KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PAI DI SD ISLAM NURUL … · PAI di SD Islam Nurul Hidayah Tahun...
Transcript of KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PAI DI SD ISLAM NURUL … · PAI di SD Islam Nurul Hidayah Tahun...
KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PAI DI SD ISLAM
NURUL HIDAYAH TAHUN PELAJARAN
2014/2015
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
Oleh
HAFFAS BAIHAQI
109011000284
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
i
ABSTRAK
Haffas Baihaqi, NIM 109011000284. “Kompetensi Pedagogik Guru
PAI di SD Islam Nurul Hidayah Tahun Pelajaran 2014-2015”. Skripsi Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah setiap anak memiliki
kemampuan yang berbeda dalam menerima pelajaran. Oleh sebab itu, guru
memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran. Apalagi jika siswanya
mengalami kesulitan dalam belajar.
Kompetensi pedagogik merupakan salah satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan apapun. Tujuan penulis yang
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Kompetensi Pedagogik
Guru PAI dalam pembelajaran PAI di SD Islam Nurul Hidayah.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan
teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Analisis data dalam penelititan ini dilakukan dengan bentuk deskriptif
(Pemaparan).
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa Guru PAI di SDI Nurul Hidayah
sudah memiliki kompetensi pedagogik dalam mengajar. Hal ini dapat dibuktikan
dari cara mereka mengelola pembelajaran diantaranya adalah sudah mampu
memahami karakteristik siswa, sudah membuat silabus dan RPP diawal masuk
semester, membuat siswa aktif dengan melakukan sistem Tanya jawab dalam
proses pembelajaran, mengadakan evaluasi dengan mengerjakan LKS dan ulangan
harian sehingga siswa ingat dan faham terhadap materi yang telah diajarkan serta
selalu memberi motivasi agar siswa mengikuti kegiatan ekstra yang bersifat
keagamaan.
Kata Kunci: Kompetensi Pedagogik, Karakteristik, RPP, dan Evaluasi
ii
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرحن الر حيم
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan karunia serta anugerah-Nya sehingga skripsi yang berjudul
“Kompetensi Pedagogik Guru PAI di SD Islam Nurul Hidayah Tahun
Pelajaran 2014-2015” dapat selesai. Tanpa anugerah dan karunia-Nya berupa
nikmat kesehatan maka penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima
kasih ya Allah Engkau telah memberikan kekuatan kepada penulis, dengan adanya
Engkau di samping penulis ya Allah Engkau telah memberikan motivasi yang
besar berupa kesabaran dalam menghadapi hambatan dan rintangan selama
penulis mengerjakan skripsi.
Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW, sebagai umat yang taat dan patuh pada ajaran beliau
sehingga kita dapat merasakan nikmat yang tak kalah pentingnya dari nikmat yang
lain yaitu nikmat Islam. Semoga kita termasuk dalam golongan beliau yang
menegakkan panji-panji Islam serta dapat mengembangkan ajaran beliau. Amin.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit
hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi. Namun, berkat doa, dukungan,
bantuan dan motivasi yang tak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya penulisan
skripsi ini selesai pada waktunya.
Oleh karena itu, penulis sampaikan terima kasih yang sangat dalam dan
penghargaan yang setinggi-tingginya dengan penuh rasa hormat kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
khususnya kepada:
1. Ibu Dr. Nurlena Rifa’I, Ph.d, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Abdul Majid Khon, MA, Ketua Jurusan PAI dan Ibu Marhamah Saleh,
MA, Sekretaris Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, penulis
ucapkan terima kasih yang telah banyak membantu dan dukungannya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
iii
3. Bapak Faza Amri, S. Th.I, Staf Jurusan PAI, yang telah memberikan motivasi
kepada penulis dan memberikan banyak pelajaran kepada penulis.
4. Bapak Jejen Musfah, MA, Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
menyediakan waktu, pikiran dan tenaganya untuk memberikan bimbingan,
pengarahan dan petunjuknya kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Bapak Drs. Ghufron Ikhsan, MA, Dosen Penasehat Akademik yang dengan
penuh perhatian telah memberi bimbingan, arahan dan motivasi serta ilmu
pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.
6. Bapak pimpinan dan karyawan/karyawati Perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan pelayanan dan pinjaman buku-buku yang sangat penulis butuhkan
dalam penyusunan skripsi ini.
7. Seterusnya ucapan terima kasih buat orang terkasih yaitu Ibunda Hj. Omah
dan Ayahanda Ma’ruf Rohib yang selalu memberi motivasi dan dukungan
buat penulis selama penulis mengerjakan skripsi serta memberikan dukungan
moral dan material, do’a dan senyuman yang menyemangati penulis untuk
tabah dalam menghadapi kesulitan-kesulitan selama proses pembuatan skripsi
ini. Skripsi dan gelar sarjana ini khusus penulis persembahkan untuk ibunda
dan ayahanda.
8. Kepala Sekolah SD Islam Nurul Hidayah Ibu Nicotiana Lila A. S.S yang
bersedia menerima peneliti untuk mencari data untuk tersusunnya karya ilmiah
ini.
9. Ibu Tuti Alawiyah S.Pdi, Oom Komariyah, S.Ag, Arif Subhan S.Pdi, Yunita
Septiani, S.Pdi, dan Windiana Rachmawati, S.Kom dewan guru SD Islam
Nurul Hidayah yang turut serta membantu penulis dalam kelancaran penulisan
Skripsi ini.
10. Saudari Nety Hestiawati, S.Pd dan Rahmawati, S.Pdi yang tak henti-hentinya
memberikan do’a, semangat, waktu serta motivasi dalam menyelesaikan
skripsi ini.
11. Teman-teman yang penulis banggakan yang banyak membantu dalam
kesulitan, menghibur dalam setiap kesulitan Ahmad Fuad Ba’asyir (Ciputat),
iv
Didin Shirojudin (Karawang), Frendy Astra, S.Pd (Tangerang), M. Devi
Awaludin, S.Pd (Pandeglang), Nurfaizah, S.Pd (Bekasi), Nurmalinda, S.Pd
(Serpong), kekeluargaan yang sangat luar biasa yang pernah penulis temukan.
12. Teman-teman penulis di Jurusan Pendidikan Agama Islam, khususnya kawan-
kawan PAI kelas G angkatan 2009 yang telah banyak membantu dan
memberikan pengalaman dan kenangan yang tidak dapat terlupakan kepada
penulis selama belajar di bangku kuliah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
13. Kawan-kawan di HMI Komisariat Tarbiyah, di BEM-FITK periode 2012-
2013, DEMA 2013-2014. dan lain-lain yang tidak penulis sebutkan tapi tidak
mengurangi rasa hormat penulis terhadap semuanya, terimakasih atas semua
pengalaman yang di berikan.
14. Teman-teman FK2I (Forum Kajian dan Komunikasi Mahasiswa Pendidikan
Agama Islam) yang sangat membanggakan,
15. Terakhir penulis haturkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam peyusunan laporan penelitian ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, dari dalam lubuk hati penulis selalu melekat salam
hormat kepada mereka dan penulis panjatkan do’a dan rasa syukur kepada
Allah SWT, semoga jasa yang telah mereka berikan menjadi amal sholeh dan
mendapatkan balasan yang jauh lebih baik dari-Nya. Amiin.
Penulis memohon kepada Allah SWT agar melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada semua yang telah membantu penulis, sebagai imbalan jasa
yang telah dilakukan.
Hanya kepada Allah SWT sajalah penulis berharap semoga apa yang
penulis kerjakan mendapat keridhaan dan kecintaan-Nya. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amin.
Jakarta, Maret 2015
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................. 4
D. Rumusan Masalah ..................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian .................................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Islam ....................................................................... 6
1. Pengertian Pendidikan Islam ............................................... 6
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam ....................... 9
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ........................................ 16
4. Pengertian Pembelajaran ..................................................... 17
B. Kompetensi Pedagogik.............................................................. 18
1. Pengertian Kompetensi Pedagogik ..................................... 18
2. Komponen-komponen Kompetensi Pedagogik................... 21
3. Kompetensi Pedagogik Guru Sebagai Salah Satu Penunjang
Keberhasilan Belajar Peserta Didik .................................... 31
C. Kajian yang Relevan ................................................................. 32
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 34
B. Latar Penelitian ......................................................................... 34
C. Metode Penelitian...................................................................... 37
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengelolaan Data .......................... 38
E. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data ........................ 40
F. Analisis Data ............................................................................. 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ........................................................................... 43
1. Data dan Sumber Data ........................................................ 43
2. Gambaran Diri Subjek......................................................... 44
B. Analisis Data ............................................................................. 45
1. Kompetensi Pedagogik Guru .............................................. 45
2. Pelaksanaan Pembelajaran .................................................. 46
3. Metode Pembelajaran ......................................................... 55
4. Evaluasi dan hasil belajar .................................................... 56
C. Pembahasan Temuan Penelitian ............................................... 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 61
B. Saran-Saran ............................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 64
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran tidak akan bisa berjalan tanpa ada keikutsertaannya
dalam pembelajaran. Ia menjadi sumber yang dapat menghantarkan para
siswanya menuai hasil yang diharapkan. Menurut Pasal 1 UU No. 14 Tahun
2005 Tentang Guru dan Dosen, yang dimaksud guru adalah pendidik
profesional dan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.1
Pada hakekatnya penyelenggaraan dan keberhasilan proses pendidikan
terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar, guru sangat
berperan dalam hal tersebut. Karena guru merupakan komponen yang paling
berpengaruh akan terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas
pada semua jenjang dan satuan pendidikan disamping unsur-unsur pendidikan
lainnya.
Pada setiap diri pendidik terdapat sebuah tanggung jawab untuk
membawa anak didiknya pada tingkat kedewasaan atau taraf kematangan
tertentu. Di samping itu, guru juga mempunyai peranan yang unik dan sangat
1 DPR RI “ Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen”, http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2005/14 TAHUN 2005UU, h. 2
2
komplek di dalam proses belajar mengajar dan mengajar dalam usahanya
mengantarkan anak didiknya pada tujuan yang dicita-citakan. Maka dari itu,
setiap rencana kegiatan guru haruslah dapat didudukkan dan dibenarkan. Hal
itu dilakukan hanya semata-mata demi kepentingan anak didik, yang sesuai
dengan profesi dan tanggung jawabnya.
Guru juga bertanggung jawab terhadap berlangsungnya proses
pembelajaran. Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.2
Membuat agar siswa-siswa menjadi belajar tidak serta merta dibiarkan begitu
saja, melainkan dibimbing dan diarahkan serta dengan mengubah kondisi
kelas menjadi suatu kondisi yang mengarah pada terciptanya kegiatan
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran akan bisa tercapai secara baik.
Dengan demikian seorang guru harus benar-benar memiliki kompetensi
yang memadai. Tidak hanya menguasai materi pelajaran melainkan juga
menguasai dan memahami tentang perencanaan pembelajaran, memilih
metode pembelajaran yang tepat dan mengevaluasinya. Kompetensi tersebut
harus selalu diolah dan dikembangkan sehingga semakin tinggi, diharapkan
guru dapat melakukan tugas panggilannya dengan lebih baik dan bertanggung
jawab.3
Di samping itu, seorang guru harus memiliki Kompetensi Guru.
Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus di miliki, di hayati, di kuasai, dan di aktualisasikan oleh
guru dalam melaksanaan tugas keprofesionalannya. Kepmendiknas No.
045/U/2002 menyebutkan kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas
dan penuh tangung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan
pekerjaan tertentu. Jadi kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mewujudkan tindakan cerdas dan
penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran.
2 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Pengembangan Standar Kompetensi Guru,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h.4 3 Paul Suparno, Guru Demokratis di Era Reformasi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2004),
h.47.
3
Pada peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan menyatakan bahwa kompetensi pedagogik sebagai agen
pembalajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan
anak usia dini.4 Diatara kompetensi tersebut adalah kompetensi pedagogik.
Kompetensi ini meliputi tiga hal sebagai berikut:
1. Kemampuan dalam merencanakan pembelajaran
2. Kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran
3. Kemampuan dalam mengevaluasi pembelajaran
Kompetensi guru tersebut bersifat menyeluruh dan merupakan satu
kesatuan yang satu sama lain saling berhubungan dan saling mendukung.
Kompetensi pedagogik yang dimaksud di sini adalah kemampuan
pemahaman tentang peserta didik secara mendalam dan penyelengaraan
pembelajaran yang mendidik. Pemahaman tentang peserta didik ini meliputi
pemahaman tentang psikologi perkembangan anak sedangkan pembelajaran
yang mendidik meliputi kemampuan merencanakan pembelajaran,
mengimplementaikan pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran,
dan melaksanakan secara berkelanjutan.
Dari uraian diatas dapat dipahami akan pentingnya guru yang
berkompeten dalam mengajar peserta didik untuk mencerdaskan anak bangsa.
Atas dasar hal itu, maka peneliti ingin mengadakan penelitian guna menyusun
skripsi dengan judul “Kompetensi Pedagogik Guru PAI di SD Islam Nurul
Hidayah Depok Tahun Pelajaran 2013/2014 ”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru sebelum
mengajar.
4 Presiden Republik Indonesia, “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan”, http://www.bpkp.go.id/unit/hukum/pp/2005/019-
05.pdf, h. 14.
4
2. Kurangnya upaya guru untuk meningkatkan kemampuan dan
kreatifitasnya dalam mengajar.
3. Lemahnya pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan oleh
guru.
4. Kurangnya pengembangan potensi yang diorientasikan kepada siswa.
5. Masih kurangnya pelaksanaan evaluasi guru terhadap siswa dalam belajar.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang akan di bahas, untuk lebih
memudahkan dan lebih terarah, maka penulis membatasi permasalahan
sebagai berikut “Kompetensi pedagogik guru yang dimaksud adalah
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didiknya, meliputi;
pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, kemampuan guru dalam mengelola evaluasi program
pengajaran dan kemampuan guru untuk menciptakan wadah bagi anak untuk
menggali potensinya”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah yang
dirumuskan dan akan dikaji serta diteliti penulis dalam tulisan ini adalah
“Bagaimana kompetensi pedagogik guru PAI di SD Islam Nurul Hidayah?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang akan
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kompetensi pedagogik
guru PAI dalam pembelajaran PAI di SD Islam Nurul Hidayah.
F. Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan masukan bagi dewan guru akan arti penting kompetensi
pedagogik dalam rangka peningkatan pembelajaran siswa di SD Islam
Nurul Hidayah khususnya guru PAI.
5
b. Sebagai sumbangan pemikiran bagi lembaga pendidikan di SD Islam
Nurul Hidayah, khususnya dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif
dan efisien.
c. Untuk pengembangan ilmu pendidikan dan wawasan sekaligus kontribusi
pemikiran akan arti penting kompetensi pedagogik dalam meningkatkan
mutu pembelajaran.
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam
Para ahli berbeda pendapat dalam mengemukakan definisi pendidikan
karena tidak ada batasan mendefinisikan pendidikan. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa, “Pendidikan adalah proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengejaran dan latihan, proses,
perbuatan, cara mendidik”.1
DR. Ramayulis mendefinisikan pendidikan melalui pendekatan
etimologis. Dalam bahasa Inggris “education” yang berarti pengembangan
atau bimbingan, dan dalam bahasa Arab “tarbiyah” yang berarti pendidikan.
Jadi, pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan
sengaja terhadap peserta didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.2
Ngalim Purwanto, menjelaskan bahwa “pendidikan adalah segala usaha
orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin
1 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), Cet. 1, h. 263. 2 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), Cet. 1, h.1.
7
perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan”.3 Drs. H. M.
Alisuf Sabri dalam bukunya “Ilmu Pendidikan” memaparkan, bahwa yang
dimaksud dengan “Pendidikan adalah usaha sadar dari orang dewasa untuk
membantu atau membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak/ peserta
didik secara teratur dan sistematis ke arah kedewasaan”.4
Dengan demikian, pengajaran hanya sekedar proses pemberian materi
pelajaran kepada anak didik yang hanya akan membentuk para spesialis, yang
terkurung pada bidangnya saja. Sedangkan pendidikan, lebih dari itu, di
samping proses transfer ilmu dan keahlian, juga lebih menekankan
pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik, sehingga menjadikan
mereka dapat menyongsong kehidupannya di masa yang akan datang dengan
lebih efektif dan efisien.
