Konsep ABK
Click here to load reader
-
Upload
atyafitriariefantsyah -
Category
Documents
-
view
218 -
download
2
description
Transcript of Konsep ABK
MAKALAH
PENGANGGARAN DAN
EVALUASI KINERJA SEKTOR PUBLIK
KONSEP PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
OLEH
RIANTI PRATIWI 125010300111015
RESTU N. RASYIIDAH I. 125020307111056
GERY FAJAR CAHYADI 145020304111008
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anggaran adalah merupakan hal yang paling penting yang harus ada di dalam
pemerintahan. Karena anggaran merupakan cara yang dilakukan oleh organisasi sektor
publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya pada kebutuhan-kebutuhan
yang tidak terbatas. Pemerintah ingin agar kekayaan yang dimiliki negara dapat
diberikan kepada seluruh masyarakat, tetapi sering kali keinginan tersebut terhambat
oleh terbatasnya sumber daya yang dimiliki. Di sinilah fungsi dan peran penting
anggaran.
Anggaran merupakan suatu laporan yang memuat penerimaan dan pembelanjaan
negara/ daerah. Di dalam laporan tersebut ditetapkan target-target yang hendak dicapai
pemerintah dalam penerimaan pendapatan dan pengeluaran. Kebijakan-kebijakan
pemerintah baik pusat maupun daerah dituangkan di dalam anggaran tersebut.
Setiap tahunnya proses penyusunan anggaran sering kali menjadi isu sorotan
utama masyarakat. Karena APBN selalu menjadi indikator perekonomian negara selama
tahun berikutnya. Sehingga, APBN selalu menjadi suatu dasar apakah masyarakat akan
semakin sejahtera atau tidak. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukanlah pengetahuan
proses penyusunan APBN dan APBD yang efektif dan efisien.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan anggaran berbasis kinerja?
2. Apa tujuan dari dilakukannya penyusunan anggaran berbasis kinerja?
3. Bagaimana proses penyusunan anggaran berbasis kinerja?
4. Bagaimana proses penyusunan rancangan APBD?
5. Apa yang dimaksud kebijakan umum APBD?
6. Bagaimana proses penyusunan prioritas dan plafon anggaran sementara?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja
Anggaran merupakan alat bagi Pemerintah Daerah untuk mengarahkan dan
menjamin kesinambungan pembangunan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tak
terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas.
Anggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen
untuk mengaitkan setiap biaya yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan manfaat
yang dihasilkan. Manfaat tersebut dideskripsikan pada seperangkat tujuan dan sasaran
yang dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kerja.
Anggaran berbasis kinerja yang efektif akan mengidentifikasikan keterkaitan
antara nilai uang dan hasil, serta dapat menjelaskan bagaimana keterkaitan tersebut dapat
terjadi yang merupakan kunci pengelolaan program secara efektif. Jika terjadi perbedaan
antara rencana dan realisasinya, dapat dilakukan evaluasi sumber-sumber input dan
bagaimana keterkaitannya dengan output/outcome untuk menentukan efektivitas dan
efisiensi pelaksanaan program.
B. Tujuan Anggaran Berbasis Kinerja
Tujuan dilakukan penyusunan anggaran berbasis kinerja adalah sebagai berikut:
1. Efisiensi pelaksanaan anggaran dengan menghubungkan kerja dan kegiatan terhadap
biaya;
2. Mendukung alokasi anggaran terhadap prioritas program dan kegiatan;
3. Meningkatkan kualitas pelayanan publik;
4. Merubah paradigma dan kinerja lembaga berdasarkan besar dana yang menjadi
penilaian berdasarkan pencapaian kinerja yang diukur dengan indikator-indikator
substantif yang dihasilkan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan secara
efisien, efektif, dan ekonomis dan sejalan dengan kebijakan organisasi.
C. Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja
1. Prinsi-prinsip Utama
a. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran
Anggaran harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran,
hasil, dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek
yang dianggarkan.
b. Disiplin Anggaran
Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional
yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. Belanja yang dianggarkan
pada setiap pos/pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja.
c. Keadilan Anggaran
Pemerintah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya secara adil agar
dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpat diskriminasi dalam
pemberian pelayanan.
d. Efisiensi dan Aktivitas Anggaran
Penganggaran dilakukan berdasarkan azas efisiensi, tepat guna, tepat waktu
pelaksanaan, dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan.
e. Disusun dengan pendekatan kinerja
Pendekatan kinerja yaitu mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja dari
perencanaan alokasi biaya atau input yang telah ditetapkan.
2. Aktivitas Utama
Aktivitas utama dalam penyusunan ABK adalah mendapatkan data kuantitatif
dan membuat keputusan penganggarannya. Proses ini bertujuan memperoleh
informasi dan pengertian tentang berbagai program yang menghasilkan output dan
outcome yang diharapkan.
