KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR...

170
KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR "HAUL CUCI PUSAKA KERAMAT TAJUG" DI KELURAHAN CILENGGANG SERPONG TANGERANG SELATAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: SAMSUL ARIFIN NIM. 109051000077 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M

Transcript of KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR...

Page 1: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR

"HAUL CUCI PUSAKA KERAMAT TAJUG" DI KELURAHAN

CILENGGANG SERPONG TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

SAMSUL ARIFIN

NIM. 109051000077

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2013 M

Page 2: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...
Page 3: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...
Page 4: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoloeh gelar Strata 1 (S1) di

Uiniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah

saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka

saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 4 Oktober 2013

Samsul Arifin

NIM: 109051000077

Page 5: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

i

Nama : Samsul Arifin

NIM : 109051000077

ABSTRAK

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

MELALUI FOLKLOR “HAUL CUCI PUSAKA KERAMAT TAJUG”

DI KELURAHAN CILENGGANG SERPONG TANGERANG SELATAN

Folklor (cerita rakyat) merupakan fenomena unik di kalangan masyarakat. Folklor

juga merupakan warisan budaya dan merupakan kekayaan khazanah nusantara. Fenomena

ini terdapat di tengah-tengah kota meropolit, tepatnya di Kelurahan Cilenggang Serpong

Tangerang Selatan. Nyiraman, istilah masyarakat setempat, atau “Haul Cuci Pusaka

Keramat Tajug.” Dalam kacamata budaya, folklor memang harus dilestarikan. Namun,

tidak jarang folklor bersebrangan dengan ketentuan syariat agama (Islam).

Adapun rumusan masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana

komunikasi antarbudaya (KAB) melalui folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug”

(HCPKT)? Sedangkan pertanyaan turunannya adalah seperti apa komunikasi antara etnis

yang berbeda yang terjadi pada perayaan folklor “HCPKT”? Mengapa ada komunikasi

antara subkultur yang berbeda, dan seperti apa komunikasi antara subkultur yang berbeda

pada perayaan folklor “HCPKT”? Adakah bentuk komunikasi antarbudaya selain dari yang

disebutkan di atas, dan bagaimanakah bentuk komunikasi antarbudaya tersebut?

Komunikasi antarbudaya yang terjadi pada folklor “HCPKT” sangat luas. Berbagai

adat daerah Cilenggang yang ditemukan peneliti sangat unik. Peneliti melihat mulai dari

folklor itu sendiri maupun pemilik folklornya. Masyarakat yang tergabung dalam perayaan

folklor pun menjadi fokus penelitian dalam skripsi ini. Jelasnya, komunikasi antarbudaya

yang terjadi secara garis besar diperankan oleh masyarakat pemilik folklor dan masyarakat

diluar pemilik folklor.

Peneliti menggungakan dua teori dalam penelitian ini, yaitu, teori Joseph A. Devito

dan teori Andi Faisal Bakti. Kedua teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB.

Setelah pengklasifikasian jenis KAB melalui kedua teori di atas, peneliti juga akan

menganalisis folklor dalam konteks KAB. Teori yang digunakan yaitu teori konservatif dan

teori transformatif Andi Faisal Bakti. Jelasnya, proses analisis dalam penelitian ini ada dua

tahap, yaitu analisis jenis-jenis KAB dan analisis folklor dalam konteks KAB.

Adapun metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif dan metode etnografi. Dalam penelitian ini peneliti merujuk pada

buku Lexi J. Maleong. Sebagai pelengkap peneliti juga menggunakan buku Setya Yuwana

Sudikan, Sugiyono, Djam’an Satori dan Deddy Mulyana.

Komunikasi antara etnis yang berbeda terjadi antara keturunan Tubagus Atief

dengan masyarkat sekitar. Selain dari itu, perbedaan bahasa juga menunjukkan adanya

komunikasi antara etnis. Sedangkan antara komunikasi subkultur yang berbeda terjadi

antara kelompok pekerja bangunan dengan kelompok pedagang. Selain yang disebutkan

dalam abstrak ini, masih ada jenis-jenis KAB lainnya. Jelasnya, masih ada beberapa jenis

KAB yang terjadi saat acara folklor “HCPKT.”

Dapat disimpulkan, bahwa penelitian ini ada dua tahap analisis. Tahap pertama

mengarah pada jenis KAB, dan tahap kedua mengarah pada kategori folklor. Dalam analisis

jenis KAB, teori yang digunakan merupakan perpaduan antara teori Devito dengan Bakti.

Sedangkan corak folklor menggunakan teori konservatif dan transformatif dari Andi Faisal

Bakti. Sehingga penelitian ini menghasilkan Enam jenis KAB dan lima kategori folklor.

Kata kunci: KAB, folklor, penelitian, teori, Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug.

Page 6: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

ii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah, Tuhan sekalian alam. Penulis haturkan

puja dan puji syukur alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji hanya bagi Allah

sebagai ungkapan rasa syukur atas segala nikmat yang telah diberikan kepada

penulis. Nikmat sehat, nikmat iman dan Islam dan nikmat-nikmat yang lain yang

tak ada sedikitpun perumpamaan atas nikmat-nikmat tersebut. Atas nikmat

tersebutlah penulis dengan segala keterbatasan penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Selawat serta salam semoga tatap tercurah limpah atas Nabi

Muhammad SAW. Manusia teragung yang diagungkan Allah. Sumber dari segala

kehidupan dan sumber keselamatan. Nabi pembawa syafaat, menyelamatkan umat

dari gelap menuju terang.

Selama proses penulisan skripsi ini banyak sekali kesan dan pelajaran

yang penulis dapatkan, terlebih dalam kaitannya dengan apa yang menjadi objek

penulisan skripsi ini. Banyak nasihat dari guru (dosen) yang terus akan membekas

sampai titik penghabisan. Kesabaran, ketekunan, ketelitian, kedisiplinan,

kesopanan, dan kehati-hatian adalah sedikit dari sekian ribu pesan moral yang

penulis dapatkan. Tidak hanya semasa penulisan skripsi ini saja, sejak penulis

menempuh perkuliahan dari awal sampai akhir, pesan-pesan itu seperti mutiara

yang selalu indah dengan sendirinya.

Selanjutnya dari nasihat, bantuan, serta doa mereka itulah penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis sangat menyadari akan jauhnya

skripsi ini dari kesempurnaan. Dengan demikian penulis akan terus berusaha

melakukan perbaikan dan pembelajaran. Adapun saran, nasihat, kritik yang

membangun atas perbaikan skripsi ini sangatlah berharga bagi penulis.

Page 7: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

iii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan,

bimbingan, dan dorongan semangat dan motifasi dari berbagai pihak. Dari lisan

mereka muncul kekuatan yang dapat memacu semangat penulis saat penulis lalai

dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Arief Subhan M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi (FIDIKOM), Dr. Suparto, M. Ed, MA selaku Wakil Dekan

Bidang Akademik, Drs. Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang

Administrasi dan Keuangan, serta selaku Ketua Jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam (KPI), dan juga kepada Drs. Wahidin Saputra, MA selaku

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Umi Musyarofah, MA selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam. Wanita muslimah yang penulis kenal di jurusan yang konsisten dan

sederhana, bersahaja dan selalu memberikan nasihat.

3. Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, Ph.D, MA selaku dosen pembimbing yang

telah banyak membantu, memberikan bimbingan dan pengarahan pada

penulisan skripsi ini. Beliau sangat sabar dalam membimbing penulis.

Penulis biasanya melakukan bimbingan skripsi ini di kediaman Beliau.

Berjam-jam kami duduk dan penuh teliti, Beliau selalu memberikan

pengarahan. Senang dan sekaligus beban. Senang dapat bimbingan

dengan Beliau karena keseriusan dalam membimbing penulis sangat

penulis rasakan. Dari beliau penulis banyak mengambil pelajaran. Penulis

ingat jurus membaca dari beliau,

“Jurus Baca Tujuhbelas Rakaat.” Kalimat inilah yang sering penulis

Page 8: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

iv

dengar dari lisan Beliau saat bimbingan. Memang jurus ini sudah penulis

dapat sejak smester lima silam. Beliau pernah menjelaskan bahwa

membaca itu seperti orang sedang shalat. Shalat itu butuh keseriusan

(khusyuk). Kalau tidak serius bukan shalat namanya. Begitu pula dalam

membaca, baca yang serius dan teliti agar pahalanya dapat dipetik. Jurus

ini seperti mantra dalam telinga, terus dan akan terus diingat. Semoga

penulis tetap konsisten atas jurus ini. Terimakasih banyak, Prof.

4. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang

telah membantu mengarahkan seluruh mahasiswa untuk mengikuti proses

kegiatan akademik.

5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang

bermanfaat bagi penulis. Semoga ilmu yang telah diberikan bermanfaat

untuk selama-lamanya.

6. Segenap karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi dan juga Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan kemudahan penulis untuk mendapatkan

berbagai referensi dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Ayah tercinta (Abah) H. Suyatno dan Ibunda (Umi) Hj. Sufyani yang

selalu bertengadah dengan tulus dan ikhlas mendoakan penulis,

memotivasi, mendorong penulis untuk selalu semangat. Terimakasih atas

segala kasih sayang Abah dan Umi. Tak kutemukan apa-apa dari wajah

anggun mereka berdua kecuali doa dan semangat yang menyala. Selalu

kunanti momen-momen penting saat penulis hendak berangkat ke Jakarta,

Page 9: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

v

mereka selalu hadiahi penulis dengan doa yang tiada dapat dihitung

dengan apapun.

8. Adik tersayang, Sukran Makmun (Suk Ma). Terimakasih atas doa dan

nasihat-nasihatmu. Bangga rasanya melihat semangat belajarmu yang

selalu berkobar. Semoga selalu dalam bimbingan Allah SWT. Semangat

selalu, dan ingat! perjuangan kita masih panjang.

9. Keluarga tercinta Nenek Sup dan Kakek Sup, Nenek Su dan Kakek Su,

Bibi Sriyatin beserta Paman Bahrudi, Om Lie dan Bibi Yuli, Om Sahrawi

dan Bibi Syeifi, Om Jo dan Bibi Siti, Bibi Suhana dan Paman Ja’far

mereka semua orang tua penulis yang selalu tulus memberikan nasihat.

10. Sulfi, Amel, Umay, Syaifi, Adif, Ghufroni, Maghfiroh, dan Utsman

mereka adalah adik-adik sepupu penulis yang selalu menyemangati.

11. Segenap guru yang telah membimbing penulis. Penulis haturkan hormat

dan terimakasih serta salam ta’dhim yang sedalam-dalamnya kepada Alm.

KH. Abuzairi dan keluarga besar Pon-Pes Salafiyah I, Bondowoso.

Keluarga besar KH. Rosyid dan Pon-Pes Salafiyah II Situbondo, mereka

adalah guru yang senantiasa memberikan bimbingan kepada penulis.

Kepada keluarga besar Kiai Anwar Mahfudz dan Pon-Pes Darul Ulum

Bondowoso. Keluarga besar KH. Taufiqul Hakim dan Pon-Pes Darul

Falah Amtsilati, Jepara. Keluarga besar Habib Ali Alwi Al-Husainy dan

Ustad H. Ubaidilah Cholid serta keluarga Pon-Pes Al-Husainy, Tangerang

Selatan. Keluarga besar KH Rohmani dan Pon-Pes Nurul Iman, Jakarta.

Semoga ilmu yang telah diberikan menjadi ilmu yang bermanfaat.

Page 10: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

vi

12. Segenap keluarga besar Paguyuban Tubagus Atief. Bapak Tubagus H.

Imamudin, Bapak H. Mu’in, Bapak Tubagus Sos Rendra, Bapak Tubagus

Muhammad Aris yang telah berbagi informasi atas penulisan skripsi ini.

13. Teman-teman seperjuangan KPI C 2009, yang saling membantu satu sama

lain dan tetap menjaga kekompakan. Kawan-kawan KKN DEDICATION,

semoga persaudaraan kita tetap terjalin sampai kelak kita berada pada

bidang dan dunia pengabdian yang berbeda.

14. Orang tua penulis di Jakarta, keluarga besar Mama Maspiyah, keluarga

besar Mama Vikri, dan keluarga besar Ibu Hj Mursiyah, keluarga besar Ibu

Alwiyah dan adik-adikku semua. terimakasih atas segala kasih sayang

yang telah diberikan kepada penulis. Semoga Allah senantiasa

memberikan yang terbaik untuk mereka.

15. Kawan-kawan seperjuangan, Dina Mayasari dan keluarga besar SMA IT

Al-Husainy, Ulan Sari, Hasonanganta Malau, Adin, Hafidz Malawat,

Mua’mmar Tjio, Indra Andrean, Aziz Fathullah kawan diskusi penulis.

Keluarga besar Salafiyah Ust. Andri Yanto, Mas Riga Irawan (Reigar),

Ust. Abdurrahman Shalih, Ust. Fariki, Zainul Hakim, Zubairi, Siri, Lifan

Efendi, dan Iswandi. Mereka selalu menasihati penulis.

16. Saudara-saudara di perantauan, Abdul Munib, Hasbul Sakera, Miqdad,

Melki terus berjuang, jangan pernah menyerah, raih janji-janji kecil dulu

saat kita di kampung.

17. Adik-adik Amtsilati cabang Al-Husainy semua angkatan, kalian adalah

warna tersendiri bagi penulis. Terus berjuang tanpa henti dan selalu

semangat.

Page 11: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

vii

Semoga tetap semangat dalam melangkah kedepan lebih baik. Semangat

itu seperti laju angin, terkadang kencang keras mengalahkan segalanya untuk

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, atau bahkan malas menyelinap tanpa

ampun, datang tiba-tiba. Akhirnya pesan dan dorongan guru, kawan, dan saudara

itu yang menjadi senjata penangkalnya. Semoga skripsi ini lahir dari hasil

membaca karena Allah, menulis karena Allah dan bermanfaat untuk hamba Allah.

Amin.

Dan akhir kata dari penulis, semoga segala bentuk motivasi, dukungan,

harapan dan keberkahan doa yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan

yang berlimpah dan ridha dari Allah SWT. Amin.

Jakarta, 4 Oktober 2013

Samsul Arifin

NIM: 109051000077

Page 12: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi

DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1

B. Identifikasi, Batasan, dan Rumusan Masalah .................. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................ 9

D. Skripsi Terdahulu .............................................................. 11

E. Metodologi Penelitian ...................................................... 13

F. Sistematika Penulisan ...................................................... 29

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Memaknai Komunikasi ..................................................... 31

1. Pengertian Komunikasi .............................................. 31

2. Unsur-unsur Komunikasi ........................................... 33

3. Fungsi Komunikasi ..................................................... 35

B. Memaknai Budaya ............................................................ 36

1. Pengertian Budaya ..................................................... 36

2. Unsur-unsur Kebudayaan ........................................... 39

Page 13: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

ix

3. Pengertian Komunikasi Antarabudaya ........................ 39

4. Teori Komunikasi Antarbudaya Joseph A. Devito dan

Andi-Faisal Bakti ........................................................ 42

C. Memaknai Folklor ............................................................ 55

1. Pengertian Folklor ....................................................... 55

2. Folklor Haul Cuci Pusaka ........................................... 56

BAB III TUBAGUS ATIEF, ”HAUL CUCI PUSAKA KERAMAT

TAJUG,” DAN KELURAHAN CILENGGANG

A. Tentang Tubagus Atief .................................................... 60

B. Perayaan “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” ................ 63

1. Asal Mula Dilaksanakannya Haul “Cuci Pusaka

Keramat-Tajug” .......................................................... 63

2. Gambaran Perayaan Folklor “Haul Cuci Pusaka

Keramat-Tajug” .......................................................... 65

C. Gambaran Umum Masyarakat Cilenggang ..................... 69

1. Letak Geografis ........................................................... 69

3. Keadaan Penduduk ..................................................... 70

BAB IV PROSES KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI

FOLKLOR ”HAUL CUCI PUSAKA KERAMAT

TAJUG”

A. Analisis Jenis Komunikasi antarbudaya menurut Joseph

A. Devito dan Andi Faisal Bakti .................................... 75

1. Komunikasi Antara Etnis yang Berbeda ................... 76

Page 14: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

x

2. Komunikasi Antara Subkultur yang Bebeda .............. 77

3. Komunikasi Antara Subkultur dengan Kultur yang-

Dominan ..................................................................... 80

4. Komunikasi Antara Jenis Kelamin yang Berbeda ...... 82

5. Komunikasi Antara Kaum Tradisionalis dengan

Kaum – Modernis ....................................................... 83

B. Analisis Folklor menurut Teori Andi Faisal Bakti .......... 85

1. Etre pense par sa culture ............................................. 85

2. Heriter la culture ........................................................ 91

3. Adoration of scriptures ............................................... 92

4. Geminscaft .................................................................. 94

5. Vernacular language .................................................. 96

C. Pembahasan ..................................................................... 98

1. Beberapa Kegiatan Folklor yang Positif .................... 199

2. Munculnya Kesamarataan Budaya ............................. 103

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................... 112

B. Saran ................................................................................ 117

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 118

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 15: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

xi

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1. ................................................................................................. 46

2. Tabel 2.2. ................................................................................................. 48

3. Tabel 2.3. ................................................................................................. 50

4. Tabel 3.1. ................................................................................................. 70

5. Tabel 3.2. ................................................................................................. 71

6. Tabel 3.3. ................................................................................................. 72

7. Tabel 3.4. ................................................................................................. 72

DAFTAR BAGAN

1. Bagan 1.1. ................................................................................................ 17

2. Bagan 1.2. ................................................................................................ 26

3. Bagan 2.1. ................................................................................................ 34

Page 16: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

xii

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 4.1. .............................................................................................. 76

2. Gambar 4.2. .............................................................................................. 78

3. Gambar 4.3. .............................................................................................. 78

4. Gambar 4.4. .............................................................................................. 79

5. Gambar 4.5. .............................................................................................. 80

6. Gambar 4.6. .............................................................................................. 82

7. Gambar 4.7. .............................................................................................. 83

8. Gambar 4.8. .............................................................................................. 84

9. Gambar 4.9. .............................................................................................. 88

10. Gambar 4.10. ............................................................................................ 89

11. Gambar 4.11. ............................................................................................ 89

12. Gambar 4.12. ............................................................................................ 92

13. Gambar 4.13. ............................................................................................ 93

14. Gambar 4.14. ............................................................................................ 97

15. Gambar 4.15. ............................................................................................ 100

16. Gambar 4.16. ............................................................................................ 102

17. Gambar 4.17. ............................................................................................ 103

18. Gambar 4.18. ............................................................................................ 104

19. Gambar 4.19. ............................................................................................ 105

20. Gambar 4.20. ............................................................................................ 106

21. Gambar 4.21. ............................................................................................ 108

Page 17: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan kunci dalam setiap penyampaian visi dan misi

seseorang terhadap orang lain. Menurut kacamata agama Islam, kegiatan

menyampaikan visi dan misi (nilai-nilai luhur agama) disebut dengan

dakwah. Tidak hanya dalam satu sisi dakwah saja, misalnya hanya dalam

bentuk ceramah saja yang dianggap proses terjadinya komunikasi Islam, akan

tetapi dalam semua aspek. Komunikasi memang menempati tempat paling

vital bagi manusia.1 Misalnya, dalam konteks hubungan sosial budaya,

manusia akan terus melakukan interaksi dengan manusia lain, dengan segala

maksud dan tujuan masing-masing.

Sebagai gambaran bagaimana komunikasi sangat vital bagi manusia,

penulis mengutip Wilbrum Scharmm dan William E. Porter seperti yang

dikutip oleh Rulli Nasrullah mengenai teori tentang perkembangan awal

manusia mulai berkomunikasi dengan menggunakan bahasa.

“Pertama, teori bow-bow yang menggambarkan bahwa manusia pertama kali

menggunakan bahasa lisan dengan meniru bunyi-bunyian yang bersifat alami, seperti

suara rintik hujan dan gemuruh. Kedua, teori poo-poo merupakan era di mana

manusia menggunakan bahasa yang sesuai dengan perwakilan emosi yang mereka

alami seperti perasaan takut, kesakitan, gembira dan sebagainya. Ketiga, teori song-

song, yaitu bahasa yang digunakan dalam komunikasi dalam masa awal merupakan

ucapan atau nyanyian saat mereka merayakan sesuatu. Misalnya dapat disaksikan

dalam acara-acara api unggun yang dilakukan oleh suku-suku Indian. Keempat, teori

yo-heave-ho merupakan bahasa komunikasi yang berkembang dari sungutan yang

terjadi karena pergerakan fisik. Terakhir, kelima, teori yuk-yuk bahwa terjadinya

kata karena adanya bunyi yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa tertentu.”2

1 Rulli Nasrullah, Komunikasi Antarbudaya di Era Budaya Siber (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2012), h. 1. 2 Rulli Nasrullah, Komunikasi Antarbudaya di Era Budaya Siber, h. 3.

Page 18: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

2

Beberapa teori tentang perkembangan komunikasi ini tentu sangat menjadi

bukti bahwa komunikasi sangatlah penting dalam kehidupan manusia.

Perbedaan itu memang tidak dapat dihindari dalam kehidupan

masyarakat. Ini tergambar dalam surat hud ayat 118.

Artinya: Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat

yang satu. Tetapi, mereka senantiasa berselisih pendapat. (Qs. Huud 118).3

Dalam tafsir Al-Misbah, ayat ini diartikan dengan “Jikalau Tuhanmu

menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka

senantiasa berselisih pendapat.” Dalam tafsir Al-Misbah disebutkan, bahwa

perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Hal ini dimaksudkan agar manusia

dapat memilih dan menentukan pilihan jalan yang baik dengan cara yang baik

pula agar dapat menimbulkan sifat saling menghargai (toleransi).4 Dalam

ranah komunikasi antarbudaya, tentu ini menjadi bahasan penting. Di sini lah

komunikasi berperan, terlebih komunikasi antarbudaya sebagai solusi atas

perbedaan tersebut. Dalam penjelasan tafsir tersebut di atas, memang perlu

keterbukaan budaya dan keterampilan dalam berkomunikasi.

“Kalaulah Allah SWT. Berkehendak menjadikan semua manusia sama,

tanpa ada perbedaan, Dia menciptakan menusia seperti binatang tidak dapat

berkreasi dan melakukan pengembangan, baik terhadap dirinya apalagi

lingkungannya. Tapi, itu tidak dikehendaki Allah karena Dia manugaskan manusia

menjadi khalifah. Dengan perbedaan itu, manusia dapat berlomba-lomba dalam

kebajikan dan, dengan demikian, akan terjadi kreativitias dan peningkatan kualitas.

Karena, hanya dengan perbedaan dan perlombaan yang sehat, kedua hal itu akan

tercapai. Antara lain untuk itulah manusia dianugerahi-Nya kebebasan bertindak,

memilah dan memilih.” 5

3 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: PT.

Syaamil Cipta Media), h. 143. 4 Tafsir Al-Misbah, “Toleransi Untuk Mencapai Toleransi,” artikel diakses pada 21 Juni

2013 dari http://lampost.com. 5 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an Vol 5

(Jakarta: Lentera Hati, 2009), h. 785.

Page 19: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

3

Demikian pentingnya keterampilan berkomunikasi ini akan sangat

disadari bagi setiap orang, baik individu maupun sosial. Terlebih ketika

orang-orang tersebut berada dalam lingkungan baru, dengan manusia-

manusia baru dan kebiasaan (budaya) baru. Orang-orang itu secara sadar

maupun tidak akan memikirkan tentang kebiasaan dari lingkungan lamanya.

Mereka akan berusaha bagaimana cara menyeimbangkan kebiasaan lama

dengan kebiasaan baru yang dihadapi. Usaha tersebut dilakukan untuk dapat

berkomunikasi dengan baik. Di sinilah proses pertukaran budaya tidak bisa

dihindari. Karena pada dasarnya, lingkungan baru bagi seseorang yang

berbeda budaya sarat dengan kegagalan, baik dari segi bahasa, dan bahkan

maksud dari penyampaian pesan itu sendiri.6

Setiap sesuatu yang berkaitan dengan cara hidup manusia adalah

budaya. Setiap manusia pun akan berusaha berada dalam tatanan budaya

tersebut. Misalnya cara berbicara, kebiasaan makan dan minum, bahasa

sehari-hari, dan kegiatan agama tertentu. Hal tersebut merupakan hasil dari

penyesuaian serta respons manusia, baik individu maupun sosial, terhadap

pola-pola budaya yang dikenalnya. Mereka lahir dan dibesarkan dalam bentuk

budayanya masing-masing.7

Dalam kajian komunikasi antarbudaya, kita mengenal dengan

subbudaya, yaitu komunitas yang menjadi pembeda dengan subkultur lainnya.

Dalam kebudayaan masyarakat yang ada dalam lingkungan tempat tumbuh

berkembangnya komunitas tersebut ataupun di tempat lain. Adapun yang

6 Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya Panduan Berkomunikasi

dengan Orang-orang Berbeda Budaya (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), h. 179.

7Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat, Komunikasi Antar Budaya Panduan Berkomunikasi

dengan Orang-orang Berbeda Budaya, h. 18.

Page 20: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

4

menjadi pembeda pada komunitas subbudaya adalah ras, etnik, regional,

ekonomi, dan bahkan prilaku sosial yang menjadikan ciri tersendiri bagi

komunitas tersebut.8

Salah satu fenomena yang dapat kita temukan dalam kelompok

masyarakat atau golongan tertentu adalah folklor. Yaitu cerita rakyat yang

lahir dari zaman ke zaman dalam kurun waktu yang cukup lama. Sampai saat

ini masih banyak ditemukan folklor yang tersebar di seluruh Indonesia.

Terbentuknya folklor bermula dari kelompok-kelompok tertentu. Tumbuh

secara turun temurun serta akan menyisakan cerita. Cerita itu kemudian akan

diwariskan melalui proses yang cukup lama dari mulut ke mulut. Adanya

folklor ini menjadi sebuah tatanan sosial bagi masyarakat yang menjalaninya.9

Pada prosesnya, folklor tentu berkisar dalam kurun waktu yang lama.

Bisa sampai dengan ratusan tahun lamanya. Sebagai contoh, penulis

menggambarkan dalam kebiasaan penulis sendiri. Dalam keluarga penulis ada

banyak peraturan semi resmi yang dianut bersama-sama oleh anggota keluarga

penulis. Misalnya tidak boleh duduk di pintu dengan alasan menurut keluarga

penulis katanya mempersulit rezeki. Cerita ini akan menyisakan adat dari

pengikutnya yang telah lama menggejala dan dilakukan secara turun temurun

pula. Semua yang mengikuti apa yang telah menjadi kebiasaan dari pengikut

sekelompok tersebut secara tidak langsung telah dipengaruhi oleh peraturan

adat tersebut.

8 Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya Panduan Berkomunikasi

dengan Orang-orang Berbeda Budaya, h. 18. 9 Supanto dkk, Risalah; Sejarah dan Budaya Seri Folklor (Yogyakarta: Balai Penelitian

Sejarah dan Budaya, 1981-1982), h. 48.

Page 21: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

5

Sejalan dengan pernyataan Margarete Schweizer, bahwa kebudayaan

daerah memberikan pengaruh besar atas kehidupan sosial, tingkah laku dan

bahkan sampai pada pendirian hampir setiap orang Indonesia sekarang.

Menurutnya, hal ini dapat dilihat dari bahasa keseharian, struktur ekonomi,

gaya interaksi, norma-norma, dan pemikiran serta sejarah sosial.10

“Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” merupakan salah satu bentuk

folklor yang penulis temukan. Terjadinya folklor tersebut tepatnya di daerah

Serpong Kelurahan Cilenggang, Tangerang Selatan. Haul secara bahasa dapat

diartikan dengan kekuatan, kekuasaan, serta selamatan arwah yang dilakukan

rutin setiap satu tahun sekali.11

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI), Haul berarti peringatan hari wafat seseorang yang diadakan setahun

sekali (biasanya disertai selamatan arwah).12

Dalam konteks ini, kita dapat

mengambil pengertian yang terakhir, yaitu selamatan arwah yang dilakukan

secara rutin setiap satu tahu sekali.

“Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” ini memang dilakukan setiap satu

tahun sekali. Dilakukan setiap tanggal 14 Rabi’ul Awal pada perhitungan

tahun Hijriah setiap tahunnya. Adapun pada perhitungan tahun Masehi kali ini

bertepatan pada tanggal 25 Januari 2013 yang lalu. Tidak diketahui pasti

kapan awal dimulainya kegiatan Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug ini.

Diperkirakan telah berlangsung sekitar 400 tahun yang lalu.13

10

Dikutip dari Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya

Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya (Bandung: Remaja Rosda Karya,

2009), h. 215. 11

Ananda Santoso dan A.R. Al Hanif, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya:

Alumni), h. 147. 12

Departemen Pendidikan Nasional, Tim Penyusun Kamus, Pusat Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 393. 13

Wawancara Pribadi dengan Sos Rendra, Tangerang Selatan, 28 Mei 2013.

Page 22: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

6

Keramat Tajug adalah tempat pemakaman keluarga dari kerajaan

pangeran Tirtayasa pada zaman kerajaan Banten. Bentuk geografis

pemakaman tersebut seperti bukit kecil yang orang setempat menyebutnya

gunung Puyuh. Terdapat sebuah tajug atau musala,14

dalam istilah bahasa

setempat. Di dalamnya terdapat makam pangeran Tubagus Atief, putra

keenam dari pangeran Tirtayasa.

Kegiatan tahunan ini dimulai dari pencucian benda-benda pusaka

peninggalan Tubagus Atief (1651). Masyarakat setempat menyebutnya

“Nyiraman” atau cuci pusaka. Kemudian disambung dengan warna-warni

kemeriahan pawai obor. Adapun puncak dari kegiatan Haul “Cuci Pusaka

Keramat Tajug” ini adalah pembacaan tahlil dan pembacaan Maulid Nabi. Hal

ini dilakukan untuk mengenang perjuangan Tubagus Atief pada masa

hidupnya. Bersamaan dengan pembacaan tahlil dilakukan juga pencucian

pusaka tutup pusar Tubagus Atief (1651).

Menjadi ketertarikan tersendiri bagi penulis, karena di tengah kota

besar yaitu di daerah Serpong Tangerang Selatan terdapat folklor semacam ini

yang mampu dipertahankan. Masyarakat sekitar yang kehidupannya tergolong

masyarakat modern (Mitropolite) memiliki kebudayaan yang beragam. Hal ini

terjadi karena masyarakat yang ada di kelurahan Cilenggang sangat antusias

dengan kegiatan “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” ini. Kegiatan tersebut

kemudian mencirikan bahwa masyarakat Cilenggang sudah termasuk kategori

masyarakat yang mempunyai keragaman budaya (multibudaya). “Haul Cuci

Pusaka Keramat Tajug” ini kemudian dengan apik dikemas oleh pihak panitia

14

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia musala berarti tempat salat, langgar, surau,

tikar salat, sajadah.

Page 23: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

7

sebagai ajang peringatan haul dan pencucian pusaka peninggalan Tubagus

Atief. Kegiatan ini diikuti oleh masyarkat Cilenggang dan sekitarnya.

Dari latar belakang ini, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dan pengkajian mendalam dalam bentuk skripsi dengan judul “Komunikasi

Antarbudaya Melalui Folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” di

Kelurahan Cilenggang Serpong Tangerang Selatan.”

B. Identifikasi, Batasan, Rumusan Masalah dan Pernyataan Peneliti

1. Identifikasi Masalah

Folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” bercirikan tradisional

yang kental dengan kekuatan supranatural. Banyak praktik yang menurut

penulis masih berbau mistis, seperti pembakaran dupa, kembang tujuh

rupa, tumpeng, dan aneka makanan tradisional lainnya. Akan tetapi ada

kemungkinan bentuk supranatural ini sudah tidak lagi dijadikan fokus

dalam pelaksanaan “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug.” Melihat dari mata

acara yang terlaksana, maka tujuan dari terlaksananya acara ini adalah

bagaimana masyarakat setempat ikut serta dalam pelaksaan “Haul Cuci

Pusaka Keramat Tajug” dan berpartisipasi dalam kegiatan haul, terutama

pada saat acara puncak, yaitu malam tanggal 15 bulan Ramadhan.

