KOMUNIKASI EFEKTIF

download KOMUNIKASI EFEKTIF

of 35

description

KOMUNIKASI EFEKTIF

Transcript of KOMUNIKASI EFEKTIF

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DALAM PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI

RS BERSALIN ESTO EBHU SUMENEP

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Komunikasi merupakan suatu cara individu untuk melakukan interaksi dengan individu yang lain Tanpa komunikasi. individu akan sulit mengungkapkan keinginan, pendapat dan menjalankan hubungan silaturahmi dengan individu lain. Komunikasi sangat erat hubungannya dengan kehidupan sosial individu. Bayangkan, apa yang terjadi jika antara satu individu dengan individu yang lain tidak mengetahui bagaimana cara berkomunikasi, kehidupan sosial tidak akan terjadi. informasi tidak didapatkan dan masyarakat akan menjalani kehidupan yang membosankan karena tidak dapat mencurankan ide, pendapat dan perasaan mereka.

Komunikasi erat kaitanya dengan sistem indera, misalnya pendengaran. Untuk dapat memahami apa yang dikatakan secara verbal, kita harus mendengarkan. Jika pendengaran terganggu maka akan sulit untuk memahami infofmasi yang disampaikan secara lisan. Masih banyak lagi oontoh hubungan komunikasi dengan sistem indera.Perkembangan teknokagi memungkinkan masyarakat untuk menyampaikan infomiasi dalam jarak jauh. Komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan media massa ataupun elektronik, hanya saja tidak selamanya komunikasi yang dilakukan ini efektif. Hal ini tergantung pada srtuasi dan kondisi yang sedang kita alami.

B. TUJUAN PENULISAN1. Memahami arti dan komunikasi

2. Menjelaskan perkembangan setelah berkomunikasi

3. Memahami makna dan berkomunikasi

4. Memahami komunikasi verbal yang efektif

5. Memberikan contoh berkomunikasi

6. Menambah pengetahuan petugas kesehatan tentang tata cara berkomunikasi yang efektif

7. Petugas kesehatan dapat menerapkan komunikasi efektif terhadap pasien dan keluarganya ketika telah menjadi dokter

8. Menambah pengetahuan petugas kesehatan tentang komunikasi yang efektif antara petugas kesehatan dan pasien

BAB II PEDOMAN KOMUNIKASIKomunikasi merupakan terjemahan kata communication yang berarti perhubungan atau perkabaran Communicate berarti memberitahuhan atau berhubungan. Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio dengan kata dasar communis yang berarti sama. Secara terminologis, komunikasi diartikan sebagai pemberitahuan sesuatu (pesan) dari satu pihak ke pihak lain dengan menggunakan suatu media. Sebagai makhluk sosial, manusia sering berkomunikasi satu sama lain. Namun, komunikasi bukan hanya dilakukan oleh manusia saja, tetapi juga dilakukan oteh makhluk-makhluk yang lainnya. Semut dan lebah dikenal mampu berkomunikasi dengan baik. Bahkan tumbuh-tumbuhanpun sepertinya mampu berkomunikasi. Komunikasi dilakukan oleh pihak yang memberitahukan (komunikator) kepada pihak penerima (komunikan). Komunikasi efektif terjadi apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi.

A. Unsur-Unsur Komunikasi

Untuk dapat berkomunikasi secara efektif kita perlu memahami unsur-unsur komunikasi, antara lain;

1. KomunikatorPengirim (sender) yang mengirim pesan kepada komunikan dengan menggunakan media tertentu. Unsur yang sangat berpengaruh dalam komunikasi, karena merupakan awal (sumber) terjadinya suatu komunikasi

2. KomunikanPenerima (receiver) yang menerima pesan dari komunikator, kemudian memahami, menerjemahkan dan akhimya memberi respon.

3. Media

Saluran (channel) yang digunakan untuk menyampaikan pesan sebagai sarana berkomunikasi. Berupa bahasa verbal maupun non verbal, wujudnya berupa ucapan, tulisan, gambar. bahasa tubuh, bahasa mesin, sandi dan lain sebagainya.4. Pesan

Isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh Komunikator kepada Komunikan. Kejelasan pengiriman dan penerimaan pesan sangat berpengaruh terhadap kesinambungan komunikasi.5. TanggapanMerupakan dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas penerimaan pesan. Diimplentasikan dalam bentuk umpan batik (feed back) atau tindakan sesuai dengan pesan yang diterima.

