kom perda02

234
WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 08 TAHUN 2002 TENTANG PENERANGAN JALAN UMUM DAN PAJAK PENGGUNAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA Menimbang : a. bahwa untuk menunjang peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah kota Palangka Raya dipandang perlu membuat Keputusan tentang Pedoman Pemberian Ijin Usaha Jasa Kontruksi Nasional di Daerah b. Bahwa, untuk melaksanakan sebagaimana dimaksud huruf a, diatas perlu ditetapkan dengan Keputusan Walikota Palangka Raya. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2753); 2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah; 6. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 16 Tahun 2000 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum, Permukiman dan Prasarana Wilyah Kota Palangka Raya

Transcript of kom perda02

Page 1: kom perda02

WALIKOTA PALANGKA RAYAPERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 08 TAHUN 2002TENTANG

PENERANGAN JALAN UMUM DAN PAJAK PENGGUNAAN TENAGA LISTRIKDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PALANGKA RAYA

Menimbang : a. bahwa untuk menunjang peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah kota Palangka Raya dipandang perlu membuat Keputusan tentang Pedoman Pemberian Ijin Usaha Jasa Kontruksi Nasional di Daerah

b. Bahwa, untuk melaksanakan sebagaimana dimaksud huruf a, diatas perlu ditetapkan dengan Keputusan Walikota Palangka Raya.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2753);

2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839);

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah;

6. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 16 Tahun 2000 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum, Permukiman dan Prasarana Wilyah Kota Palangka Raya

Dengan PersetujuanDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KOTA PALANGKA RAYAMEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN IJIN USAHA JASA KONSTRUKSI NASIONAL

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:a. Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa masyarakat sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. Pemerintah Daerah adalah Walikota beserta perangkat Daerah otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;

c. Walikota adalah Walikota Palangka Raya;d. Dinas Pekerjaan Umum, Permukiman dan Prasarana Wilayah adalah Dinas Pekerjaan Umum,

Permukiman dan Prasarana Wilayah Kota Palangka Raya;

Page 2: kom perda02

e. Ijin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) adalah ijin untuk melakukan usaha di bidang Jasa Konstruksi sebagaimana Surat Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Kota Palangka Raya;

f. Tarif biaya adalah besarnya biaya yang dipungut atas proses administrasi tiap-tiap ijin yang dikeluarkan;

g. Registrasi adalah pendaftaran ulang Surat Ijin Jasa Konstruksi (IUJK);h. Ijin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum, Permukiman dan

Prasarana Wilayah Kota Palangka Raya dengan atas nama Walikota;i. Lembaga adalah lembaga sebagaimana dimaksud Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999

tentang jasa konstruksi.

BAB IISYARAT-SYARAT IJIN USAHA KONSTRUKSI

Pasal 2

(1) Badan Usaha Nasional ayau Perorangan yang ingin memperoleh Ijin Usaha Jasa Konstruksi harus mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Permukiman dan Prasarana Wilayah Kota Palangka Raya.

(2) Bagi Badan Usaha seperti pada ayat 1 (satu) diatas yang lulus Sertifikat dari Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi dengan Kualifikasi B, M1 dan M2. Mempunyai Kantor dengan ruang minimal 30 m2 kecuali kualifikasi K3, K2, dan K1 diberikan dispensasi untuk dapat menggunakan rumah tinggal dengan luas ruangan minimal 15 m2.

(3) Bagi Badan Usaha Jasa Konstruksi (Konsultan) Kualifikasi K, M dan B wajib mempunyai Kantor Minimal 30 M2.

BAB IIINAMA OBJEK DAN SUBJEK

Dengan nama Biaya Administrasi dan Registrasi Pemberian Ijin Usaha Konstruksi (IUJK) sebagai pembayaran atas diterbitkan Ijin Usaha Jasa Konstruksi kepada Badan usaha atau Perorangan untuk dapat melaksanakan kegiatan dibidang Usaha jasa konstruksi dan Konsultasi.

Pasal 4

Objek Biaya Administrasi dan Registrasi meliputi Permohonan Ijin Usaha, memperpanjang Ijin Usaha dan Perubahan Data Perusahaan, Pembukuan Cabang Perwakilan Perusahaan dan Registrasi Ijin Usaha Jasa Konstruksi.

Pasal 5

Subjek Biaya Administrasi dan Badan Usaha atau Perorangan yang mendapat Ijin Usaha Jasa Konstruksi, Pengesahan Pembukuan Cabang/Perwakilan dan Registrasi Ulang Ijin Usaha Jasa Konstruksi.

BAB IVBESAR PENGGUNAAN BIAYA ADMINISTRASI DAN REGISTRASI IJIN USAHA KONSTRUKSI

(IUJK)

Pemungutan biaya administrasi dan registrasi Ijin Usaha Jasa Konstruksi rasa keadilan kepada masyarakat, dampak terhadap pengembangan kegiatan usaha, biaya penelitian dan blanko, biaya bimbingan dan pembinaan, biaya pengolahan data, biaya dokumentasi, biaya pengawasan/ pembinaan dan pelaporan.

Pasal 7

Besarnya tariff biaya administrasi dan registrasi Ijin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) sebagai berikut :a. Bidang Kontraktor (pemborong). Penerbitan IUJK baru, memperpanjang dan mengubah data

dengan kualifikasi :- K3 = Rp. 500.000,-- K2 = Rp. 600.000,-- K1 = Rp. 750.000,-

Page 3: kom perda02

- M2 = Rp. 2.000.000,-- M1 = Rp. 3.000.000,-- B = Rp. 5.000.000,-

b. Bidang Konsultasi (Konsultan) Penerbitan IUJK baru, memperpanjang dan mengubah data dengan Kualifikasi :- K = Rp. 500.000,-- M = Rp. 750.000,-- B = Rp. 1.000.000,-

c. Registrasi Badan Usaha Oemborongan (Kontraktor) / Konsultasi (Konsultan) :- K = Rp. 150.000,-- M = Rp. 500.000,-- B = Rp. 1.250.000,-

d. Registrasi IUJK Badan Usaha Perwakilan Bidang PEmborongan dan Konsultasi tidak melihat klas dengan biaya Rp. 1.000.000,-

BAB VTATA CARA PEMBAYARAN

(1) Pembayaran tariff biaya termasuk denda sebagaimana Pasal 12 Poin (3) dilakukan ke Bendaharawan Penerimaan yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Permukiman dan Prasarana Wilayah Kota palangka Raya.

(2) Setiap akhir bulan bendaharawan penerima biaya administrasi dan registrasi Ijin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) wajib menyetor ke Kas Daerah Kota Palangka Raya pada bank yang ditentukan dan membuat laporan pertanggungjawaban Penerimaan Keuangan pada Dinas Pekerjaan Umum, Permukiman dan Prasarana Wilayah Kota Palangka Raya sesuai ketentuan yang berlaku.

Pasal 9

(1) Kepada instansi yang melanggarkan administrasi dan Registrasi Ijin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) diberikan sebesar 10% (sepuluh persen) dan realisasi penerimaan pungutan yang disetor ke Kas Daerah guna menunjang penyelenggaraan administrasi ijin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK).

(2) Pungutan uang penyelenggaraan administrasi dan registrasi Ijin Usaha Jasa Konstruksi sebagaimana tersebut ayat (1) pasal ini, diatur seperlunya oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Permukiman dan Prasarana Wilayah Kota Palangka Raya.

BAB VIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 10

(1) Bagian badan usaha atau perorangan yang telah memiliki Ijin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) sebelum keputusan ini berlaku tidak dikenakan Biaya Administrasi Ijin Usaha Jasa Konstruksi.

(2) Setiap Badan Usaha atau Perorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, yang melakukan perubahan dikenakan biaya administrasi Ijin Usaha Jasa Konstruksi.

Pasal 11

(1) Surat ijin Usaha Konstruksi Badan Usaha Perorangan yang diterbitkan oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Permukiman dan Prasarana Wilayah Kota palangka raya adalah berlaku selama 3 (tiga) tahun.

(2) Setiap Badan Usaha atau perorangan yang memperoleh Ijin Usaha Jasa Konstruksi wajib melakukan registrasi ulang ke Dinas Pekerjaan Umum, Permukiman dan Prasarana Wilayah Kota Palangka Raya pada setiap tahun.

(3) Badan usaha atau Perorangan yang melakukan registrasi ulang Ijin Usaha Konstruksi dikenakan biaya sebagaimana diatur dalam pasal 7 huruf c.

Pasal 12

(1) Apabila Badan Usaha atau Perorangan yang telah memiliki Ijin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) melakukan Registrasi Ulang sekaligus mengadakan Perpanjangan atau Perubahan Data dikenakan biaya Registrasi sesuai Pasal 7 Poin a, b dan c.

Page 4: kom perda02

(2) Ijin Usaha Jasa Konstruksi Badan Usaha atau perorangan harus menyampaikan Permohonan Perpanjangan Perubahan data dan registrasi selambat-lambatanya 15 (lima belas) hari sebelum masa berlakunya.

(3) Badan Usaha atau Perorangan yang mengajukan PErmohonan Perpanjangan, Perubahan Data dan registrasi Ulang setelah habis masa berlakunya seperti pada poin 2 diatas pasal ini, dikenakan sanksi denda sebesar Rp. 25.000,- untuk setiap-tiap hari keterlambatan diatas 1 (satu) bulan dan seterusnya baik Jasa Konstruksi (Kontraktor) maupun Jasa Konsultasi (Konsultan) :a. Kualifikasi K = Rp. 750.000,-b. Kualifikasi M = Rp. 1.050.000,-c. Kualifikasi B = Rp. 1.250.000,-

Pasal 13

(1) Ijin Jasa Konstruksi Bdan Usaha Perorangan dapat diterbitkan setelah lulus registrasi kualifikasi pada Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Propinsi Kalimantan Tengah dengan melampirkan Surat Kelulusan.

(2) Penulisan Bidang Pekerjaan pada Ijin Usaha Jasa Konstruksi sesuai dengan kelulusan registrasi LPJK dan sesuai dengan Surat Rekaman Kartu tenaga Teknik Perusahaan.

BAB VIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 14

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Permukiman dan Prasarana Wilayah Kota palangka Raya.

Pasal 15

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar semua orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka Raya.

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 01 Februari 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

MARTOYO

Disahkan di palangka RayaPada tanggal 01 Februari 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA

SALUNDIK GOHONG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2002 NOMOR : 01

Page 5: kom perda02

WALIKOTA PALANGKA RAYAPERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 11 TAHUN 2002TENTANG

PENETAPAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) BAHAN BAKAR MINYAK TANAH, PREMIUM DAN MINYAK SOLAR UNTUK BEBERAPA TEMPAT DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAWALIKOTA PALANGKA RAYA

Menimbang : a. bahwa, dengan diterbitkannya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2002 tentang jual Eceran Bahan Minyak Dalam Negeri dan Surat Menteri Dalam Negeri republic Indonesia Nomor : 541/214/SJ tanggal 23 Januari 2002 perihal Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET)mMinyak tanah, Solar dan Premium untuk beberapa tempat di wilayah Kota Palangka Raya perlu disesuaikan dengan situasi kondisi setempat.

c. Bahwa, untuk menyesuai harga eceran minyak sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu ditetapkan dengan Keputusan Walikota Palangka Raya.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2753);

7. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839);

8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 09 Tahun 2002 tentang Harga Jual Eceran bahan Bakar Minyak Dalam Negeri.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA TENTANG PENETAPAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) BAHAN BAKAR MINYAK TANAH, PREMIUM DAN MINYAK SOLAR UNTUK BEBERAPA TEMPAT DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan:j. Bahan Bakar Minyak (BBM) adalah minyak tanah, premium dan minyak solar;k. Agen Minyak tanah (AMT) yaitu stasiun pengisian Bahan Bakar Minyak Tanah tang ditunjuk oleh

Pemerintah dan PERTAMINA untuk disalurkan kepada rumah tangga dan usaha kecil melalui Pangkalan Minyak Tanah.

l. Agen Premium dan Minyak Solar yaitu stasiun pengisi bahan baker premium dan minyak solar untuk umum yang ditunjuk oleh Pemerintah dan PERTAMINA

m. Pangkalan Minyak Tanah (PMT) adalah tempat melayani pembelian eceran Minyak Tanah untuk rumah tangga dan usaha kecil.

n. Harga Eceran tertinggi (HET) Minyak tanah adalah harga jual eceran tertinggi Bahan Bakar Minyak tanah untuk keperluan rumah tangga dan usaha kecil.

o. Yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha kecil sebagaimana dimaksud didalam Undang-Undang Nomor 09 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.

Pasal 2

Harga Eceran Tertinngi (HET) Minyak tanah, Premium dan Minyak Solar ditetapkan sebagai berikut :(1) Harga Eceran tertinggi (HET) Minyak tana setiap liter pada Agen Minyak Tanah untuk Kecamatan

Pahandut ditetapkan Rp. 820,- (delapan ratus dua puluh rupiah) dan untuk Kecamatan Bukit Batu ditetapkan Rp. 850,- (delapan ratus lima puluh rupiah);

(2) Harga Eceran Tertinggi (HET) premium setiap liter pada Agen Premium dan Minyak Tanah ditetapkan Rp. 1.725,- (seribu tujuh ratus dua puluh lima rupiah).

Page 6: kom perda02

(3) Harga Eceran Tertinggi (HET) Minyak Solar setiap liter pada Agen Premium dan Minyak Solar ditetapkan Rp. 1.325,- (seribu tiga ratus dua puluh lima rupiah).

(4) Harga Eceran tertinggi (HET) Minyak Tanah setiap liter pada Pangkalan minyak tanah ditetapkan Rp. 900,- (sembilan ratus rupiah), untuk Kecamatan Pahandut dan Rp. 950,- (Sembilan ratus lima puluh rupiah) untuk Kecamatan Bukit Batu.

Pasal 3

Harga Eceran Tertinggi (HET) Minyak Tanah, Premium dan Minyak Solar dengan perincian komponen penetapannya adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran I dan II Keputusan ini.

Pasal 4

Pembinaan dan pengawasan terhadap penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET), penyaluran dan pengeceran Minyak tanah, Premium dan Minyak Solar dilakukan bersama antara Pemerintah Kota Palangka Raya dan instansi terkait lainnya dengan membentuk satuan tugas yang dikoordinir oleh DInas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya.

Pasal 5

Apabila terjadi kelangkaan minyak tanah di Kota Palangka Raya, maka agen minyak tanah melakukan operasi pasar bekerja sama dengan PERTAMINA dengan koordinasi Pemerintah Kota.

Pasal 6

Agen Minyak Tanah, Premium dan Minyak Solar dan Pangkalan Minyak tanah yang melakukan pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1), (2), (3) dan (4) Keputusan ini, dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 7

Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan Walikota Palangka raya Nomor : 89 Tahun 2001 tentang Penetapan harga Eceran Tertinggi (HET) Bahan Bakar Minyak Tanah, Solar dan Premium untuk beberapa tempat di Wilayah Kota Palangka raya dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 8

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur kemudian oleh Walikota Palangka Raya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 9

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar semua orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka Raya.

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 07 Februari 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

Disahkan di palangka RayaPada tanggal 07 Februari 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA

SALUNDIK GOHONG

Page 7: kom perda02

MARTOYO

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2002 NOMOR : 02

LAMPIRAN 1 : KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYANOMOR : 02 TAHUN 2002TANGGAL : 7 FEBRUARI 2002

HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) MINYAK TANAHDI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA

No Lokasi Harga sesuai Kepres No 9 Tahun 2002

Setiap Liter (Rp)

Keuntungan Agen/Penyalur

Setiap Liter (Rp)

Ongkos Angkutan Melalui Alur Sungai

Setiap Liter (Rp)

Harga Eceran Tertinggi Agen ke Pangkalan Setiap

Liter (Rp)

Keuntungan Pangkalan Setiap liter

(Rp)

Harga Eceran Tertinggi

Pangkalan Setiap Liter (Rp)

1 2 3 4 5 6 7 8

1

2

Kec. Pahandut

Kec. Bukit Batu

600,-

600,-

45,-

45,-

175,-

225,-

820,-

870,-

80,-

80,-

900,-

950,-

No Lokasi Haga sesuai Kepres No 9 Tahun 2002 Setiap Liter (Rp.)

Ongkos Angkutan melalui Alur Sungai Setiap Liter (Rp)

Harga Eceran Tertinggi Pangkalan Setiap Liter (Rp.)

Premium M. Solar Premium M. Solar Premium M. Solar

1 Kota Palangka Raya 1.550,- 1.150,- 175,- 175,- 1725,- 1.325,-

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 07 Februari 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

MARTOYO

WALIKOTA PALANGKA RAYA

SALUNDIK GOHONG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2002 NOMOR : 02

Page 8: kom perda02

WALIKOTA PALANGKA RAYAPERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 21 TAHUN 2002TENTANG

PENETAPAN PUSKESMAS DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYASEBAGAI UNIT SWADANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAWALIKOTA PALANGKA RAYA,

Menimbang : a. bahwa, dalam rangka peningkatan dan kelancaran tugas dan fungsi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan atau satuan daerah lainnya, Puskesmas yang memenuhi criteria swadana perlu ditetapkan menjadi Unit Swadana;

b. bahwa, Puskesmas yang memenuhi criteria menjadi Unit Swadana sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu ditetapkan dengan peraturan Daerah Kota Palangka Raya.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2753);

2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);

4. Keputusan Presiden Nomor 38 Tahun 1991 tentang Unit Swadana dan Tata Cara Pengelolaan Keuangannya;

5. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 15 Tahun 2000 tentang Pembentukan, Susunan dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2000 Nomor 15); sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2002 (Lembaran Daerah Tahun 2002 Nomor 06).

DENGAN PERSETUJUANDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PALANGKA RAYA

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA TENTANG PENETAPAN PUSKESMAS DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA SEBAGAI UNIT SWADANA

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :1. Daerah Otonom selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa masyarakat sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

2. Pemerintah Daerah adalah Walikota beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;

3. Walikota adalah Walikota Palangka Raya;4. Unit Swadana adalah Satuan Kerja daerah tertentu yang diberi wewenang untuk menggunakan

Penerimaan Fungsionalnya secara langsung.5. Penerimaan Fungsional adalah penerimaan yang diperoleh sebagai imbalan jasa yang diberikan

oleh Satuan Kerja Daerah dalam menjalankan fungsinya melayani kepentingan masyarakat dan atau Dinas/Lembaga/Satuan Kerja Daerah lainnya.

Page 9: kom perda02

BAB IIUNIT SWADANA DAERAH

Pasal 2

(1) Puskesmas diwilayah Kota Palangka Raya sebagai Unit Swadana ditetapkan dengan Keputusan Walikota Palangka Raya;

(2) Dengan ditetapkan menjadi Unit Swadana sebagaimana ayat (1) maka puskesmas tersebut diberi wewenang untuk menggunakan Penerimaan Fungsionalnya secara langsung sesuai ketentuan yang berlaku;

(3) Kriteria Puskesmas menjadi Unit Swadana adalah sebagai berikut :a. Puskesmas dengan tempat tidur atau Puskesmas tanpa tempat tidur.b. Mempunyai penerimaan fungsional yang memadai (sekitar minimal 40% dari total kebutuhan

diluar gaji pegawai, belanja investasi dan obat inpres).c. Mempunyai tenaga yang memadai (dokter umum lebih dari satu, dokter gigi satu, dua orang

bendaharawan penerima dan pengeluaran, Puskesmas Perawatan : Perawat 3, Bidan 3, Puskesmas Non Perawat : Perawat 2, Bidan 2)

d. Masyarakat diwilayah kerjanya mempunyai kemampuan ekonomi yang baik (jumlah penduduk > 50%)

e. Mempunyai Manajemen Puskesmas yang baikf. Sudah melaksanakan tertib “Tata Usaha” keuangan.g. Akan melaksanakan program jaga mutu pelayanan kesehatan.h. Akan merintis Program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (JPKM)

BAB IIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 3

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penetapannya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka Raya.

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 19 November 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

MARTOYO

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2002 NOMOR : 21

Disahkan di Palangka RayaPada tanggal 19 November 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA,

SALUNDIK GOHONG

Page 10: kom perda02

WALIKOTA PALANGKA RAYAPERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 22 TAHUN 2002TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYANOMOR 03 TAHUN 1999 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL

WALIKOTA PALANGKA RAYA,

Menimbang : a. bahwa, dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), dipandang perlu diadakan perubahan atas Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 3 tahun 1999 tentang retribusi terminal.

c. bahwa, untuk perubahan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Palangka Raya.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2753);

6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

8. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan;9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685); sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 246, tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202);

12. Peraturan Daerah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119);

13. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan dan bentuk Rancangan Undang-Undang, Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 70).

DENGAN PERSETUJUANDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PALANGKA RAYA

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 03 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN RETRIBUSI TERRMINAL.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Page 11: kom perda02

Beberapa ketentuan Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 03 Tahun 1999 tentang Retribusi Terminal (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 1999 Nomor 13); diubah sebagai berikut :A. Ketentuan Pasal :

6. Daerah Otonom selanjutnya disebut Daerah Kesatuan Masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu hukum yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

7. Pemerintah Daerah adalah Walikota beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;

8. Walikota adalah Walikota Palangka Raya;9. Pejabat adalah pegawai yang diberikan tugas di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan

Peraturan Perundang-Undangan Daerah yang berlaku;10. Badan adalah suatu badan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer,

Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga dana pension, bentuk usaha serta bentuk usaha lainnya.

11. Retribusi Jasa Usaha adalah Retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

12. Retribusi Terminal yang selanjutnya dapat disebut retribusi adalah pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan Bis Umum, tempat kegiatan usaha, fasilitas lainnya dilingkungan terminal yang dimiliki dan atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, serta yang dikelola oleh pihak swasta tidak termasuki pelayanan peron;

13. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi;

14. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan tempat parkir khusus;

15. Surat Keputusan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah Retribusi yang terutang.

16. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat dengan STRD adalah Surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda;

17. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi Daerah berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Retribusi Daerah;

18. Penyidikan Tindak Pidana di bidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Ngeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi Daerah yang terjadi serta menentukan tersangkanya.

B. Ketentuan Pasal 8, diubah sehingga keseluruhan pasal 8 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 8

(1) Tarip Retribusi digolongkan berdasarkan jenis fasilitas, jenis kendaraan dan jangka waktu pemakaian.

(2) Besarnya tariff ditetapkan berdasarkan tariff pasar yang berlaku di wilayah.(3) Dalam hal tariff pasar yang berlaku sulit ditemukan, maka tariff ditetapkan sebagai jumlah

pembayaran persatuan unit pelayanan/jasa, yang merupakan jumlah unsure tarif yang meliputi :a. Unsur biaya persatuan penyediaan jasa;b. Unsur keuntungan yang dikehendaki persatuan jasa

(4) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, meliputi :a. Biaya Operasional langsung, yang meliputi biaya belanja pegawai tidak tetap, belanja barang,

belanja pemeliharaan, sewa tanah dan bangunan, biaya listrik dan semua biaya rutin/periodic lainnya yang berkaitan langsung dengan penyediaan jasa.

b. Biaya langsung yang meliputi biaya administrasi umum dan jasa lainnya yang mendukung penyediaan jasa.

c. Biaya Modal yang berkaitan dengan tersedianya aktiva lainnya yang berjangka menengah dan penunjang yang meliputi angsuran dan biaya pengaman, mulai sewa tanah dan bangunan dan penyusunan asset.

(5) Keuntungan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, ditetapkan dalam prioritas dari total biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dari modal.

(6) Struktur dan besarnya tariff sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2), (3) ditetapkan sebagai berikut :

Page 12: kom perda02

a. Penyediaan tempat parkir kendaraan penumpang dan Bus Umum dengan tariff :1. Angkutan Kota

- Otolet sebesar Rp. 500,-/sekali masuk- Bus Kecil sebesar Rp. 500,-/sekali masuk- Bus Kota Rp. 750,-/sekali masuk- Sepeda Motor Rp. 300,-/sekali masuk

2. Angkutan Antar Kota- Bus kecil sebesar Rp. 1.000,-/sekali masuk- Bus sedang Rp. 7.500,-/sekali masuk- Bus besar Rp. 2.000,-/sekali masuk

b. Pemakaian fasilitas tempat usaha :- Ruko ukuran 3x5 meter Rp. 60.000,-/bulan- Toko ukuran 4x5 meter Rp. 35.000,-/bulan- Kios ukuran 3x4 meter Rp. 30.000,-/bulan- Los ukuran 3x4 meter Rp. 35.000,-/bulan

(7) Hasil penerimaan retribusi seluruhnya disetor ke Kas Daerah dalam waktu 1 x 24 jam.

Pasal II

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penetapannya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka Raya.

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 19 November 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

MARTOYO

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2002 NOMOR : 21

Disahkan di Palangka RayaPada tanggal 19 November 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA,

SALUNDIK GOHONG

Page 13: kom perda02

WALIKOTA PALANGKA RAYAPERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 23 TAHUN 2002TENTANG

RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTORDI KOTA PALANGKA RAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAWALIKOTA PALANGKA RAYA,

Menimbang : a. bahwa, dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah di Bidang perhubungan yang memberikan kewenangan yang luas kepada Pemerintah Kota perlu diatur lebih lanjut tentang pengujian kendaraan bermotor;

d. bahwa, untuk perubahan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1820);

14. Undang-Undang Nomor 49 Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2104);

15. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2753);

16. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3186);

17. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

18. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480);

19. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685); sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 246, tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);

20. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

21. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2410);

23. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3530);

24. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan pengemudi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3530);

25. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202);

Page 14: kom perda02

26. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan Daerah (Lembarab Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202);

27. Peraturan Daerah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119);

28. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan bentuk Rancangan Undang-Undang, Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Republik Indonesi Tahun 2000 Nomor 70).

DENGAN PERSETUJUANDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PALANGKA RAYA

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :19. Daerah Otonom selanjutnya disebut Daerah Kesatuan Masyarakat hukum yang mempunyai batas

daerah tertentu hukum yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

20. Pemerintah Daerah adalah Walikota beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;

21. Walikota adalah Walikota Palangka Raya;22. Pejabat adalah pegawai yang diberikan tugas di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan

Peraturan Perundang-Undangan Daerah yang berlaku;23. Pengujian Kendaraan Bermotor adalah Kegiatan Teknis yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah

atau Unit yang ditunjuk, untuk memberikan jaminan agar kendaraan bermotor dalam keadaan layak jalan;

24. Kendaraan Bermotor adalah kendaraan yang digerak oleh Peralatan Teknik yang berada pada Kendaraan itu termasuk Kereta Gandengan atau Kereta Tempelan yang dirangkai dengan Kendaraan Bermotor;

25. Kendaraan Wajib Uji adalah setiap kendaraan yang berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku Wajib Diujikan untuk menentukan kelaikan jalan yaitu Mobil, Bus, Mobil Penumpang, Mobil Barang kendaraan khusus serta kereta gandengan dan kereta tempel yang dioperasikan di jalan;

26. Kendaraan Umum adalah setiap kendaraanbermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dan dipungut bayaran;

27. Mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi kurang dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi;

28. Mobil Bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk pengemudi baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi

29. Mobil Barang adalah setiap kendaraan bermotor selain penumpang dan mobil bus;30. Kendaraan Khusus adalah Kendaraan Bermotor selain dari kendaraan bermotor untuk

penumpang dan kendaraan bermotor untuk barang dan penumpangnya untuk keperluan khusus atau mengangkut barang-barang khusus;

31. Kereta Gandengan adalah suatu alat yang digunakan untuk mengangkut barang yang seluruh bebannya ditumpu oleh alat itu sendiri dan drancang untuk ditarik oleh kendaraan bermotor,

32. Kereta Tempelan adalah suatu alat yang digunakan untuk mengangkut barang yang dirancang untuk ditarik dan sebagian bebannya ditumpu oleh kendaraan penariknya;

33. Pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor atau orang yang secara langsung mengawasi calon pengemudi yangsedang belajar mengemudikan kendaraan bermotor;

34. Uji berkala adalah pengujian kendaraan bermotor secaraberkala terhadap setiap kendaraan wajib uji;

35. Buku Uji Berkala adalah tanda bukti lulus uji dengan hasil baik, tanpa legitimasi hasil pengujian kendaraan wajib uji;

Page 15: kom perda02

36. Pelaksana Pengujian adalah Unit pengujian berkala kendaraan bermotor yang diberikan wewenang melaksanakan pengujian berkala kendaraan bermotor.

37. Tanda Uji adalah bukti bahwa suatu kendaraan telah diuji dengan hail baik, berupa lempengan plat alumunium atau plat kaleng yang ditempelkan pada plat nomor ataurangka kendaraan

38. Uji Ulang adalah pemeriksaan ulang kendaraan yang sebelumnya dinyatakan tidak lulus uji;39. JBB adalah jumlahberat yang diperbolehkan berat maksimum kendaraan berikut muatannya yang

diperbolehkan menurut rancangannya;40. Laik Jalan adalah persyaratan minimum kondisi suatu kendaraan yang harus dipenuhi agar

terjamin keselamatan dan mencegah terjadinya pencemaran udara dan kebisingan lingkungan pada waktu dioperasikan jalan;

41. Badan adalah suatu badan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk usaha lainnya.

42. Retribusi Jasa Umum adalah Retribusi atas Jasa yang disediakan atau diberian oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang Pribadi atau badan;

43. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor yang selanjutnya dapat disebut retribusi adalah pembayaran atas pelayanan pengujian kendaraan bermotor sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Palangka Raya;

44. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan atau menguasai kendaraan bermotor yang menurut peraturan perundang-undangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi di wilayah kerja Pemerintah Kota Palangka Raya.

45. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa pengujian kendaraan bermotor;

46. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerahdan selanjutnya dapat disingkat SPORD adalah surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk melaporkan data objek retribusi dan wajib retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang berhutang menurut peraturan perundang-undangan retribusi daerah;

47. Surat Keputusan Retribusi Daerah dab selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya Retribusi yang terutang.

48. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya dapat disingkat SKRDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang ditetapkan;

49. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat keputuan menentukan jumlah kelebihan jumlah pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari pada retribusi yang berhutang atau denda;

50. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat dengan STRD adalah Surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda;

51. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan terhadap SKRD, SKRDKB, SKRDLB atau terhadap pemotongan atau pungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh wajib retribusi;

52. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi Daerah berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Retribusi Daerah;

53. Penyidikan Tindak Pidana di bidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Ngeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi Daerah yang terjadi serta menentukan tersangkanya.

BAB IINAMA OBJEK DAN SUBYEK RETRIBUSI

Pasal 2

Dengan nama retribusi pengujian kendaraan bermotor dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan pengujian kendaraan bermotor.

Pasal 3

Objek retribusi adalah pelayanan pengujian kendaraan bermotor yang meliputi :a. Mobil Busb. Mobil Penumpangc. Mobil Barang

Page 16: kom perda02

d. Kendaraan Khususe. Kereta Gandenganf. Kereta Tempelan

Pasal 4

Subyek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh pelayanan pengujian kendaraan bermotor.

BAB IIIGOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 5

Retribusi pengujian kendaraan bermotor digolongkan sebagai retribusi jasa umum.

BAB IVCARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 6

Tingkat penggunaan jasa pengujian kendaraan bermotor didasarkan atas frekwensi pengujian kendaraan bermotor.

BAB VPRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 7

a. Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi dimaksud untuk menutupi biaya penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.

b. Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya pemeriksaan untuk meemriksa emisi gas buang, untuk memeriksa lampu-lampu serta perlengkapan dan peralatan lainnya, pengetokan nomor uji dan segel serta jasa ketatausahaan berupa formulir Pendaftaran Objek Teribusi Daerah (SPORD) danbuku uji.

BAB VISTRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 8

Struktur tarif dibedakan berdasarkan jenis kendaraan bermotor.Besar tarif ditetapkan dengan pedoman kepada pengujian yang ditetapkan oleh Menteri Perhubungan.

(8) Struktur dan besarnya tarif retribusi uji ditetapkan sebagaiberikut :a. Mobil Bus :

- Kapasitas tempat duduk sampai dengan 13 buah Rp. 30.000,-- Kapasitas tempat duduk 14 sampai dengan 30 buah Rp. 35.000,-- Kapasitas tempat duduk diatas 30 buah Rp. 50.000,-

b. Mobil Barang- Dengan JBB sampai dengan 2.000 Kg Rp. 30.000,-- Dengan JBB 2.001 sampai dengan 8.000 Kg Rp. 45.000,-- Dengan JBB diatas 8.000 Kg Rp. 60.000,-

c. Mobil Penumpang Umum- Roda 4 (empat) Rp. 30.000,-- Roda 3 (tiga) Rp. 15.000,-

d. Kereta gandeng atau tempelan Rp. 50.000,-e. Kendaraan Khusus Rp. 50.000,-f. Uji Asap (smoke tester) Rp. 15.000,-

(9) Besarnya tarif retribusi jasa ketatausahaan sebagai berikut :a. Formulir Pendaftaran Rp. 2.500,-b. Pembuatan atau penggantian buku uji Rp. 10.000,-c. Plat uji (penggantian) Rp. 5.000,-

Page 17: kom perda02

d. Jasa pembuatan perisai kolong Rp.180.000,-

(10)Besarnya tarif retribusi penghapusan kendaraan :a. Mobil Bus Rp. 25.000,-b. Mobil Barang Rp. 25.000,-c. Mobil Penumpang Umum Rp. 10.000,-d. Kereta Gandengan/tempelan Rp. 25.000,-e. Kendaraan Khusus Rp. 35.000,-

(11)Besarnya tarif retribusi ulangditetapkan sebagai berikut :a. Mobil Bus Rp. 20.000,-b. Mobil Barang Rp. 20.000,-c. Mobil Penumpang Umum Rp. 15.000,-d. Kereta Gandengan/tempelan Rp. 25.000,-e. Kendaraan Khusus Rp. 40.000,-

(12)Setiap keterlambatan pengujian berkala berikutnya bagi kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan dan kendaraan khusus dikenakan denda 25% dari retribusi uji untuk setiap bulan keterlambatan.

(13)Hasil penerimaan sebagaimana ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6),(7) seluruhnya ke kas Daerah dalam waktu 1 x 24 jam.

BAB VIIWILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 9

Retribusi yang dipungut di wilayah daerah empat pengujia kendaraan bermotor dilaksanakan.

BABVIIIMASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 10

Masa Retribusi Kendaraan Bermotor dilakukan satu kali selama 6 (enam) bulan.

Pasal 11

Saat Retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKPI atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB IXSURAT PENDAFTARAN

Pasal 12

(1) Wajib Retribusi wajib mengisi SPORD;(2) SPORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta

ditandatangani oleh Wajib atau kuasanya;(3) Bentk, isi, serta tata cara pengisian dan penyampaian SPORD sebagaimana dimaksud pada ayat

(!) ditetapkan oleh Walikota.

BAB XPENETAPAN RETRIBUSI

Pasal 13

(1) Berdasarkan SPORD sebagaimana dalam pasal 12 ayat (1) ditetapkan retribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan;

(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data baru atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah reribusi yang tertuang, maka dikeluarkan SKRDKBT.

(3) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan SKRDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat(2) ditetapkan oleh Walikota.

BAB XITATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 14

Page 18: kom perda02

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan;(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang disamakan dan

SKRDKBT;

BAB XIISANKSI ADMINISTRASI

Pasal 15

Dalam hal wajib retribusitidak membayar tepat pada waktunya ataukurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

BAB XIIITATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 16

(1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus;(2) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaranretribusi diatur dengan keputusan

Walikota.

BAB XIVTATA CARA PENAGIHAN

Pasal 17

(1) Retribusi berdasarkan SKRD atau dokumen lain yang disamakn, SKRDKBT, STRD dan Keputusan Keberatan yang menyebabkan jumlah retribusi yang harus dibayar bertambah, yang tidak atau kurang dibayar oleh wajib retribusi dapat ditagih melalui Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN);

(2) Penagihan retribusi melalui BUPLN dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XVKEBERATAN

Pasal 18

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang disamakan, SKRDKST dan SKRDDLB;

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas;

(3) Dalam hal wajib retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, wajib retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan retribusi tersebut;

(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan SKRDKBT dan SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila wajib retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diuar kekuasaannya;

(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratansebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (2) tidak dianggap sebagai surat keberatan,sehingga tidak dipertimbangkan;

(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal 19

(1) Walikota dalamjangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat keberatan harus memberikeputusan atas keberatan yang diajukan;

(2) Keputusan Walikota atas keberatan dapat berupamenerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya retribusi yang terutang;

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana yang dimaksud padaayat (1) telah lewat dan Kepala Daerah tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan dianggap dikabulkan.

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Page 19: kom perda02

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penetapannya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka Raya.

