KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

123
KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA TUNANETRA KOTA BEKASI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi skripsi pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Disusun Oleh : Henry Pramudya Soegiana 6662092665 KONSENTRASI JURNALISTIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2014

Transcript of KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

Page 1: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET

TENIS MEJA TUNANETRA KOTA BEKASI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi skripsi pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Disusun Oleh :

Henry Pramudya Soegiana

6662092665

KONSENTRASI JURNALISTIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2014

Page 2: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...
Page 3: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...
Page 4: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...
Page 5: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

ABSTRAK

Henry Pramudya Soegiana. NIM 092665. Skripsi. Komunikasi Instruksional

Pelatih dan Atlet Tenis Meja Tunanetra Kota Bekasi. Program Studi Ilmu

Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan

AgengTirtayasa. 2014.

Penelitian ini membahas bagaimana komunikasi instrukisonal antara pelatih dan

atlet tenis meja tunanetra pada proses latihan. Perbedaan fisik antara pelatih dan

atlet tenis meja tunanetra memicu permaslahan komunikasi, dimana instruksi yang

semestinya disampaikan oleh pelatih dengan cara audio dan visual. Pelatih hanya

mengandalkan audio untuk menggambarkan sebuah isntruksi. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui proses komunikasi, untuk mengethaui metode

komunikasi, dan untuk mengetahui komunikasi verbal dalam menyampaikan pesan

antara pelatih dan atlet tenis meja tunanetra Kota Bekasi. Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan mengumpulkan data melalui

wawancara dan observasi. Informan dalam penelitian ini adalah satu pelatih tenis

meja tunanetra dan empat atlet tenis meja penyandang tunanetra. Teori yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teori identifikasi Kenneth Burke, dimana

kesamaan adalah satu cara identifikasi yang tercipta di antara pelatih dan atlet tenis

meja tunanetra, identifikasi meningkat, penyatuan makna meningkat, sehingga akan

meningkatkan pemahaman. Hasil penelitian menunjukan bahwa, pertama proses

komunikasi melalui tahap awal komunikasi, yang akhirnya tercipta cara pelatih dan

atlet tenis meja tunanetra berkomunikasi. Kedua, metode komunikasi instruksional

yang digunakan pelatih dalam proses latihan adalah menggunakan metode

praktikum, dan metode diskusi. Ketiga, komunikasi instruksional yang dilakukan

oleh pelatih dan atlet tenis meja tunanetra Kota Bekasi adalah komunikasi verbal

secara lisan.

Keywords : Komunikasi Instruksional, Tunanetra, Identifikasi Kenneth

Burke

Page 6: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

ABSTRACT

Henry Pramudya Soegiana, NIM 092265. Thesis. Instructional Communication

Of Table Tennis Trainer and the Athlete with Vision Disabilities in Bekasi City.

Communication Science, Faculty of Political and Social Science. Sultan Ageng

Tirtayasa University. 2014.

This research examines how the instructional communications work on between the

table tennis trainer and the athlete with vision disabilities during the training

process. The physical differences between the trainer and the athlete trigger a

communication problem, where the instruction that should be delivered by the

trainer with both of audio and visual, in this case they only rely on an audio for

giving a perspective of instruction. The purposes of this research is to describe the

communication process between the table tennis trainer and the athlete with vision

disabilities of Bekasi City during the training, and to identify what instructional

communication method using by the table tennis trainer and the athlete, then to

know what a verbal communication technic that the trainer use to deliver a message

to the athlete. This research using the qualitative descriptive method, which is the

writer interviewing and observing to collect the data. The informant of this research

is one table tennis trainer and four athletes with vision disabilities. Kenneth Burke

identification theory is the main theory of this research, where the similarity whit

this case is once the one way identification has made between the trainer and the

athlete, the identification increase, the fusion of meaning increase, then will

increase the comprehension. The result shown that first, communication process

passing the first step of communication, well then the communication between both

created. Second, the instructional communication method used by the trainer

during the training process is the practicum method and the discussion method.

Third, the instructional communication used by the trainer and the athlete is verbal

communication verbally.

Keyword: Kenneth Burke Identification theory, Instructional Communication,

vision disabilities.

Page 7: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

ix

KATA PENGANTAR

Assallamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Atas berkah,

rahmat, dan hidayah dari-Nya, skripsi yang berjudul “Komunikasi Instruksional

Pelatih dan Atlet Tenis Meja Tunanetra Kota Bekasi” ini Alhamdulillah dapat

diselesaikan.

Dalam pembuatan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari

sejumlah pihak sehingga skripsi ini bisa diselesaikan. Pada kesempatan ini,

penulis mempersembahkan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian skripsi ini, diantaranya adalah :

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, selaku Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

3. Kandung Sapto N, S.Sos,. M.Si, Selaku Pembantu Dekan I Bidang

Akademik, Mia Dwiana, S.Sos., M.Si, selaku Pemabntu Dekan II

Bidang Keuangan, dan Gandung Ismanto, S.Sos., MM, selaku

Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik.

4. Neka Fitriyah, S.Sos., M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Ilmu Studi

Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa serta Puspita Asri Praceka, S.Sos., M.Ikom,

selaku sekretaris Jurusan Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sultan Ageng Tirtayasa

5. Yuliana, S.Sos, M.Si, selaku dosen pembimbing satu dan Andin Nesia,

M.I.Kom, dosen pembimbing dua, yang telah sabar membimbing

penulis dan menyediakan waktunya. Serta seluruh dosen pengajar di

program studi Ilmu Komunikasi.

Page 8: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

x

6. Toni Budi Santoso, Wahyu Wendi Kurnia, Surono, Yulianto, Yanto

Sugiharto, Sarah Wijaya, dan Iis Wulandari selaku informan sekaligus

keluarga besar NPC Kota Bekasi yang telah memberikan bantuan

sangat besar untuk penelitian ini.

7. Kedua orang tua, Bapak Nanang dan Ibu Heni. Keluarga besar di

Serang, A Maman, Bi Elis, Bi Nani, Bi Rini, Om Ade, Om Esa, Gogo,

Mega, Aca, Okta, Ica, dan Meizy. Terimakasih atas segala dukungan

dan do’a yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah

sampai gelar sarjana.

8. Teman diskusi, Annisa Rizky, M.I.Kom. Terimakasih atas segala

waktu dan ide-idenya, sehingga sangat membantu penulis dalam

mengerjakan penelitian ini.

9. Teman baik, Aulia, Tulus, Andri, Ica, Cony, Augia, Galuh, Alan, dan

semua teman-teman Ilmu Komunikasi 2009. Keluarga besar

KOVIKITA, Untirta TV, Teater Kafe Ide, dan Djogja Production

tempat penulis mengembangkan minat dan bakat. Terimakasih atas

waktu dan pengalaman yang pernah diberikan.

10. Sahabat-sahabat PEMBURU Aji, Putra, dan Billi tempat penulis

berbagi keluh kesah.

11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sadar, skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,

penulis bersedia menerima kritik sebagai bahan intropeksi diri dan pembelajaran.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Serang, Oktober 2014

Penulis

Henry Pramudya Soegiana

Page 9: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

xi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. iv

LEMBAR PERSEMBAHAN .............................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................ vi

ABSTRACT ........................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .......................................................................... viii

DAFTAR ISI ......................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 6

1.3 Identifikasi Masalah .................................................................. 6

1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................... 7

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................... 7

1.5.1 Manfaat teoritis ............................................................... 7

1.5.2 Manfaat Praktis ............................................................... 7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 8

2.1 Tinjauan Teoritis ........................................................................ 8

2.1.1 Definisi Komunikasi ................................................... .... 10

2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi ................................................ 12

2.1.3 Fungsi Komunikasi ......................................................... 12

2.1.4 Komunikasi Verbal .......................................................... 13

2.1.4 Proses Komunikasi........................................................... 17

2.2 Komunikasi Instruksional ......................................................... 19

2.2.1 Pengertian Komunikasi Instruksional .............................. 20

2.2.2 Fungsi dan Manfaat Komunikasi Instruksional ............... 20

2.2.3 Metode Komunikasi Instruksional ................................... 22

2.3 Tunanetra .................................................................................. 23

2.3.1 Pengertian Tunanetra ....................................................... 23

2.3.2 Klasifikasi Tunanetra ....................................................... 24

2.3.3 Sebab Tunanetra............................................................... 26

2.3.4 Tenis Meja Tunanetra ...................................................... 27

2.4 National Paralympic Indonesia ................................................ 30

Page 10: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

xii

2.5 Teori Identifikasi Kenneth Burke ............................................. 32

2.6 Penelitian Sebelumnya .............................................................. 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................... 37

3.1 Metode Penelitian ..................................................................... 37

3.2 Paradigma Penelitian ................................................................ 38

3.3 Teknik Pengambilan Data .......................................................... 39

3.4 Teknik Sampling ....................................................................... 42

3.5 Analisis Data ............................................................................. 43

3.6 Uji KValiditas Data .................................................................... 44

3.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian .................................................... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................... 47

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ........................................................ 47

4.2 Deskripsi Informan .................................................................... 49

4.2.1 Yulianto ........................................................................... 59

4.2.2 Yanto Sugiharto ................................................................ 50

4.2.3 Toni Budi Santoso ............................................................ 50

4.2.4 Sarah WIjaya .................................................................... 50

4.2.5 Iis Wulandari .................................................................... 51

4.3 Analisis Data dan Pembahasan ................................................. 51

4.3.1 Proses Identifikasi Pelatih dan Atlet

Tenis Meja Tunanetra Kota Bekasi .................................. 52

4.3.2 Proses Komunikasi Pelatih dan Atlet Tenis Meja

Tunanetra Kota Bekasi .................................................... 57

4.3.2.1 Masalah Komunikasi ............................................ 59

4.3.2.2 Cara Pelatih dan Atlet Berkomunikasi ................. 60

4.3.2.3 Feed Back ............................................................. 61

4.3.3 Metode Komunikasi Pelatih dan Atlet Tenis Meja

Tunanetra Kota Bekasi ..................................................... 67

4.3.3.1 Lisan ..................................................................... 70

4.3.3.2 Diskusi .................................................................. 74

4.3.4 Komunikasi Verbal Pelatih dan Atlet Tenis Meja

Tunanetra Kota Bekasi ..................................................... 77

4.3.4.1 Lisan ..................................................................... 80

4.3.4.2 Ceramah ................................................................ 81

4.3.4.3 Diskusi .................................................................. 83

Page 11: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

xiii

BAB V PENUTUP ................................................................................ 86

5.1 Kesimpulan ............................................................................... 86

5.2 Saran ......................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 89

LAMPIRAN ........................................................................................... 91

BIODATA PENULIS ........................................................................... 110

Page 12: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

viii

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya ........................................................... 36

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian .................................................................... 46

Tabel 4.1 Kategorisasi Proses Identifikasi

Pelatih dan Atlet Tenis Meja Kota Bekasi ............................. 52

Tabel 4.2 Kategorisasi Proses Komunikasi

Instruksional Pelatih dan Atlet

Tenis Meja Kota Bekasi ........................................................ 57

Tabel 4.3 Kategorisasi Metode Komunikasi

Pelatih dan Atlet Tenis Meja Kota Bekasi ............................. 67

Tabel 4.4 Kategorisasi Komunikasi Verbal Pelatih dan Atlet

Tenis Meja Kota Bekasi ......................................................... 77

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................... 34

Gambar 4.1 Proses Komunikasi Pelatih dan Atlet

Tenis Meja Tunanetra Kota Bekasi .................................... 63

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Biodata Informan Yulianto ............................................ 91

Lampiran 3 Transkip Wawancara Yulianto ....................................... 91

Lampiran 4 Biodata Yanto Sugiharto ................................................ 94

Lampiran 5 Transkip Yanto Sugiharto .............................................. 94

Lampiran 7 Biodata Toni Budi Santoso ............................................. 97

Lampiran 7 Transkip Wawancara Toni Budi Santoso ........................ 98

Lampiran 6 Biodata Sarah Wijaya ..................................................... 100

Lampiran 7 Transkip Wawancara Sarah Wijaya ................................ 101

Page 13: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

ix

ix

Lampiran 8 Biodata Iis Wulandari ..................................................... 103

Lampiran 7 Transkip Wawancara Iis Wulandari ................................ 104

Lampiran 8 Dokumentasi .................................................................. 106

Lampiran 7 Biodata Penulis................................................................ 109

Page 14: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tidak mudah tentunya bagi Yulianto pelatih tenis meja tunanetra Kota

Bekasi untuk menyamakan kesepahaman dengan atlet tenis meja tunanetra yang

didiknya dalam proses latihan. Karena perbedaan fisik antara pelatih dan atlet

tenis meja tunanetra memicu masalah komunikasi. Masalah komunikasi yang

dialami adalah dalam menyatukan pemahaman instruksi yang diterima atlet tenis

meja tunanetra saat proses latihan.

Arahan-arahan yang seharusnya digambarkan melalui audio dan visual

untuk memudahkan atlet tenis meja menerima arahan pelatih, dalam hal ini tidak

bisa digunakan. Pelatih tenis meja tunanetra mengandalkan pesan-pesan yang

berbentuk audio, karena indera penglihatan pada tunanetra tidak bisa maksimal,

sehingga indera pendengaran menjadi andalan dalam menerima instruksi dari

pelatih, oleh karena itu pelatih harus menggunakan arahan yang tepat untuk

menyampaikan pesan atau instruksi.

Dalam hal ini pelatih memaksimalkan komunikasi verbal untuk

mendeskripsikan sebuah instruksi dengan menggunakan bahasa yang dimengerti

agar bisa menyampaikan instruksi yang diberikan kepada atlet tenis meja

tunanetra.

Page 15: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

2

Selain itu, sebelum memulai proses latihan, pelatih harus mengidentifikasi

dengan cara mengenal karakter, kemampuan teknis, dan kemampuan nalar dalam

menerima instruksi yang dimiliki atlet tenis meja tunanetra itu sendiri. Hal

tersebut dilakukan untuk membangun sebuah proses komunikasi yang efektif

dalam pelatihan tenis meja tunanetra.

Peraturan dan peralatan tenis meja tunanetra sudah dirancang sedemikian

rupa dan berbeda dengan tenis meja pada umumnya, tetapi dalam tenis meja

tunanetra tetap sulit, karena membutuhkan ketepatan dan kecepatan dalam

mengantisipasi bola pingpong yang bergulir di atas meja dalam keadaan mata

tertutup, sebab itu indera pendengaran menjadi sangat penting. Yulianto, pelatih

tenis meja tunanetra yang menangani atlet-atlet tenis meja tunanetra Kota Bekasi

memberikan pernyataan betapa pentingnya pendengaran dalam proses latihan.

“Seorang atlet tenis meja harus betul-betul cerdas, terutama di dalam

pendengaran, kalau hilang atau buyar konsentrasi dia akan kalah dengan lawan.

Maka dari itu saya selalu berpesan harus latihan konsentrasi pendengaran. Jadi

setiap saya melatih, saya akan selalu mengimbau kepada atlet-atlet binaan saya

untuk hal ini, karena percuma kalau punya kemampuan smash keras tapi

pendengarannya kurang”.

Komunikasi yang diterapkan oleh pelatih dalam proses pelatihan ini hanya

memaksimalkan komunikasi verbal. Komunikasi verbal dalam hal ini berupa

arahan soal teknis tenis meja dan motivasi. Adapun suntikan motivasi diberikan

agar atlet bertambah keyakinan dalam dirinya untuk dapat memenangkan

kejuaraan tertentu. Motivasi berperan penting dalam peningkatan prestasi atlet.

Page 16: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

3

Sementara itu, seorang atlet pada umumnya memiliki tubuh yang sempurna

demi menunjang karier dan prestasinya, tetapi bermodalkan indera pendengaran,

para atlet tenis meja tunanetra Kota Bekasi dituntut untuk bisa menerima pesan

atau instruksi dengan baik yang diberikan oleh pelatih dalam proses komunikasi

instruksional.

Gangguan penglihatan tidak menghalangi empat atlet tenis meja untuk

mendalami minatnya di bidang olahraga tenis meja tunanetra. Empat atlet tersebut

adalah Yanto Sugiharto, Toni Budi Santoso, Sarah Wijaya, dan Iis Wulandari.

Keempat atlet tenis meja tersebut tergabung dalam National Paralympic

Committee (NPC) Kota Bekasi cabang olahraga tenis meja tunanetra. NPC

merupakan organisasi yang mewadahi olahraga penyandang disabilitas di

Indonesia dan berwenang mengkoordinasikan kegiatan olahraga prestasi bagi

penyandang disabilitas. Organisasi ini bernaung di bawah Komite Olahraga

Nasional Indonesia (KONI) dan kepengurusannya tersebar di seluruh daerah,

salah satunya NPC cabang Kota Bekasi. Cabang olahraga yang biasanya

diperlombakan yaitu atletik, catur, bulu tangkis, tenis lapangan, bola basket, dan

tenis meja.

Meskipun keterbatasannya dalam penglihatan menimbulkan kesulitan ketika

mereka menjalani aktivitas, khususnya sebagai atlet tenis meja, tetapi keempat

atlet tersebut pernah meraih medali di berbagai ajang kompetisi olahraga tenis

meja tunanetra. Seperti Yanto Sugiharto yang pernah meraih medali emas di

kategori single putra pada ajang Pekan Olahraga Nasional (PEPARNAS) ke XIV,

Sarah Wijaya pernah meraih medali perunggu di ajang yang sama, Toni Budi

Page 17: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

4

Santoso pun mendapatkan medali perak di ajang yang sama, dan Iis Wulandari

pernah mendapatkan Medali Perunggu pada Pekan Olahraga Cacat Nasional

(PORCANAS) di Kalimantan Timur tahun 2008.

Ada jejak rekam pelatih di belakangnya dalam keberhasilan para atlet tenis

meja tunanetra Kota Bekasi. Peran pelatih dalam prestasi atlet sangat strategis

karena pelatihlah yang melakukan pembinaan secara langsung terhadap atletnya.

Pelatih berperan memberikan instruksi dan memantau perkembangan atlet yang

ditanganinya. Seperti yang diungkapkan oleh Pawit M. Yusuf, para pelaksana

instruksional di lapangan seperti pelatih atau siapa saja yang pekerjaannya

menyampaikan informasi dengan tujuan mengubah perilaku sasaran, perlu

mengetahui proses perubahan perilaku yang terjadi pada seseorang atau sasaran

secara baik. 1

Meskipun begitu proses komunikasi instruksional dalam pelaksanaan

kegiatan pelatihan ini tetap berjalan. Pelatih sebagai orang yang menyampaikan

instruksi atau pesan (komunikator), dan atlet itu sendiri orang yang menerima

pesan atau instruksi dari pelatih (komunikan). Pesan yang ditujukan kepada

komunikan dikemas secara khusus untuk menyamakan kesepahaman dalam

instruksi-instruksi yang diberikan, demi meningkatkan kemampuan yang dimiliki

komunikan, sebab komunikasi instruksional adalah sebuah proses dan kegiatan

1 Pawit M. Yusuf „Komunikasi Instruksional: Teori dan Praktek‟ (Jakarta: Bumi Aksara, 2010)

hal. 64.

Page 18: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

5

komunikasi yang dirancang secara khusus untuk meningkatkan nilai tambah bagi

pihak sasaran.2

Menurut Yulianto, keberhasilan seorang atlet bisa diukur dari medali yang

diraih. Agar atlet tenis meja bisa berprestasi, atlet harus mempunyai mental,

kedisiplinan, dan skill tenis meja yang mumpuni. Dan medali bukan hal yang

mustahil untuk diraihnya. Sejalan dengan apa yang dikatakan Pawit M. Yusuf

“Yang akan diukur keberhasilannya adalah pihak sasaran. Sasaran telah memiliki

kemampuan yang bersifat kognitif, afektif, maupun psikomotor”. 3

Belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik merujuk pada taksonomi yang

dibuat untuk tujuan pembelajaran. Dalam taksonomi Bloom, tujuan pembelajaran

dapat diklasifikasikan ke dalam tiga ranah, yaitu: Kognitif; berkenaan dengan

kemampuan dan kecakapan-kecakapan intelektual berpikir. Afektif; berkenaan

dengan sikap, kemampuan dan penguasaan segi-segi emosional, yaitu perasaan,

sikap, dan nilai. Psikomotorik; berkenaan dengan suatu keterampilan-

keterampilan atau gerakan fisik.4

Dalam proses pelatihan ini, tidak mudah tentunya untuk membangun sebuah

komunikasi instruksional yang padu, dengan segala keterbatasan yang dimiliki

oleh atlet tenis meja yang memiliki cacat pada mata. Persaingan yang ketat yang

dihadapi pelatih dan atlet tenis meja bukan hanya sekadar kompetisi di tingkat

daerah namun bersaing di tingkat nasional. Hal itulah yang membuat peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian ini.