B. Fungsi Dan Manfaat Komunikasi

1. Fungsi infonnasi. Untuk memberitahukan sesuatu (pesan) kepada pihak tertentu, dengan maksud agar komunikan dapat memahaminya.

2. Fungsi ekspresi. Sebagai wujud ungkapan perasaan / pikiran komunikator atas apa yang dia pahami terhadap sesuatu hal atau permasalahan.

3. Fungsi kontrol. Menghindari terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan, dengan memberi pesan berupa penntah, peringatan. penilaian dan lain sebagainya.4. Fungsi social. Untuk keperluan rekreatif dan keakraban hubungan di antara komunikator dan komunikan.5. Fungsi ekonomi. Untuk keperluan transaksi usaha (bisnis) yang berkaitan dengan finansial, barang dan jasa.

6. Fungsi da'wah. Untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan dan penuangan bersama.

Banyak manfaat yang dapat peroteh dengan berkomunikasi secara baik dan efektif, di antaranya adalah:

1. Tersampaikannya gagasan atau pemikiran kepada orang lain dengan jelas sesuai dengan yang dimaksudkan.2. Adanya saling kesefahaman antara komunikator dan komunikan dalam suatu permasalahan, sehingga terhindar dan salah persepsi.3. Menjaga hubungan baik dan silaturrahmi dalam suatu persahabatan, komunitas atau jama'ah.4. Aktivrtas amar ma'ruf nahi munkar di antara sesama umat manusia dapat diwujudkan dengan lebih persuasif dan penuh kedamaian.

C. Pedoman Dalam BerkomunikasiKomunikasi yang baik adalah komunikasi dimana pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik tanpa menimbulkan perasaan negatif. Ada beberapa pedoman untuk menjalin komunikasi yang baik, yaitu antara lain :1. Berkomunikasi dengan berpedoman pada nilai-nilai Islam.2. Setiap situasi komunikasi mempunyai keunikan.3. Kunci sukses komunikasi adalah umpan balik.4. Komunikasi bersemuka adalah bentuk komunikasi yang paling etektif.5. Setiap pesan komunikasi mengandung unsur informasi sekaligus emosi.

6. Kata adalah lambang untuk mengekspresikan pikiran atau perasaan yang tertouka untuk ditafsirkan.

7. Semakin banyak orang yang terlibat. komunikasi semakin kompleks.

8. Dapat terjadi gangguan dalam penyampaian pesan komunikasi.9. Perbedaan persepsi mengganggu keefektifan sampainya pesan.10. Orang berkomumkasi sesuai dengan situasi komunikasi yang diharapkannya. D. Sikap Dalam BerkomunikasiAda beberapa sikap yang perlu dicermati oleh seseorang dalam berkomunikasi. khususnya komunikasi verbal, yaitu antara lain:1. Berorientasi pada kebenaran (truth).2. Tulus (sincerity).3. Ramah (friendship).4. Kesungguhan (Seriousness).5. Ketenangan (poise).

6. Pencaya diri (self convidence).

7. Mau mendengarkan dengan baik (good listener) E. Teknik Berkomunikasi Secara EfektifSebagaimana disebutkan di atas, bahwa komunikasi efektif terjadi apabila suatu pesan yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah pereepsi. Karena itu, dalam berkomunikasi, khususnya komunikasi verbal dalam forum formal, diperlukan langkah-langkah yang tepat. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.1. Memahami maksud dan tujuan berkomunikasi.

2. Mengenali komunikan (audience).3. Berorientasi pada tema komunikasi.

4. Menyampaikan pesan dengan jelas.

5. Menggunakan alat bantu yang sesuai.

6. Menjadi pendengar yang baik.

7. Memusatkan perhatian.

8. Menghindari terjadinya gangguan.

9. Membuat suasana menyenangkan.10. Memanfaatkan bahasa tubuh dengan benar. F. Berkomunikasi Dalam Forum PelatihanDalam pelatihan seorang komunikator sebagai Pembaca perlu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi forum tersebut, baik jenis pelatihan, suasana ruangan, audience (peserta) fasilitas pendukung dan lain sebagainya. Agar dapat berkomunikasi secara efektif dan optimal, komunikator perlu mempersiapkan diri, baik dan segi penampilan fisik, mentalitas maupun penguasaan materi yang akan disampaikan. Persiapan yang baik sangat mendukung sekali penampilannya dalam berkomunikasi dengan komunikan.

