kombucha.docx
-
Upload
intan-btari-dwiastuti -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
description
Transcript of kombucha.docx
Intan Btari Dwiastuti240210130101
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Teh merupakan minuman penyegar tanpa alkohol yang berasal dari seduhan
pucuk tanaman the (Camellia sinensis L) yang cukup banyak ditanam dan dihasilkan
di Indonesia. Pada masyarakat pedesaan, seduhan teh yang kental bisa digunakan
untuk pertolongan awal pada penderita diare, bahkan di daerah tertentu seduhan teh
diyakini bermanfaat sebagai obat kuat dan membuat awet muda Teh mengandung
mikro elemen (terutama Fluor dan vitamin K) serta senyawa-senyawa fitokimia
(khususnya polifenol flavonoid) yang berkhasiat sebagai antioksidan. Teh juga
mengandung asam-asam amino, terutama tanin yang dapat meningkatkan
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi (Arifin, 1994). Kombucha merupakan the
hasil fermentasi menggunakan campuran kultur bakteri dan khamir sehingga
diperoleh cita rasa asam dan terbentuk lapisan nata(Arifin, 1994).
Kombucha berasal dari kata “Kombu” dan “Cha”. “Kombu” berasal dari nama
seorang tabib dari Korea dan “Cha” berarti teh. The kombucha diduga berasal dari
Cina 3000 tahun yang lalu sejak tahun 221 SM. Mereka menganggap kombucha
sebagai minuman berbahan teh yang dapat membuat umur panjang dan membuat
kehidupan kekal, diberi nama “Tea of Immortality” (Naland, 2004).
Teh kombucha merupakan air seduhan teh dan gula yang telah mengalami
proses fermentasi oleh bakteri Acetobacter xylinum dan beberapa jenis khamir
diantaranya Saccharomyces cerevisiae dan proses fermentasi dilakukan selama 8-12
hari. Kemampuan A. xylinum dalam mensintesis gula dapat memproduksi asam
glukonat, serta oksidasi alcohol menjadi asam asetat, sedangkan Saccharomyces
merupakan salah satu jenis khamir yang mempunyai keunggulan dalam memproduksi
alkohol.
Selama proses fermentasi kombucha dihasilkan kandungan asam glukonat,
glukoronat, sejumlah alkohol, karbondioksida, vitamin B, vitamin C, serta berbagai
jenis asam organik yang sangat penting bagi metabolisme. Kandungan yang
dihasilkan oleh teh kombucha merupakan penguraian dari gula sehingga pemberian
dosis gula yang berbeda juga akan mempengaruhi hasil akhir dari teh kombucha.
Intan Btari Dwiastuti240210130101
Konsentrasi gula yang berbeda akan mempengaruhi komposisi dari senyawa yang
dihasilkan selama proses fermentasi (Hidayat, 2006).
Kultur kombucha hidup di lingkungan nutrisi larutan teh manis yang akan
tumbuh secara terus menerus hingga membentuk susunan yang berlapis. Kultur
kombucha akan memiliki bentuk menurut wadah yang digunakan (tempat pembiakan)
pada proses pembuatan minuman kesehatan teh kombucha. Pada pertumbuhannya,
koloni pertama kombucha akan tumbuh dilapisan paling atas dan pertumbuhannya
akan memenuhi lapisan tersebut, pertumbuhan berikutnya semakin lama semakin
tebal, demikian seterusnya (Silaban, 2009).
Tahapan pembuatan kombucha yang pertama adalah penyeduhan teh untuk
mendapatkan air teh. Sebanyak 200 ml air dimasukkan ke dalam panci dan
dididihkan. Kemudian ditambahkan teh bubuk sebanyak 1% atau sekitar 2 gram dan
didiamkan selama 10 menit. Larutan teh kemudian disaring untuk memisahkan air teh
dari ampasnya, lalu dimasukkan ke dalam jar kaca steril dan dibiarkan dingin hingga
suhu 30 ˚C. Setelah suhunya mencapai 30 ˚C, air teh kemudian ditambahkan gula dan
diaduk hingga rata. Kadar gula yang ditambahkan berbeda-beda tiap kelompoknya
dengan tujuan untuk mengamati kadar gula sebagai sumber nutrisi yang optimal
untuk pertumbuhan mikroorganisme.