2Pawit M. Yusuf „Komunikasi Instruksional: Teori dan Praktek‟ (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal

2. 3 Ibid, hal 271.

4 Rusman „Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer‟ (Bandung: alfabeta, 2012) hal. 125

Page 19: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

6

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui

lebih lanjut bagaimana komunikasi instruksional yang dilakukan oleh pelatih dan

atlet tenis meja tunanetra dari ranah kognitif dengan mengadakan penelitian yang

berjudul “Komunikasi Instruksional antara Pelatih dan Atlet Tenis Meja

Tunanetra”.

1.2 RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan di atas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut :

Bagiamana komunikasi pelatih terhadap atlet tenis meja tunanetra di Kota

Bekasi ?

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat di identifikasikan

sebagai berikut :

1.) Bagaimana proses komunikasi instruksional antara pelatih dan atlet tenis

meja tunanetra?

2.) Bagaimana metode komunikasi instruksional yang dilakukan oleh pealtih

tenis meja tunanetra Kota Bekasi dalam proses latihan?

3.) Bagaimana Komunikasi verbal pelatih dalam menyampaikan pesan kepada

atlet tenis meja Kota Bekasi?

Page 20: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

7

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan

yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.) Untuk menegetahui proses komunikasi instruksional anatara pelatih dan atlet

tenis meja tunanetra Kota Bekasi

2.) Untuk mengetahui metode komunikasi instruksional pelatiht enismeja Kota

Bekasi

3.) Untuk mengetahui komunikasi verbal dalam menyampaikan pesan kepada

atlet tenis meja Kota Bekasi

1.5 Manfaat Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini bisa berguna bagi banyak pihak di

kemudian hari. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1.) Manfaat Teoritis, dapat menambah pengetahuan dan wawasan, terutama

terkait dengan masalah dalam penelitian ini. Selain itu, penelitian ini juga

dapat dijadikan bahan bacaan atau literatur tambahan bagi peneliti-peneliti

selanjutnya yang tertarik terhadap bidang kajian ini.

2.) Manfaat Praktis, dapat dijadikan bahan masukan mengenai penerapan

komunikasi instruksional yang padu antara komunikator dan komunikan,

sehingga diharapkan dapat membuat komunikasi instruksional dengan

pemahaman yang baik.

Page 21: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai teori-teori yang

berhubungan dengan penelitian yang diangkat oleh peneliti, yaitu komunikasi

instruksional pelatih dan atlet tenis meja tunanetra.

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Definisi Komunikasi

Istilah komunikasi secara etimologis berasal dari bahasa Latin, yaitu cum,

kata depan yang artinya dengan atau bersama dengan, dan kata units, kata

bilangan yang berarti satu. Kedua kata tersebut kemudian membentuk kata benda

communio, yang dalam bahasa inggris disebut dengan communion, yang berarti

kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, atau hubungan.

Karena untuk melakukan communion diperlukan usaha dan kerja, kata communion

dibuat kata kerja communicate yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang,

tukar menukar, membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu

kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, percakapan,

pertukaran atau hubungan.5

5 Kadar Nurjaman & Khairul Umam „Komunikasi & Public Relation‟ Bandung : Pustaka Setia,

2012) Hal 3

8

Page 22: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

9

Untuk memperjelas pengertian komunikasi di dalam penelitian ini, berikut

adalah pengertian komunikasi menurut beberapa ahli:

Pengertian komunikasi secara luas, “komunikasi adalah setiap bentuk tingkah

laku seorang baik verbal maupun nonverbal yang ditanggapi oleh orang lain.

Komunikasi mecakup pengertian yang lebih luas dari sekedar wawancara. Setiap

bentuk tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu, sehingga juga merupakan

sebentuk komunikasi.6

Pakar yang lain juga memberikan definisi tentang komunikasi. Carl I. Hovland

berpendapat bahwa komunikasi ialah suatu proses dimana seseorang

memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambang kata-kata untuk

mengubah tingkah laku orang lain.7

Pendapat lain mengenai pengertian komunikasi berasal dari Tubbs dan Moss,

yakni komunikasi diartikan sebagai proses pembentukan makna diantara dua

orang atau lebih.8

Sedangkan menurut Everett M. Rogers dalam Mulyana, mendefinisikan

“komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu

penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”.9

Definisi lain yang dikemukakan oleh Raymond S. Ross:

6 Supratiknya „Komunikasi Antarpribadi‟ (Yogyakarta: Kanisius, 2009), hal. 30.

7 A.W. Widjadja „Ilmu Komunikasi Pengantar Studi‟ (Jakarta : Rineka Cipt, 2000). Hal 26.

8 Ahmad Sihabudin & Rahmi Winangsih „Komunikasi Antar ManusiaEdisi 1 Bahan Ajar

Pengantar Ilmu Komunikasi‟ (Serang: FISIP Untirta, 2008) Hal 10 9 Deddy Mulyana „Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar‟ (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.

62.

Page 23: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

10

“Komunikasi adalah suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-

simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna

atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang

dimaksudkan komunikator”.10

2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi

Berdasarkan yang dibuat pakar komunikasi Harold Laswell, komunikasi

memiliki lima unsur yang saling berketergantungan satu sama lain, diantaranya

adalah (source), sering juga disebut pengirim (sender), penyandi (encoder),

komunikator dan pembicara. Selanjutnya Laswell menyebutkan lima unsur utama

komunikasi, yaitu :

1) Sumber (komunikator), yaitu pihak yang beinisiatif atau mempunyai

kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber bisa menjadi seorang individu,

kelompok, atau bahkan sebuah organisasi. Proses ini dikenal sebagai

penyandian (encoding).

2) Pesan, yaitu seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang mewakili

perasaan, nilai, dan gagasan dari komunikator.

3) Saluran, yaitu alat atau wahana yang digunakan komunikator untuk

menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran merujuk kepada

penyampaian pesan, bisa melalui tatap muka.

10

Mulyana „Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar‟ (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.62

Page 24: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

11

4) Penerima, yaitu orang yang menerima pesan dari sumber yang biasa disebut

dengan sasaran atau tujuan, komunikator, penyandi-balik, khalayak,

pendengar, atau penafsir.

5) Efek, yaitu kejadian pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut,

meliputi penambahan pengetahuan, terhibur, perubahan sikap, perubahan

keyakinan, atau perubahan perilaku.11

2.1.3 Fungsi Komunikasi

Sejumlah pakar komunikasi memiliki pendapat yang berbeda-beda soal fungsi

komunikasi. Akan tetapi, semua merujuk pada titik yang sama, yakni

menyebarkan informasi untuk memberikan efek tertentu terhadap pesan yang

disampaikan oleh komunikator .

Menurut Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson, komunikasi mempunyai dua

fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup sehari-hari, meliputi

keselamtan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita pada

orang lain, dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup

masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan

keberadaan suatu masyarakat.12

11

Mulyana „Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar‟ (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 69 –

71. 12

Ibid, hal. 5

Page 25: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

12

2.1.4 Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang lazim

digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan melalui tulisan maupun lisan.

Bentuk komunikasi ini memiliki struktur yang teratur dan terorganisasi dengan

baik.

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis symbol yang menggunakan

satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang disadari masuk dalam

kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar

untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga dianggap

sebagai suatu sistem kode verbal.

Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan

untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami

suatu komunitas.

Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan,

dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang merepresentasikan

berbagai aspek realitas individual.13

Bahasa sebagai suatu sistem simbol atau dapat dibayangkan sebagai kode,

yang digunakan untuk membentuk pesan-pesan verbal. Dapat mendifinisikan

bahasa sebagai sistem produktif yang dapat dialih-alihkan dan terdiri atas simbol-

13

Mulyana „Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar‟ (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 237 –

238

Page 26: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

13

simbol yang cepat lenyap, bermakna bebas, serta dipancarkan secara cultural.

Berikut adalah sifat bahasa :

a) Produktifitas

Bahasa bersifat produktif , terbuka, dan kreati. Artinya pesan-pesan verbal

merupakan gagasan-gagasan baru.

b) Pengalihan

Bahasa mengenal pengalihan (displacement), dapat berbicara mengenai hal-

hal yang jauh, baik dari segi tempat maupun waktu. Kita dapat berbicara

tentang masa lalu dan masa depan semudah berbicara tentang masa kini, dan

kita bisa bebricara tentang hal-hal yang tidak pernah kita lihat – tentang

manusia duyung, kuda bertanduk, dan makhluk dari planet lain.

c) Pelenyapan cepat

Suara bicara melenyap dengan cepat. Suara harus diterima segera setelah itu

dikirimkan atau tidak akan pernah menerimanya. Semua isyarat berangsur-

angsur akan melenyap; simbol-simbol tertulis dan bahkan simbol-simbol

yang dipahatkan pada batu tidaklah permanen. Tapi, secara relative, isyarat

suara barangkali merupakan yang paling tidak permanen diantara semua

media komunikasi; inilah yang dimaksud dengan pelenyapan cepat.

d) Kebebasan Makna

Isyarat bahasa mempunyai kebebasan makna (arbitrary); mereka tidak

memiliki katakteristik atau sifat fisik dari benda atau hal yang mereka

Page 27: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

14

gambrakan. Suatu kata memiliki arti atau makna yang mereka gambarkan

karena kitalah yang secara bebas menentukan arti atau maknanya.

Implikasi untuk Komunikasi antar Manusia. Sifat bahasa mempunyai

beberapa implikasi penting bagi komunikasi antarmanusia. Berikut ini

diberikan beberapa fungsi diantaranya:

e) Kaidah Bahasa dan Produktivitas

Produktivitas memungkinkan kita menciptakan kalimat-kalimat yang belum

pernah kita ucapkan sebleumnya secara tak terbatas., tetapi kalimat-kalimat

ini harus mengikuti aturan atau kaidah bahasa agar dapat dimengerti orang

lain. Makin banyak pesan kita melanggar kaidah bahasa, makin kecil

kemungkinan pesan dimengerti orang lain.

f) Kemampuan Berdusta

Dapat berdusta karena mampu menciptakan pemikiran-pemikiran baru

(Produktivitas) dan karena pemikiran-pemikiran baru ini tidak terbatas hanya

pada apa yang ada dalam lingkungan sekitar (pengalihan). Yang terpenting

adalah kenyataan bahwa kalimat yang benar dan kalimat yang dusta

mempunyai bentuk yang sama.

g) Kemudahan dimengerti dengan cepat

Karena cepat lenyap, pesan-pesan lisan harus cepat dimengerti; jika tidak

mereka akan hilang. Oleh karenanya, kejelasan merupakan elemen terpenting

dalam komunikasi lisan (oral).

Page 28: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

15

h) Makna dan kebebasan makna

Karena semua simbol bebas diberi makna, perlu menarik makna tidak saja

pada kata melainkan juga pada orang yang mengkomunikasikannya.

i) Karena semua simbol linguistik bebas diberi makna, perlu mencari makna

tidak saja pada kata-kata melainkan juga pada orang yang

mengkomunikasikannya.14

Selain memiliki sifat, bahasa memiliki fungsi. Menurut Larry L. Barker

dalam Deddy Mulyana, bahasa memiliki tiga fungsi, yaitu :

a.) Penamaan (naming atau labeling)

Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi objek,

tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk

dalam komunikasi.

b.) Interaksi

Fungsi interaksi menekankan berbagai gagasan dan emosi, yang dapat

mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingunan

c.) Transmisi Informasi

Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain. Fungsi

bahasa ini yang disebut fungsi transmisi. Keistimewaan bahasa sebagai

sarana transmisi informasi yang lintas waktu, dengan menghubungkan masa

14

Joseph A. Devito, „Komunikasi antar Manusia‟ (Jakarta: Profesional Books, 1997), hlm 119 –

121.

Page 29: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

16

lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan. Tanpa

bahasa tidak mungkin bertukar informasi, tanpa bahasa tidak mungkin

menghadirkan semua objek dan tempat untuk rujukan dalam komunikasi.15

2.1.5 Proses Komunikasi

Komunikasi tidak pernah terlepas dari sebuah proses, oleh karena itu

apakah pesan dapat tersampaikan atau tidak tergantung dari proses

komunikasi yang terjadi. Seperti yang diungkapkan oleh Ruslan bahwa :

“Proses komunikasi dapat diartikan sebagai “transfer informasi” atau pesan-

pesan (message) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada

penerima pesan sebagai komunikan tersebut bertujuan (feed back) untuk

mencapai saling pengertian (mutual understanding) antara kedua belah

pihak”.16

Proses komunikasi diawali oleh sumber (source) baik individu

kelompok lain. Lukiati Komala megungkapakan ada lima langkah dalam

proses komunikasi, yaitu :

1) Yang dilakukan sumber adalah ideation yaitu penciptaan satu gagasan

atau pemilihan seperangkat informasi untuk dikomunikasikan. Ideation

ini merupakan landasan bagi suatu pesan akan disampaikan.

15

Deddy Mulyana, „Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar‟ (Bandung : PT Rosda Karya, 2005) hlm,

243. 16

Rosady Ruslan „Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi‟ (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2006), hal. 81

Page 30: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

17

2) Dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding, yaitu sumber

menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud kata-kata, tanda-

tanda atau lambang-lambang yang disengaja untuk menyampaikan

informasi yang diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain. Pesan

atau message adalah alat-alat di mana sumber mengekspresikan

gagasannya dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tertulis ataupun perilaku

nonverbal.

3) Dalam proses komunikasi adalah penyampaian pesan yang telah disandi

(encode). Sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan cara

berbicara, menulis, menggambar, ataupun melalui suatu tindakan

tertentu. Pada langkah ketiga ini, mengenal istilah channel atau saluran,

yaitu alat-alat untuk menyampaikan suatu pesan. Saluran untuk

komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka. Sumber berusaha untuk

membebaskan saluran komunikasi dari gangguan atau hambatan,

sehingga pesan dapat sampai kepada penerima seperti yang dikehendaki.

4) Perhatian dialihkan kepada penerima pesan. Jika pesan itu bersifat lisan,

maka penerima perlu menjadi pendengar yang baik, karena jika

penerima tidak mendengar, pesan tersebut akan hilang. Dalam proses ini,

penerima melakukan encoding, yaitu memberikan penafsiran atau

interpretasi terhadap pesan yang disampaikan. Pemahaman merupakan

kunci untuk melakukan encoding dan hanya terjadi dalam pikiran

penerima. Akhirnya penerima yang akan memnentukan bagaimana suatu

pesan dan bagaimana pula memberikan respons terhadap pesan tersebut.

Page 31: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

18

5) Dalam proses komunikasi adalah feedback atau umpan balik yang

memungkinkan sumber mempertimbangkan kembali pesan yang telah

disampaikan kepada penerima. Respon atau umpan balik dari penerima

terhadap pesan yang disampaikan sumber dapat berwujud kata-kata

ataupun tindakan-tindakan tertentu. Penerima bisa mengabaikan pesan

tersebut ataupun menyimpannya. Umpan balik inilah yang dapat

dijadikan landasan untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi.17

2.2 Komunikasi Instruksional

2.2.1 Pengertian Komunikasi Instruksional

Komunikasi sebagai interaksi psikologis antara dua orang atau lebih

berdampak pada berubahnya pengetahuan, sikap dan keterampilan dipihak

komunikan, pada saat komunikator membantu upaya perubahan tersebut

dengan teknik dan alat tertentu, terangkum dalam komunikasi instruksional.

Istilah instruksional berasal dari kata instruction. Ini bisa berarti

pengajaran, pelajaran, atau bahkan perintah atau instruksi. Hal ini bisa lihat

pada kamus-kamus bahasa, baik yang umum dalam satu bahasa maupun yang

dua bahasa. Memang terdapat beberapa kemungkinan makna dari kata

instruksional tersebut karena bergantung pada bidang dan konteks

pembahasannya.

17

Lukiati Komara „Ilmu Komunikas, Perspektif, Proses, dan Konteks‟ (Jatinangor : Widya

Padjadjaran, 2009), hal 86-87.

Page 32: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

19

Webster‟s Third International Dictionary of the English Language

mencantumkan kata instructional (dari kata to instruct) dengan arti

memberikan pengetahuan atau informasi khusus dengan maksud melatih

berbagai bidang khusus, memberikan keahlian atau pengetahuan dalam

berbagai bidang seni atau spesialisasi tertentu. Di sini juga dicantumkan

makna lain yang berkaitan dengan komando atau perintah.18

Dalam pelaksanaannya, komunikasi instruksional bisa menggunakan

pendekatan komunikasi antar pribadi, dimana peran masing-masing

komunikator atau komunikan secara bersama membagi dan menciptakan

pemahaman secara bersama.19

2.2.2 Fungsi dan Manfaat Komunikasi Instruksional

Komunikasi instruksional mempunyai fungsi edukatif, atau tepatnya

mengacu pada fungsi edukatif dari fungsi komunikasi secara keseluruhan.

Sebgai fungsi edukasi, komunikasi instruksional bertugas mengelola proses-

proses komunikasi yang secara khusus dirancang untuk tujuan memberikan

nilai tambah bagi pihak sasaran, atau setidaknya untuk memberikan

perubahan-perubahan dalam kognisi, afeksi, dan konasi atau psikomotor di

18

Pawit M. Yusuf „Komunikasi Instruksional: Teori dan Praktek‟ (Jakarta: Bumi Aksara, 2010)

hal. 57. 19

Pawit M. Yusuf „Komunikasi Instruksional: Teori dan Praktek‟ (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),

hal.95

Page 33: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

20

kalangan masyarakat, khususnya yang dikelompokan ke dalam ranah sasaran

pada komunikasi instruksional.20

Adapun manfaat adanya komunikasi instruksional antara lain efek

perubahan perilaku, yang terjadi sebagai hasil tindakan komunikasi

instruksional, bisa dikontrol atau dikendalikan dengan baik.21

Pencapaian tujuan pembelajaran menurut bloom yang diungkapkan Nana

Sujana dibedakan menjadi tiga, yaitu :

Bidang Kognitif

Bidang kognitif berkenaan dengan perilaku pencapaian tujuan yang

berhubungan dengan berfikir, mengetahui, dan memecahkan. Bidang ini

memiliki beberapa tingkatan, tingkatan yang paling rendah dan tingkatan yang

paling tinggi. Tingkat kemampuan ini melalui aspek pengetahuan,

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Bidang Afektif Bidang ini berkenaan dengan perilaku pencapaian tujuan

yang berhubungan dengan penguasaan, sikap, dan nilai-nilai, minat (interest)

dan penyesuaian peran sosial. Bidang afektif memiliki tingkatan, yaitu aspek

kemampuan menerima, menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya,

ketelitian, dan ketekunan.

20

Pawit M. Yusuf „Komunikasi Instruksional: Teori dan Praktek‟ (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),

hlm.10 21

Ibid, hlm.11

Page 34: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

21

Bidang Psikomotor.

Bidang ini berkenaan dengan perilaku pencapaian tujuan yang berhubungan

dengan keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu. Ada beberapa

tingkatan dalam bidang psikomotor yaitu gerakan reflek, keterampilan pada

gerakan dasar, kemampuan di bidang fisik, gerakan-gerakan skill dan

sebgaianya.22

2.2.3 Metode Komunikasi Instruksional

Metode merupakan bagian dari strategi, artinya suatu teknik atau cara

yang runtut untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau kegiatan yang sudah

direncanakan.23

Macam-macam jumlah metode mengajar mulai yang paling tradisional

sampai yang paling modern, sesungguhnya banyak dan hampir tidak dapat

dihitung dengan jari tangan.

Seperti yang diungkapkan oleh Fathurrohman dan Sutikno beberapa

metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, diantaranya :

1) Metode diskusi

Salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang

dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan

argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya.

22

Nana Sudjana. ‟Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar‟ (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya,

1989), hlm. 50. 23

Ibid, hlm.275

Page 35: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

22

Tujuan penggunaan metode diskusi ini ialah untuk memotivasi dan

memberi stimulasi kepada siswa agar berfikir dengan renungan yang dalam.24

2.) Metode Praktikum

Metode praktikum dapat dilakukan kepada atlet setelah pelatih

memberikan arahan, aba-aba, petunjuk untuk melaksanakannya. Kegiatan ini

berbentuk praktik dengan mempergunakan alat-alat tertentu, dalam hal ini

pelatih melatih keterampilan atlet dalam penggunaan alat-alat yang telah

diberikan kepadanya serta hasil dicapai mereka.25

2.3 Tunanetra

2.3.1 Pengertian Tunanetra

Menurut Pradopo anak tunanetra adalah anak yang rusak penglihatannya,

sedangkan para tunanetra adalah mereka yang menyandang kerusakan mata

atau kerusakan penglihatan, dapat disimpulkan bahwasannya tunanetra adalah

seseorang yang mengalami hambatan dalam penglihatan sehingga membatasi

kemampuannya dalam beraktifitas dan menerima informasi dari luar.

