KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI -...

93
KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI (Analisis Yurisprudensi Putusan Pengadilan Agama Bekasi Perkara No. 205/Pdt. G/2008 PA.Bks) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S. Sy) Oleh: AHMAD NAFI’I NIM: 107044201863 KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULAH JAKARTA 1432 H/2011 M

Transcript of KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI -...

Page 1: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI

(Analisis Yurisprudensi Putusan Pengadilan Agama Bekasi Perkara

No. 205/Pdt. G/2008 PA.Bks)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S. Sy)

Oleh:

AHMAD NAFI’I

NIM: 107044201863

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

Page 2: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI

(Analisis Yurisprudensi Putusan Pengadilan Agama Bekasi Perkara

No. 205/Pdt. G/2008 PA.Bks)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S. Sy)

Oleh:

AHMAD NAFI’I

NIM: 107044201863

Di Bawah Bimbingan

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM.

NIP. 195505051982031012

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

Page 3: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI (Analisis

Yurisprudensi Putusan Pengadilan Agama Bekasi Perkara No. 205/Pdt. G/PA.

Bks) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy) pada

Program Studi Ahwal Syakhsiyah Administrasi Keperdataan Islam.

Jakarta, 21 Juni 2011

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

NIP. 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua : Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA

NIP. 195003061976031001

Sekretaris : Hj. Rosdiana, MA

NIP. 196906102003122001

Pembimbing : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

NIP. 195505051982031012

Penguji I : Dr. Asmawi, M. Ag

NIP. 197210101997031003

Penguji II : Dr. Yayan Sopyam, M. Ag

NIP. 196810141996031002

Page 4: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang dajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata I Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli hasil karya saya, atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Ciputat, 04 Mei 2011

Ahmad Nafi’i

NIM: 107044201863

Page 5: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan sekalian alam, yang telah

memberikan rahmat, karunia dan berbagai nikmatnya, terutama nikmat iman, Islam

serta sehat wal „afiat, hanya dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Salawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Khatimul Anbiya

wa al-Mursalin, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman

jahiliah sampai zaman terang benderang seperti sekarang ini. Semoga tercurahkan

pula kepada keluarga dan sahabat-sahabat beliau, mudah-mudahan kita termasuk

bagian dari umatnya yang akan mendapat syafa‟at di akhirat nanti.

Proses penyelesaian skripsi ini adalah karena bantuan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan selaku dosen

pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah banyak memberikan

perhatian, bimbingan, kritik, saran dan banyak meluangkan waktunya dalam

membimbing dengan penuh kesabaran.

2. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA., dan Hj. Rosdiana, MA., selaku Ketua dan

Sekretaris Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyyah.

Page 6: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

ii

3. Segenap bapak dan ibu dosen prodi Ahwal Syakhshiyah, khususnya pada

konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam (AKI) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis baik

langsung maupun tidak langsung.

4. Segenap jajaran karyawan akademik fakultas dan universitas berikut jajaran

karyawan perpustakaan fakultas dan universitas.

5. Umi dan Abiku, Hj. Aliyah binti H. Adih dan H. Arsyad bin H. Muhur yang

dicintai yang tak pernah jemu mendoakan dan senantiasa memberikan didikan,

kasih sayang, semangat, perhatian, dorongan serta bantuan keuangan dalam

menyelesaikan proses penulisan ini.

6. Para staf di Pengadilan Agama Bekasi yang memberikan kerjasama yang amat

memuaskan kepada penulis.

7. Kakak-kakakku, Tuti Alawiya beserta suami, H. Adang beserta isteri, Nur

Qomariyah beserta suami dan adikku Ahmad Baihaki yang selalu memberikan

motifasi dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2007 Program Studi Ahwal Al-

Syakhshiyyah Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam, yang selalu

membantu dan bekerja sama dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman terdekatku Siti Muthia, Khomaruddin, Ahmad Zamahsary,

Abdullah, Muhammad Ferdyansyah, Ahmad tohari dan lainnya yang telah

memberikan semangat, motifasi, kerjasama dan selalu membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

iii

10. Kepada insan yang amat kucintai, terima kasih atas segala pengorbanan, doa,

semangat dan segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga semua

kenangan indah yang telah kita lalui bersama akan menjadi kenangan yang indah

di dalam memori.

11. Terakhir, terima kasih banyak kepada semua pihak yang terlibat dan telah

membantu penulis dalam penulisan skripsi ini sehingga selesai.

Demikian penulis menyelesaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak,

harapan penulis semoga Allah SWT membalas semua jasa kalian. Penulis berharap

semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang berkaitan maupun

pada pembaca pada umumnya.

Ciputat, 6 April 2011 M,

2 Jumadil Akhir 1432 H

Penulis

Page 8: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 6

D. Review Kajian Terdahulu ................................................................. 7

E. Metode Penelitian ............................................................................. 8

F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 10

BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG POLIGAMI

A. Pengertian, Dasar Hukum, Sejarah, Syarat-syarat dan Hikmah

Poligami ............................................................................................ 12

B. Pendapat Ulama Tentang “Ta‟ddud al-Zaujah” ............................... 24

C. Konsep Adil Dalam Poligami Menurut Perspektif Hukum Islam .... 27

D. Konsep Adil Dalam Poligami Menurut Undang-undang N0. 1

Tahun 1974 dan KHI ........................................................................ 52

E. Pandangan Feminisme Terhadap Konsepsi Adil Berpoligami ........ 58

Page 9: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

v

BAB III IZIN POLIGAMI SEBUAH AMBIVALENSI HUKUM

A. Deskripsi Putusan Pengadilan Agama Bekasi .................................. 63

B. Landasan Yuridis Putusan Pengadilan Agama ................................. 66

C. Penetapan Pengadilan Agama Dalam Perkara Izin Poligami ........... 68

D. Prosedur Penetapan Hukum Islam Terhadap Izin Poligami ............. 69

E. Analisis Tentang Keadilan Poligami ................................................ 76

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 78

B. Saran ................................................................................................ 80

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 81

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 10: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya hukum keluarga di Indonesia mengandung asas perkawinan

monogami, tetapi peraturan tersebut tidak bersifat mutlak hanya bersifat

pengarahan kepada terbentuknya perkawinan monogami dengan jalan

mempersempit penggunaan lembaga poligami dan bukan menghapuskan sama

sekali praktik poligami.1 Hukum Islam tidak menutup rapat-rapat pintu

kemungkinan untuk berpoligami atau beristeri lebih dari satu orang, sepanjang

persyaratan keadilan di antara isteri dapat terpenuhi dengan baik. Karena hukum

Islam tidak mengatur teknis dan bagaimana cara pelaksanaannya agar poligami

dapat dilaksanakan, maka kita memang diperlukan dan tidak merugikan dan tidak

terjadi kesewenang-wenangan terhadap isteri, maka hukum Islam di Indonesia

perlu mengatur dengan rinci.2

Poligami merupakan salah satu persoalan dalam perkawinan yang paling

sering dibicarakan, sekaligus kontroversial. Satu sisi poligami ditolak dengan

berbagai argumentasi baik yang bersifat normatif, psikologis, dan ketidakadilan

jender. Tapi pada sisi lain poligami dikampanyekan karena dianggap memiliki

1 Sumiati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan, (Yogyakarta: Liberty, 1986), hal. 77

2 A. Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2000), cet. Ke- 4, hal. 170

Page 11: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

2

sandaran-sandaran normatif yang tegas dan dipandang salah satu alternatif untuk

menyelesaikan fenomena selingkuh dan prostitusi.3

Menurut Undang-Undang ini adalah perkawinan yang bersifat monogami,

namun demikian beristeri lebih dari satu orang dapat dibenarkan asalkan tidak

bertentangan dengan hukum agama yang dianutnya. Beristeri lebih dari satu orang

dapat dibenarkan asalkan terpenuhi beberapa alasan dan syarat tertentu yang

ditetapkan oleh Undang-Undang perkawinan lebih dari satu orang dapat

dilaksanakan apabila izin dari Pengadilan Agama terlebih dahulu.4

Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya surat

permohonan beserta lampiran-lampirannya. Pengadilan juga harus memanggil

dan mendengarkan alasan-alasan isteri mengizinkan suaminya melakukan

poligami. Apabila alasan-alasan itu sudah terpenuhi, maka pengadilan harus

meneliti apakah apakah ada atau tidaknya syarat-syarat tertentu secara kumulatif.

Pada pasal 4 ayat 1 Undang-Undang perkawinan menyebutkan bahwa

seseorang yang ingin beristeri lebih dari satu orang maka ia harus mengajukan

permohonana poligami kepada pengadilan setempat. Selanjutnya pada pasal 5

ayat 1 menerangkat syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat mengajukan

permohonana izin, yaitu:

3 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta:

Kencana, 2006), hal. 156

4 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, hal. 161

Page 12: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

3

1. Adanya persetujuan dari isteri;

2. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup isteri-isteri

dan anak-anak mereka;

3. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan

anak-anaknya.5

Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 57 juga menyebutkan

alasan diperbolehkannya suami mengajukan permohonan poligami. Pasal tersebut

berbunyi: “Pengadilan Agama hanya memberikan izin kepada suami yang akan

beristeri lebih dari seorang apabila:

1. Isteri tidak menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri;

2. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan;

3. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.6

Apabila syarat-syarat secara tersebut sudah terpenuhi, maka pengadilan

barulah memberi izin kepada pemohon untuk melakukan perkawinan lebih dari

satu orang. Apabila perkawinan lebih dari satu orang tidak dilaksanakan

sebagaimana ketentuan tersebut, maka perkawinan tersebut berdasarkan hukum

dan pada pelakunya dapat dikenakan sanksi sebagaimana terdapat dalam pasal 44

dan 45 Undang-Undang perkawinan.

Karena syarat yang tertulis pada pasal 4 ayat 2 adalah bentuk dasar

aktualisasi hukum tetap ada juga sebagai asas untuk meminimalisir terjadinya

poligami yang tidak dilaksanakan dengan alasan tetap. Maka kemudahan

5 Undang-Undang Pokok Perkawinan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 2

6 Kompilasi Hukum Islam, DIRBENPERA, DEPAG, 2002, hal. 34

Page 13: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

4

memperoleh izin poligami dalam prakteknya di Pengadilan Agama menimbulkan

persepsi inkonsistensi Pengadilan Agama dalam memberikan izin poligami

karena secara fakta memberikan mengizinkan pemohon berpoligami meskipun

tidak sesuai dengan ketentuan alasan dan syarat perundang-undangan.7

Dalam pandangan fiqih, poligami yang didalam kitab-kitab fiqih disebut

dengan ta‟addud al-Zaujat, sebenarnya tidak lagi menjadi persoalan. Hal ini

menunjukan bahwa para ulama sepakat tentang kebolehan poligami, namun

dengan persyaratan yang bermacam-macam. Dalam kitab al-Mabsut, yang ditulis

as-Sarakhsi tidak ditemukan tentang asas perkawinan tetapi hanya keharusan

suami yang berpoligami untuk berlaku adil kepada para isterinya.8 Dalam kitab

al-Muwatha, karya Imam Malik hanya ditulis kasus seorang pria bangsa Saqif

yang masuk Islam dan memiliki isteri sepuluh dan ternyata nabi hanya menyuruh

untuk mempertahankan empat saja.9 Dengan syarat berlaku adil, walaupun

menurut Syafi‟i keadaan tersebut hanya bisa dilakukan menyangkut urusan fisik

semisal mengunjungi isteri di malam atau siang hari, bukan keadilan secara batin

seperti kecenderungan hati kepada salah seorang isteri, yang tidak dapat

tersanggupi oleh manusia.10

7 Amiur Nuruddiin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, hal. 10

8 Syam ad-Din al-Sarakhsi, al-Mabsut, (Beirut: Dar al-Ma‟rifah, 1409-1989), v. 217

9 Imam Malik, Al- Muwatha, Tahqiq Muhammada Fu‟ad al-Baqi (tt: ttp, tth), hal. 362

10

Amir Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi kritis

Perkembangan Hukum Islam dari Fiqih, UU No. 1 Tahun 1974 sampai KHI, cet ke-3, (Jakarta:

Kencana Media Group, 2006), hal. 158

Page 14: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

5

Disinilah menurut penulis walaupun boleh poligami dengan segala

ketentuan dan persyaratan baik dalam agama maupun perundang-undangan,

kecenderungan suami tidak dapat berlaku adil sulit, maka perlu adanya

pertimbangan dengan seksama.

Beranjak dari latar belakang permasalahan diatas, penulis merasa tertarik

untuk mengangkat sebuah judul “Konsep Adil Dalam Izin Poligami (Analisis

Yurisprudensi Putusan Izin Poligami No. 205/Pdt. G/2008/PA.Bks)"

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dari uraian di atas banyak sekali permasalahan yang muncul, untuk

menghindari pembahasan yang sangat luas itu maka penulis menguraikan

dasar-dasar hukum dan pertimbangan-pertimbangan yang digunakan hakim

Pengadilan Agama Bekasi dalam mengabulkan permohonan izin poligami

pada putusan No. 205/Pdt. G/2008/PA.Bks.

2. Perumusan Masalah

Dalam pandangan fiqih, keadilan yang dimaksudkan adalah keadilan

yang bersifat materil yang dapat dikontrol suami dan menjadi

kesanggupannya, seperti perlakuan baik, pembagian waktu dalam bermalam,

dan pemberian nafkah hidup. Sedangkan yang berhubungan dengan hati,

maka dia tidak mungkin dapat malakukannya, karena berada di luar kontrol

suami atau di luar kesanggupannya, seperti: perasaan cinta dan kecenderungan

Page 15: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

6

hati. Maka dalam hal ini suami tidak dituntut mewujudkannya karena berada

di luar kekuasaan manusia yang mustahil dapat dipenuhinya.

Namun dari realita yang ada di masyarakat seorang suami tidak dapat

berlaku adil kepada isteri-isterinya yang menjadi kesanggupannya, seperti

perlakuan baik, pembagian waktu dalam bermalam, dan pemberian nafkah

hidup. Apalagi diluar kesanggupannya, seperti: perasaan cinta dan

kecenderungan hati.

Untuk mempertegas arah pembahasan dalam skripsi ini, maka penulis

merinci masalah tersebut dalam bentuk pertanyaan, yaitu:

a. Hal-hal apa yang menjadi dasar hukum dan pertimbangan hakim dalam

memberikan izin poligami pada putusan No. 205/Pdt. G/2008/PA.Bks?

b. Bagaimana konsep keadilan menurut hakim dalam memberi izin poligami

dalam putusan No. 205/Pdt. G/2008/PA.Bks?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

a. Mengetahui hal-hal yang menjadi dasar hukum dan pertimbangan yang

dipergunakan hakim dalam mengabulkan permohonan izin poligami pada

putusan No. 205/Pdt. G/2008/PA.Bks

b. Mengetahui konsep keadilan menurut hakim dalam memberi izin poligami

dalam putusan No. 205/Pdt. G/2008/PA.Bks

Page 16: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

7

2. Manfaat Penelitian

a. Secara akademik, menambah ilmu pengetahuan dibidang hukum perdata

serta mengembangkan ilmu dibidang syariah, khususnya dalam bidang

perkawinan dan mengetahui dasar hukum dan pertimbangan hakim dalam

memutus perkara pemberian izin poligami.

b. Secara praktis, agar masyarakat mengetahui gambaran pengaturan

poligami dalam hukum Islam dan perundang-undangan di Indonesia.

D. Review Kajian Terdahulu

Sudah cukup banyak studi yang dilakukan seputar hukum perkawinan

poligami baik ditinjau menurut perspektif hukum Islam maupun perundang-

undangan.

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan, ada beberapa karya ilmiah

yang secara spesifik serumpun dengan judul yang diangkat penulis. Walaupun

objek kajiannya sama, namun masih terdapat perbedaan yang mendasar, misalnya

judul skripsi Analisis Yuridis Penetapan Pengadilan Agama Jakarta Timur

Tentang Permohonan Izin Poligami (No. 137/Pdt.G/2005/PA.JT) dan (No.

3303/Pdt.G/2005/PA.JT), yang disusun oleh Anita Harun Tagun 1427 H/2006 M.

skripsi ini lebih fokus kepada proses penyelesaian pemeriksaan perkara

permohonana izin poligami di PA. Jaktim dengan alasan-alasan dua putusan.

Sementara Awaludin Dalam skripsinya menuliskan tentang Urgensi

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Terhadap Perilaku Izin Poligami (Studi

Page 17: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

8

Kasus di Pengadilan Agama Jakarta Barat) tahun 1428 H/2007 M. Skripsi ini

lebih fokus kepada adanya kepada kesesuaian prosedur dan persyaratan dalam

mengajukan izin poligami di PA. Jakbar dengan UU No. 1 Tahun 1974, tanpa

melihat hukum Islam dan hukum positif lainnya di Indonesia.

