Konsep Dasar Keperawatan Anak

34
BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN ANAK a. Pengertian Menurut UU RI No. IV th 1979 ttg kesejahteraan anak, disebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah Sedangkan menurut UU RI No. I th 1974 Bab IX ps 42 disebutkan bahwa anak yang sah adalah yang dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan yang sah. Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian anak adalah seseorang yang dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan yang sah yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah. b. Kedudukan Anak Di Indonesia Di Indonesia anak dipandang sebagai pewaris keluarga, yaitu penerus keluarga yang kelak akan melanjutkan nilai – nilai dari keluarga serta dianggap sebagai seseorang yang bisa memberikan perawatan dan perlindungan ketika kedua orang tua sudah berada pada tahap lanjut usia ( jaminan hari tua ) . Anak masih dianggap sebagai sumber tenaga murah yang dapat membantu ekonomi keluarga. Keberadaan anak dididik menjadi pribadi yang mandiri 1. Filosofi kepererawatan Anak

Transcript of Konsep Dasar Keperawatan Anak

BAB IITINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN ANAKa. PengertianMenurut UU RI No. IV th 1979 ttg kesejahteraan anak, disebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah Sedangkan menurut UU RI No. I th 1974 Bab IX ps 42 disebutkan bahwa anak yang sah adalah yang dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan yang sah.Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian anak adalah seseorang yang dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan yang sah yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah.b. Kedudukan Anak Di IndonesiaDi Indonesia anak dipandang sebagai pewaris keluarga, yaitu penerus keluarga yang kelak akan melanjutkan nilai nilai dari keluarga serta dianggap sebagai seseorang yang bisa memberikan perawatan dan perlindungan ketika kedua orang tua sudah berada pada tahap lanjut usia ( jaminan hari tua ) . Anak masih dianggap sebagai sumber tenaga murah yang dapat membantu ekonomi keluarga. Keberadaan anak dididik menjadi pribadi yang mandiri1. Filosofi kepererawatan AnakPerawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus memahami bahwasemua asuhan Keperawatan anak harus berpusat pada keluarga ( family center care ) dan mencegah terjadinya trauma ( atraumatik care )Family center care ( perawatan berfokus pada keluarga ) merupakan unsur penting dalam perawatan anak karena anak merupakan bagian dari anggota keluarga, sehingga kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga., Untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak yang dapat mempengaruhi status kesehatan anakSedangkan maksud dari atraumatic care adalah semua tindakan keperawatan yang ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarga dengan memperhatikan dampak dari setiap tindakan yg diberikan. Prinsip dari atraumatic care adalah menurunkan dan mencegah dampak perpisahan dari keluarga, meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak, mencegah dan mengurangi cedera ( injury ) dan nyeri ( dampak psikologis ), tidak melakukan kekerasan pada anak dan modifikasi lingkungan fisik.2. prinsip Keperawtan AnakDalam keperawatan anak, perawat harus mengetahui bahwa prinsip keperawatan anak adalaha) Anak bukan miniatur orang dewasab) Anak sebagai individu unik & mempunyai kebutuhan sesuai tahap perkembanganc) Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada pencegahan & peningkatan derajat kesh, bukan mengobati anak sakit d) Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif dalam memberikan askep anake) Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak & keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi & meningkatkan kesejahteran dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan moral ( etik ) & aspek hukum ( legal )f) Tujuan keperawatan anak & remaja adalah untuk meningkatkan maturasi / kematangan g) Berfokus pada pertumbuhan & perkembangan3. Paradigma Keperawatan Anak a) Manusia ( Anak )Anak baik sebagai individu maupun bagian dari keluarga merupakan salah satu sasaran dalam pelayanan keperawatan. Untuk dapat memberikan pelayanan keperawatan yang tepat sesuai dengan masa tumbuh kembangnya, anak di kelompokkan berdasarkan masa tumbuh kembangnya yaitu 1. Bayi: 0 1 th2. Toddler: 1 2,5 th3. Pra Sekolah: 2,5 5 th4. Sekolah: 5 11 th5. Remaja: 11 18 th Terdapat perbedaan dalam memberikan pelayanan keperawatan antara orang dewasa dan anak sebagai sasarannya. Perbedaan itu dapat dilihat dari struktur fisik, dimana secara fisik anak memiliki organ yang belum matur sepenuhnya. Sebagai contoh bahwa komposisi tulang pada anak lebih banyak berupa tulang rawan, sedangkan pada orang dewasa sudah berupa tulang keras. Proses fisiologis juga mengalami perbedaan, kemampuan anak dalam membentuk zat penangkal anti peradarangan belum sempurna sehingga daya tahan tubuhnya masih rentan dan mudah terserang penyakit. Pada aspek kognitif, kemampuan berfikir anak serta tanggapan terhadap pengalaman masa lalu sangat berbeda dari orang dewasa, pengalaman yang tidak menyenangkan selama di rawat akan di rekam sebagai suatu trauma, sehingga pelayanan keperawatan harus meminimalisasi dampak traumatis anak. b) Konsep Sehat SakitMenurut WHO, sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik, mental, sosial, dan tidak semata-mata hanya bebas dari penyakit atau cacad. Konsep sehat & sakit merupakan suatu spektrum yang lebar & setiap waktu kesehatan seseorang bergeser dalam spektrum sesuai dengan hasil interaksi yang terjadi dengan kekuatan yang mengganggunyac) LingkunganLIngkungan berpengaruh terhadap terjadinya suatu kondisi sehat maupun sakit serta status kesehatan. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan berupa lingkungan Internal dan lingkungan external . Lingkungan Internal yang mempengaruhi kesehatan seperti tahap perkembangan, latar belakang intelektual, persepsi terhadap fungsi fisik, faktor Emosional, dan spiritual. SEdangkan lingkungan external yang mempengaruhi status kesehatan antara lain keluarga, sosial ekonomi, budayad) KeperawatanMerupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif meliputi biologi, psikologis, social dan spiritual yang ditujukan pada individu, keluarga, masyarakat dan kelompok khusus yang mengutamakan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diberikan dalam kondisi sehat maupun sakit.Anak sebagai individu maupun salah satu anggota keluarga merupakan sasaran dalam pelayanan keperawatan Sehingga perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan harus memandang anak sebagai individu yang unik yang memiliki kebutuhan tersendiri sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya.c. Peran Perawat Dalam Keperawatan Anaka) Pemberi perawatanMerupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai dengan masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang kompleks. Contoh peran perawat sebagai pemberi perawatan adalah peran ketika perawat memenuhi kebutuhan dasar seperti memberi makan, membantu pasien melakukan ambulasi dini.b) Sebagai Advocat keluargaSebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk memebantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan daninfo rmasi yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Peran perawat sebagai advocate keluarga dapt ditunjukkan dengan memberikan penjelasan tentang prosedur operasi yang akan di lakukan sebelum pasien melakukan operasi.

c) PendidikPerawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai pendidik bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Memberi penyuluhan kesehatan tentang penanganan diare merupakan salah satu contoh peran perawat sebagai pendidik ( health educator )d) KonselingTugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan dasar dalam perencanaan tindakan keperawatan. Konseling diberikan kepada individu, keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman masa lalu. Pemecahan masalah difokuskan pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi).e) KolaborasiDalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain berupaya mengidentfikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat terhadap pelayanan yang diperlukan klien, pemberian dukungan, paduan keahlian dan ketrampilan dari berbagai professional pemberi palayanan kesehatan. Sebagai contoh, perawat berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat pada anak dengan nefrotik syndrome. Perawat berkolaborasi dengan dokter untuk menentukan dosis yang tepat untuk memberikan Antibiotik pada anak yang menderita infeksif) PenelitiSeorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam ilmu keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap rangsangan dari lingkunganya. Kegiatan ini dapat diperoleh diperoleh melalui penelitian. Penelitian, pada hakekatnya adalah melakukan evalusai, mengukur kemampuan, menilai, dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan yang telah diberikan. Dengan hasil penelitian, perawat dapat mengerakan orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan aspirasi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan memanfaatkan media massa atau media informasi lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan penelitian dalam rangka mengembagkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktek profesi keperawatan.d. Lingkup Praktek Keperawatan AnakMenurut, Gartinah, dkk ( 1999), Lingkup praktek keperawatan anak merupakan batasan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien anak usia 28 hari sampai usia 18 th atau BBL ( Bayi Baru Lahir ) sampai usia 12 th. Sedangkan Sularso ( 1993 ) memberikan penjelaskan bahwa asuhan keperawatan anak meliputi tumbang anak yang mencakup ASAH ( stimulasi mental ), ASIH ( Kasih sayang ), ASUH ( pemenuhan kebutuhan fisik )B. KONSEP DASAR PENYAKIT HIPOSPADIA a. Definisi Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal(ujung glans penis). (Arif Mansjoer, 2000 : 374).Hipospadia adalah suatu keadaan dimana terjadi hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan miggu ke 10 sampai ke 14 yang mengakibatkan orifisium uretra tertinggal disuatu tempat dibagian ventral penis antara skrotum dan glans penis. (A.H Markum, 1991 : 257).Hipospadia adalah keadaan dimana uretra bermuara pada suatu tempat lain pada bagian belakang batang penis atau bahkan pada perineum ( daerah antara kemaluan dan anus ). (Davis Hull, 1994 )

b. EtiologiPenyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab pasti dari hipospadi dan epispadia Namun, ada beberapa faktor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone Hormon yang dimaksud di sini adalah hormon androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau bisa juga karena reseptor hormon androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormon androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormon androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.2. GenetikaTerjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.3. LingkunganBiasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.c. Manifestasi Klinis1. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.2. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis.3. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.4. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.5. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.6. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.7. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok.8. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).9. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.d. PatofisiologiPenyebab dari Hypospadia belum diketahui secara jelas dan dapat dihubungkan dengan faktor genetik dan pengaruh Hormonal. Pada usia gestasi Minggu ke VI kehamilan terjadi pembentukan genital, pada Minggu ke VII terjadi agenesis pada moderm sehingga genital tubercel tidak terbentuk, bila genital fold gagal bersatu diatas sinus urogenital maka akan timbul Hypospadia.Perkembangan urethra dalam utero dimulai sekitar usia 8 minggu dan selesai dalam 15 minggu, urethra terbentuk dari penyatuan lipatan urethra sepanjang permukaan ventral penis. Glandula Urethra terbentuk dari kanalisasi furikulus ektoderm yang tumbuh melalui glands untuk menyatu dengan lipatan urethra yang menyatu. Hypospadia terjadi bila penyatuan digaris tengah lipatan urethra tidak lengkap sehingga meatus urethra terbuka pada sisi ventral penis. Derajat kelainan letak ini antara lain seperti pada glandular (letak meatus yang salah pada glans), Korona (pada Sulkus Korona), penis (disepanjang batang penis), penuskrotal (pada pertemuan ventral penis dan skrotum) dan perineal (pada perinium) prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang menutupi sisi darsal gland. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai Chordee, pada sisi ventral menyebabkan kuruatura (lingkungan) ventral dari penis. Pada orang dewasa, chordec tersebut akan menghalangi hubungan seksual, infertilisasi (Hypospadia penoskrotal) atau (perineal) menyebabkan stenosis meatus sehingga mengalami kesulitan dalam mengatur aliran urine dan sering terjadi kriotorkidisme. Klasifikasi Hypospadia adalah tipe glandulan (balantik) yaitu meatus terletak pada pangkal penis, tipe distal penil yaitu meatus terletak pada distal penis, tipe penil yaitu meatus terletak antara perineal dan scrotum, tipe scrotal yaitu meatus terletak di scratum, tipe perineal yaitu meatus terletak di perineal. Komplikasi pada Hypospadia adalah infertilisasi risiko hernia inguinalm gangguan psikososial.

e. KlasifikasiTipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/ meatus 1. Tipe sederhana/ Tipe anteriorTerletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal. Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis, kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi.2. Tipe penil/ Tipe MiddleMiddle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene-escrotal.Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat melengkung ke bawah atau glands penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit di bagian ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah selanjutnya.3. Tipe PosteriorPosterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini, umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak turun.f. Komplikasi 1. Infertility2. Resiko hernia inguinalis3. Gangguan psikososialC. KONSEP DASAR PENYAKIT HIDROKELa. DefinisiHidrokel berasal dari dua kata yaitu hidro ( air ) dan cell (rongga / celah). Dapat diartikan secara harafiah bahwa hidrokel adalah adanya penumpukan air pada rongga khususnya pada tunika vaginalis.( Behram. 2000).Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis, yang menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Penyebabnya karenagangguan dalam pembentukan alat genitalia external, yaitu kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum.Cairan peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum membengkak.(Pramono,Budi.2008).Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan parietalis dan visceralis tunika vaginalis testis. (Pramono,Budi.2008).b. EtiologiHidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh : 1. Belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis (Hernia Komunikan).2. Belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.c. Manifestasi Klinis

3.PATOFISIOLOGI/ PATHWAYHYDROCELLE

Kelainan pada testis

Resiko infeksi b.d insisi post operasi Defisit pengetahuan orang tua b.d kondisi prosedur pembedahan post operasi Nyeri b.d gangguan pada kulit jaringan, pembedahan.

Gangguan rasa nyaman b.d pembengkakan skrotum Resiko kerusakan integritas kulit skrotum b.d Adanya gesekan dan pergangan jaringan trauma kulit skrotum Perubahan bodi image b.d perubahan bentuk skrotum Ansietas pada orang tua b.d kondisi anaknya

Post operasi

Pre operasi

pembengkakan

Atrofi testis

Menekan peredaran darah di dalam testis

Obstruksi di aliran limfe/ vena di dalam funikulus spermatikus

Terakumulasi cairan di tunika vaginalis

Tidak menutupnya rongga antara tunika vaginalis

Penyumbatan cairan/darah

Penumpukan darah di tunika vaginalis

4. GEJALA KLINISGambaran klinis hidrokel kongenital tergantung pada jumlah cairan yang tertimbun. Bila timbunan cairan hanya sedikit, maka testis terlihat seakan-akan sedikit membesar dan teraba lunak. Bila timbunan cairan banyak terlihat skrotum membesar dan agak tegang. Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri.Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitua. HidrokeltestisPada hidrokel testis,kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba.Pada anamnesis,besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.b. Hidrokel funikulusPada hidrokel funikulus,kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial testis,sehingga pada palpasi,testis dapat diraba dan berada di luar kantong hidrokel.Pada anamnesis,kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.c. Hidrokel komunikan.Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah besar pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke dalam rongga abdomen. Pembagian ini penting karena berhubungan dengan metode operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel.

3. KOMPLIKASIa. Hematom pada jaringan skrotum yang kendor.b. Kalau tidak ditangani segera,penumpukan cairan ini bisa mengganggu kesuburan dan fungsi seksualnya.c. Infeksi testis.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANGDiagnosis hidrokel dapat dibuat dengan transiluminasi skrotum.Bila dilakukan transiluminasi pada hidrokel terlihat translusen,terlihat benjolan terang dengan masa gelap oval dari bayangan testis.Pemeriksan USG dapat dipertimbangkan apabila hasil pemeriksaan transiluminasi tidak jelas yang disebabkan oleh tebalnya kulit skrotum pasien.Dengan hasil USG berwarna keabu-abuan.

