Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

54
Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013 Labels: kurikulum Berikut adalah pembahasan tentang komponen penilaian hasil belajar menurut Kurikulum 2013 dari blog penelitian tindakan kelas . Perlu kita ketahui bahwa dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 perlu diperhatikan prinsip-prinsip, pendekatan-pendekatan, dan karakteristik-karakteristik penilaian yang diamanahkan oleh Kurikulum 2013. Prinsip Penilaian Menurut Kurikulum 2013 Adapun prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru pada saat melaksanakan penilaian untuk implementasi Kurikulum 2013 baik pada jenjang pendidikan dasar (SD/MI) maupun pada jenjang pendidikan menengah (SMP/MTs, SMA/MA dan SMK/MAK) adalah: Sahih Penilaian yang dilakukan haruslah sahih, maksudnya penilaian didasarkan pada data yang memang mencerminkan kemampuan yang ingin diukur. Objektif Penilaian yang objektif adalah penilaian yang didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas dan tidak boleh dipengaruhi oleh subjektivitas penilai (guru). Adil Penilaian yang adil maksudnya adalah suatu penilaian yang tidak menguntungkan atau merugikan siswa hanya karena mereka (bisa jadi) berkebutuhan khusus serta memiliki perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. Terpadu Penilaian dikatakan memenuhi prinsip terpadu apabila guru yang merupakan salah satu komponen tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Terbuka Penilaian harus memenuhi prinsip keterbukaan di mana kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan yang digunakan dapat diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan. Menyeluruh dan berkesinambungan

description

Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

Transcript of Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

Page 1: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

Labels: kurikulum

Berikut adalah pembahasan tentang komponen penilaian hasil belajar menurut Kurikulum 2013 dari blog  penelitian tindakan kelas . Perlu kita ketahui bahwa dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 perlu diperhatikan prinsip-prinsip, pendekatan-pendekatan, dan karakteristik-karakteristik penilaian yang diamanahkan oleh Kurikulum 2013.Prinsip Penilaian Menurut Kurikulum 2013Adapun prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru pada saat melaksanakan penilaian untuk implementasi Kurikulum 2013 baik pada jenjang pendidikan dasar (SD/MI) maupun pada jenjang pendidikan menengah (SMP/MTs, SMA/MA dan SMK/MAK) adalah: 

Sahih

Penilaian yang dilakukan haruslah sahih, maksudnya penilaian didasarkan pada data yang memang mencerminkan kemampuan yang ingin diukur. 

Objektif

Penilaian yang objektif adalah penilaian yang didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas dan tidak boleh dipengaruhi oleh subjektivitas penilai (guru). 

Adil

Penilaian yang adil maksudnya adalah suatu penilaian yang tidak menguntungkan atau merugikan siswa hanya karena mereka (bisa jadi) berkebutuhan khusus serta memiliki perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. 

Terpadu

Penilaian dikatakan memenuhi prinsip terpadu apabila guru yang merupakan salah satu komponen tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. 

Terbuka

Penilaian harus memenuhi prinsip keterbukaan di mana kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan yang digunakan dapat diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan. 

Menyeluruh dan berkesinambungan

Penilaian harus dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan oleh guru dan mesti mencakup segala aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai. Dengan demikian akan dapat memantau perkembangan kemampuan siswa. 

Sistematis

Penilaian yang dilakukan oleh guru harus terencana dan dilakukan secara bertahap dengan mengikuti langkah-langkah yang baku. 

Beracuan kriteria

Penilaian dikatakan beracuan kriteria apabila penilaian yang dilakukan didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. 

Akuntabel

Page 2: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

Penilaian yang akuntabel adalah penilaian yang proses dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. 

Edukatif

Penilaian disebut memenuhi prinsip edukatif apabila penilaian tersebut dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan pendidikan siswa. 

Pendekatan Penilaian Menurut Kurikulum 2013

Menurut Kurikulum 2013, penilaian yang dilakukan harus menggunakan pendekatan-pendekatan berikut: 

Acuan Patokan

Dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 pada aspek penilaiannya, maka semua kompetensi perlu dinilai dengan menggunakan acuan patokan berdasarkan pada indikator hasil belajar. Sekolah terlebih dahulu harus menetapkan acuan patokan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. 

Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar menurut kurikulum 2013 ditentukan sebagai berikut:

Ketuntasan belajar dan konversi nilai menurut Kurikulum 2013

Untuk KD pada KI-3 dan KI-4, siswa dapat dikatakan belum tuntas belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya bila menunjukkan indikator nilai < 2.66 dari hasil tes formatif.

Untuk KD pada KI-3 dan KI-4, siswa dinyatakan sudah tuntas belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator nilai ≥ 2.66 dari hasil tes formatif.

Untuk KD pada KI-1 dan KI-2, ketuntasan siswa dilakukan dengan memperhatikan aspek sikap pada KI-1 dan KI-2 untuk seluruh matapelajaran, yakni jika profil sikap siswa secara umum berada pada kategori baik (B) menurut standar yang ditetapkan satuan pendidikan yang bersangkutan.

Page 3: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

Adapun implikasi dari adanya persyaratan ketuntasan belajar tersebut adalah sebagai berikut. Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diberikan remedial individual sesuai dengan kebutuhan kepada peserta didik yang memperoleh nilai kurang dari 2.66;

Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diberikan kesempatan untuk melanjutkan pelajarannya ke KD berikutnya kepada peserta didik yang memperoleh nilai 2.66 atau lebih dari 2.66; dan

Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diadakan remedial klasikal sesuai dengan kebutuhan apabila lebih dari 75% peserta didik memperoleh nilai kurang dari 2.66.

Untuk KD pada KI-1 dan KI-2, pembinaan terhadap peserta didik yang secara umum profil sikapnya belum berkategori baik dilakukan secara holistik (paling tidak oleh guru matapelajaran, guru BK, dan orang tua).

Karakteristik Penilaian Menurut Kurikulum 2013

Belajar Tuntas

Untuk kompetensi pada kategori pengetahuan dan keterampilan (KI-3 dan KI-4), siswa tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik. Asumsi yang digunakan dalam belajar tuntas adalah siswa dapat belajar apapun, hanya waktu yang dibutuhkan yang berbeda. Siswa yang belajar lambat perlu waktu lebih lama untuk materi yang sama, dibandingkan siswa pada umumnya. 

Otentik

Memandang  penilaian  dan  pembelajaran  secara  terpadu. Penilaian otentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh siswa, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh siswa. 

Berkesinambungan

Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil belajar siswa, memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk penilaian proses, dan berbagai jenis ulangan secara berkelanjutan (ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, atau ulangan kenaikan kelas).

Berdasarkan acuan kriteria

Kemampuan siswa tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya ketuntasan minimal, yang ditetapkan oleh satuan pendidikan masing-masing. 

Menggunakan  teknik penilaian yang bervariasi

Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portof

Page 4: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

Penilaian Kelas Otentik dan Berdasarkan Standar Menurut Kurikulum 2013

Penilaian Harus Berdasarkan Standar

Suatu standar, serendah apapun selalu akan dibutuhkan sebab standar berperan sebagai patokan dan sekaligus pemicu untuk perbaikan aktivitas dalam kehidupan. Pada konteks pendidikan, standar tentunya juga akan dibutuhkan dalam rangka acuan minimal terkait kompetensi yang musti dipenuhi oleh seorang lulusan pada sebuah lembaga pendidikan (sekolah) dengan demikian tiap calon lulusan akan dinilai apakah ia telah dapat memenuhi standar minimal yang ditetapkan. Melalui penerapan standar dalam bentuk SKL, KI, dan KD sebagai acuan bagi proses pendidikan, maka dapat diharapkan seluruh komponen yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan pada semua tingkatan, termasuk siswa sendiri akan berusaha untuk mengarahkan upayanya pada pencapaian standar dikehendaki (ditetapkan). Melalui pendekatan demikian, dapat diharapkan guru akan memiliki orientasi yang jelas tentang apa yang harus dikuasai siswanya pada setiap tingkatan dan jenjang, serta pada saat yang sama guru tetap diberi kebebasan yang luas dalam merancang dan melakukan proses pembelajaran yang dipandangnya terefektif dan terefisien dalam mencapai standar tersebut. Guru akan terus dipicu agar dapat menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) dan tidak sekedar berorientasi pada pencapaian target kurikulum semata. 

Pengertian, Prinsip-Prinsip, dan Karakteristik Penilaian Kelas Otentik Menurut Kurikulum 2013

Pengertian Penilaian Kelas Otentik

Sebagai bentuk implikasi dari penerapan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) maka proses penilaian yang dilakukan oleh guru, baik yang bersifat formatif maupun sumatif mesti beracuan kriteria. Guru pada intinya harus mengembangkan penilaian otentik berkelanjutan yang akan menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi. 

Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan

Page 5: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

pencapaian pembelajaran yang dilakukan siswanya melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai. 

Prinsip-Prinsip Penilaian Otentik

Di bawah ini dijelaskan prinsip-prinsip penilaian otentik, yaitu: 

1. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan masalah dunia sekolah

2. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar,

3. Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (sikap, keterampilan, dan pengetahuan).

Karakteristik penilaian kelas

Beberapa karakteristik penilaian kelas menurut Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:

1. Pusat belajar

Penilaian kelas lebih memfokuskan perhatian guru dan siswa pada pengamatan dan perbaikan belajar daripada pengamatan dan perbaikan mengajar. Penilaian kelas ini akan dapat memberikan informasi dan petunjuk bagi guru dan siswa untuk membuat pertimbangan dalam rangka melakukan perbaikan terhadap hasil belajar. 

2. Partisipasi-aktif siswa

Karena difokuskan pada belajar, maka penilaian kelas memerlukan partisipasi aktif siswa. Kerjasama di dalam penilaian harus dilakukan dimana siswa memperkuat penguasaan materi matapelajaran dan keterampilan (skill) pada dirinya. Sementara itu, guru harus memberikan motivasi kepada siswanya agar terus meningkat. Dalam kaitan ini ada tiga pertanyaan bagi guru yang selalu menjadi perhatiannya, yaitu: (a) Apakah kemampuan dasar dan pengetahuan saya sudah tepat untuk mengajar?; (b) Bagaimana saya dapat mengetahui bahwa siswa saya memang sedang belajar?; (c) Bagaimana saya dapat membantu siswa saya agar dapat belajar dengan lebih baik? Karena guru bekerja lebih dekat dengan siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, maka diharapkan pada akhirnya guru juga akan dapat selalu memperbaiki skill (keterampilan) mengajarnya. 

