KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS...

124
KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA TERHADAP PEMBERITAAN PARTAI NASDEM DI HARIAN MEDIA INDONESIA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam ( S.Kom.I ) Oleh: ISNAANTO ACHMAD MAULANA NIM: 207051000662 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M

Transcript of KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS...

Page 1: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA :

STUDI ANALISIS WACANA TERHADAP PEMBERITAAN

PARTAI NASDEM DI HARIAN MEDIA INDONESIA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam

( S.Kom.I )

Oleh:

ISNAANTO ACHMAD MAULANA

NIM: 207051000662

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H / 2013 M

Page 2: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA :

STUDI ANALISIS WACANA TERHADAP PEMBERITAAN

PARTAI NASDEM DI HARIAN MEDIA INDONESIA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu KomunikasiJurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam( S.Kom.I )

Oleh:

Isnaanto Achmad MaulanaNIM: 207051000662

Pembimbing:

fu.Dr. Gun Gun Hervanto. M.SiNrP. 19760812 200501 I 00s

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN TLMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H / 2013 M

Page 3: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

LEMBAR PENCESAHAN

Skripsi yang berjudul KOMUIT{IKASI POLITIK DI MEDIA MASSA :

STUDI ANALISIS WACANA TERIIADAP PEMBERITAAN PARTAINASDEM DI HARIAN MEDIA INDONESIA. Telah diujikan dalam sidangmunaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta pada tanggal 19 Juli 2013. Skripsi ini telah diterima sebagaisalah satu syarut r:ntuk merath gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 19 Juli 2013

Panitia Sidang Munaqasyah

Sekretaris

NrP. 19710412 204403 2 001

Anggota,

Penguji I Penguji II

t//\/l /'[rAde Masturi" MA

NrP. 197s0606 200710 1 001

Pembimbing,

Dr. Gun Gun Heryanto. M.SiNIP: 19760812 200501 1 005

Ketua

970A9A3 199603 1 001

i Nilamsari. M.Si97TA'2A D9903 2 002

Page 4: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

2.

a-r-

LEMBAR PER}IYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dankarya orang lain, maka saya bersedia menerima

sangsi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2013

Isnaanto Achmad Maulana

Page 5: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

i

ABSTRAK

ISNAANTO ACHMAD MAULANA

Komunikasi Politik di Media Massa : Studi Analisis Wacana Kritis Terhadap

Pemberitaan Partai NasDem di Harian Media Indonesia

Perkembangan media massa saat ini seakan tidak dapat dipisahkan dari rutinitas

masyarakat pada umumnya, baik media elektronik, media cetak, maupun media

baru. Pada dasarnya media massa bukanlah sesuatu yang bebas dan independen,

media mewakili realitas sosial yang terkait dengan berbagai macam kepentingan.

Keterkaitan media ini berhubungan dengan kepentingan yang berada didalam

maupun diluar media massa itu sendiri. Media Indonesia sebagai salah satu dari

sekian banyak media cetak nasional yang ada di Indonesia, bertugas sebagai

penyalur informasi juga sebagai alat kontrol sosial terhadap aktifitas politik di

pemerintahan yang sedang menjabat. Surya Paloh yang notabene-nya merupakan

pemilik Harian Media Indonesia juga merupakan tokoh berpengaruh didalam

Partai NasDem, hal ini tentu akan berimplikasi pada content berita Media

Indonesia terhadap berita mengenai Partai NasDem.

Permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini terkait pada bagaimana

konstruksi wacana yang dibangun Media Indonesia dalam memberitakan Partai

NasDem? Bagaimana kognisi sosial redaksi Media Indonesia dalam menilai Partai

NasDem? Serta bagaimana konteks sosial masyarakat mengenai Partai NasDem.

Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif dengan

paradigma kritis, menggunakan analisis wacana model Teun A. Van Dijk yang

mengelaborasi elemen-elemen wacana dan membagi tingkatan analisis teks ke

dalam struktur makro, suprastruktur, dan sturktur mikro. Serta analisis kognisi

sosial yang melibatkan wawancara dengan narasumber yang terkait, dan analisis

konteks sosial dengan melihat wacana yang berkembang di masyarakat dan

didasarkan pada faktor akses dan kekuasaan.

Dalam penelitian ini ditemukan adanya praktik konstruksi wacana pada struktur

teks yang diberitakan Media Indonesia mengenai Partai NasDem. Dalam struktur

makro, tema yang dikedepankan oleh Media Indonesia mengandung unsur pro-

aktif terhadap kegiatan yang dilakukan Partai NasDem. Pada superstruktur, Media

Indonesia menyusun skema berita dengan menonjolkan dua tokoh penting di

dalam Partai NasDem yang juga merupakan tokoh berpengaruh di Harian Media

Indonesia. Pada tingkatan struktur mikro, wacana yang dibangun Media Indonesia

selalu menititikberatkan pada kepercayaan diri Partai NasDem yang akan sukses

dalam Pemilihan Umum 2014 mendatang.

Page 6: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillahirabil’alamin, segala puji dan syukur kepada Allah SWT

yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini dengan sebaik-baiknya. Tidak lupa shalawat serta

salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta

keluarga dan para sahabatnya.

Setelah melewati proses yang cukup panjang akhirnya skripsi ini dapat

terselesaikan tidak hanya karena doa dan kerja keras, namun banyak pihak yang

turut serta mendukung dan mendoakan penulis agar segera menyelesaikan karya

ilmiah ini. Karena tanpa adanya bantuan dan dukungan dari orang-orang tercinta

tersebut, karya ilmiah ini tidak akan mungkin terselesaikan. Ucapan terima kasih

penulis hanturkan kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi. Drs. Wahidin Saputra, MA, selaku Pudek I dan selaku ketua

sidang pada saat skripsi ini diujikan. Drs. H. Mahmud Jalal, MA, selaku

Pudek II dan Drs. Study Rijal LK, MA selaku Pudek III, yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang

telah diperoleh dalam bentuk karya ilmiah ini, semoga Allah SWT

memberikan balasan yang setimpal.

2. Dra. Asriati Jamil, M.Hum (alm). Selaku Koordinator Teknis Program

Non Reguler dan Drs. Jumroni, M.Si, Selaku ketua jurusan Komunikasi

Page 7: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

iii

dan Penyiaran Islam dan Dra. Musfirah Nurlaily, MA. Selaku sekretaris

Program Non Reguler.

3. Dr. Gun Gun Heryanto M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu

memberikan bimbingan dan motivasi serta dapat meluangkan waktunya

untuk membenahi hal-hal yang salah di dalam bimbingan.

4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

banyak memberikan ilmu-ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis

dalam menyelesailan studi maupun dalam menyelesaikan penulisan skripsi.

5. Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, beserta staffnya.

6. Terimakasih kepada Bapak Ono Sarwono, selaku asisten kepala divisi

pemberitaan Media Indonesia yang telah menjadi narasumber dalam

penelitian ini dan telah banyak memberikan informasi yang membantu

peneliti dalam menjawab setiap rumusan-rumusan masalah dalam

penelitian ini.

7. Kedua orang tua tercinta Bapak Pujiyono dan Ibu Sumiyati, yang telah

mencurahkan semua kasih sayang dan selalu mendidik, serta mendoakan

penulis dengan kasih sayang tidak terhingga yang tidak mampu digantikan

dengan apapun. Semoga Allah selalu menjaga, menyayangi, melindungi

dan memberikan kebahagiaan dunia maupun akhirat.

8. Saudara sekandung penulis: Wahid Achmad Fauzi (kaka), dan Bagussalasa

Achmad Shafaruddin (adik) yang selalu mendukung, mendoakan dan

memberikan motivasi secara tidak langsung bagi penulis.

9. Teman-teman Mahasiswa dan Mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam program Non-

Reguler 2007 yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, juga

Page 8: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

iv

kepada kakak-kakak dan adik-adik kelas yang telah memberikan semangat

dan bantuannya dalam pembuatan skripsi ini.

10. Keluarga besar alumni Man 4 Model Jakarta 2007, khususnya teman-

teman Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, beserta para guru yang telah

mendidik penulis menjadi seperti sekarang ini.

11. Sahabat-sahabat tercinta dan terbaik yang selalu penulis sayangi dan

hormati: Ahmad Fikri Al-fatih, Faruk Abdurrahman, Ongko Prasetyo,

Rikzha Lutfi, M. Sudrajat, Yohan Aditya, Novita Hariyani, Agustina

Widianputri, M. Sandi, Nur Ardiansyah, Riska Ayustinandini, Pak H.

Sulaiman, Zeptri Eriadi, dan teruntuk Fitri Sri Rezeki, Terimakasih atas

persahabatan, doa, dan dukungan serta selalu bersedia mendengarkan

keluh kesah penulis dan selalu meyakinkan penulis mampu untuk berhasil

di masa depan.

12. Keluarga KKS/N 88 tahun 2010 yang luar biasa hebat: Ade Alfan Syifa,

M. Samlawi, Syaifullah, Barqowi, Iqbal, Syarif, Indah, Mutiara Rahmah,

Lulu Lutfiah, Ika Kartika, Za’arasy Rahmah, Dahliana Syahri, Juliani,

Neneng, Nila Lestari, dan keluarga besar Kampung Punaga, Desa

Mandalakasih kecamatan Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat.

Penulis senantiasa berdoa semoga amal baik yang telah diberikan,

mendapatkan ridha dari Allah SWT. Akhirnya kepada Allah penulis serahkan

dengan harapan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar

khususnya bagi penulis dan umumnya bagi yang membaca.

Jakarta, 15 Juli 2013

Penulis

Page 9: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ v

DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 8

D. Metodologi Penelitian ....................................................... 9

E. Tinjauan Pustaka ............................................................... 13

F. Sistematika Penulisan ........................................................ 16

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konstruksi Realitas Sosial ................................................. 18

1. Eksternalisasi .............................................................. 23

2. Objektivasi .................................................................. 25

3. Internalisasi ................................................................. 26

B. Konstruksi Realitas Politik ................................................ 27

1. Opini Publik ................................................................ 29

2. Propaganda Politik ...................................................... 39

C. Media Sebagai Agen Komunikasi Politik .......................... 49

Page 10: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

vi

BAB III GAMBARAN UMUM MEDIA INDONESIA

A. Sejarah Singkat Media Indonesia ...................................... 52

B. Visi dan Misi .................................................................... 55

C. Struktur Organisasi Media Indonesia .................................. 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Teks Pemberitaan Pastai NasDem ........................ 58

B. Analisis Kognisi Sosial Pemberitaan Partai NasDem ......... 79

C. Analisis Konteks Sosial Pemberitaan Partai NasDem ........ 83

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................... 88

B. Saran-saran ....................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 92

LAMPIRAN ................................................................................................. 94

Page 11: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

vii

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Elemen Wacana Teun A. Van Dijk ............................................... 12

2. Tabel 2 Gambaran Umum Berita Partai NasDem ....................................... 58

3. Tabel 3 Analisis Teks Berita 1 ................................................................... 60

4. Tabel 4 Analisis Teks Berita 2 ................................................................... 71

Page 12: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kajian keilmuan di bidang komunikasi massa terus menarik untuk di

perbincangkan dan dibahas melalui berbagai kegiatan seperti seminar, kuliah umum,

focus group discussion, dan berbagai kegiatan lainnya, terlebih dikalangan

mahasiswa maupun praktisi media massa. Semua hal itu berdasarkan pada aspek

kultural dan ideologi barat yang masuk ke dalam perkembangan industri media massa

di Indonesia. Dalam perkembangannya, media massa menjadi pengaruh yang

signifikan dalam kehidupan manusia sehari-hari dikarenakan manusia adalah makhuk

sosial yang terus membutuhkan informasi untuk di konsumsi. Berita dalam kajian

komunikasi massa bukan sekedar berita atas peristiwa manusia, melainkan berita

yang telah di konstruksi oleh manusia yang berada dalam struktural di balik industri

media massa itu sendiri.

Pada dasarnya media massa bukanlah sesuatu yang bebas dan independen.

Media mewakili realitas sosial yang terkait dengan berbagai macam kepentingan.

Keterkaitan media ini berhubungan dengan kepentingan yang berada di dalam

maupun di luar media massa itu sendiri. Dalam memproduksi berita, media massa

kerap dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

antara lain berupa kebijakan redaksional tertentu mengenai kekuatan politik,

kepentingan politik para pengelola media, relasi media dengan sebuah kekuatan

1

Page 13: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

2

politik tertentu. Sementara faktor eksternal dapat berupa tekanan pasar pembaca atau

pemirsa, sistem politik yang berlaku dan kekuatan-kekuatan eksternal lainnya.1

Kepentingan-kepentingan eksternal dan internal inilah yang mengharuskan media

terus bergerak dinamis di antara kepentingan-kepentingan tersebut. hal ini

menyebabkan media massa sulit menghindari bias-bias dalam penyampaian

beritanya.

Dewasa ini terlihat bahwa media massa semakin menguatkan posisi mereka

bukan hanya sebagai penyalur informasi dan alat kontrol sosial melainkan, menjadi

alat untuk mengukuhkan atau membantu para elite politik maupun partai politik

lainnya agar tercapainya tujuan dibalik kekuasaan itu. Sebagai konsumen, praktisi,

mahasiswa, maupun pekerja media massa, kita harus lebih jeli untuk melihat mana isi

pesan yang bercirikan politik, pesan yang bertujuan mendelegitimasi pihak lain atau

pesan yang memperbaiki citra individu maupun kelompok tertentu.

Media Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak media cetak

nasional yang ada di Indonesia, mereka bertugas sebagai penyalur informasi juga

sebagai alat kontrol sosial terhadap segala sesuatu yang menyangkut kebijakan,

rancangan undang-undang, dan seluruh aktifitas politik yang berada pada

kepemerintahan yang sedang menjabat. Namun, mereka juga dapat memperbaiki

suatu citra politik yang menimpa golongan atau individu yang mendukung segala

kebutuhan yang dibutuhkan oleh Media Indonesia.

1 Ibnu Hamad, “Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa : Sebuah Studi Critical Discourse

Analysis terhadap Berita-berita Politik”, (Jakarta : Granit, 2004), h. 2-3

Page 14: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

3

Sebagaimana yang telah diketahui secara visual, Media Indonesia sering kali

memberikan informasi yang terjadi baik situasi dan kondisi yang sedang berlangsung

di Indonesia termasuk mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro

rakyat seperti rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada April 2012

yang lalu. Surya Paloh sebagai salah satu tokoh dan pemilik Media Indonesia yang

tergabung dalam Media Group tersebut tentu mempunyai pengaruh besar terhadap

pemberitaan-pemberitaan yang akan disampaikan oleh Media Indonesia sebelum

berita itu diterbitkan.

Terkait kekalahan Surya Paloh dalam pemilihan ketua umum Partai Golkar

pada Munas (Musyawarah Nasional) Partai Golkar 2009 lalu, berimplikasi pada

berdirinya organisasi masyarakat Nasional Demokrat yang didirikannya pada tahun

2010 lalu. Hal ini tentu menyorot pandangan publik atas keputusan Surya Paloh

mendirikan organisasi masyarakat tersebut terlebih setelah Ia memutuskan untuk

keluar dari Partai Golkar dan lebih memprioritaskan diri ke dalam organisasi

masyarakat yang didirikannya.

Hal tersebut di atas tentu akan mengakibatkan bergesernya arah pemberitaan

Media Indonesia yang awalnya seringkali menyorot pemberitaan mengenai Partai

Golkar, dan setelah hengkangnya Surya Paloh dari Golkar, tentu berita yang

disuguhkan Media Indonesia akan beralih pada pemberitaan organisasi masyarakat

Nasional Demokrat tersebut dan content-nya akan cenderung memberikan citra

positif atas berdirinya organisasi tersebut. Dalam kajian ilmu komunikasi politik tentu

hal ini merupakan salah satu pengaplikasian dari teori ekonomi politik media massa.

Page 15: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

4

Sebagaimana menurut Garnham yang dikutip dari Heryanto, “institusi harus

dinilai sebagai bagian dari sistem ekonomi yang juga bertalian erat dengan sistem

politik. Kualitas pengetahuan yang diproduksi oleh media untuk masyarakat,

sebagian besar dapat ditentukan oleh nilai tukar beragam isi dan kondisi yang

memaksakan perluasan pasar. Kualitas itu juga ditentukan oleh kepentingan ekonomi

para pemilik dan penentu kebijakan”.2

Konten yang disuguhkan media massa tentunya tidak bisa dilepaskan begitu

saja dari kepentingan-kepentingan pemilik dan penentu kebijakan di media massa

tersebut, kepemilikan atas media massa tentu berimplikasi pada sejauh mana citra

yang ditonjolkan dari isi berita yang diterbitkan, terlepas dari kepentingan ini Media

Indonesia tentu tidak bisa dengan mudah melepaskan kepentingan Surya Paloh yang

notabene-nya berada dibalik kepemilikan Media Group, baik dari segi manuver

politiknya maupun keputusan politik yang akan Ia lakukan.

Pada masa sekarang kita melihat banyak para calon kandidat baik dari

kalangan politisi maupun kalangan umum yang terjun dalam dunia politik, mereka

berlomba-lomba ingin mengusai media massa di berbagai lini agar dapat dijadikan

alat untuk melancarkan strategi pertempuran guna menaikan citra diri dan

menjatuhkan lawan-lawan politik mereka. Begitupun dengan organisasi masyarakat

Nasional Demokrat, bahwa organisasi masyarakat yang kini bertransformasi menjadi

sebuah Partai NasDem (Nasional Demokrat) itu sangat memanfaatkan momentum

kebebasan pers, di mana pers yang mulanya menjadi alat kontrol sosial kemudian

2 Gun Gun Heryanto. Komunikasi Politik di Era Industri Citra. (Jakarta : PT Lasswell Visitama, 2010).

h. 302

Page 16: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

5

dimanfaatkan menjadi kendaraan untuk melancarkan manuver politik termasuk

membangun citra positif dan mengenalkan kepada masyarakat luas tentang

didirikannya partai tersebut. Ini merupakan langkah yang mulus bagi Partai NasDem

demi keikutsertaanya dalam pesta demokrasi terbesar di tahun 2014 mendatang.

“Siapa menguasai media, dia menguasai dunia”. Rumusan ini sering kita

dengar menggambarkan betapa pentingnya peran media dalam proses produksi,

reproduksi, dan distribusi pengetahuan serta kekuasaan.3 Begitu pula dengan Media

Indonesia sebagai salah satu media massa nasional yang dalam pendistribusian

pengetahuannya memberikan banyak manfaat positif bagi khalayak yang masih

minim informasi dengan dunia luar, namun bagaimana dengan kekuasaan yang

diproduksi, dan didistribusikan? Apakah sesuai dengan kebutuhan khalayak yang

menginginkan transparansi informasi secara akurat, apakah sudah memberikan

kepuasan kepada khalayak mengenai kekuasaan elite politik dalam menyelesaikan

masalah-masalah yang sedang terjadi, apakah media sudah netral dalam menyajikan

berita yang sarat akan isu-isu politik di pemerintahan sekarang.

Hal ini tentu membutuhkan penelusuran lebih jauh mengenai konstruksi

realitas yang dibangun dari masing-masing media massa, hingga saat ini

independensi media masih sering dipertanyakan sebagian publik baik dari kalangan

pengamat maupun akademisi, sedikitnya penelitian ini diharapkan mampu

memberikan jawaban atas keresahan publik mengenai independensi Media Indonesia

3 Ibid, h. 301

Page 17: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

6

yang selama ini kental sekali dengan sensitivitasnya di Media Group yang dipimpin

Surya Paloh.

