Komite Audit

26
BAB I PENDAHULUAN Timbulnya konsep komite audit merupakan suatu fenomena untuk meningkatkan efektifitas sistem pengendalian (control system) perusahaan pada level corporate governance. Komite audit pada saat ini telah diakui keberadaannya di hampir semua perusahaan di negara maju, terutama di Amerika Serikat, Inggris dan Kanada. Seiring dengan berjalannya waktu, banyak harapan yang dilimpahkan pada komite tersebut, terutama perannya untuk melindungi hak-hak para pemegang saham. Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance mengenai Komite Audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota Dewan Komisaris dan dapat meminta kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman, dan kualitas lain yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan Komite Audit. Sedangkan dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-103/MBU/2002, pengertian Komite Audit tidak diterangkan secara gamblang, tetapi pada intinya menyatakan bahwa Komte Audit adalah suatu badan yang berada dibawah Komisaris yang

Transcript of Komite Audit

Page 1: Komite Audit

BAB I

PENDAHULUAN

Timbulnya konsep komite audit merupakan suatu fenomena untuk meningkatkan

efektifitas sistem pengendalian (control system) perusahaan pada level corporate governance.

Komite audit pada saat ini telah diakui keberadaannya di hampir semua perusahaan di negara

maju, terutama di Amerika Serikat, Inggris dan Kanada. Seiring dengan berjalannya waktu,

banyak harapan yang dilimpahkan pada komite tersebut, terutama perannya untuk melindungi

hak-hak para pemegang saham.

Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance mengenai Komite

Audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota Dewan Komisaris dan

dapat meminta kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman, dan kualitas lain yang

dibutuhkan untuk mencapai tujuan Komite Audit.

Sedangkan dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-103/MBU/2002,

pengertian Komite Audit tidak diterangkan secara gamblang, tetapi pada intinya menyatakan

bahwa Komte Audit adalah suatu badan yang berada dibawah Komisaris yang sekurang-

kurangnya minimal satu orang anggota Komisaris, dan dua orang ahli yang bukan merupakan

pegawai BUMN yang bersangkutan yang bersifat mandiri baik dalam pelaksanaan tugasnya

maupun pelaporannya dan bertanggungjawab langsung kepada Komisaris atau Dewan

Pengawas. Hal tersebut senada dengan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-41/PM/2003

yang menyatakan bahwa Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris

dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. 

Dalam surat edaran BAPEPAM Nomor SE-03/PM/2000 tanggal 5 Mei 2000 dan

Surat Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta No.Kep 315/BEJ/06/2000 menyatakan

bahwa perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta harusan membentuk komite

Page 2: Komite Audit

audit. Untuk ketentuan jumlah anggota komite audit bagi emiten Bursa Efek Jakarta diatur

dalam surat edaran BAPEPAM Nomor SE-03/PM/2000 dan keputusan direksi Bursa Efek

Jakarta (BEJ) Nomor Kep-315/BEJ/06/2000 menyebutkan bahwa keanggotaan komite audit

sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang anggota, seorang diantaranya merupakan

komisaris independen yang sekaligus merangkap sebagai ketua komite audit, sedangkan

anggota lainnya merupakan pihak ekstern yang independen dimana sekurang-kurangnya satu

diantaranya memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan atau keuangan.

Anggota komite audit perlu mempunyai suatu pedoman tentang tanggung jawab dan

wewenang dalam melaksanakan tugasnya dalam bentuk Audit Committee Charter. Audit

Committee Charter merupakan suatu dokumen yang mengatur tentang tugas, tanggung jawab

dan wewenang serta struktur Komite Audit yang dituangkan secara tertulis dan disahkan oleh

Dewan Komisaris dan akan merupakan suatu dokumen (Charter) yang menjamin terciptanya

dengan baik kondisi pengawasan sutu perusahaan, disamping perlu adanya suatu perhatian

dari pimpinan perusahaan akan pentingnya sebuah pengawasan.

