KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA INDONESIA WHITEPAPER 2010
Transcript of KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA INDONESIA WHITEPAPER 2010
PUSAT DATA
KEMENTRIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
2010
KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA INDONESIAWHITEPAPER 2010
©2010 Kementrian Komunikasi dan Informatika
Pusat Data
Katalog dalam Terbitan
Komunikasi dan Informatika Indonesia / Kalamullah Ramli, Khamami Herusantoso, Hasyim Gautama, Eko Fajar, Siti Meiningsih, Nani Grace Berliana, Budi Triyono, Chichi Shintia Laksani, Irene Muflikh; Sarwoto; Udi Rusadi; Baringin Batubara; Akman Amir; Yudhistira Nugraha; Kunti Pratiwi.
Jakarta : Pusat Data, 2010
102 hlm ; 21x 29,7 cm
ISBN : 978 – 602 – 98285 – 1 – 1
1. Trend TIK
2. Kondisi TIK Saat Ini
3. Kebijakan dan Rencana
Editor :
Dr Rudi Lumanto ; Dr. Ir. Basuki Yusuf Iskandar, MA; Dr. Ir. Ashwin Sasongko, M.Sc; Ir. Cahyana Ahmadjayadi; Drs. Freddy H.Tulung, MUA; Dr. Yan Rianto, M.Eng.
Penerbit :
Pusat Data
Kementrian Komunikasi dan Informatika
Jl. Medan Merdeka Barat No.9, Jakarta 10110, Telp/Fax 3848882
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 1
Bab 1 - Tren TIK
PENGANTAR
Menteri Komunikasi dan Informatika,
Tifatul Sembiring
Pembangunan Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di sebuah negara telah dipahami dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi dan secara tidak langsung juga dapat meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Pemerintah Indonesia juga telah meletakkan pembangunan kominfo ini sebagai salah satu dari
beberapa elemen penting pembangunan negara Indonesia secara keseluruhan. Beberapa kebijakan dan
strategi pembangunan telah ditetapkan dalam rangka tercapainya harapan akan infrastruktur Kominfo
yang lebih baik dan lebih cepat serta layanan layanannya yang berkualitas.
Meskipun pemerintah meyakini bahwa pembangunan kominfo yang dilakukan saat ini berada pada jalur
yang benar tetapi tidak semua harapan harapan yang ada sebelumnya itu telah dapat direalisasikan.
Hal ini dikarenakan salah satunya adalah kondisi geografisnya yang unik dan memiliki dimensi yang
kompleks. Diperlukan terus menerus usaha yang komprehensif, intensif dan dengan skala masif sehingga
pembangunan kominfo ini segera dapat dirasakan manfaatnya. Pembangunan harus berkelanjutan, hal
hal yang dirasa perlu diperbaiki karena adanya kemajuan teknologi maka harus segera diperbaiki, hal
hal yang dirasa perlu dilanjutkan maka perlu dilanjutkan sehingga pembangunan ini bisa kontinyu dan
berkesinambungan.
Buku putih ini diterbitkan salah satunya adalah agar menjadi milestone dan outlook pembangunan
kominfo di Indonesia. Sehingga bagi yang sudah lewat bisa dijadikan pelajaran untuk lebih ditingkatkan
sedangkan bagi yang berada pada kondisi saat ini, buku putih ini dapat dijadikan acuan untuk melangkah
ke depan yang lebih baik.
Isinya meliputi tiga bagian besar yaitu tren TIK global saat ini khususnya untuk melihat pengaruh
kemajuan teknologi TIK yang sangat cepat, Kondisi TIK Indonesia saat ini dan Gambaran kedepan
pembangunan TIK Indonesia Diharapkan dengan keluarnya buku putih
ini, seluruh stakeholders pembangunan TIK dapat memahami dan ikut
serta mendukung disamping ikut juga mengawasi dan memperbaiki
kekurangan kekurangan yang mungkin ada.
Semoga TIK Indonesia maju, Indonesia jaya dan masyarakat pun
sejahtera.
Bab 1 - Tren TIK
2 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010
DAFTAR ISI
TREN TIK ............................................................................ 03
TIK DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TREN KONVERGEN .................................... 05
TREN PITA-LEBAR .......................................................................................................... 13
TREN KOMPUTASI AWAN ............................................................................................ 16
TREN TV DIGITAL ............................................................................................................ 19
TREN TIK HIJAU .............................................................................................................. 22
KONDISI TIK SAAT INI ....................................................... 31
INFRASTRUKTUR DAN PENGGUNAAN TIK .............................................................. 33
- Telekomunikasi .......................................................................................................... 34
- Internet dan Komputer ........................................................................................... 39
- TV ................................................................................................................................... 54
- POS ............................................................................................................................... 58
SDM TIK ............................................................................................................................ 61
PERBANDINGAN INTERNATIONAL .............................................................................. 63
KEBIJAKAN DAN RENCANA KEDEPAN ............................. 67
INDIKATOR SUKSES KOMINFO ................................................................................... 69
VISI, MISI DAN STRATEGI KOMINFO ......................................................................... 71
ROADMAP TIK INDONESIA .......................................................................................... 79
ROADMAP TV DIGITAL .................................................................................................. 85
ROADMAP INTERNET (IPV6) ........................................................................................ 88
ROADMAP SATELIT ........................................................................................................ 89
LAMPIRAN ......................................................................... 93
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 3
Bab 1 - Tren TIK
BAB 1
TREN TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi )
Bab 1 - Tren TIK
4 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010
1
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 5
Bab 1 - Tren TIK
1
1.1 TIK dan Pertumbuhan Ekonomi
Hubungan antara TIK dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara sudah diketahui dan banyak dikaji oleh para peneliti, dan memiliki hubungan yang positip, artinya pembangunan TIK akan menghasilkan efek berantai ke meningkatnya angka pertumbuhan ekonomi. Meskipun angka korelasi ini berbeda antara tiap negara akan tetapi pemahaman bahwa pembangunan TIK secara positif dan pasti akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi perlu diyakini agar kita tidak ragu dan terus kontinyu untuk melanjutkan pembangunan ini. Gambar 1.1 memperlihatkan bagaimana efek berantai yang memperlihatkan dampak pembangunan ini. Dampak pertama yang bisa dilihat adalah sisi (a) infrastruktur (b) peningkatan keterampilan (c) peningkatan penggunaan berbagai aplikasi TIK dalam kehidupan. Pembangunan dan penguatan infrastruktur dalam implementasinya memerlukan investasi yang tinggi dan hasil hasil inovasi agar sesuai peruntukannya. Hal ini membawa kepada terjadinya peningkatan skala elemen produksi, kebutuhan tenaga kerja serta membaiknya produktifitas sejalan dengan menguatnya infrastruktur. Bergeraknya elemen produksi dan produktifitas secara positif akan membangun kekuatan ekonomi sebagai dampak kedua. Dengan alur yang sama, peningkatan ketrampilan SDM dibidang TIK akan membawa kepada terbangunnya kekuatan Intelektual, sedangkan peningkatan berbagai aplikasi TIK dalam kehidupan baik dalam Komunitas online maupun dalam kerangka keterbukaan informasi membawa kepada terbangunnya kekuatan sosial. Tiga kekuatan ini merupakan modal dasar bagi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.
Gambar 1.1 Pembangunan Kominfo dan Pertumbuhan Ekonomi
Sumber : Japan ICT Whitepaper 2009
Bab 1 - Tren TIK
6 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010
Hubungan antara TIK dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara secara empiris dikeluarkan pula dalam laporan kajian yang dilakukan oleh Bank Dunia. Kajian terbaru yang dikeluarkan oleh Bank dunia ini dilakukan untuk melihat dampak TIK baik dari internet dan pita-lebar maupun dari layanan telepon tetap dan bergerak terhadap pertumbuhan ekonominya. Kajian dilakukan di 120 negara antara tahun 1980 dan 2006 dengan metode analisa econometric pertumbuhan.
0.5
1.0
1.5
Fixed Mobile Internet Broadband
0.43
0.73
0.60
0.81 0.77
1.12
1.21
1.38
High -income economies
Low - and middle -income economies
Dari hasil kajian, terlihat bahwa untuk tiap-tiap 10% titik bertambah di penetrasi layanan pita-lebar, ada pertambahan di pertumbuhan ekonomi sebanyak 1,3% (Qiang 2009). Efek pertumbuhan pita-lebar ini memiliki arti yang sangat signifikan karena ternyata pengaruhnya jauh lebih kuat dan lebih tinggi dibanding dengan jasa teleponi (tetap atau bergerak) dan Internet. Gambar 1.2 memperlihatkan pula bagaimana negara berkembang meskipun dari sisi teknologi dan pembangunan infrastruktur pita-lebar masih tertinggal dibanding negara maju, tetap memiliki keuntungan dan dampak yang tinggi dari pembangunan infrastruktur pita-lebarnya. Dampak dari pertumbuhan akses dan pita-lebar ini masih memiliki potensi menjadi lebih besar dan luas ketika penetrasinya mencapai titik kritis.
1.1.1 TIK dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Bagaimanakah pembangunan TIK di Indonesia akan berkontribusi pada pertumbuhan Indonesia? Meskipun secara umum sudah diketahui memiliki hubungan yang positif, pertanyaan ini akan dielaborasi dengan melihat adanya korelasi antara beberapa faktor dalam pembangunan TIK dengan terbangunnya
(Sumber: World Bank, Extending Reach and Increasing Impact Information & Communications Technology for Development, 2009)
Gambar 1.2 Hubungan dampak pembangunan TIK dengan pertumbuhan ekonomi
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 7
Bab 1 - Tren TIK
Gambar 1.3 Investasi Industri TIK
kekuatan ekonomi, kekuatan intelektual dan kekuatan sosial. Pada kekuatan ekonomi, TIK berperan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kontribusinya pada input faktor produksi seperti investasi dan penyerapan tenga kerja. Selain itu, TIK juga dapat berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan nilai tambah dan produktivitas.
-0,80%
0,20%
1,20%
2,20%
3,20%
0
200
400
Investasi Industri Manufaktur TIK
Kontribusi Investasi Industri Manufaktur TIK terhadap Total Investasi Industri Manufaktur
Tahun
Persentase Jumlah
Perusahaan Industri M
anufaktur TIK terhadap Total Industri M
anufaktur
Jum
lah
Peru
saha
an
Sumber: BPS, diolah
Gambar1.3 memperlihatkan investasi industri TIK dengan melihat kepada jumlah perusahaan. Selama periode 1998-2007, terjadi peningkatan jumlah perusahaan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1.9%. Namun demikian, data menunjukkan bahwa kontribusi industri TIK terhadap total jumlah perusahaan sektor industri manufaktur masih rendah dengan rata-rata kontribusi sebesar 1.25%. Data ini juga menunjukkan terjadinya kecenderungan penurunan kontribusi industri TIK terhadap total jumlah perusahaan industri manufaktur, khususnya semenjak tahun 2005. Meski pada tahun 2007 kontribusi industri TIK meningkat, tapi angkanya masih rendah dibanding tahun 1998.
Bab 1 - Tren TIK
8 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010
0,00%
1,50%
3,00%
4,50%
0
80000
160000
240000
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Total Tenaga Kerja Industri Manufaktur TIK
Kontribusi Tenaga Kerja Industri Manufaktur TIK terhadap Total Tenaga Kerja Industri Manufaktur
Gambar 1.4 Tenaga Kerja Industri TIK
Sumber: BPS, diolah
Gambar1.4 memperlihatkan terjadinya peningkatan jumlah tenaga kerja di sektor industri TIK semenjak tahun 2002, sehingga mencapai kurang lebih 173 ribu tenaga kerja di tahun 2007. Pada tahun 2001, industri TIK hanya menyerap 2.11 persen dari total tenaga kerjadi industri manufaktur. Namun, setelah itu kontribusi penyerapan tenaga kerja industri TIK terus mengalami peningkatan hingga mencapai 3.75 persen di tahun 2007. Rata-rata kontribusi industri TIK terhadap total tenaga kerja industri manufaktur sebesar 3.42% Hasil analisa data ini menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerjadi industri TIK mempunyai hubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi ( PDB nominal perkapita ) dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.10 yang menunjukkan masih tergolong rendah.
Gambar 1.5 memperlihatkan pertumbuhan industri TIK. Selama kurun waktu 1998 –2006, nilai tambah industri TIK cenderung mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 18.12 persen. Meskipun demikian, kontribusi nilai tambah industri TIK terhadap sektor industri manufaktur cenderung mengalami penurunan. Bahkan semenjak tahun 2005 kontribusi nilai tambah industri TIK menunjukkan angka yang terus menurun.
Hasil analisa data ini menunjukkan bahwa nilai tambah industri TIK ini mempunyai hubungan positif dengan pertumbuhan PDB riil dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.72 yang tergolong cukup tinggi.
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 9
Bab 1 - Tren TIK
Gambar 1.5 Nilai tambah industri TIK dan kontribusinya
Pada kekuatan intelektual TIK berperan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui kontribusinya terhadap akumulasi modal manusia. Secara khusus, modal manusia terdiri dari pengetahuan/informasi dan pendidikan sumber daya manusia. TIK berkontribusi terhadap akumulasi modal manusia melalui:
(1) Pendidikan/sumber daya manusia yaitu melalui perbaikan dalam pendidikan dari penetrasi pendidikan jarak jauh dengan menggunakan TIK, sehingga angka pertisipasi/tingkat kemajuan pendidikan tinggi meningkat.
(2) Pengetahuan/informasi yaitu jaringan seperti internet dll, akan mendorong sharing pengetahuan/informasi yang dapat dilakukan dengan mudah dan dapat digunakan oleh siapa saja.
0,00%
1,00%
2,00%
3,00%
4,00%
5,00%
6,00%
7,00%
8,00%
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Nilai Tambah Industri Manufaktur TIK
Kontribusi Nilai Tambah Industri Manufaktur TIK terhadap Total Nilai Tambah Industri Manufaktur
Tahun
Sumber: BPS, diolah
Bab 1 - Tren TIK
10 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010
Gambar1.6 Gambaran tingkat pengetahuan melalui indikator publikasi ilmiah
Gambar 1.6 memperlihatkan tingkat pengetahuan Indonesia terus mengalami peningkatan yang ditunjukkan dari semakin banyaknya jumlah publikasi ilmiah Internasional (per1 juta penduduk) yang mampu dihasilkan setiap tahunnya. Namun demikian, jumlah publikasi yang dihasilkan oleh penduduk Indonesia masih sangat rendah. Data menunjukkan bahwa selama kurun waktu tahun 1999 hingga 2008, setiap 1 juta penduduk Indonesia dalam satu tahunnya hanya mampu menghasilkan publikasi tidak lebih dari enam buah. Dari data ini, hasil analisa menunjukkan bahwa jumlah pengguna internet per 100 penduduk mempunyai hubungan positif dengan jumlah publikasi per 1 juta penduduk dengan nilai koefisien korelasi yang tergolong tinggi, yaitu sebesar 0.81. Hasil analisa juga menunjukkan bahwa jumlah publikasi per 1 juta penduduk mempunyai hubungan positif yang cukup kuat dengan pertumbuhan PDB riil per kapita dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.64. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa TIK berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan pengetahuan yang berhubungan positif dengan peningkatan penggunaan internet.
Pada kekuatan intelektual TIK berperan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui kontribusinya pada penguatan modal sosial. Modal sosial secara khusus mempertimbangkan dua bidang, yaitu rantai komunitas lokal (kepercayaan, pertukaran, jejaring) dan tata kepemerintahan (pendapat dan akuntabilitas, stabilitas politik dan ketiadaan kekerasan / teroris, efektifitas kepemerintahan, kualitas regulasi, aturan, pengawasan terhadap korupsi).
Sumber: Indikator Iptek Nasional (Pappitek, LIPI, 2009), diolah
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 11
Bab 1 - Tren TIK
Beberapa contoh bagaimana TIK berkontribusi terhadap akumulasi modal sosial misalnya adalah :
(1) Rantai komunitas lokal yaitu melalui penggunaan TIK, rantai komunitas lokal akan lebih dalam dan kepercayaan serta stabilitas dalam masyarakat akan meningkat.
(2) Kualitas sistem dan organisasi yaitu melalui penggunaan TIK, transparansi organisasi dan sistem akan meningkat dan aktivitas ekonomi yang tidak efisien akan dieliminasi.
Gambar 1.7 memperlihatkan kualitas kepemerintahan suatu negara dinilai dari degree of governance yang merupakan nilai rata-rata dari enam indikator kepemerintahan yang dikembangkan oleh World Bank yaitu voice and accountability, political stability, government effectiveness, regulatory quality, rule of law, dan control of corruption. Semenjak tahun 2004 degree of governance Indonesia terus menunjukkan peningkatan. Jumlah pengguna internet per 100 penduduk mempunyai hubungan yang positif dengan degree of governance dengan nilai koefisien korelasi 0.59.
Gambar1.7 Gambaran tingkat tata kelola pemerintahan. (degree of governance)
Sumber : Bank Dunia, diolah
Bab 1 - Tren TIK
12 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010
1.2 Tren Konvergensi
Konvergensi secara harfiah berarti menuju ke satu titik atau atau terjadinya penyatuan. Secara umum istilah konvergensi saat ini merujuk kepada penyatuan berbagai layanan dan teknologi baik teknologi komunikasi, informasi maupun yang terkait dengannya. Teknologi yang tadinya terpisah seperti suara, data dan video dapat menyatu dalam satu sumber daya sehingga dapat langsung berinteraksi satu dengan yang lainnya menciptakan sinergi yang efisien. Pada saat ini, sinergi antara teknologi internet, penyiaran dan telekomunikasi merupakan contoh tren konvergensi yang sudah dirasakan secara langsung. Gambar 1.8 memperlihatkan konvergensi antara fix, wireless dan content. Disamping perkembangan teknologi yang cepat, faktor lain dapat pula menjadi pendorong terjadinya konvergensi seperti meningkatnya kompetisi, kebutuhan akan layanan baru yang lebih murah dsb.
Gambar1.8 Konvergensi antara Fix, Wireless dan Content
Sumber: Morgan Stanley
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 13
Bab 1 - Tren TIK
1.3 Tren Pita-Lebar
Diperkirakan 60% penduduk dunia menggunakan wireless dan lapangan kompetisi akan didominasi wireless
Gambar : 1.9 Roadmap dan Evolusi Teknologi Pita-lebar
Bab 1 - Tren TIK
14 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010
No. Country Region % above 5 Mbps QoQ Change YoY Change
Global 20% -5.2 % 1.5%
1 South Korea 65% -7,6% 25%
2 Japan 60% 0.2% 4.8%
3 Romania 48% -4.5% 18%
4 Hongkong 45% -9.0% 16%
5 Sweden 42% -3.7% -13%
6 Latvia 41% 2.9% 75%
7 Denmark 41% 0.7% 16%
8 Netherlands 40% 2.6% 10%
9 Canada 34% 0.9% 47%
10 Belgium 33% -2.9% -1.1%
....
14 United States 25% -4.3% -2.6%
Tabel 1.1 Global Broadband Status 2010
Sumber: The State of Internet, 1st Quarter 2010 Report, Akamai
Pada tabel terlihat jelas bahwa terjadi peningkatan penetrasi akses telekomunikasi pita lebar diberbagai negara. Dua negara Asia, Jepang dan Korea memimpin dalam tingginya persentase jumlah populasi yang menikmati akses pita lebar. Selain tren meningkatnya populasi yang bisa mengakses pita lebar di Dunia, terdapat tren lain yaitu cara masyarakat untuk mengakses informasi seperti diilustrasikan pada gambar 1.10.
Telekomunikasi pita lebar merupakan salah satu arus telekomunikasi dunia saat ini. Setiap negara berusaha untuk membangun infrastruktur pita lebar ini dengan harapan infrastruktur ini akan meningkatkan efisiensi negara dan juga membuka jalan munculnya industri baru. Tren tersebut bisa dilihat dengan jelas pada tabel 1.1
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 15
Bab 1 - Tren TIK
Gambar 1.10 Broadband and Mobile Internet
Pada Gambar 1.10 diproyeksikan bahwa jumlah piranti yang mengakses Internet akan bergeser dari medium tradisional seperti mini computer atau desktop sebagai piranti pengolah informasi menjadi piranti-piranti mobile dan spesial untuk menampilkan atau mengakses informasi. Piranti-piranti ini seperti telepon cerdas, tablet, PDA televisi dan piranti-piranti lain yang bukan piranti komputasi. Tren piranti-piranti khusus ini yang akan mendorong pengguna internet semakin banyak dengan sebaran demografi tidak hanya untuk kalangan perkantoran maupun profesional, akan tetapi akan lebih merambah ke segmen baru seperti anak-anak, remaja, orang tua, petani dan segmen lain yang sekarang masih belum lazim untuk memakai Internet. Faktor demografi pengguna dimasa mendatang ini yang harus diperhatikan dalam perencanaan, baik dibidang kebijakan maupun infrastruktur komunikasi.
Sumber: Morgan Stanley
Bab 1 - Tren TIK
16 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010
Sebagai contoh, dengan semakin banyaknya anak-anak yang mengakses informasi, maka diperlukan suatu lingkungan internet yang bisa menjauhkan unsur-unsur informasi negatif (seperti kekerasan, SARA, kebencian) dari jangkauan anak-anak yang belum matang cara berfikirnya. Contoh lain adalah, karena tren untuk mengakses Internet secara mobile akan semakin naik, maka harus lebih banyak spektrum frekuensi yang di alokasikan untuk komunikasi dua arah. Sehingga tidakkan ada masalah kapasitas frekuensi yang membatasi kemudahan warga negara untuk mengakses informasi secara nirkabel. Tren lain adalah pada persentase traffic yang lewat pada backbone Internet seperti padagambar 1.11
Gambar 1.11 Trend traffic di Internet
Pada gambar 1.11 terlihat bahwa pada awal Internet ada maka traffic internet didominasi Oleh FTP, email dan protokol lainnya. Pada tahun-tahun itu Internet adalah media untuk Pertukaran informasi para penelitidan akademisi. Akan tetapi semenjak tahun 1998 ketika pengguna internet semakin meluas, maka traffic Web dan Point-to-Point protocol Semakin mendominasi Internet. Dan ini menandakan bahwa deman terhadap akses Pita lebar semakin besar karena baik Web maupun P2P merupakan aplikasi yang Kaya-media (gambar,video) dan memakan banyak bandwidth.
Sumber: Morgan Stanley, 2007
1.4 Tren Komputasi Awan (Cloud Computing)
Cloud Computing atau biasa diterjemahkan sebagai Komputasi Awan secara umum dapat dipahami sebagai teknologi pemanfaatan sumber daya komputasi yang terkoneksi secara global melalui jaringan internet (Internet cloud).
Dengan memanfaatkan teknologi Cloud Computing, pengguna tidak perlu lagi menyediakan atau memiliki infrastruktur sendiri–mulai dari data center sampai ke aplikasi desktop–untuk menjalankan suatu sistem TIK yang lengkap.
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 17
Bab 1 - Tren TIK
Gambar 1.12 Tipe layanan komputasi awan
Komputasi awan dapat diwujudkan, misalnya dengan penggunaan secara bersama data center yang bertebaran, melalui Internet.
Beberapa penggerak terjadinya kembali tren komputasi awan saat ini misalnya adalah Kebutuhan akan penghematan investasi pelanggan (investment saving),
Kebutuhan Efisiensi (efficient use of shared infrastructure), Peningkatan kehandalan (reliability) melalui ketersediaan sumberdaya secara elastis (elastic availability), mengurangi ancaman single-point-of-failure dan peningkatan utilisasi.
Bab 1. Tren TIK
1.4 Tren Komputasi Awan (Cloud Computing)
Cloud Computing atau biasa diterjemahkan sebagai Komputasi Awan secara umum dapatdipahami sebagai teknologi pemanfaatan sumber daya komputasi yang terkoneksi secaraglobal melalui jaringan internet (Internet cloud)Dengan memanfaatkan teknologi Cloud Computing, pengguna tidak perlu lagi menyediakanatau memiliki infrastruktur sendiri –mulai dari data center sampai ke aplikasi desktop–untuk menjalankan suatu sistem TIK yang lengkapKomputasi awan dapat diwujudkan –misalnya– dengan penggunaan secara bersama data center yang bertebaran, melalui Internet.Beberapa penggerak terjadinya kembali tren Cloud Computing saat ini misalnya adalahKebutuhan akan penghematan investasi pelanggan (investment saving), Kebutuhan Efisiensi (efficient use of shared infrastructure), Peningkatan kehandalan(reliability) melalui ketersediaan sumber daya secara elastis (elastic availability), mengurangi ancaman single-point-of-failure dan peningkatan utilisasi.
Softwaresbg layanan
SsLPlatform
sbg layanan
PsLInfrastruktursbg layanan
IsL
tipe Layanan
Gambar 1.12 Tipe layanan komputasi awam
Software-sebagai-Layanan (SsL) adalah model penyampaian aplikasi perangkat lunak oleh suatu operator yang mengembangkan aplikasi Web yang dapat dioperasikan untuk digunakan oleh pelanggannya melalui Internet. Pelanggan tidak perlu mengeluarkan investasi untuk pengembangan atau pun pembelian lisensi. Dengan berlanggan via Web, berbagai fitur yang ada dapat langsung digunakan.
Platform-sebagai-Layanan (PsL) adalah jasa penyediaan modul-modul yang dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi di atas platform tersebut. PsL tidak memiliki kendali terhadap sumber daya komputasi dasar seperti memori, media penyimpanan, tenaga untuk proses dan lain-lain yang semuanya diatur oleh penyedia layanan ini
Infrastruktur-sebagai-Layanan (IsL) merupakan layanan yang 'menyewakan' sumber daya informasi dasar yang diantaranya meliputi: media penyimpanan, tenaga pemroses, memori, sistem operasi, kapasitas jaringan dan lain-lain, yang dapat digunakan penyewa untuk menjalankan aplikasi miliknya
Software-sebagai-Layanan (SsL) adalah model penyampaian aplikasi perangkat lunak oleh suatu operator yang mengembangkan aplikasi Web yang dapat dioperasikan untuk digunakan oleh pelanggannya melalui Internet. Pelanggan tidak perlu mengeluarkan investasi untuk pengembangan ataupun pembelian lisensi. Dengan berlangganan via Web, berbagai fitur yang ada dapat langsung digunakan.
Platform-sebagai-Layanan (PsL) adalah jasa penyediaan modul-modul yang dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi di atas platform tersebut. PsL tidak memiliki kendali terhadap sumber daya komputasi dasar seperti memori, media penyimpanan, tenaga untuk proses dan lain-lain yang semuanya diatur oleh penyedia layanan ini.
Infrastruktur-sebagai-Layanan (IsL) merupakan layanan yang 'menyewakan' sumber daya informasi dasar yang diantaranya meliputi: media penyimpanan, tenaga pemroses, memori, sistem operasi, kapasitas jaringan dan lain-lain, yang dapat digunakan penyewa untuk menjalankan aplikasi miliknya.
Bab 1 - Tren TIK
18 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010
Gambar 1.13 memperlihatkan perbedaan kategori layanan IsL, PsL dan SsL dari sudut pandang lapisan layanan dan otoritas pengelolaan. Beberapa tantangan regulasi dan isu strategis dengan adanya tren komputasi awan ini adalah :
(1). Letak penyimpanan data fisik atau lokasi data center
(2). Tingkat kerahasiaan (privacy) – untuk data publik maupun pemerintahan.