Page 6: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

3. Formatif

Pelaksanaan penilaian kelas yang bersifat formatif mempunyai tujuan untuk memperbaiki mutu hasil belajar peserta didik. 

4. Kontekstual spesifik

Pelaksanaan penilaian kelas adalah jawaban terhadap kebutuhan khusus bagi guru dan siswa. Kebutuhan khusus berada dalam kontekstual guru dan siswa yang harus belajar dengan baik dalam kelas. 

5. Umpan balik

Penilaian kelas merupakan suatu alur proses umpan balik di kelas. Dengan sejumlah TPK (tujuan pembelajaran khusus), guru dan siswa dengan cepat dan mudah menggunakan umpan balik dan melakukan saran perbaikan belajar berdasarkan hasil-hasil penilaian yang diperoleh. Untuk mengecek pemanfaatan saran tersebut, pimpinan sekolah menggunakan hasil penilaian kelas, dan melanjutkan pengecekan alur umpan balik. Karena pendekatan umpan balik ini dalam kegiatan di kelas setiap hari, maka komunikasi alur hubungan antara pimpinan sekolah, guru dan siswa dalam KBM akan menjadi lebih efisien dan lebih efektif. 

6. Berakar kepada praktek mengajar yang baik

Penilaian kelas adalah suatu usaha untuk membangun praktek mengajar guru yang lebih baik dengan melakukan umpan balik pada pembelajaran siswa secara lebih sistematik, lebih fleksibel, dan lebih efektif. Guru siap menanyakan dan mereaksi pertanyaan siswa, memonitor bahasa tubuh (body language) dan ekspresi wajah peserta didik, mengoreksi PR (pekerjaan rumah) dan hasil tes siswa, dan seterusnya. Penilaian kelas memberi sebuah cara untuk melakukan penilaian secara menyeluruh (holistik) dan sistematik dalam proses pembelajaran di kelas.

Demikian, anda telah membaca uraian tentang penilaian kelas otentik menurut Kurikulum 2013 yang meliputi penilaian berdasarkan stand ar, prinsip-prinsip penilaian otentik, dan karakteristik-karakteristik penilaian kelas otentik dari blog penelitian tindakan kelas. Semoga bermanfaat.

Page 7: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

Konsep Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013Beberapa waktu yang lalu blog penelitian tindakan kelas telah menampilkan uraian tentang prinsip, pendekatan dan karakteristik penilaian dalam Kurikulum 2013. Kini saatnya menguraikan tentang apa esensi konsep penilaian hasil belajar menurut Kurikulum 2013 yang baru diterapkan pada beberapa sekolah ini.

Konsep Pengukuran, Penilaian dan Asesmen

Penilaian, Pengukuran, dan Asesmen dalam Kurikulum 2013

Yang dimaksud dengan penilaian di dalam Kurikulum 2013 adalah sama dengan asesmen. Selanjutnya buku pedoman pelaksanaan pembelajaran Kurikulum 2013 menyebutkan bahwa ada tiga kegiatan yang perlu didefinisikan dalam kaitan dengan konsep penilaian (asesmen), yaitu:

1. Pengukuran

2. Penilaian

3. Evaluasi

Sebenarnya istilah pengukuran, penilaian dan evaluasi mempunyai makna yang tidak sama, tetapi masing-masing saling terkait. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan suatu kriteria atau ukuran. Penilaian adalah proses mengumpulkan informasi/bukti melalui pengukuran, menafsirkan, mendeskripsikan, dan menginterpretasi bukti-bukti hasil pengukuran. Evaluasi adalah proses mengambil keputusan berdasarkan hasil-hasil penilaian.

Cakupan Penilaian Menurut Kurikulum2013Di dalam Kurikulum 2013, kompetensi inti (KI) dirumuskan menjadi 4 bagian yaitu: 

1. KI-1: kompetensi inti sikap spiritual.

2. KI-2: kompetensi inti sikap sosial.

3. KI-3: kompetensi inti pengetahuan.

4. KI-4: kompetensi inti keterampilan.

Page 8: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

Pada tiap materi pokok tertentu akan terdapat rumusan KD untuk masing-masing aspek KI. Jadi, pada suatu materi pokok tertentu, akan selalu muncul 4 KD sebagai berikut: 

1. KD pada KI-1: aspek sikap spiritual (untuk matapelajaran tertentu bersifat generik, artinya berlaku untuk seluruh materi pokok).

2. KD pada KI-2: aspek sikap sosial (untuk matapelajaran tertentu bersifat relatif generik, namun beberapa materi pokok tertentu ada KD pada KI-3 yang berbeda dengan KD lain pada KI-2).

3. KD pada KI-3: aspek pengetahuan

4. KD pada KI-4: aspek keterampilan

Nah, penilaian yang harus dilakukan adalah mencakup keempat kompetensi inti tersebut.

Metode dan Instrumen Penilaian dalam Kurikulum 2013

Bermacam-macam metode dan instrumen baik dalam bentuk formal maupun nonformal dipergunakan pada kegiatan penilaian dalam rangka mengumpulkan informasi. Informasi yang dikumpulkan menyangkut semua perubahan yang terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Penilaian dapat dilakukan selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil/produk).

Penilaian Nonformal/Informal

Penilaian nonformal bisa berupa komentar-komentar guru yang diberikan/diucapkan selama proses pembelajaran. Saat seorang peserta didik menjawab pertanyaan guru, pada waktu siswa atau beberapa siswa mengajukan pertanyaan kepada guru atau temannya, atau saat seorang siswa memberikan komentar terhadap jawaban guru atau siswa lainnya, dengan demikian berarti guru telah melakukan penilaian nonformal/informal terhadap performansi siswa tersebut.

Penilaian Formal

Penilaian proses formal adalah sebaliknya dari penilaian informal. Penilaian formal adalah teknik pengumpulan informasi yang didesain untuk mengidentifikasi dan merekam pengetahuan dan keterampilan siswa. Tidak sama dengan penilaian proses informal, penilaian proses formal merupakan kegiatan yang disusun dan dilakukan secara sistematis dengan tujuan untuk membuat suatu simpulan tentang kemajuan siswa.

Page 9: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

 Sistem Penilaian dalam Kurikulum 2013: Kajian Dokumen Terhadap Kurikulum 201311d. menentukan kriteria kenaikan kelas; dan seterusnya (bdk. LampiranPermen No. 66 Tahun 2013).I. Model Penilaian Otentik pada Kurikulum 2013Sebagaimana diketeahui bahwa penilaian pada kurikulum KTSP berbedadengan kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013, penilaian dilakukan secarakomperehensif untuk menilai dari masukan (input ), proses, dan keluaran (output ) pembelajaran meliputi: ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan (bdk.Lampiran Permendikbud No. 66 tahun 2013).Penilaian otentik menilai kesiapan peserta didik serta proses dan hasil belajar secara utuh. Dalam penilaian otentik setiap pendidik mengetahui perkembangan siswa dalam setiap proses kegiatan belajar mengajar di kelas.Setiap komponen yang ada di kelas termasuk antar siswa ikut terlibat dalam penilaian otentik ini. pada kurikulum sebelumnya penilaian menggunakan skala 0hingga 100, sedangkan aspek afektif menggunakan huruf A, B, C,dan D. Pada kurikulum 2013 skala nila tidak lagi 0 –  100, melainkan 1 –  4 untukaspek kognitif dan psikomotor, sedangkan untuk aspek afektif menggunakanSB =Sangat Baik, B = Baik, C = Cukup, K = Kurang. Skala nilai 1 –  4 denganketentuan kelipatan 0,33. Diantara aspek penilaian pada kurikulum 2013 adalah penilaianknowlidge, penilaian skill , dan penilaian sikap.a. Penilaian Sikap1. Sikap (spiritual dan sosial) untuk LHB terdiri atas sikap dalam mata pelajaran dan sikap antar mata pelajaran. Sikap dalam mata pelajarandiisi oleh setiap guru mata pelajaran berdasarkan rangkuman hasil pengamatan guru, penilaian diri, penilaian sejawat, dan jurnal, ditulisdengan predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), atau Kurang(K). Sikap antar mata pelajaran diisi oleh wali kelas

Page 10: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

setelah berdiskusidengan semua guru mata pelajaran, disimpulkan secara utuh dan ditulisdengan deskripsi koherensi.2. Penilaian Sikap dalam mata pelajaran diperoleh dari hasil penilaianobservasi (Penilaian Proses), penilaian diri sendiri, penilaian antarteman, dan jurnal catatan guru.3.  Nilai Observasi diperoleh dari hasil Pengamatan terhadap Proses sikaptertentu sepanjang proses pembelajaran satu Kompetensi Dasar (KD). 4. Untuk penilaian Sikap Spiritual dan Sosial (KI-1 dan KI-2)menggunakan nilai Kualitatif sebagai berikut:Bentuk Nilai Nilai (Angka)SB = Sangat Baik = 80 –  100

 Sistem Penilaian dalam Kurikulum 2013: Kajian Dokumen Terhadap Kurikulum 201312B = Baik = 70 –  79C = Cukup = 60 –  69K = Kurang = < 60 b. Penilaian PengetahuanAdapun bentuk penilaian pengetahuan terdiri atas:1.  Nilai Proses (Nilai Harian = NH)2.  Nilai Ulangan Tengah Semester (UTS), dan3.  Nilai Ulangan Akhir Semester (UAS).c. Penilaian KeterampilanPenilaian Ketrampilan terdiri atas: Nilai Praktik, Nilai Projek dan NilaiPortofolio. Penilaian rapor untuk pengetahuan dan keterampilanmenggunakan penilaian kuantitatif dengan skala 1 –  4 (kelipatan 0,33),dengan 2 (dua) desimal dan setiap aras (tingkatan) diberi predikat sebagai berikut:Tabel skala PenilaianHuruf Nilai angka Huruf Nilai angkaA : 3,67 –  4.00C+ : 2,01

Page 11: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

 –  2,33A- : 3,34 –  3,66C : 1,67 –  2,00B+ : 3,01 –  3,33C- : 1,34 –  1,66B : 2,67 –  3,00D+: 1,01 –  1,33B- : 2,34 –  2,66D : < 1,00J. SimpulanBerdasarkan paparan di atas, kurikulum 2013 menekankan pada penilaianterhadap tiga komponen dalam proses. Tiga komponen tersebut adalah skill(keterampilan) , knowlidge(pengetahuan) ,dan attitude (prilaku). Tiga komponenitu didapatkan pada proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, kurikulmu 2013lebih mengedepankan penilaian otentik (penilaian yang sebenarnya). Seluruhrangkaian pembelajaran siswa menjadi titik perhatian seorang pendidik dalammemberikan penilaian.Dalam proses penilaian, digunakan pendekatan penilaian menggunakansistem penilaian otentik , siswa dinilai pada proses pembelajaran berlangsung.Pada proses pembelajaran, mengedepankan pendekatan saintifik, siswa diarahkanuntuk mengelabolarisakan, menemukan dan menjelaskan fenomena yang terjadidilapanan berdasarkan hasil temuannya. Dengan demikian, pendekatan inimengarahkan pada satu kesimpulan bahwa siswa akan memahami pengetahuan berdasarkan apa yang ia rasakan dan ditemukan.

