kombucha.docx

21
Intan Btari Dwiastuti 240210130101 IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Teh merupakan minuman penyegar tanpa alkohol yang berasal dari seduhan pucuk tanaman the (Camellia sinensis L) yang cukup banyak ditanam dan dihasilkan di Indonesia. Pada masyarakat pedesaan, seduhan teh yang kental bisa digunakan untuk pertolongan awal pada penderita diare, bahkan di daerah tertentu seduhan teh diyakini bermanfaat sebagai obat kuat dan membuat awet muda Teh mengandung mikro elemen (terutama Fluor dan vitamin K) serta senyawa-senyawa fitokimia (khususnya polifenol flavonoid) yang berkhasiat sebagai antioksidan. Teh juga mengandung asam-asam amino, terutama tanin yang dapat meningkatkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi (Arifin, 1994). Kombucha merupakan the hasil fermentasi menggunakan campuran kultur bakteri dan khamir sehingga diperoleh cita rasa asam dan terbentuk lapisan nata(Arifin, 1994). Kombucha berasal dari kata “Kombu” dan “Cha”. “Kombu” berasal dari nama seorang tabib dari Korea dan “Cha” berarti teh. The kombucha diduga berasal dari Cina 3000 tahun yang lalu sejak tahun 221 SM. Mereka menganggap kombucha sebagai minuman berbahan teh yang dapat membuat umur panjang dan membuat kehidupan kekal, diberi nama “Tea of Immortality” (Naland, 2004).

description

teknologi fermentasi kombucha

Transcript of kombucha.docx

Page 1: kombucha.docx

Intan Btari Dwiastuti240210130101

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Teh merupakan minuman penyegar tanpa alkohol yang berasal dari seduhan

pucuk tanaman the (Camellia sinensis L) yang cukup banyak ditanam dan dihasilkan

di Indonesia. Pada masyarakat pedesaan, seduhan teh yang kental bisa digunakan

untuk pertolongan awal pada penderita diare, bahkan di daerah tertentu seduhan teh

diyakini bermanfaat sebagai obat kuat dan membuat awet muda Teh mengandung

mikro elemen (terutama Fluor dan vitamin K) serta senyawa-senyawa fitokimia

(khususnya polifenol flavonoid) yang berkhasiat sebagai antioksidan. Teh juga

mengandung asam-asam amino, terutama tanin yang dapat meningkatkan

kemampuan tubuh untuk melawan infeksi (Arifin, 1994). Kombucha merupakan the

hasil fermentasi menggunakan campuran kultur bakteri dan khamir sehingga

diperoleh cita rasa asam dan terbentuk lapisan nata(Arifin, 1994).

Kombucha berasal dari kata “Kombu” dan “Cha”. “Kombu” berasal dari nama

seorang tabib dari Korea dan “Cha” berarti teh. The kombucha diduga berasal dari

Cina 3000 tahun yang lalu sejak tahun 221 SM. Mereka menganggap kombucha

sebagai minuman berbahan teh yang dapat membuat umur panjang dan membuat

kehidupan kekal, diberi nama “Tea of Immortality” (Naland, 2004).

Teh kombucha merupakan air seduhan teh dan gula yang telah mengalami

proses fermentasi oleh bakteri Acetobacter xylinum dan beberapa jenis khamir

diantaranya Saccharomyces cerevisiae dan proses fermentasi dilakukan selama 8-12

hari. Kemampuan A. xylinum dalam mensintesis gula dapat memproduksi asam

glukonat, serta oksidasi alcohol menjadi asam asetat, sedangkan Saccharomyces

merupakan salah satu jenis khamir yang mempunyai keunggulan dalam memproduksi

alkohol.

Selama proses fermentasi kombucha dihasilkan kandungan asam glukonat,

glukoronat, sejumlah alkohol, karbondioksida, vitamin B, vitamin C, serta berbagai

jenis asam organik yang sangat penting bagi metabolisme. Kandungan yang

dihasilkan oleh teh kombucha merupakan penguraian dari gula sehingga pemberian

dosis gula yang berbeda juga akan mempengaruhi hasil akhir dari teh kombucha.

Page 2: kombucha.docx

Intan Btari Dwiastuti240210130101

Konsentrasi gula yang berbeda akan mempengaruhi komposisi dari senyawa yang

dihasilkan selama proses fermentasi (Hidayat, 2006).