Diperlukan sertifikasi untuk melindungi kepentingan umum
(3). Keamanan data – diperlukan sertifikasi untuk menetapkan standar kemanan minimal
(4). Auditing – perlunya transparansi dan akses untuk auditor pemerintah
(5). Outsourcing – diperlukan aturan mengenai outsourcing infrastruktur IT
(6). Menumbuh kembangkan Industri Komputasi Awan Nasional
(7). Tingkat ketersediaan dan kehandalan tenaga listrik – bisa menjadi faktor penghambat bila tidak dibenahi
Storage
Servers
Networking
O/S
Middleware
Servers
Virtualizationnnnn
Data
Applications
Runtime
Infastruktur(sebagai Layanan)
Storage
Servers
Networking
O/S
Middleware
Virtualization
Data
Applications
Runtime
Dikelola O
peratorD
ikelola Operator
Dike
lola
pel
angg
anDi
kelo
la p
elan
ggan
Dike
lola
pel
angg
anDi
kelo
la p
elan
ggan
Dike
lola
pel
angg
anDi
kelo
la p
elan
ggan
Dike
lola
pel
angg
anDi
kelo
la p
elan
ggan
Dike
lola
pel
angg
an
Platform(sebagai Layanan)
Storage
Servers
Networking
O/S
Middleware
Virtualization
Layanan)
Applications
Runtime
sData
Software(sebagai Layanan)
Storage
Servers
Networking
O/S
Middleware
Virtualization
Applications
Runtime
Data
Gambar 1.13 Taksonomi Perbedaan Layanan Komputasi Awan
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 19
Bab 1 - Tren TIK
1.5 Tren Penyiaran Digital
Penyiaran digital merupakan alternatif sistem penyiaran baru pengganti sistem penyiaran yang selama ini ada yaitu sistem penyiaran analog dengan format standar yang ditetapkan enam sampai tujuh puluh tahun yang lalu yaitu antara tahun 1940-1950. Inovasi teknologi yang berkembang, sumber daya yang semakin terbatas dan kebutuhan yang semakin tinggi membuat kebutuhan akan sistem penyiaran baru menjadi tidak terelakkan. Sistem penyiaran digital menjanjikan solusi dan banyak kelebihan dibanding sistem penyiaran analog. Kelebihan itu antara lain :
(1) Pemanfaatan spektrum menjadi lebih optimal. Hal ini karena pada sistem digital Penggunaan adjacent channel menjadi dimungkinkan, memiliki kemampuan SFN (Single Frequency Network) yang membuat penggunaan frekuensi jadi efisien dan dapat diisinya satu kanal dengan banyak program dan data secara multiplex.
(2) Gambar dan suara dengan kualitas jauh lebih baik dan prima.
(3) Tahan terhadap gangguan interferensi, (misal suara terganggu oleh signal suara radio yang lain)
(4) Memberikan peluang bagi munculnya industri/bisnis baru baik dibidang telekomunikasi, media elektronik maupun di industri peralatan dan software.
Standar penyiaran digital mengacu kepada dua jenis penyiaran: Siaran Radio Digital (Digital Sound Broadcasting) dan Siaran TV Digital (Digital TV Broadcasting)
Gambar 1.14 memperlihatkan standar yang ada saat ini pada kedua jenis penyiaran ini.
Bab 1. Tren TIK
1.5 Tren Penyiaran Digital
Penyiaran digital merupakan alternatif sistem penyiaran baru pengganti sistem penyiaran yang selama ini ada yaitu sistem penyiaran analog dengan format standar yang ditetapkan enam sampai tujuh puluh tahun yang lalu yaitu antara tahun 1940-1950. Inovasi teknologi yang berkembang, sumber daya yang semakin terbatas dan kebutuhan yang semakin tinggi membuat kebutuhan akan sistem penyiaran baru menjadi tidak terelakkan. Sistem penyiaran digital menjanjikan solusi dan banyak kelebihan dibanding sistem penyiaran analog. Kelebihan itu antara lain : (1)Pemanfaatan spektrum menjadi lebih optimal. Hal ini karena pada sistem digital
Penggunaan adjacent channel menjadi dimungkinan, memiliki kemampuan SFN (Single Frequency Network) yang membuat penggunaan frekuensi jadi efisien dan dapat diisinya satu kanal dengan banyak program dan data secara multiplex.
(2) Gambar dan suara dengan kualitas jauh lebih baik dan prima.(3)Tahan terhadap gangguan interferensi, (misal suara terganggu oleh signal suara
radio yang lain)(4)Memberikan peluang bagi munculnya industri/bisnis baru baik dibidang
telekomunikasi, media elektronik maupun di industri peralatan dan software.
Standar penyiaran digital mengacu kepada dua jenis penyiaran: Siaran Radio Digital (Digital Sound Broadcasting) dan Siaran TV Digital (Digital TV Broadcasting)Gambar 1.14 memperlihatkan standar yang ada saat ini pada kedua jenis penyiaran ini.
Gambar 1.14 Standar Penyiaran Digital untuk Radio dan TV Dunia. Gambar 1.14 Standar Penyiaran Digital untuk Radio dan TV Dunia.
Bab 1 - Tren TIK
20 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010
Saat ini hampir 50% lebih negara-negara di dunia mulai beralih atau mulai mengkaji peralihan sistem penyiaran di negaranya masing masing menuju penyiaran digital, sebagaimana yang diperlihatkan di gambar 1.15. Sementara itu lebih dari 100 negara sudah menetapkan standar penyiaran TV digitalnya menggunakan standar DVB-T termasuk Indonesia.
Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika RI Nomor 07/P/M.Kominfo/3/2007 tanggal 21 Maret 2007 tentang Standar Penyiaran Digital Terestrial untuk Televisi Tidak Bergerak di Indonesia, telah ditetapkan standar penyiaran digital terestrial untuk Televisi tidak bergerak di Indonesia yaitu Digital Video Broadcasting-Terrestrial (DVB-T)
Bab 1. Tren TIK
(sumber : wikipedia)Gambar 1.15 Peta dunia transisi penyiaran analog ke digital.
Saat ini hampir 50% lebih negara negara di dunia mulai beralih atau mulai mengkajiperalihan sistem penyiaran di negaranya masing masing menuju penyiaran digital, sebagaimana yang diperlihatkan di gambar 1.15 Sementara itu lebih dari 100 negaraSudah menetapkan standar penyiaran TV digitalnya menggunakan standar DVB-T termasuk Indonesia.
Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika RI Nomor 07/P/M.Kominfo/3/2007 tanggal 21 Maret 2007 tentang Standar Penyiaran Digital Terestrial untuk TelevisiTidak Bergerak di Indonesia, telah ditetapkan standar penyiaran digital terestrial untuk Televisi tidak bergerak di Indonesia yaitu Digital Video Broadcasting-Terrestrial (DVB-T)
Gambar 1.15 Peta dunia transisi penyiaran analog ke digital.
Bab 1. Tren TIK (sumber : wikipedia)
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 21
Bab 1 - Tren TIK
Teknologi TV saat ini diwarnai dengan munculnya teknologi TV Digital dan HDTV yang memberikan kualitas yang lebih baik. Tentu saja ke depan tren teknologi TV akan menuju mobile TV dengan kemampuan yang lebih canggih seperti 3D TV dan Interaktif TV. Di seluruh dunia terdapat beberapa standar siaran TV digital yakni DTV (Digital Television, standar di Amerika), DVB-T (Digital Video Broadcasting Terrestrial, standar di Eropa dan Australia) dan ISDB-T (Integrated Services Digital Broadcasting Terrestrial, standar di Jepang). Indonesia sendiri melalui Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika nomor 07/P/M.KOMINFO/3/2007 tertanggal 21 Maret 2007 telah menetapkan standar DVB-T sebagai standar penyiaran televisi digital terestrial tidak bergerak di Indonesia. Terdapat pula standar digital DVB-H (handheld) yang ditujukan pada perangkat mobile seperti ponsel.
Siaran TV di Indonesia diharapkan baru bisa seluruhnya digital tahun 2018, ada tiga tahapan menuju implementasi siaran digital, periode 2010-2014 yakni siaran simulcast yaitu siaran berbarengan antara analog dan digital. Pada tahun 2014-2017, sejumlah siaran analog di beberapa wilayah akan dimatikan sebagian. Setelah 2017, seluruh siaran analog akan dimatikan.
Gambar 1.16 Evolusi Sistem Penyiaran TV
BW TV
Color TV
Digital TV
Super HDTV
3D TV
Data
Interactive
Mobile
Immersive TV
HDTV
High image/sound quality
Improved realism
Large screens (home cinema
Digital Broadcasting system @ ~20Mb/s
More programming
Improved image/sound quality
Flexibility of digital production, distribution and transmission
Data broadcasting
Multimedia broadcasting
IP-based applications
Mobility
More realism
Interactivity
~1935
Bab 1 - Tren TIK
22 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010
1.6 TIK Hijau (Green ICT)
Banyaknya emisi CO2 di dunia mengakibatkan terjadinya berbagai permasalahan lingkungan seperti terjadinya pemanasan global, perubahan cuaca dsb. Dampak-dampak ini mulai dirasakan dan menjadi kekhawatiran semua pihak karena akan mengganggu ekosistem kehidupan secara keseluruhan. Industri yang menjadi sumber penghasil emisi CO2 saat ini dituntut untuk juga lebih memperhatikan menghasilkan produk produk yang ramah lingkungan dibanding produk produk sebelumnya yang tidak memasukkan faktor ini dalam pertimbangannya. Termasuk dalam industri ini adalah Industri dibidang TIK.
Dari 100 persen emisi CO2 di dunia sekitar 2 persen diketahui berasal dari industri TIK. Angka ini diprediksi akan terus meningkat mengingat penggunaan perangkat TIK di dunia memiliki kecenderungan untuk terus meningkat dengan tajam. TIK adalah salah satu industri yang mengkonsumsi energi dalam jumlah besar. Konsumsi energi oleh TIK meliputi fase: Riset dan pengembangan, Manufaktur, Distribusi, Penggunaan dan Pembuangan.
TIK hijau merupakan gerakan yang menuntut industri TIK untuk lebih memperhatikan lingkungan. Tujuan dari TIK hijau adalah TIK yang ramah lingkungan, TIK yang mendukung konservasi sumberdaya dan lingkungan, dengan tujuan akhir yaitu menciptakan masyarakat pengguna TIK dengan dampak lingkungan yang kecil (low-environmental foot-print society). Konsep TIK hijau sebagaimana diperlihatkan dalam gambar 1.17 memiliki dua bagian yaitu TIK yang hijau (Green of ICT) dan hijau dengan TIK (Green by ICT). Dengan konsep ini, penggunaan TIK yang inovatif dan efisien diprediksi dapat menurunkan sekitar 20% emisi CO2 dari industri lain. Indonesia sebagai negara yang memiliki tren pengguna TIK yang terus meningkat tajam sangat memperhatikan masalah ini. Pemerintah Indonesia berhasil memasukkan dua agenda penting dalam kesepakatan pertemuan menteri menteri TIK negara ASEAN (ASEAN TELMIN) ke sembilan yang salah satunya adalah kebijakan strategis ASEAN Untuk mempromosikan TIK hijau.
Gambar 1.17 Konsep TIK Hijau
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 23
Bab 1 - Tren TIK
Suhu di Indonesia telah menjadi lebih hangat selama abad 20. Suhur ata-rata tahunan telah meningkat sekitar 0,3°C sejak 1900 dengan suhu tahun 1990an merupakan dekade terhangat dalam abad tersebut dan tahun 1998 merupakan tahun terhangat, hampir 1°C di atas rata-rata tahun 1961-1990. Peningkatan kehangatan ini terjadi dalam semua musim ditahun itu.
Gambar 1.18 Trend Curah Hujan dan Temperatur
Curah hujan tahunan telah turun sebesar 2 hingga 3 persen di wilayah Indonesia di abad 20 dengan pengurangan tertinggi terjdi selama perioda Desember-Februari, yang merupakan musim terbasah dalam setahun. Curah hujan di beberapa bagian di Indonesia dipengaruhi kuat oleh kejadian El Nino dan kekeringan umumnya telah terjadi selama kejadian El Nino terakhir dalam tahun 1982/1983,1986/1987.Dan 1997/1998. Pengaruh perubahan iklim ini akan berpengaruh besar pada tingkat kerawanan Bencana di Indonesia. Sebagai contoh pada tahun 2003-2005 terjadi 1.429 kali bencana alam di Indonesia.
Bab 1 - Tren TIK
24 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010
Gambar 1.19 Peta Kerawanan Bencana Indonesia
Sumber : UNOCHA, 2006
Sehingga faktor dampak lingkungan sangat diperhatikan pada pengambilan keputusan penerapan suatu teknologi yang pada akhirnya akan mengurangi resiko Indonesia terhadap bencana yang disebabkan faktor lingkungan.
Berikut adalah iIlustrasi bahwa TIK yang ramah lingkungan itu sangat penting bagi bangsa Indonesia.
Misalkan di Indonesia terdapat 100.000 orang pengguna ponsel cerdas dan ponsel cerdas itu memakai baterai 1000 mAH @4.2V yang harus diisi satu kali setiap hari. Maka total konsumsi listrik 100.000 ponsel cerdas ini adalah ~1 Terawatt per hari. Dan ini merupakan suatu konsumsi energi yang besar (sebagai pembanding kompleks pembangkit Paiton menghasilkan kl listrik sebesar 2.5 Gwatt). Seiring dengan semakin cerdasnya piranti TIK maka biasanya akan semakin banyak energi yang diperlukan, Sehingga peran TIK sangat penting baik sebagai subyek maupun obyek konservasi alam. Ada 2 konsep mendasar TIK Hijau seperti pada gambar 1.17.
none very high
Jakarta
Palembang
Medan
Bandung SemarangSurabaya
Dili
Manado
Balikpapan
JAWA BARAT
LAMPUNG
BENGKULU
RIAU
ACEH
JAMBI
SUMATERA SELATAN
KUALA LUMPUR
SINGAPORE
BANDAR SERIBEGAWAN
KALIMANTANBARAT
KALIMANTANTIMUR
KALIMANTANTENGAH
KALIMANTANSELATAN
SULAWESITENGAH
SULAWESISELATAN
SULAWESITENGGARA
SUMATERAUTARA
MALUKU
IRIAN JAYA
SUMATERA BARAT
SUMATERA UTARA
JAWA TENGAH
JAWA TIMUR
BALI
YOGYAKARTA
NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
Bencana-bencana alam ini disebabkan oleh:
- 53,3 % adalah bencana terkait hidrometeorolgi (Bappenas dan Bakornas PB, 2006)
- Banjir adalah bencana yang paling sering (34%)
- diikuti oleh tanah longsor (16%).
Sehingga efek pemanasan global tehadap hidrometeorologi Indonesia akan bisa mengakibatkan semakin banyaknya rakyat Indonesia yang terancam oleh bahaya bencana alam seperti tergambar pada gambar 1.19.
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 25
Bab 1 - Tren TIK
Peran TIK sebagai infrastruktur untuk mendukung masyarakat yang ramah lingkungan, atau kita sebut TIK Hijau, bisa dibagi menjadi 2 bagian besar:
1. TIK dan teknologi-teknologi pendukungnya yang ramah lingkungan (atau disebut TIK yang Hijau),
2. TIK sebagai teknologi untuk mendukung masyarakat ramah lingkungan (atau disebut Hijau Dengan TIK)
TIK Yang Hijau adalah teknologi-teknologi yang terkait informasi dan komunikasi yang menekankan konservasi sumber daya dan dampak lingkungan sebagai faktor utama dalam desain, penggunaan dan pembuangannya (after use). Banyak alternatif pemilihan teknologi untuk komunikasi dan informasi untuk memecahkan masalah di masyarakat. Untuk saat ini faktor utama dalam pemilihan teknologi di masyarakat adalah biaya (selain faktor lain spesifik lain seperti kehandalan, estetika dll), walaupun pemilihan itu terkadang merugikan jika ditinjau dari segi TIK yang hijau.
Sebagai contoh, sebagian besar kantor memilih untuk membeli desktop computer dibanding menggunakan, misal net-top maupun dumb-terminal, dengan alasan bahwa desktop lebih expandable dan lebih powerful. Akan tetapi pada saat pengoperasian desktop computer bisa menghabiskan minimal 100 W daya dibanding ~10 W net-top. Sehingga dirasa perlu agar pemerintah juga memberikan arahan dan himbauan ke masyarakat agar faktor lingkungan juga menjadi pertimbangan pada saat pengadaan barang TIK baik bagi perorangan, swasta maupun pemerintahan.
Hijau dengan TIK didefinisikan sebagai teknologi-teknologi TIK yang dapat menghilangkan atau meminimalisir ketidak-efisienan pada penggunaan sumberdaya di masyarakat yang pada akhirnya akan menekan dampak lingkungan (pemanasan global, polusi dll) dari aktifitas masyarakat. Sebagai contoh, dengan penggunaan TIK yang tepat maka penggunaan kertas dapat diminimalisir atau dihilangkan dengan menggunakan digital media.
Bab 1 - Tren TIK
26 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010
Gambar 1.21 memperlihatkan tentang para stake-holder TIK hijau. Pada bagan ini bisa dilihat bahwa TIK Hijau bukan hanya gerakan Nasional, tapi harus bekerjasama pula dengan masyarakat internasional. Di dalam negeri stake holder TIK Hijau adalah Pemerintah, Industri, LPND dan masyarakat pemakai. Peran sentral TIK Hiju adalah Pemerintah, karena tanpa ada arahan dan regulasi dari pemerintah biasanya pihak masyarakat dan Industri akan tidak mempunyai insentif untuk menerapkan TIK Hijau ini.
Karena TIK Hijau tidak memberikan keuntungan jangka pendek maupun keuntungan individual. Sehingga untuk menghindari eksternalisasi-cost dan tragedy-of-common maka Pemerintah harus Secara bijaksana menerapkan kebijakan TIK Hijau di negaranya.
International Community
Pemerintah Industri
Masyarakat
KoordinasiTransaksi Bisnis& Alih Teknologi
Arahan& Regulasi
Regulasi& Arahan
Milestone
Produk & Solusi
AkademikLPND
Riset& Konsultasi
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 27
Bab 1 - Tren TIK
Nama Program
Tujuan Primer
Tujuan Skunder
Amerika Green New Deal, Energy Star
Penghematan pemakaian Energi
Keunggulan Teknologi, Lapangan kerja/industri baru
Malaysia Green Technology Policy
Energi, Efisiensi Gedung, Transportasi, Pengelolaan sampah
Efisiensi, keunggulan teknologi, industri baru
Jepang Gerakan Nasional Efisiensi, Green IT Forum
Efisiensi Energi, PemasyarakatanTeknologi
Keunggulan Teknologi, industri baru
India Energy Conservation Act
Efisiensi, standarisasi produk
Keunggulan teknologi, trade barier
Tabel 1.2 Klasifikasi TIK Hijau
Amerika Serikat
TIK hijau sudah digagas oleh Pemerintah Amerika semenjak tahun 1990 dengan program Energy Star. Program Energy Star ini bertujuan untuk menekan konsumsi alat-alat TIK khususnya perangkat komputer dengan menetapkan beberapa rule konsumsi listrik.
Selain itu TIK hijau mendapat dorongan lebih besar lagi dengan Green New Deal-nya pemerintah
Obama. Green New Deal ini merupakan stimulus dari pemerintah untuk proyek-proyek dan manufaktur
yang ramah lingkungan.
Bab 1 - Tren TIK
28 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010
MalaysiaPada tahun 2009, Pemerintah Malaysia mengumumkan Kebijakan Green Technology yang memfokuskan pada 4 sektor: energi, gedung-gedung, pengelolaan sampah dan transportasi. Selain itu, riset dan pengembangan dibidang Green Technology juga mendapat perhatian pada kebijakan ini. Malaysia sudah mempunyai Rancangan Nasional untuk penerapan TIK Hijau. Rancangan ini berupa capaian-capaian nasional dan cara-cara untuk mencapainya.
Jepang
Semenjak diratifikasinya Kyoto Protocol pada tahun 1997, Pemerintah Jepang mencanangkan gerakan
nasional untuk efisiensi penggunaan energi. TIK menjadi salah satu bidang industri yang menjadi
harapan untuk menambah efisiensi penggunaan energi di Jepang. Pada tahun 2009 didirikan Forum
TIK Hijau yang terdiri dari unsur pemerintah, akademisi dan industri, yang bertujuan untuk
memasyarakatkan "best practice" kepada anggota lain dan juga masyarakat internasional.
India
India, mirip dengan Indonesia, adalah negara yang menghadapi krisis energi dengan adanya boom ekonomi di sana. Terkait dengan itu Pemerintah India membuat undang-undang "Energy Conservation Act 2001" yang berisi antara lain, spesifikasi manager energi, standar label, energi efisiensi di gedung-gedung dan pendidikan terhadap pentingnya konservasi energi di sekolah-sekolah.
Sebagai pelaksana undang-undang tersebut, Pemerintah India membuat Bureau of Energy Efficiency yang tugasnya antara lain untuk pengujian terhadap standar energi perangkat, pengawasan label dan juga pengawasan perangkat impor yang tidak sesuai dengan standar konservasi energi India. Sehingga undang-undang itu bisa menjadi suatu trade barrier bagi produk-produk yang tidak diproduksi dengan konsep yang ramah lingkungan.
Gerakan TIK Hijau perlu dicanangkan secara nasional di Indonesia. Hanya perlu diperhatikan pada penggalakan TIK Hijau ini agar tidak berefek negatif pada Industri nasional. Yaitu misalkan dengan keluarnya biaya-biaya yang akhirnya akan menurunkan daya saing produk Indonesia.
Sehingga diperlukan konsep TIK hijau yang cocok dengan keadaan sosio-ekonomi Indonesia. Dan ini merupakan tugas Pemerintah, Industri, Akademisi dan masyarakat untuk membuat konsep dan melaksanakannya di masa mendatang.
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 29
Bab 1 - Tren TIK
Bab 1 - Tren TIK
30 Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 31
Bab 1 - Tren TIK
BAB 2
KONDISI KOMINFO INDONESIA SAAT INI
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201032
22222222222
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 33
2.1 INFRASTRUKTUR DAN PENGGUNAAN TIK
Gambar 2.1 Jaringan Telepon Tetap Kabel dan Nirkabel
0
5.000.000
10.000.000
15.000.000
20.000.000
25.000.000
30.000.000
35.000.000
40.000.000
45.000.000
50.000.000
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tetap Kabel Tetap Nirkabel
Poly. (Tetap Nirkabel)
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem II 2009
Dalam kurun 2004-2009, kapasitas terpasangjaringan tetap kabelcenderung tidak mengalamipeningkatan yang berartiyaitu rata-rata 4% setiaptahunnya. Sedangkankapasitas terpasang jaringantelepon tetap nirkabelmeningkat pesat terutamaantara tahun 2008 dan 2009.Rata-rata peningkatankapasitas terpasang jaringantetap nirkabel sebesar 41%.
0
5.000.000
10.000.000
15.000.000
20.000.000
25.000.000
30.000.000
2005 2006 2007 2008 2009
Perkembangan Pelanggan Jaringan Telepontetap Lokal
Tetap Kabel Tetap Nirkabel
Poly. (Tetap Nirkabel)
Gambar 2.2Perkembangan Jumlah Pelanggan Jaringan Telepon
Tetap Kabel dan Jaringan Telepon Tetap Nirkabel, 2005-2009
Selama kurun 2005-2009, jumlah pelanggantelepon tetap kabelmengalami penurunan rata-rata 0,67% setiaptahunnya, sedangkanpelanggan telepon tetapnirkabel mengalamipertumbuhan yang cukuppesat , yaitu 34%. Trenpertumbuhan telepon tetapkabel menunjukkan polapertumbuhan eksponensial.
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem II 2009
Gambar 2.1 Jaringan Telepon Tetap Kabel dan Nirkabel
0
5.000.000
10.000.000
15.000.000
20.000.000
25.000.000
30.000.000
35.000.000
40.000.000
45.000.000
50.000.000
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tetap Kabel Tetap Nirkabel
Poly. (Tetap Nirkabel)
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem II 2009
Dalam kurun 2004-2009, kapasitas terpasangjaringan tetap kabelcenderung tidak mengalamipeningkatan yang berartiyaitu rata-rata 4% setiaptahunnya. Sedangkankapasitas terpasang jaringantelepon tetap nirkabelmeningkat pesat terutamaantara tahun 2008 dan 2009.Rata-rata peningkatankapasitas terpasang jaringantetap nirkabel sebesar 41%.
0
5.000.000
10.000.000
15.000.000
20.000.000
25.000.000
30.000.000
2005 2006 2007 2008 2009
Perkembangan Pelanggan Jaringan Telepontetap Lokal
Tetap Kabel Tetap Nirkabel
Poly. (Tetap Nirkabel)
Gambar 2.2Perkembangan Jumlah Pelanggan Jaringan Telepon
Tetap Kabel dan Jaringan Telepon Tetap Nirkabel, 2005-2009
Selama kurun 2005-2009, jumlah pelanggantelepon tetap kabelmengalami penurunan rata-rata 0,67% setiaptahunnya, sedangkanpelanggan telepon tetapnirkabel mengalamipertumbuhan yang cukuppesat , yaitu 34%. Trenpertumbuhan telepon tetapkabel menunjukkan polapertumbuhan eksponensial.
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem II 2009
Gambar 2.1 Jaringan Telepon Tetap Kabel dan Nirkabel
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem. II 2009
Gambar 2.2 Perkembangan Jumlah Pelanggan Jaringan Telepon Tetap Kabel dan Jaringan Telepon Tetap
Nirkabel, 2005-2009
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem. II 2009
Dalam kurun 2004-2009, kapasitas terpasang jaringan tetap kabel cenderung tidak mengalami peningkatan yang berarti yaitu rata-rata 4% setiap tahunnya. Sedangkan kapasitas terpasang jaringan telepon tetap nirkabel meningkat pesat terutama antara tahun 2008 dan 2009. Rata-rata peningkatan kapasitas terpasang jaringan tetap nirkabel sebesar 41%
Selama kurun 2005-2009, jumlah pelanggan telepon tetap kabel mengalami penurunan rata-rata 0,67% setiap tahun-nya, sedangkan pelanggan telepon tetap nirkabel me-ngalami pertumbuhan yang cukup pesat, yaitu 34%. Tren pertumbuhan telepon tetap kabel menunjukkan pola per-tumbuhan eksponensial.
TELEKOMUNIKASI
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201034
Sumber: PODES BPS 2005, 2008
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
Desa dengan Telepon Kabel 2005 Desa dengan Telepon Kabel 2008
Persentase 2005 Persentase 2008
Gambar 2.3Sebaran Desa di Wilayah Indonesia dengan
fasilitas Telepon Kabel, 2005 dan 2008
Pada tahun 2005, Jumlahdesa yang memiliki fasilitastelepon kabel adalah 24.257desa atau 34,68% dari totaldesa Indonesia. Tiga tahunkemudian (2008) bertambahmenjadi 24.701 desa(32,76%). Desa yang beradadi wilayah Jawa palingbanyak memiliki infrastrukturtelepon kabel, kemudianmenyusul wilayahSumatera, Sulawesi, Bali danNusa TenggaraTimur, Kalimantan dan Papuadan Maluku.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
Desa dengan sinyal selular 2005 Desa dengan sinyal selular 2008Persentase desa 2005 Persentase desa 2008
Gambar 2.4Sebaran Desa di Wilayah Indonesia dengan Sinyal
Selular, 2005 & 2008
Sumber : PODES 2005, 2008, Badan Pusat Statistik, diolah untuk kebutuhan indikator TIK
Wilayah Jawa merupakanwilayah dengan desapenerima sinyal selularterbanyak dibandingkandengan wilayah lain diIndonesia, kemudianmenyusul wilayah Sumateradan Sulawesi. Peningkatanjumlah desa penerima sinyalselular yang paling signifikanterjadi di wilayahKalimantan. Tahun 2005persentase Desa Kalimantanyang terjangkau sinyal selulerhanya 5% dari seluruh desadi Kalimantan, kemudianpada tahun 2008 meningkatmenjadi 82%.
