KONSENTRASI KARAGENAN TERHADAP SIFAT ......Sebenarnya jelly drink terbuat dari sari buah, sari buah...
Transcript of KONSENTRASI KARAGENAN TERHADAP SIFAT ......Sebenarnya jelly drink terbuat dari sari buah, sari buah...
i
KONSENTRASI KARAGENAN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA,
ORGANOLEPTIK JELLY DRINK TOMAT (Lycopersicum esculentum)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Persyaratan Dalam Mencapai
Gelar Sarjana S-1 Program Studi Teknologi Hasil Pertanian
Disusun oleh :
Sari Isna Wiriadinata
D.111.14.0103
PROGRAM STUDI S-1 TEKNLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS SEMARANG
2019
ii
iii
iv
v
RINGKASAN
Jelly drink adalah minuman yang terbuat dari sari buah, gula, asam sitrat,
dan karagenan. Selama ini jelly drink komersial terbuat dari air, gula, asam sitrat,
bahan pemanis, bahan pengawet, dan karagenan sehingga tidak memiliki
kandungan nutrisi yang bergizi. Sebenarnya jelly drink terbuat dari sari buah, sari
buah yang dapat digunakan adalah tomat, karena tomat memilki pektin berkisar
antara 0,17-0,25%, sehingga tidak diperlukan bahan pembuatan gel yang terlalu
banyak. Karagenan merupakan bahan pembuat gel yang cocok untuk jelly drink
karena karagenan memiliki tekstur yang rapuh sehingga minuman jelly mudah
disedot, serta membentuk struktur gel yang cenderung kenyal. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui adanya pengaruh konsentrasi karagenan, serta mengetahui
perlakuan terbaik dari karagenan terhadap sifat fisikokimia, organoleptik jelly
drink tomat. Diduga dengan adanya konsentrasi karagenan berpengaruh terhadap
sifat fisikokimia, organoleptik jelly drink tomat.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni- Agustus 2018 di Laboratorium
Rekayasa Pangan Fakultas Teknolongi Pertanian, Laboratorium Kimia Fakultas
Teknologi Pertanian dan Laboratorium Uji Inderawi Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Semarang. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL), dengan lima perlakuan dan lima kali ulangan. Perlakuan K1 (0,10%), K2
(0,15%), K3 (0,20%), K4(0,25%), K5(0,30%). Sedangkan variabel yang diamati
meliputi kadar air, viskositas, sineresis, dan uji organoleptik (tekstur, rasa, warna,
dan uji kesukaan). Jika hasil analisis berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan
uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi karagenan pada
pembuatan jelly drink tomat (Lycopersicum esculentum) berpengaruh nyata
terhadap kadar air, viskositas, sineresis, dan organoleptik warna,tekstur,rasa dan
uji kesukaan. Setelah diuji lanjut dengan Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5 %
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan pada kadar air,
viskositas, sineresis, tekstur, uji kesukaan, warna. Tetapi tidak berbeda nyata
terhadap organoleptik rasa jelly drink tomat.
Perlakuan terbaik adalah K2 (konsentrasi karagenan 0,15%), dengan
karakteristik kadar air 80,04%, viskositas 399,6 cP, sineresis 10,25g. Serta
penilaian tekstur 5 (sangat mudah disedot); warna 3,8 (transparan); rasa (agak rasa
jelly drink tomat); dan kesukaan 4(suka).
Kata Kunci : Jelly Drink, Karagenan, Tomat
vi
SUMMARY
Jelly drink was baverages made from fruit juice, sugar, citric acid, and
carrageenan. So far, commercial jelly drinks are made from water, sugar, citric
acid, sweeteners, preservatives, and carrageenan so they do not have nutritious
baverages. Actually jelly drinks were made from fruit juice, the juice that can be
used is tomatoes, because tomatoes have pectin 0.17-0.25%, so there was no need
too much gelling agent. Carrageenan was gelling agent suitable for jelly drinks
because carrageenan had a brittle texture so that jelly drinks are easily sucked,
and form a gel structure that tends to be springy. The aim of this research was to
know the effect of carrageenan concentration, and determine the best treatment of
carrageenan to the physicochemical properties, organoleptic tomato jelly drinks.
It was assumed that concentration carrageenan affected to the physicochemical
properties, organoleptic tomato jelly drinks.
This research was conducted in June-August 2018 at the Laboratory of
Food Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Chemistry Laboratory,
Faculty of Agricultural Technology and Sensory Test Laboratory, Faculty of
Agricultural Technology, University of Semarang. The research design used
completely randomized design (CRD), with five treatments and five replications.
The treatment of K1 (0.10%), K2 (0.15%), K3 (0.20%), K4 (0.25%), K5 (0.30%).
While the variables observed included water content, viscosity, syneresis, and
organoleptic tests (texture, taste, color, and preference test). If the results of the
analysis have a significant effect, then continued by Honestly Significant Different
of 5% level.
The results showed that the carrageenan concentration in the processing
of tomato jelly drinks (Lycopersicum esculentum) had a significant effect on water
content, viscosity, syneresis, and organoleptic color, texture, taste and preference
test. After further testing continued by Honestly Significant Different of 5%
showed any significant effect on water content, viscosity, syneresis, texture,
preference test, color. But not significant different on the organoleptic taste.
The best treatment of the variable tested was K2 (carrageenan
concentration 0.15%), with a water content of 80.04%, viscosity of 399.6 cP,
syneresis 10.25g. Skor of preference as 5 (very easy to be sucked); color 3.8
(transparent); taste (a little tomato tasted); and delight 4 (likes).
Keywords: Jelly Drink, Carrageenan, Tomatoes
vii
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penulisan Skripsi yang
berjudul “Konsentrasi Karagenan Terhadap Sifat Fisikokimia, Organoleptik
Jelly Drink Tomat (Lycopersicum esculentum)” sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana pada Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Semarang.
Penyusunan Laporan Skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Haslina, M.Si selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Semarang.
2. Ir.Sri Haryati, M.Si selaku Ketua Jurusan Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Semarang
3. Ir.Endang Bekti K, M.P selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan banyak dorongan pada penulis untuk melaksanakan penelitian
serta bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan laporan skripsi ini.
4. Ir.Sri Haryati, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan laporan skripsi ini.
5. Ir.Elly Yuniarti Sani, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan
kritik dan saran pada laporan penelitian ini.
viii
6. Semua dosen dan pengelola Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Semarang atas segala bantuan, saran dan kritik yang telah diberikan dalam
penyusunan laporan ini.
7. Kedua orang tua, kakak serta keluarga besar yang telah memberikan
dukungan moral, material serta semangat selama pelaksanaan penelitian
hingga penulisan laporan penelitian selesai.
8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2014 selama perkuliahan dari semester
awal hingga akhir yang senantiasa menemani dan ikut membantu dalam
penyelesaian skripsi ini, semangat dan dukungan yang luar biasa dalam
berjuang bersama mencapai gelar sarjana.
9. Teman – temanku tersayang Tri Widyaningrum, Lintang Ade Yuniar,
Emaculata Novia, Sheila Rahma, Christiana Wardiastuti, tanpa kalian aku
bukan apa-apa gaes, terima kasih sudah membantu seminar sampai skripsi ini
selesai. Untuk temanku tersayang Yuli P dan Marsen yang sudah
menyemangati. Teman – teman yang lainnya yang sudah membantu selama
ini, terima kasih.
10. Terimakasih untuk teman-teman kosku yang selalu ada Dwi Utami, Devira
Widia, Dwi Putri Handayani (Kaji), Trian Rahayuni, Ovelia Gitsar W.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan Penelitian ini masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat mendukung,
membangun dan bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan, sangat penulis
harapkan.
ix
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat
menjadi sumber pengetahuan untuk memperluas wawasan baik bagi penulis
sendiri maupun bagi para pembaca.
Semarang, 10 Februari 2019
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN I ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN II .................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................ iv
RINGKASAN ................................................................................................. v
SUMMARY ................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan penelitian ................................................................................. 3
D. Manfaat penelitian ............................................................................... 3
E. Hipotesis ............................................................................................. 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tomat .................................................................................................. 4
B. Jelly Drink .......................................................................................... 9
xi
C. Karagenan ........................................................................................... 11
D. Pembentukan Gel ................................................................................ 14
E. Bahan Tambahan ................................................................................. 16
F. Varibel Pengamatan ............................................................................ 19
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 25
B. Alat & Bahan ...................................................................................... 25
C. Rancangan Percobaan .......................................................................... 26
D. Prosedur Penelitian .............................................................................. 27
E. Analisa Penelitian ................................................................................ 31
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Kimia Jelly Drink Tomat ....................................................... 35
1. Analisis Kadar Air ......................................................................... 35
B. Analisis Fisik Jelly Drink Tomat ......................................................... 38
1. Analisis Viskositas ........................................................................ 38
2. Analisis Sineresis .......................................................................... 40
C. Uji Organoleptik.................................................................................. 43
1. Analisis Tekstur Jelly Drink Tomat ............................................... 43
2. Analisis Warna Jelly Drink Tomat ................................................. 46
3. Analisis Rasa Jelly Drink Tomat .................................................... 49
4. Analisis Uji Kesukaan ................................................................... 51
D. Analisa Keputusan............................................................................... 54
xii
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 56
B. Saran ................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 58
LAMPIRAN ................................................................................................... 65
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kandungan gizi tomat dalam 100 gr .................................................... 7
2. Formulasi jelly drink tomat.................................................................. 26
3. Kriteria penilaian uji organoleptik tekstur ............................................ 33
4. Kriteria penilaian uji organoleptik warna ............................................. 33
5. Kriteria penilaian uji organoleptik rasa ................................................ 33
6. Kriteria penilaian uji kesukaan secara keseluruhan .............................. 34
7. Rerata kadar air jelly drink tomat......................................................... 36
8. Rerata viskositas jelly drink tomat ....................................................... 38
9. Rerata sineresis jelly drink tomat ......................................................... 41
10. Rerata hasil uji hedonik terhadap tekstur jelly drik tomat ..................... 44
11. Rerata analisa warna jelly drink tomat ................................................. 47
12. Rerata analisa rasa jelly drink tomat .................................................... 50
13. Rerata hasil uji mutu hedonik terhadap kesukaan jelly drink tomat ...... 52
14. Hasil analisa jelly drink tomat ............................................................. 55
15. Uji kadar air jelly drink tomat .............................................................. 65
16. Anova kadar air jelly drink tomat ........................................................ 66
17. Notasi kadar air jelly drink tomat......................................................... 67
18. Uji viskositas jelly drink tomat ............................................................ 67
19. Anova viskositas jelly drink tomat ....................................................... 68
20. Notasi viskositas jelly drink tomat ....................................................... 69
xiv
21. Uji sineresis jelly drink tomat .............................................................. 69
22. Anova sineresis jelly drink tomat ......................................................... 70
23. Notasi sineresis jelly drink tomat ......................................................... 71
24. Mutu hedonik warna jelly drink tomat ................................................. 72
25. Hasil ANOVA warna jelly drink tomat ................................................ 73
26. Tabel notasi warna jelly drink tomat .................................................... 74
27. Mutu hedonik tekstur jelly drink tomat ................................................ 74
28. Hasil ANOVA tekstur jelly drink tomat ............................................... 75
29. Notasi tekstur jelly drink ..................................................................... 76
30. Mutu hedonik rasa jelly drink tomat .................................................... 77
31. Hasil ANOVA rasa jelly drink tomat ................................................... 78
32. Notasi rasa jelly drink tomat ................................................................ 79
33. Uji kesukaan jelly drink tomat ............................................................. 79
34. Hasil ANOVA kesukaan jelly drink tomat ........................................... 80
35. Notasi uji kesukaan jelly drink tomat ................................................... 81
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tanaman tomat .................................................................................... 4
2. Buah tomat .......................................................................................... 4
3. Diagram alir pembuatan sari tomat ...................................................... 29
4. Diagram alir pelarutan karagenan ........................................................ 30
5. Diagram alir pembuatan jelly drink tomat ............................................ 30
6. Grafik kadar air jelly drink tomat......................................................... 36
7. Grafik viskositas jelly drink tomat ....................................................... 39
8. Grafik sineresis jelly drink................................................................... 42
9. Grafik mutu hedonik tekstur jelly drink tomat ..................................... 45
10. Grafik mutu hedonik warna jelly drink tomat ...................................... 48
11. Grafik uji hedonik rasa jelly drink tomat.............................................. 50
12. Grafik kesukaan jelly drink tomat ........................................................ 52
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Perhitungan kadar air ........................................................................... 65
2. Perhitungan viskositas ......................................................................... 67
3. Perhitungan sineresis ........................................................................... 69
4. Mutu hedonik warna ............................................................................ 72
5. Mutu hedonik tekstur ........................................................................... 73
6. Mutu hedonik rasa ............................................................................... 76
7. Uji kesukaan jelly drink tomat ............................................................. 78
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jelly drink merupakan salah satu jenis pangan fungsional yang banyak
digemari karena mengandung serat yang dapat memperlambat laju
pengosongan lambung sehingga tidak mudah lapar (Widowati, 2007). Jelly
drink biasanya terbuat dari sari buah – buahan yang dimasak dengan gula,
asam dan bahan pengikat. Tekstur yang diinginkan pada jelly drink adalah
mantap, mudah hancur ketika disedot, tetapi bentuk gelnya masih terasa
dimulut (Saputra, 2007). Salah satu senyawa yang sangat berpengaruh dalam
proses pembuatan jelly drink adalah pektin, sebab pektin mempengaruhi
pembentukan gel.
Tomat memiliki kandungan vitamin yang tinggi dan zat yang jarang
ditemukan pada tanaman lain yang berfungsi untuk kesehatan, yaitu Likopen
(Sunarmani, 2008). Vitamin yang terkandung dalam tomat yaitu vitamin A,
vitamin B dan vitamin C. Selain itu, tomat berfungsi mengurangi resiko
penyakit jantung, diabetes, dan dapat mencegah penyakit kanker, membantu
penyerapan lemak, dan mengurangi peradangan kronis. Tomat memiliki
kadar air berkisar antara 94% sehingga buah tomat mempunyai daya simpan
yang tidak dapat bertahan lama, lebih dari tiga hari akan membusuk
(Cahyono, 2008). Oleh karena itu perlu penanganan atau pengawetan tomat
melalui teknologi pangan dalam bentuk hasil olahan sehingga dapat
2
memperpanjang masa simpan serta meningkatkan nilai ekonomis. Salah satu
pemanfaatan tomat adalah diolah menjadi Jelly Drink.
Pembuatan jelly drink dibutuhkan bahan pengikat antara lain
karagenan. Karagenan merupakan bahan pengikat yang cukup baik untuk
digunakan sebagai pembuatan jelly drink. Apabila dilarutkan dalam air panas,
kemudian didinginkan, keragenan membentuk gel sehingga bertekstur kenyal.
Karagenan cocok digunakan pada pembuatan jelly drink karena memiliki
tekstur yang rapuh sehingga minuman jelly mudah disedot, serta dapat
membentuk struktur yang cenderung elastis dan kenyal. Hal ini disebabkan
karagenan mengandung kadar sulfat yang lebih tinggi daripada bahan
pengental lain, sehingga kekuatan gel yang dihasilkan karagenan lebih kuat
dibandingkan bahan pengental lain (Parlina, 2009). Karagenan mampu
mengendalikan kandungan air dalam bahan pangan sehingga menghasilkan
tekstur yang kenyal dan stabil (Anggradireja, 2009).
