KOMUNIKASI TRANSENDENTAL PEMAIN DEBUS (STUDI …repository.fisip-untirta.ac.id/1128/1/KOMUNIKASI...
Transcript of KOMUNIKASI TRANSENDENTAL PEMAIN DEBUS (STUDI …repository.fisip-untirta.ac.id/1128/1/KOMUNIKASI...
KOMUNIKASI TRANSENDENTAL PEMAIN DEBUS
(STUDI DESKRIPTIF PADEPOKAN MAUNG PANDE)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Hubungan Masyarakat
Program Studi Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh:
KHIMATULLAH
NIM 6662111928
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2018
ii
iii
iv
v
MOTO DAN PERSEMAHAN
“HIDUP HANYA SEKALI HIDUPLAH YANG BERARTI”
“MAN JADDA WA JADDA”
Barang Siapa yang Bersungguh-sungguh Maka Dapatlah Dia
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada : kedua orangtuaku
tercinta yang telah tiada, kakak-kakak dan adikku tersayang
serta teman-teman tercinta dan juga kepada istriku yang
paling ku sayang dan pihak yang telah membantu
sehingga terwujudnya skripsi ini.
vi
ABSTRAK
Khimatullah, NIM 6662111928. Skripsi. Komunikasi Transendental Pemain
Debus (Studi Deskritif Padepokan Maung Pande). Pembimbing I: Prof. Dr.
H. Sihabudin, M.Si., dan Pembimbing II: Teguh Iman Prasetya, SE., M.Si.
Debus adalah suatu kesenian yang mempertunjukan kemampuan manusia yang
luar biasa, kebal senjata tajam, kebal api, minum air keras, memasukan benda
kedalam kelapa utuh, menggoreng telur di kepala dan lain-lain. Debus dikenal
sejak abad ke 18, dan sebagai kesenian asli Banten. Kesenian debus adalah
kesenian yang bergerak dan tumbuh di tiga daerah kabupaten yang ada di Banten
yakni Kabupaten Serang, Pandeglang, dan Lebak. Komunikasi adalah proses
penciptaan makna antara dua orang atau lebih lewat penggunaan simbol-simbol
atau tanda-tanda. Dalam komunikasi transendental para partisipannya adalah
manusia dan allah. Transendental secara bahasa dalam istilah filsafat berarti
suatu yang tidak dialami tapi dapat diketahui, suatu pengalaman yang terbebas
dari penomena namun berada dalam gugusan pengetahuan seseorang. Komunikasi
yang melibatkan manusia dengan Tuhannya itulah yang sering disebut
komunikasi transendental (Mulyana, 1999:49). Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan studi deskritif. Menurut Dr. H. Furqan
Padepokan Maung Pande merupakan perkumpulan perguruan Debus dari segala
macam perguruan yang ada di Indonesia. Hasil dari penelitian ini, peneliti
menemukan bentuk komunikasi transcendental pemain debus dengan cara tarekat
islam. Tarekat bisa diartikan cara atau metode, jadi metode yang digunakan
pemain debus Maung Pande dengan beribadah kepada allah bisa dalam bentuk
shalat, puasa, dan dzikir. Silat atau bela diri menjadi cara pemain debus Maung
Pande menempa kemampuannya dalam mencapai kekebalannya, Padepokan
Maung Pande menggunakan aliran silat Tdjimande. Dalam Maung Pande
khususnya punya cara lain dalam mempersiapkan diri sebagai pemain debus
dengan meningkatkan keyakinannya kepada Allah dengan percaya atas
pertolongan Allah sebagai penyelamat dan percaya bahwa atas segala sesuatu
berpasrah hanya milik Allah.
Keywords : Debus, Komunikasi Transendental, Maung Pande
vii
ABSTRACT
Khimatullah, NIM 6662111928. Thesis. Communication Trancendental Players
Debus (Descriptive Studies Padepokan Maung Pande) Preceptor I: Prof. Dr. H.
Sihabudin, M.Si., And Preceptor II: Teguh Iman Prasetya, SE., M.Si.
Debus is an art that demonstrates a remarkable human ability, immune to sharp
weapons, immune to fire, drinking hard water, inserting objects into whole
coconut, frying eggs in the head and others. Debus known since the 18th century,
and as the original art of Banten. Debus art is an art that moves and grows in
three districts of Banten is Serang, Pandeglang, and Lebak. Communication is the
process of creating meaning between two or more people through the use of
symbols or signs. In transcendental communication the participants are human
and god. In Transcendental philosophy is language the term means something
that is not experienced but it is known, an experience which is free from the
phenomenon but are in clusters of one's knowledge. Communication involving
humans with their God is often called transcendental communication (Mulyana,
1999: 49). This research uses qualitative research method with descriptive study.
According to Dr. H. Furqan Padepokan Maung Pande is an association of Debus
colleges from all kinds of institution in Indonesia. The results of this study,
researchers found a form of transcendental communication players debus by way
of Islamic tarekat. Tarekat can be interpreted way or method, so the method used
debus player Maung Pande with worship to Allah can be in the form of prayer,
fasting, and dhikr. Silat or martial arts become the way players debus Maung
Pande forge his ability to achieve immunity, Padepokan Maung Pande using
Tdjimande silat flow. In Maung Pande in particular has another way of preparing
himself as a debus player by increasing his belief in God by believing in God's
help as a savior and believing that all things are God-given.
Keywords : Communication Transcendental, Debus, Maung Pande
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Komunikasi Transendental Pemain Debus (Studi Deskriptif Padepokan Maung
Pande), Penulisan skripsi ini dibuat sebagai syarat untuk meraih kesarjanaan strata
satu (S1) Program Studi Ilmu Komunikasi, Konsentrasi Humas, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang-Banten.
Perjuangan dan semangat yang tinggi akhirnya skripsi ini dapat penulis
selesaikan dengan baik, guna menjadi syarat kelulusan dan pendidikan selama di
universitas. Skripsi ini saya dedikasikan untuk semua orang yang terlibat selama
saya mengenyam pendidikan di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Dalam penyampaian keberhasilan penulis untuk menyelesaikan penulisan
ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak yang sangat berarti.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-
dalamnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Pimpinan
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos,. M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
3. Ibu Dr. Rahmi Winangsih.,M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu
Komunikasi FISIP Untirta.
ix
4. Bapak Iman Prof. Dr. H. A. Sihabudin, M.Si. selaku Dosen
Pembimbing I, terimakasih atas waktu, kesempatan, kesabaran,
bimbingan dan arahannya yang sangat berarti bagi penulis.
5. Bapak Teguh Iman Prasetya, SE., M.Si. selaku Dosen Pembimbing
II, terimakasih atas waktu, kesempatan, kesabaran, bimbingan dan
arahannya yang sangat berarti bagi penulis.
6. Ibu Uliviana Restu, S.Sos., M.I.Kom dan Bapak Ronny Yudhi Septa
Priana, M.Si. selaku Dosen penguji yang telah memberikan penilaian
terbaik dan terimakasih atas waktu dan kesempatannya.
7. Seluruh Dosen Fisip Untirta yang telah memberikan ilmu dan
pengalamannya kepada penulis. Semoga ilmu yang telah diberikan
dapat menjadi ilmu yang bermanfaat.
8. Seluruh staf karyawan FISIP Untirta, terkhusu Ibu Nur yang
melayani kepentingan penulis dalam berbagai hal untuk
memperlancar jalannya perkuliahan dan penyusunan skripsi.
9. Abah Almarhum H. Ach. Matin Sy yang telah mendidik dan
membesarkan serta Doanya yang senantiasa menuntun penulis
hingga saat ini.
10. Mamah Almarhumah Hj. Yumyah yang telah memberikan kasih
sayang dan Doa serta dukungannya kepada penulis hingga saat ini.
11. Adinda istriku Hanie Nur Aeni, S.I.kom yang telah mendukung serta
berjuang bersama sehingga skripsi ini selesai, terimaksaih atas
waktu, doa dan dukungannya selama ini.
x
12. Kakak kandung Harun Al Rasyid, Khusnawati, Mulyanah, Inayatul
Fadhillah dan adik Azis Assulthoni atas segala dukungan serta
doanya.
13. Kakak ipar Mia Herawati, Ahmad Zumri, Akhmad Fery Setiawan,
dan Peri Sandi Huizche atas segala dukungan serta doanya.
14. Bapak Mertua H. Asep Soleh dan Adik ipar Ria Kuraesin yang
memberikan Doa serta dukungan.
15. Alzasya Asdrie Rivaldie, Fahmi Ilhamullah, Teguh Nugraha, Friska
Riama Tampubolon, Siti Roifatul Roihah, Febri Nurunnisa, Achmad
Ramdani, Anindita P Suhendar, Fahmi Malik Akbar serta teman-
teman seperjuangan lainnya.
16. Teman-teman mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Untirta.
17. Karyawan Visco Tailor yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu, terimakasih telah memberikan Doa serta dukungannya.
18. A. Ruli Hidayat yang menjadi partner bisnis serta memberikan
dukungan dan nasihat kepada penulis.
19. Niki Elam Pamungkas, Tb. Dicki dan Zemi Firdaus sahabat dari
SMP yang hingga saat ini terjalin persahabatannya dan memberikan
Doa serta dukungan.
20. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian
skripsi ini, baik itu berupa saran, do'a, maupun dukungan yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
xi
Dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis doakan semoga Allah SWT
membalas kebaikan dan pengorbanan kalian. Akhir kata penulis berharap semoga
apa yang telah penulis lakukan dapat bermanfaat bagi khususnya dan bagi
pembaca umumnya. Masukan dan saran sangat penulis harapkan demi kemajuan
penulis di masa mendatang.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................... ..... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... iv
MOTTO .................................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................ vi
ABSTRACT .............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .............................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 9
1.3 Identifikasi Masalah ........................................................................ 9
1.4 Manfaat Teoritis .............................................................................. 10
1.5 Manfaat Praktis ............................................................................... 10
BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................. 11
2.1 Tinjauan Teoritis ............................................................................. 11
xiii
2.1.1 Komunikasi ............................................................................ 11
2.1.2 Komunikasi Transendental ..................................................... 15
2.2 Debus ........................................................................................... 21
2.2.1 Definisi Debus ......................................................................... 21
2.2.2 Sejarah Debus ......................................................................... 22
2.3 Kerangka Berfikir ......................................................................... 25
2.4 Penelitian Sebelum ....................................................................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 30
3.1 Metodologi Penelitian ..................................................................... 30
3.2 Paradigma Penelitian ....................................................................... 31
3.3 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 32
3.4 Lokasi Penelitian ............................................................................. 33
3.5 Fenomena Yang Diamati ................................................................. 33
3.5.1 Definisi Konsep ...................................................................... 33
3.5.2 Definisi Operasional ............................................................... 34
3.6 Instrumen Penelitian ........................................................................ 34
3.7 Informan Penelitian ......................................................................... 35
3.8 Teknik Pengolahan Data ................................................................. 36
3.8.1 Teknik Analisi Data ……………………………………………. 38
xiv
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................... 41
4.1 Deskripsi Objek Penelitian .............................................................. 41
4.1.1 Sejarah Padepokan Maung Pande ............................................. 41
4.2 Deskripsi Data Penelitian ................................................................ 43
4.2.1 Proses Ritual Debus .................................................................. 44
4.3 Profil Informan ................................................................................ 50
4.3.1Profil Informan Kumci ............................................................. 50
4.3.2Profil Informan Pendukung ....................................................... 52
4.3 Pembahasan ..................................................................................... 54
4.4.1 Proses Komunikasi Transendental ........................................... 55
4.4.2 Pertunjukan Debus ................................................................... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 73
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 73
5.2 saran.................................................................................................. 73
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 75
LAMPIRAN .............................................................................................. 76
BIODATA PENULIS ............................................................................... 91
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan kebutuhan dasar atau primer manusia. Komunikasi
merupakan sarana interaksi antar manusia yang efektif. Dinyatakan berinteraksi
jika mereka yang terlibat masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan
reaksi yang dilakukan oleh manusia disebut tindakan komunikasi. Tindakan
komunikasi menyangkut perasaan, pikiran dan perbuatan manusia.
Sejak kita lahir dan selama hidupnya manusia akan selalu terlibat dalam
tindakan-tindakan komunikasi. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam berbagai
konteks kehidupan manusia dan sebagai makhluk sosial, kita perlu berhubugan,
bergaul dengan sesama manusia lain. Itu merupakan sisi dinamis dari manusia.
Hubungan yang dilakukan atau dijalin setiap saat merupakan kegiatan
berkomunikasi. Dalam ilmu komunikasi dikenal dengan istilah komunikasi yang
dilakukan antara manusia dengan Tuhannya, dalam ilmu komunikasl disebut
komunikasi transendental dan komunikasi ini dalam istilah Islam dikenal dengan
sebutan hablu minnallah dan habluminannas.
Debus adalah suatu kesenian yang mempertunjukan kemampuan manusia
yang luar biasa, kebal senjata tajam, kebal api, minum air keras, memasukan
benda kedalam kelapa utuh, menggoreng telur di kepala dan lain-lain. Debus lebih
dikenal sebagai kesenian asli masyarakat Banten, yang mungkin sejak abad ke 18.
2
Menurut pensiunan Kepala Seksi Kebudayaan Kandepdikbud Kabupaten
Serang, (Alm) Tb. A. Sastra Suganda, debus berasal dari kata tembus. Ada juga
yang menyebutkan bahwa debus berasal dari kata gedebus, yaitu nama salah satu
benda tajam yang digunakan dalam pertunjukan kekebalan tubuh. Benda tajam
tersebut terbuat dari besi, dan digunakan untuk melukai diri sendiri. Oleh karena
itu kata debus dapat diartikan sebagai tidak tembus.
Meskipun kata debus sangat akrab di kalangan penduduk Banten, bahkan
Indonesia, namun asal usul dan arti dasar dari kata tersebut tidak dikenal secara
luas. Bahkan para pemain debus sendiri banyak yang tidak mengetahui artinya.
Bahkan debus sering dimaknai ―tembus‖, ―ora tembus‖, dan ―dada tembus‖,
bahkan ada yang mengatakan bahwa debus itu kependekan dari ―Dzikiran, Batin
dan Salawat‖.
Kesenian debus merupakan bentuk kesenian yang dikombinasikan dengan
seni tari, seni suara, seni teater dan seni kebatinan yang bernuansa magis.
Kesenian debus biasannya dipertunjukkan sebagai pelengkap upacara adat, atau
untuk hiburan masyarakat. Pertunjukan ini dimulai dengan pembukaan
(gembung), yaitu oembacaan sholawat atau lantunan puji-pujian kepada Nabi
Muhammad, dzikir kepada Allah, diiringi instrument tabuh selama tiga puluh
menit.Acara selanjutnya adalah beluk, yaitu lantunan nyanyian dzikir dengan
suara keras, melengking, bersahut-sahutan dengan iringan tetabuhan.
Bersamaan dengan beluk, atraksi kekebalan tubuh didemonstrasikan sesuai
dengan keinginan pemainnya seperti menusuk perut dengan gada, tombak atau
senjata almadad tanpa luka, mengiris anggota tubuh dengan pisau atau golok,
3
makan api, memasukan jarum kawat ke dalam lidah, kulit pipi dan anggota tubuh
lainnya sampai tembus tanpa mengeluarkan darah, mengiris anggota tubuh sampai
terluka dan mengeluarkan darah tapi dapat disembuhkan seketika itu juga hanya
dengan mengusapnya, menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian yang
dikenakan hancur lumat namun kulitnya tetap utuh. Selain itu, juga ada atraksi
menggoreng kerupuk atau telur di atas kepala, membakar tubuh dengan api,
menaiki atau menduduki tangga yang disusun dari golok yang sangat tajam, serta
bergulingan di atas tumpukan kaca atau beling. Atraksi diakhiri dengan gemrung,
yaitu permainan alat-alat music tetabuhan.