Adapun tugas utama komite audit adalah meningkatkan kredibilitas laporan

keuangan, yang bisa dicapai dengan mengawasi proses penyusunan laporan keuangan yang

meliputi sistem pengendalian intern maupun penerapan SAK yang benar dan mengawasi

proses pemeriksaan internal dan eksternal. Jadi dengan kata lain, keberadaan komite audit

diharapkan bisa mengurangi ketidaktepatan pengukuran akuntansi yang disengaja maupun

tidak sengaja, mengurangi ketidakcukupan disclosure yang disengaja maupun tidak

disengaja, dan mengurangi kecenderungan kesalahan yang dilakukan manajemen dan praktik

yang melawan hukum. Komite audit dipandang sebagai mekanisme monitoring yang

diharapkan mengurangi informasi asimetri antara manajemen, dewan komisaris dan

pemegang saham.

Page 3: Komite Audit

Berkaitan dengan peran komite audit dalam internal kontrol perusahaan, Internal

kontrol menurut definisi COSO merupakan serangkaian tindakan, kebijakan, metode dan

prosedur sebagai sutu proses yang melibatkan orang dalam melaksanakan keseluruhan

operasi organisasi. Internal control ada dalam proses manajemen, baik perencanaan,

pelaksanaan dan pemantauan yang melibatkan dewan komisaris, manajemen, dan personel

lainnya untuk mencapai tujuan operasi dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki

secara efisien dan efektif, penyajian dan pengungkapan pelaporan keuangan yang dapat

dipercaya, dan mendorong kepatuhan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Dalam memenuhi tanggung jawabnya, manajemen harus mengidentifikasi dan mengevaluasi

resiko yang dihadapi perusahaan untuk memperoleh perhatian dewan komisaris dalam

mendesaian,melaksanakan,dan memantau sistem agar dapat diimplementasikan sesuai

kebijakan dewan komisaris.

Page 4: Komite Audit

BAB II

PEMBAHASAN

A. Fungsi Dan Peran Komite Audit

Belajar dari krisis lalu yang muncul karena disebabkan oleh gelombang skandal

korporasi, pengadopsian prinsip-prinsip GCG sekaligus penerapannya di suatu negara

menjadi sesuatu yang penting dan mendesak. Salah satu unsur kelembagaan dalam

konsep GCG yang diharapkan mampu memberikan kontribusi tinggi dalam level

penerapannya adalah Komite Audit. Keberadaannya diharapkan mampu meningkatkan

kualitas pengawasan internal perusahaan, serta mampu mengoptimalkan mekanisme

checks and balances, yang pada akhirnya ditujukan untuk memberikan perlindungan

yang optimum kepada para pemegang saham dan stakeholder lainnya.

Urgensi keberadaan komite audit ada pula kaitannya dengan belum optimalnya

peran pengawasan yang diemban dewan komisaris di banyak perusahaan di negara-

negara korban krisis yang lalu. Indonesia khususnya semakin diperparah dengan adanya

karakteristik umum yang melekat pada entitas bisnis kita berupa pemusatan kontrol atau

pengendalian kepemilikan perusahaan di tangan pihak tertentu atau segelintir pihak saja.

Tugas pokok dari komite audit pada prinsipnya adalah membantu Dewan

Komisaris dalam melakukan fungsi pengawasan atas kinerja perusahaan. Hal tersebut

terutama berkaitan dengan review sistem pengendalian intern perusahaan, memastikan

kualitas laporan keuangan, dan meningkatkan efektivitas fungsi audit. Laporan keuangan

merupakan produk dari manajemen yang kemudian diverifikasi oleh eksternal auditor.

Dalam pola hubungan tersebut, dapat dikatakan bahwa komite audit berfungsi sebagai

jembatan penghubung antara perusahaan dengan eksternal auditor. Tugas komite audit

Page 5: Komite Audit

juga erat kaitannya dengan penelaahan terhadap resiko yang dihadapi perusahaan, dan

juga ketaatan terhadap peraturan.

