KONFLIK TNI-POLRI - · PDF fileKONFLIK TNI-POLRI Makalah disusun guna memenuhi tugas akhir...

14
KONFLIK TNI-POLRI Makalah disusun guna memenuhi tugas akhir semester Mata Kuliah : Sosiologi Komunikasi Dosen Pengampu : Ahmad Faqih, S. Ag, M.Si Disusun Oleh : Ariviana Noerrahmawati (131211111) PRODI KOMUNIKASI dan PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH dan KOMUNIKASI UNIVERSITAS WALISONGO SEMARANG 2014

Transcript of KONFLIK TNI-POLRI - · PDF fileKONFLIK TNI-POLRI Makalah disusun guna memenuhi tugas akhir...

Page 1: KONFLIK TNI-POLRI -   · PDF fileKONFLIK TNI-POLRI Makalah disusun guna memenuhi tugas akhir semester Mata Kuliah : Sosiologi Komunikasi Dosen Pengampu : Ahmad Faqih, S. Ag, M.Si

KONFLIK TNI-POLRI

Makalah disusun guna memenuhi tugas akhir semester

Mata Kuliah : Sosiologi Komunikasi

Dosen Pengampu : Ahmad Faqih, S. Ag, M.Si

Disusun Oleh :

Ariviana Noerrahmawati (131211111)

PRODI KOMUNIKASI dan PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH dan KOMUNIKASI

UNIVERSITAS WALISONGO SEMARANG

2014

Page 2: KONFLIK TNI-POLRI -   · PDF fileKONFLIK TNI-POLRI Makalah disusun guna memenuhi tugas akhir semester Mata Kuliah : Sosiologi Komunikasi Dosen Pengampu : Ahmad Faqih, S. Ag, M.Si

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, proses berjalannya komunikasi sangat berkembang pesat.

Didukung dengan adanya teknologi yang juga berkembang pula, komunikasi bisa

dilakukan secara langsung maupun tidak langsung dengan memanfaatkan

teknologi yang ada.

Jenis komunikasi juga mulai memperluas ruang lingkupnya tidak hanya

komunikasi antara dua orang saja namun komunikasi bisa dilakukan secara

berkelompok ataupun secara massa. Itu semua tergantung kebutuhan, jika sebuah

pesan tidak bisa disampaikan personal maka akan lebih baik dilakukan secara

kelompok atau publik.

Dalam pembahasan kali ini saya akan membahasan mengenai komunikasi

kelompok. Apa sebenarnya komunikasi kelompok itu? Menurut Michael Burgoon

(dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi

secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah

diketahui. Dari definisi tersebut bisa disimpulkan bahwa komunikasi kelompok

adalah komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya

komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk

mencapai tujuan kelompok.

II. IDENTIFIKASI MASALAH

Awal mula terjadinya konflik antara TNI dan Polri di Batam, Kepulauan

Riau masih belum diketahui. Alasan dasar yang membuat kedua aparatur negara

ini belum teridentifikasi, pihak mana yang memulai terlebih dahulu masih

diselidiki oleh masing-masing kelembagaan.

Hasil penyelidikan tim investigasi TNI-Polri terhadap insiden bentrokan

anggota TNI dan polisi di Batam, Kepulauan Riau, menyimpulkan ada anggota

TNI yang menyalahi aturan dengan terlibat penjagaan gudang bahan bakar

minyak ilegal di wilayah itu.

Mabes TNI mengatakan pihaknya akan menindaklanjuti temuan awal tim

investigasi ini dan akan memberikan sanksi terhadap pelakunya, termasuk kepada

komandan atau pimpinan di atasnya jika terbukti.

Page 3: KONFLIK TNI-POLRI -   · PDF fileKONFLIK TNI-POLRI Makalah disusun guna memenuhi tugas akhir semester Mata Kuliah : Sosiologi Komunikasi Dosen Pengampu : Ahmad Faqih, S. Ag, M.Si

Namun demikian, menurut juru bicara TNI Mayor Jenderal Fuad Basya,

temuan sementara menunjukkan bahwa tindakan anggota TNI itu tidak diketahui

komandan atau pimpinan di atasnya.