Kesenian yang satu ini dalam perkembangannya telah dikenal sampai ke
dunia Internasional serta menjadi identitas kesenian khas masyarakat Banten. Ada
beberapa versi yang menjelaskan tentang asal usul munculnya kesenian Debus di
Banten. Di daerah lain ada juga kesenian seperti kesian Debus, dengan sebutan
yang berbeda namun proses ritual dan pertunjukkannya hampir sama.
Kesenian yang ada umumnya berkembang secara turun temurun yang dalam
perjalannya tidak terlepas dari pengaruh agama Islam maupun agama-agama lain
yang berkembang di Banten. Dalam masa kesultanan Banten diakui memang
pengaruh Islam demikian kuat di Banten sehingga mempengaruhi ragam dan
nafas kesenian tradisional di Banten. Islam masuk ke Banten berasal dari Parsi
atau Gujarat di India selatan yang masih banyak unsur mistisnya
(Koentjaraningrat, 2002:25). Itu sebabnya, masuk akal manakala pengaruh Islam
berikut aspek mistisnya mewarnai kesenian di Banten.
4
Kesenian debus adalah kesenian yang bergerak dan tumbuh di tiga daerah
kabupaten yang ada di Banten yakni Kabupaten Serang, Pandeglang, dan Lebak.
Istilah debus sampai saat ini belum ditemui arti yang pasti. Namun menurut
Almarhum Tb A. Sastrasuganda (dalam Aminudin, 1995:155) kata debus berasal
dari kata ― tembus ― yakni alat yang tajam yang dapat menembus badan manusia.
Asal kata ini masuk akal mengingat alat-alat yang dipakai dalam permainan debus
adalah senjata atau alat-alat yang tajam yang bisa melukai manusia seperti golok,
parang, dan lain sebagainya. Debus sering dinamai pula dengan istilah Almadad
(kekuatan) (Maman. 2004).
Kesenian merupakan salah satu bentuk aktifitas manusia yang selalu tidak
dapat berdiri sendiri. Karya seni berkembang dalam rakyat disebut kesenian
rakyat (Folklore). Pertumbuhan dan perkembangan kesenian rakyat tidak dapat
dipisahkan dari warna dan cirri kehidupan masyarakat itu sendiri. Hampir setiap
daerah di Indonesia mempunyai bentuk kesenian yang menggambarkan daerah
setempat, yang tentu saja, setiap kesenian daerah mempunyai latar belakang
sejarah dan konteks sosial sendiri. Seperti halnya di Banten, daerah yang berada
paling barat pulau jawa, dikenal sebagai kota Santri dan kota Jawara atau
Pendekar. Sejarah mencatat pada awal abad 19, Banten dijadikan rujukan para
ulama di Nusantara, bahkan Asia Tenggara, tentang keislaman (ilmu islam).
Menurut Snouck Hoergronje, masyarakat Banten pada saat itu sudah sadar dalam
menjalankan syariat Islam, jika dibandingkan dengan masyarakat jawa pada
umumnya. Ragam seni pertunjukan kesenian rakyat Banten, pada umumnya
berkembang secara turun temurun, yang tidak terlepas dari nafas keagamaan serta
5
dalam perjalannya tidak terlepas dari pengaruh agama islam, maupun agama
lainnya. Kesenian rakyat yang berkembang di Banten hingga sampai saat ini
diantarannya adalah Debus.
Secara antropolgis dapat dikatakan bahwa menjadi sifat universal bagi
pengalaman hidup umat manusia untuk mencari dan mengagumi keindahan (seni).
Di dalam bahasa kesenian, manusia tidak berbicara dengan pikirannya, melainkan
ia berkomunikasi langsung dengan perasaanya. Di dalam kesenian berpencarlah
satu kegairahann kreasi yang spontan dari manusia. Dalam perkembangan sejarah
kesenian, dikatakan Harsojo (1977: 260) bahwa ketika manusia masih hidup
dalam kelompok-kelompok yang kecil yang hidup di daerah-daerah pedesaan dari
pertanian yang tradisional, kesenian itu lebih mempunyai fungsi sosialnya. Dalam
melakukan upacara-upacara kesenian memainkan peranan yang penting dan
banyak orang ikut serta dalam kesenian itu.Kesenian ini disebut kesenian rakyat.
Cirinya ialah bahwa nilai-nilai yang terjalin dalam kesenian itu merupakan
refleksi dari cara hidup sehari-hari atau bersumber kepada mitos-mitos.
Sumber-sumber kesaktian permainan debus merupakan campuran eklektik
dari tradisi islam dan tradisi local. Bacaan-bacaan saktinya berasal dari doa-doa
yang bersumber dari tradisi islam yang berbahasa arab dan bacaan-bacaan yang
berbahasa jawa dan sunda. Dalam tradisi islam debus sangat terkait dengan
tarekat, terutama tarekat Rifaiyah dan Qodiriyah. Kedua tarekat tersebut
memberikan pengaruh sangat penting terhadap permainan debus. Kedua tarekat
tersebut, terutama tarekat Qodiriyah sangat di kenal di masyarakat Indonesia.
Indikasi tentang pengaruh kuat tarekat Qodiriyah di Banten adalah pembacaan
6
kitab-kitab Manaqib Abdul Qadir pada kesempatan tertentu telah menjadi bagian
dari ritual keagamaan pada masyarakat. Pembacaan manaqib ini lazim dianggap
berfaedah melindungi pembacanya terhadap segala bahaya, berkat keramahan
Syekh Abdul Qadir.
Komunikasi adalah proses penciptaan makna antara dua orang atau lebih
lewat penggunaan simbol-simbol atau tanda-tanda. Dalam komunikasi
transcendental para partisipannya adalah manusia dan allah.
Inti dari proses komunikasi adalah persepsi, yakni proses internal dengan
mana manusia memilih, mengevaluasi, mengorganisasikan dan menafsirkan
rangsangan dari sekitarnya. Rangsangan tersebut bisa berbentuk lambing-
lambang, tanda-tanda, atau kejadian-kejadian. Jika persepsi kita tidak akurat, tak
mungkin komunikasi kita efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih
suatu pesan tertentu dan mengabaikan yang lain, memberi makna tertentu pada
pesan tersebut dan tidak memberi makna lain. Karena tidak ada dua manusia yang
mempunyai pengalaman (dan rujukan nilai) yang persis sama, maka tidak ada dua
manusia yang mempunyai persepsi sama terhadap suatu rangsangan.
Persepsi akurat yang dituntut dalam komunikasi yang efektif bukan saja
persepsi terhadap objek diluar diri manusia, tapi juga persepsi terhadap dirinya
sensiri. Dengan kata lain, komunikator yang efektif harus mengenal dirinya
senidir, yakni siapa dirinya menurut pikirannya. Idealnya, konep diri kita menurut
kita ini sesuai dengan konsep diri kita menurut orang lain.
Dalam disiplin Ilmu Komunikasi, bentuk pendekatan diri pada Sang Maha
Pencipta disebut Komunikasi Transendental. Komunikasi transendental adalah
7
komunikasi yang dilakukan atau yang terjadi antara manusia dengan Tuhannya.
Jadi, partisipan dalam komunikasi transendental adalah Tuhan dan manusia.
Bagi umat muslim, cara mendekatkan diri pada Allah SWT tentu
bermacam-macam, yaitu dengan shalat lima waktu, berpuasa, shalat sunat,
berdzikir, menunaikan zakat, beribadah haji, infaq, sadaqah, dan lain-lain. Semua
itu adalah bentuk ibadah, yang dilakukan oleh umat muslim untuk mencari ridlo
Allah SWT. Ketika kita melakukan shalat sesungguhnya kita sedang melakukan
komunikasi dengan Tuhan. Tuhan bertindak sebagai komunikan (penerima pesan)
dan kita bertindak sebagai komunikator (pengirim pesan). Pada saat itu
sebenamya tidak ada pembatas antara manusia dengan Allah SWT. Komunikasi
langsung terjadi asal kita benar-benar punya keyakinan yang kuat bahwa Allah
ada di hadapan kita sedang memperhatikan dan mendengar doa kita. Takbir, ruku,
dan sujud adalah bentuk tawadhlu kita pada-Nya, memasrahkan seluruh jiwa dan
raga kita pada Allah SWT.
Terkadang komunikasi transcendental juga disebut sebagai komunikasi
ritual, komunikasi ritual dapat dikatakan sebuah proses dalam hal pemaknaan
sebuah pesan melalui simbol-simbol, jika dilihat dari pengertiannya bahwa:
“Komunikasi Ritual dapat dimaknai sebagai proses pemaknaan pesan
sebuah kelompok terhadap aktifitas religi dan system kepercayaan yang
dianutnnya. Dalam prosesnya selalu terjadi pemaknaan simbol-simbol
tertentu yang menandakan terjadinya proses Komunikasi Ritual
tersebut. Dalam proses Komunikasi Ritual itu kerap terjadi persainggan
dengan paham-paham kegamaan sakral yang kemudiaan ikut mewarnai
proses tersebut.” (Mulyana : 2005).
Debus syarat akan dengan nilai keislaman dan hal mistik, banyak yang
menyebutkan bahwa debus itu berhubungan dengan trik sulap atau atraksi.
8
Permainan Debus yang dilakukan oleh masyarakat Banten, jika dicermati secara
mendalam didalamnya terkandung nilai yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam
kehidupan bersama. Nilai itu adalah nilai religius.
Nilai religius tercermin dalam do‘a yang dipanjatkan oleh para pemain.
Do‘a tersebut bertujuan agar para pemain selalu di lindungi dan selalu
mendapatkan keselamatan dari Allah SWT selama menyelenggarakan permainan
Debus, oleh karena itu kesenian Debus selalu berkaitan dengan Tradisi Islam.
Istilah tradisi islam tidak secara langsung menunjukan bahwa hal tersebut sesuai
dengan ajaran atau nilai-nilai keislaman, apalagi kalau itu dinilai secara fiqh.
Meskipun itu tetap dinamakan tradisi islam tetapi sering di dalamnya terjadi
kontroversi antara yang setuju bahwa hal tersebut sesuai dengan nilai-nilai islam
ada juga yang menolaknya. Apalagi yang berkaitan dengan amalan-amalan yang
terdapat dalam tradisi tarekat, banyak yang berpendapat bahwa hal itu tidak
sessuai dengan yang dipesankan dalam Kitab Suci Al Quran.
Kesenian Debus sebagai kesenian di mana kita dapat memahami berbagai
ajaran yang terkandung di dalamnya, seperti hubungan antar individu dalam
kelompoknya, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan
Tuhannya. Kesenian tersebut masih ada oleh karena adanya sebuah kepercayaan
masyarakat serta kaitannya dengan kepentingan individual dalam arti kepuasan
pribadi.
Peneliti ingin mendeskipsikan proses terciptanya komunikasi Transendental
dalam kesenian Debus dengan proses ritual yang biasa di lakukan oleh pemain
Debus Maung Pande. Banyak proses ritual sebelum mempertunjukkan kesenian
9
Debus seperti puasa, berdoa bahkan dengan melantunkan mantra yang dapat
membuat pemain Debus mencapai kekebalannya.
Dengan mengetahui proses-proses ritual melalui komunikasi Transendental,
bisa lebih mengatahui apa dasar proses ritual terlebih dahulu baik sebelum, pada
saat, dan sesudah pertunjukan debus berlangsung, serta mengatahui pesan apa
yang ada pada ritual tersebut sehingga proses ritual itu dapat dikatakan begitu
syakral dan maknanya yang sangat dalam.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk
mengetahui “Komunikasi Transendental dalam Debus (Studi Deskriptif Pemain
Debus Maung Pande di Pandeglang)”
1.2 Perumusan Masalah
Pokok permasalahan yang diteliti adalah ―Bagaimana Latar Belakang
Kekebalan Pemain Debus Terhadap Benda Tajam Melalui Proses Komunikasi
Transendental dengan Studi Deskriptif”
1.3 Identifikasi Penelitian
Berdasarkan Rumusan masalah diatas, maka identifikasi masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Bagaimana Komunikasi Transendental pemain debus dengan proses ritual
dalam sebuah pertunjukan Debus?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan maka tujuan
diadakannya penelitian ini adalah untuk,
10
1. Mengetahui proses ritual melalui Komunikasi Transendental sebelum
pertunjukkan pada pemain Debus.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Secara spesifik, penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui
proses-proses ritual sebuah pertunjukan debus yang dilakukan oleh para pemain
Debus, proses yang akan diteliti adalah proses ritual melalui komunikasi
transendental, kesenian debus dekat dan kental akan hal-hal agamis dan mistis.
Peneliti ingin mengungkap proses ritual melalui komunikasi transcendental yang
dilakukan pemain kepada Tuhan dengan studi Deskriptif, dengan melalui proses-
proses komunikasi transenden.
1.5.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi mahasiswa atau
peneliti yang ingin meneliti hal serupa. Kesenian debus juga salah satu kesenian
yang kuno dan harus kita lestarikan keberadaannya, mengingat kini kesenian ini
sudah semakin jarang di regenerasi dengan pemain baru, didominasi oleh bapak-
bapak yang sudah berumur. Hal ini peneliti jadikan sebuah motivasi untuk ikut
serta melestarikan dan mendukung pelestarian budaya Debus.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Komunikasi
Pengertian Komunikasi
Pengertian Komunikasi secara umum adalah proses pengiriman
dan penerimaan pesan atau informasi antara dua individu atau lebih
dengan efektif sehingga dapat dipahami dengan mudah. Istilah komunikasi
dalam bahasa inggris disebut communication, yang berasal dari kata
communication atau communis yang memiliki arti sama atau sama yang
memiliki makna pengertian bersama.
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan,
ide, gagasan) dari suatu pihak kepda pihak lain. Pada umumnya,
komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh
kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti
oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan
gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut
komunikasi nonverbal.
12
Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi menurut Wiliam I. Gorden yang dikutip dari
buku Ilmu Komunikasi karya Deddy Mulyana. Ada empat fungsi
komunikasi, yakni komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi
ritual, dan komunikasi intrumental. Fungsi suatu peristiwa komunikasi
(communication event) tampaknya tidak sama sekali independen,
melainkan berkaitan dengan fungsi fungsi lainnya, meskipun terdapat
suatu fungsi yang dominan.
a. Komunikasi Sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya
mengisyaratkan komunikasi penting untuk membangun kosep
diri kita, aktualisasidiri., untuk kelangsungan hidupa, untuk
memperoleh kebahagian, terhindar dari tekanan dan
ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan
memupuk hubungan dengan orang lain.
b. Komunikasi Ekpresif
Erat kaitannya dengan komunikais sosial adalah
komuniaksi ekpresif yang dapt dilakukan baik sendiri ataupun
dalam kelompok. Komunikasi ekpresif tidak ontomatis
bertujuan mepengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan
sejuah kimnukasi tersebut menjadi instrumen untuk
menyampaikan perasaanperasaan (emosi) kita. Perasaan-
13
perassan tersebut dikomunikasikan terutama melalui pesan-
pesan nonverbal.
c. Komunikasi Ritual
Erat kaitannya dengan komunikasi ekpresif adalah
komunikasi ritula. Yang biasa dilakukan secara kolektif. Suatu
komuntas sering melakukan upacara-upacara berlainan
sepanjang hidup, yang disebut para ontropolog sebagai rites of
passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun,
siraman, pernikahan hingga upacara kematian.
d. Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan
umum; menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah
sikap dan kenyakinan, dan mengubah prilaku atau gerakan
tindakan, dan juga menghibur. Bila diringkas, maka kesemua
tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasif).
