Konsep Dasar Terapi Cdasdairan
-
Upload
danar-fahmi-sudarsono -
Category
Documents
-
view
230 -
download
9
description
Transcript of Konsep Dasar Terapi Cdasdairan
KONSEP DASAR TERAPI CAIRAN
Oleh :
Danar Fahmi Sudarsono
1518012121
Perceptor :
dr. Ronald David Martua, Sp. PD
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT UMUM AHMAD YANI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
AGUSTUS 2015
Konsep Dasar Terapi Intravena (Infus)
1. Pengertian Terapi Intravena (Infus)
Terapi intravena (IV) digunakan untuk memberikan cairan ketika pasien tidak
dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang
dirperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang
diperlukan untuk metabolisme dan memberikan medikasi.
2. Tujuan Pemberian Terapi Intravena (Infus)
a. Memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang mengandung air,
elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori, yang tidak dapat dipertahankan
secara adekuat melalui oral.
b. Memperbaiki keseimbangan asam-basa.
c. Memperbaiki volume komponen-komponen darah.
d. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh.
e. Memonitor tekanan vena sentral (CVP).
f. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan diistirahatkan.
3. Tipe-tipe Cairan Intravena
a. Isotonik
Suatu cairan yang memiliki tekanan osmotic yang sama dengan ada didalam
plasma.
1) Nacl normal 0,9%
2) Ringer Laktat
3) Komponen-komponen darah (albumin 5%, plasma)
4) Dextrose 5% dalam air ( D 5 W )
b. Hipotonik
Suatu larutan yang memiliki osmotic yang lebih kecil dari pada yang ada
didalam plasma darah. Pemberian cairan ini umumnya menyebabkan dilusi
konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk ke dalam sel untuk
memperbaiki keseimbangan di Intrasel dan Ekstrasel, sel-sel tersebut akan
membesar atau membengkak.
1) Dextrose 2,5% dalam Nacl 0,45%
2) Nacl 0,45%
3) Nacl 0,2%
c. Hipertonik
Suatu larutan yang memiliki tekanan osmotic yang lebih tinggi dari pada yang
ada dalam plasma darah. Pemberian cairan ini meningkatkan konsentrasi
larutan plasma dan mendorong air masuk kedalam sel untuk memperbaiki
keseimbangan osmotic, sel kemudian akan menyusut.
1) Dextrose 5% dalam Nacl 0,9%
2) Dextrose 5% dalam Nacl 0,45% (hanya sedikit hipertonis karena dextrose
dengan cepat dimetabolisme dan hanya sementara mempengaruhi tekanan
osmotic).
3) Dextrose 10% dalam air
4) Dextrose 20% dalam air
5) Nacl 3% dan 5%
6) Larutan hiperalimentasi
7) Dextrose 5% dalam ringer laktat
8) Albumin 25
4. Komposisi Cairan Terapi Intravena
a. Larutan Nacl, berisi air dan elektrolit (Na+, cl-)
b. Larutan dextrose, berisi air atau garam dan kalori
c. Ringer laktat, berisi air (Na+, K+, cl-, ca++, laktat)
d. Balans isotonic, isi bervariasi : air, elektrolit, kalori ( Na+, K+, Mg++, cl-,
HCO, glukonat ).
e. Whole blood (darah lengkap) dan komponen darah.
f. Plasma expanders, berisi albumin, dextran, fraksi protein plasma 5%, hespan
yang dapat meningkatkan tekanan osmotic, menarik cairan dari intertisiall,
kedalam sirkulasi dan meningkatkan volume darah sementara.
g. Hiperelimentasi parenteral (cairan, elektrolit, asam amino, dan kalori).
(Setyorini, 2006 : 6)
5. Menentukan kecepatan cairan Intravena (Infus)
a. Pertama atur kecepatan tetesan pada tabung IV. Tabung makrodrip dapat
meneteskan 10 atau 15 tetes per 1 ml. Tabung mikrodrip meneteskan 60 tetes
per 1 ml. Jumlah tetesan yang diperlukan untuk 1 ml disebut faktor tetes.
b. Atur jumlah mililiter cairan yang akan diberikan dengan jumlah total cairan
yang akan diberikan dengan jumlah jam infuse yang berlangsung. Kemudian
kalikan hasil tersebut dengan faktor tetes.
c. Untuk menentukan berapa banyak tetesan yang akan diberikan permenit, bagi
dengan 60.
d. Hitung jumlah tetesan permenit yang akan diinfuskan. Jika kecepatan
alirannya tidak tepat, sesuaikan dengan kecepatan tetesan.
