KONOMI NASIONAL - ftp.unpad.ac.id fileBISNIS APARTEMEN: Sejumlah pengunjung berada di salah satu...

1
tidak besar. “Terbukti produk investasi reksa dana saat ini sangat ber- tumbuh. Di produk ini, investasi tidak memerlukan uang dalam jumlah besar seperti yang dikira masyarakat sebelumnya,” im- buhnya. Salah seorang nasabah reksa dana, Utari, 59, mengaku de- ngan investasi reksa dana, ke- untungan yang diperolehnya sangat besar. Namun di sisi lain, investasi reksa dana juga tidak bisa diprediksi di kala krisis. Menurut dia, bunga deposito sudah tidak bisa memberikan lagi keuntungan besar. Karena itu, mumpung sekarang kondisi perekonomian Indonesia sedang membaik, ia berniat menambah investasi reksa dananya. Selain reksa dana, portofolio investasi yang diperkirakan akan menarik peminat tahun ini adalah obligasi. Di samping penerbitan obligasi bakal marak seiring dengan banyaknya ob- ligasi yang jatuh tempo pada 2011, pasar itu menarik karena menawarkan imbal hasil (yield) yang meningkat. Vice President Head of Debt Research of Danareksa Sekuritas Budi Susanto mengatakan siklus kenaikan yield obligasi dimulai awal tahun. Ia memproyeksikan sampai dengan April 2011 yield obligasi bisa naik menjadi 8,5%- 8,7%. Sebagai perbandingan, di akhir 2010, indeks rata-rata yield obligasi mengalami kenaikan dan ditutup pada level 7,65%. Meski instrumen investasi ini dinilai kurang likuid, karena yield yang ditawarkan lebih baik daripada deposito atau investasi perbankan lainnya, Budi yakin obligasi akan diburu investor. “Jika harus memilih, tentu in- vestor akan menempatkan dana di keranjang yang memberikan keuntungan lebih besar,” kata- nya. (Atp/E-2) [email protected] 18 SENIN, 31 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA E KONOMI NASIONAL MARCHELO R UMUS lama mena- bung pangkal kaya barangkali sudah tidak begitu relevan jika di- terapkan saat ini. Menumpuk uang di tabung- an, atau bahkan di deposito sekalipun, kini tidak lagi bisa membuat kekayaan bertambah. Yang terjadi justru sebaliknya, uang bakal terkikis karena ting- kat inasi sekarang ini melam- paui suku bunga tabungan atau deposito. Jadi, jika mau kaya dan terus bertambah kaya, segeralah berin- vestasi. “Dengan berinvestasi, se- gala yang ingin dicapai menjadi terjangkau,” kata Head of Invest- ment and Treasury of Standard Chartered Bank Indonesia Alfred Rinaldi Triestanto dalam seminar keuangan Wealth-on-Wealth di Jakarta, pekan lalu. Investasi, kata dia, idealnya tidak dilakukan pada saat-saat tertentu saja, tetapi secara berka- la dan rutin. Secara jumlah, masyarakat Indonesia yang sudah melek investasi sangat sedikit karena sebagian besar masih berorien- tasi tabungan atau deposito. Di sinilah peluang bagi bank atau lembaga perencana keuangan untuk masuk. “Kami melihat op- portunity untuk nasabah mewu- judkan impian finansialnya,” papar Alfred. Peluang itu kian besar dengan fakta bahwa jumlah orang kaya di negeri ini terus meningkat. Tahun lalu, jumlah kaum the haves itu naik 15%. Menurut GM of Wealth Management of Stan- dard Chartered Bank Indonesia Lanny Hendra, semakin banyak uang yang dimiliki masyarakat, kebutuhan pengelolaan nansial pun bertambah. “Di masa depan, pertumbuhan wealth management (manajemen kekayaan) akan sa- ngat kencang,” katanya. Lanny menjelaskan setiap nasabah memiliki kebutuhan dan risiko yang masing-masing berbeda. “Ada profile risk dan produk yang bisa kita berikan untuk solusi kepada nasabah,” ungkapnya. Reksa dana dan obligasi Yang menarik, lahan investasi nansial saat ini tidak melulu menuntut modal uang dalam jumlah besar. Lanny mencontoh- kan investasi di reksa dana yang bisa dimulai dari nominal yang Tambah Kaya dengan Berinvestasi Investasi idealnya tidak dilakukan pada saat tertentu saja, tetapi secara berkala dan rutin. BISNIS APARTEMEN: Sejumlah pengunjung berada di salah satu stan pengembang apartemen di arena Real Estate Expo 2011 di Gramedia Expo Surabaya, Sabtu (29/1). Pertumbuhan bisnis properti hunian vertikal di Surabaya sangat pesat, menyusul harga tanah semakin tinggi dan lahan untuk lokasi perumahan semakin berkurang. ANTARA/ERIC IRENG AKSI korporasi penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) harus diikuti dengan transformasi sumber daya manusia (SDM). Imple- mentasinya berupa perubahan kriteria kompetensi SDM agar sesuai dengan tuntutan para- digma baru. Demikian diungkapkan Exe- cutive Vice President Human Capital & Corporate Support Ga- ruda Indonesia Achirina dalam acara Human Resources Learn- ing Forum yang digelar IPMI Business School, pekan lalu. Menurutnya, transformasi SDM mutlak dilakukan sebab harus ada penyesuaian cara pan- dang dan kompetensi karyawan. Sehingga, harus dilakukan