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
Desa dengan sinyal selular 2005 Desa dengan sinyal selular 2008Persentase desa 2005 Persentase desa 2008
Gambar2.3 Sebaran Desa di Wilayah Indonesia dengan fasilitas Telepon Kabel, 2005 dan 2008
Sumber: PODES BPS 2005, 2008
Gambar 2.4 Sebaran Desa di Wilayah Indonesia dengan Sinyal Selular, 2005 & 2008
Sumber : PODES 2005, 2008, Badan Pusat Statistik, diolah untuk kebutuhan indikator TIK
Pada tahun 2005, Jumlah desa yang memiliki fasilitas telepon kabel adalah 24.257 desa atau 34,68% dari total desa Indonesia. Tiga tahun kemudian (2008) bertambah menjadi 24.701 desa (32,76%). Desa yang berada di wilayah Jawa paling banyak memiliki infrastruktur telepon kabel, kemudian menyusul wilayah Sumatera, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Papua dan Maluku.
Wilayah Jawa merupakan wilayah dengan desa penerima sinyal selular terbanyak dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia, kemudian me-nyusul wilayah Sumatera dan Sulawesi. Peningkatan jumlah desa penerima sinyal selular yang paling signifikan terjadi di wilayah Kalimantan. Tahun 2005 persentase Desa Kalimantan yang terjangkau sinyal seluler hanya 5% dari seluruh desa di Kalimantan, kemudian pada tahun 2008 meningkat menjadi 82%.
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 35
Gambar 2.5 Distribusi Telepon Kabel dan Telepon Bergerak berdasarkan Pulau, 2008
Gambar 2.6 Distribusi Jaringan Telepon Tetap Kabel dalam Rumah Tangga Indonesia, 2006-2008
Sumber : Susenas 2008, Badan Pusat Statistik Catatan: minimum 1, HP** termasuk telepon lokal nirkabel (FWA) dan telepon selular
Gambar 2.5Distribusi Telepon Kabel dan Telepon Bergerak
berdasarkan Pulau, 2008
Sumber: Susenas 2008, Badan Pusat StatistikCatatan: minimum 1, HP** termasuk telepon lokal nirkabel (FWA) dan telepon selular
Distribusi telepon kabeldan telepon bergerak(HP) berdasarkanwilayah di Indonesiamemperlihatkan, sebagian besar distribusikepemilikan teleponkabel (84,79%) maupuntelepon bergerak(81,57%) berada diwilayah Jawa danwilayahSumatera, sisanyatersebar di wilayahSulawesi, Kalimantan, Bali Nusa Tenggara danMaluku Papua.
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
2006 2007 2008
Sumber: Susenas 2006, 2007, 2008; Badan Pusat Statistik
Gambar 2.6Distribusi Jaringan Telepon Tetap Kabel dalam
Rumah Tangga Indonesia, 2006-2008
Dalam periode 2006-2007, rata-ratapersentase rumah tangga Indonesiayang memilki jaringan telepon kabeladalah 12% dari seluruh rumah tanggaIndonesia. Tahun 2007 terjadipeningkatan pemilikan jaringantelepon sebesar 1,5%, namun padatahun 2008 menurun sebesar 1%.Wilayah Jawa merupakan wilayahdengan persentase rumah tanggapemilik jaringan telepon terbesardibandingkan dengan wilayah lainnya.Selanjutnya disusul oleh wilayahKalimantan, Sulawesi dan Sumatera.
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Dalam periode 2006-2007, rata-rata persentase rumah tangga Indonesia yang memilki jaringan telepon kabel adalah 12% dari seluruh rumah tangga Indonesia. Tahun 2007 terjadi peningkatan pemilikan jaringan telepon sebesar 1,5%, namun pada tahun 2008 menurun sebesar 1%. Wilayah Jawa merupakan wilayah dengan persentase rumah tangga pemilik jaringan telepon terbesar dibandingkan dengan wilayah lainnya. Selanjutnya disusul oleh wilayah Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera.
Sumber: Susenas 2006, 2007, 2008; Badan Pusat Statistik
Distribusi telepon kabel dan telepon bergerak (HP) berdasarkan wilayah di Indonesia memperlihatkan, sebagian besar distribusi kepemilikan telepon ka-bel (84,79%) maupun telepon bergerak (81,57%) berada di wilayah Jawa dan wilayah Sumatera, sisanya tersebar di wilayah Sulawesi, Kalimantan, Bali Nusa Tenggara dan Maluku Papua.
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201036
0
50.000.000
100.000.000
150.000.000
200.000.000
250.000.000
300.000.000
2007
2008
2009
2010
*
2007
2008
2009
2010
*
Terpasang Tersambung
Telkomsel Indosat Excelkomindo Lainnya
Gambar 2.7Kapasitas Terpasang dan Tersambung Jaringan
Telepon Bergerak
Pada kurun 2007-2009, pertumbuhan kapasitastelepon tersambung antarprovider berbeda-beda.Telkomsel dan Excelkomindomengalami pertumbuhan positifterhadap kapasitas telepontersambung yaitu 18% dan21%. Selanjutnya Indosatmemiliki pertumbuhan rata-ratasekitar 13% setahun.
0
20.000.000
40.000.000
60.000.000
80.000.000
100.000.000
120.000.000
140.000.000
160.000.000
180.000.000
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Telkomsel Indosat Excelkomindo
Gambar 2.8Perkembangan Pelanggan Jaringan Telepon
bergerak
Pada tahun 2004, Telkomsel memilikipelanggan terbanyak dibandingkandengan provider lainnya yaitu sekitar16 juta pelanggan. Dalam kurun 2004-2010 semester 1, pertumbuhanpelanggan Telkomsel rata-rata 23%.Indosat dan Excekomindo merupakanprovider kedua dan ketiga yang palingbanyak dipilih pelanggan. Selama limatahun terakhir, walaupun jumlahpelanggan Indosat menurun terutamapada tahun 2009, tetapi Indosat tetapmengalami pertumbuhan dengan rata-rata 19%. Selanjutnya, jumlahpelanggan Excelkomindo mengalamipertumbuhan setiap tahunnya denganrata-rata 21%.
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem II 2009
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem II 2009
0
50.000.000
100.000.000
150.000.000
200.000.000
250.000.000
300.000.000
2007
2008
2009
2010
*
2007
2008
2009
2010
*
Terpasang Tersambung
Telkomsel Indosat Excelkomindo Lainnya
Gambar 2.7Kapasitas Terpasang dan Tersambung Jaringan
Telepon Bergerak
Pada kurun 2007-2009, pertumbuhan kapasitastelepon tersambung antarprovider berbeda-beda.Telkomsel dan Excelkomindomengalami pertumbuhan positifterhadap kapasitas telepontersambung yaitu 18% dan21%. Selanjutnya Indosatmemiliki pertumbuhan rata-ratasekitar 13% setahun.
0
20.000.000
40.000.000
60.000.000
80.000.000
100.000.000
120.000.000
140.000.000
160.000.000
180.000.000
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Telkomsel Indosat Excelkomindo
Gambar 2.8Perkembangan Pelanggan Jaringan Telepon
bergerak
Pada tahun 2004, Telkomsel memilikipelanggan terbanyak dibandingkandengan provider lainnya yaitu sekitar16 juta pelanggan. Dalam kurun 2004-2010 semester 1, pertumbuhanpelanggan Telkomsel rata-rata 23%.Indosat dan Excekomindo merupakanprovider kedua dan ketiga yang palingbanyak dipilih pelanggan. Selama limatahun terakhir, walaupun jumlahpelanggan Indosat menurun terutamapada tahun 2009, tetapi Indosat tetapmengalami pertumbuhan dengan rata-rata 19%. Selanjutnya, jumlahpelanggan Excelkomindo mengalamipertumbuhan setiap tahunnya denganrata-rata 21%.
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem II 2009
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem II 2009
Pada kurun 2007-2009, pertumbuhan kapasitas telepon tersambung antar provider berbeda-beda. Telkomsel dan Excelkomindo mengalami pertumbuhan positif terhadap kapasitas telepon tersambung yaitu 18% dan 21%. Selanjutnya Indosat memiliki pertum-buhan rata-rata sekitar 13% setahun.
Gambar 2.7 Kapasitas Terpasang dan Tersambung Jaringan Telepon Bergerak
Gambar 2.8 Perkembangan Pelanggan Jaringan Telepon bergerak
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem. II 2009
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem. II 2009
Pada tahun 2004, Telkomsel memiliki pelanggan terbanyak dibandingkan dengan provi-der lainnya yaitu sekitar 16 juta pelanggan. Dalam kurun 2004-2010 semester 1, pertumbuhan pelanggan Telkomsel rata-rata 23%. Indosat dan Excelkomindo merupakan provider kedua dan ketiga yang paling banyak dipilih pelanggan. Selama lima tahun terakhir, walaupun jumlah pelanggan Indosat menurun terutama pada tahun 2009, tetapi Indosat tetap mengalami pertumbuhan dengan rata-rata 19%. Selanjutnya, jumlah pelanggan Excelkomindo me-ngalami pertumbuhan setiap tahunnya dengan rata-rata 21%.
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 37
Berbeda dengan telepon tetap kabel, perkembangan telepon selular dalam rumah tangga di Indonesia dalam kurun 2006-2008 memperlihatkan peningkatan. Rasio RT dengan telepon selular terhadap seluruh RT di Indonesia meningkat dari 24,60% pada tahun 2006 menjadi 52,60% pada tahun 2008. Hal ini juga terjadi di seluruh wilayah. Wilayah Kalimantan merupakan wilayah dengan rasio tertinggi sejak tahun 2006 hingga 2008, diikuti wilayah Sumatera dan Jawa.
0%
10%
20%
30%
40%
50%50%
60%60%60%
70%70%70%
2006 2007 2008
1,4
1,45
1,5
1,55
1,6
1,65
1,7
1,75
1,8
1,85
1,9
2007
2008
Gambar 2.9 Distribusi Jaringan Telepon Selular dalam Rumah Tangga Indonesia, 2006-2008
Gambar 2.10 Distribusi kepemilikan nomor telepon selular Rumah Tangga Indonesia, 2007-2008
Sumber: Susenas 2006, 2007, 2008; Badan Pusat Statistik
Pada tahun 2007-2008, setiap RT Indonesia memiliki lebih dari satu nomor telepon selular (GSM/CDMA) yaitu dengan rata-rata 1,65. Kepemilikan nomor telepon selular terus meningkat, hal tersebut terjadi di RT diseluruh wilayah Indonesia. Wilayah Maluku dan Papua adalah wilayah yang mempunyai jumlah nomor telepon selular per rumah tangga tertinggi diikuti oleh pulau Kalimantan, Jawa dan sumatera.
Sumber: Susenas 2006, 2007, 2008; Badan Pusat Statistik
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201038
Gambar 2.11 Sebaran Desa Berdering (USO) di seluruh propinsi di Indonesia
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
NAD
Sum
utSu
mba
rRi
auKe
pri
Jam
biBa
bel
Beng
kulu
Sum
sel
Lam
pung
Bant
enJa
bar
Jate
ngDI
Yog
yaka
rta
Jatim Ba
liN
TB NTT
Kalb
arKa
lteng
Kalti
mKa
lsel
Sulse
lSu
lbar
Sulte
ngSu
ltra
Sulu
tGo
ront
alo
Mal
uku
Mal
uku
Uta
raIrj
abar
Papu
a
Target terhadap total Desa On air terhadap total desa Pencapaian Target
sumber: POSTEL dari Telkomsel dan ICON+ ; per Juli 2010
USO (Universal Service Obligation) merupakan program penyediaan jasa aksestelekomunikasi dan informatika pedesaan. Program tersebut dilaksanakan berdasarkanPeraturan Menteri Kominfo No. 32/PER/M.KOMINFO/10/2008 tentang KewajibanPelayanan Universal Telekomunikasi dengan tujuan mengatasi ketersediaantelekomunikasi pedesaan untuk ribuan desa di seluruh Indonesia.Gambar 2.11 menunjukkan perkembangan program tersebut hingga kuartal 2 tahun2010. Target terhadap total desa merupakan persentase jumlah desa target terhadaptotal desa di setiap provinsi. Desa on air merupakan desa yang sudah tersambungdengan akses telepon dan garis pada grafik menunjukkan pencapaian target yangmerupakan persentase desa yang sudah on air terhadap desa target. Pada gambartersebut terlihat bahwa perkembangan desa berdering masih belum merata di seluruhwilayah Indonesia, terutama Indonesia bagian timur. Hal ini disebabkan persentasepencapaian target desa berdering terhadap total desa masih sangat rendah. Keadaantersebut juga terjadi di Kepulauan Riau dan provinsi Sumatera Selatan.
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Gambar 2.11 Sebaran Desa Berdering (USO) di seluruh propinsi di Indonesia
Sumber: POSTEL dari Telkomsel dan ICON+ ; per Juli 2010
USO (Universal Service Obligation) merupakan program penyediaan jasa akses telekomunikasi dan informatika pedesaan. Program tersebut dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri Kominfo No.32/PER/M.KOMINFO/10/2008 tentang Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi dengan tujuan mengatasi ketersediaan telekomunikasi pedesaan untuk ribuan desa diseluruh Indonesia. Gambar 2.11 menunjukkan perkembangan program tersebut hingga kuartal 2 tahun 2010. Target terhadap total desa merupakan persentase jumlah desa target terhadap total desa disetiap propinsi. Desa on air merupakan desa yang sudah tersambung dengan akses telepon dan garis pada grafik menunjukkan pencapaian target yang merupakan persentase desa yang sudah on air terhadap desa target. Pada gambar tersebut terlihat bahwa perkembangan desa berdering masih belum merata diseluruh wilayah Indonesia, terutama Indonesia bagian timur. Hal ini disebabkan persentase pencapaian target desa berdering terhadap total desa masih sangat rendah. Keadaan tersebut juga terjadi di Kepulauan Riau dan provinsi Sumatera Selatan.
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 39
USO (Universal Service Obligation) adalah program penyediaan jasa akses telekomunikasi dan informatika pedesaan dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri Kominfo No.32/PER/M.KOMINFO/10/2008 tentang Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi. Program tersebut akan mengatasi ketersediaan telekomunikasi pedesaan untuk ribuan desa di seluruh Indonesia. Pelaksanaan program USO akan mencakup berdering (berbasis voice) untuk 31.800 desa (untuk desa berdering / berbasis suara), dan 5.748 desa ibukota kecamatan (untuk desa pintar / berbasis internet). Sebagai informasi, capaian desa pintar dengan target sebanyak 4.218; September 2010 sebesar 1.400; Oktober 2010 sebesar 2.109; Nopember 2010 sebesar 4.218; dan Desember 2010 sebesar 5.748 atau 136 %.
Sedangkan desa berdering pada September 2010 sebesar 26.039 desa; Oktober 27.364 desa; Nopember 29.510 desa; dan Desember 31.800 desa atau 100%. Program USO ini sepenuhnya dilakukan oleh sejumlah penyelenggara telekomunikasi yang telah dinyatakan sebagai pemenang tender secara terbuka, obyektif dan transparan. USO sangat bermanfaat untuk: Memungkinkan adanya ketersediaan dan keterhubungan akses telekomunikasi bagi seluruh pelosok daerah di Indonesia, baik untuk layanan telekomunikasi berbasis suara (voice) maupun berbasis internet. Ketersediaan fasilitas dan akses telekomunikasi di seluruh daerah akan berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi, investasi dan perdagangan. USO juga merupakan bentuk penyediaan fasilitas dan akses telekomunikasi juga akan berkontribusi bagi program E-Government, E-Education, E-Health dan berbagai layanan publik lainnya.
USO
Gambar 2.12 Sebaran Rencana Proyek USO
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201040
Sumber: POSTEL
Gambar 2.13 Infrastruktur Backbone serat optik di Indonesia
Gambar 2.14 memperlihatkan bahwa infrastruktur backbone serat optik masih belummerata di seluruh wilayah Indonesia. 65,2% dari total infrastruktur menjangkau wilayahJawa, diikuti oleh wilayah Sumatera (20,31%) dan Kalimantan (6,13%). Sedangkan padawilayah Indonesia timur (Nusa Tenggara, Maluku dan Papua) masih belum terjangkauinfrastrutur ini, maka Depkominfo telah melaksanakan program Palapa Ring pada tahun2010 untuk meningkatkan jangkauan backbone serat optik di wilayah tersebut.
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Gambar 2.13 Infrastruktur Backbone serat optik di Indonesia
Gambar 2.14 memperlihatkan bahwa infrastruktur backbone serat optik masih belum merata di seluruh wilayah Indonesia. 65,2% dari total infrastruktur menjangkau wilayah Jawa, diikuti oleh wilayah Sumatera (20,31%) dan Kalimantan (6,13%). Sedangkan pada wilayah Indonesia timur (Nusa Tenggara, Maluku dan Papua) masih belum terjangkau infrastruktur ini, maka Depkominfo telah melaksanakan program Palapa Ring pada tahun 2010 untuk meningkatkan jangkauan backbone serat optik di wilayah tersebut.
Palapa Ring adalah suatu proyek pembangunan jaringan serat optik nasional yang akan menjangkau sebanyak 33 provinsi, 440 kota/kabupaten di seluruh Indonesia dengan total panjang kabel laut mencapai 35.280 kilometer dan kabel di daratan adalah 21.807 kilometer.
Pada tahun 2008 sudah dimulai pembangunan serat optik di kawasan Indonesia timur sepanjang 10.000 kilometer dan menelan biaya Rp. 4 triliun
Sumber: TelkomGambar 2.15 Backbone jaringan satelit yang diselenggarakan oleh PT TELKOM
Secara umum backbone jaringan satelit telah menjangkau seluruh wilayah Indonesiabaik di wilayah Indonesia bagian barat maupun Indonesia bagian timur.
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Sumber : ITU
Palapa Ring adalah suatu proyekpembangunan jaringan serat optiknasional yang akan menjangkausebanyak 33 provinsi, 440kota/kabiupaten di seluruh Indonesiadengan total panjang kabel lautmencapai 35.280 kilometer dan kabel didaratan adalah 21.807 kilometer.Pada tahun 2008 sudah dimulaipembangunan serat optik di kawasanIndonesia timur sep[anjang 10.000kilometer dan menelan biaya Rp. 4triliun
0 5000 10000 15000
SumatraJawaNTT
KalimantanSulawesiMaluku
Papua
Panjang FO (KM)
Gambar 2.14 Panjang FO Tiap WilayahGambar 2.14 Panjang FO Tiap Wilayah
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 41
Sumber: TelkomGambar 2.15 Backbone jaringan satelit yang diselenggarakan oleh PT TELKOM
Secara umum backbone jaringan satelit telah menjangkau seluruh wilayah Indonesiabaik di wilayah Indonesia bagian barat maupun Indonesia bagian timur.
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Sumber : ITU
Palapa Ring adalah suatu proyekpembangunan jaringan serat optiknasional yang akan menjangkausebanyak 33 provinsi, 440kota/kabiupaten di seluruh Indonesiadengan total panjang kabel lautmencapai 35.280 kilometer dan kabel didaratan adalah 21.807 kilometer.Pada tahun 2008 sudah dimulaipembangunan serat optik di kawasanIndonesia timur sep[anjang 10.000kilometer dan menelan biaya Rp. 4triliun
0 5000 10000 15000
SumatraJawaNTT
KalimantanSulawesiMaluku
Papua
Panjang FO (KM)
Gambar 2.14 Panjang FO Tiap Wilayah
Secara umum backbone jaringan satelit telah menjangkau seluruh wilayah Indonesia baik di wilayah Indonesia bagian barat maupun Indonesia bagian timur.
Gambar 2.15 Backbone jaringan satelit yang diselenggarakan oleh PT TELKOM
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201042
Palapa RingPalapa Ring adalah jaringan cincin serat optik kabel bawah laut dan darat yang dibangun sebagai tulang punggung (backbone) yang menyambungkan pulau-pulau besar dan utama di seluruh Indonesia.Jaringan ini akan mengatasi ketersediaan koneksi komunikasi, sekaligus solusi bagi kecepatan akses data. Proyek Palapa Ring telah selesai sepanjang 42.470km, yang menghubungkan Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTB dan NTT. Kemudian akan diteruskan ke Maluku dan Papua (sisa 10.000 km lagi). Pembangunan Palapa Ring dilakukan oleh suatu konsorsium swasta. Untuk mengatasinya, sedang disusun kebijakan stimulus Dana TIK, yang harus disusun sesuai Inpres No. 1 Tahun 2010, dengan sumber pendanaan dari kontribusi USO.
Gambar 2.16 Sebaran perencanaan program Palapa Ring
Dana TIK dimanfaatkan untuk mempercepat perwujudan Indonesia Connected, dimana Palapa Ring akan bermanfaat bagi peningkatan prosentasi daerah yang terakses telepon dan internet pedesaan, ibukota provinsi dengan akses FO (Fiber Optic), NIX (National Internet Exchange) serta IIX (International Internet Exchange), dan keterhubungan seluruh ibukota kabupaten/kota dengan fasilitas pita-lebar. Palapa Ring merupakan program unggulan penyediaan infrastruktur telekomunikasi, yang sejalan dengan program USO, BWA dan desa informasi. Seperti halnya pembangunan infrastruktur lainnya, Palapa Ring akan berdampak konstruktif bagi pertumbuhan ekonomi.
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 43
020406080
100120140160180200
2005 2006 2007 2008 2009
ISP NAP ITKP SKD
Gambar 2.17Jumlah Penyelenggara Multimedia berdasarkan jenis ijin 2008-2009
Gambar 2.17, menunjukkan bahwatotal penerbitan ijin jasa multimediameningkat rata-rata 2,8% per tahun.Terdapat empat kelompok jasamultimedia yaitu Penyedia layananinternet (ISP), Penyedia akses jaringan(NAP), Internet Teleponi untukKeperluan Publik (ITKP) dan SistemKomunikasi Data (Siskomdat/SKD).Jumlah penyelenggara jasa komunikasimasih didominasi oleh ISP diikuti olehNAP dan ITKP. Jumlah penyelenggaraketiganya meningkat signifikan sejaktahun 2008.
2008 2009
Jasmul dan JarTap/JarBer 16,30% 15,90%
ISP dan Jasa Mutimedia lain 4,60% 4,30%
ISP dan NAP 5,10% 4,80%
Siskomdat 1,00% 1,40%
ITKP 3,10% 2,90%
NAP 5,10% 5,30%
ISP 64,80% 65,40%
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
Gambar 2.18 Komposisi Penyelenggara Multimedia berdasarkan jenis ijin 2008-
2009
Total penerbitan ijin jasa multimediameningkat rata-rata 2,8% per tahun(POSTEL, 2010). Terdapat empatkelompok jasa multi media yaituPenyedia layanan internet(ISP), Penyedia akses jaringan(NAP), Internet Teleponi untukKeperluan Publik (ITKP) dan SistemKomunikasi Data (Siskomdat/SKD).Berdasarkan gambar 2.16, terlihat65,4% dari seluruh ijinpenyelenggaraan jasa multimediapada tahun 2009 adalah ISP murni.Dan sebagian ISP juga memiliki ijinjasa penyelenggaraan lainnya, sepertidikombinasikan dengan NAP dan JasaMultimedia lainnya.
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem II 2009
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem II 2009
020406080
100120140160180200
2005 2006 2007 2008 2009
ISP NAP ITKP SKD
Gambar 2.17Jumlah Penyelenggara Multimedia berdasarkan jenis ijin 2008-2009
Gambar 2.17, menunjukkan bahwatotal penerbitan ijin jasa multimediameningkat rata-rata 2,8% per tahun.Terdapat empat kelompok jasamultimedia yaitu Penyedia layananinternet (ISP), Penyedia akses jaringan(NAP), Internet Teleponi untukKeperluan Publik (ITKP) dan SistemKomunikasi Data (Siskomdat/SKD).Jumlah penyelenggara jasa komunikasimasih didominasi oleh ISP diikuti olehNAP dan ITKP. Jumlah penyelenggaraketiganya meningkat signifikan sejaktahun 2008.
2008 2009
Jasmul dan JarTap/JarBer 16,30% 15,90%
ISP dan Jasa Mutimedia lain 4,60% 4,30%
ISP dan NAP 5,10% 4,80%
Siskomdat 1,00% 1,40%
ITKP 3,10% 2,90%
NAP 5,10% 5,30%
ISP 64,80% 65,40%
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
Gambar 2.18 Komposisi Penyelenggara Multimedia berdasarkan jenis ijin 2008-
2009
Total penerbitan ijin jasa multimediameningkat rata-rata 2,8% per tahun(POSTEL, 2010). Terdapat empatkelompok jasa multi media yaituPenyedia layanan internet(ISP), Penyedia akses jaringan(NAP), Internet Teleponi untukKeperluan Publik (ITKP) dan SistemKomunikasi Data (Siskomdat/SKD).Berdasarkan gambar 2.16, terlihat65,4% dari seluruh ijinpenyelenggaraan jasa multimediapada tahun 2009 adalah ISP murni.Dan sebagian ISP juga memiliki ijinjasa penyelenggaraan lainnya, sepertidikombinasikan dengan NAP dan JasaMultimedia lainnya.
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem II 2009
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem II 2009
Gambar 2.17, menunjukkan bahwa total penerbitan ijin jasa multimedia meningkat rata-rata 2,8% pertahun. Terdapat empat kelompok jasa multimedia yaitu Penyedia layanan internet (ISP), Penyedia akses jaringan (NAP), Internet Teleponi untuk Keperluan Publik (ITKP) dan Sistem Komunikasi Data (Siskomdat/SKD). Jumlah penyelenggara jasa komunikasi masih didominasi oleh ISP diikuti oleh NAP dan ITKP. Jumlah penyelenggara ketiganya meningkat signifikan sejak tahun 2008.
Gambar 2.17 Jumlah Penyelenggara Multimedia berdasarkan jenis ijin 2008-2009
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem. II 2009
Total penerbitan ijin jasa multimedia meningkat rata-rata 2,8% pertahun (POSTEL, 2010). Terdapat empat kelompok jasa multimedia yaitu Penyedia layanan internet (ISP), Penyedia akses jaringan (NAP), Internet Teleponi untuk Keperluan Publik (ITKP) dan Sistem Komunikasi Data (Siskomdat/SKD). Berdasarkan gambar 2.16, terlihat 65,4% dari seluruh ijin penyelenggaraan jasa multimedia pada tahun 2009 adalah ISP murni. Dan sebagian ISP juga memiliki ijin jasa penyelenggaraan lainnya, seperti dikombinasikan dengan NAP dan Jasa Multimedia lainnya.
Gambar 2.18 Komposisi Penyelenggara Multimedia berdasarkan jenis ijin 2008-2009
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem. II 2009
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201044
Gambar 2.19 Jumlah Pelanggan ISP menurut wilayah
Tahun 2008-2009
0
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
1400000
1600000
1800000
2000000
2008 2009
Jumlah pelanggan ISP pada tahun2009 meningkat 12% dibandingtahun sebelumnya. Wilayah Jawamerupakan wilayah denganjumlah pelanggan ISP palingbanyak, yaitu mencapai 1,3 jutapelanggan. Angka ini mengalamikenaikan sebesar 32% dibandingtahun sebelumnya. Kemudiandiikuti oleh wilayah Sumateradengan 270 ribu pelanggan.Secara total pada tahun2009, jumlah pelanggan ISPmencapai 1,9 juta pelanggan.
