KOMUNITAS DALAM EKOSISTEM

29
KOMUNITAS DALAM EKOSISTEM MAKALAH disusun guna memenuhi tugas matakuliah Ekologi Teresterial Oleh : Desi Wahyuning Kartikasari ( 131810401041 ) Yenny Febriana Ramadhan Abdi ( 131810401043 )

description

Ekologi Terstrial

Transcript of KOMUNITAS DALAM EKOSISTEM

Page 1: KOMUNITAS DALAM EKOSISTEM

KOMUNITAS DALAM EKOSISTEM

MAKALAH

disusun guna memenuhi tugas matakuliah Ekologi Teresterial

Oleh :

Desi Wahyuning Kartikasari ( 131810401041 )

Yenny Febriana Ramadhan Abdi ( 131810401043 )

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: KOMUNITAS DALAM EKOSISTEM

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah telah

memberi kesempatan kepada kami selaku mahasiswa pengampu mata kuliah

Ekologi Teresterial, untuk dapat menyelesaikan Tugas Makalah tentang

Komunitas dalam Ekosistem. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada

junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa dan

mengeluarkan kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang bernuansa ilmu

dan iman.

Penyusunan Makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh

karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rendy Setiawan, S.Si, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Ekologi

Teresterial

2. Teman-teman dan pihak – pihak yang turut membantu

Harapan kami selaku penulis, semoga makalah ini dapat membawa

manfaat dan dampak positif bagi mahasiswa dan pembaca yang ingin dan sedang

belajar di bidang Biologi, khususnya pada mata kuliah Ekologi Teresterial. Kritik

dan saran sangat kami harapkan agar kedepannya kami dapat memperbaiki diri

dan dapat menulis makalah dengan lebih baik lagi, karena tulisan ini masih jauh

dari kesempurnaan dan sangat membutuhkan masukan dari para pembaca. Terima

kasih.

Jember, 03 Maret 2015

Penulis

Page 3: KOMUNITAS DALAM EKOSISTEM

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan terdapat banyak sekali makhluk hidup yang

beranekaragam. Keanekaragaman jenis merupakan karakteristik tingkatan dalam

komunitas berdasarkan organisasi biologisnya, yang dapat digunakan untuk

menyatakan struktur komunitasnya. Suatu komunitas dikatakan mempunyai

keanekaragaman yang tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies

dengan kelimpahan spesies sama dan hampir sama. Sebaliknya jika suatu

komunitas disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya sedikit spesies yang

dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah.

Spesies atau jenis memiliki pengertian individu yang mempunyai

persamaan secara morfologis, anatomis, fisiologis dan mampu saling kawin

dengan sesamanya (inter hibridisasi) yang menghasilkan keturunan yang fertil

(subur) untuk melanjutkan generasinya. Keanekaragaman hayati tingkat jenis

adalah keanekaragaman hayati yang menunjukkan seluruh variasi yang terdapat

pada makhluk hidup antar jenis.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1.     Apa yang yang dimaksud dengan pengertian komunitas ?

2.     Apa saja macam-macam komunitas ?

3.     Apa yang dimaksud dengan struktur komunitas dan karakter komunitas ?

4.      Bagaimana konsep pengamatan pola komunitas ?

5.     Apa saja interaksi antar spesies anggota populasi ?

Page 4: KOMUNITAS DALAM EKOSISTEM

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah :

1.    Mengetahui dan memahami pengertian komunitas

2.    Mengetahui dan memahami macam-macam komunitas

3.    Mengetahui dan memahami struktur komunitas dan karakter komunitas

4.    Mengetahui dan memahami konsep pengamatan pola komunitas

5.    Mengetahui dan memahami interaksi antar spesies anggota populasi

Page 5: KOMUNITAS DALAM EKOSISTEM

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunitas

Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu

waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama

lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila

dibandingkan dengan individu dan populasi (Indriyanto, 2008).