3. Peranan Legislatif
Alokasi anggaran setiap program di masing-masing unit kerja dihasilkan dari
kesepakatan dan koordinasi antara legislatif dan eksekutif. Dalam usaha pencapaian
kesepakatan, seringkali keterkaitan antara kinerja dan alokasi anggaran menjadi
fleksibel dan longgar namun dengan adanya analisis standar biaya, alokasi anggaran
menjadi lebih rasional. Berdasarkan kesepakatan antara legislatif dan eksekutif maka
ditetapkanlah Perda APBD.
Proses yang terjadi di eksekutif yaitu secara keseluruhan berada di tangan
sekretaris daerah yang bertanggungjawab mengkoordinasikan seluruh kegiatan
penyusunan APBD, sedangkan proses penyusunan belanja rutin disusun oleh bagian
keuangan pemda. Proses penyusunan penerimaan dilakukan oleh Dinas Pendapatan
Daerah dan proses penyusunan belanja pembangunan disusun oleh Bappeda (bagian
penyusunan program dan bagian keuangan).
Proses penyusunan APBD di tingkat legislatif dilakukan berdasarkan tata
tertib DPRD yang bersangkutan.
4. Siklus Perencanaan Anggaran Daerah
Berdasarkan UU No.17 Tahun 2003 serta UU No.32 dan 33 Tahun 2004, tahapan
penyusunan anggaran daerah adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya
paling lambat pertengahan bulan Juni tahun berjalan. Kebijakan tersebut
berpedoman pada RKPD;
2. Proses penyusunan RKPD dilakukan antara lain dengan musrenbang;
3. DPRD membahas kebijakan umum APBD yang disampaikan dalam pembicaraan
pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya;
4. Pemda bersama DPRD membahas prioritas dan plafon anggaran sementara
berdasarkan Kebijakan Umum APBD yang telah disepakati;
5. Kepala SKPD menyusun RKA-SKPD;
6. RKA-SKPD disampaikan kepada DPRD;
7. Hasil pembahasan RKA-SKPD disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan
daerah sebagai bahan penyusunan rancangan perda APBD tahun berikutnya;
8. Pemda mengajukan rancangan Perda APBD pada minggu pertama bulan
Oktober;
9. Keputusan oleh DPRD mengenai rancangan Perda APBD dilakukan selambat-
lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.
Dari uraian di atas, maka proses penyusunan APBD dapat digambarkan sebagai
berikut:
D. Penyusunan Rancangan APBD
Pemerintah Daerah perlu menyusun APBD untuk menjamin kecukupan dana
dalam menyelenggarakan urusan pemerintahannya. Karena itu, perlu diperhatikan
kesesuaian antara kewenangan pemerintahan dan sumber pendanaannya. Pengaturan
kesesuaian kewenangan dengan pendanaannya adalah sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari
dan atas beban APBD.
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat di
daerah didanai dari dan atas beban APBN.
c. Penyelenggaraan urusan pemerintahan provinsi yang penugasannya dilimpahkan
kepada kabupaten/kota dan/atau desa, didanai dari dan atas beban APBD provinsi
d. Penyelenggaraan urusan pemerintahan kabupaten/kota yang penugasannya
dilimpahkan kepada desa, didanai dari dan atas beban APBD kabupaten/kota.
Seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintahan daerah baik dalam bentuk
uang, barang dan/atau jasa pada tahun anggaran yang berkenaan harus dianggarkan dalam
APBD. Penganggaran penerimaan dan pengeluaran APBD harus memiliki dasar hukum
penganggaran. Anggaran belanja daerah diprioritaskan untuk melaksanakan kewajiban
pemerintahan daerah sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
E. Kebijakan Umum Anggaran
Dalam pembahasan mengenai penganggaran, terdapat tiga dokumen perencanaan
pembangunan daerah yang tidak dapat dipisahkan, yaitu KUA, PPAS dan RAPBD
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) adalah sasaran dan kebijakan daerah dalam
satu tahun anggaran yang menjadi petunjuk dan ketentuan umum yang disepakati sebagai
pedoman penyusunan R-APBD dan RP- APBD. Rancangan KUA memuat target
pencapaian kinerja yang terukuru dari program kegiatan yang akan dilaksanakan ilej
pemerintah daerah untuk setiap urusan pemerintahan daerah yang disertai dengan proyeksi
pendapatn daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan yang
disertai dengan asumsi yang mendasarinya.
Dalam penyusunan KUA, Kepala Daerah dibantu oleh Tim Anggaran Pemerintah
(TAPD). Hasil rancangan KUA yang telah disusun , disampaikan oleh sekretaris daerah
kepada kepala daerah paling lambat pada awal bulan Juni, yang selanjutnya kepala daerah
menyampaikan kepada DPRD paling lambat pertengahan bukan Juni tahun anggaran
berjalan.
