konsep buku

19
BAB III ANALISIS III.1. Analisis Fungsional III.1.1. Kebutuhan Ruang Ruang-ruang yang dibutuhkan ditentukan dari jenis kegiatan yang akan ditampung. Kegiatan yang akan difasilitasi dalam Pusat Seni Pertunjukan : 1. pertunjukan seni (teater, tari dan musik), di dalam dan di luar ruangan. Kegiatan pertunjukan di dalam ruangan dilaksanakan di dalam teater tertutup, sedangkan kegiatan pertunjukan di luar ruangan dilakukan di teater terbuka (amphiteater), dengan memperhatikan akustik, pencahayaan dan penataan ruang yang baik. 2. pelatihan Terdapat ruangan tempat latihan sebelum diadakannya pertunjukan 3. komersial 4. sharing : ditempatkan di sebuah galeri seni (yang mengakomodasi pula kegiatan pameran seni) 5. penunjang Kegiatan Pelaku Kebutuhan ruang Waktu Kegiatan pertunjukan seni foyer sebelum dan (teater tertutup) lobby sesudah Loket tiket pertunjukan toilet pengunjung penonton auditorium waktu pertunjukan artis, stage (panggung) waktu pertunjukan orchestra pit r.gamelan r.tunggu pemain (green room) sebelum pertunjukan r.ganti pemain r.rias pemain toilet pemain pekerja panggung r.persiapan panggung sebelum pertunjukan r.reparasi kostum gudang kostum gudang properti studio rekaman r.operator waktu pertunjukan r.administrasi (pegawai)

description

bukus saya bundar

Transcript of konsep buku

Page 1: konsep buku

BAB III ANALISIS

III.1. Analisis Fungsional

III.1.1. Kebutuhan Ruang Ruang-ruang yang dibutuhkan ditentukan dari jenis kegiatan yang akan

ditampung. Kegiatan yang akan difasilitasi dalam Pusat Seni Pertunjukan :

1. pertunjukan seni (teater, tari dan musik), di dalam dan di luar ruangan.

Kegiatan pertunjukan di dalam ruangan dilaksanakan di dalam teater

tertutup, sedangkan kegiatan pertunjukan di luar ruangan dilakukan di teater

terbuka (amphiteater), dengan memperhatikan akustik, pencahayaan dan

penataan ruang yang baik.

2. pelatihan

Terdapat ruangan tempat latihan sebelum diadakannya pertunjukan

3. komersial

4. sharing : ditempatkan di sebuah galeri seni (yang mengakomodasi pula

kegiatan pameran seni)

5. penunjang

Kegiatan Pelaku Kebutuhan ruang Waktu Kegiatan pertunjukan seni foyer sebelum dan (teater tertutup) lobby sesudah Loket tiket pertunjukan toilet pengunjung

penonton auditorium waktu pertunjukan

artis, stage (panggung) waktu pertunjukan orchestra pit r.gamelan

r.tunggu pemain (green room) sebelum pertunjukan

r.ganti pemain r.rias pemain toilet pemain

pekerja panggung

r.persiapan panggung sebelum pertunjukan

r.reparasi kostum gudang kostum gudang properti studio rekaman r.operator waktu pertunjukan

r.administrasi (pegawai)

Page 2: konsep buku

pertunjukan seni penonton area penonton waktu pertunjukan (teater terbuka) artis panggung waktu pertunjukan r.ganti pemain sebelum pertunjukan pekerja gudang sebelum pertunjukan pelatihan artis r.latihan waktu pelatihan toilet pekerja gudang komersial

makan&minum penonton, umum

sebelum, sesudah atau

artis

r makan

jeda pertunjukan pekerja dapur hari kerja gudang diskusi,berkumpul pameran seni diskusi artis galeri pameran seni umum galeri waktu pameran toilet pekerja r.admin hari kerja gudang penunjang mengelola tempat pengelola r.admin hari kerja toilet admin perbaikan alat pekerja r.AHU sewaktu-waktu r.genset