5. PENATALAKSANAAN Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup,hidrokel akan sembuh sendiri;tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi.Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan operasi : AspirasiAspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka kekambuhannya tinggi, kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi.Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah :a. Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah.b. Indikasi kosmetikc. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Hidrokelektomi Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel, sekaligus melakukan herniografi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan scrotal dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman atau plikasi kantong hidrokel sesuai cara Lord. Pada hidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto. Pada hidrokel tidak ada terapi khusus yang diperlukan karena cairan lambat laun akan diserap, biasanya menghilang sebelum umur 2 tahun.Tindakan pembedahan berupa hidrokelektomi. Pengangkatan hidrokel bisa dlakukan anestesi umum ataupun regional (spinal). Tindakan lain adalah dengan aspirasi jarum (disedot pakai jarum). Cara ini nggak begitu digunakan karena cairan hidrokelnya akan terisi kembali. Namun jika setelah diaspirasi kemudian dimasukkan bahan pengerut (sclerosing drug) mungkin bisa menolong.(Mayo Cliinic).

BAB IIIKONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN1. Identitas klien yang mencakup nama, jenis kelamin, umur, alamat, pekerjaaan.2. AnamneseAnamnese berkaitan tentang lamanya pembengkakan skrotum dan apakah ukuran pembengkakan itu bervariasi baik pada waktu istirahat maupun pada keadaan emosional (menangis,ketakutan).3. Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan fisik, hidrokel dirasakan sesuatu yang oval atau bulat, lembut dan tidak nyeri tekan. Hidrokel dapat dibedakan dengan hernia melalui beberapa cara :a. Pada saat pemeriksaan fisik dengan Transiluminasi/diaponaskopi hidrokel berwarna merah terang,dan hernia berwarna gelap.b. Hidrokel pada saat di inspeksi terdapat benjolan yang hanya ada di scrotum,dan hernia di lipatan paha.c. Auskultasi pada hidrokel tidak terdapat suara bising usus, tetapi pada hernia terdapat suara bising usus.d. Pada saat di palpasi hidrokel terasa seperti kistik, tetapi pada hernia terasa kenyal.e. Hidrokel tidak dapat didorong, hernia biasanya dapat didorong.f. Bila dilakukan transiluminasi pada hidrokel terlihat transulen,pada hernia tidak.4. Kaji sistem perkemihan5. Kaji setelah pembedahan : infeksi, perdarahan, disuria, dan drainase6. Lakukan transluminasi test : ambil senter, pegang skrotum,sorot dari bawah;bila sinar merata pada bagian skrotum maka berarti isinya cairan ( bila warnanya redup ).B. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Pre operasia. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d pembengkakan skrotumb.Resiko kerusakan integritas kulit :skorotum b.d adanya gesekan dan peregangan jaringan kulit skrotum.c. Perubaan body image :citra tubuh b.d perubahan bentuk skrotum.d. Ansietas pada orangtua b.d kondisi anaknya dan kurang pengetahuan merawat anak.

2. Post operasia. Resiko infeksi b.d insisi post operasi.b. Deficit pengetahuan orangtua b.d kondisi anak : prosedur pembedahan, perawatan postop, program penatalaksanaan.c. Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit jaringan, trauma pembedahan.

