Komprehensif

36
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam tubuh manusia banyak terdap system yang saling kerja sama dalam mempertahnkan kehidupan. Sistem pencernaan merupakan salh satu system yang penting dalam tubuh karena hasilnya nanti berupa energi yang sangat pentinng dalam proses metabolisme dan kelangsungan hidu setiap sel di tubuh. Dalam system pencernaan banyak organ-organ yang penting, salah satunya adalah lambung. Di Lambung nantinya terjadi pemecahan dan penyerapan karbohidrat dan lapisan ukosa lambung menghasilkan asam lambung (HCL) yang dalam kadar normalnya fungsinya sangat penting. Lambung (gaster) bisa mengalami kelainan seperti peradangan pada dinding lambung (gastritis) jika pola hidup seperti pola makan dan diet yang tidak normal attau mengkonsumsi jenis obat-obatan bisa mengakibatkan gastritis atau maag. Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai diklinik Penyakit Dalam ( IPD jilid II Edisi 3)Gastritis akut merupakan penyakit yang sering 1

description

kompre

Transcript of Komprehensif

Page 1: Komprehensif

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam tubuh manusia banyak terdap system yang saling kerja sama dalam

mempertahnkan kehidupan. Sistem pencernaan merupakan salh satu system yang

penting dalam tubuh karena hasilnya nanti berupa energi yang sangat pentinng dalam

proses metabolisme dan kelangsungan hidu setiap sel di tubuh.

Dalam system pencernaan banyak organ-organ yang penting, salah satunya

adalah lambung. Di Lambung nantinya terjadi pemecahan dan penyerapan

karbohidrat dan lapisan ukosa lambung menghasilkan asam lambung (HCL) yang

dalam kadar normalnya fungsinya sangat penting.

Lambung (gaster) bisa mengalami kelainan seperti peradangan pada dinding

lambung (gastritis) jika pola hidup seperti pola makan dan diet yang tidak normal

attau mengkonsumsi jenis obat-obatan bisa mengakibatkan gastritis atau maag.

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai

diklinik Penyakit Dalam ( IPD jilid II Edisi 3)Gastritis akut merupakan penyakit yang

sering ditemukan biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri ( Patofisiologi Sylvia &

Wilson) dan ± 80 – 90% yang dirawat di ICU menderita gastritis akut.

Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan harus memahami dan

memberikan peran dan asuhan yang tepat karena komplikasi dari gastrtits ini cukup

berbahaya dan bisa mengakibatkan kematian.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk Memahami Teoritis dan Asuhan Keperawatan dari Gastritis

1

Page 2: Komprehensif

2. Tujuan Khusus

a. Untuk memahami teoritis dari Gastritis ( Defenisi, Etiologi, Patofisiologi,

Manifestasi Klinis, Komplikasi, Pemeriksaan Fisik dan WOC)

b. Untuk memahami dan mengetahui asuhan keperawatan yang tepat untuk

penderita gastritis

c. Untuk memahami tugas yang diberikan dosen pembimbing

2

Page 3: Komprehensif

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut

kronik, difus atau lokal (Soepaman, 1998).

Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Arif Mansjoer, 1999).

Gastritis adalah radang mukosa lambung (Sjamsuhidajat, R, 1998)

Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa Gastritis

merupakan inflamasi mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau

lokal.

B. Etiologi

Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai

berikut :

Gastritis Akut

Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin

yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).

Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.

Gastritis Kronik

Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui.

Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada

peminum alkohol, dan merokok.

3

Page 4: Komprehensif

Diet yang sombrono , makan terlau banyak, dan makan yang terlalu cepat dan

makan-makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme

Faktor psikologi Stress baik primer maupun sekunder dapat merangsang

peningkatan produksi asam-asam gerakan paristaltik lambung. Sterss juga

akan mendorong gerakan antara makanan dan dinding lambung menjadi

tambah kuat. Hal ini dapat menyebabkan luka pada lambung.

Stress berat (sekunder) akibat kebakaran, kecelakaan maupun pembedahan

sering pula menyebabkan tukak lambung akut. Infeksi bakteri Gastritis akibat

infeksi bakteri dari luar tubuh jarang terjadi sebab bakteri tersebut akan

terbunuh oleh asam lambung. Kuman penyakit atau infeksi bakteri penyebab

gastritis, umumnya berasal dari dalam tubuh penderita bersangkutan. Keadaan

ini sebagai wujud komplikasi penyakit yang telah ada sebelumnya.