Menurut Angraeni (2012), tomat mengandung pektin berkisar antara
0,17 – 0,25%. Oleh sebab itu, untuk memperbaiki tekstur jelly drink tomat
perlu diteliti berapa % karagenan yang dapat digunakan dalam pembuatan
jelly drink supaya jelly drink yang dihasilkan sesuai seperti yang diharapkan.
B. Rumusan Masalah
Apakah konsentrasi karagenan berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia,
dan organoleptik jelly drink tomat?
3
C. Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh konsentrasi
karagenan terhadap sifat fisik, kimia dan organoleptik jelly drik tomat.
2. Mengetahui perlakuan terbaik dari karagenan terhadap sifat fisik, kimia
dan organoleptik jelly drik tomat.
D. Manfaat
Sebagai pengalaman eksperimen dalam pembuatan jelly drink
berbahan tomat yang selanjutnya dilakukan pengujian secara fisik, kimia dan
organoleptik dan memenuhi tugas akhir sebagai syarat lulus S-1 THP di
Universitas Semarang.
E. Hipotesis
Diduga konsentrasi karagenan berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia
dan organoleptik pada jelly drink tomat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tomat (Lycopersicum Esculentum)
Tanaman tomat merupakan salah satu tanaman hortikultura yang
sangat banyak dibudidayakan, baik di Indonesia maupun di dunia. Buah
Tomat (Lycopersicum Esculentum) merupakan adalah salah satu jenis
sayuran yang telah banyak dikenal masyarakat, jenis sayuran ini mudah
rusak karena kandungan airnya yang tinggi, tumbuh dekat tanah. Tomat
pada musim panen, jumlahnya sangat melimpah sehingga harganya
menjadi turun, hal ini menyebabkan petani mengalami kerugian. Buah
tomat mempunyai daya simpan pendek sehingga tidak dianjurkan
menyimpan buah tomat segar dalam waktu yang terlalu lama. Adapun
gambar tanaman tomat dapat ditunjukkan pada gambar 1 dan buah tomat
dapat ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 1. Tanaman Tomat
Gambar 2. Buah tomat
5
Tomat termasuk tanaman setahun (annual) yang berarti umurnya
hanya untuk satu kali periode panen. Tanaman ini berbentuk perdu atau
semak dengan panjang mencapai 2 m. Bentuk, warna, rasa, dan tekstur buah
tomat sangat beragam. Ada yang bulat, bulat pipih, keriting, atau seperti bola
lampu. Warna buah masak bervariasi dari kuning, orange, sampai merah,
tergantung dari jenis pigmen yang dominan. Rasanya pun bervariasi, dari
masam hingga manis. Buahnya tersusun dalam tandan-tandan. Keseluruhan
buahnya berdaging dan banyak mengandung air.
Tomat merupakan komoditi yang mudah rusak karena kandungan
airnya yang cukup tinggi, bila penyimpanannya tidak diperhatikan maka
dapat menimbulkan kerusakan yang akan mempercepat proses pembusukan.
Tomat memiliki kadar air berkisar antara 94% sehingga buah tomat
mempunyai daya simpan yang tidak dapat bertahan lama, lebih dari tiga hari
akan membusuk (Cahyono, 2008). Kerusakan itu diantaranya adalah
kerusakan mekanis, biologis, dan mikrobiologis. Tomat sebaiknya disimpan
pada suhu rendah karena karena akan mengahambat proses kerusakan –
kerusakan. Tetapi, penyimpanan yang lama pada suhu rendah akan
menyebabkan tomat menjadi keriput karena terjadi kerusakan sel dan
strukstur jaringan pada buah. Maka, dianjurkan penyimpanan sebaiknya tidak
untuk waktu lama (Desrosier, 1998).
Tomat mengandung antioksidan seperti karotenoid, flavonoid, asam
fenolik, asam askorbat dan vitamin A, C dan E serta lemak dan kalori dalam
jumlah rendah, bebas kolesterol, dan merupakan sumber serat dan protein
6
yang baik. Satu buah tomat ukuran sedang mengandung hampir setengah
batas jumlah kebutuhan harian (Kailaku, dkk., 2007). Vitamin penting pada
buah tomat adalah vitamin C. Berdasarkan penelitian, vitamin C pada buah
tomat lebih tinggi dari kandungan vitamin C buah jeruk. Vitamin C larut
dalam air sehingga tidak akan menjadi racun yang mematikan bagi tubuh
karena kelebihan akan dibuang bersama urine (Hartz, 2001).
Vitamin lain yang terdapat pada buah tomat adalah vitamin B9.
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa vitamin B9 dalam tomat mampu
mempercepat regenerasi sel higga membuat tubuh menjadi sehat. Manfaat
lain adalah merangsang untuk memproduksi enzim mampu mengontrol
hemocysteine, merupakan protein berbahaya di dalam darah menjadi
penyebab utama serangan jantung (Hartz, 2001).
Tomat memiliki senyawa anti penyakit, yang disebut likopen. Likopen
adalah zat warna merah yang banyak terdapat pada tomat (Winarti, 2010).
Likopen yang terkandung pada tomat dapat berfungsi sebagai antioksidan
yang dapat mencegah radikal bebas penyebab penyakit kronis, termasuk
kanker (Agarwal dan Rao,2000).
Selain mengandung banyak vitamin, kandungan pektin pada tomat
matang berkisar antara 0,22% (Wb). Sedangkan menurut Anggareni (2012),
tomat mengandung pektin berkisar antara 0,17 – 0,25%. Susanto dan Saneto
tahun 1994 dan kailaku dkk tahun 2007 menyatakan, kandungan kimia dari
buah tomat dapat dijelaskan pada tabel 1.
7
Tabel 1. Kandungan gizi tomat dalam 100 gram
Komponen Jumlah* Jumlah**
Vitamin A (SI) 1500 1500
Vitamin B (mg) 0,06 0,059
Vitamin C (mg) 40 19,1
Karbohidrat (g) 4,2 4,64
Lemak (g) 0,3 0,33
Protein (g) 1 0,85
Air (%) 94 93,76
Posfor (mg) 2,7 2,4
Besi (mg) 0,5 0,45
Serat (g) - 1,1
Lycopen (µg) - 4600
Sumber: *Susanto dan Saneto, 1994
**Kaliku dkk, 2007
Tomat mengandung vitamin B3 yang sangat berguna untuk
menghaluskan kulit. Tomat mampu melancarkan peredaran darah sehingga
kulit mendapat suplai makanan yang cukup. Kemudian, zat tomatin pada
tomat mampu mencegah jerawat karena bersifat anti radang dan antibakteri.
Banyaknya kandungan pada tomat menjadikan banyaknya inovasi
olahan dari tomat. Nilai ekonomis dari buah tomat ini menjadikan modal
pengusaha industri yang bergerak di bidang makanan. Bagaimana cara
mengembangkan dan mengubah buah tomat ini menjadi bentuk olahan yang
tahan lama, lebih menarik untuk dikonsumsi dan memiliki nilai daya jual
yang tinggi. Sekarang ini telah banyak dihasilkan produk yang berbahan
dasar tomat seperti saus, jam, dodol tomat, dan manisan tomat baik yang
kering maupun basah. Karena pada dasarnya masyarakat lebih tertarik untuk
mengkonsumsi tomat dalam bentuk olahan daripada segar (Satuhu, 1994).
8
Saat ini sudah ada banyak penelitian yang berbahan tomat, seperti
pengolahan tomat rasa kurma (torakur) sebagai alternatif meningkatkan nilai
ekonomis buah tomat (Ernawati, dkk. 2016). Menurut Noviana dkk, 2017
bubur tomat berpengaruh terhadap kualitas dodol tomat, selain itu pengolahan
dodol tomat juga dilakukan oleh Lukito dkk, 2017 dengan variasi tomat 80%
dan tepung rumput laut 20% menghasilkan dodol tomat terbaik dan disukai
oleh panelis. Tomat juga dapat digunakan pembuatan es krim dengan
mengkombinasikan tomat dan buah naga merah hingga diperoleh kualitas es
krim terbaik karena memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi, serta
memiliki total padatan dan waktu leleh yang paling baik (Pratama, 2017).
Penilitian tentang es krim juga dilakukan oleh Dewi tahun 2014
dengan kombinasi tomat dan wortel yang hingga diperoleh es krim yang
diharapkan. Menurut Sapriyanti tahun 2014, tomat dapat diolah menjadi
velva tomat dimana pemanis yang digunakan adalah madu. Velva merupakan
salah satu makanan beku serupa dengan es krim krim tetapi memiliki kadar
lemak lebih rendah karena tidak menggunakan lemak susu dan memiliki
kandungan vitamin C dan serat yang tinggi (Dewi, 2010).
Tomat yang sering digunakan sebagai olahan adalah jenis tomat plum,
karena bentuknya seperti buah plum. Bentuknya bulat lonjong, dagingnya
banyak sekali mengandung air dan memiliki kulit yang tipis. Tomat plum
tidak mudah busuk dan tahan terhadap retakan (Heuvelink, 2005).
9
B. Jelly Drink
Jelly drink merupakan minuman dengan viskositas yang tinggi yang
terbuat dari sari buah khususnya buah yang mengandung pektin dengan
penambahan gula, asam, dan air. Pektin merupakan senyawa yang sangat
berpengaruh terhadap pembentukan gel dari jelly drink. Pektin merupakan
senyawa yang berasal dari asam polygalakturonat. Kondisi pH optimum
untuk pembentukan gel dari pektin adalah 2,8-3,2. Apabila pH diatas 3,5
maka gel tidak akan terbentuk. sedangkan pH dibawah 2,5 gel yang terbentuk
terlalu keras (Jelen, 1985).
Jelly drink merupakan salah satu produk pangan fungsional yang
dikonsumsi sebagai minuman penunda lapar karena memiliki kandungan
serat yang dapat memperlambat laju pengosongan lambung. Pangan
fungsional adalah pangan yang tidak hanya berfungsi sebagai makanan atau
minuma, namun juga memiliki efek lain yang menyehatkan. Pangan
fungsional adalah pangan yang memili tiga fungsi, yaitu fungsi primer artinya
pangan tersebut dapat memenuhi unsur gizi (karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, dan mineral); fungsi sekunder artinya makanan tersebut dapat
diterima oleh konsumen secara sensoris, dan fungsi tersier artinya makanan
tersebut memiliki fungsi untuk menjaga kesehatan, mengurangi terjadinya
suatu penyakit dan menjaga metabolisme tubuh.
Minuman ini memiliki kadar kekentalan diantara sari buah dan jelly
(Koeswara, 2006). Jelly drink bermanfaat untuk memperlancar pencernaan
dan mencegah sembelit, karena produk ini memiliki produk karakteristik
10
berupa cairan kental berbentuk gel yang konsisten sehingga tidak mudah
mengendap dan mudah disedot (Noer, 2007).
Syarat jelly yang baik adalah transparan, mempunyai aroma serta rasa
buah asli (Koeswara, 2006). Tekstur yang diinginkan adalah mantap, saat
dikonsumsi menggunakan bantuan sedotan mudah hancur, namun bentuk
gelnya masih terasa di mulut (Saputra, 2007). Tekstur merupakan salah satu
faktor yang harus diperhatikan pada produk jelly. Tekstur tersebut meliputi
kekuatan gel dan viskositas. Kekuatan gel akan berpengaruh terjadinya
sineresis, sedangkan viskositas akan mempengaruhi kemudahan jelly untuk
diminum (Anonim, 2016).
Jelly drink diproduksi melalui proses ekstraksi sari buah dengan
menambahkan gula, asam, atau bahan-bahan lain yang diijinkan serta melalui
proses penyaringan, pemanasan, dan pendinginan. Jika komposisi gula dan
jus buah tidak seimbang maka gel yang terbentuk akan kurang sempurna
sebab gula diperlukan dalam membantu pembentukan gel. Proses
penyaringan dilakukan agar didapat jelly drink yang jernih. Pemanasan harus
mencapai suhu yang diinginkan oleh bahan pengental supaya terbentuk gel,
selain itu pembentukan gel juga dipengaruhi oleh proses pendinginan.
Pendinginan yang baik adalah pendinginan dengan suhu 0o C untuk
mempercepat terbentuknya gel (Infantriyani, 2006). Proses pembuatan jelly
drink dapat dilakukan dengan beberapa tahap berikut:
1. Buah/ sayuran disortasi dari batang,daun dan kotoran lain.
2. Buah/sayuran ditimbang sesuai perlakuan
11
3. Buah/sayuran dihancurkan dengan blender dengan perbandingan daging
buah dan air 1:2
4. Buah/sayuran yang sudah dihancurkan, kemudian disaring dan diambil
sarinya.
5. Ditambahkan gula, karagenan sesuai konsentrasi, dan asam sitrat lalu
dipanaskan hingga suhu 75°C selama 5 menit.
6. Minuman Jelly dimasukkan ke dalam cup dan didiamkan pada suhu ruang.
C. Karagenan
Karagenan merupakan senyawa hidrokoloid yang diperoleh dari
ekstraksi getah rumput laut dengan air, kemudian disaring dan diendapkan
dengan alkohol kemudian dikeringkan. Rumput laut penghasil karagenan
adalah jenis Eucheuma sp., Hypnea sp., Chondrus sp., dan Gigartina sp
(Winarno, 1990).
Sedangkan menurut Widyastuti tahun 2008, Karagenan adalah
senyawa hidrokoloid yang terdapat pada rumput laut (alga) merah
(Rodhophycae). Karagenan sangat penting peranannya sebagai stabilizer
(penstabil), thickener (pengental), pembentuk gel, pengemulsi dan lain-
lain. Sumber utama karagenan yang dipahami secara umum saat ini adalah
rumput laut genus Eucheuma cottonii. Karagenan kompleks, bersifat larut
dalam air, berantai linier dan sulfat galaktan. Senyawa hidrokoloid
tersebut dikenal luas di masyarakat sebagai getah rumput laut. Sebagian
besar karagenan mengandung natrium, magnesium, dan kalsium yang
12
dapat terikat pada gugus ester sulfat dari galaktosa dan kopolimer 3,6-
anhydro-galaktosa (Usov, 1998).
Karagenan komersial memiliki berat molekul massa rerata
berkisar 400.000 sampai 600.000 Da. Selain galaktosa dan sulfat,
beberapa karbohidrat juga ditemui, seperti xylose, glucose, uronic acids,
dan substituen seperti methyl esters dan grup pyruvate (Distantina dkk,
2010).
Secara umum, karagenan dibagi atas tiga kelompok utama yaitu
kappa, iota, lamda karagenan yang memiliki struktur dan bentuk yang jelas
sebagai polisakarida hidrofilik linier yang memiliki berat molekul tinggi,
yang terusun dari disakarida berulang dengan unit galaktosa dan 3,6
anhidrogalaktosa (3,6 AG) dan terdiri dari grub sulfat dan non slfat,
bergabung dengan lantai glikosidik dengan α-(1,3) dan β-(1,4) yang bertukar
(Fardiaz, 1989).
Berdasarkan subtitiuen sulfatnya pada setiap monomer maka
karagenan dapat dibedakan dalam beberapa tipe yaitu kappa, iota, lamda,
mu, nu dan xikaragenan (Diharmi dkk, 2011). Saat ini jenis karagenan
kappa didominasi dari rumput laut tropis Kappaphycus alvarezii, yang di
dunia perdagangan dikenal sebagai Eucheuma cottonii. Eucheuma
denticulatum (dengan nama dagang Eucheuma spinosum) adalah spesies
utama untuk menghasilkan jenis karagenan iota. Karagenan lamda
diproduksi dari spesies Gigartina dan Condrus. Secara alami, jenis iota
dan kappa dibentuk secara enzimatis dari prekursornya oleh
13
sulfohydrolase. Sedangkan secara komersial, jenis ini diproduksi
menggunakan perlakuan alkali atau ekstraksi dengan alkali (Diharmi dkk,
2011).