Tabel 3.1. Kebutuhan Ruang

III.1.2. Persyaratan Ruang Dari kebutuhan ruang yang sudah diuraikan di atas, berikut merupakan

rincian syarat teknis untuk ruang pertunjukan (teater tertutup) dan nonteknis yang

perlu diperhatikan :

• Teknis

No. Ruang Keterangan Ruang dan Persyaratannya Sumber1 foyer sebagai tempat mengantri tiket 1

disediakan tempat menunggu

untuk teater komersial, luas foyer = 1 sq ft (0.093 m2) tiap penonton

2 lobby lounge dicapai dari lobby 1

untuk teater komersial, luas lobby = 1.8 sq ft (0.16 m2) tiap penonton

3 wc kebutuhan wc untuk penonton pria : 1 bh wc tiap 100-400 org 3

(>400, ditambah 1 bh untuk tiap 250 org)

kebutuhan wc untuk penonton wanita : 2 bh wc tiap 100-200 org

(>200, ditambah 1 bh untuk tiap 100 org)

kebutuhan wc untuk pegawai pria : 1 bh tiap 1-15 org, 2 bh tiap 16-35 org

kebutuhan wc untuk pegawai wanita : 1 bh tiap 1-12 org, 2

Page 3: konsep buku

bh tiap 13-25 org 4 auditorium - persyaratan untuk kenyamanan pandangan penonton: 2

panggung derajat bukaan panggung secara vertikal = 30 derajat

pandangan penonton tidak lebih dari 100 derajat dari garis tengah ruang

ketinggian tangga tempat duduk penonton 5'' (15 cm)

jarak pandang terjauh 75 ft (22.5m) dari panggung (agar masih dapat melihat ekspresi aktor)

lebar auditorium tergantung pada bukaan panggung. Untuk pertunjukan revue (tontonan tari-tarian,musik), min.bukaan 30 ft(9,162 m), luas panggung maksimal yang dapat diterima 700 sq ft.

untuk pengamanan terhadap kebakaran, jumlah tempat duduk di bagian tengah maksimal 14 kursi/baris, di bagian samping 7 kursi/baris.

ruang antarkursi depan-belakang : 36 - 45 inch. (91.44-114.3 cm)

akustik :

harus dapat menampung pertunjukan musik klasik sampai tradisional

tingkat pendengaran optimum ruang konser musik klasik 78-80 dBA 6

bentuk auditorium yang cocok untuk orkestra adalah kotak dengan penyempitan di bagian panggung 6

dinding belakang : menghindari bentuk lengkung sbg pemusatan bunyi, (penyelesaian dinding penyerap bunyi, bergerigi untuk difusi, dan menciptakan bidang pantul di bagian atas yang memantulkan bunyi sampai ke penonton paling belakang)

7

dinding samping : tidak sejajar. Ketidakteraturan permukaan (bergerigi) untuk difusi bunyi 7

bgn orkestra : dinding depan pemantul bunyi 6

langit-langit di bagian auditorium dan panggung : suspended acoustic panel, yang dapat digerakkan untuk mengakomodasi beragam pertunjukan 6

balkon : jarak kantilever balkon tidak boleh lebih besar daripada tinggi balkon (D<H) 4

tinggi bukaan panggung : 20' (6.5 m) (PH) 2 tinggi di bagian panggung : 2 1/3 PH (15.1 m) 2

perlindungan terhadap bising:

noise yang datang dari luar site : diselesaikan dengan membuat penghalang dapat berupa vegetasi, yang dapat membuat bayangan suara 7

material : dinding belakang-penyerap (resonator celah:kisi-kisi kayu berjajar untuk melindungi bahan penyerap bunyi) 7

dinding samping-pemantul langit-langit-pemantul (plaster board)

