Kompor Biji Jarak

43
KOMPOR BIJI JARAK Pemerintah berencana menarik subsidi minyak tanah per 1 Mei 2008 nanti. Walaupun masih berupa rencana namun hal tersebut sudah membuat resah masyarakat kecil. Berdasarkan data yang dikumpul tim GOOD MORNING pagi ini (24/3), Pemerintah telah mensubsidi kebutuhan minyak tanah untuk masyarakat Jakarta sebesar 70 ribu kiloliter sepanjang tahun 2007..Nah loh…itu baru Jakarta loh… Yup, kelangkaan minyak tanah diberbagai pelosok negri kita ini tak ayal juga melambungkan nilai jual minyak tanah tersebut. Harga Minyak tanah sekarang berkisar Rp 2.800,-s/d Rp 4.000,- dan dipastikan akan melonjak menjadi Rp 7.000,-/liter bila Pemerintah benar – benar tidak lagi memberikan subsidi ( selama persediaan di pangkalan Minyak tanah masih ada loh..). Rencana Pemerintah untuk melakukan konversi bahan bakar elpiji-pun masih menjadi polemik sebagian besar masyarakat yang notabene adalah rakyat tidak mampu. Menurut masyarakat, harga elpiji sebesar Rp 15.000,- /tabung masih terlalu mahal. Untuk itu mereka masih menganggap kenaikan minyak tanah masih diambang batas…” Asalkan gak habis sih harga Rp 7.000,- sih gak apa – apa…”..kata salah satu warga. Nah, bagaimana bila minyak tanah benar – benar RAIB dari bumi INDONESIA ini? Hal itulah yang memicu sekelompok pengrajin dari Lowokwaru Malang untuk memproduksi kompor dengan bahan bakar dari BIJI JARAK. Sekilas kompor tersebut terlihat tidak jauh berbeda seperti kompor minyak pada umumnya. Hanya saja BIJI JARAK langsung diletakkan di atas tangki ( tanpa proses penyulingan loh ). Dan api yang dihasilkan juga gak kalah dengan kompor minyak. Warga Malang menyambut gembira kompor baru ini karena bahan bakarnya-pun gak terlalu sulit didapatkan…hampir di setiap halaman rumah warga terdapat tanaman JARAK ini..selain memang mudah tumbuh, BIJI JARAK-pun banyak dijual dipasar ( harganya jauh lebih murah dunk..). O,ya kompor berbahan bakar BIJI JARAK ini dapat dimiliki oleh warga seharga RP 50.000,- ( Gak mahal loh..).. Sebenarnya

Transcript of Kompor Biji Jarak

Page 1: Kompor Biji Jarak

KOMPOR BIJI JARAK

Pemerintah berencana menarik subsidi minyak tanah per 1 Mei 2008 nanti. Walaupun masih berupa rencana namun hal tersebut sudah membuat resah masyarakat kecil.

Berdasarkan data yang dikumpul tim GOOD MORNING pagi ini (24/3), Pemerintah telah mensubsidi kebutuhan minyak tanah untuk masyarakat Jakarta sebesar 70 ribu kiloliter sepanjang tahun 2007..Nah loh…itu baru Jakarta loh…

Yup, kelangkaan minyak tanah diberbagai pelosok negri kita ini tak ayal juga melambungkan nilai jual minyak tanah tersebut. Harga Minyak tanah sekarang berkisar Rp 2.800,-s/d Rp 4.000,- dan dipastikan akan melonjak menjadi Rp 7.000,-/liter bila Pemerintah benar – benar tidak lagi memberikan subsidi ( selama persediaan di pangkalan Minyak tanah masih ada loh..).

Rencana Pemerintah untuk melakukan konversi bahan bakar elpiji-pun masih menjadi polemik sebagian besar masyarakat yang notabene adalah rakyat tidak mampu. Menurut masyarakat, harga elpiji sebesar Rp 15.000,- /tabung masih terlalu mahal.

Untuk itu mereka masih menganggap kenaikan minyak tanah masih diambang batas…” Asalkan gak habis sih harga Rp 7.000,- sih gak apa – apa…”..kata salah satu warga. Nah, bagaimana bila minyak tanah benar – benar RAIB dari bumi INDONESIA ini?

Hal itulah yang memicu sekelompok pengrajin dari Lowokwaru Malang untuk memproduksi kompor dengan bahan bakar dari BIJI JARAK. Sekilas kompor tersebut terlihat tidak jauh berbeda seperti kompor minyak pada umumnya. Hanya saja BIJI JARAK langsung diletakkan di atas tangki ( tanpa proses penyulingan loh ). Dan api yang dihasilkan juga gak kalah dengan kompor minyak. Warga Malang menyambut gembira kompor baru ini karena bahan bakarnya-pun gak terlalu sulit didapatkan…hampir di setiap halaman rumah warga terdapat tanaman JARAK ini..selain memang mudah tumbuh, BIJI JARAK-pun banyak dijual dipasar ( harganya jauh lebih murah dunk..).

O,ya kompor berbahan bakar BIJI JARAK ini dapat dimiliki oleh warga seharga RP 50.000,- ( Gak mahal loh..).. Sebenarnya penggunaan BIJI tanaman JARAK sebagai bahan bakar sudah lama dikenal terutama di dunia otomotif.

Sekilas tentang Tamanan Jarak...

Tanaman jarak penghasil biodiesel ini berasal dari jenis TANAMAN JARAK pagar dikenal dalam bahasa Inggris bernama Physic Nut ( species Jatropha curcas ). Tanaman jarak Physic Nut banyak ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia dan yang lebih penting lagi nih.. dapat diperoleh ekstrak minyak dari bijinya. Hmmm, untuk itulah tanaman jarak Physic Nut lebih banyak terkait dengan informasi biodiesel atau biofuel.

Yup, minyak jarak (Jatropha oil) akhir-akhir ini mulai banyak diperkenalkan sebagai energi alternatif biodiesel. Biodiesel tersebut dihasilkan dari minyak yang diperoleh dari biji tanaman jarak. Dan dalam berbagai penelitian tentang minyak yang dihasilkan oleh tanaman jarak ini tampaknya dapat menjadi substitusi bahan bakar diesel.

Page 2: Kompor Biji Jarak

Menghadapi krisis kelangkaan BBM dan kenaikan harga BBM di Indonesia, Pemerintah mulai menggali sumber-sumber energi alternatif. Minyak jarak ini pun mulai mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah. Setelah dirintis oleh ITB kemudian diikuti oleh IPB, dan

selanjutnya diikuti oleh lembaga pemerintah pusat yaitu BPPT dll dan saling bekerja sama untuk pengembangan minyak jarak sebagai bahan bakar minyak alternatif ini.

The government plans to withdraw subsidy of kerosene per May 1, 2008 later. Although still a plan but it is already making nervous small communities.

Based on data collected GOOD MORNING team this morning (24 / 3), the Government has subsidized kerosene needs for the people of Jakarta by 70 thousand kl in 2007 .. Now that the new Jakarta loh ... loh ...

Yup, the scarcity of kerosene in various corners of our country are no doubt also catapulted oil sale value of land. Kerosene prices now range from Rp 2,800,-s / d Rp 4,000, - and certainly will soar to Rp 7,000, -/liter if the Government really - really no longer provide subsidies (as long as oil supplies in the base soil is still there loh ..).

The government plans to convert the LPG fuel is still being debated, most people that in fact is people can not afford. According to the people, the price of LPG amounted to USD 15.000, - / tube is still too expensive.

For that they still consider increasing the limit on the verge of kerosene still ... "As long as does not run out the price of Rp 7,000, - still not what - what ..." .. said one resident. Well, what if oil really - really vanished from the earth INDONESIA this?

That's what triggers a group of artisans from the chatter of Malang to produce stoves with fuel from the seeds DISTANCE. Overview stove looks not much different as the oil stove in general. Only SEED DISTANCE placed directly above the tank (without distillation process loh). And the resulting fire also not lose with stove oil. Malang residents welcomed the new stoves because the fuel-was not too hard to find ... almost every page there are homes this .. besides DISTANCE plant is easy to grow, SEED DISTANCE-too many are sold on the market (much cheaper price dunk ..) .

Oh, yes DISTANCE SEED-fueled stoves may be owned by citizens at RP 50.000, - (Gak expensive loh ..).. Actually the use of SEED DISTANCE plant as fuel has long been recognized primarily in the automotive world.

Overview of Tamanan Distance ...

Jatropha biodiesel is derived from the type of fence PLANT DISTANCE known in English called Physic Nut (Jatropha curcas species). Physic Nut Jatropha is found in tropical areas like Indonesia and more importantly nih .. can be obtained from the seeds and extract oil. Hmmm, that's what Physic Nut Jatropha more information related to biodiesel or biofuels.

Page 3: Kompor Biji Jarak

Yup, castor oil (Jatropha oil) recently began to many introduced as an alternative energy biodiesel. Biodiesel is produced from oil derived from Jatropha seeds. And in many studies of plant oils produced by this distance seems to be a substitute for diesel fuel.

Facing the crisis of fuel shortages and rising fuel prices in Indonesia, the Government began to explore alternative energy sources. Castor oil is also starting to get serious attention from the Government. Once initiated by the ITB was followed by IPB, and then followed by the central government agency that is BPPT etc. and work together for the development of Jatropha as an alternative fuel.

JARAK PAGARJarak pagar (Jatropha curcas L., Euphorbiaceae) merupakan tumbuhan semak berkayu yang banyak ditemukan di daerah tropik. Tumbuhan ini dikenal sangat tahan kekeringan dan mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal sebagai bahan pengobatan dan racun, saat ini ia makin mendapat perhatian sebagai sumber bahan bakar hayati untuk mesin diesel karena kandungan minyak bijinya. Peran yang agak serupa sudah lama dimainkan oleh kerabatnya, jarak pohon (Ricinus communis), yang bijinya menghasilkan minyak campuran untuk pelumas.

Tumbuhan ini dikenal dengan berbagai nama di Indonesia: jarak kosta, jarak budeg (Sunda); jarak gundul, jarak pager (Jawa); kalekhe paghar (Madura); jarak pager (Bali); lulu mau, paku kase, jarak pageh (Nusa Tenggara); kuman nema (Alor); jarak kosta, jarak wolanda, bindalo, bintalo, tondo utomene (Sulawesi); ai huwa kamala, balacai, kadoto (Maluku).