Dari kajian terdahulu, seluruhnya mengambil dari kajian mengenai

poligami sepengetahuan penulis belum ada penelitian lain yang menjadikam

judul penelitian “Konsep Adil Dalam Izin Poligami (Analisis Yurisprudensi

Putusan Izin Poligami No. 205/Pdt. G/2008/PA.Bks)"

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Data

Dilihat dari segi datanya, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif

yaitu deskripsi berupa kata-kata, ungkapan, norma-norma, atau aturan-aturan

dari kasus yang diteliti, oleh karena itu penulis berupaya mencermati

mengenai izin poligami yang menjadi kompetensi Pengadilan Agama. Dilihat

dari segi tujuan dalam penelitian termasuk penelitian yang bersifat deskriptif

analisis yaitu penelitian lapangan yang menggambarkan data-data dan

informasi di lapangan berdasarkan fakta yang diperoleh secara mendalam.

2. Sumber Data

Secara umum data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari

data primer dan data sekunder. Data primer sebagai data utama dalam

penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan jalan mengadakan

Page 18: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

9

wawancara terhadap pihak yang terkait dengan permasalahan yang penulis

bahas. Sedangkan data sekunder adalah putusan Pengadilan Agama Bekasi

No. 205/Pdt. G/2008/PA.Bks dan beberapa dokumentasi hukum yang terkait

dengan permasalahan izin poligami

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam

menghimpun seluruh data dan fakta yang menunjang permasalahan adalah

sebagai berikut:

a. Studi Putusan Yurisprudensi

Studi putusan yurisprudensi yaitu teknik pengumpulan putusan

yang sistematis dari keputusan Mahkamah Agung dan keputusan

Pengadilan Tinggi yang diikuti oleh hakim lain dalam memberikan

keputusan sosoial yang sama.11

Dalam hal ini, studi putusan yuresprudensi

yang dilakukan adalah studi putusan Pengadilan Agama Bekasi Nomor:

205/Pdt. G/2008/PA.Bks.

b. Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh landasan

teoritis berupa konsep dari beberapa literatul yang terkait dengan materi

pokok permasalahan yang akan penulis bahas, baik dari buku-buku

karangan ilmiah, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Kompilasi

11

A. Basiq Djalil, Peradilan Agama Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. Ke-1, hal.

155

Page 19: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

10

Hukum Islam serta peraturan lainnya yang erat kaitannya dengan masalah

yang dibahas.

c. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan analisis yurisprudensi yang dilakukan yaitu studi

putusan Pengadilan Agama Bekasi No. 205/Pdt. G/2008/PA.Bks sehingga

didapatkan suatu kesimpulan yang objektif, logis, konsisten, dan sistematis

sesuai dengan tujuan yang dikehendaki penulis dalam penulisan proposal

skripsi ini.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan proposal skripsi ini kurang lebih penulis uraikan

sebagai berikut:

Bab I Merupakan pendahuluan yang memuat beberapa sub-bab,

diantaranya adalah: Letar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian

terdahulu, metode penulisan dan penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II Didalamnya mengurai landasan teoritis mengenai poligami yang

menyangkut tentang: pengertian poligami, dasar hukum poligami,

syarat-syarat poligami dan hikmah poligami, pendapat ulama

tentang “Ta‟ddud al-Zaujah”, konsep adil dalam poligami menurut

Page 20: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

11

perspektif hukum Islam, konsep adil dalam poligami menurut

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dan KHI.

Bab III Merupakan pemaparan tentang izin poligami sebuah ambivalensi

hukum yang di dalamnya terdiri dari: Deskripsi putusan Pengadilan

Agama Bekasi, landasan yuridis putusan Pengadilan Agama,

penetapan Pengadilan Agama dalam perkara izin poligami, prosedur

penetapan hukum Islam terhadap izin poligami, analisis penulis

tentang keadilan poligami

Bab IV Adalah bab penutup yang berisikan kesimpulan sebagai rumusan

jawaban dari perumusan masalah dan saran-saran yang terkait serta

beberapa saran yang diharapkan dapat berguna khususnya bagi

penulisan umumnya bagi masyarakat.

Page 21: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

12

BAB II

LANDASAN TEORITIS TENTANG POLIGAMI

A. Pengertian, Dasar Hukum, Syarat-syarat dan Hikmah Poligami

1. Pengertian Poligami

Kata-kata poligami terdiri dari kata “poli” dan “gami”. Secara

etimologinya “poli” artinya “banyak” dan “gami” artinya “istri”. Jadi

poligami itu artinya beristeri banyak. Sedangkan secara terminologinya,

poligami yaitu seorang laki-laki mempunyai lebih dari satu istri. Atau seorang

laki-laki beristeri lebih dari satu orang.1

Kata poligami berasal dari bahasa Yunani pecahan dari kata “poly”

yang artinya banyak, dan “gamein” yang berarti pasangan, kawin atau

perkawinan. Secara epistemologis poligami adalah “suatu perkawinan yang

banyak” atau dengan kata lain adalah suatu perkawinan yang lebih dari

seorang, seorang laki-laki memiliki isteri lebih dari satu pada waktu yang

bersamaan.2

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa

pengertian poligami adalah “ikatan perkawinan yang salah satu pihak

1 Zaleha Kamaruddin, Kamus Istilah Undang-Undang Keluarga Islam, (Kuala Lumpur: Zebra

Editions Sdn Bhd, 2002), Cet. Ke-1, hal. 14

2 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996) Cet. Ke-7, h. 799

Page 22: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

13

memiliki atau mengawini beberapa lawan jenis dalam waktu yang

bersamaan”.3

Term poligami ini sebenarnya mempunyai makna umum, yaitu

memiliki dua orang isteri atau lebih dalam waktu yang bersamaan. Adapun

kebalikan dari perkawinan seperti ini adalah monogami yaitu perkawinan

dimana suami hanya memiliki seorang isteri.4

Dalam Islam poligami mempunyai arti memiliki isteri lebih dari satu,

dengan batasan umum yang telah ditentukan. Al-Qur‟an memberi penjelasan

empat untuk jumlah isteri meskipun ada yang mengatakan lebih dari itu.

perbedaan tersebut disebabkan karena adanya perbedaan penafsiran tentang

ayat yang menyatkan boleh berpoligami.5

Opini masyarakat Islam mengenai kebolehan berpoligami yaitu

anggapan jumlah perempuan yang semakin bertambah dibandingkan dengan

jumlah laki-laki yang ada, tersebutkan dalam rasio perbandingan 1:3. Dengan

alasan tersebut para ulama berpendapat bahwa tujuan ideal dalam Islam dalam

perkawinan adalah monogami. Tentang konsep poligami yang jelas-jelas

tertulis dalam ayat Al-Qur‟an itu, menurut sebagian mereka adalah hanya

karena tuntutan zaman ketika masa nabi, yang ketika itu banyak anak yatim

atau janda yang ditinggal bapak atau suaminya. Sedangkan sebagian pendapat

3 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 18

4 Bibit Suprapto, Liku-liku Poligami, ( Yogyakarta: Pustaka Al-kautsar, 1999), cet. Ke-1, h. 71

5 Hartono Ahmad Jaiz, Wanita Antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan, (Jakarta: Pustaka

Al-Kautsar, 2007), cet. Ke-1, h. 119

Page 23: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

14

yang lain meyatakan bahwa kebolehan berpoligami hanyalah bersifat darurat

atau kondisi terpaksa, karena agama adalah memberikan kesejahteraan

(mashlahat) bagi pemeluknya. Sebaliknya, agama mencegah adanya darurat

atau kesusahan. Darurat dikerjakan jika hanya sangat terpaksa.6

2. Dasar Hukum Poligami

a. Poligami Dalam Perspektif Hukum Islam

Mengenai dasar penetapan hukum poligami sendiri terpengaruh

dengan proses sejarah poligami dan juga hal-hal yang berkaitan dengan

konsep tujuan berpoligami. Bangsa Arab dan non Arab sebelum Islam

datang sudah terbiasa berpoligami. Ketika Islam datang, Islam membatasi

jumlah isteri yang boleh dinikahi. Islam mengajarkan dan memberikan

arahan untuk berpoligami yang adil sejahtera.7

Allah SWT membolehkan berpoligami sampai empat orang isteri

dengan syarat berlaku adil kepada mereka. Adapun adil dalam melayani

isteri, seperti urusan nafkah, tempat tinggal, pakaian, giliran, dan segala

hal yang bersifat lahiriah. Jika tidak bisa berlaku adil maka cukup satu

orang isteri saja.8 Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam QS. An-

Nisaa ayat 3 yang berbunyi:

6 Hartono Ahmad Jaiz, Wanita Antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan, h. 117

7 Hartono Ahmad Jaiz, Wanita Antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan, h. 119

8 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenada Media, 2003), cet. Ke-1,

hal.129-130

Page 24: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

15

43

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)

perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah

wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian

jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang

saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih

dekat kepada tidak berbuat aniaya”. (Q.S. An-Nisa/4: 3)

Apabila seorang laki-laki merasa tidak mampu berlaku adil, atau

tidak memiliki harta untuk membiayai isteri-isterinya, dia harus menahan

diri dengan hanya menikah dengan satu orang saja.

Sayyid kutub berpandangan bahwa sering kali terjadi dalam

kehidupan hal-hal yang tidak dapat dipungkiri dan dilewatkan

keberadaannya, seperti halnya melihat masa subur laki-laki yang

berlangsung hingga umur 70 tahun atau diatasnya, sementara kesuburan

seorang perempuan terhenti ketika mencapai umur 50 tahun atau

sekitanya. Maka dari itu, terdapat jarak waktu 20 tahun masa subur laki-

laki dibandingkan masa subur perempuan.9

Imam Malik berkata dalam al-Muwatha‟ bahwa Ghailan bin Salman

memeluk Islam sedang mempunyai sepuluh isteri. Maka Rasulullah SAW

bersabda:

9 Abu Usamah Muhyidin dan Abu Hamid, Legalitas Poligami Menurut Sudut Pandang Ajaran

Islam, (Yogyakarta: Sketsa, 2006), cet. Ke-1, h. 28

Page 25: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

16

10

Artinya: “Dari Usman bin Muhammad bin Abi Suwayd: Sesungguhnya

Rasulullah SAW berkata kepada Ghailan bin Salamah ketika

masuk Islam dan ia mempunyai sepuluh orang isteri. Beliau

bersabda kepadanya: Pilihlah empat orang diantara mereka dan

ceraikanlah yang lainnya”. (HR. Daruquthni)

Dalam hadits lain, Imam Daruquthni meriwayatkan:

11

Artinya: Dari Ar-Rabi‟ bin Qais berkata: “Sesungguhnya kakeknya Haris

bin Qais telah memeluk agama Islam dan ia memiliki delapan

orang isteri, maka Rasulullah SAW memerintahkan kepadanya

untuk memilih empat isteri saja dari mereka”. (HR. Daruquthni)

Mempunyai isteri lebih sari satu sangatlah penting bagi seorang

suami untuk berlaku seadil mungkin terhadap isteri-isterinya. Karena

tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk menciptakan keluarga yang

sejahtera, suami dan isteri-isterinya serta anak-anaknya dapat hidup rukun,

damai dan berkasih sayang. Sebagaimana yang dimaksudkan dalam al-

Qur‟an surat ar-Ruum ayat 21:

10

Ali bin Umar Daruquthni, Sunan Daruquthni, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), jil. 2, h. 166 11

Ali bin Umar Daruquthni, Sunan Daruquthni, h. 166

Page 26: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

17

3021

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia

menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya

kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-

Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang

demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang

berfiki.” (QS. Ar-Ruum/30: 21)

Ayat selanjutnya yang berkaitan dengan perkawinan poligami yaitu

yang terdapat dalam surat an-Nisa ayat 129:

4129

Artinya: “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara

isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian,

Karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu

cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan

jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari

kecurangan), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang”. (QS. An-Nisa/ 4: 129)

Kalau dilihat pada surat an-Nisa ayat 3 dan 129 yang telah

disebutkan diatas, dengan jelas menunjukkan bahwa asas perkawinan yang

dianut dalam Islam pun adalah monogami. Namun, kebolehan poligami

apabila syarat-syarat yang menjamin keadilan seorang suami kepada isteri-

isterinya, baik adil dalam segi material maupun dari segi spiritual.

Page 27: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

18

Islam memandang poligami lebih banyak membawa

madharat/resiko dari pada manfaatnya, karena manusia itu menurut

fitrahnya mempunyai watak cemburu, iri hati dan suka mengeluh. Watak-

watak tersebut akan mudah timbul dengan kadar tinggi, jika hidup dalam

kehidupan keluarga yang poligamis. Dengan demikian, poligami itu bisa

menjadi sumber konflik dalam kehidupan keluarga, baik konflik antara

suami dengan isteri-isteri dan anak-anaknya, maupun konflik antara isteri

beserta anaknya masing-masing.12

Oleh karena itu asas perkawinan dalam Islam adalah menganut

asas monogami.

b. Poligami Dalam Perspektif Hukum Positif di Indonesia

Penetapan dasar hukum mengenai poligami selain yang tertera

dalam surat an-Nisaa ayat 3 mengenai kebolehan poligami, juga didasari

oleh aspek-aspek perundang-undangan yang ada. Dalam Pasal 3, 4 dan 5

Undang-Undang No. 1 tahun 1974 sangat mengakomodir semua hal yang

bersangkutan mengenai poligami berikut juga persyaratannya.

Pada dasarnya Undang-Undang perkawinan di Indonesia menganut

prinsip monogami, prinsip tersebut tercantum dalam pasal 3 ayat 1

Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan yang berbunyi:

12

Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya

Paramita, 2006), cet. Ke- 37, h. 538

Page 28: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

19

“Pada asasnya suatu perkawinan seorang pria hanya boleh

mempunyai seorang isteri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai

seorang suami”.13

Walaupun dalam Undang-Undang perkawinan telah menganut prinsip

monogani tetapi dalam pelaksanaannya prinsip ini tidak berlaku mutlak,

dalam Undang-Undang perkawinan di Indonesia tetap diperbolehkan

poligami dengan persyaratan yang sangat ketat, dan hanya orang-orang

yang tertentu saja yang dapat melakukannya.14

Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan

aturan tentang kebolehan beristeri lebih dari seorang terdapat dalam pasal

3,4 dan 5 yang berisikan alasan serta syarat-syarat yang harus dipenuhi

untuk beristeri lebih dari seorang. Pasal 3 ayat (2) menerangkan bahwa:

“Pengadilan dapat memberikan izin kepada seorang suami untuk beristeri

lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang

bersangkutan”. Ayat ini jelas sekali bahwa Undang-Undang perkawinan

telah melibatkan Peradilan Agama sebagai instansi yang cukup penting

untuk mengabsahkan kebolehan poligami bagi seseorang.15

13

Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2006), cet,.

Ke- 37, hal. 538

14

Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, hal. 156

15

Amiur Nuruddiin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, hal. 156

Page 29: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

20

Kemudian dalam Pasal 4 ayat (1) menerangkan bahwa: “Apabila

seorang suami yang akan melakukan poligami, maka ia wajib mengajukan

permohonan kepada pengadilan di daerah tempat tinggalnya”. Selanjutnya

dalam ayat (2) disebutkan: “Alasan-alasan pengadilan mengizinkan

seorang suami berpoligami apabila: 1. Isteri tidak dapat menjalankan

kewajibannya sebagai seorang isteri; 2. Isteri mendapat cacat

badan/penyakit yang tidak dapat disembuhkan; dan 3. Isteri tidak dapat

melahirkan keturunan.

Alasan di atas bernuansa fisik kecuali alasan yang ketiga. Alasan

yang ketiga terkesan suami tidak memperoleh kepuasan yang maksimal,

maka alternatifnya adalah poligami. Dalam pasal 5 Undang-Undang No. 1

Tahun 1974 memberikan sejumlah persyaratan bagi seoarang suami yang

akan beristeri lebih dari satu.16

Diantaranya adalah: a. Adanya persetujuan

dari isteri pertama; b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin

keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anaknya; dan c. adanya jaminan

bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya.

Namun apabila isteri-isterinya tidak mungkin dimintai dalam

perjanjiannya, tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian, tidak ada kabar

dari isterinya selama sekurang-kurangnya dua tahun, dan sebab-sebab lain

16

Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT. Sinar Grafika, 2006), cet.

Ke- 1, h. 47

Page 30: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

21

yang mendapat penilaian dari hakim pengadilan, maka suami tidak dapat

memerlukan persetujuan dari isterinya.17

Perlu kita ketahui bahwa pada Pasal 4 adalah persyaratan alternatif,

artinya salah satu harus ada untuk dapat melakukan poligami. Sedangkan

Pasal 5 adalah persyaratan kumulatif, dimana seluruh persyaratan harus

dipenuhi oleh suami yang akan melakukan poligami.

3. Sejarah Poligami

Poligami sama tuanya dengan sejarah kehidupan manusia, yaitu

sebelum agama Islam datang. Sehingga dapat dikatakan bahwa poligami

merupakan hal yang biasa terjadi atau telah menjadi kebiasaan dalam

masyarakat.

