KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF...

108
KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF BUDDHA DENGAN KOSMOLOGI SAINS MODERN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh JAMILUDIN NIM : 1112032100023 JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2016

Transcript of KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF...

Page 1: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF

BUDDHA DENGAN KOSMOLOGI SAINS MODERN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama

(S.Ag)

Oleh

JAMILUDIN

NIM : 1112032100023

JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2016

Page 2: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Jamiludin

NIM : 1112032100023

Fakultas : Ushuluddin

Jurusan/Prodi : Studi Agama-agama

Alamat Rumah : Kp. Masjid, Rt/Rw 11/04 Ds. Citumenggung, Pandeglang

Telp/HP : 085288683853

Judul Skripsi : Komparasi Konsep Kosmologi dalam Perspektif Buddha

dengan Kosmologi Sains Modern

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Univeritas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Univeritas Islam

Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Univeristas Islam Negri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 07 Nopember 2016

JAMILUDIN

Page 3: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF

BUDDHA DENGAN KOSMOLOGI SAINS MODERN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama

(S.Ag)

Oleh:

JAMILUDIN

NIM. 1112032100023

Di bawah bimbingan

Dra. Siti Nadroh, M.A

NIP. 197207141 99070 3 2006

JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438/2016 M

Page 4: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM

PERSPEKTIF BUDDHA DENGAN KOSMOLOGI SAINS MODERN telah

diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta pada 7 Nopember 2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Jurusan Studi Agama-agama.

Jakarta, 7 Nopember 2016

Sidang Munaqosah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. Media Zainul Bahri, MA. Dra. Halimah Mahmudy, M.Ag.

NIP: 19751019 200321 1 003 NIP: 19590413 199603 2 001

Anggota

Penguji I Penguji II

Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer Drs. Dadi Darmadi, MA.

NIP: 19510304 198203 1 003 NIP: 19690707 199503 1 001

Pembimbing

Siti Nadroh, M.Ag

NIP: 197207141 99070 3 2006

Page 5: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

v

ABSTRAK

JAMILUDIN

Komparasi Konsep Kosmologi Dalam Perspektif Buddha dengan Kosmologi

Sains Modern

Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah penelitian tentang

komparasi konsep kosmologi Buddha dengan kosmologi sains modern. Dalam hal

ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan baik

menurut Agama Buddha maupun sains modern dalam melihat proses penciptaan

alam semesta. Secara umum berbicara tentang alam semesta merupakan sebuah

fenomena yang menarik untuk terus dilakukan pengkajian, karena mulai dari

manusia itu lahir sudah memasuki jagad raya sebagai bagian dari penciptaan alam

semesta. Tentu dalam hal agama-agama di sepanjang sejarahnya baik agama

samawi maupun ardhi juga di mulai dari penghayatan kepada alam semesta.

Penelitian ini penting untuk dilakukan karena berisi fakta-fakta yang belum

banyak diketahui terlebih dalam hal persamaan dan perbedaan tentang konsep

kosmologi Buddha dengan kosmologi sains modern dewasa ini.

Penelitian ini bercorak penelitian kepustakaan (liblary research), dengan

menggunakan metode deskriptif analisis, pengumpulan data dan informasi dari

berbagai sumber referensi yang sesuai dengan tema dan permasalahan yang di

angkat. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penulis mengambil buku karangan

Krhisnanda Wijaya Mukti Wacana Buddha Dharma sebagai sumber utama

(primer). Untuk kesempurnaan informasi, penulis juga mengumpulkan buku-buku

yang lainnya yang masih ada kaitannya dengan buku utama.

Dalam metode analisis dan mengolah data yang ada, penulis berusaha

seimbang dalam memberikan argumen filosofi dan ilmiah tanpa berpihak kepada

salah satu pola pemikiran, baik itu paham yang mengatakan alam ini diciptakan

atau paham alam ini ada dengan sendirinya. Dengan adanya bukti-bukti yang telah

teruji dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka dengan sendirinya

kebenaran akan diketahui.

Konsep kosmologi Buddha dengan sains modern bahwasannya Para pakar

ilmu pengetahuan sekarang meyakini, bahwa alam semesta adalah suatu sistim

yang berdenyut , yang setelah mengembang secara maksimal, lalu menciut dengan

segala energi yang ditekan pada suatu bentukan masa; sedemikian besar sehingga

menyebabkan ledakan, yang disebut sebagai "Big bang", yang berakibat pelepasan

energi. Pengembangan dan penciutan alam semesta berlangsung dalam kurun

waktu milyaran tahun. Sekali lagi, Sang Buddha telah memaklumi pengembangan

dan penciutan alam semesta. Beliau bersabda:“ Lebih awal atau lebih lambat,

ada suatu waktu, sesudah masa waktu yang sangat panjang sekali alam semesta

menciut,Tetapi lebih awal atau lebih lambat, sesudah masa yang lama sekali,

alam semesta mulai mengembang lagi.”

Page 6: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang selalu memberikan kenikmatan baik

jasmani maupun rohani yang tak terhingga kepada kita. Terima kasih kepada

Allah SWT atas ridho-Nya serta kasih sayang-Nya selalu tercurah hingga penulis

dapat menyelesikan skripsi yang berjudul “KOMPARASI KONSEP

KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF BUDDHA DENGAN KOSMOLOGI

SAINS MODERN” ini dengan baik. Shalawat serta salam, selalu tercurahkan

kepada junjungan Baginda Kanjeng Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya,

sahabatnya, serta pengikutnya yang tercerahkan di jalan Allah.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak

bantuan, petunjuk, bimbingan, dan motivasi dari berabagai pihak. Penulis

mengakui bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak, maka sebagai tanda syukur dan pengharagaan yang

tulus, penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak dan ibu kedua orang tua tercinta, yang telah mendidik,

memeberikan dukungan baik secara moril maupun materil serta do’a

demia lancarnya studi dan penulisan skripsi ini. Semoga Allah selalu

merahmati kedua orang tuaku yang senatiasa memberi motivasi penulis.

2. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada,

MA. Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak

Prof. Dr. Masri Mansoer, MA., Ketua Jurusan Studi Agama-Agama Dr.

Media Zainul Bahri, MA. Sekretaris Jurusan, Ibu Dra. Halimah SM,

M.Ag.

Page 7: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

vii

3. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta atas wawasan serta pengetahuan dan pencerahan

yang diberikan kepada penulis.

4. Ibu Siti Nadroh, MA, selaku “Ibu” Penulis selama menjadi mahasiswa

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selaku dosen pembimbing dalam

penulisan skripsi ini yang telah banyak meluangkan waktunya dan tenaga

berbesar hati dan sabar memberikan arahan serta bimbingan kepada

penulis, untuk menghasilkan karya yang terbaik.

5. Ibu Zuwesty Eka Putri, SE, M.Ak yang selalu setia membantu penulis baik

dalam suka maupun duka, atas jasa beliaulah penulis bisa menyelesaikan

karya skripsi ini.

6. Segenap guru-guru sekaligus “Orang tua” penulis, Bapak Dr. KH. Thobib

Al Asyhar, M.Si, Bapak Dr. Malki Ahmad Nasir, MA, Bapak Dr. Faris

Pari, M.Fil, Bapak Mohammad Anwar Syarifuddin, S.Ag.,MA, Bapak

Arovach Bachtiar, Bpk. Dwi Songgo, ST, MM adalah orang-orang yang

senatiasa memberikan motivasi, ilmu, masukan, kritik sarannya yang tak

kenal waktu penulis sering “ganggu”, terima kasih atas semuanya yang

telah bapak-bapak berikan.

7. Para staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ushuluddin,

terima kasih atas pinjaman buku-bukunya.

8. Keluarga besar penulis kakak, adik, paman, bibi, nenek dan semuanya,

terima kasih atas doa, motivasi dan segalanya yang telah di berikan buat

Aa.

Page 8: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

viii

9. Keluarga besar Jurusan Perbandingan Agama angkatan 2012, serta teman-

teman dari berbagai jurusan lain. Khususnya Jurusan Akidah Filsafat dan

Jurusan Tafsir Hadis, penulis tidak bisa sebutkan satu persatu namanya.

Namun, tidak mengurangi rasa kebersamaan serta canda tawa, dan

pengalaman bersama kalian.

10. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat,

kepada kanda dan yunda, terima kasih atas pengalaman serta sarannya.

Dan tidak lupa kepada keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Komisariat Fakultas Ushuluddin (KOMFUF). Terima kasih atas

pencerahannya.

11. Keluarga besar Kuliah Kerja Nyata (KKN) Satria Janari 2015 UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Zaky, Zae, Reza, Wendy, Rizal, Jazi, Imas, Rika,

Dini, Devi, Alice, Dianty, Rara, Jauza, dan Kiki yang sempat sama-sama

mengukir abdi karya nan nyata.

12. Keluarga besar Praja Muda Karana (PRAMUKA) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak memberikan ilmu dan

pengalaman yang luar biasa, penulis ucapkan terima kasih banyak.

13. Keluarga besar Forum Lingkar Pena (FLP) Cabang Ciputat yang terus

mengajariku untuk terus mengabadikan diri lewat tulisan-tulisan hingga

berbuah karya.

14. Keluargaku di Lentera Sastra (LENSA) Bang Oliq, Eza, dan Nila yang

terus s’lalu menyemangatiku bukan sekedar di dunia sastra namun pada

semua aspek kehidupan.

Page 9: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

ix

15. Keluarga besar Remaja Islam Masjid (RISMA) Al Hidayah, yang telah

banyak memberikan doa, suportnya agar terus semangat pantang

menyerah.

Page 10: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

x

MOTO HIDUP

"SABAR ADALAH CAHAYA”

Page 11: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................................................... iv

ABSTRAK ........................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

MOTO HIDUP .................................................................................................... x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................................. 16

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 16

D. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 17

E. Konsep Teoritis ................................................................................... 22

F. Metodologi Penelitian ......................................................................... 25

G. Sistematika Penulisan.......................................................................... 29

BAB II KOSMOLOGI DALAM BUDDHA ..................................................... 31

A. Asal Mula Alam Semesta .................................................................... 31

B. Proses Penciptaan Alam Semesta........................................................ 36

C. Siklus dan Luas Alam Semesta .......................................................... 38

D. Hukum Paticca Samupada................................................................... 46

BAB III KOSMOLOGI DALAM SAINS MODERN ...................................... 53

A. Asal Mula Alam Semesta .................................................................... 53

B. Proses Penciptaan Alam Semesta........................................................ 63

C. Siklus dan Luas Alam Semesta ........................................................... 65

Page 12: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

xii

BAB IV KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI BUDDHA DENGAN

KOSMOLOGI SAINS MODERN ....................................................... 68

A. Asal Mula Alam Semesta .................................................................... 68

B. Proses Penciptaan Alam ...................................................................... 74

C. Siklus dan Luas Alam Semesta ........................................................... 78

D. Pandangan Islam Tentang Kosmologi ................................................ 82

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 86

A. Kesimpulan ......................................................................................... 86

B. Saran .................................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 91

Page 13: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia memang selalu memiliki rasa ingin tahu dengan keadaan

lingkungan alam sekitarnya. Sejak masa yang tak terhitung manusia berusaha

mencari-cari jawaban atas pertanyaan mendasar: darimana asal tempat kita

berada? Darimanakah asal bumi? Setelah mengetahui bumi mengelilingi matahari,

mereka bertanya darimanakah asal tata surya? Setelah tahu bahwa tata surya

adalah bagian dari galaksi, mereka bertanya darimanakah asal alam semesta? Rasa

penasaran manusia diungkapkan dengan berusaha membuat model awal dari alam

semesta, nampaknya sulit untuk menerima alam semesta yang kita amati apa

adanya. Umumnya pengamatan manusia didahului konsep bahwa segala sesuatu

harus memiliki awal, sehingga pengamatan terhadap alam semesta selalu

dihubungkan dengan awal untuk memuaskan rasa penasaran. Hal inilah yang

terjadi bagi mereka yang baru mengenal kosmologi, selalu pertanyaan klasiknya

adalah: darimanakah alam semesta berawal? Manusia akan cenderung tidak puas

bila dikatakan bahwa alam tak diketahui awalnya. Padahal jika kita berusaha

menerima sesuatu hal yang tidak diketahui, tentu kita dapat menilai lebih jernih.1

Bahwasannya bidang ilmu kosmologi ini pada awalnya merupakan kajian

agama yang berupaya mencari jawaban atas asal-usul alam semesta, manusia dan

tuhan, yang melahirkan apa yang disebut dengan filsafat alam semesta yang lebih

bersifat metafisika2 sebelum akhirnya berkembang menjadi kosmologi modern

1Fabian H. Chandra, Kosmologi Studi Struktur Dan Asal Mula Alam Semesta, (tp, tt), h.

123-124. 2Metafisika adalah salah satu cabang Filsafat yang mempelajari dan memahami penyebab

segala sesuatu sehingga hal tertentu menjadi ada. Sebenarnya disiplin filsafat metafisika telah di

Page 14: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

2

yang menggabungkan observasi dan pendekatan matematis untuk menjelaskan

alam semesta secara menyeluruh.3

Filsafat alam dalam banyak manifestasinya dilaksanakan, sebagaimana

telah kita lihat jauh-jauh hari sebelum Aristoteles memberikan kontribusinya yang

penting. Kita melihatnya dalam peradaban Mesir dan di kalangan filsuf Pra

Sokrates. Tetapi, sejauh yang diketahui, tidak ada seorang pun di tempat dan

waktu itu berusaha mendefinisikan segala sesuatu yang mencerminkan apa yang

kita anggap sebagai filsafat alam. Mereka hanya sekedar menulis tentang berbagai

macam topik dan topik ini jatuh ke tangan para sejarawan modern yang

memutuskan apakah yang mereka tulis dikategorikan sebagai filsafat alam.

Karena ilmu pengobatan tidak dikeluarkan dalam Mesir kuno atau di Yunani pada

abad keenam dan kelima Sebelum Masehi, tampaknya tepat memasukannya ke

dalam domain filsafat alam, dan barangkali bahkan ilmu magic juga, meskipun

ilmu magic lebih menjadi bagian dari filsafat alam di Mesir kuno ketimbang di

Yunani pada zamannya Pra Sokrates.4

Bagaimana Aritoteles mendefinisikan dan memahami filsafat alam? Kita

telah melihat bahwa dengan mendefinisikannya dan menyebut satu persatu

mulai semenjak jaman Yunani Kuno. Mulai dari filosof-filosof alam sampai Aristoteles (284-322

SM). Aaristoteles sendiri tidak pernah memakai istilah metafisika. Aristoteles menyebut sesuatu

yang mengkaji hal-hal yang sifatnya diluar fisika sebagai filsafat pertama (prote philosophia)

untuk membedakannya dengan filsafat kedua yaitu disiplin yang mengkaji hal-hal yang bersifat

fisika. Metafisika berasal dari bahasa Yunani ta meta ta physica yang artinya “yang datang setelah

fisika” metafisika sering disebut sebagai disiplin filsafat yang terumit dan memerlukan daya

abstraksi sangat tinggi, ber-metafisika membutuhkan energy intelektual yang sangat besar

sehingga membuat tidak semua orang berminat menekuninya. Artikel diakses pada tanggal 14 Juni

2016 dari https://parapsikolog.wordpress.com/arti-metafisika/ 3Berbicara problematika kosmologi sesungguhnya telah di bahas sejak jaman Yunani kuno

yang di pelopori oleh Thales. Thales merupakan filsuf alam pertama yang membicarakan asal

mula (arche, inti sari) alam. Thales beranggapan bahwa asal mula alam adalah air yang diikuti

oleh Anaximander dan Anaximenes. Semua semua filsuf itu merupakan filsuf yang berasal dari

mazhab filsuf alam Ionia. Lihat Lois Kattsoff, Pengantar Filsafat, ter. Soejono Soemargono

(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1995), h. 263 4 Edward Grant, A History of Natural Philosopy (Yogyakarta: Penerbit Mitra Sejati ,

2011), h. 52.

Page 15: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

3

cakupan subjek di mana diterapkan (dalam Meteorology), ia membatasi skupnya.

Ini terlihat nyata dari pembagiannya terhadap ilmu pengetahuan teoritis ke dalam

metafisika, matematika dan filsafat alam, atau fisika. Jelas, ia memikirkan

metafisika dan matematika sebagai hal yang nyata dari filsafat alam. Materi

subjeknya adalah dengan entitas yang tidak mengalami perubahan, sementara

esensi filsafat alam adalah memperlakukan secara menyeluruh benda-benda yang

mengalami perubahan dan pergerakan. Tetapi, apakah Aristoteles benar-benar

memaksudkan semua benda pada perubahan dan pergearakan? Jika demikian,

filsafat alam secara virtual akan mencakup setiap disiplin yang memperlakukan

beberapa aspek dunia fisik, setiap bagian dari sub-divisi darinya berlangsung

perubahan dan pergerakan.5

Oleh karena itu, ilmu pengobatan berkaitan dengan perubahan dalam

tubuh manusia, sepertinya tepat untuk berkesimpulan bahwa Aristoteles

memasukan ilmu pengobatan sebagai bagian dari filsafat alam. Tetapi ini

tampaknya tidak mungkin. Di bagian pembukaan Meteorologi-nya (dikutip

beberapa paragraf sebelumnya), Aristoteles bermaksud menyebutkan atau

menyinggung semua subjek yang membentuk bagian dari program risetnya. Kita

bisa menduga hal ini dari perkataanya bahwa saat studi tentang binatang dan

planet diselesikan, “kita mungkin mengatakan keseluruhan dari pemahaman

orisinil kita akan dilaksanakan.” Tak ada sebutan ilmu pengobatan dalam

“pemahaman original” yang disebutkan, meski ia sering kali mempergunakan

contoh-contoh ilmu pengobatan dan merupakan anak dari seorang dokter.6

5 Edward Grant, A History of Natural Philosopy, h. 52.

6 Edward Grant, A History of Natural Philosopy, h. 53

Page 16: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

4

Sebagai tambahan bagi pengecualian ilmu pengobatan dari filsafat Alam,

Aristoteles juga mengecualikan ilmu pengetahuan yang bersifat matematis atau

eksak, seperti optic, harmoni dan astronomi. Beberapa baris sebelumnya

Aristoteles menjelaskan bahwa saat seorang ahli matematika memperlakukan

benda-benda celestial, ia tidak “memperlakukannya sebagai batas dari sebuah

alami; ia juga tidak mempertimbangkan atribut yang ada [yaitu, bentuk benda

celestial] sebagaimana atribut benda-benda tersebut. Itulah sebabnya ia

memisahkan mereka; karena dalam pemikiran mereka terpisah dari pergerakan,

dan ini tidak ada pengaruhnya, pun juga setiap hasil kelirunya jika mereka

terpisah.” Sebagaimana yang telah terlihat, Aristoteles menganggap optik,

astronomi dan harmoni sebagai “cabang yang lebih alam dari matematika,” dan

oleh karenanya tampak lebih matematis ketimbang filsafat alam. Ilmu

pengetahuan ini merupakan “konversi dari geometri. Jika Geometri mempelajari

garis-garis alam, tetapi bukan qua natural, bukannya qua matematis.” Bagi

Aristoteles, ilmu pengetahuan matematis yang bersifat eksak berada diantara

filsafat alam dan matematika murni, barangkali lebih dekat pada matematika

murni ketimbang pada filsafat alam. Tetapi, ilmu pengetahuan eksak secara

keseluruhan tidak masuk baik dalam filsafat alam maupun matematika meski

relevan terhadap keduanya. Karena keduanya dipandang berada di antara dua

disiplin ilmu, ilmu pengetahuan eksak muncul untuk dikenal sebagai ilmu

pengetahuan tengah (scientae mediae) selama Abad Pertengahan.7

Dalam sejarah perjalanan umat manusia, telah muncul berbagai pandangan

mengenai dunia ini, ada yang melihatnya secara positif, ada pula yang negatif, ada

7 Edward Grant, A History of Natural Philosopy, 53-54

Page 17: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

5

yang mengakui keberadaannya, ada pula yang menolaknya. Buddhisme misalnya,

memandang dunia dan pengalaman manusia di dalamnya sebagai ilusi atau

khayalan saja, satu-satunya yang nyata adalah realitas ilahi.8 Kehidupan manusia

berlangsung dalam suatu ruang yang sering di sebut dengan dunia atau alam

semesta. Dalam dunia inilah manusia menjalani eksistensinya dengan segala

pengalaman yang diperolehnya. Akan tetapi, manusia tidak hanya sekedar hidup

seperti makhluk hidup lainya. Ia memiliki inteligensi yang cukup untuk mengenali

dirinya sebagai manusia serta lingkungan di sekitarnya. Intelegensi ini

memungkinkan manusia merealisasikan keinginanya untuk mengetahui segala

sesuatu (drive to understand). Dalam perkembangan selanjutnya, manusia juga

ingin mengetahui makna keberadaanya di dunia. Keingintahuan ini pada akhirnya

menghasilkan pengetahuan, baik mengenai dirinya sendiri maupun mengenai

dunia yang dia hidup di dalamnya.9

Pandangan kosmologis manusia-manusia religius tidaklah sembarangan

atau dangkal. Mereka memperlihatkan orientasi kehidupan, pengandaian-

pengandaian dan cara-cara untuk menafsirkan eksistensi suatu pandangan dunia

yang membentuk pengertian manusia tentang dirinya dan tempatnya dalam

kosmos. Ada banyak pandangan religius terhadap dunia dalam tradisi-tradisi

keagamaan umat manusia.10

8Siti Anisah, Konsep Kosmologi Dalam Agama Islam dan Buddha Serta Implikasinya

Dalam Kehidupan Pemeluknya (Skripsi S1 Ilmu Ushuluddin, Fakultas Ushuluddin, IAIN

Walisongo Semarang , 2008), h. 1. 9Siti Anisah, Konsep Kosmologi Dalam Agama Islam dan Buddha, h. 1.

10Siti Anisah, Konsep Kosmologi Dalam Agama Islam dan Buddha, h. 2.

Page 18: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

6

Dalam konsepsinya tentang penciptaan alam semesta11

ini faham

Buddhisme mengenal konsep Paticca Samupadda, yang menjadi pijakan dalam

memandang hukum alam semesta ini. Perkataan Paticca Samupadda artinya

muncul bersamaan. Jadi, perkataan Paticca Samupadda artinya kurang lebih yaitu

muncul bersamaan karena syarat berantai, atau terjemahan yang sering terlihat

dalam buku-buku, yaitu pokok permulaan sebab akibat yang saling

bergantungan.12

Prinsip dari ajaran hukum Paticca Samupadda diberikan dalam empat

rumus atau formula pendek yang berbunyi sebagi berikut; pertama, imasming sati

idang hoti (dengan adanya ini maka terjadilah itu), kedua, imassuppada idang

uppajjati (dengan timbulnya ini, maka timbullah itu), ketiga,imasming asati idang

na hoti (dengan tidak adanya ini, maka tidak adalah itu) dan keempat,imassa

nirodha idang nirujjati (dengan terhentinya ini, maka terhentilah juga itu).13

Arus sebab akibat. Dengan cara ini kita dapat menyelidiki segala

sesuatunya di dunia ini hingga yang terkecil sekalipun ke atas dan ke bawah oleh

karena alam semesta ini dikuasai oleh hukum Paticca Samupadda atau hukum

11

Dr. K.N. Jayatilleke dari Universitas Ceylon mengemukakan pendapatnya sebagai

berikut : "Konsepsi tentang Kosmos (= Alam Semesta) menurut Buddhisme, pada masa-masa awal

dari perkembangannya, itu secara essensial, sama dengan konsepsi modern tentang alam semesta.

Didalam teks berbahasa Pali, yang sampai di tangan kita, secara aksaranya diceriterakan, terdapat

ratusan ribu matahari-matahari, bulan-bulan, bumi-bumi, dan dunia-dunia yang lebih tinggi, yang

membentuk sistem dunia tingkatan minor (= kecil); terdapat seratus ribu kali jumlah sistem dunia

tingkatan minor, yang membentuk sistem dunia tingkatan medium (= tengah-tengah); dan terdapat

seratus ribu kali sistem dunia tingkatan medium yang membentuk sistem dunia tingkatan mayor (=

besar). Didalam terminologi modern, itu tampaknya, apabila satu sistem dunia minor (= culanika

loke dhatu), adalah sama dengan sebuah galaxy, yang melalui telescope yang paling baik, dapat

kita lihat terdapat kira-kira ratusan juta dunia (matahari, bulan-bulan, dan sebagainya) didalamnya,

maka dapat kita renungkan bahwa konsepsi Buddhis tentang sistem dunia-dunia, itu mempunyai

kesamaan yang besar dengan keterangan dari ilmu pengetahuan modern. Lihat Buddhadasa P.

Kirthisinghe, Alam Semesta dan Kosmologi, (tp, tt), h. 1 12

Hamdan Taufiqurrohman, Respon Agama Buddha Terhadap Krisis Lingkungan: Studi

atas Pemikiran Sri Dhammananda, h. 19. 13

Hamdan Taufiqurrohman, Respon Agama Buddha Terhadap Krisis Lingkungan: Studi

atas Pemikiran Sri Dhammananda, h. 19.