Botani

Berdasarkan pengamatan terhadap keragaman di alam, tumbuhan ini diyakini berasal dari Amerika Tengah, tepatnya di bagian selatan Meksiko, meskipun ditemukan pula keragaman yang cukup tinggi di daerah Amazon. Penyebaran ke Afrika dan Asia diduga dilakukan oleh para penjelajah Portugis dan Spanyol berdasarkan bukti-bukti berupa nama setempat.

Ke Indonesia, tumbuhan ini didatangkan oleh Jepang ketika menduduki Indonesia antara tahun 1942 dan 1945. Tumbuhan ini direncanakan sebagai sumber bahan bakar alternatif bagi tank dan pesawat perang sewaktu Perang Dunia II.

Kemampuan untuk diperbanyak secara klonal menyebabkan keanekaragaman tumbuhan ini tidak terlalu besar. Walaupun demikian, karena ia termasuk tumbuhan berpenyerbukan silang maka mudah terjadi rekombinasi sifat yang membawa pada tingkat keragaman yang cukup tinggi.

Biji (dengan cangkang) jarak pagar mengandung 20-40% minyak nabati, namun bagian inti biji (biji tanpa cangkang) dapat mengandung 45-60% minyak kasar.

Page 4: Kompor Biji Jarak

Penggunaan

Minyak biji jarak pagar

Jarak pagar dipandang menarik sebagai sumber biodiesel karena kandungan minyaknya yang tinggi, tidak berkompetisi untuk pemanfaatan lain (misalnya jika dibandingkan dengan kelapa sawit atau tebu), dan memiliki karakteristik agronomi yang sangat menarik.

Tumbuhan ini diintroduksi ke Indonesia oleh administrasi pendudukan Jepang dengan maksud sebagai sumber bahan bakar murah. Minyak dari bijinya dapat diolah menjadi biodiesel. Seusai kemerdekaan, pemanfaatannya terbengkalai.

Kandungan minyak bijinya dapat mencapai 63%[1], melebihi kandungan minyak biji kedelai (18%), linseed (33%), rapa (45%), bunga matahari (40%) atau inti sawit (45%). Minyaknya didominasi oleh asam oleat (44.7%) dan asam linoleat (32.8%) sementara asam palmitat (14.2%) dan asam stearat (7%) adalah tipe asam lemak jenuhnya.

Sebagai biodiesel, minyak biji jarak pagar perlu diproses dengan metilasi terlebih dahulu, sebagaimana minyak nabati lain. Selanjutnya, ia dapat digunakan tersendiri atau, yang lebih umum, dicampurkan dengan minyak diesel dari sumber mineral dengan komposisi 30:70.

Pengembangan pemanfaatan minyak jarak pagar sebagai bahan bakar melalui pendekatan ilmiah di Indonesia dimulai sejak tahun 1997 di ITB dengan fokus ekstraksi minyak. BPPT kemudian juga terlibat.

Minyak jarak pagar mulai menjadi sorotan dunia semenjak melonjaknya harga minyak mineral dan isu lingkungan diangkat dalam pemanfaatan biodiesel karena sumber-sumbernya banyak yang kurang mempertimbangkan keseimbangan ekosistem dan, khususnya pada kelapa sawit, keberlanjutan (sustainability).

Pertamina telah menyatakan siap menampung biodiesel. DaimlerChrysler, perusahaan otomotif dunia terkemuka, sejak 2004 merilis bahan bakar biodiesel "SunDiesel" dan memproduksi Mercedes-Benz seri C yang disesuaikan dengan biodiesel.

Negara-negara dengan kesadaran lingkungan tinggi bahkan telah mewajibkan penjualan biodiesel di stasiun pengisian bahan bakar, seperti negara-negara Eropa Barat dan Jepang.

Sisa ekstraksi

Fasa padatan setelah ekstraksi minyak dari biji dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik.

Produk sampingan dari proses trans-esterifikasi (metilasi) dapat diperdagangkan sebagai bahan baku industri yang memanfaatkan asam lemak, seperti kertas berkualitas tinggi (high quality paper), pil energi, sabun, kosmetik, obat batuk, dan agen pelembab pada tembakau.

Budidaya

Page 5: Kompor Biji Jarak

Tanaman jarak mudah beradaptasi terhadap lingkungan tumbuhnya, dapat tumbuh baik pada tanah yang kurang subur asalkan memiliki drainase baik (tidak tergenang) dengan pH tanah optimal 5.0–6.5. Tanaman jarak pagar merupakan tanaman tahunan jika dipelihara dengan baik dapat hidup lebih dari 20 tahun. Ia sanggup menghasilkan secara ekonomis pada tempat dengan curah hujan hanya empat bulan, berbeda dari kelapa sawit yang memerlukan curah hujan konstan untuk hasil terbaiknya.

Bahan tanaman dapat berasal dari stek cabang atau batang, maupun benih. Jika menggunakan stek dipilih cabang atau batang yang telah cukup berkayu. Untuk benih dipilih dari biji yang telah cukup tua yaitu diambil dari buah yang telah masak biasanya berwarna hitam.

Pembibitan dapat dilakukan di polibag atau di bedengan yang diberi naungan. Setiap polibag diisi media tanam berupa tanah lapisan atas (top soil) dan dapat dicampur pupuk kandang. Setiap polibag ditanami satu bibit Lama pembibitan 2–3 bulan. Penanaman dapat juga dilakukan secara langsung di lapangan (tanpa pembibitan) dengan menggunakan stek cabang atau batang.

Kegiatan persiapan lahan meliputi pembukaan lahan, pengajiran, dan pembuatan lubang tanam. Penanaman dengan kerapatan 1600 sampai 3400 pohon per ha (jarak tanam 2 m × 3 m sampai 1.5 m × 2 m). Pada areal yang miring sebaiknya digunakan sistem kontur. Lubang tanam dibuat biasanya dengan ukuran 40 cm × 40 cm × 40 cm.

Penanaman bibit sehat dengan ketinggian melebihi 50 cm dilakukan pada awal atau selama musim penghujan sehingga kebutuhan air bagi tanaman cukup tersedia. Pemupukan dapat dilakukan sesuai tingkat kesuburan tanah setempat. Pemberian pupuk organik disarankan untuk memperbaiki struktur tanah. Perawatan mencakup pengairan, pemangkasan, dan pembersihan dari gulma. Perlindungan dari hama dan penyakit dilakukan bila terjadi serangan besar. Jarak pagar relatif tidak memiliki pengganggu.

Bunga terbentuk setelah umur 3 – 4 bulan, sedangkan pembentukan buah mulai pada umur 4 – 5 bulan. Pemanenan dilakukan jika buah telah masak, dicirikan kulit buah berwarna kuning dan kemudian mulai mengering. Biasanya buah masak setelah berumur 5 – 6 bulan. Produksi maksimum baru tercapai pada usia tanam enam tahun, dan akan terus menghasilkan secara ekonomis sampai 20 tahun.

Cara pemanenan dengan memetik buah yang telah masak dengan tangan atau gunting. Produktivitas per pohon jarak pagar berkisar antara 3.5 – 4.5 kg biji per tahun. Dengan tingkat populasi tanaman antara 2500 – 3300 pohon / ha, dapat dihasilkan 10 ton buah per tahun. Dengan rendemen rata-rata minyak sebesar 35% maka setiap ha lahan dapat diperoleh 2.5 – 5 ton minyak per tahun.

Untuk mengganti 20% diesel dengan biodiesel dari jarak pagar diperlukan sekitar 3,5 juta hektare luas penanaman.

Jatropha (Jatropha curcas L., Euphorbiaceae) is a woody shrub plants which are found in the tropics. This plant was known to be drought resistant and easily propagated by cuttings. Although it has long been known as a medicine and poison, this time he increasingly received attention as a source of bio fuel for diesel engines because the oil content of seeds. A somewhat similar role is played by her relatives had long, the distance tree (ricinus communis), the seeds produce oil mixture for

Page 6: Kompor Biji Jarak

lubrication.This plant is known by various names in Indonesia: distance rib, the distance deaf (Sunda); bald distance, the distance pager (Java); kalekhe paghar (Madura); distance pager (Bali); lulu want, nails kase, distance pageh (Nusa Tenggara ); germ NEMA (Alor); rib spacing, distance wolanda, bindalo, bintalo, Tondo utomene (Sulawesi); ai Huwa Kamala, balacai, kadoto (Maluku).•BotanyBased on the observations of diversity in nature, this plant is believed to have originated from Central America, specifically in southern Mexico, although it also found a high diversity in the Amazon region. The spread to Africa and Asia allegedly committed by the Portuguese and Spanish explorers on the basis of the evidence in the form of local names.To Indonesia, the plants were imported by Japan when it occupied Indonesia between 1942 and 1945. The plant was planned as an alternative fuel source for tanks and war planes during World War II.The ability to propagate in a clonal cause plant diversity is not very big. Nevertheless, because it includes plants berpenyerbukan easily cross the recombination occurs in nature that brings a high enough level of diversity.Seeds (with shell) contains 20-40% Jatropha vegetable oil, but the core seeds (seeds without shells) can contain 45-60% crude oil.UseJatropha seed oilJatropha curcas as a source of biodiesel is considered attractive because of high oil content, did not compete for other uses (eg when compared with palm oil or sugar cane), and has a very interesting agronomic characteristics.The plant was introduced to Indonesia by the Japanese occupation administration with a view as a source of cheap fuel. Oil from the seeds can be processed into biodiesel. After independence, its use abandoned.Seed oil content can reach 63% [1], exceeds the oil content of soybean seeds (18%), linseed (33%), few (45%), sunflower (40%) or palm kernel (45%). The oil is dominated by oleic acid (44.7%) and linoleic acid (32.8%) while palmitic acid (14.2%) and stearic acid (7%) is a type of saturated fatty acids.For biodiesel, jatropha seed oil needs to be processed by methylation in advance, as other vegetable oils. Furthermore, it can be used alone or, more generally, mixed with diesel oil from mineral sources with the composition of 30:70.Development of the utilization of Jatropha oil as fuel through a scientific approach in Indonesia started in 1997 at the ITB with a focus on oil extraction. BPPT then also be involved.Jatropha curcas, begin to become the world spotlight ever since oil prices soaring mineral and environmental issues raised in the use of biodiesel because of its sources much less consider the balance of the ecosystem and, particularly in palm oil, sustainability (sustainability).Pertamina has expressed readiness to accommodate biodiesel. DaimlerChrysler, the world's leading automotive company, since 2004, released a biodiesel fuel "SunDiesel" and produce the Mercedes-Benz C-adjusted series with biodiesel.Countries with high environmental awareness has even require the sale of biodiesel fueling stations, such as Western European countries and Japan.Time of extraction

