Konsep dasar CEREBRAL PALSY

43
BAB 2. PEMBAHASAN 2.1. Definisi Cerebral Palsy Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. Walaupun lesi serebral bersifat statis dan tidak progresif, tetapi perkembangan tanda- tanda neuron perifer akan berubah akibat maturasi serebral. Yang pertama kali memperkenalkan penyakit ini adalah William John Little (1843), yang menyebutnya dengan istilah cerebral diplegia, sebagai akibat prematuritas atau afiksia neonatorum. Sir William Olser adalah yang pertama kali memperkenalkan istilah cerebral palsy, sedangkan Sigmund Freud menyebutnya dengan istilah Infantile Cerebral Paralysis 2.2. Epidemiologi Di Amerika, prevalensi penderita CP dari yang ringan hingga yang berat berkisar antara 1,5 sampai 2,5 tiap 1000 kelahiran hidup. Angka ini didapatkan berdasarkan data yang tercatat pada pelayanan kesehatan, yang dipastikan lebih rendah dari angka yang sebenarnya. 3

description

konsep dasar lengkap Cerebral Palsy

Transcript of Konsep dasar CEREBRAL PALSY

Page 1: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1. Definisi Cerebral Palsy

Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada

suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam

susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat

pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. Walaupun lesi serebral

bersifat statis dan tidak progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer

akan berubah akibat maturasi serebral. Yang pertama kali memperkenalkan

penyakit ini adalah William John Little (1843), yang menyebutnya dengan istilah

cerebral diplegia, sebagai akibat prematuritas atau afiksia neonatorum. Sir

William Olser adalah yang pertama kali memperkenalkan istilah cerebral palsy,

sedangkan Sigmund Freud menyebutnya dengan istilah Infantile Cerebral

Paralysis

2.2. Epidemiologi

Di Amerika, prevalensi penderita CP dari yang ringan hingga yang berat berkisar

antara 1,5 sampai 2,5 tiap 1000 kelahiran hidup. Angka ini didapatkan

berdasarkan data yang tercatat pada pelayanan kesehatan, yang dipastikan lebih

rendah dari angka yang sebenarnya. (Kuban, 1994) Suatu penelitian pada anak

usia sekolah, prevalensi CP ditemukan 1,2 – 2,5 anak per 1.000 populasi.

Sedikitnya 5.000 kasus baru CP terjadi tiap tahunnya. (Gordon, 1987; Gilroy,

1992). Dari kasus tersebut 10 % sampai 15 % CP didapatkan adanya kelainan

otak yang biasanya disebabkan oleh infeksi atau trauma setelah bulan pertama

kehidupan. (Gilroy, 1992; Adam 1981) Di Indonesia, prevalensi penderita CP

diperkirakan sekitar 1 – 5 per 1.000 kelahiran hidup. Laki–laki lebih banyak

daripada perempuan. Seringkali terdapat pada anak pertama. Hal ini mungkin

dikarenakan kelahiran pertama lebih sering mengalami kelahiran macet. Angka

kejadiannya lebih tinggi pada bayi berat badan lahir rendah dan kelahiran kembar.

3

Page 2: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

Umur ibu seringkali lebih dari 40 tahun, terlebih lagi pada multipara.

(Soetjiningsih, 1995)

2.3. Klasifikasi

Banyak klasifikasi yang diajukan oleh para ahli, tetapi pada kesempatan

ini akan diajukan klasifikasi berdasarkan gambaran klinis dan derajat kemampuan

fungsionil. Berdasarkan gejala klinis maka pembagian cerebral palsy adalah

sebagai berikut:

1) Tipe spastis atau piramidal.

Pada tipe ini gejala yang hampir selalu ada adalah :

a) Hipertoni (fenomena pisau lipat).

b) Hiperrefleksi yang djsertai klonus.

c) Kecenderungan timbul kontraktur.

d) Refleks patologis.

Secara topografi distribusi tipe ini adalah sebagai berikut:

a) Hemiplegia apabila mengenai anggota gerak sisi yang sama.

b) Spastik diplegia. Mengenai keempat anggota gerak, anggota gerak bawah

lebih berat.

c) Kuadriplegi, mengenai keempat anggota gerak, anggota gerak atas

sedikit lebih berat.

d) Monoplegi, bila hanya satu anggota gerak.

e) Triplegi apabila mengenai satu anggota gerak atas dan dua anggota gerak

bawah, biasanya merupakan varian dan kuadriplegi.

2) Tipe ekstrapiramidal

Akan berpengaruh pada bentuk tubuh, gerakan involunter, seperti atetosis,

distonia, ataksia. Tipe ini sering disertai gangguan emosional dan retardasi

mental. Di samping itu juga dijumpai gejala hipertoni, hiperrefleksi ringan,

jarang sampai timbul klonus. Pada tipe ini kontraktur jarang ditemukan,

apabila mengenai saraf otak bisa terlihat wajah yang asimetnis dan disantni.

4

Page 3: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

3) Tipe campuran

Gejala-gejalanya merupakan campuran kedua gejala di atas, misalnya

hiperrefleksi dan hipertoni disertai gerakan khorea. Berdasarkan derajat

kemampuan fungsional.

a. Ringan

Penderita masih bisa melakukan pekerjaanlaktifitas sehari- hari sehingga

sama sekali tidak atau hanya sedikit sekali membutuhkan bantuan khusus.

b. Sedang

Aktifitas sangat terbatas. Penderita membutuhkan bermacam-macam

bantuan khusus atau pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya

sendiri, dapat bergerak atau berbicara. Dengan pertolongan secara khusus,

diharapkan penderita dapat mengurus diri sendiri, berjalan atau berbicara

sehingga dapat bergerak, bergaul, hidup di tengah masyarakat dengan baik.

c. Berat

Penderita sama sekali tidak bisa melakukan aktifitas fisik dan tidak

mungkin dapat hidup tanpa pertolongan orang lain. Pertolongan atau

pendidikan khusus yang diberikan sangat Sedikit hasilnya. Sebaiknya

penderita seperti ini ditampung dalam rumah perawatan khusus. Rumah

perawatan khusus ini hanya untuk penderita dengan retardasi mental berat,

atau yang akan menimbulkan gangguan sosial-emosional baik bagi

keluarganya maupun lingkungannya.

