Komunitas Kampung Sinau Sebagai Wahana Pemberdayaan ...

19
Ainul, Imam, Nurhadi / Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 15, No. 1, Maret 2020 1 Komunitas Kampung Sinau Sebagai Wahana Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Cemorokandang Kecamatan Kedungkandang Kota Malang Ainul Bariroh Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang Email : [email protected] Imam Hambali Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang Email : [email protected] Nurhadi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang Email : [email protected] Abstrak Pendidikan merupakan suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-masalah baru, masalah yang dihadapi dunia pendidikan sangat luas, salah satunya yaitu banyak anak-anak yang tidak bisa sekolah. Berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi dalam masyarakat banyak pemecahan masalah yang dihadapi oleh kelompok sosial yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan saat ini untuk meningkatkan pendidikan masyarakat. Pendidikan tidak hanya dilakukan melalui pendidikan formal tetapi pendidikan juga bisa dilakukan melalui pendidikan nonformal. Salah satu bentuk pendidikan nonformal yaitu organisasi kepemudaan yang mendirikan sebuah komunitas Kampung Sinau, komunitas ini merupakan sebuah komunitas sosial sebagai bentuk pendidikan nonformal yang dapat memberdayakan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang diadakannya. Tujuan dari penulisan artikel ini untuk mengetahui tahap- tahap pemberdayaan masyarakat melalui Komunitas Kampung Sinau. Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif dengan jenis pendekatan studi kasus. Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian data yang telah dikumpulkan dicatat dan diberi kode klasifikasi. Setelah itu data yang direduksi disajikan kemudian dilakukan pengecekan keabsahan temuan dilakukan dengan triangulasi sumber dan triangulasi cara. Setelah keseluruhan data terkumpul kemudian dilakukan analisis taksonomi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa tahapan dalam pemberdayaan masyarakat, diantaranya; 1) tahap mengetahui permasalahan, 2) menyadari permasalahan, 3) mengadakan kegiatan-kegiatan sederhana, 4) membangun jaringan atau kerjasama, 5) tahap melaksanakan kegiatan. Kata Kunci: Komunitas Kampung Sinau, Pendidikan, Pemberdayaan Masyarakat. Abstract Education is a life process in developing each individual to live and live a life. Education is always faced with new problems, the problems faced by the world of education are very broad, one of which is many children who cannot go to school. Based on the problems faced in society there are many problem solving faced by social groups that have a concern for current education to improve public education. Education is not only done through formal education but education can also be done through non-formal education. One form of non-formal education is the youth organization that founded a community of Sinau Village, this community is a social community as a form of non-formal education that can empower the community through the activities it holds. The purpose of this article is to find out the stages of community empowerment through the Sinau Village Community. The method used by researchers in this study is to use qualitative methods with the type of case study approach. This research begins with data collection using observation, interview, and documentation techniques. Then the collected data is recorded and given a classification code. After that the reduced data is presented then checking the validity of the findings is done by source triangulation and triangulation methods. After the overall data is collected then taxonomic analysis is carried out. The results of this study, it is known that has several stages of community

Transcript of Komunitas Kampung Sinau Sebagai Wahana Pemberdayaan ...

Page 1: Komunitas Kampung Sinau Sebagai Wahana Pemberdayaan ...

Ainul, Imam, Nurhadi / Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 15, No. 1, Maret 2020

1

Komunitas Kampung Sinau Sebagai Wahana Pemberdayaan Masyarakat

Kelurahan Cemorokandang Kecamatan Kedungkandang

Kota Malang

Ainul Bariroh

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang

Email : [email protected]

Imam Hambali

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang

Email : [email protected]

Nurhadi

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang

Email : [email protected]

Abstrak

Pendidikan merupakan suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup

dan melangsungkan kehidupan. Pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-masalah baru, masalah yang

dihadapi dunia pendidikan sangat luas, salah satunya yaitu banyak anak-anak yang tidak bisa sekolah.

Berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi dalam masyarakat banyak pemecahan masalah yang dihadapi

oleh kelompok sosial yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan saat ini untuk meningkatkan

pendidikan masyarakat. Pendidikan tidak hanya dilakukan melalui pendidikan formal tetapi pendidikan

juga bisa dilakukan melalui pendidikan nonformal. Salah satu bentuk pendidikan nonformal yaitu

organisasi kepemudaan yang mendirikan sebuah komunitas Kampung Sinau, komunitas ini merupakan

sebuah komunitas sosial sebagai bentuk pendidikan nonformal yang dapat memberdayakan masyarakat

melalui kegiatan-kegiatan yang diadakannya. Tujuan dari penulisan artikel ini untuk mengetahui tahap-

tahap pemberdayaan masyarakat melalui Komunitas Kampung Sinau. Metode yang digunakan oleh peneliti

dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif dengan jenis pendekatan studi kasus. Penelitian

ini dimulai dengan pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Kemudian data yang telah dikumpulkan dicatat dan diberi kode klasifikasi. Setelah itu data yang direduksi

disajikan kemudian dilakukan pengecekan keabsahan temuan dilakukan dengan triangulasi sumber dan

triangulasi cara. Setelah keseluruhan data terkumpul kemudian dilakukan analisis taksonomi. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa tahapan dalam pemberdayaan masyarakat, diantaranya; 1)

tahap mengetahui permasalahan, 2) menyadari permasalahan, 3) mengadakan kegiatan-kegiatan sederhana,

4) membangun jaringan atau kerjasama, 5) tahap melaksanakan kegiatan.

Kata Kunci: Komunitas Kampung Sinau, Pendidikan, Pemberdayaan Masyarakat.

Abstract

Education is a life process in developing each individual to live and live a life. Education is always faced

with new problems, the problems faced by the world of education are very broad, one of which is many

children who cannot go to school. Based on the problems faced in society there are many problem solving

faced by social groups that have a concern for current education to improve public education. Education is

not only done through formal education but education can also be done through non-formal education. One

form of non-formal education is the youth organization that founded a community of Sinau Village, this

community is a social community as a form of non-formal education that can empower the community

through the activities it holds. The purpose of this article is to find out the stages of community

empowerment through the Sinau Village Community. The method used by researchers in this study is to

use qualitative methods with the type of case study approach. This research begins with data collection

using observation, interview, and documentation techniques. Then the collected data is recorded and given

a classification code. After that the reduced data is presented then checking the validity of the findings is

done by source triangulation and triangulation methods. After the overall data is collected then taxonomic

analysis is carried out. The results of this study, it is known that has several stages of community

Page 2: Komunitas Kampung Sinau Sebagai Wahana Pemberdayaan ...

Ainul, Imam, Nurhadi / Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 15, No. 1, Maret 2020

2

empowerment in the Sinau Village community. The stages of empowerment include; 1) stage of knowing

problems, 2) aware of problems, 3) holding simple activities, 4) building networks or cooperation, 5) stages

of carrying out activities.

Keywords : Sinau Village Community, Education, Community Empowerment

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan hal yang

terpenting dalam kehidupan bahwa setiap

warga Indonesia berhak mendapatkannya

dan diharapkan untuk selalu berkembang

didalamnya, pendidikan tidak akan ada

habisnya. Secara umum pendidikan

merupakan suatu proses kehidupan dalam

mengembangkan diri tiap individu untuk

dapat hidup dan melangsungkan kehidupan.

Sehingga pendidikan merupakan salah satu

kunci untuk mendapatkan pengetahuan dan

wawasan yang beragam karena di dalam

pendidikan terdapat pembelajaran untuk ikut

mencerdaskan bangsa dan negara sesuai

dengan tujuan bangsa indonesia yaitu

mencerdaskan kehidupan bangsa

dan tertuang dalam Undang-Undang.

Pendidikan dapat mengembangkan karakter

melalui berbagai macam kegiatan, seperti

penanaman nilai, pengembangan budi

pekerti, nilai agama, pembelajaran dan

pelatihan nilai-nilal moral, dan lain

sebagainya.

Menurut Andariyah & Suharto

(2017:63) “pendidikan merupakan upaya

yang dapat mempercepat pengembangan

potensi manusia untuk mampu mengemban

tugas yang dibebankan padanya, karena

hanya manusia yang dapat di didik dan

mendidik. Pendidikan dapat mempengaruhi

perkembangan fisik, mental, emosional,

moral, serta keimanan dan ketakwaan

manusia”. Pengaruh pendidikan terhadap

perkembangan manusia sangat penting

untuk mampu mengemban tugas dan

merubah perkembangan fisik, mental,

emosional, moral, serta keimanan dan

ketakwaan baik anak maupun masyarakat

karena pendidikan itu luas untuk siapapun.

Pendidikan juga diatur dalam undang-

undang sebagai pedoman pentingnya

pendidikan bagi masyarakat agar

berkembangnya suatu bangsa. Dalam

undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, “tujuan

pendidikan nasional adalah

mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Pada ketentuan Undang-Undang

mengatakan bahwa pendidikan untuk

mengembangkan potensi peserta didik

menjadi manusia yang lebih baik dari

sebelumnya baik kemampuan, perilaku,

mandiri, kreatif dan menjadi warga negara

yang bertanggung jawab.