Page 19: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

7

“bergantungan pada ini, dan timbullah itu”. Tidak ada perhentian atau sela-sela

sedikitpun dalam proses ini. Rangkaian kejadian itu berlangsung terus menerus,

yang satu menimbulkan yang lain. Bagaikan sebuah gelombang menyebabkan

timbulnya gelombang berikutnya, demikian pula arus sebab-akibat ini mengalir

terus yang tiada henti-hentinya. Inti dari hukum Paticca Samupadda ini bahwa

tidak ada sesuatu yang timbul tanpa menimbulkan akibat selanjutnya.14

Kosmologi, ilmu tentang sejarah, struktur, dan cara kerja alam semesta

secara keseluruhan, telah berkembang selama ribuan tahun dalam beberapa

bentuk: bersifat mitologi dan religius, mistis dan filosofis, bersifat astronomis.

Orang-orang Babilon dan Mesir kuno yang membangun sistem mereka dari

campuran mitos kuno, percaya bahwa kosmos merupakan sebuah kotak, dengan

bumi terletak di dasarnya. Gunung-gunung di penjuru bumi menopang langit yang

ada di atasnya. Sungai Nil, yang mengalir di tengah-tengah bumi, merupakan

cabang dari sungai yang lebih besar yang mengalir di sekitar bumi. Di sungai ini

berlayarlah perahu dewa matahari, yang melakukan perjalanan hariannya. Konsep

Mesopotamia menganggap alam semesta berbentuk kubah yang berisi cakram

datar bumi yang dikelilingi oleh air. Air juga membentuk langit di atas kubah; di

situlah tinggal para dewa, matahari dan benda-benda angkasa lainnya. Mereka

muncul setiap hari dan mengatur semua yang terjadi di atas bumi. Lintasan

mereka yang tertaur di langit dipercaya dalam menentukan nasib manusia.15

Selama masa keemasan Yunani konsep kosmis menjadi bersifat

matematis, dengan menggunakan bentuk-bentuk geomatris untuk menujukan

14

Hamdan Taufiqurrohman, Respon Agama Buddha Terhadap Krisis Lingkungan:

Studiatas Pemikiran Sri Dhammananda, h. 20 15

Howard R. Turner, Science in Medieval Islam, An Illustrated Introduction, terj.,

Zulfahmi Andri, Sains Islam Yang Mengagumkan: Sebuah Catatan abad Pertengahan (Bandung:

Nuansa, 2004), cet. I, h. 47

Page 20: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

8

empat unsur; api, air, udara, tanah, serta saripati benda-benda langit, dengan suatu

sfera yang melingkupi seluruh alam semesta. Dengan mempertimbangkan

berbagai fenomena mitos dan fisikal yang disebutkan oleh pendahulunya sebagai

kelahiran perkembangan, dan pengaturan kosmos. Aritoteles menggolongkan

segala yang dapat ia terima ke dalam sistem masuk akal namun kaku tentang

mekanika kosmis. Ia menganggap kosmos sebagai suatu sistem cangkang

konsentris yang bersisi benda-benda langit, sfera-sfera ini merupakan benda-

benda fisik nyata, yang terusun secara konsentris dan berotasi, satu di dalam yang

lainya, maisng-masing sfera meneruskan gerakannya ke sfera berkitunya di

bawahnya. Gerakan ketujuh planet diteruskan melalui sfera paling atas oleh

penggerak yang tak bergerak, yang berakitan dengan sfera seperti layaknya jiwa

bagi tubuh. Secara kesleuruhan, kosmologi Yunani klasik diilhami dengan

keyakinan pada hukum-hukum dasar tentang keteraturan dan harmoni.16

Sementara itu orang-orang Cina telah berhasil mengembangkan versi

sendiri tentang kosmos. Pengikut Tao pada tahun keenam hingga keempat

sebelum masehi mendefinisikan dan menggambarkan dua prinsip, yin dan yang,

kekuatan wanita dan pria aktif dan pasif, yang dihasilkan oleh materi dan energi

dan bertanggung jawab dalam menjaga alam semesta melalui interaksi. Salah satu

konsep Cina tentang struktur kosmis menyertakan kubah hemisfera (langit) yang

di bawahnya terdapat bidang yang cembung (bumi). Belakangan muncul teori

tentang sfera langit, alam semesta sferoid; kemudian masih disusul oleh teori

ruang kosong dan teori ruang tak terbatas, tanpa bentuk atau materi, yang di

dalamnya angin menggerakan benda-benda langit. Kosmologi Cina yang awal

16

Siti Nurjanah, Kosmologi dan Sains dalam Islam, h. 9.

Page 21: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

9

seperti kosmologi kuni di Barat, menguraikan fenomena yang terlihat menyerupai

ide astrofisika yang ada di masa kita, misalnya benda primordial yang bergerak

membentuk spiral di angkasa dan angin kosmis yang „bertiup‟ menggelombang

dari matahari.17

Kristen awal, yang menyerupai nenek moyang Timur Dekat sebelum

mereka, menggambarkan bumi yang datar yang berbeda di antara bawah tanah

dan benda-benda angkasa. Sementara itu, ide tentang cangkang sferis konsentris

yang berisi tujuh planet yang bergerak mendapatkan popolaritasnya; ciri Platonis

dan Aristoteliannya dijernihkan oleh astronom Helensitik Ptolemeus. Kebanyakan

dari konsep kosmologi Kristen dan Nepolatonik yang awal menambahkan

makhluk malaikat yang bertanggung jawab terhadap pergerakan planet-planet

dalam cangkang ini. Dinamo ilahi tersebut tetap menjadi ikon kosmik selama

berabad-abad. Namun demikian, pada saat peradaban Islam mulai mapan, kaum

muslimin mulai mengembangkan skema kosmologi yang cukup kompleks dan

canggih untuk masuk sebagai fakta empiris kejadian-kejadian angkasa yang

sesungguhnya dapat diamati, seperti detail variasi dalam jalur planet-planet.18

Di masa Kristen Abad Pertengahan, hampir seluruh aktivitas intelektual

diarahkan untuk memahami ciptaan, bentuk, dan pengaturan kosmos yang ditarik

terutama dari keyakinan religius atau tahayul. Konsep-konsep yang didasarkan

pada penalaran semata mempunyai risiko di tuding sebagai bid‟ah oleh gereja.

Namun demikian, dalam mengamati alam kosmos, filosof ilmuan Muslim awal

mengambil sebagian besar dari tubuh pengetahuan yang mereka peroleh dari

17

Siti Nurjanah, Kosmologi dan Sains dalam Islam, 8-9. 18

Siti Nurjanah, Kosmologi dan Sains dalam Islam, 9.

Page 22: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

10

Yunani Klasik, warisan intelektual yang sedikit diketahui oleh Eropa Barat kala

itu.19

Begitupula dalam melihat konsep kosmologi yang mana setiap

pemahaman atau ajaran dalam suatu agama yang ada di dunia, memiliki

perbedaan dalam hal cara atau proses penafsiran terlebih dalam hal proses

terjadinya penciptaan alam semesta. Berbicara keselarasan antara konsep

kosmologi dengan sains modern bahwasanya para ahli kosmologi menganut suatu

teori yang menyatakan bahwa pembentukan alam semesta diawali oleh suatu

peritstiwa ledakan dahsyat yang lebih dikenal dengan sebutan teori Big Bang.

Dalam teori Big Bang dinyatakan bahwa pada awalnya alam semesta berada

dalam kondisi yang sangat panas dan padat. Kemudian, selama kurang lebih

miliaran tahun yang lalu terjadilah proses pengembangan dan penyusutan alam

semesta secara terus menerus sampai saat ini. Teori Big Bang ini pada awalnya

hanya diyakini oleh beberapa ahli kosmologi saja karena belum memiliki suatu

evidensi yang jelas.20

Namun seiring berjalannya waktu, Teori Big Bang ini makin diyakini oleh

para ilmuan sebagai suatu teori yang paling merepresentasikan proses awal

terbentuknya alam semesta karena adanya suatu penemuan yang dapat

memperkuat teori ini, yaitu mengenai penemuan radiasi latar gelombang mikro-

kosmis pada tahun 1964, yang dianggap oleh ahli kosmologi sebagai “produk dari

fenomena ledakan dahsyat”. Selain itu, ada pula hasil pengamatan Edwin Hubble

(Astronom AS) pada tahun 1929 yang menyatakan bahwa galaksi-galaksi

bergerak saling menjauh dengan kecepatan yang tinggi sehingga jarak antar

19

Siti Nurjanah, Kosmologi dan Sains dalam Islam, 9. 20

Frenandy, Buddhisme dan Sains (Bandung : Penerbit PVVD, 2012), h. 95

Page 23: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

11

galaksi-galaksi bertambah setiap saat. Penemuan ini menujukan alam semesta

tidaklah statis, melainkan mengembang.21

ini menyatakan bahwa alam semesta

merupakan serangkaian pengembangan, penciutan, pengaturan, dan

penghancuran berupa ledakan besar (Big Bang) yang berlangsung secara terus

menerus tanpa akhir. Dengan kata lain, ini adalah suatu rangkaian fenomena yang

tidak berujung pangkal yang kemudian di sebut teori “pulsating” dari alam

semesta. Sang Buddha telah mengajarkan hal yang sama 2500 tahun yang lalu.

Beliau ungkapkan dalam Bhayaberava Sutta (Sutta ke 4 dari Majjhima Nikaya):

“Ketika pikiranku yang terkonsentrasi dengan demikian termurnikan,

tidak tercela, mengatasi semua kekotoran, dapat diarahkan, mudah diarahkan,

serta tenang, Aku memusatkanya pada kelahiran-kelahiran yang lampau, satu,

dua, ….. ratusan, ribuan, banyak kalpa dari penyusutan dunia, banyak kalpa

pengembangan dan penyusutan dunia.”22

Dari sini bisa dilihat bahwa proses penyusutan dan pengerutan tersebut

berlangsung sangat lama. Yang di maksud dengan “kalpa” adalah satuan waktu

India kuno yang berlangsung selama miliaran tahun. Ada beberapa versi

perhitungan kalpa, tetapi yang lazim dipakai adalah bahwa satu kalpa memakan

waktu sekitar 139.600.000 ( seratus tiga puluh sembilan juta enam ratus ribu)

tahun. Sains juga telah mengungkapkan akan banyaknya galaksi dan dunia lain.

Secara mengaggumkan, Buddha juga telah mengajarkan hal yang sama seperti

tertuang dalam Anada Sutta (Angutara Nikaya III, 8, 80):

“Ananda apakah kau pernah mendengar tentang seribu Culanika-loka-

dharu (tata surya kecil) ? … Ananda, sejauh matahari dan bulan berotasi pada

garis orbitnya, dan sejauh pancaran sinar matahari dan bulan di angkasa, sejauh

itulah luas seribu tata surya. Di dalam seribu tata surya terdapat seribu

matahari, seribu bulan, seribu Sumeru, seribu Jambudvipa, seribu Aparayojana,

seribu Uttarakuru, seribu Pubbavidehana … Inilah, Ananda, yang dinamakan

seribu tata surya kecil (sahassi-culanika-lokadhatu).”

21

Frenandy, Buddhisme dan Sains, h. 96 22

Ivan Tanuputera, Sains Modern dan Buddhisme, h. 9-10

Page 24: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

12

Lebih lanjut, Buddha mengatakan dalam sutta yang sama:

“Ananda, seribu kali sahassi-culanika-lokadhatu dinamakan Dvisahassi-

majjhimanika-lokadhatu. Ananda, seribu kali Dvisahassi-majjhimanika-lokadhatu

dinamakan Tisahassi-Mahasashassi-Lokadhatu. Ananda, bilamana Sang

Tathagatamau, maka Ia dapat memperdengarkan suara-Nya sampai terdengar di

Tisahassi-mahasahassi-lokadhtu, ataupun melebihi itu lagi.”23

Sesuai dengan kutipan di atas, maka di dalam sebuah Dvisahassi-

Majjhimanika-lokadhatu terdapat 1.000 x 1.000 = 1.000.000 tata surya.

Sedangkan dalam Tisahassi-Mahasahassi-lokadhatu terdapat 1.000.000 x 1.000 =

1.000.000.000 tata surya. Alam semsesta bukan hanya terbatas pada satu miliard

tata surya saja, melainkan lebih dari itu. Ajaran ini benar-benar sesuai dengan

kosmologi modern begitupun dengan sains modern.24

Pada masa abad ke-17, ahli matematika Perancis bernama Rene Des

Cartes25

membatasi lingkup penelitian sains pada hal-hal yang bersifat materi (res

23

Ivan Tanuputera, Sains Modern dan Buddhisme, h. 11 24

Ivan Tanuputera, Sains Modern dan Buddhisme, h. 11 25 Lahir di La Haye, Perancis, 31 Maret 1596, meninggal di Stockhol, Swedia, 11

Februari 1650 pada umur 53 tahun, juga dikenal sebagai Renatus Cartesius dalam literature

berbahasa Latin, merupakan seorang filsuf dan matematikawan Perancis. Karyanya yang

terpenting ialah Discours de la methode (1637) dan Meditationes de prima Philosophia (1641).

Rene Descartes sering disebut sebagai bapak filsafat modern. Rene Descartes lahir di La Haye

Touraine-Perancis dari sebuah keluarga borjuis. Ayah Descartes adalah ketua Parlemen Inggris

dan memiliki tanah yang cukup luas (borjuis). Ketika ayah Descartes meninggal dan menerima

warisan ayahnya, ia menjual tanah warisan itu, dan menginvestasikan uangnya dengan pendapatan

enam atau tujuh ribu franc per tahun. Dia bersekolah di Universitas Jesuit di La Fleche dari tahun

1604-1612, yang tampaknya telah memberikan dasar-dasar matematika modern walapun

sebenarnya pendidikan di bidang hukum. Pada tahun 1612, dia pergi ke Paris, namun kehidupan

sosial di sana dia anggap membosankan, dan kemudian dia mengasingkan diri ke daerah terpencil

di Perancis untuk menekuni Geometri, nama daerah terpencil itu Faubourg. Teman-temannya

menemukan dia di tempat perasingan yang ia tinggali, maka untuk lebih menyembunyikan diri, ia

memutuskan untuk mendaftarkan diri menjadi tentara Belanda (1617). Ketika Belanda dalam

keadaan damai, dia tampak menikmati meditasinya tanpa gangguan selama dua tahun. Tetapi,

meletusnya Perang Tiga Puluh Tahun mendorongnya untuk mendaftarkan diri sebagai tentara

Bavaria (1619). Di Bavaria inilah selama musim dingin 1619-1620, dia mendapatkan pengalaman

yang dituangkannya ke dalam buku Discours de la Methode (Russel, 2007:733). Descartes, kadang

di panggil “Penemu Filsafat Modern”, adalah salah satu pemikir paling penting dan berpengaruh

dalam sejarah filsafat barat modern. Dia menginspirasi generasi filsuf kontemporer dan setelahnya,

membawa mereka untuk membentuk apa yang sekarang di kenal sebagai rasinalisme continental,

sebuah posisi filosofikal pada Eropa abad ke-17 dan 18. Pemikirannya membuat revolusi falsafi di

Eropa karena pendekatan pemikirannya bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan

bahwa seseorang bisa berfikir. Ini juga membuktikan keterbatasan manusia dalam berfikir dan

mengakui sesuatu yang di luar kemampuan pemikiran manusia. Karena itu, ia membedakan

Page 25: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

13

estensa), oleh karena itu hal-hal yang berhubungan dengan pikiran (res cogitans)

berada di luar batas persepsi organ indera. Di tahun 1905 Albert Einstein

mendobrak rintangan tiga dimensi dalam sains dan membawa lingkup sains ke

luar dari paradigma tiga dimensi dan batas Des Cartes. Ini mengoptimalkan

kemampuan manusia untuk mewujudkan pandangan yang lebih realistik terhadap

alam fenomena dan fenomena alam melalui metode ilmiah. Sains modern di abad

ke-20 berkembang setelah rintangan dimensional dilampaui oleh para ilmuan

seperti Albert Einstein, Erwin Schordinger, Louis de Broglie, Paul Dirac, Werner

Heisenbert, Richard Feynman, Murray Gellman, Sir Arthur Eddington, dan

Stephen Hawakins. Sebagaimana kita ketahui, perkembangan sains modern

didasarkan atas teori relativitas, mekanika kuantum dan prinsip ketidakpastian.

Kemudian prinsip-prinsip sain tersebut menghancurkan paradigma klasik yang

membagi alam menjadi materi dan non-materi.26

Pada tahun 1989, Arya Walopa Rahula27

juga mengingatkan bahwa

kehidupan sehari-hari dikelilingi oleh sains. Ia mengatakan: “Kita hampir menjadi

“fikiran” dan “fisik”. Pada akhirnya, kita mengakui keberadaan kita karena adanya alam fikir.

Dalam bahasa latin kalimat ini adalah cogito ergo sum sedangkan dalam bahasa Perancis adalah:

Je penese donc je suis. Keduanya artinya adalah: “Aku berfikir maka aku ada”. (Ing: I think,

therefore I am) Atau, I Think, therefore I exist. Meski paling dikenal karena karya-karya

filosofinya, dia juga telah terkenal sebagai pencipta system koordinat Kartesius, yang

memengaruhi perkembangan kalkulus modern. Ia juga pernah menulis buku sekitar tahun 1629

yang berjudul Rules for the Direction of the Mind yang memberikan garis-garis besar metodenya.

Tetapi, buku ini tidak komplet dan tampaknya ia tidak berniat menerbitkannya. Diterbitkan untuk

pertama kalinya lebih dari lima puluh tahun sesudah Desecartes tiada. Dari tahun 1630 sampai

1634, Desecartes menggunakan metodenya dalam penelitian ilmiah. Untuk mempelajari lebih

mendalam tentang anatomi dan fisiologi, dia melakukan penjajakan secara terpisah-pisah. Dia

bergumul dalam bidang-bidang yang berdiri sendiri seperti ptik, meteorology, matematika, dan

berbagai cabang ilmu lainya. Sedikitnya ada lima ide Desecartes yang punya pengaruh penting

terhadap jalan pikiran Eropa: (a) pandangan mekanisnya mengenai alam semesta; (b) sikapnya

yang positif terhadap penjajakan ilmiah; (c) tekanan yang, diletakannya pada penggunaan

matematika dalam ilmu pengetahuan; (d) pembelaannya terhadap dasar awal sikap skeptic; dan (e)

penitikpusatan perhatian terhadap epistemologi. Artikel di akses pada tanggal 06 Oktober 2016

dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Rene _Desecartes 26

Ivan Tanuputera, Sains Modern dan Buddhisme, h. 95 27

Ia lahir pada tahun 1907 di Walapola, sebuah desa kecil di bagian selatan Sri Lanka.

Pada tiga belas, ia memamsuki Sangha. Convered Sinhala pendidikannya, Pali, Sansekerta,

Page 26: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

14

budak dari sains dan teknologi; dan tak lama lagi kita akan mulai memujanya.”

Beliau lebih lanjut berkomentar: “Pertanda awal adalah bahwa banyak orang akan

cenderung mencari dukungan dari sains untuk membuktikan kebenaran

agamanya.” Begitu pula dalam hal konsep penciptaan alam semesta, Kendati

banyak sekali persamaan antara sains dan agamanya.”28

Umat Buddha percaya bahwa dunia di ciptakan pada suatu waktu, tetapi

dunia telah terbentuk jutaan kali setiap detik dan alam terus demikian dengan

sendirinya dan akan berakhir dengan sendirinya. Menurut ajaran Buddha sistem

dunia selalu muncul, berubah, hancur, dan hilang di alam semesta dalam siklus

yang berpenghujung. Saat ini para ilmuan, sejarawan, astronom, biologis, botanis,

antropologis, dan pemikir besar telah menyumbangkan pandangan baru yang luas

tentang asal dunia. Penemuan dan pengetahuan terakhir ini sama sekali tidak

bertentangan dengan ajaran Buddha. Keyakinan Buddha menjadi ajaran yang

relevan dengan perkembangan sains dan teknologi.29

Gambaran alam semesta seperti yang diungkapkan oleh pengetahuan

modern sekarang ini sudah dikemukakan oleh Buddha, tanpa bantuan teleskop.

Buddhisme, sejarah dan filsafat. Ia belajar di Vidyalankara Pirivena dan di University of Ceylon,

di mana ia berhubungan dengan E. F. C. W. Adikaram dan tokoh-tokoh lainya. Setelah masa

tugasnya di Sorbonne, ia menjadi Wakil Rektor Vidyodaya University. Dia mencatat tidak hanya

untuk pengetahua, tetapi juga karena pandangan yang kuat sosialis, serta keyakinannya bahwa para

bhikkhu memiliki kewajiban untuk berperan dalam membimbing kesadaranpolitik rakyat.

Bukunya Bhikshuvakage Urumaya (Heritage dari Bhikkhu) adalah suara yang kuat dalam gerakan

Buddha Nasionalis yang menyebabkan 1.956 kemenangan pemilu of Solomon Bandaranaike. Dia

telah meninggalkan Vidyadoya University di tahun 1969, karena perbedaan politik dengan

pememrintah hari. Setelah itu, ia kemabli ke Barat dan bekerja di banyak intstitusi akademik di

Eropa. Dia kembali ke Sri Lanka selama hari-hari terkahrinya, dan tinggal di kuil dekat Parlemen

Baru di Kotte, sampai kematiannya. adalah seorang Sri Lanka biksu, sarjana dan penulis. Pada

tahun 1964, ia menjadi Profesor Sejarah dan Agama di Northwestern University, sehingga menjadi

bhikkhu pertama yang memegang kursi professor di dunia Barat. Dia juga pernah menjabat

sebagai Wakil Rektor di kemudian Vidyodaya University (saat ini dikenal sebagai Universitas Sri

Jayewardenepura). Dia telah banyak menulis tentang Buddhisme dalam bahasa Inggris, Perancis

dan Sinhala. Dia menulis buku Apa Buddha Diajarkan tentang Buddhisme Theravada. 28

Ivan Tanuputera, Sains Modern dan Buddhisme, h. 97 29

Ivan Tanuputera, Sains Modern dan Buddhisme, h. 97

Page 27: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

15

Dalam Abhibhu-sutta, Buddha menjelaskan, “Sejauh bulan dan matahari bergerak

dalam garis edarnya dan sejauh pancaran sinarnya mencapai segala arah, sejauh

itulah luas sistem seribu tata-surya alam semesta. Di dalamnya terdapat seribu

bulan, seribu matahari, seribu poros Simeru – gunung dari segala gunung, seribu

bumi Jambudipa, seribu Aparogoyana di barat, seribu Uttara-kuru di utara, seribu

Pubbavideha di timur, empat ribu samudera raya, empat ribu Maharaja, seribu

surga Catummaharajika, seribu surga Tavatimsaseribu surga Yama, seribu surga

Tusita, seribu surga Nimmanarati, seribu surga Paranimmita-vasavati, dan seribu

tata-surya alam semesta kecil. Sebuah sistem kelipatan seribu dari ukuran tersebut

dinamakan sejuta tata-surya alam semesta madya. Sebuah sistem kelipatan seribu

ukuran ini dinamakan semiliar tata-surya dalam semesta raya”.30

Kalau kita mempertimbangkan kondisi masyarakat pada ribuan tahun lalu

yang masih terbelenggu oleh dongeng dan mitos, maka ajaran Buddha akan

semakin mengagumkan karena pandangan Buddha sudah sangat jauh ke depan.31

Setelah melihat gambaran kerangka kosmologi dalam Buddhisme dan sains

modern, penulis tertarik untuk melakukan analisis lebih jauh, sekaligus

mengkomparasi antara kosmologi Buddha dan sains modern, apakah diantara

keduanya terdapat persamaan dan perbedaanya. Di sini penulis akhirnya

mengambil judul pembahasan skripsi ini yaitu “KOMPARASI KONSEP

KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF BUDDHA DENGAN KOSMOLOGI

SAINS MODERN”.

30

Krishnanda Wijaya-Mukti, Wacana Buddha Dharma, h. 264-265 31

Krishnanda Wijaya-Mukti, Wacana Buddha Dharma, h. 264-265

Page 28: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

16

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk melakukan proses penelitian, agar penelitian yang dilakukan tidak

keluar dari jalur pembahasan maka peneliti membatasinya dalam hal sebagai

berikut:

1. Bagaimana pandangan Buddha dan Sains Modern mengenai konsep

Kosmologi atau proses penciptaan alam semesta dan seluruh isinya.

2. Bagaimana komparasi antara Konsep Kosmologi Dalam Pandangan Buddha

dengan Kosmologi Sains Modern dewasa ini.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan ini adalah:

1. Mengetahui Proses terjadinya kosmologi atau proses penciptaan alam semesta

menurut prespektif Buddha dengan kosmologi sains modern dewasa ini.

2. Mengetahui komparasi antara Konsep Kosmologi Dalam Pandangan Buddha

dengan kosmologi sains modern dewasa ini.

Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi tiga sisi:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dalam

kosmologi agama-agama dan sains modern dewasa ini, sekurang-kurangnya

dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia akademis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam studi agama-agama yang

khususnya berkaitan dengan konsep kosmologi atau penciptaan alam semesta

menurut perspektif agama Buddha.

Page 29: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

17

b. Bagi Lembaga Pendidikan

Sebagai masukan yang membangun guna meningkatakan kualitas sumber

keilmuan yang ada, termasuk untuk para pelajar dan pendidik yang ada

didalamnya.

3. Manfaat Akademis

Dengan manfaat akademis ini, yaitu sebagai prasyarat untuk meraih gelar

sarjana.

D. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan hasil pengamatan dan studi di Perpustakaan telah ditemukan

beberapa penelitian sebelumnya. Adapun review studi terdahulu yang penulis

kaji adalah:

1. Respon Agama Buddha Terhadap Krisis Lingkungan. Karya ini ditulis oleh

Hamdan Taufiqurrohman Jurusan Perbandingan Agama, Fakultas Ushuluddin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007. Skripsi tersebut lebih menjelaskan respon

Sri Dhammananda dalam mengatasi krisis lingkungan telah menjadi refleksi

kritisnya dalam mengupayakan kestabilan kehidupan alam semesta. Mencari

solusi dari penyebab permasalahan krisis lingkungan telah ditawarkan oleh Sri

Dhammananda dalam bab-bab pembahasan skripsinya. Dengan masih

mengedepankan unsur moralitas dan doktrin agama Buddha yang sangat dekat

dengan alam semesta. Pun dengan kembali kepada ajaran Sang Buddha dan

mengamalkannya adalah menjadi solusi-solusi yang di tawarkan Sri

Dhammananda dengan juga masih berupaya menjaga jarak dengan perkembangan

dunia yang semakin maju sehingga krisis lingkungan dapat di antisipasi dengan

baik, ketika arah pemikiran manusia berubah dan mengedepankan kebutuhan bagi

Page 30: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

18

sesamanya bukan hanya kebutuhan dirinya sendiri. Melihat dari judul karya di

atas penulis mengambil beberapa data yang memang berkaitan dengan tema yang

penulis bahas yaitu komparasi konsep kosmologi Buddha dengan kosmologi sains

modern, dimana keduanya sama-sama membahas tentang alam semesta, meski

yang menjadi pembahasan karya Hamdan lebih terfokus pada Respon agama

Buddha terhadap krisis lingkungan, namun dalam hal ini tentu ketika berbicara

lingkungan, hal tersebut juga nyatanya tidak terlepas dari pembahasan alam

semesta, maka dari itu penulis mengambil beberapa data dari karya Hamdan

karena memang pembahasannya terdapat kesamaan sehingga penulis bisa

mendapatkan sumber data tambahan. Yang membedakan karya Hamdan dengan

karya penulis tentunya adalah karya Hamdan pembahasannya lebih kepada

lingkungan menurut pendapat atau pandangan Sri Dhammananda, sedangkan

karya penulis lebih terfokus kepada bagaimana proses penciptaan alam semesta

itu terjadi baik menurut Buddha maupun sains modern.

2. Konsep Kosmologi Dalam Agama Islam Dan Buddha Serta Implikasinya

Dalam Kehidupan Pemeluknya. Karya ini ditulis oleh Siti Anisah Fakultas

Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang 2008. Skripsi tersebut lebih menjelaskan

dalam agama Islam asal mula alam semesta dahulunya adalah suatu yang padu,

langit dan bumi adalah subyek dari kata saifat fatq keduanya lalu terpisah (fataqa)

satu sama lain. Dengan kata lain segala sesuatu termasuk langit dan bumi pada

saat itu belumlah diciptakan juga terkandung dalam titik tunggal ini meledak

sangat dahsyat, sehingga menyebabkan materi-materi yang terkandung terpisah

(fataqa) dan dalam rangkian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan

alam terebntuk. Jika menurut pandangan Buddha bahwasannya seluruh alam ini

Page 31: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

19

adalah ciptaan yang timbul dari sebab-sebab yang mendahuluinya serta tidak

kekal. Oleh karena itu disebut sankhata dharma yang berarti ada, yang tidak

mutlak dan mempunyai corak timbul, lenyap dan berubah. Alam semesta adalah

suatu proses kenyataan yang selalu dalam keadaan menjadi. Hakikat kenyataan itu

adalah arus perubahan dari suatu keadaan lain yang berurutan. Melihat judul karya

di atas yaitu Konsep kosmologi dalam agama Islam dan Buddha serta

implikasinya dalam kehidupan pemeluknya, telah jelas bahwa saudari Siti disana

memaparkan dari apa yang namanya konsep penciptaan alam semesta menurut

agama Islam dan Buddha yang mana diantara keduanya menurut Siti ada beberapa

kesamaan dan perbedaan dalam melihat proses penciptaan alam semesta itu

sendiri. Begitu pula dalam hal ini penulis juga sangat tertarik untuk bisa

mengambil beberapa data dari apa yang yang telah saudari Siti jelaskan dan

paparkan dalam skripsinya. Yang membedakan karya Siti dengan penulis tentunya

adalah karya Siti lebih terfokus pada proses penciptaan alam semesta menurut

Islam dan Buddha dan sejauh mana implikasi dari proses alam semesta tersebut di

lihat dari masing-masing penganutnya yaitu antara agama Islam dan Buddha itu

sendiri. Sedangkan karya penulis lebih terfokus kepada bagaimana proses

penciptaan alam semesta itu terjadi baik menurut Buddha maupun sains modern,

meski ada beberapa kesamaan terlebih dalam hal pemaparan kosmologi Buddha-

nya, namun dalam hal ini karya penulis membahas secara lebih mendalam.

3. Bencana Alam Dalam Pandangan Bikku Agama Buddha (Studi Kasus di Vihara

Dhammacakka Jaya Jakarta). Karya ini di tulis oleh Kiki Agustini Jurusan

Perbandingan Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010. Skripsi tersebut

lebih menjelaskan bagaimana pandangan Bikku Buddha di Vihara Dhammacakka

Page 32: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

20

Jaya Jakarta tentang proses terjadinya bencana alam, bahwasannya Bencana

menurut Buddhis adalah akbiat dari proses alam yang tidak kekal (Gempa) dan

dari Gempa tersebut menimbulkan gelombang Tsunami yang besar dan menelan

korba Ratusan ribu jiwa makhluk. Sedangkan menurut hukum fisika mengatur

kerja alam yaitu siklus hujan, namun karena manusia banyak menebang pohon

sembarang, membuang sampah sembarang sehingga berakibat banjir. Contoh

lainya adalah musim yang kacau yang di sebabkan oleh pemanasan global yang

juga diakibatkan oleh manusia. Ciri alam adalah selalu seimbang, sehingga ketika

alam tidak seimbang, sehigga ketika alam tidak seimbang lagi (rusak) disebabkan

manusia, maka terjadilah fenomena alam yang tidak biasa sehigga mungkin

menjadi bencana bagi manusia. Dalam melihat judul karya di atas yaitu bencana

alam dalam pandangan bikkhu agama Buddha, telah jelas juga bahwa disana

saudari Kiki menjelaskan bagaimana bencana alam menurut pandangan bikkhu

agama Buddha yang banyak menjelaksan bencana alam itu sendiri banyak di

sebabkan oleh kelalaian tangan manusia itu sendiri, sehingga terjadilah bencana

alam seperti banjir, tanah longsor dan lain sebagainya. Tentu jika melihat karya

tersebut, memang masih ada keterikatan dengan alam semesta itu sendiri, dan

dalam hal ini penulis kembali mengambil beberapa sumber data dari skripsi karya

saudari Kiki. Yang membedakan karya Kiki dengan karya penulis tentunya karya

Kiki lebih terfokus pada pembahasan tentang bencana alam menurut pandangan

bikkhu agama Buddha sedangkan karya penulis lebih membahas kepada proses

penciptaan alam semesta menurut Buddha dan sains modern.

4. Filsafat Matematika : Landasan Ilmu Matematika dalam Alam Semesta. Karya

ini di tulis oleh Diah Purwanti Jurusan Aqidah Filsafat, Fakultas Ushuluddin UIN

Page 33: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

21

Syarif Hidayatullah Jakarta 2010. Skripsi tersebut lebih menjelaskan bagaimana

Alam Semesta dilihat dari landasan Ilmu Matematika, bahwasannya alam

diciptakan Allah dari tiada menjadi ada. Langit dan bumi merupakan satu padu

kemudian Allah memisahkan antara keduanya (teori big bang ). Kronologi Allah

menciptakan alam semesta dalam enam masa; dua masa menciptakan langit, dua

masa untuk menciptakan bumi, dua masa untuk memberkahi bumi, dan dijadikan

segala sesuatu yang hidup. Allah mewujudkan sesuatu dari tiada (creates ex

nihillo) akan tetapi wujudnya itu secara terus menerus atau kekal. Melihat judul di

atas yaitu Filsafat Matematika: Landasan ilmu matematika dan alam semesta,

telah jelas bahwa saudari Diah memberikan pemaparan tentang bagaimana alam

semesta di lihat dari landasan ilmu matematika, tentu dalam hal ini karya Diah

masih ada keterkaitan dengan karya penulis tentang proses penciptaan alam

semesta, dengan demikian kembali penulis mengambil beberapa sumber data dari

karya Diah itu sendiri. Yang membedakan karya Diah dengan karya penulis

tentunya Karya diah lebih membahas kepada bagaimana proses penciptaan alam

semesta di lihat dari landasan ilmu matematika, sedangkan karya penulis lebih

kepada bagaimana proses penciptaan alam semesta menurut Buddha dan sains

modern.

Dengan melihat karya-karya sebelumnya, di sini penulis mendapatkan

beberapa tambahan sumber data, sehingga meski terdapat beberapa kesamaan dari

apa-apa yang di bahas oleh penulis lain sebelumnya, tentunya masih ada beberapa

hal yang belum di bahas secara mendalam, sehingga bagi penulis hal ini perlu

untuk di lanjutkan dalam penelitiannya, hingga yang membedakan skripsi ini

dengan karya-karya diatas bahwasannya skripsi ini lebih menjelaskan tentang

Page 34: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

22

pandangan agama Buddha terhadap konsep kosmologi atau proses penciptaan

alam semesta beserta komparasinya dengan kosmologi sains modern dewasa ini,

sehingga bagi penulis tema ini sangat layak untuk dijadikan skripsi.

E. Konsep Teoritis

Dalam menganalisis masalah-masalah yang terdapat dalam skripsi ini,

maka diperlukan adanya gambaran yang obyektif terhadap masalah pokok

tersebut. Untuk itu, dibutuhkan adanya suatu konsep yang bersifat teoritis

mengenai hal-hal yang berakitan dengan Komparasi Konsep Kosmologi Buddha

dengan Kosmologi Sains Modern.

1. Komparasi

Komparasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perbandingan.32

Penelitian komparasi adalah penelitian yang dilakukan untuk

membandingkan suatu variabel (objek penelitian), antara subjek yang

berbeda atau waktu yang berbeda dan menemukan hubungan sebab

akibatnya.33

dalam pembahasannya tentang komparasi konsep kosmologi

buddha dengan sains modern, penulis berusaha untuk mencari persamaan

dan perbedaan dinatara keduanya, apakah memang ada persamaan dari

masing-masing prosesnya atau memang berbeda, dalam hal ini penulis

berusaha untuk memberikan paparan lebih jelas terkait mengenai konsep

kosmologi buddha dengan sains modern itu sendiri.

2. Konsep

Konsep adalah abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk pada

kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau hubungan. Istilah

32

Artikel di akses pada tanggal 04 Maret 2016 dari http://kbbi.web.id/komparasi 33

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2010), h. 56

Page 35: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

23

konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang

dipahami. Aristoteles dalam The classical theory of concept menyatakan

bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan

pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia. Konsep merupakan

abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu

kata atu simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan

yang dibangun dari berbagai macam kharakteristik.34

3. Kosmologi

Kosmologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu cabang

astronomi yang menyelidiki asal usul, struktur, dan hubungan ruang dan

waktu dari alam semesta; ilmu tentang asal usul kejadian bumi,

hubungannya dengan sistem matahari, serta hubungan sistem matahari

dengan jagat raya; ilmu (cabang dari metafisika) yang menyelidiki alam

semesta sebagai sistem yang beraturan.35

4. Buddha

Buddha dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah agama yang di

ajarkan oleh Shidarta Gautama.36

Buddha berarti seorang yang telah

mencapai Penerangan atau Pencerahan Sempurna dan Sadar akan

Kebenaran Kosmos serta Alam Semesta. “Hyang Buddha” adalah seorang

yang telah yang telah mencapai Penerangan Luhur, cakap dan bijak

menunaikan karya-karya kebijakan dan memperoleh Kebijaksanaan

34

Artikel di akses pada tanggal 14 April 2016 dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Konsep 35

Artikel di akses pada tanggal 03 Maret 2016 pada http://kbbi.web.id/kosmologi 36

Artikel di akses pada tanggal 03 Maret 2016 pada http://kbbi.web.id/Buddha.

Page 36: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

24

Kebenaran mengenai Nirvana serta mengumumkan doktrin sejati tentang

kebebasan atau keselamatan kepada dunia semesta sebelum parinirvana.37

5. Teori

Teori menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah pendapat yang didasarkan

pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi;

penyelidikan eksperimental yang mampu menhasilkan fakta berdasarkan

ilmu pasti, logika, metodologi, argumentasi.38

Teori juga merupakan

serangkaian bagian variabel, defenisi, dan dalil yang saling berhubungan

yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena

dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud

menjelaskan fenomena alamiah.39

6. Sains

Sains menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu pengetahuan

pada umumnya; pengetahuan sistematis tentang alam dan dunia fisik,

teramsuk di dalamnya, botani, fisika, kimia, geologi, zoologi, dan

sebagainya; ilmu pengetahuan alam; pengetahuan sistematis yang

diperoleh dari sesuatu observasi, penelitian, dan uji coba yang mengarah

pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang sedang diselidiki,

dipelajari, dan sebagainya.40

37

Budiman Sudharma, Buku Pedoman Umat Buddha (Jakarta : FKUB DKI Jakarta dan

Yayasan Avalokitesvara, 2007), h. 38. 38

Artikel di akses pada tanggal 04 Maret 2016 dari http://kbbi.web.id/teori 39

Artikel di akses pada tanggal 14 April 2916 dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Teori 40 Artikel di akses pada tanggal 03 Maret 2016 dari http://kbbi.web.id/sains

Page 37: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

25

7. Modern

Modern menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah masa atau zaman

yang ditandai dengan kemajuan peradaban manusia (penemuan baru

bidang teknologi dan sebagainya);41

F. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian digunakan dalam setiap kegiatan atau penulisan

skripsi. Hal ini bertujuan untuk menemukan data yang valid, dan analisa yang

logis rasional. Adapun metodologi yang digunakan dalam penelitian ini antara

lain:

a. Jenis Penelitian

Penelitian Kepustakaan (Library Research)42

adalah segala usaha yang

dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik

atau masalah yang akan atau sedang di teliti. Informasi itu dapat diperoleh dari

buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan

disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia,

dan sumber-sumber tertulis baik cetak maupun elektronik.43

Dengan metode ini

penulis menghimpun, membaca, meneliti dan mengkaji beberapa literature yang

41

Artikel di akses pada tanggal 03 Maret 2016 dari http://kbbi.web.id/modern 42

Penelitian pustka atau bisa dikatakan studi pustaka atau dengan kata lain literature,

telah banyak disamakan dengan istilah: kajian teori, studi literatur. Bagian ini banyak

menguraikan landasan-landasan berpikir yang mendukung penyelesaian masalah dari penelitian

yang bersangkutan. Kajian pustaka ini (liblary research), merupakan salah satu kegiatan penelitian

yang mencakup tentang; memilih teori-teori hasil penelitian, mengidentifikasi hasil literatur,

menganalisis dokumen dan menerapkan hasil analisis sebagai landasan teori. Lihat. M. Subana dan

Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 77 43 Artikel di akses pada tanggal 23 Agustus 2016 dari http://perkuliahan.com.apa-

pengertian-studi-kepustakaan/

Page 38: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

26

ada kaitanya dengan masalah yang akan di bahas dan hubungan dengan skripsi

ini.44

b. Metode Penelitian

Metode yang penulis gunakan adalah metode deskriptif analisis, deskriptif

adalah pemaparan suatu (seperti istilah) dengan kata-kata secara jelas dan

terperinci.45

Sedangkan analisis adalah penyelidikan terhadap suatu persitiwa

untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab atau duduk

perkaranya).46

Pengertian analisis juga berarti memecahkan atau menguraikan

suatu keadaan atau masalah keadaaan beberapa bagian atau dibandingkan dengan

yang lain. Jadi deskriptif analisis adalah pemaparan yang jelas dari fakta yang ada.

Dari defenisi di atas, metode deskriptif analisis berarti sebuah cara atau teknik

penelitian dengan menggambarkan suatu pengetahuan dengan tulisan ataupun

ucapan dan kemudian membaginya ke dalam beberapa bagian untuk lebih

lanjutnya diadakan penyelidikan kritis dari pengujian untuk medapatkan hasil

yang benar.

44 Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu

penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan diteliti dapat ditemukan

dengan melakukan studi kepustakaan. Selain itu seorang peneliti dapat memperoleh informasi

tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya dengan penelitiaanya. Dan penelitian-

penelitan yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat

memanfaatkan semua informasi dari pemikiran-pemikiran yang relevan dengan penelitiannya.

Untuk melakukan studi kepustakaan, perpustakaan merupakan suatu tempat yang tepat guna

memperoleh bahan-bahan dan informasi yang relevan untuk dikumpulkan, dibaca dan dikaji,

dicatat, dan dimanfaatkan (Roth 1986). Seorang peneliti hendaknya mengenal atau tidak merasa

asing dilingkungan perpustakaan sebab dengan mengenal situasi perpustakaan, peneliti akan

dengan mudah menemukan apa yang diperlukan. Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan

peneliti mengetahui sumber-sumber informasi tersebut, misalnya kartu catalog, refernsi umum dan

khusus, buku-buku pedoman, buku petunjuk, laporan-laporan penelitian, tesis, disertasi, jurnal,

ensiklopedia, dan bahan-bahan khusus lain. Dengan demikian peneliti akan memperoleh informasi

dan sumber yang tepat dalam watu yang singkat. Artikel di akses pada tanggal 23 Agustus 2016

dari http://perkuliahan.com.apa-pengertian-studi-kepustakaan/ 45

W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, h. 288. 46

Ananda Santoso, dan A.R. Al-Hanif, Kamus Umum Bahasa Indoensia (Surabaya:

Aluimni, t.t) h. 22.

Page 39: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

27

c. Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi

mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data

primer dan data skunder.

1. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus

menyelesikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data

dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau

tempat objek penelitian. Dalam hal ini peneliti menetukan data primer

merujuk pada buku yang menjadi sumber utama dalam menetukan judul

penelitian yaitu buku Wacana Buddha Dharma karya Krishnanda

Wijaya Mukti.

2. Data skunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain

menyelesikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan

dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data skunder

adalah literatur, artikel, jurnal, serta situs di interent yang berkenaan

dengan penelitian yang dilakukan.47

Dalam hal ini peneliti menetukan

ada beberapa data skunder yang digunakan diantaranya yaitu Buku

Bencana Alam Dalam Pandangan Bhikku Agama Buddha. Karya Kiki

Agustini, Buku Agama Di Dunia Karya Mukti. A Ali, Skripsi Konsep

Kosmologi Dalam Agama Islam dan Buddha Serta Implikasinya Dalam

Kehidupan Pemeluknya Karya Siti Anisah, Buku Juru Bicara Tuhan

Antara Sains dan Agama Karya Ian G. Barbour, Buku Buku Pedoman

Umat Buddha Karya Budiman Sudharma, Buku Kosmologi Studi

47

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2009), h. 137.

Page 40: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

28

Struktur Dan Asal Mula Alam Semesta Karya Fabian H. Chandra, Buku

Buddhisme dan Sains Karya Frenandy, Buku Metodologi Penelitian

Kualitatif Karya Haris Herdiansyah, Buku Kamus Umum Bahasa

Indonesia Karya W.J.S, Poerwadarminta, Buku Kamus Umum Bahasa

Indoensia Karya Ananda Santoso dan A.R Al-HaniF, Buku Metode

Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D Karya Sugiyono, Skripsi

Respon Agama Buddha Terhadap Krisis Lingkungan: Studi atas

Pemikiran Sri Dhammananda Karya HamdanTaufiqurrohman, Buku

Sains Modern dan Buddhisme Karya Ivan Taniputera.

d. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian kepustakaan ini dikumpulkan dengan cara studi

dokumentasi, yaitu dengan cara melihat atau menganalisis dokumen atau media

tertulis untuk mendapatkan gambaran terkait tema yang diangkat secara jelas dan

rinci.48

e. Analisa Data

Langkah-langkah yang penulis tempuh untuk sampai kepada analisis data,

sebagai berikut: Pertama, penulis menghimpun butir-butir data yang relevan

dengan masalah-masalah yang tercakup dalam kajian skripsi ini dari sumber

primer dan skunder. Kedua, mengklasifikasikan data ke dalam sejumlah

pembahasan. Ketiga, langkah berikutnya adalah mendeskripsikan dan

menganalisis data secara kritis dalam pembahasan masing-masing agar masalah

yang dibicarakan jelas. Dengan demikian digunakan pula metode komparasi, yaitu

membandingkan kedua pandangan atau konsep dalam hal menyikapi kosmologi

48

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Salemba Humanika,

2012), h. 143.

Page 41: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

29

atau proses penciptaan alam semesta. Dari perbandingan tersebut diharapkan

dapat ditemukan perbedaan dan persamaan yang pada akhirnya akan di ketahui

implikasinya dalam memahami konsep kosmologi Buddha itu sendiri serta

relevansinya dengan teori sains modern dewasa ini.

f. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan

oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan, maka penulis membagi proposal ini

menjadi lima bab dan setiap babnya dibagi lagi atas sub bab. Adapun sistematika

penulisan ini diuraikan sebagai berikut :

BAB I Berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan

pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II Menjelaskan tentang konsep Kosmologi dalam Buddha yang terdiri dari:

Asal Mula Alam Semesta, Proses Penciptaan Alam, Siklus dan Luas Alam

Semesta, Alam-alam Kehidupan, Hukum Paticca Samupada.

BAB III Menjelaskan tentang konsep Kosmologi dalam Sains Modern yang

terdiri dari: Asal Mula Alam Semesta, Proses Penciptaan Alam, Siklus dan Luas

Alam Semesta.

BAB IV Merupakan inti dari pembahasan proposal skripsi ini tentang Relevansi

konsep Kosmologi Buddha dengan Kosmologi Sains Modern yang terdiri dari:

Page 42: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

30

Asal Mula Alam Semesta, Proses Penciptaan Alam, Siklus dan Luas Alam

Semesta, dan Pandangan Islam Tentang Kosmologi.

BAB V Penutup. Sebagai bab terakhir dalam penelitian ini, maka bab ini berisi

tentang kesimpulan dari penelitian. Adapun isi dalam bab ini merupakan jawaban

dari rumusan masalah yang telah di sajikan pada awal hingga akhir penelitian.

Page 43: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

31

BAB II

KONSEP KOSMOLOGI DALAM BUDDHA

A. Asal Mula Alam Semesta

Awalnya, Sang Buddha tidak membahas berbagai spekulasi tentang

kosmologi (ilmu alam semesta) dan kosmogonik (ilmu asal-usul alam semesta)

yang di kedepankan oleh para cendekia. Beliau tidak ingin menuruti spekulasi-

spekulasi yang tidak jelas maksud dan logikanya, di sisi lain Beliau telah pernah

berjuang sangat keras bergelut dengan pertanyaan yang lebih penting mengenai

penderitaan hidup (dukkha) dan jalan untuk terbebas dari penderitaan.

Bagaimanapun, di kemudian hari, literatur Buddhisme memberikan gambaran dan

penjelasan yang terperinci mengenai kosmos, dikarenakan hal ini memainkan

peranan dalam perjuangan mencapai kebebasan. Sang Buddha berpendapat,

bahwa alam semesta, yang disebut Beliau sebagai Samsara, adalah tanpa awal,

Beliau bersabda:

“Tak dapat ditentukan awal dari alam semesta. Titik terjauh dari

kehidupan, berpindah dari kelahiran, terikat oleh ketidaktahuan dan

keinginan, tidaklah dapat diketahui.”

(Samyutta Nikaya II : 178).1

Para pakar ilmu pengetahuan sekarang meyakini, bahwa alam semesta

adalah suatu sistem yang berdenyut, yang setelah mengembang secara maksimal,

lalu menciut dengan segala energi yang ditekan pada suatu bentukan masa;

sedemikian besar sehingga menyebabkan ledakan, yang disebut sebagi “Big

Bang”, yang berakibat pelepasan energi. Pengembangan dan penciutan alam

semesta berlangsung dalam kurun waktu miliaran tahun. Sekali lagi, sang Buddha

telah memaklumi pengembangan dan penciutan alam semesta. Beliau bersabda:

1 Tanhadi, Alam Semesta Dalam Buddha Dhamma,(tp, tt), h. 11.

Page 44: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

32

“Lebih awal atau lebih lambat, ada suatu waktu, sesudah masa waktu

yang sangat panjang sekali alam semesta menciut, tetapi lebih awal atau lebih

lambat, sesudah masa yang lama sekali, alam semesta mulai mengembang lagi”

(Digha Nikaya III : 84)2

Penemuan teleskop konvensional dan teleskop radio belakangan

kemudian, telah memungkinkan para ahli astronomi untuk mengetahui tidak saja

asal dan sifat alam dari alam semesta, tapi juga susunannya. Diketahui sekarang,

bahwa alam semesta terdiri dari sekian miliar bintang, planet, asteroid dan komet.

