Konflik Dan Perang

12
Konflik dan perang I. Pendahuluan Apa yang sekilas muncul dalam benak kita semua ketika mendengar kata ‘perang’ ? yang pasti ada perasan ngeri ketika membayangkan ada senjata, ada target yang ingin dilawan, bahkan ada pertumpahan darah di dalamnya. Namun bagaimanapun juga, suka ataupun tidak suka, perang dan konflik tidak bisa dihindari. Ada yang berpendapat bahwa berusaha menghentikan perang artinya sama saja dengan mencoba melanggar kuasa Tuhan, karena yang dapat menciptakan kedamaian seutuhnya di muka bumi ini hanyalah Tuhan. Mengapa perang dikatakan telah menjadi bagian dari kehidupan dan sejarah kehidupan manusia? Karena manusia sudah mengenal pertikaian sejak dulu. Sejak zaman purba, manusia sudah mengenal pola hidup berkelompok, dan di dalam kehidupan tersebut selalu ada masalah yang terjadi, ketika apa yang diinginkan dan diharapkan tidaklah sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Hingga kemudian muncullah perbedaan pendapat antara pihak-pihak tertentu, lalu muncul perselisihan, kemudian pertikaian (ketika langkah-langkah untuk mencapai perdamaian tidak dapat ditemukan), hingga akhirnya muncullah konflik. Konflik. Pengertiannya secara bahasa atau secara harfiah adalah configere’ yang dalam bahasa latin berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah stau pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Tidak ada satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya. Artinya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Ada banyak sekali definisi atau pengertian ‘perang’. John A. McHugh, O.P. dan Charles J. Callan berpendapat seperti: War defined as a state of konflik between two or more sovereign nations carried on by force of arms.” Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia maka kalimat tersebut berarti “Perang didefinisikan sebagai keadaan konflik antara dua atau lebih negara berdaulat yang dijalankan oleh kekuatan senjata.” Dalam hal ini, sudah jelas bahwa McHugh dan Callan mendefiniskan arti perang dengan mengambil konsep Hubungan Internasional, sehingga definisi di atas dapat diterima dengan jelas karena dalam Hubungan Internasional, sejatinya, perang