"Mereka itu 'kan curi-curi. Anggota yang bekerja begitu (penjagaan gudang

BBM ilegal) itu tidak resmi. Komandannya tidak tahu. Istilah kita itu, mencari

tambahan-tambahan, sampingan-sampingan," kata Fuad Basya dalam jumpa pers

di Kantor Menkopolhukkam, Jakarta, Selasa (14/10) pagi.

Jumpa pers ini juga dihadiri Kadivhumas Mabes Polri Irjen Ronny F

Sompie serta kepala tim investigasi, seperti dilaporkan wartawan BBC Indonesia,

Heyder Affan.

Tim investigasi juga merekomendasikan agar Mabes Polri melakukan

proses hukum terhadap seorang anggota Brimob yang diketahui melakukan

penembakan di lokasi bentrokan sehingga melukai aparat TNI.

Mereka juga meminta Mabes Polri menindaklanjuti pelaku penembakan

dua anggota TNI di markas Brimob di Batam.

III. DESKRIPSI SUBJEK STUDI

Konflik ini memuncak pada hari Rabu, 19 November 2014 pukul 10.30

WIB. Berawal ketika empat prajurit TNI dan seorang anggota Brimob tengah

bersantap disebuah warung makan, Perumahan Buana Impian II Tembesi. Pada

saat yang bersamaan melintas anggota Brimob lain yang sedang mengisi bensin

eceran di sebuah warung nasi seberang Mako (Markas Komando) Brimop

sehingga terjadi aksi saling lirik. Mulai dari saling pandang itulah mereka saling

menantang dan hampir terjadi perkelahian namun berhasil di cegah anggota

Provost Brimob yang datang ke tempat itu. Perselisihan itu melibatkan Pratu NY

dan Praka BD dan dua anggota Brimob yang terlibat yakni Bripda SM dan Bripda

SL.

Namun situasi malah semakin tak terkendali. Pasca keributan di warung

makan tersebut, puluhan pria yang diduga prajurit Yonif 134 mendatangi mako

Brimob di kawasan Batu Aji sekitar pukul 11.00 WIB dengan mengendarai

sepeda motor. Bersenjatakan parang, oknum TNI memaksa menerobos masuk

lalu melakukan aksi anarkistis dengan merusak fasilitas yang ada di Barak

Teratai, mereka juga merusak pintu barak dan memecahkan kaca.

Page 4: KONFLIK TNI-POLRI -   · PDF fileKONFLIK TNI-POLRI Makalah disusun guna memenuhi tugas akhir semester Mata Kuliah : Sosiologi Komunikasi Dosen Pengampu : Ahmad Faqih, S. Ag, M.Si

Tak berhenti di situ, sekitar pukul 17.15 WIB keributan kembali pecah.

Situasi saat ini semakin menakutkan. Terdengar rentetan tembakan dari mako

Brimob. Tembakan diduga dari anggota Brimob yang ingin menghalau oknum

anggota Yonif 134/TS yang ingin menerobos masuk. Dalam sekejap perang pun

terjadi, giliran rentetan tembakan menghujani mako Brimob, tembakan berasal

dari bukit belakang bangunan.

Saat bersamaan, Wakil Gubernur Kepulauan Riau Soerya Respationo dan

rombongan serta beberapa wartawan sedang berada di TKP dan terjebak dalam

markas. Rentetan tembakan terus menerus terdengar bahkan membuat warga

ketakutan dan trauma karena akibat bentrokan tersebut salah seorang warga sipil

menjadi korban.

IV. KERANGKA TEORITIK

A. Pengertian Komunikasi Kelompok

Menurut Anwar Arifin komunikasi kelompok adalah komunikasi yang

berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam

rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael

Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai

interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah

diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang

mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota

yang lain secara tepat. Dari dua definisi di atas mempunyai kesamaan, yakni

adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu

umtuk mencapai tujuan kelompok.

Menurut Dedy Mulyana kelompok adalah sekumpulan orang yang

mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai

tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai

bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga,

kelompok diskusi, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu

keputusan. Pada komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi,

karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi

komunikasi kelompok.