Kultur kombucha hidup di lingkungan nutrisi larutan teh manis yang akan

tumbuh secara terus menerus hingga membentuk susunan yang berlapis. Kultur

kombucha akan memiliki bentuk menurut wadah yang digunakan (tempat pembiakan)

pada proses pembuatan minuman kesehatan teh kombucha. Pada pertumbuhannya,

koloni pertama kombucha akan tumbuh dilapisan paling atas dan pertumbuhannya

akan memenuhi lapisan tersebut, pertumbuhan berikutnya semakin lama semakin

tebal, demikian seterusnya (Silaban, 2009).

Tahapan pembuatan kombucha yang pertama adalah penyeduhan teh untuk

mendapatkan air teh. Sebanyak 200 ml air dimasukkan ke dalam panci dan

dididihkan. Kemudian ditambahkan teh bubuk sebanyak 1% atau sekitar 2 gram dan

didiamkan selama 10 menit. Larutan teh kemudian disaring untuk memisahkan air teh

dari ampasnya, lalu dimasukkan ke dalam jar kaca steril dan dibiarkan dingin hingga

suhu 30 ˚C. Setelah suhunya mencapai 30 ˚C, air teh kemudian ditambahkan gula dan

diaduk hingga rata. Kadar gula yang ditambahkan berbeda-beda tiap kelompoknya

dengan tujuan untuk mengamati kadar gula sebagai sumber nutrisi yang optimal

untuk pertumbuhan mikroorganisme.

Tahapan selanjutnya adalah inokulasi starter kombucha ke dalam air teh.

Sengaja air the dibiarkan dingin terlebih dahulu agar saat diinokulasikan, starter tidak

mati. Starter ditambahkan sebanyak 10% dari air teh atau sekitar 20 ml. Setelah itu jar

penyimpanan kombucha ditutup menggunakan kain saring steril dan diikat dengan

karet gelang secara aseptis. Penutupan ini dilakukan dengan tujuan agar tidak

terkontaminasi oleh mikroorganisme lain, baik yang berasal dari lingkungan sekitar

maupun dari praktikan namun dalam keadaan oksigen anaerob fakultatif. Selain itu

wadah penyimpanan kombucha harus dalam keadaan steril dan tidak terbuat dari besi.

Besi selain stainless steel tidak baik digunakan sebagai wadah penyimpanan

kombucha karena asam yang terbentuk akan bereaksi dengan besi. Air teh yang telah

ditambahkan starter kombucha kemudian diinkubasi pada suhu 28 – 30 ˚C selama 12

hari. Selama proses fermentasi dilakukan pengamatan dan perhitungan SPC setiap 2 x

Page 3: kombucha.docx

Intan Btari Dwiastuti240210130101

24 jam sekali, serta dibuat kurva pertumbuhan mikroorganisme.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan kurva pertumbuhan

mikroorganisme selama proses fermentasi kombucha. Kombucha diambil sebanyak 1

ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan pengencer buffer

NaCl-fis secara aseptik, lalu dikocok hingga terbentuk suspensi. Kemudian dilakukan

pengenceran hingga pengenceran 10-5 dengan tujuan mengurangi jumlah

mikroorganisme yang terdapat di dalam sampel sehingga memudahkan saat dilakukan

pengamatan. Dari setiap pengenceran diambil sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke

dalam cawan petri steril secara aseptik. Setelah itu ditambahkan medium PCA cair

dan digoyang-goyangkan agar suspensi tersebar merata dalam medium, kemudian

didiamkan hingga beku. Harus diperhatikan bahwa pada saat penuangan, medium

tidak boleh dalam keadaan panas. Hal ini akan mengakibatkan mikroorganisme tidak

dapat tumbuh jika medium masih terlalu panas. Setelah media agar membeku, cawan

petri kemudian diinkubasi dalam inkubator dengan suhu 30 ºC selama 2 hari. Setelah

diinkubasi selama 2 hari, selanjutnya dilakukan perhitungan SPC dan pembuatan

kurva pertumbuhan mikroorganisme. Berikut ini adalah hasil pengamatan dan

perhitungan SPC yang terdapat dalam tabel 1.

