Komprehensif
description
Transcript of Komprehensif
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam tubuh manusia banyak terdap system yang saling kerja sama dalam
mempertahnkan kehidupan. Sistem pencernaan merupakan salh satu system yang
penting dalam tubuh karena hasilnya nanti berupa energi yang sangat pentinng dalam
proses metabolisme dan kelangsungan hidu setiap sel di tubuh.
Dalam system pencernaan banyak organ-organ yang penting, salah satunya
adalah lambung. Di Lambung nantinya terjadi pemecahan dan penyerapan
karbohidrat dan lapisan ukosa lambung menghasilkan asam lambung (HCL) yang
dalam kadar normalnya fungsinya sangat penting.
Lambung (gaster) bisa mengalami kelainan seperti peradangan pada dinding
lambung (gastritis) jika pola hidup seperti pola makan dan diet yang tidak normal
attau mengkonsumsi jenis obat-obatan bisa mengakibatkan gastritis atau maag.
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai
diklinik Penyakit Dalam ( IPD jilid II Edisi 3)Gastritis akut merupakan penyakit yang
sering ditemukan biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri ( Patofisiologi Sylvia &
Wilson) dan ± 80 – 90% yang dirawat di ICU menderita gastritis akut.
Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan harus memahami dan
memberikan peran dan asuhan yang tepat karena komplikasi dari gastrtits ini cukup
berbahaya dan bisa mengakibatkan kematian.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk Memahami Teoritis dan Asuhan Keperawatan dari Gastritis
1
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memahami teoritis dari Gastritis ( Defenisi, Etiologi, Patofisiologi,
Manifestasi Klinis, Komplikasi, Pemeriksaan Fisik dan WOC)
b. Untuk memahami dan mengetahui asuhan keperawatan yang tepat untuk
penderita gastritis
c. Untuk memahami tugas yang diberikan dosen pembimbing
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut
kronik, difus atau lokal (Soepaman, 1998).
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Arif Mansjoer, 1999).
Gastritis adalah radang mukosa lambung (Sjamsuhidajat, R, 1998)
Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa Gastritis
merupakan inflamasi mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau
lokal.
B. Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai
berikut :
Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin
yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui.
Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada
peminum alkohol, dan merokok.
3
Diet yang sombrono , makan terlau banyak, dan makan yang terlalu cepat dan
makan-makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme
Faktor psikologi Stress baik primer maupun sekunder dapat merangsang
peningkatan produksi asam-asam gerakan paristaltik lambung. Sterss juga
akan mendorong gerakan antara makanan dan dinding lambung menjadi
tambah kuat. Hal ini dapat menyebabkan luka pada lambung.
Stress berat (sekunder) akibat kebakaran, kecelakaan maupun pembedahan
sering pula menyebabkan tukak lambung akut. Infeksi bakteri Gastritis akibat
infeksi bakteri dari luar tubuh jarang terjadi sebab bakteri tersebut akan
terbunuh oleh asam lambung. Kuman penyakit atau infeksi bakteri penyebab
gastritis, umumnya berasal dari dalam tubuh penderita bersangkutan. Keadaan
ini sebagai wujud komplikasi penyakit yang telah ada sebelumnya.
C. Patofisiologi
1. Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi mukosa lambung.
Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :
Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung.
Lambung akan meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung
HCO3 akan berikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan HCI dan
NaCO3. Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan asam
lambung. Jika asam lambung meningkat maka akan meningkatkan mual
muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi cairan & elektrolit.
Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus
yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL
maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan
tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung maka akan terjadi
erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan
4
pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan
nyeri dan hypovolemik.
2. Gastritis kronik
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi
iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang
tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya
sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka
produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding
lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh
dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.
D. Manifestasi Klinik
1. Manifestasi klinik yang biasa muncul pada Gastritis Akut lainnya, yaitu
Anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada
Hematemesis melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia.