Page 5: KONFLIK TNI-POLRI -   · PDF fileKONFLIK TNI-POLRI Makalah disusun guna memenuhi tugas akhir semester Mata Kuliah : Sosiologi Komunikasi Dosen Pengampu : Ahmad Faqih, S. Ag, M.Si

B. Pengertian Konflik

Konflik adalah adanya pertentangan yang timbul di dalam seseorang (masalah intern)

maupun dengan orang lain (masalah ekstern) yang ada di sekitarnya. Konflik dapat

berupa perselisihan (disagreement), adanya keteganyan (the presence of tension), atau

munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering

menimbulkan sikap oposisi antar kedua belah pihak, sampai kepada mana pihak-pihak

yang terlibat memandang satu sama lain sebagai pengahalang dan pengganggu

tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.

Substantive conflicts merupakan perselisihan yang berkaitan dengan tujuan

kelompok,pengalokasian sumber dalam suatu organisasi, distrubusi kebijaksanaan serta

prosedur serta pembagaian jabatan pekerjaan.

Emotional conflicts terjadi akibat adanya perasaan marah, tidak percaya, tidak

simpatik, takut dan penolakan, serta adanya pertantangan antar pribadi (personality

clashes).

Dalam sebuah organisasi, pekerjaan individual maupun sekelompok pekerja saling

berkait dengan pekerjaan pihak-pihak lain. Ketika suatu konflik muncul di dalam sebuah

organisasi, penyebabnya selalu diidentifikasikan dengan komunikasi yang tidak efektif

yang menjadi kambing hitam.

C. Bentuk – Bentuk Komunikasi Kelompok

Besar kecilnya suatu kelompok tidak ditentukan secara eksak, melainkan ciri

dan sifat komunikasi dalam proses komunikasi yang terjadi. Oleh karena itu

komunikasi kelompok dibedakan menjadi komunikasi kelompok besar dan

komunikasi kelompok kecil.

A. Komunikasi Kelompok Kecil

Untuk mengetahui apa itu komunikasi kelompok kecil, maka kita harus

mengetahui apa yang dimaksud dengan kelompok kecil. Menurut Scott dalam

Goldhaber, (1990:295) kelompok kecil adalah sekumpulan orang yang biasanya

kurang dari tujuh orang, berinteraksi dalam jangka waktu agak lama dan memiliki

kepentingan yang sama yang terbentuk dalam satu tujuan yang telah disepakati.

Robert F.Bales dalam bukunya Interaction Process Analysis dalam Effendy,

(1993:30) mendefinisikan kelompok kecil adalah sejumlah orang yang terlibat

interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka (face to

face), dimana setiap anggota memiliki kesan dan persepsi antara satu sama

Page 6: KONFLIK TNI-POLRI -   · PDF fileKONFLIK TNI-POLRI Makalah disusun guna memenuhi tugas akhir semester Mata Kuliah : Sosiologi Komunikasi Dosen Pengampu : Ahmad Faqih, S. Ag, M.Si

lainnya cukup kentara sehingga ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun

sesudahnya dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing perseorangan.

Sedangkan menurut Shaw dalam Muhammad, (2009:182) mendefinisikan

komunikasi kelompok kecil sebagai sekumpulan individu yang dapat

mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain dan

komunikasi tatap muka. Effendy (1993:76) mengemukakan bahwa komunikasi

kelompok kecil adalah komunikasi yang ditujukan kepada kognisi komunikan

dan prosesnya berlangsung secara dialog.

Dalam komunikasi yang berlangsung pada kelompok kecil dalam situasi

tertentu terdapat kesempatan bagi komunikator untuk melakukan komunikasi

antar personal dengan seorang anggota kelompok. Contoh komunikasi kelompok

kecil adalah seminar, ceramah, diskusi, penataran dan sebagainya.