Hari

ke-

Kadar

gula

Jumlah koloni TPC pH %

alkohol10-4 10-5

0 15% 117 26 1,2 x 106 3 1%

20% 10 5 <3,0 x 105 (1,0 x 105) - -

25% 5 4 < 3,0 x 105 (5,0 x 105) - -

2 15% 118 2 1,2 x 106 - -

20% 2 2 <3,0 x 105 (2,0 x 104) - -

25% 488 50 5,0 x 106 - -

4 15% 960 478 >3,0 x 105 (9,6 x 106) - -

20% 18 6 <3,0 x 105 (1,8 x 105) - -

25% 3 11 Error - -

7 15% 1 2 Error 3 2%

Page 4: kombucha.docx

Intan Btari Dwiastuti240210130101

20% 21 4 <3,0 x 105 (2,1 x 105) 4 4%

25% 1 0 <3,0 x 105 (1,0 x 104) - -

9 15% 21 5 <3,0 x 105 (2,0 x 105) 2 2%

20% 11 1 <3,0 x 105 (1,1 x 105) 2,8 13%

25% 11 3 <3,0 x 105 (1,1 x 105) 3 20%

11 15% - - - 3 7%

20% 8 7 <3,0 x 105 (8,0 x 104) 3 15%

25% 29 20 <3,0 x 105 (2,9 x 105) 3 12%

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

0 2 4 6 8 10 120

2000000

4000000

6000000

8000000

10000000

12000000

15%20%25%

Hari

Jum

lah

mik

roor

gani

sme

Gambar 1. Grafik Hubungan Pertumbuhan Mikroorganisme pada Kombucha(Dokumentasi Pribadi, 2014)

Dilihat pada grafik, kurva pertumbuhan dari mikroorganisme di dalam proses

fermentasi kombucha tidak menunjukkan bentuk yang sigmoid. Hal ini terjadi karena

pada pengenceran di hari ke 4 dan ke-2 kombucha yang dibuat dengan gula

berkonsentrasi 12%dan 25% mengalami hasil error. Jika tidak terjadi hasil error,

dapat diketahui kurva pertumbuhan dari mikroorganisme di dalam kombucha

terutama fase logaritmiknya. Jika kombucha dengan penambahan gula sebanyak 15%

dan 25% pada titik yang terputus jumlah mikroorganismenya tidak lebih banyak

Page 5: kombucha.docx

Intan Btari Dwiastuti240210130101

dibanding hari sebelumnya, dapat disimpulkan puncak pertumbuhannya dicapai pada

hari ke-4 dan hari ke-2. Maka, dapat disimpulkan puncak pertumbuhan

mikroorganisme dicapai lebih cepat pada penggunaan gula 25% dibanding 20% dan

15%. Diduga hal ini dapat terjadi karena nutrisi yang tersedia yakni sumber karbon

dengan penambahan gula 25% tersedia lebih banyak sehingga fase adaptasi hanya

terjadi di antara hari ke 0 dan 2. Tapi hasil kesimpulan tersebut juga masih sebuah

dugaan mengingat tidak diketahui secara pasti pertumbuhan mikroorganisme pada

hari ke-4 apakah lebih banyak atau lebih sedikit.

Berdasarkan pada laju pertumbuhan, kurva pertumbuhan mikroorganisme dapat

dibagi 4 fase, yaitu fase pertumbuhan lambat (fase lag), fase eksponensial (fase

logaritmik), fase stasioner, dan fase kematian. Fase lag adalah periode penyesuaian

pada lingkungan dan lamanya dapat satu jam hingga beberapa hari. Lama waktu ini

bergantung pada jenis mikroorganisme, umur biakan, dan nutrien yang terdapat

dalam medium yang disediakan (Adisoemarto, 1993). Fase lag pada percobaan

diduga terjadi pada hari ke-0 atau segera setelah kombucha selesai dibuat.

Fase selanjutnya adalah fase logaritmik atau fase eksponensial. Fase logaritmik

adalah periode pembiakan yang cepat dan merupakan periode yang biasanya teramati

ciri khas sel-sel yang aktif. Fase logaritmik ini muncul sebagai garis lurus

(Adisoemarto, 1993). Fase logaritmik pada penggunaan gula 25% terjadi dari hari ke-

0 hingga hari ke-2 sedangakan penggunaan gula 15% dan 20% terjadi diantara hari

ke-2 dan hari ke-4.