2.4. Etiologi

Penyebab CP berbeda–beda tergantung pada suatu klasifikasi yang luas

yang meliputi antara lain : terminologi tentang anak–anak yang secara neurologik

sakit sejak dilahirkan, anak–anak yang dilahirkan kurang bulan dengan berat

badan lahir rendah dan anak-anak yang berat badan lahirnya sangat rendah, yang

berisiko CP dan terminologi tentang anak–anak yang dilahirkan dalam keadaan

sehat dan mereka yang berisiko mengalami CP setelah masa kanak–kanak.

(Swaiman, 1998) Cerebral palsy dapat disebabkan faktor genetik maupun faktor

lainnya. Apabila ditemukan lebih dari satu anak yang menderita kelainan ini

5

Page 4: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

dalam suatu keluarga, maka kemungkinan besar disebabkan faktor genetik.

(Soetjiningsih, 1995) Waktu terjadinya kerusakan otak secara garis besar dapat

dibagi pada masa pranatal, perinatal dan postnatal.

a. Tahap Prenatal:

1. Ibu menderita infeksi atau penyakit saat kehamilan, sehingga menyerang

otak bayi yang sedang dikandungnya. Infeksi ini merupakan salah satu hal

yang dapat menyebabkan kelainan pada janin. Misalnya infeksi sypilis,

rubella, typhus abdominalis dan penyakit inklusi sitomegalik.

2. Pelaku ibu, ibu yang mengkonsumsi obat-obatan, merokok, munum-

minuman keras, ibu yang mengalami depresi dan tekanan darah tinggi, hal

tersebut dapat merusak janin baik fisik maupun mental.

3. Masalah gizi, ibu yang menderita kekurangan gizi akan berpengaruh pada

pembentukan dan perkembangan otak janinnya (dapat menyebaban

kerusakan jaringan di otak).

4. Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran darah bayi terganggu

yang biasa disebut dengan anoksia. Contohnya yaitu tali pusat tertekan

sehingga merusak pembentukan saraf-saraf dalam otak dan anemia.

5. Bayi dalam kandungan terkena radiasi, dimana radiasi langsung dapat

mempengaruhi sistem saraf pusat sehingga struktur dan fungsi terganggu.

Contohnya adalah radiasi sinar-X.

6. Rh bayi tidak sama dengan ibunya, dimana Rh (Rhesus) ibu dengan bayi

harus sama agar proses metabolisme berfungsi normal. Jika berbeda, maka

mengakibatkan adanya penolakan yang menyebabkan kelainan

metabolisme ibu dan bayi.

7. Ibu mengalami trauma (kecelakaan atau benturan) yang dapat

mengakibatkan terganggunya pembentukan sistem saraf pusat. Selain itu,

keracunan pada ibu juga berpotensi terkena gangguan ini.

b. Tahap Perinatal:

1. Hipoksis iskemik ensefalopati

6

Page 5: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

Saat lahir, bayi dalam keadaan tidak sadar, bahkan tidak menangis dan

justru mengalami kejang hingga kekurangan oksigen ke otak, akibatnya

jaringan otak rusak.

2. Perdarahan otak

Perdarahan dibagian otak dapat mengakibatkan penyumbatan sehingga

anak menderita hidrocepaus ataupun microcepalus. Perdarahan yang

terjadi dapat menekan jaringan otak sehingga dapat terjadi kelumpuhan.

3. Terkena infeksi jalan lahir

Jalan lahir yang kotr dan banyak kuman akan menyebabkan

ketidaknormalan bayi akibat gangguan proses persalinan misal ibu

mempunyi infeksi TORCH.

4. Ikterus atau bayi kuning

Merupakan keadaan bayi mengalami kuning yang berbahaya misalnya

karena kelahiran inkompatibilitas golongan darah yaitu ibu bergolongan

darah O sedangkan anaknya bergolongan darah A atau B, hal tersebut akan

menyebabkan bayi mengalami hiperbilirubenimia yang dapat merusak sel

otak secara permanen.

5. Meningitis purulenta

Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat

pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa cerebral palsy.

6. Prematuritas

Pada cerebral palsy spastik diplegi biasanya terjadi pada kasus kelahiran

prematur, berat badan lahir rendah dan anoksia berat pada saat kelahiran.

Bayi lahir sebelum waktunya (premature), dimana secara organis tubuhnya

belum matang sehingga fisiologisnya mengalami kelainan dan rentannya

bayi dalam terkena infeksi atau penyakit yang dapat merusak sistem

persarafan pusat bayi.

7. Kelahiran dipaksa dengan menggunakan tang (forcep)

Tekanan yang cukup kuat pada kepala bayi dapat mengakibatkan rusaknya

jaringan saraf otak.

