KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH PROGRAM STUDI...
Transcript of KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH PROGRAM STUDI...
“PRAKTEK MODERNISASI PASAR TRADISIONAL PALMERIAM :
PERSFEKTIF ETIKA BISNIS ISLAM”
(STUDI KASUS PD PASAR JAYA PALMERIAM JAKARTA TIMUR)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)
WAHYUDI MUSA NIM 103046128245
KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH & HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010
PRAKTEK MODERNISASI PASAR TRADISIONAL PALMERIAM : PERSFEKTIF HUKUM BISNIS ISLAM
(STUDI KASUS : PD PASAR JAYA PALMERIAM JAKARTA TIMUR)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah (SE.Sy)
Oleh:
Wahyudi Musa NIM: 103046128245
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. JM.Muslimin MA M. Nur Rianto Al Arif M.Si NIP: 150 295 489 NIP: 198110132008011006
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H / 2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul PRAKTEK MODERNISASI PASAR TRADISIONAL PALMERIAM
PERSFEKTIF ETIKA SBISNIS ISLAM (STUDI KASUS PD. PASAR JAYA
PALMERIAM JAKARTA TIMUR) telah diujikan dalam sidang Munaqosyah Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 24
September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Syari’ah (SE.Sy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 24 September 2010
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 19550505 198203 1012
PANITIA UJIAN
1. Ketua : Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM (………………) NIP. 19550505 198203 1012 2. Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag. M.Hum (………………) NIP. 19740725 200112 1001 3. Pembimbing I : Dr. H. JM Muslimin, M.A (………………) NIP. 150 295 489 4. Pembimbing II: M. Nur Rianto Al Arif. M.Si (………………) NIP. 19811013 200801 1006 5. Penguji I : Dr. H. Anwar Abbas, M.A (………………) NIP. 19550215 198303 1002 6. Penguji II : Dr. Euis Nurlaelawati, M.A (………………) NIP. 19700704 199603 2002
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sangsi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 September 2010
Penulis
ABSTRAKSI
Datangnya globalisasi ekonomi harus kita sikapi dengan memerankan diri
didalamnya tetapi buka sebagai objek melainkan ikut mendesign wujud globalisasi. Demi
terciptanya design wujud globalisasi yang sesuai dengan kultur kita, salah satu caranya
adalah dengan membangun sendi terkecil ekonomi yaitu ekonomi kerakyatan. Salah satu
bentuk nyata ekonomi kerakyatan adalah dengan cara berwirausaha atau berdagang.
Pasar merupakan tempat bertemunya antara pedagang dan pembeli. Tempat
merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam bertansaksi di pasar, jadi jika tempat
bertemunya penjual dan pembeli atau yang biasa disebut pasar itu di modernisasi, maka
akan timbul berbagai permasalahan, seperti masalah komitmen pembangunan pra dan
pasca pembangunan, masalah tahapan-tahapan dalam pembangunan, masalah
kepemilikan kios, masalah penempatan atau pengelompokkan pedagang. Karena hal
itulah maka topik dan pengelolaan ini menjadi sangat menarik untuk dibahas. Dengan
demikian maka penulis ingin membahasnya lebih lanjut dalam bentuk skripsi dengan
judul.
“PRAKTEK MODERNISASI PASAR TRADISIONAL PALMERIAM :
PERSPEKTIF ETIKA BISNIS ISLAM, Studi Kasus PD Pasar Jaya Palmeriam
Jakarta Timur.”
Karena beberapa pertimbangan yang muncul, maka pada kesempatan kali ini penulis
hanya membatasi permasalahan dari sisi
1. Bagaimanakah prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan modernisasi pasar dalam
etika bisnis islam?
2. Bagaimanakah pelaksanaan modernisaasi pasar Palmeriam oleh PD Pasar Jaya?
3. Sejauhmana kompatibilitas praktek modernisasi pasar yang dilakukan oleh PD
Pasar Jaya di pasar Palmeriam oleh prinsip dan ketentuan etika bisnis Islam?
Penelitian ini merupakan penelitian kombinasi kuantitatif-kualitatif. Sementara
metode penulisan yang digunakan adalah deskriptif analisis, yakni dengan cara penulisan
ix
x
yang menggambarkan permasalahan yang didasari pada data-data yang ada, lalu dianalisa
lebih lanjut untuk kemudian diambil kesimpulan.
1. Prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan modernisasi pasar dalam etika bisnis
Islam terkandung dalam prinsip dan ketentuan etika bisnis Islam. Al-Qur’an
menawarkan prinsip-prinsip mendasar dan petunjuk pada orang-orang yang
beriman untuk kebaikkan perilaku etis didalam bisnis. Prinsip-prinsip etika bisnis
dalam islam menurut pertunjuk Al-Qur’an dapat diklasifikasikan dalam empat
macam : Kebebasan (Freedom, al-Hururiyah), Keadilan (Justice, al-Adalah)/
Persamaan, Akhlak yang baik, baik yang diperintahkan maupun yang dipuji dan
Bentuk-bentuk transaksi secara umum dan transaksi secara syirkah (patnership).
Dalam Etika bisnis Islam juga ada ketentuan-ketentuan yang tidak diperbolehkan
adanya perilaku bisnis yang terlarang meliputi : riba, penipuan dan beberapa
bisnis yang tidak sah.
2. Modernisasi pasar Palmeriam oleh PD Pasar Jaya itu dimodernisasi berdasarkan
masa pakai pasar tradisional Palmeriam yang telah habis, yakni 20 tahun.
Pelaksanaan modernisasi pasar Palmeriam melalui beberapa tahapan-tahapan
yaitu : sosialisasi terhadap pedagang sebelum dimodernisasi, memprioritaskan
pedagang yang telah lebih dahulu berdagang sebelum dimodernisasi, musyawarah
dengan pedagang mengenai kesepakatan harga bangunan baru dan membuat
komitmen-komitmen, Membayar uang muka sebesar 20% untuk pedagang lama
lalu sisanya dicicil atau kredit melalui KUR(Kredit Usaha Rakyat) atau langsung
membayar ke Bank. Secara teknis proses pelaksanaan modernisasi dilakukan PD
Pasar Jaya dengan menyiapkan TPS (Tempat Penampungan Sementara) untuk
pedagang, lalu membangun secara modern gedung pasar Palmeriam. Setelah
selesai pedagang di kembalikan kembali dengan sistem undian tempat.
3. kompatibilitas praktek modernisasi pasar yang dilakukan oleh PD Pasar Jaya di
pasar Palmeriam oleh prinsip dan ketentuan etika bisnis Islam hampir keseluruhan
sudah kompetibel, tetapi ada satu hal mengenai komitmen awal yang disepakati
oleh pedagang dengan PD Pasar jaya dimana kesepakatan awal itu berisi
mengenai pembebasan dari pedagang kaki lima setelah bangunan pasar itu
terbentuk masih belum dipenuhi sampai saat ini.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah. Kepada-Nya kita mohon
pertolongan dan pengampunan. Kepada-Nya kita berlindung dari kejahatan diri kita
dan keburukan diri kita. Semoga senantiasa kita mendapatkan hidayah-Nya, sehingga
kita berada dalam golongan orang-orang yang ada pada jalan kebenaran. Aku
bersaksi, tiada Illah yang patut untuk disembah selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya,
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Aku juga bersaksi, bahwa Muhammad
Sahallallu’Alaihi wa Sallam adalah hamba dan utusan-Nya.
Skripsi yang telah penulis selesaikan ini merupakan salah satu dari banyak
nikmat yang telah Dia berikan. Diselesaikan skripsi ini tak lepas dari bantuan
berbagai pihak dan di atas semuanya adalah Allah. Oleh karena itu ucapan terima
kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada orang-orang yang semoga selalu
dikasihi oleh Allah SWT. Kepada Ibunda tercinta Hj. Etih yang tak pernah berhenti
mengasihi dan menyayangi penulis, terima kasih telah mengandung dan melahirkan
penulis sehingga bisa bertemu orang-orang yang luar biasa mengasihi dan
menyayangiku, do’aku selalu untukmu. Dan untuk Ayahanda H. Musa tercinta, yang
selalu memberikan limpahan kasih sayang, perhatian dan dukungan moril, spiritual
maupun material kepada penulis. Mereka telah mendedikasikan seluruh hidupnya
bagi anak-anaknya tercinta. Kasih sayang mereka yang begitu tulus dan ikhlas,
i
sepanjang zaman takan pernah terbatas, kasih sayang mereka karena kecintaanya
kepada Allah SWT. Ucapan terima kasih ini penulis ucapkan juga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Selaku Dekan
FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak DR. H. JM Muslimin. Selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan support, pengarahan dan bimbinganya.
3. Dr. Euis Amalia, M.Ag dan H. Ah. Azharudin Lathif, M.Ag, MH selaku
Kepala Jurusan dan Sekretaris Jurusan Muamalat yang telah membantu dan
memberikan arahan kepada penulis.
4. Bapak M. Nur Rianto Al arif M.Si. Selaku Dosen Pembimbing II yang telah
rela meluangkan waktu ditengah kesibukanya untuk membimbing dan
mengarahkan penulis.
5. Seluruh Dosen FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
ilmunya semasa masa kuliah.
6. Segenap Staff Perpustakaan Syariah dan hukum.
7. Bapak Josmar Sihduhu SH, ibu Saniyem dan segenap pegawai PD Pasar Jaya
Palmeriam, serta seluruh pedagang PD Pasar Jaya Palmeriam yang telah
memberikkan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di
tempatnya. Semoga selalu sukses dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
8. Kakanda tercinta Mulyadi SHI dan adikku tersayang Achmad Syaifullah,
keluarga besar tercinta yang selalu memberi semangat, do’a dan waktunya
ii
kepada penulis untuk mengikuti pelajaran sehari-hari agar menjadi yang
terbaik dalam segala hal yang baik.
9. Sahabat terbaik penulis Rachmat Wiar Budy SE.Sy, beserta teman PS A yang
disetiap keadaan slalu bersama penulis, Farhan Mustofa SEI, Muhammad
Dani SEI, Ayub Mahri SEI, Ahmad Zaki SE.Sy, Achmad Zakiy SEI. Ifdhal
Yuri Hendry SEI. A. Mulya Turmidzi SEI, serta semua teman-teman
Muamalat PS A angkatan 2003. Kalian semua takkan bisa tergantikan oleh
siapapun, sukses.!!!!
10. Keluarga Besar AWD (Anak Warung Doyong) Moel AWD, Ulis AWD,
Reddy AWD, Iyus AWD, Slamet AWD, Budi AWD, Agus AWD, Ridwan
AWD yang slalu berbagi kebahagiaan.
11. Sahabat Kost penulis Renaldy Berlianto SH.Sy (Ai) dan Ahmad Muntaha
SH.Sy (Babeh) yang takkkan terlupakan kebersamaan dan spiritnya.
12. Spesial thanks teruntuk Mustika Haryati Am.Keb. yang telah memberikan
semangat yang luar biasa tanpa kenal lelah memberikan dorongan moril dan
kasih sayangnya disetiap keadaan apapun yang penulis alami. Terima kasih
kebersamaanya selama ini yang membuat hari-hariku lebih berwarna.
13. Dan semua pihak yang telah membantu terselesaikanya skripsi ini semoga
mereka semua senantiasa mendapat balasan pahala yang berlipat ganda dan
selalu dijaga dan dilindungi oleh Allah, serta mendapatkan tempat yang paling
baik disisi-Nya, Amiin… tiada balas apapun jua yang penulis berikan selain
do’a.
iii
iv
Penulis sangat menyadari, masih banyak kesalahan dan kekurangan
dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang konstruktif agar bisa lebih baik lagi. Akhir kata semoga
skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Amin
Jakarta, 24 September 2010
( Penulis )
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………..……….. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………….………….. iv
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………... vii
ABSTRAKSI......................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………..…………. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah …...……………………………… 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………….…… 8
D. Riview Studi Terdahulu ………………………………………...……..... 9
E. Kerangka Teori …………………………………………………………. 14
F. Metodelogi Penelitian …………………………………………………... 15
G. Teknik Penulisan ………………………………………………………... 22
H. Sistematika Penulisan …………………………………………………… 23
BAB II MODERNISASI PASAR DALAM ISLAM
A. Pengertian Modernisasi Pasar………………………………...…………. 24
B. Fungsi dan Tujuan Modernisasi Pasar…………………………………….. 27
C. Prinsip-prinsip dan Ketentuan-ketentuan Modernisasi Pasar Dalam
etika Bisnis Islam………………………………………………………… 32
v
vi
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PD PASAR JAYA
A. Latar Belakang Sejarah Berdirinya PD Pasar Jaya ……....……………… 40
B. Visi dan Misi ……………………………………………………………. 44
C. Struktur Organisasi ……………………………………………………... 46
D. Kedudukan, Fungsi dan Peran …………………………………………... 52
BAB IV ANALISA PERSPEKTIF ETIKA BISNIS ISLAM
A. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen………………………………....... 57
B. Statistik Deskriptif Responden (Pedagang Pasar Palmeriam)..………...... 61
C. Analisa Modernisasi pasar Palmeriam oleh PD Pasar Jaya........................ 64
D. Asumsi Klasik……………………………………………………………. 75
E. Hasil Uji Stastistik……………………………………………………….. 80
F. Pengujian T-Hitung………………………………………………………. 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………... 82
B. Saran ……………………………………………………………………. 83
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 84
LAMPIRAN ……………………………………………………………………. L1
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Try out instrument Praktek Modernisasi Pasar Terhadap Etika Bisnis
Islam…………………………………………………….. ………………….…..58
Tabel 2. Deskripsi Persentase Jawaban Responden Tentang Uji Reliabilitas…………… 60
Tabel 3. Deskripsi Persentase Jawaban Responden Tentang Jenis Kelamin Responden....62
Tabel 4. Deskripsi Persentase Jawaban Responden Tentang Usia Responden…………... 62
Tabel 5. Deskripsi Persentase Jawaban Responden Tentang Pendidikan Terakhir
Responden ………............................................................................................... 63
Tabel 6. Deskripsi Persentase Jawaban Responden Tentang Pengetahuan Program
Revitalisasi PD Pasar Jaya Palmeriam ………………………………………… 64
Tabel 7. Deskripsi Persentase Jawaban Responden Tentang Diadakannya Musyawarah
Masalah Revitalisasi …...................................................................................…. 64
Tabel 8. Deskripsi Persentase Jawaban Responden Tentang Menghadiri Musyawarah….65
Tabel 9. Deskripsi Persentase Jawaban Responden Tentang Mengetahui Hasil
Musyawarah Dalam Hukum Bisnis Islam Secara Keseluruhan……………....... 66
Tabel 10. Deskripsi Persentase Jawaban Responden Tentang Lama Berdagang di
Tempat Penampungan Sementar di PD Pasar Jaya Palmeriam ……………….… 66
Tabel 11. Deskripsi Persentase Jawaban Responden Tentang Mengetahui secara detail
mengenai tahapan dan waktu yang di butuhkan……………………………..…. 67
Tabel 12. Deskripsi Persentase Jawaban Responden Tentang Metode Penempatan
Pedagang dengan menggolongkan jenis dagangannya …………………..…..… 68
Tabel 13. Deskripsi Persentase Jawaban Tentang Harga Kios Yang Ditawarkan
Pengelola Sesuai Dengan Tempat yang Telah Terbentuk……………………….69
Tabel 14. Deskripsi Persentase Jawaban Responden Tentang Komitmen yang
ditawarkan PD Pasar Jaya sebelum dan sesudah pembangunan …………….… 70
Tabel 15. Deskripsi Persentase Jawaban Tentang Prinsip Etika Bisnis Islam Adalah
Kebebasan……………………………………………………………………… 71
vii
viii
Tabel 16. Deskripsi Persentase Jawaban Responden Tentang Prinsip Etika Bisnis
Islam Adalah Keadilan…………………………………………………..……. 72
Tabel 17. Deskripsi Persentase Jawaban Responden Tentang Prinsip Etika Bisnis
Islam Adalah Tata Krama atau Akhlak……………………………….….....… 72
Tabel 18. Deskripsi Persentase Jawaban Responden Tentang Dalam Etika Bisnis
Islam Tidak Diperbolehkan Adanya Kebohongan dan Pengingkaran Janji…....73
Tabel 19. Deskripsi Persentase Jawaban Responden Tentang Dalam Etika Bisnis
Islam tidak diperbolehkan Adanya Penentuan Harga yang Fix (oleh
pemerintah)……................................................................................................. 74
Tabel 20. Deskripsi Persentase Jawaban Responden Tentang Dalam Etika Bisnis
Islam Tidak diperbolehkan Adanya Pemaksaan……………………………..... 75
Tabel 21. Deskripsi Persentase Jawaban Responden Tentang Hasil Uji
Multikoleniaritas…………………………………………………………..…... 77
Tabel 22. Deskripsi Persentase Jawaban Responden Tentang Hasil Uji Autokorelasi…. 78
Tabel 23. Deskripsi Persentase Jawaban Responden Tentang Hasil Analisis Regresi
Sederhana…………………………………………………………………….... 80
Tabel 24. Deskripsi Persentase Jawaban Responden Tentang T-Hitung……………..… 81
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi ekonomi telah digambarkan dalam Konperensi Ekonomi melalui
pidato Wakil Presiden Mohammad Hatta di Yogyakarta pada 3 februari 1946. Pada
konperensi itu Hatta menyatakan perlunya suatu koordinasi dipersiapkan untuk masa
depan ekonomi Indonesia, yaitu “…bagaimana mengatur perekonomian Indonesia
supaya pembangunan itu sejalan dan bersambung dengan pembangunan di seluruh
dunia…”. Bagi yang memahami sejarah mestinya saat ini kita siap (bukan kagum)
terhadap globalisme dan datangnya era globalisasi ekonomi saat ini1.