Pada pelaksanaannya, folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug”

melibatkan beberapa lapisan masyarakat sekitar yang termasuk dalam

kategori masyarakat multibudaya. Budaya-budaya tersebut meliputi Jawa,

Sunda, dan Betawi. Oleh karena itu, sangatlah mungkin kegiatan ini

melibatkan beberapa budaya atau terjadi komunikasi antarbudaya,

sehingga penulis dapat mengidentifikasi, bahwa dengan dikemasnya

Page 24: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

8

folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” sedemikian rupa, maka sangat

mungkin folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” menjadi media

komunikasi antarbudaya bagi masyarakat di kelurahan Cilenggang.

2. Batasan Masalah

Guna mempermudah dan memperjelas proses penelitian, maka

penulis membatasi masalah pada proses komunikasi antarbudaya yang

terjadi pada folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” di kelurahan

Cilenggang Serpong Tangerang Selatan sebagai media komunikasi.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

utama dalam penulisan ini adalah bagaimana bentuk komunikasi

antarbudaya melalui folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” di

kelurahan Cilenggang kecamatan Serpong Tangerang Selatan?

Dari pertanyaan utama di atas, penulis memberikan beberapa

pertanyaan berikutnya sebagai pertanyaan turunan. Adapun bentuk

pertanyaannya penulis merumuskan sebagai berikut:

a. Seperti apa komunikasi antara etnis yang berbeda yang terjadi pada

perayaan folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug”?

b. Mengapa ada komunikasi antara subkultur yang berbeda, dan seperti

apa komunikasi antara subkultur yang berbeda pada perayaan folklor

“Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug”?

c. Komunikasi seperti apakah yang terjadi pada perayaan “Folklor Haul

Cuci Pusaka Keramat Tajug” antara subkultur dengan kultur yang

dominan, antara jenis kelamin yang berbeda, dan komunikasi kaum

tradisionalis dengan kaum modernis?

Page 25: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

9

4. Pernyataan Peneliti

Ditinjau dari letak kelurahan tempat diadakannya folklor “Haul

Cuci Pusaka Keramat Tajug” ini, penduduknya merupakan penduduk

pendatang. Mereka adalah orang-orang yang berpindah dari tempat semula

atau tempat asal mereka menuju Cilenggang. Oleh karena itu dapat

diidentifikasikan, bahwa tempat tersebut sangat memungkinkan terjadinya

komunikasi antarbudaya. Komunikasi antarbudaya tersebut lalu akan

mengacu pada upaya mempertahankan diri dari memudarnya nilai-nilai.

Folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” sebagai sarana

komunikasi antarbudaya pada masyarakat di kelurahan Cilenggang

Serpong Tangerang Selatan mempunyai tujuan tertentu dan diperkuat

dalam aturan-aturan budaya tertentu. Dari budaya yang mereka pertahankan

dalam kegiatan tersebut diharapkan mampu menghasilkan budaya yang

secara mendalam dapat dimanfaatkan sebagai sarana pemersatu bagi

masyarakat sekitar.

Budaya yang terlibat di dalamnya yaitu budaya Jawa, budaya Sunda

dan budaya Betawi. Dari ketiga budaya yang tergabung ini dipersatukan

dalam folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug,” sehingga dalam folklor

“ Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” terjadi komunikasi antarbudaya.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui folklor

dalam komunikasi antarbudaya yang digunakan sebagai media komunikasi

untuk masyarakat yang ada di kelurahan Cilenggang Serpong Tangerang

Page 26: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

10

Selatan dan dibangun dengan sistem komunikasi antarbudaya pula. secara

khusus, penulisan ini dimaksudkan pula untuk mengetahui:

a. Komunikasi antarbudaya secara luas menurut teori Komunikasi Antar

Budaya oleh Andi Faisal Bakti.

b. Komunikasi antarbudaya secara luas menurut teori Joseph A. Devito.

c. Komunikasi antar etnis yang berbeda pada folklor “Haul Cuci Pusaka

Keramat Tajug.”

d. Komunikasi antara subkultur yang berbeda pada folklor “Haul Cuci

Pusaka Keramat Tajug.”

e. Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda yang terjadi pada saat

folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug.”

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penulisan ini terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penulisan ini dapat menambah daftar referensi bagi

pengembangan ilmu komunikasi antarbudaya, terutama bagi jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), Universitas Islam Negri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi

dokumen ilmiah serta sebagai bahan informasi bagi mahasiswa dalam

upaya pengembangan keilmuan, terlebih dalam bidang komunikasi dan

komunikasi antarbudaya.

b. Manfaat Praktis

Dari penulisan ini, diharapkan mampu memberikan masukan

kepada para praktisi yang bergerak di bidang komunikasi. Penulisan

ini diharapkan pula dapat menambah wawasan serta dapat menjadi

Page 27: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

11

pelajaran bagi masyarakat sosial dalam menjalankan adat sosial yang

ada. Bagi kaum muslim, dapat menjadi bahan gambaran di mana nilai-

nilai adat sosial yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam dapat

dilestarikan. Untuk para praktisi dakwah, penulisan ini merupakan

gambaran di mana nilai-nilai murni Islam dapat disampaikan melalui

adat atau kebudayaan yang ada, seperti yang terjadi dalam folklor

“Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug.”

D. Skripsi Terdahulu

Sebelum memastikan judul dan masalah yang akan diteliti, penulis terlebih

dahulu malakukan tinjauan skripsi terdahulu, utamanya di perpustakaan

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIKOM), UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), banyak

skripsi yang penulis temukan dengan jenis penulisan yang sama, diantaranya:

1. Skripsi Iin Afrianti, NIM: 107051002443, Jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam (KPI), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,

di bawah bimbingan Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA. Ph.D. dengan judul

“Pesta Lomban Sebagai Fungsi Media Komunikasi Rakyat

Masyarakat Pesisir Kabupaten Jepara dalam Menyampaikan Pesan

Dakwah”.15

Secara garis besar skripsi ini sama-sama tergolong ke dalam

ranah penelitian komunikasi antarbudaya. Objek dalam skripsi yang

ditulis oleh Iin Afrianti ini jelas berbeda dengan penelitian yang penulis

lakukan.

15

Iin Afrianti, “Pesta Lomban Sebagai Fungsi Media Komunikasi Rakyat Masyarakat

Pesisir Kabupaten Jepara dalam Menyampaikan Pesan Dakwah,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta, 2011), h. 7.

Page 28: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

12

2. Skripsi yang ditulis oleh Yogyasmara. P. Ardhi, NIM: 106051001901,

Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta, di bawah bimbingan Dr. H. A. Ilyas Ismail,

MA. dengan judul “Wayang Kulit sebagai Media Dakwah: Studi pada

Wayang Kulit Dalang Ki Sudardi di Desa Pringapus Semarang.”16

Skripsi ini hampir sama dengan skripsi yang penulis tulis ini dari segi

arus komunikasinya. Baik skripsi Yogyasmara P. Ardhi maupun skripsi

penulis, sama-sama menginterpretasikan sebuah kebudayaan daerah yang

dikonsumsi oleh masyarakat sekitar sebagai objeknya. Dalam skripsi

Yogyasmara. P. Ardhi jelas berbeda dengan skripsi yang saya tulis, baik

dari subjek maupun objek penelitiannya.

3. Skripsi yang ditulis oleh Ega Maulana, NIM: 107051002248, di bawah

bimbingan Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA. Ph.D. dengan judul Fungsi

Folklor “Hajat Bumi Keramat Ganceng” dalam Komunikasi

Antarbudaya bagi Masyarakat Urban di Kelurahan Pondok

Ranggon Jakarta Selatan.”17

Skripsi yang ditulis Ega Maulana ini

mempunyai kesamaan dalam ranah penelitiannya dengan skripsi penulis.

Skripsi Ega Maulana dengan skripsi yang penulis tulis sama-sama dalam

ranah komunikasi antarbudaya dan sama-sama dalam cakupan folklor.

Adapun perbedaannya terletak pada analisis yang dilakukan dalam

penelitian Ega Maulana berfokus pada fungsi folklor, sedangkan dalam

skripsi penulis, analisisnya berfokus pada bentuk komunikasi antarbudaya

16

Yogyasmara. P. Ardhi, “Wayang Kulit sebagai Media Dakwah: Studi pada Wayang

Kulit Dalang Ki Sudardi di Desa Pringapus Semarang,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta, 2011), h. 5. 17

Ega Maulana, “Fungsi Foklor “Hajat Bumi Keramat Ganceng” dalam Komunikasi

Antarbudaya bagi Masyarakat Urban di Kelurahan Pondok Ranggon Jakarta Selatan,” (Skripsi S1

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta, 2011), h. 6-7.

Page 29: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

13

yang dibangun dari folklor. Selain dari itu tentu berbeda dari segi subjek

dan objek penelitiannya.

E. Metodologi Penelitian

Metodologi berasal dari bahasa Yunani yaitu methodologhia yang secara

harfiah bermakna teknik atau cara. Secara garis besar metodologi dapat

diartikan dengan general logic atau pemikiran umum serta dapat diartikan pula

dengan theoretic perspective atau gagasan teoritis.18

Dalam sebuah penulisan, metodologi dapat diartikan dengan sebuah

teknik atau cara yang digunakan. Kemudian cara itu mengantarkan penulis

kepada arah analisis data yang telah didapatkan. Hasil dari analisis tersebut

kemudian akan menjadi sebuah konfirmasi atas teori yang digunakan atau

bahkan akan menjadi sebuah penemuan baru.19

Ada sedikit perbedaan antara pengertian kata metodologi dengan metode

yang harus kita pahami. Kedua kata ini sering diartikan sama oleh kebanyakan

orang. Pengertian kedua kata tersebut berbeda dalam konteks penelitian.

Metodologi lebih kepada pemikiran secara umum (general logic), atau lebih

kepada gagasan teoritis (theoritical perspective), sedangkan metode yaitu

teknik yang digunakan pada saat penulisan misalnya teknik wawancara.

Jelasnya metodologi lebih bersifat umum dan metode bersifat khusus.20

18

J. R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif Janis, Karakter dan Keunggulannya

(Jakarta: PT Grasindo, 2010), h. 1. 19

J. R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif Janis, Karakter dan Keunggulannya

(Jakarta: PT Grasindo, 2010) , h. 1. 20

J. R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif Janis, Karakter dan Keunggulannya

(Jakarta: PT Grasindo, 2010), h. 1.

Page 30: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

14

1. Bingkai Teori

Menjadi keharusan dalam sebuah penelitian bagi seorang peneliti untuk

menentukan teori sebagai sebuah bingkai penelitian. Dalam penelitian ini,

peneliti akan menjadikan rumusan kerangka teori sebagai pijakan sebuah

penelitian ilmiah yang dilakukan dalam skripsi ini. Adapun teori yang akan

digunakan dalam skripsi ini adalah teori teori Joseph A. Devito dan Andi

Faisal Bakti. Teori Andi Faisal Bakti ada dua macam yaitu teori tujuh dan

teori dua puluh.21

Adapun teori Joseph A. Devito adalah teori yang diambil peneliti untuk

mengklasifikasikan bentuk komunikasi antarbudaya yang ada pada

perayaan folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” Cilenggang Serpong

Tangerang Selatan. Komunikasi antarbudaya menurut Joseph A. Devito

berjumlah delapan.22

Berikut macam-macam teori Joseph A. Devito secara singkat:

1. Komunikasi antarbudaya.

2. Komunikasi antara ras yang berbeda.

3. Komunikasi antara kelompok etnis yang berbeda.

4. Komunikasi antara kelompok agama yang berbeda.

5. Komunikasi antara bangsa yang berbeda.

6. Komunikasi antara subkultur yang berbeda.

7. Komunikasi antara subkultur dengan kultur yang dominan.

8. Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda.23

21

Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South

Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program (Jakarta: INIS, 2004), h. 128. 22

Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia. Penerjemah Agus Maulana (Jakarta:

Profesional Books, 1997), h. 480-481. 23

Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia. Penerjemah Agus Maulana (Jakarta:

Profesional Books, 1997), h. 480-481.

Page 31: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

15

Dari delapan jenis-jenis budaya menurut Joseph A. Devito peneliti akan

menggabungkan dengan teori tujuh dari Andi Faisal Bakti. Berikut macam-

macam teori tujuh secara singkat:

1. Komunikasi antara muslim dengan non muslim.

2. Komunikasi antara militer dengan sipil.

3. Komunikasi antara Jawa dengan non-Jawa.

4. Komunikasi antara pribumi dengan nonpribumi.

5. Komunikasi antara tradisionalis dengan modernis.

6. Komunikasi antara kelompok sekuler dengan Islam.

7. Komunikasi antara lelaki dengan perempuan.24

Setelah pengklasifikasian dilakukan kemudian peneliti akan

menganalisis komunikasi antarbudaya yang terjadi dengan teori dua puluh.

Berikut macam-macam terori dua puluh:

1. Etre pense par sa culture lawannya adalah Penser sa culture

2. Heriter la culture lawannya adalah Acquerir la culture

3. Submission lawannya adalah Egalitarian/Emancipation

4. Adoration of scriptures lawannya adalah Interpretation of scriptures

5. Textualist lawannya adalah Contextualist

6. Geminschaft lawannya adalah Gesellschaft

7. Reproduction lawannya adalah Creation and trust in foregners

8. Fundamentalism lawannya adalah Rationalism/Secularization

9. Geoprapical immobility lawannya adalah Geigrapical mobility

10. Je me souviens lawannya adalah Deracinement

24

Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South

Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program (Jakarta: INIS, 2004), h. 128.

Page 32: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

16

11. Paganism (idol woeshipping) lawannya adalah Monoteism (idol

destruction)/Humanism (God created by humans)

12. Imposition/ Holy war/ Proseliytism lawannya adalah Negotiation

13. Nationalism/ Tirbalism lawannya adalah universalism/ internationalism

14. Orthodoxy/ Traditionalism lawannya adalah Protestantism/ Modernism

15. Sectaria communitarianism lawannya adalah Global communitarianism

16. Cul./Lang./Competence/Inheritence lawannya adalah

Cul./Lang./Competence acquisition

17. Dependency/Egoism lawannya adalah Interdepency/Solidarty

18. Exclusivism lawannya adalah Inclusifsm

19. Vernacular language lawannya adalah Vahicular language

20. Parochialism lawannya adalah Flexibility25

Dari dua puluh teori yang ada, peneliti akan melakukan analisis dengan

keadaan masyarakat pada acara folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug”

Cilenggang Serpong Tangerang Selatan.

Adapaun gambaran teori tersebut sebagai berikut:

25

Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South

Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program (Jakarta: INIS, 2004), h. 128.

Page 33: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

17

Bagan 1.1.

Bagan 1.1. Bingkai Teoritis

Sumber: Joseph A. Devito 1997 dan Andi Faisal Bakti 2004 dan 2010.26

26

Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia. Penerjemah Agus Maulana (Jakarta:

Profesional Books, 1997), h. 480-481. Dan Andi Faisal Bakti, Communication and Family

Planning in Islam in Indonesia: South Sulawesi Muslim Perception of a Global Development

Program (Jakarta: INIS, 2004), h. 128.

MASYARAKAT (SUNDA, BETAWI, JAWA) PADA

PERAYAAN FOLKLOR “HAUL CUCI PUSAKA

KERAMAT TAJUG” CILENGGANG SERPONG

TANGERANG SELATAN

6. Komunikasi antara

jenis kelamin yang

berbeda

5. Komunikasi

antara subkultur dengan kultur

dominan

1. Komunikasi

antara kelompok

etnis yang berbeda

2. Komunikasi antara subkultur

yang berbeda

JOSEPH

A.

DEVITO

(1997)

KOMUNIKASI

ANTARBUDAYA

(KAB)

4. Komunikasi antara

tradisionalis dengan modernis

3. Komunikasi antara lelaki dengan

perempuan

ANDI FAISAL BAKTI

(2010)

(2010)

ANDI FAISAL BAKTI

(2004)

FOLKLOR

“HAUL CUCI PUSAKA KRAMAT TAJUG”

KELURAHAN CILENGGANG SERPONG

4. Geminschaft Vs

Gesellschaft

5. Vernacular language

Vs

Vahicular language

3. Adoration of scriptures

Vs Interpretation of

scriptures

1. Etre pense par sa

culture Vs Penser sa

culture

2. Heriter la culture Vs Acquerir la culture

Page 34: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

18

Dari bagan teori 1.1. di atas dapat dijelaskan bahwa peneliti akan

menganalisis bentuk komunikasi antarbudaya yang terjadi di kelurahan

Cilenggang Serpong Tangerang Selatan melalui folklor “Haul Cuci Pusaka

Keramat Tajug.” Peneliti akan mengklasifikasikan jenis-jenis komunikasi

antarbudaya terlebih dahulu. Setelah menemukan jenis-jenis komunikasi

antarbudaya yang terjadi pada masyarakat yang terlibat pada perayaan

folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” di kelurahan Cilenggang

Serpong Tangerang Selatan, peneliti kemudian akan menganalisisnya

dengan teori Andi Faisal Bakti, yakni teori dua puluh. Pada penelitian tahap

ini peneliti berfokus pada folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug.”

Dalam tahap analisis jenis-jenis budaya yang ada, peneliti

menggabungkan teori Joseph A. Devito dengan teori Andi Faisal Bakti.27

Dari delapan teori menurut Joseph A. Devito peneliti menemukan empat

jenis saja. Sedangkan pada teori Andi Faisal Bakti, dari tujuh jenis

komunikasi antarbudaya, peneliti hanya melihat ada dua temuan saja di

lapangan.28

Pada bagan 1.1, peneliti menggabungkan antara teori Joseph A.

Devito dengan Andi Faisal Bakti dengan garis hitam. Garis hitam pada

bagan merupakan penghubung antara kedua teori tersebut. Untuk

mempermudah, peneliti membedakan warna antara kedua teori tersebut.

Pada teori Joseph A. Devito berwana biru muda. Sedangkan pada teori

Andi Faisal Bakti berwarna merah kecoklat-coklatan. Sedangkan warna

biru muda peneliti buat untuk menyamakan antara penggabungan teori.

27

Lihat bagan 1.1. h. 17 28

Lihat bagan 1.1. h. 17

Page 35: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

19

Antara kedua teori Joseph A. Devito dan teori Andi Faisal Bakti (teori

delapan dan teori tujuh) peneliti melihat ada satu teori yang sama yaitu

pada komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda. Andi Faisal Bakti

menyebutnya komunikasi antara laki-laki dan perempuan.

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan

pendekatan kualitatif dan pendekatan etnografi dengan terjun langsung ke

lapangan. Menurut Bogdan dan Taylor menyebutkan bahwa pendekatan

dengan deskriptif kualitatif ini dengan perolehan data yang berupa kata-

kata yang tertulis atau secara lisan dari mulut ke mulut dan prilaku yang

bisa diamati.29

Sedangkan etnografi adalah metode yang biasa digunakan oleh

seorang peneliti dalam usaha pendekatannya terhadap folklor. Etnografi

berasal dari bahasa Yunani ethos dan graphos yang berarti tulisan

mengenai kelompok budaya. Menurut Le Clompte dan Schensul etnografi

adalah metode penelitian yang berguna untuk menemukan pengetahuan

yang terdapat atau terkandung dalam suatu budaya atau komunitas

tertentu. Etnografi memang bagian dari metode kualitatif. Akan tetapi,

etnografi lebih mengarah pada penelitian kebudayaan.30

Dalam penelitian ini peneliti telah melakukan beberapa persiapan

mengingat objek dalam penelitian ini adalah folklor. Peneliti dari jauh

hari telah melakukan persiapan yakni melakukan observasi awal. Di

antara persiapan yang peneliti lakukan yaitu mencari informasi jadwal

29

Lexi J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya,1999), h. 3. 30

Marguerite G. Lodico, Dean T. Spaulding, Katherine H. Voegtle, Methods in

Educational Research From Theory to Practice (San Fransisco: Jossey Bass, 2006), hlm. 268.

Page 36: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

20

dilaksanakannya folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug,” kemudian

meminta izin kepada pihak keluarga besar Tubagus Atief untuk ikut serta

dalam folklor tersebut, serta mempersiapkan foto kamera digital untuk

kebutuhan dokumentasi. Setelah itu kemudian melakukan tinjauan

pustaka guna menentukan serta memastikan judul yang akan digunakan

peneliti dalam kaitannya dengan folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat

Tajug” ini.

Serangkaian persiapan tersebut di atas dilakukan guna menghindari

hal-hal yang tidak diinginkan oleh peneliti.

“Folklor itu ada pemiliknya serta adakalanya berada di suatu daerah yang sukar

dicapai, sehingga untuk ke sana saja sudah memerlukan banyak biaya, belum lagi

bahaya-bahaya yang mengancam keselamatan peneliti yang kurang mengadakan

persiapan diri. Hambatan yang lebih sukar lagi untuk dihadapi adalah datang dari

pemilik suatu Folklor, kepercayaan, misalnya, pemilik Folklor akan curiga

apabila pendekatan yang dilakukan oleh seorang peneliti tidak patut. Pendekatan

yang salah dapat menimbulkan antipati pemilik kepercayaan kepada peneliti.

Akibatnya, pemilik kepercayaan itu akan menolak untuk menceritakannya dan

apabila dipaksa mereka akan membohonginya. Keadaan yang sama akan menjadi

lebih sulit lagi apabila bentuk Folklor itu adalah bahasa rahasia.”31

Untuk menjaga agar terhindar dari permasalahan seperti yang peneliti

kutip di atas, peneliti telah melakukan persiapan-persiapannya.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah msyarakat

setempat kelurahan Cilenggang, Serpong Tangerang Selatan, di sinilah

peneliti mendapatkan data dan keterangan mengenai penelitian ini.

Sedangakan objek dalam penelitian ini adalah fenomena folklor yang

terjadi dan dikemas sehingga dapat digunakan sebagai media komunikasi

dalam ranah komunikasi antarbudaya.

31

Dikutip dari Setya Yuwana Sudikan, “ Ragam Metode Pengumpulan Data: Mengulas

Kembali Pengamatan, Wawancara, Analisis Life History, Aanalisis Folklor,” dalam Burhan

Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian

Kontemporer (Jakarta: Karisma Putra Utama, 2004), h. 74.

Page 37: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

21

4. Teknik Pengumpulan Data

Mengumpulkan data menjadi tujuan utama bagi setiap peneliti,

sebelum akhirnya data dianalisis dan mendapatkan sebuah kesimpulan.

Dalam mengumpulkan data, tentu dibutuhkan teknik atau cara agar mudah

dan sesuai dengan kriteria ilmiah yang berlaku. Jika hal itu tidak

diperhatikan oleh seorang peneliti, maka seorang peneliti tidak akan

menemukan data yang sesuai dengan standar keilmiahannya.32

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara

alamiah (natural setting), serta sumber data primer, yaitu data yang didapat

langsung dari sumbernya. Adapun praktiknya dilakukan dengan cara

observasi peran serta, wawancara mendalam, serta dengan dokumentasi.33

Penjelasan mengenai pengumpulan data yang telah dilakukan oleh

peneliti yaitu sebagai berikut:

a. Observasi

Secara sederhana observasi dapat diartikan dengan keterlibatan

langsung peneliti dalam objek yang akan diteliti dengan menggunakan

alat bantu berupa catatan kecil mengenai kejadian, lembar

pengamatan, dan lain-lain. Dari pengertian ini dapat disimpulkan

bahwa observasi adalah pengamatan dan pencatatan terhadap

fenomena yang terjadi dengan sistematis.34

Dalam penelitian ini, peneliti berperan secara aktif. Dalam

perayaan Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug peneliti dipercaya pula

32

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

2009), h. 224. 33

Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metode Penetitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta,

2010), h. 146. 34

Dedy Mulyana, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Rosda Karya, 2002), h.

181.

Page 38: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

22

untuk menjadi panitia. Peneliti berperan aktif untuk mengambil

gambar pada momen-momen penting pada saat perayaan ini

berlangsung. Selain dari itu sudah pasti pada proses pembuatan skripsi

ini peneliti berperan sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data,

penganalisis, penafsir data, dan pelapor hasil penelitian. Inilah yang

dimaksud dengan instrumen yang fleksibel dan adaptif, yakni

penggunaan pancaindra dalam memahami fenomena yang ada di

lapangan.

b. Wawancara

Menurut Maleong, dalam bukunya Metodologi Penulisan Kualittif,

pengertian wawancara adalah percakapan yang mempunyai maksud

tertentu, dilakukan oleh dua pihak dengan pertanyaan tertentu dan

memberikan jawaban tertentu.35

Narasumber dalam penelitian ini terbagi menjadi beberpa pihak yaitu:

1) Dari Pihak Makam Keramat Tajug

Dari pihak makam keramat tajug yaitu Bapak H. Mu’in (1972)

dan Bapak Tubagus Sos Rendra (1970). Beliau juga sebagai

sesepuh dan tokoh agama setempat serta bagian dari keluarga atau

keturunan Tubagus Atief. Sumber inilah yang dijadikan sumber

utama peneliti.

2) Dari Pihak Kelurahan

Sumber dari pihak kelurahan diperoleh dari bapak lurah

Cilenggang yaitu Bapak H. Mehdi Solihin (1969) dan Sekretaris

Kelurahan Cilenggang yaitu Bapak D. Umar Dhani (1973).

35

Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Rosda Karya, 1999), h. 186.

Page 39: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

23

3) Tokoh Agama dan Tokoh Adat Setempat

tokoh yang dijadikan sumber mewakili tokoh agama adalah Ust. H.

Ghazali (1967), beliau yang memimpin pembacaan Maulid Nabi

pada saat perayaan berlangsung.

4) Masyarakat Sekitar

Peneliti memilih masyarakat yang terlibat dalam kepanitiaan dan

dalam proses acara perayaan folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat”

Tajug, beliau di antaranya, bapak Ison (1983) dan bapak Abdul

Munib (1988) dan Bapak Maulana (1984). Peneliti memilihnya

secara acak.

5. Pengumpulan Dokumentasi

Pengumpulan dokumentasi yaitu pengumpulan catatan yang

diungkapkan dalam bentuk tulisan, lisan dan bentuk karya yang berhasil

didokumentasikan oleh pihak tertentu.36

Selanjutnya dokumen yang telah

terkumpul akan diolah dengan pola analisis. Dokumen yang dimaksud

dalam sebuah penelitian adalah berupa dokumen tertulis, dokumen gambar

(foto), dan dokumen elektronik.

Ketiga teknik inilah yang akan digunakan oleh peneliti dalam

pembuatan skripsi ini.

6. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif tidak ada instrumen penelitian yang dapat

digunakan secara tepat untuk dapat mengungkapkan data-data kualitatif.

Dalam penelitian ini peneliti menjadi instrumen. Dalam penelitian kualitatif

36

Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metode Penetitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta,

2010), h. 148.

Page 40: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

24

peneliti tentu mempunyai keunggulan sendiri karena dengan terlibatnya

peneliti dalam sebuah penelitian dapat bersifat fleksibel dan adaptif.37

7. Teknik Keabsahan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi.

Triangulasi adalah pelibatan data lain di luar data dalam penelitian sebagai

pembanding dalam pengecekan keabsahan data tersebut.38

Menurut Norman K. Denkin ada beberapa jenis triangulasi dalam

penelitian, yaitu:

a. Triangulasi Metode

Adalah pengolaborasian metode yang di dalamnya meliputi

penggabungan antara metode wawancara, survei dan observasi. Dalam

penelitian ini survei dilakukan seminggu sebelum acara.

b. Triangulasi Peneliti dengan Peneliti (antarpeneliti)

Yaitu penggabungan antara peneliti dengan peneliti lain dalam hal

pengupulan data, dan analisis data. Ini penting apabila penelitian

dilakukan dengan kelompok. Dalam penelitian ini triangulasi

antarpeneliti tidak dilakukan. Penelitian ini dilakukan secara individu.

c. Triangulasi Sumber

Adalah penggabungan sumber data yang diperoleh peneliti dari

berbagai hal dan berbagai pihak dan berbagai metode selain metode

observasi, survei dan observasi di atas, bisa dengan penggabungan

dengan dokumn yang berkaitan dengan objek penelitian yang diteliti.

37

Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metode Penetitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta,

2010), h. 62. 38

Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metode Penetitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta,

2010), h. 178.

Page 41: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

25

Dokumen tersebut bisa berupa arsip, catatan sejarah, foto, gambar,

peninggalan-peninggalan, dan lain-lain yang dianggap berkaitan dengan

penelitian.

d. Triangulasi Teori

Adalah penggunaan beberapa teori dalam analisis data. Dalam

penelitian ini peneliti mengolaborasikan teori Joseph A. Devito dan

Andi Faisal Bakti. Hal ini dimaksudkan agar peneliti terhindar dari asas

individual dalam analisis data. Peneliti dituntut untuk bersifat objektif.39

Bentuk-bentuk triangulasi di atas digunakan oleh peneliti. Kecuali

triangulasi antarpeneliti yang tidak digunakan dalam penelitian ini.

Penggunaan metode triangulasi ini digunakan untuk mengarahkan

penelitian ini pada titik kemaksimalan.

8. Analisis Data

Dalam menganalisis data sudah seharusnya data diolah dan dianalisis

sejak awal data didapat oleh peneliti mengingat penelitian ini dilakukan

secara kualitatif. Hal ini dilakukan agar data yang didapatkan tetap hangat

dan valid. Setelah melakukan analisis data, maka barulah dapat ditemukan

tema dan pernyataan tesisnya. Dalam penentuan pernyataan tesis, tentu

harus menyesuaikan dengan tujuan dan rumusan masalah yang sudah

ditentukan.

9. Alur Berpikir Data Kualitatif

Analisis pada penelitian ini lebih bersifat semantik, mengandalkan

eksplorasi bahasa sebagai representasi dari fenomena yang terjadi di

39

Prof. Dr. H. Mudjia Raharjo, “Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif,” artikel diakses

pada 1 April, 2013 dari http://mudjiarahardjo.com/artikel/270.html?task=view.

Page 42: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

26

lapangan. Prosses analisis pada penelitian ini bersifat induktif, dari khusus

ke umum. Peneliti lebih mengedepankan fenomena yang ada di lapangan

dari pada teori yang telah ada. Dalam penelitian dengan pendekatan

kualitatif terdapat alur berfikir dalam analisis data.40

Untuk menjelaskan bagaimana alur dalam penelitian dengan

pendekatan kualitatif dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 1.2.

Sumber: www. kk.mercubuana.ac.id

Dari bagan di atas, proses analisis data pada penelitian ini akan

terkonstruk pada pola tersebut. Adapun penjelasan bagan dapat diuraikan

sebagai berikut:

a. Peneliti

Analisis dalam penelitian kualitatif dimulai dari peneliti. Proses awal

mengenai objek penelitian semua berawal dari peneliti. Sebelum

40

Ilham Prisgunanto, “Analisis Data Kualitatif,” artikel diakses pada 17 Maret 2013 dari

kk.mercubuana.ac.id.

