan dapat melekat pada batu.

Beberapa jenis serangga yang hidup di sisi-sisi hilir menghuni habitat kecil yang bebas dari pusaran air.

c. Ekosistem air laut

Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang.

1. LautHabitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin.Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung balk. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan wilayah permukaannya secara horizontal.

1. Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut. 

a. Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat. 

b. Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya 

matahari sampai bagian dasar dalamnya ± 300 meter.

c. Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m

d. Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari 

pantai (1.500-10.000 m).

2. Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut daritepi laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut.

Page 23: Konsep Ekologi Hewan

a. Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalamanair sekitar 200 m.

b. Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalaman 200-1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu.

c. Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman200-2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.

d. Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000m; tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak mampu menembus daerah ini.

e. Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalamanlebih dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan ikan Taut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.

Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan diekskresikan melalui insang secara aktif.

2. Ekosistem pantaiEkosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut.

Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras.

Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai.

Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil.

Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.

Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat dibedakan sebagai berikut.

1. Formasi pes capraeDinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius (rumput angin), Vigna,Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan).

Page 24: Konsep Ekologi Hewan

2. Formasi baringtoniaDaerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnyaWedelia, Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina.

Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera.

Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.

3. EstuariEstuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. 

Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari.

Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.

4. Terumbu karangDi laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas yang khusus yang terdiri dari karang batu dan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung.

Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacammacam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan ganggang.

Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.

EKOSISTEM

1. Pengertian Ekosistem

Page 25: Konsep Ekologi Hewan

Hubungan saling mempengaruhi antara makhluk hidup dengan lingkungannya membentuk suatu sistem disebut Ekosistem.

2. Satuan makhluk hidup dalam ekosistemBayangkan jika di bumi ini tanpa tumbuhan,tentu manusia dan hewan pemakan tumbuhan

akan kelaparan,bahkan mati.Bayangkan pula,jika di bumi ini hanya ada hewan jantan saja,tentu jumlah hewan di bumi ini akan semakin berkurang.Hal ini di karenakan mereka tidak dapat memperbanyak diri.Jadi,semua makhluk hidup saling membutuhkan dan saling mempengaruhi.

3. Satuan-sauan makhluk hidup penyusun ekosistem.Di dalam sebuah ekosistem juga terdapat satuan-satuan makhluk hidup yang meliputi

individu,populasi,komunitas da biosfer.Bagian-bagian satuan makhluk hidup penyusun ekosistem yaitu;

1. Individu

Istilah individu berasal dari bahasa latin,yaitu in yang berarti tidak dan dividus yang berartidapat di bagi.Jadi individu adalah makhluk hidup yang berdiri sendiri yang secara fisiologis bersifat bebas atau tidak mempunyai hubungan dengan sesamanya.Individu juga disebut satuan makhluk hidup tunggal.

b.Populasi.

Populasi berasal ari bahasa latin,yaitu populus yang berarti semua orang yang bertempat tinggal pada suatu tempat.Dalam ekosistem,populasi berarti kelompok makhluk hidup yang memiliki spesies sama [sejenis] dan menempati daerah tertentu.

c.Komunitas

Komunitas adalah berbagai jenis makhluk hidup yang terdapat di suatu daerah yang sama,misalnya halaman sekolah.

d. Biosfer

Biosfer adalaha semua ekossistem yang berada di permukaan bumi.

4.Komponen-komponen ekosistem.

Ekosistem merupakan kesatuan dari seluruh komponen yang membangunnya. Di dalam suatu ekosisiem terdapat kesatuan proses yang saling terkait dan mempengauhi antar semua komponen.Pada suatu ekosistem terdapat komponen yang hidup[biotik] dan komponen tak hidup[abiotik].

[1] Komponen biotik

Page 26: Konsep Ekologi Hewan

Mansia,hewan dsn tumbuhan termasuk koomponen biotik yaang terdapat dalamsuatu ekosistem. Komponen biotik di bedakan menjadi 3golongan yaitu ;produsen,konsumen dan dekomposer.

a.ProdusenSemua produsen dapat menghasilkan makanannya sendiri sehingga disebut organisme autotrof. Sebagai produsen,tumbuhan hijau mnghasilkan makanan[karbohidrat] melalui proses potosintesis. Makanan di manfaatkan oleh tumbuhan itu sendiri maupun makhluk hidup lainnya. Dengan demikian produsen merupakan sumber energi utama bagi organisme lain,yaitu konsumen.b.Konsumen.Semua konsumen tidak dapat membuat makanan sendiri di dalam tubuhnya sehingga disebut heterotrof. Mereka mendapatkan zat-zat organik yang telah di bentuk oleh produsen,atau dari konsumen lain yang menjadi mangsanya.Berdasarkan jenis makanannya,konsumen di kelompokkan sebagai berikut;a]Pemeken tumbuhan [herbivora],nisalnyakambing,kerbau,kelini dan sapi.b]Pemakan daging[karnivora],misalnya harimau,burung elang,dan serigala,c]Pemeken tmbuhan dan daging[omnivora],misalnya ayam,itik, dan orabg hutan.c.Pengurai [dekomposer].Kelompok ini berperan penting dalam ekosistem.Jika kelompok ini tidak ada, kita akan melihat sampah yang menggunung dan makhluk hidup yang mati tetap utuh selamanya. Dekomposer berperan sebagai pengurai,yang menguraikan zat-zat organik[dari bangkai] menjadi zat-zat organik penyusunnya.