ME : listrik:lokasi peralatan generator (transformer,genset)di

sudut basement di bawah stage 1

teknologi panggung: di lantai 1

Page 4: konsep buku

table elevator:menaik-turunkan lantai secara mekanis. Memerlukan ruang di bawah panggung untuk ruang mesin panggung

teknologi panggung: di atas panggung 1

gridion:ruang di bawah atap, terdapat tali-tali untuk menggantung latar panggung, perlengkapan lighting, atau apapun yang diperlukan tergantung saat pertunjukan. Ketinggian gridion > 7' = 2.1 m

memakai double purchase counterweight system,menambah lebar panggung 10-20%.

motor mesin terletak di bawah atau di atas panggung. pencahayaan : 1

penempatan lampu di atas panggung dapat di mana saja seperlunya. Rangka penempatan lampu terletak di langit-langit, pada flying bridge. Digunakan catwalk untuk akses.

memerlukan ruang untuk pergerakan instrumen pencahayaan

akses ke semua posisi lampu tanpa mengganggu penonton

luas:

orchestra pit : untuk pertunjukan revue, ruang yang disediakan untuk 15-30 org. ruang untuk 1 pemusik 10 sq ft (0.9 m2) ditambah 100 sq ft(9.3 m2) untuk grand piano dan 50 sq ft (4.6 m2) untuk timpani. 4

panggung : untuk menampung beragam pertunjukan, diambil bukaan panggung 40 ft(12m). Luas panggung 1000 sq ft, maka ukuran panggung 25 x 40 ft (7.5 x 12m). 2

auditorium : volume tiap orang 0.65 m2/org-7.8 m2/org 7 asumsi h=12 m

5 parkir 1 tempat parkir untuk tiap 3 kursi penonton 5

Tabel 3.2. Persyaratan ruang teater tertutup secara teknis Keterangan Sumber :

1. Burris-Meyer, Harold, Edward C.Cole. 1949. Theaters & Auditoriums. The

Van Rees Press: USA

2. Chihara, J.D., J. H. Callender. 1973. Time-Saver Standards for Building

Types. McGraw-Hill Company: USA. p 284-302

3. Ham, Roderick. 1974. Theatre Planning. The Architectural Press: London

4. Beranek, Leo, L. 1962. Music, Acoustic & Architecture. John Wiley & Sons,

Inc.: USA

5. Rudolf Herz, Friba. 1977. Architect’s Data. Crosby Lockwood Staples:

London

6. Parkin, P.H., H.R. Humpeys & J.R. Cowell. 1979. Acoustics, Noise and

Buildings. Faber&Faber: London

7. Doelle, Leslie L. 1986. Akustik Lingkungan. Penerbit Erlangga: Jakarta

Page 5: konsep buku

• Non-teknis

Fungsi-fungsi seperti teater tertutup dan terbuka merupakan fungsi

pertunjukan, sehingga suasana yang diharapkan terbentuk pada fungsi tersebut

adalah suasana yang mendukung kegiatan pertunjukan yang dilaksanakan, yaitu

tenang, nyaman dan suasana yang menghibur (entertaint).