Page 7: Kompor Biji Jarak

Solid phase after extraction of oil from the seeds can be used as raw material for the manufacture of organic fertilizer.Byproduct of the process of trans-esterification (methylation) can be traded as raw material industries that utilize fatty acids, such as high-quality paper (high quality paper), energy pills, soaps, cosmetics, cough medicine, and moisturizing agents in tobacco.CultivationJatropha is easy to adapt to the environment grows, can grow well in infertile soil provided that it has good drainage (not flooded) with optimum soil pH 5.0-6.5. Jatropha plant is an annual crop, if maintained properly can live more than 20 years. He was able to produce economically in a place with only four months of rainfall, different from palm oil that requires constant rainfall for the best results.The plant material can be derived from a branch or stem cuttings, or seeds. If using the selected branch or stem cuttings which have been quite woody. For selected seeds from seed that has been old enough that is taken from fruits that have been cooked usually black.Seeding can be done in polybags or in beds that were given shelter. Each polybags filled with planting medium topsoil (top soil) and can be mixed with manure. Each polybag seedlings planted one seedling 2-3 months duration. Planting can also be done directly in the field (without seeding) using a branch or stem cuttings.Land preparation activities include clearing land, pengajiran, and making the planting hole. Planting density of 1600 to 3400 trees per ha (spacing 2 m × 3 m to 1.5 m × 2 m). In the area of the sloping contours of the system should be used. Planting hole is made usually with a size of 40 cm × 40 cm × 40 cm.Healthy seedlings with a height exceeding 50 cm was performed at baseline or during the rainy season so that the water requirements for plants adequately available. Fertilization can be done according to local soil fertility. Organic fertilizer is recommended to improve soil structure. Maintenance includes watering, trimming, and cleaning of weeds. Protection from pests and diseases carried in the event of an attack. Jatropha curcas has relatively no bullies.Flowers are formed after the age of 3-4 months, while the formation of fruit began at the age of 4-5 months. Harvesting is done when the fruit was ripe, yellow fruit skin characterized and then starts to dry. Usually, ripe fruit after the age of 5-6 months. New maximum production is reached at the age of six years of planting, and will continue to produce economically to 20 years.How to harvest by picking the fruit that has been cooked by hand or scissors. Productivity per tree nut ranged between 3.5 - 4.5 kg of grain per year. With the level of plant population between 2500 - 3300 trees / ha, can produce 10 tons of fruit per year. With an average yield of oil by 35% then each hectare of land can be obtained from 2.5 - 5 tons of oil per year.To replace 20% of diesel with biodiesel from jatropha takes about 3.5 million hectares of area planted.

Page 8: Kompor Biji Jarak

Potensi Jarak Pagar sebagai Tanaman Energi di IndonesiaKata Kunci: biodiesel, biofuels, biomass, energi, energi alternatif, tanaman jarak

Ditulis oleh Nugroho Agung Pambudi pada 06-03-2008

Konsumsi energi global saat ini mencapai sekita 400 EJ pertahun. Konsumsi ini akan terus meningkat hingga tahun tahun mendatang seiring dengan peningkatan populasi penduduk dan serta pertumbuhan ekonomi global. Menurut laporan International Energy Agency (IEA), disampaikan bahwa pada tahun 2025 pertumbuhan enegi akan meningkat hingga 50 persen dari total kebutuhan enegrgi pada saat ini. Peningkatan kebutuhan energi terbesar terjadi banyak di negara berkembang seperti china dan india yang memang sedang memacu produksi industrinya untuk meningkatkan perekonomian. Sebagian besar kebutuhan energi ini di pasok oleh energi fosil yaitu minyak dan batubara. Ketidakstabilan harga minyak hingga mencapai 100 U$ per barel menyebabkan merupakan persoalan yang dihadapi dunia beberapa tahun terakhir ini. Kenaikan tersebut diperkirakan akan terus berlanjut dikarenakan cadangan energi ini semakin menipis, sehingga ketersediaannya tinggal menunggu waktu.

Persoalan lain dari penggunaan energi fosil ini adalah menjadi penyebab perubahan iklim dan pemanasan global. Gas rumah kaca seperti karbon dioksida dari hasil pembakaran bahan bakar fosil, dilepaskan ke atmosfir. Keberadaannya akan menghalangi panas yang akan meninggalkan bumi sehingga akan meningkatkan temperature bumi. Perubahan iklim yang terjadi disebabkan oleh gas rumah kaca seperti disebutkan diatas juga methane (CH4) dan nitrous oksida (N2O). Pada pembakaran biomassa sebenarnya menghasilkan CO2 tetapi karbon dioksida yang di hasilkan akan distabilisasi dengan penyerapan kembali oleh tumbuhan, sehingga tidak ada penimbuan karbon dioksida dalam atmosfer dan keberadaannya terus seimbang.

Sejak era revolusi industri terjadi hingga beberapa dekade terakhir, Temperatur rata-rata bumi meningkat secara tajam. Hal ini disebabkan oleh gas rumah kaca yang keberadaannya menghalangi panas yang keluar dari atmosfer. Peningkatan sebesar 0.3 derajat celcisus menjadi masalah yang sangat krusial. Tahun 1998 merupakan tahun dimana terjadi peningkatan terbesar temperature rata-rata ini. peningkatan ini akan menyebabkan pencairan es di kutub, baik utara maupun selatan sehingga volume lautan meningkat 10 sampai 25 cm, bahkan di prediksi kan tahun 2100 temperatur akan meningkat secara tajam hingga mencapai 6 derajat celcius (Daugherty, E.C, 2001).

Dampak yang terjadi di Indonesisa akibat dari Lonjakan harga minyak dunia adalah berkaitan erat dengan pembangunan bangsa Indonesia. Konsumsi BBM yang mencapai 1,3 juta/barel tidak seimbang dengan produksinya yang nilainya sekitar 1 juta/barel sehingga terdapat defisit yang harus dipenuhi melalui impor. Menurut data ESDM (2006) cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 9 milliar barel. Apabila terus dikonsumsi tanpa ditemukannya

Page 9: Kompor Biji Jarak

cadangan minyak baru, diperkirakan cadangan minyak ini akan habis dalam dua dekade mendatang. Bila hal ini terus berlanjut tanpa mempetimbangkan energi alternatif maka akan terjadi permasalahan yang krusial bagi ekonomi bangsa Indonesia.

2. KEBIJAKAN PEMERINTAH

Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak pemerintah berperan aktif untuk menanggulangi masalah harga minyak yang makin meningkat dan cadangan yang makin menipis. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan biofuel dengan membentu tim nasional pengembangan bahan bakar nabati (BBN) sebagai upaya untuk mendukung pengembangan bahan bakar nabati dengan menerbitkan blue print dan road map untuk mewujudkan pengembangan BBN tersebut.

Selain itu, pemerintah telah menerbitkan Peraturan presiden republik Indonesia nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan tersebut menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai altenatif pengganti bahan bakar minyak. Ditambah dengan penerbitan Instruksi Presiden No 1 tahun 2006 tertanggal 25 januari 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuels), sebagai energi alternatif .

Tabel 1. Potensi energi terbaharukan di Indonesia

Jenis sumber energi

Potensi Kapasitas terpasang

Hidro 75,67 GW 4200 MW

Mikrohidro 712 MW 206 MW

Geotermal 27 GW 807 MW

Biomassa 49.81 GW 302.4 MW

Surya 4,8 kWh/m2/day 6 MW

Angin 3 – 6 m/sec 0,6 MW

Sumber : Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi, 2004

3. ENERGI TERBAHARUKAN

Indonesia memiliki beberapa sumber energi terbarukan yang berpotensi besar, antara lain energi hidro dan mikrohidro, energi geotermal, energi biomassa, energi surya dan energi angin. Kelebihan energi terbaharukan diatas dibandingkan dengan energi fosil, selain memang sifatnya yang dapat diperbaharui secara terus menerus, juga lebih ramah terhadap lingkungan. Emisi yang dikeluarkan lebih rendah, terutama gas karbondioksida sehingga mampu mengurangi efek rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.

Page 10: Kompor Biji Jarak

Membudidayakan dan memanfaatkan biomassa menjadi sumber energi atau biasa disebut dengan energi hijau, dapat diperoleh melalui proses yang lebih sederhana dan nilai investasi lebih murah. Hal itulah yang menjadi kelebihan dari energi biomassa bila dibandingan energi terbaharukan diatas. Proses energi biomassa sendiri memanfaatkan energi matahari untuk merubah energi panas menjadi karbohidrat melalui proses fotosintesis dengan menyerap karbon dioksida dari atmosfer. Proses pelepasan karbon dioksida terjadi saat pembakaran biomassa, sehingga terjdi keseimbangan jumlah karbon diatmosfer. Sebenarnya manusia telah memanfaatkan enegi biomassa sejak lama sebelum ditemukannya bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batubara. Secara sederhana, biomassa berupa kayu atau yang lainnya dibakar secara langsung.

Sebagai negara agraris beriklim tropis, Indonesia memiliki lahan pertanian yang luas dan bahan baku biomassa yang melimpah. Potensi ini dapat dijadikan dasar sebagai upaya untuk pengembangan energi terbaharukan dari biomassa.

4. JARAK PAGAR (JATROPHA CURCAS)

Jarak pagar (Jatropha curcas Linn) atau juga disebut juga physic nut merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, saat zaman penjajahan jepang. Minyak jarak pagar dipergunakan sebagai bahan pelumas dan bahan bakar pesawat terbang. Sesuai dengan namanya, tanaman ini memang dimanfaatkan masyarakat sebagai tanaman pagar serta sebagai obat tradisional, disamping sebagai bahan bakar dan minyak peluas. Perkembangan jarak pagar sangat luas, awalnya dari amerika tengah, kemudian menyebar ke Afrika dan Asia. Luasnya perkembangan jarak pagar disebabkan oleh kemudahan dalam pertumbuhannya. Menurut Hambali. E, dkk (2007), Jarak pagar dapat hidup dan berkembang dari dataran rendah sampai dataran tinggi, curah hujan yang rendah maupun tinggi (300 – 2.380 ml/tahun), rentang suhu 20 – 26 oC. Karena sifat tersebut tanaman jarak pagar mampu tumbuh pada tanah berpasir, bebatu, lempung ataupun tanah liat, sehingga jarak pagar dapat dikembangkan pada lahan kritis .