description

kkk

Transcript of Konflik Dan Perang

Konflik dan perangI.PendahuluanApa yang sekilas muncul dalam benak kita semua ketika mendengar kata perang ? yang pasti ada perasan ngeri ketika membayangkan ada senjata, ada target yang ingin dilawan, bahkan ada pertumpahan darah di dalamnya. Namun bagaimanapun juga, suka ataupun tidak suka, perang dan konflik tidak bisa dihindari. Ada yang berpendapat bahwa berusaha menghentikan perang artinya sama saja dengan mencoba melanggar kuasa Tuhan, karena yang dapat menciptakan kedamaian seutuhnya di muka bumi ini hanyalah Tuhan.Mengapa perang dikatakan telah menjadi bagian dari kehidupan dan sejarah kehidupan manusia? Karena manusia sudah mengenal pertikaian sejak dulu. Sejak zaman purba, manusia sudah mengenal pola hidup berkelompok, dan di dalam kehidupan tersebut selalu ada masalah yang terjadi, ketika apa yang diinginkan dan diharapkan tidaklah sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Hingga kemudian muncullah perbedaan pendapat antara pihak-pihak tertentu, lalu muncul perselisihan, kemudian pertikaian (ketika langkah-langkah untuk mencapai perdamaian tidak dapat ditemukan), hingga akhirnya muncullah konflik.Konflik. Pengertiannya secara bahasa atau secara harfiah adalah configere yang dalam bahasa latin berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah stau pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Tidak ada satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya. Artinya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.Ada banyak sekali definisi atau pengertian perang.John A. McHugh, O.P. dan Charles J. Callan berpendapat seperti:War defined as a state of konflik between two or more sovereign nations carried on by force of arms. Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia maka kalimat tersebut berartiPerang didefinisikan sebagai keadaan konflik antara dua atau lebih negara berdaulat yang dijalankan oleh kekuatan senjata.Dalam hal ini, sudah jelas bahwa McHugh dan Callan mendefiniskan arti perang dengan mengambil konsep Hubungan Internasional, sehingga definisi di atas dapat diterima dengan jelas karena dalam Hubungan Internasional, sejatinya, perang haruslah menyangkut batas wilayah dan Negara-negara yang terlibat di dalamnya haruslah Negara-negara yang berdaulat dan berkuasa.Von Clausewitz, seorang jenderal Prussia (Jerman) pada permulaan abad ke 19 pernah mengutarakan pendapatnya mengenai perang, bahwa perang sebagai fenomena kehidupan umat manusia biasa dapat diartikan sebagai tindakan penggunaan kekerasan untuk memaksa pihak lain tunduk kepada kehendak kita. Dari pernyataan Clausewitz, dapat kita tarik kesimpulan sederhana bahwa perang dapat digunakan untuk memperoleh dan juga menguasai segala sesuatu yang kita inginkan, dan juga menguasai dan mengontrol pihak-pihak tertentu yang sebelumnya tidak sejalan dengan apa yang kita inginkan, menjadi takluk dan tunduk pada kehendak kita. Artinya, pihak yang ingin menguasai lawannya haruslah memiliki daya dan kekuatan yang lebih sehingga ia dapat mendominasi lawannya. Begitupun halnya dengan perang, daya dan kekuatan menjadi faktor utama yang dapat menentukan menang kalahnya suatu pihak dalam sebuah peperangan , dan untuk mendapatkan atau memiliki daya dan kekuatan tersebut, baik yang secaratangible(yang terlihat) maupun yang bersifatintangible(yang tak terlihat), pihak-pihak yang berperang bisa memperolehnya melalui kepemilikan senjata militer, wilayah dan teritori yang luas, sumber daya alam yang melimpah, atau bahkan dukungan dari pihak-pihak luar negeri.Dari definisi-definisi mengenai konflik dan perang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap konflik atau perang memiliki aktor alias pelaku yang melakukan aktivitas perang (setidaknya ada dua pihak yang berkonflik), ada motif yang menyebabkan konflik atau perang tersebut, ada strategi dalam memenangkan perang itu, dan ada tujuan yang ingin dicapai dari peperangan tersebut.Perang dan konflik, apabila dikaji dalam Hubungan Internasional, maka permasalahannya akan semakin kompleks. Seperti yang kita ketahui bahwa Hubungan Internasional dapat dikelompokkan menjadi dua bagian berdasarkan kajiannya, yaitu Hubungan Internasional sebagai fenomena dan Hubungan Internasional sebagai disiplin ilmu. Hubungan Internasional sebagai fenomena