Tahapan selanjutnya adalah inokulasi starter kombucha ke dalam air teh.
Sengaja air the dibiarkan dingin terlebih dahulu agar saat diinokulasikan, starter tidak
mati. Starter ditambahkan sebanyak 10% dari air teh atau sekitar 20 ml. Setelah itu jar
penyimpanan kombucha ditutup menggunakan kain saring steril dan diikat dengan
karet gelang secara aseptis. Penutupan ini dilakukan dengan tujuan agar tidak
terkontaminasi oleh mikroorganisme lain, baik yang berasal dari lingkungan sekitar
maupun dari praktikan namun dalam keadaan oksigen anaerob fakultatif. Selain itu
wadah penyimpanan kombucha harus dalam keadaan steril dan tidak terbuat dari besi.
Besi selain stainless steel tidak baik digunakan sebagai wadah penyimpanan
kombucha karena asam yang terbentuk akan bereaksi dengan besi. Air teh yang telah
ditambahkan starter kombucha kemudian diinkubasi pada suhu 28 – 30 ˚C selama 12
hari. Selama proses fermentasi dilakukan pengamatan dan perhitungan SPC setiap 2 x
Intan Btari Dwiastuti240210130101
24 jam sekali, serta dibuat kurva pertumbuhan mikroorganisme.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan kurva pertumbuhan
mikroorganisme selama proses fermentasi kombucha. Kombucha diambil sebanyak 1
ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan pengencer buffer
NaCl-fis secara aseptik, lalu dikocok hingga terbentuk suspensi. Kemudian dilakukan
pengenceran hingga pengenceran 10-5 dengan tujuan mengurangi jumlah
mikroorganisme yang terdapat di dalam sampel sehingga memudahkan saat dilakukan
pengamatan. Dari setiap pengenceran diambil sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke
dalam cawan petri steril secara aseptik. Setelah itu ditambahkan medium PCA cair
dan digoyang-goyangkan agar suspensi tersebar merata dalam medium, kemudian
didiamkan hingga beku. Harus diperhatikan bahwa pada saat penuangan, medium
tidak boleh dalam keadaan panas. Hal ini akan mengakibatkan mikroorganisme tidak
dapat tumbuh jika medium masih terlalu panas. Setelah media agar membeku, cawan
petri kemudian diinkubasi dalam inkubator dengan suhu 30 ºC selama 2 hari. Setelah
diinkubasi selama 2 hari, selanjutnya dilakukan perhitungan SPC dan pembuatan
kurva pertumbuhan mikroorganisme. Berikut ini adalah hasil pengamatan dan
perhitungan SPC yang terdapat dalam tabel 1.