Gambar 2.20 Komposisi pelanggan ISP berdasarkan teknologi akses akses di setiap
wilayah
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
DSL Dial Up Broadband lain Leased line
Sebagian besar (65%) pelangganISP Indonesia menggunakanteknologi akses denganDSL, kecuali di wilayah Malukudan Papua mayoritasmenggunakan teknologi Dial up.
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem II 2009
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem II 2009
Gambar 2.19 Jumlah Pelanggan ISP menurut wilayah
Tahun 2008-2009
0
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
1400000
1600000
1800000
2000000
2008 2009
Jumlah pelanggan ISP pada tahun2009 meningkat 12% dibandingtahun sebelumnya. Wilayah Jawamerupakan wilayah denganjumlah pelanggan ISP palingbanyak, yaitu mencapai 1,3 jutapelanggan. Angka ini mengalamikenaikan sebesar 32% dibandingtahun sebelumnya. Kemudiandiikuti oleh wilayah Sumateradengan 270 ribu pelanggan.Secara total pada tahun2009, jumlah pelanggan ISPmencapai 1,9 juta pelanggan.
Gambar 2.20 Komposisi pelanggan ISP berdasarkan teknologi akses akses di setiap
wilayah
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
DSL Dial Up Broadband lain Leased line
Sebagian besar (65%) pelangganISP Indonesia menggunakanteknologi akses denganDSL, kecuali di wilayah Malukudan Papua mayoritasmenggunakan teknologi Dial up.
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem II 2009
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem II 2009
Gambar 2.19 Jumlah Pelanggan ISP menurut wilayah Tahun 2008-2009
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem. II 2009
Gambar 2.20 Komposisi pelanggan ISP berdasarkan teknologi akses akses disetiap wilayah
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem. II 2009
Jumlah pelanggan ISP pada tahun 2009 meningkat 12% dibanding tahun sebelumnya. Wilayah Jawa merupakan wilayah dengan jumlah pelanggan ISP paling banyak, yaitu mencapai 1,3 juta pelanggan. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 32% dibanding tahun sebelumnya. Kemudian diikuti oleh wilayah Sumatera dengan 270 ribu pelanggan. Secara total pada tahun 2009, jumlah pelanggan ISP mencapai 1,9 juta pelanggan.
Sebagian besar (65%) pelanggan ISP Indonesia menggunakan teknologi akses dengan DSL, kecuali di wilayah Maluku dan Papua mayoritas menggunakan teknologi Dial up.
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 45
8.171.257
6.682.280
975.015
304.724 135.161 42.192 31.8850
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
7.000.000
8.000.000
9.000.000
itkp 2009
Gambar 2.21 Jumlah Pelanggan ITKP menurut wilayah Tahun 2009
Sumber : Postel
Gambar 2.21 menunjukkanjumlah pelanggan ITKP (InternetTeleponi Komunikasi Publik).Secara total terdapat sekitar 8juta pelanggan di Indonesia, ¾dari total pelanggan berada diwilayah Jawa, yaitu sekitar 6,6juta pelanggan, diikuti olehwilayah Sumatera, Kalimantankemudian Sulawesi. SedangkanMaluku dan Papua serta wilayahBali dan Nusa Tenggaramerupakan wilayah denganjumlah pelanggan ITKP yangpaling sedikit.
Sumber: PANDI, 2010
Gambar 2.22 Perkembangan Jumlah domain.id
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
2005 2006 2007 2008 2009 2010
co.id
web.id
sch.id
or.id
go.id
ac.id
net.id
mil.id
Selama 2005-2010, rata-ratapertumbuhan domain.id sekitar12%. Dalam kurun waktutersebut sub domain yangpaling signifikanpertumbuhannya adalah co.idyaitu sebesar 20%. Domainweb.id yang merupakan subdomain tertinggi keduamengalami fluktuasi dalampertumbuhannya. Sedangkanmil.id merupakan sub domainyang sangat kecilpertumbuhannya selama limatahun terakhir
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
8.171.257
6.682.280
975.015
304.724 135.161 42.192 31.8850
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
7.000.000
8.000.000
9.000.000
itkp 2009
Gambar 2.21 Jumlah Pelanggan ITKP menurut wilayah Tahun 2009
Sumber : Postel
Gambar 2.21 menunjukkanjumlah pelanggan ITKP (InternetTeleponi Komunikasi Publik).Secara total terdapat sekitar 8juta pelanggan di Indonesia, ¾dari total pelanggan berada diwilayah Jawa, yaitu sekitar 6,6juta pelanggan, diikuti olehwilayah Sumatera, Kalimantankemudian Sulawesi. SedangkanMaluku dan Papua serta wilayahBali dan Nusa Tenggaramerupakan wilayah denganjumlah pelanggan ITKP yangpaling sedikit.
Sumber: PANDI, 2010
Gambar 2.22 Perkembangan Jumlah domain.id
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
2005 2006 2007 2008 2009 2010
co.id
web.id
sch.id
or.id
go.id
ac.id
net.id
mil.id
Selama 2005-2010, rata-ratapertumbuhan domain.id sekitar12%. Dalam kurun waktutersebut sub domain yangpaling signifikanpertumbuhannya adalah co.idyaitu sebesar 20%. Domainweb.id yang merupakan subdomain tertinggi keduamengalami fluktuasi dalampertumbuhannya. Sedangkanmil.id merupakan sub domainyang sangat kecilpertumbuhannya selama limatahun terakhir
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Gambar 2.21 Jumlah Pelanggan ITKP menurut wilayah Tahun 2009
Gambar 2.21 menunjukkan jumlah pelanggan ITKP (Internet Teleponi Komunikasi Publik). Secara total terdapat sekitar 8 juta pelanggan di Indonesia, ¾ dari total pelanggan berada di wilayah Jawa, yaitu sekitar 6,6 juta pelanggan, diikuti oleh wilayah Sumatera, Kalimantan kemudian Sulawesi. Sedangkan Maluku dan Papua serta wilayah Bali dan Nusa Tenggara merupakan wilayah dengan jumlah pelanggan ITKP yang paling sedikit.
Selama 2005 - 2010, rata-rata pertumbuhan domain .id sekitar 12%. Dalam kurun waktu tersebut subdomain yang paling signifikan pertumbuhannya adalah co.id yaitu sebesar 20%. Domain web.id yang merupakan subdomain tertinggi kedua mengalami fluktuasi dalam pertumbuhannya. Sedangkan mil.id merupakan subdomain yang sangat kecil pertumbuhannya selama lima tahun terakhir
Gambar 2.22 Perkembangan Jumlah domain.id
Sumber : Postel
Sumber: PANDI, 2010
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201046
Gambar 2.23 Kepemilikan komputer dalam RT Indonesia
0%1%2%3%4%5%6%7%8%9%
10%
2006 2007 2008
Sumber: SUSENAS 2006-2008, Badan Pusat Statistik
Sejak tahun 2006-2008, kepemilikan komputer dirumah tangga Indonesiamengalami peningkatan yangsignifikan. Pada tahun 2006kepemilikan komputer di rumahtangga Indonesia sekitar 4%kemudian mengalami kenaikanmenjadi 6% pada tahun 2007 dan8% di tahun 2008.Bila dibandingkan berdasarkanwilayah di seluruhIndonesia, tingkat kepemilikankomputer dalam RT di wilayah Jawapaling tinggi, diikuti oleh wilayahKalimantan. Sedangkan wilayahtimur Indonesia memiliki tingkatkepemilikan yang paling kecil.
Sumber: SUSENAS 2006-2008, Badan Pusat Statistik
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
2007 2008
Gambar 2.24Sebaran Rumah Tangga Indonesia yang memiliki akses
Internet, 2007-2008
Selama kurun 2007-2008, aksesInternet dalam rumah tanggaIndonesia mengalami kenaikan yangcukup signifikan. Pada tahun2007, persentase rumah tanggaIndonesia yang sudah memiliki aksesinternet adalah 5,58%. Selanjutnyapada tahun 2008 mengalamipeningkatan menjadi 8,56%. Tercatatsejak tahun 2007, Jawa masihmemiliki persentase tertinggi yaitusebesar 6,65% dan meningkatmenjadi 9,95% pada tahun 2008.Peningkatan ini juga terjadi di wilayahlainnya, termasuk di wilayah Malukudan Papua.
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Gambar 2.23 Kepemilikan komputer dalam RT Indonesia
0%1%2%3%4%5%6%7%8%9%
10%
2006 2007 2008
Sumber: SUSENAS 2006-2008, Badan Pusat Statistik
Sejak tahun 2006-2008, kepemilikan komputer dirumah tangga Indonesiamengalami peningkatan yangsignifikan. Pada tahun 2006kepemilikan komputer di rumahtangga Indonesia sekitar 4%kemudian mengalami kenaikanmenjadi 6% pada tahun 2007 dan8% di tahun 2008.Bila dibandingkan berdasarkanwilayah di seluruhIndonesia, tingkat kepemilikankomputer dalam RT di wilayah Jawapaling tinggi, diikuti oleh wilayahKalimantan. Sedangkan wilayahtimur Indonesia memiliki tingkatkepemilikan yang paling kecil.
Sumber: SUSENAS 2006-2008, Badan Pusat Statistik
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
2007 2008
Gambar 2.24Sebaran Rumah Tangga Indonesia yang memiliki akses
Internet, 2007-2008
Selama kurun 2007-2008, aksesInternet dalam rumah tanggaIndonesia mengalami kenaikan yangcukup signifikan. Pada tahun2007, persentase rumah tanggaIndonesia yang sudah memiliki aksesinternet adalah 5,58%. Selanjutnyapada tahun 2008 mengalamipeningkatan menjadi 8,56%. Tercatatsejak tahun 2007, Jawa masihmemiliki persentase tertinggi yaitusebesar 6,65% dan meningkatmenjadi 9,95% pada tahun 2008.Peningkatan ini juga terjadi di wilayahlainnya, termasuk di wilayah Malukudan Papua.
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Sejak tahun 2006 - 2008, kepemilikan komputer di rumah tangga Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2006 kepemilikan komputer di rumah tangga Indonesia sekitar 4% kemudian mengalami kenaikan menjadi 6% pada tahun 2007 dan 8% di tahun 2008. Bila dibandingkan berdasarkan wilayah diseluruh Indonesia, tingkat kepemilikan komputer dalam RT di wilayah Jawa paling tinggi, diikuti oleh wilayah Kalimantan. Sedangkan wilayah timur Indonesia memiliki tingkat kepemilikan yang paling kecil.
Gambar 2.23 Kepemilikan komputer dalam Rumah Tangga Indonesia
Sumber: SUSENAS 2006-2008, Badan Pusat Statistik
Selama kurun 2007-2008, akses Internet dalam rumah tangga Indonesia mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Pada tahun 2007, persentase rumah tangga Indonesia yang sudah memiliki akses internet adalah 5,58%. Selanjutnya pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 8,56%. Tercatat sejak tahun 2007, Jawa masih memiliki persentase tertinggi yaitu sebesar 6,65% dan meningkat menjadi 9,95% pada tahun 2008. Peningkatan ini juga terjadi di wilayah lainnya, termasuk di wilayah Maluku dan Papua.
Gambar 2.24 Sebaran Rumah Tangga Indonesia yang memiliki akses Internet, 2007-2008
Sumber: SUSENAS 2006-2008, Badan Pusat Statistik
INTERNET DAN KOMPUTER
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 47
Gambar 2.25 Distribusi Rumah Tangga yang memiliki Komputer dan Akses Internet, 2008Sumber: SUSENAS 2008, Badan Pusat Statistik
Pada tahun 2008, distribusi komputer dan akses Internet masih terkonsentrasi di wilayah Jawa. Diikuti oleh wilayah Sumatera yaitu sekitar16,58% dari total rumah tangga dengan komputer dan 16,77% dari total rumah tangga dengan akses internet. Sedangkan selebihnya berada di wilayah lainnya.
Ranking Site Kategory
1 Facebook Jejaring Sosial
2 google.co.id Mesin Pencarian
3 Google Mesin Pencarian
4 Blogger.com Blog
5 Yahoo! Portal
6 Kaskus -Komunitas Indonesia Komunitas
7 YouTube -Broadcast yourself Komunitas
8 WordPress.com Blog
9 Detik.com Berita
10 4shared File Sharing
11 Twitter Jejaring Sosial
12 KOMPAS.com Berita
13 Wikipedia Ensiklopedia
14 VIVAnews.com Berita
15 Detiknews Berita
16 Clicksor Bisnis
17 angege.com Portal
18 KlikBCA E-Banking
19 Ziddu Berbagi Berkas
20 KapanLagi.com Entertainment
Tabel 2.1 20 Situs tertinggi di Indonesia
Situs jejaring sosial Facebook masih men-duduki peringkat pertama berdasarkan pemantauan lalu lintas internet yang dilakukan oleh Alexa. Google.co.id, google.com dan Yahoo.com berada pada posisi selanjutnya. Situs blog seperti blogger dan wordpress juga cukup popular dan menduduki posisi ke-5 dan ke-8. Sedangkan situs komunitas terbesar di Indonesia kaskus men-duduki peringkat ke-6.
Sumber: Alexa (23 Nov 2010)
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201048
No. Instansi Rangking trafik dunia
Rangking trafik Indonesia
1 Kementerian Pertanian 37,156 436 (2)
2 Kementerian ESDM 40,628 306 (1)
3 Kementerian Pendidikan Nasional 41,291 607 (3)
4 Bank Indonesia 46,910 730 (5)
5 Kementerian Perdagangan 53,260 962
6 Kementerian Keuangan 53,368 756
7 Kementerian Perhubungan 60,787 1,026
8 Kementerian PU 62,467 1,041
9 Badan Pusat Statistik 65,878 860
10 Kementerian Kehutanan 68,966 1,174
11 Kementerian Komunikasi dan Informatika 70,013 616 (4)
12 Kementerian Kesehatan 73,936 1,111
13 Kementerian Kelautan dan Perikanan 80,235 1,742
14 Badan Pemeriksa Keuangan 90,996 1,014
15 Bappenas 93,078 1,617
16 Kementerian Hukum dan HAM 94,542 2,956
17 Kementerian Luar Negeri 105,140 2,982
18 Kementerian Agama 106,564 1,765
19 Kementerian Riset dan Teknologi 108,797 2,438
20 Badan Kepegawaian Negara 120,689 2,339
21 Kementerian Dalam Negeri 130,250 2,422
22 Kementerian Sosial 141,271 3,800
23 Dewan Perwakilan Rakyat 163,912 4,030
24 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 173,011 3,109
25 Kementerian Pertahanan 175,674 5,270
26 Kementerian Lingkungan Hidup 176,381 2,604
27 Sekretariat Negara 177,871 2,753
28 Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata 180,683 4,977
29 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 220,753 3,990
30 Kementerian BUMN 229,839 4,589
31 Bapepam 240,299 3,624
32 Mahkamah Konstitusi 240,577 5,848
33 Kejaksaan 254,191 9,590
34 Badan Koordinasi Penanaman Modal 295,503 8,969
35 Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara 381,781 7,140
36 Kementerian Koperasi dan UKM 401,668 9,991
37 Kementerian Perumahan Rakyat 576,809 7,713
38 Lembaga Administrasi Negara 641,516 14,502
39 Kementerian Pemberdayaan Perempuan 716,146 33,019
40 Majelis Permusyawaratan Rakyat 720,499 15,030
41 Kementerian Perindustrian 836,424 31,973
42 Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga 1,131,570 43,130
43 Kementerian Pembagunan Daerah Tertinggal 1,199,453 22,656
Tabel 2.2 Daftar rangking trafik akses terhadap situs kementerian dan Lembaga Pemerintahan
Sumber: Alexa (23Nov2010)
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 49
World traffic rank merupakan rangking trafik yang diukur oleh Alexa berdasarkan akses terhadap situs tersebut dari seluruh dunia, sedangkan IDN Trafic rank merupakan rangking trafik berdasarkan trafik akses yang berasal dari Indonesia. Terlihat bahwa Kementerian Pertanian merupakan situs kementerian yang paling populer di trafik dunia, sedangkan untuk akses dari Indonesia masih kalah dengan kementerian ESDM. Hal ini menunjukkan kementerian ESDM paling populer di Indonesia. Sedangkan kementerian Komunikasi dan Informatika menduduki peringkat ke 4 paling popular di Indonesia, setelah kementerian ESDM, kementerian Pertanian dan kementerian Pendidikan Nasional. Bank Indonesia menduduki peringkat ke 5 terpopular di Indonesia.
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201050
Open SourceOpen source software adalah software yang membuka/membebaskan source codenya untuk dilihat oleh orang lain dan membiarkan orang lain mengetahui cara kerja software tersebut dan sekaligus memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada pada software tersebut dan dapat diperoleh tanpa membayar lisensi. Open source ini ditujukan untuk mengatasi ketergantungan pada lisensi software tertentu. Sebagai salah satu cara untuk menggalakkan penggunaan open source, Kementerian Kominfo telah menyelenggarakan Global Conference on Open Source (GCOS) 2009 pada tanggal 26 s/d 27 Oktober 2009 diikuti oleh 12 negara. Hadir juga perwakilan Open Document Format (ODF) yang akan diadopsi menjadi SNI untuk pertukaran dokumen pemerintah agar mandiri dan tidak berpihak/tergantung pada sebuah software saja.
Di sela-sela kegiatan ini, diselenggarakan pula Indonesia Open Source Award (IOSA) 2010, yang merupakan ajang penghargaan kepada instansi Pemerintah Pusat, Lembaga Negara lainnya, Pemerintah Prov/Kab/Kota yang telah melakukan migrasi ke piranti lunak legal dengan pilihan utama Open Source Software (OSS). Tujuan kegiatan ini untuk terus menekan tingkat pembajakan software di Indonesia serta penghematan devisa negara. Sasaran dari kegiatan ini adalah meningkatnya pemahaman publik terhadap program-program pemerintah.
Kegiatan ini sudah mulai berdampak positif, yaitu sudah mulai munculnya kesadaran dari pihak pemerintah daerah mengenai penggunaan perangkat lunak legal di lingkungan instansi pemerintahan. Banyaknya undangan yang hadir menunjukkan minat yang cukup besar dari pemerintah daerah untuk turut menyukseskan program pemerintah mengenai pemanfaatan open source di lingkungan instansi pemerintah.
Gambar 2.26Kementerian Kominfo telah menyelenggarakan Global Conference on Open Source (GCOS) 2009
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 51
SePP• SePP (sistem elektronik pengadaan barang dan jasa) merupakan suatu sistem elektronik
untuk kegiatan pengadaan barang dan jasa yang dikembangkan oleh Kementerian Kominfo.
• Selain untuk tujuan praktis, SePP ini dimaksudkan untuk secara obyektif, transparan dan real-time menggantikan sistem pengadaan konvensional.
• Sepanjang tahun 2010, khususnya terhitung hingga awal bulan Oktober 2010, di Kementerian Kominfo terdapat 219 paket pengadaan barang dan jasa senilai Rp 389.745.505.305,- yang telah dilaksanakan oleh satuan kerja pusat dan UPT di daerah-daerah dengan menggunakan SePP (sistem elektronik pengadaan barang dan jasa).
• Instansi-instansi lain pengguna SePP adalah Kementerian Perhubungan, Kementerian Pertanian, Pemda NTB dan PT Taspen dengan total 625 paket pengadan barang/jasa senilai Rp2.158.763.984.579,-. Selain yang disebutkan diatas, yang juga turut menggunakannya adalah Kementerian Ristek, BATAN, KPK, PTT aspen dan BKKBN.
• SePP ini dikembangkan oleh Kementerian Kominfo dan mulai diresmikan pada tanggal 17 Desember 2008 setelah menerima ISO9001 sebagai bagian dari pengakuan internasional untuk sistem manajemen mutu (ISO9001).
• Fitur-fitur yang tersedia didalam SePP adalah: e-Lelang (e-Tendering) untuk lelang barang, jasa pemborongan dan jasa lainnya, e-Pembelian (e-Purchasing) untuk pengadaan secara langsung, e-Selection untuk lelang jasa konsultansi, dan e-Katalog, yaitu untuk sistem manajemen penyedia barang/jasa (vendor), sistem manajemen pengguna barang/jasa (instansi pemerintah), sistem daftar hitam (blacklist) dan sistem jejak data (audit trail).
• Dengan sistem SePP, Kementerian Kominfo sudah melakukan transparansi dalam pelaksanaan kegiatan pengadaan barang dan jasa. Dengan sistem online ini pula, telah banyak diperoleh penghematan yang dipelopori oleh Kementerian Kominfo.
SePP • SePP (sistem elektronik pengadaan barang dan jasa) merupakan suatu sistem elektronik untukkegiatan pengadaan barang dan jasa yang dikembangkan oleh Kementerian Kominfo.• Selain untuk tujuan praktis, SePP ini dimaksudkan untuk secara obyektif, transparan dan real-time menggantikan sistem pengadaan konvensional.• Sepanjang tahun 2010, khususnya terhitung hingga awal bulan Oktober 2010, di KementerianKominfo terdapat 219 paket pengadaan barang dan jasa senilai Rp 389.745.505.305,- yang telahdilaksanakan oleh satuan kerja pusat dan UPT di daerah-daerah dengan menggunakan SePP(sistem elektronik pengadaan barang dan jasa).• Instansi-instansi lain pengguna SePP adalah Kementerian Perhubungan, KementerianPertanian, Pemda NTB dan PT Taspen dengan total 625 paket pengadan barang / jasa senilai Rp2.158.763.984.579,-. Selain yang disebutkan diatas, yang juga turut menggunakannya adalahKementerian Ristek, BATAN, KPK, PT Taspen dan BKKBN.• SePP ini dikembangkan oleh Kementerian Kominfo dan mulai diresmikan padatanggal 17 Desember 2008 setelah menerima ISO 9001 sebagai bagian dari pengakuaninternasional untuk sistem manajemen mutu (ISO 9001).
• Fitur-fitur yang tersedia di dalam SePP adalah: e-Lelang (e-Tendering) untuk lelang barang, jasapemborongan dan jasa lainnya, e-Pembelian (e-Purchasing) untuk pengadaan secara langsung, e-Selection untuk lelang jasa konsultansi, dan e-Katalog, yaitu untuk sistem manajemen penyediabarang/jasa (vendor), sistem manajemen pengguna barang/jasa (instansi pemerintah), sistemdaftar hitam (black list) dan sistem jejak data (audit trail).• Dengan sistem SePP, Kementerian Kominfo sudah melakukan transparansi dalam pelaksanaankegiatan pengadaan barang dan jasa. Dengan sistem online ini pula, telah banyak diperolehpenghematan yang dipelopori oleh Kementerian Kominfo.
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Gambar 2.27Sistem e-pengadaan Pemerintah
Gambar 2.27 Sistem e-pengadaan Pemerintah
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201052
428; 86%
38; 8%31; 6%
Belum memiliki kebijakan OSS
Sudah memiliki kebijakan OSS
Sudah menerapkan OSS
Sumber: Ditjen APTEL 2010
Gambar 2.28 Tingkat Penggunaan Open sumber Software di instansi pemerintah
Penggunaan open source software diIndonesia masih sangat rendah. Halini terlihat dari total 497kabupaten/kota di Indonesia, baruada 38 kab/kota yang sampai padatahap memiliki kebijakan OSS diinstansinya dan 31 kab/kota yangsudah menggunakan OSS.Sejak dideklarasikan pertama kalipada tahun 2004, pelaksanaanpenggunaan OSS di instansipemerintah cenderung lambat.
Gambar 2.29. Penerapan sistem e-PengadaanPemerintah
Sumber: Ditjen Postel 2010
Tercatat 24 dari 33 propinsi diIndonesia telah menerapkansistem e-Pengadaan yangsejauh ini belumteroptimalkan secara merata.
Seluruh wilayah Jawa telahmenunjukkan perkembanganimplementasi e-Pengadaanyang baik. Wilayah Riau danKep.Riau juga telahmenunjukkan perkembanganyang sangat pesat dalamsistem e-Pengadaan, bahkanmengalahkan perkembangandi Jawa Barat.
2132449
4309681626260
2814131266544211111
0 500 1000 1500 2000 2500
DKI JakartaRiau dan Kep.Riau
Jawa BaratJawa Timur
BantenDI YogyakartaJawa Tengah
LampungSulSel
SumBarSumSelSumUt
BaliPapua
NADBaBel
MalukuNTT
JambiKalBarKalSel
KalTimSulUt
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
428; 86%
38; 8%31; 6%
Belum memiliki kebijakan OSS
Sudah memiliki kebijakan OSS
Sudah menerapkan OSS
Sumber: Ditjen APTEL 2010
Gambar 2.28 Tingkat Penggunaan Open sumber Software di instansi pemerintah
Penggunaan open source software diIndonesia masih sangat rendah. Halini terlihat dari total 497kabupaten/kota di Indonesia, baruada 38 kab/kota yang sampai padatahap memiliki kebijakan OSS diinstansinya dan 31 kab/kota yangsudah menggunakan OSS.Sejak dideklarasikan pertama kalipada tahun 2004, pelaksanaanpenggunaan OSS di instansipemerintah cenderung lambat.
Gambar 2.29. Penerapan sistem e-PengadaanPemerintah
Sumber: Ditjen Postel 2010
Tercatat 24 dari 33 propinsi diIndonesia telah menerapkansistem e-Pengadaan yangsejauh ini belumteroptimalkan secara merata.
Seluruh wilayah Jawa telahmenunjukkan perkembanganimplementasi e-Pengadaanyang baik. Wilayah Riau danKep.Riau juga telahmenunjukkan perkembanganyang sangat pesat dalamsistem e-Pengadaan, bahkanmengalahkan perkembangandi Jawa Barat.
2132449
4309681626260
2814131266544211111
0 500 1000 1500 2000 2500
DKI JakartaRiau dan Kep.Riau
Jawa BaratJawa Timur
BantenDI YogyakartaJawa Tengah
LampungSulSel
SumBarSumSelSumUt
BaliPapua
NADBaBel
MalukuNTT
JambiKalBarKalSel
KalTimSulUt
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Gambar 2.28 Tingkat Penggunaan Open Source Software di instansi pemerintah
Sumber: Ditjen APTEL 2010
Penggunaan open source software di Indonesia masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari total 497 kabupaten/kota di Indonesia, baru ada 38 kab/kota yang sampai pada tahap memiliki kebijakan OSS di instansinya dan 31 kab/kota yang sudah menggunakan OSS. Sejak dideklarasikan pertamakali pada tahun 2004, pelaksanaan penggunaan OSS di instansi pemerintah cenderung lambat.
Gambar2.29. Penerapan sistem e-Pengadaan Pemerintah
Tercatat 24 dari 33 propinsi di Indonesia telah menerapkan sistem e-Pengadaan yang sejauh ini belum teroptimalkan secara merata.
Seluruh wilayah Jawa telah menunjukkan perkembangan im-plementasi e-Pengadaan yang baik. Wilayah Riau dan Kep.Riau juga telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat dalam sistem e-Pengadaan, bahkan mengalahkan perkembangan di Jawa Barat. Sumber: Ditjen APTEL 2010
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 53
Gambar 2.30. Pemeringkatan e-Gov berdasarkan provinsi
Sumber: Ditjen Postel 2010
Gambar 2.30 menunjukkanberagamnya tingkat penerapan e-government di Indonesia dalamaspekkebijakan, kelembagaan, infrastruktur, aplikasi dan perencanaaan.Umumnya daerah-daerah di wilayahJawa lebih maju dalam memberipelayanan kepada publik denganpenerapan e-government.Masih minimnyakebijakan, kelembagaan danperencanaan e-governmentmembuat infrastruktur yangdibangun belum memberikanmanfaat yang optimal kepada publikkarena aplikasi yang dikembangkanbelum memberikan manfaat secaramaksimal.