Selain pendidikan secara umum, juga ada pendidikan berdasarkan atau
menurut Islam. Menurut Dr. Ahmad Tafsir Pendidikan Islam adalah
bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia
berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan
antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.5
Muhammad Athiyah Al-Abrasy yang dikutip oleh Prof. Dr. Armai
Arief, MA berpendapat bahwa pendidikan Islam adalah mempersiapkan
manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air,
tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya, teratur pikirannya, halus
perasaannya, cakap dalam pekerjaannya dan manis tutur katanya.6
Menurut Zakiyah Darajat Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha
untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami
3 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1993), Cet. 6, h. 11. 4 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. 1, h.5.
5 Abdul Majid, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep
dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.130. 6 Armai Arief, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Wahana Kardofa, 2010), h. 5-6.
8
ajaran Islam secara menyeluruh lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya
dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.7
Pendidikan keIslaman atau Pendidikan Agama Islam, yakni upaya
mendidik agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way
of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang.8 Menurut Zuhairini,
Pendidikan Agama Islam adalah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis
dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.9
Kemudian, Armai Arief mengartikan “Pendidikan Islam adalah sebuah
proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang mampu
mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan
merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah SWT baik kepada
Tuhannya, sesama manusia, dan sesama makhluk lainnnya”.10
Sedangkan Prof. Dr. Zakiah Daradjat menjelaskan bahwa “Pendidikan
Islam adalah pembentukan kepribadian, pendidikan Islam ini telah banyak
ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal
perbuatan sesuai dengan petunjuk ajaran Islam, karena itu pendidikan Islam
tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga bersifat praktis atau pendidikan Islam
adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal”.11
Dari beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian pendidikan Islam
di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha
dalam proses bimbingan secara sadar dan sistematis untuk melahirkan
perubahan-perubahan yang progressive pada tingkah laku manusia dan
mengembangkan potensi yang ada pada diri anak secara maksimal, sehingga
terbentuk kepribadian dan nilai-nilai yang berasaskan Islam.
Dengan demikian, pendidikan agama Islam yang diselenggarakan pada
semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan mestinya tidak hanya menekankan
7 Abdul Majid, dan Dian Andayani, op.cit., h.130
8 Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2001), h. 30. 9 Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983),
h.27. 10
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), Cet. 1, h. 40-41. 11
M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. I,
h. 150.
9
pada aspek kognitif atau pengetahuan terhadap Islam, tetapi juga menekankan
pada aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
a. Dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
Segala kegiatan dan tindakan dalam rangka untuk mencapai tujuan
harus mempunyai dasar dan tujuan. Demikian juga Pendidikan Agama
Islam tentu mempunyai dasar dan juga landasan yang kuat untuk berpijak
yang membawa kemana arah semua kegiatan dan rumusan tujuan
Pendidikan Agama Islam. Dengan landasan tersebut umat Islam akan
lebih mantap dalam melaksanakan dan mengembangkannya.
Adapun landasan yang dipergunakan meliputi tiga aspek yaitu :
1) Dasar Yuridis/Hukum
Merupakan suatu dasar-dasar yang berasal dari peraturan atau
perundangan yang secara langsung atau tidak langsung dapat
dijadikan pegangan dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam :
a) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara pancasila, sila pertama:
“Ketuhanan Yang Maha Esa”.12
Hal ini berarti bahwa seluruh
rakyat Indonesia harus percaya pada Tuhan Yang Maha Esa dan
untuk merealisasikannya diperlukan penanaman keagamaan
sejak dini yakni melalui Pendidikan Agama Islam.
b) Dasar Struktural atau Konstitusional, yaitu UUD 1945 dalam
bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi :
(1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut
agama dan kepercayaannya itu.13
c) Dasar operasional
12
Redaksi Sinar Grafika, Undang-undang 1945 Hasil Amandemen, (Jakarta: Sinar Grafika,
2003), h. 24. 13
Mahkamah Konstitusi RI, UUD Negara RI Tahun 1945 dan UU RI No.24 Tahun 2003
tentang Mahkamah Konstitusi,( Jakarta: Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi RI , 2006), h.
82.
10
Yaitu Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional:
(1) Pasal 30 ayat 1
Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah
dan kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai
dengan Peraturan Perundang-undangan.
(2) Pasal 30 ayat 2
Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta
didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan menjadi ahli
ilmu agama.14
2) Dasar Religius
1) Al-Qur‟an
Penurunan al-Qur‟an diawali dengan ayat-ayat yang
mengandung konsep pendidikan, dapat menunjukkan bahwa
tujuan al-Qur‟an yang terpenting adalah mendidik manusia
melalui metode yang bernalar serta sarat dengan kegiatan
meneliti, membaca, mempelajari, dan observasi ilmiah terhadap
manusia sejak manusia masih dalam bentuk segumpal darah
dalam rahim ibu. Sebagaimana firman Allah:
نس ان من علق. اق رأ وربك اق رأ باسم ربك الذي خلق. خلق النس ان م ا ل م ي علم.)العلق: الك رم. الذي علم بالقلم. علم ال
٥-۱)
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia)
14
Redaksi Sinar Grafika, op. cit., h.16.
11
dengan perantara pena. Dia mengajarkan manusia apa yang
tidak diketahuinya. (QS. al-„Alaq: 1-5).15
Isi al-Qur‟an mencakup seluruh dimensi manusia dan
mampu menyentuh seluruh potensi manusia, baik motivasi
untuk menggunakan panca indera dalam menafsirkan alam
semesta bagi kepentingan formulasi lanjut pendidikan manusia
(pendidikan Islam), motivasi agar manusia menggunakan
akalnya, lewat tamsilan-tamsilan Allah SWT dalam al-Qur‟an
maupun motivasi agar manusia menggunakan hatinya agar
mampu mentransfer nilai-nilai pendidikan Ilahiah, dan lain
sebagainya. Ini semua merupakan sistem umum pendidikan
yang ditawarkan Allah SWT dalam al-Qur‟an, agar manusia
dapat menarik kesimpulan dan melaksanakan semua petunjuk
tersebut dalam kehidupan sebaik mungkin.
Dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran
Islam (Al Qur‟an dan Al Hadist). Menurut Islam Pendidikan
gama Islam perintah Allah merupakan perwujudan dari ibadah
kepada Nya.
Dalam Al Qur‟an banyak dijelaskan mengenai hal
tersebut, antara lain :
a. Qur‟an Surat An Nahl : 125
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah
15
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT. Sygma Examedia
Arkanleema, 2009), h. 597.
12
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk” (QS. An-Nahl:125)16
b. Qur‟an Surat Az Zumar : 9
”katakanlah: adakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang tidak mengetahui? Sesungguhnya
orangorang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.”. (QS. Az-Zumar:9)17
Dari ayat di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa
setiap manusia diperintahkan untuk memenuhi kewajibannya
untuk menuntut ilmu dalam rangka mendidik diri sendiri,
keluarga, maupun lebih luas lagi yakni masyarakat untuk
menuju ke jalan kebenaran sesuai dengan petunjuk Allah SWT.
2) As – Sunnah
As-Sunnah adalah segala yang dinukilkan dari Nabi
Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan maupun
taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan hidup baik yang
demikian itu sebelum Nabi SAW diangkat menjadi Rasul,
maupun sesudahnya.18
16
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya:
Mekar, 2004), h. 383. 17
Departemen Agama Republik Indonesia, Ibid., h. 460. 18
M. Hasbi ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadist, (Jakarta: Bulan Bintang,
1993), Cet. 11, h. 25. Lihat Noviarti, Hajjah Rahmah el-Yunusiyyah Pelopor Wanita dalam
Pendidikan Agama Islam di Minangkabau, (Jakarta: 1999), h. 17.
13
Oleh karena itu, Sunnah merupakan landasan kedua bagi
pembinaan pribadi manusia muslim. Sunnah selalu membuka
kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebabnya, mengapa
ijtihad perlu ditingkatkan dalam memahaminya termasuk
Sunnah yang berkaitan dengan pendidikan.19
Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa menuntut ilmu
itu wajib setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan.
Dengan sifatnya sepanjang hayat, pendidikan Islam dapat diikuti
oleh manusia sepanjang hayatnya20
. Nabi Muhammad SAW
menyatakan:
.أطلبوا العلم من المهد اىل اللهد Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat.
Sunnah dapat dijadikan dasar pendidikan Islam karena
sunah menjadi sumber utama pendidikan Islam karena Allah
SWT menjadikan Muhammad SAW sebagai teladan bagi umat-
Nya. Sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Ahzab ayat 21
كان ي رجو اللو لقد كان لكم ف رسول اللو أسوة حسنة لمن .والي وم الخر وذكر اللو كثريا
Di dalam diri Rosulullah itu kamu bisa menemukan
teladan yang baik. (Q.S. al-Ahzab : 21)
Amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW dalam
proses perubahan sikap hidup sehari-hari menjadi sumber utama
pendidikan Islam. Sabda Rasul yang berbunyi:
كتم بما لن تضلو ابدا كتاب اهلل وسنة ت ركت فيكم أمرين تس )رواه امام مالك( .رسولو
Kutinggalkan kamu dua perkara tidaklah kamu akan
tersesat selama-lamanya selama kamu masih berpegang kepada
keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya. (HR. Imam
Malik)
19
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. 3, h.
21. 20
Abudin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: UIN Jakarta Press) h. 42.
14
Dalam dunia pendidikan sunnah mempunyai dua manfaat
pokok: Pertama, Sunnah mampu menjelaskan konsep dan
kesempurnaan pendidikan Islam sesuai dengan konsep al-
Qur‟an serta lebih memerinci penjelasan dalam al-Qur‟an.
Kedua, Sunnah dapat menjadi contoh yang tepat dalam
penentuan metode pendidikan.21
3) Aspek Psikologis
Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan
kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam
hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak
tenang dan tidak tenteram sehingga memerlukan adanya pegangan
hidup. Sebagaimana dikemukakan oleh Zuhairini dkk. bahwa semua
manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya pegangan hidup
yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa tempat mereka
berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan Nya. Hal
semacam ini terjadi pada masyarakat yang masih primitif maupun
masyarakat yang sudah modern. Mereka merasa tenang dan tenteram
hatinya kalu mereka dapat mendekat dan mengabdi kepada Zat Yang
Maha Kuasa.22
Dari uraian di atas, telah jelas bahwa dengan mendekatkan diri
kepada Allah hati akan merasa tenang dan tentram.
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengalaman
21
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), Cet. 1, h. 39. 22
Abdul Majid, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 13.
15
peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa
dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.23
Setiap orangtua pastilah berkeinginan mempunyai anak yang saleh,
yang selalu membawa harum nama orang tuanya, berkepribadian yang
saleh pula, karena hal tersebut menjadi kebanggaan tersendiri bagi
orangtua.
Oleh karena itu berbicara Pendidikan Agama Islam, baik makna
maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam
dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial/moralitas sosial. Penanaman
nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah)
didunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan
kebaikan (hasanah) diahirat kelak.24
Bagi umat Islam tentunya pendidikan agama yang wajib diikutinya
adalah Pendidikan Agama Islam. Dalam hal ini Pendidikan Agama Islam
mempunyai tujuan kurikuler yang merupakan penjabaran dari tujuan
pendidikan nasional sebagaimana yang termaktub dalam Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, yaitu Pendidikan
Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.25
Mengingat betapa pentingnya Pendidikan Agama Islam dalam
mewujudkan harapan setiap orang tua, masyarakat dan mewujudkan
tujuan pendidikan nasional, maka Pendidikan Agama Islam harus
diberikan dan dilaksanakan di sekolah dengan sebaik-baiknya.
23
Abdul Majid, dan Dian Andayani, Ibid., h. 135. 24
Abdul Majid, dan Dian Andayani, Ibid., h. 136. 25
Abdul Majid, dan Dian Andayani, Ibid., h. 136
16
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Kurikulum Pendidikan Agama Islam baik untuk sekolah atau madrasah
mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta
didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan
keluarga. Pada dasarnya dan pertama kewajiban menanamkan keimanan
dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah
berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak
melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan
ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup
di dunia dan di akhirat.
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri lingkungannya baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah
lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. Penyesuaian mental,
yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya sesuai dengan ajaran
agama Islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan dan
kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman
ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya
atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam
nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak- anak yang memiliki bakat
khusus dipandang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi
orang lain.
17
h. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat
khusus dipandang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dapat dimanfaat untuk dirinya sendiri dan bagi
orang lain.26
4. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku kearah
yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang
mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu,
maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.27
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu usaha yang sengaja
melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru
untuk mencapai tujuan kurikulum. Pembelajaran atau intruction biasanya
terjadi dalam situasi formal yang secara sengaja diprogramkan oleh guru
dalam usahanya mentransformasikan ilmu yang diberikannya kepda peserta
didik, berdasarkan kurikulum dan tujuan yang hendak di capai. Secara rinci
tentang pengertian pembelajaran itu sendiri telah banyak dijelaskan oleh para
ahli. Antara lain sebagai berikut:
Dimyati dan Mudjiono "pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan
yang ditujukan untuk membelajarkan siswa". Dan Iskandar mengartikan
"pembelajaran sebagai upaya untuk membelajarkan siswa".
Sementara Zurinal dan Sayuti mendefinisikan kegiatan pembelajaran
adalah suatu usaha dan proses yang dilakukan secara sadar dengan mengacu
pada tujuan (pembentukan kompetensi). Yang dengan sistematik dan terarah
pada terwujudnya tingkah laku. Sedangkan Aminudin mengatakan
pembelajaran adalah proses yang terjadi yang membuat seseorang atau
26
Abdul Majid, dan Dian Andayani, Ibid., h.134-135. 27
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,
2007), Cet. III, h. 255.
18
sejumlah orang, yaitu peserta didik melakukan proses belajar sesuai dengan
rencana pembelajaran yang telah diprogramkan.28
Dari beberapa pengertian yang telah dijelaskan oleh para ahli di atas
dapat dipahami bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang mempunyai
tujuan untuk membelajarkan siswa. Pencapaian tujuan tersebut dilakukan
dengan usaha-usaha terencana dengan menggunakan sumber-sumber belajar
sehingga dapat terjadi proses belajar dalam diri siswa.
B. Kompetensi Pedagogik
1. Pengertian Kompetensi Pedagogik
Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, Broke and Stune
(1995) sebagai mana yang dikutip E. Mulyasa mengemukakan bahwa
kompetensi guru sebagai ...descriptive of qualitative nature of teacher
behavior appears to be entirely meaningful.. Kompetensi guru merupakan
gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti. Sementara
Charles (1994) mengemukakan bahwa : competency as rational performance
which satisfactorily meets the objective for a desired condition (kompetensi
merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan
sesuai dengan kondisi yang diharapkan).29
Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 Tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa : ”Kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan”.30
Menurut A. Sahertian, kompetensi adalah kemampuan melaksanakan
sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan. 31
Menurut Jejen
28
Aminudin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:Uhamka Press, 2003), Cet.
IV, h. 14. 29
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,
2007, h.25 30
DPR RI “Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen”, http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2005/14 tahun 2005UU.htm, h. 3. 31
Piet A. Sahertian, Supervisi Pendidikan dalam Rangka Program in Service education,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 25.
19
Musfah, kompetensi merupakan kemampuan seseorang yang meliputi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang dapat diwujudkan dalam hasil
kerja nyata yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Ketiga aspek
kemampuan tersebut saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. 32
Dengan adanya pengetahuan luas yang dimiliki oleh seseorang, maka dengan
mudah akan timbul jiwa terampil yang ditunjukkan dengan prilaku atau sikap.