Pesan yang akan disampaikan dikemas dalam bentuk naskah tertulis materi pelatihan sesuai temanya Materi disampaikan dengan metode ceramah yang diikuti dengan tanya jawab atau diskusi. Kamunikator dituntut untuk mampu menerangkan pesan materi secara jelas, dengan memanfaatkan kemampuan logika, intonasi pembicaraan, pengucapan kata, dan pemilihan kalimat yang tepat, didukung oleh bahasa tubuh yang menarik maupun peralatan bantu yang aesuai kebutuhan.

Untuk memberi kesan yang lebih mendalam dan pemahaman yang lebih jetas, materi dapat disampaikan dalam bentuk presentasi dengan menggunakan alat bantu komputer dan asesorisnya, yang meliputi: Notebook, LCD Projector dan Screen. Presentasi diberikan dalam bentuk penampilan komunikasi verbal Pembicara dan slide presentation, biasanya dalam program power pant, secara simultan.G. Penghambat KomunikasiHambatan sosio-antro-psikologis

a.Hambatan sosiologis

Seorang sosiolog jerman bernama Ferdinand Tonnies mengklasifikasikan kehidupan masyarakat menjadi dua jenis yang ia namakan Gemeinschaft dan gesellschaft. Gemeinschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat pribadi, statis, dan rasional, seperti dalam kehidupan rumah tanngga; sedangkan gesellschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat pribadi, dinamis, dan rasional, seperti pergaulan di kantor atau dalam organisasi. Karena dalam kehidupan masyarakat itu terbagi atas berbagai gologan dan lapisan, menimbulkan perbedaan status social, agama, ideologi, tingkat pendidikan, tingkat kekayaan, dan sebagainya, semua itu menjadi hambatan dalam berkomunikasi dan inilah yang termaksud dalam hambatan sosiologis.b.Hambatan antropologis

Manusia, meskipun satu sama lain sama dalam jenisnya sebagai makhluk homo sapiens, tetapi ditakdirkan berbeda dalam banyak hal. Dalam komunikasi misalnya, komunikator dalam melancarkan komunikasinya dia akan berhasil apabila dia mengenal siapa komunikan dalam arti siapa disini adalah bukan soal nama, melainkan ras, bangsa, atau suku apa si komunikan tersebut. Dengan mengenal dirinya, akan mengenal pula kebudayaannya, gaya hidup dan norma kehidupannya, kebiasaan dan bahasanya.Perlu kita ketahui komunikasi berjalan lancar jika suatu pesan yang disampaikan komunikator diterima olehg komunikan secara tuntas, yaitu diterima dalam pengertian received atau secara inderawi, dan dalam pengertian accepted atau rohani. Teknologi komunikasi tanpa dukungan kebudayaan tidak akan berfungsi.c.Hambatan psikologis

Faktor psikologis sering menjadi hambatan dalam berkomunikasi. Hal ini umunnya disebabkan sikomunikator dalam melancarkan komunikasinya tidak terlebih dahulu mengkaji si komunikan. Komunikasi sulit untuk berhasil apabila komunikan sedang sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa iri hati, dan kondisi psikologi lainnya; juga jika komunikasi menaruh prasangka kepadakomunikator.Prasangka merupakan salah satu hambatan berat bagi kegiatan komunikasi, karena orang yang berprasangka belum apa-apa sudah bersikap menentang komunikator. Apalagi kalau prasangka itu sudah berakar, seseorang tidak lagi berpikir objektif, dan apa saja yang dilihat atau didengarnya selalu dinilai negatif. Prasangka sebagai factor psikologis dapat disebabkan oleh aspek antropologisdan sosiologis; dapat terjadi terhadap ras, bangsa suku bangsa, agama, partai politik, kelompok dan apa saja yang bagi seseorang merupakan suatu perangsang disebabkan dalam pengalamannya pernah diberi kesan jelek.

Berkenaan dengan factor-faktor penghambat komunikasi yang bersifat sosiologis-antropologis-psikologis itu menjadi permasalahan ialah bagaimana upaya kita mengatasinya. Cara mengatasinya ialah mengenal diri komunikan dengan mengkaji kondisi psikologinya sebelum komunikasi terjadi, dan bersikap empatik kepada komunikan.

d. Hambatan semantis

Kalau hambatan sosiologis-antrop[ologis-psikologis terdapat pada pihak komunikan, maka hambatan semantis terdapat pada komunikator. Factor semantis menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan. Agar proses komunikasi itu berjalan denga baik seorang komunikator hareus benar-benar memperhatikan gangguan semantis ini, sebab salah mengucap atau salah tulis dapat menimbulkan salah pengertian atau salah tafsir, yang pada gilirannya bisa ,menimbulkan salah komunikasi.