B. Komunikasi Kelompok Besar

Kelompok besar adalah sekelompok komunikan yang karena jumlahnya

yang banyak dalam situasi komunikasi hampir tidak terdapat kesempatan untuk

memberikan tanggapan secara verbal. Menurut Effendy (1993:77) komunikasi

kelompok besar adalah komunikasi yang ditujukan kepada afeksi (perasaan)

komunikan dan prosesnya berlangsung secara linear. Jadi dapat dikatakan bahwa

dalam komunikasi kelompok besar kontak pribadi sulit dilakukan. Komunikator

dalam komunikasi ini cenderung hanya membakar emosi komunikannya dan

tanggapannya bersifat emosional. Contoh komunikasi kelompok besar adalah

kongres dari sebuah organisasi (bersifat formal) dan kampanye di lapangan

(bersifat non formal)

V. ANALISIS / SOLUSI

Menilik kembali dari konflik dari dua aparatur negara yaitu TNI dan Polri

cukup mengundang simpati kita. Bagaimana bisa dua lembaga yang seharusnya

membuat warga sipil merasa aman dan terlindungi malah berbuat sebaliknya.

Hanya karena masalah sepele yang bisa diselesaikan secara sederhana dengan

musyawarah, mereka lebih memilih menggunakan cara keras dalam

menyelesaikannya bahkan mereka mengabaikan keselamatan warga sipil dengan

menggunakan senpi (senjata api) secara bebas dan ilegal.

Sepanjang tahun 2014 terhitung ada 5 kasus yang berkenaan dengan

bentrokan TNI dan Polri. Peristiwa demi peristiwa bentrokan di antara kedua

Page 7: KONFLIK TNI-POLRI -   · PDF fileKONFLIK TNI-POLRI Makalah disusun guna memenuhi tugas akhir semester Mata Kuliah : Sosiologi Komunikasi Dosen Pengampu : Ahmad Faqih, S. Ag, M.Si

institusi ini membuat warga semakin takut dan khawatir mengenai keselamatan

mereka. Bahkan beberapa warga sipil ada yang menjadi korban dan menjadi

trauma akan hal itu. Mereka berpikir, mereka tidak memiliki urusan dan masalah

kepada dua oknum tersebut namun mengapa mereka yang menjadi korban.

Mereka merasa takut setiap saat, takut jika tiba-tiba terjadi bentrokan kembali,

dan kapan bentrokan ini akan segera berakhir.

Pemerintah harus sesegera mungkin bertindak, mencegah agar hal ini tidak

terjadi kembali. Terutama untuk pemimpin dari masing-masing institusi, harus

saling berkomitmen dan bersikap lebih tegas pada anggotanya, tak segan-segan

memberikan sanksi bagi yang melanggar aturan tersebut.

Konflik seperti ini sebenarnya bisa dihindari jika masing-masing dari

oknum tidak menyulut dan tersulut api. Kesadaran diri akan siapa dirinya di

masyarakat dan negara setidaknya menjadikan alasan utama untuk mencegah atau

menghindari terjadinya konflik akan keduanya. Komunikasi juga harus berperan,

bagaimanapun juga jika suatu masalah terjadi akan lebih baik jika masalah ini di

komunikasikan. Jika hanya dipendam dan tidak diselesaikan akan berakhir

dengan bentrokan seperti ini.

Lagi-lagi semua kembali kepada komunikasi. Tanpa kita sadari komunikasi

memiliki peranan sangat penting dalam hidup kita. Komunikasi membantu kita

bertahan hidup, komunikasi juga membantu kita menyelesaikan masalah-masalah

yang dirasa rumit dan sulit diselesaikan secara pribadi.

Bentrokan yang terjadi antara oknum TNI dan Polri adalah suatu bentuk

permasalahan personal yang tidak dikomunikasikan dengan baik. Mereka

cenderung berpikir secara mentah dan tidak dipikirkan secara matang dan

dewasa. Jika permasalah ini dibicarakan terlebih dahulu dan mencari solusi yang

terbaik akan lebih efisien dari pada menggunakan senjata untuk merusak fasilitas

negara yang sebenarnya tidak perlu dilakukan.

Beberapa faktor yang memicu terjadinya konflik TNI dan Polri yaitu

Semangat esprit de corps (Jiwa Korsa) yang keliru, budaya penghormatan

terhadap hukum yang rendah, arogansi, faktor kesejahteraan yang rendah, disiplin

dan kendali komandan yang lemah, dugaan keterlibatan dalam bisnis ilegal,

minimnya komunikasi antara anggota TNI dan Polri serta sanksi hukum yang

tidak maksimal terhadap anggota yang melanggar hukum.