8. Anestesi yang melebihi ketentuan

7

Page 6: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

Anestesi yang melebihi ketentuan yang diberikan pada saat ibu dioperasi

dapat mempengaruhi sistem persarafan otak bayi sehingga otak mengalami

kelainan struktur ataupun fungsinya.

c. Tahap Post natal

1. Kecelakaan yang dapat secara langsung merusak otak bayi. misalnya

pukulan atau benturan pada kepala yang cukup keras

2. Infeksi penyakit yang menyerang otak, misalnya terinfeksi penyakit

meningitis, encephalitis, influenza yang akut

3. Penyakit typoid atau diphteri yang memungkinkan dapat

mengakibatkan kekurangan oksigen (anoksia)

4. Tumor otak, karena dapat menrusak saraf yang terdapat pada jaringan

otak sehingga hilang fungsi motorik maupun sensorik anak

5. Penyebab lainnya adalah pada trauma kapitis, meningitis, ensepalitis

dan luka parut pada otak pasca bedah dan bayi dengan berat badan lahir

rendah

Beberapa penelitian menyebutkan faktor prenatal dan perinatal lebih

berperan daripada faktor pascanatal. Studi oleh Nelson dkk (1986) (dikutip dari

13) menyebutkan bayi dengan berat lahir rendah, asfiksia saat lahir, iskemi

prenatal, faktor genetik, malformasi kongenital, toksin, infeksi intrauterin

merupakan faktor penyebab cerebral palsy. Faktor prenatal dimulai saat masa

gestasi sampai saat lahir, sedangkan faktor perinatal yaitu segala faktor yang

menyebabkan cerebral palsy mulai dari lahir sampai satu bulan kehidupan.

Sedang faktor pasca natal mulai dari bulan pertama kehidupan sampai 2 tahun

(Hagberg dkk 1975), atau sampai 5 tahun kehidupan (Blair dan Stanley, 1982),

atau sampai 16 tahun (Perlstein, Hod, 1964).

2.5. Gejala Cerebral Palsy

Gejala muncul sebelum anak berusia dua tahun. Pada kasus yang berat,

bisa muncul ketika anak berusia beberapa bulan. Gejala berupa kekakuan tubuh,

perubahan bentuk lengan dan tungkai. Gejala lain berupa kecerdasan di bawah

normal, keterbelakangan mental, kejang, gangguan menghisap atau makan,

8

Page 7: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

pernafasan tidak teratur, gangguan bicara, gangguan penglihatan, gangguan

persendian. Dalam semua jenis cerebral palsy, bicaranya sulit dimengerti karena

anak ini mengalami kesulitan dalam mengontrol ototnya, termasuk otot bicaranya.

Kebanyakan anak yang menderita cerebral palsy mempunyai cacat lain, seperti

kecerdasan di bawah rata-rata, beberapa diantaranya menderita keterbelakangan

mental parah. Namun 40% dari anak-anak ini mempunyai kecerdasan normal atau

mendekati normal. Kira-kira 25%, paling sering yang menderita jenis spastic,

menderita epilepsi (ayan).

2.6. Manifestasi Klinis

Gangguan motorik berupa kelainan fungsi dan lokalisasi serta kelainan

bukan motorik yang menyulitkan gambaran klinis cerebral palsy. Kelainan fungsi

motorik terdiri dari:

1. Spastisitas

Terdapat peninggian tonus otot dan reflek yang disertai dengan klonus

dan reflek babinski yang positif . Tonus otot yang meninggi itu menetap

dan tidak hilang meskipun penderita dalam keadaan tidur.peninggian tonus

ini tidak sama derajatnya pada suatu gabungan otot , karena itu tampak

sikap yang khas dengan kecendrungan terjadi kontraktur, misalnya lengan

dalam aduksi, fleksi pada sendi siku dan pergelangan tangan dalam pronasi

serta jari jari dalam fleksi sehingga posisi ibu jari melintang di telapak

tangan. Tungkai dalam sikap aduksi, fleksi pada sendi paha dan lutut,kaki

dalam fleksi plantar dan telapak kaki berputar ke dalam. Tonic neck reflex

dan refleks neonatal menghilang pada waktunya. Kerusakan biasanya

terletak di traktus kortikospinalis. Golongan spastisitas ini meliputi 2/3 -

3/4 penderita cerebral palsy. Bentuk kelumpuhan spastisitas tergantung

pada letak dan besarnya kerusakan yaitu :

a. Monoplegia/monoparesis : kelumpuhan ke empat anggota gerak,

tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari yang lainnya.

b. Hemiplegia/hemiparesis  :  kelumpuhan lengan dan tungkai di pihak

yang sama

9

Page 8: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

c. Diplegia/diparesis : kelumpuhan ke empat anggota gerak tetapi

tungkai lebih hebat daripada lengan

d. Tetraplegia/tetraparesis    : kelumpuhan ke empat anggota gerak tetapi

lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai

2. Tonus otot yang berubah

Bayi pada golongan ini pada usia bulan pertama tampak flasit dan

berbaring seperti kodok yang terlentang, sehingga tampak seperti kelainan

pada ’lower motor neuron’. Menjelang umur 1 tahun barulah terjadi

perubahan tonus otot dari redah hingga tinggi. Bila dibiarkan berbaring

tampak flasid dan sikapnya seperti kodok terlentang. Tetapi bila

dirangsang atau mulai diperiksa tonus ototnya berubah menjadi spastis. 

Refleks otot yang normal dan refleks babinski negatif. Tetapi yang khas

ialah refleks neonatal dan tonic neck reflex’ menetap. Kerusakan biasanya

terletak di batang otak dan disebabkan oleh asfiksia perinatal atau ikterus.

Golongan  ini meliputi 10 – 20% dari kasus ‘cerebral palsy’

3. Koreo-atetosis

Kelainan yang khas ialah sikap yang abnormal dengan pergerakan

yang terjadi dengan sendirinya ( ‘involuntary movement’) . Pada 6 bulan

pertama tampak bayi flasd, tapi sesudah itu barulah muncul kelainan

tersebut. Refleks neonatal menetap dan tampak adanya perubahan tonus

otot. Dapat timbul juga gejala spastisitas dan ataksia. Kerusakan terletak di

ganglia basal dan di sebabkan oleh asfiksia  berat atau ikterus kern pada

masa neonatus. Golongan  ini meliputi 5 – 15% dari kasus cerebral palsy

4. Ataksia

Ataksia ialah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya

flasid dan menunjukan perkembangan motorik yang terlambat .

Kehilangan keseimbangan tampak bila mulai belajar duduk. Mulai

berjalan sangat lambat dan semu pergerakan canggung dan kaku.