[2] Komponen abiotik.Bagian dari komponen abiotik adalah ;

Tanah.Sifat-sifa fisik tanah yang berperan dalam ekosistem meliputi tekstur,kematangan, dan kemapuan menahan air.

Air.Hal-hal penting pada air yang mempengaruri kehidupan makhluk hidup adalah suhu air,kadar mineral air,salinitas,arus air,penguapan,dan kedalaman air.

Udara.Udara merupakan lingkungan abiotik yang berupa gas.Gas itu berbentuk atmosfer yang melingkupi makhluk hidup. Oksigen,karbon dioksida,dan nitrogen merupakan gas yang paling pentung bagi kehidupan makhluk hidup.

Cahaya matahariCahaya matahari merupakan sumber energi utama bagi kehidupan di bumi ini. Namun demikian,penyebara cahaya ddi bumi belum merata.Oleh karena itu, organisme harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang intensitas dan kualitas cahayanya berbeda.

Suhu atau temperatur.Setiap makhluk hidup memerlukan suhu optimum untuk kegiatan metabolisme dan perkembangbiakannya.

Page 27: Konsep Ekologi Hewan

5.Ketergantungan Antarkomponen EkosistemTidak ada makhluk hidup yang mampu hidup sendiri.Di antara makhluk hidup tersebut

terjadi hubungan saling membutuhkan,atau dengan kata lain terjadi ketergantungan.Ketergantungan tidak hanya terjadi antar makhluk hidup[komponen biotik], tetapi juga terjadi

antara komponen abiotik dan biotik.6.Ketergantungan antara Produsen, Konsumen, dan Pengurai.a. rantai makanan dan jaring-jaring makanan.Ulat sebagai konsumen makanan daun padi[produsen]. Ulat menjadi sumbermakananbagi burung. Setelah burung tersebut mati,pengurai akan menguraikan hewan yangmati tersebut menjadi mineral dan humus di dalam tanah. Selanjutnya,mineral danhumus tersebut di gunakan sebagai pupuk oleh tumbuhan hijau. Dari contoh tersebutdapat di simpulkan bahwa diantara produsen,konsumen dan pengurai, terjadiketergantungan.Rantai makanan adalah perpindahan materi dan energi dari makhluk hidup satu keMakhluk hidup lain melalui proses makan di makan dengan urutan tertentu.Kumpulan rantai makanan yang saling berhubungan disebut jaring-jaring makanan.

1] Piramida makanan.Jika dalam suatu ekosistem di gambarkan jumlah populasi produsen sampaikonsumen tertinggi, akan membentuk gambaran seperti piramida.Gambaran sepertiini disebut piramida makanan.Supaya piramida makanan tersusun dengan baik,populasi dalam suatu ekosistemharus seimbang.Oleh karena itu,populasi produsen harus lebih banyak dari padapopulasi konsumen tingkat 1. Konsumen tingkat 1 harus lebih banyak dari padakonsumen tngkat 11.Dengan demikian,semakin tinggi tingkatan suatu konsumen,jumlahnya semakin sedikit.2] Aliran energiDalam suatu ekosistem terjadi proses makan dan di makan yang di lakukanorganisme untuk memperoleh tenaga atau energi. Jadi,proses makan dan di makandalam suatu rantai makanan dan jaring-jaring makanan dapat di katakan sebagaiproses aliran energi.

7.Keseimbangan Ekosistem.Ekostem di katakan seimbang apabila komposisi di antara komponen-komponentersebut dalam keadaan seimbang.Ekosistem yang seimbang,keberadaannya dapatbertahan lama atau kesinambungannya dapat terpelihara. Perubahan ekosistem dapatmempengaruhi keseimbangannya. Perubahan ekosistem dapat terjadi secara alamiserta dapat pula karena aktivitas dan tindakan manusia.

1. Perubahan Ekosistem secara AlamiPerubahan ekosistem secara alami dapat terjadi karena adanya gangguan alam.Misalnya gunung meletus,kebakaran hutan, dan perubahan musim. Bencana alamdapat mengganggu keseimbangan ekosistem.

Page 28: Konsep Ekologi Hewan

2. Perubahan Ekosisstem karena Tindakan Manusia.Perubahan ekosistem dapat terjadi karena tindakan manusia. Manusiamerupakan salah satu komponen biotik dalam suatu ekosistem. Manusia mempunyaiperanan dan tanggung jawab terhadap pengelolaan ekosistem. Akan tetapi, manusiajuga dapat merusak ekosistem.

Ekosistem akuatik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Ekosistem air tawar2. Ekosistem air laut

Ekosistem air tawar dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Ekosistem air tenang (lentik) misalnya: danau, rawa.2. Ekosistem air mengalir (lotik) misalnya: sungai, air terjun.