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 19 November 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

MARTOYO

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2002 NOMOR : 21

Disahkan di Palangka RayaPada tanggal 19 November 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA,

SALUNDIK GOHONG

Page 20: kom perda02

WALIKOTA PALANGKA RAYAPERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 24 TAHUN 2002TENTANG

RETRIBUSI PENYEDOTAN KAKUSDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PALANGKA RAYA

Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan di Daerah yang memberi peluang untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah;

d. bahwa Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 14 Tahun 1998 tentang Retribusi Penyedotan Kakus, tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan dan kebutuhan sehingga perlu diganti;

e. bahwa sehubungan dengan huruf a dan b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Palangka Raya.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2753);

9. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

10. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

12. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3849);

13. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3256);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119);

Dengan PersetujuanDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KOTA PALANGKA RAYAMEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA TENTANG RETRIBUSI PENYEDOTAN KAKUS

Page 21: kom perda02

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:1. Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa masyarakat sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

2. Pemerintah Daerah adalah Walikota beserta perangkat Daerah otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;

3. Walikota adalah Walikota Palangka Raya;

4. Dinas yang berwenang adalah Dinas Pengelola Pasar, Kebersihan dan Parkir Kota Palangka Raya;

5. IPLT adalah Instalasi Pengolahan Limbah Tinja Kota Palangka Raya yang dikelola oleh Instalasi yang berwenang;

6. Kakus adalah tempat pembuangan air buangan domestik dan tinja yang berupa wadah penampungan atau penyimpanan sementara;

7. Pencemaran lingkunagn adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukkannya;

8. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komoditer,

perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama atau bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi koperasi, yayasan atau organisasi sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk usaha lainnya;

9. Penyedot Kakus Swasta adalah badan atau perorangan yang bergerak dan atau berusaha di bidang usaha jasa penyedotan kakus;

10. Surat Rekomendasi adalah surat keputusan yang menentukan boleh tidaknya penyedot kakus swasta melakukan kegiatan usahanya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang denga jumlah terkendali;

11. Retribusi Penyedotan Kakus adalah retribusi atas jasa usaha penyedotan kakus oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta;

12. Retribusi Pengelolaan Limbah Tinja adalah retribusi jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk jasa usaha pengelolaan limbah tinja di IPLT dan tidak dapat dilakukan oleh sektor swasta;

13. Wajib retribusi adalah badan usaha, penyedot kakus swasta dan orang pribadi yang menurut peraturan perundang-undangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi atas jasa yang diberikan Pemerintah Daerah;

14. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SPORD adalah surat yang digunakan untuk wajib retribusi untuk melaporkan data objek retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut peraturan perundang-undangan retribusi daerah;

15. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang;

Page 22: kom perda02

16. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengelola data atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan retribusi daerah;

17. Penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidaik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut Penyidik, untu mencari serta mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu membuat terang tindak pelanggaran di bidang penyedotan kakus yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB II

NAMA OBJEK DAN SUBJEK

Pasal 2

Dengan nama Retribusi Penyedotan Kakus dan Pengelolaan Limbah Tinja dipungut retribusi jasa pelayanan penyedotan kakus dan jasa pelayanan pengelolaan limbah tinja.

Pasal 3

Objek retribusi adalah pelayanan penyedotan kakus dan pelayanan pengelolaan limbah tinja.

Pasal 4

Subjek retribusi adalah orang dan yang memperoleh pelayanan jasa penyedotan kakus dan jasa pelayanan pengelolaan limbah tinja.

BAB II

HAK DAN KEWAJIBAN PENYEDOTAN KAKUS SWASTA

(1) Pembinaan dang pengendalian penyedot kakus swasta dilaksanakan oleh dinas yang berwenang;

(2) Penyedot kakus swasta dalam melakukan kegiatan usahanya wajib memiliki Surat Rekomendasi dari Instansi yang berwenang dengan masa berlaku 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang lagi tanpa dipungut biaya;

(3) Penyedot kakus swasta harus membuang limbah tinja penyedotannya ke IPLT dan membayar retribusi pengelolaal limbah tinja;

(4) Penyedot kakus swasta yang memiliki Surat Rekomendasi dari instansi yang berwenang berhak melakukan kegiatan usahanya yang diatur lebih lanjut;

(5) Penyedot kakus swasta yang memiliki surat rekomendasi dari instansi yang berwenang berhak melakukan kegiatan usahanya yang diatur lebih lanjut;

BAB IVCARA MENGHITUNG TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 6

Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan volume tinja yang disedot.

BAB VPRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR BESARNYA TARIF

Pasal 7

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis yang beroperasi secara efisien dan pada harga pasar.

BAB VISTRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 8

(1) Struktur dan besarnya tariff retribusi penyedotan kakus sampai pengelolaan limbah tinja yang dilaksanakan instalasi yang berwenang ditetapkan sebesar Rp. 50.000,- per M3 limbah tinja yang disedot dan diolah;

Page 23: kom perda02

(2) Struktur dan besarnya tariff retribusi pengelolaan limbah tinja yang dilaksanakan instansi yang berwenang ditetapkan sebesar Rp. 5000,- per M3 lumpur limbah yang dibuang dan diolah di IPLT;

BAB VIIWILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 9

Retribusi penyedotan kakus dan pengelolaan limbah tinja dipungut di wilayah tempat pelayanan IPLT.

BAB VIIISAAT RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 10

Retribusi teutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB IXTATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 11

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan dan atau dapat diborongkan apabila mendapat persetujuan Kepala Daerah;

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan;(3) Hasil retribusi sebagaimana dimaksud pasal 8 seluruhnya disetorkan ke Kas Daerah dalam

waktu 1 x 24 jam.

BAB XTATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 12

(1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus;(2) Retribusi yang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkannya SKRD atau

dokumen lain yang dipersamakan.

BAB XIPENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 13

(1) Walikota dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi;(2) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi;(3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Walikota;

BAB XIISANKSI ADMINISTRASI

Pasal 14

(1) Dalam hal wajib retribusi tidak membayar dan atau kurang membayar setelah 15 (lima belas) hari terhitung dari tanggal Surat Ketetapan retribusi (SKRD) dikeluarkan/diterbitkan dikenakan sanksi denda administrasi berupa bunga 2 % (dua persen) dari total ketetapan yang harus dibayar.

(2) Barang siapa yang dengan sengaja tidak membuang limbah ke IPLT sehingga terjadi pencemaran lingkungan dapat dicabut surat rekomendasinya;

BAB XIIIKETENTUAN PIDANA

Pasal 15

(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya seperti pada pasal 5 dan pasal 8 Peraturan Daerah ini dikenakan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan denda setinggi-tingginya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);

(2) Tindak pidana seperti tersebut pada ayat (1) adalah pelanggaran.

Page 24: kom perda02

BAB XIVPENYIDIKAN

Pasal 16

(1) Selain pejabat penyidik Polri yang bertugas menyelidiki tindak pidana, sebagaimana dimaksud pasal 15 ayat (1) dapat dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah Kota Palangka Raya yang pengangkatannya ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan

tindak pelanggaran di bidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pelanggaran dinidang retribusi daerah;

c. meminta keterangan dan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pelanggaran dibidang retribusi daerah;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan tindak pelanggaran di bidang retribusi daerah;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pelanggaran di bidang retribusi daerah;

g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana huruf e.

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pelanggaran dibidang retribusi daerah;i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;j. menghentikan penyidikan;k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk melancarkan penyidikan tindak pelanggaran di

bidang retribusi daerah menurut hokum yang dipertanggungjawabkan;(3) Penyidik dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan

hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XVKETENTUAN PENUTUP

Pasal 17

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan daerah ini akan diatur lebih lanjut oleh Walikota sepanjang mengenai pelaksanaannya.

Pasal 18

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar semua orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka Raya.

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 19 November 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

Disahkan di palangka RayaPada tanggal 19 November 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA

SALUNDIK GOHONG

Page 25: kom perda02

MARTOYO

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2002 NOMOR : 24

Page 26: kom perda02

WALIKOTA PALANGKA RAYAPERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 25 TAHUN 2002TENTANG

PEMBERIAN UPAH PUNGUT KEPADA DINAS PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYADENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PALANGKA RAYA

Menimbang : a. bahwa, dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan penetapan besarnya prosentase upah pungut yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 1980 tentang Pemberian Uang Perangsang kepada Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya, dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan sekarang dan guna lebih meningkatkan semangat kerja pegawai yang terkait dengan peningkatan Pendapatan Asli Daeah (PAD) Kota Palangka Raya, maka besarnya prosentase upah pungut perlu ditinjau kembali;

f. Bahwa, untuk penetapan besarnya upah pungut sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah kota Palangka Raya.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2753);

17. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

18. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3849);

19. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119);

22. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya.

Dengan PersetujuanDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KOTA PALANGKA RAYAMEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA TENTANG PEMBERIAN UPAH KEPADA DINAS PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Page 27: kom perda02

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:18. Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa masyarakat sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

19. Pemerintah Daerah adalah Walikota beserta perangkat Daerah otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;

20. Walikota adalah Walikota Palangka Raya;21. Petugas pemungut adalah Pegawai yang diber tugas untuk melakukan pemungutan Pendapatan

Asli Daerah Kota Palangka Raya.22. Upah pungut adalah uang yang merupakan prosentase dari Penerimaan Asli Daerah yang

diterima yang diberikan kepada Dinas Pendapatan Daerah guna meingkatkan gairah kerja.23. Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya24. Kepala Dinas Pendapatan adalah Kepala Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya

BAB IIBESARNYA UPAH PUNGUT

Pasal 2

(1) Upah Pungut diperhitungkan berdasarkan prosentase dari seluruh realisasi penerimaan baik dari sektor Pajak daerah, Penerimaan Laba Usaha Milik Daerah, Jasda Giro dan Penerimaan Lainnya yang sah termasuk bagi hasil Pajak Bukan Pajak yang dikelola dan disetor ke Kas Daerah pada Bank-Bank yang ditunjuk oleh Pemerintah Kota Palangka Raya dan termasuk juga setoran lainnya yang dipungut melalui dinas/unit kerja yang terkait dalam pengelolaan Pendapatan Asli daerah (PAD).

(2) Besarnya upah pungut yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkan untuk Pajak Daerah sebesar 5% (lima persen) dan untuk Retribusi Daerah sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah penerimaan.

BAB IITATA CARA PEMBAYARAN DAN PENGGUNAAN UPAH PUNGUT

Pasal 3

(1) Pembayaran upah pungut untuk Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya dilakukan oleh Bagian Keuangan setiap awal bulan berikutnya atas Uang Pungut pada bulan yang telah berjalan.

(2) Pemberian upah pungut yang telah dibayarkan oleh Bagian Keuangan dimaksud pada ayat (1) pasal ini dilakukan oleh Kepala Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya.

(3) Yang berhak mendapatkan pembagian upah pungut dimaksud selain aparatur Dinas Pendapatan kota Palangka Raya, juga setiap Dinas instansi/Unit Kerja yang membantu dalam melakukan pemungutan dari pihak-pihak lain yang terkait dan untuk itu akan diatur lebih lanjut oleh Keputusan Walikota.

Pasal 4

Penggunaan Upah Pungut dimaksud pasal 2 ayat (2) tersebut adalah digunakan untuk meningkatkan kesejahteran dan semangat kerja para pegawai dalam rangka upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Palangka Raya.

BAB IVKETENTUAN PENUTUP

Pasal 5

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai Pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut sengan Keputusan Walikota.

Pasal 6

(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1980 tentang Pemberian Uang Perangsang kepada Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Dati II Palangka Raya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Page 28: kom perda02

(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka semua Peraturan Daerah yang ada yang mengatur biaya operasional atau sejenisnya dalam rangka peningkatan kinerja Dinas, dihapus dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 7

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka Raya.

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 19 November 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

MARTOYO

Disahkan di palangka RayaPada tanggal 19 November 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA

SALUNDIK GOHONG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2002 NOMOR : 25

Page 29: kom perda02

WALIKOTA PALANGKA RAYAPERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 26 TAHUN 2002TENTANG

PENERTIBAN DAN REHABILITASI TUNA SUSILA DALAM DAERAH KOTA PALANGKA RAYADENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PALANGKA RAYA

Menimbang : a. bahwa pelacuran suatu perbuatan yang bersifat asusila yang mutlak perlu segera mendapat perhatian dan penanggulangan yang serius;

g. bahwa pelacuran dapat menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat;

h. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah san Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 6 Tahun 1995 sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan di lapangan, sehingga perlu diganti;

i. bahwa sehubungan dengan huruf a, b dan c perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Palangka Raya

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2753);

23. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok kesejahteraan Sosial

24. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3849);

25. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848);

26. Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1999 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 165);

27. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Sosial Kota Palangka Raya (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2000 Nomor 23).

Dengan PersetujuanDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KOTA PALANGKA RAYAMEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA TENTANG PENERTIBAN DAN REHABILITASI TUNA SUSILA DALAM DAERAH KOTA PALANGKA RAYA

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:25. Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa masyarakat sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

Page 30: kom perda02

26. Pemerintah Daerah adalah Walikota beserta perangkat Daerah otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;

27. Walikota adalah Walikota Palangka Raya;28. Dinas Teknis adalah Dinas Sosial Kota Palangka Raya29. Instansi terkait adalah Kepolisian Resort Kota dan Dinas Kesehatan kota Palangka Raya30. Pelacuran adalah suatu kegiatan dari setiap orang, baik pria, wanita maupun waria yang pada

kenyataannya menyediakan diri secara khusus atau sebagai pekerjaan sampingan dalam melakukan perbuatan untuk pemuasan hawa nafsu seksual baik dengan imbalan maupun tanpa imbalan;

31. Mucikari/Germo adalah seseorang yang hidupnya seolah-olah dibiayai oleh pelacur, tempat tinggal bersma-sama dengan dia atau secara sendiri-sendiri yang dalam pelacuran menolong mencarikan langganan-langganan, dari hasil tersebut ia mendapat bagia.

32. Wanita Tuna Susila adalah wanita yang melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya secara berulang-ulang dan bergantian diluar perkawinan yang sah dengan tujuan untuk mendapatkan imbalan uang/materi dan atau barang dan jasa;

33. Rehabilitasi adalah upaya-upaya yang terorganisir melalui usaha-usaha penyantunan, pemberian latihan dan pendidilan, pemulihan kemampuan, penyaluran kembali ke masyarakat, pengawasan maupun pembinaan lanjut sehingga wanita tuna susila kembali memiliki kemampuan untuk hidup secara layak dan wajar sesuai dengan harkat dan martabat manusia sebagai Warga Negara Indonesia;

34. Resosialisasi adalah segala upaya yang terorganisir dengan tujuan membaur kembali dalam lingkungan sosialnya baik pribadi, anggota keluarga, maupun anggota masyarakat.

BAB IIPENERTIBAN

Pasal 2

Setiap orang dan atau badab dilarang :a. Untuk melakukan kegiatan/usaha yang berkaitan dengan praktek pelacuranb. Mengajak orang atau siapapun untuk menjadi pelacurc. Melakukan perbutana tidak senonoh yang dapat mengarah pada perbuatan maksiat yang

dilakukan secara terselubung atau terbuka, baik dijalan-jalan atau ditempat manapun yang dapat menarik perhatian umum.

d. Setiap orang atau badan usaha PNS, TNI dan POLRI dilarang memasuki te,pat lokasi rehabilitasi dan tempat yang terindikasi tempat pelacuran, kecuali dalam melaksanakan tugas kedinasan sesuai perintah atasan dari Dinas/Instansi yang bersangkutan.

e. Setiap Pelajar/Mahasiswa dilarang memasuki lokasi rehabilitasi dan tempat-tempat yang terindikasi pelacuran, kecuali dalam rangka tugas penelitian atau research sesuai tugas yang diberikan oleh Kepala Dinas/Instansi/Bidang Pendidikan bersangkutan

Pasal 3

a. Memiliki, mengusahakan atau membiayai suatu rumah pelacuranb. Dengan sadar/tidak atau langsung/tidak langsung menyewa atau menyediakan suatu bangunan

untuk tempat pelacuranc. Menggunakan/memanfaatkan tempat untuk praktek pelacuran

Pasal 4

Menindak barang siapa pada kenyataannya melakukan kegiatan praktek pelacuran diluar rehabilitasi.

Pasal 5

(1) Bersama dengan instansi terkait lainnya, maka Pemerintah Kota dapat mengambil tindakan untuk melaksanakan operasi penertiban terhadap individu yang terindikasi berbuat/ akan berbuat tindak pelacuran.

(2) Apabila dipandang perlu, dengan alasan dan pertimbangan tertentu, maka Pemerintah Kota berhak dan berwenang menutup tempat/lokalisasi yang terindikasi terjadinya pelacuran.

BAB IIIREHABILITASI TUNA SUSILA

Page 31: kom perda02

Pasal 6

(1) Tempat/lokalisasi telah ditentukan dan diatur oleh Pemerintah Kota sebagai tempat/lokalisasi rehabilitasi yang berfungsi sebgai tempat dan bersifat sementara dan merupakan proses sosialisasi untuk rehabilitasi dan resosialisasi.

(2) Sementara proses sosialisasi untuk rehabilitasi dan resosialisasi seperti dimaksud ayat (1) pasal ini, maka setiap orang yang terlibat dalam proses rehabilitasi dan resosialisasi tepat berada dalam pengawasan petugas/pejabat yang berwenang.

Pasal 7

Setiap mucikari dan tuna susila di lokalisasi rehabilitasi, yang pindah daerah atau meninggal dunia atau oleh sebab-sebab lain, wajib melaporkan diri kepada Dinas Sosial Kota Palangka Raya melalui Lurah setempat untuk diidentifikasi.

Pasal 8

(1) Bagi Tuna Susila wajib memeriksa Kesehatannya minimal 1 (satu) kali seminggu.(2) Bagi Tuna Susila yang ternyata tidak sehat mengidap penyakit menular diharapkan untuk segera

melakukan pengobatan secara intensif.

BAB IVPERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN

Pasal 9

Maksud tindak kekerasan Pasal 9 adalah :1. Kekerasan Fisik kekerasan yang menyebabkan cidera, luka, memar atau cacat pada tubuh

seseorang atau menyebabkan kematian.2. Kekerasan Psikiologis, adalah segala perbuatan dan ucapan yang mengakibatkan ketakutan,

hilangnya percaya diri dan kemampuan untuk bertindak dan rasa tidak percaya pada jiwa seseorang.

3. Kekerasan Seksual, perbuatan yang menyangkut pelecehan seksual tanpa persetujuan atau korban tidak menghendaki atau melakukan hubungan seksual yang tidak disukai korban atau mengisolasi kebutuhan seksualnya.

BAB VKARTU IDENTITAS

Pasal 11

(1) Setiap orang yang terlibat dalam rehabilitasi berstatus sebagai warga tidak menetap dan karenanya harus memiliki kartu identitas khusus dari Walikota Up. Dinas Sosial Kota Palangka Raya.

(2) Kartu Identitas seperti ayat (1) pasal ini, terdiri dari :a. Surat Keterangan untuk Mucikarib. Surat keterangan untuk Tuna Susila

(3) Untuk memperoleh Kartu Identitas harus dilengkapi dengan syarat :a. Bukti Laporan Diri dari Lurah diketahui oleh Camatb. Keterangan Kesehatan/Bebas Penyakit Menularc. Pas Foto ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 lembar

(4) Diluar Kartu Identitas yang dikelurakan oleh Walikota Up. Dinas Sosial Kota Palangka Raya dilarang menerbitkan Kartu Identitas lain

Pasal 12

Bentuk, warna, ukuran, isi/cara pengisian dan alat pengamanan lainnya dari Kartu Identitas ditetapkan oleh Walikota.

Pasal 13

(1) Untuk Kartu identitas diberikan dan ditandatangani oleh Walikota atau Pejabat yang ditunjuk dari Dinas Teknis.

(2) Kartu Identitas berlaku untuk jangka waktu 6 (enam) bulan.

Page 32: kom perda02

(3) Setelah berakhir masa berlakunya, yang bersangkutan wajib mendaftarkan kembali dan kepadanya diberikan kartu identitas baru yang berlaku untuk masa 6 (enam) bulan berikutnya.

(4) Kartu identitas yang rusak atau hilang agar dilaporkan kepada petugas untuk diganti dengan yang baru.

Pasal 14

Bagi Mucikari dan Tuna Susila yang sudah ada diwajibkan untuk :a. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak menjadi Mucikari dan Tuna Susila harus

memiliki Kartu Identitasb. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak habis masa berlakunya, harus minta Kartu

identitas yang baru.

Pasal 15

(1) Kepada setiap Mucikari dan Tuna Susila dipungut biaya sebagai berikuta. Untuk memperoleh Kartu Keterangan Mucikari sebesar Rp. 50.000,- (Lima Puluh Ribu

Rupiah).b. Untuk memperoleh Kartu Keterangan Tuna Susila Rp. 15.000,- (Lima Belas Ribu Rupiah)

(2) Biaya yang dimaksud Pasal 15 ayat (1) diatas disetorkan kepada Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya melalui Dinas Sosial Palangka Raya.

(3) Pemungutan biaya untuk memperoleh Kartu Identitas tersebut digunakan sepenuhnya untuk pembuatan kartu identitas dan untuk menunjang dana Rehabilitasi bagi WTS di lokalisasi.

(4) Perincian biaya dan penggunaannya ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

BAB VIKETENTUAN PIDANA

Pasal 16

(1) Pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini dihukum dengan pidana Kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah).

(2) Tindak pidana dimaksud ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB VIIPENYIDIKAN

Pasal 17

Selain oleh penyidik umum, penyidik atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini, dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota palangka Raya yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

Pasal 18

(1) Dalam melaksanakan tugas penyidik, para pejabat sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 Peraturan Daerah ini berwenang :a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana.b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan.c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa pengenal diri tersangka.d. Melakukan penyitaan benda atau surate. Mengambil sidik jari dan memotret seseorangf. Memanggil orang atau diperiksa sebagai tersangka saksig. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik bahwa tidak

terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka dan keluarganya.

(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil membuat berita acara setiap tindakan tentang :a. Pemeriksaan tersangkab. Pemasukan rumahc. Penyitaan bendad. Pemeriksaan surate. Pemeriksaan saksi

Page 33: kom perda02

f. Pemeriksaan ditempat kejadian dan mengirimkannya kepada Kejaksaan Negeri dengan tembusan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia.

BAB VIIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 19

(1) hal-hal yang belum diatur dalam Perautan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya ditetapkan lebih lanjut oleh Walikota.

(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka semua Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 6 Tahun 1995 tentang Pemberantasan dan Penerbitan Pelacuran dalam Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Palangka Raya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi

Pasal 20

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka Raya.

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 19 November 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

MARTOYO

Disahkan di palangka RayaPada tanggal 19 November 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA

SALUNDIK GOHONG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2002 NOMOR : 26

Page 34: kom perda02

WALIKOTA PALANGKA RAYAPERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 27 TAHUN 2002TENTANG

RETRIBUSI ATAS IZIN PERUBAHAN FUNGSI PERUMAHAN DAN RUMAH SEWA DI KOTA PALANGKA RAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAWALIKOTA PALANGKA RAYA

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan daerah dan sebagai upaya ekstensifikasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah, guna menunjang pembiayaan pembangunan sekaligus melaksanakan fungsi rumah mengatur dan menertibkan semua rumah dan alih fungsi sebagai tempat usaha, yang berada dalam wilayah Kota Palangka Raya perlu dipungut retribusi.

j. Bahwa untuk Pemungutan Retribusi sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Palangka Raya.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2753);

28. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848);

29. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848);

30. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

31. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3952);

32. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202);

33. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119);

34. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 1994 tentang cara menjalankan Tagihan dan Retribusi Daerah dengan Surat paksa.

35. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 26 Tahun 2000 tentang pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja DInas Pendapatan Kota Palangka Raya

Dengan PersetujuanDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KOTA PALANGKA RAYAMEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA TENTANG RETRIBUSI ATAS IZIN PERUBAHAN FUNGSI PERUMAHAN DAN RUMAH SEWA DI KOTA PALANGKA RAYA

Page 35: kom perda02

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:35. Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa masyarakat sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

36. Pemerintah Daerah adalah Walikota beserta perangkat Daerah otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;

37. Walikota adalah Walikota Palangka Raya;

38. Pejabat adalah Pegawai yang diberikan tugas tertentu dibidang PErpajakan Daerah atau Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku;

39. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komoditer,

perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama atau bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi koperasi, yayasan atau organisasi sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk usaha lainnya;

40. Retribusi Ijin Peruntukan Rumah Sewa dan Alih Fungsi Rumah Tempat Tinggal dijadikan Tampat usaha adalah Rumah yang memang diperuntukkan sebagai rumah sewa (kost) dan rumah yang berfungsi sebagai rumah yang seharusnya berfungsi sebagai rumah tempat tinggal dialihkan fungsinya sebagai rumah tempat usaha dan rumah tempat kost;

41. Wajib retribusi adalah badan usaha, penyedot kakus swasta dan orang pribadi yang menurut peraturan perundang-undangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi atas jasa yang diberikan Pemerintah Daerah;

42. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang;

43. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah Surat untuk melakukan Tagihan Retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda;

44. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah Surat Ketetapan Retribusiyang menentukan Tambahan atas jumlah Retribusi yang telah ditetapkan.

BAB IINAMA OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI

Pasal 2

Dengan nama Retribusi atas Perubahan Fungsi PEumahan dan Rumah Sewa dipungut retribusi atas pemberian pelayanan oleh Pemerintah Kota.

Pasal 3

(1) Objek Retribusi adalah Pemberian Pelayanan atas Ijin Perubahan Fungsi Perumahan dan rumah Sewa dalam wilayah Kota

(2) Subyek Retribusi adalah Orang Pribadi dan atau Badan yang memperoleh fasilitas ijin yang diberikan oleh Pemerintah Kota.

Pasal 4

Page 36: kom perda02

Wajib Retribusi adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran atas pelayanan pemberian izin yang diberikan oleh Pemerintah Kota.

BAB IIIGOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 5

Retribusi Pemberian Pelayanan atas Ijin Perubahan Fungsi Perumahan dan Rumah Sewa dan Rumah Sewa dalam Wilayah Kota Palangka Raya, golongan sebagai Retribusi Jasa Umum

BAB IVTATA CARA PEMBERIAN IZIN

Pasal 6

(1) Untuk memperoleh Izin Perubahan Fungsi Perumahan dan Rumah Sewa, pemohon mengajukan Permohonan secara tertulis kepada Walikota melalui Dinas Tata Kota Palangka Raya

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini dilengkapi dengan syarat-syarat :a. Surat Permohonanb. Surat Ijin Mendirikan Bangunanc. Fotocopy KTP Pemohond. Surat Keterangandari RT/RW, Lurah dan diketahui oleh Camate. Tanda Lunas Pembayaran PBB sampai dengan tahun berjalan.f. Pasfoto

Pasal 7

Apabila persyaratan-persyaratan yang diberikan oleh pemohon sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (2) Peraturan Daerah ini ternyata tidak benar maka, Surat Izin yang telah diterbitkan oleh Walikota Batal dengan sendirinya.

BAB VMASA BERLAKU IZIN

Pasal 8

(1) Jangka waktu berlakunya Ijin Peruntukan Penggunaan Rumah Sewa/Rumah Kost ditetapkan hanya 1 (satu) kali pemberian Izin (berlaku selama-lamanya).

(2) Jangka Waktu berlakunya Izin untuk Alih Fungsi Rumah Tempat Tinggal dijadikan Tempat Usaha ditetapkan 3 (tiga) tahun.

(3) Terhadap Izin Peruntukan Penggunaan Rumah Sewa (rumah kost) dimaksud Pasal 8 ayat (1) dilakukan pendaftaran ulang (herregistrasi) setiap 1 tahun sekali.

(4) Terhadap Izin Alih Fungsi Rumah tempat tinggal dijadikan tempat usaha sebagaimana dimaksud Pasal 8 ayat (2) dilakukan pendaftaran ulang (herregistrasi) setiap 1 tahun sekali.

(5) Daftar Ulang (Herregistrasi) dimaksud ayat (3) dan ayat (4) pasal ini, harus sudah diajukan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) minggu sebelum jatuh tempo.

Pasal 9

Bilamana pemegang Izin Perubahan Fungsi PErumahan dan Rumah Sewa menghentikan usahanya, yang bersangkutan wajib memberitahukan dan mengembalikan izin dimaksud kepada Walikota.

BAB VICARA MENGHITUNG TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 10

(1) Prinsip Dasar pengenaan Tarif Retribusi Perubahan Fungsi Perumahan dan Rumah Sewa adalah didasarkan pada Biaya atas Pemberian Pelayanan Izin Perubahan Fungsi Perumahan dan Rumah Sewa.

(2) Biaya Izin sebagaimana dimaksud ayat (1) diatas, terdiri dari Biaya Pencetakan Blanko Izin, Biaya Penyusutan Peralatan Biaya Transportasi dalam rangka pengawasan dan pengendalian di lapangan.

BAB VII

Page 37: kom perda02

STRUKTUR BESARNYA TARIFPasal 11

Struktur besarnya Tarif Retribusi atas Rumah Sewa dan Alih Fungsi Rumah Tempat tinggal dijadikan Tempat Usaha adalah sebagai berikut :1. Pemberian Ijin Khusus untuk Rumah Sewa (Rumah Kost) ditetapkan menurut klasifikasi :

- Bangunan Permanen Rp. 350.000,-- Bangunan Semi Permanen Rp. 250.000,-

2. Alih Fungsi Perumahan Tempat Tinggal dijadikan Tempat Usaha ditetapkan sesuai kelompok usaha sebagai berikut :2.1. Untuk dijadikan Kantor Perusahaan yang bernadan Hukum/Non Badan Hukum :

a. Perusahaan Besar (PT) sebesar Rp. 350.000,- per tahunb. Perusahaan Menengah (CV, Firma Distributor, Agen) Rp. 150.000,- per tahunc. Perusahaan Kecil (UD, Koperasi, Yayasan, Toko, Warung) Rp. 50.000,- per tahun

2.2. Untuk dijadikan Kantor/Tempat Industri :a. Industri Besar, Pabrik dan sejenisnya Rp. 250.000,- per tahunb. Industri Menengah (Percetakan, Penggilingan Padi, Pembuatan Makanan/Minuman,

Kerajinan/Pertenunan dan sejenisnya Rp. 150.000,- per tahun2.3. Untuk Dijadikan Tempat Pelayanan yang berkaitan dengan Jasa :

a. Jasa Besar (Hotel, Restoran, Tempat Hiburan, Tempat Olah raga yang bersifat Komersial, Perdagangan, Laboratorium, Apotik, RUmah Sakit, Agen Penerbangan. Agen Perjalanan Rp. 250.000,- per tahun

b. Jasa Menengah (Penginapan/Losmen, Wartel, Toko Swalayan, Service) Rp. 15.000,- per tahun

c. Jasa Kecil (Panti Pijat, Salon KEcantikan, Rumah Sewa/Asrama, tempat kursus) Rp. 50.000,- per tahun

Pasal 12

(1) Biaya heregistrasi untuk Izin Rumah Sewa (Rumah Kost) untuk setiap 3 (tiga) tahun sekali ditetapkan sebesar Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah).

(2) Biaya heregistrasi untuk Izin Rumah Tempat Tinggal dijadikan Tempat Usaha setiap tahun sebesar Rp. 25.000,-

BAB XITATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 13

(1) Hasil Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud Pasal 11 dan Pasal 12 seluruhnya disetor ke Kas Daerah dalam waktu 1 x 24 jam.

(2) Pembayaran Retribusi terutang harus dilunasi sekaligus melalui bendaharawan khusus penerima Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya

BAB XIISANKSI ADMINISTRASI

Pasal 14

Dalam hal wajib retribusi tidak membayar dan atau kurang membayar setelah 15 (lima belas) hari terhitung dari tanggal Surat Ketetapan retribusi (SKRD) dikeluarkan/diterbitkan dikenakan sanksi denda administrasi berupa bunga 2 % (dua persen) dari total ketetapan yang harus dibayar.

BAB XIIIKETENTUAN LARANGAN

Pasal 15

(1) Setiap orang atau benda dilarang untuk merubah Fungsi PErumahan dan Rumah Sewa tanpa se-izin Walikota.

(2) Setiap Orang atau Badan dilarang mengalihkan Rumah yang telah dirubah fungsinya kepada Pihak Lain tanpa Persetujuan/Izin Walikota

BAB XIV

Page 38: kom perda02

KETENTUAN PERALIHANPasal 16

Bagi setiap Pemilik Rumah Sewa (Rumah Kost) yang sudah membangun sebelum Peraturan Daerah ini, diwajibkan memiliki/mengurus Ijin Peruntukan Penggunaan Rumah Sewa (Rumah Kost) dan setiap pemegang Izin Tempat usaha setelah berlakunya PEraturan daerah ini wajib memenuinya.

BAB XIIKETENTUAN PIDANA

Pasal 17

(1) Barang siapa dengan sengaja ataupun karena kelalaiannya melanggar Ketentuan PEraturan daerah ini, diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan dan denda setinggi-tingginya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);

(2) Tindak pidana seperti tersebut pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XIIIPENYIDIKAN

Pasal 18

(1) Selain pejabat penyidik Polri yang bertugas menyelidiki tindak pidana, penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan daerah ini dapat juga dilakukan Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :a. Menerima Laporan atau pengaduan adanya tindak Pidanab. Melakukan tindak pidana pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan

pemeriksaanc. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangkad. Melakukan penyitaan benda atau surate. Mengambil sidik jari dan memotret tersangkaf. Mendatangkan seorang ahli dalam hubungan dengan pemeriksaan perkarag. Mengadakan penghentian penyidikan setalah mendapat petunjuk dari penyelidik bahwa tidak

terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindakan pidana dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya.

h. Melakukan tindakan lain menurut hokum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil membuat Berita Acara setiap tindakan dalam hal :

a. Pemeriksaan tersangkab. Pemasukan Rumahc. Penyitaan barangd. Pemeriksaan Saksie. Pemeriksaan Temoat

BAB XIVKETENTUAN PENUTUP

Pasal 19

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar semua orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka Raya.

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 19 November 2002

Disahkan di palangka RayaPada tanggal 19 November 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA

SALUNDIK GOHONG

Page 39: kom perda02

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

MARTOYO

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2002 NOMOR : 27

Page 40: kom perda02

WALIKOTA PALANGKA RAYAPERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 28 TAHUN 2002TENTANG

RETRIBUSI UANG LEGESDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PALANGKA RAYA

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan daerah dan untuk lebih meningkatkan penerimaan daerah di bidang retribusi daerah dalam rangka memacu pelaksanaan pemerintahan dan memberlakukan retribusi uang leges;

k. bahwa untuk Retribusi sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Palangka Raya.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2753);

36. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848);

37. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

38. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848);

39. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848);

40. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202);

41. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119);

42. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 1994 tentang cara menjalankan Tagihan dan Retribusi Daerah dengan Surat paksa.

43. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1998 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Kota Palangka Raya

Dengan PersetujuanDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KOTA PALANGKA RAYAMEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA TENTANG UANG LEGES

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

Page 41: kom perda02

45. Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa masyarakat sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

46. Pemerintah Daerah adalah Walikota beserta perangkat Daerah otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;

47. Walikota adalah Walikota Palangka Raya;48. Pejabat adalah Pegawai yang diberikan tugas tertentu dibidang Perpajakan Daerah atau Retribusi

Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku;49. Sekretariat Daerah adalah Sekretariat daerah Kota Palangka Raya;50. Dinas Pekerjaan Umum, Permukiman dan Prasarana Wilayah adalah Dinas Pekerjaan Umum,

Permukiman dan Prasarana Wilayah Kota Palangka Raya;51. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya;52. Dinas Tenaga Kerja dan Kependudukan adalah Dinas Tenaga Kerja dan Kependudukan Kota

Palangka Raya53. Bappeda adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Palangka Raya54. Kecamatan adalah Kecamatan se-kota Palangka Raya55. Kelurahan adalah Kelurahan se-kota Palangka Raya56. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kota Palangka Raya

BAB IINAMA DAN WILAYAH PUNGUTAN RETRIBUSI

Pasal 2

Untuk kepentingan Pemerintah Daerah Kota Palangka Raya maka setiap izin yang diberikan kepada seseorang atau badan dalam wilayah Kota Palangka Raya dipungut leges yang disebut Retribusi Uang Leges.

Pasal 3JENIS RETRIBUSI

(1) Di lingkungan Sekretariat Daeraha. Untuk mnyerahkan Kutipan Keputusan Walikota yang diminta oleh yang berkepentingan

sebesar Rp. 5000,- (lima ribu rupiah);b. Untuk setiap pengesahan/pendaftaran surat-surat yang ditandatangani oleh Walikota,

Sekretaris Daerah atau Pejabat lain yang ditunjuk, bagi usaha-usaha yang bersifat komersil Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah);

c. Untuk suatu tanda pembayaran sebagai ganti surat izin sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah);

d. Untuk suatu salinan surat izin sementara atau kutipan sebesar Rp. 5000,- (lima ribu rupiah);e. Untuk sebuah Buku RAPBD sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah);f. Untuk sebuah buku APBD lengkap lampiran-lampirannya sebesar Rp. 20.000,- (dua puluh ribu

rupiah);g. Untuk sebuah Peraturan Daerah Kota Palangka Raya sebesar Rp. 15.000,- (lima belas ribu

rupiah);h. Untuk sebuah Buku Himpunan Lembaran daerah kota Palangka Raya sebesar Rp. 25.000,-

(dua puluh lima ribu rupiah);i. Untuk mencari surat-surat arsip mengenai pemberian persetujuan/izin sebesar Rp. 5000,-

(lima ribu rupiah);j. Untuk menyerahkan Kutipan Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah yang diminta oleh yang

bersangkutan berkaitan dengan Undang-Undang Gangguan ditetapkan sebagai berikut :- Gangguan Kecil Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah)- Gangguan Sedang Rp. 7.500,- (tujuh ribu lima ratus rupiah)- Gangguan Besar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah)

k. Untuk Usane Verklaring, Penetapan tariff dalam kwitansi dan lain-lain dikenakan 2% (dua persen) dari nominal yang ditetapkan paling sedikit perlembar Rp. 500,- (lima ratus rupiah).

(2) Dilingkungan Dinas Pekerjaan Umum, Permukiman dan Prasarana Wilayah sebagai berikut :a. Untuk permintaan Kutipan Surat Keputusan Walikota diminta oleh yang berkepentingan

sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah);b. Untuk pengesahan/pendaftaran gambar berlembar Blaudrug/cetak biru sebesar Rp. 5.000,-

(lima ribu rupiah);

Page 42: kom perda02

c. Untuk pengesahan/pendaftaran gambar perlembar Light Drug/Cetak Putih sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah);

d. Untuk mengerjakan tambahan pada gambar tersebut huruf b, dan c, menurut kehendak pemohon tiap-tiap M2 (permeter persegi) :- Tambahan ringan sebesar Rp. 1.500,- (seribu lima ratus rupiah)- Tambahan sedang sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah)- Tambahan berat sebesar Rp. 3.000,- (tiga ribu rupiah)

e. Untuk setiap peta atau turunan gambar tiap-tiam m2 (meter persegi) sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah);

f. Untuk melihat setiap peta atau arsip atau rencana garis sepadan sebesar Rp. 750,- (tujuh ratus lima puluh rupiah);

g. Untuk setiap pelayanan pengesahan/pendaftaran gambar rencana Rp. 2.000,- (dua ribu lma ratus rupiah).