C. Patofisiologi

1. Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi mukosa lambung.

Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :

Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung.

Lambung akan meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung

HCO3 akan berikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan HCI dan

NaCO3. Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan asam

lambung. Jika asam lambung meningkat maka akan meningkatkan mual

muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi cairan & elektrolit.

Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus

yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL

maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan

tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung maka akan terjadi

erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan

4

Page 5: Komprehensif

pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan

nyeri dan hypovolemik.

2. Gastritis kronik

Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi

iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang

tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya

sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka

produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding

lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh

dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.

D. Manifestasi Klinik

1. Manifestasi klinik yang biasa muncul pada Gastritis Akut lainnya, yaitu

Anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada

Hematemesis melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia.

2. Gastritis Kronik

Kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh

nyeri ulu hati, anorexia, nausea, dan keluhan anemia dan pemeriksaan fisik

tidak di jumpai kelainan.

E. Komplikasi

Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna

bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock

hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.

5

Page 6: Komprehensif

Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B

12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan

besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus.

F. Penatalaksanaan Medis

1. Gastritis Akut

Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2). Inhibitor pompa

proton, ankikolinergik dan antasid (Obat-obatan alkus lambung yang lain).

Fungsi obat tersebut untuk mengatur sekresi asam lambung.

2. Gastritis Kronik

Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2

atau inhibitor pompa proton.

G. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Faktor predisposisi dan presipitasi

Faktor predisposisi adalah bahan-bahan kimia, merokok, kafein,

steroid, obat analgetik, anti inflamasi, cuka atau lada.

Faktor presipitasinya adalah kebiasaan mengkonsumsi alcohol dan

rokok, penggunaan obat-obatan, pola makan dan diet yang tidak

teratur, serta gaya hidup seperti kurang istirahat.

b. Test dignostik

Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah

dan letaknya tersebar.

Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena

erosi tidak pernah melewati mukosa muskularis.

Pemeriksaan radiology.

6

Page 7: Komprehensif

Pemeriksaan laboratorium.

Analisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL

menurun pada klien dengan gastritis kronik.

Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000 Pg/ml, kadar

vitamin B12 yang rendah merupakan anemia megalostatik.

Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit dan albumin.

Gastroscopy.

Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan) mengidentifikasi

area perdarahan dan mengambil jaringan untuk biopsi.

2. Diagnosa keperawatan

Resti gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, muntah.

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anorexia.

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa

lambung.

Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya

informasi.

3. Intervensi keperawatan

Diagnosa Keperawatan 1.

Tujuan :

Resti gangguan keseimbangan cairan tidak terjadi.

Kriteria Hasil :Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, elektrolit kembali normal,

pengisian kapiler berwarna merah muda, tanda vital stabil, input dan output

seimbang.

7

Page 8: Komprehensif

Intervensi :

Kaji tanda dan gejala dehidrasi, observasi TTV, ukur intake dan out anjurkan

klien untuk minum ± 1500-2500ml, observasi kulit dan membran mukosa,

kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus.

Diagnosa Keperawatan 2. :

Tujuan

Gangguan nutrisi teratasi.

Kriteria Hasil :

Berat badan stabil, nilai laboratorium Albumin normal, tidak mual dan

muntah BB dalam batas normal, bising usus normal.

Intervensi :

Kaji intake makanan, timbang BB secara teratur, berikan perawatan oral

secara teratur, anjurkan klien makan sedikit tapi sering, berikan makanan

dalam keadaan hangat, auskultasi bising usus, kaji makanan yang disukai,

awasi pemeriksaan laboratorium misalnya : Hb, Ht, Albumin.

Diagnosa Keperawatan 3. :

Tujuan :

Nyeri dapat berkurang/hilang.

Kriteria Hasil :

Nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat, skala nyeri

menunjukkan angka 0.

8

Page 9: Komprehensif

Intervensi :

Kaji skala nyeri dan lokasi nyeri, observasi TTV, berikan lingkungan yang

tenang dan nyaman, anjurkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam, lakukan

kolaborasi dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi untuk mengurangi

nyeri.