III.1.3. Program Ruang

Fasilitas kap/ruang standar

jumlah ruang luas

1. Fasilitas Pertunjukan Teater tertutup Foyer 567 org 0,093 m2/org 1 bh 52.73 m2 ticket office 2 org 2,5 m2/org 2 bh 10 m2 Teater besar : lobby 567 org 0,16 m2/org 1 bh 90.72 m2 toilet pengunjung 6 pria 2 m2/org 6 bh 12 m2 9 wanita 2 m2/org 9 bh 18 m2 (i). Auditorium dan panggung auditorium 567 org V=10.8m3/org 1 bh 510 m2 stage (panggung) 1 bh 90 m2 orchestra pit 1 bh 27,4 m2 r.gamelan 2 bh 40 m2 r.tunggu pemain (green room) 20 m2 1 bh 20 m2 r.ganti pemain 6 wanita 2 m2/org 6 bh 12 m2 6 pria 2 m2/org 6 bh 12 m2 r.rias pemain 4 org 8,3 m2/4org 1 bh 8,3 m2 4 org 8,3 m2/4org 1 bh 8,3 m3 toilet pemain 2 wanita 2 m2/org 2 bh 4 m2 2 pria 2 m2/org 2 bh 4 m2 (ii). Persiapan dan produksi r.persiapan panggung 90 m2 2 bh 180 m2 r.reparasi kostum min. 11,16 m2 1 bh 20 m2 gudang kostum 1 bh 20 m2 gudang properti 1 bh 20 m2 studio rekaman 1 bh 9 m2 loading area min. 18,65 m2 1 bh 20 m2 r.operator 5 org 6 m2/org 1 bh 30 m2 r.administrasi (pegawai) 5 org 6 m2/org 1 bh 30 m2 Amphiteater area penonton 200 org 0,5 m2/org 1 bh 100 m2 2. Fasilitas Komersial cafetaria r. makan 1 bh 20 m2 dapur 1 bh 9 m2

Page 6: konsep buku

gudang 1 bh 9 m2 3. Fasilitas berkumpul dan pameran galeri seni 1 bh 64 m2 gudang 1 bh 40 m2 toilet 2 wanita 2 m2/org 2 bh 4 m2 2 pria 2 bh 4 m2 r. pengelola 5 org 6 m2/org 1 bh 30 m2 4. Fasilitas Penunjang mushalla 40 org 0,96 m2 1 bh 38,4 m2 r. pengelola r admin 5 org 6 m2/org 1 bh 30 m2 toilet 2 wanita 2 m2/org 2 bh 4 m2 2 pria 2 bh 4 m2 r. AHU, genset, panel 1 bh 60 m2 toilet pengunjung 2 wanita 2 m2/org 3 bh 4 m2 2 pria 3 bh 4 m2 parkir 114 mbl 12,5 m2/mbl 1 bh 1425m2 82 mtr 2 m2/mtr 1 bh 164 m2 understage area 117.4 m2 3379.25 m2

sirkulasi 20 % kecuali stage 657.85 m2

Total luas kecuali stage 4037.1 m2 luas stage 90 m2 Total luas ditambah stage 4127.1 m2

III.1.4. Hubungan Ruang Hubungan antarfasilitas yang direncanakan :

Diagram 3.1. Rencana hubungan antarfungsi

parkir

Teater tertutup

Teater terbuka komersil penunjang

latihan

galeri

Page 7: konsep buku

Hubungan ruang pada fasilitas teater tertutup :

(produksi)

(persiapan)

(r.publik)

Diagram 3.2.&3.3. Hubungan antarruang teater tertutup

produksi

Persiapan panggung panggung

Persiapan artis

auditorium

r.publik

admin

Orch.pit

penonton

barang&perlengkapan

r.reparasi kostum

Gdg.properti Gdg.kostum

Studio rekaman

panggung Persiapan panggung

auditorium

lobby

foyer

admin toilet

Green room

r.ganti toilet r.rias

Page 8: konsep buku

Hubungan ruang pada fasilitas pelatihan :

Diagram 3.4. Hubungan antarruang fasilitas pelatihan

Hubungan ruang pada fasilitas komersial :

Diagram 3.5. Hubungan antarruang fasilitas komersial

Hubungan ruang pada fasilitas ruangan berkumpul :

Diagram 3.6. Hubungan antarruang fasilitas berkumpul

Hubungan ruang pada fasilitas penunjang :

Diagram 3.7. Hubungan antarruang fasilitas penunjang

r.makan

dapur gudang

r.latihan toilet

gudang

galeri toilet gudang

admin

r.admin Toilet admin

barang

seniman, artis

bahan makanan

barang pengelola

pengunjung

pengunjung, artis

pengelola

Page 9: konsep buku

III.2. Persyaratan Akustik pada Auditorium

Akustik dalam ilmu arsitektur menurut William J. McGuiness (1971) dapat

didefinisikan sebagai teknologi mendesain ruang, struktur dan sistem mekanikal

yang dihadapkan pada kebutuhan manusia untuk mendengar dalam sebuah

ruangan. Akustik dapat dijelaskan dengan adanya elemen-elemen akustik berupa

sumber suara, jalur untuk menghantarkan suara dan penerima suara.