Dalam buku ensiklopedi kesehatan, yang dimaksud dengan cacat adalah

hilangnya sebagian atau seluruh kemampuan kerja tubuh tertentu, baik untuk

sementara ataupun selamanya, kemampuan itu dapat beranekaragam baik

kemampuan yang sangat jelas seperti melihat, mendengar dan lain sebagainya.

24

Fathurohman dan Sutikno. „Strategi Belajar Mengajar‟ (Bandung: PT. Refika Aditama , 2007),

hlm. 61-62 25

Martinis Yamin „Desain Baru Pembelajaran Konstruvistik‟ (Jakarta : Referensi, 2012) hal. 109

Page 36: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

23

Pengertian tunanetra atau buta disini memiliki pengertian secara luas,

pengertian tunanetra secara sempit adalah kehilangan sebagian atau seluruh

kemampuan untuk melihat, sedangkan pengertian dalam arti luas adalah

kehilangan penglihatan demikian banyak sehingga tidak dapat dibantu dengan

kacamata biasa.26

2.3.2 Klasifikasi Tunanetra

Apabila dilihat dari jenis penglihatannya, maka tunanetra dapat

diklasifikasikan dalam penglihatan normal, penglihatan lemah (low vision)

dan buta.27

- Penglihatan normal: dapat melihat secara normal tanpa gangguan apapun.

- Penglihatan lemah (low vision): masih dapat melihat tapi dengan bantuan

alat seperti kacamata dan sebagainya

- Buta: tidak bisa melihat sama sekali walaupun dengan alat Bantu seperti

kacamata.

Apabila dilihat dari tajam penglihatannya, dapat diklasifikasikan sebagai

berikut: 28

26

3 Hermaya, T, „ensiklopedi kesehatan‟ (Jakarta: PT Cipta adi pustaka, 1992), hlm. 93 27

Sidarta Ilyas, „penuntun ilmu penyakit mata‟ (fakultas kedokteran universitas Indonesia, 1993),

hlm. 155. 28

Ibid, hlm.156

Page 37: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

24

- Penglihatan normal Penglihatan dinyatakan normal apabila tajam

penglihatan lebih baik 6/10, pada keadaan ini penglihatan mata adalah

normal dan sehat.

- Penglihatan hampir normal Pada keadaan ini tidak menimbulkan masalah

yang gawat, akan tetapi perlu diketahui penyebabnya mungkin suatu

penyakit yang masih bisa diperbaiki.

- Penglihatan lemah atau low vision Penglihatan lemah (low vision)

dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu:

1) Penglihatan lemah (low vision) sedang Dengan kacamata kuat atau

kaca pembesar masih dapat membaca dengan cepat

2) Penglihatan lemah (low vision) berat Masih mungkin orientasi dan

mobilitas umum akan tetapi mendapat kesukaran pada lalu lintas dan

melihat mobil, untuk membaca diperlukan kaca pembesar kuat,

membaca jadi lambat.

3) Penglihatan lemah (low vision) nyata Bertambahnya masalah orientasi

dan mobilisasi. Dengan keadaan ini diperlukan tongkat putih untuk

mengenal lingkungan, hanya minat yang kuat masih mungkin

membaca dengan kaca pembesar, umumnya memerlukan braile, radio,

pustaka kaset.

Page 38: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

25

- Buta

Buta dibedakan menajdi dua macam, yaitu:

1) Hampir buta Pada keadaan ini penglihatan kurang dari empat kaki

untuk menghitung jari, penglihatan tidak bermanfaat kecuali pada

keadaan tertentu harus mempergunakan alat nonvisual.

2) Buta total Pada keadaan ini tidak mengenal rangsangan sinar sama

sekali, seluruhnya tergantung pada alat indra lainnya.29

2.3.3 Sebab Tunanetra

Low vision dan buta adalah buta yang tidak reversible keduanya tidak

dapat diperbaiki secara medis, keadaan ini terjadi bila terdapat kerusakan pada

selaput jala mata ataupun saraf penglihatan. Berikut adalah penyebab

seseorang bisa mengalami tunanetra :

- Buta sejak lahir diakibatkan glaucoma dan diabetes mellitus

- Galukoma dapat diturunkan atau merupakan penyulit

- Diabetes mellitus merupakan penyakit usia lanjut Diakibatkan cidera mata

Sebab-sebab lemah penglihatan (low vision)

- Cacat bawaan

29

Sidarta Ilyas, „penuntun ilmu penyakit mata‟ (fakultas kedokteran universitas Indonesia, 1993),

hlm.157

Page 39: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

26

- Penyakit yang diturunkan

- Kecelakaan atau ruda paksa

- Diabetes

- Glaucoma

- Dan berhubungan dengan usia lanjut.30

2.3.4 Tenis Meja Tunanetra

Olahraga tenis meja bukan hanya milik mereka yang bisa melihat.

Tunanetra pun bermain tenis meja. Jenis olahraga ini juga dipertandingkan

di turnamen-turnamen olahraga untuk para penyandang disabilitas. Olahraga

tenis meja biasanya diajarkan di sekolah-sekolah luar biasa serta pusat-pusat

rehabilitasi untuk tunanetra. Seperti halnya permainan tenis meja pada

umumnya, tenis meja tunanetra juga dimainkan oleh laki-laki ataupun

perempuan, baik single maupun double. Namun, peralatan yang digunakan

tunanetra sedikit berbeda dari tenis meja yang dimainkan orang yang tidak

tunanetra.

Ukuran bola tenis meja untuk tunanetra sama dengan bola tenis meja

pada umumnya. Perbedaannya, bola tenis meja tunanetra dilengkapi dengan

30

Sidarta Ilyas, „penuntun ilmu penyakit mata‟ (fakultas kedokteran universitas Indonesia, 1993),,

hlm.158

Page 40: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

27

gotri, yaitu biji-bijian sebesar kacang hijau dari logam, yang dimasukkan ke

dalam bola. Fungsi biji-biji logam ini adalah sebagai sumber bunyi.

Saat bola dipukul atau menggelinding, biji-biji logam akan saling

beradu dan menimbulkan bunyi. Bunyi ini membuat tunanetra yang bermain

tenis meja mengetahui arah bola bergerak. Biji-biji logam itu membuat bola

tenis meja tunanetra menjadi lebih berat dibandingkan bola tenis meja biasa.

Meja tenis untuk tunanetra juga berbeda. Sepanjang sisi meja

dilengkapi jalur seperti parit kecil berpermukaan landai selebar kurang lebih

5 cm dengan kedalaman setengah besar bola. Parit kecil ini berfungsi

sebagai tempat jatuh bola. Dengan demikian, ukuran meja untuk tunanetra

lebih lebar dibanding tenis meja biasa. Namun, ukuran areal meja sebagai

bidang bermain pada dasarnya sama.

Di dalam parit tadi, baik sisi kanan maupun kiri, terdapat garis batas

bola masuk yang berarti menambah poin angka atau bola keluar atau bola

mati yang berarti tidak menambah poin. Pada parit yang berada di hadapan

pemain terdapat “garis ganda”, yaitu garis yang memisahkan posisi pemain

ganda. Kedua garis tersebut dibuat dalam bentuk timbul, sehingga dapat

diraba tunanetra yang sedang bermain.

Peletakan net pada tenis meja tunanetra juga sedikit berbeda. Net

dipasang dengan posisi lebih tinggi, kurang lebih berjarak 4 cm di atas meja.

Fungsi ruang yang lebih tinggi ini sebagai jalan bergulirnya bola dari satu

Page 41: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

28

sisi meja ke sisi lainnya. Dalam pertandingan, ketinggian net selalu dicek

agar tidak mengganggu permainan atau merugikan pemain.

Perbedaan-perbedaan tersebut membuat strategi atau taktik-taktik

untuk mengecoh lawan atau memenangi permainan dalam tenis meja

tunanetra juga berbeda. Antara lain, saat giliran memukul bola, memelintir

bola sedemikian rupa, dengan cara memukul datar sambil menggeserkan

tangan ke kanan atau ke kiri. Dengan pelintiran seperti ini, bola yang berisi

butir-butir logam menjadi tidak bersuara terlalu nyaring atau bahkan tidak

bersuara sama sekali, sehingga lawan tidak dapat mendengar dengan baik

dan terkecoh.

Tentu saja strategi ini hanya dapat dilakukan oleh pemain yang sudah

piawai dan berpengalaman. Jika tidak, salah-salah malah bola keluar arena

atau terpelanting, dan mati. Pilihan jenis olahraga bagi tunanetra memang

tidak banyak. Di antara pilihan yang sedikit itu, tenis meja adalah salah satu

olahraga yang cukup digemari tunanetra.

Perbedaan lain permainan tenis meja tunanetra adalah cara memukul

bola. Dalam permainan tenis meja tunanetra bola tidak dipukul memantul,

tetapi dipukul mendatar ke arah lawan. Bola akan menggelinding, bergerak

di atas meja ke arah lawan, melewati bawah net.

Tunanetra harus mengandalkan pendengaran, mendengar suara bola,

mengikuti ke mana arah bola bergerak, lalu memukul balik bola ke arah

lawan. Jika bola yang dipukul masuk ke dalam parit di sisi kanan atau kiri

Page 42: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

29

meja sebelum garis batas bola, berarti out atau bola keluar. Jika bola masuk

ke parit setelah garis batas atau masuk ke parit yang terletak di hadapan

lawan, berarti in atau bola masuk.

Sering terjadi, jika pemain memukul bola terlalu keras, saat melakukan

smash misalnya, bola keluar melewati parit hingga jatuh ke lantai.

Gangguan suara menjadi tantangan tersendiri dalam pertandingan tenis meja

tunanetra. Tak jarang, sorak-sorai penonton menenggelamkan suara bola,

sehingga tunanetra tidak dapat mengikuti dengan baik arah bola

menggelinding. Karena itu, sebelum pertandingan tenis meja tunanetra

dimulai, wasit mengingatkan agar penonton menjaga ketenangan atau tidak

bersorak terlalu gaduh, agar tidak mengganggu pendengaran atlet yang

sedang bertanding.

Sorak-sorai ini sering digunakan pendukung atau suporter sebagai

strategi untuk mengganggu atau mengintimidasi lawan pemain yang mereka

dukung. Dalam kondisi seperti ini, wasit berhak memperingatkan atau

menegur para suporter.31

2.4 National Paralympic Indonesia

Atas saran Prof. Dr. Soeharso, pendiri Rehabilitasi Cacat yang kini

berganti nama menjadi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa, Pada

tanggal 31 Oktober 1962, Pairan Manurung mendirikan sebuah organisasi

bernama Yayasan Pembina Olahraga Cacat (YPAC) di Surakarta, Jawa

31

„Tunanetra Juga Main Tenis Meja‟ http://majalahdiffa.com diakses pada : 16 April 2014

Page 43: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

30

Tengah, Indonesia. Dalam perkembangannya yayasan ini berhasil membina

beberapa atlit penyandang disabilitas di masanya.

Pada Muyawarah Olahraga Nasional yang diselenggarakan di

Yogyakarta pada tanggal 31 Oktober - 1 November 1993, beberapa orang

menyarankan mengganti nama YPAC menjadi Badan Pembina Olahraga

Cacat (BPOC). Maka sejak tanggal 31 Oktober 1993 itulah nama BPOC

digunakan dengan tujuan supaya organisasi ini nantinya bisa mendapatkan

bantuan dana dari pemerintah.

Berdasarkan keputusan yang dibuat pada International Paralympic

Committee (IPC) General Assembly pada 18 November 2005, yang

mewajibkan para anggotanya untuk memakai kata 'paralympic' untuk gerakan

dan kegiatan yang berkaitan dengan olahraga penyandang disabilitas, maka

BPOC yang kala itu sudah menjadi anggotanya pun kemudian berganti nama

menjadi National Paralympic Committee of Indonesia (NPC). Hingga kini

nama itulah yang digunakan sebagai nama resmi organisasi dan telah diakui

legalitasnya oleh IPC dan Pemerintah Republik Indonesia sebagai induk

organisasi pembinaan olahraga untuk penyandang disabilitas di Indonesia.

Hingga saat ini NPC Indonesia telah resmi menjadi anggota dari

beberapa organisasi olahraga penyandang disabilitas baik di tingkat regional

maupun international seperti misalnya, IPC, Asian Paralympic Committee,

Asean Para Sport Federation. National Paralympic Committee of Indonesia

senantiasa berjuang untuk membina atlet-atlet penyandang disabilitas

Page 44: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

31

Indonesia hingga kini telah banyak prestasi yang diraih dalam berbagai

kompetisi baik di tingkat regional maupun internasional.32

2.5 Teori Identifikasi Kenneth Burke

Kenneth Burke adalah ahli teori simbol yang terbesar. Ia menulis hampir

selama lebih 50 tahun dan teorinya adalah salah satu dari teori-teori symbol

yang paling komprehensif. Dalam penelitian teori komunikasi dimulai dengan

konsep tindakan. Kemudian, akan beralih ke ide inti dari symbol, bahasa, dan

komunikasi.

Burke menyetujui bahwa bahasa berfungsi sebagai kendaraan untuk

tindakan. Karena kebutuhan sosial membutuhkan orang untuk bekerja sama

dengan tindakannya, sehingga bahasa membentuk perilaku. Bahasa, seperti

halnya pandangan Burke, selalu bermuatan emosional. Tidak ada kata yang

dapat menjadi netral. Sebagai akibatnya, perilaku, penilaian, dan perasaan.

Bahasa bersifat selektif dan abstrak serta focus pada aspek realitas tertentu

dalam kekuasaan aspek lainnya.

Ketika dua orang tunanetra sedang melakukan aktivitas yang santai ,

mereka berkomunikasi satu sama lain dengan bebas dan cara yang mudah

karena mereka berbagi makna bahasa yang sedang digunakan. Dalam istilah

Burke, mereka sedang mengalami kesamaan (consubstantiality). Sebaliknya,

jika seorang tunanetra berhubungan dengan orang lain yang bukan tunanetra,

32

Sejarah NPC Indonesia http://www.npcindonesia.org/ diakses pada : 20 April 2014

Page 45: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

32

misalnya dengan penjual makanan di restoran kecil, mungkin mereka akan

frustasi karena makna yang kurang menyatu.

Kesamaan adalah satu cara identifikasi yang tercipta di antara manusia.

Dalam metode yang berputar, sebagaimana identifikasi meningkat, penyatuan

makna meningkat, sehingga akan meningkatkan pemahaman. Dengan

demikian, identifikasi dapat berarti ajakan dan penyampaian yang efektif atau

menjadi akhir dari komunikasi itu sendiri. Identifikasi dapat disadari atau

tidak disadari, direncanakan atau tidak direncanakan.

Identifikasi bukan sebuah/maupun kejadian, tetapi menyangkut dengan

derajat. Beberapa kesamaan akan selalu ada hanya dengan kemanusiaan yang

terbagi secara nyata diantara dua orang. Identifikasi bisa besar atau kecil serta

bisa meningkat atau menurun oleh tindakan pelaku komunikasi.33

2.4 Kerangka Berfikir

Dalam penelitian ini, penulis akan menjelaskan bagaimana penyatuan

makna sebagai latar belakang masalah. Perbedaan fisik antara pelatih dan

atlet tenis meja tunanetra menimbulkan dua hambatan; pertama, pelatih

mengandalkan komunikasi verbal dalam memberikan instruksi saat proses

latihan tenis meja tunanetra. Kedua, instruksi atau pesan yang disampaikan

33

Stephen W.LittleJohn & Karen A.Foss „Teori Komunikasi‟, (Jakarta : Salemba Humanika,

2011) hlm. 167-168.

Page 46: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

33

saat proses latihan harus benar-benar detail agar atlet tenis meja tunanetra

paham dengan instruksi yang disampaikan.

Sebelum proses latihan pelatih terlebih dulu mengidentifikasi atlet dari

segi karakter, kemampuan teknis, dan kemampuan nalar dalam menerima

instruksi. Hal tersebut dilakukan untuk membangun sebuah proses komunikasi

yang efektif dalam pelatihan tenis meja tunanetra.

Teori identifikasi Kenneth Burke mengkategorikan identifikasi kepada

tiga bagian, yaitu; Identifikasi materi, identifikasi idealistis, dan identifikasi

formal. Dengan demikian, identifikasi dapat berarti ajakan dan penyampaian

yang efektif atau menjadi akhir dari komunikasi itu.34

Dari itu semua diketahui cara pelatih dan atlet tenis meja tunanetra

menerapkan komunikasi instruksional dalam proses latihan dengan tiga

identifikasi yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu proses komunikasi

instruksional, metode komunikasi instruksional, dan komunikasi verbal

komunikasi instruksional pelatih dan atlet tenis meja tunanetra.

34

Stephen W.LittleJohn & Karen A.Foss „Teori Komunikasi‟, (Jakarta : Salemba Humanika,

2011) hlm.168

Page 47: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

34

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Perbedaan Fisik

Pelatih Atlet

Teori Identifikasi

Komunikasi Instruksional

Pelatih dan Atlet Tenis Meja

Tunanetra

Proses

Komunikasi

Metode Komunikasi

Verbal

Komunikasi

Page 48: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

35

2.3 Penelitian Sebelumnya

Melalui penelitian sebelumnya, penulis bisa mengetahui apa perbedaan

ini dengan perbedaan peneliti terdahulu. Ada tiga penelitian yang dianggap

memiliki kemiripan kasus dengan yang dibahas dalam penelitian ini. Berikut

tiga penelitian yang penulis dapatkan dari e-library.

Nama

Peneliti

Trimukti

Oktaviasari

Liena Kusuma

Ningrum

Desianti

Yuanita

Judul

Penelitian

Pola komunikasi

interpersonal di

national

paralympic

committee

surakarta (studi

deskriptif

kualitatif pola

komunikasi

interpersonal

antara pelatih

dan atlet difabel

di organisasi

national

paralympic

committee

surakarta)

strategi

komunikasi

instruksional di

sma tarakanita

magelang

Hubungan

Antara

Komunikasi

Instruksional

dengan Prestasi

Belajar Siswa

Tahun

Penelitian

2013 2011 2012

Tujuan

Penelitian

untuk

mengetahui pola

komunikasi

interpersonal di

NPC Surakarta,

mengetahui

bagaimana forum

komunikasinya,

metode yang

Untuk

mengetahui

strategi

komunikasi

instruksional di

sma tarakanita

Magelang

Untuk

mengetahui ada

atau tidaknya

hubungan

kredibelitas

guru, materi,

pelajaran,

metode

instruksional,

Page 49: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

36

digunakan, aliran

komunikasi yang

terjadi, isi pesan

yang

disampaikan, dan

hambatan

komunikasi yang

terjadi.

media

instruksional,

dan lingkungan

belajar dengan

prestasi belajar

anak

Metode

Penelitian

Kualitatif Kualitatif Kuantitatif

Kesimpul

an

Penelitian

pola komunikasi

interpersonal

antara pelatih

dengan atlet

NPC Surakarta

dibagi menjadi

dua, yaitu pada

saat latihan

(formal) dan

diluar jam

latihan

(informal).

karakteristik

guru, siswa dan

hubungan

antara guru dan

siswa terjalin

dengan baik

sehingga

mempunyai

peran positif

dalam

berhasilnya

proses

instruksional.

Terdapat

hubungan

kredibilitas guru

ddengan

prestasi belajar

siswa,

hubungan

antara metode

pengajaran

dengan prestasi

belajar siswa,

antara media

pengajaran

dengan prestasi

belajar siswa

Sumber

Penelitian

Perpustakaan

Pusat UNS

Perpustakaan

Pusat Atma Jaya

Yogyakarta

Perpustakaan

Pusat UNPAD

Page 50: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan peneliti adalah menggunakan pendekatan

kualitatif. Lexy J. Moleong mendefinisikan penelitian kualitatif adalah penelitian

yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain lain,

secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata –kata dan bahasa.35

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang cenderung bersifat

analitis dengan memaparkan situasi atau peristiwa, peneliti tidak hanya

menggambarkan atau menjelaskan masalah-masalah yang diteliti sesuai dengan

fakta, tetapi juga didukung oleh pertanyaan-pertanyaan dengan melakukan

wawancara dengan pihak yang memiliki kaitan dengan objek penelitian yang

kemudian datanya dikumpulkan, disusun, dijelaskan kemudian dianalisa, disertai

dengan pemecahan masalah atau solusi sesuai dengan masalah yang diteliti.

Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Tujuan penggunaan

metode ini adalah untuk melukiskan secara sistematis mengenai fakta dan karakter

populasi secara faktual dan cermat.36

35 Lexy J Moleong, „Metodologi Penelitian Kualitatif.‟ (Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2007).

Hal.6 36

Rachmat Kriyantono, S.Sos., M.Si. Teknik Praktisi Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2006),

hal.67

37

Page 51: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

38

3.2 Paradigma Penelitian

Paradigma adalah suatu kerangka konseptual (conceptual frame work),

suatu perangkat asumsi, nilai, atau gagasan yang menmpengaruhi persepsi, dan

pada gilirannya mempengaruhi cara bertindak dalam suatu situasi. Paradigma

suatu pandangan dunia dalam memandang segala sesuatu, paradigma

mempengaruhi pandangan mengenai fenomena.37

Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivistis, penulis

mempresentasikan teks berdasarkan kerangka dan pemahaman tertentu. Penulis

menyajikan realitas-realitas sosial yang telah dikonstruksi, generalisasi-

generalisasi lokal, pusat-pusat intrepretif, khasanah pengetahuan,

intersubyektivitas, pemahaman-pemahaman praktis, dan pembicaraan tak

umum.38

Aliran konstruktivistis menerapkan metode hermeneutics yaitu interpretasi

makna dan dialectic yang berarti komunikasi dua arah dalam mencapai kebenaran,

metode pertama dilakukan melalui identifikasi kebenaran atau konstruksi

pendapat dari orang-perorang, sedangkan metode kedua mencoba untuk

membandingkan dan menyilangkan pendapat dari orang-orang yang diperoleh

melalui metode pertama untuk mendapatkan konsesus kebenaran dan disepakati

bersama. Dengan demikian, hasil akhir dari suatau kebenaran merupakan

37

Deddy Mulyana. „Metodologi Penelitian Kualitatif‟ (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal.

16. 38

Septiawan Santana, „Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif‟ (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2007), hal. 32-33.

Page 52: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

39

perpaduan pendapat yang bersifat relative, subjektif, dan spesifik mengenai hal-

hal tertentu.39

Penulis ingin menyajikan data secara jelas seperti apa yang disampaikan

informan dalam penelitian ini. Pelatih tenis meja tunanetra yang bekerja sama

dengan atletnya, mengenalkan dunianya kepada penulis secara mendalam

kemudian penulis akan menganalisis dan menyajikan data tentang bagaimana

komunikasi instruksional pelatih dan atlet tenis meja tunanetra tersebut bisa

diterapkan.

3.3 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Untuk memperoleh data yang

dibutuhkan sebagai bahan pembuatan laporan penelitian, ada beberapa teknik,

cara atau metode yang dilakukan oleh peneliti dan disesuaikan dengan jenis

penelitian kualitatif, salah satunya yaitu:

1) Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui pembuatan daftar

pertanyaan yang nantinya diajukan secara lisan terhadap narasumber. Wawancara

menurut Moleong adalah percakapan dengan maksud tertentu.40

39

Agus Salim „Teori dan Paradigma Penelitian Sosial‟ (Yogya: PT Tiara Wacana Yogya, 2001),

hal.42-43.

Page 53: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

40

Pada metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung (face to

face) untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan mendapatkan data

yang dibutuhkan. Sesuai dengan jenisnya, peneliti memakai jenis wawancara

mendalam (depth interview) seperti yang dijelaskan dalam buku Teknik Riset

Komunikasi oleh Rachmat Kriyantono.41

Sebelum melakukan wawancara peneliti

menghubungi para informan untuk diminta melakukan proses wawancara sebagai

informan dalam penelitian ini.

Pada wawancara mendalam ini penulis terlebih dahulu menyiapkan

sejumlah pertanyaan yang ditulis dalam pedoman wawancara. Dalam melakukan

wawancara dengan informan, penulis merekam melalui perekam suara dari

handphone, lalu menulis ulang semua yang informan ucapkan secara garis besar

2) Observasi

Dikemukakan Nasution teknik observasi dapat menjelaskan secara luas

dan rinci tentang masalah-masalah yang dihadapi karena data observasi

berupa deskripsi yang faktual, cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan,

kegiatan manusia dan sistem sosial, serta konteks tempat kegiatan itu terjadi.

Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik pengamatan atau observasi

agar bisa mengamati atlet dan pelatih tenis meja tunanetra secara langsung,

melalui pencitraan lapangan.42

Ketika teknik komunikasi lainnya tidak

dimungkiknkan, pengamatan dapat mengamati perilaku objek penelitian ini, yaitu

40

Ibid. Hal 186 41

Rahmat Kriyantono. 2006. Tekhnik Riset Komunikasi, Yogyakarta : Prenada Media Group hal

98 42

Mahi M. Hikmat, ‟Teknik dan Ilmu Pengetahuan : Statistik dan Penelitian‟ (Yogyakarta : Graha

Ilmu, 2011) hal 73

Page 54: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

41

pelatih dan atlet tenis meja tunanetra, dan pengamatan atau observasi juga

mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian,

perilaku tak sadar, dan kebiasaan.43

Pada observasi ini penulis terlebih dahulu menyiapkan sejumlah

pertanyaan yang ditulis dalam pedoman observasi. Dalam melakukan observasi

dengan informan, penulis merekam dengan handphone dan melihat secara

langsung kegiatan dan perilaku yang berhubungan dengan penelitian ini. Berikut

hal yang akan di observasi oleh peneliti guna memaksimalkan penelitian :

- Mengobservasi bagaimana proses komunikasi instruksional bisa berjalan,

dan bentuk proses komunikasi instruksional antara pelatih dan atlet tenis

meja tunanetra

- Mengobservasi metode yang digunakan oleh pelatih tenis meja tunanetra

guna menyampaikan instruksi-instruksi dalam proses pelatihan.

- Mengobservasi mengenai bahasa yang disepakati oleh pelatih dan atlet tenis

meja tunanetra dalam proses latihan tenis meja tunanetra.

Dengan demikian, secara metodologis teknik ini dapat memanfaatkan

kemampuan dan peran peneliti secara optimal dalam mengamati berbagai

peristiwa dan situasi yang dapat memberikan gambaran secara visual mengenai

kegiatan komunikasi instruksional antara pelatih dan atlet tenis meja tunanetra

dilakukan dengan cara mengamati apa yang pelatih dan atlet lakukan, terutama

saat melakukan komunikasi instruksional. Penulis kemudian mencatat hal-hal

penting yang sesuai dengan penelitian.

43

Lexy J. Moloeng, ‟Metodologi Penelitian Kualitatif‟ (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006),

hal.174.

Page 55: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

42

3.4 Teknik Sampling

Dalam menentukan informan, penulis menggunakan teknik purposive

sampling. Teknik purposive sampling adalah jumlah sampel yang digunakan

tetap.44

. Jumlah sampel yang digunakan oleh peneliti adalah tetap dan memenuhi

kriteria-kriteria sebagai sumber data.

Berikut key informan dalam penelitian ini :

1. Yulianto, yaitu pelatih tenis meja tunanetra Kota Bekasi

2. Yanto Sugiharto, yaitu atlet tenis meja tunanetra Kota Bekasi

Berikut informan tambahan dalam penelitian ini adalah :

1. Toni Budi Santoso, yaitu atlet tenis meja tuanetra Kota Bekasi

2. Sarah Wijaya, yaitu atlet tenis meja tunanetra Kota Bekasi

3. Iis Wulandari, yaitu atlet tenis meja tunanetra Kota Bekasi

Key informan dalam penelitian ini adalah satu orang pelatih dan satu orang atlet

tenis meja tunanetra, sedangkan informan tambahan diambil dari tiga atlet tenis

meja tunaetra Kota Bekasi.

Pada penelitian ini yang akan digunakan sebagai informan adalah para

tunanetra yang memiliki kaitan dengan tenis meja tunanetra yang dijadikan

sebagai objek penelitian. Adapun syarat dan ketentuan informan yang akan diikut

sertakan dalam penelitian ini adalah :

44

Sugiyono. „Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D‟, ( Bandung: CV. Alfabeta,

2009). hal 219

Page 56: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

43

Key Informan :

1. Tergabung dalam National Paralympic Kota Bekasi

2. Telah berkecimpung minimal 5 tahun dalam Tenis Meja Tunanetra

3. Mempunyai Prestasi dibidang Tenis Meja Tunanetra

Informan tambahan :

1. Memahami tenis meja tunanetra

2. Berpartisipasi dalam kegiatan tenis meja tunanetra

3.5 Analisis Data

Bogdan menyatakan, analisis data adalah proses mencari data dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawncara, catatan

lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya

dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan

mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit, melakukan sintesa,

menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,

dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.45

Adapun

penjabaran tentang analisis data, sebagai berikut :

- Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu

perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih

45

Sugiyono „Penelitian kuantitatif, Kualitatif, dan R&D‟ (Bandung : Alfabeta, 2008) hal, 244.

Page 57: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

44

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian dicari

tema dan polanya

- Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan

antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka akan

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

- Conclusion Drawing/Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan

dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten

saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.46

3.6 Uji Validitas Data

Dalam metode kualitatif, hasil temuan atau data yang diperoleh peneliti

dapat dinyatakan valid apabila hasil temuan atau data yang diperoleh sesuai

dengan temuan atau data yang sebenarnya terjadi pada objek yang diteliti.

46

Sugiyono „Penelitian kuantitatif, Kualitatif, dan R&D‟ (Bandung : Alfabeta, 2008) hal, 247-252

Page 58: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

45

Demikian juga dengan penelitian mengenai komunikasi instruksional yang yang

peneliti lakukan ini. Penelitian ini dianggap valid apabila hasil temuan yang

diperoleh peneliti sesuai atau sama dengan yang sebenarnya terjadi pada objek

penelitian. Untuk itu diperlukan uji validitas data.

Salah satu metode yang digunakan untuk menguji validitas data adalah

dengan analisis triangulasi, yaitu menganalisis jawaban subjek dengan meneliti

kebenaran dengan data empiris yang tersedia.

Menurut Dwidjowinoto ada beberapa macam triangulasi dalam setiap

penelitian, seperti yang dikutip oleh Rachmat Kriyantono, yaitu: triangulasi

sumber, triangulasi waktu, triangulasi teori, triangulasi periset, dan triangulasi

metode. Dari beberapa triangulasi, peneliti menggunakan triangulasi sumber.

Triangulasi sumber yaitu membandingkan atau mengecek ulang derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda. 47

3.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian

3.7.1.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, Kementerian

Sosial Republik Indonesia, unit pelaksanaan teknis, Bulak Kapal Kota

Bekasi, Jawa Barat.

47 Rachat Kriyantono „Teknik Praktis Riset Komunikasi‟ (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,

2006) hal, 71.

Page 59: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

46

3.7.2.WaktuPenelitian

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan sesuai dengan gambaran table

di bawah ini:

Tabel 2

Waktu dan Rincian dalam Proses Penelitian

No. Jenis Kegiatan Januari Februari Juni Juli Agustus September

1.

Pra Observasi

Penyusunan

Bab I, Bab II,

Bab III

2. Riset

3.

Penyusunan,

Penganalisisan

data, dan

penyelesaian

Bab IV, dan

Bab V

Page 60: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

47

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Peneltian

National Paralympic Committee atau yang biasa disingkat NPC,

merupakan induk organisasi Pembina olahraga penyandang disabilitas di

Indonesia. Organisasi ini bernaung di bawah Komite Olahraga Nasional Indonesia

(KONI) dan kepengurusannya tersebar di seluruh daerah, salah satunya NPC

cabang Kota Bekasi. NPC berfungsi untuk mengatur kegiatan pembinaan, dan

pelatihan olahraga cacat, serta mengusahakan peningkatan prestasi dan

kesejahteraan atlet. Selain itu, NPC juga bertujuan untuk membentuk watak

kepribadian penyandang cacat Indonesia dan membentuk kebugaran fisik serta

mental agar sehat dan kuat melalui olahraga. Cabang olahraga yang biasanya

diperlombakan yaitu atletik, catur, bulu tangkis, tenis lapangan, bola basket, sepak

bola, futsal, goalball dan tenis meja.

Pada dasarnya, pelatih dan atlet tenis meja tunanetra mengiginkan

pemahaman di antara pelatih dan atlet tenis meja tunanetra yang sama. Salah satu

jalan untuk mewujudkan hal tersebut adalah melalui komunikasi. Komunikasi

mempunyai peran yang besar sebgai salah satu cara untuk menerapkan instruksi,

agar prestasi bisa tercapai.

Kesamaan pemahaman komunikasi adalah hal yang dituju dengan cara

identifikasi yang tercipta di antara pelatih dan atlet tenis meja tunanetra.

Sebagaimana identifikasi meningkat, penyatuan makna meningkat, sehingga akan

78

Page 61: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

48

meningkatkan pemahaman. Dengan demikian, identifikasi dapat berarti

penyampaian yang efektif atau menjadi akhir dari komunikasi.48

Namun demikian, tidak semua bentuk komunikasi bisa mewujudkan

keinginan dan harapan. Salah satu cara terbaik dalam mewujudkan prestasi adalah

menerapkan komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif kerap

didefinisikan sebagai keadaan dimana terjadi pengertian anatara komunikator dan

komunikan, menimbulkan kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan perilaku,

dan perubahan perilaku.49

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

komunikasi yang efektif akan membuat pesan yang ingin disampaikan

komunikator dapat diterima dengan baik oleh komunikan. Jika dikaitkan dengan

penelitian ini maka pesan yang ingin disampaikan pelatih atau atlet tenis meja

tunanetra bisa sampai dengan baik kepada komunikan dan memberikan pengaruh

atau respon terhadap pesan yang disampaikan.

Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu

wawancara dan observasi yang dilakukan dari bulan Juni sampai September.

Adapun data-data yang dicari dalam penelitian ini adalah data yang dapat

menjawab identifikasi masalah penelitian yang telah dijabarkan pada bab 1, yaitu

bagaimana proses komunikasi antara pelatih dengan atlet tenis meja tuanetra,

bagaimana metode komunikasi instruksional pelatih tenis meja tunanetra dalam

proses latihan, dan bagaimana komunikasi verbal atlet tenis meja tunanetra.

48

Stephen W.Little John & Karen A.Foss, op. cit, hlm 168 49

Rachmat Kriyantono, op. cit, hlm 4

Page 62: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

49

Penulis melakukan penelitian ini dengan wawancara dan observasi

ditempat yang telah disepatakati oleh informan. Penulis melakukan kegiatan

wawancara dengan menggunakan alat tulis dan rekaman. Data-data yang

diperoleh peneliti dari hasil wawancara dan observasi di kategorisasikan sesuai

dengan identifikasi masalah. Kemudian, data tersebut dijabarkan dengan jelas

sehingga dapat ditarik kesimpulan. Berikut informan yang berkaitan dengan

penelitian.

4.2 Informan

4.2.1 Yulianto

Yulianto adalah pelatih tenis meja tunanetra Kota Bekasi pada kejuaraan

Pekan Olahraga Daerah (PORDA) Jawa Barat yang akan berlangsung pada bulan

November 2014 di Kabupaten Bekasi. Selain menjadi pelatih tenis meja tunanetra,

Yulianto adalah Pegawai Negeri Sipil sebagai pekerja sosial yang bertugas

sebagai motivator tunanetra, fasilitator tunanetra, memberikan pelayanan

rehabilitasi sosial bagi anak penyandang tunanetra, mengajar dalam bidang

orientasi mobilitas (OM) untuk anak tunanetra yang duduk di bangku SD dan

SMP, dan mengajar pendidikan jasmani kesehatan SD dan SMP Tan Miyat Kota

Bekasi.

Yulianto juga aktif dalam berbagai kegiatan pelatihan tentang seluruh

olahraga tunanetra , seperti mengikuti diklat Orientasi Mobilitas tingkat mahir

yang diadakan oleh diknas utnuk melatih dasar-dasar olahraga tunanetra.

Page 63: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

50

4.2.2 Yanto Sugiharto

Sudah sepuluh tahun Yanto Sugiharto bermain tenis meja tunanetra. Pria

yang lahir di Bandung pada 10 Oktober tahun 1987, Pada tahun 2010 pernah

mendapatkan Juara 1 Pekan Olahraga Daerah (PORDA) Jawa Barat, dua tahun

setelah itu yaitu pada tahun 2012 Yanto Sugiharto berhasil mendapatkan Juara 1

Pekan Paralimpiade Nasional (PEPARNAS) Pekan Baru Riau.

4.2.3 Toni Budi Santoso

Toni Budi Santoso adalah ketua National Paralympic Committee Kota

Bekasi saat ini. Selain menjabat menjadi ketua National Paralympic Committee

Kota Bekasi, Toni juga merangkap menjadi atlet tenis meja tunanetra Kota

Bekasi. Prestasi Toni dibidang tenis meja tunanetra adalah pernah mendapatkan

medali perak diajang Pekan Paralimpiade Nasional ke-XIV yang digelar di Riau

pada tahun 2012.

4.2.4 Sarah Wijaya

Sarah Wijaya atau biasa dipanggil Sarah, merupakan salah satu atlet tenis

meja perempuan di Kota Bekasi. Sarah bermain Tenis Meja sejak SMP.

Sebelumnya Sarah adalah atlet tenis meja tunanetra Kabupaten Tangerang, saat

menjadi atlet Kabupaten Tangerang, Sarah pernah meraih medali emas pada

Pekan Olagrahraga Daerah (PORDA) Provinsi Banten pada tahun 2011. Saat

menjadi atlet tenis meja Kota Bekasi, Sarah pernah mendapatkan medali perunggu

pada ajang Pekan Paralimpiade Nasional (PEPARNAS) ke-XIV yang digelar di

Riau pada tahun 2012.

Page 64: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

51

4.2.5 Iis Wulandari

Iis Wulandari memulai karir sebagai atlet tenis meja pada saat Sekolah

Menengah Atas, dimulai dengan mengikuti kejuaraan Pekan Olahraga Pelajar

Cacat Nasional (POPCANAS) di Ragunan Jakarta Selatan tahun 2003, saat itu Iis

Wulandari mendapatkan medali perak.

Setahun setelah itu, tepatnya pada tahun 2004 Iiis wulandari kembali

mendapatkan medali perak di Pekan Olahraga Cacat Nasional (PORCANAS)

Palembang. Empat tahun berikutnya di pekan PORCANAS pada tahun 2008 di

Kalimantan Timur Iis Wulandari mendapatkan medali perunggu. Terakhir medali

yang pernah diraih Iis Wulandari adalah saat Pekan Olahraga Daerah (PORDA)

Jawa Barat pada tahun 2010, saat itu Iis Wulandari mendapatkan medali perak. Iis

Wulandari adalah salah satu dari dua atlet perempuan Kota Bekasi saat ini.

4.3 Analisis Data dan Pembahasan

Dalam tahap ini, penulis akan menjabarkan penelitian dari hasil wawancara

dan observasi dengan informan sesuai dengan identifikasi masalah penelitian.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, ditemukan data bahwa dalam pelaksanaan

kegiatan proses latihan, yang dilakukan oleh pelatih dan atlet tenis meja tunanetra.

Berikut penjabaran proses komunikasi pelatih dan atlet tenis meja tunanetra :

Page 65: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

52

4.3.1 Proses Komunikasi Pelatih dan Atlet Tenis Meja Tunanetra

Tabel 4.1

Kategorisasi Proses Komunikasi Pelatih dan Atlet Tenis Meja Tunanetra

Kota Bekasi

Proses

Komunikasi

Pelatih Atlet

Yulianto Yanto Toni Sarah Iis

Tahap Awal

Komunikasi

Sebelum

memulai

latihan,

mengakrabkan

diri dengan

atlet, dengan

mengenalkan

diri lebih

dalam lagi,

agar saat

latihan tidak

canggung

dalam

berkomunikasi.

Agak sulit

karena baru

kenal tapi

makin kesini

makin dekat

dan

komunikasi

lancar – lancar

saja

Tidak perlu

adaptasi

dengan

Pelatih,

karena saya

sudah kenal

sebelumnya.

Sudah

kenal sejak

SMP

dengan Pak

Yulianto,

jadi tidak

merasa ada

masalah

ketika

berkomuni

kasi saat

latihan

Saya sudah

kenal

dengan

Pelatih

(Yulianto)

sejak SMP.

Tidak sulit

untuk

menyesuaik

an diri

dengan

Pelatih

(Yulianto)

Masalah

Komunikasi

Pelatih & Atlet

Perbedaan

fisik. Karena

perbedaan fisik

yang dialami

saya dan para

atlet berbeda,

dimana atlet

tidak bisa

melihat. Hal

Tidak ada

Tidak ada,

karena

Mendengark

an lalu

mempraktek

an

Tidak ada

Tidak sulit,

tidak ada

yang rumit

dalam

komunikasi

dengan

pelatih

Page 66: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

53

ini membuat

arahan yang

saya berikan

harus sejelas

mungkin, agar

bisa dimengerti

oleh mereka.