Karagenan merupakan tepung putih kekuning – kuningan, mudah
larut dalam air membentuk larutan kental atau gel dari proporsi fraksi kappa
dan lamda karagenan serta keseimbangan kation dalam larutan (Winarno,
2008). Kappa karagenan larut dalam suhu 60°C dan larut dalam larutan gula
pekat pada keadaan panas, mudah larut dalam air, membentuk larutan kental,
terhidrasi cepat pada pH rendah. Pada jelly drink yang berbahan baku
karagenan khususnya kappa karagenan akan menghasilkan tekstur yang
elastis dan stabil.
Sebagaian besar karagenan mengandung natrium, magnesium, dan
kalsium yang dapat terikat pada gugus ester sulfat. Kappa karagenan akan
membentuk gel yang kokoh dengan kappa adanya kation kalium.
Penambahan kalium dengan asam akan membentuk sistem buffer yang
berfungsi mempertahankan pH (Fardiaz, 1989). Kappa karagenan bersifat
peka terhadap ion kalium dan menghasilkan gel yang kuat dengan garam –
garam kalium. Namun, penambahan garam yang banyak akan menyebabkan
gel yang terbentuk menjadi rapuh dan cenderung sineresis (Whistler dan
BeMiller, 1985).
Dalam air dingin, hanya lambda karagenan dan garam – garam
natrium dari kappa dan iota karagenan yang larut. Akan tetapi semua fraksi
karagenan larut air di atas suhu 70°C dan juga dalam susu panas. Jika
14
didinginkan, semua larutan ini cenderung membentuk gel. Kekuatan
konsistensi gel tergantung pada konsentrasi dan kepekaan bahan terhadap ion
– ion tertentu.
Perbedaan utama antara iota dengan kappa karagenan adalah
adanya gugus 2-sulfat pada 3,6-anhidro-D-galaktosa pada iota karagenan
yang mempengaruhi sensitivitas terhadap ion kalium. Peningkatan gugus 2-
sulfat hingga 25-50% menyebabkan penurunan sensitivitas terhadap ion
kalium yang juga mengakibatkan penurunan kekuatan gel yang terbentuk.
Walaupun demikian, adanya gugus 2-sulfat ester hingga 80% akan
menyebabkan peningkatan sensitivitas terhadap ion kalsium. Hal inilah
yang akan menyebabkan iota karagenan akan membentuk gel yang kuat
bila dicampur dengan ion kalsium (Ulfah, 2011).
D. Pembentukan gel
Pembentukan gel adalah suatu fenomena penggabungan atau
pengikatan silang rantai – rantai polimer sehingga terbentuk suatu jala tiga
dimensi bersambungan. Selanjutnya gel ini menangkap atau
mengimobilisasikan air di dalamnya dan membentuk struktur yang kuat dan
kaku. Sifat pembentukan gel ini beragam dari satu jenis hidrokolid ke jenis
lain, tergantung pada jenisnya. Gel mempunyai sifat seperti padatan,
khususnya sifat elastis dan kekauan (Fardiaz, 1989).
Kappa karagenan dan iota karagenan merupakan fraksi yang mampu
membentuk gel dalam air. Karagenan memiliki kemampuan membentuk gel
pada saat larutan panas menjadi dingin. Proses pembentukan gel bersifat
15
thermoreversible, artinya gel dapat mencair pada saat pemanasan dan
membentuk gel kembali pda saat dingin (Gliksman 1983, Imeson 2000).
Proses pemanasan dengan suhu lebih tinggi dari suhu pembentukan
gel akan mengakibatkan polimer karagenan dalam larutan menjadi acak. Bila
suhu diturunkan, maka polimer akan membentuk struktur double helix
(pilinan ganda) dan apabila penurunan suhu terus dilanjutkan polimer –
polimer ini akan terikat silang secara kuat dan dengan makin bertambahnya
bentuk helix akan terbentuk agregat yang bertanggungjawab terhadap
terbentuknya gel yang kuat. Jika diteruskan, ada kemungkinan proses
pembentukan agregat terus terjadi dan gel akan mengerut sambil melepaskan
air. Proses akhir ini disebut sineresis (Fardiaz, 1989).
Kemampuan pembentukan gel pada kappa ada iota karagenan terjadi
pada saat larutan panas yang dibiarkan menjadi dingin karena mengandung
gugus 3,6 – anhidrogalaktosa. Adanya perbedaan jumlah, tipe dan posisi
gugus sulfat dan mempengaruhi proses pembentukan gel. Kappa karagenan
dan iota karagenan akan membentuk gel hanya dengan adanya kation – kation
tertentu seperti K+, Rb+ dan Cs+, akan tetapi lamda karagenan tidak dapat
membentuk gel (Glicksman,1983).
Potensi membentuk gel dan viskositas larutan karagenan akan
menurun dengan menurunnya pH, karena H+ membantu proses hidrolisis
ikatan glikosidik pada molekul karagenan (Angka dan Suhartono, 2000).
Konsistensi gel dipengaruhi beberapa faktor antara lain jenis dan tipe
16
karagenan, konsistensi, adanya ion-ion serta pelarut yang menghambat
pembentukan hidrokolid (Towle, 1973).
E. Bahan Tambahan
1. Gula
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana karena dapat larut dalam
air dan langsung diserap tubuh untuk menjadi energi (Darwin, 2013).
Gula digunakan untuk mengubah rasa manis menjadi manis. Gula
sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim
atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel.
Gula berfungsi sebagai bahan perubah warna kulit produk (Subagjo,
2007). Gula yang digunakan adalah pada pembuatan jelly drink adalah
gula pasir. Gula pasir adalah gula hasil kristalisasi cairan tebu. Biasanya
berwarna putih namun ada pula yang berwarna coklat. Disebut gula pasir
karena bentuknya seperti pasir. Biasanya gula pasir digunakan untuk
pemanis dalam minuman minuman, kue, makanan, dan lain (Evifadhilah,
2010).
Penambahan gula pada pembuatan produk makanan berfungsi
untuk memberikan rasa manis, dan dapat pula sebagai pengawet yaitu
gula dalam konsentrasi tinggi dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dengan cara menurunkan aktivitas air dan bahan. Gula
dan pektin menjadi faktor utama dalam pembentukan gel. Gula yang
digunakan adalah jenis sukrosa. Pada suhu 50°C , kelarutan sukrosa per
17
100 ml air adalah 72,2 g. Apabila sukrosa dipanaskan di atas suhu
lelehnya (<170°C) maka akan menjadi reaksi karamelisasi.
Kandungan gula pada jelly tidak kurang dari 45%. Banyaknya gula
yang ditambah tergantung pada kandungan pektin dan asam. Semakin
tinggi kandungan pektin pada buah maka semakin banyak gula yang
ditambahkan. Sedangkan asam rasa buahnya semakin sedikit gula yang
ditambahkan dan makin kurang asamnya semakin banyak gula yang
ditambahkan. Kualitas jelly sebanding dengan gula yang ditambahkan.
Semakin banyak gula yang ditambahkan semakin banyak lembek jelly
yang dihasilkan, sehingga bentuknya sirup (Satuhu, 2004).
Menurut Buckle, dkk tahun (2007) daya larut yang tinggi dari gula
dan daya mengikatnya terhadap air merupakan sifat-sifat yang
menyebabkan gula sering digunakan dalam pengawetan bahan pangan.
Semakin tinggi konsentrasi gula yang digunakan akan menyebabkan
viskositas semakin tinggi, hal ini disebabkan adanya padatan yang dapat
mengikat air, sukrosa, dan asam sitrat sehingga semakin banyak
doublehelix yang terbentuk dan memerangkap air untuk membentuk gel.
Selain berhubungan dengan viskositas, penggunaan gula dengan
konsentrasi tinggi maka semakin sedikit molekul air yang tertahan pada
sistem sehingga gel yang terbentuk semakin kokoh dan sineresis semakin
rendah (Meyer, 1978).
2. Asam Sitrat
18
Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada
daun dan buah tumbuhan genus citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini
merupakan bahan pengawet yang baik dan alami. Selain digunakan
sebagai penambah rasa masam pada makanan dan minuman, asam sitrat
dapat digunakan untuk mencegah kristalisasi gula, penjernih gel, dan
katalisator hidrolisa sukrosa ke bentuk gula invert selama penyimpanan.
Selain itu asam sitrat juga berfungsi sebagai pengikat logam yang dapat
mengkatalis oksidasi komponen cita rasa dan warna. Penambahan asam
sitrat hingga pH 3,5 dapat memberikan kekuatan gel yang lebih tinggi,
halus, dan cepat terbentuk (gel lebih mantap) (Glicksman, 1983).
Asam sitrat dan pektin sangat berhubungan erat dalam
pembentukan jelly bersamaan dengan gula (Sari dan Sulandari, 2014).
Selain berperan dalam memberi rasa masam, asam sitrat juga berfungsi
untuk mencegah kristalisasi gula pada produk, sebagai katalisator
hidrolisa sukrosa ke bentuk gula invert selama penyimpanan sehingga
dapat memperpanjang masa penyimpanan produk (Kwartiningsih dan
Mulyati, 2005).
Asam sitrat merupakan pengawet yang diizinkan pada makanan
dan minuman dengan batas penggunaan maksimum. Asam sitrat dalam
minuman sebesar 3 g/liter sari buah. Asam sitrat merupakan bahan yang
mampu menurunkan pH sehingga dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme (Wiraatmaja, dkk., 2007).
3. Air (H2O)
19
Air adalah suatu zat cair yang tidak mempunyai rasa, bau, dan
warna dan terdiri dari hidrogen dan O2. Air memiliki peranan yang sangat
penting dalam bahan pangan. Air berfungsi sebagai bahan yang dapat
melarutkan berbagai senyawa yang ada dalam bahan makanan. Untuk
bahan makanan tertentu air dapat melarutkan berbagai bahan pangan
seperti garam, vitamin yang larut dalam air, mineral dan senyawa-
senyawa cita rasa seperti yang terkandung dalam kopi dan teh. Air
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap penampakan, tekstur, cita
rasa dan gizi bahan pangan (Winarno, 2002).
Air dalam industri pangan memegang peranan penting karena
dapat mempengaruhi mutu makanan yang dihasilkan. Jenis air yang
digunakan berbeda-beda tergantung dari jenis bahan yang diolah, oleh
karena itu perlu adanya suatu standar untuk masing-masing jenis
pengolahan. Air yang digunakan pada industri umumnya harus
mempunyai syarat-syarat tidak berwarna, tidak berbau, jernih, tidak
mempunyai rasa, tidak mengandung besi dan mangan, serta dapat
diterima secara bakteorologis yaitu mengganggu kesehatan dan tidak
menyebabkan kebusukan bahan pangan yang diolah (Sudarmadji, 2003).
F. Variabel Pengamatan
1. Kadar air
Kadar air merupakan satu fisik dari bahan yang menunjukkan
banyaknya air yang terkandung dalam bahan pangan. kadar air biasanya
dinyatakan dengan presentase berat air terhadap bahan basah atau dalam
20
gram air setiap 100 gram bahan yang disebut kadar air basis basah (bb).
Berat bahan kering atau padatan adalah bahan setelah mengalami
pemanasan beberapa waktu tertentu sehingga beratnya atau konstan
(Safrizal, 2010)
Penentuan kadar air suatu bahan pangan tergantung pada sifat
bahan pangan itu sendiri. Faktor lain yang mempengaruhi penentuan
kadar air yang tepat yaitu air yang ada di dalam bahan pangan terikat
secara fisik dan ada yang secara kimia.
Kadar air adalah perbedaan berat bahan sebelum dan sesudah
dilakukan pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka
kadar airnya akan mencapai keseimbangan dengan udara sekitarnya.
Kadar air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan
makanan terhadap serangan mikroba yang dinyatakan dengan Aw, yaitu
jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Untuk memperpanjang daya tahan suatu bahan,
sebagian air dalam bahan harus dihilangkan dengan beberapa cara
tergantung dari jenis bahan, baik dengan penjemuran atau dengan alat
pengering buatan (Winarno, 1992).
2. Viskositas
Viskositas adalah derajat kekentalan suatu produk pangan.
Viskositas atau kekentalan suatu cairan adalah salah satu sifat cairan yang
menentukan besarnya perlawanan terhadap gaya geser. Viskositas terjadi
karena adanya interaksi antara molekul-molekul cairan.
21
Viskositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks
hambatan aliran cairan. Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju
aliran cairan yang melalui tabung berbentuk silinder. Cara ini merupakan
salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan
maupun gas.
Kekentalan didefenisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk
menggerakkan secara berkesinambungan suatu permukaan datar melewati
permukaan datar lain dalam kondisi mapan tertentu bila ruang diantara
permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan
kekentalannya (Belitzh dan Gocsh, 1987).
Viskositas suatu bahan tergantung pada tingginya suhu. Dengan
peningkatan suhu/temperatur akan menurunkan viskositas suatu
bahan/cairan. Pada industri pertanian, viskositas sangat bermanfaat untuk
menentukan kualitas suatu bahan pangan. oleh karena itu banyak sekali
industri pertanian yang melakukan uji atau penentuan viskositas bahan
pangan terutama untuk produk yang berbentuk cair seperti sari buah,
minyak goreng, susu cair, dan lain – lain.
3. Sineresis
Sineresis merupakan keluarnya cairan dari suatu gel pati dimana
gel mengkerut sehingga cenderung memeras air keluar dari dalam sel,
akibatnya gel nampak lebih kecil dan padat. Bila gel dipotong dengan
pisau atau disimpan untuk beberapa hari, air tersebut dapat keluar dari
bahan, peristiwa ini disebut sineresis (Winarno, 1987).
22
Sineresis terjadi karena cairan gel terjerat dalam gel akan keluar
dan berada di atas permukaan gel. Perubahan ketegaran gel akan
mengakibatkan jarak antara matriks berubah, sehingga memungkinkan
cairan bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat terjadi pada hidrogel
maupun organel (Peggystia, 2013).
Jelly dapat menjadi encer disebabkan asam yang terlalu tinggi
hingga menyebabkan strukturnya pecah karena terjadi hidrolisis
konsistensi gula terlalu rendah atau padatan terlarut sehinggga
konsistensinya tidak begitu kuat karena bahan pembentuk gel mengikat
air terlalu banyak, konsistensi pembentuk gel yang terlalu sedikit
menyebabkan jaringan tidak kuat menahan cairan gula. Disamping itu
dapat disebabkan oleh terjadinya penjendalan yang terlalu cepat, sehingga
menyebabkan jaringan rusak saat jelly dituang dalam wadah. (Anonim,
2010). Semakin kecil nilai sineresi suatu produkjelly drink maka semakin
baik kualitas jelly drink dalam mengikat air.
4. Uji organoleptik
Uji organoleptik adalah pengujian secara subjektif yaitu
penerimaan selera makanan yang didasarkan atas uji kegemaran dan
analisa perbedaan. Penerimaan atas pengujian secara organoleptik
diperlukan beberapa syarat antara lain: suasana lingkungan tenang,
bersih, peralatan yang digunakan bebas bau, bahan contoh yang tepat
standar dan panelis agak terlatih atau terlatih dengan demikian dapat
diketahui produksi yang diuji (Baedhowi dan Pranggonowati, 1998).
