KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA...

44
KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI RANSUM BERBEDA-BEDA ( Skripsi ) Oleh APRI SATRIA PUTRA JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2016

Transcript of KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA...

Page 1: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI RANSUMBERBEDA-BEDA

( Skripsi )

Oleh

APRI SATRIA PUTRA

JURUSAN PETERNAKANFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG2016

Page 2: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

ABSTRAK

KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI RANSUMBERBEDA-BEDA

Oleh

Apri Satria Putra

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon fisiologis itik mojosari betina yangdiberi ransum dengan kandungan nutrisi berbeda-beda. Penelitian ini dilaksanakanselama 3 bulan mulai September hingga November 2015 bertempat di LaboratoriumNutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu UniversitasLampung. Jumlah itik betina yang digunakan sebanyak 64 ekor dengan 16 petakkandang sehingga setiap petak berisi 4 ekor itik betina. Pengambilan data dilakukanpada seluruh jumlah itik yang ada pada setiap perlakuan. Pengelompokkan itikberdasarkan bobot tubuh. Pada kelompok 1 dengan bobot tubuh (125--150 g),kelompok 2 (151--175 g), kelompok 3 (176--200 g), kelompok 4 (201--225 g). Itikdibagi ke dalam empat perlakuan ransum dengan kandungan nutrisi berbeda yaitu R1,R2, R3, dan R4. Data yang diperoleh dianalisis ragam menggunakan RancanganPercobaan (RK), apabila pada analisis ragam diperoleh hasil nyata maka akan diujilanjut menggunakan uji Duncan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkanbahwa pemberian ransum dengan kandungan nutrisi yang berbeda tidak berpengaruhnyata (P>0,05) terhadap respon fisiologis itik mojosari betina.

Kata kunci : Itik mojosari betina, ransum, nutrisi, respon fisiologis.

Page 3: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

ABSTRACT

PHYSIOLOGICAL CONDITION OF FEMALE MOJOSARI DUCK WERE GIVENRATIONS DIFFERENT

ByApri Satria Putra

This study aims to investigate the physiological responses mojosari duck femaleswho were given rations with different nutrient content. This study was conductedover three months from September to November 2015 held at the Laboratory ofAnimal Nutrition and Feed and enclosure Integrated Laboratory of the University ofLampung. Number of female ducks used as many as 64 birds and a cage 16 plots sothat each plot contained 4 female ducks. Data were collected on the total number ofducks that exist in each treatment. Grouping ducks by weight. In the first group withbody weight (125-150 g), group 2 (151-175 g), group 3 (176-200 g), group 4 (201-225 g). Ducks were divided into four treatment diets with different nutrient content,namely R1, R2, R3, and R4. Data were analyzed using a variance, randomized blockdesign (RAK). Based on the results of this study concluded that ration with differentnutrient content was not significant (P> 0.05) against mojosari duck femalephysiological responses.

Keywords: (female mojosari ducks , rations, nutrition, physiological responses).

Page 4: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANGDIBERI RANSUM BERBEDA-BEDA

Oleh

APRI SATRIA PUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA PETERNAKAN

Pada

Jurusan PeternakanFakultas Pertanian Universitas Lampung

JURUSAN PETERNAKANFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG2016

Page 5: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu
Page 6: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu
Page 7: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Gedung Harapan, Kabupaten Way Kanan pada

24 April 1993, sebagai putra kedua dari enam bersaudara pasangan Bapak Kornila

dan Ibu Anwariyah.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negri Gedung Harapan pada

2005, Sekolah Menengah Pertama Negeri 22 Bandar Lampung pada 2008, dan

Sekolah Menengah Atas Negeri 17 Bandar Lampung pada 2011.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung, Bandar Lampung pada 2011, melalui jalur Ujian Mandiri.

pada Juli sampai Agustus 2014 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di

Feedlot PT. Juang Jaya Abdi Alam, Desa Kota Dalam / Sukabanjar, Kecamatan

Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan. Selanjutnya, Pada Januari hingga

Maret 2015 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Negara

Tama, Kecamatan Pakuan Ratu, Kabupaten Way Kanan.

Selama masa studi, penulis aktif sebagai pengurus di Himpunan Mahasiswa

Peternakan (HIMAPET) Fakultas Pertanian sebagai Anggota Bidang I Pendidikan

dan Pelatihan periode kepengurusan 2012/2013.

Page 8: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

Untuk segala Cinta, Kasih dan Penantian dengan Setulus hati

kupersembahkan karya kecil ini untuk orang-orang yang berarti dalam

kehidupanku, Allah SWT yang telah mencurahkan ridho dan karunia-Nya,

junjungan Nabi Muhammad SAW atas tuntunannya.

Ayahanda Kornila dan Ibunda tercinta Anwaryah, serta Kakak dan Adik-

adikku Ego, Titah, Yunda, Tara, dan Laras yang senantiasa berdoa dan

memberi semangat untuk keberhasilanku

Teriring do’a untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta. Semoga Allah SWT

kelak menempatkan keduanya dalam jannah-Nya.

Untuk keluarga besarku dan sahabat-sahabat kupersembahkan

penghormatan dan baktiku.

Almamater tercinta yang telah mendewasakanku dalam bertindak dan

berfikir.

Page 9: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

“Empat rumus besar untuk mendapakan kebahagiaan: teman-teman yang

baik, usaha yang penuh semangat, ilmu yang terus bertambah, dan selalu

bersyukur”

(Apri Satria Putra)

“Ilmu pengetahuan tanpa agama lumpuh, agama tanpa ilmu pengetahuan

buta”

(Albert Einstein)

“Engkau tidak dapat meraih ilmu kecuali dengan enam hal: Cerdas, Selalu

ingin tahu, punya bekal dalam menuntut ilmu, bimbingan dari guru, dan

dalam waktu yang lama”

(Ali Bin Abi Thalib)

“Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-

orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”

(Qs. Al Mujadilah : 11)

Page 10: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini

penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Rudy Sutrisna, M. S., selaku Pembimbing Utama atas

bimbingan, kesabaran, pengarahan, motivasi terbaik, dan ilmu yang diberikan

selama masa studi dan penyusunan skripsi;

2. Bapak drh. Purnama Edy Santosa, M. Si., selaku Pembimbing Anggota atas

ide, bimbingan, saran, nasehat, dan ilmu yang diberikan selama masa studi dan

penyusunan skripsi;

3. Ibu Dr. Ir. Farida Fathul, M. Sc., selaku Pembahas atas saran, nasihat, dan

ilmu yang diberikan serta bantuan untuk perbaikan penulisan skripsi;

4. Ibu Dian Septinova S,Pt., M.T. A., selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan semangat dan bimbingan sejak awal perkuliahan sampai

penyelesaian skripsi;

5. Ibu Sri Suharyati S,Pt., M.P., selaku Ketua Jurusan Peternakan atas izin dan

bimbingannya;

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.S., selaku Dekan Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung atas izin yang telah diberikan;

Page 11: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

7. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S., dan seluruh Dosen Jurusan Peternakan

atas ide, bimbingan, motivasi dan ilmu yang diberikan selama masa studi;

8. Mbak Tari dan Mas Agus atas bantuan, fasilitas selama kuliah, selama

penelitian dan penyusunan skripsi;

9. Bapak, Ibu, Ego, Titah, Yunda, Tara, dan Laras, beserta keluarga besarku atas

semua kasih sayang, nasehat, kesabaran, motivasi, dukungan, dan keceriaan

di keluarga serta doa tulus yang selalu tercurah tiada henti bagi penulis;

10. Bayu, Roni, Riawan, Wanda, Yeni, Isnaini, dan Rani sahabat seperjuangan

saat penelitian atas kerjasama, dorongan semangat, dan rasa persaudaraan

yang diberikan;

11. Ali, Sakroni, Tio, Okta, Feri, Haykal, Edwin, Arie, Putu, Aji, Restu, Dimas,

Rahmat, Riki, Gusma dan seluruh teman-teman PTK’11 yang tidak dapat

dituliskan namanya satu persatu atas doa, kenangan, perhatian, semangat,

kebersamaan, dan bantuannya selama ini.