Gambar 1. buah , biji dan bungkil jarak pagar

Jarak pagar memiliki buah yang terdiri dari daging buah, cangkang biji dan inti biji. Inti merupakan sumber bagian yang menghasilkan minyak sebagai bahan bakar biodiesel dengan proses awal ekstraksi. Kandungan minyak yang terdapat dalam biji baik cangkang maupun buah berkisar 25-35 % berat kering biji Prihandana, R(2007), jarak pagar mampu menghasilkan 7,5 – 10 ton /ha/tahun tergantung dari kualitas benih, agroklimat, tingkat kesuburan tanah dan pemeliharaan, (Hambali. E, 2007). Sebagai perhitungan kasar produksi

Page 11: Kompor Biji Jarak

minyak jarak mentah, cruide jatropha oil (CJO), dari 25 % /biji kering maka dapat diperoleh minyak hasil ekstraksi sebesar 1,875 – 2,5 ton minyak /ha/tahun

Proses ekstraksi jarak pagar menjadi minyak dilakukan secara mekanik menggunakan mesin press, baik sederhana dengan skala kecil maupun skala produksi industri. Jenis alat pres dibedakan menjadi dua macam yaitu press hidrolik dan press ulir masing masing memiliki kelemahan dan keungulan masing masing, biasanya disesuaikan dengan tingkat produksi minyak. Setelah biji jarak di keringkan dan disortir berdasarkan kualitas, biji jarak pagar dimasukan kedalam mesin press mekanik. Hasil pengepresan diperoleh minyak mentah atau cruide jatropha oil (CJO) dan bungkil berupa sisa ampas. Untuk memurnikan Cruide jatropha oil (CJO) selanjutnya dilakukan penyaringan dan diperoleh limbah berupa sludge. Minyak jarak pagar mentah ini bias dijadikan bahan bakar pengganti minyak tanah. Pemakaiannya dapat diterapkan langsung pada kompor modifikasi atau dicampur dengan minyak tanah. Untuk memperoleh bahan bakar biodiesel, minyak mentah hasil penyaringan dilakukan proses transesterifikasi dan esterifikasi. Proses transesterifikasi adalah proses penurunan kandungan asam lemak bebas. Bila kadar lemak bebas terlalu tinggi maka perlu dilakukan proses esterifikasi terlebih dahulu setelah itu dilanjutkan proses transesterifikasi.

5. KONVERSI JARAK PAGAR

Jarak pagar seperti disebutkan diatas merupakan potensi yang sangat besar dari proyeksi strategis pemerintah. Konversi jarak pagar kedalam energi terbaharukan akan menghasilkan produk berupa bahan bakar padat, cair dan gas. Masing-masing produk diambil dari bagian jarak pagar yaitu cangkang dan limbah untuk bahan bakar padat. inti biji untuk cair dengan pemerasan, sedangkan gas melalui proses anaerobic digestion ketiganya ditambah dengan daging buah dan menghasilkan gas methane.

a. Bahan bakar cair (liquid biofuels)

Bahan bakar cair merupakan produk utama dari jarak pagar yang terdiri dari cruide jatropha oil (CJO), minyak jarak murni atau pure plant oil (PPO)dan biodiesel. Untuk menghasilkan beberapa bahan bakar diatas dibutuhkan inti biji dari jarak pagar. Beberapa industri pengolahan bahan bakar cair mengikutkan cangkang inti biji untuk proses, sehingga tidak diperlukan proses pengelupasan cangkang dari inti buah.

Ekstraksi minyak jarak dari inti buah atau inti buah dan cangkang dilakukan dengan menggunakan alat pengepresan bisa menggunakan press tipe hidrolik (hydraulic pressing) maupun press tipe ulir (expeller pressing). Masing masing jenis press memiliki kelebihan dan kekurangan. Seperti kapasitas, jumlah rendeman dan inti buah murni atau campuran. Inti buah jarak yang telah kering dimasukan kedalam mesin press, produknya berupa minyak cair dan membutuhkan penyaringan untuk menghilangkan sludge dari hasil ekstraksi. Hasil dari press dan penyaringan berupa minyak mentah jarak pagar atau CJO (cruide jatropha oil). Minyak CJO dapat diaplikasikan sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah,. Dapat di bakar langsung dengan spesifikasi kompor tertentu atau dicampur dengan minyak tanah untuk menurunkan viskositasnya.

Page 12: Kompor Biji Jarak

Gambar 1. Proses pengolahan jarak pagar menjadi bahan bakar cair.

Melalui proses pemurnian dengan menggunakan esterifikasi dan transesteriikasi akan dihasilkan bahan bakar cair berupa biodiesel. Sedangkan melalalui proses deasifikasi atau penetralan akan dihasilkan minyak jarak murni atau pure plant oil (PPO). Produk pendamping dari proses ini adalah bungkil dan sludge yang akan diproses kembali menjadi bahan bakar padat ataupun gas.

b. Bahan bakar padat (solid biofuels)

Dalam bagian biji jarak pagar yang terdiri dari inti biji dan cangkang memiliki kandungan minyak 25 – 35 % sehingga masih menyisakan bagian limbah yaitu sludge dan bungkil sebesar 75 – 65 %. Limbah tersebut dapat diproses menjadi bahan bakar pada dengan proses densifikasi, baik karbonisasi maupun non-karbonisasi. Pada proses karbonisasi, sebelum limbah diproses densifikasi, dimasukan kedalam reaktor karbonisasi untuk menghilangkan moisture (kandungan air), volatile mater (zat terbang) serta tar. Sedangkan proses non-karbonisai limbah hasil proses ekstraksi langsung dilakukan densifikasi dibentuk briket menggunakan alat press tipe hidrolik maupun ulir.Hasil densifikasi berupa briket yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar padat. Briket langsung dibakar kedalam tungku atau kompor .

Page 13: Kompor Biji Jarak

Gambar 2. Proses pengolahan jarak pagar menjadi bahan bakar padat

c. Bahan bakar gas (anerobic digestion)

Proses anaerobic igestion yaitu proses dengan melibatkan mikroorganisme tanpa kehadiran oksigen dalam suatu digester. Proses ini menghasilkan gas produk berupa metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2) serta beberapa gas yang jumlahnya kecil, seperti H2, N2, dan H2S. Proses ini bisa diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu anaerobic digestion kering dan basah. Perbedaan dari kedua proses anaerobik ini adalah kandungan biomassa dalam campuran air. pada anaerobik kering memiliki kandungan biomassa 25 – 30 % sedangkan untuk jenis basah memiliki kandungan biomassa kurang dari 15 % (Sing dan Misra, 2005).

Limbah jarak pagar, bungkil dan sludge selain dapat dijadikan bahan bakar padat dengan densification seperti diatas, juga dapat di konversi kedalam bahan bakar gas melalui proses anaerobic digestion. Selain itu, daging buah jarak pagar dapat juga dimasukan kedalam digester untuk menghasilkan biogas.

5. KESIMPULAN

Harga bahan bakar minyak yang makin meningkat dan ketersediaannya yang makin menipis serta permasalahan emisi gas rumah kaca merupakan masalah yang dihadapi oleh masyarakat global. Upaya pencarian akan bahan bakar yang lebih ramah terhadap lingkungan dan dapat diperbaharui merupakan solusi dari permasalahan energi tersebut. Untuk itu indonesia yang memiliki potensi luas wilayah yang begitu besar, diharapkan untuk segera mengaplikasi bahan bakar nabati. Jarak pagar sebagai tanaman penghasil energi yang dapat tumbuh pada berbagai kondisi areal merupakan potensi besar untuk dijadikan sebagai tanaman penghasil energi.

Semua potensi tersebut tidak bernilai tanpa adanya dukungan dan political will dari pemerintah serta masyarakat luas. Pembentukan tim nasional pengembangan bahan bakar nabati (BBN) dengan menerbitkan blue print dan road map bidang energi untuk mewujudkan pengembangan BBN merupakan langkah yang strategis sehingga dapat dicapai kemandirian energi melalui pengembangan jarak pagar. Peran serta masyarakat akan sangat membantu dalam pengimplemetasian pengembangan tanaman penghasil bioenergi tersebut, sehingga

Page 14: Kompor Biji Jarak

pada akhirnya bangsa ini mampu keluar dari krisis energi dengan pasokan energi bahan bakar nabati yang berkelanjutan

Potential of Jatropha Curcas as Energy Crops in IndonesiaKeywords: biodiesel, biofuels, biomass, energy, alternative energy, plant spacingWritten by Agung Nugroho Pambudi on 06-03-2008 Current global energy consumption reaching 400 EJ About a year. This consumption will continue to rise until next year along with the increase in population and as well as global economic growth. According to reports the International Energy Agency (IEA), submitted that in 2025 enegi growth will increase to 50 percent of the total requirement enegrgi at this time. Increased energy needs of the largest occurred in many developing countries like China and India that is being spurred its industrial production to boost the economy. Most of these energy needs supplied by fossil energy ie oil and coal. The instability of oil prices up to 100 U $ per barrel causing an issue facing the world in recent years. The increase was expected to continue because of dwindling energy reserves, so that its availability a matter of time.Another problem of the use of fossil energy is the cause of climate change and global warming. Greenhouse gases like carbon dioxide from the burning of fossil fuels, is released into the atmosphere. Its presence would hinder the heat will leave the earth so that it will increase the temperature of the earth. Climate change caused by greenhouse gases as mentioned above also methane (CH4) and nitrous oxide (N2O). In actual biomass combustion produces carbon dioxide CO2 but generated will be stabilized by re-absorption by plants, so there is no penimbuan carbon dioxide in the atmosphere and its existence kept balanced.Since the era of industrial revolution happen until the last few decades, Earth's average temperature rose sharply. This is caused by greenhouse gases whose presence prevents the heat out of the atmosphere. An increase of 0.3 degrees celcisus become a very crucial issue. Year 1998 is the year where the biggest increase this average temperature. This increase will cause the melting of ice at the poles, both north and south so that the volume of the oceans rise 10 to 25 cm, even in his year 2100 forecast temperatures would rise sharply to around 6 degrees Celsius (Daugherty, EC, 2001).Impacts that occur in Indonesisa a result of the surge in world oil prices is closely related to the development of Indonesia. Consumption of fuel that reaches 1.3 million / barrels is not balanced with the production value of about 1 million / barrel so there is a deficit that must be met through imports. According to EMR data (2006) Indonesia's oil reserves left only about 9 billion barrels. If continued to be consumed without the discovery of new oil reserves, estimated oil reserves will be exhausted within the next two decades. If this continues without considering that there will be alternative energy is crucial to the economic problems of Indonesia.2. GOVERNMENT POLICYTo reduce dependence on fuel oil for the government actively address the problem of increasing oil prices and diminishing reserves. Government policies in the development of biofuels with the national team Formatting biofuel development (BBN) in an effort to support the development of biofuels with blue print and publish the road map for realizing the development of biofuel.In addition, the government has issued a presidential republic Indonesia Regulation No. 5 of 2006 on national energy policy to develop alternative energy sources as a substitute for fuel oil. The policy emphasis on renewable resources as an alternative replacement fuel oil. Coupled with the issuance of Presidential Instruction No. 1 / 2006 dated 25 January 2006 concerning the provision and use of biofuels (biofuels), as an alternative energy.