Cara Pelatih &

Atlet

Berkomunikasi

Bicara

langsung untuk

memberikan

motivasi, dan

terkadang

menggunakan

sentuhan untuk

memperjelas

arahan soal

tehnik

Bicara

langsung

Bicara

langsung,

kadang-

kadang

meraba

Bicara

langsung

Bicara

Langsung

Feed back

Memastikan

arahan bisa

dipahami

dengan cara,

sering

menanyakan

kembali sudah

jelas atau

belum .

Tidak sulit

untuk

menerima

arahan dari

pelatih, jadi

saya paham

dengan

instruksi yang

diberikan saat

latihan

instruksi

yang

diberikan

cukup jelas

Kalau ada

arahan

yang

kurang

jelas, cukup

ditanyakan

kembali

Suka

menanyakan

kembali

kalau ada

yang saya

tidak

mengerti

Page 67: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

54

Komunikasi instruksional mempunyai fungsi edukatif, atau tepatnya

mengacu pada fungsi edukatif dari fungsi komunikasi secara keseluruhan. Sebagai

fungsi edukasi, komunikasi instruksional bertugas mengelola proses-proses

komunikasi yang secara khusus dirancang oleh pelatih untuk tujuan memberikan

nilai tambah bagi atlet tenis meja tunaetra.50

4.3.1.1 Tahap Awal Komunikasi

Sebelum proses latihan pelatih terlebih dulu mengidentifikasi atlet dari

segi karakter, kemampuan teknis, dan kemampuan nalar dalam menerima

instruksi. Hal tersebut dilakukan untuk membangun sebuah proses komunikasi

yang efektif melalui kesamaan. Kesamaan bisa menimbulkan komunikasi yang

efektif dari pelatih dan atlet tenis meja tunanetra, karena dalam teori identifikasi

kesamaan adalah satu cara identifikasi yang tercipta di antara pelatih dan atlet

tenis meja tunaetra, identifikasi meningkat, penyatuan makna meningkat,

sehingga akan meningkatkan pemahaman.51

Proses komunikasi dapat diartikan sebagai transfer informasi atau pesan-

pesan (message) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima

pesan sebagai komunikan tersebut bertujuan (feed back) untuk mencapai saling

pengertian (mutual understanding) antara kedua belah pihak”.52

Untuk mengidentifikasi hal tersebut, pelatih melakukan tahap awal

komunikasi, karena tahap awal komunikasi itu penting dalam melakukan

komunikasi dengan atlet tenis meja tunanetra. Tahap awal ini dilakukan agar

Pelatih mengenal baik dengan atlet-atlet tenis meja yang didiknya. Yulianto

50 Pawit M. Yusuf, op.cit, hlm.10 51

Stephen W.LittleJohn & Karen A.Foss, op.cit. hal 167 52

Rosady Ruslan, op.cit. hal. 81

Page 68: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

55

mengatakan, sebelum memulai latihan ada waktu untuk perkenalan diri dengan

atlet. Hal ini dilakukan agar Yulianto sebagai pelatih tenis meja tunanetra bisa

mengenal karakter atlet yang dibinanya dan pada saat latihan mulai berjalan tidak

kaku karena sudah saling kenal. 53

“Awal proses latihan yaitu pengenalan untuk mengakrabkan diri dengan

atlet, agar saat latihan tidak canggung dalam berkomunikasi. Setelah sudah saling

kenal baru beranjak latihan soal teknik-teknik tenis meja”.

Dalam proses pengenalan diri, para informan tidak langsung membahas

soal teknis latihan, tapi dalam proses ini lebih membahas tentang perbincangan

ringan seperti Saling mengenalkan profil diri masing-masing. Hal ini dilakukan

agar tidak canggung saat memulai latihan tenis meja tunanetra, seperti yang

dikatakan oleh Yulianto Pelatih tenis meja tunanetra.54

“Pelatih harus pandai dan jeli mengenal karakter atlet. Meskipun atlet itu

berprestasi bukan jaminan untuk juara lagi. Saat proses pengenalan diri

adalah awal untuk mengenal karakter para atlet. Saya mencoba

memahami situasi dan kondisi para atlet, dan kemampuan awal yang

telah dimiliki oleh empat atlet tenis meja Kota Bekasi. Hal ini dilakukan

untuk menjalin komunikasi yang baik dengan atlet. Semakin banyak

yang diketahui, semakin besar kemungkinan sesuai dengan harapan.

Dengan begitu, segala sesuatu tentang para atlet tenis meja bisa diketahui

sejak awal, dan proses komunikasi yang dikehendaki bisa berjalan

dengan lancar.”

Empat atlet tenis meja mempunyai proses tahap awal yang berbeda.

Seperti Sarah Wijaya dan Iis Wulandari. Kedua atlet tenis meja tersebut sudah

kenal dengan Yulianto sejak SMP. Sarah dan Iis belajar dasar-dasar tenis meja

53

Hasil Wawancara Yulianto pada tanggal 20 Agustus 2014 54

Hasil Wawancara Yulianto pada tanggal 20 agustus 2014

Page 69: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

56

sejak SMP bersama Yulianto, karena itu Yulianto pelatih tenis meja tunanetra

sudah mengenal betul karakter Sarah Wijaya dan Iis Wulandari.

”Saya kenal dengan Sarah Wijaya, Iis Wulandari dari awal mereka tidak

bisa bermain tenis meja, saat mereka SMP. Setelah lulus mereka masuk

NPC, saya sudah tahu karakter mereka masing-masing, dan memang

mereka hobi disitu (tenis meja). jadinya saat ini tinggal dipoles saja dari

segi tekniknya, dari kecepatannya. Untuk menciptakan atlet, yang

penting seorang tunanetra itu tertarik dulu dengan olahraga tenis meja,

setelah senang akan muncul rasa ingin tahu yang besar, tidak ada rasa

bosan dengan apa yang digeluti (tenis meja tunanetra), maka akan jadi

seorang atlet tenis meja seperti Sarah dan Iis”55

Berbeda dengan Yanto Sugiharto. Yanto Sugiharto merasakan canggung

pada awal perkenalan, karena Yanto Sugiharto Yanto Sugiharto baru pada event

Pekan Olahraga Daerah Jawa Barat (PORDA) tahun 2014 ini ditangani oleh

Yulianto : “Agak sulit karena baru kenal tapi makin kesini makin dekat dan

komunikasi lancar – lancar saja”.56

Pada tahap awal komunuikasi pelatih menanyakan tentang alasan bermain

tenis meja tunanetra, hal ini dilakukan agar pelatih bisa mengetahui lebih dalam

tentang karakter para atlet. Yanto Sugiharto menyatakan alasan tentang

ketertarikannya soal tenis meja tunanetra :

“Pada dasarnya saya menyukai tantangan, dan tenis meja tunanetra

mempunyai banyak tantangan untuk memainkannya, Karena tidak mudah untuk

memainkan tenis meja tunanetra walaupun peraturan dan perlatannya sudah

dirancang sedemikian rupa untuk tunanetra” .

Dari situ pelatih mengetahui, bahwa Yanto Sugiharto merupakan orang

yang gigih dalam mempelajari sesuatu. Medali emas pada ajang Pekan

55

Hasil Wawancara Yulianto pada tanggal 20 Agustus 2014 56

Hasil Wawancara Yanto Sugiharto pada tanggal 22 Agustus 2014

Page 70: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

57

Paralimpiade Nasional di Riau pada tahun 2012 merupakan bukti dari kegigihan

Yanto Sugiharto dalam bidang tenis meja tunanetra. Seperti yang diungkapkan

oleh Yulianto pelatih tenis meja tunanetra.

“Pada tahap awal pelatihan tenis meja tunanetra, saya menanyakan

tentang alasan mereka suka dengan tenis meja tunanetra. Yanto sugiharto

merupakan orang yang gigih, karena kegigihannya itu Yanto sugiharto

berhasil menjadi atlet yang berprestasi.” 57

Berbeda dengan Yanto Sugiharto, Toni Budi Santoso salah satu atlet tenis

meja tunaetra Kota Bekasi sudah kenal lebih lama dengan Yulianto, karena Toni

adalah ketua NPC Kota Bekasi yang sering bekerja sama dalam berbagai kegiatan

olahraga tunanetra, karena itu Toni tidak perlu beradaptasi dengan pelatih

Yulianto:

“Tidak perlu adaptasi dengan Pelatih, karena saya sudah kenal sebelumnya dan

saya juga sudah sering bekerja sama dengan beliau, jadi saya sudah tidak

canggung lagi dalam proses latihan tenis meja tunanetra”.58

Menurut Sarah Wijaya, tidak ada kesulitan dalam adaptasi atau proses

awal komunikasi dengan Yulianto Pelatih tenis meja tunanetra :

“Sudah kenal sejak SMP dengan Pak Yulianto, jadi tidak merasa ada masalah

ketika berkomunikasi saat latihan”59

Sejalan dengan apa yang dikatakan Sarah Wijaya, bahwa tidak ada

masalah dalam tahap awal komunikasi, Iis Wulandari merasa lancar beradaptasi

dengan Yulianto pelatih tenis meja tunanetra :

57

Hasil Wawancara Yulianto pada tanggal 20 Agustus 2014 58

Hasil Wawancara Toni Budi Santoso pada tanggal 25 Agustus 2014

59

Hasil Wawancara Sarah Wijaya pada tanggal 27 Agustus 2014

Page 71: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

58

“Saya sudah kenal dengan Pelatih sejak SMP. Jadi tidak sulit untuk menyesuaikan

diri dengan Pelatih”60

4.3.1.2 Masalah Komunikasi

Tunanetra adalah seseorang yang mengalami hambatan dalam penglihatan

sehingga membatasi kemampuannya dalam beraktifitas dan menerima informasi

dari luar.61

Kekurangan fisik berupa tidak bisa melihat yang dimiliki atlet tenis

meja tunanetra merupakan awal dari masalah komunikasi. Masalah komunikasi

dalam proses latihan tenis meja tunanetra ini menimbulkan masalah dalam

menyamakan symbol yang disepakati.

“Perbedaan fisik. Karena perbedaan fisik yang dialami saya dan para

atlet berbeda, dimana atlet tidak bisa melihat. Hal ini membuat arahan

yang saya berikan harus sejelas mungkin, agar bisa dimengerti oleh

mereka”.62

Karena keterbatasannya yang hanya memaksimalkan indera pendengran

dalam menerima arahan, maka arahan teknik-teknik tenis meja tunanetra yang

semestinya diperagakan dengan audio dan visual seperti, „smash‟ „topspin‟

„backspin‟ „block‟ „pembacaan arah bola‟ „service‟ „forehand‟ „backhand‟

„shakehand grip‟ „penholder grip‟ hanya bisa diinstruksikan melalui audio, maka

ada berbagai simbol yang pelatih dan atlet sepakati untuk saling memahami dalam

instruksi yang diterima oleh atlet.

Dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding, yaitu pelatih

menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud kata-kata, tanda-tanda yang

disengaja untuk menyampaikan informasi atau instruksi yang diharapkan

60

Hasil Wawancara Iis Wulandari pada tanggal 29 Agustus 2014 61

3 Hermaya, T, op.cit. hal. 93 62

Hasil Wawancara Yulianto pada tanggal 20 Agustus 2014

Page 72: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

59

mempunyai efek terhadap para atlet. Pesan atau message adalah alat-alat di mana

pelatih mengekspresikan gagasannya dalam bentuk bahasa lisan.

Pesan yang disampaikan kepada atlet seperti instruksi untuk melakukan

smash . Pelatih tidak memperagakan smash secara visual untuk mencontohkan

bagaiamana smash yang keras dan terarah, dalam hal ini pelatih mengisntruksikan

smash yang tepat dan terarah dengan cara terus menerus mengatakan „arahkan

bola ke sisi kanan searah jarum jam 1 !‟ „pukualan lurus searah jarum jam 12‟

„pukul ke sisi kiri searah jarum jam 11 !‟ sampai pukulan atlet tenis meja dirasa

sudah mencapai kekuatan yang diinginkan oleh pelatih63

. Dengan begitu atlet

akan tergambar dengan jelas arahan yang diinstruksikan oleh pelatih.

4.3.1.3 Cara Pelatih dan Atlet Berkomunikasi

Cara pelatih dan atlet tenis meja tunanetra Kota Bekasi Berkomunikasi,

dengan cara verbal, karena para atlet yang menyandang tunanetra tidak bisa melihat,

jadi komunikasi verbal menjadi hal yang utama dalam berkomunikasi. Komunikasi

verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang lazim digunakan untuk

menyampaikan pesan-pesan melalui tulisan maupun lisan. Bentuk komunikasi

ini memiliki struktur yang teratur dan terorganisasi dengan baik. Simbol atau

pesan verbal adalah semua jenis symbol yang menggunakan satu kata atau lebih.

Hampir semua rangsangan wicara yang disadari masuk dalam kategori pesan

verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk

63

Hasil Observasi Pada Tanggal 22 Agustus 2014

Page 73: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

60

berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga dianggap sebagai

suatu system kode verbal.64

Dalam teori identifikasi Kenneth Burke, bahasa berfungsi sebagai

kendaraan untuk tindakan dan bahasa membentuk perilaku. Bahasa, seperti halnya

pandangan Burke, selalu bermuatan emosional. Tidak ada kata yang dapat

menjadi netral. Sebagai akibatnya, perilaku, penilaian, dan perasaan. Bahasa

bersifat selektif dan abstrak serta focus pada aspek realitas tertentu dalam

kekuasaan aspek lainnya.65

4.3.1.4 Feed Back

Feedback atau umpan balik merupakan pesan yang telah disampaikan

kepada penerima lalu pesan berbalik kepada sumber. Respons atau umpan balik

dari penerima terhadap pesan yang disampaikan sumber dapat berwujud kata-kata

ataupun tindakan-tindakan tertentu. Penerima bisa mengabaikan pesan tersebut

ataupun menyimpannya.66

Setelah pelatih merumuskan pesan untuk dikirim

kepada penerima pesan yaitu atlet tenis meja tunanetra, pelatih telah membuat

simbol linguistik berupa istilah-istilah yang dirancang agar atlet tenis meja

mengerti dengan apa yang disampaikan oleh atlet terhadap atlet tenis meja.

Untuk memastikan arahan yang diberikan, Yulianto pelatih tenis meja

tunaetra bisa diterima dengan baik atau tidak, Yulianto sering menanyakan

64

Lukiati Komara, op.cit. hal 86 65

Stephen W.LittleJohn & Karen A.Foss, op.cit. hal 167 66

Stephen W.LittleJohn & Karen A.Foss, op.cit. hal.87.

Page 74: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

61

kembali dengan pertanyaan “jelas tidak instruksi yang saya berikan ?”

“mengerti?” “sudah paham?”.67

Menurut para atlet tenis meja, arahan-arahan yang diberikan oleh pelatih

cukup jelas, karena arahan-arahan yang diberikan dalam hal teknis tergambar

dengan baik. Seperti yang diungkapkan oleh Yanto Sugiharto :

“Tidak sulit untuk menerima arahan dari pelatih. Arahan-arahan yang

diberikan Pak Yulianto tergambar dengan baik bagi saya yang

tunanetra. Pak Yuli selain lantang, perkataannya juga cukup detil dalam

setiap arahan. Seperti saat ia mengarahkan untuk melakukan pukulan

melintir ( topspin ). “Siap ! Bola ke-3 pukulan melintir, arahkan ke arah

jarum jam 10” jadi saya paham ke aarah mana bola akan saya pukul”.

Toni Budi Santoso sepakat dengan apa yang dikatakan oleh Yanto

Sugiharto, bahwa arahan-arahan yang diberikan pelatih tenis meja tunanetra

cukup jelas :

“instruksi yang diberikan cukup jelas, saya bisa membayangkan dengan

baik instruksi yang diberikan oleh Pak Yulianto. Misalnya saat Pak

Yulianto menginstruksikan tentang cara bertahan yang baik. Pak

Yulianto sering mengatakan, cara bertahan yang baik adalah dengan

konsentrasi. Cara konsentrasi yang benar adalah dengan memfokuskan

pendengran pada bunyi bola yang bergulir. Kalau konsnetrasi hilang,

maka pendengaran pun akan kacau. Pendengaran adalah pusat pertahan

kami”.68

Jika arahan yang diberikan oleh pelatih kurang jelas Sarah Wijaya dan Iis

Wulandari tidak ragu-ragu untuk menanyakan kembali arahan yang dberikan oleh

pelatih :

“Biasanya bukan kalimat Pak Yulianto yang tidak bisa dimengerti, tapi

kalau suara Pak Yulianto agak kecil biasanya kita suka kurang ngerti.

Kalau ada arahan yang kurang jelas, cukup ditanyakan kembali Suka

menanyakan kembali kalau ada yang saya tidak mengerti.”.

67

Hasil Observasi Pada tanggal 22 Agustus 2014 68

Hasil Wawancara Toni Budi Santoso 22 Agustus 2014

Page 75: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

62

4.3.1.5 Gambar Proses Komunikasi Instruksional Pelatih dan Atlet Tenis

Meja Tunanetra Kota Bekasi

Gambar 4.1

Proses Komunikasi Pelatih dan Atlet Tenis Meja Tunanetra Kota Bekasi

Proses komunikasi diawali oleh sumber (source) yaitu Yulianto pelatih

tenis meja tunanetra Kota Bekasi. Lukiati Komala megungkapakan ada lima

langkah dalam proses komunikasi, yaitu :69

Langkah pertama yang dilakukan Yulianto adalah ideation yaitu

penciptaan satu gagasan atau pemilihan seperangkat informasi untuk

dikomunikasikan. Ideation ini merupakan landasan bagi suatu pesan akan

disampaikan. Dalam hal ini Yulianto merancang pesan yang semestinya

69

Lukiati Komala, op.cit hal.86-87

Pelatih Pesan Channel Atlet

Feedback

Encoding

Decoding

Page 76: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

63

diperagakan secara visual namun karena keterbatasan yang dimiliki tunanetra

tidak bisa melihat, maka Yulianto hanya bisa menyampaikan arahan hanya

dengan audio.

Langkah kedua, dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding, yaitu

sumber menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud kata-kata, tanda-

tanda atau lambang-lambang yang disengaja untuk menyampaikan informasi yang

diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain. Pesan atau message adalah alat-

alat di mana sumber mengekspresikan gagasannya dalam bentuk bahasa lisan.

Contoh symbol-simbol yang dibuat Yulianto dalam proses latihan adalah :

- Smash yaitu pukulan keras setelah service pada bola ke-3,

- Topspin adalah teknik pukulan yang membuat bola melintir dengan cara

memiringkan bet dengan melengkungan pergelangan tangan sehingga bola

melintir dan bunyi bola berkurang.

- Block adalah teknik untuk mengembalikan bola smash atau pukulan topspin

- Pembacaan arah bola, adalah cara atlet berkonsentrasi mendengar bunyi bola

yang bergerak, sehingga atlet bisa tahu kemana arah bola bergulir dan bisa

mengembalikan serangan.

- „service‟ adalah pukulan awal, dalam peraturan tenis meja tunanetra, service

tidak boleh kencang.

- Backhand‟ adalah gerakan tangan saat memukul bola. Tangan bagian luar

berada di depan

- Forehand adalah kebalikan dari backhand, yaitu gerakan tangan saat

memukul bola. Tangan bagian dalam berada di depan.

Page 77: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

64

- Shakehand grip adalah cara memegang bet. Posisi tangan saat memgang bet

seperti berjabat tangan.

- Smash arah jam 12 , istilah ini digunkan untuk memberikan arahan memukul

bola lurus.

- Smash arah jam 10 pukulan keras yang mengarah pada sudut kiri lawan

- „smash arah jam 2. Pukulan keras yang mengarah pada sudut kanan lawan.70

Semua simbol-simbol tersebut telah disepakatai oleh pelatih dan atlet tenis

meja tunanetra, sehingga ketika pelatih mengisntruksikan salah satu dari simbol

tersebut atlet sudah paham.

Langkah ketiga, dalam proses komunikasi adalah penyampaian pesan yang

telah disandi (encode). Sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan

cara berbicara. Pada langkah ketiga ini, kita mengenal istilah channel atau saluran,

yaitu alat-alat untuk menyampaikan suatu pesan. Saluran untuk komunikasi lisan

adalah komunikasi tatap muka. Yulianto pelatih tenis meja tunanetra berusaha

untuk membebaskan saluran komunikasi dari gangguan atau hambatan, sehingga

pesan dapat sampaikan kepada penerima seperti yang dikehendaki.