Gangguan semantis juga kadang-kadang disebabkan oleh aspek antropologis, yakni kata-kata yang sama bunyi dan tulisannya, tetapi memiliki makna yang berbeda. Salah komunikasi ada kalanya disebabkan oleh pemilihan kata yang tidak tepat, dalam komunikasi hendaknya menggunakan kata-kata yang dapat dimengeri atau yang denotatif.Jadi untuk menghilangkan hambatan semantis dalam komunikasi, seorang komunikator harus mengucapakan pertanyaan yang jelas dan tegas, memilih kata-kata yang tidak menimbulkan persepsi yang salah, dan disususn dalam kalimat-kalimat yang dapat dimengerti.

e. Hambatan mekanis

Hambatan mekanis dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contohnya: suara telepon yang kurang jelas, berita surat kabar yang sulit dicari sambungan kolomnya, gambar yang kurang jelas pada pesawat televise dan lain-lain. Hambatan pada beberapa media tidak mungkin diatasi oleh komunikator tapi biasanya memerlukan orang-orang yang ahli di bidang tersebut misalnya teknisi.

f. Hambatan ekologis

Hambatan ekologis terjadi oleh gangguan lingkungan terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya adalah suara riuh (bising) orang-orang atau lalu lintas, suara hujan atau petir, suara pesawat terbang dan lain-lain. Untuk menghindari hambatan ini, komunkator harus mengusahakan tempat komunikasi yang bebas dari gangguan seperti yang telah disebutkan tadi.H. Jenis-jenis komunikasiMenurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulisa dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.

1. KOMUNIKASI VERBAL

Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Katakata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung. Komunikasi Verbal yang efektif harus:a. Jelas dan ringkasKomunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana. Contoh: Katakan pada saya dimana rasa nyeri anda lebih baik daripada saya ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan tidak enak.b. Perbendaharaan KataKomunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada mengatakan Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru-paru anda akan lebih baik jika dikatakan Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru Anda.c. Arti denotatif dan konotatifArti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.d. Selaan dan kesempatan berbicaraKecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan denganmemikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.e. Waktu dan relevansiWaktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat.f. Humor

Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.

2. KOMUNIKASI NON-VERBALKomunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan katakata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.Komunikasi non-verbal teramati pada:a. MetakomunikasiKomunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.b. Penampilan PersonalPenampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seseOrang berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993). Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekrjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra klien.c. Intonasi (Nada Suara)Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada suara perawat.d. Ekspresi wajahHasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.

e. Sikap tubuh dan langkahSikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan keadaan fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.f. SentuhanKasih sayang, dudkungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus mnemperhatikan norma sosial. Ketika membrikan asuhan keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit untuk menghindarkan sentuhan. Bradley & Edinburg (1982) dan Wilson & Kneisl (1992) menyatakan bahwa walaupun sentuhan banyak bermanfaat ketika membantu klien, tetapi perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh klien, sehingga harus dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati. Komunikasi terapeutik sebagai tanggung jawab perawat, yakni perawat harus memiliki tanggung jawab moral yang tinggi yang didasari atas sikap peduli dan penuh kasih sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Addalati (1983), Bucaille (1979) dan Amsyari (1995) menambahkan bahwa sebagai seorang beragama, perawat tidak dapat bersikap tidak perduli terhadap ornag lain adalah seseorang pendosa yang mementingkan dirinya sendiri. Selanjutnya Pasquali & Arnold (1989) dan Watson (1979) menyatakan bahwahuman care terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga/mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaanya: membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri, Sesungguhnya setiap orang diajarkan oleh Allah untuk menolong sesama yang memrlukan bantuan. Perilaku menolong sesama ini perlu dilatih dan dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi bagian dari kepribadian.

3. TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik berkomunikasi yang berbeda pula. Tehnik komunikasi berikut ini, treutama penggunaan referensi dari Shives (1994), Stuart & Sundeen (1950) dan Wilson & Kneisl (1920), yaitu:Mendengarkan dengan penuh perhatianBerusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang dikomunikasikan. Ketrampilan mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan:a) Pandang klien ketika sedang bicarab) Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan.c) Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau tangan.d) Hindarkan gerakan yang tidak perlu.e) Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik.f) Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.BAB IIIKOMUNIKASI VERBAL YANG EFEKTIF

A. Komunikasi VerbalSimbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau tebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Oeddy Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.Jalaluddin Rakhmat (1994). mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. la menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan yang dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti Kalimat dalam bahasa Indonesia. Yang berbunyi Di mana saya dapat menukar uang? akan disusun dengan tatabahasa bahasa-bahasa yang lain sebagai berikut :1. Inggris Dimana dapat saya menukar beberapa uang? (Where can I change some money?).