Fase stasioner yaitu fase di mana jumlah keseluruhan bakteri akan tetap, laju

pembiakan sama dengan laju kematian (Adisoemarto, 1993). Pada kurva

pertumbuhan mikroorganisme kombucha dengan gula 15% dan 25% tidak dapat

diketahui fase statsionernya karena kurva terputus pada hari ke-4 karena hasil

pengenceran yang error. Sedangkan pada kombucha yang dibuat dnegan gula 20%

fase stasioner merupakan fase lju pertumbuhan tetap yang terjadi di hari ke-4 setelah

puncak pertumbuhannya.

Fase kematian adalah periode di mana pembiakan berhenti (Adisoemarto,

1993). Sebagian populasi mikroba mulai mengalami kematian yang disebabkan oleh

Page 6: kombucha.docx

Intan Btari Dwiastuti240210130101

nutrien di dalam medium dan energi cadangan di dalam sel sudah habis. Kecepatan

kematian dipengaruhi oleh kondisi nutrien, lingkungan, dan jenis mikroba (Fardiaz,

1992). Pada kurva pertumbuhan mikroorganisme di atas, fase kematian mulai

memasuki fasenya diduga pada hari ke-9 hingga kurva semakin bergerak menurun.

Penurunan jumlah sel mikroorganisme ini disebabkan karena jumlah nutrient yang

terdapat di dalam larutan teh berkurang dan kandungan polifenol dalam teh dapat

menghambat pertumbuhan khamir. Selain itu, penurunan jumlah sel mikroorganisme

juga dapat disebabkan oleh kadar alkohol pada media.

Pada grafik juga dapat terlihat kuantitas dari mikroorganisme pada berbagai

perlakuan. Pergerakan kurva yang paling tinggi dapat dilihat dimiliki oleh kombucha

dengan kadar gula 15% lalu perlakuan penambahan gula 25% dan penambahan gula

20%. Hal ini menunjukkan, pada praktikum penggunaan gula 15%menghaslkan

pertumbuhan mikroorganisme selama fermentasi kombucha yang paling banyak.

Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nofrianti et al (2010)

bahwasanya terdapat hubungan antara konsentrasi gula yang siberika dengan jumlah

populasi mikroorganisme. Semakin tinggi konsentrasi gula diberikan maka jumlah

populasi A. xylinum semakin banyak ddan kadar gula yang digunakan juga semakin

tinggi. Sedangkan pada praktikum, jumlah mikroorganisme yang dihasilkan dari

pembuatan kombucha dengan gula maksimum 25% tidak lebih banyak dibandingkan

15% gula. Banyak faktor yang dapat menyebabkan rendahnya populasi

mikroorganisme pada konsentrasi gula tertentu diantaranya fase kematian yang lebih

cepat karena produksi metabolit yang sangat tinggi yakni asam asetat sebagai

perombakan lebih lanjut dari alcohol di mana pH yang dihasilkan justru dapat

menurunkan jumlah mikroorganisme yang ada. Selain itu dapat juga terjadi kesalahan

procedural misalnya konsentrasi gula yang diberikan tidak sesuai atau pada saat

pengenceran yang kurang homogeny sehingga sampel yang dicuplik tidak mewakili

seluruh mikroorganisme di dalam kombucha.

Pengaruh penggunaan konsentrasi gula tertentu juga berhubungan dengan

lama fermentasi, semakin lama fermentasi dan semakin rendah kadar gula, berat

selulosa semakin rendah. Semakin lama fermentasiteh, dan semakin tinggi

Page 7: kombucha.docx

Intan Btari Dwiastuti240210130101

konsentrasi gula akan berpangaruh pada nilai pH yang akan menjadi semakin

rendah(Nofrianti et al, 2014).