Hari
ke-
Kadar
gula
Jumlah koloni TPC pH %
alkohol10-4 10-5
0 15% 117 26 1,2 x 106 3 1%
20% 10 5 <3,0 x 105 (1,0 x 105) - -
25% 5 4 < 3,0 x 105 (5,0 x 105) - -
2 15% 118 2 1,2 x 106 - -
20% 2 2 <3,0 x 105 (2,0 x 104) - -
25% 488 50 5,0 x 106 - -
4 15% 960 478 >3,0 x 105 (9,6 x 106) - -
20% 18 6 <3,0 x 105 (1,8 x 105) - -
25% 3 11 Error - -
7 15% 1 2 Error 3 2%
Intan Btari Dwiastuti240210130101
20% 21 4 <3,0 x 105 (2,1 x 105) 4 4%
25% 1 0 <3,0 x 105 (1,0 x 104) - -
9 15% 21 5 <3,0 x 105 (2,0 x 105) 2 2%
20% 11 1 <3,0 x 105 (1,1 x 105) 2,8 13%
25% 11 3 <3,0 x 105 (1,1 x 105) 3 20%
11 15% - - - 3 7%
20% 8 7 <3,0 x 105 (8,0 x 104) 3 15%
25% 29 20 <3,0 x 105 (2,9 x 105) 3 12%
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014
0 2 4 6 8 10 120
2000000
4000000
6000000
8000000
10000000
12000000
15%20%25%
Hari
Jum
lah
mik
roor
gani
sme
Gambar 1. Grafik Hubungan Pertumbuhan Mikroorganisme pada Kombucha(Dokumentasi Pribadi, 2014)
Dilihat pada grafik, kurva pertumbuhan dari mikroorganisme di dalam proses
fermentasi kombucha tidak menunjukkan bentuk yang sigmoid. Hal ini terjadi karena
pada pengenceran di hari ke 4 dan ke-2 kombucha yang dibuat dengan gula
berkonsentrasi 12%dan 25% mengalami hasil error. Jika tidak terjadi hasil error,
dapat diketahui kurva pertumbuhan dari mikroorganisme di dalam kombucha
terutama fase logaritmiknya. Jika kombucha dengan penambahan gula sebanyak 15%
dan 25% pada titik yang terputus jumlah mikroorganismenya tidak lebih banyak
Intan Btari Dwiastuti240210130101
dibanding hari sebelumnya, dapat disimpulkan puncak pertumbuhannya dicapai pada
hari ke-4 dan hari ke-2. Maka, dapat disimpulkan puncak pertumbuhan
mikroorganisme dicapai lebih cepat pada penggunaan gula 25% dibanding 20% dan
15%. Diduga hal ini dapat terjadi karena nutrisi yang tersedia yakni sumber karbon
dengan penambahan gula 25% tersedia lebih banyak sehingga fase adaptasi hanya
terjadi di antara hari ke 0 dan 2. Tapi hasil kesimpulan tersebut juga masih sebuah
dugaan mengingat tidak diketahui secara pasti pertumbuhan mikroorganisme pada
hari ke-4 apakah lebih banyak atau lebih sedikit.
Berdasarkan pada laju pertumbuhan, kurva pertumbuhan mikroorganisme dapat
dibagi 4 fase, yaitu fase pertumbuhan lambat (fase lag), fase eksponensial (fase
logaritmik), fase stasioner, dan fase kematian. Fase lag adalah periode penyesuaian
pada lingkungan dan lamanya dapat satu jam hingga beberapa hari. Lama waktu ini
bergantung pada jenis mikroorganisme, umur biakan, dan nutrien yang terdapat
dalam medium yang disediakan (Adisoemarto, 1993). Fase lag pada percobaan
diduga terjadi pada hari ke-0 atau segera setelah kombucha selesai dibuat.
Fase selanjutnya adalah fase logaritmik atau fase eksponensial. Fase logaritmik
adalah periode pembiakan yang cepat dan merupakan periode yang biasanya teramati
ciri khas sel-sel yang aktif. Fase logaritmik ini muncul sebagai garis lurus
(Adisoemarto, 1993). Fase logaritmik pada penggunaan gula 25% terjadi dari hari ke-
0 hingga hari ke-2 sedangakan penggunaan gula 15% dan 20% terjadi diantara hari
ke-2 dan hari ke-4.
Fase stasioner yaitu fase di mana jumlah keseluruhan bakteri akan tetap, laju
pembiakan sama dengan laju kematian (Adisoemarto, 1993). Pada kurva
pertumbuhan mikroorganisme kombucha dengan gula 15% dan 25% tidak dapat
diketahui fase statsionernya karena kurva terputus pada hari ke-4 karena hasil
pengenceran yang error. Sedangkan pada kombucha yang dibuat dnegan gula 20%
fase stasioner merupakan fase lju pertumbuhan tetap yang terjadi di hari ke-4 setelah
puncak pertumbuhannya.