Komunitas ialah beberapa kelompok makhluk yang hidup bersama-sama

dalam suatu tempat yang bersamaan, misalnya populasi semut, populasi kutu

daun, dan pohon tempat mereka hidup membentuk suatu masyarakat atau suatu

komunitas.   Dengan memperhatikan keanekaragaman dalam komunitas dapat

diperoleh gambaran tentang kedewasaan organisasi komunitas tersebut

(Resosoedarmo,1989).

Perubahan komunitas yang sesuai dengan perubahan lingkungan yang

terjadi akan berlangsung terus sampai pada suatu saat terjadi suatu komunitas

padat sehingga timbulnya jenis tumbuhan atau hewan baru akan kecil sekali

kemungkinannya.  Namun, perubahan akan selalu terjadi.  Oleh karena itu,

komunitas padat yang stabil tidak mungkin dapat dicapai.  Perubahan komunitas

tidak hanya terjadi oleh timbulnya penghuni baru, tetapi juga hilangnya penghuni

yang pertama (Pringgoseputro,1998).

Komunitas, seperti halnya tingkat organisasi makhluk hidup lain, juga

mengalami serta menjalani siklus hidup. Komunitas ditinjau dari segi fungsinya,

tumbuhan dan hewan dari berbagai jenis yang hidup secara alami di suatu tempat

membentuk suatu kumpulan yang di dalamnya setiap individu menemukan

lingkungan yang dapat memunuhi kebutuhan hidupnya dalam kumpulan ini

terdapat pula kerukunan untuk hidup bersama, toleransi kebersamaan dan

hubungan timbal balik yang menguntungkan sehingga dalam kumpulan ini

terbentuk suatau derajat keterpaduan. Kelompok seperti itu yang tumbuhan dan

hewannya secara bersama telah menyesuaikan diri dan mempunyai suatu tempat

alami disebut komunitas (Resosoedarmo,1989).

Page 6: KOMUNITAS DALAM EKOSISTEM

Bila ditinjau dari segi deskriptif suatu komunitas dicirikan oleh

komposisinya yang tertentu. Komposisinya bisa berubah apabila terdapat

komunitas lain datang dalam jumlah banyak sehingg terdapat pembatas antara

komunitas lama dan baru. Namun, dengan berjalannya waktu pembatas tersebut

akan berangsur-angsur hilang, Perubahan-perubahan komposisi berkaitan dengan

perubahan faktor-faktor lingkungan, misalnya topografi, kelembapan, tanah,

tamperatur dan iklim bila mencakup kawasan yang luas (Resosoedarmo,1989).

Suatu komunitas dapat mengkarakteristikkan suatu unit lingkungan yang

mempunyai kondisi habitat utama yang seragam. Unit lingkungan seperti ini

disebut biotop seperti hamparan lumpur, pantai pasir, gurun pasir dan unit lautan

yang dtentukan oleh sifat fisiknya. Biotop yang dicirikan oleh unsur organisme

nya, misalnya pada alang-alang, hutan tusam, hutan cemara, rawa kumpai, dan

sebagainya (Pringgoseputro,1998).

Cara yang paling baik untuk menamakan komunitas itu adalah dengan

mengambil beberapa sifat yang jelas dan mantap, baik hidup maupun tidak.

Ringkasannya pemberian nama komunitas dapat berdasarkan :

1. Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup atau

indikator lainnya seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan

dipterocarphaceae, dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti

hutan sklerofil

2. Berdasarkan habitat fisik dari komunitas, seperti komunitas hamparan

lumpur, komunitas pantai pasir, komunitas lautan,dll

3. Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe

metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim,

misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah hujan yang terbagi rata

sepanjang tahun, maka disebut hutan hujan tropik (Resosoedarmo,1989).

Page 7: KOMUNITAS DALAM EKOSISTEM

2.2 Macam-macam Komunitas

Di alam terdapat bermacam-macam komunitas yang secara garis besar

dapat dibagi dalam dua bagian yaitu :

1. Komunitas akuatik, komunitas ini misalnya yang terdapat di laut, di danau,

di sungai, di parit atau di kolam.

