KONSEP BIRRUL WAALIDAIN AL-QUR’AN SURAT AL...

132
i KONSEP BIRRUL WAALIDAIN AL-QUR’AN SURAT AL-AHQAAF AYAT 15-16 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh : WAHYU ARIANI OKTAVIA NIM : 111-13-138 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

Transcript of KONSEP BIRRUL WAALIDAIN AL-QUR’AN SURAT AL...

i

KONSEP BIRRUL WAALIDAIN

AL-QUR’AN SURAT AL-AHQAAF AYAT 15-16

DAN IMPLEMENTASINYA DALAM

PENDIDIKAN KELUARGA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

WAHYU ARIANI OKTAVIA

NIM : 111-13-138

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

ii

iii

iv

v

vi

MOTTO

نا اإلنساف بوالديو حملتو أمو وىنا على وىن وفصالو في عامين أف اشكر لي ووصيػ

ولوالديك إلي المصير

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-

bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-

tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada

dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.(QS. Luqman/31:14)

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil‟alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT

skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Allah SWT, karena hanya atas izin dan karunia-Nyalah maka skripsi ini

dapat dibuat dan selesai tepat pada waktunya. Puji syukur yang tak

terhingga pada Allah SWT penguasa alam yang meridhoi dan

mengabulkan segala do‟a.

2. Kedua orang tua saya, Bapak Slamet Wahyono dan Ibu Sri Ari Rahmawati

yang telah memberikan dukungan moril maupun materi serta do‟a yang

tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada kata seindah lantunan do‟a

dan tiada do‟a yang paling khusuk selain do‟a yang terucap dari orang tua.

3. Bapak Supriyadi dan Ibu Nanik, yang sudah saya anggap sebagai orangtua

saya. Selalu menasihati, menjaga, memotivasi dan membantu saya selama

belajar di Salatiga.

4. Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini

telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan

mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada

ternilai harganya, agar saya menjadi lebih baik. Terimakasih banyak

Bapak dan Ibu dosen, jasa kalian akan selalu terpatri di hati.

5. Seluruh karyawan dan karyawati IAIN Salatiga yang telah membantu saya

dalam melengkapi semua keperluan dalam hal akademik.

6. Kakek dan nenekku tersayang, Ahmad Ngatmin dan almh. Rubiyem yang

telah memberikan dukungan kepada saya untuk dapat mengapai apa yang

saya inginkan.

7. Kedua adikku tersayang, Wahyu Ulfa Laraswati dan Wahyu Intan

Sulistiawati yang selalu menjadi penyemangat saya, terima kasih untuk

semua yang telah kalian berikan untuk mbak.

viii

8. Om Tamul, om Syaiful, om Abidin, om Yoyok, bulek Eni, bulek Alfi,

bulek Yanti yang selalu membimbing, menasihati serta mendoakan saya.

9. Mbak Ulil yang selalu memberi motivasi dalam segala hal dan telah

menjadi kakak bagi saya. Mbak Wulan, Eli dan Mita teman suka duka di

Graha An-Nisa TPQ AL-IKHLAS. Tak ada kenangan yang indah

melainkan persahabatan kita selama ini.

10. Sahabat-sahabat organisasi Racana Kusuma Dilaga Woro Srikandi dan

Brigsus IAIN Salatiga, serta sahabat seperjuangan angkatan 2013

khususnya jurusan PAI.

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi dengan

judul “Konsep Birrul Waalidain Al-Qur‟an Surat Al-Ahqaaf Ayat 15-16 Dan

Implementasinya Dalam Pendidikan Keluarga” dapat penulis selesaikan dengan

baik. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad

Saw beserta keluarga dan sahabatnya.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan,

bimbingan dan pengarahan dari banyak pihak baik materi maupun spiritual,

sehubung dengan itu penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih dan

mendoakan semoga amal baik yang telah mereka berikan mendapatkan balasan

dari Allah SWT. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmad Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga.

4. Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I. selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dengan penuh kesabaran

dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Yahya, S.Ag. selaku pembimbing akademik penulis.

x

xi

ABSTRAK

Oktavia, Wahyu Ariani. 2017. Konsep Birrul Waalidain al-Qur‟an Surat

al-Ahqaaf Ayat 15-16 dan Implementasinya Dalam Pendidikan

Keluarga. Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Pembimbing: Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I

Kata Kunci : Pendidikan, Keluarga, Birrul Waalidain.

Perintah berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan kewajiban

setiap anak. Namun pada kenyataan sekarang, banyak remaja yang kurang

memperdulikan hal tersebut. Mereka cenderung untuk berbuat kasar dan tidak

perduli kepada orang tuanya. Karena itu, tujuan dalam penelitian ini adalah a)

untuk mengetahui konsep birrul waalidain al-Qur‟an surat al-Ahqaaf ayat 15-16,

dan b) untuk mengetahui implementasi konsep birrul waalidain dalam pendidikan

keluarga.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan atau bisa disebut

dengan studi pustaka (library research), yaitu serangkaian kegiatan yang

berkenaan dengan metode pengumpulan kepustakaan, membaca dan mencatat

serta mengolah bahan penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan Tahlili

atau tafsir tahlili, yaitu menafsirkan ayat al-Qur‟an dengan memaparkan segala

aspek yang terkandung serta menerangkan makna yang tercangkup di dalamnya.

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, digunakan metode dokumentasi,

yaitu mencari data-data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku,

surat kabar, dan sebagainya. Metode untuk membahas sekaligus sebagai kerangka

berpikir pada penelitian ini adalah metode analisis isi (content analysis), yaitu

suatu usaha untuk mengumpulkan dan menyusun data, kemudian diusahakan pula

dengan analisis dan interpretasi atau penafsiran terhadap data-data tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa a) konsep birrul waalidain al-

Qur‟an surat al-Ahqaaf ayat 15-16 adalah ketaatan seorang anak kepada orang tua

dengan mendoakan mereka baik ketika masih hidup maupun setelah mereka

meninggal, serta mendoakan keturunannya kelak supaya hidup dan mati dalam

bertauhid kepada Allah SWT. b) implementasi konsep birrul waalidain dalam

pendidikan keluarga adalah sikap bakti anak terhadap kedua orang tuanya dengan

mendoakan mereka. Untuk menumbuhkan sikap bakti tersebut, hendaklah orang

tua mendidik dan membiasakan hal-hal yang baik kepada anak sejak dini. Karena

baik dan buruknya akhlak seorang anak, tergantung bagaimana pendidikan yang

diberikan oleh orang tuanya.

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL……………………………………………………..……...I

HALAMAN BERLOGO………………………………………….………...........II

PERSETUJUAN PEMBIMBING………………..……………………….…...…III

PENGESAHAN KELULUSAN……………………………………..…….….....IV

DEKLARASI……………………………………………………………….….…V

MOTTO……………………………………………………….…………............VI

PERSEMBAHAN……………………………………………….…..….............VII

KATA PENGANTAR.…...………………………………………..………….…IX

ABSTRAK………………………………………………………….…………....XI

DAFTAR ISI………………………………………………….………...........…XII

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………..……………………….1

B. Rumusan Masalah ……………..............………….……………………....5

C. Tujuan Penelitian………………...………………………..………….…....5

D. Kegunaan Penelitian……………...…………………………….….….…...5

E. Telaah Pustaka…………………...………………………….………..……6

F. Penegasan Istilah………..…………………………………………………8

xiii

G. Metode Penelitian…………………………………..…………………….14

H. Sistematika Penulisan……………………………………..……………...16

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pendidikan Keluarga

1. Pengertian Pendidikan Keluarga……...…….…….………………….19

2. Unsur Pendidikan Keluarga…………..……..……………………….24

3. Pendidikan Agama dalam Keluarga……………………………….....30

4. Metode Pendidikan Keluarga………...……….………………..…….34

B. Konsep Birrul Waalidain dalam Al-Qur‟an

1. Pengertian Birrul Waalidain………………………….……….……..37

2. Kedudukan Birrul Waalidain dalam Al-Qur‟an…………….….…....40

3. Macam-macam Bentuk Birrul Waalidain…………………………...42

4. Keutamaan Birrul Waalidain……………………………………..….47

BAB III KAJIAN SURAT AL-AHQAAF

1. Deskripsi Surat al-Ahqaaf………………………………………..………53

2. Asbabun Nuzul Surat al-Ahqaaf ayat 15-16……….………….…………54

3. Munasabah Surat al-Ahqaaf……………………………………..……….56

4. Tafsir Surat al-Ahqaaf ayat 15-16……………………………..…………71

xiv

BAB IV ANALISIS KONSEP AL-QUR’AN TENTANG BIRRUL

WAALIDAIN

1. Analisis Konsep Birrul Waalidain al-Qur‟an Surat al-Ahqaaf ayat 15-

16…………………………………………………………………………96

2. Analisis Implementasi Konsep Birrul Waalidain dalam Pendidikan

Keluarga……………………………………………..…………….……101

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan……………………………………….…...………...……....104

2. Saran…………………………………………………....………...……..106

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan karunia Allah SWT yang harus dijaga dan

diasuh agar menjadi manusia yang berguna bagi bangsa dan berbakti

kepada kedua orang tuanya. Anak ibarat kertas putih yang bersih dan

belum ada tulisannya, tugas orang tua adalah menulis rangkaian kata-kata

indah menjadi sebuah kisah yang menarik dan bermakna. Begitu juga

dalam mendidik anak, memberi pengetahuan yang baik seperti dalam hal

agama, moral dan akhlak sehingga otak anak penuh akan memori

kebaikan, karena kelak anak menjadi penerus orang tua.

Dalam upaya mencapai pendidikan yang sebaik-baiknya,

pemerintah Indonesia memiliki fungsi dan tujuan pendidikan yang

dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

Bab II Pasal 3, tentang Sistem Pendidikan nasional, yang berbunyi:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab”

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun

2003 Bab II Pasal 3 tersebut, menandakan bahwa pemerintah sangat

2

memperhatikan bahwa setiap anak wajib mendapatkan pendidikan, sebab

pendidikan sangat penting dalam pembentukan watak yang baik bagi

seorang anak. Individu yang berkarakter mampu melaksanakan

perintahNya dan menjauhi laranganNya. Individu ini juga mampu

memberikan hak kepada Allah dan RasulNya, sesama manusia, makhluk

lainnya, serta alam sekitar dengan sebaik-baiknya (Abdullah, 2007:22).

Islam begitu memperhatikan dalam pendidikan anak, karena

anak-anak sekarang adalah generasi masa depan. Mereka adalah inti utama

dalam membentuk umat dan masa depan. Islam tidak putus-putusnya

berusaha menciptakan masa depan bagi generasinya dan mengarahkan

kepada jalan yang lurus agar mereka bisa mengentaskan manusia yang

tersesat dalam kegelapan syirik, kebodohan, kesesatan, dan

kekacaubalauan menuju cahaya tauhid, ilmu, hidayah, kestabilan individu

dan sosial (al-Fiqy, 2007:15).

Islam juga melarang orang tua meninggalkan anak mereka dalam

keadaan lemah, baik fisik, moral maupun pengetahuan. Sebagaimana

Firman Allah SWT berikut:

ا لو ا عليهم فػليتػقوا اللو وليػقو ا من خلفهم ذرية ضعافا خافػو ن لو تػركو وليخش الذي

دي قػول دا

Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang

seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang

lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.

3

Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan

hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (QS.

An-Nisa/4:9)(Depag, 1977:116).

Saat ini generasi muda kita mengalami krisis moral, krisis akhlak.

Banyak media sosial baik cetak maupun elektronik yang memuat kabar

tentang perlakuan kurang baik seorang anak terhadap kedua orang tuanya.

Mengingat masalah tersebut, sangat disayangkan karena orang tua kita

adalah perantara kita untuk bisa sampai ke dunia ini. Banyak anak yang

enggan menyisihkan sebagian waktunya, mengucurkan keringat atau

sekedar berlelah-lelah sedikit, untuk merawat orang tuanya yang sudah

„uzur‟. Terutama sekali, bila anak tersebut sudah berkedudukan tinggi,

sangat sibuk dan punya segudang aktivitas. Akhirnya, anak merasa sudah

berbuat segalanya dengan mengeluarkan biaya secukupnya, lalu

memasukkan kedua orang tuanya ke panti jompo.

Sekarang banyak remaja yang tidak memperhatikan masalah

berbakti kepada kedua orang tua dan beranggapan bahwa hal itu bukan

suatu keharusan dan tidak penting bagi mereka. Bahkan mereka

memutuskan hubungan sanak famili atau kerabat yang telah digariskan

oleh Allah untuk mengembangkannya. Tidak jarang mereka

memperlakukan kedua orang tua dengan kelakuan kasar dan perkataan

yang tidak baik. Banyak berita-berita di surat kabar, majalah dan televisi

mengenai anak yang memperlakukan kedua orang tuanya dengan

perbuatan yang kurang baik, seperti berkata kasar, melaporkan orang

4

tuanya ke polisi, bahkan ada anak yang sampai tega membunuh orang

tuanya hanya karena masalah sepele.

Hampir setiap hari sebagian besar surat kabar menunjukkan

kepada kita beberapa kasus besar seputar hal itu yang telah menimpa

keluarga muslim. Juga dalam kehidupan sehari-hari masih banyak kita

jumpai di masyarakat, perbuatan-perbuatan yang memperlakukan kedua

orang tua dengan tidak baik, terutama kepada ibunya, karena ibunya sudah

tinggal sendiri (ditinggal mati suaminya). Padahal mereka orang-orang

yang kehidupannya berkecukupan, yang seharusnya mereka merawat dan

memberikan segala kebutuhan dan menanggung kehidupan ibunya bukan

menelantarkannya.

Berdasarkan permasalahan yang sering terjadi di masyarakat

tersebut, maka penulis membuat skripsi dengan judul “KONSEP BIRRUL

WAALIDAIN AL-QUR‟AN SURAT AL-AHQAAF AYAT 15-16 DAN

IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA”

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis

merumuskan beberapa pokok permasalahan, yaitu:

1. Bagaimana konsep birrul waalidain al-Qur‟an surat al-Ahqaaf ayat 15-

16?

2. Bagaimana implementasi konsep birrul waalidain dalam pendidikan

keluarga?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui konsep birrul waalidain al-Qur‟an surat al-Ahqaaf

ayat 15-16.

2. Untuk mengetahui implementasi konsep birrul waalidain dalam

pendidikan keluarga.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoretis maupun

praktis.

1. Secara Teoretis

Menambah khazanah keilmuan tentang konsep birrul

waalidain dalam al-Qur‟an, khususnya konsep birrul waalidain dalam

al-Qur‟an surat al-Ahqaaf ayat 15-16.

6

2. Secara Praktis

a. Memberikan pengetahuan kepada orang tua mengenai pentingnya

pendidikan keluarga berdasarkan al-Qur‟an dan hadist. Dengan

harapan setiap keluarga mendidik anaknya menjadi anak yang

sholeh dan sholehah serta memahami perjuangan orang tua bagi

anaknya.

b. Memberikan pengetahuan kepada anak mengenai konsep birrul

waalidain dalam al-Qur‟an. Dengan harapan anak akan mengerti

besarnya pengorbanan orang tua untuknya, serta mengerti arti

penting berbakti kepada kedua orang tuanya, terutama ketika orang

tua sudah lanjut usia.

c. Memperkaya wawasan peneliti dan pembaca dalam memahami

ayat al-Qur‟an, khususnya surat al-Ahqaaf ayat 15-16.

E. Telaah Pustaka

Kajian tentang birrul waalidain (berbuat baik kepada orang tua)

dan pendidikan keluarga memang bukan yang pertama kali dilakukan oleh

para penulis, terutama penelitian jurnal maupun skripsi. Sejauh

penelusuran yang dilakukan, penulis menjumpai hasil penelitian yang

memiliki titik singgung dengan judul yang diangkat dalam penelitian

dalam skripsi ini.

Pertama, penelitian yang berkaitan dengan pendidikan keluarga,

penulis merujuk pada skripsi yang ditulis oleh saudari Purnamasari

7

mahasiswi Fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga tahun 2016 yang berjudul

“Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak dalam

al-Qur‟an”. Skripsi ini memaparkan bahwa tanggung jawab pendidikan

anak sepenuhnya adalah keluarga. Jika orang tua memberikan pendidikan

yang baik, anak-anaknya akan selamat baik di dunia maupun di akhirat.

Pendidkan pertama yang harus diberikan terhadap anak adalah pendidikan

keimanan dengan cara mengenalkan Allah SWT dan menanamkan

kecintaan terhadap-Nya.

Kedua, penelitian yang berkaitan dengan pendidikan keluarga,

penulis merujuk pada skripsi yang ditulis oleh saudari Miftahul Khoiriyah

mahasiswi Fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga tahun 2016 yang berjudul

“Konsep Pendidikan Keluarga Perspektif Zakiah Daradjat”. Skripsi ini

memaparkan bahwa keluarga ikut serta berperan penting di dalam proses

pembelajaran. Pendidikan yang diharapkan supaya anak mempunyai

tingkah laku yang baik, akhlak yang terpuji.

Ketiga, penelitian yang berkaitan dengan birrul waalidain,

penulis merujuk pada skripsi yang ditulis oleh saudara Muhammad Najib

mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga tahun 2016 yang berjudul

“Konsep Pendidikan Akhlak Anak Terhadap Orang Tua Kajian Surat

Al-Isra‟ Ayat 23-24”. Skripsi ini memaparkan bahwa perintah untuk

berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua dengan cara

memperlakukan mereka berdua dengan perlakuan yang baik dan

8

menyeluruh. Menyeluruh artinya dalam seluruh hidup seorang anak, baik

ketika kedua orang tuanya masih hidup maupun sudah meninggal.

Dari beberapa penelitian tersebut terdapat kesamaan dengan

penelitian yang dilakukan oleh penulis, yaitu mengenai tanggung jawab

orang tua dalam mendidik anak dan akhlak anak terhadap orang tua.

Namun juga terdapat perbedaan, yaitu surat yang menjadi kajian dalam

penelitian. Penulis menjadikan surat al-Ahqaaf ayat 15-16 sebagai objek

dalam penelitian.

F. Penegasan Istilah

Sebelum diuraikan lebih panjang tentang penelitian ini terlebih

dahulu peneliti memberikan penjelasan-penjelasan terhadap istilah-istilah

yang terkandung dalam skripsi ini, dengan maksud agar nantinya tidak

salah pengertian di kalangan pembaca dalam memahami skripsi ini.

Adapun istilah-istilah yang dimaksud adalah:

1. Konsep

Konsep secara harfiah sama dengan “pengertian”, hasil

“tangkapan” pikiran terhadap sesuatu atau gejala tertentu. Konsep

kadang-kadang disebut ide umum atau gagasan atau gambaran fikiran

tentang sesuatu secara umum, sehingga dapat dibedakan cirinya dari

yang lain (Zed, 2004:87).

Sehingga dapat dikatakan bahwa konsep adalah ide tentang

sesuatu dalam pikiran yang mengandung penafsiran dan penilaian.

9

2. Birrul waalidain

Imam An-Nawawi menjelaskan, “Arti birrul waalidain yaitu

berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap baik kepada

keduanya, melakukan berbagai hal yang dapat membuat mereka

gembira, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka” (Basyir,

2006:43).

Al-Imam Adz-Dzahabi menjelaskan bahwa birrul waalidain

atau bakti kepada orang tua, hanya dapat direalisasikan dengan

memenuhi bentuk kewajiban: 1) Menaati segala perintah orang tua,

kecuali dalam maksiat. 2) Menjaga amanah harta yang dititipkan

orang tua, atau diberikan oleh orang tua. 3) Membantu atau menolong

orang tua, bila mereka membutuhkan (Basyir, 2006:44).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa birrul waalidain adalah

berbuat baik kepada orang tua, selalu menaati perintahnya kecuali

dalam maksiat dan menjaga amanahnya, serta menolong orang tua

ketika dalam kesulitan dan selalu berusaha membuat kedua orang tua

bahagia.

3. Al-Qur’an

Dari segi bahasa, al-Qur‟an berasal dari kata قػرءا – يػقرأ – قػرأ –

قػرآنا – قراءة yang artinya membaca (Yunus, 2010:335).