Menurut Dede Rosyada, kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan dan
nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. 33
Dalam pengertian ini kompetensi diarahkan untuk dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam suatu profesi dalam pekerjaan maupun
bidang lainnya.
Dari pendapat para ahli di atas secara keseluruhan dapat disimpulkan
bahwa kompetensi merupakan satu kesatuan yang utuh yang menggambarkan
potensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dinilai, yang terkait
dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat
diaktualisasikan dan diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk
menjalankan profesi tertentu.
Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal,
keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual yang secara kaffah membentuk
kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi,
pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik,
pengembangan pribadi dan profesionalisme.34
Menurut Pasal 8 UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen,
bahwa syarat wajib seorang guru adalah memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikasi pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.35
Dan kemudian
dijelaskan dalam Pasal 10 Tentang Macam-macam Kompetensi yang harus
32
Jejen Musfah, Peningkatkan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar
Teori dan Praktik, (Jakarta, Kencana, 2011), Cet. 1, h. 29. 33
Dede Rosyada, MA. Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), Cet,
I. h. 48. 34
E. Mulyasa, op.cit., h. 25. 35
DPR RI, op.cit., h.6.
20
dimiliki oleh guru, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional dan kompetensi social yang diperoleh melalui
pendidikan profesi.
Atas dasar itu, jelaslah bahwa seorang guru haruslah mempunyai
kompetensi salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah
kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik ini adalah kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran peserta didik.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a
dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.36
Kompetensi Pedagogik adalah seperangkat kemampuan dan ketrampilan
(skill) yang berkaitan dengan interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa
dalam kelas. Kompetensi Peagogik meliputi, kemapuan guru dalam
menjelaskan materi, melaksanakan metode pembelajaran, memberikan
pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengelola kelas, dan melakukan
evaluasi.37
Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah ”kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didik”.38
Depdiknas menyebut kompetensi
ini dengan ”kompetensi pengelolaan pembelajaran”. Kompetensi ini dapat
dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar,
kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar,
dan kemampuan melakukan penilaian.
36
Presiden Republik Indonesia, “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan”, http://www. bpkp. go.
id/unit/hukum/pp/2005/019-05.pdf, h. 33. 37
M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, (Semarang: Rasail Media Group,2008),
cet.1, h. 148. 38
DPR RI, op.cit., h. 26.
21
Mulyasa mengemukakan bahwa secara operasional, kemampuan
mengelola pembelajaran menyangkut tiga fungsi manajerial, yaitu
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian.39
Agar proses pembelajaran
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, serta mencapai hasil yang
diharapkan, diperlukan kegiatan manajemen sistem pembelajaran, sehingga
keseluruhan proses untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran secara efektif
dan efisien.
Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan mengelola proses belajar
mengajar adalah kesanggupan atau kecakapan para guru dalam menciptakan
suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik yang
mencakup segi kognitif, afektif dan psikomotor, sebagai upaya mempelajari
sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak
lanjut agar tercapai tujuan pengajaran.40
2. Komponen-komponen Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:
a. Pemahaman Terhadap Peserta Didik
Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu kompetensi
pedagogik yang harus dimiliki guru. Sedikitnya terdapat empat hal yang
harus dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat kecerdasan,
kreativitas, cacat fisik dan perkembangan kognitif.41
1) Tingkat Kecerdasan
Dalam perkembangan kemampuan berfikir bersamaan dengan
(bertambahnya umur, ditemukan bahwa adanya perbedaan tingkat
kestabilan. Hasil tes dibawah usia lima tahun tidak stabil. Kestabilan
terjadi setelah anak berusia lebih dari lima tahun. Sebagai contoh,
39
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,
2007, h. 77. 40
B. Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997),
h. 19. 41
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,
2007, h. 75.
22
Bayley (1949) menemukan korelasi antara skor tes IQ usia enam
tahun dan tujuh belas tahun adalah + 0,92 (sangat tinggi).
Sedangkan, Macfarlane dan Allen (1948) melaporkan bahwa pada
usia antara enam dan delapan belas tahun terdapat 50 persen anak
yang mengalami perubahan (kenaikan) 15 point atau lebih. Setelah
usia delapan belas tahun, umumnya tidak terjadi perubahan lagi.
Karena itu dalam tabel IQ terdapat kolom ”18/lebih”.42
Selain perbedaan antar individu, terdapat pula perbedaan
kemampuan dalam individu sendiri, atau perbedaan dalam individu.
Misalnya, seorang anak yang sangat pandai dalam mata pelajaran
matematika tidak memiliki kepandaian yang setingkat pada mata
pelajaran bahasa dan hal demikian adalah wajar, walaupun masih
mungkin juga ada seorang anak yang pandai dalam semua mata
pelajaran. Perbedaan tersebut juga terjadi dalam hal ini, misalnya
kreativitas.43
2) Kreativitas
Secara umum guru diharapkan menciptakan kondisi yang baik,
yang memungkinkan setiap peserta didik yang dapat
mengembangkan kreatifitasnya, antara lain dengan teknik kerja
kelompok kecil, penugasan dan mensponsori pelaksanaan proyek.
Anak yang kreatif belum tentu pandai dan sebaliknya. Kondisi-
kondisi yang diciptakan oleh guru juga tidak menjamin timbulnya
prestasi belajar yang baik. Hal ini perlu dipahami guru agar tidak
terjadi kesalahan dalam menyikapi peserta didik yang kreatif,
demikian pula terhadap yang pandai.44
Memahami uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa kreativitas
peserta didik dalam belajar sangat bergantung pada kreativitas guru
dalam megembangkan standar kompetensi, kompetensi dasar dan
materi standar, serta menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
42
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, Ibid., h. 75 43
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, Ibid., h. 84. 44
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, Ibid., h. 86.
23
Guru dapat menggunakan berbagai pendekatan dalam meningkatkan
kreativitas peserta didik.45
3) Kondisi Fisik
Kondisi fisik antara lain berkaitan dengan penglihatan,
pendengaran, kemampuan bicara, pincang (kaki) dan lumpuh karena
kerusakan otak. Terhadap peserta didik yang memiliki kelainan fisik
diperlukan sikap dan layanan yang berbeda dalam rangka membantu
perkembangan pribadi mereka. Misalnya guru harus bersikap lebih
sabar dan telaten tetapi dilakukan secara wajar sehingga tidak
menimbulkan kesan negatif. Perbedaan layanan (jika bercampur
dengan anak yang normal) antara lain dalam bentuk jenis media
pendidikan yang digunakan, serta membantu dan mengatur posisi
duduk.46
4) Perkembangan Kognitif
Pertumbuhan dan perkembangan dapat diklasifikasikan atas
kognitif, psikologis dan fisik, pertumbuhan dan perkembangan
berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi karakteristik
manusia, perubahan-perubahan tersebut terjadi dalam kemajuan yang
mantap dan merupakan suatu proses kematangan. Perubahan-
perubahan ini tidak bersifat umum, melainkan merupakan hasil
interaksi antara potensi bawaan dengan lingkungan. Baik peserta
didik yang cepat maupun lambat, memiliki kepribadian yang
menyenangkan atau menggelisahkan, tinggi ataupun rendah,
sebagian besar tergantung pada interaksi antara kecenderungan
bawaan dan pengaruh lingkungan (konvergensi, sebagaimana
dikemukakan oleh William Stern).47
Guru memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan anak.
Sehingga mengetahui dengan benar pendekatan yang tepat yang
dilakukan pada anak didiknya. Guru dapat membimbing anak
45
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, Ibid., h. 94. 46
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, Ibid., h. 94-95 47
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, Ibid., h. 95.
24
melewati masa-masa sulit dalam usia yang dialami anak selain itu,
guru memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap latar belakang
pribadi anak, sehingga dapat mengidentifikasi problem-problem
yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan pendekatan yang
tepat.
b. Pengembangan Kurikulum/Silabus
Guru menempati kedudukan sentral, sebab peranannya sangat
menentukan, ia harus mampu menterjemahkan dan menjabarkan nilai-
nilaiyang terdapat dalam kurikulum, kemudian mentransformasikan nilai-
nilai tersebut kepada siswa melalui proses pengajaran di sekolah.
Guru tidak membuat atau menyusun kurikulum, tapi ia
menggunakan kurikulum, menjabarkannya, serta melaksanakannya
melalui suatu proses pengajaran. Kurikulum di peruntukkan bagi siswa,
melalui guru yang secara nyata memberikan pengaruh kepada siswa pada
saat terjadinya proses pengajaran.48
Dengan adanya kurikulum, sudah barang tentu tugas guru atau
pendidik sebagai pengajar dan pendidik lebih terarah. Pendidikan juga
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dan sangat penting
dalam proses pendidikan dan merupakan salah satu komponen yang
berinteraksi secara aktif dengan anak didik dalam pendidikan.49
Hubungan kurikulum dengan pengajaran dalam bentuk lain adalah
dokumen kurikulum yang biasanya disebut silabus yang sifatnya lebih
terbatas dari pada pedoman kurikulum, sebagaimana dikemukakan
bahwa dalam silabi hanya tercakup bidang studi atau mata pelajaran yang
harus diajarkan selama waktu setahun atau semester.50
Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan
pembelajaran, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan
48
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2005), h. 1. 49
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2007), h. 207. 50
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi,
(Bandung: PT. Rosdakarya Offset, 2008), h. 39.
25
kegiatan pembelajaran dan pengembangan sistem penilaian. Silabus
merupakan sumber pokok dalam penyusunan rencana pembelajaran, baik
rencana pembelajaran untuk satu standar kompetensi maupun satu
kompetensi dasar. Silabus juga bermanfaat sebagai pedoman untuk
merencanakan pengelolaan kegiatan pengajaran secara klasikal,
kelompok kecil atau secara individual.51
Secara umum proses pengembangan silabus berbasis kompetensi
terdiri atas tujuh langkah utama sebagaimana tercantum dalam Buku
Pedoman Umum Pengembangan Silabus (Depdiknas, 2004) yaitu : (1)
penulisan identitas mata pelajaran, (2) perumusan standar kompetensi,
(3) penentuan kompetensi dasar, (4) penentuan materi pokok dan
uraianannya, (5) penentuan pengalaman belajar, (6) penentuan alokasi
waktu dan (7) penentuan sumber bahan.52
Standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok sudah
disiapkan oleh Pemerintah. Oleh karena itu tugas guru adalah
mengembangkan setiap kompetensi dasar tersebut dengan jalan
menentukan materi pokok, pengalaman belajar, alokasi waktu dan
sumber bahan. Untuk implementasi di kelas, silabus dijabarkan lagi ke
dalam bentuk persiapan mengajar, baik dalam bentuk satpel maupun
rencana pembelajaran.53
c. Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran
1) Perencanaan Pembelajaran
Perancangan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi
pedagogik yang harus dimiliki setiap guru, yang bermuara pada
pelaksanaan pembelajaran, perancangan pembelajaran sedikitnya
mencakup tiga kegiatan, yaitu :
a) Identifikasi Kebutuhan
51
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi, Ibid.,
h. 40. 52
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi, Ibid.,
h. 41-42. 53
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi, Ibid.,
h. 42.
26
Kebutuhan merupakan kesenjangan antara apa yang
seharusnya dengan kondisi yang sebenarnya atau sesuatu yang
harus dipenuhi untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini, eloknya
guru melibatkan peserta didik untuk mengenali, menyatakan dan
merumuskan kebutuhan belajar. Pelibatan peserta didik perlu
disesuaikan dengan tingkat kematangan dan kemampuan, serta
mungkin hanya bisa dilakukan untuk kelas-kelas tertentu yang
sudah bisa dilibatkan.54
b) Identifikasi Kompetensi
Kompetensi merupakan sesuatu yang ingin dimiliki oleh
peserta didik, dan merupakan komponen utama yang harus
dirumuskan dalam pembelajaran, yang memiliki peran penting
dan menentukan arah pembelajaran. Kompetensi yang jelas akan
memberi petunjuk yang jelas pula terhadap materi yang harus
dipelajari, penetapan metode dan media pembelajaran, serta
memberi petunjuk terhadap penilaian. Oleh karena itu, setiap
kompetensi harus merupakan perpaduan dari pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak (thinking skill).55
Kompetensi yang harus dipelajari dan dimiliki peserta didik
perlu dijelaskan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai
wujud dari hasil belajar yang mengacu pada pengalaman
langsung.
c) Penyusunan Program Pembelajaran
Penyusunan program pembelajaran akan bermuara pada
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sebagai produk
program pembelajaran jangka pendek, yang mencakup
komponen program kegiatan belajar dan proses pelaksanaan
program. Komponen program mencakup kompetensi dasar,
54
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,
2007, h. 100 55
E. Mulyasa, Ibid., h. 101
27
materi standar, metode dan teknik, media dan sumber belajar,
waktu belajar dan daya dukung lainnya.56
Pengembangan program pengajaran dimaksud adalah
rumusan-rumusan tentang apa yang dilakukan guru dan peserta
didik dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan,
sebelum kegiatan belajar mengajar sesungguhnya dilaksanakan.
Pengembangan program ini merupakan suatu sistem yang
menjelaskan adanya analisis atas semua komponen yang benar-
benar harus saling terkait secara fungsional untuk mencapai
tujuan.57
2) Pelaksanaan Pembelajaran
Melaksanakan atau mengelola program belajar mengajar
merupakan tahap pelaksanaan program yang telah dibuat. Dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar kemampuan yang dituntut
adalah keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan
kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun
dalam perencanaan. Guru harus dapat mengambil keputusan atas
dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan belajar mengajar
dihentikan ataukah diubah metodenya, apakah mengulang dulu
pelajaran yang lalu, manakala para siswa belum dapat mencapai
tujuan pengajaran. Pada tahap ini disamping pengetahuan teori
tentang belajar mengajar, tentang pelajar, diperlukan pula kemahiran
dan ketrampilan teknik mengajar. Misalnya prinsipprinsip mengajar,
penggunaan alat-alat bantu pengajaran, penggunaan metode
mengajar, keterampilan menilai hasil belajar siswa, keterampilan
memilih dan menggunakan strategi atau pendekatan mengajar.58
56
E. Mulyasa, Ibid., h. 102. 57
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi,
(Bandung: PT. Rosdakarya Offset, 2008), h. 20. 58
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2005), h. 21.
28
Kegagalan pelaksanaan pembelajaran sebagian besar disebabkan
untuk penerapan metode konvensional, anti dialog, proses
penjinakan, pewarisan pengetahuan dan tidak bersumber pada
realitas masyarakat.59
Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik jika ada
komunikasi yang terbuka antara guru dan peserta didik. Agar
kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik, guru perlu melihat
kondisi peserta didik, baik dalam hal pengetahuan maupun
pengalaman yang dimiliki. Kegiatan pembelajaran perlu
dikondisikan sedemikian rupa yang membuat peserta didik belajar
dengan nyaman, tanpa tekanan, atau tidak monoton. Untuk itu
strategi belajar yang diterapkan harus bervariasi yang membuat
peserta didik bergairah dalam belajar.60
Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang dapat
menentukan keberhasilan, yakni pengaturan proses belajar mengajar,
dan pengajaran itu sendiri dan keduanya mempunyai saling
ketergantungan satu sama lain. Kemampuan mengatur proses belajar
yang baik, akan menciptakan situasi yang memungkinkan anak
belajar, sehingga merupakan titik awal keberhasilan pengajaran.
Siswa dapat belajar dalam suasana wajar, tanpa tekanan dan dalam
kondisi yang merangsang untuk belajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar siswa memerlukan sesuatu
yang memungkinkan dia berkomunikasi secara baik dengan guru,
teman, maupun dengan lingkungannya. Kebutuhan akan bimbingan,
bantuan dan perhatian guru yang berbeda untuk setiap individu
siswa.61
59
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,
2007, h. 102. 60
Ramayulis, Metodologi PAI, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h.118-119. 61
Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002), h. 37-38.
