Komunikasi Antar Budaya: GenderLect Style
description
Transcript of Komunikasi Antar Budaya: GenderLect Style
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SAHID JAKARTA
Diajukan untuk melengkapi syarat kelengkapan TUGAS MAKALAH & PRESENTASI
GENDERLECT STYLE’S
Nama / NPM : M. Eric Harramain 200822320003
Ulul Azmi 200822310004
Jurusan : Magister Ilmu Komunikasi
Mata Kuliah : Teori & Perspektif Ilmu Komunikasi
Dosen : Dr. Nuriyati Samatan
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SAHID JAKARTA2009
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................ ii
DAFTAR TABEL ……………...……….………………………… iii
DAFTAR GAMBAR ……………...……….…………………….. iv
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………… v
1 PENDAHULUAN GENDERLECT STYLES ..................... 11.1. Definisi dari Genderlect Styles ….……………...…….. 11.2. Konsep dari Genderlect Styles …………….…........... 2
2 KOMPONEN GENDERLECT STYLES …………………... 62.1. Status VS Connection .............................................. 62.2. Report Talk VS Rapport Talk ................................... 82.3. Public VS Private ……………………........................ 10
2.3.1. Percakapan (Conversations) .......................... 102.3.2. Penyampaian Cerita (Story Telling) ............... 112.3.3. Keterampilan Mendengar (Listening Skills) .... 122.3.4. Bertanya (Asking Questions) .......................... 142.3.5. Konflik (Conflict) .............................................. 16
2.4. Metamessages ….................…………………........... 17
3 CONTOH KASUS GENDERLECT STYLES …................ 18
4 KRITIK GENDERLECT STYLES …...........….…………... 20
5 KESIMPULAN GENDERLECT STYLES ………………... 21
6 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………... 22
LAMPIRAN ………………………………………………………. 23
2/29
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Ringkasan Teori Genderlect Tannen, Jender & Komunikasi:
Genderlect Styles – Deborah Tannen …………................ 4
3/29
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Komponen Genderlect Style – Deborah Tannen …..…… 3
4/29
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Surat Pernyataan Orisinalitas Karya Ilmiah (M. Eric H)........ 23
2. Surat Pernyataan Orisinalitas Karya Ilmiah (Ulul Azmi) ...... 24
5/29
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
1. PENDAHULUAN DARI GENDERLECT STYLE’S
1.1. DEFINISI DARI GENDERLECT STYLE’S
Sebelum kita masuk lebih jauh kepada konsep dari genderlect
style, maka ada baiknya kita mulai terlebih dahulu dengan
mengidentifikasi apa sebenarnya definisi dari genderlect style itu sendiri.
Berikut ini beberapa definisi mengenai genderlect style, antara lain:
Menurut Wikipedia.com (2009)
Genderlect adalah kata yang digunakan untuk menjelaskan
hubungan antar jender, dan berbicara menggunakan bahasa yang
mereka gunakan. Ia juga merupakan instrumen dalam bidang
eksplorasi dan stereotip jender sociolinguistik.
Misalnya, sekarang stereotip yang ada adalah kebiasaan bergosip
merupakan ciri dari seorang perempuan, dimana sering membahas
masalah-masalah pribadi dan domestik mereka, sedangkan ciri
seorang laki-laki adalah bebas berkomunikasi pada tingkat
minimum, serta hanya untuk menyampaikan topik penting saja.
Bahkan ada pula stereotip suara, dimana perempuan diduga
pendiam dan lemah lembut, sedangkan laki-laki berbicara dengan
nada otoriter. Stereotip ini tetap berlaku sampai saat ini, walaupun
di zaman modern saat ini, fakta telah menemukan banyak
kontradiksi antara keduanya.
Menurut Belton, Robert J. dalam Word of Art, Faculty of Creative & Critical Studies, UBC Okanagan (2002)
GENDERLECT adalah jender berbasis perbedaan dalam gaya
bicara. Kedua adalah dasar hubungan genderlects dalam
berbicara. Satu keajaiban jika gagasan yang mungkin digunakan
6/29
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
untuk merevisi esensi dari definisi berbasis estetika jender
sensibilitas, seperti pada estetika matriarkal.
Menurut Dictionary.com (2009)
Genderlect berasal dari penggabungan dua kata menjadi satu,
yaitu: [gender + (dia)lect], dimana berbagai pembicaraan atau
gaya percakapan yang digunakan oleh jender tertentu.
1.2. KONSEP DARI GENDERLECT STYLE’S
Genderlect style merupakan bagian dari teori komunikasi antar
budaya, dimana melihat pebedaan gaya berbicara antara laki - laki
dengan perempuan di dalam suatu realitas sosial. Pakar yang fokus
membahas mengenai genderlect style, beserta penjelasan didalamnya,
salah satunya adalah Deborah Tannen.
Deborah Tannen, adalah seorang profesor linguistik yang
terkemuka di Georgetown University di Washington DC, Amerika Serikat.