FENOMENA / KEJADIAN

ALAM

Foklor “Haul Cuci

Pusaka Kramat Tajug”

Masyarakat di

Kelurahan Cilenggang

INTERPR-

ETASI DAN

ANALISIS

TEMUAN-TEMUAN

BARU

PENCOCO-

KAN TEORI

PENELITI

TEMUAN DAN

UJI TEORITIK

Page 43: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

27

penelitian masuk lebih jauh terhadap objek penelitian, biasanya muncul

tesis awal peneliti. Oleh karena itu tesis itu akan bersifat subyektif dari

peneliti.41

b. Memahami Fenomena

Setelah proses awal berjalan, selanjutnya yang menjadi tugas

peneliti adalah mencari tahu tentang gejala, peristiwa, sistem dan model

kerja apa yang digunakan dalam sebuah fenomena yang terjadi di

lapangan. Tidak cukup sampai di sini saja, bahkan alasan terjadinya

fenomena dengan berbagai gejala, peristiwa, sistem dan pola kerja

harus dijelaskan pula. Tentu hasil pengkajian akan berbeda-beda,

mengingat kemampuan analisis seseorang berbeda-beda pula. Hal ini

menjadi bukti bahwa penelitian kualitatif bergantung pada apa yang

menjadi anggapan awal seorang peneliti terhadap fenomena yang

terjadi.42

c. Interpretasi dan Analisis

Dalam penelitian kualitatif tahap selanjutnya setelah memahami

fenomena di lapangan adalah menafsirkan makna yang terkandung di

dalamnya. Berangkat dari tesis pribadi pada tahap pertama, kemudian

mengaitkan dengan fenomena dan menginterpretasikannya dengan

informasi yang diperolehnya. Dalam proses penginterpretasian, peneliti

akan sampai pada titik tatanan ideologis konteks kultural fenomena

yang terjadi dalam skripsi ini yaitu pada “Haul Cuci Pusaka Keramat

41

Ilham Prisgunanto, “Analisis Data Kualitatif,” artikel diakses pada 17 Maret 2013 dari

kk.mercubuana.ac.id. 42

Ilham Prisgunanto, “Analisis Data Kualitatif,” artikel diakses pada 17 Maret 2013 dari

kk.mercubuana.ac.id.

Page 44: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

28

Tajug.” Adapun tujuan dari interpretasi pada bagian ini adalah bentuk

upaya untuk menemukan temuan baru dalam pengkajian dan penelitian

yang dilakukan.43

d. Temuan dan Uji Teoritik

Pada bagian ini peneliti akan memaparkan hasil dari temuan di

lapangan. Hasil dari temuan di lapangan itu kemudian dijelaskan

mulai dari menarasikan, membuat model, dan mengujinya dengan

teori. Menurut Ilham Prisgunanto, dalam penelitian kualitatif analisis

tidak serumit seperti pada penelitian kuantitatif, karena dalam

penelitian kualitatif bersifat makro. Penelitian kualitatif lebih luas cara

analisisnya.44

e. Pencocokan Teori

Pencocokan teori yang dimakasud adalah usaha peneliti dalam

mencocokkan teori dari asumsi awal peneliti terhadap temuan di

lapangan, serta pendapat orang lain terdahulu. Banyak literatur yang

mengatakan, bahwa bagian ini hanya sebuah penafsiran data. Namun

asumsi-asumsi awal peneliti dan pendefinisian-pendifenisian yang

dilakukan peneliti secara teoritis akan menunjukkan benar atau

tidaknya asumsi awal peneliti setelah nanti disesuaikan dengan teori.45

f. Temuan Baru

Dari berbagai proses di atas, peneliti sudah dapat memaparkan

temuan yang peneliti hasilkan. Temuan baru yang dimaksudkan adalah

43

Ilham Prisgunanto, “Analisis Data Kualitatif,” artikel diakses pada 17 Maret 2013 dari

kk.mercubuana.ac.id 44

Ilham Prisgunanto, “Analisis Data Kualitatif,” artikel diakses pada 17 Maret 2013 dari

kk.mercubuana.ac.id. 45

Ilham Prisgunanto, “Analisis Data Kualitatif,” artikel diakses pada 17 Maret 2013 dari

kk.mercubuana.ac.id.

Page 45: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

29

sesuatu yang tidak ditemukan oleh peneliti sebelumnya dan belum ada

dalam literatur keilmuan. Temuan itu dapat berbentuk model, sistem

atau pola kerja suatu fenomena. Hal tersebut menjadi bukti, bahwa

data yang didapatkan di lapangan benar-benar autentik.46

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini dibagi dalam lima bab. Setiap bab

dirinci ke dalam sub bab. Dalam bab satu berisi pendahuluan yang terdiri dari

latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, alur berpikir analisis data

kualitatif serta sistematika penulisan.

Adapun pada bab dua, peneliti akan membahas tentang pengertian

komunikasi dan komunikasi antarbudaya, pengertian budaya atau kebudayaan

serta pengertian folklor dan “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug.”

Sedangkan pada bab tiga, peneliti akan mengulas cerita singkat

perjuangan Tubagus Atief. Selain dari itu peneliti juga membahas tentang latar

belakang asal mula perayaan “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug,” prosesi

perayaan “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug,” serta keadaan sosial

masyarakat kelurahan Cilenggang Serpong Tangerang Selatan.

Kemudian dalam bab empat, setelah peneliti mengolaborasikan teori

dan gambaran umum objek penelitian, maka peneliti akan membahas tentang

analisis terhadap folklor dalam komunikasi antarbudaya yang ada, dan

berlangsung pada perayaan folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” di

46

Ilham Prisgunanto, “Analisis Data Kualitatif,” artikel diakses pada 17 Maret 2013 dari

kk.mercubuana.ac.id

Page 46: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

30

kelurahan Cilenggang, Serpong, Tangerang Selatan yang menjadi media

komunikasi masyarakat setempat.

Akhirnya dalam bab lima peneliti akan menyimpulkan hasil temuan

yang telah didapatkan, serta membahas hal-hal yang muncul dalam penelitian

ini. Terakhir, peneliti akan memberikan saran untuk terkait folklor “Haul Cuci

Pusaka Keramat Tajug.”

Selanjutnya peneliti menyertakan daftar pustaka serta lampiran-

lampiran yang terkumpul sebagai referensi dalam penulisan skripsi ini.

Page 47: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

31

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Dalam bab dua ini, peneliti membahas beberapa pengertian mengenai

variabel yang menjadi pembahasan dalam penulisan skripsi ini. Upaya penulisan

beberapa pengertian dilakukan sebagai bentuk usaha dalam mempermudah

pemahaman setiap variabel dalam sebuah penelitian. Pengertian-pengertian

tersebut, yaitu:

A. Memaknai Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Banyak sekali pengertian komunikasi yang telah berhasil di

cetuskan oleh para pakar yang mengkhususkan diri pada bidangnya. Untuk

menarik sebuah kesimpulan dasar bagaimana komunikasi dapat

didefinisikan peneliti mengartikan komunikasi dari segi bahasa terlebih

dahulu.

Secara bahasa, komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu

communico yang berarti membagi. Membagi dalam hal ini adalah

membagi gagasan dan ide atau pikiran antara satu orang dengan orang

lain. Sealain communico komunikasi juga berasal dari akar kata communis

dalam bahasa latin juga yang berarti menyamakan, menjadikan sama,

antara satu orang dengan orang yang lain.1

Everett M. Rogers seorang pakar sosiologi pedesaan Amerika dan

D. Lawence Kincaid mengartikan komunikasi dari ranah sosiologi,

1 Mohammad Shoelhi,Komunikasi Internasional Perspektif Jurnalistik (Bandung:

Simbiosa Rekatama Media, 2009), h. 2.

Page 48: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

32

menurut Rogers dan Kincaid komunikasi adalah proses di mana dua orang

atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu

sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertiannya

yang mendalam.2

Saundra Hybels dan Richard L. Weafer II mendefinisikan bahwa

komunikasi adalah setiap proses pertukaran informasi, gagasan, dan

perasaan. Proses yang dimaksud adalah proses komunikasi yang tidak

hanya disampaikan dengan kata-kata saja melainkan menggunakan alat

pembantu atau dilengkapi dengan bahasa tubuh, gaya atau penampilan diri

untuk meperkaya penyampaian pesan tersebut.3

Alo Liliweri dalam bukunya Makna Budaya dalam Komunikasi

Antarbudaya menyimpulkan bahwa di dalam proses komunikasi terdapat

beberapa pengertian yang sama. Pertama, antara pemberi dan penerima

informasi dapat diperankan secara bergantian dalam memberi dan

mengalihkan informasi sebagai sebuah berita atau gagasan. Kedua,

komunikasi merupakan kegiatan untuk menyebarkan informasi. Ketiga,

komunikasi merupakan kegiatan mengatur kebersamaan. Keempat,

membuat dan menangani komunikasi. Kelima, menghubungkan. Keenam,

berarti ruang. Ketujuh, mengambil bagian dalam kebersamaan.4

Dari beberapa pengertian di atas, dapat kita simpulkan bahwa

komunikasi berarti pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara

dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

2 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, ed. 1- 8 (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2007), h. 18 3 Alo Liliweri, Makna Komunikasi dalam Komunikasi Antarbudaya (Yogyakarta: PT. LKiS

Pelangi Aksara, 2007 ), h. 3. 4 Alo Liliweri, Makna Komunikasi dalam Komunikasi Antarbudaya, h. 5.

Page 49: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

33

Selain dari itu komunikasi dapat berarti hubungan, kontak. Dalam proses

komunikasi melibatkan kamunikator (pengirim pesan) dan komunikan

(penerima pesan) yang pada suatu saat atau pada saat tertentu antara

komunikator dan komunikan akan diperankan secara bergantian.5

2. Unsur-unsur Komunikasi

Unsur dapat pula diartikan dengan komponen yang berarti bagian

dari keseluruhan.6 Terdapat perbedaan pendapat dalam kaitannya dengan

unsur komunikasi. Ada yang mengatakan unsur komunikasi cukup tiga

saja, yaitu:

a. Komunikator (orang yang mengirimkan pesan)

b. Komunikan (orang yang menerima pesan)

c. Pesan (isi dari apa yang disampaikan).7

Hafied Cangara mengutip pendapat beberapa tokoh komunikasi,

diantaranya Joseph A. Devito, K. Sereno dan Erika Vora mengemukakan

bahwa unsur komunikasi lebih dari tiga. perkembangan terakhir mengenai

unsur-unsur komunikasi menurut Hafied Cangara dalam bukunya yang

berjudul Pengantar Ilmu Komunikasi mengungkapkan bahwa faktor

lingkungan pun turut menentukan atas keberhasilan proses komunikasi.8

Unsur-unsur tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

5 Departemen Pendidikan Nasional, Tim Penyusun Kamus, Pusat Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 585. 6 Departemen Pendidikan Nasional, Tim Penyusun Kamus, Pusat Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, h. 585. 7 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT Grasindo. 2006), h. 3.

8 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, ed. 1- 8, h. 23-24.

Page 50: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

34

Bagan 2.1. Unsur-unsur komunikasi

Sumber: Hafidz Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi.9

Bagan 2.1 dapat dijelaskan bahwa alur komunikasi sangatlah

sangat bergantung antara satu sama lain. Sumber, yaitu pihak penyampai

pesan. Hal ini bisa berupa individu, seseorang yang berbicara, menulis,

menggambar, memberikan isyarat-isyarat. Tidak hanya individu,

komunikator juga bisa berupa organisasi komunikasi tertentu, seperti

sebuah penerbit, stasiun tivi, atau yang lainnya.10

Sementara pesan adalah isi dari apa yang disampaikan

komunikator. Pesan itu dapat berupa kata-kata (verbal) atau berupa gerak

tubuh, dan isyarat-isyarat lainnya.11

Kemudian media, memahami media

dalam proses komunikasi tentu kita dapat mengklasifikasikannya dengan

melihat ranah komunikasinya. Dalam komunikasi massa yang disebut

media tentu adalah saluran media massa misalnya televisi, radio, dan

media cetak. Dalam komunikasi antarpribadi yang disebut media tentu

cukup dengan media abstrak.12

Penerima dalam komunikasi adalah sasaran

atau objek komunikasi. Kemudian, efek adalah reaksi spontan dari

9 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, ed. 1- 8, h. 23-24.

10 Mohammad Shoelhi, Komunikasi Internasional Perspektif Jurnalistik, h. 4.

11 Mohammad Shoelhi, Komunikasi Internasional Perspektif Jurnalistik, h. 4.

12 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, ed. 1- 8, h. 25.

UMPAN BALIK

SUMBER

R

PESAN MEDIA PENERIMA EFEK

LINGKUNGAN

Page 51: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

35

penerima atau komunikan setelah proses komunikasi berlangsung dan

komunikan telah mendapatkan pesan.13

Lingkungan yang dimaksud pada bagan 2.1 adalah meliputi

lingkungan fisik, lingkungan social budaya, lingkungan psikologis, dan

dimensi waktu.

3. Fungsi Komunikasi

Dalam menganalisis fungsi komunikasi, Wilburn Scharrm

menyatakan bahwa analisis dapat dilihat dari komunikator dan komunikan.

Antara komunikator dan komunikan akan terlihat adanya timbal balik.

Setidaknya ada empat fungsi komunikasi. Pertama, untuk informasi.

Informasi adalah kegiatan mendistribusikan informasi yang dimiliki

kepada seluruh khalayak. Pada kesempatan yang sama komunikan

berperan sebagai orang yang menerima dan memahami seluruh informasi

yang didapatkan untuk kemudian diproses lebih lanjut.

Kedua, untuk pendidikan. Komunikator berfungsi sebagai

penerima dan sekaligus memahami seluruh informasi yang didapatkan

untuk kemudian diproses lebih lanjut. Sementara komunikan, berperan

sebagai orang yang bersedia belajar. Ketiga, untuk menginspirasi.

Memberikan hiburan kepada masyarakat, agar dapat mengembangkan ide-

ide kreatif. Komunikan pada saat bersamaan akan menjadi menikmati

melupakan sejenak permasalahan untuk menyegarkan kembali

pemikirannya.

Keempat, untuk memengaruhi. Disinilah komunikator bekerja sama

dengan menjabarkan setiap pendapat untuk kemudian memeroleh

13

Mohammad Shoelhi,Komunikasi Internasional Perspektif Jurnalistik, h. 5.

Page 52: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

36

keyakinan dari ketentuan sikap dan pendapat. Sementara komunikan,

berhak mempunyai keputusan untuk menerima atau menolak sesuatu yang

sesuai dengan norma masyarakat.14

B. Memaknai Budaya

1. Pengertian Budaya

Memaknai budaya tentu sangatlah banyak pengertian yang telah

berhasil didefinisikan banyak pakar dan dari beberapa sudut pandang.

Namun demikian peneliti akan memberikan beberapa pengertian dari

berbagai sudut pandang pula agar membantu pemahaman yang lebih

komprehensif.

Secara bahasa kata budaya berasal dari kata budi. Kata budi diambil

dari bahasa sangsekerta yang berarti akal.15

Budaya juga berasal dari kata

cultuur dari bahasa Belanda dan culture dari bahasa Inggris, di mana asal

kata tersebut sama-sama berasal dari bahasa Latin dari kata Colere yang

berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan.

Dalam pengertian ini kata colere lebih mengarah atas pengolahan tanah,

atau bisa disebut juga dengan bertani. Jadi kata colere yang dimaksudkan

adalah segala bentuk aktivitas manusia yang berkaitan dengan pengolahan

alam.16

Dalam bahasa Arab budaya berasal dari kata al-tsaqafah yang

bermakna perbaikan.17

14

Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h. 53. 15

Yusron Rozak, Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif

Islam (Jakarta: Laboratorium Sosiologi Agama, 2008), h. 136. 16

Joko Tri Prasetya, dkk, Tanya Jawab Ilmu Budaya (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), h. 13. 17

Yusron Rozak, Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif

Islam, h. 137.

Page 53: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

37

Budaya yang dalam bahasa Inggris adalah culture merupakan kata

yang dianggap paling kompleks penggunaannya. Pendapat ini

dikemukakan oleh Raymond Williams. Menurut Williams kata culture

sering muncul penggunaanya terhadap beberapa konsep-konsep penting

dalam dimensi yang berbeda, baik dalam keilmuan maupun dalam

kerangka berpikirnya.

Pada awalnya culture dekat pengertiannya dengan kata “kultivasi” (cultivation),

yaitu pemeliharaan ternak, hasil bumi, dan upacara-upacara religius (yang

darinya diturunkan istilah kultus “cult”). Sejak abad ke- 16 hingga 19, istilah ini

mulai diterapkan secara luas untuk pengembangan akal budi manusia individu

dan sikap-perilaku pribadi lewat pembelajaran. Dalam konterks ini, kita bisa

memahami mengapa orang disebut “berbudaya” atau “tidak berbudaya”. Selama

priode panjang ini pula istilah budaya diterapkan utuk enitas yang lebih besar

yaitu msayarakat sebagai keseluruhan, dan dianggap merupakan padanan kata

dari peradapan (civilization). Akan tetapi, seiring kebangkitan romantisisme

selama Revolusi Industri, budaya mulai dipakai untuk menggambarkan

perkembangan kerohanian yang dikontraskan dengan perubahan material dan

infrastruktural. Gerakan Nasionalisme di akhir abad ke 19 juga ikut

memengaruhi dinamika peaknaan atas budaya, di mana lahir istilah “budaya

rakyat” (folk culture) dan “budaya nasional” (national culture).18

Secara sederhana budaya dapat diartikan dengan segala sesuatu

yang berkaitan dengan cara hidup manusia.19

Secara luas berikut pengertian budaya menurut beberapa tokoh.

a. E.B Tylor mendefinisikan budaya adalah keseluruhan kompleks

kehidupan masyarakat. Tylor menjelaskan bahwa di dalam budaya

terkandung ilmu pengetahuan dan kebiasaan manusia dalam

bermasyarakat.20

b. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt mendefinisikan budaya dengan

segala bentuk pengalaman masyarakat sosial yang mereka hasilkan

18

Dikutip dari Muji sutrisno dan Hendari Putranto, Teori-teori Kebudayaan, h. 7-8. 19

Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya Panduan Berkomunikasi

dengan Orang-orang Berbeda Budaya, h. 179. 20

Joko Tri Prasetya, dkk, Tanya Jawab Ilmu Budaya, h. 14.

Page 54: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

38

dari proses belajar dan dilakukan secara bersama-sama oleh

masyarakat tersebut.21

c. Prof. M.M. Djojodiguno mengartikan budaya adalah sebuah daya yang

dihasilkan dari budi. Daya itu berupa cipta, karsa, dan rasa.22

d. Marvin Haris seperti yang dikutip Rulli Nasrullah, memaknai budaya

dengan segala ciri khas tingkah laku yang berada dan melekat pada si

pelaku tersebut. Rulli Nasrullah menjadikan kutipan ini sebagai

penguat bahwa budaya dalam kacamata etnografi menurut Rulli

Nasrullah adalah bentuk konstruksi sosial dan konstruksi sejarah

sebagai bentuk penanaman pola budaya tertentu.23

e. Rulli Nasrullah memaknai budaya dari sisi psikologi, mengatakan

bahwa budaya merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk

menghadapi persoalan kehidupan. Untuk menguatkan pendapatnya

Nasrullah mengutip pendapat Geert Hofstede yang memaknai budaya

sebagai pola-pola tertentu yang terdapat dalam sebuah interaksi

antarmanusia dalam sebuah kelompok tertentu sebagai respons bagi

lingkungan tempat tumbuhnya kelompok tersebut. Artinya bahwa

budaya bukan hanya sebagai bentuk jawaban dari sebuah pemikiran

manusia saja, melainkan hal tersebut kemudian menjadi bukti bahwa

manusia memiliki perbedaan dalam berfikir, perbedaan sudut pandang,

perbedaan aturan dan sebagainya.24

Pastilah banyak beberapa pengertian lain mengenai budaya

yang tidak bisa peneliti sebutkan semuanya, namun ada penekanan

21

Yusron Rozak, Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif

Islam, h. 137. 22

Joko Tri Prasetya, dkk, Tanya Jawab Ilmu Budaya, h. 14-15. 23

Rulli Nasrullah, Komunikasi Antarbudaya di Era Budaya Siber, h. 16-17. 24

Rulli Nasrullah, Komunikasi Antarbudaya di Era Budaya Siber, h. 16.

Page 55: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

39

pengertian budaya yang ingin peneliti sampaikan dalam skripsi ini.

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

budaya adalah segala bentuk tingkah laku yang nampak pada

permukaan setiap kelompok manusia yang dilatarbelakangi oleh

pengaruh genetik, struktural, psikologi, normatif, dan historis.

Pengertian ini mengacu pada beberapa pengertian yang peneliti

simpulkan di mana pengertian-pengertian budaya tersebut memiliki

pendekatan aspek ilmu lain seperti pendekatan psikologi dan

pendekatan normatif.

2. Unsur-unsur Kebudayaan

C. Kluckhohn menyebutkan, bahwa ada tujuh unsur dalam kebudayaan

universal, yaitu:

a. Sistem Religi

b. Sistem Organisasi Kemasyarakatan

c. Sistem Pengetahuan

d. Sistem Mata Pencaharian Hidup

e. Sistem Teknologi dan Peralatan

f. Bahasa

g. Serta Kesenian.25

3. Pengertian Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang dilakukan oleh

individu atau kelompok manusia yang memiliki latar belakang kebudayaan

yang berbeda. Pengertian ini peneliti simpulkan setelah memahami makna

25

Supartono Widyosiswono, Ilmu Budaya Dasar (Bogor: Ghalia Indonesia, 2001),

h. 33-34.

Page 56: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

40

budaya dan makna komunikasi. Untuk menguatkan pendapat ini peneliti

mengutip beberapa pendapat mengenai pengertian komunikasi

antarbudaya.

a. Ricard E. Porter dan Larry A. Samovar mengartikan komunikasi

antarbudaya adalah proses komunikasi yang sumber dan penerimanya

berasal dari budaya yang berbeda. Menurut Porter dan Larriy setiap

komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan

yang berbeda budaya, maka penafsiran pesan harus dilakukan dengan

umpan balik dalam ranah budaya pula. Setiap budaya memiliki resiko

atau sebuah konseskuensi dalam memaknai komunikasi.26

b. Alo Liliweri mengartikan bahwa komunikasi antarbudaya adalah

komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang dengan

latar belakang budaya yang berbeda. Menurutnya proses komunikasi

antarbudaya tersebut disertai dengan peraturan budaya tertentu, seperti

tingkat keamanan, sopan santun, serta peramalan dan pemaknaan

pesan atas lawan bicara.27

Masih menurut Alo Liliweri pengertian

komunikasi antarbudaya yang dikemukakannya itu menunjukkan

bahwa seberapa jauh perbedaan budaya yang terjadi maka sedemikian

pula peluang yang didapat oleh komunikan untuk dapat mengartikan

pesan yang didapatkan dari komunikator.28

c. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss memaknai komunikasi antarbudaya

dengan komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik

dalam perbedaan ras, etnik dan sosio ekonomi). Kebudayaan menurut

26

Ricard E. Porter dan Larry A. Samovar, Suatu Pendekatan Terhadap Komunikasi

Antarbudaya, dalam Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), h.20. 27

Alo Liliweri, Makna Komunikasi dalam Komunikasi Antarbudaya, h. 13-14. 28

Alo Liliweri, Makna Komunikasi dalam Komunikasi Antarbudaya, h. 14.

Page 57: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

41

Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss adalah cara hidup yang

berkembang dan dianut oleh sekelompok orang dan berlangsung dari

generasi ke generasi.29

d. Joseph A. Devito memaknai komunikasi antarbudaya adalah bentuk

kpercayaan, nilai, dan bentuk-bentuk kultural yang berbeda bagi

masing-masing komunikator dan komunikan. Kpercayaan, nilai, dan

bentuk-bentuk kultural yang berbeda itu kemudian akan menjadi acuan

dalam proses komunikasi antarbudaya.30

e. Andi Faisal Bakti dalam beberapa teori dua puluh sering menyebutkan

bahwa komunikasi antarbudaya melibatkan suatu kelompok, golongan,

agama, dan budaya terdiri atas nilai-nilai, persepsi adat istiadat,

kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarbudaya

menurut Andi Faisal Bakti adalah komunikasi yang terjadi melibatkan

orang secara individu atau kelompok yang mempunyai latar belakang

yang berbeda.31

Dari beberapa pengertian dari tokoh-tokoh di atas, dapat peneliti

simpulkan bahwa komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang

dilakukan secara melebar dari segi penyampaian dan pemaknaan pesan

dan peluang yang didapatkan untuk mengartikan pesan yang disampaikan

karena berbedanya nilai-nilai yang terkandung dari perbedaan budaya

yang ada di dalamnya.

29 Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication – Konteks-konteks

Komunikasi (PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 236. 30

Joseph A. Devitp, Komunikasi Antarmanusia; Kuliah Dasar Edisi kelima. Penerjemah

Agus Maulana, h. 479. 31

Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South

Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program, h. 128.

Page 58: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

42

4. Teori Komunikasi Antarbudaya Joseph A. Devito dan Andi Faisal

Bakti

Dalam penelitian ini, peneliti memilih teori Joseph A. Devito dan

Andi Faisal Bakti sebagai landasan teori.32

Seperti telah dijelaskan pada

bingkai teori di Bab I, peneliti telah memberikan penjelasan secara singkat

mengenai teori Joseph A. Devito dan Andi Faisal Bakti. Untuk

mempermudah dalam analisis, pada Bab II ini peneliti memberikan

penjelasan secara detail mengenai teori dua tokoh di atas.

a. Teori Joseph A. Devito

1) Komunikasi Antarbudaya (komunikasi antarperadaban).

Komunikasi antarbudaya menurut Joseph A. Devito

dicontohkan pada komunikasi yang terjadi antara orang Cina dan

orang Portugis, atau antara orang Prancis dengan orang Norwegia.

Dalam pengertian ini tidak dijelaskan secara spesifik mengenai apa

yang dimaksud dengan komunikasi antarbudaya dan kaitannya

dengan contoh antara orang Cina dan orang Portugis seperti di atas.

Dengan demikian juga seperti ada kerancuan definisi antara

komunikasi antarbudaya dengan komunikasi antara bangsa yang

berbeda.33

Pada satu kesempatan bimbingan skripsi (15 September

2013), Prof. Andi Faisal Bakti, mengatakan bahwa komunikasi

antarbudaya yang dimaksud adalah komunikasi yang terjadi

32

Lihat Bab I pada bingkai teori. 33

Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia. Penerjemah Agus, h. 480-481.

Page 59: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

43

antarperadaban. Hal ini juga menjadi acuan nanti di lapangan

apakah komunikasi antarbudaya yang dimaksud dapat ditemukan.34

2) Komunikasi antara ras yang berbeda.

Komunikasi antara ras yang berbeda disebut juga dengan

komunikasi antarras. Joseph A. Devito menyebutkan bahwa

komunikasi antara ras terjadi antara orang kulit hitam dengan orang

kulit putih.35

Merujuk pada pengertian Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), ras setidaknya ada dua pengertian. Pertama,

golongan bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik. Kedua, kelompok yang

dapat dibedakan dari rumpun bangsa yang berbeda. Dalam cakupan

penelitian ini peneliti mengambil pengertian yang pertama yatiu

golongan bangsa dalam hal ini kelompok berdasarkan ciri-ciri

fisik.

3) Komunikasi antara kelompok etnis yang berbeda.

Menurut KBBI etnis dapat diartikan dengan sekelompok

orang yang bertalian dengan kelompok sosial dalam sistem sosial

atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu

karena keturunan, adat, agama, bahasa. Joseph A. Devito

menyebutkan, bahwa komunikasi terjadi misalnya seperti orang

Amerika keturunan Italia dengan orang Amerika keturunan

Jerman. Dalam keseharian kita, komunikasi antara etnis yang

berbeda ini dapat dicirikan dengan perbedaan bahasa. Misalnya

bahasa Sunda dengan bahasa Jawa. Selain dari itu gelar

34

Bimbingan skripsi dengan Prof Andi Faisal Bakti, MA, 15 September 2013. 35

Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia. Penerjemah Agus Maulana, h. 480-481.

Page 60: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

44

kebangsaan, misalnya habib, tubagus, gus, raden. Kemudian nama

khas, seperti Muhammad Soleh lebih dikenal dengan sebutan

Madsaleh bagi orang Madura.36

4) Komunikasi antara kelompok agama yang berbeda.

Pada komunikasi antara kelompok agama yang berbeda ini

jelas, bahwa agama sebagai begron perbedaannya. Joseph A. Devito

mencontohkan komunikasi yang terjadi antara orang Katolik Roma

dengan orang Episkop, atau antara orang Islam dengan orang

Yahudi.37

5) Komunikasi antara bangsa yang berbeda.

Komunikasi antara bangsa yang berbeda dapat disebut juga

dengan komunikasi internasional. Dalam komunikasi antara bangsa

yang berbeda ini Joseph A. Devito mencontohkan seperti orang

Amerika Serikat dengan orang Meksiko, atau antara orang Prancis

dengan orang Italia. Pada bagian ini identitas bangsa menjadi acuan

tolak ukur perbedaannya.

6) Komunikasi antara subkultur yang berbeda.

Subkultur adalah bagian dari kultur atau budaya. Joseph A.

Devito mencontohkan subkultur dengan contoh kelompok yang

berprofesi sebagai dokter dengan kelompok orang yang berprofesi

sebagai pengacara. Artinya kelompok yang diambil dari kelompok

besar yang mencirikan kelompok tersebut dengan kelompok besar

sebelumnya.

36

Bimbingan skripsi dengan Prof. Andi Faisal Bakti, MA, 15 September 2013. 37

Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia. Penerjemah Agus Maulana, h. 480-481.

Page 61: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

45

7) Komunikasi antara subkultur dengan kultur yang dominan.

Joseph A. Devito memberikan contoh pada komunikasi

jenis ini dengan komunikasi yang terjadi antara kaum homoseks

dengan kaum heteroseks, atau antara kaum muda dan kaum manula.

Ada dominasi antara satu golongan dengan golongan yang lain.

Subkultur yang telah memisah dari kultur besar sebelumnya

kemudian diklasifikasikan kembali menjadi kelompok yang

mendominasi dengan kelompok kecil yang didominasi.

8) Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda.38

Komunikasi ini jelas, perbedaan kelamin menjadi latar

belakang perbedaannya. Memang terlihat sangat simpel, namun

pada proses analisis, komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda

dibutuhkan usaha mendalam untuk melihatnya.

b. Andi Faisal Bakti

Teori Andi Faisal Bakti ada dua macam, yaitu teori tujuh dan

teori dua puluh. Berikut penjelasan teori tujuh:

1) Komunikasi antara Muslim dan non-Muslim.

2) Komunikasi antara Militer dan Sipil.

3) Komunikasi antara Jawa dan non-Jawa.

4) Komunikasi antara Pribumi dan non-Pribumi.

5) Komunikasi antara Tradisionalis dan Modernis.

6) Komunikasi antara Kelompok Sekuler dan Islam.

7) Komunikasi antara Lelaki dan Perempuan.39

38

Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia. Penerjemah Agus Maulana, h. 480-481. 39

Andi Faisal Bakti, “Review of Human Factor Studies: Major Conflict in Indonesia: How

can Communication Contribute to a Solution?” (Jurnal: Internatioal Institute for Human Factor

Development, 2000), vol 6 No: 2, h. 33-56.

Page 62: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

46

Berikut penjelasan teori tujuh melalui tabel 2.1.

Faktor dan

Aktor

Di mana pelaku didominasi oleh

kelompok dengan komunitas besar,

bertindak dengan cara-cara yang

menimbulkan konflik

Tindakan penduduk dalam

bergerak ke arah resolusi

konflik

Muslim

dengan non-

Muslim

Kompulsif (bersifat memaksa),

impulsif (bertindak tiba-tiba sesuka

hati), marah, curiga, penuh dendam,

fanatik, menggunakan paksaan,

rayuan, kooptasi (pemilihan anggota

kelompok), indoktrinasi, pemurtadan

melalui kolonisasi (penjajahan),

mempermalukan, memarjinalkan,

pembakaran, kerusuhan, prasangka

buruk, kebencian, ortodoks,

pemurtadan, dan hal lain yang

cendrung pada cara-cara kekerasan.