6. Hal-hal yang harus diperhatikan terhadap Tipe-tipe Infus
a. D 5 W (dextrose 5% in water)
1) Digunakan untuk menggantikan air (cairan hipotonik) yang hilang,
memberikan suplai kalori, juga dapat dibarengi dengan pemberian obat-
obatan atau berfungsi untuk mempertahankan vena dalam keadaan terbuka
dengan infus tersebut
2) Hati-hati terhadap terjadinya intoksikasi cairan (hiponatremia, sindroma
pelepasan hormon antidiuretik yang tidak semestinya). Jangan digunakan
dalam waktu yang bersamaan dengan pemberian transfusi (darah atau
komponen darah).
b. Nacl 0,9%
1) Digunakan untuk menggantikan garam(cairan isotonik) yang hilang,
diberikan dengan komponen darah, atau untuk pasien dalam kondisi syok
hemodinamik.
2) Hati-hati terhadap kelebihan volume isotonik (misalnya : gagal jantung dan
gagal ginjal).
c. Ringer laktat
Digunakan untuk menggantikan cairan isotonik yang hilang, elektrolit tertentu,
dan untuk mengatasi asidosis metabolik tingkat sedang.
B. Tipe-tipe Pemberian Terapi Intravena (Infus)
1. IV push
IV push (IV bolus), adalah memberikan obat dari jarum suntik secara
langsung kedalam saluran/jalan infus.
Indikasi :
1) Pada keadaan emergency resusitasi jantung paru, memungkinkan pemberian
obat langsung kedalam intravena.
2) Untuk mendapat respon yang cepat terhadap pemberian obat (furosemid dan
digoksin).
3) Untuk memasukkan dosis obat dalam jumlah besar secara terus menerus
melalui infus ( lidocain, xilocain).
4) Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan
akan injeksi
5) Untuk mencegah masalah yang mungkin timbul apabila beberapa obat yang
dicampur.
2. Continous Infusion (infus berlanjut)
Continoius Infusion dapat diberikan secara tradisional melalui cairan yang
digantung, dengan atau tanpa pengatur kecepatan aliran. Infus melalui intravena,
intra arteri, dan intra thecal (spinal) dapat dilengkapi dengan menggunakan pompa
khusus yang ditanam maupun eksternal. Hal yang perlu dipertimbangkan yatu:
a. Keuntungan
1) Mampu untuk mengimpus cairan dalam jumlah besar dan kecil dengan
akurat.
2) Adanya alarm menandakan adanya masalah seperti adanya udara di selang
infus atau adanya penyumbatan.
3) Mengurangi waktu perawatan untuk memastikan kecepatan aliran infus.
b. Kerugian
1) Memerlukan selang yang khusus.
2) Biaya lebih mahal
3) Pompa infus akan dilanjutkan untuk menginfus kecuali ada infiltrat.
c. Tanggung jawab perawat
1) Efektivitas penggunaan pengaturan infus secara mekanis sama dengan
perawat yang memerlukannya.
2) Perawat harus waspada terhahap terjadinya komplikasi (adanya infiltrat atau
infeksi)
3) Ikuti aturan yang diberikan oleh perusahaan yang memproduksi alat tersebut.
4) Lakukan pemeriksaan ulang terhadap kecepatan aliran infus.
3. Intermitten Infusion (Infus Sementara)
Infus sementara dapat diberikan melalui heparin lock, “piggy bag” untuk
infus yang kontiniu, atau untuk terapi jangka panjang melalui perangkat infus.
C. Komplikasi Terapi Intravena (Infus)
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan infus:
1. Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya
pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang
tepat saat memasukkan jarum, atau “tusukan” berulang pada pembuluh darah.
2. Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluh
darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.
3. Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus
yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.
4. Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat
masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah
Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian cairan melalui infus:
1. Rasa perih/sakit
2. Reaksi alergi