Tannen belajar mengenai genderlect style, dan menetapkan cara
berkomunikasi, serta hambatan berbicara antar jender. Tannen dalam
bukunya, “That’s not what I meant!” (1992) dalam Sam (2009),
menjelaskan bahwa proses komunikasi antara laki – laki dan perempuan
merupakan bagian dari “komunikasi antar budaya”, Tannen juga
menjelaskan bahwa, linguistik adalah disiplin akademik yang ditujukan
untuk memahami bagaimana bahasa berfungsi.
Teori Genderlect Tannen secara garis besar membicarakan
bagaimana berkomunikasi secara efektif antara satu sama lain yang
7/29
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
berbeda jender, dalam satu bahasa yang sama, dimana didalamnya
terdapat proses saling menghargai, saling mendengarkan satu sama lain,
saling toleransi, tidak ada superior – inferior, tidak ada yang merasa paling
benar ataupun salah, tidak ada yang lagi klaim pandangan “high power –
low power”, dan relevansi teori Tannen ini adalah upaya untuk memahami
berbagai jenis komunikasi antara laki – laki dan perempuan, yang
bertujuan untuk meningkatkan hubungan kerja yang lebih baik dan
membantu mengurangi kesalahpahaman dan konflik berkelanjutan.
Teori Genderlect Tannen, memiliki banyak komponen dan cabang,
mengenai perbedaan antara laki – laki dan perempuan dalam
berkomunikasi. Dan untuk memahami perbedaan tersebut, (kami) penulis
berusaha untuk fokus membicarakan pada komponen – komponen
tersebut seperti pada Gambar 1, berikut ini:
Gambar 1. Komponen Genderlect style - Deborah Tannen
Dan berikut ini merupakan Tabel 1, yang menjelaskan mengenai
Ringkasan Teori Tannen / ”Summary of Tannen's Theory”, diantaranya:
8/29
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
Tabel 1. Ringkasan Teori Genderlect TannenJender dan Komunikasi: Genderlect Styles - Deborah Tannen
LAKI – LAKI PEREMPUANBerjuang untuk status dalam
rangka hirarki sosial yang baik satu ke atas atau satu ke bawah
Berjuang untuk keintiman / (Intimacy)
Mencoba untuk melindungi diri dari pengaruh orang lain dan
semakin mendorong ke bawah (pushed down)
Mencoba untuk melindungi diri dari yang mendorong diri
(pushed away)
Tujuan untuk mendapatkan dan memelihara tangan diatas
(The upper hand)
Tujuannya adalah untuk membangun hubungan intim
dengan pengetahuan(Intimate Knowledge)
Asimetris merupakan elemen status simetri, menciptakan kesetaraan dan masyarakat
Kita terpisah dan berbeda, kecenderungan tertutup
Memiliki kecenderungan kemerdekaan berbicara
(Report talk)
berbicara untuk mendapatkan (connection) sambungan dan
(relationship) hubungan(Rapport talk)
Publik speaking Private speakingMenyesali kesalahan untuk
meminta nasihatMeratap adalah bagian dari
hubungan berbicaraPercakapan adalah sebuah
kompetisiPercakapan adalah negosiasi
untuk kedekatanKonflik itu dapat diterima, dicari,
dan dinikmatiKonflik merupakan ancaman
untuk suatu koneksi, dan dapat diatasi secara langsung tanpa
adanya konfrontasiBerjuang untuk menjadi kuat
(Struggle to be strong)Berjuang untuk membuat
komunitas tetap kuatJockey for position and compete
for floor time Accommodate their conversation
style and yield the floor Melihat interupsi sebagai
perjuangan untuk mengendalikan
Interupsi dilihat sebagai bagian dari hubungan dalam berbicara karena menunjukkan partisipasi
dan dukunganNyaman memberikan informasi
dan berbicara kewenangan (authoritatively)
Nyaman mendukung yang lain dan berhati-hati (causions)
menyatakan tentang informasiRumah adalah tempat
berlindung, di mana anda tidak perlu berbicara
Rumah adalah tempat berlindung, di mana anda dapat
mengatakan apa yang anda inginkan
9/29
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
Dipraktekkan dalam seluruh kehidupan, dan dis-missing pemikiran, serta menjaganya
untuk dirinya sendiri
Dipraktekkan dalam seluruh kehidupan verbal, dan nyaman
dalam percakapan pribadi dengan orang-orang yang dekat
dengannyaIngin menjadi pelindung
(protector), karena peran yang dominan (dominant role)
Ingin menjadi yang dilindungi adalah peran bawaan
(subordinate role)Maskulin berbicara dikaitkan dengan kepemimpinan dan
otoritas
Berbicara dengan pemimpin dan suka menggerutu atas otoritas
Memiliki kemampuan berbicara secara percaya diri
(Powerful speech is confident)
Memilih menghindarkan sambutannya, ragu, dan minta
maaf(Powerless speech hedges, hesitates, and apologizes)
Menurut Deborah Tannen dalam Prakosa (2007), mendiskripsikan
ketidakmengertian (misunderstanding) antara laki - laki dan perempuan
berkenaan dengan fakta bahwa fokus pembicaraan perempuan adalah
koneksitas, sementara laki - laki pada pelayanan status dan
kemandiriannya.