Fase kematian adalah periode di mana pembiakan berhenti (Adisoemarto,
1993). Sebagian populasi mikroba mulai mengalami kematian yang disebabkan oleh
Intan Btari Dwiastuti240210130101
nutrien di dalam medium dan energi cadangan di dalam sel sudah habis. Kecepatan
kematian dipengaruhi oleh kondisi nutrien, lingkungan, dan jenis mikroba (Fardiaz,
1992). Pada kurva pertumbuhan mikroorganisme di atas, fase kematian mulai
memasuki fasenya diduga pada hari ke-9 hingga kurva semakin bergerak menurun.
Penurunan jumlah sel mikroorganisme ini disebabkan karena jumlah nutrient yang
terdapat di dalam larutan teh berkurang dan kandungan polifenol dalam teh dapat
menghambat pertumbuhan khamir. Selain itu, penurunan jumlah sel mikroorganisme
juga dapat disebabkan oleh kadar alkohol pada media.
Pada grafik juga dapat terlihat kuantitas dari mikroorganisme pada berbagai
perlakuan. Pergerakan kurva yang paling tinggi dapat dilihat dimiliki oleh kombucha
dengan kadar gula 15% lalu perlakuan penambahan gula 25% dan penambahan gula
20%. Hal ini menunjukkan, pada praktikum penggunaan gula 15%menghaslkan
pertumbuhan mikroorganisme selama fermentasi kombucha yang paling banyak.
Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nofrianti et al (2010)
bahwasanya terdapat hubungan antara konsentrasi gula yang siberika dengan jumlah
populasi mikroorganisme. Semakin tinggi konsentrasi gula diberikan maka jumlah
populasi A. xylinum semakin banyak ddan kadar gula yang digunakan juga semakin
tinggi. Sedangkan pada praktikum, jumlah mikroorganisme yang dihasilkan dari
pembuatan kombucha dengan gula maksimum 25% tidak lebih banyak dibandingkan
15% gula. Banyak faktor yang dapat menyebabkan rendahnya populasi
mikroorganisme pada konsentrasi gula tertentu diantaranya fase kematian yang lebih
cepat karena produksi metabolit yang sangat tinggi yakni asam asetat sebagai
perombakan lebih lanjut dari alcohol di mana pH yang dihasilkan justru dapat
menurunkan jumlah mikroorganisme yang ada. Selain itu dapat juga terjadi kesalahan
procedural misalnya konsentrasi gula yang diberikan tidak sesuai atau pada saat
pengenceran yang kurang homogeny sehingga sampel yang dicuplik tidak mewakili
seluruh mikroorganisme di dalam kombucha.
Pengaruh penggunaan konsentrasi gula tertentu juga berhubungan dengan
lama fermentasi, semakin lama fermentasi dan semakin rendah kadar gula, berat
selulosa semakin rendah. Semakin lama fermentasiteh, dan semakin tinggi
Intan Btari Dwiastuti240210130101
konsentrasi gula akan berpangaruh pada nilai pH yang akan menjadi semakin
rendah(Nofrianti et al, 2014).
Secara umum, pH dari kombucha yang diamati berada pada kisaran pH 3 yang
mana telah mengalami penurunan dari pH 4 pada pengamatan sebelumnya. Namun,
secara umum pH akhir dari produk fermentasi the pada praktikum berada pada derajat
keasaman 3 pada semua perlakuan. Hasil pengamatan tidak menunjukkan kesesuaian
dengan teori di mana seharusnya jika sesuai dugaan makan kombucha yang dibuat
dengan konsentrasi gula 25% memiliki pH yang paling rendah, sedangkan pada
percobaan pH semua perlakuan adalah sama. Konsentrasi asam asetat dalam
kombucha hanya meningkat sampai batas tertentu lalu mengalami penurunan. Hal ini
terjadi karena pemanfaatan asam asetat lebih lanjut oleh A. xylinum ketika jumlah
gula dalam media teh mulai habis. Penurunan kadar asam ini juga dikarenakan
fermentasi etanol oleh khamir juga mengalami penurunan dikarenakan pH yang
sangat rendah serta mulai habisnya gula dalam larutan(Frank, 1995).