Poligami sudah berlaku sejak jauh sebelum datangnya Islam. Orang-

orang Eropa yang sekarang kita sebut Rusia, Yugoslavia, Jerman,

Cekoslovakia, Belgia, Belanda, Denmark, Swedia dan Inggris semuanya

adalah Negara-negara yang berpoligami. Dengan demikian bangsa-bangsa

timur seperti bangsa Ibrani dan Arab, mereka juga berpoligami. Karena itu

tidak benar apabila ada tuduhan bahwa Islamlah yang melahirkan aturan

tentang berpoligami, sebab nyatanya aturan poligami yang berlaku sekarang

ini juga juga hidup dan berkembang di negeri-negeri yang tidak menganut

17

Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Page 31: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

22

Islam, seperti Afrika, Cina, India, dan Jepang.18

Maka tidaklah benar jika

poligami hanya terbatas di negeri-negeri Islam.

Sebenarnya Kristen pun tidak melarang adanya poligami, sebab di

dalam Injil tidak ada satu pun dengan tegas melarang poligami. Para pemeluk

Kristen bangsa Eropa, dahulu mempunyai adat istiadat hanya boleh kawin

dengan seorang wanita saja. hal ini disebabkan karena sebagian besar bangsa

Eropa penyembah berhala, yang kemudia didatangi oleh agama Kristen, adalah

orang-orang Yunani dan Romawi yang terlebih dahulu mempunyai kebiasaan

yang melarang poligami. Setelah mereka memeluk agama Kristen, kebiasaan

dan adat istiadat nenek moyang mereka tetap dipertahankan dalam agama Naru

itu. jadi sistem monogami yang mereka jalankan bukanlah berasal dari agama

Kristen semata, tetapi merupakan warisan agama berhala (Paganisme).

Kemudian gereja mengambil alih paham yang berkembang dalam masyarakat

dan akhirnya melarang poligami dan dinyatakan sebagai aturan agama.19

4. Syarat-syarat Poligami

Mengenai syarat-syarat poligami, seperti yang dijelaskan pada Pasal 4

ayat 1 Undang-Undang perkawinan menyebutkan bahwa seorang yang ingin

beristeri lebih dari satu orang maka ia harus mengajukan permohonana

18

Hasan Aedy, Poligami Syari‟ah dan Perjuangan Kaum Perempuan, (Bandung: Alfabeta,

2007), cet. Ke-1, h. 60

19

M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga Dalam Islam, (Jakarta: Prenada Media,

2003), cet. Ke-1, h. 270-271

Page 32: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

23

poligami kepada pengadilan setempat. Selanjutnya pada pasal 5 ayat 1

menerangkat syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat mengajukan

permohonana izin, yaitu:

a. Adanya persetujuan dari isteri;

b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup isteri-

isteri dan anak-anak mereka;

c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan

anak-anaknya.20

Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 57 juga menyebutkan

alasan diperbolehkannya suami mengajukan permohonan poligami. Pasal

tersebut berbunyi: “Pengadilan Agama hanya memberikan izin kepada suami

yang akan beristeri lebih dari seorang apabila:

a. Isteri tidak menjalankan kewajibannya sebagai isteri.

b. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

c. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.21

Dengan adanya pasal-pasal yang membolehkan tentang poligami

meskipun dengan alasan yang sangat ketat jelaslah bahwa asas Undang-

Undang perkawinan bukanlah asas monogami mutlak melainkan asas

monogami terbuka.22

20

Undang-Undang Pokok Perkawinan, hal. 2

21

Kompilasi Hukum Islam, DIRBENPERA, DEPAG, 2002, hal. 34

22

Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, hal. 156

Page 33: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

24

5. Hikmah Poligami

Setiap ayat yang diturunkan oleh Allah SWT pasti terdapat hikmah

yang dapat diambil oleh manusia. Karena setiap permasalahan pasti terdapat

hikmah di dalamnya, demikian pula ketika Allah menurunkan ayat tentang

poligami. Mengenai hikmah poligami, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Untuk mendapatkan keturunan bagi suami yang subur dan istri yang

mandul;

b. Untuk menjaga keutuhan keluarga tanpa menceraikan isteri, sekalipun

isteri tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai isteri, atau ia mendapat

cacat badan atau penyakit yang tidak dapt disembuhkan;

c. Untuk menyelamatkan suami dari hypersex dari perbuatan zina dan krisis

akhlak lainnya;

d. Untuk menyelamatkan kaum wanita dari krisis akhlak yang tinggal di

masyarakat yang jumlah wanitanya lebih banyak dari kaum prianya,

misalnya akibat peperangan yang sangat lama.

B. Pendapat Ulama Tentang “Ta’ddud al-Zaujah”

Dalam pandangan fiqih, poligami yang di dalam kitab-kitab fiqih disebut

dengan ta‟addud al-Zaujat yang artinya bertambahnya jumlah isteri. Dengan

demikian ta‟addud al-zaujah berarti dapat dikatakan perkawinan yang tidak

terbatas dalam waktu yang bersamaan. Sebenarnya hal tidak lagi menjadi

Page 34: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

25

persoalan. Hal ini menunjukan bahwa para ulama sepakat tentang kebolehan

poligami, namun dengan persyaratan yang bermacam-macam.

Dalam Islam ta‟ddud al-zaujah mempunyai isteri lebih dari satu, dengan

batasan umum yang telah ditentukan di dalam al-Qur‟an surat an-Nisa ayat 3 yang

menjelaskan empat untuk jumlah isteri. Namun terdapat perbedaan yang

disebabkan karena perbedaan penafsiran tentang ayat tersebut, yakni:

43

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)

perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-

wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu

takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-

budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak

berbuat aniaya”. (QS. An-Nisa: 3)

Maksud dari kata dua-dua, tiga-tiga dan empat-empat. Ulama ahli bahasa

sepakat, bahwa kalimat-kalimat itu adalah kalimat hitungan, yang masing-masing

menunjukkan jumlah yang disebut itu. matsna berarti: dua, dua; tsulasa berarti:

tiga, tiga; ruba‟ berarti: empat, empat. Jadi maksud dari ayat di atas adalah

kawinilah perempuan-perempuan yang kamu sukai sesukamu dua-dua, tiga-tiga

atau empat-empat.

Zamakhsyari berkata: omongan ini ditunjukkan kepada orang banyak,

yang diulang masing-masing orang yang hendak kawin itu berkehendak untuk

berpoligami sesuai dengan hitungan itu. Misalnya: engakau mengatakan kepada

Page 35: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

26

orang banyak: bagikanlah uang ini 1000 dirham misalnya dua dirham, dua

dirham, tiga dirham, tiga dirham atau empat dirham, empat dirham. Jika omongan

itu disebutkan dalam bentuk tunggal (ifrad), maka tidak mempunyai arti, misalnya

engkau mengatakan: bagikanlah uang ini dua dirham. Tetapi jika engkau

mengatakan: dua dirham, dua dirham maka maknanya berarti masing-masing

mendapatkan dua dirham saja, bukan empat dirham.

Jadi, menurut ayat ini kawin lebih dari empat itu adalah haram. Dan

semua ulama ahli fiqih telah sepakat atas perkara tersebut. Sedangkan para ahli

bid‟ah (orang yang membuat model dalam agama), menyatakan bahwa kawin

Sembilan itu boleh, karena dalam ayat di atas dipergunakan “wawu” (dan) liljam‟i

untuk menggabungkannya, yakni 2+3+4=9.

Al-„allamah al-Qurtubi berkata: ketahuilah bahwa bilangan yang terdapat

pada ayat di atas (matsna, tsulatsa, ruba‟) tidak dibolehkannya kawin Sembilan,

sebagaimana pengertian orang yang jauh dari pengertian al-Qur‟an dan al-

Sunnah, dan menentang yang menjadi kesepakatan ulama-ulama terdahulu,

dengan beranggapan bahwa “wawu” disini adalah liljam‟i.

Aku (Shabuni) mengatakan bahwa: Ijma‟ ulama menetapkan haram kawin

lebih dari empat. Masa mereka yang telah berijma‟ itu telah berlalu, sebelum

datangnya orang-orang belakang yang banyak menyimpang itu. oleh karena itu

anggapan mereka ini sama sekali tidak berharga, bahkan menunjukkan

kebodohannya.23

23

Mu‟ammal Hamidy dan Imron A. Manan, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni,

(Surabaya: PT Bina Ilmu, 1985), cet. Ke- 1, h. 361-363

Page 36: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

27

C. Konep Adil Dalam Poligami Menurut Perspektif Hukum Islam

1. Pengertian Adil

Banyak sekali istilah dalam bahasa Indonesia yang memiliki pengertian

yang kompleks dan sulit untuk merumuskan secara baku. Kata adil misalnya,

ketika dipahami lebih dari satu orang, maka mereka akan berbeda penilaian

tentang adil yang dimaksud. Adil menurut dia belum tentu adil juga bagi

masyarakat yang lain. Adil menurut orang sekarang, belum tentu adil untuk

orang yang hidup di masa mendatang.24

Adil secara bahasa adalah musytaq dari kata „adala, ya‟dilu, „adalan

fahuwa „aadilun. Al-„Adl berarti tidak berat sebelah, tidak memihak, atau

menyamakan yang satu dengan yang lain. Istilah lain dari al-„adl adalah al-

Qisth, al-Mitsl, dan al-Mizan.

Secara terminologi adil berarti mempersamakan sesuatu dengan yang

lain, maupun dari segi ukuran sehingga sesuatu itu menjadi tidak berat sebelah

dan tidak berbeda satu sama lain. Dengan kata lain adil berarti berpihak atau

berpegang kepada kebenaran. Ada juga yang mengartikan adil itu dengan

“wad‟u al-Syai fi mahallihi” (meletakkan sesuatu pada tempatnya).25

Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu benang merah bahwa adil

kata adil mengandung dua pengertian. Pertama, adil berarti berbuat sama

24

Hazairin, Tinjauan Mengenai Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 dan

Lampiran UU No. 1 Tahun 1974, (Jakarta:Tintamas, 1975), h. 13

25

Abdul Azis Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, h. 25-26

Page 37: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

28

terhadap siapa pun, tidak memihak atau tidak berat sebelah.26

Adil jenis ini

disebut dengan adil komutatif. Bahwa setiap orang akan diperlakukan sama

tanpa melihat latar belakangnya.

Bentuk keadilan komutatif ini bisa relevan dalam satu konteks, tetapi

belum tentu dalam konteks yang lain. Misalnya dalam pembagian waris.

Keadilan jenis ini tidak berlaku, karena adil menurut hukum yang berlaku

adalah tidak menyamakan laki-laki dan perempuan. Laki-laki mendapatkan

dua bagian sedangkan perempuan mendapatkan satu bagian saja.

Pengertian adil yang kedua yaitu i‟tau kulli dzi haqqin haqqah (berbuat

kepada orang lain apa yang menjadi haknya). Adil jenis ini disebut juga

dengan keadilan distrebutif. Setiap seseorang akan diperlakukan sama sesuai

dengan apa yang menjadi haknya. Misalnya, seorang suami akan membedakan

perlakuan terhadap isteri baru, yang masih gadis dengan isterinya yang

pertama yang sudah tidak gadis. Maka ia akan bermukim lebih lama di rumah

isteri yang baru itu.

Abdul Karim Usman mengemukakan bahwa, keadilan disteributif

adalah keadilan hukum. Ia mengatakan: “la yatahaqqaqu al‟adlu fi al-hukmi

alla biisholi kulli dzi haqqin haqqahu (keadilan hukum tidak akan tercapai

kecuali dengan memberikan kepada seseorang apa yang menjadi haknya)”.27

26

Abd. Karim Usman, Ma‟alim al-Tsaqaafahal-Islamiyyah, (Beirut:Muassasah al-Risalah,

1982), h. 78

27

Abd. Karim Usman, Ma‟alim al-Tsaqaafahal-Islamiyyah, h. 80

Page 38: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

29

2. Konsep Adil Menurut Al-Qur’an dan Al-Sunnah

a. Konsep Adil Menurut Al-Qur’an

Al-Qur‟an yang secara harfiyah berarti “bacaan sempurna”

merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu

bacaan pun sejak manusia mengenal baca tulis lima ribu tahun yang lalu

yang dapat menandingi al-Qur‟an al-Karim, bacaan yang sempurna dan

mulia itu.

Khusus mengenai pembahasan tentang keadilan, banyak teks al-

Qur‟an yang menjelaskan tentang bentuk-bentuk keadilan sesuai dengan

konteks yang sedang dibicarakan. Keadilan diungkapkan oleh al-Qur‟an

antara lain dengan kata-kata al-„adl, al-Qist, al-Mizan atau menafikan

kezaliman, walaupun pengertian keadilan tidak selalu menjadi antonim dari

kezaliman.

Kata al-„adl yang berarti sama, memberi kesan adanya dua pihak

atau lebih, Karena jika ada hanya satu pihak tidak terjadi “persamaan”. Al-

Qist arti asalnya adalah “bagian”. Dan bagian biasanya dapat diperoleh

oleh satu pihak saja, karena itu kata al-Qist lebih umum dari pada kata al-

„adl, dan karena itu pula ketika al-Qur‟an menuntut seseorang untuk

berlaku adil terhadap dirinya sendiri, kata al-Qist itulah yang digunakan.

Sebagaimana yang disebut dalam firman Allah SWT:

Page 39: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

30

... 4135

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar

penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu

sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu”. (Q.S an-Nisa:135(.

Sedangkan kata al-Mizan merupakan derivasi dari kata “wazn”

yang berarti “timbangan”. Oleh karena itu kata al-Mizan sering digunakan

sebagai kata menunjukan alat untuk menimbang. Namun dapat ula

diartikan “keadilan”, karena bahasa seringkali menyebut “alat” untuk

makna hasil penggunaan alat itu.28

Jadi pembicaraan tentang keadilan dalam al-Qur‟an tidak hanya

dalam proses penetepan hukum atau terhadap pihak berselisih, melainkan

al-Qur‟an juga menuntut keadilan terhadap dirinya sendiri, baik ketika

berucap, menulis atau bersikap batin.29

.... .... 6152

“....dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu berlaku adil,

kendatipun ia adalah kerabat(mu)....”. (QS Al-An‟am: 152)

28

M. Quraisy Syihab, Wawasan Al-Qur‟an; Tafsir Ma‟udu‟I Atas Berbagai Permasalahan

Umat, (Bandung: Mizan, 2003), cet. Ke-13, h. 114

29

M. Quraisy Syihab, Wawasan Al-Qur‟an; Tafsir Ma‟udu‟I Atas Berbagai Permasalahan

Umat, h. 113

Page 40: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

31

Lebih rinci lagi, Rifyal Ka‟bah menyebutkan beberapa ayat yang

berbicara tentang keadilan sebagai berikut:30

1) Keadilan yang berhubungan dengan tauhid. Seperti firman Allah SWT:

318

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang

berhak disembah), yang menegakkan keadilan. para malaikat dan

orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak

ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa

lagi Maha Bijaksana”. (QS Al-Imran: 18).

Jadi, keyakinan akan keesaan Allah SWT merupakan suatu

bentuk keadilan menusia terhadapnya, karena Dialah yang menciptakan

dan memberikan kehidupan kepada manusia.

Ayat ini turun ketika Rasulullah SAW berada di Madinah. Pada

saat itu ada dua orang cendikiawan dari Syam yang berkunjung ke

Madinah. Salah seorang berkata, “alangkah persisnya keadaan kota ini

dengan kota yang akan melahirkan nabi akhir zaman”. Kemudian,

ketika bertemu dengan Rasulullah SAW, mereka berdua melihatnya

adanya sifat-sifat kenabian yang melekat pada dirinya. Kedua bertanya,

“anda Muhammad?”, “Ya!” jawab nabi, “Anda Muhammad?”, Tanya

mereka lagi, “Ya!” tegasnya. Keduanya berkata lagi, “kami ingin

30

Rafyal Ka‟bah, Politik dan Hukum Dalam Al-Qur‟an, (Jakarta: Khairul Bayan, 2005), h. 84-

86

Page 41: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

32

menanyakan kepadamu tentang suatu kesaksian, yang jika kamu

memberitahu kami tentang hal itu, maka kami akan beriman, dan

membenarkan segala ucapanmu, lalu Rasulullah SAW berkata kepada

keduanya, “(kalau begitu) tanyalah (kepadaku)!”. Keduanya pun

bertanya seraya mengujinya, “sebutkanlah kepada kami kesaksian apa

yang paling agung dalam kitab Allah?”, untuk menjawabnya, lalu

turunlah ayat diatas dan akhirnya keduanya pun masuk agama Islam.31

2) Keadilan juga terkait dengan meletakkan sesuatu pada pada tempatnya,

seperti yang disebutkan pada ayat berikut ini:

.. 335

“Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama

bapak-bapak mereka; Itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika

kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, Maka (panggilah mereka

sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu.” (QS al-

Ahzab: 5)

Ayat di atas menunjukan bahwa penempatan nama ayah di

belakang nama menunjukkan sikap yang adil. Ada pendapat bahwa

orang yang menisbatkan dirinya kepada seseorang padahal dia bukan

bapaknya, dan dia menganggapa hal tersebut sah-sah saja, maka ia

dianggap kafir, tetapi jika ia dalam hatinya menganggap hal tersebut

31

Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir fi al-Aqidah wa al-Syari‟ah wa al-Manhaj, (Beirut: Dar al-

Fikr, 2003), vol. 2, h. 192

Page 42: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

33

tetap perbuatan dosa, maka ia masih tetap dianggap muslim yang kufur

nikmat.32

Adapun kebiasaan masyarakat barat yang juga diikuti oleh

sebagian besar masyarakat Indonesia yang mengganti nama ayah

dibelakang nama kecil dengan nama suaminya, dapat dikatakan sebagai

perilaku yang tidak adil, karena dia menghubungkan diri kepada orang

yang bukan asal-usulnya. Bagaimana pun sebagai pria dan wanita itu

berasal dari ayahnya sendiri, bukan dari suaminya.33

3) Keadilan adalah sebagian dari ketakwaan. Siapa pun harus berlaku adil

kepada diri sendiri, orang tua atau kerabat. Seperti firman Allah SWT:

... 4135

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-

benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap

dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu”. (Q.S an-

Nisa:135(.

