Konjungtivitis Viral Fix

26
STATUS PENDERITA I. IDENTITAS Nama : Tn. MU Umur : 55 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Suku : Makassar Kewarganegaraan : Indonesia Agama : Islam Pekerjaan : Pensiunan Alamat : Rappocini Raya no.3A Tgl pemeriksaan : 28 April 2015 No. RM : 07 01 56 II. ANAMNESIS A. Keluhan utama : Mata kiri merah B. Anamnesis terpimpin : Dialami sejak tiga hari yang lalu, muncul perlahan-lahan dan semakin memberat 2 hari terakhir. Mata merah disertai rasa panas, agak gatal, bengkak dan berair. Cairan yang keluar tidak berwarna, tidak berbau dan encer. Selain itu, pasien merasa penglihatannya normal, namun mata terasa ada yang mengganjal sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman di mata kirinya. Penglihatan kembar tidak ada, silau tidak ada, nyeri tidak ada, rasa pusing pada kepala tidak ada. Riwayat terapi tidak ada. Riwayat trauma tidak ada. Riwayat demam disangkal. Riwayat keluarga

description

lapsus

Transcript of Konjungtivitis Viral Fix

STATUS PENDERITA

I. IDENTITAS

Nama

: Tn. MUUmur

: 55 tahun

Jenis Kelamin: Laki-laki

Suku

: MakassarKewarganegaraan: Indonesia

Agama

: Islam

Pekerjaan : Pensiunan

Alamat

: Rappocini Raya no.3ATgl pemeriksaan : 28 April 2015No. RM : 07 01 56II. ANAMNESIS

A. Keluhan utama: Mata kiri merah B. Anamnesis terpimpin:

Dialami sejak tiga hari yang lalu, muncul perlahan-lahan dan semakin memberat 2 hari terakhir. Mata merah disertai rasa panas, agak gatal, bengkak dan berair. Cairan yang keluar tidak berwarna, tidak berbau dan encer. Selain itu, pasien merasa penglihatannya normal, namun mata terasa ada yang mengganjal sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman di mata kirinya. Penglihatan kembar tidak ada, silau tidak ada, nyeri tidak ada, rasa pusing pada kepala tidak ada. Riwayat terapi tidak ada. Riwayat trauma tidak ada. Riwayat demam disangkal. Riwayat keluarga dan lingkungan sekitar dengan gejala yang sama disangkal. C. Riwayat Penyakit Dahulu1. Riwayat hipertensi: disangkal2. Riwayat kencing manis: disangkal3. Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal4. Riwayat trauma mata: disangkal5. Riwayat pemakaian softlens: disangkalD. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat sakit serupa dirumah dan dilingkungan kerja disangkal.III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Kesan umum

Keadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukup

B. Pemeriksaan visus

ODVisusOS

6/6Visus jauh tanpa koreksi6/6

Tidak dilakukanKoreksiTidak dilakukan

Tidak dilakukanVisus jauh dengan koreksi terbaikTidak dilakukan

4DVisus dekat4D

+2,50 DKoreksi+2,50 D

2DVisus dekat dengan koreksi2D

C. Pemeriksaan segmen anterior ODPemeriksaanOS

Edema (-)PalpebraEdema (+)

Sekret (-)SiliaSekret (+), serous

Hiperlakrimasi (-)Apparatus lakrimalisHiperlakrimasi (+)

Hiperemis (-)KonjungtivaHiperemis (+), injeksi konjungtiva (+)

JernihKornea (tes sensitivitas dan flouresens jika ada)Jernih

Dalam batas normalBMDDalam batas normal

Cokelat, Kripte (+), arcus senilis (+)IrisCokelat, Kripte (+), arcus senilis (+)

Bulat, letak sentral, diameter 3mmPupilBulat, letak sentral, diameter 3mm

RCL (+)/RCTL (+)Refleks cahaya langsung/tak langsungRCL (+)/RCTL (+)

(-)Relative Afferent Pupillary Defect (RAPD)(-)

JernihLensaJernih

D. Tes pergerakan bola mata

OD

OS

E. Tes lapangan pandang

Tidak di periksa

F. Tekanan intraokuler

ODMetode Pemeriksaan Tekanan IntraokulerOS

NormalPalpasiNormal

Tidak diperiksaIndentasi SchiotzTidak diperiksa

G. Palpasi

ODPalpasiOS

Tidak adaNyeri tekanTidak ada

Tidak adaMassa tumorTidak ada

Tidak ada pembesaranGlandula preaurikulerTidak ada pembesaran

Tidak adaEdemaEdema palpebra superior et inferior

H. Tes buta warna

Tidak dilakukan pemeriksaan

I. Pemeriksaan segmen posteriorGambaran funduskopi:

Tidak dilakukan pemeriksaan

FOD: (-)