trans- formasi untuk mengantarkan para karyawan dari paradigma yang selama ini mereka miliki kepada paradigma baru. “Proses transformasi ini bersifat long journey, memerlukan waktu yang panjang. Tidak mungkin dilakukan secara tiba-tiba.” Ia mengambil contoh rencana IPO Garuda. Pasca-IPO, pa- parnya, maskapai penerbangan pelat merah itu harus mampu menjadikan rasio antara core employee dan supporting employee sesuai rasio standar industri penerbangan internasional. “Apalagi kini era aplikasi teknologi tinggi. Harus benar- benar dilakukan seleksi yang ketat dalam memilih karyawan, khususnya supporting employee agar tidak membebani opera- sional perusahaan,” tuturnya. Selain itu, visi dan misi Ga- ruda harus pula berubah sesuai tuntutan paradigma baru. Per- ubahan itu mengacu kepada kondisi pasar global yang men- syaratkan hanya badan usaha yang esien yang akan mampu bertahan. (Atp/E-4) PLN Tolak Beli Listrik Hasil Negosiasi Pemda PT PLN (persero) mengaku siap membeli listrik dari pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang dikembangkan swasta. Namun, pembelian tidak bisa dilakukan dari hasil negosiasi yang tidak melibatkan PLN. Demikian disampaikan Bam- bang Dwiyanto selaku Manajer Senior Komunikasi Korporat PLN dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin. “Selama ini PLN diminta me- nandatangani power purchase agreement (PPA) dengan pengem- bang sesuai harga hasil pelelang- an pemda (pemerintah daerah) penerbitan obligasi bakal marak seiring dengan banyaknya ob- ligasi yang jatuh tempo pada 2011, pasar itu menarik karena menawarkan imbal hasil ( yield ) yang meningkat. Vice President Head of Debt Research of Danareksa Sekuritas Budi Susanto mengatakan siklus kenaikan yield obligasi dimulai awal tahun. Ia memproyeksikan sampai dengan April 2011 yield obligasi bisa naik menjadi 8,5%- 8,7%. Sebagai perbandingan, di akhir 2010, indeks rata-rata yield obligasi mengalami kenaikan dan ditutup pada level 7,65%. Meski instrumen investasi ini dinilai kurang likuid, karena yield yang ditawarkan lebih baik d daripada deposito atau investasi perbankan lainnya, Budi yakin obligasi akan diburu investor. “Jika harus memilih, tentu in- vestor akan menempatkan dana di keranjang yang memberikan keuntungan lebih besar,” kata- nya. (Atp/E-2) [email protected] papar Alfred. Peluang itu kian besar dengan fakta bahwa jumlah orang kaya di negeri ini terus meningkat. Tahun lalu, jumlah kaum the haves itu naik 15%. Menurut GM of Wealth Management of Stan- dard Chartered Bank Indonesia Lanny Hendra, semakin banyak uang yang dimiliki masyarakat, kebutuhan pengelolaan nansial pun bertambah. “Di masa depan, pertumbuhan wealth management (manajemen kekayaan) akan sa- ngat kencang,” katanya. Lanny menjelaskan setiap nasabah memiliki kebutuhan dan risiko yang masing-masing berbeda. “Ada profile risk dan produk yang bisa kita berikan untuk solusi kepada nasabah,” ungkapnya. Reksa dana dan obligasi Yang menarik, lahan investasi nansial saat ini tidak melulu menuntut modal uang dalam jumlah besar. Lanny mencontoh- kan investasi di reksa dana yang bisa dimulai dari nominal yang IPO Butuh Perbaikan SDM BIS Ex da PT me lis ya Na di ya ba Se PL Jak na agr ba an M ter an se m Ya ua ka pa de be ve ga ter m Ch Ri ke Jak tid ter la In in se tas sin lem un po ju In te u k Kalau pemerintah menetapkan, PLN siap melaksanakan.” Bambang Dwiyanto Manajer Senior Komunikasi Korporat PLN tanpa negosiasi lagi. Hal ini tidak bisa dilakukan oleh PLN karena ketentuan mengharuskan adanya klarikasi dan negosiasi. PLN tidak bisa menandatangani PPA dengan harga hasil pele- langan yang tidak melibatkan PLN,” papar Bambang. Menurut Bambang, di dalam pembelian listrik PLTP swasta, PLN menerapkan setidaknya dua opsi. Pertama, opsi negosiasi business to business (B to B). PLN mengajak calon pengembang yang telah memiliki wilayah kerja pertambangan (WKP) untuk bernegosiasi menetapkan harga jual beli listrik berdasarkan kondisi dan syarat-syarat yang disepakati bersama. Kedua, opsi penugasan peme- rintah. Yaitu, apabila pemerin- tah menerbitkan regulasi yang menugasi PLN agar menerima hasil tender WKP dengan pemda. “Kalau pemerintah menetapkan, PLN siap melaksanakan.” Indonesia memiliki potensi panas bumi sebesar 28.000 mega- watt (Mw). Sejauh ini, proyek PLTP mencakup PLTP Ulubelu (2 x 55 Mw) di Lampung, PLTP Lahendong IV (20 Mw) di Sulut dan PLTP Ulumbu (4 x 2,5 Mw) di Flores. PLN juga sedang melaku- kan studi kelayakan untuk PLTP Hululais (2 x 55 Mw) di Bengkulu, PLTP Sungai Penuh (2x 55 Mw) di Jambi, PLTP Kotamobagu (4x20 Mw) di Sulut, dan PLTP Tulehu (20 Mw) di Ambon. (*/E-1) MI/M IRFAN Lanny Hendra GM of Wealth Management of Standard Chartered Bank Indonesia