Dari bantuknya ayat yang menjelaskan tentang keadilan, menurut

Quraish Shihab secara umum ada empat konsep keadilan, dan konsep

ini juga yang dipegang oleh para ulama. Yang pertama, adil dalam arti

“sama”. Maksud persamaan yang dikehendaki oleh konsepsi tersebut

adalah persamaan dalam hak. Kedua, keadilan yang ditunjukan untuk

32

Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir fi al-Aqidah wa al-Syari‟ah wa al-Manhaj, h. 253

33

Rafyal Ka‟bah, Politik dan Hukum Dalam Al-Qur‟an, h. 85

Page 43: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

34

pengertian “seimbang”. Keseimbangan ditemukan pada suatu kelompok

yang di dalamnya terdapat beragam bagian yang menuju pada suatu

tetentu, selama syarat dan kadar tertentu terpenuhi oeh setiap bagian.

Keadilan disini identik dengan kesesuaian, bukan lawan kezaliman.

Keseimbangan tidak mengharuskan kadar dan syarat bagi semua unit

agar seimbang. Bisa saja satu bagian berukuran kecil atau besar,

sedangkan kecil besarnya ditentukan oleh fungsi yang diharapkan

darinya.34

Konsep adil yang ketiga adalah adil yang berarti perhatian

terhadap hak-hak individu dan memberikan hak-hak itu kepada setiap

pemiliknya. Pengertian inilah yang mengandung pemahaman bahwa

pengabaian terhadap hak-hak yang seharusnya diberikan kepada

pemiliknya dapat dikatakan suatu kezaliman.

Yang ke emapat adalah adil yang dinisbatkan kepada ilahi.

Konsepsi adil ini berarti memeilihara kewajaran atas keberlanjutan

eksistensi, tidak kelanjutkan eksistensi dan perolehan rahmat sewaktu

terdapat banyak kemungkinan untuk itu. keadilan ilahi pada dasarnya

merupakan rahmat dan kebaikannya. Keadilannya mengandung

konsekuensi bahwa rahmat Allah SWT tidak tertahan untuk diperoleh

sejauh mahluk itu dapat meraihnya.35

34

M. Quraisy Syihab, Wawasan Al-Qur‟an; Tafsir Ma‟udu‟I Atas Berbagai Permasalahan

Umat, h. 114-115 35

M. Quraisy Syihab, Wawasan Al-Qur‟an; Tafsir Ma‟udu‟I Atas Berbagai Permasalahan

Umat, h. 116

Page 44: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

35

b. Konsep Adil Menurut al-Sunnah

Salah satu sumber hukum terpenting dalam Islam setelah al-Qur‟an

adalah al-Sunnah. Menurut para ulama, al-Sunnah merupakan wahyu

Allah selain al-Qur‟an, yang tidak kalah pentingnya dengan al-Qur‟an.

Dikatakan wahyu, sebab al-Sunnah adalah sekumpulan praktek keagamaan

yang berasal dari seorang utusan Allah, yang membawa syari‟atnya.

Karena itu segala tindakannya merupakan suatu amaliah yang tidak lepas

dari peran dia sebagai penyambung antara Allah dan makhluknya.36

Dengan bahasa lain, al-Sunnah merupakan wahyu yang ghair al-

Matluw (tidak dibacakan), melainkan hanyalah berupa wahyu

dimanifestasikan dalam pekerjaan, perkataan dan ketetapan Rasulullah

SAW. Karena itu al-Sunnah berbeda dengan al-Qur‟an yang lafaz dan

maknanya dari Allah, sehingga al-Sunnah dapat saja disampaikan dari sisi

mananya saja, yang tidak persis sama dari redaksi yang diterima dari

sebelumnya. Sedangkan al-Qur‟an tidak demikian, al-quran harus sama

dengan redaksinya, tidak boleh ditambah atau dikurang.37

Dengan demikian posisi al-Sunnah sama pentingnya dengan al-

Qur‟an, oleh karena itu banyak hukum al-Qur‟an yang butuh penjelasan

36

Muhammad Abu Zahw, Al-Hadits Wa al-Muhadditsun aw-„Inayat al-Ummah al-Islamiyyah

bi al-Sunnah al-Nabawiyyah, (Kairo: Syirkah Syahamah, tth), h. 11

37

Muhammad Abu Zahw, Al-Hadits Wa al-Muhadditsun aw-„Inayat al-Ummah al-Islamiyyah

bi al-Sunnah al-Nabawiyyah, h. 15

Page 45: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

36

lebih lanjut dari al-Sunnah, atau bahkan al-Sunnah menetapkan hukum

yang tidak ditetapkan dalam al-Qur‟an.38

Banyak hal yang dibicarakan dalam al-Sunnah. Segala segi

kehidupan dari mulai persoalan pribadi hingga dalam persoalan sosial

dapat ditemukan di dalamnya. Banyak ulama dari generasi ke generasi

yang mengkaji kandungannya, bahkan banyak diantara mereka yang

mengawal sekuat tenaga kehujjahan al-Sunnah sebagai hukum ke dua

setelah al-Qur‟an.

Salah satu tema yang dibicarakan dalam al-Sunnah adalah keadilan.

Berbagai riwayat yang menjelaskan tentang adil itu penting, menunjukkan

bahwa tema ini mendapat perhatian yang cukup segnifikan dari al-Sunnah.

Sebab sudah menjadi tabi‟at manusia tidak mau diperlakukan tidak adil.

Karena itu siapapun yang dapat mewujudkan keadilan baik bagi dirinya

maupun bagi orang lain, dia termasuk orang yang istimewa, baik dihadapan

Allah maupun dihadapan manusia pada umumnya.

Dalam khazanah ilmu hadis, ilmu yang mengkaji riwayat dan

kandungan hadis, dikenal istilah „adalah seorang rawi sebagai salah satu

syarat bagi sebuah hadis. Menurut pakar disiplin ilmu hadis, „adalah

merupakan derivasi dari kata „adalah, ya‟dili, „adlan wa „adalalatan.39

Itu

berarti suatau sifat yang dimiliki oleh seorang mubaligh yang berakal sehat,

38

Adil Muhammad Darwis, Nazarat fi al-Sunnah wa Ulum al-Hadits, (Kairo:Kulliyah

Da‟wah al-Islamiyyah, 1998), h. 32

39

Ibrahim Anis dkk, Mu‟jam al-Wasit, (tt: tpn, tth), h. 617

Page 46: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

37

dia juga harus selam dari hal-hal yang menyebabkan kefasikan dari

rusaknya kehormatan diri, yang kuat ingatannya (tidak mudah lupa), dia

juga harus hafal jika ia menceritakan dari hafalannya dan ia terpecaya

tulisannya jika menceritakan dari tulisannya, yang mengetahui terhadap

apa yang merusak makna jika ia meriwayatkan dengan apa yang ditulisnya

tersebut.40

Jadi dalam perspektif ilmu hadis, ilmu yang mengkaji al-

Sunnah, orang yang adil disini adalah orang yang memiliki sifat-sifat

tersebut.

Sama halnya dengan al-Qur‟an didalam al-Sunnah juga terdapat tiga

kata yang biasa digunakan untuk menunjukkan makna keadilan. Ketiga

kata itu adalah al-„adl, al-Qist dan al-Mizan. Masing–masing kata

ditunjukkan kepada pengertian adil sesuai dengan konteks yang sedang

dibicarakan. Khusus kata al-‟adl, banyak riwayat yang berkaitan dengan

kata al-„adl yang ditujukan kepada makna keadilan. Diantaranya adalah:

41

40

Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar al-Syuyuthi, Tadrib al-Rawi fa Syarh Taqrib an-

Nawawi, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, tth), h. 163

41

Muhammad bin Ismail al-Bukahri, al-Jami‟ al-Sahih al-Mukhtasar, (Beirut: Dar Ibnu

Katsir, 1987), juz. 2, h. 144

Page 47: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

38

Artinya: Dari Abi Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “tujuh orang

yang akan mendapatkan naungan dari Allah SWT di hari kiamat,

yaitu imam yang adil, pemuda yang tumbuh berkembang dalam

ibadah kepada Tuhannya, orang yang hatinya selalu terpaut

dengan masjid, dan dua orang yang saling mencintai karena

Allah, keduanya berkumpul ddan berpisah karenanya, dan

seorang laki-laki yang diajak oleh seorang wanita yang

mempunyai kedudukan dan cantik menawan, dan ia berkata

kepada wanita itu: “Saya takut kepada Azab Allah”, dan seorang

yang bersedakah secara sembunyi, sampai-sampai tangan kirinya

sendiri tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan

kanannya, dan seorang laki-laki yang berlinang air mata dalam

kesendiriannya”. (HR. Al-Bukhaari).

Imam Ibnu Hajar berpendapat bahwa kata al-„adil pada redaksi

hadis di atas merupakan isim fail (pelaku) dari kata al-„adl. Dalam satu

riwayat juga ada yang menggunakan istilah al-Imam al-„adl sebagai kata

pengganti dari dari kata al-Imam al-„adil, yang oleh Imam Ibnu Abdil Barr

dianggap lebih kuat maknanya, karena orang yang berlaku adil disebut

dengan menggunakan kata bendanya, yakni al-„adl.42

Adapun yang dimaksud dengan Imam ialah orang yang memiliki

jabatan yang besar. Masuk dalam pengertian ini juga setiap orang yang

berkuasa atas berbagai urusan kaum muslimin. Sedangkan pengertian dari

adil itu sendiri ialah orang yang mengikuti perintah Allah SWT dengan

meletakkan sesuatu pada tempatnya dengan tanpa melampaui batas, tidak

lebih dan tidak kurang.43

42

Ibu Hajar Al-Asqalani, Fath al-Bari: Syarh Sahih al-Bukhari, (Beirut: Dar al-Ma‟rifah,

1374 H), juz. 2, h. 144

43

Ibu Hajar Al-Asqalani, Fath al-Bari: Syarh Sahih al-Bukhari

Page 48: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

39

Masih tentang keadilan yang menggunakan kata al-„adl adalah hadis

berikut:

44

Artinya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “tiga orang yang

tidak akan ditolak doanya, yaitu orang yang berpuasa sehingga ia

berbuka, imam yang adil, dan doanya orang yang dizalimi. Allah

mengangkat doa tersebut ke atas awan dan dibukakan baginya

pintu langit, lalu Tuhan berkata: “sesunggugnya aku yang akan

menololngmu”. (HR. Ibnu Majah).

Selain kata al-„adl untuk menunjukkan makna keadilan, hadis juga

sering menggunakan kata al-Qist, seperti hadis berikut:

45

Artinya: Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya orang-orang yang

berlaku adil mendapat tempat yang mulia di sisi Allah, kedua

tangannya disamping orang-orang yang berlau adil dalam

menghukumi, dan terhadap keluarga mereka, dan terhadap apa

yang mereka kuasai”. (HR. Muslim).

Imam Nawawi mengatakan, baahwa yang dimaksdu al-Muqsitun

adalah al-„adilun (orang-orang yang adil). Kata al-Qist yang dibaca kasrah

qafnya berarti al-„adl. Adapun al-Qasthu dengan dibaca fathah huruf

qafnya berarti menyimpang, seperti yang diungkapkan dalam surat al-Jin

44

Muhammad bin Yazid al-Quzwaini, Sunan Ibnu Majah, (Beirut: Dar al-Fikr, 2004), vol. 1,

h. 547

45

Muslim bin Hijjaj, Sahih Muslim, (Beirut: Dar ihya al-Taurats, tth), vol. 2, h. 1458

Page 49: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

40

ayat 15: “wa ammal qosithuna fakanu lijahannama hathoba (adapun orang

yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi

neraka jahannam)”.46

47

Artinya: Dari Ibn al-Musayyab, dia mendengar Abu Hurairah berkata,

Rasulullah SAW bersabda: “Demi zat yang juwaku berada dalam

genggamannya, hampir saja aku turun diantara kalian Ibnu

Maryam (Nabi Isa AS) sebagaimana orang memutuskan perkara

(hakim) yang berlaku adil , mematahkan salib, membunuh babi,

dan meninggalnya jizyah, dan harta berlimpah ruah, hingga tidak

ada seorangpun yang menerimanya”. (HR. Muslim).

Di samping kedua kata di atas, yakni kata al-„adl dan al-Qist, kata

al-Mizan juga bisa digunakan untuk pengertian keadilan. Al-Mizan secara

bahasa berarti timbangan atau neraca. Al-Mizan juga dapat diberi makna al-

„adl (keadilan) oleh karena dengan timbangan yang benar itulah salah satu

pihak tidak merasa terzalimi, sehingga keduanya merasakan keadilan.

48

46

Al-Nawawi, Syarh Sahih Muslim, (Beirut: Dar Ihya al-Taurats al-„araby, 1392 H), vol. 12, h.

211

47

Muslim bin Hijjaj, Sahih Muslim, h. 85

48

Muslim bin Hijjaj, Sahih Muslim, vol. 1, h. 161

Page 50: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

41

Artinya: Dari Abu Musa RA, beliau berkata: “Rasulullah SAW berdiri di

tengah-tengah kita dengan memberikan lima kalimat, beliau

bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak tidur, dan tidak patut

baginya tidur, Dia menurunkan dan menaikkan timbangan,

diangkat kepadanya amal yang dilakukan di malam hari sebelum

datanya amal di siang hari, dan juga sebaliknya”. (HR. Muslim)

Ibnu Qutaibah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-Qist

pada redaksi hdis adalah al-Mizan, karena al-Qist itu berarti al-„adl, dan

dengan al-Mizan (neraca atau timbangan) itulah terwujudnya keadilan.49

Dalam sebuah hadis dikatakan:

50

Artinya: Dari Abu Darda RA, dari Nabi SAW bersabda: “Tidak ada

sesuatu pun yang lebih berat timbangannya dari pada ahklak

yang baik”. (HR. Abu Daud).

3. Adil Berpoligami Menurut Al-Qur’an dan Al-Sunnah

a. Adil Berpoligami Menurut Al-Qur’an

Berbicara poligami tidak akan lepas dari pembahasan mengenai

surat an-Nisa ayat 3. Ayat tersebut disamping dalil naqli dari al-Sunnah

oleh mayoritas umat dijadikan sebagai landasan teologis bagi

dibolehkannya praktek poligami, sehingga perilaku tersebut diyakini illegal

dan diakui oleh agama. Ayat tersebut berbunyi sebagai berikut:

49

Al-Nawawi, Syarh Sahih Muslim, vol. 3, h. 13

50

Abu Daud Sulaiman bin Asy‟ats, Sunan Abu Daud, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), vol. 3, h.

443

Page 51: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

42

43

Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap

(hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu

mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu

senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak

akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saj, atau

budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih

dekat kepada tidak berbuat aniaya”. (QS. An-Nisa: 3)

Ayat di atas tidak saja berbicara mengenai kebolehan menikahi

wanita lebih dari satu, tetapi juga berbicara mengenai kewajiban wali agar

tidak berbuat aniaya terhadap anak yatim yang berada dalam asuhannya.51

Karena berdasarkan kronologisnya, ayat ini masih terkait dengan ayat

sebelumnya, yakni an-Nisa ayat 2, dimana ayat tersebut memerintahkan

kepada wali untuk tidak memakan harta anak yatim dan memberikan harta

tersebut kepadanya jika anak tersebut sudah baligh.

Disamping itu juga para wali gemar menukar barang-barang anak

yatim yang baik dengan yang buruk atau mereka memakan harta anak

yatim yang tercampur di dalam harta mereka. Bahkan lebih dari itu, mereka

bahkan menikahi anak yatim yang berada dalam perlindungannya dengan

tujuan ingin menguasai harta dan memenuhi hawa nafsu seksualnya, karena

51

Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, (Beirut: Dar al-Fikr, 1974), vol. 2, h. 179

Page 52: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

43

itulah kemudian turun surat an-Nisa ayat 3. Ayat tersebut mencegah para

wali berbuat zalim terhadap anak yatim. diungkapkan dalam satu riwayat

dari Imam Bukhari, Muslim, Nasa‟i, al-Baihaqi dan lainnya, bahwasanya

ketika Urwah Bin Zubair pernah bertanya kepada bibinya, Aisyah Ra.