Ciri-ciri ekosistem air tawar:

a. Kadar garam/salinitasnya sangat rendah, bahkan lebih rendah dari 

kadar garam protoplasma organisme akuatik.b. Variasi suhu sangat rendah.c. Penetrasi cahaya matahari kurang.d. Dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.

Flora ekosistem air tawar:

Hampir semua golongan tumbuhan terdapat pada ekosistem air tawar, tumbuhan tingkat tinggi (Dikotil dan Monokotil), tumbuhan tingkat rendah (jamur, ganggang biru, ganggang hijau).

Fauna ekosistem air tawar:

Hampir semua filum dari dunia hewan terdapat pada ekosistem air tawar, misalnya protozoa, spans, cacing, molluska, serangga, ikan, amfibi, reptilia, burung, mammalia. Ada yang selalu hidup di air, ada pula yangke air bila mencari makanan saja.

Hewan yang selalu hidup di air mempunyai cara beradaptasi dengan lingkungan yang berkadar garam rendah.Pada ikan dimana kadar garam protoplasmanya lebih tinggi daripada air, mempunyai cara beradaptasi sebagai berikut:

- Sedikit minum, sebab air masuk ke dalam tubah secara terus-menerus melalui proses osmosis.- Garam dari dalam air diabsorbsi melalui insang secara aktif

Page 29: Konsep Ekologi Hewan

- Air diekskresikan melalui ginjal secara berlebihan, juga diekskresikan 

melalui insang dan saluran pencernaan.

Ciri-Ciri Habitat dan Ekosistem di Air Tawar dan Air Laut - Ilmu Sains Biologi

Tue, 30/05/2006 - 9:22pm — godam64- A. Ciri Habitat Air Tawar1. Variasi temperatur atau suhu rendah2. Kadar garam atau salinitas rendah3. Penetrasi dari cahaya matahari kurang4. Terpegaruh iklim dan cuaca alam sekitar5. Aliran air terjadi setiap waktu terus-menerus pada sungai6. Secara fisik dan biologi merupakan perantara habitat laut dan darat.7. Tumbuhan mikroskopis seperti alga dan fitoplankton sebagai produsen utama.

- B. Ciri Habitat Air Laut1. Variasi temperatur atau suhu tinggi2. Kadar garam / salinitas / tingkat keasinan tinggi3. Penetrasi dari cahaya matahari tinggi4. Ekosistem tidak terpegaruh iklim dan cuaca alam sekitar5. Aliran atau arus laut terus bergerak karena perbedaan iklim, temperatur dan rotasi bumi6. Habitat di laut saling berhubungan / berkaitan satu sama lain7. Komunitas air asin terdiri dari produsen, konsumen, zooplankton dan dekomposer.

Informasi Tambahan :Binatang Air Tawar :- Ikan mas, ikan mujair, ikan nila, ikan bandeng, ikan cupang, ikan cere, ikan betok, ikan sepat, yuyu, katak, dan lain sebagainya.Binatang Air Laut :- Ikan tenggiri, ikan teri, cumi-cumi, sotong, gurita, teripang, kuda laut, kepiting, kerang hijau, dan banyak lagi lainnya.

Page 30: Konsep Ekologi Hewan

Ekosistem Air Tawar

Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya

kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis

ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air

tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi. Adaptasi

organisme air tawar adalah sebagai berikut.

Adaptasi tumbuhan Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding

selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga

maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea

gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di

habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.

Adaptasi hewan Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang

bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di

ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan

osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi,

insang, dan pencernaan.

Berbagai Organisme Air Tawar

Berdasarkan Cara Hidupnya Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat

darat. Penggolongan organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan kebiasaan

hidup.

Page 31: Konsep Ekologi Hewan

1.Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan), dan fagotrof

(makrokonsumen), yaitu karnivora predator, parasit, dan saprotrof atau organisme yang hidup

pada substrat sisa-sisa organisme.

2.Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai berikut.

Plankton; terdiri alas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang (bergerak

pasif) mengikuti gerak aliran air.

Nekton; hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.

Neuston; organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat

pada permukaan air, misalnya serangga air.

Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung pada tumbuhan

atau benda lain, misalnya keong.

Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat

sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis. Lihat Gambar.

Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk ekosistem

air tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai.

Danau

Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa meter

persegi hingga ratusan meter persegi.

Ekosistem air laut luasnya lebih dari 2/3 permukaan bumi ( + 70 % ), karena luasnya dan potensinya sangat besar, ekosistem laut menjadi perhatian orang banyak, khususnya yang berkaitan dengan REVOLUSI BIRU.

Ciri-ciri:

a.Memiliki kadar mineral yang tinggi, ion terbanyak ialah Cl`(55%), namun kadar garam di laut bervariasi, ada yang tinggi (seperti di daerah tropika) dan ada yang rendah (di laut beriklim dingin).

b.

Ekosistem air laut tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.

Pembagian daerah ekosistem air laut

1. Daerah Litoral / Daerah Pasang Surut:Daerah litoral adalah daerah yang langsung berbatasan dengan darat. Radiasi matahari, variasi temperatur dan salinitas mempunyai pengaruh yang lebih berarti untuk daerah ini dibandingkan dengan daerah laut lainnya. Biota yang hidup di daerah

Page 32: Konsep Ekologi Hewan

ini antara lain: ganggang yang hidup sebagai bentos, teripang, binatang laut, udang, kepiting, cacing laut.