Menilik segala kebutuhan publik yang sangat haus akan informasi maka

fenomena ini sangat berkaitan dengan kajian keilmuan komunikasi massa yang

hakekatnya penting untuk dipelajari lebih dalam oleh para mahasiswa, praktisi

maupun para pakar media massa.

Fenomena media massa di Indonesia saat ini sedang mengalami krisis

kepercayaan publik, para pengamat sering mengkritisi dan menyayangkan hal yang

menimpa media massa di Indonesia ini, baik dari sisi kepemilikan media,

independensi media, maupun konten dari media tersebut, begitu pula dari kalangan

mahasiswa Ilmu komunikasi yang menjadikan media massa sebagai bahan kajian

keilmuannya, jika dikaitkan pada kajian Ilmu komunikasi politik hal ini tentu akan

menambah khazanah keilmuan komunikasi baik secara umum maupun lebih spesifik

seperti komunikasi politik di media massa.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti ingin mengkaji lebih jauh

tentang bagaimana Media Indonesia mengkonstruksi berita mengenai Partai Nasional

Demokrat, baik dari segi pesan komunikasi politik maupun pencitraan terhadap suatu

kelompok atau golongan. Atas dasar tersebut maka skripsi ini diberi judul

“Komunikasi Politik di Media Massa, Studi Analisis Wacana Terhadap

Pemberitaan Partai NasDem (Nasional Demokrat) di Harian Umum Media

Indonesia“.

Page 18: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

7

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti membatasi masalah

yang akan diteliti pada segi pesan komunikasi politik yang terdapat pada teks di

Harian Umum Media Indonesia dan bagaimana Media Indonesia mengkonstruksi

berita mengenai Partai Nasional Demokrat pada edisi sabtu 23 Juni dan senin 25 Juni

2012, dengan menggunakan metode analisis wacana kritis model Teun A. Van Dijk.

Kedua edisi tersebut di pilih karena berita yang ada di dalamnya memuat

beberapa kegiatan yang sedang dilakukan Partai NasDem, terlebih lagi kedua edisi

tersebut terbit pada hari sabtu dan senin yang diasumsikan dapat membentuk ingatan

publik, untuk terus beranggapan bahwa Partai NasDem selalu melakukan kegiatan-

kegiatan positif dalam rangka penguatan kader dan meyakinkan publik akan kesiapan

partai ini untuk turut serta dalam perhelatan pesta demokrasi pada 2014 mendatang.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah

penelitian sebagai berikut :

a. Bagaimana konstruksi wacana pemberitaan Partai NasDem (Nasional

Demokrat) di Harian Umum Media Indonesia?

b. Bagaimana kognisi sosial redaksi dalam menyajikan berita-berita mengenai

Partai NasDem (Nasional Demokrat) di Harian Umum Media Indonesia?

c. Bagaimana konteks sosial yang digambarkan mengenai Partai NasDem

(Nasional Demokrat) di Harian Umum Media Indonesia?

Page 19: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas maka penelitian ini mempunyai

beberapa tujuan yaitu :

a. Untuk mengetahui bagaimana konstruksi wacana pemberitaan Partai

NasDem (Nasional Demokrat) di Harian Umum Media Indonesia.

b. Untuk mengetahui bagaimana kognisi sosial redaksi dalam menyajikan

berita-berita mengenai Partai NasDem (Nasional Demokrat) di Harian

Umum Media Indonesia.

c. Untuk mengetahui bagaimana konteks sosial yang digambarkan mengenai

Partai NasDem (Nasional Demokrat) di Harian Umum Media Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat dalam penelitian ini yaitu :

a. Manfaat Akademis : Penelitian ini diharapkan memiliki fungsi dan manfaat

secara akademis (keilmuan) di lingkungan universitas, agar kajian

keilmuan komunikasi politik dapat lebih dikembangkan, oleh karena itu

penelitian ini masih tetap mengacu kepada permasalahan komunikasi

politik media massa.

b. Manfaat Praktis : Penulis juga berharap penelitian ini dapat dijadikan

sebagai bahan informasi dan data yang dapat dipergunakan di perguruan-

perguruan tinggi lainnya guna menunjang pengetahuan mengenai studi

ilmu komunikasi di bidang komunikasi politik media massa.

Page 20: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

9

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian :

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif

memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan

sebuah makna dari gejala-gejala sosial di masyarakat. Objek analisis dalam

pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala-gejala sosial dan budaya dengan

menggunakan kebudayaan dari masyarakat bersangkutan untuk memperoleh

gambaran mengenai kategorisasi tertentu.4

Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, metodologi penelitian

skripsi ini menggunakan metode analisis wacana dalam paradigma kritis, yang biasa

digunakan untuk mengkaji dan menelaah pesan-pesan yang terdapat dalam media.

Analisis wacana kritis merupakan salah satu bentuk alternatif untuk menganalisis

pesan dalam media selain anlisis isi kuantitatif, dalam penelitian ini, penulis

menggunakan analisis wacana model Teun A. Van Dijk. Analisis wacana model Van

Dijk lebih menekankan pada tiga dimensi yakni: teks, kognisi sosial, dan konteks

sosial.

2. Subjek dan Objek Penelitian :

a. Subjek Penelitian, dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian

adalah surat kabar Harian Umum Media Indonesia.

4 Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta : LkiS Pelangi Aksara,

2001), h. 302

Page 21: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

10

b. Objek Penelitian, dan yang menjadi objek penelitian ialah pemberitaan

mengenai Partai Nasional Demokrat di Harian Umum Media Indonesia.

3. Pengumpulan Data :

a. Observasi Teks yaitu peneliti melakukan observasi terhadap teks terkait

berita mengenai Partai NasDem untuk mengetahui pesan komunikasi

politik pada surat kabar Media Indonesia pada edisi sabtu 23 Juni dan senin

25 Juni 2012. Kemudian dilakukan pengamatan sistematis yang

disesuaikan dengan metode analisis model Van Dijk dan fenomena yang

terdapat dalam teks tersebut dijadikan sebagai objek peneliti.

b. Interview yaitu peneliti melakukan wawancara kepada bapak Ono Sarwono

selaku Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Harian Media Indonesia.

Kemudian peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada narasumber

terkait proses peliputan berita, pemilahan berita hingga proses akhir

diterbitkannya berita, dengan tidak hanya berpedoman pada sistematika

pertanyaan yang disediakan, sehingga pemberi data dapat menjawab

dengan bebas dan terbuka.

c. Dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data-data mengenai hal-hal

yang akan peneliti bahas, yang berhubungan dengan objek yang akan

diteliti yaitu: pengumpulan data melalui internet yang berupa artikel-artikel

terkait berita mengenai Partai NasDem, kemudian buku-buku teoritis yang

dapat menunjang metode analisis dalam penelitian, serta arsip maupun

Page 22: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

11

dokumentasi dari tim redaksi surat kabar Media Indonesia dan media cetak

lainnya.

4. Analisa Data :

Data yang diperoleh dari berbagai sumber kemudian akan ditafsirkan oleh

peneliti dengan metode kualitatif menggunakan kerangka analisis wacana kritis

model Van Dijk dengan membagi ke dalam tiga dimensi yaitu : teks, kognisi sosial,

dan konteks sosial.

Inti dari model ini adalah menggabungkan ketiga dimensi (teks, kognisi sosial,

dan konteks sosial) menjadi sebuah kesatuan. Untuk dimensi teks, analisis wacana

model van Dijk terdiri atas tiga struktur yakni struktur makro merupakan makna

global dari suatu teks, superstruktur yakni kerangka dalam suatu teks atau alur dalam

suatu teks atau alur dalam suatu tulisan seperti bagian pendahuluan, isi, penutup dan

kesimpulan, dan struktur mikro merupakan makna lokal dari suatu teks yang dapat

dilihat dengan mengamati pilihan kata, kalimat, dan gaya yang digunakan dalam

suatu teks. Ketiga struktur tersebut masing-masing memiliki elemen-elemen yang

saling mendukung satu sama lain. Seperti yang tergambar dalam tabel di bawah ini:

Page 23: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

12

Tabel 1.

Elemen Wacana Teun A. Van Dijk5

STRUKTUR WACANA HAL YANG DIAMATI ELEMEN

Struktur Makro Tematik

Tema/topik yang

dikedepankan dalam suatu

berita

Topik

Superstruktur Skematik

Bagaimana bagian dan

urutan berita diskemakan

dalam teks berita utuh

Skema

Struktur Mikro Semantik

Makna yang ingin

ditekankan dalam teks

berita. Misal dengan

memberi detil pada satu

sisi atau membuat eksplisit

satu sisi dan mengurangi

detil sisi lain

Latar, Detil, Maksud,

Peranggapan,

Nominalisasi

Struktur Mikro Sintaksis

Bagaimana kalimat

(bentuk, susunan) yang

dipilih

Bentuk kalimat, koherensi,

kata ganti

Struktur Mikro Stilistik

Bagaimana pilihan kata

yang dipakai dalam teks

berita

Leksikon

Struktur Mikro Retoris

Bagaimana dan dengan

cara apa penekanan

dilakukan

Grafis, Metafora, Ekspresi

5 Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, h. 228-229

Page 24: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

13

E. Tinjauan Pustaka

Ada banyak sekali penelitian mengenai kajian keilmuan komunikasi di bidang

komunikasi politik, namun beberapa penelitian mempunyai subjek dan objek

penelitian yang berbeda, baik mengenai Partai NasDem sebagai objek penelitiannya

maupun Harian Media Indonesia sebagai subjek dari penelitian itu sendiri. Dalam

penelitian yang peneliti lakukan ini, peneliti mencoba mengelaborasikan sumber-

sumber dan berbagai literatur dari penelitian-penelitian terdahulu. Di antaranya

adalah:

1. Komunikasi Politik Melalui Media Massa: Pasangan Mochtar Mohammad –

Rahmat Effendi (Murah) Dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013.

Oleh Misliyah, mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Program

Non Reguler Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2010.

Dalam penelitian di atas ditemukan bahwa dalam kegiatan sosialisasi politik

pasangan Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi, banyak menggunakan media

massa, baik media massa cetak maupun elektronik. Peranan media massa dalam

mensosialisasikan figur pasangan Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi, visi

misi dan program kerja mereka sangatlah efektif.

Dalam penelitian ini juga ditemukan keberhasilan pasangan calon walikota

dalam memenangkan pilkada Bekasi itu terdiri dari beberapa faktor diantaranya

publisitas melalui media massa dan dukungan dari partai-partai besar,

Page 25: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

14

sedangkan yang menjadi penghambat dari pasangan ini adalah maraknya Black

Campaign (kampanye gelap), kecurangan-kecurangan pasangan dari kubu

lawan, Many Politic, fenomena Golput di masyarakat setempat.

Perbedaan dari penelitian di atas terletak pada subjek dan objek penelitian yang

berbeda namun masih dalam konteks kajian komunikasi politik, penelitian yang

dilakukan Misliyah ini lebih menekankan pada peranan media massa dalam

lingkup pemilihan kepala daerah (Pilkada) Bekasi dan hanya menggunakan

teori publisitas aktor politik, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan lebih

kepada unsur propaganda politik dan konstruksi realitas yang dibangun media

massa.

2. Komunikasi Politik Pasangan Hj. Airin Rachmi Diany dan Drs. H. Benyamin

Davnie dalam Pilkada Tangsel Tahun 2011. Oleh Amalia mahasiswi Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2011.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Amalia ini bertujuan untuk mengetahui

strategi komunikasi politik pasangan Airin Rachmi Diany dan Benyamin

Davnie untuk memenangkan pilkada Tangsel 2011 melalui media lini atas

(Above the line) dan media lini bawah (Below the line).

Penelitian Amalia ini menggunakan metode kualitatif analisis deskriptif yang

bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui

pengumpulan data, teori yang digunakan adalah model kampanye Ostergaard,

Page 26: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

15

dengan mengidentifikasi masalah yang ada, tahap pelaksanaan kampanye, dan

tahap penanggulangan kampanye.

Hasil akhir dalam penelitian yang dilakukan Amalia ini ditemukan bahwa

strategi politik pasangan Airin Rachmi Diany dan Benyamin Davnie adalah

dengan menggunakan media lini atas seperti koran, dan internet sebagai media

utamanya, dan media lini bawah seperti striker, poster, spanduk, baliho dan

billboard sebagai media pendukung. Kedua jenis media tersebut terbukti efektif

dalam mempromosikan dan membentuk citra pasangan Airin-Benyamin,

terlebih keberhasilannya dalam melakukan publisitas melalui media massa.

Perbedaan yang nampak jelas pada penelitian yang dilakukan oleh Amalia ini

terletak pada model penelitian yang menggunakan model Ostergaard sedangkan

model penelitian yang peneliti gunakan adalah model Teun Van Dijk, dan teori

yang dipakai hanya media lini atas (Above the line) dan media lini bawah

(Below the line) sedangkan teori yang peneliti gunakan meliputi, konstruksi

realitas sosial, konstruksi realitas politik, opini publik, dan propaganda politik

namun persamaan pada penelitian ini masih terkait dengan kajian keilmuan

komunikasi politik media massa.

Penelitian-penelitian tersebut di atas merupakan sebagian penelitian yang

membahas tentang komunikasi politik, keterkaitan dari penelitian di atas adalah

sama-sama meneliti mengenai kajian keilmuan dibidang komunikasi politik, dengan

media massa atau media cetak yang menjadi subjek penelitian. Perbedaan dengan

penelitian sebelumnya yaitu pada objek penelitian, dan lembaga yang diteliti,

Page 27: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

16

penelitian terdahulu tidak melulu menggunakan metodologi yang sama, ada yang

menggunakan metode kualitatif dan ada yang menggunakan metode kuantitatif.

Dewasa ini di kalangan mahasiswa fakultas dakwah dan komunikasi sudah

banyak yang melakukan penelitian dalam bidang komunikasi politik, ini

menunjukkan bahwa ketertarikan dan perkembangan pola pikir mahasiswa sangatlah

signifikan maka itu perlu dikembangkan lebih lanjut agar lulusan-lulusan dari

fakultas dakwah dan komunikasi tidak hanya bisa melihat pesan-pesan yang

bercirikan politik namun juga bisa mempraktikkan yang menjadikan edukasi bagi

masyarakat luas.

Teori-teori yang digunakan pun tidak sepenuhnya sama, masing-masing dari

peneliti mempunyai kajian teoritis yang sangat mendalam pada penelitiannya, ada

yang menggunakan teori konstruksi realitas sosial, konseptualisasi marketing politik,

teori konstruksi citra, dan teori komunikasi politik secara umum. Ini pun akan

menambah khazanah keilmuan bagi fakultas dakwah dan komunikasi dalam

perkembangan kajian ilmu komunikasi dibidang komunikasi politik.

F. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini terdapat latar belakang masalah yang menjadi alasan

dilakukannya penelitian ini, rumusan dan batasan masalah yang merumuskan dan

membatasi masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi penelitian

Page 28: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

17

yang menggunakan metode kualitatif deskriptif, tinjauan pustaka dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Dalam bab ini terdapat berbagai macam teori yang nantinya akan digunakan

untuk menganalisis berbagai permasalahan dalam penelitian ini, seperti teori

konstruksi realitas sosial, konstruksi realitas politik, propaganda politik, opini publik,

analisis wacana model Van Djik, dan lain sebagainya.

BAB III GAMBARAN UMUM

Adapun gambaran umum atau profil objek penelitian akan disampaikan dalam

bab ini seperti, profil Harian Umum Media Indonesia, sejarah berdirinya, struktur

organisasi, visi – misi, dan sebagainya.

BAB IV ANALISA DATA

Dalam bab empat ini akan diulas dan di paparkan analisa wacana pemberitaan

Partai NasDem di Harian Umum Media Indonesia. Pendekatan analisis yang

digunakan dalam bab ini adalah analisis wacana Teun Van Dijk. Model ini

menekankan pada tiga aspek yaitu: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.

BAB V PENUTUP

Kesimpulan dari analisis terhadap bagaimana wacana pemberitaan Partai

NasDem pada Harian Media Indonesia, dan hasil temuan-temuan lainnya, serta saran-

saran yang mungkin bisa berguna bagi Harian Umum Media Indonesia.

Page 29: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

18

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konstruksi Realitas Sosial

Jika melihat fungsi media massa secara umum baik berita dari media cetak

maupun elektronik, adalah merupakan laporan dari sebuah peristiwa. Peristiwa disini

adalah realitas atau fakta yang dicari dan diliput oleh wartawan dan pada giliriannya

akan dilaporkan secara terbuka melalui media massa. Dengan begitu proses

jurnalisme berupaya menceritakan kembali suasana atau keadaan di sekitar peristiwa,

orang atau benda, bahkan pendapat yang terdapat dalam sebuah peristiwa merupakan

upaya untuk merekonstruksi realitas.

Realitas sosial itu „ada‟ dilihat dari subyektifitasnya „ada‟ itu sendiri dan

dunia objektif di sekeliling realitas sosial itu. Individu tidak hanya dilihat sebagai

„kedirian‟-nya, namun juga dilihat dari mana „kedirian‟ itu berada, bagaimana ia

menerima dan mengaktualisasikan dirinya serta bagaimana pula lingkungan

menerimanya.1

Pendapat di atas menunjukkan bahwa seseorang akan melihat kenyataan yang

terjadi di lingkungan sosialnya dengan menjadikan dirinya sebagai subjektif yang

berada dalam lingkaran sosial objektif namun, pada kenyataannya seseorang itu

menjadi objektif di dalam lingkungan sosial yang subjektif, jika melihat pandangan

dari paradigma konstruktivis, realitas diciptakan oleh individu yang mengkonstruksi

1 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi,

dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan Thomas Luckmann, (Jakarta : Kencana,

2008), h. 12

18

Page 30: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

19

realitas sosial tersebut namun, kebenaran dalam realitas sosial itu bergantung pada

siapa individu yang melihat realitas tersebut.

Pada kenyataannya realitas sosial tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran

individu, baik di dalamnya maupun di luar realitas tersebut. Realitas sosial itu

memiliki makna, manakala realitas sosial dikonstruksi dan dimaknakan secara

subyektif oleh individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara obyektif.

Individu mengkonstruksi realitas sosial, dan merekonstruksinya dalam dunia realitas,

memantapkan realitas itu berdasarkan subjektivitas individu lain dalam institusi

sosialnya.2

Morissan berpendapat teori konstruksi sosial realitas merupakan ide atau

prinsip utama dari kelompok pemikiran atau tradisi kultural. Ide ini menyatakan

bahwa dunia sosial tercipta karena adanya wujud interaksi antara manusia. Cara

bagaimana kita berkomunikasi sepanjang waktu mewujudkan pengertian kita

mengenai pengalaman, termasuk ide kita mengenai diri kita sebagai manusia dan

sebagai komunikator.3

Menurut Morissan dengan adanya interaksi simbolik antar individu, dunia

sosial akan tercipta dengan prinsip utama dari kelompok pemikir maupun budaya

yang sudah menjadi tradisi pada individu tersebut, dengan berinteraksi satu sama lain

individu dapat memahami dirinya sendiri dan memberikan stimulus terhadap dirinya

sehingga akan timbul respon terhadap dunia sosialnya.