Komunikasi yang bertujuan memberitahuakan atau
menerangkan (to inform) mengandung muatan persuasif dalam
arti bahwa pembicara menginnginkan pendengar mempercayai
bahwa fakta atu informasi yang disampaikan akurat dan layak
diketahui. (2015:4-34)
Unsur-unsur Komunikasi
Lasswell menjelaskan komunikasi seperti yang dikutip oleh
Mulyana dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar yaitu komunikasi
14
pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa,
mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan akibat dan
atau hasil apa ? (Who? Says What? In Which Channel? To Whom? With
What Effect?)(2007:6)
Penjelasan diatas sudah menjelaskan unsur-unsur yang ada pada
komunikasi. Berikut adalah uraian unsur-unsur komunikasi menurut
Lasswell pada 5 Unsur yaitu :
a. Sumber (source)
Nama lain dari sumber adalah sender, communicator,
speaker, encoder, atau originator. Merupakan pihak yang
berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi.
b. Pesan (message)
Merupakan seperangkat symbol verbal atau nonverbal yang
mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud dari sumber
(source).
c. Saluran (channel/media)
Merupakan alat yang digunakan sumber (source) untuk
menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran pun
merujuk pada bentuk pesan dan cara penyajian pesan.
d. Penerima (receive)
Nama lain dari penerima adalah destination ,communicate,
decoder, audience, listener dan interpreter dimana penerima
merupakan orang yang menerima pesan.
15
e. Efek (effect)
Merupakan apa yang terjadi pada penerima setelah ia
menerima pesan tersebut.
Sifat-sifat Komunikasi
Sifat-sifat komuniksi menurut Effendy dalam bukunya yang
berjudul Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek adalah sebagai berikut:
a. Tatap Muka (face to Face)
Komunikasi yang dilakukan dengan cara bertemu langsung
dengan teman bicara dimana dalam kegiatan komunikasi ini
komunikan dan komunikator sling bertatap muka.
b. Bermedia (mediate)
Komunikasi yang dilakukan dengan cara menggunakan
suatu media dimana berkaitan erat dengan penguasaan
pengetahuan dan pengguanaan teknologi komunikasi.
(2001:32)
2.1.2 Komunikasi Transendental
Transendental secara bahasa dalam istilah filsafat berarti suatu
yang tidak dialami tapi dapat diketahui, suatu pengalaman yang terbebas
dari penomena namun berada dalam gugusan pengetahuan seseorang.
Komunikasi yang melibatkan manusia dengan Tuhannya itulah yang
sering disebut komunikasi transendental (Mulyana, 1999:49). Dalam
16
istilah agama diartikan suatu pengalaman mistik atau supernatural
karenanya berada diluar jangkauan dunia materi. Memaknai
komunikasi transcendental sebagai komunikasi antara manusia dengan
tuhan yang terkait dengan bidang agama dan dianggap sebagai komunikasi
―gaib‖. Sekalipun dianggap sebagai komunikasi gaib, Mulyana
menggarisbawahi bahwa komunikasi transcendental merupakan hal
penting bagi manusia karena melalui komunikasi ini seseorang yakin akan
keberhasilannya dapat menentukan nasib, baik di dunia maupun akhirat.
Selain sisi historis, komunikasi transcendental dapat dilihat dari
perspektif antropologi metafisik. Perspektif tersebut melihat budaya
sebagai seperangkat kompleksitas keyakinan, nilai, dan konsep yang
memungkinkan bagi sebuah kelompok untuk menalar kehidupannya dan
memberikan arah dalam menjalani kehidupan.
Metafisika, seperti ilmu lainnya merupakan kegiatan abstaksi
manusia. Metafisika sebagai sebuah cabang ilmu menunjukkan dan
menggarisbawahi bahwa manusi adalah makhluk rasional. Hanya makhluk
rasional yang mengadakan abstraksi. Tujuan abstraksi ini dapat ditemukan
dalam semua ilmu pengetahuan (membuka Tabir).
Kajian filsafat metafisika merupakan cabang dari sekian banyak
kajian filsafat yang didefinisikan sebagai ―filsafat yang ada di balik fisika
tentang hakikat yang bersifat Transenden, di luar atau di atas jangkauan
pengalaman manusia‖ (Endang Saifuddin Anshari, 1987, h 94).
17
Antropologi berarti ‗ilmu tentang manusia‘. Dahulu, istilah ini
dipergunakan dalam arti lain, yakni ‗ilmu tentang ciri-ciri tubuh manusia‘.
Ilmu antropologi merupakan suatu integrasi dari beberapa ilmu yang
masing-masing mempelajari suatu kompleks masalah-masalah khusus
mengenai makhluk manusia. Kajian di antaranya membentuk antropologi
menjadi sebuah ilmu adalah etnografi, ilmu anatomi, filsafat positivism,
bahasa, dan konsepevolusi dalam ilmu biologi.
Antropologi metafisik berusaha secara falsafi memahami manusia
secara fundamental yang mendasari segala kegiatan dan pengetahuan
manusia dengan tetap meresapi seanteronya. Pada kenyataannya,
pengetahuan tentang manusia hanya dipahami secara implisit dan
tersembunyi dalam gejala-gejala lain. Pemahaman yang terpendam itu
bersifat prailmiah atau prareflektif. Pemahaman merupakan suatu
kesadaran (conscienta). Kesadaran tersebut mengiringi dan menyertai
segala pengertian dan kegiatan manusia yang tidak merumuskan inti secara
jelas, melainkan hanya diketahui lewat intuisi atau pengalaman konkret.
Antropologi metafisik berusaha seperti dalam kajian filsafat untuk
mengekspisitkan, membeberkan, dan menjelaskan hakikat manusia serta
mengemukakan sesuatu yang hanya ‗tersirat‘ menjadi tersurat.
Antropologi metafisik merupakan sebuah upaya mengkaji manusia dengan
metode metafisik yang serupa dangan metode transcendental. Berpangkal
dari fenomena konkret yang mengacu pada suatu pemahaman sentral dan
18
fundamental yang mengandung seluruh struktur pokok seperti yang
dihayati manusia.
Fenomena yang diungkap oleh antropologi metafisik berusaha
mengungkapkan dualitas manusia yang lazim disifatkan, yakni
keterbatasan atau keterikatan dan transendensi atau kebebasan.
Komunikasi transendental bisa diartikan proses membagi ide,
informasi, dan pesan dengan orang lain pada tempat dan waktu tertentu
serta berhubungan erat dengan hal-hal yang bersifat transenden (metafisik
dan pengalaman supernatural). Hingga komponen komunikasi seperti
siapa (what) bisa bersifat metafisik, isi (say what) juga berhubungan
dengan metafisik, demikian juga dengan kepada siapa (to whom) dan
media perantara (channel) serta efeknya.
Segi komunikasi transendental ini membedakan dari komunikasi
pada umumnya, karena ia tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat
muslim, jika diselidiki ternyata semangat komunikasi yang terjalin akan
memperlihatkan semangat transenden sebagai pemicu aktifitas komunikasi
setiap individu. Maksudnya pesan serta motif berkomunikasi dalam
rangka mentransfer pesan-pesan transeden untuk disebarkan kepada
halayak luas. Sehingga kemudian menyebar menjadi topik pembicaraan
dalam berbagai kesempatan interaksi sosial yang terjadi pada masyarakat.
Komunikasi transendental memang tidak pernah dibahas secara
luas, cukup dikatakan bahhwa komunikasi transendental adalah
komunikasi antara manusia dengan Tuhan, dan karenanya masuk dalam
19
bidang agama. Komunikasi islam dikatakan transendental karena area
pembahasannya menyangkut hal-hal yang transenden selain area empirik
yang terjadi pada masyarakat muslim. Menurut Nina Syam (2006)
Komunikasi Transendental adalah komunikasi yang terjadi antara manusia
dengan tuhan, atau dapat pula difahami bahwa komunikasi transcendental
berkenaan dengan Agama. Seperti ditegaskan oleh Hayat Padje (2008: 20)
bahwa Komunikasi transendental adalah komunikasi dengan sesuatu yang
bersifat ―gaib‖ termasuk komunikasi dengan Tuhan.
Konsep Rudolf Otto tentag sikap kagum-terpesona terhadap
sesuatu yang gaib adalah suatu konsepsi yang tepat untuk menjelaskan atas
religi yang berorientasi kepada sikap manusia dalam menghadapi dunia
gaib. Konsep itu sendiri diuraikan oleh Otto dalam bukunya yang telah
menarik perhatian semua kalangan, yaitu Das Heilige (Suatu yang
Keramat) (1917). Menurut Otto, semua system religi, kepercayaan, dan
agama di dunia terpusat pada suatu konsep tentang hal yang gaib
(mysterium) yang dianggap maha-dasyat (tremendum) dan keramat (sacer)
oleh manusia.
Sifat dari sesuatu yang gaib serta keramat itu adalah maha-abadi,
maha-dahsyat, maha-baik, maha-adil, maha-bijaksana, tak terlihat, tidak
berubah, tidak terbatas, dan sebagainya.
Seluruh sifat zat yang gaib tersebut sulit dilukiskan oleh bahasa
manusia manapun juga, karena ―sesuatu yang gaib serta keramat‖ itu
memang memiliki sifat-sifat yang sebenarnya tidak mungkin dapat
20
dicakup oleh pikiran dan akal manusia. Walaupun demikian, dalam semua
masyarakat dan kebudayaan di dunia, ―sesuatu yang gaib dan keramat‖
tadi dapat menimbulkan sikap kagum-terpesona, selalu akan manrik
perhatian manusia, dan mendorong timbulnya hasrat untuk menghayati
rasa bersatu denganNya.
Daalam arti makro, komunikasi transendental merupakan
komunikasi antara hamba dengan Tuhannya, tetapi hamba yang bagaimana
yang dapat berkomunikasi dengan Allah SWT.? Untuk menjawab
pertanyaan tentang fenomena transenden di dalam diri manusia dalam
pendekatan post-modernisme ini, kita kembali pada ranah kajian tentang
ruh atau jiwa.
Kajian komunikasi transendental dalam pendekatan post-
modernisme mengembangkan diri dengan kekuatan ilahi dalam diri, jiwa,
dan hati manusia dalam meluruskan prasangka, sehingga komunikasi
transendental dilihat dari pendekatan post-modernisme dan eksistensi
fitrah manusia di muka bumi.
Di samping akal, ada lagi pengetahuan spiritual yang menuntun
manusia dalam menjalani kehidupannya. Ilmu pada tataran verbal,
eksplisit, rasional, dan logis yang berhubungan dengan pancaindra terkait
dengan aspek biologis dan ini sejajar dengan ilmu pada tataran misteri,
kesamaran, kontadiksi tidak logis, dan pengalaman transendental. Karena
itu komunikasi transendental yang dapat memberikan motivasi dan
21
spiritual akan menjadi dasar untuk mengungkap kisteri komunikasi dan
kesamaran komunikasi di luar batas kemampuuan berpikir manusia.
2.2 Debus
2.2.1 Definisi Debus
Debus merupakan kesenian bela diri dari Banten yang
mempertunjukan kemampuan manusia yang luar biasa. Misalnya kebal
senjata tajam, kebal air keras dan lain- lain.
Kesenian ini berawal pada abad ke-16, pada masa pemerintahan
Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570). Pada zaman Sultan Ageng
Tirtayasa (1651—1692) Debus menjadi sebuah alat untuk memompa
semangat juang rakyat banten melawan penjajah Belanda pada masa itu.
Kesenian Debus saat ini merupakan kombinasi antara seni tari dan suara.
Ada beberapa definisi Debus yang peneliti temukan, seperti Debus
merupakan pencak silat yang berhubungan dengan ilmu kekebalan sebagai
refleksi sikap masyarakat Banten untuk mempertahankan agamanya.
Debus sejenis kekebalan yang dimiliki oleh seseorang terhadap benda
tajam. Debus merupakan kekuatan gaib atau ajaib yang tahan terhadap
benda tajam, tusukan, pukulan, dan dibakar oieh api.
Arti dan makna kata Debus saat ini peneliti temukan, ada dua
pengertian yang diyakini kebenarannya, yaitu muncul pertama dari salah
seorang pemerhati terhadap Kesenian Debus ini, yaitu Bapak A
22
Sastrasuganda yaitu pensiunan Kepala Seksi Kebudayaan Kandepdikbud
kabupaten Serang, mengatakan bahwa Debus berasal dari bahasa Sunda.
Kata debus ―tembus‖ (Sandjin Aminuddin, 1997:153). Debus yang berarti
tembus menunjukkan bahwa alat-alat yang diperagakan adalah benda-
benda tajam dalam permainan tersebut dapat menembus badan para
pemainnya. Kedua, Debus berasal dari kata gedebus, yaitu nama salah satu
benda tajam yang digunakan dalam permainan tersebut. Karena permainan
Debus adalah permainan kekebalan tubuh, maka debus dapat pula
diartikan ―tidak tembus‖ oleh berbagai senjata yang ditusukkan atau
dibacokkan ke tubuh manusia.
Menurut Dr H Imron Arifin yang meneliti debus tahun 1988, nama
debus berasal dari bahasa Arab yang bermakna ―jarum‖ atau alat penusuk.
Sebab permainan itu ditandai oleh keberadaan alat tusuk baik yang
ditusukkan ke pipi, leher, dada, tangan, maupun almadad yang ditikamkan
ke tubuh tapi tidak tembus. Istilah debus sendiri berasal dari Baghdad
terkait dengan aliran tarikat tertentu.
Dalam permainan Debus terdapat kolaborasi antara kekebalan
tubuh dan permainan pencak silat. Atraksi permainan ini membuat para
penonton merasa ngeri karena senjata tajam seperti golok, gedebus
(almadad), dan lain-lain atau bahkan api yang membakar manusia tidak
mampu melukai para pemainnya. Oleh karenanya, ada yang mengatakan
Debus sebagai permainan sulap yang mampu mengelabui mata para
penonton.
23
2.2.1 Sejarah Debus
Asal mula debus tidak dapat dipisahkan dari penyebaran agama
Islam di daerah Banten. Debus adalah salah satu sarana dalam penyebaran
agama Islam tersebut. Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasaa
pada abad XVII (1651-1652), Debus dijadikan alat meningkatkan
semangat juang dalam perjuangan melawan Belanda.
Kesenian debus adalah kesenian yang bergerak dan tumbuh di tiga
daerah kabupaten yang ada di Banten yakni Kabupaten Serang,
Pandeglang, dan Lebak. Istilah debus sampai saat ini belum ditemui arti
yang pasti. Namun menurut Almarhum Tb A. Sastrasuganda (dalam
Aminudin, 1995:155) kata debus berasal dari kata ― tembus ― yakni alat
yang tajam yang dapat menembus badan manusia. Asal kata ini masuk
akal mengingat alat-alat yang dipakai dalam permainan debus adalah
senjata atau alat-alat yang tajam yang bisa melukai manusia seperti golok,
parang, dan lain sebagainya. Debus sering dinamai pula dengan istilah
Almadad (kekuatan) (Maman. 2004).