2. Perancis Di mana dapat saya menukar dari itu uang? (Ou puis-je change de I'argent?).3. Jerman: Di mana dapat saya sesuatu uang menukar? (Wo kann ich etwas Geld wechseln?).4. Spanyol: Di mana dapat menukar uang? (Donde puedo cambiar dinero?).Tatabahasa meliputi tiga unsur : fonologi, sintaksis, dan semantik. Fonotogi merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata. Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana.2005), bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi infonnasi.

1. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi2. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.3. Melalui bahasa. informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.

Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication: Principles, Contexts, and Skills, mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu :1. Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.2. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.3. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita untuk tebih teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.Keteriaatasan Bahasa:

1. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.2. Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu; orang, benda. peristiwa. sifat, perasaan. dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi bukan realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat parsial tidak melukiskan sesuatu secara eksak.3. Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh. dsb4. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual.5. Kata-kata bersifat ambigu karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda pula Kata berat, yang rnempunyai makna yang nuansanya beraneka ragam" Misalnya: tubuh orang itu berat, kepala saya berat, ujian itu berat, dosen itu memberikan sanksi yang berat kepada mahasiswanya yang nyontek.

6. Kata-kata mengandung bias budaya.7. Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dan budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketika mereka menggunakan kata yang sama. Misalnya kata awak untuk orang Minang adalah saya atau kita, sedangkan dalam bahasa Melayu (di Palembang dan Malaysia) berarti kamu.8. Komunikasi sering dihubungkan dengan kata Latin communis yang artinya sama. Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki makna yang sama. Pada gilirannya, makna yang sama hanya terbentuk bila kita memiliki pengalaman yang sama Kesamaan makna karena kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur kognitif disebut isomorfisme Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan berasal dari budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan yang sama, ideologi yang sama, pendeknya mempunyai sejumlah maksimal pengalaman yang sama. Pada kenyataannya tidak ada isomorfisme total.9. Percampuradukkan fakta. penafsiran, dan penilaian.Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta (uraian), penafsiran (dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan kekeliruan persepsi. Contoh: apa yang ada dalam pikiran kita ketika melihat seorang pria dewasa sedang membelah kayu pada hari kerja pukul 10.00 pagi? Kebanyakan dari kita akan menyebut orang itu sedang bekerja. Akan tetapi, jawaban sesungguhnya bergantung pada : Pertama, apa yang dimaksud bekerja? Kedua, apa pekerjaan tetap orang itu untuk mencari nafkah? .... Bila yang dimaksud bekerja adalah melakukan pekerjaan tetap untuk mencari nafkah maka orang itu memang sedang bekerja. Akan tetapi. bila pekerjaan tetap orang itu adalah sebagai dosen, yang pekerjaannya adalah membaca, berbicara, menulis, maka membelah kayu bakar dapat kita anggap bersantai baginya, sebagai selingan di antara jam-jam kerjanya

B. Contoh Komunikasi VerbalKomunikasi efektif dokter gigi dengan pasienSeorang teman pernah mengeluh bahwa beliau tidak puas dengan hasil kerja dokter gigi yang menumpat giginya. Ketika ditanya mengapa saat perawatan tidak menanyakan secara detail tentang perawatan yang dilakukan oleh dokter gigi agar tidak ada kekecewaan. Setelah diperiksa, ternyata tumpatan resin komposit pada giginya mengalami perubahan warna. Teman tersebut juga akhimya mengaku banwa dirinya merupakan coffee addict dan mengkonsumsi alkohol secara rutin.Kejadian di atas sangat sering terjadi pada dunia kedokteran gigi, ketidak puasan pasien dan penyesalan pasien akibat persetujuan perawatan yang telah diterimanya. Meski pada kenyataannya tidak semua ketidakpuasan itu merupakan kesalahan perawatan dari dokter gigi, namun dalam proporsi tertentu pasti akan berpengaruh pada kepercayaan pasien tersebut pada dokter giginya. Keadaan yang paling ekstrim adalah pasien yang bersangkutan mempengaruhi orang-orang di sekitamya agar tidak berkunjung ke dokter giginya.Lagi-lagi tentang komunikasi dokter - pasien yang kurang berhasil sehingga pasien mengembangkan opininya sendiri atas perawatan yang di terima. Apabila opini tersebut sangat positif, tentunya akan menguntungkan dokter gigi sebagai operator. Namun, apabila opini tersebut menjadi sangat negatif, tak ayal lagi dokter gigi yang bersangkutan jelas akan kehilangan pasien dan calon pasiennya Ironis bukan?Komunikasi dokter pasien diharapkan dapat mendukung upaya pemberian infonnasi, edukasi dan motivasi pasien dalam rangka menuntaskan masalah kesehatannya. Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) tahun 2006, komunikasi dokter - pasien adalah hubungan yang berlangsung antara dokter-dokter gigi dengan pasiennya selama proses pemeriksaan / pengobatan perawatan yang terjadi di ruang praktik perorangan, poliklinik, rumah sakit dan puskesmas dalam rangka membantu menyelesaikan masalah kesehatan pasien. Sebagai profesional, keterampilan komunikasi dokter- pasien merupakan salah satu kompetensi yang harus di kuasai dokter gigi karena akan menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien.