Kadar alcohol akhir dari kombucha yakni sebesar 7% untuk konsentrasi gula
15%, 15% untuk konsentrasi gula 20% dan 12% untuk konsentrasi gula 25%. Hasil
pengamatan terhadap kadar alcohol dilakukan secara manual yakni dengan prinsip
penggunaan titik didih, di mana dibandingkan antara selisih titik didih alcohol dan air
yang merupakan kadar alkohol dari kombucha. Hasil pengamatan antara kuantitas
mikroorganisme, pH dan alcohol pada percobaan tidak ada yang menunjukkan
keselarasan dengan perlakuan penambahan gula. Seharusnya kuantitas
mikroorganisme yang tumbuh akan berbanding lurus dengan pH dan alcohol serta
konsentrasi gula. Konsentrasi gula yang semakin tinggi artinya menyediakan nutrisi
lebih banyak untuk pertumbuhan mikroorganisme, pertumbuhan mikroorganisme
yang optimal akibat tersedianya nutrisi berlebih menyediakan substrat yang lebih
banyak untuk dipecah menjadi metabolit tertentu. Namun, pada hasil pengamatan,
konsentrasi gula 25% yang diketahui mengandung lebih banyak nutrisi tidak
menghasilkan mikroorganisme yang secara kuantitas lebih tinggi. Begitu pula pada
pH dan kadar alkoholnya, bahkan pada kadar alkoholnya malah sempat mengalami
penurunan. Diduga hal ini terjadi karena etanol yang dihasilkan dipecah menjadi
Intan Btari Dwiastuti240210130101
asam asetat oleh A. xylinum dalam jumlah besar juga sehingga kadar alcohol
berkurang. Diduga ketidaksesuaian nya hasil praktikum disebabkan oleh metode
pengamatan yang tidak menggunakan kombucha dari konsentrasi yang sama untuk
pengamatan berkala yang dilakukan. Jadi, kombucha yang diamati setiap dua hari
sekali bukan berasal dari jar kombucha yang sama melainkan jar lain yang
konsentrasinya dibuat sama oleh kelompok berbeda, sehingga pertumbuhan
sebenarnya dari mikroorganisme pada kombucha tidak secara spesifik dapat
diketahui.
Proses fermentasi kombucha ini melibatkan beberapa mikroorganisme yang
bekerja secara simbiotik dan terjadi dua jenis proses fermentasi, yaitu fermentasi
alkohol dan fermentasi asam asetat. Khamir yang terlibat dalam fermentasi kombucha
ini adalah Saccharomyces cereviceae, sedangkan bakteri asam asetatnya yaitu
Acetobacter xylinum. Selama proses fermentasi berlangsung maka khamir akan
merombak gula (sukrosa) dalam medium menjadi alkohol yang dilanjutkan dengan
oksidasi alkohol menjadi asam asetat oleh bakteri Acetobacter xylinum. Khamir
bersifat fakultatif anaerob, artinya ada atau tidak ada oksigen khamir dapat tumbuh,
sedangkan bakteri asam asetat merupakan mikroorganisme yang bersifat obligat
aerob artinya bakteri tersebut hanya tumbuh bila oksigen tersedia. Reaksi yang terjadi
selama fermentasi teh kombucha adalah sebagai berikut.
C6 H12O6 Saccharomyces cerevisiae→
C2 H5OH + 2 CO2 (dalam suasana
anaerob)
C2 H5 OH + O2 Acetobacter xylinum→
CH3 COOH + H2 O (dalam suasana
aerob)
Proses fermentasi kombucha diawali dengan ketika khamir mengubah glukosa
menjadi alkohol dan CO2, kemudian CO2 bereaksi dengan air membentuk asam
karbonat. Glukosa berasal dari inversi sukrosa oleh khamir dengan bantuan enzim
ekstraseluler invertase menghasilkan glukosa dan fruktosa. Khamir kombucha
termasuk organisme anaerob fakultatif. Jika tersedia O2 khamir akan mengoksidasi
Intan Btari Dwiastuti240210130101
sukrosa menjadi CO2 dan air, jika tidak tersedia O2 akan dihasilkan etanol. Reaksi
yang terjadi selama perombakan gula adalah sebagai berikut.
