KONSEP DAN IMPLEMENTASI HCV DI INDONESIA -...
Transcript of KONSEP DAN IMPLEMENTASI HCV DI INDONESIA -...
KONSEP DAN IMPLEMENTASI
HCV DI INDONESIA
Titiek Setyawati
Lokakarya “Tantangan Implementasi Pengelolaan HCV di SektorBerbasis Lahan (Kehutanan, Perkebunan Sawit dan Pertambangan):
Sebagai Strategi Kebijakan Pengurangan Emisi di Indonesia”
Hotel Alana, Sentul, Bogor, 7 Mei 2018
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan
Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi
Permintaan global akan komoditas SDA yang semakinmeningkat serta peningkatan jumlah masyarakat yang tergantung terhadap SDA
Jaringan perlindungan alam global saat ini tidak cukup untuk:
Melindungi masa depan sebagian besar spesies penting
Memberikan pilihan-pilihan dan mata pencaharian bagimasyarakat lokal
Pengelolaan yang berkelanjutan menjadi sangat penting bagiwilayah-wilayah yang tersisa – yang sebagian besar tumpangtindih dengan kawasan-kawasan produksi
Konteks
Kumpulan kriteria yang
eksplisit (6 nilai)
Proses penilaian untuk
prioritas lingkungan dan
sosial
Sebuah alat untuk
keputusan manajemen
Merupakan komponen kunci
dalam standar-standar
komoditas yang
berkelanjutan
Apa pendekatan HCV itu?
3
Pertama kali digunakan oleh FSC
Bahwa semua hutan itumemiliki nilai penting
Namun beberapa lebih bernilaidari yang lainnya
Perlu persyaratan yang ketatuntuk hutan-hutan yang khusus atau sangat“exceptional”
Namun mendefinisikan“exceptional” sangat sulit
Asal-usul pendekatan HCV
Berasal dari Prinsip 9
Standard FSC pada bulan
September 1994:
Hutan primer, hutan sekunder
yang berkembang baik dan
situs-situs yang sangat penting
bagi lingkungan, sosial dan
budaya harus dikonservasi
Perkembangan konsep HCV
Hutan primer … harus dipertahankan, dilindungidan/atau direstorasi. Kegiatan pengelolaan tidakboleh secara signifikan merusak atau memodifikasikarakter dan fungsi dari hutan tersebut, ataupunmengubah struktur atau kompleksitas dari ekosistemhutan.
Pembalakan dalam hutan primer secara umum harusdihindari … dan tidak menyebabkan perubahanutama dalam campuran species, keragaman hayati, kelas umur dan struktur hutan (atau tegakan) ataulevel lanskap
Revisi draft standar pada tahun 1997
Working Group dengan anggota yang seimbangdibentuk oleh FSC untuk membahas Prinsip 9
Pertemuan pada tahun 1998 menghasilkan konsepHCV:
Alam dan manusia
Fokus pada nilai, lebih dari struktur hutan
Prinsip 9 kemudian disetujui oleh FSC pada tahun1999
Working Group Prinsip 9
Prinsip 9 berbunyi: Kegiatan pengelolaan dalam HCVF harusmempertahankan atau meningkatkan sifat-sifat konservasiyang mendefinisikan kawasan tersebut.
Revisi 1999: FSC memperkenalkankonsep HCVF
Komoditas pertanian
Kebijakan investasi
Produksi yang bertanggungjawab dankebijakan pembelian
HCV di luar kehutanan
FSC: Mempertahankan atau meningkatkan
HCV, menggunakan pendekatan kehati-hatian
(P9.1)
RSPO: Tidak ada ekspansi pada hutan primer
atau wilayah HCV dan mempertahankan HCV
(dalam P&C 2013) = Prinsip 5.3, Kriteria 7.3
Tujuan HCV
Pendekatan HCV bertujuan bahwa identifikasi danpengelolaan HCV adalah untuk menjaminkeberlanjutan keberaan dan/atau peningkatan HCV tersebut
Identifikasi Kelola (untuk mempertahankan ataumeningkatkan nilai) Monitor (untuk menjaminefektifitas dari kegiatan pengelolaan) =>IKM
Prinsip Kunci
identifikasi melalui penilaian
yang lebih intensif dan
pendekatan ke stakeholder,
dengan perhatian yang besar
sebelum memutuskan
kegiatan pengelolaan yang
layak
Melakukan pemantauan untuk
menjamin pelaksanaan dan
efektifitas dari kegiatan
pengelolaan ini.