Pentingnya pendidikan bagi Indonesia

untuk mengembangkan dan memajukan

Indonesia dari keterbelakangan dengan

Negara lainnya. Pendidikan dapat

mempercepat pengembangan potensi

manusia yang mampu mengemban tugas

yang dibebankan kepadanya. Dunia

pendidikan merupakan dunia yang unik dan

penuh dengan beragam permasalahan, baik

itu yang berasal dari intern maupun ekstern

lingkungan pendidikan. Oleh karena itu,

pendidikan tidak hanya diperoleh dari

pendidikan formal saja, tetapi pendidikan

bisa diperoleh dari pendidikan nonformal.

Sejalan dengan Marzuki (2012:106)

mengatakan bahwa “pendidikan nonformal

adalah suatu kebutuhan karena di negara

Page 3: Komunitas Kampung Sinau Sebagai Wahana Pemberdayaan ...

Ainul, Imam, Nurhadi / Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 15, No. 1, Maret 2020

3

manapun pasti ada sekelompok orang yang

memerlukan layanan pendidikan sebelum

mereka masuk sekolah, sesudah mereka

menyelesaikan sekolah, ketika mereka tidak

mendapat kesempatan sekolah, bahkan

ketika mereka sedang bersekolah”.

Pendidikan nonformal pastinya akan

dibutuhkan saat sebelum mereka masuk

sekolah, melalui bimbingan belajar. Sesudah

mereka masuk sekolah melalui kursus, dan

berbagai pelatihan. Ketika mereka tidak

mendapat kesempatan sekolah, melalui

pendidikan nonformal bisa memberikan

pembelajaran dan keterampilan.

Pendidikan nonformal merupakan

sebuah pendidikan yang menjadikan

masyarakat memiliki berbagai pengetahuan

dan kemampuan atas kebutuhan yang

diinginkan. Melalui berbagai pengetahuan

serta keterampilan dapat mengembangkan

sikap dan kepribadian professional. Begitu

pula tantangan di lingkungan pendidikan

nonformal dimana permasalahan-

permasalahan yang terjadi semakin komplek

sampai sekarang. Konsep pendidikan

nonformal selalu dikaitkan dengan

kebutuhan masyarakat sebagai penambah,

pelengkap, dan penganti saat masyarakat

tidak mendapat kesempatan untuk sekolah

dalam rangkah mendungkung pendidikan

sepanjang hayat. Diperlukannya pendidikan

nonformal sebagai salah satu

mengembangkan potensi peserta didik

melalui pengembangan potensi, penguasaan

pengetahuan dan pengembangan sikap.

Menurut Fitriana & Elshap (2015:61)

mengatakan bahwa “pendidikan nonformal

mengembangkan berbagai kualitas

kehidupan yang berhubungan dengan sikap

dan kecakapan untuk dapat mengembangkan

dan membangun kompetensi diri maupun

kompetensi sosial dalam kehidupan

masyarakat”. Pendidikan nonformal bisa

dikatakan sebagai suatu pemberdayaan

masyarakat untuk membangun kompetensi

diri maupun kompetensi sosial.

Masyarakat akan memperoleh

pengetahuan, kemampuan agar menjadi

mandiri dan mengubah perilaku

masyarakat.“Pemberdayaan masyarakat

merupakan upaya menjadikan masyarakat

berdaya dan mandiri, mampu berdiri diatas

kakinya sendiri. Pemberdayaan masyarakat

pada dasarnya mengubah perilaku

masyarakat kearah yang lebih baik sehingga

kualitas dan kesejahteraan hidupnya secara

bertahap dapat meningkat” (Anwas dalam

Astuti,2015). Pendidikan untuk

memberdayakan setiap warga negara agar

mampu berdaya dan mandiri untuk menjadi

masyarakat berkembang. Pendidikan

sebagai bekal pengetahuan dan keterampilan

dalam membangun masyarakat menjadi

lebih baik.

Menurut Safitri (2017:8) mengatakan

bahwa “pemberdayaan tidak hanya tentang

meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat,

namun disamping hal tersebut masyarakat

harus diberikan sebuah kemampuan dan

kekuatan untuk membuat mereka menjadi

lebih mandiri dan mampu berperan serta

dalam kegiatan pengambilan keputusan”.

Kemandirian masyarakat akan

meningkatkan kualitas kehidupan ekonomi

saja melainkan dapat memberikan

kemampuan dan menambah keterampilan

masyarakat dalam menjalani kehidupan

sehingga masyarakat dapat meningkatkan

kualitas hidup dari berbagai segi kehidupan.

Simon dalam Widjajanti (2011:16)

mengatakan bahwa “pemberdayaan

merupakan suatu aktivitas refleksi, suatu

proses yang mampu diinisiasikan dan

dipertahankan hanya oleh agen atau subyek

yang mencari kekuatan atau penentuan diri

sendiri (self-determination)”. Pemberdayaan

bisa dikatakan sebagai gerakan atau aktivitas

pemberi kekuatan kepada subyek. Subyek

Page 4: Komunitas Kampung Sinau Sebagai Wahana Pemberdayaan ...

Ainul, Imam, Nurhadi / Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 15, No. 1, Maret 2020

4

yang dimaksud masyarakat untuk

memberikan suatu keterampilan bagi

mereka dan mengoptimalkan sumber daya

dan potensi yang ada.

Hasan (2018:137) mengatakan bahwa

“pemberdayaan digunakan sebagai konsep

alternatif untuk meningkatkan kemampuan

dan martabat masyarakat agar terlepas dari

jerat kemiskinan dan keterbelakangan”.

Pemberdayaan sebagai alternatif

meningkatkan suatu kemampuan

masyarakat agar menjadi masyarakat yang

bermartabat. Selain itu, pemberdayaan juga

melepaskan masyarakat agar tidak terjerat

dari kemiskinan. Kemiskinan di Indonesia

terhitung menurut Badan Pusat Statistik

(2018) mengatakan bahwa “jumlah

penduduk miskin di Indonesia mencapai

25,95 juta orang sekitar 9,82 %., berkurang

sebesar 633,2 ribu orang dibandingkan

dengan kondisi September 2017 13,47

persen turun menjadi 13,20 persen pada

Maret 2018”. Permasalahan kemiskinan

selalau dianggap sebagai permasalahan

sosial masyarakat Indonesia. Dengan

demikian, pemberdayaan sebagai hal untuk

memberikan potensi kepada masyarakat

agar dapat terlepas dari kemiskinan dan

keterbelakangan.

Sejalan dengan pendapat Anwas dalam

Syahputra (2018:7) mengatakan bahwa

“pemberdayaan juga melaksanakan pada

proses, bukan semata-mata hasil (output)

dari proses tersebut, oleh karena itu ukuran

keberhasilan pemberdayaan adalah seberapa

besar partisipasi atau keberdayaan yang

dilakukan oleh individu atau masyarakat”.

dengan demikian dapat disimpulkan

bahwasannya pemberdayaan dapat berhasil

jika individu-individu di masyarakat dapat

berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang

direncakan pada pendidikan nonformal yang

beradai dilingkungan masyarakat.

Pendidikan nonformal yang ada di

lingkungan masyarakat salah satunya adalah

sebuah garis kepemudaan yang memberikan

banyak manfaat pada masyarakat untuk

mengembangkan kualitas hidupnya.

Penelitian ini membentuk sebuah organisasi

masyarakat (Ormas) yaitu dari pemuda

Karang Taruna sebagai pengolah komunitas.

Pemberdayaan masyarakat Indonesia

telah menyebar sejak lama bahkan

peningkatan kapasitas masyarakat telah

dilakukan pada waktu itu melalui program-

program yang dibangun oleh pemerintah.

Bukan hanya itu, peningkatan kapasitas

masyarakat bisa dimulai dari lembaga-

lembaga serta komunitas dalam masyarakat

itu sendiri seperti halnya komunitas

kepemudaan yaitu melalui karang taruna.

Pemberdayaan melalui komunitas ini yang

sekarang menjadi penggerak dalam

kesejahteraan masyarakat.

Organisasi masyarakat yang menjadi

penggerak melalui Komunitas Kampung

Sinau yang dibentuk oleh pemuda Karang

Taruna secara sukarela berdasarkan tujuan

yang dicapai secara bersama. Komunitas

Kampung Sinau yang bertempat di

kelurahan Cemorokandang sebagai wahana

pemberdayaan masyarakat untuk membekali

keterampilan melalui kegiatan-kegiatan

yang diadakan oleh komunitas. Adanya

Komunitas Kampung Sinau disebabkan oleh

rendahnya pendidikan masyarakat yang

berfokus pada anak-anak di kelurahan

Cemorokandang sehingga terbentuknya

komunitas untuk membantu pendidikan

mereka. Komunitas ini sebagai penambah

dari pendidikan formal yang tidak dapat

dirasakan oleh mereka. Selain itu, sebagai

bekal pembelajaran dan keterampilan

masyarakat untuk dapat memanfaatkan

sumber daya alam dan manusia yang ada di

kelurahan Cemorokandang.

Page 5: Komunitas Kampung Sinau Sebagai Wahana Pemberdayaan ...

Ainul, Imam, Nurhadi / Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 15, No. 1, Maret 2020

5

Komunitas Kampung Sinau didirikan

oleh M Toha Mansyur salah seorang pemuda

Karang Taruna turut prihatin terhadap

sebagian anak-anak kelurahan

Cemorokandang, mereka tidak bisa

melanjutkan sekolah, dari Sekolah Dasar ke

Sekolah Menengah Pertama Negeri,

akhirnya mereka berhenti sekolah.