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN PELAKSANAAN1. Pre operasia. Gangguan rasa nyaman(nyeri) b.d pembengkakan skrotumTujuan : Diharapkan setelah dilakukan intervensi, rasa tidak nyaman berkurang bahkan hilang Kriteria hasil : Pembengkakan skrotum berkurang, Klien merasa nyaman, nyeri klien berkurang bahkan hilang Skala nyeri 0-3.Intervensi Keperawatan :1. Kaji skala, karakteristik dan lokasi nyeri yang dialami klien sesuai dengan PQRST. RASIONAL : mengidentifikasi nyeri akibat gangguan lain.2. Catat petunjuk nnonverbal seperti gelisah, menolak untuk bergerak, berhati-hati saat beraktifitas dan meringisRASIONAL : mendeskripsikan tingkat nyeri3. Ajarkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman atau tekhnik relaksasi misalnya duduk dengan kaki agak dibuka dan nafas dalam.RASIONAL : mengurangi sensasi nyeri4. Berikan tindakan nyaman massage punggung, mengubah posisi dan aktifitas senggang.RASIONAL : mengurangi sensasi nyeri.5. Observasi dan catat pembesaran skrotum ( bila perlu ukur tiap hari ), cek adanya keluhan nyeri.RASIONAL : menjadi acuan dalam perrkembangan terapi yang sudah diberikan.6. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasiRASIONAL : mengurangi sensasi nyeri.b. Resiko kerusakan integritas kulit : skrotum b.d adanya gesekan dan peregangan jaringan kulit skrotum.Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan intervensi, kerusakan integritas kulit tidak terjadi,Kriteriahasil : Tidak ada lecet dan kemerahan di sekitar area pembesaran.Intervensi :1. Kaji adanya tanda kerusakan kulit seperti lecet dan kemerahan sekitar area pembesaran ( lipatan paha ).RASIONAL : mengetahui lebih dini gejala kerusakan kulit untuk dilakukani ntervensi selanjutnya.2. Berikan salep atau pelumas.RASIONAL : mencegah kerusakan kulit.3. Kurangi aktifitas klien selama sakit.RASIONAL : mencegah kerusakan yang lebih parah.4. Berikan posisi yang nyaman : abduksi.RASIONAL : memberikan sirkulasi bagi aliran darah.5. Anjurkan klien menggunakan pakaian yang longgar terutama celana.RASIONAL : mencegah iritasi yang lebih parah.

c. Perubahan body image : citra tubuh b.d perubahan bentuk skrotumTujuan : Diharapkan setelah dilakuakan intervensi, klien tidak merasa bahwa penyakitnya adalah suatu penderitaan, dan pada bayi, orangtua harus memahami bahwa penyakit ini dapat disembuhkan.Kriteria Hasil : Keluarga sabar menghadapi kondisi anaknya.Intervensi : 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan, dan ansietas seubungan dengan situasi saat ini.RASIONAL : mengidentifikasi luas masalah dan perlunya intervensi.2. Perhatikan perilaku menarik diri pada keluarga, tidak efektif menggunakan pengingkaran atau perilaku yang mengindikasikan terlalu mempermasalahkan tubuh dan fungsinya.RASIONAL : indicator terjadinya kesulitan menangani stress terhadap apa yang terjadi.3. Tentukan tahap berduka. Perhatikan tanda depresi berat /lama.RASIONAL : identifikasi tahap yang pasien sedang alami memberikan pedoman untuk mengenal dan menerima perilaku dengan tepat. Depresi lama menunjukan intervensi lanjut 4. Akui kenormalan perasaan.RASIONAL : pengenalan perasaan tersebut diharapkan membantu orangtua pasien untuk menerima perilaku dan mengatasinya secara efektif.5. Anjurkan orang terdekat untuk memperlakukan pasien secara normal dan bukan sebagai orang cacat.RASIONAL : menyampaikan harapan untuk mengatur situasi dan membantu perasaan harga diri dan orang lain.6. Yakinkan keluarga bahwa penyakit ini dapat disembuhkan dan tetap sabar menghadapi kondisianaknya.RASIONAL : memperkuat keyakinan keluarga dan memberikan semangat yang mempertahankan harga diri keluarga dan menghindari kecemasan yang berlebihan.