Terbuka, kooperatif (saling

membantu), penuh kasih,

damai, hormat, bebas dalam

toleransi, peruasif, strategi

komunikasi yang dapat

diterpkan adalah pemuka

agama dan kepala

pemerintah saling

menciptakan forum diskusi

kegiatan bersama dan

menerapkan aturan terhadap

kegiatan keagamaan

Jawa non-

Jawa

Menciptakan, hegemoni, kolonisasi,

sentralisasi, monopoli, eksploitatif,

kekerasan, etnocentric,

mengendalikan, stereotip, melalui

kerusuhan terbakar rasa cemburu, iri

hati, ketidakpercayaan,

ketidaksetaraan, prasangka

menggunakan stereotip

Cukup adil, dapat dipercaya

diskusi multi budaya melalui

negosiasi komunikasi,

solidaritas, saling berbagi

Strategi komunikasi ini

adalah pemuka opini atau

opinion leader dengan

pemerintah harus dapat

mengatur referendum atas

otonomi daerah atau federasi

Militer dan

Sipil

Kompulsif (bersifat memaksa),

impulsif (bertindak tiba-tiba sesuka

hati), egois, nasionalis dengan cara

yang memaksakan, intervensi

sewenang-wenang, brutal,

mendominasi, mengisolasi, membagi-

bagi, berkuasa korupsi, kolusi,

nepotisme , dan penyiksaan

Mencegah, membela,

melindungi, transparan,

menghormati, membantu,

strategi moralistik untuk

perwira militer dan

pemerintah untuk

menghilangkan dual fungsi

dan membawa ke pengadilan

mereka yang terlibat

Page 63: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

47

Sekuler dan

Islam

Religius

Kaku dan fanatik, tidak toleran dan

kaku

dapat dipercaya, penuh

pemahaman, persuasive,

membebaskan diri dari hal

tersebut melalui kerja keras

strategi komunikasi ini

adalah Muslim modernis

agar menciptakan forum

diskusi atau pembelajaran

baik melalui pidato dan

tulisan (membaca)

Modern dan

Tradisionalis

Tidak toleran, fanatik, ketat, malas,

apatis, mengindoktrinasi, ketat, penuh

curiga, ortodoks

Ada sifat toleransi,

komunikasi, akomodasi,

Strategi komunikasi pada

bagian ini adalah kaum

modernis membentuk forum

diskusi baik melalui pidato

atau melalui tulisan atau

membaca

Laki-laki

dan

Perempuan

Laki-laki, sama dengan penjelasan

Joseph A. Devito

Perempuan, sama dengan

penjelasan Joseph A. Devito

Sumber: Andi Faisal Bakti: Human Factor Dtudies (2000)40

Bagan 2.1. di atas adalah gambaran konflik yang terjadi di Indoesia dari

kaca mata komunikasi antarbudaya. Di mana kelompok mayoritas sebagai peran

atau kelompok yang dapat memunculkan konflik.

Pada teori Joseph A. Devito (jenis-jenis komunikasi antarbudaya yang

berjumlah delapan) dan Andi Faisal Bakti (jenis komunikasi antarbudaya yang

berjumlah tujuh) terdapat persamaan pengertian.

40

Andi Faisal Bakti, “Review of Human Factor Studies: Major Conflict in Indonesia: How

can Communication Contribute to a Solution?” Sandiego. Jurnal: Internatioal Institute for Human

Factor: Vol 6, No. 2 (Development, 2000): h. 33-56.

Page 64: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

48

Berikut penjelasannya melalui bagan.

NO Andi Faisal Bakti Joseph A. Devito

1

Jawa dan non-Jawa

Komunikasi Antarbudaya (Peradaban)

Antara Kelompok Etnis yang Berbeda

Subkultur dengan Kultur Dominan

2 Militer dan Sipil Antara Subkultur yang Berbeda

3 Laki-laki dan Perempuan Jenis Kelamin yang Berbeda

4 Muslim dan non-Muslim Kelompok Agama yang Berbeda

Tabel 2.2. persamaan teori Joseph A. Devito dengan Andi Faisal Bakti

Setelah upaya peneliti menjelasankan beberapa pengertian teori

Joseph A. Devito dan teori tujuh dari Andi Faisal Bakti, peneliti akan

mencoba memberikan penjelasan teori dua puluh dari Andi Faisal Bakti.

Untuk mempermudah pemahaman berikut peneliti jelaskan dalam bentuk

tabel. Dalam teori dua puluh ini masing-masing mempunyai pasangan.

Pasangan tersebut adalah sebagai lawan dari masing-masing teori.

Teori dua puluh ini menunjukkan keadaan budaya kolektif yang

masih kaku (konservatif) dan lawannya yaitu keadaan budaya yang sudah

elastis, dapat mengadopsi budaya lain di luar budadaya sendiri

(transformatif). Teori ini menggambarkan keadaan peradaban timur dan

barat. Lalu, dalam teori dua puluh ini dimunculkan pula solusi yang

ditawarkan oleh Islam atas dua corak komunikasi antarbudaya yang

tergambar dari teori duapuluh.

Page 65: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

49

Artinya: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu

kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada

Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan

memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,

orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-

orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan

shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya

apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,

penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar

(imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. (Al-Baqarah

177).41

Dalam surat Al-Baqarah ayat 177 dijelaskan bahwa bukanlah kiblat

kita itu timur atau barat secara peradaban. Akan tetapi, inilah Islam sebagai

agama yang rahmatan lil’alamin, pembawa rahmat bagi seluruh alam yang

mempunyai corak budaya sendiri.

41

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: PT.

Syaamil Cipta Media), h. 43.

Page 66: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

50

Table 2.3. teori dua puluh (konservatif dan transformatif)

No Kaum Konservatif Kaum Transformatif Solusi Dalam Islam

1.

Etre pense par sa culture: Suatu

kelompok, golongan, agama, dan

budaya terdiri atas nilai-nilai,

persepsi adat istiadat, kebiasaan,

tradisi, kreasi, kepercayaan, pola

pikir, dan perasaan yang

dikendalikan atau dikontrol oleh

budayanya (masa lalu).

Penser sa culture: Suatu

kelompok, golongan, agama, dan

budaya terdiri atas nilai-nilai,

persepsi adat istiadat, kebiasaan,

tradisi, kreasi, kepercayaan, pola

pikir, dan perasaan yang

berupaya untuk mengubah

budayanya. Baik itu yang

sekarang maupun masa depan.

Hal ini sangat berkaitan dengan

budaya lain yang dikembangkan

untuk masa depan.

Al-Muhafadzotu

‘ala Al-Qadim

Al-Sholih wa Al-

Akhdzu bi Al-

Jadidi Al-Aslah.

2.

Heriter la culture: Suatu

kelompok, golongan, agama, dan

budaya terdiri atas nilai-nilai,

persepsi, adat istiadat, kebiasaan,

tradisi, kreasi, kepercayaan, pola

pikir, dan perasaan yang

mewarisi budayanya dari masa

lalu dan mewariskannya kepada

generasi yang akan datang.

Acquerir la culture: Suatu

kelompok, golongan, agama, dan

budaya terdiri atas nilai-nilai,

persepsi, adat istiadat, kebiasaan,

tradisi, kreasi, kepercayaan, pola

pikir, dan perasaan yang

berupaya untuk mendapatkan

kultur-kultur yang baru dan

berbeda dari warisan keluarga

dan budayanya. Dengan kata lain

lebih produktif dalam

mendapatkan kultur yang baru.

Al-Muhafadzotu

‘ala Al-Qadim

Al-Shalih wa Al-

Akhdzu bi Al-

Jadidi Al-Aslah.

3.

Submission: Sekelompok

masyarakat, agama, dan budaya

yang hanya tunduk kepada

budayanya sendiri dan tidak

terpengaruh dengan ajaran lain

yang bertentangan dengan

budayanya sendiri.

Egalitarian/Emancipation:

Sekelompok masyarakat, agama,

dan budaya yang mengikuti

aturan-aturan lain dan bersikap

egaliter atau tidak tunduk serta

ingin bebas dari cengkraman

yang sudah ada.

Al-Islam

4.

Adoration of scriptures:

Sekelompok masyarakat, agama,

dan budaya yang sangat

mencintai atau menyukai teks

agamanya (kitab sucinya).

Interpretation of scriptures

Sekelompok masyarakat, agama,

dan budaya yang memaknai atau

memahami teks (kitab suci) yang

menjadi pegangannya.

Al-Ijtihad.

Page 67: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

51

5.

Textualist: Sekelompok

masyarakat, agama, dan budaya

yang percaya teks sebagai suatu

kebenaran. Dengan kata lain teks

yang berkata-kata atau berbicara.

Contextualist: Sekelompok

masyarakat, agama, dan budaya

yang percaya kepada konteks

dan pemahamannya tidak secara

harfiah.

Al-Tafsir.

6.

Gemeinschaft: Sekelompok

masyarakat, agama, dan budaya

yang ingin membangun

kelompoknya berdasarkan

komunitasnya.

Gesellschaft: Sekelompok

masyarakat, agama, dan budaya

yang ingin membangun

kelompoknya berdasarkan

societas.

Al-Ummah.

7.

Reproduction: Sekelompok

masyarakat, agama, dan budaya

yang memproduksi budaya dan

keluarganya.

Creation and trust in foreigners:

Sekelompok masyarakat, agama

dan budaya, yang tidak harus

memproduksi generasi yang

sama. Akan tetapi dari budaya

yang sama dan memiliki kreasi

dengan keadaan sekarang.

Al-Amanah.

8.

Fundamentalism: Pemikiran

KAAB yang terdiri atas nilai-

nilai, persepsi, adat istiadat,

kebiasaan, tradisi, kreasi,

kepercayaan, pola pikir, dan

perasaan yang berdasarkan pada

pondasi utama ajaran agama,

bangsa, negara, dan masyarakat

tertentu. Dengan kata lain

dianggap sebagai kekuatan yang

absolut. Fundamentalism berasal

dari Protestan yang anti

teknologi dan sains.

Rationalism/Secularization:

Pemikiran KAAB yang terdiri

atas nilai-nilai, persepsi, adat

istiadat, kebiasaan, tradisi,

kreasi, kepercayaan, pola pikir,

dan perasaan yang berdasarkan

rasionalisme atau akal bukan

pada kitab dan lebih

mementingkan dunia.

Al-Ihsan

9.

Geograpical immobility:

Pemikiran KAAB yang terdiri

atas nilai-nilai, persepsi, adat

istiadat, kebiasaan, tradisi,

kreasi, kepercayaan, pola pikir,

dan perasaan yang tidak mau

pindah-pindah dan lebih

mengutamakan menetap di

suatu tempat.

Geograpical mobility: Pemikiran

KAAB yang terdiri atas nilai-

nilai, persepsi, adat istiadat,

kebiasaan, tradisi, kreasi,

kepercayaan, pola pikir, dan

perasaan yang lebih

mengutamakan berpindah-

pindah.

Al-Hijrah

10. Je me souviense: Pemikiran

KAAB yang terdiri atas nilai-

Deracinement: Pemikiran

KAAB yang terdiri atas nilai-

Al-

Muhadharah.

Page 68: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

52

nilai, persepsi, adat istiadat,

kebiasaan, tradisi, kreasi,

kepercayaan, pola pikir, dan

perasaan yang cenderung

mengingat masa lalunya yang

harus dipertahankan. Dan ini

lebih mengarah kepada hal-hal

yang negatif.

nilai, persepsi, adat istiadat,

kebiasaan, tradisi, kreasi,

kepercayaan, pola pikir, dan

perasaan yang tercabut dari akar-

akarnya. Artinya meninggalkan

masa lalu untuk menatap masa

depan yang lebih baik dan lebih

pasti.

11.

Paganism (Idol worshipping):

Pemikiran KAAB yang terdiri

atas nilai-nilai, persepsi, adat

istiadat, kebiasaan, tradisi,

kreasi, kepercayaan, pola pikir,

dan perasaan yang melakukan

penyembahan kepada yang

selain Tuhan. Baik itu terhadap

sesajen, jimat, dukun atau

membaca ayat-ayat tertentu

untuk tujuan tertentu.

Monotheism (Idol

destruction)/Humanism (God

created by humans): Pemikiran

KAAB yang terdiri atas nilai-

nilai, persepsi, adat istiadat,

kebiasaan, tradisi, kreasi,

kepercayaan, pola pikir, dan

perasaan yang percaya kepada

Tuhan yang satu.

Al-Tauhid

12.

Imposition/Holy

war/Proselytism: Pemikiran

KAAB yang terdiri atas nilai-

nilai, persepsi, adat istiadat,

kebiasaan, tradisi, kreasi,

kepercayaan, pola pikir, dan

perasaan yang cenderung

memaksakan agama dengan

cara-cara berupa bujukan,

rayuan, paksaan, tekanan,

intimidasi atau dengan cara

melalui perang suci.

Negotiation: Pemikiran KAAB

yang terdiri atas nilai-nilai,

persepsi, adat istiadat, kebiasaan,

tradisi, kreasi, kepercayaan, pola

pikir, dan perasaan yang

mengutamakan sama rata dan

sama rasa.

Al-Musyawarah

13.

Nationalism/Tribalism:

Pemikiran KAAB yang terdiri

atas nilai-nilai, persepsi, adat

istiadat, kebiasaan, tradisi,

kreasi, kepercayaan, pola pikir,

dan perasaan yang sangat

menekankan nasionalisme atau

kesukuan/fanatik.

Universalism/Internationalism:

Pemikiran KAAB yang terdiri

atas nilai-nilai, persepsi, adat

istiadat, kebiasaan, tradisi,

kreasi, kepercayaan, pola pikir,

dan perasaan yang sangat

mengutamakan universal.

Dalam arti tanpa sekat-sekat.

Al-Ta’aruf

14. Orthodoxy/Traditionalism:

Pemikiran KAAB yang terdiri

Protestanism/Modernism:

Pemikiran KAAB yang terdiri Al-Ta’aruf

Page 69: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

53

atas nilai-nilai, persepsi, adat

istiadat, kebiasaan, tradisi,

kreasi, kepercayaan, pola pikir,

dan perasaan yang ingin

memertahankan budaya

tradisional yang ada dan masih

bersifat ortodoks.

atas nilai-nilai, persepsi, adat

istiadat, kebiasaan, tradisi,

kreasi, kepercayaan, pola pikir,

dan perasaan yang mengikuti

perkembangan secara modern

dan lebih maju.

15.

Sectarian communitarianism:

Pemikiran KAAB yang terdiri

atas nilai-nilai, persepsi, adat

istiadat, kebiasaan, tradisi,

kreasi, kepercayaan, pola pikir,

dan perasaan yang patuh hanya

kepada golongan/komunitasnya

saja.

Global communitarianism:

Pemikiran KAAB yang terdiri

atas nilai-nilai, persepsi, adat

istiadat, kebiasaan, tradisi,

kreasi, kepercayaan, pola pikir,

dan perasaan yang lebih terbuka

tetapi hanya kepada agamanya

saja.

Al-Qaum

16.

Cult/Lang/Competence

Inheritence: Pemikiran KAAB

yang terdiri atas nilai-nilai,

persepsi, adat istiadat, kebiasaan,

tradisi, kreasi, kepercayaan, pola

pikir, dan perasaan yang

berdasarkan kemampuan

berbahasa budaya yang didapat

atau diperoleh atau diwariskan

dari masa lalu.

Cult/Lang/Competence

aquisition: Pemikiran KAAB

yang terdiri atas nilai-nilai,

persepsi, adat istiadat, kebiasaan,

tradisi, kreasi, kepercayaan, pola

pikir, dan perasaan yang

memiliki penguasaan bahasa

melalui proses pembelajaran.

Al-Ta’lim

17.

Depedency/Egoism: Pemikiran

KAAB yang terdiri atas nilai-

nilai, persepsi, adat istiadat,

kebiasaan, tradisi, kreasi,

kepercayaan, pola pikir, dan

perasaan yang cenderung kepada

orang/bangsa yang mampu dan

egois akan tetapi sangat

bergantung kepada yang lain.

Interdepedency/Solidarity:

Pemikiran KAAB yang terdiri

atas nilai-nilai, persepsi, adat

istiadat, kebiasaan, tradisi,

kreasi, kepercayaan, pola pikir,

dan perasaan yang

mengutamakan saling tolong

menolong dan bantu-membantu.

Al-Ta’awun

18.

Exclusivism: Pemikiran KAAB

yang terdiri atas nilai-nilai,

persepsi, adat istiadat, kebiasaan,

tradisi, kreasi, kepercayaan, pola

pikir, dan perasaan yang

menolak orang lain untuk masuk

ke dalam kelompoknya.

Inclusivism: Pemikiran KAAB

yang terdiri atas nilai-nilai,

persepsi, adat istiadat, kebiasaan,

tradisi, kreasi, kepercayaan, pola

pikir, dan perasaan yang

bersedia menerima orang lain

Al-Washatiyah

Page 70: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

54

19.

Vernacular language: Pemikiran

KAAB yang terdiri atas nilai-

nilai, persepsi, adat istiadat,

kebiasaan, tradisi, kreasi,

kepercayaan, pola pikir, dan

perasaan yang cenderung belajar

bahasa sendiri/lokal.

Vehicular language: Pemikiran

KAAB yang terdiri atas nilai-

nilai, persepsi, adat istiadat,

kebiasaan, tradisi, kreasi,

kepercayaan, pola pikir, dan

perasaan yang belajar bahasa

pengetahuan/bahasa lain.

Al-lisan

20.

Parochialism: Pemikiran KAAB

yang terdiri atas nilai-nilai,

persepsi, adat istiadat, kebiasaan,

tradisi, kreasi, kepercayaan, pola

pikir, dan perasaan yang

menyampaikan ajaran secara

kaku.

Flexibility: Pemikiran KAAB

yang terdiri atas nilai-nilai,

persepsi, adat istiadat, kebiasaan,

tradisi, kreasi, kepercayaan, pola

pikir, dan perasaan yang

menyampaikan ajaran secara

elastis/lentur.

Al-Tasamuh

Sumber: Andi Faisal Bakti (Jakarta: INIS, 2004).42

Bagan 2.2. di atas menjelaskan tentang karakteristik budaya.

Teori ini menerangkan tentang macam-macam budaya dengan

beberapa ketentuan dan pengelompokannya. Teori tersebut berjumlah

duapuluh. Dari dua puluh teori itu kemudian dibagi dua, yaitu teori

kelompok kanan dan teori kelompok kiri.

Yang dimaksud kelompok kanan adalah teori komunikasi

antarbudaya yang menjelaskan tentang jenis budaya yang sudah

longgar. Budaya tersebut sudah mengedepankan kebutuhan zaman dari

pada harus terkungkung dengan bawaan atau peninggalan kuno yang

belum tentu ideal pada zaman sekarang. Sedangkan yang dimaksud

teori kiri adalah teori yang menjelaskan tentang budaya yang masih

kaku. Budaya tersebut kental dan cendrung menganggap hal yang baru

tidak baik. Teori kanan sebagai penolakan dari teori kiri.43

42

Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South

Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program, h. 128. 43

Catatan perkuliahan pada mata kuliah Komunikasi Antarbudaya dan Agama (KAAB)

dengan Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, 14 Oktober 2011.

Page 71: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

55

C. Memaknai Folklor

1. Pengertian Folklor

Secara bahasa folklor berasal dari dua kata. Kata folklor berasal dari

folk dan lore dalam bahasa Inggris. Folk dapat diartikan dengan rakyat,

dan bangsa.44

Menurut James Dananjaya Folk berarti ciri-ciri pengenal

yang ada pada sekelompok orang, sehingga ciri-ciri pengenal tersebut

menjadi pembeda dengan kelompok lain. Ciri-ciri pengenal itu ada pada

setiap sisi kehidupan kelompok tersebut, misalnya bentuk fisik, gaya hidup

bersosial, terlebih lagi dalam kebudayaan.45

Sedangkan lore berarti adat dan pengetahuan.46

Dalam pengertian yang

lebih luas lore diartikan sebagai bentuk tradisi dari kata folk. Tradisi

tersebut menjadi semacam adat yang menggejala dan terus akan

dipertahankan dalam kurun waktu yang cukup lama. Pada prosesnya,

tradisi yang diturunkan biasanya melalui proses tradisional. Tradisi

tersebut diturunkan melalui pranata sosial, misalnya, gerak tradisional

rakyat, musik rakyat, kesenian rakyat, arsitektur rakyat, kepercayaan atau

keyakinan, permainan rakyat, teater rakyat, nyanyian tradisional, legenda

dan dongeng, teka-teki, ungkapan tradisional, bahasa rakyat dan

sebagainya.47

44

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia (Amerika: Cornell

University Press, 1975; reprint, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 250. 45

James Danandjaya, Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain (Jakarta:

Pustaka Utama Grafiti, 2007), h. 1-3. 46

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia,h. 366. 47

Setya Yuwana Sudikan, “Ragam Metode Pengumpulan Data: Mengulas Kembali

Pengamatan, Wawancara, Analisis Life History, Analisis Folklore,” dalam Burhan Bungin,

Metodologi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer,

(Jakarta: Karisma Putra Utama, 2004), h. 71.

Page 72: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

56

Supanto dan kawan-kawan mendefinisikan bahwa folklor adalah

bentuk penuturan cerita yang pada dasarnya tersebar secara lisan yang

penyampaiannya melalui pewarisan secara tradisional bagi masyarakat

pendukungnya dan disampaikan secara turun temurun.48

Dari pengertian di atas dapat didefinisiskan bahawa folklor adalah

budaya tradisional yang dianut oleh sekelompok orang di mana budaya

tersebut merupakan hasil peninggalan nenek moyang yang telah

diwariskan secara turun temurun dalam kurun waktu yang cukup lama

dengan cara tradisional pula.

2. Folklor Haul Cuci Pusaka

Secara bahasa Haul bermakna peringatan kematian yang dilakukan

setiap satu tahun sekali. Sedangkan kata cuci dalam KBBI pemaknaannya

selalu digandengkan dengan kata lain. Misalnya, cuci darah bermakna

kegiatan mencuci darah dengan teknik tertentu. Cuci muka adalah kegiatan

membersihkan muka dengan cara membasuhnya dengan air. Cuci otak

adalah sebuah peroses penghilangan pendapat dari otak seseorang bahkan

proses penghilangan keyakinan untuk kemudian diisi dengan kekuatan

argumen yang baru melalui pemaksaan pada jiwa dan fisik. Cuci perut

adalah membersihkan perut dengan memakan obat pencahar, dan masih

banyak contoh yang diberikan dalam KBBI.49

Sedangkan arti dari pusaka adalah pertama harta benda peninggalan

orang yang telah meninggal yaitu warisan yang ditinggalkan keapada

48

Supanto dkk, Risalah; Sejarah dan Budaya Seri Folklor (Yogyakarta: Balai Penelitian

Sejarah dan Budaya, 1981-1982), h. 48. 49

Departemen Pendidikan Nasional, Tim Penyusun Kamus, Pusat Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia,h. 67.

Page 73: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

57

anaknya yang hanya berupa sawah lima petak. Kedua benda yang

diturunkan dari nenek moyang biasanya berupa keris.50

Jadi Haul Cuci Pusaka adalah selamatan tahunan yang dilakukan oleh

sekelompok orang untuk memperingati hari wafatnya seseorang yang

dilakukan setiap satu tahun sekali dan pada saat yang bersamaan pula

dilakukan pencucian pusaka peninggalan orang yang telah meniggal

tersebut.

Kegiatan Haul Cuci Pusaka merupakan bagian dari keragaman budaya

Indonesia. Kegiatan tersebut dapat disebut juga dengan upacara

tradisional. Bentuk kegiatan yang dilakukan dalam acara ini sangat kental

dengan unsur kepercayaan dan nilai. Mempunyai identitas tersendiri,

seperti keunikan bahasa atau cara berkomunikasi, pakaian dan penampilan

dalam keseharian, makanan yang disajikan pada saat perayaan dan

termasuk cara mereka memakannya, waktu yang ditentukan untuk

melaksanakan perayaan, penghargaan dan pengakuan dari pihak lain,

hubungan-hubungan, nilai dan norma, rasa diri dan ruang, proses mental

da belajar, kepercayaan dan sikap.51

Dalam upacara tradisi juga terdapat kandungan makna dari setiap

tindak tanduk perayaan tersebut. Begitu juga dalam Haul Cuci Pusaka ini.

Hal ini disebabkan karena setiap tradisi pasti menyisakan sebuah

50

Departemen Pendidikan Nasional, Tim Penyusun Kamus, Pusat Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia,h.910. 51

Philiph R. Harris dan Robert T. Moran, “Memahami Perbedaan-perbedaan Budaya,”

dalam Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya: Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006),

h. 58-62.

Page 74: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

58

kebiasaan lama hasil dari peninggalan nenek moyang. Dalam kebiasaan

tersebut juga terdapat hukum yang berlaku berdasarkan norma-norma

tertentu.52

52

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Tim Peneliti Mulyadi, dkk, Upacara

Tradisional Sebagai Kegiatan Sosialisasi di DIY (Yogyakarta: Poroyek Inventarisasi dan

Dokumentasi Kebudayaan daerah, 1982-1983), h. 35.

Page 75: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

59

BAB III

TUBAGUS ATIEF, FOLKLOR “HAUL CUCI PUSAKA KERAMAT

TAJUG,” DAN KELURAHAN CILENGGANG

Bagi setiap daerah sudah pasti mereka mempunyai cara sendiri dalam

upacara tradisionalnya. Terlebih bagi masyarakat daerah yang hidup di pedesaan.

Bahkan sebagian mereka ada pula yang mempunyai ritual kematian secara khusus,

seperti masyarakat desa Kepoharjo, Yogyakarta, Jawa Tengah. Di kampung

tersebut telah baku peraturan tentang bagaimana persiapan pemakaman jenazah,

penguburannya sampai pada upacara-upacara setelah kematian. Masyarakat di

desa tersebut telah menjalankan ritual upacara tradisional selama bertahun-tahun.1

Demikian pula yang terjadi dalam folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat

Tajug.” folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” tidak jauh berbeda dengan

upacara-upacara tradisional daerah lainnya. Terdapat sistem nilai dan kepercayaan

di dalamnya. Mereka seolah-olah kaku dan menganggap ucapan dan peninggalan

sesepuh adalah petuah yang harus diikrarkan dalam diri mereka. Masyarakat

pemilik folklor secara berlahan terus menggali serta mempertahankan budaya

tersebut.

Dalam bab ini penulis akan memberikan gambaran sejarah perjuangan

Tubagus Atief, serta akan dikupas pula bagaimana asal mula diadakannya “Haul

Cuci Pusaka Keramat Tajug” sebagai gambaran bagi pembaca. Dalam bab ini pula

penulis akan memberikan gambaran umum tentang kelurahan Cilenggang tempat

terjadinya folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug.”

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Tim Peneliti Mulyadi, dkk., Upacara

Tradisional Sebagai Kegiatan Sosialisasi di DIY (Yogyakarta: Poroyek Inventarisasi dan

Dokumentasi Kebudayaan Daerah, 1982-1983), h. 38-69.

Page 76: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

60

A. Tentang Tubagus Atief

Raden Muhammad Atief Bin Sultan Ageng Tirtayasa merupakan salah

satu anak atau keturunan kerajaan Banten dari Pangeran Tirtayasa. Raden

Muhammad Atief Bin Sultan Ageng Tirtayasa kemudian lebih dikenal dengan

nama Tubagus Atief atau Tubagus Wetan. Nama Tubagus Wetan ini

merupakan gelar yang diberikan oleh ayahandanya setelah ia berhasil

menaklukkan penjajahan Belanda dan mengislamkan masyarakat Tangerang

khususnya masyarakat Cilenggang.

Hal yang sama sebenarnya terjadi juga pada ayahandanya yaitu Sultan

Ageng Tirtayasa, yang aslinya bernama Pangeran Adipati Anom Pangeran

Surya putra dari Abu Al-Ma’ali Ahmad. Pada saat diangkat menjadi raja

Banten ke-5, tepatnya pada tanggal 10 Maret 1651, sultan baru ini dikenal

dengan sebutan Pangeran Ratu Ing Banten, atau julukan yang diberikan oleh

khalifah Mekkah adalah Sultan Abu Al-Fath Abdul Fattah Muhammad Syifa

Zaina Al- Arifin. Gelar ini belum begitu dikenal banyak kalangan. Nama yang

sangat dikenal banyak orang adalah Sultan Ageng Tirtayasa. Nama Sultan

Ageng Tirtayasa ini adalah gelar yang diberikan oleh masyarakat setempat

(masyarakat penduduk daerah yang bernama Tirtayasa).2

Perjuangannya dimulai sejak Ia kecil. Tubagus Atief kecil telah

diperintahkan ayahnya yakni pangeran Tirtayasa untuk pergi dari rumahnya

agar ia menuntut ilmu dan kelak ia bisa berdakwah (menyiarkan agama

Islam). Hal ini serupa dengan keadaan sebelumnya yakni para Wali Songo. Di

2 Nina H. Lubis, Banten Dalam Pergumulan Sejarah; Sultan, Ulama, Jawara (Jakarta:

Pustaka LP3S Indonesia, 2003), h. 47.

Page 77: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

61

mana para Wali Songo telah melakukan perpindahan dari tempat satu ke

tempat lain yang tujuan dilakukannya hal itu adalah untuk berdakwah.3

Terbukti kegigihannya menuntut ilmu dan kepiawaian Tubagus Atief

membuat pangeran Tirtayasa merasa yakin atas Tubagus Atief. Hal ini dapat

dilihat saat Tubagus Atief diutus ke Benteng Selatan (Tangerang Selatan) pada

zaman penjajahan Belanda dulu.

“Pada waktu itu sebagai panglima perang Pangeran Tirtayasa mengutus

Tubagus Atief ke Benteng Selatan atau Tangerang Selatan ini. Ini karena penjajah

pelarian dari Benteng itu terdengar lari ke Benteng Selatan dan menjajah rakyat, dan

Tubagus Atief ini ditugaskan untuk membantu melindungi rakyat dari penjajah

Belanda dan sekaligus untuk menyebarkan agama Islam yang merupakan amanat

pula dari Sultan Ageng Tirtayasa. Kan dulunya disini, masyarakat Cilenggang ini

khususnya didominasi oleh agama Hindu, itu kira-kira pada tahun 1667. Adapun

yang pertama masuk Islam adalah justru dari kelompok Hindu. Mereka memang

menentang keras awalnya, mereka menunjukkan kekuatan-kekuatannya, namun

Tubagus Atief pun tak tinggal diam, melalui adu ilmu akhirnya mereka dengan izin

Allah mampu dikalahkan, kemudian mereka masuk agama Islam dan menjadi

pengikutnya.”4

Tidak heran rasanya jika Tubagus Atief kelak menjadi panglima perang

kalau melihat dari perjuangan-perjuangan ayahandanya yaitu Sultan Ageng

Tirtayasa. Sultan Ageng Tirtayasa merupakan salah seorang yang sangat

berjasa bagi Banten. Seperti disebutkan oleh Nina H. Lubis bahwa sejak

pemerintahan pertama sampai saat-saat terakhir, pangeran Tirtayasa sangat

besar jasa-jasanya terhadap Banten. Pada saat pemerintahannya Banten

berhasil menarik perdagangan bangsa Eropa, negara-negara tersebut seperti

Inggris, Perancis, Denmark, dan Portugis. Pangeran Tirtayasa mampu

memainkan perdagangan yang lugas dan mampu bersaing dengan VOC yang

menggunakan sistem monopoli perdagangan. Pada saat itu VOC dan Banten

sangat bersaing dan Pangeran Tirtayasa berhasil mamainkannya.5

3 Prof. Dr. KH. Agil Siradj, MA, “Kata Pengantar; Meneladani Strategi Kebudayaan Para

Wali,” dalam Agus Sunyoto, Wali Songo; Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan (Jakarta:

Transpustaka, 2011), h. xi. 4 Wawancara Pribadi dengan Sos Rendra, Tangerang Selatan, 28 Mei 2013.

5 Nina H. Lubis, Banten Dalam Pergumulan Sejarah; Sultan, Ulama, Jawara (Jakarta:

Pustaka LP3S Indonesia, 2003), h. 47.