Disamping menambah pengetahuan dan

keterampilan, organisasi masyarakat

tersebut sangat bermanfaat dalam membantu

proses sosialisasi serta mengembangkan

kreativitas masyarakat kelurahan

Cemorokandang. Komunitas Kampung

Sinau mulai menggebrak lewat pameran seni

dan live mural atau disebut dengan seni

melukis atau menggambar pada media

dinding-dinding rumah.

Komunitas Kampung Sinau ini sangat

berkembang pesat dengan berbagai program

harian, mingguan, dan tahunan. Terbukti

dari kegiatan-kegiatan komunitas, bisa

memberikan usaha kepada masyarakat

setempat sehingga memiliki nilai jual meski

tidak banyak. Kesuksesan Komunitas

Kampung Sinau juga tidak lepas dari

dukungan berbagai pihak komunitas lain dan

universitas yang telah membantu kegiatan

komunitas. Selain itu, sebagai tempat belajar

bagi anak-anak serta tersedianya

perpustakaan umum yang dapat diakses

semua kalangan masyarakat dengan

berbagai macam buku yang tersedia.

Kegiatan Komunitas Kampung Sinau begitu

menarik, mulai dari pengetahuan dan

keterampilan yang diadakan komunitas

secara berkelanjutan sampai sekarang,

dimulai dari pembelajaran, kesenian,

berbagai keterampilan, dan lain-lainnya.

Komunitas Kampung Sinau

melakukan sebuah kegiatan untuk

masyarakat setempat sebagai tambahan

pengetahuan dan keterampilan. Komunitas

Kampung Sinau telah dibentuk sejak tahun

2015 bertempat Omah Kandang Malang,

yaitu sebuah tempat berkumpulnya Karang

Taruna. Pendiri Komunitas Kampung Sinau

memberikan pembekalan edukasi

masyarakat setempat. Dibantu para

volunteer mahasiswa di Malang dan

beberapa komunitas lainnya. Dengan adanya

Komunitas Kampung Sinau sebagai sebuah

organisasi masyarakat atau komunitas sosial

yang dapat mengembangkan masyarakat.

Penggagas atau pendiri Komunitas

Kampung Sinau menyebut, dalam acara

pameran seni dan live mural dinding-dinding

rumah warga sekitar tersebut untuk

memotivasi anak-anak di Kampung Sinau

untuk mengembangkan kampungnya supaya

lebih mengenal lebih dalam dunia seni dan

literasi serta menjadi kampung percontohan

bagi kampung-kampung lain agar mampu

mengembangkan kreativitas anak.

Menariknya komunitas ini didirikan atas

dasar sukarela dari pemuda Karang Taruna

dan sampai saat ini kegiatan tersebut tetap

berjalan. Hanya dengan mengandalkan

bantuan yang diperoleh dari atau komunitas

lain yang ingin menyumbangkan bantuan

buku perpustakan ataupun bantuan material

untuk kegiatan.

Berdasarkan dari latar belakang di

atas, penelitian ini ingin mengungkap kiprah

salah satu komunitas sosial sebagai bahan

penelitian, dengan judul Komunitas

Kampung Sinau sebagai Wahana

Pemberdayaan Masyarakat di Kelurahan

Cemorokandang Kecamatan

Kedungkandang Kota Malang, dengan

demikian peneliti dapat mengetahui

bagaimana tahapan pemberdayaan

masyarakat dalam Komunitas Kampung

Sinau di kelurahan Cemorokandang

kecamatan Kedungkandang kota Malang.

METODE

Dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif dengan jenis studi

Page 6: Komunitas Kampung Sinau Sebagai Wahana Pemberdayaan ...

Ainul, Imam, Nurhadi / Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 15, No. 1, Maret 2020

6

kasus menjadi pendekatan yang sangat

cocok dilakukan dalam penelitian ini. Studi

kasus menjadi salah satu pendekatan yang

diharapkan dapat memaparkan dengan jelas

hasil penelitian tentang Komunitas

Kampung Sinau sebagai wahana

pemberdayaan masyarakat yang berfokus

pada tahapan-tahapan pemberdayaan

masyarakat. Sehingga pada penelitian ini

peneliti melakukan pengumpulan fakta,

keterangan serta informasi dari berbagai

tokoh masyarakat kelurahan

Cemorokandang. Dilakukannya penelitian

dengan pendekatan ini diharapkan dapat

memberikan pemahaman lebih rinci dan

mendalam tentang aktivitas yang terkait

dengan pemberdayaan masyarakat yang

layak untuk dilakukan penelitian dilokasi

tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan di

Komunitas Kampung Sinau terletak di Jalan

Simpang Untung Sudiro kelurahan

Cemorokandang, kecamatan

Kedungkandang, Kota Malang. Alasan

peneliti mengambil lokasi penelitian

Komunitas Kampung Sinau ini adalah

terdapat suatu aktivitas yang terkait dengan

pemberdayaan masyarakat dan layak untuk

diteliti melalui pendidikan nonformal. Selain

itu Komunitas Kampung Sinau didirikan

oleh seorang pemuda Karang Taruna di

kelurahan Kedungkandang yang sampai saat

ini komunitas tersebut kegiatannya masih

berjalan secara aktif. Dengan melibatkan

beberapa volunteer dari komunitas lain dan

berbagai universitas kota Malang.

Komunitas Kampung Sinau juga melibatkan

masyarakat baik anak-anak, ibu-ibu, dan

sebagainya melalui pembelajaran dan

keterampilan untuk memperbaiki kehidupan

mereka melalui pendidikan yang dibangun

komunitas. Program-program yang diangkat

juga memberikan manfaat kepada

masyarakat dan sangat menarik. Oleh karena

itu saya tertarik untuk meneliti Komunitas

Kampung Sinau sebagai komunitas sosial

yang menjadi inspirasi melalui kegiatan-

kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk

meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Komunitas Kampung Sinau merupakan

populasi, Teknik pengambilan sampel dari

data primer menggunakan teknik non

probability sampling purposive. Menurut

Sugiyono (2017:84-85) “Nonprobality

Sampling Purposive adalah teknik

pengambilan sampel yang tidak memberi

peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur

atau anggota populasi untuk di pilih menjadi

sampel. Teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu”.

Data primer dalam penelitian ini

menggunakan teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu. Peneliti

mengambil sampel dari orang yang banyak

mengetahui tentang Komunitas Kampung

Sinau melalui para tokoh komunitas yaitu

Pendiri atau Founder Komunitas Kampung

Sinau, Ketua Komunitas Kampung Sinau,

volunteer dan masyarakat yang ikut serta

dalam kegiatan komunitas. Data primer

diperoleh dengan cara interview dengan

menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang

sifatnya terbuka.

Kemudian pada penelitian ini juga

menggunakan sumber data sekunder.

Menurut Sugiyono (2017:137) menyatakan

bahwa “sumber data sekunder merupakan

sumber data tidak langsung yang

memberikan data kepada pengumpul data,

misalnya lewat orang lain atau dokumen”.

Dokumen yang dibutuhkan sebagai data

peneliti sebagai pendukung penelitian.

Dokumen merupakan bagian dari

dokumentasi, dengan berbagai macam data

dan foto yang akan diperoleh saat penelitian

berlangsung. “Dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

Page 7: Komunitas Kampung Sinau Sebagai Wahana Pemberdayaan ...

Ainul, Imam, Nurhadi / Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 15, No. 1, Maret 2020

7

monumental dari seseorang” (Sugiyono,

2017:240). Sumber data sekunder dalam

penelitian ini diperoleh melalui dokumen-

dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian

diantaranya berupa data dokumen mengenai

berdirinya Komunitas Kampung Sinau,

aktivitas kegiatan komunitas, foto-foto

kegiatan dan buku kegiatan atau majalah

yang berkaitan dengan Komunitas Kampung

Sinau. Sumber data sekunder sebagai data

pendukung dari penelitian ini agar dapat

akurat.

Prosedur pengumpulan data merupakan

salah satu bagian yang penting dilakukan

dalam penelitian untuk memperoleh data

yang diperlukan. Dalam penelitian ini

dilakukan dengan tiga teknik pengumpulan

data yaitu dengan teknik wawancara,

observasi, dan dokumentasi.

Berikut merupakan daftar informan yang

telah dilibatkan dalam kegiatan wawancara.

Tabel 1. Informan Kegiatan Wawancara

No Sumber Data

1. Pendiri komunitas Kampung Sinau / M

Toha Mansyur Al Badawi

2. Ketua Komunitas Kampung Sinau /

Mufarrohah

3. Volunteer Komunitas Kampung Sinau /

Alvy

4. Volunteer Komunitas Kampung Sinau/

Rahma

5.

6.

Masyarakat yang berpartisipasi dalam

kegiatan Komunitas Kampung Sinau/

Rahayu

Masyarakat yang berpartisipasi dalam

kegiatan Komunitas Kampung Sinau/

Robi’ah

Setelah melakukan teknik pengumpulan

data melalui wawancara, observasi dan

dokumentasi. penelitian ini menggunakan

analisis data yang digambarkan oleh Miles &

Huberman dalam Ulfatin (2013:216) yakni

secara interaktif seperti berikut:

Gambar 1. Siklus Interaktif proses analisis data

penelitian kualitatif

(Sumber: Milles & Huberman dalam Ulfatin,

2013: 216).

