Kom 2 Sudah Refisi

101
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi klien (penerima) asuhan keperawatan. Keluarga perperan dalam menentukan asuhan keperawatan yang diperlukan oleh anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah sakit akan menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan dengan perawatan di rumah secara baik dan benar oleh klien atau keluarganya. Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat, sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntunngan pertama adalah memenuhi kebutuhan individu, dan keuntungan kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam memberikan pelayanan kesehatan, ,perawat harus memperhatikan nilai-nilai yang dianut keluarga, budaya keluarga, serta berbagai aspek yang terkait dengan apa yang diyakini dalam keluarga tersebut Menurut Friedman, 1998 Keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. 1

description

hiujio

Transcript of Kom 2 Sudah Refisi

Page 1: Kom 2 Sudah Refisi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi klien

(penerima) asuhan keperawatan. Keluarga perperan dalam menentukan asuhan

keperawatan yang diperlukan oleh anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan

keperawatan di rumah sakit akan menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan dengan

perawatan di rumah secara baik dan benar oleh klien atau keluarganya.

Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat, sehingga

dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua

keuntungan sekaligus. Keuntunngan pertama adalah memenuhi kebutuhan

individu, dan keuntungan kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam

memberikan pelayanan kesehatan, ,perawat harus memperhatikan nilai-nilai yang

dianut keluarga, budaya keluarga, serta berbagai aspek yang terkait dengan apa

yang diyakini dalam keluarga tersebut

Menurut Friedman, 1998 Keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih

yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu

mempunyai peran masing-masing yang mempunyai peran masing-masing yang

merupakan bagian dari keluarga.

Keluarga sebagai unit pelayanan perawatan adalah keluarga sebagai unit

utama dari masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan

masyarakat, keluarga sebagai kelompok dapat menimbulkan, mencegah,

mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya

sendiri, masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, penyakit pada salah

satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh keluarga tersebut, keluarga

merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai usaha-usaha

kesehatan masyarakat, keluarga merupakan lingkungan yang serasi untuk

mengembangkan potensi tiap individu dalam keluarga. (Friedman, 1998)

Keluarga menyediakan tempat berlindung, pertumbuhan, sosialisasi, dan

fungsi saling merawat. Awitan kecacatan atau penyakit kronis memberikan stress

pada individu dan keluarga. Stress ini dapat menguji batas keterikatan keluarga

1

Page 2: Kom 2 Sudah Refisi

yang mengikat keluarga menjadi satu. Tujuan dari riwayat keluarga adalah untuk

mengidentifikasi masalah-masalah genetic, penyakit menular, masalah-masalah

lingkungan, dan data-data interpersonal yang relevan dengan proses yang

rehabilitasi. Perawat menggunakan informasi ini untuk mengidentifikasi masalah-

masalah fungsi keluarga dan untuk mengembangkan intervensi yang

meningkatkan fungsi kesehatan keluarga.

Badan kesehatan sedunia (WHO) memperkirakan sekitar 15 juta orang

terserang stroke seetiap tahunnya. Stroke merupakan penyebab kematian pertama

urutan kedua pada kelompok usia diatas 60 tahun, dan urutan kelima penyebab

kematian pada kelompok usia 15-59 tahun.

Denegara-negara maju, insiden dtroke cenderung mengalami penurunan setiap

tahunnya. Kondisi ini disebabkan oleh pebatasan peredaran rokok melalui

peningkatan bea cukai rokok, serta peningkatan kepatuhan penderita hipertensi

mengontrol tekanan darah. Meskipun demikian, prevalensi penderita stroke terus

bertambah seiring meningkatnya usia harapan hidup di Negara maju.

Sementara itu, di Negara-negara miskin dan berkembang, seperti Indonesia,

insiden stroke cenderung meningkat setiap tahunnya meskipun sulit mendapatkan

data yang akurat. Fenomena stroke terus meningkat setiap tahunnya, seiring

dengan peningkatan usia harapan hidup dan perbaikan tingkat kesejahteraan

masyarakat yang tidak diimbangi oleh perbaikan perilaku dan pola hidup sehat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah konsep dasar keluarga?

2. Apakah konsep dasar asuhan keperawatan keluarga?

3. Apakah konsep dasar stroke?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa mampu memahami tentang konsep dasar keluarga

2. Mahasiswa mampu memahami tentang konsep dasar Asuhan Keperawatan

keluarga

3. Mahasiswa mampu memahami tentang konsep Stroke

2

Page 3: Kom 2 Sudah Refisi

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Keluarga

A. Pengertian Keluarga

Menurut Departemen Kesehatan RI (1988) yang dikutip oleh Effendy (1998),

keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan

beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap

dalam keadaan saling ketergantungan.

Menurut Friedman (1998), keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih

yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu

mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.

Menurut Bailon dan Maglaya (1989) yang dikutip oleh Effendy (1998),

keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan

darah, hubungan perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu

rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing

menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.

Berdasarkan ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga

adalah suatu unit terkecil yang terdiri dari dua orang atau lebih yang tinggal di

satu tempat/rumah, saling berinteraksi satu sama lain, mempunyai peran

masingmasing dan mempertahankan suatu kebudayaan.

B. Struktur Keluarga

Menurut Effendy ( 1998 ) struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam,

diantaranya adalah :

a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis

ayah.

b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah istri.

3

Page 4: Kom 2 Sudah Refisi

d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah suami.

e. Keluarga Kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi

pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.

C. Tipe atau Bentuk Keluarga

Keluarga berdasarkan bentuk keluarga dalam kehidupan manusia

dikelompokkan menjadi beberapa bagian, antara lain:

1. Keluarga Inti

Seperti yang telah disebutkan di atas, tipe keluarga inti merupakan tipe

keluarga kebanyakan dalam kehidupan manusia, oleh karenanya banyak orang

yang mendefinisikan keluarga sebagai keluarga inti. Keluarga inti terdiri atas

ayah, ibu dan anak-anaknya. Dalam keluarga tipe ini, kehadiran anak akan

mempengaruhi waktu dan sumber ekonomi. Ketidakhadiran anak akan

memung kinkan suami dan istri mencari konseling dan pelayanan kesehatan.

Tipe ini biasanya adalah ayah yang menjadi tumpuan ekonomi keluarga dan

ibu mengurus rumah tangga dan keluarga di rumah. Tetapi dewasa ini tak

jarang kedua posisi tersebut terbalik.

2. Keluarga besar

Keluarga ini termasuk kerabat (bibi, paman, kakek, nenek, sepupu) selain

keluarga inti. Keluarga tipe ini dapat memberikan berbagai macam dukungan

berdasarkan kebutuhan anggota keluarga terhadap pelayanan kesehatan.

Makin dekat anggota keluarga pada keluarga besar, makin mempunyai

pengaruh pada pelayanan kesehatan

3. Keluarga dengan Orang Tua Tunggal

Keluarga ini terbentuk karena salah satu orang tua meninggalkan keluarga inti

karena kematian, perceraian, mengabaikan, kelahiran anak tanpa pernikahan

orangtuanya, atau pada saat seseorang yang belum menikah memutuskan

untuk mengadopsi anak. Situasi perpisahan berdampak pada keluarga tipe ini.

Hal ini merupakan akibat yang paling umum dari perceraian pada saat ini.

4

Page 5: Kom 2 Sudah Refisi

Pengurangan sumber finansial dan emosi mempengaruhi kesehatan keluarga

dengan orang tua tunggal.

4. Keluarga Campuran

Keluarga ini dibentuk pada saat orang tua membawa anak-anak yang tidak

memiliki hubungan dari hubungan yang sebelumnya ke dalam hubungan yang

baru, bergabung dalam situasi kehidupan. Situasi kehidupan alami yang

sebelumnya dari rata-rata adaptasi terhadap perubahan mempengaruhi

kesehatan. Tekanan dari bentuk pola keluarga yang baru dapat mempengaruhi

kesehatan mental anggota keluarga.

5. Keluarga dengan Orang Tua Berkarir

Pada keluarga tipe ini, kedua orang tua adalah pencari nafkah (berkarir).

Biasanya mereka tidak memiliki anak. Keluarga tipe ini semakin meningkat

dewasa ini karena banyaknya kesempatan bekerja pada wanita, keinginan pada

peningkatan kualitas hidup dan desakan ekonomi. Masalah terberat yang

biasanya dihadapi oleh keluarga dengan orang tua berkarir adalah masalah

mengenai penanganan dan pengasuhan anak.

6. Keluarga Regenerasi

Dalam beberapa kebudayaan dan rumah tangga yang berumur panjang, adalah

mungkin jika dua keluarga dalam generasi yang berbeda hidup dalam satu

atap. Anak yang telah menikah dan memiliki anak memungkinkan hidup

bersama dengan orang tuanya, ataupun orangtua yang biasanya menaruh

kepengurusan dan kepedulian anak terhadap kakek atau neneknya, sedangkan

orang tua anak tidak termasuk ke dalam bagian keluarga regenerasi.

7. Orang dewasa yang tinggal sendiri

Merupakan bentuk keluarga dimana seseorang yang dewasa dan telah

menikah hidup dan mengurusi dirinya sendiri. Tipe keluarga ini terbentuk

karena biasanya diakibatkan oleh perceraian, kematian pasangan hidup,

maupun karena pasangan yang telah menikah namun terpisah oleh jarak

5

Page 6: Kom 2 Sudah Refisi

D. Fungsi Keluarga

Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :

a) Fungsi Biologis

1. Untuk meneruskan keturunan

2. Memelihara dan membesarkan anak.

3. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

4. Memelihara dan merawat anggota keluarga.

b) Fungsi Psikologis

1. Memberikan kasih sayang dan rasa aman.

2. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.

3. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.

4. Memberikan identitas keluarga.

c) Fungsi Sosialisasi

1. Membina sosialisasi pada anak.

2. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan anak.

3. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

d) Fungsi Ekonomi

1. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga.

2. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan keluarga di masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-

anak, jaminan hari tua dan sebagainya.

e) Fungsi Pendidikan

1. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan

membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat, minat yang dimilikinya.

2. Mempersiapkan anak untuk kehidupan semasa yang akan datang dalam

memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

3. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

6

Page 7: Kom 2 Sudah Refisi

E. Tugas Perkembangan Keluarga

a. Pasangan baru menikah (pasangan baru)

1. Membina hubungan intim yang memuaskan.

2. Menetapkan tujuan bersama.

3. Mengembangkan hubungan dengan keluarga keluarga lain, teman, dan

kelompok sosial.

4. Mendiskusikan rencana memiliki anak.

b. Keluarga dengan menanti kelahiran / bayi baru lahir

1. Mempersiapkan menjadi orang tua.

2. Tugas masing-masing dan tanggung jawab.

3. Persiapan biaya.

4. Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga baru, interaksi

keluarga, hubungan seksual dan kegiatan sehari - hari.

5. Pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua.

c. Keluarga dengan anak usia prasekolah

1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat tinggal,

privacy dan rasa aman.

2. Membantu anak untuk bersosialisasi.

3. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak

yangvlain (tua) juga harus terpenuhi.

4. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam atau keluarga

(keluarga lain dan lingkungan sekitar).

5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (biasanya keluarga

mempunyai tingkat kerepotan yang tinggi).

6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

7. Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan

perkembangan anak.

d. Keluarga dengan anak usia sekolah

1. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan

lingkungan lebih luas (yang tidak/kurang diperoleh dari sekolah atau

masyarakat).

2. Mempertahankan keintiman pasangan.

7

Page 8: Kom 2 Sudah Refisi

3. Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan

kesehatan anggota keluarga.

e. Keluarga dengan remaja.

1. Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggungjawab mengingat

remaja adalah seorang dewasa muda dan memiliki otonomi.

2. Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga.

3. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.

Hindarkan terjadinya perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.

4. Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan (anggota) keluarga

untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.

f. Keluarga dengan anak-anak dewasa awal (pelepasan)

1. Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar.

2. Mempertahankan keintiman pasangan.

3. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.

g. Keluarga usia pertengahan

1. Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan.

2. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.

3. Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan

anakanaknya dan sebaya.

4. Meningkatkan keakraban pasangan.

5. Partisipasi aktifitas sosial.

h. Keluarga usia lanjut

1. Mempertahankan suasana kehidupan kehidupan rumah tangga yang saling

menyenangkan pasangannya.

2. Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi ; kehilangan pasangan,

kekuatan fisik dan penghasilan keluarga.

3. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.

4. Mempertahankan kontak dengan anak cucu.

5. Mempertahankan kontak dengan masyarakat.

6. Melakukan life review masa lalu.

8

Page 9: Kom 2 Sudah Refisi

F. Perawatan Kesehatan Keluarga

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat

yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang

dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran/penyalur.

Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan :

1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang

menyangkut kehidupan masyarakat

2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,

mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam

kelompoknya

3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila

salah satu angota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh

terhadap anggota keluarga lainnya

4. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien),

keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara

kesehatan para anggotanya

5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya

kesehatan masyarakat.

G. Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga

Tujuan umum :

1. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga

mereka, sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya

Tujuan khusus :

a) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah

kesehatan yang dihadapi oleh keluarga

b) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-masalah

kesehatan dasar dalam keluarga

c) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat

dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya

9

Page 10: Kom 2 Sudah Refisi

d) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan

terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan

anggota keluarganya

e) Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya

H. Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,

keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan

saling memelihara. Freeman (1981) :

1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang

tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu

muda

4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga

5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-

lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-

fasilitas kesehatan yang ada.

I. Peran Perawat Keluarga

1. Pendidik

Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :

a) Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara

mandiri

b) Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga

2. Koordinator

Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif

dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program

kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang

tindih dan pengulangan

10

Page 11: Kom 2 Sudah Refisi

3. Pelaksana

Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun

di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung.

Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit.

Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang

diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung

kepada anggota keluarga yang sakit

4. Pengawas kesehatan

Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau

kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan

pengkajian tentang kesehatan keluarga

5. Konsultan

Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah

kesehatNn. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka

hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap

terbuka dan dapat dipercaya

6. Kolaborasi

Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit

atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan

keluarga yang optimal

7. Fasilitator

Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat

kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka

perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem

rujukan, dana sehat, dll)

8. Penemu kasus

Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi

ledakan atau wabah

9. Modifikasi lingkungan

Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik

lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta

lingkungan yang sehat.

11

Page 12: Kom 2 Sudah Refisi

J. Prinsip-prinsip Perawatan Keluarga

1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan

2. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai

tujuan utama

3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai

peningkatan kesehatan keluarga

4. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat

melibatkan peran serta keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya

5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif

dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif

6. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan

sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan

keluarga

7. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara

keseluruhan

8. Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan

kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan

menggunakan proses keperawatan

9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga

adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan

dasar/perawatan di rumah

10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.

12

Page 13: Kom 2 Sudah Refisi

2.2 Konsep dasar asuhan keperawatan keluarga

A. Pengkajian ( Assessment )

Pengkajian asuhan keperawatan keluarga menurut teori / model Family Center

Nursing Friedman, meliputi 7 komponen pengkajian yaitu

1. Data Umum

a. Identifikasi kepala keluarga

1. Nama kepala Keluarga ( KK ) :

2. Umur ( KK ) :

3. Pekerjaan Kepala Keluarga ( KK ) :

4. Pendidikan Kepala Keluarga ( KK ) :

5. Alamat dan nomor telpon :

13

Identifikasi keluarga, subsistem keluarga dan masalah

kesehatan individu ( diagnosis keperawatan )

Rencana tindakan:

- Setting tujuan

- Identifikasi sumber daya

- Alternative pendekatan

- Memilih alternative tindakan

- Prioritas masalah

Evaluasi perawatan

Pengkajian individu

- Mental

- Fisik

- Emosi

- Social

- Spiritual

Pengkajian keluarga:

- Identifikasi data sosio kultural

- Data lingkungan

- Struktur keluarga

- Fungsi keluarga

- Strategi koping dan stress keluarga

Page 14: Kom 2 Sudah Refisi

b. Komposisi anggota keluarga

Nama Umur JK Hub

dengan

KK

Pendidikan pekerjaan Keterangan

c. Genogram :

Genogram harus menyangkut minimal 3 generasi, harus tertera nama,

umur, kondisi kesehatan tiap keterangan gambar. Terdapat keterangan

gambar dengan symbol berbeda ( Friedman, 1998 ) seperti :

Laki-laki :

Perempuan :

Meninggal dunia :

Tinggal serumah : ,,,,,,,,,,,,,

Pasien yang diidentifikasi :

Kawin :

Cerai :

Anak adopsi :

Anak kembar :

Aborsi / keguguran :

14

Page 15: Kom 2 Sudah Refisi

d. Tipe keluarga :

e. Suku bangsa :

1. Asal suku bangsa keluarga

2. Bahasa yang dipakai keluarga

3. Kebiasaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat mempengaruhi

kesehatan

f. Agama :

1. Agama yang dianut keluarga

2. Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan

g. Status social ekonomi keluarga :

1. Rata – rata penghasilan seluruh anggota keluarga

2. Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan

3. Tabungan khusus kesehatan

4. Barang ( harta benda ) yang dimiliki keluaga ( perabot, transportasi )

h. Aktifitas rekreasi keluarga

2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini ( ditentukan dengan anak tertua )

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

c. Riwayat keluarga inti :

1. Riwayat terbentuknya keluarga inti

2. Penyakit yang diderita keluarga orang tua ( adanya penyakit menular

atau penyakit menular di keluarga )

d. Riwayat keluarga sebelum ( suami istri ) :

1. Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular keluarga

2. Riwayat kebiasaan / gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan

3. Lingkungan

a. Karakteristik rumah :

1. Ukuran rumah ( luas tanah )

2. Kondisi dalam dan luar rumah

3. Kebersihan rumah

4. Ventilasi rumah

5. Saluran pembungan air limbah ( SPAL )

15

Page 16: Kom 2 Sudah Refisi

6. Air bersih

7. Pengelolaan sampah

8. Kepemilikan rumah

9. Kamar mandi / wc

10. Denah rumah

b. Karekteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal :

1. Apakah ingin tinggal dengan satu suku saja

2. Aturan dan kesepakatan penduduk setempat

3. Budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan

c. Mobilitas geografis keluarga :

1. Apakah keluarga sering pindah rumah

2. Dampak pindah rumah terhadap kondisi keluarga ( apakah menyebabkan

stress )

d. Perkumpulan keluarga dan berinteraksi dengan masyarakat

1. Perkumpulan / organisasi social yang diikuti oleh anggota keluarga

2. Digambarkan dalam ecomap

e. System pendukung keluarga

Termasuk siap saja yang terlibat bila keluarga mengalami masalah

4. Struktur keluarga

a. Pola komunikasi keluarga :

1. Cara dan jenis komunikasi yang dilakukan keluarga

2. Cara keluarga memecah masalah

b. Struktur kekuatan keluarga :

1. Respon keluarga bila ada anggota keluarga yang mengalami masalah

2. Power yang digunakan keluarga

c. Struktur peran ( formal dan informal ) :

1. Peran seluruh anggota keluarga

d. Nilai dan norma keluarga

5. Fungsi keluarga

a. Fungsi afektif

1. Bagaimana cara keluarga mengekspresikan perasaan kasih saying

2. Perasaan yang dimilki

16

Page 17: Kom 2 Sudah Refisi

3. Dukungan terhadap anggota keluarga

4. Saling menghargai, kehangatan

b. Fungsi sosialisasi

1. Bagaimana memperkenalkan anggota keluarga dengan dunia luar

2. Interaksi dan hubungan dalam keluarga

c. Fungsi keperawatan kesehatan:

1. Kondisi perawatan kesehatan seluruh anggota keluarga ( bukan hanya

kalau sakit diapakan tetapi bagaimana prevensi / promosi )

2. Bila ditemui data maladaptive, langsung lakukan penjajagan tahap II

( bedasarkan 5 tugas keluarga seperti bagaiman keluarga mengenal

masalah, mangambil keputusan, merawat anggota keluarga,

memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan )

6. Stress dan koping keluarga

a. Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan

keluarga

b. Respon keluarga terhadap stress

c. Strategi adaptasi yang disfungsional:

Adakah cara keluarga mengatasi masalah secara maladaptive

7. Pemeriksaan fisik ( head to toe )

a. Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan

b. Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga

c. Aspek pemeriksaan fisik mulai vital sign, rambut, kepala, mata mulut,

THT, leher, thorax, abdomen, ekstermitas atas dan bawah, system

genitalia.

d. Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik

8. Harapan keluarga

1. Terhadap maslah kesehatan keluarga

2. Terhadap petugas kesehatan yang ada

17

Page 18: Kom 2 Sudah Refisi

B. Analisa Data

Setelah dilakukan pengkajian, selanjutnya data dianalisis untuk dapat

dilakukan perumusan diagnosis keperawatNn. Analisis data di buat dalam bentuk

matriks seperti table 2.1 berikut:

No DATA DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1 Data subjektif:

- Keluarga mengatakan anak L

mengalami nyeri haid yang

berlangsung 1-2 hari

- Keluarga mengatakan tidak diobati

apapun tetapi terkadang diberikan

feminax 1 butir sehari bila terasa

nyeri

- Anak L mangatakan bial haid,

badan terasa malas aktivitas, purat

mulas, pegal, merasa lelah dan

ingin marah-marah

- Anak L mengatakan kadang

mendapatkan haid 2x sebulan

- Keluarga mengtakan tidak tahu

penyebab. Akibat, cara perawata

nyeri haid.

Data objektif:

- Anak L tampak lemas

- Nyeri bila ditekan pada abdomen

Gangguan rasa nyanman, nyeri haid

pada keluarga bapak A khusu anak L

berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat

anggota keluarga yang mengalami

nyeri haid

18

Page 19: Kom 2 Sudah Refisi

C. Diagnosa Keperawatan

Menurut Bailon dan Maglaya (1989) dan modifikasi oleh Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indonesia (2000), bahwa etialogi diagnosa keperawatan

ada 3 yaitu:

a. Aktual (deficit atau gangguan kesehatan), bila didapatkan data tanda dan

gejala gangguan kesehatan, contoh: ketidakseimbangan antara makanan dan

insulin. Pada keluarga Bapak D berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus.

b. Resiko (ancaman kesehatan), sudah ada data yang menunjang namun belum

terjadi gangguan, misalnya : kebiasaan tidak mengontrol makanan yang

banyak mengandung glukosa atau dengan makanan yang berlebihan. Contoh :

Resiko peningkatan kadar glukosa dalam darah pada keluarga Bapak

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

dengan Diabetes Mellitus.

c. Potensial (keadaan sejahtera atau wellness), kejadian dimana keluarga dalam

keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Contoh :

potensial terjadi peningkatan kesejahteraan pada ibu hamil atau keluarga.

d. Pada pembuatan diagnosa keluarga ini, etiologi berdasarkan lima fungsi

keperawatan keluarga, dimana apabila ditentukan lebih dari satu fungsi

kesehatan yang terganggu maka yang menjadi etiologi adalah

ketidakmampuan keluarga merawat.

19

Page 20: Kom 2 Sudah Refisi

D. Perencanaan

1. Penapisan Masalah

Dalam menyusun prioritas masalah keperawatan yang telah teridentifikasi

perlu dilakukan penapisan masalah keperawatan dengan menggunakan kriteria

sebagai berikut :

Kriteria Skor Bobot Pembenaran

Sifat Masalah:

a.    Aktual

b.    Resiko

c.    Potensial

3

2

1

1 Aktual bobot tinggi karena

memerlukan tindakan yang segera,

potensial bobot sedikit karena

perilaku keluarga dalam transisi

dari tingkat kesejahteraan tertentu

ke tingkat kesejahteraan yang lebih

tinggi (Nanda, 1994), dikutip oleh

Carpenito 1998)

Kemungkinan masalah

dapat diubah :

a.    Mudah

b.    Sebagian

c.    Tidak dapat diubah

3

2

1

2

Pengetahuan dan tekhnologi untuk

menangani masalah, sumber daya

keluarga, perawat dan masyarakat.

Potensi Masalah untuk

Dicegah:

a.    Tinggi

b.    Sedang

c.    Rendah

3

2

1

1

Beratnya penyakit, prognosa

penyakit atau kemungkinan untuk

mencegah, lamanya masalah,

adanya kelompok resiko tinggi atau

rawan.

Menonjolnya masalah:

a. Masalah Berat harus

segera ditangani

b. Ada masalah tetapi

tidak perlu ditangani

c. Masalah Tidak

dirasakan

2

1

0

1

Persepsi keluarga melihat masalah.

Jika keluarga menyadari masalah

dan merasa perlu ditangani segera

skornya tinggi.

20

Page 21: Kom 2 Sudah Refisi

2. Cara Perhitungan Skor

Pertama kita menentukan skor untuk setiap kriteria, kemudian skor yang

diperoleh dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan nilai bobot. Setelah

mendapatkan basil jumlah skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5 sama

dengan jumlah seluruh bobot dan skor tertinggi menjadi prioritas.

3. Perencanaan Keperawatan

Setelah menyusun prioritas masalah maka pada tahap berikutnya adalah

menyusun rencana tindakan keperawatan keluarga. Rencana tindakan

keperawatan keluarga merupakan sekumpulan rencana tindakan yang

direncanakan perawat untuk dilaksanakan, Beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam mengembangkan rencana keperawatan adalah:

a. Rencana keperawatan harus berdasarkan atas analisa secara menyeluruh

tentang masalah situasi keluarga.

b. Rencana keperawatan harus realistis. Artinya dapat dilaksanakan dan dapat

menghasilkan apa yang diharapkan.

c. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi

kesehatan, misalnya jika instansi kesehatan yang bersangkutan tidak

memungkinkan pemberian pelayanan secara cuma-cuma, maka perawat harus

mempertimbangkan hal tersebut dalam membuat rencana keperawatan dan

tindakan.

d. Rencana keperawatan harus dibuat bersama keluarga, hal ini sesuai dengan

prinsip bahwa perawat bekerja bersama keluarga dan bukan untuk keluarga.

e. Rencana keperawatan dibuat secara tertulis, hall ini berguna bagi perawat

maupun tim kesehatan lainnya, serta dapat membantu dalam mengawasi

perkembangan masalah keluarga.