C12H22O11 + 12 O2 12 CO2 + 11 H2O (dalam suasana aerob)
C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2 (dalam suasana anaerob)
CO2 + H2O H2CO3 (asam karbonat)
Setelah terbentuknya alkohol maka proses fermentasi dilanjutkan dengan
oksidasi alkohol menjadi asam asetat oleh bakteri Acetobacter xylinum. Pembentukan
asam asetat dari alkohol oleh bakteri asam asetat melalui dua tahap oksidasi. Crueger
(1989) menyebutkan bahwa oksidasi tahap pertama mengubah alkohol menjadi
asetaldehid oleh enzim NAD atau NADP-alkohol dehidrogenase. Asetaldehid dan air
dapat membentuk keseimbangan reaksi dengan senyawa asetaldehid terhidrasi.
Selanjutnya oksidasi tahap kedua mengubah senyawa antara yaitu asetaldehid
terhidrasi membentuk asam asetat. Oksidasi tahap kedua ini melibatkan enzim
asetaldehid dehidrogenase. Oksidasi ini dilakukan secara aerob dan dinamakan proses
asetifikasi. Reaksi yang terjadi selama pembentukan asam asetat adalah sebagai
berikut.
C2H5OH + O2 CH3COOH + H2O
atau
CH3CH2OH CH3CHO CH3CH(OH)2 CH3COOH
Etanol Asetaldehid Asetaldehidra
t
Asam asetat
Aktivitas biokimia yang kedua dari bakteri asam asetat adalah pembentukan
asam glukonat yang berasal dari oksidasi glukosa. Sukrosa dipecah menjadi glukosa
dan fruktosa oleh khamir. Glukosa kemudian dikonversi menjadi asam glukonat
melalui jalur fosfat pentosa oleh bakteri asam asetat, sedangkan fruktosa sebagian
besar dimetabolis menjadi asam asetat dan sisanya menjadi asam glukonat.
Bakteri asam asetat selain dapat merombak alkohol menjadi asam asetat, juga
Intan Btari Dwiastuti240210130101
mampu membentuk selulosa dari glukosa yang disebut scooby dan melayang di
permukaan medium. Acetobacter xylinum akan mengubah glukosa menjadi prekursor
pada membran sel yang kemudian disekresikan ke bagian luar sel menjadi selulosa.
Pada awal terbentuknya, selulosa akan dihasilkan dalam bentuk tidak berstruktur
sebagai material yang dilepaskan sel, terdiri dari molekul-molekul yang terdistribusi
secara acak. Kondisi ini menunjukkan selulosa kemungkinan tidak dibentuk secara
utuh oleh bakteri tapi terbentuk kemudian dalam larutan. Serabut selulosa yang
disekresikan akan membentuk jaringan yang lepas menutupi sel yang secara bertahap
menutupi permukaan cairan medium fermentasi (Hidayat, 2006).
Intan Btari Dwiastuti240210130101
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini antara lain
1. Kombucha merupakan produk fermentasi the oleh khamir Saccharomyces
cerevisiae dan bakteri asam asetat A.xylinum.
2. Metabolit yang dihasilkan pada produk kombucha diantaranya alcohol, asam
asetat dan asam glukonat.
3. Semakin tinggi konsentrasi gula semakin tinggi pertumbuhan
mikroorganisme.
4. Hasil pengamatan menunjukkan konsentrasi gula 15% menghasilkan
pertumbuhan maksimal dari mikroorganisme secara kuantitas.