Semoga semua yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dan rahmat

dari Allah SWT, dan penulis berharap karya ini dapat bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung, 22 Juni 2016

Penulis

Apri Satria Putra

Page 12: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .............................................................................................. i

DAFTAR TABEL ..................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. v

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2. Tujuan Penelitian............................................................................. 3

1.3. Kegunaan Penelitian........................................................................ 3

1.4. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 3

1.5. Hipotesis ......................................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Itik Mojosari .................................................................................. 7

2.2. Ransum Itik .................................................................................... 9

2.3. Proses Pencernaan Itik .................................................................. 10

2.4. Respon Fisiologis........................................................................... 13

2.4.1. Frekuensi pernafasan ......................................................... 14

2.4.2. Frekuensi denyut jantung................................................... 15

2.4.3. Temperatur rektal…………………….. ............................. 16

Page 13: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

ii

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 18

3.2. Bahan dan Alat Penelitian.............................................................. 18

3.2.1. Alat penelitian .................................................................... 18

3.2.2. Bahan penelitian................................................................. 18

3.4. Peubah yang Diamati ..................................................................... 22

3.4.1. Frekuensi pernafasan ......................................................... 22

3.4.2. Frekuensi denyut jantung................................................... 22

3.4.3. Temperatur rektal ............................................................... 22

3.5. Metode Penelitian .......................................................................... 23

3.5.1. Rancangan penelitian ........................................................ 23

3.5.2. Analisis data....................................................................... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 24

4.1. Frekuensi Pernapasan.................................................................. 24

4.2. Frekuensi Denyut Jantung........................................................... 28

4.3. Suhu Rektal ................................................................................. 30

V. SIMPULAN DAN SARAN............................................................... 33

5.1. Simpulan ..................................................................................... 33

5.2. Saran .......................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 34

LAMPIRAN............................................................................................. 39

3.3. Prosedur Penelitian ........................................................................ 19

3.3.1. Persiapan kandang dan tata letak penelitian ...................... 19

3.3.2. Persiapan ransum ............................................................... 20

3.3.3. Pemeliharaan dan pemberian perlakuan…………………. 20

Page 14: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kebutuhan nutrisi itik dari periode pertumbuhan hingga produksi telur….... 10

2. Kisaran normal respirasi beberapa ternak .............................................……... 15

3. Kisaran denyut jantung pada berbagai hewan ternak………………....……... 16

4. Kandungan nutrisi bahan pakan………………………… ...................…….. 20

5. Komposisis ransum perlakuan ..............................................................…….. 21

6. Kandungan nutrisi dalam ransum perlakuan ...………... ………………….... 21

7. Rata-rata frekuensi pernapasan itik percobaan ……. ……..………….. …..... 24

8. Rata-rata denyut jantung itik percobaan …………...……………………… .. 29

9. Rata-rata suhu rektal itik percobaan ………………………………………..... 31

10. Rata-rata frekuensi pernapasan itik mojosari betina yang diberi ransumdengan nutrisi berbeda pada umur 50 hari…………………………….…. 40

10. Rata-rata frekuensi pernapasan itik mojosari betina yang diberi ransumdengan nutrisi berbeda pada umur 57 hari………………………………. . 41

11. Rata-rata frekuensi pernapasan itik mojosari betina yang diberi ransumdengan nutrisi berbeda pada umur 64 hari……………………………….. 42

12. Rata-rata frekuensi pernapasan itik mojosari betina yang diberi ransumdengan nutrisi berbeda pada umur 71 hari………………………………... 43

13. Rata-rata frekuensi pernapasan itik percobaan…………………………... 44

14. Analisis ragam frekuensi pernapasan itik mojosari betina yang diberiransum dengan nutrisi berbeda …… …………………………………….. 44

Page 15: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

iv

15. Rata-rata denyut jantung itik mojosari betina yang diberi ransumdengan nutrisi berbeda pada umur 50 hari……………………………….. 45

16. Rata-rata denyut jantung itik mojosari betina yang diberi ransumdengan nutrisi berbeda pada umur 57 hari……………………………….. 46

17. Rata-rata denyut jantung itik mojosari betina yang diberi ransumdengan nutrisi berbeda pada umur 64 hari……………………………….. 47

18. Rata-rata denyut jantung itik mojosari betina yang diberi ransumdengan nutrisi berbeda pada umur 71 hari……………………………….. 48

19. Rata-rata frekuensi denyut jantung itik percobaan……………………… 49

20. Analisis ragam denyut jantung itik mojosari betina yang diberi ransumdengan nutrisi berbeda …………………………………………………… 49

21. Rata-rata suhu rektal itik mojosari betina yang diberi ransum dengannutrisi berbeda pada umur 50 hari……………………………………….. 50

22. Rata-rata suhu rektal itik mojosari betina yang diberi ransum dengannutrisi berbeda pada umur 57 hari……………………………………….. 51

23. Rata-rata suhu rektal itik mojosari betina yang diberi ransum dengannutrisi berbeda pada umur 64 hari……………………………………….. 52

24. Rata-rata suhu rektal itik mojosari betina yang diberi ransum dengannutrisi berbeda pada umur 71 hari……………………………………….. 53

25. Rata-rata suhu rectal itik percobaan…………………………………….. 54

26. Analisis ragam suhu rektal itik mojosari betinayang diberi ransumdengan nutrisi berbeda …………………………………………………… 54

27. Pola suhu dan kelembapan harian dikandang selama penelitian………… 55

28. Tabel suhu dan kelembapan…………………………………………….... 57

Page 16: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata letak penelitian…………………………………………………. 19

2. Pola suhu dan kelembapan harian di kandang penelitian..................... 54

Page 17: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang dan Masalah

Pada era globalisasi saat ini, masyarakat mulai menyadari pentingnya

mengkonsumsi protein hewani terutama unggas. Hal ini, seiring dengan

pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat yakni pada

tahun 2011 berjumlah 241.991juta jiwa, 2012 berjumlah 245.425 juta jiwa,

2013, berjumlah 248.818 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2015), menyebabkan

terjadinya peningkatan permintaan produk perternakan sebagai salah satu

pemenuhan kebutuhan pangan protein nasional.

Produk perternakan merupakan sumber protein yang memenuhi sebagian besar

kebutuhan protein masyarakat selain ikan serta protein nabati. Salah satu produk

perternakan yang digemari oleh masyarakat ialah itik. Itik merupakan salah satu

ternak yang dapat dijadikan sumber protein hewani alternatif baik telur maupun

dagingnya, untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat selain daripada

protein hewani dari ayam yang sudah lebih dulu digemari masyarakat.