Page 15: Kompor Biji Jarak

Table 1. Potential of renewable energy in IndonesiaTypePotential energy sources installed capacity75.67 GW MW Hydro 4200Micro-hydro 712 MW 206 MWGW 27 807 MW geothermalGW 49.81 302.4 MW Biomass4.8 MW solar kWh/m2/day 6Wind 3-6 m / sec 0.6 MWSource: Directorate General of Electricity and Energy Utilization, 20043. Renewable energyIndonesia has several potential sources of renewable energy, including hydro and micro hydro energy, geothermal energy, biomass energy, solar energy and wind energy. Renewable energy excess above compared with fossil energy, in addition to its nature it can be updated continually, is also more friendly to the environment. Lower emissions, especially carbon dioxide gas so as to reduce greenhouse gases that cause global warming.Cultivate and utilize biomass into energy resources or so-called green energy, can be obtained through the process simpler and cheaper investment value. That's what the advantages of biomass energy when compared to the above renewable energy. Own biomass energy process utilizing solar energy to convert heat energy into carbohydrates through photosynthesis by absorbing carbon dioxide from the atmosphere. The process of release of carbon dioxide occurs when burning biomass, thus balancing the amount of carbon diatmosfer terjdi. Actually, humans have made use of biomass enegi since long before the discovery of fossil fuels such as petroleum and coal. Simply stated, biomass or other form of wood burned directly.As tropical agricultural country, Indonesia has vast agricultural land and raw materials are abundant biomass. This potential can be used as a base in an effort to develop renewable energy from biomass.4. DISTANCE (Jatropha curcas)Jatropha (Jatropha curcas Linn) or also called the physic nut is a plant that is not foreign to the community, while the Japanese colonial era. Jatropha oil used as lubricants and aircraft fuel. As the name implies, this plant community was used as a hedge plant and as a traditional medicine, as well as fuel and oil peluas. Development of Jatropha is very broad, originally from Central America, then spread to Africa and Asia. The extent of the development of jatropha because of the ease of growth. According to Hambali. E, et al (2007), Jatropha curcas can live and grow from lowland to high altitude, low rainfall and high (300-2380 ml / year), temperature range 20-26 oC. Because of the nature of the jatropha plant can grow on sandy soil, bebatu, loam or clay, so that jatropha can be developed on degraded land. Figure 1. fruit, seed and nut cakeJatropha curcas has a fruit that consists of fruit pulp, seeds and core shell beans. The core is a source of parts that produce oil as biodiesel fuel by the beginning of the extraction process. Oil content contained in either seed or fruit shells ranges from 25-35% dry weight of seeds Prihandana, R (2007), jatropha can produce 7.5 to 10 tonnes / ha / year depending on the quality of seeds, agro-climate, soil fertility and maintenance, (Hambali. E, 2007). As a rough calculation of crude castor oil

Page 16: Kompor Biji Jarak

production, cruide jatropha oil (CJO), from 25% / dry seed can be obtained from the extracted oil of 1.875 to 2.5 tons of oil / ha / yearThe process of oil extraction of Jatropha be done mechanically using a press machine, whether simple or small-scale industrial production scale. Type of press equipment can be divided into two kinds of hydraulic presses and screw presses each have weaknesses and keungulan each, usually tailored to the level of oil production. After the seed distance on dry and sorted based on quality, jatropha seeds is inserted into the mechanical press machines. Results obtained by pressing or cruide crude jatropha oil (CJO) and cake in the form of residual waste. To purify Cruide jatropha oil (CJO) was followed by filtration and obtained in the form of sludge waste. This crude jatropha oil can be used as a substitute fuel oil. Its use can be applied directly on the stove modification or mixed with kerosene. To obtain biodiesel fuel, crude oil filtering results transesterification and esterification process. Transesterification process is the process of reduction in free fatty acid content. If levels are too high free fatty it is necessary to advance the process of esterification after it resumed the process of transesterification.5. DISTANCE CONVERSION PAGARJatropha curcas as mentioned above is a huge potential of the government's strategic projection. Jatropha conversion into renewable energy will produce a solid fuel, liquid and gas. Each product is taken from the physic nut is shell and solid waste for fuel. seed for the liquid core with extortion, while the gas through anaerobic digestion process all three plus the fruit flesh and produce methane gas.a. Liquid fuel (liquid biofuels)Liquid fuels is the main product of Jatropha curcas which consists of cruide jatropha oil (CJO), pure castor oil or pure plant oil (PPO) and biodiesel. To produce some of the above required core fuel from jatropha seeds. Some liquid fuel processing industry include the core shell beans to process, so it does not need peeling the shell from the core of fruit.Castor oil extraction from the core of fruit or fruit core and shell is done by using a pressing tool can use a type of hydraulic press (hydraulic pressing) or screw type press (expeller pressing). Each type of press has its advantages and disadvantages. Such as capacity, amount and core rendeman pure or mixed fruit. Core distance that has been dried fruit is inserted into the press machine, in the form of liquid petroleum products and require filtration to remove sludge from the extraction. Results from the press and the screening of crude jatropha or CJO (cruide jatropha oil). CJO oil can be applied as a substitute fuel kerosene. Can be grilled directly with the specification of certain stoves or mixed with kerosene to lower the viscosity. Figure 1. Processing jatropha into liquid fuel.Through a process of purification by using esterification and transesteriikasi will produce liquid fuels in the form of biodiesel. While melalalui deasifikasi or neutralization process will produce pure castor oil or pure plant oil (PPO). Companion product of this process is the cake and sludge will be processed back into a solid fuel or gas.b. Solid fuel (solid biofuels)In the seeds of jatropha seeds consists of core and shell has oil content of 25-35%, so that still leaves the waste is sludge and cake at 75-65%. Waste can be processed into fuel in the process of densification, both carbonization and non-carbonization. In the carbonization process, before the waste is processed densification, carbonization is inserted into the reactor to remove the moisture (water content), volatile mater (volatile matter) and tar. While non-process wastewater karbonisai

Page 17: Kompor Biji Jarak

direct extraction process performed densification briquettes formed using the hydraulic press machine type and ulir.Hasil densification of briquettes that can be utilized as solid fuel. Briquettes burned directly into the furnace or stove. Figure 2. Processing jatropha into solid fuelc. Fuel gas (anerobic digestion)Igestion anaerobic process which is a process involving microorganisms without the presence of oxygen in a digester. This process produces a product gas methane (CH4) and carbon dioxide (CO2) as well as some small amount of gas, such as H2, N2, and H2S. This process can be classified into two types namely dry and wet anaerobic digestion. Differences between this anaerobic process is the water content of biomass in the mix. on dry anaerobic biomass contains 25-30% whereas for the type of wet biomass contains less than 15% (Singh and Misra, 2005).Jatropha waste, and sludge cake can be used in addition to solid fuel with densification as above, also can be converted into fuel gas through anaerobic digestion process. Moreover, jatropha fruit flesh can also be incorporated into the digester to produce biogas.5. CONCLUSIONFuel prices are increasing and the decreasing availability and problems of greenhouse gas emissions is a problem faced by the global community. Search efforts will fuel more environmentally friendly and renewable energy is a solution to these problems. For that Indonesia has the potential of such a large area, is expected to immediately apply biofuels. Jatropha curcas as an energy-producing plants that can grow in various conditions of the area is a great potential to serve as the energy-producing plants.All this potential is not worth without the support and political will of governments and society at large. Formation of the national team development of biofuel (BBN) with blue print and publishing sector road map for realizing the development of biofuel energy is a strategic step in order to achieve energy independence through the development of Jatropha curcas. Public participation will be very helpful in pengimplemetasian developing bioenergy crops, so that ultimately the nation is able to exit the energy crisis with energy supply of sustainable biofuels

Page 18: Kompor Biji Jarak

Pohon Jarak Pagar di Samping Rumah

Jombang, 05 Juni 2007

BEBERAPA puluh tahun yang lalu, orang-orang di kampung saya biasa menanam pohon jarak hanya untuk memagari kebun sekaligus sebagai pembatas dengan kebun orang lain. Mungkin karena itulah tanaman ini mempunyai sebutan jarak pagar. Mereka dulu mungkin tidak terlalu berhitung manfaat ekonomis lainnya dari pohon jarak pagar. Pohon jarak ditanam selain sebagai pagar dan pethetan penyejuk pekarangan serta sedep-sedepan ketika mata memandang, terkadang juga dimanfaatkan daun dan getahnya sebagai obat atau ramuan untuk pengobatan.

Di samping rumah, dulu juga banyak pohon jarak yang tumbuh campuran dengan berbagai jenis tanaman pagar lainnya seperti beluntas (daunnya enak dibuat sayur dan rempeyek), pohon dadap (bunga keringnya untuk mainan baling-baling atau kitiran), kembang sepatu atau orang kampung saya menyebutnya waribang, dan masih banyak lagi tanaman lainnya. Sekarang pun beberapa pohon masih tersisa. Getah dari pohon jarak juga dapat dibuat mainan gelembung. Jika dipetik tangkai daunnya, dari bekas patahan ini akan menetes mengeluarkan getah. Getah jarak ini dapat ditampung di atas daun jarak yang dibentuk kuncup sedemikian rupa. Setelah terkumpul cukup banyak, lingkaran kecil dari tangkai bunga rerumputan dapat dijadikan bantuannya. Cara memainkannya lingkaran dari tangkai bunga rumput itu dicelupkan ke dalam cairan getah jarak, lalu ditiup dan keluarlah gelembung-gelembung udara yang cantik berterbangan di udara.