Kerusakan terletak di cereblum.terdapat kira kira 5% dari kasus cerebral

palsy.

10

Page 9: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

      5. Gangguan pendengaran

Terdapat pada 5-10% anak dengan cerebral palsy. Gangguan berupa

kelainan neurogen terutama persepsi nada tinggi, sehingga sulit

menangkap kata kata. Terdapat pada golongan koreo-atetosis.

      6. Gangguan bicara

Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retardasi mental.

Gerakan yang terjadi dengan sendirinya di bibir dan lidah menyebabkan

sukar mengontrol otot otot tersebut sehingga anak sulit membentuk kata

kata dan sering tampak berliur.

        7. Gangguan mata

Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan

refraki. Pada keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak. Hampir

25% penderita cerebral palsy menderita kelainan mata.

2.7. Patofisiologi

Perkembangan susunan saraf dimulai dengan terbentuknya neural tube

yaitu induksi dorsal yang terjadi pada minggu ke 3-4 masa gestasi dan induksi

ventral, berlangsung pada minggu ke 56 masa gestasi. Setiap gangguan pada masa

ini bisa mengakibatkan terjadinya kelainan kongenital seperti kranioskisis totalis,

anensefali, hidrosefalus dan lain sebagainya. Fase selanjutnya terjadi proliferasi

neuron, yang terjadi pada masa gestasi bulan ke 24. Gangguan pada fase ini bisa

mengakibatkan mikrosefali, makrosefali. Stadium selanjutnya yaitu stadium

migrasi yang terjadi pada masa gestasi bulan 35. Migrasi terjadi melalui dua cara

yaitu secara radial, sel berdiferensiasi dan daerah periventnikuler dan

subventrikuler ke lapisan sebelah dalam koerteks serebri; sedangkan migrasi

secara tangensial sd berdiferensiasi dan zone germinal menuju ke permukaan

korteks serebri. Gangguan pada masa ini bisa mengakibatkan kelainan kongenital

seperti polimikrogiri, agenesis korpus kalosum.

Stadium organisasi terjadi pada masa gestasi bulan ke 6 sampai beberapa

tahun pascanatal. Gangguan pada stadium ini akan mengakibatkan translokasi

genetik, gangguan metabolisme. Stadium mielinisasi terjadi pada saat lahir sampai

11

Page 10: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

beberapa tahun pasca natal. Pada stadium ini terjadi proliferasi sd neuron, dan

pembentukan selubung mialin. Kelainan neuropatologik yang terjadi tergantung

pada berat dan ringannya kerusakan Jadi kelainan neuropatologik yang terjadi

sangat kompleks dan difus yang bisa mengenai korteks motorik traktus

piramidalis daerah paraventnkuler ganglia basalis, batang otak dan serebelum.

Anoksia serebri sering merupakan komplikasi perdarahan intraventrikuler dan

subependim

Asfiksia perinatal sering ber- kombinasi dengan iskemi yang bisa

menyebabkan nekrosis Kerniktrus secara klinis memberikan gambaran kuning

pada seluruh tubuh dan akan menempati ganglia basalis, hipokampus, sel-sel

nukleus batang otak; bisa menyebabkan cerebral palsy tipe atetoid, gangguan

pendengaran dan mental retardasi. Infeksi otak dapat mengakibatkan perlengketan

meningen, sehingga terjadi obstruksi ruangan subaraknoid dan timbul

hidrosefalus. Perdarahan dalam otak bisa meninggalkan rongga yang berhubungan

dengan ventrikel. Trauma lahir akan menimbulkan kompresi serebral atau

perobekan sekunder. Trauma lahir ini menimbulkan gejala yang ireversibel. Lesi

ireversibel lainnya akibat trauma adalah terjadi sikatriks pada sel-sel hipokampus

yaitu pada kornu ammonis, yang akan bisa mengakibatkan bangkitan epilepsy.

2.8. Prognosis

Prognosis tergantung pada gejala dan tipe cerebral palsy. Di Inggris

dan Skandinavia 20-25% pasien dengan cerebral palsy mampu bekerja

sebagai buruh penuh; sebanyak 30-35% dari semua pasien cerebral palsy

dengan retardasi mental memerlukan perawatan khusus. Prognosis paling

baik pada derajat fungsionil yang ringan. Prognosis bertambah berat apabila

disertai dengan retardasi mental, bangkitan kejang, gangguan penglihatan

dan pendengaran.

Pengamatan jangka panjang yang dilakukan oleh Cooper dkk seperti

dikutip oleh Suwirno T menyebutkan ada tendensi perbaikan fungsi koordinasi

dan fungsi motorik dengan bertambahnya umur pasien cerebral palsy yang

mendapatkan rehabilitasi yang baik.

12

Page 11: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

2.9. Penatalaksanaan

2.9.1.Pengobatan

a. Redukasi dan rehabilitasi.

Dengan adanya kecacatan yang bersifat multifaset, seseorang

penderita CP perlu mendapatkan terapi yang sesuai dengan

kecacatannya. Evaluasi terhadap tujuan perlu dibuat oleh masing-

masing terapist. Tujuan yang akan dicapai perlu juga disampaikan

kepada orang tua/famili penderita, sebab dengan demikian ia dapat

13

Page 12: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

merelakan anaknya mendapat perawatan yang cocok serta ikut pula

melakukan perawatan tadi di lingkungan hidupnya sendiri.

Fisioterapi bertujuan untuk mengembangkan berbagai gerakan yang

diperlukan untuk memperoleh keterampilan secara independen untuk

aktivitas sehari-hari. Fisioterapi ini harus segera dimulai secara

intensif. Untuk mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi

penderita sewaktu istirahat atau tidur.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap hasil

penanganan, dilihat dari kondisi pasien sebelum pemasangan gips

yang mencapai tahap berdiri berpegangan pada kursi, lalu setelah

dipasang gips dan dilepas, pasien menjadi trauma dan kembali ke

tahapan merangkak. Bagi penderita yang berat dianjurkan untuk

sementara tinggal di suatu pusat latihan. Fisioterapi dilakukan

sepanjang hidup penderita. Selain fisioterapi, penderita CP perlu

dididik sesuai dengan tingkat inteligensinya, di Sekolah Luar Biasa

dan bila mungkin di sekolah biasa bersama-sama dengan anak yang

normal. Di Sekolah Luar Biasa dapat dilakukan speech therapy dan

occupational therapy yang disesuaikan dengan keadaan penderita.

