komunikasi antar budaya

download komunikasi antar budaya

of 14

description

ilmu sosial dan budaya dasar makalah komunikasi antar budaya

Transcript of komunikasi antar budaya

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGManusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi satu sama lain, baik itu dengan sesama, adat istiadat, norma, pengetahuan ataupun budaya di sekitarnya. Dan setiap manusia sangat membutuhkan itu semua, karena manusia tidak dapat hidup secara individu, dalam kehidupannya pasti membutuhkan pertolongan dari orang lain. Dan untuk mewujudkan itu semua diperlukan komunikasi yang baik.Komunikasi adalah suatu proses penyampaianinformasi(pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya merupakan suatu pola yang komprehensif yang bersifat kompleks dan abstrak. Telah banyak aspek dari budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Terdapat beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain.Tidaklah asing bagi kita sebagai warga Negara Indonesia, khususnya masyarakat Nusa Tenggara Barat dengan adanya perbedaan budaya di kalangan masyarakat kita,karena mengingat begitu luasnya wilayah Indonesia. Hal ini patutlah membuat kita sebagai masyarakat lokal menjadi bangga akan kekayaan kebudayaan kita. Pada kenyataanya seringkali kita tidak bisa menerima atau merasa kesulitan menyesuaikan diri dengan perbedaan-perbedaan yang terjadi akibat interaksi tersebut, seperti masalah perkembangan teknologi, kebiasan yang berbeda dari seorang teman yang berbeda asal daerah atau cara-cara yang menjadi kebiasaan (bahasa, tradisi atau norma) dari suatu daerah sementara kita berasal dari daerah lain.Komunikasi antar daerah memang dapat dilihat secara tersirat, dan cukup sulit untuk dijelaskan bahwa ini adalah komunikasi yang dimaksud, oleh karena itu penulis mencoba memilih kebudayaan suku Sasak sebagi contoh dari komunikasi antar budaya tersebut, dan merujuk dari pengertian komunikasi antar budaya dari seorang ahli Andrea L.Rich dalam buku Alo Liliweri, penulis mengambil judul pengaruh strata sosial tradisional masyarakat suku Sasak dalam adat menerima tamu, agar arti dan maksud dari komunikasi antar budaya dapat dipahami secara mendalam.

1.2 RUMUSAN MASALAHRumusan masalah dalam penulisan ini adalah bagaimana pengaruh strata sosial tradisional masyarakat suku Sasak dalam menerima tamu?

1.3 TUJUAN PENULISANUntuk mengetahui pengaruh strata sosial tradisional masyarakat suku Sasak dalam menerima tamu.

1.4 MANFAAT PENULISANManfaat dari penulisan ini adalah:1.4.1 Sebagai syarat ketuntasan mata kuliah ilmu sosial budaya dasar.1.4.2 Sebagai sumber belajar bagi mahasiswamenegenai komunikai antar budaya, khususnya pengaruh strata sosial tradisional masyarakat suku Sasak dalam menerima tamu.1.4.3 Sebagai referensi dalam menulis mengenai pengaruh strata sosial tradisional masyarakat suku Sasak dalam menerima tamu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PENGERTIAN KOMUNIKASIKomunikasisering kita lakukan dalam sehari-hari, komunikasi ini merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia. Saat seseorang dengan orang lain berdekatan maka terjadi komunikasi secara verbal, namun jika mereka berada dalam jarak yang jauh mereka menggunakan beberapa cara untuk berkomunikasi. Komunikasi atau dalam bahasa inggrisnya Communication, menurut asal katanya berasal dari bahasa latin yaitu Communicatio. Komunikasi adalah suatu proses ketika seseorang atau kelompok masyarakat menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungannya. Pada umumnya, komunikasi terjadi secara lisan atau verbal. Komunikasi dapat terjadi jika ada persamaan antara penyampaian pesan dengan orang yang menerima pesan. Penulis mencoba mengutip pengertian komunikasi menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI terbitan Balai Pustaka, 2002)[footnoteRef:2], komunikasi adalah 1. Pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami, hubungan kontak; 2. Perhubungan. [2: Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002. Jakarta: Balai Pustaka.]