Nah, akhir-akhir ini orang-orang ramai membicarakan jarak pagar ini. Katanya, biji-biji jarak pagar mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, yaitu dapat dijadikan bahan bakar untuk kendaraan dan mesin-mesin otomotif lainnya. Ini akibat terjadinya krisis energi tak terbarukan semacam bahan bakar minyak (BBM) yang melanda bangsa kita. Jadi, tanaman jarak pagar mulai dilirik untuk dijadikan alternatif bahan bakar. Dan yang terpenting, jarak pagar dapat diperbaharui, sehingga relatif lebih ‘abadi’ dan katanya lebih bersahabat dengan lingkungan. Mungkin karena manfaatnya inilah, konon katanya penjajah Jepang ketika masuk Indonesia pada tahun 1942 langsung memperkenalkan jarak pagar kepada masyarakat Indonesia. Masyarakat diperintahkan untuk melakukan penanaman jarak sebagai pagar pekarangan.

Menurut para agronomist, tanaman jarak pagar ini dapat beradaptasi dengan lahan maupun agroklimat yang ekstrim, artinya untuk tanaman lain mungkin kurang baik, tetapi tidak dengan jarak pagar. Jarak pagar dapat tumbuh dengan baik pada kondisi kering atau kondisi curah hujan kurang dari 500 mm per tahun, maupun pada lahan-lahan dengan sedikit unsur haranya.

Walaupun tanaman jarak tergolong tanaman yang mudah tumbuh, tetapi ada permasalahan yang dihadapi dalam agribisnis saat ini yaitu belum adanya varietas atau klon unggul, jumlah ketersediaan

Page 19: Kompor Biji Jarak

benih terbatas, teknik budidaya yang belum memadai dan sistem pemasaran serta harga yang belum ada standar.

Dengan memperhatikan potensi tanaman jarak yang mudah tumbuh, dapat dikembangkan sebagai sumber bahan penghasil minyak bakar alternatif pada lahan kritis dapat memberikan harapan baru pengembangan agribisnis.

Keuntungan yang diperoleh pada budidaya tanaman jarak di lahan kritis antara lain menunjang usaha konservasi lahan-lahan kritis, memberikan kesempatan kerja sehingga berimplikasi meingkatkan penghasilan kepada petani dan memberikan solusi pengadaan minyak bakar.

Menurut buku-buku biologi, jarak pagar termasuk famili Euphorbiaceae, satu famili dengan karet dan ubikayu. Pohonnya berupa perdu dengan tinggi tanaman 1 sampai 7 meter, dengan percabangan yang tidak teratur. Batangnya berkayu dan jika kulitnya terluka akan mengeluarkan getah. Berdaun tunggal, berlekuk, bersudut 3 terkadang 5, tulang daun menjari dengan 5 sampai 7 tulang utama, permukaan bagian daun berwarna hijau namun permukaan bagian bawah lebih pucat dibanding dengan bagian atas, mungkin karena membelakangi sinar matahari. Panjang tangkai daun antara 4 sampai 15 cm.

Ciri lainnya, bunga berwarna kuning kehijauan, berupa bunga majemuk berbentuk malai dan berumah satu. Bunga jantan dan bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan, muncul di bagian ujung batang atau ketiak daun. Buah berupa buah kotak berbentuk bulat telur, diameter 2 sampai 4 cm, berwarna hijau ketika masih muda dan kuning jika masak. Buah jarak terbagi menjadi 3 ruang yang masing-masing ruang berisi 3 biji. Biji berbentuk bulat lonjong, warnanya coklat kehitaman. Biji inilah yang banyak mengandung minyak dengan rendemen sekitar 30 sampai 40 %.

Meskipun demikian, pengembangan tanaman jarak masih diwarnai berbagai kekhawatiran di masyarakat. Pasalnya, sosialisasi pemanfaatan jarak secara gencar menimbulkan minat masyarakat menanam pohon tersebut. Namun, pemerintah belum menyiapkan sistem pemasaran secara matang sehingga bila sudah dipanen, dikhawatirkan petani kesulitan menjual biji jarak.

Hal ini seperti yang menimpa kawan-kawan petani tanaman jarak di Plandaan, Jombang. Lantaran merasa ditipu pihak ketiga, mereka menebangi tanamannya seluas 14 hektar. Itu terjadi karena mereka yang menanam kecewa. Pasalnya, pada panen pertama harganya hanya Rp 700 per kilogram. Bahkan, pada panen berikutnya, malah tidak dibeli sama sekali. Akibatnya, petani pun mengalami kerugian yang mencapai ratusan juta rupiah (Radar Mojokerto, 20 Agustus 2006).

Page 20: Kompor Biji Jarak

Jadi, sebenarnya sangat bagus memanfaatkan tanaman jarak ini sebagai bahan bakar. Namun ke depan, sebelum melakukan gerakan massal untuk menanam pohon jarak pagar, pemerintah harus menata dulu sistem agrobisnisnya, terutama aspek pemasaran dan jaminan harganya, sehingga tidak terjadi “overload” disatu pihak.

Dengan demikian, program pemerintah untuk mencari energi baru yang terbarukan dapat terus berjalan. Sementara petani akan tetap dapat tersenyum dengan memperoleh insentif ekonomi yang memadai.

Jatropha trees on the Side Houses Jombang, June 5, 2007

SOME twenty years ago, people in my village used to plant trees for a distance of only a garden fence as well as a barrier to the gardens of others. Maybe that's why this plant has the designation of physic nut. They had probably not counting other economic benefits from the jatropha tree. Trees planted distance apart as the fence and yard and Conditioning pethetan sedep-sedepan as the eye could see, sometimes also used the leaves and sap as medicine or herbs for treatment. In addition to the house, was also a lot of growing jatropha blend with various types of fencing such as beluntas plant (its leaves are made delicious vegetable and peanut brittle), tree dadap (dried flowers for a toy propeller or propeller), hibiscus or the person I call home waribang, and many other plants. Now even a few trees remain. The sap from jatropha can also be made bubble toys. If the stem leaves are picked, the former issued a fault it will drip sap. The sap of this distance can be accommodated in the upper leaf buds formed distance in such a way. Having collected enough, the small circle of grass flower stalk can be a help. How to play the circle of grass flower stalk that is dipped into the liquid sap of distance, and then blown out the air bubbles are pretty floating in the air.

Well, these days people are busy talking about jatropha. She says jatropha seeds have a high economic value, which can be used as fuel for vehicles and other automotive machinery. This is due to the occurrence of such nonrenewable energy crisis of fuel oil (BBM) that struck our nation. Thus, the Jatropha plant starts to peep to be an alternative fuel. And most importantly, jatropha can be renewed, so it is relatively more 'timeless' and he said more friendly to the environment. Perhaps because of this benefit, he said to the Japanese invaders when entered Indonesia in 1942 directly introduced to the Indonesian jatropha. Society was ordered to plant a fence yard distance.

According to the agronomist, jatropha plant can adapt to the farm and agro-climatic extremes, meaning that for other crops may be less good, but not with the distance of the fence. Jatropha can grow well in dry conditions or conditions of rainfall less than 500 mm per year, as well as on land with little haranya element.

Although Jatropha plant that grows easily classified, but there are problems faced in agribusiness

Page 21: Kompor Biji Jarak

today is not the varieties or clones, the amount of seed availability is limited, inadequate farming techniques and marketing systems and there is no standard price.

With regard to the potential within easy crop to grow, can be developed as a source of alternative fuel-producing oil on degraded land can provide new hope agribusiness development.

Gains from the cultivation of Jatropha on degraded land, among others, supporting business critical land conservation, provide employment opportunities so that the implications for improving the income to farmers and provide fuel oil procurement solutions.

According to biology books, including the family Euphorbiaceae Jatropha, a family with a rubber and cassava. The tree form shrubs with plant height of 1 to 7 meters, with an irregular branching. The stem is woody and if the injured skin will remove the sap. Leaf single, curved, angled 3 sometimes 5, bone menjari leaves with 5 to 7 main bone, the surface of the leaves are green but the bottom surface paler than the top, probably because of my back to the sun. Petiole length between 4 to 15 cm.

Other characteristics, greenish yellow flower, a flower-shaped compound panicle and married one. Male flowers and female flowers arranged in a series of saucer-shaped, appears at the end of the stem or axillary panicles. Fruit of the fruit is egg-shaped box, 2 to 4 cm diameter, green when young and yellow when ripe. Fruit range is divided into 3 rooms, each room contains 3 seeds. Bean-shaped oval, blackish brown color. These seeds contain lots of oil with a yield of about 30 to 40%.

Nevertheless, the development of Jatropha is still colored by a variety of concerns in the community. Because the socialization of incessant use of distance raises the interest of the community to plant trees. However, the government has not set up a marketing system in mature so that when it is harvested, farmers feared trouble selling seed.

It is like that befall his friends at a distance of crop farmers Plandaan, Jombang. Because third-party feels cheated, they cut down the plant, covering an area of 14 hectares. It happened because those who grow disillusioned. Because, at the first harvest price is only Rp 700 per kilogram. In fact, the next harvest, in fact not be bought at all. As a result, farmers had suffered losses in the hundreds of millions of rupiah (Radar Mojokerto, August 20, 2006).

So, in fact very good use of Jatropha as a fuel. But in the future, before doing a mass movement to plant jatropha, the government should first arrange agrobisnisnya system, especially the marketing aspect and guarantee the price, so there is no "overload" on one side.

Thus, government programs to find new and renewable energy to keep going. While farmers will still be able to smile with obtaining adequate economic incentives.

Page 22: Kompor Biji Jarak

Pohon Jarak Pagar di Samping Rumah

Jombang, 05 Juni 2007

BEBERAPA puluh tahun yang lalu, orang-orang di kampung saya biasa menanam pohon jarak hanya untuk memagari kebun sekaligus sebagai pembatas dengan kebun orang lain. Mungkin karena itulah tanaman ini mempunyai sebutan jarak pagar. Mereka dulu mungkin tidak terlalu berhitung manfaat ekonomis lainnya dari pohon jarak pagar. Pohon jarak ditanam selain sebagai pagar dan pethetan penyejuk pekarangan serta sedep-sedepan ketika mata memandang, terkadang juga dimanfaatkan daun dan getahnya sebagai obat atau ramuan untuk pengobatan.