Page 78: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

62

Pangeran Tirtayasa sendiri mempunyai sembilan anak yaitu, Sultan

Haji, Pangeran Purbaya, Pangeran Setiri, Pangeran Jogya, Raden Shoheh,

Raden Muhammad Atief (Tubagus Atief), Ratu Ayu, Ratu Fatimah, Ratu

Komala. Kesembilan anak Pangeran Tirtayasa ini tumbuh besar kecuali anak

bungsu nya yang bernama Ratu Komala. Menurut penuturan Sos Rendra Ratu

Komala meninggal sejak ia kecil.6 Dari kesembilan anaknya ini mereka

mempunyai tugas masing-masing dari ayahandanya yaitu Pangeran Tirtayasa

termasuk Tubagus Atief yang ditugaskan ke daerah Tangerang yang dulunya

bernama Benteng Selatan. Menurut penuturan Sos Rendra nama Tangerang

berasal dari kata Tangger yang berarti tanda pembatas daerah. Pada saat

penjajahan Belanda tangger inilah yang dipertahankan oleh masyarakat

setempat agar tidak dikuasai oleh penjajah, sehingga muncullah istilah

menjaga tangger sampai perang dan akhirnya muncullah nama Tanggerang

atau menjaga tangger sampai perang.7

Perjuangan Tubagus Atief menyiarkan agama Islam sangat gigih dan

penuh semangat. Terbukti, berkat kerja keras itu sampai sekarang masyarakat

penduduk Tangerang pada umumnya memeluk agama Islam. Hingga saat ini

makamnya yang berada di kelurahan Cilenggang Serpong Tangerang Selatan

ramai dikunjungi orang untuk berziarah. Kebiasaan serupa juga terjadi pada

masyarakat Jawa pada umumnya. Selain dari makamnya yakni Keramat

Tajug, peninggalan sejarah Tubagus Atief juga dapat kita temui di

Cilenggang, yaitu masjid Al-Ikhlas. Masjid Al-Ikhlas ini merupakan

maskawin Tubagus Atief kepada istrinya yang bernama Siti Almiyah atas

permintaan masyarakat setempat. Dari pernikahannya itu Tubagus Atief

6 Wawancara Pribadi dengan Sos Rendra, Tangerang Selatan, 28 Mei 2013.

7 Wawancara Pribadi dengan Sos Rendra, Tangerang Selatan, 28 Mei 2013.

Page 79: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

63

dikaruniai empat orang keturunan yaitu, Tubagus Romdhon, Tubagus Arpah,

Tubagus Raje, Tubagus Arja.8

Bagan 3.1

Silsilah Tubagus Atief

Sumber: wawancara dengan Sos. Rendra9

B. Perayaan “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug”

1. Asal Mula Dilaksanakannya Haul “Cuci Pusaka Keramat Tajug”

Folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” merupakan kegiatan

rutinan tahunan yang telah cukup lama dilaksanakan oleh keluarga besar

Tubagus Atief. Dilakukan setiap tanggal 13 pada hitungan tanggal

8 Sos Rendra, Palayangan (Jakarta: Trans Mandiri Abadi, 2010), h. 41.

9 Wawancara Pribadi dengan Sos Rendra, Tangerang Selatan, 28 Mei 2013.

Tubagus Atief

mempunyai empat

anak yaitu Tubagus

Romadhon, Tubagus

Arpah, Tubagus Raje,

Tubagus Arja. Dari

empat anak ini

kemudian menyebar ke

berbagai daerah. Di

Cilenggang sendiri

merupakan keturunan

dari Tubagus Arja.

SYARIF HIDAYATULLAH

Ratu Winaon

Pangeran Abdul Mufahir

Pangeran Muhammad

Pangeran Maulana Yusuf

Pangeran Maulana Hasanudin

Sultan Ageng Tirtayasa

Pangeran Abdul Ma’ali

Tubagus Atief

Page 80: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

64

Hijriyah pada setiap tahunnya. Tidak ada yang dapat memastikan kapan

awal mula diadakannya pencucian benda-benda pusaka peninggalan

Tubagus Atief ini. Namun menurut Sos Rendra kurang lebih 400 tahun

yang lalu. Menurut penulis perkiraan ini dapat diperkuat juga dengan

perhitungan jarak keturunan di mana saat ini keluarga besar Tubagus Atief

sudah sampai pada keturunan ke sembilan.10

Awalnya pencucian pusaka ini dilakukan di rumah masing-masing

keturunan Tubagus Atief. Hal itu dilakukan untuk menghindari penjajah

(Belanda) dan bertujuan untuk mencegah agar benda-benda pusaka itu

tetap aman dari Belanda. Setelah beberapa lama kemudian mulailah

pencucian itu dilakukan dengan terang-terangan meskipun masih secara

sendiri-sendiri di rumah masing-masing keturunan Tubagus Atief. Hingga

pada akhirnya, pada tahun 1992 pencucian pusaka ini dilakukan secara

berjamaah di satu rumah dan hanya melibatkan keluarga besar saja.

Beberapa tahun berjalan kegiatan ini sangat mendapat antusias yang

besar dari masyarakat sekitar, hingga akhirnya pencucian pusaka di

lakukan di Masjid Al-Ikhlas yang bertepatan di depan rumah keluarga

besar Tubagus Atief dengan perayaan yang begitu semarak. Pada akhirnya

cuci pusaka dan sekaligus haul tahunan ini atas kesepakatan keluarga besar

dan masyarakat sekitar dilaksanakan di makam Keramat Tajug. Dan

perayaan ini dilakukan dengan beberapa kegaitan tersusun secara

kepanitiaan dengan berbagai macam sistem nilai-nilai budaya.11

10

Wawancara Pribadi dengan Sos Rendra, Tangerang Selatan, 28 Mei 2013. 11

Wawancara Pribadi dengan Sos Rendra, Tangerang Selatan, 28 Mei 2013.

Page 81: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

65

2. Gambaran Perayaan Folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug”

a. Pelaksanaan Cuci Pusaka di Rumah Keluarga Besar

Perayaan Folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” dilakukan

dalam waktu sehari semalam. Dimulai dari pagi hari hingga berakhir

malam harinya. Perayaan ini dimulai dari pencucian pusaka berupa

keris, tombak, kujang, golok, pedang dan pisau. Kegiatan pencucian

benda-benda pusaka ini dilakukan di rumah salah satu keluarga besar

keturunan dari Tubagus Atief. Pada sore harinya selepas solat magrib

dilakukan pawai obor dan berarak-arakan dari masjid Al-Ikhlas yang

ada di depan rumah keluarga besar Tubagus Atief.

Pada saat pelaksanaan cuci pusaka di rumah keluarga besar

Tubagus Atief, ada beberapa hal penting di dalamnya yang menjadi

rutinitas setiap kali dilaksanakan pencucian itu. Misalnya pembacaan

tahlil dan ditutup dengan pembacaan doa. Kemudian dilanjutkan

dengan penyampaian nasihat-nasihat agama oleh salah seorang yang di

tuakan. Acara pencucian pusaka ini hanya diikuti keluarga besar yan

mempunyai silsilah keturunan dari Tubagus Atief saja. Walaupun

terkadang ada orang lain selain dari keturunan keluarga Tubagus Atief,

hal itu tidak ada larangan bagi orang lain untuk mengikutinya.

b. Pawai Obor

Pawai obor dilakukan di sore hari. Persiapannya dimulai dari

sekitar pukul 16.30 sampai pemberangkatan pawai tersebut setelah

solat magrib. Seperti pelaksanaan pawai obor pada umumnya, pada

perayaan “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” ini sangat meriah.

Page 82: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

66

Diiringi rebana, yaitu gendang pipih bundar yg dibuat dari tabung kayu

pendek dan agak lebar ujungnya, pada salah satu bagiannya diberi

kulit, biasanya kulit yang digunakan adalah kulit kambing. Masyarakat

yang terlibat bernyanyi dengan alunan selawat dan lagu-lagu islami di

sepanjang jalan dari halaman masjid Al-Ikhlas menuju makam

Keramat Tajug yang jaraknya tidak terlalu jauh.

Pawai obor ini dikemas sedemikian rupa agar mendapatkan kesan

yang meriah. Hai ini dimaksudkan untuk mengumumkan pada

masyarakat sekitar bahwa pada saat itu dilaksanakan haul dan

pencucian pusaka peninggalan Tubagus Atief. Diikuti masyarakat

sekitar dalam berbagai budaya yaitu Jawa, Sunda dan Betawi yang

sangat antusias dalam pawai obor ini. Terlepas dari itu pawai obor ini

juga sebagai syiar untuk masyarakat setempat melalui alunan-alunan

lagu-lagu shalawat yang dibawanya dengan iringan hadrah.

Pasukan hadroh dan beberapa orang yang mengikuti untuk

membacakan solawat berada di barisan depan. Disusul dengan

beberapa orang yang dengan khusus ditugaskan utntuk membawa

peralatan-peralatan, seperti nasi tumpeng, senjata-senjata, makanan-

makanan khas daerah cilenggang, dan buah-buahan bahkan sampai

makanan-makanan yang modern.

Dibarisan kedua, tepatnya dibelakang barisan hadroh berbaris dan

berjalanan sekelompok orang laki-laki khusus dari keturunan Tubagus

Atief, meskipun ini tidak direncanakan dan tidak ada unsur-unsur

tersendiri. Kemudian disusul oleh warga setempat lengkap dengan

obornya, mereka masing-masing telah mempersiapkan diri.

Page 83: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

67

c. Haul di Makam Keramat Tajug dan Pencucian Tutup Pusar

Secara garis besar adanya haul ini bertujuan untuk mengenang

perjuangan-perjuangan Tubagus Atief semasa hidupnya. Sebagai

ungkapan rasa terimakasih, masyarakat setempat dengan diprakarsai

oleh keluarga besar Tubagus Atief mengenanganya dengan pencucian

pusaka peninggalan serta diadakannya haul. Tidak hanya itu

masyarakat setempat juga melakukan serangkaian doa dan tahlil. Pada

saat perayaan di makam keramat Tajug ini disampaikan pula kisah-

kisah perjuangan Tubagus Atief semasa hidupnya. Biasanya Sos

Rendra yang dipercaya oleh keluarga untuk menyampaikan riwayat

hidup Tubagus Atief.12

Pada kesempatan ini pula H. Tubagus Tubagus H. Imamudin

menyampaikan pesan-pesan agama kepada masyarakat yang mengikuti

perayaan “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” secara bergantian. Secara

garis besar memang perayaan “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” ini

mempunyai susunan acara yang sudah dirancang oleh panitia. Acara

ini meliputi pertama, pembukaan oleh pembawa acara dengan

dibacakan surah Al-Fatihah.13

Kedua, pembacaan ayat suci Al-Qur’an.

Ketiga sambutan disampaikan oleh perwakilan keluarga besar Tubagus

Atief yang diwakili oleh Sos Rendra, kemudian sambutan oleh Bpk

Mehdi Solihin, S.Sos sebagai lurah Cilenggang dan Bapak Camat

Serpong yang dalam kesempatan kali ini mewakili Wali Kota

Tangerang Selatan yaitu Hj. Airin. Keempat, pencucian benda pusaka

12

Pengamatan langsung saat perayaan Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug. 13

Yaitu surat pertama dalam Al-Quran yang berjumlah tujuah ayat.

Page 84: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

68

Tutup Pusar. Tutup pusar ini semacam logam berbentuk bulat.

Menurut Tubagus H. Imamudin, tutup pusar tersebut adalah benda

pusaka pemberian pangeran Tirtayasa. Tutup pusar tersebut dicuci

dengan air dalam sebuah wadah yang telah dicampur dengan kembang

tujuh rupa. Kembang tujuh rupa merupakan tradisi yang telah dipakai

oleh masyarakat di Asia seperti di India dan Nusantara. Pada setiap

masing-masing daerah memiliki bentuk kembang yang berbeda-beda.14

Kembang tujuh rupa yang dimaksud dalam perayaan folklor “Haul

Cuci Pusaka Keramat Tajug” ini adalah kembang mawar, kembang

melati, kembang cempaka, kembang kantil, kembang kenanga,

kembang sedap malam, serta kembang melati gambir. Kembang-

kembang tersebut dicampurkan ke dalam wadah menjadi satu dengan

diberi air secukupnya. Tutup Pusar nanti akan di sentuh oleh

masyarakat sekitar yang hadir pada saat perayaan ini. Bersamaan

dengan pembacaan kalimat tahlil, tutup pusar yang sudah berada dalam

wadah diangkat oleh seseorang yang secara khusus ditugaskan yaitu

Ust Ratu Muhammad Aris. Benda itu dibawa kepada setiap masyarakat

yang hadir untuk dipegang serta dibersihkan secara simbolis, kemudian

air dari hasil cuciannya diusapkan ke wajah guna mengambil berkah

dari benda peninggalan Tubagus Atif yang dianggap seorang wali.

Dalam istilah agama Islam wali adalah orang yang suci yang

mempunyai bentuk ibadah yang kuat sehingga diberikan kekaromahan

oleh Allah.15

Tidak jarang warga yang mengikuti “Haul Cuci Pusaka

14

Wawancara pribadi dengan Tubagus Muhammad Aris. Tangerang Selatan, 28 Mei

2013. 15

Departemen Pendidikan Nasional, Tim Penyusun Kamus, Pusat Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 1267.

Page 85: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

69

Keramat Tajug” berebut untuk mengambil air dari hasil cucian pusaka

tutup pusar itu untuk dibawa pulang. Kelima, pembacaan maulid Nabi

Muhammad SAW. yang dipimpin oleh Ust Ghozali. Pada kesempatan

ini maulid yang dibacakan adalah maulid Al-Diba’i.16

Keenam, sebagai

penyempurna perayaan ini ditutup dengan pembacaan doa oleh Ust.

Ghozali. Enam poin mata acara inilah yang menjadi rutinitas tahunan

yang dilaksanakan di Makam Keramat Tajug.

Selepas dari mata acara ini masyarakat yang tergabung dalam

Folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” ini menikmati hidangan

yang telah tersedia berupa tumpeng khas masyarakat Cilenggang.

Mereka menyebutnya dengan nasi Kabuli.17

C. Gambaran Umum Kelurahan Cilenggang

1. Letak Geografis

Secara geografis kelurahan Cilenggang terletak di bagian barat

kecamatan Serpong dengan batas masing-masing daerah setiap ujungnya.

Adapun luas kelurahan Cilenggang yaitu 167, 33 Ha dengan ketinggian 45

meter di atasa permukaan laut. Bagian barat kelurahan berbatasan dengan

kecamatan Cisauk kabupaten Tangerang. Batas bagian timur berbatasan

dengan kelurahan Cilenggang ini berbatasan dengan kelurahan Rawa

Buntu. Sedangkan bagian selatan berbatasan dengan kelurahan Serpong

dan bagian utara berbatasan dengan kelurahan Lengkong Gudang.

16

Al-Barzanji. Kumpulan Maulid, Solawat dan Doa Penutupnya (Surabaya: Amalia,

1998), h. 13. 17

Sos Rendra, Palayangan (Jakarta: Trans Mandiri Abadi, 2010), h. 41.

Page 86: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

70

Secara umum setiap kelurahan atau desa penggunaannya akan

dialokasikan atas enam poin penting, yakni, sawah, dataran kering (darat),

perkebunan, hutan, hutan rakyat, dan permukiman rakyat. Cilenggang

dengan luas 167, 33 Ha telah digunakan masyarakat setempat dengan

penggunaan yang beragam pula. Menurut data dari uraian monografi

kelurahan Cilenggang, dari penggunaannya kelurahan Cilenggang telah

dialokasikan atas beberapa penggunaan, hanya saja pada kelurahan

Cilenggang tidak ada sawah, hutan dan hutan rakyat, jadi Cilenggang

hanya digunakan untuk permukiman seluas 145.22 Ha, daratan kering

yang belum digunakan seluas 20.91 Ha, dan perkebunan 1. 20 Ha.

2. Keadaan Penduduk

Secara keseluruhan jumlah penduduk Cilenggang berjumlah 2.494 Kepala

Keluarga (KK). Berdasarkan jenis kelamin jumlah laki-lakinya berjumlah

4.069 jiwa, sedangkan perempuannya berjumlah 3.905 jiwa dengan total

keseluruhan 7.074 jiwa. Untuk mempermudah berikut perincian penduduk

Cilenggang dalam bentuk tabel dari monografi kelurahan Cilenggang .

Tabel 3.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jumlah Kelompok Usia

No Umur / Usia Jumlah Satuan

1 00 sampai dengan 04 tahun 314 Jiwa

2 05 sampai dengan 09 tahun 380 Jiwa

3 10 sampai dengan 14 tahun 411 Jiwa

4 15 sampai dengan 19 tahun 879 Jiwa

5 20 sampai dengan 24 tahun 837 Jiwa

Page 87: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

71

6 25 sampai dengan 29 tahun 739 Jiwa

7 30 sampai dengan 34 tahun 841 Jiwa

8 35 sampai dengan 39 tahun 691 Jiwa

9 40 sampai dengan 44 tahun 657 Jiwa

10 45 sampai dengan 49 tahun 519 Jiwa

11 50 sampai dengan 54 tahun 519 Jiwa

12 55 sampai dengan 59 tahun 392 Jiwa

13 60 tahun ke atas 795 Jiwa

Jumlah Keseluruhan 7.974 Jiwa

Sumber: Profil Kelurahan Cilenggang 2011.

Tabel 3.2. Keadaan Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan

No Agma Jumlah Satuan

1 Islam 6.503 Jiwa

2 Kristen 802 Jiwa

3 Katolik 449 Jiwa

4 Hindu 86 Jiwa

5 Budha 77 Jiwa

6 Konghucu 55 Jiwa

7 Aliran kepercayaan 2 Jiwa

Jumlah Keseluruhan 7.974 Jiwa

Sumber: Profil Kelurahan Cilenggang 2011.

Page 88: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

72

Tabel 3.3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Umur / Usia Jumlah Satuan

1 Tidak / belum sekolah 681 Jiwa

2 Belum tamat SD 805 Jiwa

3 Tamat SD 1.529 Jiwa

4 Tamat SLTP 1.730 Jiwa

5 Tamat SLTA 2.383 Jiwa

6 D III 449 Jiwa

7 D IV / S1 303 Jiwa

8 S2 70 Jiwa

9 S3 24 Jiwa

Jumlah Keseluruhan 7.974 Jiwa

Sumber: Profil Kelurahan Cilenggang 2011.

Tabel 3.4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

No Umur / Usia Jumlah Satuan

1 Tidak / belum bekerja 570 Jiwa

2 Mengurus Rumah Tangga 2.103 Jiwa

3 Pelajar / Mahasiswa 1.853 Jiwa

4 Pensiunan 31 Jiwa

5 Pegawai Negri Sipil PNS 47 Jiwa

6 Tentara Nasional Indonesia TNI 19 Jiwa

7 Polisi Republik Indonesia (POLRI) 18 Jiwa

8 Pedagang 781 Jiwa

9 Petani 4 Jiwa

10 Peternak 4 Jiwa

11 Nelayan - Jiwa

12

Karyawan BUMN / BUMD/

Swasta 1.730 Jiwa

Page 89: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

73

13 Buruh Harian Lepas 623 Jiwa

14 Guru 83 Jiwa

15 Dosen - Jiwa

16 Dokter 10 Jiwa

17 Perawat 9 Jiwa

18 Bidan 12 Jiwa

19 Lainnya 77 Jiwa

Jumlah Keseluruhan 7.974 Jiwa

Sumber: Profil Kelurahan Cilenggang 2011.

Page 90: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

74

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Proses Komunikasi Antarbudaya Melalui Folklor “Haul Cuci Pusaka

Keramat Tajug”

Setiap manusia mempunyai cara sendiri dalam menyampaikan pesan

terhadap manusia lain. Cara tersebut tergambar bagi setiap manusia yang memiliki

latar belakang budaya yang berbeda. Terpisah oleh batas wilayah, batas norma,

batas hukum, adat daerah, dan pembatas-pembatas lain menyebabkan manusia

akan terus mengalami perubahan dan perbedaan dalam berkomunikasi.

Pembahasan komunikasi yang melibatkan manusia yang mempunyai latar

belakang budaya yang berbeda inilah yang disebut dengan komunikasi

antarbudaya.1

Dalam perayaan folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” ini melibatkan

masyarakat sekitar yang penduduknya terdiri dari beberapa budaya. Dalam

pengamatan langsung peneliti di kelurahan Cilenggang memang banyak peneliti

temukan masyarakat Jawa dan Betawi pendatang yang bertempat tinggal di daerah

Cilenggang. Selain dari itu, termasuk juga masyarakat Sunda yang memang asli

dari penduduk setempat.

Berada di tengah-tengah kota Bumi Serpong Damai (BSD) membuat

Cilenggang menjadi tempat yang diminati oleh masyarakat pendatang. Kelurahan

Cilenggang merupakan tempat yang strategis dan mempunyai akses yang ideal

bagi mereka yang tinggal di Cilenggang. Menurut pernyataan bapak Mehdi

Solihin, Lurah Cilenggang, memang sudah banyak masyarakat pendatang

umumnya Jawa dan Betawi yang sudah tinggal di Cilenggang ini.

1 Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya Panduan Berkomunikasi

dengan Orang-orang Berbeda Budaya (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), h. 179.

Page 91: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

75

Secara umum komunikasi antarbudaya yang terjadi pada perayaan “Haul

Cuci Pusaka Keramat Tajug” ini tergambar melalui Teori Joseph A. Devito dan

Andi Faisal Bakti. Meski tidak semua jenis komunikasi antarbudaya yang terjadi

dalam folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” sesuai dengan teori Joseph A.

Devito dan Andi Faisal Bakti.2 Pembahasan Teori Joseph A. Devito dan Andi

Faisal Bakti ini akan dibahas dan dianalisis pada poin khusus di pembahasan

berikutnya.

Dari pertemuan beberapa budaya inilah yang menyebabkan adanya

komunikasi antarbudaya dan menghasilkan temuan-temuan baru yang dapat

dianalisis. Dalam konteks komunikasi antarbudaya, pelaksanaan folklor “Haul

Cuci Pusaka Keramat Tajug” ini, peneliti melihatnya ada bentuk komunikasi yang

unik dan menarik. Melalui pengamatan langsung, penulis dapat menganalisis

beberapa bentuk pelaksanaan kegiatan dalam perayaan “Haul Cuci Pusaka

Keramat Tajug” yang ada pada masing-masing budaya di antara mereka. Berikut

penjelasannya:

A. Analisis Jenis Komunikasi Antarbudaya Menurut Joseph A. Devito dan

Andi Faisal Bakti

Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, pada teori Joseph A.

Devito peneliti hanya menemukan empat temuan saja dari delapan jumlah

teori jenis-jenis komunikasi antarbudaya. Sedangkan teori Andi Faisal Bakti

peneliti menemukan dua temuan dari tujuh teori yang ada. Berkut

penjelasakan jenis komunikasi antarbudaya yang terjadi pada perayaan folklor

“Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” Cilenggang Serpong Tangerang Selatan.

2 Lihat Bab I pada bagan teori 1.1.

Page 92: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

76

1. Komunikasi Antara Etnis yang Berbeda

Dalam perayaan “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” ini terjadi

pada kelompok keturunan keluarga Tubagus Atief dengan masyarakat

keturunan orang biasa di luar keluarga Tubagus Atief. Golongan ini lebih

terhormat dari pada orang Sunda biasa menurut pemahaman banyak orang

(masyarakat setempat). Nama Tubagus menjadi simbol bagi kelompok

tersebut bahwa kelompok tersebut adalah keturunan raja pada zaman

dahulu.

Temuan ini dapat dibuktikan dengan banyaknya nama Tubagus di

Kelurahan Cilenggang.

“Dari hasil perkawinannya itu (Tubagus Atief dengan Siti Almiyah),

Tubagus Atief dikaruniai empat orang anak. Mereka adalah, Tubagus Romhadon

yang dimakamkan di Kali Pasir Kota Tangerang, kemudian Tubagus Arpha

dimakamkan di Keramat Tajug, lalu Tubagus Rajhe dimakamkan di Kadubungbang

Cimanuk Pandeglang, kemudian yang terakhir adalah Tubagus Arja dimakamkan di

Keramat Tajug. Dan kami ini pada umumnya masyarakat Cilenggang merupakan

keturunan dari Tubugus Arja. Dari masing-masing putra yang empat ini masing-

masing mempunyai keturunan dan sampai sekarang masih ada di daerah masing-

masing pula.”3

Gambar 4.1. keluarga besar keturunan Tubagus Atief.

Pada gambar 4.1. tampak kaum laki-laki dan perempuan. Gambar

diambil saat pencucian pusaka peninggalan Tubagus Atief di kediaman

keluarga besar Tubagus Atief 25 Januari 2013. Hampir semua yang ada

3 Wawancara Pribadi dengan Tubagus Sos Rendra, Tangerang Selatan, 28 Mei 2013.

Page 93: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

77

pada saat pencucian pusaka tersebut bergelar Tubagus dan Ratu. Seperti

Tubagus Imamudin, Tubagus Komarudin, Tubagus Sos Rendra.

Selain itu komunikasi antara etnis yang berbeda ini juga tampak

jelas dari perbedaan bahasa dari masing-masing budaya. Melalui penelitian

langsung di lapangan, memang bahasa Sunda, Betawi, dan Jawa sesekalai

peneliti temukan pada perayaan folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat

Tajug.”

2. Komunikasi Antara Sub Kultur yang Berbeda

Dalam folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” komunikasi

antara subkultur ini terjadi antara kelompok pedagang dengan kelompok

orang pekerja bangunan, dan orang orang yang bekerja di pemerintahan

daerah dengan masyarakat biasa. Sebagian mereka yang dari Jawa

merantau dan berdomisili di Cilenggang banyak yang memilih berdagang.

Jenis dagangan yang mereka pilih adalah ketoprak, gado-gado dan rujak

buah. Mereka berdagang dengan cara menjajakan makanan. Adapun

pilihan lain selain berdagang adalah bekerja sebagai kuli bangunan.

“Sekarang sudah membaur masyarakat asli Cilenggang dengan

masyarakat pendatang itu sudah membaur. Sekarang sudah modern kan sudah

tidak tabuh lagi lah. Selama masyarakat pendatang itu baik sama kita, ya kita

juga baik lah. Gitu aja. Mereka ada yang dagang, ada yang jualan gado-gado,

ada yang belajar juga, macam-macam lah.”4

Daerah Cilenggang merupakan daerah yang tidak jauh jaraknya

dengan Bumi Serpong Damai (BSD), di mana pembangunan di kota BSD

sangat pesat. Mereka para perantau yang ada di daerah Cilenggang tidak

sedikit yang bekerja pada pembangunan tersebut.5

4 Wawancara pribadi dengan Bapak Mehdi Solihin S.Sos, Tangerang Selatan 23 Juni

2013. 5 Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia. Penerjemah Agus Maulana (Jakarta:

Profesional Books, 1997), h. 480-481.

Page 94: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

78

Gambar 4.2.

Salah satu rumah kontrakan warga pendatang di Cilenggang

Gambar 4.2 ini adalah tempat di mana sebagian perantau tinggal di rumah

ini. Rumah kontrakan sederhana ini berdekatan dengan rumah Tubagus

Imamudin.

Selain dari komunikasi antara kelompok pekerja bangunan dan

pedagang, pada perayaan folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug,”

model komunikasi antara subkultur yang berbeda ini terjadi pula antara

kelompok pejabat pemerintah daerah dengan masyarakat biasa. Seperti

Lurah dan Camat dengan masyarakat yang hadir.

Gambar 4.3.

Camat Serpong, mewakili Wali Kota Tangerang Selatan sedang

memberikan sambutan.

Page 95: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

79

Gambar 4.3. adalah Bapak Durahman, Camat Serpong yang dalam hal

ini mewakili Wali Kota Tangerang Selatan. Dalam sambutannya Durahman

merasa senang dengan diadakannya acara folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat

Tajug” ini.

“Ini merupakan hal yang luar biasa, menunjukkan bahwa Tangerang Selatan ini

memang betul-betul kota yang religius. Saya mewakili ibu Airin, Wali Kota Tangerang

Selatan mengucapkan banyak terimakasih kepada para panitia dan sekaligus apresiasi

saya dalam perayaan ini. Semoga kedepan perayaan seperti ini dapat dikemas lagi

sedemikian rupa, sehingga semua masyarakat dari berbagai golongan dapat mengikuti

acara ini dengan baik dan sempurna.”6

Demikian sambutan yang disampaikan oleh Durahman. Selain dari itu,

Durahman juga menyampaikan beberapa hal yang menjadi agenda kegiatan

pemerintah kota Tangerang Selatan berikutnya. Setelah sambutan dari

Durahman selesai, dilanjutkan oleh Mehdi Solihin sebagai Lurah Cilenggang.

Mehdi Solihin juga termasuk bagian dari keturunan dari keluarga besar

Tubagus Atief.

Gambar 4.4.

Lurah Cilenggang, Mehdi Solihin, S.Sos memberikan sambutan

Dalam sambutannya, Mehdi Solihin memberikan himbauan kepada

masyarakatnya agar selalu hidup dalam kerukunan dan kedamaian. Mehdi

6 Pengamatan langsung di lapangan, Cilenggang 25 Januari 2013.

Page 96: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

80

Solihin juga menghimbau agar dengan adanya acara tahunan ini dapat

dijadikan sarana untuk saling menjaga tali silaturrahmi antara masyarakat

setempat baik pendatang maupun yang asli masyarakat cilenggang.7

Dalam kesempatan wawancara juga Mehdi Solihin juga

menyampaikan bahwa kegiatan folklor ini sangat bermanfaat bagi

masyarakat Cilenggang.

“Itu kan benda-benda peninggalan orang tua yang memang benar-benar bersejarah

kan, jadi menurut saya warga baik yang pendatang maupun yang asli masyarakat

Cilenggang perlu tahu itu. Adapun perayaannya kan tidak disakralkan, kita hanya

untuk mengenang saja. Biar tahu bahwa dulu beliau ini adalah orang tua kita sebagai

pejuang yang memperjuangkan agama islam, dan itu memang sudah rutin

dilaksanakan. Tidak ada seremonial yang khusus gitu, hanya dalam bentuk do‟a yang

memang biasa dibaca. Buat saya ini mah hal sangat bagus sekali, kan dari sini warga

saya jadi lebih mengenal sejarah dari kampung nya sendiri.” 8

3. Komunikasi Antara Subkultur dengan Kultur yang Dominnan

Dalam folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” komunikasi jenis

ini terjadi pada kelompok pemilik budaya yang mendominan dengan

kelompok orang yang dari luar pemilik budaya, dalam hal ini antara

keturunan keluarga Tubagus Atief dengan masyarakat biasa yang hadir.

Gambar 4.5.

Masyarakat sedang menunggu sebagian keluarga besasar keturunan

Tubagus Atief

7 Pengamatan langsung di lapangan, Cilenggang 25 Januari 2013.

8 Wawancara pribadi dengan Bapak Mehdi Solihin S.Sos, Tangerang Selatan 23 Juni

2013.

Page 97: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

81

Pada gambar 4.5. tampak sekelompok masyarakat yang sedang

menunggu Tubagus Imamudin, Tubagus Tubagus Sos Rendra, Tubagus H.

Imamudin dan beberapa orang dari keturunan Tubagus Atief untuk

menempati tempat paling depan, dekat dengan pemakaman Tubagus Atief.

“Itu mah tidak ada peraturan khusus yang menjelaskan kenapa harus

begini dan begitu. Termasuk siapa yang harus duduk di depan atau di belakang.

Kami semua sama sih. Tapi mungkin yang menjadi pertimbangannya karena kami

keturunan dari pada Tubagus Atief dan H.Imamudin itu kakak kami yang dituakan,

maka hal tersebut terjadi begitu saja.”9

Menurut keterangan H. Mu‟in hal tersebut tidak wajib adanya.

Artinya tidak ada hukum tertentu yang mengatur agar yang duduk di depan

itu keturunan Tubagus Atief saja. Walaupun demikian, mereka yang

mendominasi jalannya acara folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug”

adalah mereka dari keturunan Tubagus Atief.