Langkah keempat, perhatian dialihkan kepada penerima pesan, yaitu atlet

tenis meja tunanetra. Pesan yang diterapkan dalam proses latihan tenis meja

bersifat lisan, maka atlet perlu menjadi pendengar yang baik, karena jika atlet

tidak mendengar, pesan tersebut akan hilang. Dalam proses ini, atlet melakukan

encoding, yaitu memberikan penafsiran atau interpretasi terhadap pesan yang

disampaikan. Pemahaman merupakan kunci untuk melakukan encoding dan hanya

70

Hasil Observasi Pada Tanggal 25 & 29 Agustus 2014

Page 78: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

65

terjadi dalam pikiran penerima. Akhirnya atlet tenis meja tunanetra yang akan

memnentukan bagaimana suatu pesan dan bagaimana pula memberikan respons

terhadap pesan tersebut. Respon yang disampaikan oleh para atlet adalah dengan

menganggukan kepala jika mengerti, dan juga bila ada arahan tidak jelas atlet

tenismeja tunanetra akan bertanya tentang arahan yang diberikan pelatih.

Langkah kelima, dalam proses komunikasi pelatih dan atlet tenis meja

tunanetra adalah feedback atau umpan balik yang memungkinkan sumber

mempertimbangkan kembali pesan yang telah disampaikan kepada penerima.

Respons atau umpan balik dari penerima terhadap pesan yang disampaikan

sumber dapat berwujud kata-kata ataupun tindakan-tindakan tertentu. Penerima

bisa mengabaikan pesan tersebut ataupun menyimpannya.71

71

Lukiati Komara op,cit hal. 86-87

Page 79: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

66

4.3.2 Metode Komunikasi Pelatih dan Atlet Tenis Meja Tunanetra

Tabel 4.2

Kategorisasi Metode Komunikasi yang Digunakan Pelatih dan Atlet Tenis

Meja Tunanetra Kota Bekasi Pada Saat Proses Latihan

Metode Pelatih Atlet

Yulianto Yanto Toni Sarah Iis

Praktikum

Saat latihan

sering

mengingatkan

peraturan tenis

meja seperti,

Service harus

lurus dan pelan,

juga

sebelumnya

harus memberi

kode kepada

lawan dengan

bilang siap?

Lalu lawan

menjawab

“siap” atau “ya”

baru dilakukan

service, jika hal

ini tidak

lakukan maka

pertandingan

tenis meja tidak

akan berjalan,

bahkan kalau

service terlalu

kencang atau

melenceng akan

mendapatkan

Yang dipelajari

dari pelatih,

seperti cara

menyerang,

dan cara

bertahan yang

diajarkan

Pelatih dengan

cara menjadi

lawan tanding

saya. Ada hal

baru yang saya

dapatkan dari

pelatih, seperti

teknik block,

teknik ini dapat

digunakan

untuk

mengembalika

n atau

mengatasi bola

melintir

(topspin). Dan

bola melintir

(topspin) dari

lawan tidak

terlalu lemah,

maka block

Pelatih

memberikan

contoh dengan

cara menjadi

lawan tanding

saat latihan.

Dan juga

pelatih saat

latihan suka

mengingatkan

tentang

peraturan-

peraturan tenis

meja, kadang-

kadang hal kecil

kita suka lupa.

Saat latihan

kalau

melakukan

kesalahan

pasti ditegur

pelatih,

misalnya

kalau

kebanayakan

out suka

diperingati

„pukulannya

harus lurus‟

Melakuka

n latihan

tiga kali

dalam

seminggu

untuk

meningkat

kan

performa.

Dalam

latihan

pelatih

suka

menjadi

lawan

tanding

kita.

Karena

pelatih

mengetah

ui

kelemahan

saya,

maka

pelatih

selalu

mengatasi

nya

Page 80: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

67

kerugian.denga

n kehilangan

point

dan juga

menjadi sparing

partner untuk

mengetahui

kelemahan para

atlet. Cara saya

menutupi

kelemahan

mereka dengan

cara

„menghantam

sisi-sisi

kelemahan

mereka‟, misal

kelemahan

terletak pada

sisi kiri, saya

akan terus

menerus smash

keras pada

bagian itu

sampai mereka

bisa mengatasi

kelemahan

mereka.

adalah cara

paling tepat

untuk

mengembalika

n bola tersebut.

dengan

cara

smash

dibagian

kelemahan

saya.

Page 81: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

68

Diskusi

Melakukan

diskusi pada

saat evaluasi

untuk

membicarakan

kesulitan-

kesulitan saat

latihan, selain

membicarakan

tentang teknis

saya selalu

memastikan ada

masalah non

teknis atau

tidak. Masalah

non teknis

biasanya

tentang hal

pribadi, hal ini

saya lakukan

untuk

memastikan

keadaan mereka

baik-baik saja

secara mental.

Saat diskusi

pada evaluasi,

selain

membicarakan

teknis juga

pelatih suka

mengingatkan

tentang

peraturan tenis

meja yang

terkadang suka

terlupakan.

Dalam diskusi

ini juga pelatih

menanyakan

tentang

keadaan kami

dalam hal

teknis ataupun

non teknis

seperti

memastikan

saya tidak ada

masalah

dengan urusan

pribadi saya.

Berbicara soal

kekuatan lawan

yang akan

dihadapi, dan

Pak Yulianto

juga suka

menanyakan

kesiapan saya

tentang

turnamen

PORDA

sebagai atlet

tenis meja yang

akan dihadapi,

karena

konsentrasi saya

tidak hanya

pertandingan

tenis meja

tunanetra tapi

saya sebagai

ketua NPC

mengurusi

persiapan

PPORDA

JABAR yang

akan digelar di

bulan

November

secara

keseluruhan, hal

ini sering saya

diskusikan

dengan Pak

Yuli

Pelatih sering

memberi

tahu kriteria

pemain yang

bagus,

kemudian

bicara soal

itu. Selain itu

juga pelatih

sering

menanyakan

keadaan

keluarga

saya.

Membicar

akan

kelemahan

yang

dipunya.

Dan juga

saya suka

ngobrol

tentang

masalah

saya yang

mengakib

atkan pada

kurangnya

konsentras

i saat saya

latihan.

Page 82: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

69

Komunikasi sebagai interaksi psikologis antara pelatih dan atlet tenis meja

tunaetra berdampak pada berubahnya pengetahuan, sikap dan keterampilan

dipihak atlet tenis meja tunanetra, pada saat pealtih tenis meja tunanetra

membantu upaya perubahan tersebut dengan metode tertentu, terangkum dalam

komunikasi instruksional.72

Dalam penerapan komunikasi instruksional pada

penelitian ini, pelatih menggunakan metode komunikasi instruksional praktikum

dan diskusi.

4.3.2.1 Praktikum

Penerapan metode praktikum merupakan kegiatan yang berbentuk praktik

dengan mempergunakan alat-alat tertentu, dalam hal ini pelatih melatih

keterampilan atlet dengan praktik dengan penggunaan alat-alat yang telah

diberikan kepada atlet.73

Metode praktikum ini dilakukan setelah tahap pengenalan antara pelatih

dan atlet tenis meja tunanetra, dalam metode praktikum berupa praktik latihan

yang rutin dilakukan di hari senin, rabu, dan jumat dari jam 13.00 WIB sampai

dengan jam 16.00 WIB.

Isi dari metode praktikum adalah arahan-arahan soal teknik tenis meja.

Pelatih tenis meja Yulianto seringkali menjadi sparing partner untuk mengukur

kemampuan atlet sejauh mana, dan untuk mengethaui kelemahan atlet. Menurut

Yulianto, yang membedakan cara melatih tenis meja tunanetra dan tenis meja

biasa salah satu caranya adalah dengan menjadi lawan tanding. Cara ini yang

diandalkan Yulianto dalam melatih pada saat metode praktikum berlangsung.

72

Pawit M. Yusuf, op.cit, hal. 57. 73

Martinis Yamin „Desain Baru Pembelajaran Konstruvistik‟ (Jakarta : Referensi, 2012) hal. 109

Page 83: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

70

“Menjadi sparing partner (lawan tanding) untuk mengetahui kelemahan

para atlet. Cara saya menutupi kelemahan mereka dengan cara

„menghantam sisi-sisi kelemahan mereka‟, misal kelemahan terletak pada

sisi kiri, saya akan terus menerus smash keras pada bagian itu sampai

mereka bisa mengatasi kelemahan mereka”.74

Dalam metode praktikum tidak hanya soal strategi menyerang atau

bertahan, namun Yulianto sering mengingatkan peraturan-peraturan tenis meja

tunanetra yang lupa diterapkan, hal ini juga terkadang menjadi kelemahan para

atlet yang harus ditutupi.

“Saat latihan sering mengingatkan peraturan tenis meja seperti, Service

harus lurus dan pelan, juga sebelumnya harus memberi kode kepada

lawan dengan bilang siap? Lalu lawan menjawab “siap” atau “ya” baru

dilakukan service, jika hal ini tidak lakukan maka pertandingan tenis

meja tidak akan berjalan, bahkan kalau service terlalu kencang atau

melenceng akan mendapatkan kerugian.dengan kehilangan point. Maka

dari itu hal dasar ini penting untuk diteraokan pada saat latihan, agar

tidak lupa dengan hal ini”.75

Arahan yang disampaikan dalam proses latihan cukup jelas, karena pelatih

menyampaikan arahan dengan bahasa yang dimengerti oleh para atlet untuk

menambah kemampuan dalam tenis meja tunanetra. Menurut Yanto Sugiharto,

cara melatih pelatih dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan skill dalam

teknik tenis meja tunanetra. Teknik yang menambah pengetahuan Yanto

Sugiharto adalah teknik pukulan topspin dan block.

“Yang dipelajari dari pelatih, seperti cara menyerang, dan cara bertahan

yang diajarkan Pelatih dengan cara menjadi lawan tanding saya. Ada hal

baru yang saya dapatkan dari pelatih, seperti teknik block, teknik ini

dapat digunakan untuk mengembalikan atau mengatasi bola melintir

(topspin). Dan bola melintir (topspin) dari lawan tidak terlalu lemah,

maka block adalah cara paling tepat untuk mengembalikan bola tersebut.

Pelatih memberi pemahaman tentang teknik block dengan mengatakan,

konsentrasi pada bunyi bola, karena hasil pukulan bola melintir suara

74

Hasil wawancara Yulianto pada tanggal 20 Agustus 2014 75

Hasil wawancara Yulianto pada tanggal 20 Agustus 2014

Page 84: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

71

kerincing pada bola itu berkurang dan sulit terdengar. Ketika saya sudah

mendengar kemana arah bola, saya akan mengembalikan bola tersebut

dengan pukulan yang tidak keras, karena ketika bola melintir saya pukul

dengan keras itu rentan bola akan melenceng ”.76

Topspin atau pukulan melintir adalah salah satu teknik pukulan dalam

tenis meja tunanetra, pukulan dengan menggesek bola membuat arah bola menjadi

melengkung dan bunyi dari bola berkurang, maka dari itu teknik pukulan melintir

menjadi andalan. Sedangkan block adalah cara bertahan dari pukulan melintir atau

topspin. Block dilakukan dengan cara memukul bola dengan gerakan menstop

bola atau tindakan membendung bola dengan sikap bet tertutup.

Pelatih dan atlet telah menyepakati istilah topspin dan block menjadi salah

satu arahan, jadi ketika pelatih menginstruksikan „block !‟ atau „topspin‟ maka

atlet akan mengerti dengan kedua istilah tersebut.

Di dalam metode praktikum yang dilakukan pada saat proses latihan

dengan cara menjadi lawan tanding juga dirasa efektif oleh Toni Budi Santoso.

Manfaat yang dirasakan oleh Toni Budi Santoso adalah untuk mengukur

kemampuan dirinya dalam bermain tenis meja tunanetra :

“Pelatih memberikan contoh dengan cara menjadi lawan tanding saat latihan. Dan

juga pelatih saat latihan suka mengingatkan tentang peraturan-peraturan tenis

meja, kadang-kadang hal kecil kita suka lupa”.77

Meskipun sudah pada level atlet, dimana sudah tidak belajar lagi tentang

dasar-dasar tenis meja tunanetra dan pelatih hanya memoles kemampuan dari para

atlet namun peran pelatih dirasa sangat dibutuhkan dalam mengawasi kelemahan

76

Hasil wawancara Yanto Sugiharto pada tanggal 22 Agustus 2014 77

Hasil wawancaraToni Budi Santoso pada tanggal 25 Agustus 2014

Page 85: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

72

untuk meningkatkan kemampuan atlet tenis meja tunanetra. Hal ini dirasakan oleh

Sarah Wijaya pada saat proses latihan :

“Saat latihan kalau melakuakan kesalahan pasti ditegur pelatih, misalnya kalau

kebanayakan out suka diperingati „pukulannya harus lurus, mengarah searah

jarum 12‟.”78

Pelatih tidak hanya mengisntruksikan „pukulan harus lurus‟ namun

ditamabah dengan instruksi „searah jarum jam 12‟. Dengan mengatakan arah jam

12, atlet tenis meja tunanetra bisa membayangkan dengan jelas arahan yang

diberikan oleh pekatih.

Latihan tiga kali dalam satu minggu dirasa cukup untuk meningkatkan

performa para atlet tenis meja tunanetra dalam meningkatkan skill dan kebugaran

untuk menjaga stamina. Saat proses latihan Iis Wulandari merasakan metode

latihan yang diterapkan pelatih dirasa membantu dirinya untuk meningkatkan

kemampuan dan kebugarannya :

“Melakukan latihan tiga kali dalam seminggu untuk meningkatkan performa.

Dalam latihan pelatih suka menjadi lawan tanding kita. Karena pelatih

mengetahui kelemahan saya, maka pelatih selalu mengatasinya dengan cara smash

dibagian kelemahan saya”.79

Salah satu cara Yulianto sebagai pelatih tenis meja tunanetra untuk

menutupi kelemahan para atlet tenis meja tunaetra dengan menjadi lawan tanding

atlet yang dilatihnya. Saat menjadi lawan tanding, pelatih akan mencari

78

Hasil wawancara Sarah Wijaya pada tanggal 27 Agustus 2014 79

Hasil wawancara Iis Wulandari pada tanggal 29 Agustus 2014

Page 86: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

73

kelemahan atlet, ketika sudah terdeteksi kelemahannya ada dimana, maka pelatih

akan menutupi kelemahan tersebut. Iis Wulandari memiliki kelemahan di bagian

kiri, saat menerima smash keras dari lawan di sebelah kirinya seringkali Iis

wulandari tidak bisa mengembalikan smash tersebut. Maka, Yulianto saat menjadi

lawan tanding Iis Wulandari menrima smash di bagian kiri terus menerus hingga

ada peningkatan sampai Iis Wulandari bisa menutupi kelemahannya tersebut.

4.3.2.1 Diskusi

Metode diskusi adalah salah satu cara melatih yang berupaya memecahkan

masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing

mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya. Tujuan penggunaan

metode diskusi ini ialah untuk memotivasi dan memberi stimulasi kepada siswa

agar berfikir dengan renungan yang dalam.80

Sehingga penyajian arahan oleh sang

pelatih mengandung makna bagi seluruh atlet.

Dalam penelitian ini terdapat metode diskusi yang dilakuakn pelatih dan

atlet tenis meja tunanetra, metode ini seringkali digunakan pada saat evaluasi.

Pada evaluasi tidak hanya soal teknik yang dibahas namun soal non teknis berupa

permasalahan pribadi yang mengganggu proses latihan pun dibahas. Menurut

Yulianto hal ini dilakukan untuk memastikan kondisi fisik dan mental para atlet.

”Melakukan diskusi pada saat evaluasi untuk membicarakan kesulitan-

kesulitan saat latihan, selain membicarakan tentang teknis saya selalu

memastikan ada masalah non teknis atau tidak. Masalah non teknis

biasanya tentang hal pribadi, hal ini saya lakukan untuk memastikan

keadaan mereka baik-baik saja secara mental”.81

80

Fathurohman dan Sutikno, op,cit. hal 62 81

Hasil Wawancara Yulianto pada tanggal 20 Agustus 2014

Page 87: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

74

Yanto Sugiharto menerangkan apa saja yang menjadi bahan diskusi saat

proses latihan berlangsung. Para atlet sering diingatkan tentang peraturan tenis

meja. Peraturan tenis meja tunanetra kadang-kadang terlupakan, dan akan

menimbulkan kerugian. Selain itu pelatih selalu memastikan tidak ada masalah

pribadi yang dihadapi para atlet, hal ini diungkapkan oleh Yanto Sugiharto.

“Saat diskusi pada evaluasi, selain membicarakan teknis juga pelatih

suka mengingatkan tentang peraturan tenis meja yang terkadang suka

terlupakan. Dalam diskusi ini juga pelatih menanyakan tentang keadaan

kami dalam hal teknis ataupun non teknis seperti memastikan saya tidak

ada masalah dengan urusan pribadi saya”.82

Menurut Sarah Wijaya, pelatih sering mendiskusikan tentang kriteria

pemain yang bagus. Pemain yang bagus itu adalah pemain yang selalu menjaga

performanya dalam setiap pertandingannya, dan juga selalu mendapatkan prestasi

yang lebih pada setiap eventnya, hal itu ditentukan kedisiplinan para atlet dalam

latihan :

“Pelatih sering memberi tahu kriteria pemain yang bagus, kemudian bicara soal

itu. Selain itu juga pelatih sering menanyakan keadaan keluarga saya”.83

Bagi Toni Budi Santoso hal-hal yang dibicarakan dalam diskusi adalah

seputar kekuatan lawan yang akan dihadapi, dan juga pelatih memastikan kondisi

para atlet dengan menanyakan hal non teknis seperti kondisi Toni Budi Santoso

yang konsentrasinya harus terbelah, karena Budi Santoso tidak hanya focus pada

latihan tenis meja, namun Toni Budi Santoso juga mengurusi manajemen untuk

persiapan Pekan Olahraga Daerah (PORDA) yang akan dihadapi pada bulan

82

Hasil Wawancara Yanto Sugiharto pada tanggal 22 Agustus 2014 83

Hasil Wawancara Sarah WIjaya pada tanggal 27 Agustus 2014

Page 88: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

75

November 2014 nanti, Toni Budi Santoso adalah ketua NPC Kota Bekasi yang

merangkap sebagai atlet tenis meja tunanetra Kota Bekasi :

”Berbicara soal kekuatan lawan yang akan dihadapi, dan Pak Yulianto

juga suka menanyakan kesiapan saya tentang turnamen PORDA sebagai

atlet tenis meja yang akan dihadapi, karena konsentrasi saya tidak hanya

pertandingan tenis meja tunanetra tapi saya sebagai ketua NPC

mengurusi persiapan PPORDA JABAR yang akan digelar di bulan

November secara keseluruhan, hal ini sering saya diskusikan dengan Pak

Yuli”.84

Selain mendiskusikan tentang lawan yang akan dihadapi, pelatih juga

sering membahas tentang kelemahan yang dipunya oleh para atlet tenis meja

tunanetra. Seperti yang dikatakan Iis Wulandari tentang diskusi yang dibicarakan

pada saat evaluasi :

“Membicarakan kelemahan yang dipunya. Dan juga saya suka ngobrol tentang

masalah saya yang mengakibatkan pada kurangnya konsentrasi saat saya

latihan”.85

84

Hasil Wawancara Toni Budi Santoso pada tanggal 25 Agustus 2014 85

Hasil Wawancara Iis Wulandari pada tanggal 29 Agustus 2014

Page 89: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

76

4.3.3 Komunikasi Verbal Pelatih dan Atlet Tenis Meja Tunanetra

Tabel 4.3

Kategorisasi Komunikasi Verbal Pelatih dan Atlet Tenis Meja Tunanetra

Kota Bekasi

Klasifikasi Bahasa Pelatih Atlet

Yulianto Yanto Toni Sarah Iis

Verbal Lisan

Ceramah

Karena

Tunanetra

kelebihannya

pada

pendengaran

yang peka,

maka lebih

sering

menggunakan

lisan

dibandingkan

dengan

meraba untuk

menjelaskan

sebuah tehnik,

karena

mereka sudah

terlatih dan

berlebel atlet,

jadi

komunikasi

secara lisan

menjadi

andalan.

Untuk

meningkatkan

skill saya suka

Kita

diberitahu

atau

diingatkan

kembali

Istilah-

istilah tenis

meja

tunanetra

seperti, top

spin

(pukulan

melintir),

pukulan ini

mengurang

i bunyi

kerincingan

dalam bola,

sehingga

dapat

membingu

ngkan

lawan.

“service”

pukulan

awal,

service

Teknik tenis

meja,

seperti

„pukulan

melintir‟,

juga suka

memberikan

arahan

untuk

control

permainan,

jangan

lengah

ketika bola

ketiga dan

ke empat‟ .

karena pada

peraturan

tenis meja

tunanetra,

bola

pertama dan

bola kedua

itu tidak

boleh smash

harus pelan,

ketika bola

Pelatih

suka

memberi

arahan-

arahan soal

teknik tenis

meja,

selain itu

juga pelatih

sering

mengingatk

an

peraturan

dasar tenis

meja

tunanetra

yang sering

lupa,

berupa

“Service

miring

seperti

garis panah

hijau

berarti

salah dan

di

Pelatih

sering

meneka-

nkan

tentang

teknik,

yaitu

„kecepa-

tan dan

power

mukul

atau

smash‟.