Transcript of KONOMI NASIONAL - ftp.unpad.ac.id fileBISNIS APARTEMEN: Sejumlah pengunjung berada di salah satu...

tidak besar. “Terbukti produk investasi

rek sa dana saat ini sangat ber-tumbuh. Di produk ini, investasi tidak memerlukan uang dalam jumlah besar seperti yang dikira masyarakat sebelumnya,” im-buhnya.

Salah seorang nasabah reksa dana, Utari, 59, mengaku de-ngan investasi reksa dana, ke-untungan yang diperolehnya sangat besar. Namun di sisi lain, investasi reksa dana juga tidak bisa diprediksi di kala krisis.

Menurut dia, bunga deposito sudah tidak bisa memberikan lagi keuntungan besar. Karena itu, mumpung sekarang kondisi perekonomian Indonesia sedang membaik, ia berniat menambah investasi reksa dananya.

Selain reksa dana, portofolio investasi yang diperkirakan akan menarik peminat tahun ini adalah obligasi. Di samping penerbitan obligasi bakal marak seiring dengan banyaknya ob-ligasi yang jatuh tempo pada 2011, pasar itu menarik karena menawarkan imbal hasil (yield) yang meningkat.

Vice President Head of Debt Research of Danareksa Sekuritas Budi Susanto mengatakan siklus kenaikan yield obligasi dimulai awal tahun. Ia memproyeksikan sampai dengan April 2011 yield obligasi bisa naik menjadi 8,5%-8,7%. Sebagai perbandingan, di akhir 2010, indeks rata-rata yield obligasi mengalami kenaikan dan ditutup pada level 7,65%.

Meski instrumen investasi ini dinilai kurang likuid, karena yield yang ditawarkan lebih baik daripada deposito atau investasi perbankan lainnya, Budi yakin obligasi akan diburu investor.

“Jika harus memilih, tentu in-vestor akan menempatkan dana di keranjang yang memberikan keuntungan lebih besar,” kata-nya. (Atp/E-2)

[email protected]

18 SENIN, 31 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIAEKONOMI NASIONAL

MARCHELO

RUMUS lama mena-bung pangkal kaya barangkali sudah tidak begitu relevan jika di-

terapkan saat ini. Menumpuk uang di tabung-

an, atau bahkan di deposito se kalipun, kini tidak lagi bisa membuat kekayaan bertambah. Yang terjadi justru sebaliknya, uang bakal terkikis karena ting-kat infl asi sekarang ini melam-paui suku bunga tabungan atau deposito.