Contoh hasil komunikasi efektif :

Pasien merasa dokter menjelaskan keadaannya sesuai tujuannya berobat. Berdasarkan pengetahuannya tentang kondisi kesehatannya, pasien pun mengerti anturan dokter, misalnya perlu mengatur diet, minum atau menggunakan obat secara teratur, melakukan pemeriksaan (laboratorium, loto/rontgen, scan) dan memeriksakan diri sesuai jadwal, memperhatikan kegiatan (menghindari kerja berat, istirahat cukup. dan sebagainya). Pasiem memahami dampak yang menjadi konsekuensi dan penyakit yang dideritanya (membatasi diri, biaya pengobatan), sesuai penjelasan dokter. Pasien merasa dokter mendengarkan keluhannya dan mau memahami keterbatasan kemampuannya lalu mencari atlematif sesuai kondisi dan situasinya. dengan segala konsekuensinya. Pasien mau bekerja sama dengan dokter dalam menjalankan semua upaya pengobatan/perawatan kesehatannya.

Contoh hasil komunikasi tidak efektif: Pasien tetap tidak mengerti keadaannya karena dokter tidak menjelaskan. hanya mengambil anamnesis atau sesekali bertanya singkat dan mencatat seperlunya, melakukan pemeriksaan, menulis resep, memesankan untuk kembali, atau memeriksakan ke laboratorium/foto rontgen dan sebagainya.

Pasien merasa dokter tidak memberinya kesempatan untuk bicara, padahal ia yang merasakan adanya perubahan di dalam tubuhnya yang tidak ia mengerti dan karenanya ia pergi ke dokter. la merasa usahanya sia-sia karena sepulang dari dokter ia tetap tidak tahu apa-apa, hanya mendapat resep saja. Pasien merasa tidak dipahami dan diperlakukan sebagai objek, bukan sebagai subjek yang memiliki tubuh yang sedang sakit. Pasien ragu, apakah ia harus mematunhi anjuran dokter atau tidak. Pasien memutuskan untuk pergi ke dokter lain. Pasien memutuskan untuk pergi ke pengobatan altematif atau komplementer atau menyembuhkan diri sendiri (self therapy).

Apabila dokter gigi memiliki kemampuan sedemikian rupa sehingga informaa yang ada dapat disampaikan dengan tepat dan efektif, kejadian seperti pada ilustrasi di atas akan teqadi dalam jumlah yang sangat minimal. Sehingga tujuan perawatan yaitu kepuasan pasien dapat tercapai tanpa penolakan apapun.BAB IV

PEDOMAN INFORMASI DAN EDUKASI

1. Latar Belakang

Promosi dapat dilakukan dengan pendekatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) berbagai kategori kelompok sasaran. Setiap jenis kelompok sasaran mensyaratkan cara KIE yang berbeda satu sama lain. Kedalaman tujuan KIE pun berbeda-beda, mulai dari KIE yang hanya mengubah pengetahuan sampai pada pengubahan sikap mental dan keterampilan. Untuk mengubah pengetahuan, KIE dapat dilakukan dengan komunikasi yang bersifat informative saja. Sedangkan untuk mengubah sikap mental dan keterampilan, KIE harus dilakukan dengan komunikasi yang terus-menerus, terencana, dan dilaksanakan secara sistematis. Proses komunikasi yang dilakukan secara sadar, terencana dan sistematis untuk mengubah perilaku orang lain menurut Slamet (1980) disebut pendidikan yang merupakan bentuk konkrit kegiatan edukasi.

2. PengertianEdukasi adalah proses untuk belajar mengajar yang sangat perlu diberikan kepada produsen, konsumen dan pengambil kebijakan agar dapat mengubah perilakunya untuk menjadi lebih baik.