Itik Mojosari merupakan salah satu itik lokal petelur unggul yang berasal dari

Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Jawa Timur. Itik ini produksinya

lebih tinggi dari pada itik Tegal. Itik Mojosari berpotensi untuk dikembangkan

sebagai usaha ternak itik komersial, baik dilingkungan tradisional maupun intensif

Page 18: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

2

Bentuk badan itik Mojosari relatif lebih kecil dibandingkan dengan itik petelur

lokal lainnya, tetapi telurnya cukup besar, enak rasanya dan digemari konsumen.

Itik Mojosari betina yang berada di pedesaaan dipelihara seadanya dan diberi

pakan dari sisa-sisa makanan keluarga peternak, meskipun diketahui ransum

merupakan faktor yang penting bagi pertumbuhan ternak dan memengaruhi

produk akhir ternak tersebut.

Jenis ransum yang diberikan akan memengaruhi produksi yang dihasilkan karena

penggunaan ransum dengan tingkatan yang berbeda memiliki kandungan nutrisi

yang berbeda pula sehingga akan berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan.

Kandungan ransum harus diperhatikan terutama kandungan nutrisi dalam ransum

dan itik memiliki kemampuan yang cukup baik untuk mencernanya.

Perbedaan kandungan nutrisi dalam ransum akan memengaruhi proses

metabolisme didalam tubuh sehingga akan berpengaruh pada energi yang

dihasilkan. Kecukupan energi sangat penting diperhatikan karena seluruh

aktivitas itik dipengaruhi oleh jumlah energi yang diperoleh dari ransum.

Aktivitas itik yang tampak dapat diukur yaitu aktivitas fisiologis tubuh yang

meliputi frekuensi pernafasan, denyut jantung dan suhu rektal.

Sampai saat ini belum di ketahui pengaruh kandungan nutrisi dalam ransum

hubungannya dengan respon fisiologis yang dihasilkan. Oleh karena itu, perlu

dilakukan suatu penelitian mengenai pemberian kandungan nutrisi dalam ransum

itik lokal Mojosari yang berbeda terhadap respon fisiologis selama periode

pertumbuhan.

Page 19: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

3

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

(a) mengetahui respon fisiologis itik Mojosari betina yang diberi ransum dengan

kandungan nutrisi berbeda-beda;

(b) mengetahui respon fisiologis itik Mojosari betina yang terbaik yang diberi

ransum dengan kandungan nutrisi berbeda-beda.

1.3. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para praktisi

dan peneliti tentang kandungan protein yang paling baik dalam ransum terhadap

respon fisiologis yang dihasilkan.

1.4. Kerangka Pemikiran

Itik Mojosari merupakan salah satu itik lokal petelur unggul yang berasal dari

Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Jawa Timur. Itik ini produksinya

lebih tinggi daripada itik Tegal. Itik Mojosari berpotensi untuk dikembangkan

sebagai usaha ternak itik komersial, baik pada lingkungan tradisional maupun

intensif. Namun, yang menjadi permasalahan dipeternakan tradisional yaitu

pemberian ransum pada itik yang tidak memerhatikan kebutuhan nutrien itik

dalam ransum.

Wahju (1992) menyatakan bahwa kandungan nutrien masing-masing bahan

penyusun ransum perlu diketahui sehingga tujuan penyusunan ransum dan

kebutuhan nutrien untuk setiap periode pemeliharaan dapat tercapai. Amrullah

Page 20: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

4

(2003) menambahkan bahwa penyusunan ransum itik petelur maupun pedaging

memerlukan informasi mengenai kandungan nutrien dari bahan-bahan penyusun,

sehingga dapat mencukupi kebutuhan nutrien dalam jumlah dan persentase yang

diinginkan. Nutrien tersebut adalah energi, protein, serat kasar, kalsium (Ca) dan

fosfor (P).

Sumber energi utama yang terdapat pada ransum itik adalah karbohidrat dan

lemak. Energi metabolisme yang diperlukan itik berbeda, sesuai tingkat umurnya,

jenis kelamin dan cuaca. Wahju (1992) menyatakan bahwa energi yang

dikonsumsi oleh itik digunakan untuk pertumbuhan jaringan tubuh, produksi,

menyelenggarakan aktivitas fisik dan mempertahankan temperature tubuh yang

normal. Sinurat (2000) menambahkan bahwa kebutuhan energi untuk itik

periode starter 3.100 kkal/kg ransum pada tingkat protein 17-20%, sedangkan

periode grower 2.700 kkal/kg ransum pada tingkat protein 15-18%. Rizal (2006)

menyatakan bahwa angka kebutuhan energi yang absolut tidak ada karena unggas

dapat menyesuaikan jumlah rasnsum yang dikonsumsi dengan kebutuhan energi

bagi tubuhnya.

Menurut SNI (2008), kandungan protein dalam ransum untuk itik umur 0-8

minggu adalah 18% dan untuk itik umur 9-20 minggu adalah 15%. Kebutuhan

protein untuk itik yang sedang bertumbuh relatif lebih tinggi karena untuk

memenuhi tiga macam kebutuhan yaitu untuk pertumbuhan jaringan, hidup

pokok dan pertumbuhan bulu (Wahju, 1992). Rasyaf (1992) menyatakan bahwa

kebutuhan energi metabolis berhubungan erat dengan kebutuhan protein yang

mempunyai peranan penting pada pertumbuhan itik selama masa pertumbuhan.

Page 21: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

5

Sinurat (2000) menyatakan bahwa penggunaan serat kasar dalam ransum itik

adalah sebesar 7%. Menurut Wahju (1992), persentase serat kasar yang dapat

dicerna oleh ternak unggas sangat bervariasi. Efeknya terhadap penggunaan

energi sangat kompleks. Serat kasar yang tidak tercerna dapat membawa nutrien

lain yang keluar bersama feses.

Anggorodi (1994) menambahkan bahwa kesanggupan ternak dalam mencerna

serat kasar tergantung dari jenis alat pencernaan yang dimiliki oleh ternak tersebut

dan tergantung pula dari mikroorganisme yang terdapat dalam alat pencernaan.

Menueut Rizal (2006), ternak itik lebih baik memanfaatkan serat kasar sebagai

sumber energi dibandingkan ayam, Serat kasar ini masih dibutuhkan dalam

jumlah kecil oleh unggas yang berperan sebagai bulky, yaitu untuk memperlancar

pengeluaran feses. Lebih lanjut Anggorodi (1994) menyatakan bahwa serat kasar

yang berlebihan akan mengurangi efisiensi penggunaan nutrien-nutrien lainnya,

sebaliknya apabila serat kasar yang terkandung dalam ransum terlalu rendah,

maka hal ini juga membuat ransum tidak dapat dicerna dengan baik.

Kebutuhan itik (starter) akan kalsium (Ca) adalah 1% dan itik (grower) adalah

0,6%, sedangkan kebutuhan itik akan fosfor (P) bervariasi dari 0,40-0,60% dalam

ransum (Rizal, 2006). Murtidjo (1987) menambahkan bahwa ransum ternak

unggas perlu mengandung mineral Ca dan P dalam jumlah yang cukup. Peranan

Ca dalam tubuh ternak unggas tercermin jelas bahwa 70-80% tulang ternak terdiri

atas Ca dan P. Rizal (2006) menyatakan bahwa Ca dan P adalah mineral esensial,

dan keduanya saling berhubungan erat dalam proses biologis ternak unggas.

Rasyaf (1994) menambahkan bahwa nisbah Ca dan P antara

Page 22: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

6

1:1 - 2:1. Apabila nisbahnya tidak tepat selanjutnya dapat mempengaruhi

penyerapannya.