Mereka sebaiknya diperlakukan sebagai anak biasa yang pulang ke

rumah dengan kendaraan bersanrm-sama sehingga tidak merasa

diasingkan, hidup dalam suasana normal. Orang tua janganlah

melindungi anak secara berlebihan dan untuk itu pekerja sosial dapat

membantu di rumah dengan melihat seperlunya.

2.9.2 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan klinis untuk mengidentifikasi

ketidaknormalan tonus, seringnya terjadi hipotonik yang

diikuti dengan hipertonik, ketidaknormalan postur dan

keterlambatan perkembangan motorik.

2. Ultrasonografi kranial untuk mendeteksi hemoragi dan

iskemik hipoksik.

14

Page 13: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

3. CT scan untuk mendeteksi lesi-lesi susunan saraf pusat

4. Tomografi emisi positron dan tomografi terkomputerisasi

emisi foton tunggal untuk melihat metabolisme dan

perfusi otak.

5. MRI untuk mendeteksi lesi-lesi kecil.

6. Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan

setelah diagnosis CP ditegakkan.

7. Pungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan

suatu proses degeneratif. Pada CP likuor serebrospinalis

normal.

8. Pemeriksaan Elektro Ensefalografi dilakukan pada

penderita kejang atau pada golongan hemiparesis baik

yang berkejang maupun yang tidak.

9. Foto kepala (X-ray) dan CT Scan.

10. Penilaian psikologik perlu dilakukan untuk menentukan

tingkat pendidikan yang diperlukan.

11. Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab

lain retardasi mental.

Selain pemeriksaan di atas, kadang-kadang diperlukan

pemeriksaan arteriografi dan pneumoensefalografi individu.

Untuk memperoleh hasil yang maksimal, penderita CP perlu

ditangani oleh suatu tim yang terdiri dari: dokter anak, ahli saraf,

ahli jiwa, ahli bedah tulang, ahli fisioterapi, occupational

therapist,guru luar biasa, orang tua penderita dan bila perlu

ditambah dengan ahli mata, ahli THT, perawat anak dan lain-lain.

2.10.Pencegahan

Pencegahan merupakan usaha yang terbaik. CP dapat

dicegah dengan jalan menghilangkan faktor etiologik kerusakan

jaringan otak pada masa prenatal, natal dan post natal. Sebagian

15

Page 14: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

daripadanya sudah dapat dihilangkan, tetapi masih banyak pula

yang sulit untuk dihindari. "Prenatal dan perinatal care" yang

baik dapat menurunkan insidens CP. Kernikterus yang

disebabkan "haemolytic disease of the new born" dapat dicegah

dengan transfusi tukar yang dini, "rhesus incompatibility" dapat

dicegah dengan pemberian "hyperimmun anti D

immunoglobulin" pada ibu-ibu yang mempunyai rhesus negatif.

Pencegahan lain yang dapat dilakukan ialah tindakan yang

segera pada keadaan hipoglikemia, meningitis, status epilepsi

dan lain-lain. Beberapa pencegahan yang bisa dilakukan yaitu:

a. Cegah bayi dari berat badan lahir rendah atau lahir prematur

dengan mengikuti pola hidup sehat selama kehamilan,

termasuk gizi yang baik, istirahat, dan olahraga yang cukup.

Selain itu, hindari alkohol, rokok, dan penggunaan narkoba.

Hal ini dikarenakan apabila bayi lahir dengan berat badan

rendah, kemungkinan bayi menderita serebral palsi akan

meningkat.

b. Membuat jadwal kunjungan dengan dokter kandungan di

awal kehamilan yang berfokus pada apa yang dapat

dilakukan untuk mengurangi risiko kemungkinan melahirkan

secara prematur. Hal ini dikarenakan hampir setengah dari

semua anak yang menderita serebral palsi lahir dengan

prematur.

c. Ambil tindakan pencegahan apapun yang diperlukan untuk

memastikan tidak termasuk ke dalam kelompok dengan

faktor risiko melahirkan prematur seperti terpapar karbon

monoksida, radang, atau infeksi lainnya. Hindari bekerja

sambil berdiri selama berjam-jam, penyakit menular seksual,

dan kekerasan dalam rumah tangga. Dokter kandungan

mungkin akan merekomendasikan istirahat total di tempat

16

Page 15: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

tidur atau intervensi lainnya jika faktor risiko tersebut telah

ada.

d. Bertanya pada dokter kandungan tentang kemungkinan

pengobatan menggunakan progesteron, yoghurt, pemakaian

Clindamycin untuk perawatan pH vagina tinggi, atau

mengonsumsi suplemen minyak ikan. Masing-masing

pendekatan ini telah terbukti cukup efektif dalam mengurangi

faktor risiko kelahiran prematur dan jangan lupa ketika hamil

mengkonsumsi sari kurma.

e. Konsultasikan dengan dokter kandungan mengenai apakah

harus mendapat pengobatan untuk mengurangi faktor-faktor

yang memperkuat faktor risiko kelahiran prematur seperti

tekanan darah tinggi, infeksi saluran kencing, kecemasan,

atau diabetes.

f. Hindari infeksi yang dapat mengakibatkan pelepasan

cytokinin beracun ke otak janin selama kehamilan. Infeksi

pada ibu hamil memiliki risiko tiga kali lebih besar

kemungkinannya menyebabkan anak berkembang menjadi

serebral palsi.