Auditorium merupakan sebuah tempat orang melihat dan mendengarkan

orang berbicara atau musik. Perancangan sistem akustik pada auditorium diawali

dengan merencanakan jenis kegiatan yang akan ditampung di dalamnya. Kemudian

dilakukan penentuan pemakaian sistem akustik pada tiap kegiatan tersebut. Desain

akustik pada auditorium meliputi akustik ruangan, pengendalian bising dan desain

sistem penguat suara (sound system).

III.2.1. Akustik Ruangan Kualitas suara yang didengar penonton pada suatu auditorium sangat

bergantung pada bentuk ruang, dimensi dan volume ruang. Selain itu, pengaturan

tempat duduk, kapasitas penonton dan bahan lapisan permukaan juga ikut

menentukan kualitas akustik. Seperti yang sudah dijelaskan pada bab II.3.2.,

terdapat beberapa macam bentuk auditorium. Menurut P.H. Parkin (1979), jenis

auditorium yang dapat menunjang kebutuhan akustik pada pertunjukan musik

secara optimal adalah bentuk kotak dengan penyempitan pada bagian panggung.

A. Waktu Dengung Untuk mengetahui sebuah auditorium dapat bekerja dengan akustik yang

baik, jenis kegiatan atau pertunjukan yang akan diselenggarakan pada tempat

tersebut harus ditentukan terlebih dahulu. Jenis kegiatan tertentu mempengaruhi

tingkat reverberasi (waktu dengung) yang dihasilkan. Reverberation time adalah

waktu keterlambatan bunyi yang dipantulkan dari permukaan-permukaan dalam

ruangan. Secara perlahan energi bunyi hilang ketika terjadi kontak dengan elemen

penyerap bunyi di dalam ruangan. Faktor yang mempengaruhi waktu dengung (T)

adalah volume ruangan (V) dan total penyerapan bunyi pada ruangan (A) :

T=0.05V/A (detik).

Page 10: konsep buku

Tabel 3.3. Reverberation yang terjadi pada tiap jenis kegiatan

B. Distribusi Bunyi Pada sebuah auditorium musik (concert hall), bunyi harus memenuhi syarat

fullness (terdengar utuh). Untuk mendapat kekerasan (loudness) yang cukup, dapat

dilakukan dengan mendekatkan penonton dengan sumber bunyi, menaikkan

sumber bunyi untuk menjamin bunyi merambat tanpa hambatan, melandaikan atau

memiringkan lantai penonton dan mencegah dinding samping yang sejajar pada

area penonton.

Distribusi bunyi (difusi) dapat dicapai dengan pemakaian permukaan yang

tidak teratur serta penggunaan lapisan pemantul dan penyerap secara bergantian.

Untuk hasil yang baik, pantulan bunyi harus sampai pada pendengar tidak lebih dari

30 milidetik. Penggunaan langit-langit pada auditorium dapat membantu pemantulan

bunyi. Langit-langit harus keras dan tidak menggunakan bahan penyerap bunyi

kecuali pada kasus tertentu (mis. arena olahraga). Pemantulan bunyi yang baik oleh

langit-langit bergantung pada bentuknya (datar atau melengkung).

Page 11: konsep buku

Gambar 3.1. Perbandingan hasil pantulan bunyi yang diterima pendengar; auditorium dengan kursi pendengar yang berundak, dengan langit-langit datar dan dengan langit-langit yang diatur.