Pendekatan HCV
12
IDENTIFIKASI
KELOLA
PANTAU
HCV: nilai-nilai biologi, ekologi, sosial atau budaya yang dianggapsangat penting atau signifikan, pada tingkat nasional, regional dan
Istilah penting dalam HCV
13
Pendekatan High Carbon Stock (HCS Approach) bergantung pada
penilaian HCV secara komprehensif dan juga Free, Prior and
Informed Consent (FPIC) dengan masyarakat agar perangkat ini bisa
efektif dan praktis untuk memutuskan hubungan antara deforestasi
dan produksi komoditas, termasuk menjamin konservasi nilai sosial
dan lingkungan.
Metoda HCV menjadi dasar pemting bagi pendekatan HCS, untuk
menjamin bahwa nilai pentring biologi dan sosial yeng memerlukan
perhatian khusus dalam konteks lanskap bisa diidentifikasi, dikelokla
dan dipantau. HCS juga dibangun berdasarkan komitmen yang
diperoleh dari hasil FPIC yang menjamin bahwa masyarakat adat dan
lokal diikutsertakan dalam rencana tata guna lahan dan proses
pengambilan keputusan.
FPIC= Padiatapa (Persetujuan Atas Informasi Awal Tanpa Paksaan)
HCV, HCS and FPIC
PENENTUAN HCS BERDASAR STRATIFIKASI VEGETASI (ABG)
Skala Manajemen Unit HCV sebagian besar berupa perencanaan dan pendekatan
tingkat unit, bisa diterapkan di semua ekosistem
Bertujuan untuk mengidentifikasi prioritas konservasi, merumuskan target-target pengelolaan, mengurangi resikodengan partisipasi stakeholder
Skala lanskap: Nilai HCV yang “exceptional” sering tergantung pada konteks
yang lebih luas (tingkat kejarangan, konfigurasi lanskap, kualitas habitat dsb) =>
Pengelolaan yang efektif mensyaratkan dimasukkannyaancaman dan peluang di lanskap sekitarnya =>
Skala penerapan
• Proses penetapan HCV
HCV1: Keanekaragaman hayati
HCV2: Lanskap
HCV3: Ekosistem
HCV4: Jasa Lingkungan
HCV5: Kebutuhan dasar
masyarakat lokal
HCV6: Situs-situs yang penting
secara budaya
Apa itu HCV?
11/05/2018
Untuk HCV 1, 2 dan 3 nilai-nilai harus signifikan pada skalanasional atau regional (atau lebih tinggi) dengan pengertianbahwa negara sangat bervariasi dan sesuatu yang signifikandi suatu negara mungkin tidak signifikan di negara yang lain
HCV “global”
Konsentrasi dari
keragaman biologi
yang meliputi spesies
endemik, dan spesies
RTE (rare, threatened or endangered), yang
signifikan pada tingkat
global, regional atau
nasional
HCV1 Keanekaragaman Hayati
20
Contoh Ancaman NKT 1.4
Perburuan merupakan salah satu bentuk ancaman terhadap populasi satwa liar : bangkai payau (Rusa unicolor), penggunaan jerat (a); sempidan biru (Lophura ignita) sering kali mati karena stres beberapa saat setelah ditangkap (b); gigi taring beruang (Helarctos malayanus) biasa digunakan sebagai aksesoris yang dipakai ketika pesta-pesta adat tertentu (c); baning coklat (Manouria emys emys) ditangkap untuk dijadikan binatang peliharaan (d). (Studi HCVF di PT Salaki, Mentawai)
Ekosistem tingkat
lanskap yang luas
dan mosaik
ekosistem yang
signifikan pada
tingkat global,
regional dan
national; dan yang
mempunya populasi
spesies mayor yang
layak dalam pola-
pola distribusi dan
kelimpahan alami.