2. Gastritis Kronik
Kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh
nyeri ulu hati, anorexia, nausea, dan keluhan anemia dan pemeriksaan fisik
tidak di jumpai kelainan.
E. Komplikasi
Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna
bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock
hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
5
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B
12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan
besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus.
F. Penatalaksanaan Medis
1. Gastritis Akut
Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2). Inhibitor pompa
proton, ankikolinergik dan antasid (Obat-obatan alkus lambung yang lain).
Fungsi obat tersebut untuk mengatur sekresi asam lambung.
2. Gastritis Kronik
Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2
atau inhibitor pompa proton.
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Faktor predisposisi dan presipitasi
Faktor predisposisi adalah bahan-bahan kimia, merokok, kafein,
steroid, obat analgetik, anti inflamasi, cuka atau lada.
Faktor presipitasinya adalah kebiasaan mengkonsumsi alcohol dan
rokok, penggunaan obat-obatan, pola makan dan diet yang tidak
teratur, serta gaya hidup seperti kurang istirahat.
b. Test dignostik
Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah
dan letaknya tersebar.
Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena
erosi tidak pernah melewati mukosa muskularis.
Pemeriksaan radiology.
6
Pemeriksaan laboratorium.
Analisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL
menurun pada klien dengan gastritis kronik.
Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000 Pg/ml, kadar
vitamin B12 yang rendah merupakan anemia megalostatik.
Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit dan albumin.
Gastroscopy.
Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan) mengidentifikasi
area perdarahan dan mengambil jaringan untuk biopsi.
2. Diagnosa keperawatan
Resti gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, muntah.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anorexia.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa
lambung.
Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi.
3. Intervensi keperawatan
Diagnosa Keperawatan 1.
Tujuan :
Resti gangguan keseimbangan cairan tidak terjadi.
Kriteria Hasil :Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, elektrolit kembali normal,
pengisian kapiler berwarna merah muda, tanda vital stabil, input dan output
seimbang.
7
Intervensi :
Kaji tanda dan gejala dehidrasi, observasi TTV, ukur intake dan out anjurkan
klien untuk minum ± 1500-2500ml, observasi kulit dan membran mukosa,
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus.
Diagnosa Keperawatan 2. :
Tujuan
Gangguan nutrisi teratasi.
Kriteria Hasil :
Berat badan stabil, nilai laboratorium Albumin normal, tidak mual dan
muntah BB dalam batas normal, bising usus normal.
Intervensi :
Kaji intake makanan, timbang BB secara teratur, berikan perawatan oral
secara teratur, anjurkan klien makan sedikit tapi sering, berikan makanan
dalam keadaan hangat, auskultasi bising usus, kaji makanan yang disukai,
awasi pemeriksaan laboratorium misalnya : Hb, Ht, Albumin.
Diagnosa Keperawatan 3. :
Tujuan :
Nyeri dapat berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
Nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat, skala nyeri
menunjukkan angka 0.
8
Intervensi :
Kaji skala nyeri dan lokasi nyeri, observasi TTV, berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman, anjurkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam, lakukan
kolaborasi dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi untuk mengurangi
nyeri.
Diagnosa Keperawatan 4. :
Tujuan :
Keterbatasan aktifitas teratasi.
Kriteria Hasil :
K/u baik, klien tidak dibantu oleh keluarga dalam beraktifitas.
Intervensi :
Tingkatkan tirah baring atau duduk, berikan lingkungan yang tenang dan
nyaman, batasi pengunjung, dorong penggunaan tekhnik relaksasi, kaji nyeri
tekan pada gaster, berikan obat sesuai dengan indikasi.
Diagnosa Keperawatan 5. :
Tujuan :
Kurang pengetahuan teratasi.
Kriteria Hasil :
Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan,
pencegahan dan pengobatan.
9
Intervensi :
Kaji tingkat pengetahuan klien, beri pendidikan kesehatan (penyuluhan)
tentang penyakit, beri kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya,
beritahu tentang pentingnya obat-obatan untuk kesembuhan klien.