Berikut ini adalah tindakan keperawatan yang dilakukan keluarga untuk

mengatasi penyebab masalah keperawatan :

a. Untuk membantu keluarga dalam penerimaan terhadap masalah dilakukan

adalah: perluas dasar sedang dihadapi, Bantu keluarga dan situasi yang ada.

Hubungkan sasaran yang telah ditentukan. menghadapi masalah.

21

Page 22: Kom 2 Sudah Refisi

b. Untuk membantu keluarga agar dapat menentukan keputusan yang tepat dalam

rangka menyelesaikan masalah, tindakan yang dilakukan adalah: diskusikan

dengan keluarga konsekuensi yang akan timbul jika tidak melakukan tindakan.

Perkenalkan pada keluarga tentang alternatif kemungkinan yang dapat diambil

serta sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan alternative tersebut.

Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat dan masing-masing alternative

tindakan.

c. Untuk meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam memberikan perawatan

terhadap anggota keluarga yang sakit, perawat dapat melakukan tindakan

antara lain: demonstrasikan tindakan yang diperlukan. Manfaatkan fasilitas

atau sasaran yang ada di rumah keluarga. Hindari hal-hal yang merintangi

keberhasilan keluarga merujuk klien atau mencari pertolongan kepada tim

kesehatan yang ada.

d. Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam menciptakan lingkungan

yang menunjang kesehatan, perawat dapat melakukan tindakan antara lain:

Bantu keluarga dalam rangka menghindari adanya ancaman dan perkembangan

kepribadian anggota keluarga. Bantu keluarga dalam rangka memperbaiki

fasilitas fisik yang ada. Hindarkan ancaman psikologis dalam keluarga dengan

cara memperbaiki pola, komunikasi keluarga, memperjelas peran masing-

masing keluarga. Kembangkan kesanggupan keluarga dalam rangka

pemenuhan kebutuhan psikososial.

e. Untuk membantu keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,

maka perawat harus mempunyai pengetahuan yang luas dan tempat tentang

sumber daya yang ada di masyarakat dan cara memanfaatkannya, seperti

instansi kesehatan, program peningkatan kesehatan, dan organisasi-organisasi

masyarakat.

22

Page 23: Kom 2 Sudah Refisi

E. Penatalaksanaan (implementasi)

Penatalaksanaan merupakan salah satu proses keperawatan keluarga dimana

perawatan mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan minat dan mengadakan

perbaikan ke arah perilaku yang sehat. Perawat harus memperhatikan

ketidakmampuan dan kesulitan keluarga dapat menghadapi masalah

kesehatannya. Diharapkan perawat dapat memperhatikan beberapa prinsip

motivasi yang bermanfaat dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat yaitu:

tingkah laku yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh

kemampuan keluarga melihat akibat masalah kesehatan terhadap dirinya

keyakinan keluarga terhadap keberhasilan tindakan dalam menurunkan masalah.

Dorongan yang berhubungan dengan kesehatan tidak selalu menimbulkan tingkah

laku sehat dan sebaliknya.

Dalam melaksanakan tindakan keperawatan ada beberapa faktor penghambat

baik dan keluarga maupun petugas kesehatan. Faktor-faktor penghambat dan

keluarga adalah keluarga kurang memperoleh informasi, keluarga mendapat

informasi yang tidak lengkap sehingga melihat masalah hanya sebagian, keluarga

tidak dapat mengaitkan informasi dengan situasi yang dihadapinya, keluarga tidak

mau menghadapi tekanan sosial atau dan keluarga, keluarga ingin

mempertahankan suatu pola tingkah laku, keluarga gagal mengaitkan tindakan

dengan sasaran keluarga, keluarga tidak percaya dengan tindakan yang diusulkan

oleh perawat. Sedangkan faktor penyulit yang berasal dari petugas adalah petugas

atau perawat cenderung menggunakan satu pola pendekatan (perawat kaku),

petugas kurang memberikan penghargaan atau perhatian terhadap faktor-faktor

sosial budaya. petugas kurang mampu dalam mengambil tindakan dan

menggunakan berbagai macam teknik dalam mengatasi masalah yang rumit.

F. Evaluasi

Dalam perawatan kesehatan keluarga, evaluasi merupakan proses yang

dilakukan dalam menilai keberhasilan dan suatu tindakan keperawatan dan

menentukan sejauh mana tujuan sudah tercapai, bila tujuan tercapai ditentukan

a1aannya apakah tujuan realistis, mungkin tindakan tidak tepat karena mungkin

ada faktor 1inkungan yang tidak dapat teratasi. Tahap pada umumnya, tahap

23

Page 24: Kom 2 Sudah Refisi

evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu: evaluasi kuantitatif dimana evaluasi

ini menekankan pada jumlah pelayanan atau kegiatan yang telah diberikan.

Sedangkan evaluasi kualitatif adalah evaluasi yang difokuskan pada tiga dimensi

yang saling berkaitan yaitu: evaluasi struktur yaitu berhubungan dengan tenaga

atau bahan yang diperlukan dalam suatu kegiatan, evaluasi proses adalah evaluasi

yang dilakukan selama kegiatan berlangsung dan evaluasi basil merupakan basil

dan pemberian asuhan keperawatan.

Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah tujuan dati

tindakan keperawatan yang telah tercapai adalah sebagai berikut :

a. Observasi langsung metode ini merupakan metode yang paling valid untuk

menentukan adanya perubahan yaitu bila interpretasi yang subyektif dan

pengamat dapat dikurangi dan menggunakan instrument yang tepat dan tujuan

yang telah ditetapkan mengenai proses atau hasil.

b. Memeriksa laporan atau record mengenai test diagnostik yang menunjukkan

perubahan dalam status kesehatan klien dapat diperoleh dan kartu penderita.

c. Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku yang rumit,

wawancara dapat disusun dan diberikan kepada keluarga yang berperan

penting.

d. Latihan stimulasi, berguna untuk menentukan perkembangan kesanggupan

untuk mengerti seperti kecakapan dalam membuat keputusan, menanggapi

masalah dan menganalisa masalah.

Untuk menentukan keberhasilan suatu tindakan keperawatan yang diberikan

pada keluarga dengan pedoman SOAP sebagai tuntunan perawat dalam

melakukan evaluasi adalah:

a. Subyektif : Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain tentang

perubahan yang dirasakan baik kemajuan atau kemunduran setelah diberikan

tindakan keperawatan.

b. Obyektif : Data yang bisa diamati dan diukur memalui teknik observasi,

palpasi, perkusi dan auskultasi, sehingga dapat dilihat kemajuan atau

kemunduran pada sasaran perawatan sebelum dan setelah diberikan tindakan

keperawatan.

24

Page 25: Kom 2 Sudah Refisi

c. Analisa : Pernyataan yang menunjukkan sejauh mana masalah keperawatan

ditanggulangi.

d. Planning : Rencana yang ada dalam catatan perkembangan merupakan

rencana tindakan hash evaluasi tentang dilanjutkan atau tidak rencana tersebut

sehingga diperlukan inovasi dan modifikasi bagi perawat.

2.3 Konsep Dasar Stroke

A. Definisi Stroke

Stroke adalah penyakit yang ditandai oleh penurunan fungsi otak, yang

disebabkan oleh terhentinya aliran darah ke otak yang berlangsung selama 24 jam

atau lebih atau berakhir dengan kematian (WHO, 1970)

Stroke adalah gangguan fungsi otak, fokal (ataupun global), yang timbul

mendadak, berlangsung selama lebih dari 24 jam (kecuali bila mengalami

tindakan pembedahan atau meninggal sebelum 24 jam), disebabkan oleh kelainan

pembuluh darah otak (WHO Monica Project, 1995).

Stroke adalah bencana atau gangguan peredaran darah diotak. Dalam bahasa

Inggris dinamai juga sebagai Cerebrovascular Accident atau CVA

(Lumbantobing, 2000)

Menurut McCabe dalam Smeltzer & Bare (2002), stroke adalah kehilangan

fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak.

Stroke adalah penyakit serebrovaskular (pembulu darah) yang dirandai dengan

gangguan fungsi otak karena adanya kerusakan atau kematian jaringan otak akibat

berkurang atau tersumbatnya alliran darah dan oksigen ke otak. Aliran darah ke

otak dapat berkurang karena pembulu darah otak mengalami penyempitan,

penyumbatan, atau perdarahan karena pecahnya pembulu darah tersebut.

Stroke bukanlah penyakit yang asing bagi masyarakat Indonesia. Hal ini

disebabkan oleh cukup tingginya insiden kasus stroke yang terjadi dimasyarakat

dan cenderung meningkat setiap tahunnya. Insidensi stroke melintasi batas-batas

sosioekonomi, jenis kelamin, maupun usia.

Peningkatan risiko terjadinya stroke pada masyarakat kelompok ekonomi

menengah kebawah antara lain dipicu oleh pola hidup tidaak sehat, seperti

merokok, tidak teratur mengkonsumsi obat antihipertensi, dan berbagai kronis

25

Page 26: Kom 2 Sudah Refisi

lainnya. Bisa juga disebabkan oleh kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tinggi

kadar garamnya, seperti ikan asin dan mie instan.

Sementara itu, pada kelompok ekonomi menengah ke atas, meningkatnya

risiko stroke terutama disebabkan oleh kebiasaan mengkonsumsi makanan yang

tinnggi kadar lemak, kalori, dan kadar garamnya, seperti makanan cepat saji yang

terkatagori junk food. Selain itu, penyakit hipertensi dan DM, penyakit dan

kelainan irama jantung(aritmia) yang tidak diobati secara teratur juga meningkat

risiko terjadinya stroke pada kelompok ekonomi menengah ke atas.

Stroke dapat dijumpai pada bayi maupun anak-anak. Factor risiko terjadinya

stroke pada kelompok usia bayi atau anak-anak antara lain karena kelainan

bawaan pada pembulu darah seperti arterivenous malformation (AVM) yaitu

pembulu darah menjadi mudah pecah dan menyebabkan stroke.

Pada kelompok usia remaja, factor risiko terjadinya stroke terutama

disebabkan oleh factor kecelakaan lalu lintas dan konsumsi rokok, alkohol dan

narkotika, serta psikotropika dan zat adiktif lainya.

Sedangkan pada usia dewasa stroke terutama dipicu oleh hipertensi mauppin

penyakit kronis lainnya seperti DM atau kelainan irama jantung.juga

dilatarbelakangi oleh ppola makan yang tidak sehat, seperti mengkonsumsi

makanan yang tinggi kalori, garam, dan lemaknya.

B. Etiologi Stroke

Berdasarkan mekanisme penyebabnya stroke dapat diklasifikasikaan menjadi

dua, yaitu:

1. Stroke iskemik atau stroke oklusif

Stroke ini disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah akibat adanya

emboli, aterosklerosis, atau oklusi trombolitik pada pembulu darah otak. Jenis

stroke ini merupakan stroke yang sering ditemui. Stroke iskemi terjadi bila

jaringan dan sel-sel otak mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi yang

disebabkan adanya penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah.

Pembuluh darah dapat mengalami penyempitan karena aterosklerosis, yakni

pembuluh darah menjadi kaku dan elastis berkurang. Proses aterosklerosis terjadi

akibat timbunan lemak dalam dinding arteri. Timbunan lemak tersebut dapat

26

Page 27: Kom 2 Sudah Refisi

merusak dinding arteri dan menyebabkan luka yang akan merangsang trombosit

untuk mengeluarkan enzim pembeku darah. Terjadilah penggumpalan darah

setempat yang akan mengurangi diameter arteri sehingga arteri makin menyempit.

Penyempitan ini menyebabkan aliran darah yang membawa nutrisi dan oksigen ke

otak berkurang.

2. Stroke Hemoragik

Stroke yang disebabkan oleh kenaikan tekanan darah yang akut atau penyakit

lain yang menyebabkan melemahnya pembuluh darah. Stroke hemoragik artinya

stroke karena perdarahan, terjadi akibat pembulu darah yang pecah. Pecahnya

pembuluh darah di otak menyebabkan aliran darah ke otak berkurang dan sel-sel

otak dapat mengalami kerusakan bahkan kematian karena kekurangan oksigen

dan nutrisi. Darah yang keluar dari pembuluh darah yang pecah juga dapat

merusak sel-sel otak yang ada disekitarnya. Stroke ini terjadinya lebih jarang

dibandingkan sengan stroke iskemik, tetapi stroke hemoragik mempunyai efek

yang lebih serius dibandingkan stroke iskemik.

Hipertensi merupakan penyebab tersering stroke hemoragik. Hipertensi yang

menahun dapat menyebabkan kelemahan dinnding pembuluh darah sehingga

menjadi rapuh dan mudah pecah.

Menurut letaknya, stroke hemoragik dibedakan atas dua kelompok, yaitu:

a. Perdarahan intraserebral.

