KONSEKUENSI KDH MELANGGAR UU ASN

2
Konsekuensi Yuridis Bagi Kepala Daerah Yang Melanggar Peraturan Perundang-undangan Dalam Pengangakatan JPT Aparatur Sipil Negara dirangkum Oleh : NOPIAN ANDUSTI, S.E.,M.T (Staf Ahli Bupati Bengkulu Selatan) 1. Kepala Daerah, menurut pasal 235 ayat (1) UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, memang diberi kewenangan mengangkat dan/atau melantik kepala Perangkat Daerah, berdasarkan hasil seleksi. Proses seleksi kepala Perangkat Daerah, menurut pasal 234 ayat (4) Undang-Undang tersebut, sesuai dengan proses seleksi bagi jabatan pimpinan tinggi pratama di instansi Daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara ; 2. Proses seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di instansi daerah, menurut pasal 108 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN), dilakukan secara terbuka dan kompetitif pada tingkat nasional atau antar kabupaten/kota dalam lingkup 1 (satu) provinsi ; 3. Seleksi pengisian JPT Pratama di instansi Daerah menurut pasal 105, dilakukan oleh Panitia Seleksi yang dibentuk Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK). Panitia seleksi kemudian mengajukan 3 (tiga) nama calon terbaik untuk masing- masing jabatan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian untuk dipilih salah satu diantaranya. Petunjuk pelaksanaan seleksi secara detail sudah diatur dalam Permen PANRB Nomor 13 tahun 2014 ; 4. KASN, menurut pasal 32 ayat (1) UU ASN, diberi kewenangan mengawasi setiap tahapan proses seleksi terbuka tersebut, mulai dari pembentukan panitia seleksi, pengumuman lowongan, pelaksanaan seleksi, pengusulan nama calon, penetapan, dan pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi. Dalam hal ada dugaan pelanggaraan, KASN juga diberi kewenangan melakukan klarifikasi, melakukan penyelidikan dan mengeluarkan rekomendasi. Selanjutnya Pasal 32 ayat (2) dari Undang-Undang tersebut mengatakan bahwa hasil pengawasan KASN disampaikan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian dan Pejabat Yang Berwenang (PYB). Rekomendasi KASN bersifat final dan mengikat ; 5. Pasal 32 ayat (3) mengatakan bahwa hasil pengawasan terhadap pelaksanaan pengisian JPT disampaikan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian dan Pejabat yang Berwenang untuk wajib ditindaklanjuti ; 6. Dalam hal hasil pengawasan tidak ditindaklanjuti, menurut pasal 33 ayat (1) UU ASN, KASN merekomendasikan kepada Presiden untuk menjatuhkan sanksi terhadap Pejabat Pembina Kepegawaian dan Pejabat Yang Berwenang yang melanggar prinsip Sistem Merit dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Menurut pasal 33 ayat (2), sanksi yang dimaksud berupa: a. peringatan; b. teguran; c. perbaikan, pencabutan, pembatalan, penerbitan keputusan, dan/atau pengembalian pembayaran; d. hukuman disiplin untuk Pejabat Yang Berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan; dan. sanksi untuk Pejabat Pembina Kepegawaian, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku ;

Transcript of KONSEKUENSI KDH MELANGGAR UU ASN

Page 1: KONSEKUENSI KDH MELANGGAR UU ASN

Konsekuensi Yuridis Bagi Kepala DaerahYang Melanggar Peraturan Perundang-undanganDalam Pengangakatan JPT Aparatur Sipil Negara

dirangkum Oleh : NOPIAN ANDUSTI, S.E.,M.T(Staf Ahli Bupati Bengkulu Selatan)

1. Kepala Daerah, menurut pasal 235 ayat (1) UU 23 tahun 2014 tentangPemerintah Daerah, memang diberi kewenangan mengangkat dan/atau melantikkepala Perangkat Daerah, berdasarkan hasil seleksi. Proses seleksi kepalaPerangkat Daerah, menurut pasal 234 ayat (4) Undang-Undang tersebut, sesuaidengan proses seleksi bagi jabatan pimpinan tinggi pratama di instansi Daerahsebagaimana diatur dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara ;

2. Proses seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di instansi daerah, menurutpasal 108 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara(UU ASN), dilakukan secara terbuka dan kompetitif pada tingkat nasional atauantar kabupaten/kota dalam lingkup 1 (satu) provinsi ;