23
Uji organoleptik adalah cara untuk mengukur, menilai atau
menguji mutu komoditas dengan menggunakan kepekaan alat indra
manusia, yaitu mata, hidung, mulut dan ujung jari tangan. Uji
organoleptik disebut pengukuran subjektif karena didasarkan pada respon
subjektif manusia sebagai alat ukur (Soekarto, 1990).
Dalam pengujian ini menggunakan pegujian uji mutu hedonik dan
uji kesukaan atau uji hedonik. Uji mutu hedonik adalah uji hedonik yang
lebih spesifik untuk jenis mutu tertentu. Berbeda dengan uji kesukaan,
mutu hedonik tidak menggunakan suka atau tidak suka melainkan
menggunakan kesan baik atau buruk. Kesan baik atau buruk ini disebut
ini disebut dengan mutu hedonik. Kesan mutu hedonik lebih spesifik dari
sekedar suka atau tidak suka. Mutu hedonik bersifat umum, baik atau
buruk serta bersifat spesifik, seperti empuk atau keras untuk nasi, renyah
atau liat untuk mentimun (Wagiyono, 2003).
Sedangkan uji kesukaan atau uji hedonik adalah dimana panelis
diminta untuk memberi tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau
ketidaksukaan, sekaligus tingkatannya. Tingkat kesukaan itu disebut skala
hedonik, misalnya amat sangat suka, sangat suka, suka, agak suka, netral,
agak tidak suka, tidak suka, sangat tidak suka dan amat tidak suka.
Untuk melaksanakan penilaian organoleptikdiperlukan panel.
Dalam penilaian suatu mutu atau analisis sifat – sifat sensori suatu
komoditi suatu komoditi, panel bertindak sebagai instrument atau alat.
24
Panel ini terdiri dari orang atau kelompok yang bertugas menilai sifat
mutu komiditi berdasarkan kesan subjektif (Winiarti, 1998).
Dalam pengujian ini, dibutuhkan panelis terlatih adalah 15 sampai
25 orang. Panel terlatih berfungsi sebagai alat analisis, dan pengujian
yang dilakukan terbatas pada kemampuan membedakan. Panel agak
terlatih dipilih menurut prosedur pemilihan panel terlatih, tetapi juga tidak
diambil dari orang awam yang tidak mengenal sifat sensorik dan penilaian
organoleptik. Termasuk di dalam panel semi terlatih adalah sekelompok
mahasiswa atau staff peneliti yang dijadikan panelis secara musiman,
panelis semi terlatih terdiri dari 15-25 orang. Panel ini biasanya
digunakan pada uji pembedaan atau uji yang sulit. Panel tak terlatih
memiliki anggota tidak tetap. Pemilihan anggotanya lebih mengutamakan
segi sosial, misalnya latar belakang pendidikan, asal daerah, dan kelas
ekonomi dalam masyarakat. Panel tak terlatih digunakan untuk menguji
kesukaan (Preferencetest) (Soekarto,1985).
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Pangan Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Semarang untuk pembuatan Jelly Drink
Tomat, Laboratorium Kimia Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Semarang Untuk Pengujian Kadar Air, Viskositas, Sineresis dan
Laboratorium Uji Inderawi untuk pengujian Organoleptik. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Juni – Agustus 2018.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau, baskom,
panci, blender, saringan, kompor, tabung gas, sendok, label, timbangan
digital, cup plastik, refrigerator, dan alat tulis.
Alat yang digunakan dalam analisis ini adalah timbangan digital,
pipet, beaker glass, viskometer, tabung reaksi, desikator, oven, tissue.
2. Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian adalah Buah tomat umur
panen ± 71 – 79 hari dengan fase matang yang mempunyai ciri – ciri
matang keseluruhan pada buah tomat, yang diperoleh dari salah satu
kebun di daerah Bandungan. Karagenan yang diperoleh dari toko kimia
Utama Sari, asam sitrat dan gula yang diperoleh dari toko Harmoni, serta
26
air. Bahan yang digunakan untuk analisis pada penelitian ini adalah
aquadest.
C. Rancangan Percobaan
Menurut Gani, dkk (2014) dengan penambahan konsentrasi karagenan
sebesar 0,30% menghasilkan jelly drink rosela – sirsak terbaik. Rancangan
percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Racangan Acak
Lengkap (RAL) dengan satu faktor, terdiri 5 perlakuan dan 5 kali ulangan.
Adapun kode perlakuan sebagai berikut:
K1 : karagenan dengan konsentrasi 0,10%
K2 : karagenan dengan konsentrasi 0,15%
K3 : karagenan dengan konsentrasi 0,20%
K4 : karagenan dengan konsentrasi 0,25%
K5 : karagenan dengan konsentrasi 0,30%
Formulasi Jelly Drink Tomat dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 2. Formulasi Jelly Drink Tomat
Perlakuan Sari
Tomat
Air Karagenan Asam
sitrat
Gula
Pasir
K1 100 g 300 ml 0,4 g 0,6 g 60 g
K2 100 g 300 ml 0,6 g 0,6 g 60 g
K3 100 g 300 ml 0,8 g 0,6 g 60 g
K4 100 g 300 ml 1 g 0,6 g 60 g
K5 100 g 300 ml 1,2 g 0,6 g 60 g
Sumber : Gani, dkk (2014) yang telah dimodifikasi.
27
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam
(ANOVA) dan apabila ada pengaruh terhadap variable yang diamati
dilanjutkan dengan uji BNJ (Beda Nyata Jujur) pada taraf 5% untuk
mengetahui beda nyata atau tidak beda nyata antar perlakuan.
Variabel yang diamati :
1. Kadar air (Sudarmadji, 1977)
2. Viskositas (Yuwono dan Susanto, 1998)
3. Sineresis (Imeson, 1992)
4. Uji organoleptik dengan menggunakan uji mutu hedonik untuk tekstur,
warna, dan rasa serta uji kesukaan atau uji hedonik.
D. Prosedur Penelitian
1. Pembuatan Jelly Drink Tomat
a. Buah tomat disortasi dari buah tomat yang busuk (tidak layak),
kotoran, dan ranting.
b. Tomat yang sudah disortasi dicuci dengan air mengalir hingga bersih.
c. Lakukan blanching dengan suhu 70°C selama 3 menit.
d. Setelah dilakukan blanching, kemudian hancurkan dengan
menggunakan blender dengan perbandingan tomat dan air 1:3.
e. Bubur buah tomat yang sudah hancur, disaring dan diambil sarinya
sebanyak 400 ml.
f. Encerkan karagenan dengan 100ml sari buah tomat.
g. Sari buah tomat dicampur dengan 15% gula.
28
h. Panaskan dengan suhu 95°C selama 3 menit.
i. Masukkan larutan karagenan dengan konsentrasi 0,10%; 0,15%;
0,20%; 0,25%; 0,30% asam sitrat 0,15%.
j. Dipanaskan dan diaduk hingga suhu 75°C selama 2 menit.
k. Minuman jelly dimasukkan ke dalam cup plastik dan dinginkan pada
suhu ruang kemudian dianalisis.
Untuk mengetahui rendemen pada tomat dapat diketahui denga rumus
tersebut:
R=𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 x 100
Ket:
Berat awal : berat tomat utuh = 629 g
Berat akhir: berat sari tomat = 510 g
R=510
629 x 100 = 81,081 %
Jadi rendemen sari tomat adalah 81,081 %. Perhitungan rendemen
dilakukan untuk mengetahui prosentase efisiensi pengolahan bahan
pangan.
29
2. Diagram Alir Pembuatan Sari Tomat
Gambar 3. Diagram alir pembuatan sari tomat
Buah tomat
Sortasi
Pencucian
Blanching
T: 70°C, t: 3menit
Penghalusan
t: 1menit
Bubur Buah Tomat
Penyaringan Ampas
Air bersih Air limbah
Sari Buah Tomat
Limbah padat
Penambahan Air
300ml
30
3. Diagram Alir Pelarutan Karagenan
Gambar 4. Diagram alir pembuatan sari tomat
4. Diagram alir pembuatan jelly drink tomat
Gambar 5.Diagram alir pembuatan Jelly Drink Tomat
Sumber: Widawati dan Hendri Hardiyanto, 2016 yang telah
dimodifikasi
Sari Buah Tomat
Pemasakan I
T: 95°C, t: 3 menit
Pemasakan II
T: 75°C, t: 2 menit
Jelly Drink Tomat
Analisis:
1. Kimia (KA)
2. Fisik (viskositas,
sineresis)
3. Organoleptik
tekstur,rasa,
warna dan uji
kesukaan
Larutan karagenan
dan asam sitrat
0,15%
Sari Buah Tomat
Pelarutan Karagenan 0.1%; 0,15%;
0,20%; 0,25%; 0,30%
Larutan karagenan
Gula 15%
31
E. Analisa Penelitian
1. Kadar air (Sudarmadji, 1977)
a. Menimbang sampel sebanyak 1 – 2 g dalam botol timbang yang
telah diketahui beratnya.
b. Dikeringkan dalam oven pada suhu 100 - 105°C selama 3 – 5 jam,
kemudian didiamkan di desikator dan ditimbang.
c. Sampel dipanaskan lagi dalam oven selama ± 30 menit, didinginkan
ke dalam desikator dan ditimbang.
d. Perlakuan ini dilakukan berulang – ulang sampai tercapai berat
konstan (selisih penimbangan berturut – turut 0,2 mg)
e. Pengurangan berat merupakan banyaknya air dalam bahan.
Kadar air = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 x 100%
2. Uji Sineresis ( Imezon, 1992)
a. Masukkan sampel pada cup plastik dengan berat yang sama untuk
setiap perlakuan
b. Simpan selama beberapa hari dalam suhu refrigerator
c. Mengamati tingkat sineresis Jelly Drink pada hari 14 penyimpanan
dengan mengambil air yang terpisah dari Jelly Drink kemudian
ditimbang beratnya. Menghitung tigkat sineresis dapat dilakukan
dengan rumus berikut:
Tingkat Sineresis= 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑔)−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 (𝑔)
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑔) x 100%
Keterangan :
Berat awal : Berat Jelly dalam cup
32
Berat akhir : berat jelly drink dalam cup setelah
dilakukan pemisahan air yang terlepas dari siste
gel.
3. Uji viskositas dengan menggunakan alat viskosimeter (Sudarminto dan
Susanto,1998)
a. Viskositas diukur dengan menggunakan Bookfield Viscosimeter.
b. Sampel diletakkan dalam beaker glass 250 ml.
c. Jarum spindle nomer 1 dipasang pada viskometer dan diatur
kecepatan putaran pada 60rpm.
d. Bahan diukur viskositasnya.
e. Skala yang ditunjuk pada alat dibaca setelah jumlah putaran tertentu.
Perhitungan :
Viskositas (cP)= angka pembacaan x faktor kalibrasi
4. Uji organoleptik
Uji organoleptik pengujian sensori merupakan cara pengujian
untuk mengukur tingkat kesukaan yang bertujuan untuk mengetahui
tingkat panelis terhadap teksur, rasa, dan warna dan uji kesukaan. Masing
– masing sampel Jelly Drink diuji organoleptik dengan indikator tekstur,
rasa, warna dan uji kesukaan dengan menggunakan 6 kriteria dengan skor
1 sampai 6, dimana skor terendah menunjukkan kualitas jelek, semakin
tinggi skornya kualitasnya semakin baik. Teknik pengujian ini
menggunakan 20 panelis semi terlatih dengan kriteria tercantum pada
tabel 3, 4, 5 dan 6.
33
Tabel 3. Kriteria Penilaian Uji Organoleptik Tekstur
Penilaian Skor Kode bahan
225 123 707 923 871
Sangat amat mudah disedot 6
Sangat Mudah disedot 5
Mudah disedot 4
Agak mudah disedot 3
Sulit disedot 2
Sangat sulit disedot 1
Tabel 4. Kriteria Penilaian Uji Organoleptik Warna
Penilaian Skor Kode bahan
225 123 707 923 871
Sangat amat transparan 6
Sangat transparan 5
Transparan 4
Agak Transparan 3
Tidak transparan 2
Sangat tidak transparan
(keruh)
1
Tabel 5. Kriteria Penilaian Uji Organoleptik Rasa
Penilaian Skor Kode bahan
225 123 707 923 871
Sangat amat rasa jelly drink
tomat
6
Sangat rasa jelly drink tomat 5
Rasa jelly drink tomat 4
Agak rasa jelly drink tomat 3
Tidak rasa jelly drink tomat 2
Sangat tidak rasa jelly drink
tomat
1
34
Tabel 6. Uji Kesukaan Secara Keseluruhan
Penilaian Skor Kode bahan
225 123 707 923 871
Amat sangat suka 6
Sangat suka 5
Suka 4
Agak suka 3
Agak tidak suka 2
Tidak suka 1
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dilakukan pemanfaatan konsentrasi karagenan dalam
pembuatan jelly drink untuk mengetahui sifat fisikokimia dan organoleptik.
Penambahan karagenan berfungsi sebagai bahan pengikat yang karakterisitiknya
dapat membentuk gel. Konsentrasi yang ditambahkan yaitu 0,1%; 0, 15%; 0,20%;
0,25%; 0,30%. Jelly drink yang dihasilkan kemudian dianalisis kadar air,
viskositas, sineresis, dan organoleptik dengan mutu hedonik meliputi, tekstur,
warna, rasa serta uji kesukaan (hedonik) secara keseluruhan atau uji hedonik. Dari
masing – masing data diperoleh dan dibahas pada sub – sub berikut:
A. Analisis Kimia Jelly Drink Tomat
1. Analisis Kadar Air
Kadar air merupakan suatu fisik dari bahan yang menunjukkan
banyaknya air yang terkandung pada suatu bahan pangan. Kadar air
adalah perbedaan berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan
pemanasan. Dalam suatu bahan makanan, kadar air dapat
mempengaruhi daya tahan makanan tersebut terhadap mikroba.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, analisis sidik
ragam menyatakan adanya pengaruh yang nyata terhadap kadar air (F
hitung > F tabel). Rerata kadar air jelly drink tomat yaitu berkisar antara
73,94% - 81,34%. Rerata kadar air jelly drink tomat dapat dilihat pada
tabel 7.
36
Tabel 7. Rerata Kadar Air Jelly Drink Tomat
Konsentrasi Rerata hasil (%)
K1 81,34e
K2 80,04d
K3 76,84c
K4 75,4b
K5 73,94a
Keterangan : angka yang diikuti dengan superskrip huruf yang berbeda
menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan. KV=
0,75%.
Penambahan konsetrasi karagenan dapat mempengaruhi hasil
kadar air, dimana semakin tinggi konsentrasi karagenan yang
ditambahkan, kadar airnya akan semakin sedikit, karena karagenan
merupakan hidrokolid yang mampu mengikat air. Setelah dilakukan uji
lanjut dengan uji BNJ taraf 5% didapatkan bahwa adanya perbedaan
yang nyata pada semua perlakuan terhadap kadar air jelly drink tomat.