(3) Dilingkungan Dinas Kesehatan sebagai berikut :a. Untuk pengesahan/pendaftaran Surat-surat Keterangan Bidan, kelahiran atau Kematian di

Dinas Kesehatan Rp. 500,- (lima ratus rupiah);b. Untuk blanko-blanko permohonan rekomendasi dari Dinas Kesehatan sebesar Rp. 500,- (lima

ratus rupiah);(4) Dilingkungan Kantor Tenaga Kerja dan Kependudukan :

a. Untuk pemberian Surat Keterangan Kenal Lahir sebagai pengganti atas permintaan sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah);

b. Untuk pengesahan salinan Akta Kelahiran dan Surat Keterangan Kenal Lahir sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah);

c. Untuk setiap pemberian Surat Keterangan Tidak Keberatan Ganti Nama sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah).

(5) Dilingkungan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah :a. Untuk setiap pemberian rekomendasi izin prinsip sebesar Rp. 25.000,- (dua puluh lima ribu

rupiah);b. Untuk setiap pengesahan/pendaftaran kutipan surat pemberian rekomendasi izin prinsip usaha

Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah);c. Untuk rekomendasi Izin Penelitian Data dan Potensi Daerah sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu

rupiah).(6) Dilingkungan Kecamatan dalam Wilayah Kota Palangka Raya :

a. Untuk pengesahan/pendaftaran Akte Jual Beli Tanah melalui Pejabat Pembuat Akte Tanah sebesar Rp. 1.500,- (seribu lima ratus rupiah).

b. Untuk setiap pengesahan/pendaftaran sertifikat tanah yang Akte Jual Beli-nya dibuat oleh Camat setempat dan telah dicatat pada register Kecamatan sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah);

c. Untuk pengesahan/pendaftaran Surat-Surat Permohonan dengan tanda tangan camat atau pejabat lainnya yang berhak atas nama Camat dipungut bayaran sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah);

d. Untuk setiap pengesahan/pendaftaran tentang pelunasan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah).

e. Untuk setiap pembuatan Aktesasi Berita atau Keterangan Masih Hidup bagi penyelesaian pension sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah).

f. Untuk setiap pengesahan/pendaftaran atau Rekomendasi Pengajuan Perijinan sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah).

(3) Dilingkungan Kelurahan dalam Wilayah Kota Palangka Raya :a. Untuk pengesahan/pendaftaran Surat Keterangan Ahli Waris Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus

rupiah).b. Untuk setiap pengesahan/pendaftaran IMB Rp. 3.000,- (tiga ribu rupiah).c. Untuk setiap pengesahan/pendaftaran Surat Tanah Garapan Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah).d. Untuk setiap keterangan atau surat menyurat yang ditanda tangani oleh Lurah/Pejabat yang

ditunjuk Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah).

BAB IVTATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 4

(1) Pembayaran uang leges sebagaimana tersebut pada pasal (1) s/d (6) Peraturan Daerah ini harus dibayar lunas sebelum penyerahan surat-surat, buku-buku, atau jasa yang diberikan kepada pihak-pihak yang memerlukan;

Page 43: kom perda02

(2) Pembayaran Uang Leges dilakukan melalui petugas pemungut yang ditunjukkan berdasarkan Surat Keputusan Walikota.

(3) Sebagai tanda Bukti Pembayaran Uang Leges dimaksud pada ayat (2) diberikan tanda pembayaran dengan menggunakan materai yang bentuk dan warnanya ditetapkan oleh Walikota.

Pasal 5

(1) Pejabat yang ditunjuk sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (2) Peraturan daerah ini wajib menyetorkan Uang Leges yang diterima kepada KAs Daerah melalui Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya.

(2) Tata cara pemungutan, penyetoran dan pertanggungjawaban hasil pungutan Uang Leges diatur lebih lanjut dengan Keputusan Walikota.

BAB VPENGECUALIAN

Pasal 6

Surat-surat buku-buku dan jasa-jasa yang dikecualikan dari pungutan Uang Leges adalah :a. Untuk kepentingan Badan Sosial dan Keagamaan serta yang dikeluarkan untuk kepentingan

Badan/Lembaga Pemerintah;b. Salinan atau duplikat perjanjian yang dibuat Pemerintah daerah dengan pihak lain yang turut

menandatangani perjanjian tersebut;c. Surat Pemerintah Membayar (SPMU);d. Surat-surat, buku-buku yang diberikan kepada Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;e. Surat-Surat Keputusan Pengangkatan, Kenaikan Pangkat atau Pengangkatan dalam suatu

jabatan dilingkungan Pemerintah Daerah;f. Kepentingan seorang yang tidak mampu, yang dibuktikan dengan Surat Keterangan dari

Kelurahan dan disahkan oleh Camat Wilayahnya meliputi tempat kediaman yang berkepentingan dan kepentingan pelajar dan mahasiswa sepanjang menyangkut kepentingan pendidikan;

g. Walikota dapat menentukan Surat-surat yang dibebaskan dari Pembayaran Uang Leges jika diberikan kepada Penerbit Redaksi Surat-Surat Kabar harian, majalah, bulletin dan lain-lain.

BAB VIKETENTUAN PIDANA

Pasal 7

(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terutang.

(2) Tindak pidana seperti tersebut pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XIIIPENYIDIKAN

Pasal 8

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam undang-undang Nomor 18 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan

tindak pelanggaran di bidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pelanggaran dinidang retribusi daerah;

c. meminta keterangan dan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pelanggaran dibidang retribusi daerah;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan tindak pelanggaran di bidang retribusi daerah;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut;

Page 44: kom perda02

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pelanggaran di bidang retribusi daerah;

g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana huruf e.

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pelanggaran dibidang retribusi daerah;i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;j. menghentikan penyidikan;k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk melancarkan penyidikan tindak pelanggaran di

bidang retribusi daerah menurut hokum yang dipertanggungjawabkan;(3) Penyidik dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan

hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XIVKETENTUAN PENUTUP

Pasal 9

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1994 tentang pungutan Uang Leges dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 10

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaan akan diatur lebih lanjut oleh Walikota.

Pasal 11

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar semua orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka Raya.

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 19 November 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

MARTOYO

Disahkan di palangka RayaPada tanggal 19 November 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA

SALUNDIK GOHONG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2002 NOMOR : 28

Page 45: kom perda02

WALIKOTA PALANGKA RAYAPERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 29 TAHUN 2002TENTANG

PENERANGAN JALAN UMUM DAN PAJAK PENGGUNAAN TENAGA LISTRIKDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PALANGKA RAYA

Menimbang : a. bahwa dengan perlunya untuk membiayai pembangunan penerangan jalan umum secara swadaya;

l. bahwa perlu adanya penertiban dan penerangan jalan umum disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi setempat;

m. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048), yang memberi peluang untuk penyelenggaraan Penerangan Jalan Umum dan Pajak Penggunaan Tenaga Listrik;

n. bahwa Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 1998 tentang Pajak Penerangan Jalan tidak sesuai lagi dengan penyelenggaraan Penerangan Jalan Umum dan Pajak Penggunaan Tenaga Listrik serta perkembangan keadaan, sehingga perlu diganti;

o. bahwa sehubungan dengan huruf a, b, c dan d perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Penerangan Jalan Umum dan Pajak Penggunaan Tenaga Listrik sebagai Pengganti Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 1998 tentang Pajak Penerangan Jalan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2753);

44. Undang-Undang Nomor 17 Taqhun 1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 3684);

45. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

46. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686);

47. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3849);

48. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

49. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202);

50. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);

Page 46: kom perda02

51. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

Dengan PersetujuanDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KOTA PALANGKA RAYAMEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA TENTANG PENERANGAN JALAN UMUM DAN PAJAK PENGGUNAAN TENAGA LISTRIK

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:57. Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa masyarakat sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

58. Pemerintah Daerah adalah Walikota beserta perangkat Daerah otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;

59. Walikota adalah Walikota Palangka Raya;60. Pejabat adalah petugas yang diberi tugas tertentu dibidang Perpajakan Daerah dan/atau

Retribusi sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku;61. Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya62. Dinas Tata Kota adalah Dinas Tata Kota – Kota Palangka Raya63. Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah PT. PLN (persero) Unit Bisnis Cabang Palangka Raya;64. Penerangan Jalan Umum selanjutnya disingkat PJU adalah Penerangan Jalan Umum yang

energi listriknya bersumber dari PLN yang terdiri dari Penerangan Jalan Umum Resmi dan Penerangan Jalan Umum Swadaya Masyarakat;

65. Penerangan Jalan Umum Resmi selanjutnya disingkat PJU-Resmi adalah Penerangan Jalan Umum yang pemasangan dan pengaliran energi listriknya dilakukan atas persetujuan antara PLN dan Pemerintah Daerah;

66. Penerangan Jalan Umum Swadaya masyarakat selanjutnya disingkat PJU-Swadaya adalah Penerangan Jalan Umum yang pemasangan dan pengaliran energi listriknya dilakukan secara swadaya oleh masyarakat;

67. Pajak Penggunaan Tenaga Listrik selanjutnya disingkat PPTL adalah Pajak yang dikenakan oleh Pemerintah daerah terhadap semua penggunaan Tenaga Listrik;

68. Pelanggan PLN adalah semua Pelanggan PLN di Wilayah Kota Palangka Raya;69. Bukan pelanggan PLN adalah semua pengguna Tenaga Listrik di wilayah Kota Palangka Raya

yang tidak bersumber dari PLN;70. Rekening Listrik adalah rekapitulasi rekening listrik PLN kepada Pemerintah Daerah yang harus

dilunasi oleh Pemerintah Daerah kepada PLN;71. Rekapitulasi Rekening Listrik adalah rekapitulasi rekening listrik yang dicetak, rekapitulasi

rekening listrik yang lunas dan rekapitulasi rekening yang belum lunas;72. Instalasi PJU adalah Instalasi Listrik khusus dipergunakan untuk PJU;73. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPPD adalah surat yang

digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan Daerah;

74. Pemungutan Pajak Penggunaan Tenaga Listrik yang dilaksanakan oleh PLN adalah bentuk Pajak Penerangan Jalan (PPJ);

75. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan SSPD adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang;

76. Surat Ketetapan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan SKPD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang;

77. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, selanjutnya disingkat SKPDKB adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar;

Page 47: kom perda02

78. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan yang disingkat SKPBT, adalah Surat Keputusan yang menentukan tambahan atas atas jumlah pajak yang akan ditetapkan;

79. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat dengan SKPLB adalah Surat Keputusan yang menunjukkan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang;

80. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkat dengan SKPDN adalah Surat Keputusan yang menunjukkan jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak;

81. Surat Tagihan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan STPD adalah Surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda.

BAB IIPENERANGAN JALAN UMUM

Bagian PertamaTujuanPasal 2

(1) Penerangan Jalan Umum merupakan utilitas kota yang bertujuan memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka menciptakan kota yang aman, nyaman dan indah;

(2) Jaringan Penerangan Jalan Umum melayani penerangan jalan sepanjang jalan arteri primer dan sekunder, kolektor primer dan skunder, jalan lingkunngan serta pusat keramaian dan taman kota sesuai skala prioritas yang ditetapkan oleh walikota.

Bagian KeduaPenyelenggaraan

Pasal 3

(3) Penyelenggaraan Penerangan Jalan Umum dilakukan oleh Pemerintah Kota sebagai PJU Resmi dan oleh Kelompok Masyarakat sebagai PJU swadaya;

(4) Didalam penyelenggaraan Penerangan Jalan Umum, Pemerintah Kota atau Masyarakat bekerjasama dengan PT. PLN Cabang Palangka Raya;

(5) Penyelenggaraan Penerangan Jalan Umum Swadaya milik masyarakat harus memperoleh ijin dari Pemerintah Kota Palangka Raya melalui Dinas Tata Kota;

(6) Kewenangan Pembinaan Administrasi, teknis dan perjanjian Penerangan Jalan Umum berada pada Pemerintahan Kota Palangka Raya melaluo Dinas Tata kota;

(7) Pengelolaan Pajak Penggunaan Tenaga Listrik berada pada Pemerintah Kota Palangka Raya melalui Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya;

(8) Pelaksanaan Pembinaan Adimistrasi Teknis dan Kewenangan terhadap penyelenggaraan jaringan Penerangan jalan Umum oleh Pemerintah Kota berazaskan hemat, efisien dan pelayanan yang seluas-luasnya;

(9) Dalam rangka meningkatkan pembangunan dan kinerja PJU, Pemerintah Kota membentuk TIM Pembinaan PJU Kota Palangka Raya yang beranggotakan tokoh-tokoh masyarakat, Perguruan Tinggi, Asosiasi Kelistrikan dan lain-lain yang terkait dengan tugasnya memberikan saran dan masukan kepada Walikota.

Bagian KetigaPembiayaan

Pasal 4

(1) Pembangunan, Pemeliharaan dan biaya langganan Penerangan Jalan Umum Resmi dibiayai oleh Pemerintah Kota;

(2) Pembangunan, Pemeliharaan dan biaya Penerangan Jalan umum Swadaya dibiayai oleh masyarakat ataupun sumbangan pihak ketiga yang tidak mengikat di lingkungannya;

(3) Pemerintah Kota dapat atau tidak membantu pemeliharaan dan langganan Penerangan Jalan Umum Swadaya milik masyarakat dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan Daerah setiap Tahun Anggaran, dimana persyaratan akan ditetapkan oleh Walikota.

BAB IIIPAJAK PENERANGAN JALAN NAMA, OBJEK DAN SUBJEK PAJA

Pasal 5

Dikecualikan dari objek Pajak adalah :

Page 48: kom perda02

a. Penggunaan Listrik oleh Instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah;b. Penggunaan Tenaga Listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh Kedutaan, Konsuler,

Perwakilan Asing dan Lembaga-lembaga Internasional dengan asas timbale balik sebagaimana berlaku untuk pajak negara;

c. Penggunaan Tenaga Listrik yang berasal dari bukan PLN dengan kapasitas tertentu yang tidak memerlukan izin dari Instansi terkait;

d. Penggunaan Tenaga Listrik yang khusus digunakan untuk tempat ibadah.

Pasal 7

(1) Dasar Pajak adalah Nilai Jual Tenaga Listrik;(2) Nilai Jual Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan :

a. Dalam hal tenaga listrik berasal dari PLN dan bukan PLN dengan pembayaran Nilai Jual Listrik adalah besarnya tagihan penggunaan listrik/tekening listrik;

b. Dalam hal ini tenaga listrik berasal dari bukan PLN dengan tidak dipungut bayaran, nilai jual tenaga listrik dihitung berdasarkan kapasitas tersedia dan penggunaan atau taksiran penggunaan listrik yang berlaku di Wilayah Daerah;

(3) Harga satuan listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, pasal ini ditetapkan oleh Walikota dengan berpedoman harga satuan listrik yang berlaku untuk PLN.

Pasal 9

(1) Tarif Pajak ditetapkan sebagai berikut :a. Penggunaan Tenaga Listrik yang berasal dari PLN, bukan untuk industri sebesar 9 %

(sembilan persen);b. Penggunaan Tenaga Listrik yang berasal dari PLN untuk industri sebesar 9% (sembilan

persen);c. Penggunaan Tenaga Listrik yang bukan dari PLN untuk untuk industri sebesar 9% (sembilan

persen)

BAB VWILAYAH PEMUNGUTAN DAN CARA PERHITUNGAN PAJAK

Pasal 10

(1) Pajak terhutang dipungut di wilayah Daerah Kota Palangka Raya;(2) Besarnya pajak yang terhutang dihitung dengan cara mengalihkan tariff pajak sebagaimana

dimaksud dalam pasal 9 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 8.

BAB VIMASA PAJAK, SAAT PAJAK TERUTANG DAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH

Pasal 11

Masa pajak adalah jangka waktu tertentu yang lamanya 1 (satu) bulan takwin.

Pasal 12

Pajak terhutang dalam masa pajak terjadi sejak diterbitkannya SKPD.

Pasal 13

(1) Setiap Wajib pajak yang menggunakan tenaga listrik bukan PLN wajib mengisi SPTPD;(2) SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap;(3) Untuk pelanggan listrik PLN daftar rekening listrik yang diterbitkan oleh PLN merupakan SPTPD;(4) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan kepada Walikota selambat-

lambatnya 15 (lima belas hari) setelah berakhirnya masa pajak;(5) Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD ditetapkan oleh Walikota.

BAB VIITATA CARA PERHITINGAN DAN KETETAPAN PAJAK

Pasal 14

Page 49: kom perda02

(1) Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1), Walikota menetapkan pajak terutang dengan menerbitkan SKPD;

(2) Apabila pemungutan Pajak bekerja sama dengan PLN, rekening listrik disamakan dengan SPTPD;

(3) Apabila SKPD seagaimana dimaksud ayat (1) tidak atau kurang dibayar setelah lewat paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak SKPD diterima, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan STPD.

Pasal 15

(1) Wajib Pajak membayar sendiri SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1) digunakan untuk menghitung dan menetapkan pajak sendiri yang terhutang;

(2) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah pajak, Walikota yang menerbitkan :a. SKPDKBb. SKPDKBPc. SKPDN

(3) SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayt (2) huruf a, diterbitkan :a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terhutang tidak atau

kurang dibayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan terhitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak terhutang pajak;

b. Apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan terhitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutang pajak;

c. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara jabatan, dan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan terhitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutang pajak.

(4) SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, diterbirkan apabila ditemukan data baru atau yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak terutang, akan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersenut;

(5) SKPDn sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, diterbitkan apabila jumlah pajak terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak;

(6) Apabila kewajiban membayar pajak dalam SKPDKB dan SKPSKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, dan b, tidak atau tidak sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan STPD ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan;

(7) Penambahan jumlah pajak yang terhutang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak dikenakan apabila wajib pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.

BAB VIIITATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 16

(1) Pembayaran Pajak dilakukan di Kas Daerah atau di tempat lain yang ditentukan oleh Walikota sesuai waktu yang ditentukan dalam SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD;

(2) Apabila Pembayaran Pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak harus disetor seluruhnya ke Kas Daerah dalam waktu 1 x 24 jam;

(3) Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dilakukan dengan menggunakan STPD;

Pasal 17

(1) Pembayaran pajak harus disediakan sekaligus atau lunas;(2) Walikota dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur pajak terutang

dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan;(3) Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan secara

teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar;

Page 50: kom perda02

(4) Walikota dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar;

(5) Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara pembayaran angsuran dan penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4) ditetapkan oleh Walikota.

Pasal 18

(1) Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan;

(2) Bentuk, jenis, isi, ukuran tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Walikota.

BAB IXTATA CARA PENAGIHAN PAJAK

Pasal 19

(1) Surat teguran atau surat Penagihan atau Surat Lain yang sejenisnya sesuai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran;

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran atau peringatan atau surat lain yang sejenisnya, wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang;

(3) Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain sejenisnya yang dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan pejabat.

Pasal 20

(1) Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktusebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran atau peringatan atau surat lain yang sejenis, jumlah pajak yang harus dibayar ditagih dengan surat paksa;

(2) Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera setelah melewati 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat Lain yang sejenis.

Pasal 21

Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanngal pemberian Surat Paksa, Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.

Pasal 22

Setelah dilakukan penyitaan dan wajib pajak belum juga melunasi pajaknya setelah 10 (sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah melaksanakan penyitaan, Pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang negara.

Pasal 23

Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, juru sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada wajib pajak.

Pasal 24

Bentuk, jenis, isi formulir yang diperlukan untuk pelaksanaan penagihan pajak Daerah ditetapkan oleh Walikota.

BAB XPENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN PAJAK

Pasal 25

(1) Walikota berdasarkan permohonan wajib pajak dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak;

(2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Walikota.

Page 51: kom perda02

BAB XITATA CARA PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN KETETAPAN DAN PENGHAPUSAN

ATAU PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASIPasal 26

(1) Walikota karena jabatan atau atas permohonan wajib pajak dapat :a. membetulkan SKPD dan SKPDKB atau STPD yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan

tulis, kesalahan hitung atau kekeliruan dalam penerapan Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan Daerah,

b. Membatalkan atau mengurangkan ketetapan pajak yang benar,c. Mengurangkan atau menghapus sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan

pajak yang terutang karena kekhilafan wajib pajak atau bukan karena kesalahannya;(2) Permohonan pembetulan, pembatalan pengurangan ketetapan dan penghapusan atau

pengurangan sanksi administrasi atas SKPD dan SKPDKB atau SKPDKBT atau STPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis oleh wajib pajak kepada Walikota atau Pejabat selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima SKPD dan SKPDKB atau SKPDKBT atau STPD dengan alasan jelas;

(3) Walikota atau Pejabat paling lambat 3 (tiga) bulan sejak surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah harus memberikan Keputusan;

(4) Apabila setelah lewat waktu 3 (tiga)bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Walikota atau Pejabat tidak memberikan Keputusan, permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan sanksi administrasi dianggap dikabulkan.

BAB XIIKEBERATAN DAN BANDING

Pasal 27

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Walikota atau Pejabat atau suatu :a. SKPD;b. SKPDKB;c. SKPDKBT;d. SKPDLB;e. SKPDN;

(2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia yang paling lama (3) bulan sejak tanggal SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD diterima oleh wajib pajak, kecuali apabila wajib pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan;

(3) Walikota atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah memberikan keputusan;

(4) Apabila setelah lewat waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Walikota atau Pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan keberatan dianggap dikabulkan;

(5) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban membayar pajak.

Pasal 28

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan banding kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bula setelah diterimanya Surat Keputusan Keberatan;

(2) Pengajuan Banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban membayar pajak.

Pasal 29

Apabila pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pasal 27 atau Banding sebagaimana dimaksud Pasal 28 dikabulkan sebagian atau seluruhnya kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan tambahan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.

BAB XIIIPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

Pasal 30

Page 52: kom perda02

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak kepada Walikota atau Pejabat secara tertulis dengan menyebutkan sekurang-kurangnya :a. Nama dan alamat wajib pajak;b. Masa Pajak;c. Besarnya kelebihan Pajak;d. Alasan yang jelas.

(2) Walikota atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan Keputusan;

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampaui Walikota atau Pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan;

(4) Apabila wajib pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud ayat (2) langsung diperhitungkan akan melunasi terlebih dahulu utang pajak dimaksud;

(5) Pengambilan kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPKMKP);

(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak waktu 2 (dua) bulan, sejak diterbitkan SKPDLB, Walikota atau Pejabat memberikan imbalan bunga sebesar 2 % sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pajak.

Pasal 31

Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan utang pajak lainnya, sebagaimana dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.

BAB XIVKADALUARSA

Pasal 32

(1) Hak untuk melakukan penagihan pajak, kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak, kecuali apabila wajib pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;

(2) Kadaluarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud ayat (1) tertangguh apabila :a. Diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa atau :b. Ada pengakuan utang pajak dari wajib pajak baik langsung maupun tidak langsung.

BAB XVBIAYA PEMUNGUTAN

Pasal 33

(1) Biaya pemungutan pajak penerangan jalan sebesar 5% (lima persen) dari realisasi penerimaan Pajak Penerangan Jalan;

(2) Biaya Pemungutan dan alokasinya akan diatur lebih lanjut dalam Naskah Kerjasama antara Pemerintah Daerah dan PT. PLN tentang Pemungutan dan Penyetoran Pajak Penggunaan Tenaga Listrik dan Pembayaran Rekening Listrik oleh Pemerintah Daerah dengan ketentuan 70% (tujuh puluh persen) untuk PLN dan 30% (tiga puluh persen) untuk Pemerintah Daerah.

BAB XVIKETENTUAN PIDANA

Pasal 34

(1) Penyelenggaraan Penerangan Jalan Umum Swadaya milik masyarakat yang tidak memiliki izin sebagaimana diatur pada pasal 3 ayat (3), diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan bulan dan denda setinggi-tingginya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);

(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah Pelanggaran;(3) Wajib Pajak yang karena kealpaannnya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak

benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak yang terutang;

(4) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan

Page 53: kom perda02

Keuangan Daerah dapat dipidana penjara paling banyak 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah yang terhutang

Pasal 35

Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 tidak dituntut setelah melampaui jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak saat terhutang pajak atau berakhirnya masa pajak atau berakhirnya bagian tahun pajak.

BAB XVIIPENYIDIKAN

Pasal 36

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam undang-undang Nomor 18 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan

tindak pelanggaran di bidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pelanggaran dinidang retribusi daerah;

c. meminta keterangan dan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pelanggaran dibidang retribusi daerah;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan tindak pelanggaran di bidang retribusi daerah;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pelanggaran di bidang retribusi daerah;

g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana huruf e.

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pelanggaran dibidang retribusi daerah;i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;j. menghentikan penyidikan;k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk melancarkan penyidikan tindak pelanggaran di

bidang retribusi daerah menurut hokum yang dipertanggungjawabkan;(3) Penyidik dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan

hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XVIIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 37

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaan akan diatur lebih lanjut oleh Walikota.

Pasal 38

Dengan berlakunya Peraturan daerah ini, maka Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 1998 tentang Pajak Penerangan Jalan dicabut.

Pasal 39

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar semua orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka Raya.

Page 54: kom perda02

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 19 November 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

MARTOYO

Disahkan di palangka RayaPada tanggal 19 November 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA

SALUNDIK GOHONG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2002 NOMOR : 29

Page 55: kom perda02

WALIKOTA PALANGKA RAYAPERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 73 TAHUN 2002TENTANG

PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) BENGKEL KERJA (WORKSHOP) PEEBAIKAN KENDARAAN DAN ALAT BERAT PADA DINAS PENGELOLAAN PASAR,

KEBERSIHAN DAN PARKIR KOTA PALANGKA RAYA

WALIKOTA PALANGKA RAYA

Menimbang : a. bahwa, sebagai pelaksanaan lebih lanjut Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 24 Tahun 2001 Pasal 5 dan 6 tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis (UPT) tahun 2001 Dinas Pengelolaan Pasar, kebersihan dan Parkir dan untuk meningkatkan Pendapatan Asli daerah (PAD) dari sektor jasa bengkel dan perawatan kendaraan roda empat maupun berupa peralatan berat seperti tractor, excavator dan lain-lain, perlu dibentuk Unit Pelaksana Teknis bengkel Kerja (NET WORK SHOP) pada Dinas Pengelolaan Pasar, Kebersihan dan parker Kota Palangka Raya.

p. Bahwa, untuk pembentukan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu ditetapkan dengan Keputusan Walikota Palangka Raya.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2753);

52. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839);

53. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848);

54. Peraturan Pemerintah RI Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

55. Peraturan Pemerintah RI Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 165);

56. Peraturan Daerah kota palangka raya Nomor 24 Tahun 2001 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pengelolaan Pasar, kebersihan dan parker Kota Palangka Raya (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2001 Nomor 24).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) BENGKEL KERJA (WORK SHOP) PERBAIKAN KENDARAAN DAN ALAT BERAT PADA DINAS PENGELOLAAN PASAR, KEBERSIHAN DAN PARKIR KOTA PALANGKA RAYA

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan:p. Pemerintah daerah adalah Pemerintah Kota Palangka Raya;

Page 56: kom perda02

q. Walikota adalah Walikota Palangka Raya;r. Dinas Pengelolaan Pasar, Kebersihan dan Parkir adalah Dinas Pengelolaan Pasar, Kebersihan

dan Parkir Kota Palangka Raya;s. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bengkel Kerja (Work Shop) adalah Unit pelaksana Teknis Bengkel

Kerja (Work Shop) kota Palangka Raya

BAB IIKEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI

Pasal 2

Harga Eceran Tertinngi (HET) Minyak tanah, Premium dan Minyak Solar ditetapkan sebagai berikut :(1) UPT Bengkel Kerja (Work Shop) adalah UPT yang berada dibawah dan bertanggung jawab

langsung kepada Kepala Dinas Pengelolaan Pasar, Kebersihan dan Parkir Kota palangka Raya;(2) UPT Bengkel Kerja (Work Shop) dimaksud ayat (1) pasal ini, dipimpin oleh seorang Kepala Unit

Pelaksana Teknis yang memiliki kualifikasi teknis.

Pasal 3

UPT Bengkel Kerja (Work Shop) mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok dibidang pemeliharaan, perwatan, pengembangan, perbaikan dan pengadaan barang dan peralatan terhadap sarana dan prasarana milik Pemerintah Daerah Kota Palangka Raya, dan melayani masyarakat umum yang berminat, dan biaya kan diatur/ditetapkan dengan Keputusan Walikota Palangka Raya atas dasar persetujuan DPRD Kota Palangka Raya.

Pasal 4

Untuk melaksanakan tugas-tugas pada Pasal 3 Keputusan ini, UPT engkel Kerja (Work Shop) Kota Palangka Raya mempunyai tugas :a. Melaksanakan Urusan Tata Usaha/Administrasi UPT Bengkel Kerja (Work Shop) Kota palangka

Raya.b. Melaksanakan pemeliharaan, perwatan, pengembangan, perbaikan dan pengadaan barang dan

peralatan terhadap sarana dan prasarana milik Pemerintah Daerah Kota palangka Rayac. Melaksanakan pemeliharaan, perawatan dan perbaikan terhadap peralatan berat milik

Pemerintah Daerahd. Melaksankaan, menerima order dari masyarakat umum yang berminat.

BAB IIIORGANISASI

Bagian PertamaSUSUNAN ORGANISASI

Pasal 5

Susunan Organisasi UPT Bengkel Kerja (Work Shop) terdiri dari :a. Kepala UPTb. Urusan Bagian Tata Usaha dan Quality Controlc. Urusan Seksi Bengkel Kerja (Work Shop)d. Urusan Seksi Operasional Peralatan Bengkel Kerja (Work Shop)

Bagian KeduaSUB BAGIAN TATA USAHA

Pasal 6

1. Urusan Tata Usaha dan Quality Control mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan Administrasi kepegawaian, keuangan dan umum ketertiban surat menyurat serta pelaporan.

2. Urusan Tata Usaha dan Quality Control dipimpin oleh seorang Kepala Urusan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala UPT.

Pasal 7

Page 57: kom perda02

Untuk melaksanakan tugas tersebut pada Pasal 6 keputusan ini, Urusan Tata Usaha dan Quality Control mempunyai fungsi :a. Menyusun dan merencanakan program serta langkah-langkah kegiatan pada urusan Tata Usaha

serta menyediakan data/informasi yang sesuai dengan tugas pokok maupun fungsi UPT.b. MEnyelenggarakan administrasi perlengkapan dan inventarisasi barang yang berada di bawah

pengelolaan UPT.c. Menyusun dan membuat laporan yang tertulis mengenai pemasukan dari pelaksanaan pekerjaan

Bengkel Kerja (Work Shop) pada setiap akhir bulan yang bersangkutan.d. Memeriksa/mengoreksi dan mengevaluasi hasil kerja staf pelaksana yang berada di

lingkungan/urusan pekerjaannya sesuai dengan petunjuk dan ketentuan yang berlaku, guna menghindari kesalahan dan kekliruan.

e. Melaporkan semua pelaksanaan kegiatan UPT disertai saran atau pertimbangan baik secara lisan maupun tertulis untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut dari pimpinan.

f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

Bagian KetigaSEKSI BENGKEL KERJA (WORK SHOP)

Pasal 8

1. Melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab atau kelancaran dan terselenggaranya aktivitas (work shop).

2. Seksi Bengkel Kerja (work shop) dipimpin oleh seorang Kepala Urusan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala UPT Bengkel Kerja (Work Shop) Kota palangka Raya.

Pasal 9

Untuk melaksanakan tugas tersebut pada Pasal 8 keputusan ini, Urusan Seksi Bengkel (Work Shop) mempunyai fungsi :a. Melakukan pengumpulan, mengolah/menyusun dan merencanakan program serta langkah-

langkah kegiatan ataupun teknis operasional pelaksanaan jenis penanganan dan pemeliharaan peralatan serta sarana dan prasarana dinas.

b. Menyusun laporan / data-data yang telah dan akan dilaksanakan sesuai dengan bidang tugasnya.c. Menginventarisir semua komponen peralatan yang mengalami kerusakan sebelum dilakukan

perbaikan.d. Menjaga keamanan dan pemeliharaan peralatan agar tetap dalam kondisi operasional dan siap

dipakai.e. Mendistribusikan tugas kepada staf yang berada langsung dibawahnya sehingga tugas-tugas

dapat dilaksanakan dengan baik.f. Melakukan koordinasi baik vertikal maupun horizontal guna kelancaran pelaksanaan tugas.g. Memeriksa/mengoreksi dan mengevaluasi hasil kerja pelaksana yang berada di

lingkungan/urusan pekerjaannya sesuai dengan petunjuk dan ketentuan yang berlaku, guna menghindari kesalahan dan kekeliruan.

h. Melaporkan semua pelaksanaan kegiatan, disertai saran atau pertimbangan baik secara lisan maupun tertulis untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut dari pimpinan.

i. Melaksanakan tugas yang diberikan pimpinan.

Bagian KeempatSEKSI OPERASIONAL PERALATAN

Pasal 10

(1) Urusan Seksi Operasional peralatan mempunyai tugas pokok pemeliharaan dan perawatan terhadap peralatan milik Pemerintah Kota Palangka raya.

(2) Urusan Seksi Operasional peralatan dipimpin oleh seorang kepala Urusan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala UPT.

Pasal 11

Untuk melaksanakan tugas tersebut pasal 10 Keputusan ini, Seksi Operasional Peralatan mempunyai tugas :a. Menyusun dan membuat rencana kerja operasional peralatan yang berada di bawahnya, guna

pencapaian target retribusi pemakaian alat berat.b. Melakukan/melaksanakan kegiatan operasional/operator peralatan.

Page 58: kom perda02

c. Mendistribusikan tugas kepada staf yang berada langsung dibawahnya sehingga tugas-tugas dapat dilaksanakan dengan baik.

d. Melakukan koordinasi baik vertikal maupun horizontal guna kelancaran pelaksanaan tugase. Memeriksa/mengoreksi dan mengevaluasi hasil kerja staf pelaksana yang berada dilingkungan/

urusan pekerjaanya sesuai dengan petunjuk dan ketentuan yang berlaku, guna menghindari kesalahan dan kekeliruan.

f. Melaporkan semua pelaksanaan kegiatan, disertai saran atau pertimbangan baik secara lisan maupun tertulis untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut dari pimpinan.

g. Melaksanakan tugas yang diberikan pimpinan.

BAB IVBAGAN ORGANISASI

Pasal 12(1) Bagan Organisasi UPT Pemeliharaan dan Perawatan Bengkel kerja (Work Shop) Dinas

Pengelolaan Pasar, Kebersihan dan Parkir sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.

(2) Lampiran tersebut pada ayat (1) pasal ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan keputusan ini.

BAB VKEPEGAWAIAN

Pasal 13

(1) Kepala UPT pemeliharaan dan Perawatan Dinas Pengelolaan Pasar, Kebersihan dan Parkir diangkat dan diberhenyikan oleh Walikota atas usul Kepala Dinas Pengelolaan Pasar, Kebersihan dan Parkir.

(2) Urusan Tata Usaha, Urusan Seksi (Work Shop) dan Urusan Seksi Operasional Peralatan diangkat dan diberhentikan oleh Walikota atas usul Kepala Dinas Pengelolaan Pasar, Kebersihan dan Parkir.

Pasal 14

(1) Pembinaan urusan kepegawaian UPT pemeliharaan dan perawatan (Work Shop) Dinas Pengelolaan Pasar, Kebersihan dan Parkir dilaksanakan oleh Walikota.

(2) Pembinaan teknis dilakukan oleh instansi teknis.

BAB VITATA KERJA

Pasal 15

(1) Kepala UPT Pemeliharaan dan Perawatan (work shop), Urusan Bagian Tata Usaha, Urusan Seksi (Work Shop), Urusan Operasional Peralatan dan Kelompok Jabatan Fungsional dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinsip koordinasi dan kerjasama fungsional dengan cara sebaik-baiknya.

(2) Kepala UPT Pemeliharaan dan Perbaikan Workshop berkewajiban memberi petunjuk, membina, membimbing dan mengawasi pekerjaan unsure-unsur pembantu dan pelaksana yang berada pada lingkup tugasnya.

(3) Setiap pimpinan kesatuan organisasi dalam lingkup unit organisasi berkewajiban memimpin, mengadakan koordinasi bertanggung jawab mengadakan bimbingan, pembinaan dan petunjuk bagi pelaksanaan tugas menurut jabatan masing-masing.

Pasal 16

(1) Setiap pimpinan pada lingkup UPT pemeliharaan dan Perawatan (Work Shop) wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan masing-masing serta mengajukan laporan berkala tepat pada waktunya.

(2) Setiapa laporan yang diterima dari bawahan wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan laporan lebih lanjut dan dijadikan bahan untuk memberikan petunjuk kepada bawahannya

BAB VIIKETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 17

Page 59: kom perda02

Jenjang dan kepangkatan serta jenjang kepegawaian pada lingkup UPT Pemeliharaan dan Perawatan Dinas Pengelolaan Pasar, Kebesihan dan Parkir ditetapkan Walikota.

BAB VIIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 18

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar semua orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka Raya.