Kalau

pukulan

saya

belum

maksim-

al, Pak

Yulianto

terus

menyur-

uh saya

untuk

memuk-

ul

sekeras-

Page 90: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

77

meneriaki

pada saat

latihan untuk

„tambahkan

power

pukulannya‟

„terus!‟

„tambah

terus!‟ sampai

pukulannya

atau smash

mereka

maksimal.

Selain itu juga

saya suka

memberi

arahan cara

bertahan dan

menyerang

agar

kelemahan

mereka bisa

tertutupi.

dalam tenis

meja

tunanetra

service

harus pelan

dan terarah.

ketiga baru

bisa smash,

namun

biasanya

pada bola ke

empat kita

suka lengah.

ulangsamp

ai 3 kali,

apabila 3

kali salah

terus

berarti

point untuk

lawan.

Bola

pengembali

an service

juga

dilakukan

dengan

pelan

(pelandisini

maksudnya

diharapkan

sama

seperti

jalannya

bola

service).

Service

harus

sampai

pada area

service.

Kalau tidak

sampai

area

itu berarti

point untuk

lawan.

kerasnya

, tidak

hanya

keras

tapi

harus

terarah

juga

Page 91: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

78

Dalam menyampaikan arahan-arahan pelatih tenis meja tunanetra

mengandalkan komunikasi verbal, karena tunanetra mengalami gangguan pada

penglihatan dan tidak bisa menerima arahan-arahan dalam bentuk visual.

Komunikasi verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang lazim

digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan melalui tulisan maupun lisan.

Bentuk komunikasi ini memiliki struktur yang teratur dan terorganisasi dengan

baik. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis symbol yang menggunakan

satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang disadari masuk dalam

kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar

untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga dianggap

Diskusi

saat evaluasi

di waktu akhir

latihan, suka

menanyakan

kepada atlet

„sebenarnya

kesulitan

kamu dimana

tadi ?‟

Berdiskusi

tentang

cara

mengatasi

kelemahan-

kelemahan

Dari

pengamatan

pak yuli,

suka

didiskusikan

tentang cara

bermain

yang bagus

itu

bagaimana.

Saya juga

selalu

menanyakan

peningkatan

permainan

saya

Selalu

ditanya

Pelatih

untuk

memastika-

n paham

atau tidak

arahan

yang

diberikan

Biasan-

ya

mendis-

kusikan

peta

kekuat-

an lawan

Page 92: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

79

sebagai suatu system kode verbal.86

Bahasa bersifat selektif dan abstrak serta

focus pada aspek realitas tertentu dalam kekuasaan aspek lainnya.87

Dalam

penelitian ini pelatih dan atlet tenis meja tunanetra bebricara secara lisan yang

diterpakan dalam ceramah dan diskusi pada saat proses latihan.

4.3.3.1 Lisan

Komunikasi lisan adalah suatu kegiatan komunikasi verbal yang

menggunakan suara sebagai sarananya. Termasuk ke dalam jenis komunikasi ini

adalah menyimak dan berbicara.88

Di dalam komunikasi verbal lisan, menyimak

merupakan kegiatan penerimaan dan pemahaman pesan yang disampaikan oleh

orang atau pihak lain. Dalam konteks ini, atlet berperan sebagai komunikan yang

menafsirkan dan memahami pesan lisan yang diterimanya.

Agar dapat terarah, komunikasi verbal secara lisan dalam proses latihan

yang disampaikan pelatih terhadap atlet tenis meja Kota Bekasi dapat dilihat

sebagai berikut:

4.3.3.2 Ceramah

Jenis komunikasi verbal secara lisan yang sering digunakan dalam proses

latihan tenis meja tunanetra Kota Bekasi salah satunya adalah ceramah. Bahasa

yang diucapkan semasa berceramah perlu sesuai dengan khalayak. Perlu

menggunakan kadar keterbacaan yang rendah bagi khalayak biasa sebaliknya

86

Deddy Mulyana, op.cit hal.62 87 Stephen W.LittleJohn & Karen A.Foss, op.cit hal. 167 88

http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/PENDIDIKAN_BAHASA_DAN

_SASTRA_DI_SEKOLAH_DASAR_KELAS_RENDAH/BBM_1.pdf . Diakses pada tanggal 7

Maret 2014, pukul 12.35 WIB

Page 93: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

80

kadar keterbacaan yang tinggi jika khalayak berpelajaran dan berpendidikan

tinggi.89

Ceramah secara umum merupakan proses memberikan arahan atau pesan

kepada pendengar dengan satu arah, atau pada h ini adalah atlet tenis meja

tunanetra Kota Bekasi. Adapun atlet tenis meja yang terdapat di Kota Bekasi

merupakan tunanetra yang sudah paham dasar-dasar tenis meja dan sudah pada

taraf atlet, sehingga pelatih tidak sulit untuk berkomunikasi secara verbal kepada

atlet tenis meja Kota Bekasi dalam memberikan arahan-arahan.

Dalam hal ini pelatih menggunakan jenis komunikasi ceramah untuk

menyampaikan arahan kepada semua atlet. Hal tersebut sesuai dengan paparan

pelatih tenis meja tunanetra Yulianto berikut ini:

“Karena Tunanetra kelebihannya pada pendengaran yang peka, maka

lebih sering menggunakan lisan dibandingkan dengan meraba untuk

menjelaskan sebuah teknik, karena mereka sudah terlatih dan berlebel

atlet, jadi komunikasi secara lisan menjadi andalan. Untuk meningkatkan

skill saya suka meneriaki pada saat latihan untuk „tambahkan power

pukulannya‟ „terus!‟ „tambah terus!‟ sampai pukulannya atau smash

mereka maksimal. Selain itu juga saya suka memberi arahan cara

bertahan dan menyerang agar kelemahan mereka bisa tertutupi”.90

Isi pesan dari ceramah yang biasa disampaikan Yulianto, menurut Yanto

Sugiharto berupa istilah-istilah tenis meja :

“Kita diberitahu atau diingatkan kembali Istilah-istilah tenis meja

tunanetra seperti, top spin (pukulan melintir), pukulan ini mengurangi

bunyi kerincingan dalam bola, sehingga da pat membingungkan

lawan. “service” pukulan awal, service dalam tenis meja tunanetra

service harus pelan dan terarah”.91

89

http://drilias-zaidi.blogspot .com/2011/04karangan-jenis-ceramah-pengenalan-dan.html .

Diakses pada tanggal 9 Juni 2014, pukul 00.10 WIB 90

Hasil Wawancara Yulianto pada tanggal 20 Agustus 2014 91

Hasil Wawancara Yanto Sugiharto pada tanggal 22 Agustus 2014

Page 94: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

81

Ceramah biasa dilakukan pada saat simulasi tenis meja tunanetra dan

dilakukan pada saat evaluasi. Sejalan dengan apa yang dipaparkan oleh Yanto

Sugiharto, isi dari pesan pelatih saat ceramah, sebagai berikut :

“Teknik tenis meja, seperti „pukulan melintir‟, juga suka memberikan

arahan untuk control permainan, jangan lengah ketika bola ketiga dan ke

empat‟ . karena pada peraturan tenis meja tunanetra, bola pertama dan

bola kedua itu tidak boleh smash harus pelan, ketika bola ketiga baru bisa

smash, namun biasanya pada bola ke empat kita suka lengah”.92

Salah satu kelemahan yang dimiliki oleh atlet tenis meja tunanetra adalah

konsentrasi pada soal peraturan tenis meja tunanetra, maka dari itu pelatih sering

ceramah tentang peraturan tenis meja untuk menutupi kekurangan yang dimiliki

oleh para atlet tenis meja tunanetra, hal tersebut sesuai dengan paparan Sarah

Wijaya :

“Pelatih suka memberi arahan-arahan soal teknik tenis meja, selain itu

juga pelatih sering mengingatkan peraturan dasar tenis meja tunanetra

yang sering lupa, berupa “Service miring seperti garis panah hijau berarti

salah dan di ulangsampai 3 kali, apabila 3 kali salah terus berarti point

untuk lawan. Bola pengembalian service juga dilakukan dengan pelan

(pelandisini maksudnya diharapkan sama seperti jalannya bola service).

Service harus sampai pada area service. Kalau tidak sampai area

itu berarti point untuk lawan”.93

Yulianto sering ceramah tentang penambahan power untuk meningkatkan

kualitas smash para atlet tenis meja. Iis Wulandari mengungkapkan, ceramah

pelatih pada saat simulasi latihan sebagai berikut :

“Pelatih sering menekankan tentang teknik, yaitu „kecepatan dan power

memukul atau smash‟. Kalau pukulan saya belum maksimal, Pak

Yulianto terus menyuruh saya untuk memukul sekeras-kerasnya, tidak

92

Hasil Wawancara Toni Budi Santoso pada tanggal 25 Agustus 2014 93

Hasil Wawancara Sarah Wijaya pada tanggal 27 Agustus 2014

Page 95: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

82

hanya keras tapi harus terarah juga. pelatih terus meneriakan „smash terus

!‟ „kurang!‟ „tambah lagi powernya‟ „smash arah jam 12 !‟.94

4.3.3.3 Diskusi

Diskusi adalah salah satu bentuk komunikasi verbal yang dilakukan pada

saat proses latihan tenis meja antara pelatih dan atlet tunanetra. Diskusi dilakukan

setelah simulasi latihan, tepatnya pada saat evaluasi.

Menurut Yulianto pelatih tenis meja tunanetra, saat diskusi review kembali

dengan menanyakan hal-hal apa saja yang menjadi kesulitan atlet tenis meja

tunanetra saat simulasi :

“saat evaluasi di waktu akhir latihan, suka menanyakan kepada atlet „sebenarnya

kesulitan kamu dimana tadi ?‟.95

Bentuk diskusi pada proses latihan komunikasi dua arah, dimana pelatih

dan atlet saling menyampaikan pesan. Menurut Yanto Sugiharto berdiskuasi

biasanya membicarakan tentang mengatasi kelemahan-kelemahan :

“Berdiskusi tentang cara mengatasi kelemahan-kelemahan”96

Pada proses diskusi ini, terkadang atlet yang memulai pembicaraan untuk

membahas tentang simulasi latihan yang telah dilakukan. Seperti yang dikatakan

oleh Toni Budi Santoso yang sering menanyakan tentang perkembangan skill nya:

“Dari pengamatan pak yuli, suka didiskusikan tentang cara bermain yang bagus

itu bagaimana. Saya juga selalu menanyakan peningkatan permainan saya”97

94

Hasil Wawancara Iis Wulandari pada tanggal 29 Agustus 2014 95

Hasil Wawancara Yulianto Pada tanggal 20 Agustus 2014 96

Hasil Wawancara Yanto Sugiharto pada tanggal 22 Agustus 2014

Page 96: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

83

Menurut Sarah Wijaya, Pelatih tenis meja tunanetra Yulianto sering

menanyakan kepada para atlet, sudah tepat dan bisa diterima dengan baik atau

tidak arahan-arahan yang diberikan kepada para atlet :

“Selalu ditanya Pelatih untuk memastikan paham atau tidak arahan yang

diberikan”98

Selain itu juga pelatih sering mendiskusikan tentang peta kekeuatan lawan.

Pelatih sudah mempunyai prediksi tentang kekuatan-kekuatan lawan yang akan

dihadapi, hal ini berdasarkan pengamatan Yulianto sebagai pelatih tenis meja

tunanetra. Seperti yang diungkapkan Iis Wulandari, pentingnya diskusi dalam

proses latihan :

“Biasanya mendiskusikan peta kekuatan lawan, hal ini penting bagi kami untuk

meningkatkan kemampuan”.99

Dalam pelaksanaannya, komunikasi instruksional bisa menggunakan

pendekatan komunikasi antar pribadi, dimana peran masing-masing komunikator

atau komunikan secara bersama membagi dan menciptakan pemahaman secara

bersama.100

Hal ini sejalan dengan apa yang dilakukan pelatih yang menerapkan

diskusi pada saat evaluasi setelah latihan simulasi tenis meja tunanetra, bahwa

diskusi penting untuk mencapai pemahaman bersama.

97

Hasil Wawancara Toni Budi Santoso Pada tangga 25 Agustus 2014 98

Hasil Wawancara Sarah Wijaya pada tanggal 27 Agustus 2014 99

Hasil Wawancara Iis Wulandari pada tanggal 29 Agustus 2014 100

Pawit M. Yusuf, op.cit hal.95

Page 97: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

84

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

komunikasi instruksional pelatih dan atlet tenis meja tunanetra sebagai berikut :

1. Proses Komunikasi Pelatih dan Atlet Tenis Meja Tunanetra

Dari satu pelatih tenis meja tunanetra dan empat atlet tenis meja

tunanetra, dapat disimpulkan bahwa dengan identifikiasi yang dilakukan pelatih

terhadap atlet, proses komunikasi berjalan melalui tahap awal komunikasi, dan

akhirnya tercipta cara pelatih dan atlet tenis meja tunanetra berkomunikasi. Atlet

tenis meja tunanetra mengandalkan bahasa verbal untuk berkomunikasi.

Pesan-pesan yang seharusnya dijelaskan secara audio dan visual dalam

menginstruksikan sebuah arahan, dalam hal ini pesan hanya menggunakan

dengan audio, kemudian untuk membuat komunikasi menjadi efektif, pelatih

tenis meja tunanetra akan menggambarkan instruksi-instruksi dengan simbol-

simbol yang disepakati oleh pelatih dan atlet tenis meja tunanetra.

Pengalaman terdahulu saat menghadapi permasalahan komunikasi

dengan tuanetra juga membantu pelatih tenis meja tunanetra dalam tahap awal

komunikasi. Terciptalah cara pelatih berkomunikasi dan atlet tenis neja

tunanetra, yaitu dengan menggunakan instilah-istilah tenis meja tunanetra yang

dipahami oleh pelatih dan atlet tenis meja tunanetra.

84

Page 98: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

85

2. Metode Komunikasi Instruksional Pelatih dan Atlet Tenis Meja

Tunanetra

Metode komunikasi instruksional yang digunakan dalam melatih atlet

tenis meja tunanetra adalah menggunakan metode praktikum, dan metode

diskusi. Dengan menggunakan metode tersebut pelatih tenis meja tunanetra

dapat mengarahkan instruksi-isntruksinya dengan baik.

3. Komunikasi Verbal Pelatih dan Atlet Tenis Meja Tunanetra

Jenis komunikasi yang digunakan pelatih dalam pelatihan tenis meja

tunaetra menggunakan jenis komunikasi verbal yaitu, dengan menggunakan

kalimat jelas, tegas, dan bahasa yang disepakati sehingga atlet tenis meja

tunanetra mudah memahami pesan yang disampaikan oleh pelatih.

5.2 Saran

Adapun saran penulis untuk judul penelitian komunikasi instruksional

pelatih dan atlet tenis meja tunanetra ini adalah:

1. Bagi National Paralympic Kota Bekasi cabang olahraga tenis meja tunanetra,

penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak informasi kepada para

pelatih tenis meja tunanetra untuk selalu meningkatkan potensi dan bakat

atlet tenis meja tunanetra. National Paralympic juga harus memberi

dukungan dengan menambah jumlah atlet agar makin banyak tunanetra yang

mempunyai kesempatan meraih prestasi, dan mengkurususkan pelatih agar

Page 99: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

86

menambah kualitas pelatih tenis meja tunanetra dengan metode-metode

pelatihan yang lebih variatif

2. Kepada masyarakat, hendaknya lebih terbuka terhadap penyandang tunanetra

karena mereka memiliki kesempatan yang sama untuk dapat menghasilkan

prestasi.

3. Untuk peneliti selanjutnya, penulis tahu bahwa penelitian ini masih banyak

kekurangan. Jika akan menggunakan topik yang sama hendaknya

memperdalam dibagian pembahasan

Page 100: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

87

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Onong Uchana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Devito, Joseph A. 1997 Komunikasi antar Manusia. Jakarta: Profesional Books

Fathurohman dan Sutikno. 2007 Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Refika

Aditama.

Hikmat, Mahi M. 2011. Teknik dan Ilmu Pengetahuan : Statistik dan Penelitia.

Yogyakarta : Graha Ilmu.

Ilyas, Sidarta. 1993. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. fakultas kedokteran

universitas Indonesia.

Kincaid, D. Lawrence & Scrhamm, Wilbur. 1987. Asas-asas Komunikasi Antar

Manusia. Jakarta: LP3ES.

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktisi Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Little John, Stephen W. & Foss, Karen A. 2011 Teori Komunikasi. Jakarta :

Salemba Humanika.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.

RemajaRosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2007 Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja

Rosda Karya.

Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Ruslan, Rosady. 2006 Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Rusman. 2012 Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Bandung: alfabeta.

Santana, Septiawan. 2007. Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogya: PT Tiara

Wacana Yogya.

Page 101: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

88

Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya.

Supratiknya. 2009. Komunikasi Antarpribadi. Yogyakarta: Kanisius.

T, 3 Hermaya. 1992. ensiklopedi kesehatan. Jakarta: PT Cipta adi pustaka.

Yusuf , Pawit M. 2010. Komunikasi Instruksional: Teori dan Praktek Jakarta:

Bumi Aksara.

Yamin, Martinis. 2012. Desain Baru Pembelajaran Konstruvistik. Jakarta :

Referensi

Sumber Lain

Pertuni : Anggapan Tuanetra Sakit Picu Diskriminasi‟ http://health.detik.com

(diakses pada :11 November 2013, pukul 20.10 WIB)

Sejarah National Paralympic Indonesia. http://www.npcindonesia.org/ (diakses

pada : 20 April 2014, pukul 15.20 WIB)

Karangan Jenis Ceramah http://drilias-zaidi.blogspot .com/. (diakses pada :

tanggal 9 Juni 2014, pukul 00.10 WIB)

Pendidikan Sastra di Sekolah Dasar Kelas Rendah http://file.upi.edu/Direktori/

(Diakses pada : tanggal 7 Maret 2014, pukul 12.35 WIB)

Page 102: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

89

DAFTAR LAMPIRAN BIODATA

INFORMAN DAN TRANSKIP

WAWANCARA

Page 103: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

90

Biodata Informan (Pelatih Tenis Meja Tunanetra)

1. Biodata Yulianto

Nama Lengkap : Yulianto

Tempat, Tanggal Lahir : Djogjakarta, 1 April 1967

Alamat : Jl. Hj. Martono Bulak Kapal Blok 1 no. 33 Kota

Bekasi

No. Telepon : 083893440324

Pelatihan / Kursus

Olahraga Tunanetra : DIKLAT Orientasi Mobilitas tingkat mahir yang

diadakan oleh diknas utnuk melatih dasar-dasar olahraga tunanetra.

2. Transkip Wawancara Yulianto

Wawancara ini dilakukan pada Rabu, 20 Agustus 2014 pada pukul 16.30 WIB.

Wawancara dengan Yulianto ini dilakukan di Departemen Sosial RI Bulak Kapal

Kota Bekasi.

Bagaimana pendekatan awal anda terhadap atlet tunanetra?

Page 104: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

91

Sebelum memulai latihan, mengakrabkan diri dengan atlet, seperti dengan

mengenalkan diri lebih dalam lagi, agar saat latihan tidak canggung dalam

berkomunikasi. Setelah sudah saling kenal baru beranjak latihan soal teknik-

teknik tenis meja. Saya kenal dengan Sarah Wijaya, Iis Wulandari dari awal dia ga bisa

main tenis meja. setelah lulus mereka masuk NPC, saya sudah tau karakter mereka

masing-masing, dan memanag mereka hobi disitu (tenis meja) jadinya tinggal dipoles aja

dari segi tehniknya, dari kecepatannya. Toni saya sudah sering kerja bareng dalam

kegiatan NPC, jadinya saya ga ada masalah saat memulai latihan tenis meja. kalau Yanto

baru pada kejuaraan ini saya melatih dia. Yanto orang yang cepat tangkap dan gigih

dalam berlatih.

Bagaimana cara anda menyampaikan instruksi kepada atlet tunanetra ?

Karena Tunanetra kelebihannya pada pendengaran yang peka, maka lebih sering

menggunakan lisan dibandingkan dengan meraba untuk menjelaskan sebuah

tehnik, karena mereka sudah terlatih dan berlebel atlet, jadi komunikasi secara

lisan menjadi andalan. Untuk meningkatkan skill saya suka meneriaki pada saat

latihan untuk „tambahkan power pukulannya‟ „terus!‟ „tambah terus!‟ „arahkan

bola searah jarum jam 1‟ „jarum jam 11‟, dan jarum jam 12‟ sampai pukulannya

atau smash mereka maksimal. Selain itu juga saya suka memberi arahan cara

bertahan dan menyerang agar kelemahan mereka bisa tertutupi. Pada dasarnya

komunikasi yang saya gunakan adalah dengan bahasa yang mudah dimengerti.