Berdasarkan analisis data gambar diatas,

alur yang peneliti gunakan dalam penelitian

ini adalah pertama peneliti melakukan hasil

dari pengumpulan data (data collection)

perlu direduksi (data reduction) yang

mengandung arti: diedit, diberi kode, dan

bahkan dibuat tabel. Dengan mereduksi data,

berarti peneliti membuat ikhtisar hasil

pengumpulan data selengkap mungkin, dan

kemudian memilah-milah ke dalam satuan

konsep, kategori, dan tema tertentu.

Seperengkat hasil reduksi data, juga perlu

diorganisir ke dalam suatu bentuk sajian

tertentu (data display), sehingga terlihat

sosoknya secara utuh. Sajian data ini

berbentuk diagram, alur, matriks, sketsa,

sinopsis atau bentuk-bentuk lain. Dengan

sajian-sajian data demikian maka akan

memudahkan upaya pemaparan dan

penegasan simpulan (conclusion drawing

and verifying).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Letak Geografis dan letak Demografis

pada kecamatan Kedungkandang Menurut

pemerintah kota Malang (2018) menyatakan

bahwa: Komunitas Kampung Sinau terletak

di kelurahan Cemorokandang kecamatan

Kedungkandang kota Malang. Secara

geografis, kecamatan Kedungkandang kota

Malang terletak antara 112036’14”–

112040’42” Bujur Timur dan 077036’38”–

008001’57” Lintang Selatan. Kecamatan

Data Colection Data Display

Data Reduction

Conclusion Drawing and

Verifying

Page 8: Komunitas Kampung Sinau Sebagai Wahana Pemberdayaan ...

Ainul, Imam, Nurhadi / Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 15, No. 1, Maret 2020

8

Kedungkandang terletak pada ketinggian

440 – 460 meter diatas permukaan laut. Di

sebelah timur wilayah kecamatan

Kedungkandang terdapat daerah perbukitan

Gunung Buring yang memanjang dari utara

ke selatan yang meliputi kelurahan

Cemorokandang, kelurahan Madyopuro,

kelurahan Lesanpuro, kelurahan

Kedungkandang, kelurahan Buring,

kelurahan Wonokoyo, kelurahan Tlogowaru

dan kelurahan Cemorokandang. Luas

wilayah kecamatan Kedungkandang adalah

3.989 Ha atau 39,89 Km2 dengan batas

wilayah sebagai berikut; Sebelah Utara

kecamatan Pakis kabupaten Malang,

Sebelah Timur kecamatan Tumpang dan

kecamatan Tajinan kabupaten Malang,

Sebelah Selatan kecamatan Tajinan dan

kecamatan Pakisaji kabupaten Malang,

Sebelah Barat kecamatan Sukun, kecamatan

Klojen dan kecamatan Blimbing kota

Malang. Sedangkan letak Demografi

kelurahan Cemorokandang memiliki Luas

Wilayah: 2,80 km2, Jumlah penduduk:

11.740 jiwa, Kepadatan Penduduk: 4.193

jiwa/km2. kelurahan Cemorokandang ini

terdiri dari 11 RW (Rukun Warga) dan 61

RT (Rukun Tetangga). Dalam kelurahan ini

terdapat bidang pendidikan, kesehatan

masyarakat, keamanan dan ketertiban,

lembaga masyarakat hingga Pemberdayaan

Kesejahteraan Keluarga (PKK). (Pemerintah

kota Malang kecamatan Kedungkandang,

2018)

Sama seperti kelurahan di sekitarnya,

kelurahan Cemorokandang termasuk dalam

kelurahan yang mengandalkan sektor

agrobisnis, mengingat daerah persawahan

dan ladang cukup luas di wilayahnya.

Potensi pertanian di kecamatan

Kedungkandang masih cukup besar.

Menurut Akaibara (2016) menerangkan

bahwa “jumlah lahan pertanian di kecamatan

Kedungkandang yang seluas kurang lebih

1.898 Ha atau 48% dari luas wilayah

Kecamatan yaitu 3.989 Ha. Jumlah lahan

pertanian tersebut terdiri dari 2 jenis yaitu

sawah seluas 604 Ha dan tegal seluas 1.294

Ha”. Tidak heran jika bertani menjadi mata

pencaharian utama mayoritas penduduk

kelurahan Cemorokandang karena potensi

pertanian di kelurahan Cemorokandang

sangat besar sehingga mayoritas masyarakat

bekerja sebagai bertani. Selain itu pekerjaan

masyarakat yaitu berdagang, buruh pabrik,

pegawai negeri sipil dan lain-lainnya.

Pendidikan di kelurahan

Cemorokandang mulai dari TK AL-ikhlas,

Sekolah Dasar Negeri Cemorokandang 1,

SD Negeri Cemorokandang 2, SD Negeri

Cemorokandang 3, SD Negeri

Cemorokandang 4, dan MI Cemorokandang

Malang. Untuk tingkat Menengah Pertama

terdapat Sekolah Menengah Pertama Negeri

22 Malang, Madrasah Tsanawiyah Negeri 2

malang. Sedangkan untuk menengah atas

terdapat SMK Negeri 9 Malang. Pendidikan

di kelurahan Cemorokandang cukup banyak

untuk memberikan kualitas masyarakat lebih

baik lagi dalam mendukung misi kota

Malang sebagai salah satu kota pendidikan

di Jawa Timur, pendidikan juga digalakkan

di kelurahan Cemorokandang.

Sosial budaya kelurahan

Cemorokandang masih mengutamakan

budaya setempat. Mulai dari nilai agama,

norma atau aturan dari keluarganya masing-

masing. Organisasi sosial kemasyarakatan

ini adalah lahan pengkaderan sebagai

keluarga. Masyarakat sangat partisipasi

dalam gotong royong baik dari kegiatan

masyarakat sendiri maupun Komunitas

Kampung Sinau sangat berperan aktif.

Budaya dalam kelurahan Cemorokandang

tidak boleh dilupakan dan harus selalu

dilestarikan meskipun sudah banyak budaya

lainnya yang masuk tetapi keluraha

Cemorokandang tetap menjadikan budaya

Page 9: Komunitas Kampung Sinau Sebagai Wahana Pemberdayaan ...

Ainul, Imam, Nurhadi / Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 15, No. 1, Maret 2020

9

mereka unggul jika ada kegiatan-kegiatan

yang diadakan selalu menampilkan

budayanya sendiri.

Salah satu organisasi sosial yang

menjadi kebanggaan kelurahan

Cemorokandang adalah Komunitas

Kampung Sinau yang terletak di Jalan

Untung Sudiro RT 04/ RW 04. Melalui

kegiatan Komunitas Kampung Sinau

masyarakat memiliki banyak hal tentang

pengetahuan, pengalam keterampilan dan

sebagainya. Tujuan berdirinya Komunitas

Kampung Sinau untuk menjembatani

masyarakat dalam meningkatkan kualitas

hidup upaya untuk memberdayakan

masyarakat, selain itu untuk anak-anak yang

tidak bisa melanjutkan sekolah.

Terbentuknya Komunitas Kampung

Sinau karena inisiatif pemuda setempat

peduli terhadap lingkungan sekitar. Peduli

terhadap nilai pendidikan masih kurang

memenuhi standart. Anak-anak di kelurahan

Cemorokandang sebagian berhenti sekolah

sehingga tidak bisa melanjutkan ke jenjang

pendidikan berikutnya. Sebagian mereka

kurangnya bersaing dengan sekolah lain

sehingga menyebabkan mereka untuk

berhenti untuk sekolah. Akhirnya

terbentuklah Komunitas Kampung Sinau

yang berdiri sejak tahun 2015 sampai

sekarang sebagai sarana pembelajaran

masyarakat setempat dalam menambah

pengetahuan dan keterampilan mereka.

Terbentuknya Komunitas Kampung

Sinau adalah sebagai wadah pendidikan bagi

anak-anak kelurahan Cemorokandang yang

tidak bisa melanjutkan jenjang pendidikan

tinggi yaitu Sekolah Menengah Pertama

Negeri yang mereka inginkan. Komunitas ini

berdiri sejak tahun 2012 tetapi baru

diresmikannya pada tahun 2015 yang

didirikan oleh M Toha Mansyur Al Badawi

yang biasa dikenal dengan Mansyur

merupakan anak dari Bapak Soleh dan Ibu

Salamah. Mansyur lahir di Malang tahun

1995 merupakan anak pertama dari empat

bersaudara. Pendidikan Mansyur dimulai

dibangku Sekolah Dasar Negeri

Cemorokandang 2 kemudian dilanjutkan ke

Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Malang dan

Sekolah Menengah Kejuruan

Muhammadiyah 1 Malang dan sekarang

kuliah di Universitas Muhammadiyah

Malang jurusan Teknik Sipil tetapi masih

belum bisa melanjutkan kuliah, salah

satunya kesibukan Mansyur di komunitas

dan bekerja. Selain menjadi Pendiri

Komunitas Kampung Sinau, Mansyur juga

bekerja di perusahaan Cleo bagian

Marketing Communications Cleo Pure

Water.