29
Untuk menciptakan suasana yang menumbuhkan gairah belajar,
meningkatkan prestasi belajar siswa. Mereka memerlukan
pengorganisasian proses belajar yang baik. Proses belajar mengajar
merupakan suatu rentetan kegiatan guru menumbuhkan organisasi
proses belajar mengajar yang efektif, yang meliputi : tujuan
pengajaran, pengaturan penggunaan waktu luar, pengaturan ruang
dan alat perlengkapan pelajaran di kelas, serta pengelompokan siswa
dalam belajar.62
Penguasaan bahan pelajaran ternyata memberikan pengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Dikemukakan oleh Peters, bahwa proses
dan hasil belajar siswa bergantung pada penguasaan mata pelajaran
guru dan keterampilan mengajarnya. Pendapat ini diperkuat oleh
Hilda Toba, yang menyatakan bahwa keefektifan pengajaran
dipengaruhi oleh (a) karakteristik guru dan siswa, (b) bahan
pelajaran, dan (c) aspek lain yang berkenaan dengan situasi
pelajaran.63
d. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan
perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat
dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir
satuan pendidikan dan sertifikasi, benchmarking, serta penilaian
program.64
Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan
pengajaran, perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian atau evaluasi.
Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan
atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Proses belajar dan
mengajar adalah proses yang bertujuan. Tujuan tersebut dinyatakan
62
Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain, Ibid., h. 38. 63
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2005), h. 22. 64
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,
2007, h. 108.
30
dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa setelah
menyelesaikan pengalaman belajarnya.65
Penilaian berbasis kelas harus memperlihatkan tiga ranah yaitu
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik).
Ketiga ranah ini sebaiknya dinilai proposional sesuai dengan sifat mata
pelajaran yang bersangkutan.66
Fungsi penilaian dalam proses belajar mengajar bermanfaat ganda,
yakni bagi siswa dan bagi guru. Penilaian hasil belajar dapat
dilaksanakan dalam dua tahap. Pertama, tahap jangka pendek, yakni
penilaian dilaksanakan guru pada akhir proses belajar mengajar.
Penilaian ini disebut penilaian formatif. Kedua, tahap jangka panjang,
yakni penilaian yang dilaksanakan setelah proses belajar mengajar
berlangsung beberapa kali atau setelah menempuh periode tertentu,
misalnya penilaian tengah semester atau penilaian pada akhir. Penilaian
ini disebut penilaian sumatif.67
Dalam proses belajar mengajar, penilaian hasil belajar ini sangatlah
penting untuk dilaksanakan. Karena dengan penilaian hasil belajar inilah
seorang guru bisa mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran dan
keefektifan pembelajaran yang dilakukan oleh guru tersebut.
e. Pengembangan Peserta Didik untuk Mengaktualisasikan Berbagai
Potensi yang dimilikinya.
Pengembangan peserta didik merupakan bagian dari kompetensi
pedagogik yang harus dimiliki guru untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Pengembangan peserta didik
dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara antara lain melalui
kegiatan ekstrakurikuler (ekskul), pengayaan dan remedial serta
65
Nana Sudjana, op. cit., h. 111. 66
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi,
(Bandung: PT. Rosdakarya Offset, 2008), h. 87 67
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2005), h. 112.
31
Bimbingan dan konseling (BK).68
Guru memiliki kemampuan untuk
membimbing anak, menciptakan wadah bagi anak untuk mengenali
potensinya dan melatih untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.
Dan wadah itu bisa berupa kegiatan-kegiatan yang sudah diuraikan di
atas .
3. Kompetensi Pedagogik Guru Sebagai Salah Satu Penunjang Keberhasilan
Belajar Peserta Didik
Guru mempunyai peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan
suatu pembelajaran di sekolah. Di samping itu guru juga berperan dalam
perkembangan potensi pada setiap anak didik agar dapat berkembang secara
optimal. Oleh sebab itu untuk mewujudkan hal itu, sebagai seorang pendidik
guru haruslah mempunyai kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sebagaimana dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) Pasal
28, bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang guru adalah
kompetensi pedagogik yang berkaitan dengan pengelolaan pembelajaran. Di
samping itu ada beberapa kompetensi yang juga harus dikuasai oleh seorang
guru antara lain adalah kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan
kompetensi sosial, semua saling berkaitan satu sama lain dalam rangka
menunjang keberhasilan belajar.
Salah satu faktor yang paling menentukan dalam keberhasilan belajar
adalah pengelolaan pembelajaran. Lingkungan belajar yang efektif, kondusif
dan menyenangkan akan membawa siswa pada tahap belajar yang optimal.
Efektivitas guru mengajar, dapat dilihat dari seberapa besar peserta didik
memperoleh informasi/ilmu pengetahuan baru. Hal ini dapat dijadikan salah
satu ukuran keberhasilan guru dalam mengajar. Biasanya siswa dalam
68
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,
2007, h. 111.
32
memahami materi ditentukan oleh ketertarikan siswa kepada guru.
Ketertarikan terhadap guru ditentukan oleh bagaimana karakteristik atau
mentalitas guru dalam melaksanakan pembelajaran, seperti bagaimana guru
menjelaskan materi pelajaran, bagaimana guru menggunakan metode
mengajar, bagaimana guru menggunakan media, dan bagaimana guru
melakukan komunikasi kepada siswa. Justru yang memiliki peluang besar
siswa memiliki ketertarikan kepada guru ditentukan oleh kualitas hubungan
antara guru dengan siswa. Jika guru memiliki hubungan yang kurang
harmonis, maka siswa sulit memiliki ketertarikan kepada guru. Dan juga
sebaliknya. Oleh sebab itu, guru harus mengetahui bagaimana keadaan siswa
tersebut serta guru harus mengetahui taraf kematangan dan pengetahuan
setiap siswanya.
Oleh karena itu untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam proses
belajar mengajar maka setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi dalam
mengelola pembelajaran. Kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi
pedagogik, yang merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh
setiap guru dalam menunjang keberhasilan dalam belajar peserta didik.
C. Kajian yang Relevan
Dalam proses penulisan skripsi ini penulis mendapatkan kajian yang
relevan selama proses penelitian dan penulisan, yang membahas tentang
Kompetensi Pedagogik terdapat dalam Skripsi diantaranya Skripsi yang ditulis
oleh Rosyidah yang berjudul Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama
Islam Dalam Pelaksanaan Pembelajaran (di SD Dua Mei Ciputat), yang
mana dalam skripsi ini menjelaskan tentang Kompetensi Pedagogik guru
Pendidikan Agama Islam dalam pelaksanaan di SD 2 Mei Ciputat, meliputi
pembukaan pembelajaran, kegiatan inti dan penutupan.69
Selanjutnya Skripsi
yang ditulis oleh Didik Setiawan yang berjudul Kompetensi Pedagogik Guru
dalam Implementasi KTSP di SMK Nusantara Ciputat, yang mana penulis
69
Rosyidah, Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pelaksanaan
Pembelajaran (di SD Dua Mei Ciputat), Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta,
2012, tidak dipublikasikan
33
dalam skripsi ini membahas tentang bagaimana kompetensi pedagogic guru
dalam melaksanakan KTSP di SMK Nusantara dalam hal perancangan
pembelajaran dan evaluasi pembelajaran di sekolah dalam implementasi
KTSP.70
Sedangkan fokus penulis dalam skripsi ini adalah Kompetensi
pedagogik guru dalam mengelola pembelajaran peserta didiknya, meliputi;
pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, kemampuan guru dalam mengelola evaluasi program
pengajaran dan kemampuan guru untuk menciptakan wadah bagi anak untuk
menggali potensinya.
70
Didik Setiawan, Kompetensi Pedagogik Guru dalam Implementasi KTSP di SMK
Nusantara Ciputat, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013, tidak
dipublikasikan
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 28 Agustus – 4 September
2014. Tempat penelitian adalah letak dimana penelitian akan dilakukan untuk
memperoleh data atau informasi yang diperlukan dan berkaitan dengan
permasalahan penelitian. Lokasi penelitian dipusatkan di SD Islam Nurul
Hidayah Pondok Petir, Depok – Jawa Barat.
B. Latar Penelitian
1. Latar
a. Latar Fisik
SD Islam Nurul Hidayah berada di tengah-tengah perkampungan
penduduk. Lokasi untuk menjangkau sekolahnya sangat strategis, dapat
ditempuh dengan jalan kaki, naik angkot atau dengan ojek. Bangunan
sekolah merupakan bangunan sendiri sejak tahuan 1986. Dari tahun
ketahun selalu bertambah jumlah gedungnya agar kegiatan belajar
mengajar berjalan lancar.
Bagian depan sekolah ini nampak satu gerbang panjang sebagai
pintu utama Yayasan SD Islam Nurul Islam dan dua gerbang untuk
35
memasuki lokasi SD Islam Nurul Hidayah, dan pintu utama yang
dilengkapi dengan pos satpam dan tempat parkir, sedangkan pintu kedua
menuju tangga, pintu tangga yang merupakan untuk para siswa dan siswa
yang dilengkapai oleh resepsionis dan finger print machine untuk absen
guru, karyawan. Kemudian terdapat ruang guru, ruang kepala sekolah,
ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang UKS dan Lab komputer yang
letaknya sejajar dan untuk masjid terletak di depan gerbang utama Sekolah
Nurul Hidayah.
Adapun jumlah kelas secara keseluruhan sebanyak 19 ruang kelas,
untuk kelas 1 (satu) menempati 3 kelas, kelas II (dua) menempati 4 kelas
kelas III (tiga) menempati 4 kelas, kelas IV (empat) menempati 3 kelas,
kelas V (lima) menempati 3 kelas, kelas VI (enam) menempati 2 kelas. .
Lapangan Olahraga terletak di belakang sekolah dan samping
perpustakaan. sekolah yang sekelilingnya terdapat gedung-gedung sekolah
SD Islam Nurul Hidayah.
b. Latar Sosial
Lingkungan sosial yang tercipta di SD Islam Nurul Hidayah Depok
cukup harmonis dan relegius. Hal ini dapat dilihat dari hubungan antara
kepala sekolah dengan guru dan karyawan berjalan baik. Semua
menjalankan tugasanya masing-masing. Tak jarang kepala sekolah
mengontrol kegiatan-kegiatan dan berbincang-bincang dengan para guru
dan karyawan. Hal yang sama juga diterapkan kepada siswa-siswanya,
sehingga merasa nyaman dan bersahabat berada di lingkuan sekolah.
Kegiatan-kegiatan yang mendukung keakraban guru satu sama lain,
adalah dengan diselenggarakannya pertemuan satu minggu sekali, seperti
arisan guru, dan sharing guru pada jam istirahat ataupun pada waktu jam
makan siang atau ketika rapat guru. Begitu juga antara guru dan siswa
diupayakan agar akrab satu sama lain, sehingga siswa menganggap bahwa
sekolah adalah guru. Siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan
36
pendapat mereka tanpa rasa takut dan guru pun merespon pertanyaan-
pertanyaan dan keluhan para siswa dengan baik.
Kemudian, kedisiplinan staf pengajar SD Islam Nurul Hidayah
Depok, patut dibanggakan. Misalnya, ketika bel masuk kelas telah tiba
maka, antara guru yang satu dengan guru yang lain saling mengingatkan
untuk masuk kelas dan segera menjalankan tugasnya. Dan bukan hanya
guru saja, siswa juga ketika bel berbunyi siswa harus masuk kelas dan
tidak boleh keluar masuk. Kedisiplinan siswa pun sangat diperhatikan
mulai dari kelengkapan alat sekolah, seragam dan penampilan. Setiap
minggu guru piket yang dibantu dengan OSIS akan merazia siswa dan
siswi yang melanggar hal tersebut. Hal ini bertujuan mereka patuh dan
lebih bertanggung jawab.
Kemudian sebelum pelajaran pertama dimulai, para siswa
membaca surat-surat pendek, asmaul husna dan do’a- doa, setiap tahunnya
secara otomatis sudah hafal siswa 5-6 surat pendek dan juga hadis
ditambah lagi do’a-do;a yang lain, sekitar selama 15 menit (sepuluh
menit), yang disebut dengan pembiasaan siswa, siswa kelas 4-6 satu kali
dalam seminggu akan bergantian untuk melaksanakan shalat duha di
masjid sekolah. Setelah itu baru pelajaran bisa dimulai.
2. Entri
Peneliti masuk pertama kalinya saat observasi awal yakni di bulan
Akhir Agustus 2014, sebelum melakukan penelitian di SD Islam Nurul
Hidayah Depok pada pertengahan bulan Agustus. Kepala SD Islam Nurul
Hidayah Pondok Petir menyambut baik kehadiran peneliti. Adapun saat
melakukan penelitian ini, peneliti ikut menjadi staf pengajar, dengan tujuan
kenyamanan dalam pengamatan, mengenal lebih dalam siswa dan kemudahan
dalam memperoleh informasi yang terkait dengan penelitian.
37
C. Metode Penelitian
Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian dengan pendekatan
kualitatif, dan metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode
deskriptif. Yaitu penelitian yang bermaksud menggambarkan tentang suatu
variabel, gejala atau keadaan apa adanya, dan tidak dimaksudkan untuk menguji
hipotesis tertentu.1
Menurut Bogdan dan Taylor menyatakan bahwa “metode kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif yang berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”.2
Kemudian lebih lanjut Moleong menyatakan bahwa: penelitian kualitatif
berakar pada akar alamiah sebagai keutuhan. Mengandalkan manusia sebagai alat
penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis data secara
induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari
dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi
studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan
data, rancangan penelitiannya bersifat sementara, dan hasil penelitiannya
disepakati oleh kedua belah pihak, yakni peneliti dan subjek peneliti”.3
Untuk memudahkan data, fakta dan informasi yang mengungkapkan dan
menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian
kepustakaan (Library research) dan penelitian lapangan (Field research)4.
1. Penelitian kepustakaan (Library research), Yaitu pengumpulan data dan
informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat di
ruangan perpustakaan, misalnya berupa buku-buku, majalah, naskah, catatan
kisah sejarah; surat kabar, internet dan sumber lain yang relevan dengan
penelitian ini.
2. Penelitian lapangan (Field research), yaitu penulis menghimpun informasi,
data dan fakta dari objek yang diteliti untuk menemukan secara khusus dari
1 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet. I0, h. 234
2 Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rasdakarya, 2004),
h. 4 3 Lexi J Moleong, Ibid., h. 27
4 Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), Cet. I, h. 4.
38
realitas yang tengah terjadi di lapangan agar lebih obyektif dan akurat tentang
Kompetensi Pedagogik Guru PAI di SDI Nurul Hidayah Pondok Petir, Depok,
Jawa Barat.
Secara teknis, penulisan yang dipakai untuk menyusun skripsi ini merujuk
pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011.
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengelolaan Data
Sesuai dengan data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dalam
pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa prosedur, yaitu:
1. Interview
Metode interview adalah metode yang dilakukan dengan jalan
mengadakan komunikasi dengan sumber data (dalam hal ini individu yang
bersangkutan) melalui dialog (Tanya jawab) secara lisan baik secara langsung
maupun tidak langsung. “interview sebagai proses Tanya jawab lisan, di mana
dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik yang satu menghadap
yang lain dan mendengarkan sendiri suaranya”. 5
Maka dengan interview tersebut diharapkan dapat memperoleh jawaban
keterangan dari responden sesuai dengan tujuan penelitian. Ditinjau dari
pelaksanaannya peneliti menggunakan model interview bebas terpimpin. Di
mana pewawancara bebas menanyakan apa saja tetapi yang mengikat akan
data apa yang dikumpulkan dengan membawa sederetan pertanyaan, serta
berupaya untuk menciptakan suasana santai tapi tetap serius dan sungguh-
sungguh.6 Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan informasi dari
kepala sekolah, Guru PAI, serta siswa SD Islam Nurul Hidayah yang
berkaitan dengan Kompetensi Pedagogik Guru PAI di SD Islam Nurul
Hidayah.