2. Daerah Neritik:Daerah neritik merupakan daerah laut dangkal, daerah ini masih dapat ditembus cahaya sampai ke dasar, kedalaman daerah ini dapat mencapai 200 m. Biota yang hidup di daerah ini adalah plankton, nekton, neston dan bentos.

3. Daerah Batial atau Daerah Remang-remang:Kedalamannya antara 200 - 2000 m, sudah tidak ada produsen. Hewannya berupa nekton.

4. Daerah Abisal:Daerah abisal adalah daerah laut yang kedalamannya lebih dari 2000 m. Daerah ini gelap sepanjang masa, tidak terdapat produsen.

Berdasarkan intensitas cahayanya, ekosistem laut dibedakan menjadi 3 bagian:

a. Daerah fotik: daerah laut yang masIh dapat ditembus cahaya matahari, kedalaman maksimum 200 m.

b. Daerah twilight: daerah remang-remang, tidak efektif untuk kegiatan fotosintesis, kedalaman antara 200 - 2000 m.

c. Daerah afotik: daerah yang tidak tembus cahaya matahari. Jadi gelap sepanjang masa. 

Komunitas di Dalam Ekosistem Air Laut

Menurut fungsinya, komponen biotik ekosistem laut dapat dibedakan menjadi 4, yaitu:

a. Produsenterdiri atas fitoplankton dan ganggang laut lainnya.

b. Konsumenterdiri atas berbagai jenis hewan. Hampir semua filum hewan ditemukan di dalam ekosistem laut.

c. Zooplaoktonterdiri atas bakteri dan hewan-hewan pemakan bangkai atau sampah.

Pada ekosistem laut dalam, yaitu pada daerah batial dan abisal merupakan daerah gelap sepanjang masa.

Di daerah tersebut tidak berlangsung kegiatan fotosintesis, berarti tidak ada produsen, sehingga yang ditemukan hanya konsumen dan dekompos saja. Ekosistem laut dalam merupakan suatu ekosistem yang tidak lengkap.

Adaptasi biota laut terhadap lingkungan yang berkadar garam tinggi:

Pada hewan dan tumbuhan tingkat rendah tekanan osmosisnya kurang lebih sama dengan tekanan osmosis air laut sehingga tidak terlalu mengalami kesulitan untuk beradaptasi. Tetapi bagaimanakah dengan hewan tingat tinggi, seperti ikan yang mempunyai tekanan osmosis jauh lebih rendah daripada tekanan osmosis air laut. Cara ikan beradaptasi dengan kondisi seperti itu adalah:

Page 33: Konsep Ekologi Hewan

- hanyak minum- air masuk ke jaringan secara osmosis melalui usus- sedikit mengeluarkan urine- pengeluaran air terjadi secara osmosis- garam-garam dikeluarkan secara aktif melalui insang

 

Ekosistem Akuarium LautSecara ringkas dapat dikatakan bahwa suatu  ekosistem terdiri dari lingkungan fisik (abiotik) , mahluk hidup (biotik),  dan aliran materi dan energi (interaksi).   Aliran materi dan energi dalam  suatu lingkungan akuarium dapat disederhanakan sebagai  suatu sistem rantai makanan.  

Seperti diketahui,  bahwa setiap mahluk hidup makan untuk mendapatkan energi bagi kepentingan proses metabolismenya, untuk membangun jaringan baru, dan atau memperbaiki jaringan yang rusak.   Hampir seluruh energi ini berasal  dari sinar matahari.  Sebagian mahluk hidup dapat langsung menggunakan energi matahari ini, seperti: tanaman, algae, dan bakteri fotosintesis (cyano-bacteria atau algae hijau-biru). Mahluk-mahluk hidup ini menangkap sinar matahari dengan semacam pigmen khusus yang disebut sebagai klorofil, selanjutnya energi matahari ini digunakan untuk menggabungkan karbondioksida dan air untuk membentuk molekul gula (glukosa).  Proses ini dikenal sebagai proses fotosintesis. Pada proses fotosintesis  oksigen akan dihasilkan sebagai hasil samping reaksi.  Untuk memicu proses-proses  dalam sel, gula hasil fotosintesis tersebut kemudian akan dipecah ke elemen semula  untuk mendapatkan kembali energi yang tersimpan didalamnya.  Proses ini dikenal sebagai respirasi. Dalam proses respirasi  oksigen diperlukan untuk membakar gula.

Mahluk hidup lain yang tidak memiliki kemampuan berfotossintesis, menggunakan energi matahari ini dengan cara menkonsumsi mahluk fotosintesis tersebut diatas. Dan begitu selanjutnya sehingga terbentuk suatu rantai makanan.  Dalam lingkungan akuarium koral  kedua kelompok mahluk ini bersatu dan saling berinteraksi.