10

Dari segi istilah, al-Qur‟an adalah Kalamullah yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. dalam bahasa Arab, yang

sampai kepada kita secara mutawattir, ditulis dalam mushaf, dimulai

dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nass,

membacanya berfungsi sebagai ibadah, sebagai mukjizat Nabi

Muhammad Saw. dan sebagai hidayah atau petunjuk bagi umat

manusia (Zen, 2014:47).

Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan oleh

Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw melalui malaikat jibril,

untuk diteruskan penyampaiannya kepada seluruh umat manusia di

muka bumi ini sampai akhir zaman nanti (Wardhana, 2004:46).

Sedangkan Nur Efendi dan Muhammad Fathurrohman

(2014:40) mengatakan bahwa:

“Al-Qur‟an adalah firman Allah SWT yang bermu‟jizat yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sesuai dengan

redaksinya melalui malaikat Jibril, secara berangsur-angsur,

yang dituliskan dalam mushaf-mushaf, yang diriwayatkan

secara mutawatir dan bernilai ibadah bagi yang membacanya,

yang dimulai dari surat al-fatihah dan diakhiri oleh surat an-

nass”

Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa al-Qur‟an adalah

firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw

melalui malaikat Jibril untuk disampaikan kepada umat manusia

secara mutawatir dan bernilai ibadah bagi yang membacanya.

11

Nabi Muhammad menganjurkan untuk mempelajari

al-Qur‟an dari segala aspek, lalu mengajarkannya. Sebagaimana hadist

berikut:

ركم )وفى لم قاؿ: خيػ عن عثماف رضى اهلل عنو عن النبى صلى اهلل عليو و

رواية: إف أفضلكم( من تػعلم القرآف وعلمو. قاؿ: وأقػرأ أبػو عبدالرحمن فى إمرة

.)رواه بخارى(لحجاج, قاؿ: وذاؾ الذي أقػعدني مقعدي ىذاعثماف حتى كاف ا

Artinya: Dari Utsman ra. dari Nabi SAW, beliau bersabda,

“Sebaik-baik kalian (dalam riwayat lain: sesungguhnya yang

paling utama diantara kalian) adalah orang yang belajar

al-Qur‟an dan mengajarkannya.” Abu Abdurrahman

mengajar al-Qur‟an pada masa kepemimpinan Utsman

hingga masa Al Hajjaj. Dia (Abu Abdurrahman sebagaimana

yang merujuk pada riwayat dari Ahmad) kemudian berkata

“Dan hal itulah yang menempatkanku pada posisi seperti

ini.” (HR. Bukhari/2028)(al-Albani, 2013:736).

Untuk memelihara kemurnian al-Qur‟an dan menjaga dari

kesalahan, setiap tahun Jibril mengadakan pengulangan bacaan yang

dibaca oleh Nabi Saw. Bahkan pada tahun wafatnya Nabi, setelah

wahyu terakhir turun, pengulangan tersebut dilakukan dua kali.

Demikian pula, yang dilakukan oleh Nabi Saw kepada para sahabat

beliau sehingga benar-benar dapat dijamin kebenarannya sesuai

dengan wahyu yang beliau terima dari malaikat Jibril. Ketika Nabi

wafat, al-Qur‟an telah dihafal oleh ribuan sahabat dan telah ditulis

ayat-ayatnya sesuai dengan petunjuk Nabi Saw dalam menata urutan

surat-surat dan ayat-ayat.

12

4. Implementasi

Implementasi dalam kamus besar bahasa indonesia diartikan

sebagai pelaksanaan dan penerapan. Implementasi dipandang sebagai

penerapan sebuah inovasi dan selalu melahirkan perubahan kearah

perbaikan serta dapat berlangsung secara terus menerus (Sabda,

2006:100).

Implementasi dalam penelitian ini adalah konsep birrul

waalidain al-Qur‟an surat al-Ahqaaf ayat 15-16 dalam pendidikan

keluarga. Sehingga diharapkan anak akan tumbuh dengan memiliki

kepribadian yang baik.

5. Pendidikan

Istilah pendidikan dalam bahasa Inggris “education” berakar

dari bahasa Latin “educare” yang dapat diartikan pembimbingan

berkelanjutan (to lead forth), yaitu pendidikan yang terus berlangsung

dari generasi ke generasi sepanjang eksistensi kehidupan manusia

(Suhartono, 2008:77).

Sedang dalam dunia wacana keislaman lebih populer dengan

istilah tarbiyah, yaitu suatu usaha untuk menumbuhkan dan

mendewasakan peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun

spiritual (Mujib, 2006:10).

Selanjutnya, menurut Muchtar (2008,14), “Pendidikan adalah

segala usaha yang dilakukan untuk mendidik manusia sehingga dapat

13

tumbuh dan berkembang serta memiliki potensi atau kemampuan

sebagaimana mestinya”.

Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan atau

tarbiyah adalah proses transformasi ilmu pengetahuan dari pendidik

kepada peserta didik agar ia memiliki sikap dan semangat yang tinggi

dalam memahami dan menyadari kehidupannya, sehingga terbentuk

ketaqwaan, budi pekerti, dan kepribadian yang luhur.

6. Keluarga

Keluarga adalah umat kecil yang memiliki pimpinan dan

anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak dan

kewajiban bagi masing-masing (Ahid, 2010:75).

Keluarga juga bisa diartikan sebagai kumpulan beberapa

orang yang terikat oleh suatu ikatan perkawinan, lalu mengerti dan

merasa berdiri sebagai suatu gabungan yang khas dan bersama-sama

memperteguh gabungan itu untuk kebahagiaan, kesejahteraan, dan

ketentraman semua anggota yang ada di dalam keluarga tersebut

(Aziz, 2015:15).

Keluarga juga sekolah tempat putra-putri bangsa belajar,

karena dari keluargalah seorang anak mempelajari sifat-sifat mulia,

seperti kesetiaan, rahmat, kasih sayang dan lain sebagainya. Dari

kehidupan keluarga, seorang ayah serta suami memperoleh dan

memupuk sifat keberanian dan keuletan sikap dan upaya dalam rangka

14

membela sanak keluarganya dan membahagiakan mereka pada saat

hidupnya dan setelah kematiannya.

Jadi dapat penulis simpulkan bahwa keluarga adalah umat

terkecil yang terikat oleh suatu perkawinan dan memiliki kewajiban

masing-masing setiap anggota serta sebagai tempat pendidikan

pertama bagi anak.

G. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode

sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau

bisa disebut dengan studi pustaka (library research), yaitu

serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan

kepustakaan, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian

(Zed, 2004:3). Dalam skripsi ini, peneliti manganalisis muatan isi dari

objek penelitian yang berupa dokumen yaitu teks tafsir al-Qur‟an

Surat al-Ahqaaf ayat 15-16.

2. Pendekatan Penelitian

Skripsi ini menggunakan pendekatan Tahlili atau metode

tafsir tahlili, yaitu menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an dengan

memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam al-Qur‟an yang

15

ditafsirkan, serta menerangkan makna yang tercangkup di dalamnya

(Efendi, 2014:309).

Dalam hal ini yang diungkapkan adalah konsep birrul

waalidain dalam al-Qur‟an surat al-Ahqaaf ayat 15-16.

3. Objek Penelitian

Pada skripsi ini yang menjadi objek penelitian adalah

penafsiran al-Qur‟an surat al-Ahqaaf ayat 15-16. Sedangkan sumber

datanya peneliti membagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data yang berkaitan

langsung dengan penelitian yaitu al-Qur‟an surat al-Ahqaaf ayat

15-16 beserta tafsirnya menurut para ulama‟, diantaranya Terjemah

Tafsir al-Maraghi karya Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-

Misbah karya Quraisy Shihab, dan Tafsir al-Qur‟anul Majid karya

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang

mendukung dan melengkapi sumber data primer. Adapun sumber

data sekunder dalam hal ini adalah karya-karya penulis lainnya

yang membahas tentang birrul waalidain dan pendidikan keluarga,

baik dalam bentuk buku, jurnal, maupun karya ilmiah lainnya.

16

4. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, digunakan

metode dokumentasi, yaitu mencari data-data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah dan

sebagainya (Arikunto, 1998:236).

Metode ini penulis gunakan dalam mencari data dengan cara

membaca, menelaah dan mengkaji al-Qur‟an, buku tafsir al-Qur‟an

dan hadis serta buku yang berkaitan dengan tema pembahasan.

Kemudian hasil dari data itu dianalisis untuk mendapatkan kandungan

makna al-Qur‟an surat al-Ahqaaf ayat 15-16 tentang birrul waalidain.

5. Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan untuk membahas sekaligus sebagai

kerangka berpikir pada penelitian ini adalah metode analisis isi

(content analysis), yaitu suatu usaha untuk mengumpulkan dan

menyusun data, kemudian diusahakan pula dengan analisis dan

interpretasi atau penafsiran terhadap data-data tersebut (Surakhmad,

1994:139).

Dalam penelitian ini, analisis digunakan untuk menafsirkan

makna yang terkandung dalam al-Qur‟an surat al-Ahqaaf ayat 15-16

dan bagaimana penerapannya dalam pendidikan keluarga, sehingga

anak tumbuh dengan memiliki kepribadian yang baik.

17

H. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai skripsi ini,

maka dibuat sistematika penulisan skripsi. Adapun gambaran dari

sistematika yang dimaksud adalah:

Bab I : Pendahuluan

Meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Kegunaan Penelitian, Telaah Pustaka, Penegasan

Istilah, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Meliputi: Pengertian Pendidikan Keluarga, Unsur Pendidikan

Keluarga, Pendidikan Agama dalam Keluarga, Metode

Pendidikan Keluarga, Pengertian Birrul Waalidain, Kedudukan

Birrul Waalidain dalam Al-Qur‟an, Macam-macam Bentuk Birrul

Waalidain, Keutamaan Birrul Waalidain.

Bab III : Kajian Surat al-Ahqaaf

Meliputi: Deskripsi Surat al-Ahqaaf, Asbabun Nuzul Surat al-

Ahqaaf Ayat 15-16, Munasabah Surat al-Ahqaaf, Tafsir Surat al-

Ahqaaf Ayat 15-16.

18

Bab IV : Analisis Konsep Al-Qur‟an tentang Birrul Waalidain

Meliptuti: Analisis Konsep Birrul Waalidain al-Qur‟an surat al-

Ahqaaf ayat15-16, Analisis Implementasi Konsep Birrul

Waalidain dalam Pendidikan Keluarga.

Bab V : Penutup

Meliputi: Kesimpulan dan saran.

19

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendidikan Keluarga

1. Pengertian Pendidikan Keluarga

Istilah pendidikan, dalam bahasa Inggris “education” berakar

dari bahasa Latin “educare”, yang dapat diartikan pembimbingan

berkelanjutan (to lead forth), yaitu pendidikan yang berlangsung dari

generasi ke generasi sepanjang eksistensi kehidupan manusia

(Suhartono, 2008:77).

Dalam dunia wacana keislaman, pendidikan lebih populer

dengan istilah “tarbiyah”, yaitu usaha untuk menumbuhkan dan

mendewasakan peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun

spiritual.

Sedangkan pengertian keluarga adalah kumpulan beberapa

orang yang terikat oleh suatu ikatan perkawinan, yang mana dipimpin

oleh seorang pemimpin yang disebut dengan suami atau ayah. Di

dalam kehidupan keluarga mulai terbentuk suatu sentra lingkungan

kecil yang disebut lingkungan pendidikan lapis pertama bagi anak.

Dari pengertian tersebut dapat penulis simpulkan, bahwa

pendidikan keluarga adalah usaha sadar orang tua dalam

20

menumbuhkembangkan anak menjadi seseorang yang lebih baik

secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritualnya serta sebagai tempat

pendidikan pertama bagi anak.

Berdasarkan makna dasar ini, maka pendidikan dalam bidang

menumbuhkembangkan anak merupakan proses pembangunan,

perawatan dan perbaikan sedikit demi sedikit hingga batas

kesempurnaan. Artinya, melangkah bersama anak secara bertahap

semenjak kelahiran hingga usia baligh untuk menanamkan keimanan

dan mewujudkan syariat Allah SWT.

Islam mendorong manusia untuk berkeluarga dan hidup di

bawah naungan kebahagiaan karena keluarga merupakan bentuk asasi

bagi kehidupan yang kokoh yang bisa memenuhi tuntutan keinginan

dan hajat manusia, sekalipun penentuan fitrah manusia.

Islam membebankan kepada kedua orang tua tanggung jawab

pendidikan anak pada tingkatan pertama, dan memikul kewajiban ini

khusus kepada mereka berdua sebelum kepada yang lain. Allah

berfirman yang memerintahkan kedua orang tua untuk mendidik

anaknya:

ها قػو كم نارا و أنػفسكم وأىلي آا قػو ن آمنػو يا أيػها الذي دىا الناس والحجارة عليػ

ف ما يػؤمروف أمرىم ويػفعلو آف اللو م يػعصو ظ شداد ل غل ئكة ػػػػػمل

21

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu

dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya

adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat

yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah

terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan

selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS. At-

Tahriim/66:6)(Depag, 1977:951).

Terkait firman Allah Ta‟ala,”Peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka.” Ini berarti perintah “ajarkan kebaikan

pada diri kalian sendiri dan kepada keluarga kalian” Dengan

mengajarkan kebaikan, anggota keluarga akan terhindar dari api

neraka karena akan melakukan hal-hal yang baik. Sebaliknya, jika

dalam keluarga di ajarkan hal-hal yang buruk atau dibiarkan

melakukan hal tersebut tanpa diingatkan maka api neraka yang akan

didapatkan (Muhtadi, 2011:127).

Sebuah keluarga yang anaknya terlibat dalam berbagai

perbuatan tercela seperti mencuri, merampok, menipu, berzina,

meminum-minuman keras, terlibat narkoba, membunuh dan

sebagainya adalah termasuk ke dalam hal-hal yang dapat menciptakan

bencana di muka bumi dan merugikan orang yang melakukannya, dan

hal itu termasuk perbuatan yang membawa bencana. Keluarga, istri,

anak, menantu, adik, dan sebagainya dapat menjadi musuh dan

membawa malapetaka jika terlibat dalam perbuatan tersebut.

Hal yang demikian sejalan dengan firman Allah SWT dalam

QS. Al-Taghaabun/64:14 sebagai berikut:

22

ا كم فاحذروىم وإف تػعفو دكم عدواا ل إف من أزواجكم وأول آن آمنػو أيػها الذي آي

م ر رحي ا فإف اللو غفو ا وتػغفرو وتصفحو

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di

antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi

musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka;

dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta

mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang (QS.

Al-Taghaabun/64:14)(Depag, 1977:942).

Dalam suatu riwayat dinyatakan oleh Rasulullah Saw, akan

ada suatu zaman yang menimpa umatnya, yaitu kehancuran seorang

suami di tangan istri dan anak-anaknya yang terhimpit kemelaratan,

kemudian mendorong suami melakukan perbuatan buruk yang dapat

merusak dirinya. Keadaan tersebut terjadi sebab utamanya adalah

karena istri, anak dan anggota keluarga tersebut tidak memiliki

pendidikan. Untuk itulah, dalam berbagai ayat al-Qur‟an lainnya,

Allah SWT memerintahkan agar suami sebagai kepala keluarga

memberikan pendidikan kepada anggota keluarganya itu (Nata,

2009:201).

Oleh sebab itu, calon istri yang dipilih harus pula yang kuat

agamanya, memiliki keturunan dan kemuliaan yang baik,

mengutamakan kerabat yang jauh, mengutamakan gadis-gadis, dan

mengutamakan perkawinan dengan wanita yang banyak melahirkan

(Ulwan, 1981:9).

23

Setelah memiliki anak dari perkawinan dengan wanita yang

sifat-sifatnya tersebut di atas dilanjutkan dengan memberikan ucapan

selamat dan rasa turut gembira ketika seseorang melahirkan,

mengumandangkan adzan dan iqamat ketika kelahiran anak,

dilanjutkan dengan mencukur rambut kepala anak, memberi nama

yang baik, menyembelih hewan aqiqah, mengkhitan, mengajarkan tata

cara makan, minum, tidur, berkata-kata, berpakaian, berjalan, bergaul

dengan orang lain dan sebagainya dengan baik. Kemudian

memberikan keteladanan yang baik, membiasakan mengajak shalat

berjamaah, membaca al-Qur‟an dan seterusnya.

Tujuan pendidikan keluarga adalah menjadikan anak

bertabiat sholeh dan tahu berterima kasih kepada kedua orang tuanya.

Karena anak yang sholeh akan selalu mendoakan kebaikan kepada

orang tuanya baik ketika masih hidup maupun setelah meninggal.

Pahala doa anak sholeh kepada orang tuanya tidak akan pernah putus

meskipun orang tua telah meninggal, sebagaimana hadist berikut:

لم قاؿ أف عن ابي ىريػرة رضي اهلل عنو وؿ اهلل صلى اهلل عليو و : اذامات ر

من ثلث, نو عملو انػقطع ع نساف اإل ,بو تػفع ن , اوعلم يػ إل من صدقة جارية ال

مسلم( رواهيدعولو.) د صالح اوول

Artinya: Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Saw

bersabda, “Apabila seseorang telah meninggal dunia maka

24

terputuslah semua amal perbuatannya, kecuali tiga perkara,

yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak sholeh

yang selalu mendokannya” (HR. Muslim)(al-Albani,

2012:709).

Selanjutnya, pendidikan keluarga yang baik adalah

memberikan dorongan kuat kepada anaknya untuk mendapatkan

pendidikan agama. Dengan pendidikan keagamaan yang sudah kokoh

tersebut, barulah anak dipersilakan memilih bidang keahlian yang

akan ditekuninya. Dengan cara demikian, maka berbagai keahlian

yang dimilikinya tidak akan membuat dirinya sombong, melainkan

akan senantiasa bersyukur kepada Allah SWT dengan memanfaatkan

keahliannya itu untuk beribadah kepada Allah SWT dan untuk

kepentingan manusia.

Oleh sebab itu, betapa pentingnya peranan orang tua dalam

menentukan prospek masa depan anak dan keluarganya, serta

seharusnya orang tua sudah menanamkan kepada anak mereka untuk

mengenal keutamaan surga yang menjadi sumber kebahagiaan dan

kesejahteraan sehingga tidak mengalami hidup sengsara baik di dunia

maupun di akhirat.

2. Unsur Pendidikan Keluarga

Muchtar (2008:14), ada tiga unsur utama yang harus terdapat

dalam proses pendidikan, yaitu:

25

a. Pendidik (guru/orang tua)

Pendidik merupakan faktor utama yang sangat

menentukan keberhasilan pendidikan. oleh karena itu, menjadi

pendidik yang baik merupakan syarat utama yang akan membantu

dalam melaksanakan tugas pendidikan dengan baik. Berikut

beberapa sifat yang harus dimiliki oleh pendidik:

1) Sabar

Kesabaran merupakan sifat utama yang harus dimiliki

oleh pendidik. Kesabaran dapat melahirkan sikap dewasa

pendidik dalam menangani permasalahan anak. Melalui

kesabaran, orang tua akan memahami keinginan anaknya, dan

anak akan mengerti apa yang diinginkan orang tuanya

(Mustaqim, 2005:38-39).

2) Penyayang/Kasih Sayang

Nabi Muhammad Saw telah mencontohkan kepada

kita bahwa beliau sangat menyayangi terhadap sesama. Oleh

karena itu, rasa kasih sayang orang tua kepada anak hendaklah

seperti yang telah dicontohkan oleh beliau. Jika seorang anak

lambat berpikir atau berbuat kesalahan, hendaklah jangan

memarahinya atau membentaknya dengan mengucapkan kata-

kata yang kasar, seperti bodoh, tolol dan semacamnya. Tapi

26

ayomilah anak tersebut, didik dengan telaten dan dekati

dengan penuh kasih sayang. Dengan demikian, anak akan

merasa nyaman dengan orang tuanya (Putra, 2016:148).

3) Mengendalikan Emosi

Suka marah-marah termasuk sifat yang kurang baik

dalam proses pendidikan anak. Sikap suka marah akan

membuat anak menjadi takut dan tertekan, bahkan tidak jarang

menyebabkan anak menjadi pendendam. Marah terkadang

diperlukan ketikan anak berbuat kesalahan, namun tidak harus

diekspresikan secara berlebihan, misalnya dengan membentak,

berkata kasar dan sebagainya. Kemarahan cukup diekspresikan

dengan sikap diam. Mendiamkan atau isyarat mata yang

menandakan ketidaksukaan bisa menjadi cara orang tua dalam

menghentikan perilaku buruk anaknya (Mustaqim, 2005:42).