Dari gambaran sederhana mengenai tugas dan fungsi dari lembaga tersebut,

sudah barang tentu, keberadaan komite audit menjadi sangat penting sebagai salah satu

perangkat utama dalam penerapan good corporate governance. Keberadaannya

dipertegas dengan keputusan Bapepam yang dituangkan dalam SE BAPEPAM no. 03

tahun 2000 mengenai pembentukan komite audit dan juga Kep. Direksi BEJ No. 339

tahun 2001 mengenai peraturan pencatatan efek di Bursa yang mencakup komisaris

Independen, komite audit, sekretaris perusahaan; keterbukaan; dan standar laporan

keuangan per sektor.

Namun demikian, figur anggota komite audit yang mampu menjalankan tugas

kesehariannya tentulah bukan figur yang mudah ditemukan. Perlu kriteria khusus bagi

seseorang yang akan menjabat sebagai ketua maupun anggota komite audit, mengingat

utgas dan tanggung jawabnya yang sangat strategis. Hal ini dipertegas dengan

dikeluarkannya keputusan Ketua BAPEPAM No.: Kep-29/PM/2004 pada tanggal

24 September 2004.

B. Organisasi Komite Audit di Indonesia

The Indonesian Institute of Audit Committee (Ikatan Komite Audit Indonesia)

atau yang lebih dikenal secara singkat dengan nama IKAI, dibentuk pada tanggal 20

April 2004 di Jakarta. IKAI sebagai organisasi komite audit di Indonesia memiliki tujuan

yang tertuang dalam misi IKAI yaitu Mewadahi anggota komite audit di Indonesia

melalui penciptaan standar dan sertifikasi anggota, penyelenggaraan pelatihan-pelatihan

pengembangan keahlian profesional, pemberian informasi kepada pihak-pihak yang

berkepentingan, penyelenggaraan riset-riset terkini yang relevan dengan pengembangan

Page 6: Komite Audit

dan implementasi good corporate governance. Disamping itu IKAI diharapkan dapat

menjadi mitra bagi pihak otoritas di bidang good corporate governance dan organisasi

profesi lainnya yang relevan.

Pembentukan organisasi komite audit di Indonesia bermula dari forum-forum

diskusi dan Forum Komite Audit dari The Indonesian Society of Independent

Commissioners (ISICOM). Forum-forum ini secara konsisten banyak membahas masalah

seputar Good Corporate Governance (GCG) dan juga peranan dari para Komisaris dan

Komite Audit dalam membantu perusahaan agar mampu beroperasi sesuai dengan

prinsip-prinsip GCG, lahirlah suatu keinginan agar pemikiran-pemikiran yang telah

dihasilkan dalam forum tersebut, tidak hanya berkisar pada tataran konsep atau

pemikiran saja, tetapi juga mampu ditularkan dan direalisasikan.

Keinginan yang begitu besar mendorong ISICOM dengan juga beberapa praktisi

komite audit yang memiliki concern yang tinggi terhadap pola pengembangan komite

audit agar komite audit selalu updated, well informed, dan efektif dalam menjalankan

tugasnya sepakat untuk membentuk The Indonesian Institute of Audit Committee.

Komite Audit memiliki peran penting sebagai salah satu organ perusahaan yang

mutlak harus ada dalam penerapan good corporate governance. Ikatan Komite Audit

Indonesia didirikan dengan tujuan untuk memayungi serta melakukan pendidikan dan

pengakuan terhadap kualifikasi anggota komite audit dalam rangka mempercepat

transformasi perusahaan menuju good corporate governance.

Dengan melalui beberapa kali pertemuan antara ISICOM dengan beberapa

praktisi komite audit yang bertujuan untuk membahas lebih dalam mengenai

pembentukan The Indonesian Institute of Audit Committee, maka disepakati segera

mendeklarasikan organisasi ini dengan visi menjadi organisasi yang mampu mendorong

diterapkannya good corporate governance di Indonesia melalui penyediaan anggota

Page 7: Komite Audit

komite audit yang independen, profesional, kompeten dan berintegritas serta

memberikan nilai tambah bagi entitas pengguna dan stakeholders lainnya.