Dengan datangnya globalisasi seharusnya kita dapat memerankan diri kita
sebagai subjek (bukan sebagai objek) dalam ikut mendesain wujud globalisasi,
mumpung globalisasi masih mencari bentuknya yang final demi tujuan sejati
mencapai kesejahteraan dunia secara adil dan merata. Sementara itu, sekali lagi,
kepentingan nasional harus tetap kita utamakan tanpa mengabaikan tanggung jawab
global. Dalam kaitan yang kita tuju adalah pembangunan Indonesia, bukan sekedar
pembangunan di Indonesia. Sikap Indonesia terhadap proses globalisasi haruslah
proaktif, tidak sekedar antisipatif dan menunggu. Di sinilah kita harus berperan aktif
1 Sri Edi Swasono :Ekspose Ekonomika : mewaspadai globalisme dan pasar-bebas ekonomi. Yogyakarta, Pusat Studi Ekonomi Pancasila UGM, 2003, Cet ke-6, hs. 42.
2
untuk ikut membentuk wujud globalisasi kembali ke globalisasi dengan perangainya
yang ideal, yaitu damai, berkeadilan makmur dan beradab2.
Untuk mewujudkan globalisasi yang ideal, yang damai, yang berkeadilan yang
makmur dan beradab terhadap rakyat adalah salah satunya dengan cara membangun
perekonomian yang pro terhadap rakyat. Rakyatlah yang harus kita bangun, bukanlah
ekonomi (GDP) dan pertumbuhannya. Pengembangan usaha-usaha kecil merupakan
salah satu contohnya dengan memberikan bantuan-bantuan modal usaha kepada
pengusaha-pengusaha kecil guna meningkatkan perekonomian.
Pengertian ekonomi kerakyatan muncul sebagai akibat terjadinya kesenjangan
sosial dalam masyarakat. Kesenjangan ini merupakan hasil dari pemilikan asset
ekonomi berupa sumber daya produksi dan produktifitas yang timpang antara pelaku
ekonomi yang kuat dan yang lemah. Dengan demikian ekonomi rakyat pada dasarnya
adalah kegiatan orang-orang rumah tangga dan atau kelompok masyarakat untuk
mencapai kesejahteraan hidupnya. Oleh karena itu dalam pengertian ekonomi
kerakyatan melekat unsur dikerjakan sendiri atau bersama-sama, kecil, berorientasi
pada kelangsungan kehidupan, cenderung tradisional dan tingkat swadaya yang
menonjol.3Ekonomi kerakyatan adalah suatu sistem ekonomi yang memihak kepada
kepentingan sebagian besar rakyat secara manusiawi, adil dan demokratis.
Kepentingan ekonomi sebagian rakyat ini terdapat dalam kehidupan ekonomi manusia
2 Sri Edi Swasono :Ekspose Ekonomika : mewaspadai globalisme dan pasar-bebas ekonomi, Yogyakarta, Pusat Studi Ekonomi Pancasila UGM, 2003, Cet ke-6, h. 51.
3 Noer Soetrisno, Ekonomi Rakyat Usaha Mikro dan UKM : Dalam perekonomian Indonesia. Jakarta, STEKPI, 2005, h. 6.
3
seperti petani, nelayan, buruh, pedagang kecil (sektor informal), para penganggur dan
kaum papa. Inilah yang merupakan realitas sesungguhnya ekonomi rakyat.
Dalam bahasa yang hampir sama, Revrisand Baswir menyerukan tentang
ekonomi kerakyatan dimana situasi berbagai kegiatan diselenggarakan dengan
melibatkan partisipasi semua anggota masyarakat dan penyelenggaraan kegiatan-
kegitan ekonomi, itupun di bawah pengendalian atau pengawasan anggota-anggota
masyarakat. Bila dikaitkan dengan Pasal 33 Ayat 1 UUD 1945, situasi perekonomian
seperti itulah yang disebut sebagai perekonomian usaha bersama berdasarkan asas
kekeluargaan.4
Dalam Ketetapan No IV/1999 disebutkan pengertian sistem ekonomi kerakyatan
adalah sebagai berikut : Memberdayakan masyarakat dan semua kekutan ekonomi
nasional terutama pengusaha kecil, menengah dan koperasi dengan mengembangkan
sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang adil, berbasis
pada sumber daya alam dan manusia yang produktif dan mandiri, maju berdaya saing,
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.5 Ekonomi kerakyatan dapat menciptakan
lingkungan dunia usaha yang lebih bersahabat, karena nuansa ketidakadilan yang
mencolok akan terhapus di benak rakyat, seiring dengan tercukupinya kebutuhan
pokok hidup mereka. Ekonomi kerakyatan akan menciptakan kelompok masyarakat
yang secara massal berdaya beli tinggi yang kemudian akan mendorong pengadaan
4 M.Azwir Daini Tara, Strategi Membangun Ekonomi Rakyat : Masa Sulit Pasti Berlalu, Jakarta, Nuansa Madani, 2001, h. 5.
5 Mubaryanto, Ekonomi Rakyat dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Jakarta, Media Indonesia, 2001, h. 58.
4
barang dan jasa oleh pengusaha-pengusaha kecil atau bahkan pengusaha-pengusaha
besar.
Pengusaha-pengusaha kecil merupakan akar dari perekonomian di Indonesia,
dimana usaha-usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia merupakan suatu
bentuk tujuan aktivitas ekonomi. Berdasarkan tujuan aktivitas ekonomi itulah manusia
terdorong untuk memenuhi beragam tujuannya. Salah satunya adalah dengan mencari
pekerjaan yang bisa dijadikan sarana guna memenuhi tujuannya tersebut. Selain
mencari pekerjaan, ada cara lainnya adalah dengan cara membuka lapangan pekerjaan
(berwirausaha).
Berwirausaha saat ini adalah tindakan yang lebih realistis dibandingkan dengan
mencari apalagi menunggu datangnya lapangan (kesempatan) pekerjaan. Dikatakan
realistis karena, secara teoritis dan berdasarkan sumber daya alam dan peluang pasar,
membuat lapangan pekerjaan sendiri lebih dimungkinkan karena berkaitan dengan
faktor yang ada pada diri sendiri, dibandingkan dengan memburu pekerjaan yang
sedikit tetapi diburu oleh banyak orang.
Kemajuan atau kemunduran suatu bangsa sangat ditentukan oleh keberadaan
dan peranan dari kelompok wirausaha ini. Kelompok ini merupakan modal bagi
kemajuan yang berarti pada suatu bangsa. Kelompok wirausaha ini selalu mempunyai
peran krusial dalam meminimalisir perekonomian suatu bangsa. Bahkan dalam masa
resesi ekonomi pun kelompok usaha ini menjadi penopang yang menahan gerak
perekonomian.6
6 Didik. J. Rachbini, Kiat Sukses Berwirausaha, Jakarta, Gramedia, 2002, Cet. Ke-1, h. 14.
5
Peran wirausaha dalam perekonomian sangat signifikan. Di samping tonggak
perekonomian, usaha tersebut merupakan model pencaharian masyarakat kebanyakan.
Pemberdayaan usaha kecil dan menengah merupakan suatu usaha meningkatkan
kesejahteraan dan aktif dalam proses pembangunan nasional.7
Dalam uraian di atas jelas digambarkan bahwa wirausaha mengedepankan
(sektor) ekonomi rakyat. seperti petani, nelayan, buruh dan pedagang kecil.
Penjelasan ini sebagai koreksi atas anggapan keliru bahwa sistem ekonomi Indonesia
lebih banyak memihak kepada konglomerat, meskipun konglomerat harus dianggap
ekonomi kerakyatan juga, karena konglomerat adalah rakyat.8
Ekonomi kerakyatan melalui wirausaha adalah ekonomi yang dihuni secara
massif oleh masyarakat Indonesia sehingga menjadi hajat hidup umum. Dengan
demikian, negara bertanggung jawab atas kelangsungan dan kesuksesan model
perekonomian wirausaha ini. Upaya pengembangan sumber daya ekonomi kerakyatan
berkaitan erat dengan persoalan “pemihakan” pada pengembangan usaha-usaha kecil
dan menengah. Tanpa bermaksud menggusur keberadaan kelompok bisnis besar.
Yang harus menjadi persoalan adalah pemerataan asset ekonomi dengan basis luas
sebagai dasar pijakan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi. Karena itu “pemihakan”
pada pengembangan usaha-usaha kerakyatan adalah keharusan politik dalam rangka
peningkatan pangsa ekonomi demi terlaksananya pertumbuhan yang berkelanjutan.9
7 Lili Bariadi. Muhammad zem. M.Hudri. Zakat dan Wirausaha 1, Jakarta, Perpustakaan Nasional, 2005, h. 43.
8 M. Azwir Dainy Tara. Strategi Pembangunan Ekonomi Rakyat, Jakarta, Nuansa Madani, 2001, h. 15.
9 Lili Bariadi. Muhammad zem. M.Hudri. Zakat dan Wirausaha 1, Jakarta, Perpustakaan Nasional, 2005, h. 44.
6
Para wirausahawan yang mengedepankan ekonomi kerakyatan terkadang
terbentur oleh sulitnya pemasaran produk hasil jerih payah mereka. Dikarenakan
akses terhadap pasar-pasar di kota besar yang ada terlalu jauh sehingga membutuhkan
biaya yang tidak sedikit untuk mencapai kesana. Selain itu tidak semua pasar bisa
langsung dimasuki untuk memasarkan produk para pelaku ekonomi kerakyatan ini,
tetapi para pelaku harus jeli dalam memasarkan produk dengan melakukan segmentasi
pasar. Pasar mana yang cocok dan pasar manakah yang tidak cocok untuk dimasuki.
Karena pasar itu berbeda-beda tergantung dari jenis, dan keanekaragaman pedagang
yang ada didalamnya.
Pengertian pasar secara sederhana dapat diartikan sebagai tempat bertemunya
penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Pengertian ini mengandung arti
bahwa pasar memiliki tempat dan lokasi tertentu sehingga memungkinkan penjual dan
pembeli bertemu. Pengertian inilah yang di fahami oleh masyarakat. Namun dalam
prakteknya pengertian pasar mengandung arti yang lebih luas lagi, artinya penjual dan
pembeli tidak harus bertemu untuk melakukan transaksi tetapi cukup melalui sarana
elektronik seperti, telepon, faksimili atau melalui internet.10
Pengertian pasar lebih luas lagi adalah himpunan pembeli nyata dan pembeli
potensial atas suatu produk. Pasar juga bisa diartikan sebagai suatu mekanisme yang
terjadi antara penjual dan pembeli atau tempat pertemuan antara permintaan dan
penawaran. Pengertian ini mengandung arti bahwa pasar merupakan kumpulan atau
himpunan dari pembeli baik pembeli nyata ataupun potensial atas suatu produk
tertentu.
10 Kasmir, Jakfar. “Studi Kelayakan Bisnis”, Jakarta, Kencana, 2004, Cet.1, h. 69.
7
Pasar barang (produk) dibedakan menjadi dua, yaitu pasar tradisional dan
pasar modern, meskipun memiliki kesamaan fungsi yaitu mempertemukan penjual
dan pembeli, tetapi ada beberapa hal yang membedakan keduanya. Salah satu hal
yang paling mudah untuk membedakannya adalah struktur bentuk fisik bangunan
pasar itu sendiri.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pasar merupakan tempat bertemunya antara penjual dan pembeli. Tempat merupakan
salah satu hal yang sangat vital dalam bertansaksi di pasar, jadi jika tempat
bertemunya penjual dan pembeli atau yang biasa disebut pasar itu di modernisasi,
maka akan timbul berbagai permasalahan, seperti masalah komitmen pembangunan
pra dan pasca pembangunan, masalah tahapan-tahapan dalam pembangunan, masalah
kepemilikan toko, masalah penempatan atau pengelompokkan pedagang. Dan karena
setiap daerah memiliki kebijakannya masing-masing terhadap setiap pengelolaan
pasarnya, maka penulis mengambil PD Pasar Jaya selaku pengelola pasar tradisional
terbesar maka penulis mengambil sampel dari yang dikelola PD Pasar Jaya tersebut.
Karena hal itulah maka topik dan pengelolaan ini menjadi sangat menarik untuk
dibahas. Dengan demikian maka penulis ingin membahasnya lebih lanjut dalam
bentuk skripsi dengan judul.
“PRAKTEK MODERNISASI PASAR TRADISIONAL PALMERIAM :
PERSPEKTIF ETIKA BISNIS ISLAM, Studi Kasus PD Pasar Jaya Palmeriam
Jakarta Timur.”
8
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Mengingat banyaknya masalah yang timbul seperti masalah administrasi
kepemilikan toko, masalah penempatan para pedagang, masalah proses transaksi dan
masalah pendapatan pedagang setelah dimodernisasi. Maka penulis membatasi
masalah hanya pada masalah yang berkaitan dengan praktek modernisasi pasar
Palmeriam ditinjau dari etika bisnis islam.
Untuk mempermudah pembahasan, maka permasalahannya dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan modernisasi pasar dalam
etika bisnis islam?
2. Bagaimanakah pelaksanaan modernisaasi pasar Palmeriam oleh PD Pasar Jaya?
3. Sejauhmana kompatibilitas praktek modernisasi pasar yang dilakukan oleh PD
Pasar Jaya di pasar Palmeriam oleh prinsip dan ketentuan etika bisnis Islam?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan maka tujuan skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan modernisasi pasar
dalam etika bisnis islam.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan modernisasi pasar Palmeriam oleh PD Pasar Jaya.
3. Untuk mengetahui sejauhmana kompatibilitas praktek modernisasi pasar yang
dilakukan oleh PD Pasar Jaya di Pasar Palmeriam oleh Prinsip dan Ketentuan
Etika Bisnis Islam.
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka penelitian ini diharapkan
bermanfaat:
9
1. Bagi peneliti, sangat bermanfaat sebagai penambah wawasan ataupun
pengetahuan mengenai praktek modernisasi pasar tradisional yang terjadi baik
dari segi proses serta penyesuaian kesepakatan perjanjian di awal dengan praktek
modernisasi sampai penyelesaian di akhir perjanjian.
2. Bagi praktisi, bisa dijadikan acuan bagi pengembang agar yang menjadi
kesepakatan bersama di awal perjanjian sesuai dengan prakteknya di lapangan
Dan bagi para pedagang dipasar tradisional agar lebih sensitif terhadap perjanjian
dengan aplikasi di lapangan.
3. Bagi akademisi, semoga dengan adanya skripsi ini dapat menjadi sumber refrensi
dan acuan bagi kalangan akademisi dan instansi penelitian di dalam penunjang
penelitian selanjutnya yang mungkin cakupannya jauh lebih luas sebagai bahan
perbandingan.
4. Bagi pemerintah, dapat dijadikan bahan pertimbangan program-program
pemerintah selanjutnya agar lebih mempertimbangkan segala dampak yang akan
dirasakan masyarakat sebelum dan sesudah program itu diaplikasikan, terutama
pada masalah relokasi ini.
D. Review Studi Terdahulu
Untuk mendukung materi dalam penelitian ini, berikut akan dikemukakan
beberapa penelitian yang berhubungan dengan variabel dalam penelitian ini.
Skripsi yang berjudul Pengaruh Pasar Modern Terhadap Pedagang Pasar
Tradisional ( Studi Kasus di Wilayah Kramat Jati ) oleh Sri Wahyuni pada tahun
2008. Dalam skripsi ini dibahas tingkat kenyamanan yang terdiri dari tata ruang pasar,
penyediaan tempat usaha yang cukup luas, penataan barang yang cukup rapi,
10
penyediaan barang-barang yang cukup lengkap. Sarana aksebilitas yang terdiri dari
penyediaan sarana kartu berbelanja, kemudahan sarana kartu kredit, sarana angkutan
umum, sarana busway, dekat dengan jalur tol. Tingkat keamanan yang terdiri dari
terjaganya tingkat keamanan. Atau pembahasannya lebih fokus kepada bentuk fisik
bangunan baik dari sarana dan prasarananya dan dampak eksternal dari pembangunan
pasar modern. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner
disusun secara semi terstruktur dengan pertanyaan bersifat tertutup yaitu dimana
pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan telah disediakan jawaban pecahan, sehingga
responden tinggal memilih salah satu dari jawaban yang telah disediakan. Sebelum
kuesioner disebarkan kepada responden terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas
dan realibitas.