( Sumber : ekologi. Edu )

Tumbuhan akuatik, intensitas cahaya sangat menentukan penggunaan

energy untuk fotosintesis.Tumbuhan kekurangan energy jika intensitas cahaya

berkurang. Semakin cerah suatu perairan semakin jauh cahaya matahari yang

dapat tembus kedalam perairan dan dengan begitu akan banyak ditemukan

tumbuhan laut seperti lamun yang memerlukan cahaya matahari untuk melakukan

fotosintesis (Pringgoseputro,1998).

2. Komunitas terrestrial, yaitu kelompok organisme yang terdapat di

pekarangan, di hutan, di padang rumput, di padang pasir, dll.

(sumber :ekologi. Edu)

Page 8: KOMUNITAS DALAM EKOSISTEM

Struktur umum dari lingkungan terestrial adalah:

a. Autotrof

Ciri yang menonjol dari komunitas terestrial (darat) adalah adanya

dominasi dari tumbuhan-tumbuhan hijau yang bersifat autotrof, berakar besar

sehingga menyediakan penaungan untuk organisme-organisme lain serta

memainkan peran penting dalam mempertahankan dan mengubah permukaan

bumi. Vegetasi yang merupakan istilah umum digunakan untuk semua tumbuh-

tumbuhan dari suatu daerah adalah suatu ciri khas untuk mengklasifikasi dan

menamai komunitas-komunitas darat.

b. Konsumen-Konsumen Makro (Fagotropik)

Komunitas terestrial memiliki keanekaragaman konsumen-konsumen

primer, tidak hanya meliputi binatang-binatang kecil seperti insekta tetapi ada

pula herbivora-herbivora besar seperti mamalia berkuku.

c. Mikrokonsumen-Mikrokonsumen

Organisme-organisme yang menjalankan peran penting seperti proses

mineralisasi bahan-bahan organik pada lingkungan darat berupa bakteri, jamur,

protozoa serta binatang-binatang kecil lainnya (Frick, 2007).

2.3  Karakter Komunitas

Berikut adalah jenis – jenis karakter komunitas :

1. Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas

menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan

organisme (Resosoedarmo,1989).

2. Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi

kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu

spesies di dalam suatu habitat. Densitas (kepadatan) dinyatakan sebagai

jumlah atau biomassa per unit contoh, atau persatuan luas/volume, atau

persatuan penangkapan (Resosoedarmo,1989).

3. Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung

menuju ke satu arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah

dan dapat diramalkan. Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari

Page 9: KOMUNITAS DALAM EKOSISTEM

modifikasi lingkungan fisik dalam komunitasnya dan memerlukan waktu.

Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut

klimas. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami homoestosis.

Menurut konsep mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis pioner

oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan

lingkungannya ( Odum, 1994).

Suksesi adalah proses perubahan dalam komunitas menuju ke satu arah,

berlangsung lambat, secara teratur, pasti dan dapat diramalkan (Irwan, 1992).

Suksesi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Suksesi primer yaitu bila ekosistem mengalami gangguan yang berat

sekali, sehingga komunitas awal (yang ada) menjadi hilang atau rusak

total, menyebabkan ditempat tersebut tidak ada lagi yang tertinggal

dan akhirnya terjadilah habitat baru.

2. Suksesi sekunder yaitu prosesnya sama dengan yang terjadi pada

suksesi primer, perbedaannya adalah pada keadaan kerusakan

ekosistem atau kondisi awal pada habitatnya. Ekologi tersebut

mengalami gangguan, akan tetapi tidak total, masih ada komunitas

yang tersisa.

2.4 Konsep pola komunitas dan pola distribusi

Struktur yang diakibatkan oleh penyebaran organisme di dalam, dan

interaksinya dengan lingkungannya dapat disebut pola komunitas.

( Barbour, 1999 ).

2.4.1 Pola Komunitas

Tiga konsep yang dapat diterapkan dalam mengamati pola komunitas

adalah sebagai berikut :

1. Gradasi komunitas (community gradient, coenocline) yaitu konsep

yang dinyatakan dalam bentuk populasi.