FOS: (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium: Tidak dilakukan pemeriksaan

V. DIAGNOSIS BANDING

OS konjungtivitis suspek viral

OS perdarahan subkonjungtiva

OS episkleritisVI. DIAGNOSIS

OS konjungtivitis suspek ViralODS presbiopiaVII. TERAPI Non Medikamentosa

Beristirahat dan menghindari kontak dengan keluarga maupun lingkungan di sekitarnya beberapa hari agar tidak menularkan ke orang yang sehat. Pasien diberi penjelasan bahwa konjungtivitis bisa menular melalui udara.

Memberikan edukasi kepada pasien bahwa konjungtivitis karena virus merupakan penyakit yang dapat sembuh secara spontan. Pasien harus menjaga asupan nutrisi sehingga meningkatkan sistem imun.

Memberikan edukasi kepada pasien untuk tidak mengucek mata, menghindari paparan debu (dapat menggunakan penutup misalnya kaca mata hitam). Menjaga kebersihan diri dan lingkungan (mencuci tangan, memisahkan handuk, pakaian, dan seprei pasien dengan keluarga yang lain). Pemberian resep kaca mata baca sesuai hasil koreksi . Medikamentosa

Fluorometholone

1-2 tetes OS/hari

selama 24/48 jam Asam mefenamat

1x500 mg (jika perlu)VIII. PROGNOSIS

Konjungtivitis ODOS

1. Ad vitam-Bonam

2. Ad fungsionam-Bonam

3. Ad sanam-Bonam

4. Ad kosmetikum-Bonam

PresbiopiODOS

1. Ad vitamBonam Bonam

2. Ad fungsionamBonamBonam

3. Ad sanamBonamBonam

4. Ad kosmetikumBonam Bonam

TINJAUAN PUSTAKA

I. ANATOMI KONJUNGTIVAKonjungtiva merupakan membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi palpebra (suatu sambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus.1

Secara anatomi, konjungtiva terdiri atas 3 bagian:2 Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari tarsus.

Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di bawahnya.

Konjungtiva forniks yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

Pada lapisan interior kelopak mata terdapat membran mukosa yang disebut konjungtiva palpebral. Bagian ini terletak dekat dengan bola mata. Epitel konjungtiva palpebral adalah epitel berlapis kolumnar rendah dengan sedikit sel goblet. Epitel berlapis gepeng kulit tipis berlanjut hingg ke tepi kelopak mata dan kemudian menyatu menjadi epitel berlapis silindris konjungtiva palpebral.3Pada konjungtiva bulbi terdapat dua lapisan epithelium dan menebal secara bertahap dari forniks ke limbus dengan membentuk epithelium berlapis tanpa keratinisasi pada daerah marginal kornea. Konjungtiva palpebralis terdiri dari epitel berlapis tanpa keratinisasi yang lebih tipis. Dibawah epitel tersebut terdapat lapisan adenoid yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdiri dari leukosit. Konjungtiva palpebralis melekat kuat pada tarsus, sedangkan bagian bulbar bergerak secara bebas pada sklera kecuali yang dekat pada daerah kornea.3

Pada konjungtiva terdapat beberapa jenis kelenjar yang dikelompokkan menjadi dua yaitu1,2:

a. Penghasil musin

1) Sel goblet; terletak dibawah epitel dan paling banyak ditemukan pada daerah inferonasal.

2) Crypts of Henle; terletak sepanjang sepertiga atas dari konjungtiva tarsalis superior dan sepanjang sepertiga bawah dari konjungtiva tarsalis inferior.

3) Kelenjar Manz; mengelilingi daerah limbus.

b. Kelenjar asesoris lakrimalis

Kelenjar Krause dan kelenjar Wolfring termasuk kelenjar aksesoris. Kedua kelenjar ini terletak dalam dibawah substansi propria.

Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya membentuk jaring jaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan bersambung dengan pembuluh limfe palpebra hingga membentuk pleksus limfatikus yang banyak5.Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan pertama (oftalmik)nervus trigeminus. Saraf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri5,6.IV. KONJUNGTIVITIS

A. Definisi

Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva yang disebabkan oleh 4 penyebab utama yaitu virus, bakteri, allergen, dan iritan. Dari keempat hal tersebut, infeksi akut yang paling banyak terdapat pada pelayanan primer disebabkan oleh virus dan bakteri. Sekitar 1% - 2% dari seluruh konsultasi kesehatan keluarga.7Jumlah agen-agen yang patogen dan dapat menyebabkan infeksi pada mata semakin banyak, disebabkan oleh meningkatnya penggunaan obat-obatan topikal dan agen imunosupresif sistemik, serta meningkatnya jumlah pasien dengan infeksi HIV dan pasien yang menjalani transplantasi organ dan menjalani terapi imunosupresif 4.

B. Etiologi

Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat:

1. Infeksi olah virus atau bakteri

2. Reaksi alergi terhadap allergen (debu, serbuk sari, bulu binatang)3. Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las listrik atau sinar matahari 6.C. Gejala dan Tanda Klinis

Gejala yang sangat prominen pada konjungtivitis akut adalah gatal ringan, rasa mengganjal dimata, dan fotofobia ringan. Selain itu, hal yang sering muncul berupa injeksi konjungtiva, perlengketan kelopak mata terutama di pagi hari setelah bangun pagi, terdapat cairan purulent atau serous pada satu atau kedua mata namun tanpa adanya tanda-tanda penurunan fungsi penglihatan.7Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, epifora, pseudoptosis, hipertrofi papiler, kemosis, folikel (hipertrofi lapis limfoid stroma), pseudomembranosa dan membran, granuloma, dan pre-aurikuler adenopati.4D. Klasifikasi

Konjungtivitis, terdiri dari:

1. Konjungtivitis bakterial

2. Konjungtivitis viral

3. Konjungtivitis alergi

4. Konjungtivitis Jamur

5. Konjungtivitis Parasit

6. Konjungtivitis iritasi atau kimia 6

1. Konjungtivitis bakterial

a. DefinisiKonjungtivitis bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri. Konjungtivitis yang disebabkan bakteri dapat saja akibat infeksi genokok, meningokok, Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, Hemophilus influenza dan Eschericia coli. Gejala yang muncul berupa sekret mukopurulen dan purulent, kemosis konjungtiva, edema kelopak, kadang-kadang disertai keratitis dan blefaritis. Konjungtivitis bakteri ini mudah menular pada satu mata ke mata sebelahnya, dan menyebar ke orang lain melalui benda yang dapat menyebarkan kuman.2b. Etiologi dan Faktor Risiko

Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut, akut, subakut dan kronik. Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan oleh N. gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N. meningitidis. Bentuk yang akut biasanya disebabkan oleh Streptococcus pneumonia dan Haemophilus aegyptyus. Penyebab yang paling sering pada bentuk konjungtivitis bakteri subakut adalah H. influenza dan Escherichia coli, sedangkan bentuk kronik paling sering terjadi pada konjungtivitis sekunder atau pada pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis 8.

Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian mengenai mata yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang lain. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang yang terlalu sering kontak dengan penderita, penggunaan kontak lens, sinusitis, keadaan imunodefisiensi dan transmisi sexual.8c. Patofisiologi

Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal seperti Streptococci, Staphylococci dan Corynebacterium. Perubahan pada mekanisme pertahanan tubuh ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut dapat menyebabkan infeksi klinis. Perubahan pada flora normal dapat terjadi karena adanya kontaminasi eksternal, penyebaran dari organ sekitar ataupun melalui aliran darah 8,9.

Konjungtivitis bakteri dapat mengenai segala ras, walaupun terdapat perbedaan variasi geografi dan prevalensi patogen dari tiap daerah. Perempuan dan laki-laki memiliki resiko yang sama untuk terkena konjungtivitis bakteri. Perbedaan tingkat infeksi mungkin disebabkan oleh lingkungan dan pola kebiasaan hidup.8Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang meliputi konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan sekundernya adalah sistem imun yang berasal dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan imunoglobulin yang terdapat pada lapisan air mata, mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan berkedip. Adanya gangguan atau kerusakan pada mekanisme pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi pada konjungtiva.

d. Gejala Klinis

Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai injeksi konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada konjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen daripada konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang ringan sering dijumpai edema pada kelopak mata 10.

Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami gangguan pada konjungtivitis bakteri namun mungkin sedikit kabur karena adanya sekret dan debris pada lapisan air mata, sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala yang paling khas adalah kelopak mata yang saling melekat pada pagi hari sewaktu bangun tidur7.

e. Diagnosis

Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena mungkin saja penyakit berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang lebih tua. Pada pasien yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan penyakit menular seksual dan riwayat penyakit pada pasangan seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhea dan Chlamydia serta transmisi ibu ke anak. Pemeriksaan kultur mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi bakteri chlamydia atau jenis bakteri lain. Sama halnya dengan kultur viral dan fungal, pemeriksaan ini dilakukan bila dicurigai adanya penyebab sekunder seperti ulkus kornea akibat penggunaan softlens dan lain-lain. Adapun respon selular yang dapat muncul dari pemeriksaan kultur ini adalah peningkatan neutrophil untuk infeksi akibat bakteri, peningkatan limfosit untuk infeksi virus, dan peningkatan eosinophil untuk reaksi alergi.8f. Komplikasi

Blefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis bakteri, kecuali pada pasien yang sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut konjungtiva paling sering terjadi dan dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan menghilangkan duktulus kelenjar lakrimal. Hal ini dapat mengurangi komponen akueosa dalam film air mata prakornea secara drastis dan juga komponen mukosa karena kehilangan sebagian sel goblet. Luka parut juga dapat mengubah bentuk palpebra superior dan menyebabkan trikiasis dan entropion sehingga bulu mata dapat menggesek kornea dan menyebabkan ulserasi, infeksi dan parut pada kornea.4g. Penatalaksanaan

Terapi utama untuk konjungtivitis bakterialis adalah antibiotic topikal, walaupun antibiotik sistemik kadang diperlukan untuk infeksi gonorhhea dan chlamydia. Terapi lini pertama (tetes mata) sering digunakan yaitu: trimethoprim kombinasi dengan polimixin B, gentamicin, tobramycin, neomycin, ciprofloxacin, ofloxacin, erythromycin.82. Konjungtivitis Viral

a. Definisi

Konjungtivitis viral atau pink eye adalah penyakit yang sering ditemui, bersifat self limiting disease dan biasanya disebabkan oleh adenovirus. Virus lain juga dapat meyebabkan infeksi konjungtiva termasuk virus herpes simplex, varicella zoster, enterovirus, coxsackie, poxvirus dan HIV. 11b. Etiologi dan Faktor Risiko

Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi adenovirus adalah virus yang paling banyak menyebabkan penyakit ini, dan Herpes simplex virus yang paling membahayakan. Selain itu penyakit ini juga dapat disebabkan oleh virus Varicella zoster, picornavirus (enterovirus 70, Coxsackie A24), poxvirus, dan human immunodeficiency virus 11.

Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak dengan penderita dan dapat menular melalu di droplet pernafasan, kontak dengan benda-benda yang menyebarkan virus (fomites) dan berada di kolam renang yang terkontaminasi6.c. Patofisiologi

Mekanisme terjadinya konjungtivitis virus ini berbeda-beda pada setiap jenis konjungtivitis ataupun mikroorganisme penyebabnya. Mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit ini dijelaskan pada etiologi.

d. Gejala Klinis

Gejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-beda sesuai dengan etiologinya. Pada keratokonjungtivitis epidemik yang disebabkan oleh adenovirus biasanya dijumpai demam dan mata seperti kelilipan, mata berair berat dan kadang dijumpai pseudomembran. Selain itu dijumpai infiltrat subepitel kornea atau keratitis setelah terjadi konjungtivitis dan bertahan selama lebih dari 2 bulan. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien juga mengeluhkan gejala pada saluran pernafasan atas dan gejala infeksi umum lainnya seperti sakit kepala dan demam4.Pada konjungtivitis herpetic yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) yang biasanya mengenai anak kecil dijumpai injeksi unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri, fotofobia ringan dan sering disertai keratitis herpes. Konjungtivitis hemoragika akut yang biasanya disebabkan oleh enterovirus dan coxsackie virus memiliki gejala klinis nyeri, fotofobia, sensasi benda asing, hipersekresi airmata, kemerahan, edema palpebra dan perdarahan subkonjungtiva dan kadang-kadang dapat terjadi kimosis11.e. Diagnosis

Diagnosis pada konjungtivitis virus bervariasi tergantung etiologinya, karena itu diagnosisnya difokuskan pada gejala-gejala yang membedakan tipe-tipe menurut penyebabnya. Dibutuhkan informasi mengenai, durasi dan gejala-gejala sistemik maupun ocular, keparahan dan frekuensi gejala, faktor-faktor resiko dan keadaan lingkungan sekitar untuk menetapkan diagnosis konjungtivitis virus. Pada anamnesis penting juga untuk ditanyakan onset, dan juga apakah hanya sebelah mata atau kedua mata yang terinfeksi10 .f. Komplikasi