Kesimpulan dari skripsi yang berjudul Pengaruh Pasar Modern Terhadap
Pedagang Pasar Tradisional ( Studi Kasus di Wilayah Kramat Jati ) adalah:
1. Faktor yang mendukung dalam pemilihan pasar baik pasar tradisional maupun
pasar modern yaitu tingkat kebersihan yang terdiri dari kebersihan bagian dari
iman, menerapkan kebersihan pada lingkungan pasar, kebersihan pada barang
yang dijual, kualitas kebersihan dipasar, sarana tempat sampah. Tingkat
kenyamanan yang terdiri dari tata ruang pasar, penyediaan tempat usaha yang
cukup luas, penataan barang yang cukup rapih, penyediaan barang-barang yang
cukup lengkap. Sarana aksebilitas yang terdiri dari penyediaan sarana kartu
berbelanja, kemudahan sarana kartu kredit, sarana angkutan umum, sarana
busway, dekat dengan jalur tol. Tingkat keamanan yang terdiri dari terjaganya
tingkat keamanan, terdapatnya pemeriksaan bagi pengunjung, banyaknya petugas
keamanan.
11
2. Sedangkan pada tingkat pelayanan yang di terapkan pada tiap-tiap pasar,
responden menyatakan: memberikan pelayanan yang cukup baik, sopan dan ramah
merupakan hal yang penting dalam meningkatkan jumlah pembeli di tambah
dengan fasilitas-fasilitas yang menunjang seperti: ruangan ber-AC, sarana ibadah
yang nyaman, tempat parkir yang luas, sarana WC umum, sarana bermain anak
dan sarana perbankan. Dari data yang didapat tingkat pendapatan yang dihasilkan
adalah 0,000 yang jauh dibawah 0,05, ini berarti bahwa pasar modern sangat
mempengaruhi omset pendapatan pedagang pasar tradisional
3. Pendapatan yang dihasilkan pasar tradisional selama satu tahun sebelum adanya
pasar modern dapat mencapai penghasilan sekitar 50-100 juta pertahun, namun
setelah adanya pasar modern tingkat pendapatan bagi pedagang pasar tradisional
menurun hingga mencapai 0,000 yang jauh dibawah 0,05, ini berarti bahwa pasar
modern sangat mempengaruhi omset pendapatan pedagang pasar tradisional
selama satu tahun.
4. Dari hasil data responden yang didapat tingginya jumlah pedagang mengakibatkan
persaingan semakin tinggi, dengan persentase setuju sebesar 49.1%, sangat tidak
setuju 2.6%, sangat setuju 12.1%.
5. Setelah berhasil dilakukan penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
pendirian pasar modern yang cukup ramai dan letak lokasi yang berdekatan
dengan pasar tradisional sehingga cukup memberi pengaruh, baik pada segi
persaingan dan pendapatan bagi pasar tradisional.
Jika skripsi Pengaruh Pasar Modern Terhadap Pedagang Pasar Tradisional (
Studi Kasus di Wilayah Kramat Jati ) menitikberatkan penelitiannya kepada pengaruh
pasar modern terhadap pasar tradisonal dengan kesimpulan pembangunan pasar
modern dapat mempengaruhi pedagang pasar tradisional. Berbeda dengan masalah
12
yang akan peneliti bahas yang berjudul PRAKTEK MODERNISASI PASAR
TRADISIONAL PALMERIAM PERSFEKTIF ETIKA BISNIS ISLAM, Studi Kasus
PD Pasar Jaya Palmeriam Jakarta Timur. Penelitian sendiri lebih memfokuskan
penelitian kepada tahapan-tahapan modernisasi pasar tradisional Palmeriam, kendala-
kendala dalam proses modernisasi pasar tradisional Palmeriam dan penyelarasan
komitmen diawal dengan aplikasi di lapangan sampai selesainya komitmen praktek
modernisasi tersebut.
Dan ada pula Judul penelitian : Dampak keberadaan pasar modern
(supermarket dan hypermart) terhadap usaha retail koperasi/waserba dan pasar
tradisional. Metode penelitiannya menggunakan metode dan pendekatan partsipatif.
Semua tenaga ahli dilibatkan dalam setiap tahapan kerja. Dengan pendekataan ini,
pembahasan hasil analisa dapat dilakukan secara komperhensif.
Kesimpulan:
1. Implementasi beberapa kebijakan pemerintah tentang pengelolaan perpasaran
menuntut komitmen lebih besar agar dapat dilaksanakan secara konsisten.
2. Secara mikro, kehadiran pasar modern telah mengancam eksistensi pasar
tradisional. Omset penjualan mengalami penurunan setelah hadirnya pasar
modern. Terbukti dengan menggunakan uji beda pada taraf signifikasi a=0,05.
Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 3 variabel omset penjualan pasar
tradisional menunjukkan perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah
hadirny pasar tradisional. Sedangkan variabel lainya, yaitu jumlah tenaga kerja
dan harga jual barang tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
13
Laporan lembaga penelitian semeru pada November 2007 dengan Judul
penelitian ”Dampak supermarket terhadap pasar dan pedagang retail tradisional di
daerah perkotaan di Indonesia”. Metode penelitiannya ini menggunakan metode
kuantitatif dan kualitatif. Evaluasi dampak kuantitatif menggunakan metode
difference-in-difference dan model ekonometrik. Sedangkan evaluasi dampak
kualitatif dilakukan dalam bentuk wawancara mendalam dengan informan kunci.
Instrumen penelitian ini menggunakan kuisioner untuk para pedagang berisi tentang
pendapat para pedagang mengenai usahanya dampak supermarket, serta fakta
berkenaan dengan kegiatan pedagang dan panduan wawancara bagi informan kunci.
Kesimpulannya hasil wawancara mendalam kepada para responden
mengungkapkan bahwa penyebab utama kelesuan usaha para pedagang pasar
tradisional di tempat penelitian adalah :
1. Lemahnnya daya beli masyarakat akibat kenaikkan harga BBM
2. Peningkatan persaingan dengan para PKL pada beberapa pasar.
3. Supermarket, hal ini secara khusus di temukan para pedagang dipasar kelompok
perlakuan, yang diidentifikasi sebagai penyebab utama kelesuan usaha para
pedagang di pasar Pamoyanan di Bandung, satu-satunya pasar dalam penelitian
ini yang mayoritas pedagangnya berasal dari rumah tangga kelas menengah dan
tidak bermasalah dengan PKL.
4. Hasil analisis dampak kuantitatif, ditemukan adanya penurunan jumlah pegawai
yang dipekerjakan oleh pedagang pasar yang semakin dekat jumlahnya dengan
supermarket, semakin berkurang jumlahnya dan sebaliknya.
14
E. Kerangka Teori
Secara etimologi, etika memiliki akar kta ethos dari bahasa Yunani yang
berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
etika adalah : ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral atau akhlak, kumpulan nilai asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak, nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Etika (ethics) yang mempunyai beragam arti, yakni pertama, sebagai analisis konsep-
konsep mengenai apa yang harus, mesti, tugas, aturan-aturan moral, benar, salah,
wajib tanggung jawab, dan lain-lain, Kedua, pencarian kedalam watak moralitas atau
tindakkan-tindakkan moral. Dan Ketiga, pencarian kehidupan yang baik secara moral.
Istilah bisnis dalam Al-Qur’an dipadankan dengan istilah perdagangan yang
meliputi baik perdagangan barang maupun perdagangan jasa. Kata perdagangan atau
perniagaan digunakan sebagai terjemahan dari kata al-Tijarah, yang merupakan
masdar dari kata kerja yang bermakna menjual dan membeli. Kata tijarah disebut
sebanyak delapan kali dalam al-Qur’an dan termuat dalam tujuh surat yaitu: al-
Baqarah (dua kali), dan masing-masing sekali dalam al-Nisa’, al-Taubah, al-Nur,
Fathir, Shaf dan al-jumu’ah.
Etika bisnis islam adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral atau akhlak yang bertujuan untuk mendidik
moralitas manusia dalam perdagangan yang meliputi baik perdagangan barang
maupun perdagangan jasa yang mengacu pada Al-qur’an dan Hadits
15
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis penelitian
Dalam penelitian ini diaplikasikan model penelitian empiris. Dilihat dari
sudut pandang sifat yang dihimpunnya, penelitian ini merupakan penelitian
kombinasi kuantitatif-kualitatif. Sementara metode penulisan yang digunakan
adalah deskriptif analisis, yakni dengan cara penulisan yang menggambarkan
permasalahan yang didasari pada data-data yang ada, lalu dianalisa lebih lanjut
untuk kemudian diambil kesimpulan11.
2. Jenis Data dan Sumber Data
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan dua jenis data yaitu:
1) Data primer
Data primer diperoleh melalui survei lapangan dan observasi. Survey
lapangan dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada responden yang
berisi pertanyaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
2) Data Sekunder
Data sekunder didapat dari studi pustaka yaitu pengumpulan data dengan
cara membaca dan mempelajari buku literatur dan teori di bangku kuliah serta
sumber lainya yang relevan dengan penelitian ini, seperti jurnal yang terkait
dengan penelitian, surat kabar, majalah, internet dan sumber tertulis lainya.
11 M. Iqbal Hasan. Pokok-pokok Materi Metodelogi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta, ghalia Indonesia, 2002, Cet. ke-I, h. 55.
16
3. Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kawasan Pasar Palmeriam berada di Jl. Palmeriam
Kecamatan Matraman Kota Administrasi Jakarta Timur. Pasar ini dipilih karena
pasar Palmeriam ini merupakan pasar lingkungan yaitu pasar yang berada tepat
ditengah-tengah pemukiman penduduk. Selain itu pula pasar ini letaknya cukup
berdekatan pula dengan pasar terbesar di Jakarta Timur yaitu pasar Jatinegara dan
juga berdekatan pula dengan pasar lainnya seperti pasar Jangkrik, sehingga
persaingan usaha semakin sengit.
Objek penelitian adalah para pedagang di Pasar Palmeriam yang ada di
kawasan Jl. Palmeriam Kecamatan Matraman Kota Administrasi Jakarta Timur.
4. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki
karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti.12 Populasi atau
universe ialah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan
diduga. Populasi dapat dibedakan pula antara populasi Sampling dengan
populasi sasaran. Sebagai misal, apabila kita mengambil Rumah Tangga
sebagai sampel, sedangkan yang diteliti hanya anggota rumah tangga yang
bekerja sebagai petani, maka seluruh Rumah Tangga dalam wilayah penelitian
disebut populasi sampling sedangkan seluruh petani dalam wilayah penelitian
disebut populasi sasaran13. Mengacu pada teori populasi di atas, populasi
12 Ibid., h. 58
17
yang diambil adalah pedagang aktif yang berdagang sebelum dan sesudah
praktek modernisasi di PD Pasar Jaya Palmeriam Jakarta Timur dilaksanakan
atau yang disebut pedagang existing.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah populasi yang diambil melalui cara-cara
tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang
dianggap bisa mewakili populasi.14 Adapun pengambilan sampel dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sampel tidak peluang
(Nonprobability sampling) dimana kemungkinan sesuatu terpilih menjadi
anggota sample tidak diketahui. Oleh karenanya sampel yang diambil tidak
dapat dikatakan sebagai sampel yang mewakili sehingga sulit apabila
dipergunakan untuk melakukan generalisasi di luar sampel yang diteliti15.
Dalam pengambilan sampel menggunakan teknik pengambilan sampel tidak
berdasarkan peluang (Nonprobability sampling) terdapat empat kelompok
cara pengambilan peluang :
1) Accidental Sampling (Pengambilan Sample Secara Kebetulan) dimana
anggota sampel yang diambil tidak direncanakan terlebih dahulu tetapi
didapati secara tiba-tiba.
13 Masri Singarimbun, Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai / Editor, Jakarta, LP3ES, 1989, h. 152.
14 Ibid., h. 58
15 Sukandarrumidi, Metodelogi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Penelitian Pemula,, (Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 2004, h. 63.
18
2) Quota Sampling (Pengambilan Sampel Berdasarkan Jumlah) dimana tiap
lapisan dalam populasi harus diwakili dengan proporsi yang sama.
3) Purposive Sampling (Pengambilan Sampel Berdasarkan Tujuan) pada cara
ini, siapa yang akan diambil sebagai anggota sampel diserahkan pada
pertimbangan pengumpulan data yang berdasarkan atas pertimbangannya
sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.
4) Snowball Sampling (Pengambilan Sampel Seperti Bola Salju) dimana
kriteria orang yang akan dijadikan sebagai anggota sampel ditentukan
terlebih dahulu. Selanjutnya orang pertama yang dipakai sebagai unit
sampel ditentukan. Dia menjadi sumber informasi tentang orang lain yang
layak dijadikan anggota sampel16.
Penulis menggunakan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik
Quota Sampling (Pengambilan Sampel Berdasarkan Jumlah) dimana tiap
lapisan dalam populasi harus diwakili dengan proporsi yang sama. Dimana
terdapat 10 jenis dagangan yang diperjualbelikan dipasar Palmeriam. Dari 10
jenis barang dagangan tersebut terbagi dalam tiga lantai :
a) Lantai Basement terdiri dari jenis barang dagangan:
• Sayur mayur
• Daging
• Ikan
• Buah-buahan dan
• Plastik
16 Sukandarrumidi, Metodelogi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Penelitian Pemula, h. 65.
19
b) Lantai Dasar terdiri dari jenis barang dagangan:
• Perlengkapan rumah tangga
• Pakaian
• Sembako
c) Lantai Satu (I) terdiri dari jenis barang dagangan:
• Pakaian
• Emas
• Kosmetik
Dari 250 jumlah kios yang ada di Pasar Palmeriam, diambil populasi
pedagang yang sesuai dengan kriteria populasi diatas yaitu pedagang aktif
yang berdagang sebelum dan sesudah praktek modernisasi di PD Pasar Jaya
Palmeriam Jakarta Timur dilaksanakan atau yang disebut pedagang existing
berjumlah 130 pedagang17. Dari jumlah populasi itu, jumlah sampel yang
diambil sebanyak 100 pedagang. Jumlah sampel diambil dengan
menggunakan rumus :
n = N Nd2 + 1
Dimana : n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
D = presisi
17 Jumlah pedagang pasar Palmeriam Per/februari 2010.
20
Dengan penghitungan
N = 130 = 130 = 130 = 100 pedagang18 (130 x 5%)2)+ 1 (130 x 0,0025)+1 1.3
Karena keterbatasan peneliti dalam hal biaya dan waktu maka peneliti
mengambil sampel sebanyak 100 pedagang.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis
mengadakan riset dengan dua metode, yaitu:
a. Riset Lapangan (Field Research)
Yaitu dilakukan dengan cara langsung ke pasar daerah yang dijadikan
objek penelitian. Sedangkan teknik yang digunakan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan riset melalui dua cara, yaitu:
1. Angket (kuisioner)
Angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.19 Pertanyaan kuisioner
bersifat tertutup dimana pilihan atau alternatif jawaban disediakan.
18 Sukandarrumidi, Metodelogi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Penelitian Pemula. h. 70.
19 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2002, Cet. ke-12, h. 128.
21
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu kegiatan memperoleh informasi dengan
cara tanya jawab yang dilakukan oleh peneliti terhadap subyek yang akan
diteliti.20
Penulis menggunakan teknik wawancara untuk memperoleh
informasi yang berkenaan dengan hal-hal yang berkaitan dengan data-data
tentang bagaimana tahapan-tahapan, kendala-kendala serta pelaksanaan
komitmen yang telah disepakati bersama oleh PD Pasar Jaya Palmeriam
dan pedagang di Pasar Palmeriam Jakarta Timur sebelum dan sesudah
dimodernisasi.
3. Riset Kepustakaan
Studi pustaka yaitu pengumpulan data dengan cara membaca dan
mempelajari buku literature dan teori di bangku kuliah serta sumber
lainya yang relevan dengan penelitian ini, seperti jurnal yang terkait
dengan penelitian, surat kabar, majalah dan sumber tertulis lainya.
6. Teknik Analisa Dan Interpretasi Data
Seluruh data yang penulis peroleh dari wawancara, angket dan
kepustakaan diseleksi dan disusun, setelah itu penulis melakukan klasifikasi data,
yaitu usaha menggolong-golongkan data berdasarkan kategori tertentu. Setelah
data-data yang ada diklasifikasi lalu diadakan analisis data, dalam hal ini data
yang dikumpulkan penulis adalah kualitatif kemudian diolah maka teknik yang
20 Ibid., h. 143
22
digunakan adalah metode analisis statistik deskriptif yang akan disajikan dalam
bentuk uraian dan tabel.
G. Teknik Penulisan
Sedangkan teknik penulisan laporan dalam penelitian ini, penulis mengacu dan
berpedoman pada teknik penulisan skripsi yang berlaku di Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 200721.
21 Tim Penulis Fakultas Syari’ah & Hukum, Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta, Fakultas Syari’ah & Hukum, 2007, Cet. 1.
23
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan ini, penulis membagi kepada beberapa bab
yakni:
BAB I Pendahuluan: Bagian ini menjelaskan tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, review studi
terdahulu, kerangka teori, metode penelitian, hipotesis, teknik penulisan serta
sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori: Bab ini berisikan tentang teori-teori yang berkaitan
tentang masalah penelitian, pengertian modernisasi, etika bisnis islam dan prinsip-
prinsip etika bisnis islam.