2 Ibid, h. 12-13 3 Morissan, M.A, dkk., Teori Komunikasi Massa, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 134-135

Page 31: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

20

Teori konstruksi sosial realitas berpandangan bahwa masyarakat yang

memiliki kesamaan budaya akan memiliki peraturan makna yang berlangsung terus-

menerus. Secara umum, setiap hal akan memiliki makna yang sama bagi orang-orang

yang memiliki kultur yang sama.4 Latar belakang kesamaan budaya memang akan

berdampak pada kesamaan makna terhadap suatu realitas jika masing-masing

individu itu berasal dari daerah yang sama namun, realitas yang terkonstruk dari latar

belakang tersebut hanya berlaku untuk sebagian individu, tidak menyeluruh seperti

konstruksi yang di buat oleh media massa.

Istilah konstruksi atas realitas sosial (social construction of reality) menjadi

terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. berger dan Thomas Luckmann melalui

bukunya yang berjudul The Sosial Construction of Reality: A Treatise in the

Sociological of Knowledge (1966). Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan

dan interaksinya, di mana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas

yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.5

Interaksi dan tindakan yang dilakukan individu dalam proses sosial akan

memunculkan pengetahuan sosial, pengetahuan terhadap realitas yang mereka

ciptakan dan dialami secara subjektif pada akhirnya menimbulkan kesamaan

pandangan yang telah mapan terpola sehingga melahirkan konsensus makna.

Morissan menambahkan, Berger dan Luckmann menyebut tanda larangan itu

memiliki simbol makna objektif karena orang kerap menginterpretasikan secara

biasa-biasa saja namun, ada beberapa hal lainnya yang merupakan makna subjektif,

4 Ibid, h. 135 5 Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 13

Page 32: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

21

hal ini disebut dengan tanda. Dalam teori konstruksi realitas, mobil adalah lambang

(simbol) mobilitas, namun mobil merek-merek tertentu, seperti Cadillac atau

Mercedez Benz merupakan tanda kemakmuran atau kesuksesan.6

Pada dasarnya tanda maupun simbol sama-sama bernegosiasi terhadap makna

namun, negosiasi tanda berlangsung lebih kompleks, sedangkan simbol negosiasinya

lebih umum. Jika seseorang yang memiliki mobil itu disimbolkan dengan kalangan

menengah ke atas, maka mobil-mobil dengan merek high class menjadikan seseorang

itu ditandai sebagai pembeda dari kalangan menengah ke atas.

Berger dan Luckmann dalam Bungin mengatakan institusi masyarakat tercipta

dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. Meskipun

masyarakat dan institusi sosial terlihat nyata secara objektif, namun pada kenyataan

semuanya dibangun dalam definisi subjektif melalui proses interaksi.7

Penerimaan makna simbolik merupakan hasil dari negosiasi antara peserta

komunikasi dalam proses interaksi, dalam proses ini objektivitas makna bisa terjadi

melalui penegasan atau penyampaian berulang-ulang yang diberikan oleh orang lain

atau institusi sosial, baik media maupun institusi pemerintah yang memiliki definisi

subjektif yang sama.

Dalam proses selanjutnya, proses dialektika antara individu menciptakan

suatu tatanan masyarakat maupun sebaliknya masyarakat menciptakan individu,

proses dialektika ini terjadi melalui tahap-tahap seperti, eksternalisasi, objektivikasi,

6 Morissan, Teori Komunikasi Massa, h. 135

7 Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 15

Page 33: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

22

dan internalisasi, dalam kajian komunikasi massa dikenal sebagai Entry Concept,

berikut penjelasannya :

a. Objective reality atau realitas objektif, merupakan suatu kompleksitas

definisi realitas (termasuk ideologi dan keyakinan) serta rutinitas tindakan

dan tingkah laku yang telah mapan terpola, yang kesemuanya dihayati oleh

individu secara umum sebagai fakta.

b. Symbolic reality atau realitas simbolik, merupakan semua ekspresi

simbolik dari apa yang dihayati sebagai “objective reality” misalnya teks

produk industri media, seperti berita di media cetak atau elektronik, begitu

pun yang ada di film-film.

c. Subjective Reality atau realitas subjektif, merupakan konstruksi definisi

realitas yang dimiliki individu dan dikonstruksi melalui proses

internalisasi. Realitas subjektif yang dimiliki masing-masing individu

merupakan basis untuk melibatkan diri dalam proses eksternalisasi, atau

proses interaksi sosial dengan individu lain dalam sebuah struktur sosial.

Melalui proses eksternalisasi itulah individu secara kolektif berpotensi

melakukan objektivikasi, memunculkan sebuah konstruksi objektive reality

yang baru.

Dialektika antara diri dengan dunia sosiokultural berlangsung dalam proses

dengan tiga „moment‟ simultan. Pertama, eksternalisasi, (penyesuaian diri) dengan

dunia sosiokultural sebagai produk manusia. Kedua, objektivikasi, yaitu interaksi

sosial yang terjadi dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami

Page 34: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

23

proses institusionalisasi. Sedangkan ketiga, internalisasi, yaitu proses di mana

individu mengidentifikasikan dirinya dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi

sosial tempat individu menjadi anggotanya.8

1. Eksternalisasi (Penyesuaian diri)

Eksternalisasi adalah penyesuaian diri dengan dunia sosio cultural sebagai

produk manusia. Bungin mengungkapkan jika binatang lahir ke dunia sudah

ditentukan sepenuhnya oleh instinktualnya, diarahkan pada suatu lingkungan yang

khas spesiesnya. Pada manusia berbeda, dunia manusia di bentuk oleh aktivitas

manusia sendiri. Oleh karena itu, keberadaan manusia adalah sebagai penyeimbang

antara manusia dengan dirinya sendiri dan manusia dengan lingkungan dan dunianya.

Dalam proses penyeimbang ini, manusia membentuk dirinya sendiri sehingga bisa

merealisasikan dirinya dalam kehidupan.9

Dengan kata lain, eksternalisasi terjadi pada tahap yang sangat mendasar,

dalam satu pola perilaku interaksi antara individu dengan produk-produk sosial

masyarakatnya. Proses ini dimaksud adalah ketika sebuah produk sosial telah menjadi

sebuah bagian penting dalam masyarakat yang setiap saat dibutuhkan oleh individu,

maka produk sosial itu menjadi bagian penting dalam kehidupan seseorang untuk

melihat dunia luar.10

Media massa dapat berperan dalam mengkonstruksikan suatu peristiwa untuk

membentuk realitas sosial. Pendekatan konstruksi sosial realitas telah menjadi

8 Ibid, h. 15

9 Burhan Bungin, Teori Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 29-30

10 Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 16

Page 35: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

24

gagasan penting dan popular dalam ilmu sosial. Menurut Keneth Gergen, konstruksi

sosial memusatkan perhatiannya pada proses dimana para individu menanggapi

kejadian di sekitarnya berdasarkan pengalaman mereka.11

Iklan televisi sebagai produk masyarakat dieksternalisasikan oleh pemirsa ke

dalam dunia sosiokultural. Eksternalisasi itu terjadi secara dini karena adanya

kedekatan antara televisi dan pemirsanya. Dapat dipastikan, setiap orang dari kelas

menengah menikmati televisi setiap saat, karena umumnya dalam rumah keluarga

modern, terdapat televisi lebih dari satu. Sehingga di saat hubungan sosial keluarga

mulai merenggang karena desakan kehidupan modern, justru individu semakin

menggantungkan dirinya terhadap televisi sebagai sumber informasi, hiburan, dan

sebagainya.12

Iklan televisi begitu penting dalam kehidupan sosiokultural pemirsa, karena

tanpa disadari pemirsa berupaya menyesuaikan dirinya dengan apa yang dilihatnya

pada iklan televisi, sehingga iklan televisi berfungsi sebagai acuan-acuan nilai

permirsa televisi.13

Dengan demikian, tahap eksternalisasi ini berlangsung ketika

produk sosial tercipta di dalam masyarakat, kemudian individu meng-

eksternalisasikan (penyesuaian diri) ke dalam dunia sosio-kulturalnya sebagai bagian

dari produk manusia.

11 Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2005) Edisi ke- 9, h. 83 12 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 167-168 13

Ibid, h. 168

Page 36: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

25

2. Objektivasi

Objektivasi ialah interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang di-

lembagakan atau mengalami institusionalisasi (Society is an objective reality).

Maksudnya adalah tahap objektivasi produk sosial terjadi dalam dunia intersubjektif

masyarakat yang dilembagakan, masing-masing individu melakukan objektivasi

terhadap produk sosial, baik penciptanya maupun individu lain.

Pada tahap ini sebuah produk sosial berada pada proses institusionalisasi,

sedangkan individu oleh Berger dan Luckman di dalam Bungin mengatakan,

memanifestasikan diri dalam produk-produk kegiatan manusia yang tersedia, baik

bagi produsen-produsennya maupun bagi orang lain sebagai unsur dari dunia

bersama.14

Objektivikasi itu bisa terjadi melalui penyebaran opini sebuah produk sosial

yang berkembang di masyarakat melalui diskursus opini masyarakat tentang produk

sosial, dan tanpa harus terjadi tatap muka antar-individu dan pencipta produk sosial

itu.15

Objektivasi (interaksi sosial) adalah kemampuan manusia memanifestasikan

diri dalam produk kegiatan manusia yang tersedia, baik bagi produsen-produsennya

maupun orang lain. Pada tahap ini sebuah produk sosial berada pada proses

institusionalisasi.16

Salah satu contoh objektivasi yang sangat penting adalah

14 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 16 15

Ibid, h. 16 16 Burhan Bungin, Teori Paradigma dan Diskursus Teknologi, h. 19

Page 37: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

26

signifikansi yakni pembuatan tanda oleh manusia yang kemudian tanda-tanda tersebut

dikelompokan dalam sebuah sistem seperti biasa.17

3. Internalisasi (Identifikasi diri)

Internalisasi adalah individu mengidentifikasi diri di tengah lembaga-lembaga

sosial atau organisasi sosial di mana individu tersebut menjadi anggotanya, “Man is a

social product”. Berger dan Luckmann mengatakan bahwa, dalam kehidupan setiap

individu ada suatu urutan waktu, dan selama itu pula Ia diimbaskan sebagai partisipan

ke dalam dialektika masyarakat.18

Titik awal dari proses ini adalah internalisasi; pemahaman atau penafsiran

yang langsung dari suatu peristiwa objektif sebagai pengungkapan suatu makna,

artinya, sebagai suatu manifestasi dari proses-proses subjektif orang lain yang dengan

demikian menjadi bermakna secara subjektif bagi individu sendiri.19

Internalisasi adalah proses pemahaman atau penafsiran yang langsung dari

suatu peristiwa objektif sebagai pengungkapan suatu makna, artinya sebagai suatu

manifestasi dari proses subjektif bagi dirinya pribadi. Internalisasi dalam arti luas

merupakan dasar dari pemahaman mengenai sesama manusia dan pemahaman

mengenai dunia sebagai suatu yang maknawi dari kenyataan sosial.20

Salah satu wujud internalisasi adalah sosialisasi. Bagaimana suatu generasi

menyampaikan nilai-nilai dan norma-norma sosial (termasuk budaya) yang ada

17

Ibid, h. 29-30 18 Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 19 19

Ibid, h. 19 20 Bungin, Teori Paradigma dan Diskursus Teknologi, h. 29-30

Page 38: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

27

kepada generasi berikutnya. Generasi berikutnya diajarkan (lewat berbagai

kesempatan dan cara) untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai budaya yang mewarnai

struktur masyarakat. Generasi baru dibentuk oleh makna-makna yang telah

diobjektivikasikan.21

Individu oleh Berger dan Luckmann dikatakan mengalami dua proses

sosialisasi: pertama, sosialisasi primer dan kedua, sosialisasi sekunder. Sosialisasi

primer dialami individu dalam masa kanak-kanak, yang dengan itu ia menjadi

anggota masyarakat. Sedangkan sosialisasi sekunder adalah proses lanjutan yang

mengimbas individu yang sudah disosialisasikan itu ke dalam sektor-sektor baru

dalam dunia objektif masyarakatnya.22

Deddy Mulyana mengatakan, realitas sosial tergantung pada bagaimana

seseorang menafsirkannya. Pemahaman itulah disebut realitas. Karena itu peristiwa

dan realitas yang sama bisa menghasilkan konstruksi realitas yang berbeda dari orang

yang berbeda. Setiap individu memiliki gambaran yang berbeda-beda mengenai

realitas di sekelilingnya.23

B. Konstruksi Realitas Politik

Proses konstruksi realitas, prinsipnya adalah setiap upaya “menceritakan”

(konseptualisasi) sebuah peristiwa, keadaan atau benda tak terkecuali mengenai hal-

21 Ibid, h. 30 22

Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 20 23 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), h. 176

Page 39: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

28

hal yang berkaitan dengan politik adalah usaha mengkonstruksikan realitas.24

Dalam

hal ini Hamad berpendapat segala sesuatu yang berkaitan dengan politik, baik dari

segi kegiatan politik, iklan politik yang dilihat khalayak, maupun program politik di

masa kampanye dari suatu partai tertentu, merupakan hasil dari pembentukan

konstruksi realitas atas kejadian yang telah dilaporkan oleh media massa.

Berbicara mengenai konstruksi atas realitas tentu erat kaitannya dengan media

massa sebagai agen konstruksi yang sangat besar penyebarannya, terlebih dalam

konstruksi yang di bangun di bumbui dengan kepentingan politik tertentu, baik dari

partai politik maupun aktor politik. Masing-masing media tentu mempunyai batasan

dan aturan dalam mengkonstruksi suatu realitas politik yang sedang terjadi dalam

proses pembentukan konstruksi.

Media menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi

cerita atau wacana yang bermakna. Pembuatan berita di media pada dasarnya adalah

penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah cerita atau wacana yang

bermakna. Dengan demikian seluruh isi media tiada lain adalah realitas yang telah

dikonstruksikan (constructed reality) dalam bentuk wacana yang bermakna.25

Salah satu faktor yang memberi pengaruh signifikan terhadap proses

pembuatan atau pengkonstruksian realitas politik hingga jenis opini yang terbentuk

adalah sistem media massa dimana sebuah media menjalankan operasi jurnalistiknya.

Konstruksi realitas politik yang dibentuk oleh sebuah media pertama-tama

24 Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa : Sebuah Studi Critical Discourse

Analysis terhadap Berita-berita Politik, (Jakarta : Granit, 2004), h. 11 25 Ibid, h. 11–12

Page 40: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

29

dipengaruhi oleh kehidupan sistem politik.26

Sistem politik di sini diartikan sebagai

sistem pemerintahan dari Negara tersebut, serta peran Negara dalam mengatur media

massa.

Media massa memiliki kekuatan tersendiri dalam mempengaruhi sistem

politik sehingga hubungan antara keduanya biasanya ditandai oleh dua hal. Pertama,

bentuk dan kebijakan politik sebuah negara menentukan pola operasi media massa di

negara itu, mulai dari kepemilikan, tampilan isi, hingga pengawasannya, sistem

media massa yang berlaku di sebuah negara menjadi cerminan sistem politik atau

rezim negara itu. Kedua, media massa sering menjadi media komunikasi politik

terutama oleh para penguasa. Setiap kekuatan politik sedapat mungkin memakai

media massa untuk melancarkan hajat politiknya.27

Penempatan pers sebagai pilar keempat karena pers memiliki peran untuk

membentuk pendapat umum, sekaligus sebagai ruang publik (public sphere) yang

menyediakan tempat kepada anggota masyarakat untuk berimprovisasi dalam

penyampaian pikiran dan pendapat.28

1. Opini Publik

Istilah opini publik diserap secara utuh dari bahasa Inggris public opinion,

yang kemudian disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Opini adalah suatu

respon aktif terhadap stimulus suatu respon yang di konstruksi melalui interpretasi

26 Ibid, h. 7 27 Ibid, h. 7-8 28

Hafied Cangara, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,

2009), Edisi 1, h. 88

Page 41: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

30

pribadi yang berkembang dari dan menyumbang citra (image). Sedangkan publik

adalah suatu kumpulan orang-orang yang sama minat dan kepentingannya terhadap

sesuatu isu.29

Menurut Nurudin opini publik adalah kelompok yang tidak terorganisasi serta

menyebar di berbagai tempat dengan disatukan oleh suatu isu tertentu dengan saling

mengadakan kontak satu sama lain dan biasanya melalui media massa.30

Sedangkan menurut Dan Nimmo opini publik adalah kumpulan pendapat

orang mengenai hal ihwal yang mempengaruhi atau menarik minat komunitas, cara

singkat untuk melukiskan kepercayaan atau keyakinan yang berlaku di masyarakat

tertentu bahwa hukum-hukum tertentu bermanfaat, suatu gejala dan proses kelompok

dan opini pribadi orang-orang yang oleh pemerintah dianggap bijaksana untuk

diindahkan.31

Jadi yang dimaksud dengan opini publik yaitu suatu opini yang menyangkut

isu atau kejadian yang mengandung keprihatinan (concern) publik. Dengan demikian

opini publik bukan karena banyaknya jumlah orang melainkan karena sifatnya yang

menyangkut isu publik.32

Menurut James Bryces dalam “Modern Democracy” opini publik merupakan

kumpulan pendapat dari sejumlah orang tentang masalah-masalah yang dapat

mempengaruhi atau menarik minat atau perhatian masyarakat di dalam suatu daerah

29 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida. Komunikasi Politik, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 89 30 Nurudin. Komunikasi Propaganda. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008), h. 55 31

Dan Nimmo. “Komunikasi Politik : Komunikator, Pesan dan Media”. (Bandung: Remaja Rosdakarya,

1999), h. 10 32 Heryanto dan Farida. Komunikasi Politik, h. 89

Page 42: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

31

tertentu. Secara sederhana opini publik merupakan kegiatan untuk mengungkapkan

atau menyampaikan apa yang oleh masyarakat tertentu diyakini, dinilai, dan

diharapkan oleh seseorang untuk kepentingan mereka dari situasi tertentu, issue

diharapkan dapat menguntungkan pribadi atau kelompok.33

Opini memiliki beberapa proses yang dikenal dengan konstruksi, yaitu:34

1. Konstruksi Personal

Opini berupa pengamatan dan interpretasi atas sesuatu secara sendiri-

sendiri dan subjektif.

2. Konstrusi Sosial yang terdiri dari :

a. Opini Kelompok: Opini pribadi di atas kemudian diangkat dalam

kelompok tertentu. Maka jadilah opini kelompok.

b. Opini Rakyat: Opini yang tersistematiskan melalui jalur yang bebas

seperti pemilihan umum atau hasil polling.

c. Opini Massa: Opini yang berserakan, ini bisa berbentuk budaya atau

konsensus. Inilah yang oleh para politikus disebut sebagai opini

publik.

3. Konstruksi Politik

Ketiga opini hasil konstruksi sosial diatas dihubungkan dengan kegiatan

pejabat publik yang mengurus masalah kebijakan umum. Inilah opini

publik yang dikaji dalam komunikasi politik.