17

Page 16: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN CEREBRAL PALSY

A. Pengkajian

1. Kaji riwayat kehamilan ibu

2. Kaji riwayat persalinan

3. Identifikasi anak yang mempunyai resiko

4. Kaji iritabel anak, kesukaran dalam makan/menelan, perkembangan yang

terlambat dari anak normal, perkembangan pergerakan kurang, postur tubuh

yang abnormal, perkembangan pergerakan kurang, postur tubuh yang

abnormal, refleks bayi yang persisten, ataxic, kurangnya tonus otot.

5. Monitor respon bermain anak

6. Kaji fungsi intelektual

7. Tidak koordinasi otot ketika melakukan pergerakan (kehilangan

keseimbangan)

8. Otot kaku dan refleks yang berlebihan (spasticas)

9. Kesulitan mengunyah, menelan dan menghisap serta kesulitan berbicara.

10. Badan gemetar

11. Kesukaran bergerak dengan tepat seperti menulus atau menekan tombol.

12. Anak-anak dengan cerebral palsy mungkin mempunyai permasalahan

tambahan, termasuk yang berikut: kejang, masalah dengan penglihatan dan

pendengaran serta dalam bersuara, terdapat kesulitan belajar dan gangguan

perilaku, keterlambatan mental, masalah yang berhubungan dengan masalah

pernafasan, permasalahan dalam buang air besar dan buang air kecil, serta

terdapat abnormalitas bentuk ulang seperti scoliosis.

13. Riwayat penyakit dahulu : kelahiran prematur, dan trauma lahir.

14. Riwayat penyakit sekarang : Kelemahan otot, Retardasi Mental, Gangguan

hebat- Hipotonia, Melempar/ Hisap makan, gangguan bicara /suara, visual dan

mendengar.

18

Page 17: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

B. Pemeriksaan fisik

1. Muskuluskeletal :

a. Spastisitas

b. Ataksia

2. Neurosensory :

a. Gangguan menangkap suara tinggi

b. Gangguan bicara

c. Anak berliur

d. Bibir dan lidah terjadi gerakan dengan sendirinya

e. Strabismus konvergen dan kelainan refraksi

3. Eliminasi :

a. Konstipasi

4. Nutrisi :

a. Intake yang kurang

C. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan pendengaran (untuk menentukan status pendengaran)

2. Pemeriksaan penglihatan (untuk menentukan status fungsi penglihatan)

3. Pemeriksaan serum, antibody : terhadap rubela, toksoplasmosis dan herpes

4. MRI kepala / CT scan menunjukkan adanya kelainan struktur maupun

kelainan bawaan : dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak

vertikal. Untuk diagnosis dini dan tepat adanya lesi di otak sangat penting

sebagai dasar dalam seleksi prosedur-prosedur terapeutik yang akan diambil.

5. EEG : mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum

(ensefalins) / volsetasenya meningkat (abses);

6. Analisa kromosom

7. Biopsi otot

8. Penilaian psikologik untuk tingkat pendidikan yang dibutuhkan.

9. Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain dari reterdasi

mental. Fungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan

penyebabnya suatu proses degeneratif. Pada Cerebral Palsy, CSS normal.

19

Page 18: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

10. Cerebral angiografi

Menunjukan anomaly sirkulasi serebral seperti perubahan jaringan otak

skundre menjadi edema, perdarahan, dan trauma.

11. Serial EEG

Dapat melihat perkembangan gelombang patologis

12. Sinar X

Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis

(perdarahan/edema) fragmen tulang

13. BAER

Mengeroksi batas fungsi korteks dan otak kecil

14. PET

Mendeteksi perubahan aktifititas metabolism otak

15. CSS

Lumbal fungsi dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid

16. Kadar elektrolit

Untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai peningkatan intracranial

17. Screen toxicology

Untuk mendeteksi pengaruh obat yang dapat menyebabkan penurunan

kesadaran

18. Rontgen thorahk 2 arah (PA/AP dan lateral)

19. Rontgen thorak menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleural.

20. Toraksentesis menyatakan darah/cairan

D. Pengkajian Pola Gordon

1. Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan

Sebelum sakit:

Bagaimana klien menjaga kesehatan?

Bagaimana cara menjaga kesehatan?

Saat  sakit:

Apakah klien tahu tentang penyakitnya?

Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?

20

Page 19: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

Apa yang dilakukan jika rasa sakitnya timbul?

Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya?

Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?

2. Nutrisi metabolik

Sebelum sakit:

Makan/minum; frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi?

Apakah ada mengkonsumsi obat-obatan seperti vitamin?

Saat sakit:

Apakah klien merasa mual/muntah/sulit menelan?

Apakah klien mengalami anoreksia?

Makan/minum: frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi?

3. Eliminasi

Sebelum sakit:

Apakah buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi, warna,

konsistensi, keluhan nyeri?

Apakah mengejan saat buang air besar atau buang air kecil sehingga

berpengaruh pada pernapasan?

Saat sakit:

Apakah buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi, waktu, warna,

konsistensi, keluhan nyeri?

4. Aktivitas dan latihan

Sebelum sakit:

Apakah bisa melakukan aktivitas sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan

sehari-hari?

Apakah mengalami kelelahan saat aktivitas?

Apakah mengalami sesak napas saat beraktivitas?

Saat sakit:

Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas (pendidikan kesehatan,

sebagian, total)?

Apakah ada keluhan saat beraktivitas (sesak, batuk)?

5. Tidur dan istirahat

21

Page 20: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

Sebelum sakit:

Apakah tidur klien terganggu?

Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/ atau malam ?

Kebiasaan sebelum tidur?

Saat sakit:

Apakah tidur klien terganggu, penyebab?

Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/ atau malam) ?

Kebiasaan sebelum tidur?

6. Kognitif dan persepsi sensori

Sebelum sakit:

Bagaimana menghindari rasa sakit?

Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja?