Alo Liliweri (2003)[footnoteRef:3], mengutip pendapat beberapa ahli mengenai pengertian komunikasi, diantaranya: Carl Hovland, berpendapat mengenai pengertian komunikasi, menurutnya komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan pesan (lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan); Everett M. Rogersberpendapat bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka atau penerima; dan Onong Uchjana Effendy,mengungkapkan pengertian dari komunikasi adalah proses penyampain pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain. Pikiran tersebut bisa merupakan informasi, gagasan, opini, dll yang muncul dari pikirannya sendiri. [3: Liliweri, Alo. 2003. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.]

2. PENGERTIAN BUDAYA Pengertian budaya memang cukup banyak dan luas, namun penulis mengutip pengertian budaya menurut KBBI[footnoteRef:4]. Budaya artinya budayan1pikiran; akal budi:hasil --;2adat istiadat:menyelidiki bahasa dan --;3sesuatu mengenai kebudayaan yg sudah berkembang (beradab, maju):jiwa yg --;4caksesuatu yg sudah menjadi kebiasaan yg sudah sukar diubah. [4: Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002. Jakarta: Blai Pustaka.]

Kemudian untuk membandingkannya, penulis mengutip pendapat para ahli yang diakses melalui laman http://carapedia.com[footnoteRef:5]adalah sebagai berikut: Lehman, Himstreet, dan Batty. Budaya diartikan sebagai sekumpulan pengalaman hidup yang ada dalam masyarakat mereka sendiri. Pengalaman hidup masyarakat tentu saja sangatlah banyak dan variatif, termasuk di dalamnya bagaimana perilaku dan keyakinan atau kepercayaan masyarakat itu sendiri; Bovee dan Thill. Budaya adalah system sharing atas simbol - simbol, kepercayaan, sikap, nilai-nilai, harapan, dan norma-norma untuk berperilaku; dan Mitchel. Budaya merupakan seperangkat nilai-nilai inti, kepercayaan, standar, pengetahuan, moral hukum, dan perilaku yang disampaikan oleh individu-individu dan masyarakat, yang menentukan bagaimana seseorang bertindak, berperasaan, dan memandang dirinya serta orang lain. [5: Anonim. 2012. Pengertian Budaya Menurut Para Ahli. (diakses melalui: http://carapedia.com pada hari Senin, 24 Maret 2014, pukul 13.15 WITA).]

Dari beberapa definisi budaya menurut para ahli diatas, bisa diambil kesimpulan tentang beberapa hal pentingyang dicakup dalam arti budaya yaitu: perilaku atau sekumpulan akumulasi yang tertanam dalam diri seseorang sebagai hasil dari pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, sikap, prilaku, agama, konsep yang luas, dan objek material yang kemudian dialihkan secara sosial (disosialisasikan) sehingga dipertahankan oleh sekelompok orang atau masyarakat.

3. PENGERTIAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Komunikasi antarbudaya terjadi ketika dua atau lebih orang dengan latar belakang budaya yang berbeda berinteraksi. Proses ini jarang berjalan dengan lancar dan tanpa masalah. Dalam kebanyakan situasi, para pelaku interaksi antarbudaya tidak menggunakan bahasa yang sama, tetapi bahasa dapat dipelajari dan masalah komunikasi yang lebih besar terjadi dalam area baik verbal maupun nonverbal. Khususnya, komunikasi nonverbal sangat rumit, multidimensional, dan biasanya merupakan proses yang spontan. Orang-orang tidak sadar akan sebagian besar perilaku nonverbalnya sendiri, yang dilakukan tanpa berpikir, spontan, dan tidak sadar. Kita biasanya tidak menyadari perilaku kita sendiri, maka sangat sulit untuk menandai dan menguasai baik perilaku verbal maupun perilaku nonverbal dalam budaya lain. Kadang-kadang kita merasa tidak nyaman dalam budaya lain karena kita merasa bahwa ada sesuatu yang salah. Khususnya, perilaku nonverbal jarang menjadi fenomena yang disadari, dapat sangat sulit bagi kita untuk mengetahui dengan pasti mengapa kita merasa tidak nyaman.(Samovar, Larry A. dan Richard E. Porter, 1994)[footnoteRef:6]. Dalam buku Liliweri Alo[footnoteRef:7], terdapat beberapa pendapat ahli, diantaranya adalah:Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa, mengemukakan bahwa komunikasi antar budaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaannya, misalnya antara suku bangsa, etnik, ras, dan kelas sosial; Lustig dan Koester, menyatakan bahwa komunikasi antar budaya adalah komunikasi simbolik, interpretatif, transaksional, dan kontekstual yang dilakukan oleh sejumlah orang yang memiliki derajat kepentingan dengan memberikan interpretasi dan harapan secara berbeda terhadap apa yang disampaikan dalam bentuk perilaku tertentu sebagai makna yang dipertukarkan; dan Samovar dan Porter, berpendapat bahwa komunikasi antar budaya terjadi antara produsen pesan dan penerima pesan yang latar belakang kebudayaannya berbeda. [6: Samovar, Larry A. and Richard E. Porter. 1994. Intercultural Communication A Reader. 7th Edition. Belmont, CA: Wadsworth Publishing Company.] [7: Liliweri, Alo. 2003. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.]

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi oleh seseorang atau sejumlah orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda.

4. PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI ANTAR BUDAYAPrinsip-prinsip komunikasi antar budaya yaitu: (1) relativitas bahasa, bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya, orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia; (2) bahasa sebagai cermin budaya, makin besar perbedaan budaya, makin besar perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan antara budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan. Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahankomunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing); (3) mengurangi ketidakpastian, makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidak-pastian dam ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi ketidak-pastian ini sehingga kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena ketidak-pasrtian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak waktu dan upaya untuk mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna; (4) kesadaran diri dan perbedaan antar budaya, makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada, mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri; (5) interaksi awal dan perbedaan antar budaya, perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun selalu terdapat kemungkinan salah persepsi dansalah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya; (6) memaksimalkan hasil interaksi, dalam komunikasi antar budaya terdapat tindakan-tindakan yang berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Pertama, orang akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Kedua, bila mendapatkan hasil yang positif, maka pelaku komunikasi terus melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi. Bila memperoleh hasil negatif, maka pelaku mulai menarik diri dan mengurangi komunikasi. Ketiga, pelaku membuat prediksi tentang perilaku mana yang akan menghasilkan hasil positif. Pelaku akan mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan topik, posisi yang diambil, perilaku nonverbal yang ditunjukkan, dan sebagainya. Pelaku komunikasi kemudian melakukan apa yang menurutnya akan memberikan hasil positif dan berusaha tidak melakkan apa yang menurutnya akan memberikan hasil negatif (Liliweri, Alo: 2003)[footnoteRef:8]. [8: Liliweri, Alo. 2003. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.]

5. FUNGSI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYAKomunikasi antar budaya mempunyai fungsi-fungsi yang terbagi dalam fungsi pribadi dan fungsi sosial. Fungsi pribadikomunikasi antar budaya adalah fungsi-fungsi komunikasiantar budaya yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu antara lain: 1) menyatakan identitas sosial, dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilakukomunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal-usul suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan seseorang; 2) menyatakan intergrasi sosial, inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi, antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi; 3) menambah pengetahuan, seringkali komunikasi antarbudaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing.Fungsi sosial komunikasi antar budayaadalah fungsi komunikasi antar budaya yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang dari masyarakat; 1) pengawasan, praktek komunikasi antarbudaya di antara komunikator dan komunikan yang berbada kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan "perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarlusakan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda; 2) menjembatani, dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama; 3) sosialisasi nilai, fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain; 4) menghibur, misalnya menonton tarian dari kebudayaan lain. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya (Purwasito, Andrik: 2003)[footnoteRef:9]. [9: Purwasito, Andrik. 2003. Komunikasi Multikultural.Surakarta: Universitas Muhammadiyah. ]