Setelah lulus Sekolah Menengah

Pertama (SMP) Mansyur memiliki mimpi

ingin menjadikan pelajar di kelurahan

Cemorokandang bisa mengenyam

pendidikan di sekolah negeri, Mansyur

mendirikan Komunitas Kampung Sinau

edukasi pembelajaran seni untuk anak-anak

dan masyarakat sekitar. Tergerak untuk

membantu anak-anak lingkungan sekitarnya

yang berhenti sekolah. Mereka tertolak dan

tidak punya pilihan untuk berhenti saja,

karena tidak bisa masuk ke Sekolah

Menengah Pertama Negeri disekitar rumah

mereka. Untuk daftar sekolah diluar daerah,

mereka tidak bisa karena jauh dan masalah

keadaan ekonomi saat itu yang kebanyakan

merupakan kalangan bawah. Komunitas

Kampung Sinau berlokasi di Jalan Untung

Sudiro RT 04/ RW 04 No.29 kelurahan

Cemorokandang.

Komunitas Kampung Sinau sebagai

wadah anak untuk belajar dan berproses di

luar sekolah nyatanya mampu membuat

anak-anak merasa lebih nyaman untuk

belajar. Melalui les gratis, pendidikan seni

anak berupa workshop, dan pendidikan

budaya anak berupa kegiatan rutin tahunan.

Page 10: Komunitas Kampung Sinau Sebagai Wahana Pemberdayaan ...

Ainul, Imam, Nurhadi / Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 15, No. 1, Maret 2020

10

Kegiatan-kegiatan tersebut anak-anak

dilibatkan untuk menjadi pengisinya. Selain

itu, kegiatan tersebut juga melibatkan warga-

warga di kelurahan Cemorokandang. Dalam

Komunitas Kampung Sinau tidak memiliki

struktur organisasi yang resmi, hanya terdiri

dari Founder atau dari pendiri komunitas

yaitu M Mansyur Al Badawi dan ketua

komunitas yaitu Mufarrohah. Selain itu

untuk kegiatan-kegiatan besar seperti

festival budaya, dibentuk sebuah panitia dari

komunitas yang bersedia untuk ikut dan

volunteer Komunitas Kampung Sinau.

Kegiatan komunitas ini juga bertanggung

jawab untuk Pemberdayaan Masyarakat

sekitar dimana mengedukasi warga agar ikut

serta mewujudkan mimpi-mimpi anak-anak

mereka yang juga menjadi mimpi dari

Komunitas Kampung Sinau itu sendiri.

Tahapan Pemberdayaan Masyarakat

melalui Komunitas Kampung Sinau

Menurut Dubois & Miley dalam

Suharto (2014:68) ada beberapa tahapan

yang lebih spesifik dapat dilakukan dalam

pemberdayaan masyarakat:

(1)membangun relasi pertolongan

yang: (a) merefleksikan respon

empati, (b) menghargai pilihan dan

hak klien menentukan nasibnya

sendiri (self-determination); (c)

menghargai perbedaan dan keunikan

individu; (d) menekankan kerjasama

klien (client partnership).

(2)membangun komunikasi yang:

(a) menghormati martabat dan harga

diri klien; (b) mempertimbangkan

keragaman individu; (c) berfokus

pada klien; (d) menjaga kerahasiaan

klien (3)terlibat dalam pemecahan

masalah yang: (a) memperkuat

partisipasi klien dalam semua aspek

proses pemecahan masalah; (b)

menghargai hak-hak klien; (c)

merangkai tantangan-tantangan

sebagai kesempatan belajar; (d)

melibatkan klien dalam pembuatan

keputusan dan evaluasi. (4)

merefleksikan sikap dan nilai profesi

pekerjaan sosial melalui: (a)

ketaatan terhadap kode etik profesi;

(b) keterlibatan dalam

pengembangan professional, riset,

dan perumusan kebijakan; (c)

penerjemahan kesulitan-kesulitan

pribadi dalam isu-isu publik; (d)

penghapusan segala bentuk

diskriminasi dari ketidaksetaraan

kesempatan.

Menurut Dubois & Miley dalam

Suharto terdapat empat tahapan

pemberdayaan masyarakat sedangkan hasil

temuan peneliti terdapat lima tahapan

pemberdayaan masyarakat melalui

Komunitas Kampung Sinau antara lain:

tahap pertama mengetahui permasalahan,

tahap kedua menyadari permasalahan, tahap

ketiga adanya kegiatan-kegiatan sederhana,

tahap keempat membangun jaringan, dan

tahap kelima melaksanakan kegiatan.

Perbedaan dari tahapan pemberdayaan

masyarakat menurut Dubois & Miles dalam

Suharto memiliki tiga tahap yang tidak ada

pada hasil temuan yaitu pada, tahap

membangun komunikasi, tahap terlibat

dalam pemecahan masalah, tahap

merefleksikan sikap dan nilai profesi

pekerjaan sosial. Sedangkan pada hasil

temuan peneliti yang tidak dimiliki dari

tahapan menurut Dubois & Miles dalam

Suharto, antara lain: tahap mengetahui

permasalahan, menyadari permasalahan,

adanya kegiatan sederhana, dan tahap

melaksanakan kegiatan.

Persamaan dari tahapan pemberdayaan

masyarakat menurut Dubois & Miley dalam

Suharto dengan hasil temuan peneliti tentang

tahapan pemberdayaan masyarakat melalui

Page 11: Komunitas Kampung Sinau Sebagai Wahana Pemberdayaan ...

Ainul, Imam, Nurhadi / Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 15, No. 1, Maret 2020

11

Komunitas Kampung Sinau terdapat pada

tahap pertama yaitu membangun relasi

pertolongan sedangkan pada hasil temuan

peneliti terdapat pada tahap keempat yaitu

membangun jaringan. Membangun relasi

pertolongan pada tahap ini lebih

menekankan pada kerjasama, memiliki

hubungan baik dan menghargai antar klien.

Pada tahap ini menekankan kerjasama

sangat dibutuhkan baik antar komunitas dan

mahasiswa sekitar Malang atau media-

media lainnya. Kerjasama antar komunitas

dibutuhkan untuk berkontribusi dalam hal

tenaga, material dan sebagainya. Bisa juga

berkontribusi dalam ikut berpartisipasi

kegiatan yang dilakukan Komunitas

Kampung Sinau. Volunteer Komunitas

Kampung Sinau juga dari kerjasama melalui

mahasiswa-mahasiswa di kota Malang untuk

memberikan para volunteer pembelajaran

dan pengalaman bagi mereka. Menjadi

volunteer dalam kegiatan komunitas

Kampung Sinau yang saling feedback

kontribusi pada saat kegiatan masing-

masing komunitas mereka. Keterlibatan

komunitas dan mahasiswa sangat diperlukan

dalam memberikan kontibusi berupa

pemikiran dan bentuk usaha saat komunitas

melaksanakan kegiatan besar, komunitas

lainnya ikut serta dalam membantu mengisi

acara dan penataan lainnya.

Menurut Lippit dalam Mardikanto &

Soebianto (2015:123) merinci tahapan

kegiatan pemberdayaan masyarakat ke

dalam tujuh kegiatan pokok yaitu:

(1) penyadaran, adalah kegiatan-

kegiatan yang dilakukan untuk

menyadakan masyarakat tentang

‘keberadaannya’, baik

keberadaannya sebagai individu

dan anggota masyarakat. (2)

menunjukkan adanya masalah,

yaitu menunjukkan kepada

masyarakat tentang kondisi yang

tidak diinginkan yang kaitannya

dengan keadaan sumber daya

(alam, manusia, sarana-prasarana,

kelembagaan, budaya, dan

aksesibilitas), lingkungan

fisik/teknis, social budaya dan

politis. Termasuk faktor-faktor

penyebab terjadinya masalah,

terutama yang menyangkut

kelemahan internal dan ancaman

eksternalnya. (3) membantu

pemecahan masalah, yaitu kegiatan

ini dimulai dari analisis akar

masalah, analisis alternative

pemecahan masalah, serta pilihan

alternative pemecahan terbaik yang

dapat dilakukan sesuai dengan

kondisi internal (kekuatan,

kelemahan) maupun kondisi

eksternal (peluang dan ancaman)

yang dihadapi. (4) menunjukkan

pentingnya perubahan,

menunjukkan perubahan yang

sedang dan akan terjadi di

lingkungan, baik dilingkungan

organisasi dan masyarakat (lokal,

nasional, regional, dan global). (5)

melakukan pengujian dan

demonstrasi, yaitu kegiatan yang

dilakukan sebagai bagian dari

implementasi perubahan terencana

yang berhasil dirumuskan.

Kegiatan ini sangat perlu untuk

dilakukan, karena tidak semua

inovasi selalu cocok dengan kondisi

masyarakatnya. (6) memproduksi

dan publikasi informasi dan, yaitu

memprodukasi dan mempublikasi

informasi baik yang berasal dari

dalam. Sesuai dengan

perkembangan teknologi, produk

dan media publikasi yang

digunakan perlu disesuaikan

dengan karakteristik calon

Page 12: Komunitas Kampung Sinau Sebagai Wahana Pemberdayaan ...

Ainul, Imam, Nurhadi / Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 15, No. 1, Maret 2020

12

penerima manfaat penyuluhannya.