Perilaku sebagai tujuan belajar oleh Slamet (1975) diartikan sebagai segala tindak tanduk seseorang yang dapat diamati, didengar dan dirasakan oleh orang lain.

Perilaku sebagai tujuan pendidikan terdiri dari tiga kawasan, yaitu :

a. Kawasan kognisi

b. Kawasan afeksi

c. Kawasan psikometrik

Tujuan pengubahan perilaku pada kawasan kognisi mencakup perubahan perilaku yang berkaitan dengan aspek intelektualitas dan pengetahuan seseorang. Pengetahuan belajar pada kawasan kognisi ini terdiri dari enam unsur yang tersusun secara hierakis, yaitu:

1. Pengetahuan (know/edge) meliputi memori tentang fakta, kaidah, prinsip yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan orang yang belajar.

2. Komprehensi (comprehension) meliputi kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari materi pembelajaran yang teiah dipelajari,

3. Aplikasi (application) meliputi kemampuan seseorang menggunakan materi belajar dalam situasi barn untuk memecahkan masalah-masalah kongkrit yang dihadapi.

4. Analisis (analysis) meliputi kemampuan seseorang untuk menjelaskan sesuatu yang pemah diajarkan dan dialami dengan rinci.

5. Sintesa (synthetic} merupakan kemampuan untuk menghubung-hubungkan segala sesuatu yang diajarkan dan dialami atau dilakukan sehingga mewujudkan suatu pengertian baru.

6. Penilaiaan (evaluation) merupakan kemampuan untuk menilai.

Kawasan afeksi (sikap mental) menyangkut emosi dan perasaan seseorang seperti rasa senang-tidak senang, rasa suka-tidak suka.

Perubahan perilaku dalam kawasan psikomotorik adalah perubahan ketrampilan seseorang mengerjakan sesuatu. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketrampilan seseorang adalah kekuatan. kecepatan, ketepatan, keseimbangan dan kecermatan.

Setiap kawasan perubahan perilaku membawa konsekuensi yang berbeda-beda pada pengalaman belajar yang diberikan atau lebih tepatnya pada proses pendidikan yang dilaksanakan.

3. Strategis Informasi dan Edukasi

Informasi dan edukasi dapat dilaksanakan melalui tiga jenis jalur pendidikan menurut sifat pelaksanaannya, yaitu pendidikan formal, pendidikan non-formal dan pendidikan in-formal. Pembedaan ketiga sifat pendidikan tersebut ada pada tidaknya proses belajar mengajarnya, mencakup kurikulum, materi, standarisasi warga belajar, kelengkapan sarana dan sebagainya.Sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan luar sekolah yang memiliki aturan dan kurikulum yang luwes. Jika dalam pendidikan formal target sasaran sebagai obyek, maka pada pendidikan non-formal, target sasaran berperan sebagai pemain utama atau subyek pendidikan. Materi, metoda, dan media pendidikan yang digunakan harus berdasarkan kebutuhan dan karakteristik target sasaran. Contoh pendidikan non-formal antara lain adalah penyuluhan keamanan makanan jajanan penyuluhan pengawasan bahan berbahaya , pelatihan penerapan HACCP, pelatihan sertifikasi halal, kursus-kursus penanganan pangan aman dan sebagainya.

Sementara itu pendidikan In-formal adalah pendidikan yang dilaksanakan dalam keluarga, meliputi pendidikan nilai-nilai pergaulan, etika kehidupan sehari-hari seperti etika makan, etika masuk rumah, etika menggunakan berbagai fasilitas, etika kesusilaan dan sebagainya. Contoh pendidikan in-formal dikeluarga adalah orang tua yang mengajarkan anaknya agar tidak jajan sembarangan misalnya diwarung makanan yang berlokasi persis di samping tempat pembuangan sampah, mengajarkan anak agar tidak membiarkan makanan dalam keadaan terbuka, mengambil makanan dengan sendok atau penjepit makanan. membuang sampah pada tempatnya dan sebagainya.

3.1Pesan

Ada lima cara perlakuan pesan yaitu :1. Susunan pesan menarik

2. Simbul pesan sama-sama dipahami oleh narasumber dan sasaran.

3. Pesan mampu membangkitkan kebutuhan pribadi penerima

4. Pesan dapat memberikan alternative bagi penerima untuk memenuhi kebutuhan secara layak

5. Isi pesan mudah diimplementasikan

3.2 Sasaran

Secara umum ada dua jenis sasaran informasi dan edukasi, yaitu :1. Sasaran yang langsung menggunakan perubahan perilaku untuk dirinya sendiri, sebagai contoh adalah produsen atau penjaja pangan dan para konsumen misalnya masyarakat umum, murid sekolah, pasien dll.