33

Ibid, h. 90 34 Ibid, h. 91

Page 43: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

32

a. Komponen-komponen Opini Publik :

1. Keyakinan

a. Credulity, atau soal percaya atau tidak hal ini menyangkut apakah sesuatu

yang diperbincangkan itu dipercaya atau justru sebaliknya tidak dipercaya

oleh khalayak

b. Salience, yakni tingkat pentingnya kepercayaan bagi seseorang. Apa yang

sudah dipercayai oleh khalayak belum tentu langsung dianggapnya

penting. Terdapat proses perangkingan isu, oleh karenanya opini publik

juga terkait dengan beragam cara menjadikan sesuatu yang dipercaya itu

menjadi penting dalam persepsi khalayak

2. Nilai-nilai

a. Nilai-nilai kesejahteraan (welfare values). Hampir seluruh opini publik

terkait dengan apa yang dirasakan atau diupayakan didapat oleh khalayak

terutama berkenaan dengan nilai kesejahteraan. Seperti misalnya

pembicaraan soal korupsi, kebijakan publik, pengaturan pajak, kenaikan

harga dan lain-lain menjadi perbincangan opini publik, salah satunya

karena terkait dengan nilai kesejahteraan

b. Nilai-nilai deferensi (deference values). Hal ini berkaitan erat dengan

bagaimana opini dipertukarkan oleh sesama masyarakat. Misalnya

penanaman respek, menghormati cara dan kebiasaan orang berpendapat

dan lain-lain. Nilai deferensi ini mengacu pada asumsi dasar opini publik

yang tidak pernah bermakna tunggal

Page 44: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

33

3. Ekspektasi berkaitan dengan konatif atau kecenderungan, seringkali

disamakan dengan impuls, keinginan, usaha keras atau striving. Opini publik

bukan semata perbincangan yang mengalir tanpa arah, opini publik

sebenarnya berkaitan erat dengan keinginan dan usaha keras dari sebagian

masyarakat yang menginginkan suatu isu itu solid menjadi „sesuatu‟ yang

diperhatikan masyarakat. Dalam konteks ini kita kerap melihat opini publik

diarahkan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan kepentingan

mereka masing-masing.35

b. Karakteristik Opini Publik

Dan Nimmo membagi karakteristik opini kedalam dua bagian: opini pribadi

dan opini publik. Karakteristik utama opini pribadi ialah: opini mempunyai isi (opini

adalah tentang sesuatu), arah (percaya-tidak percaya, mendukung-tidak mendukung),

dan intensitas (kuat, sedang atau lemah).36

Opini publik sebagai fenomena sosial dan politik khususnya di bidang

komunikasi politik memiliki karakteristik tertentu. Namun ada empat karakteristik

utama dalam opini publik, yaitu :

1) Mempunyai arah

2) Mempunyai content

3) Stabil

4) Mempunyai intensitas

35

Heryanto dan Farida. Komunikasi Politik, h. 91-92 36 Dan Nimmo, “Komunikasi Politik : Khalayak dan Efek”, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006), h. 25

Page 45: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

34

Sementara Ithel de Sola Pool dalam Heryanto, mengemukakan bahwa opini

publik sekurang-kurangnya memiliki satu diantara tiga keharusan (atau memiliki

ketiga-tiganya), yaitu: pertama, diekspresikan (dinyatakan) secara umum. Kedua,

menyangkut kepentingan umum. Dan ketiga, dimiliki oleh banyak orang.37

Sedangkan Floyd Allpord dalam Heryanto mengumpulkan 12 karakteristik

opini publik. Secara ringkas pokok-pokok karakteristik itu ialah opini publik

merupakan perilaku manusia-manusia individu; dinyatakan secara verbal; melibatkan

banyak individu; situasi dan objeknya dikenal secara luas; penting untuk banyak

orang; pendukungnya berbuat atau bersedia untuknya; disadari; diekspresikan;

pendukungnya tidak mesti berada pada tempat yang sama; bersifat menentang atau

mendukung sesuatu; mengandung unsur-unsur pertentangan; dan efektif untuk

mencapai objektivitas.38

Menurut Helena Olii Opini publik merupakan suatu pengumpulan citra yang

diciptakan proses komunikasi. Pergeseran persepsi mengenai citra tergantung pada

siapa saja yang terlibat dalam proses komunikasi, setiap kali jaringan komunikasi

berubah, opini publik juga berubah. Perubahan dalam opini publik adalah dinamika

komunikasi, sedangkan substansi opini publik tidak berubah karena ketika proses

pembentukan opini publik berlangsung, pengalaman dari peserta komunikasi itu telah

terjadi.39

37 Heryanto dan Farida. Komunikasi Politik, h. 95 38

Ibid, h. 93 39 Helena Olii, Opini Publik, (Jakarta : PT. Indeks, 2007), h. 46

Page 46: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

35

Sedangkan Redi Panuju dalam Olii menegaskan, dalam pergeseran yang

terjadi dalam opini publik disebabkan beberapa faktor:40

1. Faktor Psikologis

Antara individu yang satu dengan yang lainnya tidak ada kesamaan,

ada hanya kemiripan yang memiliki banyak perbedaan. Perbedaan atas

individu bisa meliputi pengalaman, selera, dan kerangka berpikir, sehingga

setiap individu berbeda dalam bentuk dan cara merespon stimulus yang

menghampirinya.

2. Faktor Sosiologis Politik

Ada anggapan bahwa opini publik terlibat dalam interaksi sosial,

seperti misalnya pada:

a. Saat mewakili citra superioritas, yaitu barang siapa menguasai opini

publik, maka ia akan mengdalikan orang lain. Apa yang disebutkan

sebagai menguasai tidaklah tepat karena opini publik bukan suatu

barang. Tetapi, karena opini publik bersifat dinamis, maka

keberpihakannya pun bersifat relatif dan cenderung berpihak pada

kelompok atau individu yang memiliki kedekatan hubungan.

b. Opini publik mewakili suatu kejadian, sehingga individu merasa

keberadaannya dalam opini publik serta keterlibatannya sebagai bagian

anggota masyarakat.

40 Ibid, h. 46-50

Page 47: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

36

c. Opini publik berhubungan dengan citra, rencana, dan operasi (action).

Kenneth R. Boulding dalam Olii mengutarakan, citra, rencana, dan

operasi merupakan matriks dari tahap-tahap kegiatan dalam situasi

yang selalu berubah.

d. Opini publik disesuaikan dengan kemauan banyak orang. Untuk itu,

banyak orang berlomba memanfaatkan opini publik sebagai

argumentasi atas alasan memutuskan sesuatu.

e. Opini publik identik dengan hegemoni ideologi. Kelompok atau

pemerintahan ingin tetap terus berkuasa, maka mereka harus mampu

menjadikan ideologi kekuasaan menjadi dominan dalam opini publik.

3. Faktor Budaya

Budaya mempunyai pengertian yang aneka ragam. Budaya diartikan

sebagai seperangkat nilai yang dipergunakan untuk mengelola kehidupan

manusia. Nilai-nilai yang terhimpun dalam sistem budaya itu oleh individu

menjadi identitas sosialnya, menjadi ciri-ciri dari anggota komunitas budaya

tertentu.

4. Faktor Media Massa

Interaksi antara media dengan institusi masyarakat menghasilkan

produk isi media (media content). Oleh audiens, isi media diubah menjadi

gugusan-gugusan makna, apakah yang dihasilkan dari proses penyandian

pesan itu, sangat ditentukan oleh norma-norma yang berlaku dalam

Page 48: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

37

masyarakatnya, pengalaman yang lalu, kepribadian dan selektivitas dalam

penafsiran.

c. Pembentukan Opini Publik

Opini publik sebagai efek politik terbentuk melalui proses komunikasi politik

yang dimulai dari opini setiap individu. Setiap pesan atau pembicaraan politik yang

menyentuh individu itu dapat ditolak atau diterima, pada umumnya melalui proses

terbentuknya pengertian dan pengetahuan (knowledge), dan proses terbentuknya sikap

dan pendapat menyetujui atau tidak menyetujui (attitude and opinion), serta proses

terjadinya gerak pelaksanaan (practice).

Ketiga proses diatas itu menurut E. Rogers dan Shoemakers dalam Heryanto

pada dasarnya melalui lima tahap, yaitu: kesadaran; perhatian; evaluasi; coba-coba;

dan adopsi. Kelima tahap ini dirumuskannya dalam kerangka komunikasi inovasi

atau komunikasi pembaharuan. Dapat dikatakan bahwa pengertian dan pengetahuan

lahir setelah melewati pintu kesadaran dan perhatian. Dengan kata lain bahwa suatu

pesan atau pembicaraan politik dapat diketahui dan dimengerti oleh seseorang untuk

kemudian melahirkan sikap dan opini (pendapat), harus terlebih dahulu seseorang itu

memiliki kesadaran akan adanya rangsangan yang menyentuhnya. Rangsangan itu

kemudian menimbulkan pengamatan dan perhatian.41

Sedangkan menurut Nimmo, pembentukan opini adalah proses empat tahap

yang melibatkan kesaling-lingkupan aspek personal, sosial, dan politik melalui

munculnya :

41 Heryanto dan Farida. Komunikasi Politik, h. 98

Page 49: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

38

1. Pertikaian yang mempunyai potensi menjadi isu,

2. Kepemimpinan politik,

3. Interpretasi personal dan pertimbangan sosial,

4. Kesediaan mengungkapkan opini pribadi di depan umum.

Sebelum menyebutkannya, ada dua hal yang menurut Nimmo perlu

dibicarakan. Pertama, dalam memberikan peran utama kepada interpretasi personal

yang aktif dalam membentuk opini, kita tidak mengulang esensial contoh manusia

rasional dari perilaku manusia. Kedua, yang perlu dibicarakan mengenai

pembentukan opini sebelum kita meninjau implikasi pandangan kita, ialah mengenai

karakteristik opini dan opini publik.42

Jika publik menghadapi suatu isu maka akan timbul perbedaan opini, hal ini

menurut Santoso Sastropoetro dalam Olii disebabkan karena. Pertama, adanya

perbedaan pandangan terhadap fakta dari masing-masing individu. Kedua, perbedaan

perkiraan tentang cara-cara terbaik untuk mencapai tujuan. Dan ketiga, adanya

perbedaan motif yang serupa guna mencapai tujuan.43

Arifin dalam Heryanto mengungkapkan bahwa dalam psikologi dijelaskan

bahwa suatu pesan atau pembicaraan politik baru dapat disebut rangsangan apabila ia

menyentuh alat indera manusia. Rangsangan itu kemudian dibawa ke otak oleh urat

saraf, dan karena reaksi otak terjadilah pengamatan. Sejak itulah orang tersebut sadar

akan adanya pesan atau pembicaraan politik yang menyentuhnya. Dalam hal ini

42

Nimmo, Komunikasi Politik “Khalayak dan Efek, h. 24-25 43 Olii, Opini Publik, h. 55

Page 50: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

39

Thomas A. Aquino menyatakan bahwa tiada sesuatu yang dapat masuk kedalam

pikiran yang tidak ditangkap oleh panca indera.44

Dalam hubungannya dengan penilaian terhadap suatu opini publik, perlu

diperhitungkan empat pokok, yaitu:45

a. Difusi, yaitu apakah opini yang timbul merupakan suara terbanyak, akibat

adanya kepentingan golongan.

b. Persistense, yaitu kepastian atau ketetapan tentang masa berlangsungnya

isu karena di samping itu opini pun perlu diperhitungkan.

c. Intensitas, yaitu ketajaman terhadap isu.

d. Reasonableness, yaitu pertimbangan-pertimbangan yang tepat dan

beralasan.

Opini publik terbentuk karena adanya aktivitas komunikasi yang bertujuan

memengaruhi dan mengubah cara pandang orang lain terhadap suatu isu, pun

terkadang dalam prosesnya seringkali terjadi perubahan antara pihak-pihak yang

berkomunikasi. Agar pihak lain terpengaruh tidak jarang menggunakan proses tawar

menawar dengan cara penekanan, agitasi (provokator), ataupun intimidasi atau

ancaman.

2. Propaganda Politik

Propaganda adalah suatu kegiatan komunikasi yang erat kaitannya dengan

persuasi. Propaganda diartikan sebagai proses diseminasi informasi untuk

44

Heryanto dan Farida. Komunikasi Politik, h. 99 45 Olii, Opini Publik, h. 55

Page 51: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

40

memengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok masyarakat dengan

motif indoktrinasi ideologi.46

Diantara bahasan yang menonjol dalam kajian komunikasi politik adalah

menyangkut isi pesan. Bahasan ini sama pentingnya dari bahasan komunikator,

media, khalayak dan efek komunikasi politik. Dalam beberapa literatur disebutkan,

inti komunikasi politik adalah komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu

pengaruh. Urgensinya dalam suatu sistem politik tak diragukan lagi, karena

komunikasi politik terjadi saat keseluruhan fungsi dari sistem politik lainya

dijalankan.47

Propaganda merupakan komunikasi yang digunakan oleh suatu kelompok

terorganisir yang ingin menciptakan pastisipasi aktif maupun pasif dalam tindakan-

tindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu, dipersatukan secara

psikologis melalui manipulasi psikologis dan digabungkan di dalam suatu kelompok

yang terorganisir.

Komunikasi politik selalu bertujuan memengaruhi khalayak, atau dengan kata

lain melakukan persuasi. Salah satu diantaranya propaganda. Propaganda merupakan

salah satu bagian dari komunikasi politik secara luas. Apabila politik didefinisikan

sebagai kegiatan manusia secara kolektif yang mengatur perilaku mereka di dalam

situasi konflik sosial, maka komunikasi politik adalah (kegiatan) komunikasi yang

46

Cangara, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, h. 332 47 Heryanto dan Farida. Komunikasi Politik, h. 110

Page 52: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

41

dilakukan berdasarkan konsekuensi-konsekuensinya (aktual maupun potensial) yang

mengatur perbuatan manusia di dalam kondisi-kondisi konflik.48

Menurut Nimmo dalam Heryanto, dalam komunikasi politik ada tiga

pendekatan kepada persuasi politik, yakni propaganda, periklanan dan retorika.

Semuanya serupa dalam beberapa hal yakni bertujuan (purposif), disengaja

(intensional) dan melibatkan pengaruh; terdiri atas hubungan timbal balik antara

orang-orang dan semuanya menghasilkan berbagai tingkat perubahan dalam persepsi,

kepercayaan, nilai dan pengharapan pribadi. Tentu saja ketiganya juga memiliki

kekhususan yang membedakan satu dengan lainnya.49

Propaganda berfungsi membentuk persepsi, memanipulasi kognisi, dan

mengarahkan perilaku khalayak sesuai kepentingan pihak yang memproduksi

propaganda baik perorangan maupun kelompok. Membentuk persepsi dibangun

melalui bahasa verbal dan visual seperti misalnya, simbol-simbol dalam sebuah

poster, logo perusahaan rokok dalam event-event olahraga, dan atau slogan-slogan

partai politik.

Propaganda dapat didefinisikan sebagai sebuah proses komunikasi satu arah

dan bersifat subjektif yang dilakukan secara sistematis dengan tujuan persuasif untuk

memengaruhi pendapat khalayak sasaran tanpa melahirkan sikap kritis. Dalam

propaganda politik biasanya beroperasi melalui imbauan-imbauan khas jangka

pendek. Biasanya melibatkan usaha-usaha pemerintah, partai atau golongan yang

berpengaruh untuk mencapai tujuan strategis dan taktis.

48 Arief Adityawan S. “Propaganda Pemimpin Politik Indonesia : Mengupas Semiotika Orde Baru

Soeharto”. (Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia, 2008), h. 45 49 Heryanto dan Farida. Komunikasi Politik, h. 110

Page 53: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

42

Menurut Qualter dalam Nurudin mengatakan bahwa propaganda adalah suatu

usaha yang dilakukan secara sengaja oleh beberapa individu atau kelompok untuk

membentuk, mengawasi atau mengubah sikap dari kelompok-kelompok lain dengan

menggunakan media komunikasi dengan tujuan bahwa pada setiap situasi yang

tersedia, reaksi dari mereka yang dipengaruhi akan seperti yang diinginkan oleh si

propagandis.50

Propaganda adalah salah satu strategi komunikasi yang cenderung berjalan

satu arah dan instruksional. Artinya, Propaganda bertujuan memengaruhi khalayak

sasaran untuk kepentingan tertentu tanpa harus membangkitkan daya kritis mereka.

Itulah sebabnya mengapa citra negatif propaganda senantiasa dikaitkan dengan

kegiatan komunikasi (politik) di negara-negara fasis dan totaliter.51

Sedangkan Menurut Jacques Ellul sebagaimana yang dikutip Nimmo dalam

Heryanto, propaganda sebagai komunikasi yang digunakan oleh suatu kelompok

terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan-

tindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu, dipersatukan secara

psikologis melalui manipulasi psikologis dan digabungkan di dalam suatu

organisasi.52

Propaganda sekarang merupakan bagian politik rutin yang normal dan dapat

diterima, dan tidak hanya terbatas pada pesan-pesan yang dibuat selama perayaan

politik, kampanye, krisis atau perang. Propaganda sendiri memiliki banyak tipe,

50 Nurudin. Komunikasi Propaganda, h. 9-10 51

Adityawan S. “Propaganda Pemimpin Politik Indonesia, h. 46 52 Heryanto dan Farida. Komunikasi Politik, h. 111

Page 54: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

43

diantaranya propaganda politik, propaganda non politik, bahkan ada propaganda

antipolitik, meski pada akhirnya menghasilkan konsekuensi politis.53

a. Tipologi Propaganda

1. Propaganda Sosial

Tipe propaganda ini berlangsung secara berangsur-angsur, sifatnya

merembes ke dalam lembaga-lembaga ekonomi, sosial dan politik. Melalui

propaganda orang disuntik dengan suatu cara hidup atau ideologi. Hasilnya,

suatu konsepsi umum tentang masyarakat yang dengan setia dipatuhi oleh

setiap orang kecuali beberapa orang yang dianggap sebagai “penyimpang”.

2. Propaganda Politik

Jacquas Ellul dalam Heryanto menyatakan bahwa propaganda politik

adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, partai politik, dan

sekelompok kepentingan untuk membentuk dan membina opini publik dalam

mencapai tujuan politik (strategis atau taktis) dengan pesan-pesan khas yang

lebih berjangka pendek. Misalnya dalam jangka pendek partai politik

bermaksud menaikan legitimasinya dan sekaligus mendelegitimasi pihak

lawan, maka partai tersebut membuat beragam bentuk propaganda yang dalam

jangka pendek diharapkan berpengaruh secara langsung pada persepsi dan

perilaku politik khalayak yang menjadi target.

Dengan kata lain propaganda politik dapat merupakan kegiatan

komunikasi politik yang dilakukan secara terencana dan sistematik dengan

53 Cangara, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, h. 333

Page 55: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

44

menggunakan sugesti (mempermainkan emosi) untuk memengaruhi,

membentuk, atau membina opini publik. Hal ini dilakukan dengan cara

memengaruhi seseorang atau kelompok orang, khalayak atau komunitas yang

lebih besar (bangsa), agar melaksanakan atau menganut suatu ide (ideologi,

definisi, sampai sikap) dan atau kegiatan tertentu dengan kesadarannya sendiri

tanpa merasa dipaksa atau merasa terpaksa.54

3. Propaganda Agitasi

Propaganda agitasi berusaha agar orang-orang bersedia memberikan

pengorbanan yang besar bagi tujuan yang langsung, mengorbankan jiwa

mereka dalam usaha mewujudkan cita-cita dalam tahap-tahap yang

merupakan suatu rangkaian. Biasanya propaganda jenis ini diisi dengan

sejumlah doktrin bahkan upaya “cuci otak” guna mendapatkan loyalitas dari

target atau sasaran propaganda.

Menurut Blumer dalam Arifin, menyatakan bahwa agitasi beroperasi

untuk membangkitkan rakyat kepada suatu gerakan, terutama gerakan politik.