Debus dikolaborasikan dengan kesenian Pencak silat, maka dapat
dikatakan bahwa Debus merupakan kesenian bela diri. Sultan Ageng
Tirtayasa memberi warna Debus dengan ilmu kekebalan tubuh kepada
para pengikutnya dengan jampi-jampi yang diambil dari ayat suci Al-
Qur‘an. Ayat-ayat tersebut dihapalkan dan diresapi secara mendalam
sehingga dapat mempertebal semangat moral dalam melawan Belanda.
Kesenian Debus sangat berperan dalam alur sejarah rakyat Banten dalam
24
melawan penjajah Belanda pada masanya yang dilandasi ajaran agama
Islam sebagai keyakinan dalam melakukan perjuangan tersebut.
Menurut Dr H Imron Arifin, kesenian debus berasal dari Tarikat
Rifa‘iyyah, yaitu tarikat yang dinisbatkan kepada Syaikh Ahmad Rifa‘i al-
Baghdady, seorang tokoh sufi yang mengajar pengetahuan ruhani aneh.
Dikatakan ganjil dan aneh, karena Syaikh Ahmad Rifa‘i mengajari murid-
muridnya untuk berdzikir yang khusyuk di mana untuk menguji
kekhusyukan Syaikh Ahmad Rifa‘i melakukan tindakan-tindakan ganjil
seperti menyulut tubuh muridnya dengan bara api, digigitkan ular kobra,
ditusuk besi tajam, dikepruk benda keras, bahkan dilempar ke kobaran api.
Jika sang murid masih sakit dan berteriak, maka itu pertanda dzikirnya
kurang khusyuk Begitulah tarikat Rifa‘iyyah dikenal sebagai penyebar
ajaran debus dalam berdzikir yang dilakukan dengan suara lantang.
Ajaran Tarikat Rifa‘iyyah diketahui disebarkan di Aceh oleh
Syaikh Nuruddin Ar-Raniri di mana tokoh ini memiliki murid Syaikh
Yusuf Tajul Khalwati al-Makassari. Rupanya, Syaikh Yusuf Tajul
Khalwati al-Makassari inilah yang pertama kali mengajarkan debus di
Banten, karena beliau bersama-sama dengan Sultan Ageng Tirtayasa
melawan Belanda. Namun belum diketahui, kapan debus sebagai metode
dalam tarikat berubah menjadi seni.
Dalam bahasa arab debus Berarti senjata tajam yang terbuat dari
besi yang mempunyai ujung yang runcing dan bentuknya sedikit bundar.
Karena itulah alat tersebut dipergunakan sebagai alat untuk menghantam
25
atau melukai setiap pemain debus, yang mempertunjukkan atraksi
kekebalan tubuh. Selain itu juga masih banyak variasi-variasi atraksi lain
seperti menusuk perut, dengan benda tajam biasanya menggunakan paku
Banten yang runcing, memakan bara api, menusukkan jarum panjang ke
lidah, kulit, pipi sampai tembus dan hasilnya tidak ada luka sama sekali
dan tidak mengeluarkan darah tetapi dapat disembuhkan pada seketika itu
juga, menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian yang melekat di
badan hancur, mengunyah beling/serpihan kaca, membakar tubuh. Dan
masih banyak lagi atraksi yang mereka lakukan.
2.3 Kerangka Pemikiran
Berikut ini akan dijelaskan bagan atau proses penelitian yang mungkin
dapat dilakukan. Secara formal akademik/ilmiah, penelitian komunikasi
transendental masih jarang dilakukan, karena disiplin ilmu komunikasi
transendental sendiri belum banyak dikenal di lingkungan akademik. Sebagai
disiplin ilmu yang baru dikenal, komunikasi transendental tidak mungkin dapat
melakukan penelitian secara mandiri tanpa partisipasi disiplin ilmu lainnya,
seperti penelitian agama, penelitian komunikasi, penelitian sosiologi, dan
penelitian-penelitian sosial maupun penelitian ilmu alam lainnya. Model dan
contoh penelitian yang akan dipaparkan dalam bagian ini adalah penelitian
komunikasi transendental dalam perspektif filsafat Islam (perspektif lain seperti
antropologi dan lain sebagainya dijadikan sebagai ilmu yang menopang penelitian
komunikasi spiritual).
26
Penelitian fenomena komunikasi spiritual meskipun dapat dilakukan, tetapi
tidak bisa meneliti secara utuh realitas/unsur yang ada dalam komunikasi tersebut,
terutama realitas tentang Allah SWT sebagai salah satu partisipan dari komunikasi
transendental (spiritual). Terdapat beberapa aspek/wilayah yang dapat diteliti
sekitar dinamika dan realitas komunikasi spiritual.
Dalam proses komunikasi spiritual banyak tersirat serta tersurat peluang
dan wilayah penelitian yang dapat dilakukan oleh ilmuwan komunikasi. Banyak
aspek komunikasi spiritual yang dapat diteliti, misalnya partisipan komunikasi
spiritual, media komunikasi spiritual, pesan komunikasi spiritual, proses
komunikasi spiritual, feedback dan efek komunikasi spiritual, serta aspek-aspek
lainnya.
Sebagai landasan berpijak penelitian, maka dalam melakukan penelitian
tentang fenomena komunikasi spiritual manusia dapat menggunakan beberapa
teori, yang disesuaikan dengan konteks penelitian yang akan dilakukan. Ketika
ingin mendeskripsikan tentang bagaimana tradisi, cara, metode dan pola
komunikasi spiritual seseorang, maka lebih tepat bila menggunakan paradigma
penelitian postposivisme.
Dengan menggunakan paradigma postpositivisme peneliti dapat melihat
realitas komunikasi spiritual seseorang, maka peneliti dapat mengungkapkan
rahasia di balik abstrak atau private-nya komunikasi tersebut. Peneliti dapat
menelusuri atau menggambarkan bagaimana perasaan, pendapat, atau mungkin
harapan dari subyek penelitian, terutama bagaimana subyek penelitian merasakan
eksistensi (kehadiran) Allah sebagai mitra komunikasinya.
27
2.4 Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya banyak sekali yang membahas seni tradisional
Debus Banten. Kini peneliti ingin memberikan perbandingan penelitian yang saat
ini akan peneliti lakukan dengan penelitian sebelumnya yang telah terlaksaakan.
Banyak sekali dari universitas-universitas nasional maupun swasta yang
melakukan observasi atau penelitian yang menpunyai tujuan dan maksud yang
berbeda-beda.
28
Nama Makmum Muzzari R Isman Pratama
Nasution
Penelitian Penulis
Judul Tarekat dan Debus
Rifaiyah di Banten
JAWARA BANTEN
(Studi Kepemimpinan
Tradisional di Desa
Tegal Sari Kec.
Walantaka Kab. Serang
Komunikasi
Transendental dalam
Debus (Studi
dESKRIPTIF terhadap
Pemain Debus Maung
Pande di Pandeglang)
Universitas Universitas Indonesia Universitas Islam Negri
Sunan Kalijaga
Yogyakarta
Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa
Tahun 2001 2009 2018
Metode
Penelitian
Kualitatif kualitatif Kualitatif
Hasil
Penelitian
Membuka penelitian
tentang tarekat dan
debus sebagai proses
ritual keagamaan dan
seni bela diri di banten.
Menelaah deskriptif
Jawara banten sebagai
peran pemimpin di
banten dan sering biasa
di sebut orang kuat, dan
sering juga Jawara
sebagai pemain Dbeus
Banten.
Persamaan Membahas peranan Membahas peranan Membahas Kesenian
29
debus dalam
masyarakat
debus dalam
masyarakat dan Jawara
Banten sebagai pemain
Debus.
Debus sebagai
Fenomena Masyarakat
Banten.
Perbedaan Membahas tentang
Ilmu Tarekat sebagai
proses ritual
keagamaan dan seni
Debus
Membasah Kaitan
antara
pemimpin/Jawara
banten dengan
kemampuan tenaga
dalam (Ilmu
Kanuragan)
Membahas proses ritual
dan cara
mengimplementasi
Komunikasi
Transendental sebagai
komunikasi Pemain
debus dengan Tuhan
sebagai bentuk ritual
sebelum melakukan
atraksi debus.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan atau Metode Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007:6).
Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian
deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah
yang ada sekarang berdasarkan data-data. Pengertian metode deskriptif menurut
Sugiyono (2009:21), ―Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan
untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.‖ Jenis penelitian deskriptif kualitatif
yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi
mengenai proses ritual dalam pertunjukan Debus melalui studi Komunikasi
Trasendental secara mendalam dan komprehensif. Selain itu, dengan pendekatan
kualitatif diharapkan dapat mengungkapkan situasi dan permasalahan yang
dihadapi dalam pertunjukan Debus.
Pengertian metode penelitian deskriptif menurut Djalaludin Rakhmat
bahwasanya metode penelitian deskriptif adalah:
31
“Memaparkan situasi atau peristiwa, mengumpulkan informasi aktual
secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasikan
masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku,
membuat perbandingan atau evaluasi dan menentukan apa yang dilakukan
orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari
pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada
waktu yang akan datang”. (Rakhmat 1998 : 25)
Penelitian ini direncanakan dengan cara peneliti mengunjungi langsung ke
lokasi perguruan paguyuban Maung Pande yang berlokasi di Desa Alas Wangi
Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Perguruan paguyuban
tersebut memiliki beberapa pemain debus yang sudah berpengalaman. Paguyuban
tersebut dipimpin oleh seorang guru besar yang masih ada hingga saat ini.
Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber
data. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu situasi sosial merupakan kajian
utama penelitian kualitatif. Peneliti mengunjungi lokasi tersebut, memahami dan
mempelajari situasi. Penelitian dilakukan pada waktu interaksi berlangsung di
tempat kejadian. Peneliti mengamati, mencatat, bertanya, menggali sumber
informasi yang erat hubungannya dengan peristiwa atau kejadian yang terjadi saat
itu. Hasil-hasil yang diperoleh pada saat itu segera disusun saat itu pula.
3.2 Paradigma Penelitian
Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas
dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan
praktisinya. Paradigma menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah, dan
masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya
32
apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau
epistemologis yang panjang (Mulyana, 2003).
Paradigma yang digunakan di dalam penelitian ini adalah paradigm
postpositivisme. Postpositivisme adalah aliran yang ingin memperbaiki
kelemahan pada Positivisme. Postpositivisme sependapat dengan Positivisme
bahwa realitas itu memang nyata, ada sesuai hukum alam. Tetapi pada sisi lain,
Postpositivisme berpendapat bahwa manusia tidak mungkin mendapatkan
kebenaran dari realitas apabila peneliti membuat jarak dengan realitas atau
tidak terlibat secara langsung dengan realitas.
Paradigma ini merupakan aliran yang ingin memperbaiki kelemahan-
kelemahan positivisme, yang hanya mengandalkan kemampuan pengamatan
langsung terhadap objek yang diteliti.
Peneliti menggunakan paradigma postpositivisme untuk mengetahui
proses Komunikasi Transendental dalam pencapaian proses pemain debus dalam
mencapai kekebalannya. Dengan menggunakan paradigma tersebut peneliti dapat
menganalisis setiap proses komunikasi secara mendalam dan jelas, dan
mendeskripsikannya sesuai dengan realitas yang ada.
3.3 Ruang Lingkup / Fokus Penelitian
Penentuan fokus penelitian menjadi hal yang penting bagi penelitian
kualitatif, dimulai dengan penemuan masalah yang kemudian dianalisis oleh teori
yang ada didalam Ilmu Komunikasi. Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji
yang diteliti sehingga nantinya tidak akan ada kesalahpahaman. Selain itu, penulis
33
juga ingin memudah para pembaca dalam memahami penelitian ini. Adapun
batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pertama, penulis ingin mengetahui bagaimana proses pemain
Debus mempersiapkan pertunjukannya.
2. Kedua, penulis ingin mengetahui bagaimana hubungan antara
komunikasi transcendental pada proses ritual yang biasa dilakukan oleh
pemain debus.
3. Ketiga, penulis ingin mengetahui bagaimana tarekat islam
mempengaruhi proses ritual pemain debus sebelum mempersiapkan
pertunjukannya.
4. Keempat, penulis ingin menjelaskan bagaimana kolaborasi antara
komunikasi transcendental dengan proses ritual sehingga pemain Debus
dapat mencapai kekebalannya.
3.4 Lokasi Penelitian
Peneliti melakukan penelitian di Pergururuan Paguyuban Maung Pande, di
Desa Alas Wangi Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.
3.5 Fenomena yang Diamati
3.5.1 Definisi Konsep
Dalam penelitian ini penulis akan membatasi kajian yang diteliti
sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman. Selain itu, penulis juga ingin
memudahkan pembaca dalam memahami proses penelitian ini. Adapun
34
batasan kajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Yaitu, penulis ingin
mengetahui bagaimana proses komunikasi transendental dalam sebuah
pertunjukan debus. Selain itu, mengapa komunikasi transendental dilakukan
sebelum pertunjukan debus dan bagaimana proses komunikasi transendental
yang dilakukan para pemain Debus.
3.5.2 Definisi Operasional
Fenomena yang akan diamati dalam penelitian kualitatif ini yaitu
bagaimana proses komunikasi transendental pemain debus dalam
pertunjukkannya dan mengapa harus ada ritual dari para pemain debus
sebelum peruntukkan di mulai.
3.6 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi intrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri Sugiyono (2010: 59). Peneliti sebagai human intrument
berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan
data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Oleh karenanya dalam penelitian
ini, peneliti sendirilah yang menjadi instrumen penelitian sebagai pengumpul data
utama.
3.7 Informan Penelitian
Pemilihan informan adalah responden penelitian yang berfungsi untuk
menjaring sebanyak-banyaknya informasi yang dapat bermanfaat untuk bahan
35
analisis penelitian dan konsep serta proporsi sebagai temuan peneliti. Terdapat
dua jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder. Ruslan (2004:29) mengartikan bahwa data primer adalah data yang
diperoleh langsung dari objek penelitian lapangan perorangan, kelompok dan
organisasi. Sedangkan Bungin (2009:122) mengartikan data sekunder adalah data
yang diperoleh dari sumber kedua atas data yang kita butuhkan. Maka data
sekunder didapat dari Informan pendukung. Selain itu, penulis melakukan
observasi dengan jenis observer as participant, dimana penulis akan mengikuti
kegiatan apa saja yang dilakukan oleh informan berdasarkan izin dari informan
tersebut.
Informan yang akan di teliti nanti seorang informan yang terpercaya yang
dapat menjelaskan pokok bahasan yang akan di teliti. Banyak informan
pendukung sebagai pendukung observasi agar tercapainya apa yang telanh
direncanakan oleh peneliti untuk keperluan observasi. Adapun informan-informan
yang nanti akan dimintai keterangan dan penyataannya yang berhubungan dengan
Komunikasi Transesndental dalam Debus.