Adapun grafik kadar air dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Grafik Kadar Air Jelly Drink Tomat
e
d
c
b
a
70
72
74
76
78
80
82
K1 K2 K3 K4 K5
Kad
ar A
ir (
%)
Konsentrasi Karagenan (%)
37
Grafik tersebut dapat dijelaskan bahwa adanya konsentrasi
karagenan yang semakin meningkat memberikan hasil perbedaan yang
sangat nyata serta akan menyebabkan penurunan kadar air. Penelitian ini,
karagenan ditambahkan sebagai gelling agent. Menurut Fardiaz (1989),
pembentukan gel adalah suatu fenomena penggabungan atau pengikat
silang rantai – rantai polimer sehingga terbentuk suatu jala tiga dimensi
bersambungan. Selanjutnya jala ini menangkap atau mengimobilisasikan
air di dalamnya dan membentuk struktur yang kuat dan kaku. Salah satu
sifat karagenan ialah mampu mengimobilisasikan air. Sehingga dengan
semakin tinggi konsentrasi karagenan yang ditambahakan pada jelly drink
tomat menyebabkan jumlah air bebas dan air teradsorbsi yang ada dalam
bahan pangan semakin menurun.
Penurunan kadar air disebabkan karena sifat karagenan yang
mampu mengikat air dalam jumlah besar (Harijono, dkk. 2001).
Penambahan hidrokoloid yang semakin tinggi akan meningkatkan
kekompakan matrik gel dan mengurangi stuktur berongga yang
menyebabkan menurunkan kekenyalan dan meningkatnya kekerasan.
Semakin tinggi hidrokoloid yang ditambahkan maka viskositas suatu
bahan akan semakin kental. Selain itu, gula juga berpengaruh terhadap
kadar air. Gula pasir merupakan zat yang bersifat hidrofilik dimana zat
yang mampu mengikat air dengan kuat sehingga dapat menyebabkan
penurunan kadar air. Buckle dkk, (2000) menyatakan bahwa sukrosa
38
memiliki daya larut yang tinggi, mempunyai kemampuan menurunkan
aktivitas air (aw) dan mengikat air.
B. Analisis Fisik Jelly Drink Tomat
1. Analisis Viskositas
Viskositas adalah derajat kekentalan suatu produk pangan.
Viskositas dipengaruhi oleh banyaknya padatan yang terkandung dalam
suatu campuran dan besarnya konsentrasi bahan pengental yang
ditambahkan. Viskositas adalah gesekan yang ditimbulkan oleh fluida
yang bergerak, atau benda padat yang bergerak di dalam fluida
(Martoharsono, 2006). Pengujian viskositas dilakukan untuk mengetahui
tingkat kekentalan jelly drink tomat karena viskositas akan
mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap uji organoleptik yaitu
tekstur. Viskositas dapat diukur menggunakan alat viskometer dengan
satuan centiPoice (cP).
Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan karagenan
berpengaruh nyata terhadap viskositas jelly drink tomat (Fhitung >
Ftabel). Rerata viskositas jelly drink tomat yaitu berkisar antara 224,8
cP – 812,8 cP . Rerata viskositas dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Rerata Viskositas Jelly Drink Tomat
Konsentrasi Rerata hasil (cP)
K1 224,8e
K2 399,6d
K3 593,2c
K4 728b
K5 812,8a
Keterangan: angka yang diikuti dengan superskrip huruf yang berbeda
39
menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan. KV=2,424%
Setelah dilakukan pengujian lanjut dengan uji BNJ taraf 5%
menunjukan berbeda nyata pada semua perlakuan. Kekentalan tertinggi
yakni terdapat pada perlakuan ke lima dengan viskositas sebesar 812,8
cP dan kekentalan terendah terdapat pada perlakuan pertama yaitu 224,8
cP. Hal ini disebabkan karena konsentrasi karagenan menyebabkan
kadar air semakin rendah. Dengan rendahnya kadar air maka akan
menyebabkan meningkatnya viskositas dari jelly drink tomat. Viskositas
jelly drink tomat dapat dilihat pada gambar 7 berikut ini.
Gambar 7. Grafik Viskositas Jelly Drink Tomat
Tingkat keasaman, gula dan pektin merupakan faktor yang
memperangaruhi tekstur serta proses dalam pembentukan gel (wibowo,
2009). Buah tomat merupakan tanaman yang memiliki pektin sebesar
0,17 – 0,25%, pektin ini akan mengalami gelatinisasi ketika dipanaskan
sehingga menyebabkan terjadinya viskositas. Gambar tersebut terjadi
e
d
c
ba
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
K1 K2 K3 K4 K5
Nila
i Vis
kosi
tas
(cP
)
Konsentrasi karagenan (%)
40
kenaikan viskositas pada setiap perlakuan. Penambahan karagenan
menyebabkan jumlah padatan naik sedangkan kadar airnya turun. Hal
ini disebabkan karena karagenan adalah bahan pengental dan memiliki
kandungan yang membentuk gel.
Pembentukan gel karagenan dipengaruhi oleh adanya kandungan
sulfat, dimana semakin rendah sulfat yang terdapat pada karagenan
maka semakin tinggi pula kekuatan gelnya (Warkoyo, 2007). Karagenan
sendiri akan mengikat air dalam jumlah besar yang menyebabkan ruang
antar partikel menjadi lebih sempit sehingga semakin banyak air yang
terikat dan terperangkap menjadi larutan yang bersifat keras.
Selain dipengaruhi oleh karagenan, gula pasir juga
mempengaruhi viskositas jelly drink tomat. Tingginya gula yang
digunakan maka viskositas jelly drink tersebut akan mengalami
kenaikan, karena gula memiliki sifat hidrofilik yang disebabkan adanya
gugus hidroksil dalam struktur molekulnya. Gugus hidroksil tersebut
akan berikatan dengan molekul air melalui ikatan hidrogen. Akibat
keadaan tersebut, air yang terdapat pada bahan pangan akan berkurang,
sehingga jelly drink tomat akan semakin kental (Winarno, 1997).
Semakin tinggi viskositas jelly drink tomat berpengaruh terhadap
teksturnya, yaitu jelly drink tomat akan sulit untuk disedot. Namun,
viskositas yang terlalu rendah akan menyebabkan jelly drink tomat
mudah hancur saat disedot.
2. Analisis Sineresis
41
Sineresis adalah keluarnya air dari gel, salah satu penyebab
sineresis adalah kontraksi pada gel akibat terbentuknya ikatan – ikatan
baru antara polimer dan struktur gel (Sunanto, 1995). Hasil analisis
sidik ragam menunjukkan adanya pengaruh yang nyata (F hitung> F
tabel) terhadap sineresis jelly drink tomat. Rerata sineresis jelly drink
tomat dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Rerata Sineresis Jelly Drink Tomat
Konsentrasi Rerata hasil (%)
K1 11,664e
K2 10,25d
K3 7,152c
K4 4,708b
K5 3,642a
Keterangan:angka yang diikuti dengan superskrip huruf yang berbeda
menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan.
KV=6,765%
Tabel 10 menunjukkan adanya perbedaan yang nyata terhadap
sineresis jelly drink tomat. Tabel menunjukkan sineresis jelly drink
tomat berkisar antara 3,642 – 11,664 %. Sineresis tertinggi terdapat pada
K1 sebesar 11,664% dengan konsentrasi karagenan paling sedikit yaitu
0,1%, dan sineresis terbesar terdapat pada K5 yaitu sebesar 3,642%
dengan konsentrasi karagenan terbesar yaitu sebanyak 0,30%. Setelah
uji lanjut BNJ taraf 5% menunjukkan bahwa semua perlakuan berbeda
nyata. Berikut grafik sineresis jelly drink tomat dapat dilihat pada
gambar 8.
42
Gambar 8. Grafik Sineresis Jelly Drink Tomat
Gambar 8 menjukkan adanya penurunan sineresis pada jelly
drink tomat. Konsentrasi karagenan sebagai gelling agent menyebabkan
penyerapan air yang terlalu banyak sehingga gel yang terbentuk rapuh
dan mudah mengalami sineresis (Muriana, 2013). Semakin tinggi
konsentrasi karagenan yang ditambahkan akan menyebabkan sineresis
jelly drink tomat semakin menurun. Hal ini diduga dengan besarnya
penggunaan konsentrasi karagenan, maka akan terbentuk struktur double
helix yang kuat sehingga dapat mengikat air sekaligus mengikatnya
sehingga molekul air dalam gel tidak mudah lepas, hal ini akan
mengurangi terjadinya sineresis.
Penyebab terjadinya sineresis pada jelly drink dikarenakan sifat
karagenan yang memiliki kestabilan gel pada pH asam, jika pHnya
terlalu asam akan menyebabkan kekuatan gel semakin lemah, dan jika
pHnya basa maka kekuatan gel akan semakin kokoh. Semakin kecil nilai
ed
c
ba
0
2
4
6
8
10
12
14
k1 k2 k3 k4 k5sin
ere
sis
jelly
dri
nk
tom
at (%
)
Konsentrasi Karagenan (%)
43
sineresis suatu produk jelly drink maka semakin baik kualitas jelly drink
dalam mengikat air
Sineresis jelly drink tomat meningkat seiring dengan
meningkatnya lama penyimpanan. Selain itu, proses pemanasan yang
lebih tinggi dari suhu pembentukan gel akan mengakibatkan polimer
karagenan dalam larutan menjadi random coil (acak) karena energi
kinetik yang ditimbulkan oleh panas menghalangi polimer karagenan
membentuk struktur helix (Sadar, 2004). Rantai polimer karagenan yang
saling bertemu menyebabkan terbentuknya ikatan hidrogen antar rantai
polimer karagenan tersebut sehingga struktur jaringan karagenan
semakin rapat dan ruang untuk memerangkap air semakin kecil.
Akibatnya air yang semula terperangkap dalam ruang antar rantai
polimer karagenan lepas dan keluar dari sistem gel (Therkelsen, 2003).
Penambahan gula pasir juga berpengaruh terhadap nilai sineresis
jelly drink, hal ini dikarenakan diduga gula pasir dapat menaikkan pH
dan hal itu mengakibatkan ikatan double helix terbentuk akan semakin
kuat. Semakin banyak gula yang ditambahkan maka akan semakin
sedikit molekul air yang tertahan pada sistem sehingga gel yang
terbentuk semakin kokoh (Meyer, 1978), sehingga terjadinya sineresis
semakin rendah.
C. Uji Organoleptik
1. Analisis Tekstur Jelly Drink Tomat
44
Tekstur merupakan karakteristik produk pangan yang penting
dalam mempengaruhi penerimaan konsumen. Menurut Deman (1989)
dalam Kurniawan (2006) menyatakan bahwa tekstur termasuk parameter
penting dalam makanan lunak. Tekstur adalah salah satu sifat kualitas
yang mempengaruhi produk. Tekstur berhubungan dengan konsistensi
yang dapat didarsakan seperti renyah atau tidak, dapat mengalir atau
menggumpal. Tekstur ditentukan dari respon bahan makanan terhadap
gaya yang diberikan. Tekstur dapat dirasakan ketika makanan tersebut
diaduk, dituang, ditarik, dipatahkan, atau dimakan (Owusu,2004).
Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi
karagenan berpengaruh nyata terhadap mutu hedonik tekstur jelly drink
tomat, dimana nilai (F hitung> F tabel). Setelah dilakukan uji lanjut BNJ
taraf 5%, semua perlakuan berbeda nyata terhadap mutu hedonik jelly
drink tomat. Rerata uji mutu hedonik tekstur dapat dilihat pada tabel 10
berikut.
Tabel 10. Rerata hasil uji mutu hedonik terhadap tekstur jelly drink tomat.
Perlakuan Rerata Hasil Kriteria
K1 5,9e Sangat amat mudah
disedot – sangat
mudah disedot
K2 5d Sangat mudah disedot
– mudah disedot
K3 3,8c Mudah disedot – agak
mudah disedot
K4 3,1b Agak mudah disedot
– sulit disedot
K5 1,7a Sulit disedot – sangat
sulit disedot
Keterangan: angka yang diikuti dengan superskrip huruf yang berbeda
45
menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan.
KV=13,378%
Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai mutu hedonik tekstur jelly
drink tomat berkisar antara 1,7 – 5,9. Semua data tersebut menunjukkan
perbedaan nyata pada semua perlakuan. Perbedaan tekstur tersebut
disebabkan oleh perbedaan penambahan konsentrasi karagenan dalam
pembuatan jelly drink tomat. Berikut grafik mutu hedonik terhadap
tekstur jelly drink tomat dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 9. Grafik mutu hedonik tekstur jelly drink tomat
Berdasarkan grafik tersebut, skor tekstur semakin menurun
dengan penambahan karagenan semakin banyak. Penambahan
konsentrasi karagenan yang berbeda berpengaruh terhadap sifat sensoris
mutu hedonik untuk tekstur dari jelly drink tomat. Penambahan
konsentrasi karagenan yang semakin sedikit akan menyebabkan gel
e
d
c
b
a
0
1
2
3
4
5
6
7
K1 K2 K3 K4 K5
Sko
r Te
kstu
r (%
)
Konsentrasi Karagenan
46
yang terbentuk belum kokoh karena jumlah air yang terperangkap dalam
gel tidak banyak.
Penambahan karagenan dapat merubah tekstur jelly drink yang
awalnya cair menjadi padat dengan cara mengikat air dan membentuk
gel. Hal ini sesuai pernyataan Winarno (2008) yang menyatakan bahwa
karagenan mempunyai peran yang sangat penting sebagai stabilisator,
bahan pengental, pembentuk gel, pengemulsi dan lain – lain.
Penambahan karagenan yang semakin banyak akan menyebabkan
tekstur jelly drink semakin padat sehingga menyebabkan sulit disedot.
Tekstur yang diinginkan pada jelly drink adalah mantap, mudah hancur
ketika disedot, tetapi bentuk gelnya masih terasa di mulut (Saputra,
2007). Hal ini sesuai pendapat winarno (1997) dan Desrosier (1988)
bahwa kepadatan gel yang terbentuk ditentukan oleh banyaknya
konsentrasi karagenan dan gula, semakin keras gel yang terbentuk.
2. Analisis Warna Jelly Drink Tomat
Warna merupakan komponen yang sangat penting dalam
menentuka kualitas atau derajat penerimaan dari suatu bahan pangan.
Makanan banyak menentukan kelezatan makanan serta cita rasa bahan
pangan itu sendiri yang terdiri dari tiga komponen yaitu bau, rasa dan
rangsangan mulut (Winarno, 1997). Warna digunakan sebagai indikator
menentukan mutu, kesegaran atau kematangan suatu produk. Selain itu,
warna juga merupakan indikator dalam pencampuran atau cara
47
pengolahan suatu produk yang menandakan merata atau tidaknya suatu
produk tersebut (Winarno, 1992)
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan hasi analisa sidik
ragam menunjukkan bahwa konsentrasi karagenan berpengaruh nyata
terhadap warna jelly drink tomat (Fhitung > Ftabel). Rerata analisa
warna jelly drink tomat dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Rerata analisa warna jelly drink tomat.
Konsentrasi Rerata hasil Kriteria
K1 3,6bc Agak transparan-transparan
K2 3,8bc Agak transparan-transparan
K3 4,4c Transparan-sangat transparan
K4 1,1a Sangat tidak transparan-tisak
trasnparan
K5 2,6b Tidak transparan-agak transparan
Keterangan: Angka yang diikuti dengan superskrip huruf yang sama
menunjukkan tidak ada pengaruh. KV = 30,97%
Tabel 12 menunjukkan rerata hasil warna antara 1,1 – 4,4. Hasil
analisa menunjukkan penambahan karagenan berpengaruh nyata
terhadap jelly drink tomat. Setelah dilakukan uji lanjut BNJ 5%, K1
berbeda nyata terhadap K3, K4, dan K5 namun tidak berbeda nyata
terhadap K2. K2 berbeda nyata terhadap K3, K4 dan K5. K3, K4, dan
K5 berbeda nyata terhadap K1 dan K2Berikut mutu hedonik warna
terhadap jelly drink tomat dapat dilihat pada gambar 10.