4) Menasihati Seperlunya

Terlalu banyak menasihati sering kali membuat anak

jenuh dan bosan. Namun, sedikit menasihati bisa memberikan

keleluasaan anak dalam bertindak yang kurang baik. Karena

itu, orang tua sebaiknya bersikap tengah-tengah dalam

memberi nasihat. Akan lebih baik jika orang tua memberikan

keteladanan ketimbang nasihat-nasihat secara berlebihan.

27

Ketika orang tua terbiasa melakukan shalat pada awal waktu,

bangun pagi, bertutur kata yang lembut, dan sebagainya,

semua itu akan menjadi pelajaran berharga bagi anak

(Mustaqim, 2005:44).

5) Jiwa Humor

Rasa humor orang tua dapat meredakan ketegangan

suasana dan dapat mencegah timbulnya perilaku destruktif

pada anak, serta bisa menjadi cara untuk menarik perhatian

anak dalam belajar. Meski demikian, berlebih-lebihan dalam

senda gurau akan menghilangkan kewibawaan dan kehormatan

orang tua. Hendaklah senda gurau dilakukan dalam hal

kebenaran atau kejujuran, tidak menyakiti atau menghina anak.

b. Peserta Didik (siswa/anak)

Peserta didik yang dimaksud untuk pendidikan keluarga

adalah anak. Seorang anak mendapatkan pendidikan pertama kali

dari kedua orang tuanya, sebab kedua orang tuanyalah anak sering

berinteraksi.

Muhyidin mengambil dari Ibnul Jauzi di dalam buku at-

Thib ar-Ruhani dan mengatakan bahwa:

“Pembentukan yang utama ialah waktu kecil, maka

apabila seorang anak dibiarkan melakukan sesuatu yang

kurang baik dan kemudian telah menjadi kebiasaannya,

28

maka akan sukarlah untuk meluruskannya. Artinya bahwa

pendidikan budi pekerti di mulai dari rumah dalam

keluarga sejak kecil, dan jangan biarkan anak-anak tanpa

pendidikan. Jika anak dibiarkan saja tanpa diperhatikan

dan tidak dibimbing, ia akan melakukan kebiasaan yang

kurang baik, dan kelak akan sukar baginya untuk

meninggalkan kebiasaan buruk tersebut.” (Muhyidin,

2009:209).

Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa

pendidikan budi pekerti atau akhlak anak sangat ditentukan dari

bagaimana orang tua mendidik anak sejak kecil, sebab orang tualah

yang lebih dini berperan mendidik anak.

c. Ilmu

Dari banyak ayat al-Qur‟an dan Hadist Nabi memberikan

pedoman tentang pendidikan anak, yang meliputi aspek-aspek :

aqidah, ibadah, akhlak dan kemasyarakatan (Thalib, 1987: 151).

1) Pendidikan anak dalam keimanan merupakan pendidikan

pokok yang wajib ditempatkan pertama, anak harus meyakini

bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah

SWT, sebagaimana pesan Luqman kepada anaknya.

لم بنو وىو يعو يا بػني ل وإذ قاؿ لقماف ل رؾ ل رؾ باللو إف ال ت

ي م ع

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata

kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran

kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu

29

mempersekutukan (Allah) sesungguhnya

mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar

kelaliman yang besar" (QS. Luqman/31:13)(Depag,

1977:654).

2) Pendidikan ibadah tidak hanya diberikan melalui teori

(pengetahuan), namun harus dilatih membiasakan ibadah

tersebut sejak berumur tujuh tahun. Apabila sampai umur

sepuluh tahun maka diperbolehkan untuk memukul apabila

anak berani meninggalkan ibadah shalat. Sebagaimana sabda

Nabi SAW berikut:

وؿ اهلل صلى اهلل عليو عن عبد اهلل بن عمرو بن العاص قاؿ: قاؿ ر

ها نين واضربػوىم عليػ بع لم مروا أولدكم باالصلة وىم أبػناء و

ر وفػ نػهم فى المضاجع وىم أبػناء ع ابوداود( رواه.)رقوا بػيػ

Artinya: Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra, beliau

berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Perintahkan

kepada anak-anakmu sholat, sedang mereka berumur

tujuh tahun, dan pukullah mereka kalau

meninggalkan sholat, sedang mereka berumur

sepuluh tahun, dan pisahkan di antara mereka dari

tempat tidur” (HR. Abu Daud)(Al Albani, 2007:198).

3) Pendidikan akhlak juga tidak hanya hafalan tentang berbagai

perbuatan baik yang harus dijalani dan yang harus

ditinggalkan. Tetapi pendidikan akhlak memerlukan adanya

praktik secara nyata dan biasa, dalam hal ini orang tualah yang

menjadi teladan utama anak dalam berperilaku.

30

4) Pendidikan kemasyarakatan juga memerlukan latihan secara

praktik dan orang tua menjadi teladan bagi anaknya.

Keikutsertaan orang tuanya dalam bergotong-royong dengan

masyarakat, menjenguk tetangga sakit, dan membantu tetangga

yang sedang kesusahan atau tertimpa musibah akan menjadi

contoh serta teladan bagi anaknya.

3. Pendidikan Agama dalam Keluarga

a. Pendidikan Agama dalam Keluarga bagi anak Prenatal

Prenatal adalah masa dimana anak belum dilahirkan

(masih dalam kandungan). Dalam masa prenatal anak sudah bisa

dididik, sebagaimana Firman Allah SWT berikut:

ـ من ظهو وإذ أخذ ربك من بني رىم ذريػتػهم وأشهدىم على أنػفسهم آد

ن ا يػوـ القيامة إنا كنا عن ىذا غافلي لو ا بػلى شهدنا أف تػقو ألست بربكم قالو

Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan

keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah

mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya

berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka

menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi

saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari

kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami

(bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap

ini (keesaan Tuhan)" (QS. Al-A‟raf/7:172)(Depag,

1977:250).

Tafsir (2002:25), ayat ini menjelaskan bahwa setiap nyawa

sebelum lahir telah dibaiat oleh Allah SWT dengan perjanjian

31

pengakuan ber-Tuhan kepada Allah SWT. Pembaiatan tersebut

memberikan indikasi bahwa nyawa-nyawa itu mengerti dan

memahami makna baiat. Inilah yang menjadi dalil dari al-Qur‟an

bahwa anak prenatal sudah bisa dididik. Adapun metode-metode

yang bisa digunakan untuk mendidik anak prenatal antara lain:

kasih sayang, beribadah, membaca al-Qur‟an, bercerita, berdoa dan

bernyanyi atau sholawat yang dilakukan oleh ibu dan ayahnya.

b. Membuka kehidupan anak dengan kalimat laa illaha illallah

Ketika anak lahir, orang tua hendaklah mengumandangkan

adzan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri. Ini dimaksudkan

supaya yang pertama-tama menghembus pendengaran manusia

adalah kalimat tauhid.

وؿ اللو صلى اللو عليو عن عبػيد اللو بن أبي رافع عن أبيو قاؿ رأيت ر

لم أذف في أذف الحسن بن علي حين ولدتو فاطمة بالصلة و

Artinya: Dari Ubaidillah bin Abi Rofi‟ dari ayahnya

beliau berkata: Saya melihat Rasulullah shollallahu alaihi

wasallam adzan di telinga al-Hasan bin „Ali ketika

dilahirkan Fathimah, dengan (adzan) sholat (HR. Abu

Daud dan at-Thirmidzi).

Rahasia dikumandangkan adzan dan iqamah pada bayi

yang baru lahir adalah supaya kalimat-kalimat adzan merupakan

kalimat pertama kali yang didengar oleh sang bayi, di mana kalimat

32

adzan tersebut mengandung kebesaran Allah SWT dan

keagunganNya.

c. Pendidikan Agama dalam Keluarga bagi anak usia Balita

Pada masa-masa awal kelahiran anak, peran orang tua

dalam mendidik anak sangatlah besar terutama ibu karena ibu

adalah pertama kali dikenalkan pada anak. Karena itulah,

pendidikan keimanan tidak boleh diberikan ke sembarang orang.

Pendidikan keimanan seharusnya dilakukan oleh tangan-tangan

halus dan sentuhan kalbu ibunya serta disirami kasih-sayang untuk

meraih ridha Allah SWT.

Ucapan Bismillahir Rahmanir Rahim, pada saat ibu

mengawali semua kegiatan dan Alhamdulillah ketika selesai

melakukan kegiatan merupakan wujud dari penciptaan suasana

religius dalam keluarga. Yang menjadi pusat utama adalah

penciptaan situasi pendidikan keimanan dalam keluarga. Ibu dan

ayah membaca al-Qur‟an pada saat si bayi masih tidur, atau masih

berbaring di tempat tidur, suara ayah dan ibu akan direkam “dunia

dalam diri” bayi saat pagi buta. Karena usia 0-5 tahun begitu cepat

anak berkomunikasi dengan bahasa lisan, tujuan pendidikan

keimanan bagi anak adalah membiasakan anak mengucapkan kata-

kata yang mengagungkan Allah SWT, tasbih, istigfar, shalawat dan

doa-doa pendek (Tafsir, 2002:90-91).

33

Dalam tahap berikutnya, pendidikan diarahkan supaya

anak mengenal dan dapat menyebutkan nama-nama Nabi dan

Rasul, nama malaikat dan menghafal surat-surat pendek. Belajar

shalat menjadi tujuan berikutnya. Belajar shalat dimulai dengan

melibatkan anak dalam shalat berjamaah sekadar mengikuti, atau

duduk menunggu orang tuanya selesai shalat. Ini merupakan salah

satu cara memperkenalkan kepada anak apa yang perlu diketahui

dan dilakukan anak ketika orang tuanya melakukan shalat.

Sampai usia lima tahun, anak sudah hafal bacaan shalat

dan beberapa surat pendek. Bahkan, saat ini pula anak sudah

diperkenalkan huruf dalam al-Qur‟an serta mampu

mempersiapkan diri untuk shalat, bersuci (wudhu), adab (akhlak)

kepada Allah SWT. kepada kedua orang tua sudah dirintis untuk

ditumbuhkan sehingga timbul kemauan untuk melakukan

kewajibannya terhadap Allah SWT, Rasul, dan orang tuanya.

d. Pendidikan Agama dalam Keluarga bagi anak usia 6-12 Tahun

Pada usia 6-12 tahun, orang tua harus menanamkan

keimanan dengan baik dengan tujuan membentuk kepribadian yang

di dalamnya terjalin nilai-nilai keimanan dan selanjutnya menjadi

pengarah dan pengendali perilakunya. Pada usia ini, anak mulai

diperkenalkan nilai-nilai yang terkandung di dalam rukun iman

34

(iman kepada Allah SWT, Malaikat, Kitab, Nabi dan Rasul, Hari

Akhir dan Takdir).

4. Metode Pendidikan Keluarga

a. Keteladanan

Keteladanan menjadi faktor penting dalam menentukan

baik buruknya anak. Jika orang tua dan pendidik jujur, dapat

dipercaya, berakhlak mulia, dan menjauhkan diri dari perbuatan

perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka anak akan

tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak mulia, berani

dan menjauhkan diri dari perbuatan perbuatan yang bertentangan

dengan agama.

Sebaliknya, bagaimanapun orang tua menyiapkan anak

dengan berbagai pengetahuan untuk membentuk kepribadian yang

baik tanpa disertainya teladan yang baik dari orang tua, maka usaha

tersebut akan sia-sia, sebab sebagian besar perilaku anak adalah

meniru orang tuanya.

b. Adat Kebiasaan

Merupakan pembiasaan akhlak anak di dalam keluarga.

Anak harus dibiasakan dengan perbuatan-perbuatan yang baik

supaya terbiasa hingga anak dewasa nanti, seperti berdoa sebelum

melakukan aktivitas apapun, makan menggunakan tangan kanan,

35

tidak berbicara ketika makan dan lain sebagainya. Orang tua wajib

mengajari dan mengawasi anak dalam melakukan kebiasaan

tersebut.

c. Ceramah

Metode ceramah ialah cara menyampaikan pengertian-

pengertian materi kepada anak dengan cara menjelaskan dan

penuturan secara lisan. Untuk menjelaskan uraiannya, orang tua

bisa menggunakan alat bantu misalnya gambar dan alat peraga lain

(Zuhairi, 1983:83).

d. Cerita dan Kisah

Cerita dan kisah termasuk sarana pendidikan yang efektif,

sebab ia akan mempengaruhi perasaan dengan kuat (Choiriyah,

2010:201).

Allah SWT juga menggunakan metode ini dalam

mendidik, mengajar, dan mengarahkan. Dalam al-Qur‟an Allah

SWT menyebutkan tentang kisah para Nabi dan Rasul. Allah SWT

berfirman:

ل ما نػثبت بو فػؤادؾ وجاءؾ في نػ وكلا ىذه الحق قص عليك من أنػباء الر

ة و ن ذكرى للمؤمني وموع

36

Artinya : Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami

ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya

Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang

kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan

bagi orang-orang yang beriman (QS.

Huud/11:120)(Depag, 1977:345).

Demikian pula kisah-kisah antara kebaikan dan

keburukan. Bahwasanya keburukan tempat kembalinya adalah

neraka, sedangkan kebaikan tempat kembalinya adalah surga

dengan izin Allah SWT.

Namun orang tua tidak harus terpaku dan monoton dengan

kisah-kisah di atas. Orang tua bisa menceritakan kisah masa kecil

atau kisah orang lain dengan catatan tidak menyimpang dari

kaidah-kaidah syariat, jauh dari khayalan dusta dan kerusakan.

e. Hadiah dan Hukuman

Metode pemberian hadiah dan hukuman sangat efektif

dalam mendidik akhlak terpuji.

Hadiah diberikan kepada anak ketika anak berbuat atau

melakukan kebaikan, sedangkan hukuman diberikan ketika anak

melakukan kesalahan atau melanggar peraturan. Namun hukuman

yang dimaksud adalah hukuman yang bersifat mendidik anak

supaya tidak melakukan kesalahan lagi. Ini sesuai dengan Firman

Allah SWT sebagai berikut:

37

ها ما اكتسبت لها ما كسبت وعليػ

Artinya : ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang

diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan)

yang dikerjakannya (QS. Al-Baqarah/2:186)(Depag,

1977:45).

Dari ayat tersebut, dapat diketahui bahwa seseorang yang

berbuat baik akan mendapat pahala yang diibaratkan dengan

hadiah, sedangkan apabila seseorang berbuat buruk akan mendapat

siksa yang diibaratkan dengan hukuman.

B. Konsep Birrul Waalidain dalam Al-qur’an

1. Pengertian Birrul Waalidain

Arti birrul waalidain yaitu berbuat baik terhadap kedua orang

tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang

dapat membuat mereka gembira, serta berbuat baik kepada teman-

teman mereka (Basyir, 2006:43).

Birrul waalidain merupakan kebaikan-kebaikan yang

dipersembahkan oleh seorang anak kepada kedua orang tuanya.

Kebaikan tersebut mencakup zhahiran wa batinan (lahir dan batin).

Apabila salah satu atau keduanya memerintahkan sesuatu, wajib bagi

kita menaatinya, selama hal itu bukan perkara maksiat.

Seorang ayah lebih bertanggung jawab terhadap masa depan

anaknya. Seorang ayah biasanya mulai merencanakan hidup anaknya

38

ketika mengetahui bahwa sang istri hamil. Begitu sang anak lahir, ia

akan membuat revisi. Tidak jarang ayah membantu membuat impian

sang anak menjadi kenyataan, dan selalu berpikir serta bekerja keras

untuk masa depan anaknya.

Kehebatan seorang ayah tidak ada bandingannya dengan

apapun. Tidak pula dengan barang berharga di dunia ini. Ayah sebagai

sosok panutan akan memberikan pelajaran berharga kepada anaknya

melalui tindakannya. Ayah juga seorang pemimpin, di mana ia

menjadi kepala rumah tangga, yang bertanggung jawab terhadap

segala persoalan di dalam rumah tangga. Allah Swt. berfirman dalam

al-Qur‟an bahwa ayah adalah imam bagi keluarganya:

...ف على النساء بما فضل اللو بػعضهم على بػعض الرجاؿ قػوامو

Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum

wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka

(laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita),,,(QS. An-

Nisa/4:34)(Depag, 1977:123).

Serta diperkuat dengan hadist berikut:

لم أنو قاؿ أل كلكم راع وكلكم عن ابن عمر عن النبي صلى اللو عليو و

وىو مسئوؿ عن رعيتو والرجل مسئوؿ عن رعيتو فالمير الذي على الناس راع

هم والمرأة راعية على بػيت بػعلها وولده وىي راع على أىل بػيتو وىو مسئوؿ عنػ

39

يده وىو مسئوؿ عنو أل هم والعبد راع على ماؿ فكلكم راع وكلكم مسئولة عنػ

مسلم( رواه).مسئوؿ عن رعيتو

Artinya: Dari Ibnu Umar RA, dari Nabi Muhammad SAW,

beliau telah bersabda, "Setiap orang dari kalian adalah

pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungan

jawab terhadap apa yang di pimpinnya. Seorang raja adalah

pemimpin bagi rakyatnya dan ia akan dimintai

pertanggungan jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang

suami adalah pemimpin bagi anggota keluarganya dan ia

akan dimintai pertanggunganjawab atas apa yang

dipimpinnya. Seorang istri adalah pemimpin bagi rumah

tangga suami dan anak-anaknya, dan ia akan dimintai

pertanggungan jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang

hamba sahaya adalah pemimpin bagi harta tuannya dan ia

akan dimintai pertanggungan jawab atas apa yang

dipimpinnya. Ketahuilah bahwa setiap orang dari kalian

adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai

pertanggungan jawab atas apa yang dipimpinnya." (HR.

Muslim)(Al Albani, 2012:8-9).

Selanjutnya, ibu sebagai seorang perempuan sangatlah mulia

dalam mendidik anak-anaknya. Peran ibu di dalam mendidik anaknya

dibedakan menjadi tiga. Pertama, ibu sebagai pemenuh kebutuhan

anak. Kedua, ibu sebagai suri tauladan bagi anak. Ketiga, ibu sebagai

pemberi motivasi bagi kelangsungan hidup anak, terutama bagi

pendidikan dan masa depan anak (Sanusi, 2013:47).

Seorang ibu yang telah melahirkan, memelihara,

membesarkan, mendidik, dan memberi perlindungan dan kasih sayang

kepada kita tidak akan pernah bisa dibalas oleh dan dengan apapun,

kecuali pengabdian yang tulus. Apabila pengabdian lakukan dengan

tulus dan seikhlas mungkin kepada ibu kita, niscaya kita dapat

40

memperoleh kemanfaatan yang berlimpah, termasuk mengantarkan

kita kelak ke pintu surga.

Berbakti kepada kedua orang tua, terutama ibu, secara tidak

langsung dapat mengantarkan kita ke dalam surga yang penuh

kenikmatan. Sebaliknya, apabila kita durhaka kepada mereka, maka

hal itu akan menjerumuskan kita ke dalam neraka. Perbuatan baik

terhadap orang tua tidak hanya dapat dilakukan terhadap orang tua

kandung, kepada orang tua yang lain (angkat atau asuh), apalagi yang

sudah renta layak kiranya memperlakukan mereka dengan baik dan

bijak.

Oleh karena itu, taat kepada kedua orang tua bukan saja

menjadi amalan yang paling dicintai Allah SWT. Lebih dari itu, ini

merupakan kewajiban bagi seorang anak terhadap kedua orang tuanya.

2. Kedudukan Birrul Waalidain dalam Al-Qur’an

Allah SWT memerintahkan seseorang yang baligh untuk

tidak meninggalkan shalat dan melaksanakan segala perintah-Nya.