Jadi, jika mau kaya dan terus bertambah kaya, segeralah berin-vestasi. “Dengan berinvestasi, se-gala yang ingin dicapai menjadi terjangkau,” kata Head of Invest-ment and Treasury of Standard Chartered Bank Indonesia Alfred Rinaldi Triestanto dalam seminar keuangan Wealth-on-Wealth di Jakarta, pekan lalu.

Investasi, kata dia, idealnya tidak dilakukan pada saat-saat tertentu saja, tetapi secara berka-la dan rutin.

Secara jumlah, masyarakat In donesia yang sudah melek in vestasi sangat sedikit karena sebagian besar masih berorien-tasi tabungan atau deposito. Di sinilah peluang bagi bank atau lembaga perencana keuangan untuk masuk. “Kami melihat op-portunity untuk nasabah mewu-judkan impian finansialnya,” papar Alfred.

Peluang itu kian besar dengan fakta bahwa jumlah orang kaya di negeri ini terus meningkat. Ta hun lalu, jumlah kaum the haves itu naik 15%. Menurut GM of Wealth Management of Stan-dard Chartered Bank Indonesia Lanny Hendra, semakin banyak uang yang dimiliki masyarakat, kebutuhan pengelolaan fi nansial pun bertambah. “Di masa depan, pertumbuhan wealth management (manajemen kekayaan) akan sa-ngat kencang,” katanya.

Lanny menjelaskan setiap na sabah memiliki kebutuhan dan risiko yang masing-masing berbeda. “Ada profile risk dan pro duk yang bisa kita berikan un tuk solusi kepada nasabah,” ung kapnya.

Reksa dana dan obligasiYang menarik, lahan investasi

fi nansial saat ini tidak melulu me nuntut modal uang dalam jum lah besar. Lanny mencontoh-kan investasi di reksa dana yang bisa dimulai dari nominal yang

TambahKaya denganBerinvestasiInvestasi idealnya tidak dilakukan pada saat tertentu saja, tetapi secara berkala dan rutin.

BISNIS APARTEMEN: Sejumlah pengunjung berada di salah satu stan pengembang apartemen di arena Real Estate Expo 2011 di Gramedia Expo Surabaya, Sabtu (29/1). Pertumbuhan bisnis properti hunian vertikal di Surabaya sangat pesat, menyusul harga tanah semakin tinggi dan lahan untuk lokasi perumahan semakin berkurang.

ANTARA/ERIC IRENG

AKSI korporasi penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) harus diikuti dengan transformasi sumber daya manusia (SDM). Imple-mentasinya berupa perubahan kriteria kompetensi SDM agar sesuai dengan tuntutan para-digma baru.

Demikian diungkapkan Exe-cutive Vice President Human Capital & Corporate Support Ga-ruda Indonesia Achirina dalam acara Human Resources Learn-ing Forum yang digelar IPMI Business School, pekan lalu.

Menurutnya, transformasi SDM mutlak dilakukan sebab harus ada penyesuaian cara pan-dang dan kompetensi karyawan. Sehingga, harus dilakukan trans-formasi untuk mengantarkan para karyawan dari paradigma yang selama ini mereka miliki kepada paradigma baru.

“Proses transformasi ini bersifat long journey, memerlukan waktu yang panjang. Tidak mung kin dilakukan secara tiba-tiba.”

Ia mengambil contoh rencana IPO Garuda. Pasca-IPO, pa-parnya, maskapai penerbangan pelat merah itu harus mampu menjadikan rasio antara core employee dan supporting employee sesuai rasio standar industri penerbangan internasional.

“Apalagi kini era aplikasi teknologi tinggi. Harus benar-benar dilakukan seleksi yang ketat dalam memilih karyawan, khususnya supporting employee agar tidak membebani opera-sional perusahaan,” tuturnya.

Selain itu, visi dan misi Ga-ruda harus pula berubah sesuai tuntut an paradigma baru. Per-ubahan itu mengacu kepada kondisi pasar global yang men-syaratkan hanya badan usaha yang efi sien yang akan mampu bertahan. (Atp/E-4)

PLN Tolak Beli Listrik Hasil Negosiasi Pemda

PT PLN (persero) mengaku siap membeli listrik dari pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang dikembangkan swasta. Namun, pembelian tidak bisa dilakukan dari hasil negosiasi yang tidak melibatkan PLN.