Tentang sebab turunnya ayat “wa inkhiftum alla tuqsitu……..(an-Nisa: 4)”.

Lalu Aisyah menjelaskan, ayat ini turun berkenaan dengan anak yatim

yang berada dalam pemeliharaan walinya. Kemudian walinya itu ingin

mengawininya, tetapi tanpa mahar yang pantas baginya, ahirnya mereka

dilarang untuk menikahi yatim tersebut, tetapi dipersilahkan menikahi

wanita lain yang mereka sukai dua, tiga atau empat.52

Dalam riwayat lain, juga dari Aisyah Ra, beliau menjelaskan bahwa

ayat ini diturunkan berkenaan dengan seorang laki-laki yang mempunyai

banyak isteri, lalu ketika hartanya habis dan dia tidak sanggup lagi

menafkahi isteri-isterinya, ia berkeinginan mengawini anak yatim yang

berada dalan perwalian dengan harapan dapat mengambil hartanya untuk

membiayai kebutuhan isteri-isterinya.

Ada beberapa persoalan yang terangkum dalam ayat ke tiga surat

an-Nisa tersebut. Diantaranya adalah persoalan terhadap penafsiran

terhadap pengertian atau konsep adil berpoligami yang terkandung di

dalamnya. Ayat tersebut berbunyi: “fain khiftum alla ta‟dilu fawahidah aw

52

Muhammad bin Ahmad Al-Qurtubi, Al-Jami‟ Li ahkam al-Qur‟an, (Beirut: Dar al-Fikr,

1987), vol. 5, h. 11

Page 53: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

44

ma malakat aymanukum” yang artinya “bahwa jika sang suami tersebut

takut tidak mampu berlaku adil kepada isteri-isterinya, maka wajib baginya

menikahi seorang isteri saja, atau menikahi budak-budak yang ada dalam

kekuasannya. Menurut al-Maraghi, pengertian khauf (takut) pada ayat

tersebut adalah adanya dugaan kuat (zan) atau keraguan (syak) dalam diri

suami bahwa dia tidak mampu berlaku adil. Karena itu yang diperbolehkan

menikahi wanita lebih dari satu ialah suami yang yakin mampu berlaku

adil, yang tidak ada keraguan sama sekali.53

Sedangkan hal-hal dimana suami wajib berlaku adil, sebagaimana

dikatakan Imam al-Qurtubi seraya mengutip pendapat ad-Dahhak adalah

dalam hal al-Mail (kecondongan perlakuan), mahabbah (cinta), al-Jima‟

(persetubuhan), al-„isyrah (pergaulan) dan al-Qasmu (giliran bermalam).54

Menurut penafsiran tersebut bahwa suami yang tidak dapat memenuhi

keadilan, terutama dalam membangun husnul mu‟asyarah (hubungan

pergaulan yang harmonis) dalam hal-hal tersebut, terlarang untuk

berpoligami.

Akan tetapi jika dilihat secara sekilas, masih belum ada kejelasan

tentang adil yang dimaksud dalam penggalan ayat tersebut. Apakah

keadilan tersebut hanya menyangkut aspek materi atau lahir semata? Tidak

mencakup immateri atau batin? Ataukah kedua-daunya?. Jika ditinjau

53

Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, h. 180

54

Muhammad bin Ahmad Al-Qurtubi, Al-Jami‟ Li ahkam al-Qur‟an, h. 20

Page 54: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

45

sambungan ayat tersebut, yakni “dzalika adna alla ta‟ulu” maka akan

Nampak jelas pengertian adil yang dimaksud. Setidknya penggalan ayat

itu menyebutkan sesuatu yang menjadi penyebab dilarangnya berpoligami

karena dianggap tidak berlaku adil, baik lahir maupun batin.

Ada dua pendapat dalam penafsiran pada penggalan ayat tersebut di

atas. Menurut pendapat pertama, yakni dari Zaid bin Aslam, Sufyan bin

Uyaynah dan Imam Syafi‟i, bahwa yang dimaksud dengan “dzalika adna

alla ta‟ulu” (yang demikian itu lebih mendekati kepada tidak membuat

aniaya) adalah “dzalika adna alla taksuru iyalukum”, artinya, pilihan

monogami, hanya menikahi isteri satu saja.

Dalam hal ini pendapat pertama lebih menekankan kepada keadilan

terhadap materi. Tampaknya ada beberapa ilmuan yang lebih condong

terhadap pendapat pertama ini, diantaranya adalah Arij Abdurrahman al-

Sannan. Ia mengatakan bahwa adil berpoligami adalah menyamakan isteri

dalam hal bermalam (menggilir) dan semua jenis nafkah lahir baik makan,

minum, pakaian maupun tempat tinggal.55

Sedangakan pendapat kedua lebih menitikberatkan pada tidak

berbuat zalim, dan tidak ada cara yang layak bagi sikap “tidak berlaku

zalim” kepada isteri-isteri kecuali dengan berbuat adil terhadap mereka

bukan hanya berbuat persoalan nafkah lahir semata, melainkan juga nafkah

55

Arij Abdurrahman al-Sannan, Memahami Keadilan Dalam Poligami, (Jakarta: Global

Media Cipta, 2002), h. 43

Page 55: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

46

batin. Karenanya meraka menafsirkan penggalan ayat diatas dengan

,yang berarti jangan berat sebelah atau condong sebelah اَلَتِمْيُلْوا dan اَلَتُجْوُرْوا

yang membuat kalian berbuat zalim. Sehingga kalua dari sini, akan sulit

sekali bagi seorang suami untuk dapat berlaku adil terhadap isteri-isterinya.

Penafsiran ini juga diperkuat denagn firman Allah:

...... 4129

“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-

isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian....". (QS. An-

Nisa: 129).

Ayat di atas menurut penafsiran Sayyid Qutb adalah bahwa

keadilan yang dituntut dalam ayat ini menyatakan terlarangnya poligami ini

dikhawatirkan keadilan itu tidak dapat terealisasi, yaitu keadilan dalam

bidang muamalah, pemberian nafkah, pergaulan dan seluruh bentuk urusan

lahiriah, yang tidak dapat seoarang isteri pun dikurangi haknya dalam

urusan ini dan tidak seorang pun dari merekan yang lebih diutamakan dari

pada yang lain.56

Dari uraian di atas seolah ada dua kontradiksi. Di satu sisi al-Qur‟an

membolehkan poligami, yakni sesuai dengan surat an-Nisa ayat tiga

dengan catatan dapat berlaku adil, akan tetapi di sisi lain al-Qur‟an juga

manafikan suami dapat berlaku adil sesuai dengan ayat 129 surat an-Nisa.

56

Arij Abdul Rahman as-Sanan, Memahami Keadilan Dalam Poligami, (Jakarta: PT Global

Media Cipta Publishing, 2003), h. 114

Page 56: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

47

Untuk mengurai kontradiksi antar kedua ayat tersebut, menurut Arij

Abdurrahman al-Sinnan surat an-Nisa ayat 129 itu berbicara dalam konteks

keadilan yang berada di luar kemampuan atau kesanggupan suami, yaitu

soal kecenderungan hati. Sedangkan surat an-Nisa ayat 3 berbicara dalam

konteks keadilan yang wajib diwujudkan oleh suami, karena berada dalam

kesanggupan suami, yakni salah satunya adalah al-Qasmu (menggilir) dan

nafkah lahir.57

Menurut penulis, pandangan Arij tersebut terlalu menafikan

keadilan dalam konteks nafkah batin. Padahal nafkah batin tidak kalah

pentinnya dengan nafkah lahir.

Oleh karena itu agama juga memerintahkan kepada suami untuk

menggauli isterinya dengan baik (al-mu‟asyarah bil al-ma‟ruf). Isteri yang

tidak diperlakukan dengan baik nafkah batinnya akan merasa tertekan dan

tidak merasakan kebahagiaan, yang justru menjadi tujuan utama dalam

sebuah pernikahan.58

Sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut:

3021

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan

57

Arij Abdurrahman al-Sannan, Memahami Keadilan Dalam Poligami, h. 51

58

Siti Musdah Mulia, Pandangan Islam Tentang Poligami, (Diterbitkan atas Kerjasama LKAJ

Solidaritas Perempuan dan The Asia Foundation, 1999), h. 14-15

Page 57: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

48

merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih

dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat

tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS. Ar-Ruum: 21).

Dengan demikian, keadilan batin juga harus dipenuhi semaksimal

mungkin oleh sang suami meskipun dia tidak dapat berlaku adil seratus

persen. Hal itu sejalan dengan prinsip dasar bahwa suami tidak boleh

berbuat zalim kepada isteri-isterinya sebagaimana yang terkandung dalam

keumuman pengertian dalam surat an-Nisa ayat 3 tersebut. Adapun

penafian berlaku adil oleh surat an-Nisa ayat 129 bukan berarti mentolerir

suami yang tidak berlaku adil dalam hal batin. Seperti yang dikemukakan

oleh Imam al-Maraghi,

“Berlaku adil terhadap suami isteri hampir tidak mungkin dapat

dilakukan, karena itu seorang suami dapat dilakukan, karena itu

seorang suami harus mengerahkan segenap kemampuannya untuk

mewujudkan keadilan tersebut, agar tidak ada seorang isteripun yang

merasa terzalimi. Dan akhhirnya Allah memberikan keringanan untuk

berlaku adil terhadap hal-hal yang dia senggupi dengan catatan

mengerahkan segenap kemampuannya, karena terkadang perihal

kecondongan hati tumbuh begitu saja, dan hal ini di luar kemampuan

manusia, karena itu Allah memaafkan hal itu, dan menjelaskan bahwa

adil yang sempurna (100%) tidak akan mampu dilakukan, karena itu

sang suami tidak terbebani untuk melakukannya”.59

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa tidak berbuat zalim adalah

sebagai perwujudan keadilan terhadap isteri-isteri yang dipoligami menjadi

kewajiban bagi suami sesuai dengan kemampuannya. Adil dalam materi

haruslah sesuai dengan hak-hak seorang isteri, sedangkan kecondongan

masalah hati yang terkandung di luar batas kesangggupan seorang suami

59

Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, h. 173

Page 58: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

49

dalm batas-batas tertentu dapat ditolerir. Sebagaimana yang dikatakan

dalam surat an-Nisa ayat 129, “fala tamilu kull al-mail” yang artinya

“maka janganlah kalian terlalu condong kepada isteri yang lebih kalian

cintai dan mengabaikan isteri-isteri yang lain”. “fatadzarahu ka al-

mullaqah”, yang artinya “sehingga kalian menjadikan merekan tergantung,

seolah-olah mereka bukan wanita yang dinikahi dan juga tidak ditalak”.

b. Adil Berpoligami Menurut Al-Sunnah

Di dalam al-Sunnah banyak dijelaskan mengenai tata cara

pergaulan Rasulullah SAW dengan isteri-isterinya, baik dalam hal yang

bersifat umum, yakni perlakuan dalam konteks tata cara perkawinan dan

pergaulannya, maupun secara khusus yang menyangkut masalah

mekanisme atau cara perlakuan dalam konteks berpoligami. Oleh karena

itu dalm kehidupan rumah tangga Rasulullah SAW mempraktekkan dua

bentuk tersebut, perkawinan pada umumnya dan juga poligami.

Di satu sisi praktek perkawinan Rasulullah SAW yang bersifat

umum, dan bentuk ini banyak menyangkut hal-hal yang selain praktik

beliau dalam berpoligami, contohnya dalam masalah mahar, rukun nikah,

fasakh, khitbah, cara memilih jodoh, perwalian, radha‟ah, adab jima‟,

hadhanah, dan lain sebagainya. Namun disisi lain terdapat praktik

perkawinan Rasulullah SAW yang khusus berkaitan dengan tata cara

pergaulan dalam berpoligami. Riwayat yang berkaitan dengan hal tersebut

Page 59: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

50

jumlahnya lebih sedikit dibanding dengan praktik perkawinan yang bersifat

umum yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Imam an-Nasai dalam Sunannya sedikit membahas mengenai

persoalan tata cara Rasulullah SAW bergaul dengan isteri-isterinya dalam

konteks berpoligami. Pernah ketika isteri Rasul menuntut keadilan terhadap

Aisyah. Para isteri Rasul tersebut menganggapnya lebih condong kepada

Aisyah, lalu beliau bersabda:

Artinya: Dari Aisyah Ra, beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda:

“Wahai Ummu Salamah jangan engaku sakiti aku karena Aisyah,

karena sesunggunya demi Allah tidak pernah ada wahyu yang

turun kepada aku ketika aku besama wanita kecuali (ketika aku

bersama) dia”. (HR an-Nasai).

Dari keterangan hadis di atas, nampaknya Ummul Mukminin

Aisyah Ra mendapat perlakuan yang lebih istimewa dari Rasulullah SAW

disbanding dengan Ummul Mukminin yang lain. Menurut al-Suyuthi,

perlakuan Rasulullah SAW yang demikian itu lebih dilatarbelakangi

adanya kedudukan Aisyah Ra yang sangat mulia di sisi Allah, oleh karena

itu wahyu turun ketika beliau sedang bersamanya, dan hal yang seperti itu

tidak pernah terjadi kepada Ummul Mukminin lainnya.60

60

Al-Suyuthi, Sunan al-Nasai bi Syarh al-Suyuthi wa Hasyiyah al- Sanay, (Beirut: Dar al-Fikr,

1995), vol. 4, h. 71

Page 60: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

51

Sungguhpun demikian Rasulullah SAW tetap berusaha

semampunya untuk tidak berbuat zalim terhadap isteri-isterinya, agar tidak

ada diantara mereka yang merasa begitu tersakiti. Pada waktu kesempatan

beliau pernah berdoa ketika usai menggilir isteri-isterinya:

Artinya: “Ya Allah ini adalah usaha yang sanggup saya lakukan, maka

janganlah engkau hinakan aku atas apa yang Engkau perintahkan

sedangkan aku tidak sanggup melakukannya”. (HR. An-Nasai).

Karena itu menjadi keharusan bagi suami untuk berlaku adil dalam

hak-hak isteri yang bersifat lahiriyyah dan juga perlakuan hati sebatas

kemampuannya. Kecondongan hati yang tidak nerlebih-lebihan masih

ditolerir, tetapi tidak ditolerir jika kecondongan hati tiu berlebih-lebihan

sehingga keadaan isteri-isteri yang lain terabaikan. Karena itu Rasulullah

memperingatkan perlakuan tersebut dengan sabdanya:

Artinya: Dari Abu Hurairah Ra. Dari Rasulullah SAW bersabda: “siapa

saja yang mempunyai dua orang isteri kemudian ia lebih condong

dari pada salah satu dari yang lainnya, maka ia akan datang

pada hari kiamat kelak dengan salah satu pundaknya yang

miring”. (HR. An-Nasai).

Wahbah Zuhaili menjelaskan, bahwa perlakuan adil terhadap isteri-

isteri itu ada dua bentuk, perlakuan yang bersifat fisik, dan non fisik. Allah

Page 61: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

52

hanya mewajibkan belaku adil dalam hal perlakuan fisik, tidak pada yang

non fisik, seperti cinta, kecondongan gairah, dan lain sebagainya. Tetapi

tetap saja suami tidak boleh condong kepada salah satu isteri sehingga

isteri-isteri yang lain merasa terzalimi.

D. Konsep Adil Berpoligami Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dan

KHI

1. Poligami Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dan KHI

Salah satu payung hukum bagi praktik perkawinan di Indonesia adala

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Undang-Undang ini

adalah suatu hasil usaha untuk menciptakan hukum nasional, yaitu hukum

yang memiliki kekuatan absolut yang berlaku bagi setiap warga Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Yang merupakan hasil dari sebuah unifikasi

yang unik yang mengakomodir berbagai varian keagamaan yang berkeTuhan

Yang Maha Esa.61

Berbeda dengan Kompilasi Hukum Islam, KHI lebih merupakan upaya

kodifikasi dan unifikasi hukum fiqih dari berbagai mazhab yang menjadi

acuan semua hakim Peradilan Agama dalam memutuskan perkara. Hal itu

dilakukan karena adanya problem teknis yustisial Peradilan Agama, yakni

kelangkaan hukum materiil Islam secara positif yang dapat dijadikan rujukan

61

Hazairin, Tinjauan Mengenai Indang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, (Jakarta:

Tintamas, 1975), h. 5

Page 62: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

53

bagi para hakim.62

Menurut Marzuki Wahid, kebanyakan materi KHI ini

banyak ditemukan pula dalam UU No. 1 Tahun 1974, UU N0. 22 Tahun 1946

tentang pencatatan perkawinan jo UU No. 32 Tahun 1954 dan PP No. 9 Tahun

1975 tentang perkawinan.63

Salah satu tema hukum yang dibahas dalam kedua peraturan di atas,

yaitu Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dan KHI adalah masalah poligami

atau suami yang mempunyai isteri lebih dari satu. Dalam Undang-Undang No.

1 Tahun 1974, tema hukum tersebut masuk dalam pembahasan BAB 1

mengenai dasar perkawinan, tepatnya pada Pasal 3 sampai 5,64

yaitu sebagai

berikut:

Pasal 3 ayat (1), “Pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria

hanya boleh mempunyai seorang isteri. Seorang wanita hanya boleh

mempunyai seorang suami”. Ayat (2), “Pengadilan Dapat memberikan

izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang apabila

dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan”.