Semua benda langit tersebut berkelompok dalam bentuk cakram atau spiral yang

disebut galaksi. Planet bumi kita hanya satu titik kecil yang terdapat pada suatu

galaksi yang diberi nama Bimasakti (Inggris: Milky Way). Bimasakti atau Milky

Way terdiri atas kurang lebih 100 miliar bintang dengan jarak ujung ke ujung

60.000 tahun cahaya. Telah diketahui pula bahwa galaksi-galaksi di dalam

semesta ini tersusun berkelompok. Kelompok galaksi dimana Bimasakti kita

berada terdiri dari dua lusin galaksi; kelompok lain, kelompok Virgo misalnya

terdiri dari ribuan galaksi.3

Dibalik kenyataan; bahwa tata surya, galaksi, dan kelompok galaksi baru

diketahui di dunia Barat setelah penemuan peralatan canggih; maka ternyata kitab

suci agama Buddha telah banyak menyebutkan hal tersebut ribuan tahun

sebelumnya. Penganut agama Buddha sejak zaman dahulu telah menggambarkan

galaksi sebagai berbentuk spiral. Istilah dalam bahasa Pali untuk galaksi adalah

cakkavala; yang berasal dari kata “cakka”, yang berarti cakram/roda. Sang

Buddha secara sangat jelas dan tepat menggambarkan kelompok-kelompok

galaksi, yang oleh para ilmuan baru ditemukan. Beliau menyebutnya sebagai

2 Tanhadi, Alam Semesta Dalam Buddha Dhamma,(tp, tt), h. 11.

3 Tanhadi, Alam Semesta Dalam Buddha Dhamma,(tp, tt), h. 11-12.

Page 45: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

33

sistim dunia (loka dhatu) dan menambahkan perbedaan dalam ukurannya: sistim

dunia ribuan-lipat, sistim dunia puluhan ribu-lipat, sistim dunia besar, dan

seterusnya. Beliau menyebutkan sistem dunia terdiri dari ribuan matahari dan

planet, walau sebenarnya oleh para ahli astronomi menyebutnya sebagai jutaan.4

“Sejauh matahari-matahari dan bulan-bulan berputar, bersinar dan

memancarkan sinarnya ke angkasa, sejauh itu pula sistim dunia ribuan-

lipat. Didalamnya terdapat ribuan matahari, ribuan bulan.”

(Anguttara Nikaya I : 227)

Dahulu, dalam waktu yang sangat lama, manusia tidak dapat

membayangkan luas alam semesta baik dalam satuan waktu maupun ruang untuk

dapat memahami asal dan luas alam semesta. Pemikiran saat itu terbatas serta

terikat kepemahaman dunia semesta. Di dalam Bible misalnya, dipahami bahwa

seluruh alam semesta diciptakan dalam enam hari dan penciptaan itu terjadi

barulah beberapa ribu tahun lalu.5

Saat ini, para ilmuan astronomi menghitung bintang dalam satuan ribuan

miliar dan mengukur jarak alam semesta dalam satuan tahun cahaya; satu tahun

cahaya adalah jarak yang dapat di tempuh oleh cahaya dalam waktu satu tahun.

Manusia zaman dahulu jelas tidak dapat membayangkan dimensi seperti itu. Sang

Buddha, adalah pengecualian. Kebijaksanaan-Nya, yang tak terbatas, dapat

memahami konsep dari alam semesta yang tak terbatas. Beliau menyebut adanya:

“Daerah gelap, hitam, kelam diantara sistim-sitim dunia, sedemikian rupa

hingga cahaya matahari dan bulan sekalipun tak dapat mencapainya”

(Majjhima Nikaya : 120)6

Waktu yang diperlukan untuk terbentuk dan hancurnya suatu sistim dunia

sangatlah panjang; diperlukan sangat banyak kappa (sebagai satuan waktu) untuk

4 Tanhadi, Alam Semesta Dalam Buddha Dhamma,(tp, tt), h. 12. 5 Tanhadi, Alam Semesta Dalam Buddha Dhamma,(tp, tt), h. 12.

6 Tanhadi, Alam Semesta Dalam Buddha Dhamma,(tp, tt), h. 12.

Page 46: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

34

itu. Sewaktu sang Buddha ditanya tentang panjang kurun waktu satu kappa,

Beliau menjawab:

“Sangat panjang kurun waktu satu kappa. Tak dapat diperhitungkan

dengan tahun, abad ataupun ribuan abad”.

“Bila demikian, Guru, dapatkah dengan menggunakan permumpamaan?”

“Dapat. Bayangkan bongkahan suatu gunung besar, tanpa retak, tanpa

celah, padat, berkukuran panjang I mil, lebar I mil dan tingginya juga I

mil. Lalu bayangkan setiap seratus tahun ada seorang datang

menggosoknya dengan sepotong sutra Benares. Maka, akan lebih cepat

bukit itu habis tergosok dari pada suatu masa kappa berlalu. Pula

ketahuilah, lebih dari satu, lebih dari ribuan, lebih dari ratusan ribu

kappa, sebenarnya telah berlalu”.

(Samyuta Nikaya II : 181)7

Disini terlihat, betapa sang Buddha menggunakan perumpamaan seperti

diuraikan diatas untuk memberi gambaran tentang “jarak ruang dalam satuan

waktu”; sama halnya para ahli astronomi saat ini menggambarkan “jarak-jarak di

angkasa luar dengan menggunakan satuan tahun cahaya”.8

Namun, sang Buddha menyebut tentang asal dan perluasan alam semesta

hanya sepintas lalu. Beliau tidak menganggap, bahwa berteori dan berspekulasi

tentang hal tersebut, adalah lebih penting dibanding masalah utama kita, yakni

mengakhiri penderitaan dan mencapai kebahagiaan Nibbana (Sansekerta:

Nirwana). Ketika seseoang sekali waktu mendesak Sang Buddha untuk menjawab

pertanyaan tentang luasanya alam semesta, sang Buddha membandingkan keadaan

orang tersebut sebagai seorang yang terkena panah beracun, namun menolak

diobati dan dicabuti anak panah tersebut, sebelum orang tersebut mengetahui

secara jelas siapa yang melepaskan anak panah tersebut. Sang Buddha, lalu

bersabda:

7 Tanhadi, Alam Semesta Dalam Buddha Dhamma,(tp, tt), h. 13.

8 Tanhadi, Alam Semesta Dalam Buddha Dhamma,(tp, tt), h. 13.

Page 47: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

35

“Menjalani hidup yang suci tak dikatakan tergantung apakah alam

semesta ini berbatas atau tidak, atau keduanya atau tidak keduanya.

Sebab apakah alam semesta ini, berbatas atau tidak; tetaplah ada

kelahiran, tetap ada usia lanjut, tetap ada kematian, kesedihan,

penyesalan, penderitaan, keperihan dan keputusasaan; dan untuk

mengatasi semua itulah semua yang Saya ajarkan”

(Majjhima Nikaya I : 430)9

Sangat jelas, dengan hanya berbekal pengetahuan tentang bagaimana alam

semesta terjadi, kita tidak akan dapat mengatasi penderitaan, pula tidak akan dapat

mengembangkan kemurahan hati, kebajikan dan cinta kasih. Buat sang Buddha

pertanyaan menyangkut hal-hal ini jauh lebih penting daripada spekulasi tentang

asal mula alam semesta.10

Walau demikian, konsep sang Buddha tentang alam semesta yang sangat

tepat dan maju, menyebabkan kita bertanya dalam diri; bagaimana bisa Beliau

mengetahui semua itu. Bagaimana mungkin seorang mengetahui tentang

berkelompoknya bima sakti dan bahwa bima sakti itu berbentuk spiral, jauh

sebelum penemuan teleskop? Bagaimana Dia, yang hidup di zaman lampau

demikian menghayati ke-takterbatasan waktu dan ruang? Jawaban satu-satunya

yang mungkin ialah karena, Beliau, sebagai yang disebut oleh Beliau sendiri,

adalah Buddha yang telah mencapai Pencerahan (Inggeris: enlightenment). Batin-

Nya demikian sempurna, bebas dari prasangka dan kekhayalan yang biasanya

mengotori batin orang biasa, pengetahuannya telah berkembang di luar

kemampuan manusia biasa. Sang Buddha menyatakan diri-Nya sebagai “pengenal

alam semesta” (lokavidu) (Majjhima Nikaya I : 337), dan pernyataan Beliau

memang terbukti kebenarannya.11

9 Tanhadi, Alam Semesta Dalam Buddha Dhamma,(tp, tt), h. 14.

10Tanhadi, Alam Semesta Dalam Buddha Dhamma,(tp, tt), h. 14.

11Tanhadi, Alam Semesta Dalam Buddha Dhamma,(tp, tt), h. 14

Page 48: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

36

B. Proses Penciptaan Alam Semesta

Sutra lain yang banyak menggambarkan alam semesta adalah Avatamsaka

Sutra yang berbahasa Sanskerta. Berikut ini terdapat beberapa kutipan

Avatamsaka Sutra bab 4 yang berkaitan dengan kosmologi Buddhis:

“Putera-putera Buddha, sistim-sistim dunia (galaksi) tersebut memiliki

aneka bentuk dan sifat-sifat yang berbeda. Jelasnya, beberapa di

antaranya bulat bentuknya, beberapa di antaranya segi empat bentuknya,

beberapa di antaranya tidak bulat dan tidak pula segiempat. Ada

perbedaan [bentuk] yang tak terhitung. Beberapa bentuknya seperti

pusaran, beberapa seperti gunung kilatan cahaya, beberapa seperti

pohon, beberapa seperti bunga, beberapa seperti istana, beberapa seperti

makhluk hidup, beberapa seperti Buddha….”12

Penjelasan di atas menggambarkan terdapat berbagai bentuk sistem dunia

(yang mungkin dapat disamakan dengan galaksi). Menurut hasil pengamatan,

beberapa galaksi seperti galaksi Bima Sakti kita dan Andromeda berbentuk spiral

(pusaran), beberapa seperti galaksi M47 dan M89 berbentuk elips (bulat),

beberapa berbentuk tidak beraturan (tidak bulat dan tidak segiempat) seperti

galaksi Awan Magellan dan M82, dan beberapa lainnya berbentuk seperti

makhluk hidup misalnya Nebula Kepala Kuda.

“Terdapat beberapa sistim dunia, Terbentuk dari permata, Kokoh dan

terhancurkan,

Bernaung di atas bunga teratai nan berharga.”

“Beberapa di antaranya terbentuk dari berkas cahaya murni, Yang asalnya

tak dikenal, Semuanya merupakan berkas-berkas cahaya, Bernaung di ruang

kosong.”

“Beberapa di antaranya terbentuk dari cahaya murni, Dan juga bernaung

pada pancaran-pancaran cahaya, Diselubungi oleh awan cahaya, Tempat di

mana para Bodhisattva berdiam.”

Ini menjelaskan komposisi galaksi di alam semesta: ada yang terdiri atas

materi (yang digambarkan seperti permata), ada yang terdiri dari sinar kosmis

12

Tanhadi, Alam Semesta Dalam Buddha Dhamma,(tp, tt), h. 17

Page 49: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

37

(yang digambarkan sebagai berkas cahaya), dan ada yang diselubungi awan gas

nebula (yang digambarkan sebagai awan cahaya).13

“Putera-putera Buddha, jika dijelaskan secara singkat, terdapat sepuluh

penyebab dan kondisi yang menyebabkan terbentuknya sistem dunia, baik

yang telah berlangsung, sedang berlangsung, atau akan berlangsung. Apakah

sepuluh hal itu? Kesepuluh hal itu adalah:

1) Karena kekuatan gaib para Buddha

2) Terbentuk secara alami oleh hukum alam

3) Karena akumulasi karma para makhluk

4) Karena apa yang telah direalisasi oleh para Bodhisattva yang

mengembangkan kemaha-tahuan.

5) Karena akar kebajikan yang diakumulasi baik oleh para Bodhisattva dan

semua makhluk.

6) Karena kekuatan ikrar para Bodhisattva yang memurnikan dunia-dunia itu.

7) Karena para Bodhisattva telah menyempurnakan praktek kebajikan dengan

pantang mundur.

8) Karena kekuatan kebebasan para Bodhisattva dalam kebajikan murni.

9) Karena kekuatan independen yang mengalir dari akar kebajikan semua

Buddha dan saat pencerahan semua Buddha.

10) Karena kekuatan independen ikrar Bodhisattva Kebajikan Universal.”

Kutipan di atas menjelaskan penyebab terbentuknya galaksi yang salah

satunya disebabkan oleh bekerjanya hukum alam sesuai dengan teori kosmologi

modern, sedangkan penyebab lainnya merupakan hasil dari perbuatan (karma)

13 Tanhadi, Alam Semesta Dalam Buddha Dhamma,(tp, tt), h. 18.

Page 50: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

38

atau kebajikan makhluk hidup apakah makhluk biasa, seorang Bodhisattva (calon

Buddha), ataupun seorang Buddha.14

Berikut ini terdapat beberapa kutipan dari Avatamsaka Sutra bab 5:

“Sistem Dunia Tepian Bunga, Adalah sama dengan jagad raya, Perhiasannya

sungguh murni, Berada dengan damai di ruang angkasa.”

Ini menyiratkan bahwa benda-benda langit di alam semesta berada dalam

ruang angkasa tanpa ada sesuatu yang menahannya di tempatnya (tidak seperti

kepercayaan orang Yunani yang meyakini Atlas memangkul bumi di atas

punggungnya).

“Dalam setiap sistem dunia itu, Terdapat dunia-dunia yang banyaknya tak

terbayangkan, Beberapa diantaranya sedang tercipta, Beberapa di antaranya

sedang menuju kemusnahannya, Beberapa di antaranya bahkan telah

musnah.”

Menurut kosmologi Buddhis, dunia-dunia (dalam istilah astronomi

mungkin bisa disamakan dengan planet atau benda langit lainnya) di alam semesta

ada yang sedang terbentuk, ada yang sedang berproses menuju kehancuran, dan

ada yang sudah hancur seperti pada kutipan di atas.

C. Siklus Dan Luas Alam Semesta

Alam semesta memiliki luas yang tidak terkira dan apa yang ada di

dalamnya pun tidak terhitung jumlahnya. Namun semua yang terkandung di

dalam alam semesta memiliki dasar penyusun yang sama. Dalam Buddhisme, ada

tiga komponen yang menyusun hakekat alam semesta, yaitu Citta, Cetasika, dan

Rupa. Rupa secara mudah dapat diartikan sebagai materi atau jasmani (sebutan

untuk makhluk). Sedangkan Citta dan Cetasika sebenarnya merupakan bagian

dari Nama atau secara mudah dapat disebut batin. Nama secara rinci terdiri dari

unsur perasaan (Vedana), pencerapan (Sanna), bentuk-bentuk pikiran (Sankhara),

14

Tanhadi, Alam Semesta Dalam Buddha Dhamma, h. 19

Page 51: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

39

ketiganya termasuk dalam kelompok Cetasika, dan kesadaran (Vinnana), yaitu

Citta.15

Dalam Ananda Vagga, Anguttara Nikaya, Sang Buddha menjelaskan

kepada Ananda tentang luasnya alam semesta sebagai berikut:

“Ananda, apakah kau pernah mendengar tentang seribu Culanika

lokadhatu (tata surya kecil)?” “Ananda, sejauh matahari dan bulan

berotasi pada garis orbitnya, dan sejauh pancaran sinar matahari dan

bulan di angkasa, sejauh itulah luas seribu tata surya. Di dalam seribu

tata surya terdapat seribu matahari, seribu bulan, seribu gunung Sineru,

seribu Jambudipa, seribu Aparayojana, seribu Uttarakuru, seribu

Pubbavideha, empat ribu maha samudera, empat ribu maharaja, seribu

Catummaharajika, seribu Tavatimsa, seribu Yama, seribu Tusita, seribu

Nimmanarati,seribu Paranimmitavassavati, dan seribu alam Brahma.

Inilah Ananda, yang dianamakan seribu tata surya kecil (Sahasi culanika

lokadhatu). Ananda, seribu kali Sahasi culanika lokadhatu dinamakan

Dvisahassa majjhimanika lokadhatu, seribu kali Dvisahassa majjhimanika

lokadhatu dinamakan Tisahassi Mahasahassi lokadhatu. Ananda,

bilamana Sang Tathagata (sebutan yang digunakan Buddha untuk

menunjuk pada diri-Nya sendiri) mau, maka Ia dapat memperdengarkan

suara-Nya sampai terdengar di Tisahassi Mahasahassi lokadhatu ataupun

melebihi itu lagi.”

Di sini Buddha menjelaskan terdapat sistem tata surya yang disebut seribu

tata surya di mana terdapat seribu matahari, seribu bulan, dan seribu bumi di mana

dapat ditemukan gunung Sineru sebagai pusat bumi, Jambudipa (benua di sebelah

selatan), Aparayojana (benua di sebelah barat), Uttarakuru (benua di sebelah

utara), dan Pubbavideha (benua di sebelah timur) dengan empat maha samudera

yang mengelilingnya. Di masing-masing benua terdapat penguasanya masing-

masing sehingga dikatakan terdapat empat ribu maharaja dalam seribu tata surya

tersebut. Selanjutnya dalam seribu tata surya terdapat seribu alam surga yang

diliputi nafsu inderawi (alam Catummaharajika, Tavatimsa, Yama, Tusita,

15

Dawai, Alam Semesta Dalam Buddhisme (Surabaya: Penerbit Vihara Dhammadipa,

2007), h. 5

Page 52: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

40

Nimmnarati, Paranimmitavassavati) dan seribu alam surga yang tidak diliputi

nafsu inderawi (alam Brahma).

Tentu saja alam semesta lebih luas dari sekedar seribu tata surya karena

Buddha menyebut sampai adanya 1.000 x 1.000 x 1.000 = 1.000.000.000 tata

surya bahkan melebihi itu lagi di mana suara seorang Buddha dapat

diperdengarkan melebihi jangkauan semiliar tata surya.

Dari penjelasan ini kita dapat mengatakan bahwa kemungkinan terdapat

kehidupan lain di alam semesta selain kehidupan manusia di bumi kita ini. Hal ini

dapat dilihat dari pernyataan bahwa terdapat empat ribu maharaja di seribu bumi

dalam seribu tata surya, yang menggambarkan bahwa masing-masing bumi (atau

lebih tepat disebut planet yang memiliki kehidupan) dalam seribu tata surya

tersebut memiliki makhluk hidup yang dipimpin oleh para pemimpin mereka

masing-masing. Kemungkinan kisah-kisah alien dan UFO yang beredar selama ini

juga tersisip suatu kebenaran.

Ketika seseorang mempelajari kosmologi bahwasannya pasti selalu

muncul pertanyaan-pertanyaan klasik yang berawal dari ketidak tahuan.

Pertanyaan klasik tersebut diantaranya:

Berapakah luas alam semesta? Apakah alam semesta memiliki awal atau

akhir? Jawaban atas pertanyaan tersebut bisa dinilai dengan angka (berdasarkan

spekulasi yang belum pasti akurat ), misalnya katakanlah alam semesta berawal

dari 1000 tahun yang lalu? Atau 6000 tahun yang lalu? Sejuta tahun yang lalu?

Semiliar tahun yang lalu? Satu triliun yang lalu? Atau yang lebih panjang lagi satu

Page 53: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

41

googol (10100 = Satu dengan 100 nol dibelakangnya), atau alam semesta tak

berawal?16

Lantas kapan bumi terbentuk? Bumi telah banyak kali hancur dan

terbentuk kembali, siklus dari hancur, lalu tebentuk, hingga hancur kembali

disebut satu siklus dunia yang di Tipitaka disebut maha kappa lamanya satu maha

kappa digambarkan pada buku Sutta Pitaka sbb:

Para Bikkhu, jika ada sebuah batu cadas, panjang satu mil, lebar satu mil,

tinggi satu mil tanpa ada retak atau cacat dan setiap seratus tahun.

1 MAHA KAPPA = 4 ASANKHEYYA KAPPA

1 ASANKHEYYA KAPPA = 20 ANTARA KAPA

Menurut pendapat para ilmu-wan jaman sekarang ini, diperkirakan usia

alam semesta yang kita huni sekarang ini kurang lebih empat setengah miliaran

tahun, usia alam semesta ini cukup banyak berbeda dengan teori genesis yang

menganggap bahwa umur alam semesta diciptakan enam ribu tahun yang lalu,

bagaimana menurut pandangan agama Buddha?17

Menurut Tipitaka alam semesta ini melalu satu proses pembentukan dan

kehancuran yang berulang-ulang dan berawal dari asal mula waktu yang awalnya

yang tak terpikirkan. Proses berulang tersebut sudah setua usia waktu itu sendiri

yang tak terbayangkan. Pembentukan yang terakhir adalah alam semsesta yang

kita huni ini. Awal pembentukannya telah berlangsung selama lebih dari satu

Asankheyya kappa yang lampau. Assankheyya berarti tak terhitung sedangkan

kappa berarti siklus dunia maksudnya yaitu masa terbentuknya bumi, hancur dan

terbentuk kembali. Makhluk hidup menempati bumi hanya selama 1 asankheyya

kappa. Antara kappa adalah jarak waktu umur manusia rata-rata 10 tahun naik

16

Fabian H. Chandra, Kosmologi StudiStruktur Dan Asal Mula Alam Semesta, h. 1. 17 Fabian H. Chandra, Kosmologi StudiStruktur Dan Asal Mula Alam Semesta, h. 2.

Page 54: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

42

hingga umur manusia rata-rata menjadi panjang sekali (tak terhitung) dan

kemudian turun lagi menjadi 10 tahun.18

Kalau menurut Kitab Suci Tipitaka Pali empat Asankheyya kappa sama

dengan satu maha kappa dan satu asankheyya sama dengan dua puluh Antara-

kappa, berarti satu maha kappa sama dengan delapam puluh Antarakappa, (satu

Antara-kappa adalah selang waktu umur rata-rata manusia sepuluh tahun, naik

menjadi tak terhitung dan turun kembali menjadi rata-rata sepuluh tahun).19

Sedangkan lamanya mahakappa adalah waktu yang diperlukan untuk

menghabiskan sebuah bukit cadas yang berukuran lebar, panjang, dan dalamnya

satu mil, yang mulus tanpa cacat dengan gosokan sutra yang paling halus setiap

seratus tahun sekali, apabila batu cadas itu habis maka belum satu kappa

terlampaui. Pernyataan yang ada dalam kitab suci ini tidak membantu kita

memperkirakan lamanya satu kappa secara riil. Tetapi ada cara membuat

perkiraan umur bumi berdasarkan kalkulasi sederhana, yaitu:

Anggaplah batu cadas akan habis tergosok setebal 1 mm setelah 10.000

kali gosokan, jika demikian maka batu karang setebal 1 mil yang digosok berputar

selama 100 tahun sekali lamanya adalah,

1,6 km x 1000 m x 1000 mm x 10.000 gosokan x 100 tahun =

1.600.000.000.000 tahun di bagi 2 atau Lebih dari 800 miliar tahun.

Tetapi menurut pendapat seorang pakar ada pendekatan lain yang

membuat kita dapat menghitung secara matematis sederhana berapa lamanya satu

kappa, metode ini agak berbeda dengan metode diatas dan jumlah total hasil

perhitungannya lebih banyak, yaitu dengan perumpamaan biji mustard, ( manual

18

Fabian H. Chandra, Kosmologi Studi Struktur Dan Asal Mula Alam Semesta, h. 2 19 Fabian H. Chandra, Kosmologi Studi Struktur Dan Asal Mula Alam Semesta, h. 3

Page 55: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

43

of Abhidamma hal. 246). Biji mustard berukuran lebih kecil daripada biji

ketumbar dan lebih besar daripada biji wijen. Apabila ada mustard sebanyak satu

mil kubik dan setiap seratus tahun diambli sebutir maka setelah biji mustard itu

habis maka kurang lebih satu kappa telah berlalu, anggaplah diameter biji mustard

sebanyak satu mil kubik adalah,

Satu mil = 1.600.000 mm = 1,6 x 106

Satu mil kubik = (1,6 x 106)3 = 4, 096 x 108

Anggap saja ukuran biji mustard adalah

2 mm x 2 mm x 2 mm = 8 mm3

Maka banyakanya biji mustard dalam satu mil kubik adalah,

4,096 x 1018 mm3 dibagi 8 mm3 = 5.12 x 1017 butir.

Bila diambil satu butir setiap sertus tahun maka lamanya maha kappa

adalah

+ 5.12 x 1017 x 100 tahun = 5.12 x 1019

Dan satu asankheyya adalah,

5.12 x 1019 tahun dibagi empat yaitu 1.28 x 1019 tahun

Atau 12.800.000.000.000.000.000 tahun

(dua belas juta delapan ratus ribu triliun tahun).

Walaupun kedua metode diatas memiliki jumlah waktu yang sangat

berbeda, tetapi persamaan kedua metode diatas yaitu, sama-sama lama sekali.

Umur alam semesta lebih dari dari satu asankheyya kappa, mengapa berbeda

demikian banyak beda dengan pendapat ahli fisika?20

20

Fabian H. Chandra, Kosmologi StudiStruktur Dan Asal Mula Alam Semesta, h.5.