IKAI dicetuskan oleh 9 orang anggota pendiri, yaitu Soedarjono (Komisaris

Utama PT. Danareksa (Persero)), Irwan Sofjan (Ketua Komite Audit PT. Bank Negara

Indonesia (Persero) Tbk)., Subarto Zaini (Ketua Komite Audit PT. BAT Indonesia Tbk.),

M. Tjoek Soeroso (Ketua Komite Audit PT. Jasa Raharja), Tjuk Kasturi Sukiadi (Ketua

Komite Audit PT. Semen Gresik Tbk.), Kanaka Puradiredja (Anggota Komite Audit PT.

Astra International Tbk.dan PT. Bank Niaga Tbk.), dan Indra Safitri (Anggota Komite

Audit PT. Inco Tbk.).

Pada tanggal 31 Juli 2004 di Jakarta, Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI)

berhasil menyelenggarakan Rapat Umum Anggota yang Pertama, dengan beberapa

keputusan yang telah disepakati oleh Anggota, diantaranya adalah:

- Terpilihnya Anggota Dewan Kehormatan dan Anggota Dewan Pengurus periode

2004-2007

- Disahkannya Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dengan beberapa

perbaikan

- Disetujuinya Program Kerja Ikatan Komite Audit Indonesia periode 2004-2007

C. Wewenang, Tugas dan Tanggungjawab Komite Audit

Komite Audit mempunyai wewenang untuk menjalankan tugas-tugasnya seperti

yang diutarakan oleh Barol (2004) yang dikutip oleh Siswanto Sutojo dan E. John

Aldridge (2005, 237), yaitu:

“Mengaudit kegiatan manajemen perusahaan dan auditor (intern dan ekstern). Mereka yang berwenang meminta informasi tambahan dan memperoleh penjelasan dari manajemen dan karyawan yang bersangkutan.

Page 8: Komite Audit

Komite Audit juga mengevaluasi seberapa jauh peraturan telah mematuhi standar akunting dan prinsip akuntansi yang diterima.”

Menurut Hasnati (2003) yang dikutip oleh Indra Surya dan Ivan Yustiavandana

(2006, 149), komite audit memiliki wewenang, yaitu:

1. Menyelidiki semua aktivitas dalam batas ruang lingkup tugasnya;

2. Menyelidiki semua aktivitas dalam batas ruang lingkup tugasnya;

3. Mencari Informasi yang relevan dari setiap karyawan;

4. Mengusahakan saran hukum dan profesional lainnya yang independen apabila

dipandang perlu.

Kewenangan Komite Audit dibatasi oleh fungsi mereka sebagai alat bantu

Dewan Komisaris sehingga tidak memiliki otoritas eksekusi apapun (hanya sebatas

rekomendasi kepada Dewan Komisaris) kecuali untuk hal spesifik yang telah

memperoleh hak kuasa eksplisit dari Dewan Komisaris misalnya mengevaluasi dan

menentukan komposisi auditor eksternal dan memimpin satu investigasi khusus. Selain

itu Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-41/PM/2003 menyatakan bahwa Komite

Audit memiliki wewenang mengakses secara penuh, bebas dan tak terbatas terhadap

catatan, karyawan, dana, aset, serta sumber daya perusahaan dalam rangka tugasnya serta

berwenang untuk bekerjasama dengan auditor internal.

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) dan YPPMI

Institute, yang dikutip oleh Indra Surya dan Ivan Yustiavandana (2006, 148) Komite

Audit pada umumnya mempunyai tanggungjawab pada tiga bidang, yaitu:

1. Laporan Keuangan (Financial Reporting)

Komite Audit bertanggungjawab untuk memastikan bahwa laporan yang dibuat

manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang kondisi keuangan,

hasil usaha, rencana dan komitmen perusahaan jangka panjang.