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 30 April 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

MARTOYO

Disahkan di palangka RayaPada tanggal 30 April 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA

SALUNDIK GOHONG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2002 NOMOR : 04

Page 60: kom perda02

LAMPIRAN 1 : KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYANOMOR : 73 TAHUN 2002TANGGAL : 30 APRIL 2002

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI UPT BENGKEL KERJA (WORK SHOP) KENDARAAN DAN ALAT BERAT PADA DINAS PENGELOLAAN PASAR, KEBERSIHAN DAN PARKIR PEMERINTAH

KOTA PALANGKA RAYA

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 30 April 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

MARTOYO

WALIKOTA PALANGKA RAYA

SALUNDIK GOHONG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2002 NOMOR : 04

KADIS

KEPALA UPT

URUSAN/QUALITY CONTROL

URUSAN WORK SHOP URUSAN PERALATAN

Page 61: kom perda02

WALIKOTA PALANGKA RAYAPERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 108 TAHUN 2002TENTANG

PENETAPAN SASARAN PRODUKSI PANGAN KOTA PALANGKA RAYATAHUN ANGGARAN 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA

Menimbang : a. bahwa, sesuai Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan, Pemenuhan Kebutuhan Pangan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah dan Masyarakat.

q. bahwa, dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Kota Palangka Raya Tahun Anggaran 2002 perlu ditetapkan sasaran produksi pangan;

r. bahwa, untuk menjamin tercapainya maksud huruf b, diatas, perlu ditetapkan dengan keputusan Walikota Palangka Raya.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2753);

57. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman;58. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian;59. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan;60. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839);

61. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia;62. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah pusat dan Daerah;63. Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah dan Bank Umum dalam Rangka Pembiayaan Kredit Usaha Tani;

64. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerah otonom;

65. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan;

66. Keputusan Presiden Nomor 132 Tahun 2001 tentang Dewan Ketahanan Pangan;

67. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 20/Kpts/OT.2310/10/1997 tentang Pedoman Usaha Kemitraan;

68. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 93/Kpts/OT.210/3/1997 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani Nelayan;

69. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 487/KMK.107/1999 tentang penunjukan BUMN sebagai Koordinator Penyaluran Kredit Program;

70. Keputusan Menteri Pertanian/Ketua Badan Pengendali Bimas Nomor 997/Kpts/OT.210/9/1999 tentang Pedoman Penerapan Teknologi/Paket Teknologi Pertanian dalam pelaksanaan Program Bimas Intensifikasi;

71. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 339/Kpts/OT.530/8/2000 tentang Petunjuk Teknis Pemanfaatan Skim Kredit Ketahanan Pangan;

72. Peraturan Daerah Kota Palangka RayaNomor 20 Tahun 2000 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertanian Kota Palangka Raya.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA TENTANG PENETAPAN SASARAN PRODUKSI PANGAN KOTA PALANGKA RAYA TAHUN ANGGARAN 2002

Page 62: kom perda02

Pasal 1

Sasaran Produksi Pangan di Kota Palangka Raya Tahun Anggaran 2002 terdiri dari :a. Sasaran Produksi Pangan Pertanian di Kecamatan Pahandut dan Kecamatan Bukit Batu Kota

Palangka Raya;b. Sasaran Produksi Pangan Peternakan di Kecamatan Pahandut dan Kecamatan Bukit Batu Kota

Palangka Raya;c. Sasaran Produksi Pangan Perikanan di Kecamatan Pahandut dan Kecamatan Bukit Batu Kota

Palangka Raya;d. Sasaran Produksi Pangan Perkebunan di Kecamatan Pahandut dan Kecamatan Bukit Batu Kota

Palangka Raya;

Pasal 2

Ketentuan pokok penyelenggaraan Pencapaian Sasaran Produksi Pangan di Kota Palangka Raya Tahun Anggaran 2002 sebagaimana tercantum pada lampiran Keputusan ini.

Pasal 3

Koordinasi Pelaksanaan Kebijaksanaan Pencapaian Sasaran Produksi pangan hendaknya berpedoman pada prosedur yang telah ditetapkan;

Pasal 4

Tata cara dan tata laksana pencapaian sasaran produksi bagi masing-masing instansi teknis diatur lebih lanjut dalam Petunjuk Teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Teknis yang bersangkutan;

Pasal 5

Materi tata cara dan tata laksana Tugas Fungsional sebagaimana dictum KELIMA disesuaikan dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan;

Pasal 6

Camat selanjutnya merinci dan menjabarkan pencapaian sasaran produksi pangan serta menetapkan pedoman pelaksanaan pencapaian sasaran produksi pangan bagi kelurahan masing-masing;

Pasal 7

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah kota Palangka Raya.

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 20 Juni 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

MARTOYO

Disahkan di palangka RayaPada tanggal 20 Juni 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA

SALUNDIK GOHONG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2002 NOMOR : 05

Page 63: kom perda02

LAMPIRAN: KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA NOMOR 108 TAHUN 2002TANGGAL 20 JUNI 2002

KETENTUAN POKOK PENYELENGGARAAN PENCAPAIAN SASARANPRODUKSI PANGAN PRODUKSI PANGAN KOTA PALANGKA RAYA

TAHUN ANGGARAN 2002 (Periode Januari-Desember 2002)

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Pengertian

Dalam Lampiran Keputusan ini yang dimaksud dengan:

1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah yang diperuntukkan sebagai makanan dan minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan dan minuman.

2. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, merata dengan harga terjangkau.

3. Koperasi Tani adalah badan usaha yang beranggotakan anggota kelompok tani yang bergerak di sektor pertanian dan tumbuh berdasarkan kesamaan aktivitas dan kepentingan ekonomi.

4. Kredit Ketahanan Pangan yang selanjutnya disebut KKP untuk sektor pertanian adalah kredit investasi dan atau modal kerja yang diberikan oleh Bank Pelaksana kepada petani, peternak, kelompok (tani dan peternak) dalam rangka pembiayaan intensifikasi padi, jagung, kedelai, ubi jalar, ubi kayu, peternak sapi potong, ayam buras, itik dan mina padi.

5. Bank pemberi kredit usaha tani selanjutnya disebut Bank, adalah Bank Umum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1998.

6. Koperasi Primer yang selanjutnya disebut Koperasi adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang, sebagaimana diatur oleh Undang-Undang Nomor 25 Tanhun 1992 tentang Perkoperasian.

7. Perluasan Areal Tanam (PAT) adalah upaya penambahan areal tanam, baik melalui peningkatan Indek Pertanaman (IP) dari IP 100 menjadi IP 200 dan IP 200 menjadi IP 300, pemanfaatan lahan potensial yang selama ini tidak diusahakan, maupun pemanfaatan lahan bukan baru.

8. Peningkatan Mutu Intensifikasi (PMI) adalah berbagai kegiatan yang dimaksudkan agar mampu mendorong petani/kelompok tani memperkuat kelembagaan dan atau kegiatan usaha lainnya sehingga dapat mendorong peningkatan produktivitas.

9. Rencana Definitif Kelompoktani (RDK) adalah rencana kerja usaha tani dari kelompok tani untuk satu periode tertentu, yang susunan melalui musyawarah anggota kelompok tani yang berisi rincian kegiatan dan kesepakatan bersama dalam pengelolaan usaha tani seperti: sasaran areal tanam, pola tanam, gerakan-gerakan, jadwal kegiatan, pembagian tugas lain-lain.

10. Rencana Definitif Kebutuhan Kelompoktani (RDKK) adalah rencana kebutuhan kelompok tani untuk satu periode tertentu yang susunan berdasarkan musyawarah anggota kelompok tani, meliputi kebutuhan benih, pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian serta kodal kerja, untuk mendukung pelaksanaan RDK yang dibutuhkan oleh petani serta yang merupakan pesanan kelompok tani kepada koperasi atau lembaga lain.

Page 64: kom perda02

11. Tahun Anggaran yang selanjutnya disingkat TA adalah waktu tanam selama 1 (satu) tahun yang dimulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2002

Pasal 2

Pokok-Pokok Kebijaksanaan

1. Penyediaan pangan bagi masyarakat merupakan tugas bersama antara Pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu, pencappaian sasaran produksi dan penyediaan pangan menjadi komitmen bersama yang perlu didukung sepenuhnya.

2. Pencapaian sasaran produksi pangan masyarakat dilaksanakan dengan mempertimbangkan kesesuaian dan daya dukung lahan, kondisi sosial ekonomi masyarakat petani dan daya saing produksi pangan.

3. Penetapan sasaran produksi pangan merupakan manifestasi program Dinas/Instansi terkait sesuai dengan tahapan yang ingin dicapai setiap tahun.

4. Untuk meningkatkan daya saing produk pangan dilakukan melalui upaya peningkatan produksi dan produktivitas, efisiensi, mutu kualitas dan promosi.

5. Dalam rangka pengembangan sumbar daya alam secara optimal, efisien dan berkelanjutan dilakukan dengan peningkatan mutu budidaya melalui peningkatan penerapan teknologi produksi dalam rangka pengembangan industri pangan masyarakat.

6. Sasaran produksi pangan disusun berdasarkan perencanaan dari Tingkat Desa, Kecamatan , Kabupaten, Propinsi dan Musyawarah Tingkat Nasional mempertimbangkan kepentingan ketahanan pangan nasional.

7. Untuk memenuhi kebutuhan pangan menuju ketahanan pangan nasional maupun daerah, diupayakan ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya aman, merata dengan harga terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat di tingkat rumah tangga, ketahanan pangan tersebut merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dengan masyarakat.

8. Untuk memantapkan ketahanan pangan nasional, diterapkan sistem pemantuan situasi produksi dan ketersediaan pangan melalui Sistem Ketersediaan Pangan dan Gizi (SKPG) sektor pertanian di Tingkat Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat.

9. Dalam rangka pencapaian sasaran produksi pangan pertanian di Kota Palangka Raya, dilaksanakan melalui Penambahan Areal Tanam (PAT) dan Peningkatan Mutu Intensifikasi (PMI), penjabaran operasional lebih lanjut sasaran PAT dan PMI TA. 2002 ditetapkan oleh Kepala Dinas Pertanian Kota Palangka Raya.

10. Dalam rangka pencapaian sasaran produksi pangan ternak di Kota Palangka Raya Tahun 2002 dilaksanakan melalui upaya peningkatan produksi daging dan telur. Operasional lebih lanjut di daerah ditetapkan oleh Dinas Pertanian Kota Palangka Raya melalui Subdin Pengembangan Peternakan.

11. Dalam rangka pencapaian sasaran produksi perikanan dilaksanakan melalui kegiatan penangkapan dan usaha budidaya. Operasional kegiatan lebih lanjut di daerah akan diterbitkan petunjuk teknis oleh Dinas Pertanian Kota Palangka Raya melalui Subdin Pengembangan Perikanan.

12. Dalam rangka pencapaian sasaran produksi pangan perkebunan di Kota Palangka Raya dilaksanakan melalui upaya peningkatan produksi kelapa dan kelapa sawit Ta. 2002. Operasional kegiatan lebih lanjut di daerah akan ditetapkan oleh Dinas Pertanian Kota Palangka Raya melalui Subdin Pengembangan Perkebunan.

Pasal 3

Lingkup Kegiatan

Pencapaian sasaran produksi pangan di Kota Palangka Raya Tahun Anggaran 2002 diselenggarakan melalui kegiatan-kegiatan:

Page 65: kom perda02

1. Gerakan operasional dari berbagai instansi terkait dalam Dewan Bimas Ketahanan Pangan berdasarkan Keputusan/Instruksi/Surat Edaran yang dikeluarkan.

2. Gerakan pembinaan, penerangan dan penyuluhan pertanian serta pelayanan kepada petani/kelompok tani oleh instansi terkait agar petani mengerti dan mengadopsi paket teknologi spesifik lokasi yang dianjurkan.

3. Pengadaan dan penyaluran saran produksi pertanian serta penyaluran dan pengembalian kredit yang dilakukan secara terkoordinasi oleh lembaga terkait sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya.

4. Pembinaan dalam kegiatan pra panen, pasca panen, pengolahan hasil, pemasaran hasil pangan dan distribusinya dilakukan oleh instansi terkait sesuai dengan tugas, fungsi dan tanggungjawabnya.

5. Pengendalian, pemantauan, pelaporan dan evaluasi pencapaian sasaran produksi pangan dilaksanakan pada berbagai tingkatan agar dapat berjalan sesuai dengan rencana dan petunjuk teknis.

BAB II

SASARAN

Pasal 4

1. Guna meningkatkan produksi pangan dalam rangka pemantapan ketahanan pangan nasional, sasaran produksi pangan pertanian, peternakan, perikanan dan perkebunan di Kota Palangka Raya Tahun Anggaran 2002 (Periode Januari-Desember 2002) adalah sebagai berikut:a. Sasaran Produksi Pangan Pertanian sebesar:

- Sasaran produksi Padi 440 ton GKG- Sasaran produksi Jagung 1.800 ton Pipilan Kering- Sasaran produksi Kedelai 110 ton Biji Kering- Sasaran produksi Ubi Kayu 330 ton Umbi Basah- Sasaran produksi Ubi Jalar 242 ton Umbi Basah- Sasaran produksi Kacang Tanah 118 ton Biji Kering- Sasaran produksi Kacang Hijau - ton Biji Kering- Sasaran produksi Holtikultura: * Sayuran 2.795 ton * Buah-buahan 1.099 ton

b. Sasaran Produksi Pangan Peternakan:- Sasaran produksi Daging 1.296.745 Kg- Sasaran produksi Telur 63.138 Kg

c. Sasaran Produksi Pangan Perikanan 2.495 ton- Sasaran produksi Hasil Penangkapan 2.250 ton- Sasaran produksi Hasil Budidaya 245 ton

d. Sasaran Produksi Pangan Perkebunan- Sasaran produksi Kelapa 49.070 butir- Sasaran produksi Ubi Jalar - ton TBS

2. Rincian sasaran luas panen, produktivitas dan produksi pangan pertanian tercantum pada nomor 1, 1a, 1b, 1c, 1d, 1e, 1f, 1g, 1h, 1i, 1j, 1k dan 1l.

3. Rincian sasaran produksi pangan peternakan tercantum pada daftar nomor 2, 2a, 2b, 2c, 2d, 2e, 2f, 2g, 2h, 2i, 3, 3a, 3b, 3c, 3d, 3e, 3f, 3g, 3h, 3i, 4, 4a, 4b, 4c, 4d, 4e, dan 4f.

4. Rincian sasaran produksi pangan Perikanan tercantum pada daftar nomor 5 dan 6.

5. Rincian sasaran produksi pangan perkebunan sebagaimana daftar nomor 7.

BAB III

USAHA TANI

Page 66: kom perda02

Pasal 5

Pengelolaan Usaha Tani

1. Dalam upaya optimalisasi penggunaan lahan, indek pertamanan dioptimalkan melalui pengaturan pola tanam, jadwal tanam/tangkap yang tepat terutama bagi pemilihan komoditas, varietas dan musim.

2. Dalam rangka pengembangan wawasan agrobisnis dan sekaligus upaya peningkatan pendapatan petani, dilaksanakan melalui pendekatan rekayasa nilai tambah, baik kegiatan produksi pada on farm maupun kegiatan off farm secara efisien pada saat sebelum dan sesudah proses produksi pangan.

3. Untuk mewujudkan off farm uyang dinamis, diarahkan penumbuhan koperasi tani atau asosiasi kelompok tani yang selalu didampingi dan dibina berkelanjutan sampai dengan taraf mandiri oleh instansi yang terkait dalam penyelenggaraan program ketahanan pangan.

Pasal 6

Pengendalian Organisme Pengganggu

1. Pada dasarnya perlindungan tanaman/hewan dan ikan dari organisme pengganggu menjadi tanggung jawab petani/peternak/pekebun dan nelayan di lahan usaha taninya sendiri. Dalam hal terjadi eksplosi dan atau serangan organisme pengganggu yang membahayakan dan tidak dapat ditangani oleh petani/peternak/pekebun dan nelayan, maka pemerintah dapat membantu menanggulanginya.

2. Pengamatan dan pengendalian oragnisme pengganggu dilaksanakan oleh petani/peternak/pekebun dan nelayan dibantu oleh petugas Pengendalian Hama dan Penyakit (PHP) sehingga petani lebih mudah dalam mengantisipasi perkembangan organisme pengganggu di lahan usahanya

3. Dalam mengantisipasi secara dini akan timbulnya serangan organisme pengganggu di setiap wilayah, maka perlu diberdayakan regu-regu pengendalian hama penyakit tanaman (PHP) yang ada dan dibantu petugas lapangan. Dalam upaya pengendalian, agar tetap mengacu pada Konsep Pengendalian Hama Terapadu (PHT).

4. Pengendalian OPT yang sesuai dengan pelaksanaan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) harus memenuhi persyaratan aspek teknis, ekonomis, social budaya masyarakat dan ekologis, serta dilaksanakan dalam suatu kerjasama yang terpadu antar instansi terkait.

5. Pemnafaatan sumber daya ikan yang cenderung merusak keseimbangan ekosistem perlu dilakukan pencegahan melalui pengawasan, pemantauan dan pemasangan rambu-rambu larangan pada daerah rawan sumbaer daya ikan.

Pasal 7

Panen, Pasca Panen dan Pemasaran

1. Untuk meningkatkan nilai tambah dan menekan kehilangan hasil, baik mutu maupun bobot dilaksanakan perlakuan panen dan pasca panen sesuai dengan teknologi yang dianjurkan.

2. Untuk memperpanjang daya simpan, meningkatkan nilai tambah bagi petani/peternak/pekebun dan nelayan serta meningkatkan mutu hasil pangan perlu dilakukan pengolahan hasil yang tepat.

3. Guna memperoleh jaminan pemasaran hasil dengan harga yang layak, dikembangkan pola kemitraan antara kelompok tani/koperasi dengan perusahaan mitra.

4. Pengembangan pemasaran hasil harus dapat menjamin aspek kulitas, kuantitas dan kuntinuitas dengan harga yang layak.

5. Dalam upaya peningkatan produksi perikanan dan mempertahankan konsumsi 40 kg/capital/tahun, pengembangan penangkapan ikan terus digalakkan terutama pada daerah potensial.

6. Guna mempermudah pemasaran ikan hasil tangkapan dan budidaya perlu dikembangkan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sebagai pusat penampungan dan distribusi ikan.

Page 67: kom perda02

7. Untuk menjamin daging yang sehat dan aman akan dikembangkan Rumah Potong Hewan (RPH) yang memenuhi persyaratan teknis dan memadai.

8. Dalam upaya meningkatkan produksi peternak perlu dikembangkan rumah potong dan ternak unggas.

BAB IV

SARAN PRODUKSI DAN PERMODALAN

Pasal 8

Pengairan

1. Seluruh areal atau daerah irigasi terjamin airnya baik irigasi teknis, setengah teknis dan irigasi sederhana (desa) di semua tipologi lahan baik tadah hujan, pasang surut maupun rawa lebak agar dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam usaha pengembangan pangan.

2. Pemanfaatan/penggunaan air irigasi bagi komoditi pangan secara bijaksana sehingga tidak mengganggu ketersediaan air bagi komoditi pangan prioritas spesifik lokasi.

3. Dalam rangka optimasi pemanfaatan air, terutama pada musim kemarau yang diperkirakan mengalami kekurangan pasok air agar dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Di setiap daerah irigasi agar menyusun pola tanaman yang sesuai dengan ketersediaan pasok air.

b. Apabila pasok air mengalami penurunan, maka panitia irigasi berkewajiban menyusun jadwal giliran pembagian air, sehingga terpenuhi asas adil dan merata, dengan mengembangkan budaya hemat air.

c. Panitia irigasi bersama-sama mengurus P3A berkewajiban memantau pelaksanaan rencana pola dan jadwal pergiliran pembagian air yang telah ditetapkan dan apabila terjadi hambatan supaya segera ditata ulang.

d. Pemanfaatan air larian (running water), air hujan, air sungai melalui pengembangan pompanisasi.

e. Pengelolaan sarana dan prasarana irigasi disesuaikan dengan pola tanaman sehingga air irigasi dapat dimanfaatkan secara optimal.

Pasal 9

Benih

1. Penggunaan benih dalam rangka pencapaian sasaran produksi pangan sebagai berikut:a. Petani/peternak/pekebun dan nelayan diupayakan menggunakan benih/bibit unggul, khusus

untuk padi, jagung, kedelai agar diupayakan menggunakan benih berlabel biru.b. Dalam rangka percepatan peningkatan produksi, dikembangkan penggunaan benih/bibit

unggul yang direkomendasi sesuai dengan daerah pengembangannya.c. Untuk benih kelapa sawit menggunakan benih dan produsen yang telah ditentukan oleh

Pemerintah sesuai Surat Persetujuan Penyaluran Benih Kelapa Sawit (SP2B-KS) oleh Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan.

b. d.Untuk benih kelapa dalam menggunakan benih unggul local yang berasal dari blok penghasil tinggi yang telah ditetapkan Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan.

2. Guna memenuhi kebutuhan benih ikan, akan dikembangkan pasar benuh terapung sebagai pusat penampungan dan distribusi benih untuk keperluan nelayan.

3. Penggunaan benig/bibit dalam satu wilayah binaan penyuluh disesuaikan dengan rekomendasi teknologi anjuran spesifik lokasi.

4. sesuai dengan ketentuan yang berlaku, perencanaan produksi dan pemenuhan kebutuhan benih/bibit menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.

Pasal 10

Pupuk dan Pestisida

Page 68: kom perda02

1. Pengadaan dan penyaluran pupuk dan pestisida secara umu dilakukan sesuai dengan mekanisme pasar. Dalam rangka mengantisipasi kelangkaan khususnya pupuk urea, pengadaan dan penyaluran pupuk urea hendaknya berpedoman kepada Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor: 93/MPP/Kep/3/2001 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Urea untuk sektor pertanian.

2. Selain pupuk urea, TSP/SP-36, ZA dan KCL, Petani/peternak/pekebun dan nelayan dapat menggunakan pupuk lainnya sesuai dengan rekomendasi teknologi setempat.

3. Pemerintah Propinsi danKabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya berkewajiban memantau dan mengawasi penyediaan dan penyaluran pupuk dan pestisida agar terjamin efektivitas sehingga memenuhi criteria 6 tepat yaitu: tepat jumlah, tepat waktu, tepat jenis, tepat mutu, tepat tempat dan tepat harga.

Pasal 11

Permodalan

1. Petani/peternak/pekebun dan nelayan dapat memanfaatkan sumber-sumber permodalan yang tersedia.

2. Bagi petani/peternak/pekebun dan nelayan yang membutuhkan tambahn modal dapat memanfaatkan fasilitas program melalui Ketahanan Pangan (KKP). Dalam rangka pemanfaatan KKP hendaknya berpedoman pada ketentuan sebagai berikut:a. Fasilitas KKP diberikan kepada petani/peternak/pekebun dan nelayan umtuk membiayai

komoditi padi, kedelai dan jagung, ubi kayu, ubi jalar, intab, insapp, intik, budidaya/penangkapan ikan dan pengadaan pangan.

b. KKP disalurkan oleh Bank-Bank Umum yang ditunjuk/disetujui Departemen Keuangan yaitu sebagai berikut:- PT. BRI sebagai koordinator bank pelaksana kredit program KKP.- Bank Umum lainnya sebagai pelaksana.

c. KKP disalurkan bank kepada petani/peternak/pekebun dan nelayan yang bergabung dalam kelompok tani hamparan.

d. Persyaratan dan ketentuan penyaluran KKP sebagaimana dimaksud pada ayat 2 di atas, ditetapkan oleh Departemen Keuangan.

3. KKP disalurkan oleh Bank Pelaksana dalam satu tahun penyediaan melalui koperasi yang besarnya didasarkan pada kebutuhan nyata petani/kelompok tani sesuai dengan RDKK.

4. Besarnya plaplond dana dan kebutuhan indikasi KKP/hektar untuk masing-masing komoditi ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5. Kebutuhan indikatif KKP/hektar merupakan pedoman maksimum pemberian kredit oleh bank pelaksana kepada petani/peternak/pekebun/nelayan.

6. Petani/peternak/nelayan/kelompok tani yang tidak memanfaatkan KKP dapat menggunakan sumber modal sendiri, tabungan kelompok tani atau kredit lainnya.

BAB V

DUKUNGAN KELEMBAGAAN

Pasal 12

Kelompoktani

1. Kelompoktani diberdayakan dalam rangka menumbuhkan rasa kebersamaan, kemandirian dan kerjasama baik dalam kelompok maupun antar kelompoktani untuk melaksanakan 5 (lima) jurus kemampuan kelompoktani.

2. Agar kelompoktani mampu menerapkan teknologi yang dianjurkan secara penuh, mampu memecahkan masalah yang dihadapi serta mampu memanfaatkan peluang ekonomi, maka kelompoktani terus ditingkatkan dan diberdayakan kepada hal-hal berikut:a. Peningkatan kepemimpinan, pengembangan dinamika dan kemampuan kelompotani dalam

perencanaan usaha dari bawah secara musyawarah melalui kegiatan perencanaan partisifatif.

Page 69: kom perda02

b. Peningkatan kemampuan menyusun RDK/RDKK dengan berpedoman pada hasil kesepakatan musyawarah kelompoktani.

c. Peningkatan kemampuan mengurus kegiatan usaha tani termasuk kegiatan off farm secara mengusahakan kerjasama usaha tani.

d. Peningkatan kemampuan kelompoktani dalam mengembangkan agrobisnis dan menjalin kemitraan dengan koperasidan perusahaan mitra berdasarkan hubungan kemitraan yang saling menguntungkan, membutuhkan dan menguatkan.

e. Peningkatan kemampuan kelompoktani untuk membina anggotanya menjadi anggota koperasi dan menjadi tempat pelayanan koperasi (TPK).

f. Peningkatan kemampuan kelompoktani untuk mengembangkan fungsi kelompok seperti tempat belajar, wahana usaha kelompok usaha.

g. Penumbuhan kelompoktani menjadi koperasi usaha.h. Pemberdayaan kelompoktani untuk mewujudkan lumbung desa.

Pasal 13

Koperasi

1. Koperasi sebagai wadah kegiatan ekonomi masyarakat pedesaan diberdayakan untuk dapat:a. Meningkatkan dan memantapkan fungsi koperasi sebagai pelayanan sarana produksi,

permodalan, pengolahan dan pemasaran hasil.b. Meningkatkan peranan koperasi dalam peningkatan skala usaha.c. Meningkatkan kemampuan pengurus koperasi dalam aspek manajemen dan administrasi.

Pasal 14

Kelembagaan Penyuluh

1. Meningkatkan kinerja penyuluhan melalui peningkatan peran dan fungsi kelembagaan penyuluhan (BPP/BIPPK/BIPPKP)yang dilakukan sebagai berikut:a. Mempercepat pembenahan pengelolaan kelembagaan penyuluhan sesuai dengan fungsinya

terutama dalam peningkatan sumber daya menusia dan alih teknologi pangan di tingkat lapangan.

b. BPP/BIPPK/BIPPKP bertanggung jawab di bidang dukungan penyelenggaraan penyuluhan produksi pangan di tingkat kabupaten/kota dengan memperhatikan program dari dinas dan instansi terkait lainnya.

c. BPP merupakan instansi/sarana BIPP/BIPPK/BIPPKP untuk menunjang penyelanggaraan penyuluhan pangan di tingkat kecamatan. Pengelolaan BPP dilakukan oleh koordinator penyuluh bersama-sama dengan kelompok tani nelayan.

d. BPP difungsikan dalam upaya meningkatkan kinerja penyuluh, dengan menerapkan sistem pembinaan di wilayah kerjanya, serta memonitor pengembangan usaha tani.

e. Menjadikan BPP sebagai pusat informasi tentang pangan serta sebagai instalasi/sarana kegiatan penyuluhan di tingkat kecamatan dan desa.

2. Peran dan fungsi dalam pencapaian sasaran produksi pangan meliputi:a. Meningkatkan partsipasi petani dalam setiap tahapan kegiatan (perencanaan, pelaksanaan,

monitoring dan pemecahan masalah).b. Menumbuhkan dinamika dan kepemimpinan anggota kelompok tani melalui kegiatan

musyawarah, diskusi dan penyusunan RDK dan RDKK.c. Membimbing kelompok tani dalam penyusunan RDKK dan bertanggung jawab atas

kebenaran RDKK.d. Menyampaikan anjuran teknologi tepat guna kepada petani dan membina penerapannya

dalam rangka peningkatan mutu intensifikasi.e. Membina dan mendorong berkembangnya organisasi dan kemampuan petani dalam

mengamalkan 5 (lima) jurus kemampuan kelompok tani.f. Mendorong terwujudnya hubungan kemitraan usaha antara kelompok tani dengan koperasi,

serta hubungan kemitraan usaha antara kelompok tani, koperasi dan perusahaan mitra.g. Membina pelaksanaan perakitan/rancang bangun usaha tani sesuai dengan kondisi

setempat.h. Menyiapkan bahan penyusunan program penyuluhan (kabupaten/kota dan BPP) dan

menyusun rencana kerja penyuluhan.i. Menyiapkan rencana kerja pada tingkat wilayah binaan penyuluh.

BAB IV

Page 70: kom perda02

TATA LAKSANA

Pasal 15

Tata Kerja di Kota Palangka Raya

1. Sasaran produksi pangan Tahun Anggaran 2002 yang ditetapkan dalam Keputusan Walikota agar dijabarkan lebih lanjut ke dalam Keputusan Camat.

2. Rencana indikatif yang tercantum dalam Keputusan Bupati Kabupaten/Kota agar dijabarkan lebih lanjut oleh Camat sampai ke tingkat lapangan.

3. Instansi terkait dalam wadah Dewan Bimas Ketahanan Pangan bertanggung jawab melakukan pengawasan melekat, sehingga setiap sub sistem Ketahanan Pangan dapat berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

BAB VII

DUKUNGAN ANGGARAN

Pasal 16

Pembiayaan

1. Dukungan pembiayaan yang diperlukan dalam penyelenggaraan pencapaian sasaran produksi pangan di Kota Palangka Raya dibebankan pada Anggaran APBN dan APBD yang ada pada masing-masing instansi terkait.

2. Dukungan pembiayaan dimaksud pada angka 1 diarahkan untuk membiayai kegiatan perencanaan pelaksanaan, penggerakkan dan pengendalian sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

BAB VIII

PENUTUP

Hal-hal yang belum diatur dalam Keputusan ini akan ditetapkan kemudian oleh Ketua Harian Dewan Ketahanan Pangan berdasarkan musyawarah dengan anggota.

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 20 Juni 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

MARTOYO

Disahkan di palangka RayaPada tanggal 20 Juni 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA

SALUNDIK GOHONG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2002 NOMOR : 05

Page 71: kom perda02

WALIKOTA PALANGKA RAYAKEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 111 TAHUN 2002TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN IJIN PENELITIAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA WALIKOTA PALANGKA RAYA

Menimbang : a. Bahwa Kota Palangka Raya sebagai daerah otonomi memungkinkan sebagai lokasi atau objek kegiatan penelitian baik oleh perorangan maupun badan hukum.

b. Bahwa sebagai kemungkinan menjadi lokasi atau objek penelitian akan membawa dampak kepada masyarakat lingkungan dan penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kota.

c. Bahwa bidang Penelitian dan Pengembangan pada Badan Diklat Litbag Kota disamping mempunyai tugas pokok melakukan penelitian dan pengembangan juga melakukan pelayanan pemberian ijin penelitian bagi orang atau bafdan hukum yang melakukan penelitian di wilayah Kota Palangka Raya.

d. Bahwa untuk pelaksanaan pelayanan dalam bentuk pemberian iji penelitian kepada orang atau badan hukum perlu membuat petunjuk teknis pemberian ijin penelitian di wilayah Kota Palangka Raya dengan Keputusan Walikota Palngka Raya.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kota Praja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2753);

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3839);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewengan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3952);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah;

5. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 12 Tahun 2000 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Diklat Litbang Kota Palangka Raya.

MEMUTUSKANMenetapkan: KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA TENTANG PETUNJUK TEKNIS

PEMBERIAN IJIN PENELITIAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan:1. Daerah Otonom selanjutnya disebut Daerah adalah Kota Palangka Raya;

2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;

3. Walikota adalah Walikota Palangka Raya;

4. Badan Diklat Litbang adalah Badan Diklat Litbang Kota Palangka Raya;

5. Kepala Badan adalah Kepala Badan Diklat Litbang Kota Palangka Raya;

Page 72: kom perda02

6. Kantor Kesbang adalah Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota Palangka Raya;

7. Kepala Bidang adalah Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Badan Diklat Litbang Kota Palangka Raya;

8. Peneliti adalah orang Indonesia dan orang asing atau Badan Hukum Indonesia dan Badan Hukum Asing yang melakukan kegiatan pengkajian, penelitian, survey, riset pengambilan foto dan pembuatan film dokumenter atau kegiatan sejenisnya;

9. Penelitian adalah rangkaian kegiatan orang atau Badan Hukum Indonesia dan Badan Hukum Asing yang melakukan kegiatan pengkajian, penelitian, survey, riset pengambilan foto dan pembuatan film dokumenter atau kegiatan sejenisnya;

10. Objek penelitian adalah sasaran yang dijadikan objek penelitian yang meliputi data, informasi, dokumen dan atau yang sejenis baik berupa fisik dan non fisik dari semua bentuk kehidupan yang ada di daerah Kota Palangka Raya.

11. Ijin adalah legalitas kepada orang atau badan hukum untuk melakukan penelitian di daerah.

BAB IIPERIJINAN

Pasal 2

Setiap orang atau Badan Hukum yang melakukan penelitian di wilayah hukum Kota Palangka Raya wajib memperoleh ijin dari Walikota

Pasal 3

Untuk memperoleh ijin sebagaimana Pasal 2 tersebut di atas orang atau badan hukum mengajukan permohonan kepada Walikota Up. Kepala Badan Diklat dan Litbang Kota Palangka Raya.

Pasal 4

Permohonan ijin sebagaimana maksud pasal 3 harus melampirkan dokumen antara lain:a. Proposal kegiatan yang berisi maksud dan tujuan penelitian, objek dan subjek penelitian serta

manfaat penelitian.b. Surat Keterangan atau Rekomendasi dari badan yang menugaskan melakukan penelitian.c. Biodata peneliti.d. Jadwal lokasi penelitian.

Pasal 5

Walikota berhak menolak memberi ijin penelitian sepanjang peneliti tidak melengkapi dokumen sebagaimana maksud pasal 4

BAB IIIRUANG LINGKUP TUGAS

Pasal 6

Semua bentuk kegiatan penelitian seluruhnya yang menyangkut prosedur pemberian ijin penelitian dilaksanakan oleh Badan Diklet Litbang kecuali penelitian yang dilakukan oleh orang asing dan atau didampingi oleh orang asing, ijin penelitian dikeluarkan oleh Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota Palangka Raya.

Pasal 7

Peneliti dalam pelaksanaan penelitian dapat didampingi oleh staf bidang penelitian dan atau instansi terkait. Khususnya penelitian yang menyangkut Pendapatan Asli Daerah, peneliti wajib didampingi oleh staf bidang Penelitian dan Pengembangan atas ijin Kepala Badan Diklat Litbang Kota Palangka Raya. Semua biaya yang menyangkut kegiatan penelitian tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab peneliti pendamping sebagaimana dimaksud pasal 7 dapat atas permintaan peneliti dan atau tugas Walikota.

Page 73: kom perda02

Pasal 8

Pendamping sebagaimana pasal 7 dapat atas permintaan peneliti dan atau tugas Walikota.

BAB IVKETENTUAN PENUTUP

Pasal 9

Dinas, Instansi, Lembaga yang belum ditetapkannya Keputusan ini mengolah dan atau menangani pemberian ijin penelitian agar menyerahkan pengelolaannya kepada Badan Diklat Litbang Kota Palangka Raya.

Pasal 10

Selambatnya 1 (satu) bulan setelah tanggal Keputusan ini penyerahan pengelolaan sebagaimana maksud pasal 14 sudah dilaksanakan.

Pasal 11

Hal yang belum diatur dalam Keputusan ini akan diatur lebih lanjut oleh Walikota dan atau Kepala Badan Diklat dan Litbang Kota Palangka Raya.

Pasal 12

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka Raya

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 10 Juli 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

MARTOYO

Disahkan di palangka RayaPada tanggal 10 Juli 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA

SALUNDIK GOHONG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2002 NOMOR : 06

Page 74: kom perda02

WALIKOTA PALANGKA RAYAKEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 132 TAHUN 2002TENTANG

RETRIBUSI IJIN PENGUSAHAAN MINYAK DAN GAS BUMIWALIKOTA PALANGKA RAYA,

Menimbang : a. Bahwa Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor: 1454.K/30/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan di Bidang Minyak dan Gas Bumi, perlu tindak lanjut pengaturan Tata Perijinan Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi.

b. Bahwa untuk melaksanakan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu ditetapkan dengan Keputusan Walikota Palangka Raya.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 44 Prp Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara RI nomor 2070);

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kota Praja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2753);

3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1971 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2971);

4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara nomor 3839);

5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan.

7. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1974 tentang Pengawasan Pelaksanaan Eksplorasi dan Eksploitasi Minyak dan Gas Bumi di Daerah Lepas Pantai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3031);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negaran RI Nomor 3952);

9. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor: 1454.K/30/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah di bidang Minyak dan Gas Bumi

MEMUTUSKAN:Menetapkan: KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA TENTANG RETRIBUSI IJIN

PENGUSAHAAN MINYAK DAN GAS BUMI

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan:1. Daerah Otonom selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat dalam Ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Page 75: kom perda02

2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat daerah otonom lain sebagai Badan Eksekutif Daerah.

3. Walikota adalah Walikota Palangka Raya.

4. Dinas Pertambangan dan Energi adalah Dinas dan Pertambangan dan Energi Kota Palangka Raya.

5. Penyelenggaraan Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi adalah kewenangan untuk melaksanakan kegiatan Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi yang dilaksanakan oleh Perorangan atau Badan Usaha.

6. Ijin adalah kewenangan yang diberikan kepada Perorangan atau Badan Usaha untuk melaksanakan kegiatan tertentu di bidang Pengusaha Minyak dan Gas Bumi.

7. Persetujuan adalah pernyataan setuju yang diberikan secara tertulis kepada Perorangan atau Badan Usaha untuk melaksanakan kegiatan tertentu di bidang Pengusaha Minyak dan Gas Bumi.

8. Rekomendasi adalah keterangan yang diberikan kepada Perorangan atau Badan usaha sebagai syarat mendapatkan ijin.

9. Badan Usaha adalah setiap Badan Hukum yang menjalankan jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan didirikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bekerja, berkedudukan dalam wilayah Kota Palangka Raya.

10. Bentuk Usaha Tetap adalah usaha yang didirikan dan berbadan hokum dan melakukan kegiatan di Wilayah Kota Palangka Raya.

11. Perusahaan Jasa Penunjang adalah Perorangan atau badan usaha yang melakukan kegiatan usaha penunjang dibidang Minyak dan Gas Bumi.Ijin pembukuan Kantor Perwakilan Perusahaan di Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi.