Genderlect Styles membicarakan gaya percakapan, dimana bukan
apa yang dikatakan tetapi bagaimana menyatakannya. Tannen meyakini
bahwa terdapat gap antara laki - laki dan perempuan, dikarenakan
masing-masing berada pada posisi lintas budaya (cross culture), untuk itu
perlu adanya upaya mengantisipasi berkenaan dengan gap itu, karena
kegagalan mengamati perbedaan gaya berbicara dapat membawa
masalah yang besar nantinya.
10/29
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
2. KOMPONEN DARI GENDERLECT STYLE’S
2.1. STATUS VS CONNECTION
Dalam buku Tannen (1990) dalam Sam (2009), “You Just Don’t
Understand”, dimana dalam buku tersebut, Tannen menjelaskan bahwa
jender laki – laki memiliki kecenderungan untuk lebih peduli kepada status
dan kebebasan (status and independence), sedangkan jender perempuan
lebih berfokus kepada hubungan dan keintiman (connection and intimacy).
Tannen percaya bahwa perbedaan antara laki – laki dan perempuan
terletak kepada perbedaan sudut pandang dalam situasi yang sama
(different viewpoint at the same situation). Dan menurut Griffin (2006),
merangkumkan penjelasan Tannen tersebut, dimana status dan hubungan
bukanlah satu – satunya hal yang menjadi perhatian penting dari
perbedaan jender ini, tetapi yang terpenting adalah apa yang menjadi
tujuan hidup antara kedua jender tersebut.
Tannen mengambil suatu contoh kasus dari pengalaman
pribadinya dengan suami pertamanya, dimana perbedaan jender
menentukan cara berbicara seseorang. Berikut ini sebuah kutipan
pebedaan jender tersebut:
“I do not give you the right to raise your voice at me, because you are a woman and I am a man”.
Dari kutipan diatas, dapat kita simpulkan bahwa suami Tannen
adalah seorang kepala keluarga yang statusnya lebih tinggi daripada
Tannen (istri), sehingga suami tersebut tidak mengizinkan (istri)nya untuk
11/29
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
berbicara kepadanya. Menurut Tannen (1990: 23) dalam Sam (2009),
menjelaskan bahwa gaya berbicara suaminya, tidak bisa dilepaskan dari
kultur di negara bagian mana beliau dibesarkan, dimana terbentuk pola
pikir, bahwa seorang perempuan tidak memiliki hak yang sama seperti
kesetaraan manusia.
Merujuk kepada penelitian antopolog, Daniel Maltz dan Rut
Broker’s, dimana Tannen (1990: 43 - 47) dalam Sam (2009) menjelaskan
bahwa, terdapat perbedaan mendasar antara anak – anak berbeda jender,
untuk mengambil pilihan dalam bermain. Secara umum, anak – anak
memiliki kecenderungan untuk bermain dengan kelompok jender yang
sama (preference to playing in same sex groups). Perbedaan pola
bermain, menunjukkan dimana anak laki – laki umumnya bermain dalam
kelompok yang lebih besar, bersifat ingin memimpin dalam setiap
permainannya, anak laki – laki senang menantang sesamanya, dan di
dorong oleh keinginan untuk berkompetisi, serta menetapkan sistem
hirarki yang jelas.
Anak perempuan umumnya bermain dalam pola berpasangan dan
kelompok kecil (playing in pairs or smaller groups), anak perempuan
senang menjaga hubungan pertemanan yang intim, dan senang memiliki
sahabat baik, tanpa adanya pemposisian hirarki didalamnya, serta anak
perempuan sangat tidak biasa dengan humor, dimana mereka lebih
khawatir apabila orang – orang di sekitar mereka tidak menyukai mereka
akibat humor yang terlontar.
12/29
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
Menurut Das & Das (2002) dalam Sam (2009), mengamati bahwa
pola para siswa saat berkuliah yang berbeda jender dalam memilih dosen
terbaiknya berdasarkan kesamaan jenis kelamin mereka, dimana
penelitian menunjukkan bahwa siswa laki-laki lebih menyukai untuk
memilih dosen laki-laki, dan perempuan memilih dosen perempuan (male
students were more likely to choose a male lecturer and female students
choose a female lecturer).
Kemudian penelitian dilanjutkan kepada siswa yang telah masuk ke
dunia kerja, dan kemudian memutuskan untuk kembali belajar (mengambil
S2 / S3), dimana hasilnya menunjukkan bahwa baik anak laki – laki
maupun perempuan akan memilih dosen terbaiknya dari kalangan laki –
laki (favoured the male lecturers). Hipotesis mengenai fenomena ini,
terjadi karena sebagian besar perusahaan di dunia kerja saat ini,
terdorong dari nilai – nilai maskulinitas dalam memposisikan diri dalam
kekuasaan, dan pada akhirnya mempengaruhi keputusan mahasiswa
(baik laki – laki dan perempuan) untuk membuat keputusan tersebut.