Gambar 2.31 Pemeringkatan e-Gov berdasarkankementerian
Sumber: Ditjen Postel 2010
Penerapan e-government di Instansipusat terlihat lebih baik secarakeseluruhan jika dibandingkandengan penerapan e-governmentpada pemerintah daerah. Secaraumum, KementerianDiknas, Keuangan, Pertahanan, Perindustrian dan Bappenas merupakanintansi pusat yang penerapan e-governmentnya lebih baikdibandingkan instansi lainnya.Sedangkan Kominfo yang merupakanleading institution dalam penerapane-government masih belummenggunakan aplikasi e-governmentsecara maksimal karena institusi initergolong baru dari sisi kelembagaan.
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
1,081,291,081,421,131,711,581,751,381,921,712,382,13
21,961,961,832,082,132,292,792,542,792,752,583,293,33
11,671,81,271,8
1,871,2
21,87
1,871,93
2,332,22,22,472,271,92,072,22,4
2,62,27
2,932,873,13
3,073,2
1,571,241,43
1,381,52
1,521,67
1,331,91,862,14
1,811,67
21,711,862,572,431,86
2,12,48
2,762,763,13,24
2,763,05
1,561,31,52
1,591,89
1,671,56
1,151,41
1,72,19
2,042,7
2,222,372,671,91,7
2,112,48
2,592,59
2,372,59
3,223,26
3,22
1,0811
1,251
11,831,671,33
11,08
11
1,51,51,332,52,52,75
2,252,252,58
3,173,08
2,832,92
3,25
0 5 10 15 20
27-Babel26-Sulbar25-Kalsel24-Kepri
23-…22-…
21-NAD20-Sultra19-Sulsel
18-NTB17-Sumut16-Jambi
15-Sumbar14-…13-…
12-Bali11-Sumsel10-Papua9-Banten
8-Riau7-NTT
6-Jateng5-Kaltim
4-DKI3-Jabar
2-DIY1-Jatim
Kebijakan Kelembagaan Infrastruktur
1,541,381,5
1,541,971,81,881,631,582,292,44
1,932,422,253,022,632,632,542,462,832,842,713,252,833,293,253,41
2,071,871,53
21,851,932,131,922,472,4
2,082,62,6
2,652,672,82,63,07
2,82,7
2,673,07
2,843,133,473,25
1,572
1,812,142,322,432,51
2,572,24
2,332,68
2,692,672,62
2,292,622,432,862,573,05
2,572,81
2,673,14
3,053,573,39
1,882,38
2,152,21
21,921,892,573,38
3,082,72
2,82,56
32,56
32,63
3,422,92
32,593,08
3,332,86
3,463,38
3,25
1,581,3321,51,561,751,831,88
1,921,581,632,42,172,082,752,422,92
2,082,51,92
3,063,08
2,333,5
3,582,923,56
0 5 10 15 20
27-KEMENPORA26-KEMENPERA
25-KEMENEGPDT24-DEPHUT
23-DEPDAGRI22-DEPBUDPAR
21-KEMENEGKLH20-KEMENEGPAN
19-KEMENEGBUMN18-DEPAG
17-DEPKES16-DEPDAG15-DEPTAN
14-KEMENEGKOPUKM13-DEPKUMHAM12-DEPKOMINFO
11-DEPHUB10-KEMENRISTEK
9-DEPESDM8-DEPSOS
7-DEPNAKERTRANS6-BAPPENAS5-DEPPERIN
4-DEPHAN3-DEPPU
2-DEPKEU1-DEPDIKNAS
Kebijakan Kelembagaan Infrastruktur Aplikasi Perencanaan
Gambar 2.30 menunjukkan beragamnya tingkat penerapan e-government di Indonesia dalam aspek kebijakan, kelembagaan, infrastruktur, aplikasi dan perencanaaan. Umumnya daerah-daerah di wilayah Jawa lebih maju dalam memberi pelayanan kepada publik dengan penerapan e-government. Masih minimnya kebijakan, kelembagaan dan perencanaan e-government mem-buat infrastruktur yang dibangun belum memberikan manfaat yang optimal kepada publik karena aplikasi yang dikembangkan belum memberikan manfaat secara maksimal.
2010 Penerapan e-government di Instansi pusat terlihat lebih baik secara keseluruhan jika dibandingkan dengan penerapan e-government pada pemerintah daerah. Secara umum, Kementerian Diknas, Keuangan, Pertahanan, Perindustrian dan Bappenas merupakan instansi pusat yang penerapan e-government-nya le-bih baik dibandingkan instansi lainnya. Sedangkan Kominfo yang merupakan leading institution dalam penerapan e-government masih belum menggunakan aplikasi e-government secara maksimal karena institusi ini tergolong baru dari sisi kelembagaan.
Gambar 2.30. Pemeringkatan e-Gov. berdasarkan provinsi
Gambar 2.31 Pemeringkatan e-Gov berdasarkan kementerian
Sumber: Ditjen APTEL 2010
Sumber: Ditjen APTEL 2010
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201054
ITTSImprovement on Television Transmitting Stations (ITTS) adalah suatu program kegiatan untuk melakukan rehabilitasi atau penggantian peralatan pemancar di 30 lokasi satuan transmisi TVRI. Seperti diketahui bahwa kondisi peralatan pemancar TVRI saat ini sebagian besar tidak dapat beroperasi secara optimal sehingga mengakibatkan kualitas penerimaan siaran dan jangkauan siaran sangat menurun. Menteri Kominfo Tifatul Sembiring pada tanggal 8 Juni 2010 di Semarang telah meresmikan pengoperasian pemancar proyek peningkatan stasiun pemancar TVRI untuk sejumlah satuan transmisi TVRI. Program peningkatan stasiun televisi ini didanai melalui pinjaman lunak dari Pemerintah Spanyol (dengan nilai total untuk 30 pemancar sebanyak Rp 239,51 milyar). Peningkatan jangkauan siaran TVRI dilaksanakan dengan mengganti perangkat pemancar televisi yang sudah tidak layak, berupa pengadaan untuk tahap pertama sebanyak 30 pemancar televisi, sistem antena dan kelengkapan lainnya, yang tersebar di 32 lokasi pada 18 provinsi.
Melalui peresmian pemancar televisi ini, diharapkan para pemirsa TV di sejumlah daerah dapat menikmati siaran TVRI dengan kualitas yang lebih baik, dan siaran yang diterima dapat sebagai penyeimbang informasi lainnya yang diterima melalui stasiun televisi swasta. Setelah selesainya program peningkatan ini, TVRI dapat menjangkau 50% wilayah Indonesia. Kedepan, diharapkan juga daya jangkau yang dahulu TVRI pernah mencapai 82% wilayah Indonesia dapat diwujudkan kembali.
Gambar 2.32 Improvement on Television Transmitting Stations (ITTS) Project
TELEVISI
yang tersebar di 32 lokasi pada 18 provinsi.
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 55
sumber : Diolah dari data JICA-Kominfo 2008
376
4928 20
47 4023 26 30 27
52
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Gambar 2.33 Jumlah Stasiun Transmisi TV analog terrestrial
Dari 11 stasiun TVnasional, TVRI memiliki jumlahstasiun transmisi terbanyakyaitu sebanyak 376, diikutioleh Metro TV sebanyak 52stasiun, RCTI sebanyak 49stasiun transmisi dan Globalsebanyak 47 stasiun.
Gambar 2.34 Perkembangan Industri Televisi
sumber: Pusat Data diolah dari berbagai Sumber1960 1965 1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010
Perkembangan pertelevisianIndonesia mengalamipeningkatan pesat sejaktahun 1990-an dan terusmeningkat sampai tahun2000an dengan munculnyastasiun-stasiun lokal.Sedangkan terjadikesenjangan yang sangat lamasejak berdirinya TVRI padatahun 1962 hingga munculnyastasiun TV swasta nasionalpertama yaitu RCTI padatahun 1988.
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
1960 1965 1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010
Gambar 2.33 Jumlah Stasiun Transmisi TV analog terrestrial
sumber : Diolah dari data JICA-Kominfo 2008
Perkembangan pertelevisian Indonesia mengalami peningkatan pesat sejak tahun 1990-an dan terus meningkat sampai tahun 2000an dengan munculnya stasiun-stasiun lokal. Sedangkan terjadi kesenjangan yang sangat lama sejak berdirinya TVRI pada tahun 1962 hingga munculnya stasiun TV swasta nasional pertama yaitu RCTI ada tahun 1988.
Gambar 2.34 Perkembangan Industri Televisi
sum
ber:
Pusa
t Dat
a di
olah
dar
i ber
baga
i Sum
ber
Dari 11 stasiun TV nasional, TVRI memiliki jumlah stasiun transmisi terbanyak yaitu sebanyak 376, diikuti oleh MetroTV sebanyak 52 stasiun, RCTI sebanyak 49 stasiun transmisi dan Global sebanyak 47 stasiun.
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201056
Uji Coba DigitalUji coba digital adalah suatu rangkaian kegiatan uji coba terhadap rencana penerapan teknologi digital siaran televisi. Menteri Kominfo Tifatul Sembiring pada tanggal 29 Januari 2010 telah meresmikan uji coba lapangan penyiaran televisi digital di wilayah Bandung dan sekitarnya. Acara tersebut merupakan suatu rangkaian seremoni serupa oleh pemerintah pada tanggal 13 Agustus 2008 di Studio TVRI Jakarta dalam peresmian soft launching uji coba siaran televisi digital di Indonesia, dan kemudian berlanjut pada tanggal 20 Mei 2009 di Studio SCTV Jakarta melalui uji coba siaran digital untuk penerimaan televisi bergerak (Mobile TV) yang dilakukan oleh Konsorsium Tren Mobile TV dan Konsorsium Telkom -Telkomsel -Indonusa. Sebelum adanya peresmian di Bandung ini sejumlah kegiatan telah dilakukan oleh Kementerian Kominfo, yaitu antara lain uji coba siaran di wilayah Jabodetabek, talkshowtentang rencana implementasi televisi digital di beberapa stasiun televisi dari berbagai narasumber terkait, penayangan advetorialdan iklan layanan masyarakat tentang televisi digital di beberapa Broadcast and Multimedia Show (BMS) di JCC bulan November 2009.
Manfaat uji coba antara lain memungkinkan pemerintah mengkaji setiap aspek teknis dan non teknis berupa kinerja perangkat dan sistem, model penyelenggaraan siaran televisi digital, model regulasi dan kelembagaan, serta fitur layanan televisi digital yang diharapkan mayarakat. Out put yang diharapkan dari uji coba tersebut adalah berupa: sosialisasi tentang siaran digital khususnya tentang kualitas penerimaan siaran digital; kerjasama antar lembaga penyiaran dalam pemanfaatan infrastruktur sistempenyiaran televisi digital; mendorong masyarakat untuk memiliki STB; dan adanya produksi STB dalam negeri dengan harga terjangkau.
Gambar 2.35 Perbedaan teknologi analog dan digital pada industri pertelevisian
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 57
IPTV
IPTV (Internet Protocol Television) adalah sistem penyiaran dimana televisi digital menggunakan internet protokol melalui infrastruktur yang mencakup pengiriman pita-lebar dalam mekanisme penyiarannya. IPTV direncanakan diadakan, karena IPTV dapat memberikan layanan yang ekonomis namun dengan tidak mengorbankan kualitas layanan. Ini karena teknologi bandwidth transmisi yang efisien, yaitu IP multicasting.
Menteri Tifatul Sembiring pada tanggal 30 Juli 2010 telah mengesahkan Peraturan Menteri Kominfo No. 11/PER/M.KOMINFO/7/2010 tentang Penyelenggaraan Layanan Televisi Protokol Internet sebagai pengganti Peraturan Menteri Kominfo No. 30/PER/M.KOMINFO/8/2009. Untuk merealisasikan IPTV ini, Kementerian Kominfo membuka peluang bagi para penyelenggara jaringan dan jasa telekomunikasi serta penyiaran untuk berpartisipasi melalui mekanisme seleksi berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Di dalam peraturan ini diantaranya disebutkan, bahwa penyelenggaraan layanan IPTV bertujuan: mendorong investasi untuk memacu penggelaran infrastruktur jaringan telekomunikasi pita lebar secara luas; meningkatkan efisiensi pemanfaatan jaringan tetap lokal kabel eksisting; memacu pertumbuhan industri konten, perangkat keras, dan perangkat lunak dalam negeri; meningkatkan kontrol sosial dan partisipasi masyarakat melalui layanan interaktif yang disediakan; mempercepat pertumbuhan layanan transaksi elektronik. Dalam penyelenggaraan layanan IPTV, penyelenggara wajib: melindungi kepentingan dan keamanan negara; menjaga dan meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama serta jati diri bangsa; memajukan kebudayaan nasional; mendorong peningkatan kemampuan perekonomian rakyat, mewujudkan pemerataan dan memperkuat daya saing bangsa; mengantisipasi perkembangan teknologi dan tuntutan global; mencegah monopoli kepemilikan dan mendukung persaingan yang sehat.
Gambar 2.36 Skema IPTV (Internet Protokol Television)
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201058
Gambar 2.37 Perkembangan Jumlah Kantor Pos menurut jenisnya
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010*
Kantor Pos
Kantor Pos Cabang (Kabupaten)
Kantor Pos Cabang (DalamKota)
Kantor Pos Cabang (LuarKota)
Dalam kurun 2004-2010*infrastruktur pos tidak berubahsecara signifikan. Jumlah kantorterbanyak adalah kantor poscabang (luar kota) diikuti olehkantor pos cabang (dalam kota)kemudian kantor pos cabang(kabupaten). Pada tahun 2009terdapat kenaikan jumlah kantorpos cabang (kabupaten). Hal initerkait dengan kebijakanpembenahan infrastruturpos, namun demikian totalkenaikannya hanya 1,37%dibandingkan jumlah pada tahunsebelumnya.
*data sampai 20 Juni 2010
Gambar 2.38 Perkembangan Jumlah Kantor Pos menurut wilayah
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
Jawa
Sumatera
Kalimantan
Sulawesi
Bali dan Nustra
Maluku dan Irian Jaya
Jumlah kantor pos menurut wilayahtidak mengalami perubahan yang signifikan. Wilayah Jawa merupakanwilayah dengan jumlah kantor pos paling banyak, diikuti oleh wilayahSumatera kemudian Sulawesi. Penambahan jumlah kantor pos lebih didasarkan pada kebutuhanpelayanan publik di wilayahtersebut dan bukan pada luas area yang harus dilayani.
*data sampai 20 Juni 2010
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem II 2009
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem II 2009
Gambar 2.37 Perkembangan Jumlah Kantor Pos menurut jenisnya
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010*
Kantor Pos
Kantor Pos Cabang (Kabupaten)
Kantor Pos Cabang (DalamKota)
Kantor Pos Cabang (LuarKota)
Dalam kurun 2004-2010*infrastruktur pos tidak berubahsecara signifikan. Jumlah kantorterbanyak adalah kantor poscabang (luar kota) diikuti olehkantor pos cabang (dalam kota)kemudian kantor pos cabang(kabupaten). Pada tahun 2009terdapat kenaikan jumlah kantorpos cabang (kabupaten). Hal initerkait dengan kebijakanpembenahan infrastruturpos, namun demikian totalkenaikannya hanya 1,37%dibandingkan jumlah pada tahunsebelumnya.
*data sampai 20 Juni 2010
Gambar 2.38 Perkembangan Jumlah Kantor Pos menurut wilayah
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
Jawa
Sumatera
Kalimantan
Sulawesi
Bali dan Nustra
Maluku dan Irian Jaya
Jumlah kantor pos menurut wilayahtidak mengalami perubahan yang signifikan. Wilayah Jawa merupakanwilayah dengan jumlah kantor pos paling banyak, diikuti oleh wilayahSumatera kemudian Sulawesi. Penambahan jumlah kantor pos lebih didasarkan pada kebutuhanpelayanan publik di wilayahtersebut dan bukan pada luas area yang harus dilayani.
*data sampai 20 Juni 2010
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem II 2009
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem II 2009
Dalam kurun 2004-2010* infrastruktur pos tidak berubah secara signifikan. Jumlah kantor terbanyak adalah kantor pos cabang (luar kota) diikuti oleh kantor pos cabang (dalam kota) kemudian kantor pos cabang (kabupaten). Pada tahun 2009 terdapat kenaikan jumlah kantor pos cabang (kabupaten). Hal ini terkait dengan kebijakan pembenahan infrastruktur pos, namun demikian total kenaikannya hanya 1,37% dibandingkan jumlah pada tahun sebelumnya.
Jumlah kantor pos menurut wilayah tidak mengalami perubahan yang signifikan. Wilayah Jawa merupakan wilayah dengan jumlah kantor pos paling banyak, diikuti oleh wilayah Sumatera kemudian Sulawesi. Penambahan jumlah kantor pos lebih didasarkan pada kebutuhan pelayanan publik di wilayah tersebut dan bukan pada luas area yang harus dilayani.
Gambar 2.37 Perkembangan Jumlah Kantor Pos menurut jenisnya
Gambar 2.38 Perkembangan Jumlah Kantor Pos menurut wilayah
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem. II 2009
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem. II 2009
POS
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 59
Gambar 2.39 Sebaran Jumlah Kantor Pos menurutJenis dan Wilayah
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
Kantor PosKantor Pos Cabang (Kabupaten)Kantor Pos Cabang (Dalam Kota)Kantor Pos Cabang (Luar Kota)
Terdapat perbedaan komposisijumlah kantor pos di tiap wilayah.Jawa merupakan wilayah denganinfrastruktur pos terbanyak tapimemiliki komposisi berbedadengan yang lain. Perbedaantersebut ada pada jumlah kantorpos cabang (kabupaten) yang lebihsedikit dibandingkan dengankantor pos. Hal ini berbeda dengankomposisi pada wilayah lainnya.Wilayah Maluku dan Papua selainmemiliki jumlah infrastrutur palingsedikit, juga memiliki komposisiberbeda pada jumlah kantor poscabang (dalam kota).
Gambar 2.40 Jumlah penduduk yang dilayani per satu kantor pos dan jangkauan luas wilayahper satu kantor pos, menurut Wilayah
66590 683
351
4.541
1.761
05001.0001.5002.0002.5003.0003.5004.0004.5005.000
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
Jawa Sumatera Sulawesi Bali dan Nustra
Maluku dan Irian Jaya
Kalimantan
Cakupan penduduk per kantor pos
Rata-rata jangkauan luas pelayanan per kantor pos (km2)
Rasio jumlah penduduk terhadap jumlah kantor pos untuk wilayah Jawa adalah309.646 yang berarti untuk satu kantor pos melayani 309.646 penduduk. Selanjutnya untuk wilayah Sumatera memiliki rasio 183.594, diikuti oleh wilayahSulawesi, Bali dan Nusa Tenggara dan Maluku dan Irian Jaya. Wilayah dengan rasiopaling sedikit adalah Kalimantan dengan rasio 42.985. Sedangkan jika dilihat dari jangkauan luas pelayanan per satu kantor pos, wilayahJawa memiliki jangkauan luas pelayanan paling kecil yaitu 66 km2 artinya walaupunjangkauan luas pelayanannya sudah cukup sempit, tetapi rasio penduduk terhadapjumlah kantor pos di Jawa masih terlalu besar. Hal yang kebalikan terjadi di wilayahMaluku dan Irian Jaya, dimana cakupan penduduk per kantor posnya sedikit tetapijangkauan luas pelayanan per satu kantor posnya paling luas dibanding wilayahlainnya.
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
*data sampai 20 Juni 2010Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem II 2009
*data sampai 20 Juni 2010Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem II 2009
Gambar 2.39 Sebaran Jumlah Kantor Pos menurutJenis dan Wilayah
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
Kantor PosKantor Pos Cabang (Kabupaten)Kantor Pos Cabang (Dalam Kota)Kantor Pos Cabang (Luar Kota)
Terdapat perbedaan komposisijumlah kantor pos di tiap wilayah.Jawa merupakan wilayah denganinfrastruktur pos terbanyak tapimemiliki komposisi berbedadengan yang lain. Perbedaantersebut ada pada jumlah kantorpos cabang (kabupaten) yang lebihsedikit dibandingkan dengankantor pos. Hal ini berbeda dengankomposisi pada wilayah lainnya.Wilayah Maluku dan Papua selainmemiliki jumlah infrastrutur palingsedikit, juga memiliki komposisiberbeda pada jumlah kantor poscabang (dalam kota).
Gambar 2.40 Jumlah penduduk yang dilayani per satu kantor pos dan jangkauan luas wilayahper satu kantor pos, menurut Wilayah
66590 683
351
4.541
1.761
05001.0001.5002.0002.5003.0003.5004.0004.5005.000
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
Jawa Sumatera Sulawesi Bali dan Nustra
Maluku dan Irian Jaya
Kalimantan
Cakupan penduduk per kantor pos
Rata-rata jangkauan luas pelayanan per kantor pos (km2)
Rasio jumlah penduduk terhadap jumlah kantor pos untuk wilayah Jawa adalah309.646 yang berarti untuk satu kantor pos melayani 309.646 penduduk. Selanjutnya untuk wilayah Sumatera memiliki rasio 183.594, diikuti oleh wilayahSulawesi, Bali dan Nusa Tenggara dan Maluku dan Irian Jaya. Wilayah dengan rasiopaling sedikit adalah Kalimantan dengan rasio 42.985. Sedangkan jika dilihat dari jangkauan luas pelayanan per satu kantor pos, wilayahJawa memiliki jangkauan luas pelayanan paling kecil yaitu 66 km2 artinya walaupunjangkauan luas pelayanannya sudah cukup sempit, tetapi rasio penduduk terhadapjumlah kantor pos di Jawa masih terlalu besar. Hal yang kebalikan terjadi di wilayahMaluku dan Irian Jaya, dimana cakupan penduduk per kantor posnya sedikit tetapijangkauan luas pelayanan per satu kantor posnya paling luas dibanding wilayahlainnya.
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
*data sampai 20 Juni 2010Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem II 2009
*data sampai 20 Juni 2010Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem II 2009
Gambar2.39 Sebaran Jumlah Kantor Pos menurut Jenis dan Wilayah
Gambar 2.40 Jumlah penduduk yang dilayani per satu kantor pos dan jangkauan luas wilayah per satu kantor pos, menurut Wilayah
Terdapat perbedaan komposisi jumlah kantor pos di tiap wilayah. Jawa merupakan wilayah dengan infrastruktur pos terbanyak tapi memiliki komposisi berbeda dengan yang lain. Perbedaan tersebut ada pada jumlah kantor pos cabang (kabupaten) yang lebih sedikit dibandingkan dengan kantor pos. Hal ini berbeda dengan komposisi pada wilayah lainnya. Wilayah Maluku dan Papua selain memiliki jumlah infrastruktur paling sedikit, juga memiliki komposisi berbeda pada jumlah kantor pos cabang (dalam kota).
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem. II 2009*
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem. II 2009*
Rasio jumlah penduduk terhadap jumlah kantor pos untuk wilayah Jawa adalah 309.646 yang berarti untuk satu kantor pos melayani 309.646 penduduk. Selanjutnya untuk wilayah Sumatera memiliki rasio 183.594, di ikuti oleh wilayah Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara dan Maluku dan Irian Jaya. Wilayah dengan rasio paling sedikit adalah Kalimantan dengan rasio 42.985.
Sedangkan jika dilihat dari jangkauan luas pelayanan per satu kantor pos, wilayah Jawa memiliki jangkauan luas pelayanan paling kecil yaitu 66 km2 artinya walaupun jangkauan luas pelayanannya sudah cukup sempit, tetapi rasio penduduk terhadap jumlah kantor pos di Jawa masih terlalu besar. Hal yang kebalikan terjadi di wilayah Maluku dan Irian Jaya, dimana cakupan penduduk per kantor posnya sedikit tetapi jangkauan luas pelayanan per satu kantor posnya paling luas dibanding wilayah lainnya.
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201060
Gambar 2.41 Komposisi produksi surat dalam negeri
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
400.000
450.000
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Surat Biasa Surat Kilat Surat Kilat Khusus
Secara umum terjadipenurunan yang signifikandalam produksi suratbiasa. Sejak tahun 2006 hingga 2009 tercatatpenurunan produksi suratbiasa mencapai 56%. Kecenderungan penurunanproduksi juga terjadi padasurat kilat dan surat kilatkhusus.
Gambar 2.42 Jumlah produksi paket dalam negeri
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
90.000
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Paket Biasa Paket Kilat Khusus
Dalam kurun 2004-2007, jumlah produksi paketdalam negeri cenderungmeningkat, namun terjadipenurunan drastis di tahun2008 sebesar 76% dan terusberlanjut di tahun 2009. Hal ini terkait dengan munculnyapesaing pada bisnis kurir danpengiriman.
sumber: Data Semester 1 2010 - PT Pos Indonesia
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
*data sampai 20 Juni 2010Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem II 2009
Gambar 2.41 Komposisi produksi surat dalam negeri
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
400.000
450.000
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Surat Biasa Surat Kilat Surat Kilat Khusus
Secara umum terjadipenurunan yang signifikandalam produksi suratbiasa. Sejak tahun 2006 hingga 2009 tercatatpenurunan produksi suratbiasa mencapai 56%. Kecenderungan penurunanproduksi juga terjadi padasurat kilat dan surat kilatkhusus.
Gambar 2.42 Jumlah produksi paket dalam negeri
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
90.000
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Paket Biasa Paket Kilat Khusus
Dalam kurun 2004-2007, jumlah produksi paketdalam negeri cenderungmeningkat, namun terjadipenurunan drastis di tahun2008 sebesar 76% dan terusberlanjut di tahun 2009. Hal ini terkait dengan munculnyapesaing pada bisnis kurir danpengiriman.
sumber: Data Semester 1 2010 - PT Pos Indonesia
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
*data sampai 20 Juni 2010Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem II 2009
Gambar 2.41 Komposisi produksi surat dalam negeri
Gambar 2.42 Jumlah produksi paket dalam negeri
Secara umum terjadi penurunan yang signifikan dalam produksi surat biasa. Sejak tahun 2006 hingga 2009 tercatat penurunan produksi surat biasa mencapai 56%. Kecenderungan penurunan produksi juga terjadi pada surat kilat dan surat kilat khusus.
Dalam kurun 2004-2007, jumlah produksi paket dalam negeri cenderung meningkat, namun terjadi penurunan drastis di tahun 2008 sebesar 76% dan terus berlanjut di tahun 2009. Hal ini terkait dengan munculnya pesaing pada bisnis kurir dan pengiriman.
Sumber: Buku Data Statistik POSTEL Sem. II 2009
sumber: Data Semester 1 2010 PT Pos Indonesia
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 61
2.2 SDM TIK
Gambar 2.43 Profil Pendidikan Tinggi Bidang TIK dan Non-TIK, Tahun Ajaran 2008/2009
840
1.812
386.092
15.165
2.243
13.837
2.844.986
251.297
0% 20% 40% 60% 80% 100%
perguruan tinggi
program studi
mahasiswa
dosen
TIK
Non TIK
Terdapat 840 perguruan tinggiyang menyelenggarapendidikan di bidang TIK(27,25%), dengan 1.812program studi TIK (11,58%)dari total 15.649 seluruhprogram studi di Indonesia.Mahasiswa bidang TIK yangterdaftar pada tahun2008/2009 berjumlah386.092 atau sebesar 11,95%dari total mahasiswa yangterdaftar pada tahun tersebut.
sumber: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), Kementerian Pendidikan Nasionai (Depdiknas)
0 70 140 210
Manajemen Informatika
Sistem Informasi
Sistem Komputer
Teknik Informatika
Teknik Komputer
Ilmu Komputer
Teknik Komputer Kontrol
Teknologi Informasi
Teknik Informasi Komunikasi
Teknik Elektro dan Komunikasi
Ilmu Jurnalistik/Komunikasi Jurnalistik
Ilmu Komunikasi
Nam
a Pr
ogra
m S
tudi
S2
S1
D3
D2
D1
Gambar 2.44 Jumlah Perguruan Tinggi bidang TIK yang terakreditasi
Secara umum, ilmukomunikasi, teknikinformatika, sistem informasi danmanajemen informatika merupakanbidang dengan jumlah perguruantinggi terakreditasi paling banyak.Jenjang S1 merupakan jenjang yangpaling banyak, kecuali pada bidangteknik komputer dan manajemeninformatika yang lebih didominasioleh jenjang D3.