12. Agen adalah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak dan atau Penyalur LPG (Liquid Petroleum Gas) yang ditetapkan oleh Pemerintah daerah bersama Pertamina untuk menyalurkan Bahan Bakar minyak dan LPG dalam kapasitas tertentu kepada konsumen atau rumah atau usaha kecil melalui pangkalan.

13. Pangkalan adalah tempat atau lokasi yang telah ditentukan secara resmi oleh Pemerintah Daerah sebagai penumpukan dan penjualan Bahan Bakar minyak dan LPG dalam kapasitas tertentu kepada konsumen dan rumah tangga atau usaha kecil.

BAB IIPENATAAN PENYELENGGARAAN PENGUSAHAAN MINYAK DAN GAS BUMI

YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH DAERAHPasal 2

1. Persetujuan Penggunaan Wilayah Kuasa Pertambangan dan Wilayah Kerja Kontraktor untuk kegiatan lain dalam kegiatan minyak dan gas bumi.

2. Rekomendasi prosedur penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan kegiatan minyak dan gas bumi.

3. Ijin pendirian dan penggunaan gudang bahan peledak di derah operasi daratan dan di daerah operasi 12 (dua belas) laut.

4. Ijin pembukuan Kantor Perwakilan Perusahaan di Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi.

5. Rekomendasi lokasi pendirian kilang.

6. Ijin pendirian depot lokal.

7. Ijin pendirian Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU).

Page 76: kom perda02

8. Ijin pemasaran jenis-jenis Bahan Bakar Khusus (BBK) untuk mesin 2 (dua) langkah.

9. Ijin pengumpulan dan penyaluran pelumas bekas.

10. Persetujuan Surat Keterangan Terdaftar Perusahaan Jasa Penunjang kecuali yang bergerak di bidang fabrikasi, konstruksi, manufaktur, konsultan dan teknologi tinggi.

11. Ijin pendirian agen.

12. Ijin pendirian pangkalan.

BAB III TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PADA KEGIATAN HULU

Pasal 3

Pemberian persetujuan penggunaan Wilayah Kuasa Pertambangan atau Wilayah Kerja Kontraktor untuk kegiatan lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) dengan ketentuan sebagai berikut:1. Badan Usaha mengajukan permohonan penggunaan lahan kepada Walikota dengan tembusan

kepada Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi dan Gubernur Kalimanta Tengah dengan melampirkan sekurang-kurangnya:a. Biodata perusahaan.b. Peta lokasi.c. Ijin lokasi.d. Data mengenai pemanfaatan lokasie. Jaminan menaati ketentuan teknis.

2. Apabila diperlukan, Badan Usaha wajib melaksanakan presentase teknis.3. Walikota memberikan persetujuan penggunaan Wilayah Kuasa Pertambangan atau Wilayah

Kerja Kontraktor setelah mendapat rekomendasi Gubernur Kalimantan Tengah dan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi.

4. Terhadap Badan Usaha yang telah mendapatkan persetujuan, wajib mengadakan perjanjian pemanfaatan lahan dengan pemegang Wilayah Kuasa Pertambangan atau Wilayah Kerja Kontraktor.

5. Badan Usaha wajib mentaati ketentuan mengenai keselamatan kerja, perlindungan lingkungan, evaluasi dan pelaporan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 4

Pemberian rekomendasi penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan kegiatan minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) dengan ketentuan sebagai berikut:1. Badan Usaha atau bentuk usaha tetap mengajukan permohonan kepada Walikota dengan

tembusan kepada Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi dan Gubernur Kalimantan Tengah dengan melampirkan sekurang-kurangnya:a. Biodata perusahaanb. Data mengenai titik koordinat daerah yang akan digunakanc. Data mengenai jenis kegiatan yang akan dilaksanakand. Peta Wilayah Kuasa Pertambangan atau Wilayah Kerja Kontraktor

2. Atas permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Walikota melakukan penelitian administratif dan evaluasi.

3. Berdasarkan hasil penelitian dan evaluasi, Walikota memberikan rekomendasi kepada Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap untuk selanjutnya disampaikan kepada instansi berwenang guna mendapatkan ijin penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan kegiatan minyak dan gas bumi.

Pasal 5

Pemberian ijin mendirikan dan menggunakan gudang atau kontainer tempat penyimpanan bahan peledak di daerah operasi daratan dan di daerah operasi 12 (dua belas) mil laut sebagaimana dimaksud dalam pasl 2 ayat (3), dengan ketentuan sebagai berikut:

Page 77: kom perda02

1. Badan Usaha atau Bentuk Tetap mengajukan permohonan ijin mendirikan dan menggunakan gudang atau kontainer tempat penyimpanan bahan peledak kepada Walikota dilengkapi sekurang-kurangnya:

a. Gambar konstruksi gudang atau kontainer penyimpanan bahan peledak.b. Gambar tata letak gudang/kontainer penyimpanan bahan peledak.c. Peta situasi wilayah kerja.d. Jenis, berat serta ukran peti/box bahan peledak yang akan disimpan.e. Rekomendasi Gubernur Kalimantan Tengah.f. Rekomendasi Surat Pernyataan Tidak Kebertan dari Kapolda Kalimantan Tengah.

2. Atas permohonan dimaksud, Walikota melakukan penelitian administratif dan evaluasi.

3. Berdasarkan hasil penelitian dan evaluasi, Walikota memberikan ijin mendirikan dan menggunakan gudang atau kontainer penyimpanan bahan peledak di daerah operasional daratan dan di aderah operasi 12 (dua belas) mil laut.

4. Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap wajib mentaati ketentuan mengenai keselamatan kerja, perlindungan lingkungan, standar teknis, evaluasi dan pelaporan sesuai perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 6

Pemberian ijin pembukaan Kantor Perwakilan Perusahaan Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (4) dengan ketentuan sebagai berikut:1. Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap mengajukan permohonan ijin pembukaan Kantor

Perwakilan kepada Walikota disertai alasannya dengan melampirkan sekuarang-kurangnya:a. Surat Keterangan Terdaftar (Business Registration Certificate atau sejenis dari negara asal).b. Rekomendasi dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di negara asal yang berisi Nama dan

Alamat Perusahaan, Nama Pemilik dan Dewan Direksi dan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan.

c. Surat Kuasa untuk Kepala Kantor Perwakilan dari Pimpinan Perusahaan Kantor Pusatd. Bagan Organisasi Kantor Pusat dan Kantor Perwakilan di Indonesia.e. Rencana kegiatan Kantor Perwakilan/Realisasi kegiatan di Indonesia (untuk perpanjangan)f. Rekomendasi dari Gubernur Kalimantan Tengah dan Direktur Jenderal Minyak dan Gas

Bumi.

2. Atas permohonan dimaksud, Walikota melakukan penelitian dan evaluasi.

3. Berdasarkan penelitian dan evaluasi, Walikota mengeluarkan ijin pembukaan Kantor Perwakilan.

BAB IVTATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PADA KEGIATAN HILIR

Pasal 7

Pemberian Rekomendasi Lokasi Pendirian Kilang sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (5) dengan ketentuan sebagai berikut:1. Badan Usaha mengajukan permohonan Rekomendasi Lokasi Pendirian Kilang kepada Walikota

dengan melampirkan sekurang-kurangnya:a. Biodata Perusahaanb. Peta lokasic. Kapasitas produksid. Penggunaan peralatan dan jumlah tenaga kerja

2. Atas permohonan dimaksud, Walikota melakukan penelitian dan evaluasi.

3. Berdasarkan hasil penelitian dan evaluasi, Walikota mengeluarkan Rekomendasi Lokasi Pendirian Kilang.

4. Badan Usaha wajib mentaati ketentuan keselamatan kerja, lindungan lingkungan, standar teknis evaluasi dan pelaporan sesuai peraturan/perudang-undangan yang berlaku.

Pasal 8

Page 78: kom perda02

Pemberian ijin mendirikan Depot Lokal sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (6) dengan ketentuan sebagai berikut:1. Badan Usaha mengajukan permohonan kepada Walikota dengan tembusan Gubernur

Kalimantan Tengah dan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi dan melampirkan sekuarng-kurangnya:a. Biodata perusahaanb. Peta lokasic. Data mengenai kapasitas penyimpanan.d. Data perkiraan penyaluran.e. Inventarisasi peralatan dan fasilitas yang digunakan.f. Rekomendasi dari Pertamina.

2. Atas permohonan dimaksud, Walikota melakukan penelitian administratif dan evaluasi.

3. Berdasarkan hasil penelitian dan evaluasi, Walikota mengeluarkan ijin mendirikan Depot Lokal.

4. Badan Usaha wajib mentaati ketentuan kesaelamatan kerja, perlindungan lingkungan, standar teknis, evaluasi dan pelaporan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 9

Pemberian ijin mendirikan Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (7) dengan ketentuan sebagai berikut:1. Badan Usaha mengajukan permohonan kepada Walikota dengan tembusan Gubernur

Kalimantan Tengah dan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi dan melampirkan sekurang-kurangnya:a. Biodata perusahaan.b. Peta lokasi.c. Data mengenai kapasitas penyimpanan.d. Data perkiraan penyaluran.e. Inventarisasi peralatan dan fasilitas yang digunakan.f. Rekomendasi dari Pertamina.

2. Atas permohonan dimaksud, Walikota melakukan penelitian administratif dan evaluasi.

3. Berdasarkan hasil penelitian dan evaluasi, Walikota mengeluarkan ijin mendirikan SPBU.

4. Badan Usaha wajib mentaati ketentuan mengenai keselamatan kerja, lindungan lingkungan, standar teknis, evaluasi dan pelopran sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 10

Pemberian ijin pemasaran Bahan Bakar Khusus yang merupakan bahan bakar untuk mesin 2 (dua) langkah sebgaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (8) dengan ketentuan sebagai berikut:1. Badan Usaha mengajukan permohonan ijin kepada Walikota dengan tembusan Gubernur

Kalimantan Tengah dan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi dan melampirkan sekurang-kurangnya:a. Biodata perusahaan.b. Peta lokasi.c. Surat Keterangan Domisili.d. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Surat Ijin Tempat Usaha (SITU).e. Surat Keterangan Wajib Daftar Perusahaan.

2. Apabila diperlukan, Badan Usaha wajib melakukan presentase teknis.

3. Atas permohonan dimaksud, Walikota melakukan penelitian administratif dan evaluasi.

4. Badan Usaha wajib mentaati ketentuan keselamatan kerja, lingkungan, standar teknis evaluasi dan pelaporan sesuai peraturan/perundang-undangan kesehatan kerja, keselamatan dan keamanan lingkungan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VBIAYA ADMINISTRASI PERIJINAN

Page 79: kom perda02

Pasal 15

Pungutan Biaya Administrasi Perijinan dan biaya lain-lain yang sah terhadap perijinan sebagaimana pasal 3 sampai dengan pasal 14 keputusan ini meliputi biaya penelitian, perencanaan, pencetakan blanko, bimbingan dan pembinaan, pengolahan data, pengawasan dan pelaporan serta biaya dokumentasi.

Pasal 16

Tarif biaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 sebagai berikut:a. Pemberian persetujuan penggunaan Wilayah kuasa Pertambangan atau Wilayah Kerja

Kontraktor Rp. 250.000,-b. Pemberian rekomendasi penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan kegiatan Minyak dan

Gas Bumi Rp. 250.000,-c. Pemberian ijin mendirikan dan menggunakan gudang atau kontainer penyimpanan bahan

peledak Rp. 250.000,-d. Pemberian ijin pembukaan Kantor Perwakilan Perusahaan-Perusahaan Minyak dan Gas Bumi

Rp. 350.000,-e. Pemberian Rekomendasi Lokasi Pendirian Kilang Rp. 250.000,-f. Pemberian ijin pendirian Depot Lokal Rp. 300.000,-g. Pemberian ijin mendirikan SPBU dengan kapasitas penyimpanan sebagai berikut:

- Di bawah 500 kilo liter Rp. 300.000,-- Di atas 500 kilo liter Rp. 400.000,-- Di atas 1000 kilo liter Rp. 500.000,-

h. Pemberian ijin pemasaran Bahan Bakar Khusus Rp. 150.000,-i. Pemberian ijin pengumpulan dan penyaluran pelumas bekas Rp. 150.000,-j. Pemberian Persetujuan Surat Keterangan Terdaftar Perusahaan Jasa Penunjang

Rp. 100.000,-k. Pemberian ijin mendirikan agen dengan kapasitas penyimpanan sebagai berikut:

- Sampai dengan 500 kilo liter/bulan Rp. 200.000,-- Di atas 500 kilo liter/bulan Rp. 350.000,-- Di atas 1000 kilo liter/bulan Rp. 550.000,-- Khusus gas LPJ di atas 1500 kg dalam tabungan LPJ Rp. 350.000,-

l. Pemberian ijin mendirikan pangkalan dengan kapasitas penyimpanan sebagai berikut:- Sampai dengan 15 kilo liter/bulan Rp. 50.000,-- Di atas 15 kilo liter s.d 30 kilo liter/bulan Rp. 100.000,-- Di atas 30 kilo liter/bulan Rp. 250.000,-- Khusus gas LPJ s.d 1500 kg dalam tabungan LPJ Rp. 250.000,-

Pasal 17

(1) Penerimaan biaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 seluruhnya disetor ke Kas Daerah melalui bendaharawan penerima dalam waktu 1 x 24 jam.

(2) Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini digunakan oleh Dinas yang bersangkutan untuk biaya operasional dalam rangka peningkatan sebesar 20% (dua puluh persen).

BAB VITATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 18

(1) Pembayaran biaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 keputusan ini harus dilakukan sekaligus untuk 1 (satu) kali perijinan.

(2) Pembayaran biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan berlaku untuk setiap perpanjangan ijin dalam tahun berikut.

(3) Formulir/blanko perijinan dan formulir/blanko guna bahan penagihan biaya secara resmi dan sah sebagaiman dimaksud pada pasal 16, 17, dan 18 keputusan ini merupakan lampiran tak terpisahkan dari keputusan ini.

BAB VII

Page 80: kom perda02

SANKSI ADMINISTRASIPasal 19

Bagi Pengusaha yang tidak mengindahkan ketentuan dalam Keputusan Walikota ini dan ketentuan Harga Eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan akan dikenakan sanksi administrasi dengan membayar 5 % dari tariff yang telah ditentukan dan atau Pencabutan Ijin.

BAB VIIIKETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 20

(1) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi atau Pengusaha Elpiji di Wilayah Kota Palangka Raya dilaksanakan oleh Walikota Palangka Raya, Cq. Dinas Pertambangan dan Energi bersama-sama Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi.

(2) Badan Usaha yang mendapat ijin, rekomendasi dan persetujuan berdasarkan Keputusan Walikota ini, wajib menyampaikan laporan secara berkala kepada Walikota Cq. Dinas Pertambangan dan Energi.

BAB IXKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 21

(1) Hal-hal teknis yang belum diatur dalam Keputusan ini akan diatur lebih lanjut oleh Walikota.

(2) Terhadap perijinan atau rekomendasi atau persetujuan yang telah dikeluarkan sebelum ditetapkannya Keputusan Walikota ini dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya perijinan atau rekomendasi atau persetujuan tersebut dan pelaksanaannya sesuai dengan keputusan ini.

BAB XKETENTUAN PENUTUP

Pasal 22

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan keputusan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka Raya.

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 30 September 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

MARTOYO

Disahkan di palangka RayaPada tanggal 24 September 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA

SALUNDIK GOHONG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2002 NOMOR : 16

Lampiran 2: KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA

Page 81: kom perda02

NOMOR 132 TAHUN 2002TANGGAL 24 SEPTEMBER 2002Contoh: Permohonan Ijin Pendirian pangkalan BBM

Palangka Raya,Nomor : KepadaLampiran : Yth. Bapak Walikota Palangka RayaPerihal : Permohonan Ijin Mendirikan di –

Pangkalan Bahan Bakar Palangka RayaMinyak (BBM)

Dengan hormat,Yang bertanda tangan di bawah ini :- Nama :- Tempat/Tanggal Lahir (umur) :- Pekerjaan :- Alamat Tempat Tinggal :- Alamat Pangkalan :

Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatkan ijin mendirikan Pangkalan Penjualan Bahan Bakar Minyak (*Minyak tanah, Premium, Solar, Minyak pelumas) di wilayah Kota Palangka Raya.

Adapun sebagai bahan pertimbangan Bapak, maka bersama ini kami sampaikan (dalam rangkap 2) sebagai berikut:1. Biodata Pemohon + fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP).2. Peta lokasi tempat pendirian Pangkalan yang disetujui oleh pihak bersangkutan, diketahui oleh

RT/RW, Lurah dan Camat setempat.3. Fotocopy Ijin Tempat Usaha (SITU).4. Fotocopy Ijin Gangguan Usaha (HO).5. Fotocopy Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP).6. Fotocopy Sertifikat/Surat Keterangan Tanah dilegalisir oleh yang berwenang.7. Data kapasitas penyimpanan BBM dalam ukuran kilo liter (KL).8. Daftar peralatan penunjang Pangkalan yang digunakan.9. Rekomendasi Kelurahan setempat.10. Rekomendasi Camat.11. Surat Keterangan Identitas Pangkalan.12. Fotocopy Ijin Domisili Badan Usaha, dilegalisir yang berwenang (bagi penguasa berbadan

hukum)

Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian serta persetujuannya diucapkan terima kasih.

Hormat kami yang bermohon ,

MateraiRp.6.000,-

*)= Coret yang tidak perlu.Lampiran 3: KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 132 TAHUN 2002TANGGAL 24 SEPTEMBER 2002

Contoh: Surat Ijin Mendirikan Pangkalan BBM

KOP WALIKOTASURAT IJIN MENDIRIKAN PANGKALAN BAHAN BAKAR MINYAK

NOMOR

Berdasarkan Keputusan Walikota Palangka Raya Nomor: Tahun 2002 tentang Retribusi Ijin Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi.Kepada yang namanya tersebut di bawah ini :Nama :Pekerjaan :Nama Usaha/Perusahaan :

Page 82: kom perda02

Jenis Usaha :Alamat Usaha/Perusahaan :

I. I. Dengan telah terpenuhinya persyaratan dari ketentuan yang berlaku, diberikan Ijin Mendirikan Pangkalan Bahan Bakar Minyak.

II. Jenis Bahan Bakar Minyak yang dijual/disalurkan pada Pangkalan tersebut di atas adalah *) Minyak tanah, Premium, Solar, Minyak pelumas.

III. Ketentuan-ketentuan yang harus ditaati pemegang ijin sebagai berikut:1. Surat Ijin ini berlaku sejak tanggal…sampai dengan tanggal…dan dapat diperpanjang

dengan permohonan baru apabila pendirian Pangkalan masih dilanjutkan dalam tahun berikutnya.

2. Pemegang Surat Ijin ini diwajibkan membayar Retribusi Ijin Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi sebelum Surat Ijin ini dikeluarkan dan bersedia mentaati ketentuan peraturan yang berlaku.

3. Pemegang Surat Ijin ini diwjibkan menjaga keselamatan lingkungan dari bahaya kebakaran dan lain-lain, keselamatan dan kesehatan kerja.

4. Pemegang Surat Ijin dilarang menjual BBM palsu atau memalsukan, dengan mencampur BBM dengan bahan lain yang mengurangi kadar keaslian BBM.

5. Ijin sewaktu-waktu dapat dicabut/dibatalkan apabila ternyata Pemegang Surat Ijin ini melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku.

6. Permohonan ijin dapat ditolak apabila:a. Permohonan tidak dapat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.b. Terhadap gugatan/keberatan dari pihak lain dengan alasan-alasan yang sah.c. Tidak memenuhi ketentuan asas keadilan dan pemerataan.

7. Untuk memperpanjang berlakunya Surat Ijin ini, Pemegang Ijin diharuskan membuat permohonan baru kepada Walikota Palangka Raya selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sebelum berakhir masa berlakunya Surat Ijin ini.

IV. Jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam pemberian Ijin Mendirikan Pangkalan Bahan Bakar Minyak (BBM) ini, maka akan dirubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya.

Dikeluarkan di Palangka RayaPada tanggalWALIKOTA PALANGKA RAYA

Page 83: kom perda02

WALIKOTA PALANGKA RAYAKEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 171 TAHUN 2002TENTANG

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 07 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 04 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI IJIN PENGUMPULAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU DAN HASIL PERKEBUNAN

WALIKOTA PALANGKA RAYA,

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 07 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 04 Tahun 2000 tentang Retribusi Ijin Pengumpulan Hasil Hutan Bukan Kayu dan Hasil Perkebunan.

b. Bahwa untuk melaksanakan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu ditetapkan dengan Keputusan Walikota Palangka Raya.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2753);

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

3. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685);

4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839);

5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3848);

6. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia pTahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4048);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi sebagai Daerah Otonomi;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2000 tentang Retribusi Daerah;9. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202);

10. Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2000 tentang Retribusi Ijin Pengumpulan Hasil Hutan Bukan Kayu dan Hasil Perkebunan (Lembaran Daerah Kota Palngka Raya Tahun 2000 Nomor 04); sebagaimana diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2002 (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2002 Nomor 07).

MEMUTUSKAN

Menetapkan: KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 07 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 04 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI IJIN PENGUMPULAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU DAN HASIL PERKEBUNAN

Page 84: kom perda02

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Keputusan ini dimaksud dengan:1. Daerah Otonom selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam Ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;

3. Walikota adalah Walikota Palangka Raya;

4. Pejabat adalah pegawai yang diberikan tugas tertentu di bidang retribusi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

5. Kas adalah Kas Daerah Pemerintah Kota Palangka Raya;

6. Badan adalah bentuk usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan anam dan bentuk apapun, Persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan atau bentuk usaha tetap serta badan usaha lainnya;

7. Retribusi Ijin Pengumpulan Hasil Hutan Bukan Kayu dan Hasil Perkebunan yang selanjutnya dapat disebut Retribusi adalah pembayaran kepada Pemerintah Daerah oleh orang pribadi atau badan umtuk mengumpulkan atau memanfaatkan Hasil Hutan Bukan Kayu dan Hasil Perkebunan;

8. Wajib Retribusi adalah badan yang menurut Peraturan Perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi;

9. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu tertentu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan ijin pengumpulan Hasil Hutan Bukan Kayu dan Perkebunan;

10. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah yang selanjutnya disngkat SPDORD adalah surat yang dipergunakan oleh wajib retribusi untuk melaporkan data objek retribusi dan wajib retribusi untuk melaporkan dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terhutang menurut Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah;

11. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan retribusi yang terutang;

12. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi lebih besar daripad retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang;

13. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda;

14. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan terhadap SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan SKRDLB yang dilanjutkan oleh wajib retribusi;

15. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan keputusan pemenuhan kewajiban retribusi daerah berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah;

16. Penyidikan Tindak Pidana Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB II

Page 85: kom perda02

NAMA OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSIPasal 2

Dengan nama Retribusi Ijin Pengumpulan Hasil Hutan Bukan Kayu dan Perkebunan.

Pasal 3

(1) Objek Retribusi adalah pemberian ijin Pengumpulan Hasil Hutan Bukan Kayu dan Hasil Perkebunan meliputi:a. Rotan;b. Gaharu;c. Getah Jelutung;d. Getah Karet dan Getah Hutan;e. Gondo Rukem;f. Kemiri;g. Kenari;h. Kemenyan;i. Asam;j. Minyak Kayu Putih;k. Kulit, Akar dan Daun Kayu;l. Bambu;m. Sarang Burung Walet;n. Tikar;o. Atap;p. Lilin Tawon;q. Nibung Bulat;r. Sagu;s. Nipah (Nira, Gula);t. Ijuk;u. Buah Tengkawang;v. Madu;w. Damar;x. Purun;y. Kulit Binatang;z. Bulus;aa. Jukung (Perahu);

(2) Dikecualikan dari objek retribusi adalah:a. Pengambilan kayu baker;b. Pengambilan Hasil Hutan ikutan Pemegang Hak Penguasaan Hutan dan Hak Pemungutan

Hasil Hutan (HPH dan HPHH) dan Perum Perhutani

Pasal 4

Subjek Retribusi adalah badan yang memperoleh ijin untuk mengumpulkan Hasil Hutan Kayu dan Hasil Perkebunan.

BAB IIIGOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 5

Retribusi ijin pengumpulan juga diatur berdasarkan volume Hasil Hutan Bahan Kayu dan Hasil Perkebunan digolongkan sebagai retribusi Perijinan untuk diambil.

BAB IVBESARNYA PUNGUTAN

Pasal 6

Tingkat penggunaan jasa diatur berdasarkan volume Hasil Hutan Bukan Kayu dan Hasil Perkebunan yang diijinkan untuk mengumpulkan.

BAB VPRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN

Page 86: kom perda02

STRUKTUR BESARNYA TARIFPasal 7

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau sama dengan biaya penyelenggaraan pemberian ijin pengumpulan.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi biaya transport dalam rangka pemeriksaan, monitoring dan pembinaan.

BAB VISTRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 8(1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan suatu dan jenis Hasil Hutan Bukan Kayu dan Hasil

Perkebunan yang diambil;

(2) Besarnya tarif ditetapkan paling tinggi sebesar 6% (enam perseratus);

(3) Struktur dan besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut:(Tabel….)

No. JENIS HASIL HUTAN SATUAN TARIF/SATUAN1 2 3 4a Rotan Ton 1,5% per tonb Gaharu Ton 5% per tonc Getah Jantung Ton 3% per tond Getah Karet dan Getah Hutan Ton 1,5% per tone Gondo Rukem Ton 5% per tonf Kemiri Ton 5% per tong Kenari Ton 5% per tonh Kemenyan Ton 5% per toni Asam Ton 5% per tonj Minyak Kayu Putih Ton 5% per tonk Kulit, Akar dan Daun Kayu Ton 2% per tonl Bambu Batang 5% per batangm Sarang Burung Walet Kg 5% per kgn Tikar Lbr 5% per lbro Atap Lbr 5% per lbrp Lilin Tawon Kg 5% per kgq Nibung Bulat Batang 5% per kgr Batang Sagu Kg 5% per kgs Nipah (Nira, Gula) Kg 1.5 per tont Ijuk Ton 5% per tonu Buah Tengkawang Ton 5% per tonv Madu Liter 5% per literw Damar Kg 5% per kgx Purun Ikat 5% per ikaty Kulit Binatang Lbr 5% per lbrz Bulus/Labi-labi sejenisnya Kg 5% per kgaa Perahu (Jukung) Buah 5% per buah (4) Hasil pungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) disetor seharusnya ke

Kas Daerah melalui Bendahara Penerima dalam waktu 1 x 24 jam.

(5) Retribusi tersebut sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan (4) digunakan oleh Dinas yang bersangkutan untuk biaya operasional dalam rangka peningkatan kinerja sebesar 20% (dua puluh persen).

BAB VIICARA MENGHITUNG RETRIBUSI

Pasal 9

Page 87: kom perda02

(1) Besarnya retribusi yang terhitung dihitung dengan cara mengalihkan tarif sebagaimana dalam pasal 8 ayat (3) dengan harga patokan dengan volume;

(2) Harga patokan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkan berdasarkan harga pasar setempat dengan mengacu pada haraga satuan yang ditetapkan oleh Walikota.

BAB VIIIWILAYAH PUNGUTAN

Pasal 10

Retribusi yang terutang dipungut daerah tempat ijin pengumpulan Hasil Hutan Bukan Kayu dan Hasil Perkebunan diberikan..

BAB IXMASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 11

Masa retribusi asdalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun.

Pasal 12BAB X

SURAT PENDAFTARANPasal 13

(1) Wajib retribusi wajib mengisi SPDORD;

(2) SPDORD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditanda tangani oleh wajib retribusi atau kuasanya;

(3) Bentuk isi dan tata cara pengisian dan penyampaian SPDORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Walikota.

BAB XITATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 14

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan;

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD;

BAB XIITATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 16

(1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus;

(2) Retribusi yang terutang dilunasi selanjutnya selambat-lambatnya 5 (lima) hari sejak diterbitkannya SKRD;

(3) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi diatur dengan Keputusan Walikota;

BAB XIVTATA CARA PENAGIHAN

Pasal 17

(1) Retribusi terutang berdasarkan SKRD ditagih melalui Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN);

(2) Penagihan retribusi melalui BUPLN dilaksanakan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Page 88: kom perda02

BAB XIVKEBERATAN

Pasal 18

(1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk berdasarkan SKRD;

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas;

(3) Dalam hal wajib retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, wajib retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan retribusi tersebut;

(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari sejak tanggal SKRD, kecuali bila wajib retribusi tertentu dapat mengajukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya;

(5) Keberatan yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) tidak dianggap sebagai Surat Keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan;

(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal 19

(1) Walikota dalam jangka waktu yang paling lama 60 (enam puluh) hari sejak tanggal Surat Kebertan diterima harus memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan;

(2) Keputusan Walikota atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya retribusi yang terutang;

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Walikota tidak memberikan keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

BAB XVIPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 20

(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Walikota;

(2) Walikota dalam waktu paling lama 60 (enam puluh) hari sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keputusan;

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Walikota tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari;

(4) Apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaiman dimaksud pada ayat (1) labgsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut;

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkannya SKRDLB.

Pasal 21

(1) Permohonan pengembalian pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Walikota dengan sekurang-kurangnya menyebutkan:a. Nama dan alamat wajib retribusi;b. Masa retribusi;c. Besarnya kelebihan retribusi;d. Alasan yang singkat dan jelas.

Page 89: kom perda02

(2) Permohonan pengambilan kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat;

(3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Walikota.

Pasal 22

(1) Pengambilan kelebihan pembayaran retribusi dilakukan dengan cara menerbitkan Surat Keputusan Pajak/Retribusi (SKP/SKR);

(2) Apabila kelebihan pengambilan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya sebagaimana dimaksud pasal 20 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan juga berlaku sebagai pembayaran.

BAB XVIPENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 23

(1) Walikota dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi;

(2) Pemberian cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Walikota.

BAB XVIIKADALUARSA PENAGIHAN

Pasal 24

(1) Hak untuk melaksanakan penagihan retribusi, kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terhutang retribusi, kecuali apabila retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi;

(2) Kadaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila:a. Diterima Surat Teguran;b. Ada pengakuan retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

BAB XIXPasal 25

(1) Tanggung jawab operasional Keputusan ini berada pada Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Palangka Raya;

(2) Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan Walikota sebelumnya yang mengatur hal yang sama dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 26

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Keputusan ini, sepanjang mengenai pelaksanaan teknis yang akan lebih lanjut oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Palangka Raya.

Pasal 27

Keputusan ini mulai berlaku pula pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan keputusan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka Raya.

Disahkan di palangka RayaPada tanggal 19 April 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA

Page 90: kom perda02

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 19 April 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

MARTOYO

SALUNDIK GOHONG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2002 NOMOR : 23

Page 91: kom perda02

WALIKOTA PALANGKA RAYAKEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 172 TAHUN 2002TENTANG

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 08 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 05 TAHUN 2000 TENTANG PUNGUTAN DAERAH

ATAS PENGANGKUTAN KAYU KELUAR DAERAH KOTA PALANGKA RAYA

WALIKOTA PALANGKA RAYA,

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 08 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 05 Tahun 2000 tentang Pungutan Daerah atas Pengangkutan Kayu Keluar kDaerah Kota Palangka Raya.

b. Bahwa untuk melaksanakan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu ditetapkan dengan Keputusan Walikota Palangka Raya.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2753);

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839);

3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3848);

4. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1998 tentang Propinsi Sumber Daya Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3759);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 1999 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 1999 tentang Tarif atas Penerimaan Negara bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3914);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi sebagai Daerah Otonomi;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2000 tentang Retribusi Daerah;9. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202);

10. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1998 tentang Dana Reboisasi;11. Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 2000 tentang Pungutan Kayu Keluar

Daerah Kota Palangka Raya (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2000 Nomor 05); sebagaimana diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2002 (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2002 Nomor 08).

MEMUTUSKAN

Menetapkan: KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 08 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 05 TAHUN 2000 TENTANG PUNGUTAN DAERAH ATAS PENGANGKUTAN KAYU KELUAR DAERAH KOTA PALANGKA RAYA

Page 92: kom perda02

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini dimaksud dengan:17. Daerah Otonom selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam Ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

18. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;

19. Walikota adalah Walikota Palangka Raya;

20. Pungutan Daerah adalah pungutan atas pengangkutan kayu yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah yang merupakan penerimaan yang disahkan sebagaimana sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi;

21. Kayu Bulat adalah bagian dari pohon yang dipotong menjadi batang atau batang bebas cabang atau ranting-ranting mempunyai ukuran diameter 30 cm ke atas dan ukuran panjang 120 cm ke atas;

22. Kayu Olahan adalah hasil pengolahan kayu bulat atau kayu bulat kecil atau BBS atau limbah pembalakan menjadi veneer, kayu lapis/panel, kayu gergaji dan serpih/chip;

23. Limbah Pembalakan adalah sisa pembagian batang, termasuk RKT, HPH, dengan ukuran 30 cm dan 120 cm tidak termasuk kelompok kayu mewah dan indah;

24. Cerucuk adalah bagian dari kelompok kayu sortimen khusus dengan ukuran diameter kurang dari 20 cm dan panjang disesuaikan dengan penggunaannya;

25. Kas adalah Kas Daerah Pemerintah Kota Palangka Raya;

26. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan keputusan pemenuhan kewajiban retribusi daerah berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah;

27. Penyidikan tindak pidanan di bidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB IIOBJEK DAN SUBJEK PUNGUTAN

Pasal 2

(1) Dalam daerah dilakukan pungutan atas pengangkutan kayu yang telah mempunyai dokumen yang sah keluar daerah;

(2) Pungutan dimaksud ayat (1) merupakan penerimaan lain-lain yang sah sebagai sumber penerimaan lain-lain yang sah sebagai sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan Otonomi Daerah.

Pasal 3

(1) Objek Pungutan adalah Kayu Bulat dan Kayu Olahan yang diangkut keluar daerah berasal dari RKT, HPH, HPHH, IPK, IPKH/L dan pengangkutan dan keluar Daerah Kota Palangka Raya;

(2) Pungutan dikenakan hanya satu kali terhadap satu partai Kayu Bulat dan Kayu Olahan kepada mereka yang melakukan pengangkutan dan keluar Daerah Kota Palangka Raya.

Pasal 4

Page 93: kom perda02

(1) Subjek pungutan adalah orang atau badan yang melakukan pengangkutan kayu keluar Daerah Kota Palangka Raya;

(2) Yang bertanggung jawab atas pembayaran pungutan:a. Untuk perorangan adalah yang bersangkutan atau kuasanya atau ahli warisnya;b. Untuk badan adalah pengurus atau kuasanya.

BAB IIIBESARNYA PUNGUTAN

Pasal 5

(1) Tarif pungutan atas pengangkutan kayu bulat dan kayu olehan keluar Daerah Kota Palangka Raya ditetapkan sebagai berikut:

No JENIS SATUAN BESARNYA TARIF (Rp)

KET.

1 2 3 4 5A123

45

KAYU BULATKelompok MerantiKelompok Kayu IndahKelompok Kayu Rimba CampuranCerucuklimbah

M3M3M3

BtgM3

5.0009.0004.000

2502.100

B

123

123

123

123

123

KAYU OLAHANI. GergajiKelompok MerantiKelompok Kayu IndahKelompok Kayu Rimba Campuran

II. DowelKelompok MerantiKelompok Kayu IndahKelompok Kayu Rimba Campuran

III. MouldingKelompok MerantiKelompok Kayu IndahKelompok Kayu Rimba Campuran

IV. PlywoodKelompok MerantiKelompok Kayu IndahKelompok Kayu Rimba Campuran

V. VeneerKelompok MerantiKelompok Kayu IndahKelompok Kayu Rimba Campuran.

M3M3M3

M3M3M3

M3M3M3

M3M3M3

M3M3M3

10.00015.0007.500

15.00017.00010.000

15.00017.50010.000

17.50010.000

15.00017.50010.000

(2) Tarif pungutan atau pengangkutan kayu hutan olahan keluar Daerah melalui Daerah Kota Palangka Raya ditetapkan sebagai berikut:

No JENIS SATUAN BESARNYA TARIF (Rp)1 2 3 4

Page 94: kom perda02

A12345

KAYU BULATKelompok MerantiKelompok Kayu IndahKelompok Kayu Rimba CampuranCerucuklimbah

M3M3M3BtgM3

3.0005.0002.000250

1.500

123

123

II. DowelKelompok MerantiKelompok Kayu IndahKelompok Kayu Rimba Campuran

III. MouldingKelompok MerantiKelompok Kayu IndahKelompok Kayu Rimba Campuran

M3M3M3

M3M3M3

15.00017.50010.000

15.00017.50010.000

123

123

IV. PlywoodKelompok MerantiKelompok Kayu IndahKelompok Kayu Rimba Campuran

V. VeneerKelompok MerantiKelompok Kayu IndahKelompok Kayu Rimba Campuran.

M3M3

M3M3M3

17.50010.000

15.00017.50010.000

(3) Besarnya pungutan dihitung dengan mengalikan tarif dimaksud ayat (1) dengan volume (M3)

kayu yang akan diangkut keluar daerah sesuai jumlah yang tertera dalam dokumen angkutan kayu;

(4) Hasil pungutan sebagaimana tersebut pada ayat (1) dan ayat (2) pasal ini seluruhnya disetor ke Kas Daerah melalui Bendaharawan Penerima dalam waktu 1 x 24 jam;

(5) Retribusi tersebut sebagaimana dimaksud ayat (3) dan ayat (4) digunakan oleh Dinas yang bersangkutan untuk biaya operasional dalam rangka peningkatan kinerja sebesar 20% (dua puluh persen).

Pasal 6

1. Surat Perintah Pembayaran terhadap pengangkutan kayu bulat dan kayu olahan ke luar daerah diterbitkan oleh Pejabat yang ditunjuk oleh Walikota;

2. Jangka Waktu Pelunasan Surat Perintah Pembayaran ditetapkan bagi dokumen kayu yang diterbitkan selambat-lambatnya 5 (lima) hari;

3. Penyetoran Pungutan daerah yang dikenakan dari pengangkutan kayu bulat dan kayu olahan ke luar daerah dimaksud pasal 5 disetorkan oleh subjek pungut langsung ke Kas Daerah pada Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Tengah.