Pembahasan rancangan KUA dilakukan oleh TAPD bersama panitia anggaran
DPRD. Rancangan KUA yang telah dibahas, disepakati menjadi KUA paling lambat
minggu pertama bulan Juli tahun anggaran berjalan.
Substansi dan lingkup KUA yang telah disepakati setidak-tidaknya memberikan
informasi tentang hal-hal berikut :
1. Pendahuluan
Uraian kondisi yang telah berhasil dicapai dan identifikasi permasalahan serta
tantangan yang dihadapi pada tahun sebelumnya, tahun berjalan dan perkiraan
pencapaian pada tahun anggaran yang akan datang.
2. Gambaran umum RKPD
Uraian tentang gambaran umum prioritas pembangunan daerah yang diamanatkan
dalam RKPD untuk menyelesaikan hambatan dan tantangan yang berdampak luas
bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
3. Kerangka ekonomi makro dan implikasi terhadap sumber pendanaan
Uraian mengenai penjelasan kebijakan penganggaran sesuai dengan kebijakan
pemerintah.
4. Penutup
Uraian mengenai kesimpulan terhadap hal-hal yang telah disepakati.
F. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Prioritas
Prioritas adalah suatu upaya mengutamakan sesuatu daripada yang lain. Prioritas
merupakan proses dinamis dalam pembuatan keputusan yang saat ini dinilai paling penting
dengan dukungan komitmen untuk melaksanakan keputusan tersebut. Penetapan prioritas
tidak hanya mencakup keputusan apa yang penting untuk dilakukan, tetapi juga
menentukan skala atau peringkat wewenang/urusan/fungsi atau program dan kegiatan
yang harus dilakukan lebih dahulu dibandingkan program atau kegiatan yang lain.
Tujuan prioritas terpenuhinya skala dan lingkup kebutuhan masyarakat yang
dianggap paling penting dan paling luas jangkauannya, agar alokasi sumber daya dapat
digunakan/dimanfaatkan secara ekonomis, efisien dan efektif, mengurangi tingkat risiko
dan ketidakpastian serta tersusunnya program atau kegiatan yang lebih realistis.
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) merupakan program prioritas
dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program
dan kegiatan sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD. Penentuan batas maksimal
dapat dilakukan setelah memperhitungkan belanja pegawai.
Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah
menyusun rancangan PPAS dengan tahapan sebagai berikut:
a. Menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan
b. Menentukan urutan program untuk masing-masing urusan
c. Menyusun plafon anggaran untuk masing-masing program
Kepala daerah menyampaikan rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) yang telah disusun kepada DPRD untuk dibahas paling lambat minggu
kedua bulan Juli tahun anggaran berjalan. Pembahasan dilaukan oleh Tim Anggaran
Pemerintah Daerah bersama Panitia Anggara DPRD. Rancangan PPAS yang telah dibahas
selanjutnya disepakati menjadi Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) paling lambat akhir
bulan Juli tahun anggaran berjalan. Kebijakan umum APBD dan PPA yang telah
disepakati masing-masing dituangkan ke dalam Nota Kesepakatan yang ditandatangani
oleh kepala daerah dan pemimpin DPRD.
Dalam hal membantu SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah( dalam menyusun
KUA dan PPAS dibutuhkan sebuah sistem yang mana kedudukan sistem tersebut harus
mampu menjaga konsistensi antara RKPD masing-masing SKPD (RENJA SKPD) dengan
KUA yang dimaksudkan. Hal ini dimaksudkan untuk kesesuaian proses perencanaan
jangka panjang daerah.
Substansi dan lingkup PPAS yang telah disepakati setidak-tidaknya memberikan
informasi tentang hal-hal berikut :
1. PENDAHULUAN
2. KEBIJAKAN UMUM APBD
3. PROYEKSI PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
4. PRIORITAS PROGRAM DAN PLAFON ANGGARAN
5. KESIMPULAN
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Anggaran tidak dapat dipisahkan dari sistem perencanaan, karena anggaran sendiri
merupakan sebuah rencana. Dalam suatu sistem perencanaan anggaran merupakan muara
akhir. Dengan membangun suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan
perencanaan kinerja dengan anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana
yang tersedia dengan hasil yang diharapkan. Sistem penganggaran seperti ini disebut
anggaran berbasis kinerja.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Yunita dan B. Hendra Puranto (2010). Anggaran Berbasis Kinerja: Penyusunan
APBD secara komprehensif.
Ndia Lady (2014). Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara. (diakses pada 26 Februari 2015)
http://starlightinmoonlight.blogspot.com/2014/05/prioritas-dan-plafon-anggaran-
sementara.html