Page 12: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

 Sistem Penilaian dalam Kurikulum 2013: Kajian Dokumen Terhadap Kurikulum 201313DaftarPustaka Arifin, Zaenal. 2012. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum.Bandung:Rosdakarya.Solopost. 29 Agustus 2013. Kurikulum 2013: Sistem Pendidikan Baru Gunakan 9Penilaian.Pergeseran Paradigma Belajar Abad 21. (http://www.kemdikbud.go.id,diakses 20 November 2013).Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentangStandar Nasional Pendidikan.Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2013.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 66 tahun 2013 tentangStandar Penilaian Pendidikan.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 66 tahun 2013 tentangStandar Proses Pendidikan Dasar dan MenengahPeraturan Pendidikan Pendidikan Nasional 20 Tahun 2007 tentangStandar Penilaian Pendidikan.Sudrajat, Ahmad. 31 Januari 2008.Teori Pendidikan dan Kurikulum,( http://akhmadsudrajat.wordpress.com ,  diunduh 15 September 2013).Undang-undang Republik Indonesia No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 

Page 13: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

Penerapan Kurikulum 2013 membawa konsekuensi perubahan. Pergeseran utama menyangkut lima komponen standar,

yaitu: standar kompetensi lulusan, proses, isi, penilaian. Perubahan dalam keempat standar selanjutnya akan berdampak

pada perubahan berbagai komponen manajemen. Deskripsi secara umum pergeseran dari kurikulum 2006 terurai di bawah

ini.

 

A.   Perbedaan Esensial

Perbedaan esensial pembelajaran  kurikulum 2013 dengan kurikulum 2016  adalah  pendekatantematik terpadu di SD,

tematik terpadu pada IPA dan IPS di SMP dan pendekatan mata pelajaran , serta peminatan di SMA dan SMK. Perbedaan

yang lebih luas secara esensial dapat dilihat dalam materi pada Elemen Perubahan pada Kurikulum 2013 (525)

B.   Pegeseran pada SKL(Standar Kompetensi Lulusan):

Kurikulum 2013   meningkatkan dan menyeimbangkan  soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap,

keterampilan, dan pengetahuan. Di samping itu, kompetensi yang semula diturunkan dari matapelajaran berubah menjadi

mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Berberapa pergeseran dapat dilhat pula pada tiap jenjang seperti di bawah

ini

Karakteristik SD

Holistik berbasis sains (alam, sosial, dan budaya)

Jumlah matapelajaran dari 10 menjadi 6

Jumlah jam bertambah 4 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran

Karakteristik SMP

TIK menjadi media semua matapelajaran

Pengembangan diri terintegrasi pada setiap matapelajaran dan ekstrakurikuler

Jumlah matapelajaran dari 12 menjadi 10

Jumlah jam bertambah 6 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran

SMA

Perubahan sistem: ada matapelajaran wajib dan ada matapelajaran pilihan

Terjadi pengurangan matapelajaran yang harus diikuti siswa

Jumlah jam bertambah 1 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran

SMK

Penambahan jenis keahlian  berdasarkan spektrum kebutuhan  (6 program keahlian, 40 bidang keahlian, 121

kompetensi keahlian)

Pengurangan adaptif dan normatif, penambahan produktif

produktif disesuaikan dengan trend perkembangan d

D.  Standar Proses Pembelajaran

Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi  dilengkapi dengan Mengamati,

Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.

Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di  lingkungan sekolah dan masyarakat

Guru bukan satu-satunya sumber belajar.

Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan

SD : Tematik terpadu

Page 14: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

SMP: IPA dan IPS masing-masing diajarkan secara terpadu

SMA: Adanya mata pelajaran wajib dan pilihan sesuai dengan bakat dan minatnya

SMK: Kompetensi keterampilan yang sesuai dengan standar industri

E.   Penilaian Hasil Belajar

Komponen perubahan pada penilaian hasil belajar:

Penilaian berbasis kompetensi

Pergeseran dari penilain melalui tes [mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja], menuju

penilaian otentik [mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil]

Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang

diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal)

Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL

Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian

Untuk meningkatkan kelengkapan informasi tentang elemen pergeseeran dapat dilihat dalam power point yang dapat

diunduh.

Page 15: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

Penilaian Autentik dalam Kurikulum 2013Juli 30, 2013 oleh SulipanA.       Definisi dan Makna Asesmen Autentik

Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk

ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah asesmen merupakan sinonim dari penilaian,

pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari  asli, nyata, valid, atau

reliabel. Dalam kehidupan akademik keseharian, frasa asesmen autentik dan penilaian autentik sering

dipertukarkan. Akan tetapi, frasa pengukuran atau pengujian autentik, tidak lazim digunakan.

Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara signifikan  dibandingkan dengan  tes pilihan

ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan asesmen autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi

belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas

mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.

Untuk mendapatkan pemahaman cukup komprehentif mengenai arti asesmen autentik, berikut ini

dikemukakan beberapa definisi.Dalam American Librabry Associationasesmen autentik didefinisikan sebagai

proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang

relevan dalam pembelajaran.

Dalam Newton Public School, asesmen autentik diartikan sebagai penilaian atas produk dan kinerja yang

berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta didik.  Wiggins mendefinisikan asesmen

autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan

yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas

artikel, memberikan analisa oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat, dan

sebagainya.

B. Asesmen Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013

Asesmen autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan

tuntutan Kurikulum 2013. Karena, asesmen semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar

peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-

lain.Asesmen autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan

peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Karenanya,

asesmen autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya

jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.

Kata lain dari asesmen autentik adalah penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian proyek.  Asesmen autentik

adakalanya disebut  penilaian responsif, suatu metode yang sangat populer untuk menilai proses dan hasil

belajar peserta didik yang miliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu,

memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Asesmen autentik dapat juga diterapkan dalam bidang

ilmu tertentu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses

atau hasil pembelajaran.

Asesmen autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunkan standar tes berbasis norma,

pilihan ganda,  benar–salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. Tentu saja, pola penilaian

seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang lzim digunakan dan memperoleh

legitimasi secara akademik. Asesmen autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru

bekerja sama dengan  peserta didik. Dalam asesmen autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting.

Page 16: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan

dinilai.

Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka

meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan

belajar yang lebih tinggi. Pada asesmen autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan

konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah.

Asesmen autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan

keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses

pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja. Dalam beberapa kasus,

peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka

lakukan.

Asesmen autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena berfokus

pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek. Asesmen autentik

harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki

oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau

belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi

materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan.

C.  Asesmen Autentik dan Belajar Autentik

Asesmen Autentik menicayakan proses belajar yang Autentik pula. Menurut Ormiston belajar autentik

mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang dilakukan oleh peserta didik dikaitkan dengan realitas

di luar sekolah atau kehidupan pada umumnya.Asesmen semacam ini cenderung berfokus pada tugas-tugas

kompleks atau kontekstual bagi peserta didik, yang memungkinkan mereka secara nyata menunjukkan

kompetensi atau keterampilan yang dimilikinya. Contoh asesmen autentik antara lain keterampilan kerja,

kemampuan mengaplikasikan atau menunjukkan perolehan pengetahuan tertentu, simulasi dan bermain

peran, portofolio, memilih kegiatan yang strategis, serta memamerkan dan menampilkan sesuatu.

Asesmen autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula. Menurut Ormiston belajar autentik

mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di luar

sekolah.Asesmen Autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran langsung

keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di

tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang

kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan

sikap, keteampilan, dan pengetahuan yang ada.

Dengan demikian, asesmen autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar

semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda. Konstruksi sikap,

keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana peserta didik telah memainkan

peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi

perkembangan pribadi mereka.

Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan pendekatan saintifik,

memahahi aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta

mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang luar sekolah. Di sini,  guru dan peserta didik

memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari,

memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas. Asesmen autentik

Page 17: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

pun mendorong peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan,

menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.

Sejalan dengan deskripsi di atas, pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guru autentik.” Peran

guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian. Untuk bisa melaksanakan

pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu seperti disajikan berikut ini.

1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain

pembelajaran.

2. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan

mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumberdaya

memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.

3. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan

pemahaman peserta didik.

4. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan

menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.

Asesmen autentik adalah komponen penting dari reformasi pendidikan sejak tahun 1990an. Wiggins (1993)

menegaskan bahwa metode penilaian tradisional untuk mengukur prestasi, seperti tes pilihan ganda,

benar/salah, menjodohkan, dan lain-lain telah gagal mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya.

Tes semacam ini telah  gagal memperoleh gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan, dan

pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau masyarakat.

Asesmen hasil belajar yang tradisional bahkan cenderung mereduksi makna kurikulum, karena tidak

menyentuh esensi nyata dari proses dan hasil belajar peserta didik. Ketika asesmen tradisional cenderung

mereduksi makna kurikulum, tidak mampu menggambarkan kompetensi dasar, dan rendah daya prediksinya

terhadap derajat sikap, keterampilan, dan kemampuan berpikir yang diartikulasikan dalam banyak mata

pelajaran atau disiplin ilmu; ketika itu pula asesmen autentik memperoleh traksi yang cukup kuat. Memang,

pendekatan apa pun yang dipakai dalam penilaian tetap tidak luput dari kelemahan dan kelebihan. Namun

demikian, sudah saatnya guru profesional pada semua satuan pendidikan memandu gerakan memadukan

potensi peserta didik, sekolah, dan lingkungannya melalui asesmen proses dan hasil belajar yang autentik.