2. Dokumentasi
Dokumentasi bersal dari kata dokumen, yaitu berarti barang-barang
tertulis,. Maka, metode dokumentasi dapat dikatakan sebagai teknik
5 Hadi Sturisno, Metodologi Research, Jilid 2, (Yogyakarta: Adi Offset, 2002), h. 192
6 Suharsini, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet. I0, 132
39
pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkrip, buku, majalah, surat kabar, prestasi, notulen rapat agenda dsb.7
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang latar belakang SD Islam
Nurul Hidayah yang meliputi sejarah singkat berdirinya, visi misi dan tujuan,
struktur organisasi, keadaan guru dan staf, keadaan siswa-siswa, serta keadaan
saran dan prasaran yang tersedia.
3. Observasi
Metode observasi adalah metode yang dilakukan dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap obyek yang diteliti. “ metode observasi
bisa dikatakan sebagai pengamatan dan pencatatan sebagai sistematika
fenomena-fenomena yang diselidiki, dalam arti yang luas, observasi tidak
hanya terbatas pada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun
tidak langsung. 8
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data-data dengan jelas
menjadi partisipan secara langsung dan sistematis terhadap obyek yang
diteliti, dengan cara mendatangi langsung lokasi penelitian di SD Islam Nurul
Hidayah untuk memperhatikan jalannya kegiatan pembelajaran pendidikan
Agama Islam melalui penggunaan pendekatan belajar aktif (active learning
strategy).
Selain itu metode observasi juga digunakan untuk mengamati kondisi
bangunan sekolahan, sarana dan prasaran sekolahan.
E. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian, setiap hal temuan harus di cek keabsahannya agar hasil
penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan dapat dibuktikan
keabsahannya.
Untuk pengecekan keabsahan temuan ini teknik yang dipakai oleh peneliti
adalah tringulasi. Tringulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan dan yang
7 Hadi Sturisno, dkk, Op. Cit., h. 135
8 Hadi Sturisno, dkk, Op. Cit., h. 136
40
memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu.9 Pemeriksaan yang dilakukan oleh peneliti
antara lain:
a. Tringulasi data, yaitu dengan cara membandingkan data hasil pengamatan
dengan hasil wawancara, data hasil wawancara dengan dokumentasi dan data
hasil pengamatan dengan dokumentasi. Hasil perbandingan ini diharapkan
dapat menyatukan persepsi atas data yang diperoleh
b. Tringulasi metode, yaitu dengan cara mencari data lain dengan sebuah
fenomena yang diperoleh dengan menggunakan metode yang berbeda yaitu
wawancara, observasi dan dokumentasi. Kemudian hasil yang diperoleh
dengan menggunakan metode ini dibandingkan dan disimpulkan sehingga
memperoleh data yang bias dipercaya.
c. Trungulasi sumber, yaitu dengan cara membandingkan kebenaran suatu
fenomena berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti, baik dilihat dari
dimensi waktu maupun dari sumber yang lain.
Dalam pengecekan data ini, peneliti menggunakan jenis tringulasi teknik
dengan observasi dalam lapangan yang didukung dengan pengecekan melalui
wawancara dan dokumentasi.
F. Analisis Data
Analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisa data-
data yang diperoleh dari penelitian. Menganalisis data ,merupakan suatu langkah
yang sangat kritis dalam penelitian. Peneliti harus memastikan pola analisis mana
yang akan digunakan, apakah analisis statistik ataukah analisis non statistik.
Pemilihan ini tergantung pada jenis data yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini,
peneliti tidak diwujudkan dalam bentuk angka. 10
Dalam penerapannya metode deskriptif ini melalui beberapa tahapan, yaitu
identifikasi, klasifikasi, kemudian diinterpretasikan. Metode deskriptif kualitatif,
diartikan sebagai metode dengan memaparkan dan menafsirkan kata yang ada,
9 Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rasdakarya, 2004),
h. 178 10
Sunardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press,1990) h, 94
41
misalnya tentang situasi yang dialami berkaitan dengan kegiatan. Pandangan,
sikap yang tampak maupun proses yang sedang bekerja.
Dalam hal ini, peneliti akan terjun secara langsung di lapangan dan
mengalami situasi yang terjadi selama proses belajar mengajar PAI berlangsung,
berkaitan dengan prosedur manajemen kelas di SD Islam Nurul Hidayah. Di
samping itu, juga dilakukan beberapa kali dalam pengumpulan data, di mana
semua data yang telah diperoleh di lapangan dibaca, dipahami, kemudian dibuat
ringkasannya. Setelah data terkumpul kemudian data dianalisis lebih lanjut secara
intensif,. Maka, dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif ini, penulis
dapat menyajikan data yang ada, baik dengan informasi maupun analisis tanpa
perlu merumuskan hipotesis.
Proses analisis data yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Reduksi data.
Reduksi data merupakan analisis yang menajamkan, menggolongkan data
dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik atau di
verifikasi.
Data yang diperoleh di lapangan langsung ditulis dengan rinci dan sistematis
setiap selesai mengumpulkan data. Laporan-laporan itu perlu direduksi yaitu
dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian agar
mudah untuk menyimpulkannya. Reduksi kata dilakukan untuk
mempermudah peneliti dan mencari kembali data yang diperoleh bila
diperlukan serta membantu dalam memberikan kode kepada aspek-aspek
tertentu. 11
b. Display data atau penyajian data
Yaitu mengumpulkan data atau informasi secara tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data
yang sudah ada disusun dengan menggunakan teks yang bersifat naratif, selain
itu juga bias melakukan matriks, grafik, network dan chart.12
Dengan alasan
11
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1998) h, 129 12
Nasution , Ibid
42
supaya peneliti dapat menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan
data. Serta untuk memudahkan peneliti dalam memahami apa yang terjadi dan
merencanakan kerja selanjutnya. 13
c. Menarik kesimpulan atau verifikasi
Yaitu merupakan rangkaian analisis data puncak. Meskipun begitu,
kesimpulan juga membutuhkan verifikasi selama penelitian berlangsung.
Verifikasi dimaksudkan untuk menghasilkan kesimpulan yang valid. Oleh
karena itu, ada baiknya sebuah kesimpulan ditinjau ulang dengan cara
memverifikasi kembali catatan-catatan selama penelitian dan mencari pola,
tema model, hubungan dan persamaan untuk diambil sebuah kesimpulan.14
13
Sugiyono, Memehamai Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2005) h, 60 14
Nasution, Op.Cit., h, 130
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian kualitatif dipahami sebagai data yang tidak bisa
diukur atau dinilai dengan angka secara langsung.1 Data dalam penelitian
kualitatif bukanlah berdasarkan atas tabel angka-angka hasil pengukuran atau
penilaian secara langsung yang mana dianalisis secara statistik. Data kualitatif
adalah data yang berupa informasi kenyataan yang terjadi di lapangan.
Menurut Meleong, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-
kata dan tindakan sedangkan data tertulis, foto, rekaman, dan statistik adalah
data tambahan.2
a. Data Utama
Data utama berupa kata-kata diperoleh mulai dengan wawancara
dan data yang berupa tindakan diperoleh melalui observasi. Pertama
wawancara dilaksanakan dengan berbagai pihak yang terkait, diantaranya
Guru Pendidikan Agama Islam. Dalam memilih dan memanfaatkan
informan, perlu ditentukan bahwa informan adalah orang-orang yang tahu
tentang situasi dan kondisi daerah penelitian, jujur, terbuka, dan mau
1 A. chader Alwasihlah, Pokoknya Kualitatif, (Jakarta: Pustaka Jaya, 2011), h. 105.
2Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1998), h. 110
44
memberikan informasi yang benar. Kedua, Observasi atau pengamatan
secara langsung. Data yang dikumpulkan yaitu data mengenai Kompetensi
Pedagogik guru PAI di sekolah SDI Nurul Hidayah Depok.
b. Data Tambahan
Data tambahan yakni berupa sumber tertulis dan dokumentasi.
Sumber tertulis ini berupa data-data yang diperoleh dari SD Islam Nurul
Hidayah. Seperti format program tahunan, silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran ( RPP ) SD Islam Nurul Hidayah. Termasuk juga data profil
sekolah, keadaan guru, keadaan siswa, sarana dan prasarana yang ada di
SD Islam Nurul Hidayah. Sedangkan dokumentasi seperti foto-foto, untuk
penunjang data-data yang diperoleh dari SD Islam Nurul Hidayah supaya
diterima keabsahannya.
2. Gambaran Diri Subjek
a. Karakteristik
Berikut ini adalah tabel yang dapat menggambarkan kakteristik
umum dan seluruh subyek penelitian ini.
Tabel 4.1
Karakteristik Subjek
N0 Nama Jenis Kelamin Kelas Yang Diajar
1 Tuti Alawiyah, S.Pd.I Perempuan Kelas IV
2 Oom Komariah, S.Ag Perempuan Kelas VI
b. Gambaran Diri Subjek
Guru yang menjadi subjek dari penelitian ini adalah guru secara
sukarela membantu dalam penelitian yang dilakukan peneliti, guru yang
memiliki latar belakang dan pendidikan yang berbeda.
Subjek pertama adalah Ibu Tuti Alawiyah, S.Pd.I, tinggal di Jl.
Swadaya I Rt 04/05 Pondok Benda, Pamulang, Tangerang Selatan. Beliau
mengajar mulai dari tahun 2012-2013. Di sekolah tempat penelitian, beliau
45
juga sudah sering mengikuti pelatihan-pelatihan tentang pembelajaran,
bahkan pelatihan yang terakhir beliau ikuti mengenai kurikulum PAI 2013.
Beliau adalah lulusan FITK - Pendidikan Agama Islam (PAI) di UIN
Syarif Hidayatullah tahun 2005-2010.
Informan selanjutnya adalah Ibu Oom Komariah, S.Ag, tinggal
didaerah Graha Yasa Asri Blok D, No 14 Serua, Bojong Sari, Depok,
beliau mengajar di sekolah SD Islam Nurul Hidayah mulai tahun 2014,
sudah sering mengikuti pelatihan mengajar yang berkaitan dengan
pembelajaran Aktif, baik pelatihan dari yayasan maupun dari Dinas
Pendidikan. Pendidikan terakhirnya S.I Pendidikan Agama Islam dari
IAIN Sunan Gunung Djati.
B. Analisis Data
1. Kompetensi Pedagogik Guru
SDI Nurul Hidayah memiliki guru Pendidikan Agama Islam sebanyak
6 orang guru dengan mayoritas guru berpendidikan minimal S1 dari berbagai
macam jurusan baik kependidikan maupun non-kependidikan dengan
prosentase : 90% Kependidikan dan 10% Non- Kependidikan (ekonomi).
Latarbelakang pendidikan yang beragam tersebut, menurut kepala sekolah
menjadikan hal ini sebagai kekuatan yang dimiliki oleh SDI Nurul Hidayah.
Sehingga dalam melaksanakan pembelajaran guru-guru SDI Nurul Hidayah
memiliki kemampuan dan latarbelakang yang sesuai dengan UU No. 14 tahun
2005 tentang guru dan dosen. Setiap tahunnya SDI Nurul Hidayah
megirimkan gurunya untuk mengikuti pelatihan-pelatihan. Pelatihan yang
terakhir diikuti adalah tentang Penyusunan RPP dan Penilaian pada kurikulum
2013.3 Pelatihan ini bertujuan agar guru tidak lagi menitikberatkan pada aspek
kognitif lagi melainkan lebih kepada aspek Afektifnya.
3 Wawancara dengan Ibu Tuti Alawiyah, S.Pd.I
46
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui bahwa proses
pembelajaran di SDI Nurul Hidayah terdiri dari beberapa tahap yaitu kegiatan
pendahuluan, apersepsi, kegiatan inti (isi), dan kegiatan akhir (penutup)
kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan penyampaian tujuan
pembelajaran, pemberian motivasi, dan kegiatan apersepsi. Guru SDI Nurul
Hidayah mengadakan pre-tes pada awal kegiatan pembelajaran, tapi juga ada
saat kegiatan inti pembelajaran mengevaluasi melalui pos-test dan pre-test.4
a. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan (introduction) pada dasarnya merupakan
kegiatan awal yang hendaknya ditempuh guru dan peserta didik pada
setiap kali pelaksanaan pembelajaran. Fungsinya terutama untuk
menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan
peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi
waktu dalam kegiatan pendahuluan pembelajaran ini perlu diperhatikan,
karena waktu yang tersedia untuk kegiatan tersebut relatif singkat, berkisar
antara 5-10 menit. Dengan waktu yang relatif singkat tersebut diharapkan
guru dapat menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik, sehingga
dalam kegiatan inti pembelajaran, peserta didik sudah siap untuk
mengikuti pelajaran dengan seksama.
Keberhasilan proses pembelajaran diantaranya sangat dipengaruhi
oleh kegiatan pendahuluan pembelajaran. Fungsi kegiatan pendahuluan
pembelajaran atau pra-intraksional adalah untuk menciptakan awal
pembelajaran yang efektif agar siswa siap secara penuh dalam mengikuti
kegiatan inti pembelajaran. Jadi, dalam kegiatan pendahuluan guru
diharapkan mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menunjang
terhadap terbentuknya kondisi awal belajar siswa yang efektif.
Berdasarkan hasil pengamatan di SDI Nurul Hidayah Depok pada
mata pelajaran PAI kegiatan utama yang dilaksanakan cukup variatif. Di
4 Wawancara dengan Ibu Oom Komariah, S.Ag
47
bawah ini akan dipaparkan kegiatan proses pembelajaran yang dilakukan
oleh Ibu Tuti Alawiyah, S.Pd.I, di kelas IV SD sebagai berikut:
Kegiatan pembukaan pelajaran yang dilakukan oleh Ibu Tuti
Alawiyah, S.Pd.I, yaitu dengan merapikan posisi duduk siswa, setelah
siswa terlihat rapi, guru mengucapkan salam, kemudian dimulai dengan
membaca doa, dan mengabsen para siswa satu persatu. Setelah itu guru
memberikan motivasi kepada siswa dengan menanyakan kabar mereka dan
memberikan sebuah game yang memacu mereka untuk semangat dalam
mengikuti pembelajaran. Dengan begitu para siswa terlihat semangat dan
antusias untuk memulai belajar.
1) Menarik perhatian siswa
Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan di SDI Nurul
Hidayah Depok pada mata pelajaran PAI dalam upaya menarik
perhatian siswa memiliki teknis yang berbeda. Hal ini diantaranya
dilakukan dengan "penyampaian manfaat yang akan diperoleh oleh
siswa setelah proses pembelajaran, melakukan interaksi yang
menyenangkan bagi siswa, dengan variasi gaya interaksi dengan siswa
dalam mengajar".5 Selain itu upaya yang dilakukan oleh guru PAI
dalam menarik perhatian siswa bisa lihat sebagai berikut:
Dalam menarik perhatian siswa pertama memberikan arahan,
setelah itu berusaha berinteraksi dengan siswa dengan gaya yang
bervariasi yang dapat menumbuhkan minat mereka untuk belajar.
Untuk menarik perhatian siswa dapat dilakukan dengan memberikan
cerita-cerita lucu, islami, dan memotivasi . Hal ini dilakukan agar
siswa tidak mengalami kebosanan dalam belajar dan tetap memiliki
keinginan untuk memperhatikan materi pelajaran yang sedang
disampaikan.6
Untuk menarik perhatian siswa bisa diawali dengan
memberikan game-game seru yang masih berkaitan dengan
5 Observasi pada pelaksanaan pembelajaran berlangsung di SDI Nurul Hidayah Depok
pada tanggal 29 Agustus 2014 6 Wawancara dengan guru PAI, pada tanggal 29 Agustus 2014
48
pembelajaran, seperti tebak kata dll. Dengan pemberian game seperti
ini, diharapkan siswa dapat lebih fokus dan aktif dalam belajar. Selain
itu kita juga bisa memberikan siswa sebuah film atau gambar-gambar
yang menarik. Dimana dalam pemberian film atau gambar-gambar
siswa diharapkan dapat memperhatikan dan menganalisa apa yang
sedang terjadi.7
Upaya yang dapat dilakukan dalam menarik minat siswa,
pertama: meyakinkan siswa bahwa materi yang akan disampaikan
berguna bagi siswa. Kedua: melakukan hal-hal yang dianggap baru
oleh siswa, misalnya dengan alat peraga. Ketiga: berinteraksi yang
menyenangkan dan memotivasi bagi siswa.