Dengan kata lain, agitasi adalah suatu upaya untuk menggerakan massa secara

lisan atau tulisan, dengan cara merayu dan bahkan merangsang dan

membangkitkan emosi khalayak. Agitasi juga berarti hasutan kepada orang

banyak yang biasanya dilakukan oleh tokoh atau aktivis politik untuk

54 Heryanto dan Farida. Komunikasi Politik, h. 117

Page 56: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

45

mengadakan gerakan politik, seperti unjuk rasa (demonstrasi), huru-hara atau

pemberontakan.55

Melalui agitasi politik, seorang pemimpin mempertahankan kegairahan

para pengikutnya untuk memperoleh kemenangan, yang akan diikuti oleh

usaha-usaha selanjutnya dalam serangkaian tujuan. Oleh sebab itu, agitator

politik juga diperlukan dalam mengonsolidasi massanya melalui tulisan dan

pidato yang persuasif dan provokatif.56

4. Propaganda Integrasi

Menggalang kesesuaian di dalam mengejar tujuan-tujuan jangka

panjang. Melalui propaganda ini orang mengabdikan diri kepada tujuan-tujuan

yang mungkin tidak akan terwujud dalam waktu bertahun-tahun. Propaganda

ini biasanya berorientasi pada loyalitas jangka panjang. Propaganda ini mirip

jenis propaganda sosial yang bekerja tidak dalam hitungan hari atau minggu

melainkan dalam suatu rentang yang panjang dan bertahap.

5. Propaganda Vertikal

Bentuk propaganda ini adalah representasi propaganda satu kepada

banyak (one to many). Seorang atau sekelompok propagandis yang

menjalankan skema kegiatan sistematis berupaya memaksimalkan saluran-

saluran yang dalam waktu cepat dan mudah bisa menjangkau khalayak atau

sasaran propaganda. Misalnya melalui media massa, propagandis

menyebarkan isu sehingga isu tersebut diterima secara masif dan serentak.

55 Anwar Arifin. Komunikasi Politik : Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi

Politik Indonesia. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 223 56

Ibid, h. 224

Page 57: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

46

Contoh lain misalnya propaganda ini dijalankan lewat orang atau sekelompok

orang yang menjadi pimpinan di sebuah organisasi.

6. Propaganda Horizontal

Propaganda ini berlangsung lebih banyak di antara keanggotaan

kelompok ketimbang dari pemimpin kepada kelompok. Artinya, propaganda

ini lebih banyak menggunakan komunikasi interpersonal dan komunikasi

organisasi, ketimbang melalui komunikasi massa. Berbeda dengan jenis

propaganda vertikal yang sifatnya masif dan linear. Propaganda horizontal

lebih tertarik mengembangkan jejaring sesama teman, kolega dan sejumlah

organisasi lainnya.57

b. Teknik-teknik Propaganda

Ada beberapa macam teknik penipuan yang biasa dilakukan melalui

propaganda yang perlu diwaspadai seseorang, antara lain sebagai berikut:58

1. Memberi julukan (name calling)

Cara ini digunakan untuk menjelek-jelekan seseorang dengan memberi

gelaran yang lucu atau sinis sehingga orang yang dipengaruhinya benar-benar

yakin. Teknik name calling atau pemanggilan nama (julukan) dilakukan untuk

mengasosiasikan seseorang atau gagasan dengan simbol tertentu. Nama atau

julukan tersebut dalam lingkungan tertentu selalu diberi makna dan

57

Heryanto dan Farida. Komunikasi Politik, h. 120 58 Cangara, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, h. 334-336

Page 58: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

47

berkonotasi negatif. Misalnya, para pengkritik rezim Orde Baru Soeharto

senantiasa diberi cap “anti-Pancasila” atau “Komunis”.59

2. Gemerlap (glittering generalities)

Propaganda yang dimaksud di sini ialah propaganda yang

menggunakan kata-kata bombastis sehingga orang tanpa sadar mengikutinya.

Misalnya “Mohon maaf kepada warga Jakarta atas kemacetan lalu lintas

karena simpatisan partai X yang telah membludak”, padahal di Jakarta bisa

dikatakan tiada hari tanpa macet.60

3. Pengalihan (transfer)

Pengalihan ialah teknik propaganda yang dilakukan dengan cara

pengalihan pada objek lain. Misalnya larangan iklan rokok untuk media

televisi, diganti dengan berbagai macam sponsor untuk kegiatan sosial, seperti

seminar, lomba olah raga, tetapi secara tersirat mengandung propaganda

rokok, karena memasang logo perusahaan yang memproduksinya.61

Contoh lain misalnya, menyandingkan gambar wajah Presiden

Soeharto di antara gambar wajah Panglima Besar Soedirman dengan gambar

wajah mantan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Itu dilakukan agar nilai-nilai

luhur kedua tokoh tersebut dapat “berpindah” ke citra Soeharto sebagai Bapak

Pembangunan Nasional.62

59

Adityawan S. Propaganda Pemimpin Politik Indonesia, h. 47 60 Cangara, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, h. 335 61

Ibid, h. 336 62 Adityawan S. Propaganda Pemimpin Politik Indonesia, h. 48

Page 59: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

48

4. Pengakuan (testimonial)

Pengakuan ialah teknik propaganda yang memakai nama orang-orang

terkenal seperti bintang film dan olahragawan, meskipun sebenarnya yang

bersangkutan tidak memakainya. Misalnya “Minuman suplemen A adalah

minuman para juara”.63

5. Flain Folks

Cara ini sering dipakai oleh para politisi untuk memengaruhi orang

banyak. Misalnya, meskipun ia sudah menjadi orang penting, tampak ia

seperti orang kebanyakan, merakyat, dan sederhana hidupnya (bersahaja).

6. Pengikut (bandwagon)

Teknik propaganda ini ditujukan kepada orang-orang yang

berpengaruh seperti kepala kantor, pemimpin partai, kepala desa. Maksudnya

kalau orang itu menjadi anggota, anggota lainnya yang lebih rendah status

sosialnya akan mengikuti atasannya.64

7. Memakai fakta (card stacking)

Card stacking adalah teknik propaganda yang memanfaatkan berbagai

“pengelabuan” untuk kepentingan pribadi, kelompok, atau organisasi.

Misalnya, mengangkat dan menekan isu yang lebih menguntungkan atau

sebaliknya mengambangkan dan mengaburkan isu yang dianggap merugikan

63

Cangara, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, h. 335 64 Ibid, h. 336

Page 60: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

49

dengan memunculkan isu baru. Dengan alat itu citra seseorang akan terlihat

lebih memesona daripada kenyataan sesungguhnya.65

Cara ini digunakan untuk mencoba mengemukakan fakta untuk

meyakinkan orang lain. Misalnya melalui contoh-contoh, tetapi di balik itu ia

menutupi kekurangannya.

Cangara menyebutkan dua tambahan teknik dalam propaganda yaitu :

8. Kecurigaan yang penuh emosi (emotional stereotype)

Kecurigaan ini ialah teknik propaganda untuk menumbuhkan rasa

curiga yang penuh emosi. Misalnya “ia memperoleh nilai baik karena ia

meniru pekerjaan Anda”, atau memberi penanaman kepercayaan yang bersifat

negatif karena stereotipe, misalnya etnis, agama, dan keturunan.

9. Retorika

Retorika ialah teknik yang digunakan dengan memilih kata-kata yang

bisa menarik seseorang sehingga orang itu bisa menuruti kehendaknya.

C. Media Massa Sebagai Agen Komunikasi Politik

Hubungan antara media dan politik sudah berlangsung sejak lama, jauh

sebelum ilmu politik menemukan jati dirinya sebagai ilmu yang berdiri sendiri dari

filsafat. Karena hubungan yang begitu erat antara media dengan politik, kini media

massa memainkan peranan yang sangat penting dalam proses politik, media menjadi

65 Adityawan S. Propaganda Pemimpin Politik Indonesia, h. 48

Page 61: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

50

aktor utama dalam bidang politik. Ia memiliki kemampuan untuk membuat seseorang

cemerlang dalam karir politiknya.66

Menurut Suwardi dalam Hamad, media memegang peranan yang sangat

penting dalam komunikasi politik seperti pengembangan opini publik dikarenakan

media sering terlibat dalam pembuatan wacana politik. Dalam komunikasi politik

media seringkali tidak hanya bertindak sebagai saluran untuk menyampaikan pesan

politik, namun juga bertindak sebagai agen politik.67

Saluran komunikasi adalah alat serta sarana yang memudahkan

penyampaian pesan. Pesan di sini bisa dalam bentuk lambang-lambang

pembicaraan seperti kata, gambar, maupun tindakan. Alat yang dimaksud di sini

tidak hanya berbicara sebatas pada media mekanis, teknik, dan sarana untuk saling

bertukar lambang, namun manusia pun sesungguhnya bisa dijadikan sebagai

saluran komunikasi. Lebih tepatnya saluran komunikasi itu adalah pengertian

bersama tentang siapa dapat berbicara kepada siapa, mengenai apa, dengan

keadaan bagaimana, dan sejauh mana dapat dipercaya.

Komunikator politik, apakah dia politikus, profesional, atau aktivis,

menggunakan pembicaraan persuasif, baik untuk saling mempengaruhi maupun

untuk mempengaruhi anggota khalayak yang kurang terlibat di dalam politik. Alat

atau upaya yang digunakan untuk mengirim pesan itu ialah saluran dari “siapa

mengatakan apa kepada siapa”.68

66 Cangara, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, h. 117 67 Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa, h. xvi 68

Dan Nimmo. Komunikasi Politik : Komunikator, Pesan, dan Media (Bandung : Remaja Rosdakarya,

1999), h. 166

Page 62: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

51

Orang mengetahui perilaku politik dari berbagai media massa, media

interpersonal, dan media organisasi. Istilah pers menunjuk kepada semua media

berita, bukan hanya surat kabar, majalah berita, dan bahan tercetak lainnya. Pers

mencakup siaran berita radio dan televisi, dokumenter, dan semua alat untuk

meneruskan informasi politik kepada khalayak massa secara terorganisasi.69

Pada umumnya disepakati bahwa media massa, terutama surat kabar, majalah,

radio, dan televisi merupakan bagian yang penting dalam sistem politik demokrasi.

Media massa dapat memainkan peran-peran yang signifikan, seperti memberikan

informasi kepada khalayak mengenai berbagai isu penting, menyediakan diri sebagai

forum untuk terselenggaranya debat publik, dan bertindak sebagai saluran untuk

mengartikulasikan aspirasi-aspirasi masyarakat luas.

Media massa merupakan saluran penting dalam komunikasi politik. Namun,

dalam membicarakan saluran media massa dalam rangka komunikasi politik, selalu

dikaitkan dengan konsep-konsep mengenai :

a. Kebebasan media massa

b. Independensi media massa pada suatu masyarakat dari kontrol yang

berasal dari luar dirinya, seperti pemerintah, pemegang saham, kaum

kapitalis / industrialis, partai politik, ataupun kelompok penekan.

c. Integritas media massa sendiri pada misi dan visi yang diembannya.

Menurut Suwardi dalam Hamad, jika media sudah menjadi agen politik maka

persoalan objektivitas dalam berita politik menjadi hal yang krusial, terlebih jika

karakteristik utama berita politik itu sendiri adalah pembentukan opini publik.70

69

Ibid, h. 214 70 Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa, h. xvii

Page 63: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

52

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. PROFIL MEDIA INDONESIA

1. Sejarah Singkat Media Indonesia

Media indonesia pertama kali diterbitkan pada tanggal 19 Januari 1970.

Sebagai surat kabar umum pada masa itu, Media Indonesia baru bisa terbit 4

halaman dengan tiras yang amat terbatas. Berkantor di Jl. MT. Haryono, Jakarta,

disitulah sejarah panjang Media Indonesia berawal. Lembaga yang menerbitkan

Media Indonesia adalah yayasan Warta Indonesia.

Pada tahun-tahun pertama penerbitan, Harian Umum Media Indonesia

bukanlah suatu harian politik dan bisnis, akan tetapi merupakan sebuah harian

yang isi pemberitaannya lebih banyak ke bidang hiburan, seperti cerita artis dan

lain sebagainya. Pada saat itu Harian Umum Media Indonesia dikatakan sebagai

Koran kuning, yaitu Koran yang penuh dengan cerita gosip.

Dalam rangka memajukan penerbitan Harian Umum Media Indonesia,

ketua Badan Yayasan Penerbit telah melakukan konsolidasi dan usaha

pembenahan di segala bidang untuk meningkatkan mutu penerbitan dengan

meningkatkan jumlah halamannya dari 4 halaman menjadi 8 halaman setiap hari.

Tahun 1976, surat kabar ini kemudian berkembang menjadi 8 halaman.

Sementara itu perkembangan regulasi di bidang pers dan penerbitan terjadi. Salah

satunya adalah SIT (Surat Izin Terbit) menjadi SIUPP (Surat Izin Usaha

Penerbitan Pers). Karena perubahan ini penerbitan dihadapkan pada realitas

52

Page 64: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

53

bahwa pers tidak semata menanggung beban idealnya tapi juga harus tumbuh

sebagai badan usaha.

Dengan kesadaran untuk terus maju, pada tahun 1988 Teuku Yousli Syah

selaku pendiri Media Indonesia bergandeng tangan dengan Surya Paloh, mantan

pimpinan surat kabar Prioritas. Dengan kerjasama ini, dua kekuatan bersatu:

kekuatan pengalaman bergandengan dengan kekuatan modal dan semangat.

Maka pada tahun tersebut lahirlah Media Indonesia dengan manajemen baru

dibawah PT. Citra Media Nusa Purnama.

Surya Paloh sebagai Direktur Utama sedangkan Teuku Yousli Syah

sebagai pemimpin Umum, dan Pemimpin Perusahaan dipegang oleh Lestary

Luhur. Sementara itu, markas usaha dan redaksi dipindahkan ke Jl. Gondangdia

Lama No. 46 Jakarta.

Awal tahun 1995, bertepatan dengan usianya ke 25 Media Indonesia

menempati kantor barunya di Komplek Deta Kedoya, Jl. Pilar Mas Raya Kav. A-

D, Kedoya Selatan, Jakarta Barat. Di gedung baru ini semua kegiatan di bawah

satu atap, redaksi, usaha, percetakan, pusat dokumentasi – perpustakaan, iklan,

sirkulasi, dan distribusi serta fasilitas penunjang karyawan.

Sejarah panjang serta motto “Pembawa Suara Rakyat” yang dimiliki oleh

Media Indonesia bukan menjadi motto kosong dan sia-sia, tetapi menjadi spirit

pegangan sampai kapan pun.

Sejak Media Indonesia ditangani oleh tim manajemen baru di bawah

payung PT Citra Media Nusa Purnama, banyak pertanyaan tentang apa yang

Page 65: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

54

menjadi visi harian ini dalam industri pers nasional. Terjun pertama kali dalam

industri pers pada tahun 1986 dengan menerbitkan harian prioritas. Namun,

prioritas memang kurang bernasib baik, karena belum cukup lama menjadi Koran

alternatif bangasa, SIUPP-nya dibatalkan Departemen Penerangan. Antara

prioritas dan Media Indonesia memang ada “benang merah”, yaitu dalam

karakter kebangsaannya.

Surya Paloh sebagai penerbit Harian Umum Media Indonesia, tetap gigih

berjuang mempertahankan kebebasan pers. Wujud kegigihan ini ditunjukkan

dengan mengajukan kasus penutupan Harian Prioritas ke pengadilan, bahkan

menuntut Menteri Penerangan untuk mencabut Peraturan Menteri No.01/84 yang

dirasakan membelenggu kebebasan pers di tanah air.

Tahun 1997, Djafar H. Assegaff yang baru menyelesaikan tugasnya

sebagai Duta Besar di Vietnam dan sebagai wartawan yang pernah memimpin

beberapa harian dan majalah, serta menjabat sebagai Wakil Pemimpin Umum

LKBN Antara, oleh Surya Paloh dipercayai untuk memimpin Harian Media

Indonesia sebagai Pemimpin Redaksi. Saat ini Djafar H. Assegaff dipercayai

sebagai Corporate Advisor. Sejak 2005 Pemimpin Redaksi dijabat oleh Djadjat

Sudrajat. Sedangkan Pemimpin Umum yang semula dipegang langsung oleh

Surya Paloh, di tahun 2005, dijabat oleh Saur Hutabarat dan Wakil Pemimpin

Umum dijabat oleh Andy F. Noya.

Pada tahun 2006 sampai dengan saat ini, terjadi beberapa perubahan

struktur organisasi. Posisi jabatan saat ini, sebagai berikut: Direktur Pemberitaan

Page 66: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

55

dijabat oleh Saur Hutabat, Direktur Pengembangan Bisnis dijabat oleh Alexander

Stefanus sedangkan Direktur Utama dijabat oleh Rhani Lowhur-Schad.

2. Visi dan Misi Media Indonesia

Visi Harian Umum Media Indonesia adalah menjadi Surat Kabar

independen yang inovatif, lugas, terpercaya, dan paling berpengaruh.

Independen, yaitu menjaga sikap non partisipan; di mana karyawan tidak

menjadi pengurus partai politik; menolak segala bentuk pemberian yang dapat

mempengaruhi objektivitas; dan mempunyai keberanian bersikap beda.

Inovatif, yaitu terus menerus menyempurnakan dan mengembangkan

kemampuan teknologi dan Sumber Daya Manusia; serta terus menerus

mengembangkan rubrik, halaman dan penyempurnaan perwajahan.

Lugas, yaitu menggunakan bahasa yang terang dan langsung. Terpercaya,

yaitu selalu melakukan check dan recheck; meliputi berita dari dua pihak dan

seimbang; serta selalu melakukan investigasi dan pendalaman.

Paling Berpengaruh, yaitu dibaca oleh para pengambil keputusan,

memiliki kualitas editorial yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan,

mampu membangun kemampuan antisipasif, mampu membangun network nara

sumber; dan memiliki pemasaran atau distribusi yang andal.

Sedangkan misi Harian Umum Media Indonesia adalah:

a. Pertama, menyajikan informasi terpercaya secara nasional dan regional

serta berpengaruh bagi pengambilan keputusan.

Page 67: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

56

b. Kedua, mempertajam isi yang relevan untuk pengembangan pasar.

c. Ketiga, membangun sumber daya manusia dan manajemen yang

profesional dan unggul, mampu mengembangkan perusahaan

penerbitan yang sehat dan menguntungkan.

3. Struktur Organisasi Media Indonesia

Struktur organisasi Media Indonesia terbagi menjadi dua, yakni struktur

organisasi PT Citra Media Nusa Purnama dan struktur organisasi redaksi Harian

Umum Media Indonesia.

PT Citra Media Nusa Purnama sebagai perusahaan yang menerbitkan

Harian Umum Media Indonesia dengan Komisaris Utama Harry Kuntoro dan

Diretur Utamanya adalah Surya Paloh.

Pada tahun 1997, Djafar H. Assegaff yang baru menyelesaikan tugasnya

sebagai duta besar di Vietnam dan sebagai wartawan yang pernah memimpin

beberapa harian dan majalah, serta menjabat sebagai wakil pimpinan umum

LKBN Antara, yang kemudian oleh Surya Paloh dipercayai untuk memimpin

harian Media Indonesia sebagai Corporate Advisor.

Sedangkan struktur organisasi redaksi Harian Umum Media Indonesia

dipimpin oleh Direktur Utama yakni Rahni Lowhur Schad yang dibantu oleh

Direktur Pemberitaan Saur M. Hutabarat dan Direktur Pengembangan Bisnis

Alexander Stefanus.