Sumber: BANPT
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Gambar 2.43 Profil Pendidikan Tinggi Bidang TIK dan Non-TIK, Tahun Ajaran 2008/2009
840
1.812
386.092
15.165
2.243
13.837
2.844.986
251.297
0% 20% 40% 60% 80% 100%
perguruan tinggi
program studi
mahasiswa
dosen
TIK
Non TIK
Terdapat 840 perguruan tinggiyang menyelenggarapendidikan di bidang TIK(27,25%), dengan 1.812program studi TIK (11,58%)dari total 15.649 seluruhprogram studi di Indonesia.Mahasiswa bidang TIK yangterdaftar pada tahun2008/2009 berjumlah386.092 atau sebesar 11,95%dari total mahasiswa yangterdaftar pada tahun tersebut.
sumber: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), Kementerian Pendidikan Nasionai (Depdiknas)
0 70 140 210
Manajemen Informatika
Sistem Informasi
Sistem Komputer
Teknik Informatika
Teknik Komputer
Ilmu Komputer
Teknik Komputer Kontrol
Teknologi Informasi
Teknik Informasi Komunikasi
Teknik Elektro dan Komunikasi
Ilmu Jurnalistik/Komunikasi Jurnalistik
Ilmu Komunikasi
Nam
a P
rogr
am S
tudi
S2
S1
D3
D2
D1
Gambar 2.44 Jumlah Perguruan Tinggi bidang TIK yang terakreditasi
Secara umum, ilmukomunikasi, teknikinformatika, sistem informasi danmanajemen informatika merupakanbidang dengan jumlah perguruantinggi terakreditasi paling banyak.Jenjang S1 merupakan jenjang yangpaling banyak, kecuali pada bidangteknik komputer dan manajemeninformatika yang lebih didominasioleh jenjang D3.
Sumber: BANPT
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Terdapat 840 perguruan tinggi yang menyelenggara pendidikan di bidang TIK (27,25%), dengan 1.812 program studi TIK (11,58%)dari total 15.649 seluruh program studi di Indonesia. Mahasiswa bidang TIK yang terdaftar pada tahun 2008/2009 berjumlah 386.092 atau sebesar 11,95% dari total mahasiswa yang terdaftar pada tahun tersebut.
Secara umum, ilmu komunikasi, teknik infor-matika, sistem informasi dan manajemen informatika merupakan bidang dengan jumlah perguruan tinggi terakreditasi paling banyak. Jenjang S1 merupakan jenjang yang paling banyak, kecuali pada bidang teknik komputer dan manajemen informatika yang lebih didominasi oleh jenjang D3.
Gambar 2.43 Profil Pendidikan Tinggi Bidang TIK dan Non-TIK, Tahun Ajaran 2008/2009
Gambar 2.44 Jumlah Perguruan Tinggi bidang TIK yang terakreditasi
sumber : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), Kementerian Pendidikan Nasional (Depdiknas)
Sumber: BANPT
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201062
Tabel 2.3 Jumlah Mahasiswa Aktif Bidang TIK Menurut Strata Pendidikan
Dalam tahun ajaran 2006/2007 -2008/2009, terjadi peningkatan jumlah mahasiswaaktif dalam bidang TIK terutama mahasiswa program diploma D3 dan Sarjana S1dengan persentase peningkatan sebesar 1,13%.
TAHUN AJARAN D1 D2 D3 D4 SI S2 S3
2006/2007 1,402 62 11 4 ,88 0 649 188,685 2,423 139
2007/2008 1,849 137 127 ,68 0 1,157 226,999 3,355 220
2008/2009 1,708 226 131,514 1,563 246,914 3,871 296
sumber: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), KementerianPendidikan Nasionai (Depdiknas)
Gambar 2.45 Jumlah Dosen Tetap Bidang TIK Tahun Ajaran 2008/2000
66%
30%
4%
SI
S2
S3
Komposisi dosen tetap dalam bidang TIK pada tahun ajaran 2008/2009 didominasidosen berpendidikan S1. Selanjutnya diikuti dosen berpendidikan S2 dan hanyasebagian kecil yang berpendidikan S3. Hal ini menunjukkan masih rendahnyakualitas pengajar perguruan tinggi di bidang TIK. Secara ideal, jumlah dosendengan pendidikan s3 harus lebih banyak dibanding S2, dan tidak ada dosenberpendidikan S1.
sumber: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DitjenDikti), Kementerian Pendidikan Nasionai (Depdiknas)
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
TAHUN AJARAN D1 D2 D3 D4 S1 S2 S3
2006/2007 1,402 62 114,880 649 188,685 2,423 139
2007/2008 1,849 137 127,680 1,157 226,999 3,355 220
2008/2009 1,708 226 131,514 1,563 246,914 3,871 296
Komposisi dosen tetap dalam bidang TIK pada tahun ajaran 2008/2009 didominasi dosen berpendidikan S1. Selanjutnya diikuti dosen berpendidikan S2 dan hanya sebagian kecil yang berpendidikan S3. Hal ini menunjukkan masih rendahnya kualitas pengajar perguruan tinggi di bidang TIK. Secara ideal, jumlah dosen dengan pendidikan S3 harus lebih banyak dibanding S2, dan tidak ada dosen berpendidikan S1.
Tabel 2.3 Jumlah Mahasiswa Aktif Bidang TIK Menurut Strata Pendidikan
sumber: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DitjenDikti), Kementerian Pendidikan Nasional (Depdiknas)
Gambar 2.45 Jumlah Dosen Tetap Bidang TIK Tahun Ajaran 2008/2000
Dalam tahun ajaran 2006/2007-2008/2009, terjadi peningkatan jumlah mahasiswa aktif dalam bidang TIK terutama mahasiswa program diploma D3 dan Sarjana S1 dengan persentase peningkatan sebesar 1,13%.
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 63
2.3 PERBANDINGAN INTERNASIONAL
Gambar 2.46 Teledensitas Telepon Tetap Kabel dantelepon Tetap Nirkabel Indonesia dan Negara
ASEAN lainnya
dan
Dalam kurun 2004-2009, perkembanganteledensitas telepon tetap kabeldan telepon tetap nirkabelIndonesia di Indonesiatertinggal dibandingkan dengannegara-negara ASEAN, tetapicenderung meningkat sehinggapada tahun 2009 berada di atasteledensitas ASEAN . Hal yangberbeda terjadi pada Negaralain seperti Singapura, BruneiDarussalam danMalaysia, teledensitas padanegara tersebut justrumengalami penurunan.
sumber: International Telecommunication Union
Gambar 2.47 Teledensitas Telepon BergerakIndonesia dan Negara ASEAN lainnya
Dalam kurun 2005-2009, teledensitas teleponbergerak Indonesia masihberada dibawahteledensitas ASEAN.Teledensitas Indonesiahanya mengungguli negaraLaos, Kamboja danMyanmar. Selama kuruntersebut, kecenderunganteledensitas teleponbergerak di Negara ASEANmeningkat, bahkan diVietnam telah terjadipeningkatan drastismencapai hampir 200% ditahun 2008.
sumber: International Telecommunication Union
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Singapore
Vietnam
Brunei DarussalamMalaysia
Indonesia
ASEAN
Thailand
Phippiness
Lao P.D.R.
Myanmar
Kamboja
0
20
40
60
80
100
120
140
160
2005 2006 2007 2008 2009
Singapore
Thailand
Malaysia
Brunei DarussalamViet Nam
Philippines
ASEAN
Indonesia
Lao P.D.R.
Kamboja
Myanmar
Gambar 2.46 Teledensitas Telepon Tetap Kabel dantelepon Tetap Nirkabel Indonesia dan Negara
ASEAN lainnya
dan
Dalam kurun 2004-2009, perkembanganteledensitas telepon tetap kabeldan telepon tetap nirkabelIndonesia di Indonesiatertinggal dibandingkan dengannegara-negara ASEAN, tetapicenderung meningkat sehinggapada tahun 2009 berada di atasteledensitas ASEAN . Hal yangberbeda terjadi pada Negaralain seperti Singapura, BruneiDarussalam danMalaysia, teledensitas padanegara tersebut justrumengalami penurunan.
sumber: International Telecommunication Union
Gambar 2.47 Teledensitas Telepon BergerakIndonesia dan Negara ASEAN lainnya
Dalam kurun 2005-2009, teledensitas teleponbergerak Indonesia masihberada dibawahteledensitas ASEAN.Teledensitas Indonesiahanya mengungguli negaraLaos, Kamboja danMyanmar. Selama kuruntersebut, kecenderunganteledensitas teleponbergerak di Negara ASEANmeningkat, bahkan diVietnam telah terjadipeningkatan drastismencapai hampir 200% ditahun 2008.
sumber: International Telecommunication Union
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Singapore
Vietnam
Brunei DarussalamMalaysia
Indonesia
ASEAN
Thailand
Phippiness
Lao P.D.R.
Myanmar
Kamboja
0
20
40
60
80
100
120
140
160
2005 2006 2007 2008 2009
Singapore
Thailand
Malaysia
Brunei DarussalamViet Nam
Philippines
ASEAN
Indonesia
Lao P.D.R.
Kamboja
Myanmar
Dalam kurun 2005-2009, teledensitas telepon bergerak Indonesia masih berada di bawah teledensitas ASEAN. Teledensitas Indonesia hanya mengungguli negara Laos, Kamboja dan Myanmar. Selama kurun tersebut, kecenderungan teledensitas telepon bergerak di negara ASEAN meningkat, bahkan di Vietnam telah terjadi peningkatan drastis mencapai hampir 200% di tahun 2008.
Gambar 2.46 Teledensitas Telepon Tetap Kabel dan telepon Tetap Nirkabel
Indonesia dan Negara ASEAN lainnya
Gambar 2.47 Teledensitas Telepon Bergerak Indonesia dan
Negara ASEAN lainnya
sumber: International Telecommunication Union
Dalam kurun 2004-2009, perkembangan teledensitas telepon tetap kabel dan telepon tetap nirkabel Indonesia di Indonesia tertinggal dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, tetapi cenderung meningkat sehingga pada tahun 2009 berada di atas teledensitas ASEAN. Hal yang berbeda terjadi pada negara lain seperti Singapura, Brunei Darussalam dan Malaysia, teledensitas pada negara tersebut justru mengalami penurunan.
sumber: International Telecommunication Union
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201064
Gambar 2.48 Penetrasi Internet Indonesia danNegara ASEAN lainnya
Selama kurun 2005-2009, Singapura, Malaysia danBrunei Darussalammerupakan negara yangmemiliki penetrasi internetyang paling tinggi diantaranegara ASEAN. Perkembanganpenetrasi internet diIndonesia masih dibawahpenetrasi internet ASEAN.Indonesia hanya ungguldengan negara Filipina, LaosP.D.R dan Kamboja.
sumber: International Telecommunication Union
Rank 2007 IDI 2007
Rank 2002 IDI 2002
Korea 2 7.26 3 5.83Japan 12 6.64 18 4.82Singapore 15 6.57 16 4.83Brunei Darussalam 41 4.8 41 3.27Malaysia 52 3.79 50 2.74Thailand 63 3.44 70 2.17Philippines 91 2.63 79 2.07VietNam 92 2.61 107 1.59Indonesia 108 2.13 109 1.54Lao P.D.R 117 1.6 125 1.08Myanmar 119 1.57 104 1.64Cambodia 121 1.53 126 1.07
Tabel 2.4 ICT Development Index dan Rangkinguntuk Indonesia dan negara lainnya.
Secara umum nilai rata-rata IDI ditahun 2002 adalah 2.48 sedangkan nilai rata-rata IDI padatahun 2007 adalah 3.40. Terjadiperubahan 0.92 sejak tahun 2002 ke tahun 2007. Indonesia sendirinaik satu peringkat di tahun 2007 menjadi peringkat 108 dengannilai IDI 2.13, angka inimengalami peningkatan sebesar0.59. Indonesia sendiri masihberada dibawah negara-negaraASEAN, Indonesia hanyamengungguli Lao P.D.R, Myanmar dan Kamboja.
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
2005 2006 2007 2008 2009
Brunei DarussalamSingapore
Malaysia
Viet Nam
Thailand
ASEAN
Indonesia
Philippines
Lao P.D.R.
Kamboja
Myanmar
sumber: The ICT Development Index 2009; International Telecommunication Union
Gambar 2.48 Penetrasi Internet Indonesia danNegara ASEAN lainnya
Selama kurun 2005-2009, Singapura, Malaysia danBrunei Darussalammerupakan negara yangmemiliki penetrasi internetyang paling tinggi diantaranegara ASEAN. Perkembanganpenetrasi internet diIndonesia masih dibawahpenetrasi internet ASEAN.Indonesia hanya ungguldengan negara Filipina, LaosP.D.R dan Kamboja.
sumber: International Telecommunication Union
Rank 2007 IDI 2007
Rank 2002 IDI 2002
Korea 2 7.26 3 5.83Japan 12 6.64 18 4.82Singapore 15 6.57 16 4.83Brunei Darussalam 41 4.8 41 3.27Malaysia 52 3.79 50 2.74Thailand 63 3.44 70 2.17Philippines 91 2.63 79 2.07VietNam 92 2.61 107 1.59Indonesia 108 2.13 109 1.54Lao P.D.R 117 1.6 125 1.08Myanmar 119 1.57 104 1.64Cambodia 121 1.53 126 1.07
Tabel 2.4 ICT Development Index dan Rangkinguntuk Indonesia dan negara lainnya.
Secara umum nilai rata-rata IDI ditahun 2002 adalah 2.48 sedangkan nilai rata-rata IDI padatahun 2007 adalah 3.40. Terjadiperubahan 0.92 sejak tahun 2002 ke tahun 2007. Indonesia sendirinaik satu peringkat di tahun 2007 menjadi peringkat 108 dengannilai IDI 2.13, angka inimengalami peningkatan sebesar0.59. Indonesia sendiri masihberada dibawah negara-negaraASEAN, Indonesia hanyamengungguli Lao P.D.R, Myanmar dan Kamboja.
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
2005 2006 2007 2008 2009
Brunei DarussalamSingapore
Malaysia
Viet Nam
Thailand
ASEAN
Indonesia
Philippines
Lao P.D.R.
Kamboja
Myanmar
sumber: The ICT Development Index 2009; International Telecommunication Union
Gambar 2.48 Penetrasi Internet Indonesia dan negara ASEAN lainnya
Selama kurun 2005-2009, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam merupakan negara yang memiliki penetrasi internet yang paling tinggi diantara negara ASEAN. Perkembangan penetrasi internet di Indonesia masih dibawah penetrasi internet ASEAN. Indonesia hanya unggul dengan negara Filipina, Laos P.D.R dan Kamboja.
sumber: International Telecommunication Union
Secara umum nilai rata-rata IDI ditahun 2002 adalah 2.48 sedangkan nilai rata-rata IDI pada tahun 2007 adalah 3.40. Terjadi perubahan 0.92 sejak tahun 2002 ke tahun 2007. Indonesia sendiri naik satu peringkat di tahun 2007 menjadi peringkat 108 dengan nilai IDI 2.13, angka ini mengalami peningkatan sebesar 0.59. Indonesia sendiri masih berada dibawah negara-negara ASEAN, Indonesia hanya mengungguli Lao P.D.R, Myanmar dan Kamboja.
Tabel 2.4 Indeks Pengembangan TIK dan Rangking untuk Indonesia dan negara lainnya.
sumber: The ICT Development Index 2009International Telecommunication Union
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 65
Gambar 2.49 IDI Sub-Index Indonesia dan negara lainnya.
Secara umum, IDI indeksuntuk penggunaan (IDI use)lebih rendah dibanding indeksyang lainnya, diikuti oleh IDIAccess dan indeks tertinggiadalah IDI Skill. Dan pola initerjadi diseluruh negarakecuali pada Singapore yangmemiliki IDI access lebihtinggi dibandingkan IDI Skill.Indonesia sendiri, masihsangat rendah di IDI use danIDI access, sedangkan IDI skillIndonesia masih tidak terlalutertinggal terutama dijikadibanding Malaysia dannegara ASEAN lainnya,
sumber: The ICT Development Index 2009; International Telecommunication Union
02468
10Korea (Rep)
Japan
Singapore
Brunei Darussalam
Malaysia
Thailand
Philippines
VietNam
Indonesia
Lao P.D.R
Myanmar
Kamboja
IDI access IDI use IDI skill
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Gambar 2.50 Publikasi Ilmiah ICT di Indonesia danNegara Asia lainnya
1
10
100
1000
10000
100000
JEPANG
INDIA
TAIWAN
KOREA SELATAN
SINGAPURA
MALAYSIA
THAILAND
INDONESIA
FILIPINA
MYANMAR
BRUNEI DARUSALLAM
KAMBOJA
LAOS
Database publikasi ilmiahScopus tahun 2000-2009menunjukkan bahwa selamakurun 10 tahun, di antaranegara ASEAN, Indonesiamenduduki peringkat keempat dalam jumlah publikasiilmiah internasional di atasFilipina dan di bawahThailand.Bila dibandingkan dengannegara Asia terpilih, Indonesiamenempati urutan kedelapandalam publikasi ilmiahinternasional.
sumber: SCOPUS
Gambar 2.49 IDI Sub-Index Indonesia dan negara lainnya.
Secara umum, IDI indeksuntuk penggunaan (IDI use)lebih rendah dibanding indeksyang lainnya, diikuti oleh IDIAccess dan indeks tertinggiadalah IDI Skill. Dan pola initerjadi diseluruh negarakecuali pada Singapore yangmemiliki IDI access lebihtinggi dibandingkan IDI Skill.Indonesia sendiri, masihsangat rendah di IDI use danIDI access, sedangkan IDI skillIndonesia masih tidak terlalutertinggal terutama dijikadibanding Malaysia dannegara ASEAN lainnya,
sumber: The ICT Development Index 2009; International Telecommunication Union
02468
10Korea (Rep)
Japan
Singapore
Brunei Darussalam
Malaysia
Thailand
Philippines
VietNam
Indonesia
Lao P.D.R
Myanmar
Kamboja
IDI access IDI use IDI skill
Bab 2. Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Gambar 2.50 Publikasi Ilmiah ICT di Indonesia danNegara Asia lainnya
1
10
100
1000
10000
100000
JEPANG
INDIA
TAIWAN
KOREA SELATAN
SINGAPURA
MALAYSIA
THAILAND
INDONESIA
FILIPINA
MYANMAR
BRUNEI DARUSALLAM
KAMBOJA
LAOS
Database publikasi ilmiahScopus tahun 2000-2009menunjukkan bahwa selamakurun 10 tahun, di antaranegara ASEAN, Indonesiamenduduki peringkat keempat dalam jumlah publikasiilmiah internasional di atasFilipina dan di bawahThailand.Bila dibandingkan dengannegara Asia terpilih, Indonesiamenempati urutan kedelapandalam publikasi ilmiahinternasional.
sumber: SCOPUS
Secara umum, IDI indeks untuk penggunaan (IDI use) lebih rendah dibanding indeks yang lainnya, diikuti oleh IDI Access dan indeks tertinggi adalah IDI Skill. Dan pola ini terjadi diseluruh negara kecuali pada Singapore yang memiliki IDI access lebih tinggi dibandingkan IDI Skill. Indonesia sendiri, masih sangat rendah pada IDI use dan IDI access, sedangkan IDI skill Indonesia masih tidak terlalu tertinggal terutama jika dibanding Malaysia dan negara ASEAN lainnya,
Database publikasi ilmiah Scopus tahun 2000-2009 menunjukkan bahwa selama kurun 10 tahun, di antara negara ASEAN, Indonesia menduduki peringkat ke empat dalam jumlah publikasi ilmiah internasional di atas Filipina dan di bawah Thailand.
Bila dibandingkan dengan negara Asia terpilih, Indonesia menempati urutan kedelapan dalam publikasi ilmiah internasional.
Gambar 2.49 IDI Sub-Index Indonesia dan negara lainnya.
sumber: The ICT Development Index 2009; International Telecommunication Union
sumber: SCOPUSGambar 2.50 Publikasi Ilmiah TIK di Indonesia dan
negara Asia lainnya
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201066
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010
Bab 2 - Kondisi Kominfo Indonesia saat ini
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 67
BAB 3
KEBIJAKAN DAN RENCANA KE DEPAN
Bab 3 - Kebijakan dan Rencana ke Depan
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201068
3
Bab 3 - Kebijakan dan Rencana ke Depan
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 69
5 SUKSES KOMINFO
Sebagai pilar penting penggerakpembangunan
Sebagai pembangkit danpenyerap tenaga kerja
Sebagai sumber devisa baru
Sebagai pilar penting pencerdasan bangsa
Sebagai alat demokrasi danpemersatu bangsa
Bab 3 - Kebijakan dan Rencana ke Depan
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201070
LANDASAN HUKUM PEMBANGUNAN TIK
Sumber : Data Statistik Postel 2010
Pasal 28 f UUD RI 1945
“Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”.
Undang Undang Nomor 36
Tahun 1999 Tentang
Telekomunikasi
Muatan Regulasi
Penyelenggara Telekomunikasi
Larangan
Praktek Monopoli
Perijinan
Interkoneksi dan biaya hak
penyelenggaraan
Perangkat telekomunikasi
Spektrum frekuensi
radio
Orbit Satelit.
Undang UndangNomor 32
Tahun 2002 Tentang
Penyiaran
Muatan Regulasi
Penyelenggaraan Penyiaran
Komisi Penyiaran Indonesia
Jasa Penyiaran
Lembaga Penyiaran
Stasiun Penyiaran dan Wilayah
Jangkauan Siaran
Perijinan Penyelenggaraan
Penyiaran
Pelaksanaan Penyiaran
Peranserta masyarakat
Undang Undang Nomor 11
Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik
Muatan Regulasi
Informasi, dokumen, dan tanda tangan
elektronik
Penyelenggaraan Sertifikasi Elektronik & Sistem Elektronik
Transaksi Elektronik
Nama Domain, Hak Kekayaan
Intelektual, dan Perlindungan Hak
Pribadi
Perbuatan yang Dilarang
Penyelesaian Sengketa
Peran Pemerintah dan Masyarakat
Penyidikan
Ketentuan Pidana
Undang Undang Nomor 14
Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik
Muatan Regulasi :
Hak dan kewajiban pemohon dan
pengguna informasi publik serta hak dan
kewajiban badan publik
Informasi yang wajib disediakan dan
diumumkan
Informasi yang dikecualikan
Mekanisme memperoleh
informasi
Komisi InformasiKeberatan dan penyelesaian
sengketa melalui komisi informasi
Hukum Acara Komisi
Gugatan ke Pengadilan dan
Kasasi
Ketentuan Pidana
Bab 3 - Kebijakan dan Rencana ke Depan
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 71
VISI DAN MISI
Misi
1
Meningkatkan kecukupan informasi masyarakat dengan karakteristik komunikasi lancar dan informasi benar menuju terbentuknya
Indonesia Informatif dalam kerangka NKRI
"Terwujudnya Indonesia Informatif menuju masyarakat sejahtera melalui pembangunan kominfo berkelanjutan, yang merakyat dan ramah
lingkungan, dalam kerangka NKRI
Misi
2
Mewujudkan birokrasi layanan komunikasi dan informatika yang profesional dan memiliki integritas moral yang tinggi
Misi
4
Mengembangkan sistem kominfo yang berbasis kemampuan lokal yang berdaya saing tinggi dan ramah lingkungan
Misi
3
Mendorong peningkatan tayangan dan informasi edukatif untuk mendukung pembangunan karakter bangsa
Misi
5Memperjuangkan kepentingan nasional kominfo dalam sistem pasar global
Indonesia Informatif
NKRI
Masyarakat sejahtera
Pembangunan berkelanjutan
Kominfo yang merakyat
Ramah Lingkungan
Bab 3 - Kebijakan dan Rencana ke Depan
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201072
TUJUAN
Bidang Infrastruktur Informasi dan Komunikasi Bidang Komunikasi dan Informasi
1) Tersedianya akses komunikasi
dan informatika yang merata
di seluruh Indonesia
(mengecilnya kesenjangan
digital);
2) Tersedianya sarana, prasarana,
dan layanan komunikasi dan
informatika di seluruh desa,
daerah perbatasan negara,
pulau terluar, daerah terpencil,
dan wilayah non komersial
lain untuk mengurangi daerah
blank spot;
3) Tersedianya akses dan layanan
komunikasi dan informatika
yang modern;
4) Tercapainya layanan akses
informasi dan komunikasi di
wilayah non komersial;
5) Kebijakan, regulasi, rencana
pemanfaatan dan rekayasa
sumber daya spektrum
frekuensi radio;
6) Kebijakan, regulasi, rencana
optimalisasi sumber daya
spektrum dan non spektrum;
7) Kebijakan, regulasi, perijinan
untuk meningkatkan kuantitas
dan kualitas layanan pos ;
8) Kebijakan, regulasi, perijinan
untuk meningkatkan kuantitas
dan kualitas layanan
telekomunikasi;
9) Kebijakan, regulasi, perijinan
untuk meningkatkan kuantitas
dan kualitas penyelenggaraan
penyiaran;
10) Kebijakan, regulasi, bimbingan
teknis, dan evaluasi sertifikasi
sistem elektronik, jasa aplikasi
dan konten;
11) Kebijakan, regulasi, standar,
sertifikasi, interoperabilitas
perangkat pos, telekomunikasi
dan penyiaran;
12) Tercapainya tingkat eliterasi
masyarakat Indonesia menjadi
50 persen pada tahun 2014
13) Tersedianya informasi dan
layanan publik yang dapat
diakses secara online;
14) Berkembangnya industri
(manufaktur) penunjang
TIK dengan indikator dampak .
1) Pengelolaan, penyebaran dan
pemerataan informasi publik
yang beragam dan berkualitas
yang bersifat mendidik,
mencerahkan masyarakat
dalam kerangka NKRI;
2) Pemberdayaan masyarakat
dan pengembangan kemitraan
dalam penyebaran informasi
publik;
3) Penyediaan dan peningkatan
SDM bidang komunikasi
dan informasi sebagai agen
penyedia, pengelola dan
penyebar informasi publik.