Ketaatan beribadah yang dibarengi dengan kepatuhan berbakti kepada

orang tua, insya Allah akan memberikan ketenangan hidup, baik di

dunia maupun di akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT berikut:

41

لغن عندؾ الكبػر أحدىما ا إل تػعبدو وقضى ربك أل إياه وبالوالدين إحسانا إما يػبػ

هرىما وقل ل ل تػقل لهما أؼ و ىما فل أو كل ما كري هما قػول تػنػ

Artinya:”Dan, Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu

jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat

baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah

seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai

berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali

janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan

„ah‟ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkan

kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS.

Al-Isra‟/17:23)(Depag, 1977:427).

Ayat ini menjelaskan tentang perintah wajib untuk

mengesakan Allah SWT serta tidak mempersekutukan-Nya dengan

apapun. Bahasa yang digunakan al-Quran dalam ayat ini dalam

memerintahkan sikap berbakti kepada orang tua ialah datang

serangkai dengan perintah tauhid atau keimanan. Artinya, apabila

seorang anak durhaka kepada orang tuanya, berarti ia durhaka kepada

Allah SWT.

Walaupun orang tua kita mengajak kepada kemaksiatan,

tidak selayaknya kita menolaknya dengan perkataan atau perbuatan

kasar, misalnya menghardik, memukul, dll. Allah SWT mengajarkan

kepada kita sebagai hamba-Nya yang beriman untuk memperlakukan

orang tua dengan baik dan bijak. Bila tidak berkenan, katakanlah

dengan sopan dan santun.

42

3. Macam-macam Bentuk Birrul Waalidain

a. Selama Masih Hidup

1) Menghormati Agama Orang Tua

Sekalipun antara orang tua dan anak berbeda agama

atau keyakinan, tetap saja anak harus senantiasa menghormati

keduanya, tidak berkata kasar dan tidak pula bertindak kejam

melalui ancaman atau perbuatan lainnya. Walau orang tua

memaksa anak untuk mengikuti agama yang tidak diridhoi

Allah SWT, tetap saja anak harus menolak paksaan tersebut

dengan menggunakan bahasa lembut dan santun (Abbas,

2009:99).

Sebagaimana firman Allah SWT sebagai berikut:

رؾ بي وإف جاىداؾ عل تطعهما ما ليس لك بو علم فل ى أف ت

ه نػيا معرو وصاحبػ بي ما في الد ل من أناب إلي ثم إلي مرجعكم فا واتبع

ف فأنػبئكم بما كنتم تػعملو

Artinya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk

mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada

pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu

mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di

dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang

kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah

kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang

43

telah kamu kerjakan” (QS. Luqman/31:15)(Depag,

1977:654-655).

2) Berusaha Menyenangkan Hati Orang Tua

Seorang anak yang ingin mendapatkan ridho Allah

SWT, hendaklah ia berusaha menyenangkan hati kedua orang

tuanya. Sebab ridho Allah SWT bersama dengan ridho kedua

orang tua, sebagaimana hadist berikut:

ثػنا شعبة, عن ثػنا خالدبن الحارث, حد , حد ثػنا أبػو حفض عمر بن على حد

يػعلى بن عطاء, عن أبيو, عن عبد اهلل بن عمرو, عن النبي صلى اهلل عليو

لم قاؿ: رض خط ىفى رض الرب ىو خط الرب فى الوالد, و

الوالد.)رواه الترمذي(

Artinya: Abu Hafsh Umar bin Ali menceritakan

kepada kami, Khalid bin Al Harits menceritakan

kepada kami, Syu‟bah menceritakan kepada kami,

dari Ya‟la bin Atha, dari bapaknya, dari Abdullah bin

Amru bahwa Nabi SAW bersabda, “Ridha Allah SWT

dalam (tergantung) ridha kedua orang tua, dan murka

Allah SWT itu dalam murka kedua orang tua (HR.

Thirmidzi)(Al Albani, 2006:504).

3) Tidak Mengeraskan Suara di Depan Orang Tua

Seorang anak dilarang mengeraskan suara di hadapan

kedua orang tua, apalagi mengeluarkan kata kasar dengan

suara keras. Etika ini meliputi sikap saat berbicara, yaitu

dengan merunduk dan merendahkan intonasi suara serta

44

mengukur nada rendah dan tingginya suara. Jangan sampai

anak memanggil orang tua dengan nada tinggi karena jauhnya

jarak (Abbas, 2009:13).

Hal demikian dapat ditelaah melalui firman Allah

sebagai berikut:

لغن عندؾ ال كبػر وقضى ربك أل تػعبدوا إل إياه وبالوالدين إحسانا إما يػبػ

هرىما وقل لهما قػول كريما أحدىما أو كلىما فل تػقل لهما أؼ ول تػنػ

Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya

kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah

kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-

baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau

kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam

pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu

mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan

janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah

kepada mereka perkataan yang mulia (QS.

Al-Isra‟/17:23)(Depag, 1977:427).

b. Setelah Meninggal

1) Menyambung dan Mempererat Hubungan Silaturahmi dengan

Para Sahabat Orang tua

وؿ اهلل صل ………عن ابن عمر معت ر ى اهلل عليو فػقاؿ إني

لم يػقوؿ أف يػولي أبيو بػعد صلة الرجل أىل ود ,أبػر البر من إف :و

45

Artinya: Dari Abdullah bin Umar "……..” berkata,

saya pernah mendengar Rasulullah bersabda, 'Di

antara bakti seseorang yang paling baik kepada

orang tuanya adalah menyambung tali keluarga karib

orang tuanya setelah orang tuanya itu meninggal

dunia.'” (HR. Muslim)(al-Albani, 2012:594).

Perintah menyambung hubungan Silaturahmi

merupakan salah satu faktor penting tercapainya kesejahteraan

lahir maupun batin. Seorang anak yang senantiasa memelihara

eratnya silaturahmi antara para sahabat orang tua akan

menambah daftar kebajikan dan memperluas jaringan kesatuan

menuju kemenangan.

2) Selalu Mendoakan Orang Tua

لم قاؿ أف عن ابي ىريػرة رضي اهلل عنو وؿ اهلل صلى اهلل عليو و : ر

من ثلث, نو عملو انػقطع ع اذامات اإل نساف إل من صدقة جارية, ال

مسلم( رواهيدعولو.) د صالح اوول ,بو فع تػ ن اوعلم يػ

Artinya: Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah

Saw bersabda, “Apabila seseorang telah meninggal

dunia maka terputuslah semua amal perbuatannya,

kecuali tiga perkara, yaitu shadaqah jariyah, ilmu

yang bermanfaat, anak sholeh yang selalu

mendokannya” (HR. Muslim)(al-Albani, 2012:709).

Di antara doa yang dipanjatkan ialah memintakan

ampun (maghfirah) kepada Allah SWT atas kesalahan dan

dosa yang pernah diperbuat keduanya, dan anak dituntut untuk

selalu beramal kebajikan dengan cara mempergauli keduanya

46

secara baik, tidak melanggar ketentuan agama dan selalu

melaksanakan perintah-perintah agama.

3) Melaksanakan Nadzar atau Janjinya

Berbakti kepada kedua orang tua setelah mereka

meninggal juga bisa dilakukan dengan cara melaksanakan

janji-janjinya. Sebagaimana sabda Nabi Saw berikut:

لم في وؿ اللو صلى اللو عليو و عد بن عبادة ر تػفتى عن ابن عباس أنو قاؿ ا

لم نذر كاف على أمو تػوفػيت قػبل أف تػقضي وؿ اللو صلى اللو عليو و و قاؿ ر

ها مسلم( رواه.)فاقضو عنػ

Artinya: Dari Ibnu Abbas RA, dia berkata, "Sa'ad bin

Ubadah pernah meminta fatwa kepada Rasulullah

SAW tentang nadzar ibunya, tetapi ibunya meninggal

dunia sebelum melaksanakannya. Lalu Rasulullah

SAW bersabda, 'Laksanakanlah nadzar tersebut

untuknya'” (HR. Muslim)(al-Albani, 2012:711).

Di hadis yang lain, Rosulullah juga memberikan kita

gambaran bahwa pahala menunaikan nadzar orang tua yang

sudah meninggal tidak hanya mengalir pada mereka, tetapi

pahala dan kebaikan itu juga dapat kita nikmati. Sebagaimana

penjelasan hadist berikut:

“Dari Abu Hurairah ra., ia berkata bahwasanya

Rasulullah Saw. bersabda, „Barang siapa yang

menunaikan haji bagi orang yang telah meninggal

dunia maka baginya pahala sama seperti yang diberikan

kepada yang telah meninggal itu. Dan, barang siapa

47

yang membayarkan puasanya orang yang telah

meninggal, maka baginya pahala yang sama pula. Dan,

barang siapa yang mendoakan kebaikan kepada yang

sudah meninggal, maka baginya pahala yang sama pula

seperti yang diberikan kepada yang meninggal

tersebut.” (HR. Thabrani).

4. Keutamaan Birrul Waalidain

Secara tidak langsung, berbakti kepada orang tua dapat

mengukur sejauh mana kebaktian kita kepada Allah SWT. kewajiban

orang tua terhadap anaknya adalah mendidik dan membesarkannya

hingga tumbuh dewasa. Sementara, kewajiban anak terhadap orang

tua adalah berbakti dengan cara melaksanakan perintahnya (kecuali

untuk berbuat maksiat kepada Allah SWT), menghormatinya dengan

perkataan dan perbuatan yang baik, sopan santun, dan mengayomi

mereka ketika tubuh mulai renta.

Kita harus senantiasa berbakti kepada orang tua. Karena,

dengan berbakti kepada orang tua, Allah SWT. akan memberikan

pahala yang tidak disangka-sangka. Dan anak yang berbakti kepada

orang tuanya akan diterima amalannya yang baik dan Allah SWT.

akan mengampuni kesalahan-kesalahan mereka.

Apabila kita ikhlas berbakti kepada orang tua, niscaya

ridhanya sepanjang masa akan mengawali dan memberi keselamatan

bagi kita. Tidak dapat dipungkiri bahwa doa dari orang tua memiliki

“kesaktian” tersendiri. Doa orang tua kepada anaknya adalah doa yang

48

amat mustajab (dikabulkan Allah SWT) terutama doa seorang ibu

sangatlah didengarkan oleh Allah SWT. baik doa tersebut bernilai

negatif terhadap anak, berlebih-lebih doa yang memohon kebaikan

dan kesuksesan buat anak. Tidak sedikit orang sukses dalam karirnya

diawali dari doa dan restu orang tua (Sanusi, 2013:75).

Berikut beberapa keutamaan birrul waalidain sebagai

berikut:

a. Birrul Waalidain Merupakan Amal yang Paling Utama daripada

Jihad

ألت النبي وعن أبى عبد الرحمن عبداهلل بن مسعود رضى اهلل عنو قاؿ:

لم أى العمل أحب إلى اهلل تػعالى؟ قاؿ: الصلة على صلى اهلل عليو و

بيل وقتها. قػلت ثم أي؟ قاؿ: برالو لدين. قػلت ثم أي؟ قاؿ: الجهاد في

)متفق عليو(اهلل.

Artinya: Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas‟ud ra

berkata: Saya bertanya kepada Nabi Saw, “Amal apa saja

yang menyebabkan saya lebih dicintai oleh Allah SWT?”

Rasulullah menjawab,”Sholat tepat pada waktunya” Saya

bertanya, “Lalu apalagi?” Rosulullah

menjawab,”Berbakti kepada kedua orang tua”. Saya

bertanya,”Lalu apalagi?” Rosulullah menjawab,”Jihad di

jalan Allah.

Dari hadist tersebut dapat diketahui bahwa berbakti

kepada kedua orang tua lebih diutamakan daripada jihad. Selain itu,

49

berbakti kepada orang tua menjadi salah satu sarana atau cara

supaya kita lebih dekat dan disayang oleh Allah SWT.

b. Ridho Allah bersama Ridho Orang Tua.

ثػنا شعبة, عن ثػنا خالدبن الحارث, حد , حد ثػنا أبػو حفض عمر بن على حد

يػعلى بن عطاء, عن أبيو, عن عبد اهلل بن عمرو, عن النبي صلى اهلل عليو

لم قاؿ: رض خط ا ىالرب فى رض ىو خط الرب فى لوالد, و

الوالد.)رواه الترمذي(

Artinya: Abu Hafsh Umar bin Ali menceritakan kepada

kami, Khalid bin Al Harits menceritakan kepada kami,

Syu‟bah menceritakan kepada kami, dari Ya‟la bin Atha,

dari bapaknya, dari Abdullah bin Amru bahwa Nabi SAW

bersabda, “Ridha Allah SWT dalam (tergantung) ridha

kedua orang tua, dan murka Allah SWT itu dalam murka

kedua orang tua” (HR. Thirmidzi)(Al Albani, 2006:504).

Dari hadist tersebut dapat diketahui bahwa apabila kita

melakukan sesuatu, tetapi orang tua melarang maka itu berarti

bahwa Allah juga melarang kita melakukannya. Namun apabila

orang tua mengizinkan maka itu berarti bahwa Allah juga memberi

izin kepada kita. Allah memberikan ridho-Nya bersama ridho orang

tua dalam hal yang tidak bertentangan dengan syariat.

50

c. Diluaskan Rizkinya dan Dipanjangkan Umurnya

لم يػقوؿ من وؿ اللو صلى اللو عليو و معت ر عن أنس بن مالك قاؿ

مسلم( رواه.) رحمو ره أف يػبسط عليو رزقو أو يػنسأ في أثره فػليصل

Artinya: Dari Anas bin Malik RA, dia berkata, "Saya

pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Barang

siapa ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan

umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali

silaturahim‟” (HR.Muslim)(al-Albani, 2012:497).

Dari hadist tersebut dapat diketahhui bahwa menyambung

silaturahmi dapat melancarkan rizki dan memperpanjang umur kita.

Silaturahmi merupakan salah satu bakti kita kepada orang tua,

terutama setelah mereka meninggal dunia. Silaturahmi yang dapat

kita jalin antara lain kepada sanak saudara dan para sahabat orang

tua kita semasa hidupnya.

d. Menjadi Salah Satu Sebab Seseorang Masuk Surga

لم قاؿ رغم أنف ثم رغم أنف عن أبي ىريػرة عن النبي صلى اللو عليو و

وؿ اللو قاؿ من أدرؾ أبػويو عند الكبر أحدىما ثم رغم أنف قيل من يا ر

.)رواه مسلم(الجنة أو كليهما فػلم يدخل

Artinya: Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, "Rasulullah

SAW telah bersabda, 'Rugi besar ia! Rugi besar ia! Rugi

besar ia.' Seseorang bertanya kepada Rasulullah, "Siapa

ia yang rugi besar ya Rasulullah?" Beliau menjawab,

"Orang yang mempunyai kedua orang tua yang masih

hidup dalam keadaan tua, baik salah satu ataupun

51

keduanya, tetapi orang tersebut tidak dapat masuk surga”

(HR. Muslim)(al-Albani, 2012:494).

Dari hadist tersebut dapat diketahui bahwa seseorang yang

mendapati kedua orang tuanya atau salah satu diantaranya masih

hidup dalam keadaan tua atau lanjut usia dan orang tersebut tidak

berbakti atau berbuat baik kepadanya seperti merawat mereka,

memenuhi segala kebutuhan mereka, dan menyenangkan hati

mereka maka orang tersebut tidak dapat masuk surga karena

sikapnya terhadap kedua orang tuanya.

e. Menjadi Sebab Diampuni Dosa Besar

Dalam buku Shahih Sunan Tirmidzi karya Muhammad

Nashiruddin al-Albani (2006,509), dijelaskan bahwa dengan

berbakti kepada kedua orang atau sanak saudaranya akan menjadi

salah satu alasan diampuni dosa besar.

Sebagaimana hadist berikut:

”Abu Kuraib menceritakan kepada kami, Abu

Muawiyah menceritakan kepada kami, dari Muhammad

bin Suqah, dari Abu Bakar bin Hafsh dari Ibnu Umar

bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi Saw

kemudian berkata:”Ya Rasulullah, sesungguhnya aku telah

melakukan dosa besar, apakah aku masih bisa bertaubat?

Rasulullah Saw menjawab, ”Apakah kau masih memiliki

ibu?” ia menjawab, “Tidak” Rasulullah bersabda, “Apakah

engkau masih mempunyai bibi dari pihak ibu?” ia

menjawab,”Ya” Rasulullah Saw bersabda, ”Berbaktilah

engkau kepadanya.” (HR.Tirmidzi)(al Albani, 2006:509).

52

Dengan demikian, berbakti kepada orang tua dapat

menjadi salah satu cara supaya dosa besar kita diampuni oleh Allah

SWT. namun tetap harus dibarengi taubat yang sungguh-sungguh

dan melakukan amalan-amalan yang baik sesuai perintah Allah

SWT dan Rasul-Nya.

53

BAB III

KAJIAN SURAT AL-AHQAAF

A. Deskripsi Surat al-Ahqaaf

Surat al-Ahqaaf (Arab: الحقاؼ, “Bukit-Bukit Pasir), adalah surat

ke-46 dalam al-Qur‟an dan tergolong Makkiyah yang terdiri atas 35 ayat.

Namun sebagian ulama berpendapat bahwa ayat 3, 10, 15 dan 35 tergolong

Madaniyyah. Dinamakan al-Ahqaaf yang berarti Bukit-bukit Pasir diambil

dari al-Ahqaaf yang terdapat pada ayat 21 surat ini.

Tema utama dalam surat ini tidak jauh berbeda dengan surat

sebelumnya yang berbicara tentang aqidah, yaitu tentang keagungan al-

Qur‟an, keburukan syirik, penyembahan berhala, serta ancaman terhadap

pelakunya disertai dengan uraian bukti-bukti tentang keniscayaan kiamat.

Dalam ayat surat ini dijelaskan bahwa Nabi Hud as telah

menyampaikan risalahnya kepada kaum „Ad di al-Ahqaaf yang sekarang

dikenal dengan ar-Rab‟ul Khali sebagaimana peringatan yang telah

disampaikan oleh Nabi-Nabi sebelumnya untuk tidak menyembah selain

Allah SWT. Tetapi kaumnya telah ingkar meskipun mereka telah diberi

peringatan. Hingga akhirnya Allah membuktikan kebenaran ancaman-Nya

dan menghancurkan mereka dengan tiupan angin kencang.

Dapat dikatakan bahwa surat ini bertujuan memberikan

peringatan kepada manusia untuk tidak menyekutukan-Nya dengan apapun

dan mengingatkan kepada manusia bahwa hari kiamat itu memang benar

54

adanya, dimana keadilan akan ditegakkan oleh Allah SWT dan setiap

manusia akan mendapat balasan atas perbuatannya selama hidup di dunia.

B. Asbabun Nuzul Surat al-Ahqaaf Ayat 15-16

Asbabun Nuzul secara bahasa terdiri dari kata asbab dan nuzul.

Asbab merupakan bentuk jamak dari kata بب yang berarti sebab, karena

(Yunus, 2007:161), dan nuzul merupakan isim mashdar dari يػنزؿ -نػزؿ-

yang artinya turun (Yunus, 2007:448). Sedangkan menurut istilah نػزول

asbabun nuzul adalah peristiwa penyebabkan turunnya ayat yang

menjelaskan pandangan al-Qur‟an tentang peristiwa yang terjadi atau

mengomentarinya (Budihardjo, 2012:21).

Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa asbabun nuzul adalah

sebab ayat al-Qur‟an turun berkaitan dengan suatu peristiwa yang terjadi,

baik memberi komentar atau menanggapi peristiwa tersebut.

Pengetahuan mengenai asbabun nuzul atau sejarah turunnya ayat-

ayat al-Qur‟an sangat perlu dan penting bagi seseorang yang ingin

memperdalam pengertian mengenai ayat-ayat al-Qur‟an. Dengan

mengetahui sebab turun suatu ayat al-Qur‟an seseorang akan lebih mudah

dalam memahami situasi dan kondisi ketika ayat tersebut diturunkan,

sehingga mudah untuk memahami apa yang terkandung di dalam ayat.

Penulis akan memaparkan mengenai asbabun nuzul surat

al-Ahqaaf ayat 15-16 yang berkaitan dengan tema penelitian penulis.