2.2. REPORT TALK VS RAPPORT TALK
Dalam bukunya, Tannen (1990) dalam Sam (2009) menulis:
“For most women; the language of conversation is primarily a language of rapport: a way of establishing connections and negotiating relationships”.
Dimana kebanyakan perempuan itu dalam bahasa percakapan
sehari – hari menggunakan pola hubungan bahasa, sebagai salah satu
13/29
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
cara membangun hubungan dan hubungan baik dalam bernegosiasi.
Sedangkan bahasa percakapan laki – laki menurut Tannen, menulis:
“Primary means to preserve independence, and negotiate and maintain status in a hierarchical social order”.
Dimana, umumnya laki – laki memilih untuk mempertahankan
kebebasan, dan bernegosiasi, serta berupaya mempertahankan status
hirarki sosialnya. Dan dari kedua statement tadi di atas, memperlihatkan
bahwa terdapat referensi kepada status dan hubungan sebagai tujuan
utama dari seorang laki – laki, dan gaya percakapan perempuan.
Pola berbicara yang lain antara perbedaan jender, dapat dijelaskan
dalam beberapa hal berikut ini:
Seorang perempuan berusaha menceritakan rahasia pribadinya
kepada teman baiknya, untuk membangun kepercayaan dan
hubungan pertemanan yang semakin dekat.
Perempuan dalam kelompok kecil, sangat memperhatikan
kontak mata antara satu sama lain.
Perilaku anak laki – laki saat menjelang dewasa, umumnya
senang membicarakan segala hal yang berbau olahraga,
otomotif, dan segala aktifitas yang bersifat teknologi canggih.
Untuk anak laki – laki saat menjelang dewasa, memiliki
kecenderungan untuk merahasiakan cerita, dan emosinya ke
dalam (internalised), dimana terdapat stereotip, bahwa rahasia
itu tidak untuk dibagi, ataupun diceritakan kembali kepada pihak
lain, selain itu seorang laki – laki akan dianggap lemah jika
14/29
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
menampilkan luapan emosinya. Sehingga hal ini kemungkinan
menyebabkan ada stereotip bahwa, anak laki – laki tidak boleh
menangis (boys don’t cry).
Untuk menjelaskan tentang stereotip, dan lebih jauh lagi untuk
memahami mengenai konsep Teori Genderlect Tannen, maka Griffin
(2006) secara terperinci menjelaskan dalam lima areal utama dalam
Public VS Private, berikut ini:
2.3. PUBLIC VS PRIVATE
2.3.1. Percakapan (Conversations)
Tannen (1990) dalam Sam (2009), menyatakan bahwa perempuan
sebagian besar nyaman berbicara dalam percakapan pribadi ketika
mereka berada di rumah.
Di sisi lain kebanyakan laki-laki, sangat tenang di rumah, tapi akan
berbicara dengan bebas di masyarakat dan berpartisipasi dalam diskusi
kelompok. Proses elaborasi pada titik ini, menunjukkan bahwa laki-laki
menggunakan gaya komunikasi laporan (reporting communication style),
"Perintah untuk menarik perhatian, menyampaikan informasi, dan
bersikeras pada kesepakatan yang diutarakan".
Dalam Griffin (2006: 474), kebanyakan laki – laki menghindari
segala hal pembicaraan yang bersifat kecil (most men avoid this kind of
small talk).
15/29
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
Teori Genderlect Tannen menunjukkan bahwa, laki - laki biasanya
lebih nyaman berbicara di depan umum, dan suasana tersebut tumbuh
dan berkembang dalam lingkungan yang kompetitif (competitive
environment). Contoh kasus di mana laki – laki nyaman berbicara di
depan publik adalah pembicara publik Mario Teguh yang telah
memaparkan banyak materi – materi motivasi, salah satunya di media TV
swasta Indonesia secara berkala.
2.3.2. Penyampaian Cerita (Story Telling)
Tannen menyetujui bahwa penyampaian cerita yang dikatakan oleh
laki – laki dan perempuan merupakan alat untuk menyampaikan aspirasi
(to conveying aspirations), pemenuhan keinginan (desires), dan cita – cita
(ideals).
Secara umum, laki – laki biasanya menjadikan dirinya sebagai
pahlawan di dalam cerita hidup mereka, dan salah satunya dengan cara
yang humoris (humorous manner), dimana hal tersebut dilakukan dengan
tujuan untuk menarik perhatian para pendengarnya, serta menempatkan si
pencerita pada lapiknya (puts the storyteller on a pedestal). Menurut
catatan Tannen dalam Griffin (2006: 474) menyatakan bahwa, laki – laki
lebih banyak bercerita dengan menggunakan cara yang humoris,
dibandingkan dengan perempuan. Cara bercerita yang humoris (telling
jokes) merupakan jalan kaum laki – laki untuk menegosiasikan statusnya
(a maskuline way to negotiate status).
