Konferensi Tingkat Menteri WTO Hasilkan Paket Bali
-
Upload
rosa-amalia -
Category
Documents
-
view
19 -
download
2
Transcript of Konferensi Tingkat Menteri WTO Hasilkan Paket Bali
Konferensi Tingkat Menteri WTO Hasilkan Paket Bali
KTM ke-9 WTO resmi ditutup pada Sabtu (7/12), setelah para delegasi berhasil mencapai kesepakatan antara lain
mencakup pengurangan hambatan ekspor, dan pengurangan subsidi pangan. (sumber: Antara)
Nusa Dua, Bali - Negosiasi panjang Konferensi Tingkat Menteri World Trade Organization ke-9 berhasil
membuahkan Paket Bali yang berisikan tiga poin utama yaitu Trade Facilitation, Agriculture, dan Least Developed
Countries.
"Setelah melakukan negosiasi yang cukup panjang, kami para menteri dari WTO menyetujui untuk memberikan
fleksibilitas bagi negara berkembang untuk menerapkan program ketahanan pangan," kata Menteri Perdagangan
Gita Wirjawan, saat menyampaikan pidato penutupan KTM WTO ke-9 di Nusa Dua Bali, Sabtu (7/12).
Ia mengatakan, pada akhirnya menyetujui adanya perubahan dalam kesepakatan WTO pada Paket Agriculture, yang
sudah disepakati di Bali.
"Terkait dengan Trade Facilitation, yang merupakan kali pertama dinegosiasikan, akan mampu mengurangi biaya
perdagangan, dan menyediakan kepastian bisnis," kata Gita.
Selain itu, lanjut dia, hal tersebut juga akan bermanfaat untuk anggota WTO lainnya termasuk negara berkembang
yang memberikan akses bantuan dan akan meningkatkan sistem dan prosedur perdagangan negara-negara
tersebut.
"Yang paling menguntungkan adalah untuk negara berkembang dan juga LDCs yang mendapatkan manfaat untuk
membuat akses bebas dari barang dan jasa untuk meningkatkan perdagangannya," kata Gita.
Berbeda dengan Doha Development Agenda (DDA) yang memiliki ambisi untuk menyelesaikan sebanyak 19 poin isu
runding, Paket Bali hanya memiliki tiga isu runding yang menekankan pada Trade Facilitation (TF), Agriculture, dan
Least Developed Countries (LDCs).
Perjuangan untuk membuahkan Paket Bali sempat terhalang oleh sikap India yang tidak setuju dan bersikeras
bahwa solusi interim bukan merupakan langkah yang tepat karena terkait dengan permasalahan yang fundamental
yakni stok keamanan pangan.
Dalam negosiasi terkait solusi interim tersebut, negara maju seperti Amerika Serikat sesungguhnya telah menyetujui
usulan negara berkembang untuk memberikan subsidi lebih dari 10 persen dari output nasional, namun memberikan
jangka waktu selama 4 tahun. Jangka waktu tersebut tidak diterima oleh India yang menginginkan
adanya solusi permanen dan juga adanya penyesuaian harga dengan tidak lagi menggunakan
acuan harga dari 1986-1988.
Selama ini, pengaturan besaran harga acuan pokok produk pertanian diambil dari mekanisme Agreement on
Agriculture (AoA) 1994 di Uruguay tentang mekanisme pemberian subsidi pertanian bagi negara maju dan
berkembang.
India pada akhirnya menyetujui Paket Bali yang menyebutkan bahwa anggota WTO menyetujui penempatan
mekanisme interim untuk melakukan negosiasi untuk menghasilkan solusi permanen yang akan diadopsi dalam KTM
WTO ke-11 atau selama empat tahun.
Selama masa interim tersebut, setiap anggota yang tergabung dalam WTO harus menahan diri untuk tidak
membawa aduan dalam penyelesaian sengketa WTO. Setelah India melunak, empat negara sempat
menolak Draf Paket Bali tersebut.
"Negara dari Afrika, Arab, Asia, grup negara Pacific, dan Least Development Countries mendorong paket tersebut,
sementara Kuba, Bolivia, Venezuela dan Nikaragua menolak draf paket tersebut," kata Juru Bicara WTO Keith
Rockwell kepada para wartawan, di Nusa Dua, Bali, Sabtu (7/12) pukul 03.00 dini hari.
Rockwell mengatakan, salah satu yang menjadi masalah penolakan ke empat negara atas Draf Paket Bali tersebut
adalah masalah embargo yang tidak kunjung ditindaklanjuti WTO sejak pertemuan Hongkong 2005.
KTM WTO ke-9, sesungguhnya sudah diakhiri pada Jumat (6/12) kemarin, namun, dikarenakan perundingan yang
masih alot, negosiasi dilanjutkan hingga Sabtu (7/12) yang pada akhirnya berhasil mencatatkan sejarah baru dari
perundingan WTO setelah terhenti selama 12 tahun untuk menyelesaikan Putaran Doha.
CYBERSULUTdaily.COM – Aksi besar-besaran menolak Konferensi WTO (World Trade
Organization) akan digelar saat pertemuan ini dibuka Presiden SBY, Selasa (2/12). Aksi
akan digelar sekitar 1.000 orang dari unsur petani, buruh, mahasiswa, perempuan dan
kaum muda dari lebih 30 negara di Lapangan Renon, Denpasar.