Feedback apa yang anda terima dari hasil instruksi anda ?

Saya sering menanyakan kembali sudah jelas atau belum. Misalnya pada saat

evaluasi di waktu akhir mau selesai latihan, saya suka menanyakan „sebenarnya kesulitan

Page 105: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

92

kamu dimana tadi ?‟ „pak ada gangguan angin‟…… „pak ada berisik‟…. „pak aku lemah

di bagian sini‟ „pak aku udah lama ga main tenis meja udah kaku„.

Bagaimana anda mengenal karakter atlet anda ?

Pelatih harus pandai dan jeli mengenal karakter atlet. Meskipun atlet itu

berprestasi bukan jaminan untuk juara lagi. Saat proses pengenalan diri adalah

awal untuk mengenal karakter para atlet. Saya mencoba memahami situasi dan

kondisi para atlet, dan kemampuan awal yang telah dimiliki oleh empat atlet tenis

meja Kota Bekasi. Seperti mengetahui profil mereka, kenapa mereka tertarik

dengan tenis meja. Hal ini dilakukan untuk menjalin komunikasi yang baik

dengan atlet. Semakin banyak yang diketahui, semakin besar kemungkinan sesuai

dengan harapan. Dengan begitu, segala sesuatu tentang para atlet tenis meja bisa

diketahui sejak awal, dan proses komunikasi yang dikehendaki bisa berjalan

dengan lancar.

Apa kesulitan anda ketika berkomunikasi dengan para atlet?

Perbedaan fisik. Karena perbedaan fisik yang dialami saya dan para atlet berbeda,

dimana atlet tidak bisa melihat. Hal ini membuat arahan yang saya berikan harus

sejelas mungkin, agar bisa dimengerti oleh mereka

Penilaian apa saja yang anda gunakan dalam mengukur kemampuan para

atlet ?

Page 106: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

93

3. Biodata Yanto Sugiharto

Nama Lengkap : Yanto Sugiharto

Tempat / Tanggal Lahir : Bandung, 10 Oktober 1987

Aalmat : Jl. Pajajaran No. 52 Bandung

No.Telepon : 0818 - 0909 – 8509

Prestasi Tenis Meja : - Medali Emas Pekan Paralimpiade Nasional

(PEPARNAS) Riau Pada tahun 2012

- Medali Emas Pekan Olahraga Daerah (PORDA)

Jawa Barat, pada tahun 2010

4. Transkip Wawancara Yanto Sugiharto

Wawancara ini dilakukan pada Jumat, 22 Agustus 2014 pada pukul 17.00 WIB.

Wawancara dengan Yulianto ini dilakukan di Departemen Sosial RI Bulak Kapal

Kota Bekasi.

Awal mula anda tertarik dengan tenis meja tunanetra, karena apa?

Pada dasarnya saya menyukai tantangan, dan tenis meja tunanetra mempunyai

banyak tantangan untuk memainkannya, Karena tidak mudah untuk

memainkan tenis meja tunanetra walaupun peraturan dan perlatannya sudah

dirancang sedemikian rupa untuk tunanetra

Page 107: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

94

Bagaimana tahap awal anda berkomunikasi dengan pelatih ?

Tahap awal saya komunikasi dengan pa Yuli (pelatih) agak sulit, sebab untuk

mencairkan suasana saya harus kenal baik dengan pak Yuli, tapi makin kesini

kita makin deket dan komunikasi kita lancar – lancar aja. Saya nurut aja apa

yang pa Yuli instruksikan.

Apakah pesan/instruksi yang disampaikan pelatih bisa diterima dengan

baik? jelaskan

Tentu aja, walaupun pada awalnya memang ada hambatan karena bisa di

bilang kita baru kenal (saya dan pelatih) , tapi sekarang karena sudah sering

latihan sama dia jadi asik aja. Tidak sulit untuk menerima arahan dari pelatih.

Arahan-arahan yang diberikan Pak Yulianto tergambar dengan baik bagi saya

yang tunanetra. Pak Yuli selain lantang, perkataannya juga cukup detil dalam

setiap arahan. Seperti saat ia mengarahkan untuk melakukan pukulan melintir

( topspin ). “Siap ! Bola ke-3 pukulan melintir, arahkan ke arah jarum jam 10”

jadi saya paham ke aarah mana bola akan saya pukul.

Instruksi apa saja yang biasa diberikan oleh pelatih pada saat latihan?

Pak Yuli suka member instruksi, seperti cara menyerang, dan cara bertahan

yang diajarkan Pelatih dengan cara menjadi lawan tanding saya. Ada hal baru

yang saya dapatkan dari pelatih, seperti teknik block, teknik ini dapat

digunakan untuk mengembalikan atau mengatasi bola melintir (topspin). Dan

Page 108: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

95

bola melintir (topspin) dari lawan tidak terlalu lemah, maka block adalah cara

paling tepat untuk mengembalikan bola tersebut. Pelatih memberi pemahaman

tentang teknik block dengan mengatakan, konsentrasi pada bunyi bola, karena

hasil pukulan bola melintir suara kerincing pada bola itu berkurang dan sulit

terdengar. Ketika saya sudah mendengar kemana arah bola, saya akan

mengembalikan bola tersebut dengan pukulan yang tidak keras, karena ketika

bola melintir saya pukul dengan keras itu rentan bola akan melenceng.

Bagaimana anda memaksimalkan keterbatasan dalam menerima

instruksi saat proses latihan ?

Pada saat latihan biasanya saya mendengar baik – baik apa yang pak Yuli

instruksikan dalam latihan. Lalu saya laksanakan seperti yang dia minta. Jadi

lebih kepada mendengarkan secara seksama apa yang pa Yuli instruksikan.

Bagaimana anda beradaptasi saat awal dalam proses latihan ?

Pelan – pelan sih yang pasti. Memang selama latihan ini yang saya tahu pa

Yuli orang nya tegas tetapi lama – kelamaan sudah terbiasa jadi hampir semua

instruksinya bisa saya pahami.

Bagaimana anda menyesuaikan diri dengan program latihan yang

diberikan pelatih ?

Saya selalu mengikuti program latihan dengan baik. Latihan biasanya

dilaksanakan pada hari senin rabu dan jumat pada pukul dua belas siang ,

Page 109: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

96

tetapi khusu hari jumat latihan dimulai setelah selesai salat jumat. Say selalu

datang tepat waktu karena saya sudah terbiasa disiplin dengan para pelatih

saya sebelumnya.

Faktor pendukung apa saja yang mempermudah anda memahami

instruksi dalam latihan?

Pertama yang jadi faktor pendorong tentu saja diri saya sendiri karena saya

berusaha keras untuk memahami isi latihan dengan baik selain itu juga pa Yuli

selain tegas cara menyampaikan instruksinya juga jelas. Dia juga sabar

ngajarin saya kalau ada yang kuranng saya pahami.

Dari semua instruksi yang diberikan, instruksi mana yang menurut anda

paling sulit dipahami ? jelaskan?

Ga ada sih , saya paham semua instruksi pa Yuli, Cuma paling kaya misalkan

pukulan kurang terarah atau kurang keras pa Yuli suka mengintropeksi terus

saya lakasanakan koreksinya, gitu aja paling.

5. Biodata Toni Budi Santoso

Nama Lengkap : Toni Budi Santoso

Tempat / Tanggal lahir : Jakarta, 27 Juni 1979

Alamat : Jl. HJ. Jayun RT.05 RW.03 Kelurahan

Pengasinan Kecamatan Rawa Lumbu Kota Bekasi

Page 110: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

97

No. Telepon : 081315802687

Prestasi Tenis Meja : - Medali perak diajang Pekan Paralimpiade

Nasional ke-XIV yang digelar di Riau pada tahun

2012

6. Transkip Wawancara Toni Budi Santoso

Wawancara ini dilakukan pada Senin, 25 Agustus 2014 pada pukul 15.30 WIB.

Wawancara dengan Yulianto ini dilakukan di Departemen Sosial RI Bulak Kapal

Kota Bekasi.

Bagaimana tahap awal anda berkomunikasi dengan pelatih ?

Tidak perlu adaptasi dengan Pelatih, karena saya sudah kenal sebelumnya.

Apakah pesan/instruksi yang disampaikan pelatih bisa diterima dengan

baik? Jelaskan

instruksi yang diberikan cukup jelas, saya bisa membayangkan dengan baik

instruksi yang diberikan oleh Pak Yulianto. Misalnya saat Pak Yulianto

menginstruksikan tentang cara bertahan yang baik.

Instruksi apa saja yang biasa diberikan pelatih pada saat latihan?

Page 111: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

98

Pak Yulianto sering mengatakan, cara bertahan yang baik adalah dengan

konsentrasi. Cara konsentrasi yang benar adalah dengan memfokuskan

pendengran pada bunyi bola yang bergulir. Kalau konsnetrasi hilang, maka

pendengaran pun akan kacau. Pendengaran adalah pusat pertahan kami Teknik

tenis meja, seperti „pukulan melintir‟, juga suka memberikan arahan untuk

control permainan, jangan lengah ketika bola ketiga dan ke empat‟ . karena pada

peraturan tenis meja tunanetra, bola pertama dan bola kedua itu tidak boleh smash

harus pelan, ketika bola ketiga baru bisa smash, namun biasanya pada bola ke

empat kita suka lengah.

Bagaimana anda memaksimalkan keterbatasan dalam menerima instruksi

saat proses latihan ?

Dengan mendengarkan yang baik, dan langsung praktekan apa yang dikatakan

oleh pelatih

Faktor pendukung apa saja yang mempermudah anda memahami instruksi

dalam latihan?

Saya sudah kenal dengan Pak Yuli dengan baik, jadi saat latihan saya ga sungkan

kalau ada yang tidak saya mengerti, hal itu yang ngebuat saya mudah untuk

berkomunikasi dengan Pak Yuli terutama pada saaat latihan. Dan juga pak Yuli

memberikan contoh dengan cara menjadi lawan tanding saat latihan, juga Pak

Yuli saat latihan suka mengingatkan tentang peraturan-peraturan tenis meja,

kadang-kadang hal kecil kita suka lupa.

Page 112: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

99

Dari semua instruksi yang diberikan, instruksi mana yang menurut anda

paling sulit dipahami ? jelaskan?

Tidak ada, karena Mendengarkan lalu mempraktekan

Saat evaluasi apa saja yang dibicarakan ?

Dari pengamatan pak yuli, suka didiskusikan tentang cara bermain yang bagus itu

bagaimana. Saya juga selalu menanyakan peningkatan permainan saya. Pelatih

sering memberi tahu kriteria pemain yang bagus, kemudian bicara soal itu. Selain

itu juga pelatih sering menanyakan keadaan keluarga saya.

7. Biodata Sarah Wijaya

Nama Lengkap : Sarah Wijaya

Tempat / Tanggal Lahir : Surabaya, 4 Juni 1976

Alamat : Villa Mutiara Gading 3 Blok 3 No.33 RT.05

RW.19 Kota Bekasi

No. Telepon : 085283510777

Page 113: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

100

Prestasi Tenis Meja : - Medali emas pada Pekan Olagrahraga

Daerah (PORDA) Provinsi Banten pada tahun

2011.

- Medali perunggu pada ajang Pekan

Paralimpiade Nasional (PEPARNAS) ke-XIV

yang digelar di Riau pada tahun 2012.

8. Transkip Wawancara Sarah Wijaya

Wawancara ini dilakukan pada Rabu, 25 Agustus 2014 pada pukul 16.30 WIB.

Wawancara dengan Yulianto ini dilakukan di Departemen Sosial RI Bulak Kapal

Kota Bekasi.

Bagaimana tahap awal anda berkomunikasi dengan pelatih ?

Saya sudah kenal dengan Pak Yuli kenal sejak SMP, dimana saya saat itu belum

bisa main tenis meja sampai bisa main tenis meja berkat Pa Yuli, jadi tidak

merasa ada masalah ketika beradaptasi dengan Pak Yuli

Apakah pesan/instruksi yang disampaikan pelatih bisa diterima dengan

baik? jelaskan

Iya cukup jelas, Pelatih suka memberi arahan-arahan soal teknik tenis meja

dengan detil, selain itu juga pelatih sering mengingatkan peraturan dasar tenis

meja tunanetra yang sering lupa, berupa “Service miring seperti garis panah hijau

berarti salah dan di ulangsampai 3 kali, apabila 3 kali salah terus berarti point

untuk lawan. Bola pengembalian service juga dilakukan dengan pelan (pelandisini

Page 114: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

101

maksudnya diharapkan sama seperti jalannya bola service). Service harus sampai

pada area service. Kalau tidak sampai area itu berarti point untuk lawan. Biasanya

bukan kalimat Pak Yulianto yang tidak bisa dimengerti, tapi kalau suara Pak

Yulianto agak kecil biasanya kita suka kurang ngerti. Kalau ada arahan yang

kurang jelas, cukup ditanyakan kembali Suka menanyakan kembali kalau ada

yang saya tidak mengerti.

Bagaimana anda memaksimalkan keterbatasan dalam menerima instruksi

saat proses latihan ?

Saya cukup konsentrasi supaya pendengaran saya tetap focus pada arahan-arahan

pelatih

Apa saja yang dibicirakan ketika evaluasi ?

Berbicara soal kekuatan lawan yang akan dihadapi, dan Pak Yulianto juga suka

menanyakan kesiapan saya tentang turnamen PORDA sebagai atlet tenis meja

yang akan dihadapi, karena konsentrasi saya tidak hanya pertandingan tenis meja

tunanetra tapi saya sebagai ketua NPC mengurusi persiapan PPORDA JABAR

yang akan digelar di bulan November secara keseluruhan, hal ini sering saya

diskusikan dengan Pak Yuli.

Faktor pendukung apa saja yang mempermudah anda memahami instruksi

dalam latihan?

Page 115: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

102

Kita saling terbuka ketika ada arahan yang kurang jelas, cukup ditanyakan

kembali dan ketika saya melakukan kesalahan pasti ditegur, misalnya kalau

kebanayakan out suka diperingati „pukulannya harus lurus!‟

9. Biodata Iis Wulandari

Nama Lengkap : Iis Wulandari

Tempat / Tanggal Lahir : Surabaya, 11 November 1983

Alamat : Gg. Mojar RT. 03 RW.11 Bogor

No. Telepon : 081908707833

Prestasi Tenis Meja : - Medali perak, Pekan Olahraga Cacat

Nasional (POPCANAS) di Ragunan Jakarta

tahun 2003

- Medali Perak, Pekan Olahraga Cacat

Nasional (PORCANAS) di Palembang

tahun 2004

- Medali Perunggu, Pekan Olahraga Cacat

Nasional (PORCANAS) di Kalimantan

Timur tahun 2008

- Medali Perak, Pekan Olahraga Daerah

(PORDA) di Jawa Barat tahun 2010

Page 116: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

103

10. Transkip Wawancara Iis Wulandari

Wawancara ini dilakukan pada Jumat, 29 Agustus 2014 pada pukul 16.30 WIB.

Wawancara dengan Yulianto ini dilakukan di Departemen Sosial RI Bulak Kapal

Kota Bekasi.

Bagaimana tahap awal anda berkomunikasi dengan pelatih ?

Saya sudah kenal dengan Pelatih (Yulianto) sejak SMP. Tidak sulit untuk

menyesuaikan diri dengan Pelatih (Yulianto)

Apakah pesan/instruksi yang disampaikan pelatih bisa diterima dengan

baik? Jelaskan

Tidak sulit, tidak ada yang rumit dalam komunikasi dengan pelatih. Dan saya

Suka menanyakan kembali kalau ada yang saya tidak mengerti

Instruksi apa yang biasa diberikan oleh pelatih pada saat latihan ?

Pelatih sering menekankan tentang teknik, yaitu „kecepatan dan power mukul atau

smash‟. Kalau pukulan saya belum maksimal, Pak Yulianto terus menyuruh saya

untuk memukul sekeras-kerasnya, tidak hanya keras tapi harus terarah juga

Bagaimana anda memaksimalkan keterbatasan dalam menerima instruksi

saat proses latihan ?

Mendengarkan setiap arahan yang diberikan oleh Pak Yuli dengan baik

Page 117: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

104

Apa saja yang dibicirakan ketika evaluasi ?

Biasanya mendiskusikan peta kekuatan lawan, membicarakan kelemahan yang

dipunya, dan juga saya suka ngobrol tentang masalah saya yang mengakibatkan

pada kurangnya konsentrasi saat saya latihan.

Faktor pendukung apa saja yang mempermudah anda memahami instruksi

dalam latihan?

Melakukan latihan tiga kali dalam seminggu untuk meningkatkan performa.

Dalam latihan pelatih suka menjadi lawan tanding kita. Karena pelatih

mengetahui kelemahan saya, maka pelatih selalu mengatasinya dengan cara smash

dibagian kelemahan saya.

Page 118: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

105

1. Yanto Sugiharto

2. Toni Budi Santoso

Page 119: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

106

3. Iis Wulandari

4.Sarah Wiajaya

Page 120: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

107

5.Yulianto saat diwawancarai

Page 121: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

108

CURRICULUM VITAE

HENRY PRAMUDYA SOEGIANA [email protected]

BIODATA PERSONAL INFORMATION

Panggilan : Henry

Tempat / Tanggal Lahir : Lebak , 18 September 1990

Kewarganegaraan : Indonesia

Jenis Kelamin : Pria

Berat / Tinggi Badan : 55 kg / 170 cm

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat ;

Alamat Rumah : Jl. Udang III no.239 Rt. 08 Rw.08 Kec. Bekasi Selatan

Kota Bekasi 17144

Alamat Tinggal : Griya Permata Asri Blok E3/15 Kel. Dalung Kec.

Cipocok Jaya Kota Serang

Telepon / HP : 08999819829

Hobby : Nonton film, dengerin music/mp3, Naik Gunung

PENDIDIKAN FORMAL EDUCATION

Page 122: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

109

Sekolah Dasar –Elementary School

SDN Kayuringin Jaya XIII Kota Bekasi, lulus 2003

Sekolah Menengah Pertama –Junior High School

SMP Negeri 7 Kota Bekasi, lulus 2006

Sekolah Menengah Kejuruan –Senior High School

SMK Negeri 1 Kota Bekasi, lulus 2009

Sekolah Tinggi –University

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi, Konsentrasi Ilmu Jurnalistik 2009.

KEMAMPUAN ABILITY

Kemampuan Komputerisasi :

Sistem Operasi : Windows

Microsoft Office : Ms. Word, Ms. Excel, Ms. Power Point

Kemampuan Jaringan Sosial : Terbiasa menggunakan e-mail & internet

Kemampuan Berorganisasi : Terbiasa berorganisasi

Kemampuan dibidang broadcast : Mengoperasikan Kamera Video Sony HDV,

DSLR, Editing Video dengan software Adobe

Premiere Cs 6

PENGALAMAN ORG. & PRESTASI EXPERIENCE & AWARDING

Pengurus Osis SMP N 7 Kota Bekasi Sekbid III, 2005

Humas Dewan Penggalang Pramuka SMP N 7 Kota Bekasi, 2005

Penghargaan Tertinggi Pramuka Penggalang –“Penggalang Garuda”, 2005

Page 123: KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL PELATIH DAN ATLET TENIS MEJA ...

110

Humas “Rohis Adz-Dzikru SMK 1 Kota Bekasi”, 2007 – 2008

“Pasukan Pengibar Bendera Pusaka –PASKIBRAKA Kota Bekasi”, 2007

“Purna Paskibraka Indonesia – PPI Kota Bekasi”, 2007

Pengurus PPI Kota Bekasi –Bidang Hubungan Antar Lembaga, 2007 – 2010

Peserta “RAIMUNA NASIONAL Kontingen KOTA BEKASI –Cibubur 2008”,

2008

Ketua Pelaksana Lomba Pramuka “SEVEN GAMES” se- Banten, DKI, Jawa

Barat, 2008

Wakil Ketua Televisi Komunitas “Untirta Tv”, 2011 – 2012

Direct of Photography film pendek “She Is Mine”, 2011

Camera Person Video Company Profile Kota Serang, 2011

Asisten Camera Person footage video Bappenas Sungai Citarum - Bandung,

Karawang, Bekasi 2011 - 2012

Camera Person Film Dokumenter “UANADAWAR”, 2012

10 Besar tingkat nasional dalam ajang Tourism Movie Competition dengan film

Dokumenter “UANADAWAR”

Tim Penata Musik “Kafe Ide” teater yang berjudul “Kasat tak Kusut” – dalam

festival teater festamasio ITS Surabaya, 2013

Camera Person Program TV Kabel “My Day” First Media, 2013

Produser Film “Bangku Taman”, 2014

Director Film “Moluska”, 2014