5. Fase logaritmik dicapai paling cepat pad apenggunaan gula pada konsentrasi
25% yakni yang terjadi semenjak hari pertama pembuatan kombucha
6. Semakin tinggi konsentrasi gula semakin rendah pH akhir dari kombucha.
7. pH akhir dari kombucha pada percobaan adalah 3.
8. Hasil pengamatan pada percobaan pembuatan kombucha tidak menunjukkan
kesesuaian dengan literature.
Intan Btari Dwiastuti240210130101
DAFTAR PUSTAKA
Adisoemarto, S. 1993. Mikrobiologi Dasar. Erlangga. Jakarta
Arifin, S. 1994. Petunjuk Teknis Pengolahan Teh. PPTK Penerbit Gambung, Bandung.
Crueger, W dan A. Crueger. 1989. Organic Acids in Biotechnology. A Text Book of Industrial Microbiology Science Technology. Madison Inc, USA
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Frank. W.G. 1995. The Fascination of Kombucha. Available at: http://www.kombu.de/fasz-eng.htm (diakses pada 13 Desember 2014).
Hidayat, N. 2006. Mikrobiologi Industri. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Naland, H. 2008. Kombucha Teh dengan Seribu Khasiat. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.
Nofrianti, V., Periadnadi., G. Indirati. 2010. Pengaruh Konsentrasi Gula dan Lama Fermentasi dalam Pembuatan Teh Kombucha. Jurnal Teknologi Peranian FMIPA Unand, Padang.
Silaban, M. 2009. Pengaruh Jenis Teh dan Lama Fermentasi pada Proses Pembuatan Teh Kombucha. USU Repository, Medan.
Intan Btari Dwiastuti240210130101
JAWABAN PERTANYAAN
1. Bagaimana kurva pertumbuhan mikroba selama proses fermentasi kombucha ?
Jawab :Berdasarkan hasil praktikum kurva pertumbuhan mikroba selama proses fermentasi kombucha mengalami fase-fase pertumbuhan berdasarkan laju pertumbuhannya. Namun Kebanyakan tidak dapat diamati karena terdapat hasil error karena pengenceran sehigga terdapat kurva yang terputus dan fase log hanya didapat dari hasil pendugaan. Fase lag atau fase adaptasi berlangsung sangat cepat sehingga kurva langsung memasuki fase logaritmik. Dalam kurva pertumbuhan mikroba agak sulit ditentukan fase stasionernya karena ada beberapa kurva yang terputus. Penurunan jumlah sel mikroorganisme ini disebabkan karena jumlah nutrient berkurang dan meningkatnya kadar alkohol pada media.
2. Hitung laju pertumbuhan mikroba selama proses fermentasi kombucha !
Jawab :
Laju pertumbuhan mikroba dapat dihitung menggunakan rumus : dxdt
= μ x
Kelompok Hari ke- Waktu Inkubasi Jumlah Sel μ (jam-1) μ (jam-1)
9 B
H-0 0 jam 7,2 x 102 0
486,63H-4 96 jam 2,0 x102 -5,42H-7 72 jam 1,0 x102 -1,39
H-11 96 jam 1,7 x 104 176,04H-14 72 jam 1,8 x 105 2263,89
10 B
H-0 0 jam 8,9 x 102 0
-62,06H-4 96 jam 7,0 x 102 -1,98H-7 72 jam 1,8 x 104 240,28
H-11 96 jam 1,2 x 105 1062,5H-14 72 jam 4,0 x 103 -1611,11
11 B H-0 0 jam 5,5 x 102 0 1884,82H-4 96 jam 2,1 x 102 -3,54H-7 72 jam 2,6 x 104 358,19
H-11 96 jam 2,7 x 105 2541,67
Intan Btari Dwiastuti240210130101
H-14 72 jam 7,4 x 105 6527,78
12 B
H-0 0 jam 1,0 x 103 0
6,77H-4 96 jam 1,4 x 103 4,17H-7 72 jam 1,2 x 104 147,22
H-11 96 jam 9,7 x 102 -114,90H-14 72 jam 7,8 x 102 -2,64