Page 8: KONFLIK TNI-POLRI -   · PDF fileKONFLIK TNI-POLRI Makalah disusun guna memenuhi tugas akhir semester Mata Kuliah : Sosiologi Komunikasi Dosen Pengampu : Ahmad Faqih, S. Ag, M.Si

Untuk mencegah terulang kembali konflik antara TNI dan Polri, pemerintah

perlu melakukan langkah-langkah perbaikan dalam kedua intuisi tersebut agar

tidak terulang hal serupa.

Menjaga emosi dalam diri juga termasuk faktor yang mempengaruhi

konflik ini. Mudahnya tersulut emosi oleh hal yang begitu sepele membuat

masalah yang sederhana namun dibesar-besarkan sehingga terlihat seperti

masalah besar. Kedua aparatur negara ini harus pandai dalam mengatur emosinya,

harus ada pendekatan secara psikilogis untuk mereka yang cenderung memiliki

tempramen buruk.

Pemasalahan seperti ini tak bisa selesai hanya dengan kata damai.

Setidaknya harus ada perjanjian secara tertulis dan sah, sehingga hal seperti ini

tidak kembali terjadi, ini harus menjadi yang terakhir.

Agar potensi terjadinya konflik di antara prajurit di kedua institusi dapat

diminimalisir tentunya perlu segera ditetapkan upaya antisipasi yang dapat

dilakukan melalui cara-cara:

a. Memperbaiki tingkat kesejahteraan prajurit agar tidak terjadi kesenjangan yang

sangat tinggi di antara masing-masing prajurit;

b. Latihan secara berkesinambungan, baik latihan satuan maupun atas prakarsa

komandan satuan. Hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan

kekompakan di antara prajurit kedua institusi;

c. Pimpinan satuan (TNI dan Polri) di daerah melakukan pertemuan secara

berkala, termasuk olahraga bersama, kegiatan keagamaan bersama atau

kegiatan saling mengunjungi guna memelihara keharmonisan/silaturahmi;

d. Tindakan tegas terhadap pimpinan yang lalai dalam melaksanakan tanggung

jawab pembinaan guna menimbulkan efek jera, agar tanggung jawab komando

betul-betul dilaksanakan;

e. Tindakan tegas kepada anggota yang terlibat dalam bentrokan guna

menghindarkan munculnya anggapan adanya upaya melindungi anggota;

f. Pembenahan sistem perundang-undangan yang mengatur lingkup tugas masing-

masing institusi sehingga tidak memunculkan tarik menarik kewenangan.

Page 9: KONFLIK TNI-POLRI -   · PDF fileKONFLIK TNI-POLRI Makalah disusun guna memenuhi tugas akhir semester Mata Kuliah : Sosiologi Komunikasi Dosen Pengampu : Ahmad Faqih, S. Ag, M.Si

VI. PENUTUP

A. Kesimpulan

Disaat militer dan polisi negara-negara lain melangkah maju dan bersatu

dalam menghadapi berbagai gangguan yang dapat mengancam kedaulatan negara,

justru militer dan kepolisian di Indonesia saling berseteru untuk sebuah alasan

yang seringkali tidak patut dibanggakan.

Oleh karena itu agar semua sumber daya yang dimiliki masing-masing

institusi dapat didayagunakan demi terwujudnya profesionalisme individu

maupun lembaga, sudah saatnya kedua belah pihak, baik TNI maupun Polri, terus

menerus menjaga dan memelihara hubungan agar tetap harmonis.

Ketika hal tersebut terwujud maka akan berpengaruh positif pada

terciptanya stabilitas keamanan nasional . Kondisi keamanan nasional yang baik

tentunya berdampak pula pada tingginya apresiasi yang diberikan masyarakat

kepada kedua institusi tersebut.

B. Rekomendasi

Dalam pembuatan makalah ini, kami sebagai penulis tidak memungkiri

adanya kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan makalah ini. Sehingga,

kami dari penulis masih membutuhkan adanya banyak kritik dan saran dari para

pembaca. Dan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis

dan para pembaca.