Secara umum, pH dari kombucha yang diamati berada pada kisaran pH 3 yang

mana telah mengalami penurunan dari pH 4 pada pengamatan sebelumnya. Namun,

secara umum pH akhir dari produk fermentasi the pada praktikum berada pada derajat

keasaman 3 pada semua perlakuan. Hasil pengamatan tidak menunjukkan kesesuaian

dengan teori di mana seharusnya jika sesuai dugaan makan kombucha yang dibuat

dengan konsentrasi gula 25% memiliki pH yang paling rendah, sedangkan pada

percobaan pH semua perlakuan adalah sama. Konsentrasi asam asetat dalam

kombucha hanya meningkat sampai batas tertentu lalu mengalami penurunan. Hal ini

terjadi karena pemanfaatan asam asetat lebih lanjut oleh A. xylinum ketika jumlah

gula dalam media teh mulai habis. Penurunan kadar asam ini juga dikarenakan

fermentasi etanol oleh khamir juga mengalami penurunan dikarenakan pH yang

sangat rendah serta mulai habisnya gula dalam larutan(Frank, 1995).

Kadar alcohol akhir dari kombucha yakni sebesar 7% untuk konsentrasi gula

15%, 15% untuk konsentrasi gula 20% dan 12% untuk konsentrasi gula 25%. Hasil

pengamatan terhadap kadar alcohol dilakukan secara manual yakni dengan prinsip

penggunaan titik didih, di mana dibandingkan antara selisih titik didih alcohol dan air

yang merupakan kadar alkohol dari kombucha. Hasil pengamatan antara kuantitas

mikroorganisme, pH dan alcohol pada percobaan tidak ada yang menunjukkan

keselarasan dengan perlakuan penambahan gula. Seharusnya kuantitas

mikroorganisme yang tumbuh akan berbanding lurus dengan pH dan alcohol serta

konsentrasi gula. Konsentrasi gula yang semakin tinggi artinya menyediakan nutrisi

lebih banyak untuk pertumbuhan mikroorganisme, pertumbuhan mikroorganisme

yang optimal akibat tersedianya nutrisi berlebih menyediakan substrat yang lebih

banyak untuk dipecah menjadi metabolit tertentu. Namun, pada hasil pengamatan,

konsentrasi gula 25% yang diketahui mengandung lebih banyak nutrisi tidak

menghasilkan mikroorganisme yang secara kuantitas lebih tinggi. Begitu pula pada

pH dan kadar alkoholnya, bahkan pada kadar alkoholnya malah sempat mengalami

penurunan. Diduga hal ini terjadi karena etanol yang dihasilkan dipecah menjadi

Page 8: kombucha.docx

Intan Btari Dwiastuti240210130101

asam asetat oleh A. xylinum dalam jumlah besar juga sehingga kadar alcohol

berkurang. Diduga ketidaksesuaian nya hasil praktikum disebabkan oleh metode

pengamatan yang tidak menggunakan kombucha dari konsentrasi yang sama untuk

pengamatan berkala yang dilakukan. Jadi, kombucha yang diamati setiap dua hari

sekali bukan berasal dari jar kombucha yang sama melainkan jar lain yang

konsentrasinya dibuat sama oleh kelompok berbeda, sehingga pertumbuhan

sebenarnya dari mikroorganisme pada kombucha tidak secara spesifik dapat

diketahui.

Proses fermentasi kombucha ini melibatkan beberapa mikroorganisme yang

bekerja secara simbiotik dan terjadi dua jenis proses fermentasi, yaitu fermentasi

alkohol dan fermentasi asam asetat. Khamir yang terlibat dalam fermentasi kombucha

ini adalah Saccharomyces cereviceae, sedangkan bakteri asam asetatnya yaitu

Acetobacter xylinum. Selama proses fermentasi berlangsung maka khamir akan

merombak gula (sukrosa) dalam medium menjadi alkohol yang dilanjutkan dengan

oksidasi alkohol menjadi asam asetat oleh bakteri Acetobacter xylinum. Khamir

bersifat fakultatif anaerob, artinya ada atau tidak ada oksigen khamir dapat tumbuh,

sedangkan bakteri asam asetat merupakan mikroorganisme yang bersifat obligat

aerob artinya bakteri tersebut hanya tumbuh bila oksigen tersedia. Reaksi yang terjadi

selama fermentasi teh kombucha adalah sebagai berikut.