16/29
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
Sedangkan kebanyakan perempuan tidak terlalu menyukai ketika
menjadi pusat perhatian (do not like to be the centre of attention),
perempuan melihat penerimaan dari penyampaian cerita tentang orang
lain, biasanya akan digambarkan dengan situasi dikaitkan dengan diri
mereka sendiri, dimana setiap individu dapat saling berhubungan
(everyone can relate to). Contoh kasus teraktual dapat kita saksikan
saat kampanye orasi politik Megawati – Prabowo di Gelora Bung
Karno - Jakarta, hari Selasa 30 Juni 2009, pukul 14.00 – 15.00 WIB,
dimana Prabowo saat menyampaikan orasinya, terlihat ketegasan,
langsung ke pokok poin permasalahan, diselingi dengan sindiran satir
dengan sedikit humor yang elegan namun menusuk, serta terlihat
kepercayaan diri di atas podium, karena kecenderungan laki – laki untuk
mempertahankan statusnya, sedangkan Megawati saat menyampaikan
orasinya memperlihatkan kekuatan intonasi berbicara khas kaum feminis,
tidak terlalu bertenaga namun tetap kuat, dan isi orasinya bersifat mencari
dukungan dan membangun hubungan (connection) dengan yang
masyarakat untuk memilih kandidat capres – cawapres ini dalam pemilu 8
Juli 2009 mendatang.
2.3.3. Keterampilan Mendengarkan (Listening Skills)
Menurut Robin Lakoff dari buku Griffin (2003) dalam Prakosa
(2007), dimana mencoba mengklasifikasikan keteraturan pembicaraan
perempuan, dan membedakan antara woman talk dari man talk.
17/29
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
Robert Lakoff mengklaim bahwa percakapan perempuan
mempunyai karakter umum sebagai berikut:
Ditandai dengan apologis.
Pernyataan tidak langsung.
Pertanyaan yang meminta persetujuan
Mengkualifikasikan.
Perintah yang sopan.
Menggunakan istilah yang berwana (color).
Cenderung menghindari penggunaan bahasa yang vulgar.
Sedikit berbicara, dan banyak mendengarkan.
Dalam konteks mendengarkan, terdapat beberapa ciri yang khas
antara tiap jender, dimana perempuan cenderung lebih banyak menjaga
pandangan, lebih sering menganggukkan kepala, berguman sebagai
pertanda ia sedang mendengarkan, dan menyatakan kebersamaannya.
Sedangkan laki - laki dalam hal mendengarkan berusaha mengaburkan
kesan tersebut, dimana hal itu dilakukan sebagai upaya menjaga
statusnya, atau mungkin lebih tepat disebut egosentrisnya.
Perempuan umumnya merupakan seorang pendengar yang aktif,
yang berarti bahwa bila seseorang berbicara dengan mereka, perempuan
umumnya akan memberikan respon balik dengan cara mengajak
berbicara kembali, dan berusaha membangun suatu hubungan baik
dengan lawan berbicaranya tersebut. Di lain sisi, umumnya seorang laki –
18/29
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
laki tidak terlalu sering berbicara dengan banyak kata – kata. Umumnya
laki – laki akan merasa risih, bahkan marah ketika seseorang memotong
pembicaraannya, sementara mereka sedang berbicara.
Bagi perempuan, interupsi atau pemotongan pembicaraan yang
dilakukan seseorang terhadapnya, dianggap oleh kebanyakan perempuan
sebagai suatu cara yang menunjukkan ketertarikan pendengar terhadap
apa yang sedang mereka bicarakan, dan bagi perempuan memandang
laki – laki yang diam selama percakapan sedang berlangsung, dianggap
sebagai ketidak-tertarikan atas hal – hal yang sedang dibicarakan.
2.3.4. Bertanya (Asking questions)
Dalam proses bertanya, atau berbicara untuk menyela
pembicaraan, seorang perempuan umumnya terlebih dahulu
menggungkapkan persetujuan di awal sesi bertanya. Tannen dalam
Prakosa (2007), menyebutkan bahwa proses tersebut di atas dianggap
sebagai upaya kooperatif perempuan, sebagai tanda persetujuan daripada
upaya kompetitif. Sedangkan pada laki – laki, interupsi dipandang oleh
Tannen dalam Prakosa (2007), sebagai upaya menunjukkan kekuatan
untuk memperoleh kekuasaan, dalam upaya pengendalian pembicaraan.
Proses bertanya umumnya digunakan oleh perempuan sebagai
upaya memantapkan suatu hubungan, dan sebagai upaya untuk
memperhalus ketidaksetujuan dengan lawan bicaranya, sedangkan
19/29
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
proses bertanya yang digunakan oleh laki – laki sebagai upaya mencari
kesempatan untuk menjadikan lawan bicaranya untuk menjadi lemah.
Menurut Sam (2009), dimana proses bertanya ditunjukkan dalam
sebuah statement sebagai berikut:
“Women in conversation will ask questions to show interest and agreement in the subject. Men on the other hand ask questions to query that the other person really knows what they are talkingabout”.
Dimana artinya, perempuan dalam proses percakapan akan
mengajukan pertanyaan untuk menunjukkan minat, dan kesepakatan
dalam subjek yang sedang dibicarakan. Sedangkan laki - laki di sisi lain,
dimana permintaan untuk mengajukan pertanyaan kepada orang lain yang
benar-benar tahu apa yang sedang mereka bicarakan.