(7) melaksanakan pemberdayaan

atau penguatan kapasitas, yaitu

pemberian kesempatan kepada

kelompok lapisan bawah untuk

bersuara dan menentukan sendiri

pilhan-pilihannya kaitannya dengan

aksesibilitas informasi, keterlibatan

dalam pemenuhan kebutuhan serta

partisipasi dalam keseluruhan

proses pembangunan, bertanggung

gugat (akuntabilitas public), dan

penguatan kapasitas lokal.

Menurut Lippit dalam Mardikanto &

Soebianto terdapat tujuh tahapan

pemberdayaan masyarakat sedangkan hasil

temuan peneliti terdapat lima tahapan

pemberdayaan masyarakat melalui

Komunitas Kampung Sinau antara lain:

tahap pertama mengetahui permasalahan,

tahap kedua menyadari permasalahan, tahap

ketiga adanya kegiatan-kegiatan sederhana,

tahap keempat membangun jaringan, dan

tahap kelima melaksanakan kegiatan.

Perbedaan dari tahapan pemberdayaan

masyarakat menurut Lippit dalam

Mardikanto & Soebianto memiliki tiga tahap

yang tidak ada pada hasil temuan peneliti

antara lain pada tahap membantu pemecahan

masalah, tahap menunjukkan pentingnya

perubahan, tahap memproduksi dan

mempublikasi informasi. Sedangkan pada

hasil temuan peneliti yang tidak dimiliki dari

tahapan menurut Lippit dalam Mardikanto &

Soebianto, antara lain pada tahap

membangun jaringan.

Persamaan dari tahapan pemberdayaan

masyarakat menurut Lippit dalam

Mardikanto & Soebianto dengan hasil

temuan peneliti tentang tahapan

pemberdayaan masyarakat melalui

Komunitas Kampung Sinau memiliki empat

kesamaan, dijelaskan sebagai berikut:

Persamaan pertama, terdapat pada tahap

pertama penyadaran sedangkan pada hasil

temuan terdapat pada tahap kedua

menyadari permasalahan. Penyadaran,

adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan

untuk menyadarkan masyarakat tentang

keberadaannya, baik keberadaannya sebagai

individu dan anggota masyarakat. Salah satu

tahapan menyadari permasalahan melihat

anak-anak di sekitar kelurahan

Cemorokandang yang tidak melanjutkan,

disebabkan tidak bisa masuk Sekolah

Menengah Pertama Negeri. Pemuda Karang

Taruna menyadari dengan diberikannya

sebuah peluang masuk sekolah negeri,

sehingga memperoleh jatah masuk sepuluh

siswa tetapi dengan konsekuensi nilai harus

dapat bertahan dan meningkat. Dengan

kepedulian para pemuda Karang Taruna

memberikan suatu insiatif kepada anak-anak

agar mereka tetap dapat mendapatkan

pengetahuan diluar sekolah untuk

menambah pengetahuan sehingga bisa

mempertahakan nilainya.

Persamaan kedua, pada tahap kedua

menunjukkan adanya masalah sedangkan

pada hasil temuan ada pada tahap pertama

mengetahui permasalahan. Menunjukkan

adanya masalah tentang kondisi yang tidak

diinginkan berkaitan dengan sumber daya

(alam, manusia, sarana-prasarana,

kelembagaan, budaya, dan aksesibilitas).

Pada tahap ini menunjukkan adanya masalah

yang dihadapi, yaitu masalah putus sekolah

anak-anak di kelurahan Cemorokandang.

Disebabkan oleh faktor ekonomi, kurangnya

motivasi dari orang tua dan tidak mampu

bersaing dengan sekolah lainnya yang lebih

unggul, karena kemampuan masih belum

memenuhi standart.

Persamaan ketiga, pada tahap kelima

melakukan pengujian dan demonstrasi

sedangkan dalam hasil temuan terdapat pada

tahap ketiga adanya kegiatan sederhana.

Page 13: Komunitas Kampung Sinau Sebagai Wahana Pemberdayaan ...

Ainul, Imam, Nurhadi / Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 15, No. 1, Maret 2020

13

Melakukan pengujian dan demonstrasi, yaitu

kegiatan yang dilakukan seabagai bagian

dari perubahan terencana yang berhasil

dirumuskan, pada taahap ini sama halnya

dengan melakukan kegiatan sederhana

sebagai pengujian awal. Adanya kegiatan

sederhana yaitu gerakan perpustakaan

sebagai wadah baca, yang setidaknya

menjadikan anak-anak di kelurahan

Cemorokandang untuk gemar membaca

terlebih dahulu, dan senang terhadap buku.

Dilengkapi dengan memberikan sedikit

bimbingan belajar untuk mereka agar tidak

tertinggal dengan anak-anak seusianya pada

umumnya serta berharap nilai mereka tetap

bagus dan bertahan. Kegiatan-kegiatan

sederhana ini yang dilakukan sebagai

pengganti pendidikan yang belum bisa

didapatkan di sekolah.

Persamaan keempat, pada tahap ketujuh

melaksanakan pemberdayaan atau

penguatan kapasitas sedangkan dalam hasil

temuan terdpat pada tahap kelima yaitu

melaksanakan kegiatan. Pada tahap

melaksanakan pemberdayaan atau

penguatan kapasitas ini melaksanakan

berbagai kegiatan pada Komunitas

Kampung Sinau secara berkelanjutan.

Kegiatan Komunitas Kampung Sinau dapat

dijelaskan sebagai berikut yaitu dimulai dari

program harian, mingguan dan tahunan.

Program harian melalui kegiatan bimbingan

belajar dan mengaji bersama. Program

mingguan melalui keterampilan workshop

plastik bekas, workshop lampion kertas,

menggambar, papercarft, decoupage,

Scrapbook. Sedangkan program tahunan

melalui festival budaya.

Tabel 2 Program Kegiatan Komunitas

Kampung Sinau

Jenis Kegiatan Waktu

Pelaksanaan

Program

Harian

Bimbingan

belajar dan

Mengaji

bersama

Hari: Senin

sampai jum’at

Bimbingan

belajar 18.00-

seelsai

Mengaji bersama

15.00-selesai

Program

Mingguan

Workshop

kesenian

Hari: Sabtu dan

Minggu

Jam:

Menyesuaikan

Program

Tahunan

Acara

tahunan:

Festival

Budaya

Akhir bulan

Februari

Dilakukan

selama tiga hari

berturut-turut

Pada tanggal 8-

10 Februari 2019

Program-program yang diadakan

Komunitas Kampung Sinau dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1) Program Harian

a. Kegiatan Mengaji Bersama

Kegiatan mengaji bersama dilakukan

setiap hari senin sampai hari kami setelah

ashar. Kegiatan mengaji ini dibina oleh

Ibunya Mansyur yaitu Ibu Salamah. Bu

salamah mengajari dengan metode mengaji

iqra’ dan al-qur’an. Dilakukan dengan cara

bergiliran satu persatu anak jika yang sudah

sampai iqra’ dan juga yang sudah sampai al-

qur’an. Komunitas Kampung Sinau

memberikan dukungan kepada anak-anak

untuk belajar ilmu agama juga selain belajar

ilmu umum. Kegiatan mengaji ini dilakukan

di Aula dekat dengan basecamp Komunitas

Kampung Sinau.

Belajar tidak hanya ilmu umum

melainkan ilmu agama juga diperlukan

dalam masyarakat. belajar ilmu agama untuk

menambah bekal di dunia dan akhirat kelak

apalagi masih anak-anak dibiasakan untuk

mengenal agama islam mulai dari

pembiasaan doa-doa dan tata cara mengaji

Page 14: Komunitas Kampung Sinau Sebagai Wahana Pemberdayaan ...

Ainul, Imam, Nurhadi / Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 15, No. 1, Maret 2020

14

yang benar. Sebagian orang menganggap

mengaji itu bukanlah prioritas, tetapi

Komunitas Kampung Sinau memberikan

dukungan kepada anak – anak di lingkungan

sekitar mereka untuk mempelajari ilmu

agama, karena ilmu agama juga akan

memberikan pengaruh positif bagi mereka

sebagai generasi muda.

b. Kegiatan Bimbingan Belajar

Kegiatan bimbingan belajar bersama

dilakukan setiap hari senin sampai hari

jum’at setelah maghrib. Kegiatan bimbingan

belajar ini bertujuan untuk memberikan

pembelajaran kepada adik-adik. Dengan

belajar bersama akan mendapatkan ilmu

tambahan dari haisl tukar pikiran dengan

antar teman, para volunteer. Membantu

adik-adik memahami pelajaran sekolah,

Pekerjaan Rumah (PR) sekolah. Komunitas

Kampung Sinau sebagai wadah anak untuk

belajar dan berproses di luar sekolah

nyatanya mampu membuat anak-anak lebih

nyaman untuk belajar.