Page 56: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

44

Bermacam metode para ahli dalam memperhitungkan usia masih terus

disempurnakan, sebagai contoh Metode perhitungan para ahli menggunakan

teknik paruh waktu karbon isotop C14 untuk memperhitungan umur fosil, metode

ini memiliki kelemahan yaitu diantaranya, metode ini hanya mengharapkan

penemuan fosil-fosil yang ada, padahal mungkin saja fosil-fosil yang lebih tua

telah lenyap atau belum ditemukan sehingga para ilmuan menganggap sejarah

makhluk hidup hanya berdasarkan penemuan fosil yang ada dan umurnya hanya

berdasarkan usia fosil tertua yang ditemukan, faktor presisi, peralatan, dan

tekhnologi yang digunakan merupakan variabel tambahan yang harus

diperhitungkan, tekhnik radio isotop karbon C14 hanya akurat dalam mengukur

usia fosil yang tidak lebih dari 65.000 tahun.21

Untuk mengukur usia bumi digunakan teknik radio isotop unsur

Uraniaum, dan uranimu tertua yang ditemukan berusia 4,5 miliar tahun. Kendala

demikian juga ada dalam memperhitungkan umur alam semesta yang didasarkan

pada pengukuran spektrum gelombang cahaya (berdasarkan spektrum redshift

atau geser merah) dari atau gelombang elektro magnetik yang sampai ke bumi, hal

ini membuktikan bahwa perhitungan para ahli hanya berdasarkan apa yang ada,

dan yang diterima oleh bumi. Padahal beberapa banyak gelombang cahaya dan

gelombang elektro magnetik yang tidak sampai ke bum, atau gelombang tersebut

telah sampai ke bumi lama sebelumnya, pada saat teknologi belum berkembang

seperti sekarang ini.22

Sejak zaman Copernicus (yang terkenal dengan bukunya de

revolutionibus) pandangan revolusioner bahwa bumi mengelilingi matahari timbul

21

Fabian H. Chandra, Kosmologi Studi Struktur Dan Asal Mula Alam Semesta, h.6 22 Fabian H. Chandra, Kosmologi Studi Struktur Dan Asal Mula Alam Semesta, h.6

Page 57: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

45

seiring dengan penemuan teleskop (pandangan ini mengalahkan pandangan Eropa

sebelumnya yang berdasarkan pandangan filsuf Yunani Aristoteles yang

mendominasi dunia selama dua mellenia yang beranggapan bahwa matahari

mengelilingi bumi). Pandangan ini belakangan berkembang menjadi lebih jauh,

pada awal abad ini para ahli menganggap galaksi andromedia adalah kabut saja

bukan galaksi yang terdiri dari miliaran tatasurya. Pandangan ini berubah setelah

dibuat teleskop yang lebih besar seperti yang ada di Mt. Palmoar misalnya,

kesimpulannya, keterbatasan teknologi menciptakan kendala.23

Pandangan dan teori mengenai alam semesta berubah seiring derap

kemajuan teknologi, setelah penemuan radio teleskop, terlebih setelah di

munculkannya teleskop hubble (teleskop yang ditempatkan di angaksa luar

sehingga tidak terhalang olegh atmosfir bumi) para ahli menganggap bahwa benda

luar angkasa terjauh adalah Quasar (Quasi Stellar Radio).24

Metode yang digunakan oleh Sang Buddha dan para Bhikkhunyya sangat

berbeda, yaitu dengan abhinna (kemampuan adi kodrati). “Dengan pikiran yang

telah terpusat, bersih, jernih, bebas dari napsu, bebas dari noda, lunak, siap untuk

dipergunakan, teguh dan tak dapat digoncangkan, ia meningkatkan dan

mengarahkan pikirannya pada pengetahuan mengenai pubbenivasanusati nana”.

(D.I,81). Pubbenivasanusatinana yaitu kemampuan untuk mengingat kelahiran

yang lampau), dengan jalan inilah siklus pembentukan dan kehancuran bumi yang

terjadi berulang-ulang bisa diketahui.25

Terlepas dari pendapat mengenai metode mana yang lebih tepat, yang jelas

pendapat para ahli akan bergeser ke arah umur alam semesta yang lebih tua

23 Fabian H. Chandra, Kosmologi Studi Struktur Dan Asal Mula Alam Semesta, h. 7. 24

Fabian H. Chandra, Kosmologi Studi Struktur Dan Asal Mula Alam Semesta, h. 7. 25 Fabian H. Chandra, Kosmologi Studi Struktur Dan Asal Mula Alam Semesta, h. 7.

Page 58: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

46

bukan ke arah umur alam semesta yang lebih muda seperti dalam teori genesis.

Belakangan timbul pendapat yang mengatakan bahwa umur bumi bukan 4,5 miliar

tahun seperti pendapat sebelumnya tetapi umur bumi adalah 5 miliar tahun.26

D. Hukum Paticca Samupada

Dalam Kitab Suci Tipitaka banyak dituliskan saat-saat ketika Bodhisattva

Siddharta Gotama berhasil memahami Hukum Sebab Musabab yang Saling

Bergantungan (Paticcasamuppada),27

sehingga akhirnya Beliau berhasil mencapai

Penerangan Sempurna (Samma-sambuddha). Akan tetapi hal yang terpenting

adalah proses pemahaman hukum itu sendiri yang terjadi sesaat sebelum

pencapaian Penerangan Sempurna. Para Buddha telah mencapai Penerangan

Sempurna mereka melalui proses ini.28

Sang Buddha Gotama menerangkan hukum ini dalam suatu rangkaian

yang terjadi atas dua belas mata rantai, yaitu kondisi-kondisi dan sebab musabab

yang saling bergantungan dari penderitaan manusia serta pengakhirannya.

Rumusan keseluruhan hukum ini telah diringkaskan sebagai berikut:

26

Fabian H. Chandra, Kosmologi Studi Struktur Dan Asal Mula Alam Semesta, h. 8. 27

Konsep sebab dan akibat (patticasamuppada) agama Buddha telah menjadikan versi

penciptaan alam semesta agama Buddha adalah versi yang unik. Bagi agama Buddha, tiada

permulaan kepada penciptaan alam semesta, tiada doktrin yang disebut sebagai Sebab Utama atau

Tuhan yang bertindak memberikan kekuasaan-Nya untuk menghasilkan penciptaan alam semesta.

Setiap objek dan fenomena yang berlaku adalah hasil daripada kesan hubungan objek dan

fenomena lain (simbiosis antara objek). Sebagai contoh, sebatang pohon tumbuh karena adanya

tanah, air dan udara yang mana kesemua ini adalah rantaian luar yang membantu proses

pertumbuhan pohon tersebut. Proses perangkaian yang berlaku dalam penciptaan alam semesta ini

akan senantiasa wujud dan kekal. Sebab dan akibat (patticasamuppada) adalah sebuah magnum

opus kepada agama Buddha. Justeru, konsep ini adalah asas yang menjadi pegangan kepada agama

Buddha dalam menjelaskan asas teori kejadian alam semesta. Di samping itu, konsep sebab dan

akibat (patticasamuppada) turut dibincangan dalam ruang lingkum dharma dan ia sesuai dengan

imej agama Buddha yang gemar untuk mengaitkan semua doktrik kepercayaannya dengan

dharma. Secara asas formula sebab dan akibat (patticasamuppada) adalah: Apabila ini wujud ,

wujud juga yang lain karena ia berasal daripada yang pertama dan menumbuhkan yang lain.

Apabila ini tidak wujud, tiada juga wujud yang lain karena berhentinya ia, berhenti juga yang lain

(Ames, 2003: 287). Lihat Norakmal Azraf Bin Awaludin, Indriaty Binti Ismail, Asas Penciptaan

Alam Semesta Agama Hindu dan Agama Buddha: Kajian Perbandingan, (tp, tt), h. 1373. 28

Mettacittena, Kebebasan Mutlak Dalam Buddha Dhamma, (Jakarta: Madyantika,

1985), h. 1

Page 59: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

47

„Imasmim sati idam hot; imasuppada idam upajjati.

Imasmim asati idam nan hoti; imassa nirodha imam nirujjhati.‟

„Dengan adanya ini, adalah itu; dengan timbulnya ini, timbulah itu.

Dengan tidak adanya ini, tidak adalah itu; dengan lenyapnya ini,

lenyaplah itu.‟29

Dengan memahami seluruh fenomena kehidupan ini, agama Buddha

memandangnya sebagai suatu lingkaran dari kehidupan, yang tak diketahui

permulaan dan akhrinya. Dengan demikian masalah „sebab pertama‟ (causa

prima) bukan menjadi masalah dalam filsafat agama Buddha.

Tidak dapat dipikirkan akhir roda tumimbal –lahir; tidak dapat dipikirkan

asal mula makhluk-makhluk yang karena diliputi oleh ketidaktahuan dan

terbelenggu oleh keinginan rendah (tanha) mengembara kesana kemari.

(Samyuta Nikaya, II. 178-193).30

Sehubungan dengan masalah asal mula sebab pertama (causa prima) ini,

Sang Buddha Gotama mengajarkan bahwa asal mula alam semesta tidak dapat

dipikirkan. Alam semesta ini bergerak menurut proses pembentukan (samvattana)

dan penghancuran (vivattana) yang berlangsung terus menerus. Di pihak lain

dalam Paticcasamuppada itu diperlihatkan pula berhentinya segala rangkaian

peristiwa fenomena kehidupan itu dapat dicapai oleh mereka yang telah memiliki

Pandangan Terang (Kebijaksanaan Sempurna). Paticcasamuppada ini adalah

untuk memperlihatkan kebenaran dari keadaan yang sebenarnya, dimana tidak ada

sesuatu itu timbul tanpa sebab. Bila kita mempelajari Hukum Paticcasamuppada

ini dengan sungguh-sungguh, kita akan terbebas dari pandangan salah dan dapat

melihat hidup dan kehidupan ini dengan sewajarnya.31

Konsep sebab dan akibat (patticasamuppada) adalah prinsip melahirkan

sesuatu yang lain. Dengan adanya sebab pertama, melahirkan akibat yang

29

Mettacittena, Kebebasan Mutlak Dalam Buddha Dhamma, h. 1 30

Mettacittena, Kebebasan Mutlak Dalam Buddha Dhamma, h. 1 31

Mettacittena, Kebebasan Mutlak Dalam Buddha Dhamma, h. 1

Page 60: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

48

pertama, tanpa sebab yang pertama tidak mungkin akibat yang pertama muncul.

Di samping, prinsip ini menggambarkan semua fenomena yang berlaku di alam

semesta saling bergantungan (karanahetu), telah ditetapkan bahwa sesuatu

fenomena tidak akan boleh bergerak ataukah lagi muncul secara keseorangan

(singularity) tanpa ada ketetapan lain yang menyokong ia muncul. Fenomena

hanya berlaku karena adanya kombinasi ketetapan yang menyokong kepada

kemunculan sesuatu fenomena tersebut. Juga sebaliknya, jika kombinasi ketetapan

ini sudah tidak lagi mampu bertahan, akan menghentikan fenomena tersebut.

Patticasamuppada adalah cara yang logik untuk memahami alam semesta karena

selaras dengan kehendak sains yang mana fenomena yang berlaku adalah hasil

hubungan yang konsisten antara semua unsur alam semesta.32

Selain pengaruh luar yang memanikan peranan dalam sebab dan akibat,

pengaruh idea atau dalaman juga memainkan pernanan dalam proses sebab dan

akibat. Ini dijelaskan oleh Takakusu (1947) sebagai dharma-dhatu yaitu merujuk

pada alam prinsip atau elemen kepada elemen (dalam filsafat Plato disebut

sebagai alam idea). Dharma-dhatu merupakan puncak kepada semua teori sebab

dan akibat karena agama Buddha tidak sama sebagaimana sains Barat yang hanya

meletakan sebab berasal sebab berasal dari tindakan fisikal saja. Agama Buddha

mempercayai sebab dan tindakan juga berasal daripada simpanan idea, tidak

hanya berasal dari tindakan sesuatu yang bersifat fisikal. Bermakna agama

Buddha meyakini bahwa unsur dalaman juga mempengaruhi konsep sebab dan

akibat. Dharma-dhatu menjadi penyebab kepada semua kewujuduan fenomena

32 Norakmal Azraf Bin Awaludin, Indriaty Binti Ismail, Asas Penciptaan Alam Semesta

Agama Hindu dan Agama Buddha: Kajian Perbandingan, (tp, tt). h. 1373

Page 61: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

49

alam semesta atau boleh juga dikatakan sebagai penyebab kepada segala pengaruh

tindakan yang dilakukan oleh makhluk dan kewujudan.33

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, menujukan konsep sebab dan

akibat (Patticasamuppada) terjelma melaui kualitas luaran dan juga kualitas

dalaman sesuatu fenomena. Kualitas luaran adalah tanah liat, kayu, roda, tali, air

dan pekerja yang mana kesemua kualitas luaran ini akan bekerjasama untuk

menghasilkan sebuah belanga. Manakala kualitas dalaman digelar sebagai idea

sebab dan akibat itu kebodohan, kehendak, tujuan kepada sebab dan akibat

tersebut dan pendorong kepada Sesutu penciptaan yang dijadikan. Kualitas

dalaman adalah faktor pendorong kepada faktor luaran untuk menjadikan sesuatu

fenomena. Ibarat kualitas dalaman ini adalah pemikiran kepada tukang pembuat

belanga yang memikirkan cara bagaimana menghasilkan belanga.34

Agama Buddha akan mengaitkannya dengan etika manusia yang menjadi

asas kepada proses sebab dan akibat berlaku. Jika pengaruh luar dikaitkan dengan

fisikal luaran alam semesta yang bekerjasama menggerakan alam semesta,

pengaruh dalaman atau dhrama-dhatu adalah pengaruh sikap etika makhluk yang

sudah menjadi buruk dan kebodohan yang menjadi asas berlakunya sebab dan

akibat. Oleh sebab itu, kepentingan konsep sebab dan akibat (patticasamuppada)

dikaitkan dengan dharma yang berkaitan dengan etika moral. Sebagaimana yang

dikatakan Sakyamuni:

33

Norakmal Azraf Bin Awaludin, Indriaty Binti Ismail, Asas Penciptaan Alam Semesta

Agama Hindu dan Agama Buddha: Kajian Perbandingan, h. 1373-1374. 34

Norakmal Azraf Bin Awaludin, Indriaty Binti Ismail, Asas Penciptaan Alam Semesta

Agama Hindu dan Agama Buddha: Kajian Perbandingan, h. 1374

Page 62: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

50

Wahai sami, sesiapa yang memahami konsep patticasamupadda akan

memahami dhamma, orang yang memahami dhamma akan dapat

memahami patticasamupadda.35

Penjelasan di atas yang saling menyamakan konsep patticasamuppada dan

dharma karena kedua-duanya adalah doktrin penting. Sebagai contoh Empat

Kebenaran Mulia adalah berkaitan dengan penderitaan, sebab penderitaan,

menghentikan penderitaan dan jalan yang membawa kepada kebebasan dari

penderitaan. Manakala penderitaan, kesengsaraan dan sebagainya adalah pengaruh

dalaman yang memainkan peranan dalam proses sebab dan akibat

(patticasamuppada). Hubungan antara dhrama, sebab dan akibat

(patticasamuppada) seperti air dan empangan. Air yang melalui empangan

mempunyai potensi untuk memghasilkan tenaga elektrik, proses pengaliran air

telah menghilangkan potensina sebagai air kepada agen penyalur aliran elektrik.

Begitu juga dengan kewujudan dhrama yang mempunyai pelbagai potensi

bergantung kepada keadaan.36

Menjelaskan sebab dan akibat (patticasamupadda), Akira (1990: 179-181)

telah membuat enam klasifikasi potensi sebab dan akibat, iaitu:

1. Karanahetu adalah penyebab yang menjadi sebab kewujudan yang lain

iaitu merujuk kepada sebab yang penting. Dengan kata lain, semua dharma

membantu dalam menghasilkan dharma yang lain.

2. Sahabhuhetu atau penyebab serentak adalah dharma yang berkhidmat

secara serentak menjadi sebab dan akibat, bergantungan dan bergabung

antara satu dengan yang lain. Seperti tanah, air, api dan angin secara

35

Norakmal Azraf Bin Awaludin, Indriaty Binti Ismail, Asas Penciptaan Alam Semesta

Agama Hindu dan Agama Buddha: Kajian Perbandingan, h. 1374 36

Norakmal Azraf Bin Awaludin, Indriaty Binti Ismail, Asas Penciptaan Alam Semesta

Agama Hindu dan Agama Buddha: Kajian Perbandingan, h. 1374

Page 63: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

51

serentaknya muncul dalam molekul dan menghasilkan tenaga atau

fenomena.

3. Sabhagahetu atau penyebab yang sama. Biji benih padi hanya akan

menghasilkan tunas padi dan tidak mungkin menghasilkan tunas durian.

4. Samprayuktakahetu atau penyebab yang seiring (concomitant cuase)

adalah deskriptif hubungan yang seiring antara minda (citta) dan fakulti

mental (caitasika) atau otak. Katogeri ini dilihat sebagai fasiliti dan

pengguna fasiliti mesti sama untuk menghasilkan natijah yang harmoni.

Kereta tugasnya adalah membawa pemandu, tetapi pemandu mahu

menggunakan kereta untuk mengadun kek. Maka wujud kesan yang

bercelaru dan tidak-seimbang.

5. Sarvatragahetu iaitu alam semesta tidak semestinya bersifat harmoni

dan seimbang, kuasa kekacauan juga boleh menjana sebab dan akibat,

tetapi dalam bentuk keburukan. Sebagai contoh fenomena bencana alam

semesta, agama Buddha melihat sebab kejadian bencana adalah kerana

adanya kekotoran moral manusia yang menghasilkan akibat buruk iaitu

kemusnahan (samsara).

6. Vipakahetu atau penyebab penghasilan yang merujuk kepada sebab dan

akibat adalah dua jenis yang berlainan. Sebagai contoh penyebab yang

baik menghasilkan kesan yang baik. Penyebab yang buruk mendatangkan

kesengsaraan. Sebab yang baik atau sebab yang buruk akan menghasilkan

hukuman atau penghasilan (vipakaphala) bergantung kepada baik atau

buruknya sebab. Dalam konteks ini, keseronokan atau penderitaan adalah

penghasilan yang timbul apabila perbuatan dilakukan (vipakahetu).

Page 64: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

52

Penderitaan atau samsara tidak sahaja merujuk kepada moral manusia

tetapi juga adalah sistem kitaran atau agen penciptaan yang sentiasa berputar

dalam alam semesta. Demikian itu, alam semesta bersifat dinamik dan proses

penciptaan alam semesta tiada pengakhiran, berubah, kuasa yang bersifat

bergantungan antara satu sama lain, faktor yang tidak abadi, statik, tidak luput,

pembentukan sendiri atau kehendak sendiri. Sistem yang merencana kelangsungan

alam semesta adalah samsara yang mana sifatnya kekal abadi. Penekanan agama

Buddha kepada pemahaman konsep samsara adalah sangat penting, yang mana

kegagalan memahaminya akan terjatuh kepada kesengsaraan dan keseronokan

duniawi dan tidak akan dapat melarikan diri dari kitaran karma. Bagi agama

Buddha punca kesengsaraan adalah kebodohan yang melanda manusia itu sendiri.

Kejahilan ini di warisi dari kehidupan sebelum ini.37

37

Terikatnya seluruh entiti alam semesta dengan samsara dan karma, menjadikan konsep

sebab dan akibat (patticasamupadda) mempunyai signifikan sebagai asas penciptaan alam semesta

dan asas doktrin kelahiran semula yang membelengu kewujudan makhluk tanpa jalan keluar

kerana ikatan ini tidak boleh terurai melainkan dengan pencapaian tahap kerohanian yang tinggi

(nirvana). Kesinambungan kelahiran semula yang tiada pengakhiran disebabkan samsara yang

sentiasa wujud dan tidak berakhir sehingga memberi kesan pada kitaran yang wujud dalam proses

proses sebab dan akibat (patticasamupadda). Agama Buddha memiliki teori asas penciptaan yang

unik kerana peranan penciptaan difahami dalam konteks sebab dan akibat (patticasamupadda).

Setelah ditelusuri dengan detil, kepercayaan kepada peranan sebab dan akibat ini berasaskan

kepada kepercayaan samsara yang menjadi tunjang dan agen kepada proses penciptaan alam

semesta yang mana mempengaruhi konsep sebab dan akibat (patticasamupadda).Lihat Norakmal

Azraf Bin Awaludin, Indriaty Binti Ismail, Asas Penciptaan Alam Semesta Agama Hindu dan

Agama Buddha: Kajian Perbandingan, (tp, tt), h.1375

Page 65: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

53

BAB III

KOSMOLOGI DALAM SAINS MODERN

A. Asal Mula Alam Semesta

Sejak zaman dahulu telah banyak orang yang ingin menerangkan proses

terjadinya alam semesta. Tentu sebuah penyelidikan terkait hal itu sudah pernah di

kerjakan oleh orang-orang Yunani kuno dan penyelidikan itu berkembang terus

hingga kini dengan menggunakan peralatan dan pengetahuan yang tinggi.

1. Pandangan Yunani Kuno

Tiap-tiap bangsa, betapa juga biadabnya, mempunyai dongeng dan

takhayul. Ada yang terjadi daripada kisah perintang hari, keluar dari mulut orang

yang suka bercerita. Ada yang terjadi daripada muslihat mempertakuti anak-anak,

supaya ia jangan nakal. Ada pula yang timbul karena keajaiban alam, yang

menjadi pangkal heran dan takut. Dari itu orang menyangka alam ini penuh

dengan dewa-dewa serta biduanda dan bidadarinya yang bermacam-macam

namanya. Demikianlah lama kelamaan timbul berbagai fantasi, cetakan pikiran,

yang menjadi barang peradaban manusia bermula.1

Fantasi itu tidak ada batasnya, sebab ia tidak bersangkut dengan yang

lahir. Keadaanya tidak dapat dibenarkan. Oleh karena itu, fantasi itu menjadi

pangkal juga daripada perasaan yang indah-indah, pangkal daripada seni, pangkal

daripada “pengetahuan” yang ajaib-ajaib. Fantasi membawa orang yang

meminangnya ke awang-awang. Keluar daripada bumi dan alam tempat ia berdiri.

1 Mohammad Hata, Alam Pikiran Yunani (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986),

h. 1

Page 66: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

54

Dengan fantasi itu ia dapat menyatukan ruhnya dengan alam sekitarnya. Ia merasa

dirinya bagian daripada alam. Fantasi yang sampai sana disebut ekstase.2

Orang yang mengadakan fantasi tidak ingin mencari kebenaran buah

fantasinya, karena kesenangan ruhnya adalah terletak dalam fantasi itu. Tetapi

orang kemudian yang mempusakai fantasi itu ada yang ingin hendak mengetahui

kebenarannya lebih jauh. Diantaranya ada yang tidak lekas percaya, ada yang

bersifat kritis, suka membanding dan menguji. Demikianlah, dari fantasi itu

timbul lama-kelamaan keinginan akan kebenaran.3

Dongeng dan takhayul yang dipusakakan dari nenek moyang itu

menimbulkan adat dan kebiasaan hidup, yang menjadi cermin jiwa bangsa yang

memakainya. Pengetahuan pusaka itu bertambah lama bertambah banyak,

ditambah dengan pengalaman tiap-tiap angkatan baru. Semuanya itu masuk ke

dalam pembendaharaan peradaban bangsa, yang disebut kultur. Semuanya itu

menjadi pimpinan bagi angkatan kemudian menempuh jalan penghidupan. Sebab

itu “kata” atau “nasehat” orang tua-tua sangat diindahkan.4

Dongeng dan takhayul serta adat-istiadat itu berpengaruh kemudian atas

cara orang memeluk agamanya. Agama yang datang kemudian mendapati alam ini

penuh dengan berbagai kepercayaan. Kepercayaan alam itu tak mudah

membongkarnya dengan seketika saja. Ia bertahan. Itulah sebabnya, maka agama

yang begitu murni dasarnya dalam masyarakat banyak bercampur dengan barang

pusaka hidup yang tersebut itu. Sebab itu tak salah orang mengatakan, bahwa cara

orang memahamkan agamanya banyak terpegaruh oleh keadaan hidupnya.5

2 Mohammad Hata, Alam Pikiran Yunani, h. 1 3 Mohammad Hata, Alam Pikiran Yunani, h. 1 4 Mohammad Hata, Alam Pikiran Yunani, h. 1-2

5 Mohammad Hata, Alam Pikiran Yunani, h. 2

Page 67: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

55

Juga orang Grik dahulunya mempunyai dongeng dan takahyul. Tetapi

yang ajaib pada mereka itu ialah, bahwa angan-angan yang indah-indah itu

menjadi dasar untuk mencari pengetahuan semata-mata untuk tahu saja, dengan

tiada mengharapkan keuntungan daripada itu. Ingin tahu menjadi ujud sendirinya

bagi mereka.6

Berhadapan senantiasa dengan alam yang begitu luas, yang sangat bagus

dan ajaib tampaknya pada malam hari, timbul di hatinya keinginan hendak

mengetahui rahasia alam itu. Lalu timbul pertanyaan dalam hatinya, darimana

datangnya alam ini, betapa jadinya, bagaimana kemajuannya dan ke mana

sampainya. Demikianlah beratus tahun alam besar itu menjadi soal pertanyaan,

yang memikat ahli-ahli pikir Grik.7

Tetapi kemudian di sebelah soal alam besar itu, yang berada di luar

dirinya, terdapat olehnya soal alam kecil, yang berada di dalam dirinya. Alam ini

tiada terlihat dengan mata, melainkan dapat dirasai adanya. Lalu timbul

pertanyaan dalam hatinya: apa ujud lahirku? Apa kewajiban hidupku?, betapa

seharusnya sikapku, dan di mana kudapat bahagia? Begitulah jadinya soal alam

dalam pikiran: Di sebelah soal kosmologi (kosmos = alam besar) timbul keinsafan

dalam hati tentang kewajiban hidup soal etik.8

Pada waktu dahulu, orang Yunani mengira bahwa bumi dan langit sangat

dekat, dan bumi adalah sangat kecil bila dibandingkan dengan langit. Mereka

6 Mohammad Hata, Alam Pikiran Yunani, h. 2 7 Mohammad Hata, Alam Pikiran Yunani, h. 2

8 Mohammad Hata, Alam Pikiran Yunani, h. 2-3

Page 68: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

56

beranggapan bahwa bumi itu diatur oleh para Dewa, diantaranya, Dewa Zeus9

sebagai Dewa Guntur, dan Dewa Helios10

sebagai Dewa Matahari.