Konjungtivitis virus bisa berkembang menjadi kronis, seperti blefarokonjungtivitis. Komplikasi lainnya bisa berupa timbulnya pseudomembran dan timbul parut linear halus atau parut datar, dan keterlibatan kornea serta timbul vesikel pada kulit4.g. Penatalaksanaan

Konjungtivitis viral umumnya dapat sembuh sendiri. Terapi untuk konjungtivitis yang disebabkan oleh adenovirus dapat diterapi dengan terapi suportif. Pasien diinstruksikan untuk melakukan kompres dingin dan pemberian tetes mata steril. Vasokonstriktor dan antihistamin topikal dapat digunakan untuk mengatasi rasa gatal yang berlebihan. Untuk pasien yang dicurigai berpotensi terkena infeksi bakteri, dapat diberikan antibiotik topikal untuk mencegah infeksi bakteri.10Pada pasien dengan konjungtivitis yang disebabkan oleh virus Herpes simpleks, terapi antiviral topikal dapat diberikan seperti, idoxuridine, vidarabine dan trifluridine. 10Untuk konjungtivitis akibat infeksi virus varicella zoster, pemberian acyclovir oral dapat diberikan untuk menghambat replikasi virus. 10Pencegahan transmisi konjungtivitis viral sangat penting dilakukan. Pasien dan pemeriksa harus mencuci tangan untuk mencegah infeksi mata, tidak bertukar handuk, linen dan alat kosmetik. Pasien diharapkan untuk istirahat dari pekerjaan untuk menhindari penularan, dan tidak diperkenankan untuk menggunakan softlens hingga tanda dan gejala sudah teratasi. 103. Konjungtivitis Alergi

a. Definisi

Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paling sering dan disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem imun. Reaksi hipersensitivitas yang paling sering terlibat pada alergi di konjungtiva adalah reaksi hipersensitivitas yang dimediasi oleh IgE 12.

b. Etiologi dan Faktor Risiko

Konjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu konjungtivitis alergi musiman dan konjungtivitis alergi tumbuh-tumbuhan yang biasanya dikelompokkan dalam satu grup, keratokonjungtivitis vernal, keratokonjungtivitis atopik dan konjungtivitis papilar raksasa. Etiologi dan faktor resiko pada konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai dengan subkategorinya. Misalnya konjungtivitis alergi musiman dan tumbuh tumbuhan biasanya muncul pada satu atau kedua mata. Kondisi ini berlangsung tiba-tiba (akut) atau bergantung pada waktu paparan seperti disebabkan oleh alergi tepung sari dan rumput pada musim tertentu ataupun paparan alergi dari bahan-bahan rumahan. Vernal konjungtivitis biasanya muncul pada kedua mata, baik palpebral, konjungtiva, bahkan kornea. Penyebab utama belum diketahui namun sering dikaitkan dengan konjungtivitis musiman, dan pada kasus yang berat dapat menyebabkan kebutaan. Konjungtivitis atopik terjadi pada pasien dengan riwayat dermatitis atopic, sedangkan konjungtivitis papilar raksasa yaitu formasi dari papil konjungtiva raksasa sebagai respon terhadap trauma dan gesekan biasanya pada pengguna lensa kontak atau mata buatan dari plastik12.

c. Patofisiologi

Gejala klinis konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai dengan subkategorinya. Pada konjungtivitis alergi musiman dan alergi tumbuh-tumbuhan keluhan utama adalah gatal, kemerahan, air mata, injeksi ringan konjungtiva, dan sering ditemukan kemosis berat. Pasien dengan keratokonjungtivitis vernal sering mengeluhkan mata sangat gatal dengan kotoran mata yang berserat, konjungtiva tampak putih susu dan banyak papila halus di konjungtiva tarsalis inferior. Sensasi terbakar, pengeluaran sekret mukoid, merah, dan fotofobia merupakan keluhan yang paling sering pada keratokonjungtivitis atopik. Ditemukan jupa tepian palpebra yang eritematosa dan konjungtiva tampak putih susu. Pada kasus yang berat ketajaman penglihatan menurun, sedangkan pada konjungtiviitis papilar raksasa dijumpai tanda dan gejala yang mirip konjungtivitis vernal 4.d. Diagnosis