Secara umum mahluk hidup tergolong tidak efisien dalam memanfaatkan makanan yang dikonsumsinya. Biasanya hanya 10-20 persen saja dari makanan yang dikonsumsi tersebut menjadi bagian dari tubuhnya.  Sisanya hilang sebagai limbah.   Dalam kaitannya dengan akuarium laut/koral, pemberian makan menjadi sangat penting artinya, dan karena tidak efisien, maka pakan harus tersedia dalam jumlah banyak  agar koral dapat hidup dengan sehat.

Dalam memelihara akuarium koral, sebagai suatu miniatur ekosistem sebenarnya, aliran materi dan energi tersebut diatas harus selalu dijaga agar  stabilitas sistem dapat terpelihara.  Sisa kelebihan materi harus dikeluarkan dari sistem tersebut dan kekurangannya harus ditambahkan. 

Meskipun tampaknya rumit, sebenarnya hal tersebut gampang dilakukan.  Suatu ekosistem buatan harus didisain sedemikian rupa sehingga anda dapat duduk dengan tenang dan menikmati sistem tersebut tanpa harus selalu melakukan penyesuaian atau perawatan.

Habitat artifisial

Page 34: Konsep Ekologi Hewan

Agar sebuah akuarium koral dapat berfungsi sebagai sebuah ekosistem dengan baik, maka lingkungan akuarium tersebut harus memiliki seluruh  komponen ekosistem yang menyerupai  komponen  di alam sesungguhnya. 

Pada suatu sistem akuarium koral  terdapat dua komponen utama, yaitu air dan substrat (media).  Di dalam air terdapat bahan padatan terlarut maupun tersuspensi dan mahluk hidup. Mahluk hidup ini  bisa terdiri dari mahluk berenang atau plankton.   Mahluk berenang merupakan mahluk yang memiliki kemampuan bergerak sampai jarak tertentu dengan menentang arus dengan alat gerak yang dimilikinya, seperti ikan, udang, mamalia laut dan sejenisnya.  Sedangkan plankton adalah mahluk hidup yang selalu bergerak bersama arus.     Biasanya secara umum mahluk ini selalu dikaitkan dengan ukurannya yang kecil, sehingga meskipun secara mikro mungkin mereka memiliki kemampuan berenang, tetapi secara umum dalam skala "sehari-hari" selalu bergerak terbawa arus.

Air dalam lingkungan akuarium boleh dikatakan merupakan suatu lingkungan abnormal.  Hal ini terutama disebabkan  oleh jumlahnya yang sangat terbatas, khususnya dibandingkan dengan substrat dalam akuarium.  Hampir seluruh pakan dan bahan lain yang diperlukan untuk kehidupan koral  terbawa melalui arus.    Dibandingkan dengan dengan luas habitat koral,  laut boleh dikatakan tidak terbatas dan menyediakan bahan pakan dan bahan lainnya bagi kehidupan koral secara efektif  dan berlebih. Di alam cadangan pakan ini tidak pernah berkurang, karena selalu diperbaharui melalui ombak dan arus yang datang. 

Dalam lingkungan akuarium,  sangat sedikit  air laut  yang melewati substrat koral.  Dengan demikian makanan dan materi lain dalam sistem tersebut akan sangat cepat berkurang.  Binatang laut yang dipelihara didalamnya tidak memiliki kemampuan untuk beradapatasi dengan kondisi yang sangat berbeda dengan lingkungannya awalnya ini. Sehingga sering hal tersebut mejadi penyebab kegagalan akuarium laut.   Pengawasan dan perawatan aliran materi tersebut  oleh karena itu,  mejadi hal yang diperlukan agar tercipta lingkungan buatan yang sehat, disamping mejaga kualitas airnya itu sendiri.

Saling ketergantunganBerbagai komponen dalam ekosistem saling terhubung dan saling tergantung satu sama lain.  Memahami saling ketergantungan ini merupakan kunci sukses dalam memelihara akuarium koral. Berbagai komponen secara otomotas dapat membantu akuaris dalam memperbaiki kesalahan pemeliharaan dan menjaga sistem dari perubahan ekstrim.    Dalam mensetup akuarium koral, setidaknya kita telah membangun suatu sitem yang kompleks, yang secara otomatis akan berfungsi dengan baik, apabila kita memberikan  kondisi yang benar.

Perlu diingat bahwa perbedaan utama antara lingkungan alam dan lingkungan akuarium adalah skala dari komponen-komponen tersebut.  Hal ini sering menjadi salah satu pembatas sistem yang kita bangun tidak bekerja dengan baik.  

Ekosistem Air Laut

 Asrizal Wahdan Wilsa on   19:09

Ekosistem air laut luasnya lebih dari 2/3 permukaan bumi ( + 70 % ), karena luasnya dan potensinya sangat besar, ekosistem laut menjadi perhatian orang banyak, khususnya yang berkaitan dengan REVOLUSI BIRU.