Selain itu juga terjadi pada orang dewasa dengan anak-anak. Hal ini

dapat dilihat dari sebagian mereka yang mengikuti acara folklor “Haul Cuci

Pusaka Keramat Tajug” ini adalah anak-anak. Mereka adalah anak-anak

warga Cilenggang yang dengan sengaja hadir ke makam Keramat Tajug

untuk mengikuti kegiatan folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug”

Jumlah anak-anak di kelurahan Cilenggang ini cukup besar. Anak-anak yang

dimaksud adalah anak-anak yang dalam hitungan usia mereka berusia

kisaran 15 sampai 19 tahun.10

Data ini diperkuat juga melalui wawancara peneliti saat perayaan

folklor berlangsung. Mereka juga berasal dari santri Ust. Ghozali yang

dibawa dari pesantren yang tempatnya tidak jauh dari makam Keramat

Tajug.

9 Wawancara Pribadi dengan Bapak H. Mu‟in. Tangerang Selatan, 23 Juni 2013.

10 Lihat Bab III pada table 3.1.

Page 98: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

82

Gambar 4.6.

Anak-anak yang hadir sedang menyimak sejarah perjuangan

Tubagus Atief

Dalam acara ini panitia menyediakan tempat khusus untuk anak-

anak. Mereka ditempatkan di sebelah kanan makam Tubagus Atief. Ini

dimaksukan agar pada saat perayaan berlangsung anak-anak yang hadir

tidak terlalu mendekat ke depan dan berdekatan dengan pencucian Penutup

Pusar. Ada bagian khusus untuk anak-anak baik laki-laki dan perempuan

4. Komunikasi antara Jenis Kelamin yang Berbeda

Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda pada folklor “Haul

Cuci Pusaka Keramat Tajug” terjadi antara kaum laki-laki dengan

perempuan. Pada perayaan folklor ini, laki-laki lebih berperan banyak

dalam acara. Sementara perempuan hanya sebagai juru masak, penerima

tamu dan lebih berada di belakang.

Hal tersebut menjadi bukti dalam perayaan ini terjadi

maskulinisasi. Yaitu anggapan bahwa laki-laki lebih siap secara mental

(jiwa) nya dibandingkan dengan perempuan.11

Hal ini terbukti dari

sebagian besar kegiatan folklor didominasi oleh laki-laki. Mulai dari

11

Departemen Pendidikan Nasional, Tim Penyusun Kamus, Pusat Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h.

Page 99: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

83

pembacaan kisah Tubagus Atief sampai pada pembacaan doa penutup di

akhir acara, semua dilakukan oleh kaum laki-laki. Dari sekian banyak

acara yang dilakukan pada perayaan ini perempuan hanya bertugas sebagai

juru konsumsi dan perlengkapannya. Bahkan pada kegiatannya perempuan

berada di luar makam Keramat Tajug.

Gambar 4.7.

Kaum perempuan ditempatkan di luar makam Keramat Tajug saat perayaan.

Gambar 4.7. ini terlihat kaum perempuan berada di luar makam

Keramat Tajug. Tidak ada keterangan secara pasti mengapa kaum

perempuan di tempatkan di luar.

Dari keterangan teori Joseph A. Devito dan Andi Faisal Bakti

komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda ini memiliki kesamaan.

Oleh karena itu, peneliti tidak perlu menjelaskan lagi.

5. Komunikasi Antara Kaum Tradisionalis dengan Kaum Modernis

Pada perayaan folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” ini,

peneliti melihat secara umum memang yang tergolong ke dalam kaum

tradisionalis adalah mereka yang secara pendidikan masih minim. Begitu

Page 100: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

84

juga sebaliknya, mereka kaum modernis adalah orang-orang yang

mengenyam pendidikan tinggi. Dari data profil kelurahan Cilenggang

tahun 2011, memang masyarakat Cilenggang yang tamatan Sekolah Dasar

(SD) dan Sekolah Mengengah Pertama (SMP) lebih banyak dibandingkan

dengan yang luluasan SMA. Tercatat ada 1.529 jiwa tamatan SD, dan

1.730 jiwa tamatan SMP. Itu artinya tamatan SD dan SMP saja jika di

gabung berjumlah 3.259 jiwa.12

Dari data tersebut, maka peneliti dapat

menyimpulakan bahwa kaum tradisionalis akan lebih kelihatan di banding

dengan kaum modernis. Selain data di atas peneliti juga melihat malalui

pengamatan langsung di lapangan.

Gambar 4.8.

Masyarakat saat mencuci pusaka Penutup Pusar

Gambar 4.8. merupakan suasana saat pencucian pusaka Penutup

Pusar. Bak berukuran sedang yang diangkat oleh Tubagus Muhamad Aris

menjadi sorotan masyarakat yang hadir dan mereka cenderung berebutan.

Meraka yang telah mencuci pusaka itu kemudian mengusapkannya ke

12

Lihat Bab III pada table 3.3.

Page 101: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

85

wajah. Tidak ada anjuran memang dari pihak pemilik folklor, namun

sebagian mereka memahami bahwa air yang digunakan untuk mencuci

pusaka Penutup Pusar itu adalah air berkah. Menurut penuturan H. Mu‟in

memang masyarakat yang hadir mempunyai pandangan yang berbeda-

beda, dulu bahkan mereka ada yang sampai meminumnya. Akan tetapi

menurut H. Mu‟in hal tersebut tidak boleh dibiarkan begitu saja.

“Ini tergantung pemahaman kita masing-masing, biasanya mereka yang

menganggap demikian ini mereka yang selalu menganggap hal ini bid‟ah.

Bid‟ah kan ada yang baik dan ada yang buruk, tidak semua bid‟ah itu sesat dan

musyrik. Berikutnya tergantung bagaimana kita menjelaskannya kepada

masyarakat, jangan sampai kita menganut TBC (tahayul, bid’ah, churafat).

Kami pun tidak sembarangan mengajak masyarakat, karena kami juga

bertanggung jawab akan hal itu.”13

Dalam proses analisis peneliti agak sulit membedakan antara kaum

tradisionalis dengan kaum modernis. Peneliti banyak menemukan

kejanggalan dalam menganalisis data. Dalam pencucian pusaka Penutup

Pusar, banyak kalangan terpelajar yang menurut peneliti anggap sebagai

kaum modernis akan tetapi pada saat perayaan mereka justru melakukan

tindakan yang tergolong pada ciri kaum tradisionalis. Artinya ada

kemungkinan adanya folklor ini masih menyisakan adat yang kental dan

tertutup, meskipun dari kalangan terpelajar pula.

B. Analisis Folklor Menurut Teori Andi Faisal Bakti (Teori Dua Puluh)

Setelah peneliti melakukan analisis komunikasi antarbudaya di atas,

peneliti akan melakukan analisis data dengan teori yang dikemukakan oleh

Andi Faisal Bakti melalui teori Komunikasi Antarbudaya (KAB) yang

berjumlah dua puluh.

13

Wawancara Pribadi dengan Bapak H. Mu‟in. Tangerang Selatan, 23 Juni 2013.

Page 102: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

86

Dari penjelasan di atas, kemudian peneliti menggunakan beberapa teori

dari hasil temuan di lapangan. Dari dua puluh teori hanya digunakan beberapa

teori saja. Pertama, Etre pense par sa culture, lawan dari teori ini adalah

Penser sa culture. Kedua, Heriter la culture, lawan dari teori ini adalah

Acquerir la culture. Ketiga, Adoration of scriptures, lawan dari teori ini

adalah Interpretation of scriptures. Keempat, adalah teori Gemeinschaft,

lawan teori ini adalah Gesellschaft. Kelima, terakhir, Vernacular language,

lawan dari teori ini adalah Vehicular language.14

Lima teori inilah temuan

peneliti di lapangan yang akan peneliti analisis.

1. Etre pense par sa culture

Etre pense par sa culture adalah pemikiran Komunikasi

Antarbudaya (KAB) yang menjelaskan keadaan suatu kelompok,

golongan, agama, dan budaya terdiri atas nilai-nilai, persepsi adat istiadat,

kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang

dikendalikan atau dikontrol oleh budaya masa lalu nya. Lawan dari teori

ini adalah Penser sa culture. Dalam Islam teori ini sejalan dengan Al-

muhafadzotu ‘ala Al-Qadim Al-Sholih wa Al-Akhdzu bi Al-Jadid Al-Aslah.

Pada kategori teori ini ada beberapa data yang menjadi bukti atau

sebagai penguat teori. Adapun beberapa temuan yang menjadi bukti bahwa

folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” termasuk dalam kategori teori

ini antara lain:

14

Lihat Bab II pada tabel 2.2.

Page 103: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

87

a. Ketetapan tanggal perayaan (Tanggal 14 Rabiul Awal)

Diadakannya folklor “Haul Cuci Puska Keramat Tajug” setiap

tanggal 14 bulan Rabiul Awal tidak lepas dari perjanjian tiga kerajaan,

yakni Banten, Cirebon, dan Cilenggang sendiri. Penuturan H. Mu‟in

dalam kesempatan wawancara, bahwa tanggal 15 cuci pusaka di

Banten, sedangkan di Cirebon tanggal 16. Jadi tiga serangkai ini sudah

keliling bergantian. Dan dan mereka juga meyakini bahawa

pelaksanaan cuci pusaka ini tidak boleh ada yang saling mendahului,

harus sesuai dengan jadwal.

b. Disakralkannya Pusaka Penutup Pusar

Benda Penutup Pusar inilah yang menurut peneliti sangat

disakralkan. Terbukti pada beberapa data di lapangan, seperti adanya

prosesi khusus untuk pencucian. Meskipun beberapa keterangan dari

hasil wawancara menunjukkan bahwa Penutup Pusar hanyalah

Penutup Pusar biasa. Seperti keterangan Tubagus Tubagus Muhammad

Aris.

“Penutup Pusar itu kan peninggalan ayahandanya. Sedangkan

pusaka-pusaka yang lain bukan peninggalan ayahnya. Itu saja mungkin

perbedaannya. Zaman dulu, terutama anak raja itu pasti ada Penutup

Pusarnya, ada yang dari emas, ada yang dari tembaga tergantung orang

tuanya. Kalau kita dulu pakai gobangan kan (duit logam) sekarang saja

yang enggak ada. Nah gobangan itu diikat pake kain (bahan) terus diikat ke

pinggang agar dapat menutupi pusar. Supaya apa? Ya supaya jangan dosol

(pusar yang menonjol).”15

Keterangan dari Tubagus Tubagus Muhammad Aris memang

seolah-seolah menunjukkan bahwa Penutup Pusar tidak ada bedanya

dengan pusaka yang lain, akan tetapi pada peraktiknya Penutup Pusar

sangat disakralkan

15

Wawancara Pribadi dengan Tubagus Muhammad Aris. Tangerang Selatan, 28 Mei

2013.

Page 104: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

88

Gambar 4.9.

Penutup Pusar, sesaat setelah dicuci bersama-sama dengan masyarakat

Dari gambar 4.9. tampak pusaka Penutup Pusar yang masih

basah dan tampak pula sisa dari kembang tujuh rupa. Setelah dicuci,

Penutup Pusar dibungkus dengan kain putih dan diletakkan di dalam

kotak kecil seperti tampak pada gambar.

c. Makanan Khas

Makanan khas yang dimaksud adalah makanan yang menurut

adat setempat wajib adanya. Ada dua makanan yang wajib ada pada

saat perayaan folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” ini, yaitu

nasi kebuli dan ayam bekakak. Nasi kebuli menurut keterangan

Tubagus Sos Rendra nasi kebuli itu memang dari dulu sudah ada,

sampai saat ini menjadi makanan khas saat perayaan.

“Tumpeng mah sebenarnya ada kaitannya dengan orang yang

ketinggalan di Makkah itu. Jadi ia bernadzar nanti kalau ada rezeki ia akan

bebacaken istilah orang sunda mah, bahasa kitanya ya membaca kalimat-

kalimat Allah untuk mendoakan orang-orang yang telah meninggal dan

dikuburkan di pemakaman keluarga Tubagus Atief itu. Benarlah, beberapa

hari setelah kejadian itu ia datang ke pemakaman dan membawa nasi Kebuli

itu. Sampai sekarang pun tumpeng yang dibuat acara tahunan ini ya nasi

kebuli itu.”16

16

Wawancara Pribadi dengan Tubagus Sos Rendra. Tangerang Selatan, 28 Mei 2013.

Page 105: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

89

Gambar 4.10.

Warga menikmati makanan tumpeng nasi kebuli

Dari gambar 4.10 tampak nasi kebuli yang dimakan bersama-

sama sejenak setelah perayaan folklor berlangsung. Nasi kebuli pada

perayaan folklor “Haul Cuci Pusak Keramat Tajug” merupakan

makanan yang dibawa oleh masyarakat setempat.

d. Kembang Tujuh Rupa

Kembang tujuh rupa digunakan untuk mencuci pusaka baik

Penutup Pusar maupun yang lain, seperti keris, golok, kujang, tombak,

dan pisau. Kembang tujuh rupa ini merupakan hasil peninggalan dari

adat budaya nenek moyang.

Gambar 4.11.

Kembang tujuh rupa

Page 106: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

90

Kembang tujuh rupa dicampur merata sehingga seolah-seolah

menjadi satu. Dari campuran bunga tujuh rupa tadi kemudian bunga

tersebut dimasukkan ke dalam bak dan diberi air secukupnya agar

proses pencucian lebih mudah. Jika dilihat dari penggunaannya

kembang tujuh rupa sebenarnya tidak terlalu berfungsi. Artinya jika

dibandingkan dengan alat pembersih lain, tentu masih banyak alat

untuk membersihkan benda-benda pusaka dengan baik dan bahkan

lebih sempurna. Akan tetapi hal tersebut tidak dapat diotak-atik. Bunga

tujuh rupa memang peninggalan nenek moyang yang menjadi

keharusan juga pada saat perayaan folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat

Tajug”

“Owh itu memmang dari dulu dek, bunga itu ada tujuh macam jenisnya.

Ada kembang mawar, kembang melati, kembang cempaka, kembang kantil,

kembang kenanga, kembang sedap malam, serta kembang melati gambir. Terus

sebagai penyempurna biasanya dikasih minyak wangi dan pandan yang diiris-iris

kecil.”17

Demikian keterangan Tubagus Tubagus Muhammad Aris mengenai

kembang tujuh rupa tersebut.

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa acara folklor

“Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” ini masih di bawah kontrol budaya

lama (Etre pense par sa culture). Bagaimana tidak, pada perayaan

folklo “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” ini masih mempunyai

kewajiban tertentu secara budaya, seperti tanggal yang telah

ditetapkan, Penutup Pusar yang disakralkan, makanan khas, dan

kembang tujuh rupa.

Selain dari itu memang dikemasnya folklor “Haul Cuci Pusaka

17

Wawancara pribadi dengan Tubagus Muhammad Aris. Tangerang Selatan, 28 Mei

2013.

Page 107: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

91

Keramat Tajug” ini merupakan upaya pelestarian. Bahkan Sos Rendra

mengatakan bahwa, adanya folklor ini bentuk kepedulian keluarga

kepada adat dan budaya.

“Banyak sekali orang-orang sekitar yang salah kaprah yang mengarah pada

kemusyrikan. Kita kan hanya bermaksud untuk pelestarian saja. Pencucian

pusaka ini kalau bukan kita yang menjaga siapa, orang lain mah ga mungkin.

Dulu mah air hasil cuci pusaka ini dibuat minum, dipakai untuk cuci muka,

sekarang mah saya buang airnya. Meskipun orang yang sembunyi-sembunyi

mengambil air itu masih ada. Segala sesuatu itu atas izin Allah.”18

2. Heriter la culture

Heriter la culture adalah suatu kelompok, golongan, agama, dan

budaya terdiri atas nilai-nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi,

kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang mewarisi budayanya

dari masa lalu dan mewariskannya kepada generasi yang akan datang.

Lawan dari teori ini adalah Acquerir la culture yang bermakna suatu

kelompok, golongan, agama, dan budaya terdiri atas nilai-nilai, persepsi,

adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan

perasaan yang berupaya untuk mendapatkan kultur-kultur yang baru dan

berbeda dari warisan keluarga dan budayanya. Dengan kata lain lebih

produktif dalam mendapatkan kultur yang baru. Dalam Islam, kedua teori

ini sejalan dengan agama Islam yang mengakatakan Al-muhafadzatu ‘ala

Al-Qadim Al-Shalih wa Al-Akhdzu bi Al-Jadid Al-Aslah.

Pada teori ini sebenarnya temuan dan analisis peneliti pada bagian

(a) di atas sudah menjadi bukti yang cukup kuat. Namun demikian peneliti

mencoba akan melakukan analisis lebih detail apa yang ada di lapangan

dan berkaitan dengan teori Heriter la culture. Namun, yang paling jelas di

sini adalah dilibatkannya anak-anak dalam perayaan.

18

Wawancara Pribadi dengan Tubagus Muhammad Haris. Tangerang Selatan, 28 Mei

2013.

Page 108: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

92

Seperti pada penjelasan sebelumnya di mana anak-anak juga ikut

serta dalam folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” Meskipun tidak

ada peran khusus yang lakukan oleh anak-anak dalam perayaan ini.

Mereka (anak-anak) hanya memperhatikan saja. Dengan demikian usaha

mnurunkan atau pewarisan budaya berjalan dengan sendirinya. Secara

langsung maupun tidak langsung anak-anak itu akan mengikuti adat dan

budaya folklor tersebut.

Gambar 4.12.

Tampak anak-anak sedang mengikuti kegiatan folklor

3. Adoration of scriptures

Adoration of scriptures adalah sekelompok masyarakat, agama,

dan budaya yang sangat mencintai atau menyukai teks agamanya (kitab

sucinya). Lawan dari teori ini adalah Interpretation of scriptures. Adalah

sekelompok masyarakat, agama, dan budaya yang memaknai atau

memahami teks (kitab suci) sesuai konteks yang menjadi pegangannya.

Dalam Islam kedua teori ini sama dengan Al-ijtihad.

Dalam perayaan folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” kitab

yang peneliti temukan ada dua jenis. Yaitu kitab mengenai sejarah

perjuangan Tubagus Atief dan kitab yang berisikan pesan-pesan agama.

Page 109: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

93

Kedua kitab ini dijadikan pegangan keluarga besar Tubagus Atief dan

akan dipelajari bagi siapapun dari golongan keluarga besar Tubagus Atief

yang ditugaskan untuk menyampaikan kisah perjuangan Tubagus Atief.

Kitab sejarah berbahasa (Jawa, Sunda). Begitu juga dengan kitab yang

berisikan pesan-pesan agama itu, kitab tersebut akan dibaca dan dipelajari

bagi mereka yang akan memberikan ceramah (saat perayaan) dan

sambutan.

Gambar 4.13.

Gambar 4.13 ini tampak Ust. Ghozali dan Tubagus H. Imamudin

sedang memperhatikan dengan seksama tulisan yang ada di kayu berwarna

coklat kehitam-hitaman. Kayu itu bertuliskan arab dan tidak dapat

dipastikan apa tulisan dan makna yang terkandung di dalamnya. Akan

tetapi, peneliti melihat ada tindakan dari beberapa orang termasuk

Tubagus H. Imamudin yang menjadi bukti atas teori adoration of

scriptures. Beberapa kali mereka menciumi kitab yang terbuat dari kayu

tersebut.

Selain dari dua kitab tersebut kegiatan yang muncul dan termasuk

dalam kategori Adoration of scriptures adalah ketika membaca tahlil.

Page 110: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

94

Masyarakat yang hadir hanya membaca dan tanpa mengetahui maknanya.

Secara keseluruhan bacaan yang dibaca dalam perayaan tersebut adalah

sebagai berikut:

1) Serangkaian do‟a fatihah yang diperuntukkan kepada Nabi, keluarga

nabi, para sahabat-sahabat Nabi, para Wali, para pengikut Nabi, para

orang-orang baik dan para malaikat, kemudian para ahli kubur

terutama dari keluarga yang membaca tahlil. Biasanya pembacaannya

dipisah-pisah dengan masing-masing pembacaan surat Al-Fatihah.

2) Pembacaan surat Al-Ikhlas sebanyak tiga kali, Al-Falaq satu kali dan

Al-Nas satu kali. Pada setiap akhir pembacaan masing-masing surat itu

dipisah dengan pembacaan Lailahaillahu Allahu Akbar Walillahil

Hamdu. Ada pula yang membacakan surat yasin.

3) Pembacaan surat Al-Fatihah dan dilanjutkan dengan pembacaan

beberapa penggalan ayat-ayat Al-Qur‟an, diantaranya surat Al-Baqarah

dari ayat 1-5, Al-Baqarah ayat 163, Al-Baqarah ayat 255 atau ayat

kursi, Al-Baqarah 284-286, dipisah dengan bacaan irhamna ya

arhamarrahimin sebanyak tujuh kali, kemudian dilanjutkan dengan

surat Hud ayat 73, surat Al-Ahzab ayat 33, Al-Ahzab ayat 56, lalu

dilanjutkan dengan pembacaan sholawat, setelah itu dilanjutkan

dengan pembacaan surat Ali „Imran ayat 173, Al-Anfal ayat 40, dan

ditutup dengan kalimat Tahlil sebanyak seratus kali. Sebagai

penutupnya bianya dibacakan do‟a tahlil.19

4. Gemeinschaft

Gemeinschaft adalah sekelompok masyarakat, agama, dan budaya

yang ingin membangun kelompoknya berdasarkan komunitasnya. Lawan

19

Abdul Majad Tamam, Surat Yaasiin dan Bimbingan Tahlil (Jakarta: Zikrul Hakim), h. 87-96.

Page 111: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

95

dari teori ini adalah Gesellschaft. Yaitu sekelompok masyarakat, agama,

dan budaya yang ingin membangun kelompoknya berdasarkan societas.

Kedua teori ini dalam Islam sejalan dengan Al-Ummah.

Pada folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug,” pembentukan

kelompok pemilik folklor jelas terjadi. Hampir semua apa yang menjadi

kegiatan pada saat perayaan folklor ini dapat membentuk dan dapat

meningkatkan komunitas keluarga besar Tubagus Atief. Hal ini terbukti

dari keadaan masyarakat Cilenggang yang menjadikan keluarga besar

Tubagus Atief sebagai keluarga terhormat.

Keluarga besar Tubagus Atief memang keluarga yang dipandang di

daerah setempat. Pada satu kesempatan, peneliti sedang melakukan

kunjungan ke Masjid Al-Ikhlas (peninggalan Tubagus Atief) di

Cilenggang, 24 Juli 2013, ada seorang perempuan mendatangi Tubagus

H. Imamudin dengan maksud meminta air untuk anaknya yang sedang

sakit.

Di keluarga besar Tubagus Atief juga dibentuk Paguyuban

Tubagus Atief Paguyuban Tubagus Atief ini merupakan wadah bagi

keluarga besar keturunan Tubagus Atief. Paguyuban Tubagus Atief

diketuai oleh H. Mu‟in.

“Paguyuban kan sifatnya nonformal ya, jadi hanya komunitas saja. Kami di sini

pertama untuk mengajak masyarakat mengetahui bahwa di desa Cilenggang ini ada

makam peninggalan pejuang yakni makam Keramat Tajug ini. Biasanya, kami yang

menjadi pelopornya, misalanya seperti acara Haul, menyambut bulan Ramadlan.

Kemudian, selain dari itu, kami juga mengundang keluarga besar tubagus Atief yang

tinggal di daerah lain, nah dengan paguyuban ini kan kami terkontrol gitu. Selain itu

ya kamilah pengurus paguyuban ini yang menjaga dan melestarikan makam keramat

tajug ini.”20

20

Wawancara Pribadi dengan Bapak H. Mu‟in. Tangerang Selatan, 23 Juni 2013.

Page 112: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

96

Jelas memang dengan paguyuban ini ada upaya membangun dan

membersarkan kelompoknya berdasarkan komunitasnya (Gemeinschaft).

Selain hal tersebut di atas, sebagian besar keluarga besar Tubagus

Atief juga menempati tempat strategis di jabatan pemerintahan. Seperti

Mehdi Solihin, S.Sos yang menjadi Lurah Cilenggang, Mehdi Solihin juga

keluarga besar Tubagus Atief. D. Umar Dani, S.Sos, sekertaris Lurah

Cienggang. Ia juga keturunan Tubagus Atief. Tidak hanya itu, Tubagus H.

Imamudin juga mendirikan majlis yang dinamai majlis Birrulwalidain.

Majlis ini diperuntukkan untuk masyarakat Cilenggang dan sekitarnya.

Berikutnya, H. Mu‟in yang ikut serta dalam perpolitikan, ini menunjukkan

adanya upaya publisitas diri. Peneliti melihat memang ada spanduk dengan

gambar H. Mu‟in dari salah salah satu partai yang ada Indonesia.

5. Vernacular language

Vernacular language adalah pemikiran KAAB yang terdiri atas

nilai-nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan,

pola pikir, dan perasaan yang cenderung belajar bahasa sendiri/lokal.

Lawan dari teori ini adalah Vehicular language adalah pemikiran KAAB

yang terdiri atas nilai-nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi,

kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang belajar bahasa

pengetahuan/bahasa lain. Dalam Isalam teori ini sejalan dengan istilah Al-

Lisan.

Teori ini dibuktikan dengan adanya penyampaian kisah Tubagus

Atief dilakukan sebelum acara dimulai. Tubagus Sos Rendra yang biasa

ditugaskan mewakili keluarga besar Tubagus Atief. Memang kisah ini

Page 113: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

97

disampaikan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Akan tetapi banyak

sekali peneliti mendengar istilah yang disampaikan dengan bahasa Sunda,

namun Sos Rendra mengartikannya seketika itu juga. Menurut penuturan

Bapak H. Mu‟in disampaikannya kisah itu dengan bahasa Indonesia untuk

memudahkan para jama‟ah yang hadir dalam perayaan “Haul Cuci Pusaka

Keramat Tajug.”

“Ya biasanya sih itu dengan bahasa Jawa Sunda dan itu ada bukunya yang memang

dari peninggalan kuno. Ada kok bukunya yang memang menggunakan bahasa Jawa,

Sunda Banten, karena kan Tubagus Atief ini dari Banten. Nah sekarang kan digunakan

bahasa Indonesia, itu sih hanya untuk mempermudah saja, agar siapapun mereka, dari

kalangan manapun yang mengikuti acara “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” ini dapat

memahaminya denagan baik.” 21

Gambar 4.14.

Tubagus Sos Rendra saat menyampaikan kisah perjuangan Tubagus Atief

Menurut peneliti inilah yang dimaksud dengan inti dari mengenang

jasa-jasa perjuangan. Selain memanjatkan doa untuk mereka yang telah

mendahului kita (meninggal dunia) yang memang menjadi anjuran agama,

tentu sebagai orang yang tahu akan jasa-jasa Tubagus Atief sudah menjadi

kewajibannya untuk menyampaikan kisah tersebut kepada orang banyak.

Memang banyak cara yang dilakukan masyarakat Indonesia untuk

mengenang orang-orang terdahulu, jasa-jasa para pahlawan, misalnya.

21

Wawancara Pribadi dengan Bapak H. Mu‟in. Tangerang Selatan, 23 Juni 2013.

Page 114: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

98

Masyarakat yang terdiri dari Sunda, Jawa dan Betawi dapat menikmati dan

mengambil pelajaran dari kisah Tubagus Atief yang telah disampaikan.

Mereka sejenak mengenyampingkan eksistensi budaya yang mereka

punya.

Selain dari bahasa Sunda yang sering muncul dalam perayaan ini,

ada juga nyanyian-nyanyian daerah yang dipertahankan dari zaman dulu

dan dibacakan saat pawai obor berlangsung. Tidak hanya selawat yang

berbahasa Arab saja, melainkan selawat yang juga terdiri dari bahasa

Sunda, Jawa dan bahasa Indonesia (Betawi) sesekali dilantunkan secara

bersamaan dalam pawai obor ini. Dari keterangan ini, jelas bahwa ada

upaya untuk mempertahankan bahasa budaya lama dalam perayaan

tersebut.

C. Pembahasan

Pembahasan adalah bagian khusus yang dibuat untuk membahas

temuan-temuan yang berada diluar teori yang dipakai dalam penelitian.

Temuan yang dimaksud adalah hal yang muncul dari kegiatan folklor yang

peneliti tidak analisis melalui teori yang ada. Ada dua macam temuan besar

yang peneliti akan sampaikan di pembahasan ini. Yaitu tentang beberapa

kegiatan folklor yang mengarah pada hal positif dan kegiatan komunikasi

antarbudaya yang menghasilkan kesamarataan budaya. Beberapa temuan yang

mengarah pada hal yang positif antara lain sebagai berikut:

Page 115: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

99

1. Beberapa Kegiatan Folklor yang Positif

a. Bahasa Indonesia sebagai pengantar kisah perjuangan Tubagus

Atief

Dalam menyampaikan cerita perjuangan Tubagus Atief yang

menggunakan bahasa Indonesia, dimaksudkan untuk mempermudah

pemahaman orang. Hal ini sekaligus menjadi bukti bahwa dalam

perayaan tersebut tidak kaku lagi atas budaya yang ada.

Menurut peneliti, berubahnya bahasa yang digunakan dalam

penyampaian kisah perjuangan Tubagus Atief tidak serta merta

berubah begitu saja, melainkan mempunyai proses budaya yang cukup

lama.

b. Tidak Disampaikannya Fungsi Masing-masing Pusaka Kepada

Para Jama’ah

Awalnya pengetahuan mengenai fungsi pusaka yang konon

masing-masing pusaka mempunyai kekuatan supranatural itu sangat

kental. Hampir setiap keturunan mengetahui dan menjaga atas

pengetahuan mengenai fungsi-fungsi pusaka peninggalan tersebut.

Akan tetapi dalam perayaan folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat

Tajug” tidak lagi disampaikan. Menurut Tubagus Muhammad Aris ini

dimaksudkan untuk menghindari dari hal kemusyrikan.

“Sekarang saya atau barangkali semua keluarga Tubagus Atief sudah

pada enggak tahu kali ya, kalau dulu-dulunya mah ada yang tahu dan suka

menceritakan kepada kami. Misalnya, tongkat ini fungsinya ini, keris ini

fungsinya ini dan seterusnya. Dulu, hal itu ada tapi sekarang sudah tidak

diperhatikan lagi meski kayaknya ada dari keluarga yang mengetahui tentang hal

itu. Lagian kan kalau disampaikan ke orang-orang takutnya tanggapan orang itu

salah, misalnya percaya terhadap benda, kan itu tidak boleh. Menurut saya benda

itu kan tergantung orangnya, kalau yang menggunakan benda itu sakti ya benda

itu menjadi sakti, sebaliknya jika yang menggunakan benda itu salah kaprah

maka sama saja bohong.”22

22

Wawancara Pribadi dengan Tubagus Muhammad Haris. Tangerang Selatan, 28 Mei

2013.

Page 116: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

100

Dengan demikian kekantalan budaya yang dianggap sudah tidak

efektif lagi untuk masyarakat sudah tidak dipakai kembali.

c. Melarang Keras Jama’ah untuk Meminum Air Cucian Pusaka

Penutup Pusar

Dalam acara pencucian pusaka Penutup Pusar ini melibatkan

seluruh jama‟ah yang hadir. Ini dimaksudkan untuk menumbuhkan

sikap peduli dan sikap saling tolong menolong. Walau demikian

masing-masing orang yang hadir pada perayaan tersebut mempunyai

pemikiran yang berbeda-beda.

Gambar 4.15.

Air bekas cucian pusaka Penutup Pusar

Menurut penjelasan Tubagus Sos Rendra masih banyak

masyarakat yang hadir mempunyai keyakinan atas benda pusaka

peninggalan Tubagus Atief.23

d. Melibatkan Aparatur Pemerintah

Seperti penjelasan pada bagian jenis budaya di atas, bahwa

dalam perayaan “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug,” pihak panitia

23

Wawancara pribadi dengan Tubagus Tubagus Sos Rendra. Tangerang Selatan, 28 Mei

2013.