Diagnosa Keperawatan 4. :

Tujuan :

Keterbatasan aktifitas teratasi.

Kriteria Hasil :

K/u baik, klien tidak dibantu oleh keluarga dalam beraktifitas.

Intervensi :

Tingkatkan tirah baring atau duduk, berikan lingkungan yang tenang dan

nyaman, batasi pengunjung, dorong penggunaan tekhnik relaksasi, kaji nyeri

tekan pada gaster, berikan obat sesuai dengan indikasi.

Diagnosa Keperawatan 5. :

Tujuan :

Kurang pengetahuan teratasi.

Kriteria Hasil :

Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan,

pencegahan dan pengobatan.

9

Page 10: Komprehensif

Intervensi :

Kaji tingkat pengetahuan klien, beri pendidikan kesehatan (penyuluhan)

tentang penyakit, beri kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya,

beritahu tentang pentingnya obat-obatan untuk kesembuhan klien.

4. Evaluasi

Evaluasi pada klien dengan Gastrtitis, yaitu :

Keseimbangan cairan dan elektrolit teratasi

Kebutuhan nutrisi teratasi

Gangguan rasa nyeri berkurang

Klien dapat melakukan aktifitas

Pengetahuan klien bertambah.

10

Page 11: Komprehensif

BAB III

KASUS

Tuan S berumur 35 tahun dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya. Klien mengeluh

pusing dan nyeri perut sampai ke ulu hati yang dirasakan klien perih dan panas. Klien

pun mengeluh muntah-muntah. Hal ini sudah dirasakan klien 1 minggu yang lalu.

Setelah tenaga kesehatan melakukan pengkajian dari hasil pengkajian klien

didiagnosis menderita gastritis.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas Klien

Nama : Tn S

Pendidikan : SMA

Agama : Islam

Alamat : Kaligawe

Pekerjaan : Karyawan

2. Riwayat KesehatanSekarang

Meliputi keluhan utama dengan data subjektif klien mengeluh pusing dan

perut (ulu hati) terasa perih dan panas. P : klien terlihat meringis saat

epigastrium ditekan, Q : nyeri seperti diremas-remas, R : di ulu hati /

epigastrium, S : skala 7 (skala nyeri 0 – 10), T : nyeri hilang timbul saat

epigastrium ditekan. Klien mengeluh I minggu yang lalu perutnya terasa

perih, panas dan muntah, TD : 110/80 mmHg, N : 120 x/menit, S : 36oC, RR :

22 x/menit, dengan kesadaran composmentis. Klien mendapat pertolongan

11

Page 12: Komprehensif

pertama dengan infus RL 20 tpm (tetes per menit) kemudian klien mendapat

perawatan di ruangan.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan bahwa pernah dirawat di RS dengan penyakit yang sama

(gastritis), klien tidak mempunyai penyakit keturunan (DM, Hipertensi),

maupun penyakit menular.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit

seperti yang diderita klien dan tidakada yang mempunyai penyakit menular

atau keturunan (DM, Hipertensi).

B. PEMERIKSAAN FISIK

1. KU : lemah, kesadaran composmentis.

2. Kepala : bersih tidak ada lesi.

3. Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan

baik.

4. Hidung : bentuk simetris tidak ada polip, tidak ada keluhan dan

kelainan pada hidung.

5. Telinga : bentuk simetris, tidak menggunakan alat bantu

pendengaran.

6. Leher : tidak terdapat pembesaran tiroid.

7. Mulut : bibir tampak kering dengan gigi bersih, tidak ada

perdarahan dan pembengkakan gusi.

8. Abdomen : simetris, datar, Au : peristaltik ± 4 x/mnt, Pa : adanya

nyeri tekan pada abdomen (ulu hati), Pe : tympani.

9. Paru : simetris Pa : teraba gerakan takstil premitus sama, Pe :

sonor

12

Page 13: Komprehensif

10. Muskuloskeletal : ekstremitas atas, klien terpasang infus RL 20 tpm (tetes

per menit) pada tangan kiri, tidak terdapat oedem,

ekstremitas bawah : tidak terdapat oedem.