55

Setelah ayat-ayat yang lalu Allah menyebutkan tentang pengesaan

dan pemurnian ibadah kepada-Nya, maka selanjutnya wasiat tentang kedua

orang tua. Allah menyampaikan mengenai perintah untuk berbuat baik

kepada kedua orang tua tidak hanya dalam satu surat, namun di beberapa

ayat surat, seperti:

... إياه وبالوالدين إحساناا إل تػعبدو وقضى ربك أل

Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu

jangan menyambah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik

pada ibu dan bapakmu dengan sebaik-baiknya... (QS.

Al-Isra‟/17:23)(Depag, 1977:427).

Dan firman-Nya pula:

ر أف اشكر لي ولوالديك إلي المصيػ

Artinya: Bersyukurlah kepada-Ku dan kedua ibu bapakmu, hanya

kepada-Kulah kembalimu (QS.Luqman/31:14)(Depag, 1977:654).

Perintah untuk berbuat baik terhadap kedua orang tua disebutkan

setelah perintah untuk menyembah Allah dan larangan untuk

menyekutukan Allah SWT. Ini mengisyaratkan bahwa berbuat baik

terhadap kedua orang tua amatlah penting dan sangat mulia di sisi Allah

SWT.

Selanjutnya mengenai asbabun nuzul surat al-Ahqaaf ayat 15-16

sebagian ulama berpendapat bahwa ayat tersebut turun menyangkut

Sayyidina Abu Bakar ra. saat usia beliau mencapai 40 tahun. Beliau telah

bersahabat dengan Nabi Saw sejak usia 18 tahun dan Nabi ketika itu

berusia 20 tahun. Mereka sering kali bepergian bersama, antara lain dalam

56

perjalanan berdagang ke Negeri Syam. Beliau memeluk Islam pada usia 38

tahun di kala Nabi baru beberapa saat mendapat wahyu yang pertama

(Shihab, 2012:655).

Di dalam buku tafsir al-Qur‟anul Majid An-Nuur (ash-Shiddieqy,

2000:3831), dijelaskan bahwa Ibn Abbas mengatakan: “Allah telah

memperkenankan doa Abu Bakar. Beliau telah memerdekakan sembilan

budak yang masuk Islam, di antaranya Bilal dan Amir ibn Fuhairah. Beliau

senantiasa memberikan pertolongan kepada kebajikan.” Beliau berdoa:

“Ya, Tuhanku, perbaikilah keturunanku.” Permintaan itu dikabulkan oleh

Allah. Semua anaknya beriman. Dengan demikian, Abu Bakar

memperoleh keutamaan yang besar: keislaman kedua orang tuanya dan

keislaman anak-anaknya. Tidak seorang sahabat Nabi lain yang

memperoleh keutamaan seperti ini.

Sehingga dapat penulis simpulkan, bahwa surat al-Ahqaaf ayat

15-16 turun berkaitan dengan Sayyidina Abu Bakar yang dikabulkan

doanya berupa berimannya kedua orang tua dan anak keturunannya, serta

ia dapat menolong orang lain dan menjadikannya beriman kepada Allah

SWT.

C. Munasabah Surat al-Ahqaaf

Menurut bahasa kata munasabah berasal dari kata يناب –ناب–

.yang memiliki arti patut, perhubungan, sesuai (Yunus, 2007:449).منابة

Sedang menurut istilah munasabah adalah adanya keserasian, kepantasan,

57

kecocokan dan kemiripan antara ayat dengan ayat atau surat dengan surat

di dalam al-Qur‟an (Budihardjo, 2012:39).

Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa munasabah adalah

hubungan suatu ayat dengan ayat atau surat dengan surat yang lain di

dalam al-Qur‟an yang memiliki kemiripan dalam uraian.

1. Munasabah ayat dengan ayat surat al-Ahqaaf

Surat al-Ahqaaf ayat 15-16 memiliki munasabah ayat antara

ayat sesudahnya.

نا اإلنساف بوالديو إحسانا حملتو أمو كرىا و وضعتو كرىا وحملو وفصالو ووصيػ

ه وبػلغ أربعي ثػو ثل نة ف شهرا حتى إذا بػلغ أشد قاؿ رب أوزعني أف أشكر ن

ي أنػعمت علي وعلى والدي وأف أعمل صالحا تػرضاه وأصلح لي في نعمتك الت

(15)ن ذريتي إني تػبت إليك وإني من المسلمي

هم أحسن ما عملو أولئك الذي يئات ا ونػتج ن نػتػقبل عنػ هم في أصحاب اوز عن

(16)ف ا يوعدو الجنة وعد الصدؽ الذي كانػو Artinya: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat

baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya

mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya

dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai

menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia

telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia

berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri

nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan

kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal

yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku

dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.

Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan

sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri"

(QS. Al-Ahqaaf/46:15)(Depag, 1977:824).

58

Artinya: Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari

mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan

Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama

penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang

telah dijanjikan kepada mereka (QS.

Al-Ahqaaf/46:16)(Depag, 1977:824).

Surat al-Ahqaaf ayat 15 ini menggambarkan mengenai bakti

seorang anak terhadap kedua orang tuanya dengan cara mendoakan

kedua orang tuanya dan anak keturunannya. Allah SWT melalui ayat

ini menjelaskan jasa seorang ibu yang telah mengandung dan

menyampih anaknya dalam waktu yang cukup lama, yaitu tiga puluh

bulan. Sehingga tidak ada alasan bagi anak untuk durhaka terhadap

kedua orang tuanya.

Ketika seseorang mencapai usia yang telah disebutkan dalam

ayat tersebut, ia bersyukur terhadap Allah SWT atas semua karunia-

Nya, berdoa semoga anak keturunannya kelak menjadi manusia yang

menjunjung tinggi agama Allah SWT yaitu Islam dan berharap

diampuni segala dosa yang telah ia perbuat selama ini. Dalam ayat 16

Allah SWT menerima amal sholeh yang telah mereka perbuat,

memberi balasan atas setiap amal sholeh tersebut dan memberi pahala

kepada mereka, bahkan memberi maaf terhadap amal-amal buruk

yang kadang terlanjur mereka lakukan di dunia. Kemudian mereka

mengatur diri dalam menempuh jalan para penghuni surga dan

termasuk dalam golongan mereka.

59

Setelah Allah menyebutkan tentang hal orang yang

mendoakan kedua ibu bapaknya dan berbakti kepada keduanya,

kemudian menyebutkan pula kebahagiaan dan keselamatan yang

Allah berikan kepada mereka di akhirat.

Selanjutnya, pada ayat 17-18 menyebutkan orang-orang

yang celaka, yaitu orang-orang yang durhaka kepada ibu bapaknya,

bersikap kasar terhadapnya dan mengingkari hari kebangkitan serta

hisab, yang membantah umat-umat yang telah lalu yang tak pernah

dibangkitkan lagi. Maka Allah memberi balasan kepada mereka

dengan kehinaan dan kerendahan serta penderitaan yang menyebabkan

penyesalan silih berganti dalam jurang-jurang neraka (al-Maraghi,

1993:38).

Adapun nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam surat

al-Ahqaaf ayat 15 dan 16 adalah:

a. Pendidikan aqidah: melaksanakan perintah Allah SWT untuk

berbakti kepada kedua orang tua.

b. Pendidikan humanisasi: pendidikan memanusiakan manusia

dengan patuh kepada kepada Allah SWT, yaitu berbuat baik kepada

kedua orang tua, terutama ibu yang telah mengandung dan

menyapih selama tiga puluh bulan.

60

c. Pendidikan spiritual dan emosional: kematangan spiritual yang

didasarkan pada keimanan dan ketaatan dengan doa memanjatkan

rasa syukur atas nikmat Allah SWT kepadanya. Serta kematangan

emosional yang diekspresikan dengan mohon ampun atas segala

kesalahan dan mendoakan anak cucu keturunannya agar bertauhid

kepada Allah SWT.

2. Munasabah surat dengan surat

a. Surat al-Ahqaaf dengan surat al-Jaatsiyah

Surat al-Jaatsiyah “Bertekuk Lutut”, adalah surat ke-45

dalam al-Qur‟an dengan jumlah ayat sebanyak 37 dan tergolong

Makkiyah kecuali ayat delapan yang tergolong Madaniyah.

Dinamai surat al-Jaatsiyah/Bertekuk Lutut, karena kata ini

disebutkan pada ayat 28 dan merupakan satu-satunya yang disebut

dalam al-Qur‟an.

Pada surat al-Jaatsiyah diawali dan diakhiri dengan

menyebut dua sifat Allah, yaitu “Maha Perkasa dan Maha

Bijaksana”. Dengan demikian membuktikan betapa Agung,

Perkasa, dan Bijaksana dan Maha Kuasa Allah serta Pengendali

langit dan Bumi yaitu sebagai berikut:

وىو العزيػ ولو الكبرياء في السماوات وال م ز الحكي ر

61

Artinya: Dan bagi-Nya lah keagungan di langit dan di

bumi, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana

(QS. Al-Jaatsiyah/45:37)(Depag, 1977:820).

Allah SWT pemilik Keagungan dan Kekuasaan di alam

luhur maupun alam rendah. segala sesuatu tunduk kepada-Nya dan

butuh kepada-Nya, bukan kepada sesembahan dan sekutu-sekutu

selain-Nya

Adapun munasabah antara surat al-Jaatsiyah dengan surat

al-Ahqaaf yaitu:

1) Bukti Kebesaran Allah

Dalam akhir surat al-Jaatsiyah dinyatakan bahwa

segala kebesaran yang ada di langit dan di bumi adalah

kepunyaan-Nya, bahwa Dia Maha Perkasa dan Maha

Bijaksana.

رب العالمي فللو الحمد رب السماوات ورب ال ن ر

Artinya: Maka bagi Allah-lah segala puji, Tuhan

langit dan Tuhan bumi, Tuhan semesta alam (QS.

Al-Jaastiyah/45:36)(Depag, 1977:820).

وىو العزيػ اوات وال ولو الكبرياء في السم م ز الحكي ر

Artinya: Dan bagi-Nya lah keagungan di langit dan di

bumi, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana (QS. Al-Jaastiyah/45:37)(Depag,

1977:820).

62

Sedang dalam surat al-Ahqaaf Allah menyatakan

bahwa Kitab al-Qur‟an yang diingkari kaum musyrik Mekkah,

diturunkan dari Allah Yang Maha Perkasa dan Maha

Bijaksana, kewenangan menurunkan al-Qur‟an ada tangan

Allah, bukan pada yang lain.

م ز الحكي ل الكتاب من اللو العزي تػنزي

Artinya: Diturunkan Kitab ini dari Allah Yang Maha

Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS.

Al-Ahqaaf/46:2)(Depag, 1977:822).

2) Sikap Kaum Musyrik Terhadap al-Qur‟an

Dalam surat al-Jaatsiyah diterangkan tentang keesaan

Allah yang tidak ada sekutu bagi-Nya, baik sekutu dalam hal

yang terkait dengan hak untuk disembah maupun sekutu

tentang penciptaan, peguasaan, dan kepemilikan seluruh

makhluk.

ل إف في السماوات وال ن لمؤمني يات ل ر

Artinya: Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-

benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk

orang-orang yang beriman (QS. Al-Jaastiyah/45:3)

(Depag, 1977:815).

ف قنػو قوـ يػو يػبث من دابة آيات ل خلقكم وما وفي

Artinya: Dan pada penciptaan kamu dan pada

binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di

muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)

63

untuk kaum yang meyakini (QS. Al-Jaastiyah/45:4)

(Depag, 1977:815).

ؼ الليل والنػهار وما أنػزؿ اللو من السماء من رزؽ فأحيا بو واختل

بػعد موتها وتصري ال ف قوـ يػعقلو ف الرياح آيات ل ر

Artinya: Dan pada pergantian malam dan siang dan

hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu

dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah

matinya; dan pada perkisaran angin terdapat pula

tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang

berakal (QS. Al-Jaastiyah/45:5)(Depag, 1977:815).

لو ث بػعد اللو وآياتو عليك بالحق فبأي حدي ىاتلك آيات اللو نػتػ

ف يػؤمنػو

Artinya: Itulah ayat-ayat Allah yang Kami

membacakannya kepadamu dengan sebenarnya;

maka dengan perkataan manakah lagi mereka akan

beriman sesudah (kalam) Allah dan keterangan-

keterangan-Nya (QS. Al-Jaastiyah/45:6)(Depag,

1977:815).

Sedang di dalam surat al-Ahqaaf dijelaskan sikap

orang musyrik terhadap Rasulullah yang diutus menyampaikan

agama Allah kepada mereka.

نات قاؿ الذي لى عليهم آياتػنا بػيػ ا للحق لما جاءىم ىذا كفرو ن وإذا تػتػ

حر مبي ن

Artinya: Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-

ayat Kami yang menjelaskan, berkatalah orang-orang

yang mengingkari kebenaran ketika kebenaran itu

64

datang kepada mereka: "Ini adalah sihir yang nyata”

(QS. Al-Ahqaaf/46:7)(Depag, 1977:823).

ـ يػقو من اللو شيئا ىو أعلم ف لي تملكو ف افػتػراه قل إف افػتػريػتو فل لو أ

نكم وىو الغفو دا بػيني و كفى بو شهي ف في ضو بما تفي م ر الرحي وبػيػ

Artinya: Bahkan mereka mengatakan: "Dia

(Muhammad) telah mengada-adakannya (Al

Qur'an)", Katakanlah: "Jika aku mengada-

adakannya, maka kamu tiada mempunyai kuasa

sedikitpun mempertahankan aku dari (azab) Allah itu.

Dia lebih mengetahui apa-apa yang kamu

percakapkan tentang Al Qur'an itu. Cukuplah Dia

menjadi saksi antaraku dan antaramu dan Dia-lah

Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS.

Al-Ahqaaf/46:8)(Depag, 1977:823).

ل وما أدري بكم إف أتبع إل ول ما يػفعل بي قل ما كنت بدعا من الر

ن ر مبي نذيػ ما يوحى إلي وما أنا إل

Artinya: Katakanlah: "Aku bukanlah rasul yang

pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak

mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan

tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah

mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku

tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang

menjelaskan (QS. Al-Ahqaaf/46:9)(Depag, 1977:823).

3) Kewajiban Berbuat Baik Terhadap Kedua Orang Tua

Dalam surat al-Jaatsiyah dijelaskan bahwa orang yang

beriman kepada Allah, lalu istiqomah dalam beriman dan

melaksanakan ibadah, akan memperoleh kebahagiaan surga di

akhirat dan kekal di dalamnya sebagai balasan atas amal

mereka di dunia.

65

رحمتو ذلك ىو ا وعملوا الصالحات فػيدخلهم ربػهم في ن آمنػو فأما الذي

ن الفوز المبي

Artinya: Adapun orang-orang yang beriman dan

mengerjakan amal yang saleh maka Tuhan mereka

memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga).

itulah keberuntungan yang nyata (QS.

Al-Jaastiyah/45:30)(Depag, 1977:819).

Sedang dalam surat al-Ahqaaf dijelaskan perintah

Allah kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang

tuanya yang telah membesarkan dan memeliharanya dengan

susah payah. Seorang anak yang baik dan sholeh akan

melaksanakan perintah Allah dan berbakti kepada kedua orang

tuanya. Anak yang demikian termasuk calon penghuni surga.

نا اإل حملو وضعتو كرىا و نساف بوالديو إحسانا حملتو أمو كرىا و ووصيػ

ه وبػلغ أربعي ثػو وفصالو ثل نة قاؿ رب ف شهرا حتى إذا بػلغ أشد ن

أنػعمت علي وعلى والدي وأف أعمل تي أف أشكر نعمتك ال أوزعني

ن من المسلمي تػبت إليك وإني إني صالحا تػرضاه وأصلح لي في ذريتي

Artinya: Kami perintahkan kepada manusia supaya

berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya

mengandungnya dengan susah payah, dan

melahirkannya dengan susah payah (pula).

Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga

puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan

umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya

Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat

Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan

kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat

66

amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan

kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak

cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau

dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang

berserah diri (QS. Al-Ahqaaf/46:15)(Depag,

1977:824).

هم أحسن ما عملو أولئك الذي يئاتهم في ا ونػتج ن نػتػقبل عنػ اوز عن

ف عدو ا يػو كانػو ي أصحاب الجنة وعد الصدؽ الذ

Artinya: Mereka itulah orang-orang yang Kami

terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka

kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan

mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai

janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka

(QS. Al-Ahqaaf/46:16)(Depag, 1977:824).

b. Surat al-Ahqaaf dengan Surat Muhammad

Surat Muhammad merupakan surat ke 47 di dalam

al-Qur‟an yang terdiri dari 38 ayat dan tergolong Madaniyyah.

namun ada beberapa ulama yang mengatakan bahwa ayat 13

tergolong surat Makkiyah atas dasar sebuah riwayat yang

mengatakan bahwa ayat ini turun setelah Nabi Saw selesai

melakukan Haji Wada‟, ketika meninggalkan kota Mekkah sambil

menangis. Dan sebagian besar mengatakan bahwa ayat 13

tergolong Madaniyyah sesuai pemahaman mayoritas ulama dalam

arti “Ayat yang turun setelah Nabi Saw berhijrah” walau ayat

tersebut turun di Mekkah.

67

Surat Muhammad berkaitan erat dengan surat sebelumnya

(al-Ahqaaf), karena awal surat ini senada dengan akhir surat

al-Ahqaaf. Sehingga sekiranya basmalah dihilangkan antara surat

ini dengan surat sebelumnya, niscaya pembicaraan pada surat ini

bersambung dengan pembicaraan sebelumnya tanpa ada perbedaan

dan tak ada pembatasan antara satu dengan yang lain.

Adapun munasabah antara surat al-Ahqaaf dengan surat

Muhammad ada dalam beberapa hal, yaitu:

1) Perbuatan yang Diridhoi dan Dilarang Allah

Dalam surat al-Ahqaaf dijelaskan tentang perintah

Allah kepada Nabi Muhammad Saw untuk bersabar atas sikap

orang kafir dan musyrik yang menolak dakwahnya. Allah juga

menjelaskan bahwa kehancuran akan menimpa orang-orang

yang kafir dan fasik.

ل ول تستػعجل لهم كأنػهم يػوـ فاصبر كما صبػر أولو العزـ من الر

اعة م ف لم يػلبثوا إل عدو يػروف ما يػو القوـ غ فػهل يػهلك إل هار بل ن نػ

قو ف الفا

Artinya: Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang

yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah

bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan

(azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab

yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-

olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada

siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka

68

tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik (QS.

Al-Ahqaaf/46:35)(Depag, 1977:828).

Sedang dalam surat Muhammad dijelaskan bagaimana

Allah menghapus amal orang-orang kafir dan orang yang

menolak mengikuti jalan Allah yang lurus, yaitu Islam.

بي ا وصدو ن كفرو الذي ل اللو أضل أعمالهم ا عن

Artinya: Orang-orang yang kafir dan menghalang-

halangi (manusia) dari jalan Allah, Allah menghapus

perbuatan-perbuatan mereka (QS.

Muhammad/47:1)(Depag, 1977:830).

ىو الحق ا بما نػزؿ على محمد و ا وعملوا الصالحات وآمنػو ن آمنػو والذي

يئاتهم وأصلح بالهم من ر هم بهم كفر عنػ

Artinya: Dan orang-orang yang beriman (kepada

Allah) dan mengerjakan amal-amal yang saleh serta

beriman (pula) kepada apa yang diturunkan kepada

Muhammad dan itulah yang hak dari Tuhan mereka,

Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka

dan memperbaiki keadaan mereka (QS.

Muhammad/47:2)(Depag, 1977:830).

ا اتػبػعوا الحق من ن آمنػو ن كفروا اتػبػعوا الباطل وأف الذي لك بأف الذي اذ

ربهم كذلك يضرب اللو للناس أمثالهم

Artinya: Yang demikian adalah karena sesungguhnya

orang-orang kafir mengikuti yang batil dan

sesungguhnya orang-orang yang beriman mengikuti

yang hak dari Tuhan mereka. Demikianlah Allah

membuat untuk manusia perbandingan-perbandingan

69

bagi mereka (QS. Muhammad/47:3)(Depag,

1977:830).

2) Faedah Iman dan Akibat Kufur

Dalam surat al-Ahqaaf dijelaskan bahwa orang kafir

yang kemudian beriman kepada Allah setelah adanya

peringatan dari Nabi Muhammad Saw, maka dia akan

diampuni dosanya dan terhindar dari azab.