Page 10: KONFLIK TNI-POLRI -   · PDF fileKONFLIK TNI-POLRI Makalah disusun guna memenuhi tugas akhir semester Mata Kuliah : Sosiologi Komunikasi Dosen Pengampu : Ahmad Faqih, S. Ag, M.Si

LAMPIRAN DOKUMEN

Oleh: Kiki Syahnakri

KOMPAS.com - Dalam beberapa tahun terakhir, konflik TNI-Polri makin sering

terjadi, bahkan sudah amat meresahkan masyarakat. Presiden Joko Widodo telah

menginstruksikan para pejabat terkait segera mencari solusi bersifat menyeluruh

dan permanen.

Pimpinan TNI-Polri pun telah meresponsnya dengan tindakan tegas berupa

pencopotan para pejabat yang memang seharusnya bertanggung jawab,

penghukuman, dan pemecatan anggota yang terlibat, dan terakhir ada wacana

untuk menyatukan kembali pendidikan basis selama 3-4 bulan seperti masa lalu.

Akar persoalan

Pertanyaannya, apakah semua tindakan ini akan jadi solusi permanen? Jawabnya

tentu ”tidak” karena belum menyentuh akar masalahnya. Bak akar serabut yang

Page 11: KONFLIK TNI-POLRI -   · PDF fileKONFLIK TNI-POLRI Makalah disusun guna memenuhi tugas akhir semester Mata Kuliah : Sosiologi Komunikasi Dosen Pengampu : Ahmad Faqih, S. Ag, M.Si

berkelindan saling memengaruhi, akar masalahnya sangat rumit karena

menyentuh masalah kultural. Di antaranya yang sangat penting, pertama, faktor

psikologis-kultural. Pada umumnya anggota TNI (khususnya TNI AD) belum

terlepas dari perasaan superioritas masa lalu sebagai saudara tua ketika Polri

masih tergabung dalam ABRI.

Sebaliknya, di kalangan Polri tumbuh sikap overacting, euforia kewenangan,

arogansi, sebagai ekses pemisahannya dari ABRI serta diberlakukannya Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian yang memberikan kewenangan

amat luas dalam fungsi keamanan dalam negeri.

Lainnya, sikap kebanggaan korps yang berlebihan sehingga satu-sama lain

merasa lebih hebat. Sikap ini lebih meningkat lagi ketika diberlakukan pemakaian

atribut yang seharusnya jadi simbol keistimewaan korps militer, seperti

pemakaian baret dan pakaian loreng. Kini di lingkungan TNI, satuan administrasi

sampai Babinsa pun memakai baret. Polri tak mau kalah, berbagai warna baret

diberlakukan di beberapa unsurnya, bahkan terakhir telah diberlakukan pula

pemakaian loreng Brimob yang dulunya hanya dikenakan oleh satuan khusus

Resimen Pelopor.

Berikutnya, masalah kecemburuan akibat jomplangnya kesejahteraan. Perlu

digarisbawahi bahwa perbedaan mencolok kesejahteraan ini bukan disebabkan

masalah gaji, melainkan karena kalangan Polri memiliki kesempatan lebih luas

mencari penghasilan tambahan seiring dimilikinya kewenangan yang amat lebar

tadi. Pada sisi lain, disiplin, penegakan hukum, serta keteladanan pimpinan pada

kedua institusi amat lemah.

Berbagai faktor psikologis tadi sering menjadi pemicu bentrokan di lapangan,

masalah kecil seperti saling pandang atau senggolan saja bisa menimbulkan

perkelahian antarkorps.

Kedua, masalah regulasi. TAP MPR No VI dan VII Tahun 2000 yang lahir di

tengah euforia reformasi telah memisahkan secara ”mutlak-diametral” fungsi

pertahanan-keamanan (hankam) mengakibatkan tidak terpadunya penanganan

Page 12: KONFLIK TNI-POLRI -   · PDF fileKONFLIK TNI-POLRI Makalah disusun guna memenuhi tugas akhir semester Mata Kuliah : Sosiologi Komunikasi Dosen Pengampu : Ahmad Faqih, S. Ag, M.Si

masalah itu. Fungsi keamanan mutlak diemban Polri, fungsi pertahanan jadi ranah

TNI dengan penekanan hanya untuk menghadapi ancaman militer dari luar.

Padahal, kenyataannya kedua fungsi bersifat overlapping, masalah keamanan

dapat berkembang eskalatif, terkadang tak bisa diprediksi, sehingga secara cepat

memasuki ranah pertahanan karena telah mengancam kedaulatan, keselamatan

bangsa, dan keamanan negara.