Pasal 4 ayat (1), “Dalam hal seorang suami akan beristeri lebih dari

seorang sebagaimana tersebut dalam Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang ini,

maka wajib mengajukan permohonan kepada Pengadilan di daerah tempat

tinggalnya”. Ayat (2), “Pengadilan yang dimaksud dalam ayat (1) pasal

ini hanya memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristeri

lebih dari seorang apabila:

a. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri;

b. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan;

c. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.

62

Rumadi & Marzuki Wahid, Fikih Mazhab Negara: Kritik Atas Politik Hukum Islam di

Indonesia, (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2001), cet. Ke-1, h. 188 63

Rumadi & Marzuki Wahid, Fikih Mazhab Negara: Kritik Atas Politik Hukum Islam di

Indonesia, h. 195 64

Undang-Undang Perkawinan Di Indonesia; Dilengkapi Dengan Kompilasi Hukum Islam,

(Surabaya: Arkola, tth), h. 6-7

Page 63: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

54

Pasal 5 ayat (1), “Untuk dapat mengajukan permohonan kepada

Pengadilan, sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 4 ayat (1) Undang-

Undang ini, harus dipenuhi beberapa syarat sebagai berikut: a). Adanya

persetujuan dari isteri/isteri-isteri, b). Adanya kepastian bahwa suami

mampu menjamin keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak

mereka, c). Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap

isteri-isteri dan anak-anak mereka”.

Pasal 5 ayat (2), “Persetujuan yang dimaksud dalam ayat (1) huruf a

Pasal ini tidak diperlukan bagi suami apabila isteri/isteri-isteri tidak

mungkin dimintai persetujuannyadan tidak dapat menjadi pihak dalam

perjanjian, atau apabila tidak ada kabar dari isterinya selama sekurang-

kurangnya 2 (dua) tahun, atau karena sebab-sebab lainnya yang perlu

mendapatkan penilaian dari hakim Pengadilan “.65

Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), tema hukum

tersebut masuk dalam satu bab khusus yaitu bab IX Pasal 55, 56, 57, 58 dan

59 yang memaparkan tentang pembahasan khusus beristeri lebih dari satu

(poligami). Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

Pasal 55 ayat (1), “Beristeri lebih dari satu orang dalam waktu yang

bersamaan, terbatasnya hanya sampai empat isteri”. Ayat (2), “syarat

utama beristeri dari seorang, suami harus mampu berlaku adil terhadap

isteri-isteri dan anak-anaknya”. Ayat (3), “Apabila syarat utama yang

terlah disebutkan dalam ayat (2) tidak mungkin dipenuhi, suami dilarang

beriteri lebih dari seorang”.

Pasal 56 ayat (1), “Suami yang hendak beristeri dari seorang harus

dapat izin dari Pengadilan Agama”. Ayat (2), “ Pengajuan permohonan

izin yang dimaksud pada ayat (1) menurut tata cara sebagaimana yang

telah diatur dalam bab VIII Peraturan Pemerintah N0. 9 Tahun 1975”.

Ayat (3). “Perkawinan yang dilakukan dengan isteri kedua, ketiga atau

keempat tanpa izin dari Pengadilan Agama tidak mempunyai kekuatan

hukum”.

Pasal 57, “Pengadilan Agama hanya memberikan izin kepada seorang

suami yang akan beristeri lebih dari seoarang apabila:

65

Undang-Undang Perkawinan Di Indonesia; Dilengkapi Dengan Kompilasi Hukum Islam, 6-

7

Page 64: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

55

a). Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri

b). Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan

c). Isteri tidak dapat melahirkan keturunan”.

Pasal 58 ayat (1), “Selain syarat utama yang disebutkan dalam Pasal

55 ayat (2) maka untuk memperoleh izin Pengadilan Agama harus pula

dipenuhi syarat-syarat yang ditentukan pada Pasal 5 ayat (1) Undang-

Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan”. Ayat (2), “Dengan tidak

mengurangi ketentuan Pasal 41 huruf b Peraturan Pemerintah No. 9

Tahun 1975, persetujuan isteri/isteri-isteri dapat diberikan secara tertulis

atau dengan lisan, tetapi sekalipun telah ada persetujuan tertulis,

persetujuan ini dipertegas dengan persetujuan lisan isteri pada sidang

Pengadilan Agama”. Ayat (3), “Persetujuan yang dimaksud dalam ayat

(1) huruf a tidak diperlukan bagi seorang suami apabila isteri/isteri-isteri

tidak mungkin dimintai persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak

dalam perjanjian atau apabila tidak ada kabar dari isteri/isteri-isteri

sekurang-kurangya 2 tahun atau karena ada sebab lain yang perlu

mendapat penilaian hakim”.

Pasal 59, “dalam hal ini suami tidak mau tidak mau memberikan

persetujuan , dan permohonan izin untuk mempunyai isteri lebih dari

seorang berdasarkan atas salah satu alasan yang diatur Pasal 55 ayat (2)

dan 57, Pengadilan Agama dapat menetapkan tentang pemberian izin

setelah memeriksa dan mendengar isteri yang bersangkutan di

persidangan Pengadilan Agama, dan terhadap penetapan ini isteri atau

suami dapat mengajukan banding atau kasasi”.66

Dalam paparan Pasal demi Pasal di atas, maka dapat dilihat bahwa

peraturan poligami yang ada di dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

tentang perkawinan tidak ada perbedaan yang signifikan dengan yang ada di

dalam KHI. Keduanya mengatur tentang mekanisme tata cara bagaimana agar

poligami diakui oleh hukum, namun dalam Undang-Undang tersebut tidak

mengatur perihal tentang bagaimana sikap Pengadilan terhadap isteri yang

66

Undang-Undang Perkawinan Di Indonesia; Dilengkapi Dengan Kompilasi Hukum Islam, h.

196-197

Page 65: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

56

tidak mau memberikan izin, sedangkan suami ingin sekali menikah lagi

(poligami), sebagaimana yang telah diatur dalam dalam Pasal 59 Kompilasi

Hukum Islam.

2. Konsep Adil Berpoligami Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

dan KHI

Mengenai pembahasan „adil‟ dalam berpoligami mendapat tempat

tersendiri dalam pembahasan kedua peraturan tersebut, yaitu Undang-Undang

No. 1 Tahun Tahun 1974 dan KHI. Adalah Pasal 5 ayat 1c yang menegaskan

bahwa suami yang hendak mengajukan permohonan kepada Pengadilan

untuk beristeri lebih dari satu maka harus ada jaminan bahwa suami akan

berlaku adil terhadap isteri/isteri-isteri dan anak-anak mereka.67

Terkait dengan itu, isteri yang hendak dipoligami diberi hak privasi

untuk mengatakan setuju atau tidak berdasarkan pada penilaian isteri akan

kesanggupan sang suami dapat berlaku adil. Jika sekiranya sang suami tidak

dapat berlaku adil, maka isteri boleh mengemukakan penolakannya, dan

sidanglah yang akan memutuskan apakah permohonan sang suami akan

dikabulkan atau ditolak.

Ketika sang suami mengajukan kepada Pengadilan, kedua peraturan

tersebut juga meminta suatu indikasi logis yang menjamin adanya

kemampuan suami dalam hal nafkah lahir/materi, agar jika dikabulkan, suami

67

K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1978), h. 23

Page 66: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

57

benar-benar sudah siap materi, seperti nafkah, tempat tinggal, pakaian dan

sebagainya yang akan dijadikan bekal untuk menafkahi isteri/isteri-isteri dan

anak-anaknya. Hal ini sejalan dengan yang tercantum di dalam Pasal 41c

Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 sebagai pelaksanaan dari Undang-

Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, yaitu: a. Surat keterangan

mengenai penghasilan suami yang ditandatangani oleh bendahara tempat

bekerja, atau b. Surat penghasilan, atau c. Surat keterangan lain yang dapat

diterima oleh Pengadilan.

Jadi, mengenai persoalan nafkah materi ini pihak pengadilan dapat

menilai apakah suami tersebut layak beristeri lagi atau tidak. Sedangkan

untuk keadilan secara keseluruhan meliputi juga kecondongan hati dalam

membagi hak-hak isteri-isteri dan anak-anaknya, sang suami harus

mengemukakan suatu persyaratan atau janji di Pengadilan. Hal ini sesuai

dengan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975, yaitu: “ada atau tidaknya

bahwa jaminan suami akan berlaku adil terhadap isteri/isteri-isteri dan anak-

anak mereka dengan pernyataan atau janji dari suami yang dibuat dalam

bentuk yang ditetapkan untuk itu”.

Dalam KHI juga diatur bagaimana mekanisme agar sang suami

dikabulkan permohonannya. Salah satu yang ditegaskan dalam KHI adalah

menjadikan adil sebagai syarat utama diterima atau tidaknya permohonan

tersebut, sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 55 ayat (2), dan juga

adanya kepastian bahwa suami mampu manjamin keperluan hidup

Page 67: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

58

isteri/isteri-isteri dan anak-anaknya, sebagai antisipasi agar tidak menjadi

kezaliman.

E. Pandangan Feminis Terhadap Konsepsi Adil Berpoligami

Seputar poligami mengalami tarik menarik antara dua kubu yang

mainstream yang saling berseberangan. Di satu sisi, Feminis sebagai kubu yang

terdepan membela hak-hak perempuan, menuntut keadilan, anti terhadap

kekerasan yang berbasis gender (gendere related violence) baik terhadap pisik

maupun psikis, dan menggugat terhadap pemahaman-pemahaman atau

pembacaan teks yang bias gender. Di sisi lain, para ulama sebagai kaum

pemegang otoritas dari masa ke masa yang mayoritas laki-laki tidak ada hentinya

mengkampanyekan kebolehan poligami, bahkan banyak yang

mempraktekannya.68

Banyak persoalan yang menjadi target sasaran kaum feminis, yang

diantaranya adalah institusi poligami, hijab, kepemimpinan yang dikhususkan di

tangan laki-laki, nilai kaum wanita setengah dari pria baik dalam kesaksianm

aqiqah dan warisan.

Di Indonesia, gerakan feminis banyak bermunculandan lebih agresif dari

gerakan-gerakan sebelumnya setelah orde baru jatuh. Menurut Tati Hartimah,

kelangkaan literature mengenai sejarah pergerakan wanita Indonesia, para peneliti

menghadapi kesulitan yang sangat serius ketika membahas sepak terjeng

68

Ridwan, Kekerasan Berbasis Gender, (Yogyakarta: Fajar pustaka, 2006), h. 29

Page 68: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

59

pergerakan tersebut. Karena itu dapat dipastikan dengan benar sejarah lahir dan

perkembangannya.69

Salah satu pemikir feminis di Indonesia yang cukup representative pada

era sekarang adalah Siti Musdah Mulia, di samping masih banyak lagi pemikir-

pemikir yang lain baik dari kalangan pria seperti K.H Husein Muhammad,

maupun dari kalangan wanita seperti Warda Hafidz, Yenny Zannuba Wahid dan

lain-lain. Gagasan Musdah dinilai cukup aplikatif dan paling representatif dalam

menghadapi paham yang sudah mapan. Salah satu yang dugugat oleh Musdah

adalah pemahaman terhadap institusi poligami yang dianut oleh kaum ortodoks.

Menurutnya, banyak yang menjadikan surat an-Nisa ayat 3 sebagai

landasan bagi praktek poligamio tanpa mengkaji lebih dalam ayat-ayat yang lain

yang berkaitan dengannya. Padahal tidak mudah dan tidak secepat itu

memutuskan persoalan poligami. Perlu upaya pendekatan lain dalam

memahaminya, yakni dengan melihat kon teks turunnya ayat, dan kaitannya

dengan ayat-ayat yang lain.70

Di samping itu, menurut pandangannya, perlu juga memperhatikan ayat

lain dalam memahami surat an-Nisa ayat 3 tersebut, diantaranya adalah surat an-

Nisa ayat 129. Ayat tersebut menegaskan bahwa keadilan dalam hal cinta atau

immateri tidak mungkin dapat dilakukan oleh suami. Suami yang berpoligami

69

Tim Penulis PSW (Pusat Study Wanita) UIN Syarif Hidayatullah, Pengantar Kajian Gender,

(Diterbitkan atas kerjasama PSW dengan McGill-ICIHEP, 2003), H. 86

70

Musdah Mulia, Pandangan Islam Tentang Poligami, (Diterbitkan atas kerjasama Lembaga

Kajian Agama dan Jender (LKAJ), Solidaritas Perempuan, dan The Asia Foundation, Jakarta, 1999), h.

31

Page 69: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

60

tidak mungkin dapat berlaku adil terhadap isteri-isterinya, terutama dalam bidang

immateri, meski dia telah berusaha seoptimal mungkin.71

Kalangan feminis tetap beranggapan bahwa institusi poligami yang sudah

mengakar kuat dalam tradisi patriarchat merupakan suatu bentuk ketidakadilan ,

bahkan penghinaan terhadap wanita. Karena menjadi sebuah kesimpulan umum

bahwa tidak mungkin suami dapat berlaku adil sebagaimana yang dikatakan oleh

surat an-Nisa ayat 129.

Dikatakan tidak adil dan penghinaan, oleh karena poligami akan

menyakiti psikis isteri dan penderitaan psikis tersebut tentu akan lebih berat dirasa

dari pada sekedar penderitaan materi. Belum lagi problem psikologis akibat

konflik internal antara isteri dan keluarga lainnya. Jika demikian, bagaimana

mungkin poligami dikatakan adil, padahal Islam mengajarkan prinsip laa dharara

wala dhirara (janganlah berbuat aniaya terhadap diri sendiri dan orang lain).

Analiis kritis kalangan feminis terhadap institusi poligami ini pada

hakikatnyaadalah perwujudan pembelaan terhadap hak-hak wanita agar tidak

tertindas dalam kungkungan tradisi patriarkat yang cenderung kurang melindungi

hak-hak mereka. Menurut mereka adil dalam konteks berpoligami bukan hanya

ditekankan pada aspek materi semata, melainkan juga pada hak-hak immateri si

isteri, karena hakikat dari berlaku adil adalah tidak ada pihak-pihak yang terzalimi

sehingga hak-haknya terabaikan.72

71

Musdah Mulia, Pandangan Islam Tentang Poligami, h. 80

72

Musdah Mulia, Pandangan Islam Tentang Poligami, h. 32

Page 70: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

61

Selama ini permasalahan poligami terkesan hanya dipahami dari sudut

kepentingan lelaki belaka. Meski pada kenyataannya para pelaku poligami

bersikukuh untuk membela poligami dan mencari berbagai legalimitas dari aneka

sumber. Dapat dipahami bahwa poligami merupakan bentuk konstruksi kuasa

laki-laki yang mengaku superior dengan nafsu menguasai perempuan.

Rasyid Ridha mengatakan bahwa poligami secara alamiah bertentangan

dengan tujuan perkawinan, sebab pada dasarnya perkawinan adalah antara satu

orang laki-laki dan satu orang perempuan. Poligami hanya untuk keadaan yag

sangat darurat, selain itu juga disertai dengan persyaratan yang sangat ketat, tidak

boleh mengandung ketidakadilan. Ketika poligami menimbulkan lebih banyak

madharat dari pada manfaat, maka para hakim dapat mengharamkan adanya

poligami.

Rasyid Ridha juga melihat poligami sebagai persoalan sosial yang

penegasan status hukumnya tidaklah sederhana. Berbagai pertimbangan tersebut

mencakup persoalan watakdan potensi antara laki-laki dan perempuan, dan

bagaimana hubungan keduanya dari sudut perkawinan dan tujuannya.73

Izin poligami menurut beberapa hakim pada dasarnya bukan hak, tetapi

sebagai jalan darurat yang ditempuh karena keterpaksaan. Jika tidak ada kondisi

darurat, izin itu sangat boleh jadi ditutup. Perspektif jender membantu hakim

untuk memaknai apa arti kondisi darurat itu. Sebab, hal itu bisa menjadi Pasal

karet yang bisa ditarik ulur sesuai kehendak suami. Analisis jender membantu

73

Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manar, (Mesir: Daarul Manar, 1999), h. 284

Page 71: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

62

hakim untuk menggeser patokan dari memenuhi ke perlindungan maksimal bagi

isteri. Hakim juga dapat mengukur sejauhmana poligami tak memunculkan proses

pemiskinan isteri yang ditinggal poligami seperti isteri pertama.