2) Program Mingguan

a. Workshop Plastik Bekas

Membuat hiasan rumah dari botol plastik

bekas, kegiatan ini tidak hanya melibatkan

anak-anak tetapi juga warga sekitar yang

ingin belajar juga bisa ikut. Dengan

memanfaatkan botol bekas yang sudah tidak

terpakai sehingga menjadi hiasan rumah,

selain itu bisa dirubah menjadi mainan anak-

anak. Penuh antusias adik-adik mengikuti

workshop botol bekas. Banyak mainan yang

dijual diluar sana dengan nilai rupiah yang

tidak sedikit. Di Komunitas Kampung Sinau,

adik-adik dapat membuat sendiri mainan

yang mereka kreasikan dari botol-botol

bekas. Hasilnya tentu tidak kalah dengan

karya-karya diluaran sana. Selain itu plastik

bekas bisa dirubah menjadi sebuah baju, dan

di membuat bentuk binatang, seperti naga

untuk acara karnaval dan lainnya. Baju yang

dibuat begitu bagus dan menarik sehingga

dari salah satu masyarakat kelurahan

Cemorokandang menjadikan sebuah

usahanya, dengan berbagai model baju,

mahkota, dan lain-lain.

b. Workshop Lampion Kertas

Terlihat antusisas ibu-ibu, adik-adik,

serta remaja ketika mengikuti workshop ini.

Berbekal gunting, lem, penggaris, kertas

karton, kertas minyak, kertas gambar, serta

spidol menghasilkan lampion kertas dengan

beragam motif batik. Lampion kertas

berguna sebaagi hiasan rumah yang tak

kalah menarik hasilnya dengan lampion

yang dijual diluar. Kegiatan workshop ini

dapat mendukung berkembangnya

masyarakat.

c. Menggambar

Kegiatan workshop menggambar

mengasah anak-anak untuk menunjukkan

karya gambarnya, serta mewarnai gambar

yang mereka buat. Tunjukkan karyamu adik-

adik. Kali ini anak didik komunitas

Kampung Sinau mengikuti workshop

menggambar yang dibimbing oleh para

volunteer. Antusias suka terlihat diraut

wajah adik-adik komunitas kampung Sinau.

Dengan berbagai macam gambar yang

diberikan agar adik-adik bisa mewarnai

dengan baik.

d. Paper Craft

Paper Craft atau kerajinan kertas

memberikan adik-adik bekal dalam proses

gunting dan penyusunan hingga menjadi

papercraft unik. Berbekal kertas yang sudah

dicetak dengan berbagai gambar, adik-adik

komunitas Kampung Sinau dengan

semangat menggunting dan merangkainya

menjadi berbagai pola papercarft yang

sangat unik.

e. Decoupage

Descoupage merupakan seni menghias

suatu objek untuk menempelkan suatu

hiasan pada objek tersebut. Dengan

mempelajari decoupage, adik-adik

Page 15: Komunitas Kampung Sinau Sebagai Wahana Pemberdayaan ...

Ainul, Imam, Nurhadi / Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 15, No. 1, Maret 2020

15

komunitas Kampung Sinau dapat dengan

mudah untuk mendekorasi objek apa saja,

termasuk benda-benda dirumah mulai dari

vas kecil hingga furniture berukuran besar.

Alat yang disediakan botol/kayu, gunting,

rice paper, potongan objek majalah, dll.

Hasil dari kreasi mereka tersedia di

perpustkaan Komunitas Kampung Sinau.

f. Scrapbook

Berbekal alat-alat seperti pembolong

kertas berbagai motif seperti kupu-kupu,

bunga, ditambah bahan dasar lainnya seperti

kertas warna, lem, gunting, dan kertas karton

atau kardus bekas sudah dapat digunakan

untuk mempercantik foto keluarga yang

dibawa ibu-ibu. Proses pembuatannya

dengan menggunakan kertas-kertas atau

kardus yang sudah tak terpakai atau karton

kemudian dipotong dan diberi hiasan-hiasan

sesuai motif yang diinginkan kemudia

ditempel dengan menggunakan lemkertas

dipapan bingkasi yang dibuat. Setelah

bingkai jadi, hasil dari bingkai foto tersebut

bisa digunakan dirumah mereka sendiri

maupun untuk dikoleksi perpustakaan

Komunitas Kampung Sinau. Membuat

scrapbook atau bingkai foto dari bahan yang

sederhana dan mudah didapatkan, dengan

mengajarkan kepada adik-adik maupun

warga untuk berkreasi memanfaatkan kertas

bekas yang kemudian dibuat sebuah bingkai

foto sehingga menjadi barang yang berguna.

3) Program Tahunan

Festival budaya adalah wahana ekspresi

bagi pemuda, anak-anak, komunitas, taman

baca, insan yang berkesenian, serta

masyarakat Malang dan Indonesia. Acara ini

ditujukan untuk meningkatkan apresiasi dan

kecerdasan estestika masyarakat guna

mendorong berkembangnya industri kreatif.

Hal ini tentu diupayakan untuk melestarikan

budaya lokal, karya seni dan kesadaran

kolaborasi.

Festival budaya suatu program tahunan

untuk menampilkan keterampilan dan

kreativitas masyarakat, baik anak-anak

maupun warga sekitar. Bahkan untuk pengisi

acara mereka juga terlibat penuh didalamnya

untuk menjadikan anak-anak percaya diri

dalam melakukan hal apapun. Acara yang

bernama dengan Festival Budaya tersebut

sejatinya menjadi program tahunan

Komunitas Kampung Sinau. Festival budaya

atau Kamsin Fest ini dilakukan selama tiga

hari yaitu pada tanggal 8-10 Februari 2019.

Pada hari Jum’at, 08 Februari 2019

kegiatan dimulai pada pukul 18.00 sampai

pukul 24.00 dilaksanakannya kegiatan

santunan ibu atau bapak lanjut usia bersama

sedekah habit Malang, setelah itu dilanjut

penampilan banjari oleh adik-adik TPQ

Darussalam dilanjut dengan pengajian dan

istighosah akbar oleh Gus masdugi dari

PPAI Ketapang Malang.

Pada hari Sabtu, 09 Februari 2019

kegiatan dimulai pukul 09.00 sampai selesai

dilaksanakan kegiatan wokshop scrapbook,

workshop cukil, workshop robotik, dan

workshop sains. Kegiatan workshop

scrapbook dimulai dari pagi untuk anak-

anak, dilanjut pada siang hari bagi ibu-ibu.

Setelah itu workshop cukil, robotik, dan

sains bagi anak-anak sampai selesai.

Pada hari Minggu, 10 Februari 2019

kegiatan dimulai pukul 09.00 sampai selesai.

Kegiatan yang diadakan mulai pagi diadakan

senam sehat untuk masyarakat kelurahan

Cemorokandang, kemudian dilanjut malam

hari terdapat bazar, panggung kamsin (tari

dan music adik kamsin), dan terakhir special

performance. Dengan berbagai edukasi dari

Reptile Addict Malang. Ditambah dengan

music oleh Kopi Pait, Slanky Crispy,

Indonesia Satoe. Atraksi dari Malang Fire

Dance. Dan kentrung dari UKM Blero

Universitas Negeri Malang.

Page 16: Komunitas Kampung Sinau Sebagai Wahana Pemberdayaan ...

Ainul, Imam, Nurhadi / Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 15, No. 1, Maret 2020

16

Program kegiatan tahunan dilaksanakan

setiap tahun, program inilah yang

membedakan dengan komunitas-komunitas

lain. Dengan program yang dinamai dengan

Kamsin Fest (Komunitas Kampung Sinau

Festival) ini selain sebagai hiburan untuk

mayarakat kelurahan Cemorokandang, juga

sebagai media untuk membantu

mengembangkan kreativitas anak-anak.

Kamsin Fest ini banyak mendatangkan dari

berbagai mahasiswa dan komunitas sebagai

pengisi acara dipangung. Tidak hanya itu,

anak-anak juga menampilkan bakat yang

mereka miliki.

SIMPULAN

Kesimpulan berdasarkan temuan

penelitian yang diperoleh dari lapangan dan

hasil pembahasan yang dilakukan peneliti

mengenai tahapan pemberdayaan

masyarakat melalui Komunitas Kampung

Sinau di kelurahan Cemorokandnag

kecamatan Kedungkandang kota Malang,

antara lain sebagai berikut:

1) Mengetahui permasalahan

Mengetahui suatu permasalahan yang

ada didalam masyarakat perlu dilakukan

adanya pendekatan kepada masyarakat.

pendekatan tersebut untuk mengetahui

sedalam-dalamnya masalah yang dihadapi,

yaitu permasalahan yang terdapat di

kelurahan Cemorokandang adalah masalah

putus sekolah anak-anak yang menjadikan

mereka tidak bisa sekolah seperti anak

seusianya karena dari sekolah Sekolah

Dasar lanjut ke Sekolah Menengah Pertama

mereka tidak bisa masuk Sekolah

Menengah Pertama Negeri, menjadikan

anak-anak berhenti sekolah.

2) Menyadari permasalahan

Mengusahakan dengan diberikannya

sebuah peluang masuk sekolah negeri untuk

anak-anak tetapi dengan konsekuensi agar

nilainya dapat bertahan dan meningkat.

Dengan kepedulian para pemuda karang

taruna yang memberikan banyak dukungan

terkait dengan pendidikan di kelurahan

Cemorokandang. Memberikan suatu

insiatif kepada anak-anak agar mereka tetap

dapat mendapatkan pengetahuan diluar

sekolah untuk menambah ilmu.