Contohnya, peristiwa rasial di Amerika Serikat tahun 1981 dan yang terjadi

belakangan ini potensial berkembang cepat ke banyak negara bagian sehingga

sejak dini Garda Nasional dan militer sudah dilibatkan untuk mengatasinya.

Kondisi seperti ini sering terjadi di Indonesia, khususnya setelah reformasi yang

membuka kebebasan luas nyaris tanpa batas. Memang ada sistem perbantuan TNI

kepada Polri sesuai Pasal 7 UU No 34/2004 tentang TNI, tetapi sulit

direalisasikan karena tebalnya kendala psikologis-egosentrisme.

Ketiga, faktor sosial. Institusi TNI-Polri tidak hidup di ruangan hampa, tetapi

sangat dipengaruhi perkembangan masyarakat, seperti meningkatnya

konsumtivisme, transaksionalisme, anarkisme, serta tawuran yang sering terjadi

di kalangan pelajar, mahasiswa, dan kelompok masyarakat. Ketika proses

perekrutan, pendidikan, dan pembinaan satuan di kedua institusi tersebut kurang

antisipatif dan tidak cukup kuat memfilternya, niscaya akan terinfiltrasi oleh

budaya negatif masyarakat tadi.

Keempat, faktor teknis, terutama menyangkut kepemimpinan. Tuntutan

kepemimpinan di tubuh TNI-Polri harus mampu berperan sebagai komandan

sekaligus guru/pelatih, bapak/orangtua dan rekan sejawat. Efektivitas

kepemimpinannya sangat dipengaruhi kemampuan memainkan peran-peran

tersebut. Untuk itu, diperlukan kebersamaan, komunikasi, kepedulian, dan

kepekaan tinggi terhadap kondisi bawahan serta keluarganya.

Pelajaran berharga dari kasus Batam, karena kurangnya kepekaan pimpinan

kedua belah pihak di lapangan, perkelahian terjadi berulang kali. Seharusnya ada

pemonitoran dan antisipasi intensif. Sebab, dengan ditembaknya empat anggota

Yonif 134 oleh anggota Brimob, rasa dendamnya tidak mungkin terselesaikan

Page 13: KONFLIK TNI-POLRI -   · PDF fileKONFLIK TNI-POLRI Makalah disusun guna memenuhi tugas akhir semester Mata Kuliah : Sosiologi Komunikasi Dosen Pengampu : Ahmad Faqih, S. Ag, M.Si

hanya dengan mempertemukan mereka.

Batam juga sering jadi ajang berekreasi dan berbelanja barang mewah para

pejabat dari Jakarta yang tak peka, pada saat bersamaan para prajurit di sana

harus hidup dengan gaji kecil di tengah mahalnya barang keperluan sehari-hari.

Masalah teknis lain, penindakan hukum yang tak konsisten dan tuntas, seperti

dikatakan Menko Polhukham bahwa anggota Brimob yang terlibat belum juga

ditindak dan ini diketahui oleh anggota Yonif 134.

Rekomendasi

Perlu segera dibuat kelompok kerja gabungan TNI-Polri yang serius dan

melibatkan para sosiolog, psikolog, serta ahli terkait lain, dalam rangka

membulatkan pencarian akar masalah serta merumuskan solusi yang bersifat

komprehensif-permanen. Pada tahun 1997, pokja semacam itu pernah diadakan,

tetapi dibubarkan di tengah jalan karena anggota Polri yang dikirim berganti

setiap hari sehingga menyulitkan pembahasan.

Semoga harapan Presiden Joko Widodo serta masyarakat umumnya untuk

melihat hubungan TNI-Polri yang harmonis, komplementer, dan sinergi akan

segera terwujud.

Kiki Syahnakri

Ketua Badan Pengkajian Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat (PPAD)

Page 14: KONFLIK TNI-POLRI -   · PDF fileKONFLIK TNI-POLRI Makalah disusun guna memenuhi tugas akhir semester Mata Kuliah : Sosiologi Komunikasi Dosen Pengampu : Ahmad Faqih, S. Ag, M.Si

Sindo, 20 November 2014