2) Menumbuhkan motivasi siswa
Guru dalam pelaksanaan pembelajaran memiliki tugas
membangkitkan motivasi siswa. Dalam hal ini guru PAI memberikan
motivasi kepada siswa dengan cara yang berbeda-beda akan tetapi
memiliki tujuan yang sama yaitu untuk membangkitkan semangat
siswa agar bisa belajar dengan baik. Dalam memberikan motivasi guru
PAI dengan cara " memberikan arahan-arahan dan semangat agar
siswa belajar dengan baik dan tidak melakukan hal-hal yang dapat
mengganggu kegiatan pembelajaran. Guru juga menyampaikan
peluang apa saja yang dapat diraih ketika siswa belajar dengan rajin
dan memiliki semangat yang tinggi."8
3) Memberikan pedoman
Dalam tahapan ini guru diharapkan mampu menyampaikan
kepada peserta didik tentang kegiatan pembelajaran yang akan
ditempuh peserta didik dalam mempelajari tema/topik materi
pembelajaran. Selain itu guru juga dituntut mampu menjelaskan
7 Wawancara dengan guru PAI, pada tanggal 29 Agustus 2014
8 Observasi pada pelaksanaan pembelajaran berlangsung di SDI Nurul Hidayah Depok
pada tanggal 29 Agustus 2014
49
altrenatif kegiatan belajar yang akan dialami peserta didik selama
proses pembelajaran.
Pedoman yang diberikan oleh guru PAI dilakukan dengan
menyampaikan masalah pokok yang akan dibahas, memberikan
batasan-batasan tugas, dan mengarahkan tentang proses pembelajaran
yang akan dilakukan. Kemudian guru menjelaskan kompetensi yang
akan dimiliki oleh siswa setelah pembelajaran berlangsung. Dalam
memberikan pedoman juga diungkapkan oleh Ibu Tuti Alawiyah,
S.Pd.I, yaitu dengan cara: "menjelaskan poin-poin pokok apa saja yang
akan dibahas, menjelaskan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh
siswa dalam pembelajaran. Kemudian mengajukan pertanyaan-
pertanyaan kepada siswa".
b. Apersepsi
Apersepsi merupakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk
menghubungkan antara materi-materi yang akan dipelajari dengan
pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa. Hal ini guru lakukan agar
pengetahuan yang dimiliki oleh siswa menjadi pengetahuan yang utuh dan
saling berhubungan. Hal tersebut sesuai sesuai dengan pendapat yang
dilontarkan oleh Ibu Tuti Alawiyah, S.Pd.I, bahwa sebelum memulai
pelajaran PAI selalu berupaya untuk melakukan apersepsi. Ungkapan yang
pernah disampaikan oleh beliau adalah "guru diharapkan mampu untuk
mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan disampaikan. Hal
ini dilakukan agar pengetahuan yang didapat sebelumnya oleh diri siswa
tidak hilang begitu saja, yang kemudian dapat siswa kaitkan dengan
pelajaran yang akan di dapat selanjutnya sehingga dapat menjadi satu
pengetahuan yang utuh.9
Kegiatan pendahuluan pada proses pembelajaran yaitu dengan cara:
mengucapkan salam pembuka untuk memulai pelajaran dan dilanjutkan
dengan mengabsen siswa. Kemudian guru mengelilingi siswa dan dan
9 Wawancara dengan guru PAI, pada tanggal 29 Agustus 2014
50
merapikan siswa. Proses selanjutnya guru memberikan motivasi dan
arahan-arahan agar siswa mengikuti pembelajaran dengan baik serta
menumbuhkan perhatiannya dan semangatnya.
c. Kegiatan Inti
Kegiatan inti dalam pembelajaran memegang peranan penting untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Oleh karena itu, kegiatan inti dalam pembelajaran merupakan kegiatan
yang kompleks dalam proses belajar mengajar yang menguatamakan pada
proses pembentukan pengalaman belajar siswa. Kegiatan inti dalam
pembelajaran harus direncanakan oleh guru berdasarkan pada kurikulum
yang berlaku. Dengan memprioritaskan pada aktiviatas siswa yang
dibimbing secara efektif oleh guru.
Kegiatan inti juga merupakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan
pembelajaran yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman
belajar peserta didik (learning experience). Pengalaman belajar tersebut
bisa dalam bentuk kegiatan tatap muka dan non tatap muka. Pengalaman
belajar tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan mengembangkan bentuk-bentuk interaksi langsung
antara guru dengan peserta didik, sedangkan pengalaman belajar nontatap
muka dimaksudkan sebagai kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik
dalam berinteraksi dengan sumber belajar lain yang bukan kegiatan
interaksi guru-peserta didik.
Kegitan inti yaitu penyampaian materi, yang dibahas adalah
mengenai bab menceritakan kisah Nabi sebagai berikut:
1) Guru menceritakan kembali tentang materi sebelumnya yaitu kisah
Nabi Adam.
2) Guru memberikan gambaran umum mengenai materi yang akan
dijelaskan.
3) Guru menayangkan video tentang kisah teladan Nabi Muhammad,
siswa diminta untuk memperhatikan dan menganalisa video tersebut.
51
4) Banyak siswa yang antusias dalam kegiatan pembelajaran ini.
5) Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin menanggapi
video yang ditayangkan.
6) Kemudian guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, siswa
dibagikan kertas burem lalu siswa diminta untuk membuat main map
tentang materi yang sedang diajarkan.
7) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, peserta
lain menanggapi.
8) Guru memberikan umpan balik atas hasil diskusi dan menjelaskan
materi yang kurang jelas.
9) Sambil menjelaskan, guru berinteraksi dengan siswa melalui tanya
jawab.10
Selain mengamati langkah-langkah yang dilakukan oleh guru PAI
dalam pelaksanaan kegiatan inti, peneliti juga mengamati hal-hal sebagai
berikut:
1) Kemampuan menjelaskan pelajaran
Kemampuan menjelaskan pelajaran merupakan salah satu
keterampilan yang harus dimiliki oleh guru. Keterampilan yang
dimaksud disini adalah keterampilan dalam penyajian informasi secara
lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan
adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Pemberian
penjelasan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dari
kegiatan guru dalam berinteraksi dengan siswa di kelas. Berdasarkan
pada hasil pengamatan guru SDI Nurul Hidayah Depok dalam
menyampaikan materi pelajaran cukup efektif karena guru dapat
mengusai materi dengan baik dalam meyampaikan materi pelajaran
kepada siswa. Beliau juga menggunakan bahasa yang sederhana
mudah dicerna oleh siswa, Ibu Tuti Alawiyah, S.Pd.I, juga
10
Hasil observasi pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung di SDI Nurul Hidayah
Depok kelas IV, pada mata pelajaran agama Islam, pada tanggal 2 September 2014
52
menghindari ucapan-ucapan yang sulit dimengerti oleh siswa.
Selanjutnya beliau pada saat penyampaian materi pelajaran yang
pokok menggunakan bahasa penekanan yang dapat menumbuhkan
perhatian lebih kepada siswa".11
2) Kemampuan bertanya
Keterampilan bertanya bagi seorang guru merupakan
keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai. Dalam kegiatan
pembelajaran bertanya memainkan peranan yang sangat penting.
Sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik
penyampaiannya tepat, dapat memberikan dampak positif terhadap
siswa. Dalam hal ini peneliti mengamati proses tanya jawab yang
dilakukan oleh Ibu Tuti Alawiyah, S.Pd.I, "dalam memberikan
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa guru PAI memiliki kemampuan
yang baik, sehingga pertanyaan yang dilontarkan oleh guru dapat
diterima oleh siswa dan mempu merangsang daya pikir siswa". Selain
pengamatan tersebut peneliti juga dapat mengetahui upaya-upaya yang
dilakukan oleh guru PAI dalam memberikan pertanyaan kepada siswa,
hal ini diungkapkan oleh Ibu Tuti Alawiyah, S.Pd.I, "pertama,
pertanyaan yang diajukan jelas dan tidak membingungkan siswa.
Kedua, pertanyaan yang disampaikan kepada siswa lebih difokuskan
pada satu masalah sehingga siswa tidak mengalami kebingungan
dalam mencari pemecahan masalahnya.
Dalam melaksanakan kegiatan inti berdasarkan pada hasil
observasi dan wawancara peneliti dapat memberikan kesimpulan
bahwa pelaksanaan pembelajaran PAI di SDI Nurul Hidayah Depok
dapat dikatakan cukup kompeten sebab sebagian besar kriteria yang
telah ditetapkan oleh peneliti dapat terlaksana dengan benar. Guru PAI
memiliki kemampuan menjelaskan materi pelajaran dengan baik,
memiliki kemampuan bertanya yang baik, memiliki kemampuan dalam
11
Wawancara dengan guru PAI, pada tanggal 2 September 2014
53
memberikan penguatan kepada siswa yang mampu memberikan makna
pada siswa. Beliau juga memiliki kemampuan berkomunikasi yang
baik dan mudah difahami oleh siswa.
d. Kegiatan Penutup
Kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran harus direncanakan
dan dilaksanakan secara sistematis, efektif, efisien, dan fleksibel. Kegiatan
akhir dan tindak lanjut pembelajaran harus merupakan rangkaian kegiatan
pendahuluan dan kegiatan inti pembelajaran. Kegiatan akhir dalam
pembelajaran tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk penutup
pelajaran, tetapi juga sebagai kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik
dan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut harus ditempuh
berdasarkan pada proses dan hasil belajar peserta didik. Waktu yang
tersedia untuk kegiatan ini relatif singkat, oleh karena itu guru perlu
mengatur dan memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Secara umum
kegiatan akhir dan tindak lanjut yang dilaksanakan pada mata pelajaran
PAI oleh Ibu Tuti Alawiyah, S.Pd.I di SDI Nurul Hidayah Depok
diantaranya adalah:
a. Menyampaikan rangkuman dari materi pelajaran yang telah dijelaskan.
b. Mengadakan tanya jawab kepada siswa berkaitan dengan materi
pelajaran yang baru saja dijelaskan.
c. Membaca do’a dan mengucapkan salam.
Berdasarkan data penelitian dapat disimpulkan bahwa kegiatan
penutup dalam pelaksanaan pembelajaran PAI dapat dikatakan kurang
efektif sebab hanya sebagian kecil dari indikator yang telah ditetapkan
oleh peneliti dapat terlaksana dengan benar. Dalam pelaksanaan kegiatan
penutup pelajaran guru tidak melakukan post-test, padahal ini sangat
penting dalam upaya mengukur kemampuan yang dimiliki oleh siswa,
melalui proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Selain itu juga guru
kurang mampu dalam melakukan tindak lanjut yaitu dengan cara
memberikan tugas dan latihan-latihan. Dan juga menjelaskan kembali
54
pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa, serta menugaskan siswa untuk
membaca materi pelajaran tertentu. Kemudian dalam kegiatan penutup
guru juga dituntut memiliki kemampuan memberikan kesimpulan dan
mengemukakan topik bahasan yang akan datang. Akan tetapi dalam hal ini
bukan berarti sama sekali guru PAI tidak melaksanakan indikator
pembelajaran efektif hanya saja pada bagian-bagian tertentu tidak
dilaksanakan dengan benar.
Dalam kegiatan penutup pelajaran hanya pada aspek-aspek tertentu
saja yang dilakukan oleh guru PAI. Hal ini dapat peneliti katakan tidak
sesuai dengan teori yang ada, sehingga setelah proses pembelajaran
berlangsung kurang mampu memberikan makna pada siswa yang dapat
dijadikan landasan untuk belajar lebih lanjut. Menurut Wina Sanjaya
menutup pelajaran hendaknya dilakukan dengan cara:
a. Merangkum atau membuat garis-garis besar persoalan yang baru
dibahas, sehingga siswa memperoleh gambaran yang menyeluruh dan
jelas tentang pokok-pokok persoalan.
b. Mengonsolidasikan perhatian siswa terhadap hal-hal yang pokok agar
informasi yang telah diterima dapat membangkitkan minat untuk
mempelajari lebih lanjut.
c. Mengorganisasikan kegiatan yang telah dilakukan untuk membentuk
pemahaman baru tentang materi yang telah dipelajarinya.
d. Memberikan tidak lanjut serta saran-saran untuk memperluas wawasan
yang berhubungan dengan materi pelajaran yang telah dibahas.12
Dengan demikian kegiatan penutup pelajaran dapat diartikan sebagai
kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud
untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari
siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui
tingkat keberhasilan siswa, serta keberhasilan guru dalam pelaksanaan
proses pembelajaran.
12
Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2007), cet. 3 h. 44
55
3. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan guru antara lain metode ceramah
bervariasi, tanya jawab, diskusi kelompok, dan pemberian latihan soal. Guru
saat pembelajaran juga melihat kondisi dan situasi dalam memilih metode
yang akan digunakan. Materi disampaikan secara kontekstual agar siswa lebih
mudah memahami interaksi antara guru dan siswa juga berjalan dengan baik.
Siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat dari keberanian
siswa maju mengerjakan soal yang diberikan guru.
Setiap guru SDI Nurul Hidayah diwajibkan disiplin dalam membuka
pelajaran, menjelaskan dan menutup pelajaran sesuai dengan rencana
pembelajaran (RPP) yang dibuat guru,13
namun ada beberapa kondisi inisiatif
guru untuk melakukan pembelajaran sesuai kondisi dan situasi kelas di luar
RPP namun tetap pada tujuan RPP yaitu pembelajaran di kelas dilakukan
dengan pembelajaran dengan metode situasional dan kondisional.14
Guru SDI Nurul Hidayah sering menggunakan metode pembelajaran
active learning : siswa membahas materi pelajaran dengan guru sebagai
fasilitator. Pembelajaran portofolio : setiap tugas-tugas dari guru dikumpulkan
dan diakhir pelajaran siswa mengumpulkan portofolio dikumpulkan lalu
dipresentasikan. Pembelajaran kontekstual : pembelajaran dengan ceramah,
diskusi, presentasi, tanya-jawab. Metode yang disukai siswa yaitu dengan
menghafal sambil bernyanyi.
Dalam pembelajaran portofolio yang sering dilakukan yaitu siswa aktif
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dengan membuat portofolio tugas
siswa, bertanya, mampu menjawab dan mengarahkan pertanyaan sesama
siswa dan membuat kerja kelompok lalu hasilnya dipresentasikan. Sementara
menurut siswa "guru menyampaikan dan kami mendengarkan, guru lebih
banyak presentasi. Sehingga monoton. Umumnya siswa suka dengan metode
13
Wawancara dengan Ibu Oom Komariah, S.Ag 14
Wawancara dengan Ibu Tuti Alawiyah, S.Pd.I
56
lihat video (film atau tayangan), slide power point dan praktek, presentasi dan
portofolio yang akan diprensentasikan bersama-sama dikelas15
Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 dijelaskan bahwa
Proses pembelajaran harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik16
Namun pemilihan metode pembelajaran sering disesuaikan dengan
materi yang harus dikuasai siswa dan waktu yang tersedia. Maka guru sering
menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian latihan soal.
Untuk penggunaaan metode diskusi dan berbagai metode pembelajaran yang
variatif belum berlangsung optimal. Siswa lebih banyak diberikan latihan
soal. Faktor pendukung lain dalam pembelajaran di SDI Nurul Hidayah
diantaranya guru menggunakan berbagai sumber belajar seperti buku panduan
dari sekolah, dinas pendidikan, LKS, dan bahan dari internet untuk
memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. Untuk penggunaan
media pembelajaran, guru tidak selalu menggunakan media pada saat
kegiatan pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran disesuaikan dengan
materi dan waktu yang tersedia media seperti laboratorium computer, LCD,
alat peraga, dll.