Ransum merupakan porsi biaya terbesar (70%) dalam usaha peternakan unggas,

ransum yang baik adalah ransum yang mengandung gizi yang dibutuhkan oleh

ternak unggas sesuai dengan jenis dan bangsa unggas, umur, bobot badan, jenis

kelamin, dan fase produksi. Informasi kebutuhan gizi ternak unggas sangat

dibutuhkan dalam upaya formulasi ransum komplit yang memenuhi standar

kebutuhan gizi ternak unggas. Ransum yang baik berasal dari campuran bahan

pakan yang baik, mengandung gizi yang dibutuhkan unggas, bersih, tidak

jamuran, tidak basi, relatif murah, dan unggas senang memakannya (palatable).

Pemberian ransum yang tidak memerhatikan kebutuhan nutrien ternak dapat

menyebabkan proses metabolisme semakin lama yang dapat mengganggu kerja

homeotermis sehingga akan terjadi ketidakstabilan respon fisiologis.

Ketidakstabilan fisiologis ini dapat memengaruhi produksi itik. Respon fisiologis

dapat diukur dengan melakukan pengukuran terhadap frekuensi nafas, frekuensi

denyut jantung, dan suhu rektal.

Hipotesis dari penelitian ini adalah

a) ransum dengan kandungan nutrisi berbeda berpengaruh terhadap respon

fisiologis Itik Mojosari betina;

b) ransum 4 memberikan pengaruh terbaik terhadap respon fisiologis itik

mojosari betina.

1.5. Hipotesis

Page 23: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Itik Mojosari

Itik dikenal juga dengan istilah Itik (bahasa Jawa). Nenek moyangnya berasal

dari Amerika Utara merupakan itik liar ( Anas moscha) atau Wild mallard. Terus

menerus dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang diperlihara sekarang

yang disebut Anas domesticus (ternak itik). Keberhasilan peternakan sangat

ditentukan oleh faktor pemeliharaan yang baik, bibit, dan pakan.

Secara internasional ternak itik terpusat di negara-negara Amerika utara, Amerika

Selatan, Asia, Filipina, Malaysia, Inggris, Perancis (negara yang mempunyai

musim tropis dan subtropis). Sedangkan di Indonesia ternak itik terpusatkan di

daerah pulau Jawa (Tegal, Brebes dan Mojosari), Kalimantan (Kecamatan Alabio,

Kabupaten Amuntai) dan Bali serta Lombok.

Klasifikasi (penggolongan) itik, menurut tipenya dikelompokkan dalam 3 (tiga)

golongan, yaitu:

(a) Itik petelur seperti Indian Runner, Khaki Campbell, Buff (Buff Orpington);

(b) Itik pedaging seperti Peking, Rouen, Aylesbury, Muscovy, Cayuga;

(c).Itik ornamental (itik kesayangan/hobby) seperti East India, Call (Grey Call),

Mandariun, Blue Swedish, Crested, Wood. Jenis bibit unggul yang

diternakkan, khususnya di Indonesia ialah jenis itik petelur seperti Itik Tegal,

itik Khaki

Page 24: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

8

campbell, itik Alabio, itik Mojosari,itik Bali, dan itik-itik petelur lainnya yang

merupakan produk dari BPT (Badan Penelitian Ternak) Ciawi, Bogor.

Itik merupakan ternak unggas penghasil telur dan daging yang potensial, sehingga

dalam perkembangannya diharapkan dapat menjadi salah satu alternative

komoditas ternak unggas untuk memenuhi kebutuhan protein asal hewani.

Pemberian nama itik biasanya disesuaikan dengan lokasi/tempat pengembangan

nya. Itik Mojosari dan itik di Indonesia pada umumnya adalah domestikasi dari

itik liar/Mallard keturunan Indian runner, yang masih mampu bertahan dengan

bulu “sex feather” (Srigandono, 1997).

Itik Mojosari merupakan salah satu itik lokal petelur unggul yang berasal dari

Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Jawa Timur. Itik ini produksinya

lebih tinggi dari pada itik Tegal. Itik Mojosari berpotensi untuk dikembangkan

sebagai usaha ternak itik komersial, baik pada lingkungan tradisional maupun

intensif. Bentuk badan itik Mojosari relatif lebih kecil dibandingkan dengan itik

petelur lokal lainnya, tetapi telurnya cukup besar, enak rasanya dan digemari

konsumen.

Ciri spesifik Itik Mojosari : warna bulu coklat kemerahan dengan beberapa variasi

baik jantan maupun betina. Itik Mojosari jantan memiliki beberapa helai bulu

ekor yang melengkung ke atas, warna kaki dan paruhnya lebih hitam daripada itik

Mojosari betina. Warna bulu itik jantan lebih hitam daripada betina terutama di

bagian kepala, leher, dada, dan ekor (Anonymous, 2007).

Page 25: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

9

2.2. Ransum Itik

Ransum adalah pakan yang diberikan kepada ternak tertentu selama 24 jam,

pemberiannya dapat dilakukan sekali atau beberapa kali selama 24 jam tersebut.

Ransum yang sempurna merupakan kombinasi beberapa bahan pakan yang

apabila dikonsumsi secara normal dapat disuplai zat-zat pakan ternak dalam

perbandingan jumlah, bentuk sedemikian rupa sehingga fungsi-fungsi fisiologis

dalam tubuh dapat berjalan secara normal (Parakkasi, 1983).

Ransum merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan

selain faktor genetik dan manajemen peternakan itu sendiri. Pemberian ransum

yang tidak sesuai dengan kebutuhan ternak baik jumlah maupun mutunya akan

menyebabkan penampilan produksi yang tidak sesuai dengan potensi genetiknya.

Nilai potensial sesuatu ransum antara lain ditentukan oleh komposisi kimia yang

terkandung di dalamnya, di samping harga, ketersediaan dan aspek pemberian

ransum tersebut terhadap penampilan produksi ternak (Haroen, 1994).

Jumlah terbesar dari pembiayaan dalam peternakan itik adalah biaya ransum,

berkisar 50 sampai 75 persen dari seluruh pembiayaan (Wibowo, 1989). Ransum

mempunyai peranan yang sangat penting pada kehidupan ternak, yaitu untuk

mempertahankan hidup, pertumbuhan dan produksi. Ransum itik prinsipnya tidak

berbeda dengan ransum ayam, hanya saja pemberiannya lebih banyak (Lubis,

1963). Perbedaannya terletak pada kadar protein dalam ransum yang relatif lebih

tinggi (Wahju, 1985).

Bahan-bahan ransum untuk itik biasanya terdiri dari jagung kuning, dedak halus,

bungkil kacang kedele, bungkil kelapa, tepung ikan dan bahan-bahan ransum lain

Page 26: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

10

yang menjadi sumber protein dan energi (Wahju, 1985). Anak itik sebaiknya

diberi ransum berkadar protein 22 persen, selama dua minggu pertama, sesudah

itu kadar protein harus diturunkan menjadi 16 persen sampai anak itik siap

dipasarkan. Ransum berkadar protein lebih tinggi dapat digunakan bila

dikehendaki pertumbuhan lebih cepat, karena ransum berenergi tinggi cenderung

menyebabkan penimbunan lemak terlalu banyak, ransum demikian tidak

dianjurkan (Anggorodi, 1995).