Gambar 3.2. Distribusi bunyi sampai pada area di bawah balkon, bentuk langit-langit (convex, concaf atau datar)

Selain itu, harus dilakukan usaha untuk mereduksi cacat akustik pada

auditorium. Cacat akustik biasanya berupa terjadinya gema, gaung, pemantulan

bunyi dengan waktu yang lama, bayang-bayang bunyi dan pemusatan bunyi. Gaung

terjadi di dalam auditorium yang memiliki dinding samping yang sejajar, dan terjadi

saat sumber bunyi terdapat di tengah ruang, misalnya pada saat penonton bertepuk

tangan. Bayang bunyi terjadi pada auditorium yang memiliki balkon yang panjang.

Pemusatan bunyi disebabkan adanya pantulan bunyi pada permukaan yang terlalu

cekung. Untuk mengatasi masalah ini, dapat dilakukan beberapa penyelesaian

permukaan.

Gambar 3.3. Cacat akustik pada aoditorium: (1)gema; (2)pemantulan bunyi yang terlalu lama; (3)bayang-bayang bunyi; (4)pemusatan bunyi.

Gambar 3.4. gaung yang terjadi bila sumber bunyi (s) berada di antara dua bidang yang sejajar

Page 12: konsep buku

C. Material Penyerap Bunyi Penyerapan bunyi dilakukan dengan tujuan mereduksi level kebisingan

(mengontrol kebisingan), mengontrol pembalikan suara, dan mengeliminasi echo

(repetisi yang nyata dari bunyi yang dipantulkan dari permukaan yang jauh, dan

selalu tidak diharapkan) atau refleksi bunyi lain yang tidak diinginkan. Perlu

diperhatikan bahwa penonton juga merupakan elemen penyerap bunyi. Waktu

dengung yang dihasikan pada ruangan dengan kursi penonton yang penuh akan

berbeda dengan waktu yang dihasilkan pada ruangan kosong.

Bahan-bahan dan konstruksi penyerap bunyi dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Bahan berpori : terdiri dari unit siap pakai, plesteran/bahan yang

disemprotkan (digunakan pada permukaan yang melengkung dan tidak

teratur), selimut akustik (rock wool, glass wool, dll.), dan karpet/kain.

2. Penyerap panel, contohnya panel kayu, gypsum board dan langit-langit

plesteran gantung.

3. Resonator rongga.

III.2.3. Pengendalian Bising Bising (noise) terbagi menjadi structure borne (bunyi yang merambat melalui

struktur bangunan) dan air-borne (bunyi yang merambat melalui udara). Sumber

bising yang merambat melalui struktur berasal dari getaran pompa, blower, dan lain-

lain, dapat diatasi dengan menggunakan lapisan lantai tertentu (karpet, gabus, karet

dan lain-lain), lantai mengambang (memisahkan lantai dengan struktur bangunan),

elemen pencegah getaran (pegas) dan langit-langit gantung berpegas.

Pengendalian bising dari udara dapat diatasi lewat perencanaan lingkungan

sekitar bangunan berupa penghalang (pagar) yang tidak terputus, padat dan tidak

berlubang antara sumber kebisingan dengan penerima. Deteran pohon dan semak

hanya membantu mengurangi kebisingan pada frekuensi tinggi sekitar 1-2dB. Selain

dari perencanaan lingkungan, pengendalian kebisingan dapat dilakukan dengan

mengatur peletakan fungsi bangunan berdasarkan tingkat kebisingan yang dapat

diterima pada masing-masing fungsi.

III.3. Kriteria Elemen-elemen pada Teater Berikut ini adalah beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam

perancangan elemen-elemen sebuah auditorium.

Page 13: konsep buku

A. Langit-langit Langit-langit dirancang memantulkan suara dari panggung ke penonton, baik

langsung maupun suara yang sudah dipantulkan dari dinding. Ketinggian langit-

langit harus dipengaruhi dari pertimbangan terhadap kecepatan suara. Panjang

gelombang pertama yang langsung memantul ke langit-langit tidak lebih dari 50 ft

(15,27 m).