Data asesmen autentik digunakan untuk berbagai tujuan seperti menentukan kelayakan akuntabilitas 

implementasi kurikulum dan pembelajaran di kelas tertentu. Data asesmen autentik dapat dianalisis dengan

metode kualitatif, kuanitatif, maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dari asesmen otentif berupa narasi atau

deskripsi atas capaian hasil belajar peserta didik, misalnya, mengenai keunggulan dan kelemahan, motivasi,

keberanian berpendapat, dan sebagainya. Analisis kuantitatif dari data asesmen autentik menerapkan rubrik

skor atau daftar cek (checklist) untuk menilai tanggapan relatif peserta didik relatif terhadap kriteria dalam

kisaran terbatas dari empat atau lebih tingkat kemahiran (misalnya: sangat mahir, mahir, sebagian mahir,

dan tidak mahir). Rubrik penilaian dapat berupa analitik atau holistik. Analisis holistik memberikan skor

keseluruhan kinerja peserta didik, seperti menilai kompetisi Olimpiade Sains Nasional.

D.  Jenis-jenis Asesmen Autentik

Dalam rangka melaksanakan asesmen autentik yang baik, guru harus memahami secara jelas  tujuan yang

ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya pada diri sendiri, khususnya berkaitan dengan: (1) sikap,

keterampilan, dan pengetahuan apa yang akan dinilai; (2) fokus penilaian akan dilakukan, misalnya,

berkaitan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan; dan (3) tingkat pengetahuan apa yang akan dinilai,

seperti  penalaran, memori, atau proses. Beberapa jenis asesmen autentik disajikan berikut ini.

1. Penilaian Kinerja

Page 18: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-

aspek yangg akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan

unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan

menggunakan informasi ini, guru dapat memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam

bentuk laporan naratif mauun laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian

berbasis kinerja:

1. Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur

tertentu dari indikator atau subindikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa atau

tindakan.

2. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan cara guru menulis

laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik selama melakukan

tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapa baik peserta didik memenuhi

standar yang ditetapkan.

3. Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala numerik

berikut predikatnya. Misalnya: 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 = kurang

sekali.

4. Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan cara mengamati

peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan. Guru menggunakan

informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta didik sudah berhasil atau belum.

Cara seperti tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup dianjurkan.

Penilaian  kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertama, langkah-langkah kinerja harus

dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja yang nyata untuk suatu atau beberapa jenis kompetensi

tertentu.Kedua, ketepatan dan kelengkapan aspek kinerja yang dinilai.Ketiga, kemampuan-kemampuan

khusus yang diperlukan oleh peserta didik untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran.Keempat, fokus

utama dari kinerja yang akan dinilai, khususnya indikator esensial yang akan diamati. Kelima, urutan dari

kemampuan atau keerampilan peserta didik yang akan diamati.

Pengamatan atas kinerja peserta didik perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk  menetapkan tingkat

pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai keterampilan berbahasa peserta didik, dari aspek

keterampilan berbicara, misalnya,  guru dapat mengobservasinya pada konteks yang, seperti berpidato,

berdiskusi, bercerita, dan wawancara. Dari sini akan diperoleh keutuhan mengenai keterampilan berbicara

dimaksud. Untuk mengamati kinerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen, seperti penilaian

sikap, observasi perilaku, pertanyaan langsung, atau pertanyaan pribadi.

Penilaian-diri (self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian kinerja. Penilaian diri merupakan suatu

teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status,  proses

dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri

dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.

Penilaian ranah sikap.Misalnya, peserta didik diminta mengungkapkan curahan perasaannya

terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

Penilaian ranah keterampilan. Misalnya,  peserta didik diminta untuk menilai kecakapan atau

keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah

disiapkan.

Penilaian ranah pengetahuan.  Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai penguasaan

pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu

berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

Teknik penilaian-diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif. Pertama, menumbuhkan rasa percaya

diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong,

Page 19: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

membiasakan, dan melatih peserta didik  berperilaku jujur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju

secara personal.

2.  Penilaian Proyek

Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus

diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa

investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data,

pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek

bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain.

Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan untuk

mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Karena itu, pada setiap penilaian proyek,

setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus dari guru.

1. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah

dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.

2. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan,

dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

3. Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh

peserta didik.

Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, danproduk proyek. Dalam kaitan ini serial

kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi penyusunan rancangan dan instrumen penilaian,

pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen

daftar cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau

tertulis.

Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus. Penilaian produk dari

sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil akhir secara holistik dan

analitik.  Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian atas kemampuan peserta didik menghasilkan produk,

seperti makanan, pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan, patung, dan lain-lain), barang-barang terbuat

dari kayu, kertas, kulit, keramik, karet, plastik, dan karya logam.Penilaian secara analitik merujuk pada

semua kriteria  yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu. Penilaian secara holistik merujuk

pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas produk yang dihasilkan.

3.  Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai

sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara

perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi

berdasarkan beberapa dimensi.

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang

menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut

dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai),

atau informasi lain yang releban dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau

mata pelajaran tertentu.Fokus penilaian portofolio adalahkumpulan karya peserta didik secara individu atau

kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama dilakukan oleh guru, meski dapat

juga oleh peserta didik sendiri.

Memalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik.

Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat karangan, puisi, surat, komposisi musik,

Page 20: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur, laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian

itu, guru dan/atau peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.

Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.

1. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.

2. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.

3. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru

menyusun portofolio pembelajaran.

4. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai

catatan tanggal pengumpulannya.

5. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.

6. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang

dihasilkan.

7. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.

4. Penilaian Tertulis

Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulis yang lazim dilaksanakan

pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim dilakukan. Tes tertulis terdiri

dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban

terdiri dari   pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban

terdiri dari isian atau melengkapi,  jawaban singkat atau pendek, dan  uraian.

Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami,

mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atasmateri

yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu

menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.

Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan jawabannya sendiri yang

berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama. Misalnya, peserta

didik tertentu melihat fenomena kemiskinan dari sisi pandang kebiasaan malas bekerja, rendahnya

keterampilan, atau kelangkaan sumberdaya alam. Masing-masing sisi pandang ini akan melahirkan jawaban

berbeda, namun tetap terbuka memiliki kebenarann yang sama, asalkan analisisnya benar. Tes tersulis

berbentuk esai biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka (extended-response) atau

jawaban terbatas (restricted-response). Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh guru.

Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada

tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.

Sumber : Kemendikbud

Page 21: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

Penilaian Hasil Belajar Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMP Berdasarkan Kurikulum 2013

Oleh:Amas Sutiana, M.M.Pd

Widyaisawara MudaLembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Propinsi Jawa Barat

A.    PendahuluanSebuah proses pembelajaran formal di sekolah tidak terlepas dari tahapan dan persiapan para pendidik yang melingkupi proses: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi atau penilaian hasil belajar bagi peserta didiknya. Begitu pula dengan proses pembelajaran Bahasa Inggris, para  pendidik dituntut untuk mampu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran itu sendiri  berdasarkan Standar Nasional Pendidikan, terutama untuk Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi Standar Proses, dan Standar Penilaian.

Hal ini sejalan pula dengan penerapan Kurikulum 2013 yang mulai diberlakukan  pada tahun pelajaran saat ini. Secara singkat, bahwa perencanaan dilakukan oleh pendidik dengan melakukan, pertama pengkajian/analisis SKL dan SI dan silabus yang memuat Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar serta indikator  sebagai acuan untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan pengembangan materi pembelajaran. Kedua, menyusun RPP, sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran yang di dalamnya mencakup; materi, metode dan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan serta penilaian pembelajarannya.B.     PembahasanStandar  Nasional  Pendidikan  merupakan  kriteria  minimal  tentang  sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 poin  (1) dan    Peraturan  Pemerintah  Nomor.  32  Tahun  2013  tentang  perubahan  atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan).Lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi: (a) standar isi, (b) standar proses, (c) standar  kompetensi  lulusan,  (d)  standar  pendidik  dan  tenaga  kependidikan,  (e) standar sarana dan prasarana, (f) standar pengelolaan, (g) standar pembiayaan, dan (h) standar penilaian pendidikan.Standar  Penilaian  pendidikan  sebagai  salah  satu  dari  8  (delapan)  standar nasional  merupakan  kriteria  minimal  mengenai  mekanisme,  prosedur,  dan instrumen  hasil  belajar  peserta  didik.  Penilaian  hasil  belajar  dilakukan  oleh pendidik, satuan pendidikan dan pemerintah. Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh  pendidik  dan  satuan  pendidikan  merupakan  penilaian  internal  (internalassessment),  sedangkan  penilaian  yang  diselenggarakan  oleh  pemerintah merupakan  penilaian  eksternal  (external  assessment).  Penilaian  internal  adalah penilaian  yang  direncanakan  dan  dilakukan  oleh  pendidik  pada  saat  proses pembelajaran  berlangsung  dalam  rangka  penjaminan  mutu  melalui  perbaikan kualitas  pembelajaran  secara  terus-menerus.  Penilaian  eksternal  merupakan penilaian  yang  dilakukan  oleh  pemerintah  melalui  Ujian  Nasional  dalam  rangka pengendalian mutu pendidikan nasional.1.      Konsep penilaian Hasil Belajar berbasis Kurikulum 2013Penilaian  merupakan  pengumpulan  informasi  mengenai  perubahan kualitas  dan  kuantitas  di  dalam  diri  peserta  didik  atau  grup  (Johnson  and Johnson,  2002:  27).  Blaustein  (dalam  Ibrahim,  2001:5)  mengatakan  bahwa penilaian  (asesmen)  adalah  proses  mengumpulkan  informasi  dan  membuat keputusan berdasarkan  informasi  itu. Arends    (1997:17) menjelaskan, penilaian biasanya mengacu pada  seluruh  informasi penilaian oleh guru untuk membuat keputusan  tentang  peserta  didik  dan  kelasnya.  Informasi  tentang  siswa,  dapat diperoleh  secara  informal melalui  observasi  dan  perubahan  verbal  dan  dapat pula  secara  formal  dengan  tes,  pekerjaan  rumah,  dan  laporan  secara  tertulis.Linn  &  Gronlund  (1995:5) mendefinsikan  penilaian  kelas  sebagai  suatu  istilah umum meliputi prosedur yang digunakan untuk memperoleh  informasi tentang pembelajaran peserta didik  (pengamatan,  tingkat performans;  tes  tertulis) dan terjadi  pertimbangan  pemberian  nilai  dengan  memperhatikan  kemajuan pembelajaran.Penilaian  hasil  pembelajaran  pada  jenjang  pendidikan  dasar  dan menengah menggunakan  berbagai  teknik  penilaian  sesuai  dengan  kompetensi dasar  yang  harus  dikuasai. Dalam  implementasi  Kurikulum  2013,  teknik-teknik penilaian  untuk mengukur  aktivitas-aktivitas  kognitif,  sikap,  dan  keterampilan peserta didik, bersifat lentur serta lebih bervariasi. Dalam hal ini, penilaian lebih ditujukan  pada mengakses  proses  pembelajaran. Oleh  sebab  itu,  lebih  banyak digunakan  data  subjektif  untuk  menilai  pertumbuhan  peserta  didik.  Data subyektif  tersebut  diperoleh  dari  hasil  pengamatan  penugasan,  unjuk  kerja  peserta  didik  (aktivitas  aktif  siswa),  lembar  observasi,  angket,  kuesioner, penilaian  tentang  jurnal  metakognisi  yang  dikonstruksi  peserta  didik,  hasil ringkasan dan laporan proyek (presentasi hasil kerja), tes, dan lain-lain.Sejumlah  aspek  unjuk  kerja  peserta  didik  yang  perlu  diamati  selama pembelajaran adalah: (1) apakah peserta didik mencoba memecahkan masalah, (2)  apakah  mereka  bekerja  secara  kooperatif  dalam  kelompok,  (3)  apakah mereka tetap menunjukkan ketekunan walaupun terkadang menemui