Page 68: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

57

Selain itu, di bagian Dewan Redaksi Media Group yang di ketuai oleh

Elman Saragih dan beranggotakan Ana Widjaya, Andy F. Noya, Bambang Eka

Wijaya, Djadjat Sudrajat, Djafar H. Assegaff, Laurens Tato, Lestari Moerdijat,

Rahni Lowhur Schad, Saur M. Hutabarat, Sugeng Suparwoto, Suryo Pratomo,

dan Toeti Adhitama.

Di bagian Redaktur Senior terdiri dari Elma Saragih, Saur M. Hutabarat,

dan Laurens Tato. Usman Kansong menduduki posisi Deputi Direktur

Pemberitaan, sedangkan Kleden Suban menempati posisi Kepala Divisi

Pemberitaan. Divisi Kepala Pemberitaan memiliki asisten yang beranggotakan

Ade Alawi, Fitriana Siregar, Haryo Prasetyo, Ono Sarwono, dan Rosmery C.

Sihombing.

Kepala Divisi Content Enrichment ditempati oleh Gaudensius Suhandi,

sedangkan Abdul Khohar menempati Deputi Kepala Divisi Pemberitaan. Dan

Sekretaris Redaksi dipercayai kepada Sadyo Kristiarto yang sebelumnya dijabat

oleh Teguh Nirwahyudi.

Page 69: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

58

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. ANALISIS TEKS BERITA PARTAI NASDEM PADA RUBRIK

POLITIK HARIAN MEDIA INDONESIA

Analisis wacana model Van Dijk ini digambarkan mempunyai tiga dimensi,

diantaranya ialah: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti dari analisis model Van

Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan

analisis. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi

wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu.1

Sebelum membahas analisis berita, peneliti akan mengulas terlebih dahulu

gambaran umum mengenai berita Partai NasDem pada rubrik politik di harian

Media Indonesia. beberapa tema diantaranya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.

Gambaran Umum Berita Partai NasDem

Hari / Tanggal Judul Berita Isi

Sabtu, 23 Juni 2012 Kader Partai NasDem

Wajib Bangkitkan

Indonesia

Ketua Majelis Nasional Partai

NasDem Surya Paloh mengatakan

“dunia telah memberi peringatan

bahwa Indonesia sekarang

berpotensi masuk sebagai Negara

gagal. Tanpa menyebut siapa yang

1 Eriyanto, “Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media”, (Yogyakarta : LkiS, 2001), h. 224

58

Page 70: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

59

membuat Negara ini berpotensi

gagal” saat meresmikan kantor

Dewan Pimpinan Wilayah Partai

NasDem Provinsi Sumatera

Selatan.

Senin, 25 Juni 2012 Partai NasDem

Konsolidasi Hingga

Tingkat Desa

Ketua Dewan Pimpinan Wilayah

Jawa Tengah Partai NasDem

Sugeng Supartowo mengatakan

organisasi sayap akan menjadi

penopang bagi keberadaan partai

ke depan, tujuan Partai NasDem

adalah melakukan pembaruan

untuk perbaikan negara yang

dilandasi pada jati diri bangsa

Indonesia.

Selanjutnya pada bab ini peneliti akan memaparkan analisis wacana

pemberitaan mengenai Partai NasDem pada Rubrik Politik di Harian Media Indonesia

yang disesuaikan dengan model Teun A. Van Dijk. Van Dijk melihat suatu teks

terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan yang masing-masing bagian saling

mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga tingkatan. Pertama, struktur makro yakni

Page 71: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

60

merupakan makna global atau umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan

melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita.

Tingkatan yang kedua dari analisis teks ialah superstruktur, yakni merupakan

struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-

bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga ialah struktur mikro,

merupakan makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni

kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar.2

Dalam menganalisis teks model Van Dijk ini peneliti akan menjabarkannya

sebagai berikut:

Tabel 3

Analisis Teks Berita 1 : Sabtu, 23 Juni 2012,

“Kader Partai NasDem Wajib Bangkitkan Indonesia”,

Struktur Analisis

Wacana Elemen Uraian

Makro Tematik Topik/Tema Ketua Majelis Nasional Partai

NasDem Surya Paloh meminta para

kader Partai NasDem menyerahkan

jiwa dan raga untuk membangkitkan

Indonesia.

Superstruktur Skematik Skema Pada bagian pembukaan berita

diawali dengan ketidakrelaan

Surya Paloh jika Indonesia

terperosok menjadi negara gagal

2 Ibid, h. 225-226

Page 72: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

61

dan menyatakan bahwa Partai

NasDem merupakan partai

alternatif bagi anak bangsa

untuk menyerahkan jiwa dan

raga demi Indonesia yang lebih

baik.

Kemudian pada bagian tengah

berita menceritakan orasi Surya

Paloh yang mengatakan bahwa

Indonesia berpotensi menjadi

negara gagal dan menegaskan

bahwa bangsa ini membutuhkan

orang-orang yang rela meng-

orbankan jiwa dan raga agar

negara ini tidak semakin gagal,

saat meresmikan kantor Dewan

Pimpinan Wilayah Provinsi

Sumatera Selatan.

Dan pada bagian akhir berita

Febuar Rahman selaku ketua

DPW Provinsi Sumatera Selatan

menyatakan telah terbentuknya

Page 73: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

62

100% kepengurusan Partai

NasDem di tingkat desa setelah

sebelumnya kepengurusan di 15

kota dan kabupaten.

Mikro Semantik Latar Latar dalam berita ini terdapat pada

paragraf ke 2 yang isinya adalah:

Menurut dia, Partai NasDem

merupakan satu-satunya partai

alternatif yang memungkinkan anak-

anak bangsa menyerahkan jiwa dan

raga demi menjadikan Indonesia

lebih baik ke depan. (Paragraf 2)

Detil Detil dalam berita ini terdapat pada

paragraf ke 4 yang isinya adalah

Surya Paloh mengatakan dunia telah

memberi peringatan bahwa Indonesia

sekarang berpotensi masuk sebagai

negara gagal. Tanpa menyebut siapa

yang membuat negara ini berpotensi

gagal, Surya Paloh mengajak para

kader Partai NasDem untuk bangkit,

bersatu, dan kreatif agar jangan

Page 74: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

63

sampai kegagalan semakin

bertambah parah. (Paragraf 4)

Maksud Elemen maksud dalam berita ini

adalah Partai NasDem merupakan

tempat yang paling tepat bagi anak

bangsa yang memiliki komitmen dan

mempunyai tekad untuk menyerah-

kan jiwa dan raga untuk bangsa maka

Tuhan akan meridai misi Partai

NasDem mengantarkan Indonesia

jauh lebih sejahtera dan berkeadilan.

(Paragraf 6)

Pra-

Anggapan

Surya Paloh optimis Indonesia ke

depan akan menjadi bangsa yang

besar, dan Partai NasDem merupakan

alat untuk menuju ke sana. (Paragraf

7)

Sintaksis Koherensi Paragraf 1: ...Surya Paloh tidak rela

jika Indonesia terperosok menjadi

negara gagal. Karena itu, dia

meminta para kader partai NasDem

menyerahkan jiwa dan raga ...

Page 75: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

64

Paragraf 2: ...Partai NasDem

merupakan satu-satunya partai

alternatif yang memungkinkan anak-

anak bangsa menyerahkan jiwa dan

raga demi menjadikan Indonesia

lebih baik ke depan.

Paragraf 3: “Izinkan ya Allah

Engkau ambil raga kami jika kami

tidak berbuat apa-apa sehingga

membuat negeri ini semakin

gagal,”...

Paragraf 4: Tanpa menyebut siapa

yang membuat negara ini berpotensi

gagal, Surya Paloh mengajak para

kader Partai NasDem untuk bangkit,

bersatu, dan kreatif ...

Paragraf 5: “Saya bangga hari ini

bisa bertemu dengan anak-anak

bangsa yang tergabung dalam

NasDem yang telah berkomitmen

membawa perubahan dan

menjadikan bangsa dan negeri ini ...”

Page 76: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

65

Paragraf 6: ...sebagai negara yang

berpotensi gagal, bangsa ini

membutuhkan orang-orang yang rela

mengorbankan jiwa dan raga untuk

tidak menjadikan negara ini semakin

gagal ...

Paragraf 7: ...“Karena memiliki

misi suci dan mulia, para kader

Partai NasDem agar terus

bersemangat, bersatu padu,

berkonsolidasi, dan membangun

kreativitas melalui gerakan

restorasi.”

Bentuk

Kalimat

Paragraf 1: Karena itu, dia

meminta para kader partai NasDem

menyerahkan jiwa dan raga untuk

membangkitkan Indonesia.

Paragraf 2: ...anak-anak bangsa

menyerahkan jiwa dan raga demi

menjadikan Indonesia lebih baik ke

depan.

Paragraf 3: “...jika kami tidak

Page 77: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

66

berbuat apa-apa sehingga membuat

negeri ini semakin gagal,”...

Paragraf 4: Surya Paloh mengajak

para kader Partai NasDem untuk

bangkit, bersatu, dan kreatif ...

Paragraf 5: “...anak-anak bangsa

yang tergabung dalam NasDem yang

telah berkomitmen membawa

perubahan dan menjadikan bangsa

dan negeri ini...”

Paragraf 6: Ia menegaskan, sebagai

negara yang berpotensi gagal, bangsa

ini membutuhkan orang-orang yang

rela mengorbankan jiwa dan raga...

“misi kita mengantarkan

masyarakat Indonesia yang lebih

sejahtera...”

Paragraf 7: ...Partai NasDem, kata

dia, merupakan alat untuk menuju

kesana. “Karena memiliki misi suci

dan mulia...”

Paragraf 8: ...Febuar Rahman

Page 78: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

67

mengungkapkan kepengurusan

Partai NasDem di tingkat desa...

Kata Ganti Paragraf 1: ... Karena itu, dia

meminta para kader Partai NasDem

menyerahkan...

Paragraf 2: Menurut dia, Partai

NasDem merupakan satu-satunya

partai alternatif yang memungkinkan

anak-anak bangsa menyerahkan jiwa

dan raga...

Paragraf 3: “Izinkan ya Allah

Engkau ambil raga kami jika kami

tidak berbuat apa-apa...”

Paragraf 5: “... menjadikan bangsa

dan negeri ini semakin baik lewat

gerakan restorasi,” kata dia.

Paragraf 6: Ia Menegaskan, sebagai

negara yang berpotensi gagal, bangsa

ini membutuhkan orang-orang yang

rela... “...Insya Allah jika kita punya

tekad menyerahkan jiwa dan raga

kita untuk bangsa ini, Tuhan akan

Page 79: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

68

meridai misi kita mengantarkan

masyarakat...”

Paragraf 7: Surya Paloh optimis

Indonesia ke depan akan menjadi

bangsa yang besar. Partai NasDem,

kata dia, merupakan alat untuk

menuju kesana...

Stilistik Leksikon Paragraf 1: terperosok, negara gagal,

membangkitkan.

Paragraf 2: alternatif, anak-anak

bangsa, jiwa, raga.

Paragraf 3: izinkan, raga, gagal.

Paragraf 4: berpotensi, bangkit,

bersatu.

Paragraf 5: anak-anak bangsa,

berkomitmen, gerakan restorasi.

Paragraf 6: berpotensi, jiwa, raga,

anak-anak bangsa, komitmen, misi.

Paragraf 7: alat, misi, bersatu,

gerakan restorasi.

Paragraf 8: menyusul,

mengungkapkan.

Page 80: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

69

Pada analisis teks dalam tabel tersebut di atas menunjukkan, jika melihat dari

struktur makro, harian Media Indonesia mengemas unsur tematik dengan

menonjolkan pernyataan dari Surya Paloh agar para kader Partai NasDem bersedia

untuk menyerahkan jiwa dan raga mereka demi bangkitkan Indonesia. Judul yang di

angkat tersebut mengindikasikan adanya pembentukkan opini publik secara persuasif

dikarenakan opini yang sebelumnya sebatas opini pribadi kemudian di angkat dalam

kelompok tertentu yang selanjutnya berubah menjadi opini kelompok.

Pada bab sebelumnya telah peneliti bahas mengenai komponen-komponen di

dalam opini publik yaitu: keyakinan, nilai-nilai, dan ekspekstasi yang berkaitan

dengan kecenderungan. Dalam komponen keyakinan terdapat credulity yaitu

mengenai percaya atau tidaknya suatu isu yang di angkat kepada publik, kemudian

salience yaitu mengenai penting atau tidaknya sesuatu yang dipercaya oleh khalayak,

dengan kata lain khalayak yang percaya terhadap suatu isu tidak langsung

menganggapnya penting bagi dirinya.

Pada tingkatan superstruktur, berita di kemas dengan unsur skematik yang

mengedepankan ketidakrelaan sosok Surya Paloh jika Indonesia terperosok dan

menjadi negara gagal. Kemudian pada skema tengah dalam berita di atas

menunjukkan salah satu cara alternatif dengan mengumpulkan orang-orang yang rela

mengorbankan jiwa dan raga mereka, persepsi khalayak diarahkan pada Partai

NasDem yang siap menjadi wadah untuk mewujudkan hal tersebut, dan dipertegas

pada skema akhir yaitu dengan menunjukkan kesiapan partai yang sudah mencapai

seratus persen kepengurusan di wilayah Provinsi Sumatera Selatan.

Page 81: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

70

Sedangkan pada tingkatan struktur mikro, jika melihat dari elemen semantik

dalam berita di atas banyak memberitakan sesuatu yang implisit mengenai Partai

NasDem, segala keterpurukan yang belum terjadi pada bangsa Indonesia seakan

menjadi fenomena yang sangat krusial dan partai ini hadir dengan berbagai

kesiapannya demi menjadikan bangsa ini lebih baik, sementara hal yang belum terjadi

tersebut dan jalan lain untuk menjadikan Indonesia lebih baik dijelaskan secara

eksplisit dan mengurangi detail sisi yang lain.

Pada elemen siktaksis ditemukan bentuk kalimat dan koherensi yang men-

jelaskan kata kerja aktif dan hubungan sebab-akibat, dan hubungan maksud dan

tujuan yang akan dialami bangsa ini jika masih membiarkan keterpurukan terus

terjadi dan menjadikan Partai NasDem sebagai momentum untuk mengatasi hal

tersebut.

Sedangkan pada elemen stilistik ditemukan pilihan-pilihan kata yang dipakai

ke dalam teks mengandung unsur teknik propaganda yang dilakukan Partai NasDem

dengan menggunakan teknik name calling, sebagaimana telah dijelaskan pada bab

sebelumnya teknik name calling digunakan untuk memberi julukan yang bermakna

dan mempunyai konotasi negatif seperti penyebutan Indonesia pada teks berita di atas

yaitu negara gagal, yang mengindikasikan bahwa Indonesia telah gagal dengan

kepemimpinan pemerintahan yang sedang menjabat.

Dan pada elemen retoris penekanan terhadap suatu isu dilakukan dengan

menonjolkan sosok Partai NasDem sebagai jalan alternatif untuk menghindari

Page 82: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

71

terperosoknya negara agar tidak semakin jauh tertinggal dengan negara lain dengan

segala kesiapan dan kepercayaannya.

Tabel 4

Analisis Teks Berita 2 : Senin, 25 Juni 2012,

“Partai NasDem Konsolidasi Hingga Tingkat Desa”,

Struktur Analisis

Wacana Elemen Uraian

Makro Tematik Topik/Tema Konsolidasi dalam rangka penguatan

kader dan pengorganisasian partai di

Jawa Tengah dengan mengembang-

kan sayap partai ke 135 kota di Jawa

Tengah.

Superstruktur Skematik Skema Pada bagian awal berita Sugeng

Suparwoto selaku ketua Dewan

Pimpinan Wilayah Jawa

Tengah, mengatakan target

Partai NasDem ke depan harus

menjadi pemenang pemilu dan

adanya organisasi sayap partai

yang menjadi penopang untuk

keberadaan partai.

Selanjutnya pada bagian tengah

berita Sugeng juga menargetkan

Page 83: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

72

35 kabupaten di Jawa Tengah

dapat menjadi pusat konsolidasi

organisasi Partai NasDem yang

kemudian konsolidasi sayap

partai akan dilanjutkan ke empat

kota yang belum di Provinsi

Jawa Tengah.

Pada bagian akhir berita

Akhwan Sukandar selaku ketua

Dewan Pimpinan Daerah

Kabupaten Kudus optimis

bahwa Partai NasDem akan

menang dalam pemilu 2014 dan

juga menyampaikan harapannya

agar kepengurusan Partai

NasDem bisa terbentuk hingga

ke pelosok desa di seluruh

kabupaten.

Mikro Semantik Latar Latar pada berita ini adalah Sugeng

Suparwoto selaku ketua Dewan

Pimpinan Wilayah (DPW) Jawa

Tengah Partai NasDem melakukan

Page 84: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

73

orasi tentang restorasi Indonesia dan

konsolidasi dalam rangka penguatan

kader dan pengorganisasian partai di

Jawa Tengah. (lead)

Detil Detil dalam berita ini adalah 35

kabupaten di Jawa Tengah

ditargetkan menjadi pusat

konsolidasi organisasi Partai

NasDem dan ke depan Partai

NasDem harus menjadi pemenang

pemilu. (paragraf 3 dan 4)

Maksud Elemen maksud dalam berita ini

adalah tujuan dari Partai NasDem

yang disampaikan oleh Sugeng

Suparwoto yaitu melakukan

pembaruan untuk perbaikan negara

yang dilandasi pada jati diri bangsa

Indonesia. (paragraf 6)

Pra-

Anggapan

Ketua Dewan Pimpinan Daerah

(DPD) Partai NasDem Kabupaten

Kudus Akhwan Sukandar optimistis

menang dalam pemilu 2014.

Page 85: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

74

(paragraf 7)

Sintaksis Koherensi Paragraf 1: Partai NasDem

melakukan konsolidasi dengan

mengembangkan sayap partai ke 135

kota di Jawa Tengah.

Paragraf 4: Dia menargetkan 35

kabupaten di Jawa Tengah menjadi

pusat konsolidasi Partai NasDem.

Setelah itu dilanjutkan dengan

konsolidasi program di seluruh kota.

Paragraf 6: ...tujuan Partai NasDem

adalah melakukan pembaruan untuk

perbaikan negara yang dilandasi

pada jati diri bangsa Indonesia.

Paragraf 7: ...optimistis menang

dalam Pemilu 2014. Pasalnya,

kepengurusan Partai NasDem sudah

berdiri ...

Paragraf 8: “Sekarang tinggal

berkonsolidasi ke desa-desa. Saat ini

perkembangannya sudah 85%...”

Bentuk Paragraf 1: Partai NasDem

Page 86: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

75

Kalimat melakukan konsolidasi dengan

mengembangkan sayap partai ke

135 kota di Jawa Tengah.

Paragraf 2: ...Sugeng Parwoto

mengatakan organisasi sayap akan

menjadi penopang bagi keberadaan

partai ke depan.

Paragraf 3: “Kita punya target

Partai NasDem ke depan harus

menjadi pemenang pemilu,” kata

Sugeng saat melakukan konsolidasi

partai...

Paragaraf 4: Dia menargetkan 35

kabupaten di Jawa Tengah menjadi

pusat konsolidasi organisasi Partai

NasDem. Setelah itu dilanjutkan

dengan konsolidasi program di

seluruh kota.