merupakan interkasi antar berbagai aktor (Negara statemaupun non Negara non state) yang melintasi batas Negara. Artinya suatu fenomena tidak dapat dikatakan sebagai kajian Hubungan Internasional apabila tidak meliputi lintas batas wilayah. Contohnya saja, perang antara suku A dengan suku B dalam Negara C tidak dapat dikategorikan sebagai kajian Hubungan Internasional karena interaksi yang terjadi bukanlah interaksi yang melewati batas wilayah. Sebaliknya, fenomena sekecil apapun, yang apabila telah melintasi batas wilayah, sudah dapat dikategorikan sebagai fenomena Hubungan Internasional. Contohnya, pedagang A memasarkan barang produksinya di Negara B dan berinteraksi dengan orang-orang dari Negara B, maka fenomena ini dapat disimpulkan sebagai suatu fenomena Hubungan Internasional.Hubungan Internasional sebagai disiplin ilmu adalah kajian akademis yang berusaha untuk menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksikan berbagai fenomena internasional dengan menerapkan paradigma, teori, dan konsep Hubungan Internasional, dengan fokus antara lain konflik dan kerjasama.Untuk mengetahui bagaimana konflik dan perang dapat dikatakan sebagai kajian dari Hubungan Internasional, maka kita dapat melihatnya dari beberapa faktor, antara lain; batas wilayah, dan aktornya. Apabila kedua aktor yang memegang peran penting dalam konflik dan perang tersebut berasal dari dua wilayah yang berbeda, dan melintasi batas wilayah Negara, maka konflik tersebut dapatlah kita katakan sebagai fenomena atau kajian Hubungan Internasional. Selain itu kita juga dapat mencari tahu kepentingan apa yang ada di balik tersebut. Karena kepentingan nasional merupakan atribut utama setiap Negara dan menjadi motif utama dalam setiap interaksi nasional, dan perilaku setiap Negara dapat selalu dijelaskan dengan asumsi kepentingan nasional. Sebagai titik awal mencapai kepentingan nasional, setiap Negara harus memahami posisi relatif kekuatan nasional (power) agar dapat menentukan level pengaruh, batas-batas strategi, dan sebagainya.Berbicara mengenai kepentingan nasional artinya kita berbicara mengenai sesuatu yang bersifat ambigu atau memiliki makna ganda, yaitu bermakna objektif dan subjektif. Secara objektif, kepentingan nasional berarti atribut Negara yang secara langsung terdapat pada suatu Negara, dan secara subjektif, kepentingan nasional berarti hasil atauoutputdari proses politik, domestik, maupun internasional. Namun Coloumbus dan Wolfe berpendapat bahwa kepentingan nasional dipahami sebagai sintesis dari pendekatan-pendekatan subjektif dan objektif dalam situasi yang besar dan kompleks seperti Negara, keputusan dibuat oleh segelintir elite yang memiliki legitimasi. Para penganut Realis menyamakan kepentingan nasional sebagai upaya Negara untuk mengejarpower, dimanapoweradalah segala sesautu yang dapat mengembangkan dan memelihara kontrol suatu Negara terhadap Negara lain. Hubungan kekuasaan atau pengendalian ini dapat melalui teknik pemaksaan atau kerjasama. Karena itu kekuasaan dan kepentingan nasional dianggap sebagai sarana dan sekaligus tujuan dari tindakan suatu Negara untuk bertahan hidup (survival) dalam politik internasional. (Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, 2005: 35)Lalu, ketika kita berbicara mengenai konflik atau perang, pasti tidak luput dari pertanyaan Apa saja yang memungkinkan terjadinya perang atau konflik?. Sebenarnya, konflik itu sendiri dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut di antaranya adalah perbedaan-perbedaan ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat-istiadat, keyakinan, ideologi, dan sebagainya. Setiap manusia adalah individu yang unik, artinya, setiap orang meiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya,. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak harus selalu sejalan dengan kelompoknya. Konflik pada dasarnya dilatarbelakangi oleh perbedaan-perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda, perbedaan-perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok, dan perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat.Namun akan berbeda halnya apabila kita sudah memasuki pembicaraan konflik atau perang dalam ranah Hubungan Internasional. Penyebab konflik dalam Hubungan Internasional bisa saja berupa adanya perbedaan ras dan etnis, seperti yang terjadi pada konflik Bosnia-Kroasia, konflik di Rwanda, dan konflik di Kazakhstan. Alasan lain yaitu karena adanya keinginan dari suatu Negara untuk melakukan ekspansi ke Negara lain, adanya keinginan untuk saling menghancurkan, karena ingin berkuasa dan ingin melakukan perebutan kekuasaan, dan karena tidak ada pihak yang mau mengalah. Seorang ilmuwan Hubungan Internasional pernah berasumsi bahwa Negara adalah organisasi yang hidup. Negara dikatakan hidup karena berinteraksi, dan membutuhkan ruang, ekspansi, dan adaptasi. Ruang, dalam hal ini berarti wilayah, dan untuk mendapatkan wilayah yang lebih luas, sebuah Negara bisa melakukan ekspansi, salah satunya dengan cara berperang. Hanya saja, banyak argumen-argumen mengenai ekspansi yang dilakukan oleh suatu Negara ke Negara lain. Contohnya saja mengenai serangan Amerika Serikat ke Afghanistan, kaum realis melihat fenomena ini sebagai cara Amerika untuk memperlebar kekuasaan militernya ke Afghanistan. Berbeda halnya dengan orang-orang yang memandang fenomena ini dari segi ekonomi-politik (ekopol), yang menganggap bahwa serangan Amerika Serikat adalah untuk menguasai sumber-sumber minyak di Afghanistan dan juga ingin membuat pabrik ganja terbesar di dunia.Mengkaji masalah perang dan konflik bukanlah hal yang sederhana, diperlukan tahap-tahap atau langkah-langkah yang sistematis dalam melihatnya, bagaimana perang itu dimulai, darimana asalnya, apa latar belakangnya, bagaimana perkembangannya, hingga puncak dari perang itu sendiri. Hal ini disebut dengan eskalasi, atau tahap-tahap eskalasi konflik menuju perang. Yang pertama yaitu karena adanyaperbedaan pendapat. Perbedaan pendapat memang sering kali memancing orang-orang untuk saling menyalahkan. Pihak yang ditentang pendapatnya merasa tidak setuju, tidak sependapat, dan tidak sejalan dengan pihak yang menentang. Sebaliknya, pihak yang menentang pun merasa bahwa pendapat dan argumennyalah yang lebih benar dan masuk akal daripada pendapat pihak lawan. Hal ini memang terlihat sederhana dan tidak terlalu mengkhawatirkan, tapi siapa sangka bahwa hal sekecil inilah yang bisa menyebabkan konflik-konflik dan perang-perang besar nantinya. Yang kedua yaitu tahapPerselisihan. Tahap ini adalah tahap dimana kedua belah pihak sudah mulai saling menyerang pribadi. Perselisihan bisa muncul apabila hak suatu pihak tidak terpenuhi, akibat adanya perbedaan penafsiran atau pelaksanaan atas sesuatu yang sebelumnya telah disepakati bersama atau perjanjian bersama. Cara paling sederhana dalam menyelesaikan perselisihan adalah dengan bermusyawarah dan membicarakan segala sesuatu dengan cara damai agar perselisihan tidak semakin merebak. Dalam Hubungan Internasional, hal ini disebut dengan istilah soft diplomacy. Namun ketika cara damai atausoft diplomacybelum berhasil alias hampir gagal dilaksanakan, maka perselisishan akan semakin merambah pada tahap yang lebih kompleks yaituPertikaian. Pertikaian bukanlah suatu tahap yang sederhana, karena di tahap ini, kedua belah pihak yang bermasalah secara tidak langsung telah memutuskan untuk tetap berselisih, artinya, tidak akan ada kata damai, dan melangkah pada tahap selanjutnya. Tahap selanjutnya adalahKonflik Terbatas. Setelah konflik terbatas, maka tahap selanjutnya adalahKonflik Terbuka. Pada tahap konflik terbuka ini, kedua belah pihak sudah mulai saling ancam-mengancam dan siap untuk berperang. Bagi Negara yang berperang dengan menggunakan senjata nuklir, tahap ini bisa meliputi tahap uji coba senjata nuklir atau rudal, namun tidak jarang suatu Negara menguji coba senjatanya di kawasan Negara lain, seperti yang dilakukan Korea Utara pada 31 Agustus 1998, dimana Korea Utara melakukan uji coba rudal yang melintasi Jepang dan jatuh di lautan Pasifik. Setelah konflik terbatas, tahap selanjutnya adalahPerang. Dan yang terakhir, yaitu yang menjadi puncaknya, adalahPerang Total, dimana kedua belah pihak yang berperang mengalihkan semua sumber daya, baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusia, untuk bisa memenangkan perang. Lalu masing-masing meminta dukungan dan bantuan (baik berupa senjata maupun tentara perang) dari Negara-negara lain. Dan di tahap ini, semua yang dikhawatirkan akan terjadi. Ada kerusakan di muka bumi. Ada pertumpahan darah. Manusia saling bunuh-membunuh. Perang Total.FAKTOR PENYEBAB KONFLIK