Pada stroke jenis ini pembuluh darah pada otak pecah dan darah membasahi

jaringan otak. Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak sehingga

menyebabkan spasme atau penyempitan arteri di sekitar tempat perdarahan.

Sel-sel otak yang berada jauh dari tempat perdarahan juga akan mengalami

kerusakan karena aliran darah terganggu

b. Perdarahan subarakhnoid

Perdarahan terjadi di pembulu darah yang terdapat pada selaput otak.

Selanjutnya, darah mengalir keluar mengisi rongga antara tulang terngkorak

dna otak. Sama seperti perdarahan intraserebral, darah yang keluar dapat

menyebabkan spasme arteri sekitar tempat perdarahan, mengiritasi jaringan

sekitar, serta menyebabkan proses desak ruang.

27

Page 28: Kom 2 Sudah Refisi

C. Patofisiologi

1. Stroke Iskemik

Adanya aterotrombosis atau emboli yang memutuskan aliran darah otak yang

mengakibatkan otak kekurangan oksigen akhirnya terjadi proses fosforilasi

oksidatif terhambat sehingga produksi ATP berkurang, pompa Na-K-ATPase

tidak berfungsi sehingga terjadi depolarisasi membrane sel saraf lalu pembukaan

kanal ion Ca, kenaikan influx Ca secara cepat terjadi gangguan Ca homeostasis,

Ca merupakan signaling molekul yang mengaktivasi berbagai enzim, memicu

proses biokimia yang bersifat eksitotoksik akhirnya terjadi kematian sel saraf

(nekrosis maupun apotosis), gejala yang tibul tergantung pada saraf mana yang

mengalami keruusakan /kematian.

2. Stroke hemoragik

Hemoragi merupakan penyebab ketiga tersering serangan stroke

Penyebab utamanya adalah hipertensi, terjadi jika tekanan darah

meningkat dengan signifikan mengakibatkan pembuluh arteri robek sehingga

menyebabkan perdarahan pada jaringan otak dan membentuk suatu massa

jaringan otak terdesak, bergeser, atau tertekan (displacement of brain tissue)

akhitrnya fungsi otak terganggu. Pasien dengan stroke hemoragik sebagian besar

mengalami ketidaksadaran meninggal

D. Gejala Stroke

Gejala atau tanda stroke sering muncul secara tiba-tiba dan cepat. Oleh

karenanya, penting sekali mengenali tanda-tanda atau gejala stroke. Beberapa

gejala stroke secara umum antara lain sebagai berikut:

1. Nyeri kepala hebat secara tiba-tiba

2. Pusing, yakin merasa benda-benda disekitarnya berputar atau merasa goyang

bila bergerak atau biasanya disertai mual dan muntah.

3. Bingung, terjadi gangguan orientasi ruang, waktu, atau personal.

4. Penglihatan kabur atau ketajaman penglihatan menurut, bisa pada salah satu

mata atau pun keduanya.

5. Kesulitan bicara secara tiba-tiba. Mulut terlihat tertarik ke satu sisi atau ’petot’

6. Kehilangan keseimbangan, limbung atau jatuh

28

Page 29: Kom 2 Sudah Refisi

7. Rasa kebas, yakni mati rasa, atau kesemutan pada satu sisi tubuh.

8. Kelemahan otot pada satu sisi tubuh

Gejala yang muncul bervariasi tergantung di mana terjadi serangan stroke

iskemia, misalnya:

1. Unilateral weaknesses, biasanya hemiparesis (lumpuh separo)

2. Unilateral sensory complaints, numbness, paresthesia (mati rasa)

3. Aphasi language comprehension

4. Monocular visual loss gangguan penglihatan sebelah

Pada stroke hemoragik:

1. Onset manifestasi kliniknya cepat

2. Gejala fisik neurologis yang muncul tergantung pada tempat perdarahan

dan besarnya perdarahan

3. Mayoritas pasien kehilangan kesadaran, dan banyak yang akhirnya

meninggal tanpa sempat sadar lagi

4. Sebelum pingsan, pasien umumnya akan mengalami sakit kepala dan

dizziness

Berdasarkan gejala dan tanda serta waktu terjadinya serangan, dapat

diperkirakan letak kerusakan jaringan otak serta jenis stroke yang menyerang.

a. Kesemutan atau kelemahann otot pada sisi kanan tubuh menunjukkan terjadi

gangguan pada otak belahan kiri

b. Kehilangann keseimbangan menunjukkan gangguan terjadi dipusat

keseimbangan, yakni antara lain daerah otak kecil (cerrebellum). Serangan

stroke yang terjadi saat penderita sedang istirahat atau tidur umunya adalah

stroke iskemik. Gejala munculnya secara bertahap dan kesadaran umumnya

baik, kecuali iskeminya terjadi karena sumbatan embolus yanng berasal dari

jantung maka gejala muncul mendadak dan sering disertai nyeri kepala

c. Stroke hemoragik biasanya terjadi pada saat penderita sedang beraktivitas atau

emosinnya aktif. Gejala berupa nyeri kepala hebat seperti mau pecah disertai

muntah-muntah, kuduk menjadi kaku, dan kesadaran serinng terganggu.

29

Page 30: Kom 2 Sudah Refisi

E. Faktor Risiko

Meskipun stroke bisa menyerang segala usia, beberapa penelitian

menunjukkan bahwa beberapa orang lebih rentan terserang penyakit yang

berpotensi mematikan dan menimbulkan kecacatan menetap ini.

Ada beberapa factor risiko yang menyebabkan seseorang lebih rentan

terserang stroke disbanding yang lain. Factor risiko tersebut dapat digolongkan

menjadi dua, yaitu:

1. Factor risiko stroke ang tidak dapat diubah

a. Usia

Risiko mengalami stroke meningkat seiring bertambahnya usia. Risiko

semakin meningkat setelah usia 55 tahun. Usia terbanyak terkena serangan

stroke adalah usia 65 tahun ke atas. Angka kematian stroke yang lebih tinggi

banyak dijumpai pada golongan usia lanjut. Kondisi ini didukung oleh fakta

baha umumnya kematian pada wanita akibat stroke lebih tinggi disbanding

laki-laki Karen umumnya wanita terserang stroke pada usia lebih tua.

b. Jenis kelamin

Stroke lebih banyak dijumpai pada laki-laki. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa laki-laki lebih berisiko terserang stroke dibandingkan

wanita. Namun, kematian akibat stroke lebih banyak dijumpai pada wanita

disbanding laki-laki karena umumnya wanita terserang stroke pada usia yang

lebih tua. Masih belom jelas apakah penyebab kematian akibat stroke pada

wanita yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki akibat proses penuaan

(degenerative) atau karena pengaruh hormone akibat pascamenopause.

c. Riwayat keluarga

Factor genetic di dalam keluarga juga merupakan factor risiko stroke beberapa

penyakit seperti DM dan hipertensi diketahui dapat diturunkan secara genetic

dari seseorang kepada keturunannya. Dua penyakit tersebut merupakan factor

risiko stroke yang masih dapat dikontrol dengan pengobatan yang teratur dan

menerapkan pola hidup sehat. Selain itu, pola makan yang tidak sehat dalam

suatu keluarga, seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tinggi kadar

kalori, garam, dan lemak diketahui menningkatkan risiko terjadinya stroke.

30

Page 31: Kom 2 Sudah Refisi

d. Ras atau etnis

Stroke lebih banyak menyerang dan menyebabkan keatian pada ras kulii

thitam, asia dan kepulauan Pasifik, serta Hispanik dibandingkan kulit putih.

Pada kulit hitam diduga karena angka kejadian hipertensi yang tinggi serta

diet tinnggi garam

2. Factor risiko yang dapat dikontrol

Factor risiko adalaha hal-hal yang meningkatkan kecenderungan seseorang

untuk mengalami stroke. Penelusuran factor risiko penting dilakukan agar dapat

menghindari dan mencegah serangan stroke.

a. Hipertensi

Hipertensi merupakan faktir risiko tunggal yang paling penting untuk stroke

iskemik maupun stroke perdarahan. Pada keadaan hipertensi, pembulu darah

mendapat tekanan yang cukup besar. Jika proses tekanan berlangsung lama , dapat

menyebabkan kelemahan pada dinding pembuluh darah sehingga menjadi rapuh

dan mudah pecah. Hipertsi juga dapat menyebabkan aterosklerosis dan

penyempitan diameter pembuluh darah sehingga mengganggu aliran darah ke

jaringan otak.

b. Penyakit jantung

Beberapa penyakit jantung antara lain fibrilasi atrial (salah satu jenis

gangguan irama jantung), penyakit jantung koroner, penyakit jantung rematik, dan

orang yang melakukann pemasangan katub jantung buatan. Kelainan detak

janutng berpotensi menimbulkan suatu bekuan sel trombosit , yang dapat

bermigrasi dari jantung dan menyumbat arteri di otak, menimbulkkan stroke tipe

iskemik tromboemboli.

c. Diabetes mellitus

Seseorang dengan diabetes mellitus rentan untuk menjadi aterosklerosis,

hipertensi, obesitas, dan gangguan lemak darah. Seseorang yang mengidap

diabetes mempunyai risiko serangan stroke 2 kali lipat dibandingkan mereka yang

tidak diabetes.

31

Page 32: Kom 2 Sudah Refisi

d. Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia dapat menyebabkan aterosklerosis. Aterosklerosis

berperan dalam menyebabkan penyakit jantung koroner dan stroke itu sendiri.

e. Merokok

Nikotin dalam rokok membuat jantung bekerja keras Karena frekuensi denyut

jantung dan tekanan darah meningkat. Nikotin juga mengurangi kelenturan arteri

serta dapat menimbulkan aterosklerosis.

f. Gaya hidup tidak sehat

Diet tinggi lemak, aktivitas fisik kurang, serta stress emosional dapat

meningkatkan risiko terkena stroke. Seseornag yang serinng mengkonsumsi

makanan tinggi lemak dan kurang melakukan aktivitas fisik rentan mengalami

obesitas, diabetes mellitus, aterosklerosis, dan penyakit jantung. Seseorang yang

sering mengalami stress emosional juga dapat mempengaruhi kondisi fisiknya.

Stress dapat merangsang tubbuh mengeluarkan hormone-hormon yang

mempengaruhi jantunng dan pembuluh darah sehingga berpotensi meningkatkan

risiko serangan stroke.

Factor-faktor diatas merupakan factor risiko yang dapat dikontrol sehingga

jika ingin mencegah serangan stroke dapat menghindari factor risiko tersebut.

F. Pencegahan

Setiap orang bisa mengurangi risiko terjadinya penyakit ini, yakni dengan

menerapkan pola hidup sehat dan mengobati berbagai penyakit kronis secara

teratur ke dokter.

1. Cek tekanan darah

Hipertensi adalah penyebab utama stroke, apapun jenisnya. Semakin tinggi

tekanan darah semakin besar risiko terkena serangan stroke. Setiap orang

hendaknya mengecek secara teratur berapa tekanan darahnya.

2. Kendalikan diabetes

Diabetes dapat dikendalikan dengan diet rendah karbohidrat terutama dengan

kadar gula tinggi, olehraga serta bila perlu obat antidiabetik. Seseorang

dengan hendaknya memeriksa gula darah secara teratur dan menghindari diet

yang dapat meningkatkan kadar gula darahnya.

32

Page 33: Kom 2 Sudah Refisi

3. Stop merokok

Hindari dan atau berhenti dari kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol

dan narkotika (NAPZA). Perlu motivasi yang kuat untuk berhenti merokok.

Ketergantungan pada rokok saat ini dapat diatasi dengan obat-obat yang

sifatnya sebagai terapi pengganti atau ,enghilangkan ketergantungan.

4. Pola makan sehat

Hindari makanan yang mengandung lemak tinggi, terlebih lagi lemak jenuh,

serta kurangi asupan garam. Diet yang mengandung banyak serat, seperti

buah-buahan dan sayuran serta rendah garam terbukti dapat mencegah stroke.

5. Mengurangi stress dan berolahraga

Selalu berfikir posistif adalah salah satu cara mengurangi stress. Olahraga juga

berguna untuk menghindari stress. Berolahraga membuat tubuh menjadi

bugar. Selain itu, unsure rekreasi yang ada pada olahraga membantu

menghilangkan stress. Olahraga bermanfaat bagi setiap orang, terutama yang

tidak ingin terserang stroke juga bagi indivdu pascastroke. Manfaat olahraga

secara teratur yang berhubungan dengan pencegahan dan rehabilitasi stroke

antara lain menjaga kebugaran jantung, mengurangi lemak tubuh dan kadar

gula darah, serta mencegah komplikasi dari kurang gerak yang

berkepanjangan.

G. Penanganan Stroke

a. Penanganan stroke fase akut

Kecepatan dan ketepatan penanganan penderita strke fase akut sangat

menentukan keberhasialn pengobatan.

Penanganan stroke tipe iskemik

Prinsip terapi pada stroke tipe iskemik adalah dengan menghilangkan atau

menghancurkan thrombus atau emboli yang menyumbat aliran darah arteri di

daerah tertentu dengan menggunakan obat-obatan yang dikenal sebagai

trombolitik

33

Page 34: Kom 2 Sudah Refisi

Dengan menghilangkan sumbatan, diharapkan aliran darah arteri kembali

lancar sehingga pasokan oksigen, glukosa, dan nutrisi jaringan otak kembali

seperti semula. Obat-obatan yang bisa dipakai adalah golongan tissue

plasminogen activator (TPA).