4. Evaluasi
Evaluasi pada klien dengan Gastrtitis, yaitu :
Keseimbangan cairan dan elektrolit teratasi
Kebutuhan nutrisi teratasi
Gangguan rasa nyeri berkurang
Klien dapat melakukan aktifitas
Pengetahuan klien bertambah.
10
BAB III
KASUS
Tuan S berumur 35 tahun dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya. Klien mengeluh
pusing dan nyeri perut sampai ke ulu hati yang dirasakan klien perih dan panas. Klien
pun mengeluh muntah-muntah. Hal ini sudah dirasakan klien 1 minggu yang lalu.
Setelah tenaga kesehatan melakukan pengkajian dari hasil pengkajian klien
didiagnosis menderita gastritis.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn S
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Kaligawe
Pekerjaan : Karyawan
2. Riwayat KesehatanSekarang
Meliputi keluhan utama dengan data subjektif klien mengeluh pusing dan
perut (ulu hati) terasa perih dan panas. P : klien terlihat meringis saat
epigastrium ditekan, Q : nyeri seperti diremas-remas, R : di ulu hati /
epigastrium, S : skala 7 (skala nyeri 0 – 10), T : nyeri hilang timbul saat
epigastrium ditekan. Klien mengeluh I minggu yang lalu perutnya terasa
perih, panas dan muntah, TD : 110/80 mmHg, N : 120 x/menit, S : 36oC, RR :
22 x/menit, dengan kesadaran composmentis. Klien mendapat pertolongan
11
pertama dengan infus RL 20 tpm (tetes per menit) kemudian klien mendapat
perawatan di ruangan.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan bahwa pernah dirawat di RS dengan penyakit yang sama
(gastritis), klien tidak mempunyai penyakit keturunan (DM, Hipertensi),
maupun penyakit menular.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit
seperti yang diderita klien dan tidakada yang mempunyai penyakit menular
atau keturunan (DM, Hipertensi).
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. KU : lemah, kesadaran composmentis.
2. Kepala : bersih tidak ada lesi.
3. Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan
baik.
4. Hidung : bentuk simetris tidak ada polip, tidak ada keluhan dan
kelainan pada hidung.
5. Telinga : bentuk simetris, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
6. Leher : tidak terdapat pembesaran tiroid.
7. Mulut : bibir tampak kering dengan gigi bersih, tidak ada
perdarahan dan pembengkakan gusi.
8. Abdomen : simetris, datar, Au : peristaltik ± 4 x/mnt, Pa : adanya
nyeri tekan pada abdomen (ulu hati), Pe : tympani.
9. Paru : simetris Pa : teraba gerakan takstil premitus sama, Pe :
sonor
12
10. Muskuloskeletal : ekstremitas atas, klien terpasang infus RL 20 tpm (tetes
per menit) pada tangan kiri, tidak terdapat oedem,
ekstremitas bawah : tidak terdapat oedem.
C. Pola Aktivitas
1. Kebutuhan nutrisi : sebelum sakit : klien mengatakan makan 3X sehari dengan
komposisi nasi, lauk dan sayur. Makan selalu habis dalam 1 porsi. Klien
mengatakan tidak mempunyai pantangan terhadap makanan, klien minum 6-7
gelas jenis air putih setiap hari. Selama sakit : klien mengatakan pagi ini klien
makan bubur habis 1 porsi (makanan dari rumah sakit : nasi tim, sayur dan
lauk pauk tidak dimakan). Klien minum air putih habis 5-6 gelas / hari.