Bab 3 - Kebijakan dan Rencana ke Depan
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 73
SASARAN STRATEGIS
M1Meningkatkan kecukupan informasi masyarakat
dengan karakteristik komunikasi lancar informasi benar menuju terbentuknya
Indonesia informatif dalam kerangka NKRI
M2Mewujudkan birokrasi layanan pos, komunikasidan informatika yang profesional dan memiliki
integritas moral yang tinggi
M3Mendorong peningkatan tayangan dan informasi edukatif untuk mendukung
pembangunan karakter bangsa
M4Mengembangkan sistem komunikasi dan
informatika yang berbasis kemampuan lokal yang berdaya saing tinggi dan ramah lingkungan
M5Memperjuangkan kepentingan nasional komunikasi dan informatika dalam sistem pasar global
• Meratanya pembangunan sarana dan prasarana pos, komunikasi dan informatika di seluruh Indonesia
• Terselenggaranya layanan pos, komunikasi dan informatika yang efektif dan efisien
• Tersedia dan tersebarnya informasi yang faktual dan berimbang ke seluruh pelosok dan lapisan masyarakat Indonesia dalam kerangka NKRI
• Tersedianya layanan konten informasi yang edukatif, mencerahkan dan memberdayakan masyarakat
• Terlaksananya pemberdayaan masyarakat untuk memanfaatkan konten informasi edukatif, mencerahkan dan memberdayakan masyarakat
• Tercapainya peran-serta aktif masyarakat dan lembaga komunikasi dalam penyediaan, penyebaran dan pemanfaatan informasi edukatif, mencerahkan dan memberdayakan masyarakat
• Terwujudnya masyarakat informasi yang kritis, produktif, beradab, berdaya saing dan cinta tanah air
• Mendorong penguatan kapasitas produksi industri komunikasi dan informatika nasional agar mampu bersaing di dunia internasional
• Mendorong rasa cinta tanah air melalui penggunaan produk dalam negeri bidang komunikasi dan informatika
• Meningkatkan posisi tawar Indonesia dalam perjanjian internasional di bidang komunikasi dan informatika
• Membangun pencitraan positif negara Indonesia di mata Internasional
• Terselenggaranya pengelolaan sumber daya komunikasi dan informatika yang optimal
• Terselenggaranya layanan pos, komunikasi dan informatika yang profesional dan memiliki integritas moral yang tinggi
• Tersedianya standar alat dan standar mutu layanan serta mekanisme pengawasan yang akuntabel pada layanan pos, komunikasi dan informatika
• Mendorong tumbuhnya iklim penelitian dan pengembangan di bidang komunikasi dan informatika
• Mendorong penciptaan sumber daya manusia unggul di bidang komunikasi dan informatika
• Mendorong berkembangnya industri komunikasi dan informatika yang berdaya saing tinggi dan ramah lingkungan
• Mengembangkan sistem komunikasi dan informatika yang mendorong tumbuh kembangnya kreatifitas dan inovasi berdasarkan kearifan lokal
Bab 3 - Kebijakan dan Rencana ke Depan
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201074
PROGRAM PRIORITAS
Sasaran pembangunan pada akhir periode 2010-2014 yang telah dirumuskan akan dicapai melalui program-program pembangunan sebagai berikut:
Program Pengelolaan Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, antara lain meliputi:• Perumusan kebijakan dan regulasi agar tercipta penggunaan dan pemanfaatan sumber
daya, sarana dan prasarana komunikasi dan informatika seoptimal mungkin.
• Penciptaan kepatuhan terhadap pelaksanaan perundang-undangan penyiaran.
• Pembangunan sarana dan prasarana telematika yang berbasis pada efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumber daya.
• Peningkatan standarisasi dan sertifikasi alat dan perangkat telekomunikasi secara aktif dalam menjaga terlaksananya kewajiban interkoneksi dan interoperabilitas secara berkesinambungan.
Bab 3 - Kebijakan dan Rencana ke Depan
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 75
Program Penyelenggaraan Pos dan Informatika (Telekomunikasi dan Penyiaran), antara lain meliputi:• Perwujudan penyelenggaraan komunikasi dan informatika yang efektif dan efisien dengan
menggunakan sumber daya seoptimal mungkin.
• Perwujudan iklim persaingan sehat, yang memenuhi standar kualitas layanan prima, serta mampu memiliki daya saing di tingkat global
• Harmonisasi peraturan jaringan telekomunikasi inter operator untuk mendorong partisipasi aktif sektor swasta dalam meningkatkan ketersediaan layanan dasar komunikasi dan informatika di seluruh penjuru Indonesia.
• Menciptakan peluang usaha yang menarik minat investor untuk membangun infrastruktur dan menyediakan kebutuhan premium seperti layanan pita lebar untuk aplikasi dan konten yang lebih canggih.
• Menciptakan persaingan usaha sedemikian rupa sehingga interkoneksi jaringan dan interoperabilitas layanan dapat terlaksana dalam usaha mencapai efisiensi nasional.
• Mendorong pembangunan dan pemerataan komunikasi dan informatika, baik melalui penguatan infrastruktur, layanan, dan kandungan informasi untuk dapat menjangkau seluruh pelosok Nusantara
• Program pemberdayaan masyarakat di bidang komunikasi dan informatika untuk peningkatan e-literacy masyarakat dan pembentukan komunitas informasi dan peningkatan kapabilitas masyarakat dalam bidang TIK
• Program pembangunan desa informatif (Information Villages), Penyusunan Grand Design dan road map sistem penyiaran Indonesia, serta pembangunan stasiun TVRI dan RRI
Program Pengembangan Aplikasi Informatika, meliputi:• Program penguatan sumber daya manusia dibidang komunikasi dan informatika dan penguatan
rantai pasok industri penunjang.
• Pembangunan sistem layanan kepemerintahan (e-Government) yang terintegrasi dan memiliki interoperabilitas untuk meningkatkan pelayanan pubik
• Program peningkatan sistem keamanan komunikasi dan informatika nasional.
• Program peningkatan pengembangan industri TIK berbasis lokal termasuk industri konten yang berkualitas dengan didukung oleh iklim industri yang sehat dengan kemampuan promosi serta pemasaran yang tepat.
Program Pengembangan Informasi dan Komunikasi Publik, meliputi:• Program pembentukan masyarakat informasi melalui:
• Penyediaan, penyebaran dan pemanfaatan informasi bermanfaat untuk dapat diakses secara merata oleh seluruh elemen masyarakat.
• Penyebaran informasi publik yang bermanfaat bagi pengembangan kapabilitas masyarakat dan peningkatan implementasi e-government sampai tingkat daerah.
• Pemberdayaan masyarakat termasuk penguasaan teknologi yang dibutuhkan untuk memperoleh informasi yang diperlukan
Bab 3 - Kebijakan dan Rencana ke Depan
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201076
• Penguatan kapasitas layanan informasi publik yang berkualitas dan penggunaan sumber daya yang seefisien mungkin melalui sinergi program dan integasi proses komunikasi dan informatika pada berbagai sektor.
• Penyediaan layanan informasi publik yang berkualitas, mudah dan cepat diakses yang merupakan salah satu ciri khas masyarakat informasi yang sejahtera dan memiliki daya saing.
• Menjamin agar ruang privat masyarakat tidak dipergunakan untuk lalulintas informasi yang tidak dikehendakinya.
Program Penelitiandan Pengembangan SDM Kominfo, antara lain meliputi:• Program penelitian dan pengembangan pada aspek-aspek regulasi, teknologi dan pasar.
• Program pengembangan SDM Kominfo untuk penciptaan SDM unggul
• Program pengembangan standar kompetensi kerja & kurikulumnya
• Pengembangan pusat pelatihan TIK, fasilitasi sertifikasi TIK SDM TIK dan upaya menjembatani lulusan perguruan tinggi TIK agar dapat bekerja di industri TIK.
• Pengembangan kerjasama regional yang memungkinkan tenaga kerja TIK nasional bisa bekerja lintas negara & lintas regional
Bab 3 - Kebijakan dan Rencana ke Depan
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 77
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Memanfaatkan sumber daya komunikasi dan informatika secara optimal
Membentuk iklim penyelenggaraan layanan pos, komunikasi dan informatika
Menentukan standar alat, layanan dan menjaga kepatuhan penggunaan.
Menyediakan dan menyebarkan informasi yang bermanfaat.
Meratakan layanan informasi dan memberdayakanmasyarakat.
Mengembangkan kemampuan SDM dan litbangkomunikasi dan informatika
Mendorong industri TIK dalam negeri
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Bab 3. Kebijakan dan Rencana ke Depan
Bab 3 - Kebijakan dan Rencana ke Depan
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201078
GAMBARAN KESELURUHAN
Gambar 3.1 Gambaran Keseluruhan
Bab 3 - Kebijakan dan Rencana ke Depan
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 79
ROADMAPPENGEMBANGANTIK
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201080
ROADMAP TIK INDONESIA2010-2020
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 81
RPJMN –KOMINFO2010-2014
Target penetrasi 2014 :
Internet : 50%
Pita-lebar: 30%
Siaran TV Digital: 35%
LAYANAN AKSES TIK DI WILAYAH NON-KOMERSIAL
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201082
PROGRAM PRIORITAS NASIONAL TIK (NATIONAL FLAGSHIP)
Program Prioritas Nasional adalah program yang ditentukan oleh Dewan TIK Nasional (DeTIKNas) dimana semua Kementerian ikut terlibat dan menjadi penangggung jawab keberhasilan pelaksanaan program tersebut.
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 83
DeTIKNas
80
DeTIKNas
DeTIKNas atau Dewan Teknologi Nasional adalah lembaga koordinasi eksekutif yang dibentuk dan diketuai oleh Presiden Republik Indonesia melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 20 Tahun 2006. DeTIKNas sengaja dibentuk untuk mempercepat pertumbuhan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia secara efisien dengan membuat kebijakan TIK secara nasional melalui sinkronisasi program-program TIK di seluruh Kementerian/Lembaga (K/L). Yang terlibat dalam kegiatan DeTIKNas ini adalah terbuka untuk instansi Pemerintah Pusat/Daerah, Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, Dunia Usaha, Lembaga Profesional, dan komunitas teknologi informasi dan komunikasi, serta masyarakat pada umumnya dalam rangka pengembangan teknologi informasi dan komunikasi dan berkesinambungan setiap tahun.
Sesuai dengan Keppres No. 20 Tahun 2006, DeTIKNas mengimplementasikan programnya diambil satu dari tiap komponen blueprint TIK. Meskipun demikian, bukan berarti program yang lain tidak berjalan, namun program Flagship ini nantinya akan menjadi dasar dari pengembangan program-program TIK lainnya sehingga lebih terarah dan berdaya guna.
Meskipun DeTIKNas telah memiliki sejumlah program Flagship (program prioritas: National Single Window, e-Education, Palapa Ring, Software Legal, e-Procurement, e-Anggaran, Single Identity Number, e-Health, e-Cultural Heritage dan e-Agriculture), namun sepanjang tahun 2010 ini tetap memberi perhatian cukup banyak kegiatan DeTIKNas yang sifatnya sosialisasi, yaitu di antaranya sosialisasi strategi TIK nasional di Kalimantan Selatan, Riau dan Sumatera Utara. Manfaat yang diperoleh adalah bertujuan untuk menyebarluaskan pemahaman mengenai strategi TIK nasional.Selain itu, intensitas kegiatan sosialisasi tersebut diharapkan mendorong strategi TIK bisa dikembangkan secara lebih baik guna mewujudkan tata kelola informasi dan komunikasi yang mendatangkan kebaikan bagi masyarakat dan kemajuan penyelenggaraan pemerintahan.
DeTIKNas atau Dewan Teknologi Nasional adalah lembaga koordinasi eksekutif yang dibentuk dan diketuai oleh Presiden Republik Indonesia melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 20 Tahun 2006. DeTIKNas sengaja dibentuk untuk mempercepat pertumbuhan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia secara efisien dengan membuat kebijakan TIK secara nasional melalui sinkronisasi program-program TIK di seluruh Kementerian/Lembaga (K/L). Yang terlibat dalam kegiatan DeTIKNas ini adalah terbuka untuk instansi Pemerintah Pusat/Daerah, Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, Dunia Usaha, Lembaga Profesional, dan komunitas teknologi informasi dan komunikasi, serta masyarakat pada umumnya dalam rangka pengembangan teknologi informasi dan komunikasi dan berkesinambungan setiap tahun.
Sesuai dengan Keppres No. 20 Tahun 2006, DeTIKNas mengimplementasikan programnya diambil satu dari tiap komponen blueprint TIK. Meskipun demikian, bukan berarti program yang lain tidak berjalan, namun program Flagship ini nantinya akan menjadi dasar dari pengembangan program-program TIK lainnya sehingga lebih terarah dan berdaya guna.
Meskipun DeTIKNas telah memiliki sejumlah program Flagship (program prioritas: National Single Window, e-Education, Palapa Ring, Software Legal, e-Procurement, e-Anggaran, Single Identity Number, e-Health, e-Cultural Heritage dan e-Agriculture), namun sepanjang tahun 2010 ini tetap memberi perhatian cukup banyak kegiatan DeTIKNas yang sifatnya sosialisasi, yaitu di antaranya sosialisasi strategi TIK nasional di Kalimantan Selatan, Riau dan Sumatera Utara. Manfaat yang diperoleh adalah bertujuan untuk menyebarluaskan pemahaman mengenai strategi TIK nasional. Selain itu, intensitas kegiatan sosialisasi tersebut diharapkan mendorong strategi TIK bisa dikembangkan secara lebih baik guna mewujudkan tata kelola informasi dan komunikasi yang mendatangkan kebaikan bagi masyarakat dan kemajuan penyelenggaraan pemerintahan.
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201084
PERUBAHAN SKEMA PERIZINANPADA ERA TV DIGITAL
ARSITEKTUR LAYANAN TV DIGITAL
Lisensi Vertikal
PenyelenggaraProgram SiaranProgram SiaranPemegang Hak
FrekuensiFrekuensiPenyelenggara
Infrastruktur/TxInfrastruktur/TxPenyediaMenara
ANALOG
Lembaga Penyiaran
Penyelenggara Program
Siaran
Pemegang Hak Frekuensi
PenyelenggaraInfrastruktur/Tx
DIGITAL
Lembaga Penyiaran
PenyelenggaraMultipleksing
Penyedia Menara
Penyedia Menara
Lisensi Horisontal
Perubahan skema perizinan dari Lisensi Vertikal menjadi Lisensi Horizontal diharapkan membuka peluang-peluang usaha baru dan menciptakan iklim kompetisi yang sehat
ANALOG DIGITAL
PERUBAHAN SKEMA PERIZINAN PADA ERA TV DIGITAL
Gambar 3.3 Perubahan Skema Perizinan Era TV Digital
ARSITEKTUR LAYANAN TV DIGITAL
PK = Penyedia KontenPS = Penyelenggara Program SiaranPM = Penyedia MenaraPMx = Penyelenggara Multipleksing
PKPKPKPKPKPKPKPKPKPK
PS
PS
PS
PS
PS
PM
PM
PMx KanalFrekuensi
PMx Kanal Frekuensi
PMx Kanal Frekuensi
Gambar 3.4 Arsitek Layanan TV Digital
Bab 3. Kebijakan dan Rencana ke Depan
Gambar 3.3 Perubahan Skema Perizinan Era TV Digital
Gambar 3.4 Arsitek Layanan TV Digital
Perubahan skema perizinan dari Lisensi Vertikal menjadi Lisensi Horizontal diharapkan membuka peluang-peluang usaha baru dan menciptakan iklim kompetisi yang sehat
PK = Penyedia Konten
PS = Penyelenggara Program Siaran
PM = Penyedia Menara
PMx = Penyelenggara Multipleksing
Lisensi Vertikal Lisensi Horisontal
ANALOG DIGITAL
Lembaga Penyiaran Lembaga
PenyiaranPenyediaMenara
PenyediaMenara
PenyelenggaraProgram Siaran
PenyelenggaraProgram Siaran
PenyelenggaraProgram Siaran
Pemegang HakFrekuensi
Pemegang HakFrekuensi
PenyelenggaraInfrastruktur/Tx Penyelenggara
Infrastruktur/TxPenyediaMenara
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 85
ROADMAP MIGRASI TV ANALOG KE TV DIGITAL
PERUBAHAN BAND PLAN
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201086
ROADMAP INFRASTRUKTUR TV DIGITAL
Roadmap Infrastruktur TV Digital
Proses migrasi dari TV Analog ke TV Digital di Indonesia dimulai tahun 2009, dan telahdilakukan mulai dari proses perizinan dan pengimplementasinya akan dilakukan secarabertahap untuk disetiap zona. Dan direncanakan setelah tahun 2018, seluruh siaran TVAnalog akan dimatikan.
Gambar 3.5 Roadmap Infrastruktur TV Digital
Bab 3. Kebijakan dan Rencana ke Depan
Proses migrasi dari TV Analog ke TV Digital di Indonesia dimulai tahun 2009, dan telah dilakukan mulai dari proses perizinan dan pengimplementasinya akan dilakukan secara bertahap untuk disetiap zona. Dan direncanakan setelah tahun 2018, seluruh siaran TV Analog akan dimatikan.
Gambar 3.5 Roadmap Infrastruktur TV Digital
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 87
ROADMAP IPV6
Makin kecilnya kapasitas dari IPV4 dan untuk mendukung layanan konvergensi yang mana seluruh layanan berbasis IP, pemerintah berencana akan menerapkan penggunaan IPv6 pada tahun 2012. Proses migrasi yang dilakukan adalah dua mode untuk setiap peralatan elektronik khususnya komputer.
Gambar 3.6 Roadmap IPV6
ROADMAP IPV6
Gambar 3.6 Roadmap IPV6
Makin kecilnya kapasitas dari IPV4 dan untuk mendukung layanan konvergensi yangmana seluruh layanan berbasis IP, pemerintah berencana akan menerapkanpenggunaan IPv6 pada tahun 2012. Proses migrasi yang dilakukan adalah dua modeuntuk setiap peralatan elektronik khususnya komputer.
Bab 3. Kebijakan dan Rencana ke Depan
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201088
Roadmap INTERNET (IPv6)
Timeline Roadmap Penerapan IPv6
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3
2010 2011 2012
Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4Intansi Pemerintah
Pemahaman dan Investasi kebutuhan IP
Revisi ketentuan tender
Pemanfaatan layanan IPv6
Pemesanan alamat IPv6
Penggunaan alamat IPv6
Operator Utama
Persiapan Infrastruktur
Perencanaan pemasaran
Penerapan strategi
Penyediaan layanan IPv6
Rekomendasi best practice
Perbaikan kualitas layanan IPv6
Endorsement penggunaan IPv6
Persiapan phasing out IPv4
Medium small operator
Pemahaman urgensi peralihan dan peluang
Perencanaan peralihan
Tahap akhir perencanaan
Revisi prosedur life cycle perangkat
Akselerasi penerapan
Vendor / Manufaktur perangkat
Pemahaman adanya penerapan IPv6
Persiapan antisipasi
Peredaran perangkat
Revisi harga retail
Penyedia Aplikasi dan Konten
Pemahaman penerapan IPv6
Peersiapan antisipasi
Pembaruan SDM
Pergeseran Orientasi basis pengembangan
Perluasan lahan bisnis
End User
Pengentahuan Roadmap peralihan ke IPv6
Meningkatkan pengetahuan
Penggunaan IPv6 oleh early adapters
Penggunaan IPv6 meluas
Pengguna Internet meningkat
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 89
ROADMAP SATELIT
Roadmap 2008-20111. 2008 – 2009: Perencanaan terinci mengenai jenis dan jumlah satelit yang
harus didaftarkan (filing) yang disesuaikan dengan jadwal peluncurannya,dengan mempertimbangkan pertumbuhan rendah dan tinggi, termasukrencana pendirian R&D pusat penelitian dan pengembangan teknologi danaplikasi satelit nasional (PUSLIT- SATNAS);
2. 2008 – 2010 : Konsolidasi dan pembentukan konsorsium satelit nasional ;3. 2009 – 2010: Pendaftaran semua satelit yang harus diluncurkan dalam
jangka waktu 2 – 7 tahun;4. 2010 : Peluncuran PALAPA-D dan LAPAN A2;5. Penentuan perangkat sistem satelit yang dapat dibuat oleh industri
manufaktur nasional untuk jangka pendek (1-3 tahun), jangka menengah (5-7 tahun) dan jangka panjang (lebih dari 10 -15 tahun);
6. Selama jangka waktu tiga (3) tahun ini dibuat pentahapan-pentahapan sertakajian menyeluruh mengenai penyediaan infrastruktur satelit nasional secaralebih terinci hingga tahun 2021.
Bab 3. Kebijakan dan Rencana ke Depan
ROADMAP SATELIT
Gambar 3.7 Roadmap Satelit
Roadmap 2008-2011
1. 2008 – 2009: Perencanaan terinci mengenai jenis dan jumlah satelit yang harus didaftarkan (filing) yang disesuaikan dengan jadwal peluncurannya, dengan mempertimbangkan pertumbuhan rendah dan tinggi, termasuk rencana pendirian R&D pusat penelitian dan pengembangan teknologi dan aplikasi satelit nasional (PUSLIT- SATNAS);
2. 2008 – 2010 : Konsolidasi dan pembentukan konsorsium satelit nasional ;
3. 2009 – 2010: Pendaftaran semua satelit yang harus diluncurkan dalam jangka waktu 2 – 7 tahun;
4. 2010 : Peluncuran PALAPA-D dan LAPAN A2;
5. Penentuan perangkat sistem satelit yang dapat dibuat oleh industri manufaktur nasional untuk jangka pendek (1-3 tahun), jangka menengah (5-7 tahun) dan jangka panjang (lebih dari 10 -15 tahun);
6. Selama jangka waktu tiga (3) tahun ini dibuat pentahapan-pentahapan serta kajian menyeluruh mengenai penyediaan infrastruktur satelit nasional secara lebih terinci hingga tahun 2021.
Gambar 3.7 Roadmap Satelit
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201090
ROADMAP SATELIT
a. Penambahan Kapasitas Dalam Negeri
b. Slot Orbit dan Spektrum
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
Kebutuhan Total kebutuhan, baseline (XPDR) 138 154 176 211 210 224 232 237 243 253 264 276 288 301 315
Ketersediaan TransponderKetersedian Dalam Negeri (XPDR) 95 95 101 101 149 197 197 197 197 197 197 221 221 245 245
Sisa kebutuhan, termasuk ketersediaan asing (XPDR) 43 59 75 110 61 27 35 40 46 56 67 55 67 56 70
Penambahan Kapasitas Peluncuran Palapa D, tambahan kapasitas 6 xpdrPeluncuran Telkom 3, tambahan kapasitas 48 xpdrPeluncuran sat-PSN, tambahan kapasitas 48 xpdrPeluncuran Satelit Indonesia pita-Ku, 24 xpdrPeluncuran Satelit Indonesia pita-Ka, 24 xpdr
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
Slot Orbit dan SpektrumRefiling 150.5E, 113E,
107.7E
Pendaftaran Ulang Satelit
Pendaftaran baru pita-Ku
Pendaftaran baru pita-Ka
Koordinasi NGSOEESS
Optimalisasi pita terencana
Pendaftaran NGSO
Bab 3. Kebijakan dan Rencana ke Depan
ROADMAP SATELIT
a. Penambahan Kapasitas Dalam Negeri
b. Slot Orbit dan Spektrum
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
Kebutuhan Total kebutuhan, baseline (XPDR) 138 154 176 211 210 224 232 237 243 253 264 276 288 301 315
Ketersediaan TransponderKetersedian Dalam Negeri (XPDR) 95 95 101 101 149 197 197 197 197 197 197 221 221 245 245
Sisa kebutuhan, termasuk ketersediaan asing (XPDR) 43 59 75 110 61 27 35 40 46 56 67 55 67 56 70
Penambahan Kapasitas Peluncuran Palapa D, tambahan kapasitas 6 xpdrPeluncuran Telkom 3, tambahan kapasitas 48 xpdrPeluncuran sat-PSN, tambahan kapasitas 48 xpdrPeluncuran Satelit Indonesia pita-Ku, 24 xpdrPeluncuran Satelit Indonesia pita-Ka, 24 xpdr
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
Slot Orbit dan SpektrumRefiling 150.5E, 113E,
107.7E
Pendaftaran Ulang Satelit
Pendaftaran baru pita-Ku
Pendaftaran baru pita-Ka
Koordinasi NGSOEESS
Optimalisasi pita terencana
Pendaftaran NGSO
Bab 3. Kebijakan dan Rencana ke Depan
ROADMAP SATELITa. Penambahan Kapasitas Dalam Negeri
b. Slot Orbit dan Spektrum
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 91
c. Penelitian dan Pengembangan (R&D)
d. Lingkungan Usaha
c. Penelitian dan Pengembangan (R&D)
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
Lingkungan UsahaKonsolidasi Operator Satelit
Konsorsium Satelit Nasional
Konsolidasi Operator VSAT0
Produk Unggulan di Stasiun Bumi
Antenna
Komponen RF
Modem
Ekspor Produk Unggulan
Produk Aplikasi Pita-Ku
Produk Aplikasi Pita-Ka
d. Lingkungan Usaha
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
Penelitian dan Pengembangan Propagasi Ku-band
Propagasi Ka-band
Sistem dan Aplikasi pita-Ku
Sistem dan Aplikasi pita-Ka
Sistem dan Aplikasi pita-X/L
Sistem Tele-Kesehatan
Sistem Tele-Pendidikan
Aplikasi-aplikasi pendidikan
Aplikasi-aplikasi kesehatan
Pembentukan PUSLITBANG-TEKAP-SATNAS
Bab 3. Kebijakan dan Rencana ke Depan
c. Penelitian dan Pengembangan (R&D)
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
Lingkungan UsahaKonsolidasi Operator Satelit
Konsorsium Satelit Nasional
Konsolidasi Operator VSAT0
Produk Unggulan di Stasiun Bumi
Antenna
Komponen RF
Modem
Ekspor Produk Unggulan
Produk Aplikasi Pita-Ku
Produk Aplikasi Pita-Ka
d. Lingkungan Usaha
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021Penelitian dan Pengembangan
Propagasi Ku-band
Propagasi Ka-band
Sistem dan Aplikasi pita-Ku
Sistem dan Aplikasi pita-Ka
Sistem dan Aplikasi pita-X/L
Sistem Tele-Kesehatan
Sistem Tele-Pendidikan
Aplikasi-aplikasi pendidikan
Aplikasi-aplikasi kesehatan
Pembentukan PUSLITBANG-TEKAP-SATNAS
Bab 3. Kebijakan dan Rencana ke Depan
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201092
e. Kebijakan Finansial dan Go-International
f. Strategi dan Regulasi
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021Kebijakan Finansial & Go Internasional
Regulasi dukungan finansial bagi program LITBANG satelit Indonesia
Regulasi Insentif pajak dan non Pajak bagiIndustri satelit Indonesia
Ekspor softskill dan industri satelitindonesia ke luar negeri
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
RegulasiPengaturan Frekuensi Satelit
Pengaturan pengelolaan orbit
Pengaturan tentang MSS/BSS/FSS
Pengaturan penggunaan satelit untuk komersial dan non komersial
Pengaturan kompetisi VSAT
Bab 3. Kebijakan dan Rencana ke Depan
e. Kebijakan Finansial dan Go-International
f. Strategi dan Regulasi
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
Kebijakan Finansial & Go InternasionalRegulasi dukungan finansial bagi program LITBANG satelit Indonesia
Regulasi Insentif pajak dan non Pajak bagiIndustri satelit Indonesia
Ekspor softskill dan industri satelitindonesia ke luar negeri
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
RegulasiPengaturan Frekuensi Satelit
Pengaturan pengelolaan orbit
Pengaturan tentang MSS/BSS/FSS
Pengaturan penggunaan satelit untuk komersial dan non komersial
Pengaturan kompetisi VSAT
Bab 3. Kebijakan dan Rencana ke Depan
e. Kebijakan Finansial dan Go-International
f. Strategi dan Regulasi
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 93
LAMPIRAN
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201094
Laboratorium ID SIRTII
ID-SIRTII (Indonesia Security Incident Response Team on Internet) adalah suatu lembaga yang diberi tugas untuk menjaga keamanan jaringan internet nasional. Pembentukan ID-SIRTII dilakukan oleh Mastel, APJII, Awari dan Ditjen Postel berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 26/PER/M.KOMINFO/5/2007 tentang Pengamanan Pemanfaatan Jaringan Telekomunikasi berbasis Protokol Internet. ID-SIRTII dimaksudkan untuk mengatasi penyalahgunaan pemanfaatan jaringan internet, mengingat tujuan pengamanan tersebut adalah mendukung terlaksananya dukungan proses penegakan hukum; terciptanya pemanfaatan jaringan telekomunikasi berbasis protokol internet yang aman dan terlaksananya koordinasi dengan pihak-pihak terkait baik di dalam maupun luar negeri.