Penderita stroke tipe iskemik juga perlu mendapatkan obat antipembekuan

darah dan obat pengencer darah, demi mencegah terbentuknya kembali thrombus

atau emboli dikemudian hari. Obat-obatan yang kerap dipakai adalah golongan

heparin dan aspirin.

Selain itu unntuk menjaga sel-sel otak di daerah penumbra tetap hidup,

digunakan obat-obatan yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan sel otak

dari dampak negative stroke. Obat-obatan ini disebut neuroprotektif. Beberapa

obat yang sering digunakan, diantaranya obat-obatan golongan barbiturate, obat

penyekat saluran kalsium, obat naloxone, dan antagonis opiod.

Penanganan stroke tipe perdarahan

Pada kasus stroke tipe perdarahan terjadi penyebaran cairan atau bekuan darah

ke beberapa daerah di dalam tengkorak (intracranial). Prinsip penanganan stroke

tipe perdarahan dilakukan dengan beberapa cara, ialah sebagai berikut:

1. Mengurangi dampak negative akibat peningkatan tekanan intracranial, yakni

melalui operasi untuk mengangkat cairan atau bekuan darah.

2. Menurunkan tekanan darah dengan pemberian obat-obatan antihipertensi,

seperti nitrogliserin,

3. Memberikan obat steroid untuk mencegah timbulnya spasme arteri yang

sering munncul pada stroke perdarahan subarachnoid.

b. Penanganan fase pencegahan atau rehabilitasi

Rehablitasi adalah suatu tahapan pada kondisi pascastroke yang harus dilalui.

Rehabilitasi atau pemulihan harus segera dilakukan, secepat mungkin setelah

kondisi umum pasien pascastroke dinyatakan stabil. Tahap rehabilitasi

pascastroke dapat mulai satu hari, satu minggu atau bahkan dua minggu pasca

serangan, berbeda-beda pada tiap orang tergantung pada jenis stroke, letak serta

luasnya kerusakan otak yang dialaminya.

34

Page 35: Kom 2 Sudah Refisi

Secara umum, problematika pascastroke dapat digolongkan menjadi tiga,

yaitu:

1. Gangguan motorik, berkaitan dengan gerak tubuh

2. Gangguan sensorik, berkaitan dengan fungsi tubuh dalam menerima stimulus

atau rangsangan

3. Gangguan kognitif, berkaitan dengan fungsi berfikir, kecerdasan, emosi,

memori, dan sebagainya.

Masa-masa awal pemulihan pascastroke bisa dikatakan sebagai masa yang

sulit, baik bagi penderita pascastroke maupun keluarga pendampingnya. Pada

masa-masa awal dukungan keluarga sangatlah penting bagi seorang pascastroke

agar mereka dapat pulih optimal. Penting bagi keluarga pendamping penderita

pascastroke untuk meningkatkan perhatian kepada mereka, membantu seperlunya

dalam aktivitas keseharian, dan member mereka kesempatan untuk melakukan

bebarapa hal yang masih bisa mereka lakukan tanpa bantuan agar dapat terpupuk

kepercayaan dirinya. Dalam masa pemulihan, penderita pascastroke perlu

mendapatkan latihan-latihan berikut agar dapat melakukan kegiatan yang rutin,

1. Latihan gerak pasif

Dalam latihan ini penderita stroke tidak bergerak sendiri, melainkan

digerakkan oleh orang lain yang dalam hal ini dapat dilakukan oleh terapis

atau keluarga pendamping. Tujuan latiha gerak pasif adalah untuk menjaga

kelenturan otot, menghindari kekakuan sendi, dan memperlancar peredaran

darah.

2. Latihan gerak active assisted

Latihan gerak ini dilakukan bila penderita sudah mampu bergerak, tetapi

gerakannya masih sangat terbatas karena adanya kelemahan otot sebagai dari

akibat stroke tersebut. Dalam melakukan gerakan ini penderita menggerakkan

anggota tuubh yang dikehendaki semampunya dengan dibantu oelh terapis

atau pendamping.

3. Latihan akti

Latihan aktif dilakukan setelah penderita sudah mampu bergerak secara aktif.

Dalam pelaksanaannya penderita bergerak secara aktif, tanpa dibantu tanpa

dibantu.

35

Page 36: Kom 2 Sudah Refisi

4. Latihan penguatan

Lathan ini dilakukann jika penderita sudah mampu menggerakkan tubuhnya

secara aktif. Latihan penguatan sangat penting dilakukan karena pada kondisi

pascastroke akan terjadi kondisi kelemahan pada beberapa anggota tubuh,

biasanya satu sisi sebagai akibat dari serangan stroke tersebut. Pada umumnya

bagian tbuh yang perlu diperkuat adalah otot komponen pembentukk potur

tubuh agar tubuh dapat tegak dan seimbang, otot disekitar sendi panggul dan

juga otot pada bahu. Penguatan otot yang disebutkan snagat penting sebagai

syarat awal untuk melakukan latihan dan aktivitas keseharian seperti,

ambulasi, transferdan aktivitas llainnya.

a. Transfer

Transfer, secara harfiah berarti bergeser atau berpindah, dalam hal ini yang

dimaksud transfer adalah suatu gerakan dimana penderita pascastroke melakukan

gerakan, bergeser, tetapi masih dalam satu titik. Contohnya:

1. Berguling ke kanan atau kiri dari posisi berbaring.

2. Bergerak dari posisi berbaring ke posisi duduk.

3. Berpindah dari posisi duduk di tempat tidur ke posisi duduk ditepi tempat

tidur.

Tingkat kemandirian dalam melakukan transfer berbeda-beda tergantung dari

kondisi pasien. Berguling miring ke kiri dan kanan di tempat tidur sangat penting

untuk mencegah timbulnya luka pada tulang ekor (dekubitus) sebaga akibat dari

tirah baring lama. Duduk tegak, baik bersandar atau tidak harus sering dilakukan

untuk mencegah efek buruk dari tirah baring, yaitu munculnya komplikasi paru-

paru yang disebabkan oleh keadaan paru yang tidak dapat mengembang secara

optimalpada saat baring dan turunnya tekanan darah secara tiba-tiba pada posisi

tegak.

b. Ambulasi

Ambulasi berarti berpindah tempat dari satu titik ke titik yang lain. Ambulasi

dapat dilakukan secara mandiri, dengan bantuan orang lain, maupun dengan

bantuan alat yang beragam sesuai dengan kondisi penderita pascastroke, misalnya

dengan menggunakan ongkat, walker, quadripod atau tripod, maupun dengan

menggunakan kursi roda.

36

Page 37: Kom 2 Sudah Refisi

H. Komplikasi

1. Dekubitus, jika pasien menjadi lumpuh maka harus dipindah dan d gerakkan

secara teratur. Bagian yang biasanya mengalami memear adalah pinggul,

pantat, sendi kaki, dan tumit. Bila memar ini tidak dirawat bisa menjadi

terinfeksi.

2. Bekuan darah, bekuan darah mudah terbentuk dalam kaki yang lumpuh. Selain

dapat menyebabkan menyimpanan cairan yang tidak nyaman dan

pembengkakan yang mengganggu, bekuan darah juuga mengakibatkan

embolisme paru, yaitu suatu bekuan yang terbentuk dalam satu arteri yang

mengalirkan darah ke paru.

3. Pneumonia, sangat diketahui bahwa ketidakmampuan untuk bergerak dapat

menyebabkan pneumonia. Setelah stroke pasien mungkin tidak akan bisa

batuk atau menelan dengan sempurna, menyebabkan cairan berkumpul di paru

dan selanjutnya menimbulkan pneumonia.

4. Otot yang mengerut dan kekakuan sendi, fisioterapi bertujuan untuk mencegah

kekakuan yang nyeri yang sidebabkan oleh kekurangan gerak.

5. Shock, stroke dapat menyebabkan kecemasan dan ketidaknyamanan pada

semua orang yang terlibat.

I. Perawatan dirumah

Untuk perawatan pasien strok dirumah sebaiknya dilakukan menyusunan

lingkungan, penyusunan lingkungan dapat dilakukan dengan:

1. Untuk lebih mudah keluarga mungkin harus memindahkan tempat tidur orang

yang terkena stroke ke lantai dasar jika anda tinggal dirumah bertingkat.

2. Atur posisi tempat tidur itu jauh dari dinding sehingga anda dapat berjalan

disekelilingnya. Hal ini akan lebih memudahkan dalam memindahkan orang

yang terkena stroke, juga dalam merapikan tempat tidur.

3. Jagalah agar selimut dan/atau kain lainnya tidak membebani kaki orang yang

terkena stroke itu, dengan menggunakan sebuah kotak kardus atau sebuah

ayunan untuk menyangga seprai.

4. Kasur yang mantap paling baik, diatas tempat tidur yang tidak memilliki

“penaik” kaki tetapi memiliki penaik kepala, yang akan lebih memudahkan

37

Page 38: Kom 2 Sudah Refisi

orang itu bagkit dari duduk, dengan disangga bantal. Kadang-kadang sebuah

tambahan kasur yang sudah ada bisa menambah kenyamanan dan membantu

mengurangi risiko luka-luka karena tekanan.

5. Berikan alat penanda untuk memanggil seseorang jika terjadi sesuatu rerhadap

pasien.

6. Pastikan bahwa kamar itu cukup hangat karena pasien sangat mudah

kehilangan panas tubuh bila tidak banyak bergerak.

7. Perhatikan kondisi kamar mandi. Lantai harus tetap kerig dan tidak licin untuk

menghindari resiko terjatuh yang dapat berakibat fatal. Pintu harus cukup

lebar sehingga memungkinkan kursi roda untuk masuk. Pada pintu trap atau

tangga harus diminimalisir agar lebih memudahkan dan mencegah risiko

tersandung atapun terjatuh

Kerusakan otak karena stroke juga dapat menyebabkan kecacatan berupa

kekakuan, kelemahan atau kekakuan otot yang menyulitkan aktifitas sehari-hari.

Kesulitan ini cenderung menyebabkan pasien kurang gerak. Kurang gerak

berkepanjangan akan menimbulkan banyak masalah seperti menurunkan

kebugaran jantung paru, mudah lelah, osteoporosis, dan atrofi otot. Kurang gerak

juga dapat mengganggu peredaran darah tungkai kaki yang dapat menyebabkan

pembentukan thrombus dan luka pada kulit karena kulit tertekan dalam waktu

lama. Berhati-hatilah dengan tanda-tanda bahaya seperti kulit yang merah dan

pecah-pecah. Kadang-kandang selembar kulit domba atau kasur khusus dapat

menolong menyebarkan tekanan tersebut. Bila sedang duduk di kursi, ada bantal-

bantal kecil yang khusus dirancang untuk menghilangkan tekanan pada titik

tertentu. Untuk mencegah luka tekan dapat dilakukan dengan mengganti posisi

secara berkala.

Manual handling

Manual handling (pedoman penanganan) meliputi pedoman bagi penderita

pascastroke dan keluarga atau pendampingnya dalam melakukan aktivitas sehari-

hari pada masa pemulihan.

1. Berbaring

Tirah baring atau bed rest dapat memberi akibat buruk jika dilakukan dalam

kurun waktu yang cukup lama. Akibat yang dapat ditimbulkan antara lain

38

Page 39: Kom 2 Sudah Refisi

pemendekan dan kelemahan otot akibat tidak pernah digunakan, luka dapa

punggung, pantat, dan tumit akibat tekanan tubuh di tempat tidur, penurunan

fungsi paru-paru dan jantung akibat posisi tubuh horizontal dan inaktivitas. Untuk

mencegahnya, harus diberikan posisi yang benar (positioning) dan perubahan

posisi berbarin(turning/changing position) yang dilakukan minimal dua jam

sekali.

Pada posisi berbaring, kedua bahu harus sama tinggi, begitu pula pada

panggul dan telang belakang lurus. Dibawa lutut dapat diberikan banta agar lebih

nyaman, tetapi tidak boleh diberikan terus menerus untuk mencegah pemendekan

otot paha bagian belakang (hamstring). Posisi yang lain adalah dengan

menempatkan bantal disepanjang betis untuk mengurangi tekanan pada tumit.

Miring kiri atau kanan dapat dilaukan secara mandiri ataupun dengan bantuan.

Langkah-langkah untuk posisi miring adalah bila akan bergerak miring ke kanan

maka lengan kanan rapat ke tubuh, lengan kiri dan kaki kiri bergerak menyilang

tubuh, di mulai dengan lengan, punggung memutar miring ke kanan, panggul,

paha, lalu di ikuti kaki. Hal yang sama dilakukan untuk bergerak miring ke kiri.