C6 H12O6 Saccharomyces cerevisiae→

C2 H5OH + 2 CO2 (dalam suasana

anaerob)

C2 H5 OH + O2 Acetobacter xylinum→

CH3 COOH + H2 O (dalam suasana

aerob)

Proses fermentasi kombucha diawali dengan ketika khamir mengubah glukosa

menjadi alkohol dan CO2, kemudian CO2 bereaksi dengan air membentuk asam

karbonat. Glukosa berasal dari inversi sukrosa oleh khamir dengan bantuan enzim

ekstraseluler invertase menghasilkan glukosa dan fruktosa. Khamir kombucha

termasuk organisme anaerob fakultatif. Jika tersedia O2 khamir akan mengoksidasi

Page 9: kombucha.docx

Intan Btari Dwiastuti240210130101

sukrosa menjadi CO2 dan air, jika tidak tersedia O2 akan dihasilkan etanol. Reaksi

yang terjadi selama perombakan gula adalah sebagai berikut.

C12H22O11 + 12 O2 12 CO2 + 11 H2O (dalam suasana aerob)

C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2 (dalam suasana anaerob)

CO2 + H2O H2CO3 (asam karbonat)

Setelah terbentuknya alkohol maka proses fermentasi dilanjutkan dengan

oksidasi alkohol menjadi asam asetat oleh bakteri Acetobacter xylinum. Pembentukan

asam asetat dari alkohol oleh bakteri asam asetat melalui dua tahap oksidasi. Crueger

(1989) menyebutkan bahwa oksidasi tahap pertama mengubah alkohol menjadi

asetaldehid oleh enzim NAD atau NADP-alkohol dehidrogenase. Asetaldehid dan air

dapat membentuk keseimbangan reaksi dengan senyawa asetaldehid terhidrasi.

Selanjutnya oksidasi tahap kedua mengubah senyawa antara yaitu asetaldehid

terhidrasi membentuk asam asetat. Oksidasi tahap kedua ini melibatkan enzim

asetaldehid dehidrogenase. Oksidasi ini dilakukan secara aerob dan dinamakan proses

asetifikasi. Reaksi yang terjadi selama pembentukan asam asetat adalah sebagai

berikut.

C2H5OH + O2 CH3COOH + H2O

atau

CH3CH2OH CH3CHO CH3CH(OH)2 CH3COOH

Etanol Asetaldehid Asetaldehidra

t

Asam asetat

Aktivitas biokimia yang kedua dari bakteri asam asetat adalah pembentukan

asam glukonat yang berasal dari oksidasi glukosa. Sukrosa dipecah menjadi glukosa

dan fruktosa oleh khamir. Glukosa kemudian dikonversi menjadi asam glukonat

melalui jalur fosfat pentosa oleh bakteri asam asetat, sedangkan fruktosa sebagian

besar dimetabolis menjadi asam asetat dan sisanya menjadi asam glukonat.

Bakteri asam asetat selain dapat merombak alkohol menjadi asam asetat, juga

Page 10: kombucha.docx

Intan Btari Dwiastuti240210130101

mampu membentuk selulosa dari glukosa yang disebut scooby dan melayang di

permukaan medium. Acetobacter xylinum akan mengubah glukosa menjadi prekursor

pada membran sel yang kemudian disekresikan ke bagian luar sel menjadi selulosa.

Pada awal terbentuknya, selulosa akan dihasilkan dalam bentuk tidak berstruktur

sebagai material yang dilepaskan sel, terdiri dari molekul-molekul yang terdistribusi

secara acak. Kondisi ini menunjukkan selulosa kemungkinan tidak dibentuk secara

utuh oleh bakteri tapi terbentuk kemudian dalam larutan. Serabut selulosa yang

disekresikan akan membentuk jaringan yang lepas menutupi sel yang secara bertahap

menutupi permukaan cairan medium fermentasi (Hidayat, 2006).

Page 11: kombucha.docx

Intan Btari Dwiastuti240210130101

V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini antara lain

1. Kombucha merupakan produk fermentasi the oleh khamir Saccharomyces

cerevisiae dan bakteri asam asetat A.xylinum.

2. Metabolit yang dihasilkan pada produk kombucha diantaranya alcohol, asam

asetat dan asam glukonat.

3. Semakin tinggi konsentrasi gula semakin tinggi pertumbuhan

mikroorganisme.

4. Hasil pengamatan menunjukkan konsentrasi gula 15% menghasilkan

pertumbuhan maksimal dari mikroorganisme secara kuantitas.