Page 35: Konsep Ekologi Hewan

Ciri-ciri:a.Memiliki kadar mineral yang tinggi, ion terbanyak ialah Cl`(55%), namun kadar garam di laut bervariasi, ada yang tinggi (seperti di daerah tropika) dan ada yang rendah (di laut beriklim dingin).

b.Ekosistem air laut tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.Pembagian daerah ekosistem air laut

1. Daerah Litoral / Daerah Pasang Surut:Daerah litoral adalah daerah yang langsung berbatasan dengan darat. Radiasi matahari, variasi temperatur dan salinitas mempunyai pengaruh yang lebih berarti untuk daerah ini dibandingkan dengan daerah laut lainnya. Biota yang hidup di daerah ini antara lain: ganggang yang hidup sebagai bentos, teripang, binatang laut, udang, kepiting, cacing laut.2. Daerah Neritik:Daerah neritik merupakan daerah laut dangkal, daerah ini masih dapat ditembus cahaya sampai ke dasar, kedalaman daerah ini dapat mencapai 200 m. Biota yang hidup di daerah ini adalah plankton, nekton, neston dan bentos.3. Daerah Batial atau Daerah Remang-remang:Kedalamannya antara 200 - 2000 m, sudah tidak ada produsen. Hewannya berupa nekton.4. Daerah Abisal:Daerah abisal adalah daerah laut yang kedalamannya lebih dari 2000 m. Daerah ini gelap sepanjang masa, tidak terdapat produsen.

Berdasarkan intensitas cahayanya, ekosistem laut dibedakan menjadi 3 bagian:a.Daerah fotik: daerah laut yang masIh dapat ditembus cahaya matahari, kedalaman maksimum 200 m.b.Daerah twilight: daerah remang-remang, tidak efektif untuk kegiatan fotosintesis, kedalaman antara 200 - 2000 m.c.Daerah afotik: daerah yang tidak tembus cahaya matahari. Jadi gelap sepanjang masa.

Komunitas di Dalam Ekosistem Air Laut

Menurut fungsinya, komponen biotik ekosistem laut dapat dibedakan menjadi 4, yaitu:a.Produsenterdiri atas fitoplankton dan ganggang laut lainnya.b.Konsumen

Page 36: Konsep Ekologi Hewan

terdiri atas berbagai jenis hewan. Hampir semua filum hewan ditemukan di dalam ekosistem laut.c.Zooplaoktonterdiri atas bakteri dan hewan-hewan pemakan bangkai atau sampah.

Pada ekosistem laut dalam, yaitu pada daerah batial dan abisal merupakan daerah gelap sepanjang masa.

Di daerah tersebut tidak berlangsung kegiatan fotosintesis, berarti tidak ada produsen, sehingga yang ditemukan hanya konsumen dan dekompos saja. Ekosistem laut dalam merupakan suatu ekosistem yang tidak lengkap.

Adaptasi biota laut terhadap lingkungan yang berkadar garam tinggi:

Pada hewan dan tumbuhan tingkat rendah tekanan osmosisnya kurang lebih sama dengan tekanan osmosis air laut sehingga tidak terlalu mengalami kesulitan untuk beradaptasi. Tetapi bagaimanakah dengan hewan tingat tinggi, seperti ikan yang mempunyai tekanan osmosis jauh lebih rendah daripada tekanan osmosis air laut. Cara ikan beradaptasi dengan kondisi seperti itu adalah:

- hanyak minum- air masuk ke jaringan secara osmosis melalui usus- sedikit mengeluarkan urine- pengeluaran air terjadi secara osmosis- garam-garam dikeluarkan secara aktif melalui insang

DINAMIKA ESTUARIA

09JUN

DINAMIKA ESTUARIA

Wilayah estuaria merupakan pesisir semi tertutup (semi-enclosed coastal) dengan badan air mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka (open sea) dan kadar air laut terlarut dalam air tawar dari sungai.  Di wilayah ini terjadi percampuran antara masa air laut dengan air tawar dari daratan, sehingga air menjadi payau dengan salinitas berkisar antara 5 – 16,5 ‰.

Page 37: Konsep Ekologi Hewan

Wilayah ini meliputi muara sungai dan delta-delta besar, hutan mangrove dekat estuaria dan hamparan lumpur dan pasir yang luas. Wilayah ini juga dapat dikatakan sebagai wilayah yang sangat dinamis, karena selalu terjadi proses dan perubahan baik lingkungan fisik maupun biologis. Bercampurnya masa air laut dengan air tawar menjadikan wilayah estuaria memiliki keunikan tersendiri, yaitu dengan terbentuknya air payau dengan salinitas yang berfluktuasi. Perubahan salinitas ini dipengauhi oleh air pasang dan surut serta musim. Selama musim kemarau, volume air sungai berkurang sehingga air laut dapat masuk sampai ke arah hulu, dan menyebabkan salinitas di wilayah estuaria menjadi meningkat. Pada musim penghujan air tawar mengalir dari hulu ke wilayah estuaria dalam jumlah besar, sehingga sanilitas menjadi turun/rendah.Adanya aliran air tawar yang terjadi terus menerus dari hulu sungai dan adanya proses gerakan air akibat arus pasang surut yang mengangkut mineral-mineral, bahan organik dan sedimen merupakan bahan dasar yang dapat menunjang produktifitas perairan di wilayah estuaria yang melebihi produktifitas laut lepas den perairan air tawar.