Apabila akan bergerak miring kearah tubuh yang sehat, maka dalam gerakan ini

dapat diberikan bantuan dengan cara memberikan dorongan pada punggung, dan

menyilang kaki

Langkah –langkah dalam melakukan gerakan telungkup hampir sama dengan

berbaring miring. Langkah awal yang dilakukan sama, tetapi pada gerakan

telungkup, tubuh diputar lebih jauh hingga posisi badan telungkup. Bantuan

diperlukan untuk member dorongan dan memindahkan lengan yang lemah

tertindih oleh tubuh.

Bergeser dapat dilakukan secara mandiri dengan cara menekuk lutut, kedua

lengan sejajar kesisi tubuh, lalu mengangkat pantat dan menggeser panggul.

Setelah itu, diikuti dengan menggeser tubuh bagian atas, diikuti kedua kaki.

Bergeres dengan bantuan orang lain dapat dilakukan dengan cara menggeser

anggota tubuh bagian atas terlebih dahulu, diikuti panggul, lalu terakhir kedua

kaki

39

Page 40: Kom 2 Sudah Refisi

2. Duduk

Ada beberapa cara yang dilakukan untuk duduk dari posisi berbaring

terlentang. Cara yang digunakan berbeda-beda, tergantung dari kondisi dan

kelemahan anggota gerak yang diderita oleh penderita pascastroke. Pada beberapa

kondisi dimana penderita pascastroke belum memiliki kemampuan untuk

mempertahankan posisi duduk, dia tidak boleh ditinggalkan dalam posisi duduk

tanpa dijaga untuk menghindari jatuh. Beberapa hal yang harus diperhatikan

dalam posisi duduk adalah tinggi tempat tidur atau tempat duduk diatur

sedemikian rupa dimana posisi sendi panggul, lutut, dan pergelangan kaki

tertekuk 900 dan telapak kaki menyentuh lantai sehingga memudahkan untuk

mengontrol tubuh dalam posisi duduk tegak. Tempat duduk yang terlalu tinggi

berisiko tubuh dapt merosot ke lantai saat telapak kaki berpijak, sedangkan terlalu

rendah akan mempersulit saat akan berdiri. Permukaan tempat duduk tidak boleh

terlalu keras juga tidak boleh terlalu empuk Karena tidak stabil dan memperbesar

risiko jatuh, terutama pada kondisi dimana kemampuan untuk mempertahankan

keseimbangan masih sangat kurang. Tempat duduk harus kuat dan tidak mudah

bergeser. Cara duduk dapat dibagi menjadi beberapa cara sebagai berikut;

a. Jika kedua lengan mempuny akekuatan baik maka dari posisi berbaring,

kepala diangkat, lalu leher ditekuk, sentuhkan dagu kedada tekan siku dan

lengan pada tempat tidur, lalu angkat badan sampai ke posisi duduk. Bantuan

dapat diberikkan dengan cara menarik kedua lengan kea rah posisi duduk.

b. Dalam melatih duduk, tubuh dimiringkan kesisi tubuh yang lemah sebagai

langkah awal. Dalam hal ini sisi tubuh yang lemah harus berada dipinggir

tempat tidur, lalu putar tubuh ke posisi miring kea rah sisi tubuh yang lemah.

Setelah itu tubuh berasa diposisi miring, turunkan kedua kaki lalu dengan

dorongan tangan yang kuat pada tempat tidur angkat badan perlahan hingga

tercapai posisi duduk dengan kaki ongkang-ongkang ditepi tempat tidur.

Bantuan dapat diberikan dengan cara meletakkan satu tangan di leher di

bawah telinga pasien tarik perlahan-lahan hingga ke posisi duduk dan tangan

uang lain pada panggul, tekan perlahann untuk menahan panggul sebagai

sumbu tubuh dari berbarinng miring kea rah duduk

40

Page 41: Kom 2 Sudah Refisi

c. Cara ketiga, dari posisi berbaring terlentang, kedua kaki digeser hingga berada

diluar tempat tidur. Setelah itu, miringkan bagian atas tubuh dan angkat

dengan bantuan tangan sehingga didapatkan hasil akhir berupa duduk

ongkang-ongkang kaki di tepi tempat tidur. Bantuan dapat diberikan dengan

menarik tubuh, baik dari posisi miring ataupun terlentang. Semua bantuan dan

control gerak yang diberikan akan semakin berkurang, terutama apabila

kekuatan, control dan daya tahan otot perut dan panggul sudah semakin kuat.

3. Berdiri

Kemampuan berdiri walaupun belom dapat dilakukan secara mandiri cukup

penting penderita pascastroke untuk dapat berpindah dari tempat tidur ke kursi

roda. Latihan berdiri dapat dimulai setelah penderita sudah memiliki kekuatan

otot punggung yang cukup, dimana ia mampu duduk dengan tegak, serta dapat

mempertahankan posisinya. Setelah duduk tegak, kedua kaki di posisikan sejajar

dilantai, pastikan lantai tidak licin atau alas lantai tidak bergeser. Penderita

mencondongkan tubuhnya ke depan, instruksikan untuk memindahkan massa

tubuhnyake lutut, terutama dilutut yang sehat. Bantuan dapat diberikan dengan

menempatkan kedua kaki dan lutut disisi luar kaki dan lutut penderita. Bantuan

tangan diberikan dengan meletakkan tangan dibawah pantat penderita dan kedua

tangan penderita memeluk punggung orang yang membantu. Seiring dengan

bertambahnya kekuatan, control, serta daya tahan otot paha dan lutut, otot

sekeliling pantat dan panggul. Serta punggung bantuan orang dapat diminimalisir

dan digantikan dengan alat bantu. Alat bantu bisa berupa tongkat, walker, atau

berpegangan pada perabot yang cukup kokoh. Latihan berdiri ditingkatkan

seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

4. Menggunakan kursi dan kursi roda

Saat belum memiliki kemampuan untuk berjalan, penderita pascastroke bisa

berpindah tempat (ambulasi) dengan menggunakan kursi roda. Berpindah ke kursi

memiliki cara yang sama dengan berpindah ke kursi roda. Pertama-tama kursii

diletakkan sejajar dengan tempat tidur kurang lebih sejajar dengan bahu dan

dikunci pada bagian rodanya agar tidak bergeser. Pijakan kaki pada kursi roda

diputar. Berpindah diawali dengan posisi duduk lalu berdiri setelah itu badan

41

Page 42: Kom 2 Sudah Refisi

diputar 900 ke depan kursi roda yang sudah diletakkan sejajar dengan tempat tidur.

Perlahan-lahan pantat di turunkan untuk kemudian duduk di kursi roda.

Bantuan dua orang diperlukan apabila kemampuan unutk duduk dan

menegakkan punggung belum dimiliki. Kursi roda diletakkan sejajar dengan

tempat tidur kurang lebih sejajar panggul. Penderita didudukkan dengan kaki

lurus ke depan. Bantuan orang pertama dilakukan dengan melingkarkan kedua

tangannya dari belakang melalui bawah ketiak, lalu di tautkan ke depan dada

pasien. Orang kedua membantu dengan meletakkan satu tangan di belakang lutut

penderita tangan yang llain di letakkan menyangga pergelangan kaki. Setelah

pegangan dirasakan mantap secara bersama-sama pindahkan ke samping,

langsung dalam keadaan duduk di kursi roda. Unutk lebih memudahkan dapat

diberikan aba-aba seperti “satu”, “dua”, “tiga”, “angkat”.

42

Page 43: Kom 2 Sudah Refisi

BAB III

APLIKASI TEORI

3. 1 Contoh Kasus

Tn.N adalah seorang kepala keluarga yang berusia 65 tahun. Tn.N tinggal

bersama keluarga di desa Ratu Jaya RT 03 RW 07 surabaya. Istri Tn.N meninggal

1 tahun yang lalu karena kecelakaan, sekarang Tn.N tinggal bersama anak

bungsungya yaitu Tn.D sedangkan 2 anak tertuanya sudah menikah dan memiliki

rumah sendiri-sendiri di luar kota. Tn.D menikah dengan Ny.R dan mempunyai

seorang anak yang berusia 14 tahun. Meskipun yang menjadi kepala keluarga

adalah Tn.N tapi yang menjadi tulang punggung keluarga adalah Tn.D ini

dikarenakan kondisi Tn.N yang mengalami sakit stroke yang disetrtai

kelumpuhan. Tn.D bekerja sebagai buruh pabrik sedangkan istrinya hanya sebagai

ibu rumah tangga. Penghasilkan keluarga Tn.N didapat dari hasil kerja Tn.D dan

terkadang mendapat kiriman dari anaknya yang ada di luar kota.

Keseharian Tn.N hanya tidur dikamar tanpa melakukan aktivitas, anggota

keluarga juga tidak pernah melakukan perpindahan posisi, hanya sesekali Tn. N di

bawah kedepan rumah untuk menghilangkan rasa bosan tapi itu juga sangat

jarang. Kondisi Tn. N saat ini tampak adanya kemerahan dan pecah-pecah di

daerah sekitar punggung bagian bawah, dalam kondisi ini keluarga sudah

memberikan bedak tetapi tidak juga membaik..

Respon keluarga Tn.N ketika anggota keluarga ada yang sakit hanya

dipanggilakan bidan yang ada di desanya. Hanya bila penyakit sudah lebih parah

baru dibawa ke balai pengobatan yang ada dikecamatan. Komunikasi dengan

antar keluarga dilakukan dengan baik. Hubungan keluarga dengan lingkungan

sekitar juga baik, bahkan kadang-kadang apabila semua anggota ada keluarga

sampai malam mereka akan meminta tolong tetangga sebelah untuk menjaga

Tn.N.

43

Page 44: Kom 2 Sudah Refisi

BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

4.1 Pengkajian

Tangggal 27 oktober 2014

1. Data Umum

a. Identitas keluarga

Nama kepala keluarga (KK): Tn. N

Umur : 65 th

Pekerjaan : -

Alamat : Rt 03 RW 07 Kelurahan Ratu Jaya

Suku /Bangsa : Jawa / Indonesia

Agama : Islam

Bahasa sehari-hari : Jawa

Pendidikan : SMP

b. Data Anggota Keluarga

NO. Nama Hub dgn

KK

Umur JK Suku Pekerjaan Pendidikan

terakhir

Ket

1. Ny. R Menantu 34 th P Jawa IRT SMA Sehat

2. Nn. A Cucu 14 th P Jawa Pelajar SMP Sehat

3. Tn. D Anak 38 th L Jawa Buruh

Pabrik

SMA Sehat

44

Page 45: Kom 2 Sudah Refisi

c. Genogram

d. Tipe Keluarga

Keluarga Tn.N merupakan tipe Keluarga besar (extended family) yang terdiri

dari ayah, anak, menantu, dan cucu.

e. Suku Bangsa

Tn.N menyatakan bahwa keluarganya merupakan suku jawa dan tinggal di

lingkungan orang-orang yang bersuku jawa. Tn.N berkomunikasi dengan

bahasa Jawa dan bahasa Indonesia baik antara anggota keluarga maupun

lingkungan sekitar.

f. Agama

Semua anggota keluarga Tn.N beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai

keyakinan di rumah dan di masjid.

g. Status Social Ekonomi Keluarga

Penghasilan keluarga ± Rp. 4.200.000,- perbulan, yang diperoleh dari hasil

kerja Tn. D sebagai buruh pabrik sebesar Rp. 2.200.000,- dan dari kiriman

anak Tn.N yang berada di luar kota Rp. 2.000.000,- perbulan. Sedangkan Nn.

A dan Tn. N tidak menghasilkan uang karena Nn. A masih pelajar dan Tn. N

sudah lansia disertai menderita stroke

45

Ket :

: laki-laki

: perempuan

: meninggal

: pasien

:Tingggal

serumah

65

3834

14

Page 46: Kom 2 Sudah Refisi

h. Aktivitas Rekreasi Keluarga

Kegiatan yang dilakukan keluarga setiap hari mereka menonton TV bersama-

sama , dan semua berkumpul menonton TV ketika malam hari kecuali Tn. N

yang hanya sesekali saja berkumpul untuk menonton TV, tetapi anggota

keluarga selalu berkomunikasi dengan baik jika Tn.N mengingkan teman

untuk bicara. Kadang mereka berkumpul bersama tetangga atau saudara dekat

untuk berbincang-bincang bersama.

2. riwayat dan tahapan perkembangan keluarga

a. Tahapan perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga Tn.N saat ini adalah keluarga usia lanjut.

Semua anak Tn.N sudah menikah dan mempunyai tempat tunggal sendiri-

sendiri, hanya anak yang terakhir yang tinggal serumah dengannya dan

mempunyai seorang anak yang berumur 14 tahun.

b. Tahap perkembangan yang belum terpenuhi

Semua tahap perkembangan keluarga sudah terpenuhi, tinggal memenuhi

kebutuhan perkembangan individu sesuai usianya yaitu pada tahapan

perkembangan usia pertengahan pada anak Tn. N belum terpenuhi untuk

mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan karena sulit menjaga

kondisi ketidakstabilan emosi pada keluarga yang harus merawat dan

melayani Tn.N terus menerus dalam waktu yang lama akibat kelumpuhannya.

c. Riwayat kesehatan keluarga inti

1) Tn.N mengatakan kalau mempunyai penyakit keturunan hipertensi, saat ini

Tn.N mengalami stroke hingga mengalami kelumpuhan juga tampak

kemerahan dan pecah-pecah di daerah sekitar punggung bagian bawah.