3. Seleksi pengisian JPT Pratama di instansi Daerah menurut pasal 105, dilakukanoleh Panitia Seleksi yang dibentuk Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK).Panitia seleksi kemudian mengajukan 3 (tiga) nama calon terbaik untuk masing-masing jabatan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian untuk dipilih salah satudiantaranya. Petunjuk pelaksanaan seleksi secara detail sudah diatur dalamPermen PANRB Nomor 13 tahun 2014 ;

4. KASN, menurut pasal 32 ayat (1) UU ASN, diberi kewenangan mengawasisetiap tahapan proses seleksi terbuka tersebut, mulai dari pembentukan panitiaseleksi, pengumuman lowongan, pelaksanaan seleksi, pengusulan nama calon,penetapan, dan pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi. Dalam hal ada dugaanpelanggaraan, KASN juga diberi kewenangan melakukan klarifikasi, melakukanpenyelidikan dan mengeluarkan rekomendasi. Selanjutnya Pasal 32 ayat (2) dariUndang-Undang tersebut mengatakan bahwa hasil pengawasan KASNdisampaikan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian dan Pejabat YangBerwenang (PYB). Rekomendasi KASN bersifat final dan mengikat ;

5. Pasal 32 ayat (3) mengatakan bahwa hasil pengawasan terhadap pelaksanaanpengisian JPT disampaikan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian dan Pejabatyang Berwenang untuk wajib ditindaklanjuti ;

6. Dalam hal hasil pengawasan tidak ditindaklanjuti, menurut pasal 33 ayat (1) UUASN, KASN merekomendasikan kepada Presiden untuk menjatuhkan sanksiterhadap Pejabat Pembina Kepegawaian dan Pejabat Yang Berwenang yangmelanggar prinsip Sistem Merit dan ketentuan peraturan perundang-undangan.Menurut pasal 33 ayat (2), sanksi yang dimaksud berupa: a. peringatan; b.teguran; c. perbaikan, pencabutan, pembatalan, penerbitan keputusan, dan/ataupengembalian pembayaran; d. hukuman disiplin untuk Pejabat Yang Berwenangsesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan; dan. sanksi untukPejabat Pembina Kepegawaian, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku ;

Page 2: KONSEKUENSI KDH MELANGGAR UU ASN

7. Pemberian sanksi, menurut pasal 33 ayat (3) UU ASN, dilakukan oleh:a. Presiden selaku pemegang kekuasan tertinggi pembinaan ASN, terhadap

keputusan yang ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian; danb. Menteri terhadap keputusan yang ditetapkan oleh Pejabat Yang Berwenang,

dan terhadap Pejabat Pembina Kepegawaian di tingkat provinsi dankabupaten/kota.

Selanjutnya, sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,yaitu :1. Pasal 78 ayat (1) Kepala Daerah/WKDH berhenti karena:

a. Meninggal dunia,b. Permintaan sendiri,c. Diberhentikan,

2. Pasal 78 ayat (2) KDH/WKDH dapat diberhentikan karena:a. Berakhir masa jabatannya,b. Berhalangan tetap berturut-turut selama 6 bulan,c. Melanggar sumpah janji,d. Tidak melaksanakan kewajibannya.

3. Pasal 61 ayat (2) Sumpah Janji KDH adalah menjalankan segala Undang-Undang dan Peraturannya dgn selurus-lurusnya ;

4. Pasal 67 kewajiban KDH/WKDH adalah:a. Memegang teguh Pancasila dan UUD 1945,b. Menaati seluruh ketentuan Peraturan Perundang-undangan,c. Mengembangkan kehidupan demokrasi,d. Menjaga Etika dan Norma Pelaksanaan Urusan Pemerintahan,e. Menerapkan Tata Pemerintahan Yang Baik,f. Melaksanakan Program Strategis Nasional,g. Menjalin Hub Kerja dgn Seluruh Instansi Vertikal di Daerah dan Perangkat

Daerah.

Kesimpulan:

Dari ketentuan Pasal-Pasal diatas, Kepala Daerah dapat diberhentikan karenamelanggar sumpah yaitu menjalankan segala undang-undang dan peraturannyadengan selurus-lurusnya dan melanggar janji serta tidak melaksanakan kewajiban yaitumenaati seluruh ketentuan perundang-undangan termasuk ketaatan terhadap UU5/2014 tentang ASN.

Catatan :Sumber dari UU No. 5 Tahun 2014, dan UU No. 23 Tahun 2014

Compaq
Highlight