2. Kebutuhan eliminasi : sebelum sakit : klien mengatakan BAB 1 X sehari pada
waktu pagi dengan konsistensi lembek, warna kuning, bau khas dan tidak ada
keluhan dalam BAB. Klien BAK ± 4-6 X sehari dengan warna kuning, bau
khas, dan klien tidak ada kesulitan dalam BAK. Selama sakit : klien
mengatakan selama dirawat di rumah sakit klien BAB dengan frekuensi 1 X
sehari, konsistensi keras (berbentuk bulat-bulat kecil), warna hitam, bau khas
dan klien mengeluh sulit untuk BAB. Untuk eliminasi BAK nya, klien
mengatakan BAK dengan frekuensi 5-6 X sehari warna kekuningan, bau khas
dan tidak ada keluhan dalam BAK.
3. Kebutuhan istirahat dan tidur : sebelum sakit : klien mengatakan tidur malam
mulai pukul 22.00 dan bangun pukul 05.00 WIB. Klien jarang tidur siang.
Selama sakit : klien mengatakan tidur malam mulai pukul 21.00, kalau malam
sering terbangun karena suasana yang panas, klien bangun pukul 06.00 WIB.
4. Kebutuhan aktivitas dan latihan : sebelum sakit : klien dapat melakukan
aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain maupun alat bantu. Selama sakit
: klien mengatakan bisa melakukan aktivitas sehari hari sesuai kemampuan,
klien ke kamar mandi dibantu oleh keluarga, klien tidak mengalami kesulitan
13
dalam melakukan personal hygiene, klien mengatakan lebih banyak berbaring
di tempat tidur karena perut terasa sakit saat bergerak.
D. Analisa Data Dan Diagnosa Keperawatan
1. DO:
Diagnosa medis dari Tn.S adalah gastritis
Skala nyeri klien 7 dari skal 0-10
Nyeri tekan pada daerah uluhati (epigastrium) Tn.S
DS:
Tn.S mengatakan kalau daerah ulu hatinya terasa panas danterbakar
Tn.S mengatakan kalau nyerinya hilang timbul jikaepigastrium di tekan
Tn.S mengeluh di seringmerasa mual dan muntah
Etiologi : Peradangan pada dinding mukosa lambung (gaster)
Masalah : Gangguan rasanyaman : Nyeri dengan skala 7 dari rentang skala (0-
10)
2. DO:
Diagnosa Medis dari Tn.Sadalah Gastritis
Tn.S tampak lemah dan tidakberenergi
Kesadaran Tn.S Composmentis
DS:
Tn.S sering merasa mual danmuntah
Tn.S mengatakan kalau diahilang selera makan
Tn.S sering merasa kenyang
Etiologi : Pemenuhan nutrisi tidak adekuat
Masalah : Gangguan pola makan: kurang dari kebutuhan tubuh
14
3. DO:
Palpasi abdomen : teraba keras di perut sebelah kiri bawah,
Auskultasi pada abdomen :peristaltik ± 4x/mnt,
DS:
Tn.S mengatakan di rumah sakit BAB dengan konsistensifeses keras,
Tn.S mengatakan lebih banyakberbaring di tempat tidurkarena perut terasa
sakit saat bergerak
Etiologi : Kurang aktivitas
Masalah : Konstipasi
Berdasarkan Analisa Data diatas maka Diagnosa Prioritas dari Tn S adalah
1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri dengan skala 7 dari rentang skala (0-10)
berhubungan dengan Peradangan pada dinding mukosa lambung (gaster)
2. Gangguan pola makan: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Pemenuhan nutrisi tidak adekuat
3. Konstipasi berhubungan dengan Kurang Aktivitas
E. Intervensi
1. Diagnosa Keperawatan 1. :
Tujuan :
Nyeri dapat berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
Nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat, skala nyeri
menunjukkan angka 0.
15
Intervensi
Kaji skala nyeri dan lokasi nyeri.
Observasi TTV.
Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Anjurkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam.
Lakukan kolaborasi dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi untuk
mengurangi nyeri.
2. Diagnosa Keperawatan 2. :
Tujuan
Gangguan nutrisi teratasi.