Di samping rumah, dulu juga banyak pohon jarak yang tumbuh campuran dengan berbagai jenis tanaman pagar lainnya seperti beluntas (daunnya enak dibuat sayur dan rempeyek), pohon dadap (bunga keringnya untuk mainan baling-baling atau kitiran), kembang sepatu atau orang kampung saya menyebutnya waribang, dan masih banyak lagi tanaman lainnya. Sekarang pun beberapa pohon masih tersisa. Getah dari pohon jarak juga dapat dibuat mainan gelembung. Jika dipetik tangkai daunnya, dari bekas patahan ini akan menetes mengeluarkan getah. Getah jarak ini dapat ditampung di atas daun jarak yang dibentuk kuncup sedemikian rupa. Setelah terkumpul cukup banyak, lingkaran kecil dari tangkai bunga rerumputan dapat dijadikan bantuannya. Cara memainkannya lingkaran dari tangkai bunga rumput itu dicelupkan ke dalam cairan getah jarak, lalu ditiup dan keluarlah gelembung-gelembung udara yang cantik berterbangan di udara.

Nah, akhir-akhir ini orang-orang ramai membicarakan jarak pagar ini. Katanya, biji-biji jarak pagar mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, yaitu dapat dijadikan bahan bakar untuk kendaraan dan mesin-mesin otomotif lainnya. Ini akibat terjadinya krisis energi tak terbarukan semacam bahan bakar minyak (BBM) yang melanda bangsa kita. Jadi, tanaman jarak pagar mulai dilirik untuk dijadikan alternatif bahan bakar. Dan yang terpenting, jarak pagar dapat diperbaharui, sehingga relatif lebih ‘abadi’ dan katanya lebih bersahabat dengan lingkungan. Mungkin karena manfaatnya inilah, konon katanya penjajah Jepang ketika masuk Indonesia pada tahun 1942 langsung memperkenalkan jarak pagar kepada masyarakat Indonesia. Masyarakat diperintahkan untuk melakukan penanaman jarak sebagai pagar pekarangan.

Menurut para agronomist, tanaman jarak pagar ini dapat beradaptasi dengan lahan maupun agroklimat yang ekstrim, artinya untuk tanaman lain mungkin kurang baik, tetapi tidak dengan jarak pagar. Jarak pagar dapat tumbuh dengan baik pada kondisi kering atau kondisi curah hujan kurang dari 500 mm per tahun, maupun pada lahan-lahan dengan sedikit unsur haranya.

Walaupun tanaman jarak tergolong tanaman yang mudah tumbuh, tetapi ada permasalahan yang dihadapi dalam agribisnis saat ini yaitu belum adanya varietas atau klon unggul, jumlah ketersediaan

Page 23: Kompor Biji Jarak

benih terbatas, teknik budidaya yang belum memadai dan sistem pemasaran serta harga yang belum ada standar.

Dengan memperhatikan potensi tanaman jarak yang mudah tumbuh, dapat dikembangkan sebagai sumber bahan penghasil minyak bakar alternatif pada lahan kritis dapat memberikan harapan baru pengembangan agribisnis.

Keuntungan yang diperoleh pada budidaya tanaman jarak di lahan kritis antara lain menunjang usaha konservasi lahan-lahan kritis, memberikan kesempatan kerja sehingga berimplikasi meingkatkan penghasilan kepada petani dan memberikan solusi pengadaan minyak bakar.

Menurut buku-buku biologi, jarak pagar termasuk famili Euphorbiaceae, satu famili dengan karet dan ubikayu. Pohonnya berupa perdu dengan tinggi tanaman 1 sampai 7 meter, dengan percabangan yang tidak teratur. Batangnya berkayu dan jika kulitnya terluka akan mengeluarkan getah. Berdaun tunggal, berlekuk, bersudut 3 terkadang 5, tulang daun menjari dengan 5 sampai 7 tulang utama, permukaan bagian daun berwarna hijau namun permukaan bagian bawah lebih pucat dibanding dengan bagian atas, mungkin karena membelakangi sinar matahari. Panjang tangkai daun antara 4 sampai 15 cm.

Ciri lainnya, bunga berwarna kuning kehijauan, berupa bunga majemuk berbentuk malai dan berumah satu. Bunga jantan dan bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan, muncul di bagian ujung batang atau ketiak daun. Buah berupa buah kotak berbentuk bulat telur, diameter 2 sampai 4 cm, berwarna hijau ketika masih muda dan kuning jika masak. Buah jarak terbagi menjadi 3 ruang yang masing-masing ruang berisi 3 biji. Biji berbentuk bulat lonjong, warnanya coklat kehitaman. Biji inilah yang banyak mengandung minyak dengan rendemen sekitar 30 sampai 40 %.

Meskipun demikian, pengembangan tanaman jarak masih diwarnai berbagai kekhawatiran di masyarakat. Pasalnya, sosialisasi pemanfaatan jarak secara gencar menimbulkan minat masyarakat menanam pohon tersebut. Namun, pemerintah belum menyiapkan sistem pemasaran secara matang sehingga bila sudah dipanen, dikhawatirkan petani kesulitan menjual biji jarak.

Hal ini seperti yang menimpa kawan-kawan petani tanaman jarak di Plandaan, Jombang. Lantaran merasa ditipu pihak ketiga, mereka menebangi tanamannya seluas 14 hektar. Itu terjadi karena mereka yang menanam kecewa. Pasalnya, pada panen pertama harganya hanya Rp 700 per kilogram. Bahkan, pada panen berikutnya, malah tidak dibeli sama sekali. Akibatnya, petani pun mengalami kerugian yang mencapai ratusan juta rupiah (Radar Mojokerto, 20 Agustus 2006).

Page 24: Kompor Biji Jarak

Jadi, sebenarnya sangat bagus memanfaatkan tanaman jarak ini sebagai bahan bakar. Namun ke depan, sebelum melakukan gerakan massal untuk menanam pohon jarak pagar, pemerintah harus menata dulu sistem agrobisnisnya, terutama aspek pemasaran dan jaminan harganya, sehingga tidak terjadi “overload” disatu pihak.

Dengan demikian, program pemerintah untuk mencari energi baru yang terbarukan dapat terus berjalan. Sementara petani akan tetap dapat tersenyum dengan memperoleh insentif ekonomi yang memadai.

Jatropha trees on the Side Houses Jombang, June 5, 2007

SOME twenty years ago, people in my village used to plant trees for a distance of only a garden fence as well as a barrier to the gardens of others. Maybe that's why this plant has the designation of physic nut. They had probably not counting other economic benefits from the jatropha tree. Trees planted distance apart as the fence and yard and Conditioning pethetan sedep-sedepan as the eye could see, sometimes also used the leaves and sap as medicine or herbs for treatment. In addition to the house, was also a lot of growing jatropha blend with various types of fencing such as beluntas plant (its leaves are made delicious vegetable and peanut brittle), tree dadap (dried flowers for a toy propeller or propeller), hibiscus or the person I call home waribang, and many other plants. Now even a few trees remain. The sap from jatropha can also be made bubble toys. If the stem leaves are picked, the former issued a fault it will drip sap. The sap of this distance can be accommodated in the upper leaf buds formed distance in such a way. Having collected enough, the small circle of grass flower stalk can be a help. How to play the circle of grass flower stalk that is dipped into the liquid sap of distance, and then blown out the air bubbles are pretty floating in the air.

Well, these days people are busy talking about jatropha. She says jatropha seeds have a high economic value, which can be used as fuel for vehicles and other automotive machinery. This is due to the occurrence of such nonrenewable energy crisis of fuel oil (BBM) that struck our nation. Thus, the Jatropha plant starts to peep to be an alternative fuel. And most importantly, jatropha can be renewed, so it is relatively more 'timeless' and he said more friendly to the environment. Perhaps because of this benefit, he said to the Japanese invaders when entered Indonesia in 1942 directly introduced to the Indonesian jatropha. Society was ordered to plant a fence yard distance.

According to the agronomist, jatropha plant can adapt to the farm and agro-climatic extremes, meaning that for other crops may be less good, but not with the distance of the fence. Jatropha can grow well in dry conditions or conditions of rainfall less than 500 mm per year, as well as on land with little haranya element.

Although Jatropha plant that grows easily classified, but there are problems faced in agribusiness

Page 25: Kompor Biji Jarak

today is not the varieties or clones, the amount of seed availability is limited, inadequate farming techniques and marketing systems and there is no standard price.

With regard to the potential within easy crop to grow, can be developed as a source of alternative fuel-producing oil on degraded land can provide new hope agribusiness development.

Gains from the cultivation of Jatropha on degraded land, among others, supporting business critical land conservation, provide employment opportunities so that the implications for improving the income to farmers and provide fuel oil procurement solutions.

According to biology books, including the family Euphorbiaceae Jatropha, a family with a rubber and cassava. The tree form shrubs with plant height of 1 to 7 meters, with an irregular branching. The stem is woody and if the injured skin will remove the sap. Leaf single, curved, angled 3 sometimes 5, bone menjari leaves with 5 to 7 main bone, the surface of the leaves are green but the bottom surface paler than the top, probably because of my back to the sun. Petiole length between 4 to 15 cm.

Other characteristics, greenish yellow flower, a flower-shaped compound panicle and married one. Male flowers and female flowers arranged in a series of saucer-shaped, appears at the end of the stem or axillary panicles. Fruit of the fruit is egg-shaped box, 2 to 4 cm diameter, green when young and yellow when ripe. Fruit range is divided into 3 rooms, each room contains 3 seeds. Bean-shaped oval, blackish brown color. These seeds contain lots of oil with a yield of about 30 to 40%.

Nevertheless, the development of Jatropha is still colored by a variety of concerns in the community. Because the socialization of incessant use of distance raises the interest of the community to plant trees. However, the government has not set up a marketing system in mature so that when it is harvested, farmers feared trouble selling seed.

It is like that befall his friends at a distance of crop farmers Plandaan, Jombang. Because third-party feels cheated, they cut down the plant, covering an area of 14 hectares. It happened because those who grow disillusioned. Because, at the first harvest price is only Rp 700 per kilogram. In fact, the next harvest, in fact not be bought at all. As a result, farmers had suffered losses in the hundreds of millions of rupiah (Radar Mojokerto, August 20, 2006).

So, in fact very good use of Jatropha as a fuel. But in the future, before doing a mass movement to plant jatropha, the government should first arrange agrobisnisnya system, especially the marketing aspect and guarantee the price, so there is no "overload" on one side.

Thus, government programs to find new and renewable energy to keep going. While farmers will still be able to smile with obtaining adequate economic incentives.