Anggapan itu makin lama, makin tidak lagi diikuti oleh masyarakat,

karena pengamatan yang lebih teliti oleh orang-orang di jamannya. Pyhtagoras

yang hidup 2500 tahun yang lalu menyatakan bahwa bumi seperti bola yang tanpa

ujung dan pangkal. Sedangkan Aritoteles berpendapat bahwa di atas bumi terdapat

delapan langit yang terdiri dari Kristal kaca tembus cahaya. Langit bulan yang

beredar pada bumi dianggap terikat pada bumi merupakan langit yang terdekat.

Kemudian diatasnya terdapat langit mercurius dan venus, diatasnya lagi terdapat

langit matahari, langit mars, langit yupiter, dan langit satrunus. Sedangkan

bintang-bintang terdapat pada langit kedelapan.11

9 Adalah raja para dewa dalam mitologi Yunani. Dalam Theogonia karya Hesiodos, Zeus

disebut sebagai “Ayah para Dewa dan manusia”. Zeus tinggal tinggal di Gunung Olimpus. Zeus

adalah dewa langit dan petir. Simbolnya adalah petir, elang, banteng, dan pohon ek. Zeus sering

digambarkan oleh seniman Yunani dalam posisi berdiri dengan tangan memegang petir atau duduk

di tahtanya. Zeus juga dikenal di Romawi Kuno dan India Kuno. Dalam bahasa latin disebut

lopiter sedangkan dalam bahasa Sansekerta disebut Dyus-pita. Zeus adalah anak dari Kronos dan

Rea, dan merupakan yang termuda diantara saudara-saudaranya. Zeus menikah dengan adik

perempuannya, Hera yang menjadi dewi pernikahan. Zeus tereknal karena hubungannya dengan

banyak wanita dan memiliki banyak anak. Anak-anaknya antara lain Athena, Apollo, Artemis,

Hermes, Ares, Hebe, Hefaistos, Persefon, Dionisos, Perseus, Herakles, Helene, Minos, dan

Mousai. Zeus membagi dunia menjadi tiga dan membagi dunia-dunia tersebut dengan kedua

saudaranya, Poseidon yang menjadi dewa penguasa lautan, dan Hades yang menjadi dewa

penguasa dunia bawah (alam kematian). Pendapat lain mengatakan bahwa pembagian tersebut

dilakukan berdasarkan undian yang dilakukan tiga dewa tersebut. Zeus dikaitkan dengan dewa

Jupiter dari mitologi Romawi, dewa Amun dari mitologi Mesir, dewa Tinia dari Mitologi Etruska,

dan dewa Indra dari mitologi Hindu. Zeus, bersama Dionisos, dihubungkan dengan dewa Sabazius

dari Frigia, yang dikenal sebagai Sabazius di Romawi. Artikel di akses pada tanggal 25 Agustus

2016 dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/Zeus/ 10 Adalah dewa Matahari dalam mitologi Yunani. Ia personifikasi dari Matahari. Helios

adalah putra dari Titann Hiperon dan Theia dan kakak dari Eos (fajar), dan Selene (bulan). Helios

digambarkan sebagai seorang dewa dengan mahkota cahaya Matahari yang bersinar. Setiap pagi ia

terbang melintasi langit dengan keretanya yang dijalankan oleh empat ekor kuda, dan kembali ke

Kerajaan Emas, istananya yang dibangun oleh Hefaistos/Hephaestus, setelah seharian melintasi

langit. Terkadang dia didefinisikan dengan Apollo. Persamaan dari Helios di mitologi Romawi

adalah Sol, nama latin Matahari. Artikel di akses pada tanggal 25 Agustus 2016 dari

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Helios

11

Soendjojo Dirjosoemarto, Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (Jakarta: Pusat

Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta 2001), h. 12

Page 69: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

57

Ptolomeus seorang ahli filsafat Yunani lain yang hidup 100 tahun segtelah

Aritoteles menyusun teori baru mengenai kosmos dan ia mengajarkan kepada para

pengikutnya bahwa benda-benda langit itu semua beredar mengelilingi bumi pada

ruang yang kosong.12

2. Pandangan Lebih Maju Dari Yunani

Copernicus lahir Torum-Polandia (1473-1543) setelah bertahun-tahun

menyelidiki bintang dan planet-planet, ia menarik kesimpulan bahwa hanya bulan

saja yang benar mengelilingi bumi, sedangkan planet lain tidak, tetapi semuanya

beredar mengelilingi matahari.

Galileo Galilei yang pada jamannya telah ditemukan teleskop sebagai alat

yang sangat penting bagi pengamatan benda-benda langit. Pada tanggal 7 Januari

1610 dengan menggunakan teleskop menemukan bahawa Jupiter bukan hanya

sebuah titik cahaya kecil, melainkan berupa sebuah bola besar dengan 4 buah

pinggirannya. Ia menemukan jalur hitam di permukaan bulan di duga laut atau

samudra. Dia juga membenarkan teori Copernicus, maka dia di hukum (dipenjara)

oleh pengadilan gereja sampai meninggal.13

3. Pandangan Modern Terhadap Asal Usul Alam Semesta

Tentu saja para sarjana mempunyai kelebihan cara berfikir dari para filsuf

Yunani, para sarjana lebih mementingkan riset, percobaan, perhitungan,

perbandingan dan penelitian yang cermat dibantu dengan alat-alat yang modern,

sedangkan para filsuf mengutamakan pikiran saja sebagai sentral mengetahui

12 Siti Anisah, Konsep Kosmologi Dalam Agama Islam dan Buddha Serta Implikasinya

Dalam Kehidupanj Pemeluknya, h. 18 13

Soendjojo Dirjosoemarto, Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa, h. 13

Page 70: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

58

segala sesuatu. Oleh karena itu para sarjana lebih ilmiah dari filsafat, tetap

pendapatnya tidak mutlak benar.14

Ada dua golongan besar materi yang memperkirakan terjadinya tata surya.

a. Tata surya berasal dari matahari yang sebagian materinya terlepas dan menjadi

planet-planet serta satelit. Teori yang mendukung teori ini adalah:

1. Teori Pasang Surut, yang dikemukakan oleh Jeans. Teori ini menyatakan

bahwa ada bintang besar yang mendekati matahari, sehingga timbul efek

pasang pada kabut matahari, akibat daya tarik bintang tadi, sebagian masa

matahari tertarik dan lepas dari matahari yang selanjutnya mendingin dan

terbentuk planet-planet dan satelit-satelit tata surya.

2. Teori Bintang Kembar, yang menyatakan bahwa matahari merupakan

bintang kembar, kemudian satu bintang meledak dan pecahnya mendingin

membentuk planet dan satelit, karena semua terpengaruh oleh gravitasi

matahari, maka planet itu beredar mengelilingi matahari.15

b. Tata surya berasal dari kabut asap atau nebula, oleh Imanuel Kant dan Pierre

Simon De Laplace. Menyatakan bahwa di angkasa berisi berbagai macam gas.

Gas-gas yang masanya besar menarik gas-gas yang ada di sekelilingnya,

bagian kecil itu menyatukan dirinya sehingga membentuk kabut yang besar

yang selanjutnya menjadi matahari. Akibat tumbukan antara bola-bola gas tadi

menyebabkan kabut itu menjadi panas dan berputar. Kabut itu selanjutnya

mendingin dan mengakibatkan perputarannya menjadi lebih cepat. Kabut itu

juga mengalami pemampatan dan penyusutan yang menambah cepatnya

14

Musthafa K.S, Alam Semesta dan Kehancuranya menurut Al-Qur‟an dan Ilmu Pengetahuan

(Bandung: PT al-Maarif, Bandung 1980, h 25 15

Soendjojo Dirjosoemarto, Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa, h. 14

Page 71: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

59

perputaran kabut itu, di tempat perputaran yang paling cepat, yaitu di bagian

khatulistiwa bola kabut itu terlontarkan bola-bola gas yang kemudian

mendingin dan mebentuk planet.

Menurut teori ini, karena perputarannya maka nebula yang berputar itu

menjadi pipih seperti piringan yang di kenal sebagai kabut pilin. Inti kabut

pilin itu merupakan bagian yang paling panas yaitu matahari, dan bagian di

luar mendingin sehingga berkondensasi menjadi planet-planet.

Teori ini kemudian diperbaiki oleh Hoyle dan Hannes Alfven (1950)

yang menjelaskan perlambatan perputaran matahari, yaitu karena medan

magnetik yang menghubungkan matahari dengan piringan gas yang berputar

bersamanya memindahkan momen sudut putar dari matahari ke planet-planet,

sehingga kecepatan perputaran planet bertambah, sedang kecepatan matahari

berkurang.

Mengenai terjadinya alam semesta, George Ganow berpendapat pada

saat-saat permulaan dari timbulnya alam semesta ini adalah bahwa semua

masa (benda-benda) yang akan membentuk alam semesta seperti galaksi-

galaksi, semua nebula, gas-gas, matahari, bintang-bintang, seluruh planet dan

satelit serta zat-zat kosmos lainya, berkumpul menjadi satu di bawah tekanan

yang maha tinggi dan sangat kuat, sehingga menyebabkannya pecah dan

runtuh berantakan (collase). Hal ini yang disebut meledak berkeping-keping.

Kepingan-kepingan itu akhirnya menjadi bintang-bintang, matahari, planet-

Page 72: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

60

planet, satelit-satelit, galaksi, nebula dan benda-benda semesta lainya

bertaburan memenuhi ruang kosong.16

Dengan anggapan dasar bahwa hanya satu macam hukum alam yang

berlaku untuk seluruh alam semesta, maka tata surya sebagai satu bagian alam

semesta dalam skala kecil dianggap mewakili alam semesta yang maha besar,

untuk mengajukan hipotesis-hipotesis yang sejalan dengan terjadinya alam

semesta. Dari kosmologi yang telah maju dikemukakan teori tentang

terjadinya alam semesta, dimana teori-teori itu dapat dikelompokan menjadi

tiga teori utama. Sejak tahun 1940-an alam semesta telah diterangkan dengan

3 teori. Ketiganya telah sepakat mengenai satu azas yang sama, bahwa alam

semesta memuai ketiga teori itu adalah:

1. Teori Big Bang

Gagasan big bang didasarkan pada alam semesta, yang berasal dari

keadaan panas dan padat yang mengalami ledakan dahsyat dan

mengembang. Semua galaksi di alam semesta akan memuai dan menjauhi

pusat ledakan. Pada teori big bang, alam semesta berasal dari ledakan

sebuah konsentrasi materi tunggal beberapa tahun lalu yang secara terus

menerus berekspansi sehingga pada keadaan yang lebih dingin. Beberapa

helium yang ditemui dalam bintang-bintang sekarang kemungkinan

berasal dari reaksi nuklir dalam bola api kosmik yang padat.17

16 Kurdi Ismail Haji ZA, Kiamat Menurut Ilmu Pengetahuan Dan Al-Quur‟an (Jakarta:

Pustaka Amani, Jakarta, 1996), h 19

17 Bayong Tjasyono Hk., DEA, Ilmu Kebumian dan Antariksa, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya,

Bandung, 2006), h. 49

Page 73: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

61

2. Teori Keadaan Tetap (steady state theory)

Meskipun model big bang (dentuman besar) merupakan hipotesis

yang paling mungkin dalam mendiskusikan asal-usul alam semesta, tetapi

teori lain juga telah diusulkan, misalnya teori keadaan tetap, yang diusulkan

pada tahun 1948 oleh H Bondi T Gol, dan F Hoyle dari Univeristas

Cambridge, menurut teori ini, alam semesta tidak ada awalnya dan tidak akan

berakhir. Alam semesta ini akan terlihat seperti sekarang. Materi secara terus

menerus datang berbentuk atom-atom hydrogen dalam angkasa yang

berbentuk galaksi baru dan mengganti galaksi lama yang menjauhi kita dalam

ekspansinya.18

Berdasarkan asumsi tersebut Bondi dan Gold menganggap sesuatu di

alam semesta ini kelihatannya tetap sama meskipun galaksi-galaksi saling

menjauh satu dengan yang lain. Hal itu diduga karena materi di alam semesta

dapat terbentuk terus menerus dalam ruang kosong dengan kecepatan yang

cukup untuk mengganti materi yang berpindah. Pendapat ini ditunjang oleh

kenyataan bahwa tiap-tiap galaksi terbentuk (lahir), tumbuh, menjadi tua dan

akhirnya mati pada saat bintang-bintang yang mendukung galaksi itu

berevolusi mencapai keadaan bajang putih atau disebut juga katai putih.

Dengan terbentuknya materi-materi baru, maka menurut teori ini, alam

semesta tak terhingga besarnya dan tak terhingga tuanya atau dengan kata lain

tanpa awal dan tanpa akhir.19

18 Bayong Tjasyono Hk., DEA, Ilmu Kebumian dan Antariksa, h. 50-51 19

Siti Anisah, Konsep Kosmologi dalam Agama Islam dan Buddha Serta Implikasinya

Dalam Kehidupan Pemeluknya, h. 22-23

Page 74: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

62

3. Teori Osilasi (Oscillating Theory)

Teori osilasi menduga bahwa alam semesta tidak ada awal dan tidak

ada akhirnya. Dalam model osilasi dikemukakan bahwa sekarang alam

semesta tidak constatant, melainkan berekspansi yang dimulai dengan

dentuman besar (big bang), kemudian beberapa waktu yang datang gravitasi

mengatasi efek ekspansi ini sehingga alam semesta akan mulai mengempis

(callapse) akhirnya mencapai titik koalis (gabungan) asal, dimana

temperature dan tekanan yang tinggi akan memecahkan semua materi ke

dalam partikel-partikel elementer (dasar) sehingga terjadi dentuman baru dan

ekspansi mulai lagi.20

Untuk dapat menerima model-model kosmologi yang telah

dikemukakan oleh para ahli, para astronomi terus melakukan pengujian

terhadap model-model tadi, atau berusaha memberikan penjelasan yang lebih

mudah diterima oleh akal pikiran manusia. Hal itu disebabkan oleh

pembuktian model-model kosmologi tidak dapat dinantikan sampai terjadi

perubahan pada masa mendatang yang relativ lama.21

B. Proses Penciptaan Alam Semesta

Seabad yang lalu, penciptaan alam semesta adalah sebuah konsep yang

diabaikan oleh para ahli astronomi. Alasannya adalah penerimaan umum atas

gagasan bahwa alam semesta telah ada sejak waktu tak terbatas. Dalam mengkaji

alam semesta, ilmuan beranggapan bahwa jagat raya hanyalah akumulasi materi

20 Siti Anisah, Konsep Kosmologi dalam Agama Islam dan Buddha Serta Implikasinya

Dalam Kehidupan Pemeluknya, h. 23 21

Siti Anisah, Konsep Kosmologi dalam Agama Islam dan Buddha Serta Implikasinya

Dalam Kehidupan Pemeluknya, h. 23

Page 75: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

63

dan tidak mempunyai awal. Tidak ada momen “penciptaan”, yakni momen ketika

alam semesta dan segala isinya muncul.22

Gagasan “keberadaan abadi” ini sesuai dengan pandangan orang Eropa

yang berasal dari filsafat materialisme. Filsafat ini, yang awalnya dikembangkan

di Yunani kuno, menyatakan bahwa materi adalah satu-satunya yang ada di jagat

raya dan jagad raya ada sejak waktu tak terbatas dan akan ada selamanya.

Filasafat ini bertahan dalam bentuk-bentuk berbeda selama zaman Romawi,

namun pada akhir kekaisaran Romawai dan Abad Pertengahan, materialisme

mulai mengalami kemunduran karena pengaruh filsafat gereja Katolik dan

Kristen. Setelah Renaisans, materialisme kembali mendapatkan penerimaan luas

diantara pelajar dan ilmuwan Eropa, sebagian besar karena kesetiaan mereka

terhadap Filsafat Yunani kuno. Imanuel Kant-lah yang pada masa pencerahan

Eropa, menyatakan dan mendukung kembali materialisme. Kant menyatakan

bahwa alam semesta ada selamanya dan bahwa setiap probabilitas, betapapun

mustahil, harus dianggap mungkin. Pengikut Kant terus mempertahankan

gagasannya tentang alam semesta tanpa batas beserta materialisme. Pada awal

abad ke-19, gagasan bahwa alam semesta tidak mempunyai awal bahwa tidak

pernah ada momen ketika jagad raya diciptakan secara luas diterima. Pandangan

ini dibawa ke abad-20 melalui karya-karya matrialis dialektik seperti Karl Marx

dan Friedrich Engels.23

Pandangan tentang alam semesta tanpa batas sangat sesuai dengan

athesime. Tidak sulit melihat alasannya. Untuk meyakini bahwa alam semesta

22

Andre Linde, The Self-Reproducing Inflationary Universe, Vol 271 (t,t, Scientific

American, 1994), h. 48. 23

Mohamad Gofar, Gempa Bumi Dalam Perspektif Al-Quran (Skripsi S1 Tafsir Hadist,

Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta , 2008), h. 22.

Page 76: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

64

mempunyai permulaan, bisa berarti bahwa ia diciptakan dan itu berarti, tentu saja,

memerlukan pencipta, yaitu Tuhan. Jauh lebih mudah dan aman untuk

menghindari isu ini dengan mengajukan gagasan bahwa “alam semesta ada

selamanya”, meskipun tidak ada dasar ilmiah sekecil apapun untuk membuat

klaim seperti itu. Georges Poltizer, yang mendukung dan mempertahankan

gagasan ini dalam buku-bukunya yang diterbitkan pada awal abad ke-20, adalah

pendukung setia Marxsime dan Matrealisme.24

Dengan mempercayai kebenaran model “jagad raya tanpa batas”,

Poltizer menolak gagasan penciptaan dalam bukunya Principes Fondamentaux de

Philosophie ketika dia menulis: alam semesta bukanlah objek yang diciptakan,

jika memang demikian, maka jagad raya harus diciptakan secara seketika oleh

Tuhan dan muncul dari ketiadaan. Untuk mengakui penciptaan, orang harus

mengakui, sejak awal, keberadaan momen ketika alam semesta tidak ada, dan

bahwa sesuatu muncul dari ketiadaan. Ini pandangan yang tidak bisa diterima

sains.25

Poltizer menganggap sains berada di pihaknya dalam pembelaannya

terhadap gagasan alam semesta tanpa batas. Kenyataanya, sains merupakan bukti

bahwa jagad raya sungguh-sunggu mempunyai permulaan. Dan seperti yang

dinyatakan Poltizer sendiri, jika ada penciptaan maka harus ada penciptannya.26

Lain halnya dengan penciptaan alam semesta dari ketiadaan, dalam bentuk

standarnya, teori Dentuman Besar (Big Bang) mengasumsikan bahwa semua

bagian jagad raya mulai mengembang secara serentak. Namun bagaimana semua

24 Mohamad Gofar, Gempa Bumi Dalam Perspektif Al-Quran, h. 22. 25 George Poltizer, Principes Fondamentaux de Philosophie, (t,t, Edition Sociales, Paris

1954), h. 84. 26 Mohamad Gofar, Gempa Bumi Dalam Perspektif Al-Quran, h. 23.

Page 77: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

65

bagian jagad raya yang berbeda bisa menyelaraskan awal pengembangan mereka?

Siapa yang memberikan perintah? Selain menjelaskan alam semesta, model

Dentuman Besar mempunyai impilkasi penting lain. Seperti yang ditunjukan

dalam kutipan dari Anthony Flew di atas, ilmu alam telah membuktikan

pandangan yang selama ini hanya didukung oleh sumber-sumber agama.27

C. Siklus dan Luas Alam Semesta

Seabad yang lalu, para ilmuan yakin bahwa seluruh alam semesta berada

dalam galaksi kita, Bima Sakti. Namun, selama abad ke-20, kemajuan penting di

bidang astronomi fisika, dan teknologi menyingkapkan betapa luasnya alam

semesta itu. Misalnya, berapa dekade belakangan ini, para astronom menyadari

bahwa mereka tidak tahu apa isi lebih dari 90 persen alam semesta ini. Tidak

hanya itu temuan-temuan yang mengarah ke kesimpulan itu telah membuat para

ilmuan meragukan pemahaman mereka sendiri tentang dasar-dasar ilmu fisika.

Tentu saja, keraguan seperti itu bukanlah hal baru.28

Misalnya, menjelang akhir abad ke-19, para fisikawan mengamati

keganjilan pada kecepatan cahaya. Mereka mendapati bahwa dari sudut pandang

pengamat, cahaya selalu sama kecepatannya tidak soal seberapa cepat si pengamat

itu bergerak. Tetapi, itu tampaknya tidak masuk akal. Problem ini terjawab pada

tahun 1905 melalui teori relativitas khusus Albert Einstein, yang memperlihatkan

bahwa jarak (panjang), waktu, dan massa tidak bersifat mutlak. Lalu, pada tahun

1907, setelah mendapat gagasan baru yang ia sebut “pikiran paling

membahagiakandalam hidup saya”, Einstein mulai mengembangkan teori

27

Harun Yahya, Al-Quran dan Sains: Memahami Metodologi Bimbingan Al-Quran bagi Sains,

(Bandung: Dzikra, 2007), h. 81 28

Artikel di akses pada tanggal 20 Mei 2016 dari http://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-

in/102009286

Page 78: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

66

relativitas umum, yang ia terbitkan pada tahun 1916. Dalam karya yang

revolusioner ini, Einstein menjelaskan kaitan antara gravitasi, ruang, serta waktu,

dan mempertajam penjelasan Issac Newton tentang fisika.29

Untuk mengukur luas langit atau alam semesta para ahli astronomi

menggunakan satuan cahaya. Kecepatan cahaya dalam I detik adalah 300.000 km.

jarak dari bumi ke bulan 450.000 km ditempuh cahaya dalam waktu 1, 5 detik.

Jarak dari bumi ke matahari 149 juta km di tempuh cahaya dalam waktu 8 menit.

Perhitungan kecepatan cahaya yang digunakan untuk mengukur luas langit atau

alam semesta:

PERHITUNGAN KECEPATAN CAHAYA

Kecepatan cahaya = 300.000 km/s

Jarak 1 menit cahaya = 300.000 x 60 = 18.000.000 km

Jarak 1 jam cahaya = 60 x 18.000.000 = 1.080.000.000 km

Jarak 1 hari cahaya = 24 x 1.080.000.000 = 25.920.000.000 km

Jarak 1 tahun cahaya = 360 x 25.920.000.000 = 9.331.200.000.000

Kecepatan cahaya 1 tahun adalah adalah 9.331,2 Triliun

Bintang Terdekat ke bumi berjarak 4,3 TH/C

Bintang terjauh 14 Miliar TH/C

Konon menurut para ahli astronomi jarak bintang terjauh yang dapat

dilihat dengan peneropong bintang Huble dewasa ini adalah 14 Miliar tahun

cahaya. Sulit bagi kita untuk mebayangkannya. Cahaya yang memiliki kecepatan

29

Artikel di akses pada tanggal 20 Mei 2016 dari http://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-

in/102009286

Page 79: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

67

300.000 km/detik jika dipancarkan dari bumi ini diperkirakan baru sampai

ketepian alam semesta setelah 14 Miliar tahun.30

Ilmu astronomi menggambarkan struktur bintang di langit sebagai berikut.

Matahari adalah bintang terdekat kepada kita. Matahari dikelilingi oleh Sembilan

buah planet yang berkeliling di sekitar matahari. Sembilan planet berikut asteroid

dan komet yang berdedar di sekitar matahari termasuk dalam keluarga matahari.

Keluarga matahari bersama dua ratus miliar bintang lainya yang setara atau

bahkan lebih besar dari matarhi berkumpul dalam suatu keluarga yang disebut

galaksi. Matahari kita ini berada dalam salah satu dari lengan galaksi bima sakti

(Milky Way). Galaksi bima sakit dengan beberapa galaksi lain diantaranya

adromeda membentuk sebuah kelompok galaksi yang disebut cluster ribuan

cluster ini akan membentuk satu kelompok yang disebut super cluster. Super

cluster yang berisi ribuan cluster ini bertebaran di dalam semesta membentuk

jagad raya yang maha luas.31

30 Artikel di akses pada tanggal 20 Mei 2016 dari

http://www.fadhliza.com/2008/12/renungan/perhitungan-kecepatan-cahaya.html 31

Artikel di akses pada tanggal 20 Mei 2016 dari

http://www.fadhliza.com/2008/12/renungan/perhitungan-kecepatan-cahaya.html

Page 80: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

68

BAB IV

KOMPARASI KOSMOLOGI BUDDHA DENGAN KOSMOLOGI SAINS

MODERN

A. Asal Mula Alam Semesta

Konsep dasar asal mula alam semesta menurut Buddha dan sains modern

memiliki beberapa kesamaan. Bahwasannya asal mula alam semesta menurut

pendapat Sang Buddha, bahwa alam semesta, yang disebut Beliau sebagai

Samsara, adalah tanpa awal, Beliau bersabda:

“Tak dapat ditentukan awal dari alam semesta. Titik terjauh dari

kehidupan, berpindah dari kelahiran, terikat oleh ketidaktahuan dan

keinginan, tidaklah dapat diketahui.”