Paragraf 6: ...tujuan Partai NasDem

adalah melakukan pembaruan untuk

perbaikan negara yang dilandasi

pada jati diri bangsa Indonesia.

Page 87: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

76

Paragraf 8: “...Bulan juli kami

menargetkan pembentukan

organisasi di seluruh desa,” tegas

Akhwan.

Kata Ganti Paragraf 3: “Kita punya target

Partai NasDem ke depan harus

menjadi pemenang pemilu,” kata

Sugeng saat melakukan konsolidasi

partai...

Paragraf 4: Dia menargetkan 35

kabupaten di Jawa Tengah menjadi

pusat konsolidasi organisasi Partai

NasDem...

Paragraf 6: Apalagi, tambahnya,

tujuan Partai NasDem adalah

melakukan pembaruan untuk

perbaikan negara...

Paragraf 8: “...Bulan juli kami

menargetkan pembentukan

organisasi di seluruh desa,” tegas

Akhwan.

Paragraf 9: Dia berharap

Page 88: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

77

kepengurusan Partai NasDem bisa

terbentuk hingga pelosok desa di

seluruh kebupaten.

Stilistik Leksikon Paragraf 1: konsolidasi,

mengembangkan, sayap partai.

Paragraf 2: organisasi sayap,

penopang.

Paragraf 3: target, pemenang.

Paragraf 4: pusat, organisasi,

konsolidasi.

Paragraf 5: sayap partai, rampung,

ungkap.

Paragraf 6: tujuan, pembaruan,

perbaikan, jati diri.

Paragraf 7: optimistis, seluruh,

berdiri.

Paragraf 9: pelosok, seluruh.

Pada analisis teks dalam tabel di atas menunjukkan, dilihat dari struktur

makro, harian Media Indonesia mengemas elemen tematik dengan menonjolkan

pernyataan bahwa Partai NasDem telah berkonsolidasi ke daerah Jawa Tengah dalam

rangka penguatan kader dan pengembangan sayap partai ke seluruh kota di Jawa

Tengah. Judul yang di angkat tersebut mengaplikasikan salah satu teknik

Page 89: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

78

propaganda yaitu teknik card stacking, seperti yang telah dijelaskan pada bab

sebelumnya, tekni card stacking ini digunakan untuk mencoba mengemukakan fakta

dengan bertujuan meyakinkan orang lain.

Pada tingkatan superstruktur, berita di kemas dengan unsur skematik yang

mengedepankan ungkapan Sugeng Suparwoto bahwa target Partai NasDem harus

menjadi pemenang pemilu dan mengharapkan organisasi sayap partai mampu

menjadi penopang bagi keberadaan partai. Kemudian pada skema tengah dalam berita

di atas menunjukkan keinginan Sugeng agar seluruh kabupaten di Jawa Tengah dapat

menjadi pusat konsolidasi organisasi Partai NasDem. Dan pada skema akhir yaitu

pernyataan Akhwan Sukandar menjadi penutup dari berita ini dengan pernyataan

bahwa Partai NasDem akan menang dalam pemilu 2014 mendatang.

Sedangkan pada tingkatan struktur mikro, jika melihat dari elemen semantik

dalam berita di atas banyak memberitakan sesuatu yang implisit mengenai tujuan dan

target-target yang ingin di capai Partai NasDem, dengan latar tentang restorasi

Indonesia dan penguatan kader, dan melakukan pembaruan untuk perbaikan negara

yang di landasi pada jati diri bangsa Indonesia, sementara hal yang terkait dengan

langkah-langkah strategis dan perencanaan untuk melakukan pembaruan tersebut

tidak disebutkan dalam teks berita dan dijelaskan secara eksplisit tentunya hal ini

mengakibatkan kurangnya detail dari sisi yang lain.

Pada elemen siktaksis ditemukan bentuk kalimat dan koherensi yang men-

jelaskan kata kerja aktif dan pasif, juga dan hubungan sebab-akibat, yang akan

melandasi Partai NasDem untuk melakukan pembaruan dan perbaikan negara.

Page 90: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

79

Sedangkan pada elemen stilistik ditemukan pilihan-pilihan kata yang dipakai

ke dalam teks mengandung unsur optimisme, bertujuan melakukan pembaharuan,

sayap partai yang diharapkan dapat mendukung kesuksesan Partai NasDem pada

pemuli mendatang.

B. ANALISIS KOGNISI SOSIAL PEMBERITAAN PARTAI NASDEM DI

MEDIA INDONESIA

Analisis kognisi sosial merupakan bentuk kedua dari analisis model Van Dijk

yang pendekatannya lebih bersifat spesifik dan psikologis. Kognisi sosial juga

digunakan untuk menganalisa bagaimana dan sejauhmana pengetahuan wartawan

baik penulis berita maupun penentu kebijakan dalam memahami seseorang atau

peristiwa yang ingin diberitakan.

Dalam pandangan Van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada

struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan

sejumlah makna, pendapat, dan ideologi. Untuk membongkar bagaimana makna

tersembunyi dari teks, kita membutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial.3

Setiap teks pada dasarnya dihasilkan lewat kesadaran, pengetahuan,

prasangka, atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa, di sini wartawan tidak

dianggap sebagai individu yang netral, tetapi individu yang mempunyai bermacam

nilai, pengalaman, dan pengaruh ideologi yang didapatkan dari kehidupannya.4

3 Eriyanto, Analisis Wacana, h. 260

4 Ibid, h. 261

Page 91: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

80

Penelitian ini difokuskan bagaimana teks diproduksi dengan dipengaruhi

kebijakan redaksional dalam suatu media, wawancara yang peneliti lakukan dengan

Bapak Ono Sarwono yang merupakan salah satu wartawan senior dan kini menjabat

sebagai Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media Indonesia menyatakan bahwa,

dalam menentukan dan menseleksi berita-berita yang akan diterbitkan Media

Indonesia melalui beberapa mekanisme rapat dan memprioritaskan berita yang

memiliki news value, seperti yang diungkapkan di bawah ini:

“Disini kami mempunyai mekanisme rapat satu hari itu ada tiga kali rapat,

antara lain ada rapat proyeksi sekitar jam setengah sepuluh, yaitu

mendiskusikan berita yang akan diliput. Kemudian, jam dua belas ada rapat

budget, rapat ini membicarakan perolehan dari rapat proyeksi tadi. Kemudian,

jam setengah tiga sore itu ada rapat checking, di rapat ini kami mengecek

kembali berita-berita yang ingin dimuat, ada berita politik satu, dua dan tiga,

ada berita olah raga satu, dua, tiga, dan lain sebagainya, di sini lah kami

menentukan berita, mempertajam, dan memfinalkan berita mana yang ada di

halaman sekian, mana berita yang menjadi headline”.5

Dari pernyataan tersebut dapat dilihat mekanisme peliputan atau pencarian

berita sudah ditentukan dari awal dalam rapat proyeksi, dimana redaksi

mendiskusikan berbagai peristiwa atau kejadian yang ingin diliput dan kemudian

akan diproses lebih lanjut dalam rapat selanjutnya setelah berita-berita didapatkan.

Setelah semua berita terkumpul maka akan diadakan rapat budget atau rapat kedua

yang membicarakan, memperdebatkan, mendiskusikan hasil dari berita yang

didapatkan dari para pencari berita yang ada di lapangan.

Tahap akhir dari mekanisme diatas ialah rapat cheking, dimana berita-berita

yang sudah terkumpul dan telah diperdebatkan dan didiskusikan, maka akan

5 Wawancara pribadi dengan Ono Sarwono, Jakarta, 26 Juni 2012.

Page 92: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

81

dilakukan pengecekan ulang terhadap berita mana saja yang akan dimuat, dipertajam

kembali dan difinalkan. Dalam tahap ini sudah ditentukan berita mana yang memiliki

nilai berita yang lebih tinggi akan dijadikan prioritas utama dan disesuaikan dengan

keinginan pembaca. Seperti yang dijelaskan oleh narasumber dibawah ini:

“Kita juga harus menentukan mana yang menjadi prioritas, mana berita yang

menarik, yang mempunyai nilai berita atau news value, mana informasi yang

diinginkan pembaca. Misalnya, besok akan ada pemeriksaan Anas di KPK,

pada saat yang sama Partai NasDem ada peresmian Dewan Pimpinan Cabang di

salah satu daerah, pembaca tentu lebih memilih berita tentang Anas, di sini kita

harus bijak dalam menentukan berita, mana yang menarik bagi masyarakat atau

tidak.”6

Dari pernyataan diatas dapat dilihat bahwa dalam menentukan atau

menseleksi berita-berita yang telah terkumpul, Media Indonesia memilih nilai berita

atau news value sebagai tolak ukur dari berita-berita yang akan diterbitkan. Namun,

jika dalam proses penentuan dan penseleksian berita ini dikaitkan dengan sang

pemilik modal, dalam hal ini Surya Paloh, yang notabene-nya juga menjabat sebagai

ketua umum Partai NasDem, apakah Ia mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap proses penseleksian berita. Berikut ini penjelasan pada saat penulis

melakukan wawancara dengan narasumber terkait:

“Nah, ini juga yang harus saya sampaikan kepada Anda, seperti yang sudah

saya jelaskan tadi, di setiap media massa itu baik yang ada di Indonesia maupun

di luar Indonesia, para pemilik pasti mempunyai kepentingan, baik dari segi

bisnis dan sebagainya, tapi jika kita harus menitikberatkan atau mendukung

suatu partai tertentu kita pasti tidak akan dilirik oleh pembaca, seperti misalnya,

kasus korupsi yang menimpa kader Partai Demokrat, kita tidak mungkin

menutupinya, media manapun pasti memberitakan hal itu, nah tinggal karakter

dari masing-masing media itulah yang membedakan.”

“Di sini Anda bisa melihat sendiri keadaanya seperti apa, terkadang Pak

Surya itu sudah terlalu sibuk dengan urusannya, bahkan hampir setiap hari saya

6 Ibid, wawancara

Page 93: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

82

yang memimpin rapat, jadi kami sendiri yang menentukan berita mana yang

ada di halaman satu, halaman dua, Polkam, dan sebagainya.”7

Penjelasan diatas menegaskan bahwa dalam industri media massa tidak

melulu faktor kepemilikan media menjadi pengaruh yang signifikan bagi proses

penentuan berita, walaupun tidak dimungkiri bahwa pemilik pasti mempunyai

kepentingan. Namun, didalam memutuskan berita-berita yang akan diterbitkan Media

Indonesia masih menimbang faktor kepuasan konsumen agar tetap diminati oleh

khalayak pembaca.

Bagaimana peristiwa dipahami dan dimengerti didasarkan pada sebuah skema.

Van Dijk menyebut skema ini sebagai model. Model menunjukkan pengetahuan,

pandangan individu ketika melihat dan menilai suatu persoalan. Sebuah model adalah

sesuatu yang subjektif dan unik, yang menampilkan pengetahuan dan pendapat ketika

memandang suatu persoalan.8 Kemudian bagaimana pandangan serta perlakuan

redaksi Media Indonesia terhadap pemberitaan Partai NasDem, yang notabene-nya

adalah partai yang dinahkodai oleh pemilik dari Media Indonesia itu sendiri, berikut

penjelasan narasumber terkait.

“Partai NasDem ini merupakan salah satu partai baru yang ikut mewarnai

kancah perpolitikan di Indonesia, sudah terdaftar dan terferivikasi oleh KPU.

Kami melihat bahwa Partai NasDem ini sama seperti partai-partai lainnya, tidak

ada yang diistimewakan. Kemudian kebijakan redaksi disini tidak ada yang

memperlakukan khusus salah satu partai, karena proses pemberitaannya kita

diskusikan di forum rapat, yang melibatkan seluruh redaktur dan mereka ikut

serta dalam memberikan pandangan terhadap berita itu.”9

7 Ibid, wawancara 8 Eriyanto, Analisis Wacana, h. 261

9 Wawancara Pribadi dengan Ono Sarwono.

Page 94: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

83

Sekali lagi redaksi Media Indonesia menapik adanya perlakuan istimewa

mengenai pemberitaan Partai NasDem ini, walaupun setelah di analisis, content dari

berita tersebut jelas terlihat mendukung dan memberi nilai positive terhadap apa-apa

yang dilakukan Partai NasDem. Namun, apakah Media Indonesia mempunyai edisi

tertentu dalam memberitakan Partai NasDem ini, atau sudah adakah jadwal khusus

untuk meliput dan memberitakan Partai NasDem? Berikut jawaban dari narasumber.

“Kalau misalnya dalam seminggu atau sebulan kita harus memberitakan

Partai NasDem ini beberapa kali, tentu kita tidak bisa melakukan hal itu.

Namun jika ada event-event seperti Rapimnas, Rakernas, dan lain sebagainya,

tentu akan kita beritakan, dan lagi-lagi tidak serta merta harus Partai NasDem,

partai lain pun jika sedang melakukan kegiatan pasti kita beritakan. Bahkan,

terkadang kita tidak memberitakan kegiatan baik Partai NasDem atau pun Partai

lain, karena tidak menarik atau tidak memiliki news value.”10

Dari pernyataan diatas terlihat bahwa pihak redaksi menyatakan keberatannya

jika harus memberitakan Partai NasDem secara khusus dan rutin dalam edisi tertentu,

dan dapat peneliti simpulkan bahwa dalam memberitakan Partai NasDem ini, pihak

redaksi masih mempertimbangkan nilai-nilai berita, ketertarikan pembaca atau human

interest, kepentingan pemilik media, dan kepentingan bisnis atau ekonomi.

C. ANALISIS KONTEKS SOSIAL PEMBERITAAN PARTAI NASDEM

DI MEDIA INDONESIA

Dimensi ketiga dari analisis Van Dijk adalah analisis sosial. Wacana adalah

bagian wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga perlu dilakukan

analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal yang

10

Ibid, wawancara

Page 95: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

84

diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Menurut Van Dijk, ada dua poin

penting dalam analisis mengenai masyarakat: kekuasaan (power), dan akses (acces).11

Wacana yang diangkat dalam penelitian ini lebih menekankan kepada pemberitaan

Partai NasDem di Media Indonesia yang tidak lain adalah milik Surya Paloh yang

juga menjadi pemimpin didalam partai tersebut.

Jika dibuat rumusan konteks sosial, dalam hal ini menjawab pertanyaan

bagaimana praktik kekuasaan mempengaruhi wacana mengenai pemberitaan Partai

NasDem yang diterbitkan oleh harian Media Indonesia. Serta bagaimana akses

mempengaruhi wacana yang berkembang dalam kelompok masyarakat mengenai

pemberitaan Partai NasDem di Media Indonesia. Dalam hal ini peneliti akan

memaparkan kekuasaan (kepemilikan) serta akses (dominasi kelompok) yang

mempengaruhi wacana dalam berita-berita yang diterbitkan oleh Media Indonesia.

Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan yang

dimiliki oleh suatu kelompok atau anggotanya. Kekuasaan ini umumnya didasarkan

pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai, seperti uang, status, dan

pengetahuan.12

Kelompok yang dibahas dalam analisis ini ialah Partai NasDem,

didalam partai ini terdapat individu-individu yang sangat kuat kekuasaannya baik dari

segi ekonomi maupun pengalaman dalam dunia politik. Seperti misalnya, Patrice Rio

Capella yang sebelum kongres pertama Partai NasDem menjabat sebagai Ketua

Umum Partai NasDem, Ia juga adalah mantan Wakil Sekretaris Jendral Partai

11

Eriyanto, Analisis Wacana, h. 271 12

Ibid, h. 272

Page 96: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

85

Amanat Nasional (PAN), tentu pengalaman politiknya di partai besar akan sangat

membantu bagi perkembangan Partai NasDem.

Tidak hanya sebatas pada Rio Capella, tokoh utama dari partai ini pun

memegang peranan yang sangat penting yakni Surya Paloh bernama lengkap Surya

Dharma Paloh, Ia menjadi penggagas terbentuknya Partai NasDem yang sebelumnya

adalah basis kelompok organisasi massa. Paska hengkangnya Paloh dari Partai

Golkar setelah gagal terpilih menjadi Ketua Umum pada Munas Partai Golkar tahun

2009 lalu, Ia memfokuskan dirinya untuk organisasi masyarakat Nasional Demokrat

yang kini bertransformasi menjadi Partai NasDem. Dengan membawa slogan gerakan

perubahan dan restorasi Indonesia, Partai NasDem tampil dengan sangat percaya diri

untuk turut serta dalam kompetisi pemilihan umum 2014 mendatang.

Tidak cukup sampai disini, masih ada beberapa tokoh berpengaruh lain yang

turut hadir di partai ini, sebelumnya ada Hari Tanoesudibjo salah satu pengusaha

industri media televisi di Indonesia yang menaungi MNC Group diantaranya: global

tv, mnc tv, dan rcti. Namun paska terpilihnya Surya Paloh sebagai Ketua Umum

Partai NasDem dalam Kongres pertama pada Januari 2013 lalu, Hari Tanoe mundur

dari NasDem karena Ia merasa sudah tidak sesuai dengan keinginannya.

Tokoh lain ialah Sugeng Suparwoto yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua

Dewan Pimpinan Wilayah Jawa Tengah Partai NasDem, adalah satu petinggi Harian

Media Indonesia yang juga menjadi subjek dalam penelitian ini. Setelah

diputuskannya Surya Paloh sebagai ketua umum pada kongres perdana Partai

Page 97: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

86

NasDem, maka terjadi perombakan struktur organisasi partai yang menempatkan

Sugeng sebagai Ketua bidang Organisasi, Keanggotaan dan Kaderisasi.

Dari beberapa tokoh diatas masing-masing mempunyai akses yang berbeda

dalam menanggapi isu-isu terkait Partai NasDem, baik isu yang menimpa partai itu

maupun isu yang sengaja diangkat oleh partai tersebut. Seperti yang tertera dalam

analisis berita 1, dimana Surya Paloh yang pada saat itu masih menjabat sebagai

Ketua Majelis Nasional Partai NasDem mengangkat isu kebobrokan dan potensi

kegagalan yang akan dialami bangsa ini, dengan menyatakan ketidakrelaannya jika

hal itu terjadi dan mengajak para kader Partai NasDem untuk menyerahkan jiwa dan

raga.

Apa yang disampaikan Surya Paloh mengenai hal ini dimata peneliti masih

belum menemukan relevansinya secara spesifik, pernyataan “dunia telah memberi

peringatan bahwa bangsa ini berpotensi masuk sebagai negara gagal”, masih

menggambarkan makna umum tentang dunia seperti apa yang telah memberi

peringatan untuk bangsa ini, dan makna yang juga masih umum mengenai pernyataan

bangsa ini berpotensi sebagai negara gagal, konteks kegagalan seperti apakah yang

dimaksud dari pernyataan tersebut, isu ini menjadi lemah ketika sang komunikator

politik tidak menjelaskan secara spesifik maksud dari pernyataan tersebut.

Begitu pun yang terdapat dalam analisis berita ke 2, dimana pernyataan dari

Sugeng Suparwoto yang pada saat itu masih menjabat sebagai Ketua Dewan

Pimpinan Wilayah Jawa Tengah, saat orasi dalam rangka penguatan kader

menjelaskan mengenai tujuan Partai NasDem adalah melakukan pembaruan untuk

Page 98: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

87

perbaikan negara yang dilandasi pada jati diri bangsa Indonesia. Pernyataan ini juga

masih belum bisa terlihat pembaruan seperti apa yang ingin dilakukan Partai

NasDem, didalam analisis teks juga tidak ditemukan penjelasan lebih lanjut mengenai

pernyataan yang disampaikan oleh Sugeng tersebut.