2) Anak Tn.N (Tn.D) tidak memiliki masalah kesehatan

3) Menantu Tn.N (Ny.R) tidak mempunyai penyakit keturunan dan tidak

memiliki masalah kesehatan.

4) Cucu Tn.N (Nn.A) tidak mempunyai masalah kesehatan

46

Page 47: Kom 2 Sudah Refisi

d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

Tn.N mengatakan istrinya meninggal dunia karena kecelakaan. Tn.D (anak

Tn.N) mengatakan ayah mertuanya memiliki riwayat DM. keluarga dari pihak

Ny.R saat ini berhubungan baik, tidak ada konflik keluarga

3. Karakteristik Rumah

a. Rumah yang ditempati adalah milik sendiri.

Rumah yang ditempati berukuran 6 x 10 yang terdiri dari satu ruang tamu, tiga

kamar tidur, satu raung TV, satu kamar mandi, satu WC, satu dapur dan satu

tempat sholat. Rumah Tn.N merupakan bangunan permanen, lantai rumah

terbuat dari ubin. Jendela berada dibagian ruang tamu dan satu di ruang TV.

Atap rumah terbuat dari genteng.

b. Denah rumah

c. Karakteristi tetangga dan komunitas

Lingkungan tetangga umumnya berasal dari desa yang sama dan masih ada

hubungan keluarga. Ada beberapa warga yang berasal dari kota lain yang

sudah cukup lama menetap di desa Ratu Jaya yang mempunyai adat dan

kebiasaan yang sama. Warga sering terlihat duduk bersama-sama diwaktu sore

hari. Sekolah, tempat tinggal, dan posyandu tidak jauh dari rumah.

47

R. Sholatk. mandi

& WC

K. Tidur 3 K. Tidur 2

K.Tidur 1

R. TAMU

J

a

l

a

nDapur

R. TV

Page 48: Kom 2 Sudah Refisi

d. Mobilitas geografis keluarga

Anggota keluarga tinggal di rumah yang sama. Tapi setelah anak-anaknya

menikah, anak-anak Tn. N pindah ke luar kota kecuali anak yang terakhir

tetap tinggal d rumah Tn.N. Untuk berkomunikasi dengan keluarga yang

diluar kota Tn.N menggunakan telepon. Biasanya keluarga pulang ke rumah

menggunakan bus

e. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

o Tn. D sering mengikuti pengajian setiap malam senin

o Ny.R mengikuti arisan dan mengikuti pengajian ritun di rumah warga

secara bergiliran

o Nn. A mengikuti belajar mengaji di TPA dekat rumahnya.

o Sedangkan untuk Tn.N dulu sering mengikuti pengajian dengan bapak-

bapak warga sekitar, hanya saja sejak sakit ia tidak bisa ikut.

f. Sistem pendukung keluarga

Tn.N tinggal bersama anak bungsunya sehingga dapat membantu Tn.N. Tn.N

juga memiliki BPJS. Jika sakit biasanya keluarga Tn.N dibawa ke bidan, dan

jika perlu, rujukan ke balai pengobatan yang berjarak 1,5 km dari rumah

4. Struktur Keluarga

a. pola komunikasi keluarga

Pola komunikasi yang digunakan adalah pola komunikasi terbuka. Setiap

anggota keluarga bebas menyampaikan keluhannya. Bila ada masalah, mereka

selalu mengkomunikasikan bersama. Anggota kelurga bertemu setiap hari

sehingga dapat berkomunikasi setiap hari. Walaupun semua sibuk bekerja,

mereka selalu meluangkan untuk keluarga.

b. Struktur kekuatan keluarga

Pemegang keputusan adalah anak Tn.N (Tn.D). Namun, sebelum mengambil

keputusan selalu didiskusikan dengan Tn.N dan istrinya (Ny.R)

c. Struktur Peran

Peran anak Tn.D dan adalah sebagai yang mencari nafkah dan memperbaiki

rumah. Ny.R berperan sebagai pengatur rumah tangga, seperti memasak,

mengurus anak, dan mengurus ayah mertuanya yang menderita stroke. Nn.A

48

Page 49: Kom 2 Sudah Refisi

membantu ibunya mengurus rumah dan mengurus kakeknya (Tn.N).

Sedangkan Tn.N berperan sebagai apa-apa karena kondisinya yang sakit.

Meskipun mereka mempunyai peran masing-masing mereka tetap saling

membantu

d. Nilai dan norma budaya

Fungsi nilai dan budaya yang dianut keluarga adalah saling menghormati

antara anggota keluarga satu dengan yang lainnya dan menghormati yang

lebih tua, menyayangi yang lebih muda. Nilai yang ada di keluarga merupakan

gambaran nilai agara yang dianutnya (Islam), idak terlihat adanya konflik

dalam nilai, dan tidak ada yang mempengaruhi status kesehatan keluarga

dalam menggunakan nilai yang diyakini oleh keluarga.

5. Keluarga

a. Fungsi afektif

Keluarga Tn.N mengatakan berusaha memelihara keharmonisan antar anggota

keluarga, saling menyayangi, dan menghormati. Setiap anggota merasa akrab

dengan keluarga lainnya. Cucunya juga tampak senang bermain dengan ayah,

ibu, dan kakeknya.

b. Fungsi sosialisasi

Tn. T mengatakan interaksi antar anggota keluarga dapat berjalan dengan

baik. keluarga Tn. T menganut kebudayaan jawa. Keluarga Tn. T berusaha

untuk tetap memenuhi aturan yang ada keluarga, misalnya saling

menghormati, menghargai dan saling memingatkan jika ada yang salah.

Keluarga juga mengatakan mengikuti norma yang ada di masyarakat sekitar,

sehingga dapat menyesuaikan dan berhubungan baik dengan para tetangga

atau masyarakat sekitar.juga sering mengikuti pengajian di masjid dan

kegiatan kemasyarakatan.

c. Fungsi perawatan kesehatan

Jika ada keluarga yang sakit, mereka terlebih dahulu menggunakan obat

warung, bila tidak kunjung sembuh baru pergi ke bidan dan jika lebih parah

baru mereka akan membawanya ke balai pengobatan. Kemampuan mengenal

masalah kesehatan, keluarga mengatakan mengetahui penyakit dikeluarganya.

49

Page 50: Kom 2 Sudah Refisi

Keluarga Tn.N mengatakan hanya sedikit mengetahui tentang tanda dan

gejala, serta tidak mengetahui apa saja yang harus dihindari untuk mencegah

terjadinya keparahan atau kekambuhan penyakit pada Tn.N. keluarga juga

mengatakan tidak tahu apa yang menyebabkan punggung bawah Tn.N

menjadi merah-merah keluarga hanya memberinya bedak. Dan karena

kelumpuhannya keluarga melarangnya untuk beraktifitas dan hanya disuruh

istirahat saja.

d. Fungsi reproduksi

Tn. N memiliki 3 orang anak yang semuanya sudah menikah. Tn.D dan Ny.R

memiliki satu orang anak. Ny.R menggunakan alat kontrasepsi berupa pil

untuk mengatur jarak anak selanjutnya.

e. Fungis ekonomi

Keluarga Tn.N termasuk keluarga mampu. Keluarga Tn.N dapat memenuhi

setiap kebutuhan sandang, pangan dan papan walaupun dengan kapasitas

seadanya.

6. Stress dan koping keluarga

a. Stress jangka pendek dan panjang

Stress jangka pendek, keluarga Tn.N mengatakan pernah mengalami stress.

saat Tn.N mengalami stroke. Sekarang menurut keluarga yang perlu diatasi

adalah kemerahan yang tampak di punggung bagian bawah Tn.N yang tak

kunjunng sembuh, padahal sudah diberi bedak.

Stress jangka panjang keluarga mengatakan sulit menjaga kestabilan emosi

karena harus merawat dan melayani Tn.N terus menerus dalam waktu yang

lama akibat kelumpuhannya.

b. Kemampuan keluarga berespons terhadap masalah

Pemecahan masalah dalam keluarga Tn.N biasanya dengan cara musyawarah

antar anggota keluarga, mencari alternative penyelesaian.

c. Strategi adaptasi disfungsional

Koping yang digunakan adalah dengan memecahkan masalah secara bersama-

sama. Apabila tidak menemukan pemecahannya atau mengalami kebuntuan,

keluarga akan minta pendapat kakak Tn.N atau keluarga yang lain.

50

Page 51: Kom 2 Sudah Refisi

7. Pemeriksaan Fisik

No Komponen Tn.N Tn.D Ny.R Nn.A

1. Kepala Rambut putih, sedikit

kummel

Rambut hitam, bersih

tidak ada kelainan

Rambut panjang hitam,

bersih tidak ada kelainan

Rambut panjang hitam,

bersih tidak ada kelainan

2. Mata Sclera putih, konjungtiva

merah muda, tidak ada

peradangan, visus terjadi

miopi

Sclera putih, konjungtiva

merah muda, tidak ada

peradangan, visus normal

Sclera putih,

konjungtiva merah

muda, tidak ada

peradangan, visus

normal

Sclera putih, konjungtiva

merah muda, tidak ada

peradangan, visus normal

3. Telingah Bersih, tidak ada serumen,

tidak ada luka

Bersih, tidak ada

serumen, tidak ada luka

Bersih, tidak ada

serumen, tidak ada luka

Bersih, tidak ada serumen,

tidak ada luka

4. Hidung Bersih, tidak ada secret,

tidak ada kelainan

Bersih, tidak ada secret,

tidak ada kelainan

Bersih, tidak ada secret,

tidak ada kelainan

Bersih, tidak ada secret,

tidak ada kelainan

5. Mulut Stomatitis tidak ada, gigi

sudah banyak yang lepas.

Stomatitis tidak ada,

terdapat karang gigi

Stomatitis tidak ada,

gigi ggeraham sebelah

kiri berlubang

Stomatitis tidak ada,

keadaan gigi baik.

6. Leher &

tenggoroka

n

Nyeri (-), pembesaran

kelenjar limfe dan tiroid

tdk ada, kesulitan menelan

Nyeri (-), pembesaran

kelenjar limfe dan tiroid

tdk ada, kesulitan

Nyeri (-), pembesaran

kelenjar limfe dan tiroid

tdk ada, kesulitan

Nyeri (-), pembesaran

kelenjar limfe dan tiroid

tdk ada, kesulitan menelan

51

Page 52: Kom 2 Sudah Refisi

(+) menelan tidak ada menelan tidak ada tidak ada

7. Dada&

paru

Pergerakan dada simetris,

vesikuler sonor seluruh

lapisan paru, tidak ada

suara tambahan dan

penggunaan oto bantu

pernapasan

Pergerakan dada simetris,

vesikuler sonor seluruh

lapisan paru, tidak ada

suara tambahan dan

penggunaan oto bantu

pernapasan

Pergerakan dada

simetris, vesikuler sonor

seluruh lapisan paru,

tidak ada suara

tambahan dan

penggunaan oto bantu

pernapasan

Pergerakan dada simetris,

vesikuler sonor seluruh

lapisan paru, tidak ada

suara tambahan dan

penggunaan oto bantu

pernapasan

8. Jantung BJ I dan II normal BJ I dan II normal BJ I dan II normal BJ I dan II normal

9. Abdomen BU: 21 x/mnt

Datar, tidak ada nyeri

tekan, tidak ada tumor

BU: 16 x/mnt

Datar, tidak ada nyeri

tekan, tidak ada tumor

BU: 14 x/mnt

Datar, tidak ada nyeri

tekan, tidak ada tumor

BU: 12 x/mnt

Datar, tidak ada nyeri

tekan, tidak ada tumor

10. Ekstremita

s

Paraplegi (lumpuh kedua

kaki)

Paresis pada ekstremitas

atas dan tremor.

Tidak ada kelainan,

pergerakan bebas, tidak

ada cidera

Tidak ada kelainan,

pergerakan bebas, tidak

ada cidera

Tidak ada kelainan,

pergerakan bebas, tidak

ada cidera

11. Kulit Kemerahan dan pecah-

pecah di daerah punggung

bawah, tugor kulit buruk

Warna kulit sawo

matang, tidak ada bekas

luka, tugor baik.

Warna kulit sawo

mentah, tidak ada bekas

luka, tugor baik.

Warna kulit sawo mentah,

tidak ada bekas luka,

tugor baik.

52

Page 53: Kom 2 Sudah Refisi

12. Kuku Pendek

Penebalan kuku

Permukaan kuku kasar

Pendek dan bersih Pendek dan bersih Pendek dan bersih

13. BB 50 kg 61 kg 58 kg 40 kg

14. TB 160 cm 168 cm 158 cm 140 cm

15. TTV TD : 130/90 mmHg

N : 98 x/mnt

RR : 20 x/mnt

S : 37,6 0C

TD : 120/80 mmHg

N : 89 x/mnt

RR : 20 x/mnt

S : 36,8 0C

TD : 110/80 mmHg

N : 80 x/mnt

RR : 18 x/mnt

S : 36,6 0C

TD : 110/70 mmHg

N : 88 x/mnt

RR : 19 x/mnt

S : 36,5 0C

16. Kesimpula

n

Saat dikaji Tn.N dalam

keadaan lemas dan

lumpuh akibat stroke

Saat dikaji Tn.D dalam

keadaan sehat

Saat dikaji Ny.R dalam

keadaan sehat

Saat dikaji Nn.A dalam

keadaan sehat

4.2 Analisa Data

No Data Masalah Keperawatan

53

Page 54: Kom 2 Sudah Refisi

.