48
Gambar 10. Grafik mutu hedonik warna jelly drink tomat
Grafik tersebut menunjukkan bahwa K1 dan K2 berbeda nyata
pada perlakuan K3, K4, K5. Hal ini disebabkan karena perbedaan
penambahan karagenan apabila dicairkan akan mengahasilkan cairan
yang jernih sehingga tidak berpengaruh terhadap warna. Salah satu sifat
jelly drink adalah memiliki warna jernih, semakin jernih maka akan
menunjukkan kualitas yang semakin baik.
Penambahan karagenan sampai konsentrasi 0,30% tidak
berpengaruh nyata terhadap warna jelly drink tomat karena karagenan
tidak mengandung senyawa yang dapat membentuk warna ketika
dicampurkan pada minuman jelly tomat dan warna alami dari karagenan
adalah putih. Hal ini sesuai pernyataan Warkoyo (2007) bahwa
karagenan merupakan tepung berwana putih sehingga tidak berepnagruh
terhadap warna bahan pangan.
Menurut meilgaard, dkk (1999) penilaian produk terhadap warna
dipengaruhi oleh beberapa faktor cahaya lampu sebaiknya seragam,
bc
bcc
ac
0
1
2
3
4
5
6
K1 K2 K3 K4 K5
sko
r w
arn
a
Konsentrasi Karagenan
49
dekorasi ruang evaluasi yang sebaiknya berwarna netral tanpa ada
gambar atau lukisan yang berwarna warni, dan ukuran serta bentuk
sampel dapat mempengaruhi penampilan visual produk tersebut,
dengan demikian penyaji seharusnya dapat menggunakan ukuran
dan potongan produk yang seragam untuk menghasilkan konsistensi
hasil dari panelis.
3. Analaisis Rasa Jelly Drink Tomat
Rasa suatu produk mempengaruhi tingkat penerimaan konsumen,
walaupun parameternya baik, jika rasanya tidak disukai maka produk
tersebut akan ditolak (Soekarto, 1985). Rasa dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi dengan
komponen rasa yang lain. Rasa secara umum dapat dibedakan menjadi
asin, manis, pahit dan asam (Winarno, 2002). Rasa asam disebabkan
oleh donor proton, misalnya asam pada cuka, sayuran, buah-buahan,
garam asam seperti cream of tar-tar. Sumber rasa manis yang terutama
adalah gula dan sukrosa, monosakarida dan disakarida (Apandi, 1984).
Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi
karagenan berpengaruh terhadap rasa jelly drink tomat (Fhitung>Ftabel).
Rerata hasil analisa rasa jelly drink tomat dapat dilihat pada tabel 12.
50
Tabel 12. Rerata analisa rasa jelly drink tomat.
Konsentrasi Rerata hasil Kriteria
K1 3,7a
Agak rasa jelly drink tomat-rasa jelly
drink tomat
K2 3a Agak rasa jelly drink tomat
K3
3,4 a
Agak rasa jelly drink tomat-rasa jelly
drink tomat
K4 4,5 a
Rasa jelly drink tomat-sangat rasa jelly
drink tomat
K5 4,9 a
Rasa jelly drink tomat-sangat rasa jelly
drink tomat
Keterangan: Angka yang diikuti dengan superskrip huruf yang sama
menunjukkan tidak ada pengaruh. KV = 37,108%
Sifat sensori mutu hedonik untuk rasa menunjukkan bahwa
perlakuan penambahan karagenan dengan konsentrasi berbeda tidak
berpengaruh terhadap sifat rasa jelly drink tomat. Setelah dilakukan uji
lanjut BNJ 5% semua perlakuan tidak berbeda nyata. Grafik uji hedonik
rasa dapat dilihat pada gambar 11.
Gambar 11. Grafik uji hedonik rasa jelly drink tomat
Penambahan konsentrasi karagenan yang berbeda menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata pada uji sensoris panelis terhadap rasa jelly
drink tomat. Nilai rata-rata analisa jelly drik tomat berkisar antara 3,7 –
a
aa
aa
0
1
2
3
4
5
6
K1 K2 K3 K4 K5
An
alis
a R
asa
Konsentrasi Karagenan
51
4,9. Pemberian karagenan tidak memberikan pengaruh terhadap rasa
karena karagenan tidak memiliki rasa yang alami. Hal ini sesuai
pernyataan Imeson (2010) yaitu karagenan tidak mempunyai rasa
melainkan hanya memiliki senyawa pembentuk gel yang dapat mengikat
air. Adapun rasa yang muncul dari jelly drink tomat ini timbul dari sari
buah tomat, asam sitrat dan gula yang ditambahkan ke dalam jelly drink
tomat sehingga terasa manis dan memiliki rasa asam.
4. Analisis Uji Kesukaan (Hedonik)
Uji kesukaan atau uji hedonik adalah suatu cara untuk uji sensori
suatu produk. Pada penelitian ini pengujian hedonik atau uji kesukaan
dilakukan secara keseluruhan oleh panelis dengan kriteria tidak suka(1),
agak tidak suka(2), agak suka(3), suka(4), sangat suka(5), amat sangat
suka(6). Uji kesukaan bertujuan untuk tingkat kesukaan dan penerimaan
suatu produk.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data serta hasil analisis
pengaruh konsentrasi karagenan terhadap kesukaan panelis pada jelly
drink tomat. Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa
konsentrasi karagenan berpengaruh nyata terhadap kesukaan jelly drink
tomat (Fhitung>Ftebel). Hasil rerata uji kesukaan secara keseluruhan
pada jelly drink tomat dapat dilihat pada tabel 13.
52
Tabel 13. Rerata hasil uji mutu hedonik terhadap kesukaan jelly drink
tomat.
Perlakuan Rerata Hasil Kriteria
K1 1,8a Tidak suka – agak
tidak suka
K2 2,9b Agak tidak suka –
agak suka
K3 4c Agak suka – suka
K4 5,1d Suka – sangat suka
K5 5,8e Sangat suka – amat
sangat suka
Keterangan:angka yang diikuti dengan superskrip huruf yang berbeda
menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan.
KV=11,50319%
Tabel 13 menunjukkan adanya pengaruh karagenan pada
perlakuan P1 – P5. Kesukaan panelis terhadap jelly drink tomat berkisar
antara 1,8 – 5,8. Setelah dilakukan uji lanjut dengan BNJ 5% semua
perlakuan berbeda nyata. Grafik uji kesukaan panelis terhadap jelly
drink tomat dapat dilihat pada gambar 12.
Gambar 12. Grafik kesukaan jelly drink tomat
a
b
c
de
0
1
2
3
4
5
6
7
K1 K2 K3 K4 K5
Sko
r U
ji K
esu
kaan
(%)
Konsentrasi Karagenan
53
Perbedaan kesukaan tersebut dipengaruhi oleh penambahan
karagenan yang semakin tinggi akan berpengaruh terhadap teksturnya,
dimana jelly drink tersebut akan sulit untuk disedot. Penggunaan
karagenan yang terlalu sedikit akan menyebabkan jelly drink mudah
disedot namun memiliki tekstur yang rapuh karena air yang
terperangkap dalam gel tidak banyak. Sesuai pernyataan Saputra (2007)
bahwa tekstur jelly drink adalah mantap, mudah hancur ketika disedot
dan teksturnya masih terasa dimulut. Menurut data yang diperoleh,
panelis lebih menyukai jelly drink tomat pada perlakuan ke lima yaitu
dengan penambahan karagenan sebanyak 0,30%. Nilai kesukaan
terhadap jelly drink tomat menurun seiring dengan konsentrasi
karagenan yang semakin sedikit. Berdasarkan hasil penelitian Yohana,
dkk (2016), penambahan konsentrasi karagenan 0,30% lebih disukai
panelis terhadap jelly drink rosella-sirsak dan konsentrasi karagenan
0,45 – 0,50% tidak disukai panelis karena terlalu padat sehingga sulit
untuk disedot.
Penerimaan keseluruhan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain, rasa, warna dan tekstur serta aroma. Rasa manis dan asam diperoleh
dari penambahan gula dan asam sitrat, sedangkan teksturnya diperoleh
dari penambahan karagenan. Penambahan konsentrasi karagenan tidak
berpengaruh terhadap warna, rasa, dan aroma karena karagenan tidak
memiliki kandungan senyawa yang dapat membentuk warna ketika
dicampurkan ke minuman jelly drink tomat dan warna alami karagenan
54
adalah putih. Karagenan juga tidak memiliki rasa dan aroma yang khas
atau alami melainkan hanya memiliki senyawa pembentuk gel yang
dapat mengikat air (Imeson, 2010). Adapun warna, rasa dan aroma yang
muncul dari dari jelly drink tomat adalah ditimbulkan dari tomat itu
sendiri, dan rasa asam ditimbulkan adanya penambahan asam sitrat, rasa
manis disebabkan adanya penambahan gula.
D. Analisa Keputusan
Mutu suatu bahan pangan dapat diketahui berdasarkan tiga sifat
yaitu, kimia, fisik, dan organoleptik. Diterima tidaknya bahan atau produk
oleh konsumen lebih banyak ditentukan oleh sifat organoleptik, karena
berhubungan langsung dengan selera konsumen. (Mangkosubroto, 1987).
Data hasil rekapitulasi berdasarkan analisis kimia yaitu kadar air.
Analisis fisik yaitu viskositas, sineresis serta penilaian secara sensoris
mutu hedonik (warna, tekstur, rasa) dan hedonik (keseluruhan). Masing –
masing data tersebut direkap untuk menentukan perlakuan yang terbaik
dari parameter kimi, fisik, dan organoleptik.
Berdasarkan metode penentuan produk terbaik yang sudah
ditentukan, nilai yang didapatkan akan diurutkan pada kondisi terbaik dan
diharapkan ada pada produk jelly drink tomat yang dihasilkan. Jumlah
nilai yang didapatkan tiap formula dibandingan satu dengan lainnya,
formula yang memiliki jumlah tertinggi dianggap sebagai produk terbaik.
Adapun hasil rekapitulasi produk jelly drink tomat dengan konsentrasi
karagenan dapat dilihat pada tabel 15.
55
Tabel 14. Hasil Analisa Jelly Drink Tomat
Parameter K1 K2 K3 K4 K5 Jurnal
Sifat Kimia
Kadar Air(%) 81,34e 80,04d 76,84c 75,4b 73,94a 89,48
Rangking 5 4 3 2 1
Sifat Fisik
Viskositas(cP) 224,8a 399,6b 593,2c 728d 812,8e 520,7
Rangking 4 5 3 2 1
Sineresis (g) 11,664e 10,25d 7,152c 4,708b 3,642a 3,81
Rangking 1 2 3 4 5
Sifat
Organoleptik
Tekstur 5,9e 5d 3,8c 3,1b 1,7a -
Rangking 5 4 3 2 1
Warna 3,6 bc 3,8 bc 4,4 c 1,1 a 2,6 b -
Rangking 3 4 5 1 2
Rasa 3,7 a 3 a 3,4 a 4,5 a 4,9 a -
Rangking 3 3 3 3 3
Kesukaan
(hedonik)
1,8a 2,9b 4c 5,1d 5,8e -
Rangking 1 2 3 4 5
Total
Rangking 22 24 23 18 18
Perlakuan
Terbaik
K2
Tabel diatas parameter yang mendekati dengan hasil penelitian
terdahulu adalah kadar air pada K1 dengan nilai 81,34%. Parameter fisik
terbaik viskositas pada perlakuan K2 399,6 cP, sineresis yang mendekati
hasil penelitian terdahulu terdapat pada K5 dengan nilai 3,642 g.
Penambahan konsentrasi karagenan pada penelitian ini mencapai kondisi
terbaik adalah K2 dimana kadar air 80,04%, viskositas 399,6 cP, dan
sineresis 10,25 g memenuhi hasil penelitian terdahulu dan uji organoleptik
mutu hedonik terhadap tekstur 5; warna 3,8; rasa 3, dan uji hedonik
kesukaan dengan skor 2,9.
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Jelly Drink Tomat
(Lycopersicum esculentum) dengan konsentrasi karagenan terhadap sifat
fisik, kimia dan organoleptiknya dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi karagenan
berpengaruh nyata terhadap kadar air, viskositas, sineresis dan
berpengaruh nyata pada organoleptik terhadap tekstur dan uji kesukaan
: mudah atau tidaknya ketika disedot. Tetapi tidak berpengaruh nyata
terhadap warna dan rasa jelly drink tomat.
2. Setelah dilakukan uji lanjut BNJ taraf 5% hasil menunjukkan semakin
tinggi konsentrasi karagenan yang digunakan menyebabkan kadar air
semakin menurun, viskositas semakin naik, sineresis menurun, uji
kesukaan terhadap jelly drink tomat semakin naik sedangkan mutu
hedonik tekstur semakin turun.
3. Perlakuan terbaik dari parameter yang telah diuji adalah K2
(konsentrasi karagenan 0,15%), dengan kadar air 80,04%, viskositas
399,6 cP, sineresis 10,25g. Serta penilaian tekstur 5 (sangat mudah
disedot); warna 3,8 (transparan); rasa 3 (agak rasa jelly drink tomat);
dan kesukaan 4(suka).
57
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut mengenai :
1. penambahan bahan tambahan pangan lain, terutama bahan pengawet
yang aman sehingga dapat meningkatkan daya simpan jelly drink
tomat.
2. Serta melakukan penelitian lain mengenai umur simpan jelly drink
tomat yang dihasilkan dari penelitian ini.
58
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal S, dan Rao A.V. 2000. Role of Antioxidant Lycopene in cancer and rats
diseases. Journal of the American Collage of Nutrion, Vol. 19 No
5, 563- 569.
Anggadiredja, T. Jana. (2009). Rumput Laut ; Pembudidayaan, Pengolahan, &
Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial. Depok : Penebar
Swadaya. Hal. 65.
Angka, S. L., dan M. T. Suhartono. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Anonim.2010. jam and jelly.
https://adityaragilutomo.wordpress.com/tag/makanan/. Diakses
pada 9 April 2018.
Anonim. 2016. Jelly Drink Serta Bahan Pendukung Dalam Pembutan Jelly Drink.
http://www.analisispangan.com/2016/08/jelly-drink-serta-bahan-
pendukung-dalam.html. Diakses pada 2 juni 2018
Apandi, M. 1984. Teknologi Buah dan Sayuran. Penerbit Alumni. Bandung. 106
hlm.
Belitz, H.D. dan Grosch, W. (1987).Food Chemistry.2ndEd. Springer.Page 232
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, dan M. Wooton. 2000. Ilmu
Pangan. Terjemahan oleh H. Purnomo dan Adiono. UI Press.
Jakarta.
Buckle, dkk. 2007.Ilmu Pangan.UI-Press. Jakarta.
Cahyono, Bambang.2008.Tomat Usaha Tani dan Penanganan Pasca Panen.
Kanisius. Yogyakarta
Darwin, P.2013. Menikmati Gula Tanpa Rasa Takut. Yogyakarta: Sinar Ilmu
Desrosier, Norman W. 1988. Teknologi pengawet an pangan. UI Pr ess.
Jakarta.
Desrosier, N. W. 1998. Teknologi Pengawetan Pangan. Edisi III. Penerjemah
Muchji Mulyohardjo. Jakarta : UI Press
59
Dewi, Rini Kartika. 2010. Stabilizer Concentration and Sucrose To The Velva
Tomato Fruit Quality. Jurnal Teknik Kimia Vol.4, No.2, April
2010. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknologi Industri.