Page 9: Komite Audit

2. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)

Komite Audit bertanggungjawab untuk memastikan bahwa perusahaan telah

dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku dan etika, melaksanakan

pengawasan secara efektif terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang

dilakukan oleh karyawan perusahaan.

3. Pengawasan Perusahaan (Corporate Control)

Komite Audit bertanggungjawab untuk pengawasan perusahaan termasuk didalamnya

hal-hal yang berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendalian intern serta

memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal.

Menurut Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-103/MBU/2002, dalam

membantu Komisaris/Dewan Pengawas, Komite Audit bertugas:

a. Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilakukan oleh Satuan

Pengawasan Intern maupun Auditor Ekstern sehingga dapat dicegah pelaksanaan dan

pelaporan yang tidak memenuhi standar.

b. Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian manajemen

perusahaan serta pelaksanaannya.

c. Memastikan bahwa telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap

informasi yang dikeluarkan BUMN, termasuk brosur, laporan keuangan berkala,

proyeksi/forecast dan lain-lain informasi keuangan yang disampaikan kepada

pemegang saham.

d. Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Komisaris/Dewan Pengawas.

e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Komisaris/Dewan Pengawas sepanjang

masih dalam lingkup tugas dan kewajiban Komisaris/Dewan Pengawas berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Komite Audit bertugas untuk

memberikan pendapat kepada Dewan Komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang

Page 10: Komite Audit

disampaikan oleh direksi kepada Dewan Komisaris, mengidentifikasi hal-hal yang

memerlukan perhatian Komisaris, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan

dengan tugas Dewan Komisaris.

D. Standar Profesi dan Standar Etika Bagi Anggota Komite Audit

Berdasarkan situs resmi komite audit (www.komiteaudit.org) standar profesi

dan standar etika bagi anggota komite audit belum memiliki bentuk baku karena IKAI

masih dalam tahap mengembangkan sebuah standar yang dapat memayungi profesi

komite audit di Indonesia. Standar profesi tidak hanya berkaitan dengan kriteria mutu

kinerja tindakan dari anggota komite audit (kualitas profesional anggota komite audit),

tetapi juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan tugasnya

sebagai anggota komite audit. Standar profesi bagi anggota komite audit yang akan

dikembangkan oleh IKAI mencakup standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan

standar pelaporannya.

Standar etika bagi anggota komite audit dimaksudkan sebagai panduan dan

aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktek sebagai anggota komite audit yang

bekerja di perusahaan publik, perusahaan milik negara, ataupun bagi entitas lainnya.

Standar etika bagi anggota komite audit IKAI akan dikembangkan menjadi tiga bagian,

yaitu prinsip etika, aturan etika, dan intreprestasi aturan etika.

Prinsip etika memberikan kerangka dasar bagi aturan etika yang mengatur

pelaksanaan fungsi anggota komite audit. Prinsip etika disahkan oleh Rapat Umum

Anggota dan berlaku bagi seluruh anggota. Sedangkan aturan dan interprestasi etika

dikeluarkan dan disahkan oleh Dewan Pengurus setelah memperhatikan tanggapan dari

anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan

aturan etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.

Page 11: Komite Audit

Dalam pelaksanaannya fokus pertama akan lebih diarahkan pada knowledge

sharing yang dilakukan melalui forum-forum diskusi. Hasil knowledge sharing nanti

dituangkan dalam bentuk standar profesi dan etika. Dalam waktu dekat ini IKAI akan

memfokuskan pada standar audit committee charter dan standar laporan komite audit

dalam laporan tahunan, mengingat dalam prakteknya untuk kedua hal tersebut  belum

ada standarnya.