Page 22: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

kegagalan dalam  mencoba  pemecahan  masalah  pertama,  dan  (4)  apakah  mereka menunjukkan rasa percaya diri. Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan daftar  cek  (check  list)  yang  mendeskripsikan  kualitas  unjuk  kerja  serta membantu  para  peserta  didik  berpikir  tentang  apa  yang mereka  pikirkan  dan membuat perubahan dalam cara bagaimana mereka berpikir adalah esensi dari metakognisi. Metakognisi merupakan dasar menuju pada aktivitas problem solving dan reasoning.  Metakognisi  sangat  penting  untuk  membantu  peserta  didik memikirkan  proses  tindakan  yang  mereka  lakukan  dalam  belajar.  Tindakan tersebut  misalnya  mengkonstruksi  jurnal.  Jurnal  metakognisi  adalah  hasil pekerjaan  peserta  didik  berupa  pengkonstruksi  masalah  berikut  solusi  yang ditampilkan  terhadap  masing-masing  masalah.  Jurnal  metakognisi  juga  dapat diwujudkan berupa hasil elaborasi terhadap bacaan tertentu. Penilaian dilakukandengan  menggunakan  rubrik  yang  berisi  deskripsi  kualitatif  dan  kuantitatif tentang jurnal yang dikonstruksi.Penggunaan  model  tes  juga  merupakan  alternatif  cara  penilaian  dalam implementasi  Kurikulum  2013.  Peserta  didik  dilibatkan  mengamati, mengumpulkan informasi dalam penemuan konsep dan aturan-aturan ilmu yang dipelajari,  pemecahan  masalah,  dan  proses  berpikir  divergen  dikembangkan. Untuk mengakses proses berpikir divergen, tidak cukup dengan tes pilihan ganda yang  hanya menuntut  satu  jawaban  benar,  tetapi  diperlukan  tes  yang  bertipe extended  respons  dan  asesmen  yang  dapat  mengaskes  secara  komprehensif bagaimana  para  peserta  didik  mengorganisasi,  menstrukturisasi,  dan menggunakan  informasi  yang  dipelajari  dalam  konteks  memecahkan  masalah serta berpikir tentang aktivitas belajar mereka di kelas atau di dunia nyata. Tes  dan  asesmen  semacam  itu  dapat  menantang  peserta  didik  untuk mengeksplorasi  jawaban  secara  terbuka, memecahkan masalah  kompleks,  dan melukiskan  kesimpulan  sendiri.  Untuk  maksud  tersebut,  terdapat  enam karakteristik  asesmen,  yaitu:  (1)  menanyakan  pebelajar  untuk  menampilkan, menciptakan, menghasilkan, atau mengerjakan sesuatu, (2) merangsang berpikir tingkat  tinggi  dan  keterampilan-keterampilan  pemecahan  masalah,  (3) menggunakan  tugas-tugas  yang  mewakili  aktivitas-aktivitas  pembelajaran.bermakna,  (4) meminta  penerapan-penerapan  dunia  nyata,  dan  (5) membuat pedoman  penskoran dengan penggunaan pertimbangan  secara manusiawi dan karakteristik  soal.  Keseluruhan  aktivitas  ini  ternilai  saat  peserta  didik memecahkan  masalah  untuk  menemukan  konsep  dan  prinsip  yang  akan dikuasai,  mengerjakan  lembar  kerja  peserta  didik  dan  berdasarkan  tes  hasil belajar (tes uraian).Apabila para peserta didik mengkonstruksi informasi dalam belajar mereka dan  menerapkan  informasi  tersebut  dalam  seting  kelas,  maka  asesmen hendaknya  menyediakan  peluang  kepada  para  peserta  didik  untuk mengkostruksi  respon-respon  dan  menerapkan  belajar  mereka  dalam memecahkan  masalah  dan  berpikir  secara  kompleks  yang  mencerminkan aktivitas-aktivitas kelas dalam cara-cara yang otentik. Dengan  kata  lain,  asesmen  otentik  sangat  diperlukan  dalam  penilaian proses dan  hasil belajar. Asesmen otentik  sangat  relevan dan bermakna untuk para  peserta  didik,  kontekstual,  penekanan  pada  keterampilan-keterampilan kompleks,  menyediakan  tidak  hanya  satu  jawaban  benar,  memiliki  standar umum,  dan  fleksibel  (Santyasa,  2003a).  Tes  tipe  extended  respons,  asesmen kinerja, dan asesmen portofolio adalah alternatif-alternatif asesmen autentik. Tes  tipe  extended  respons  merupakan  perangkat  butir  open-ended questions  (Krulik  &  Rudnick,  1999).  Dalam  menjawab  tes  dengan  tipe  open-ended  questions,  peserta  didik  dipicu  melakukan  interpretation,  direction, solution, dan mengomunikasikan pemikirannya secara tertulis atau verbal dalam suatu  extended  response.  Dalam  proses  penyelesaian  masalah,  tipe  tes  esai semacam  ini  dapat  merangsang  peserta  didik  untuk  berpikir  divergen  dan melibatkan  proses  mental  cukup  tinggi.  Pertanyaan-pertanyaan  esai  yang menuntut extended response menuntut para peserta didik mendemonstrasikan kemampuannya  untuk  (1)  memanggil  pengetahuan  faktual,  (2)  melakukan evaluasi  pengetahuan  faktualnya,  (3) mengorganisasi  ide-ide  dan  pengetahuan konseptualnya,  (4)  menerapkan  pengetahuan  prosedural  melalui mempresentasikan  ide-idenya  secara  bebas,  terbuka,  dan  disertai  pemberian alasan dengan cara yang rasional (masuk akal).2.      Komponen Penilaian Hasil Belajar Berdasarkan Kurikulum 2013Terdapat beberapa komponen penting yang perlu dipahami  tentang kurikulum 2013,  komponen  yang  dimaksud  meliputi  :  kompetensi,  standar  kompetensi, kompetensi  inti,  kompetensi  dasar,  silabus,  rencana  pelaksanaan  pembelajaran, standar penilaian pendidikan, dan standar penilaian. 

Kompetensi  adalah  kemampuan  bersikap,  berpikir,  dan  bertindak  secara konsisten

sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik.

Standar  Kompetensi  Lulusan  (SKL)  merupakan  kualifikasi  kemampuan  lulusan   yang

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagaimana yang  telah ditetapkan dalam

kurikulum.

Kompetensi  Inti  adalah  kemampuan  bersikap,  berpikir,  dan  bertindak  secara konsisten

sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan/atau keterampilan yang  dimiliki  oleh  peserta 

didik  yang  telah  menyelesaikan  pendidikan  pada satuan  atau  jenjang  pendidikan  tertentu. 

Page 23: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

Kompetensi  Inti  (KI)  merupakan gambaran  secara  kategorial mengenai  kompetensi  utama 

dalam  aspek  sikap, pengetahuan,  dan  ketrampilan  yang  harus  dipelajari  dan  dimiliki  peserta 

didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran tertentu. 

Kompetensi Dasar adalah kemampuan  bersikap, berpikir, dan bertindak  secara konsisten  

sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap dan atau keterampilan yang dimiliki pserta didik

setelah pokok bahasan tertentu.

Silabus  adalah  rencana  pembelajaran  pada  semester  tertentu  yang mencakup

kompetensi  inti,  kompetensi  dasar,  materi  pembelajaran,  kegiatan pembelajaran,  indikator 

pencapaian  kompetensi,  penilaian,  alokasi waktu,  dan sumber belajar. 

Rencana  Pelaksanaan  Pembelajaran  (RPP)  adalah  rencana  pembelajaran  detil pada  suatu

materi  pokok  atau  tema  tertentu  yang mencakup  kompetensi  inti, kompetensi  dasar,  materi 

pembelajaran,  indikator  pencapaian  kompetensi, tujuan, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi

waktu, dan sumber belajar.

Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan

mekanisme, prosedur, instrumen, dan kriteria penilaian proses dan hasil belajar peserta didik. 

Standar  Penilaian  untuk  satuan  pendidikan  dasar  dan  menengah  mencakup perencanaan,

pelaksanaan, dan  tindak  lanjut penilaian proses dan hasil belajar peserta didik. 3.      Strategi Implementasi  Penilaian Hasil Belajar Mata Pelajaran Bahasa Inggris Jenjang SMPBerdasarkan Standar Isi Kurikulum 2013, ada empat substansi pokok materi pembelajaran Bahasa Inggris sebagai bahan pembelajaran yang terkait dengan pendekatan “Genre Based Approach”  dan menjadi bahan dalam penyusunan kriteria penilaian (Kemdikbud:2013), yaitu:

Tingkat ketercapaian fungsi sosial penggunaan teks

Tingkat kelengkapan dan keruntutan struktur teks

Tingkat ketepatan unsur kebahasaan: tata bahasa, kosa kata, ucapan, tekanan kata, intonasi,

ejaan, dan tulisan tangan.