Ransum itik dapat diberikan dalam bentuk pellet ataupun bentuk halus, pellet

harus diberikan secara kering sedangkan yang bentuk halus dapat diberikan dalam

bentuk kering atau basah (Wahju, 1992). Ransum itik pada umunya diberikan

agak basah. Air perlu ditambahkan ke dalam ransum untuk membuat bahan

ransum saling melekat, akan tetapi ransum tidak boleh begitu basah sehingga

menjadi becek, karena itik menyukai ransum yang lengket (Anggorodi, 1995).

Kebutuhan nutrien untuk itik dibagi menjadi 3 periode pertumbuhan dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan nutrisi itik dari periode pertumbuhan hingga produksi telur.

Gizi Starter (0-8 minggu) Grower (9-20 minggu)Kadar air (%) (maks. 14,0)** (maks. 14,0)**Protein kasar (%) 17-20*(min 18)** 15-18*(min 14)**Serat kasar (%) (maks. 7)** (maks. 7)**Lemak kasar (%) (maks. 7)** (maks. 8)**Abu (%) (maks. 8)** (maks. 8)**Energy (kkal EM/kg) 3.100*(min 2.700)** 2.700*(min 2.600)**Lisin (%) 1.05*(min. 0.90)** 0.74*(min. 0.65)**Metionin (%) 0.37*(min. 0.40)** 0.29*(min. 0.30)**Metionin + sistin (%) (min. 0.60)** (min. 0.50)**Ca (%) 0.6-1.0*(0.90-1.20)** 0.6-1.0*(0.90-1.20)**P tersedia (%) 0.6*(min. 0.40)** 0.6*(min. 0.40)**P total (0.60-1.00)** (0.60-1.00)**Sumber: *) Sinurat (2000); **) SNI (2008)

Page 27: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

11

2.3. Proses Pencernaan Itik

Pencernaan adalah serangkaian proses yang terjadi didalam saluran pencernaan

yaitu memecah ransum menjadi bagian-bagian atau partikel-partikel yang lebih

kecil dari senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana hingga larut dan dapat

diabsorbsi lewat dinding saluran pencernaan untuk masuk ke dalam peredaran

darah atau getah bening, yang selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh yang

membutuhkannya atau untuk disimpan didalam tubuh (Kamal, 1994).

Alat-alat pencernaan pada itik, mencakup : (a). Mulut yang terdiri atas paruh dan

ruang paruh serta lidah. Ransum yang masuk oleh pergerakan lidah didorong

masuk ke dalam pharynx, yang kemudian ditelan. Ransum yang terapung-apung

di air ditelan dengan bantuan alat penyaringan yang berupa lamella pararel,

(b). Pharynx, proses menelan pada ternak itik tidak bersifat periltastik karena itik

tidak memiliki palat yang halus dan muskulus konstriktor pada pharynxnya,

(c). Esophagus, ransum masuk ke esophagus semata-mata oleh adanya gravitasi

(gaya berat) ransum dan karena tekanan yang lebih rendah di dalam ruang

esophagus oleh leher yang dijulurkan ke atas. Demikian juga halnya dengan

proses menelan air, (d). Crop, merupakan pelebaran dari dinding esophagus, pada

itik dan unggas air pada umumnya, crop tidak berkembang sempurna, tidak

seperti pada ayam atau burung-burung pemakan rumput. Crop semata-mata

berfungsi sebagai penampung sementara bagi ransum, (e). Perut, terdiri atas perut

kelenjar (proventrikulus) dan perut muskular (ventrikulus), sebagai alat

penghancur ransum, (f). Usus halus (Intestine) terdiri atas duodenum sepanjang

antara 22 sampai 38 cm, jejenum sepanjang 105 cm dan ileum sepanjang 15 cm,

Page 28: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

12

(g). Kolon, terdapat dua seka yang masing-masing panjangnya 10 sampai 20 cm,

(h). Rectum, (i). Kloaka (Srigandono, 1997).

Unggas mengambil ransumnya dengan paruh dan kemudian terus ditelan, ransum

tersebut disimpan dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah

pencernaan proventrikulus kemudian digiling dalam empedal (Anggorodi, 1985).

Tembolok pada unggas terutama untuk menyimpan ransum sebelum masuk

proventrikulus (Kamal, 1994).

Ransum masuk kedalam empedal untuk dihancurkan secara mekanik dengan

adanya grit sehingga ransum menjadi bentuk pasta yang dapat masuk ke dalam

usus halus (Kamal, 1994). Ransum dari empedal bergerak melalui lekukan usus

yang disebut duodenum, yang secara anatomis sejajar dengan pankreas. Pankreas

menghasilkan getah pankreas dalam jumlah banyak yang mengandung enzym-

enzym amilolitik, lipolitik dan proteolitik. Enzym-enzym tersebut berturut-turut

menghidrolisa pati, lemak, proteosa dan pepton (Anggorodi, 1985).

Usus halus menghasilkan getah usus yang mengandung erepsin dan beberapa

enzym yang memecah gula. Erepsin menyempurnakan pencernaan protein dan

menghasilkan asam-asam amino, enzym yang memecah gula menjadi disakarida

kedalam gula-gula sederhana (monosakarida) kemudian dapat diasimilasi tubuh

(Anggorodi, 1985). Absorbsi hasil pencernaan ransum terjadi sebagian besar

dalam usus halus (Tillman et al., 1991).

Hasil dari pencernaan yang tidak di absorbsi selanjutnya masuk ke usus besar.

Oleh karena itu, tiap pencernaan yang terjadi di dalamnya terdapat sisa-sisa

Page 29: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

13

kegiatan pencernaan oleh enzym dari usus halus. Jasad renik di usus besar dan

sekum menghasilkan enzym yang berperan mensintesa vitamin B dan sebagian

ada yang diabsorbsi kedalam tubuh. Namun, kebanyakan hasil pencernaan diusus

halus diekskresikan melalui feses, jadi sintesanya dalam usus besar tidak penting

bagi hewan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Tillman et al., 1991).

2.4. Respon Fisiologis

Itik Mojosari adalah hewan homeotermis, berarti suhu tubuh konstan meskipun

suhu lingkungan berubah-ubah. Homeostatis adalah mekanisme pengaturan suhu

tubuh unggas agar senantiasa tetap. Organ penting sebagai pusat pengaturan suhu

tubuh adalah hypothalamus. Sifat homeotermis pada unggas menyebabkan

jumlah panas yang dihasilkan oleh aktivitas otot dan metabolisme jaringan

sebanding dengan kehilangan panas karena lingkungan (Sulistyoningsih, 2004).

Kondisi cekaman panas pada itik akan meningkatkan produksi Adenokortikotropik

Hormone (ACTH) oleh kelenjar pituitari pada otak. Salah satu efek dari tingginya

kadar hormon ini adalah menurunnya metabolisme tubuh secara umum

(Sulistyoningsih, 2004).

Pengukuran terhadap parameter fisiologis yang biasa dilakukan di lapangan tanpa

alat-alat laboratorium adalah pengukuran respirasi, detak jantung, dan suhu rektal.

Itik Mojosari betina mempunyai variasi suhu normal yang dipengaruhi oleh faktor

umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang siang dan malam,

dan faktor makanan yang dikonsumsi.