Tannen (1990) dalam Sam (2009), memaparkan dimana
perempuan yang bertanya di saat mereka berbicara di dalam telepon,
umumnya akan mengajukan pertanyaan tentang subjek yang dibahas.
Sedangkan laki – laki saat mereka berbicara di dalam telepon, umumnya
akan menanyakan pertanyaan untuk tujuan menantang lawan bicaranya
mengenai pengetahuan dari subjek yang sedang dibahas / dibicarakan
(challenge the knowledge of the subject).
Menurut Tannen (1990) dalam Sam (2009), juga mengamati
pendekatan isu dimana laki – laki memiliki kecenderungan untuk enggan
dalam menanyakan pertanyaan dalam situasi dimana mereka sedang
memerlukan bantuan, hal ini dilakukan kebanyakan laki – laki karena
adanya stereotip bahwa, dengan menanyakan bantuan kepada orang lain
20/29
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
dianggap sebagai upaya menurunkan status mereka (lowering their
status). Sedangkan perempuan akan lebih bahagia untuk meminta
bantuan orang lain, seperti upaya untuk mendapatkan petunjuk (getting
directions) mengenai dimana lokasi yang sedang mereka cari, hal ini
dilakukan kebanyakan perempuan, karena alasan untuk lebih mendapat
kemudahan, serta tidak perlu khawatir dengan stereotip tentang
penurunan status mereka terkait dengan menanyakan sesuatu untuk
mendapatkan informasi yang diinginkan.
2.3.5. Konflik (Conflict)
Menurut Prakosa (2007), menyatakan bahwa perempuan
memandang konflik sebagai ancaman dan perlu dihindari. Dan laki - laki
biasanya senang memulai konflik, namun kurang suka memeliharanya.
Didalam bukunya ” You just don’t understand”, Tannen (1990: 150)
dalam Sam (2009), mengungkapkan bahwa:
“Competition for status drives men; therefore they are more at ease with conflict. Men use conflict to determine their place in the pecking order. On the other hand “to most women, conflict is a threat to connection”.
Dimana kompetisi itu di dorong dari pemenuhan status seorang laki
– laki, sehingga kebanyakan laki – laki lebih mudah dalam berkonflik.
Kebanyakan laki – laki menggunakan konflik untuk menempatkan
posisinya tehadap suatu pengambilan keputusan. Di sisi lain, kebanyakan
perempuan mengganggap bahwa, konflik merupakan suatu ancaman
yang perlu dihindari dalam upaya membangun suatu hubungan baik.
21/29
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
Tannen dalam Griffin (2006: 476) juga mengatakan bahwa
kebanyakan perempuan akan melakukan upaya apapun demi
menghindari konflik yang semakin menjadi.
2.4. METAMESSAGES
Menurut Tannen (1990; 1992) dalam Sam (2009), menggambarkan
metamessages sebagai sesuatu percakapan yang tidak diucapkan (the
unspoken), atau pesan yang tersirat di dalam pesan yang sebenarnya
(underlying messages contained in the actual message).
Metamessages dapat dilihat dari nada dimana pesan disampaikan,
berupa pesan nonverbal yang ditampilkan oleh si pembicara, seperti gerak
tubuh (gesture), dan ekspresi muka si pembicara (facial expression).
Contoh kasus teraktual dari Metamessages dapat kita lihat di
televisi, ketika pesan yang ingin disampaikan ketika jabat tangan antara
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Megawati, ditanggapi
sebagai hal yang sifatnya “formalitas”, bukan bertujuan untuk “memaafkan
dalam arti sebenarnya”. Sudah menjadi opini publik bahwa ketidak-
ikhlasan Megawati atas kemenangan SBY tahun 2004 lalu, berbuntut
panjang sampai saat ini. Metamessages yang ingin disampaikan dalam
kasus ini adalah sebuah pesan bahwa “ketidak-sukaan” itu masih terus
ada sampai detik ini, tanpa harus diucapkan langsung melalui kata – kata.
Gesture, dan ekspresi muka dari kedua kandidat capres menunjukkan
bahwa di satu sisi terdapat kecanggungan, di sisi lain ada pihak yang tidak
22/29
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
ingin memaafkan. Publik bisa mengambil kesimpulan sendiri, dengan
melihat melalui media televisi, mengenai pesan tersirat dari suatu
percakapan yang tidak diucapkan ini.
Merujuk kepada Teori Genderlect Tannen, terlihat jelas bahwa
ketidaksukaan seperti ini, dapat menimbulkan masalah dalam menjalin
hubungan antar elit di muka publik.
3. CONTOH KASUS DARI GENDERLECT STYLE’S
Dalam sebuah Blog, Mcd1093 (2008), berusaha untuk
menceritakan budaya dari MTV (Music Television), dengan topik: MTV
dan Genderlect.