BAB III Gambaran Umum PD. PASAR JAYA: Bab ini mendeskripsikan
tentang sejarah berdirinya pasar Palmeriam, Langkah-langkah pra modernisasi dan
langkah-langkah pasca modernisasi pasar Palmeriam.
BAB IV ANALISA PERSPEKTIF ETIKA BISNIS ISLAM: Bab ini
berisikan tentang analisa pra dan pasca terjadinya praktek modernisasi dalam
persfektif etika bisnis islam.
BAB V Penutup: Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang
diperoleh penulis melalui hasil dari penelitian.22
22 Ibid., h. 30.
24
BAB II
MODERNISASI PASAR DALAM ETIKA BISNIS ISLAM
A. Pengertian Modernisasi
1. Modernisasi
Modernisasi merupakan satu kata baru untuk suatu fenomena lama yang berlapis-
lapis kesemuannya mencakup proses perubahan sosial di kawasan yang sedang
berkembang. Kenapa istilah modernisasi melebihi (superior) istilah perubahan sosial
sulit untuk dijelaskan, kendatipun banyak kajian kontemporer pada masa dahulu
cenderung menekankan suatu bentuk perkembangan masyarakat yang aneh serta
merupakan kajian indisipliner dan lintas budaya. Pada umumnya ilmuwan sosial yang
prihatin (concern) terhadap modernisasi tampaknya menggunakan standar
masyarakat industri Barat yang telah maju sebagai acuan membandingkan masyarakat
yang sedang berkembang guna mencoba melukiskan proses perubahan yang
cenderung kepada transformasi lembaga-lembaga dan nilai-nilai tradisional, yang
agaknya dijadikan model modernitas. Menurut Eisenstadt, “Menurut sejarahnya,
modernisasi merupakan proses perubahan menuju tipe sistem sosial, ekonomi dan
politik yang telah berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara dari abad ke-19 dan
20 meluas ke Negara-negara Amerika Selatan, Asia serta Afrika”23
Begitulah kiranya perspektif evolusioner yang menjelaskan tahap-tahap transisi
yang dilalui masyarakat, kalaupun semua masyarakat tidak perlu bergerak melalui
tahap-tahap yang sama atau melalui suatu urutan yang telah ditentukan (sama).
23 M. Francis Abraham, MODERNISASI di Dunia Ketiga Suatu Teori Umum Pembangunan, Yogyakarta, PT Tiarawacana, 1991, h. 4.
25
Karena itu, modernisasi yang mengacu pada proses pengembangan, Eropa Barat dan
Amerika Utara yang telah mencapainya pada masa yang lebih awal dan sekarang
bangsa-bangsa Dunia Ketiga berjuang untuk mencapai fase perkembangan yang
disebut sebagai (ditandai oleh) “modern”? Ringkasnya, “Modernisasi berarti turut
serta bersama dunia modern dan karena itu meningkatkan kesatuan yang diperlukan,
kendatipun secara kacau”24.
Para ilmuwan politik menganalisis modernisasi menurut proses politik,
pergolakan sosial dan hubungan-hubungan kelembagaan. Para sosiolog telah
mendefinisikan modernisasi dengan berbagai macam tetapi tetap di dalam kerangka
persfektif evolusioner yang mencakup transisi multiliniear yang sedang berkembang
dari tradisi ke modernitas. Misalnya menurut Everett Rogers, “Modernisasi
merupakan proses dengan mana hidup berubah dari cara hidup tradisional menuju
gaya hidup lebih kompleks dan maju secara teknologis serta cepat berubah”.25
Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak
dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu
masyarakat yang modern. Pengertian modernisasi berdasar pendapat para ahli adalah
sebagai berikut: Modernisasi adalah suatu transformasi total dari kehidupan bersama
yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah
pola-pola ekonomis dan politis. modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan
24 M. Francis Abraham, MODERNISASI di Dunia Ketiga Suatu Teori Umum Pembangunan. h. 4.
25 M. Francis Abraham, MODERNISASI di Dunia Ketiga Suatu Teori Umum Pembangunan, h. 5.
26
sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya
dinamakan sosial planning26.
Dengan dasar pengertian di atas maka secara garis besar istilah modern mencakup
pengertian sebagai berikut. Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala
bidang dan meningkatnya taraf penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan
merata. Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam
pergaulan hidup dalam masyarakat.
2. Fenomena Bisnis Modern
Munculnya wacana pemikiran etika bisnis, didorong oleh realitas bisnis, didorong
oleh realitas bisnis yang mengabaikan nilai-nilai moralitas. Bagi sementara pihak,
bisnis adalah aktivitas ekonomi manusia yang bertujuan mencari laba semata - mata.
Oleh karena itu cara apapun yang boleh dilakukan demi meraih tujuan tersebut.
Konsekuensinya bagi pihak ini, aspek moralitas tidak bias dipakai untuk menilai
bisnis. Aspek moralitas persaingan bisnis, dianggap akan menghalangi
kesuksesannya. Pada sisi lain, aktivitas bisnis dimaksudkan untuk mencari
keuntungan sebesar-besarnya, sementara prinsip-prinsip moralitas “ membatasi”
aktivitas bisnis.27
Berlawanan dengan kelompok pertama, kelompok kedua berpendapat bahwa
bisnis bias disatukan dengan etika. Kalangan ini beralasan bahwa etika merupakan
26 artikel diakses pada 5 juli 2010 dari web. http://www.scribd.com/doc/12708316/Globalisasi Sama-Atau-Tidak-Sama-Dengan- Modernisasi.
27 R. Lukman Fauroni, Etika Bisnis Dalam Al-Qur’an,Yogyakarta, Pustaka Pesantren, 2006. h. 1
27
alasan-alasan rasional tentang semua tindakkan manusia dalam semua aspek
kehidupan tak ter kecuali aktivitas bisnis. Secara umum, bisnis merupakan suatu
kegiayan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang
atau jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebuuhan masyarakat,28
atau juga sebagai suatu lembaga yangmenghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan
oleh masyarakat.29
Realitas bisnis terdapat kecenderungan bisnis yangmengabaikan etika. Persaingan
dalam dunia bisnis adalah persaingan kekuatan modal. Pelaku bisnis besar berusaha
memperbesar jangkauan bisnisnya hingga para pengusaha kecil (pemodal kecil)
semakin terseret dan terpinggirkan. Adanya praktik monopoli dan oligopoli semakin
memperparah kondisi diatas. Demikian juga praktek korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN) telah memainkan peran penting dalam proses tersebut. Krisis moneter yang
berkepanjangan di Negara Indonesia, pada kenyataannya tidak bisa dilepaskan dari
proses kegiatan perekonomian yang demikian, yakni menipisnya nilai-nilai moralitas
dalam aktivitasnya. Dari realitas inilah yang melahirkan anggapan bisnis adalah
“dunia hitam”.30
B. Fungsi dan Tujuan Modernisasi Pasar
Manusia telah mengenal dan melakukan kegiatan jual-beli sejak mengenal
peradaban sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan. Dalam kegiatan jual beli,
keberadaan pasar merupakan salah satu hal yang paling penting karena merupakan
28 Buchari Alma, Pengantar Bisnis, Bandung, CV Alfabeta, 1997. h. 16. 29 Ibid., h. 17 30 R. Lukman Fauroni, Etika Bisnis Dalam Al-Qur’an,Yogyakarta. h. 3.
28
tempat untuk melakukan kegiatan tersebut selain menjadi salah satu indikator paling
nyata kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah.
Sama halnya dengan bangsa lain, bangsa Indonesia telah lama mengenal pasar
khususnya pasar tradisional. Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia pasar
berarti tempat orang berjual beli sedangkan tradisional dimaknai sikap dan cara
berpikir serta bertindak yang selalu berpegang kepada norma dan adat kebiasaan yang
ada secara turun temurun. Berdasarkan arti diatas, maka pasar tradisional adalah
tempat orang berjual beli yang berlangsung di suatu tempat berdasarkan kebiasaan. Di
Indonesia, keberadaan pasar tradisional bukan semata urusan ekonomi tetapi lebih
jauh kepada norma, ranah budaya, sekaligus peradaban yang berlangsung sejak lama
di berbagai wilayah di Indonesia.
Di tengah arus modernitas, keberadaan pasar tradisional sebagai suatu budaya
bangsa saat ini mencoba untuk bertahan dan mengembangkan diri agar mampu
bersaing di tengah arus tersebut. Liberalisasi investasi yang makin tidak terbendung
telah membuat pasar tradisional semakin terdesak dengan bermunculannya pasar
modern yang menawarkan lebih banyak keunggulan komoditi, harga serta kenyaman.
Kenyataan tersebut telah membuat masyarakat Indonesia berpaling dari bagian
kebudayaan dan beralih kepada kehidupan modern yang serba praktis dengan
intensitas interaksi yang minim.31
Menyikapi kenyataan bahwa keberadaan pasar tradisional saat ini makin terdesak
munculah suatu pertanyaan yaitu mampukah pasar tradisional bertahan di tengah arus
31 Koesworodjati,Yudhi. Pasar Tradisional:Aset Ekonomi Daerah, Yogyakarta, Gajah Mada University, 2009. h. 15.
29
modernitas yang terjadi?. Hal tersebutlah yang patut kita renungkan agar pasar
tradisonal tetap dapat menunjukkan eksistensinya sebagai bagian kebudayaan, tidak
semata tempat bernilai ekonomi yang dapat hilang oleh arus modernitas.
Berdasarkan Perpres No. 112 tahun 2007, pasar tradisional adalah pasar yang
dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemda, swasta, BUMN dan BUMD,
termasuk kerja sama dengan swasta, dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan
tenda yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya
masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan dengan proses
jual beli dagangan melalui tawar-menawar.
Sebagai salah satu bagian dari aktivitas ekonomi wilayah, pasar tradisional
memiliki fungsi dan peranan yang tidak terpisahkan dari kegiatan masyarakat di
wilayah tersebut.Berikut adalah fungsi pasar tradisional:
1. Pusat kegiatan sosial ekonomi kerakyatan
2. Pusat pertemuan, pusat pertukaran informasi dan aktivitas kesenian rakyat.
Sedangkan peranan pasar tradisional adalah:
1. Pusat distribusi barang
2. Menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar
3. Penggerak perekonomian yang mengembangkan wilayah baik desa maupun
kota.
Seperti layaknya sektor prasarana wilayah dan kota yang lain, pasar tradisional
memiliki beberapa permasalahan yang kompleks untuk saat ini. Beberapa
permasalahan tersebut antara lain :
30
1. Berkurangnya 60% pengunjung pasar sejak ada Hypermart
2. Modernisasi pasar oleh swasta secara tidak langsung malah menggusur pedagang
lama karena tidak kuat menyewa kembali kios di pasar yang dipugar.
3. Persaingan tidak seimbang, pertumbuhan PT 5%, pertumbuhan Hypermarket
16%.32
4. Sumbangan Retribusi PAD pada Pemda masih sangat kecil. Misalnya, gabungan
seluruh pasar tradisional di sebuah kota hanya memberi restribusi 300 juta rupiah
per tahun.
5. SDM dalam pengelolaan pasar tradisional masih rendah sehingga rendah pula
fungsi kontrol dan manajemen
6. Pergeseran Trend berbelanja segmen Menengah Atas yang lebih suka belanja di
Mall
7. Fisik bangunan yang tidak terawat
Penyebab utama tidak berkembangnya pasar tradisional saat ini sebagian besar
berasal dari kondisi fisik dari pasar itu sendiri. Seperti yang kita tahu, image pasar
tradisional di masyarakat saat ini adalah tempat berdagang yang bau, pengap, becek
dan jorok. Kenyataan itulah yang membuat para pengunjung pasar tradisional beralih
memilih pasar modern dan hypermart yang lebih menawarkan kelengkapan dan
kenyamanan berbelanja dibandingkan pasar tradisional.33
32 Survei ACNIELSEN. 2004. 33diunduh tanggal 25 September 2010 dari http://www.kbrikualalumpur.org/id/perdagangan/pasar-
koridor-ekonomi-v3-idp.pdf
31
Selain keadaan fisik yang kalah bersaing dengan pasar modern, saat ini pasar
tradisional tidak memiliki suatu ciri khas yang menonjol dibandingkan pasar modern.
Jika dahulu pasar tradisional menawarkan harga barang yang murah dengan adanya
tawar-menawar, namun saat ini berbagai hypermart menawarkan diskon-diskon
menarik yang membuat para konsumen semakin melupakan keberadaan pasar
tradisional.
Menanggapi fenomena tergilasnya pasar tradisional oleh modernisasi, kita harus
mulai bergerak untuk mempertahankan keberadaan pasar tradisional sebagai warisan
budaya leluhur. Perlu kita sadari bahwa pasar tradisional saat ini bukan satu-satunya
pusat perdagangan, oleh karena itu suatu strategi memodernisasi pasar sangat
dibutuhkan agar pasar tradisional dapat menjalankan kembali fungsi dan tujuannya
untuk :
1. Memperbaiki citra pasar tradisional di mata masyarakat
Seperti yang kita tahu, citra pasar tradisional saat ini tidak bagus lagi di mata
masyarakat. Oleh karena itu, perbaikan citra pasar tradisional dapat dilakukan
dengan memperbaiki sarana dan prasarana seperti tempat parkir, sirkulasi
udara, kebersihan, keamanan dan penerangan agar kesan sumpek, pengap dan
kotor yang melekat di citra pasar tradisional dapat dihilangkan.
2. Menonjolkan ciri khas tertentu tiap pasar tradisional
Dengan adanya spesialisasi barang dagangan di tiap pasar, konsumen akan
makin tertarik karena dapat mengunjungi pasar sesuai dengan kebutuhannya.
Sebagai contoh ciri khas yang dapat diangkat adalah pasar burung, pasar
32
tekstil dan garment, pasar barang bekas, pasar obat-obatan, pasar oleh-oleh
dan lain-lain.
3. Aplikasi konsep-konsep baru yang mendukung
Beberapa konsep yang dapat diaplikasikan antara lain town market, street
market, waterfront market dan night market. Konsep street market misalnya,
dapat dijalankan dengan menghubungkan beberapa pasar tradisional yang
lokasinya berdekatan dengan interconecting walkways agar memiliki
keunikan kolektif yang saling melengkapi.
4. Manajemen Pasar
Upaya manajemen pasar dapat dilakukan dengan perbaikan sistem distribusi,
perbaikan manajemen pengelolaan dan pengaturan zoning pasar tradisional dengan
pasar modern.34
C. Prinsip-prinsip dan Ketentuan-ketentuan Modernisasi Pasar Dalam etika Bisnis
Islam
Prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan modernisasi pasar dalam etika bisnis
Islam terkandung dalam prinsip dan ketentuan etika bisnis Islam.
1. Etika Bisnis Islam
a. Pengertian Etika Bisnis Islam
Secara etimologi, etika memiliki akar kta ethos dari bahasa Yunani yang
berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan. Menurut Kamus Besar Bahasa
34 Napitupulu, Albert.Masa Depan Pasar Tradisional, Jakarta, ghalia Indonesia, 2005. h. 33.
33
Indonesia etika adalah : ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral atau akhlak, kumpulan nilai asas atau nilai yang
berkenaan dengan akhlak, nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan atau masyarakat.35 Etika (ethics) yang mempunyai beragam arti, yakni
pertama, sebagai analisis konsep-konsep mengenai apa yang harus, mesti, tugas,
aturan-aturan moral, benar, salah, wajib tanggung jawab, dan lain-lain, Kedua,
pencarian kedalam watak moralitas atau tindakkan-tindakkan moral. Dan Ketiga,
pencarian kehidupan yang baik secara moral.36
Dalam khazaanah pemikiran islam, etika difahami sebagai al-akhlak, al-adab,
atau al-falsafah dan al-adabiyah, yang mempunyai tujuan untuk mendidik
moralitas manusia.37 Etika atau akhlak adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan
buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan manusia pada lainnya,
menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang yang harus diperbuat.38
Sistem etika Islam dikelompokkan menjadi empat tipe yaitu:
1) Moralitas skriptural
Moralitas skriptural, aturan-aturan moralitas ditunjukkan dalam
pernyataan-pernyataan Al-Qur’an dan Sunnah.
35 Muhandis Natadiwirya, Etika Bisnis Islami, Jakarta, Granada Press, 2007, h. 35. 36 R. Lukman Fauroni, Etika Bisnis Dalam Al-Qur’an,Yogyakarta. h. 41. 37 R. Lukman Fauroni, Etika Bisnis Dalam Al-Qur’an,Yogyakarta. h. 43.
38 R. Lukman Fauroni, Etika Bisnis Dalam Al-Qur’an,Yogyakarta. h. 44.
34
2) Teori-teori etika teologi
Teori etika teologi seperti tipologi pertama mengembangkan
prinsip-prinsip benar dan salah, keadilan tuhan, dan tanggung jawab
manusia dengan melandaskan pada Al-Qur’an dan hadits, tetapi telah
dikonstruksi dalam sistem etika rasionalisme, seperti yang dilakukan oleh
kaum Mu’tazilah dan Asy’ariyah.