1. DS :Karena keadaannya yang lumpuh, keluarga mengatakan kegiatan Tn.N

hanya tidur saja dikamar dan tidak pernah beraktifitas hanya sesekali

dibawa ke depan rumah unutuk menghilangkan rasa bosan, itu pun hanya

jarang-jarang

Keluarga mengatakan di punggung bagian bawah Tn.N terdapat

kemerahan dan pecah-pecah, sudah diberikan bedak tetapi tidak

kunjunng membaik.

DO : Tn.N tampak lemas dan lumpuh

Tampak kemerahan dan pecah-pecah di daerah punggung bawah, tugor

kulit buruk

Usia : 65 tahun

Dengan riwayat pascastroke

S : 37,6 0C

Terjadinya kerusakan integritas kulit

pada Tn.N

2. Ds :Keluarga Tn.N mengatakan hanya sedikit mengetahui tentang tanda dan

gejala, serta tidak mengetahui apa saja yang harus dihindari untuk

mencegah terjadinya keparahan atau kekambuhan penyakit pada Tn.N.

keluarga juga mengatakan tidak tahu apa yang menyebabkan punggung

Kurangnya pengetahuan pada

keluarga Tn.N tentang masalah

perawatan stroke dan pasca stroke

54

Page 55: Kom 2 Sudah Refisi

bawah Tn.N menjadi merah-merah keluarga hanya memberinya bedak.

Dan karena kelumpuhannya keluarga melarangnya untuk beraktifitas dan

hanya disuruh istirahat saja.

DO :Saat ditanya keluarga tidak tahu menahu bagaimana cara merawat orang

yang lumpuh.

Keluarga juga tidak mengetahui cara mencegah keparahan dan

pencegahan kekambuhan penyakit Tn.N

Pendidikan terakhir keluarga hanya SMA

Lingkungan jauh dari pelayanan kesehatan

Tidka pernah mendapat informasi mengenai penyakit.

3. DS :Keluarga mengatakan Tn.N, Tn.N mengalami kelumpuhan pada kali dan

kelemahan pada tangan, Tn.N juga mengatakan kalau penglihatannya

sudah mengalmi penurunan.

DO : Tn.N berusia 65 tahun

Dengan riwayat stroke

Mobilitas terbatas, Pusing

TD :130/60 mmHg

Resiko Jatuh pada Tn.N

55

Page 56: Kom 2 Sudah Refisi

4.3 Skala Prioritas Masalah Kesehatan

1. Terjadinya kerusakan integritas kulit pada Tn.N

No. Kriteria Scor Bobot Hasil Pembenaran

1. Sifat masalah : resiko tinggi 2/3 1 2/3 Masalah berisiko terhadap Tn.N dan jika

tidak segera diatasi akan mengakibatkan

infeksi, seperti dekubitus

2. Kemungkinan masalah dapat diubah :

dengan mudah

2/2 2 2 Keluarga Tn.N mempunyai kemungkinan

dalam merawat Tn.N. karena pencegahan

dapat dilakuka dirumah

3. Potensi masalah untuk mencegah :

tinggi

3/3 1 1 Masalah pada Tn.N tinggi, dan keluarga

ada motivasi yang kuat untuk mengatasi

dan merawat Tn.N

4. Menonjolnya masalah : perlu diatasi 2/2 1 1 Keluarga merasa masalah ini perlu diatasi

karena ditakutkan akan semakin parah dan

mengakibatkan infeksi.

Jumlah 4 2/3

56

Page 57: Kom 2 Sudah Refisi

2. Kurangnya pengetahuan pada keluarga Tn.N tentang masalah perawatan stroke dan pasca stroke

No. Kriteria Scor Bobot Hasil Pembenaran

1. Sifat masalah : resiko tinggi 2/3 1 2/3 Masalah berisiko jika tidak

deberikan pengetahuan, masalah

akan terus ada.

2. Kemungkinan masalah dapat diubah : sulit 0/2 2 0 Keluarga Tn.N mempunyai

kemauan untuk menerima

informasi tentang pnyakit Tn.N

3. Potensi masalah untuk mencegah : tinggi 3/3 1 1 Masalah ini cukup unuk dicegah

4. Menonjolnya masalah : perlu diatasi ½ 1 1/2 Keluarga masalah ini perlu untuk

diatasi tapi tidak perlu segera

Jumlah 2 1/6

57

Page 58: Kom 2 Sudah Refisi

3. Resiko Jatuh pada Tn.N

No. Kriteria Scor Bobot Hasil Pembenaran

1. Sifat masalah : resiko tinggi 2/3 1 2/3 Masalah berisiko tinggi, jika tidak

diatasi akan mengakibatkan cidera

2. Kemungkinan masalah dapat diubah : tidak

dapat diubah

0/2 2 0 Keluarga merasa masalah sudah

tidak dapt diatasi karena kondisi

Tn.N yang lumpuh

3. Potensi masalah untuk mencegah : cukup 2/3 1 2/3 Masalah ini cukup unuk dicegah

4. Menonjolnya masalah : perlu diatasi ½ 1 1/2 Keluarga masalah ini perlu untuk

diatasi karena bisa mengakibatkan

cidera tapi tidak perlu segera

untuk diatasi

Jumlah 1 5/6

58

Page 59: Kom 2 Sudah Refisi

4.4 Diagnosa Keperawatan Keluarga

1. Terjadinya kerusakan integritas kulit pada Tn.N berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga untuk merawat keluarga dengan masalah

kelumpuhan yang terjadi pada separunng tubuh Tn.N akibat stroke yang

berisiko pada dekubitus (luka tekan)

2. Kurangnya pengetahuan pada keluarga Tn.N tentang masalah perawatan

stroke dan pasca stroke berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah stroke dan kurangnya informasi.

3. Resiko Jatuh pada Tn.N berhubungan ketidakmampuan keluarga untuk

merawat Tn.N dalam masalah gangguan mobilisasi (latihan gerak)

59

Page 60: Kom 2 Sudah Refisi

4.5 Intervensi Keperawatan Keluarga

Nama perawat keluarga : Ns. Q

Inisial individu/keluarga : Tn.N

Alamat : Rt 03 RW 07 Kelurahan Ratu Jaya

No. Dx keperawatan KeluargaTujuan Kriteria evaluasi

RencanaJangka panjang Jangka pendek Kriteria Standart

1. Terjadinya kerusakan

integritas kulit pada Tn.N

berhubungan dengan

ketidakmampuan

keluarga untuk merawat

keluarga dengan masalah

kelumpuhan yang terjadi

pada separunng tubuh

Tn.N akibat stroke yang

berisiko pada dekubitus

(luka tekan)

Setelah

dilakukan

keperawatan

selama 3 kali

kunjungan

keluarga

mampu

melakukan

perawatan

terhadap Tn.N

agar tentang

masalah stroke

dan tidak

sampai terjadi

Setelah

dilakukan

keperawatan

selama 1 kali

kunjungan

keluarga

mampu

mengetahui

masalah

tentang stroke

dan cara

merawat

pasien dengan

stroke yang di

Repon verbal Keluarga

mampu

menjelaskan

apa yng

berhubungan

dengan stroke

Keluarga

mampu

melakukan

tindakan

pencegahan

agar tidak

terjadi

dekubitus

1. Jelaskan

mengenai stroke,

cara pencegahan,

dan penyebab-

penyebab stroke,

cara merawat

keluarga dengan

stroke

2. Informasikan

tentang

komplikasi –

komplikasi dari

stroke jika

60

Page 61: Kom 2 Sudah Refisi

dekubitus (luka

teka)

sertai

kelumpuhan,

(mampu

melakukan

mobilisasi

/latihan gerak

pada keluarga

yang sakit)

kurang gerak

3. Ajarkan keluarga

melakukan

mobilisasi

(latihan gerak)

pada anggota

keluarga dengan

pascastroke

61

Page 62: Kom 2 Sudah Refisi

4.6 Implementasi

Nama kepala keluarga : Tn.N

Umur : 65 tahun

Alamat : Rt 03 RW 07 Kelurahan Ratu Jaya

No. Tanggal Dx Keperawatan Implementasi Paraf

1. 30/10/14 Terjadinya kerusakan

integritas kulit pada

Tn.N berhubungan

dengan

ketidakmampuan

keluarga untuk

merawat keluarga

dengan masalah

kelumpuhan yang

terjadi pada separunng

tubuh Tn.N akibat

stroke yang berisiko

pada dekubitus (luka

tekan)

1. Menjelaskan mengenai stroke, cara pencegahan, dan

penyebab-penyebab stroke, juga cara merawat

keluarga dengan stroke

R/ keluarga mampu menjelaskan ulang saat

diberikan pertanyaan

2. Menginformasikan tentang komplikasi –komplikasi

dari troke jika kurang gerak

R/ keluarga mampu memahami tentang apa yang

disampaikan

3. Mengajarkan keluarga melakukan mobilisasi (latihan

gerak) pada anggota keluarga dengan pascastroke

R/ Keluarga mampu melakukan apa yang diajarkan

oleh perawat

62

Page 63: Kom 2 Sudah Refisi

4.7 Evaluasi

Nama kepala keluarga : Tn.N

Umur : 65 tahun

Alamat : Rt 03 RW 07 Kelurahan Ratu Jaya

No. Tanggal Dx Keperawatan Evaluasi Paraf

1. 01/11/14 Terjadinya kerusakan

integritas kulit pada

Tn.N berhubungan

dengan

ketidakmampuan

keluarga untuk

merawat keluarga

dengan masalah

kelumpuhan yang

terjadi pada separunng

tubuh Tn.N akibat

stroke yang berisiko

pada dekubitus (luka

tekan)

Setelah dilakukan kunjungan sebanyak 3 x hasil yang

didapat:

S : Tn.N dan keluarga mengatakan sudah lebih

mengetahui tentang stroke dan sudah memahami

bahayanya kurang aktivitas, mereka juga

mengatakan sudah bisa melakukan pergerakan

pemindahan posisi pada Tn.N

O : Keluarga tampak mengerti

Keluarga mampu melakukan mobilisasi (latihan

gerak) pada pada anggota keluarga dengan

pascastroke

A. : Tujuan tercapai

P : Intervensi dipertahankan

63

Page 64: Kom 2 Sudah Refisi

BAB V

PENUTUP

5. 1 Kesimpulan

Keluarga menyediakan tempat berlindung, pertumbuhan, sosialisasi, dan

fungsi saling merawat. Awitan kecacatan atau penyakit kronis memberikan stress

pada individu dan keluarga. Stress ini dapat menguji batas keterikatan keluarga

yang mengikat keluarga menjadi satu. Tujuan dari riwayat keluarga adalah untuk

mengidentifikasi masalah-masalah genetic, penyakit menular, masalah-masalah

lingkungan, dan data-data interpersonal yang relevan dengan proses yang

rehabilitasi. Perawat menggunakan informasi ini untuk mengidentifikasi masalah-

masalah fungsi keluarga dan untuk mengembangkan intervensi yang

meningkatkan fungsi kesehatan keluarga.

Setelah dilakukan Asuhan keperawatan keluarga dengan masalah stroke pada

Tn.N dengan menggunakan proses keperawatan keluarga mulai dari pengkajian

sampai dengan pembahasan kasus oleh perawatnya, didapatkan masalah utama di

dalam keluarga Tn.N adalah resiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah

kelumpuhan akibat stroke yang berisiko pada dekubitus (luka tekan). Dalam

penyusunan rencana keperawatan Tn.N perawat melibatkan peran keluarga

dengan menekankan pada preventif dan promotif untuk meningkatkan

pengetahuan, kemampuan dan sikap dalam merawat penderita stroke

5.1 Saran

a. Mahasiswa

Kepada mahasiswa agar lebih bisa menerapkan materi yang didapat di

kampus untuk dipraktekkan di lapangan.

b. Akademi

Kepada pihak akademi agar lebih bisa memperhatikan atau memantau kepada

setiap mahasiswa yang ada di lapangan.

64

Page 65: Kom 2 Sudah Refisi

DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Komang. 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Sugeng Seto

Effendi, ferry dan makhfudli. 2013. Keperawatan kesehatan komunitas : Teori

dan praktik dalam keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Hemendra, B. 2008. Care Yourself, Diabetes Mellitus. Jakarta. Penebar plus

Henderson, Leila. 2002. Stroke : Panduan Perawatan. Jakarta : Arcan

Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan

Keperawatan Transkultural. Jakarta : EGC

Wahyu, Genis G. 2009. Stroke Hanya Menyerang Orang Tua?. Yogyakarta : B

First

65