d. Ansietas pada orang tua b.d kondisi anaknya dan kurang pengetahuan merawat anak.Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan intervensi, orang tua memahami dan mengerrti tentang prognosa dan diagnose penyakit yang dialami oleh anaknya,Kriteria hasil : cemas yang dialami orangtua klien berkurang bahkan hilang.Intervensi:1. Beritahu dan jelaskan tentang prognosa dan diagnose penyakit yang dialami oleh anaknya.RASIONAL : menghilangkan kecemasan orangtua klien karena ketidaktahuan tentang prosedur.2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan terhadap anaknya sebelum tindakan dilakukan.RASIONAL : menghilangkan kecemasan orangtua klien karena ketidaktahuan tentang prosedur.3. Libatkan orangtua dalam perawatan terhadap anaknya.RASIONAL : mengindari persepsi yang salah dan membantu menghilangkan kecemasan pada anak.4. Berikan informasi bahwa penyakit ini dapat hilang dengan sendirinya.RASIONAL : menghilangkan kecemasan orangtua klien karena ketidaktahuan tentang prosedur.2. Post Operasia. Resiko infeksi b.d insisi post operasiTujuan : diharapkan resiko terjadinya infeksi tidak terjadi Kriteria hasil : Berkurangnya tanda-tanda peradangan seperti kemeraha-merahan, gatal, panas, perubahan fungsi.Intervensi :1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas walupun menggunakan sarung tangan steril.Rasional : mengurangi kontaminasi silang2. Batasi penggunaan alat atau prosedur invasive jika memungkinkanRasional : mengurangi jumlah lokasi yang dapat menjadi tempat masuk organism.3. Gunakan teknik steril pada waktu penggatian balutan/penghisapan/berikan lokasi perawatan, misalnya jalur invasive.Rasional : mencegah masuknya bakteri, mengurangi risiko infeksi nosokomial.4. Gunakan sarung tangan/pakaian pada waktu merawat luka yang terbuka/antisipasi dari kontak langsung dengan sekresi ataupun ekskresi.Rasional : mencegah penyebaran infeksi/kontaminasi silang.

b. Deficit pengetahuan orangtua b.d kondisi anak : prosedur pembedahan, perawatan postop, program pentalaksanaan.Tujuan : Klien menyatakan pemahamannya proses penyakit, pengobatan dan potensial komplikasi.Intervensi :1. Kaji ulang pembatasan aktivitas pascaoperasi.RASIONAL : mencegah komplikasi lanjut dari pergerakan dan aktivitas yang berlebihan.2. Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodicRASIONAL : mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan, dan lekas kembali pulih normal.3. Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan, pembatasan mandi, dan kembali ke dokter untuk mengangkat jahitan / pengikat.RASIONAL : pemahaman meningkatkan kerjasama dengana program terapi, meningkatkan penyembuhan dan program perbaikan.4. Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medic, contoh peningkatan nyeri; edema/eritema luka, adanya drainase, demam.RASIONAL : upaya intervensi menurunkan risiko komplikasi serius contoh : lambatnya penyembuhan.

c. Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit jaringan, trauma pembedahan.Tujuan : Diharapkan setelah diberikan terapi, nyeri klien berkurang bahkan hilang. Kriteria Hasil : skala nyeri 0-3 dan kllien tidak menangis serta gelisah.Intervensi :1. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (0-10). Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan cepat.RASIONAL : berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan.2. Pertahankan istirahat dengan posisi semifowler.RASIONAL : gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi.3. Dorong ambulasi dini.RASIONAL : meningkatkan normalisasi fungsi organ.4. Berikan aktivitas hiburan.RASIONAL : focus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi, dan dapat meningkatkan kemampuan koping.5. Berikan analgetik sesuai indikasi.RASIONAL : menghilangkan nyeri mempermuda kerja sama dengan intervensi terapi lain contoh batuk dan ambulasi.

D. EVALUASI1. Pre operasia. Nyeri klien berkurang bahkan hilang.b. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.c. Perubahan body image dan harga diri rendah tidak terjadi pada keluarga.d. Orangtua tidak cemas.

2. Post operasia. Tidak terjadi infeksi.b. Klien memiliki pengetahuan tentang prosedur perawatan dan pengobatan.c. Nyeri klien tidak berlangsung lama. E. PENDIDIKAN KESEHATANPendidikan kesehatan yang diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan Hydrocele adalah dengan memeberikan penyuluhan kepada masyarakat agar masyarakat memahami tentang Hydrocele,dan apabila penyakit ini menyerang masyarakat, masyarakat dapat langsung berkonsultasi dengan pihak kesehatan. Tujuan ditetapkan adanya pendidikan kesehatan ini, untuk mengajarkan masyarakat tentang Hydrocele.