3) Adanya kegiatan-kegiatan sederhana

Dimulai dari kegiatan kecil, yaitu

gerakan perpustakaan dan bimbingan

belajar secara gratis yang didiirikan oleh

pemuda karag taruna. Gerakan

perpustakaan sebagai wadah baca untuk

anak-anak sekitar Cemorokandang yang

setidaknya menjadikan anak-anak di

kelurahan Cemorokandang untuk gemar

membaca terlebih dahulu, dan senang

terhadap buku. Ditambah dengan

memberikan sedikit bimbingan belajar

untuk mereka agar tidak tertinggal dengan

anak-anak seusianya pada umumnya.

4) Membangun jaringan

Membangun jaringan antar komunitas

lainnya sangat dibutuhkan untuk

berkontribusi dalam hal tenaga, material

dan sebagainya. Bisa juga berkontribusi

dalam ikut berpartisipasi kegiatan yang

dilakukan Komunitas Kampung Sinau.

Volunteer Komunitas Kampung Sinau juga

dari kerjasama melalui mahasiswa-

mahasiswa di kota Malang untuk

memberikan para volunteer pembelajaran

dan pengalaman bagi mereka. Dan juga

membangun jaringan dengan komunitas-

komunitas lain sekitar Malang.

5) Melaksanakan kegiatan

Setelah kegiatan bimbingan belajar

dilakukan selanjutnya diadakan sebuah

keterampilan sebagai pelengkap dalam

melakukan pembelajaran. Untuk itu

pembelajaran yang dilakukan terus-

menerus yang hanya belajar mereka akan

bosan akhirnya dilakukan sebuah

keterampilan untuk adik-adik dan mendapat

Page 17: Komunitas Kampung Sinau Sebagai Wahana Pemberdayaan ...

Ainul, Imam, Nurhadi / Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 15, No. 1, Maret 2020

17

respon positif dari masyarakat. Akhirnya

berlanjut kegiatan keterampilan yang

melibatkan masyarakat untuk mengenalkan

komunitas Kampung Sinau secara

mendalam. Dengan berbagai kegiatan yang

dilakukan masyarakat sangat antusias

dalam mengikuti kegiatan dari partisipasi

masyarakat yang cukup banyak. Melalui

tiga program yaitu, program harian terdapat

bimbingan belajar, mengaji bersama.

Program mingguan yaitu terkait dengan

keterampilan, plastik bekas, lampion kertas,

menggambar, papercraft, decoupage,

scrapbook. Sedangkan program tahunan

yaitu festival budaya yang diadakan setiap

tahun oleh komunitas dengan beragam

kegiatan dan penampilan anak-anak

kelurahan Cemorokandang dan mahasiswa

serta komunitas yang ada Malang.

DAFTAR RUJUKAN

Faisal, Sanapiah. 1990. Penelitian

Kualitatif: dasar-dasar dan aplikasi. Malang. Yayasan Asih

Asah Asuh Malang (YA3 Malang).

Mardikanto & Soebianto. 2015.

Pemberdayaan Masyarakat:

Dalam Perspektif Kebijakan

Publik. Bandung: Alfabeta.

Mardikanto & Soebianto. 2013.

Pemberdayaan Masyarakat:

Dalam Perspektif Kebijakan

Publik. Bandung: Alfabeta.

Nasdian, Fredian Tonny. 2015.

Pengembangan Masyarakat.

Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia.

Marzuki, Saleh. 2012. Pendidikan

Nonformal (Dimensi dalam

Keaksaraan Fungsional, Pelatihan,

dan Andragogi). Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2017. Memahami Penelitian

Kuantitatif, kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Suharto, Edi. 2014. Membangun

Masyarakat Memberdayakan

Rakyat: Kajian Strategis

Pembangunan Kesejahteraan

Sosial & Pekerjaan Sosial.

Bandung: PT Refika Aditama.

Theresia, Aprillia., dkk. 2014.

Pembangunan Berbasis

Masyarakat: Acuan Bagi Praktisi,

Akademis, dan Pemerhati

Pengembangan Masyarakat.

Bandung: Alfabeta.

Ulfatin, Nurul. 2013. Metode Penelitian

Kualitatif di Bidang Pendidikan:

Teori dan Aplikasinya, Studikasus,

Etnografi, Interaksi Simbolik,, dan

Penelitian Tindakan Pada Konteks

Manajemen Pendidikan. Malang:

Universitas Negeri Malang.

Kusumastuti, Ambar. 2014. Peran

Komunitas dalam Interaksi Sosial

Remaja di Komunitas Angklung

Yogyakarta. Skripsi tidak

diterbitkan. Yogyakarta: FIP UNY.

Syahputra, Loudi. 2018. Pemberdayaan

Masyarakat Dalam

Megembangkan Desa Wisata (Studi

Kasus: Desa Pujon Kidul,

Kecamatan Pujon, Kabupaten

Malang). Skripsi tidak diterbitkan.

Malang: FE UM.

Safitri., Reni Wahyu. 2017. Pemberdayaan

Masyarakat Melalui Program Desa

Siaga Aktif Inklusi Keuangan (Studi

Kasus Program Pemberdayaan

Masyarakat di Desa Ngadireso

Kecamatan Poncokusumo

Kabupaten Malang). Skripsi tidak

diterbitkan. Malang: FIP UM.

Andariyah & Suharto. Pelaksanaan Model

Pembelajaran Kelompok melalui

Kegiatan Partisipatif dalam

Pembelajaran Menulis Laporan

Page 18: Komunitas Kampung Sinau Sebagai Wahana Pemberdayaan ...

Ainul, Imam, Nurhadi / Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 15, No. 1, Maret 2020

18

Perjalanan Wisata Siswa SD

Negeri Jaten 1. Jurnal Linguista.

(Online), 1 (2): 2017 (http://e-

journal.unipma.ac.id/index.php/lin

guista).

Astuti, Lifa Indri. Pemberdayaan

Masyarakat dalam Pembangunan

Pertanian Berkelanjutan (Studi

Pada Desa Asmorobangun,

Kecamatan Puncu, Kabupaten

Kediri). Jurnal Administrasi Publik.

(Online), 3 (11): 2015

(https://www.neliti.com/journals/ju

rnal-administrasi-publik-

mahasiswa-universitas-

brawijaya?page=3).

Fitriana & Elshap. Revitalisasi Peran

Pendidikan Luar Sekolah dalam

Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal

Empowerment. (Online), 3 (1):

2015 (http://e-

journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.p

hp/empowerment/article/download

/557/434).

Hasan. Kampung Pendidikan dalam

Pemberdayaan Partisipasi

Masyarakat Desa yang berkarakter

dan Berdaya Saing. Jurnal Terapan

Abdimas. (Online), 3 (2): 2018

(http://e-

journal.unipma.ac.id/index.php/JT

A/article/download/2803/1732).

Miradj & Sumarno. Pemberdayaan

Masyarakat Miskin, Melalui Proses

Pendidikan Nonformal, Upaya

Meningkatkan Kesejahteraan

Sosial di Kabupaten Halmahera

Barat. Jurnal Pendidikan dan

Pemberdayaan Masyarakat.

(Online), 1 (1): 2014

(https://journal.uny.ac.id/index.php

/jppm/article/download/2360/1959

).

Widjajanti, Kesi. Model Pemberdayaan

Masyarakat. Jurnal Ekonomi

Pembangunan. (Online), 12 (1):

2011

(http://journals.ums.ac.id/index.ph

p/JEP/article/viewFile/202/189).

Undang-Undang Republik Indonesia nomor

20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

(https://kelembagaan.ristekdikti.go.

id/wp-

content/uploads/2016/08/UU_no_2

0_th_2003.pdf), diakses 05 April

2019

Undang-undang Nomor 17 tahun 2013

Pasal 1,4 dan 5 tentang Organisasi

Masyarakat atau Komunitas

Sosial.(Online),

(1http://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc

/175343/UU%20Nomor%2016%2

0Tahun%202017.pdf). diakses

pada tanggal 02 Februari 2019.

Akaibara. 2016. Profil Kelurahan

Cemorokandang Kecamatan

Kedungkandang Kota Malang.

(Online),

(https://ngalam.co/2016/03/28/prof

il-kelurahan-cemorokandang-

kecamatan-kedungkandang-kota-

malang/), diakses 5 Maret 2019.

Cholisin. 2011. Pemberdayaan Masyarakat,

(Online)

(http://staffnew.uny.ac.id/upload/1

31474282/pengabdian/PEMBERD

AYAAN+MASYARAKAT.pdf),

diakses 12 Februari 2019.

Badan Pusat Statistik (Online), 2018.

(https://www.bps.go.id/pressreleas

e/2018/07/16/1483/persentase-

penduduk-miskin-maret-2018-

turun-menjadi-9-82-persen.html),

diakses 28 Maret 2019.

Kelurahan Cemorokandang Jalan Raya

Cemorokandang Nomor 1 Malang

(Online),

(https://kelcemorokandang.malang

kota.go.id/?page_id=155), diakses

5 Maret 2019.

Pemerintah Kota Malang Kecamatan

Kedungkandang, (Online),

(https://keckedungkandang.malang

kota.go.id/data-dan-informasi/data-

Page 19: Komunitas Kampung Sinau Sebagai Wahana Pemberdayaan ...

Ainul, Imam, Nurhadi / Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 15, No. 1, Maret 2020

19

penduduk/) diakses ada tanggal 5

Maret 2019.

Wikipedia Ensiklopedia Bebas (Online),

(https://id.m.wikipedia.org/wiki/K

omunitas), diakses 28 maret 2019