Diagnosis konjungtivitis alergi didasasarkan pada temuan klinis dan berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya. Bagaimanapun juga, tes hipersensitivitas menjadi pemeriksaan yang sangat penting untuk mengkonfirmasi IgE spesifik apa yang ada dalam serum pasien. Hal ini dilakukan untuk menentukan alergen penyebab dan bagaimana cara menghindari alergen tersebut. Identifikasi alergen memungkinkan dilakukan untuk mengklasifikasi penyebab konjungtivitis alergi, apakah berasal dari alergen akibat perubahan musim (jamur, serbuk sari) atau allergen dari bahan rumahan (debu, serangga atau jamur). 12Gejala utama yang muncul pada konjungtivitis alergi adalah rasa gatal, lakrimasi, mata merah, rasa mengganjal dimata, edema dan adanya riwayat alergi seperti rhinitis atau asthma.12e. Komplikasi

Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah ulkus pada kornea

dan infeksi sekunder.f. Penatalaksanaan

Konjungtivitis alergi dapat diterapi dengan menghindari alergen. Tetesan antihistamin topikal dan kompres dingin juga dapat dilakukan untuk mengatasi gatal-gatal dan steroid topikal jangka pendek untuk meredakan gejala lainnya.124. Konjungtivitis Jamur

Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan merupakan infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu. Selain Candida sp, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh Sporothrix schenckii, Rhinosporidium serberi, dan Coccidioides immitis walaupun jarang4.

5. Konjungtivitis Parasit

Konjungtivitis parasit dapat disebabkan oleh infeksi Thelazia californiensis, Loa loa, Ascaris lumbricoides, Trichinella spiralis, Schistosoma haematobium, Taenia solium dan Pthirus pubis walaupun jarang4.6. Konjungtivitis Kimia-Iritatif

Konjungtivitis kimia-iritatif adalah konjungtivitis yang terjadi oleh pemajanan substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis. Substansi-substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis dan dapat menyebabkan konjungtivitis, seperti asam, alkali, asap dan angin, dapat menimbulkan gejala-gejala berupa nyeri, pelebaran pembuluh darah, fotofobia, dan blefarospasme. Selain itu penyakit ini dapat juga disebabkan oleh pemberian obat topikal jangka panjang seperti dipivefrin, miotik, neomycin, dan obat-obat lain dengan bahan pengawet yang toksik atau menimbulkan iritasi. Konjungtivitis ini dapat diatasi dengan penghentian substansi penyebab dan pemakaian tetesan ringan4.DAFTAR PUSTAKA

1. Riordan, Paul. Dan Witcher, John. Vaughan & Asburys Oftalmologi Umum: edisi 17. Jakarta : EGC. 2010. Hal 119.

2. Ilyas, H. Sidarta Prof. dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI; 2003

3. Eroschenko, Victor. 2008. Atlas Histologi DiFiore. Dengan korelasi Fungsional. Jakarta: EGC.4. Nurwasis. Komaratih, Evelyn. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag. SMF Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya: RSU. Dr. Soetomo.5. Vaughan , Asbury. 2010. General Ophtalmology. 18 th Edition. UK.

6. American Academy of Opthalmology. External Disease and Cornea. Section11. San Fransisco: MD Association, 2005-2006

7. Visscher, KL; Hutnik, CM; Thomas, M. 2009. "Evidence-based treatment of acute infective conjunctivitis: Breaking the cycle of antibiotic prescribing.". Canadian family physician Medecin de famille canadien

8. Marlin, DS. 2009. Conjunctivitis, Bacterial. Diakses tanggal 27 april 2015 darihttp://emedicine.medscape.com/article/1191730-overview

9. Holds JB, Chang WJ, Dailey RS, Foster JA, Kazim M, McCulley TJ, et al, editors. Orbit, eyelid and lacrimal system. Basic and clinical science course 2009 2010 Section 7. American Academy of Ophthalmology: San Francisco; 2009.

10. Scott IU, Kevin L. 2010. Conjunctivitis, Viral California: Penn State College of Medicine. Diakses pada tanggal 27 april 2015.

11. Cuvillo , et al. 2009. Allergic Conjunctivitis and H1 Antihistamine. J Investig Allergol Clin Immunol 2009; Vol. 19. Esmon Publicidad

12. Weissman. 2010. Giant Papillary Conjunctivitis. http://emedicine.medscape.com/article/1191641-overview. Diakses 27 april 201510