Page 30: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

14

Kemampuan mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal merupakan

kegiatan yang sangat memengaruhi reaksi biokimiawi dan proses fisiologis erat

kaitannya dengan metabolisme tubuh unggas (Latipudin, 2011). Unggas tidak

memiliki kelenjar keringat, sehingga jalur utama untuk menjaga keseimbangan

suhu adalah pelepasan panas melalui penguapan air (evaporasi) pada kulit dan

saluran pernapasan dengan cara panting (Hoffman et al., 1999).

2.4.1. Frekuensi pernapasan

Respirasi berfungsi sebagai parameter yang dapat digunakan sebagai pedoman

untuk mengetahui fungsi organ-organ tubuh bekerja secara normal. Respirasi

adalah semua proses kimia maupun fisika dimana organisme melakukan

pertukaran udara dengan lingkungannya. Sistem respirasi disebut juga sistem

pulmoner karena yang dimaksud hanyalah struktur yang terlihat dalam pertukaran

gas atau sistem external. Respirasi pada unggas digunakan juga sebagai media

untuk pembuangan panas. Respirasi bergantung pada pergerakan udara ke dan

dari paru-paru (Frandson, 1992).

Respirasi menyangkut dua proses, yaitu respirasi eksternal dan respirasi internal.

Terjadinya pergerakan karbondioksida kedalam udara alveolar ini disebut

respirasi eksternal. Respirasi internal dapat terjadi apabila oksigen berdifusi ke

dalam darah. Respirasi eksternal tergantung pada pergerakan udara kedalam

paru-paru (Frandson, 1992).

Paru-paru yang normal akan menghasilkan bunyi yang disebut murmur vesikuler,

paru-paru yang tidak normal dapat menimbulkan suara keras yang disebut rales

atau tidak menimbulkan suara sama sekali bergantung pada kondisinya. Respirasi

Page 31: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

15

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu respon fisiologis akibat perubahan

temperatur lingkungan, suhu tubuh, ukuran tubuh (Smith, 1988).

Kisaran normal respirasi pada beberapa ternak dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kisaran normal respirasi beberapa ternak

No Spesies Kisaran respirasi (kali/menit)1. Sapi 24-422. Kambing 26-543. Domba 26-324. Kelinci 25-275. Unggas 20-35

Sumber : (Smith, 1988).

2.4.2. Frekuensi denyut jantung

Pulsus atau gelombang pulsus merupakan gelombang yang terjadi akibat naiknya

tekanan sistole mulai dari jantung dan kemudian menjalar sepanjang arteri dan

kapiler. Kumpulan hewan besar kurang di banding hewan kecil karena

metabolisme pada hewan yang bertubuh kecil semakin tinggi. Pada suhu

lingkungan tinggi denyut jantung meningkat. Peningkatan ini berhubungan

dengan peningkatan respirasi yang menyebabkan meningkatnya aktivitas otot-otot

respirasi, sehingga dibutuhkan darah lebih banyak untuk mensuplai O2 dan

nutrien melalui aliran darah dengan jalan peningkatan denyut jantung (Ridho,

2013). Secara umum, kecepatan denyut jantung yang normal cenderung besar

pada hewan kecil dan kemudian semakin lambat dengan besarnya ukuran hewan.

Anak ayam umur sehari yang dijatuhkan, jantungnya dapat berdenyut lebih cepat,

mencapai 560 kali/menit (Nesheim et al., 1979). Kisaran normal denyut jantung

pada beberapa ternak dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 32: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

16

Tabel 3. Kisaran denyut jantung pada berbagai hewan ternak.

No Spesies Kisaran Denyut Jantung (kali/menit)1. Sapi 60-702. Kambing 70-1354. Kelinci 123-304

5. Unggas 180-450

Sumber : (Smith, 1988).

2.4.3. Suhu rektal

Suhu tubuh merupakan indikator fisiologis yang mudah diperoleh yaitu dengan

cara mengukur suhu tubuh pada bagian rektum. Temperatur rektal digunakan

sebagai ukuran temperatur suhu tubuh karena pada suhu rektum merupakan suhu

yang optimal. Temperatur rektal pada ternak dipengaruh beberapa faktor yaitu

temperatur lingkungan, aktivitas, pakan, minuman, dan pencernaan. Ini sesuai

dengan pernyataan Frandson (1992), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

suhu tubuh antara lain bangsa ternak, aktivitas, kondisi kesehatan ternak, dan

kondisi lingkungan ternak. Indeks suhu dalam tubuh hewan lebih mudah didapat

dengan cara memasukkan thermometer ke dalam rektal, meskipun suhu rektal

tidak selalu menggambarkan rata-rata suhu dalam tubuh., produksi panas oleh

tubuh secara tidak langsung bergantung pada makanan yang diperolehnya dan

banyaknya persediaan makanan dalam saluran pencernaan.

Temperatur tubuh pada unggas berkisar antara 39--41,5 ºC, pada suhu kurang dari

80 ºF, pembuangan panas tubuh dilakukan dengan radiasi, konveksi, konduksi,

dan seluruh permukaan tubuh ayam. Temperatur udara lingkungan lebih dari

80ºF pembuangan panas dilakukan dengan penguapan air lewat saluran

pernafasan yang dilakukan secara cepat (Yuwanta, 2000). Selain itu menurut

Yousef (1985), produksi panas yang berlebihan akan meningkatkan suhu tubuh

Page 33: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

17

dan menyebabkan kematian bila suhu tubuh terlalu tinggi, sedangkan produksi

panas yang terlalu rendah akan mengakibatkan ternak tidak mampu bertahan

terhadap dinginnya udara luar.

Sumaryadi dan Budiman (1986) menyatakan bahwa suhu tubuh adalah

manifestasi dalam usaha untuk mencapai keseimbangan antara panas yang

diproduksi tubuh dan yang dibuang ke lingkungan. Antara suhu tubuh dengan

suhu lingkungan terjadi suatu keseimbangan yang memungkinkan berlangsungnya

setiap reaksi biokimia yang terjadi didalam tubuh.

Page 34: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

17

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai September hingga November

2015 bertempat di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang

Laboratorium Terpadu Universitas Lampung.

3.2. Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1. Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : besi dan jaring untuk

membuat sekat-sekat pada kandang; thermometer digital untuk mengukur suhu

rektal; stetoscope untuk mengukur frekuensi denyut jantung; counter number

untuk mengukur frekuensi pernapasan; tempat ransum sebanyak 16 buah; tempat

air minum berbentuk tabung 16 buah; bak air 2 buah; hand sprayer;

thermohygrometer untuk mengukur suhu dan kelembapan udara kandang; alat

tulis dan kertas untuk mencatat data yang diperoleh.

3.2.2. Bahan penelitian

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

a. Itik yang digunakan pada penelitian ini adalah itik Mojosari betina yang

diproduksi oleh CV. Eko Jaya sebanyak 64 ekor.

Page 35: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

19

b. Ransum

Ransum yang digunakan adalah ransum perlakuan yang dibuat berbentuk

crumble (terbuat dari jagung giling halus, dedak halus, ampas tahu, minyak,

molases, tepung ikan, lisin, metionin, dan mineral) yang memiliki kandungan

nutrisi berbeda-beda disajikan pada tabel 4 dan akan diberikan pada itik ketika

berumur 15--71 hari.

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Persiapan kandang dan tata letak penelitian

Kandang yang digunakan dalam penelitian adalah kandang postal dengan sekat

yang digunakan berukuran 100 x 50 x 70 cm, dalam satu buah sekat berisi empat

ekor itik betina. Dua hari sebelum DOD (day old Duck) itik umur 14 hari masuk

kandang, alas kandang diberi sekam yang telah disemprot desinfektan dengan

ketebalan 6--7 cm. Tataletak perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1.