E. Hubungan Komite Audit Dengan Auditor dan Manajemen

Komite Audit membantu Dewan Komisaris menjalankan tugas pengawasan

diantaranya dengan mengkaji hal-hal sebagai berikut:

1. Laporan keuangan Perseroan dan informasi keuangan lainnya;

2. Kepatuhan Perseroan terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku;

3. Efektivitas dari aktivitas pengendalian internal; dan

4. Kemampuan Perseroan dalam mengelola risiko dan menangani keluhan pelanggan;

 Komite Audit juga memantau kinerja Perseroan secara keseluruhan. Komite

Audit secara berkala melaporkan hasil kajiannya kepada Dewan Komisaris. Tugas

khusus yang dilakukan secara berkala mencakup:

1. Mengkaji kinerja auditor eksternal, menilai independensi dan obyektivitas serta

kecukupan pemeriksaan eksternal;

2. Mengkaji aktivitas manajemen risiko Perseroan;

3. Mengkaji sistem pengendalian internal yang kritis;

4. Mengkaji area yang memiliki risiko tinggi terhadap penyalahgunaan wewenang atau

kecurangan;

5. Menilai area yang mempunyai potensi peningkatan efisiensi biaya dan/atau

profitabilitas;

Page 12: Komite Audit

6. Menilai aspek-aspek operasional, keuangan dan teknologi informasi dalam aspek

bisnis;

7. Mengkaji kepatuhan Perseroan terhadap peraturan pasar modal dan peraturan lainnya;

8. Menguji keputusan dan implementasi hasil rapat Direksi.

Untuk melaksanakan tugasnya, Komite Audit memiliki akses penuh ke semua

laporan keuangan, temuan auditor internal, dan risalah rapat Direksi. Selain itu jika

diperlukan, Komite Audit dapat melakukan rapat intensif dengan manajemen, auditor

internal dan eksternal

F. Kualitas Kerja Komite Audit

Komite Audit biasanya terdiri dari dua hingga tiga orang anggota. Dipimpin

oleh seorang Komisaris Independen. Seperti komite pada umumnya, Komite audit yang

beranggotakan sedikit cenderung dapat bertindak lebih efisien. Akan tetapi, Komite

Audit beranggota terlalu sedikit juga menyimpan kelemahan yakni minimnya ragam

pengalaman anggota. Sedapat mungkin anggota Komite Audit memiliki pemahaman

memadai tentang pembuatan laporan keuangan dan prinsip-prinsip pengawasan internal.

Agar mampu bekerja efektif, Komite Audit dibantu staff perusahaan dan auditor

eksternal. Komite juga harus memiliki akses langsung kepada stand dan penasehat

perusahaan seperti keuangan dan penasehat hukum. Keberadaan Komite Audit diatur

melalui Surat Edaran Bapepam Nomor: SE/03 PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan

keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-103/MBU/2002 (Bagi BUMN) Komite Audit

sedikitnya terdiri dari tiga orang, diketuai oleh seorang Komisaris Independen

perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen serta menguasai dan memiliki

latar belakang akuntansi dan keuangan.

Page 13: Komite Audit

Menurut Sarbanes-Oxley act jumlah anggota Komite Audit perusahaan yang

dikutip Siswanto Sutojo dan E. John Aldridge (2005, 132) mengharuskan bahwa:

“Komite Audit harus beranggotakan lima orang, diangkat untuk masa jabatan lima tahun. Mereka harus memiliki pengetahuan dasar tentang manajemen keuangan. Dua diantara lima orang anggota tersebut pernah menjadi akuntan publik. Tiga orang anggota yang lain bukan akuntan publik. Ketua Komite Audit dipegang oleh salah seorang anggota Komite Akuntan Publik, dengan syarat selama lima tahun terakhir mereka tidak berprofesi sebagai akuntan publik. Ketua dan anggota Komite Audit tidak diperkenankan menerima penghasilan dari perusahaan akuntan publik kecuali uang pensiun.”