1.Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.Asumsi setiap orang memiliki kecenderungan tertentu dalam menangani konflik.Terdapat 5 kecenderungan: Penolakan: konflik menyebabkan tidak nyaman Kompetisi: konflik memunculkan pemenang Kompromi: ada kompromi & negosiasi dalam konflik untuk meminimalisasi kerugian Akomodasi: ada pengorbanan tujuan pribadi untuk mempertahankan hubungan Kolaborasi: mementingkan dukungan & kesadaran pihak lain untuk bekerja bersama-sama.

STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIKPendekatan penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah :1. KompetisiPenyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.2.AkomodasiPenyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.3.SharingSuatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lkain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.4.KolaborasiBentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.5.PenghindaranMenyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.

Level of Conflictprofesional di bidang manajemen konflik cenderung setuju bahwa ada tiga tingkat konflik yang dapat diterapkan ke sejumlah profesional yang berbeda, kelas dan situasi militer. Ini juga dapat terjadi secara simultan dan meningkatkan intensitas konflik secara keseluruhan. Konflik di dalam individu sering cermin konflik dalam masyarakat yang lebih besar atau situasi.

Konflik intrapersonal

Intrapersonal konflik adalah unik di antara jenis konflik, dalam hal ini tidak selalu terjadi sebagai hasil dari konteks sosial. Intrapersonal konflik terjadi di dalam individu. Konflik semacam ini hadir di mana pun individu berperilaku dengan cara yang bertentangan langsung dengan bagaimana mereka benar-benar berpikir atau rasakan. Misalnya, orang yang tidak rasis mungkin menemukan dirinya membuat lelucon rasis atau komentar dalam lingkungan dimana individu rasis mengelilingi dia dalam rangka untuk masuk ke dalam lingkungan sosialnya. Contoh lain dari konflik intrapersonal adalah seseorang mencoba obat-obatan atau alkohol dalam suatu lingkungan sosial meskipun mereka tidak benar-benar ingin melakukannya. Singkatnya, jika Anda menemukan diri melakukan sesuatu yang hati nurani Anda mengatakan secara moral salah atau bahwa Anda tidak merasa nyaman melakukan, maka Anda mengalami konflik intrapersonal.

Konflik Interpersonal

konflik interpersonal menggambarkan orang-bentrokan yang terjadi individu ketika yang menemukan diri mereka bekerja atau tinggal di lokasi yang sama tidak dapat datang bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan atau objektif. Sumber konflik interpersonal termasuk kurangnya latar belakang umum, masalah kepribadian dan perbedaan dalam pengalaman hidup. konflik interpersonal sering terjadi di tempat kerja dan mungkin memerlukan bantuan resolusi oleh individu yang berada di luar organisasi. konflik interpersonal juga dapat terjadi antara teman sekamar, anggota tim atau bahkan mitra domestik. konflik interpersonal dibedakan dari konflik intragroup dalam hal itu terjadi antara dua individu, bukan banyak.

Intragroup Konflik

Intragroup konflik terjadi dalam konteks sebuah organisasi atau komando militer. Ini melibatkan banyak anggota kelompok. Mungkin gejala yang paling umum dari konflik intragroup adalah penyimpangan berat dalam komunikasi. Hal ini menyebabkan kelompok yang tidak dapat melekat untuk mencapai tujuan dan sasaran. Intragroup konflik juga bisa terjadi akibat masalah eksternal, seperti kurangnya atau membatasi sumber daya. konflik tersebut juga dapat disebabkan atau diperburuk oleh dinamika kekuasaan dalam kelompok.

Nature ViolenceKekerasanatau (bahasa Inggris:Violenceejaan Inggrisberasal dari (bahasa Latin:violentusyang berasal dari katavatauvsberartikekuasaanatau berkuasa) adalah dalam prinsip dasar dalamhukumpublik dan privatRomawiyang merupakan sebuahekspresibaik yang dilakukan secarafisikataupun secaraverbalyang mencerminkan pada tindakanagresidan penyerangan pada kebebasan atau martabat seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang umumnya berkaitan dengankewenangannyayakni bila diterjemahkan secara bebas dapat diartinya bahwa semua kewenangan tanpa mengindahkan keabsahan penggunaan atau tindakan kesewenang-wenangan itu dapat pula dimasukan dalam rumusan kekerasan ini.

Violence dibagi menjadi:a.Direct Violence :yangdilakukanolehorang-orang yangdiidentifikasipadakorbantertentub.Structural Violence :bahayayang berasaldaritahapan yangsistematis,biasanyadapatditerimadaritindakan-tindakanlembaga-lembagasosialtertentudi manatanggung jawabnya tidak jelas.c.Direct and Structural Violence :kekerasanlangsungdanstrukturalnyataberbedatetapisaling bergantung.