R2K1 R3K2

R1K1 R1K2

R4K1 R4K2

R3K1 R2K2

R3K3 R1K4

R1K3 R3K4

R4K3 R2K4

R2K3 R4K4

Keterangan : K1-K4: Kelompok, R1-R4: Ransum perlakuan

Gambar 1. Tataletak kandang penelitian

Page 36: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

20

3.3.2. Persiapan ransum perlakuan

Ransum dibuat dengan kandungan nutrisi yang berbeda dan EM (energi

metabolisme) sebesar 2.800 Kkal. Semua bahan ransum digiling dengan mesin

giling menjadi tepung, kemudian disusun dengan jumlah terbanyak dalam ransum

terlebih dahulu selanjutnya dicampur menjadi satu dan dibuat dalam bentuk

crumble. Kandungan ransum bahan pakan tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan nutrisi bahan pakan

Sumber : *)Hasil analisis proksimat Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak,Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (2015).

**) Fathul et al. (2013).***)Tarigan (2010)

Keterangan :ME : Metabolis Energi; BK : Bahan Kering;SK : Serat Kasar; LK : Lemak Kasar

3.3.3. Pemeliharaan dan pemberian perlakuan

Itik dipelihara di dalam sekat kandang untuk diberi perlakuan. Minggu pertama

semua itik diberikan ransum yang sama. Pada umur 3 minggu itik percobaan

diberi ransum perlakuan dalam bentuk mash. Hal ini dilakukan sebagai adaptasi

itik terhadap ransum perlakuan. Minggu keempat hingga minggu kesepuluh itik

diberikan ransum perlakuan, itik diberi ransum dan air minum secara ad libitum.

Kandungan Nutrien Bahan ME BK PK LK SK Abu Ca P

kkal/kg ………………………….…………………………..%.............................. …………Ampas tahu* 2751,00 14,60 18,52 15,84 21,84 4,98 0,58 0,38Tepung Ikan* 2880,00 88,38 36,65 10,58 1,36 36,61 5,11 2,88L-Lysin*** 0,00 100,00 62,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00DL-Metionin*** 0,00 100,00 58,78 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00Molases** 1980,00 82,40 3,94 0,30 0,40 11,00 0,88 0,14Minyak** 8600,00 100,00 0,00 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00Tepung Jagung* 3370,00 87,41 8,74 8,07 1,97 1,34 0,23 0,41Dedak padi* 2400,00 88,82 11,17 18,69 11,11 6,32 0,07 1,50Mineral*** 0,00 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 48,00 13,00

Bahan

Page 37: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

21

persentase imbangan pakan dalam penyusunan ransum pada masing-masing

perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi ransum perlakuan

Bahanpakan

PerlakuanR1 R2 R3 R4

……………………………………….%.................................................Ampastahu

33,60 35,70 40,20 49,10

tepung ikan 11,00 17,20 23,20 27,80

L-Lysin 0,60 0,60 0,60 0,60

DL-Metionn

0,30 0,30 1,30 0,30

Molases 3,80 1,60 1,30 1,00

MinyaK.Sawit

2,00 1,60 1,40 1,30

Tepungjagung

15.00 12,80 9,90 5,00

Dedak Padi 33,60 30,10 23,00 14,80

Mineral 0,10 0,10 0,10 0,10Total 100,00 100,00 100,00 100,00Keterangan : R1--R4 : perlakuan kandungan nutrien dalam ransum

Tabel 6. Kandungan nutrisi dalam ransum perlakuan

Bahan PakanPerlakuan

R1 R2 R3 R4-----------------------%-----------------------

Energi metabolisme(kkal/kg )* 2800,28 2800,51 2805,84 2806,69Protein kasar** 15,40 17,99 20,64 21,32Lemak kasar** 8,01 7,35 9,85 8,56Serat kasar** 12,66 12,52 14,99 12,88Kalsium* 0,88 1,18 1,50 1,76Fosfor* 0,83 1,15 1,22 1,24Abu** 8,55 7,86 8,06 8,96

Keterangan: *) Hasil perhitungan kebutuhan nutrisi ransum**) Hasil analisis proksimat Laboratorium Nutrisi dan Makanan

Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (2015).

Page 38: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

22

3.4. Peubah yang Diamati

Sebelum dilakukan pengambilan data terlebih dahulu diamati pola suhu harian.

Data diambil pada saat titik kritis suhu dan kelembapan tertingi yaitu pada

suhu 31°C.

3.4.1. Frekuensi pernapasan

Pengukuran frekuensi pernapasan dihitung dengan mengamati pergerakan

membuka dan menutupnya mulut atau dengan mengamati kembang kempisnya

perut selama satu menit (Hartono et al., 2002). Pengambilan data ini dilakukan

pada hari ke 50, 57, 64, dan 71 pemeliharaan, saat suhu kritis 310C. Sebelum

pengambilan data itik dipuasakan selama 5 menit.

3.4.2. Frekuensi denyut jantung

Frekuensi denyut jantung diperoleh dengan cara menempelkan stetoscope pada

bagian dada kiri unggas, sehingga terdengar denyut jantungnya selama satu menit

(Hartono et al., 2002). Pengambilan data ini dilakukan pada hari ke 50, 57, 64,

dan 71 pemeliharaan, saat suhu kritis 310C. Sebelum pengambilan data itik

dipuasakan selama 5 menit.

3.4.3. Temperatur rektal

Temperatur rektal diperoleh dengan cara memasukkan thermometer digital ke

dalam rektal unggas (Hartono et al., 2002). Pengambilan data ini dilakukan pada

hari ke 50, 57, 64, dan 71 pemeliharaan, saat suhu kritis 310C. Sebelum

pengambilan data itik dipuasakan selama 5 menit.

Page 39: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

23

3.5. Metode Penelitian

3.5.1. Rancangan penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Kelompok (RK)

dengan empat perlakuan. Perlakuan tersebut terdiri dari:

R1 : ransum 1

R2 : ransum 2

R3 : ransum 3

R4 : ransum 4

Jumlah itik betina yang digunakan sebanyak 64 ekor dengan 16 jumlah petak

kandang sehingga setiap petak berisi 4 ekor itik betina. Pengambilan data

dilakukan pada seluruh jumlah itik yang ada pada setiap perlakuan.

Pengelompokkan itik berdasarkan bobot tubuh. Pada kelompok 1 dengan bobot

tubuh (125--150 g), kelompok 2 (151--175 g), kelompok 3 (176--200 g),

kelompok 4 (201--225 g).

3.5.2. Analisis data

Data yang diperoleh dianalisa menggunakan analisis ragam.

Page 40: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

a) pemberian ransum dengan kandungan nutrisi berbeda tidak berpengaruh nyata

terhadap respon fisiologis itik percobaan yaitu Frekuensi pernafasan R1 36,73, R2

35,48, R3 36,09, R4,36,23. Denyut jantung R1 303,09, R2 30,52, R3 305,56, R4

294,08. Suhu rektal R1 41,32, R2 41,18, R3 41,27, 41,28.

b) pada pemberian ransum perlakuan tidak ada yang memberikan respon fisiologis

terbaik pada itik percobaan.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian disarankan bahwa peternak tidak menggunakan ransum

yang berkadar serat kasar 12,00 %--15,00%, lemak kasar 8,00%--9,85%, abu 8,96%

dalam pemeliharaan Itik Mojosari betina pada fase pertumbuhan karena melebihi

kebutuhan nutrient standar nasional Indonesia (SNI), dan memengaruhi respon

fisiologis dalam kondisi tidak normal.