Informan merupakan orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi ia harus memiliki
pengalaman mengenai latar pengalaman. Pemanfaatan informan bagi peneliti ialah
agar dalam waktu yang relatif singkat banyak informasi yang terjaring, jadi
sebagai sampling internal, karena informan dimanfaatkan untuk berbicara,
bertukar pikiran atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek
lainnya. Informan yang akan diwawancara dalam penelitian ini terdiri dari delapan
36
informan yang dibagi menjadi tiga bagian, yakni informan kunci (key
informan),informan kedua (second informan), dan informan pendukung.
Tabel 3.1
Data Informan
No. Kategori Informan
Informan Kunci
(Data Primer)
Informan Kedua
(Data Skunder)
Informan
Pendukung
1.
Dr. H. Furqan
(Ketua Umum Padepokan
Maung Pande
Surya Galung
(Guru Besar
Padepokan
Maung Pande
H. Sofyan S.Pd,.
(Sekjen
Padepokan
Maung Pande)
3.8 Teknik Pengolahan Data
Penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini. Teknik pengumpulan data merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam sebuah penelitian yang dilakukan. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu lapangan dan pustaka. Pengumpulan
data di lapangan dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi
1. Wawancara
Pada hakikatnya wawancara adalah suatu kegiatan untuk
memperoleh informasi secara mendalam yang berasal langsung dari
sumbernya. Dalam penelitian ini, wawancara juga digunakan sebagai
37
pembuktian terhadap informasi yang digunakan. wawancara dilakukan
untuk mendapatkan data yang lebih mendalam dari narasumber yang
menguasai permainan debus.
Wawancara dilakukan dengan tidak terstruktur atau wawancara
mendalam. Hal ini dilakukan untuk dapat lebih dekat dan mampu
menyelami informan secara personal sehingga informasi yang didapatkan
dapat lebih banyak. Proses wawancara dilakukan dengan narasumber
yang dianggap memiliki kompetensi dan relevan dengan objek penelitian.
2. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan
peneliti untuk mengamati atau mencatat suatu peristiwa dengan
penyaksian langsung dan biasanya peneliti dapat sebagai partisipan atau
observer dalam menyaksikan atau mengamati suatu objek perestiwa yang
sedang ditelitinya.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bagian dari cara mengambil data
konkret suatu penelitian, dokumentasi bisa berbentuk hasil suara, foto
dan video. Hasil dokumentasi biasa dijadikan lampiran atau bagian
pendukung yang dapat mendukung penelitian tersebut benar diteliti oleh
peneliti.
38
3.7.1 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada
analisis Milles & Hiberman, yaitu proses analisis data yang digunakan secara
serempak mulai dari proses pengumpulan data, mereduksi, mengklarifikasi,
mendeskripsikan, menyimpulkan, dan menganalisis serta menginterpretasikan
semua informasi secara selektif. Analisis data terkandung dalam tiga tahapan
akhir yaitu:
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang pada umumnya
dilakukan dengan mengklasifikasikan sesuai hakikatnya sehingga
masing-masing data dapat lebih mudah untuk dianalisis sesuai dengan
tujuan penelitian.
b. Penyajian Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun dan
terstruktur berisi proses interpretasi, pemberian makna, baik secara emik
atau etik, baik terhadap unsur-unsur maupun totalitas sehingga memberi
kemudahan dalam penarikan kesimpulan.
c. Menarik Kesimpulan/Verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan usaha untuk mengungkapkan
hasil selama proses pelaksanaan penelitian, yakni mengungkapkan
keseluruhan hasil penelitian yang telah mengalami serangkaian proses
analisis dari data yang didapatkan.
39
3.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian
Peneliti melakukan penelitian di Pergururuan Paguyuban Maung Pande, di
Desa Alas Wangi Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.
3.8 Jadwal Penelitian
Sedangkan estimasi untuk jadwal penelitian dilakukan dengan beberapa
tahap dan berkala melalui tahapan pra penelitian dan penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan jadwal yang penulis susun sebagai
berikut :
No Kegiatan Januari
2018
Pebruari
2018
Maret
2018
April
2018
1 Pengajuan Judul Penelitian X
2 Pengesahan Judul Penelitian X
3 Penyusunan Proposal X
4 Pengesahan Proposal
Penelitian
X
5 Pengajuan Bab I s.d. 3 X
6 Pengesahan Bab 1 s.d. 3 X
40
7 Pengajuan Instrumen
Penelitian
X
8 Penyusunan Bab 4 dan 5 X
9 Pengajuan Bab 4 dan 5 X
10 Pengesahan Bab 4 dan 5 X
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Pada bab ini peneliti akan menjelaskan secara studi deskriptif bagaimana
pemain debus Maung Pande dapat mencapai kekebalannya melalui komunikasi
transendental. Hasil wawancara dengan informan dan observasi lapangan, peneliti
akan mengolahnya menjadi hasil penelitian yang konkret dan dapat dijadikan
bahan referensi.
4.1.1 Sejarah Padepokan Maung Pande
Awal mula Padepokan Maung Pande didirikan atas dasar ingin
membentuk paguyuban antar pendekar di Banten, pada tahun 1979 oleh Alm.
Tb. Kemed Abdul Kohar dan Alm. Tb. Asmail Hasan di Menes Kab.
Pandeglang Provinsi Banten. Versi lain terbentuknya Padepokan Maung
Pande menurut Dr. H. Furqan selaku informan kunci, beliau mengatakan:
“awal mula terbentuknya maung pande itu atas ajakan H. Chasan Sohib
untuk membawa jawara-jawara banten ke Jakarta bertemu pemerintah pusat,
membahas pembentukan daerah otonomi baru, yaitu membentuk Provinsi
Banten. Setelah Provinsi Banten Terbentuk perkumpulan jawara-jawara
banten yang H. Chasan sohib bentuk akhirnya dengan Abah Tb. Asmail
(ayahnya kang Surya) lanjutkan dan dijadikan Padepokan Maung Pande”
(wawancara 12 juli 2018)
Maung Pande juga bisa merupakan singkatan dari Manusia Unggul
Pandeglang disingkat Maung Pande. Padepokan Maung Pande juga bisa
42
disebut Paguyubannya para Jawara Banten, kadang juga disebut sebagai
Paguyuban atau perkumpulan berbagai aliran Debus yang ada di Indonesia.
Sampai saat ini Maung Pande telah mendidik 20.000 anggota yang akhirnya
membentuk padepokan mereka sendiri. Saat ini anggota yang terdaftar dan
aktif dalam berbagai kegiatan yang di adakan oleh Maung Pande maupun
hasil undangan ada 600 anggota.
Berdasarkan wawancara dengan informan, saat ini Paguyuban
Padepokan Maung Pande telah membentuk perguruan-perguruan dibawah
naungan Maung Pande, saat ini yang terdata sebagai turunan perguruan
Maung Pande ada 125 perguruan di Banten, namun Paguyuban Padepokan
Maung Pande tidak hanya ada di Provinsi Banten saja namun tersebar juga di
daerah-daerah yang ada di Indonesia, ada sekitar 240 perguruan turunan
Paguyuban Padepokan Maung Pande yang terdaftar dan tersebar di daerah di
Indonesia.
Padepokan Maung Pande secara legalitas dikukuhkan pada tahun 2005,
dikukuhkan secara legal hanya menjadi yayasan untuk melestarikan
kebudayaan kesenian Debus Banten.
Pada setiap perguruan atau padepokan pasti memiliki aliran silat atau
bela diri yang digunakan, karena silat sebagai proses awal pembukaan
sebelum pertunjukkan Debus dilakukan. Padepokan Maung Pande
menggunakan aliran silat Cimande yang berdasarkan gerakan-gerakan solat.
43
Karena pada dasarnya pertunjukkan Debus juga dijadikan alat untuk syiar
islam kepada masyarakat sekitar.
4.2 Deskripsi Data Penelitian
Penelitian dilakukan di dua tempat, pertama wawancara di kediaman Dr. H.
Furqan di desa Kadu Gading Menes dengan fokus wawancara mengenai proses
pemain debus dalam mencapai kekebalannya melalui Komunikasi Transendental
dan Kesenian Debus dilihat secara ilmiah melalui kacamata seorang Dokter.
Kedua penelitian dilakukan di kediaman Kang Surya yang bertepatan acara
Aqiqah putrinya. Dengan fokus observasi proses sebelum pertunjukkan Debus dan
hasil pertunjukkannya.
Dalam setiap proses pasti terdapat adanya sebuah tahapan yang harus
dilalui, tahapan-tahapan tersebut dilalui untuk pencapaian tujuan tertentu. Pada
pertunjukan debus ini terdapat adanya tahapan-tahapan dimana setiap pemain
debus harus dapat melewatinya yaitu dimanamakan proses ritual. Dalam tahapan
ini setiap pemain debus harus sungguh-sungguh untuk melewatinya, karena
tahapan ini merupakan awal dalam mempelajari debus itu sendiri.
Pada setiap ritual yang dilakukan oleh pemain debus bersifat sakral dan
bahkan ritual itu hanya dapat diketahui oleh orang yang memang benar-benar
mendalami kesenian debus, tidak semua orang tahu apa saja ritual pada kesenian
debus Banten ini karena sifatnya sangat rahasia. Pada setiap tahapan tidak selalu
berjalan mulus, ada beberapa tahapan yang terkadang sulit untuk dilalui oleh
pesertanya. Disinilah peneliti mulai mengetahui apa saja tahapan dalam proses
44
ritual itu sendiri dari awal hingga akhir serta kesulitan seperti apa yang harus
dilalui dan dijalani.
4.2.1 Proses Ritual Debus
Dalam setiap proses pasti terdapat adanya sebuah tahapan yang
harus dilalui, tahapan-tahapan tersebut dilalui untuk pencapaian tujuan
tertentu. Pada debus Padepokan Maung Pande ini terdapat adanya tahapan-
tahapan dimana setiap pemain debus harus dapat melewatinya yaitu
dimanamakan proses ritual. Dalam tahapan ini setiap pemain debus harus
sungguh-sungguh untuk melewatinya, karena tahapan ini merupakan awal
dalam mempelajari debus itu sendiri.
Pada setiap ritual yang dilakukan oleh pemain debus bersifat sakral dan
bahkan ritual itu hanya dapat diketahui oleh orang yang memang benar-benar
mendalami kesenian debus, tidak semua orang tahu apa saja ritual pada
kesenian debus Banten ini karena sifatnya sangat rahasia. Pada saat peneliti
melakukan wawancara guru besar Padepokan Maung Pande tidak
medeskripsikan secara jelas proses ritual pemian debus secara rinci, yang
dijelaskannya hanya secara umum.
Pada penetitian ini peneliti melakukan sebuah wawancara dengan
pertanyaan pertama adalah: Apa saja tahapan dalam proses ritual sebelum
pelaksanaan debus tersebut? Sebelum menjawab pertanyaan informan
bercerita terlebih dahulu mengenai sejarah debus di Banten itu sendiri,
45
dimaksudkan agar peneliti mengetahui asal-usul ritual pemain debus itu sudah
ada sejak jaman dahulu, Dr. H. Furqan menjelaskan bahwa:
―Di maung pande ritual-ritual seperti itu sebenernya adanya di awal
sebelum pemain itu bisa dan berniat mendalaminya dan nanti pada saat
pemain itu tampil tidak perlu lagi bantuan gurunya. Di maung pande
biasanya kita ritualnya dengan shalat, puasa, dan dzikir, itu kan sudah
umum ya, nah disini kita lebih menekankan keyakinan atas pertolongan
Allah SWT sebagai pelindung dan penyelamat saat kita
mempertunjukkan debus, nah makannya kalo mau mentas debus tidak
boleh takabbur atau sombong, nanti ga di lindungin dan ditolongin
sama Allah.‖ (wawancara Informan Kunci 12 juli 2018).
Kutipan diatas di perkuat oleh informan ke 2, mengenai proses atau
tahapan yang dilakukan pemain debus sebelum pertunjukkan. Kang Surya
menguatkan dengan berkata sebagai berikut :
―Pada saat pelaksanaan, seperti biasa doa-doa dibaca dahulu, kemudian
musik dimainkan, musik mulai pelan kemudian pemain duduk didepan
panggung dengan posisi kaki melipat kebelakang, disitu biasanya bakar
kemenyan terlebih dahulu, tapi kemenyan disini kita pake Cuma
sebagai artistik untuk meningkatkan suasa mistik dan kesan seram.
kemudian guru atau ketua maju kedepan untuk melantunkan doa-doa
atau dzikiran sebagai pembukaan ritual sebelum atraksi dimulai. Ada
beberapa doa pada saat pelaksanaan debus ini misalnya ketika mau
melakukan permainan golok disini ada doa-anya seperti membaca
bismillah, kemudian ayat 20, kulhu falakbinnas, syahadat-syahadat, dan
doa hadarat. itu sebagian doa yang bisa dikasih tau. Selebihnya harus
belajar sendiri agar bisa dan tau makna didalamnya‖ (wawancara
informan Pendukung 12 Juli 2018).
Dalam Padepokan Maung Pande tidak menggunkan hal gaib yang
keluar dr ajaran atau tarekat islam, sesuai dengan peninggalan nenek moyang
dulu, yang harus ditempa dalam diri seorang pemain debus adalah jiwa dan
niatnya. Keyakinan yang kuat berpengaruh terhadap pertunjukkan debus
karena bila kita takut dan tidak yakin melakukan sebuah atraksi, biasanya
akan terjadi kesalahan, seperti saat akan menyayat tubuh dengan golok saat
46
bagian tubuh yang berdarah dan tersayat tidak bisa merapat dan keluar
banyak darah.
Ada istilah sohor atau takabbur, artinya sombong, guru selalu
mengingkatkan akan persiapan sebelum pertunjukkan jangan sampai apa
yang di pertunjukkan atas dasar niat yang salah, seperti sombong itu sendiri.
Menghilangkan niat sombong bukan karena tidak ingin dilihat, melainkan
untuk jangan sampai ingin dilihat hebat dan mempunyai kemampuan
kekebalan terhadap benda tajam. Dalam mempertunjukkan debus harus
dengan niat untuk semata-mata melestarikan kebudayaan tang telah
diturunkan oleh nenek moyang kita.
Kembali pada pembahasan awal, bagaimana proses ritual pemain debus
sebelum mencapai kekebalannya. Peneliti ingin menjelaskan tahapan yang
dilakukan seorang pemain debus sampai akhirnya ia bisa mencapai
kekebalannya. Informasi yang peneliti dapatkan, bahwa biasanya tidak ada
persiapan atau proses ritual khusus. Berikut kutipan percakapan dengan Kang
Surya.
―Persiapan khusus, kalo saya mah tidak ada, murid-murid saya juga tidak
ada, tapi ya itu tadi adanya keyakinan dan tekad yang kuat dari tiap
pemain. Paling saya ngatransfer doa lewat jejampean terus nanti tinggal
ditanam. Yang pasti harus yakin karena semuanya milik Allah SWT.
Kalo persiapan balik lagi itu ada di tahapan awal pemain itu ingin bisa
dan mempelajari, begitu kalau menurut saya mah.‖
Hasil observasi yang peneliti lakukan, Ada lima tahapan yang
ditemukan, tahapan tersebut harus dilalui seorang pemain debus dari awal
tidak bisa sampai ia mencapai kekebalannya.
47
Pertama, sebagai orang yang ingin belajar dan memperdalam ilmu
kekebalan, sebelum menjadi pemain harus mencari dan memilih guru atau
syaikh yang kita percayai dan dapat mentransfer ilmunya serta membimbing
agar dapat focus mencapai tujuannya menjadi pemain debus.