B. Dinding Samping dan Belakang Posisi kedua dinding samping tidak boleh sejajar dan ditentukan oleh

pandangan penonton ke arah panggung. Penyelesaian pada dinding belakang

teater untuk mencegah terjadinya gema dilakukan dengan dilapisi bahan penyerap

bunyi, dibuat bersifar difusi atau dinding dimiringkan.

Gambar 3.5. Teknik penyelesaian dinding belakang teater

C. Balkon Bentuk, peletakan, ukuran dan kantilever balkon mempengaruhi kualitas

akustik. Kriteria desain balkon tergantung dari jenis auditorium :

Page 14: konsep buku

(a). Pada gedung konser, D tidak boleh

melebihi H

(b). Pada gedung Opera, D tidak boleh melebihi

2H.

Gambar 3.6. Bentuk balkon yang baik

(a)

(b)

Beberapa bentuk balkon yang disarankan :

(a). Tidak terdapat kantilever yang panjang

(b). Kantilever yang pendek dan bukaan yang

lebar

(c). Balkon tengah baik, kecuali untuk tiga

baris kursi dari belakang

Gambar 3.7. Bentuk balkon yang disarankan

(a)

(b)

(c)

Page 15: konsep buku

Bentuk balkon yang salah :

(a). Balkon bawah, menerima sedikit

suara dan bukaan yang kecil

(b). Bukaan yang sangat sedikit dan

area berkarpet yang sangat luas

di belakang penonton

Gambar 3.8. Bentuk balkon yang salah

(a)

(b)

III.4. Analisis Kondisi Lingkungan

III.2.1. Analisis Peruntukan Lahan Lahan perencanaan terletak di Jl. Japati, Bandung. Lokasi ini termasuk

dalam kecamatan Bandung wetan, kawasan Cibeunying. Menurut peraturan

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung tahun 2013, lokasi tersebut

diperuntukkan sebagai kawasan jasa. Peraturan-peraturan yang berlaku dalam

pengarahan pembangunan pada kawasan ini :

Garis Sempadan Jalan (GSB) : Jalan Japati : 10 meter

Jalan H.Hasan : 6 meter Koefisien Dasar Bangunan (KDB) : 50 % Koefisien Lantai Bangunan (KLB) : 1.5

Page 16: konsep buku

U

Gambar 3.9. Lokasi site

III.2.1. Konteks Lingkungan Lokasi perancangan terikat pada suatu konteks lingkungan tertentu. Hal ini

dikarenakan lokasi lahan terletak pada sumbu ‘imaginer’ yang terbentuk karena

beberapa node penting kota Bandung terdapat pada kawasan ini. Node-node

tersebut adalah Monumen Perjuangan dan Gedung Sate. Lokasi kedua node yang

membentuk garis lurus ke arah utara-selatan, menciptakan suatu konteks

lingkungan yang sangat kuat. Konteks ini berpengaruh terhadap pembangunan

pada kawasan ini, sehingga nantinya akan dipakai sebagai salah satu panduan

dalam perancangan. Selain itu, site berbatasan langsung dengan tapak rancangan

Museum Sejarah Bandung. Pada kasus ini, diharapkan kedua bangunan dapat

saling berinteraksi dan memiliki hubungan.

III.2.2. Kondisi Sekitar Tapak Di sekitar tapak terdapat beberapa fungsi bangunan, yaitu perumahan,

sekolah dan kantor. Pada kawasan ini, juga terdapat ruang-ruang hijau yang sangat

signifikan, yaitu taman kota yang juga difungsikan sebagai median jalan dan

lapangan Gasibu. Taman ini memiliki lebar sekitar 40 m, cukup lebar sehingga

dapat dimanfaatkan sebagai area untuk bersantai dan duduk-duduk. Namun,

Page 17: konsep buku

sayangnya taman ini diberi pagar pembatas yang sangat rapat sehingga sedikit

warga sekitar yang mendatangi taman ini. Sedangkan lapangan Gasibu sering

dimanfaatkan warga sebagai tempat berkumpul dan berolahraga. Tidak jarang

tempat ini dimanfaatkan untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan dengan jumlah

pengunjung yang besar, seperti pertunjukan musik dan bazaar.