Akses terhadap media yang begitu besar sangat tidak dioptimalkan kedua

tokoh tersebut, terlebih keduanya masing-masing adalah orang yang berpengaruh di

Harian Media Indonesia. Isu-isu yang diangkat kepada publik menjadi tidak

mendalam ketika tidak ada penjelasan lebih lanjut atas ide dan gagasan yang akan

mereka bawa untuk menarik simpatik khalayak, yang mungkin terjadi hanyalah

pembentukan dan kontrol opini publik terhadap isu global mengenai potensi gagal

yang akan dialami bangsa ini.

Page 99: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

88

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menganalisa dan menjelaskan permasalan yang telah dijabarkan pada

bab-bab sebelumnya, serta informasi yang di dapat dari pihak redaksi Media

Indonesia dan juga konteks sosial yang menggambarkan kehadiran dari Partai

NasDem itu sendiri, maka dapat peneliti simpulkan bahwa komunikasi politik yang

dilakukan Partai NasDem yang terdapat pada Harian Media Indonesia di tinjau dari

tiga aspek pokok permasalahan dalam model Van Dijk ialah sebagai berikut:

1. Segi Analisis Teks

a) Pada tingkatan struktur makro, tema yang dikedepankan pada kedua

berita yang telah di analisis bahwa Harian Media Indonesia berusaha

mengemas tema yang mengandung unsur pro-aktif terhadap kegiatan-

kegiatan yang dilakukan oleh Partai NasDem.

b) Pada tingkatan superstruktur, Harian Media Indonesia menyusun skema

berita berdasarkan penonjolan dua tokoh penting di dalam Partai NasDem

yang juga merupakan orang-orang yang berpengaruh di dalam struktur

organisasi Harian Media Indonesia, kemudian disusul pernyataan

fenomenal dua tokoh tersebut, dan diakhiri dengan pernyataan dari

Dewan Pimpinan Daerah mengenai progres dari Partai NasDem.

88

Page 100: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

89

c) Pada tingkatan struktur mikro, berdasarkan elemen semantik, stilistik,

sintaktis, dan retoris, dari kedua berita yang telah dianalisis sebelumnya.

Wacana yang di kemas Harian Media Indonesia menititikberatkan pada

kesiapan dan kepercayaan diri Partai NasDem yang akan sukses dalam

pemilihan umum 2014 mendatang, serta bentuk kalimat dari kedua berita

tersebut yang mengindikasikan Partai NasDem menjadi sangat subjektif

dan seakan berpengaruh besar bagi kelangsungan bangsa Indonesia.

2. Segi Kognisi Sosial

Dilihat dari segi kognisi sosial, jajaran redaksi Media Indonesia memiliki

pandangan tersendiri dalam melihat Partai NasDem, menurut redaksi partai ini

sama seperti partai yang lainnya, namun berdasarkan temuan-temuan data pada

struktur teks yang di bangun, ditemukan bahwa Harian Media Indonesia jelas

terlihat mendukung dan berpihak terhadap pesan-pesan politik yang disampaikan

Partai NasDem.

3. Segi Konteks Sosial

Dari segi konteks sosial, sebagian masyarakat yang melek politik tentu

memiliki pandangan kritis baik terhadap Harian Media Indonesia maupun

terhadap Partai NasDem, namun faktor kekuasaan (power) dan akses (acces) dari

masing-masing tokoh yang terdapat dalam partai tersebut dapat dengan mudah

Page 101: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

90

melakukan propaganda dan mengkontrol opini publik melalui media massa yang

mereka miliki.

B. Saran

Peneliti ingin menyampaikan beberapa saran teoritis dan saran praktis yang

berkaitan dengan kajian keilmuan komunikasi politik serta yang berkaitan dengan

pemberitaan mengenai Partai NasDem yang diterbitkan oleh Harian Media Indonesia

ini, diantaranya sebagai berikut:

1. Berita yang dipaparkan oleh Harian Media Indonesia mengenai Partai

NasDem haruslah lebih spesifik terlebih dalam hal isu-isu yang

disampaikan Partai NasDem agar lebih relevan dengan realitas yang terjadi.

2. Demi relevansi isi berita dengan realitas di masyarakat, diharapkan Harian

Media Indonesia memiliki tim riset untuk meneliti masalah-masalah sosial

di masyarakat khususnya di bidang politik.

3. Terkait dengan kepemilikan Harian Media Indonesia dan tokoh

berpengaruh dalam Partai NasDem yakni Pak Surya Paloh dan Pak Sugeng

Suparwoto, diharapkan Media Indonesia tetap berjalan sesuai dengan visi

dan misi yang diembannya sebagai media yang independen, lugas, dan

terpercaya.

4. Konsep dan tema pemberitaan di Media Indonesia selalu kritis terhadap

kebijakan-kebijakan maupun keputusan pemerintah, penulis berharap agar

Page 102: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

91

hal ini tetap berlanjut tanpa melihat siapa dan dari mana asal politisi yang

ada dalam kepemerintahan tersebut.

5. Peneliti berharap ada penelitian lanjutan mengenai aktifitas politik yang

dilakukan Partai NasDem baik dalam skala nasional maupun skala

internasional yang tetap mengacu kepada kajian komunikasi politik.

6. Agar penelitian di bidang komunikasi politik media massa lebih

berkembang, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai studi

komparasi terhadap Harian Media Indonesia dengan Harian Umum lainnya

terkait berita mengenai Partai NasDem.

Page 103: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

92

DAFTAR PUSTAKA

Adityawan S, Arief. Propaganda Pemimpin Politik Indonesia “Mengupas Semiotika

Orde Baru Soeharto”. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia. 2008

Aliawati, Maharani. “Kampanye Politik Di Media Massa Pasangan Adang

Daradjatun – Dani Anwar Dalam Masa Kampanye Pilkada DKI 2007”, Skripsi

S1 Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu

Komunikasi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2008

Arifin, Anwar. Komunikasi Politik, “Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan

Komunikasi Politik Indonesia”. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2011

_ _ _ _ _ _. Pencitraan Dalam Politik, “Strategi Pemenangan Pemilu Dalam

Perspektif Komunikasi Politik”. Jakarta: Pustaka Indonesia. 2006

Bungin, Burhan. “Konstruksi Sosial Media Massa : Kekuatan Pengaruh Media

Massa, Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen serta Kritik Terhadap Peter L.

Berger & Thomas Luckmann”. Jakarta: Jakarta Kencana. 2008

_ _ _ _ . Teori Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat.

Cetakan ke-2. Jakarta: Jakarta Kencana. 2007

Cangara, Hafied. Komunikasi Politik : Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta: Raja

Grafindo Persada. 2009

_ _ _ _ _ . Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Edisi 1-9.

2008

Eriyanto. Analisis Wacana “Pengantar Analisis Teks Media”. Yogyakarta: LKiS

Pelangi Aksara. 2001

Hamad, Ibnu. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa “Sebuah Studi Critical

Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik”. Jakarta: Granit. 2004

Harisson, Lisa. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Jakarta Kencana. 2009

Heryanto, Gun Gun. Komunikasi Politik di Era Industri Citra. Jakarta: PT Lasswell

Visitama. 2010

Heryanto, Gun Gun dan Farida, Ade Rina. Komunikasi Politik. Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2011

Morissan, dkk. Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia. 2010

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Cetakan 14. Bandung: Remaja

Rosdakarya. 2010

92

Page 104: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

93

Nimmo, Dan. Komunikasi Politik “Khalayak dan Efek”. Bandung: Remaja

Rosdakarya. 2006

_ _ _ _ _ _. Komunikasi Politik. “Komunikator, Pesan dan Media”. Bandung:

Remaja Rosdakarya. 1999

Nurudin. Komunikasi Propaganda. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2008

Olii, Helena. Opini Publik. Jakarta: PT. Indeks. 2007

Sari, Laila. “Konstruksi Pesan Di Media Cetak : Analisis Framing Terhadap Berita

Kasus Perdata Korupsi Mantan Presiden Soeharto Pada Koran Sindo Dan

Harian Umum Pelita Edisi 5 Januari – 5 Februari 2008”. Skripsi S1 Jurusan

Konsentrasi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. 2008

Sendjaja, Sasa Djuarsa. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka Edisi ke-9.

2005

Sobur, Alex. Analisis Teks Media Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

2002

Page 105: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

MEDIAINDONESIA

PT CITRA MEDIA NUSA PURNAMA

Jl. Pilar Mas Raya Kav. A-D Kedoya Selatan,Komplek Delta Kedoya, Kebon Jeruk,

.Jakarra 1'1520-lndonesia T+6221 581 2088,F +6221 581 2102 [Redaksi], +6221 581 2110 lklan]

med ia i n d o n es ia.com

SURAT KETERANGANN0. 12 1/Srt. Penelitian/Sekredl MIlyIl 2013

Dengan ini kami beritahukan bahwa mahasiswa Universitas

Syarif Hidayatullah Jakafta di bawah ini :

: lsnaanto Ahmad Maulana

| 207051000662

: Dakwah dan Komunikasi/

Komunikasi Penyiaran Islam (tGI)/ XtI

Telah melakukan penelitian di redaksi Media Indonesia sebagai bahan referensi

untuk skripsi dengan judul "Komunikasi Politik di Media Massa: studiAnalisis wacana Terhadap pemberitaan paftai NasDem di MediaIndonesia" pada tanggal 26 Juni 2OLZ.

Demikian surat keterangan ini kami buat, harap dipergunakan semestinya.

Jakafta, 10 Juni 20t3

Hormat kami,

CITRA MEDIA NUSA PURI{AI,IA

Islam Negeri (UIN)

Nama

NIM

Fakultas

Sekretaris Redaksi

Page 106: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

Narasumber

Jabatan

Hari/tanggal

Waktu

Tempat

HASIL WAWANCARA

Ono Sarwono

Asisten Kepala Divisi Pemberitaan

Selasa l26luni20l2

16.15 WIB

Kantor Redaksi Media Indonesia, Kedoya Selatan, Jakarta Barat

1. Bagaimana pandangan bapak terhadap Partai NasDem ?

Partai NasDem ini merupakan salah satu partai baru yang ikut mewarnai kancah perpolitikan di

Indonesia, sudah terdaftar dan terferivikasi oleh KPU. Kami melihat bahwa Partai NasDem inisama seperti partai-partai lainnya, tidak ada yang diistimewakan.

2. Apakah ada perlakuan khusus terhadap pemberitaan Partai NasDem ini ?

Kebijakan redaksi disini tidak ada yang memperlakukan khusus salah satu partai, karena proses

pemberitaannya kita diskusikan di forum rapat, yang melibatkan seluruh redaktur dan mereka

ikut serta dalam memberikan pandangan terhadap berita itu.

3. Dalam jajaran redaksi Media Indonesia sendiri apakah ada yang masuk ke dalamstruktural Partai NasDem ?

Kalau secara keseluruhan saya tidak mengetahuinya, saya sendiri tidak termasuk dalam

struktural Pafiai NasDem, apalagi disini kami memiliki peraturan bahwa pekerja MediaIndonesia tidak boleh menjadi anggota salah satu partai politik. Dulu ada teman kami yang

mencalonkan diri menjadi anggota legislatif dari salah satu parpol, dan sesuai dengan peraturan

yang berlaku, maka ia harus keluar dari Media Indonesia.

4. Apakah ada edisi khusus dalam jangka waktu tertentu yang memberitakan tentangPartai NasDem ini ?

Kalau misalnya dalam seminggu atau sebulan kita harus memberitakan Partai NasDem inibeberapa kali, tentu kita tidak bisa melakukan hal itu. Namun jika ada event-event seperti

Rapimnas, Rakemas, dan lain sebagainya, tentu akan kita beritakan, dan lagiJagi tidak serta

merta harus Partai NasDem, partai lain pun jika sedang melakukan kegiatan pasti kita beritakan.

Bahkan, terkadang kita tidak memberitakan kegiatan baik Partai NasDem atau pun Partai lain,

karena tidak menarik atau tidak memiliki news value.

PT CITRA MEDIA NUSA PURNAMA

Page 107: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

5. Bagaimana proses penentuan atau penseleksian suatu berita di Media Indonesia ?

Disini kami mempunyai mekanisme rapat satu hari itu ada tiga kali rapat, antara lain ada rapatproyeksi sekitar jam setengah sepuluh, yaitu mendiskusikan berita yang akan diliput. Kemudian,jam dua belas ada rupat budget, rapat ini membicarakan perolehan dari rapat proyeksi tadi.

Kemudian, jam setengah tiga sore itu ada rapat checking, di rapat ini kami mengecek kembali

berita-berita yang ingin dimuat, ada berita politik satu, dua dan tiga, ada berita olah raga satu,

dua, tiga, dan lain sebagainya, di sini lah kami menentukan berita, mempertajam, dan

memfinalkan berita mana yang ada di halaman sekian, mana berita yang menjadi headline.

Kita juga harus menentukan mana yang menjadi prioritas, mana berita yang menarik, yang

mempunyai nilai berita atau news volue, mana informasi yang diinginkan pembaca. Misalnya,

besok akan ada pemeriksaan Anas di KPK, pada saat yang sama Partai NasDem ada peresmian

Dewan Pimpinan Cabang di salah satu daerah, pembaca tentu lebih memilih berita tentang Anas,

di sini kita harus bijak dalam menentukan berita, mana yang menarik bagi masyarakat atau tidak.

Tidak mentang-mentang yang punya Partai NasDem memiliki koran ini harus serta merta diliputseluruh kegiatannya, karena biar bagaimana pun nilai berita tetap menjadi suatu tolak ukurnya.

6. Sejauh mana pengaruh pemilik Media Indonesia dalam hal ini pak Surya Paloho dalammenentukan atau menseleksi suatu berita yang akan diterbitkan ?

Di sini Anda bisa melihat sendiri keadaanya seperti apa, terkadang Pak Surya itu sudah terlalusibuk dengan urusannya, bahkan hampir setiap hari saya yang memimpin rapat, jadi kami sendiriyang menentukan berita mana yang ada di halaman satu, halaman duq Polkam, dan sebagainya,

anda nanti bisa melihat sendiri bahwa proses ini betul-betul di serahkan ke kami.

I

7. Apakah otoritas penuh ada di tangan beliau atau hanyd.dari jajaran redaksi dalamkelanjutan proses penentuan berita ini ?

Nah, ini juga yang harus saya sampaikan kepada Anda, seperti yang sudah saya jelaskan tadi, disetiap media massa itu baik yang ada di Indonesia maupun di luar Indonesia, para pemilik pasti

mempunyai kepentingan, baik dari segi bisnis dan sebagainya, tapi jika kita harus

menitikberatkan atau mendukung suatu partai tertentu kita pasti tidak akan dilirik oleh pembaca,

seperti misalnya, kasus korupsi yang menimpa kader Partai Demokrat, kita tidak mungkinmenutupinya, media manapun pasti memberitakan hal itu, nah tinggal karakter dari masing-

masing media itulah yang membedakan. Media Indonesia tidak ingin bertele-tele, kami langsung

menuj u titik permasalahannya.

8. Jika melihat dari segi pasar, apa yang akan terjadi jika Media Indonesia terus-menerusmemberitakan Partai NasDem ?

Koran itu kan juga ada aspek bisnisnya. Jadi tidak mungkin jika koran atau media cetak inidipersembahkan hanya untuk partai NasDem saja. Karna jika pembaca sudah tidak senang,

pembaca sudah tidak suka dan tidak ingin membeli koran Media Indonesia lagi lantas kita dapat

PT Cffi&"& NEPIA N.JUSA PURNAMA

Page 108: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

untung darimana? Dibayar dengan apa paru karyawan disini kalau perusahaan tidak memjliki

keuntungan.

9" Apa perbedaan dari rnbrik Politik dengan rubrik Fokus Politik ?

Kalau rubrik politik itu. dia memberitakan secara uilrum dan banyak mengenai berita-berita yang

berkaitan dengan kegiatan politik dan hadir di setiap edisinya, sedangkan rubrik Fokus Politikatau fokus Polkam itu ialah rubrik yang secara khusus dan fokus memberitakan mengenai satu

kasus berita politik atau infonnasi dalam dunia politik dan keamanan, dijabarkan secara fokus

dan mendalam dan juga hadir sekali dalam setiap minggunya.

10. ,A.pa harapan bapak kedepan untuk surat kabar Media Indonesia ini ?

Saya berharap media ini kedepannya lebih berkembang dan lebih baik lagi dalam memberikan

berita-berita dan informasi untuk masyarakat, filampu bersaing ditengah derasnya arus industri

media massa pada umumnya. Dan tetap menjaga konsistensinya sebagai media yang independen,

yang inovatif, iugas, dan terpercaya.

PT crTRA ME rro Nurhi^ffi'- \-/Ono Sarwono

(Asisten Kepala Divisi Pemberitaan)

Page 109: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

Lampiran Foto

Bersama narasumber Bapak Ono Sarwono

Selaku Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Harian Media Indonesia

Ruang Redaksi Media Indonesia

Page 110: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

EEf;gfiEBEEEEEEEtEi

ggggggEggaggfiggggggg

gg$sg*igigaigiiaglag

EaEgggEaiBE$gga-BgBi

gggiggg-giBggi-iggig

..!gwgi!F*ksTIt-Ert--6tr

-:(E-)ct5)F-fi,ct]

-cIa-t-.(s5'

=.F

l-ECU}

CTcr)([5a,

.-f:r5rlx,L-CE

CLL.-(u,.ET(ET

IClr()

li

J

Page 111: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA

Es x:EsEs E*EBiiEsEEEEIE;E;EagagEfF;TuE#EHEi:Hfl*riqEEi"i-E EE s,i SEEEeEvEehltd ?€li

HEE#EEE*EiE$$X,dE BEEE": L.qj4

(ril*1(I,

Ef,

: 5:EEP H#EHTc *? P:a Psis .;Ecg.I r={r.€*, i'i5sE ErgEl

EHEEE:E rn:EeflBH;EEEEI?B€Efr"E*E*Ei€ss6**>\, tr:Ip.i:': av6tJ

i:; EEg;E El"6E&E s: Pt E;E EE

r:E Ft;iFE:iaHiT ESEEEEEEiotrcdC Et=^6a$EEEEqESSFfle.9,;;E iiadEa gu

EE: EF**BE f;EEH; ?:ITHE ;EttEzo?5i(-4:,f p.A

E*i$85;$*;-:Es; hEEa? E s*sat€.6..'fep24.*-

HEFE,gE iI EflFE

rt-,(ts

-}<t5)si=(rgTI}CDF

-'=*-t}(s

=c,cr)F

c,}<Eo)EIg)$T

=,.E+rlL-fi5

CL

6;!

a=aIv 6

5+E,6i P

=6 c-.9!>oala EoOPr

"ooQ o6.! c!+.9 q

iacoE;

'nr=EL=laa iic \+l-+ [4^'-.4<;:Ea--€!-qr:'l --

6rir;

6l

trq)

L

r.l

Page 112: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA
Page 113: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA
Page 114: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA
Page 115: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA
Page 116: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA
Page 117: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA
Page 118: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA
Page 119: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA
Page 120: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA
Page 121: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA
Page 122: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA
Page 123: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA
Page 124: KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27740/1/ISNAANTO...KOMUNIKASI POLITIK DI MEDIA MASSA : STUDI ANALISIS WACANA