Contoh dari kekerasan langsung:a.Kejahatan dilatarbelakangi kebencianb. Pemusnahaan etnisc. Pemerkosaand. Pembunuhane. Perangf. Kebrutalan polisi

Contoh kekerasan yang tersistematis:a.Kemiskinanb.Pengangguranc.Diskriminasi (Rasisme)d.Kurangnya kesejahteraan kesehatan,pendidikan,dan tempat tinggale.Sistem politik yang korupf.Penyalahgunakan kekuasaang.Pembedaan ras

WARSebuah peribahasa klasik kuno yang ditulis Vegetiussi vis pacem para bellum (if you want peace , prepare to war) dan konsep ini selalu menjadi favorit bagi kaum realis. Sedangkan menurut Frederick L Schuman mempercayai bahwa militer akan menuntun pada peperangan dan disarmement akan menuntun pada sebuah perdamaian dalam kenyataanya persenjataan perang akan diperkecil hanya jika ada kemungkinan untuk berdamai. Konflik akan membawa kita kepada kompetisi persenjataan yang timbul dari peperangan dan dari antisipasi akan kemungkinan perang. Menurut H.J.Morgenthau seseorang tidak akan berperang karena dia memiliki kekuatan militer tetapi dia berperang karena dia menilai memang dibutuhkan untuk berperang. Michael Howard juga mengingatkan bahwa senjata dapat digunakan hanya untuk empat alasan penting :1.Untuk menakut-nakuti dari ancaman perang2.Untuk bertahan dari kemungkinan kegagalan deterrence3.Untuk melaksanakan pertempuran yang aggresive4.Untuk mempertahankan diri dari intimidasi politik

Pada dasarnya suatu bangsa seperti halnya individu biasanya berlaku pada orang lain seperti halnya orang lain memperlakukannya. Jika dua pesaing telah terikat dalam sebuah ikatan yang tidak terkendali dan secara tetap meningkatkan kompetisi militernya, kemudian mereka berinteraksi dalam satu dimensi ketegangan dan meningkatkan perilakunya , itu dapat diindikasikan jika mereka akan mengakhiri perang lebih awal atau juga lebih akhir karena mereka akan berubah arah kebijakan militer dan biasanya justru menimbulkan ketidaksetujuan.Selain itu sebuah kompetisi militer akan sangat sulit untuk dibatasi. Tentu saja tidak setiap permasalahan militer disetiap konstitusi negara adalah mengenai kompetisi militer(persenjataan). Harus ada proses reaksi pendek yang melibatkan 2 negara yang mampu untuk saling menghangatkan hubungan satu sama lain.Ya atau tidaknya kompetisi militer menambah kemungkinan dari suatu perang itu sangat sulit untuk mengetahuinya. Dalam hal ini aliansi juga berhubungan erat dengan perang. Karena mereka yang terlibat dalam aliansi hadir sepenuhnya untuk bermain dalam sebuah peperangan, tetapi apakah mereka dipinjam untuk mencegah perang atau malah disalahkan karena mereka telah menjadi penyebabnya, itu sangat sulit untuk dijelaskan.Formasi aliansi memiliki hubungan yang positif dengan meningkatnya kemungkinan perang dalam waktu 3 periode, yang bahayanya telah mengakibatkan penolakan dari berbagai pihak.Aktor aliansi juga sering terlibat dalam aliansi karena mereka menghindari bahaya perang dan juga mengantisipasi peperangan berdasarkan berbagai penyebab. Hasil penelitian menunjukan bahwa perang dengan skala kecil lebih mungkin menyebar melalui aliansi.KEMAMPUAN, RESIKO,KEGUNAAN YANG DIPERKIRAKAN DAN KEMUNGKINAN PERANG.Para realis terkadang berpikir bahwa perdamaian itu adalah yang terbaik karena pada saat itu kekuasaan berada di pada titik keseimbangan. Distribusi kekuasaan bagaimanapun baik yang dirasakan ataupun yang nyata terjadi bukanlah satu-satunya penentu yang membuat para pengambil keputusan politik memilih berperang atau berdamai. Para pemimpin dihadapkan dengan masalah putusan untuk menantang musuhnya ( berperang) atau untuk mengubah kebijakan musuh, memperkirakan keuntungan dan kerugian dari peperangan dari keberhasilan dan kegagalan dalam perang.