Batas-batas lahan antara lain :

• Utara : Rancangan Museum Sejarah Bandung

• Timur : Gg. Bagus Rangin III dan Jl. Japati

• Selatan : Jl. Haji Hasan dan gedung Pertamina

• Barat : Perumahan

Gambar 3.10. Batas-batas lahan

III.2.3. Kondisi Eksisting

Sebagian besar eksisting bangunan yang sudah ada merupakan rumah-

rumah yang diakses melalui gang Bagus Rangin II. Eksisting bangunan yang berada

di jl. Haji Hasan berupa tempat jasa pencucian mobil, apotek, tempat makan, dan

beberapa rumah.

Page 18: konsep buku

Gambar 3.11. Kondisi eksisting pada lahan

III.2.4. Analisis Sirkulasi dan Pencapaian Site Di sebelah timur, lahan berbatasan dengan Jl. Japati dan Gg. Bagus Rangin

III. Jl. Japati dan Gg. Bagus Rangin III hanya dibatasi oleh sebuah jalur hijau yang

memanjang di sepanjang jalan selebar kira-kira 2 meter dan ditanami oleh pohon

palem. Jl. Japati merupakan jalan satu arah, jalan ini tidak memiliki jalur pedestrian

yang spesifik. Pedestrian biasanya berjalan pada gang Bagus Rangin III.

Untuk pencapaian ke lokasi site, dapat melalui dua jalan, yaitu melalui Jl.

Japati (satu arah menuju ke arah selatan) dan Jl. Haji Hasan (dua arah). Site

memiliki aksesibilitas yang tinggi, karena Jl. Japati dilalui oleh angkutan umum,

seperti angkot jurusan cicaheum-ciroyom.

III.2.5. Analisis Kebisingan Terdapat dua buah jalan raya yang berbatasan langsung dengan lahan dan

memiliki potensi untuk menimbulkan kebisingan. Jl. Haji Hasan merupakan jalan

kecil dan tidak ramai dilalui oleh kendaraan, sehingga tingkat kebisingan yang

ditimbulkan dari kendaraan yang melintasi jalan ini memiliki kemungkinan yang

kecil. Sedangkan Jl. Japati merupakan jalan yang lebih lebar dan lebih banyak

dilalui oleh kedaraan terutama pada hari libur, sehingga tingkat kebisingan yang

dihasilkan dari jalan ini sangat besar.

Page 19: konsep buku

Gambar 3.12. Analisis kebisingan di sekitar lahan

III.2.5. Analisis Vegetasi dan drainase

Di sepanjang Jl. Japati terdapat jajaran pohon palem yang ditanam pada

suatu ruang hijau kecil memanjang, terletak di antara Jl. Japati dengan gang Bagus

Rangin II. Pada lokasi tapak, sudah terdapat vegetasi peneduh yang sudah cukup

tinggi. Di sepanjang Jl. H. Hasan juga terdapat vegetasi peneduh dengan ketinggian

kira-kira 15 meter.

(a) (b) (c)

Gambar 3.13. Jenis vegetasi: (a)Vegetasi di selatan site, (b)&(c) Vegetasi di timur site

Sistem drainase terdapat selatan tapak, yaitu di

sepanjang sisi Jl. Haji Hasan dan di timur site, yaitu di antara

Gg. Bagus Rangin III dan area penghijauan di dekat Jl.

Japati dengan lebar sekitar 40 cm dan kedalaman sekitar 70

cm.

Gambar 3.14. Saluran air yang berada di timur site