SIRKULASI ESTUARIAPerbedaan salinitas di wilayah estuaria mengakibatkan terjadinya proses pergerakan masa air. Air asin yang memiliki masa jenis lebih besar dari pada air tawar, menyebabkan air asin di muara yang berada di lapisan dasar dan mendorong air tawar menuju laut. Sistem sirkulasi dalam estuaria yang demikian inilah, yang mengilhami proses terjadinya up-welling. Proses pergerakan antara masa air laut dan air tawar ini menyebabkan terjadinya stratifikasi yang kemudian mendasarnya tipe-tipe estuaria, yaitu : a). Estuaria berstratifikasi sempurna atau estuaria baji garam (salt wedge estuary), jika aliran sungai lebih besar dari pada pasang surut sehingga mendominasi sirkulasi estuaria; b). Estuaria berstratifikasi sebagian atau parsial (moderately stratified estuary), jika aliran sungai berkurang, dan arus pasang surut lebih dominan maka akan terjadi percampuran antara sebagian lapisan masa air; c). Estuaria bercampur sempurna atau estuaria homogen vertikal (well-mixed estuaries), jika aliran sungai kecil atau tidak ada sama sekali, dan arus serta pasang surut besar, maka perairan menjadi tercampur hampir keseluruhan dari atas sampai dasar.PRODUKTIFITAS ESTUARISalah satu bagian wilayah pesisir yang memiliki tingkat kesuburan cukup tinggi adalah estuaria (muara sungai). Daerah ini merupakan ekosistem produktif yang setara dengan hutan hujan tropik dan terumbu karang, karena perannya adalah sebagai sumber zat hara, memiliki komposisi tumbuhan yang beragam sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung sepanjang tahun, serta sebagai tempat terjadinya fluktuasi permukaan air akibat aksi pasang surut. Kondisi ekosistem yang produktif ini kemudian menjadikannya sebagai salah satu wilayah yang memiliki tingkat produktifitas tinggi. Produktifitas merupakan suatu proses produksi yang menghasilkan bahan organik yang meliputi produktifftas primer ataupun sekunder. Produktifitas primer pada wilayah estuaria dapat di artikan sebagai banyaknya energi yang diikat atau tersimpan dalam aktifltas fotosintesis dari organisme produser, terutama tanaman yang berklorofil dalam bentuk-bentuk substansi organik yang dapat digunakan sebagai bahan makanan. Produktifftas ini dilakukan oleh organisme ‘outotroph’ seperti juga semua

Page 38: Konsep Ekologi Hewan

tumbuhan hijau mengkonversi energi cahaya ke dalam energi biologi dengan fiksasi karbondioksida, memisahkan molekuler air dan memproduksi karbohidrat dan oksigen.

ANCAMAN WILAYAH ESTUARIAEstuaria merupakan wilayah yang sangat dinamis (dynamics area), rentan terhadap perubahan dan kerusakan lingkungan baik fisik maupun biologi (ekosistem) dari dampak aktifitas manusia di darat ataupun pemanfaatan sumberdaya perairan laut secara berlebihan (over-exploited). Beberapa hal yang dimungkinkan menjadi sumber kerusakan dan perubahan fisik lingkungan wilayah estuaria antara lain:1. Semakin meningkatnya penebangan hutan dan jeleknya pengelolaan lahan di darat, dapat meningkatkan sedimentasi di wilayah estuaria. Llaju sedimentasi di wilayah pesisir yang melalui aliran sungai bisa dijadikan sebagai salah satu indikator kecepatan proses kerusakan pada wilayah lahan atas, sehingga dapat menggambarkan kondisi pada wilayah lahan atas.  Sedimen yang tersuspensi masuk perairan pantai dapat membahayakan biota laut, karena dapat menutupi tubuh biota laut terutama bentos yang hidup di dasar perairan seperti rumput laut, terumbu karang dan organisme lainnya. Meningkatnya kekeruhan akan menghalangi penetrasi cahaya yang digunakan oleh orgnisme untuk pemapasan atau berfotosintesis. Banyak-nya sedimen yang akhirnya terhenti atau terendapkan di muara sungai dapat mengubah luas wilayah pesisir secara keseluruhan, seperti terjadinya perubahan garis pantai, berubahnya mulut muara sungai, terbentuknya delta baru atau tanah timbul, menurunnya kualitas perairan dan biota-biota di muara sungai.2. Pola pemanfaatan sumberdaya hayati laut yang tidak memperhatikan daya dukung produktifitas pada suatu kawasan estuaria, seperti sumberdaya perikanan, sehingga kawasan muara sungai tersebut terus mendapat tekanan dan menyebabkan menurunnya produktifitasnya3. Meningkatnya pembangunan di lahan atas (up-land) menjadi kawasan Industri, pemukiman, pertanian menjadikan sumber limbah yang bersama-sama dengan aliran sungai akan memperburuk kondisi wilayah estuaria. Lebih dan 80% bahan pencemar yang ditemukan di wilayah pesisir dan laut berasal dari kegiatan manusia di darat UNEP (1990).4. Kegiatan-kegiatan kontruksi yang berkaitan dengan usaha pertanian, seperti pembuatan saluran irigasi, drainase dan penebangan hutan akan mengganggu pola aliran alami daerah tersebut. Gangguan ini meliputi aspek kualitas, volume, dan debit air. Pengurangan debit air yang di alirkan bagi irigasi, dapat mengubah salinitas dan pola sirkulasi air di daerah estuaria danmenyebabkan jangkauan intrusi garam semakin jauh ke hulu sungai. Hal ini akan mengakibatkan perubahan pada sebagian ekosistem perairan pantai itu sendiri, juga pada ekosistem daratan di sekitar perairan tersebut sehingga berakibat intrusi air laut pada air tanah.UPAYA PENGELOLAAN WILAYAH ESTUARIAFungsi wilayah estuaria sangat strategis untuk dimanfaatkan sebagai tempat pemukiman, penangkapan ikan dan budidaya, jalur transportasi, pelabuhan dan kawasan industri. Wilayah estuaria juga merupakan ekosistem produktif karena dapat berperan sebagai sumber zat hara. Dengan memperhatikan fungsi dan manfaat tersebut, maka potensi wilayah estuaria menjadi