Tingkat kesusuaian format penulisan/penyampaian1.      Cara Penilaiana.       Unjuk KerjaSasarannya yaitu keterampilan menggunakan bahasa Inggris secara produktif, seperti:memajang tulisan, presentasi, membacakan, dan sebagainya secara bermakna dan otentik atau mendekati otentik. Peserta didik memperagakan proses berfikir tingkat tinggi, dan mandiri, namun penilaiannya bukan hanya pada produk tapi juga pada prosesnya. Kedalaman lebih penting daripada keluasaan.b.      PengamatanSasarannya yaitu tindakan peserta didik belajar melakukan tindakan komunikatif (berbicara, menyimak,membaca, dan menulis) secara wajar, tidak disengaja untuk penilaian. Peserta didik menyadari dituntut untuk bertindak terbaik, tetapi tidak menyadari sedang dinilai. Jumlah peserta didik yang akan diamati pada setiap kali pengamatan perlu ditentukan. Penilaian diarahkan pada salah satu atau lebih dari ketiga unsur teks.c.       PortofolioSasarannya menilai ketekunan, minat, kemajuan, dan keberhasilan dalam belajar melakukan banyak kegiatan dengan bahasa Inggris. Kumpulan pekerjaan peserta didik yang mendukung proses belajar, antara lain laporan kemajuan, jadwal kerja, outline proyek, jurnal, buku harian, dan sebagainya. Kumpulan karya peserta didik yang mencerminkian hasil atau capaian belajar antara lain teks yang disalin, diringkas, dibuat sendiri, yang telah dibaca, foto, video,clipping dan sebagainya. Kumpulan hasil tes, ujian, nilai dan latihan.d.      Penilaian Diri dan Penilaian SejawatSasarannya proses atau hasil belajar. Aspek keterampilan khusus atau penilaian secara umum. Penilaian metakognitif, untuk meningkatkan kualitas belajar. Bentuknya seperti: diary, jurnal, format khusus, yang berupa: komentar, checklist, dan penilaian. Peserta didik diberikan pelatihan sebelum dituntut untuk melaksanakannya.e.       Ujian/ulangan Tengah Semester dan Ujian/ulangan Akhir Semester2.      Rincian Aspek PenilaianBerikut akan disajikan beberapa aspek penilaian berdasarkan pengetahuan, sikap dan keterampilan, diantaranya:a.       Penilaian dari Aspek Pengetahuan (knowledge)

1. Kosa kata  (vocabulary)

2. Kelancaran (fluency

Page 24: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

3. Ketelitian (accuracy)

4. Pengucapan (pronunciation)

5. Intonasi (intonation)

6. Pemahaman (understanding)

7. Pilihan kata (diction)b.      Penilaian dari Aspek Sikap (attitude)

1. Rasa hormat (respect)

2. Jujur (honest)

3. Peduli (care)

4. Berani (brave)

5. Percaya diri (confidence)

6. Berkomunikasi baik (communicative)

7. Peduli sosial (social awareness)

8. Rasa ingin tahu (curiosity)c.       Penilaian dari Aspek Tingkah Laku (action)

1. Kerja sama (team work)

2. Melakukan tindak komunikasi yang tepat (communicative action)

3. Pedoman Penilaian Keterampilan menulis (writing)Aspek penilaian keterampilan menulis yang diharapkan, yaitu:

Kesesuaian isi dengan judul

Struktur teks

Pilihan kata

Keteerpaduan kalimat

Keterpaduan kalimat

Keterpaduan paragraph

Penulisan kosa kata

Ketepatan tata bahasa

Originalitas penulisan

Kerapihan tulisanC.    PenutupPenilaian Hasil Belajar mata pelajaran Bahasa Inggris merupakan proses pemantauan, pengukuran, dan evaluasi dari pendidik kepada peserta didik berdasarkan proses dan hasil belajarnya  masing – masing. Penilaian hasil belajar untuk mata pelajaran Bahasa Inggris berdasarkan kurikulum 2013 harus mampu menggambarkan ketiga ranah kemampuan/kompetensi peserta didik berupa ranah pengetahuan, keterampilan dan sikap. Khusus untuk sikap, peserta didik diharapkan mampu memiliki sikap religious dan sikap sosial.

Penilaian akan bermakna dan berfungsi dengan baik, apabila dilakukan berdasarkan prinsip – prinsip penilaian seperti objektif, valid dan reliabel, serta yang paling  penting mudah dilakukannya (ekonomis). Selain itu,  pengalaman, kemampuan, serta kreativitas pendidik dalam menyusun rubrik penilaian sangat menentukan dan berkontribusi yang sangat besar terhadap keberhasilan dalam melakukan proses penilaian itu sendiri dan

Selamat mencoba!

Page 25: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013

KONSEP DAN STRATEGI PENILAIAN HASIL BELAJARA. Konsep Penilaian Hasil Belajar1.  Definisi OperasionalDalam pedoman ini, pengertian penilaian sama dengan asesmen. Terdapat tiga kegiatan yang perlu didefinisikan, yakni pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Ketiga istilah tersebut memiliki makna yang berbeda, walaupun memang saling berkaitan. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan suatu kriteria atau ukuran. Penilaian adalah proses mengumpulkan informasi/bukti melalui pengukuran, menafsirkan, mendeskripsikan, dan menginterpretasi bukti-bukti hasil pengukuran. Evaluasi adalah proses mengambil keputusan berdasarkan hasil-hasil penilaian.

a.    Cakupan PenilaianDalam Kurikulum 2013, kompetensi inti (KI) dirumuskan sebagai berikut:a) KI-1: kompetensi inti sikap spiritual.b) KI-2: kompetensi inti sikap sosial.c) KI-3: kompetensi inti pengetahuan.d) KI-4: kompetensi inti keterampilan.

b.    Untuk setiap materi pokok tertentu terdapat rumusan KD untuk setiap aspek KI. Jadi, untuk suatu materi pokok tertentu, muncul 4 KD sebagai berikut:

1)   KD pada KI-1: aspek sikap spiritual (untuk matapelajaran tertentu bersifat generik, artinya berlaku untuk seluruh materi pokok).

2)   KD pada KI-2: aspek sikap sosial (untuk matapelajaran tertentu bersifat relatif generik, namun beberapa materi pokok tertentu ada KD pada KI-3 yang berbeda dengan KD lain pada KI-2).

3)   KD pada KI-3: aspek pengetahuan4)   KD pada KI-4: aspek keterampilan

2.  Metode dan Instrumen PenilaianBerbagai metode dan instrumen baik formal maupun nonformal digunakan dalam penilaian untuk mengumpulkan informasi. Informasi yang dikumpulkan menyangkut semua perubahan yang terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Penilaian dapat dilakukan selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil/produk).Penilaian informal bisa berupa komentar-komentar guru yang diberikan/diucapkan selama proses pembelajaran. Saat seorang peserta didik menjawab pertanyaan guru, saat seorang peserta didik atau beberapa peserta didik mengajukan pertanyaan kepada guru atau temannya, atau saat seorang peserta didik memberikan komentar terhadap jawaban guru atau peserta didik lain, guru telah melakukan penilaian informal terhadap performansi peserta didik tersebut.Penilaian proses formal, sebaliknya, merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dirancang untuk mengidentifikasi dan merekam pengetahuan dan keterampilan peserta didik.Berbeda dengan penilaian proses informal, penilaian proses formal merupakan kegiatan yang disusun dan dilakukan secara sistematis dengan tujuan untuk membuat suatu simpulan tentang kemajuan peserta didik.

Page 26: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

B. Komponen Penilaian Hasil Belajar1.  Prinsip, Pendekatan, dan Karakteristik Penilaiana.  Prinsip PenilaianPenilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1)   Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.2)   Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi

subjektivitas penilai.3)   Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan

khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

4)   Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

5)   Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

6)   Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.

7)   Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.

8)   Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

9)   Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.

10)    Edukatif, berarti penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan pendidikan peserta didik.b.    Pendekatan Penilaian

Penilaian menggunakan pendekatan sebagai berikut:1)   Acuan Patokan

Semua kompetensi perlu dinilai dengan menggunakan acuan patokan berdasarkan pada indikator hasil belajar. Sekolah menetapkan acuan patokan sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.

2)   Ketuntasan BelajarKetuntasan belajar ditentukan sebagai berikut:

Predikat Nilai KompetensiPengetahuan Keterampilan Sikap

A 4 4 SBA - 3,66 3,66B + 3,33 3,33 BB 3 3

B - 2,66 2,66C + 2,33 2,33 CC 2 2

C - 1,66 1,66D + 1,33 1,33 KD 1 1

Page 27: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

a)    Untuk KD pada KI-3 dan KI-4, seorang peserta didik dinyatakan belum tuntas belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator nilai < 2.66 dari hasil tes formatif.

b)   Untuk KD pada KI-3 dan KI-4, seorang peserta didik dinyatakan sudah tuntas belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator nilai ≥ 2.66 dari hasil tes formatif.

c)    Untuk KD pada KI-1 dan KI-2, ketuntasan seorang peserta didik dilakukan dengan memperhatikan aspek sikap pada KI-1 dan KI-2 untuk seluruh matapelajaran, yakni jika profil sikap peserta didik secara umum berada pada kategori baik (B) menurut standar yang ditetapkan satuan pendidikan yang bersangkutan.Implikasi dari ketuntasan belajar tersebut adalah sebagai berikut.

a)    Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diberikan remedial individual sesuai dengan kebutuhan kepada peserta didik yang memperoleh nilai kurang dari 2.66;

b)   Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diberikan kesempatan untuk melanjutkan pelajarannya ke KD berikutnya kepada peserta didik yang memperoleh nilai 2.66 atau lebih dari 2.66; dan

c)    Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diadakan remedial klasikal sesuai dengan kebutuhan apabila lebih dari 75% peserta didik memperoleh nilai kurang dari 2.66.

d)   Untuk KD pada KI-1 dan KI-2, pembinaan terhadap peserta didik yang secara umum profil sikapnya belum berkategori baik dilakukan secara holistik (paling tidak oleh guru matapelajaran, guru BK, dan orang tua).2.  Karakteristik Penilaiana.  Belajar TuntasUntuk kompetensi pada kategori pengetahuan dan keterampilan (KI-3 dan KI-4), peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik.Asumsi yang digunakan dalam belajar tuntas adalah peserta didik dapat belajar apapun, hanya waktu yang dibutuhkan yang berbeda. Peserta didik yang belajar lambat perlu waktu lebih lama untuk materi yang sama, dibandingkan peserta didik pada umumnya.

b.    OtentikMemandang penilaian dan pembelajaran secara terpadu. Penilaian otentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik.

c.    BerkesinambunganTujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk penilaian proses, dan berbagai jenis ulangan secara berkelanjutan (ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, atau ulangan kenaikan kelas).

d.   Berdasarkan acuan kriteriaKemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya ketuntasan minimal, yang ditetapkan oleh satuan pendidikan masing-masing.

e.    Menggunakan teknik penilaian yang bervariasiTeknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja, projek, pengamatan, dan penilaian diri.