بكم ويجركم من ا بو يػغفر لكم من ذنػو ا داعي اللو وآمنػو بػو يا قػومنا أجي

م عذاب ألي

Artinya: Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang

yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-

Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa

kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih

(QS. Al-Ahqaaf/46:31)(Depag, 1977:827).

وليس لو من دو يجب داعي اللو فػليس بمعجز في ال ومن ل نو ر

ن ؿ مبي ضل لياء أولئك في أو

Artinya: Dan orang yang tidak menerima (seruan)

orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak

akan melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi

dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka

itu dalam kesesatan yang nyata (QS.

Al-Ahqaaf/46:32)(Depag, 1977:827).

Sedang dalam surat Muhammad dijelaskan mengenai

tempat bagi orang beriman dan orang kafir di akhirat kelak.

70

من تحتها ا وعملوا الصالحات جنات تجري ن آمنػو إف اللو يدخل الذي

ـ والنار مثػوى ف كما تأكل ال ف ويأكلو ا يػتمتػعو ن كفرو نػهار والذي ال نػعا

هم ل

Artinya: Sesungguhnya Allah memasukkan orang-

orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh ke

dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-

sungai. Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-

senang (di dunia) dan mereka makan seperti

makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah

tempat tinggal mereka (QS.

Muhammad/47:12)(Depag, 1977:831).

3) Perumpamaan Surga dan Neraka

Dalam surat al-Ahqaaf Allah membedakan sikap dan

tindakan antara orang yang beriman dan orang kafir terhadap

al-Qur‟an.

نات قاؿ الذي لى عليهم آياتػنا بػيػ ا للحق لما جاءىم ىذا ن كفرو وإذا تػتػ

حر م ن بي

Artinya: Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-

ayat Kami yang menjelaskan, berkatalah orang-orang

yang mengingkari kebenaran ketika kebenaran itu

datang kepada mereka: "Ini adalah sihir yang nyata”

(QS. Al-Ahqaaf/46:7)(Depag, 1977:823).

تػقامو ن قالو إف الذي ف ىم يحزنػو خوؼ عليهم ول ا فل ا ربػنا اللو ثم ا

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang

mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian

mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran

terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka

cita (QS. Al-Ahqaaf/46:13)(Depag, 1977:824).

71

ف ا يػعملو ما كانػو ها جزاء ب ن فيػ أولئك أصحاب الجنة خالدي

Artinya: Mereka itulah penghuni-penghuni surga,

mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa

yang telah mereka kerjakan (QS.

Al-Ahqaaf/46:14)(Depag, 1977:824).

Sedang dalam surat Muhammad dijelaskan mengenai

tempat orang beriman dan orang kafir di akhirat.

ن وأنػهار م ن م ها أنػهار م ف فيػ وعد المتػقو مثل الجنة التي ن اء غير آ

ة ل ن خمر ل م يػتػغيػر طعمو وأنػهار م بن ل ل اربي ذ ن عسل ن وأنػهار م ل

بهم كمن ىو خالد في ن ر ها من كل الثمرات ومغفرة م مصفاى ولهم فيػ

قو ما فػقطع أمعاءىم ا ماء حمي النار و

Artinya: (Apakah) perumpamaan (penghuni) surga

yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa

yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang

tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari

air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai

dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi

peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang

disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya

segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan

mereka, sama dengan orang yang kekal dalam neraka

dan diberi minuman dengan air yang mendidih

sehingga memotong-motong ususnya? (QS.

Muhammad/47:15)(Depag, 1977:832).

D. Tafsir Surat al-Ahqaaf Ayat 15-16

1. Tafsir Surat al-Ahqaaf Ayat 15-16 Secara Umum

نا اإلنساف بوالديو إحسانا حملتو أمو كرىا و وضعتو كرىا وحملو وفصالو ووصيػ

72

ه وبػلغ أربعي ف شهرا حتى إذا بػل ثػو ثل نة غ أشد قاؿ رب أوزعني أف أشكر ن

نعمتك التي أنػعمت علي وعلى والدي وأف أعمل صالحا تػرضاه وأصلح لي في

(15)ن ذريتي إني تػبت إليك وإني من المسلمي

هم أحسن ما عملو أولئك الذي يئاتهم في أصحاب ا ونػتج ن نػتػقبل عنػ اوز عن

(16)ف ا يوعدو الجنة وعد الصدؽ الذي كانػو

Artinya: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat

baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya

mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya

dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai

menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia

telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia

berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri

nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan

kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal

yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku

dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.

Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan

sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri"

(QS. Al-Ahqaaf/46:15)(Depag, 1977:824).

Artinya: Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari

mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan

Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama

penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang

telah dijanjikan kepada mereka (QS. Al-Ahqaaf/46:16)

(Depag, 1977:824).

Dalam surat ini, ayat ke 15 menjelaskan bahwa Allah SWT

memerintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua

orang tuanya. Terutama kepada ibu yang telah mengandung dan

melahirkan dengan susah payah dan berat. Dalam ayat tersebut juga

73

dijelaskan bahwa masa mengandung sampai menyapih anak adalah 30

bulan.

Selanjutnya, ketika berusia 40 tahun seorang anak menduduki

usia yang dewasa dalam berfikir dan bertindak. Karena ia mulai

menyadari akan kesalahannya dan diwasiatkan untuk bertaubat serta

berdoa untuk keselamatan anak keturunannya. Dalam doa tersebut ia

meminta petunjuk kepada Allah SWT untuk diberi petunjuk agar bisa

bersyukur atas segala nikmat yang telah didapatkan, dan nikmat

terbesar seorang hamba adalah keimanan, sebagaimana firman Allah

SWT:

ن ماف إف كنتم صادقي ي بل اللو يمن عليكم أف ىداكم لل …

Artinya: “…sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan

nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan

jika kamu adalah orang-orang yang benar" (QS.

Al-Hujuraat/49:17)(Depag, 1977:848).

Imamul Mufassirin Ibnu Abbas ra mengartikan nikmat

tersebut adalah tauhid, dan tidak bertentangan juga jika nikmat

tersebut termasuk nikmat secara umum, seperti kesehatan, rizki dan

lain sebagainya karena nikmat Allah SWT sangat banyak dan besar.

Tak ada seorang hamba yang mampu menghitung seberapa banyak

dan besar nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepada hamba-Nya,

sebagaimana firman Allah SWT berikut:

ىا تحصو ا نعمة اللو ل وإف تػعدو

74

Artinya: Dan jika kamu (manusia) menghitung-hitung nikmat

Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya (QS.

An-Nahl/16:18)(Depag, 1977:404).

Selain doa untuk dirinya sendiri, seorang anak juga berdoa

atas kedua orang tuanya, yakni nikmat yang sama berupa keimanan

dan nikmat yang lainnya, sehingga mereka memeluk agama Islam dan

menjadikan anaknya sebagai keturunan yang beragama Islam. Nabi

SAW bersabda:

لم: وؿ اهلل صلى اهلل عليو و عن أبى ىريػرة رضى اهلل عنو أنو كاف يػقوؿ: قاؿ ر

ما من مولود إل يػولد على الفطرة, فأبػواه يػهودانو, ويػنصرنو, ويمجسا نو.)رواه

مسلم(

Artinya: Dari Abu Hurairah ra, dia berkata: Rasulullah Saw

bersabda: “Seorang bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini)

melainkan dia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian

kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi

Yahudi, Nasrani,atau Majusi” (HR. Muslim)(al-Albani,

2012:557).

Setelah nikmat iman yang ia syukuri, selanjutnya nikmat

lainnya dan salah satu nikmat tersebut adalah rizki berupa mata

pencaharian atau pekerjaan sehingga ayah dapat memenuhi segala

kebutuhan keluarga. Allah SWT berfirman:

ؼ د لو رزقػهن وكسوتػهن بالمعرو وعلى المولو

Artinya: Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian

kepada para ibu dengan cara yang makruf (QS.

Al-Baqaroh/2:233)(Depag, 1977:57).

75

Selanjutnya berdoa supaya diberi petunjuk dalam

melaksanakan amal sholeh dan mengikuti petunjuk Nabi Saw

sehingga mendapat ridho dari Allah SWT atas segala perbuatannya.

Sebab, orang yang beramal sholeh akan mendapatkan pahala yang

tidak terputus-putus dan mendapatkan surga-Nya. Allah SWT

berfirman:

ر ممنػو ن آمنػو الذي إل ف ا وعملوا الصالحات فػلهم أجر غيػ

Artinya: kecuali orang-orang yang beriman dan

mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang

tiada putus-putusnya (QS. At-Tiin/95:6)(Depag, 1977:1076).

ف الجنة عمل من الصالحات من ذكر أو أنػثى وىو مؤمن فأولئك يدخلو يػ ومن

لمو ول راف نقيػ ي

Artinya: Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh,

baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman,

maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak

dianiaya walau sedikit pun (QS. An-Nisaa‟/4:124)(Depag,

1977:142).

Setelah memohon petunjuk kepada Allah SWT, kemudian

memohon dikarunia berupa keturunan yang sholeh dan sholehah, yaitu

yang beragama Islam dan bertauhid kepada Allah SWT. Seperti doa

Nabi Ibrahim as sebagai berikut:

ـ عبد ال وبني أف نػ اجنبني م رب اجعل ىذا البػلد آمنا و وإذ قاؿ إبػراىي صنا

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya

Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman,

76

dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada

menyembah berhala-berhala (QS. Ibrahim/14:35)(Depag.

1977:385).

Dan salah satu doa yang disyariatkan kepada kita adalah doa

memohon keluarga dan keturunan dapat menjadi penyejuk hati

dengan beriman kepada Allah SWT serta beramal sholeh. Allah SWT

berfirman:

ن إمامااجعلنا للمتقي ف ربػنا ىب لنا من أزواجنا وذرياتنا قػرة أعين و لو ن يػقو والذي

Artinya: Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami,

anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan

kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami

imam bagi orang-orang yang bertakwa (QS.

Al-Furqaan/25:74)(Depag, 1977:569).

Selanjutnya, ia berdoa mohon ampun (bertaubat) kepada

Allah SWT Dzat yang Maha Pengampun dan Penerima Taubat. Ia

mulai menyadari bahwa selama hidupnya ia kurang bersyukur dan

belum banyak amal sholeh yang ia perbuat. Nabi Saw mengajarkan

kepada kita doa setiap pagi dan petang dengan doa yang disebut

sebagai “Sayyidul Istighfar”

اللهم انت ربي لالو ال انت خلقتني واناعبدؾ وانا على عهدؾ ووعدؾ

تطعت اعوذبك من شرماصنػعت ابػوءلك بنعمتك علي وأبػوء بذنبي فاغفرلي ماا

نػوب ال انت فانو ليػغفر .الذ

“Ya Allah, Engkaulah Rabbku, tiada Illah kecuali Engkau.

Engkau ciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu. Aku berada

di atas janji-Mu, semampuku. Aku mohon perlindungan dari

keburukan perbuatanku. Aku mengakui banyaknya nikmat

77

(yang Engkau anugerahkan) kepadaku dan aku mengakui

dosa-dosaku, maka ampunilah aku. Karena sesungguhnya

tiada yang mengampuni dosa-dosa melainkan Engkau”

Dan yang terakhir berdoa bahwa sesunguhnya ia termasuk

orang yang berserah diri, yaitu berharap bahwa ketika meninggal

kelak dalam keadaaan memeluk agama Islam, yaitu agama yang

dibawakan oleh Nabi Muhammad Saw sebagai penyempurna semua

ajaran sebelum beliau dan termasuk agama yang diridhoi Allah SWT.

serta berpesan kepada sanak keturunannya supaya meninggal dalam

keadaan seorang muslim. Allah SWT telah menyerukan kepada kaum

mukmin untuk meninggal dengan beragama Islam:

ف سلمو وأنػتم م تن إل تمو ن آمنوا اتػقوا اللو حق تػقاتو ول يا أيػها الذي

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah

kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan

janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan

beragama Islam (QS. Ali Imron/3:102)(Depag, 1977:92).

Seperti pesan Nabi Ibrahim as kepada anaknya:

ي و ويػعقو م بني ي ووصى بها إبػراى تن إل تمو ن فل ب يا بني إف اللو اصطفى لكم الد

ف وأنػتم مسلمو

Artinya: Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada

anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): "Hai

anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini

bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk

agama Islam" (QS. Al-Baqaroh/2:132)(Depag, 1977:34).

Selanjutnya, ayat 16 menjelaskan bahwa orang yang

memiliki sifat tersebut sungguh tinggi kedudukannya dan diterima

78

amal baik yang telah dikerjakan dan diampuni kesalahan mereka.

Mereka akan tinggal bersama penghuni surga, ini adalah janji Allah

yang benar.

E. Pandangan Mufassir tentang surat al-Ahqaaf ayat 15-16

1. Ahmad Mustafa al-Maraghi (Terjemah Tafsir al-Maraghi)

نا اإلنساف بوالديو إحسانا حملتو أمو كرىا و وضعتو كرىا وحملو وفصالو ووصيػ

ه وبػلغ أربعي ثػو ثل نة ف شهرا حتى إذا بػلغ أشد قاؿ رب أوزعني أف أشكر ن

التي أنػعمت علي وعلى والدي وأف أعمل صالحا تػرضاه وأصلح لي في نعمتك

(15)ن ذريتي إني تػبت إليك وإني من المسلمي

هم أحسن ما عملو أولئك الذي ي ا ونػتج ن نػتػقبل عنػ ئاتهم في أصحاب اوز عن

(16)ف ا يوعدو الجنة وعد الصدؽ الذي كانػو

Artinya: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat

baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya

mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya

dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai

menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia

telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia

berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri

nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan

kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal

yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku

dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.

Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan

sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri"

(QS. Al-Ahqaaf/46:15)(Depag, 1977:824).

Artinya: Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari

mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan

Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama

penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang

79

telah dijanjikan kepada mereka (QS.

Al-Ahqaaf/46:16)(Depag, 1977:824).

نا اإلنساف بوالديو إحسانا ووصيػ

Kami memerintahkan kepada manusia supaya berbuat baik

kepada kedua orang tuanya serta mengasihi serta berbakti kepadanya

semasa hidup maupun sesudah mereka meninggal. Dan Kami jadikan

berbakti kepada kedua orang tua adalah amalan yang paling utama,

sedang durhaka terhadap keduanya termasuk dosa besar.

Kemudian Allah SWT menyebutkan pula sebab dari wasiat

tersebut dan membicarakan secara khusus tentang ibu. Karena ibulah

yang paling lemah kondisinya dan lebih patut mendapat perhatian.

وضعتو كرىاحملتو أمو كرىا و

Sesungguhnya ibu ketika mengandung anaknya mengalami

susah payah berupa mengidam, kekacauan pikiran maupun beban

yang berat dan lain sebagainya yang biasanya dialami oleh orang

hamil. Dan ketika melahirkan juga mengalami susah payah berupa

rasa sakit menjelang kelahiran maupun ketika kelahiran tersebut

berlangsung. Semua itu menyebabkan wajibnya seorang anak berbakti

kepada ibu dan menyebabkan ia berhak mendapat kemuliaan dan

pergaulan yang baik dari anaknya. Selanjutnya Allah SWT

menerangkan lemahnya mengandung sampai menyapih anaknya.

firman-Nya:

80

ثوف شهراوحملو وفصالو ثل

Dan masa mengandung anak dan menyapihnya adalah 30

tahun, dimana ibu mengalami bermacam-macam penderitaan jasmani

dan kejiwaan. Ia tidak tidur ketika malam anaknya sakit dan

memenuhi segala keperluan anaknya tanpa mengeluh dan rasa bosan.

Dan ibu itu merasa sedih apabila tubuh anak terganggu atau

mengalami hal yang tidak disukai, yang mempengaruhi perkembangan

anaknya atau mengganggu kesehatannya.

Ayat ini merupakan isyarat bahwa masa mengandung yang

paling pendek adalah 6 bulan. Karena masa menyusui yang paling

panjang adalah dua tahun penuh. Berdasarkan firman Allah Ta‟ala:

دىن حولين كاملين لمن أراد أف يتم الرضاعة والوالدات يػرضعن أول

Artinya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya

selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin

menyempurnakan penyusuan (QS. Al-Baqaroh/2:233)(Depag,

1977:57).

ه وبػلغ أربعي نة حتى إذا بػلغ أشد ن

Sehingga apabila ia menjadi tua dan sempurna umurnya,

dimana kekuatan dan akalnya menjadi kokoh, yaitu dalam usia antara

30-40 tahun. Oleh karena itu, diriwayatkan dari Ibnu Abbas. Barang

siapa yang telah berumur 40 tahun namun kebaikannya tidak melebihi

keburukannya, maka hendak ia bersiap-siap untuk masuk neraka.

81

Para ahli tafsir berkata, Allah tidak pernah membangkitkan

seorang Nabi pun sebelum umur 40 tahun, kecuali dua orang anak dari

seorang ibu, yaitu Isa dan Yahya.

قاؿ رب أوزعني أف أشكر نعمتك التي أنػعمت علي وعلى والدي

Tuhanku, berilah aku taufik untuk dapat mensyukuri nikmat-

Mu yang telah Engkau curahkan kepadaku tentang agama maupun

duniaku, yaitu keluasan penghidupan, kesehatan tubuh, keamanan dan

keenakan yang aku nikmati, agar aku dapat sepenuhnya beribadah

kepada-Mu dan menunaikan perintah-perintah-Mu, disamping

larangan-larangan-Mu, dan mensyukuri nikmat yang telah Engkau

anugerahkan kepadaku, kedua ibu bapakku, berupa belas kasih

kepadaku ketika mereka mengasuhku di masa kecil.

وأف أعمل صالحا تػرضاه

Dan jadikanlah amalku sesuai dengan ridho-Mu agar aku

memperoleh pahala dari-Mu.

وأصلح لي في ذريتي

Dan jadikanlah kesholehan berlaku pada anak cucuku dan

menempat pada jiwa mereka, bahkan merasuk ke dalam hati mereka.

إني تػبت إليك وإني من المسلمين

82

Sesungguhnya aku bertaubat kepada-Mu dari dosa-dosaku

yang telah terlanjur aku lakukan pada hari-hari yang lalu, dan

sesungguhnya aku tergolong orang-orang yang tertunduk kepada-Mu

dengan melakukan ketaatan, dan tergolong orang-orang yang

menerima perintah dan larangan-Mu, yang tunduk kepada hukum-Mu.

Pada ayat selanjutnya, yaitu ayat ke 16 Allah SWT

menyebutkan balasan bagi orang-orang yang memiliki sifat tersebut,

dengan firman-Nya:

هم أحسن ما عملو أولئك الذي يئاتهم في أصحاب ا ونػتج ن نػتػقبل عنػ اوز عن

الجنة

Orang yang memiliki sifat tersebut adalah orang yang

diterima amal sholehnya di dunia, kemudian Allah membalas amal

sholeh dengan memberi pahala mereka atasnya, bahkan Allah

memberi maaf terhadap kesalahan mereka yang terlanjur mereka

lakukan di dunia dan tidak menjadi adat kebiasaan. Kemudian Allah

menegaskan janjinya dengan firman-Nya:

وعد الصدؽ الذي كانوا يوعدوف

Allah berjanji kepada mereka dengan janji yang benar dan

tidak perlu diragukan lagi, dan bahwa Dia pasti menunaikannya.

83

2. M. Quraish Shihab (Tafsir al-Misbah)

نا اإلنساف بوالديو إحسانا حملتو أمو كرىا و ملو وفصالو وضعتو كرىا وح ووصيػ

ه وبػلغ أربعي ثػو ثل نة ف شهرا حتى إذا بػلغ أشد قاؿ رب أوزعني أف أشكر ن

نعمتك التي أنػعمت علي وعلى والدي وأف أعمل صالحا تػرضاه وأصلح لي في

(15)ن تي إني تػبت إليك وإني من المسلمي ذري

هم أحسن ما عملو أولئك الذي يئاتهم في أصحاب ا ونػتج ن نػتػقبل عنػ اوز عن

(16)ف ا يوعدو الجنة وعد الصدؽ الذي كانػو

Artinya: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat

baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya

mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya

dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai

menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia

telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia

berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri

nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan

kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal

yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku

dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.

Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan

sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri"

(QS. Al-Ahqaaf/46:15)(Depag, 1977:824).

Artinya: Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari

mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan

Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama

penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang

telah dijanjikan kepada mereka (QS.

Al-Ahqaaf/46:16)(Depag, 1977:824).

Ayat tersebut menyatakan : Sesungguhnya Kami telah

memerintahkan kepada manusia-siapa pun manusia itu-agar taat

84

kepada Kami selama hidupnya dan Kami telah mewasiatkan, yakni

memerintahkan dan berpesan kepada manusia untuk berbuat baik

kepada kedua orang tunya, siapa pun dan apapun agama kepercayaan

atau sikap dan kelakuan orang tuanya. Ibu yang mengandung dengan

susah payah dan mengalami aneka kesulitan dan gangguan fisik dan

psikis dan melahirkan dengan susah payah. Masa mengandung dan

menyusui ibu yang sempurna adalah tiga puluh bulan, dan ketika anak

telah dewasa, yakni sempurna awal masa bagi kekuatan fisik dan

psikisnya, ia berbakti kepada kedua orang tunya dan berbaktinya

berlanjut sampai usia empat puluh tahun, yakni masa kesempurnaan

kedewasaannya.

Sejak itu ia memohon kepada Allah supaya pengabdiannya

kepada kedua orang tunya semakin bertambah dan menjadikan

kebaikannya tertampung secara mantap dan berkesinambungan pada

anak cucunya. Setelah memohon dengan aneka permohonan tersebut,

ia sadar bahwa tidak sedikit ia melakukan pelanggaran di masa lalu, ia

kemudian berkata: “Sesungguhnya pada masa lalu banyak kesalahan

yang kulakukan, maka kini aku menyesal dan bertekad tidak

mengulanginya serta bertaubat kepada-Mu dan sesungguhnya aku

termasuk orang-orang yang berserah diri kepada-Mu secara lahir dan

batin” (Shihab, 2012:404).

Selanjutnya, pada ayat 16 Allah menjelaskan bahwa Dia

Yang Maha Pengasih itu menyambut permohonan yang dipanjatkan.

85

Allah berfirman: Mereka itu, yang sungguh tinggi kedudukannya lagi

amat terpuji amal-amal merek, adalah orang yang Kami terima secara

baik dari mereka amal terbaik yang telah mereka kerjakan dan Kami

ampuni kesalahan-kesalahan mereka. Mereka tinggal bersama

penghuni-penghuni surga sebagai janji yang benar dan akan terbukti

dalam kenyataaan yang telah dijanjikan kepada mereka oleh Allah

melalui para Nabi.

Ayat ini mengisyaratkan bahwa taubat dan penyerahan diri

kepada Allah secara sempurna sehingga seseorang tidak menghendaki

kecuali apa yang dikehendaki-Nya memperoleh ilham dan kekuatan

untuk melakukan tuntunan Ilahi dan menjadikannya terpilih dalam

kelompok orang-orang pilihan Allah yeng mengikhlaskan diri kepada-

Nya.

3. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy (Tafsir Al-Qur’anul

Majid)

نا اإل وضعتو كرىا وحملو وفصالو ملتو أمو كرىا و نساف بوالديو إحساناح ووصيػ

ف شهراثػو ثل

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat ihsan

(baik) kepada ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan

susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).

Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh

bulan”

Allah telah memerintahkan manusia untuk berbuat baik

kepada orangtuanya, dan berbakti kepadanya. Allah telah menjadikan

sikap berbakti kepada kedua orang tua merupakan salah satu dari amal

86

yang paling utama, sedangkan berlaku durhaka kepada kedua orang

tua adalah dosa besar.

Selanjutnya Allah membahas secara khusus masalah ibu, ibu

yang mengandung dan melahirkannya dengan penuh resiko. Karena

itu sudah sepantasnya anak berbakti kepada kedua orang tuanya,

memuliakan dan memperbaiki hubungan dengan ibunya. Sejak saat

mengandung hingga mengakhiri masa susuannya adalah 30 bulan (dua

setengah tahun). Mengenai jangka waktu mengandung memang tidak

terdapat keterangan di dalam al-Qur‟an. Para fuqaha menyatakan dua

tahun, ada juga yang mengatakan empat tahun. Menurut kelaziman,

masa mengandung selama Sembilan bulan (Ash-Shiddieqy,

2000:3830).

Di dalam buku Tafsir Al-Qur‟anul Majid karya Teungku

Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy dikatakan bahwa Ibn Abbas

mengatakan:

“Apabila seorang perempuan melahirkan anaknya sesudah

hamil Sembilan bulan, maka cukuplah dia menyusukan

anaknya selama 21 bulan. Apabila dia melahirkan anaknya

setelah tujuh bulan hamil, dia menyusukan bayinya selama 23

bulan, dan apabila si istri melahirkan anaknya setelah enam

bulan hamil, maka hendaklah dia menyusui anaknya selama 2

tahun” (Ash-Shiddieqy, 2000:3831).

ه وبػلغ أربعي نة قاؿ رب أوزعني حتى إذا بػلغ أشد أف أشكر نعمتك التي ن

تػبت ذريتيإني في وعلى والدي وأف أعمل صالحا تػرضاه وأصلح لي أنػعمت علي

ن من المسلمي إليك وإني

87

“sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai

empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku

untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan

kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat

berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah

kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak

cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan

sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah

diri”

Seseorang akan mencapai umur dewasa dan berakal yang

sempurna, berusia antara 30 sampai 40 tahun. Sesudah dia mencapai

usia 40 tahun, maka dia pun berdoa: “Wahai Tuhan kami, taufikkanlah

aku untuk mensyukuri nikmat-nikmat-Mu yang telah Engkau

anugerahkan kepadaku, baik mengenai agama maupun dunia, dan

mensyukuri nikmat-nikmat-Mu yang telah Engkau curahkan kepada

bapak ibuku. Yaitu, Engkau menghidupkan rasa sayang dan belas

kasihan dalam dirinya kepadaku sewaktu aku masih kecil. Jadikan

semua amalanku sesuai dengan keridhoan-Mu, sehingga aku

memperoleh pahala dari-Mu dan jadikanlah kebaikan dan ketaqwaan

berkembang dalam diri keturunanku, teguhkan sendi-sendinya pada

pribadi anak-anak keturunanku” (Ash-Shiddieqy, 2000:3831).

هم أحسن ما عملو أولئك الذي يئاتهم في أصحاب ا ونػتج ن نػتػقبل عنػ اوز عن

الجنة

Mereka yang bersifat demikian, termasuk orang-orang yang

diterima amalannya oleh Allah SWT, yang paling dianggap sempurna

88

imannya karena keikhlasannya. Merekalah orang-orang yang

dimaafkan kesalahannya dan digolongkan ke dalam golongan

penghuni surga.

ف عدو ا يػو كانػو وعد الصدؽ الذي

Janji yang diberikan Allah adalah janji benar. Itulah janji

yang disampaikan kepada mereka melalui perantara para Nabi.

89

BAB IV

ANALISIS KONSEP AL-QUR’AN TENTANG BIRRUL WAALIDAIN

A. Analisis Konsep Birrul Waalidain al-Qur’an Surat al-Ahqaaf

ayat 15-16

Pendidikan keluarga adalah usaha sadar orang tua dalam

menumbuhkembangkan anak menjadi seseorang yang lebih baik secara

fisik, psikis, sosial, maupun spiritualnya serta sebagai tempat pendidikan

pertama bagi anak. Islam sebagai agama moral sangat menekankan supaya

manusia hidup dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan,

sebagaimana yang telah dijelaskan demikian luas dalam ayat-ayat al-

Qur‟an. Salah satu dalam firman-Nya:

ها ملئكة يا أيػها الذين آمنوا قوا أنػفسكم وأىليكم نارا وقودىا الناس والحجارة عليػ

لظ شداد ل يػعصوف اللو ما أمرىم ويػفعلوف ما يػؤمروف غ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah

manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,

yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa

yang diperintahkan (QS. At-Tahrim/66:6)(Depag, 1977:951).

Rasulullah Saw juga bersabda:

لم: ما عن أبى ىريػرة رضى اهلل عنو أنو ك وؿ اهلل صلى اهلل عليو و اف يػقوؿ: قاؿ ر

من مولود إل يػولد على الفطرة, فأبػواه يػهودانو, ويػنصرنو, ويمجسا نو.)رواه مسلم(

Artinya: Dari Abu Hurairah ra, dia berkata: Rasulullah Saw

bersabda: “Seorang bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini)

90

melainkan dia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua

orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi,

Nasrani,atau Majusi” (HR. Muslim)(al-Albani, 2012:557).

Ayat tersebut memerintahkan kepada setiap orang beriman untuk

menjaga diri dan keluarganya dari siksa api neraka. Ini cenderung

menunjuk pada sosok seorang ayah, yang mana dia sebagai kepala dan

pemimpin dalam rumah tangga. Selanjutnya, dalam hadist dijelaskan

bahwa orang tua bertanggung jawab terhadap perubahan anak apabila ia

menjadi seseorang yang tidak beriman kepada Allah SWT, karena semua

terlahir dalam keadaan suci.

Namun, kenyataannya kenakalan anak dan remaja zaman

sekarang menunjukkan gejala yang sangat sulit dikendalikan. Dari waktu

ke waktu jumlah kekerasan dan kenakalan di kalangan remaja semakin

meningkat. Di usia yang masih belia, anak-anak dan remaja kini sudah

berani melakukan tindakan yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun

orang lain. Seperti minum-minuman keras, mengkonsumsi narkoba,

bahkan melakukan tindakan asusila yang seharusnya tidak dilakukan pada

usia mereka.

Tindakan tidak terpuji itu tentu sangat memprihatinkan. Tindakan

tidak terpuji tersebut tentu saja menghentakkan kesadaran kita betapa

akhlak anak-anak ini harus segera diselamatkan. Mereka harus segera

kembali diluruskan, dibina, diasuh, dan dipupuk sedemikian rupa. Fitrah

anak yang bagaikan kertas putih, kini menghitam karena polah akhlak

yang melenceng dari agama. Sebagai generasi penerus, anak adalah orang

91

yang sangat diharapkan orang tua untuk meneruskan cita-citanya,

masyarakat, bahkan Negara.

Orang tua memiliki peran dan tanggung jawab yang begitu

penting sebelum anak mengenal dunia luar. Pola asuh orang tua dalam

mendidik menjadi pupuk yang akan membentuk dan menumbuhkan

kepribadian anak di kemudian hari. Bila akhlak baik yang diberikan,

niscaya anak akan tumbuh menjadi pribadi bermoral. Akan tetapi hal

tersebut tidak akan terwujud apabila keteladanan yang diberikan jauh dari

akhlakul karimah. Ini membuktikan bahwa orang tua memiliki peran

penting dan paling utama dalam mendidik anak.

Seorang anak yang memiliki akhlak yang kurang baik akan sulit

diatur, diarahkan, dan dibimbing. Hal itu terkadang disebabkan dari orang

tua sendiri yang sibuk dengan kepentingan pribadi dan mengabaikan

perhatian juga pendidikan pada anaknya. Semisal orang tua, baik ayah

maupun ibu yang sibuk diluar rumah karena tuntutan pekerjaan, mereka

menyerahkan urusan rumah pada pengasuh bayi maupun orang lain.

Agar tidak terjadi hal yang demikian, hendaklah orang tua

memperhatikan mengenai pendidikan terhadap anaknya. Di dalam anggota

rumah tangga ada sosok yang mempunyai kewajiban untuk mendidik

anak, yaitu ibu. Ia mengemban amanat dan bertugas untuk melindungi

juga memberikan pendidikan yang baik sehingga ia mampu menjadikan

anak selalu siap untuk berkompetisi dalam hal akhlak dan tanggung jawab,

terutama dalam menegakkan agama dan ajaran Allah SWT. Ibu memiliki

92

kewajiban tersebut karena tanggung jawab dalam mendidik anak sudah

ditekankan sejak dalam rahim, sampai ia dewasa dan berakal baligh.

Semua itu dipersiapkan supaya anak memilik rasa tanggung jawab, kasih

sayang, dan istiqomah dalam kehidupannya juga bermanfaat untuk seluruh

anggota keluarga serta masyarakat (Ulwan, 2009:233).

Oleh karena itu, jika seorang ibu melepaskan diri dalam membina

rumah tangga dan mendidik anaknya-karena alasan sibuk diluar rumah

sebagai wanita karir-dan ayah sibuk dengan pekerjaannya, jangan salahkan

anak jika ia berkembang dan merasa seperti anak yatim dan selalu ingin

melarikan diri dari rumah.

Jika orang tua sudah tidak lagi memperhatikan anak-anaknya,

tidak perduli akan kepentingan anaknya, tidak menghiraukan dengan siapa

anaknya bergaul, apa yang ditunggu dari anak selain kehancuran dan

kerusakan yang dibuat oleh dirinya sendiri. Ia senantiasa melakukan

tindakan kriminal, menggunakan narkoba, bahkan melakukan perbuatan

yang dilarang agama dan masyarakat.

Orang tua sangat bertanggung jawab pada perkembangan anak

untuk disiapkan menjadi anak yang mampu menjaga kehormatan keluarga,

agama, dan bangsa. Dan juga, orang tua bertanggung jawab dalam

mempersiapkan anaknya nanti di akhirat, di mana ia mampu memberikan

syafaat kedua orang tuanya. Anak yang sholeh mampu mencegah kedua

orang tuanya dari siksa api neraka. Sebaliknya, jika anak tersebut anak

93

yang thaleh (buruk), orang tualah yang akan sengsara di akhirat (Ulwan,

2009:236).

Untuk mendidik anak menjadi anak yang berakhlak baik dan

berbudi pekerti, hendaklah orang tua mendidik anak berdasarkan

al-Qur‟an dan Sunnah. Sebab, al-Qur‟an dan Sunnah adalah undang-

undang kehidupan bagi alam semesta, keduanya mengandung hikmah dan

tongkat penolong bagi manusia seluruhnya dari kesesatan. Al-Qur‟an dan

Sunnah harus menjadi sumber utama adab dan etika yang diambil oleh

para orang tua yang kemudian mereka tanamkan dalam diri anak-anak

mereka (al-Fiqi, 2007:16).

Pendidikan kepada anak sudah bisa dilakukan pada masa prenatal,

yaitu masa ketika masih dalam kandungan. Metode yang bisa digunakan

untuk mendidik anak prenatal antara lain: kasih sayang, beribadah,

membaca al-Qur‟an, bercerita, berdoa dan bernyanyi atau sholawat yang

dilakukan oleh ibu dan ayahnya. Ketika seorang anak sudah lahir, maka

sambutlah dengan ucapan syukur dan buka kehidupan anak dengan

kalimat tauhid dengan mengadzani anak pada telinga kanan dan iqamah

pada telinga kiri.

Pada saat usia anak masih sangat dini, hendaklah dibiasakan

untuk mendengar kalimat-kalimat yang baik, seperti murotal ayat suci

al-Qur‟an, sholawat, suara orang tuanya ketika mengaji dan lain

sebagainya. Sebab dengan terbiasa mendengar kalimat-kalimat tersebut,

ketika anak sudah bisa berbicara, anak tidak akan merasa asing dengan apa

94

yang diucapkannya, karena sebelumnya pernah mendengarkan. Saat anak

sudah mulai bisa berbicara, ajarkan kepadanya untuk menggucap kalimat

tauhid dan syahadat, serta membiasakan untuk mengucap basmalah

sebelum memulai kegiatan dan mengucap hamdalah ketika selesai

melakukan kegiatan.

Selanjutnya, pada usia di mana anak sudah bisa membedakan

mana kanan dan mana kiri, mana yang baik dan mana yang kurang baik,

hendaklah orang tua segera menanamkan kebajikan. Yang pertama

ditanamkan pada anak adalah ibadah sholat. Dalam hadist yang telah

penulis cantumkan dalam bab II, dijelaskan bahwa anak mulai diajarkan

untuk melakukan ibadah sholat adalah ketika berusia tujuh tahun. Pada

usia tersebut, orang tua wajib menyuruh anaknya untuk melakukan ibadah

sholat, meskipun hanya dua atau tiga kali sehari. Ini tidak menjadi

masalah, asalkan anak tidak meninggalkan sholat sama sekali. Namun,

ketika anak sudah mencapai usia sepuluh tahun orang tua harus lebih tegas

dengan cara memukul apabila anak masih berani meninggalkan sholat dan

mulai dipisahkan tempat tidurnya antara anak laki-laki dan anak

perempuan.

Sholat adalah ibadah pertama kali yang ditanamkan kepada anak.

Karena dalam sholat terdapat seluruh ajaran Islam. Mulai dari akidah dan

ibadah, yaitu pada gerakan saat melakukan sujud, sudah melatih anak

untuk tunduk kepada Allah. Kemudian akhlak, yaitu ketika sholat

berjamaah dengan ibu bapaknya, sudah dibiasakan tahu shaf, tahu

95

berjamaah, dilatih mengikuti pemimpin. Dengan sholat ini, anak tahu apa

yang menjadi kewajiban dan haknya kepada orang lain dan mulai tertanam

pada anak iman kepada Allah.

Selanjutnya, metode yang dapat digunakan dalam mendidik anak

antara lain metode teladan, adat kebiasaan, cerita, hadiah dan hukuman. Di

antara metode tersebut, metode teladan adalah metode yang paling efektif

dalam mendidik anak, karena mendidik dengan lisan saja tidak cukup

membuahkan hasil, sehingga perlu adanya teladan yang baik dan

berkesinambungan, karena sebagian besar perilaku dan sikap anak adalah

meniru orang tuanya.

Dalam mendidik anak dengan berbagai metode tersebut,

hendaklah dibarengi dengan sifat yang bisa membuat anak merasa

nyaman, seperti lemah lembut, penuh kasih sayang, sabar, humoris namun

serius, tegas namun tidak galak dan lain sebagainya. Ini adanya sifat

tersebut pada diri orang tua akan mempermudah anak dalam menerima

pembelajaran atau nasihat orang tua terhadap anak. Namun jika yang

dimiliki orang tua adalah sifat sebaliknya, seperti keras, galak, terlalu

serius dan lain sebagainya, akan membuat anak merasa takut dan tertekan.

Bahkan jika anak sampai merasa stress, bisa menimbulkan rasa yang

kurang baik, seperti putus asa, tidak dihargai dan bahkan ada yang sampai

menganggap bahwa orang tuanya adalah musuh baginya.

96

Dengan demikian, pendidikan anak sangatlah menjadi penting

dan wajib untuk kedua orang tua, terutama ibu. Sebab, seorang anak dapat

menjadi alasan kedua orang tua untuk masuk surga atau menerima siksa di

akhirat. Dan hendaklah orang tua dapat menumbuhkan rasa pada diri anak

bahwa keluarga dan rumahnya adalah surga baginya.

Selain pendidikan terhadap keluarga terutama anak, Allah SWT.

juga menaruh perhatian sangat besar terhadap hak orang tua. Hak bapak

dan ibu menjadi penting untuk didahulukan oleh setiap anaknya, daripada

kepentingan lain. Allah mengisyaratkan bahwa berbakti dan menghormati

kedua orang tua merupakan hak orang tua yang wajib dilakukan anak

kapan saja dan dalam kondisi apapun. Bahkan Allah mengaitkan berbakti

dan berbuat baik kepada kedua orang tua seperti halnya beribadah kepada-

Nya. Seperti firman-Nya dalam surat al-Isra' ayat 23 berikut:

لغن عندؾ الكبػر أحدىما أو ا إل تػعبدو وقضى ربك أل إياه وبالوالدين إحسانا إما يػبػ

هرىما وقل لهما قػول ل تػقل لهما أؼ و ىما فل كل ما كري تػنػ

Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan

menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada

ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di

antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut

dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu

mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah

kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka

perkataan yang mulia (QS. Al-Isra‟/17:23)(Depag, 1977:427).

Berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua dengan

mengasihi, menyayangi dan mendoakan, patuh kepada apa yang mereka

97

perintahkan dan meninggalkan yang tidak mereka sukai adalah kewajiban

yang harus kita laksanakan sebagai anak. Ini yang disebut Birrul

waalidain (berbakti kepada kedua orang tua), hak orang tua yang harus

dilaksanakan kepada anak, sesuai dengan perintah Allah SWT. dan Rasul-

Nya, sepanjang keduanya tidak memerintahkan untuk berbuat maksiat dan

menjurus kekufuran kepada-Nya. Seperti firman-Nya dalam surat

al-„Ankabut ayat 8:

نا اإل رؾ بي نساف بوالديو حسنا وإف جاىداووصيػ ما ليس لك بو علم فل ؾ لت

ف تطعهما إلي مرجعكم فأنػبئكم بما كنتم تػعملو

Artinya: Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada

dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk

mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada

pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti

keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan

kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (QS.

Al-„Ankabut/29:8)(Depag, 1977:629).

Dari ayat di atas, dapat diketahui bahwa apabila orang tua kita

menyuruh untuk melakukan menyekutukan Allah atau menyuruh

melakukan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran agama Allah,

hendaklah kita tidak mengikuti dan menolak ajakan tersebut dengan cara

yang baik. Dalam hadist juga dijelaskan sebagai berikut:

لم وؿ اهلل صلى اهلل عليو و قاؿ: ل طاعة فى أنو عن على رضى اهلل عنو قاؿ: ر

معصية اهلل, انما الطاعة فى المعروؼ.)رواه مسلم(

98

Artinya: Dari Ali ra berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Tidak

boleh taat dalam hal perbuatan maksiat kepada Allah.

Sesungguhnya ketaatan hanya dalam hal kebaikan” (HR.

Muslim)(al-Mundziri, 2002:707).

Al-Qur‟an menempatkan kewajiban berbuat baik kepada kedua

orang tua – khususnya kepada ibu – pada urutan kedua setelah kewajiban

taqwa kepada Allah, bukan hanya disebabkan ibu memikul beban yang

berat dalam mengandung, melahirkan, dan menyusui anak. Tetapi,ibu juga

dibebani tugas untuk mendidik anak, sehingga terciptanya pemimpin-

pemimpin umat (Shihab, 2014:211).

Dalam al-Qur‟an surat al-Ahqaaf ayat 15-16 dijelaskan mengenai

lamanya seorang ibu mengandung sampai menyapihnya, yaitu tiga puluh

bulan. Karena itu kita diperintahkan untuk berbakti kepada kedua orang

tua. Salah satunya dengan mendoakan mereka dan memohonkan ampun

atas kesalahan mereka yang lalu, serta mendoakan keturunan kita supaya

kesholehan mengalir sampai mereka, sehingga mereka hidup dengan

beriman kepada Allah dan memeluk agama yang diridhoi oleh Allah. Dan

kita bertaubat ats kesalahan yang lalu dan menyerahkan segalanya kepada

Allah. Selanjutnya, Allah membalas dengan menerima amal baik dan

mengampuni kesalahan hamba-Nya serta memasukkan mereka ke dalam

golongan penghuni surga.

Selain lamanya masa mengandung dan menyapih, dalam suatu

riwayat hadits dijelaskan bahwa kasih sayang dan cinta kita kepada ibu

harus tiga kali lebih besar dibandingkan dengan ayah. Nabi Saw menyebut

kata ibu tiga kali, sementara menyebut kata ayah hanya satu kali. Tidak

99

dapat dibantah betapa besarnya peran seorang ibu. Ibu yang melahirkan

kita, dan ibu pula yang membesarkan kita. Dan yang terpenting adalah

bahwa ibu merupakan orang yang pertama mendidik kita, baik mendidik

dalam hal berbicara, bertingkah laku dan lain sebagainya. Tidak salah jika

Nabi Saw menyebut kata ibu sebanyak tiga kali, karena ibu mengalami

kesulitan dalam mengahdapi masa kehamilan, kesulitan saat melahirkan,

dan kesulitan saat menyusui dan merawat anaknya. Ketiga kesulitan

tersebut hanya dimiliki oleh seorang ibu, sedangkan ayah tidak

memilikinya.

Dalam pendapat lain (Sanusi, 2013:50), Ibnu Bhatol menjelaskan

bahwa rahasia dibalik penyebutan ibu sebanyak tiga kali dan ayah satu kali

adalah karena adanya tiga tanggungan berat bagi ibu. Pertama, beban

ketika mengandung. Kedua, beban saat masa menyusui, dan ketiga, beban

atas ikut serta mendidik anak-anaknya. Maka tidak salah apabila orang

mengatakan bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya.

Meski Rasulullah Saw. mengatakan untuk mnegabdikan diri

kepada ibu sebelum ayah, perlu kita ketahui juga pengorbanan ayah

kepada anaknya. Seorang ayah lebih bertanggung jawab terhadap masa

depan anaknya. Kesibukan dan sikapnya yang terkadang dianggap cuek

membuat anak merasa kurang diperhatikan daripada perhatian ibu. Ini

yang biasanya menyebabkan anak lebih dekat dan terbuka terhadap

ibunya. Akan tetapi tanpa kita sadari pengorbanan ayah jauh lebih besar

daripada sekedar tumpuan kasih sayang.

100

Seorang ayah biasanya mulai merencanakan hidup anaknya ketika

mengetahui bahwa istrinya hamil. Tidak jarang, ayah membantu impian

anaknya menjadi kenyataan, seperti mengapung di atas air setelah ia

melepaskannya. Ketika anak beranjak dewasa, seorang ayah selalu

berpikir dan bekerja keras untuk masa depan anaknya. Ia bahkan tidak

pernah kelihatan mengeluh di depan anak. Ini merupakan suatu

pembelajaran dari ayah untuk anaknya, supaya kelak anaknya menjadi

orang yang kuat dan tabah dalam segala keadaan.

Cinta seorang ayah kepada anaknya melebihi cinta seorang

kekasih kepada kekasihnya. Cinta seorang ayah termanifestasikan ke

dalam bentuk perbuatan. Berikut fakta-fakta menarik tentang ayah (Sanusi,

2013:40-42):

1. Seorang bayi tidak hanya butuh ibu untuk menyusui. Misal, ayah

menggendong bayinya sambil menunggu ibu bersiap untuk menyusui.

2. Ayah memiliki naluri yang sama dengan ibu untuk merawat anak.

3. Ayah akan mencari panutan yang lain untuk mendapatkan pola asuh

terbaik dari yang baik.

4. Bila ada anggapan ayah akan terpecah konsentrasi dengan karirnya

bila ia penuh perhatian dengan anaknya, hal ini dianggap terlalu

berlebihan.

101

5. Ayah rela meninggalkan pekerjaan demi anaknya. Misal anaknya

sedang dirawat karena sakit, maka ayah akan rela meninggalkan

pekerjaan demi bergantian dengan ibu untuk menjaga.

6. Ayah bisa menjadi panutan bagi anak perempuannya, seperti cara

bersosialisasi dengan dunia laki-laki.

7. Ayah tidak merasa malu dan canggung untuk mengasuh anaknya

seorang diri.

Kehebatan seorang ayah tidak ada bandingannya dengan apapun.

Ayah sebagai sosok panutan akan memberikan pelajaran berharga kepada

anaknya melalui tindakannya. Ayah juga seorang pemimpin, di mana ia

menjadi kepala rumah tangga yang bertanggung jawab terhadap persoalan

di dalam rumah tangganya.

Jadi, tidak seorang anak pun bisa menghitung apalagi membalas

jasa dan pengorbanan kedua orang tua untuk anaknya. Berbakti itu tidak

hanya untuk dihargai dan dipuji oleh sesama manusia, melainkan

melaksanakan perintah Allah SWT. Berbakti kepada kedua orang tua

harus dijalankan dengan ikhlas, tulus dan tanpa pamrih, karena secara

tidak langsung dapat mengantarkan kita ke surga yang penuh kenikmatan.

Dan sebaliknya, apabila kita durhaka terhadap kedua orang tua dan tega

melihat mereka menderita, maka perilaku tersebut dapat mengantarkan

kita ke neraka.

102

B. Analisis Implementasi Konsep Birrul Waalidain dalam Pendidikan

Keluarga

Kedua orang tua adalah sepasang anak manusia yang paling

berjasa dalam kehidupan kita, karena cinta dan kasih sayang tulus mereka,

seseorang mendapati kehidupan yang indah dan penuh bahagia. Karena

perjuangan keras dan jerih payah mereka, terpenuhilah segala kebutuhan

dan pendidikan kita. Orang tua selalu berusaha memberikan yang terbaik

terhadap anaknya, dan berusaha mendidik anaknya supaya menjadi anak

yang sholeh dan sholehah.

Orang tua berusaha mendidik anaknya dengan penuh kasih

sayang, dengan harapan kelak dewasa ia menjadi manusia yang berguna

dan berbudi pekerti yang baik. Seorang anak yang berbudi pekerti yang

baik, ia tidak akan pernah melupakan orang tuanya, dan selalu berusaha

membahagiakan orang tuanya terutama ketika orang tuanya sudah lanjut

usia.

Keberhasilan orang tua dalam mendidik anaknya menjadi anak

yang sholeh dan sholehah searah dengan jaminan bagi orang tua. Karena

orang tua mendidik anaknya semata-mata untuk keberuntungan dirinya

sendiri, baik di dunia mapun di akhirat. Pertama Jaminan di dunia, orang

tua yang telah berhasil mencetak anaknya menjadi anak sholeh dan

sholehah akan mendapat keberuntungan dan kebahagiaan yang berimbang

dengan keberhasilan yang dicapai oleh anaknya di dunia. Sebab, jika

seorang anak sholeh dan sholehah berhasil dalam kehidupannya di dunia,

103

maka mustahil ia membiarkan orang tuanya berada dalam sebuah

penderitaan. Minimal orang tua mendapat jaminan dalam hal materi ketika

sudah usia lanjut. Kedua jaminan di akhirat, kehidupan akhirat merupakan

pertanggungjawaban dari sagala amal dan perbuatan manusia selama di

dunia. Anak yang sholeh dan sholehah akan memberikan manfaat bagi

orang tuanya yang telah meninggal dengan doa dan permohonan ampun

(az-Zhecolany, 2011:25-26).

Dari penjelasan tersebut, diketahui bahwa orang tua menaruh

harapan besar kepada anaknya supaya menjadi manusia yang berbudi

pekerti baik, dengan merawat kedua orang tuanya ketika sudah lanjut usia

dan selalu mendoakan orang tuanya baik ketika masih hidup maupun

setelah meninggal. Karena seorang anak tidak dapat membalas segala

kebaikan orang tua, kecuali dengan berbakti kepadanya.

104

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan keterangan dan uraian tentang “Konsep Birrul

Waalidain Al-Qur‟an Surat Al-Ahqaaf Ayat 15-16 Dan Implementasinya

Dalam Pendidikan Keluarga”, maka penulis dapat memberika kesimpulan

sebagai berikut:

1. Konsep birrul waalidain berdasarkan QS. al-Ahqaaf ayat 15-16

mengindikasikan bahwa ketaatan kepada orang tua harus dilakukan

secara menyeluruh, yaitu baik ketika orang tua masih hidup maupun

ketika orang tua telah meninggal. Mendoakan orang tua menjadi

sarana tepat untuk berbakti kepada mereka, disertai dengan ucapan

syukur dan memohonkan ampun atas mereka. Selain berbuat baik

kepada orang tua, kita juga diajarkan untuk berbuat baik kepada

keturunan kita dengan mendoakan mereka semoga hidup dan

meninggal dalam keadaan bertauhid kepada Allah SWT. Orang yang

berbuat baik kepada kedua orang tuanya akan diberi balasan berupa

surga, inilah janji Allah SWT.

2. Implementasi konsep birrul waalidain surat al-Ahqaaf ayat 15-16

dalam pendidikan keluarga adalah sikap bakti anak terhadap kedua

orang tuanya dengan mendoakan mereka. Dalam membentuk sikap

dan karakter anak yang baik, orang tua berperan penting dalam

mendidik anak, karena keluarga adalah lembaga pertama yang

105

memberikan pendidikan kepada anak. Dalam mendidik anak, orang

tua mulai membiasakan hal-hal yang baik sejak dini, seperti sholat

berjamaah, bertutur kata dengan sopan, mengenal mana yang baik dan

buruk dan lain sebagainya. Selain itu, anak juga mulai diajarkan untuk

berdoa baik untuk dirinya sendiri, orang tua, maupun orang lain.

Sebab doa adalah media kita untuk berdialog kepada Allah,

menyampaikan apa yang kita rasakan dan yang kita inginkan. Dalam

mendidik anak, hendaklah menggunakan metode yang sesuai dengan

usia anak, karena akan memudahkan anak menerima pembelajaran

dari orang tuanya. Dan metode yang paling efektif adalah metode

teladan, yaitu orang tua memberi teladan yang baik untuk anak, sebab

anak cenderung lebih mudah menerima teladan tersebut dibanding

dengan pemberian nasihat terus-menerus. Baik dan buruknya akhlak

seorang anak, tergantung bagaimana pendidikan yang diberikan oleh

orang tuanya.

106

B. Saran

Berdasarkan penelitian penulis tentang “Konsep Birrul Waalidain

Al-Qur‟an Surat Al-Ahqaaf Ayat 15-16 Dan Implementasinya Dalam

Pendidikan Keluarga”, maka ada beberapa saran yang perlu dikemukakan:

1. Kepada orang tua hendaklah memperhatikan dan memberikan

pendidikan terbaik bagi anak, karena pendidikan dimulai dari

keluarga. Selain memberikan pendidikan, hendaklah orang tua bisa

menjadi teladan yang baik bagi anaknya, karena baik dan buruk

perilaku seorang anak juga dipengaruhi dari kebiasaan orang tuanya.

2. Kepada anak, hendaklah mengingat segala pengorbanan orang tua

terutama pengorbanan ibu yang telah diberikan kepadanya. Jangan

pernah berkata kasar dan mendzolimi mereka. Berbuat baiklah kepada

mereka baik ketika masih hidup maupun sudah meninggal, karena

berbuat baik kepada orang tua merupakan salah satu perintah Allah

dan mendekatkan kita pada pintu surga.

107

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Ahmad Sudirman. 2009. Mukjizat Doa & Air Mata Ibu. Jakarta:

QultumMedia.

Abdullah, M.Yatiman. 2007. Studi Akhlaq dalam perspektif Al-Qur‟an.

Jakarta: Amzah.

Ahid, Nur. 2010. Pendidikan keluarga dalam perspektif Islam. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Al-Albani, Muhammad Nashiruddin. 2006. Shahih Sunan Tirmidzi II. Jakarta:

Pustaka Azzam.

2007. Shahih Sunan Abu Daud I. Jakarta: Pustaka Azzam.

2012. Ringkasan Shahih Muslim II. Jakarta: Pustaka Azzam.

2013. Ringkasan Shahih Bukhari IV. Jakarta: Pustaka Azzam.

Al-Fiqy, Sa‟ad Kariim. 2007. Agar Tidak Salah dalam Mendidik Anak (terj)

Akhtaa Asy-Syaai‟ah fi Tarbiyatil Aulaad wa Huluulun „Amaliyyah.

Solo: Media Insani Publishing.

Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. 1993. Terjemah Tarfsir al-Maraghi. Semarang:

Toha Putra.

Al-Mundziri, Al-Hafizh Zaki al-Din „Abd al-„Azhim. 2002. Ringkasan

Shahih Muslim (terj) Mukhtashar Shahih Muslim penerj. Syinqithy

Djamaluddin & M. Mochtar Zoerni. Bandung: Mizan.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 2000. Tafsir Al-Qur‟anul Majid,

jld. 5. Semarang: Pustaka Rizki Putra.

108

Aziz, Safrudin. 2015. Pendidikan Keluarga: Konsep dan Strategi.

Yogyakarta: Gava Media.

Az-Zhecolany, Ali Hasan. 2011. Kesalahan-Kesalahan Orang tua Penyebab

Anak Tidak Sholeh. Yogyakarta: Diva Press.

Basyir, Abu Umar. 2006. Ibunda. Surakarta: Smart Media.

Budihardjo. 2012. Pembahasan Ilmu-Ilmu al-Quran. Yogyakarta: Lokus.

Choiriyah, Ummu Ihsan, & Abu Ihsan al-Atsary. 2010. Mencetak Generasi

Rabbani: Mendidik Buah Hati Menggapai Ridha Ilahi. Bogor: CV.

DARUL ILMI.

Depag. 1977. Al-Qur‟an dan Terjemahnya 1-10. Jakarta: Depag.

1977. Al-Qur‟an dan Terjemahnya 11-20. Jakarta: Depag.

1977. Al-Qur‟an dan Terjemahnya 21-30. Jakarta: Depag.

Efendi, Nur, & M Fathurrohman. 2014. Studi Al-Qur‟an: Memahami Wahyu

Allah secara Lebih Integral dan Komprehensif. Yogyakarta: Teras.

Muchtar, Heri Jauhari. 2008. Fikih Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Muhtadi, Muhammad. 2011. Koreksi Kealahan Mendidik Anak (terj) at-

taqshir fi tarbiyati aulad: al-Mazhahir, Sabilul Wiqayah Wal „ilaj

Kaifa Nurabbi abna‟ana tarbiyatanshalihatan. Solo:Nabawi

Publising.

Muhyidin, Muhammad. 2009. Menanam Tauhid, Akhlaq dan Logika si

Mungil. Yogyakarta: Diva Press.

Mujib, Abdul, & Jusuf Mudzakkir. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:

Kencana.

109

Mustaqim, Abdul. 2005. Menjadi Orang Tua Bijak: Solusi Kreatif

Menangani Berbagai Masalah pada Anak. Bandung: PT. Mizan

Pustaka.

Nata, Abudin. 2009. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada.

Putra, Sitiatava Rizema. 2016. Metode Pengajaran Rasulullah Saw.

Yogyakarta: DIVA Press.

Sabda, Syaifuddin. 2006. Model Kurikulum Terpadu IPTEK dan IMTAQ.

Ciputat: Quantun Teaching.

Sanusi, M. 2013. Tempatkan Orang Tuamu di Atas Kepala, Niscaya Mulia

Hidupmu. Yogyakarta: Diva Press.

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian

Al-Qur‟an. Jakarta: Lentera Hati.

2002. Al-Lubab: Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah

Al-Qur‟an. Jld. 3. Tangerang: Lentera Hati.

2014. Lentera al-Qur‟an: Kisah dan Hikmah Kehidupan. Bandung:

PT. Mizan Pustaka.

Suhartono, Suparlan. 2008. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode

Teknik. Bandung: Tarsito.

Tafsir, Ahmad. 2002. Pendidikan Agama dalam Keluarga. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Thalib, M. 1987. Analisa Wanita: Dalam Bimbingan Islam. Surabaya: Al-

Ikhlas.

110

Ulwan, Abdullah Nashih. 1981. Pedoman Pendidikan anak dalam Islam (terj)

Saifullah Kamalie dan Hery Noer Ali dari judul Asli Tarbiyah al-

Aulad fi Al- Islam. Semarang: CV. AS-Syifa‟.

2009. Mencintai dan Mendidik Anak Secara Islam Terj. Tarbiyah al-

Aulad fii al-Islam 2007.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Wardhana, Wisnu Arya. 2004. Al-Qur‟an dan Energi Nuklir. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Yunus, Mahmud. 2010. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT. Mahmud Yunus

WaDzurriyyah.

Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: yayasan Obor

Indonesia.

Zen, Suhendi. 2014. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Jakarta:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Zuhairini. 1983. Metode Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha

Nasional.

RIWAYAT HIDUP

Nama : Wahyu Ariani Oktavia

Tempat, Tanggal Lahir : Boyolali, 12 Oktober 1995

Alamat Rumah : Karang, Pentur, Simo, Boyolali

Ayah : Slamet Wahyono

Ibu : Sri Ari Rahmawati

E-mail : [email protected]

[email protected]

No. Handphone : 0856-4188-7577

Riwayat Pendidikan:

TK : TK KARTIKA Ringin Anom, Pentur (2000-2001)

SD : SD Negeri 2 Pentur (2001-2007)

SMP : SMP Negeri 2 Kedungjati (2007-2010)

SMA : MAN 2 Boyolali (2010-1013)

Perguruan Tinggi: IAIN Salatiga (2013-2017)