Komunikasi antar budaya khususnya di Pulau Lombok didominasi oleh Suku Sasak. Suku Sasak dikenal sebagai etnis terbesar yang mendiami Pulau Lombok. Suku ini adalah etnis asli yang telah mendiami Pulau Lombok selama berabad-abad. Ada pendapat yang mengatakan bahwa masyarakat Suku Sasak berasal dari campuran penduduk asli Lombok dengan pendatang dari Jawa tengah yang dikenal dengan julukan Mataram. Konon, pada masa pemerintahan Raja Rakai Pikatan, banyak pendatang dari Jawa Tengah ke Pulau Lombok kemudian banyak juga diantaranya yang melakukan pernikahan dengan warga setempat sehingga menjadi masyarakat suku Sasak. Di akhir abad ke 16 hingga abad ke 17 awal, banyak para pendatang dari Jawa yang masuk ke Pulau Lombok sambil menyebarkan pengaruh Islam. Salah satunya adalah dakwah yang dilakukan oleh Sunan Giri pada masa itu. Setelah masuknya dakwah Islam pada masa ini, agama Suku Sasak berubah dari agama Hindu menjadi agama Islam. Dan pada abad ke 18 Lombok diserang dan ditaklukan oleh pasuakan gabungan kerajaan karang asem dari Bali. Akibat dari pendudukan kerajaan karangasem dari Bali yang menguasai lombok bagian barat memunculkan kultur atau corak budaya khas Bali di Lombok. Berdasarkan runutan sejarah tersebut Suku Sasak bisa saja diidentifikasi merupakan akulturasi dari beberapa kebudayaan yaitu pengaruh Islam, Hindu, Budaya Jawa dan Bali. Walaupun begitu kebudayaan Suku Sasak memiliki corak kebudayaan asli yang mapan dan berbeda dari budaya suku-suku lain (Anonim, 2014:1)[footnoteRef:10]. [10: Anonim. 2014. Suku Sasak. (diakses melalui http://kebudayaanindonesia.netpada hari Minggu, 23 Maret 2014 pukul 22.31 WITA).]

BAB III PEMBAHASAN

Pada umumnya, pelaksanaan tata budaya adat Sasak sering dikaitkan dengan garis keturunan. Untuk mengetahui tindakan, sikap yang harus dilakukan oleh orang Sasak, mereka harus memperhatikan garis keturunan. Orang Sasak melihat garis keturunan dari pihak orang tua laki-laki atau patrilineal. Masyarakat Sasak bisa menghitung keturunannya tujuh keturunan ke atas dan tujuh keturunan ke bawah (Lukman, Lalu. 2008)[footnoteRef:11]. [11: Lukman, Lalu. 2008. Tata Budaya Adat Sasak di Lombok. Mataram: Arga Puji Press.]

Komunikasi antar budaya juga dapat kita temukan terjadi dalam komunikasi yang dilakukan seseorang dengan yang lainnya dalam strata sosial yang berbeda. Masyarakat suku Sasak merupakan suku yang mendiami Pulau Lombok, dan hal ini menjadi menarik untuk dibahas karena sebagai masyarakat yang berdomisili di Pulau Lombok.(Makri, Yusuf.1997)[footnoteRef:12] mengemukakan bahwapada masyarakat tradisional suku Sasak (zaman kerajaan) yang menempati status sosial tertinggi adalah golongan bangsawan (Raden); golongan kedua adalah masyarakat golongan ulama (Kyai, Penghulu), golongan ketiga adalah masyarakat biasa yang terdiri dari petani dan pedagang (Jajar Karang), golongan keempat adalah golongan orang-orang yang menghambakan dirinya atau suruhan (Panjak Pirak). Sedangkan pada masyarakat Sasak yang sudah modern, status sosial masyarakatnya berdasarkan pekerjaan dan tingkat pendidikan.Salah satu contoh sederhana yang penulis sampaikan adalah adat menerima tamu, cara menerima tamu biasa dengan bangsawan (datu) berbeda, tentu dalam hal ini terjadi komunikasi. [12: Makri, Yusuf, Drs. 1997. Mengkomunikasikan Lontar Babad di Era Modernisasi. Mataram: Museum Negeri NTB.]