Pasal 7

1. Bukti pembayaran pungutan dimaksud pasal 5 dilakukan bersamaan dengan diterbitkannya dokumen angkutan kayu;

2. Bukti setor atas pembayaran sebagaimana dimaksud Peraturan Daerah ini disampaikan kepada:a. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Palangka Raya untuk bahan penerbitan dokumen

pengangktan kayu berikutnya;

Page 95: kom perda02

b. Dinas Pendapatan Daerah Kota Palangka Raya untuk bahan monitoring pemasukan penerimaan ke Kas Daerah.

Pasal 8

Bagi dokumen kayu yang diterbitkan, penagihan dilakukan berdasarkan laporan penggunaan dokumen anggkutan yang disampaikan ke Instansi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Palangka Raya.

BAB IVKETENTUAN PENUTUP

Pasal 9

(1) Tanggung jawab operasional Keputusan ini berada pada Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Palangka Raya;

(2) Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan Walikota sebelumnya yang mengatur hal yang sama dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 10

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Keputusan ini, sepanjang mengenai pelaksanaan teknis yang akan lebih lanjut oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Palangka Raya.

Pasal 11

Keputusan ini mulai berlaku pula pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan keputusan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka Raya.

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 19 April 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

MARTOYO

Disahkan di palangka RayaPada tanggal 19 April 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA

SALUNDIK GOHONG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2002 NOMOR : 24

Page 96: kom perda02

WALIKOTA PALANGKA RAYAKEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 173 TAHUN 2002TENTANG

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 09 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 06 TAHUN 2000 TENTANG

PENERBITAN PUNGUTAN HASIL HUTAN DI KOTA PALANGKA RAYA

WALIKOTA PALANGKA RAYA,

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 09 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Nomor 06 Tahun 2000 tentang Penertiban Pungutan Hutan di Kota Palangka Raya.

b. Bahwa untuk melaksanakan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu ditetapkan dengan Keputusan Walikota Palangka Raya.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2753);

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839);

3. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685), sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);

4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3848);

5. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3888);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1998 tentang Propinsi Sumber Daya Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3759);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 1999 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 1999 tentang Tarif atas Penerimaan Negara bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3914);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202);

10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119);

11. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1998 tentang Dana Reboisasi;12. Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2000 tentang Tahun 2000 tentang

Penertiban Pungutan Hasil Hutan di Kota Palangka Raya (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 06); sebagaimana diubah dengan Peraturan Daerah

Page 97: kom perda02

Nomor 09 Tahun 2002 (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2002 Nomor 09).

MEMUTUSKAN

Menetapkan: KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 09 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 06 TAHUN 2000 TENTANG PENERBITAN PUNGUTAN HASIL HUTAN DI KOTA PALANGKA RAYA

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini dimaksud dengan:28. Daerah Otonom selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam Ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

29. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;

30. Walikota adalah Walikota Palangka Raya;

31. Propinsi Sumber Daya Hutan (PSDH) adalah pungutan yang dikenakan sebagai pengganti nilai intrinsic/nilai fisik dari hutan yang dipungut dari hutan negara;

32. Dana Reboisasi (DR) adalah danan yang dipungut dari pemegang HPH/HPHH/IPK/ISL kdari hutan alam yang berupa kayu dalam rangka reboisasi dan rehabilitasi hutan;

33. Lelang di Tempat adalah kegiatan pelelangan hasil hutan di tempat ditemukannya hasil hutan;

34. Pungutan Daerah adalah pungutan terhadap produksi dan pengangkutan kayu yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah yang merupakan penerimaan lain yang sah sebagai sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi yang berasal dari kayu lelang;

35. Kayu Bulat adalah bagian dari pohon yang dipotong menjadi batang atau batang bebas cabang atau ranting-ranting mempunyai ukuran diameter 30 cm ke atas dan ukuran panjang 120 cm ke atas;

36. Hasil Hutan adalah benda-benda hayati yang dihasilkan dari hutan;

37. Kayu Bulat Kecil (KBK) adalah hasil produksi dari areal tebang habis termasuk kayu yang dihasilkan dari hasil penjarangan hutan tanaman, tanah milik rakyat dan perkebunan dengan ukuran diameter kurang dari 30 cm dengan panjang dari 120 cm yang akan digunakan untuk keperluan industri pulp atau keperluan lain tidak termasuk kayu mewah dan indah;

38. Kayu Olahan adalah hasil pengolahan kayu bulat atau kayu bulat kecil atau BBS atau limbah pembalokan menjadi venner, kayu lapis/panel, kayu gergaji dan serpih/chip;

39. Mengamankan Hasil Hutan adalah tindakan melarang hasil hutan untuk dipindahkan dari tempat semula sampai dilaksanakannya proses pelelangan dan pemenuhan kewajiban;

40. Pemungutan adalah kegiatan yang meliputi, penyaradan, pengangkutan, pengolahan dan pemasaran hasil hutan.

BAB IIPENERTIBAN

Pasal 2

(1) Dalam Daerah dilakukan Penertiban atas Pungutan Hasil Hutan;

Page 98: kom perda02

(2) Penertiban sebagaiman dimaksud ayat (1) dilakukan oleh Tim Kehutanan dibantu instansi terkait;

(3) Tim Kehutanan sebagaimana dimaksud ayat (2) bertugas:a. Melakukan pemeriksaan terhadap hasil hutan dan dokumennya;b. Mangukur, menghitung dan menetapkan jumlah dan jenis hasil hutan dan dituangkan dalam

Berita Acara;c. Mengamankan Hasil Hutan;d. Mempersiapkan Pelelangan;

(4) Menghitung dan menetapkan pengenaan Pemungutan Punguta Daerah sebagai Pendapatan Daerah sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD) oleh instansi yang berwenang;

(5) Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana ayat (3) disesuaikan dengan kewenangan masing-masing instansi.

BAB IIIOBJEK PENERTIBAN

Pasal 3

1. Objek Penertiban Hasil Hutan adalah:a. Hasil Hutan Bukan Kayu yang diangkut tidak dilengkapi/disertai/bersama-sama dokumen

angkutan kayu;b. Kelebihan volume fisik kayu yang dibandingkan dengan dokumen angkutan kayu yang

diterbitkan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Palangka Raya;

2. Subjek Pungutan adalah pemenang lelang;

3. Yang bertanggung jawab atas pembayaran adalah:c. Untuk perorangan adalah yang bersangkutan atau kuasanya atau ahli warisnya;d. Untuk badan adalah pengurus atau kuasanya.

BAB IVBESARNYA PUNGUTAN

Pasal 4(1) Tarif Pungutan daerah ditetapkan berdasarkan konversi kayu bulat yang besarnya:

a. Kelompok jenis Meranti………………… Rp. 10.000,- per M3b. Kelompok Rimba Campuran……………. Rp. 7.500,- per M3c. Kelompok Kayu Indah………………….. Rp. 15.000,- per M3d. Cerucuk (diameter <20 cm, panjang sesuai penggunaan) Rp. 250,- per batange. Limbah………………………………….. Rp. 2.500,- per M3

(2) Hasil Lelang disesuaikan dengan hasil pelelangan yang bersangkutan;

(3) Pungutan Daerah untuk Kayu Olahan ditetapkan sebesar dua kali volume kayu olahan sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat (1) Keputusan ini;

(4) Perubahan besarnya Tarif Pungutan Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

(5) Hasil Pungutan Retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini seluruhnya disetor ke Kas Daerah oleh Bendahara Penerima Pembantu dalam waktu 1 x 24 jam;

(6) Retribusi disebut sebagaimana ayat (1) dan ayat (5) pasal ini digunakan oleh Dinas yang bersangkutan dalam rangka peningkatan kinerja sebesar 20% (dua puluh persen).

BAB VTATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 5

(1) Pelunasan Lelang dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku;

(2) Surat Perintah Pembayaran Pungutan Daerah diterbitkan oleh Instansi yang berwenang;

Page 99: kom perda02

(3) Jangka waktu pelunasan surat perintah pembayaran dimaksud ayat (1) ditetapkan selambat-lambatnya 2 (dua) hari;

(4) Penyetoran Hasil Lelang Pungutan daerah sebagaimana dimaksud pasal 4 dilakukan ke Kas Daerah pada Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Tengah;

(5) Rislah lelang dan bukti setor atas pembayaran disampaikan kepada:a. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Palangka Raya, untuk bahan penerbitan dokumen

pengangkutan.b. Dinas Pendapat Daerah Kota Palangka untuk bahan monitoring pemasukan penerimaan ke

Kas Daerah.

BAB VIPELAPORAN

Pasal 6

(1) Tim membuat dan menyampaikan laporan secara berkala kepada Walikota dengan tembusan:a. Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota Palangka Raya.b. Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Palangka Raya.

(2) Kepala Dinas Pendapatan Daerah membuat dan menyampaikan laporan realisasi penerimaan hasil lelang pembayaran PSDH, DR dan Pungutan Daerah secara berkala kepada Walikota dengan tembusan kepada:

a. Kepala Bagian Keruangan Setda Kota Palangka Raya.b. Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Palangka Raya.

(3) Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Palangka Raya membuat dan menyampaikan secara berkala laporan penerbitan dokumen angkutan kayu kepada Walikota dan tembusannya kepada Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Tengah;

(4) Laporan dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3) pasal ini disampaikan selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikut.

BAB VIISANKSI ADMINISTRASI

Pasal 7

Dalam hal subjek pungutan sebagaimana dimaksud pasal 5 Keputusan ini tidak dapat dibayar tepat waktu, dikenakan sanksi administrasi berupa tidak diberikan pelayanan.

BAB VIIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 8

(1) Tanggung jawab operasional Keputusan ini berada pada Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Palangka Raya;

(2) Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan Walikota sebelumnya yang mengatur hal yang sama dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 9

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Keputusan ini, sepanjang mengenai pelaksanaan teknis yang akan lebih lanjut oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Palangka Raya.

Pasal 10

Keputusan ini mulai berlaku pula pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan keputusan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka Raya.

Disahkan di palangka Raya

Page 100: kom perda02

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 19 April 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

MARTOYO

Pada tanggal 19 April 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA

SALUNDIK GOHONG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2002 NOMOR : 25

Page 101: kom perda02

WALIKOTA PALANGKA RAYAKEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 174 TAHUN 2002TENTANG

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI DAN PENDAFTARAN PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI (BADAN HUKUM)

WALIKOTA PALANGKA RAYA,

Menimbang : a. Bahwa sebagai pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 10 Tahun 2002 tentang Retribusi dan Pendaftaran Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi (Badan Hukum);

b. Bahwa untuk melaksanakan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu ditetapkan dengan Keputusan Walikota Palangka Raya.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2753);

2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian;3. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil;4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839);

5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3848);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2001 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202);

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2000 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119);

9. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 10 Tahun 2002 tentang Retribusidan Pendaftaran Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi (Badan Hukum) (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2002 Nomor 10).

MEMUTUSKAN

Menetapkan: KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI DAN PENDAFTARAN PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI (BADAN HUKUM)

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini dimaksud dengan:

Page 102: kom perda02

41. Daerah Otonom selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam Ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

42. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;

43. Walikota adalah Walikota Palangka Raya;

44. Dinas adalah Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya;

45. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya;

46. Koperasi adalah Badan Usaha yang beranggotakan orang seorang atau Badan Hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan pada asas kekeluargaan;

47. Badan Hukum adalah Surat Keputusan Pengesahan Akat Pendirian Koperasi yang disahkan oleh Pejabat yang berwenang;

48. Pengesahan Akata Perubahan Anggaran Dasar Koperasi adalah Anggaran Dasar yang diberikan kepada Koperasi;

49. Pungutan Daerah adalah pungutan yang dilakukan oleh Pemerintah daerah;

50. Kas Daerah adalah kas daerah Pemerintah Kota Palangka Raya;

51. Kantor Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi adalah Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya;

52. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari dan mengumpulkan keterangan lainnya dalam rangka Pengawasan Keputusan Pemenuhan Kewajiban Retribusi Daerah berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah;

53. Penyidikan Tindak Pidana Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat jelas tindak pidana di bidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB IIMAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

(1) Pengaturan tentang Retribusi dan Pendaftaran Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi (Badan Hukum) dimaksud untuk memberikan landasan hukum dalam penanganan Retribusi dan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi, Pengesahan Akta Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Pembukaan Kantor Cabang Koperasi Simpan Pinjam, Pengesahan Akta Penggabungan/Amalgamasi Koperasi

(2) Pengaturan dimaksud ayat (1) pasal ini persetujuan agar pelaksanaan tentang Retribusi dan Pendaftaran Pengesahan Anggaran Dasar Koperasi (Badan Usaha) dapat tertib dan berjalan dengan baik.

BAB IIIJENIS RETRIBUSI DAN PENDAFTARAN PENGESAHAN AKTA KOPERASI SERTA PERUBAHAN

ANGGARAN DASAR KOPERASIPasal 3

Jenis Retribusi:1. Pengesahan Akta Pendirian Koperasi.2. Pengesahan Akta Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.3. Pengesahan Akta Pendirian Koperasi Simpan Pinjam (KSP).

Page 103: kom perda02

4. Keputusan Pembukaan Kantor Cabang Koperasi Simpan Pinjam.5. Pengesahan Akta Penggabungan/Amalgamasi Kopersi.6. Pendaftaran Koperasi yang memperoleh Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar.

Pasal 4

Subjek Retribusi meliputi Koperasi yang memperoleh:1. Pengesahan Akta Pendirian Koperasi, Perubahan Anggaran Dasar Koperasi, Akta

Penggabungan/Amalgamasi Koperasi;

2. Keputusan tentang Pembukaan Kantor Koperasi Simpan Pinjam yang berlokasi di luar wilayah hukum domisili/usaha yang telah disahkan Akta Pendirian dan/atau Perubahan Anggaran Dasarnya.

BAB IVPRINSIP DASAR, GOLONGAN DAN PENETAPAN BESAR RETRIBUSI

Pasal 5

(1) Prinsip dalam penetapan Retribusi adalah sebagai kontribusi dalam pelayanan Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi;

(2) Retribusi Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi digolongkan sebagai jasa umum yang dipungut pada waktu Pengesahan Akta Pendirian Koperasi dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi serta didaftarkan Buku Daftar Umum Koperasi;

(3) Ketentuan besar Retribusi adalah sebagai berikut:a. Pengesahan Akta Pendirian Koperasi sebesar Rp. 300.000,-b. Pengesahan Perubahan Anggaran Perubahan Anggaran Dasar Koperasi sebesar Rp.

250.000,-c. Pengesahan Akta Pendirian Koperasi Simpan Pinjam sebesar Rp. 500.000,-d. Pembukaan Kantor Cabang Koperasi Simpan Pinjam sebesar Rp. 250.000,-e. Pengesahan Akta Penggabungan/Amalgamasi Koperasi sebesar Rp. 300.000,-f. Biaya Pendaftaran Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi pada Buku

Daftar Umum Koperasi sebesar Rp. 50.000,-

(4) Hasil Retribusi sebagaimana dimaksud ayat (3) seluruhnya disetor ke Kas Daerah dalam waktu 1 x 24 jam.

BAB VDAERAH PUNGUTAN

Pasal 6

Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Kota Palangka Raya sebagai daerah tempat pelayanan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi serta Pendaftaran Koperasi pada Buku Daftar Umum Koperasi.

BAB VITATA CARA PUNGUTAN DAN PEMBAYARAN RETRIBUSI

Pasal 7

(1) Pemungutan Retribusi atas Pengesahan Akta Pendirian Koperasi, Perubahan Anggaran Dasar Koperasi dan Akta Pendirian Koperasi, Penerbitan Keputusan tentang Pembukuan Kantor Cabang serta Pendaftaran Koperasi dilakukan oleh Petugas Pemungut yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota Palangka Raya dan tidak dapat diborongkan;

(2) Pemungutan Retribusi dilakukan dengan Surat Keterangan Retribusi Daerah (SKRD) dan/atau dengan suatu alat bukti pembayaran dan penerimaan yang sah lainnya.

(3) Pembayaran Retribusi yang terutang dan harus dibayar sekaligus dan selambat-lambatnya pada saat diterbitkannya Keputusan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi, Perubahan Anggaran Dasar Koperasi, Akta Penggabungan/Amalgamasi Koperasi dan Keputusan tentang Pembukuan Kantor Koperasi serta Pendaftaran Koperasi pada Buku Daftar Umum Koperasi.

Page 104: kom perda02

BAB VIISANKSI ADMINISTRASI

Pasal 8

Apabila Retribusi tidak dibayar setelah permohonan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi, Perubahan Anggaran Dasar Koperasi dan Penggabungan Koperasi serta Pembukaan Kantor Cabang Koperasi lengkap diterima, maka Keputusan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi, Perubahan Anggaran Dasar Koperasi, Pembukaan Kantor Cabang Koperasi dan Akta Penggabungan Koperasi tidak dapat diterbitkan.

BAB VIIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 9

(1) Tanggung jawab teknis operasional pelaksanaan Keputusan ini berada pada Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya;

(2) Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan sebelumnya yang mengatur hal yang sama dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 10

Hal-hal yang belum diatur dalam Keputusan ini, akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya.

Pasal 11

Keputusan ini mulai berlaku pula pada tanggal diundangkan.Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan keputusan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka Raya.

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 19 April 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

MARTOYO

Disahkan di palangka RayaPada tanggal 19 April 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA

SALUNDIK GOHONG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2002 NOMOR : 26

Page 105: kom perda02

WALIKOTA PALANGKA RAYAKEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 175 TAHUN 2002TENTANG

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN

WALIKOTA PALANGKA RAYA,

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2002 tentang Retribusi Surat Ijin Usaha Perdagangan dipandang perlu menetapkan teknis pelaksanaannya.

b. Bahwa untuk pelaksanaannya sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu ditetapkan dengan Keputusan Walikota Palangka Raya.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2753);

2. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839);

4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3848);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119);

7. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 21 Tahun 2002 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya

8. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 tahun 2002 tentang Retribusi Ijin Usaha Perdagangan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan: KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan:54. Daerah Otonom selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

Page 106: kom perda02

setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam Ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

55. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;

56. Walikota adalah Walikota Palangka Raya;

57. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi adalah Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya;

58. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) adalah sebagaimana Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor: 289/MPP/Kep/10/2001 tanggal 5 Oktober 2001 tentang Ketentuan Standar Pemberian Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP);

59. Retribusi adalah besarnya biaya yang dipungut atas proses administrasi tiap-tiap ijin yang dikeluarkan;

60. Perubahan Surat Ijin Usaha Perdagangan yang meliputi perubahan anam perusahaan, bentuk perusahaan, alamat kantor perusahaan, alamat pemilik/penanggung jawab, NPWP, modal dan kekayaan bersih, kelembagaan, bidang usaha, jenis barang/jasa dagangan utama;

61. Registrasi adalah pendaftaran ulang Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP);

62. Perdagangan adalah kegiatan jual beli barang atau jasa yang dilakukan secara terus-menerus dengan tujuan pengalihan hak atas barang atau jasa dengan disertai imbalan atau kompensasi;

63. HAKI adalah Hak Atas Kekayaan Intelektual;

64. Perusahaan Kecil adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan modal disetor dan kekayaan bersih (netto) seluruhnya dari Rp. 0,- (nol rupiah) sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;

65. Perusahaan Menengah adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan modal disetor dan kekayaan bersih (netto) seluruhnya di atas Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk bangunan tempat usaha;

66. Perusahaan Besar adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan modal disetor dan kekayaan bersih (netto) seluruhnya di atas Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;

BAB IINAMA OBJEK DAN SUBJEK

Pasal 2

Dengan nama Retribusi Surat Ijin Usaha Perdagangan diterbitkannya Surat Ijin Usaha Perdagangan kepada Badan atau perorangan untuk dapat melaksanakan kegiatan Usaha Perdagangan.

Pasal 3

Objek retribusi adalah Surat Ijin Usaha Perdagangan, Pengesahan Pembukaan Cabang dan Perwakilan Perusahaan, Registrasi dan Penggantian Surat Ijin Usaha Perdagangan.

Pasal 4

Subjek Retribusi adalah Badan atau perorangan yang mendapat Surat Ijin Usaha Perdagangan, Pengesahan Pembukaan Cabang dan Perwakilan Perusahaan, Registrasi dan Penggantian Surat Ijin Usaha Perdagangan.

BAB IIIDASAR PUNGUTAN RETRIBUSI

Pasal 5

Page 107: kom perda02

(1) Setiap Badan atau perorangan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan membayar Retribusi Ijin Usaha Perdagangan;

(2) Dasar tarif Retribusi Ijin Usaha Perdagangan, mempertimbangkan rasa keadilan kepada masyarakat, dampak terhadap pengembangan kegiatan usaha, biaya administrasi/pencetakan blanko, biaya bimbingan dan pembinaan, biaya pengolahan data, biaya dokumentasi, biaya pengawasan dan pelaporan

Pasal 6

Besarnya Retribusi Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) sebagai berikut:a. SIUP Perusahaan Kecil (PK): Rp. 50.000,-b. SIUP Perusahaan Menengah (PM): Rp. 100.000,-c. SIUP Perusahaan Besar (PB): Rp. 200.000,-d. Perubahan SIUP Kecil/Menengah/Besar ke SIUP Kecil: Rp. 50.000,-e. Perubahan SIUP Kecil/Menengah/Besar ke SIUP Menengah: Rp. 100.000,-f. Perubahan SIUP Kecil/Menengah/Besar ke SIUP Besar: Rp. 200.000,-g. Pengesahan Pembukaan Cabang SIUP Perusahaan Kecil: Rp. 50.000,-h. Pengesahan Pembukaan Cabang SIUP : Rp. 100.000,-i. Pengesahan Pembukaan Cabang SIUP Perusahaan Besar: Rp. 200.000,-j. Pengesahan Pembukaan Perwakilan SIUP Perusahaan Kecil: Rp. 50.000,-k. Pengesahan Pembukaan Perwakilan SIUP Menengah: Rp. 100.000,-l. Pengesahan Pembukaan Perwakilan SIUP Besar: Rp. 200.000,-m. Registrasi SIUP Kecil: Rp. 50.000,-n. Registrasi SIUP Menengah: Rp. 100.000,-o. Registrasi SIUP Besar: Rp. 200.000,-

BAB IVTATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 7

(1) Pembayaran Retribusi dilakukan oleh subjek Surat Ijin Usaha Perdagangan ke Bendaharawan Pembentu Penerima yang ditunjuk oleh Walikota;

(2) Bendaharawan Penerima Biaya Administrasi dan Registrasi SIUP wajib menyetor ke Kas Daerah Kota Palangka Raya dalam waktu 1 x 24 jam.

Pasal 8

Penerima sebagaimana dimaksud pasal 6 seluruhnya disetor ke Kas Daerah.

BAB VSURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP)

Pasal 9

Setiap Perusahaan yang melakukan kegiatan Usaha Perdagangan wajib memperoleh Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) dan retribusi sebagaimana pasal 5 dan pasal 6.

Pasal 10

Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) sebagaimana dimaksud pada pasal 9 terdiri dari:a. SIUP Kecilb. SIUP Menengahc. SIUP Besar

Pasal 11

SIUP diterbitkan berdasarkan tempat kedudukan (domisili) Perusahaan dan berlaku di seluruh wilayah Republik Indonesia.

Pasal 12

Page 108: kom perda02

SIUP berlaku selama Perusahaan yang bersangkutan masih menjalankan kegiatan Usaha Perdagangan.

Pasal 13

(1) Perusahaan uang melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan modal dan kekayaan bersih (netto) seluruhnya sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib memperoleh SIUP Kecil;

(2) Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan seluruhnya di atas Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha wajib memperoleh SIUP Menengah;

(3) Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan modal disetor dan kekayaan bersih (netto) seluruhnya di atas Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha wajib memperoleh SIUP Besar.

Pasal 14

Perusahaan yang melakukan perubahan modal dan kekayaan bersih (netto) baik karena peningkatan maupun penurunan yang dibuktikan dengan Akta Perubahan dan atau Neraca Perusahaan wajib menyesuaikan SIUP sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7.

Pasal 15

(1) Perusahaan yang dibebaskan dari kewajiban memperoleh SIUP adalah:a. Cabang/Perwakialan Perusahaan yang dalam menjalankan kegiatan Usaha Perdagangan

memperoleh SIUP Perusahaan Pusat;b. Perusahaan Kecil Perorangan yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. Tidak berbentuk Badan Hukum atau Persekutuan dan,2. diurus, dijalankan atau dikelola sendiri oleh pemiliknya atau dengan mempekerjakan

anggota keluarganya/kerabat dekat.c. Pedagang keliling, pedagang asongan, pedagang pinggir jalan atau pedagang kaki lima.

(2) Perusahaan dibebaskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan SIUP apabila dikehendaki yang bersangkutan.

Pasal 16

Setiap Perusahaan yang telah memperoleh SIUP dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggal diterbitkan SIUP wajib mendaftarkan Perusahaannya dalam Daftar Perusahaan sesuai ketentuan dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.

BAB VITATA CARA PERMINTAAN PENERBITAN SIUP

Pasal 17

(1) Permintaan SIUP Kecil atau SIUP Menengah atau SIUP Besar bagi Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 dan pasal 10 diajukan kepada Walikota cq. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi dengan Formulir SP-SIUP Kecil/Menengah/Besar Model A sebagaimana dimaksud pada Lampiran ini.

(2) Permintaan SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditandatangani oleh Pemilik/Direktur Utama/Penanggung Jawab Perusahaan.

Pasal 18

(1) Permintaan SIUP sebagaimana dimaksud pasal 11 wajib dilengkapi dokumen-dokumen dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas- Copy Akta Notaris Pendirian Perusahaan;

Page 109: kom perda02

- Copy Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukum dan Mneteri Kehakiman bagi Perseroan Terbatas;

- Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Oemilik/Direktur Utama/Penanggung Jawab Perusahaan;

- Copy NPWP Perusahaan; dan- Copy Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) dari Pemerintah Daerah setempat bagi kegiatan

Usaha Perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan ketentuan gangguan (HO);- Neraca Perusahaan.

b. Perusahaan Berbentuk Koperasi- Copy Akta Pendirian Koperasi yang telah mendapatkan pengesahan dari Instansi

berwenang;- Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pimpinan/Penanggung Jawab Koperasi;- Copy NPWP Perusahaan;- Copy Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) dari Pemerintah Kota bagi kegiatan Usaha

Perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan ketentuan Undang-undang Gangguan (HO);

- Neraca Perusahaan.c. Perusahaan yang tidak terbentuk Perseroan Terbatas dan Koperasi:

1. Perusahaan Persekutuan:a. Copy Surat Akta Pendirian Perusahaan/Akta Notaris yang telah didaftarkan pada

Pengadilan Negeri;b. Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pemilik/Penanggung Jawab Koperasic. Copy NPWP Perusahaan; d. Copy Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) dari Pemerintah Daerah setempat bagi

kegiatan Usaha Perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan ketentuan Undang-undang Gangguan (HO);

e. Neraca Perusahaan.2. Perusahaan Perorangan:

a. Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pemilik/Penanggung Jawab Perusahaan;b. Copy NPWP;c. Copy Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) dari Pemerintah Daerah setempat bagi

kegiatan Usaha Perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan ketentuan Undang-undang Gangguan (HO), dan

d. Neraca Perusahaan.

(2) Apabila dalam waktu 15 (lima belas) hari kerja sejak tanggal pengajuan permohonan pengesahan Badan Hukum kepada Menteri Kehakiman, Pemohon SIUP sebagaimana dimaksud Pengesahan Badan Hukum dari Menteri Kehakiman, maka Pemohon SIUP cukup melampirkan copy bukti setor Biaya Administrasi Pembayaran Proses Pengesahan Badan Hukum dari Departemen Kehakiman sebagai kelengkapan persyaratan guna mendapatkan SIUP;

(3) Terhadap Pemohon SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) apabila telah memperoleh Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukum dari Menteri Kehakiman, wajib menyampaikan copy Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukum dan Menteri Kehakiman kepada Walikota cq. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterbitkannya Surat Pengesahan tersebut;

(4) Terhadap Pemohon SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang permohonannya untuk mendapatkan pengesahan Badan Hukum ditolak, maka permohonan SIUP adalah gugur dan dianggap tidak ada.

(5) Bagi Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak dipersyaratkan memperoleh Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) berdasarkan ketentuan Undang-undang Gangguan (HO), wajib melampirkan Surat Keterangan dari Kepala Kelurahan setempat;

(6) Copy dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilampirkan aslinya guna penelitian dan akan dikembalikan kepada perusahaan yang bersangkutan setelah penelitian dokumen selesai.

Pasal 19

Page 110: kom perda02

(1) Perusahaan yang dibebaskan dari kewajiban memperoleh SIUP sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) huruf a dan b dapat diberikan SIUP apabila dikehendaki oleh Perusahaan dengan menyampaikan Surat Permintaan SIUP kepada Walikota cq. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi dengan melampirkan:- Copy KTP Pemilik/Direktur Utama/Penanggung Jawab, dan- Copy Surat Keterangan Domisili dari Lurah/Kepala Desa setempat.

(2) Pedagang keliling, pedagang asongan, pedagang pinggir jalan atau pedagang kaki lima sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) huruf c dapat diberikan (SIUP) apabila dikehendaki oleh yang bersangkutan dengan menyampaikan copy KTP dan surat keterangan dari Lurah/Kepala Desa setempat;

(3) Copy KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disertai aslinya guna penelitian dan akan dikembalikan kepada yang bersangkutan setelah penelitian selesai.

Pasal 20

Selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya SP-SIUP Model A yang dilampiri dokumen secara lengkap dan benar, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi menerbitkan Surat Ijin Usaha Perdagangan dan Koperasi menerbitkan Surat Ijin Usaha Perdagangan dan Koperasi menerbitkan Surat Ijin Usaha Perdagangan dengan ketentuan sebagai berikut:a. Warna putih untuk SIUP Kecil;b. Warna biru untuk SIUP Menengah;c. Warna kuning untuk SIUP Besar.

BAB VIIPEMBUKAAN CABANG/PERWAKILAN PERUSAHAAN

Pasal 21

(1) Perusahaan Pemegang SIUP yang akan membuka Kantor Cabang/Perwakilan Perusahaan di Kota Palangka Raya wajib melapor secara tertulis kepada Walikota Cq. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi;

(2) Dalam menyampaikan laporan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilampiri dokumen sebagai berikut:

a. Copy SIUP Perusahaan Pusat;b. Copy Akta Notaris atau bukti lainnya tentang Pembukuan Kantor Cabang Perusahaan;c. Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Penanggung Jawab Kantor Cabang Perusahaan di

tempat kedudukan Kantor Cabang Perusahaan;d. Copy Tanda Daftar Perusahaan (Kantor Pusat);e. Copy SITU dari Pemerintah Daerah tempat kedudukan Kantor Cabang bagi kegiatan Usaha

Perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan ketentuan Undang-undang Gangguan (HO).

(3) Selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya laporan dan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) secara lengkap dan benar, Walikota Cq. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi mencatat/mendaftar dalam Buku Laporan Pembukaan Kantor Cabang?Perwakilan Perusahaan dan membubuhkan tanda tangan, cap stempel pada copy SIUP Perusahaan Pusat sebagai bukti bahwa SIUP tersebut berlaku juga bagi Kantor Cabang/perwakilan Perusahaan.

BAB VIIIPERUBAHAN PERUSAHAAN

Pasal 22

(1) Perusahaan yang telah memperoleh SIUP apabila melakukan perubahan perusahaan, wajib mengajukan permintaan perubahan SIUP kepada Walikota Palangka Raya Cq. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi yang berwenang menerbitkan SIUP yang bersangkutan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan terhitung sejak dilakukan perubahan;

(2) Perusahaan yang telah memperoleh SIUP apabila melakukan perubahan sepanjang yang menyangkut modal dan kekayaan bersih (netto) ditetapkan sebagai berikut:

Page 111: kom perda02

a. SIUP Kecil yang mengadakan perubahan modal dan kekayaan bersihnya (netto) sehingga menjadi lebih besar dari semula tetapi tidak melebihi RP. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, tidak wajib mengajukan perubahan SIUP;

b. SIUP Menengah yang mengadakan perubahan modal dan kekayaan bersih (netto) sehingga menjadi lebih besar dari semula, tetapi tidak melebihi Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk mengajukan perubahan SIUP.

(3) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mengisi Formulir SP-SIUP Kecil/Menengah?Besar Model A;

(4) Walikota Cq. Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya permintaan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib mengeluarkan SIUP.

(5) Perubahan Perusahaan yang tidak termasuk dalam pasal 1 angka 5 wajib dilaporkan secara tertulis kepada Walikota Cq. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi yang menerbitkan Siup yang bersangkutan tanpa mengganti atau mengubah SIUP yang telah diperoleh;

(6) Walikota Cq. Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya laporan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), wajib mengeluarkan Surat Persetujuan Perubahan SIUP dengan menggunakan Formulir Model G, yang merupakan bagian yang tidak terpisahakan dengan SIUP tersebut untuk memperoleh SIUP telah diperoleh.

Pasal 23

(1) Apabila SIUP yang diperoleh Perusahaan hilang atau rusak tidak terbaca, Perusahaan yang bersangkutan harus mengajukan permintaan penggantian SIUP secara tertulis kepada Walikota Cq. Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi yang mengeluarkan SIUP tersebut untuk memperoleh SIUP baru;

(2) Permintaan penggantian SIUP yang hilang atau rusak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Dilakukan sesuai ketentuan pasal 11 dan pasal 12;b. Melampirkan Surat Keterangan Hilang dari Kepolisian setempat bagi SIUP yang hilang;c. Melampirkan SIUP asli yang rusak.

(3) Selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya surat permintaan penggantian SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Walikota Palangka Raya Cq. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi wajib mengeluarkan SIUP dengan menggunakan Formulir Model B.

BAB IXKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 24

Setiap badan atau perorangan yang telah memperoleh Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) sebelum dan sesudah dikeluarkannya Peraturan Daerah ini, wajib melakukan registrasi ke Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya untuk jangka 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun.

Pasal 25

(1) Badan atau perorangan yang telah memiliki Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) melakukan registrasi sekaligus mengadakan perubahan dikenakan retribusi sesuai pasal 6 huruf (d) dan atau (e) dan atau (f);

(2) Bagi badan atau perorangan yang melakukan penggantian Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) karena hilang atau rusak dikenakan retribusi sesuai pasal 6 huruf (a) dan atau (b) dan atau (c).

Pasal 26

Page 112: kom perda02

Lembaran tanda registrasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah daerah Kota Cq. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Surat Ijin Usaha Perdagangan(SIUP).

Pasal 27

Mekanisme pemberian SIUP mengikuti standard an ketentuan yang berlaku.

BAB XSANKSI ADMINISTRASI

Pasal 28

(1) Perusahaan diberi peringatan tertulis apabila:a. Perusahaan yang membuka Kantor Cabang/Perwakilan tidak melapor secara tertulis kepada

Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya;b. Melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan bidang usaha, kegiatan usaha dan jenis

barang/jasa mata dagangan utama yang tercantum dalam SIUP yang telah diperoleh;c. Tidak mendaftarkan perusahaan dalam Daftar Perusahaan;d. Tidak melakukan registrasi ulang sesuai pasal 9 Peraturan Daerah ini.

(2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tentang waktu 1 (satu) bulan dan dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang mengeluarkan SIUP.

Pasal 29

(1) (SIUP) Perusahaan yang bersangkutan dibekukan apabila:a. tidak mengindahkan peringatan sebagaimana dimaksud pasal 13 ayat (1);b. sedang diperiksa di siding pengadilan karena didakwa melakukan pelanggaran HAKI dan

atau melakukan pasal 13 ayat (1).

(2) Selama SIUP Perusahaan yang bersangkutan dibekukan, Perusahaan tersebut dilarang melakukan kegiatan usaha perdagangan;

(3) Jangka waktu pembekuan SIUP bagi perusahaan berlaku selama 6 (enam) bulan terhitung sejak dikeluarkan penetapan pembekuan SIUP.

(4) Jangka waktu pembekuan bagi Perusahaan sebagaimana pada ayat (1) huruf b berlaku sampai dengan adanya Keputusan Badan Pengadilan yang telah berkekuatan tetap.

(5) Pembekuan SIUP dilakukan oleh Pejabay yang berwenang mengeluarkan SIUP;

(6) SIUP yang telah dibekukan dapat diberlakukan kembali apabila perusahaan yang bersangkutan:a. Telah mengindahkan peringatan dengan melakukan perbaikan dan melaksanakan

kewajibannya sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini;b. Dinyatakan tidak terbukti tidak melakukan pelanggaran HAKI dan atau tidak melakukan tindak

pidana sesuai Keputusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.

Pasal 30

(1) SIUP dapat dicabut:a. SIUP yang diperoleh berdasarkan keterangan/data yang tidak benar atau palsu dari

perusahaan yang bersangkutan;b. Perusahaan yang bersangkutan tidak melakukan perbaikan setelah melampaui batas waktu

pembekuan;c. Perusahaan yang bersangkutan telah dijatuhi hukuman pelanggaran HAKI dan atau pidana

lainnya oleh pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.

(2) Pencabutan SIUP dilakukan oleh Pejabat yang berwenang mengeluarkan SIUP.

BAB XIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 31

Page 113: kom perda02

(1) Tanggung jawab teknis operasional pada Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya;

(2) Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan sebelumnya yang mengatur hal yang sama dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 32

Hal-hal yang belum diatur dalam Keputusan ini, akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya.

Pasal 33

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan Walikota tentang Pelaksanaan Peraturan daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2002 tentang Retribusi Surat Ijin Usaha Perdagangan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka Raya.

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 19 April 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

H. BADJURI. B

Disahkan di palangka RayaPada tanggal 19 April 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA

SALUNDIK GOHONG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2002 NOMOR : 27

LAMPIRAN I: KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYANOMOR 175 TAHUN 2002TANGGAL 19 APRIL 2002======================================

MODEL ADiisi oleh PemohonanPersetujuan :Nomor :Tanggal:

Kepada Yth:Bapak Kepala DinasPerindustrian-PerdaganganDan KoperasiKota Palangka RayaDi-

Palangka RayaKadis Peridagkop Kota

Palangka Raya(…………………….)

pangkatNIP.