Page 39: Konsep Ekologi Hewan

sangat tinggi, sehingga diperlukan adanya suatu tindakan pengelolaan di wilayah tersebut. Adapun hal-hal yang perlu dilakukan di antaranya adalah:1. Memperbaiki Daerah Lahan Atas (up-land)Upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi dampak kerusakan pada ekosistem perairan wilayah estuaria yaitu dengan menata kembali sistem pengelolaan daerah atas. Khususnya penggunaan lahan pada wilayah daratan yang memiliki sungai. Jeleknya pengelolaan lahan atas sudah dapat dipastikan akan merusak ekosistem yang ada di perairan pantai. Oleh karena itu, pembangunan lahan atas harus memperhitungkan dan mempertimbangkan penggunaan lahan yang ada di wilayah pesisir. Jika penggunaan lahan wilayah pesisir sebagai lahan perikanan tangkap, budidaya atau konservasi maka penggunaan lahan atas harus bersifat konservatif. Perairan pesisir yang penggunaan lahannya sebagai lahan budidaya yang memerlukan kualitas perairan yang baik maka penggunaan lahan atas tidak diperkenankan adanya industri yang memproduksi bahan yang dapat menimbulkan pencemaran atau limbah. Limbah sebelum dibuang ke sungai harus melalui pengolahan terlebih dahulu sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan.2. Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Secara OptimalWilayah estuaria yang berfungsi sebagai penyedia habitat sejumlah spesies untuk berlindung dan mencari makan serta tempat reproduksi dan tumbuh, oleh karenanya di dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan khususnya di wilayah estuaria diperlukan tindakan-tindakan yang bijaksana yang berorientasi pemanfaatan secara optimal dan lestari. Pola pemanfatan sebaiknya memperhatikan daya dukung lingkungan (carrying capacity).3. Konsenvasi Hutan MangrovePerlindungan hutan mangrove pada wilayah estuaria sangat penting, karena selain mempunyai fungsi ekologis juga ekonomis. Secara ekologis hutan mangrove adalahsebagai penghasil sejumlah besar detritus dari serasah, daerah asuhan (nursery ground), mencari makan (feeding ground) dan sebagai tempat pemijahan (spawning ground). Secara fisik, hutan mangrove dapat berperan sebagai filter sedimen yang berasal dari daratan melalui sistem perakarannya dan mampu meredam terpaan angin badai. Secara ekonomis, dalam konser-vasi hutan mangrove juga akan diperoleh nilai ekonomis sangat tinggi. Nilai ekonomi total rata-rata sekitar Rp 37,4 juta/ha/tahun yang meliputi manfaat langsung (kayu mangrove), manfaat tidak langsung (serasah daun, kepiting bakau, nener bandeng ikan tangkap dan ikan umpan), option value dan existence value. Upaya konservasi tersebut juga mempunyai nilai dampak positip terhadap sosial-ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah estuaria, yaitu mampu memberikan beberapa alternatif jenis mata pencaharian dan pendapatan.

Populasi (Sumber : Riduan, hal. 8-10)

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karasteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. (Sugiyono)

Page 40: Konsep Ekologi Hewan

Populasi adalah berkenaan dengan data. (Nazir)

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung maupun hasil pengukuran kuantitatif atau kualitatif dan pada karasteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap. (Nawawi)

Populasi adalah keseluruhan dari karasteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi obyek penelitian.

Populasi terbagi dua, yaitu :1. Populasi terbatas, populasi yang mempunyai sumber data yang jelas batasnya secara kuantitatif sehingga dapat dihutung jumlahnya.Contoh : Jumlah Penduduk, jumlah mahasiswa yang mendapat bea siswa. Dsb.2. Popumasi tak terbatas, Sumber datanya tidak dapat ditentukan batas-batasnya sehingga relative tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah :Contoh : Mencari logam mulia (mendulang emas)

Berdasarka sifatnya, populasi terbagi dua :1. Populasi homogen, adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat yang sama sehingga tidak perlu mempersoalkan jumlahnya secara kuantitatif.2. Populasi Heterogen, adalah sumber data yang umumnya memiliki sifat atau keadaan yang berbeda (bervariasi, sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.