3) Teori etika filosofi
Teori etika filsafat yang dikembangkan oleh para filusuf muslim
yang mengambil pelajaran dari prinsip-prinsip etika filosofis Yunani,
khususnya karya-karya Plato dan Aristoteles.
4) Etika religius.
Etika religius terutama dikembangkan dari akar konsepsi-konsepsi
Al-Qur’an tentang manusia dan kedudukannya dimuka bumi, dan
cenderung melepaskan kepelikan dialetika dan memusatkan pda usaha
untuk mengeluarkan spirit moralitas Islam secara utuh.39
Kata “bisnis “berasal dari bahasa Inggris yaitu “ business”. Bisnis dapat
didefinisikan sebagai segala aktifitas dari berbagai institusi yang menghasilkan
barang dan jasa yang perlu untuk kehidupan masyarakat sehari-hari.40
39 R. Lukman Fauroni, Etika Bisnis Dalam Al-Qur’an,Yogyakarta. h. 48.
40 M. Manullang, Pengantar Bisnis , Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 2002, h. 3.
35
Richard Burton Simatupang menyatakan bahwa secara luas kata “bisnis”
sering diartikan sebagai keseluruhan kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang
atau badan secara teratur dan terus menerus, yaitu berupa kegiatan mengandalkan
barang-barang atau jasa - jasa maupun fasilitas-fasilitas untuk diperjualbelikan,
dipertukarkan atau di sewa gunakan, dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan.41 Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia memberikan pengertian
“Bisnis” sebagai berikut, Bisnis: Usaha pedagang, usaha komersial dalam dunia
perdagangan42.
Istilah bisnis dalam Al-Qur’an dipadankan dengan istilah perdagangan yang
meliputi baik perdagangan barang maupun perdagangan jasa. Kata perdagangan
atau perniagaan digunakan sebagai terjemahan dari kata al-Tijarah, yang
merupakan masdar dari kata kerja yang bermakna menjual dan membeli. Kata
tijarah disebut sebanyak delapan kali dalam al-Qur’an dan termuat dalam tujuh
surat yaitu: al-Baqarah (dua kali), dan masing-masing sekali dalam al-Nisa’, al-
Taubah, al-Nur, Fathir, Shaf dan al-jumu’ah.43
Etika bisnis islam adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral atau akhlak yang bertujuan untuk mendidik
moralitas manusia dalam perdagangan yang meliputi baik perdagangan barang
maupun perdagangan jasa yang mengacu pada Al-qur’an dan Hadits.
41 Richard Buton Simatupang, “Aspek Hukum Dalam Bisnis”, Jakarta, Rineka Cipta, 1996), h. 1. 42 Depdiknas, ”Kamus Bahasa Indonesia”. Jakarta, PT. Balai Pustaka, 1994, h. 138.
43 Muhandis Natadiwirya, Etika Bisnis Islami, Jakarta, Granada Press, 2007, h. 40.
36
b. Etika Bisnis Dalam Islam
Dengan semakin berkembangnya peradaban manusia dari zaman ke zaman
sistem ini berevolusi dari bentuk yang sangat sederhana pada bentuk bisnis
modern. Pada bagian etika akan dijelaskan bagaimana etika berbisnis dalam
Islam. Dalam berbisnis harus adanya etika karena dengan etika kita bisa
membedakan hal yang baik dan yang tidak, sehingga kita tidak terlena oleh
kenikmatan yang hanya sesaat. Dalam Islam etika diartikan sebagai Al-Akhlak dan
Al-Adab yang bertujuan untuk mendidik moralitas manusia. Dalam hal ini yang
patut kita jadikan contoh adalah Nabi Muhammad SAW adalah nilai spiritual,
humanisme, kejujuran, keseimbangan dan semangatnya untuk memuaskan mitra
bisnisnya. Secara prinsip, ia telah menjadikan empat pilar berikut ini sebagai
dasar transaksi ekonominya. Empat pilar tersebut adalah : Tauhid, Keseimbangan
(Adil), Kehendak Bebas dan Pertanggungjawaban. Dalam berbisnis kelak pada
saat kita sukses maka kita harus hidup sederhana dan wajar, tidak bermewah-
mewahan dan bertndak mubazir. Yang benar-benar harus kita perhatikan adalah
bagaimana kita berbisnis yang memperhatikan halal dan haram, sehingga kita bias
terhindar dari yang haram dan menjaga produk atau jasa dalam keadaan halal.44
Al-Qur’an menawarkan prinsip-prinsip mendasar dan petunjuk pada
orang-orang yang beriman untuk kebaikkan perilaku etis didalam bisnis. Prinsip-
prinsip etika bisnis dalam islam menurut pertunjuk Al-Qur’an dapat
diklasifikasikan dalam empat macam :
44 Artikel diakses pada 5 juli 2010 dari web http://bisnis islami.wordpress.com/etika-bisnis/
37
1) Kebebasan (Freedom, al-Hururiyah)
Seseorang tidak bisa membayangkan kemungkinan adanya perdagangan
dan transaksi yang legal hingga hak-hak individu dan juga kelompok
untuk memiliki dan memindahkan satu kekayaan diakui secara bebas dan
tanpa paksaan. Al-Qur’an mengakui hak individu dan kelompok dalam hal
ini:
a) Pengakuan dan penghormatan pada kekayaan pribadi
b) Legalitas dagang
c) Persetujuan mutual
2) Keadilan (Justice, al-Adalah)/ Persamaan
Al-Qur’an sendiri secara tegas menyatakan bahwa maksud
diwahyukannya, adalah untuk membangun keadilan dan
persamaan.45Ajaran Al-Qur’an yang menyangkut keadilan dalam bisnis
ini bisa dikategorikan pada dua judul besar:
a) Imparatif (Bentuk Perintah)
Kategori dibawah ini mengandung perintah dan rekomendasi yang
berkaitan dengan peilaku bisnis:
(i) Hendaknya janji, kesepakatan, dan kontrak dipenuhi.
(ii) Jujur dalam timbangan dan takaran
(iii) Kerja, gaji dan bayaran
(iv) Jujur, tulus hati dan benar
(v) Effisien dan kompeten
45 Al-Qur’an : 57 : 25 ; 7 : 29.
38
(vi) Seleksi berdsarkan keahlian
(vii) Investigasi dan verifikasi
b) Perlindungan
Dalam rangka penerapan keadilan dalam perilaku bisnis, Al-Qur’an
telah memberikan petunjuk-petunjuk yang pasti bagi orang-orang yang
beriman yang berguna sebagai alat pelindung.
3) Akhlak yang baik, baik yang diperintahkan maupun yang dipuji.
a) Murah hati
b) Motivasi untuk berbakti
c) Ingat kepada Allah dan prioritas utama-Nya
4) Bentuk-bentuk transaksi.
a) Transaksi secara umum :
(i) Barter
(ii) Tunai
(iii) Kredit
b) Syarikah (patnership)
(i) Mudharabah atau muqaradhah
(ii) Al-‘Inaan
(iii)Al-Wujuh
(iv) Al-Mufawadah
(v) Al-Amah atau Al-Abdan46
46 Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2001, h. 120.
39
Dalam Etika bisnis Islam juga ada ketentuan-ketentuan yang tidak
diperbolehkan adanya perilaku bisnis yang terlarang meliputi :
1) Riba
2) Penipuan
a) Tahfif (curang dalam timbangan)
b) Tidak jujur
c) Kebohongan dan pengingkaran janji
d) Serba aneka penipuan transaksi.
3) Beberapa bisnis yang tidak sah.
a) Mengkonsumsi hak milik orang lain
b) Tidak menghargai prestasi
c) Patnership yang invalid
d) Pelanggaran dalam pembayaran gaji dan hutang
e) Penimbunan
f) Penentuan harga yang fix oleh pemerintah
g) Proteksionisme
h) Monopoli
i) Melakukan hal yang melambungkan harga
j) Tindakkan yang menimbulkan kerusakan
k) Pemaksaan47
47 Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam Islam, h. 152.
40
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG PD PASAR JAYA
A. Latar Belakang Sejarah Berdirinya Pasar PD. Jaya
PD (Perusahaan Daerah) Pasar Jaya didirikan berdasarkan Keputusan
Gubernur KDKI (Kepala Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta), No.IB-3/2/15/66 tanggal
26 Desember 1996 tentang Pendirian Perusahaan Pasar dan Ketentuan-Ketentuan
Pengurusan yang kemudian disahkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan keputusan
No. Ekbang 8/8/13-05 tanggal 23 Desember 1967.
Maksud pendirian PD Pasar Jaya adalah dalam rangka peningkatan efisiensi
umum di bidang perpasaran di lingkungan Jawatan Perekonomian Rakyat DKI
Jakarta sehingga merupakan unit usaha yang mandiri dan dapat memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya bagi masyarakat dan merupakan sumber penghasilan riil bagi
daerah. Namun dalam perkembangan selanjutnya PD Pasar Jaya yang didirikan
berdasarkan Keputusan Gubernur KDKI Jakarta dimaksud ditingkatkan kedudukan
hukumnya dengan Peraturan Daerah No. 7 tahun 1982 tanggal 7 Juni Ibukota Jakarta
yang selanjutnya disahkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan Keputusan nomor
511.231-181 tanggal 19 April 1983.48
48 J. Soedradja Djiwandono. Dkk, 25 Tahun PD. Pasar Jaya, Jakarta: Jurnal, 1991, h.17.
41
Peningkatan kedudukan hukum dimaksud untuk peningkatan pelayanan
kepada masyarakat, menunjang pengurusan perpasaran dalam wilayah DKI Jakarta
agar dapat berjalan lebih berdaya guna dan berhasil guna.
PD Pasar Jaya sebagai pengembangan Djawatan Perekonoian Rakyat. DKI
Bagian Pasar, bertugas melaksanakan keputusan dan pengaturan pasar yang berada di
bawah wewenang Pemerintah DKI Jakarta keberadaannya cukup starategis mengingat
DKI Jakarta sebagai pusat pemerintahan, kota perdagangan, kota industri dan kota
pariwisata mempunyai sarana dan prasarana yang lebih memadai daripada daerah
lain.
Dengan demikian PD Pasar Jaya mempunyai peluang atau kesempatan
yang cukup besar dalam sektor perdagangan ini, di DKI Jakarta mempunyai
sumbangan 22,30% terhadap P.D.R.B. (Pendapatan Daerah Rata-Rata Belanja)
sedang segmen pasar PD Jaya adalah 50% dari konsumen DKI Jakarta. Namun pada
awal pendirian PD Pasar Jaya, pasar yang dikelola masih belum memenuhi
persyaratan sebagai salah satu sarana umum yang harus disediakan oleh DKI Jakarta
baik secara kuantitatif dan kualitatif. Jumlah PD Pasar Jaya mulai melaksanakan
pengurusan pasar pada tahun 1967 sebanyak 84 pasar yaitu:
1. Jakarta Pusat : 32
2. Jakarta Utara : 11
3. Jakarta Barat : 16
4. Jakarta Selatan : 12
5. Jakarta Timur : 13
42
Pasar-pasar di wilayah Jakarta Utara merupakan pasar-pasar penyerahan PN
Pelabuhan kepada Pemerintah DKI Jakarta yang pengelolaan selanjutnya diserahkan
kepada PD Pasar Jaya. Satu-satunya pasar yang bukan penyerahan dari PN Pelabuhan
adalah Pasar Ikan.49
Mengacu kepada Keputusan Gubernur KDKI Jakarta No. 16.3/2/15/66 tentang
pendirian PD Pasar Jaya, maka pasar-pasar luar yang semula tidak berada dalam
kewenangan pemerintah DKI Jakarta diserahkan kepada pemerintah DKI Jakarta, untuk
selanjutnya dikelola oleh PD Pasar Jaya Jakarta yang pada tahun 1967 berpenduduk
kurang lebih 4 juta jiwa memiliki areal pasar 26,4 hektar dirasakan masih sangat kurang
sehingga untuk melaksanakan misi PD Pasar Jaya pelayanan kepada masyarakat dapat
ditingkatkan harus memenuhi kekurangan areal dimaksud. Penambahan dan peningkatan
kualitas pasar semula dilaksanakan melalui dana PD Pasar Jaya, APBD (Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah). Pedagang, swasta dan bank. Namun sumber dana dimaksud
sangat terbatas dan mahal bagi pasar-pasar yang potensinya rendah.
Para pedagang di pasar tradisional pada umumnya, adalah golongan ekonomi
lemah mulai menjerit karena banyak pelanggan setia yang mulai meninggalkan PD Pasar
Jaya sebagai institusi yang mempunyai misi melindungi dan membina para pelanggan
pasar-pasar tradisional yang dikelola tentunya tidak dapat berpangku tangan menghadapi
masalah ini.
Langkah-langkah perbaikan memang sudah banyak dilakukan, tapi nampaknya
belum sepenuhnya mampu memenuhi harapan konsumen yang semakin haus modernisasi
49 Ibid., h. 17.
43
itu. Tata ruang dan sarana lain yang menunjang terciptanya kenyamanan seperti koridor
yang luas, ventilasi yang memadai, alat penyejuk ruangan (AC) dan sebagainya masih
belum sepenuhnya terpenuhi. Akibatnya meskipun pasar sudah dibangun dengan modal
dan gaya yang setidaknya lebih modern, kenyamanan yang merupakan salah satu tuntutan
utama pembelanja masih belum dapat terwujud secara optimal. Serta teknis barang kali
PD Pasar Jaya dapat saja bekerjasama dengan pihak developer untuk membangun pasar
modern dengan segala kelengkapan dan fasilitasnya yang serba canggih.
Persoalanya adalah untuk membangun pasar modern seperti itu yang barang kali
memenuhi selera modern konsumen jelas memerlukan biaya yang cukup besar baik untuk
pembangunan maupun pemeliharaanya. Hal ini akan menjadi beban berat yang nyaris tak
terpikul oleh para pedagang ekonomi lemah yang berjualan di pasar-pasar tradisional, dan
mau tidak mau akhirnya mereka akan tersingkir oleh kehadiran para pedagang yang
bermodal besar dan kuat.
Bagi PD Pasar Jaya, membangun pasar tidak hanya memperhatikan aspek
tuntutan konsumen secara ekonomis, tetapi juga harus dan bahkan wajib
mempertimbangkan pula aspek kemampuan pedagang yang akan menempatinya. Sebab
meskipun PD Pasar Jaya dapat saja membangun pasar modern dengan segala fasilitasnya
dan dapat pula memasarkan kios/ tempat dengan baik tetapi kalau harus disertai
tersingkirnya pedagang yang selama ini telah dibinanya, berarti PD Pasar Jaya gagal
dalam melaksanakan salah satu misinya, yaitu pembinaan pedagang ekonomi lemah.
Inilah dilema yang selalu dihadapi oleh PD Pasar Jaya dalam upayanya meningkatkan
daya saing menghadapi semakin semerbaknya usaha dan bisnis pasar modern. Namun,
44
dengan segala kendala dan tantangan yang tak ringan itu PD Pasar Jaya dapat bertahan
dan setapak demi setapak berusaha terus maju.
B. Visi Dan Misi
Dalam peraturan daerah No. 7 tahun 1982 dapat terlihat dengan jelas: spesifikasi,
maksud dan tujuan (misi) dan tugas pokok PD Pasar Jaya. Spesifikasi bidang usaha PD
Pasar Jaya adalah melakukan pengurusan pasar dan fasilitas perpasaran lainya milik
pemerintah daerah DKI Jakarta.
1. Maksud dan tujuan (misi) PD Pasar Jaya adalah:
a. Mengembangkan perekonomian daerah
b. Menunjang anggaran daerah
c. Menunjang perekonomian nasional
2. Tugas pokok PD Pasar Jaya adalah:
a. Melaksanakan pelayanan umum dalam bidang perpasaran
b. Membina pedagang pasar
c. Ikut membantu menciptakan stabilitas harga dan kelancaran distribusi di pasar
dan fasilitas perpasaran lainya.50
3. Adapun visi dan misi cabang PD Pasar Jaya khusus pasar kota adalah:
a. Visi – menjadikan pasar tradisional dan modern sebagai sarana unggulan dalam
penggerak perekonomian daerah, propinsi, DKI Jakarta.
50 J. Soedradja Djiwandono. Dkk, 25 Tahun PD. Pasar Jaya h. 21.
45
b. Misi – menyediakan pasar tradisional modern yang bersih, aman, nyaman dan
berwawasan lingkungan serta memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang
lengkap, segar, murah dan bersaing.
4. Maksud dan Tujuan
Dalam usaha membina pedagang tentunya, kita perlu mengamati unsur-unsur
yang sangat erat hubunganya satu sama lain dalam kegiatan perpasaran yakni mengelola
pasar (PD Pasar Jaya), pedagang dan pembelanja atau konsumen. Ketiga unsur atau pihak
tersebut mempunyai kepentingan dan tujuan yang berbeda, namun kesemuanya itu sangat
berkaitan.