Musik Televisi atau disebut MTV diluncurkan pertama kali pada
tanggal 1 Agutus 1981, pukul 12:01 Waktu NewYork. Sejak
kemunculannya, televisi musik ini seperti yang dikutip oleh Croteau, dan
Hoynes dalam Mcd1093 (2008), cukup mendapat sorotan mengenai isu
rasisme dan perbedaan jender, yaitu diantaranya:
Pada tahun 1984, video MTV Amerika hanya menempatkan sekitar
4 % dari penyanyi kulit hitam di dalam musik televisi ini.
Pada tahun yang sama, hanya terdapat 12 % dari MTV fitur video
broadcast yang dipimpin oleh perempuan.
Namun belakangan, Madonna, dan Cindy Lauper berupaya
memperkenalkan identitas dan perlawanan gaya baru.
23/29
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
Terjadi perubahan paradigma, dimana performa bergaya
tradisional, seperti gambaran bahwa perempuan sebagai objek
seksualitas, dan dipandang dari kepuasan sudut pandang laki –
laki, dan gaya berpakaian yang sama / seragam, beralih kepada
bentuk ekspresi kebebasan kaum perempuan yang tidak lagi
sebagai objek, namun beralih sebagai subjek, dan banyak
masyarakat mulai berani tampil berbeda dengan yang lain, sesuai
dengan keinginan mereka sendiri.
MTV berusaha memperbaiki kekeliruannya dengan tidak lagi
menampilkan diskriminasi ras, dan eksploitasi perempuan.
MTV membantu membuka pintu kesempatan untuk musisi
perempuan, agar bisa berkarya sejajar dengan laki – laki di industri
musik.
Dari contoh kasus sukses ini, dapat terlihat bahwa adanya
kepercayaan bahwa laki – laki dan perempuan dapat berbicara dalam satu
bentuk komunikasi yang sama, di pandang dari dua dialek budaya yang
berbeda, dimana di dalam industri musik, sudah cukup demokrasi dalam
mengupayakan kebebasan berpendapat dari tiap jender yang berbeda,
dan dari ras yang berbeda pula, memperjuangkan kesetaraan jender
dalam bernyanyi dan industri kreatif, serta mengubur pola berbicara
dengan gaya atasan (superior) – bawahan (inferior). Dimana Musik
merupakan bahasa universal, yang sepatutnya dapat dinikmati oleh
semua manusia, tanpa memandang perbedaan dibelakangnya.
24/29
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
4. KRITIK ATAS GENDERLECT STYLE’S
Berikut ini beberapa kritik tekait dengan Teori Gendelect Tannen,
diantaranya adalah:
Bagaimana penerapan teori genderlect Tannen ini dalam realitas
sosial yang ada saat ini, apakah masih relevan atau tidak ?, dimana
sudah tidak ada lagi kondisi ekstrim seperti yang dikemukakan
Tannen, seperti diantaranya: laki – laki hanya mementingkan
status, dan perempuan berfokus kepada hubungan koneksi;
perempuan nyaman berbicara di dalam rumah, sedangkan laki –
laki nyaman berbicara di depan publik.
Apa yang dikemukakan oleh Tannen dalam teorinya, apakah
semuanya sudah benar (Is she right ?), dan sesuai dengan
kenyataan yang dialami oleh tiap individu kebanyakan? Ataukah
mungkin ini hanyalah upaya Tannen untuk “terlihat” benar dari apa
yang dikemukakannya (or does it just “sound” right ?)
Buku karangan Gray (1993) dalam Sam (2009), “ Laki - laki berasal
dari Mars, dan perempuan dari Venus”, dimana buku ini mendapat
inspirasi dari teori Tannen, dimana laki – laki memiliki gaya
berkomunikasi yang berbeda dengan perempuan. Di dalam
bukunya, Gray berusaha mencari upaya menjembatani perbedaan
antar jender tadi. Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah Tannen
selalu berusaha mencari perbedaan antar jender tersebut, dan
menuntut persamaan hak dan kewajiban saja? Ataukah Tannen
juga berusaha untuk menjembatani perbedaan jender itu?.
Banyak kritik terhadap teori genderlect Tannen, dimana dalam
memandang sesuatu dari sudut pandang yang kaku, misalnya nilai
maskulinitas dan feminis hanya dipandang dari stereotip gaya lama.
Sedangkan saat ini, sudah banyak laki – laki yang lihai dalam
berbicara lebih banyak daripada perempuan, contohnya dalam
25/29
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
pekerjaan sebagai presenter tv, pertanyaan selanjutnya adalah
apakah perubahan pola berbicara laki – laki di dunia pekerjaan baru
saat ini, akan menyebabkan menurunnya nilai maskulinitas seorang
laki – laki?.
5. KESIMPULAN DARI GENDERLECT STYLE’S
Tannen dari temuan berupa gambaran tentang metode komunikasi
antara laki-laki dan perempuan jelas dia mendukung teori bahwa
"komunikasi antara laki-laki dan perempuan adalah komunikasi antar -
budaya". Perbedaan perilaku menunjukkan bagaimana mereka akan
bereaksi terhadap satu sama lain dalam kehidupan mereka. Perbedaan
yang keluar oleh Tannen, dimana sebagai penggerak utama di belakang
laki - laki dan perempuan, adalah "status" dan "koneksi".