C. Pola Aktivitas

1. Kebutuhan nutrisi : sebelum sakit : klien mengatakan makan 3X sehari dengan

komposisi nasi, lauk dan sayur. Makan selalu habis dalam 1 porsi. Klien

mengatakan tidak mempunyai pantangan terhadap makanan, klien minum 6-7

gelas jenis air putih setiap hari. Selama sakit : klien mengatakan pagi ini klien

makan bubur habis 1 porsi (makanan dari rumah sakit : nasi tim, sayur dan

lauk pauk tidak dimakan). Klien minum air putih habis 5-6 gelas / hari.

2. Kebutuhan eliminasi : sebelum sakit : klien mengatakan BAB 1 X sehari pada

waktu pagi dengan konsistensi lembek, warna kuning, bau khas dan tidak ada

keluhan dalam BAB. Klien BAK ± 4-6 X sehari dengan warna kuning, bau

khas, dan klien tidak ada kesulitan dalam BAK. Selama sakit : klien

mengatakan selama dirawat di rumah sakit klien BAB dengan frekuensi 1 X

sehari, konsistensi keras (berbentuk bulat-bulat kecil), warna hitam, bau khas

dan klien mengeluh sulit untuk BAB. Untuk eliminasi BAK nya, klien

mengatakan BAK dengan frekuensi 5-6 X sehari warna kekuningan, bau khas

dan tidak ada keluhan dalam BAK.

3. Kebutuhan istirahat dan tidur : sebelum sakit : klien mengatakan tidur malam

mulai pukul 22.00 dan bangun pukul 05.00 WIB. Klien jarang tidur siang.

Selama sakit : klien mengatakan tidur malam mulai pukul 21.00, kalau malam

sering terbangun karena suasana yang panas, klien bangun pukul 06.00 WIB.

4. Kebutuhan aktivitas dan latihan : sebelum sakit : klien dapat melakukan

aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain maupun alat bantu. Selama sakit

: klien mengatakan bisa melakukan aktivitas sehari hari sesuai kemampuan,

klien ke kamar mandi dibantu oleh keluarga, klien tidak mengalami kesulitan

13

Page 14: Komprehensif

dalam melakukan personal hygiene, klien mengatakan lebih banyak berbaring

di tempat tidur karena perut terasa sakit saat bergerak.

D. Analisa Data Dan Diagnosa Keperawatan

1. DO:

Diagnosa medis dari Tn.S adalah gastritis

Skala nyeri klien 7 dari skal 0-10

Nyeri tekan pada daerah uluhati (epigastrium) Tn.S

DS:

Tn.S mengatakan kalau daerah ulu hatinya terasa panas danterbakar

Tn.S mengatakan kalau nyerinya hilang timbul jikaepigastrium di tekan

Tn.S mengeluh di seringmerasa mual dan muntah

Etiologi : Peradangan pada dinding mukosa lambung (gaster)

Masalah : Gangguan rasanyaman : Nyeri dengan skala 7 dari rentang skala (0-

10)

2. DO:

Diagnosa Medis dari Tn.Sadalah Gastritis

Tn.S tampak lemah dan tidakberenergi

Kesadaran Tn.S Composmentis

DS:

Tn.S sering merasa mual danmuntah

Tn.S mengatakan kalau diahilang selera makan

Tn.S sering merasa kenyang

Etiologi : Pemenuhan nutrisi tidak adekuat

Masalah : Gangguan pola makan: kurang dari kebutuhan tubuh

14

Page 15: Komprehensif

3. DO:

Palpasi abdomen : teraba keras di perut sebelah kiri bawah,

Auskultasi pada abdomen :peristaltik ± 4x/mnt,

DS:

Tn.S mengatakan di rumah sakit BAB dengan konsistensifeses keras,

Tn.S mengatakan lebih banyakberbaring di tempat tidurkarena perut terasa

sakit saat bergerak

Etiologi : Kurang aktivitas

Masalah : Konstipasi

Berdasarkan Analisa Data diatas maka Diagnosa Prioritas dari Tn S adalah

1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri dengan skala 7 dari rentang skala (0-10)

berhubungan dengan Peradangan pada dinding mukosa lambung (gaster)

2. Gangguan pola makan: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

Pemenuhan nutrisi tidak adekuat

3. Konstipasi berhubungan dengan Kurang Aktivitas

E. Intervensi

1. Diagnosa Keperawatan 1. :

Tujuan :

Nyeri dapat berkurang/hilang.