Apakah menggunakan alat bantu (kacamata)?

Saat sakit:

Bagaimana menghindari rasa sakit?

Apakah mengalami nyeri (PQRST)?

Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja?

Apakah merasa pusing?

7.     Persepsi dan konsep diri

Sebelum sakit:

Bagaimana klien menggambarkan dirinya?

Saat sakit:

Bagaimana pandangan pasien dengan dirinya terkait dengan

penyakitnya?

Bagaimana harapan klien terkait dengan penyakitnya?

8. Peran dan hubungan dengan sesama

Sebelum sakit:

Bagaimana hubungan klien dengan sesama?

Saat sakit:

Bagaimana hubungan dengan orang lain (teman, keluarga, perawat, dan

dokter)?

22

Page 21: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

9.  Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres

Sebelum sakit:

Bagaimana menghadapi masalah?

Apakah klien stres dengan penyakitnya?

Bagaimana klien mengatasinya?

Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?

Saat sakit:

Bagaimana menghadapi masalah?

Apakah klien stres dengan penyakitnya?

Bagaimana klien mengatasinya?

Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?

11.  Nilai dan kepercayaan

Sebelum sakit:

Bagaimana kebiasaan dalam menjalankan ajaran Agama?

Saat sakit:

Apakah ada tindakan medis yang bertentangan kepercayaan?

Apakah penyakit yang dialami mengganggu dalam menjalankan ajaran

Agama yang dianut?

Bagaimana persepsi terkait dengan penyakit yang dialami dilihat dari

sudut pandang nilai dan kepercayaan?

Diagnosa Keperawatan:

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi inadekuat

2. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d proses penyakit 3. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuscular dengan kelemahan

otot 4. Resiko injury b.d infeksi pada otak besar dan pergerakan yang tidak

terkontan

23

Page 22: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

Intervensi

Diagnosa Tujuan Intervensi RasionalKetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi inadekuat

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, kebutuhan nutrisi klien seimbang/adekuat dengan kriteria :

1. Pemasukan vitamin

2. Pemasukan serat

3. Pemasukan mineral

4. Pemasukan karbohidrat

5. Pemasukan kalsium

6. Pemasukan zat besi

7. Pemasukan protein

8. Pemasukan kalori

Terapi nutrisi :a. Monitor makanan

atau cairan dan pemasukan kalori harian bila diperlukan

b. Pilih suplemen yang tepat

c. Anjurkan makanan yang tinggi kalsium

d. Kaji nutrisi makanan yang lengkap

e. Anjurkan pasien duduk setelah makan

f. Anjurkan pemasukan makanan yang tinggi potassium secara tepat.

g. Berikan pasien dan keluarga sampel diet pada cerebral palsy

h. Pastikan diet mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi.

i. Atur pola makan

a. Mengetahuia pakah nutrisi pada anak terpenuhi atau tidak.

b. Untuk menambah nafsu makan.

c. Untuk meningkatkan kebutuhan kalsium dan gizi seimbang

d. Untuk mengetahui status gizi anak.

e. Agar makanan yang sudah ada di lambung tidak dikeluarkan kembali/ di muntahkan.

f. Untuk melengkapi gizi saimbang

g. Keluarga dapat menyiapkan menu sesuai dengan kebutuhan anak.

h. Untuk mencegah konstipasi.

i. Pola makan yang teratur agar pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak terpenuhi.

Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d proses penyakit

Setelah dilakukan tindakan kep. Selama 5x pertemuan orangtua pasien mengerti tentang pemberian stimulasi kepada anak dengan kriteria :1. Menstimulasikan

pertumbuhan

Devilment enhancement :

a. Nyanyikan dan bicara pada anak.

b. Fasiltasi anak untuk berhubungan dengan teman sebaya.

c. Bangun interaksi satu sama lain

d. Sediakan aktivitas

a. Untuk melatih kerja otak anak

b. Agar anak memiliki teman dan tidak bosan

c. Agar tercapai hubungan saling percaya

d. Aktifitas merupakan cara untuk

24

Page 23: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

spiritual2. Menstimulasikan

pertumbuhan emosional

3. Menstimulasikan perkembangan kognitif

4. Berinteraksi baik dengan anak

5. Menggunakan manajemen perilaku

6. Memilih suplemen tambahan yang tepat

7. Menyediakan makanan istimewa untuk anak

8. Menyediakan pengawasan untuk anak dengan tepat

9. Bina hubungan kasih saying

10. Menggunakan disiplin yang tepat sesuai

11. Menyediakan kebutuhan fisik anak

12. Menggunakan bahasa positif saat bicara dengan anak.

13. Berempati dengan anak

yang dianjurkan untuk berinteraksi dengan teman sebaya.

e. Berikan perhatian saat dibutuhkan.

f. Ajak anak untuk berjalan-jalan

g. Ajarkan anak untuk mencari pertolongan dari orang lain

h. Fasilitasi perhatian atau kontak dengan teman kelompoknya

i. Identifikasi kebutuhan special anak.

menghilangkan stress

e. Perhatian merupakan kebutuhan yang sangat dibutuhkan agar anak tidak merasa kesepian

f. Untuk menghilangkan stress dan merasakan udara segar

g. Untuk melatih anak agar tidak tergantung pada orang lain

Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuscular dengan kelemahan otot

Setelah dilakuan tindakan keperawatan selama 5 kali pertemuan, mobilisasi anak membaik, dengan kriteria hasil1. Keseimbangan

tubuh2. Perpindahan otot3. Posisi penampilan

tubuh4. Cara berjalan

a. Ikut serta memindahkan untuk mengurangi resiko.