Ada dua hal yang terkait sensitivitas jender yang sepatutnya dimiliki oleh

hakim dalam kasus permohonan izin poligami. Pertama, sikap kehati-hatian

hakim untuk idak begitu saja mempercayai pengaukuan izin yang diberikan isteri

di muka sidang. Faktanya hakim harus berulang-ulang bertanya kepada isteri

untuk memastikan tidak adanya unsur ancaman dan paksaan dalam pemberian

izin poligami tersebut. Kedua, sikap empati kepada isteri yang mungkin saja akan

dirugikan atau terabaikan setelah suaminya menikah lagi.74

74

Arskal Salim, Euis Nurlaelawati, Leis Marcoes Natsir dan Wahdi Sayuti, Demi Keadilan dan

Kesetaraan, (Jakarta: PUSKUMHAM UIN Syarif Hidayatullah dengan The Asia Foundation, 2009),

h.79

Page 72: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

63

BAB III

IZIN POLIGAMI SEBUAH AMBIVALENSI HUKUM

A. Deskripsi Putusan Pengadilan Agama Bekasi

Pengaturan poligami di Indonesia telah diatur oleh pemerintah dalam

rangka melindungi warga Negara khususnya perempuan dari tindak ketidakadilan

melaului Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan Pasal 3, 4 dan 5.

Dan sejak diundangkannya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, telah diatur

beberapa syarat yang harus dipenuhi seorang laki-laki yang hendak berpoligami

harus seizin isteri pertama. Meski kalimat ini tidak tercantum secara eksplisit,

akan tetapi banyak sumber agama Islam yang mengarah ke sana.

Mengenai kasus yang ada, penulis meneliti satu putusan poligami di

Pengadilan Agama Bekasi. Berikut deskripsi putusan izin poligami dengan

nomor: 205/Pdt.G/2008/PA.Bks, yang penulis kemukakan sebagai berikut:

1. Ringkasan Kasus

Adalah Zulkarnain bin Kairul Muluk Al-Hatta (nama samaran dari

perkara No. 205/Pdt.G/2008/PA.Bks), berstatus menikah dengan Siti

Zubaidah binti Abdul Qadir (nama samaran dari perkara No.

205/Pdt.G/2008/PA.Bks), dengan kutipan akta nikah nomor: 143/07/VII/2000

tanggal 02 Juli 2000 di Kantor Urusan Agama Kecamatan Cirebon. Dari hasil

pernikahannya, mereka dikaruniai dua orang anak bernama Nurul Syamsiyah

(nama samaran dari perkara No. 205/Pdt.G/2008/PA.Bks) lahir tanggal 14

Page 73: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

64

April 2001 dan Faris Zulkarnain (nama samaran dari perkara No.

205/Pdt.G/2008/PA.Bks) lahir tanggal 22 Januari 2005. Kehidupan rumah

tangga pemohon dan termohon diliputi kerukunan dan keharmonisan

sebagaimana layaknya suami isteri, sampai suatu saat Zulkarnain bin Kairul

Muluk Al-Hatta berkenalan dengan Nur Lailawati binti Budi Priyanto (nama

samaran dari perkara No. 205/Pdt.G/2008/PA.Bks), umur 23 tahun, pekerjaan

swasta, bertempat tinggal di Komplek Ciputat Baru Jl. Teratai Buntu Blok AA

No. 3A Rt 001/06, Kelurahan Sawah Lama, Kecamatan Ciputat, Kabupaten

Tangerang. Mereka sepakat untuk membina hubungan mereka kejenjang

pernikahan meskipun tahu bahwa Zulkarnain bin Khairul Muluk Al-Hatta

telah mempunyai isteri dan anak, dan calon isteri kedua juga menyatakan

tidak akan mengganggu gugat harta bersama antara pemohon dan termohon.

2. Duduk Perkara

Tersebutkan bahwa Zulkarnain bin Khairul Muluk Al-Hatta sebagai

pemohon dan Siti Zubaidah binti Abdul Qadir serta Nur Lailawati binti Budi

Priyanto sebagai calon isteri ke dua pemohon. Pemohon meminta izin kepada

Pengadilan Agama Bekasi untuk menikah ke dua kali dengan cara poligami

dengan alasan karena pemohon berkemampuan untuk beristeri lagi serta

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan oleh agama dan pemohon akan

sanggup berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya.

Page 74: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

65

3. Pertimbangan

Pertimbangan-pertimbangan hakim Pengadilan Agama Bekasi dalam

perkara poligami nomor: 205/Pdt.G/2008/PA.Bks yakni, mengabulkan

permohonan pemohon dan menetapkan memberikan izin kepada pemohon

untuk menikah lagi (poligami) dengan seorang perempuan bernama Nur

Lailawati binti Budi Priyanto. Didasari atas pertimbangan pemohon

berkemampuan untuk beristeri lagi dan sanggup berlaku adil terhadap isteri-

isteri dan anak-anaknya serta tidak akan membedakan satu sama lain.

Kemudian pemohon telah menyatakan kesediaan atas tanggung jawab dalam

membina rumah tangganya di masa yang akan datang.

Pertimbangan selanjutnya yaitu Majelis Hakim menimbang keterangan

saksi-saksi yang menyatakan sesuai dengan termohon nyatakan. Pertimbangan

poligami juga dikuatkan dengan jawaban lisan yang pada intinya disimpulkan

bahwa termohon membenarkan dalil-dalil pemohon serta tidak keberatan

untuk memberikan izin kepada pemohon untuk menikah lagi dengan

perempuan yang bernama Nur Lailawati binti Budi Priyanto demi

kemaslahatan dan untuk menghindari hal-hal yang melanggar agama, setelah

Majelis Hakim mendengar pernyataan termohon dan kedua saksi agar lebih

baik jika pemohon diizinkan untuk menikah lagi (poligami), Majelis Hakim

juga melihat tidak adanya halangan secara hukum Islam dan perundang-

undangan di Indonesia, maka Majelis Hakim mengabulkan permohonan

tersebut.

Page 75: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

66

B. Landasan Yuridis Putusan Pengadilan Agama

Permohonan izin poligami merupakan suatu dilema hukum yang

disebabkan adanya perbedaan mengenai persyaratan yang terdapat dalam hukum

Islam dan perundang-undangan di Indonesia.

Persyaratan yang dimaksud dalam hukum Islam yaitu beragama Islam,

baligh, berakal, dewasa pikiran, tidak terdapat halangan perkawinan/perwalian.

Kemudian syarat yang tidak kalah pentingnya dalam perkawinan adalah adanya

mahar (mas kawin).1

Lain halnya dengan persyaratan perkawinan dalam hukum positif yaitu

harus berdasarkan perundang-undangan yang berlaku baik memenuhi persyaratan

materiil dan persyaratan formil. Permohonan izin melakukan poligami dalam ilmu

hukum disebut juga dengan istilah “Voluntaire Jurisdictie” yaitu perkara yang

berisi tuntutan hak dan tidak mengandung sengketa.

Permohonan izin poligami ini tidak akan diberikan melainkan dengan

pertimbangan yang sangat matang melalui prosedur perundang-undangan yang

berlaku. Proses pertimbangan perizinan tersebut merupakan langkah jitu hakim

Pengadilan Agama dalam upaya menjalankan sistem perundang-undangan yang

formal dan juga sebagai upaya memperlihatkan eksistensi absolut hakim sebagai

penengah atau pemberi solusi hukum.

1 Kamarusdiana dan Laenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, (Jakarta: UIN Jakarta Press,

2007), cet. Ke-1, h. 6

Page 76: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

67

Hal-hal yang menjadi pertimbangan hakim dalam pemberian izin poligami

di Pengadilan Agama Bekasi dalam menjatuhkan putusan tersebut yaitu:

1. Untuk bisa mengajukan izin poligami, pemohon telah menyerahkan alat-alat

bukti berupa:

a. Foto copy kutipan akta nikah pemohon dengan termohon no.

143/07/VII/2000 tertanggal 02 Juli 2000 yang dikeluarkan oleh Kantor

Urusan Agama Cirebon (bukti P-1).

b. Surat pernyataan akan menggauli isteri-isterinya secara adil menurut

hukum Islam (bukti P-2).

c. Surat pernyataan persetujuan dari termohon untuk menikah lagi dengan

seorang perempuan yang bernama Nur Lailawati binti Budi Priyanto

(bukti P-3).

2. Perimbangan Majelis Hakim merujuk Pada Undang-Undang No. 1 Tahun

1974, Undang-Undang ini merupakan bentuk hasil usaha permasalahan

perkawinan atau sejenisnya dalam kerangka hukum baku, yang bisa menjadi

pedoman menyelesaikan perkara perkawinan. Dalam Undang-Undang ini

diatur dalam Pasal 3, Pasal 4 ayat (1) dan (2) dan Pasal 5 ayat (1) dan (2).

3. Pertimbangan Majelis Hakim merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 9

Tahun 1975, peraturan pemerintah ini adalah penjelasan atau pelaksanaan dari

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.

4. Pertimbangan Majelis Hakim merujuk pada Kompilasi Hukum Islam (KHI),

yang lahir dari para ulama yang tersebar diseluruh nusantara. Dengan

Page 77: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

68

bertujuan selain mempositifkan syari‟at Islam dalam bidang keperdataan, juga

mengkodifikasikan kitab-kitab fiqih yang digunakan di Pengadilan Agama.

5. Kemudian pertimbangan Majelis Hakim juga merujuk pada al-Qur‟an surat

an-Nisa (4) ayat 3 sering dijadikan dalil oleh sebagian umat Islam dengan

melakukan poligami. Hal ini juga diakui oleh Pengadilan Agama Bekasi

sehingga Majelis Hakim dalam setiap pemberian izin poligami mengambil

sandaran hukum pada ketentuan ayat di atas.

C. Penetapan Pengadilan Agama Dalam Perkara Izin Poligami

Penetapan Pengadilan dalam perkara izin poligami umumnya mengandung

amar penetapan tunggal, yaitu penetapan berupa pengabulan atau penolakan

permohonan pemohon untuk melakukan perbuatan hakim:

1. Mengabulkan atau menolak permohonan pemohon untuk menikah lagi.

2. Mengabulkan atau menolak permohonan izin poligami yang diajukan oleh

pemohon.

Selanjutnya dalam putusan poligami No. 205/Pdt.G/2008/PA.Bks, mutlak

dikabulkan melalui pertimbangan-pertimbangan yang panjang. Karena semua

prosedur yang harus dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari hasil penetapan Majelis

Hakim dalam putusan yang berbunyi:

1. Mengabulkan permohonan Pemohon.

Page 78: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

69

2. Menetapkan memberi izin kepada Zulkarnain bin Khairul Muluk Al-Hatta

untuk menikah lagi dengan seorang perempuan yang bernama Nur Lailawati

binti Budi Priyanto.

3. Membebankan kepada pemohon untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.

156.000,- (seratus lima puluh enam ribu rupiah).

Jika melihat sifat hukum dari penetapan tersebut dapat dikategorikan

penetapan tersebut berupa penetapan konstitutif yang berarti menciptakan keadaan

hukum baru bagi pemohon, yaitu diberikannya izin kepada pemohon untuk

menikah lagi dengan cara poligami dengan wanita yang tercantum dalam surat

permohonan. Meslipun pemohon masih terikat dalam perkawinan yang sah

dengan isteri pertamanya.

D. Prosedur Penetapan Hukum Islam Terhadap Izin Poligami

Prosedur perkara permohonan izin untuk melakukan poligami di

Pengadilam Agama Bekasi dilakukan melalui beberapa tahap tertentu yang telah

ditetapkan oleh Undang-Undang, antara lain:

1. Tahap Permulaan

Tahap Permulaan ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Permohonan poligami menurut hukum diajukan secara tertulis atau

lisan (membawa bukti nikah berupa Buku Kutipan Akta Nikah atau Duplikat

Kutupan Akta Nikah). Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 73 Undang-

Undang No. 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 3

Page 79: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

70

Tahun 2006. Dalam Pasal 40 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975, yang

berbunyi:

“Apabila seorang suami bermaksud beristeri lebih dari seoarang maka ia

wajib menunjukkan permohanan secara tertulis kepada Pengadilan”.2

Ketentuan tersebut di atas diatur pula dalam Pasal 118 ayat 1 HIR

Pasal 142 ayat 1 Rbg. Namun pemohon yang tidak dapat membaca dan

menulis maka kepadanya diberikan dispensasi untuk mengajukan permohonan

izin poligami secara lisan kepada Ketua Pengadilan Agama. Hal ini

sebagaimana diatur dalam Pasal 120 ayat 1 HIR Pasal 114 ayat 1 Rbg, yang

berbunyi”

“Bagi penggugat/pemohon yang tidak bisa menulis atau hanya baca tulis,

maka gugatan/permohonan diajukan secara lisan kepada Ketua Pengadilan.

Kemudian Panitera membantu mencatat segala sesuatu, yang dikemukakan

oleh penggugat/pemohon tersebut. Selanjutnya gugatan/permohonan itu

diserahkan kepada kepada salah satu Hakim yang memeriksa/menelitidan

menanyakan kepada penggugat/pemohon kebenaran isinya, lalu

ketua/Hakim menanda tangani gugatan/ permohonan tersebut”.

Dalam hal ini penulis akan membahas putusan perkara nomor:

205/Pdt. G/2008/PA.Bks atas nama Zulkarnain bin Khairul Muluk Al-Hatta.

Menurut hasil penelitian terlihat bahwa permohonan izin poligami tersebut

telah dilakukan secara tertulis di atas kertas bermaterai cukup atau di atas

2 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1975 Nomor 12.

Page 80: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

71

kertas bersegel. Apa yang telah dilaksanakan oleh pemohon tersebut telah

sesuai dengan maksud Pasal 40 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 yang

menghendaki permohonan izin poligami harus dilakukan secara tertulis.

Adapun isi permohonan tersebut menurut Hukum Acara Perdata yang

berlaku di Pengadilan Agama meliputi:

a. Identitas Pemohon

Identitas pemohon yang dimaksud adalah nama lengkap,

tempat/tanggal lahir, umur, agama, pekerjaan, kewarganegaraan dan

tempat tinggal. Dalam berkas permohonan sebagaimana yang termuat

dalam perkara di atas telah memuat identitas pemohon sebagaimana yang

dikehendaki oleh Undang-Undang.

b. Fundamentum Petendi

Berisi penjelasan tentang keadaan/peristiwa dan penjelasan yang

berhubungan dengan hukum yang dijadikan dasar/alasan gugat.

Adapun alasan dari pemohon mengajukan permohonan poligami

menurut hasil penelitian penulis adalah karena pemohon berkemampuan

untuk menikah lagi dan mampu menjamin kebutuhan anak-anak dan isteri-

isterinya serta menghindari hal-hal yang tidak dikehendaki oleh agama.

Terhadap alasan poligami sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 5 ayat

1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, yang berbunyi:

1) Adanya persetujuan dari isteri;

Page 81: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

72

2) Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup

isteri-isteri dan anak-anak mereka;

3) Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri

dan anak-anaknya.

c. Petitum

Berisi tuntutan yang diminta oleh penggugat/pemohon agar

dikabulkan oleh hakim.

1) Pendaftaran Permohonan Dengan Biaya

Setelah permohonan dinilai telah lengkap memuat syarat-syarat

yang ditentukan Hukum Acara di atas, maka selanjutnya pemohon

harus mendaftarkan permohonan izin poligami tersebut kepada

kepaniteraan Pengadilan Agama. Kemudian pemohon dikenakan

kewajiban untuk membayar biaya perkara.

Menurut hasil penelitian di Pengadilan Agama Bekasi, penulis

mendapat data bahwa biaya perkara yang ditanggung oleh Pemohon

meliputi: biaya pendaftaran, panggilan-panggilan, materai dan redaksi.

Namun bagi mereka yang tidak mampu untuk membayar biaya

perkara, dapat mengajukan perkara secara Cuma-Cuma (pro deo)

dengan mendapatkan izin dari pembayaran biaya perkara, dengan

mengajukan surat keterangan tidak mampu yang dibuat oleh pihak

Page 82: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

73

polisi/camat daerah setempat ytang berkepentingan tinggal, sesuai

dengan ketentuan Pasal 237 HIR Pasal 273 Rbg.3

2) Penetapan Majelis Hakim

Pengadilan Agama Bekasi telah menerima pendaftaran

permohonan izin poligami, maka Pengadilan Agam Bekasi menetapkan

tiga orang hakim yang bertugas memeriksa dan mengadili perkara

tersebut, serta dibantu oleh soerang panitera pengganti. Hal ini

dilakukan untuk menjamin pemeriksaan perkara yang objektif guna

memberikan perlindungan kepada pencari keadilan. Sebagaimana yang

dimuat dalam Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang No.14 Tahun 1970

untuk semua perkara yang masuk ke Penngadilan Agama Bekasi harus

mengeluarkan penetapan seperti itu.

3) Penetapan Hari Sidang

Penetapan hari sidang paling lambat setelah satu bulan

permohonan tersebut didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan

Agama Bekasi, maka Pengadilan harus menyidangkan perkara tesebut

dan harus menetapkan hari dan tanggal atas persidangan perkara

permohonan itu dikabulkan, dalam surat penetapan.

Dalam surat penetapan tersebut memuat pula tentang perintah

juru sita yang ditunjuk untuk memanggilpemohon, termohon dan

3 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 2006), cet.

Ke-1, h. 17

Page 83: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

74

sekaligus para saksi yang dibutuhkan dalam perkara tersebut. Hal ini

telah dilakukan oleh Pengadilan Agama Bekasi sebagaimana yang

termuat dalam surat penetapan.