Kriteria Hasil :

Nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat, skala nyeri

menunjukkan angka 0.

15

Page 16: Komprehensif

Intervensi

Kaji skala nyeri dan lokasi nyeri.

Observasi TTV.

Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.

Anjurkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam.

Lakukan kolaborasi dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi untuk

mengurangi nyeri.

2. Diagnosa Keperawatan 2. :

Tujuan

Gangguan nutrisi teratasi.

Kriteria Hasil :

Berat badan stabil, tidak mual dan muntah BB dalam batas normal, bising

usus normal.

Intervensi :

Kaji intake makanan.

Timbang BB secara teratur .

Berikan perawatan oral secara teratur .

Anjurkan klien makan sedikit tapi sering.

Berikan makanan dalam keadaan hangat.

Auskultasi bising usus.

Kaji makanan yang disukai.

16

Page 17: Komprehensif

3. Diagnosa keperawatan 3 :

Tujuan

BAB dari tn.S,lancar dengan bisa melakukan aktivitas ( banyak gerak) di

tempat tidur .

Kriteria hasil :

Feses lunak , mudah proses defekasi

Intervensi :

Ajarkan alih baring setiap dua jam sekali

Anjurkan pada klien untuk minum banyak (10-12 gelas)

Anjurkan klien untuk makan tinggi serat (pepaya)

Kolaborasi pemberian obat

17

Page 18: Komprehensif

BAB IV

PEMBAHASAN

GAMBARAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DENGAN SUKRALFAT

DAN RANITIDIN DENGAN ANTASIDA DALAM PENGOBATAN

GASTRITIS DI SMF PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

(RSUD) AHMAD MOCHTAR BUKIT TINGGI

Oleh :

ISNA WARDANAIATI

08 212 13 034

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

Hasil

Berdasarkan derajat gastritisnya yang dilihat dari gambaran mukosa lambung pasien

yang diendoskopi didapatkan pasien yang menderita gastritis ringan sebanyak 5 orang

dan gastritis sedang sebanyak 5 orang. Pada penelitian ini didapatkan gambaran

mukosa hiperaemis ringan sampai sedang pada esofagus dan gaster sedangkan pada

duodenum tidak ditemukan kelainan. Kemudian pada gaster terdapat mukosa

hiperaemis terutama ditemukan pada daerah antrum sebanyak 3 orang. Berdasarkan

gejala klinisnya pada penellitian ini pasien datang dengan mengalami keluhan nyeri

ulu hati sebanyak 10 orang, mual 8 orang, muntah 5 orang, nafsu makan menurun 4

orang, dan perut kembung 3 orang. Setelah diberiakn terapi dengan kombinasi

Ranitidin dengan Sukralfat (Kelompok I) dan Rantidin dengan Antasida (Kelompok

II) didapatkan gambaran terapi yang dilihat dari lama perbaikan penyakit yaitu pada

kelompok I Jumlah pasien yang keluhannya berkurang dalam waktu kurang dari satu

18

Page 19: Komprehensif

minggu sebanyak 2 orang dan Kelompok II sebanyak 1 orang, dalam waktu satu

minggu pada kelompok I sebanyak 2 orang dn kelompok II sebanyak 2 orang, dalam

waktu 2 minggu kelompok I sebanyak 1 orang dan kelompok II sebanyak 2 orang.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel I : Lama perbaikan penyakit yang dilihat dari hilangnya keluhan.

Lama perbaikan penyakit Kelompok

I II

Kurang dari seminggu 2 1

Satu minggu 2 2

Dua minggu 1 2

Lebih dari dua minggu 0 0

Setelah diberikan terapi pada kedua kelompok tersebut dan dilalukan wawancara

kepada pasien didapatkan hasil pada kelompok I (Ranitidin dengan Sukralfat) jumlah

pasien yang keluhannya menghilang sebanyak 5 orang dan pada kelompok II

(Ranitidin dan Antasida) yang keluhannya menghilang sebanyak 4 orang dan 1 orang

yang keluhannya berkurang. Perbedaan gambaran terapi antara kombinasi Ranitidin

dengan Sukralfat dan Ranitidin dan Antasida dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel II : Perbedaan gambaran terapi antara kombinasi Ranitidin dengan Sukralfat

(Kelompok I) dan Ranitidin dengan Antasida (Kelompok II)

Keluhan kelompok

I II

Menghilang 5 4

Berkurang - 1

Menetap - -

Bertambah parah - -

19

Page 20: Komprehensif

Pembahasan

Berdasarkan derajat gastritisnya pada penelitian ini jumlah pasien yang menderita

gastritis ringan sebanyak 5 orang dan gastritis sedang sebanyak 5 orang. Perbedaan

antara gastritis ringan dan sedang dapat dilihat dari gambaraan kemerahan atau erosi

pada mukosa lambung pasien.