Demikian disampaikan Bam-bang Dwiyanto selaku Manajer Senior Komunikasi Korporat PLN dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

“Selama ini PLN diminta me-nandatangani power purchase agreement (PPA) dengan pengem-bang sesuai harga hasil pelelang-an pemda (pemerintah daerah)

penerbitan obligasi bakal marak seiring dengan banyaknya ob-ligasi yang jatuh tempo pada 2011, pasar itu menarik karena menawarkan imbal hasil (yield) yang meningkat.

Vice President Head of Debt Research of Danareksa Sekuritas Budi Susanto mengatakan siklus kenaikan yield obligasi dimulai awal tahun. Ia memproyeksikan sampai dengan April 2011 yieldobligasi bisa naik menjadi 8,5%-8,7%. Sebagai perbandingan, di akhir 2010, indeks rata-rata yieldobligasi mengalami kenaikan dan ditutup pada level 7,65%.

Meski instrumen investasi ini dinilai kurang likuid, karena yield yang ditawarkan lebih baik ddaripada deposito atau investasi perbankan lainnya, Budi yakin obligasi akan diburu investor.

“Jika harus memilih, tentu in-vestor akan menempatkan dana di keranjang yang memberikan keuntungan lebih besar,” kata-nya. (Atp/E-2)

[email protected]

papar Alfred.Peluang itu kian besar dengan

fakta bahwa jumlah orang kaya di negeri ini terus meningkat. Ta hun lalu, jumlah kaum the haves itu naik 15%. Menurut GM of Wealth Management of Stan-dard Chartered Bank Indonesia Lanny Hendra, semakin banyak uang yang dimiliki masyarakat, kebutuhan pengelolaan fi nansial pun bertambah. “Di masa depan, pertumbuhan wealth management(manajemen kekayaan) akan sa-ngat kencang,” katanya.

Lanny menjelaskan setiap na sabah memiliki kebutuhan dan risiko yang masing-masing berbeda. “Ada profile risk dan pro duk yang bisa kita berikan un tuk solusi kepada nasabah,” ung kapnya.

Reksa dana dan obligasiYang menarik, lahan investasi

fi nansial saat ini tidak melulu me nuntut modal uang dalam jum lah besar. Lanny mencontoh-kan investasi di reksa dana yang bisa dimulai dari nominal yang

IPOButuhPerbaikanSDM

BISExda

PTmelisyaNadiya

baSePLJak

naagrbaan

M

ter

ansemYauakapade

bevegatermChRikeJak

tidterla

Inin sebtassinlemunpoju

Inte

uk

Kalau pemerintah menetapkan, PLN

siap melaksanakan.”

Bambang DwiyantoManajer Senior Komunikasi Korporat PLN

tanpa negosiasi lagi. Hal ini tidak bisa dilakukan oleh PLN karena ketentuan mengharuskan adanya klarifi kasi dan negosiasi. PLN tidak bisa menandatangani PPA dengan harga hasil pele-langan yang tidak melibatkan

PLN,” papar Bambang.Menurut Bambang, di dalam

pembelian listrik PLTP swasta, PLN menerapkan setidaknya dua opsi. Pertama, opsi negosiasi business to business (B to B). PLN mengajak calon pengembang yang telah memiliki wilayah kerja pertambangan (WKP) untuk bernegosiasi menetapkan harga jual beli listrik berdasarkan kondisi dan syarat-syarat yang disepakati bersama.

Kedua, opsi penugasan peme-rintah. Yaitu, apabila pemerin-tah menerbitkan regulasi yang menugasi PLN agar menerima

hasil tender WKP dengan pemda. “Kalau pemerintah menetapkan, PLN siap melaksanakan.”

Indonesia memiliki potensi panas bumi sebesar 28.000 mega-watt (Mw). Sejauh ini, proyek PLTP mencakup PLTP Ulubelu (2 x 55 Mw) di Lampung, PLTP Lahendong IV (20 Mw) di Sulut dan PLTP Ulumbu (4 x 2,5 Mw) di Flores. PLN juga sedang melaku-kan studi kelayakan untuk PLTP Hululais (2 x 55 Mw) di Bengkulu, PLTP Sungai Penuh (2x 55 Mw) di Jambi, PLTP Kotamobagu (4x20 Mw) di Sulut, dan PLTP Tulehu (20 Mw) di Ambon. (*/E-1)

MI/M IRFAN

Lanny HendraGM of Wealth Management ofStandard Chartered Bank Indonesia