HCV2. Lanskap
22
Contoh peta NKT 2HCV 2.1
HCV 2.2
HCV 2.3
Ekosistem, habitat atau refugia yang rare, threatened atau endangered (RTE)
HCV3. Ekosistem
PRAKTIK/KONDISI DI LAPANGAN
• Identifikasi HCV pada tingkat unit pengelolaan,
terutama untuk HCV 1, 2 dan 3 sulit dilakukan
mengingat biodiversitas pada tingkat jenis, habitat
dan ekosistem tidak dibatasi secara administratif
Contoh:
Keberadaan primata dan mamalia yang memiliki home range cukup luas
Luasan tutupan hutan alami yang terkonek berada pada UPH yang
berbeda
Luasan HCV lebih dari separuh atau mencakup seluruh areal UPH
Contoh HCV 1.2, 1.3 dan 1.4
HPH A
HPH B
HPH C
Contoh HCV 2
HPH A
HPH B
HPH C20,000 ha
Besar, tingkat lanskap. Ambang batas yang banyak digunakan untuk
ekosistem alami > 50.000 ha. Tapi ambang batas biasanya ditentukan
oleh para pemangku kepentingan berdasarkan kondisi lokal. Toolkit
HCV Indonesia (2008) menetapkan 20,000 hektar
Populasi spesies layak dalam jumlah. Beberapa spesies mungkin
telah punah, tetapi jika kebanyakan masih ada maka nilai terpenuhi.
Tapi ini tidak termasuk ‘hutan kosong’
Pola distribusi alami. Hal ini mengakui sifat patchy dari distribusi
spesies, migrasi, dsb
Hutan Tanaman
SAWIT
Tambang Batu bara
IFL (Intact Forest Landscape)
a territory within today's global extent of
forest cover which contains forest and
non-forest ecosystems minimally
influenced by human economic activity,
with an area of at least 500 km2(50,000
ha) and a minimal width of 10 km
(measured as the diameter of a circle that
is entirely inscribed within the boundaries
of the territory). (WRI, 1997)
HCV 3 EKOSISTEM
Temuan:
Satu unit pengelolaan hutan (UPH) hampir seluruhnya mencakup HCV
3 berupa ekosistem peat swamp (rawa gambut).
Areal masih dapat dikelola namun dengan prinsip kehati-hatian
sehingga nilai-nilai konservasi yang ada harus tetap terjaga => nilai
ini seharusnya ditetapkan sebelum unit pengelola memulai kegiatan
operasional sehingga bisa ditentukan treshold nya (nilai patokan),
misalnya: tinggi muka air sebelum dimulai nya kegiatan, kondisi
komposisi jenis vegetasi, populasi jenis-jenis satwa dan tumbuhan
yang masuk RTE, dll.
Contoh HCV 3
Ancaman Terhadap atribut HCV
No Sumber Ancaman 1.1 1.2 1.3 1.4 2.1 2.2 2.3 3 4.1 4.2 4.3 5 6
1 Illegal logging x x x x x x x x x
2 Forest conversion x x x x x x x x x x x
3 Mining (legal and illegal) x x x x x x x x
4 Peat drainage x x x x x x x x x x x
5 Fire x x x x x x x x x x
6 Hunting x x x x
7 Fishing x x x x x
8Harvesting of non-timber
forest productsx x x
9 Oil Palm Plantation x x x x x x x x x x x
10Revisions of Regency and/or
Provincial Spatial Plansx x x x x x x
11 Charcoal Production x x x x
Tantangan
Penentuan MVP (Minimum Viable Population) => pada praktiknya hal initidak menjadi perhatian UPH
Areal HCV berbagi dengan UPH lain yang berdekatan
Areal dengan multi-interest (land-based activities)
Metode pemantauan tidak seragam
Hutan dengan tujuan produksi kayu memiliki beban sama dengan hutandengan tujuan konservasi => menjadi beban bagi UPH => luasan areal HCV plus HCS mengurangi luasan hutan untuk produksi…
Bagaimana meningkatkan nilai HCV dengan kondisi biodiversitas yang ada(treshold???) – daya dukung sudah berubah
Opsi pilihan bagi masyarakat (sawit vs hutan alam/tanaman vspertanian, dll)
Fragmentasi akibat infrastruktur / pembangunan
Studi HCV seyogyanya dilakukan sebelum unit pengeloladitetapkan => see existing condition => re-design
Studi HCV dilakukan pada tingkat lansekap melibatkanberbagai UP yang terkait
Data lapangan (terutama data series) dan analisa spasialmerupakan kunci penentuan HCV
Kegiatan pemantauan menjadi sangat penting untukmelihat perubahan yang terjadi => basis data yang valid menjadi kunci utama
HCV dan HCS seharusnya selaras dengan RTRW
Dimulai di tingkat KPH
SARAN DAN REKOMENDASI
Terima
kasih…..untuk
menyelamatkan
hutan alam yang
tersisa