Perbedaan strata sosial ini ternyata menimbulakan perbedaan komunikasi di masyarakat suku Sasak, penulis memilih contoh sederhana yang sering terjadi yakni adat menerima tamu. Pada zaman modern seperti sekarang ini, seorang tuan rumah yang kedatangan tamu tentu akan menyambutnya dengan sikap dan penjamuan yang baik. Sedangkan pada zaman tradisional dahulu, masyarakat suku Sasak mempunyai adat yang berbeda dalam menerima tamu, tidak semua tamu diperlakukan sama. Adapun adat menerima tamu masyarakat suku Sasak dapat dijelaskan sebagai berikut (dalam Lukman, Lalu2008[footnoteRef:13],Widiastuti, Alit. 2004[footnoteRef:14], dan Budiman, Arif: 2013[footnoteRef:15]): [13: Lukman, Lalu. 2008. Tata Budaya Adat Sasak di Lombok. Mataram: Arga Puji Press.] [14: Widiastuti, Alit, dkk. 2004. Tata Budaya Adat Sasak Lombok. Mataram: Museum Negeri Nusa Tenggara Barat.] [15: Budiman, Arif. 2013. Gumi Sasak dalam Sejarah. Mataram: ----]

1. Menerima Tamu Biasa.Penerimaan tamu yang berasal dari orang-orang biasa, maka begitu tamu telah memberikan tanda ia telah datang, apakah dengan mengetuk pintu atau dengan cara memberikan salam (memarek) tuan rumah, dalam situasi ini segera mengambil sikap sebagai tuan rumah yang baik. Tuan rumah segera mempersilahkan masuk untuk duduk, tamu tidak boleh angkat bicara sebelum ada permintaan dari tuan rumah sebagai ungkapan hormat, tuan rumah mengatur sirih dan perlengkapannya dalam penginang (wadah), atau rokok dengan tatakan (lantar).Falsafahnya: bahwa keanekaragamannya isi penginang kalau semuanya dicampur dan dimakan akan menghasilkan citra rasa nikmat dan hangat artinya manusia dalam berbagai perbedaan akan lebih indah jika ada kebersamaan dalam berbuat baik dalam keadaan susah dan senang, mempererat dan menghangatkan, tali kasih dan silaturrahmi diantara mereka.Setelah itu baru tuan rumah merespon apa maksud kedatangan tamu tersebut (perekan) dengan pembuka bicara, "Apa kabar saudara" (napi kabar sanak"), selanjutnya tamu menyampaikan maksud kedatangannya. Setiap ucapan selaras dengan gerakan anggota badan misalnya mempersilahkan dengan jempol yang dipapah dengan tangan kiri di bawah, disini kita harus hati-hati jangan sampai salah cara (sisip) dan jangan sampai tingkah laku membuat tuan rumah marah atau kecewa (menggah).