2. Pemeriksaan Perkara Dimuka Sidang

Proses pemeriksaan perkara di muka Pengadilan Tingkat Pertama

dilakukan menurut ketentuan hukum acara yang berlaku, yaitu dimulai dengan

tahapan-tahapan berikut:

a. Pembacaan surat permohonan/gugatan, kemudian dilanjutkan dengan

jawaban termohon serta duplik dari termohon atas replik pemohon

tersebut.

b. Pembuktian

c. Acara pembuktian ini dimulai dari pemeriksaan alat-alat bukti sebagai

berikut:

1) Alat bukti surat, baik berupa akta (akta otentik dan akta di bawah

tangan)dan surat-surat lainnya yang bukan akta.

2) Pemeriksaan bukti saksi-saksi, yang dimulai deri pemeriksaan saksi-

saksi yang diajukan oleh pemohon, kemudian dilanjutkan dengan

pemeriksaan saksi-saksi yang diajukan oleh termohon.4

3) Pemeriksaan lapangan (hal ini jika diperlukan).

4 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2003), cet. Ke-4, h. 154-165.

Page 84: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

75

3. Putusan dan Penetapan

Putusan atau penetapan dalam perkara permohonan izin poligami

dijatuhkan setelah adanya proses pembuktian, dikarenakan penetapan

merupakan proses akhir dari pemeriksaan perkara permohonan izin poligami.

Adapun isi penetapan tersebut berupa pengabulan atau penolakan.

Dalam proses pemeriksaan ini terdapat pengecualian tertentu, antara

lain:

a. Pemeriksaan permohonan izin poligami tidak diperlukan adanya jawaban

termohon , Repkik atau Duplik, sebagaimana dilakukan dalam perkara

permohonan perceraian. Hal ini terjadi karena dalam perkara permohonan

izin poligami tidak ada kedudukan selaku termohon atau pemohon atau

tergugat, dengan demikian maka sudah cukup jika Majelis Hakim telah

mengetahui dari permohonan pemohon.

b. Pemohon materiil harus diperiksa oleh Majelis Hakim, dan tujuannya

untuk mengetahui kebenaran dari isi permohonan pemohon. Dalam

perkara objek penelitian penulis terlihat pemohon telah diperiksa langsung

dalam persidangan untuk mengetahi kebenaran dari isi permohonan

pemohon.

c. Bahwa setelah pemohon diperiksa maka tindakan selanjutnya yang harus

dilakukan oleh Majelis Hakim adalah memeriksa alat bukti yang diajukan

oleh pemohon. Alat bukti tersebut menurut hasi penelitian penulis

meliputi surat-surat sebagai berikut:

Page 85: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

76

1) Foto copy duplikat kutipan akta nikah pemohon dan termohon (P-1)

2) Foto copy kartu keluarga pemohon dan termohon (P-2)

3) Surat pernyataan pemohon bersedia berlaku adil (P-3)

4) Surat tidak keberatan dari temohon bermaterai (P-4)

5) Surat keterangan penghasilan pemohon (P-5).

E. Analisis Penulis Tentang Keadilan Poligami

Setelah penulis melakukan pnelitiam dan menganalisa masalah tersebut

serta dari pemaparan bab demi bab, maka penulis beranggapan bahwa persoalan

poligami bukanlah persoalan yang mudah diputuskan mana yang benar dari

berbagai pendapat yang dikemukakan.

Para ulama berpendapat bahwa berikap adil dari segimateri merupakan

suatu harga mati yang tidak bisa ditawar lagi bagi suami yang ingin melakukan

poligami, sedangkan keadilan immateri adalah persoalan lain, dalam artian dapat

ditawar lagi, namun demikian seorang suami juga tidak boleh berlaku condong

(berat sebelah) hatinya kepada salah seorang atau sebagian isteri-isterinya,

sehingga isteri-isteri yang lain merasakan sakit hati dan tertekan psikisnya. Hal ini

sesuai dengan penggalan ayat surat an-Nisa ayat 129, “janganalah kalian terlalu

menyayangi salah satu isteri kalian, sedangkan isteri yang lainnya terkatung-

katung. Sesungguhnya jika kalian berbuat adil dan bertakwa, maka Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Page 86: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

77

Dengan demikian pada hakikatnya kedua ayat tersebut, yakni surat an-

Nisa ayat 3 dan ayat 129 tidak saling bertentangan. Bahkan maksud sari

kandungan kedua ayat tersebut saling melengkapi satu sama lain, sehingga dapat

ditemukan suatu kesimpulan bahwa berbuat adil meliputi materi dan non materi

juga harus dipenuhi, hanya saja jika ada sesuatu yang bersifat non materi yakni

kecondongan hati, cinta atau kasih sayang yang terkadang di luar batas

kemampuan manusia, oleh agama dianggap sebagai suatu yg di kesanggupan

kemampuan manusia.

Akan tetapi seorang suami perlu mempertimbangkan kemungkinan-

kemungkinan terjadinya ketidak adilan yang akan ia perbuat secara matang.

Karena fakta banyak fakta yang membuktikan bahwa suami yang melakukan

poligami kemudian gagal membangun rumah tangga yang bahagia dan harmonis.

Yang timbul adalah keadaan rumah tangga yang dihiasi dengan rasa penuh dengki

dan permusuhan.

Kemudian mengenai kasus yang terdapat pada nomor

205/Pdt.G/2008/PA.Bks setelah penulis menganalisis kasus tersebut, dapat

disimpulkan bahwa pertimbangan hakim kurang teliti dan kurang adil dalam

memutuskan perkara, karena hakim hanya melihat dari persetujuan dari isteri

pertama dan surat keterangan dapat berlaku adil yang mana hal tersebut dilihat

dari pihak suami serta surat keterangan mampu menjamin keperluan hidup isteri-

isteri dan anak-anaknya.

Page 87: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

78

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah penulis paparkan secara panjang lebar pada bab-

bab sebelumnya, maka sebagai akhir dari bagian penelitian ini penulis akan

menarik kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang penulis teliti,

diantaranya sebagai berikut:

1. Hasil keputusan Pengadilan Agama Bekasi mengenai izin poligami telah

sesuai dengan ketentuan hukum Islam dan perundang-undangan. Hal ini

dapat dilihat dari pertimbangan-pertimbangan hakim dalam memutus perkara

poligami nomor 205/Pdt. G/2008/PA.Bks, antara lain:

a. Pertimbangan Majelis Hakim merujuk pada Undang-Undang No. 1 Tahun

1974, Undang-Undang ini merupakan bentuk hasil usaha dalam mengatur

permasalahan perkawinan atau sejenisnya, yang bisa menjadi pedoman

atau acuan menyelesaikan permasalahan perkawinan.

b. Pertimbangan Majelis Hakim merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 9

Tahun 1975, Peraturan Pemerintah ini adalah sebagai penjelas atau

pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 berikut ketentuan pidana

jika terjadi pelanggaran hukum di dalam pelaksanaannya.

c. Pertimbangan Majelis Hakim merujuk pada Kompolasi Hukum Islam

(KHI), KHI ini lahir dari semangat para ulama yang tersebar diseluruh

Page 88: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

79

Indonesia, yang bertujuan adalah selain mempositifkan hukum syariat

Islam dalam bidang keperdataan, juga untuk mengkodifikasikan kitab

fiqih yang digunakan di Pengadilan Agama.

d. Pertimbangan Majelis Hakim juga merujuk pada al-Qur‟an Surat an-Nisa

ayat 3 dalam setiap pemberian izin poligami, mengambil sandaran hukum

pada ketentuan ayat di atas.

2. Konsep adil dalam berpoligami menurut hakim kembali kepada ajaran Islam

yaitu keadilan yang dimaksudkan adalah keadilan yang bersifat materi yang

dapat di kontrol suami dan menjadi kesanggupannya, seperti perlakuan baik,

pembagian waktu dalam bermalam, dan pemberian nafkah hidup. Sedangkan

yang berhubungan dengan hati, maka dia tidak mungkin dapat

malakukannya, karena berada diluar kontrol suami atau diluar

kesanggupannya, seperti: perasaan cinta dan kecenderungan hati. Maka

dalam hal ini suami tidak dituntut mewujudkannya karena berada diluar

kekuasaan manusia yang mustahil dapat dipenuhinya. Kemudian hakim

melihat keadilan dari putusan dengan cara melihat surat pernyataan yang

dibuat oleh suami untuk dapat berlaku adil dan surat pernyataan mampu

menjamin keperluan isteri-isteri dan anak-anaknya.

Page 89: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

80

B. Saran

Sebagai catatan akhir dari penelitian ini maka penulis ingin memberikan

saran, diantaranya:

1. Kepada Majelis Hakim:

Agar lebih teliti dan berhati-hati dalam memutus perkara poligami

agar tujuan dari perkawinan tersebut dapat dijaga.

2. Kepada Pemerintah:

a. Aturan tentang pengajuan perkara poligami di Indonesia diharapkan lebih

diperketat lagi, dengan bertujuan untuk meminimalisir terjadinya praktek

poligami yang dilakukan secara diam-diam dan alasan-alasan yang dapat

merugikan salah satu pihak.

b. Adanya persetujuan anak yang telah dewasa bagi pihak yang ingin

melakukan poligami karena salah satu akibat dari poligami tersebut adalah

anak.

c. Meninjau kembali masalah pidana dan denda bagi pihak yang melanggar

ketentuan poligami karena pidana dan denda ini masih dianggap remeh

sehingga masih banyak yang melanggarnya.

3. Bagi mereka yang inin berpoligami agar merenungkan salah satu sabda Nabi

SAW: “Bertakwalah kepada Allah dalam (urusan) wanita. Karena kalian

mengawini mereka atas amanat Allah, dan kalian menghalalkan „farji‟ mereka

dengan kalimat Allah”. (HR. Ibnu Majah).

Page 90: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

81

DAFTAR PUSTAKA

al Sarakhsi, Syam ad-Din, , al-Mabsut, Beirut: Dar al-Ma‟rifah, 1409-1989.

al-Asqalani, Ibnu Hajar, Fath al-Bari: Syarh Sahih al-Bukhari, Beirut: Dar al-

Ma‟rifah, 1374 H, juz. 2.

al-Bukahri, Muhammad bin Ismail, al-Jami‟ al-Sahih al-Mukhtasar, Beirut: Dar Ibnu

Katsir, 1987, juz. 2.

Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Jakarta: PT. Sinar Grafika, 2006,

cet. Ke- 1.

al-Nawawi, Syarh Sahih Muslim, Beirut: Dar Ihya al-Taurats al-„araby, 1392 H, vol.

12.

al-Qurtubi, Muhammad bin Ahmad, Al-Jami‟ Li ahkam al-Qur‟an, Beirut: Dar al-

Fikr, 1987, vol. 5.

al-Quzwaini, Muhammad bin Yazid, Sunan Ibnu Majah, Beirut: Dar al-Fikr, 2004,

vol. 1.

al-Syafi‟i, Muhammad ibn Idris, , al-Umm, Juz V, Beirut: Dar al-Tarbiyyah, tth.

al-Syamilah Al-Maktabah, , Abu Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an.

al-Syuyuthi, Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar, Tadrib al-Rawi fa Syarh Taqrib

an-Nawawi, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, tth.

Arto,Mukti, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2003, cet. Ke-4.

as-Sanan, Arij Abdul Rahman, Memahami Keadilan Dalam Poligami, Jakarta: PT

Global Media Cipta Publishing, 2003.

as-Sanan, Arij Abdurrahman, , Memahami Kaedilan Dalam Poligami, Jakarta: PT.

Global Media Cipta Publishing, 2003.

Asy‟ats, Abu Daud Sulaiman bin, Sunan Abu Daud, Beirut: Dar al-Fikr, 1994, vol. 3.

Dahlan, Abdul Azis, Ensiklopedi Hukum Islam, vol. 1Jakarta: Ichtiar Baru Van

Hoeve, 1999.

Page 91: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

82

Daruquthni, Ali bin Umar, Sunan Daruquthni, Beirut: Dar al-Fikr, 1994, jil. 2.

Darwis, Adil Muhammad, Nazarat fi al-Sunnah wa Ulum al-Hadits, Kairo:Kulliyah

Da‟wah al-Islamiyyah, 1998.

Depdikbud, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Jakarta: Balai Pustaka, 1996.

Djalil, A. Basiq, “Peradilan Agama Di Indonesia”, Jakarta: Kencana, 2006.

Ghazaly, Abd. Rahman, “Fiqh Munakahat”, Jakarta: Prenada Media, 2003.

Hamidy, Mu‟ammal dan Manan, Imron A. Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam Ash-

Shabuni, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1985, cet. Ke- 1.

Hartono Ahmad Jaiz, Wnita Antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan, Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2007, cet. Ke-1.

Hasan Aedy, Poligami Syari‟ah dan Perjuangan Kaum Perempuan, Bandung:

Alfabeta, 2007, cet. Ke-1.

Hasan, M. Ali, Pedoman Hidup Berumah Tangga Dalam Islam, Jakarta: Prenada

Media, 2003, cet. Ke-1.

Hazairin, Tinjauan Mengenai Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974

dan Lampiran UU No. 1 Tahun 1974, Jakarta:Tintamas, 1975.

Hijjaj, Muslim bin, Sahih Muslim, Beirut: Dar Ihya al-Taurats, tth, vol. 2.

Kamaruddin, zaleha, “Kamus Istilah Undang-Undang Keluarga Islam”, Kuala

Lumpur: Zebra Editions Sdn Bhd, 2002.

Kompilasi Hukum Islam, DIRBENPERA, DEPAG, 2002.

Malik, Imam, Al- Muwatha, Tahqiq Muhammada Fu‟ad al-Baqi, tt: ttp, tth.

Maraghi, Ahmad Mustafa, al-, Tafsir al-Maraghi, vol. 2, Beirut: Dar al-Fikr, 1974.

Mertokusumo, Sudikno, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Liberty,

2006, cet. Ke-1.

Muhyidin, Abu Usamah dan Hamid, Abu, Legalitas Poligami Menurut Sudut

Pandang Ajaran Islam, Yogyakarta: Sketsa, 2006, cet. Ke-1.

Page 92: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

83

Mulia, Musdah, Pandangan Islam Tentang Poligami, Diterbitkan atas kerjasama

Lembaga Kajian Agama dan Jender (LKAJ), Solidaritas Perempuan, dan The

Asia Foundation, Jakarta, 1999.

Naisaburi, Shahih Muslim, Juz VII, al-Ishdar al-Tsani, al-Qism: kutub al-Mutum.

Nuruddin, Amiur dan Akmal Tarigan, Azhari, Hukum Perdata Islam di Indonesia:

Studi kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fiqih, UU No. 1 Tahun 1974

sampai KHI, cet ke-3, Jakarta: Kencana Media Group, 2006.

Qurtubi, Muhammada bin Ahmad, al-, al-Jami‟ Li Ahkam al-Qur‟an, vol. 5, Beirut:

Dar al-Fikr, 1987.

Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manar, Mesir: Daarul Manar, 1999.

Ridwan, Kekerasan Berbasis Gender, Yogyakarta: Fajar pustaka, 2006.

Rofiq, A , “Hukum Islam di Indonesia”, Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2000.

Rumadi & Wahid, Marzuki, Fikih Mazhab Negara: Kritik Atas Politik Hukum Islam

di Indonesia, Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2001, cet. Ke-1.

Salim, Arskal, dkk, Demi Keadilan dan Kesetaraan, Jakarta: PUSKUMHAM UIN

Syarif Hidayatullah dengan The Asia Foundation, 2009.

Sani, Abdullah, Hakim dan Keadilan Hukum, Jakarta: Bulan Bintang, 1997,

Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: Pradnya

Paramita, 2006.

Subekti, “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”, Jakarta: Pradnya Paramita, 2006.

Sumiati, “Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun

1974 Tentang Perkawinan”, Yogyakarta: Liberty, 1986.

Suprapto, Bibit, Liku-liku Poligami, Yogyakarta: Pustaka Al-kautsar, 1999, cet. Ke-1.

Syihab, M. Quraisy, Wawasan Al-Qur‟an; Tafsir Ma‟udu‟I Atas Berbagai

Permasalahan Umat, Bandung: Mizan, 2003, cet. Ke-13.

Tim Penulis PSW (Pusat Study Wanita) UIN Syarif Hidayatullah, Pengantar Kajian

Gender, Diterbitkan atas kerjasama PSW dengan McGill-ICIHEP, 2003.

Undang-Undang Perkawinan Di Indonesia; Dilengkapi Dengan Kompilasi Hukum

Islam, Surabaya: Arkola, tth.

Page 93: KONSEP ADIL DALAM IZIN POLIGAMI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4749/1/AHMAD... · Pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak diterimanya

84

Undang-Undang Perkawinan Di Indonesia; Dilengkapi Dengan Kompilasi Hukum

Islam, Surabaya: Arkola, tth.

Undang-Undang Pokok Perkawinan, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Usman, Abd. Karim, Ma‟alim al-Tsaqaafahal-Islamiyyah, Beirut:Muassasah al-

Risalah, 1982.

Zuhaili, Wahbah, Tafsir Munir, cet. III, Damaskus: Daar al-Fikr, 1991.