Kedua, setelah mendapatkan guru, tahapan selanjutnya adalah guru
akan mengarahkan syarat sebagai pemain debus itu harus taat pada ajaran
atau tarekat islam dengan tidak meninggalkan ibadah. Biasanya awal mula
prosesnya pemain debus akan diarahkan melakukan puasa, ada puasa 7 hari,
30 hari dan puasa patih geni selama 2 hari.
Dalam tahapan ini pemain debus harus mentaati segala peraturan yang
dibuat oleh guru maupun padepokan, karena peraturan itu biasanya itu sudah
menjadi ketetapan yang sudah dibuat dan turun temurun dilaksanakan. Dasar
mentaati peraturan dari guru juga saja saja harus menjauhi larangan-larangan
yang sudah ada dalam peraturan tarekat islam, seperti berzinah, minum-
minuman keras, mencuri dan lain-lain.
Ketiga, tahapan ketiga ini pemain debus harus berlatih memperkuat
tubuh agar tidak mudah terluka maupun tertusuk benda tajam. Karena pada
dasarnya pertunjukkan debus sendiri menggunakkan trik olah tubuh yang
dengan kita berlatih olah raga bisa dengan melakukan pemanasan atau
mengencangkan otot-otot.
Keempat, silat menjadi tahapan paling penting, dimana setiap aliran
padepokan pasti mewajibkan pemainnya dapat mempertunjukkan
48
kemampuan bersilat. Pada sebelum pertunjukkan debus dipertunjukkan ada
pertunjukkan silat yang biasa sebagai tansisi sebelum pertunkukkan debus di
mulai. Aliran yang digunakan oleh Padepokan Maung pande adalah aliran
silat Tjimande.
Kelima, tahapan terakhir pemain debus harus bisa meyakinkan dirinya
bisa tahan dan kebal terhadap benda tajam. Pada tahap ini komunikasi
transcendental dipergunakan, beda dengan tahapan kedua dengan solat atau
ibadah lainnya, tahapan ini memiliki cara dengan melantunkan ayat-ayat suci
alquran dan mantra dari gurunya pemain debus dapat mencapai
kekebalannya.
Pada saat pertunjukkan debus peran seorang guru itu sebagai backup
pemainnya dalam mempertunjukkan kekebalannya. Sebelum pertunjukkan
guru memberikan jampean kepada pemain debus sebagai bentuk permintaan
keselamatan kepada Allah SWT.
Diagram 4.1
Mencapai Kekebalan
dengan Komunikasi
Transendental
Ibadah sesuai
Tarekat Islam
Mencari Guru
Olah tubuh dan Olah
Raga
Belajar Silat
49
Tahapan ritual sebelum pelaksanaan kesenian debus Banten
berlangsung beragam tergantung sejarah awal mereka bagaimana, tapi disini
pada intinya hampir sama tergantung mereka memaknainya seperti apa,
setelah melakukan wawancara peneliti mendapatkan jawaban tentang tahapan
sebelum debus itu berlangsung, meliputi, puasa terlebih dahulu, ada yang
menyarankan puasa itu dilaksanakan selama 7, atau 30 hari ada pula dengan
berpuasa 9 hari yang ke 3 harinya puasa geni, dimana puasa yang dilakukan
tanpa makan dan minum secara berturut-turut.
Setiap malam jumat dengan rutin para pemain debus berserta guru
mereka selalu mengadakan doa bersama dan pada malam jumat malam
Padepokan Maung Pande biasanya menggelar latihan di kediaman kang Surya
sebagai guru. Secara rutin Padepokan Maung Pande memiliki jadwal latihan
setiap malam jumat, dan malam sabtu.
Jika dilihat dari tahapan tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahawa
setiap kegiatan ritual yang dilakukan mempunyai persiapan khusus, persiapan
yang paling utama terletak pada diri pemain itu sendiri, dimana ada kesiapan
baik mental maupun fisik. Karena ilmu debus merupakan ilmu yang dasarnya
adalah keyakinan, keyakinan disisni bahwa seorang pemain debus harus
yakin terhadap Allah SWT dan yakin terhadap diri sendiri.
Mempelajari kesenian debus secara tidak langsung mempelajai tarekat
agama dalam hal ini agama Islam, karena jika dilihat dari sejarah debus itu
berfungsi sebagai syiar penyebaran pesan-pesan ajaran islam, secara tidak
50
langsung juga belajar debus belajar ilmu keislaman dan ilmu keselamatan
dunia dan akherat.
4.3 Profil Informan
4.3.1 Profil Informan Kunci
Nama : Dr. H. Furqan
TTL : Menes, 20 Oktober 1964
Pekerjaan : Dokter
Jabatan : Ketua Umun
Bapak Dr. H. Furqan merupakan seorang tenaga medis di daerahnya
Menes Pandeglang. Pria kelahiran Menes 20 Oktober 54 tahun silam ini,
menjabat sebagai ketua umum dari tahun 2005 setelah Padepokan Maung
Pande di kukuhkan oleh notaris. Beliau mulai belajar debus pada saat beliau
masih remaja, beliau tumbuh dan lahir dari keluarga kiyai yang setiap harinya
mempelajari ilmu agama, dari kecil sudah diajarkan ilmu bela diri atau silat
oleh orang tuanya yang akhirnya beliau juga mempelajari ilmu Debus.
Setelah lulus sekolah menengah atas, beliau meneruskan kuliah di
Universitas dengan jurusan Kedokteran dan memaksanya untuk merantau ke
berbagai daerah, beliau juga sempat tinggal beberapa tahun di Negara
Amerika untuk pendidikan kedokteran. Setelah sempat melanglang buana ke
berbagai daerah, akhirnya pada tahun 1998 beliau kembali ke tanah
51
kelahirannya untuk mengabdi dan melestarikan kebudayaan Debus
Padepokan Maung Pande.
Gambar 4.1
Dr. H. Furqan (Ketua Umum)
4.2.2 Profil Informan Pendukung
Nama : Surya Galung
TTL : Pandeglang, 4 Juli 1974
Pekerjaan : Guru
Jabatan : Guru Besar
Bapak Surya Galung atau biasa disapa Kang Surya, merupakan Guru
besar Padepokan Maung Pande, ayah dari kang Surya merupakan pendiri
52
Paguyuban Padepokan Maung pande, yaitu Tb. Asmail Hasan. Kang Surya
menekuni kesenian Debus sejak kecil hingga akhirnya dikukuhkan sebagai
Guru Besar, kang Surya saat ini telah mengajarkan silat dan kesenian Debus
lebih dari 20.000 orang.
Alumni Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung ini, memiliki
background sebagai seniman karawitan, namanya banyak dikenal diberbagai
daerah sebagai Guru Besar Debus. Banyak perguruan-perguruan Debus yang
beliau latih, yang akhirnya menjadi bagian naungan Padepokan Maung
Pande.
Gambar 4.2
Surya Galung
53
4.2.3 Profil Informan Pendukung
Nama : H. Sofyan S.Pd,.
TTL : Menes, 7 Agustus 1968
Pekerjaan : Pegawai Negri Sipil
Jabatan : Sekertaris Jenderal
Bapak H. Sofyan S.Pd, menjabat sebagai sekjen Padepokan maung
pande, bapak H. Sofyan bekerja sehari-hari sebagai Kepala sekolah SDN di
Menes. Putra asli Menes ini lahir pada 7 Agustus 1968 berperan memasukkan
kesenian Debus ke dalam sekolah-sekolah agar kesenian Debus maupun Silat
Banten dapat terus di lestarikan dan di jaga.
Gambar 4.3
H. Sofyan S.Pd,.
54
4.4 Pembahasan
Peneliti mencoba mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
diperoleh dan hasil wawancara dengan informan dengan melakukan observasi
langsung, peneliti dapat menganalisa proses komunikasi transendental pada
pelaksanaan kesenian debus Maung Pande dengan 2 orang sebagai informan dan 1
orang sebagai informan kunci yang terdiri dari 1 orang ketua umum sekaligus
pemain debus dari Padepokan Maung Pande, 1 orang ketua harian sekaligus guru
besar atau pelatih debus, dan 1 orang sekjen Padepokan Maung Pande, observasi
dan wawancara penelitian ini dilakukan di Kecamatan Menes Pandeglang.
Pembahasan disini peneliti menggunakan teori Komunikasi dasar yang
dikemukakan oleh Laswell, dan teori Komunikasi Transendental menurut Nina
Syam. Dalam pembahasan peneliti menggunakan unsur teori tersebut untuk
menguatkan menelitian dan agar bisa diuji hubungan antara objek yang diteliti
dengan terori yang digunakan.
4.4.1 Proses Komunikasi Transendental
Komunikasi transendental pemain debus Maung Pande,
mentransformasikannya ke dalam metode atau tarekat. Tarekat atau metode
yang di gunakan di Padepokan Maung Pande menggunakan tarekat islam,
karena debus itu kental dengan ajaran dan nilai-nilai agama islam. Di dalam
tarekat islam ada beberapa bentuk komunikasi transendental yang bisa
dilakukan agar dapat mencapai kekebalannya. Proses ini biasa dilakukan dari
awal yang sama sekali tidak bisa bermain Debus hingga akhirnya bisa.
55
Ritual dalam permainan debus sebenarnya adalah bentuk-bentuk
keagamaan yang dilandaskan atas ajaran agama atau kepercayaan. Dalam
permainan debus, proses komunikasi transendental harus dilaksanakan
dengan benar sesuai peraturan, hal ini terkait dengan tingkat kesiapan dan
keberhasilan dalam mencapai kekebalan seorang pemain debus.
Contoh komunikasi transendental pemain debus sebelum bisa
melakukan permainan debus bisa dengan berpuasa. Puasa merupakan latihan
pengendalian diri menahan hawa nafsu. Puasa dalam debus bukan seperti
puasa di Bulan Ramadhan seperti biasanya, sedangkan puasa dalam debus
merupakan upaya pengolahan batin dengan menggingat akan kebesaran dan
kekuasaan Allah SWT. Jumlah hari puasa yang harus dilakukan seorang
pemain debus bergantung pada kemampuan apa yang ingin ia dapat, misalkan
puasa yang dilakukan 3 hari, 7 hari, dan sampai 40 hari. Pada setiap
padepokan akan berbeda kebijakan atau peraturan terkait puasa. Adapun
larangan yang harus dipatuhi, tidak berzinah, tidak mencuri, tidak berjudi,
dan tidak minum-minuman keras. Yang dilarang oleh agama itulah yang
harus dijauhi oleh seorang pemain debus dalam proses komunikasi
transendental.
Pada saat ini debus sudah dikembangkan oleh beberapa perguruan yang
ada, salah satunya di Maung Pande, penggunaan tarekat islam hanya
dilakukaan saat seorang pemain debus dalam keadaan belum bisa sama sekali,
jadi penggunaan tarekat islam itu harus dengan niat kuat dan tekad yang keras
agar penggunaan tarekat islam tidak disalah gunakan. Harus dengan orang
56
yang memiliki niat untuk melestarikan kesenian debus, di Padepokan Maung
Pande ada cara lain selain menggunakan tarekat islam, yaitu menggunakan
kepercayaan dan kepasrahan kepada Allah SWT.
Kepercayaan dan kepasrahan atas Allah SWT bisa disebut sebagai
komunikasi Transendental, dimana hubungan sakral manusia kepada Allah
dengan cara berpasrah dan mempercayai segala keselamatan hanya milik
allah. Dibalik proses kepercayaan dan kepasrahan atas Allah SWT tetap ada
unsur tarekat islam didalamnya, karena dengan kita sholat, dzikir dan puasa
merupakan hal yang wajib dilakukan oleh seorang muslim.
Berdasarkan teori komunikasi yang peneliti gunakan, Lasswell
menjelaskan komunikasi merupakan suatu proses yang menjelaskana siapa,
mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa, dengan akibat atau efek
apa?. Berdasarkan proses diatas peneliti menemukan bagaimana proses
komunikasi transcendental pemain debus menggunakkan unsur-unsur atau
proses yang berdasarkan teori Lasswell.
a. Sumber
Pemain Debus menjadi sumber komunikasi, dimana pemain debus
merupakan pihak yang memiliki kepentingan utama ingin mencapai
kekebalannya. Pemain debus menjadi komunikator yang memiliki pesan
yang ingin disampaikan, komunikan atau penerima pesannya disini
adalah Tuhan.
57
b. Pesan
Pesan yang disampaikan oleh pemain debus adalah harapan dan niat
keinginan untuk menjadi kebal terhadap benda tajam. Dalam Komunikasi
Transendental pesan yang disampaikan tidak terlihat wujudnya namun
pesan yang dikomunikasikan memiliki efek pada akhirnya. Secara
spesifik isi pesan yang disampaikan oleh pemain debus memiliki esensi
pencapaian proses ritual yang dilakukan oleh pemain debus.
c. Saluran
Saluran atau media yang digunakkan oleh pemain debus dalam mencapai
kekebalannya melalui Shalat, Puasa, dan Wirid. Shalat, puasa, dan wirid
merupakan alat atau media yang digunakkan untuk menyampaikan pesan
kepada penerima. Contohnya, shalat tujuan utama pemain debus
berkomunikasi dengan AllahSWT, focus pada ibadahnya namun dibalik
itu ada tujuan lain untuk menyampaikan pesan pemain debus ingin
mencapai kekebalannya.
d. Penerima
Dalam penelitian ini, merujuk pada siapa penerima pesan dalam
komunikasi transendental. Penerima pesan yang dikomunikasikan oleh
pemain debus adalah Tuhan atau Allah SWT. Allah SWT dijadikan
penerima pesan yang disampaikan oleh pemain debus, dengan harapan
mencapai apa yang di harapkan dan pencapaian kekebalannya.
e. Efek
Efek yang dihasilkan melalui komunikasi transendental pemain debus
adalah mencapai kekebalannya, dalam pencapaiannya Tuhanlah yang
58
mengisyaratkan atas diterimanya pesan yang disampaikan pemain debus.
Pada efek yang dihasilkan peran guru juga berpengaruh, karena guru juga
yang mendorong pesan tersampaikan agar harapan dan niat pemain debus
tersebut dapat diterima oleh Allah SWT.
Tarekat yang dijadikan sumber untuk permainan debus adalah tarekat
Rifaiyah dan Qodariyah. Permainan debus dalam tradisi tarekat berfungsi
untuk mengetahui tingkat ke fana seorang pemain debus ketika ia melakukan
wirid dan dzikir. Ketika seseorang telah mencapai derajat fana itu ditandai
dengan kemampuan untuk melakukan yang keluar dari hukum alam. Hal yang
ini berkorelasi dengan makna fana yang artinya suatu pengalaman ruhani
yang merasakan peleburan dalam Zat Yang Maha kuasa. Pengalaman sejenis
itu merupakan pengalaman yang sudah keluar dari hukum alam, karena itu
SUMBER (PEMAIN DEBUS)
PESAN (KEINGINAN
MENJADI KEBAL)
MEDIA (SHALAT, PUASA, DOA, DAN
WIRID)
PENERIMA (TUHAN)
EFEK (MENCAPAI KEKEBALANNYA)
59
tanda telah mencapai derajat seperti itu adalah secara fisik juga ditandai
dengan hal-hal yang keluar dari kebiasaan manusia biasa, seperti kebal dari
benda tajam, tidak terbakar api dan sebagainya.