Page 28: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

C. Strategi Penilaian Hasi BelajarStrategi penilaian hasil belajar dengan menggunakan Metode dan Teknik Penilaian sebagai berikut:

1.    Metode PenilaianPenilaian dapat dilakukan melalui metode tes maupun nontes. Metode tes dipilih bila respons yang dikumpulkan dapat dikategorikan benar atau salah (KD-KD pada KI-3 dan KI-4). Bila respons yang dikumpulkan tidak dapat dikategorikan benar atau salah digunakan metode nontes (KD-KD pada KI-1 dan KI-2).Metode tes dapat berupa tes tulis atau tes kinerja.

a.    Tes tulis dapat dilakukan dengan cara memilih jawaban yang tersedia, misalnya soal bentuk pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan; ada pula yang meminta peserta menuliskan sendiri responsnya, misalnya soal berbentuk esai, baik esai isian singkat maupun esai bebas.

b.    Tes kinerja juga dibedakan menjadi dua, yaitu prilaku terbatas, yang meminta peserta untuk menunjukkan kinerja dengan tugas-tugas tertentu yang terstruktur secara ketat, misalnya peserta diminta menulis paragraf dengan topik yang sudah ditentukan, atau mengoperasikan suatu alat tertentu; dan prilaku meluas, yang menghendaki peserta untuk menunjukkan kinerja lebih komprehensif dan tidak dibatasi, misalnya peserta diminta merumuskan suatu hipotesis, kemudian diminta membuat rancangan dan melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesis tersebut.Metode non-tes digunakan untuk menilai sikap, minat, atau motivasi. Metode non-tes umumnya digunakan untuk mengukur ranah afektif (KD-KD pada KI-1 dan KI-2). Metode non-tes lazimnya menggunakan instrumen angket, kuisioner, penilaian diri, penilaian rekan sejawat, dan lain-lain. Hasil penilaian ini tidak dapat diinterpretasi ke dalam kategori benar atau salah, namun untuk mendapatkan deskripsi tentang profil sikap peserta didik.

2.    Teknik dan Instrumen PenilaianUntuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan peserta didik dapat dilakukan berbagai teknik, baik berhubungan dengan proses maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian kompetensi. Penilaian dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik pada domain kognitif, afektif, maupun psikomotor. Ada tujuh teknik yang dapat digunakan, yaitu :

a.    Penilaian Unjuk KerjaPenilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium, praktek sholat, praktek olahraga, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi dan lain-lain. Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:

1)   Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.

2)   Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.3)   Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.4)   Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat diamati.5)   Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan pengamatan.

Penilaian unjuk kerja dapat menggunakan daftar cek dan skala penilaian.1)   Daftar Cek

Page 29: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

Daftar cek dipilih jika unjuk kerja yang dinilai relatif sederhana, sehingga kinerja peserta didik representatif untuk diklasifikasikan menjadi dua kategorikan saja, ya atau tidak.

2)   Skala PenilaianAda kalanya kinerja peserta didik cukup kompleks, sehingga sulit atau merasa tidak adil kalau hanya diklasifikasikan menjadi dua kategori, ya atau tidak, memenuhi atau tidak memenuhi. Oleh karena itu dapat dipilih skala penilaian lebih dari dua kategori, misalnya 1, 2, dan 3. Namun setiap kategori harus dirumuskan deskriptornya sehingga penilai mengetahui kriteria secara akurat kapan mendapat skor 1, 2, atau 3. Daftar kategori beserta deskriptor kriterianya itu disebut rubrik. Di lapangan sering dirumuskan rubrik universal, misalnya 1 = kurang, 2 = cukup, 3 = baik. Deskriptor semacam ini belum akurat, karena kriteria kurang bagi seorang penilai belum tentu sama dengan penilai lain, karena itu deskriptor dalam rubrik harus jelas dan terukur. Berikut contoh penilaian unjuk kerja dengan skala penilaian beserta rubriknya.

b.    Penilaian Kinerja Melakukan Praktikum

No Aspek yang dinilai Penilaian1 2 3

1 Merangkai alat2 Pengamatan3 Data yang diperoleh4 Kesimpulan

Rubrik:

Aspek yang dinilai

Penilaian1 2 3

Merangkai alat Rangkaian alat tidak benar

Rangkaian alat benar, tetapi tidak rapi atau tidakmemperhatikankeselamatan kerja

Rangkaian alat benar, rapi, danmemperhatikankeselamatan kerja

Pengamatan Pengamatan tidak cermat

Pengamatancermat, tetapimengandunginterpretasi

Pengamatan cermat dan bebas interpretasi

Data yang diperoleh

Data tidak lengkap

Data lengkap, tetapi tidakterorganisir, atau ada yang salah tulis

Data lengkap,terorganisir, dan ditulis dengan benar

Kesimpulan Tidak benar atau tidak sesuai tujuan

Sebagiankesimpulan ada yang salah atau tidak sesuai tujuan

Semua benar atau sesuai tujuan

1)   Penilaian Sikap

Page 30: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif/perilaku. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran adalah:

a)    Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap matapelajaran. Dengan sikap`positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.

b)   Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap guru/pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.

c)    Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.

d)   Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran. Misalnya, masalah lingkungan hidup (materi Biologi atau Geografi). Peserta didik perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap kasus lingkungan tertentu (kegiatan pelestarian/kasus perusakan lingkungan hidup). Misalnya, peserta didik memiliki sikap positif terhadap program perlindungan satwa liar.

e)    Teknik Penilaian SikapPenilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi. Teknik-teknik tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut.

                                      i.          Observasi PerilakuPerilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Guru dapat melakukan observasi terhadap peserta didiknya. Hasil observasi dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan. Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta didik selama di sekolah.

                                    ii.          Pertanyaan LangsungGuru juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap peserta didik berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik tentang kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah mengenai “Peningkatan Ketertiban”. Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi jawaban dapat dipahami sikap peserta didik itu terhadap objek sikap. Dalam penilaian sikap peserta didik di sekolah, guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan membina peserta didik.

                                  iii.          Laporan PribadiTeknik ini meminta peserta didik membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya, peserta didik

Page 31: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

diminta menulis pandangannya tentang “Kerusuhan Antaretnis” yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan yang dibuat peserta didik dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap yang dimilikinya.

Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Peserta Didik

No

Sikap

Keterbukaan

Ketekunan Belajar

Kerajinan

Tenggang rasa

Kedisiplinan

Kerjasama

Ramah dengan teman

Hormat pada orangtua

Kejujuran

Menepati janji

Kepedulian

Tanggung jawab

Nama

12345678

Keterangan:Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1 s.d 5.1 = sangat kurang;2 = kurang konsisten;3 = mulai konsisten;4 = konsisten; dan5 = selalu konsisten.

2) Tes Tertulisa)  PengertianTes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar, dan lain sebagainya.

a)    Teknik Tes TertulisAda dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:

                                           i.     Soal dengan memilih jawaban (selected response), mencakup: pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan.

                                         ii.     Soal dengan mensuplai jawaban (supply response), mencakup: isian atau melengkapi, uraian objektif, dan uraian non-objektif.Penyusunan instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut.

i.     materi, misalnya kesesuaian soal dengan KD dan indikator pencapaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan;

ii.   konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.iii. bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran

ganda.

Page 32: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

iv. kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan soal yang baku dari berbagai bentuk soal penilaian.

3) Penilaian Proyeka)  PengertianPenilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada matapelajaran tertentu secara jelas. Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:

i.     Kemampuan pengelolaanKemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.

ii.   RelevansiKesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.

iii. KeaslianProjek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.

b)   Teknik Penilaian ProyekPenilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis.Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.

Contoh Teknik Penilaian ProyekMata Pelajaran           :_________________________________________________________Nama Proyek             :_________________________________________________________Alokasi Waktu           :_________________________________________________________Guru Pembimbing      :_________________________________________________________

Nama   :___________________________________________NIS     :___________________________________________Kelas   :___________________________________________

No Aspek SKOR (1 – 5)1 2 3 4 5

1 PERENCANAAN :a. Persiapanb. Rumusan Judul

2 PELAKSANAAN :a. Sistematika Penulisan

Page 33: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

b. Keakuratan Sumber Data / Informasic. Kuantitas Sumber Datad. Analisis Datae. Penarikan Kesimpulan

3 LAPORAN PROYEK :a. Performansb. Presentasi / Penguasaan

TOTAL SKORPenilaian Proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan sampai dengan akhir proyek. Untuk itu perlu memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai. Pelaksanaan penilaian dapat juga menggunakan skala penilaian dan daftar cek.

c)    Penilaian ProdukPenilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:

i.     Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.

ii.   Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.

iii. Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.

d)   Teknik Penilaian ProdukPenilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.

i.     Cara Holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal.

ii.   Cara Analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.