Page 26: Kompor Biji Jarak

Profil Kompor Biji Jarak UB-16

Spesifikasi Kompor Biji Jarak :

1. Ukuran Kompor 27 x 27 x 27 cm, Berat kompor 2 kg2. Kapasitas tangki biji maksimumj 300 gram3. Bahan dari Plat dengan ketebalan 0,6 mm4. Permukaan luar di cat dengan duco warna silver5. Komponen kompor terdiri dari : sarangan luar dan dalam, stoom, laci penampung abu, tuas

pengatur udara, dan tutup untuk mematikan api dan badan kompor6. Ketahanan kompor lebih kurang 2 tahun dan masih dalam pengkajian7. Kemampuan menyala adalah : 200 gram biji kupasan mampu menyala selama 60 menit

(dengan kadara air biji 5 %)8. Ketahanan nyala tergantung kadar minyak biji (makin tinggi, makin lama)9. Nyala api 80% biru10. Kalor panas yang dihasilkan berdasarkan demo-demo yang telah dilakukan, kompor ini

menghasilkan panas yang lebih besar dibandingkan dengan kompor minyak tanah,mengingat harga Mitan mahal dan dilapangan semakin langka dipero;eh masyarakat, sebagai contoh untuk mendidihkan air 1500 ml hanya dibutuhkan waktu 8 menit,yang jelas lebih ekonomis daripada kompor minyak tanah

Catatan : Dalam uji ketahanan nyala api diperoleh bahwa untuk 200 gram api dapat menyala selama 60 menit. Lama nyala api ini juga dipengaruhi dari tingkat kekeringan biji dan kadar minyak.

Kelayakan Kompor Biji Jarak UB-16 Untuk Skala Rumah Tangga

Jarak pagar merupakan sumber bahan bakar alternatif yang dapat digunakan dalam skala rumah tangga. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kompor ini i mempunyai nilai kelayakan tinggi untuk digunakan sebagai alat memasak dalam rumah tangga.

Dalam penelitian uji kelayakan kompor biji jarak, 200 gr kernel ( biji Jarak tanpa kulit ) yang dinyalakan menghasilkan energi panas/ nyala api selama 1 jam / 60 menit. Untuk memanaskan air (H2O ) sebanyak,1,5 ltr (1,47 kg) sampai mendidih (100o C) memerlukan waktu 8 menit. Hal ini berarti untuk mendidihkan air 1,5 ltr memerlukan biji jarak 200 gram/ 60 menit x 8 menit= 26,67 gr per 1,47kg air atu 18,14 gr kernel per kg air.

Kelayakan ini dapat dievaluasi dengan hukum fisika tentang panas Q= mcT, yaitu kuantitas panas yang diperlu Q (Joule) berbanding lurus dengan peningkatan suhu T (0K) dari suatu benda denag masa m (kg) dan kapasitas panas specific C (J.kg-1. 0K). Dengan penggunaan persamaan ini, massa biji (kg) jarak pagar yang diperlukan untuk memasak dapat dihitung apabila kapasitas panas spesifik dari biji diketahui. Untuk gambaran, kapasitas panas spesifikdari air adalah 4190 J.kg-1. 0 K, sehingga enrgi yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu 1kg air menjadi 1000 C dengan suhu awal 250 C adalah:

Q = [(1 kg) x( 4190J.kg-1.0K ) x( 100-25 )0K]JQ =341250J = 0.314250MJ

Kandungan energi biji jarak Pagar dengan kulit adalah 20 MJ.kg-1, dan biji jarak pagar tanpakulit ( kernel ) 30 MJ.kg-1 . Dari informasi ini, berat biji jarak pagar (W) yang

Page 27: Kompor Biji Jarak

diperlukan untuk menghasilkan panas sebesar 0314250 MJ (Q) atau untuk meningkatkan suhu 1 kg air dari 250 C menjadi 1000C adalah:W = [ Qair / c jarak pagar] W = [0.314250 MJ / 30 MJ.kg-1]W = 0.010475 kg = 10.475 gr kernel ,atau setara dengan 15,7 gr biji jarak pagar dengan kulit apabila semua energi panas dari kernel atau biji digunakan secara sempurna.

Dalam praktek, panas yang dihasilkan melalui pembakaran tidak digunakan seluruhnya untuk memanasi air, tetapi digunakan memanasi wadah air dan lingkungan. Perbandingan antara kuantitas biji yang diperlukan secara teoritas ( 10.475 gr ) dengan kuantitas biji yang digunakan ( 18.141 gr ) merefleksikan efi siensi penggunaan energi panas biji jarak pagar, yaitu 10.475/ 18.141 = 0.58 = 58% energi biji jarak pagar yang effektif digunakan untuk meningkatkan suhu.

Apabila kebutuhan energi untuk memasak dari suatu rumah tangga dengan empat anggota keluarga disamakan secara sederhana dengan kebutuhan energi untuk mendidihkan air 10-15 kg, ini berarti (10-15) x 0,314250 = 3.14250- 47138 MJ = 1147.01-1720.52 MJ per tahun. Energi ini dipenuhi dari 98.88.148.32 kg biji jarak per tahun.

Jika usaha tanaman jarak dapat menghasilkan produktivitas 4000 kg per ha/ thn dengan populasi tanamaan 2000 pohon Jarak, maka energi yang dihasilkan adalah 4000 kg x 20MJ per kg. X 0,58 = 46400 MJ per tahun jumlah ini cukup memenuhi kebutuhan sampai 40 keluarga selama satu tahun. Hal ini sebanding jumlah tanaman jarak pagar memenuhi kebutuhan keluarga dengan kompor jarak pagar untuk memasak yaitu 98-148 kg per keluarga per tahun atau perhari = 0, 27- 0,41 kg biji per hari. Kini tinggal asumsi tanaman jarak, apakah bisa 2 kg per tahun , sehingga setiap keluarga perlu 50- 75 pohon.

CATATAN: Kami menerima pesanan & menyiapkan biji jarak pagar, benih dari biji maupun stek tanaman jarak pagar apabila kesulitan, terima kasih.

Page 28: Kompor Biji Jarak

Kernel ( Kupasan biji jarak ) Sebagai Pengganti Minyak Tanah

Stove Profiles UB-16 Jatropha Seed

Jatropha Seed Stove Specifications:

1. Stove Size 27 x 27 x 27 cm, Weight 2 kg stove 2. Maksimumj grain tank capacity of 300 grams 3. Material from the plate with a thickness of 0.6 mm 4. Outer surface of the paint with silver duco 5. Stove components consist of: Sarangan outside and inside, stoom, the ash drawer, air control lever, and close to turn off the fire and the stove body 6. Resilience stove about 2 years old and still under review 7. The ability of light is: 200 grams of seed could peel on for 60 minutes (with 5% seed water kadara)

Page 29: Kompor Biji Jarak

8. Resilience depends flame seed oil content (higher, longer) 9. 80% blue flame 10. Heat the heat generated on the basis of demonstrations that have been done, this stove generates heat greater than the kerosene stove, given the complexity prices are expensive and increasingly scarce field dipero; er community, as an example to boil water 1500 ml only takes 8 minutes , which is obviously more economical than kerosene stove

Note: In the endurance test flame was found that for 200 grams of the fire to burn for 60 minutes. Old flame is also affected by the drought level seed and oil content.

Feasibility Stove UB-16 Jatropha Seed For Household Scale

Jatropha curcas is a source of alternative fuel that can be used in a household scale. The results showed that this stove i have high feasibility value to be used as a cooking appliance in the household.

In this study the feasibility test stove seed, 200 grams of kernel (seed spacing without skin), which ignited to produce heat / flame for 1 hour / 60 minutes. To heat the water (H2O) as much, 1.5 liters (1.47 kg) to boiling (100o C) takes 8 minutes. It means to boil water 1.5 ltr require seed distance of 200 grams / 60 min x 8 minutes = 26.67 grams per 1.47 kg of water 18.14 grams atu kernels per kg of water.

Feasibility can be evaluated by the laws of physics about heat Q = MCT, namely the necessary quantity of heat Q (Joule) is proportional to the increase in temperature T (0k) from an object denag period m (kg) and specific heat capacity C (J.kg- 1. 0k). With the use of this equation, seed mass (kg) jatropha needed for cooking can be calculated if the specific heat capacity of the seed known. For illustration, the heat capacity of water is 4190 J.kg spesifikdari-1. 0 K, so enrgi needed to raise the temperature of 1kg of water to 1,000 C with initial temperature of 250 C is:

Q = [(1 kg) x (4190J.kg-1.0K) x (100-25) 0k] JQ = 341250J = 0.314250MJ

Energy content of Jatropha Curcas with skin is 20 MJ.kg-1, and tanpakulit jatropha seeds (kernels) 30 MJ.kg-1. From this information, jatropha seed weight (W) needed to produce heat of 0,314,250 MJ (Q) or to increase the temperature of 1 kg of water from 250 C to 1000C are:W = [Qair / c distance of the fence]W = [0.314250 MJ / 30 MJ.kg-1]W = 0.010475 kilograms = 10,475 grams of the kernel, or the equivalent of 15.7 grams of jatropha seeds with the skin when all the heat energy from the kernel or seed is used perfectly.

In practice, the heat generated by combustion is not used entirely to heat the water, but used the container heats the water and the environment. Comparison between the quantity of seed required by theoretical (10 475 g) with the quantity of seed used (18 141 g) siensi efficiently reflect heat energy use jatropha seeds, ie 10,475 / 18,141 = 0.58 = 58% energy jatropha seeds are effectively

Page 30: Kompor Biji Jarak

used to increase the temperature .

If the energy needs for cooking from a household with four family members is simply equated with the energy to boil water needs 10-15 kg, this means (10-15) x 0.314250 = 3.14250 MJ = 1147.01-1720.52-47 138 MJ per year . This energy is met from 98.88.148.32 kg seed per year.

If the business productivity of Jatropha can yield 4000 kg per ha / yr with a population of 2000 trees tanamaan Distance, then the energy produced is 4000 kg x 20MJ per kg. X 0.58 = 46 400 MJ per year this amount is sufficient to meet the needs of up to 40 families for one year. This compares the number of physic nut plants to meet the needs of families with jatropha stove for cooking is 98-148 kg per family per year or per day = 0, from 27 to 0.41 kg of grain per day. Now living plant spacing assumption, if it can be 2 kg per year, so that every family need 50-75 trees.

NOTE: We accept orders & prepare jatropha seeds, seedlings from seeds or cuttings of Jatropha plant if the trouble, thank you.