Page 117: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

101

mengundang Wali Kota Tangerang Selatan untuk dapat hadir dan

mengikuti kegiatan tersebut. Namun ia tidak dapat hadir dan

mendelegasikan Camat Serpong sebagai penggantinya. Hal ini

dimaksudkan oleh panitia agar tercipta kerja sama antar pemerintah

daerah dengan masyarakat serta keluarga besar Tubagus Atief dalam

menjaga dan melestarikan budaya dan paguyuban Tubagus Atief.

e. Aneka makanan modern yang dibawa oleh masyarakat

Selain makanan yang wajib ada, yaikni nasi kebuli dan ayam

bakar (bekakak), ada pula makanan modern yang dibawa oleh warga

setempat. Makanan modern yang dimaksudkan adalah makanan

modern yang bervariasi, tidak hanya makanan bahkan juga buah-

buahan. Makanan tersebut awalnya tidak ada dan tidak diperbolehkan

menurut adat. Menurut keterangan Rendra Sos awalnya makanan itu

hanya ada dua model saja, yaitu bekakak atau ayam yang dibakar

dalam keadaan masih utuh dan nasi kebuli. Dua makanan itu yang

awalnya menjadi makanan pokok pada acara folklor “Haul Cuci

Pusaka Keramat Tajug.” Menurut kisahnya, makanan tersebut dibawa

oleh seorang warga ke makam Keramat Tajug. Dari sinilah asal

mulanya dijadikannya nasi kebuli dan ayam bekakak itu sebagai syarat

acara.

Page 118: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

102

Gambar 4.16.

Tampak aneka makanan dan buah-buahan saat perayaan

“Jadi Ia bernadzar nanti kalau ada rezeki ia akan bebacaken istilah orang

Sunda mah, bahasa kitanya ya membaca kalimat-kalimat Allah untuk

mendoakan orang-orang yang telah meninggal dan dikuburkan di

pemakaman keluarga Tubagus Atief itu. Benarlah, beberapa hari setelah

kejadian itu ia datang ke pemakaman dan membawa nasi kebuli itu. Sampai

sekarangpun tumpeng yang dibuat acara tahunan ini ya nasi kebuli itu.”24

Dari kutipan wawancara ini dapat dijelaskan bahwa makanan

yang asalnya hanya ada dua macam saja sekarang sudah bermacam-

macam makanan dapat ditmukan pada saat acara. Hal ini terjadi karena

kekentalan dan kefanatikan budaya. Pada acara kali ini makanan yang

ada sudah bervariasi.

f. Menghilangkan Prosesi Bakar Kemenyan

Awalnya pada perayaan folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat

Tajug” dilaksanakan pula prosesi pembakaran kemenyan. Yaitu

prosesi pembakaran dupa dan bersifat sakral, dan secara khusus

dilakukan oleh salah seorang anggota keluarga. Lama kelamaan

prosesi tersebut tidak ada lagi, bukan berarti menghapusnya secara

keseluruhan, tetap ada tapi tidak disakralkan kembali.

24

Wawancara pribadi dengan Tubagus Tubagus Sos Rendra. Tangerang Selatan, 28 Mei

2013.

Page 119: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

103

Gambar 4.17.

Tempat pembakaran kemenyan pada saat prosesi pembakaran kemenyan

zaman dahulu

2. Munculnya Kesamarataan Budaya

Dalam perayaan folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug,” terdapat juga

kesamarataan budaya. Hal ini peneliti temukan dalam beberapa kegiatan,

antara lain:

a. Kesamarataan Budaya dalam Pawai Obor

Pawai ini dilakukan dari depan Masjid Al-Ikhlas Cilenggang

menuju ke makam Keramat Tajug. Jarak dari Masjid Al-Ikhlas kurang

lebih satu kilo meter. Pawai dilakukan stelah shalat Magrib menjelang

Isya dan diiringi dengan kesenian musik rebana. Musik rebana yaitu

sejenis alat musik yang berbentuk bulat. Dalam konteks folklore,

kegiatan ini tidak ada sangkut paut dengan sejarah peninggalan

Tubagus Atief. Kegiatan ini dilaksanakan hasil dari kesepakatan

keluarga besar saja.

Page 120: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

104

Gambar 4.18.

Masyarakat Saat Pawai Obor Diiringi Musik Rebana

Dalam kegiatan pawai obor ini terjadi kesamarataan budaya.

Mereka dipersatukan dalam kesamaan alunan selawat Nabi di

sepanjang jalan. Meneriakkan pujian-pujian kepada Nabi Muhammad

SAW. Menyanyikan selawat dengan serentak mengikuti alunan rebana

dan penuh keceriaan.

b. Kesamarataan Budaya dalam Pembacaan Tahlil

Tahlil adalah kumpulan doa yang biasanya dilakukan oleh sebagian

orang dalam rangka mendoakan arwah sanak saudara yang sudah

meninggal. Biasanya dilakukan oleh sekelompok orang dalam rangka

tasyakkuran atau acara-acara keluarga dan acara selamatan. Selamatan

adalah serangkaian doa yang dibaca untuk meminta selamat.25

25

Departemen Pendidikan Nasional, Tim Penyusun Kamus, Pusat Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 1017.

Page 121: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

105

Gambar 4.19.

H. Tubagus Imamudin saat memimpin pembacaarn tahlil

Biasanya doa yang dibaca adalah doa tahlil. Dalam acara “Haul

Cuci Pusaka Keramat Tajug” pembacaan tahlil dipimpin oleh Bapak

H. Imamudin.

c. Kesamarataan Budaya dalam Pencucian Pusaka Penutup Pusar

Dalam pencucian pusaka Penutup Pusar ini dipimpin oleh Bapak

H. Tubagus Imamudin. Tokoh agama yang juga sebagai sesepuh dari

keluarga Tubagus Atief. Pada pelaksanaan cuci pusaka ini diikuti oleh

masyarakat yang hadir (jama‟ah). Menariknya, dalam pencucian

pusaka Penutup Pusar ini ada tujuan khusus yang memang

dimaksudkan sebagai sarana dakwah. Semacam pengukuhan

keyakinan bagi masyarakat yang hadir pada acara “Haul Cuci Pusaka

Keramat Tajug.”

Pencucian dimulai dari H. Tubagus Imamudin kemudian diikuti

oleh seluruh jama‟ah yang hadir. Pada saat mencuci seluruh jamaah

mengikuti alunan bacaan kalimat Lailahaillah yang dibaca berulang-

ulang dan secara bersamaan. Menurut pendapat H. Mu‟in selaku ketua

Page 122: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

106

Paguyuban Keluarga Besar Tubagus Atief mengatakan hal itu semata-

mata untuk menguatkan keyakinan kepada Allah, menambah semangat

keyakinan kepada Allah. Benda itu hanya sabagai simbol saja, bukan

berarti ada maksud mengutamakan benda dari apa yang telah

dilaksanakan pada pencucian Penutup Pusar itu.

Gambar 4.20.

H. Tubagus Imamudin Memulai Mencuci Pusaka Penutup Pusar

Memang agaknya butuh pembahasan yang sangat mendalam

mengenai hal ini, namun bagi peneliti hal ini tak ubahnya orang

berdzikir menggunakan tasbih sebagai alat penghitung dan pengingat.

Tasbih selama digunakan sebagai alat menghitung jumlah bacaan yang

kita baca sekaligus mengingatkan kita saat kita lalai atas dzikir yang

biasa kita baca itu hal yang wajar dan hal yang dibolehkan dalam

kacamata syariat. Tapi jika kemudian muncul keyakinan lain dari

tasbih itu atau dari benda lain maka itu lah yang tidak dibolehkan.

Memang secara logika sepertinya tidak masuk akal namun kembali

lagi pada penafsiran masing-masing mereka.

Page 123: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

107

Menurut penuturan H. Mu‟in dalam wawancara dengan peneliti

mengenai tanggapan pihak pengelola acara (pemilik folklor) dari

keluarga besar Tubagus Atief terkait dengan misalnya ada anggapan

miring tentang acara ini, mereka menganggap bahwa hal itu

merupakan sesuatu yang wajar. Perbedaan pendapat itu hal yang wajar

menurutnya.

“Memahami barokah kan setiap orang berbeda-beda. Kita yang ada di zaman modern ini jika berbicara barokah seperti yang ada pada cerita salaf (masyarakat zaman dulu) seperti hal yang tidak pernah ada, padahal semua itu ada. Nabi Muhammad dengan segala mukjizatnya, para wali dengan segala karomahnya, nah sekarang tinggal kita bagaimana memahami dan meyakini itu. Memahami dalam arti semua yang terjadi itu semata-mata hanya dari Allah. Meyakini itu adalah meyakini bahwa kekuatan Allah itu memang benar-benar ada dan mutlak adanya. Tinggal bagaiamana kita memahaminya saja, benda yang memang peninggalan para wali (kekasih Allah) jika kita menisbatkannya kepadanya bisa jadi sebab itu benda tersebut dikeramatkan, sebaliknya kalau bukan karena kekuatan Allah apalah arti sebuah benda. Jangankan benda Al-Quran saja kalau kita tidak meyakini akan kekuatan Allah Al-Qur‟an sendiri tidak akan berarti apa-apa bagi orang tersebut.”

26

Pengamatan langsung peneliti, dalam acara cuci pusaka

Penutup Pusar memang sebagian masyarakat yang hadir ada yang

mengusapkan air cucian itu ke muka ada pula yang tidak. Alasannya

pun variatif. Ada yang manganggap bahwa hal itu dilakukan untuk

mendapatkan berkah. Sedangkan alasan mereka yang tidak

mengusapkannya ke wajah mereka menganggap bahwa itu adalah hal

yang biasa saja.

d. Kesamarataan Budaya dalam Pembacaan Maulid Nabi

Muhammad SAW

Pembacaan Maulid Nabi Muhammad dibaca secara bersamaan

juga. Maulid yang dibaca pada “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug”kali

ini adalah maulid Al-Barzanji. Dalam setiap tahunnya maulid yang

dibaca tidak tetap, tahun ini maulid yang dibaca adalah maulid Al-

26

Wawancara Pribadi dengan Bapak H. Mu‟in. Tangerang Selatan, 23 Juni 2013.

Page 124: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

108

Barzanji, berbeda dengan tahun sebelumnya, perayaan tahun

sebelumnya menggunakan maulid Al-diba’i.

Maulid dibacakan dalam keadaan berdiri. Hal seperti ini juga

biasa dilakukan oleh banyak kelompok masyarakat pemeluk agama

Islam, terumata Islam Jawa. Membaca Maulid Nabi dengan berdiri

dimaksudkan untuk menghormati kehadiran Nabi Muhammad SAW.

pada saat pembacaan Maulid dilaksanakan. Pada umumnya pembacaan

seperti ini biasanya diiringi dengan tabuan rebana. Yaitu jenis alat

musik yang berbentuk seperti piringan yang terbuat dari kayu yang

dibentuk sedemikian rupa, kemudian dilapisi sisi luarnya dengan kulit

kambing. Alat musik hadrah banyak ditemui di daerah Jawa. Namun

belakangan ini peneliti sendiri sudah sangat sering melihatnya di

daerah Jakarta dan sekitarnya.

Gambar 4.21.

Jamaah sedang Membaca Maulid Nabi

Secara umum bacaan maulid ini mengandung arti puji-pujian

kepada Nabi Muhammad SAW. Hampir semua maulid sama, hanya

saja pengarangnya yang berbeda, dan masing-masing mereka

Page 125: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

109

mempunyai ciri khas. Seperti dalam karangan imam Al-Barzanji,

maulid ini hampir secara keseluruhan mengandung puji-pujian kepada

Nabi Muhammad SAW. berikut sebagian dari syair yang ditulis oleh

imam Al-Barzanji.

Anta syamsun anta badrun

Anta nurun fauqa nurin

Anta iksiru waghali

Anta mishbahusshuduri

“Engkau bagaikan matahari, engkau bagaikan rembulan.

Engkau cahaya di atas cahaya,

Engkau sumber kehidupan,

Engkau penerang hatiku.”27

e. Kesamarataan Budaya melalui Ceramah Agama

Ceramah agama disampaikan oleh dua orang penceramah

(Da‟i). Mereka adalah Ust Ghozali dan Tubagus H. Imamuddin. Ust

Ghozali adalah tokoh ulama setempat. Ia merupakan tamu undangan

yang dengan sengaja diundang oleh panitia pelaksana. Ceramah agama

memang awalnya tidak ada pada acara “Haul Cuci Pusaka Keramat

Tajug” ini. Akan tatapi semenjak haul cuci pusaka dilaksanakan di

makam Keramat Tajug barulah ada ceramah agama. Menurut H. Mu‟in

ini dimaksudkan agar masyaraka setempat juga dapat menambah ilmu

agama dari pelaksanaan Cuci pusaka ini. H. Mu‟in juga menambahkan

bahwa semua acara yang ada pada “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug”

ini hanya merupakan tambahan saja.

27

Al-Barzanji, Kumpulan Maulid, Solawat dan Doa Penutupnya (Amalia: Surabaya), h.

36-39.

Page 126: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

110

“Cuci pusaka ini memang apa adanya, lihat saja kerisnya juga masih apa

adanya (tidak ada yang berubah dari peninggalan nenek moyang). Tapi sekarang

ditambah-tambahkan, seperti ada ceramah agama, sedekahan, tahlilan. Ini

dimaksudkan untuk menghindari kemusyrikan, jadi kita arahkan ke sana. Jadi ini

merupakan budaya yang tidak bertentangan dengan agama. Adapun kegiatan-

kegiatan seperti obor, rebana (rebana) ini hanya tambahan saja dalam rangka syiar

agama.”28

Hal ini dimaksudkan agar dapat mengimbangi kebutuhan

masyarakat yang hadir pada saat itu.

Dalam pengamatan peneliti memang pada saat Tubagus H.

Imamuddin memberikan Ceramahnya masih banyak bahasa Sunda

sebagai bahasa pengantarnya, sehingga sangat mungkin sekali diantara

mereka yang hadir (jama‟ah) tidak dapat memahami apa yang

disampaikan. Berbeda dengan Ust Ghozali, beliau menyampaikan

ceramah dengan bahasa Indonesia yang mudah dimengerti. dalam

pelaksanaan “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” ini dimaksudkan

untuk memberikan pengarahan kepada masyarakat. Tema yang

disampaikan adalah tema tentang ajaran Islam yang berkaitan dengan

sejarah dakwah Rasulullah yang dikaitkan pula dengan adanya

pelaksanaan cuci pusaka Keramat Tajug.

Menurut peneliti di sinilah letak adanya kesamarataan budaya

dari masing-masing budaya yang ada. Jelas saat ceramah disampaikan

dengan bahasa Sunda ini mencirikan bahwa memang folklor itu sangat

kental dengan subjektifitas pemiliknya, sehingga tidak mudah bagi

orang yang bukan pemilik folklor untuk dapat mengerti folklor

tersebut. Hal itu juga menjadi sulit difahami oleh masyarakat yang

hadir. Menurut peneliti sangat tepat sekali tindakan panitia

28

Wawancara Pribadi dengan Bapak H. Mu‟in. Tangerang Selatan, 23 Juni 2013.

Page 127: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

111

mengundang tokoh agama dari luar pemilik folklor yang dapat

menetralisir kekentalan budaya yang ada dalam folklor tersebut.

Inilah analisis peneliti mengenai bentuk komunikasi antar budaya

yang terdapat dalam folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” Dari

hasil temuan dan analisis ini akan disimpulkan pada bab berikutnya.

Page 128: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

112

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan peneliti di bab sebelumnya, dijelaskan bahwa

komunikasi antarbudaya yang terjadi pada folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat

Tajug” dilakukan dua tahap, yakni tahap pertama dan tahap kedua. Tahap pertama

yaitu analisis terhadap jenis-jenis Komunikasi Antarbudaya (KAB) dengan

menggunakan teori Joseph A. Devito dan Andi Faisal Bakti. Sedangkan tahap

kedua yaitu analisis pada kategori folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug”

dalam ranah KAB.

Pada tahap pertama dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis KAB yang dapat

ditemukan pada acara folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” adalah sebagai

berikut:

1. Komunikasi antara etnis yang berbeda.

Komunikasi antara etnis yang berbeda terjadi pada keturunan

keluarga Tubagus Atief dengan masyarakat keturunan orang biasa di luar

keluarga Tubagus Atief. Komunikasi antara etnis yang berbeda ini juga

tampak jelas dari perbedaan bahasa dari masing-masing budaya.

2. Komunikasi antara Sub Kultur yang Berbeda

Komunikasi antara subkultur ini terjadi antara kelompok pedagang

dengan kelompok orang pekerja bangunan, dan orang orang yang bekerja di

pemerintahan daerah dengan masyarakat biasa. Model komunikasi antara

subkultur yang berbeda ini terjadi pula antara kelompok pejabat pemerintah

Page 129: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

113

daerah dengan masyarakat biasa. Seperti Lurah dan Camat dengan

masyarakat yang hadir.

3. Komunikasi Antara Subkultur dengan Kultur yang Dominnan

Komunikasi antara subkultur yang berbeda ini terjadi pada

kelompok pemilik budaya yang mendominan dengan kelompok orang yang

dari luar pemilik budaya. Selain itu juga terjadi pada orang dewasa dengan

anak-anak.

4. Komunikasi antara Jenis Kelamin yang Berbeda

Komunikasi jenis ini terjadi antara kaum laki-laki dengan

perempuan. Yakni terbukti dengan munculnya maskulinisasi.

5. Komunikasi Antara Kaum Tradisionalis dengan Kaum Modernis

Komunikasi Antara Kaum Tradisionalis dengan Kaum Modernis ini

terjadi antara kelompok yang berpendidikan tinggi dengan pendidikan

rendah.

6. Komunikasi antara laki-laki dan perempuan

Komunikasi antara laki-laki dan perempuan yang dimaksudkan di

sini sama dengan poin nomer empat di atas.

Inilah enam jenis-jenis komunikasi antarbudaya yang telah peneliti

analisis menggunakan teori Joseph A. Devito dan Andi Faisal Bakti.

Kemudian pada tahap kedua peneliti menggunakan teori Andi Faisal Bakti.

Yaitu teori duapuluh (konservatif dan transformatif). Berikut kesimpulan

dari hasil analisis tersebut:

Page 130: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

114

1. Etre pense par sa culture

Etre pense par sa culture adalah pemikiran Komunikasi Antarbudaya

(KAB) yang menjelaskan keadaan suatu kelompok, golongan, agama, dan budaya

terdiri atas nilai-nilai, persepsi adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi,

kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang dikendalikan atau dikontrol oleh

budaya masa lalu nya. Lawan dari teori ini adalah Penser sa culture. Dalam Islam

teori ini sejalan dengan Al-muhafadzotu ‘ala Al-Qadim Al-Sholih wa Al-Akhdzu bi

Al-Jadid Al-Aslah.

Ada beberapa bukti dari kategori folklor ini dalam ranah komunikasi

antarbudaya. Yaitu:

a. Ketetapan tanggal perayaan (Tanggal 14 Rabiul Awal).

b. Disakralkannya Pusaka Penutup Pusar.

c. Makanan Khas.

d. Kembang Tujuh Rupa.

2. Heriter la culture

Heriter la culture adalah suatu kelompok, golongan, agama, dan budaya

terdiri atas nilai-nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi,

kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang mewarisi budayanya dari masa lalu

dan mewariskannya kepada generasi yang akan datang. Lawan dari teori ini

adalah Acquerir la culture yang bermakna suatu kelompok, golongan, agama, dan

budaya terdiri atas nilai-nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi,

kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang berupaya untuk mendapatkan kultur-

kultur yang baru dan berbeda dari warisan keluarga dan budayanya. Dengan kata

lain lebih produktif dalam mendapatkan kultur yang baru. Dalam Islam, kedua

Page 131: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

115

teori ini sejalan dengan agama Islam yang mengakatakan Al-muhafadzatu ‘ala Al-

Qadim Al-Shalih wa Al-Akhdzu bi Al-Jadid Al-Aslah.

Bukti-bukti yang dikumpulkan peneliti untuk menguatkan analisis

pada poin satu di atas juga dapat dijadikan bukti pada poin ini. Namun ada bukti

yang paling jelas menurut peneliti. Adanya pewarisan budaya dari generasi ke

generasi dalam perayaan folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” ini dilakukan

pada anak-anak kecil yang secara sengaja maupun tidak mereka (anak-anak)

diikutkan dan diarahkan oleh orang tuanya untuk mengikuti acara folklor.

3. Adoration of scriptures

Adoration of scriptures adalah sekelompok masyarakat, agama, dan

budaya yang sangat mencintai atau menyukai teks agamanya (kitab sucinya).

Lawan dari teori ini adalah Interpretation of scriptures. Adalah sekelompok

masyarakat, agama, dan budaya yang memaknai atau memahami teks (kitab suci)

sesuai konteks yang menjadi pegangannya. Dalam Islam kedua teori ini sama

dengan Al-ijtihad.

Ada dua jenis kitab yang dapat tergolong ke dalam kategori Adoration of

scriptures. Kitab tersebut adalah kitab yang terbuat dari kayu peninggalan

Tubagus Atief yang sudah berusia ratusan tahun dan kitab sejarah perjuangan

Tubagus Atief. Dua kitab inilah yang digunakan sebagai panduan pokok dalam

acara folklor tersebut. Selain dari dua kitab itu, beberapa teks, terutama yang

berbahasa Arab, seperti kitab maulid Nabi, buku panduan tahlil, dan surat Yasin

juga termasuk dalam kategori ini.

Page 132: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

116

4. Gemeinschaft

Gemeinschaft adalah sekelompok masyarakat, agama, dan budaya yang

ingin membangun kelompoknya berdasarkan komunitasnya. Lawan dari teori ini

adalah Gesellschaft. Yaitu sekelompok masyarakat, agama, dan budaya yang

ingin membangun kelompoknya berdasarkan societas. Kedua teori ini dalam

Islam sejalan dengan Al-Ummah.

Adapun data yang menjadi penguat dari kategori ini adalah adanya

anggapan lebih terhormatnya keluarga keturunan Tubagus Atief dibanding dengan

masyarakat biasa. Selain dari itu keluarga besar keturunan Tubagus Atief juga

membuat paguyuban (Tubagus Atief). Ini dimaksudkan untuk mewadahi

perkumpulan keluarga besar Tubagus Atief. Selain dari hal itu, sebagian besar dari

keturunan keluarga besar Tubagus Atief banyak yang menjabat di pemerintahan

daerah, sehingga kecendrungan akan kepentingan kelompok sesekali dapat

muncul.

5. Vernacular language

Vernacular language adalah pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai-nilai,

persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan

perasaan yang cenderung belajar bahasa sendiri/lokal. Lawan dari teori ini adalah

Vehicular language adalah pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai-nilai, persepsi,

adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang

belajar bahasa pengetahuan/bahasa lain. Dalam Isalam teori ini sejalan dengan

istilah Al-Lisan.

Hal ini dapat dibuktikan dengan munculnya bahasa Sunda dalam hampir

setiap mata acara. Terutama dalam penyampaian kisah perjuangan Tubagus Atief.

Page 133: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

117

B. Saran

Seteleh peneliti memberikan kesimpulan dari apa yang sudah peneliti analisis di

bab sebelumnya, peneliti kemudian ingin memberikan saran sebagai berikut:

1. Melestarikan budaya semacam folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug”

ini menjadi tugas semua lapisan masyarakat. Lebih erat dalam melakukan

koordinasi dengan masyarakat, agar masyarakat lebih banyak lagi terlibat

dalam acara perayaan pelestarian budaya ini.

2. Melibatkan lapisan msyarakat dalam perayaan folklor “Haul Cuci Pusaka

Keramat Tajug,” agar tercipta koordinasi yang pas. Dengan demikian akan

muncul juga rasa kepemilikan masyarakat setempat terhadap folklor.

Pemilik folklor pun (pihak Keramat Tajug) agar lebih transformatif atas

nilai-nilai baru yang dinilai dapat menambah kekayaan budaya.

3. Adanya evaluasi atas hasil tranformasi antara nilai-nilai yang ingin

ditanamkan dengan hasil yang ditangkap oleh masyarakat. Hal ini

dimaksudkan agar hal yang kurang ada manfaatnya sebaiknya dihilangkan

saja. Dan perlu adanya pengawasan dari pihak luar baik dari akademisi atau

ulama (tokoh agama) setempat agar terjadi stabilitas antara budaya yang

perlu dimaknai dan lestarikan dengan budaya yang tidak perlu dilestarikan

yang menyimpang dengan ajaran agama.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk peneliti dan

untuk kita semua khususnya bagi para pemula yang ingin meneliti tentang

komunikasi antarbudaya. Peneliti berharap pula dengan skripsi ini peneliti ikut

serta dalam melestarikan budaya Indonesia yang sangat beragam dan sangat

berharga ini.

Page 134: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

118

DAFTAR PUSTAKA

Afrianti, Iin. “Pesta Lomban Sebagai Fungsi Media Komunikasi Rakyat

Masyarakat Pesisir Kabupaten Jepara dalam Menyampaikan Pesan

Dakwah,”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Al-Barzanji. Kumpulan Maulid, Solawat dan Doa Penutupnya Surabaya. Amalia,

1998.

Ardhi, Yogyasmara. P. “Wayang Kulit sebagai Media Dakwah: Studi pada

Wayang Kulit Dalang Ki Sudardi di Desa Pringapus Semarang,”. Skripsi

S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta, 2011.

Bakti, Andi Faisal. Communication and Family Planning in Islam in Indonesia:

South Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program.

Jakarta: INIS, 2004.

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis ke

Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: Karisma Putra Utama, 2004.

Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi, Ed. 1- 8. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2007.

Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung:

PT. Syaamil Cipta Media. 2004.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Tim Peneliti, Mulyadi, dkk. Upacara

Tradisional Sebagai Kegiatan Sosialisasi di DIY. Yogyakarta: Poroyek

Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, 1982-1983.

Devito, Joseph A. Komunikasi Antarmanusia. Penerjemah Agus Maulana .

Jakarta: Profesional Books, 1997.

Echols, John M. dan Shadily, Hassan. Kamus Inggris-Indonesia. Amerika:

Cornell University Press, 1975; reprint, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 2005.

Ega Maulana, “Fungsi Foklor “Hajat Bumi Keramat Ganceng” dalam Komunikasi

Antarbudaya bagi Masyarakat Urban di Kelurahan Pondok Ranggon

Jakarta Selatan,”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

UIN Jakarta, 2011.

Koentjaraningrat. Kebudayaan Mentalis dan Pembangunan. Jakarta: PT

Gramedia, 1984.

Liliweri, Alo. Makna Komunikasi dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta:

PT. LKiS Pelangi Aksara, 2007.

Lubis, Nina H. Banten Dalam Pergumulan Sejarah; Sultan, Ulama, Jawara.

Page 135: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

119

Jakarta: Pustaka LP3S Indonesia, 2003.

Maleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya,1999.

Maryati, Kun dan Suryawati, Juju. Sosiologi; Indonesia di Tengah Modernisasi

Dunia; Pengaruh Perkembangan Iptek, Demokrasi, Efisiensi, dan Agama

Terhadap Indutrialisasi dan Urbanisasi. Jakarta: Esis, 2001.

Maulana, Ega . ”Fungsi Foklor “Hajat Bumi Keramat Ganceng” dalam

Komunikasi Antarbudaya bagi Masyarakat Urban di Kelurahan Pondok

Ranggon Jakarta Selatan,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, UIN Jakarta, 2011), h. 23.

Mulyana, Deddy dan Rakhmat, Jalaludin. Komunikasi Antarbudaya Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya. Bandung: Remaja

Rosda Karya, 2009.

Mulyana, Dedy. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Rosda Karya, 2002.

Nasrullah, Rulli. Komunikasi Antarbudaya di Era Budaya Siber. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2012.

Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,

2011.

Pelly, Usman. Urbanisasi dan Adaptasi; Peranan Misi Budaya Minangkabau dan

Mandailing. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia Anggota IKAPI, 1971.

Porter, Ricard E. dan Samovar, Larry A. Suatu Pendekatan Terhadap Komunikasi

Antarbudaya, dalam Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat, Komunikasi

Antarbudaya Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda

Budaya, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009.

Prasetya, Joko Tri, dkk. Tanya Jawab Ilmu Budaya. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000.

Raco, J.R. metode Penelitian Kualitatif Janis, Karakter, Keunggulannya. Jakarta:

PT Grasindo, 2010.

Rendra, Sos. Palayangan. Jakarta: Trans Mandiri Abadi, 2010.

Roudhonah. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007.

Rozak, Yusron. Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran Sosiologi

Perspektif Islam. Jakarta: Laboratorium Sosiologi Agama, 2008.

Santoso, Ananda dan Al Hanif, A.R. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.

Surabaya: Alumni.

Satori, Djam’an dan Komariah, Aan. Metode Penetitian Kualitatif. Bandung:

Alfabeta, 2010.

Page 136: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

120

Shadily, Hasan. Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia, cetakan ke-12. Jakarta:

Reneka Cipta,1993.

Shoelhi, Mohammad. Komunikasi Internasional Perspektif Jurnalistik. Bandung:

Simbiosa Rekatama Media, 2009.

Siradj, Agil.“Kata Pengantar; Meneladani Strategi Kebudayaan Para Wali,” dalam

Agus Sunyoto, Wali Songo; Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan.

Jakarta: Transpustaka, 2011.

Sudikan, Setya Yuwana. “ Ragam Metode Pengumpulan Data: Mengulas Kembali

Pengamatan, Wawancara, Analisis Life History, Analisis Folklor,” dalam

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis

ke Arah Ragam Varian Kontemporer, (Jakarta: Karisma Putra Utama,

2004.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta, 2009.

Supanto dkk. Risalah; Sejarah dan Budaya Seri Folklor. Yogyakarta: Balai

Penelitian Sejarah dan Budaya, 1981-1982.

Suparlan, Parsudi dalam A.W. Widhaya. Manusia Indonesia, Individu, Keluarga

dan Masyarakat. Jakarta: Akademika Pressindo, 1986.

Sutrisno, Muji dan Putranto, Hendari. Teori-teori Kebudayaan. Jakarta, 2008.

Tamam, Abdul Majad. Surat Yaasiin dan Bimbingan Tahlil. Jakarta: Zikrul Hakim.

Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Grasindo, 2006.

Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Grasindo, 2006.

Page 137: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

121

SUMBER DARI INTERNET

Ilham Prisgunanto, “Analisis Data Kualitatif,” artikel diakses pada 17 Maret 2013

dari kk.mercubuana.ac.id.

Wikipidia Bahasa Indonesia. “Bunga Tujuh Rupa,” artikel diakses pada 7 Maret,

2013 dari http://id.wikipidia.org/wiki/.

Raharjo, Mudjia. “Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif,” artikel diakses pada 1

April, 2013 dari http://mudjiarahardjo.com/artikel/270.html?task=view.

Page 138: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...
Page 139: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...
Page 140: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

Pedoman Wawancara

Nama : Bpk. H. Mu’in

Jabatan : Ketua Paguyuban Makam Keramat Tajug

Hari/Tanggal : Minggu, 23 Juni 2013

Waktu Wawancara : 20.00-21.00

Tempat Wawancara : Kediaman Bpk. H. Mu’in

1. Menurut bapak apa maksud dan tujuan diadakannya Folklor Haul Cuci Pusaka

Keramat Tajug bagi masyarakat sekitar yang terlibat dalam acara ini?

Jawab: Yang pertama kan tujuan melestarikan budaya yang penting kan prinsipnya

tidak melanggar syariat agama kan. Selama itu tidak melanggar agama maka

kebudayaan masyarakat itu hukumnya boleh kan, Al Adatu Muhakkamatun, itu

untuk memperkuat kebudayaan Indonesia dalam sisi agama, kan gitu. Yang

kedua ingin mencontoh perjuangan dari Tubagus Muhammad Atief selaku

penyiar agama di daerah Serpong dan bahkan Banten dan sekitarnya, jadi

perjuangannya yang kita contoh, terutama dalam kegigihannya dalam melawan

penjajahan Belanda pada saat itu. Dan yang ketiga dalam rangka menjaga

semangat keagamaan, ruh keagamaan, inikan termasuk syiar kan, mensyiarakan

agama Allah melalui kebudayaan. Syiar itu kan bermacam-macam, bisa dengan

music, bisa dengan hal yang lain yang dapat diterima di masyarakat, nah dalam

perayaan ini kira-kira kami bersyiar dengan hati mengajak mereka dengan cara

yang berbeda. Ya diantaranya itu aja, tentu yang lain masih banyak.