Menurut Hiro Tugiman (1999, 11) mengatakan bahwa:

“Anggota Komite Audit adalah profesional yang bukan pegawai perusahaan, satu diantaranya dipersyaratkan mempunyai latar belakang pendidikan dan berpengalaman dalam bidang akuntansi dan auditing anggota lainnya dapat berlatar belakang pendidikan dan pengalaman dalam bidang hukum atau yang berkaitan dengan operasional atau kultur organisasi.”

Menurut Subur (2003) yang dikutip I Putu Sugiartha Sanjaya, syarat-syarat yang

harus dipenuhi untuk menjadi anggota Komite Audit adalah sebagai berikut:

1. Anggota Komite Audit harus memiliki keseimbangan keterampilan dan pengalaman

dengan latar belakang usaha yang luas.

2. Anggota Komite Audit harus independen, objektif dan profesional.

3. Anggota Komite Audit harus memiliki integritas, dedikasi, pemahaman yang baik

mengenai organisasi, lingkungan bisnis serta risiko dan kontrol.

4. Paling sedikit anggota komite audit harus memiliki pengertian yang baik tentang

analisa dan penyusunan laporan keuangan.

5. Ketua Komite Audit harus memiliki kemampuan untuk memimpin dan terampil

berkomunikasi dengan baik.

Page 14: Komite Audit

Selain hal tersebut, menurut Keputusan Ketua Bapepam Nomor:

Kep-41/PM/2003 menambahkan bahwa anggota Komite Audit tidak merangkap jabatan

yang sama pada perusahaan lain pada periode yang sama.

Page 15: Komite Audit

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

a. Keberadaan Komite Audit sangat penting dalam rangka meningkatkan kinerja

perusahaan, terutama dari aspek pengendalian. Pada saat ini adanya Komite Audit

yang efektif merupakan salah satu aspek dalam implementasi Good Corporate

Governance.

b. Perkembangan Komite Audit di Indonesia sangat lamban apabila dibandingkan

dengan di beberapa negara lain, seperti di Amerika Serikat, Inggris dan Kanada. Hal

ini karena ketentuan (regulasi) yang mengatur tentang Komite Audit oleh Bapepam,

BEI dan Kantor Menteri BUMN relatif masih baru.

c. Keberadaan Komite Audit di Perbankan, BUMN maupun Perusahaan Publik, pada

saat ini belum efektif seperti yang diharapkan berbagai pihak.

B. Saran

a. Agar Pemerintah termasuk Kementerian BUMN dan Menteri Keuangan

menganjurkan pada BUMN tertentu untuk membentuk komite audit sebagai

implementasi Good Corporate Governance.

b. Agar BAPEPAM, BEI mengharuskan Perusahaan Publik untuk membentuk Komite

Audit serta melakukan monitoring secara periodik untuk mencegah adanya komite

audit hanya sekedar memenuhi tuntutan regulator.

c. Agar keberadaan Komite Audit di Perusahaan Publik, Perbankan maupun BUMN

dapat berjalan secara efektif, hendaknya anggota Komite Audit dipilih orang yang

independen yang berasal dari luar perusahaan sehingga tidak ada conflict of interest

Page 16: Komite Audit

dengan perusahaan. Selain itu hendaknya aspek kapabilitas serta integritas menjadi

acuan utama dalam memilih anggota Komite Audit.

Page 17: Komite Audit

DAFTAR PUSTAKA

http://firmsstat.blogspot.com/2009/05/komite-audit.html

http://www.jtanzilco.com/main/index.php/component/content/article/1-kap-news/1064-perankomiteauditdalammenunjanginternalkontrolperusahaan

http://www.komiteaudit.org

Lestariningsih. 2008. Peranan penerapan good corporate governance dalam Pengembangan perusahaan publik. Jurnal. Spirit Publik Volume 4, Nomor 2

______” Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-315/BEJ/062000”

______” Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-103/MBU/2002”

______” Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-41/PM/2003”

______” Surat Edaran BAPEPAM Nomor SE-03/PM/2000”

______” Peraturan Nomor: IX.I.V Keputusan Ketua Bapepam dan LK”