(Samyutta Nikaya II : 178).1

Dalam pendapat lain Beliau bersabda:

“Ketika pikiran terkonsentrasiku, dengan demikian termurnikan, tidak

tercela mengatasi semua kekotoran, dapat diarahkan, mudah diarahkan,

serta aku memusatkannya pada kelahiran-kelahiran yang lampau, satu,

dua, … ratusan, ribuan, banyak kalpa dari penyusutan dunia, banyak

kalpa dari pengembangan dari penyusutan dunia”

(Bhayaberava sutta, sutta ke-4 Majjhimanikaya)

Dari sini dapat dipahami bahwa proses penyusutan dan pengerutan

tersebut berlangsung sangat lama yang mana yang di maksud kalpa adalah satuan

waktu India kuno yang berlangsung selama miliaran tahun. Menurut ajaran

Buddha seluruh alam ini adalah ciptaan yang timbul dari sebab-sebab yang

mendahuluinya serta tidak kekal. Oleh karena itu Ia disebut sankhata dharma

yang berarti ada yang tidak mutlak dan mempunyai corak timbul, lenyap dan

berubah. Alam semesta adalah suatu proses kenyataan yang selalu dalam keadaan

menjadi keadaan lain yang sangat berurutan.

1 Tanhadi, Alam Semesta Dalam Buddha Dhamma,(tp, tt), h. 11.

Page 81: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

69

Dalam memahami pengembangan dan penciutan alam semesta Belaiu

Bersabda:

“Lebih awal atau lebih lambat, ada suatu waktu, sesudah masa waktu

yang sangat panjang sekali alam semesta menciut, tetapi lebih awal atau

lebih lambat, sesudah masa yang lama sekali, alam semesta mulai

mengembang lagi”

(Digha Nikaya III : 84)2

Dalam memandang tata surya, galaksi, dan kelompok galaksi kitab suci

Agama Buddha telah menyebutkan hal tersebut ribuan tahun bahkan sebelum

dunia Barat menemukan peralatan canggih untuk mengetahuinya. Penganut agama

Buddha sejak zaman dahulu telah menggambarkan galaksi sebagai berbentuk

spiral. Istilah dalam bahasa Pali untuk galaksi adalah cakkavala yang berasal dari

kata cakka, yang berarti cakram/roda. Sang Buddha secara sangat jelas dan tepat

menggambarkan kelompok-kelompok galaksi, yang oleh para ilmuan baru

ditemukan. Beliau menyebutnya sebagai sistim dunia (loka dhatu) dan

menambahkan perbedaan dalam ukurannya: sistim dunia ribuan-lipat, sistim dunia

puluhan ribu-lipat, sistim dunia besar, dan seterusnya. Beliau menyebutkan sistim

dunia terdiri dari ribuan matahari dan palnet, walau sebenarnya oleh para ahli

astronomi menyebutnya sebagai jutaan.3

“Sejauh matahari-matahari dan bulan-bulan berputar, bersinar dan

memancarkan sinarnya ke angkasa, sejauh itu pula sistim dunia ribuan-

lipat. Didalamnya terdapat ribuan matahari, ribuan bulan.”

(Anguttara Nikaya I : 227)

Dahulu, dalam waktu yang sangat lama, manusia tidak dapat

membayangkan luas alam semesta baik dalam satuan waktu maupun ruang untuk

dapat memahami asal dan luas alam semesta. Pemikiran saat itu terbatas serta

2 Tanhadi, Alam Semesta Dalam Buddha Dhamma,(tp, tt), h. 11.

3 Tanhadi, Alam Semesta Dalam Buddha Dhamma,(tp, tt), h. 12.

Page 82: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

70

terikat kepemahaman dunia semesta. Didalama bible misalnya, dipahami bahwa

seluruh alam semesta diciptakan dalam enam hari dan penciptaan itu terjadi

barulah beberapa ribu tahun lalu.4

Demikianlah asal mula alam semesta menurut Buddha. Sedangkan asal

mula alam semesta menurut sains modern kita tahu bahwa para pakar ilmu

pengetahuan sekarang meyakini, bahwa alam semesta adalah suatu sistem yang

berdenyut, yang setelah mengembang secara maksimal, lalu menciut dengan

segala energi yang ditekan pada suatu bentukan masa; sedemikian besar sehingga

menyebabkan ledakan, yang disebut sebagi “Big Bang”, yang berakibat pelepasan

energi. Pengembangan dan penciutan alam semesta berlangsung dalam kurun

waktu miliaran tahun.5

Penemuan teleskop konvensional dan teleskop radio belakangan

kemudian, telah memungkinkan para ahli astronomi untuk mengetahui tidak saja

asal dan sifat alam dari alam semesta, tapi juga susunannya. Diketahui sekarang,

bahwa alam semesta terdiri dari sekian miliar bintang, planet, asteroid dan komet.

Semua benda langit tersebut berkelompok dalam bentuk cakram atau spiral yang

disebut galaksi. Planet bumi kita hanya satu titik kecil yang terdapat pada suatu

galaksi yang diberi nama Bimasakti (Inggris: Milky Way). Bimasakti atau Milky

Way terdiri atas kurang lebih 100 miliar bintang dengan jarak ujung ke ujung

60.000 tahun cahaya. Telah diketahui pula bahwa galaksi-galaksi di dalam

semesta ini tersusun berkelompok. Kelompok galaksi dimana Bimasakti kita

4 Tanhadi, Alam Semesta Dalam Buddha Dhamma,(tp, tt), h. 12.

5 Tanhadi, Alam Semesta Dalam Buddha Dhamma,(tp, tt), h. 11.

Page 83: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

71

berada terdiri dari dua lusin galaksi; kelompok lain, kelompok Virgo misalnya

terdiri dari ribuan galaksi.6

Mengenai terjadinya alam semesta, George Ganow berpendapat pada

saat-saat permulaan dari timbulnya alam semesta ini adalah bahwa semua

masa (benda-benda) yang akan membentuk alam semesta seperti galaksi-

galaksi, semua nebula, gas-gas, matahari, bintang-bintang, seluruh planet dan

satelit serta zat-zat kosmos lainya, berkumpul menjadi satu di bawah tekanan

yang maha tinggi dan sangat kuat, sehingga menyebabkannya pecah dan

runtuh berantakan (collase). Hal ini yang di sebut meledak berkeping-keping.

Kepingan-kepingan itu akhirnya menjadi bintang-bintang, matahari, planet-

planet, satelit-satelit, galaksi, nebula dan benda-benda semesta lainya

bertaburan memenuhi ruang kosong.7

Dengan anggapan dasar bahwa hanya satu macam hukum alam yang

berlaku untuk seluruh alam semesta, maka tata surya sebagai satu bagian alam

semesta dalam skala kecil dianggap mewakili alam semesta yang maha besar,

untuk mengajukan hipotesis-hipotesis yang sejalan dengan terjadinya alam

semesta. Dari kosmologi yang telah maju dikemukakan teori tentang

terjadinya alam semesta, dimana teori-teori itu dapat di kelom pokan menjadi

tiga teori utama. Sejak tahun 1940-an alam semesta telah diterangkan dengan

3 teori. Ketiganya telah sepakat mengenai satu azas yang sama, bahwa alam

semesta memuai ketiga teori itu adalah:

6 Tanhadi, Alam Semesta Dalam Buddha Dhamma,(tp, tt), h. 11-12.

7 Kurdi Ismail Haji ZA, Kiamat Menurut Ilmu Pengetahuan Dan Al-Quur’an (Jakarta:

Pustaka

Amani, Jakarta, 1996), h 19

Page 84: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

72

1. Teori Big Bang

Gagasan Big Bang didasarkan pada alam semesta, yang berasal dari

keadaan panas dan padat yang mengalami ledakan dahsyat dan

mengembang. Semua galaksi di alam semesta akan memuai dan menjauhi

pusat ledakan. Pada teori Big Bang, alam semesta berasal dari ledakan

sebuah konsentrasi materi tunggal beberapa tahun lalu yang secara terus

menerus berekrpansi sehingga pada keadaan yang lebih dingin. Beberapa

helium yang ditemui dalam bintang-bintang sekarang kemungkinan

berasal dari reaksi nuklir dalam bola api kosmik yang padat.8

2. Teori Keadaan Tetap (steady state theory)

Meskipun model Big Bang (dentuman besar) merupakan hipotesis

yang paling mungkin dalam mendiskusikan asal-usul alam semesta, tetapi

teori lain juga telah di usulkan, misalnya teori keadaan tetap, yang diusulkan

pada tahun 1948 oleh H Bondi T Gol, dan F Hoyle dari univeristas

Cambridge, menurut teori ini, alam semesta tidak ada awalnya dan tidak akan

berakhir. Alam semesta ini akan terlihat seperti sekarang. Materi secara terus

menerus datang berbentuk atom-atom hydrogen dalam angkasa yang

berbentuk galaksi baru dan mengganti galaksi lama yang menjauhi kita dalam

ekspansinya.9

Berdasarkan asumsi tersebut Bondi dan Gold menganggap sesuatu di

alam semesta ini kelihatannya tetap sama meskipun galaksi-galaksi saling

menjauh satu dengan yang lain. Hal itu diduga karena materi di alam semesta

dapat terbentuk terus menerus dalam ruang kosong dengan kecepatan yang

8 Bayong Tjasyono Hk., DEA, Ilmu Kebumian dan Antariksa, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya,

Bandung, 2006), h. 49 9 Bayong Tjasyono Hk., DEA, Ilmu Kebumian dan Antariksa, h. 50-51

Page 85: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

73

cukup untuk mengganti materi yang berpindah. Pendapat ini ditunjang oleh

kenyataan bahwa tiap-tiap galaksi terbentuk (lahir), tumbuh, menjadi tua dan

akhirnya mati pada saat bintang-bintang yang mendukung galaksi itu

berevolusi mencapai keadaan bajang putih atau disebut juga katai putih.

Dengan terbentuknya materi-materi baru, maka menurut teori ini, alam

semesta tak terhingga besarnya dan tak terhingga tuanya atau dengan kata lain

tanpa awal dan tanpa akhir.10

3. Teori Osilasi (Oscillating Theory)

Teori osilasi menduga bahwa alam semesta tidak ada awal dan tidak

ada akhirnya. Dalam model osilasi dikemukakan bahwa sekarang alam

semesta tidak constatant, melainkan berekspansi yang dimulai dengan

dentuman besar (Bing Bang), kemudian beberapa waktu yang datang gravitasi

mengatasi efek ekspansi ini sehingga alam semesta akan mulai mengempis

(callapse) akhirnya mencapai titik koalis (gabungan) asal, dimana

temperature dan tekanan yang tinggi akan memecahkan semua materi ke

dalam partikel-partikel elementer (dasar) sehingga terjadi dentuman baru dan

ekspansi mulai lagi.11

Untuk dapat menerima model-model kosmologi yang telah

dikemukakan oleh para ahli, para astronomi terus melakukan pengujian

terhadap model-model tadi, atau berusaha memberikan penjelasan yang lebih

mudah diterima oleh akal pikiran manusia. Hal itu disebabkan oleh

10

Siti Anisah, Konsep Kosmologi dalam Agama Islam dan Buddha Serta Implikasinya

Dalam Kehidupanj Pemeluknya, h. 22-23 11

Siti Anisah, Konsep Kosmologi dalam Agama Islam dan Buddha Serta Implikasinya

Dalam Kehidupanj Pemeluknya, h. 23

Page 86: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

74

pembuktian model-model kosmologi tidak dapat dinantikan sampai terjadi

perubahan pada masa mendatang yang relativ lama.12

B. Proses Penciptaan Alam

Konsep dasar proses penciptaan alam semesta menurut Buddha dan Sains

modern memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan, Sutra lain yang banyak

menggambarkan alam semesta adalah Avatamsaka Sutra yang berbahasa

Sanskerta. Berikut ini terdapat beberapa kutipan Avatamsaka Sutra bab 4 yang

berkaitan dengan kosmologi Buddhis:

“Putera-putera Buddha, sistim-sistim dunia (galaksi) tersebut memiliki

aneka bentuk dan sifat-sifat yang berbeda. Jelasnya, beberapa di

antaranya bulat bentuknya, beberapa di antaranya segi empat bentuknya,

beberapa di antaranya tidak bulat dan tidak pula segiempat. Ada

perbedaan [bentuk] yang tak terhitung. Beberapa bentuknya seperti

pusaran, beberapa seperti gunung kilatan cahaya, beberapa seperti

pohon, beberapa seperti bunga, beberapa seperti istana, beberapa seperti

makhluk hidup, beberapa seperti Buddha….”13

Penjelasan di atas menggambarkan terdapat berbagai bentuk sistem dunia

(yang mungkin dapat disamakan dengan galaksi). Menurut hasil pengamatan,

beberapa galaksi seperti galaksi Bima Sakti kita dan Andromeda berbentuk spiral

(pusaran), beberapa seperti galaksi M47 dan M89 berbentuk elips (bulat),

beberapa berbentuk tidak beraturan (tidak bulat dan tidak segiempat) seperti

galaksi Awan Magellan dan M82, dan beberapa lainnya berbentuk seperti

makhluk hidup misalnya Nebula Kepala Kuda.

“Terdapat beberapa sistim dunia, Terbentuk dari permata, Kokoh dan

terhancurkan,

Bernaung di atas bunga teratai nan berharga.”

“Beberapa di antaranya terbentuk dari berkas cahaya murni, Yang asalnya

tak dikenal, Semuanya merupakan berkas-berkas cahaya, Bernaung di ruang

12 Siti Anisah, Konsep Kosmologi dalam Agama Islam dan Buddha Serta Implikasinya

Dalam Kehidupanj Pemeluknya, h. 23 13

Tanhadi, Alam Semesta Dalam Buddha Dhamma, h. 14

Page 87: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

75

kosong.”

“Beberapa di antaranya terbentuk dari cahaya murni, Dan juga bernaung

pada pancaran-pancaran cahaya, Diselubungi oleh awan cahaya, Tempat di

mana para Bodhisattva berdiam.”

Ini menjelaskan komposisi galaksi di alam semesta: ada yang terdiri atas

materi (yang digambarkan seperti permata), ada yang terdiri dari sinar kosmis

(yang digambarkan sebagai berkas cahaya), dan ada yang diselubungi awan gas

nebula (yang digambarkan sebagai awan cahaya).14

“Putera-putera Buddha, jika dijelaskan secara singkat, terdapat sepuluh

penyebab dan kondisi yang menyebabkan terbentuknya sistim dunia, baik

yang telah berlangsung, sedang berlangsung, atau akan berlangsung. Apakah

sepuluh hal itu? Kesepuluh hal itu adalah:

1) Karena kekuatan gaib para Buddha

2) Terbentuk secara alami oleh hukum alam

3) Karena akumulasi karma para makhluk

4) Karena apa yang telah direalisasi oleh para Bodhisattva yang

mengembangkan kemaha-tahuan.

5) Karena akar kebajikan yang diakumulasi baik oleh para Bodhisattva dan

semua makhluk.

6) Karena kekuatan ikrar para Bodhisattva yang memurnikan dunia-dunia itu.

7) Karena para Bodhisattva telah menyempurnakan praktek kebajikan dengan

pantang mundur.

8) Karena kekuatan kebebasan para Bodhisattva dalam kebajikan murni.

9) Karena kekuatan independen yang mengalir dari akar kebajikan semua

14

Tanhadi, Alam Semesta Dalam Buddha Dhamma, h. 18

Page 88: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

76

Buddha dan saat pencerahan semua Buddha.

10) Karena kekuatan independen ikrar Bodhisattva Kebajikan Universal.”

Kutipan di atas menjelaskan penyebab terbentuknya galaksi yang salah

satunya disebabkan oleh bekerjanya hukum alam sesuai dengan teori kosmologi

modern, sedangkan penyebab lainnya merupakan hasil dari perbuatan (karma)

atau kebajikan makhluk hidup apakah makhluk biasa, seorang Bodhisattva (calon

Buddha), ataupun seorang Buddha.15

Demikianlah proses penciptaan alam semesta menurut Buddha. Sedangkan

proses penciptaan alam semesta menurut sains modern bahwasannya gagasan

“keberadaan abadi” ini sesuai dengan pandangan orang Eropa yang berasal dari

filsafat materialisme. Filsafat ini, yang awalnya dikembangkan di Yunani kuno,

menyatakan bahwa materi adalah satu-satunya yang ada di jagat raya dan jagad

raya ada sejak waktu tak terbatas dan akan ada selamanya. Filasafat ini bertahan

dalam bentuk-bentuk berbeda selama zaman Romawi, namun pada akhir

kekaisaran Romawai dan Abad Pertengahan, materialisme mulai mengalami

kemunduran karena pengaruh filsafat gereja Katolik dan Kristen. Setelah

Renaisans, materialismse kembali mendapatkan penerimaan luas diantara pelajar

dan ilmuwan Eropa, sebagian besar karena kesetiaan mereka terhadap Filsafat

Yunani kuno. Imanuel Kant-lah yang pada masa pencerahan Eropa, menyatakan

dan mendukung kembali materialisme. Kant menyatakan bahwa alam semesta

alam semesta ada selamanya dan bahwa setiap probabilitas, betapapun mustahil,

harus dianggap mungkin. Pengikut Kant terus mempertahankan gagasannya

tentang alam semesta tanpa batas beserta materialisme. Pada awal abad ke-19,

15

Tanhadi, Alam Semesta Dalam Buddha Dhamma,(tp, tt), h. 19

Page 89: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

77

gagasan bahwa alam semesta tidak mempunyai awal bahwa tidak pernah ada

momen ketika jagad raya diciptakan secara luas diterima. Pandangan ini dibawa

ke abad-20 melalui karya-karya matrialis dialektik seperti Karl Marx dan

Friedrich Engels.16

Pandangan tentang alam semesta tanpa batas sangat sesuai dengan

atesime. Tidak sulit melihat alasannya. Untuk meyakini bahwa alam semesta

mempunyai permulaan, bisa berarti bahwa ia diciptakan dan itu berarti, tentu saja,

memerlukan pencipta, yaitu Tuhan. Jauh lebih mudah dan aman untuk

menghindari isu ini dengan mengajukan gagasan bahwa “alam semesta ada

selamanya”, meskipun tidak ada dasar ilmiah sekecil apapun untuk membuat

klaim seperti itu. Georges Poltizer, yang mendukung dan mempertahankan

gagasan ini dalam buku-bukunya yang diterbitkan pada awal abad ke-20, adalah

pendukung setia Marxsime dan Matrealisme.17

Dengan mempercayai kebenaran model “jagad raya tanpa batas”,

Poltizer menolak gagasan penciptaan dalam bukunya Principes Fondamentaux de

Philosophie ketika dia menulis: alam semesta bukanlah objek yang diciptakan,

jika memang demikian, maka jagad raya harus diciptakan secara seketika oleh

Tuhan dan muncul dari ketiadaan. Untuk mengakui penciptaan, orang harus

mengakui, sejak awal, keberadaan momen ketika alam semesta tidak ada, dan

bahwa sesuatu muncul dari ketiadaan. Ini pandangan yang tidak bisa diterima

sains.18

16 Mohamad Gofar, Gempa Bumi Dalam Perspektif Al-Quran (Skripsi S1 Tafsir Hadist,

Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta , 2008), h. 22. 17 Mohamad Gofar, Gempa Bumi Dalam Perspektif Al-Quran, h. 22. 18

George Poltizer, Principes Fondamentaux de Philosophie, (t,t, Edition Sociales, Paris

1954), h. 84.

Page 90: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

78

C. Siklus dan Luas Alam Semesta

Konsep dasar siklus dan luas alam semesta menurut Buddha dan sains

modern memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan, dalam pandangan Buddha

bahwasannya siklus dan luas alam semesta menurut Tipitaka alam semesta ini

melalu satu proses pembentukan dan kehancuran yang berulang-ulang dan

berawal dari asal mula waktu yang awalnya yang tak terpikirkan. Proses berulang

tersebut sudah setua usia waktu itu sendiri yang tak terbayangkan. Pembentukan

yang terakhir adalah alam semsesta yang kita huni ini. Awal pembentukannya

telah berlangsung selama lebih dari satu Asankheyya kappa yang lampau.

Assankheyya berarti tak terhitung sedangkan kappa berarti siklus dunia

maksudnya yaitu masa terbentuknya bumi, hancur dan terbentuk kembali.

Makhluk hidup menempati bumi hanya selama 1 asankheyya kappa. Antara kappa

adalah jarak waktu umur manusia rata-rata 10 tahun naik hingga umur manusia

rata-rata menjadi panjang sekali (tak terhitung) dan kemudian turun lagi menjadi

10 tahun.19

Kalau menurut Kitab Suci Tipitaka Pali empat Asankheyya kappa sama

dengan satu maha kappa dan satu asankheyya sama dengan dua puluh Antara-

kappa, berarti satu maha kappa sama dengan delapam puluh Antarakappa, (satu

Antara-kappa adalah selang waktu umur rata-rata manusia sepuluh tahun, naik

menjadi tak terhitung dan turun kembali menjadi rata-rata sepuluh tahun).20

Sedangkan lamanya mahakappa adalah waktu yang diperlukan untuk

menghabiskan sebuah bukit cadas yang berukuran lebar, panjang, dan dalamnya

satu mil, yang mulus tanpa cacat dengan gosokan sutra yang paling halus setiap

19

Fabian H. Chandra, Kosmologi StudiStruktur Dan Asal Mula Alam Semesta, h. 2. 20 Fabian H. Chandra, Kosmologi Studi Struktur Dan Asal Mula Alam Semesta, h. 3.

Page 91: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

79

seratus tahun sekali, apabila batu cadas itu habis maka belum satu kappa

terlampaui. Pernyataan yang ada dalam kitab suci ini tidak membantu kita

memperkirakan lamanya satu kappa secara riil. Tetapi ada cara membuat

perkiraan umur bumi berdasarkan kalkulasi sederhana, yaitu:

Anggaplah batu cadas akan habis tergosok setebal 1 mm setelah 10.000

kali gosokan, jika demikian maka batu karang setebal 1 mil yang digosok berputar

selama 100 tahun sekali lamanya adalah,

1,6 km x 1000 m x 1000 mm x 10.000 gosokan x 100 tahun =

1.600.000.000.000 tahun di bagi 2 atau Lebih dari 800 miliar tahun.

Tetapi menurut pendapat seorang pakar ada pendekatan lain yang

membuat kita dapat menghitung secara matematis sederhana berapa lamanya satu

kappa, metode ini agak berbeda dengan metode diatas dan jumlah total hasil

perhitungannya lebih banyak, yaitu dengan perumpamaan biji mustard, ( manual

of Abhidamma hal. 246). Biji mustard berukuran lebih kecil daripada biji

ketumbar dan lebih besar daripada biji wijen. Apabila ada mustard sebanyak satu

mil kubik dan setiap seratus tahun diambli sebutir maka setelah biji mustard itu

habis maka kurang lebih satu kappa telah berlalu, anggaplah diameter biji mustard

sebanyak satu mil kubik adalah,

Satu mil = 1.600.000 mm = 1,6 x 106

Satu mil kubik = (1,6 x 106)3 = 4, 096 x 108

Anggap saja ukuran biji mustard adalah

2 mm x 2 mm x 2 mm = 8 mm3

Maka banyakanya biji mustard dalam satu mil kubik adalah,

4,096 x 1018 mm3 dibagi 8 mm3 = 5.12 x 1017 butir.

Page 92: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

80

Bila diambil satu butir setiap sertus tahun maka lamanya maha kappa

adalah

+ 5.12 x 1017 x 100 tahun = 5.12 x 1019

Dan satu asankheyya adalah,

5.12 x 1019 tahun dibagi empat yaitu 1.28 x 1019 tahun

Atau 12.800.000.000.000.000.000 tahun

(dua belas juta delapan ratus ribu triliun tahun).

Walaupun kedua metode diatas memiliki jumlah waktu yang sangat

berbeda, tetapi persamaan kedua metode diatas yaitu, sama-sama lama sekali.

Umur alam semesta lebih dari dari satu asankheyya kappa, mengapa berbeda

demikian banyak beda dengan pendapat ahli fisika.21

Menurut pandangan sains modern bahwasannya, kita tahu bahwa untuk

mengukur luas langit atau alam semesta para ahli astronomi menggunakan satuan

cahaya. Kecepatan cahaya dalam I detik adalah 300.000 km. jarak dari bumi ke

bulan 450.000 km ditempuh cahaya dalam waktu 1, 5 detik. Jarak dari bumi ke

matahari 149 juta km di tempuh cahaya dalam waktu 8 menit. Perhitungan

kecepatan cahaya yang digunakan untuk mengukur luas langit atau alam semesta:

PERHITUNGAN KECEPATAN CAHAYA

Kecepatan cahaya = 300.000 km/s

Jarak 1 menit cahaya = 300.000 x 60 = 18.000.000 km

Jarak 1 jam cahaya = 60 x 18.000.000 = 1.080.000.000 km

Jarak 1 hari cahaya = 24 x 1.080.000.000 = 25.920.000.000 km

Jarak 1 tahun cahaya = 360 x 25.920.000.000 = 9.331.200.000.000

21

Fabian H. Chandra, Kosmologi StudiStruktur Dan Asal Mula Alam Semesta, (tp, tt), h.5.