Dari gambaran mukosa lambung pasien pada esofagus terdapat mukosa hiperaemis

ringan sampai sedang dan pada gaster banyak ditemukan hiperaemis ringan terutama

pada bagian antrum yang disertai dengan hipersekresi cairan lambung sedangkan

pada duodenum tidak ditemukan adanya kelainan.

Gambaran terapi kombinasi obat ini dapat dilihat dari lama perbaikan penyakit

dimana pada kelompok I (Ranitidin dan Sukralfat) jumlah pasien yang keluhan

berkurang dalam waktu kurang dari seminggu sebanyak 2 orang, dalam jangka waktu

seminggu sebanyak 2 orang dan selama 2 minggu sebanyak 1 orang. Sedangkan pada

kelompok II (Ranitidin dengan Antasida) jumlah pasien yang keluhannya berkurang

dalam waktu kurang dari seminggu sebanyak 1 orang dan dalam waktu seminggu 2

orang kemudian yang jangka waktu 2 minggu sebanyak 1 orang. Perbedaan lama

perbaikan atau terapi diatas juga dipengaruhi oleh keadaan individu masing-masing

pasien, gaya hidup serta faktor penyebab timbulnya gastritis.

Untuk melihat gambaran penggunaan dari kedua kombinasi obat ini dilakukan

pengamatan terhadap pasien dengan membandingkan keluhan yang dialami sebelum

di beri terapi dan sesudah di beri terapi. Pada penelitian ini didapat jumlah pasien

yang keluhannya menghilang sesudah diterapi pada kelompok I (Ranitidin dengan

Sukrlafat) sebanyak 5 orang dan kelompok II (Ranitidin ddengan Antasida) sebanyak

4 orang.

20

Page 21: Komprehensif

Dalam hal ini dapat kita lihat bahwa kombinasi ranitidin dengan sukralfat

memberikan efek terapi yang baik dalam pengobatan gastritis dimana Ranitidin

berperan dalam mengurangi faktor agresif dengan cara menghambat histamin pada

reseptor H2 sel parietal sehingga sel parietal tidak terangsang mengeluarkan asam

lambung. Sedangkan sukralfat berperan dalam meningkatkan faktor devensif dengan

cara melindungi mukosa lambung, sedangkan kombinasi ranitidin dan antasida

dimana antasida berperan dalam menetralkan asam lambung sehingga dapat

mengurangi keluhan nyeri yang dialami pasien (William dan Wilkins 2010).

Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa 100% dari pasien yang

menggunakan terapi kombinasi Ranitidin dengan Sukralfat keluhannya hilang dan

80% pada pasien yang menggunakan Ranitidin dengan Antasida

21

Page 22: Komprehensif

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Gastritis itu adalah Suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang

akut dengan kerusakan erosi. Erosif karena perlukaan hanya pada bagian mukosa.

bentuk berat dari gastritis ini adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik.

Perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajad dan terjadi erosi yang berarti

hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat. Gastritis dibagi

menjadi 2 yaitu : Gastritis akut dan gastritis kronik

Gastritis penyebabnya adalah stres, koonsumsi alkohol dan obat-obatan dan

juga diet yang tidak baik, gastritis akut bisa berkembang menjadi kronik jika pola

makan tidak diatur dengan baik dan jika ini dibioarkan maka tidak tertutup

kemungkinan bisa berkembang menjadi Ca gater (kanker lambung)

22

Page 23: Komprehensif

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jilid I, FKUI, Jakarta.

Soeparman, 1999, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, FKUI, Jakarta.

Brunner dan Suddart, 2000, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

Doengoes, Marylin E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

www. Google.Penanganan Penyakit gastritis.com

23