SURAT PERMINTAAN SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN KECIL/ MENENGAH/BESAR *(SP-SIUP KECIL/MENENGAH/BESAR)*

Page 114: kom perda02

DIISI HURUF CETAKNomor………….Tanggal…………I. Maksud permohonan ijin:

1. Memperoleh SIUP.2. Perubahan Modal dan Kekayaan Bersih.3. Perubahan Pemilik Perusahaan.4. Perubahan Kedudukan.5. Perubahan Nama Perusahaan.6. Perubahan Bentuk Perusahaan.7. Perubahan Kelembagaan.

II. Identitas Perusahaan:1. Nama Perusahaan :…….2. Bentuk Perusahaan : Perorangan Terbatas (PT. Badan Usaha Milik Negara (BUMN),

Koperasi, Persekutuan Firma, Perusahaan Perorangan:…….3. Merek (milik sendiri/lisensi) :……4. a. Alamat Perusahaan:

Jalan/Lorong dan Nomor RT dan RW:Kelurahan/Desa: Pahandut/……Kabupaten: Palangka Raya……Propinsi Kalimantan Tengah……

b. Lokasi Perusahaan (bila Perusahaan berada di pusat pertokoan/ perbelanjaan/perkantoran, jelaskan lantai dan ruangan).

c. Nomor telepon/fax……d. Status Tempat Usaha: (milik sendiri/sewa/kontrak/cara lain*)

5. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP):…..

III. Identitas Pemilik/Direktur Utama/Penanggung Jawab Perusahaan1. Nama Lengkap :………………..2. Tempat Tanggal Lahir :………………..3. Alamat Rumah/Tempat Tinggal :………………..4. Nomor Telepon :………………..5. Suami/Istri*)

a. - Nama :………………..b. - Kewarganegaraan :………………..

IV. Legalitas Perusahaan1. Perusahaan berbentuk PT

a. Akta Notaris1. Nama Nota :…………………..2. Nomor/Tanggal Akta Notaris (Lampiran Copy Akta Notaris):…...3. Nomor/Tanggal Pengesahan Badan Hukum dari Dep. Kehakiman:4. Data Akta Pendirian Perseroan Nomor (Lampiran Copy) dan copy bukti setor

biaya administrasi pembayaran proses Pengesahan Badan Hukum dar Dep. Kehakiman bagi PT. yang belum berbadan hukum.

b. Ijin yang dimiliki:………..2. Perusahaan berbentuk Koperasi

a. Akta Pendirian1. Nomor/Tanggal Akta :…………2. Nomor/Tanggal Pengesahan dari Instansi yang berwenang:…….

b. Ijin yang dimiliki3. Perusahaan selain berbentuk PT dan Koperasi

a. Akta Pendirian1. Nomor/Tanggal Akta :…………2. Nomor/Tanggal Pengesahan dari Pengadilan Negeri (apabila berbentuk Perusahaan

Persekutuan):…….b. Ijin yang dimiliki:………

Modal disetor dan kekayaan bersih (netto) Rp……….Perusahaan seluruhnya tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

V. Kegiatan Usaha; **)1. Kelembagaan : Retailer…………2. Bidang Usaha (sesuai KLUI) : Perdagangan……

Page 115: kom perda02

KLUI………………………………

3. Jenis barang/jasa dagangan utama : 1……………… 2………………

VI. Hubungan dengan Bank(1) Bank dalam negeri:

1.a. Nama :…………b. Alamat :…………

2.a. Nama :…………b. Alamat :…………

3.a. Nama :…………b. Alamat :…………

(2) Bank luar negeri:1.

a. Nama :…………b. Alamat :…………

2.a. Nama :…………b. Alamat :…………

3.a. Nama :…………b. Alamat :…………

Demikian surat permintaan ini telah diisi/dibuat dengan sebenarnya dan apabila kemudian hari ternyat keterangan-keterangan tersebut tidak benar, kami bersedia dicabut SIUP Kecil/Menengah/Besarnya dan atu dituntut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Palangka Raya, ………………..200..Tanda Tangan Pemilik/Penanggung Jawab Perusahaan,

Materai Rp6.000,-

…………………………….

Penggunaan lembar SP-SIUP Kecil/Menengah/Besar1. Lembar Pertama : Pejabat Perbit SIUP2. Lembar Kedua : Perusahaan yang bersangkutan3. Lembar Ketiga : Dinas Perindagkop tempat kedudukan perusahaanCatatan* Coret yang tidak perlu** Apabila ruang pada formulir tidak cukup, ditulis pada lembar dibaliknya.

LAMPIRAN II: KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYANOMOR 175 TAHUN 2002TANGGAL 19 APRIL 2002======================================

MODEL B

KOP SURAT DINASSURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) KECIL

Nomor: /15-05/DAG-1/PK-PR/XII/20021. Nama Perusahaan :2. Merk (milik sendiri/lisensi) :3. Alamat Kantor Perusahaan :

Page 116: kom perda02

4. Nama Pemilik Penanggung Jawab :5. Alamat Pemilik/Penanggung Jawab :6. Nomor Pokok Wajib Pajak :7. Nilai Modal dan Kekayaan Bersih Perusahaan seluruhnya tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha :8. Kegiatan Usaha :9. Kelembagaan :10. Bidang Usaha :11. Jenis Barang/Jasa Dagangan :SIUP ini diterbitkan dengan ketentuan :PERTAMA: Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) ini berlaku untuk melakukan kegiatan di

seluruh Wilayah Republik Indonesia selama perusahaan masih menjalankan kegiatan usaha perdagangan.

KEDUA: Pemilik/Penanggung Jawab wajib menyampaikan laporan kegiatan Usaha Perdagangannya dua kali dalam setahun dengan jadwal untuk semester pertama paling lambat tanggal 31 Juli dan untuk semester kedua paling lambat 31 Januari tahun berikutnya.

KETIGA: Tidak Berlaku untuk Perdagangan Berjangka Komoditi.KEEMPAT: Tidak untuk melakukan kegiatan usaha selain yang tercantum dalam SIUP ini.

Dikeluarkan di Palangka RayaPada Tanggal…. Desember 200..

KEPALA DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN DAN KOPERASI KOTA PALANGKA RAYA,……..

(……………………………………)

PANGKATNip.

LAMPIRAN III: KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYANOMOR 175 TAHUN 2002TANGGAL 19 APRIL 2002======================================

MODEL G

KOP SURAT DINASNomor :…………………Lampiran :…………………Perihal : Persetujuan Perubahan SIUP Kecil/Menengah/Besar

Kepada Yth………………….………………….

di- ……………….

Sehubungan dengan surat Saudara Nomor……… Tanggal………. Perihal Laporan Perubahan Perusahaan………………. Dengan ini kami memberikan persetujuan atas perubahan tersebut sebagai berikut:Lama Baru……………………. ……………………………………………. ……………………………………………. ………………………

Page 117: kom perda02

persetujuan perubahan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan *) SIUP Kecil/Menengah/Besar Nomor…………..Tanggal……………

Dikeluarkan di : ……………..Pada tanggal :………….......

Kepala Dinas,

(…………..)Pangkat

NIPi

Page 118: kom perda02

WALIKOTA PALANGKA RAYAKEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 176 TAHUN 2002TENTANG

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IJIN TEMPAT USAHA

WALIKOTA PALANGKA RAYA,

Menimbang : a. Bahwa sebagai pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 12 Tahun 2002 tentang Retribusi Ijin Tempat Usaha.

b. Bahwa untuk pelaksanaannya sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan dengan Keputusan Walikota Palangka Raya.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2753);

2. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);

3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119);

8. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 12 Tahun 2002 tentang Ijin Tempat Usaha (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2002 Nomor 12).

MEMUTUSKAN

Menetapkan: KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IJIN TEMPAT USAHA

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan:

Page 119: kom perda02

67. Daerah Otonom selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam Ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

68. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;

69. Walikota adalah Walikota Palangka Raya;

70. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi Perseroan terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, Persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan atau Organisasi yang sejenis lembaga, Dana Pensiun, Bentuk Usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya;

71. Retribusi Perijinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian ijin kepada orang pribadi atau badan, yang dimaksud untuk pembinaan, pengaturan pengendalian, dan pengawasan kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber-sumber daya alam, barang, prasarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan juga kelestarian lingkungan;

72. Ijin Tempat Usaha yang diberikan bagi tempat-tempat usaha yang tidak menimbulkan gangguan dan pencemaran lingkungan;

73. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk memanfaatkan Ijin Tempat Usaha (Ijin Domisili);

74. Luas Ruang Usaha adalah luas lahan yang digunakan untuk kegiatan usaha;

75. Retribusi adalah pemasukan uang bagi daerah karena pemberian Ijin Tempat Usaha oleh Daerah;

76. Perusahaan adalah badan hukum atau perorangan yang melakukan kegiatan usaha secara teratur dalam suatu kegiatan usaha tertentu untuk mecari keuntungan;

77. Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan Ijin Tempat Usahaatau Ijin Domisili;

78. Surat Ketetapan Retribusi atau yang disingkat SKRD adalah Surat Ketetapan yang menentukan besarnya retribusi yang terhutang;

79. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi daerah berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

80. Penyidikan Tindak Pidana Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

81. Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Kota Palangka Raya pada PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Tengah.

BAB IIOBYEK DAN SUBYEK

Pasal 2

(1) Obyek Izin Tempat Usaha adalah Tempat Usaha yang ada di Daerah Kota Palangka Raya(2) Subyek Izin Tempat Usaha adalah setiap orang atau badan usaha atau badan hokum yang

mendirikan atau memperluas tempat-tempat usaha di daerah Kota Palangka Raya.

BAB IIIPENGGOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 3

Page 120: kom perda02

Penggolongan Retribusi Izin Tempat Usaha (Izin Domisili) digolongkan sebagai Retribusi Perijinan tertentu.

BAB IVSYARAT-SYARAT IZIN TEMPAT USAHA

Bagian PertamaPersyaratan Kelengkapan Prasarana dan Sarana

Pasal 4

(1) Setiap bangunan ruang yang digunakan untuk tempat usaha memiliki sarana dan prasarana yang mencukupi sesuai fungsinya;

(2) Setiap bangunan/tempat usaha bersifat umum harus memiliki kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan standar teknis yang berlaku, meliputi :a. Sarana pencegah bahaya kebakaranb. Tempat Parkirc. Toilet umum dan tempat buang sampah

Bagian KeduaTata Cara Pengujian Tempat Usaha

Pasal 5

(1) Untuk memperoleh Izin Tempat Usaha pemohon mengajukan Permohonan secara tertulis kepada Walikota Palangka Raya Up. Kepala Dinas Tata Kota Palangka Raya dengan melampirkan keterangan tentang Rencana Tempat Usaha yang digunakan, antara lain meliputi :a. Surat Permohonan;b. Jenis/Bidang Usaha;c. Luas ruangan/bangunan yang dipergunakan untuk tempat usaha;d. Jumlah karyawan tetap yang menangani bidang usaha dimaksud.

(2) Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dilengkapi juga dengan :a. Surat Ijin Mendirikan Bangunan (IMB);b. Tanda Lunas Pembayaran Pajak Reklame;c. Tanda Lunas Pembayaran Retribusi Pasar (Untuk Toko);d. Rekomendasi dari Instansi terkait sesuai dengan jenis usahanya;e. Foto copy Akte Pendirian Perusahaan bagi yang berbadan hukum;f. Foto copy KTP Pemohon/Pemilik Badan Usaha;g. Tanda Lunas Pembayaran PBB sampai dengan Tahun berjalan;h. Materai Rp. 6.000,- (satu lembar);i. Pasfoto ukuran 3 x 4 cm sebanyak 2 (dua) lembar.

(3) Ijin tempat usaha akan diterbitkan setelah ketentuan ayat (2) terpenuhi dan sesuai peruntukan kawasan;

(4) Apabila persyaratan yang diberikan oleh permohon sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini ternyata tidak benar maka Surat ijin yang telah diterbitkan dapat dicabut.

Bagian KetigaMasa Berlaku Ijin Tempat Usaha

Pasal 6

(1) Jangka waktu berlakunya Ijin Tempat Usaha ditetapkan selama 3 (tiga) tahun;(2) Khusus usaha yang bersifat hiburan seperti permainan ketangkasan, Bilyard, Karaoke PUB, Klab

Malam, Diskotik dan Video Game jangka waktu ditetapkan selama 1 (satu) tahun;(3) Terhadap Ijin Tempat Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dilakukan

pendaftaran ulang (Hergestrasi) setiap satu tahun sekali;(4) Daftar ulang (Hergestrasi) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pasal ini harus sudah diajukan

selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) minggu sebelum jatuh tempo Hergestrasi;

BAB VMASA BERLAKU IJIN

Pasal 6

(1) Jangka waktu berlakunya Ijin Tempat Usaha ditetapkan selama 3 (tiga) tahun;

Page 121: kom perda02

(2) Khusus usaha yang bersifat hiburan seperti Bilyard, Karaoke PUB, Klub Malam, Diskotik dan Video Game jangka waktu ditetapkan selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang;

(3) Terhadap Ijin Tempat Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dilakukan pendaftaran ulang (Hergestrasi) setiap 1 (satu) tahun sekali;

(4) Daftar ulang (Hergestrasi) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pasal ini harus sudah diajukan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) minggu sebelum jatuh tempo Hergestrasi;

Pasal 7

Bilamana pemegang Ijin Tempat Usaha menghentikan atau menutup kegiatan usahanya yang bersangkutan wajib memberitahukan dan mengembalikan Ijin dimaksud kepada Walikota.

Pasal 8

Bilamana terjadi perubahan jenis atau penambahan kegiatan usaha maka Ijin Tempat Usaha yang telah diberikan harus diperbaharui dengan mengajukan permohonan kepada Walikota.

Pasal 9

Ijin Tempat Usaha dinyatakan tidak berlaku apabila:a. Pemegang Ijin menghentikan Perusahaan;b. Pemegang Ijin mengubah/menambah jenis usahanya tanpa mengajukan perubahan kepada

Walikota;c. Tidak melaksanakan Hergestrasi;d. Usaha karena melanggar Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

BAB VIPRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN BESARNYA TARIF

Pasal 10

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tariff, didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian dan atau sama dengan biaya penyelenggaraan pemberian Ijin Tempat Usaha (Ijin Domisili);

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya cetak blanko, biaya transportasi dalam rangka pengawasan dan pengendalian di lapangan.

BAB VIIBESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 11

(1) Untuk setiap Ijin Tempat Usaha dikenakan pungutan;(2) Besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkan sebagai berikut:

a. Untuk usaha yang berbentuk Badan Usaha atau Badan Hukum dikenakan tarif dengan pungutan retribusi sebesar Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) per jenis Ijin.

b. Untuk perorangan dikenakan tariff pungutan retribusi sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) per jenis Ijin.

Pasal 12

Biaya Hergestrasi untuk Ijin Tempat Usaha sebagai berikut:a. Untuk usaha yang berbentuk Badan Usahan atau Badan Hukum dikenakan tariff dengan

pungutan retribusi sebesar Rp. 25.000,- (dua puluh lima ribu rupiah) per tahun per jenis ijin.b. Untuk perorangan dikenakan tarif pungutan retribusi sebesar Rp. 25.000,- (dua puluh lima ribu

rupiah) per tahun per jenis Ijin.

Pasal 13

Untuk Surat Ijin Tempat Usaha yang rusak atau hilang sepanjang bisa dibuktikan dapat diberikan penggantian (Duplikat) dengan dikenakan biaya sebesar 10% (sepuluh persen) dari biaya Ijin yang pernah ditetapkan.

BAB VIIITATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 14

Page 122: kom perda02

Pembayaran Retribusi Terutang harus dilunasi sekaligus melalui Bendaharawan Khusus Penerima Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya, yang selanjutnya disetor ke Kas Daerah dalam waktu 1 x 24 jam.

BAB IXSANKSI ADMINISTRASI

Pasal 15

Dalam hal wajib retribusi tidak membayar dan atau kurang membayar, setelah 15 (lima belas) hari, terhitung dari tanggal Surat Ketetapan Retribusi (SKRD) dikeluarkan/diterbitkan dikenakan sanksi denda administrasi berupa bunga 2% (dua perseratus) dari total ketetapan yang harus dibayar.

BAB XKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 16

Bagi setiap Ijin Tempat Usaha yang telah dikeluarkan sebelum Keputusan ini masih tetap berlaku sampai habis masa waktu yang telah ditentukan dan setiap pemegan Ijin Tempat Usaha setelah berlakunya Keputusan ini harus memenuhi ketentuan yang tercantum dalam keputusan ini.

BAB XIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 17

(3) Tanggung jawab operasional Keputusan ini berada pada Kepala Dinas Tata Kota Palangka Raya;

(4) Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan sebelumnya yang mengatur hal yang sama dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 18

Hal-hal yang belum diatur dalam Keputusan ini, akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Perindustrian Tata Kota Palangka Raya.

Pasal 19

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan Walikota tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 12 Tahun 2002 tentang Retribusi Ijin Tedmpat Usaha ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka Raya.

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 19 April 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

H. BADJURI. B

Disahkan di palangka RayaPada tanggal 19 April 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA

SALUNDIK GOHONG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA

Page 123: kom perda02

TAHUN 2002 NOMOR : 28

Page 124: kom perda02

WALIKOTA PALANGKA RAYAKEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 180 TAHUN 2002TENTANG

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 16 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI TANDA DAFTAR PERUSAHAAN

WALIKOTA PALANGKA RAYA,

Menimbang : a. Bahwa sebagai pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 16 Tahun 2002 tentang Retribusi Tanda Daftar Perusahaan;

c. Bahwa untuk pelaksanaannya sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan dengan Keputusan Walikota Palangka Raya.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2753);

9. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3214);

10. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3587);

11. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3668), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

12. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3668);

13. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839)

14. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3438);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119);

17. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 21 Tahun 2000 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 21);

18. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 16 Tahun 2002 tentang Retribusi Tanda Daftar Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 16);

MEMUTUSKAN

Menetapkan: KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 16 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI TANDA DAFTAR PERUSAHAAN

Page 125: kom perda02

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan:82. Daerah Otonom selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam Ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

83. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;

84. Walikota adalah Walikota Palangka Raya;85. Dinas adalah Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya;86. Daftar Perusahaan adalah Catatan resmi yang diadakan menurut atau berdasarkan ketentuan

UU-WDP dan atau peraturan pelaksanaannya dan atau menurut hal-hal yang Wajib didaftarkan oleh setiap Perusahaan serta disyahkan oleh Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya selaku Kepala Kantor Pendaftar Perusahaan Kota Palangka Raya;

87. Formulir Pendaftaran Perusahaan adalah daftar isian yang memuat Data Perusahaan diisi dan ditanda tangani oleh Pemilik atau Pengurus/Penanggung Jawab untuk mendapat TDP;

88. Tanda Daftar Perusahaan adalah Tanda Daftar yang diberikan oleh Kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya selaku Kepala Kantor Pendaftar Perusahaan Kota Palangka Raya kepada perusahaan yang telah disahkan pendaftarannya untuk selanjutnya disebut TDP;

89. Usaha adalah setiap tindakan, perbuatan atau kegiatan apapun dalam bidang perekonomian yang dilakukan oleh setiap pengusaha untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau badan;

90. Pengusaha adalah setiap orang atau perorangan atau persekutuan atau Badan Hukum yang menjalankan sesuatu jenis perusahaan;

91. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negera Republik Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba;

92. Anak perusahaan adalah perusahaan yang dimiliki secara keseluruhan atau sebagian dan dikendalikan atau diawasi oleh perusahaan lain yang pada umumnya memiliki seluruh atau sebagian terbesar saham/modal yang ditempatkan dari anak perusahaan tersebut;

93. Cabang Perusahaan adalah perusahaan yang merupakan unit atau bagian dari perusahaan induknya yang dapat berkedudukan ditempat yang berlainan dan dapat bersifat berdiri sendiri atau bertugas untuk melaksanakan sebagian tugas dari perusahaan induknya;

94. Agen Perusahaan adalah Perusahaan yang diberikan kuasa untuk melakukan sebagian atau seluruh kegiatan dari perusahaan lain yang diageni dengan suatu ikatan atau perjanjian;

95. Perwakilan Perusahaan adalah perusahaan yang bertindak mewakili kantor perusahaanuntuk melakukan suatu kegiatan dan atau pengurusannya ditentukan sesuai wewenang yang diberikan;

96. Kantor Pembantu Perusahaan yang menangani sebagian tugas dari kantor pusat dan cabangnya;97. Perusahaan perorangan adalah Perusahaan yang dimiliki oleh perorangan yaitu seseorang

manusia pribadi yang juga bertindak sebagai pengusaha yang mengurus dan mengelola sendiri perusahaan miliknya itu termasuk didalamnya seorang yang mengurus dan mengelola atau mengawasi setiap usahanya secara langsung atau tidak merupakan suatu badan hokum atau suatu persekutuan.

98. Kantor Pendaftaran Perusahaan Kota Palangka Raya adalah Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya yang ditunjuk oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan selaku penyelenggaraan dan pelaksana Wajib Daftar Perusahaan pada Daerah Kota Palangka Raya.

BAB IIOBYEK DAN SUBYEK

Pasal 2

(3) Dengan Nama Retribusi Tanda Daftar Perusahaan yang dipungut sebagai Pembayaran atas Jasa Pemberian Tanda Daftar Perusahaan Kepada Badan atau Perorangan untuk dapat melaksanakan kegiatan usahanya.

(4) Obyek retirbusi adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat terus menerus yang didirikan, bekerja dan berkedudukan untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.

(5) Subyek Retribusi adalah setiap orang atau Badan Hukum yang melaksanakan kegiatan usaha.

Page 126: kom perda02

BAB IIIPENYELENGGARAAN PENDAFTARAN

Pasal 3

(1) Setiap perusahaan termasuk perusahaan asing yang berkedudukan dan menjalankan usahanya di Daerah kota palangka Raya menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku termasuk di dalamnya Kantor Cabang, Kantor Pembantu, Anak Perusahaan serta agen-agen dan perwakilan dari perusahaan itu, wajib di daftar dalam Daftar Perusahaan.

(2) Tata Cara dan syarat-syarat Pengajuan Pendaftaran Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini sebagai berikut :A. Pengambilan dan pengisian formulir Pendaftaran Perusahaan

a. Pemilik atau Pengurus/penanggung jawab atau kuasa perusahaan yang akan mendaftarakan perusahaannya diberikan formulir pendaftaran perusahaan 1 (satu) eksemplar yang telah bernomor seri, dengan melampirkan photo copy Kartu Tanda Penduduk atau Paspor atau Identitas lain dari pemilik atau pengurus/penanggung jawab perusahaan.

b. Petugas mencatat pengambilan formulir pendaftaran perusahaan pada Buku Pemerintahan Formulir Pendaftaran Perusahaan

c. Petugas pelayanan pendaftaran perusahaan memberikan petunjuk tata cara pengisian formulir, memberitahukan persyaratan pendaftaran perusahaan.

d. Pemilik atau pengurus/penanggung jawab mengisi formulir secara benar dan lengkap, kemudian memphoto copy 1 (satu) rangkap dan selanjutnya formulir asli dibubuhi materai Rp. 6000,- (enam ribu rupiah), ditanda tangani dan stempel perusahaan. Sedangkan 1 (satu) rangkap lainnya cukup ditanda tangani dan stempel perusahaan.

e. Formulir Asli bermaterai diperuntukkan bagi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya, photo copy untuk perusahaan yang bersangkutan.

B. Pengambilan Formulir Pendaftaran Perusahaana. Formulir pendaftaran perusahaan yang telah diisi dengan benar dan dilengkapi dengan

persyaratan sesuai bentuk perusahaannya, disampaikan kembali kepada Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya selaku Kantor Pendaftaran Perusahaan Kota Palangka Raya.

b. Petugas pelayanan pendaftaran perusahaan menerima formulir pendaftaran yang telah diisi dan memiliki kelengkapan persyaratan pendaftaran. Apabila persyaratan telah lengkap, maka diberikan tanda terima.

Syarat-Syarat Pendaftaran PerusahaanA. Perusahaan Berbentuk Perseroan Terbatas (PT) :

a. Photo copy Akte Pendirian Perusahaanb. Data Akte Pendirian Perusahaan yang telah diketahui oleh Departemen Kehakiman.c. Photo copy Perubahan Akte Pendirian Perusahaan (apabila ada)d. Photo copy Keputusan Pengesahan sebagai Badan Hukume. Photo copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Paspor Direktur Utama atau Penanggung

Jawab.f. Photo copy Surat Ijin Tempat Usaha yang masih berlaku.g. Photo copy Nomor Pokok Wajib pajak (NPWP).h. Photo copy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang diterbitkan

oleh Instansi yang berwenang.B. Perusahaan Berbentuk Koperasi :

a. Photo copy Akte Pendirian Koperasib. Photo copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pengurusc. Photo copy Surat Pengesahan sebagai Badan Hukum dari Pejabat berwenangd. Photo copy Surat Ijin Tempat Usaha yang masih berlaku.e. Photo copy Nomor Pokok Wajib pajak (NPWP).f. Photo copy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang diterbitkan

oleh Instansi yang berwenang.C. Perusahaan Berbentuk Persekutuan Komanditer (CV) :

a. Photo copy Akte Pendirian Perusahaanb. Photo copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Paspor Penanggung Jawab/Pengurus.c. Photo copy Surat Pengesahan sebagai Badan Hukum dari Pejabat berwenangd. Photo copy Surat Ijin Tempat Usaha yang masih berlaku.e. Photo copy Nomor Pokok Wajib pajak (NPWP).f. Photo copy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang diterbitkan

oleh Instansi yang berwenang.

Page 127: kom perda02

D. Perusahaan Berbentuk Persekutuan Firma (Fa) :a. Photo copy Akte Pendirian Perusahaanb. Photo copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Paspor Penanggung Jawab/Pengurus.c. Photo copy Surat Pengesahan sebagai Badan Hukum dari Pejabat berwenangd. Photo copy Surat Ijin Tempat Usaha yang masih berlaku.e. Photo copy Nomor Pokok Wajib pajak (NPWP).f. Photo copy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang diterbitkan

oleh Instansi yang berwenang.E. Perusahaan Berbentuk Perorangan :

a. Photo copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Paspor Penanggung Jawab/Pengurus.b. Photo copy Surat Ijin Tempat Usaha yang masih berlaku.e. Photo copy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang diterbitkan

oleh Instansi yang berwenang.F. Bentuk-bentuk Usaha dan Perusahaan Lainnya (BUL):

a. Photo copy Akte Pendirian Perusahaan (bila ada)b. Photo copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Paspor Penanggung Jawab/Pengurus.c. Photo copy Surat Ijin Tempat Usaha yang masih berlaku.e. Photo copy Nomor Pokok Wajib pajak (NPWP).f. Photo copy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang diterbitkan

oleh Instansi yang berwenang.G. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD):

a. Photo copy Akte Pendirian Perusahaan (bila ada)b. Photo copy Surat Penunjukkan/Penanggung Jawab c. Photo copy Surat Ijin Tempat Usaha yang masih berlaku.d. Photo copy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang diterbitkan

oleh Instansi yang berwenang.H. Perusahaan Asing:

a. Photo copy Akte Pendirian Perusahaanb. Photo copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Paspor Penanggung Jawab/Pengurus.c. Photo copy Akte Pendirian Perusahaan yang telah diketahui oleh Departemen Kehakimand. Photo copy Perubahan Akte Pendirian Perusahaan (apabila ada) e. Photo copy Surat Ijin Penanaman Modal Asingf. Photo copy Surat Ijin Tempat Usaha yang masih berlaku.g. Photo copy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang diterbitkan

oleh Instansi yang berwenang.I. Kantor Cabang, Kantor Pembantu, Perwakilan Perusahaan dan Unit:

a. Photo copy Akte Pendirian Perusahaan (bila ada) atau Surat Penunjukkan atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu sebagai Kantor Cabang, Kantor Pembantu, Perwakilan dan Unit.

b. Photo copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Paspor Penanggung Jawab/Pengurusc. Photo copy Surat Ijin Tempat Usaha yang masih berlakud. Photo copy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang diterbitkan

oleh Instansi yang berwenang(3) Masa berlakunya Tanda Daftar Perusahaan ditetapkan selama 5 (lima) tahun dengan ketentuan

wajib melakukan pendaftaran ulang apabila mesa berlakunya berakhir.(4) Pendaftaran ulang (perpanjangan/pembaharuan) sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini

diajukan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum masa berlakunya berakhir.

Pasal 4

1) Tanda Daftar Perusahaan yang diterbitkan sesuai dengan klasifikasi dan bentuk Perusahaan.2) Klasifikasi dan Bentuk Perusahaan dimaksud ayat (1) pasal ini yaitu:

a. Perseroan Terbatas (PT)b. Koperasi (KOP)c. Persekutuan Komanditer (CV)d. Firma (FA)e. Perusahaan Perorangan (PO)f. Bentuk-bentuk Usaha Perusahaan lainnya (BUL)g. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)h. Perusahaan Asingi. Kantor Cabang, Kantor Pembantu, Perwakilan Perusahaan dan Unit.

(3) Untuk penerbitan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) digunakan blanko Tanda Daftar Perusahaan (TDP) untuk masing-masing bentuk Perusahaan:

Page 128: kom perda02

a. TDP PT, BUMN, BUMD, PMA, dan BUL: berwarna merah mudab. TDP Koperasi: berwarna kremc. TDP CV dan Firma: berwarna biru mudad. TDP Perseorangan: berwarna putih

(4) Pengecualian Pendaftaran:a. Perusahaan yang diurus, dijalankan atau dikelola oleh pribadi pemiliknya sendiri, atau dengan

memperkerjakan anggota kekeluargaannya.b. Perusahaan yang telah diwajibkan memiliki ijin atau surat keterangan.c. Perusahaan yang benar-benar hanya sekedar untuk suatu keperluan nafkah sehari-hari

pemiliknyad. Perusahaan sebagaimana ayat (1) apabila dikehendaki oleh Perusahaan yang bersangkutan

dapat didaftarkan dalam Perusahaan.

Pasal 6

Perusahaan atau yang bergerak di luar bidang ekonomi dan sifat serta tujuannya untuk semata-mata mencari keuntungan dan atau laba tidak dikenakan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) sebagai berikut : a. Pendidikan Formal (Jalur Sekolah) dalam segala jenjang yang diselenggarakan oleh siapapun

serta tindak dalam bentuk Badan Usaha.b. Pendidikan Non Formal yang dibina oleh Pemerintah dan atau diselenggarakan oleh masyarakat

serta tindak dalam bentuk Badan Usaha.c. Jasa Pengacara/Advokat dan Konsultasi Hukum.d. Rumah Sakit yang tidak dikelola Badan Hukum.e. Klinik Pengobatan yang tidak dikelola Badan Hukum.

BAB IVBESARNYA RETRIBUSI DAFTAR PERUSAHAAN

Pasal 7

Pungutan Retribusi Tanda Daftar Perusahaan mempertimbangkan rasa keadilan kepada masyarakat, dampak terhadap pengembangan kegiatan usaha, biaya penelitian, dan perencanaan, biaya administrasi/pencetakan blanko, biaya bimbingan dan pembinaan, biaya pengelolaan data, biaya dokumentasi, biaya pengawasan dan biaya pelaporan.

Pasal 8

(1) Perusahaan yang telah disyahkan pendaftarannya wajib membayar retribusi dan dilunasi sebelum TDP diterbitkan.

(2) Besarnya retribusi Tanda Daftar Perusahaan sebagai berikut:1. Perseroan Terbatas (PT) Rp. 100.000,-2. Koperasian Rp. 25.000,-3. Persekutuan Komanditer Rp. 50.000,-4. Firma Rp. 50.000,-5. Perusahaan Perseorangan Rp. 25.000,-6. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Rp. 50.000,-7. Perusahaan Asing, Kantor Cabang/Pembantu, Anak Perusahaan Asing yang bekerja dan

masuk wilayah hokum Biaya Administrasi sebesar Rp. 250.000,-8. Setiap salinan resmi dari Daftar Perusahaan dikenakan biaya administrasi sebesar Rp.

10.000,-9. Setiap petikan resmi dari Daftar Perusahaan dikenakan biaya administrasi sebesar Rp.

10.000,-

Pasal 9

(1) Pembayaran Retribusi dilaksanakan oleh subjek Tanda Daftar Perusahaan ke Bendaharawan Pembantu Penerima yang ditunjuk oleh Walikota.

(2) Bendaharawan Pembantu Penerima wajib menyetor seluruh hasil penerimaan Retribusi ke Kas Daerah Kota Palangka Raya dalam waktu 1 x 24 jam.

Pasal 10

Retribusi dipungut di wilayah Hukum Kota Palangka Raya.

Page 129: kom perda02

BAB VTATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 11

(1) Pembayaran Retribusi Tanda Daftar Perusahaan harus dibayar sekaligus untuk 1 (satu) kali masa berlakunya Tanda Daftar Perusahaan.

(2) Pembayaran Retribusi dilakukan oleh subjek Tanda Daftar Perusahaan dengan cara disetor melalui Bendaharawan Pembantu Penerima pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya yang ditunjuk oleh Walikota.

BAB VIPENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pasal 12

Pengawasan dan Pengendalian dilaksanakan oleh Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya.

BAB VIIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 13

(1) Bagi Perusahaan yang telah memiliki Tanda Daftar Perusahaan sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini dan batas waktunya belum berakhir dinyatakan tetap berlaku dan pada saat melakukan pembaharuan Perusahaan yang bersangkutan wajib mengikuti ketentuan.

(2) Penerimaan Retribusi Tanda Daftar Perusahaan yang dipungut sejak diberlakukannya Otonomi Daerah Kota Palangka Raya pada bulan Februari 2001, merupakan penerimaan Asli Daerah sesuai pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) Keputusan ini.

(3)BAB XI

KETENTUAN PENUTUPPasal 14

(5) Tanggung jawab operasional Keputusan ini berada pada Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya;

(6) Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan Walikota sebelumnya yang mengatur hal yang sama dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 15

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Keputusan ini, akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya.

Pasal 16

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka Raya.

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 5 Mei 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

Disahkan di palangka RayaPada tanggal 5 Mei 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA

SALUNDIK GOHONG

Page 130: kom perda02

H. BADJURI. B

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2000 NOMOR : 32

Page 131: kom perda02

WALIKOTA PALANGKA RAYAKEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 181 TAHUN 2002TENTANG

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IJIN USAHA INDUSTRI, IJIN PERLUASAN,

TANDA DAFTAR INDUSTRIWALIKOTA PALANGKA RAYA,

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 17 Tahun 2002 tentang Retribusi Ijin Usaha Industri, Ijin Perluasan dan Tanda Daftar Industri, maka perlu penetapan ketentuan lebih lanjut tentang Pemungutan Retribusi atas Ijin Industri, Ijin Perluasan dan Tanda Daftar Industri;

d. Bahwa untuk melaksanakan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu ditetapkan dengan Keputusan Walikota Palangka Raya.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2753);

19. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274);

20. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685), sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);

21. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

22. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);

23. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202);

24. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119);

25. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 21 Tahun 2000 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2000 Nomor 21) telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 22 Tahun 2001 (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2001 Nomor 22);

26. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 03 Tahun 2000 tentang Ijin Industri Kayu dan Barang dari Kayu (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2000 Nomor 03);

27. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 17 Tahun 2002 tentang Retribusi Ijin Usaha Industri, Ijin Perluasan dan Tanda Daftar Industri (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2000 Nomor 17);

MEMUTUSKAN

Page 132: kom perda02

Menetapkan: KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IJIN USAHA INDUSTRI, IJIN PERLUASAN, TANDA DAFTAR INDUSTRI

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan:99. Daerah Otonom selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam Ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

100. Pemerintah Daerah adalah Walikota beserta perangkat otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;

101. Walikota adalah Walikota Palangka Raya;102. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi adalah Dinas Perindustrian Perdagangan

dan Koperasi Kota Palangka Raya;103. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan

setengah jadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk kegiatan rancangan bangun dan perekayasaan Industri.

104. Perusahaan Industri adalah badan usaha atau perorangan yang melakukan kegiatan usaha industri;

105. Ijin Usaha Industri (IUI) adalah ijin yang diberikan kepada perusahaan yang investasinya Rp. 200.000.000,- ke atas (di luar nilai tanah dan bangunan tempat usaha);

106. Ijin Perluasan adalah ijin yang diberikan kepada perusahaan industri yang melakukan perluasan lebih 30% dari kapasitas yang diijinkan.

107. Tanda Daftar Industri (TDI) adalah ijin yang diberikan kepada perusahaan industri yang nilai investasi sampai dengan Rp. 200.000.000,- (di luar tanah dan bangunan tempat usaha) yang disamakan dengan Ijin Usaha Industri (IUI);

108. Registrasi adalah pendaftaran ulang Ijin Usaha Industri, Ijin Perluasan dan Tanda Daftar Industri;

109. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa dan pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

BAB IIKETENTUAN PERIJINAN

Pasal 2

(1) Setiap orang/badan yang mendirikan dan atau mengoperasikan/menjalankan Industri wajib mempunyai Surat Ijin Usaha Industri, Ijin Perluasan dan Tanda Daftar Industri.

(2) Untuk memperoleh Surat Ijin Industri, Ijin Perluasan dan Tanda Daftar Industri, Pemohon mengajukan surat permohonan kepada Walikota melalui Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya disertai data sebagai berikut:a. Untuk Perusahaan Perorangan, Pemilik harus melampirkan Foto Copy:

a.1. Ijin Domisilia.2. H.O./Ijin Gangguana.3. KTP Pemilik Perusahaana.4. NPWPa.5. Syarat-syarat lain yang ditetapkan

b. Untuk Perusahaan Badan Usaha:b.1. Ijin Domisilib.2. H.O./Ijin Gangguanb.3. KTP Penanggung Jawab Perusahaanb.4. NPWPb.5 Akte Badan Usaha

BAB IIITATA CARA PENERBITAN DAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI IJIN USAHA INDUSTRI/TANDA

DAFTAR INDUSTRI

Page 133: kom perda02

Pasal 3

(1) Setiap pendirian dan atau pengoperasionalan Perusahan Industri Kayu yang nilainya investasi perusahaan seluruhnya sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha sampai dengan Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) wajib memiliki Ijin Usaha Industri (IUI).