Kriteria Hasil :
Berat badan stabil, tidak mual dan muntah BB dalam batas normal, bising
usus normal.
Intervensi :
Kaji intake makanan.
Timbang BB secara teratur .
Berikan perawatan oral secara teratur .
Anjurkan klien makan sedikit tapi sering.
Berikan makanan dalam keadaan hangat.
Auskultasi bising usus.
Kaji makanan yang disukai.
16
3. Diagnosa keperawatan 3 :
Tujuan
BAB dari tn.S,lancar dengan bisa melakukan aktivitas ( banyak gerak) di
tempat tidur .
Kriteria hasil :
Feses lunak , mudah proses defekasi
Intervensi :
Ajarkan alih baring setiap dua jam sekali
Anjurkan pada klien untuk minum banyak (10-12 gelas)
Anjurkan klien untuk makan tinggi serat (pepaya)
Kolaborasi pemberian obat
17
BAB IV
PEMBAHASAN
GAMBARAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DENGAN SUKRALFAT
DAN RANITIDIN DENGAN ANTASIDA DALAM PENGOBATAN
GASTRITIS DI SMF PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
(RSUD) AHMAD MOCHTAR BUKIT TINGGI
Oleh :
ISNA WARDANAIATI
08 212 13 034
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
Hasil
Berdasarkan derajat gastritisnya yang dilihat dari gambaran mukosa lambung pasien
yang diendoskopi didapatkan pasien yang menderita gastritis ringan sebanyak 5 orang
dan gastritis sedang sebanyak 5 orang. Pada penelitian ini didapatkan gambaran
mukosa hiperaemis ringan sampai sedang pada esofagus dan gaster sedangkan pada
duodenum tidak ditemukan kelainan. Kemudian pada gaster terdapat mukosa
hiperaemis terutama ditemukan pada daerah antrum sebanyak 3 orang. Berdasarkan
gejala klinisnya pada penellitian ini pasien datang dengan mengalami keluhan nyeri
ulu hati sebanyak 10 orang, mual 8 orang, muntah 5 orang, nafsu makan menurun 4
orang, dan perut kembung 3 orang. Setelah diberiakn terapi dengan kombinasi
Ranitidin dengan Sukralfat (Kelompok I) dan Rantidin dengan Antasida (Kelompok
II) didapatkan gambaran terapi yang dilihat dari lama perbaikan penyakit yaitu pada
kelompok I Jumlah pasien yang keluhannya berkurang dalam waktu kurang dari satu
18
minggu sebanyak 2 orang dan Kelompok II sebanyak 1 orang, dalam waktu satu
minggu pada kelompok I sebanyak 2 orang dn kelompok II sebanyak 2 orang, dalam
waktu 2 minggu kelompok I sebanyak 1 orang dan kelompok II sebanyak 2 orang.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel I : Lama perbaikan penyakit yang dilihat dari hilangnya keluhan.
Lama perbaikan penyakit Kelompok
I II
Kurang dari seminggu 2 1
Satu minggu 2 2
Dua minggu 1 2
Lebih dari dua minggu 0 0
Setelah diberikan terapi pada kedua kelompok tersebut dan dilalukan wawancara
kepada pasien didapatkan hasil pada kelompok I (Ranitidin dengan Sukralfat) jumlah
pasien yang keluhannya menghilang sebanyak 5 orang dan pada kelompok II
(Ranitidin dan Antasida) yang keluhannya menghilang sebanyak 4 orang dan 1 orang
yang keluhannya berkurang. Perbedaan gambaran terapi antara kombinasi Ranitidin
dengan Sukralfat dan Ranitidin dan Antasida dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel II : Perbedaan gambaran terapi antara kombinasi Ranitidin dengan Sukralfat
(Kelompok I) dan Ranitidin dengan Antasida (Kelompok II)
Keluhan kelompok
I II
Menghilang 5 4
Berkurang - 1
Menetap - -
Bertambah parah - -
19
Pembahasan
Berdasarkan derajat gastritisnya pada penelitian ini jumlah pasien yang menderita
gastritis ringan sebanyak 5 orang dan gastritis sedang sebanyak 5 orang. Perbedaan
antara gastritis ringan dan sedang dapat dilihat dari gambaraan kemerahan atau erosi
pada mukosa lambung pasien.