“Paket Bali adalah kesepakatan buruk bagi negara berkembang. Kita dipaksa untuk
menerima perjanjian yang mengikat di fasilitas perdagangan WTO, sementara subsidi tak
diizinkan untuk petani kecil dan rakyat yang lapar, kata Henry Saragih, Ketua Umum Serikat
Petani Indonesia (SPI) di Denpasar, Senin (2/12).
SPI, kata Henry, tidak mau ikut dalam negosiasi WTO karena pertemuan itu tidak
melakukan apapun untuk petani. “Dalam jangka panjang perdagangan bebas berarti
kematian untuk petani,” imbuh Henry.
Dia menegaskan, unjuk rasa akan berlangsung damai melalui event budaya seperti lagu
dan tarian. “Kami mengajak rakyat umum untuk bersolidaritas dan menolak WTO di Bali,”
ujarnya.
Pengamanan ketat
Polda Bali mengerahkan ribuan personel untuk mengamankan pelaksanaan Konferensi
WTO di Nusa Dua. Fokus pengamanan ditujukan pada sejumlah hal, terutama aksi demo
hingga kemungkinan ancaman terorisme.
“Kita dibantu Mabes, Polda Jabar, Jateng dan Jatim,” kata Kepala Biro Operasi Polda Bali
Kombes Pol Gede Alit Widana di Denpasar, Senin (2/12).
Pengamanan dilakukan mulai dari pelabuhan Ketapang, Banyuwangi dan pintu masuk Bali
di pelabuhan Gilimanuk, Jembrana.
Polisi yang berjaga di kedua pelabuhan itu meningkatkan penjagaan dengan melakukan
pemeriksaan kepada manusia, barang dan kendaraan bermotor guna mengantisipasi
gangguan, termasuk terorisme.
Menurut Widana, sejauh ini tidak ada ancaman keamanan dalam pelaksanaan WTO
kecuali aksi demonstrasi yang rencananya digelar di sejumlah lokasi. “Untuk yang boleh
berdemonstrasi, hanya yang mendapat ijin dan itu pun di wilayah Denpasar,” ujarnya.(mc)
Konferensi Tingkat Menteri World Trade Organization (WTO) ke-9 akan berlangsung di Pulau Dewata,
Bali pada 3-6 Desember. Pertemuan tersebut akan dipusatkan di Nusa Dua Convention Center Bali
(BNDCC) dan secara resmi akan dibuka Presiden Republik Indonesia, Soesilo Bambang Yudhoyono
pada hari Selasa, 3 Desember 2013.
Konferensi Tingkat Menteri WTO sendiri adalah konferensi penting dalam pengambilan keputusan
Organisasi Perdagangan Dunia setiap dua tahun sekali. Konferensi Tingkat Menteri ini demi mengambil
keputusan tentang segala yang menyangkut perdagangan dunia di bawah perjanjian perdagangan
multilateral.
Konferensi Tingkat Menteri ini akan dihadiri sebanyak 159 negara anggota WTO dan 25 negara
peninjau juga turut mengirimkan delegasinya. Pembicara kunci akan diisi oleh Pemimpin Konferensi,
Menteri Perdagangan Indonesia Gita Wirjawan, Direktur Jenderal Roberto Azevedo, dan Ketua General
Council serta Duta Besar Pakistan Shahid Bashir.
Konferensi Tingkat Menteri akan dipimpin oleh Gita Wirjawan sebagai ketua. François Kanimba dari
Rwanda, Stephen Green dari Britania Raya, serta Ms Magali Silva Velarde-Álvarez dari Peru sebagai
wakil ketua. Konferensi akan dimulai pada Rabu 4 Desember 2013 pukul 09:30 Waktu Indonesia
Bagian Tengah. Pada pertemuan terakhir, sidang pleno akan memberikan kesempatan bagi para
menteri yang hadir untuk memberikan berbagai pernyataan. Penutupan konferensi akan dilaksanakan
pada 6 Desember 2013 pukul 15.00 Waktu Indonesia Bagian Barat.
Sejak Putaran Doha dimulai pada 2001, belum ada hasil signifikan. Oleh karena itu, agenda konferensi
di Bali nanti akan menyelesaikan isu-isu yang sama antara lain: fasilitas pedagangan, negosiasi
agrikultur, mekanisme peninjauan dalam implementasinya, mempermudah akses negara kurang
berkembang pada pasar jasa, Yemen's accession, e-commerce, serta perlindungan terhadap kekayaan
intelektual. Meskipun tidak secara resmi menjadi bagian dari Putaran Doha, masalah lain yang masuk
dalam agenda konferensi tersebut adalah perluasan Perjanjian Teknologi Informasi WTO.
Kesuksesan konferensi tingkat menteri di Bali nantinya akan memberikan dorongan kepercayaan m
dalam forum negosiasi perdagangan. Kesuksesan di Bali juga menjadi bahan pada Putaran Doha
selanjutnya, beberapa hal penting adalah: untuk menyimpulkan isu yang masih ada di Putaran Doha,
memperkenalkan isu-isu perdagangan baru, negosiasi Trans Pacific Partnership (TPP) dan Trans-
Atlantic Trade, dan Investment Partnership (TTIP).