2. Sasaran yang selain dapat menggunakan perubahan perilakunya untuk diri sendiri, berpotensi atau berperan mengubah perilaku target sasaran lain.

Pada konsumen langsung karena sifatnya massal, kegiatan informasi dan edukasi dapat dilakukan melalui media massa contohnya , televisi, radio, leafet, brosur, poster, koran, majalah dll. Sedangkan untuk konsumen tak langsung strategi informasi dan edukasi yang diberlakukan adalah mengkombinasi komunikasi kelompok dengan menggunakan berbagai media, contoh kongkritnya adalah bentuk-bentuk pelatihan diruangan.

3.3Metoda dan Media

Sasaran infonnasi dan edukasi sangat beragam, baik usia, tingkat pendidikan, latar belakang sosial ekonomi, dan sebagainya. Oleh kerena itu sumber informasi harus mampu memilih metoda komunikasi yang paling sesuai dengan karakteristik ketompok sasaran dan tujuan yang ingin dicapai.

Metoda menurut Slamet (1996) adalah cara mendekatkan target sasaran dengan sumber komunikasi. Untuk mengetahui hal tersebut ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan yaitu:

1. Metoda yang dipilih mampu merangsang target sasaran untuk berpikir kreatif.

2. Metoda dilaksanakan dilingkungan pekerjaan (kegiatan) target sasaran.

3. Setiap individu terkait dengan lingkungan sosialnya, sehingga kegiatan informasi dan edukasi akan lebih efisien jika diberlakukan kepada para "tokoh panutan"

4. Metoda mampu menciptakan hubungan yang akrab dengan target sasaran.

5. Metoda mampu merangsang target sasaran untuk siap mengubah diri.

Beberapa prinsip tersebut harus senantiasa digunakan dalam menerapkan metoda. Ada tiga pendekatan dalam memilih metoda yaitu :

1. Metoda informasi dan edukasi menurut jenis media yang digunakan terbagi menjadi tiga, yaitu:

Media lisan (langsung dan tak langsung)

Media cetak (poster, selebaran, majalah, dll)

Media terproyeksi (slide, film, animasi dll)

2. Metoda informasi dan edukasi berdasar hubungan sumber (pendidik) dan kelompok sasaran, dibedakan atas dua macam yaitu :

Komunikasi iangsung

Komunikasi tak langsung (missal surat-menyurat)

3. Metoda informasi dan edukasi pendidik menurut jumlah sasaran dibedakan atas tiga macam yaitu:

Pendekatan individu

Pendekatan kelompok

Pendekatan missal

Selain pertimbangan jenis media, hubungan antara sumber dengan sasaran dan jumlah sasaran, pertimbangan lain dalam menetapkan metoda adalah perubahan perilaku yang ingin dicapai. Metoda informasi dan edukasi keamanan pangan, untuk mengubah tingkat pengetahuan tentu berbeda dengan metoda informasi dan edukasi untuk mengubah sikap mental atau keterampilan

BAB VI PENUTUP

Komunikasi efektif dipengaruhi oleh saluran komunikasi formal, struktur organisasi, spesialisasi jabatan, pemilikan informasi, jaringan komunikasi dalam organisasi. Artinya faktor-faktor tersebut harus diperhatikan dengan bijaksana oleh pihak manajemen perusahaan agar perilaku karyawan terbentuk dalam sebuah pola perilaku etis. Komunikasi efektif juga bisa dicapai dengan memahami model komunikasi verbal (bahasa tubuh) seperti kontak mata, ekspresi wajah, nada suara, gerak ubuh, sosok dan postur tubuh Dengan pemahaman dan apa yang harus dilakukan pada sebuah komunikasi verbal maka diharapkan individu dalam organisasi dapat berkomunikasi dengan efektif dan pola perilaku etis dapat terbentuk.

DAFTAR PUSTAKA

1. Deddy Mulyana, 2005, llmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya.2. Jalaludin Rakhamat. 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya.3. Onong Effendy, 1994, llmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung, Remaja Rosdakarya.4. Arifin, Anwar. 1988. llmu Komunikasi Sebagai Pengantar Ringkas, Rajawali Press. Jakarta.5. dePorter, Bobbi. et.al 2000. Quantum Teaching, Kaifa Bandung