Dari gambaran mukosa lambung pasien pada esofagus terdapat mukosa hiperaemis
ringan sampai sedang dan pada gaster banyak ditemukan hiperaemis ringan terutama
pada bagian antrum yang disertai dengan hipersekresi cairan lambung sedangkan
pada duodenum tidak ditemukan adanya kelainan.
Gambaran terapi kombinasi obat ini dapat dilihat dari lama perbaikan penyakit
dimana pada kelompok I (Ranitidin dan Sukralfat) jumlah pasien yang keluhan
berkurang dalam waktu kurang dari seminggu sebanyak 2 orang, dalam jangka waktu
seminggu sebanyak 2 orang dan selama 2 minggu sebanyak 1 orang. Sedangkan pada
kelompok II (Ranitidin dengan Antasida) jumlah pasien yang keluhannya berkurang
dalam waktu kurang dari seminggu sebanyak 1 orang dan dalam waktu seminggu 2
orang kemudian yang jangka waktu 2 minggu sebanyak 1 orang. Perbedaan lama
perbaikan atau terapi diatas juga dipengaruhi oleh keadaan individu masing-masing
pasien, gaya hidup serta faktor penyebab timbulnya gastritis.
Untuk melihat gambaran penggunaan dari kedua kombinasi obat ini dilakukan
pengamatan terhadap pasien dengan membandingkan keluhan yang dialami sebelum
di beri terapi dan sesudah di beri terapi. Pada penelitian ini didapat jumlah pasien
yang keluhannya menghilang sesudah diterapi pada kelompok I (Ranitidin dengan
Sukrlafat) sebanyak 5 orang dan kelompok II (Ranitidin ddengan Antasida) sebanyak
4 orang.
20
Dalam hal ini dapat kita lihat bahwa kombinasi ranitidin dengan sukralfat
memberikan efek terapi yang baik dalam pengobatan gastritis dimana Ranitidin
berperan dalam mengurangi faktor agresif dengan cara menghambat histamin pada
reseptor H2 sel parietal sehingga sel parietal tidak terangsang mengeluarkan asam
lambung. Sedangkan sukralfat berperan dalam meningkatkan faktor devensif dengan
cara melindungi mukosa lambung, sedangkan kombinasi ranitidin dan antasida
dimana antasida berperan dalam menetralkan asam lambung sehingga dapat
mengurangi keluhan nyeri yang dialami pasien (William dan Wilkins 2010).
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa 100% dari pasien yang
menggunakan terapi kombinasi Ranitidin dengan Sukralfat keluhannya hilang dan
80% pada pasien yang menggunakan Ranitidin dengan Antasida
21
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Gastritis itu adalah Suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
akut dengan kerusakan erosi. Erosif karena perlukaan hanya pada bagian mukosa.
bentuk berat dari gastritis ini adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik.
Perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajad dan terjadi erosi yang berarti
hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat. Gastritis dibagi
menjadi 2 yaitu : Gastritis akut dan gastritis kronik
Gastritis penyebabnya adalah stres, koonsumsi alkohol dan obat-obatan dan
juga diet yang tidak baik, gastritis akut bisa berkembang menjadi kronik jika pola
makan tidak diatur dengan baik dan jika ini dibioarkan maka tidak tertutup
kemungkinan bisa berkembang menjadi Ca gater (kanker lambung)
22
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jilid I, FKUI, Jakarta.
Soeparman, 1999, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, FKUI, Jakarta.
Brunner dan Suddart, 2000, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
Doengoes, Marylin E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
www. Google.Penanganan Penyakit gastritis.com
23