5. Fase logaritmik dicapai paling cepat pad apenggunaan gula pada konsentrasi

25% yakni yang terjadi semenjak hari pertama pembuatan kombucha

6. Semakin tinggi konsentrasi gula semakin rendah pH akhir dari kombucha.

7. pH akhir dari kombucha pada percobaan adalah 3.

8. Hasil pengamatan pada percobaan pembuatan kombucha tidak menunjukkan

kesesuaian dengan literature.

Page 12: kombucha.docx

Intan Btari Dwiastuti240210130101

DAFTAR PUSTAKA

Adisoemarto, S. 1993. Mikrobiologi Dasar. Erlangga. Jakarta

Arifin, S. 1994. Petunjuk Teknis Pengolahan Teh. PPTK Penerbit Gambung, Bandung.

Crueger, W dan A. Crueger. 1989. Organic Acids in Biotechnology. A Text Book of Industrial Microbiology Science Technology. Madison Inc, USA

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Frank. W.G. 1995. The Fascination of Kombucha. Available at: http://www.kombu.de/fasz-eng.htm (diakses pada 13 Desember 2014).

Hidayat, N. 2006. Mikrobiologi Industri. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Naland, H. 2008. Kombucha Teh dengan Seribu Khasiat. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.

Nofrianti, V., Periadnadi., G. Indirati. 2010. Pengaruh Konsentrasi Gula dan Lama Fermentasi dalam Pembuatan Teh Kombucha. Jurnal Teknologi Peranian FMIPA Unand, Padang.

Silaban, M. 2009. Pengaruh Jenis Teh dan Lama Fermentasi pada Proses Pembuatan Teh Kombucha. USU Repository, Medan.

Page 13: kombucha.docx

Intan Btari Dwiastuti240210130101

JAWABAN PERTANYAAN

1. Bagaimana kurva pertumbuhan mikroba selama proses fermentasi kombucha ?

Jawab :Berdasarkan hasil praktikum kurva pertumbuhan mikroba selama proses fermentasi kombucha mengalami fase-fase pertumbuhan berdasarkan laju pertumbuhannya. Namun Kebanyakan tidak dapat diamati karena terdapat hasil error karena pengenceran sehigga terdapat kurva yang terputus dan fase log hanya didapat dari hasil pendugaan. Fase lag atau fase adaptasi berlangsung sangat cepat sehingga kurva langsung memasuki fase logaritmik. Dalam kurva pertumbuhan mikroba agak sulit ditentukan fase stasionernya karena ada beberapa kurva yang terputus. Penurunan jumlah sel mikroorganisme ini disebabkan karena jumlah nutrient berkurang dan meningkatnya kadar alkohol pada media.

2. Hitung laju pertumbuhan mikroba selama proses fermentasi kombucha !

Jawab :

Laju pertumbuhan mikroba dapat dihitung menggunakan rumus : dxdt

= μ x

Kelompok Hari ke- Waktu Inkubasi Jumlah Sel μ (jam-1) μ (jam-1)

9 B

H-0 0 jam 7,2 x 102 0

486,63H-4 96 jam 2,0 x102 -5,42H-7 72 jam 1,0 x102 -1,39

H-11 96 jam 1,7 x 104 176,04H-14 72 jam 1,8 x 105 2263,89

10 B

H-0 0 jam 8,9 x 102 0

-62,06H-4 96 jam 7,0 x 102 -1,98H-7 72 jam 1,8 x 104 240,28

H-11 96 jam 1,2 x 105 1062,5H-14 72 jam 4,0 x 103 -1611,11

11 B H-0 0 jam 5,5 x 102 0 1884,82H-4 96 jam 2,1 x 102 -3,54H-7 72 jam 2,6 x 104 358,19

H-11 96 jam 2,7 x 105 2541,67

Page 14: kombucha.docx

Intan Btari Dwiastuti240210130101

H-14 72 jam 7,4 x 105 6527,78

12 B

H-0 0 jam 1,0 x 103 0

6,77H-4 96 jam 1,4 x 103 4,17H-7 72 jam 1,2 x 104 147,22

H-11 96 jam 9,7 x 102 -114,90H-14 72 jam 7,8 x 102 -2,64