PD Pasar Jaya kewajiban utamanya adalah menyediakan tempat usaha sebagai
sarana distribusi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (konsumen),
sedang pedagang berkewajiban untuk menyediakan barang dan jasa bagi konsumen. Di
samping kewajiban dimaksud di atas dalam peraturan daerah DKI Jakarta No. 6 tahun
1982 tugas pokok lainya ialah melaksanakan pembinaan pedagang pasar. Hal ini dapat
dipahami mengingat PD Pasar Jaya mengelola 160 buah pasar dengan jumlah lebih
kurang 62.000 orang pedagang, yang sebagian besar tergolong pedagang ekonomi lemah,
hingga harus dibina agar dapat tumbuh dan berkembang serta mampu mandiri dan hidup
dalam langkah persaingan yang cenderung semakin ketat dalam dunia usaha, khususnya
dalam perdagangan.
5. Bentuk Pembinaan dan Usaha Pengembangan
Misi pasar sebagai penunjang pertumbuhan perekonomian daerah dan nasional
hanya dapat tercapai apabila ada kerjasama yang baik antara pengelola dan pedagang.
46
Eksistensi pedagang dapat dipertahankan dan dikembangkan dengan dukungan pengelola
untuk memperoleh kemudahan dan pembinaan. Dengan menyadari modal dan tingkat
pendidikan para pedagang yang beraneka ragam. Mulai dari tingkat sarjana sampai
dengan pedagang yang tidak bisa tulis baca, tentu diperlukan suatu keterampilan dan
keberhasilan penyampaian informasi agar dapat dicerna dengan mudah oleh setiap
pedagang di lingkungan PD Pasar Jaya. Untuk memenuhi keinginan tersebut PD Pasar
Jaya mengusahakan kerjasama dengan perbankan, perkoperasian serta para pengusaha
sukses untuk berbagai pengalaman serta belajar dari pengalaman mereka dalam meniti
keterampilan dan pengembangan usahanya, melalui penataran pedagang yang
dilaksanakan dua kali sebulan dengan jumlah peserta 50 s/d 100 pedagang untuk setiap
wilayah. Di samping itu juga mengadakan studi perbandingan ke pasar swalayan untuk
menambah wawasan dalam bidang penataan dengan dan kebersihan lingkungan.51
C. Struktur Organisasi
Perkataan organisasi berasal dari istilah Yunani “Organon” dan istilah Latin
“Organum”, yang dapat berarti: alat, bagian, anggota badan.52
Mengenai organisasi ada beberapa cara pada umumnya, yaitu adanya sekelompok
orang melakukan hubungan, terjadi dalam suatu kerja yang harmonis, dan kerjasama
51 J. Soedradja Djiwandono. Dkk, 25 Tahun PD. Pasar Jaya. h. 35.
52 Abdul Sani, Manajemen Organisasi, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1987, h. 19.
47
didasarkan atas hak dan kewajiban atau tanggung jawab masing-masing orang untuk
mencapai tujuan.53
Organisasi dalam arti badan adalah sekelompok orang yang bekerja sama untuk
mencapai sesuatu atau beberapa tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti bagian atau
struktur adalah gambaran secara sistematis tentang hubungan kerjasama dari orang-orang
yang terdapat dalam usaha mencapai tujuan.
Organisasi sangat penting sekali untuk mengatur tugas atau pekerjaan. Pentingnya
organisasi tersebut disebabkan karena banyaknya tugas atau pekerjaan tertumpu pada
suatu orang dan harus dikerjakan pada waktu tertentu, pekerjaan tersebut memerlukan
banyak skill (keahlian) yang tak dapat dikerjakan oleh satu orang. Apabila pekerjaan
dikerjakan oleh lebih dari satu orang maka perlu adanya pembagian kerja.54
Struktur organisasi pertama telah ditetapkan pada tahun 1967 dan mengalami
perubahan sesuai dengan perkembangan agar pelayanan kepada masyarakat dapat lebih
ditingkatkan. Susunan direksi PD Pasar Jaya lebih 3 kali mengalami perubahan yaitu
periode:
1. 1967-1979* direktur utama
a. Direktur Usaha
b. Direktur Keuangan
2. 1979-1983* direktur utama
53 M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1980. h. 67.
54 Profil Masjid Ibukota, Hasil Sensus Masjid seluruh DKI, Jakarta: KODI, 1997.
48
a. Direktur Usaha
b. Direktur Tekhnik dan Pembinaan Pedagang
c. Direktur Keuangan
3. 1983-2010* direktur utama
a. Direktur Usaha
b. Direktur Tekhnik
c. Direktur Administrasi dan Keuangan55
Dengan demikian pula struktur organisasi staf kantor pusat, cabang pasar induk
dan unit angkutan telah mengalami beberapa kali perubahan, struktur organisasi yang
terakhir ditetapkan dengan Keputusan Gubernur KDKI Jakarta No. 1970 tahun 1985,
tanggal 27 September tahun 1985 sampai dengan tingkat direksi, satuan pengawas
internasional, bidang, cabang, pasar induk dan unit angkutan sedang organisasi dan
ringan tugas subbidang, seksi, subseksi dan urusan ditetapkan dengan keputusan direksi
PD Pasar Jaya No. 216 tahun 1985 tanggal 15 November 1985.
Adapun personalia direksi PD Pasar Jaya sejak 1967 sampai dengan 1991 adalah:
1. Direktur Utama
a. Soehad (Mayor Al)
b. Wirsyadi SH (Kolonel CKH)
c. Ir. Nyoman Djendria
d. Ir. Saksono Suhodo (PLH)
e. Herman Amin Singgih (Kol C Z 1)
55 Ibid., h. 22.
49
2. Direktur Usaha
a. Drs. Abdul Munim Pulungan
b. Drs. Arman Danau
c. Drs. Syahrir Tanjung
d. Rohana Panamas Orsanto SH.
3. Direktur Tekhnik dan Pembinaan Perdagangan/ Direktur Tekhnik
a. Marzuki Arifin SE.
b. Ir. Saksono Suhodo
c. Ir. Soedibyo Darrundono M S.c
4. Direktur Keuangan/ Administrasi dan Keuangan
a. Odang Suwitaatmadja
b. Drs. Oetomo
c. Drs. Fauzi Alfi Liasin56
56 Ono Supriana, Staf Operasional, Wawancara Pribadi, Jakarta: 15 September 2007.
50
STRUKTUR ORGANISASI PD PASAR JAYA
MANAGER
WAKIL MANAGER
Asst. Manager
Ad i i t i
Asst. Manager
O i l
Supervisor
Ujung.
Supervisor
Ps. Perumnas
Supervisor
Ps. Klender SS
Supervisor
Ps. Cakung
Supervisor
Ps. Dr. Sawit
Supervisor
Ps. Pd.
Supervisor
Ps. Palmeriam
51
Supervisor
Ps. Palmeriam
Kasubsi
Keuangan
Kasubsi
Perawatan
Staff
Perawatan
Staff
Perawatan
Juru
Parkir
Juru
Pungut
52
D. Kedudukan, Fungsi dan Perananya
1. Kedudukan
PD Pasar Jaya merupakan Badan Usaha Milik Daerah di lingkungan Pemerintah
DKI Jakarta dan merupakan satu-satunya Badan Usaha dan berhak serta
berwenang mengelola pasar dan fasilitas perpasaran lainya milik Pemda DKI
Jakarta.
2. Landasan Hukum
PD Pasar Jaya didirikan berdasarkan:
a. Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. Ib. 3/2/15/66 tanggal 24 Desember
1966 tentang Pendirian Perusahaan Pasar dan ketentuan-ketentuan
pengurusanya, kemudian diperkuat dengan:
b. Peraturan Daerah-Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 7 tahun 1982 tanggal 7
Juni 1982 tentang Perusahaan Daerah Pasar DKI Jakarta (PD Pasar Jaya)
3. Landasan Operasional
Peraturan Daerah-Daerah Khusus Ibukota DKI Jakarta No. 6 tahun 1982 tentang
Pengurusan Perpasaran Dalam Wilayah DKI Jakarta.
4. Tugas Pokok
Tugas pokok Pasar PD Jaya adalah melaksanakan pelayanan umum dalam bidang
perpasaran, membina pedagang pasar, ikut membantu menciptakan stabilitas
harga dan kelancaran distribusi di pasar dan perpasaran lainya.
5. Sumber Dana
53
Dalam menjalankan pasar PD Pasar Jaya memerlukan pembiayaan tidak sedikit,
baik untuk kegiatan operasionalnya sebagai suatu badan maupun dalam
pelaksanaan peremajaan dan pembangunan pasar. Dana tersebut antara lain:
a. Pasar Non Inpres:
1) Sewa pemasaran tempat
2) Iuran pemeliharaan pasar
3) Administrasi surat izin pemakaian tempat berjualan
4) Biaya pemeliharaan hak (BBN)
5) Biaya perubahan jenis jualan
6) Referensi jaminan kredit bank
7) Jasa peralatan parkir
8) Biaya listrik
9) Jasa pemakaian MCK
10) Pemakaian tempat pemasangan reklame
11) Iuran pembangunan pasar
12) Jasa penggunaan fasilitas lainya
b. Pasar Inpres
1) Sewa pemakaian tempat
2) Administrasi surat penunjukan tempat
3) Biaya pengelolaan hak sewa
4) Jasa pelataran parkir
5) Jasa pemakaian MCK
6) Jasa pemakaian fasilitas pasar lainya
54
6. Iuran Pembangunan Pasar (Dana-Bangunan)
a. Setiap pedagang yang akan menempati kios di pasar non inpres dikenakan
kewajiban membayar iuran pembangunan pasar (Dana Bangunan).
b. Besar iuran pembangunan pasar ditetapkan berdasarkan biaya
pembangunan pasar yang bersangkutan.
c. Sistem pembayaran dana bangunan:
1) Tunai, atau
2) Angsuran yang terdiri dari:
a) Uang muka (antara 5%, 10%, 20%, 25% dan 50%)
b) Angsuran (6x, 12x, 24x, 36x, 60x)
c) Pembayaran asuransi tiap bulan sekali
Untuk penempatan pedagang di pasar inpres tidak dipungut biaya dalam bentuk
apa pun, kecuali sewa pemakaian tempat setelah penempatanya.57
7. Hak Pemakaian Tempat Penjualan
a. Status pemakaian atas tempat penjualan (kios) di pasar adalah hak pasar untuk
jangka waktu selama-lamanya 30 tahun.
b. Setiap pemakaian tempat berjualan dapat mengalihkan haknya kepada pihak
kedua.
c. Setiap pemakaian tempat penjualan di pasar dapat melakukan perubahan jenis
penjualan.
57 Ibid., h. 99-100.
55
d. Setiap pemakaian tempat penjualan di pasar dapat menjamin kiosnya untuk
memperoleh kredit bank.
e. Pengalihan hak, perubahan jenis penjualan, penjaminan kios dapat
dilaksanakan setelah mendapatkan izin tertulis dari Direksi PD Pasar Jaya.
8. Kewajiban Pemakaian Tempat Berjualan
a. Menjaga keamanan dan ketertiban tempat berjualan.
b. Menempatkan dan menyusun barang daganganya dengan teratur.
c. Memelihara kebersihan tempat dan barang daganganya.
d. Memenuhi pembayaran pungutan berdasarkan ketentuan yang berlaku pada
waktu yang telah ditentukan.
e. Menyediakan alat pemadam kebakaran.
f. Membuka dan menutup tempat usahanya pada waktu yang telah ditentukan.
9. Larangan-larangan
Pemakaian tempat penjualan di pasar dilarang tanpa izin Gubernur KDKI:
a. Merombak, menambah atau mengubah tempat.
b. Mengubah jenis jualanya.
c. Mengadakan penyambungan aliran listrik, air, gas dan telepon di pasar
10. Sanksi Hukum
Terhadap pelanggaran terhadap kewajiban atau larangan tersebut dikenakan
sanksi hukum berupa:
a. Pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak-
banyaknya Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah).
b. Penutupan sementara atas kiosnya.
56
c. Penahanan barang bukti pelangganan.
d. Pencabutan izin pemakaian tempat.
e. Pencabutan izin usaha perdagangan.
57
BAB IV
ANALISA PERSPEKTIF ETIKA BISNIS ISLAM
A. Uji Validitas dan Reliabelitas
1. Uji Validitas
Pengujian validitas tiap butir pertanyaan digunakan analisis item, yaitu
mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah skor
tiap butir. Mansyur (1979) menyatakan bahwasannya didalam analisis item,
teknik korelasi dalam menentukan validitas item ini sampai sekarang merupakan
teknik yang paling banyak digunakan.58
Kemudian didalam memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi
adalah item yang mempunyai korelasi positif dengan skor total serta korelasi yang
tinggi, menunjukkan bahwa item ini memiliki validitas yang cukup tinggi.
Pengujian validitas adalah berkaitan dengan masalah adanya kepercayaan
terhadap alat tes (instrument). Suatu instrument dapat memiliki tingkat
kepercayaan yang tinggi apabila hasil dari penelitian tersebut menunjukkan hasil
tetap. Dengan demikian masalah reliabilitas tes (instrument) berhubungan dengan
masalah ketetapan hasil. Jika terjadi perubahan tes (instrument), maka perubahan
itu dianggap tidak berarti.
58 Joko P subagyo, “Metodologi Penelitian dalam Teori dan Praktek”. Cetakan keempat, Reneka Cipta, Jakarta.2004. h. 35.
58
Untuk mengetahui apakah pertanyaan yang diajukan kepada konsumen
dapat dikatakan valid atau tidak, maka penulis melakukan uji coba atau try out
kepada 100 responden dengan memberikan 15 butir pertanyaan untuk menguji
validitas dan reliabilitas dari seluruh pertanyaan yang telah diberikan.
Hasil pengujian atau Try out dapat diperoleh data yang menyatakan seluruh
butir pertanyaan valid atau karena nilai korelasinya adalah lebih besar 0,165 tabel.
Pengujian validitas untuk menentukan valid atau tidaknya suatu item sebelum
pengujian hipotesis. Kemudian kuesioner disebarkan pada para responden di PD
Pasar Jaya Palmeriam.
Tabel 4.1
Hasil Try out instrument Praktek Modernisasi terhadap Etika Bisnis Islam
No. Butir Instrumen
r-hitung r-tabel Keterangan
Praktek Modernisasi
(X)
1
2
3
4
5
6
7
8
0,684
0,726
0,649
0,692
0,785
0,649
0,631
0,762
0,165
0,165
0,165
0,165
0,165
0,165
0,165
0,165
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
59
9
Etika Bisnis Islam
(Y)
10
11
12
13
14
15
0,622
0,749
0,682
0,884
0,691
0,617
0,792
0,165
0,165
0,165
0,165
0,165
0,165
0,165
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Valid dan Reliabel
Hasil pengujian pada Uji Validitas dapat diperoleh data yang menyatakan
valid, Item pertanyaan yang valid penulis anggap sudah terstandarisasi, karena
nilai korelasi atau r hitung lebih besar dari pada r tabel diperoleh dari tabel r
product moment dan level of significant 5% dan N sebanyak 100 responden.
1. Uji Realibilitas
Relibialitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variable dan konstruk. Suatu kesioner dikatakan
reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.59
59 Imam Ghazali, Aplikasi Multivariate dengan SPSS, Semarang, badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2005. h. 41.
60
Pengujian dilakukan dengan menggunakan koefisien Cronbach’s Alpha
yaitu koefisien yang menunjukan hubungan yang positif antara item atau
pertanyaan yang satu dengan yang lain.
Reliable atau tidaknya pengukuran harus memenuhi suatu keriteria. Dari
banyaknya penetapan standar reliabilitas maka penelitian ini akan menggunakan
reliabilitas dengan koefisien Cronbach’s Alpha lebih dari 0,6. item-item
pertanyaan yang digunakan dalam suatu kuesioner dinyatakan reliable apabila
memiliki Cronbach’s Alpha >0,6 maka pada dasar pengambilan keputusan
adalah :
1. Jika Cronbach’s Alpha > 0,6, maka pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan
reliable.
2. Jika Cronbach’s Alpha < 0,6, maka pertanyaan dalam kuesionerdinyatakan
tidak reliable.
Berdasarkan hasil pengelolaan data, diperoleh hasil pengujian realibilitas
yang dapat dilihat pada table 4.3 berikut ini
Tabel 4.2
Uji Reliabilitas
No Variabel Item Cronbach's Coefficient Alpha Kesimpulan
1 Praktek Modernisasi 9 0,659 Reliabel
2 Etika Bisnis Islam 6 0,882 Reliabel
61
Berdasarkan pengukuran reliabilitas diatas dengan menggunakan software
SPSS.
Seperti table diatas, koefisien Cronbach’s alpha untuk masing-masing
Variabel ternyata lebih besar dari pada 0.60, artinya Cronbach’s alpha dapat
diterima, Setelah pengujian validitas dan reliabilitas, menyatakan bahwa seluruh
item pertanyaan dari masing-masing variabel dinyatakan valid dan reliabel.
Dengan kata lain, jawaban responden terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
digunakan untuk mengukur variable praktek modernisasi dan Etika Bisnis Islam
adalah konsisten dan construct dapat dipercaya (reliable).