Institut Teknologi Nasional Malang.
Dewi, tansari; L. M. Ekawati Purwijantiningsih; F. Sinung Pranata.2014. Kualitas
Es Krim Dengan Kombinasi Wortel (Daucus carota L.) Dan Tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.). fakultas tekbiologi. Universitas
Atma Jaya Yogyakarta.
Diharmi, A., Fardiaz, D., Andarwulan, N. dan Heruwati, E. S., 2011, Karakteristik
Komposisi Kimia Rumput Laut Merah (Rhodophycea) Eucheuma
Spinosium yang Dibudidayakan dari Perairan Nusa Penida,
Takalar, dan Sumenep, Berkala Perikanan Terubuk, 39, 2, 61-66
Distantina S, Fadila., Rochmadi., M. Fahrurrozi dam Wiratni.2010. proses
ekstraksi karagenan dari eucheuma Cottoni. Seminar rekayasa
kimia dan proses. 21: 1 – 6.
Ernawati, Hapsari Titi Palupi, Muhammad Nizar.2016. Teknologipengolahan
Torakur (Tomat Rasa Kurma) Sebagai Alternatif Meningkatkan
Nilai Ekonomis Buah Tomat Di Dusun Kajang Kecamatan Junrejo
Kota Batu. Jurnal teknologi pangan vol 7 (3): 107:113
Evafadhilah. 2010. Mengenal Jenis – Jenis Gula.
http://evifadhl.wordpress.com/2010/06/05/mengenal-jenis-jenis-
gula/ diakses pada 4 April 2018.
Fardiaz, S. 1989. Penuntun Praktek Mikrobiologi Pangan. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Glicksman. 1983. Food Hydrocolloids. CRC Press. Boca Raton FL.
Harijono, JK dan J.A. Mustijasari, 2001. Pengaruh Kadar Karaginan Dan T
otal Padatan terlarut Sari Buah Apel Muda terhadap Aspek
Kualitas Permen Jelly . Jurnal Teknologi Pertanian Vol, 2 No.2
Hartz, T.K., E.M. Miyao, R.J. Mullen, and M.D. Cahn. 2001. Potassium
fertilization effects on processing tomato yield and fruit quality.
Acta Hort. 542:127-133.
Heuvelink, E. 2005. Tomatoes. CABI Publishing. London UK. 325 pages.
Imeson, A. 1992. Thickening and Gelling Agents for Food. Blackie Academic
and Professional. London
60
Imeson, A. P. 2000. Carrageenan. Di dalam Handbook of Hydrocolloids. G. O.
Phillips dan P. A. Williams (eds.). CRC Press, New York.
Imeson. A. 2010. Food Stabilizers, Thickeners and Gelling Agents. Blackwell
Publishing Ltd, Singapore.
Isnaini, Lailatul dan Yuniarti. Pengaruh Penambahan Gelling Agent Pada
Pembuatan Jelly Drink Nanas (Ananas Comus). Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jawa Timur. Hal 200-203
Jelen, Pavel. (1985). Introduction to Food Processing. Virginia : Reston
Publishing Company. Hal. 83-84.
Kailaku,S., Dewandari, K.T., Sunarmani.2007. Potensi Likopen Dalam Tomat
Untuk Kesehatan. Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian.Vol 3
Koeswara, 2006, Teknologi Modifikasi Pati. Ebook Pangan
Kwartiningsih, E. dan Mulyati, L. N. S. 2005. Pembuatan fruit leather dari
nenas.UNS. Semarang. Ekuilibrum. Vol 4. Hal 8-12.
Lukito, maharani sandina; giyarto; jayus.2017. Sifat Fisik, Kimia Dan
Organoleptik Dodol Hasil Variasi Rasio Tomat Dan Tepung
Rumput Laut. Jurnal Agroteknologi. Vol 11 (1)
Mangkosubroto. 1987. (dalam Faris 2017). Pengaruh Formulasi Tepung
Mangrove Api – Api (Avecennia Marina) dan Tepung Tapioka
Terhada Sifat Fisik, Kimia, dan Organoletik Pada Kerupuk.
Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Semarang.
Semarang.
Martoharsono, Soeharsono. 2006. Biokimia I. Yogyakarta: UGM Press.
Meilgaard, M., G. V. Civille and B. T. Carr. 1999. Sensory Evalustion Tecniques.
CRC Press. New York. Wikipedia. “Carboxymethil Celullose”.
dalam http://wikipedia. encyclopedia.com . diakses 10 Juli 2012.
Meyer, L.H., 1978. Food Chemistry Reinhold Publishing Coorporation, New
York.
Muriana, E. 2013. Sifat Fisikokimia dan Organoleptik Jelly Drink Buah
Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) dengan Variasi
Konsentrasi Karagenan, Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian
UKWMS, Surabaya.
61
Noer, H. 2007. Hidrokoloid Dalam Pembuatan Jelly Drink. Food Review.
Indonesia. Vol. 1 Edisi 2 Maret 2006
Noviana, Kiki; Mohammad Wijaya; Kadirman. 2017. Pengaruh Penambahan
Bubur Buah Tomat Terhadap Kualitas Dodol Tomat. Jurnal
Pendidikan Teknologi Pertanian Vol 3:78-87
Owusu, R., 2004, Introduction to Food Chemistry, CRC Press, Boca Raton New
York Washington D.C.
Parlina, I. 2009. Karagenan Produk Olahan Rumput Laut Merah Indonesia
yang Sangat Bermanfaat. http://iinparlina.wordpress.com. diakses
pada 8 April 2018.
Peggystia, S.M.2013. Formulasi Dan Teknologi Sediaan Semi Solid “Gel”.
http://selfiamona.blogspot.co.id/2013/10/formulasi-dan-teknologi-
sediaan-semi.html. Diakses pada 8 April 2018
Pratama, Joseph Surya Aditya Dhamar; F. Sinung Pranata; Y. Reni Swasti.2017.
Kualitas Es Krim Dengan Kombinasi Tomat (Lycopersicum
esculentum Mill.) Dan Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus).
Jurnal Teknobiologi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Ranganna, S. 1977. Manual of Analysis of Fruit and Vegetable Products.
McGraw Hill Publishing Co. New Delhi.
Sadar, L. N. 2004. Rheological and Textural Characteristics of Copolymerized
Hydrocolloidal Solutions Containing Curdlan Gum, Thesis,
Faculty of the Graduate School of the University of Maryland,
College Park.
Safrizal, R., 2010. Larutan Elektrolit dan Larutan Non Elektrolit. 2014.
http://jejaringkimia.blogspot.com. Diaskes pada 8 April 2018
Sapriyanti, Raisa; Edhi Nurhartadi; Dwi Ishartani.2014. Karakteristik Fisikokimia
Dan Sensori Velva Tomat (Lycopersicum esculentum Mill)
Dengan Pemanis Madu. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VII
(1).
Sari, W. M., dan L. Sulandari. 2014. Pengaruh jumlah asam sitrat dan agar-agar
terhadap sifat organoleptik manisan bergula puree labu siam
(Sechiu medule). E-Jurnal Boga. 3(1): 100-101.
Satuhu, S. 2004. Penanganan dan Pengolahan Buah. Jakarta: Penebar Swadaya
Satuhu, S. 1994. Penanganan dan Pengolahan Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.
62
Saputra, P. I. 2007. Sifat Kimia dan Viskositas Minuman Jelly Berbahan
Baku Yogurt Probiotik Selama Penyimpanan. Skripsi, Fakultas
Teknologi Pertanian IPB, Bogor.
Soekarto, S.T.1985. Penilaian Organoleptik. Pusat Pengembangan Teknologi
Pangan. IPB, Bogor
Soekarto, S.T.1990. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Jakarta : Bhatara Aksara.
Subagjo, A. 2007. Manajemen Pengolahan Kue Dan Roti. Graha Ilmu.
Yogayakarta. 23-37
Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa untuk
Bahan Makanan dan Pertanian.Liberty. Yogyakarta.
Sudarmadji, S. 2003. Mikrobiologi Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM.
Yogyakarta.
Sudarminto S Yuwono dan Tri Susanto. 1998. Pengujian Fisik Pangan.
Universitas Brawijaya. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Teknologi Pertanian. Sunanto, H., (1997), Budi Daya Murbei dan Usaha Persuteraan Alam,
Penerbit Kaisus, Yogyakarta
Sunarmani, Kun Tanti, D., 2008, Parameter Likopen Dalam Standardisasi
Konsentrat Buah Tomat, Prosiding PPI Standardisasi, Jakarta.
Susanto, T. Dan B. Saneto. 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian.
Surabaya. Binda Ilmu
Therkelsen, G. H. 1993. Carrageenan, (dalam Industrial Gums:
Polysaccharides and Their Derivatives Third Edition, R.L.
Whistler and J.N. BeMiller, Eds.), San Diego: Academia Press,
Inc, 145-180.
Towle, G.A. 1973. “Carrageenan. In Industrial Gums”. R.L. Wistler and Be.
Miller. S.N. (eds) Academic Press. London.
Ulfah, M. 2011. Pengaruh Larutan Asam Asetat dan Lama Waktu Perendaman
Terhadap Sifat-sifat Gelatin Ceker Ayam. Jurnal Agritech
31(3):161-167.
63
Usov, A. I. 1998. Structural Analysis Of Red Seaweed Galactans Of Agar And
Carrageenan Groups. Food Hydrocolloids. 12. 301–308.
Wagiyono.2003.Menguji Kesukaan secara Organoleptik. Bagian Proyek
Pengembangan Kurikulum Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Warkoyo. 2007. Studi Ekstraksi Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma
cottonii (Kajian Jenis Larutan Perendam dan Lama
Perendaman). Jurnal Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah. Malang.
Wibowo, A. 2009. Studi Pembuatan Jelly drink Sari Bunga Rosella
(Hibiscus sabdariffa L.) Tinjauan Proporsi Tepung Porang dan
Karagenan Serta Penambahan Sukrosa. Skripsi. Jurusan Teknologi
Hasil Pertanian. FakultasTeknologi Pertanian. Universitas
Brawijaya. Malang
Widawati, Lina; Hendri Hardiyanto.2016. Pengaruh Konsentrasi Karagenan
Terhadap Sifat Fisik, Kimia Dan Organoleptik Minuman Jeli Nanas
(Ananas comosus L. Merr ). Jurnal Agritepa, Vol. II (2):144-152
Widowati, S. 2007. Sehat dengan Pangan Indeks Glikemik Rendah. Warta
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 29. No. 3
Widyastuti, Sri. 2008. Sifat fisik dan Kimiawi Karagenan Yang Diekstrak
Dari Rumput Laut Eucheuma Cottonii dan e. Spinosum Pada
Umur Panen Yang Berbeda. Agroteksos vol. 20 no.1
Winarno, F.G.,1987. Gizi dan Makanan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Winarno, F.G. 1990. Tempe, Misteri Gizi Dari Jawa, Info Pangan. Teknologi
Pangan Dan Gizi, Fatameta. IPB. Bogor
Winarno, F.G. 1992. Pangan, Gizi, Teknologi Dan Konsumen. Jakarta: Gramedia
Winarno, F .G. 1997. Kimia pangan dan gizi. Gramedia. Jakarta
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi.Gramedia. Jakarta.
Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi: Edisi Terbaru. Jakarta. Gramedia
Pustaka Utama.
Winiarti, P. Rahayu. 1998.Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik.
Bogor:IPB
64
Winarti, Sri. 2010. Makanan Fungsional. Surabaya: Graha Ilmu
Wiraatmaja, Astawa, dan Devianitri. 2007.Memperpanjang Kesegaran Bunga
Potong Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev.) dengan
Larutan Perendam Sukrosa dan Asam Sitrat. Agritrop. 26 (3): 129-
135.