Page 141: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

2. Apakah bahasa yang digunakan dalam penyampaian sejarah singkat perjuangan

Tubagus Atief pada saat perayaan itu memang murni dengan bahasa Indonesia?

Jawab: Ya biasanya sih itu dengan bahasa Jawa Sunda dan itu ada bukunya yang

memang dari peninggalan kuno. Ada kok bukunya yang memang menggunakan

bahasa Jawa Sunda Banten, karena kan Tubagus Atief ini dari Banten. Nah

sekarang kan digunakan bahasa Indonesia, itu sih hanya untuk mempermudah

saja, agar siapapun mereka, dari kalangan manapun yang mengikuti acara Haul

Cuci Pusaka Keramat Tajug ini dapat memahaminya denagan baik.

3. Apa fungsi adanya Paguyuban bagi Keramat Tajug?

Jawab: Paguyuban kan sifatnya nonformal ya, jadi hanya komunitas saja kan, kami

disini pertama untuk mengajak masyarakat mengetahui bahwa di desa

Cilenggang ini ada makam peninggalan pejuang yakni makam Keramat Tajug

ini. Biasanya kami yang menjadi pelopornya, misalanya seperti acara Haul,

menyambut bulan ramadlan. Kemudian selain dari itu kami juga mengundang

keluarga besar Tubagus Atief yang tinggal di daerah lain, nah dengan

paguyuban ini kan kami terkontrol gitu. Selain itu ya kamilah pengurus

paguyuban ini yang menjaga dan melestarikan makam keramat tajug ini.

4. Bagaimanakah pendapat anda tentang pandangan orang yang menganggap

bahwa folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” ini ada unsur-unsur

musyriknya?

Jawab: Ini tergantung pemahaman kita masing-masing, biasanya mereka yang

menganggap demikian ini mereka yang selalu menganggap hal ini bid’ah.

Bid’ah kan ada yang baik dan ada yang buruk, tidak semua bid’ah itu sesat dan

Page 142: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

musyrik. Berikutnya tergantung bagaimana kita menjelaskannya kepada

masyarakat, jangan sampai kita menganut TBC (tahayul, bid’ah, churafat).

Kami pun tidak sembarangan mengajak masyarakat, karena kami juga

bertanggung jawab akan hal itu.

5. Apa maksud dari dilaksanakannya cuci tutup pusar yang dibarengkan dengan

pambancaan kalimat tahlil (lailahaillah) dengan berulang-ulang?

Jawab: Ya itu dalam rangka mengkuatkan hati kepada Allah. Tahlil itu kan

membersihkan hati. Jadi menggantungkan segala bentuk tindakan itu kepada

Allah. Jadi kita kuatkan tauhid atau keyakianan kita kepada Allah. Kalau

tauhidnya sudah matang nah nanti kita enak kesananya kan gitu.

6. Bagaimana pandangan anda jika kemudian nanti ada masyarakat yang

menganggap benda pusaka itu (barokah) keramat?

Jawab: Memahami barokah kan setiap orang berbeda-beda. Kita yang ada di zaman

modern ini jika berbicara barokah seperti yang ada pada cerita salaf

(masyarakat zaman dulu) seperti hal yang tidak pernah ada, padahal semua itu

ada. Nabi Muhammad dengan segala mukjizatnya, para wali dengan segala

karomahnya, nah sekarang tinggal kita bagaimana memahami dan meyakini itu.

Memahami dalam arti semua yang terjadi itu semata-mata hanya dari Allah.

Meyakini itu adalah meyakini bahwa kekuatan Allah itu memang benar-benar

ada dan mutlak adanya. Tinggal bagaiamana kita memahaminya saja, benda

yang memang peninggalan para wali (kekasih Allah) jika kita menisbatkannya

kepadanya bisa jadi sebab itu benda tersebut dikeramatkan, sebaliknya kalau

bukan karena kekuatan Allah apalah arti sebuah benda. Jangankan benda Al-

Page 143: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

Quran saja kalau kita tidak meyakini akan kekuatan Allah Al-Qu.ran sendiri

tidak akan berarti apa-apa bagi orang tersebut.

7. Apakah prosesi yang dilaksanakan itu memang dari nenek moyang dulu?

Jawab: Cuci pusaka ini memang apa adanya, lihat saja kerisnya juga masih apa

adanya (tidak ada yang berubah dari peninggalan nenek moyang). Tapi

sekarang ditambah-tambahkan, seperti ada ceramah agama, sedekahan,

tahlilan. Ini dimaksudkan untuk menghindari kemusyrikan, jadi kita arahkan ke

sana. Jadi ini merupakan budaya yang tidak bertentangan dengan agama.

Adapun kegiatan-kegiatan seperti obor, rebana (hadroh) ini hanya tambahan

saja dalam rangka syiar agama. Jadi kita ini sebenarnya tertutup tapi juga

tertutup, begitu juga sebaliknya terbuka tapi tertutup. Kita melihat kondisi kan,

ada poin-poin yang memang asli (murni) peninggalan nenek moyang ada juga

yang memang ditambah-tambahkan.

8. Kenapa hanya tutup pusar saja yang dicuci di makam keramat tajug pada saat

perayaan malam itu?

Jawab: Memang sudah ada waktunya masing-masing ya. Jam nya pun ditentukan.

Kalau cuci keris kan prosesnya lama, kerisnya banyak dan bermacam-macam.

Puncak dari pencucian ini ya tutup pusar itu. Tutup pusar itu intinya di makam,

dan itu masih asli peninggalan Tubagus Atief dari ayahnya yaitu Pangeran

Tirtayasa. Jadi kami tidak boleh sembarangan, harus di depan makamnya itu.

Kalau cuci keris kan di rumah ya, kalau tutup pusar itu harus di makam. Ini

memang sudah budaya kami. memang ini sudah dilakukan sejak dulu sebelum

Page 144: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

perayaan ini dilaksanakan di makam namanya tutup pusar itu harus dicuci di

depan makam Tubagus Atief.

9. Kenapa harus dimulai dari H. Imamudin yang mencucinya?

Jawab: Itu mah tidak ada peraturan khusus yang menjelaskan kenapa harus begini dan

begitu. Termasuk siapa yang harus duduk di depan atau di belakang. Kami

semua sama sih. Tapi mungkin yang menjadi pertimbangannya karena kami

keturunan dari pada Tubagus Atief dan H.Imamudin itu kaka kami yang

dituakan maka hal tersebut terjadi begitu saja.

10. Apakah pada saat cuci tutup pusar itu ada bacaan khusus yang dibaca dari

peninggalan nenek moyang?

Jawab: Bacaannya selain kalimat tahlil (lailaahaillah) ya hadiah puji saja. Cuma

minta washilah saja, intinya kan kita meminta kepada Allah kan. Memang sesuai

dengan bahasa masing-masing. Misalnya dengan berbahasa Arab bil barakah

Tubagus Atief yang kalau diartikan kurang lebih (mengambil barakah) gitu.

Jadi intinya kita berwasilah saja.

11. Bagaimana dengan adanya dupa, nasi tumpeng, dan aneka-aneka makanan

lainnya yang sifatnya modern tapi ada hal-hal juga yang berbau mistis seperti

pembakaran dupa?

Jawab: Ada sebagian dari apa yang ada dalam perayaan cuci pusaka Keramat Tajug

ini yang memang membudaya artinya wajib ada menurut budaya. Misalnya,

bukhur (dupa), makanan-makanan lain seperti kabuli, tumpeng. Sementara

makanan lain yang sudah modern seperti roti, makanan-makanan zaman

Page 145: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

sekarang ya itu menyesuaikan saja. Boleh boleh saja kok. Seperti yang tadi saya

bilang kami ini bisa dibilang tertutup bisa terbuka.

12. Apakah serangkaian acara yang telah dilaksanakan pada haul cuci pusaka

keramat tajug itu masih murni dari warisan nenek moyang?

Jawab.: Namanya budaya pasti patokan dasar tidak pernah berubah kan itu prinsip

budaya, meskipun kita menyesuaikan. Seperti dulu tidak ada bacaan ayat suci

Al-Qur’an cukup maulid saja tapi sekarang sudah ada bahkan ditambah lagi

ada sambutan dan sebagainya.

13. Kenapa harus dilaksanakan malam ke 14 bulan maulid?

Jawab. Karena itu patokan kebiasaannya. Itu sudah kebiasaan dan kesepakatan tiga

kerajaan. Kita (Paguyuban Tubagus Atief) biasanya malam 14 maulid, Banten

tanggal 15, Cirebon tanggal 16. Jadi tiga serangkai ini sudah keliling

bergantian. Tidak boleh ada yang saling mendahului.

Page 146: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...
Page 147: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...
Page 148: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

Pedoman Wawancara

Nama : Mehdi Solihin, S. sos

Jabatan : Lurah Cilenggang

Hari/Tanggal : Minggu, 23 Juni 2013

Waktu Wawancara : 17.00-18.00

Tempat Wawancara : Kediaman Mehdi Solihin

1. Bagaimana tanggapan bapak mengenai diadakannya Haul Cuci Pusaka yang

melibatkan warga Cilenggang?

Jawab: Itu kan benda-benda peninggalan orang tua yang memang benar-

benar bersejarah kan, jadi menurut saya warga baik yang pendatang maupun

yang asli masyarakat Cilenggang perlu tahu itu. Adapun perayaannya kan

tidak disakralkan, kita hanya untuk mengenang saja. Biar tahu bahwa dulu

beliau ini adalah orang tua kita sebagai pejuang yang memperjuangkan

agama islam, dan itu memang sudah rutin dilaksanakan. Tidak ada

seremonial yang khusus gitu, hanya dalam bentuk do’a yang memang biasa

dibaca. Buat saya ini mah hal sangat bagus sekali, kan dari sini warga saya

jadi lebih mengenal sejarah dari kampung nya sendiri.

2. Benarkah masyarakat Cilenggang ini sudah termasuk pada kategori

masyarakat urban?

Page 149: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

Jawab: Ya betul itu, sekarang sudah membaur masyarakat asli Cilenggang

dengan masyarakat pendatang itu sudah membaur. Sekarang sudah modern

kan sudah tidak tabuh lagi lah. Selama masyarakat pendatang itu baik sama

kita, ya kita juga baik lah. Gitu aja.

3. Adakah pesan khusus dalam perayaan ini ke dapannya?

Jawab: Kalau pesan khusus saya pertama saya pesan ke pengurus paguyuban,

mari kita bersama-sama untuk membenahi dan meningkatkan lagi Makam

Keramat Tajug ini. Perawatan dari sarana prasarana supaya ditingkatkan

kembali, misalnya lahan parkirnya, penataannya dan yang lainnya. Kalau

bukan kita siapa yang akan menjaganya, kan gitu. Mari kita saling bersinergi

antara pemerintah daerah dalam hal ini saya sebagai lurah dan pihak terkait

agar sama-sama saling menjaga peninggalan nenek moyang kita yang

berharga ini.

Page 150: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...
Page 151: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...
Page 152: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

Pedoman Wawancara

Nama : Sos Rendra

Jabatan : Ketua Pelaksana Folklor Haul Cuci Pusaka Keramat

Tajug

Hari/Tanggal : Selasa 28 Mei 2013

Waktu Wawancara : 14.30-16.40

Tempat Wawancara : Kediaman Sos Rendra

1. Bagaimana awal kisah berpindahnya Tubagus Atief dari Banten ke

Tangerang?

Jawab: Ketika daerah ini dulu namanya Benteng, kemudian pada tahun 1654

tepatnya pada tanggal 31 Oktober daerah ini diganti dengan nama Tangerang

berasal dari kata dari tatengger. Jadi di Benteng itu ada sebuah tugu yang disebut

tugu Tangge yang berasal dari kata tatengger itu sebagai pembatas daerah lah gitu,

nah perbatasan inilah yang menjadi batas daerah Benteng yang dipertahankan oleh

Kapten Bill, Raden Kuna dan juga Nyimas Melati (mereka merupakan pejuang di

zaman penjajahan Belanda) sampai dengan perang, maka dari itu jadilah nama

tangerang. Selain dari itu tugu Tangge itu kan merupakan peninggalan sejarah jadi

masyarakat setempat pun sangat menjaga nya dengan sepenuh hati.

2. Arti dari tangge sendiri itu apa?

Jaawab: Tangge itu ya tatengger, berasal dari bahasa sunda artinya kalau dalam

bahasa Indonesia ciri atau tanda. Kemudian setelah kapten Bill dan Raden Kuna dan

juga Nyi Mas Melati wafat akibat gugur dalam perang melawan Belanda maka para

Page 153: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

tentara Belanda lari ke Benteng Selatan yang sekarang menjadi Tangerang Selatan

ini. Nah pada saat itulah awal dimulainya penjajahan belanda di Tangerang Selatan

. Kejadian ini didengarlah oleh kerajaan Banten yang waktu itu dipimpin oleh Sultan

Ageng Tirtayasa bin Abdul Ma’ali Bin Abdul Mufahhir Bin Pangeran Muhammad

Bin Syeh Maulana Yusuf Bin Syeh Maulana Yusuf Bin Syeh Syarif Hidayatullah.

Sultan Ageng Tirtayasa punya anak sembilan yaitu Pertama Abdul Qahar yang

disebut dengan Sultan Haji. Kedua Pangeran Purbaya. Ketiga Pangeran Setiri.

Keempat Pangeran Jogja. Kelima Raden Soheh. Keenam Raden Muhammad Tubagus

Atief. Ketujuh Ratu Ayu. Kedelapan Ratu Fatimah. Terahir kesembilan Ratu Komala.

Jadi jelas secara secara adalah anak dari Sultan Ageng Tirtayasa seorang raja

Banten.

Pada waktu itu sebagai panglima perang Pangeran Tirtayasa mengutus

Tubagus Atief ke Benteng selatan atau Tangerang Selatan ini. Ini karena penjajah

pelarian dari benteng itu terdengar lari ke Benteng Selatan dan menjajah rakyat, dan

Tubagus Atief ini ditugaskan untuk membantu melindungi rakyat dari penjajah

Belanda dan sekaligus untuk menyebarkan agama Islam yang merupakan amanat

pula dari Sultan Ageng Tirtayasa. Kan dulunya disini, masyarakat Cilenggang ini

khususnya didominasi oleh agama Hindu, itu kira-kira pada tahun 1667. Adapun

yang pertama masuk Islam adalah justru dari kelompok Hindu. Mereka memang

menentang keras awalnya, mereka menunjukkan kekuatan-kekuatannya, namun

Tubagus Atief pun tak tinggal diam, melalui adu ilmu akhirnya mereka dengan izin

Allah mampu dikalahkan, kemudian mereka masuk agama Islam dan menjadi

pengikutnya. Awalnya yang menjadi pengikut pertama Tubagus Atief berjumlah tujuh

Page 154: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

orang, meraka adalah Mbah Syukur, Mbah Lampe, Mbah Islah, Mbah Pancabaya

dan yang lainnya. Mereka sangat patuh terhadap Tubagus Atief sampai dengan titik

penghabisan. Kemudian setelah Tubagus Atief berhasil melawan penjajah dan

berhasil mengislamkan masyarakat Hindu di Cilenggang ini, dan mengeluarkan

masyarakat dari kegelapan menuju dunia terang, dari mabok-mabokan, minum, zina

saling membunuh hingga masyarakat yang harmonis, lalu masyarkat sekitar ingin

memberikan hadiah kepada Tubagus Atief. Hadiah tersebut berupa seorang gadis

cantik putri dari salah seorang warga Cilenggang yang bernama Siti Almiyah yang

awalnya beragama Hindu pula. Dari hasil perkawinannya itu Tubagus Atief

dikaruniai empat orang anak. Mereka adalah, Tubagus Romhadon yang dimakamkan

di Kali Pasir Kota Tangerang, kemudian Tubagus Arpha dimakamkan di Keramat

Tajug, lalu Tubagus Rajhe dimakamkan di Kadubungbang Cimanuk Pandeglang,

kemudian yang terakhir adalah Tubagus Arja dimakamkan di Keramat Tajug. Dan

kami ini pada umumnya masyarakat Cilenggang merupakan keturunan dari Tubugus

Arja. Dari masing-masing putra yang empat ini masing-masing mempunyai

keturunan dan sampai sekarang masih ada di daerah masing-masing pula. Hanya

saja sejarah mengenai Tubagus Arpha sejarahnya kami tidak temukan dan seperti

menghilang. Sampai sekarang sebagai bukti sejarah dari pernikahan Tubagus Atief

dengan Siti Almiyah itu adalah Masji Jami Al-Ikhlas yang menurut cerita masjid

tersebut merupakan maskawin yang diberikan Tubagus Atief kepada Siti Amiyah.

3. Lalu apa yang dilakukan Tubagus Aitef setelah berhasil membantu Benteng

Selatan (Tangerang Selatan)?

Page 155: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

Jawab: Nah, setelah berhasil menaklukkan Belanda dan mengislamkan masyarakat

Benteng Selatan khususnya Kelurahan Cilenggang ini, Tubagus Atief lalu kembali ke

Banten dan mengahadap kepada ayahandanya. Maksud kedatangan itu adalah untuk

melaporkan bahwa Tubagus Atief ini sudah selesai perjuangannya di Benteng

Selatan. Dari sinilah kemudian Tubagus Atief diberikan gelar oleh Sultan Ageng

Tirtayasa yaitu dengan gelar Tubagus Wetan Raden Muhammad Atief. Kurang lebih

artinya seorang keturunan ningrat yang telah menyebarkan agama Islam di daerah

timur Banten yaitu di Benteng Selatan.

Hal yang sama sebernarnya terjadi juga pada ayahandanya yaitu Sultan

Ageng Tirtayasa. Gelar Sultan Ageng Tirtayasa ini diberikan oleh masyarakat

setempat lantaran Sultan Ageng Tirtayasa mampu mengembalikan kejayaan Banten.

Tidak hanya itu bahkan lebih membaik dari sebelumnya. Kepeduliannya terhadap

pendidikan agama Islam sangat mendapatkan respon yang besar dari masyarakat

setempat. Dari segi perdanganpun Sultan ageng Tirtayasa juga mampu bekerja sama

dengan Eropa, Unisoviet, dan negara-negara lainnya sehingga masyarakat setempat

memberikan ia gelar dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa.

Selain dari bermaksud untuk melaporkan keberhasilannya itu, Tubagus Atief

mendengar ada konflik keluarga kerajaan di Banten. Konflik itu adalah perseteruan

antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan anak pertamanya yaitu Sultan Haji.

Perseteruan itu juga memicu peperangan. Mendengar demikian Tubagus Atief tidak

tinggal diam, Tubagus Atief mencoba bertanya pada ayahandanya sebab musabab

terjadinya peperangan ini. Tubagus Atief juga mencari tahu mengapa pula pihak

istana tidak mampu memecahkan perseteruan keluarga ini.

Page 156: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

Sultan Ageng Tirtayasa tidak memberikan jawaban pasti, Ia malah menyuruh

Tubagus Atief untuk tidak ikut campur dengan permasalahan ini. Sultan Ageng

menganggap ini masalah kerajaan dan Tubagus Atief tidak ada hak untuk ikut

campur atas perseteruan yang terjadi. Di sinilah Tubagus Atief memahami maksud

dari ayahandanya itu, Tubagus Atief kemudian berfikir bahwa kalau ia membantu

ayahnya maka Ia akan akan berperang dengan kakak nya sendiri. Begitupula

sebaliknya jika Ia membantu kakaknya maka Ia akan berhadapan dengan

ayahandanya dalam perseteruan itu.

4. Selain Tubagus Atief, makam siapakah yang ada di dalam Tajug tepat di

sebelah Tubagus Atief itu?

Jawab: Nah, sebagai lanjutan sejarah di atas, Sultan Ageng Tirtayasa pun

memerintahkan Tubagus Atief untuk pergi lagi ke Benteng Selatan (Tangerang

Selatan) ke desa Cilenggang dan diminta untuk membawa adiknya (Ratu Ayu) yang

pada saat itu sedang sakit. Namun Tubagus Atief tidak serta merta begitu saja

meninggalkan kerajaan. Ia ingin bertemu terlebih dahulu dengan kakaknya (Sultan

Haji). Karena Ia berfikir bahwa setega-teganya seorang anak, tidaklah mungkin

akan sampai hati memerangi ayahnya sendiri. Dan benarlah ternyata, bahwa Sultan

Haji ini telah berhasil diperalat Belanda, untuk menghancurkan kejayaannya dalam

pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa itu.

Tidak hanya itu, setelah diselidiki ternyata Sultan Haji itu bukanlah Sultan

Haji anak kandung asli dari Sultan Ageng Tirtayasa. Menurut kisahnya, Sultan Haji

ini adalah orang yang diperalat Belanda karena kemiripannya dengan Sultan Haji

yang sebenarnya. Melalui kisah yang panjang pula akhirnya Sultan Haji palsu ini

Page 157: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

berhasil menaklukkan Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan Haji ini menangkap Sultan

Ageng Tirtayasa dan kemudian memenjarakannya sampai mati.

Akhirnya atas perintah ayahnya untuk berangkat lagi ke Cilenggang, Tubagus

Atief pun berangkat dan membawa Ratu Ayu ke Cilenggang. Ratu Ayu lebih dulu

meninggal dunia dari pada Tubagus Atief. Pada saat menjelang kepergiannya

Tubagus Atief berpesan kepada saudara-saudaranya agar jika kelak ia meninggal

supaya ia dimakamkan di dekat adiknya yaitu Ratu Ayu yang telah lebih dulu

dimakamkan di Keramat Tajug ini. Jadi makam itu ada dua yatiu makam Tubagus

Atief dan makam adiknya yaitu Ratu Ayu.

5. Bagaimana kisah mengenai pusaka tutup pusar Tubagus Atief yang dicuci setiap

tahun?

Jawab: Setelah Tubagus Atief memutuskan untuk kembali lagi ke Cilenggang nah

pada saat itulah Sultan Ageng Tirtayasa memberikan pusaka yang berupa Tutup

Pusar tersebut. Seorang raja yang terkenal jaya pada saat itu, tapi tidak memberikan

bekal kekayaan. Sehingga beruntunglah kita sampai saat ini masih punya bukti-bukti

sejarah.

6. Bagaimana mengenai asal muasal Keramat Tajug?

Jawab: Nah peperangan Sultan Haji dan Pangeran Tirtayasa tak kunjung usai, Ratu

Ayu yang sejak kecil di bawa oleh Tubgus Atief ke Cilenggang telah mendengrar

bahwa ayahnya (Sultan Ageng Tirtayasa) telah meninggal dunia. Kesedihan Ratu

Ayu berlarut larut sampai akhirnya Ratu Ayu meninggal. Pada saat Ratu ayu

meninggal dan dimakamkan di Cilenggang, saat itulah muncul perasaan bersalah

dalam diri Tubagus Atief. Tubagus Atief merasa bahwa ia tidak mampu menjaga

Page 158: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

amanat dari orang tuanya (Sultan Ageng Tirtayasa) untuk menjaga adiknya. Pada

saat itu Tubagus Atief membuat “Tajug”. Kalau bahasa kita mah tajug, yang dalam

bahasa Indonesia nya mah musolah atau surau. Dipedataran tanah yang dahulunya

sawah tepatnya di samping kali (sungai) yang orang setempat bilang kali

ciudeutreng itulah Ratu Ayu dimakamkan. Hingga akhirnya Tubagus Atief memilih

untuk menyepi dan melakukan tirakat (berkhalwat kepada Allah) memanjatkan doa

kepada Allah, sangking kasiannya pada adenya (Ratu Ayu). Dan berpesan kepada

sanak saudaranya kalau nanti saya meninggal makamkan saya di dekat adik saya di

dalam surau itu.

Pada saat Tubagus Atief meninggal dilaksankanlah wasiatnya, Tubagus Atief

dimakamkan di dalam Tajug itu. Secara tiba-tiba tajug tempat dimakamkannya

Tubagus Atief ini menggunung semantara Tajug itu ada di atas. Jadilah itu keramat

Tajug. Atau Tajug yang dikeramatkan.

7. Kalau menurut bapak adakah sejarah yang menunjukkan atas kekeramatan

makam Keramat Tajug?

Jawab: Owh ia itu ada beberapa cerita memang dari sesepuh kita diantaranya, dulu

pada tahun 1968 ada jamaah haji yang ketinggalan rombongan jamaahnya, dia

orang Tenjo. Dia mah udah nangis aja, lalu datang orang pake jubah kuning

menyapanya dengan bahasa sunda “kamana sia”? tanya lelaki berjubah itu“balik”

jawabnya “balik kamana”? “ka Jawa”, lalu lelaki berjubah itu berkata “itu nanti

ada orang, kecil, pake jubah kuning, pake sorban, kamu ikut pulang aja sama dia”.

Lama menunggu akhirnya kurang lebih selepas solat asar benarlah orang yang

disebutkan kriterianya itu datang, dan jamaah itu berteriak dan meminta ikut orang

Page 159: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

tersebut untuk pulang, akhirnya orang itu meminta jamaah itu untuk memejamkan

matanya dan secara tiba-tiba orang itu sampai di Celenggang tepat di dekat Keramat

Tajug, kan luar biasa kalau wali itu, dunia mah senampan aja. Ketika melek yang

keliatan hanya kuburan sebanyak mata memandang. Orang itu berada di komplek

pemakaman Tubagus Atief.

8. Bagaimana dengan pernak pernik perayaan Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug

seperti adanya tumpeng?

Jawab: Tumpeng mah sebenarnya ada kaitannya dengan orang yang ketinggalan di

Makkah itu. Jadi ia bernadzar nanti kalau ada rezeki ia akan bebacaken itilah orang

sunda mah, bahasa kitanya ya membaca kalimat-kalimat Allah untuk mendoakan

orang-orang yang telah meninggal dan dikuburkan di pemakaman keluarga Tubagus

Atief itu. Benarlah, beberapa hari setelah kejadian itu ia datang ke pemakaman dan

membawa nasi Kabuli itu. Sampai sekarangpun tumpeng yang dibuat acara tahunan

ini ya nasi kabuli itu.

9. Bagaimana mengenai asal mula diadakannya Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug?

Jawab: Dulu itu sembunyi-sembunyi, karena dulu Belanda pernah mengambil

senjata-senjata itu. Mulai terang-terangan itu sekitar tahun 1992 karena kami

merasa telah dilindungi Undang-undang. Sebab selain memang diincar sama

Belanda yang kedua banyak sekali orang-orang sekitar yang salah kaprah yang

mengarah pada kemusyrikan. Kita kan hanya bermaksud untuk pelestarian saja.

Pencucian pusaka ini kalau bukan kita yang menjaga siapa, orang lain mah ga

mungkin. Dulu mah air hasil cuci pusaka ini dibuat minum, dipakai untuk cuci muka,

Page 160: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

sekarang mah saya buang airnya. Meskipun orang yang sembunyi-sembunyi

mengambil air itu masih ada. Segala sesuatu itu atas izin Allah.

10. Adakah makna khusus dari pencucian pusaka tutup pusar ?

Jawab: Secara garis besar intinya mah cuci pusaka itu hanya pelestarian benda-

benda pusaka saja. Dan sekaligus menapak tilas perjuangan Tubagus Atief. Biar kita

gak salah kaprah dan melupakan sejarah.

Page 161: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...
Page 162: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...
Page 163: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

Pedoman Wawancara

Nama : Tubagus Muhammad Haris

Jabatan : Pengurus makam (kuncen)

Hari/Tanggal : Selasa 28 Mei 2013

Waktu Wawancara : 13.00-14.00

Tempat Wawancara : Makam Keramat Tajug Tubagus Atief

1. Kapan awal diadakannya cuci pusaka keramat tajug?

Jawab: Itu mah gak ketahuan dek, kan turun temurun. Emang dari sejak dulu

sudah ada. Dulu mah diadainnya sembunyi-sembunyi, akhirnya lama

kelamaan kita lakukan di masjid Al-Ikhlas dan akhirnya setelah di Keramat

Tajug sendiri tempatnya agak luas akhirnya kami lakukan di sini saja (di

makam).

2. Menurut anda apa makna pencucian pusaka?

Jawab: Itu mah hanya melestarikan aja, selain itu yang paling utama adalah

menghormati jasa-jasa belia saja (Tubagus Muhammad Atief). Dan yang

paling penting sebagai intinya mah kan haul nya saja. Nah cara kami

menghormati dan mengenang jasa-jasa beliau ya kami melestarikan

peninggalan-peninggalannya.

3. Menurut anda masih adakah cerita-cerita yang sifatnya mistis dari pusaka

peninggalan Tubagus Atief?

Page 164: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

Jawab: Sekarang saya atau barangkali semua keluarga Tubagus Atief sudah

pada enggak tahu kali ya, kalau dulu-dulunya mah ada yang tahu dan suka

menceritakan kepada kami, misalnya, tongkat ini fungsinya ini, keris ini

fungsinya ini dan seterusnya. Dulu hal itu ada tapi sekarang sudah tidak

diperhatikan lagi meski kayaknya ada dari keluarga yang mengetahui tentang

hal itu. Lagian kan kalau disampaikan ke orang-orang takutnya tanggapan

orang itu salah, misalnya percaya terhadap benda, kan itu tidak boleh.

Menurut saya benda itu kan tergantung orangnya, kalau yang menggunakan

benda itu sakti ya benda itu menjadi sakti, sebaliknya jika yang menggunakan

benda itu salah kaprah maka sama saja bohong.

4. Sebenarnya apa sih pusaka tutup pusar itu? Apa bedanya dengan pusaka yang

lain?

Jawab: Tutup pusar itu kan peninggalan ayahandanya. Sedangkan pusaka-

pusaka yang lain bukan peninggalan ayahnya. Itu saja mungkin

perbedaannya. Zaman dulu, terutama anak raja itu pasti ada tutup pusarnya,

ada yang dari emas, ada yang dari tembaga tergantung orang tuanya. Kalau

kita dulu pakai gobangan kan (duit logam) sekarang saja yang enggak ada.

Nah gobangan itu diikat pake kain (bahan) terus diikat ke pinggang agar

dapat menutupi pusar. Supaya apa? Ya supaya jangan dosol (pusar yang

menonjol).

5. Apa saja bunga yang dicampur disaat pencucian pusaka itu?

Jawab: Owh itu memmang dari dulu dek, bunga itu ada tujuh macam jeninya.

Ada kembang mawar, kembang melati, kembang cempaka, kembang kantil,

Page 165: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

kembang kenanga, kembang sedap malam, serta kembang melati gambir.

Terus sebagai penyempurna biasanya dikasih minyak wangi dan pandan yang

diiris-iris kecil.

Page 166: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...
Page 167: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peneliti saat bimbingan dengan Prof. Dr. Andi Faisal Bakti.

Lampiran 2. Peneliti saat bimbingan dengan Prof. Dr. Andi Faisal Bakti.

Page 168: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

Lampiran 3. H. Mu’in sesaat setelah wawancara dengan peneliti

Lampiran 4. Benda pusaka golok yang sedang dicuci

Lampiran 5. Benda pusaka keris sesaat setelah dicuci

Page 169: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

Lampiran 6. Perkumpulan keluarga besar Tubagus Atief sehari sebelum perayaan

Lampiran 7. Benda-benda pusaka peninggalan Tubagus Atief

Lampiran 8. Menikmati makanan khas Sunda ala keluarga Tubagus Atief

Page 170: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MELALUI FOLKLOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29615/1/SAMSUL... · Kedu a teori ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis KAB. ...

Lampiran 9. Tampak dari samping, makam Tubagus Atief