4. Evaluasi dan hasil belajar
Guru SDI Nurul Hidayah memiliki beberapa kesamaan dan acuan yang
jelas dalam melakukan evaluasi belajar dan mendapatkan hasil belajar siswa,
dengan menggunakan pertanyaan lisan, ujian tulis dan ujian praktek. Guru
menyiapkan bahan evaluasi sesuai dengan materi ajar. Evaluasi yang biasa
dilakukan guru SDI Nurul Hidayah diantaranya : ujian, ulangan , UTS (Ujian
15
Wawancara dengan Putri Bilqis, siswi kelas 4, 2 September 2014, jam 10.00 wib, di
ruang guru 16
PP RI No. 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2009), Cet. 4
57
tengah Semester) dan UAS (Ujian Akhir Semester), ujian praktek yang
dilakukan siswa. Hasilnya terlihat berbeda mengacu pada KKM tiap-tiap mata
pelajaran yang ditentukan sehingga dapat diukur keberhasilan pembelajaran
oleh guru.
Sedangkan pada kegiatan akhir pembelajaran atau penutup, guru
membimbing siswa membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari,
memberikan tugas, dan menyampaikan materi yang akan dipelajari pada
pertemuan selanjutnya. Oleh karena itu, siswa harus mengetahui terlebih
dahulu materi yang akan dipelajari dengan mengadakan pre test pada awal
pertemuan dan selanjutnya siswa menerima materi pelajaran. Pada kegiatan
akhir pembelajaran, guru mengadakan post test.
Berdasarkan hasil wawancara, guru SDI Nurul Hidayah
menitikberatkan penilaian pada aspek kognitif dan aspek afektif.
Evaluasi langsung pertatap muka, dengan mengembangkan tekniknya :
penjelasan perpoint untuk mendapatkan respon siswa mengenai materi yang
di ajarkan. Proses yang dilalui sudah ada hasil sehingga akurat. Dengan
merumuskan sisi : Afektif, Kognitif dan Psikomotorik per individu. Yang
dinilai kesiapan pelajaran, operating belajar dan closing belajar. Dan pilihan
ganda dan uraian. Selain itu, guru juga memberikan penilaian dengan
pemberian kuis, tugas individu maupun kelompok, penugasan portofolio17
Penilaian kognitif dilakukan guru dengan ulangan harian, yaitu dengan
mengerjakan tes tulis yang dibuat guru, dalam bentuk pilihan ganda dan
uraian. Selain itu, guru juga memberikan penilaian dengan pemberian kuis,
tugas individu maupun kelompok, penugasan portofolio siswa. Untuk
penilaian afektif, guru melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap siswa
pada setiap kegiatan pembelajaran di kelas, yaitu dengan menilai kehadiran
siswa mengikuti pelajaran, perhatian dan keaktifan siswa selama mengikuti
pelajaran, kerapian tugas yang diserahkan, ketepatan siswa menyerahkan
tugas, kerapian siswa dalam mencatat (buku catatan). Selain itu, bagi siswa
yang belum memenuhi standar ketuntasan minimal (KKM), akan diberikan
remedial, sedangkan bagi siswa yang telah memenuhi standar ketuntasan
minimal (KKM) akan diberikan materi pengayaan.
17
Wawancara dengan Bapak Nur Hidayat
58
C. Pembahasan Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa kompetensi pedagogik
guru PAI di SDI Nurul Hidayah Depok telah dilaksanakan dengan cukup baik
dan telah melaksanakan kurikulum sesuai dengan perencanaan sekolah.
SDI Nurul Hidayah Depok telah melakukan upaya untuk merencanakan
pembelajaran dengan sebaik-baiknya, terlihat dengan adanya kegiatan
pembuatan Silabus dan RPP pada awal tahun ajaran dimulai yaitu bulan Juni
dan Juli. Pembuatannya melalui raker di sekolah dan pembahasan MGMP di
sekolah.
Dalam hal pembelajaran guru memahami karakteristik perkembangan
siswa, seperti memahami tingkat kognisi siswa sesuai dengan usianya, tingkat
penguasaan materi siswa, tingkat pemahaman dan kecepatan pemahaman
materi dengan melakukan tahapan seleksi masuk SDI Nurul Hidayah dan
akan dikelompokkan sesuai hasil seleksi.
Dalam program pembelajaran SDI Nurul Hidayah Depok, semua siswa
diwajibkan mengikuti seluruh proses KBM dari latarbelakang apapun, dimana
mereka dikumpulkan secara random (acak) dan dikelompokan berdasarkan
hasil placement tes sehingga latar belakang siswa diketahui melalui
kemampuan siswa. Data ini tentu saja akan dijadikan pertimbangan oleh
guru-guru di SDI Nurul Hidayah Depok untuk memilih dan menggunakan
media pembelajaran.
Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh guru SDI Nurul Hidayah Depok
diantaranya sudah mampu merencanakan pengorganisasian bahan
pembelajaran seperti mampu menelaah dan menjabarkan materi yang
tercantum dalam kurikulum, mampu memilih bahan ajar yang sesuai dengan
materi, mampu mengunakan sumber belajar yang memadai hal ini terlihat
dalam hasil silabus dan RPP.
Kemampuan guru SDI Nurul Hidayah Depok dalam merancang
pembelajaran, menerapkan teori-teori belajar, menentukan strategi
pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin
dicapai dan materi ajar terlihat dalam hasil evaluasi dan pencapaian KKM
59
siswa-siswi SDI Nurul Hidayah sebagai contoh seperti kegiatan yang
berhubungan dengan Agama selalu ditangani oleh guru Agama. Kegiatan
guru selain mengajar sebagai tugas akademik, juga dilaksanakan kegiatan
non-akademik, khususnya berkaitan dengan pembinaan antar guru yang akan
mendampingi siswa dalam mengikuti lomba-lomba atau ajang kompetisi di
dalam madrasah maupun di luar SDI Nurul Hidayah Depok.
Hal ini dengan prestasi siswa-siswi SDI Nurul Hidayah sering
mendapat juara, baik tingkat kota, propinsi, maupun nasional. Semua itu tidak
lepas dari kompetensi guru untuk meningkatkan prestasi sekolah, para guru
yang ditunjuk untuk mendampingi siswa mengikuti lomba-lomba, terlebih
dahulu dibekali saran, masukan oleh guru lain melalui diskusi sehingga
menemukan kiat untuk mendapat juara, sebagai contoh Lomba Adzan dan
Marawis.
Dalam menjalankan kurikulum di SDI Nurul Hidayah, Para guru sudah
memiliki kompetensi pedagogik yang baik hal ini terlihat dari hasil akreditasi
"A" yang diberikan kepada SDI Nurul Hidayah. Serta Kurikulum SDI Nurul
Hidayah sudah berhasil dilaksanakan dengan baik dengan tersedianya
Dokumen 1 dan 2 milik SDI Nurul Hidayah yang menjadi bahan rujukan
dilingkungan sekolah. Namun masih memerlukan perbaikan-perbaikan dan
upaya peningkatan kompetensi pedagogik dengan pelatihan, seminar,
workshop, sertifikasi guru dll.
Kesimpulan yang dapat dikemukakan bahwa pembinaan kompetensi
keguruan yang dimiliki guru SDI Nurul Hidayah sudah cukup memadai yaitu
berpendidikan SI, dan pembekalan dari pihak yayasan dan sekolah melalui
seminar dan workshop dan studi banding ke perusahaan mitra industri
sekolah. Dalam pengembangan pembelajaran sekolah menerapkan pembuatan
silabus, RPP dan materi bahan ajar serta bahan evaluasi oleh guru dengan
MGMP yang dibentuk di sekolah. Kompetensi pedagogik guru PAI SDI
Nurul Hidayah dapat dilihat dari penerapan proses belajar mengajarnya.
Para guru sudah banyak yang menggunakan metode pengajaran yang
cocok dan dapat menciptakan lingkungan belajar yang baik, mampu
60
memanfaatkan media-media pembelajaran secara optimal. Dalam
hubungannya dengan peserta didik, para guru selalu menerapkan kedisiplinan
pada siswa. Memberikan tugas pada siswa dan memberikan
penilaian/evaluasi dari setiap materi yang disampaikan baik pre test maupun
post test.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan dan temuan penelitian yang sudah dilakukan serta
rumusan masalah dapat diperoleh kesimpulan bahwasannya:
1. Kompetensi Pedagogik Guru PAI di SDI Nurul Hidayah Depok
Guru PAI di SDI Nurul Hidayah Depok sudah memiliki kompetensi
pedagogik, yaitu seperangkat pengetahuan, kemampuan dan perilaku
yang harus dimiliki dalam mengelola pembelajaran yang terdiri dari
enam komponen antara lain:
a. Pemahaman Peserta Didik
Guru PAI di SDI Nurul Hidayah Depok sudah mampu memahami
karakteristik peserta didik. Hal ini dapat dibuktikan dengan
pembagian kelompok yang terdiri dari siswa yang pandai dan
kurang pandai sehingga mereka saling membantu.
b. Perancangan Pembelajaran
Guru PAI di SDI Nurul Hidayah Depok menyelesaikan silabus dan
RPP setiap awal masuk semester. Sedangkan metode yang
digunakan yaitu metode Active Learning.
c. Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis
Guru PAI di sekolah ini dapat membuat siswa aktif dengan
melakukan sistem tanya jawab dalam proses pembelajaran.
62
d. Teknologi Pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar guru PAI di SDI Nurul Hidayah
Depok sudah menggunakan teknologi pembelajaran.
e. Evaluasi Hasil Belajar
Guru PAI di sekolah ini mengadakan evaluasi dengan mengerjakan
soal dibuku paket, soal dari guru dan ulangan harian sehingga
siswa ingat dan faham terhadap materi yang telah diajarkan.
f. Pengembangan Peserta Didik
Peran serta guru PAI di SDI Nurul Hidayah Depok sangat baik
sekali dalam mengembangkan potensi peserta didik. Mereka selalu
memberi motivasi agar siswa mengikuti kegiatan ekstra yang
bersifat keagamaan.
2. Kesulitan Belajar PAI Siswa SDI Nurul Hidayah Depok
Kesulitan belajar PAI Siswa SDI Nurul Hidayah Depok adalah masih
adanya siswa yang kurang dalam membaca dan menulis Al-Qur'an. Hal
ini dapat diketahui ketika sedang jam pembiasaan. Sedangkan kesulitan
yang lain adalah pembiasaan akhlak. Hal ini dapat diamati dari proses
belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru PAI ataupun ketika
mereka berada di luar sekolah. Adapun faktor yang mempengaruhi
kesulitan belajar tersebut ada dua yaitu faktor intern misalnya IQ yang
rendah dan faktor ekstern meliputi lingkungan keluarga baik dari segi
cara mendidik anak maupun ekonomi keluarga dan faktor lingkungan
sekolah.
3. Kompetensi Pedagogik Guru PAI dalam mengatasi Kesulitan Belajar
siswa di SDI Nurul Hidayah Depok
Kompetensi Pedagogik Guru PAI sangat berperan penting dalam
mengatasi Kesulitan Belajar siswa di SDI Nurul Hidayah Depok. Hal
ini dapat dilihat dari usaha yang mereka lakukan yaitu : memahami
karakteristik peserta didik dengan memberi tanda dalam absensi anak
63
yang mengalami kesulitan belajar tersebut sehingga menggunakan
strategi pembelajaran sesuai dengan karakteristik mereka. Misalnya
membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau membuat peta konsep.
Memotivasi siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang ada,
melaksanakan pembiasaan, sholat Dhuha dan sholat Dhuhur sebagai
pembiasaan dalam beribadah, membiasakan siswa untuk memulai
pelajaran dan mengakhirinya dengan berdoa terlebih dahulu,
mengucapkan salam dan berjabat tangan ketika bertemu dengan guru
dimanapun berada serta pembacaan yasin dan kotak amal setiap jum'at
untuk membantu orang yang membutuhkan.
B. Saran-Saran
1. Kompetensi pedagogik merupakan salah satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh guru, disamping kompetensi profesional, sosial, dan
kepribadian. Berdasarkan hal tersebut, bagi guru SD Islam Kecamatan
Bojong Sari Kabupaten Depok umumnya, dan Guru PAI khususnya
harus lebih meningkatkan kompetensi pedagogik yaitu kemampuan
dalam menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, agar
peserta didik lebih serius dan bersemangat dalam mempelajari bidang
studi Pendidikan Agama Islam (PAI).
2. Guru dalam sebuah lembaga pendidikan memiliki peran yang sangat
besar terhadap keberhasilan pendidikan, karena Guru merupakan orang
yang 68 menterjemahkan tujuan pendidikan sekaligus perancang dan
pelaksana proses belajar mengajar. Berdasarkan hal tersebut,
peningkatan kualitas guru di SD Islam Kecamatan Bojong Sari
Kabupaten Depok terutama dalam peningkatan kompetensi pedagogik
Guru mutlak diperlukan. Hal yang dapat dilakukan yaitu dengan
senantiasa menambah wawasan dan pengetahuan dengan belajar
sepanjang hayat baik dari buku maupun sumber yang lain, agar materi
yang diajarkan bisa mengikuti perkembangan zaman anak didik.
64
DAFTAR PUSTAKA
Alwasihlah, A. chader, Pokoknya Kualitatif, Jakarta: Pustaka Jaya, 2011
Arief, Armai, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Wahana Kardofa, 2010
Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Press, 2002
Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2009
Ash-Shiddieqy, M. Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadist, Jakarta: Bulan
Bintang, 1993
Daradjat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Bumi Aksara, 1996
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya:
Mekar, 2004
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: PT. Sygma
Examedia Arkanleema, 2009
Djamarah, Syaiful Bahri, dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2002
DPR RI “ Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen”, http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2005/14 tahun
2005UU.htm
Idi, Abdullah, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2007
Mahkamah Konstitusi RI, UUD Negara RI Tahun 1945 dan UU RI No.24 Tahun
2003 tentang Mahkamah Konstitusi, Jakarta: Sekretariat Jenderal
Mahkamah Konstitusi RI , 2006
Majid, Abdul, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004
Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi,
Bandung: PT. Rosdakarya Offset, 2008
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1998
65
Muchith, M. Saekhan, Pembelajaran Kontekstual, Semarang: Rasail Media
Group, 2008
Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2001
Mulyasa, E., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung:PT. Remaja
Rosdakarya, 2007
Mulyasa, E., Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2007
Musfah, Jejen, Peningkatkan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber
Belajar Teori dan Praktik, Jakarta, Kencana, 2011
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 1998
Nata, Abudin, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: UIN Jakarta Press
PP RI No. 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Sinar
Grafika, 2009
Presiden Republik Indonesia, “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan”,
http://www.bpkp.go.id/unit/hukum/pp/2005/019-05.pdf
Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994.
Ramayulis, Metodologi PAI, Jakarta: Kalam Mulia, 2005
Rasyad, Aminudin, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta:Uhamka Press, 2003
Rosyada, Dede, MA. Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta: Kencana, 2004
Sabri, Alisuf, Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999
Sabri, M. Alisuf , Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005
Sahertian, Piet A., Supervisi Pendidikan dalam Rangka Program in Service
education, Jakarta: Rineka Cipta, 1992
Salam, Syamsir dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006
66
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Kencana, 2007
Sturisno, Hadi, Metodologi Research, Jilid 2, Yogyakarta: Adi Offset, 2002
Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2005
Sugiyono, Memehamai Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. Alfabeta, 2005
Suparno, Paul, Guru Demokratis di Era Reformasi Pendidikan, Jakarta: Grasindo,
2004
Suryabrata, Sunardi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali Press,1990
Suryobroto, B., Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1997
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 2002
Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional,
1983), hlm.27.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Sekolah SDI Nurul Hidayah
Pendidikan Agama Islam
Kelas 3- Semester 1 - 2013/2014
Mingu ke-01 Materi Pembelajaran/Topik:
Membiasakan Perilaku Terpuji Alokasi Waktu:
2 Jam Pelajaran (1 Pertemuan)
Hasil Yang Diharapkan
Siswa dapat menyebutkan dan meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad SAW
Standar Kompetensi:
1.