B. Statistik Deskriptif Responden (pedagang pasar Palmeriam)
Dalam deskripsi responden ini, jumlah sampel yang diambil untuk penelitian
ini adalah 100 pedagang. Maka sampel berjumlah 100 orang yang mempunyai
karakteristik berbeda. Karakteristik responden yang ditinjau dalam penelitian ini
meliputi, jenis kelamin, usia responden pendidikan terakhir, lama usaha, tempat usaha
dan jenis usaha.
1. Deskripsi Pedagang
a. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh informasi terlihat bahwa dari 100
pedagang pasar tradisional yang diteliti 33 orang (66%) diantaranya laki-laki
dan 17 orang (34%) diantaranya perempuan.
62
Tabel 4.1.
Jenis Kelamin Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Laki-Laki 33 66 66 66
Perempuan 17 34 34 100
Total 50 100 100
Sumber : data diolah
b. Karakteristik Berdasarkan usia
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh informasi terlihat bahwa dari 100
pedagang pasar tradisional yang diteliti 21 orang (42%) berumur < 24 tahun,
15 0rang (30%) berumur 25-29 tahun, 5 orang (10%) berumur 30-35 tahun, 5
orang (10%) berumur 36-40 tahun dan 4 orang (8%) berumur > 40 tahun.
Tabel 4.2.
Usia Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid < 24 tahun 21 42 42 42
25-29 tahun 15 30 30 72
30-35 tahun 5 10 10 82
36-40 tahun 5 10 10 92
> 40 tahun 4 8 8 100
Total 50 100 100
Sumber : data diolah
63
c. Karakteristik Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh informasi terlihat bahwa dari 100
pedagang pasar tradisional yang diteliti 1 orang (2%) berpendidikan SD/MI, 15
orang (30%) berpendidikan SMP/MTS, 30 orang (60%) berpendidikan SMA/MA,
4 orang (%) berpendidikan D3-S1.
Tabel 4. 3
Pendidikan Terakhir Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid SD/MI 1 2 2 2
SMP/MTS 15 30 30 32
SMA/MA 30 60 60 92
D3-S1 4 8 8 100
Total 50 100 100
Sumber : data diolah
64
C. Analisa Modernisasi pasar Palmeriam oleh PD Pasar Jaya
1. Praktek Modernisasi Tabel 4.3
Pengetahuan Program Revitalisasi PD Pasar Jaya Palmeriam
Pernyataan Frekuensi Persentase (%)
Tahu 21 21,0
Tidak Tahu 11 11,0
Kurang Tahu 0 0,0
Sangat Tahu 68 68,0
Jumlah 100 100,0%
Sumber: Data Primer yang telah diolah
Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa 21 responden yang menyatakan tahu, 11
responden yang menyatakan tidak tahu dan 68 responden yang menyatakan sangat
tahu dengan pernyataan ini. Di dalam uraian data di atas maka sebagian besar
responden (68%) menyatakan sangat tahu bahwa para responden sangat tahu
dengan adanya modernisasi di PD Pasar Jaya Palmeriam.
Tabel 4.4
Diadakan Musyawarah masalah Modernisasi
Pernyataan Frekuensi Persentase (%)
Tahu 15 15,0
Tidak Tahu 32 32,0
Kurang Tahu 0 0,0
Sangat Tahu 53 53,0
Jumlah 100 100,0%
65
Sumber: Data Primer yang telah diolah
Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa 15 responden yang menyatakan tahu, 32
responden yang menyatakan tidak tahu dan 53 responden yang menyatakan sangat
tahu dengan pernyataan ini. Di dalam uraian data di atas maka sebagian besar
responden (53%) menyatakan sangat tahu bahwa para responden sangat tahu
dengan adanya modernisasi melalui musyawarah di PD Pasar Jaya Palmeriam.
Tabel 4.5
Menghadiri Musyawarah
Pernyataan Frekuensi Persentase (%)
Tahu 25 25,0
Tidak Tahu 11 11,0
Kurang Tahu 0 0,0
Sangat Tahu 64 64,0
Jumlah 100 100,0%
Sumber: Data Primer yang telah diolah
Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa 25 responden yang menyatakan tahu, 11
responden yang menyatakan tidak tahu dan 64 responden yang menyatakan sangat
tahu dengan pernyataan ini. Di dalam uraian data di atas maka sebagian besar
responden (64%) menyatakan sangat tahu bahwa para responden sangat tahu akan
menghadiri musyawarah tentang moderniasasi di PD Pasar Jaya Palmeriam.
66
Tabel 4.6
Mengetahui hasil musyawarah secara keseluruhan
Pernyataan Frekuensi Persentase (%)
Tahu 29 29,0
Tidak Tahu 7 7,0
Kurang Tahu 0 0,0
Sangat Tahu 64 64,0
Jumlah 100 100,0%
Sumber: Data Primer yang telah diolah
Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa 29 responden yang menyatakan tahu, 7
responden yang menyatakan tidak tahu dan 64 responden yang menyatakan sangat
tahu dengan pernyataan ini. Di dalam uraian data di atas maka sebagian besar
responden (64%) menyatakan sangat tahu bahwa para responden sangat tahu
dengan hasil musyawarah secara keseluruhan di PD Pasar Jaya Palmeriam.
Tabel 4.7
Lama Berdagang di Tempat Penampungan Sementara
PD Pasar Jaya Palmeriam
Pernyataan Frekuensi Persentase (%)
1 Tahun 0 0,0
2 Tahun 13 13,0
3 Tahun 35 35,0
4 Tahun 52 52,0
Jumlah 100 100,0%
Sumber: Data Primer yang telah diolah
67
Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa 13 responden yang menyatakan 2 tahun,
35 responden yang menyatakan 3 tahun dan 52 responden yang menyatakan 4
tahun dengan pernyataan ini. Di dalam uraian data di atas maka sebagian besar
responden (52%) menyatakan bahwa para responden paling lama yang berdagang
d PD Pasar Jaya Palmeriam selama 4 tahun.
Tabel 4.8
Mengetahui secara detail mengenai tahapan-tahapan
dan waktu yang dibutuhkan
Pernyataan Frekuensi Persentase (%)
Tahu 35 35,0
Tidak Tahu 14 14,0
Kurang Tahu 0 0,0
Sangat Tahu 51 51,0
Jumlah 100 100,0%
Sumber: Data Primer yang telah diolah
Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa 35 responden yang menyatakan tahu, 14
responden yang menyatakan tidak tahu dan 51 responden yang menyatakan sangat
tahu dengan pernyataan ini. Di dalam uraian data di atas maka sebagian besar
responden (51%) menyatakan sangat tahu bahwa para responden sangat tahu
dengan secra detail tahapan-tahapan dan waktu yang dibutuhkan dalam
moderniasasi di PD Pasar Jaya Palmeriam.
68
Tabel 4.9
Metode penempatan pedagang dengan menggolongkan
Jenis dagangannya
Pernyataan Frekuensi Persentase (%)
Tahu 31 31,0
Tidak Tahu 4 4,0
Kurang Tahu 0 0,0
Sangat Tahu 65 65,0
Jumlah 100 100,0%
Sumber: Data Primer yang telah diolah
Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa 31 responden yang menyatakan tahu, 4
responden yang menyatakan tidak tahu dan 65 responden yang menyatakan sangat
tahu dengan pernyataan ini. Di dalam uraian data di atas maka sebagian besar
responden (65%) menyatakan sangat tahu bahwa para responden sangat tahu
dengan adanya metode penempatan pedagang dengan menggolongkan jenis
dagangannya di PD Pasar Jaya Palmeriam.
69
Tabel 4.10
Harga kios yang ditawarkan pihak pengelola sesuai
dengan tempat yang telah terbentuk
Pernyataan Frekuensi Persentase (%)
Sesuai 46 46,0
Tidak sesuai 17 17,0
Kurang sesuai 0 0,0
Sangat sesuai 37 37,0
Jumlah 100 100,0%
Sumber: Data Primer yang telah diolah
Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa 46 responden yang menyatakan sesuai,
17 responden yang menyatakan tidak sesuai dan 37 responden yang menyatakan
sangat sesuai dengan pernyataan ini. Di dalam uraian data di atas maka sebagian
besar responden (46%) menyatakan sesuai bahwa harga kios yang ditawarkan
pihak pengelola sesuai dengan tempat yang telah terbentuk di PD Pasar Jaya
Palmeriam.
70
Tabel 4.11
Komitmen yang di tawarkan PD Pasar Jaya sebelum dan sesudah
Pembangunan telah dipenuhi sesuai kesepakatan
Pernyataan Frekuensi Persentase (%)
Sudah 18 18,0
Belum 16 16,0
Sudah semua 0 0,0
Belum semua 66 66,0
Jumlah 100 100,0%
Sumber: Data Primer yang telah diolah
Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa 18 responden yang menyatakan sudah,
16 responden yang menyatakan belum dan 66 responden yang menyatakan belum
semua dengan pernyataan ini. Di dalam uraian data di atas maka sebagian besar
responden (66%) menyatakan belum semua, bahwa para responden menjawab
Komitmen yang di tawarkan PD Pasar Jaya sebelum dan sesudah Pembangunan
belum semua dipenuhi sesuai kesepakatan dengan adanya modernissasi melalui
musyawarah di PD Pasar Jaya Palmeriam
.
71
2. Analisa Modernisasi dalam Etika Bisnis Islam
Tabel 4.12
Prinsip Etika bisnis Islam adalah kebebasan
Pernyataan Frekuensi Persentase (%)
Kurang stuju 0 0,0
Ragu-ragu 5 5,0
Setuju 38 38,0
Sangat setuju 57 57,0
Jumlah 100 100,0%
Sumber: Data Primer yang telah diolah
Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa 5 responden yang menyatakan ragu-
ragu, 38 responden yang menyatakan setuju dan 57 responden yang menyatakan
sangat setuju dengan pernyataan ini. Di dalam uraian data di atas maka sebagian
besar responden (57%) menyatakan bahwa para responden sangat setuju bahwa di
dalam prinsip Etika Bisnis Islam adalah kebebasan dan sudah di realisasikan di
PD Pasar Jaya Palmeriam.
72
Tabel 4.13
Prinsip Etika Bisnis Islam adalah keadilan
Pernyataan Frekuensi Persentase (%)
Kurang stuju 0 0,0
Ragu-ragu 9 9,0
Setuju 27 27,0
Sangat setuju 64 64,0
Jumlah 100 100,0%
Sumber: Data Primer yang telah diolah
Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa 9 responden yang menyatakan ragu-
ragu, 27 responden yang menyatakan setuju dan 64 responden yang menyatakan
sangat setuju dengan pernyataan ini. Di dalam uraian data di atas maka sebagian
besar responden (64%) menyatakan bahwa para responden sangat setuju bahwa di
dalam prinsip Etika Bisnis Islam adalah keadilan dan sudah di realisasikan di PD
Pasar Jaya Palmeriam.
Tabel 4.14
Prinsip Etika Bisnis Islam adalah Tatakrama atau Akhlak
Pernyataan Frekuensi Persentase (%)
Kurang stuju 0 0,0
Ragu-ragu 0 0,0
Setuju 41 41,0
Sangat setuju 59 59,0
Jumlah 100 100,0%
Sumber: Data Primer yang telah diolah
73
Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa 41 responden yang menyatakan setuju
dan 59 responden yang menyatakan sangat setuju dengan pernyataan ini. Di
dalam uraian data di atas maka sebagian besar responden (59%) menyatakan
bahwa para responden sangat setuju bahwa di dalam prinsip Etika Bisnis Islam
adalah tata krama atau akhlak dan sudah di realisasikan di PD Pasar Jaya
Palmeriam dengan memprioritaskan pedagang lama untuk menempati banguan
pasar yang dimodernisasi.
Tabel 4.15
Dalam Etika Bisnis Islam tidak diperbolehkan adanya kebohongan dan pengingkaran janji
Pernyataan Frekuensi Persentase (%)
Kurang stuju 0 0,0
Ragu-ragu 0 0,0
Setuju 39 39,0
Sangat setuju 61 61,0
Jumlah 100 100,0%
Sumber: Data Primer yang telah diolah
Tabel 4.15 dapat diketahui bahwa 39 responden yang menyatakan setuju
dan 61 responden yang menyatakan sangat setuju dengan pernyataan ini. Di
dalam uraian data di atas maka sebagian besar responden (61%) menyatakan
bahwa para responden sangat setuju bahwa di dalam prinsip etika bisnis Islam
tidak diperbolehkan adanya kebohongan dan pengingkaran janji dan sudah di
realisasikan di PD Pasar Jaya Palmeriam.
74
Tabel 4.16
Dalam Etika Bisnis Islam Tidak diperbolehkan adanya penentuan harga yang fix
(oleh pemerintah)
Pernyataan Frekuensi Persentase (%)
Kurang setuju 19 19,0
Ragu-ragu 28 28,0
Setuju 44 44,0
Sangat setuju 9 9,0
Jumlah 100 100,0%
Sumber: Data Primer yang telah diolah
Tabel 4.16 dapat diketahui bahwa 19 responden yang menyatakan kurang
setuju, 28 responden yang menyatakan ragu-ragu, 44 responden yang menyatakan
setuju dan 9 responden yang menyatakan sangat setuju dengan pernyataan ini. Di
dalam uraian data di atas maka sebagian besar responden (44%) menyatakan
bahwa para responden setuju bahwa di dalam etika bisnis Islam tidak
diperbolehkan adanya penentuan harga yang fix oleh pemerintah karna dalam
menentukan harga suatu barang menurut responden tergantung dari para
penjualnya sendiri-sendiri.
75
Tabel 4.17
Dalam Etika Bisnis Islam tidak diperbolehkan adanya pemaksaan
Pernyataan Frekuensi Persentase (%)
Kurang stuju 0 0,0
Ragu-ragu 14 14,0
Setuju 38 38,0
Sangat setuju 48 48,0
Jumlah 100 100,0%
Sumber: Data Primer yang telah diolah
Tabel 4.17 dapat diketahui bahwa 14 responden yang menyatakan ragu-
ragu, 38 responden yang menyatakan setuju dan 48 responden yang menyatakan
sangat setuju dengan pernyataan ini. Di dalam uraian data di atas maka sebagian
besar responden (48%) menyatakan bahwa para responden sangat setuju bahwa di
dalam etika bisnis Islam tidak diperbolehkan adanya pemaksaan dan sudah di
realisasikan di PD Pasar Jaya Palmeriam.
D. Asumsi Klasik
Suatu model persamaan regresi yang telah di uji dan dibutuhkan dapat
diterima secara ekonometrik, maka diperlukan cara sebagai estimasi yaitu dengan
menggunakan OLS (metode kuadrat terkecil). Dapat dikatakan bahwa setiap
penelitian tidak akan dapat menghindari pengimpangan dari asumsi kenormalan
klasik. Untuk dapat memenuhi syarat BLUE (Best Linier Unbias Estimate), maka
dapat diperlukan beberapa asumsi klasik sebagai berikut:
76
1. Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
devenden dan indevenden atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
Untuk mengetahui variabel dependen dan independen atau keduanya
berdistribusi normal atau tidak, dapat dilihat pada gambar 4.1. berikut.
Gambar 4.1
Uji Normalitas Data
Observed Cum Prob1.00.80.60.40.20.0
Expe
cted
Cum
Pro
b
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Hukum Bisnis Islam
Berdasarkan gambar 4.1 diatas bahwa Normal P-P Plot of Regression
Standardized Residual menunjukkan bahwa titik-titik menyebar disekitar garis
diagonal atau mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi layak digunakan
atau berdistribusi normal.
77
2. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas. Jika terjadi korelasi, maka terdapat
multikolinearitas, dimana model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel bebas, dapat dilihat dalam tabel 4.18 dibawah ini:
Table 4.18
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
8.870 1.329 6.673 .000.425 .057 .599 7.405 .000 1.000 1.000
(Constant)Praktek Modernisasi
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: Hukum Bisnis Islama.
Penyimpangan asumsi model klasik yang pertama adalah adanya
multikolinearitas dalam model regresi yang dihasilkan. Model regresi yang bebas
dari masalah multikoliniearitas menurut Sugardito yaitu pada nilai VIF (Variance
Inflation Factor) yaitu tidak lebih dari 10 dan tolerannya tidak kurang dari 0,1.
Jika kita lihat pada table diatas maka dapat diketahui bahwa nilai VIF sebesar
1.000 dan nilai tolerance sebesar 1.000. Maka dapat disimpulkan bahwa model
regresi terbebas dari multikolinearitas dan layak digunakan.
78
3. Uji Autokorelasi
Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.19 dibawah ini:
Tabel 4.19 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
.699a .459 .452 4.546 .628Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate Durbin-Watson
Predictors: (Constant), Praktek Modernisasia.
Dependent Variable: Hukum Bisnis Islamb.
Uji autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi dimana
variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya. Artinya bahwa nilai dari
variabel dependen tidak berhubungan dengan variabel itu sendiri, baik nilai
periode sebelumnya maupun nilai periode sesudahnya.
Pada tabel 4.19 diatas dapat dilihat bahwa nilai Durbin Watson (DW) yang
diperoleh dari hasil 0.628. Hal ini berarti angka durbin watshon berada diantara 2
sampai dengan -2. Jadi dapat disimpulkan bahwa model tersebut tidak ada atau
tidak terjadi autokorelasi antara kesalahan pengganggu pada periode T dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) pada model regresi yang di buat dalam
penelitian ini.