2. Menerima Tamu Pemerintah (Datu)Tamu dari pemerintah ada dua versi yaitu tamu yang tidak memahami bahasa dan adat Sasak dan tamu yang memahami adat Sasak. Secara umum tamu yang memahami dan mengerti bahasa dan tata krama suku sasak, maka ungkapan hormat upacara penyambutan, ditunjukkan dengan bahasa dan etika, begitu pula dengan tamu yang tidak memahami adat Sasak, ungkapan rasa hormat dilakukan melalui tata krama dan sajian makanan.Misalnya, sebagai penerima tamu yang memahami adat Sasak pada tahap awal kita harus menyusun tata carapenyambutan secara adat sasak dengan mempersiapkan sarana yang diperlukan seperti:a. Sirih, pinang, kapur sirih yang berada dalam satu wadah, (penginang).b. Payung agung berwarna, cerah yang memakai renda. Mempunyai falsafah yang menunjukkan betapa agung dan bijaksananya tamu yang akan dipayungi oleh kebesaran dan tanggungjawabnya sebagai pemerintah dalam mengayomi rakyatnya secara adil. c. Selendang penghormatan, yang akah dikalungkan pada tamu dari tenunan ash Sasak. Falsafahnya: dengan segala kekurangan dan kelebihan kami (tuan rumah) sebagai rakyat akan mempersembahkan pengabdian apa adanya."d. Pasukan keamanan dengan senjata (keris/kelewang). Falsafahnya: berarti kami rela berkorban jiwa dan raga untuk membela pemerintah dan tanah air (datu dait gumi paer). Pasukan ini harus menggunakan pakaian adat dengan menggunakan penutup kapala (sapuq), kain pengikat pinggang (dodot) tempat menyelipkan keris.Hati-hati dalam penyelipan keris karena kalau di depan berarti menantang, apalagi kalau dibuka berarti perintah untuk menyerang, maka untuk penyambutan tamu harus diletakkan di belakang.e. Kesenian sasak seperti jidur, gendang beleq, kemong, suling, preret dan lain-lain. Falsafahnya: melambangkan kebahagiaan dan kemenangan yang diraihnya (gending Asmaradhana) dengan tarian kebahagiaan (egelan gagak mandiq).f. Pasukan penyambut laki-laki dan perempuan (Terune Dedare). Falsafahnya: berarti keakraban, keramahtamahan dan kebahagiaan karena didatangi oleh pemerintah (datu).

Adapun tata cara dan format penyambutannya adalah:a. Sebelum tamu mendekati peristirahatan (pelungguhan) tamu disambut oleh barisan payung agung dengan pakaian penerima tamu utama, baju berwarna cerah yang dililiti kain tenun cerah sampai dada, penutup kepala dan kain batik, tidak boleh menggunakan alas kaki.b. Selanjutnya barisan laki-laki dan perempuan menemani agar tamu merasa tidak risih.c. Barisan keamanan (ksatria) memberikan rasa aman pada tamu. Pasukan ini tetap berjalan tegap menjaga berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Pasukan berpakaian hitam dari penutup kepala sampai bawah (kain) dengan bunga yang disunting di telinga.d. Barisan paling belakang adalah kesenian. Begitu tamu sampai di tempat peristirahatan (duduk) disambut dengan pengalungan selendang sebagai ucapan selamat datang oleh tiga putri sebagai pendamping. Perlengkapan penginang disuguhkan, baru kemudian tamu dipersilahkan duduk (melinggih).

Dalam penjelasan mengenai adat menerima tamu dalam masyarakat suku Sasak terlihat bahwa strata sosial seseorang mempengaruhi bentuk komunikasi yang terjadi. Seseorang atau kelompok dengan strata sosial yang lebih tinggi akan mendapatkan perlakukan yang berbeda dengan seseorang atau masyarakat yang strata sosialnya rendah atau masyarakat biasa.

BAB IV PENUTUP

5.1 SimpulanDari rumusan masalah dan pembahasan dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa:a. Ketika menerima tamu biasa tuan rumah segera mempersilahkan masuk untuk duduk kemudian tuan rumah mengatur sirih dan perlengkapannya dalam penginang (wadah), atau rokok dengan tatakan (lantar).b. Tamu dari pemerintah (Datu) ada dua versi yaitu tamu yang tidak memahami bahasa dan adat Sasak dan tamu yang memahami adat Sasakc. Adapun persiapan dalam menerima tamu pemerintah (Datu) adalahpenyambutan secara adat sasak dengan mempersiapkan sarana yang diperlukan seperti sirih pinang(Penginang), payung agung,selendang penghormatan,pasukan keamanan dengan senjata (Keris/Kelewang), kesenian sasak, dan pasukan penyambut laki-laki dan perempuan (Terune Dedare).d. Adapun tata cara penyambutan tamu suku sasak adalahsebelum tamu mendekati peristirahatan (pelungguhan) tamu disambut oleh barisan payung agung dengan pakaian penerima tamu utama,Selanjutnya barisan laki-laki dan perempuan menemani agar tamu merasa tidak risih, selanjutnya barisan keamanan (ksatria) memberikan rasa aman pada tamu.

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA _ KELOMPOK IX

4