Akulturasi Debus dengan islam merupakan suatu bentuk sakralisasi
kebudayaan, dapat dipahami bahwa hanya seorang muslim yang dapat
mempelajari debus. Namun pada perkembangannya saat ini debus bisa di
mainkan atau dipelajari oleh semua kalangan atau agama, karena hasil
penelitian yang dilakukan di internet, ternyata kesenian seperti debus ada di
agama lain selain islam, contohnya agama Budha di Negara China ada
kesenian atau permainan pedang. Peneliti disini hanya akan menjelaskan
bagaimana proses komunikasi transcendental pemain debus menggunakan
tarekat islam.
Mempelajari kesenian debus secara tidak langsung mempelajai tarekat
agama dalam hal ini agama Islam, karena jika dilihat dari sejarah kesenian
debus itu berfungsi sebagai penyebaran agama Islam pada zaman tersebut,
secara tidak langsung juga belajar debus belajar ilmu keselamatan.
Tarekat (tariqah) berarti jalan (metode), dan mengacu pada aliran
keagamaan tasawuf atau sufisme dalam Islam. Secara konseptual terkait
dengan hakikat atau kebenaran, yaitu cita-cita ideal yang ingin dicapai oleh
para pelaku aliran tersebut. Dengan demikian tarekat memiliki pengertian,
adalah metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam
mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan tuhan.
60
Tarekat dalam islam memiliki dua aliran, yaitu tarekat Rifa‘iyah dan
tarekat Qadariyah. Tarekat yang biasa di pergunakan oleh seorang pemain
debus menggunakan tarekat Qadariyah, tarekat Qadariyah adalah tarekat yang
menggunakan syeikh atau bacaan yang menganut aliran syeikh Abdul Qadir
Jailani yang biasa kita pergunakan dalam Doa.
Dalam tradisi tarekat Qodariyah untuk mencapai derajat seperti itu
membutuhkan latihan yang sangat keras. Salah satu hal yang harus dilakukan
adalah membaca dzikir dan wirid setiap waktu. Tarekat Qodariyah
mewajibkan kepada para pengikutnya untuk selalu membaca dzikir yang
dikenal dzikir nafi wa isbath, yakni: mengucapkan lafad la ilaha illa „llah
dengan gerakan-gerakan tertentu dalam jumlah tertentu. Dzikir tersebut
dilakukan dengan suara yang keras dan dilakukan dengan bersama-sama.
Sehingga menimbulkan suara yang dapat didengarkan oleh pihak lain dalam
dalam radius beberapa ratus meter. Lafad nafi wa isbath ini biasa diucapkan
dengan cara menggerakan kepala dengan alur dari bawah ke atas sambil
mengucapkan lafad la, kemudian diteruskan kebahu kanan seraya
mengucapkan ilaha, dan akhirnya dengan keras ke arah jantung dengan
mengucapkan illa „llah.
Dalam melakukan dzikir dan wirid untuk mencapai kekebalannya,
seorang pemain debus tidak bisa melakukannya sendiri, tetapi membutuhkan
tuntutan dari seorang guru atau syaikh. Karena itu dibutuhkan washilah yang
tidak hanya berfungsi untuk menjamin keakraban seorang guru dengan
murid-muridnya juga untuk menuntun seorang pemain debus tetap pada jalan
61
yang benar secara ruhani karena berasal dari sumber yang jelas silsilahnya.
Syaikh dalam tradisi debus adalah sumber inti spiritual. Dengan demikian ia
dapat mengubah jiwa seorang murid pemula menjadi pemain debus yang bisa
mempertunjukkan beberapa atraksi debus. Syaikh dijadikan sebagai lautan
kebajikan, dimana untuk pencerahan ruhani para murid-murid yang sedang
belajar menaiki tangga kehidupan spiritual agar dapat mencapai
kekebalannya.
Pada sekarang ini mayoritas yang memiliki keahlian magis di Banten
sangat erat kaitannya dengan keahlian bermain silat. Yang memiliki keahlian
seperti itu sekarang ini adalah para jawara. Permainan debus yang
mengandalkan pada kekebalan tubuh terhadap benda-benda tajam dan api
merupakan bagian yang mencolok dari sinkretisme antara amalan tarekat
dengan kepercayaan magis. Para guru debus pada umumnnya memakai
semua jenis praktek jenis magis baik yang diambil dari amalan tarekat mau
pun yang diambil dari tradisi lokal. Teknik-teknik mereka merupakan
campuran eklektik dari tradisi Islam yang ada dalam amalan tarekat dan
tradisi lokal yang diambil dari kepercayaan pra-Islam di Nusantara. Bacaan-
bacaan saktinya pun terdiri dari doa-doa yang ada dalam tradisi tarekat yang
berbahasa Arab di samping bacaan-bacaan yang menggunakan bahasa Sunda
dan Jawa, yang dikenal dengan istilah jangjawokan.
Mantra sunda yang digunakan pemain debus kini sudah berkembang
dan cenderung berubah, menurut kang Surya dalam wawancara, ―sekarang
mantra yang digunakan sudah ada pengembangannya, jadi tidak seperti
62
dahulu kala‖. Dibawah ini contoh kalimat atau mantra jangjawokan yang
biasa digunakan untuk proses ritual sebelum pertunjukkan debus.
*
Asihan aing asahan batu
Beunang guguru ti ratu
Beunang nale „k tina hate‟
Mangka itu ngalumpruk saperti upih buruk
Nalangkarak seperti mayang ragrag
Tunggal welas tunggal asih sia ka aing
Nya aing ratu asihan
Ti girang batara gangga
Ti hilir batara ginggi
Diteuteup ti hareup sieup
Ditilik ti gigir lenggik
Pipi katumbiran
Irung kuwuwng-kuwungan
Tarang lancah mentrangan
Mangka welas mangka asih
Asih ka awaking
Malaikat jibril pangbeungketkeun
Paraintang pariantung
Roh sia aya di aing
Roh aing aya di sia (dibaca 99 kali)
63
Mantra diatas merupakan penggalan kecil dari mantra yang biasa di
bacakan sebelum pertunjukkan. Kang surya sang guru besar, tidak
menjelaskan dan mendeskripsikan mantra secara jelas, karena terkait itu
adalah rahasia perguruan.
Seperti halnya dalam wirid, pembacaan jangjawokan agar
mendatangkan efek psikologis yang bermanfaat bagi para pengamalnya,
dibutuhkan ketentuan-ketentuan tentang jumlah bacaan pada setiap waktu
tertentu. Seorang murid yang diberi amalan oleh gurunya harus mengamalkan
sesuai dengan petunjuk gurunya tersebut.
4.2.3 Pertunjukkan Debus
Dalam pertunjukkan Debus ada beberapa kegiatan yang biasa di kemas
dalam kesenian debus. Pelaksanaan pertunjukkan debus terikat atau biasa
beriringan dengan ketententuan-ketentuan sebagai seni pertunjukkan pada
umumnya dan tidak dapat dipisah berdiri sendiri, biasanya didalam
pertunjukkan debus ada juga kegiatan-kegiatan atau pertunjukkan-
pertunjukkan sebelum pertunjukkan debus mulai diperagakan, adapun
kegiatannya sebagai berikut:
1. pembukaan, sebelum pertunjukkan debus di mulai biasanya ada
pembukaan dengan iringan-iringan music tradisional menggunakan
alat-alat music tradisional, seperti rebana, terbang gede atau gamelan.
Iring-iringan music tradisional ini biasa disebut dengan gembung.
64
Gambar 4.4
2. Zikir, yaitu dengan berdoa menyebut keagunggan dan kebesaran Tuhan
yang Maha Esa secara dilagukan atau diiringi dengan music tradisional
yang dilakukan secara berulang-ulang. Dengan zikir proses sebelum
pertunjukkan debus dimaknai dengan komunikasi transcendental,
karena para pemain debus berkomunikasi dengan Tuhannya, meminta
keselamatn dan mempercayai dengan segara kebesaranNya.
Gambar 4.5
65
3. Pencak Silat, bagian dalam pembukaan pertunjukkan debus biasanya
para pemain debus beradu mempertunjukkan kemampuan pencak silat
yang sudah dipelajari selama belajar di padepokan. Pencak silat dalam
Padepokan Maung Pande menggunakan aliran Pencak Silat Cimande.
Gambar 4.6
4. Ijen, beradu ilmu bela diri satu lawan satu, mempertunjukkan
kemampuan dalam mempertahankan diri dengan adegan pencak silat.
Dalam ijen pada akhirnya ada salah satu yang kalah, namun dalam
proses ini yang menang atau kalah bbukan sebagai ukuran orang itu
hebat dalam ilmu bela diri, melainkan hanya bertujuan menghibur dan
jadi bagian proses sebelum pertunjukkan debus dimulai.
66
Gambar 4.7
5. Debus, pada saat setelah proses sebelum pertunjukkan debus dimulai,
barulah disini Debus mulai di pertunjukkan, dengan berbagai macam
atraksi yang dilakukan, yang di temukan dilapangan oleh peneliti,
Padepokan Maung Pande ada beberapa atraksi yang di pertunjukkan
yaitu, membacok tubuh dengan Golok, memakan bara api,
membengkokkan besi corran dengan leher, membakar tubuh dengan
api, memecahkan lampu dengan kepala, mengiris tubuh bagian perut
dengan golok, menusuk lidah dengan besi tajam, dan yang terakhir
atraksi menggunakkan alat Almadad dengan cara di tancapkan ke tubuh
lalu dipukul menggunakkan palu. Semua atraksi yang dilakukan itu
semua melalu proses komunikasi transcendental sehingga masing-
masing pemain debus dapat mencapai kekebalannya.
67
Gambar 4.8
Gambar 4.9
68
Gambar 4.10
Setiap pemain mempunyai pemikiran yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya, begitu pula dengan memaknakan sebuah komunikasi
transendental yang ada pada setiap ritual kesenian debus padepokan Maung
Pande yang sangat beragam. Namun secara garis besar mereka semua yang
ada pada proses ritual ada keterkaitannya antara satu dengan yang
memaknakan ritual ini adalah merupakan bagian dari rangkaian sebuah proses
dalam kesenian debus karena semua itu suatu kesatuan. Jadi bagi para
pemain debus makna komunikasi transendental itu adalah sebuah rangkaian
yang biasanya dilakukan karena ini semua warisan budaya nenek moyang
yang harus terus dilestarikan.
Dengan mempelajari kesenian debus kita mendapatkan manfaat yang
bermacam-macam, seperti mengatahui lebih jauh tentang sebuah sejarah
69
perjalanan penyebaran Islam, sejarah dan pengertian Debus menurut setiap
padepokan, memperdalam jiwa seni seperti seni musik dan tari, dan
mempelajarari ilmu beladiri dengan silat, serta mempelajari tentang ilmu
kebatinan dalam hal ini merujuk kepada ilmu agama (agama Islam). Adapun
faktor yang mendukung terjadinya proses komunikasi transendental yakni
keyakinan, karena jika tidak yakin itu sulit untuk melakukannya, kemudian
pengalaman, dengan pengalaman yang sudah diketahui sebelumnya seperti
mengerti sejarah debus itu maka proses tersebut dapat dilewati dengan
mudah.
Padepokan Maung Pande merupakan perguruan debus yang hanya
menggunakan aliran debus putih, yang dimana dimaksudkan debus putih
adalah debus yang hanya menggunakan tarekat secara islamiah. Adapun
aliran yang lain menggunakan media yang dilarang oleh ajaran agama islam.
Dalam Padepokan Maung Pande menggunakan kemenyan hanya untuk
membangun kesan artistic dalam setiap pertunjukkan debus, dalam makna
aslinnya tidak menggunakan kemenyan karena penggunaan kemenyan itu
sifatnya mistik. Dalam Maung Pande menggunakan iringan musik dan silat
sebagai pembukaannya kadang pula menggunakan rampak bedug sebagai
kesnian asli pandeglang.
Komunikasi Transendental pemain debus Maung Pande memiliki cara
tersendiri, debus pada jaman modern ini telah dimodifikasi menjadi lebih
mudah. Tanpa perlu lagi harus puasa dan ibadah yang terlalu berat. Saat ini
70
yang memiliki tugas berat yaitu guru sebagai penanggung jawab padepokan
tersebut.
Pemain debus saat ini hanya dijadikan media yang menerma ilmu
transenden, yang melindungi dan membackup adalah gurunya, tugasnya
mengawasi pemainnya yang sedang melakukan atraksi debus.
Debus saat ini yang di pertunjukkan Padepokan Maung Pande hanya
sebatas hiburan dan upaya melestarikan kesenian khas Banten. Tujuan untuk
menghibur dan melestarikan itu yang menjadi landasan utama Padepokan
Maung Pande menjadikan perkumpulan perguruan dari berbagai daerah di
Indonesia.
Tidak ada niat sombong dalam setiap pertunjukkannya yang harus
ditanamkan seorang pemain debus dalam melakukan pertunjukkanya.
Mendalami niat dan keyakinan itu menjadi hal terpenting agar tidak terjadi
hal yang tidak diinginkan, ketika niat dan keyakinan yang kuat berpasrah
akan pertolongan Allah SWT proses dari komunikasi transcendental itu akan
berjalan dengan baik.
71
BAB V
KESIMPULAN
Pada bab sebelumnya peneliti telah mendeskripsikan hasil penelitian dengan
sebenar-benarnya, maka kesimpulan atas komunikasi tansendental pemain debus
dengan objek penelitian Padepokan Maung Pande, komunikasi transendental yang
digunakan dalam Padepokan Maung pande lebih kepada keyakinan akan
pertolongan Allah SWT. Guru sebagai penopang pemain-pemainnya dalam
melakukan atraksi Debus, karena pada Padepokan Maung Pande pemain hanya
dijadikan sebagai media yang disusupi kekuatannya oleh gurunya.
Adapun ibadah kepada Tuhan itu dilakukan pada saat pemain itu ingin
memulai mempelajari dan menekuni kesenian debus. Setelah disebut oleh gurunya
sebagai pemain debus selanjutnya persiapan sebelem pertunjukkan hanya melatih
keyakinan niat dan jiwa pada saat melakukan atraksi debus.
Output atau hasil yang didapat pemain debus Maung Pande menggunakan
komunikasi transendental adalah mencapai kekebalannya dengan meyakinkan diri
dan berserah atas pertolongan Allah SWT.
5.1 Saran
5.1.1 Saran Teoritis
Harapannya penelitian selanjutnya dapat meneliti lebih dalam makna
setiap pesan yang disampaikan pemain debus melalui komunikasi
transcendental. Kajian secara teori harus lebih diperdalam agar penelitian
mengenai komunikasi transcendental lebih dalam.
72
5.1.2 Saran Praktis
Penelitian selanjutnya bisa meneliti lebih dalam dan ikut serta
melestarikan kesenian Debus Banten, agar generasi penerus selanjutnya
dapan mengkonsumsi kebudayaan yang nenek moyang kita wariskan.
73
Daftar Pustaka
Abbas, Ismetullah, Sejarah dan Objek Spiritual Banten, 1990.
Arifin, Imron. Debus, Ilmu Kekebalan dan kesaktian dalam Tarekat Rifa‟iyah,
1993.
Deddy Mulyana, Nuansa-Nuansa Komunikasi; Meneropong Politik Dan Budaya
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2000.