Contoh Penilaian Produk

Mata Ajar                    : _____________________________________________________Nama Proyek              :______________________________________________________Alokasi Waktu            :______________________________________________________Nama Peserta didik     :______________________________________________________Kelas/SMT                  :______________________________________________________

No Tahapan Skor (1 – 5)*1 Persiapan alat dan bahan2 Tahap Proses Pembuatan:

a. Persiapan alat dan bahanb. Teknik pengolahanc. K3 (Keselamatan kerja, Keamanan, dan Kebersihan)

Page 34: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

3 Tahap Akhir (Hasil Produk):a. Bentuk Fisikb. Inovasi

Catatan:*) skor diberikan dengan rentang skor 1 (satu) sampai dengan 5 (lima), dengan ketentuan semakin lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses pembuatan maka semakin tinggi nilainya.

e)    Penilaian PortofolioPengertianPenilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik.Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara individu pada satu periode untuk suatu matapelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi, musik.Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio di sekolah, antara lain:

i.     Karya peserta didik adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri. Guru melakukan penelitian atas hasil karya peserta didik yang dijadikan bahan penilaian portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya yang dibuat oleh peserta didik itu sendiri.

ii.   Saling percaya antara guru dan peserta didik. Dalam proses penilaian guru dan peserta didik harus memiliki rasa saling percaya, saling memerlukan dan saling membantu sehingga terjadi proses pendidikan berlangsung dengan baik.

iii. Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik. Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan peserta didik perlu dijaga dengan baik dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan sehingga memberi dampak negatif proses pendidikan.

iv. Milik bersama antara peserta didik dan guru. Guru dan peserta didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio sehingga peserta didik akan merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan akhirnya akan berupaya terus meningkatkan kemampuannya.

v.   Kepuasan. Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang memberikan dorongan peserta didik untuk lebih meningkatkan diri.

vi. Kesesuaian. Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan kompetensi yang tercantum dalam kurikulum.

vii.    Penilaian proses dan hasil. Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru tentang kinerja dan karya peserta didik.

viii.  Penilaian dan pembelajaran. Penilaian portofolio merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai diagnostik yang sangat berarti bagi guru untuk melihat kelebihan dan kekurangan peserta didik.

f)    Teknik Penilaian PortofolioTeknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:

Page 35: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

i.     Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri. Dengan melihat portofolio peserta didik dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya.

ii.   Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat. Portofolio antara peserta didik yang satu dan yang lain bisa sama bisa berbeda.

iii. Kumpulkan dan simpanlah karya-karya peserta didik dalam satu map atau folder di rumah masing-masing atau loker masing-masing di sekolah.

iv. Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.

v.   Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para peserta didik. Diskusikan cara penilaian kualitas karya para peserta didik.

vi. Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.

vii.    Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara peserta didik dan guru perlu dibuat “kontrak” atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru.

viii.  Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu, undang orang tua peserta didik dan diberi penjelasan tentang maksud serta tujuan portofolio, sehingga orangtua dapat membantu dan memotivasi anaknya.

Contoh Penilaian Portofolio

Sekolah                      :________________________________________________________Mata Pelajaran           :________________________________________________________Durasi Waktu             :________________________________________________________Nama Peserta didik    :________________________________________________________Kelas/SMT                 :________________________________________________________

No KI / KD / PI Waktu Kriteria KetBerbicara Tata

BahasaKosa Kata

Ucapan

1 Pengenalan 16/07/0724/07/0717/08/07

dst…2 Penulisan 12/09/07

22/09/0715/10/07

3 Ingatan terhadap Kosakata 15/11/07

Page 36: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

12/12/07Catatan:PI = Pencapaian IndikatorUntuk setiap karya peserta didik dikumpulkan dalam satu file sebagai bukti pekerjaan yang masuk dalam portofolio. Skor yang digunakan dalam penilaian portofolio menggunakan rentang antara 0 – 10 atau 10 – 100. Kolom keterangan diisi oleh guru untuk menggambarkan karakteristik yang menonjol dari hasil kerja tersebut.

g) Penilaian Dirii.  PengertianPenilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian konpetensi kognitif di kelas, misalnya: peserta didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai hasil belajar dari suatu matapelajaran tertentu. Penilaian dirinya didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Penilaian kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu.Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Untuk menentukan pencapaian kompetensi tertentu, peniaian diri perlu digabung dengan teknik lain.Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian diri di kelas antara lain:

(a)    dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;

(b)   peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya;

(c)    dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.

ii.   Teknik Penilaian DiriPenilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Oleh karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.

(a)    Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.(b)   Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.(c)    Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda cek, atau skala

penilaian.(d)   Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.(e)    Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong peserta didik supaya

senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif.(f)    Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian terhadap sampel hasil

penilaian yang diambil secara acak.

Contoh Format Penilaian Konsep Diri Peserta Didik

Nama Sekolah :_____________________________________________________________Mata Ajar        :_____________________________________________________________Nama              :_____________________________________________________________

Page 37: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

Kelas               :_____________________________________________________________

No Pernyataan AlternatifYa Tidak

1 Saya berusaha meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME agar mendapat ridho-Nya dalam belajar

2 Saya berusaha belajar dengan sungguh-sungguh3 Saya optimis bisa meraih prestasi4 Saya bekerja keras untuk meraih cita-cita5 Saya berperan aktif dalam kegiatan sosial di sekolah dan

masyarakat6 Saya suka membahas masalah politik, hukum dan pemerintahan7 Saya berusaha mematuhi segala peraturan yang berlaku8 Saya berusaha membela kebenaran dan keadilan9 Saya rela berkorban demi kepentingan masyarakat, bangsa dan

negara10 Saya berusaha menjadi warga negara yang baik dan

bertanggung jawabJUMLAH SKOR

Inventori digunakan untuk menilai konsep diri peserta didik dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri peserta didik. Rentangan nilai yang digunakan antara 1 dan 2. Jika jawaban YA maka diberi skor 2, dan jika jawaban TIDAK maka diberi skor 1. Kriteria penilaianya adalah jika rentang nilai antara 0–5 dikategorikan tidak positif; 6–10, kurang positif; 11–15 positif dan 16–20 sangat positif.

D. Pihak Yang Terlibat1.  Penilaian Berdasarkan StandarSebuah standar, serendah apapun diperlukan karena ia berperan sebagai patokan dan sekaligus pemicu untuk memperbaiki aktivitas hidup. Dalam konteks pendidikan, standar diperlukan sebagai acuan minimal (dalam hal kompetensi) yang harus dipenuhi oleh seorang lulusan dari suatu lembaga pendidikan sehingga setiap calon lulusan dinilai apakah yang bersangkutan telah memenuhi standar minimal yang telah ditetapkan. Dengan diterapkannya standar dalam bentuk SKL, KI, dan KD sebagai acuan dalam proses pendidikan, diharapkan semua komponen yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan di semua tingkatan, termasuk anak didik itu sendiri akan mengarahkan upayanya pada pencapaian standar dimaksud. Diharapkan dengan pendekatan ini guru memiliki orientasi yang jelas tentang apa yang harus dikuasai anak di setiap tingkatan dan jenjang, serta pada saat yang sama memiliki kebebasan yang luas untuk mendesain dan melakukan proses pembelajaran yang ia pandang paling efektif dan efisien untuk mencapai standar tersebut.Dengan demikian, guru didorong untuk menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran tuntas (master learning) serta tidak berorientasi pada pencapaian target kurikulum semata.

2.      Penilaian Kelas OtentikSeperti dijelaskan di atas, implikasi diterapkannya SKL adalah proses penilaian yang dilakukan oleh guru, baik yang bersifat formatif maupun sumatif harus menggunakan acuan kriteria. Untuk itu, guru harus mengembangkan penilaian otentik berkelanjutan yang menjamin pencapaian dan

Page 38: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

penguasaan kompetensi. Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai.Berikut adalah prinsip-prinsip penilaian otentik.

a.    Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan masalah dunia sekolah.

b.    Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.

c.    Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (sikap, keterampilan, dan pengetahuan).Karakteristik penilaian kelas:

a.    Pusat belajar.Penilaian kelas berfokus perhatian guru dan peserta didik pada pengamatan dan perbaikan belajar, daripada pengamatan dan perbaikan mengajar. Penilaian kelas memberi informasi dan petunjuk bagi guru dan peserta didik dalam membuat pertimbangan untuk memperbaiki hasil belajar.

b.    Partisipasi-aktif peserta didik.Karena difokuskan pada belajar, maka penilaian kelas memerlukan partisipasi aktif peserta didik. Kerjasama dalam penilaian, peserta didik memperkuat penilaian materi matapelajaran dan skill dirinya. Guru memotivasi peserta didik agar meningkat dengan tiga pertanyaan bagi guru: (1) apakah kemampuan dasar dan pengetahuan saya sudah tepat untuk mengajar?; (2) bagaimana saya dapat menemukan bahwa peserta didik sedang belajar?; (3) bagaimana saya dapat membantu peserta didik belajar lebih baik? Karena guru bekerja lebih dekat dengan peserta didik untuk menjawab pertanyaan ini, maka guru dapat memperbaiki skill mengajarnya.

c.    Formatif.Tujuan penilaian kelas adalah untuk memperbaiki mutu hasil belajar peserta didik.

d.   Kontekstual spesifik.Pelaksanaan penilaian kelas adalah jawaban terhadap kebutuhan khusus bagi guru dan peserta didik. Kebutuhan khusus berada dalam kontekstual guru dan peserta didik yangharus bekerja dengan baik dalam kelas.

e.    Umpan balik.Penilaian kelas adalah suatu alur proses umpan balik di kelas. Dengan sejumlah TPK, guru dan peserta didik dengan cepat dan mudah menggunakan umpan balik dan melakukan saran perbaikan belajar berdasarkan hasil-hasil penilaian. Untuk mengecek pemanfaatan saran tersebut, pimpinan sekolah menggunakan hasil penilaian kelas, dan melanjutkan pengecekan alur umpan balik. Karena pendekatan umpan balik ini dalam kegiatan di kelas setiap hari, maka komunikasi alur hubungan antara pimpinan sekolah, guru dan peserta didik dalam KBM akan menjadi lebih efisien dan lebih efektif.

f.     Berakar dalam praktek mengajar yang baik.Penilaian kelas adalah suatu usaha untuk membangun praktek mengajar yang lebih baik dengan melakukan umpan balik pada pembelajaran peserta didik lebih sistimatik, lebih fleksibel, dan lebih efektif. Guru siap menanyakan dan mereaksi pertanyaan peserta didik, memonitor bahasa badan dan ekspresi wajah peserta didik, mengerjakan pekerjaan rumah dan tes peserta didik, dan

Page 39: Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

seterusnya. Penilaian kelas memberi suatu cara untuk melakukan penilaian secara menyeluruh dan sistimatik dalam proses pembelajaran di kelas.

Sumber:LAMPIRAN IVPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 81A TAHUN 2013TENTANGIMPLEMENTASI KURIKULUMPEDOMAN UMUM PEMBELAJARAN