Page 93: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

81

Kecepatan cahaya 1 tahun adalah adalah 9.331,2 Triliun

Bintang Terdekat ke bumi berjarak 4,3 TH/C

Bintang terjauh 14 Miliar TH/C

Konon menurut para ahli astronomi jarak bintang terjauh yang dapat

dilihat dengan peneropong bintang Huble dewasa ini adalah 14 Miliar tahun

cahaya. Sulit bagi kita untuk mebayangkannya. Cahaya yang memiliki kecepatan

300.000 km/detik jika dipancarkan dari bumi ini diperkirakan baru sampai

ketepian alam semesta setelah 14 Miliar tahun.22

Ilmu astronomi menggambarkan struktur bintang di langit sebagai berikut.

Matahari adalah bintang terdekat kepada kita. Matahari dikelilingi oleh Sembilan

buah planet yang berkeliling di sekitar matahari. Sembilan planet berikut asteroid

dan komet yang berdedar di sekitar matahari termasuk dalam keluarga matahari.

Keluarga matahari bersama dua ratus miliar bintang lainya yang setara atau

bahkan lebih besar dari matarhi berkumpul dalam suatu keluarga yang disebut

galaksi. Matahari kita ini berada dalam salah satu dari lengan galaksi bima sakti

(Milky Way). Galaksi bima sakit dengan beberapa galaksi lain diantaranya

adromeda membentuk sebuah kelompok galaksi yang disebut cluster ribuan

cluster ini akan membentuk satu kelompok yang disebut super cluster. Super

cluster yang berisi ribuan cluster ini bertebaran di dalam semesta membentuk

jagad raya yang maha luas.23

22

Artikel di akses pada tanggal 20 Mei 2016 dari

http://www.fadhliza.com/2008/12/renungan/perhitungan-kecepatan-cahaya.html 23

Artikel di akses pada tanggal 20 Mei 2016 dari

http://www.fadhliza.com/2008/12/renungan/perhitungan-kecepatan-cahaya.html

Page 94: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

82

D. Pandangan Islam Tentang Kosmologi

Manusia dan alam sekitarnya sebagai makhluk Tuhan secara keseluruhan

merupakan penyebab utama terjadinya berbagai macam perubahan sistem

kehidupan tetapi semenjak dahulu kala, kecuali manusia, makhluk hidup yang lain

itu menjadi penyebab timbulnya perubahan secara alami yang bercirikan

keajegan, keseimbangan dan keselarasan. Sedangkan manusia mempunyai potensi

dan kemampuan untuk merubahnya secara berbeda karena perkembangan ilmu

dan teknologi yang dikuasai khusunya, serta perkembangan kebudayaan pada

umumnya.24

Manusia dalam Al-Quran menurut pandangan seorang Orientalis Dirk

Bakker adalah ciptaan dan Tuhan adalah penciptanya,25

manusia adalah makhluk

yang istimewa karena dapat mengikuti tuntunan akal dalam hal-hal yang diketahui

tuntunan iman dalam hal-hal yang tidak diketahuinya.26

Mengenai penciptaan alam semesta, sebagaimana termaktub dalam Al-

Quran, surat Ali Imran; 190-191, memberikan informasi tentang penciptaan,

struktur dan perkembangan (evolusi) alam semesta adalah salah satu hal untuk

mengingat kekuasaan Allah. Sehingga ada empat karakter dalam diri seorang

muslim yang berfikir (ulil albab):

1. Mereka yang senantiasa mengingat Allah sambil berdiri, duduk,

maupun berbaring (segala aktivitasnya);

2. Dan selalu memikirakan tentang penciptaan langit dan bumi (tak henti

menelaah fenomena alam);

24

Moh. Soerjani, Lingkungan Sumber daya Alam dan Kependudukan dalam

Pembangunan (Jakarta: UI Press, 1987), h. 12 25

Dirk Bakker, Man in the Quran, (Holland: Drukkerij Holland, N. V., 1965), h. 12 26

Al-Syayuthi, Al-maqal fi al-insan, (Mesir: Dirasah Qur‟aniyah Dar al-Ma‟arif, 1966),

h. 35

Page 95: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

83

3. (bila di jumpainya suatu kekaguman mereka berkata:) “Tuhan kami,

tiadalah Engkau ciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau.”

4. (dan dengan kesadaran bahwa pengembaraan intelektualnya mungkin

sesaat, mereka senatiasa memohon kepada Allah:) “Dan jauhkanlah

kami dari siksa neraka”.27

Kemudian alam semesta bermula juga diterangkan dalam Al-Quran

dengan menggambarkan tentang penegasan kepada orang kafir yang tetap

tidak mau beriman bahwa antara langit dan bumi adalah suatu yang padu,

lalu Allah memisahkan antara keduanya. Dan dari air Allah menjadikan

segala sesuatu yang hidup.28

Al-Quran menyatakan alam semesta datang

dari satu sumber materi dan energi, dan kemudian Allah

mengembangkannya. Islam mengakui konsep singularti alam semesta

(teori Big Bang).

Al-Quran secara jelas menyebutkan bahwa alam semesta ini

mengembang. Alam semesta ini dinamik dengan segala konsekuensinya.

Konsep alam semesta mengembang adalah adalah satu konsep

fundamental dalam Kosmologi Modern. Pengembangan alam semesta

dibuktikan oleh Allah dengan tanda-tanda kekuasaanNya yaitu dengan

menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata yang Dia

sebarkan pada keduanya. Dan Dia mengumpulkan semuanya apabila

dikhendakiNya.29

Banyaknya planet di alam semesta ini memungkinkan

bahwa kehidupan bisa terjadi tidak hanya di bumi kita. Ayat tersebut

27

Al-Qur’an, Surat Ali Imran : 190-191 28

Al-Qur’an, Surat Al-Anbiya : 30 29

Al-Qur’an, Surat Al-Syura : 29

Page 96: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

84

secara eksplisit menjelaskan bahwa adanya makhluk di langit (di luar

bumi) yang berdiam.

Alam semesta ini memang masih lama untuk berkahir menurut

prediksi manusia yang memiliki keterbatasan kemampuan memahami

qudrah dan iradah Allah, karena masih mengembang. Tapi, bumi dan tata

surya kita bisa saja lebih hancur jauh lebih dahulu daripada Alam Semesta.

Namun Allah mempertegas bahwa pasti akan terjadi akhir alam semesta

yang juga di bicarakan dalam Al-Quran, dengan mengetengahkan betapa

dahsyatnya ketika alam semesta berakhir yang lazim disebut dengan

kiamat. Peristiwa tersbeut mengindikasikan bahwa langit dan bumi

kembali menjadi satu.30

Demikian juga Al-Quran bercerita tentang

matahari membengkak sampai menjadi merah dengan temperatur yang

luar biasa panasnya. Saking panasnya sehingga semua air yang ada di

bumi menggelegak dan menguap. Inilah salah satu proses evolusi bintang,

dan matahari kita adalah seperti bintang biasa yang pasti akan mengalami

proses mati.31

Kosmologi sesuai dengan namanya, adalah ilmu yang menyelidiki

dan mepelajari kosmos (alam semesta) yang biasanya didefinisikan

sebagai segala sesuatu selain Tuhan Yang Maha Esa. Berbeda dengan

kosmologi modern/barat, kosmologi dalam Islam berbicara bukan hanya

satu tatanan kosmos yaitu tatanan fisik tetap juga meliputi tatanan dunia

lain yang non fisik. Penelitian kosmologi biasanya diarahkan pada teori

penciptaan alam semesta. Pertanyaan bagaimana alam semesta yang

30

Al-Qur’an, Surat Al-Qiyamah : 8-9 31

Al-Qur’an, Surat Al-Takwir : 1,2,6,11,12

Page 97: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

85

beraneka ragam ini berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, padahal ada

hokum filosofis yang menyatakan bahwa dari yang satu hanya aka lahir

satu juga, adalah pernyataan fundamental dalam kosmologi yang telah

mengisi benak para filosof muslim, penelitian ini telah telah melahirkan

berbagi teori penciptaan, khusunya teori emanasi (faydh) dan telah

diabadikan dalam berbagai karya filosof mereka.32

32

Ian Richard Netton, Allah Transcendent: Studies in the Structure and Semiotics of

Islamic Philosopy, Theologi and Cosmologi, dalam Mulyadhi Kartanegara, Reaktualisasi

Tradisi, h. 158-159.

Page 98: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

86

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, penulis menyimpulkan beberapa kesimpulan

penting berdasarkan data dan analisis penulis lakukan terhadap penulisan skripsi

yang berjudul “Komparasi Konsep Kosmologi Dalam Perspektif Buddha Dengan

Kosmologi Sains Modern”, dan sekaligus merupakan jawaban terhadap rumusan

masalah yang telah dikemukakan penulis pada Bab I, adapun kesimpulan

pembahasan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menurut pandangan Buddha seluruh alam semesta ini adalah ciptaan yang

timbul dari sebab-sebab yang mendahuluinya serta tidak kekal. Oleh karena

itu ia disebut sankhata dharma yang berarti ada, yang tidak mutlak dan

mempunyai corak timbul, lenyap dan berubah. Alam semesta adalah suatu

proses kenyataan yang selalu dalam keadaan menjadi. Hakikat kenyataan itu

adalah arus perubahan dari suatu keadaan lain yang berurutan. Dalam agama

Buddha terjadinya alam semesta adalah timbul dari serangkaian sebab akibat.

Agama Buddha menganggap bahwa terjadinya alam semesta adalah suatu

kebetulan belaka asal mula manusia dan alam, ia mengajarkan absolute

determinisme (bahwa hidup manusia sudah ditentukan secara absolut tidak

bisa diubah-ubah lagi ). Ajaran agama Buddha betitik tolak dari kenyataan

yang dialami oleh manusia dalam hidupnya. Ajarannya tidak dimulai dari

prinsip-prinsip yang transcendent, yang mempersoalkan tentang Tuhan dan

hubungannnya dengan alam semesta dan segala isinya, melainkan dimulai

dengan menjalankan tentang dukkha yang selalu menyerti hidup manusia dan

Page 99: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

87

cara membebasakannya dari dukkha tersebut. Ia tidak mempersoalkan tentang

Tuhan, melainkan selalu menekankan pada pengikutnya agar mempraktekan

sila ke-Tuhanan. Ajaran agama Buddha yang tidak membicarakan ketuhanan

dalam asas penciptaan alam semesta dan menggantikannya dengan sebab dan

akibat (patticasmupadda) meletakkan agama ini sebagai kelompok agama

yang tidak membicarakan ketuhanan atau entiti yang bersifat dengan sifat

ketuhanan. Walaupun Helmuth (1970) menyatakan agama Buddha

mempunyai konsep ketuhanan yang berbeda dengan agama-agama lain dan

perbedaan ini tidak bermakna agama Buddha tidak mempunyai konsep

ketuhanan dalam doktrin utama meraka. Ini kerana agama Buddha cuma tidak

terlalu fokus membicarakan mengenai sesuatu realiti yang tidak boleh dilihat

(Tuhan), jiwa, kehidupan selepas mati atau asal-usul alam semesta. Bagi

penulis, dalam konteks asas teori kejadian alam semesta, agama Buddha

adalah agama tidak membicarakan keberadaan Tuhan dalam proses penciptaan

dan menggantikannya dengan konsep sebab dan akibat (patticasamupadda).

2. Konsepsi tentang Kosmos (= Alam Semesta) menurut Buddhisme, pada masa-

masa awal dari perkembangannya, itu secara essensial, sama dengan konsepsi

modern tentang alam semesta. Didalam teks berbahasa Pali, yang sampai di

tangan kita, secara aksaranya diceriterakan, terdapat ratusan ribu matahari-

matahari, bulan-bulan, bumi-bumi, dan dunia-dunia yang lebih tinggi, yang

membentuk sistem dunia tingkatan minor (= kecil); terdapat seratus ribu kali

jumlah sistem dunia tingkatan minor, yang membentuk sistem dunia tingkatan

medium (= tengah-tengah); dan terdapat seratus ribu kali sistem dunia

tingkatan medium yang membentuk sistem dunia tingkatan mayor (= besar).

Page 100: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

88

Didalam terminologi modern, itu tampaknya, apabila satu sistem dunia minor

(= culanika loke dhatu), adalah sama dengan sebuah galaxy, yang melalui

telescope yang paling baik, dapat kita lihat terdapat kira-kira ratusan juta

dunia (matahari, bulan-bulan, dan sebagainya) didalamnya, maka dapat kita

renungkan bahwa konsepsi Buddhis tentang sistem dunia-dunia, itu

mempunyai kesamaan yang besar dengan keterangan dari ilmu pengetahuan

modern.

3. Konsep kosmologi Buddha dengan sains modern bahwasannya para pakar

ilmu pengetahuan sekarang meyakini, bahwa alam semesta adalah suatu sistim

yang berdenyut, yang setelah mengembang secara maksimal, lalu menciut

dengan segala energi yang ditekan pada suatu bentukan masa; sedemikian

besar sehingga menyebabkan ledakan, yang disebut sebagai Big Bang, yang

berakibat pelepasan energi. Pengembangan dan penciutan alam semesta

berlangsung dalam kurun waktu milyaran tahun. Sekali lagi, Sang Buddha

telah memaklumi pengembangan dan penciutan alam semesta. Beliau

bersabda:“ Lebih awal atau lebih lambat, ada suatu waktu, sesudah masa

waktu yang sangat panjang sekali alam semesta menciut,Tetapi lebih awal

atau lebih lambat, sesudah masa yang lama sekali, alam semesta mulai

mengembang lagi.”

4. Gagasan Big Bang didasarkan pada alam semesta, yang berasal dari keadaan

panas dan padat yang mengalami ledakan dahsyat dan mengembang. Semua

galaksi di alam semesta akan memuai dan menjauhi pusat ledakan. Pada teori

Big Bang, alam semesta berasal dari ledakan sebuah konsentrasi materi

tunggal beberapa tahun lalu yang secara terus menerus berekspansi sehingga

Page 101: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

89

pada keadaan yang lebih dingin. Beberapa helium yang ditemui dalam

bintang-bintang sekarang kemungkinan berasal dari reaksi nuklir dalam bola

api kosmik yang padat.

B. Saran

Ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dari hasil penelitian ini,

yaitu:

1. Karya ini merupakan karya yang terbuka atas kritik dan saran juga

perkembangan penelitian selanjutnya. Karena berbicara konsep Kosmologi atau

penciptaan alam semesta sangat luas untuk diperbincangkan, begitu juga dalam

kajian setiap agama-agama di dunia yang ada, sehingga dengan banyaknya para

pengkaji Kosmologi di setiap agama bisa memberikan pencerahan atau wajah

baru bagi kajian studi agama-agama khusunya, baik di Indonesia maupun di

seluruh dunia.

2. Dalam proses penyelesaian karya ini, penulis mendapatkan kesulitan terutama

referensi buku-buku terkhusus yang membahas tentang Kosmologi atau

penciptaan alam semesta baik menurut agama Buddha maupun menurut Sains

Modern, yang masih sangat jarang di temukan baik di perpustakaan fakultas

maupun di tempat buku-buku lainya. Maka saran penulis, fakultas khususnya

harus lebih serius memfasilitasi mahasiswanya dengan referensi yang kaya

dan berkualitas, begitu jugda dengan dosen-dosen pengajar, penulis sangat

berharap agar memperbanyak karya-karya pada jurusan yang di ajarnya,

sehingga para mahasisa tidak lagi kesulitan mencari bahan-bahan referensi baik

untuk membuat makalah mapun untuk tugas akhir, yaitu skripsi.

Page 102: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

90

3. Berbicara buku-buku yang membahas tentang kajian Kosmologi terkhusus

dalam agama Buddha yang penulis dapatkan dari penerbit, dirasa sangatlah

kurang. Secara tidak langsung hal ini juga menjadi sebuah kendala bagi para

penulis juga pengkaji dalam mempaparakan penelitiannya secara lebih rinci

dan mendalam.

Page 103: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

91

DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU

Agustini, Kiki, Bencana Alam Dalam Pandangan Bhikku Agama Buddha. S1

Perbandingan Agama, Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2010.

Ali, A. Mukti, Agama-Agama D Dunia. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press,

1988.

Anisah, Siti, Konsep Kosmologi Dalam Agama Islam dan Buddha Serta

Implikasinya Dalam Kehidupan Pemeluknya. S1 Ilmu Ushuluddin,

Fakultas Ushuluddin, IAIN Walisongo Semarang , 2008.

Barbour, Ian G, Juru Bicara Tuhan Antara Sains dan Agama. Bandung: Penerbit

Mizan, 2002.

Budiman Sudharma, Buku Pedoman Umat Buddha. Jakarta: FKUB DKI Jakarta

dan Yayasan Avalokitesvara, 2007.

Chandra H. Fabian, Kosmologi StudiStruktur Dan Asal Mula Alam Semesta. (tp,

tt).

Dawai, Alam Semesta Dalam Buddhisme. Surabaya: Penerbit Vihara

Dhammadipa, 2007.

DEA, Tjasyono, Hk, Bayong, Ilmu Kebumian dan Antariksa, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006.

Dirjosoemarto, Soendjojo, Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Jakarta: Pusat

Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta 2001.

Frenandy, Buddhisme dan Sains. Bandung: Penerbit PVVD, 2012.

Gofar, Mohamad, Gempa Bumi Dalam Perspektif Al-Quran. Skripsi S1 Tafsir

Hadist, Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta , 2008.

Herdiansyah, Haris, Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba

Humanika, 2012.

Indriaty Binti Ismail, Norakmal Azraf Bin Awaludin, Asas Penciptaan Alam

Semesta Agama Hindu dan Agama Buddha: Kajian Perbandingan, (tp, tt).

Page 104: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

92

Kattsoff, Lois, Pengantar Filsafat, ter. Soejono Soemargono. Yogyakarta: Tiara

Wacana, 1995.

Linde, Andre, The Self-Reproducing Inflationary Universe, Vol 271. t,t, Scientific

American, 1994.

Mukti, Krishnanda Wijaya. Wacana Buddha Dharma. Jakarta: Yayasan Dharma-

dan Ekayana Buddhist Centre Jakarta, 2003.

K.S, Musthafa, Alam Semesta dan Kehancuranya menurut Al-Qur’an dan Ilmu

Pengetahuan. Bandung: PT al-Maarif, Bandung 1980.

Narada, Sang Buddha dan Ajaran-ajarannya. Jakarta: Yayasan Dhammadipa,

1992.

Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,

2006.

Poltizer, George, Principes Fondamentaux de Philosophie. t,t, Edition Sociales,

Paris 1954.

Santoso, Ananda dan Al-Hanif, A.R, Kamus Umum Bahasa Indoensia. Surabaya:

Alumni, 2007.

Subana, M dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia,

2001.

Sudharma, Budiman, Buku Pedoman Umat Buddha. Jakarta: FKUB DKI Jakarta

dan Yayasan Avalokitesvara, 2007.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2009.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2010.

Taufiqurrohman, Hamdan, Respon Agama Buddha Terhadap Krisis Lingkungan:

Studi atas Pemikiran Sri Dhammananda. S1 Jurusan Perbandingan

Agama, Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2008.

Taniputera, Ivan, Sains Modern dan Buddhisme. Jakarta: Karaniya, 2003.

Turner R. Howard, Science in Medieval Islam, An Illustrated Introduction, terj.,

Zulfahmi Andri, Sains Islam Yang Mengagumkan: Sebuah Catatan abad

Pertengahan,. Bandung: Nuansa, 2004.

Page 105: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

93

Yahya, Harun, Al-Quran dan Sains: Memahami Metodologi Bimbingan Al-Quran

bagi Sains. Bandung: Dzikra, 2007.

ZA, Haji, Kurdi Ismail, Kiamat Menurut Ilmu Pengetahuan Dan Al-Quur’an.

Jakarta: Pustaka Amani, Jakarta, 1996.

SUMBER INTERNET

Artikel di akses pada tanggal 04 Maret 2016 pada http://kbbi.web.id/komparasi

Artikel di akses pada tanggal 14 April 2016

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Konsep

Artikel di akses pada tanggal 03 Maret 2016 pada http://kbbi.web.id/kosmologi

Artikel di akses pada tanggal 03 Maret 2016 pada http://kbbi.web.id/Buddha.

Artikel di akses pada tanggal 04 Maret 2016 dari http://kbbi.web.id/teori

Artikel di akses pada tanggal 14 April 2916 dari

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Teori

Artikel di akses pada tanggal 03 Maret 2016 dari http://kbbi.web.id/sains

Artikel di akses pada tanggal 03 Maret 2016 pada http://kbbi.web.id/modern

Page 106: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

91

DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU

Agustini, Kiki, Bencana Alam Dalam Pandangan Bhikku Agama Buddha. S1

Perbandingan Agama, Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2010.

Ali, A. Mukti, Agama-Agama D Dunia. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press,

1988.

Anisah, Siti, Konsep Kosmologi Dalam Agama Islam dan Buddha Serta

Implikasinya Dalam Kehidupan Pemeluknya. S1 Ilmu Ushuluddin,

Fakultas Ushuluddin, IAIN Walisongo Semarang , 2008.

Barbour, Ian G, Juru Bicara Tuhan Antara Sains dan Agama. Bandung: Penerbit

Mizan, 2002.

Budiman Sudharma, Buku Pedoman Umat Buddha. Jakarta: FKUB DKI Jakarta

dan Yayasan Avalokitesvara, 2007.

Chandra H. Fabian, Kosmologi StudiStruktur Dan Asal Mula Alam Semesta. (tp,

tt).

Dawai, Alam Semesta Dalam Buddhisme. Surabaya: Penerbit Vihara

Dhammadipa, 2007.

DEA, Tjasyono, Hk, Bayong, Ilmu Kebumian dan Antariksa, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006.

Dirjosoemarto, Soendjojo, Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Jakarta: Pusat

Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta 2001.

Frenandy, Buddhisme dan Sains. Bandung: Penerbit PVVD, 2012.

Gofar, Mohamad, Gempa Bumi Dalam Perspektif Al-Quran. Skripsi S1 Tafsir

Hadist, Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta , 2008.

Herdiansyah, Haris, Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba

Humanika, 2012.

Indriaty Binti Ismail, Norakmal Azraf Bin Awaludin, Asas Penciptaan Alam

Semesta Agama Hindu dan Agama Buddha: Kajian Perbandingan, (tp, tt).

Page 107: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

92

Kattsoff, Lois, Pengantar Filsafat, ter. Soejono Soemargono. Yogyakarta: Tiara

Wacana, 1995.

Linde, Andre, The Self-Reproducing Inflationary Universe, Vol 271. t,t, Scientific

American, 1994.

Mukti, Krishnanda Wijaya. Wacana Buddha Dharma. Jakarta: Yayasan Dharma-

dan Ekayana Buddhist Centre Jakarta, 2003.

K.S, Musthafa, Alam Semesta dan Kehancuranya menurut Al-Qur‟an dan Ilmu

Pengetahuan. Bandung: PT al-Maarif, Bandung 1980.

Narada, Sang Buddha dan Ajaran-ajarannya. Jakarta: Yayasan Dhammadipa,

1992.

Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,

2006.

Poltizer, George, Principes Fondamentaux de Philosophie. t,t, Edition Sociales,

Paris 1954.

Santoso, Ananda dan Al-Hanif, A.R, Kamus Umum Bahasa Indoensia. Surabaya:

Alumni, 2007.

Subana, M dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia,

2001.

Sudharma, Budiman, Buku Pedoman Umat Buddha. Jakarta: FKUB DKI Jakarta

dan Yayasan Avalokitesvara, 2007.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2009.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2010.

Taufiqurrohman, Hamdan, Respon Agama Buddha Terhadap Krisis Lingkungan:

Studi atas Pemikiran Sri Dhammananda. S1 Jurusan Perbandingan

Agama, Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2008.

Taniputera, Ivan, Sains Modern dan Buddhisme. Jakarta: Karaniya, 2003.

Turner R. Howard, Science in Medieval Islam, An Illustrated Introduction, terj.,

Zulfahmi Andri, Sains Islam Yang Mengagumkan: Sebuah Catatan abad

Pertengahan,. Bandung: Nuansa, 2004.

Page 108: KOMPARASI KONSEP KOSMOLOGI DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39734/2/... · ini penulis berusaha mencoba mengkomparasikan antara dua pandangan

93

Yahya, Harun, Al-Quran dan Sains: Memahami Metodologi Bimbingan Al-Quran

bagi Sains. Bandung: Dzikra, 2007.

ZA, Haji, Kurdi Ismail, Kiamat Menurut Ilmu Pengetahuan Dan Al-Quur‟an.

Jakarta: Pustaka Amani, Jakarta, 1996.

SUMBER INTERNET

Artikel di akses pada tanggal 04 Maret 2016 pada http://kbbi.web.id/komparasi

Artikel di akses pada tanggal 14 April 2016

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Konsep

Artikel di akses pada tanggal 03 Maret 2016 pada http://kbbi.web.id/kosmologi

Artikel di akses pada tanggal 03 Maret 2016 pada http://kbbi.web.id/Buddha.

Artikel di akses pada tanggal 04 Maret 2016 dari http://kbbi.web.id/teori

Artikel di akses pada tanggal 14 April 2916 dari

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Teori

Artikel di akses pada tanggal 03 Maret 2016 dari http://kbbi.web.id/sains

Artikel di akses pada tanggal 03 Maret 2016 pada http://kbbi.web.id/modern