Gud Reacht Hayat Padje, Komunikasi Kontemporer: Strategi, Konsepsi, dan
Sejarah (Kupang: Universitas PGRI, 2008),h.20
Komunikasi Masyarakat Kontemporer (Remaja Rosdakarya, Bandung: 1999) h.
49
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2001.
Moleong, Lexy J., Metodologi penelitian Kualitatif, (Bandung PT. Remaja
Rosdakarya. 2005.
Winangssih Syam, Nina., Komunikasi Transendental, PT. Remaja Rosdakarya,
2015.
74
LAMPIRAN 1 PEDOMAN WAWANCARA
75
PEDOMAN WAWANCARA
Judul Skripsi : Komunikasi Transendental Pemain Debus (Studi
Deskriptif Padepokan Maung Pande)
Fokus Wawancara : Komunikasi Transendental Pemain debus
Proses Pemain debus Mencapai Kekebalannya
Pertanyaan untuk fokus wawancara : Komunikas Transendental
1. Apa itu Debus Menurut Bapak?
2. Apa itu Padepokan Maung Pande?
3. Sejarah Maung Pande Pandeglang
4. Bagaimana Komunikasi Transendental dalam debus Menurut anda?
5. apa saja persiapa yang dilakukan seorang pemain debus sebelum pertunjukkan?
6. adakah ritual yang dilakukan sebelum pertunjukkan?
7. adakah ritual yang dilakukan setelah pertunjukkan?
8. tahapan apa saja yang dilalui seorang pemain debus dari yang belum bisa
sampai bisa?
76
9. di Maung Pande sendiri adakah cara tersendiri mengajarkan para pemainnya
mencapai kekebalan?
10. bagaimana pandangan anda secara ilmiah mengenai debus?
11. Debus tidak lepas dari hal Gaib dan mistik, bagaimana menyikapinya?
77
LAMPIRAN 2 TRANSKIP WAWANCARA
78
Transkip Wawancara
Nama : Dr. H. R. Furqan
TTL : Menes, 20 Oktober 1964
Pekerjaan : Dokter
Q : Bagaimana sejarah Debus menurut bapak?
A : Debus itu awal mulanya di kemukakan oleh Sultan Hasanudin, pada saat
itu siapapun yang ingin menjadi tentara atau pasukan, harus di tempa atau di latih
agar tidak bisa di tusuk oleh gadabus atau almadad (alat Debus), dari situ istilah
debus itu dijadikan sebagai atraksi pembuktian orang bisa kebal atau tidak
tembus.
Q : Apa itu paguyuban perguruan Maung Pande?
A : Maung Pande bisa disebut sebagai perkumpulannya para perguruan yang
ada dibanten. Paguyuban kan isinya perkumpulan, jadi yaa isisnya dari mana-
mana.
Q : Sejarah Maung Pande?
A : Sejarah Maung Pande awalnya didirikan oleh Abah Tb. H. Kemed Abdul
Kohar dan Tb. Asmail Hasan pada tahun 1979, saat ini Paguyuban Maung Pande
sudah berbadan hukum pada tahun 2005 dengan ketua umumnya saya sendiri.
Sekarang anggota perguruan Maung Pande sampai 600 lebih dan membawahi 125
padepokan seluruh Indonesia.
79
Q : Bagaimana bapak awal mulanya belajar bermain Debus?
A : Awal mula saya belajar dan menjadi pemain debus dari kecil, karena saya
lahir dari keluarga kiyai, dan sudah mulai diperkenalkan dari kecil, selulus sma
saya kuliah kedokteran dan sempat di luar negri akhirnya setelah saya menetap di
Menes saya mulai mempelajari dan berguru akhirnya sekarang saya bisa menjadi
ketua umum hingga saat ini.
Q : Menurut bapak bagaimana komunikasi Transendental dalam Debus?
A : Komunikasi Transendental menurut saya keyakinan itu, karna di maung
pande kita cuma pakai keyakinan saja, selebihnya kan di setiap padepokan ada
gurunya, nanti biar gurunya yang memilih siapa yang layak jd pemain debus,
untuk urusan keyakinan kita serahkan saja sama allah, karna pertolongannya lah
membuat kita bisa debus. Benda tajam bisa tumpul karna cuma keyakinan, kalo
kita tidak yakin golok yang taja tetap tajam, dengan yakin berserah sama allah
golok itu bisa tidak tajam, jadi bermain dikeyakinan yang kuat saja.
Q : Apa saja persiapan yang dilakukan seorang pemain Debus sebelum
pertunjukkan?
A : Kalo saya sebagai pemain debus tidak ada persiapan khusus, karena saya
sudah dilatih dari dulu, sekarang tinggal menjaganya saja.
Q : Adakah ritual yang dilakukan sebelum pertunjukkan?
A : Di Maung pande tidak ada ritual khusus yang mengharuskan pemain
seperti apa, paling asal jangan maksiat saja, tapi kebanyakan disini yang berlatih
80
menjadi pemain debus ittu masih remaja. Masalah ritual itu urusan gurunya yang
menjaganya.
Q : Adakah ritual yang dilakukan setelah pertunjukkan?
A : Tidak ada, paling kalo ada yang cedera atau berdarah paling kita obtain.
Q : Tahapan apa saja pemain debus dari sebelum bisa hingga bisa disebut
pemain Debus?
A : Balik lagi ke sejarah awal mulanya debus, kalo pengen jadi barisan depan
sultan harus ditempa dulu, harus belajar dulu, apapun itu pasti ada prosesnya.
Memilih guru juga berpengaruh atas pencapaian kita sebagai pemain debus, kalo
salah milih guru ya nanti kita juga bisa salah juga menafsirkannya.
Q : Di Maung Pande sendiri adakah cara tersendiri mengajarkan para
pemainnya dapat mencapai kekebalannya?
A : kita disini paling mengajarkan untuk taat beribadah, solat, dan lain-lain,
selebihnya kita menguatkan niat dan hati pada saata akan melakukan atraksi
debus, karena kalo sampe salah niat bisa celaka. Jadi kuatkan niat dan keyakinan,
pasrah aja sama Allah.
Q : Bapak sebagai Dokter di daerah Menes ini bagaimana memaknai Debus
dari pandangan secara ilmiah?
81
A : Saya sebagai dokter melihatnya debus sebagai kesenian saya, kalo di
lihat secara ilmiah semuanya gak mungkin, tapi dengan keyakinan dan
kepercayaan, semuanya pasti mungkin terjadi, jadi yakinin saja.
Q : Debus tidak lepas dari hal Mistik dan Ghaib, bagaimana bapak
menyikapinya?
A ; Hubungan dengan hal mistik atau gaib, itu berdasarkan aliran-aliran atau
perguruan yang mau menggunakan aliran apa, kalo kita yaa secara islam aja,
tinggal dilihat saja mau pakai cara yang mana, masing-masing perguruan pasti
beda.
82
Nama ; Surya Galung
TTL ; Pandeglang, 04 Juli 1974
Pekerjaan : Guru
Q : Bagaimana sejarah Debus menurut bapak?
A : Debus itu awal mulanya di kemukakan oleh Sultan Hasanudin, pada saat
itu siapapun yang ingin menjadi tentara atau pasukan, harus di tempa atau di latih
agar tidak bisa di tusuk oleh gadabus atau almadad (alat Debus), dari situ istilah
debus itu dijadikan sebagai atraksi pembuktian orang bisa kebal atau tidak
tembus.
Q : Apa itu paguyuban perguruan Maung Pande?
A : Paguyuuban atau perkumpulan jawara-jawara di banten, semuanya
berkumpul di Maung Pande, ada banyak perguruan-perguruan yang tumbuh dari
sini. Maung Pande bisa disebut sebagai perkumpulannya para perguruan yang ada
dibanten.
Q : Sejarah Maung Pande?
A : Sejarah Maung Pande awalnya didirikan oleh Abah Tb. H. Kemed Abdul
Kohar dan Tb. Asmail Hasan pada tahun 1979, saat ini Paguyuban Maung Pande
sudah berbadan hukum pada tahun 2005 dengan ketua umumnya saya sendiri.
Sekarang anggota perguruan Maung Pande sampai 600 lebih dan membawahi 125
padepokan seluruh Indonesia.
83
Q : Bagaimana bapak awal mulanya belajar bermain Debus?
A : Saya lahir dari keluarga pendiri Maung Pande, jadi saya semenjak kecil
sudah diajarkan berkesenian debus, hingga akhirnya saya kuliah dijurusan seni,
dan sekarang saya meneruskan padepokan orang tua saya.
Q : Menurut bapak bagaimana komunikasi Transendental dalam Debus?
A : komunikasinya peemain debus itu macem-macem, bisa dengan sholat,
puasa dan ibadah apapun itu bisa jadi komunikasi transendentalnya pemain debus.
Q : Apa saja persiapan yang dilakukan seorang pemain Debus sebelum
pertunjukkan?
A : karena saya guru disini, kalo dari sudut pandang guru saya
mempersiapkan diri saya sendiri untuk melindungi murid-murid atau pemain
debus yang saya pilih. Saya mempersiapkan diri bisa dengan berdoa wiridan dan
baca mantra-mantra yang diturunkan dari ayah saya dulu, saya kalo didalam
pertunjukkan debus paling mengawasi saya, sebelumnya paling melatih silat dan
raganya. Kalo dari segi pemain debus paling jangan maksiat saja dan jangan lupa
sholat dan beribadah kepada Allah. Karena di maung pande murid-murid saya
ketika tampil paling mereka jadi media saja.
Q : Adakah ritual yang dilakukan sebelum pertunjukkan?
A : Ritualnya yaa paling saya jampe pakai air yang sudah didoakan dengan
kauniyah Allah, selebihnya itu balik lagi kepada pemain debus itu sendiri,
keyakinan lah kuncinya.
84
Q : Adakah ritual yang dilakukan setelah pertunjukkan?
A : Setelah pertunjukkan paling kalo yang ada cedera saja kita obati,
selebihnya paling setelah pertunjukkan kita kumpul-kumpul berucap syukur masih
diberi keselamatan oleh Allah SWT.
Q : Tahapan apa saja pemain debus dari sebelum bisa hingga bisa disebut
pemain Debus?
Q : Di Maung Pande sendiri adakah cara tersendiri mengajarkan para
pemainnya dapat mencapai kekebalannya?
A : Di Maung Pande mencapai kekebalan seorang pemain itu diuji melalu
keyakinannya, tinggal yakin saja semuanya bisa jadi pemain debus. Bisa juga
dengan olah raga kita supaya terlatih dan mempunyai ketahanan fisik yang kual.
Q : Bapak sebagai guru bagaimana memaknai Debus dari pandangan secara
ilmiah?
A : secara ilmiah komunikasi transcendental iitu tidak bisa di buktikan
namun ada wujudnya, nyata. Seperti dalam debus, masalah pemain bisa jadi kebal
itu tinggal dilatih saja, sampai berdarah-berdarah seperti itu bisa menggunakan
trik sendiri maupun asli.
Q : Debus tidak lepas dari hal Mistik dan Ghaib, bagaimana bapak
menyikapinya?
85
A : Di Maung Pande hal-hal mistik tidak dipergunakan disini, namun kita
mempercayai hal itu, kita disini masalah keyakinan itu masalah masing-masing,
hal-hal mistik itu Cuma jadi gimik atau latar agar menciptakan suasana mistik.
Kalo sampe mempergunakannya kita ga pakai begituan.
86
Nama ; H. Sofyan S.Pd,.
TTL ; Menes, 7 Agustus 1968
Pekerjaan : PNS/Kepala Sekolah SD
Q : Bagaimana sejarah Debus menurut bapak?
A : Debus menurut saya sebuah alat atau kegiatan untuk melawan penjajahan
pada masa sultan maulana hasanudin, yang pada akhirnya turun temurun
dikembangkkan menjadi sebuah kesenian, ciri khas dari debus itu alat yang kita
sebut Almadad atau bisa disebut juga Gedebus.
Q : Apa itu paguyuban perguruan Maung Pande?
A : Maung Pande bisa disebut sebagai perkumpulannya para perguruan yang
ada dibanten. Saat ini saya menjabat sebagai sekjen dan bertugas melestarikan
kesenian debus ke sekolah-sekolah karena background saya guru.
Q : Bagaimana bapak awal mulanya belajar bermain Debus?
A : Kalo saya tidak terlalu mahir bermain debus, karena saya hanya menjabat
secara structural untuk memenuhi ranting organisasi, jika di Tanya awal mula
kapan belajar debus mungkin saat saya duduk di bangku sekolah menengah atas,
itu pun karna ikut-ikutan saja latihan di perguruan silat.
Q : Menurut bapak bagaimana komunikasi Transendental dalam Debus?
A : Komunikasi itu umum seperti kita saja sedang wawancara, nah disini
yang berkomunikasi itu pemain debus, meminta doa keselamatan kepada Allah, di
87
Maung Pande sendiri kita tidak terlalu menggunakkan mantra khusus, di Maung
Pande lebih kepada ke keyakinan kita sebagai pemain debus dalam melakuka
pertunjukkan debus.
Q : Apa saja persiapan yang dilakukan seorang pemain Debus sebelum
pertunjukkan?
A : Disini tidak terlalu ribet, paling latihan-latihan saja setiap minggu,
didalamnya kan ada latihan silat cimande juga, jadi paling persiapannya itu saja.
Selebihnya biasanya gurunya yang mengarahkan.
Q : Adakah ritual yang dilakukan sebelum pertunjukkan?
A : Ritual, paling yaa kita berdoa, shalat, dzikir, itupun kita lakuin bukan
pada saat mau pertunjukkan, melainkan saat seperti biasa aja, yaa kaya lagi solat
biasa.
Q : Adakah ritual yang dilakukan setelah pertunjukkan?
A : kalo setelah pertunjukkan gak ada sepertinya, paling kita kumpul-
kumpul, kalo ada yang cedera paling kita obtain, setelah itu yaa latihan lagi.
Q : Tahapan apa saja pemain debus dari sebelum bisa hingga bisa disebut
pemain Debus?
A : Di Maung Pande, kalo ingin dibilang pemain debus hebat itu yang bisa
bilang Cuma gurunya saja, karena tujuan dari debus sendiri kan menghibur, bukan
untuk membuktikan siapa yang hebat.
88
Q : Debus tidak lepas dari hal Mistik dan Ghaib, bagaimana bapak
menyikapinya?
A : Menyikapi hal-hal mistik itu tergantung dari arah mana kita melihatnya,
saya percaya hubungan itu ada, kan transecden itu kan tidak nyata, gaib atau
mistik itu juga transenden, yang terpenting jagan sampai kita keluar dari koridor
islam dalam proses pertunjukkan debus.
89
BIODATA PENULIS
Nama : Khimatullah
Tempat Tanggal Lahir : Serang, 27 Juli 1992
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Email : [email protected]
No.HP : 087808051313
Alamat : Jl. KH. Sulaiman No. 19, Link. Cibelewuk, Kel.
Kagungan, Kec. Serang, Kota Serang, Banten 42114
Riwayat Pendidikan:
2011 – 2018 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2007 – 2011 SMK Latansa Lebak - Banten
2004 – 2007 SMP 7 Kota Serang
1998 – 2004 SDN 6 Kota Serang
90
Pengalaman Organisasi:
Marching Band La Tansa
SPARKLING (Serang Photography Art Lighting Graffitti)
Jurnalistik UNTIRTA
Pengalaman Bekerja :
CV. VISCO PRATAMA