Page 41: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

34

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, M. 2009. Fisiologis Pertumbuhan Ternak. Universitas Andalas. Padang.

Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Lembaga Satu Gunung Budi.Bogor.

Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Muthahir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas.Penerbit Universitas Indonesia.

, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta.

, R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Penerbit PT. Gramedia, Pustaka.Jakarta.

Anonymous. 2007. Curcuma Xanthorrhiza (Temulawak) Morfologi, Anatomidan Fisiologi. http://toiusd.multiply.com/journal/item/240/Curcuma_xanthorrhiza_ Temulawak_Morfologi_Anatomi_dan_Fisiologi. Diaksespada 14 september 2015

Badan Pusat Statistik 2015. Perkiraan Penduduk Beberapa Negara (juta) 2009--2013. http://www.bps.go.id/. Diakses pada 14 september 2015

Bidura I. G., Udayana I. G., Suasta I. M., Yadnya T. G. B. 1996. PengaruhTingkat Serat Kasar Ransum Terhadap Produksi dan Kadar KolesterolTelur Ayam. Denpasar. Laporan Penelitian Fakultas PeternakanUniversitas Udayana. Bali.

Bligh, 1985. thermal Physiology. In: Yousef, M. K. Stress Physioloy inLivestock. Vol. III. CRC. Florida.

Boniran, S. 1999. Quality Control untuk Bahan Baku dan Produk Akhir PakanTernak. Kumpulan Makalah Feed Quality Management Workshop,Amerikcan Soybean Associations dan Balai Penelitian Ternak. Hlm 2-7

Charles, D. R. 1997. Practical Ventilation and Temperature Control for Poultry,in Environmental Aspects of Housing for Animal Production. by J. A.Clark. University of Nottingham.

Page 42: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

35

Collier, R. J., L. H. Baumgard, A. L. Lock, and D. E. Bauman. 2004.Physiological Limitations, Nutrient Partitioning. In: Wiseman J.,Sylvestor R., Editors. Nottingham (UK) : Nottingham Univ. Press.

Fathul, F., Liman., N. Purwaningsih., dan S. Tantalo. 2013. Bahan Pakan danFormulasi Ransum. Buku Ajar. Jurusan Produksi Ternak. FakultasPertanian. Universitas Lampung.

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi. Edisi Empat. Gadjah MadaUniversity Press. Yogyakarta.

Haroen, U. 1994. Pemanfaatan Onggok Dalam Ransum Dan PengaruhnyaTerhadap Performan Ayam Broiler. Majalah Ilmiah. UniversitasJambi. Jambi.

Hartono, M., S. Suharyati., dan P. E. Santosa. 2002. Dasar Fisiologi Ternak.Buku Ajar Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hoffman, T. Y. C. M., and G. E. Walsberg. 1999. Inhibiting VentilatorEvaporation Produces an Adaptive Increase in Cutaneus Evaporationin Morning Doves Zenaida Macroura. J. Exp. Biol. 202, 3021 -3028.

Horowitz, M. 2001. Heat Acclimation : Phenotypic Plasticity and Cues to theUnderlying Molecular Mechanisms. J. therm Biol. 26:357-363.

Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak Non Ruminansia (Unggas) . Jurusan Nutrisidan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas GadjahMada. Yogyakarta.

Kregel, K. C. 2002. Heat Shock Proteins : Modifying Factors in PhysiologicalStress Responses and Acquired thermotolerance. J. Appl Physiol.92:2177-2186.

Latipudin D., dan A. Mushawwir. 2011. Regulasi Panas Tubuh Ayam RasPetelur Fase Grower dan Layer. Jurnal Sain Peternakan Indonesia.Vol. 6, No 2. Juli–Desember 2011.

Lubis, D. A. 1963. Ilmu Makanan Ternak. PT. Pembangunan. Jakarta.

Murtidjo, B. A., 1988. Mengelola Itik. Kanisius. Yogyakarta.

National Research Council. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. NationalAcademy of Science. Washington D. C.

Nesheim, 1979. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Penerbit Kanisius.Yogyakarta.

Page 43: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

36

Parakkasi, A. 1983. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Angkasa.Bandung.

Rasyaf, M. 1992. Seputar Makanan Ayam Kampung. Penerbit Kanisius.Yogyakarta.

, M. 1994. Beternak Ayam Pedaging. PenerbitKanisius. Yogyakarta.

Ridho, F. T. 2013. Fisiologi Ternak. www.c31120987.blogspot.com/2013/06/fisiologi ternak.html?m=1.

Rizal, Y. 2006. Ilmu Nutrisi Unggas. Andalas University Press. Padang.

Sinurat, A. P ., Miftah, dan P. Tiurma. 1993. Pengaruh Sumber dan TingkatEnergi Ransum Terhadap Penampilan Itik Jantan Lokal. Balai penelitianternak. Bogor. Indonesia.

, A. P. 2000. Penyusunan Ransum Ayam Buras Dan Itik. Pelatihan ProyekPengembangan Agribisnis Peternakan, Dinas Peternakan DKI Jakarta, 20Juni 2000.

Smith, J. J., and J. P Kamping. 1988. Sirkulatory Physiology. 2nd edition.Baltimore, Wiliam and Wilkins.

SNI (Standar Nasional Indonesi). 2008. Kumpulan SNI bidang pakan.Direktorat Budidaya Ternak Non Ruminansia, Direktorat JenderalPeternakan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Srigandono, B. 1997. Produksi Unggas Air. Cetakan ketiga. Yogyakarta(Indonesia): Gadjah Mada University Press.

Sulistyoningsih, M. 2004. Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Ayam BrolierStarter Akibat Cekaman Tempratur dan Awal Pemberian Pakan yangBerbeda. Tesis. Magister Ilmu Ternak Program Pasca Sarjana UniversitasDiponegoro. Semarang.

Sumaryadi, M. Y., dan L. Budiman. 1986. Fisiologi Guna Laksana danLingkungan. Diktat. Fakultas Peternakan. Unsoed. Purwokerto.

Tarigan, T. N. 2010. Penggunaan Asam Amino Metionin dan Lisin dalamRansum Terhadap Karkas Broiler Umur Enam Minggu. Skripsi. FakultasPertanian. Universitas Sumatera Utara.

Tillman, A. D., H. Hartadi., S. Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo., dan S.Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah MadaUniversity Press, Yogyakarta.

Page 44: KONDISI FISIOLOGIS ITIK MOJOSARI BETINA YANG DIBERI …digilib.unila.ac.id/22780/19/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Nutrisi dan Makanan Ternak serta kandang Laboratorium Terpadu

37

Wahju, J. 1985. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Wahju, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Edisi ketiga. Gadjah Mada UniversityPress. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.

Wibowo, P. A. 1989. Pengaruh Penggunaan Ransum Dengan Berbagai TingkatProtein Pada Tingkat Energi Metabolis Yang Sama Terhadap Persentasekomponen Karkas Itik Tegal Jantan Umur 8 Minggu. Skripsi. FakultasPeternakan. Universitas Diponegoro. Semarang.

Yousef, M. K. 1985. thermoneutral Zone. In: Stress Physiology of Livestock.M. K. Yousef (Ed). CRC Press, Inc. Boca Raton, Florida.

Yuwanta, T. 2000. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.