b. Kolaborasi dengan terapi fisik

c. Motifasi pasien dengan pemulihan

d. Jelaskan kepada pasien atau keluarga tentang tujuan dan rencana untuk ikut serta latihan gerak badan

a. Mengurangi resiko decubitus

b. Untuk melatih kemampuannya

c. Motifasi untuk memberikan dukungan agar tidak putus asa

d. Agar keluarga dapat mempraktikan sendiri dan mengajar ankanya ketika

25

Page 24: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

e. Monitor lokasi dan kegelisahan atau aktivitas untuk pengalihan nyeri

f. Beri pakaian pasien yang tidak membatasi

g. Beri ROM

bersamae. Cara untuk

mengalihkan nyeri

f. Agar pasien leluaa dalam bergerak

Resiko injury b.d infeksi pada otak besar dan pergerakan yang tidak terkontan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan keamanan diri pasien terjamin dengan kriteria :

1. Deskripsi langkah-langkah untuk mengurangi resiko cidera disengaja

2. Deskripsi ukuran untuk jatuh

3. Deskripsi tingkah laku yang beresiko tinggi

a) Identifikasi ringkah laku dan factor yang dapat menyebabkan resiko jatuh

b) Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang dapat meningkatkan potensial untuk jatuh

c) Ajarkan pasien bagaimana cara jatuh yang dapat meminimalkan cedera

d) Ajarkan anggota keluarga tentang factor resiko jatuh dan bagaimana mereka dapat menurunkan resiko

e) Sarankan adaptasi rumah untuk meningkatkan keamanan

1. Untuk mengetahui factor-faktor yang menyebabkan resiko jatuh agar dapat meminimalkan resiko jatuh

2. Untuk mengetahui lingkungan yang berbahaya untuk pasien sehingga dapat menghindari lingkungan tersebut

3. Untuk meminimalisasi cedera, agar tidak terlalu parah

4. Agar keluarga mengetahui factor-faktor yang dapat memberika resiko pasien untuk jatuh, sehingga harapannya keluarga dapat menghindari factor resiko jatuh

5. Supaya

26

Page 25: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

keamanan pasien terjamin

Implementasi

Diagnosa Tanggal Implementasi Tanda tangan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi inadekuat

Terapi nutrisi :a) Telah dilakukan

Monitoring makanan atau cairan dan pemasukan kalori harian bila diperlukan

b) Telah diPilih suplemen yang tepat

c) Telah diAnjurkan makanan yang tinggi kalsium

d) Telah diKaji nutrisis makanan yang lengkap

e) Telah diAnjurkan pasien duduk setelah makan

f) Telah diAnjurkan pemasukan makanan yang tinggi potassium secara tepat.

g) Telah diBerikan pasien dan keluarga sampel diet pada cerebral palsy

h) Telah diPastikan diet mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi.

i) Telah diAtur pola makan

j) Telah diSediakan pasien dengan makanan yang tinggi protein, kalori, kolaborasi dengan ahli

27

Page 26: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

nutrisi dan minuman yang siap dikonsumsi.

k) Telah dilakukan Oral hygiene

l) Telah dilakukan Monitoring hasil lab.

Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d proses penyakit

Devilment enhancement :

a) Telah dilakukan pembicara pada anak.

b) Telah diFasiltasi anak untuk berhubungan dengan teman sebaya.

c) Telah diBangun interaksi satu sama lain

d) Telah diSediakan aktivitas yang dianjurkan untuk berinteraksi dengan teman sebaya.

e) Telah diBerikan perhatian saat dibutuhkan.

f) Telah diAjak anak untuk berjalan-jalan

g) Telah diAjarkan anak untuk mencari pertolongan dari orang lain

h) Telah diFasilitasi perhatian atau kontak dengan teman kelompoknya

i) Telah diIdentifikasi kebutuhan special anak.

28

Page 27: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuscular dengan kelemahan otot

a) Telah diIkut sertakan memindahkan untuk mengurangi resiko.

b) Telah diKolaborasikan dengan terapi fisik

c) Telah diMotifasi pasien dengan pemulihan

d) Telah diJelaskan kepada pasien atau keluarga tentang tujuan dan rencana untuk ikut serta latihan gerak badan

e) Talah diMonitor lokasi dan kegelisahan atau aktivitas untuk pengalihan nyeri

f) Telah diBeri pakaian pasien yang tidak membatasi

g) Telah diBeri ROM

Resiko injury b.d infeksi pada otak besar dan pergerakan yang tidak terkontan

a) Telah diIdentifikasikan ringkah laku dan factor yang dapat menyebabkan resiko jatuh

b) Telah diIdentifikasikan karakteristik dari lingkungan yang dapat meningkatkan potensial untuk jatuh

c) Telah diAjarkan pasien bagaimana cara jatuh yang dapat meminimalkan

29

Page 28: Konsep dasar CEREBRAL PALSY

cederad) Telah diAjarkan

anggota keluarga tentang factor resiko jatuh dan bagaimana mereka dapat menurunkan resiko

e) Telah diSarankan adaptasi rumah untuk meningkatkan keamanan

Evaluasi

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi inadekuatS : keluarga mengatakan nafsu makan pasien berkurangO : makanan yg dihabiskan hanya ¼ piringA : nafsu makan pasien berkurangP : kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengatur intake nutrisi

2. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d proses penyakitS : keluarga mengatakan pasien tidak mempunyai temanO : pasien tidak banyak melakukan interaksiA : pola tumbuh kembang pasien tergangguP : lanjutkan tindakan dengan menambahkan penkes media sosial

3. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuscular dengan kelemahan ototS : keluarga mengatakan pasien tidak melakuan aktivitas selain berbaring di tempat tidurO: pasien bedrest di tempat tidurA : pasien beresiko mengalami kontrakturP : lanjutkan tindakan dengan ROM

4. Resiko injury b.d infeksi pada otak besar dan pergerakan yang tidak terkontanS : keluarga mengatakan pasien tidak benyak melakukan aktifitasO: timpat tidur pasien di rumah tidak terpasang setrail dan keluarga yang mendampingi tidak setiap waktu di samping pasienA : pasien beresiko terjatuh dari tempat tidurP : lanjutkan tindakan

30