(2) Untuk memperoleh Ijin Usaha Industri melalui tahap persetujuan prinsip, Pemohon mengajukan surat permohonan kepada Walikota melalui Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya yang disertai dengan data sebagaimana tercantum dalam pasal 5 ayat (2) Peraturan Daerah No. 17 Tahun 2002 ini dan Surat Pernyataan UKL/UPL dan persyaratan lainnya.

(3) Untuk memperoleh Ijin Usaha Industri melalui tahap persetujuan prinsip atau tanpa melalui tahap persetujuan prinsip.

(4) IUI yang melakukan tahap persetujuan prinsip diberikan kepada Perusahaan Industri yang telah memenuhi ketentuan Perundang-undangan yang berlaku antara lain, Ijin Lokasi, Undang-undang Gangguan atau Amdal, UKL/UPL dan telah selesai membangun pabrik dan saran produksi serta telah siap berproduksi.

(5) Bagi Perusahaan Industri yang berlokasi di kawasan Industri/kawasan Brikat yang memiliki ijin, untuk memperoleh IUI dapat langsung diberikan tanpa melalui tahap persetujuan prinsip setelah melalui ketentuan yang berlaku di kawasan Industri/kawasan Brikat tetapi wajib membuat surat pernyataan dengan menggunakan formulir SP-1 dan mengisi daftar isian untuk permintaan IUI dengan menggunakan formulir SP.II yang diserahkan pada saat permintaan IUI diajukan.

(6) Setelah berkas dinyatakan lengkap dan benar maka Penanggung Jawab Perusahaan/Pemohon wajib menyetor Retribusi IUI Non Kayu sebesar Rp. 500.000 (lima ratus ribu rupiah) dan IUI Kayu sebesar Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah) kepada Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya melalui Pembantu Bendaharawan Khusus Penerima.

(7) Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya formulis SP.I, SP.II secara lengkap dan benar, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya a.n. Walikota wajib memberikan IUI dengan menggunakan formulir SP.VI

Pasal 4

(1) Terhadap permintaanIUI yang diterima dan telah diperiksa tetapi ternyata belum memenuhi/ melengkapi isian persyaratan, Walikota mengembalikan permohonan tersebut dengan disertai alasan-alasannya dan kepada Perusahaan Industri diberi kesempatan selama 14 (empat belas) hari melengkapinya.

(2) Terhadap Perusahaan yang tidak melengkapi persyartaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Palangka Raya a.n. Walikota menerbitkan surat penolakan.

Pasal 5

(1) Dalam hal permohonan memenuhi syarta administrasi maka Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya a.n. Walikota memerintahkan pejabat yang ditunjuk untuk melaksanakan pemeriksaan lapangan yang meliputi :a. Mesin Peralatan;b. Kapasitas terpasang;c. Perijinan bangunan;d. Pengelolaan linfgkungan.

(2) Hasil pemeriksaan lapangan dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP);(3) Kepala DInas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya a.n. Walikota

menerbitkan surat penolakan permohonan apabila hasil laporan pemeriksaan lapangan tidak sesuai dengan dengan isian formulir permohonan yang bersangkutan.

Pasal 6

(1) Apabila setelah pemeriksaan maka penanggung jawab perusahaan/pemohon wajib menyetor Retribusi IUI dan atau TDI sebagai berikut :1. Izin Usaha Industri (kayu) sebesar Rp. 3.000.000,-2. Izin Usaha Industri (non kayu) sebesar Rp. 500.000,-3. Tanda Daftar Industri (Kayu dan barang dari kayu) Rp. 250.000,-4. Tanda Daftar Industri (non kayu)

4.1. Investasi di bawah Rp. 5.000.000,- Rp. 30.000,-

Page 134: kom perda02

4.2. Investasi Rp. 5.000.000,- --- Rp. 25.000.000,- Rp. 50.000,-4.3. Investasi diatas Rp. 25.000.000,- --- Rp. 50.000.000,- Rp. 100.000,-4.4. Investasi diatas Rp. 50.000.000,- --- Rp. 100.000.000,- Rp. 150.000,-4.5. Investasi diatas Rp. 100.000.000,- --- Rp. 150.000.000,- Rp. 200.000,-4.6. Investasi diatas Rp. 150.000.000,- --- Rp. 200.000.000,- Rp. 250.000,-Kepada Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya melalui Pembantu Bendaharawan Khusus Penerima.

(2) Perushaan Industri yang telah memenuhi kewajiban sebagaimana ayat (1) pasal ini, maka Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya a.n. Walikota menerbitkan Izin Usaha Industri (IUI) dan atau tanda Daftar industri (TDI).

BAB IVTATA CARA PENERBITAN DAN PEMUNGUTAN

RETRIBUSI IZIN PERLUASANPasal 7

(1) Setiap Perusahaan Industri yang telah memiliki Izin Usaha Industri (IUI) baik yang melalui tahap persetujuan prinsip maupun tanpa persetujuan prinsip yang melakukan perluasan wajib memperoleh ijin perluasan;

(2) Setiap perluasan industri yang telah memiliki IUI melalui tahap persetujuan prinsip, untuk memperoleh izin perluasan wajib menyampaikan rencana perluasan industri dan memenuhi persyaratan lingkungan hidup;

(3) Setiap Perusahaan Industri yang telah memenuhi IUI yang akan melaksanakan perluasan dalam lingkup jenis industri yang tercantum dalam IUI-nya, diizinkan untuk menambah kapasitas produksinya besar-besaran 30% diatas kapasitas produksi yang diizinkan;

(4) Setiapa Perusahaan Industri yang melaksanakan perluasan wajib memberitahukan secara tertulis tentang kenaikan produksinya sebagai akibat dari kegiatan perluasan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak dimulainya produksi kepada Walikota, c/q Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya untuk disahkan.

Pasal 8

(1) Pengajuan permintaan izin perluasan diajukan oleh perorangan atau badan usaha yang bersangkutan kepada Walikota c/q Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya.

(2) Setelah permohonan dinyatakan lengkap dan benar maka penanggung jawab Perusahaan/Pengusaha wajib menyetor Retribusi Izin Perluasan kepada Pembantu Bendaharawan Khusus Penerima dengan ketentuan sebagai berikut :1. Industri Kayu (IUI) Rp. 1.000.000,-2. Industri Non Kayu (IUI) Rp. 250.000,-3. Industri Kayu (TDI) Rp. 150.000,-4. Industri Non Kayu (TDI)

4.1. Investasi Rp. 5.000.000,- --- Rp. 25.000.000,- Rp. 25.000,-4.2. Investasi diatas Rp. 25.000.000,- --- Rp. 50.000.000,- Rp. 50.000,-4.3. Investasi diatas Rp. 50.000.000,- --- Rp. 100.000.000,- Rp. 75.000,-4.4. Investasi diatas Rp. 100.000.000,- --- Rp. 150.000.000,- Rp. 100.000,-4.5. Investasi diatas Rp. 150.000.000,- --- Rp. 200.000.000,- Rp. 120.000,-

BAB VTATA CARA REGISTRASI IUI/TDI DAN PEMUNGUTAN

RETRIBUSI REGISTRASIPasal 9

Registrasi Izin Usaha Industri dan Tanda Daftar Industri diwajibkan terhadap :1. Perusahaan Industri yang memiliki Izin Usaha Industri dan tanda Daftar Industri sebelum

diundangkannya Perda Nomor 17 tahun 2002 tentang Retribusi Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan tanda Daftar Industri.

2. Perusahaan Industri yang memiliki Izin Usaha Industri atau tanda Daftar Industri dan diterbitkan setelah diundangkannya Perda Nomor 17 Tahun 2002 tentang Retribusi Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda daftar Industri serta IUI dan TDI tersebut sudah berusia 3 tahun sejak tanggal diterbitkan.

Pasal 10

Page 135: kom perda02

(1) Pelaksanaan Registrasi Izin Usaha Industri dan Tanda Daftra Industri sebagaimana pasal 13 ayat (1) sebagai berikut :a. Pengusaha/Penanggung jawab Perusahaan mengisi permohonan permintaan retribusi IUI

dan atau TDI sebagaimana lampiran 1 bermaterai Rp. 6.000,- dengan dilampiri :1. Foto Copy syah IUI/TDI2. IUI atau TDI asli3. Foto Copy KTP Penanggung Jawab4. Informasi Industri tahun yang bersangkutan

b. Setelah berkas dinyatakan lengkap dan benar Pengusaha/Penanggung Jawab perusahaan wajib menyetor retribusi registrasi kepada Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya melalui Pembantu Bendaharawan Khusus Penerima dengan ketentuan sebagai berikut

(2) Setelah dipenuhi ketentuan sebagaimana pasal 14 ayat (1) huruf (b) maka kepada Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota palangka raya a.n. Walikota menerbitkan Surat Keterangan Registrasi Izin Usaha Industri dan atau TDI seperti pada lampiran 2.

(3) Hasil Retribusi sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat (1), pasal 6 ayat (1), pasal 8 ayat (2) dan pasal 10 ayat (1) seharusnya disetor ke Kas Daerah dalam waktu 1 x 24 jam.

BAB VIKETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 11

IUI, Izin Perluasan atau TDI yang dikeluarkan berdasarkan SK Walikota ini berlaku pula bagi tempat penyimpanan yang berada dalam kompleks Usaha Industri yang bersangkutan yang digunakan untuk menyimpan peralatan, perlengkapan, bahan-bahan, bahan penolong dan barang/bahan jadi untuk keperluan usaha tersebut.

Pasal 12

Bentuk/model formulir yang digunakan untuk pelaksanaan Keputusan ini ditetapkan oleh Walikota.

Pasal 13

IUI, Izin Perluasan atau TDI yang telah diperoleh Perusahaan Industri sebelum diundangkannya Keputusan ini dinyatakan tetap berlaku dan diwajibkannya mendaftar ulang (registrasi).

BAB VIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 14

(1) Tanggung jawab Teknis Operasional Pelaksanaan Keputusan ini berada pada Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota palangka Raya;

(2) Dengan berlakunya keputusan ini maka Keputusan sebelumnya yang mengatur hal yang sama dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 15

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Keputusan ini sepanjang mengenai pelaksanaannya, akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya.

Pasal 16

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan;

Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka Raya.

Disahkan di palangka RayaPada tanggal 5 Mei 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA

Page 136: kom perda02

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 5 Mei 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

H. BADJURI. B

SALUNDIK GOHONG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2000 NOMOR : 33

Page 137: kom perda02

WALIKOTA PALANGKA RAYAKEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 182 TAHUN 2002TENTANG

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IJIN USAHA PERIKANAN DAN IZIN

PENANGKAPAN IKAN, PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN, HASIL PERIKANAN YANG DIPERDAGANGKAN KELUAR DAERAH DAN KARANTINA

WALIKOTA PALANGKA RAYA,

Menimbang : a. Bahwa, sebagaimana pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 18 Tahun 2002 tentang Retribusi Ijin Usaha Perikanan dan Izin Penangkapan Ikan, Pengujian Mutu Hasil Perikanan, Hasil Perikanan yang diperdagangkan Keluar Daerah dan Karantina Ikan di Kota Palangka Raya.

e. Bahwa untuk melaksanakan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu ditetapkan dengan Keputusan Walikota Palangka Raya.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2753);

28. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685), sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);

29. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

30. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851) Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202);

31. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202);

32. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119);

33. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 18 Tahun 2002 tentang Retribusi Ijin Usaha Perikanan dan Izin Penangkapan Ikan, Pengujian Mutu Hasil Perikanan, Hasil Perikanan yang diperdagangkan Keluar Daerah dan Karantina Ikan (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2002 Nomor 18);

MEMUTUSKAN

Menetapkan: KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2002 RETRIBUSI IJIN USAHA PERIKANAN DAN IZIN PENANGKAPAN IKAN, PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN, HASIL PERIKANAN YANG DIPERDAGANGKAN KELUAR DAERAH DAN KARANTINA

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Page 138: kom perda02

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan:110. Daerah Otonom selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam Ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

111. Pemerintah Daerah adalah Walikota beserta perangkat otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;

112. Walikota adalah Walikota Palangka Raya;113. Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya;114. Kepala Dinas Pendapatan adalah Kepala Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya;115. Dinas Pertanian adalah Dinas Pertanian Kota Palangka Raya;116. Kepala Dinas Pertanian adalah Kepala Dinas Pertanian Kota Palangka Raya;117. Pejabat tertentu adalah Pegawai/Pejabat tertentu yang ditunjuk oleh Walikota;118. Retribusi adalah pungutan atas imbalan jasa Pemerintah Darah terhadap Perorangan dan atau

Badan Hukum yang melakukan usahanya dibidang perikanan;119. Ijin Usaha Perikanan yang selanjutnya disingkat IUP adalah Surat Ijin yang diberikan oleh

Pemerintah Daerah kepada Perorangan dan atau Badan Hukum yang melakukan usahanya di bidang perikanan;

120. Izin Penangkapan Ikan yang selanjutnya disingkat dengan IPI adalah izin yang harus dimiliki oleh setiap pengusaha dibidang perikanan yang melakukan kegiatan penangkapan, pengumpulan, penyimpanan dan pengangkutan di wilayah Kota Palangka Raya dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari IUP;

121. Pengujian Mutu Hasil Perikanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pegawai/Pejabat tertentu untuk memeriksa mutu dan jenis produk hasil perikanan yang akan dipasarkan/ diperdagangkan oleh para pedagang/pengusaha baik perorangan maupun Badan Hukum, sehingga masyarakat dapat terhindar dari hal-hal yang merugikan kesehatan.

122. Retribusi hasil perikanan yang dipasarkan/diperdagangkan keluar daerah adalah hasil penangkapan atau budidaya di wilayah Kota Palangka Raya oleh para pengusaha/pedagang baik perorangan maupun Badan hokum untuk dipasarkan/diperdagangkan keluar Daerah kota Palangka Raya.

123. Karantina ikan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pejabat/pegawai tertentu untuk memeriksa kesehatan setiap produk hasil perikanan yang akan dipasarkan/diperdagangkan keluar daerah Kota palangka Raya oleh para pengusaha/pedagang baik perorangan maupun Badan Hukum agar terhindar dari penyakit yang dapat merugikan masyarakat konsumen maupun produsen itu sendiri.

BAB IINAMA OBYEK SAN SUBYEK RETRIBUSI

Pasal 2

Dengan nama REtribusi izin Usaha Perikanan dan Izin penangkapan Ikan, Pengujian Mutu Hasil Perikanan, Retribusi Hasil perikanan yang diperdagangkan keluar daerah dan karantina ikan.

Pasal 3

Obyek Retribusi dan Biaya Administrasi meliputi :i. IUPii. IPIiii. Pengujian Mutu Hasil Perikananiv. Retribusi Hasil Perikanan yang diperdagangkan keluar daerahv. Karantina Ikan

Pasal 4

Subyek Retribusi adalah PErorangan atau Badan Hukum yang melakukan aktifitas di bidang usaha perikanan.

BAB IIIPEMBERIAN IZIN USAHA PERIKANAN

DAN IZIN PENANGKAPAN IKANPasal 5

Page 139: kom perda02

Pemberian Izin Usaha Perikanan dan Penangkapan Ikan adalah untuk :1. Mengendalikan para pengusaha di bidang Perikanan agar dapat melakukan

usahanya/kegiatannya secara teratur sehingga sumber daya ikan dan perairan dapat tetap terjaga kelestariannya.

2. Memberi perlindungan kepada nelayan kecil (tradisioanal) yang tingkat operasional penangkapannya masih menggunakan peralatan sederhana;

3. Menciptakan iklim usaha yang dapat mendorong pengembangan usaha perikanan dengan memanfaatkan sumber daya ikan yang mampu mewujudkan keadilan dan pemerataan sekaligus memperbaiki kehidupan nelayan, petani ikan dan para pengusaha itu sendiri.

BAB IVPENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN

Pasal 6

Pengujian mutu hasil perikanan dimaksud :1. untuk pencapaian pemanfaatan potensi perikanan secara maksimal;2. untuk melindungi masyarakat konsumen dari hal-hal yang dapat metugikan kesehatan, paraktek-

praktek yang bersifat penipuan dan pemalsuan dari produsen yang beritikad tidak baik;3. membina produsen yang beritikad tidak baik untuk meningkatkan mutu hasil perikanan baik untuk

kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.

BAB VRETRIBUSI HASIL PERIKANAN

Pasal 7

Retribusi hasil perikanan yang dipasarkan/diperdagangkan keluar daerah kota Palangka Raya dimaksud :1. Melakukan pelayanan kepada masyarakat baik produsen maupun konsumen;2. Meningkatkan Pendapatan Asli daerah (PAD) yang berasal dari perikanan.

BAB VIKARANTINA IKAN

Pasal 8

Karantina ikan dimaksud :1. Melakukan pelayanan kepada masyarakat baik produsen maupun konsumen;2. Menghindari penularan penyakit yang kemungkinan dapat ditularkan melalui produk hasil

perikanan berasal;3. Menghindari hal-hal yang dapat merugikan masyarakat baik produsen maupun konsumen.

BAB VIIWEWENANG DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA

PERIKANAN DAN IZIN PENANGKAPAN IKAN

(1) Semua usaha perikanan yang dilakukan untuk tujuan komersil dalam batas wilayah Perairan Daerah kota Palangka Raya wajib memiliki IUP dari Walikota;

(2) Semua usaha penangkapan ikan/hasil perikanan termasuk kegiatan pengangkutan pengumpulan/penampungan dan pengolahan yang menggunakan alat angkutan, selain wajib memiliki IUP juga harus dilengkapi IPI dari Walikota;

(3) IUP dan IPI diberikan kepada perorangan atau Badan Hukum yang berdomisili di daerah ini.

Pasal 10

(1) Guna kelancaran pelaksanaan pemberian IUP dan IPI sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, Walikota dapat melimpahkan wewenang pemberian izin dimaksud kepada Kepala Dinas Pertanian Kota Palangka Raya.

(2) Bentuk IUP dan IPI ditetapkan oleh Dinas Pertanian Kota Palangka Raya.

Pasal 11

(1) Untuk memperoleh IUP dan IPI sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, pihak-pihak yang berkepentingan harus mengajukan permohonan secara tertulis diatas kertas dan diberi materai secukupnya kepada Walikota melalui Kepala Dinas Pertanian Kota Palangka Raya;

Page 140: kom perda02

(2) Bentuk surat permohonan dan persyaratan lainnya ditetapkan lebih lanjut Walikota, dan atau Pejabat yang ditunjuk itu.

BAB VIIIKETENTUAN JENIS TARIF DAN RETRIBUSI

Pasal 12

Tarif yang dikenakan kepada para pengusaha perikanan adalah :1. Izin Usaha Perikanan (IUP) :

a. Untuk perorangan sebesar Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah)/tahunb. Untuk Badan Usaha sebesar Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah)/tahunc. Untuk perorangan sebesar Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah)/tahund. Untuk Badan Usaha sebesar Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah)/tahune.

Pasal 13

Tariff retribusi hasil perikanan yang dikenakan kepada para pengusaha perikanan adalah :1. Untuk hasil perikanan yang berkualitas tinggi sebesar 5% x harga pasar setempat/Kg;2. Untuk hasil perikanan yang berkualitas sedang sebesar 4% x harga pasar setempat/Kg;3. Untuk hasil perikanan yang berkualitas rendah sebesar 3% x harga pasar setempat/Kg;4. Untuk ikan hias sebesar 5 % harga pasar setempat/ekor.

Pasal 14

Harga Pasar setempat ditetapkan secara periodic oleh Walikota dan atau Pejabat yang ditunjuk, berdasarkan usul Kepala Dinas Pertanian Kota Palangka Raya.Tarif pengujian Mutu Hasil Perikanan yang dikenakan kepada para pengusaha perikanan adalah :1. Untuk jenis hasil perikanan segar/hidup sebesar Rp. 100,- (seratus rupiah)/Kg;2. Untuk jenis produk olahan sebesar Rp. 150,- (seratus lima puluh rupiah)/Kg;3. Untuk jenis produk Ikan Hias adalah sebagai berikut :

a. Sampai dengan 100 ekor sebanyak 1 (satu) contoh;b. 101 ekor s/d 200 ekor sebanyak 2 (dua) contoh;c. 201 ekor s/d 500 ekor sebanyak 3 (tiga) contoh;d. 501 ekor s/d 1.000 ekor sebanyak 4 (empat) contoh;e. 1.001 ekor s/d 2000 ekor sebanyak 5 (lima) contoh;f. 2.001 ekor s/d 3.500 ekor sebanyak 6 (enam) contoh;g. 3.501 ekor s/d 5.000 ekor sebanyak 7 (tujuh) contoh;h. 5.001 ekor s/d 7.500 ekor sebanyak 8 (delapan) contoh;i. 7.501 ekor s/d 10.000 ekor sebanyak 9 (sembilan) contoh;j. 10.001 ekor atau lebih sebanyak 10 (sepuluh) contoh;

Pasal 16

Besarnya biaya Pengujian Mutu Hasil Perikanan untuk diperdagangkan/dipasarkan keluar daerah ditetapkan sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) untuk setiap contoh.

Pasal 17

Retribusi karantina ikan yang dikenakan pada para pengusaha perikanan untuk setiap produk hasil perikanan yang diperdagangkan/dipasarkan keluar daerah Kota Palangka Raya adalah sebsesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah)/Kg.

Pasal 18

Penerimaan Retribusi seluruhnya di setor ke kas daerah.

BAB IXTATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 19

Page 141: kom perda02

(1) Pungutan retribusi Izin Usaha Perikanan, Izin Penangkapan Ikan, Pengujian Mutu Hasil Ikan, hasil Perikanan yang diperdagangkan keluar daerah dan karantina ikan dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Kota Palangka Raya;

(2) Untuk melaksanakan pungutan tersebut atas usul Kepala Dinas Pertanian Kota Palangka Raya diangkat para petugas pemungut, tasan langsungnya dan bendaharawan khusus penerima, dengan Keputusan Walikota;

(3) Besarnya pungutan retribusi harus berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) dan Sertifikat Mutu Lokal (SML) yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Pertanian Kota Palangka Raya;

(4) Petugas pemungut diwajibkan untuk menetapkan, menagih, menerima dan menyetorkan uang retribusi hasil perikanan yang diterimanya kepada bendaharawan khusus penerima;

(5) Bendaharawan khusus penerima bertugas dan berkewajiban untuk menerima, menyimpan dan menyetorkan uang retribusi hasil perikanan ke Kas Daerah dalam waktu 1 x 24 jam serta mempertanggungjawabkan seluruh hasil pungutan uang retribusi hasil perikanan yang dikelolanya kepada Walikota Palangka Raya c.q. Kepala Dinas Pertanian Palangka Raya.

BAB XKETENTUAN PENUTUP

Pasal 20

(3) Tanggung jawab Teknis Operasional Pelaksanaan Keputusan ini berada pada Kepala Dinas Pertanian Kota palangka Raya;

(4) Dengan berlakunya keputusan ini maka Keputusan sebelumnya yang mengatur hal yang sama dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 21

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Keputusan ini sepanjang mengenai pelaksanaannya, akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya.

Pasal 22

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan;

Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka Raya.

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 5 Mei 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

H. BADJURI. B

Disahkan di Palangka RayaPada tanggal 5 Mei 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA

SALUNDIK GOHONG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2000 NOMOR : 34

LAMPIRAN II : KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYANOMOR 182 TAHUN 2002TANGGAL 5 MEI 2002

Page 142: kom perda02

Contoh SertifikatMutu Lokal

KOP SURAT DINASSERTIFIKAT MUTU LOKAL

NomorMenerangkan bahwa :1. Nama Barang :2. Berat Bersih :3. Berat Kotor :4. Jumlah Kemasan :5. Tipe Kemasan :6. Nama Perusahaan :7. Alamat Perusahaan :8. Nama Perusahaan Penerimaan :9. Alamat Perusahaan Penerimaan :10. Nilai Mutu Organoleptik :11. Tanggal Pemeriksaan :Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah diambil tanggal…………memenuhi persyaratan Standar Mutu Lokal.Sertifikat Mutu Lokal ini berlaku sejak tanggal dikeluarkan, sebagai Lampiran Surat Keterangan Asal (SKA) inetrinsulair.

Palangka Raya,… ……. ……..Penguji Mutu Lokal,

Cap/TtdNama Terang

Nip.

LAMPIRAN III : KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYANOMOR 182 TAHUN 2002TANGGAL 5 MEI 2002

Contoh PermohonanPermintaan SIUP/IPIKepadaYth. Kepala Dinas Pertanian Kota Palangka Rayadi-Palangka RayaNomor :Lampiran :Perihal : Mohon diberikan SIUP/IPIYang bertanda tangan di bawah ini :- Nama :- Tempat/Tanggal Lahir :- Pekerjaan :- Alamat :Dengan ini mengajukan permohonan kepada Bapak sebagaimana perihal tersebut di atas dengan bidang usaha………………. sebagai bahan pertimbangan Bapak kami lampirkan:I.Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas diucapkan terima kasih.

Page 143: kom perda02

Palangka Raya,… ……. ……..Hormat Pemohon,

CV/PTMaterai Rp. 3.000,-

Cap/TtdNama Terang Pimpinan

LAMPIRAN IV : KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYANOMOR 182 TAHUN 2002TANGGAL 5 MEI 2002

Contoh SIUP

KOP SURAT DINASSURAT IJIN USAHA PERIKANAN (SIUP)NOMORSetelah meneliti secara seksama atas syarat-syarat permohonan ijin usaha di bidang perikanan yang harus dipenuhi oleh perusahaan/perorangan di bawah ini, Kepala Dinas Pertanian Kota Palangka Raya berdasarkan Perda No. 18 Tahun 2002 dengan memperhatikan Surat Permohonan Ijin Usaha di bidang Perikanan dari…………. Nomor………………. Tanggal……………. Memberikan ijin usaha di bidang perikanan kepada:1. Nama Perusahaan :……………..2. Alamat Perusahaan :……………..3. Nama Pimpinan Perusahaan :……………..4. Akte Pendirian Perusahaan : - Notaris :…………..

- Nomor :…………..- Tanggal :…………..

5. Jenis Usaha : a. Penangkapan :………….. b. Budidaya :………….. c. Pengumpulan dan Penangkapan :……….

6. Daerah Usaha : a. Daerah Penangkapan :……….7. Pelabuhan Pangkalan :……………..8. Kapal yang dipergunakan : a. Jumlah Kapal :…………..

b. Tonase Kapal :…………..9. Alat yang dipergunakan :……………..10. Ijin diberikan untuk jangka waktu : 1 (satu) tahun11. Ketentuan yang harus dipatuhi:

a. Dilarang menggunakan bahan peledak, bahan beracun, listrik dan bahan terlarang lainnya;b. Memberikan laporan tentang kegiatan usaha termasuk data produksinya minimal sekali

setiap 3 (tiga) bulan sejak dikeluarkan SIUP ini kepada Kepala Dinas Pertanian Kota Palangka Raya (pemberian ijin);

c. Surat ijin tidak dapat dipindah tangankan;d. Agar dalam melakukan setiap aktivitasnya harus dilengkapi dengan salinan/fotokopi SIUP

yang disahkan oleh Kepala Dinas Pertanian Kota Palangka Raya (pemberian ijin);e. Pelanggaran terhadap ketentuan yang ditetapkan dikenakan pencabutan SIUP secara oleh

pemberian ijin.12. Ketentuan-ketentuan lain:

- SIUP ini berlaku sejak tanggal……………s/d…………….- Harus memenuhi kewajiban meminta Surat Keterangan Asal (SKA) dan Sertifikat Mutu Lokal

bagi setiap pengiriman produk hasil perikanan keluar wilayah Kota Palangka Raya.

Palangka Raya,… ……. ……..Kepala Dinas Pertanian

Kota Palangka Raya

Page 144: kom perda02

Cap/TtdNama Terang

Nip.

Tembusan:1. Yth. Gubernur Propinsi Kalimantan Tengah di Palangka Raya.2. Yth. Walikota Palangka Raya di Palangka Raya.3. Yth. Camat……………….4. Arsip.

Page 145: kom perda02

WALIKOTA PALANGKA RAYAKEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 183 TAHUN 2002TENTANG

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 25 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN UPAH PUNGUT KEPADA DINAS PENDAPAT

KOTA PALANGKA RAYA WALIKOTA PALANGKA RAYA,

Menimbang : a. Bahwa, dengan telah diundangkannya Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 25 Tahun 2002, Pemberian Upah Pungut kepada Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Nomor 25 Tahun 2002 tanggal 10 Nopember 2002, maka untuk kelancaran pelaksanaannya perlu ditetapkan petunjuk pelaksanaannya;

f. Bahwa untuk melaksanakan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu ditetapkan dengan Keputusan Walikota Palangka Raya.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2753);

34. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

35. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);

36. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pemberian Upah Pungut kepada Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2002 Nomor 25).

MEMUTUSKAN

Menetapkan: KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 25 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN UPAH PUNGUT KEPADA DINAS PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan:124. Daerah Otonom selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam Ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

125. Pemerintah Daerah adalah Walikota beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;

126. Walikota adalah Walikota Palangka Raya;127. Upah Pungut adalah uang yang merupakan prosentase dari Penerimaan Asli Daerah lyang

diberikan kepada Dispenda guna meningkatkan gairah kerja.

BAB IIBESARNYA PROSENTASE UANG PERANGSANG DAN PERHITUNGANNYA

Pasal 2

Page 146: kom perda02

Upah Pungut dimaksud Pasal 1 huruf d, Keputusan ini ditetapkan sebagai berikut:a. Sebesar 5 % (lima perseratus) dari seluruh Penerimaan Pajak yang disetor baik langsung

maupun tidak langsung melalui Bandaharawan Khusus Penerima Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya.

b. Sebesar 20% (dua puluh perseratus) dari seluruh Penerimaan Retribusi dan Penerimaan lainnya yang disetor baik langsung maupun tidak langsung melalui Bandaharawan Khusus Penerima Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya.

Pasal 3

(1) Upah Pungut dimaksud dibayarkan kepada Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya sekali tiap 1 (satu) triwulan oleh Bagian Keuangan Sekretariat Kota Palangka Raya.

(2) Upah Pungut yang dimaksud dalam Peraturan Daerah Nomor 25 Tahun 2002 bukan merupakan uang atau honorarium tapi merupakan uang jasa.

(3) Atas pembayaran Upah Pungut tersebut kepada Dinas Pendapatan maupun kepada aparat yang dilakukan oleh Bendaharawan dikenakan pemotongan pajak sebesar 15% (lima belas perseratus).

BAB IIIPEMBAGIAN UANG PERANGSANG

Pasal 4

(1) Dinas/Instansi, Unit Kerja yang berhak memperoleh pembagian upah pungut adalah semua Dinas/Instansi yang terkait dengan Pemungutan Daerah dan bagi Dinas/Instansi yang sebelum Peraturan Daerah Nomor 25 Tahun 2002 ini berlaku, sudah mempunyai ketentuan tersendiri tentang upah pungut atau sejenisnya berpedoman pada Peraturan Daerah ini.

(2) Dinas/Instansi, Unit Satuan Kerja dimaksud ayat (1) pasal ini yaitu:a. Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya.b. Dinas/Instansi, Unit Satuan Kerja yang terkait dengan Pemungutan Penerimaan PAD.c. Kepala Daerah.d. Sekretaris Daerah.e. Asisten-asisten Sekretaris Daerah.f. Bagian Hukum Sekretaris Daerah Kota Palangka Raya.g. Bagian Keuangan Sekretaris Daerah Kota Palangka Raya.

Pasal 5

Besarnya prosentase pembagian upah pungut dimaksud pada pasal 4 ayat (2) Keputusan ini ditentukan dan diatur oleh Kepala Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab masing-masing Dinas/Instansi/Badan, Unit Satuan Kerja.

Pasal 6

Dari jumlah prosentase uang pemberian upah pungut yang ditetapkan dalam pasal 2 huruf a dan b Keputusan ini yang diberikan kepada Kepala Dinas/Instansi/Unit Satuan Kerja yang ikut melaksanakan pemungutan selain Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya adalah sebagai berikut:a. Dari Upah Pungut Pajak diberikan sebesar 3% (tiga perseratus).b. Dari Upah Pungut Retribusi dan Penerimaan lain-lain diberikan sebesar 10% (sepuluh

perseratus)

BAB IVKETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 7

Semua Dinas/Instansi/Unit Satuan Kerja dalam Wilayah Kota Palangka Raya yang terkait dengan Pemungutan Daerah tidak diperkenankan membuat ketentuan lain/baru tentang Upah Pungut selain yang telah diatur dan ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pemberian Upah Pungut kepada Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya dan yang telah ditetapkan dalam Keputusan ini.

BAB VKETENTUAN PENUTUP

Pasal 8

Page 147: kom perda02

(5) Tanggung jawab teknis pembagian/pengaturan Upah Pungut sebagaimana dimaksud dalam Keputusan ini sepenuhnya menjadi wewenang Kepala Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya selaku Koordinator di Bidang Pendapatan Daerah;

(6) Dengan berlakunya keputusan ini maka semua Keputusan terpadu yang mengatur masalah yang sama dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 9

Hal-hal yang belum diatur dalam Keputusan ini, akan diatur dan ditetapkan lebih lanjut oleh Kepala Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya.

Pasal 10

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan;

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pemberian Upah Pungut kepada Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka Raya.

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 5 Mei 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

H. BADJURI. B

Ditetapkan di Palangka RayaPada tanggal 5 Mei 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA

SALUNDIK GOHONG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2000 NOMOR : 35

Page 148: kom perda02

WALIKOTA PALANGKA RAYAKEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA

NOMOR 184 TAHUN 2002TENTANG

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 21 TAHUN 2002 TENTANG PENETAPAN PUSKESMAS DI WILAYAH KOTA PALANGKA

RAYA SEBAGAI UNIT SWADANA WALIKOTA PALANGKA RAYA,

Menimbang : a. Bahwa, dalam rangka pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 21 Tahun 2002 tentang Penetapan Puskesmas di wilayah Kota Palangka Raya sebagai Unit Swadana;

g. Bahwa untuk melaksanakan sebagaimana dimaksud huruf a, ditetapkan dengan Keputusan Walikota Palangka Raya.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja Palangka Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2753);

37. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

38. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);

39. Keputusan Presiden Nomor 38 Tahun 1991 tentang Unit Swadana dan Tata Cara Pengelolaan Keuangannya;

40. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 15 Tahun 2000 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2000 Nomor 15), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2002 (Lembaran Daerah Tahun 2002 Nomor 06);

41. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 21 Tahun 2002 tentang Penetapan Puskesmas di Wilayah Kota Palangka Raya sebagai Unit Swadana (Lembaran Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2002 Nomor 21).

MEMUTUSKAN

Menetapkan: KEPUTUSAN WALIKOTA PALANGKA RAYA TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 21 TAHUN 2002 TENTANG PENETAPAN PUSKESMAS DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA SEBAGAI UNIT SWADANA

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan:128. Daerah Otonom selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam Ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

129. Pemerintah Daerah adalah Walikota beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;

130. Walikota adalah Walikota Palangka Raya;131. Unit Swadana adalah satuan kerja daerah tertentu yang diberi wewenang untuk

menggunakan Penerimaan Fungsionalnya secara langsung;

Page 149: kom perda02

132. Penerimaan Fungsional adalah penerimaan yang diperoleh sebagai imbalan jasa yang diberikan oleh satuan Kerja Daerah dalam melaksanakan fungsionalnya melayani kepentingan masyarakat dan atau Dinas/Lembaga/Satuan Kerja Daerah lainnya.

BAB IIUNIT SWADANA DAERAH

Pasal 2

(1) Puskesmas di wilayah Kota Palangka Raya sebagai Unit Swadana perlu ditetapkan dengan Keputusan Walikota Palangka Raya;

(2) Dengan ditetapkan menjadi Unit Swadana sebagaimana ayat (1) maka Puskesmas tersebut diberi wewenang untuk menggunakan Penerimaan Fungsionalnya secara langsung sesuai ketentuan yang berlaku;

(3) Kriteria Puskesmas menjadi Unit Swadana adalah sebagai berikut:a. Puskesmas dengan tempat tidur atau Puskesmas tanpa tempat tidur.b. Mempunyai penerimaan fungsional yang memadai ( sekitar minimal 40% dari total kebutuhan

di luar gaji pegawai, belanja investasi dan obat inpres).c. Mempunyai tenaga yang memadai (dokter umum lebih dari satu, dokter gigi satu, dua orang

bendaharawan penerima dan pengeluaran, Puskesmas Perawatan: Perawat dua, Bidan satu)d. Masyarakat di wilayah kerjanya mempunyai kemampuan ekonomi yang baik (jumlah

penduduk yang mampu >50%)e. Mempunyai Manajemen Puskes yang baikf. Sudah melaksanakan tertib “Tata Usaha” keuangang. Akan melaksanakan program jaga mutu pelayanan kesehatanh. Akan merintis Program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (JPKM)

BAB IIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 3

(7) Dengan berlakunya keputusan ini maka semua Keputusan terpadu yang mengatur masalah yang sama dinyatakan tidak berlaku.

(8) Hal-hal yang belum diatur dalam Keputusan ini, akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Walikota

Pasal 4

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan;

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan Walikota tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2002 tentang Penetapan Puskesmas di Wilayah Kota Palangka raya sebagai Unit Swadana dengan penetapannya dalam Lembaran Daerah Kota Palangka raya.

Diundangkan di Palangka RayaPada tanggal 5 Mei 2002

SEKRETARIS DAERAHKOTA PALANGKA RAYA,

H. BADJURI. B

Ditetapkan di Palangka RayaPada tanggal 5 Mei 2002

WALIKOTA PALANGKA RAYA

SALUNDIK GOHONG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYATAHUN 2000 NOMOR : 36

Page 150: kom perda02