Yohana, F.G; Thomas Indarto P.S; Sutarjo Surjoseputro. 2014. Perbedaan
Konsentrasi Karagenan Terhadap Sifat Fisikokimia Dan
Organoleptik Jelly Drink Rosela-Sirsak. Jurnal Teknologi Pangan
dan Gizi. Vol 13 (2): 87-93
65
LAMPIRAN
A. HASIL ANALISA SIFAT KIMIA DAN FISIK JELLY DRINK TOMAT
1. Perhitungan Kadar Air
Tabel 15 . Uji Kadar Air Jelly Drink Tomat
PERLAKUAN
ULANGAN
TU U1 U2 U3 U4 U5
K1 82,1 81,1 81,1 80,9 81,5 406,7
K2 79,3 79,3 79,3 81,1 81,2 400,2
K3 76,5 77,2 77,1 77,2 76,2 384,2
K4 75,3 75,7 74,9 75,7 75,4 377
K5 73,5 74,3 73,7 74,3 73,9 369,7
TP 386,7 387,6 386,1 389,2 388,2 1937,8
Db total= t.r-1= 24
Db perlakuan= t-1= 4
Db galad= (t.r-1)-(t-1)= 20
FK= 1937,82
25 = 150202,8
JK total = (82,12+81,12 +81,12+....+73,92) – FK= 200,4064
JK perlakuan= 406,7²+400,2²+384,2²+377²+369,7²
5 – FK = 193,5784
JK galad acak = 200,4064 – 200,4064 = 6,828
KT perlakuan = 193,5784
4 = 48,3946
KT galad acak = 6,828
20 = 0,3414
F hitung = 48,3946
0,3414 = 141,7534
66
Tabel 16. Hasil analisis varian kadar air dari Jelly Drink Tomat
Sumber
varasi
Db JK KT Uji F
F hitung F tabel
5% 1%
Perlakuan 4 193,5784 48,3946 141,7534** 2,87 4,43
Galad 20 6,828 0,3414
Total 24
KV = √0,3414
77,512 ×100 = 0,753811599
Pengujian Lanjut (Uji Beda Nyata Jujur)
Sx perlakuan = √0,3414
5 = 0,26130442
W = sx. q5% (5,20) = 0,26130442 × 4,23 = 1,105317697
K1= 81,34
K2= 80,04
K3= 76,84
K4= 75,4
K5=73,94
K1-K2 = 1,3 > 1,105317697 K2-K4= 4,64 > 1,105317697
K1-K3 = 4,5 > 1,105317697 K2-K5= 6,1 > 1,105317697
K1-K4 = 5,94 > 1,105317697 K3-K4= 1,44 > 1,105317697
K1-K5 = 7,4 > 1,105317697 K3-K5= 2,9 > 1,105317697
K2-K3 = 3,2 > 1,105317697 K4-K5= 1,46 > 1,105317697
K5 K4 K3 K2 K1
a b c d e
67
Tabel 17. Notasi kadar air Jelly Drink Tomat
Konsentrasi Rerata hasil
K1 81,34e
K2 80,04d
K3 76,84c
K4 75,4b
K5 73,94a
2. Perhitungan Viskositas
Tabel 18. Uji Viskositas Jelly Drink Tomat
PERLAKUAN
ULANGAN
TU U1 U2 U3 U4 U5
K1 236 246 240 202 200 1124
K2 388 412 416 396 386 1998
K3 584 584 586 592 610 2966
K4 720 728 736 732 724 3640
K5 820 816 800 810 818 4046
TP 2748 2786 2788 2732 2738 13792
Db total= t.r-1= 24
Db perlakuan= t-1= 4
Db galad= (t.r-1)-(t-1)= 20
FK= 1902192642
25 = 7608771
JK total = (2362+2462 +2402+....+8182) – FK= 1158453
JK perlakuan= 1124²+1998²+2966²+3640²+4046²
5 – FK = 1154875,4
JK galad acak = 1158453– 1154875,4= 3577,6
KT perlakuan = 1154875,4
4 = 288719
68
KT galad acak = 3577,6
20 = 178,88
F hitung = 288719
178,88 = 1614,037
Tabel 19. Hasil analisis varian viskositas dari Jelly Drink Tomat
Sumber
varasi
Db JK KT Uji F
F hitung F tabel
5% 1%
Perlakuan 4 1154875,4 288719 1614,037** 2,87 4,43
Galad 20 3577,6 178,88
Total 24
KV = √178,88
551,68 ×100 = 2,424
Pengujian Lanjut (Uji Beda Nyata Jujur)
Sx perlakuan = √178,88
5 = 5,981
W = sx. q5% (5,20) = 5,981 × 4,23 = 25,29963
K1= 224,8
K2= 399,6
K3= 593,2
K4= 728
K5= 812,8
K1-K2 = 174,8 > 25,29963 K2-K4= 328,4 > 25,29963
K1-K3 = 368,4 > 25,29963 K2-K5= 413,2 > 25,29963
K1-K4 = 503,2 > 25,29963 K3-K4= 134,8 > 25,29963
K1-K5 =588 > 25,29963 K3-K5= 219,6 > 25,29963
K2-K3 =193,6 > 25,29963 K4-K5= 84,8 > 25,29963
69
K1 K2 K3 K4 K5
a b c d e
Tabel 20. Notasi Viskositas Jelly Drink Tomat
Konsentrasi Rerata hasil
K1 224,8a
K2 399,6b
K3 593,2c
K4 728d
K5 812,8e
3. Perhitungan Sineresis
Tabel 21. Uji Sineresis Jelly Drink Tomat
PERLAKUAN
ULANGAN
TU U1 U2 U3 U4 U5
K1 11,2 12,18 11,16 12,48 11,3 58,32
K2 10,77 10,48 9,59 9,56 10,85 51,25
K3 7,65 7,39 6,58 6,34 7,8 35,76
K4 4,58 4,78 4,86 4,53 4,79 23,54
K5 3,51 3,64 3,85 3,87 3,34 18,21
TP 37,71 38,48 36,04 36,78 38,08 187,08
Db total= t.r-1= 24
Db perlakuan= t-1= 4
Db galad= (t.r-1)-(t-1)= 20
FK= 187,082
25 = 1399,957
JK total = (11,22+12,182 +11,162+....+3,342) – FK= 243,6295
JK perlakuan= 58,32²+51,25²+35,76²+23,54²+18,21²
5 – FK = 238,5026
JK galad acak =243,6295–238,5026= 5,12696
70
KT perlakuan = 238,5026
4 = 59,62565
KT galad acak = 5,12696
20 = 0,256348
F hitung = 59,62565
0,256348 = 232,5965
Tabel 22. Hasil analisis varian sineresis dari Jelly Drink Tomat
Sumber
varasi
Db JK KT Uji F
F hitung F tabel
5% 1%
Perlakuan 4 238,5026 59,62565 232,5965** 2,87 4,43
Galad 20 5,12696 0,256348
Total 24 243,6295
KV = √0,256348
7,4832 ×100 = 6,765931774
Pengujian Lanjut (Uji Beda Nyata Jujur)
Sx perlakuan = √0,256348
5 = 0,226427913
W = sx. q5% (5,20) = 0,226427913 × 4,23 = 0,957790074
K1= 11,664
K2= 10,25
K3= 7,152
K4= 4,708
K5= 3,642
K1-K2 = 1,414 > 0,957790074 K2-K4= 5,542 > 0,957790074
K1-K3 = 4,512 > 0,957790074 K2-K5= 6,608 > 0,957790074
K1-K4 = 6,959 > 0,957790074 K3-K4= 2,444 > 0,957790074
K1-K5 = 8,022 > 0,957790074 K3-K5= 3,51 > 0,957790074
71
K2-K3 = 3,098 > 0,957790074 K4-K5= 1,066 > 0,957790074
K5 K4 K3 K2 K1
a b c d e
Tabel 23. Notasi Sineresis Jelly Drink Tomat
Konsentrasi Rerata hasil
K1 11,664e
K2 10,25d
K3 7,152c
K4 4,708b
K5 3,642a
72
B. HASIL ANALISIS SIFAT ORGANOLEPTIK JELLY DRINK TOMAT
1. Mutu Hedonik Warna
Tabel 24. Mutu Hedonik Warna Jelly Drink Tomat
PANELIS
KODE BAHAN
923 707 871 225 123 TU
1 3 4 5 1 2 15
2 5 2 3 1 4 15
3 5 2 3 1 4 15
4 5 4 3 1 2 15
5 3 4 5 1 2 15
6 3 4 5 1 2 15
7 2 5 4 1 3 15
8 4 5 6 2 3 20
9 3 4 5 1 2 15
10 3 4 5 1 2 15
TP 36 38 44 11 26 155
Db total = t.r – 1 = 49
Db perlakuan = t – 1 = 4
Db ulangan = r – 1 = 9
Db galad = (t.r – 1) – (t – 1) – (r – 1) = 36
FK = 1552
50 = 480,5
JK total = (32 + 42 + ... + 22 + 22) – FK = 104,5
JK perlakuan = 36²+38²+44²+11²+26²
10 – FK = 66,8
JK ulangan = 15²+15²+⋯+15²
5 – FK = 4,5
JK galad acak =104,5–66,8–4,5 = 33,2
KT perlakuan = 16,7
4= 16,7
73
KT ulangan = 4,5
9 = 0,5
KT galad acak = 33,2
36 = 0,922
F hitung perlakuan = 16,7
0,922 = 18, 108
F hitung ulangan = 0,5
0,922 = 0,542
Tabel 25. Hasil analisis varian warna dari Jelly Drink Tomat
sumber variasi Db Jk Kt
uji F
f hit f tabel
5% 1%
Perlakuan 4 66,8 16,7 18,108 2,49 3,59
Ulangan 9 4,5 0,5 0,542 1,78 2,22
Galad 36 33,2 0,922
Total 49
KV = √0,922
3,1 ×100 = 30,97%
Pengujian Lanjut (BNJ)
Sx perlakuan = √0,922
20 = 0,3036
W = Sx.q5%(5,76) = 0,3036 x 4,064 = 1,234
K1 = 3,6
K2 = 3,8
K3 = 4,4
K4 = 1,1
K5 = 2,6
K1-K2 = -0,2 > 1,234 K2-K4= 2,7 > 1,234
K1-K3 = -0,8 > 1,234 K2-K5= 1,2 > 1,234
K1-K4 = 2,5 > 1,234 K3-K4= 3,3 > 1,234
74
K1-K5 = 1 > 1,234 K3-K5= 1,8 > 1,234
K2-K3 = -0,06 >1,234 K4-K5= -1,5 > 1,234
K4 K5 K1 K2 K3
a b bc bc c
Tabel 26. Notasi warna Jelly Drink Tomat
Konsentrasi Rerata hasil
K1 3,6bc
K2 3,8bc
K3 4,4c
K4 1,1a
K5 2,6b
2. Mutu Hedonik Tekstur
Tabel 27. Mutu Hedonik Tekstur Jelly Drink Tomat
PANELIS
KODE BAHAN
923 707 871 225 123 TU
1 6 5 4 3 2 20
2 6 5 4 3 2 20
3 6 5 4 3 2 20
4 6 5 4 3 2 20
5 6 5 4 3 2 20
6 6 5 4 3 2 20
7 5 6 3 2 1 17
8 6 5 4 3 1 19
9 6 5 4 3 1 19
10 6 4 3 5 2 20
TP 59 50 38 31 17 195
Db total = t.r – 1 = 49
Db perlakuan = t – 1 = 4
Db ulangan = r – 1 = 9
Db galad = (t.r – 1) – (t – 1) – (r – 1) = 36
75
FK = 1952
50 = 760,5
JK total = (62 + 52 + ... + 12 + 22) – FK = 118,5
JK perlakuan = 59²+50²+38²+31²+17²
10 – FK = 107
JK ulangan = 20²+20²+⋯+20²
5 – FK = 1,7
JK galad acak = 118,5 – 107 – 1,7= 9,8
KT perlakuan = 107
4= 26,75
KT ulangan = 107
9 = 0,188
KT galad acak = 9,8
36 = 0,272
F hitung perlakuan = 26,75
0,271 = 98,265
F hitung ulangan = 0,188
0,271 = 0,693
Tabel 28. Hasil analisis varian tekstur dari Jelly Drink Tomat
sumber variasi Db Jk Kt
uji F
f hit f tabel
5% 1%
Perlakuan 4 107 26,75 98,265 2,49 3,59
Ulangan 19 1,7 0,188 0,693 1,78 2,22
Galad 76 9,8 0,272
Total 99
KV = √0,272
3,9 ×100 = 13,378%
Pengujian Lanjut (BNJ)
76
Sx perlakuan = √0,272
10 = 0,1649
W = Sx.q5%(5,76) = 0,1649 x 4,064 = 0,670
K1 = 5,9
K2 = 5
K3 = 3,8
K4 = 3,1
K5 = 1,7
K1-K2 = 0,9 > 0,670 K2-K4= 1,9 > 0,670
K1-K3 = 2,1 > 0,670 K2-K5= 3,3 > 0,670
K1-K4 = 2,8 > 0,670 K3-K4= 0,7 > 0,670
K1-K5 = 4,2 > 0,670 K3-K5= 2,1 > 0,670
K2-K3 = 1,2 > 0,670 K4-K5= 1,4 > 0,670
K5 K4 K3 K2 K1
a b c d e
Tabel 29. Notasi Tekstur Jelly Drink Tomat
Konsentrasi Rerata hasil
K1 5,9e
K2 5d
K3 3,8c
K4 3,1b
K5 1,9a
77
3. Mutu Hedonik Rasa
Tabel 30. Mutu hedonik rasa Jelly Drink Tomat
PANELIS
KODE BAHAN
923 707 871 225 123 TU
1 2 3 4 5 6 20
2 2 3 4 5 6 20
3 2 5 3 6 4 20
4 4 3 2 5 6 20
5 2 5 3 6 4 20
6 6 3 2 4 5 20
7 2 3 4 5 6 20
8 6 2 3 4 5 20
9 6 2 5 3 4 20
10 5 1 4 2 3 15
TP 37 30 34 45 49 195
Db total = t.r – 1 = 49
Db perlakuan = t – 1 = 4
Db ulangan = r – 1 = 9
Db galad = (t.r – 1) – (t – 1) – (r – 1) = 36
FK = 1952
50 = 760,5
JK total = (22 +32 + ... +42 +32) – FK = 104,5
JK perlakuan = 37²+30²+34²+45²+49²
10 – FK = 24,6
JK ulangan = 20²+20²+⋯+15²
5 – FK = 4,5
JK galad acak =104,5 –24,6 –4,5 = 75,4
KT perlakuan = 24,6
4= 6,15
78
KT ulangan = 4,5
9 = 0,5
KT galad acak = 75,4
36 = 2,094
F hitung perlakuan = 6,15
2,094 = 2,936
F hitung ulangan = 0,5
2,094 = 0,238
Tabel 31. Hasil analisis varian rasa dari Jelly Drink Tomat
sumber variasi Db Jk Kt
uji F
f hit f tabel
5% 1%
Perlakuan 4 24,6 6,15 2,936 2,49 3,59
Ulangan 9 4,5 0,5 0,238 1,78 2,22
Galad 36 75,4 2,094
Total 49
KV = √2,094
3,9 ×100 = 37,108 %
Pengujian Lanjut (BNJ)
Sx perlakuan = √2,094
10 = 0,457
W = Sx.q5%(5,36) = 0,457 x 4,064 = 1,859
K1 = 3,7
K2 = 3
K3 = 3,4
K4 = 4,5
K5 = 4,9
K1-K2 = 0,7 > 1,859 K2-K4=-1,5 > 1,859
K1-K3 = 0,3 >1,859 K2-K5= -1,9 > 1,859
79
K1-K4 = -0,8 > 1,859 K3-K4= -1,1 > 1,859
K1-K5 = -1,2 > 1,859 K3-K5= -1,5 > 1,859
K2-K3 = -0,4 >1,859 K4-K5= -0,4 > 1,859
K1 K2 K3 K4 K5
a a a a a
Tabel 32. Notasi rasa Jelly Drink Tomat
Konsentrasi Rerata hasil
K1 3,7a
K2 3a
K3 3,4a
K4 4,5a
K5 4,9a
4. Uji hedonik Kesukaan
Tabel 33. Uji Kesukaan Jelly Drink Tomat
PANELIS
KODE BAHAN
923 707 871 225 123 TU
1 1 3 4 5 6 19
2 2 3 4 6 5 20
3 1 2 3 5 6 17
4 2 3 4 5 6 20
5 2 3 4 5 6 20
6 2 3 5 4 6 20
7 2 3 4 6 5 20
8 2 3 4 5 6 20
9 2 3 4 5 6 20
10 2 3 4 5 6 20
TP 18 29 40 51 58 196
Db total = t.r – 1 = 49
Db perlakuan = t – 1 = 4
80
Db ulangan = r – 1 = 9
Db galad = (t.r – 1) – (t – 1) – (r – 1) = 36
FK = 1962
50 = 768,32
JK total = (12 + 32 + ... + 62 + 62) – FK = 113,68
JK perlakuan = 18²+⋯+58²
10 – FK = 104,68
JK ulangan = 19²+20²+⋯+20²
5 – FK = 1,68
JK galad acak =113,68–104,68–1,68= 7,32
KT perlakuan = 104,68
4= 26,17
KT ulangan = 1,68
9 = 0,187
KT galad acak = 7,32
36 = 0,203
F hitung perlakuan = 26,17
0,203 = 128,7049
F hitung ulangan = 0,187
0,203 = 0,918
Tabel 34. Hasil analisis varian kesukaan dari Jelly Drink Tomat
sumber variasi Db Jk Kt
uji F
f hit f tabel
5% 1%
Perlakuan 4 104,68 26,17 128,7049 2,63 3,89
Ulangan 9 1,68 0,187 0,918 2,15 2,95
Galad 36 7,32
Total 49
KV = √0,203
3,92 ×100 = 11,503
81
Pengujian Lanjut (BNJ)
Sx perlakuan = √0,203
10 = 0,142
W = Sx.q5%(5,36) = 0,142 x 4,064 = 0,579
K1 = 1,8
K2 = 2,9
K3 = 4
K4 = 5,1
K5 = 5,8
K1-K2 = -1,1 > 0,579 K2-K4=-2,2 > 0,579
K1-K3 = -2,2 > 0,579 K2-K5= -2,9 > 0,579
K1-K4 = -3,3 > 0,579 K3-K4= -1,1 > 0,579
K1-K5 = -4 > 0,579 K3-K5= -1,8 > 0,579
K2-K3 =-1,1 > 0,579 K4-K5= 0,7 > 0,579
K1 K2 K3 K4 K5
a b c d e
Tabel 35. Notasi Uji Kesukaan Jelly Drink Tomat
Konsentrasi Rerata hasil
K1 1,8a
K2 2,9b
K3 4c
K4 5,1d
K5 5,8e
82
DOKUMENTASI
Gambar tomat
Proses blanching tomat
Gambar karagenan
Penyaringan sari tomat
Pemasakan jelly drink
Pengujian kadar air
83
Penimbangan sampel
Pendinginan di desikator
Sampel setelah dioven
Sampel jelly drink
Pengujian viskositas
Pengujian sineresis
84
LEMBAR KONSULTASI
A. PEMBIMBING I
85
B. PEMBIMBING II
86
LEMBAR PUBLISH