Status dan koneksi tersebut belum tentu sebagai tujuan utama
tetapi melekat di dalam diri kita. Sepanjang hidup kita, laki-laki dan
perempuan lebih menekankan pada sesuatu yang berbeda untuk
mencapai tujuan mereka. Bagi sebagian besar perempuan nilai
ditempatkan dalam proses membangun suatu hubungan, dan melakukan
hubungan hal - hal seperti, berbicara dalam kelompok kecil, aktif
mendengar, berhenti di pompa bensin untuk meminta petunjuk dan
menghindari konflik. Di sisi lain, berat bagi orang-orang yang ditempatkan
pada yang kebebasan dan menjaga status, dimana proses tersebut
menggunakan alat-alat hirarki kekuasaan dan kompetisi.
26/29
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
6. DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Griffin, EM. 2006. A First Look at Communication Theory. 6th – International Edition. Singapore: McGrew – Hill Education (Asia).
SUMBER INTERNET :
Belton, Robert J. 2002. Words of Art: the G_List. Faculty of Creative & Critical Studies, UBC Okanagan. Melalui http://people.ok.ubc.ca /glossary/g_list.html
Dictionary.com. 2009. Dictionary of genderlect's. An ask.com service - The American Heritage® Dictionary of the English Language, Fourth Edition, Copyright © 2009 by Houghton Mifflin Company, Published by Houghton Mifflin Company. Melalui http://dictionary.reference.com/browse/genderlect’s.html
Mcd1093. 2008. MTV and Genderlect: Culture of MTV. Blogspot.com - Posted by kdumcd1093 at 7:39 PM. Melalui http://mcd1093.blog spot.com/2008/10/mtv-and-genderlect.html [10/29/2008]
Prakosa, Adi. 2007. GENDER DAN KOMUNIKASI. Powered by blogger - Alumni Universitas Sebelas Maret, Dosen FISIP Universitas Nasional. Melalui http://adiprakosa.blogspot.com/2007/12/gender-dan-komunikasi.html [12/26/2007]
Sam. 2009. Genderlect Styles - does it really matter how men and women communicate?. Profitandvalues.com - Copyright 1994-2009 Sam Sooialo. Site powered by Drupal and hosted by GeekHosting.com. Melalui http://www.sooialo.com/genderlect-styles-does-it-really-matter-how-men-and-women-communicate.html [04/23/2009]
Wikipedia.com. 2009. Definisi Genderlect terjemahan. Creative Commons
Attribution/Share-Alike License, trademark of the Wikimedia Foundation, Inc. Melalui http://en.wikipedia.org/wiki/genderlect.html [06/26/2009]
27/29
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
Lampiran 1. SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : M. Eric Harramain
NIM : 200822320003
Program Studi : Magister Ilmu Komunikasi
TA/ Semester : 2008-2009 Periode II / Satu
Judul karya : GENDERLECT STYLE’S
Dengan penuh kesadaran menyatakan bahwa :
1. Karya tulis / Makalah / Paper yang kami serahkan adalah benar
- benar merupakan hasil karya intelektual yang orisinil.
2. Karya tulis / Makalah / Paper yang dihasilkan ini telah
mempergunakan sumber ilmiah dengan tata cara pengutipan
sumber yang benar sebagaimana berlaku dikalangan ilmiah
3. Jika dikemudian hari terdapat kekeliruan, kesalahan, dan
ditemukan praktek penjiplakan disengaja ataupun tidak, maka
karya ilmiah tersebut dapat dibatalkan sepihak oleh pihak
program dan segala konsekuensinya sepenuhnya menjadi
tanggung jawab siswa yang bersangkutan.
Jakarta, 30 Juni 2009
Yang membuat karya ilmiah,
(M. Eric Harramain)
28/29
GENDERLECT STYLE’STeori & Perspektif Ilmu Komunikasi 2009 – M. Eric Harramain & Ulul Azmi ©
Lampiran 2. SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ulul Azmi
NIM : 200822310004
Program Studi : Magister Ilmu Komunikasi
TA/ Semester : 2008-2009 Periode II / Satu
Judul karya : GENDERLECT STYLE’S
Dengan penuh kesadaran menyatakan bahwa :
1. Karya tulis / Makalah / Paper yang kami serahkan adalah benar
- benar merupakan hasil karya intelektual yang orisinil.
2. Karya tulis / Makalah / Paper yang dihasilkan ini telah
mempergunakan sumber ilmiah dengan tata cara pengutipan
sumber yang benar sebagaimana berlaku dikalangan ilmiah
3. Jika dikemudian hari terdapat kekeliruan, kesalahan, dan
ditemukan praktek penjiplakan disengaja ataupun tidak, maka
karya ilmiah tersebut dapat dibatalkan sepihak oleh pihak
program dan segala konsekuensinya sepenuhnya menjadi
tanggung jawab siswa yang bersangkutan.
Jakarta, 30 Juni 2009
Yang membuat karya ilmiah,
(Ulul Azmi)
29/29