2. Kompleks gradasi (complex gradient) yang terdiri dari gradasi

lingkungan (environmental gradient), yang menyangkut sejumlah

faktor lingkungan yang berubah secara bersama-sama serta gradasi

Page 10: KOMUNITAS DALAM EKOSISTEM

elevasi (elevation gradient) termasuk faktor-faktor penurunan suhu

rata-rata, pertambahan curah hujan, pertambahan kecepatan angin dan

sebagainya, kearah ketinggian yang meningkat.

3. Gradasi ekosistem (ecocline), yang dalam hal ini kompleks gradasi dan

gradasi komunitas membentuk suatu kesatuan dan membentuk gradasi

komunitas dan lingkungan (Pringgoseputro,1998).

2.4.2 Pola Distribusi

Penyebaran adalah pola tata ruang individu yang satu relative terhadap

yang lain dalam populasi. Penyebaran atau distribusi individu dalam satu populasi

bias bermacam – macam, pada umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran,

yaitu penyebaran secara acak, penyebaran secara merata, dan penyebaran

berkelompok (Barbour,1999).

1. Penyebaran secara teratur (regular dispersion) dengan individu – individu

yang kurang lebih berjarak sama satu dengan yang lain, jarang terdapat di

alam, tetapi umumnya di dalam suatu ekosistem yang dikelola, dan disini

tanaman atau pohon memang sengaja datur seperti itu yaitu jarak yang

sama untuk menghasilkan produk yang optimal (Setiono, 1999).

2. Penyebaran acak (random dispersion) juga sangat jarang terjadi dialam.

Penyebaran semacam ini biasanya terjadi apabila factor lingkunganya

sangat seragam unuk seluruh daerah dimana populasi berada, selain itu

tidak ada sifat – sifat untuk berkelompok dai organisme tersebut,, dalam

tumbuhan ada bentuk – bentuk organ tertentu yang menunjang untuk

terjadinya pengelompokan tumbuhan (Azhari, 2007).

3. Penyebaran secara merata, umum terdapat padaa tumbuhan. Penyebaran

seacam ini terjadi apabila adapersaingan yang kuat diantara individu –

individu dalam populasi tersebut. Pada tumuhan misalnya untuk

mendapatkan nutrisi dan ruang (Lestari, 2001).

4. Penyebaran secara berkelompok (clumped dispersion) dengan individu –

individu yang bergerombol dalam kelompok – kelompok adalah yang

paling umum terdapat dialam, terutama untuk hewan (Hastuti, 2007).

Page 11: KOMUNITAS DALAM EKOSISTEM

2.5 Interaksi Antar Spesies Anggota Populasi

Interaksi yang terjadi antar spesies anggota populasi akan mempengaruhi

terhadap kondisi populasi mengingat keaktifan atau tindakan individu dapat

mempengaruhi kecepatan pertumbuhan ataupun kehidupan populasi. Setiap

anggota populasi dapat memakan anggota-anggota populasi lainnya, bersaing

terhadap makanan, mengeluarkan kotoran yang merugikan lainnya, dapat saling

membunuh, dan interaksi tersebut dapat searah ataupun dua arah (timbale balik).

Oleh karena itu, dari segi pertumbuhan atau kehidupan populasi, interaksi antar

spesies anggota populasi dapat merupakan interaksi yang positif, negative, atau

nol (Odum, 1994).

1. Interaksi antar organisme

Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain.

Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain

jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi

lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita (Resosoedarmo,1989).

Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada

yang kurang erat. Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut.

a. Netral adalah hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam

habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak

merugikan kedua belah pihak, disebut netral. Contohnya : antara capung

dan sapi.

b. Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator).

Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup.

Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa.

Contoh : Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa,dan burung hantu

dengan tikus.

Page 12: KOMUNITAS DALAM EKOSISTEM

(Sumber: ekologi. Edu).

c. Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies,

bilasalah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil

makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya.

Contoh : Plasmodium dengan manusia, Taenia saginata dengan sapi, dan

benalu dengan pohon inang.

(Sumber: ekologi. Edu).

d. Komensalisme adalah merupakan hubunganantara dua organisme yang

berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber

makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak

dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya.

Page 13: KOMUNITAS DALAM EKOSISTEM

(Sumber:ekologi. Edu).

e. Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies

yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri

Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan atau tumbuhan

berbunga dengan kupu – kupu atau lebah.