Membiasakan Perilaku Terpuji
Kompetensi Dasar:
1.1 Meneladani Perilaku Nabi Muhammad SAW
Indikator:
1.1.1
1.1.2
Menyebutkan Sifat-Sifat Nabi Muhammad SAW
Meneladani Sifat-sifat Nabi Muhammad SAW
Metode Pembelajaran:
1. Story Telling
2. Discussion
3. Movie discuss
Rencana Pembelajaran
Pertemuan 1 ( 2x40menit)
Durasi: 2 Jam Pelajaran (80 menit)
A. Pendahuluan: (10 menit)
1. Guru memberi salam kepada siswa.
2. Berdoa dalam suasana religius.
3. Mengkondisikan dan memotivasi siswa agar siswa bersemangat untuk menerima
materi yang akan disampaikan.
4. Apersepsi
Pengetahuan Prasyarat:
Siswa mengetahui Nabi Muhammad SAW
B. Kegiatan Inti: (70 menit)
Model Pembelajaran Interaktif: ---
1. Eksplorasi--------------------------------(10 menit)
a. Guru bersama dengan siswa mengulang kembali seputar pelajaran minggu lalu
2. Elaborasi ------------------------------(45 menit)
a. Guru memberikan gambaran umum tentang materi yang akan diajarkan
b. Guru menayangkan video tentang kisah teladan Nabi Muhammad SAW
c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya seputar film
d. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, untuk diminta membuat main map
e. Siswa mempresentasikan hasil kerjanya.
f. Guru memberikan umpan balik atas hasil diskusi dan menjelaskan materi yang
kurang jelas.
3. Konfirmasi --------------------------(10 menit)
a. Guru menanyakan kembali tentang materi yang telah dipelajari.
C. Penutup: (5 menit)
1. Guru menutup pelajaran dengan do’a bersama-sama.
Sumber Belajar dan Alat Bantu Pengajaran
A. Sumber Belajar: Buku Paket Pendidikan Agama Islam untuk Kelas 4 Yudhistira 2013 Sumber lain dari internet
B. Alat Bantu Pengajaran:
1. Spidol
2. Kertas
3. Papan Tulis
4. lcd
Penilaian
Indikator Penilaian
Teknik Bentuk Instrumen Sampel Instrumen
Menyebutkan sifat-
sifat Nabi Muhammad
SAW
Tes tulis Pilihan ganda 1. yang bukan merupakan
sifat-sifat Nabi
Muhammad SAW....
a. Amanah b. Bohong
c. Fathonah
Meneladani sifat-sifat
Nabi Muhammad SAW
Tes tulis Jawaban singkat 2. Bolehkan kita mempunyai
sifat pembohong?
Rubrik Penilaian
RUBRIK PENILAIAN DISKUSI
No. Nama
Siswa
Aspek Yang Dinilai Jumlah
Skor Keaktifan Kerjasama Presentasi Bertanya Menjawab
1 - 4 1 - 5 1 - 5 1 – 3 1 - 4
1.
RUBRIK PENILAIAN TUGAS
No. Nama Siswa
Aspek Yang Dinilai
Jumlah Skor Ketepatan Skala Kerapihan Simbol
1 – 4 1 – 5 1 - 4 1 - 5
Memeriksa dan Menyetujui: Pondok Petir, 29 September 2014
Head of Primary Guru Mata Pelajaran Agama Islam Kelas 4
Nicotiana Lila Arianti, S.S Tuti Alawiyah, S.Pdi
PANDUAN WAWANCARA
KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PAI
DI SDI NURUL HIDAYAH
(Informan: Kepala SDI Nurul Hidayah Depok)
Petunjuk:
1. Daftar wawancara ini hanya ditulis garis besarnya saja dan dapat
dikembangkan dalam proses wawancara
2. Dalam pelaksanaan wawancara dilengkapi alat pengumpulan data
berupa buku catatan dan kamera digital
3. Wawancara dapat dilakukan secara berulang-ulang sesuai dengan data
yang diperlukan
Daftar pertanyaan:
1. Bagaimana pendapat ibu tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang pendidik?
2. Bagaimana pendapat ibu tentang kompetensi pedagogik khususnya
kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh guru PAI di SDI Nurul
Hidayah Depok?
3. Bagaimana peran kepala sekolah dalam mengembangkan kompetensi
pedagogik guru PAI?
4. Apakah usaha kepala sekolah dalam meningkatkan penguasaan
teknologi bagi?
5. Apa yang kepala sekolah lakukan dalam mengatasi permasalahan yang
dihadapi peserta didik?
6. Bagaimana manfaat kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh guru
dalam mengajar?
PANDUAN WAWANCARA
KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PAI
DI SDI NURUL HIDAYAH DEPOK
(Informan: Guru PAI SDI Nurul Hidayah Depok)
Petunjuk:
1. Daftar wawancara ini hanya ditulis garis besarnya saja dan dapat
dikembangkan dalam proses wawancara
2. Dalam pelaksanaan wawancara dilengkapi alat pengumpulan data
berupa buku catatan dan kamera digital
3. Wawancara dapat dilakukan secara berulang-ulang sesuai dengan data
yang diperlukan
Daftar pertanyaan:
1. Apakah bapak dapat membedakan siswa yang cerdas dan kurang
cerdas?
2. Apakah guru membuat silabus atau rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP)?
3. Apakah strategi yang digunakan dalam mengajar?
4. Apakah media yang digunakan guru dalam mengajar?
5. Apakah guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan?
6. Apakah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berkomunikasi
secara aktif?
7. Apakah terjadi perubahan kompetensi dan perilaku positif pada diri
siswa yang dibimbing?
8. Apakah guru sering menggunakan teknologi dalam proses belajar
mengajar?
9. Apakah guru sering mengajak siswa untuk mengakses internet dalam
mata pelajaran PAI?
10. Apakah guru sering melakukan ulangan harian?
11. Apakah guru mengarahkan siswa untuk mengikuti kegiatan ekstra
kurikuler sesuai bakat dan kemauan mereka?
12. Apakah kendala yang dialami oleh bapak dalam mengajar?
13. Apakah ada siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam
pembelajaran PAI? jika ada, kesulitan belajar apa?
14. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa di
sekolah ini?
15. Bagaimana Kompetensi Pedagogik Guru PAI Di SDI Nurul Hidayah
Depok?
PANDUAN WAWANCARA
KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PAI
DI SDI NURUL HIDAYAH DEPOK
(Informan: Siswa SDI Nurul Hidayah Depok)
Petunjuk:
1. Daftar wawancara ini hanya ditulis garis besarnya saja dan dapat
dikembangkan dalam proses wawancara
2. Dalam pelaksanaan wawancara dilengkapi alat pengumpulan data
berupa buku catatan dan kamera digital
3. Wawancara dapat dilakukan secara berulang-ulang sesuai dengan data
yang diperlukan
Daftar pertanyaan:
1. Tanggapan siswa tentang kompetensi guru PAI di SDI Nurul Hidayah?
2. Apakah guru PAI SDI Nurul Hidayah sudah cukup baik dalam hal
mengajar, melakukan evaluasi, serta menggunakan media pembelajaran
sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan belajar mengajar?
3. Bagaimana kemapuan guru dalam memahami karakteristik siswanya?
4. Tanggapan siswa tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh guru PAI
sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik?
5. Bagaimana hasil yang dicapai dari pembelajaran PAI tersebut?
Pedoman Wawancara Dengan Kepala Sekolah
1. Apa visi dan misi sekolah SDI Nurul Hidayah?
2. Upaya apa yang akan dilakukan untuk merealisasikan visi dan misi
tersebut?
3. Bagaimana sejarah berdirinya SDI Nurul Hidayah?
4. Bagaimana perkembangan SDI Nurul Hidayah sampai saat ini?
5. Bagaimana Hubungan dan kerjasama SDI Nurul Hidayah dengan
masyarakat, wali murid, dan pemerintah setempat?
6. Kurikulum apakah yang dijadikan acuan oleh SDI Nurul Hidayah?
7. Apakah kurikulum SDI Nurul Hidayah sudah sesuai dan dibutuhkan di
masyarakat? Apa buktinya?
8. Apakah para guru SDI Nurul Hidayah sudah sesuai dengan kompetensi
masing-masing?
9. Bagaimana latar belakang pendidikan guru khususnya guru PAI di SDI
Nurul Hidayah?
10. Bagaimana kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, komperensi
professional, dan kompetensi social guru PAI di SDI Nurul Hidayah?
11. Upaya apa yang telah ditempuh SDI Nurul Hidayah dalam rangka
meningkatkan kualitas dan kompetensi para guru dan karyawan?
12. Apakah di SDI Nurul Hidayah sering dilaksanakan suatu program
berkelanjutan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas dan mutu guru
dan karyawan?
13. Sejauh mana tingkat keberhasilan yang di capai SDI Nurul Hidayah dalam
program tersebut?
14. Sejauh pengamatan dari kepala madrasah mengenai usaha guru dalam
meningkatkan kompetensinya masing-masing, bagaimanakah usaha dari
guru sendiri dalam meningkatkan kompetensi keguruannya?
15. Apakah media pembelajaran di SDI Nurul Hidayah sudah tercukupi?
16. Bagaimanakah hubungan guru dengan kepala madrasah, teman sejawat,
karyawan, siswa, dan masyarakat sekitar?
17. Bagaimana pendapat kepala madrasah tentang kompetensi yang dimiliki
guru PAI SDI Nurul Hidayah?
18. Apakah guru di SDI Nurul Hidayah sudah bias disebut sebagai guru
professional dan guru berkompeten?
19. Bagaimana hasil lulusan siswa SDI Nurul Hidayah secara kognitif, afektif,
dan psikomotorik?
Pedoman Wawancara Dengan Guru PAI
1. Latar belakang pendidikan guru PAI SDI Nurul Hidayah?
2. Usaha yang telah dilakukan guru PAI dalam meningkatkan
kompetensinya?
3. Apakah para guru pernah diberikan pendidikan atau training dalam rangka
untuk meningkatkan kualitas atau profesionalisme mengajarnya?
4. Sejauh mana efektifitas kegiatan tersebut?
5. Kemampuan guru dalam memahami hakikat ilmu yang akan diajarkan?
6. Pemahaman guru tentnag kompetensi pedagogic?
7. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran?
8. Apakah guru PAI memiliki silabus materi dan menjelaskannya kepada
para siswa sebelum pembelajaran di laksanakan?
9. Apakah guru selalu mengembangkan materi yang akan disampaikan
kepada para siswa?
10. Apakah para guru selalu membuat tujuan Instruksional Khusus sebelum
pembelajaran dilaksanakan?
11. Kemampuan guru dalam memahami perkembangan siswa dan mengetahui
tingkat prestasi siswa?
12. Berapa kali evaluasi hasil pembelajaran dilaksanakan dalam satu tahun?
13. Kemampuan guru dalam melaksanakan administrasi madrasah?
14. Kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran?
15. Pemahaman guru tentang kompetensi kepribadian?
16. Kemampuan guru menjaga kearifan dan kewibawaan baik didalam
madrasah maupun di luar madrasah?
17. Pemahaman guru tentang kompetensi professional?
18. Penguasaan guru terhadap materi pelajaran?
19. Kemampuan dalam pengelolaan kelas?
20. Kemampuan guru dalam menggunakan media dan sumber belajar?
21. Apakah media pembelajaran di SDI Nurul Hidayah telah mencukupi dan
sesuai dengan tujuan pembelajaran?
22. Sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan
para guru?
23. Apakah yang menjadi kendala guru ketikan proses pembelajaran
berlangsung?
24. Cara guru dalam memperhatikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa
dalam proses pembelajaran?
25. Usaha guru untk menambah informasi dan pengetahuan mengajarnya?
26. Pemahaman guru tentang kompetensi kepribadian?
27. Hubungan guru dengan kepala madrasah, teman sejawat, karyawan, para
siswa, dan masyarakat sekitar?
28. Peran serta guru dalam bimbingan dan penyuluhan terhadap para siswa?
29. Bagaimana pendapat guru PAI tentang kompetensinya masing-masing?
Pedoman Wawancara Dengan Siswa
1. Tanggapan siswa tentang kompetensi guru PAI di SDI Nurul Hidayah?
2. Apakah guru PAI SDI Nurul Hidayah sudah cukup baik dalam hal
mengajar, melakukan evaluasi, serta menggunakan media pembelajaran
sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan belajar mengajar?
3. Bagaimana kemapuan guru dalam memahami karakteristik siswanya?
4. Tanggapan siswa tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh guru PAI
sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik?
5. Bagaimana hasil yang dicapai dari pembelajaran PAI tersebut?
Pedoman Wawancara Dengan Guru
1. Sejak kapan Bapak/Ibu mengajar mata pelajaran yang diampu? Apakah
latarbelakang pendidikan Bapak/Ibu sebagai guru dengan mata pelajaran
yang diampu di sekolah?
2. Metode apa yang sering Bapak/Ibu gunakan dalam kegiatan belajar
mengajar? Apakah Bapak/Ibu mengalami hambatan dalam mengajar?
3. Apa saja program tahunan dan program semester di sekolah dalam KTSP?
4. Apakah Bapak/Ibu guru membuat silabus dan menyusun RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) sebelum memulai pembelajaran? Apakah guru
mengembangkan SK-KD dan membuat RPP serta mengaplikasikan RPP
kedalam pembelajaran dikelas?
5. Media apa yang Bapak/Ibu gunakan dalam proses pembelajaran di
sekolah?
6. Apakah Bapak/Ibu guru mengarahkan peserta didik untuk mengikuti
kegiatan ekstrakulikuler sesuai dengan bakat?
7. Bagaimana upaya Bapak/Ibu guru dalam membantu peserta didik yang
mendapatkan kesulitan dalam belajar?
8. Apakah Bapak/Ibu melakukan evaluasi pembelajaran? Dan melakukan
pengembangan teknik evaluasi pembelajaran? Jika iya, seperti apa
pengembangan yang dilakukan?
9. Bagaimana pemahaman Bapak/Ibu tentang KTSP?
10. Bagaimana Bapak/Ibu guru melakukan perencanaan pembelajaran
berdasarkan KTSP di SDI Nurul Hidayah?
11. Bagaimana Bapak/Ibu melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan
KTSP di SDI Nurul Hidayah?
12. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana sekolah dalam proses
pembelajaran di SDI Nurul Hidayah?
13. Apa saja faktor yang mendukung pembelajaran dalam pelaksanaan KTSP
di SDI Nurul Hidayah? Dan apa saja factor yang menghambat
pembelajaran dalam pelaksanaan KTSP di SDI Nurul Hidayah?
14. Menurut Bapak/Ibu apakah keberhasilan pelaksanaan kurikulum KTSP di
sekolah dapat dipengaruhi oleh kompetensi pedagogik guru sekolah,
terutaman dalam pelaksanaan pembelajaran?
Pedoman Wawancara Dengan Siswa
1. Sebelum memulai pembelajaran persiapan apakah yang kamu lakukan?
2. Apakah kamu memahami setiap penjelasan yang disampaikan oleh guru
dalam proses belajar mengajar? Dan bagaimana penguasaan guru terhadap
materi pelajaran?
3. Apakah kamu menyukai metode yang digunakan oleh gurumu dalam
proses belajar mengajar? Apa pendapatmu tentang metode pembelajaran
yang digunakan oleh guru?
4. Apakah gurumu melakukan tanya jawab balik di awal pelajaran maupun
diakhir pelajaran? Seperti apakah keadaan kelas yang kamu inginkan?
Apakah kegiatan pembelajaran dikelas sudah kreatif?
5. Apakah potensi yang kamu miliki dapat dieksplor disekolah? Fasilitas
sekolah sudah memadai dalam mendukung pembelajaran? Dan bagaimana
minatmu dengan kegiatan ekstrakulikuler