4. Uji Heterokedatisitas
Masalah heteroskedastisitas terjadi apabila kesalahan atau residual pada
model yang sedang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu
observasi ke observasi lainnya. Gejala heteroskedastisitas lebih sering terjadi
apabila regresi menggunakan data berupa silang tempat (cross-section)
dibandingkan dengan data runtut waktu (time-series).
Hasil uji heterokedastisitas dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
79
Gambar 4.2
Hasil Uji Heterokedastisitas
Regression Standardized Predicted Value210-1-2
Reg
ress
ion
Stud
entiz
ed R
esid
ual
4
3
2
1
0
-1
-2
Scatterplot
Dependent Variable: Hukum Bisnis Islam
Berdasarkan gambar 4.2 diatas, Scatterplot menunjukkan penyebaran titik
data sebagai berikut, menunjukkan model regresi linier sederhana terbebas dari uji
asumsi klasik heterokedastisitas, yaitu:
Titik-titik data menyebar di atas dan di sekitar angka nol
Titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja
Penyebaran titik-titik tidak tidak berpola
Penyebaran titik-titik dan tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar
kemungkinan menyempit dan melebar kembali.
Sehinga dapat disimpulkan bahwa regresi sederhana antara Praktek
Modernisasi (X) dengan variabel Etika Bisnis Islam (Y) memiliki
heterokedasitisitas.
80
E. Hasil Uji Statistik
Tabel 4.20
Hasil Analisis Regresi Sederhana
Variabel Koefisien regresi t-hitung signifikan
Konstan 8,870 6,673 0,000
Praktek Modernisasi 0,425 7,405 0,000
Ad.R R Multiplier R Squer Standar Eror of Estimate
0,452 0,699 0,459 4,546
T- Tabel Sigmifikansi
1,660 0,05
Sumber out put spss
Hukum Bisnis Islam = 8,870 + 0,425 X
Dari persamaan koefisien regresi di atas dapat dijelaskan bahwa:
Hukum Bisnis Islam adalah suatu manfaat yang diberikan oleh satu pihak
kepada pihak lainnya. Pada tabel 4.20 diatas dapat kita lihat bahwa praktek
modernisasi terdapat pengaruh yang signifikan dengan Etika Bisnis Islam dengan
nilai koefisien regresi 0,425, bahwasanya setiap penambahan praktek modernisasi
sebesar 1 satuan maka hukum bisnis Islam akan meningkat sebesar 0,425 dengan
asumsi variable lainnya tetap.
81
F. Pengujian T-Hitung
Tabel 4.22
T-Hitung
Coefficientsa
8.870 1.329 6.673 .000.425 .057 .599 7.405 .000 1.000 1.000
(Constant)Praktek Modernisasi
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: Hukum Bisnis Islama.
Berdasarkan pada perhitungan diatas, diperoleh angka signifikan untuk
variable X (Praktek Modernisasi) sebesar 0,000. angka 0,000 < 0,05. Oleh karena itu
Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan taraf kesalahan 5% dan derajat kebebasan (df) =
n-jumlah variable independent =100-1= 99, diperoleh T tabel = 1,660. Nilai T hitung
sebesar 7,405 > T tabel sebesar 1,660. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel
Praktek Modernisasi (X) mempunyai perspektif yang signifikan terhadap Etika Bisnis
Islam (Y).
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil analisa dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis
mencoba menarik kesimpulan sebagai berikut ;
1. Prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan modernisasi pasar dalam etika bisnis
Islam terkandung dalam prinsip dan ketentuan etika bisnis Islam. Al-Qur’an
menawarkan prinsip-prinsip mendasar dan petunjuk pada orang-orang yang
beriman untuk kebaikkan perilaku etis didalam bisnis. Prinsip-prinsip etika bisnis
dalam islam menurut pertunjuk Al-Qur’an dapat diklasifikasikan dalam empat
macam : Kebebasan (Freedom, al-Hururiyah), Keadilan (Justice, al-Adalah)/
Persamaan, Akhlak yang baik, baik yang diperintahkan maupun yang dipuji dan
Bentuk-bentuk transaksi secara umum dan transaksi secara syirkah (patnership).
Dalam Etika bisnis Islam juga ada ketentuan-ketentuan yang tidak diperbolehkan
adanya perilaku bisnis yang terlarang meliputi : riba, penipuan dan beberapa
bisnis yang tidak sah.
2. Modernisasi pasar Palmeriam oleh PD Pasar Jaya itu dimodernisasi berdasarkan
masa pakai pasar tradisional Palmeriam yang telah habis, yakni 20 tahun.
Pelaksanaan modernisasi pasar Palmeriam melalui beberapa tahapan-tahapan
yaitu : sosialisasi terhadap pedagang sebelum dimodernisasi, memprioritaskan
pedagang yang telah lebih dahulu berdagang sebelum dimodernisasi, musyawarah
dengan pedagang mengenai kesepakatan harga bangunan baru dan membuat
83
komitmen-komitmen, Membayar uang muka sebesar 20% untuk pedagang lama
lalu sisanya dicicil atau kredit melalui KUR(Kredit Usaha Rakyat) atau langsung
membayar ke Bank. Secara teknis proses pelaksanaan modernisasi dilakukan PD
Pasar Jaya dengan menyiapkan TPS (Tempat Penampungan Sementara) untuk
pedagang, lalu membangun secara modern gedung pasar Palmeriam. Setelah
selesai pedagang di kembalikan kembali dengan sistem undian tempat.
3. kompatibilitas praktek modernisasi pasar yang dilakukan oleh PD Pasar Jaya di
pasar Palmeriam oleh prinsip dan ketentuan etika bisnis Islam hampir keseluruhan
sudah kompetibel, tetapi ada satu hal mengenai komitmen awal yang disepakati
oleh pedagang dengan PD Pasar jaya dimana kesepakatan awal itu berisi
mengenai pembebasan dari pedagang kaki lima setelah bangunan pasar itu
terbentuk masih belum dipenuhi sampai saat ini.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil analisa diatas, maka saran yang dapat
dikemukakan adalah sebagai berikut :
1. Bagi pihak yang memodernisasi pasar diharapkan agar lebih jelas dan lebih
tegas dalam menyepakati dan melaksanakan komitmen yang sudah disepakati
bersama-sama pada awal perjanjian.
2. Bagi pedagang harus lebih aktif dan berperan serta dalam proses pelaksanaan
praktek modernisasi ini demi terciptanya keadilan dan kebersamaan demi
kemajuan bersama.
84
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, M. Francis. MODERNISASI di Dunia Ketiga Suatu Teori Umum Pembangunan. Yogyakarta, PT Tiarawacana, 1991.
Adham, Irfan Noor. Hukum Bisnis Perspektif Hukum Islam. Bandung, PT. Alumni, 2008. Ahmad, Mustaq. Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2001. Alma, Buchari. Pengantar Bisnis, Bandung, CV Alfabeta, 1997.
Al-Qur’an Al-Karim dan As-Sunnah. Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002. Asyhadie, Zaeni. Hukum Bisnis. Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2005. Bariadi Lili, Muhammad zem, M. Hudri. Zakat dan Wirausaha 1. Jakarta: Perpustakaan
Nasional. 2005. Damsar. Sosiologi Ekonomi / Damsar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002. Depdiknas.”Kamus Bahasa Indonesia”. Jakarta, PT.Balai Pustaka,1994. Fatullah Sa’id, Abdullah as-Sattar. Al-mu’amalat fi al-islam. Mekah : al-Alam al-Islami :
Idarah al-Kita al-Islami, 1402 H. Fauroni, R. Lukman, Etika Bisnis Dalam Al-Qur’an,Yogyakarta, Pustaka Pesantren,
2006. Ghazali, Imam. Aplikasi Multivariate dengan SPSS, Semarang, badan Penerbit
Universitas Diponegoro, 2005. Haroen, Nasrun. Fiqh Muamalah. Jakarta: Griya Media Pratama, 2007.
Hasan, M. Iqbal. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplilkasinya. Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2002. Http://ayuna.cybermq.com/post/detail/2590/pengertian-modernisasi
Http://bisnis islami.wordpress.com/etika-bisnis/
Http://www.scribd.com/doc/12708316/Globalisasi-Sama-Atau-Tidak-Sama-Dengan-Modernisasi
85
Http://www.kbrikualalumpur.org/id/perdagangan/pasar-koridor-ekonomi-v3-idp.pdf Kasmir, Jakfar. “Studi Kelayakan Bisnis”. Jakarta: Kencana, 2004. Kahf, Monzer. Ekonomi Islam, Telaah Analitik terhadap fungsi-fungsi Ekonomi Islam.
Pustaka Pelajar: Yogyakarta,1995 Lathif, Azharuddin. Fiqh Muamalat. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. Mas’adi, Ghufron A. Fiqh Muamalah Kontekekstual. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada:
2002. M. Manullang, Pengantar Bisnis. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2002. Mubaryanto, Ekonomi Rakyat dan Pemulihan Ekonomi Nasional. Media Indonesia.
Jakarta, 2001. Natadiwirya, Muhandis. Etika Bisnis Islami, Jakarta, Granada Press, 2007. Rachbini, Didik J. Kiat Sukses Berwirausaha. Jakarta: Gramedia, 2002. Saliman , Abdul Rasyid. Hukum BisnisUntuk Perusahaan : Teori Dan contoh Kasus.
Jakarta: Kencana, 2007. Salim, Peter. Salim’s ninth collegiate English-dictionary. Jakarta: Modern English press
2002. Simatupang, Richard Buton. “Aspek Hukum Dalam Bisnis”. Jakarta: Rineka Cipta, 1996. Soetrisno, Noer. Ekonomi Rakyat Usaha Mikro dan UKM : Dalam perekonomian
Indonesia. Jakarta. STEKPI, 2005. Subagyo, Joko P. Metodologi Penelitian dalam Teori dan Praktek, Cetakan keempat,
Reneka Cipta, Jakarta. 2004. Sukandarrumidi, Metodelogi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Penelitian Pemula.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2004. Swasono, Sri Edi. Ekspose Ekonomika : mewaspadai globalisme dan pasar-bebas
ekonomi. Yogyakarta : Pusat Studi Ekonomi Pancasila UGM, 2003. Singarimbun, Masri. Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai / Editor. Jakarta: LP3ES,
1989.
86
Tara, M. Azwir Dainy. Strategi Pembangunan Ekonomi Rakyat. Jakarta: Nuansa Madani, 2001.
Tara, M. Azwir Dainy. Strategi Membangun Ekonomi Rakyat: Masa Sulit Pasti Berlalu,
Jakarta : Nuansa Madani, 2001. Tim Penulis Fakultas Syari’ah & Hukum, Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta, Fakultas
Syari’ah & Hukum, 2007.
ANGKET
Nama :
Jenis Kelamin : L / P
Usia : Tahun
Hari/ Tanggal :
Tempat : PD. PASAR
JAYA PALMERIAM JAKARTA
TIMUR
Berilah tanda silang (X) pada
jawaban Anda.
1. Pendidikan terakhir apakah yang anda tamatkan?
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. D3
f. S1
g. S2
h. S3
A. PERENCANAAN PEMBANGUNAN
1. Sebelum pembangunan pasar, Apakah anda mengetahui program
revitalisasi(pembangunan kembali) PD Pasar Jaya Palmeriam?
a. Tahu b. Tidak tahu c. kurang tahu d. sangat tahu
2. Ketika diadakannya musyawarah/rapat untuk membahas masalah revitalisasi
ini, Apakah Anda mengetahui musyawarah tersebut?
a. Tahu b. Tidak Tahu c. kurang tahu d. sangat tahu
3. Apakah anda menghadiri musyawarah/rapat tersebut?
a. Hadir b. Tidak Hadir
4. Apakah anda mengetahui hasil musyawarah/rapat secara keseluruhan?
a. Tahu b. Tidak Tahu c. kurang tahu d. sangat tahu
B. PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
1. Berapa lama anda berdagang di tempat dagang sementara tersebut?
a. 1 Tahun b. 2 Tahun c. 3 Tahun d. 4 tahun
2. Apakah anda mengetahui secara detail mengenai tahapan-tahapan dan waktu
yang dibutuhkan dalam proses pembangunan pasar ini?
a. Tahu b. Tidak tahu c. kurang tahu d. sangat tahu
C. SETELAH PELAKSANAAN
1. Setelah proses revitalisasi(pembangunan kembali) pasar Paleriam selesai, cara
apakah yang di pakai oleh pengelola (PD Pasar Jaya) untuk menempatkan para
pedagang?
a. Sesuai dengan lama waktu berdagang b. Jenis dagangan
2. Apakah harga kios yang ditawarkan pihak pengelola sesuai dengan tempat
yang telah terbentuk?
a. Sesuai b. Tidak sesuai c. Kurang sesuai d. Sangat sesuai
3. Apakah komitmen yang di tawarkan PD Pasar Jaya sebelum dan sesudah
pembangunan telah di penuhi sesuai kesepakatan?
a. Sudah b. Belum c. Sudah semua d. Belum semua
D. ETIKA BISNIS ISLAM
1. Salah satu prinsip etika bisnis islam adalah prinsip kebebasan dalam usaaha
ekonomi?
a. Kurang setuju b. Ragu-ragu c. setuju d. sangat setuju
2. Prinsip lainnya dalam etika bisnis islam adalah prinsip keadilan?
a. Kurang setuju b. Ragu-ragu c. setuju d. sangat setuju
3. Prinsip yang lainnya dalam huum bisnis islam adalah prinsip tata
karma/akhlak?
a. Kurang setuju b. Ragu-ragu c. setuju d. sangat setuju
4. dalam etika bisnis islam tidak diperbolehkan adanya kebohongan dan
pengingkaran janji?
a. Kurang setuju b. Ragu-ragu c. setuju d. sangat setuju
5. dalam etika bisnis islam juga tidak diperbolehkan adanya penentuan harga
yang fix oleh pemerintah?
a. Kurang setuju b. Ragu-ragu c. setuju d. sangat setuju
6. dalam etika bisnis islam tidak diperbolehkan adanya pemaksaan?
a. Kurang setuju b. Ragu-ragu c. setuju d. sangat setuju
WAWANCARA
Nara Sumber : Bapak Josmar Sihduhu SH. (Supervisor PD Pasar Jaya Pameriam)
1. (Q) Berapa banyak pedagang yang berdagang sebelum praktek pembangunan ini
dilaksanakan?
(A) Sebelum di bangun pedagang yang berdagang berjumlah 155 orang dan
setelah dibangun jumlah pedagang menurun mejadi 130 orang pedagang existing.
Tetapi sekarang ada pula pedagang yang baru yang menempati kios-kios dan los
yang telah terbentuk berjumlah 57 orang pedagang.
2. (Q) Tahapan apa sajakah yang dilakukan dalam proses modernisasi?
(A) Tahapan-tahapannya adalah :
a. Karena hak pakai pasar tradisional Palmeriam ini telah habis yaitu selama 20
tahun, maka pasar Palmeriam ini kami modernisasi.
b. Sosialisai kepada para pedagang mengenai rencana pembangunan.
c. Mencari kesepakatan harga antara pihak PD Pasar Jaya Palmeriam dengan
para pedagang mengenai bangunan baru.
d. Membayar uang muka sebesar 20% untuk pedagang existing.Sisanya di cicil
atau kredit melalui pengembang, KUR (Kredit Usaha Rakyat) atau langsung
ke Bank.
3. (Q) Komitmen apa sajakah yang ditawarkan pihak PD. Pasar Jaya Palmeriam
kepada pedagang sebelum di modernisasi?
(A) Komitmen PD. Pasar Jaya Palmeriam :
a. Merubah pasar tradisional menjadi pasar modern :
1) Aman
2) Nyaman
3) Bersih
4) Bebas dari pedagang kaki lima.
b. Prioritas pedagang existing untuk menempati bangunan pasar modern
Pelmeriam.
c. Harga kios yang disepakati :
1) Basement : Rp. 12.500.000 /m2
2) Lantai Dasar : Rp. 13.000.000 /m2
3) Counter : Rp. 9.000.000 /m2
4) Los : Rp. 6.600.000 /m2
4. (Q) Apa sajakah kendala yang dihadapi PD. Pasar Jaya Palmeriam dalam
memodernisasi?
(A) Kendala yang di hadapi :
a. Masalah harga yang menurut para pedagang terlalu tinggi.
b. Di depan, kios yang kena Hug (memiliki dua pintu) dikenakan biaya
tambahan 5% - 15%.
c. TPS (Tempat Penampungan Sementara) para pedagang belum memadai.
d. Ketika TPS jadi ditempati oleh pedagang mereka banyak yang belum
koordinasi kepada keamanan.
e. Ketidaksetujuan sebagian pedagang mengenai sistem pengelompokkan jenis
usaha, yang berdampak kepada pendapatan mereka.
5. (Q) Mengapa kendala-kendala itu muncul?
(A) Karena pedagang rata-rata kelas menengah kebawah, mereka merasa harga
yang di tawarkan terlalu tinggi, di tambah dengan persaingan yang terbuka
dikarenakkan adanya pengelompokkan jenis usaha sehingga dapat mengurangi
pendapatan pengusaha bermodal kecil.