(Sumber: ekologi. Edu).

2. Interaksi Antarpopulasi

Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi

secara langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya. Contoh interaksi

antarpopulasi adalah sebagai berikut:

Page 14: KOMUNITAS DALAM EKOSISTEM

a. Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu

menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain.

Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan

lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik.

(Sumber: ekologi. Edu).

b. Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat

kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan

apa yang diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan

populasi sapi di padang rumput (Pringgoseputro,1998).

(Sumber: ekologi. Edu).

3. Interaksi Antar Komunitas

Interaksi antar komunitas merupakan interaksi yang terjadi antara

komunitas yang satu yang terdiri dari beberapa populasi yang berbeda dengan

komunitas yang satunya didaerah. Interaksi antar komunitas cukup kompleks

karena tidak hanya melibatkan organisme, tetapi juga aliran enrgi dan makanan.

Page 15: KOMUNITAS DALAM EKOSISTEM

Interaksi ini dapat diamti pada daur carbon (karena melibatkan ekosistem yang

berbeda (laut dan darat) ( Aryulina, dkk, 2004 ).

4. Interaksi Antar komponen Biotik dengan Abiotik

Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem.

Hubunganantara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran

energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga

struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi.

Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat

mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya

keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini

tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem

untuk mencapai keseimbangan baru (Soeriaatmadja, 1989).

2.6 Analisis Komunitas

1. Indeksi dominansi

Indeks dominansi adalah parameter yang menyatakan terpusatnya

dominansi (penguasaan) spesier dalam suatu komunitas. Penguasaan atau

dominansi spesies dalam komunitas bisa terpusat pada suatu spesies, beberapa

spesies atau pada banyak spesies yang dapat diperkirakan dari tinggi rendahnya

indeks dominansi ( ID )

ID = ∑ (n.i/N)2

Keterangan :

ID= Indeks dominansi

n.i=nilai penting tiap spesies ke-i

N=total nilai penting

Apabila nilai ID tinggi, maka dominansi (penguasaan) terpusat

terdapat pada suatu spesies. Tetapi apabila nilai ID rendah, maka dominansi

terpusat pada beberapa spesies (Indriyanto,2010).

2. Kelimpahan

Kelimpahan organisme adalah jumlah individu pada suatu area. Cara

menghitung kelimpahan yang paling akurat adalah dengan cara menghitung setiap

Page 16: KOMUNITAS DALAM EKOSISTEM

individu pada area tersebut. Umumnya tidak dapat menghitung semua individu

dalam ekosistem dan walaupun mungkin, maka dibutuhkan waktu yang banyak.

Kelimpahan dapat diukur dengan dua cara yaitu:

a. Kelimpahan absolut atau jumlah individu-individu per unit area. 

b. Kelimpahan relatif adalah populasi spesies yang mendukung

kelimpahan  total.

Rumus nilai kelimpahan adalah :

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelimpahan yaitu natalitas,

mortalitas, imigrasi, emigrasi, kompetisi, predasi dan waktu

(Indriyanto,2010).

2. Keanekaragaman

Menurut Odum (1993), menyatakan bahwa ada dua komponen

keanekaragaman jenis yaitu kekayaan jenis dan kesamarataan. Kekayaan jenis

adalah jumlah jenis dalam suatu komunitas. Kekayaan jenis dapat dihitung dengan

indeks jenis atau area yakni jumlah jenis per satuan area. Kesamarataan atau

akuitabilitas adalah pembagian individu yang merata di antara jenis. Namun pada

kenyataan setiap jenis itu mempunyai jumlah individu yang tidak sama.

Kesamarataan menjadi maksimum bila semua jenis mempunyai jumlah individu

yang sama atau rata, cara sederhana mengukur keanekaragaman jenis adalah

menghitung jumlah jenis  (S) atau spesies richnes. 