ID-SIRTII yang berlokasi di suatu area perkantoran di bawah tanggung-jawab Ditjen Postel ini pada tahun 2010 telah selesai membangun laboratorium simulasi ID-SIRTII (Indonesia Security Incident Response Team on Internet) sebagai tempat untuk pelatihan dan simulasi jaringan internet bagi instansi pemerintah maupun bagi penyelenggara jasa internet. Penyediaan laboratorium simulasi ini merupakan perwujudan dari salah satu pelaksanaan tugas dan fungsi ID-SIRTII. Dalam pelaksanaannya, laboratorium simulasi ID-SIRTII yang dikelola langsung oleh ID-SIRTII bersama Ditjen Postel ini untuk membantu penanganan masalah penyalahgunaan pemanfaatan jaringan internet dengan metode simulatif .
Manfaat dari adanya laboratorium simulasi ini bagi pemerintah, sebagai sarana untuk mengetahui berbagai kejahatan terhadap jaringan internet, sedangkan untuk industri/penyelenggara jasa internet maupun pengguna jasa internet adalah secara dini dapat mengantisapasi kemungkinan kejahatan di dunia maya.
Gambar L.1 Laboratorium ID SIRTII
Laboratorium ID SIRTII ID-SIRTII (Indonesia Security Incident Response Team on Internet) adalah suatu lembaga yang diberi tugas untuk menjaga keamanan jaringan internet nasional. Pembentukan ID-SIRTII dilakukan oleh Mastel, APJII, Awari dan Ditjen Postel berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 26/PER/M.KOMINFO/5/2007 tentang Pengamanan Pemanfaatan Jaringan Telekomunikasi berbasis Protokol Internet. ID-SIRTII dimaksudkan untuk mengatasi penyalahgunaan pemanfaatan jaringan internet, mengingat tujuan pengamanan tersebut adalah mendukung terlaksananya dukungan proses penegakan hukum; terciptanya pemanfaatan jaringan telekomunikasi berbasis protokol internet yang aman dan terlaksananya koordinasi dengan pihak-pihak terkait baik di dalam maupun luar negeri.
ID-SIRTII yang berlokasi di suatu area perkantoran di bawah tanggung-jawab Ditjen Postel ini pada tahun 2010 telah selesai membangun laboratorium simulasi ID-SIRTII (Indonesia Security Incident Response Team on Internet) sebagai tempat untuk pelatihan dan simulasi jaringan internet bagi instansi pemerintah maupun bagi penyelenggara jasa internet. Penyediaan laboratorium simulasi ini merupakan perwujudan dari salah satu pelaksanaan tugas dan fungsi ID-SIRTII. Dalam pelaksanaannya, laboratorium simulasi ID-SIRTII yang dikelola langsung oleh ID-SIRTII bersama Ditjen Postel ini untuk membantu penanganan masalah penyalahgunaan pemanfaatan jaringan internet dengan metode simulatif .
Manfaat dari adanya laboratorium simulasi ini bagi pemerintah, sebagai sarana untuk mengetahui berbagai kejahatan terhadap jaringan internet, sedangkan untuk industri/penyelenggara jasa internet maupun pengguna jasa internet adalah secara dini dapat mengantisapasi kemungkinan kejahatan di dunia maya
LAMPIRAN
Gambar L.1 Laboratorium ID SIRTII
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 95
Komponen Lokal
Tabel L.1 Tingkat Kandungan Dalam Negeri
Komponen lokal adalah penggunaan material / perangkat telekomunikasi dengan pendukungnya, rancang bangun dan perekayasaan dengan menggunakan jasa dan tenaga ahli serta perangkat dalam negeri. Penekanan penggunaan komponen lokal ini secara proporsional ditujukan untuk mengatasi semakin tinggi penggunaan komponen telekomunikasi asing. Penerapan penggunaan komponen lokal berlaku untuk setiap penyelenggara telekomunikasi di Indonesia dan diatur secara bertahap sejak adanya layanan 3G tahun 2006, akses USO tahun 2010 dan layanan BWA tahun 2010. Penilaian tingkat pencapaian komponen lokal dilakukan oleh Ditjen Postel, yang dalam pelaksanaan penggunaan komponen lokalnya mengacu pada Peraturan Menteri Kominfo No. 14/PER/M.KOMINFO/9/2010 dan Peraturan Menteri Kominfo No. 41/PER/M.KOMINFO/10/2009.
Berdasarkan Peraturan Menteri ini, setiap penyelenggara telekomunikasi wajib memenuhi TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) belanja operasional sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Dengan adanya Peraturan Menteri tersebut diharapkan akan cukup efektif dalam menjadi rujukan penilaian TKDN yang dilakukan di dalam negeri dan dengan menggunakan jasa dan tenaga ahli dalam negeri, sehingga tingkat kepatuhan penyelenggara telekomunikasi dalam penggunaan TKDN dapat diketahui secara efektif. Yang pada akhirnya melindungi kepentingan nasional tanpa melanggar komitmen internasional.
No. Komponen Opex Nilai Opex (Rp) Opex KDN (Rp) Opex KLN (Rp) % TKDN
(a) (b) (c) (d)(e)=(c)/(b)
atau(b-d)/(b)
1Beban Operasi dan Pemeliharaan
b1 c1 d1e1=c1/b1
atau(b1-d1)/b1
2Beban Administrasi dan Umum
b2 c2 d2e2=c2/b2
atau(b2-d2)/b2
3 Beban Pemasaran b3 c3 d3e3=c3/b3
atau(b3-d3)/b3
4Beban Telekomunikasi Lainnya
b4 c4 d4e4=c4/b4
atau(b4-d4)/b4
Jumlah ∑b=b1+..+b4 ∑c=c1+..+c4 ∑d=d1+..+d4∑e=∑c/∑b
atau(∑b-∑d)/ ∑b
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201096
BWA
BWA merupakan teknologi akses nirkabel yang dapat menawarkan akses data/internet berkecepatan tinggi. Kebijakan penerapan layanan BWA ini dimaksudkan untuk turut membantu mempercepat pembangunan akses telekomunikasi data. Sebagai komitmen pemerintah untuk segera merealisasikan penggelaran layanan BWA, Menteri Kominfo Tifatul Sembiring pada awal bulan November 2009 telah menerbitkan izin prinsip kepada 8 penyelenggara telekomunikasi yang telah berhasil memenangkan seleksi penyelenggaraan telekomunikasi Broadband Wireless Access (BWA) di pita frekuensi 2.3 GHz pada pertengahan 2009 untuk menggelar layanan BWA di seluruh Indonesia.
Pemenang Seleksi mendapatkan hak penggunaan spektrum frekuensi BWA 2.3 GHz selama 10 tahun yang dapat diperpanjang selama 10 tahun lagi, dan memenuhi kewajiban-kewajiban yang telah ditentukan. Dalam perkembangannya dan didasarkan atas evaluasi, didapatkan 3 buah perusahaan pemenang seleksi lelang yang tidak memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan dan terpaksa dicabut izinnya. Penggelaran jaringan dan layanan BWA akan dilakukan beberapa penyelenggara BWA yang tidak dicabut izin prinsipnya. Para penyelenggara tersebut sedang melalui tahap uji laik operasi sebelum penggelaran jaringan dan layanansecara komersial.
Penggelaran BWA adalah suatu upaya meningkatkan teledensitas TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) melalui penggelaran jaringan serta layanan yang lebih kompetitif. BWA ini juga akan membuka peluang bangkitnya industri dalam negeri yaitu antara lain: manufaktur, aplikasi dan konten, dengan menggalang potensi baik industri maupun perguruan tinggi.
Gambar L.2 Broadband Wireless Access (BWA)
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 97
Menuju 4G
Gambar L.3 Metamorfosis Perkembangan Teknologi Informasi
Layanan 4G merupakan solusi IP yang komprehensif dimana suara, data, dan arus multimedia dapat sampai kepada pengguna kapan saja dan dimana saja pada rata-rata pengiriman data lebih tinggi dari generasi sebelumnya. Setiap handset 4G akan langsung mempunyai nomor IP v6 dilengkapi dengan kemampuan untuk berinteraksi internet telephony yang berbasis Session Initiation Protocol (SIP). Untuk mempersiapkan regulasinya, mulai Agustus 2010, Study Group 4G Ditjen Postel mulai membahas optimalisasi serat optik (FO) dan microwave link sebagai backhaul dan backbone. Studi akan dilanjutkan s/d akhir tahun ini. Kementerian Kominfo juga melakukan optimalisasi spectrum eksisting yang telah diberikan izinnya kepada para penyelenggara selular eksisting dengan tetap menyusun refarming frekuensi, yang saat ini sedang dikaji oleh Ditjen Postel, termasuk pengkajian permohonan trial LTE di pita frekuensi eksisting. Kajian oleh Ditjen Postel bersama berbagai instansi terkait ini penting sebagai persiapan menuju rencana realisasi regulasi 4G. Program kajian juga melibatkan kemungkinan para operator untuk melakukan soft trial terhadap layanan 4G.
Pengkajian terhadap layanan 4G ini memungkinkan Kementerian Kominfo untuk memiliki kajian yang komprehensif sebelum akhirnya memutuskan untuk menyusun regulasi dan kebijakan mengenai layanan 4G. Antisipasi Kementerian Kominfo terhadap kemungkinan akan dikembangkannya layanan 4G adalah hal yang penting dan strategis, karena tidak ada pilihan lain, bahwasannya cepat atau lambat layanan tersebut akan banyak diterapkan di Indonesia, sehingga Pemerintah akan memiliki dasar kebijakan yang komprehensif.
Layanan 4G merupakan solusi IP yang komprehensif dimana suara, data, dan arus multimedia dapat sampai kepada pengguna kapan saja dan dimana saja pada rata-rata pengiriman data lebih tinggi dari generasi sebelumnya. Setiap handset 4G akan langsung mempunyai nomor IP v6 dilengkapi dengan kemampuan untuk berinteraksi internet telephony yang berbasis Session Initiation Protocol (SIP). Untuk mempersiapkan regulasinya, mulai Agustus 2010, Study Group 4G Ditjen Postel mulai membahas optimalisasi fiber optic (FO) dan microwave link sebagaibackhaul dan backbone. Studi akan dilanjutkan s/d akhir tahun ini. Kementerian Kominfo juga melakukan optimalisasi spectrum eksisting yang telah diberikan izinnya kepada para penyelenggara selular eksisting dengan tetap menyusun refarming frekuensi, yang saat ini sedang dikaji oleh Ditjen Postel, termasuk pengkajian permohonan trial LTE di pita frekuensi eksisting. Kajian oleh Ditjen Postel bersama berbagai instansi terkait ini penting sebagai persiapan menuju rencana realisasi regulasi 4G. Program kajian juga melibatkan kemungkinan para operator untuk melakukan soft trial terhadap layanan 4G.
Menuju 4G
Pengkajian terhadap layanan 4G ini memungkinkan Kementerian Kominfo untuk memiliki kajian yang komprehensif sebelum akhirnya memutuskan untuk menyusun regulasi dan kebijakan mengenai layanan 4G. Antisipasi Kementerian Kominfo terhadap kemungkinan akan dikembangkannya layanan 4G adalah hal yang penting dan strategis, karena tidak ada pilihan lain, bahwasannya cepat atau lambat layanan tersebut akan banyak diterapkan di Indonesia, sehingga Pemerintah akan memiliki dasar kebijakan yang komprehensif.
Gambar L.3 Metamorfosis Perkembangan Teknologi Informasi
LAMPIRAN
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 201098
INAICTA dan APICTA
Prestasi INAICTA 2010 tersebut dapat mengimbangi sisi negatif penggunaan TIK yang sempat marak beberapa waktu terakhir ini. INAICTA 2010 yang bertema “Membangun Kreativitas Digital Untuk Kemakmuran Bangsa” diharapkan terus berfungsi sebagai salah satu faktor pendorong (driver) bagi kemajuan bangsa yang didasarkan pada peningkatan dan pertumbuhan industri kreatif berbasis TIK. Harapan ini wajar, karena peranan industri TIK memberikan kontribusi yang tidak kecil besarnya bagi Product National Brutto. Untuk INAICTA tahun berikutnya, Menteri Kominfo berpesan agar ada kriteria penjurian untuk pemenang inovasi dan kreasi TIK untuk bidang bloking konten internet yang bermuatan hal-hal yang bertentangan dengan peraturan yang berlaku.
Indonesia pada tanggal 15 Oktober 2010 telah berhasil meraih Winner APICTA 2010 yang diadakan di Kuala Lumpur pada kelompok Secondary Student Project. Prestasi dari APICTA tersebut merupakan salah satu dampak positif dari kontinuitas dan konsistensi penyelenggaraan Indonesia Information and Communication Technology Award (INAICTA) yang merupakan suatu ajang kompetisi dan demo bagi para inovator dan kreator TIK Indonesia, yang berlangsung sejak tahun 2007.
Gambar L.4 penyelenggaraan Indonesia Information and Communication Technology Award (INAICTA)
Tujuan INAICTA untuk memfasilitasi kiprah potensi para inovator dan kreator TIK Indonesia dalam berbagai segmentasi dan jenis kreasi yang dihasilkan. Pada tanggal 24 Juli 2010 malam telah berlangsung penutupan INAICTA 2010. Setelah pembukaannya pada tanggal 23 Juli 2010 pagi dilakukan oleh Menko Perekonomian Hatta Rajasa, maka pada penutupan tersebut, Menteri Kominfo Tifatul Sembiring memberikan apresiasi kepada para nominator yang telah memperoleh ICT Award 2010. INAICTA melombakan 21 kategori, peserta sebanyak 1.333 pendaftar. Karya TIK (termasuk Robotika) yang dijurikan sebanyak 745 karya. Pemenang: 21 Winner, 10 Merit, dan 4 Special Mention.
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 99
Trust Positif
TRUST+positif merupakan suatu sistem filtering konten internet dimana terdapat dua kategori database yaitu Daftar Putih (Positif/Terpercaya) dan Daftar Hitam (Negatif/Tersaring). Berdasarkan hasil monitoring, portal Trust Positif ini telah banyak dikunjungi tidak hanya pengunjung dari Indonesia tetapi juga pihak asing yang tertarik dari Australia, Amerika Serikat, Swaziland, Ukraina, Jepang, Kanada, Hongkong, Perancis, dan lain-lain. Ditjen Aptel telah membuat suatu program TRUST+positif yang bertujuan memberikan akses internet yang aman dan sehat dengan perlindungan berdasarkan daftar informasi sehat dan terpercaya (TRUST+List).
Sistem Trust Positif menerapkan mekanisme kerja adanya server pusat yang akan menjadi acuan dan rujukan kepada seluruh layanan akses informasi publik (fasilitas bersama), serta menerima informasi dari fasilitas akses informasi publik untuk menjadi alat analisa dan profiling penggunaan internet di Indonesia, dan akan terus di up date setiap saat secara berkala. Untuk meringankan beban koneksi antara server (Trust Positif Center) dengan pusat layanan akses informasi publik, maka daftar informasi terpercaya dan positif ditempatkan secara distributif dan merata di seluruh server layanan akses informasi publik.
Trust Positif memberikan sejumlah manfaat: perlindungan pada masyarakat terhadap nilai-nilai etika, moral dan kaidah yang tidak sesuai dengan ketentuan yang ada. Dalam arti, bahwa dengan adanya proteksi ini, dapat diupayakan untuk diperkecil akses memperoleh situs internet yang bertentangan dengan ketentuan, etika dan pesan moral yang ada. Trust Positif juga memberikan perlindungan terhadap domain, URL dan konten. Setiap orang dapat melakukan pencarian terhadap data domain ataupun URL yang telah terdaftar dalam database Trust Positif . Pencarian ini diharapkan dapat membantu siapapun untuk mengetahui apakah domain atau URL yang dimaksud telah terdaftar dalam databse Trust Positif sebelum diakses.sebelum diakses.
Gambar L.5 Skema Trust Positif
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010100
Desa Informasi
Desa informasi ini merupakan paket kesatuan layanan yang lebih lengkap dari desa berdering dan desa pintar, karena dilengkapi juga dengan lembaga penyiaran komunitas, kelompok masyarakat informasi perbatasan (KIMTAS), kelompok pertunjukan rakyat tradisional, media center, M-CAB, dan kelompok masyarakat yang mampu menyiapkan dan mengakses informasi melalui TIK termasuk televisi. Sebagai salah satu wujud kepedulian pemerintah pusat terhadap pembangunan masyarakat di daerah-daerah terpencil, khususnya yang berada di wilayah-wilayah perbatasan dengan negara-negara tetangga, maka Menteri Kominfo Tifatul Sembiring pada tanggal 17 Desember 2009 telah melakukan pencanangan desa Informasi Di Desa Aruk, Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat.
Desa informasi yang dicanangkan di Kabupaten Sambas ini adalah desa informasi yang menjadi salah satu prioritas program 100 hari Menteri Kominfo. Program desa informasi ini merupakan komitmen pemerintah dalam rangka pemerataan informasi, utamanya di daerah-daerah terpencil, tertinggal, terluar dan lokasinya di perbatasan, dimana untuk tahap awal akan dilaksanakan bagi 15 desa untuk tahun 2010 dan sampai dengan akhir tahun 2014 diharapkan akan mencapai 500 desa, dengan perincian sebagai berikut: target tahun 2010: 15 lokasi; tahun 2011: 76 lokasi; tahun 2012: 200 lokasi; tahun 2013: 350 lokasi; dan tahun 2014: 500 lokasi. Melalui program desa informasi, masyarakat di daerah-daerah terpencil, khususnya di daerah-daerah perbatasan akan memperoleh akses informasi yang cukup memadai untuk mengimbangi akses informasi di negara-negara tetangga sekitar Indonesia dengan berbagai multi dampaknya.
Desa Informasi Desa informasi ini merupakan paket kesatuan layanan yang lebih lengkap dari desa berdering dan desa pintar, karena dilengkapi juga dengan lembaga penyiaran komunitas, kelompok masyarakat informasi perbatasan (KIMTAS), kelompok pertunjukan rakyat tradisional, media center, M-CAB, dan kelompok masyarakat yang mampu menyiapkan dan mengakses informasi melalui ICT termasuk televisi. Sebagai salah satu wujud kepedulian pemerintah pusat terhadap pembangunan masyarakat di daerah-daerah terpencil, khususnya yang berada di wilayah-wilayah perbatasan dengan negara-negara tetangga, maka Menteri Kominfo Tifatul Sembiring pada tanggal 17 Desember 2009 telah melakukan pencanangan desa Informasi Di Desa Aruk, Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat.
Desa informasi yang dicanangkan di Kabupaten Sambas ini adalah desa informasi yang menjadi salah satu prioritas program 100 hari Menteri Kominfo. Program desa informasi ini merupakan komitmen pemerintah dalam rangka pemerataan informasi, utamanya di daerah-daerah terpencil, tertinggal, terluar dan lokasinya di perbatasan, dimana untuk tahap awal akan dilaksanakan bagi 15 desa untuk tahun 2010 dan sampai dengan akhir tahun 2014 diharapkan akan mencapai 500 desa, dengan perincian sebagai berikut: target tahun 2010: 15 lokasi; tahun 2011: 76 lokasi; tahun 2012: 200 lokasi; tahun 2013: 350 lokasi; dan tahun 2014: 500 lokasi. Melalui program desa informasi, masyarakat di daerah-daerah terpencil, khususnya di daerah-daerah perbatasan akan memperoleh akses informasi yang cukup memadai untuk mengimbangi akses informasi di negara-negara tetangga sekitar Indonesia dengan berbagai multi dampaknya.
Gambar L.6 Menteri Kominfo Tifatul Sembiring mencanangkan desa Informasi Di Desa Aruk, Kabupaten Sambas
LAMPIRAN
Gambar L.6 Menteri Kominfo Tifatul Sembiring mencanangkan desa Informasi Di Desa Aruk, Kabupaten Sambas
Indonesia Communication And Information Technology - White Paper 2010 101
Pakta Anti KorupsiPakta Anti Korupsi
Pakta integritas anti korupsi merupakan suatu komitmen moral dan yuridis untuk tidak melakukan tindakan yang berpotensi koruptif. Sebagai wujud komitmennya, Menteri Kominfo Tifatul Sembiring pada tanggal 10 Mei 2010 telah menanda-tangani Surat Edaran No. 1/SE/M/KOMINFO/5/2010 tentang Pakta Integritas Kementerian Kominfo Dalam Rangka Penyelenggaraan Pelayanan Pemerintahan Yang Baik dan Pencegahan Tindak Pidana Korupsi. Pakta Integritas tersebut dilatar-belakangi oleh buruknya hasil penilaian tim survey KPK terhadap kualitas pelayanan publik Kementerian Kominfo sepanjang tahun 2009, yang dipublikasikan pada akhir tahun 2009. Seluruh pimpinan dan karyawan Kementerian Kominfo sesungguhnya sudah berkomitmen untuk mendukung program pemberantasan korupsi, baik dalam berkinerja, pengadaan barang dan jasa, pemberian perizinan dan kegiatan dinas lainnya.
Pakta Integritas tersebut tidak hanya bersifat slogan, tetapi langsung dipraktekkan dalam aktivitas kedinasan. Untuk memudahkan kontrol internal dan eksternal, maka pada beberapa tempat strategis di perkantoran Kementerian Kominfo dipasang beberapa standing-banner peringatan yang harus ditaati oleh pihak internal maupun eksternal. Mengingat Pakta Integritas ini sangat penting sebagai bagian untuk turut serta mewujudkan tata penyelenggaraan negara yang bersih, berkualitas dan profesional, maka Kementerian Kominfo berkomitmen untuk melaksanakannya secara konsisten.
Gambar L.7 Pakta integritas anti korupsi
LAMPIRAN
Pakta Anti Korupsi
Pakta integritas anti korupsi merupakan suatu komitmen moral dan yuridis untuk tidak melakukan tindakan yang berpotensi koruptif. Sebagai wujud komitmennya, Menteri Kominfo Tifatul Sembiring pada tanggal 10 Mei 2010 telah menanda-tangani Surat Edaran No. 1/SE/M/KOMINFO/5/2010 tentang Pakta Integritas Kementerian Kominfo Dalam Rangka Penyelenggaraan Pelayanan Pemerintahan Yang Baik dan Pencegahan Tindak Pidana Korupsi. Pakta Integritas tersebut dilatar-belakangi oleh buruknya hasil penilaian tim survey KPK terhadap kualitas pelayanan publik Kementerian Kominfo sepanjang tahun 2009, yang dipublikasikan pada akhir tahun 2009. Seluruh pimpinan dan karyawan Kementerian Kominfo sesungguhnya sudah berkomitmen untuk mendukung program pemberantasan korupsi, baik dalam berkinerja, pengadaan barang dan jasa, pemberian perizinan dan kegiatan dinas lainnya.
Pakta Integritas tersebut tidak hanya bersifat slogan, tetapi langsung dipraktekkan dalam aktivitas kedinasan. Untuk memudahkan kontrol internal dan eksternal, maka pada beberapa tempat strategis di perkantoran Kementerian Kominfo dipasang beberapa standing-banner peringatan yang harus ditaati oleh pihak internal maupun eksternal. Mengingat Pakta Integritas ini sangat penting sebagai bagian untuk turut serta mewujudkan tata penyelenggaraan negara yang bersih, berkualitas dan profesional, maka Kementerian Kominfo berkomitmen untuk melaksanakannya secara konsisten.
Gambar L.7 Pakta integritas anti korupsi
LAMPIRAN
Gambar L.7 Pakta integritas anti korupsi
Pakta Integritas tersebut tidak hanya bersifat slogan, tetapi langsung dipraktekkan dalam aktivitas kedinasan. Untuk memudahkan kontrol internal dan eksternal, maka pada beberapa tempat strategis di perkantoran Kementerian Kominfo dipasang beberapa standing-banner peringatan yang harus ditaati oleh pihak internal maupun eksternal. Mengingat Pakta Integritas ini sangat penting sebagai bagian untuk turut serta mewujudkan tata penyelenggaraan negara yang bersih, berkualitas dan profesional, maka Kementerian Kominfo berkomitmen untuk melaksanakannya secara konsisten.
Pakta integritas anti korupsi merupakan suatu komitmen moral dan yuridis untuk tidak melakukan tindakan yang berpotensi koruptif. Sebagai wujud komitmennya, Menteri Kominfo Tifatul Sembiring pada tanggal 10 Mei 2010 telah menanda-tangani Surat Edaran No. 1/SE/M/KOMINFO/5/2010 tentang Pakta Integritas Kementerian Kominfo Dalam Rangka Penyelenggaraan Pelayanan Pemerintahan Yang Baik dan Pencegahan Tindak Pidana Korupsi. Pakta Integritas tersebut dilatar-belakangi oleh buruknya hasil penilaian tim survey KPK terhadap kualitas pelayanan publik Kementerian Kominfo sepanjang tahun 2009, yang dipublikasikan pada akhir tahun 2009. Seluruh pimpinan dan karyawan Kementerian Kominfo sesungguhnya sudah berkomitmen untuk mendukung program pemberantasan korupsi, baik dalam berkinerja, pengadaan barang dan jasa, pemberian perizinan dan kegiatan dinas lainnya.
Komunikasi dan Informatika Indonesia - Buku Putih 2010102
TIM BUKU PUTIH 2010
Editor :
1. Dr Rudi Lumanto (Kementerian Komunikasi dan Informatika)
2. Dr. Ir. Basuki Yusuf Iskandar, MA (Kementerian Komunikasi dan Informatika)
3. Dr. Ir. Ashwin Sasongko, M.Sc (Kementerian Komunikasi dan Informatika)
4. Ir. Cahyana Ahmadjayadi (Kementerian Komunikasi dan Informatika)
5. Drs. Freddy H.Tulung, MUA (Kementerian Komunikasi dan Informatika)
6. Dr. Yan Rianto, M.Eng (Kementerian Komunikasi dan Informatika)
Tim Penyusun :
1. Prof. Dr-Ing Kalamullah Ramli, M.Eng (Kementerian Komunikasi dan Informatika)
2. Sarwoto (Kementerian Komunikasi dan Informatika)
3. Udi Rusadi (Kementerian Komunikasi dan Informatika)
4. Baringin Batubara (Kementerian Komunikasi dan Informatika)
5. Akman Amir (Kementerian Komunikasi dan Informatika)
6. Yudhistira Nugraha (Kementerian Komunikasi dan Informatika)
7. Kunti Pratiwi (Kementerian Komunikasi dan Informatika)
8. Dr. Hasyim Gautama (Kementerian Komunikasi dan Informatika)
9. Dr. Khamami Herusantoso (Kementerian Keuangan)
10. Dr. Eko Fajar M. Eng
11. Dra. Siti Meiningsih M.Sc (LIPI)
12. Dra. Nani Grace Berliana M.Hum (LIPI)
13. Drs. Budi Triyono M.Si (LIPI)
14. Chichi Shintia Laksani S.E, M.E (LIPI)
15. Irene Muflikh N S. Si (LIPI)