Seperti formulasi berikut ini :      

H = - Σ{(ni/n)ln (ni/n)}

di mana:

H = Indeks Keanekaragaman

ni = jumlah individu

n = jumlah total individu

Page 17: KOMUNITAS DALAM EKOSISTEM

dengan kriteria:

H’ < 1 = Menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang rendah

1>H’ >3 = Menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang sedang

H’>3 = Menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang tinggi

BAB 3. PENUTUP

Page 18: KOMUNITAS DALAM EKOSISTEM

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah tentang Komunitas dalam Ekosistem

adalah :

1. Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu

waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu

sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks

bila dibandingkan dengan individu dan populasi.

2. Macam-macam Komunitas secara garis besar dapat dibagi dalam dua

bagian yaitu Komunitas akuatik dan komunitas terrestrial.

3. Karakter suatu komunitas yaitu meliputi Kualitatif, Kuantitatif, dan

Sintesis.

4. Tiga konsep yang dapat diterapkan dalam mengamati pola komunitas.

Pertama, gradasi komunitas (community gradient, coenocline) yaitu

konsep yang dinyatakan dalam bentuk populasi. Kedua, konsep gradasi

lingkungan (environmental gradient), yang menyangkut sejumlah faktor

lingkungan yang berubah secara bersama-sama. Umpamanya saja, dalam

gradasi elevasi (elevation gradient) termasuk faktor-faktor penurunan

suhu rata-rata, pertambahan curah hujan, pertambahan kecepatan angin

dan sebagainya, kearah ketinggian yang meningkat.

5. Setiap anggota populasi dapat memakan anggota-anggota populasi

lainnya, bersaing terhadap makanan, mengeluarkan kotoran yang

merugikan lainnya, dapat saling membunuh, dan interaksi tersebut dapat

searah ataupun dua arah (timbale balik). Oleh karena itu, dari segi

pertumbuhan atau kehidupan populasi, interaksi antar spesies anggota

populasi dapat merupakan interaksi yang positif, negative, atau nol.

6. Interaksi spesies anggota populasi merupakan suatu kejadian yang wajar di

alam atau di suatu komunitas, dan kejadian tersebut mudah di pelajari.

Interaksi antar spesies tidak terbatas antara hewan dengan hewan, tetapi

interaksi terjadi secara menyeluruh termasuk terjadi pada tumbuhan,

bahkan antar tumbuhan dengan hewan.

Page 19: KOMUNITAS DALAM EKOSISTEM

3.2 Saran

Adapun saran dari makalah ini adalah sebagai manusia sepatutnya kita

menjaga kelestarian lingkungan sekitar demi keberlangsungan hidup makhluk

hidup, agar tercipta keseimbangan ekosistem dan tetap terjaga kehidupan saling

ketergantungan satu sama lain didalamnya.

DAFTAR PUSTAKA

Page 20: KOMUNITAS DALAM EKOSISTEM

Aryulina, Diah, dkk. 2004. Biologi 1. Jakarta : Esis.

Azhari, S. 2007. Bencana Air Karena Salah Urus. Jurnal Sosioteknologi Edisi

10 Tahun 6, April 2007.

Barbour, M.G. 1999. Terrestrial Plant Ecology. B. Cumings. California

Frick, H. 2007. Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis. Semarang : Kanisius.

Hastuti, L. 2007. Asal – Usul Domestikasi Dalam Latar Belakang Ekologi. Jurnal

Ilmu Pertanian USU Volume 2 no 7, 2007. Hal 34 – 47

http://www.academia.edu/4064851/Ekologi ( dikutip pada 04 Maret 2015 ).

Indriyanto, 2008, Ekologi Hutan, Jakarta : Bumi Aksara

Odum, E. P., 1994., Dasar-Dasar Ekologi, Yogjakarta : UGM Press

Pringgoseputro, S. , 1998,  Ekologi Umum,  Yogjakarta: UGM Press

Resosoedarmo, S., 1989, Pengantar Ekologi, Bandung: CV REMADJA KARYA

Setiono, D. 1999. Keberadaan Taman Nasional Baluran Terancam Acacia Nilotica

(Akasia Duri). Jurnal Nasional Taman Baluran Vol 5 No 14, 1999. Hal

45 – 58.

Soeriaatmadja, 1989, Ilmu Lingkungan, Bandung: ITB Press